96
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GELOMBANG BUNYI DAN CAHAYA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh ARIEF PRATAMA 1113016300013 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE

TREATMENT INTERACTION TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA PADA KONSEP GELOMBANG BUNYI DAN CAHAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ARIEF PRATAMA

1113016300013

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang Bunyi dan Cahaya disusun

oleh Arief Pratama, NIM. 1113016300013, Program Studi Tadris Fisika, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah

melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan

pada ujian/sidang munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 7 Januari 2020

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

iv

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

v

ABSTRAK

ARIEF PRATAMA, NIM. 1113016300013. Pengaruh Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep

Gelombang Bunyi dan Cahaya. Skripsi, Program Studi Tadris Fisika,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa

menggunakan model pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI) pada

konsep gelombang bunyi dan cahaya. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah

quasi eksperimen dengan rancangan penelitian nonequivalent control group

design. Populasinya adalah siswa kelas XI IPA di MAN 2 Kota Bekasi tahun

ajaran 2018/ 2019. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Masing-masing sampel berjumlah 40 siswa, di mana terdapat kelas eksperimen

(XI IPA 3) yang diberi perlakuan model pembelajaran ATI. Sedangkan, sampel

yang kedua yaitu kelas kontrol (XI IPA 1) menggunakan model pembelajaran

konvensional. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Instrumen

tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 butir dan instrumen non tes

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Uji-t digunakan sebagai teknik

dalam menganalisis hasil penelitian. Hasil penelitian memperoleh nilai thitung

sebesar 2,788 dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,007 (lebih kecil dari 0,05),

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh model pembelajaran ATI terhadap hasil belajar pada konsep gelombang

bunyi dan cahaya. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran ATI lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol pada ranah kognitif

baik kategori kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan

(C3) maupun menganalisis (C4). Hasil observasi kegiatan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung juga tergolong baik.

Kata Kunci: Aptitude Treatment Interaction, Hasil Belajar, Gelombang Bunyi

dan Cahaya.

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

vi

ABSTRACT

ARIEF PRATAMA, NIM. 1113016300013. The Effect of Aptitude Treatment

Interaction Learning Model on Learning Outcomes of Student on the Concept

of Soundwaves and Light. Skripsi, Physics Education Study Program,

Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher

Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.

This study aims to determine the effect of student learning outcomes

using the learning model aptitude treatment interaction (ATI) on the concept of

sound waves and light. The method used by researchers is a quasi-experimental

research design with nonequivalent control group design. The population is

students of class XI Science in MAN 2 Kota Bekasi in 2018/2019 school year.

Sampling uses a purposive sampling technique. Each sample consists of 40

students, of which there are experimental class (XI IPA 3) using the ATI learning

model. Meanwhile, the second sample is the control class (XI IPA 1) using a

conventional learning model. The collecting data using test and non-test

techniques. Test instruments in the form of multiple choice questions as many as

25 items and non-test instruments using student activity observation sheets. T test

is used as a technique in analyzing research results. The results of the study

obtained a tcount of 2.788 with a sig value. (2-tailed) of 0.007 (less than 0.05), so

H0 is rejected and H1 is accepted. This shows that there is an influence of the ATI

learning model on learning outcomes on the concept of sound waves and light.

The average learning outcomes of students who use the ATI learning model is

higher than the control class in the cognitive realm of both the ability to

remember (C1), understand (C2), apply (C3) and analyze (C4). The results of

observations of student activities during the learning process took place also

classified as good. Keywords: Aptitude Treatment Interaction, the result of learning, Soundwave

and Light.

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan kita nikmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurah

kepada Habibana Wanabiyana Muhammad SAW, serta keluarga, para sahabat

dan para pengikutnya. Alhamdulillahirrabil’alamin, atas keridhoan-Nya skripsi

ini dapat diselesaikan oleh penulis yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction terhadap Hasil Belajar Siswa

pada Konsep Gelombang Bunyi dan Cahaya”.

Penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada segala pihak yang telah

berperan dan mendukung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, khususnya

kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi

Tadris Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang

selalu memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa.

3. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., sebagai Sekretaris Program Studi Tadris

Fisika, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan serta arahan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

4. Seluruh dosen, staff dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan pelayanan, dan pengetahuan kepada penulis

selama proses perkuliahan.

5. Bapak Endang Saefudin, sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota

Bekasi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

observasi.

6. Bapak Drs. Hamidi, sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota

Bekasi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

observasi, validasi instrumen dan penelitian.

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

viii

7. Ibu Venny Riska I., S.Pd sebagai guru fisika di MAN 2 Kota Bekasi yang

telah membimbing penulis selama proses penelitian berlangsung.

8. Keluarga tercinta, Bapak saya Habib Gozalie dan Ibu saya Asih Puji

Harsiwi, dan adik-adik saya M.Akmal Karim Dan Ahmad Hasbi, serta

keluarga besar, terimakasih atas segala motivasi, dukungan dan do’anya

yang telah diberikan kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapatkan penulis sebutkan satu persatu, yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi, saya ucapkan terimakasih,

semoga Allah membalas kebaikannya, Aamiiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

sebab itu, penulis menerima setiap kritik maupun saran yang bersifat konstruktif

untuk kebaikan penelitian selanjutnya. Penulis juga berharap semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat khususnya bagi para penulis dan umumnya bagi para

pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 10 Januari 2020

Penulis

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

F. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ........................................................................................................ 9

A. Deskripsi Teoritik ........................................................................................ 9

1. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)................ 9

2. Model Pembelajaran Konvensional ................................................... 14

3. Hasil Belajar ....................................................................................... 14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .............................. 19

5. Kajian Subjek Materi Gelombang Bunyi dan Cahaya ....................... 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 49

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

x

C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 51

D. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 54

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 54

B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................... 54

C. Variabel Penelitian .................................................................................... 55

D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 55

1. Tahap Persiapan ................................................................................. 55

2. Tahap Pelaksanaan ............................................................................. 56

3. Tahap Akhir........................................................................................ 56

E. Populasi dan Sampel ................................................................................. 57

F. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................................... 57

G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 59

H. Instrumen Penelitian .................................................................................. 60

I. Kalibrasi Instrumen Penelitian .................................................................. 62

1. Uji Validitas ....................................................................................... 62

2. Uji Reliabilitas.................................................................................... 64

3. Uji Taraf Kesukaran ........................................................................... 65

4. Uji Daya Pembeda .............................................................................. 66

J. Teknik Analisis Data ................................................................................. 68

1. Uji Prasyarat Analisis Data Tes ......................................................... 68

2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 69

3. Uji N-gain ........................................................................................... 71

4. Analisis Data Non Tes........................................................................ 71

K. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 74

A. Deskripsi Data Penelitian .......................................................................... 74

1. Data Hasil Pretest............................................................................... 74

2. Data Hasil Posttest ............................................................................. 75

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

xi

3. Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest ..................................... 75

4. Data Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 76

5. Data Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ................................. 77

6. Data Hasil Obervasi Aktivitas Siswa ................................................. 78

7. Data Hasil Uji N-Gain ........................................................................ 80

B. Hasil Uji Prasyarat .................................................................................... 82

1. Uji Normalitas .................................................................................... 82

2. Uji Homogenitas ................................................................................ 83

C. Pembahasan Penelitian .............................................................................. 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 93

A. Kesimpulan ................................................................................................ 93

B. Saran .......................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95

LAMPIRAN ....................................................................................................... 100

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Hasil Belajar Domain Psikomotorik ............................ 18

Tabel 2.2 Kompetensi Dasar ....................................................................... 21

Tabel 2.3 Intensitas Berbagai Macam Bunyi .............................................. 33

Tabel 2.4 Indeks Bias dari Bermacam Sinar ............................................... 36

Tabel 2.5 Perbedaan antara Interferensi dan Difraksi ................................. 43

Tabel 2.6 Perbedaan LCD dan LED ........................................................... 48

Tabel 3.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai Ulangan Harian

Siswa …………………………………………………………... 58

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 59

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes ............................................................... 60

Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Validitas Instrumen Tes.............................. 63

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ............................................... 63

Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes .......................... 64

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ........................................... 65

Tabel 3.8 Interpretasi Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen Tes ............... 65

Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes .................................. 66

Tabel 3.10 Interpretasi Kriteria Daya Pembeda Instrumen Tes .................... 67

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ..................................... 67

Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol.……………………………….. 74

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................................... 75

Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest dan

Posttest ........................................................................................ 76

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Hipotesis ............................................................. 77

Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tiap

Pertemuan (Ranah Afektif) ......................................................... 79

Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tiap

Pertemuan (Ranah Psikomotorik) ............................................... 79

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji N-Gain Tiap Siswa ................................. 80

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ....................................................................... 82

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................................... 83

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Konsep Gelombang Bunyi .................................................. 22

Gambar 2.2 Peta Konsep Cahaya .................................................................... 23

Gambar 2.3 Perbedaan Tekanan Fluida .......................................................... 25

Gambar 2.4 Gelombang Tegak pada Dawai dengan Kedua Ujung Tidak

Bebas ........................................................................................... 29

Gambar 2.5 Gelombang Tegak pada Dawai dengan Satu Ujung Bebas ......... 30

Gambar 2.6 Gelombang Tegak pada Pipa Organa Terbuka ........................... 31

Gambar 2.7 Gelombang Tegak pada Pipa Organa Tertutup ........................... 32

Gambar 2.8 Sinar Datang yang Masuk dan Sinar Pantul yang Keluar pada

Prisma .......................................................................................... 35

Gambar 2.9 Dispersi pada Prisma ................................................................... 36

Gambar 2.10 Spektrum Cahaya ........................................................................ 37

Gambar 2.11 Difraksi Celah Tunggal ............................................................... 39

Gambar 2.12 a) Gelombang Dibagi 4 Kelompok dan b) Difraksi Pita Gelap .. 41

Gambar 2.13 Gelombang Cahaya pada Kisi ..................................................... 42

Gambar 2.14 Interferensi Cahaya (Percobaan Young) ..................................... 43

Gambar 2.15 Cahaya Datang pada Keping Polaroid ........................................ 45

Gambar 2.16 Polarisator dan Analisator ........................................................... 46

Gambar 2.17 Seberkas Cahaya Tidak Terpolarisasi Datang pada Permukaan

Kaca pada Sudut Brewster .......................................................... 47

Gambar 2.18 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 52

Gambar 3.1 Desain Penelitian ………………………………………............ 55

Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa Skor Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Ranah Kognitif ……...…. 78

Gambar 4.2 Diagram Hasil Uji N-Gain (Ranah Kognitif) ............................. 81

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran A.1 RPP Kelas Eksperimen ............................................................ 102

Lampiran A.2 RPP Kelas Kontrol ................................................................... 124

Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ................................................ 167

LAMPIRAN B

Lampiran B.1 Kisi-kisi Angket Studi Pendahuluan ....................................... 183

Lampiran B.2 Angket Studi Pendahuluan ...................................................... 184

Lampiran B.3 Hasil Studi Pendahuluan ......................................................... 190

Lampiran B.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Penelitian .......................................... 200

Lampiran B.5 Instrumen Tes Penelitian ........................................................ 203

Lampiran B.6 Hasil Uji Instrumen Tes .......................................................... 239

Lampiran B.7 Uji Validitas Instrumen Tes .................................................... 241

Lampiran B.8 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ................................................ 242

Lampiran B.9 Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ........................................ 243

Lampiran B.10 Uji Daya Pembeda Instumen Tes ............................................ 243

Lampiran B.11 Rekapitulasi Hasil Kalibrasi Instrumen Tes ........................... 245

Lampiran B.12 Lembar Soal Pretest dan Posttest Penelitian ........................... 249

Lampiran B.13 Rekapitulasi Hasil Belajar Tiap Pertemuan ............................ 253

Lampiran B.14 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Tiap Pertemuan ............. 254

LAMPIRAN C

Lampiran C.1 Data Hasil Nilai Ulangan Harian Siswa.................................. 257

Lampiran C.2 Uji Normalitas Data Nilai Ulangan Harian Siswa .................. 262

Lampiran C.3 Uji Homogenitas Data Nilai Ulangan Harian Siswa ............... 265

Lampiran C.4 Dasar Pengambilan Sampel Berdasarkan Data Nilai Ulangan

Harian Siswa ........................................................................... 267

Lampiran C.5 Kategorisasi Kemampuan Siswa Berdasarkan Data Nilai

Ulangan Harian Siswa ............................................................ 269

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

xv

Lampiran C.6 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....... 272

Lampiran C.7 Rekapitulasi Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol .................................................................................... 280

Lampiran C.8 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..... 281

Lampiran C.9 Rekapitulasi Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol .................................................................................... 289

Lampiran C.10 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen...................... 290

Lampiran C.11 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ............................ 292

Lampiran C.12 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen .................... 294

Lampiran C.13 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol ........................... 296

Lampiran C.14 Uji Homogenitas Data Pretest ................................................ 298

Lampiran C.15 Uji Homogenitas Data Posttest ............................................... 299

Lampiran C.16 Uji Hipotesis Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

................................................................................................ 300

Lampiran C.17 Uji Hipotesis Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

................................................................................................ 302

Lampiran C.18 Uji N-Gain Kelas Eksperimen (Tiap Siswa) ........................... 304

Lampiran C.19 Uji N-Gain Kelas Kontrol (Tiap Siswa) ................................. 306

Lampiran C.20 Uji N-Gain Kelas Eksperimen (Ranah Kognitif) .................... 308

Lampiran C.21 Uji N-Gain Kelas Kontrol (Ranah Kognitif) .......................... 309

Lampiran C.22 Rekapitulasi Uji N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

................................................................................................ 310

Lampiran C.23 Hasil Pretest-Posttest Berdasarkan Kemampuan Siswa (Rendah,

Sedang dan Tinggi) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 311

LAMPIRAN D

Lampiran D.1 Surat Izin Observasi ................................................................ 316

Lampiran D.2 Surat Keterangan Observasi ................................................... 318

Lampiran D.3 Surat Izin Validasi Instrumen Tes .......................................... 319

Lampiran D.4 Surat Keterangan Validasi Intrumen Tes ................................ 320

Lampiran D.5 Surat Izin Penelitian ................................................................ 321

Lampiran D.6 Surat Keterangan Penelitian ................................................... 323

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

xvi

Lampiran D.7 Dokumentasi ........................................................................... 324

LAMPIRAN E

Lampiran E.1 Uji Referensi ........................................................................... 327

Lampiran E.2 Biodata Penulis ....................................................................... 347

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia teknologi yang dinikmati oleh manusia cukup pesat.

Perkembangan tersebut akibat dari perkembangan fisika.1 Untuk itu, agar dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut perlu adanya peningkatan

kemampuan siswa di bidang sains, terutama dalam bidang studi fisika.2

Fisika merupakan cabang ilmu yang paling mendasar dari bidang sains

yang lainnya, sebab fisika mengkaji komponen materi dan interaksi antara zat dan

energinya serta efek dan fenomenanya.3 Para fisikawan meneliti gejala alam

dimulai dari partikel yang sub-mikroskopik bahkan sampai perilaku materi alam

itu sendiri juga dikaji.4 Jadi, Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu

pengetahuan alam yang tidak bisa lepas dalam kehidupan manusia, mempunyai

peran penting di dalamnya dan berkaitan erat dengan fenomena alam yang berada

di lingkungan sekitar serta perkembangan akan temuan kemajuan teknologi-

teknologinya.

Pengajaran sains, khususnya fisika ialah satu dari sekian banyak mata

pelajaran yang perlu dipelajari oleh siswa di tingkat SMA (Sekolah Menengah

Atas), karena di dalamnya terdapat materi pokok yang wajib diajarkan menurut

kurikulum.5 Mata pelajaran tersebut wajib diajarkan kepada siswa, karena fisika

memberikan dampak yang positif bagi siswa. Dampak positifnya yaitu siswa

mampu mengembangkan sikap ilmiah, antara lain: sikap ingin tahu, mencari fakta

sebelum menerima pernyataan, sikap inisiatif dan terbuka dengan ide-ide ilmiah,

1 Supeno, dkk., Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika,

(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), cet. IV, h. 7.24. 2 Ibid., h. 7.1.

3 Zainuddin, “Analisis Karakteristik Umum Materi Ajar Fisika serta Strategi Belajar dan

Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan MIPA, vol. 1, No.1, Februari 2017, h. 67. 4 Rully Bramasti, Kamus Fisika, (Surakarta: Aksarra Sinergi Media, 2012), h. 71.

5 Artoto Arkundato, dkk., Materi Pokok Pembaharuan dalam Pembelajaran Fisika,

(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), cet. IV, h. 7.16.

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

2

kebiasan bersikap kritis, serta menimbulkan sikap peduli terhadap makhluk hidup

dan lingkungan sekitarnya.6 Untuk itu, perlu adanya suasana kegiatan belajar

mengajar yang baik di sekolah dalam mempelajari materi fisika agar para siswa

tertanam sikap-sikap positif tersebut.

Pembelajaran yang baik dapat terlaksana, apabila adanya keaktifan siswa

dalam memahami pelajaran fisika serta adanya strategi yang tepat yang telah

disiapkan oleh guru. Peran aktif siswa dalam mempelajari fisika sangat

diperlukan, sebab pada hakikatnya siswa tidak hanya dituntut dapat melakukan

kegiatan berpikir saja (seperti teori dan matematis) melainkan kegiatan fisik

(seperti melakukan pengamatan dan eksperimen).7 Strategi guru dalam

menyampaikan pelajaran juga menjadi faktor penentu. Dengan adanya strategi

yang tepat diharapkan siswa dapat mengerti materi yang disampaikan oleh

gurunya. Dengan begitu, hasil belajar siswa yang baik akan tercapai.

Beberapa siswa masih saja berpikir bahwa fisika termasuk salah satu

materi yang menakutkan dan cenderung membosankan.8 Momok yang

menakutkan dan membosankan ini menambah daftar kategori pelajaran yang sulit

dipahami oleh siswa. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti menunjukkan

bahwa 58% siswa di MAN 1 Kota Bekasi merasa sulit memahami fisika, berada

pada posisi ketiga teratas. Sedangkan siswa di MAN 2 Bekasi sebesar 63%, fisika

berada pada posisi kedua mata pelajaran yang sulit.9

Rendahnya daya serap siswa dalam pendidikan dilingkungan sekolah

masih menjadi masalah utama dalam pembelajaran.10

Permasalahan ini terjadi di

lingkungan sekolah MAN 2 Kota Bekasi, daya serap siswa belum bisa dikatakan

baik karena hasil yang diperoleh siswa belum mencapai standar KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan sekolah tersebut yakni sebesar 65.

Dilihat dari observasi yang dilakukan oleh peneliti, siswa di sekolah tersebut

6 Ibid., h.7.8.

7 Zainuddin, Loc.cit.

8 Artoto Arkundato, dkk., Op.cit., h. 7.1.

9 Peneliti, Observasi dilaksanakan di MAN 1 pada tanggal 28 April 2018, dan di MAN 2

Kota Bekasi pada tanggal 7 Mei 2018. 10

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009), h. 5.

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

3

mendapatkan nilai ulangan harian fisika lebih dari 65% siswa belum memenuhi

standar KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.11

Hasil belajar yang masih

tergolong rendah ini disebabkan adanya ketidakberhasilan dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Menurut Zulkipli (2014) faktor-faktor seperti: pemilihan model

pembelajaran, penguasaan materi oleh guru, sarana prasarana pendukung, serta

kesiapan kemampuan motivasi siswa dalam menerima pelajaran, sebagai penentu

keberhasilan proses belajar mengajar. Pada materi pelajaran fisika khususnya,

tidak semua faktor tersebut dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Akan tetapi, hasil belajar siswa yang rendah bisa disebabkan oleh faktor yang lain,

seperti kemampuan tiap siswa yang tidak diakomodir.12

Hal yang senada juga

diungkapkan oleh Carool yang dikutip oleh Sudjana, hasil belajar dipengaruhi

lima faktor, salah satu faktornya yakni kemampuan individu.13

Kemampuan individu seorang siswa menjadi faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan belajar. Kemampuan individu siswa tentunya

memiliki perbedaan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Douglass,

“Individual differences in emotional stability, social adaptation, personal

appearance, aptitude, and appreciation may have greater significance for the

reather than variability in academic ability”. Ungkapan tersebut menggambarkan,

di dalam kelas pasti adanya perbedaan individu yang meliputi stabilitas emosi,

adaptasi sosial, penampilan seseorang, bakat/ kemampuan, dan pengetahuan yang

berbeda-beda.14

Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016

dalam prinsip pembelajaran, guru dalam menyusun RPP perlu memperhatikan

juga aspek perbedaan individual yang dimiliki siswa.15

Namun, temuan di

lapangan memperlihatkan bahwa guru hanya cenderung menyamaratakan

kemampuan siswa, sehingga apa yang disampaikan oleh gurunya hanya sebagian

11

Peneliti, Observasi dilaksanakan di MAN 2 Kota Bekasi pada tanggal 7 Mei 2018. 12

Zulkipli Dongoran, “Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)

terhadap Aktivitas dan Generik Sains Fisika Siswa”, Jurnal Pendidikan fisika, vol. 3, No. 2,

Desember 2014, Dikfis pascasarjana UNIMED, h. 41. 13

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2014), h. 39-40. 14

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumiaksara, 2014), h. 184-

185. 15

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. (2016).

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

4

siswa saja yang masih mencermatinya. Hal ini disebabkan pada dasarnya, tidak

semua siswa yang berada di dalam kelas memiliki kemampuan kecepatan

memahami yang sama.

Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 40 ayat 2 menjelaskan

pentingnya dalam membangun suasana yang bermakna, dalam setiap proses

pembelajaran.16

Para guru dalam mengajar belum sepenuhnya memandang bahwa

siswa adalah pribadi yang unik, memiliki potensi, bakat, minat yang berbeda. Jika

pembelajaran seperti ini terus terjadi, pendidikan menjadi kurang bermakna.17

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya sebatas menganggap

kemampuan siswa itu relatif sama. Guru perlu merencanakan pengajaran yang

mampu mengembangkan kemampuan siswa masing-masing, karena tiap siswa

mempunyai perbedaan individual seperti yang telah diuraikan sebelumnya.18

Kemampuan siswa yang heterogen memerlukan adanya pemecahan

masalah dalam kegiatan pembelajaran, agar dapat mengakomodir keragaman

kemampuan tiap siswa. Adapun sebuah model yang memiliki sejumlah perlakuan-

perlakuan (treatment) yang digunakan untuk menangani masing-masing siswa,

berdasarkan karakteristik kemampuannya, model ini dikenal dengan nama ATI

(Aptitude Treatment Interaction).19

Dengan model pembelajaran tersebut

diharapkan mampu mengakomodir kemampuan siswa yang heterogen serta

mengoptimalkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran fisika. Beberapa

hasil penelitian terkait model pembelajaran ATI menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar fisika. Jika dilihat pada penelitian yang dilakukan

Zulkipli (2014), penggunaan model ATI menunjukkan adanya peningkatan hasil

kemampuan generik sains dan siswa menjadi lebih aktif dibandingkan

penggunaan model Direct Instruction.20

Hal yang senada juga ditunjukkan dari

16

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2003). 17

Khabibur Rohman, “Optimalisasi Pendidikan Humanistik di Sekolah Dasar”, Dinamika

Penelitian, vol. 16, No.1, Juli 2016, h. 83-84. 18

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), cet. V, h. 93. 19

Nurdin Syafrudin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu

Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. I, h. 39. 20

Zulkipli Dongoran. op.cit., h. 45.

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

5

hasil penelitian Maisya (2017), yang menunjukkan adanya peningkatan hasil

belajar fisika pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ATI

dibandingkan dengan kelas kontrol, yang tentunya di dalam kelas memiliki

kemampuan individu yang heterogen.21

Mata pelajaran fisika memang beberapa siswa masih kesulitan dalam

memahaminya sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Mayoritas siswa

yang mengalami kesulitan belajar fisika disebabkan mata pelajaran fisika

memiliki sifat matematis dan cakupan materi yang luas.22

Siswa yang mengaku

kesulitan belajar fisika di MAN 2, berkaitan dengan konsep yang bersifat

matematis sebesar 48%, sedangkan berkaitan dengan cakupan materi yang luas

sebesar 43%. Konsep yang memiliki karakteristik demikian, salah satunya yaitu

terdapat pada konsep gelombang bunyi dan cahaya.23

Berdasarkan uraian yang telah di sampaikan di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian bagaimanakah pengaruh penggunaan pengajaran ATI

(Aptitude Treatment Interaction) ini dapat mengatasi keanekaragaman

kemampuan siswa dalam pembelajaran fisika di MAN 2 Kota Bekasi, dengan

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang

Bunyi dan Cahaya”.

B. Identifikasi Masalah

Peneliti telah menguraikan latar belakang sebelumnya. Adapun masalah

yang identifikasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru belum disesuaikan

dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013.

2. Kemampuan siswa yang heterogen di dalam kelas, belum diakomodasi

seoptimal mungkin oleh guru.

21

Maisya Anjani, “Pengaruh Model Aptitude Treatment Interaction Berbantuan

Multimedia Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fluida Statis”, Skripsi pada Sarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 62, tidak dipublikasikan. 22

Supeno, op.cit., h. 8.36. 23

Peneliti, op.cit.

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

6

3. Mata pelajaran fisika secara umum dianggap siswa sebagai mata pelajaran

sulit.

C. Pembatasan Masalah

Luasnya cakupan masalah penelitian yang timbul berdasarkan

identifikasi masalah. Dengan demikian, peneliti memfokuskan pada penelitian ini,

yaitu:

1. Penilaian hasil belajar meliputi 3 ranah yaitu kognitif, psikomotorik dan

afektif. Hasil ranah kognitif dinilai setelah proses belajar mengajar,

sedangkan hasil ranah psikomotorik dan afektif dinilai selama proses belajar

mengajar berlangsung. Taksonomi Pendidikan Bloom revisi oleh Lorin W. A.

dan David R. K., digunakan sebagai acuan ranah kognitif. Dalam ranah

kognitif yang digunakan hanya kemampuan berpikir C1 (mengingat), C2

(memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis).

2. Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) mengacu pada

buku Syafrudin Nurdin.

3. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi gelombang bunyi

dan cahaya, yang sesuai dengan kurikulum 2013 revisi.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti bersumber pada latar

belakang yang telah dikemukakan, secara umum dapat dirumuskan yakni:

“Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

terhadap hasil belajar siswa pada konsep gelombang bunyi dan cahaya?”.

Rumusan masalah secara umum di atas, penelitian ini memiliki fokus

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pretest dan posttest yang diperoleh siswa, baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol?

2. Bagaimana peningkatan nilai N-Gain kemampuan kognitif siswa setelah

diberikan penggunaan model yang berbeda pada kelas eksperimen dan

kontrol?

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

7

3. Bagaimana hasil ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh

siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol?

E. Tujuan Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian memiliki tujuan secara umum

adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction terhadap hasil belajar siswa pada konsep gelombang bunyi dan

cahaya, sedangkan tujuan secara khusus, yaitu untuk mengetahui:

1. Hasil pretest dan posttest yang diperoleh siswa baik kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

2. Hasil peningkatan nilai N-gain kemampuan kognitif siswa setelah diberikan

penggunaan model yang berbeda pada kelas eksperimen dan kontrol.

3. Hasil ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh siswa, baik

kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini memiliki dua hal kegunaan,

sebagai berikut:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan belajarnya

ketika kemampuannya diakomodasi seoptimal mungkin sehingga hasil

belajarnya dapat meningkat.

2. Bagi guru, dapat memberikan gambaran mengenai model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction yang dapat diterapkan di dalam pengajaran,

terutama dalam mata pelajaran fisika.

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

8

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

9

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritik

1. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

a. Pengertian Model Pembelajaran ATI

Pengertian aptitude telah diungkapkan, Menurut R.E Snow yang dikutip

oleh Lawrence A. P. Dan Michael L. “an aptitude is an individual difference

construct, with its sociated measures, that bears a hypothesized or demonstrated

relation to individual differences in learning in some particular situation.”

Sebelumnya sudah dikemukakan mengenai pengertian aptitude.

Pengertian Treatment memiki arti tersendiri, yakni

“Treatment variables can also be defined broadly to cover any

manipulable situation variable. All experimental variables, whether

manipulated within-or between-subjects, are treatment variables.

Educational treatmens may vary in pace, methods, media, and/ or

styles of instruction”. 24

Hal ini berarti, aptitude merupakan sebuah perbedaan individu yang

dapat diukur, dimana bisa dihipotesiskan atau ditunjukkan hubungannya dengan

perbedaan kemampuan tiap individu dalam pembelajaran dalam beberapa situasi

tertentu. Sedangkan treatment merupakan perlakuan yang dapat didefinisikan

sebagai cara yang cocok dengan berbagai situasi. Semua variabel penelitian, baik

yang dimanipulasi di dalam atau di antara subjek, itulah variabel perlakuan.

Perlakuan dalam pendidikan bisa bervariasi seperti metode, media, ataupun gaya

penyampaian.

24

Lawrence A. Pervin, dan Michael Lewis, Perspectives in Interactional Psychology,

(New York: Plenum Press, 1978), p. 239-240.

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

10

Aptitude Treatment Interaction (ATI) juga memiliki arti secara substantif

teoritis yaitu sebuah model yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran

(perlakuan) yang efektif digunakan untuk memenuhi perbedaan kemampuan

masing-masing tiap individu.

Hal senada juga dikemukakan oleh Cronbach (1996) bahwa ATI

Approach

“..as the study of aptitude-treatment interaction approaach (ATI) is

the search for treatment that are tailored to individual differences

in aptitudes. That is, treatments that are optimally effective for

students of different aptitude levels”.

Dapat diartikan bahwa model ATI sebagai sebuah pendekatan yang mencari

perlakuan-perlakuan yang sesuai dengan perbedaan kemampuan tiap individu, di

mana perlakuan tersebut sangat efektif di peruntukkan bagi siswa yang memiliki

perbedaan tingkat kemampuannya. perlakuan-perlakuan (treatment) yang optimal

dan efektif, yang diterapkan untuk siswa yang heterogen tingkat kemampuannya

(aptitude).25

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas, dapat

diperoleh beberapa makna esensial dari model pembelajaran ATI, sebagai berikut:

a. ATI merupakan sebuah model yang memiliki strategi pembelajaran

(treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan

perbedaan kemampuan (aptitude)-nya.

b. Sebagai sebuah kerangka teoritik model pembelajaran ATI berasumsi bahwa

optimalisasi akademik/hasil belajar akan tercipta bilamana perlakuan-

perlakuan (treatment) dalam pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa

dengan perbedaan kemampuan siswa (aptitude).

c. Terdapat hubungan timbal balik antara hasil belajar yang dicapai siswa

dengan pengaturan kondisi pembelajaran dikelas atau dengan kata lain, hasil

belajar yang diperoleh siswa (achievement) tergantung kepada bagaimana

kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru dikelas (treatment).

25

Syafrudin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individual

Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 37- 38.

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

11

Dari rumusan pengertian dan makna essensial yang telah dikemukakan di

atas, terlihat bahwa secara hakiki model ATI bertujuan untuk menciptakan dan

pengembangan suatu model pembelajaran yang betul-betul peduli dan

memperhatikan hubungan antara kemampuan/bakat (aptitude) seseorang dengan

pengalaman belajar melalui perlakuan-perlakuan yang khas (treatment). Untuk

mencapai tujuan seperti digambarkan diatas. Model ATI berusaha mencari dan

menemukan sejumlah pendekatan, metode atau cara, strategi, kiat yang dapat

dijadikan sebagai perlakuan (treatment) yang tepat, yaitu treatment yang sesuai

dengan keberagaman kemampuan (aptitude) siswa. Kemudian melalui sesuatu

interaksi yang bersifat multiplikatif dikembangkan perlakuan-perlakuan

(treatment) tersebut dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan

optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar. Model ATI dapat dikatakan berhasil

dalam mencapai tujuan, apabila terdapat kesesuaian antara kemampuan (aptitude)

siswa yang berbeda dengan perlakuan-perlakuan (treatment) yang telah

diimplementasikan dalam pembelajaran. 26

b. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajaran ATI

Adapun langkah-langkah yang terdapat pada model pembelajaran

aptitude treatment interaction (ATI), antara lain:

1) Treatment awal

Perlakuan awal pada tahap ini, siswa diklasifikasikan ke dalam kelompok

berdasarkan tingkat kemampuannya (aptitude/ability) melalui pemberian

aptitude test.

2) Pengelompokan siswa

Siswa di kelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: kemampuan yang

tinggi, sedang dan rendah berdasarkan hasil aptitude test sebelumnya.

3) Memberikan perlakuan (Treatment)

Perlakukan pada masing-masing kemampuan siswa memiliki perbedaan.

Kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi diberikan perlakuan

26

Ibid., h. 39-40.

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

12

melalui pendekatan belajar mandiri (self learning). Perlakuan pembelajaran

regular (regular teaching) untuk siswa kelompok yang sedang. Sedangkan,

siswa yang memiliki kemampuan rendah diberi perlakuan khusus melalui

reguler teaching+tutorial.

4) Achievement-Test

Tahap terakhir yaitu memberikan achievement test kepada siswa untuk

mengukur seberapa besar siswa memahami/ menguasai materi yang telah

dipelajarinya.27

c. Bakat (Aptitude) dalam Model Pembelajaran ATI

Bakat (aptitude) adalah kemampuan khusus dalam bidang tertentu.

Menurut W. B Michael (1960) bakat sebagai “pattern of behavior involved in the

performance of a task respect to which the individual has had little or no previous

training”. Menurut Michael dalam buku Nana Syaodih mengemukakan bahwa

bakat merupakan potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman/ belajar, bakat

terkait dengan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan

tertentu.28

Dalam melihat potensi yang melekat pada diri seorang siswa,

diperlukan tes yang dapat mengukur kemampuan siswa. Dalam model

pembelajaran ATI, tes untuk mengetahui bakat kemampuan seorang siswa

dinamakan aptitude test. Aptitude test merupakan bentuk tes untuk mengetahui

kemampuan seseorang.29

Siswa di dalam suatu kelas tentunya memiliki perbedaan tiap individu,

terutama dalam hal bakat/kemampuan (aptitude). Ada tiga kategori kemampuan

dalam model pembelajaran ATI, yaitu: kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Kelompok siswa yang dikemukakan oleh Bloom dan Gagne (1982, 1997) masih

terdapat siswa yang belajar cepat, sedang dan lambat dalam memahami suatu

pelajaran, tiap siswa tidak memiliki kecepatan memahami yang sama. Biasanya,

siswa yang sudah dapat mengerti hanya mendengarkan penyampaian guru saja,

27

Ibid., h. 42-43.

28 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007), cet. IV, h. 101-102. 29

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 85.

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

13

inilah siswa yang termasuk kemampuan tinggi (cepat). Sedangkan, siswa yang

cenderung memiliki kemampuan sedang hanya dengan penyampaian guru sekali

belum cukup paham dan perlu diulang dua kali. Sementara, siswa yang

mempunyai kemampuan rendah saat diberi penyampaian tidak cukup hanya dua

kali saja. Para siswa tersebut perlu bimbingan khusus dan motivasi dalam belajar

agar mereka dapat paham dan mengerti.30

Potensi/ kemampuan siswa dapat diidentifikasi melalui pengumpulan

informasi. Dalam pengumpulan informasi, ada dua cara untuk mengidentifikasi

siswa yaitu: data objektif dan data subjektif. Cara pengumpulan informasi melalui

data objektif untuk mengidentifikasi siswa, antara lain: skor intelegensi individu,

skor intelegensi kelompok, skor tes prestasi, skor tes akademik, dan skor tes

kreatif. Sedangkan pengumpulan informasi melalui data subjektif untuk

mengidentifikasi siswa, antara lain: ceklis perilaku, nominasi oleh guru, nominasi

oleh orang tua, nominasi teman sebaya, nominasi diri sendiri.31

d. Perbedaan Perlakuan terhadap Perbedaan Kemampuan

Perbedaan kemampuan menuntut guru untuk memberikan perlakuan

yang berbeda. Belajar mandiri (self learning), siswa dituntut untuk membaca

modul, buku, dan lain-lain secara mandiri. Perlakuan tersebut berlaku pada

kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi karena siswa dianggap akan

lebih baik belajar sendiri dan lebih fokus pada seluruh tujuan.32

Kelompok siswa

yang memiliki kemampuan sedang di beri perlakuan model pembelajaran

konvensional (regular teaching). Namun, dalam perlakuannya model

pembelajaran dilaksanakan seoptimal mungkin. Sedangkan, kelompok siswa

dengan kemampuan yang rendah diberi pembelajaran seperti halnya dengan

kelompok siswa dengan kemampuan sedang. Hal ini diberlakukan, agar siswa

yang memiliki kemampuan rendah tidak merasa seperti siswa yang dinomor

duakan di dalam kelas. Setelah diberi perlakuan pembelajaran konvensional

30

Syafrudin Nurdin, op.cit, h. 65-66. 31

Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran

sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. I, h. 23-24. 32

Syafrudin Nurdin, op.cit., h. 51.

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

14

(regular teaching) siswa selanjutnya diberi perlakuan khusus, di mana siswa

didampingi dan bombing untuk mengulang kembali pelajaran (re-

teaching+tutoring). Dengan demikian, siswa dapat memahami pelajaran yang

diberikan.33

2. Model Pembelajaran Konvensional

Model tersebut memiliki ciri khas yakni, di mana siswa dianggap

memiliki kemampuan atau bakat (aptitude) yang relatif sama (normal). Guru

memberikan pembelajaran kepada siswa dengan cara pembelajaran yang sama

dengan jumlah pembelajaran dan waktu yang ada, sehingga siswa mencapai hasil

belajar yang normal juga.34

Hal yang sama dituturkan oleh E.T. Ruseffendi, model pembelajaran

konvensional ini para siswa diajarkan oleh guru dalam satu ruang kelas, dengan

menganggap bahwa siswa memiliki minat, kepentingan, kecakapan dan kecepatan

belajar yang relatif sama. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, dan siswa

cenderung menerima saja dan kurang peran aktif saat proses belajar mengajar

berlangsung. Pada pengajaran model itu, siswa satu persatu tidak mungkin

diperhatikan oleh guru, baik kecepatan belajarnya, kesenangannya, kebiasaan

belajar dan lain-lain.35

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Sebagaimana yang diuraikan oleh Kunandar, hasil belajar adalah

kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik

yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar

mengajar. Menurut Hamalik (2003) dikutip dalam buku karangan Kunandar,

33

Ibid., h. 54.

34 Iif Khoiru Ahmad, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi

Pustaka, 2011), cet. I, h. 107. 35

E.T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern untuk Orangtua Murid Guru dan

SPG, (Bandung: Tarsito, 1979), h. 231.

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

15

bahwa hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan

sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.36

Hal yang senada juga dikemukakan oleh Ahmad (2016), kemampuan

yang didapat oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar disebut hasil belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan menetapkan tujuan yang akan dicapai

setelah belajar. Apabila siswa dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam pembelajaran,

dengan demikian siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar.37

Kesimpulan mengenai hasil belajar dari beberapa uraian yang telah

dikemukakan di atas bahwa hasil belajar merupakan perubahan kemampuan baik

aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang dimiliki siswa, sehingga ia

dapat memenuhi tujuan-tujuan pembelajaran yang ada, setelah siswa mengalami

proses kegiatan pembelajaran.

b. Tujuan dan Manfaat Hasil Belajar

Adapun tujuan dilakukannya penilaian hasil belajar peserta didik, antara

lain:

1) Melacak kemajuan peserta didik

2) Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik

3) Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik

4) Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik.

Selain tujuan terdapat juga manfaat penelitian hasil belajar yang

dilakukan oleh guru, sebagai berikut:

1) Mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses

pembelajaran berlangsung.

2) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan

kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.

36

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Depok: PT Rajagrafindo

Persada, 2014), h. 62. 37

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), cet. IV, h. 12.

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

16

3) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta

didik.

4) Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode pendekatan, kegiatan dan

sumber belajar yang digunakan.

5) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.

6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas

pembelajaran yang dilakukan sekolah.38

c. Macam-macam Hasil Belajar

Adapun macam-macam ranah hasil belajar menurut Benyamin Bloom,

yaitu ranah kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif

(sikap).39

Uraian mengenai ranah kognitif, psikomotorik dan afektif, sebagai

berikut:

1) Ranah kognitif

Ranah yang berhubungan dengan aktivitas otak (berpikir) disebut ranah

kognitif (al-Nahiyah al-Fikriyyah).40

Pada model aptitude-treatment interaction

yang lebih dominan dilihat yaitu pada hasil belajar adalah ranah kognitif. Untuk

lebih jelasnya mengenai kategori-kategori kognitif sebagai berikut:

a) Mengingat, kategori kognitif yang membutuhkan memori jangka panjang

dalam mengambil pengetahuan. Proses mengingat seperti mengenali,

mengingat kembali.

b) Memahami, kategori kognitif yang mengkonstruksi makna dari materi

pembelajaran baik berupa lisan, tulisan, maupun grafik yang disampaikan

melalui pengajaran. Proses memahami antara lain menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan dan menjelaskan.

38

Kunandar, op.cit., h. 70-71. 39

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya:

Pustaka Pelajar, 2009), h. 74. 40

Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

1996), cet. I, h. 49.

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

17

c) Mengaplikasikan, kategori kognitif yang melibatkan prosedur-prosedur

tertentu dalam menyelesaikan masalah. Proses mengaplikasikan meliputi

mengeksekusi dan mengimplementasikan.

d) Menganalisis, kategori kognitif yang melibatkan proses memecah materi

menjadi beberapa bagian dan menentukan hubungan bagian-bagian tersebut

dan antara setiap bagian maupun struktur keseluruhannya. Proses-proses

kognitif menganalisis antara lain membedakan, mengorganisasi, dan

mengatribusikan.

e) Mengevaluasi, kategori kognitif berdasarkan kriteria dan standar dalam

mengambil keputusan. Proses mengevaluasi seperti memeriksa dan

mengkritik.

f) Mencipta, kategori kognitif yang membentuk suatu yang baru dan koheren

dengan memadukan bagian-bagian atau guna membuat produk yang orisinal.

Proses-proses mencipta antara lain merumuskan, merencanakan dan

memproduksi.41

2) Ranah afektif

Ranah yang berhubungan dengan tingkah laku atau sikap disebut dengan

ranah afektif (al-Nahiyah al-Mauqifiyyah). Menurut Krathwohl (1974) dikutip

dalam buku Anas. Ada lima tahapan sebagai berikut:

a) Receiving (Penerimaan), tingkat tahapan terendah dalam hasil belajar ranah

afektif. Di mana seseorang menerima stimulus yang datang kepadanya.

b) Responding (Pemberian respons), dalam hal ini seseorang menjadi peserta

yang memberikan reaksi secara aktif.

c) Valuing (Penilaian), yang mengacu kepada nilai dan kepercayaan terhadap

kejadian tertentu. Di mana sesorang memilih nilai yang baik atau buruk.

d) Organization (Pengorganisasian), yang berkenaan dengan mengatur nilai-

nilai. Di mana nilai tersebut membentuk sistem internal (diatur) sehingga hal

41

Lorin W. Anderson dan David R. Krawthwohl, Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung

Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), h. 44-45.

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

18

tersebut menjadi suatu nilai yang baru. Inilah tahapan yang lebih tinggi

dibandingkan tahapan yang sebelumnya.

e) Charactherization by a value or value complex (Karakterisasi), yang

berkenaan dengan gaya hidup seseorang dan karakter atau pola kepribadian.

Di mana nilai-nilai yang tertanam dapat mempengaruhi kepribadian dan

emosi seseorang.42

3) Ranah psikomotorik

Ranah yang berhubungan dengan keterampilan disebut ranah

psikomotorik (Nahiyah al-Harakah).43

Menurut R. H. Dave (1970) dalam ranah

psikomotorik terdapat lima tahap, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kategori Hasil Belajar Domain Psikomotorik

Level Karakteristik

Imitasi Mengembangkan model keterampilan

Manipulasi Melaksanakan keterampilan secara independen

Ketepatan Mempraktekkan keterampilan dengan tepat

Artikulasi Mengintegrasikan gerakan secara benar

Naturalisasi Mempraktikkan keterampilan secara alami

Domain yang telah disebutkan oleh Dave, lalu dirangkum oleh Callahan menjadi

empat, yakni: gerakan (gross coordination), manipulasi (finer coordination),

komunikasi (communication of ideas & feeling), dan kreasi (coordination of all

skills from all three domains).44

42

Anas Sudijono, op.cit., cet. I, h. 54-56. 43

Ibid., h. 57. 44

A. Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta,

2013), cet. I, h. 69.

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

19

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dipengaruhi dua faktor utama,

yaitu faktor dari dalam siswa dan faktor lingkungannya. Kemampuan berpikir atau

tingkah laku intelektual, motivasi, minat dan kesiapan siswa baik jasmani maupun

rohani termasuk ke dalam faktor yang disebabkan oleh siswa itu sendiri. Lain

halnya dengan sarana, prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-

sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan

termasuk ke dalam faktor lingkungan. Hal yang sama dikemukakan oleh

Wasliman (2007) yang dikutip dalam buku Ahmad Susanto bahwa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yakni faktor internal dan faktor

eksternal. Untuk lebih jelasnya, berikut uraian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar:

a. Faktor internal, faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, diantaranya

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar siswa, diantaranya keluarga,

sekolah dan masyarakat.45

Hal yang senada dituturkan oleh Slameto, faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Adapun

faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor intern (faktor yang terdapat dari

dalam siswa), meliputi:

a. Faktor jasmaniah

Faktor-faktor yang terkait dengan jasmaniah, antara lain: faktor kesehatan dan

cacat tubuh.

b. Faktor psikologis

Faktor-faktor yang terdapat pada faktor psikologis, yaitu: intelegensi, minat,

bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan

Sedangkan, faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor ekstern (faktor

yang terdapat dari luar siswa), antara lain:

45

Ahmad Susanto, op.cit., h. 12.

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

20

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga meliputi: cara orangtua mendidik, relasi antaranggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua,

latarbelakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah

Faktor yang terdapat di lingkungan sekolah antara lain: metode yang

digunakan saat mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, displin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran

yang tinggi, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

c. Faktor masyarakat

Faktor yang terdapat pada masyarakat, yakni: kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.46

5. Kajian Subjek Materi Gelombang Bunyi dan Cahaya

a. Kompetensi inti materi gelombang bunyi dan cahaya

Kompetensi inti yang terdapat pada kurikulum 2013 revisi, sebagai

berikut:

KI.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI.3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

46

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), ed.rev; cet. V, h. 54-72.

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

21

minatnya untuk memecahkan masalah.

KI.4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan

metode sesuai kaidah keilmuan. 47

b. Kompetensi dasar materi gelombang bunyi dan cahaya

Kompetensi dasar merupakan kemampuan demi tercapainya kompetensi

ini yang harus didapatkan oleh siswa melalui pembelajaran.48

Berikut ini adalah

kompetensi dasar yang ada pada kurikulum 2013 revisi, antara lain:

Tabel 2.2 Kompetensi Dasar49

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.10 Menerapkan konsep dan

prinsip gelombang

bunyi dan cahaya dalam

teknologi

4.10 Melakukan percobaan

tentang gelombang bunyi

dan/ atau cahaya, berikut

presentasi hasil percobaan

dan makna fisisnya

misalnya sonometer, dan

kisi difraksi

c. Peta konsep materi gelombang bunyi dan cahaya

Peta konsep materi gelombang bunyi dan cahaya sebagai berikut:

47

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah

Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA): Mata Pelajaran Fisika, (2016), h. 4-5. 48

Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, dan

SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2014), cet. I, h. 54. 49

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., h. 20-21.

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

22

Gambar 2.1 Peta Konsep Gelombang Bunyi

Gelombang Bunyi

Karakteristik

Gelombang

bunyi

Jenis-Jenis

Gelombang

Bunyi

Cepat Rambat

Gelombang Bunyi Efek

Doppler Pipa Organa

Zat Padat

Zat Cair

Zat Gas

Intensitas

bunyi Taraf

Intensitas

bunyi

Mengalami

gejala-gejala

gelombang

bunyi

Dawai

Pipa

Organa

Terbuka

Pipa

Organa

Tertutup

refleksi

refraksi

difraksi

interferensi

Merambat

melalui medium Berdasarkan

frekuensi

infrasonik

audiosonik

ultrasonik

Dibagi menjadi

dua macam

mempelajari

1 2 3 4 5 6 7 8

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

23

Gambar 2.2 Peta Konsep Cahaya

Cahaya

Dispersi

Cahaya Difraksi

Cahaya Interferensi

Cahaya Polarisasi

Cahaya Spektrum

Cahaya Penerapan

cahaya di bidang

teknologi

Difraksi

Celah

Tunggal

Difraksi

Celah

Banyak

Berdasarkan

Frekuensi Interferensi

Cahaya

Celah

Ganda

Young

membahas

Teknologi

LED dan

LCD

mempelajari

Penyerapan

selektif

Pemantulan

Pembiasan rangkap

Hamburan

dibagi

menjadi dua

Merah

Jingga

Kuning

Hijau

Biru

Nila

Ungu

1 2 3 4 5 5

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

24

d. Materi Gelombang bunyi

1) Karakteristik gelombang bunyi

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal di mana energi

membuat partikel udara berbentuk sebuah rapatan dan regangan sehingga

merambat ke seluruh ruangan. Ketika udara dalam keadaan vakum (tidak ada

udara) maka gelombang bunyi tidak dapat didengar ini disebabkan oleh tidak ada

medium perambatan, misalnya saja astronot yang berada di luar angkasa. Para

astronot dalam berkomunikasi tidak menggunakan gelombang suara melainkan

menggunakan gelombang elektromagnetik, karena gelombang elektromagnetik

tidak memerlukan medium perantara untuk menjalar.50

Ada dua hal dari suatu

bunyi yang dapat didengar oleh manusia, yaitu: kenyaringan (loudness) dan

ketinggian (pitch). Kenyaringan berkaitan erat sekali dengan energi gelombang

bunyi yang dihasilkan, sedangkan ketinggian bunyi berhubungan dengan tinggi

rendahnya bunyi dan besaran fisikanya adalah frekuensi. Jadi, jika frekuensi

tinggi maka makin tinggi ketinggian, jika frekunsi rendah maka makin rendah

ketinggian. Jangkaian frekuensi yang dapat didengar oleh manusia sebesar 20 Hz

sampai dengan 20.000 Hz. Sedangkan diluar jangkauan yang dapat di dengar

manusia ada dua macam, yaitu ultrasonik dan audiosonik. Ultrasonik merupakan

bunyi dengan frekuensi di atas 10.000 Hz. Infrasonik merupakan bunyi dengan

frekuensi di bawah 20 Hz.51

2) Cepat rambat bunyi

a) Penurunan kecepatan gelombang bunyi

Sebuah tabung yang dilengkapi piston di salah satu ujungnya, lalu piston

diberikan tekanan dan tarikan sehingga menimbulkan gelombang longitudinal

yang terdengar seperti bunyi. Di sinilah terjadi perbedaan tekanan setiap posisi

pada fluida, akibat fluida merenggang dan merapat.

50

Mohamad Ishaq, Fisika Dasar Edisi 2, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), cet. I, h. 201. 51

Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid 1, Edisi Kelima, terj. dari Physics: Principles with

applications. Fifth Edition, oleh Yuhilza Hanum, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 409-410.

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

25

Gambar 2.3 Perbedaan Tekanan Fluida

Perbedaan dititik 1 dan 2 adalah , maka gaya yang bekerja adalah:

dengan menerapkan hukum II Newton:

melalui massa jenis fluida, m adalah massa fluida yang terlibat sepanjang titik 1

dan 2 yang dapat dihitung:

di mana V adalah volume silinder dari titik 1 ke 2, yang dihitung dari jarak ke 1

ke 2 yakni dikali luas penampangnya A, dengan demikian:

jika percepatan dituliskan sebagai a = , maka:

jika kedua ruas dikalikan v:

1 2

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

26

atau

kita perhatikan perbandingan selisih kecepatan terhadap kecepatan adalah

sama dengan perbandingan selisih volume dengan volume asal:

dengan demikian, persamaan menjadi

, maka kecepatan gelombang

dalam fluida:

Pada bagian pembilang merupakan modulus Bulk K, seperti yang kita ketahui di

dalam bab elastisitas. Secara umum persamaan gelombang dalam fluida (zat cair

atau udara) sebagai berikut:

………………..…………………….. (2.1)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa cepat rambat dipengaruhi oleh modulus

Bulk dari medium dan massa jenisnya.52

b) Pengaruh temperatur pada kecepatan bunyi

Persamaannya sebagai berikut:

Kita tuliskan dalam bentuk diferensial

52

Mohamad Ishaq, op.cit., h. 202-204.

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

27

di udara berlaku sifat adiabatik, di mana tidak adanya kalor baik masuk maupun

keluar dari sistem. Dengan demikian, persamaan sebagai berikut:

merupakan konstanta udara, lalu kembali lakukan diferensial pada rumus

( ) ( )

atau

jika persamaan di atas disubstitusikan sehingga rumusan

Udara dianggap sebagai gas ideal yang memiliki persamaan PV = nRT, atau

( ) , di mana M merupakan masa molar, sehingga persamaan menjadi

Persamaan berikut di masukkan ke dalam persamaan di atas sebelumnya maka

akan menghasilkan persamaan cepat rambat gelombang bunyi.53

………………………………. (2.2)

3) Efek Doppler (Azas Doppler)

Menurut Christian Johann Doppler (1803-1853) menerangkan kejadian

bahwa frekuensi yang didengar seorang pengamat akan berubah jika terdapat

gerak relatif antara sumber dan pengamat. Jika sumber dan pengamat (pendengar)

diam dan angin bertiup mendekati pengamat, tidak terjadi perubahan frekuensi

yang didengar. Gerak angin hanya mempercepat muka gelombang tiba di

pengamat.54

Sehingga persamaan Efek Doppler sebagai berikut:

………………….…………… (2.3)

53

Ibid., h. 204-205. 54

Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika, (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h.

48-49.

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

28

Keterangan:

frekuensi bunyi yang terdengar oleh pendengar (Hz)

frekuensi yang dihasilkan oleh sumber bunyi (Hz)

kecepatan sumber bunyi (m/s)

kecepatan pendengar (m/s)

v = kecepatan rambat bunyi di udara (m/s)

dengan: tanda (+) jika sumber menjauhi pendengar dan (-) jika mendekati

pendengar dan bertanda (+) jika mendekati sumber, tapi (-) jika menjauhinya.

Hasil pengamatan Doppler mengemukakan bahwa frekuensi yang didengar oleh

pendengar belum tentu sama dengan frekuensi bunyi yang dihasilkan oleh sumber

bunyi. Perbedaan tersebut diakibatkan diantaranya arah gerak sumber bunyi,

pengamat dan kecepatannya. Pada kenyataannya, efek Doppler ini terbukti pada

tahun 1853 di Holland dari hasil uji coba menggunakan kereta api yang diberikan

terompet didalamnya. 55

4) Dawai

Pada peristiwa dawai gelombang yang terbentuk yaitu gelombang

transversal. Gelombang transversal ada dua jenis yaitu gelombang ujung terikat

dan gelombang ujung bebas. Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasannya:

a) Jika kedua ujung terikat, sehingga menghasilkan titik simpul.

55

Mohamad Ishaq, op.cit., h. 212-213.

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

29

Gambar 2.4 Gelombang Tegak pada Dawai dengan Kedua Ujung Tidak

Bebas Gambar di atas (a) menjelaskan keadaan pada nada dasar, gambar (b) menjelaskan

keadaan 1 oktaf di atas nada dasar (nada atas pertama), dan gambar (c)

menjelaskan keadaan 2 oktaf di atas nada dasar (nada atas kedua).

i. Nada dasar (harmonik pertama)

atau

, maka

ii. Nada atas pertama (harmonik kedua)

, maka

iii. Nada atas kedua (harmonik ketiga)

, maka

dan seterusnya:

( ) . ……………..………...… (2.4)

b) Jika salah satu ujung tidak terikat (bebas), sehingga menghasilkan titik perut.

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

30

Gambar 2.5 Gelombang Tegak pada Dawai dengan Satu Ujung Bebas

i. Nada dasar (harmonik pertama)

atau

, maka

ii. Nada atas pertama (harmonik ketiga)

atau

, maka

iii. Nada atas kedua (harmonik kelima)

atau

, maka

dan seterusnya:

( ) ………………………… (2.5)

Pada umumnya

,

56

……………………….…. (2.6)

5) Pipa organa terbuka

Pipa organa terbuka mirip dengan dawai yang kedua ujungnya terikat (tidak

bebas).

56

Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 189-192.

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

31

Gambar 2.6 Gelombang Tegak pada Pipa Organa Terbuka

i. Nada dasar (harmonik pertama)

ii. Nada atas pertama (harmonik kedua)

iii. Nada atas kedua (harmonik ketiga)

57…………………………… (2.7)

6) Pipa organa tertutup

Pada pipa organa tertutup mirip dengan dawai yang salah satu ujungnya

terikat dan ujung lain bebas (tidak terikat).

57

Ibid., h. 194.

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

32

Gambar 2.7 Gelombang Tegak pada Pipa Organa Tertutup

i. Nada dasar (harmonik pertama)

ii. Nada atas pertama (harmonik ketiga)

iii. Nada atas kedua (harmonik kelima)

58 ……………………........... (2.8)

7) Intensitas bunyi

Gelombang bunyi yang kita dengar berbentuk bola. Energi akan tersebar

secara merata berbentuk seperti bola ketika sumber bunyi memancarkan

gelombang, dengan jari-jari yang makin membesar jika makin menjauhi sumber

bunyi. Apabila energi menjauhi sumber bunyi, energi tersebut semakin kecil

58

Ibid., h. 193.

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

33

dengan rasio 1/r2 dari energi sumber bunyinya dengan r jarak pendengar dari

sumber bunyi. Sehingga, rumus intensitas bunyi yaitu:59

………………...……….….. (2.9)

Keterangan:

I = intensitas Bunyi (W/m2)

P = Daya (Watt)

r = jari-jari (meter)

Tabel 2.3 Intensitas Berbagai Macam Bunyi60

Sumber Bunyi Tingkat Intensitas

(dB)

Intensitas (W/m2)

Pesawat jet pada jarak 30 m 140 100

Ambang rasa sakit 120 1

Konser rock yang keras

dalam ruangan

120 1

Sirine pada jarak 30 m 100

Interior mobil, yang melaju

pada 90 km/jam

75

Lalu lintas jalan raya yang

sibuk

70

Percakapan biasa, dengan

jarak 50 cm

65

Radio yang pelan 40

Bisikan 20

Gemerisik daun 10

Batas pendengaran 0

59

Mohamad Ishaq, op.cit., h. 206-207. 60

Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 411.

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

34

8) Taraf intensitas bunyi

Perbandingan antara intensitas bunyi dengan harga intensitas ambang

untuk bunyi dinamakan taraf intensitas bunyi. Persamaan taraf intensitas bunyi

sebagai berikut:61

……………..…………… (2.10)

Keterangan:

TI = taraf intensitas (dB)

I = intensitas bunyi (w/m2),

= intensitas ambang (w/m2)

e. Materi Cahaya

1) Hakikat Cahaya

Teori-teori yang mengemukakan tentang cahaya, antara lain:

Teori korpuskuler (the corpuscular theory of light)

Teori korpuskuler dikemukakan oleh Newton, pada pertengahan abad 17

teori ini masih dianggap benar. Menurutnya cahaya merupakan korpuskel-

korpuskel (partikel) yang dipancarkan dari sumbernya dan merambat secara garis

lurus dengan kecepatan tinggi. Teori ini memiliki keunggulan yaitu dapat

menerangkan peristiwa pemantulan dan pembiasan, namun tidak dapat

menerangkan peristiwa interferensi.

Teori undulasi

Huygens mengemukakan bahwa cahaya adalah sumber bergetar yang

menghasilkan gelombang. Merambat dalam medium disebut eter. Eter tersendiri

memiliki pengertian yaitu zat yang dapat mengisi pada ruang vakum.

Teori gelombang elektromagnetik (the electromagnetic wave theory of light)

Teori dikemukakan oleh Maxwell (pada awal abad 19), ia menerangkan

bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.62

61

Sudaryono, Dasar-dasar Fisika: Konsep, Rumus & Evaluasi Mandiri, (Depok:

Rajawali Press, 2018), cet. I, h. 130.

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

35

2) Dispersi

Benda tembus cahaya yang memiliki dua bidang pembias yang

membentuk sudut dinamakan prisma. Sudut yang terbentuk dari kedua bidang

pembias tersebut disebut sudut pembias. Jika sinar datang masuk prisma, sinar

tersebut akan dibiaskan oleh bidang pembias. Akibat dari pembiasan ini arah sinar

pantul tidak sama dengan arah sinar datang yang masuk. Sudut antara arah sinar

datang yang masuk dan sinar pantul yang keluar dinamakan sudut deviasi.

Gambar 2.8 Sinar Datang yang Masuk dan Sinar Pantul yang Keluar pada

Prisma

Besar sudut deviasi prisma:

( ) ( )

: sudut puncak prisma atau sudut pembias prisma

: sudut datang pada bidang pembias 1

: sudut bias pada bidang pembias 1

: sudut datang pada bidang pembias 2

: sudut bias pada bidang pembias 2

62

Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 77-78.

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

36

: sudut deviasi (sudut antara sinar masuk dan sinar keluar)

Sudut deviasi minimum, diberikan oleh rumus:

( )

(

) …..………………. (2.11)

Untuk kecil sekali ( kurang dari 15 )

( )

adalah indeks bias prisma relatif terhadap lingkungan.

Sudut deviasi dipengaruhi oleh sudut pembias dan indeks bias prisma. Indeks bias

prisma bergantung dari jenis sinar yang datang dan jenis bahan prismanya.

Berikut ini tabel berbagai indeks bias dari bermacam-macam sinar:

Tabel 2.4 Indeks Bias dari Bermacam Sinar

Warna Kaca kerona Kaca Flinta

Merah 1,514 1,638

Kuning 1,520 1,650

Biru 1,527 1,664

Ungu 1,533 1,675

Akibat adanya perbedaan indeks bias dari bermacam sinar, sehingga ketika

sinar putih (matahari) datang ke suatu prisma, sinar tersebut terurai menjadi

berbagai jenis warna. Sinar dengna indeks bias kecil yaitu sinar merah, sedangkan

sinar indeks biasnya besar yaitu warna ungu.63

Gambar 2.9 Dispersi pada Prisma

63

Yohanes Surya, Optika, (Tangerang: PT Kandel, 2014), h. 147-148.

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

37

Suatu kejadian ketika suatu berkas campuran panjang gelombang lalu terjadi

penguraian warna pada cahaya disebut dispersi.64

Selisih sudut deviasi sinar ungu

Du sinar merah Dm dinamakan sudut dispersi Ф.

Untuk sinar yang mengalami deviasi minimum.

65

…….………………… (2.12)

3) Spektrum cahaya tampak

Visible Light Spectrum atau dikenal dengan spektrum cahaya tampak

merupakan spektrum radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang

dapat dilihat manusia sekitar 700-400 nanometer. Daerah yang terdapat pada

cahaya tampak diidentifikasi sebagai daerah cahaya dengan tujuh warna, yaitu

merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.66

Gambar 2.10 Spektrum Cahaya67

4) Difraksi

Difraksi adalah terjadi ketika cahaya mengenai suatu penghalang, lalu

cahaya tersebut dibelokkan. Peristiwa ini di temukan pertama kali oleh Francesco

M. Grimaldi (1618-1663) dan peristiwa ini juga diketahui oleh Huygens (1620-

1695) dan Newton (1642-1727). Namun, Newton tidak menemukan teori

64

Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 241. 65

Yohanes Surya, loc.cit. 66

Efrizon Umar, Buku Pintar Fisika, (Jakarta: Media Pusindo, 2008), cet. I, h. 207. 67

Tim Penerbit, Ensiklopedia IPTEK, Terj. dari The Kingfisher Science Encyclopedia,

Kingfisher Publications Plc, London, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2007), Edisi rev., h. 320.

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

38

gelombang disini sedangkan Huygens percaya akan teori gelombang dan tidak

percaya dengan difraksi. Dengan demikian, Huygens tetap percaya bahwa cahaya

berjalan lurus. Fresnel (1788-1827) menguatkan teori Huygens yang menerangkan

difraksi, sehingga prinsip ini dinamakan Prinsip Huygens-Fresnel.

Pola difraksi memiliki pola yang serupa dengan pola interferensi, pada

layar pengamatan terdapat tempat-tempat terang dan gelap. Perbedaannya yaitu

pada pola difraksi intensitas paling terang di tengah-tengah, disebut maksimum

pusat, di mana makin jauh dari maksimum pusat, intensitas maksimumnya makin

berkurang, sedangkan pada pola interferensi intensitas maksimum sama besar.

Adapun macam-macam difraksi, untuk lebih jelasnya

Difraksi Fraunhofer

Apabila letak sumber cahaya dan layar jauh sekali dari celah, artinya:

berkas yang memasuki celah harus sejajar dan yang keluar dari celah harus

sejajar. Celah dapat diartikan sebagai lubang berbentuk persegi panjang yang

memiliki lebar yang kecil namun memiliki panjang yang terlalu besar. Difraksi

Fraunhofer membicarakan tentang difraksi seperti: celah tunggal (single slit),

lubang bulat (circular aperture), dua celah sempit, dan kisi (celah banyak).

Difraksi Fresnel

Apabila jarak sumber-celah dan celah-layar dekat, berkas tidak perlu

sejajar, celah lebar dan tidak sempit. Difraksi Fresnel membahas tentang difraksi

lubang bulat, celah persegi, penghalang berbentuk piringan, dan penghalang

berbentuk lancip.68

Dalam bahasan kali ini, peneliti hanya membahas tentang difraksi

Fraunhofer yaitu Difraksi Celah Tunggal dan Kisi.

Celah Tunggal

Celah tunggal ialah suatu celah sempit. Ketika celah tunggal dilewati sinar

datang akan didifraksikan. Prinsip Huygens mengemukakan bahwa tiap titik pada

celah dapat dianggap sebagai sumber cahaya koheren.

68

Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 215-217.

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

39

Gambar 2.11 Difraksi Celah Tunggal

Pada gamabr di atas menunjukkan beda lintasan antara B1 dengan gelombang A1

adalah (

) sin (b adalah lebar celah). termasuk beda lintasan gelombang

B2 dan A2, B3 dan A3, B4 dan A4 dan seterusnya.

Jika

maka tiap pasangan gelombang akan berinteraksi saling meniadakan

mengakibatkan pada titik P terjadi pita gelap

atau

( ) ………………………… (2.13)

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

40

Jika gelombang datang dipecah menjadi 4 kelompok: A, B, C dan D. Beda

lintasan antara gelombang A1 dan B1 adalah (

) . Pasangan yang berbeda

lintasan di tiap gelombang baik A maupun B (

) .m hal yang sama tiap

gelombang di C dan D memiliki perbedaan lintasan (

) .

Jika

maka semua pasangan gelombang akan berinterferensi lalu saling

menghapuskan, sehingga di titik P terjadilah pita gelap.

(

)

atau

Kemudian, jika gelombang dipecah menjadi 6 kelompok: A, B, C, D, E, dan F,

maka akan diperoleh pita gelap terjadi saat

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pita gelap (interferensi saling

meniadakan) terjadi saat

( ) ……………….. (2.14)

Dengan m = 1, 2, 3,…69

69

Yohanes Surya, op.cit., h. 156-159.

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

41

Gambar 2.12 a) Gelombang Dibagi 4 Kelompok dan b) Difraksi Pita Gelap

Gambar b menunjukkan bahwa letak pita gelap pada layar. Lihat dengan seksama,

bahwa terang pusat di pusat layar dengan terang yang lebih lebar dari terang yang

lainnya.

Kisi Difraksi

Kisi difraksi adalah suatu pengubah amplitudo atau fase dari sebuah

gelombang ketika melewati sederetan lubang atau penghalang. Biasanya terdapat

sejumlah lubang yang sejajar yang memilikir jarak yang sama.70

Goresan pada

kisi mencapai 5000 goresan per cm. Sehingga jarak antara dua celah sangat kecil

sebesar 1/5000 = cm. Kisi dapat digunakan dalam menentukan suatu

panjang gelombang cahaya.

70

Frederick J. Bueche dan Eugene Hecht, Scauhm’s Outlines Teori dan Soal-soal FIsika

Universitas Edisi Kesepuluh, terj. dari Scauhm’s Outlines of Theory and Problems of College

Physics Tenth Edition, oleh Refina Indriasari, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 262.

a. b.

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

42

Gambar 2.13 Gelombang Cahaya pada Kisi

Perhatikan gambar di atas, diantara layar dan kisi terdpaat sebuah lensa cembung

yang berfungsi memfokuskan sinar ke titik P. Intensitas yang terlihat pada layar

ialah kombinasi interferensi dan difraksi.

Pada difraksi kisi tiap lubang dianggap sebagai sumber gelombang yang koheren.

Beda lintasan gelombang dari kedua lubang yang berdekatan . Jika

beda lintasan tersebut sama dengan kelipatan panjang gelombang ,

sehingga seluruh gelombang yang tiba di titik P akan berinterferensi saling

menguatkan. Persamaan menjadi:

(terang) ……………………… (2.15)

dengan m = 0, 1, 2, 3, …71

5) Interferensi

Interferensi adalah kerja sama (superposisi) dari dua gelombang atau lebih

yang bertemu pada saat yang sama di tempat yang sama pula, sehingga terjadi

kerja sama yang menguatkan atau melemahkan.72

71

Yohanes, op.cit., h. 160-161. 72

Ganijanti Aby Sarojo, op.cit, h. 210.

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

43

Gambar 2.14 Interferensi Cahaya (Percobaan Young)73

Pada percobaan Young melalui 2 celah sempit, berlaku:

, syarat terjadi interferensi minimum. ……………..…………. (2.16)

( ) , syarat terjadi interferensi maksimum. …………….. (2.17)

Persamaan berlaku apabila = jarak celah-layar.74

Tabel 2.5 Perbedaan antara Interferensi dan Difraksi75

No. Interferensi Difraksi

1. Hasil Superposisi dari dua muka

gelombang yang berbeda yang

datang dari dua sumber koheren.

Hasil superposisi gelombang-

gelombang sekunder yang datang dari

titik-titik berbeda dari muka

gelombang yang sama.

2. Dalam pola (frinji) interferensi,

daerah-daerah intensitas

minimum biasanya hamper

gelap total. Jadi ada batas yang

jelas antara frinji gelap dan

terang.

Dalam pola difrakasi, intensitas pada

minimum tidak pernah nol. Jadi

kurang ada batas jelas antara frinji

gelap dan terang.

73

Yohanes Surya, op.cit., h. 152. 74

Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 166. 75

Artoto arkundato, Sutisna dan Supeno, Materi Pokok Fisika Dasar 2, (Tangerang

Selatan: Universitas Terbuka, 2015), cet. V, h. 5.25.

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

44

3. Dalam pola interferensi semua

maksimum mempunyai sama

intensitasnya.

Dalam difraksi semua pita terang tidak

sama intensitasnya.

4. Lebar peta frinji interferensi

mungkin sama, mungkin tidak.

Dalam difraksi lebar frinji difraksi

selalu tidak sama.

6) Polarisasi cahaya

Thomas Young tahun 1817 menyediakan suatu dasar eksperimental untuk

mempercayai bahwa gelombang cahaya adalah transversal. Dua orang di antara

orang-orang yang sezaman dengannya, yakni Dominique-Francois Arago (1786-

1853) dan Augustin Jean Fresnel (1788-1827), dengan membiarkan sebuah sinar

cahaya jatuh pada sebuah kristal klasit, mampu menghasilkan dua sinar yang

terpisah. Secara sangat mengherankan sinar-sinar ini, walaupun merupakan sinar-

sinar koheren, tidak menghasilkan pinggir interferensi tetapi hanya menghasilkan

suatu penerangan yang uniform. Young mendeduksi dari ini bahwa cahaya

haruslah kedua sinar tersebut haruslah tegak lurus terhadap satu sama lain.76

Polarisasi adalah keadaan (orientasi) bidang getar dari E (medan listrik).

Berikut macam-macam polarisasi:

Polarisasi linear. Suatu gelombang disebut terpolarisasi linear, bila

gelombang tersebut hanya bergetar pada satu bidang getar (datar) yang

disebut juga bidang polarisasi. Polarisasi linear disebut juga polarisasi bidang.

Polarisasi lingkaran. Apabila gelombang memiliki amplitude tetap, tetapi arah

medan berubah-ubah. Polarisasi ini dapat terjadi apabila dua gelombang

dengan amplitudo sama superposisi.

Polarisasi eliptis. Sama seperti polarisasi lingkaran,tetapi dengan amplitud0

tidak selalu sama besar.77

Cahaya belum terpolarisasi dapat menjadi terpolarisasi melalui dua metode

sebagai berikut:

76

David Halliday dan Robert Resnick, Fisika Edisi Ketiga, Jilid 2, terj. dari Physics 3rd

Edition, oleh Pantur Silaban dan Erwin Sucipto (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 796-797. 77

Ganijanti Aby Sarojo, op.cit., h. 79-80.

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

45

i. Polarisasi akibat penyerapan (absorption)

Metode ini adalah metode yang paling umum digunakan untuk

mendapatkan cahaya yang terpolarisasi. Untuk membuat cahaya terpolarisasi

membutuh bahan yang dapat menyerap gelombang yang tidak diinginkan dan

membiarkan salah satu arah getar dapat terlewati. Zat yang digunakan ini

dinamakan zat dikroik. E.H. Land pada tahun 1938 menemukan polaroid dengan

bahan sejenis zar dikroik. Arah getar cahaya yang diteruskan sejajar dengan

sumbu cahaya disebut sumbu transmisi.

Gambar 2.15 Cahaya Datang pada Keping Polaroid

Vektor medan listrik E membentuk sudut dengan sumbu transmisi.

Vektor E dapat digantikan dengan komponen vektor dan . Lalu, komponen

diserap polaroid dan komponen diteruskan. Besar komponen yang

diteruskan adalah .

Kuadrat dari amplitudo sebanding dengan intensitas gelombang yang diteruskan

Intensitas rata-rata gelombang yang diteruskan dihitung dengan merata-ratakan

terhadap semua kemungkinan nilai . Karena nilai rata-rata

maka

besarnya intensitas rata-rata yang diteruskan

………….…….. (2.18)

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

46

Kesimpulan: apabila cahaya yang belum terpolarisasi masuk ke dalam suatu

polaroid maka intensitas gelombang yang diteruskan adalah ½ intensitas mula-

mula. (I0 merupakan intensitas cahaya yang datang)

Gambar 2.16 Polarisator dan Analisator

Gambar tersebut menunjukkan suatu gelombang belum terpolarisasi dengan

intensitas I0 datang pada sebuah polarisator. Intensitas setelah keluar polarisator

adalah I1 = ½ I0.

Cahaya tersebut kemudian masuk analisator yang membentuk sudut .

Besarnya intensitas setelah melewati analisator, sebanding dengan atau

…………..…………………… (2.19)

Persamaan tersebut disebut hokum Malus. Berdasarkan persamaan yang telah

diperoleh, dapat disimpulkan maka intensitas yang keluar adalah nol karena

sumbu transmisi analisator dan polarisator membentuk sudut 90 derajat.

ii. Polarisasi akibat pemantulan

Peristiwa ini terjadi pada saat cahaya tak terpolarisasi ada yang dibiaskan

dan ada pula yang dipantulkan. Cahaya yang terpantul akan terpolarisasi

sedangkan cahaya yang dibiaskan tidak terpolarisasi. ketika cahaya yang

dipantulkan akan terpolarisasi dan membentuk sudut, sudut inilah yang disebut

sudut polarisasi (sudut Brewster).

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

47

Gambar 2.17 Seberkas Cahaya Tidak Terpolarisasi Datang pada Permukaan

Kaca pada Sudut Brewster

Hasil eksperimen diperoleh bahwa

Dari persamaan Snell:

………………..………….... (2.20)

Gabungkan kedua persamaan tersebut, sehingga persamaan diperoleh:

( )

atau

…………………………… (2.21)

Dimana merupakan indeks bias relatif medium sinar dibiarkan dan medium

sinar datang. Rumus ini dikenal sebagai hukum Brewster.78

78

Yohanes Surya, op.cit., h. 162-165.

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

48

7) Teknologi LCD dan LED

LCD

LCD singkatan dari Liquid Crystal Display, dimana layar dapat

menghasilkan warna yang cukup tajam walaupun tidak memiliki tabung katoda,

tanpa radiasi dan tidak melelahkan mata. Monitor tersebut berbahan kristal cair

yang di dalamnya terdapat piksel yang cukup banyak. Cahaya yang dihasilkan

monitor ini bersumber dari lampu neon putih yang terdapat di belakang Kristal.

LED

LED singkatan dari Light Emitting Diode, monitor ini adalah

perkembangan dari teknologi LCD. Penggunaan teknologi LED backlight pada

layar monitor LED. 79

Perbedaan LCD dan LED

Adapun perbedaan yang dimiliki LCD dan LED, sebagai berikut:

Tabel 2.6 Perbedaan LCD dan LED80

Keterangan LCD LED

Kekurangan Kelebihan

Tingkat kontras Kontras gambar

yang kurang tajam

Kontras gambar yang tajam

(jutaan piksel)

Konsumsi listrik Cukup besar

konsumsi listrik

Lebih hemat konsumsi listrik

Ketebalan Layar Tipis Lebih tipis

Penggunaan

Backlightning

teknologi

CCFL (Cold

Cathode Flourescent

Lamp)

LED (Light Emitting Diode)

79

Ritaelfianis, Pengertian dan Perbedaan antara LCD dengan LED, 24 September 2019,

(ritaelfianis.com). 80

Agus Dwi, 6 Perbedaan TV LCD dan TV LED yang perlu Anda Ketahui, 24 September

2019, (www.foldertekno.com).

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

49

Daya tahan Jangka waktu

pemakaian relatif

pendek.

Jangka waktu pemakaian

relatif panjang, namun sekali

rusak, susah untuk diperbaiki

Harga Relatif murah Cukup mahal

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), antara lain:

a. Z. Dongoran (2014), dalam penelitian jurnal nasional dengan judul “Efek

Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) terhadap Aktivitas

dan Generik Sains Fisika Siswa”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

aktivitas siswa yang diajar dan kemampuan generik sains fisika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran ATI lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran langsung. 81

b. Antomi Siregar, dkk. (2018) “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran ATI

(Aptitude Treatment Interaction) dan Model Pembelajaran TAI (Team

Assisted Individually): Dampak terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”,

menginformasikan bahwa Model pembelajaran ATI dinilai lebih efektif

digunakan dalam pembelajaran fisika siswa SMA.82

c. Franciska Ayuningsih R. (2018), dalam Seminar Nasional dengan judul

“Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik untuk Meningkatkan Hasil

Belajar sesuai Model Aptitude Treatment Interaction pada Materi Fluida

Dinamis” menginformasikan bahwa terdapat peningkatan hasil siswa dalam

81

Zulkipli Dongoran, “Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)

terhadap Aktivitas dan Generik Sains Fisika Siswa”, Jurnal Pendidikan fisika, vol. 3, No. 2, 2014,

h. 40-45. 82

Antomi Saregar, Rahma Diani dan Ridho kholid. “Efektivitas Penerapan Model ATI

(Aptitude Treatment Interaction) dan Model TAI (Team Assited Individually): Dampak terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa”. Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), Maret 2017, h. 28-

35.

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

50

menguasai konsep fluida dinamis melalui penggunaan model pembelajaran

aptitude treatment interaction (ATI).83

d. Erniati Unggul Wahyono dan Nurjanah (2017), dalam penelitian jurnal

dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction dengan Model Student Teams Achievement

Division” menginformasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar dari

kedua model tersebut, namun presentasi skor rata-rata posttest lebih unggul

model ATI dibandingkan dengan model STAD.84

e. Thomas M. Scaife dan Andrew F. Heckler (2013), dalam penelitian jurnal

internasional dengan judul “The Dependence of Instructional Outcomes on

Individual Differences: An Example from DC Circuit” menginformasikan

bahwa perbedaan kemampuan yang ada pada siswa membutuhkan pengajaran

yang berbeda pula, agar siswa dapat sama-sama berhasil.85

f. Maisya Anjani (2016), dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Model

Aptitude Treatment Interaction (ATI) Berbantuan Multimedia terhadap Hasil

Belajar Siswa pada Konsep Fluida Statis”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh model Aptitude Treatment Interaction (ATI)

berbantuan multimedia terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Depok. Kelas eksperimen dalam

penelitian ini adalah kelas X MIA 4 dan kelas kontol adalah kelas X MIA 3,

yang menginformasikan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang

menggunakan model ATI berbantuan multimedia lebih unggul dibanding

kelas kontrol pada semua jenjang kognitif. Respon siswa terhadap

pembelajaran menggunakan model ATI berada pada kategori baik, dan hasil

83

Franciska Ayuningsih Ratnawati, “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik untuk

Meningkatkan Hasil Belajar sesuai Model Aptitude Treatment Interaction pada Materi Fluida

Dinamis”, SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya), Pasca Sarjana Magister Pendidikan

Fisika UAD, Yogyakarta, 2018, h. 94-101. 84

Erniati, Unggul Wahyono dan Nurjannah, “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara

Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan Model Student Teams

Achievement Division (STAD) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ampana Kota”, Jurnal

Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), vol. 3, no. 2, 2017, h. 11. 85

Thomas M. Scaife dan Andrew F. Heckler, “The Dependence of Instructional

Outcomes on Individual Differences: An Examole from DC Cicuits”, Department of Chemistry and

Engineering Physics, Department of Physics, 2013, h. 370-374.

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

51

observasi kegiatan siswa selama pembelajaran juga berada pada kategori

baik.86

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan deskriptif teoritik yang telah diuraikan sebelumnya, kita dapat

menyusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir disusun berdasarkan variabel

yang dipakai dalam penelitian ini adalah model pembelajaran aptitude treatment

interaction (ATI) dan hasil belajar.

Penggunaan model pembelajaran dikelas biasanya, menggunakan model

yang kurang mengakomodasi keragaman kemampuan (aptitude) individu.

Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat akan menghambat dan

mempengaruhi tercapainya suatu tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction itu model dimana

keragaman individu dapat diakomodasi, baik yang berkemampuan tinggi, sedang

dan rendah. Model ini memiliki 4 tahapan yaitu aptitude test, pengelompokkan,

treatment dan achievement test. Treatment yang digunakan untuk siswa yang

berkemampuan tinggi dapat belajar sendiri dan dapat pengawasan guru,

sedangkan berkemampuan sedang dan rendah dapat belajar bersama agar siswa

yang berkemampuan rendah tidak merasa minder. Namun untuk berkemampuan

rendah diberikan re-teaching dan tutorial agar dapat mengejar ketertinggalan.

Kerangka berpikir pada penelitian yang dibuat oleh peneliti dapat

digambarkan, sebagai berikut:

86

Maisya Anjani, “Pengaruh Model Aptitude Treatment Interaction (ATI) Berbantuan

Multimedia terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fluida Statis”, Skripsi pada Sarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 62, tidak dipublikasikan.

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

52

Gambar 2.18 Bagan Kerangka Berpikir

Kurikulum 2013 revisi

Upaya di perlukan agar

dapat optimalkan

kemampuan siswa

Model Pembelajaran

Aptitude Treatment

Interaction (ATI)

Adanya peningkatan hasil

belajar siswa pada konsep

gelombang bunyi dan cahaya

Permendikbud No.22 tahun

2016 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan

Menengah

(Pengakuan atas dasar

perbedaan kemampuan siswa)

Guru belum menerapkan

pembelajaran yang dapat

mengakomodasi kemampuan

siswa yang heterogen.

Rendahnya hasil ulangan

siswa

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

pasal 40 ayat 2a (menciptakan

suasana pendidikan yang

bermakna, menyenangkan, kreatif,

dinamis dan dialogis)

1. Aptitude Test

2. Pengelompok

kan

3. Treatment

4. Achievement

Test

Sulitnya memahami

fisika

Guru belum

menciptakan

suasana yang

bermakna

Teori David

Ausubel (Belajar

bermakna)

fakta fakta

akibat

relevan

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

53

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada

konsep gelombang bunyi dan cahaya.

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian selama bulan Maret 2019 sampai dengan

bulan April 2019, di sekolah MAN 2 Kota Bekasi pada semester genap tahun

ajaran 2018/2019.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode Quasi Experimental Design merupakan metode yang dipilih oleh

peneliti, yang dimana penelitian ini tidak dapat mengontrol variabel-variabel dari

luar sepenuhnya yang mempengaruhi pelaksanaan penelitian, hanya dari variabel-

variabel tertentu.87 Metode ini menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI), sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

konvesional/ regular.

Penelitian ini menggunakan desain Nonequivalent Control Group

Design. Desain penelitian ini mengambil dua sampel terdiri dari kelas ekperimen

dan control, tidak secara random. Pada awal sebelum diberikan treatment semua

kelas (baik eksperimen maupun kontrol) diberikan pretest. Namun guna

mengetahui tingkat kemampuan siswa, peneliti menggunakan data nilai ulangan

harian bab sebelumnya untuk mengelompokkan siswa menjadi 3 tingkat

kemampuan (kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah)

sebagai aptitude test. Setelah itu kedua kelas diberikan perlakuan masing-masing,

dan terakhir diberikan posttest pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol).88

87

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), cet. XIV, h. 77. 88

Ibid., cet. XXVI, h. 116.

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

55

Gambar 3.1 Desain Penelitian89

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu hal yang ditetapkan oleh

peneliti berbentuk apa saja untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi, lalu

ditemukan kesimpulannya.90 Dalam penelitian kuasi eksperimen peneliti

menggunakan dua macam variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel bebas merupakan suatu hal khusus yang diukur dari subjek yang diteliti

sebelum mendapat perlakuan. Sedangkan variabel terikat adalah ciri-ciri khusus

yang melekat pada subjek yang diteliti setelah mendapat perlakuan.91

Ada dua

variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya

sebagai berikut:

Variabel bebas (X) : Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction).

Variabel terikat (Y) : Hasil Belajar Siswa.

D. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan

penelitian, antara lain:

1. Tahap Persiapan

1) Melakukan observasi terhadap masalah yang terjadi di sekolah. Pengamatan

ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Kota Bekasi dengan menggunakan

angket.

89

Sugiyono, op.cit., h. 116. 90

Ibid., h. 60. 91

Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung:

Alfabeta, 2012), cet. I, h. 88-89.

X 02

O4

O1

O3

Page 72: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

56

2) Menyusun RPP, LKS (Lembar Kegiatan Siswa) dan bahan ajar yang akan

digunakan. sesuai dengan pokok bahasan yang dipilih.

3) Menyusun instrumen Penelitian.

4) Melakukan survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian.

5) Menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang akan digunakan.

6) Membagi sampel menjadi dua macam kelas yaitu kelas eksperimen dan

kontrol menggunakan purposive sampling.

2. Tahap Pelaksanaan

1) Mengelompokkan siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol berdasarkan

kemampuan tinggi, sedang dan rendah melalui data nilai ulangan harian siswa

(aptitude test).

2) Memberikan tes awal, pretest pada kedua kelompok (eksperimen maupun

kontrol) untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

3) Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada kelas eksperimen, sedangkan pada

kelas kontrol menerapkan model pembelajaran konvensional (kurikulum 2013

revisi).

4) Memberikan tes akhir, posttest pada kedua kelompok (eksperimen maupun

kontrol) untuk mengevaluasi pembelajaran.

3. Tahap Akhir

1) Menganalisis data hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh oleh

peneliti baik data pretest maupun posttest.

2) Membuat pembahasan dan kesimpulan berdasarkan data penelitian yang telah

diolah dan dianalisis.

3) Selanjutnya membuat laporan penelitian.

Page 73: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

57

E. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekumpulan objek yang akan dikaji atau diteliti yang

memiliki karakteristik tertentu.92

Target populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas XI MAN 2 Kota Bekasi pada tahun ajaran 2018/2019 di

semester genap yang karakteristik siswanya homogen. Namun karakteristik di

dalam kelas cukup heterogen, di mana di antara siswa memiliki kemampuan

kognitif yang tinggi, sedang dan rendah.

Sampel yang akan digunakan berdasarkan populasi dengan teknik non-

probability sampling. Non-Probability sampling di mana populasi tidak memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.93 Pemilihan sampel

berdasarkan kelompok subjek yang berkumpul bersama secara alami. Setelah itu,

pengambilan sampel diambil dari sejumlah kelas yang ada berdasarkan

pertimbangan peneliti. Sampel tersebut akan dibagi menjadi dua kelas, dimana

ada kelas yang diberikan treatment model pembelajaran ATI dan kelas yang lain

sebagai kelompok kontrol menerapkan model pembelajaran konvensional

(kurikulum 2013 revisi).

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Teknik purposive sampling merupakan teknik di mana sampel yang diambil

berdasarkan pada tujuan atau pertimbangan tertentu.94 Peneliti mengambil sampel

kelas eksperimen yang memiliki kemampuan yang rendah, karena peneliti

memiliki tujuan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa masih cenderung rendah.

Setelah di ambil keputusan pengambilan sampel, sampel yang dijadikan kelas

eksperimen dan kontrol lalu dikategorikan kemampuannya menjadi tiga tingkatan,

yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah berdasarkan data

92

Ibid., h. 9. 93

Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Aplikasi Penelitian, (Bandung: Alfabeta,

2011), cet. V, h. 245. 94

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT., Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 254.

Page 74: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

58

hasil ulangan harian siswa (data objektif) sebagai aptitude test. Peneliti dalam

menentukan tingkatan tersebut memiliki langkah-langkah sebagai berikut:95

a) Menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua siswa.

b) Menghitung nilai Mean dan Deviation Standard atau Standar deviasi.

c) Menentukan batas-batas kelompok.

1) Kelompok atas (tinggi), seluruh siswa yang memiliki skor, dimana skor

rata-rata ditambah standar deviasi, yang lebih dari itu.

2) Kelompok sedang, seluruh siswa yang memiliki skor antara -1SD dan

+SD.

3) Kelompok kurang (rendah), seluruh siswa yang memiliki skor -1SD dan

yang kurang dari itu.

Data nilai ulangan harian siswa diambil oleh peneliti saat sebelum

melakukan pretest. Peneliti menggunakan data nilai ulangan harian siswa sebagai

aptitude test sekaligus sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan

kelas eksperimen (XI IPA 3) dan kelas kontrol (XI IPA 1). Berdasarkan hasil

penelitian dan analisis data, berikut ini rangkuman mengenai data yang diperoleh

oleh peneliti:

Tabel 3.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai Ulangan Harian

Siswa

Pemusatan dan

Penyebaran

Data

Kelas XI IPA 1 Kelas XI

IPA 2 Kelas XI IPA 3

Nilai Terendah 30 30 30

Nilai Tertinggi 85 85 85

Rata-rata (mean) 55 54,88 54,75

Median 55 55 55

Modus 55 50 40

Standar Deviasi 14,936 14,828 14,976

Uji Normalitas Sig. = 0,243 Sig. = 0,163 Sig. = 0,208

95

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2016), cet. V, h. 299.

Page 75: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

59

Uji Homogenitas Sig. = 0,998

Keputusan Kelas Kontrol - Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ulangan harian siswa

dari ketiga kelas menunjukkan berdistribusi normal dan homogen. Sehingga data

ini dapat digunakan menjadi dasar pengambilan sampel dan menjadi acuan untuk

menentukan kategori kemampuan siswa (tinggi, sedang dan rendah) sebagai

aptitude test. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling (pertimbangan

tertentu), sehingga kelas XI IPA 1 dijadikan sebagai kelas kontrol sedangkan XI

IPA 3 dijadikan kelas eksperimen. Kelas XI IPA 3 dijadikan kelas eksperimen

karena siswa di kelas tersebut terdapat banyak siswa yang memiliki

kemampuan/bakat (aptitude) cenderung rendah. Perhitungan dan analisis data

yang lebih detail terdapat pada lampiran C.1 sampai dengan C.6.

G. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan intrumen tes dan non tes sebagai teknik

pengumpulan datanya. Dalam hal ini instumen tes yang digunakan yaitu tes

objektif meliputi pretest dan posttest. Sedangkan intrumen non tes yang

digunakan yaitu angket dan observasi saat studi pendahuluan dan observasi saat

pembelajaran berlangsung. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

Data Jenis

Tes Jenis Data yang Dikumpulkan

Pretest Tes

Hasil belajar siswa sebelum di beri

perlakuan (ranah kognitif).

Posttest Tes

Hasil belajar siswa setelah di beri

perlakuan (ranah kognitif).

Angket dan observasi Non tes Saat studi pendahuluan

Observasi Non Tes Rubrik penilaian kinerja siswa ketika

Page 76: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

60

proses pembelajaran berlangsung (ranah

psikomotrik dan afektif).

Instrumen tes dan non tes (saat studi pendahuluan) yang digunakan

peneliti dapat dilihat pada lampiran B.1 sampai dengan B.5. Sedangkan instrumen

non tes (saat proses kegiatan siswa) dapat dilihat pada setiap RPP tiap pertemuan

yang ada pada lampiran A.1 dan A.2.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian teknik tes yang digunakan pada penelitian ini,

adalah tes objektif. Tes objektif meliputi dua kali digunakan, saat pretest dan

posttest. Pretest untuk mengetahui pemahaman awal siswa sebelum diberikan

perlakuan. Sedangkan, posttest digunakan untuk mengetahui hasil setelah

diberikan perlakuan. Masing-masing sebanyak 40 butir soal yang berbentuk

pilihan ganda (multyple choice). Untuk lebih jelasnya, berikut tabel kisi-kisi

instrumen tes (soal pilihan ganda) yang digunakan oleh peneliti:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes

Konsep Sub Konsep Indikator Aspek Kognitif Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4

Gelombang

Bunyi

Karakteristik

gelombang

bunyi

Memahami

karakteristik

gelombang

bunyi.

1*,

2*,

3*,

4 4

Cepat rambat

gelombang

bunyi

Mengaplikasi-

kan besaran

dari cepat

rambat

gelombang

bunyi.

5* 6*,

7* 3

Azas Doppler Menentukan

nilai besaran

Azas Doppler.

8* 9*,

10*

11,

12,

13

6

Fenomena

dawai dan

pipa organa

Menghitung

nilai besaran-

besaran terkait

fenomena

16

*

14*

,

15*

,

18,

19

*,

20

7

Page 77: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

61

dawai dan pipa

organa

(terbuka dan

tertutup).

17*

,

*

Intensitas dan

Taraf

intensitas

Menentukan

besaran-

besaran terkait

intensitas

bunyi dan taraf

intensitas

bunyi.

21

*

22,

23*

, 24

4

Cahaya Dispersi

cahaya

Memahami

fenomena

dispersi

cahaya.

25

*

26

* 2

Spektrum

cahaya

Mengetahui

spektrum

cahaya.

27

* 1

Difraksi

cahaya

Menghitung

nilai besaran-

besaran pada

peristiwa

difraksi.

28

*

29,

30*

, 31

4

Interferensi

cahaya

Menghitung

nilai besaran-

besaran pada

peristiwa

interferensi.

32

*

33

*

34,

35,

36*

5

Polarisasi

cahaya

Memahami

fenomena

polarisasi.

37

*

38,

39 3

Teknologi

LCD dan

LED

Mencontohkan

teknologi LCD

dan LED.

40

* 1

Total 8 10 16 6 40

Presentase 20

%

25

%

40

%

15

% 100 %

Keterangan:

* (tanda bintang) = butir soal yang valid.

1 (angka miring/italic) = butir soal yang digunakan sebagai pretest dan posttest.

Page 78: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

62

Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa soal yang valid sebanyak 27

butir soal, namun butir soal yang digunakan oleh peneliti sebanyak 25 butir soal.

Jadi, 25 butir soal tersebut digunakan oleh peneliti saat penelitian sebagai soal

pretest dan posttest, yang bisa dilihat pada lampiran B11.

I. Kalibrasi Instrumen Penelitian

Instrumen tes sebelum diberikan kepada siswa, harus di kalibrasi

instrumen tesnya terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas dari instrumen yang

digunakan oleh peneliti. Sebuah instrumen yang digunakan peneliti dapat

dikatakan baik bila memenuhi kriteria, antara lain: validitasnya, reliabilitasnya,

objektivitasnya, praktibilitas dan ekonomis.96

Kalibrasi instrumen tes (soal pilihan

ganda) yang digunakan pada penelitian ini, sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini uji validitas item yang digunakan adalah korelasi

point biseral, berikut rumus perhitungannya:97

………………………...…. (3.1)

Keterangan:

: Nilai koefisien korelasi point biseral dimana untuk mengetahui kekuatan

korelasi baik variabel I maupun variabel II, dalam hal ini dianggap

koefisien validitas item.

: Skor mean hitung yang didapatkan oleh testee, untuk butir item yang

telah dijawab testee dengan betul.

: Skor mean dari skor total.

: Deviasi standar dari skor total.

: Proporsi jawaban betul dari testee terhadap butir item yang sedang diuji

validitas itemnya.

96

Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 72. 97

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2011), cet. II, h. 185.

Page 79: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

63

: Proporsi jawaban salah dari testee butir item yang sedang diuji validitas

itemnya.

Penentuan interpretasi validitas suatu instrumen tes, didasarkan pada

tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Validitas Instrumen Tes98

Koefisien korelasi (r) Interpretasi

0,80 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi

0,60 sampai dengan 0,79 Tinggi

0,40 sampai dengan 0,59 Cukup

0,20 sampai dengan 0,39 Rendah

0,00 sampai dengan 0,20 Sangat rendah

Berikut hasil uji validitas instrumen tes yang digunakan oleh peneliti,

dapat dilihat pada tabel:

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 40

Jumlah Siswa 40

Nomor Soal yang Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 15, 16, 17, 19, 20,

21, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 36, 37, 40

Nomor Soal yang Tidak

Valid

4, 11, 12, 13, 18, 22, 24, 29, 31, 34, 35, 38, 39

Jumlah Soal Valid 27

Persentase Soal Valid 67,5 %

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa soal yang valid berjumlah 27

butir soal dari 40 butir soal. Peneliti dalam menguji validitas tes menggunakan

bantuan aplikasi ANATES ver. 4,09. Pengolahan data dan hasil uji validitas

instrumen tes yang digunakan di atas dapat Anda lihat pada lampiran B6.

98 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,

(Bandung: Alfabeta, 2012), cet. VIII, h. 98.

Page 80: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

64

2. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen tes dapat disebut reliabel apabila instrumen tersebut ajeg

atau stabil dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur dengan kenyataan.99

Pengujian reliabilitas untuk tes berbentuk pilihan ganda dalam penelitian ini

melalui pendekatan single test-single trial, di mana peneliti melakukan tes hanya

satu kali saja dan satu kelompok saja.100

Formula yang dipilih peneliti sebagai tes

reliabilitas yaitu rumus Kuder dan Richardson (KR20). Adapun rumusnya sebagai

berikut:101

(

) (

) ….………..…….……. (3.2)

Keterangan:

: Koefisien reliabilitas tes.

: Banyaknya butir item.

: Bilangan konstan.

: Varian total.

: Proporsi jawaban betul dari testee terhadap butir item yang

bersangkutan.

: Proporsi testee yang jawabannya salah, atau .

∑ : Jumlah perkalian antara dengan .

Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes102

Koefisien Korelasi Reliabilitas Interpretasi

r11 sama dengan atau lebih besar dari

0,70 Reliabel, tinggi

r11 lebih kecil dari 0,70 Tidak reliabel, tidak tinggi

Berikut hasil uji reliabilitas instrumen tes yang digunakan oleh peneliti,

perhatikan tabel berikut:

99 Suharsimi Arikunto, op.cit., cet. III, h. 100.

100 Anas Sudijono, op.cit., h. 213-214.

101 Ibid., h. 252-253.

102 Ibid., h. 209.

Page 81: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

65

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Reliabilitas Keterangan

r11 = 0,086 Reliabel, tinggi

Peneliti dalam menguji reliabilitas tes menggunakan bantuan aplikasi ANATES

ver. 4,09. Untuk lebih jelasnya mengenai perolehan uji reliabilitas instrumen tes

dapat Anda lihat pada lampiran B7.

3. Uji Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran ialah tes yang dapat memilih banyaknya responden tes

yang dapat mengerjakan soal dengan jawaban yang benar. Untuk melihat tingkat

kesukaran hitung caranya dengan membandingkan antara jumlah responden yang

mengerjakan soal dengan jawaban yang benar dengan keseluruhan jumlah

responden yang mengikuti tes tersebut. Persamaannya sebagai berikut:103

……………………………………. (3.3)

Keterangan:

P : Tingkat kesukaran

∑ : Jumlah peserta didik yang menjawab benar

N : Jumlah peserta didik

Penentuan interpretasi tingkat kesukaran suatu instrumen tes mengacu

pada buku yang berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and

Education yang dikemukakan oleh Robert L. Thorndike dan Elizabeth sebagai

berikut:

Tabel 3.8 Interpretasi Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen Tes104

Besarnya (P) Interpretasi

Kurang dari 0,30 Terlalu sukar

0,30 sampai dengan 0,70 Cukup (sedang)

Lebih dari 0,70 Terlalu mudah

103

Zainal Arifin, Evaluasi pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), cet.

VII, h. 272. 104

Anas Sudijono, op.cit., h. 372.

Page 82: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

66

Hasil yang diperoleh peneliti setelah data dikalibrasi, dirangkum dalam

tabel berikut ini:

Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Interpretasi Nomor Butir Soal Jumlah Soal

Sukar 11, 12, 13, 22, 24, 26, 29, 31, 35, 38, 39 11

Sedang 2, 5, 9, 10, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 25, 27, 30,

33, 36

15

Mudah 1, 3, 4, 6, 7, 8, 15, 21, 23, 28, 32, 34, 37, 40 14

Peneliti dalam menguji tingkat kesukaran intrumen tes menggunakan

bantuan aplikasi ANATES ver. 4,09. Pengolahan data dan hasil dapat Anda lihat

pada lampiran B8.

4. Uji Daya Pembeda

Indeks diskriminan adalah angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda. Untuk menemukan indeks diskriminan, maka digunakan rumus:105

…………..………... (3.4)

Keterangan:

D : Daya pembeda

PA : Proporsi kelas atas yang menjawab benar

PB : Proporsi kelas bawah yang menjawab benar

BA : Banyak siswa golongan atas yang menjawab benar untuk setiap butir

soal

BB : Banyak siswa golongan bawah yang menjawab benar untuk setiap butir

soal

JA : Jumlah siswa kelas atas

JB : Jumlah siswa kelas bawah

105

Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 245.

Page 83: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

67

Dalam memberikan tafsiran mengenai daya pembeda, dapat digunakan

interpretasi yang terdapat pada tabel berikut:

Tabel 3.10 Interpretasi Kriteria Daya Pembeda Instrumen Tes106

Besarnya Diskriminan (D) Klasifikasi Interpretasi

Kurang dari 0,20 Poor Daya pembedanya lemah

sekali (jelek).

0,20 – 0,40 Satisfactory Daya pembedanya yang cukup.

0,40 – 0,70 Good Daya pembedanya yang baik.

0,70 – 1,00 Excellent Daya pembedanya baik sekali.

Bertanda negatif – Daya pembedanya bertanda

negatif (jelek sekali).

Hasil yang diperoleh peneliti mengenai daya pembeda instrumen tes,

berikut tabel hasil ujinya:

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes

Interpretasi Nomor Butir Soal Jumlah

Soal

Jelek – poor 4, 11, 12, 22, 31, 34, 38, 39 8

Cukup – satisfactory 1, 6, 13, 40 4

Baik – good 3, 5, 7, 8, 10, 14, 15, 19, 21, 23, 28, 30,

32, 36, 37, 15

Sangat Baik – excellent 2, 9, 16, 17, 20, 25, 26, 27, 33 9

Jelek sekali 18, 24, 29, 35 4

Peneliti dalam menguji daya pembeda intrumen tes menggunakan

bantuan aplikasi ANATES ver. 4,09. Pengolahan data dan hasil dapat Anda lihat

pada lampiran B.9.

106

Anas Sudijono, op.cit., h. 389.

Page 84: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

68

J. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis Data Tes

Pengujian prasyarat analisis data ini dilaksanakan sebelum melakukan uji

hipotesis. Pengujian Prasyarat analisis data tes tersebut menggunakan dua uji

yaitu normalitas dan homogenitas. Untuk lebih detailnya berikut uraiannya:

a. Uji Normalitas

Uji Saphiro-Wilk digunakan oleh peneliti untuk menguji sampel yang

berasal dari populasi. Persamaan dari uji Saphiro wilk, yaitu:107

(∑ ( ) )

∑ ( )

……………………….…. (3.5)

di mana

( ) = tatanan ( ), ( ), …, ( ).

= konstanta yang dibangkitkan dari purata (mean), variance dan covariance

sampel statistik tatanan sebesar n dari distribusi normal.

Persyaratannya sebagai berikut: 108

1) Data berskala interval/ ratio (kuantitatif)

2) Data belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi (data tunggal)

3) Data berasal dari sampel acak (random).

Dalam mengambil keputusan gunakan kriteria:

1) Jika nilai p-value lebih dari 5% maka H0 diterima, tolak Ha.

2) Jika nilai p-value kurang dari 5% maka H0 ditolak, terima Ha.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data ini adalah untuk mengetahui kesamaan antara dua

kondisi atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan

kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barlett

dengan langkah-langkah sebagai berikut:109

1) Bagilah set data pada variabel menjadi beberapa kelompok.

107

Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2009), cet. I, h. 55. 108

Tri Cahyono, Statistik Uji Normalitas, (Purwokerto: Yasamas , 2015), h. 23-24. 109

Edi Riadi, Statistik Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS), (Yogyakarta: ANDI,

2016), h. 127.

Page 85: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

69

2) Hitunglah varian dari tiap kelompok yang dibentuk dengan rumus:

∑ (∑ )

( ) ………………….……..…. (3.6)

3) Susunlah kelompok tersebut ke dalam tabel di bawah ini

Sampel Db Varian (S2) Db S

2 Log S

2 Db log S

2

Jumlah

4) Menghitung varian gabungan dengan menggunakan persamaan berikut:

∑( )

∑( ) ………………………..…….. (3.7)

5) Menghitung nilai satuan B

(∑ )( ) ……………………….... (3.8)

6) Menghitung nilai chi kuadrat hitung

( )( (

) …………….……. (3.9)

7) Menentukan nilai chi kuadrat tabel,

( ) ..………………………... (3.10)

Di mana k = banyak kelompok varian

8) Kesimpulan

Jika

, maka dapat diikhtisarkan bahwa sampel berasal dari populasi

yang homogen.

2. Uji Hipotesis

Peneliti dalam melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dua

sampel independen untuk mengetahui pengaruh dari model ATI terhadap hasil

belajar. Persamaan uji-t jika terdapat dua sampel independen sebagai berikut:110

a. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variance assumed):

110

Stanislaus S. Uyanto, op.cit., h. 160-161.

Page 86: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

70

……….…………...………….. (3.11)

Dengan derajat kebebasan:

√( )

( )

………….………..….. (3.12)

dimana

= besar sampel pertama.

= besar sampel kedua.

b. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variance not

assumed):

……….………...……………. (3.13)

Dengan derajat kebebasan:

(

)

(

)

(

)

……………….…...……….. (3.14)

= dibaca nu adalah alphabet Yunani untuk n.

Sedangkan uji beda dua mean data berpasangan menggunakan paired

sampel t test. Peneliti gunakan uji-t tersebut untuk mengetahui perbedaan hasil

pretest dan posttest, khususnya kelas eksperimen. Berikut persamaan uji-t:111

√ ∑ ( )

……………………………... (3.15)

Keterangan:

T = nilai t

d = selisih nilai posttes dan pretes

N = jumlah sampel

111

Edi Riadi, op.cit., h. 246.

Page 87: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

71

3. Uji N-gain

Dalam mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa, peneliti

menggunakan uji N-gain yang dikemukakan Archambault (2008) dengan

persamaan:112

100 …...……… (3.16)

di mana:

N-gain lebih dari 0,7 maka kategori tinggi.

N-gain besarnya 0,3 < 0,7 maka kategori sedang.

N-gain besarnya < 0,3 maka kategori rendah.

4. Analisis Data Non Tes

Analisis data non tes ini dilaksanakan saat studi pendahuluan dan saat

proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui lebih detailnya berikut

uraiannya:

a. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan dan jawaban tertulis yang

ditujukan kepada responden untuk mengumpulkan data informasi. Peneliti

menggunakan kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur dimana, satu

pihak memberi alternatif jawaban yang harus dipilih dilain pihak memberi

kebebasan kepada responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban

pertanyaan sebelumnya.113

Lembar angket untuk guru dan siswa dilakukan saat

studi pendahuluan, dapat dilihat pada lampiran B.1 dan B.2.

112

Rosdiana Meliana Situmorang, dkk., “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Ekskresi Manusia.”

Universitas Syiah Kuala, Jurnal EduBio Tropika, vol. 3, No. 2, Oktober 2015, h. 88. 113

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta 2010), h. 167-

168.

Page 88: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

72

b. Observasi

Peneliti dalam melakukan penelitian teknik non tes menggunakan lembar

observasi. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa

ketika proses pembelajaran berlangsung. Peneliti menggunakan metode check-list

sesuai dengan rubrik penilaian yang dibuat oleh peneliti. Rubrik penilaian yang

digunakan oleh peneliti yaitu jenis penilaian kinerja (penilaian untuk kerja).

Rubrik merupakan pedoman penskoran yang digunakan untuk menentukan skor

dalam penilaian kinerja.114

Penilaian untuk kerja merupakan observasi yang

sistematik yang digunakan untuk memperoleh informasi terhadap seseorang.115

Peneliti menggunakan diskusi dalam tiap pertemuan kegiatan belajar mengajar,

karena metode diskusi merupakan kegiatan memecahkan suatu masalah yang

memerlukan ketelitian dan keputusan bersama.116

Terlebih lagi, penilaian kinerja

cocok digunakan untuk tugas tertentu seperti diskusi. Rubrik tersebut digunakan

untuk mengamati siswa di ranah psikomotorik maupun afektifnya. Sedangkan,

untuk memberikan skor dan nilai pada siswa, peneliti memiliki rumusan sebagai

berikut:117

………..……... (3.17)

Rubrik penilaian kinerja secara terperinci dapat dilihat pada lampiran A.1 dan A.2

dalam perangkat pembelajaran tiap pertemuan, sementara hasilnya dapat dilihat

pada lampiran B.13.

K. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah uji dua pihak. Uji dua

pihak yang digunakan sebagai pengujian hipotesis tak langsung, yakni separoh

114

Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV. WACANA

PRIMA, 2009), h. 221. 115

Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012),

cet. I, h. 75. 116

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat: Quantum

Teaching, 2010), cet. III, h. 54. 117

Anas Sudijono, op.cit., h. 317.

Page 89: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

73

berada di pihak kiri dan separoh lagi pihak kanan sebagai daerah penolakan.118

Berikut uji hipotesis statistik:

H0 : (tidak terdapat pengaruh model ATI terhadap hasil belajar siswa)

H1 : (terdapat pengaruh model ATI terhadap hasil belajar siswa)

Keterangan:

: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan perlakuan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan perlakuan model

pembelajaran konvensional.

118

Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/

Lisrel dalam Penelitian, Ed. kedua, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 138.

Page 90: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa penggunaan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa pada konsep gelombang bunyi dan cahaya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara khusus dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Kelas eksperimen (XI IPA 3) memiliki rata-rata hasil pretest sebesar 21,60,

sedangkan kelas kontrol (XI IPA 1) memiliki rata-rata hasil pretest sebesar

21,90. Setelah diberi perlakuan model pembelajaran ATI pada kelas

eksperimen (XI IPA 3) rata-rata hasil posttest yaitu 73,50, sedangkan kelas

kontrol (XI IPA 1) yang diberikan perlakuan model konvensional rata-rata

hasil posttest yakni 68,00. Hasil ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen

yang menggunakan model ATI lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

kontrol yang menggunakan model konvensional.

2. Hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran ATI juga mengalami

peningkatan kemampuan berpikir terutama pada kategori kognitif C1

(mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan) dan C4 (menganalisis).

Peningkatan kemampuan berpikir siswa secara uji N-gain nilai rata-ratanya

sebesar 0,67 (sedang). Sedangkan, nilai rata-rata uji N-Gain tiap siswa yang

menggunakan model pembelajaran konvensional sebesar 0,59 (sedang).

3. Hasil observasi siswa kelas eksperimen dan kontrol pada ranah afektif dan

psikomotorik masih tergolong baik. Begitupun hasil soal evaluasi pada ranah

kognitif tergolong baik.

Page 91: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

94

B. Saran

Berdasarkan temuan selama penelitian, adapun beberapa saran yang

dapat diajukan untuk penelitian di masa mendatang antara lain:

1. Sebaiknya penelitian dengan model pembelajaran ATI dapat dipergunakan

sebagai referensi melakukan penelitian yang sejenis dengan menggunakan

materi yang lain.

2. Sebaiknya model pembelajaran ATI dapat dipadukan dengan perkembangan

teknologi yang ada, misalnya ditambahkan media pembelajaran.

3. Sebaiknya peneliti atau guru yang hendak menggunakan model pembelajaran

ATI untuk diterapkan dalam mata pelajaran fisika, dapat menyediakan waktu

pertemuan yang cukup banyak agar model ini dapat efektif.

4. Sebaiknya dalam pengkategorian kemampuan siswa menggunakan tes yang

mampu menunjukan kemampuan siswa secara komprehensif.

Page 92: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

95

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Iif Khoiru, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta:

Prestasi Pustaka. Cet. I, 2011.

Anderson, Lorin W. dan David R. Krawthwohl. Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom, Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015.

Arifin, Zainal. Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. V,

2013.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT.

Bumi Aksara. Cet. V, 2016.

Arkundato, Artoto, dkk. Materi Pokok Fisika Dasar 2. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka. Cet. V, 2015.

_________, dkk. Materi Pokok Pembaharuan dalam Pembelajaran Fisika.

Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. IV, 2008.

Ayuningsih R., Franciska. “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik untuk

Meningkatkan Hasil Belajar sesuai Model Aptitude Treatment Interaction

pada Materi Fluida Dinamis. SNFA (Seminar Nasional Fisika dan

Aplikasinya).” Yogyakarta: Pasca Sarjana Magister Pendidikan Fisika

UAD, 2018.

Bramasti, Rully. Kamus Fisika. Surakarta: Aksarra Sinergi Media, 2012.

Cahyono, Tri. Statistik Uji Normalitas. Purwokerto: Yasamas, 2015.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga,

2011.

Dongoran, Zulkipli. Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment

Interaction) terhadap Aktivitas dan Generik Sains Fisika Siswa. Jurnal

Pendidikan fisika. 3, 2014.

Dwi, Agus. “6 Perbedaan TV LCD dan TV LED yang Perlu Anda Ketahui”,

www.foldertekno.com, 24 September 2019.

Erniati, dkk. Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan Model Student Teams

Achievement Division (STAD) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ampana

Kota. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). 2, 2017.

Fadlillah. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs,

dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Cet. I, 2014.

Page 93: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

96

Giancoli, Douglas C. Fisika Jilid 1, Edisi Kelima, terj. dari Physics: Principles

with applications. Fifth Edition, oleh Yuhilza Hanum. Jakarta: Erlangga,

2001.

Halliday, David dan Robert Resnick, Fisika Edisi Ketiga, Jilid 2, terj. dari Physics

3rd

Edition, oleh Pantur Silaban dan Erwin Sucipto. Jakarta: Erlangga,

1984.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumiaksara, 2014.

Hermawan, A., dkk. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Struktur Atom. Program Studi Kimia

FKIP Untan.

Ishaq, Mohamad. Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet. I, 2007.

Jufri, A. Wahab. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta,

2013.

Kadir. Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program

SPSS/ Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Silabus Mata Pelajaran Sekolah

Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA): Mata Pelajaran Fisika,

2016.

_________. Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016.

Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan

Contoh. Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014.

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Maimunah, S., dkk.. Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Model Aptitude

Treatment Interaction (ATI) pada materi Tekanan Hidrostatis di SMP.

Artikel Penelitian Prodi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak, 2019.

Maisya, “Pengaruh Model Aptitude Treatment Interaction Berbantuan Multimedia

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fluida Statis”, Skripsi pada

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2017. Tidak

dipublikasikan.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Mulyatiningsih, Endang. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.

Bandung: Alfabeta. Cet. I, 2012.

Mundilarto, Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press, 2012.

Page 94: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

97

Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:

Remaja Rosdakarya, 2013.

Nurdin, Syafrudin. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman

Individual Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat:

Quantum Teaching, 2005.

Pervin, Lawrence A. dan Michael Lewis. Perspectives in Interactional

Psychology. New York: Plenum Press, 1978.

Rasyid, Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. WACANA

PRIMA, 2009.

Ratnawati, Franciska Ayuningsih. “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik

untuk Meningkatkan Hasil Belajar sesuai Model Aptitude Treatment

Interaction pada Materi Fluida Dinamis”, SNFA (Seminar Nasional Fisika

dan Aplikasinya), Pasca Sarjana Magister Pendidikan Fisika UAD,

Yogyakarta, 2018.

Riadi, Edi. Statistik Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta:

ANDI, 2016.

Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Aplikasi Penelitian. Bandung:

Alfabeta. Cet. V, 2011.

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabeta. Cet. VIII, 2012.

Ritaelfianis, “Pengertian dan Perbedaan antara LCD dengan LED”,

ritaelfianis.com, 24 September 2019.

Rohman, Khabibur. Optimalisasi Pendidikan Humanistik di Sekolah Dasar,

Dinamika Penelitian, 2016.

Ruseffendi, E.T. Pengajaran Matematika Modern untuk Orangtua Murid Guru

dan SPG. Bandung: Tarsito, 1979.

Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: Quantum

Teaching. Cet. III, 2010.

Saregar, A., dkk. Efektivitas Penerapan Model ATI (Aptitude Treatment

Interaction) dan Model TAI (Team Assited Individually): Dampak

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika dan

Keilmuan (JPFK). 3, 2017.

Sarojo, Ganijanti Aby. Gelombang dan Optika. Jakarta: Salemba Teknika, 2011.

Scaife, Thomas M., dan Andrew F. Heckler. The Dependence of Instructional

Outcomes on Individual Differences: An Examole from DC Cicuits”,

Page 95: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

98

Department of Chemistry and Engineering Physics, Department of

Physics, 2013.

Situmorang, Rosdiana Meliana, dkk. Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi

Sistem Ekskresi Manusia. Universitas Syiah Kuala, Jurnal EduBio

Tropika. 3, 2015.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta. Cet. V, 2010.

Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet.

I, 2012.

_________. Dasar-dasar Fisika: Konsep, Rumus & Evaluasi Mandiri. Depok:

Rajawali Press. Cet. I, 2018.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Cet. II, 2011.

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Cet. XIV, 2011.

________. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. Cet. XXVI, 2017.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. Cet. IV, 2007.

_________. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011.

Supeno, dkk. Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika.

Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. IV, 2008.

Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya:

Pustaka Pelajar, 2009.

Surya, Yohanes. Optika. Tangerang: PT Kandel, 2014.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta:

Prenadamedia Group. Cet. IV, 2016.

Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT

sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Depok: Rajagrafindo

Persada, 2012.

Page 96: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan

99

Syafrudin, Nurdin. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman

Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Quantum

Teaching. Cet. I, 2005.

Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta,

2010.

Tim Penerbit. Ensiklopedia IPTEK, Terj. dari The Kingfisher Science

Encyclopedia, Kingfisher Publications Plc, London. Jakarta: PT Lentera

Abadi, 2007.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009.

Umar, Efrizon. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo. Cet. I, 2008.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2003.

Uno, Hamzah B. dan Masri Kudrat Umar. Mengelola Kecerdasan dalam

Pembelajaran sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan.

Jakarta: Bumi Aksara. Cet. I, 2009.

Usman, Moch. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Cet. XXIV, 2010.

Uyanto, Stanislaus S.. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha

Ilmu. Cet. I, 2009.

Zainuddin. Analisis Karakteristik Umum Materi Ajar Fisika serta Strategi Belajar

dan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan MIPA. 1, 2017.