Upload
rompas-hbtm
View
408
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi semakin pesat
menuntut adanya perubahan dan perkembangan disegala bidang termasuk
di dunia pendidikan. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka
tuntutan mutu pendidikan juga semakin tinggi. Saat ini pendidikan kita
masih di dominasi oleh metode-metode pembelajaran konvensional seperti
metode ceramah, sedangkan untuk memaksimalkan peran peserta didik
dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas perlu diterapkan model
pembelajaran yang lebih inovatif dan variatif sehingga dapat mengaktifkan
peserta didik, salah satunya dengan menerapkan model-model
pembelajaran konstruktifisme.
Dalam paradigma pembelajaran konstruktifistik, peserta didik
diharapkan dapat menemukan dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya jika tidak, maka tidak akan menimbukan perubahan pada
peserta didik (Trianto, 2009:28) menyatakan bahwa teori konstruktivisme
menurutnya peserta didik berperan aktif membangun sendiri pengetahuan
di benaknya, pendidik hanya sebagai fasilitator saja.
Dalam proses pembelajaran konstruktif ini, peran aktif pendidik
tidak lagi sebagai pusat pengetahuan (teacher centered) tetapi perannya
hanya sebagai fasilitator membantu peserta didik dalam menemukan
1
konsep, fakta, atau prinsip bagi mereka sendiri, bukan sebagai satu-
satunya sumber informasi atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Pada saat ini, SMP Negeri 2 Gangga telah menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman
kurikulum dalam pemblajran, namun kurikulum tersebut belum
sepenuhnya dapat diterapkan dengan sempurna dalam kegiatan belajar
disetiap mata pelajaran, baik dari segi strategi, metode, maupun
penggunaan media pembelajaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh pendidik mata pelajaran IPS
Terpadu yang mengajar di SMP Negeri 2 Gangga, pada pembelajaran
materi ekonomi koperasi yang digunakan adalah metode ceramah dan
diskusi tradisional. Pada saat pendidik menyampaikan pelajaran dengan
metode konvensional, dan diskusi tradisional, hanya peserta didik tertentu
yang dapat mengikuti diskusi secara aktif dan berani dalam
mengungkapkan pendapat. Sehingga suasana belajar dikelas menjadi
kurang menyenangkan dan hal ini berpengaruh terhadap hasil prestasi
belajar yang di capai di kelas. Model pembelajaran seperti ini dirasakan
kurang efektif untuk menarik perhatian dan keaktifan peserta didik
didalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Salah satu arternatif untuk lebih mengaktifkan dan meningkatkan
prestasi belajar peserta didik perlu dilakukan variasi dalam proses belajar,
misalnya dengan pembelajaran kooperatif Metode jigsaw.
Adapun kelebihan dari pembelajaran Metode jigsaw adalah lebih
menekankan rasa tanggung jawab pada diri individu dan kerja sama, selain
2
itu langkah-langkahnya sederhana sehingga tepat untuk diterapkan pada
peserta didik setingkat SMP. Akan tetapi metode pembelajaran kooperatif
Metode jigsaw memiliki keterbatasan yaitu model pembelajaran ini
memerlukan keterampilan untuk mengorganisasi dan mengkoordinir
peserta didik dengan baik (perpindahan tempat duduk, tingkat
berpikirnya, dan kerjasama yang tinggi) sehingga dalam penerapan metode
jigsaw ini fasilitator dengan tingkat akademik dan intelegensi tinggi,
kondisi kelas yang dinamis dengan fasilitas dan sumber belajar seperti
buku teks yang memadai, topik-topik pelajaran tertentu, dan peserta didik
memiliki rasa tanggung jawab dan kerja sama yang tinggi.
Metode jigsaw adalah salah satu model belajar kooperatif yang
dalam penerapannya peserta didik dibagi dalam kelompok heterogen yang
beranggotakan 5 - 6 orang. Mereka berada dalam kelompok yang
terstruktur didasarkan pada kerjasama dengan berbagai tanggungjawab.
Strategi ini menjamin agar setiap peserta didik memikul suatu tanggung
jawab yang jelas dalam kelompoknya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba untuk
melakukan penelitian tentang metode jigsaw dan melihat apakah ada
pengaruhnya terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik di SMP
Negeri 2 Gangga.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bagian penting yang harus ada
dalam penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, sebelum melakukan
penelitian harus mengetahui lebih dahulu permasalahan yang ada. Adanya
3
permasalahan yang jelas, maka proses pemecahannya akan terarah dan
terfokus. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat
dirumuskan suatu permasalahaan sebagai berikut: ”Apakah ada Pengaruh
Metode Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran IPS
Terpadu Di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011-2012 ?
1.3. Hipotesis
Sebelum diajukan hipotesis penelitian, terlebih dahulu
dikemukakan secara singkat makna hipotesis. Hipotesis adalah “Suatu
jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpulkan” (Suharsimi Arikunto, 2002:64). Ahli lain
mengatakan bahwa hipotesis merupakan “Pertanyaan tentatif yang
merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang diamati dalam usaha
untuk mehamaminya” (Nasution, 2003 : 39).
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka diperoleh kesimpulan
bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian berupa dugaan sementara yang pembuktian kebenarannya harus
di uji dilapangan.
Hipotesis ada 2 macam yaitu:
1. Hipotesis Alternatif (Ha) adalah hipotesis yang isinya mengandung
pernyataan yang tidak menyangkal, sedangkan
2. Hipotesisi Null/Nihil (Ho) adalah hipotesis yang isinya
mengandung pernyataan yang menyangkal.
Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat diajukan hipotesis
Alternatif (Ha) penelitian sebagai berikut: “ada Pengaruh Metode Jigsaw
4
Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di
SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011-2012”.
Sedangkan Hipotesis Nol/Nihil (Ho) penelitian ini adalah: “Tidak
ada Pengaruh Metode Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik Pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011-2012”
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh Metode Metode jigsaw
pada materi pokok pasar terhadap prestasi belajar peserta didik di SMP 2
gangga tahun pelajaran 2011-2012.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat penelitian secara umum
a. Bagi peserta didik, untuk dapat membantu peserta didik di dalam
menumbuhkan motif-motf belajarnya kearah yang lebih keras, giat
dan tekun sehingga mendapatkan prestasi belajar yang baik, dengan
prestasi belajar yang di dapatkan itulah peserta didik akan terdorong
untuk melanjutkan pendidikannya.
b. Bagi pendidik, untuk dapat membantu pendidik dalam menumbuhkan
motif-motif belajar pada peserta didik nya, agar dapat belajar dengan
lebih keras, giat dan tekun sehingga tercapai prestasi belajar yang
diharapkan.
c. Bagi sekolah, untuk dapat memperoleh gambaran tentang prestasi
belajar peserta didik yang telah didapatkan di sekolah tersebut, serta
5
untuk megetahui motif-motif apa yang mendorong peserta didik
untuk dapat melanjutkan pendidikanya.
d. Bagi Peneliti, untuk dapat menambah pemahaman dan pengetahuan
dalam bidang pendidikan dan penelitian
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Penegasan Pengertian Istilah
2.1.1. Pengertian Jigsaw
Menurut Trianto (2009:60) Pembelajaaran koopertif Metode jigsaw
adalah salah satu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya suatu
kelas terbagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen yang terdiri dari
5 atau 6 orang peserta didik. Materi pembelajaran disiapkan dan dibagikan
kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab untuk mempelajari sub pokok bahasan tertentu. Peserta
didik yang mendapat tanggung jawab yang sama berkumpul dalam satu
kelompok untuk mendiskusikan sub pokok bahasan tertentu. Kelompok ini
disebut kelompok ahli, selanjutnya anggota kelompok ahli kembali ke
kelompok asal dan menyampaikan materi yang telah dibahasnya secara
bergantian.
2.1.2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam
dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari
penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran
yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi
belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu
aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari
7
pengertian belajar.
“Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah
dilakukan dan dikerjakan”, atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa
prestasi adalah “hasil yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan)”.
Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah “hasil yang telah di capai
dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan”.(Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1997:787) Menurut Mas’ud Khasan Abdul Qahar (1994:20),
prestasi adalah “apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.
Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas’ud, Syaiful Bahri
Djamarah (2004) menyatakan bahwa prestasi adalah “hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok
dalam bidang kegiatan tertentu”.
Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari
pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa “Prestasi Belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata
pelajaran”. Hasil belajar menurut Nana Sudjana (1992:22) adalah
“kemampuan yang dimiliki Peserta didik, setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2005:87) prestasi belajar
adalah “tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi”.
8
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pembelajaran Kooperatif Model jigsaw
2.2.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model jigsaw
Menurut Trianto (2009:60) Pembelajaaran koopertif Metode
jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya suatu kelas terbagi dalam kelompok - kelompok
heterogen terdiri atas 5 atau 6 orang peserta didik. Materi pembelajaran
di siapkan dan dibagikan kepda peserta didik dalam bentuk teks. Setiap
anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari sub pokok bahasan
tertentu. peserta didik yang mendapat tanggung jawab yang sama,
berkumpul dalam satu kelompok untuk mendiskusikan sub pokok
bahasan tertentu. Kelompok ini disebut kelompok ahli, selanjutnya
anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan
materi yang telah dibahasnya secara bergantian.
2.2.1.2. Gambaran umum Metode Jigsaw
Menurut Trianto (2009:73) strategi ini dikembangkan oleh Elliot
Aronson dkk dari Universitas Texas dan kemudian diadopsi oleh Slavin
dkk.
Strategi ini menjamin agar setiap peserta didik memikul suatu
tanggung jawab yang jelas dalam kelompoknya. Melalui metode jigsaw
ini kelas di bagi menjadi beberapa tim yang anggotaya terdiri dari 5 - 6
peserta didik dengan karakteristik yang berbeda-beda (kelompok ini
dinamakan kelompok asal) tugas dibagi dalam sejumlah kelompok yang
9
ditetapkan, bahan akademik yang disajikan kepada peserta didik dalam
bentuk teks.
Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung
jawab yang sama untuk mempelajari bahan akademik yang sama untuk
selanjutnya berkumpul untuk saling membantu untuk mengkaji bahan
tersebut. Kumpulan tersebut dinamakan kelompok ahli, setelah selesai
berdiskusi dalam kelompok ahli peserta didik kembali dalam kelompok
asalnya dan menjelaskan diskusinya pada saat di kelompok ahli, setelah
diadakan pertemuan dan diskusi, peserta didik dievaluasi secara
individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Tiap peserta didik dan
tiap kelompok yang mendapat skor tinggi mendapat penghargaan dari
Pendidik
2.2.1.3. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw
1) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok
beranggotakan lima sampai enam peserta didik .
2) Materi pelajaran dibagikan kepada peserta didik dalam bentuk teks
yang dibagi menjadi beberapa sub bab.
3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya
4) Anggota kelompok yang lain yang mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5) Setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompoknya bertugas
untuk menjelaskan hasil diskusinya di kelompok ahli kepada
teman-temannya
10
6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, peserta didik dikenai
tagihan berupa kuis individu.
2.2.1.4. Jigsaw type II
Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin dan kawan-kawanya
(1996) dengan sedikit perbedaan dalam belajar kooperatif tipe jigsaw
secara umum. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen dalam
kemampuan. Peserta didik diberi materi baru atau pendalaman dari
materi sebelumnya.
Pada pembelajara Metode jigsaw type I, awalnya hanya belajar
konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya, sementara konsep-
konsep yang lain mereka dapatkan melalui diskusi teman segrupnya.
Pada tipe II tiap peserta didik memperoleh kesempatan belajar secara
keseluruhan sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi tim ahli
(expert) hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep
yang dibicarakan.
2.2.1.5. Langkah-langkah pembelajaran Metode jigsaw type II
1. Orientasi
Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan dari
konsep yang diberikan.
2. Pengelompokan
Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
yang heterogen dari kemampuannya, kemudian diberi indeks.
11
3. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya group ini dipecah menjadi kelompok yang akan
mempelajari yang akan diberikan dibina supaya menjadi ahli
berdasarkan indeks
4. Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group
Expertis (peserta didik ahli) dalam kelompok tertentu
tersebut masing-masing kembali dalam groupnya masing-masing.
Pada proses ini akan terjadi sharing pengetahua diantara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
a. Peserta didik memiliki tanggung jawab untuk memastikan
bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan
b. Memperoleh pengetahuan adalah tanggung jawab bersama
c. Bertanya kepada anggota kelompok sebelum bertanya kepada
Pendidik
d. Tidak mengganggu teman yang lain
e. Akhiri diskusi dengan merayakan agar memperoleh kepuasan
5. Test (penilaian)
Pada fase ini pendidik memberikan tes tulis untuk
dikerjakan peserta didik yang memuat seluruh konsep yang
didiskusikan
6. Pengakuan kelompok
Pembinaan pembelajaran kooperatif didasarkan pada skor
peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir perolehan
peserta didik .
12
2.2.2. Prestasi belajar
2.2.2.1. Pengertian prestasi belajar
Poerwadarminta berpendapat (dalam Djamarah 2004), bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya). Sedangkan menurut Nasrudin Harahap dkk (dalam
Djamarah 2004), berpendapat bahwa prestasi adalah apa penilaian
pendidik tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik yang
berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu
hasil aktifitas sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses
yang melibatkan perubahan pada diri individu yakni perubahan tingkah
laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan pada diri individu sebagai
aktifitas dalam belajar (djamarah 2004:23)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah ukuran nilai yang diperoleh oleh seorang peserta didik setelah
melakukan usaha-usaha atau perbuatan. Belajar peserta didik yang baik
dan berhasi adalah mereka-mereka yang terdapat dalam dirinya
kemauan dan kemampuan untuk belajar sungguh-sungguh.
Kesungguhan dan kemauan untuk belajar itu disebabkan oleh adanya
motif dan atau variasi serta pendidik dalam mengajar.
Sementara itu dalam buku Profesionalisme Guru dalam
pembelajaran dijelaskan bahwa “Belajar adalah suatu bentuk
13
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru serta timbul dan
berkembangnya sifat-sifat sosial, susila dan emosional” (Zainal Aqib,
2002:42). Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa belajar adalah “Proses
perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara
individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan
(Iskandarwassid, 2008:5).
Menurut ahli lain, belajar adalah “Suatu proses yang dapat
menimbulkan perubahan tingkah laku yang baru pada individu yang
telah dan sedang belajar” (Masrial, 1993 : 10).
Sedangkan menurut ahli lain belajar diartikan sebagai suatu
proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan karena mereaksi
terhadap suatu keadaan (karena adanya latihan) (Ernest R. Hilgard dalam
Soetomo, 1993:119). Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa belajar
adalah “Perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktivitas belajar” (2002:44).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa belajar terdiri dari
beberapa unsur yang mempengaruhi antara lain:
a. Unsur objek yang dipelajari dapat berupa
pengetahuan atau ilmu-ilmu tertentu.
b. Unsur transpormasi yaitu jalan untuk
mendapatkan atau memperoleh objek yang dipelajari.
c. Unsur kepandaian merupakan hasil
mempelajari objek yang menjadi sasaran kegiatan.
14
d. Unsur latihan sebagai langkah agar apa yang
dipelajari bisa mencapai tujuan yang dikehendaki sebelumnya.
Definisi ini menekankan bahwa berprestasi dalam belajar IPS
terpadu adalah merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan individu
dalam mencapai hasil yang maksimal dalam mata pelajaran IPS terpadu
pada khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah potensi yang dimiliki sehingga dapat meraih
nilai yang setinggi-tingginya ditunjukkan dengan nilai yang
2.2.2.2. Fungsi prestasi dalam belajar
Ada tiga fungsi dalam belajar, yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan daya atau energi. Prestasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian prestasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan dan
tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan bagi tujuan tersebut.
2.2.2.3. Faktor yang meningkatkan prestasi belajar
Secara garis besarnya ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar Peserta didik yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Intern
15
maksudnya pengaruh yang berasal dari dalam diri peserta didik antara
lain (1). Intelegensi, (2). Bakat dan minat, (3). Motif, (4). Kesehatan
tubuh dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang
berasal dari luar individu antara lain: (1) Kompetensi Pendidik , (2).
Suasana dan prasarana belajar, (3). Waktu belajar, (4). Tersedianya
media pembelajaran.
1) Faktor Intern
a) Intelegensi
Langeveld memberikan definisi intelegensi sebagai
“Disposisi untuk bertindak, untuk menentukan tujuan-tujuan
baru dalam hidupnya, membuat alat untuk mencapai tujuan itu
serta mempergunakannya” (Langeveld, dalam Suryabrata,
1987 : 138). Jadi berdasarkan pendapat ahli di atas intelegensi
merupakan bagian kejiwaan manusia yang dibawa sejak lahir
berupa kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk berpikir
dan bertindak dalam menentukan tujuan dalam hidupnya.
b) Bakat dan Minat
Menurut Warren bakat (aptitude) didefinisikan sebagai
“suatu kondisi atau disposisi-disposisi tertentu yang
menggejala pada kecakapan seseorang untuk memperoleh
melalui latihan satu atau beberapa pengetahuan keahlian atau
suatu respon seperti kecakapan untuk berbahasa, musik dan
sebagainya” (Nurkancana, 1986 : 204).
16
Sementara itu bakat juga diartikan sebagai “kepandaian,
sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak lahir” (Depdikbud,
1990:70), sedangkan minat diartikan sebagai kecendrungan
hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan
(Depdikbud, 1990 : 583).
Untuk mendapatkan prestasi belajar ditentukan oleh ada
tidaknya dasar kepandaian, sifat dan pembawaan yang dibawa
sejak lahir. Dasar kepandaian dalam pelajaran tertentu akan
menentukan prestasi belajar pada mata pelajaran yang
bersangkutan. Mereka yang tidak memiliki bakat untuk mata
pelajaran tertentu tidak akan mendapatkan prestasi belajar pada
mata pelajaran bersangkutan.
Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa orang yang berbakat dan berminat pasti
mempunyai perhatian terhadap individu, objek, aktivitas, dan
situasi tersebut. Kalau dikembangkan dengan belajar, maka
bakat minat mempunyai peranan yang sangat besar
menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Seseorang yang
berbakat dalam suatu pekerjaan, apabila didukung oleh minat
yang tinggi, maka semakin tinggi tingkat keberhasilannya.
Demikian juga jika bakat dan minat ini didukung oleh latihan
yang banyak maka hasilnya akan semakin optimal.
17
c) Motivasi
Pengertian dasar motivasi ialah “Keadaan internal
organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah” (Gleitman, dalam Muhibbin, 1995 : 136).
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Motivasi intrinsik, dan
2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan dan keadaan yang berasal dari dalam diri peserta didik
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu peserta didik yang mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dalam perspektif
kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi peserta didik
adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng
serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang
lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya,
memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng
dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan
keharusan dari orangtua dan pendidik.
18
d) Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan
(Depdikbud, 1996:623). Prestasi belajar ditentukan juga oleh
faktor kemampuan atau kesanggupan dalam belajar.
Ketidakmampuan atau ketidaksanggupan dalam melaksanakan
kegiatan belajar memungkinkan tidak dicapainya prestasi
dalam kegiatan belajar. Kesanggupan atau kecakapan dalam
mata pelajaran tertentu akan memungkinkan diperolehnya
suatu prestasi belajar dalam mata pelajaran yang bersangkutan.
Oleh karena itu para peserta didik yang memiliki kesanggupan
atau kecapakan dalam suatu mata pelajaran tertentu memiliki
prestasi pada mata pelajaran yang bersangkutan.
e) Kecerdasan
Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal
budi seperti kepandaian dan ketajaman pikiran (Depdikbud,
1996:186). Prestasi dalam belajar banyak ditentukan oleh
masalah kepandaian atau ketajaman pikiran. Para peserta didik
yang memiliki kepandaian atau ketajaman pikiran
dimungkinkan untuk memiliki prestasi belajar yang tinggi.
Sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki kepandaian atau
ketajaman pikiran dalam suatu mata pelajaran dimungkinkan
untuk tidak berprestasi pada mata pelajaran yang bersangkutan.
19
f) Kesehatan tubuh
Kesehatan tubuh jasmani dan rohani memegang peranan
penting dalam belajar. Keadaan jasmani dan rohani
mempengaruhi kondisi manusia secara utuh, maka
keberhasilan secara maksimal tentu sulit diharapkan tercapai
bila dibandingkan dengan kondisi tubuh yang waktu belajar
dalam keadaan sehat dan prima. Hal ini berlaku sama juga
pada suasana hati saat melaksanakan belajar.
2) Faktor Ekstern
a) Kompetensi Pendidik
Sebelum kita menelaah kompetensi sebagai ilmu, dalam
hal ini bidang ilmu-ilmu pendidikan, lebih dahulu kita akan
menelaah apa sesungguhnya kompetensi itu, pengertian dasar
kompetensi (competency) adalah “Kewenangan atau
kekuasaan untuk menentukan suatu hal” (Daryanto, 1998:344).
Dalam proses belajar mengajar pendidik memegang
peranan penting sekaligus dominant dalam membagi dan
menularkan informasi dan pengetahuan kepada peserta didik
karena itu diperlukan Pendidik yang bijaksana dan
berkompetensi. Cooper mengemukakan empat kompetensi
pendidik yakni :
(1). Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2). Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (3). Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang
20
dibinanya, (4). Mempunyai keterampilan teknik mengajar (Nana Sudjana, 2000:17)
b) Suasana Dan Sarana Belajar
Suasana adalah keadaan sekitar sesuatu atau
dilingkungan sesuatu (Depdikbud, 1990:861). Suasana
memegang peranan dalam keberhasilan belajar. Apabila
lingkungan belajar dalam keadaan gaduh dan terbengkalai,
maka kegiatan belajar terganggu.
c) Waktu Belajar
Masalah waktu belajar adalah masa alternatif yang
dipilih dan dinantikan ketika mau belajar. Waktu belajar
seorang berbeda dengan orang lain. Selain itu kemampuan
belajar juga terbatas dan tidak bisa dipaksakan. Seseorang
memerlukan waktu istirahat, refresing dan rekreasi. Terlalu
banyak belajar bisa mendatangkan kejenuhan dan jadi proses
belajar mengajar hanya membuang waktu saja. Hal ini
disebabkan kapasitas belajar seseorang terbatas. Oleh karena
itu waktu belajar menentukan keberhasilan dalam proses
belajar peserta didik .
d) Lingkungan Sekolah
Keadaan sekolah tidak jarang mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik. Sekolah yang aktif melaksanakan
kegiatan belajar akan memungkinkan para peserta didik untuk
memiliki prestasi dalam belajar. Keaktifan dalam proses
belajar mengajar di sekolah akan memberikan dorongan
21
kepada para peserta didik untuk belajar dengan baik. Demikian
juga kondisi sekolah yang aman akan memungkinkan para
peserta didik belajar dengan baik. Dengan demikian para
Peserta didik pun dimungkinkan untuk berprestasi dalam
belajar. Disini terlihat berpengaruhnya lingkungan sekolah
terhadap prestasi belajar peserta didik di sekolah.
e) Lingkungan Masyarakat
Keadaan masyarakat juga ikut mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik. Para peserta didik yang datang dari
masyarakat berpendidikan dimungkinkan untuk belajar dengan
baik dan tekun. Keadaan masyarakat terkadang menjadi
pendorong timbulnya keinginan anak untuk belajar dengan
baik. Pada masyarakat yang maju, dan terus berkembang
menjadi salah satu pendorong bagi para peserta didik untuk
belajar. Keadaan masyarakat yang aman sangat berpengaruh
pada prestasi belajar peserta didik . Para Peserta didik yang
tinggal di lingkungan masyarakat yang tidak aman
memungkinkan Peserta didik untuk tidak berprestasi dalam
belajar. Anak banyak dipengaruhi oleh suatu permasalahan
yang timbul di tengah-tengah masyarakat tempat tinggalnya.
f) Tersedianya Media/Fasiltias Belajar.
Proses kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
komunikasi. Dengan perkataan lain kegiatan belajar melalui
media terjadi bila ada komunikasi antara penerima pesan
22
dengan sumber lewat media tersebut. Media yang dirancang
dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya
semacam “dialog internal” dalam diri peserta didik yang
belajar. Dengan perkataan lain terjadi komunikasi antara
Peserta didik dengan sumbernya pesan atau pendidik. Bila
demikian halnya maka kita mengatakan bahwa kegiatan
terjadi.
Menurut Mulyasa (2004:153) factor yang meningkatkan
kualitas pembelajaran dalam kerangka peningkatan prestasi
belajar peserta didik yaitu dengan melakukan hal-hal dengan
cara mengembangkan kecerdasan emosi seperti sebagai
berikut:
1. Menyediakan lingkungan yang kondusif
2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang demokratis
3. Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang
sedang dirasakan peserta didik.
4. Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap
masalah yang dihadapinya.
5. Melibatkan peserta didik secara optimal dalam
pembelajaran baik berupa fisik sosial maupun emosional
6. Merspons setiap perilaku peserta didik secara positif dan
menghindari respons yang negative.
23
2.2.2.4. Tekhnik menumbuhkan prestasi belajar
Menurut Djamarah (2005:87), ada beberapa tekhnik
menumbuhkan restasi peserta didik , yaitu: (1) pemberian nilai yang
diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan dikelas, dimana
peserta didik biasanya berusaha untuk memperoleh nilai ulangan atau
raport dengan angka baik; (2) Pemberian ganjaran dan hukuman,
sehingga dapat mengakibatkan dan mempertinggi prestasi pada peserta
didik ; (3) Persaingan atau kompetisi, apabila semua peserta didik
memiliki rasa persaingan (secara sportif dan sehat, maka hasil yang
dicapai semua peserta didik akan meningkat pula; (4) Harga diri, untuk
menumbuh kembangkan kesadaran para peserta didik agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga peserta
didik bekerja keras; (5) Pemberian waktu ulangan, sehingga peserta
didik akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya; (6) pembagian hasil
ulangan agar peserta didik mengetahui sejauh mana kemampuan dalam
menjawab soal-soal
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan
pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang
dihadapi (Nana Syaodik Sukmadinata, 2009:52). Sebuah sumber
menyebutkan bahwa metode penelitian adalah “cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara
kerja yang bersistem untuk melaksanakan sesuatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan” (Masrial, 1993:19).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
merupakan jalan atau cara yang diperlukan dalam penelitian untuk
mencapai tujuan kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan
dan sekaligus menjawab pertanyaan yang ada dalam penelitian.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara
empiris artinya bahwa gejala-gejala yang akan diteliti sudah ada secara
wajar dan tidak perlu diadakan eksperimen. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suharsimi (2002:5) yang mengatakan bahwa penelitian non-
eksperimen hanya meneliti apa yang sudah ada. Oleh karena itu, data yang
akan diteliti baik variable bebas tentang metode jigsaw maupun variable
terikat tentang prestasi belajar peserta didik tidak perlu dilakukan
percobaan atau eksperimen.
25
3.2. Populasi Dan Sampel
3.2.1. Populasi
Dalam buku Metodologi Penelitian dijelaskan bahwa “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003 : 90).
Sedangkan Suharsimi Arikunto mengemukakan “Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian” (2002 : 108). Berdasarkan pendapat ahli
yang disebutkan di atas, yang dimaksud dengan populasi adalah
sekumpulan data baik dari subyek maupun obyek yang telah dikenakan
perlakuan penelitian. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga yang berjumlah 303
orang.
3.2.2. Sampel
Dalam penelitian pendidikan, subjek yang dikenai penelitian biasanya
dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi.
Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli mengemukakan bahwa: “Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharsimi Arikunto,
2002 : 109).
Dalam penelitian ini penetapan subyek penelitian menggunakan
seluruh penelitian, hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan,
“untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subyek kurang dari 100 lebih
baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
26
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10% -
15% atau 20% - 25% atau lebih.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah jumlah individu sebagai
wakil atau diwakili oleh sejumlah yang lebih kecil. Jumlah yang lebih
kecil itu disebut sampel. Dalam penelitian ini akan diambil sampel Siswa
sejumlah 10% dari 303 peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga, sehingga
sampelnya berjumlah 30 peserta didik, dan sampel ini berada pada kelas
VIII SMP Negeri 2 Gangga.
Tabel 01. Jumlah Sampel di SMP Negeri 2 Gangga
Tahun Pelajaran 2011/2012Kelas Sampel Jumlah
VIIILaki -Laki
Perempuan
12
18
Jumlah 30
3.3. Metode Penelitian
Sugiyono (2009:4) mengemukakan bahwa jenis-jenis metode
penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat
kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan,
metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic
research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian
pengembangan. Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan, metode
penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen,
survey dan naturalistik.
Berdasarkan jenis-jenis penelitian seperti disbut diatas, maka dapat
dikemukakan disini bahwa, yang termasuk dalam metode kuantitatif
27
adalah metode penelitian eksperimen dan survey, sedangkan yang
termasuk dalam metode kualitatif yaitu metode naturalistik. Dengan
demikian, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode kuantitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.3.1. Metode Angket
Menurut seorang ahli: “Angket adalah sejumlah pertanyaan
yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden, dalm arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya”. (Suharsimi, 1988:124).
Ahli lainnya menyatakan bahwa: “Angket/kuisioner
merupakan tekhnik penguupulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkkat pertanyaan atau pernyataan tertutup
ataupun terbuka yang diberikan kepada responden secara langsung,
lewat pos ataupun internet” (Sugiono, 2002:162).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa
angket/kuisioner adalah suatu alat pengumpul data dengan
menggunakan sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang
diberikan kepada responden /subjek penelitian untuk memperoleh
informasi yang diinginkan peneliti.
3.3.2. Metode Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan, latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, bakat yang
dimiliki dan individu atau kelompok. (Arikunto, 2002:107). Ahli
28
lain (Nurkencana, 1990:76) mengatakan bahwa tes adalah suatu
cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau
sekelompok anak yang akan menghasilkan nilai tingkah laku, dan
prestasi anak atau sekelompok anak tertentu.
Dari kedua perangkat diatas dapat disimpulkan bahwa tes
adalah sejumlah pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, bakat yang dimiliki
dan individu atau kelompok yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan anak.
Beberapa unsur dalam tes yaitu sebagai berikut: (1) tes itu
bertindak sebagai suatu tugas yang terdiri dari beberapa pertanyaan
atau perintah; (2) tes itu diberikan kepada seorang atau kelompok
untuk dikerjakan; (3) respon seseorang atau kelompok itu akan
diberikan suatu penilaian, maka dari itu untuk mengukur hasil
belajar biasanya banyak pendidik menggunakan tes yang tujuan
utamanya adalah untuk mengukur hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik seberapa jauh materi yang telah dipelajari dapat
dikuasai peserta didik.
3.3.3. Metode Observasi
Menurut suharsimi (2006:156) “observasi adalah
memperhatikan sesuatu dengan mata”. Didalam pengertian
psikologis, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan,
29
meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indera.
3.4. Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian. Pengertian instrumen dan metode sering
dikacaukan atau disamakan padahal instrumen dan metode adalah berbeda.
Suharsimi Arikunto (1998:137) bahwa metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya,
sedangkan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis.
Sedangkan Margono (2004:155), menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan instrumen penelitian adalah suatu alat untuk mengumpulkan data.
Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian merupakan
suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
atau mengukur fenomena alam atau sosial agar lebih mudah dan hasilnya
lebuih baik, lengkap, sistematis, dan akurat sehingga nantinya akan
mempermudahkan peneliti dalam mengolah data tersebut. Adapun
instrumen penelitian yang digunakan adalah: angket, lembar observasi dan
tes.
3.4.1. Lembar Angket:
Angket terdiri dari 20 item pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tentang metode jigsaw, dengan alternatif jawaban ya,
kadang-kadang, dan tidak. Apabila responden menjawab ya akan
mengidentifikasikan metode pembelajaran Metode jigsaw dapat
30
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, bila responden
menjawab kadang-kadang, mengidentifikasikan bahwa metode
pembelajaran Metode jigsaw kurang berpengaruh terhadap prestasi
belajar peserta didik, dan bila menjawab tidak maka metode
pembelajaran Metode jigsaw tidak dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Sehubungan dengan penelitian ini, angket
yang digunakan adalah angket langsung.
3.4.2. Lembar tes
Untuk mendapatkan informasi tentang prestasi belajar
peserta didik, disiapkan instrumen berupa tes. Tes yang terdiri dari
20 soal yang berkaitan dengan materi pasar. Tes sebagai instrumen
pengumpul data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Tes buatan guru yaitu tes yang disusun oleh guru dengan
prosedur tertentu, yang telah diuji coba berkali-kali
sehingga diketahui cirri-ciri dan kebaikannya.
b) Tes standar yaitu tes yang biasanya sudah tersedia
dilembaga-lembaga testing, yang sudah diuni
keampuhannya. (Aikunto, 2002:104).
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, tes yang digunakan
ialah tes tertulis yang dibuat guru berasal dari materi pelajaran yang
diberikan dengan metode jigsaw.
3.4.3. Lembar Observasi
Penggunaan pedoman observasi dalam penelitian ini adalah
untuk mendapatkan keterangan atau informasi pelengkap yang
31
dibutuhkan. Adapun keterangan dan informasi yang ingin
didapatkan melalui instrumen ini adalah letak geografis SMP
Negeri 2 Gangga dan informasi lengkap/keterangan lainnya.
3.5. Variabel penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai “Suatu konsep yang memiliki nilai
ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan
menghasilkan skor yang bervariasi” (Yatim Riyanto, 2001 : 11). Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini perlu diadakan
identifikasi.
Ada dua jenis variabel dalam penelitian ini yakni variabel bebas
dan variabel terikat. Berkenaan dengan hal ini, Suharsimi Arikunto (2002 :
104) mengatakan bahwa “Variabel yang mempengaruhi disebut variabel
penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan
variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel
terikat atau dependent variabel (Y)”.
a. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Ubahan bebas atau variabel bebas adalah ciri-ciri tertentu yang
merupakan penyebab pada umumnya dalam urutan tata waktu terjadi
lebih dahulu. Berdasarkan pengertian ini, maka yang menjadi variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh metode Jigsaw dimana di
simbolkan dengan (X)
b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Ubahan terikat atau variabel terikat adalah ciri-ciri tertentu yang
merupakan akibat dan pada umumnya dalam urutan tata waktu terjadi
32
kemudian. Kalau dilihat pada urutan tata waktu terjadinya, maka
dalam hal ini yang menjadi ubahan terikat atau variabel terikatnya
adalah prestasi belajar Peserta didik dimana disimbolkan dengan (Y).
3.6. Teknik Analisis Data
Dalam buku metodologi penelitian pendidikan dijelaskan bahwa
dalam setiap penelitian, disamping perlu menggunakan metode penelitian
yang tepat, juga memilih tekhnik dan alat pengumpul data yang relevan.
Penggunaan tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat, memungkinkan
diperolehnya data yang objektif dan akurat (Margono, 2000:158).
Dalam penelitan kuantitatif, analisa data dilakukan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, kegiatan dalam analisi
data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data, melakukan
perhitungan untuk merumuskan masalah, melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.
Ditinjau dari jenisnya, menurut suharsimi, data dapat dikategorikan
kedalam:
a. Data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau
kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh
kesimpulan.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka-angka hasil
perhitungan ataupun data yang diperoleh dengan mengubah data
kualitatif yang dikuantitatifkan. Dengan mengetahui jenis data, maka
33
dapat ditentukan tekhnik analisanya, apakah menggunakan analisa
statisti atau non statistik (suharsimi, 1998:245)
Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh berupa angka-angka
hasil angket dan hasil tes. Karena berupa angka-angka maka analisa yang
digunakan adalah analisa statistik.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
metode jigsaw trhadap prestasi belajar peserta didik, maka dapat dilakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus statistik yaitu rumus
korelasi product moment. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi (1980:285)
yang menyatakan: “tekhnik statistik yang kerap kali digunakan untuk
mencari hubungan antara dua variabel adalah tekhnik korelasi”
Berdasarkan pendapat tersebut diatas rumus product moment yang
dugunakan adalah sebagai berikut:
dengan
Keterangan:
rxy = koofesien korelasi product moment anatara variabel X dan Y
x = simpangan setiap X dari rerata X-
y = simpangan setiap Y dari rerata Y-
X = Skor nilai variabel X
34
Y = Skor nilai variabel y
(Suharsimi Arikunto, 2005:327)
Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap
berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
“Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari
suatu penelitian” (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2001 : 16).
Atas dasar pendapat di atas, hipotesis yang diajukan masih perlu diuji
kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor. Sesuai
dengan teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).
(Ha) Ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pembelajaran
Metode Jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada
materi pokok pasar di SMP Negeri 2 Gangga tahun Pelajaran
2011/2012
(Ho) Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh
pembelajaran Metode Jigsaw terhadap prestasi belajar peserta
didik pada materi pokok pasar di SMP Negeri 2 Gangga tahun
Pelajaran 2011/2012
Untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik uji-t (t-tes).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan
signifikan tentang pemberian pembelajaran Metode Jigsaw dengan yang
35
tidak menggunakan pembelajaran Metode Jigsaw pada peserta didik di
SMP Negeri 2 Gangga
t =
Dengan keterangan:
t = t hitung
= Rata-Rata Kelompok Eksperimen
= Rata-Rata Kelompok Eksperimen
n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok kontrol
S = Varian Gabungan
(Sugiyono, 2003 : 145).
a. Tolak Ho, apabila t hitung > t tabel pada taraf uji 95 % dan
derajat kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung < t
tabel maka Ho diterima pada taraf uji yang sama.
b. Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan
dan menerima Ho artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
36
BAB IVPEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Data
Dalam upaya menjelaskan pengaruh yang ada diantara dua variable,
maka dibutuhkan data, yakni data tentang penerapan pembelajaran metode
jigsaw, dan data tentang peningkatan prestasi belajar peserta didik pada
bidang studi IPS terpadu di SMP negeri 2 gangga tahun pelajaran
2011/2012. Kegiatan yang peneliti lakukan adalah 1) pengumpulan data,
2) analisis data.
4.1.1. Data Hasil Angket
Setelah angket dan tes terkumpul dan terisi secara lengkap,
maka selanjutnya dilakukan penskoran terhadap jawaban responden.
Adapun skor untuk angket untuk mengetahui pengaruh metode jigsaw
seperti pada tabel berikut:
Tabel data tentang pengaruh metode jigsaw di SMP Negeri 2 Gangga
Tahun pelajaran 2011/2012
No Nama peserta didik Nilai penerapan metode jigsaw1 2 3
1 Azhar halil 892 Diah rara fastika 873 Dina sukmawati 874 Fahturrahman 885 Fauzan azima 876 Fida sisnurmaini 817 Johan effendi 828 Laili nisfaun 889 Masturi assandi 78
37
10 Mahendi susanto 8611 Maya suryani 7912 Muh. Iwan 7913 Muharis 7814 Napiyani 8715 Nunun sifiana 8916 Nurul aisah 8817 Ruhud alrosyid 8818 Rena apriana 8719 Reza effendi wandi 7820 Rozi saputra` 7821 Sopiandi 8822 Tiana susianti 7823 Tini aspianti 7824 Umul udayani 8825 Umairah 8726 Verina husna 7827 Wahidah 7828 Wahyu kelana 7929 Zidan hardianto 8930 Zulkifli 79
Jumlah 2503
Tabel data diatas merupakan hasil perolehan skor untuk
pengisian angket pembelajaran metode jigsaw pada mata pelajaran
IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga dengan memperoleh
peningkatan nilai yang relatif yaitu dengan jumlah keseluruhan 2503.
4.1.2. Data Prestasi Belajar
Selanjutnya data tentang prestasi belajar peserta didik di SMP
Negeri 2 Gangga dapat ditemuan dari hasil tes evaluasi yang
dilakukan sesudah penerapan metode jigsaw adalah sebagaiberikut:
38
Tabel 02
Data tentang prestasi belajar peserta didik sesudah penerapan metode jigsaw di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012
No Nama peserta didik Nilai penerapan metode jigsaw1 2 3
1 Azhar halil 882 Diah rara fastika 873 Dina sukmawati 874 Fahturrahman 885 Fauzan azima 876 Fida sisnurmaini 807 Johan effendi 828 Laili nisfaun 879 Masturi assandi 7910 Mahendi susanto 8511 Maya suryani 7912 Muh. Iwan 8013 Muharis 7914 Napiyani 8815 Nunun sifiana 8716 Nurul aisah 8817 Ruhud alrosyid 8718 Rena apriana 8619 Reza effendi wandi 7820 Rozi saputra` 7821 Sopiandi 8822 Tiana susianti 7923 Tini aspianti 7924 Umul udayani 8825 Umairah 8726 Verina husna 7827 Wahidah 7828 Wahyu kelana 7929 Zidan hardianto 8830 Zulkifli 79
Jumlah 2505
Tabel data merupakan hasil perolehan penilaian tentang
prestasi belajar peserta didik sesudah diberikan tes evaluasi dengan
39
menggunakan pembelajaran metode jigsaw pada mata pelajaran IPS
Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga dengan memperoleh
peningkatan nilai yang relatif yaitu dengan jumlah keseluruhan 2505.
4.2. Analisis Data
Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah analisis
data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
statistik. Data yang dianalisa dengan tekhnik statistic ialah data kuantitatif
yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka atau nilai.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa data ini
adalah sebagai berikut: 1) merumuskan hipotesisi nol, 2) menyusun tabel
kerja, 3) memasukkan data kedalam rumus, 4) menguji nilai r.
1) Merumuskan Hipotesis Nol (Ho)
Untuk menyelesaikan proses analisa statistic ini, terlebih
dahulu mengubah hipotesis alternatif yang diajukan pada bab I,
menjadi hipotesis nol (Ho), yaitu: tidak ada pengaruh metode
jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik di SMP Negeri 2
Gangga tahun pelajaran 2011/2012
2) Menyusun Tabel Kerja
Sesuai dengan rumus yang digunakan untuk menganalisis
data ini yaitu rumus product moment, maka selanjutnya dibuatkan
tabel kerja untuk mengetahui besarnya komponen yang di perlukan.
Dalam hal ini metode jigsaw dengan kode X dan prestasi belajar
40
peserta didik kode Y. adapun tabel kerja dimaksud adalah sebagai
berikut:
Tabel 03
Tabel kerja pengetesan hipotesis tentang pengaruh metode jigsaw tehadap prestasi belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran
2011/2012.N X Y x y x2 y2 xy1 2 3 4 5 6 7 8
1 88 89 4.57 5.5 20,8849 30,25 25,1352 87 87 3.57 3.5 12,7449 12,25 12,4953 87 87 3.57 3.5 12,7449 12,25 12,4954 88 88 4.57 4.5 20,8849 20,25 20,5655 87 87 3.57 3.5 12,7449 12,25 12,4956 80 81 -3.43 -2.5 11,7649 6,25 8,5757 82 82 -1.43 -1.5 2,0449 2,25 2,1458 87 88 3.57 4.5 12,7449 20,25 16,0659 79 78 -4.43 -5.5 19,6249 30,25 24,36510 85 86 1.57 2.5 2,4649 6,25 3,92511 79 79 -4.43 -4.5 19,6249 20,25 19,93512 80 79 -3.43 -4.5 11,7649 20,25 15,43513 79 78 -4.43 -5.5 19,6249 30,25 24,36514 88 87 4.57 3.5 20,8849 12,25 15,99515 87 89 3.57 5.5 12,7449 30,25 19,63516 88 88 4.57 4.5 20,8849 20,25 20,56517 87 88 3.57 4.5 12,7449 20,25 16,06518 86 87 2.57 3.5 6,6049 12,25 8,99519 78 78 -5.43 -5.5 29,4849 30,25 29,86520 78 78 -5.43 -5.5 29,4849 30,25 29,86521 88 88 4.57 4.5 20,8849 20,25 20,56522 79 78 -4.43 -5.5 19,6249 30,25 24,36523 79 78 -4.43 -5.5 19,6249 30,25 24,36524 88 88 4.57 4.5 20,8849 20,25 20,56525 87 87 3.57 3.5 12,7449 12,25 12,49526 78 78 -5.43 -5.5 29,4849 30,25 29,86527 78 78 -5.43 -5.5 29,4849 30,25 29,86528 79 79 -4.43 -5.5 19,6249 30,25 24,36529 88 89 4.57 5.5 20,8849 30,25 25,13530 79 79 -4.43 -4.5 19,6249 20,25 19,935
∑ 2503 2505 0.1 0 525,367 633,5 570,5
41
Keterangan: rxy = koofesien korelasi product moment antara variable X dan Y∑ xy = jmlah nilai rata-rata variable x dikalikan variable ySDx = standar deviasi nilai variable XSDy = standar deviasi nilai variable yN = Jumlah subyek penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2005:327)Diketahui :N = 30 ∑x2 = 525,37
∑X = 2503 ∑y2 = 633,5
∑Y = 2505
∑xy = 570,5
Jadi: Mx = = = 83,43
My = = = 83,50
Selanjutnya mencari standar deviasi (SD) x dan y, dengan rumus
sbb:
SD x = = = = 4,19
SD y = = = = 4,59
3) Memasukkan data ke dalam rumus product moment
42
r.xy =
=
=
= 0,989
4) Menguji nilai r
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah nilai
r.xy yang diperoleh dalam penelitian ini berada pada batas
penerimaan hipotesis nol atau tidak, sehingga dapat diketahui
apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh-pengaruh metode
jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didikdi SMP Negeri 2
Gangga maka diketahui dengan cara membandingkan hasil
perhitungan yang diperoleh (r hitung) dengan nilai r tabel.
Dalam teorinya dijelaskan bahwa “Jika nilai r hitung lebih
besar dari nilai r tabel, maka kedua variable tersebut mempunyai
hubungan/pengaruh yang signifikan, dan sebaliknya jika nilai r
hitung lebih kecil dari tabel, maka hubungan/pengaruh antara
kedua variable tersebut tidak dignifikan”. (Sugiyono, 2002:121).
Untuk itu, hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan berbunyi:
“ada pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta
43
didik pada mata pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga
tahun pelajaran 2011/2012” terlebih dahulu harus diubah menjadi
hipotesis Nihil (Ho), sehingga berbunyi “tidak ada pengaruh
metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga tahun pelajaran
2011/2012”.
Untuk menguji taraf signifikansi hasil penelitian ini perlu
dikonsultasikan kedalam tabel nilai r product momet, sehingga
apakah hasil penelitian ini signifikan atau tidak.
Gambaran tentang hasil analisa data dan nilai kritik pada
tabel product moment terlihat seperti dibawah ini:
Tabel 04
Hasil perhitungan analisis Data
NoNilai “r” tabel pada taraf signifkansi 5%
Nilai “r” hasil analisis
HipotesisHa Ho
1 0,361 0,989 Diterima DitolakBerdasarkan taraf signifikansi 5% dengan N = 30 maka
angka batas penerimaan hipotesis nol (Ho) yang terdapat pada tabel
r product moment menunjuk pada angka 0,361, sedangkan r xy
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,989. Angka ini berada
diatas batas penerimaan hipotesis Nol, atau r xy > r T atau 0,989 >
0,361.
Ini berarti bahwa nilai r xy atau hasil penelitian ini
signifikan, dengan demikian hipotesis Nol yang berbunyi: “tidak
ada pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga tahun
pelajaran 2011/2012”, ditolak.
44
Dengan ditolaknya hipotesis Nol, maka hipotesis alternatif
(Ha) yang berbunyi “ada pengaruh metode jigsaw terhadap
prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS terpadu di
SMP negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012” diterima.
Dengan demikian maka secara meyakinkan ada pengaruh
metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga tahun pelajaran
2011/2012.
4.3. Pembahasan
Dengan diterimanya hipotesis yang diajuka dalam bab I berarti
dugaan yang disusun berdasarkan kerangka teori maupun asumsi ternyata
dapat dibuktikan secara empiris di lokasi penelitian. Dengan demikian
hasil analisis ini dapat memperkuat teori tentang pentingnya penerapan
metode jigsaw untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Hasil analisa data seperti dikemukakan diatas menunjukkan bahwa
penerapan metode jigsaw lebih efektif dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik bila dibandingkan dengan metode konvensional.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan mendasar antara format
program pembelajaran dengan metode jigsaw dengan metode
konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama ini.
Adapun yang membedakannya, terletak pada penekanannya, dimana pada
model konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai,sementara dengan metode jigsaw lebih menekankan pada scenario
dan tekhnik pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap demi tahap yang
45
dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Tahapan tersebut adalah: 1) Nyatakan
kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kenyataan
peserta didik yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi
pokok, dan indicator pencapaian hasil belajar; 2) rumuskan dengan jelas
tujuan umum pembelajarannya; 3) jika ada, uraikan secara terperinci
media dan sumber pembelajaran yang kan digunakan untuk mendukung
kegiatan pembelajaran yang diharapkan; 4) rumuskan scenario tahap demi
tahap proses kegiatan peserta didik dalam melakukan proses
pembelajarannya; 5) rumuskan dan lakukan system penilaian dengan
memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh peserta
didik baik pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah peserta didik
tersebut selesai belajar.
Peneliti menegaskan kembali bahwa berdasarkan rangkaian
penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa metode jigsaw dalam
penelitian ini terbukti berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran mata pelajaran IPS terpadu, hal tersebut paling tidak
ditunjukkan olh rata-rata nilai penerapan metode jigsaw dan hasil tes yang
merupakan prestasi belajar peserta didik sesudah menggunakan metode ini
dalam proses pembelajaran.
46
BAB VPENUTUP DAN SARAN
5.1. Simpulan
Pembelajaaran koopertif Metode jigsaw adalah salah satu model
pembelajaran yang dalam pelaksanaannya suatu kelas terbagi dalam
kelompok-kelompok yang heterogen yang terdiri dari 5 atau 6 orang
peserta didik. Materi pembelajaran disiapkan dan dibagikan kepada peserta
didik dalam bentuk teks.
Dengan berstandar pada hasil analisis data lapangan, yaitu dengan
diperolehnya nilai r hitung yang lebih besar dari nilai r tabel (0,989 >
0,361) maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode jigsaw
mempunyai pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan prestasi belajar
47
peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga
tahun pelajaran 2011/2012.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Kepada Pendidik
a. Diharapkan dapat memiliki kepedulian tentang
pembelajaran Metode jigsaw dalam pokok bahasan yang
diajarkan. Kesadaran dan kepedulian ini sangat menentukan
aktivitas selalu dalam proses belajar mengajar, apalagi Pendidik
yang selalu sadar dan ingin belajar untuk menambah ilmu
pengetahuan untuk kepentingan profesinya.
b. Kepada Pendidik kelas, hendaknya selalu mengadakan
Jigsaw dalam membantu Peserta didik untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi terhadap penguasaan materi-materi
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu .
2. Kepada Peserta didik
Disarankan agar lebih banyak belajar dengan mengulangi
pelajaran yang telah diberikan, khususnya pada mata pelajaran IPS
Terpadu .
3. Kepada Kepala Sekolah
Pihak sekolah meliputi kepala sekolah agar memberikan
perhatian dan motivasi terhadap pendidik, khususnya agar selalu
memberikan pengajaran dengan metode Jigsaw di kelas.
48
4. Kepada Orang Tua Peserta didik
Diharapkan kepada semua orang tua peserta didik agar benar-
benar memperhatikan keberadaan anaknya dirumah, ikut membantu
dan mendorong untuk belajar sehingga para peserta didik dapat
mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
5. Kepada Peneliti Lain
Kepada peneliti lain diharapkan dapat mengadakan penelitian
yang lebih mendalam dan lebih khususnya mengenai hal-hal yang
dibahas dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek
(Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta
Aqib, Zainal, 2002.Profesionalisme Pendidik Dalam Pembelajaran. Surabaya :
Insan Cendekia
Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Fasilitator, 2003, Metode Pembelajaran Metode Jigsaw. Jakarta:
Depdiknas
Iskandarwassid, 2008, Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Remaja
Rosdakarya
49
Masrial, 1993, Teras Kuliah Belajar Mengajar Aktif. Padang : Angkasa
Raya
Mulyasa, E, 2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Nasution, 2003, Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara
Nurkancana, 1986, Evaluasi Pendidik an. Surabaya : Usaha Nasional
Ridwan, 1994, Metodologi Penelitian (Makalah). Selong : STKIP
Hamzanwadi
Riyanto, Yatim, 2001, Metodologi Penelitian Pendidik an. Surabaya :
SIC
Soetomo, 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya :
Usaha Nasional.
Sudjana, Nana, 2000, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Sinar Baru
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional
Suryabrata, Sumadi. 1985. Psikologi Pendidik an. Jakarta : CV. Rajawali
Pers.
Syah, Muhibbin, 1997, Psikologi Pendidik an Suatu Pendekatan Baru.
Bandung : Remaja Rosdakarya
50