Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTIED
GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA PADA KONSEP FLUIDA
DINAMIS
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
NADIYAH PUTRI
NIM 1113016300034
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inqury
Learning (POGIL) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa pada
Fluida Dinamis disusun oleh Nadiyah Putri, NIM 1113016300034, Jurusan Tadris
Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diajukan pada ujian/sidang munaqasyah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 24 April 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing Skripsi (1) Pembimbing Skripsi (2)
Ai Nurlaela, M.Si Devi Solehat, M.Pd
NIP. 19791112 200912 2 003 NIP. -
Ketua Jurusan Tadris Fisika
Iwan Permana Suwarna, M.Pd
NIP. 19780504 200901 1 013
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Procces Oriented Guided Inqury
Learning (POGIL) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Fluida
Dinamis disusun oleh Nadiyah Putri, NIM 1113016300034, Jurusan Tadris Fisika, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 8 Mei 2020 dihadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Tadris Fisika.
Jakarta, 20 Juli 2020
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Tadris Fisika)
Iwan Permana Suwarna
NIP. 19780504 200901 1 013 20/07/2020
Penguji I
Kinkin Suartini, S.Pd, M.Pd
NIP. 19780406 200604 2 003 19/05/2020
Penguji II
Erina Hertanti, S.Si, M.Si
NIP. 19720419 199903 2 002 18/07/2020
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iv
ABSTRAK
NADIYAH PUTRI, NIM 1113016300034. Pengaruh Model Pembelajaran
Process Orientied Guided Inquiry Learning (POGIL) Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Siswa pada Konsep Fluida Dinamis. Skripsi
Program Studi Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Process Orientied Guided Inquiry Learning
(POGIL) dan pengaruh penerapan pembelajaran POGIL terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah siswa. Dari hasil kajian teori ditemukan bahwa model
pembelajaran POGIL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
POGIL terdiri dari lima tahapan, yaitu: 1) orientasi, 2) ekspolarasi, 3)
pemebentukan konsep, 4) aplikasi dan 5) penutup. Penelitian dilakukan di SMA
Negeri 13 Kota Tangerang, kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan XI IPA 2
sebagai kelas Eksperimen. Metode penelitien yang digunakan adalah quasi
experiment dengan desain nonequivqlent control group dan teknik pemengambilan
sampel berupa sampling purposive. Instrument yang digunakan yaitu, instrument
tes berupa soal uraian dan instrument nontes berupa angket. Hasil uji hipotesis
dengan menggunakan uji statistik non-parametrik dari Mann Whitney yang
dilakukan pada data posttest, nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil daripada taraf
signifikansi keputusan yang diperoleh hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya model pembelajaran Process Orientied Guided Inquiry Learning (POGIL)
berpengeruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep fluida
dibamis. Diperkuat dengan hasil uji N-Gain kelas eksperimen mengalami
peningkatan indikator kemampuan pemecahan masalah lebih besar daripada kelas
kontrol. Sementara, hasil angeket respon siswa secara keseluruhan menunjukkan
bahwa model pembelajaran Process Orientied Guided Inquiry Learning (POGIL)
berada dalam persentase 75.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Process Orientied Guided Inquiry Learning
(POGIL), Kemampuan Pemecahan Masalah, Fluida Dinamis
v
ABSTRACT
NADIYAH PUTRI, NIM 1113016300034. The Effect of the Process Orientated
Guided Inquiry Learning (POGIL) Model to Students Problem Solving Ability
on Dynamic Fluid Concepts. Skripsi of Tadris Physics Study Program, Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif Hidayatulla
Jakarta, 2020
This study aims to determine the feasibility of learning using the Process Orientied
Guided Inquiry Learning (POGIL) learning model and the effect of the application
of POGIL learning to students' problem solving abilities. From the results of a
theoretical study it was found that the POGIL learning model can improve problem
solving abilities. POGIL consists of five stages, namely: 1) orientation, 2)
expolaration, 3) concept formation, 4) application and 5) closing. The study was
conducted at SMA Negeri 13 Kota Tangerang, class XI IPA 1 as a control class
and XI IPA 2 as an Experiment class. The research method used was quasi-
experimental with nonequivqlent control group design and sampling technique in
the form of purposive sampling. The instrument used was test instrument in the
form of question matter and non-test instrument in the form of a questionnaire.
Hypothesis test results using non-parametric statistical tests from Mann Whitney
conducted on posttest data, the value of Sig. (2-tailed) is smaller than the
significance level of the decision obtained by the hypothesis 𝐻0 is rejected and 𝐻1
is accepted. This means that the Process Orientied Guided Inquiry Learning
(POGIL) learning model influences the students' problem solving ability on the
fluid concept on a rock. Strengthened by the results of the N-Gain test the
experimental class increased the indicator of problem solving ability greater than
the control class. Meanwhile, the results of overall student response angeket
showed that the learning model of Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) was in the percentage of 75.
Keywords: Process Orientated Guided Inquiry Learning (POGIL) Learning
Model, Problem Solving Ability, Dynamic Fluid
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Process Oriented Guided Inqury Learning (POGIL) Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah pada Konsep Fluida Dinamis”. Solawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, para
sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Aamiin ya
Rabbal’alamiin.
Ucapan teristimewa disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, ucapan terimakasih
tersebut disampaikan kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Falkutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Iwan Permana Suwarna, M.Pd , selaku Ketua Jurusan Tadris Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis selama menjadi mahasiswa Tadris Fisika di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ai Nurlaeka, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama proses penulisan skripsi
4. Devi Solehat, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama proses penulisan skripsi
5. Seluruh dosen, staf dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Khususnya Prodi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
pemahaman dan pelayanan selama proses perkuliahan.
vii
6. Dra. Narti, selaku Guru bidang studi fisika di SMA Negeri 13 Tangerang yang
telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis selama penelitian
berlangsung
7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Asrul dan Ibunda Neneng Hasanah yang
tiada henti memberikan kasih saying, dukungan, serta do’a kepada penulis
8. Adik-adikku dan saudara-saudaraku yang senantiasa mrndukung penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Keluarga besar Tadris Fisika 2013, GAS.A, terutama Ulfah Khoeriyah, Siti
Maruyam, Ilah Susilah, Runanidjannah yang senantiasa berbagi ilmu,
kepedulian, perhatian dan motivasi dlam penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan stu persatu.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, April 2020
Nadiyah Putri
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 6
F. Manfaat penelitian ................................................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORITIS ........................................................................................... 7
A. Deskripsi Teoritis ................................................................................................... 7
1. Model Pembelajaran .......................................................................................... 7
2. Model Process Oriented Guided Inqury (POGIL) .................................................. 8
3. Kemampuan Pemecahan Masalah ................................................................... 13
4. Konsep Fluida Dinamis .................................................................................... 15
B. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ................................................................................................ 25
D. Pengajuan Hipotesis ............................................................................................. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 27
B. Metode Penelitian ................................................................................................ 27
C. Desain Penelitian ................................................................................................. 27
D. Variabel Penelitian ............................................................................................... 28
E. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 29
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 29
G. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 30
H. Validasi Instrumen Penelitian .............................................................................. 32
ix
I. Teknik Analisi Data ............................................................................................. 38
J. Hipotesis Statistik ................................................................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 45
A. Hasil Penelitian .................................................................................................... 45
1. Hasil Prestest Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa .................................. 45
2. Hasil Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa .................................. 46
3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ........... 47
4. Hasil Uji N-Gain .............................................................................................. 49
5. Hasil Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 50
6. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................................... 52
7. Analisis Data Angket ....................................................................................... 53
B. Pembahasan .......................................................................................................... 54
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 60
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 60
B. Saran .................................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 62
LAMPIRAN.................................................................................................................... 66
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Aliran Fluida Pada Pipa Berbeda Luas .......................................... 17
Gambar 2. 2 Gaya Total Yang Bekerja Pada Elemen Fluida Akibat Tekanan
Fluida Di Sekitarnya Sama Dengan Perubahan Energi Kinetik
Ditambah Dengan Perubahan Energi Potensial Gravitasi ................ 19
Gambar 2. 3 Teorema Torricelli ......................................................................... 21
Gambar 2. 4 Venturi Meter Tanpa Manometer .................................................. 21
Gambar 2. 5 Venturi Meter Dengan Manometer ................................................ 22
Gambar 2. 6 Gaya Angkat Pesawat .................................................................... 22
Gambar 2. 7 Diagram Kerangka Berpikir .......................................................... 26
Gambar 4. 1 Diagram Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol Dan Kelas
Eksperimen ....................................................................................... 45
Gambar 4. 2 Diagram Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol Dan Kelas
Eksperimen ....................................................................................... 46
Gambar 4. 3 Diagram Hasil Pretest Dan Posttest Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Pada Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ............ 48
Gambar 4. 4 Diagram Peningkatan Hasil Pretest Dan Posttest Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa Pada Kelas Kontrol Dan Kelas
Eksperimen ....................................................................................... 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design .................. 28
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes ..................................................................... 30
Tabel 3. 3 Penskoran Alternatif Pernyataan Angket ........................................... 31
Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Instrumen Nontes ................................................................ 32
Tabel 3. 5 Interprestasi Koefisien Kolrelasi ........................................................ 33
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ...................................................... 34
Tabel 3. 7 Kriteria Penafsiran Indeks Reliabilitas ............................................... 34
Tabel 3. 8 Klasifikasi Daya Pembeda.................................................................. 36
Tabel 3. 9 Uji Validitas Ahli Instrumen Nontes .................................................. 37
Tabel 3. 10 Kriteria Faktor N-Gain ..................................................................... 43
Tabel 3. 11 Kriteria Analisis Angket Respon Siswa ........................................... 43
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Data Hasil Pretest Dan Posttest Pada Kelas Kontrol Dan
Kelas Eksperimen.................................................................................. 47
Tabel 4. 2 Hasil Uji N-Gain Pretest Dan Posttest Pada Kelas Kontrol Dan Kelas
Eksperimen ............................................................................................ 49
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas Pretest Dan Posttest Pada Kelas Kontrol Dan
Kelas Eksperimen.................................................................................. 51
Tabel 4. 4 Hasil Uji Homogenitas Pretest Dan Posttest Pada Kelas Kontrol Dan
Kelas Eksperimen.................................................................................. 52
Tabel 4. 5 Hasil Uji Hipotesis Pretest Dan Posttest Pada Kelas Kontrol Dan
Kelas Eksperimen.................................................................................. 52
Tabel 4. 6 Hasil Angket Respon Siswa ............................................................... 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi memberi dampak yang cukup luas dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu
tantangan tersebut adalah bahwa pendidikan hendaknya mampu menghasilkan
sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi utuh, yang dikenal dengan
kompetensi abad ke-21. Kompetensi abad ke-21 merupakan kompetensi utama yang
harus dimiliki siswa agar mampu optimal dalam proses pembelajaran.1 Adapun
kompetensi abad 21 dalam proses pembelajaran mencerminkan empat hal antara lain
berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), kreatif
dan inovatif (creativity and innovation), komunikasi (communication) dan kerjasama
(collaboration).2
Salah satu pencerminan pembelajaran kompetensi abad 21 adalah pemecahan
masalah. Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikusai oleh
setiap siswa. Kemampuan ini diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dan mampu
mengembangkan diri mereka sendiri. Proses dalam membangun kemampuan
pemecahan masaah dapat berlangsung melalui diskusi atau penemuan melalui
pengumpulan data, baik diperoleh dari percobaan (eksperimen) atau data dari lapangan.
Sayangnya, menurut Serway dan Beichner (dalam Selçuk et al., 2008) untuk
melatih kemampuan pemecahan masalah memiliki kendala antara lain; guru belum
sadar bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa, guru hanya
memberikan permasalahan kuantitatif sederhana saja dan guru cenderung
1 Etistika Yuni Wijaya, dkk, “Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Globalisasi”, ISSN 2528-259X, Vol. 1, 2016, h. 263. 2http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/index.php/%E2%81%A0%E2%81%A0%E2%81%A0tiga
-agenda-penting-implementasi-kurikulum-2013/ (diakses hari rabu 12 september 2018)
2
menceramahkan materi dibandingkan dengan membimbing siswa dalam menemukan
sendiri solusi dari permasalah yang dihadapi.3 Hal ini dikarenakan ketika siswa
dihadapkan pada permasalahan kompleks, siswa akan mengalami kesulitan dalam
memecahkan masalah. Kesulitan siswa disebabkan kurangnya kemampuan awal siswa
yang membuat binggung dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran yang
berlangsung. Selanjutnya, kemampuan literasi siswa juga kurang yang berakibat pada
lemahnya pemahaman dan pembangunan kemadirian belajar.4
Pada permasalahan yang telah dijabarkan di atas diperlukan solusi. Salah
satunya adalah dengan menggunakan pembelajaran yang inovatif sehingga mendorong
siswa mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran
inovatif merupakan pembelajaran yang bersifat student center. Artinya, pembelajaran
yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk membangun pengetahuan secara
mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction).5
Pembelajaran inovatif diambil berdasarkan pada paradigma konstrutivisme yang
membuat siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan lingkungan belajarnya dan
mengakomodasi berbagai informasi pengalaman yang logis dan koheren.6
Pembelajaran inovatif bisa diimplementasikan pada model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
3 F Indriyani, dkk, “Pengaruh Modeling Instruction terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika pada Materi Usaha dan Energi Siswa Kelas X MIPA SMA Muhammadiyah Mayong Jepara”
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, p-ISSN 2086-2407, Vol. 9 No. 1, 2018, h. 41 4 Jatmiko, dkk, “Kesulitan siswa dalam memahami pemecahan masalah matematika”, Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika, P-ISSN: 2501-7638, Vol 3 No. 1, h. 18 5 Nurdyansyah, dkk, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013, (Sidoarjo: Nizamia
Learning Center, 2016), h. 3 6I Wayan Sukra Warpala, “ Mendesain Model Pembelajaran dengan Mengunakan e-Learning:
suatu Kajian Teoretik”, Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI), ISSN 2089-8673, Vol 1, No 3, 2012, h. 182
3
termasuk tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. 7
Model pembelajaran process orientied guided inquiry learning (POGIL) adalah
model pembelajaran yang menerapkan pembelajaran inovatif. Model pembelajaran ini
mengarahkan siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri dengan
melibatkan siswa secara aktif. 8 Proses pembelajaran model POGIL terdiri atas belajar
tim, aktivitas guided inqury untuk mengembangkan pengetahuan, pertanyaan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis, memecahkan masalah,
metakognitif dan tangungjawab individu.9 Kelebihan pembelajaran POGIL adalah
siswa terlebih dahulu menyiapkan diri mengenai materi yang akan dipelajari,
merangsa kemampuan berpikir siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui
kegiatan percobaan sehingga siswa dapat bertukar pendapat dan memberikan solusi.
Salah satu mata pelajaran yang dapat diterapkan pada model pembelajaran
POGIL adalah fisika. Hal itu karena fisika menekankan pada pembentukan
keterampilan, memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. Proses
belajar fisika bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam
diri sendiri siswa sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.10 Fisika
merupakan produk yang terdiri dari konsep, prinsip, teori dan atau hukum terkait
dengan gejala-gejala alam yang ada.
Fisika berkaitan pada konsep yang dasarnya mengatagorisasikan sesuatu
kedalam penyajian non-verbal, sehingga konsep cenderung abstrak dan kemampuan
gambaran mental diperlukan. Konsep merupakan bayangan dan peroses. Suatu konsep
7 Afandi, dkk, Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah, (Semarang: Unissula Press, 2013),
h.15 8Elisabeth Yunia, dkk, “ Pemberdayaan Keterampilan Proses Sains Melalui POGIL (Process
Orientied Guided Inqury Learning)”. Pros. Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM, ISBN 978-602-9286-21-2, Vol 1, 2016, h. 900
9 Nur Fitri, dkk, “ Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah peserta didik dengan Model Pembelejaran Process Orientied Guided Inqury Learning (POGIL) Melalui Pendekatan Problem Based Learning”, Jurnal Pendidikan Matematika, ISSN 2657-0335, Vol 4, No 1, 2019, h.13
10 Neizhela, dkk, “ Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Konstekstual dengan Metode Think Pair Share Materi Kalor pada Siswa SMP”, UPEJ, ISSN 2252-6935, Vol 1, 2015, h. 37
4
memiliki suatu organisasi kognitif yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
baru ditemukan. Pembelajaran fisika menuntut dalam memahami konsep secara
menyeluruh. Budikase mengungkapkan bahwa: pemahaman konsep yang meyeluruh
merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembelajaran fisika dan hanya
dengan penguasaan konsep, seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan.11
Pemahaman konsep fisika adalah kemampuan siswa untuk mengetahui mendefenisikan
dan membahas sendiri konsep fisika yang telah dipelajarinya tanpa mengurangi
maknanya.
Konsep fisika yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah adalah fluida dinamis. Fluida dinamis merupakan konsep fisika
yang menjelaskan tentang fenomena dan hukum-hukum gerakan dari suatu zat alir.
Konsep fluida dinamis terdiri dari konsep fluida ideal, persamaan kontinuitas, hukum
Bernoulli dan penerapan Hukum Bernoulli melali persamaan Toricelli, venturimeter,
pipa pitot serta gaya angkat pada pesawt terbang.12
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya menurut guru
fisika disekolah rata-rata nilai fisika siswa masih dalam kategori rendah. Hal ini
menunjukan kurangnya pemahaman konsep fisika sehingga siswa sulit memecahkan
masalah yang dihadapinya. Mereka beranggapan bahwa pembelajaran fisika
membosankan dan sulit untuk dipahami.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
penerapan model pembelajaran process orientied guided inquiry learning (POGIL)
dalam pembelajaran fisika di sekolah. Judul yang diambil dalam penelitian adalah
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTIED GUIDED
11 Faridatul Helmi, dkk, “Pengaruh Pendekatan Berpikir Kausalitik Ber-Scaffolding Tipe 2B
Termodifikasi Berbantuan LKS Terhadap Kemampuan Pemcahan Masalah Fluida Dinamis”, Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, ISSN 2407-6902, Vol 3 No 1, 2017, h. 70
12 Helmi Pakas Rival, dkk, “Ekspolasi Kemampuan Pemecahan Masalah Konseptual Fluida Dinamis pada Siswa SMA”, Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM, ISBN 978-602-9286-22-9, Vol 2, 2017, h. 178
5
INQUIRY LEARNING (POGIL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH FISIKA SISWA PADA KONSEP FLUIDA DINAMIS”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka akan terdapat
beberapa masalah, diantaranya yaitu:
1. Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah
2. Kurangnya kesadaran guru akan pentingnya kemapuan pemecahan masalah.
3. kurangnya pemahaman pembelajaran fisika yang menyebabkan nilai rata-rata
fisika rendah
C. Pembatasan Masalah
Mengingat bebarapa identifikasi masalah yang terpapar begitu luas maka
penulisan hanya membatasi masalah pada pengaruh model pembelajaran process
orientied guided inquiry learning (POGIL) berisikan materi fisika fluida dinamis.
Sedangkan penguasaan konsep yang dimaksud adalah kemampuan pemecahan
masalah menurut Heller dkk (2004) yang dibatasi memfokuskan masalah (visualize the
problem), mengidentifikasi masalah (describe the problem in physics description),
merencanakan masalah (plan the solution), melaksanakan masalah (execute the plan)
dan mengevaluasi solusi (check and evaluate).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran process orientied guided
inquiry learning (POGIL) berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah
fisika siswa pada konsep fluida dinamis?”
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukaan, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran process orientied guided inquiry
learning (POGIL) terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada konsep
fluida dinamis.
F. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Siswa
Siswa diharapkan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dalam konsep fluida dinamis dengan
mengunakan pembelajaran model process orientied guided inquiry learning
(POGIL).
2. Guru
Process orientied guided inquiry learning (POGIL) dapat dijadikan salah satu
model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas dan bahan studi untuk
penerapan kemampuan pemacahan masalah siswa.
3. Peneliti
Peneliti dapat memahami model process orientied guided inquiry learning
(POGIL) dan menambah wawasan pengetahuan terkait pembelajaran di kelas.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran
Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan. Model dipahami juga sebagai gambaran tentang
keadaan sesungguhnya. Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dan terencana dalam
mengorganisasikan proses pembelajaran siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif.13 Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya.14 Model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh starategi, metode atau prosedur.
a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh pencipta atau pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembeajaran dapat tercapai.15
13 Donni Juni Priansa, dkk, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran: Cerdas, Kreatif,
dan Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), h.150 14 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok: PT
Rajagrafindo Persada, 2010), h. 133 15 Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontekstual: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum 2013 (Kurikuum Tematik Integratif/KTI), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 24
8
Jadi model pembelajaran dapat disimpulkan sebagai pola atau rencana dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Model Process Oriented Guided Inqury Learning (POGIL)
a. Pengertian Process Orientied Guided Inqury Learning (POGIL)
Process Orientied Guided Inqury Learning (POGIL) berawal dari
implementasi pembelajaran kimia terutama pada pembelajaran kimia umum
(general chemistry). POGIL diterima secara luas didalam pembelajaran sains,
bahkan pada perkembangannya juga diterapkan di luar pembelajaran sains. POGIL
pertama kali dikembangkan di Franklinand Marshall Collage State University of
New York pada tahun 1994 oleh sekumpulan professor yang dipimpin oleh Richard
S. Moog yang bekerja sama dengan para professor lain dari Stony Brook University
antara lain David M. Hanson.16
Menurut De Gale & Boisselle (2015) POGIL adalah suatu pembelajaran
kolaboratif yang mengunakan inkuiri terbimbing dalam langkah eksplorasi,
penemuan konsep dan aplikasi. Pengajaran POGIL berpusat pada siswa, dimana
siswa berperan aktif saat proses pembelajaran berlangsung, adapun proses
belajarnya dilakukan secara berkelompok melalui kegiatan inqury terbimbing dan
pertanyaan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir,
menyelesaikan masalah, melapor, metakognisi dan tanggungjawab individu.17
Menurut Hanson (2004) tujuan penerapan model pembelajaran POGIL adalah
mengembangkan keterampilan proses pada area belajar (learning), berpikir
(thinking) dan menyelesaikan masalah (problem solving), membuat siswa
berpartisipasiaktif dalam pembelajaran, meningkatkan interaksi antarasiswa dan
interaksi antar guru dan siswa, menumbuhkan sikap positif terhadap matematis,
16 Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen , (Bandung: PT. Remaja
Office, 2017) Cet. V, h. 97 17 Erlin Prihatami, “POGIL Berpengaruh terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis”,
Journal of Mathematics Education, ISSN 2549-9084, Vol 5 No.2, 2019, h. 16
9
mengaitkan pembelajaran dengan teknologi informasi, dan mengembangkan
keterampilan komunikasi.18 Maka, POGIL adalah model penbelajaran yang aktif
yang berpusat pada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar,
berpikir, menyelesaikan masalah dan kemampuan lainnya.
b. Tahapan model Process Orientied Guided Inqury Learning (POGIL)
Menurut Tahapan kegiatan pembelajaran model POGIL
1) Orientasi
Orientasi merupakan langkah untuk mempersiapkan siswa untuk belajar
secara fisik dan psikis. Pada langkah kegiatan yang dilakukan guru adalah:
a) Memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti aktivitas belajar
b) Menentukan tujuan pembelajaran
c) Menentukan kreteria hasil belajar siswa, yang menunjukan apakah seorang
siswa telah mencapai tujuan pembelajaran atau belum
d) Menciptakan ketertarikan siswa (students interest in science)
e) Menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan membuat hubungan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya baik melalui pengalaman
maupun pengamatan yang mereka telah lakukan
f) Menyajikan narasi, ilustrasi, demonstrasi atau video yang dapat diobservasi
oleh siswa untuk memulai mempelajari hal baru yang kemudian harus
dianalisis oleh siswa.
Pada tahap ini, setelah melakukan observasi siswa diharapkan dapat
mengkomunikasikan hasil observasi, mengklasifikasikan, membuat inferensi
(dedukasi atau kesimpulan berdasarkan hasil observasi) ataupun melakukan
pengukuran.19
18 Tias Estiningrum, dkk, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa melalui
Implementasi POGIL Ditinjau dari Gaya Kognitif”, Jurnal Ilmiah Pemdidikan Matematika Al-Qalsadi, ISSN 2656-0852, Vol. 3 No. 2, 2019, h. 70
19 Adelia Alfama Zamista, dkk, “Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inqury Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Fisika”, EDUSAINS, Vol 7 No 2, 2015, h. 194
10
2) Eksplorasi
Pada bagian ini guru memberikan siswa rencana atau seperangkat
penugasan atau kegiatan yang akan siswa lakukan, sebagai panduan bagi siswa
mengenai apa yang akan dilakukan, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada
tahap ini siswa memiliki kesempatan untuk:
a) Menentukan variabel yang dibutuhkan dan akan dianalisis berdasarkan hasil
observasi pada tahap sebelumnya
b) Mengusulkan hipotesis (menyatakan hubungan antar variabel)
c) Merancang percobaan untuk menguji hipotesis
d) Mengumpulkan data berdasarkan rancangan percobaan yang telat dibuat
e) Memeriksa/ menganalisis data atau informasi
f) Mendeskripsikan hubungan antar variabel berdasarkan data yang telah
dikumpulkan melalui percobaan
3) Pembentukan konsep
Sebagai hasil dari langkah eksplorasi, diharapkan siswa dapat menemukan,
memperkenalkan membentuk konsep. Tahap ini dilakukan dengan guru
memberikan pertanyaan yang dapat menuntun siswa untuk berpikir kritis dan
analitis dihubungkan dengan apa yang telah siswa lakukan pada bagian ekspolasi.
Pertanyaan-pertanyaan ini membantu siswa mendefinisikan latihan, membimbing
siswa kepada informasi, menuntun siswa untuk membuka hubungan dan
sismpulan yang tepat dan membantu siswa untuk meng konstruk kemampuan
kognitif melalui pembelajaran
4) Aplikasi
Ketika konsep telah didefinisi melalui langkah-langkah sebelumnya, maka
perlu untuk memperkuat dan memperluas pemahaman mengenai konsep tersebut.
Pada tahap ini, siswa menggunakan konsep baru dalam latihan, masalah dan
bahkan situasi penelitian.
11
a) Latihan (exercise) memberikan kesempatan siswa untuk membangun
kepercayaan diri dengan member masalah sederhana atau konteks yang
familiar.20
b) Masalah berupa transfer pengetahuan baru ke konteks yang belum familiar,
mensintensis dengan pengatahuan lainnya dan menggunakan pengatahuan
tersebut dengan cara berbeda untuk menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan konteks dunia nyata.
c) Research question berupa mengembangkan pembelajaran dengan
memunculkan isu-isu baru, pertanyaan atau hipotesis
5) Penutup
Aktifitas pembelajaran diakhiri dengan siswa memvalidasi hasil yang
mereka capai, menrefleksikan apa yang telah dipelajari dan mengakses
performance mereka dalam belajar. Validasi dilakuakan dengan melaporkan hasil
yang di peroleh dengan rekan satu kelas dan guru, untuk mengetahui perspektif
mereka mengenai konten dan kualitas konten. Pada bagian ini juga siswa diminta
untuk melakukan self assessment, denganmengisi lembar penilaian diri. Self
assessment merupakan kunci untuk meningkatkan performance siswa. ketika
mereka tahu yangmereka lakukan baik, maka mereka akan mempertahankan
bahkan akan mengembangkan hal positif tersebut. 21
POGIL yang dalam kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga
pendidik atau instruktur memiliki empat peran, diantara peran tersebut adalah:
1) Pemimpin (Leader), instruktur yang menetapkan tujuan pembelajaran menentukan
kriteria keberhasilan dan mengatur terlaksananya proses pembelajran yang
berlangsung didalam kelas diantaranya mencakup stuktur kelompok, dan waktu
yang dibutuhkan.
20 Ibid., h. 194 21 Ibid., h. 194
12
2) Penilaian (Monitor/Assessor), instruktur berkeliling memantau kinerja individu
dalam tim dan memantau pemehaman dan kesulitan yang diadapi peserta didik.
3) Fasilitator (Facilitator), instruktur memberikan sarana atau bantuan bila diperlukan
untuk menjamin pemahaman dan kemajuan para peserta didik .
4) Evaluator, instruktur memberikan penutup dengan maminta laporan kelompok,
mengevaluasi hasil dari laporan tersebut, dan mengevaluasi individu dan tim
berdasarkan kinerja mereka.22
Penerapan pembelajaran POGIL memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1) Pembelejaran POGIL memberi ruang bagi siswa untuk aktif dalam belejar secara
kooperatif
2) Siswa terlebih dahulu menyiapkan diri mengenai materi yang akan dipelajari
3) Merangsang kemempuan berpikir siswa
4) Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui kegiatan percobaan sehingga siswa
dapat bertukar pendapat dan memberi solusi
5) Mendorong siswa berani tampil di depan kelas untuk mempersentasikan hasil
hipotesisnya
Selain memiliki kelebihan model pembelajaran POGIL juga memiliki kelemahan
antara lain:
1) Memerlukan waktu yang relatif lama
2) Pembagian peran siswa tiap kelompok cenderung sulit untuk dilakukan. Oleh
karena itu guru sebagai monitoring dan fasilitator sangat diperlukan. Guru harus
berupaya mengatur proses pembelajaran dalam mengases performansi siswa baik
secara individu maupun kelompok dan siswa diharapkan dengan beberapa
pertanyaan serta penyajian video.23
22 Warsono dan hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori Dan Assesmen, (Bandung: PT Remaja.
2012). H. 103 23 Ediawati Kusuma, dkk, “ Pengaruh Model Pembelajaran Process Orientied Guided Inqury
Learning (POGIL) Teradap Kemempuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Hukum Archimedes”, Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika, ISSN 2460-9129, Vol. 4, No. 2, h. 80
13
3. Kemampuan Pemecahan Masalah
a. Pengertian Pemecahan Masalah
Masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal
cara penyelesaiannya.24 Masalah biasanya memuat suatu kondisi yang mendorong
siswa untuk cepat menyelesaikannya, namun dalam kondisi tertentu siswa tidak tau
bagaimana cara menyelesaikannya.25 Menurut polya pemecahan masalah sebagai suatu
usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak
begitu mudah segera dapat dicapai. Pemecahan masalah yang berhasil harus selalu
disertakan upaya-upaya khusus yang menghubungkan dengan jenis-jenis persoalan
sendiri serta pertimbangan- pertimbangan mengenai isi yang dimaksud.26 Menurut
Heller dkk (1991) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah pada
hakekatnya kemampuan berpikir (learning to think) atau belajar bernalar (learning to
reason). Pemecahan masalah yaitu berpikir atau bernalar, mengaplikasikan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan
masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai.27
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan, pengetahuan yang
dimiliki setiap orang yang dalam pemecahannya berbeda-beda tergantung pada apa
yang dilihat, diamati, diingat dan dipikirannya sesuai pada kejadian di kehidupan
nyata.28 Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kondisi yang dijumpai oleh
siswa untuk menyelesaikan masalah yang memerlukan kemampuan berpikir datau
belajar bernalar.
24 Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-model Pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kelas,
(Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2018), h. 25 25 Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,
2015), h. 185 26 Irfan Taufian dkk, Model Pembelajaran Problem Posing & Solving: Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah, (Sukabumi: CV Jejak, 2018), h. 26 27 Paryicial Heller, Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping, (Minneapolis:
university of Minnesota, 1991), p. 630 28 Irfan Taufian dkk., Op.cit., h. 28
14
Mayer (dalam Grouws, 1992) menyatakan tiga karakteristik dalam pemecahan
masalah (problem solving) yaitu,
1) Pemecahan maslah merupakan hasil berpikir (kognitif) tetapi disimpulkan dari
perilaku
2) Hasil pemecahan masalah dalam perilaku yang mengarah ke solusi
3) Pemecahan masalah proses yang melibatkan manipulasi atau operasi pada
pengetahuan sebelumnya.29
b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan setiap siswa dalam memecahkan masslah berbeda-beda, sehingga
diperlukannya indikator dalam mengukur kemampuan pemecahan maslah siswa.
Kemampuan pemecahan masalah yang digunakan peneliti adalah kemampuan
pemecahan masalah menurut Heller. Indikator pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Memfokuskan permasalahan (visualize the problem)
Memvisualisasikan masalah ke dalam representasi visual
Mengidentifikasi masalah berdasarkan konsep dasar
Membuat daftar besaran yang diketahui
Menentukan besaran yang ditanyakan
b. Mendeskripsikan masalah dalam konsep fisika (describe the problem in physics
description)
Mengubah representasi visual ke dalam deskripsi fisika
Membuat diagram benda bebas / sketsa yang mengambarkan permasalahan
c. Merencanakan solusi (plan the solution)
Mengubah deskripsi fisika menjadi representasi matematis
Menentukan persamaan yang tepat untuk pemecahan masalah
d. Melaksanakan rencana pemecahan masalah (execute the plan)
Mensubtitusi nilai besaran yang diketahui ke persamaan fisika
Melakukan perhitunga dengan menggunakan persamaan yang dipilih
29 Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika,h. 64
15
e. Mengevaluasi solusi (check and evaluate)
Mengevaluasi kesesuaian dengan konsep
Mengevaluasi satuan30
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah
Pemecahan masalah sebagai kemampuan berpikir yang mengarah pada jawaban
terhadap suatu masalah yang melibatkan pembentukkan dan memilih konsep-
konsep yang sudah ada serta memerikan alternatif yang baru. Menurut Caharles
dan Lester (1987), pemecahan masalah yang sesungguhnya dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu:
1) Kognisi
Faktor kognisi meliputi pengetahuan konseptual (pemahaman) dan strategi
dalam menerapkan pengetahuan pada situasi yang sesungguhnya.
2) Afeksi
Faktor afeksi mempengaruhi kepribadian siswa untuk memecahkan masalah
3) Metakognisi
Metakognisi meliputi regulasi diri yaitu kemempuan untuk berpikir melelui
maslah pada diri sendiri.31
4. Konsep Fluida Dinamis
Fluida adalah zat yang dalam mengalir. Fluida dinamis dapat dikatakan fluida
yang dapat bergerak. Fluida yang bergerak sebenarnya memiliki sifat yang kompleks.
Sejumlah situasi dapat dinyatakan melalui model ideal yang relatif sederhana yang
disebut fluida ideal32
1) Fluida Ideal
Fluida ideal adalah fluida yang dinyatakan pada situasi melalui model ideal
yang relatif. Sifat fluida ideal antara lain:
30 Paryicial Heller., Op.cit 31 Donni Juni Priansa, Op.Cit., h. 193-194 32 Supriyanto, FISIKA 2 Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: Phibeta, 2007), h. 200
16
1. Inkompresibel (tidak termapatkan) artinya volume atau massa jenis fluida
tidak berubah ketika diteka. Zat cair merupakan contoh fluida inkompresibel
sedangkan gas/udara merupakan fluida yang kompresibel (termapatkan) pada
kondisi tertentu, pemampatan pada gas boleh diabaikan sehingga kita boleh
menggangap udara sebagai fluida yang inkompresibel.
2. Irratasional (tidak berotasi/tidak berputar). Suatu aliran dikatakan irrotasional
jika ia tidak memutar suatu benda atau roda kecil terhadap pusat massanya.
(catatan : fluida sejati tidak bersifat irratasional. Semua benda di dalam fluida
sejati mengalami gaya gesekan dengan fluida itu. Gesekaan inilah yang
menyebabkan benda berputar)
3. Alirannya tunak atau steady, maksudnya kecepatan fluida pada tiap titik tidak
berubah dari waktu ke waktu. Melukiskan aliran tunak, pada gambar kecepatan
fluida ketika melelui titik A selalu sama dengan 𝑉𝐴 dan di titik B selalu sama
dengan 𝑉𝐵
Catatan 𝑉𝐴 tidak perlu sama dengan 𝑉𝐵
Fluida yang mengalir dnegan kecepatan rendah alirannya dapat dianggap sebgai
aliran tunak. Tetapi begitu kecepatannya sangat besar, alirannya tidak tunak
(non steady) lagi, alirannya menjadi kacau (kelihatan berupa riak/gejolak).
Aliran semacam ini dinamakan aliran turbulen. Melukiskan aliran asap rokok
yang semula “steady” lalu menjadi turbulen.
4. Viskositasnya nol (tidak mengalami hambatan ketika bergerak). Karena tidak
mengalami hambatan, fluida ideal mengalir lebih lancar dibanding dengan
fluida sejati.33
2) Persamaan kontinuitas
Apabila suatu fluida mengalir dalam sebuah pipa dengan luas penampang A
dan kecepatan aliran fluidanya v, maka banyaknya fluida (volum) yang mengalir
33 Yohanes Surya, Mekanika dan Fluid 2, (Tangerang; PT Kandel, 2014), h.273
17
melalui penampang tersebut tiap satuan waktu dinamakan debit. Dalam bentuk
persamaan debit dinyatakan sebagai berikut:
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 × 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 maka
𝑄 = 𝐴. 𝑣 (2.1)
atau 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 maka 𝑄 =
𝑉
𝑡 (2.2)
dengan:
Q = debit aliran fluida (m3.𝑠−1)
V = volume fluida yang mengalir (m3)
t = waktu (s)
v = kecepatan aliran fluida (m.𝑠−1)
Jika suatu fluida mengalir dengan aliran tunak melewati pipa yang mempunyai
luas penampang yang berbeda maka volum fluida yang melewati setiap penampang itu
sama besar dalam selang waktu yang sama.
GAMBAR 2. 1 Aliran Fluida pada Pipa Berbeda Luas
Persamaan kontinuitas menyatakan bahwa pada aliran fluida ideal, hasil kali
laju aliran fluida dengan dengan luas penampangnya adalah konstan.
𝑄1 = 𝑄234
𝐴1. 𝑣1 = 𝐴2. 𝑣2 (2.3)
𝜋𝑟12. 𝑣1 = 𝜋𝑟2
2. 𝑣2
34 Op.cit. Supiyanto h. 201
18
𝑟12. 𝑣1 = 𝑟2
2. 𝑣2 (2.4)
3) Persamaan Bernoulli
Berdasarkan persamaan kontinuitas, laju aliran fluida dapat berubah-ubah
sepanjang jalur fluida. Tekanan juga dapat berubah-ubah; tergantung pada ketinggian
seperti pada keadaan statis, dan juga tergantung pada laju aliran. Persamaan Bernoulli
yang menghubungkan tekanan, laju aliran, dan ketinggian untuk aliran, fluida
inkompresibel yang ideal. Persamaan Bernoulli merupakan alat pokok dalam
mengenalisis system perpipaan, stasiun pembengkit listrik tenaga air dan pnerbangan
pesawat.
Ketergantungan tekanan pada laju mengikuti persamaan kontinuitas. Ketika
fluida inkompresibel mengelir sepanjang tabung air dengan penampang yang berubah-
ubah, lajunya berubah dan kerena itu elemen dari fluida memiliki percepatan. Jika
tabung horizontal, gaya yang menyebebkan percepatan ini digunakan oleh fluida di
sekelilingnya. Ini berarti tekanan bereda pada penempang melintang yang berharga nol.
Ketika tabungaliran horizontal menyempit dan laju elemen fluida meningkat, fluida
akan bergerak menuju daerah bertekanan rendah untuk mendapatkan gaya ke depan
total untuk mempercepatanya. Jika ketinggian juga berubah, peningkatan perbedaan
tekanan akan terjadi.35
Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, kita terapkan teorema kerja (usaha)-
energi pada fluida dalam daerah tabung air. Dalam gambar 2.2 elemen fluida yang pada
keadaan mula-mula terletak diantara duapenampang a dan c. Laju pada ujung yang
lebih rendah dan ujung yang lebih tinggi masing-masing 𝑣1 dan 𝑣2. Luas penampang
melintang pada kedua ujung adalah 𝐴1 dan 𝐴2, seperti pada gambar. Fluida adalah
inkompresibel; karena itu menggunakan persamaan kontinutas pada persamaan 2.3.
tekanan pada keduaujung adalah 𝑝1 dan 𝑝2; gaya pada penampang di a adalah 𝑝1𝐴1
35 Hugh D. Young, dkk, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1, (Jakarta; Erlangga, 2002) h.
436-437
19
dan gaya pada c adalah 𝑝2𝐴2. Gaya total 𝑑𝑊 yang dilakukan pada elemen oleh fluida
di sekelilingnya selama perpindahan persamaan menjadi
𝑑𝑊 = 𝑝1𝐴1𝑑𝑠1 − 𝑝2𝐴2𝑑𝑠2 = (𝑝1 − 𝑝2)𝑑𝑉 (2.5)
Kerja adalah akibat gaya-gaya selain gaya konservatif gravitasi, sehingga
besarnya sama dengan perubahan energi mekanik total ( energi kinetik ditembah energi
potensial gravitasi) yang berosilasi dengan lemen fluida. Energi mekanik untuk fluida
antara penampang b dan c tidak berubah. Perubahan total energi kinetik 𝑑𝐾 selama
waktu dt adalah
𝑑𝐾 =
1
2𝑝𝑑𝑉(𝑣2
2 − 𝑣12) (2.6)
GAMBAR 2. 2 Gaya total yang bekerja pada elemen fluida akibat tekanan fluida di
sekitarnya sama dengan perubahan energi kinetik ditambah dengan perubahan
energi potensial gravitasi
Energi potensial pada awal dt untuk massa antara a dan b adalah 𝑑𝑚 𝑔𝑦1 =
𝜌𝑑𝑉 𝑔𝑦1. Pada akhir dt energi potensial untuk massa antara c dan d adalah 𝑑𝑚 𝑔𝑦2 =
𝜌𝑑𝑉 𝑔𝑦2. Perubahan energi potensial total dU sepanjang dt adalah36
36 Ibid,. h. 437
20
𝑑𝑈 = 𝜌𝑑𝑉 𝑔(𝑦2 − 𝑦1) (2.7)
Dengan menggabungkan persamaan (2.5), (2.6), dan (2.7) dalam persamaan energi
𝑑𝑊 = 𝑑𝐾 + 𝑑𝑈 didapatkan:
(𝑝1 − 𝑝2)𝑑𝑉 =1
2𝜌𝑑𝑉(𝑣2
2 − 𝑣12) + 𝜌𝑑𝑉 𝑔(𝑦2 − 𝑦1)
𝑝1 − 𝑝2 =
1
2𝜌(𝑣2
2 − 𝑣12) + 𝜌 𝑔(𝑦2 − 𝑦1) (2.8)
Ini adalah persamaan Bernoulli, yang menyetakan behwa kerja yang dilakukan
pada satu volume fliuda oleh fluida sekitarnya adalah sama denagan jumlah energi
kinetik dan energi potensial tiap satuan volume yang terjadi selama aliran. Penulisan
persamaan (2.8) dapat disajikan sebagai berikut37
𝑃1 + 𝜌𝑔ℎ1 +
1
2𝜌𝑣1
2 = 𝑃2 + 𝜌𝑔ℎ2 +1
2𝜌𝑣2
2 (2.9)
Kerena titik 1 dan titik 2 bisa berupa dua titik yang mana saja sepanjang tabung
aliran. Persamaan Bernoulli dapat dituliskan.
𝑃 +
1
2𝜌𝑣2 + 𝜌𝑔𝑦 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 38 (2.10)
4) Penerapan Azas Bernoulli
a) Teorema Toricelli
Teorema ini ditemukan satu abad sebelum Bernoulli oleh Evangeslista.
Persamaan (2.11) digunakan untuk menghitung kecepatan zat cair yang keluar
dari keran yang berada pada dasar bejana. Dengan tekanan atmosfer pada kedua
titik sama (𝑃1 = 𝑃2). Persamaannya menjadi
37 Ibid,. h. 438 38 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid , (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 343
21
GAMBAR 2. 3 Teorema Torricelli
𝑣 = √2𝑔ℎ (2.11)
b) Venturimeter
Tabung venturi adalah sebuah pipa dengan penyempitan kecil
(miripkerongkongan)39, yang digunakan untuk mengukur laju aliran fluida.
Apabila aliran udara semakin cepat saat melewati penyempitan sehingga
tekanan udara akan menjadi kecil. Persamaan venturimeter tanpa manometer
GAMBAR 2. 4 Venturi meter tanpa
manometer
𝑣1 =√
2𝑔ℎ
(𝐴1
𝐴2)
2
− 1
(2.12)
Prinsip venturimeter dengan manometer terdapat tabung U yang terletak
dibawah seperti pada gambar. Persamaan venturimeter dengan manometer:
39 Op.cit., Douglas C. Giancoli, h. 345
22
GAMBAR 2. 5 Venturi meter dengan
Manometer
𝑣1 =√
2𝜌𝑟𝑔ℎ
𝜌𝑢 [(𝐴1
𝐴2)
2
− 1]
(2.13)
c) Gaya angkat Pesawat
Sayap pesawat udara yang bergerak dengan cepat relatif terhadap udara
dirancang untuk membelokkan udara sehingga walaupun aliran lurus
sebenernyadipertahankan, aliran tersebut dikumpulkan di atas sayap, jalur
aliran dikumpulkan bersama pada pipa yang menyempit dimana kecepatannya
tinggi. Demikian aliran di atas sayap menunjukan bahwa laju udara lebih besar
daripada di bawahnya. Maka tekana udara di atas sayap lebih kecil daripada
dibawahnya.40
GAMBAR 2. 6 Gaya Angkat
Pesawat
𝐹1 − 𝐹2 =1
2(𝑃1 − 𝑃2)𝐴
𝐹1 − 𝐹2 =1
2𝜌(𝑣2
2 − 𝑣12)𝐴
(2.14)
(2.15)
B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian dilakukan dengan merujuk dari beberapa hasil penelitian pendidikan
yang relevan, diantara penelitian yang dilakukan oleh
40 Op.cit. Supiyanto. Hal 205-209
23
1. Adelia Alfama Zamista dan Ida Kaniawati, dengan judul penelitian Pengaruh
Model Pembelajaran Process Orientied Guided Inquiry Learning (POGIL)
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Kognitif Siswa pada Mata
Pelajaran Fisika. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model POGIL sangat
cocok diterapkan pada mata pelajaran fisika, karena model POGIL dan fisika
memiliki hakikat sains sebagai proses, produk dan efektif dan model POGIL
menekankan kepada proses konstruktivisme yang dapat membuat siswa untuk
melatih kemampuan proses.
2. Adam Malik, Vita Oktaviani, Wahyuni Handayani dan Muhammada Minan Chusni
denganjudul penelitian adalah Penerapan Model process orientied guided inquiry
learning (POGIL) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta
Didik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa aktifitas peserta didik dan guru dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran POGIL pada kelas X mengalami
peningkatan termasuk pada kategori sangat baik. Pada keterampilan berpikir kritis
peserta didik mengalami peningkatan dengan mengunakan model POGIL pada
materi fluida termasuk pada kategori sedang.
3. Yaumul Chairiah Ningsih, Agus Abhi Purwoko dan Saprizal Hadisaputra dengan
judul penelitian adalah Development of Learning Based POGIL (Process Oriented
Guided Inquiry Learning) Concept Control in Improving Studenta senior high
school 8 Mataram Acid Based Materials. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
model POGIL dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan nilai rata –
rata 75,57% pada materi kimia asam-basa.
4. S. M. Ningsih, Bambang S. dan A. Sopyan dengan judul penelitian adalah
Impelementasi Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Penelitian
tersebut menyatakan bahwa model POGIL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis pada pembelajaran kalor.
5. Fenti Nugraheni, Zaenuri Mastur, Kristina Wijayanti dengan judul penelitian
Kefektifan Model Proccess Orientied Guided Inqury Learning Terhadap
24
Kemampuan Pemcahan Masalah. Peneliti tersebut menyatakan bahwa rata-rata
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas yang diajarkan dengan model
pembelajaran POGIL berbantu alat peraga mencapai ketuntasan.
6. Rustam, Agus Ramdani dan Prapti Setijani dengan judul penelitian Pengaruh
Model Pembelajaran Proccess Orientied Guided Inqury Learning (POGIL)
Terhadap Pemahaman Konsep IPA, Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 3 Pringgabaya Lombok Timur. Peneliti tersebut
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dari penerapan model POGIL
terhadap pemahaman IPA dalam pembentukan konsep secara mandiri oleh siswa
dengan bimbingan guru, sehingga memberikan kesan yang mendalam terhadap
konsep yang dipelajarinya.
7. Putu Wira Sanggara, Aris Doyan, Ni Nyoman Sri Putu Verawati dengan judul
penelitian The Effect of Proccess Orientied Guided Inqury Learning Model Based
on Virtual Laboraory Toward Problem Solving Abilities of Physics Student.
Peneliti tersebut menyatakan terdapat dampak model pembelajaran Proccess
Orientied Guided Inqury Learning dibantu virtual laboratorium terhadap
kemampuan pemecaham masalah.
8. Malisa Aprilian, Muhali dan Citra Ayu Dewi dengan judul penelitian Pengaruh
Model Pembelajaran POGIL (Proccess Orientied Guided Inqury Learning)
Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Pemahaman Konsep Siswa pada
Materi Redoks. Peneliti tersebut menyatakan model pembelajaran POGIL
berpengaruh signifikanterhadap keterampilan berpikir kreatif siswa terbukti dari
nilai rata-rata pada kelas eksperimen mengalami peningkatan.
9. M. Hariri Mustofa dan Dadi Rusdiana dengan judul penelitian Profil Kemampuan
Pemecaham Masalah Siswa pada Pembelajaran Gerak Lurus. Peneliti tersebut
menyatakan kegiatan pembelajaran fisika yang dilakukan guru selama ini kurang
melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi terutama kemampuan pemecahan
masalah siswa. Terbukti dengan rata-rata persentase kamampuan pemecahan
25
masalahsiswa kurang memuaskan menyebabkan hasil belajar kognitif fisika siswa
juga belum memuaskan karena masih dibawah kriteria ketuntasan minimal.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sering muncul dalam
proses pembelajaran seperti siswa kurang memahami konsep fisika. Siswa belajar
dengan sistem menghafal. Guru memberikan soal yang sederhana daripada yang
komplek sehingga siswa cenderung binggung dan tidak mampu mangerjakan soal baru
yang dimenemuinya. Proses pembelajaran sering diabaikan dan membuat siswa hanya
mencatat materi. Maka digunakan Model pembelajaran yang dapat membuat siswa
mamahami konsep fisika sehingga siswa dapat memecahakan masalah lain yang akan
ditemuinya nanti.
Salah satu model yang diharapkan dapat mempermudah siswa memahami
materi adalah model POGIL. Model ini membuat siswa mengbangun pengetahuan
yang dimiliki dalam proses yang melibatkan pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya. Siswa dapat mengembangkan pemahaman konsep fisika
Keberhasilan model tersebut bergantung pada siswa yang mendominasi. Guru
sebagai pemimpin pengamat, fasilitator dan evaluator. Hal tersebut dapat mengetahui
bahwa penelitian POGIL lebih efektif daripada mengunakan pembelajaran
konvensional untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat dibuat bagan kerangka berpikir dibawah ini.
26
GAMBAR 2. 7 Diagram Kerangka Berpikir
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berpikir yang telah
diuraikan maka hipotesis yang dapat diajukan pada penilitian ini adalah, model
pembelajaran Proccess Orientied Guided Inqury Learning (POGIL) berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep fluida dinamis.
Kemampuan Pemecahan Masalah Rendah
Penyebab:
A. Siswa kurang memahami konsep dalam pembelajaran fisika
B. Guru kurang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah, terkait dalam proses pembelajaran di kelas dan
penilaian siswa.
Solusi:
Model pembelajaran Proccess Orientied
Guided Inqury Learning (POGIL)
Kemampuan Pemecahan Masalah Meningkat
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menegah Atas Negri (SMAN)
13 Kota Tangerang. Penelitian dilakukan pada semester ganjil pada tahun ajaran
2019/2020 dengan pengambilan data dilakukan pada bulan November 2019
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi experiment). Eksperimen semu ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.41 Pemilihan metode ini diambil karena
melalui pertimbangan tertentu dan tidak dilakukan secara acak.
C. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent
control group design yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan
masalah siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model POGIL. Dalam
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random.42 Pemilihan dua kelompok tersebut melalui pertimbangan tertentu sehingga
tingkat homogenitas antar kelompok relatif sama. Sebelum dilakukan perlakuan kedua
kelompok diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan dasar siswa pada konsep
Fluida dinamis. Kemudian kedua kelompok diberikan perlakuan berbeda yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan
perlakuan mengunakan model POGIL dan kelompok kontrol diberikan pembelajaran
41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 77 42 Ibid., h. 79
28
konvensional. Setelah diberikan pelakuan, kedua kelompok diberikan posttest untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep fluida
dinamis. Desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3. 1 Desain Penelitian nonequivalent control Group design
Kelompok
Tes Awal
(Pretest) Perlakuan
Tes Akhir
(Posttest)
Eksperimen O1 XA O2
Kontrol O1 XB O2
Keterangan:
O1 = Tes awal (pretest) yang diberikan sebelum dilakukan perlakuan
pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
O2 = Tes akhir (posttest) yang diberikan sebelum dilakukan perlakuan
pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
XA = Perlakuan menggunakan pembelajaran model POGIL
XB = Perrlakuan menggunakan pembelajaran konvensional
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.43 dalam penelitian terdapat dua
macam variable yaitu:
1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab timbulnya variabel terikat.44 Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran process orientied guided inqury learning (POGIL).
43 Ibid., h. 38 44 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta, 2013) h. 4
29
2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.45 Variebel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh panelitian untuk
ditarik kesimpulannya.46. Dari penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 13
Kota Tangerang, dengan populasi jangkauan adalah seluruh kelas XI IPA.
Sampel penelitian dilakukan dengan teknik sampling purposive, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.47 Sampel digunakan adalah dua kelas
XI IPA, yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran POGIL dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh
data dalam penelitian. Teknik yang digunakan pertama adalah wawancara. Wawancara
yang dilakukan terhadap pihak yang terkait dalam penelitian untuk mengambil studi
pendahuluan mengenai informasi proses pembelajaran yang dilakukan dan penerapan
kemapuan pemecahan masalah siswa. Selanjutnya dilakukan tes kepada siswa yang
dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes
diberikan pada tiap kelompok yaitu tes kemampuan pemecahan masalah yang berupa
uraian pada saat pretest dan posttest. Tahapan akhir dengan teknik angket kepada kelas
45 Ibid. 46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.
80 47 Ibid., hal 85
30
eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran POGIL untuk mengetahui
respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan model POGIL.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun social yang diamati.48 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Tes
Tes merupakan suatu prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku
seseorang.49 Tes yang dilakukan pada penelitian ini berupa soal uraian untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa. Tes diukur dari nilai pretest dan
posttest yang dibatasi sebanyak 7 butir soal yang telah dikatakan valid. Kisi-kisi
instrument tes yang disajikan pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Tes
Indikator
Kemempuan
Pemecahan
Masalah
Sub
Konsep Indikator Kompetensi
Nomor
Soal
1. Memfokuskan
masalah
2. Mendeskripsikan
dalam fisika
3. Merencanakan
penyelesaian
Fluida
ideal
Azas
kontinuitas
1. Menerapkan fluida ideal dan
azas kontinuitas dalam
kehidupan sehari-hari
1,2*
2. Menganalisis fluida ideal dan
azas kontinuitas dalam
kehidupan sehari-hari
3,4*
48 Ibid.,hal 102 49 Muri Yusuf, ASESMEN DAN EVEALUASI PENDIDIKAN: Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Pengendalian Mutu Pendidikan, (Jakarta: Prenada media Group, 2015), h. 93
31
4. Melaksanakan
rencana
5. Mengevaluasi
penyelesaian
Azas
Bernoulli
1. Menerapkan azas Bernoulli
dalam kehidupan sehari-hari
5*,6
2. Menganalisis azas Bernoulli
dalam kehidupan sehari-hari
7*,8
Penerapan
Azas
Kontinutas
dan
Bernoulli
dalam
kehidupan
1. Menyelidiki penerapan
Bernoulli dalam kehidupan
sehari-hari
9*,10*
2. Menganalisis penerapan
Bernoulli dalam kehidupan
sehari-hari
11*,12
Keterangan : *soal yang valid
2. Nontes
Alat ukur nontes ini pada prinsipnya merupakan pemberian jawaban atas dasar
relevansi dan bentuk laporan yang berasal dari pendapat pribadi responden setelah
terlibat secara aktif dalam program atau proyek.50 Penilaian nontes penelitian ini
berupa angket untuk mengetahui respon siswa terhadap model POGIL. Angket yang
digunakan mengunakan skala Likert, yang terdiri dari lima poin yang bergerak dalam
ekstrim negative (sangat tidak setuju) sampai dengan ekstrim positif (sangat setuju).51
Penentuan penskoran alternative pernyataan angket tersajikan pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3. 3 Penskoran Alternatif Pernyataan Angket
Jawaban Nilai
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5
50 Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015),
h.105 51 Djunaidi Ghony, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, (Malang:
UIN-Malang Press, 2016), h. 189
32
TS (Tidak Setuju) 2 4
C (Cukup) 3 3
S (Setuju) 4 2
SS (Sangat Setuju) 5 1
Kisi-kisi instrument nontes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.4
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Nontes
No. Indikator Angket
Pernyataan tiap
butir Jumlah
Positif Negatif
1
Penggunaan model Proccess Orientied
Guided Inqury Learning (POGIL) dalam
proses pembelajaran
1,3 2,4 4
2 Kemampuan Pemecahan Masalah 5,7 6,8 4
3 Penyampaian Konsep 9,11 10,12 4
Jumlah 6 6 12
H. Validasi Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen digunakan terelebih dahulu dilakuakan uji coba pada siswa
yang sudah memepelajari konsep Fluida Dinamis. Suatu instrumen dikatakan valid
kalau instrument atau alat ukut tersebut benar-benar mengukur sesuatu yang hendak
diukur.52 Setelah diujicobakan maka akan dilakukan analisis sebagai berikut.
1. Uji Coba Instrumen Tes
a. Uji Validitas
52 Muri Yusuf. Op.cit., h. 61
33
Validitas suatu instrumen/alat ukur merupakan tingkat kesesuaian alat ukur dengan
kriteria validitas. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi, atau
suatu instrumen adalah valid/sahih, apabila instrumen tersebut sesuai dengan
kriteria. Uji validasi yang digunakan pada penelitan ini menggunakan rumus
product moment correlation, sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 =
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2} (3.1)
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦= koefisien korelasi antara instrumen X dan instrumen Y
X = skor item
Y = skor total
N = jumlah responden53
Uji validitas menggunakan bantuan software anates V4 dalam penelitian dengan
membandingkan koefisien tersebut dengan r tabel product moment correlation.
Apabila angka yang didapat lebih besar daripada r dalam tabel dengan tingkat
signifikansi 5%, maka dinyatakan hubungan kedua instrument itu signifikan.
Angka yang diperoleh lebih kecil dari r tabel 5%, berarti tidak terdapat hubungan
yang signifikan diantara kedua instrumen.54 Interprestasi besarnya koefisien
korelasi dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3. 5 Interprestasi Koefisien Kolrelasi
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,800 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi
0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
0,400 sampai dengan 0,600 Cukup
0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
53 Ibid., h. 64-65 54 Ibid., h. 67-68
34
0,00 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah
Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 12
Jumalah Siswa 32
Nomor Soal yang Valid 2,4,5,7,9,10,11
Jumlah Soal yang Valid 7
Persentase Soal yang Valid 58%
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berbicara tantang konsistensi dan ketelitian dalam mengukur serta
apa yang seharusnya diukur. Jadi suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat
ukur itu diujicobakan kepada objek atau subjek yang sama secara berulang-
ulang, hasilnya akan tetap sama, konsisten stabil atau relative sama (tidak
berbeda secara statistik).55 Uji reliabilitas yang digunakan rumus Alpha berikut.
𝑟11 = (
𝑛
𝑛 − 1) (1 −
∑ 𝜎𝑖2
𝜎𝑡2 ) (3.2)
Keterangan :
𝑟11 = reliabilitas yang dicari
∑ 𝜎𝑖2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
𝜎𝑡2 = varians total
Kriteria penafsiran indeks reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut
Tabel 3. 7 Kriteria Penafsiran Indeks Reliabilitas
55 Ibid., h.73-74
35
Koefisien Korelasi 𝒓𝟏𝟏 Kriteria Reliabilitas
0,800 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi
0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
0,400 sampai dengan 0,600 Cukup
0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
0,00 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah
Pengujian reliabilitas dengan menggunakan bantuan software Anates A4 dalam
penelitian ini menghasilkan nilai 0,61. Kesimpulan dari uji reliabilitas
dikatakan reliabel termasuk dalam kategori “tinggi”.
c. Daya pembeda
Daya pembeda suatu tes ialah bagaimana kemapua soal itu untuk membedakan
siswa-siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) dengan siswa-
siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group).56 Cara menentukan daya
pembeda dengan persamaan berikut.
𝐷 =
𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 (3.3)
Keterangan:
𝐷 = Indeks daya pembeda
𝐽𝐴 = banyaknya peserta kelompok atas
𝐽𝐵 = banyaknya peserta kelompok bawah
𝑃𝐴 = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
𝑃𝐴 = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
𝐵𝐴 = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawaba benar
𝐵𝐵 = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawaba benar57
56 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h.120 57 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
h. 228-229
36
Interprestasi daya pembeda suatu butir soal dalam tes di klasifikasikan pada
tabel 3.8 sebagai berikut.58
Tabel 3. 8 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
Negative Tidak baik, sebaiknya dibuang
0,00-0,20 Jelek (poor)
0,21-0,40 Cukup (satistifactory)
0,41-0,70 Baik (good)
0,71-1,00 Baik sekali (excellent)
Peneliti menggunakan anates A4 dalam manguji daya pembeda, kemudian hasil
data rekapitulasi daya pembeda yaitu soal yang memiliki klasifikasi jelek 4 soal
pada nomor 1,3, 6, dan 8 klasifikasi cukup sebanyak 4 soal nomor 2,4,10 dan
11 dan klasifikasi baik sebanyak 4 soal nomor 5,7,9,12.
d. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan
yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal tersebut ialah indeks
kesukaran (difficulty index). Cara menentukan indeks kesukaran sebagai
berikut.
𝑃 =
𝐵
𝐽𝑆 (3.4)
Keterangan:
𝑃 =indeks kesukaran
𝐵 = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
𝐽𝑆 = jumlah seluruh siswa peserta tes
58 Ibid.,h. 232
37
Interprestasi indeks kesukaran suatu butir soal dalam tes di klasifikasikan pada
tabel 3.12 sebagai berikut59
Tabel 3.13 klasifikasi indeks kesukaran
Indeks Kesukaran Klasifikasi
0,00-0,30 Soal sukar
0,31-0,70 Soal sedang
0,70-1,00 Soal mudah
Peneliti menggunakan anates A4 dalam manguji taraf kesukaran, kemudian
hasil data rekapitulasi indeks kesukaran yaitu soal yang memiliki klasifikasi
soal sukar sebanyak 7 butir pada nomor 3,4,6,7,8,10 dan 11, klasifikasi soal
sedang sebanyak 4 butir pada nomor 2,5,9 dan 12, klasifikasi soal mudah
sebanyak 1 butir pada nomor 1.
2. Uji Coba Instrumen Nontes
Uji coba instrument nontes menggunakan validitas ahli yang disajikan pada
tabel 3.13 sebagai berikut.
Tabel 3. 9 Uji Validitas Ahli Instrumen Nontes
No Aspek yang diUji Kriteria
Baik Cukup Kurang
1. Pengembangan indikator dari setiap
tahap pembelajaran
2. Keterwakilan semua tahap pembelajaran
oleh indikator yang dikembangkan
3. Penskoran terhadap tiap-tiap indikator
4. Pemilihan kata dan kalimat dalam
pengembangan indikator
59 Ibid.,h.222-225
38
5. Kejelasan dan keefektifan bahan yang
digunakan
Saran:
I. Teknik Analisi Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng (bell shaped). Data yang ‘baik’ adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan.60
Uji normalitas yang digunakan peneliti dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, persamaan
sebagai berikut.
𝑊 =(∑ 𝑎𝑖𝑥(𝑖)
𝑛𝑖=1 )
2
∑ (𝑥𝑖 − ��)2𝑛𝑖=1
(3.5)
Keterangan:
𝑥𝑖 = statistik tatanan 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛
𝑎𝑖 = konstanta yang dibankitkan dari purata (mean), variance dan covariance sampel
statistik tatanan sebesar n dari distribusi normal.61 Bentuk hipotesis untuk uji
normalitas adalah sebagai berikut.
𝐻0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
𝐻1 : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak 𝐻0 berdasarkan
signifikasi sebagai berikut.
60 Singgih Santoso, Statistik Multivariat dengan SPSS, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2017), h. 42 61 Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h. 55
39
Jika signifikasi < 𝛼, maka 𝐻𝑜 ditolak
Jika signifikasi ≥ 𝛼, maka 𝐻𝑜tidak dapat ditolak
Distribusi yang digunakan pada taraf signifikasi 𝛼 = 5% = 0,05.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengtahui apakah data disampel
diperoleh dari populasi yang varians homogen ataukah tidak.62 Uji homogenitas yang
dilakukan peneliti menggunakan uji Levene sebagai berikut.
𝑊 =
(𝑛 − 𝑘) ∑ 𝑁𝑖(𝑍𝑖𝑜 − 𝑍𝑜𝑜
)2𝑘𝑖−1
(𝑘 − 1) ∑ ∑ (𝑍𝑖𝑗 − 𝑍𝑖𝑜
)2𝑛𝑖
𝑗=1𝑘𝑖=1
(3.6)
Keterangan:
𝑍𝑖𝑜 = median data pada kelompok ke-i
𝑍𝑜𝑜 = median untuk keseluruhan data
Dalam pengujian homogenitas diambil kriteria homgen apabila 𝛼 = 0,05 < sig.
3. Uji hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui distribusi
dan variansnya sama (homogen), maka dilakukan uji hopotesis dengan berbagai
keadaan data sebagai berikut.
a. Data populasi berdistribusi normal dan homogen. Pegujian hipotesis statistik
mengunakan rumus uji t.63
𝑡 =
�� − ��
√1
𝑛𝑥+
1𝑛𝑦
𝑆𝑝
(3.7)
62 Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program IBM SPSS
Statistics 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 132 63 Stanislaus S. Uyanto. Op cit., h. 160
40
Dengan simpangan baku:
𝑠𝑝 = √(𝑛𝑥 − 1)𝑠𝑥
2 + (𝑛𝑦 − 1)𝑠𝑦2
𝑛𝑥 + 𝑛𝑦 − 2 (3.8)
Keterangan:
𝑡 =harga t hitung
�� =nilai rata-rata hitung data kelas eksperimen
�� =nilai rata-rata hitung data kelas control
𝑠𝑥2 =varians data kelas eksperimen
𝑠𝑦2 =varians data kelas control
𝑠𝑝 =simpangan baku kedua kelas
𝑛𝑥 =besar sampel kelas eksperimen
𝑛𝑦 =besar sampel kelas control
Pengujian hipotesis dengan uji t menggunakan aplikasi SPSS dengan taraf
signifikansi 0,05. Kriteria pengujian sebagai berikut.
Jika Sign (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak
Jika Sign (2-tailed) < 0,05 maka hipotesis 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima.
b. Data pengujian berdistribusi normal namun varians data tidak homogen.
Pengujian perbedaan rata-rata dua sampel tersebut menggunakan statistik uji-t’
dengan rumus sebagai berikut.
41
𝑡′ =
�� − ��
√𝑠𝑥
2
𝑛𝑥+
𝑠𝑦2
𝑛𝑦
(3.9)
Keterangan :
𝑡 =harga t hitung
�� =nilai rata-rata hitung data kelas eksperimen
�� =nilai rata-rata hitung data kelas control
𝑠𝑥2 =varians data kelas eksperimen
𝑠𝑦2 =varians data kelas control
𝑛𝑥 =besar sampel kelas eksperimen
𝑛𝑦 =besar sampel kelas control64
Pengujian hipotesis dengan uji t menggunakan aplikasi SPSS dengan taraf
signifikansi 0,05. Kriteria pengujian sebagai berikut.
Jika Sign (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak
Jika Sign (2-tailed) < 0,05 maka hipotesis 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima.
c. Data pengujian berdistribusi tidak normal. Pengujian perbedaan rata-rata dua
sampel dua dengan mengunakan Mann-Whitney dengan rumus sebagai berikut.
𝑍 =
𝑈 − 𝜇𝑈
𝜎𝑈 (3.10)
Dengan
64 Ibid., h. 161
42
𝑈 = 𝑛1𝑛2 +𝑛1(𝑛1−1)
2− 𝐾1
𝜇𝑈 =𝑛1𝑛2
2
𝜎𝑈 = √𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2−1)
12
Keterangan:
𝐾1 = jumlah peringkat kelas eksperimen
𝑛1 = jumlah kelas eksperimen
𝑛2 = jumlah kelas kontrol65
Pengujian hipotesis dengan uji t menggunakan aplikasi SPSS dengan taraf
signifikansi 0,05. Kriteria pengujian sebagai berikut.
Jika Sign (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak
Jika Sign (2-tailed) < 0,05 maka hipotesis 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima.
4. Uji N-Gain
Uji N-Gain digunakan untuk mengetahui peningkatan kempuan pemcahan
masslah siswa. Hasil N-Gain diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.66
(𝑔) =
(𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡) − (𝑆𝑝𝑟𝑒)
100% − (𝑆𝑝𝑟𝑒) (3.11)
Keterangan:
65 Kadir, Statistik Terapan konsep, contoh dan analisis data dalam program SPSS/Lisrel dalam
penelitian edisi kedua, (Depok: PT Rajagrafindo Persada) h. 491 66 David E. Meltzer, ”The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: A Possible “Hodden Variable” Diagnostic Pretest Scores”. American Association of Physics Teachers. Vol. 70, 2002, p. 1260
43
(𝑔) : faktor Gain
(𝑆𝑝𝑟𝑒) : skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa awal (%)
(𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡) : skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa akhir (%)67
Kriteria faktor N-gain (g) dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 3. 10 Kriteria Faktor N-gain
Nilai N-Gain Kriteria
𝑔 ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > 𝑔 ≥ 0,3 Sedang
𝑔 < 0,3 Rendah
5. Instrument Nontes
Data nontes yang yang digunakan adalah angket. Data hasil perolehan skor
lembar angket akan diperoleh menggunakan persamaan68
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒
=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100%
(3.12)
Menganalisis data dengan menggunakan kreteris angket sebagai berikut.
Tabel 3. 11 Kriteria Analisis Angket Respon Siswa69
Presentase Kriteria
67 Richard R. Hake,”Analyzing Change/gain Score”, Dept. of Physics, Indiana University, p.1. 68 Rahmania Avianai dan Bertha Yonata, “Keterampilan Sains Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Materi Asam Basa Kelas XI SMAN 8 Surabaya”, UNESA journal of Chemical Education, ISSN: 2252-9454, Vol.4, No.2, 2015, h.227.
69 I Ketut Suastika, dkk, “Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual”, Jurnal Pendidikan Metematika Indonesia, p- ISSN 2477-5967, Vol. 4 No. @, 2019, h. 59
44
85 – 100 Baik Sekali
75 – 84 Baik
60 – 74 Cukup
40 – 59 Kurang
0 – 39 Gagal
J. Hipotesis Statistik
Rumusan hipotesis statistik penelitian sebagai berikut.
Ho : 𝜇 = 𝜇0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model
pembelajaran process orientied guided inquiry learning (POGIL) terhadap
kemampuan pemecahan masalah fisika pada konsep Fluida Dinamis.
Ha : 𝜇 ≠ 𝜇0 : terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran
process orientied guided inquiry learning (POGIL) terhadap kemampuan pemecahan
masalah fisika pada konsep Fluida Dinamis.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran Proccess Orientied Guided Inqury Learning (POGIL)
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep fluida
dinamis. Pengaruh berdasarkan pada hasil uji hipotesis statistik data posttest yang
myetakan bahwa nilai sig. (2-tailed) < taraf signifikansi 0,05
2. Hasil uji N-gain kelas eksperimen mengamai peningkatan indicator pemecahan
masalah lebih besar daripada kelas kontrol. Nilai N-Gainpada indicator
memfokuskan masalah sebesar 0,62 (sedang), mendeskripsikan masalah dalam
fisika sebesar 0,69 (sedang), merencanakan penyelesaian sebesar 0,74 (tinggi),
melaksanakan rencana sebesar 0,73 (tinggi) dan mengevaluasi penyelesaian
sebesar 0,54 (sedang).
3. Respon siswa pada model pembelajaran Proccess Orientied Guided Inqury
Learning (POGIL) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep
fluida dinamis secara keseluruhan mendapat respon sangat tinggi dengan
persentase sebesar 75,29. Indikator pertama yaitu penggunaan model pembelajaran
Proccess Orientied Guided Inqury Learning (POGIL) mendapat respon sangat
tinggi dengan presentase sebesar 75,14, indikator kedua yaitu kemampuan
pemecahan masalah mendapat respon tinggi dengan presentase sebesar 74,86 dan
indikator ketiga penyampaian konsep fluida dinamis mendapat respon sangat tinggi
dengan presentase sebesar 75,86.
61
B. Saran
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kelemahan yaitu, penayangan video
yang kurang memunculkan keaktifan siswa, terbatasnya alokasi waktu pada tahapan
pembentukan konsep pada Model Proccess Orientied Guided Inqury Learning
(POGIL) dan kurangnya keterlaksaan penugasan proyek secara maksimum. Dari
kelemahan tersebut, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Penayangan video yang lebih menarik yang membuat siswa memunculkan
pertanyaan sehingga dapat mengaktifkan suasana proses pembelajaran dan
mengembangkan kemempuan pemecahan masalah.
2. Pada alokasi waktu tahap pemebentukan konsep sebaiknya ditambahkan agar siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah.
3. Penugasan proyek sebaiknya sudah dibentuk dari awal dan guru sebaiknya selalu
mengingatkan dan mengecek kerja siswa akan keterlaksanaan tugas pada tiap
pertemuan.
62
DAFTAR PUSTAKA
Alfama Adelia, dkk. “ Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inqury
Learning terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Kognitif Siswa
pada Mata Pelajaran Fisika. Edusains. Vol. 7 No.02 2015.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif
dan Kontekstual: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum
2013 (Kurikuum Tematik Integratif/KTI), (Jakarta: Prenadamedia Group,
2014).
Aprilian, Malisa,dkk. ”Pengaruh Model POGIL (Process Oriented Guided Inqury
Learning) terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Pemahaman Konsep
Siswa pada Materi Redoks”. Jurnal Kependidikan Kimia. Vol. 6, No. 2.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013)
Avianai, Rahmania, Bertha Yonata, “Keterampilan Sains Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Materi Asam Basa Kelas XI SMAN 8
Surabaya”, UNESA journal of Chemical Education, ISSN: 2252-9454, Vol.4,
No.2, 2015.
Azizah Rismatul, dkk, “Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika Pada Siswa SMA”,
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), p-ISSN 2087-9946, Vol. 5
No. 2, 2015.
Chairiah, Yaumul,dkk. “Development of Learning Based POGIL (Process Oriented
Guided Inquiry Learning) Concept Control in Improving Studenta senior high
school 8 Mataram Acid Based Materials”. Journal of Research &Method in
Education (IOSR-JRME). Vol. 8, Issue 3, May-June 2018.
Devi, Ediawati Kusuma, dkk, “Pengaru Model Pembelajaran Process Orientied Guided
Inqury Learning (POGIL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Meteri
Hukum Archimedes”, Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika, p-ISSN 2460-
9110, Vol 4 No 2, 2019.
Ghony, Djunaidi, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
(Malang: UIN-Malang Press, 2016)
Giancoli, Douglas C., Fisika Edisi Kelima Jilid , (Jakarta: Erlangga, 2001).
Hake, Richard R.,”Analyzing Change/gain Score”, Dept. of Physics, Indiana
University.
Hakim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009)
63
Heller, Paryicial, Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping,
(Minneapolis: university of Minnesota, 1991).
Helmi, Faridatul, dkk, “Pengaruh Pendekatan Berpikir Kausalitik Ber-Scaffolding Tipe
2B Termodifikasi Berbantuan LKS Terhadap Kemampuan Pemcahan Masalah
Fluida Dinamis”, Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, ISSN 2407-6902,
Vol 3 No 1, 2017.
Indriyani, dkk, “Pengaruh Modeling Instruction terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Fisika pada Materi Usaha dan Energi Siswa Kelas X MIPA SMA
Muhammadiyah Mayong Jepara” Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, p-
ISSN 2086-2407, Vol. 9 No. 1, 2018.
Kadir, Statistik Terapan konsep, contoh dan analisis data dalam program SPSS/Lisrel
dalam penelitian edisi kedua, (Depok: PT Rajagrafindo Persada).
Kuntadi, Dedi, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Anchored Instruction untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada Materi
Kalor”, Journal of Teaching and Learning Physics, ISSN 2528-5505 Vol. 1
No.1, 2016.
Malik, Adam,dkk. “ Penerapan Model Process Oriented Guided Inqury Learning
(POGIL) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik”.
Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika. Vol. 3, No.2 Desember
2017.
Meltzer, David E., ”The Relationship Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hodden Variable”
Diagnostic Pretest Scores”. American Association of Physics Teachers. Vol.
70, 2002.
Mustofa, Hariri, dkk, “Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
Pembelajaran Gerak Lurus”, Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan
Fisika, p-ISSN 2461-0933, Vol.2 No.2, 2016.
Ngalimun, dkk. Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo,2016).
Nugraheni, Fenti, dkk, “Kefektifan Model Proccess Orientied Guided Inqury
Learning”, Unnes Journal of Matematics Education, ISSN 2252-6927, Vol. 3
No. 1, 2014.
Prameswari, Andini, dkk, “Pembelajaran Fisika mengunakan Model Problem Based
dan Model Project Based Learning Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains
Siswa Pada Meteri Fluida Dinamis Kelas XI SMA Panca Bhakti Pontianak”,
Jurnal Pendidikan Sains dan Aplikasinya (JPSA), ISSN 2655-1373, Vol 2 No2,
2019.
64
Priansa, Donni Juni, dkk, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran: Cerdas,
Kreatif, dan Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2015)
Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013).
Rival, Helmi Pakas, dkk, “Ekspolasi Kemampuan Pemecahan Masalah Konseptual
Fluida Dinamis pada Siswa SMA”, Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana
UM, ISBN 978-602-9286-22-9, Vol 2, 2017
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2010).
Rustam,dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inqury
Learning (POGIL) terhadap Pemahaman Konsep IPA, Keterampilan Proses
Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 3 Pringgabaya
Lombik Timur. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA). Vol. 3 No.2, juli
2017.
Santoso, Singgih, Statistik Multivariat dengan SPSS, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2017).
Suastika, I Ketut, dkk, “Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Kontekstual”, Jurnal Pendidikan Metematika Indonesia, p- ISSN
2477-5967, Vol. 4 No. 2, 2019.
Sudarmanto, Gunawan, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program IBM
SPSS Statistics 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011).
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta, 2013).
Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2015).
Supriyanto, FISIKA 2 Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: Phibeta, 2007).
Surya, Yohanes, Mekanika dan Fluid 2, (Tangerang; PT Kandel, 2014).
Tamami, Fuad, dkk, “Pengaruh Pendekatan Berpikir Kausalitik Scaffolding Tipe 2a
Modifikasi Berbantuan Lks Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Optik
Geometri dan Kreativitas Siswa Kelas Xi Sman 1 Mataram”, Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi, ISSN 2407-6902, Vol. 3 No. 1, 2017.
Uyanto, Stanislaus S., Pedoman Analisis Data dengan SPSS, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009).
65
Wijaya, Etistika Yuni, dkk, “Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Globalisasi”, ISSN: 2528-259X,
VoL, 1, 2016.
Wira, Putu,dkk. “The Effect of Process Orientied Guided Inqury Learning Model
Based on Virtual Laboratory Toward Problem Solving Abilities of Physics
Student”. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA). Vol. 5 No.1, Januari
2019.
Young, Hugh D., dkk, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1, (Jakarta; Erlangga,
2002).
Yusuf, Muri, ASESMEN DAN EVEALUASI PENDIDIKAN: Pilar Penyedia Informasi
dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan, (Jakarta: Prenada media Group,
2015).
Zamista, Adelia Alfama, dkk, “Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented
Guided Inqury Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Fisika”, EDUSAINS, Vol 7 No 2, 2015.