Upload
trinhquynh
View
224
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH NILAI PERUSAHAAN,
KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN REPUTASI AUDITOR
TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BEI TAHUN 2009-2011
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri semarang
Oleh
Sulistiyawati
NIM 7250407109
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau tuan orang lain yang terdapat dalam sripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti
skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Februari 2013
Sulistiyawati
NIM 7250407109
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Rasa takut adalah hal yang wajar, namun jangan biarkan rasa takut itu
menghalangi langkahmu untuk menuju kearah yang lebih baik. Berperang
melawan rasa takut dalam diri sendiri itu tidak gampang, namun bukan berarti
tidak bisa.
Bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur, tapi bersyukur yang
menjadikan kita bahagia. (MT)
Persembahan:
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku tercinta termakasih
untuk doa, dukungan, dan nasihat yang
berharga dalam hidupku.
2. Ketiga kakakku (Mbak Iik, Mas Tatok, dan
Mas Ari) yang selalu memberiku dukungan
baik moril maupun materil.
3. Teman-temanku (Rika, Jerni, Aci, dan
Mbak Darul) yang memberiku semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Almamaterku
vi
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmad,
karunia, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan Reputasi Auditor
Terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011”. Peneliti menyadari bahwa penyelesaian
skripsi ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menuntut ilmu di
Universitas Negeri semarang.
2. Dr. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program
Akuntansi S1 di Fakultas Ekonomi.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Negeri
semarang yang telah memberikan ilmu, fasilitas serta pelayanan yang baik.
4. Drs. Subowo, M.Si. Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan, dan saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
vii
5. Trisni Suryarini, SE., M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan, dan petunjuk sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Amir Mahmud, S.Pd., M.Si. Dosen Penguji yang telah memberikan
bimbingan, masukan, dan saran sehingga peneliti dapat menyeselesaikan
skripsi ini.
7. Nanik Sri Utaminingsih, SE., M.Si.,Akt. Dosen Wali Prodi Akutansi A 2007
yang telah memberikan ilmu serta motivasi sehingga terselesaikannya masa
studi.
8. Seluruh Dosen khususnya pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis selama perkuliahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi
ini.
9. Seluruh staf pengelola dan administrasi program sarjana jurusan akuntansi
Universitas Negeri Semarang.
10. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat serta dapat menjadi salah
satu bahan informasi pengetahuan bagi pembaca sekalian.
Semarang, Februari 2013
Peneliti
viii
SARI
Sulistiyawati. 2012. “Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan
Reputasi Auditor Terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011”. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Subowo, M.Si.
Pembimbing II. Trisni Suryarini, SE.,M.Si.
Kata Kunci: Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, Reputasi Auditor dan
Praktik Perataan Laba
Perataan laba adalah praktik manipulasi laba yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasilaba.Manajemen melakukan
perataan laba dengan tujuan untuk mendapatkan penilaian kinerja manajemen
yang baik.Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh nilai perusahaan,
kebijakan dividen dan reputasi auditor terhadap praktik perataan laba.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2009-2011.Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metode
purposive sampling, dari metode tersebut diperoleh sampel penelitian sebanyak 39
perusahaan.Data yang digunakanadalah data sekunder yang diperoleh dengan
teknik dokumentasi.Untuk mengidentifikasi perusahaan yang melakukan perataan
laba dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, digunakan metode
discretionary accruals dari model Jones yang dimodifikasi.Analisis statistik yang
digunakan adalahbinary logistic regression dengan menggunakan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variable independen yaitu nilai
perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value dan variable kebijakan
dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Rasio, serta variabel reputasi
auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap perataan laba. Saran pada penelitian ini adalah sebaiknya manajemen tidak hanya
memikirkan mengenai nilai perusahaan, tetapi juga memikirkan agar investor
tertarik untuk berinvestasi jangka panjang kepada perusahaan, karena diketahui
investor di Indonesia cenderung menyukai investasi jangka pendek. Dan untuk
pihak investor sebaiknya tidak hanya memusatkan perhatian pada laba perusahaan
tetapi juga pada kondisi keuangan dan rasio perusahaan lainnya karena terdapat
bukti empiric bahwa perusahaan go public di Indonesia melakukan perataan laba.
ix
ABSTRACT
Sulistiyawati. 2012. "The Effect of Firm Value, Dividend Policy, and Auditor
Reputation In Manufacturing Company Registered in BEI on Period of 2009-
2011". Accounting Department, Final Project. Faculty of Economics,Semarang
State University. Advisor I. Drs. Subowo, M.Si. Advisor II.Trisni Suryarini,
SE.,M.Si.
Keywords: Firm Value, Dividend Policy, Auditor reputation and Income
smoothing
Income smoothing is the practice of manipulating earnings by corporate
management to reduce earnings fluctuations. Management did income smoothing
in order to obtain a good performance appraisal management. The aim of study is
to analyzing firm value, dividend policy and auditor reputation effect income
smoothing practice.
This study population is a manufacturing company listed on the Indonesia
Stock Exchange in 2009-2011. Sampling study conducted with a purposive
sampling method, the method is derived from the sample of 39 companies. The
date used are secondary date with the technical documentation. To identify
companies doing income smoothing and companies that do not perform income
smoothing, the method used discretionary accruals from the modified Jones
models. The result of statistical analysisused binary logistic regression using
SPSS 16 for windows.
The results showed that all independent variables are proxied enterprise
value of Price to Book Value and variable dividend policy is proxied by Dividend
Payout Ratio, as well as the auditor reputation variables did not significantly
affect the income smoothing.
Suggestionsin this study isthe management should not only think about the
value of the company, but also think that investors are interested to invest in the
long term to enterprises. And for the investor should not only focus on profit but
also on the company's financial condition and the ratio of other companies
because there is empirical evidence that the company went public in Indonesia
doing income smoothing.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Rumus Masalah ........................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 11
2.1 Teori Keagenan ........................................................................ 11
2.2 Perataan Laba ........................................................................... 13
2.2.1 Definisi Perataan Laba .................................................. 13
xi
2.2.2 Faktor-Faktor yang Memotivasi Perataan Laba ........... 14
2.2.3 Jenis Perataan Laba....................................................... 16
2.2.4 Teknik Perataan Laba ................................................... 18
2.3 Discretionary Accruals ............................................................. 19
2.4 Nilai Perusahaan ....................................................................... 22
2.5 Kebijakan Dividen .................................................................... 25
2.6 Reputasi Auditor ....................................................................... 28
2.7 Penelitian Terdahulu ................................................................. 31
2.8 Kerangka Berpikir .................................................................... 33
2.9 Hipotesis ................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 39
3.1 Jenis Data.................................................................................. 39
3.2 Populasi .................................................................................... 39
3.3 Sampel ...................................................................................... 39
3.4 Variabel Penelitian ................................................................... 41
3.4.1 Variabel Dependen ........................................................ 41
3.4.2 Variabel Independen ...................................................... 44
3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 45
3.6 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis .................................. 46
3.6.1 Analisis Deskriptif ........................................................ 46
3.6.2 Analisis Regresi Logistik .............................................. 46
3.6.3 Uji Hipotesis ................................................................. 47
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 50
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 50
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................... 50
4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif .......................................... 52
4.1.3 Analisis Regresi Logistik .............................................. 55
1. Menilai Kelayakan Model Regresi .......................... 56
2. Uji Keseluruhan Model Fit ...................................... 57
3. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi ............... 61
4.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ............................................. 64
4.3.1 Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba .... 64
4.3.2 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Perataan Laba . 66
4.3.3 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Perataan Laba .... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 71
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 71
5.2 Saran ......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN .................................................................................................... 76
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Hasil Penelitian Perusahaan Go Publik yang Melakukan
Perataan Laba ................................................................................ 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 32
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ....................................................... 41
Tabel 4.1 Sampel Penelitian .......................................................................... 50
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan dan Kebijakan
Dividen .......................................................................................... 52
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Reputasi Auditor ............................ 53
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Perataan Laba .................................. 54
Tabel 4.5 Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit Test ..................... 56
Tabel 4.6 Uji -2Log Likehood (Blok Number = 0) ....................................... 57
Tabel 4.7 Uji -2Log Likehood (Blok Number = 1) ....................................... 58
Tabel 4.8 Uji Cox and Snell’s R Square & Negelkerke R Square ................ 59
Tabel 4.9 Uji Overall Classification Table ................................................... 60
Tabel 4.10 Uji Signifikansi Koefisien Regresi .............................................. 61
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................ 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian ....................................... 76
Lampiran 2 Data PBV Perusahaan Manufaktur 2009-2011 ........................ 77
Lampiran 3 Data DPR Perusahaan Manufaktur 2009-2011 ........................ 78
Lampiran 4 Data Reputasi Auditor Perusahaan Manufaktur 2009-2011 ..... 79
Lampiran 5 Data Non Discretionary Accruals (NDAC) .............................. 80
Lampiran 6 Data Discretionary Accruals (DAC)......................................... 83
Lampiran 7 Data Pre Discretionary Income (PDI) ...................................... 86
Lampiran 8 Data Perusahaan Manufaktur yang Melakukan Perataan Laba 89
Lampiran 9 Data Output Statistik Penelitian ............................................... 92
Lampiran 10 Ringkasan Laporan Keuangan .................................................. 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kinerja manajemen suatu perusahaan dapat terlihat dari laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut dapat menggambarkan kondisi dan perkembangan
keuangan perusahaan sehingga dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan tersebut adalah pihak internal dan pihak eksternal perusahaan.
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan mengenai kondisi dan kinerja
keuangan suatu perusahaan. Salah satu informasi yang terdapat pada laporan
keuangan adalah informasi mengenai laba. Informasi mengenai laba tersebut
merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen.
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 mengemukakan
bahwa informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau
pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak
lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan
datang. Menurut Beattie. et al (1994) dalam Mursalim (2005) menjelaskan bahwa
perhatian investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan
prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Selain itu,
perusahaan juga diberikan berbagai alternatif dalam menyusun laporan keuangan
oleh Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU), sehingga manajemen
2
perusahaan memiliki kebebasan untuk mengganti metode akuntansi yang
digunakan dengan metode akuntansi lainnya yang dapat mempengaruhi jumlah
laba perusahaan yang aktual. Hal inilah yang mendorong manajemen untuk
melakukan dysfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya) untuk
meningkatkan kinerja manajemen perusahaan.
Tindakan dysfunctional behaviour dari pihak manajemen tersebut
berkaitan dengan teori keagenan (agency theory). Dalam teori keagenan terdapat
perbedaan kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham
(principal), yaitu manajemen mempunyai keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraannya, sedangkan pemengang saham mempunyai keinginan untuk
meningkatkan kekayaannya. Pihak manajemen selaku pengurus perusahaan juga
memiliki informasi perusahaan yang lebih banyak dibanding dengan pemilik
perusahaaan. Hal ini dimanfaatkan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan
manipulasi laba atau pengelolaan laba (earning management).
Sesuai dengan Scott (2000) dalam Aji & Mita (2010), terdapat dua tujuan
manajemen perusahaan untuk melakukan praktik pengelolaan laba. Pertama,
manajemen perusahaan berusaha untuk menambah tingkat transparansi laba dalam
mengkomunikasikan hal yang bersifat informasi internal perusahaan, dalam hal
ini pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat efisien, sedangkan yang
kedua adalah pengelolaan laba yang bersifat oportunistik yaitu manajemen
perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Praktek pengelolaan laba yang bersifat oportunistik inilah yang merugikan
berbagai pihak ekternal yang berkepentingan terhadap perusahaan.
3
Teknik-teknik pengelolaan laba yang oportunistik seringkali menggunakan
teknik perataan laba (Aji dan Mita, 2010). Praktik perataan laba merupakan
fenomena umum yang terjadi di berbagai Negara salah satunya di Indonesia pada
perusahaan yang go public. Berikut adalah data hasil penelitian terdahulu yang
mengindikasikan bahwa perusahaan yang go public di Indonesia melakukan
perataan laba.
Tabel 1.1 Data Hasil Penelitian Perusahaan Go Public yang Melakukan
Perataan Laba
Sumber: Penelitian Juniarti dan Colorina (2005), Zulkarnaini (2007), dan Dewi
dan Carina (2008)
Koch (1981) dalam Mudjiono (2010) mendefinisikan perataan laba sebagai
suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas aliran angka
laba yang dilaporkan relatif terhadap aliran yang merupakan target manajemen
dengan memanipulasi variabel artificial (akuntansi) atau variabel riil
(transaksional). Menurut Juniarti dan Corolina (2005) manajer termotivasi
melakukan perataan laba untuk mencapai keuntungan pajak, untuk memberikan
Peneliti Jumlah Perusahaan
Yang Diteliti Hasil
Juniarti dan Colorina
(2005)
54 Perusahaan di Bursa
Efek Surabaya
25 atau 46,30%
melakukan perataan
laba.
Zulkarnaini (2007) 222 perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Jakarta
97 atau 43,7%
perusahaan manufaktur
melakukan perataan laba
Dewi dan Carina
(2008)
31 Perusahaan Manufaktur,
dan 21 Lembaga Keuangan
Lainnya di Bursa Efek
Jakarta
17 atau 54,84%
perusahaan manufaktur
melakukan perataan
laba, dan 8 atau 38,10%
lembaga keuangan
lainnya melakukan
perataan laba.
4
kesan baik kepada pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen, mengurangi
fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi resiko sehingga harga sekuritas
yang tinggi menarik perhatian pasar, untuk menghasilkan profit yang stabil, dan
untuk menjaga posisi mereka dalam perusahaan.
Adanya fenomena perataan laba dapat menyebabkan pengungkapan laba
yang menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, khususnya pihak eksternal (Jatiningrum, 2000). Menurut Hughes
(1986) dalam Budhijono (2006) perataan laba adalah sebagai bentuk
penyalahgunaan yang umum dalam pelaporan keuangan yang seharusnya
diwaspadai oleh pemakainya. Praktik perataan laba dapat mengakibatkan kerugian
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan karena perataan
laba dapat menyebabkan pengungkapan dalam laporan keuangan menjadi tidak
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya yang seharusnya perlu
diketahui oleh pemakai laporan keuangan, sehingga pemakai laporan keuangan
tidak dapat melakukan pengambilan keputusan yang tepat.
Praktik perataan laba tentu saja tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dalam beberapa penelitian sebelumnya nilai perusahaan,
kebijakan dividen dan reputasi auditor merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perataan laba. Penelitian mengenai perataan laba yang
berhubungan dengan nilai perusahaan pernah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Merdistuti (2009),
Purwanto (2009) dan Aji dan Mita (2010). Penelitian Aji dan Mita (2010) menguji
5
pengaruh antara profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan dan stuktur
kepemilikan terhadap perataan laba. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa resiko keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba
sedangkan profitabilitas dan stuktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
variabel perataan laba. Selain itu Suranta dan Merdistuti (2009) menemukan
adanya pengaruh antara variabel ROA, resiko keuangan, nilai perusahaan dan
kepemilikan manajerial terhadap perataan laba sedangkan variabel Net profit
margin, OPM, resiko pasar dan kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap
variabel perataan laba. Sementara itu hasil yang berbeda ditemukan oleh Purwanto
(2009) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap
perataan laba.
Salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.
Penentuan nilai perusahaan diperoleh dari informasi mengenai laba perusahan.
Besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan berdampak pada harga
saham perusahaan tersebut. Harga saham ini digunakan untuk menentukan nilai
perusahaan. Suatu perusahaan tentunya menginginkan agar memiliki nilai
perusahaan yang tinggi, begitu juga dengan pihak eksternal seperti investor.
Investor berpendapat bahwa apabila suatu perusahaan memiliki nilai yang tinggi
maka perusahaan tersebut dikatakan memiliki kinerja yang baik. Perusahaan yang
memiliki nilai pasar yang tinggi akan cenderung melakukan perataan laba (Aji
dan Mita, 2010). Suranta dan merdistuti (2009) juga menyimpulkan bahwa
Perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan cenderung untuk
melakukan perataan laba, hal tersebut dikarenakan suatu perusahaan akan
6
cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaannya tetap
tinggi sehingga dapat lebih menarik arus sumber daya kedalam perusahaannya.
Sementara itu, Kustono (2007) menemukan faktor yang mempengaruhi
perataan laba adalah variabel pertumbuhan perusahaan, sedangkan variabel
ukuran perusahaan, kebijakan dividen dan resiko spesifik tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel perataan laba. Hal berbeda ditemukan oleh Purwanto (2009)
yang menemukan hanya variabel ukuran perusahaan yang tidak berpengaruh
terhadap perataan laba sedangkan variabel lainnya seperti profitabilitas, kebijakan
dividen dan kelompok usaha memiliki pengaruh terhadap perataan laba. Begitu
pula dengan Budiasih (2009) yang juga menemukan adanya pengaruh antara
variabel kebijakan dividen terhadap perataan laba.
Para investor yang berinvestasi dengan membeli saham suatu perusahaan
tentunya mengharapkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan. Keuntungan
dari investasi yang mereka lakukan salah satunya berupa dividen. Dividen adalah
laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Laba sering dikatakan sebagai
ukuran kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kebijakan dividen
memberikan informasi mengenai performa suatu perusahaan. Purwanto (2009)
menyimpulkan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap perilaku
perataan laba, karena kebijakan dividen akan mempunyai implikasi yang
signifikan pada pengambilan keputusan investor maupun investasi potensial
dalam pembelian saham perusahaan. Faozi (2003) juga menemukan bukti bahwa
kebijkan dividen berpengaruh terhadap perataan laba. Kebijakan dividen
merupakan salah satu kebijakan manajemen yang menjadi dasar pertimbangan
7
investasi bagi investor yang mementingkan rate of return dari dana yang
diinvestasikan. Pihak Invetor menyukai tingkat dividen yang tinggi dan investor
juga merupakan pihak yang menolak resiko. Padahal apabila suatu perusahaan
menerapkan tingkat dividen yang tinggi, maka perusahaan tersebut juga akan
memiliki resiko yang tinggi apabila terjadi fluktuasi laba yang besar. Tuntutan
untuk dapat membagikan dividen yang besar dengan risiko yang kecil membuat
pihak manajemen cenderung untuk melakukan perataan laba.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi praktek perataan laba adalah
reputasi auditor. Herni dan Susanto (2008) menemukan adanya pengaruh yang
reputasi auditor terhadap perataan laba. Namun hal tersebut bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Prabayanti dan Yasa (2009) yang meneliti
mengenai pengaruh reputasi auditor yang diproksikan dengan KAP The Big Four
dan Non Big Four terhadap praktik perataan laba. Penelitian tersebut
menghasilkan kesimpulan bahwa reputasi auditor tidak mempengaruhi praktik
perataan laba.
Auditor independen merupakan pihak yang bertugas untuk memeriksa
laporan keuangan perusahaan. Kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan dapat dideteksi dari audit yang dilakukan oleh auditor tersebut,
sehingga dari adanya auditor independen pada suatu perusahaan dapat
meminimalkan tindakan kecurangan yang dilakukan perusahaan pada laporan
keuangannya. Dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi, pihak investor
juga mempertimbangkan hasil audit perusahaan. Para pengguna laporan keuangan
lebih percaya pada hasil audit dari auditor yang berkualitas (Mudjiono, 2010).
8
Scott et al (2000) dalam Meutia (2004) mengatakan bahwa auditor independen
dapat menjadi pelindung terhadap praktik-praktik kecurangan akuntansi seperti
perataan laba, karena auditor tidak hanya dianggap memiliki pengetahuan yang
mendalam dibidang akuntansi tetapi juga dapat berhubungan dengan komite audit
dan dewan direksi yang bertanggungjawab untuk memeriksa dengan teliti para
pembuat keputusan di perusahaan.
Para pengguna laporan keuangan auditan akan memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan yang menggunakan jasa auditor dari
KAP yang berkualitas atau KAP yang bereputasi baik. Reputasi auditor
merupakan penilaian terhadap kualitas auditor dalam melakukan audit. Pihak
perusahaan memerlukan audit terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh
auditor yang memiliki reputasi baik guna meyakinkan pihak eksternal bahwa
laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen dapat dipercaya dan dapat dijadikan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan. Auditor yang tergabung dalam KAP The Big
Four dinilai akan lebih teliti dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan
keuangan untuk menjaga reputasi yang KAP dimiliki. Soselisa dan mukhlasin
(2008) mengemukakan bahwa kualitas audit yang lebih tinggi dari suatu Kantor
Akuntan Publik (KAP) memperbesar risiko terungkapnya kecurangan akuntansi,
hal ini menimbulkan suatu dugaan bahwa perusahaan yang melakukan atau
perataan laba akan menghindari penggunaan jasa audit dari KAP yang memiliki
reputasi dibanding dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.
9
Penelitian mengenai perataan laba ini telah banyak dilakukan, namun dari
berbagai penelitian tersebut terdapat ketidak konsistenan hasil antar penelitian
yang satu dengan yang lainnya. Atas dasar tidak konsistennya hasil temuan
beberapa peniliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yaitu
nilai perusahaan, kebijakan dividen, dan reputasi auditor. Sesuai dengan penelitian
Aji dan Mita (2010), penelitian ini menggunakan ukuran akrual diskretioner dari
model jones yang dimodifikasi sebagai indikator terjadinya perataan laba, hal ini
berbeda dari penelitian sebelumnya yang sebagian besar melakukan pengukuran
perataan laba menggunakan indeks eckel. Diharapkan penggunaan ukuran
perataan laba selain indeks eckel dapat memperkuat hasil-hasil penelitian
sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Penelitian
ini peneliti berfokus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2009 – 2011 karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki
jumlah populasi yang besar sehingga dinilai dapat mewakili perusahaan go public
yang terdaftar di BEI, selain itu populasi perusahaan manufaktur yang besar
diduga akan banyak investor yang cenderung tertarik berinvestasi pada
perusahaan tersebut sehingga diduga manajemen perusahaan memiliki
kecenderungan yang besar untuk melakukan perataan laba.
10
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka
permasalahan penelitian ini adalah:
1. Apakah nilai perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba?
2. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap perataan laba?
3. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap perataan laba?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh nilai perusahaan terhadap perataan laba.
2. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan deviden terhadap perataan laba.
3. Untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor terhadap perataan laba.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
teoritis dan manfaat praktis yaitu:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperjelas penerapan teori akuntansi dan
teori keagenan dalam kaitannya dengan terjadinya praktik perataan laba pada
perusahaan. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas
pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai pengaruh nilai perusahaan,
kebijakan dividen dan reputasi auditor terhadap praktik perataan laba.
11
2. Manfaat praktis
Bagi pengguna laporan keuangan dan calon investor hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan bukti mengenai pengaruh nilai perusahaan,
kebijakan dividend dan reputasi auditor terhadap perataan laba, sehingga
diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) dalam Mursalim (2005) berpendapat bahwa
teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan
manajemen sebagai agen. Menurut Mursalim (2005) Principal mendelegasikan
wewenang dan pertanggungjawaban atas decision making kepada agen.
Wewenang dan tanggungjawab agen maupun principal diatur dalam kontrak kerja
berdasarkan persetujuan bersama. Hal ini dapat dikatakan bahwa principal
memberikan suatu kepercayaan kepada pihak agen untuk melaksanakan tugas dari
pihak principal sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Pihak
manajemen diberikan wewenang untuk membuat keputusan yang berguna bagi
pemegang saham, dan manajemen wajib mempertanggungjawabkan perkerjaan
yang telah dilakukan kepada pemegang saham tersebut.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Mursalim (2005) menjelaskan bahwa
pihak principal memotivasi agen dengan merancang suatu kontrak agar dapat
mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.
Kontrak kerja yang efisien antara agen dan principal adalah sebagai berikut:
1. Agen dan principal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen
maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga
tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk
kepentingannya sendiri.
13
2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbalan jasanya adalah kecil yang
berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang
diterimanya.
Masalah keagenan timbul karena adanya perbedaan kepentingan dari
masing-masing pihak. Informasi simetris yang terdapat pada kontrak kerja
tersebut pada kenyataannya tidak dapat dipenuhi. Teori keagenan ini menyatakan
bahwa manajemen memiliki informasi internal perusahaan yang lebih banyak
dibanding dengan informasi yang dimiliki oleh pemilik perusahaan (principal)
sehingga menimbulkan asimetri informasi.
Ketika seorang principal tidak mengetahui semua informasi yang dimiliki
oleh agen, maka apabila agen tersebut menetapkan sebuah keputusan, pihak
principal tidak dapat mengetahui apakah tindakan yang dilakukan oleh pihak agen
tersebut telah sesuai dengan tindakan yang seharusnya dilakukan berdasarkan
informasi perusahaan yang dimilikinya, atau keputusan yang ditetapkan oleh
tersebut didasari oleh kepentingan pribadi untuk memperoleh keuntungan. Jika
pihak principal tidak dapat melakukan pengawasan kepada usaha pihak agen
secara langsung atau tidak dapat mengetahui hasil kinerja pihak agen secara tepat,
hal ini akan memungkinkan pihak agen memiliki motivasi untuk melakukan
tindakan yang tidak sesuai pada kontrak kerja yang telah disepakati oleh pihak
agen dan principal tersebut. Kondisi mengenai adanya asimetri informasi yang
terjadi antara pihak agen dengan principal dapat memberikan peluang yang bisa
dimanfaatkan oleh agen untuk melakukan tindakan oportunistik yaitu dengan
14
melakukan tindakan yang tidak semestinya (dysfunctional behaviour) untuk
memaksimalkan kemakmurannya.
Watts dan Zimmernan (1986) dalam Suwito dan Herawaty (2009)
menyatakan bahwa hubungan principal dan agen sering ditentukan oleh angka
akuntansi. Hal ini memotivasi agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi
tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.
Kesenjangan informasi antara kedua belah pihak memicu munculnya perataan
laba yang dilakukan oleh manajemen dan pada akhirnya memiliki pengaruh
terhadap motivasi investor untuk melakukan investasi.
2.2 Perataan laba
2.2.1 Definisi perataan laba
Definisi awal mengenai perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba
dari tahun ketahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun ketahun yang
tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan.
Sedangkan definisi lebih modern menyatakan bahwa perataan laba adalah
fenomena proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan
pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil
sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode
tersebut (Belkaoui, 2006).
Bieldleman (1973) dalam Belkaoui (2007) mendefinisikan perataan laba
sebagai tindakan pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa
tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian
15
ini, perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk
menurunkan variasi abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-
prinsip akuntansi dan manajemen yang baik.
Barnea et al (1976) dalam Budhijono (2006) menyatakan perataan laba
merupakan tindakan manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang
dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di
masa yang akan datang. Pada intinya, praktik perataan laba ini diharapkan dapat
memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilainan
kinerja manajer. Menurut Koch (1981) dalam Mursalim (2003) tindakan perataan
laba dapat didefinisikan sebagai suatau sarana yang digunakan manajemen untuk
mengurangi variabilitas urut-urutan, pelaporan laba relatif terhadap beberapa urut-
urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi
semu (artificial smoothing) atau transaksi riil (real smoothing).
2.2.2 Faktor-Faktor yang Memotivasi Perataan Laba
Beberapa faktor yang mendorong manajemen melakukan perataan laba
menurut Sugiarto (2003) adalah:
1. Kompensasi bonus
Laporan keuangan sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan. Karena pentingnya laporan keuangan memotivasi
manejemen perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba untuk
mendapatkan bonus yang tinggi.
16
2. Kontrak utang
Perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap perjanjian utang,
terdorong untuk melakukan tindakan perataan laba satu periode sebelum
perjanjian utang tersebut dibuat.
3. Pengurangan pajak
Perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak yang
harus dibayarkan kepada pemerintah.
4. Penawaran saham perdana
Perusahaan melakukan perataan laba untuk mendapatkan dan
mempertahankan investor.
Beidleman dalam Belkaoui (2007) mempertimbangkan dua alasan
menejemen meratakan laporan laba. Pendapat pertama berdasar pada asumsi
bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat
yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan
pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan
turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan. Argumen kedua
berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang
bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi
pengembalian perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar
Selain itu, adanya tiga batasan yang mempengaruhi manajemen untuk
melakukan perataan laba (Belkaoui, 2007). Tiga batasan tersebut adalah:
1. Mekanisme pasar yang kompetitif, yang mengurangi jumlah pilihan yang
tersedia bagi manajemen.
17
2. Skema kompensasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan
dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena setiap fluktuasi dalam laba
akan berpengaruh langsung dalam kompensasi.
3. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik
untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilan atau penggantian
manajemen secara langsung.
2.2.3 Jenis Perataan Laba
Terdapat dua jenis arus perataan laba (Belkaoui, 2006) yaitu:
1. Natural Smoothing (Perataan Alami)
Perataan laba alami adalah perataan laba yang terjadi secara alami dari proses
penghasilan laba
2. Intentional Smoothing ( Perataan yang disengaja)
Intentional Smoothing biasanya dihubungkan dengan tindakan manajemen.
Dapat dikatakan bahwa intentional smoothing berkenaan dengan situasi
dimana rangkaian laba yang dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan
manajemen.
Jenis perataan laba pada penelitian ini adalah Intentional Smoothing.
Intentional Smoothing ini mengindikasikan perataan laba yang terjadi pada
perusahaan adalah perataan laba yang sengaja dilakukan oleh manajemen
perusahaan. Intentional smoothing dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Real Smoothing
18
Merupakan usaha yang diambil oleh manajemen dalam merespon perubahan
kondisi ekonomi. Dapat juga diartikan sebagai suatu transaksi yang
sesungguhnya dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pengaruh perataan
pada laba. Perataan ini menyangkut pemilihan waktu kejadian transaksi riil
untuk mencapai sasaran perataan laba.
b. Artificial Smoothing
Merupakan suatu usaha yang disengaja untuk mengurangi variabilitas aliran
laba secara artificial (akuntansi). Perataan laba ini menerapkan prosedur
akuntansi untuk memindahkan biaya dan pendapatan dari satu periode ke
periode tertentu. Dengan kata lain, artificial smoothing dicapai dengan
menggunakan kebebasan memilih prosedur akuntansi yang memperbolehkan
perubahan biaya dan pendapatan dari suatu periode akuntansi ke periode
tertentu.
Penelitian ini lebih menekankan perataan laba yang dilakukan tergolong
dalam tindakan artificial smoothing. Tindakan artificial smoothing ini dilakukan
dengan memanfaatkan kebebasan dalam memilih prosedur akuntansi. Meskipun
tindakan artificial smoothing ini dikakukan dengan menggunakan metode
akuntansi yang berlaku umum, namun akan memberikan dampak yang
merugikan. Hal ini dikarenakan tindakan artificial smoothing mengakibatkan
penyimpangan data akuntansi, selain itu laporan keuangan yang dihasilkan
perusahaan menjadi tidak menunjukan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Sehingga laporan keuangan tersebut dinilai menyesatkan investor dalam
pengambilan keputusan terhadap perusahaan.
19
2.2.4 Teknik Perataan Laba
Terdapat beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam melakukan
perataan laba menurut sugiarto (2003) diantaranya yaitu:
1. Perataan melalui adanya kejadian transaksi atau pengakuan transaksi.
Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi
melalui kebijakan manajemen sendiri, misalnya perusahan menerapkan
kebijakan diskon dan kredit sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah
piutang dan penjualan pada bulan akhir tiap kuartal, sehingga laba kehihatan
stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu.
Manajemen perusahaan memiliki wewenang untuk mengalokasikan
pendapatan dan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjualan
meningkat maka manajemen dapat membebankan amortisasi goodwill pada
periode tersebut untuk menstabilkan laba.
3. Pencatatan melalui klasifikasi
Manajemen memiliki wewenang dan kebijakan untuk mengklasifikasikan
komponen rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya jika suatu
pendapatan non operasi sulit untuk didefinisikan maka manajemen dapat
mengklasifikasikan pendapatan tersebut pada pendapatan operasi atau
pendapatan non operasi. Hal tersebut dapat digunakan sewaktu-sewaktu
untuk meratakan laba pada kondisi pendapatan tertentu.
Tehnik-tehnik perataan laba tersebut dapat dilakukan karena dalam Prinsip
Akuntansi Berterima Umum (PABU), perusahaan diberikan berbagai pilihan
20
dalam mencatat berbagi peristiwa keuangan. Manajemen memiliki keleluasaan
untuk mengganti satu metode ke metode yang lain. Keleluasaan untuk memakai
tehnik-tehnik pencatatan dalam akuntansi dapat dimanfaatkan oleh manajemen
untuk melakukan perataan laba.
2.3 Discretionary Accruals
Salah satu pendekatan secara umum yang dihasilkan para peneliti untuk
mendeteksi pengelolaan laba yaitu dengan model yang berbasis aggregate
accrual. Model yang berbasis aggregate accrual yaitu model yang digunakan
untuk mendeteksi aktivitas rekayasa manajemen dengan menggunakan
discretionary accruals sebagai proksi pengelolaan laba. Model pengelolaan laba
berbasis aggregate accrual sejalan dengan basis akuntansi yang selama ini banyak
dipergunakan diberbagai Negara yaitu akuntansi berbasis akrual (accruals
accounting) (Sulistyanto, 2008).
Secara konseptual, akuntansi berbasis akrual merupakan basis akuntansi
yang mengakui dan mencatat semua transaksi dan peristiwa berdasarkan waktu
terjadinya dan bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Artinya, suatu
transaksi sudah dapat diakui dan dicatat sebagai hak walaupun kas baru akan
diterima pada periode berikutnya atau mengakui hak pada periode berikutnya
walaupun kas telah diterima begitu juga dengan kewajiban. Hingga dalam
akuntansi berbasis akrual tidak semua transaksi dan peristiwa harus dilakukan
secara tunai (Stice, 2009).
21
Model pengelolaan laba berbasis aggregate accrual merupakan model
yang menggunakan komponen-komponen laporan keuangan yang secara langsung
dideteksikan sebagai obyek rekayasa akuntansi. Secara teoritis, akuntansi berbasis
akrual mengakibatkan munculnya beberapa komponen non-kas dalam laporan
keuangan. Misalkan hutang, piutang, penyusutan dan sebagainya. Atau dengan
kata lain, komponen non kas merupakan penyebab munculnya komponen akrual
dalam laporan keuangan. Komponen non kas inilah yang selama ini ditengarai
dipakai sebagai obyek yang digunakan manajer ketika pengelola dan mengatur
laba yang akan dilaporkannya. Hal ini bisa dilakukan karena menajemen
mempunyai kebebasan untuk memilih metode, mengganti metode dan prinsip
akuntansi untuk mencatat komponen-komponen tersebut sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapainya sehingga pengembangan model manajemen yang
menggunakan komponen-komponen tersebut relatif dapat diterima karena sejalan
dengan akuntansi berbasis akrual. Discretionary accruals merupakan selisih
antara total akrual dan non discretionary accruals, yang merupakan komponen
utama laba dalam akuntansi berbasis akrual (Sulistyanto, 2008).
Penelitian ini menggunakan model discretionary accrual dengan modified
Jones dalam Kothari et al. (2005) yang dikutip oleh Tucker dan Zarowin (2005)
sebagai indicator perataan laba. Model perhitungan discretionary accrual
modified Jones tersebut adalah sebagai berikut:
22
Discretionary total accruals sebuah perusahaan pada tahun tertentu
dihitung dengan meregresi total akrual sebagai variable dependen. Perhitungannya
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Semua nilai tersebut diregresikan dengan menggunakan sebagai
variabel dependen, sedangkan , , sebagai variabel
independen. Regresi terhadap keempat variable ini menghasilkan nilai b0, b1, dan
b2 yang digunakan untuk menghitung nilai nondiscretionary total accruals
(NDAC).
Sedangkan Discretionary Accrual (DAC) merupakan selisih dari Total
Accrual (TAC) dengan Non Discretionary Accrual (NDAC). Berikut adalah
perhitungan DAC tersebut:
Selanjutnya sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tucker dan Zarowin
(2005), perusahaan akan dikelompokkan sebagai perusahaan perata laba
(smoother) apabila terdapat korelasi negatif antara perubahan Discretionary
Accrual (ΔDACit) dengan perubahan Pre-discretionary Income (ΔPDIit). PDI
23
merupakan selisih dari laba bersih perusahaan dengan Discretionary Accrual,
dengan perhitungan sebagai berikut:
Perataan Laba dalam penelitian ini merupakan variabel dummy, dimana
perusahaan yang memiliki korelasi negatif antara DAC dan PDI akan diberi nilai
1, sedangkan perushaan yang memiliki korelasi positif akan diberi nilai 0.
Pengukuran ini mengasumsikan bahwa terdapat rangkaian pre-discretionary
income yang kemudian manajemen menggunakan discretionary accrual agar laba
dalam laporan keuangan menjadi lebih rata (Tucker dan Zarowin, 2005). Jika pre-
discretionary income tinggi maka akrual diskresioner akan menjadi negatif untuk
mengurangi laba. Sedangkan, jika pre- discretionary income rendah maka akrual
diskresioner akan positif untuk meningkatkan laba, oleh karena itu perataan laba
merupakan korelasi negatif antara pre- discretionary income dengan discretionary
accrual (Ghanisa, 2009) dalam Aji dan Mita (2010).
2.4 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham
yang tinggi juga akan membuat nilai perusahaan menjadi tinggi. Nilai perusahaan
yang tinggi akan membuat pihak ekternal perusahaan memiliki kepercayaan pada
kinerja perusahaan. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah
untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).
24
Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan,
karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Soliha
dan Taswan, 2002).
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan
adalah sebagai berikut:
1. PER (Price Earning Ratio)
PER mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham
perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. Berikut
rumus untuk perhitungan PER:
Harga Pasar Saham
Price Earning Ratio =
Laba per Lembar Saham
2. PBV (Price to Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus
tumbuh (Brigham,1999 dalam Wahyudi dan Pawestri, 2006). Berikut rumus
untuk perhitungan PBV:
Harga Pasar per Lembar Saham
Price to Book Value =
Nilai Buku per Lembar Saham
Nilai Buku per Lembar Saham (Book Value per Share) dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
25
Ekuitas
Book Value per Share =
Jumlah Saham Biasa Beredar
Pada dasarnya price earning ratio maupun price to book value adalah
sama. Perbedaannya, PER berfokus pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan,
sedangkan PBV berfokus pada nilai ekuitas perusahaan.
PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih
perusahaan, dimana harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan laba
bersih yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut selama satu tahun. Perhitungan
PER lebih menekankan pada laba bersih yang diperoleh perusahaan, sehingga
berdasarkan PER sebuah perusahaan, dapat diketahui tingkat kewajaran harga
sebuah saham berdasarkan fakta atau bukan berdasarkan perkiraan. Harga saham
suatu perusahaan dapat berubah-ubah dari waktu kewaktu. Dan Perubahan harga
saham tersebut akan diikuti oleh perubahan PER perusahaan. Perolehan laba
bersih dari suatu perusahaan tidak hanya dapat diperoleh dari kinerja perusahaan
secara operasional, tetapi juga dapat diperoleh dari hasil dari pendapatan non
operasional, penjualan aset, dan lain-lain. Hal ini dapat ,mengakibatkan laba
bersih perusahaan tersebut tidak menunjukkan kinerja perusahaan yang
sebenarnya.
Perhitungan PBV adalah harga saham dibandingkan nilai ekuitas per
saham. Price book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai
buku saham suatu perusahaan. Besarnya nilai buku saham suatu perusahaan
mengindikasikan kinerja dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang berjalan
dengan baik, umumnya memiliki rasio price book value di atas satu. Rasio PBV
26
suatu perusahaan yang lebih besar dari satu mencerminkan bahwa nilai pasar
saham lebih besar dari nilai bukunya.
Penelitian ini menggunakan PBV sebagai indikator nilai perusahaan. Hal
ini dikerenakan PBV memiliki peran yang penting sebagai salah satu
pertimbangan bagi investor untuk memilih saham yang akan dijadikan sebagai
investasinya . Selain itu, rasio PBV juga dapat digunakan untuk semua jenis
perusahaan sebab nilai buku dapat menjadi ukuran yang rasional untuk
memberikan penilaian terhadap perusahaan atas kinerja yang telah dilakukan.
PBV yang tinggi mengindikasikan perusahaan melakukan perataan laba,
hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Merdistuti
(2009) menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi
cenderung melakukan perataan laba untuk menjaga konsistensi labanya agar nilai
pasar perusahaan tetap tinggi sehingga dapat lebih menarik arus sumber daya
dalam perusahaannya.
2.5 Kebijakan dividen
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berkaitan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen baerkaitan dengan masalah penggunaan
laba perusahaan. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut dapat dibagikan
sebagai dividen atau dijadikan sebagai laba yang ditahan untuk diinvestasikan
kembali ke perusahaan sebagai sumber dana untuk membiayaan perusahaan.
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan. Dividen ini dibagikan kepada para pemegang
27
saham sebagai bentuk keuntungan dari laba perusahaan. Apabila perusahaan
mampu menghasilkan laba yang besar maka kemungkinan pemegang saham juga
akan mendapatkan keuntungan berupa dividen yang besar.
Terdapat dua indikator yang dapat digunakan sebagai alat ukur dividen.
Dua indikator alat ukur dividen tersebut adalah:
1. Dividend yield
Dividen yield merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
saham. Semakin besar dividen yield akan semakin menarik investor. Dividend
yield digunakan sebagai suatu ukuran risiko dalam berinvestasi. Rumus
perhitungan untuk menentukan dividend yield adalah sebagai berikut:
Dividend per share
Dividend yield =
Harga pasar per saham
Dividen per share pada rumus tersebut merupakan ukuran yang digunakan
untuk menunjukan besarnya dividen apabila dikaitkan dengan saham.
Perhitngan dividend per share adalah sebagai berikut:
Total deviden
Dividend per share =
Total saham beredar
2. Dividen payout ratio
Dividen payout ratio adalah perbandingan antara dividen per share dengan
earning pershare.
Dividen per share
Dividen payout ratio =
Earning per share
28
Perhitungan Diveden per Share pada perhitungan tersebut sama seperti DPS
pada perhitungan dividend yield, sedangkan Earning per share pada
perhitungan DPR tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
EAT
Earning per share =
Total saham beredar
Penelitian ini menggunakan Dividend Payout Ratio sebagai indikator
untuk mengukur kebijakan dividen. Penggunaan Dividend Payout Ratio sebagai
indikator kebijakan dividen dikarenakan DPR merupakan rasio keuangan yang
lebih sering digunakan para investor untuk mengetahui hasil dari investasinya
dibandingkan Devidend yield.
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah
laba yang dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber
pendanaan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba perusahaan yang dibayarkan
kepada pemegang saham yang berupa dividen kas. Besar kecilnya deviden payout
ratio sangat ditentukan keputusan pengelolaan pendapatan perusahaan yang
ditetapkan oleh manajemen. Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk
keperluan operasional perusahaan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan
dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika perusahaan lebih
memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan
mengurangi laba ditahan dan mengurangi sumber pendanaan perusahaan. Dengan
lebih menetapkan keputusan untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini akan membuat para
29
pemegang saham akan terus menanamkan sahamnya untuk perusahaan tersebut.
Namun apabila dividen yang dibagikan lebih kecil dan sebagian besar digunakan
sebagai sumber pendanaan perusahaan maka hal tersebut dapat mengakibatkan
pihak investor menjual saham perusahaan yang dimlikinya yang akan berdampak
terjadinya penurunan harga saham perusahaan tersebut.
Purwanto (2009) melakukan pengujian terhadap berbagai faktor yang
berhubungan dengan perataan laba, salah satunya adalah dividend payout ratio.
Penelitian ini menemukan bukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
rasio tersebut dengan perilaku perataan laba. Dividend payout ratio
mempengaruhi perilaku perataan laba yang dilakukan oleh manajemen,
dikarenakan kebijakan dividen akan mempunyai dampak yang signifikan pada
pengambilan keputusan investor maupun investasi potensial dalam pembelian
saham perusahaan.
2.6 Reputasi Auditor
Audit merupakan suatu bentuk pemeriksaaan terhadap laporan keuangan
perusahaan yang dapat digunakan mengurangi asimetri informasi yang terjadi
antara pihak agen dengan pihak principal melalui pihak independen perusahaan
yang bertugas untuk memberikan penilaian terhadap kebenaran laporan keuangan
yang dibual oleh manajemen perusahaan. Para penggguna laporan keuangan
terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada
laporan yang telah dibuat oleh auditor.
30
Meutia (2004) menyatakan bahwa laporan auditor mengandung
kepentingan tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut yaitu manajer perusahaan
yang diaudit, pemegang saham perusahaan, dan pihak luar atau pihak ketiga
seperti calon investor, kreditor dan supplier. Masing-masing kepentingan ketiga
kelompok ini merupakan sumber gangguan yang akan memberikan tekanan pada
auditor untuk menghasilkan laporan yang mungkin tidak sesuai dengan standar
profesi. Auditor bertugas memeriksa laporan keuangan perusahaan dan
memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen perusahaan. Seorang auditor harus memiliki kompetensi, dan
independensi dalam menjalankan tugasnya. Tetapi dalam menjalankan tugasnya
tersebut, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen
perusahaan. Manajemen menginginkan agar hasil kinerjanya terlihat baik yang
tergambar dalam laporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan seperti bonus. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen
perusahaan melakukan berbagai cara seperti melakukan tekanan kepada auditor
agar laporan keuangan auditan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan
manajemen.
Pemakai laporan keuangan memberikan kepercayaan yang besar terhadap
hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang
besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang diberikan oleh auditor
mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Ukuran
mengenai kualitas auditor yang sering digunakan dalam penelitian adalah reputasi
kantor akuntan publik (KAP) karena nama baik perusahaan Kantor Akuntan
31
Publik dianggap merupakan gambaran yang paling penting (Rahmawati, 2008).
Mulai dari tahun 2009 – sekarang, Kantor Akuntan Publik yang bereputasi baik
disimbolkan dengan auditor The Big Four yang terdiri dari :
1. KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja – affiliate of Ernst & Young (E & Y).
2. KAP Osman Bing Satrio – affiliate of Deloitte Touche & Tohmatsu (DTT).
3. KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja – affiliate of Klynveld Peat Marwick
Goerdeler (KPMG).
4. KAP Tanudireja Wibisana & rekan – affiliate of Price Water House Coopers
(PWC).
Auditor yang bereputasi diasosiasikan dengan auditor profesional dan
berkualitas. Bagi perusahaan, informasi yang diperoleh dari laporan auditor yang
profesional akan memberikan kepastian mengenai kebenaran laporan keuangan
secara tepat sehingga laporan keuangan tersebut akan memiliki reliabilitas yang
tinggi. Pemakai laporan keuangan lebih mempercayai laporan keuangan auditan
yang diaudit oleh auditor yang berkualitas karena mereka menganggap bahwa
untuk mempertahankan kredibilitasnya, auditor akan lebih berhati-hati dalam
melakukan proses audit untuk mendeteksi adanya salah saji atau kecurangan yang
terdapat pada laporan keuangan tersebut. KAP ternama mempunyai dorongan
yang kuat untuk menjaga independensi mereka dan berusaha melaporkan
informasi selengkap mungkin kepada pemegang saham dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya (Razaee, 2003).
Dengan tingginya tingkat independensi dan kompetensi dari auditor maka
akan meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan. Independensi dan reputasi
32
auditor akan berdampak terhadap pendeteksian manipulasi laba. Ada dugaan
bahwa auditor yang bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya
manipulasi laba secara lebih dini. Reputasi auditor yang baik merupakan salah
satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya tindakan manipulasi laba seperti
praktik perataan laba (Herni dan Susanto, 2008).
2.7 Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu berkaitan dengan perataan laba telah banyak
dilakukan namun hasil dari penelitian tersebut terdapat ketidak konsistenan antara
penelitian yang satu dengan yang lain. Beberapa penelitian terdahulu mengenai
perataan laba disajikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Zulfa Irawati
dan Anugerah
Maya A. (2007)
Analisis perataan laba:
faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan
pengaruhnya terhadap
resiko saham
perusahaan go public
di BEJ.
1. Nilai pasar saham
2. Net profit margin
3. Winner losser
stock
4. Kelompok usaha
5. Profitabilitas
6. Leverage
1. Tidak berpengaruh
2. Tidak berpengaruh
3. Tidak berpengaruh
4. Tidak berpengaruh
5. Tidak berpengaruh
6. Tidak berpengaruh
2 Alwan Sri
Kustono (2007)
Pengaruh ukuran,
DPR, resiko spesifik,
dan pertumbuhan
perusahaanterhadap
praktik perataan laba
pada perusahaan
manufaktur di BEJ
1. Ukuran
perusahaan
2. DPR
3. Resiko spesifik
4. Pertumbuhan
perusahaan
1. Tidak berpengaruh
2. Tidak berpengaruh
3. Tidak berpengaruh
4. Berpengaruh
33
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
3. Herni dan
Yulius Kurnia
Susanto (2008)
Pengaruh struktur
kepemilikan publik,
praktik pengelolaan
perusahaan, jenis
industri, ukuran
perushaan,
profitabilitas dan
resiko keuangan
terhadap tindakan
perataan laba (Study
empiris pada
perusahaan industry
yang listing di BEJ)
1. Struktur
kepemilikan
publik
2. Reputasi
auditor
3. Jenis Industri
4. Ukuran
perusahaan
5. Profitabilitas
6. Resiko
keuangan
1. Berpengaruh
2. Berpengaruh
3. Berpengaruh
4. Berpengaruh
5. Berpengaruh
6. Tidak berpengaruh
4 Igan Budiasih
(2009)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perataan laba
1. Ukuran
perusahaan
2. Profitabilitas
3. Leverage
4. Deviden Payout
Ratio
1. Berpengaruh
2. Berpengaruh
3. Tidak berpengaruh
4. Berpengaruh
5. Ni Luh Putu
Arik Prabayanti
dan Geriawan
Wirawan Yasa
(2009)
Perataan Laba (Income
Smoothing) Dan
Analisis Faktor Faktor
yang
mempengaruhinya
(Studi Pada
Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
(BEI)
1. Ukuran
perusahaan
2. Profitabilitas
3. Financial
Leverage
4. Kepemilikan
Instituasional
5. Reputasi auditor
1. Tidak berpengaruh
2. Berpengaruh
3. Berpengaruh
4. Tidak berpengaruh
5. Tidak berpengaruh
6. Edy Suranta dan
Pranata Puspita
Merdistuti
(2009)
Income smoothing,
Tobins’Q, agency
problems dan kinerja
keuangan
1. Net profit
margin
2. OPM
3. ROA
4. Resiko
keuangan
5. Resiko pasar
6. Nilai
perusahaan
7. Kepemilikan
menejerial
8. Kepemilikan
public
1. Tidak berpengaruh
2. Tidak berpengaruh
3. Berpengaruh
4. Berpengaruh
5. Tidak berpengaruh
6. Berpengaruh
7. Berpengaruh
8. tidak berpengaruh
34
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
7. Dhamar Yudho
Adji dan Aria
Farah Mita
(2010)
Pengaruh
profitabilitas, resiko
keuangan, struktur
kepemilikan terhadap
praktik perataan laba.
Studi empiris terhadap
perusahaan yang
terdaftar di BEI
1. Profitabilitas
2. Resiko keuangan
3. Nilai perusahaan
4. Struktur
kepemilikan
1. Tidak berpengaruh
2. Berpengaruh
3. Berpengaruh
4. Tidak berpengaruh
8. Agus Purwanto
(2009)
Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
perataan laba pada
perusahaan go public
di Indonesia
1. Profitabilitas
2. Ukuran
Perusahaan
3. Deviden Payout
Ratio
4. Kelompok usaha
1. Berpengaruh
2. Tidak Berpengaru
3. Berpengaruh
4. Berpengaruh
2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Salah satu topik penting dalam penelitian akuntansi adalah perataan laba.
Perataan laba merupakan salah satu upaya manajemen untuk melakukan rekayasa
laba pada laporan keuangan perusahaan dengan berbagai tujuan yang
mendasarinya, salah satunya adalah kepentingan pribadi. Asih dkk (2000) dalam
Budiasih (2009) menyatakan bahwa perataan laba adalah tindakan yang dilakukan
dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat
mengurangi risiko pasar atau saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan harga saham. Praktik perataan laba dapat merugikan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti investor perusahaan.
Dengan adanya praktik perataan laba yang dilakukan manajemen perusahaan ini,
pihak investor perusahaan tidak memperoleh informasi yang akurat mengenai laba
perusahaan yang berguna untuk mengevaluasi investasi dan resiko dari dana yang
telah diinvestasikan kepada perusahaan.
35
Praktik perataan laba berkaitan erat dengan teori keagenan (agency
theory.) Teori ini menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh
konflik antara agen dengan principal yang timbul akibat adanya perbedaan
kepentingan yaitu pihak principal ingin meningkatkan kemakmurannya
sedangkan pihak agen ingin meningkatkan kekayaannya, dan semua pihak
tersebut berusaha untuk mencapai dan mempertahankan keinginannya masing-
masing. Tindakan perataan laba merupakan upaya yang dilakukan pihak
manajemen perusahaan untuk memperoleh kesan yang baik dari pihak ekternal
perusahaan. Perataan laba dapat memberikan gambaran bahwa manajemen
perusahaan seolah mampu berkerja dengan baik sehingga hal tersebut dapat
memunculkan kepercayaan pihak ekternal terhadap perusahaan. Tindakan
perataan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemungkinan manajemen untuk melakukan perataan laba adalah nilai perusahaan,
kebijakan dividen, dan reputasi auditor yang digunakan oleh perusahaan.
Nilai perusahaan mencerminkan kinerja atau keberhasilan manajemen
dalam mengelola perusahaannya. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan
kinerja manajemen perusahaan yang baik. Fama (1978) dalam wahyudi dan
pawestri (2006) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar
sahamnya. Hal ini dikarenakan harga pasar saham mengandung harapan mengenai
masa depan suatu perusahaan. Para investor dalam menentukan keputusan untuk
berinvestasi akan mempertimbangkan nilai perusahaan yang bersangkutan.
Pihak manajemen perusahaan tertarik untuk melakukan perataan laba
sebagai cara untuk memaksimalkan kepentingannya yaitu untuk memperoleh
36
anggapan bahwa manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga
pihak principal memiliki kepercayaan terhadap perusahaan tersebut dalam
pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Nilai perusahaan yang tinggi
merupakan tujuan dari suatu perusahaan. Suranta dan Merdistuti (2004)
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan
berusaha untuk mempertahankan tingginya nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan memiliki
kemudahan untuk menarik sumberdaya kedalam perusahaan. Perusahaan yang
memiliki nilai pasar yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan
perataan laba. Adanya dorongan agar dapat mempertahankan tingginya nilai
perusahaan, maka pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan perataan
laba untuk meminimalkan fluktuasi laba perusahaan, karena laba perusahaan
dapat mempengaruhi tinggi randahnya nilai dari suatu perusahaan. Suranta dan
Merdistuti (2009) menemukan bukti bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif
terhadap perataan laba.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tindakan perataan laba adalah
kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan
pendanaan perusahaan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
sebagai dividen atau sebagai sumber pendanaan perusahaan. Salah satu
pertimbangan investor dalam berinvestasi pada perusahaan adalah dividen.
Apabila perusahaan menerapkan pembagian dividen yang rendah dan sebagian
besar digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan, hal tersebut akan
37
mempengaruhi investor dalam berinvestasi pada perusahaan karena setiap investor
mengharapkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan.
Pihak investor perusahaan merupakan pihak yang menolak resiko. Dalam
meminimalkan resikonya maka pihak investor lebih menyukai tingkat dividen
yang tinggi. Hal ini mendorong pihak manajemen perusahaan untuk menerapkan
tingkat dividen yang tinggi. Perusahaan yang menerapkan tingkat dividen yang
tinggi akan memiliki kecenderungan untuk melakukan perataan laba. Purwanto
(2009) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi perilaku
perataan laba karena kebijakan dividen mempunyai implikasi yang signifikan
pada pengambilan keputusan investor dalam pembelian saham perusahaan.
Penerapan tingkat dividen yang tinggi akan memiliki tingkat risiko yang besar
apabila terjadi fluktuasi laba pada perusahaan, sehingga hal tersebut menarik
minat manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba, agar dapat
meminimalkan risiko perusahaan tersebut. Penelitian Budiasih (2009) menemukan
bukti bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap perataan laba.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi manajemen untuk melakukan
perataan laba adalah reputasi auditor. Auditor menjadi pihak independen antara
pihak principal dengan pihak agen atas konflik keagenan yang mereka hadapi.
Pihak principal akan percaya pada kebenaran dari laporan keuangan yang dibuat
oleh manajemen perusahaan apabila laporan keuangan tersebut telah diaudit.
Audit adalah bentuk monitoring yang dilakukan oleh perusahaan. Kualitas auditor
biasanya diukur menggunakan reputasi KAP yang dimiliki auditor. Auditor
eksternal yang dianggap berkualitas adalah auditor yang tergabung dalam KAP
38
The Big Four. Auditor dari KAP The Big Four dianggap sebagai auditor yang
memiliki keahlian dan reputasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor
dari KAP Non Big Four.
Kualitas audit yang tinggi dari KAP yang besar menjadi salah satu
pertimbangan manajemen dalam melakukan manipulasi laba. Perusahaan
penggunaan jasa dari auditor yang memiliki reputasi yang tinggi akan cenderung
untuk tidak melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan auditor dari KAP The
Big Four merupakan auditor yang berkualitas yang akan lebih teliti dan cermat
dalam melakukan tugasnya memeriksa laporan keuangan. Sehingga, auditor dari
KAP The Big Four akan mampu mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam laporan keuangannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Herni dan Susanto (2008) yang menyebutkan bahwa reputasi
auditor memiliki pengaruh yang negatif terhadap tindakan manajer untuk
melakukan perataan laba.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut maka kerangka pikir penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Reputasi Auditor
Perataan Laba
Nilai Perusahaan
H3
Kebijakan Deviden
H1
H2
39
2.9 Hipotesis
Berdasarkan pada landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka
pemikiran teoritis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1 = Nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba.
H2 = Kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap perataan laba.
H3 = Kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap perataan laba.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Data
Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif. Data
yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh baik dari pihak
lain atau tidak langsung dari sumber utama (perusahaan) yang diterbitkan atau
dipublikasikan. Data tersebut berupa laporan keuangan, laporan auditor
independen, dan data lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3.2 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan penelitian tahun
2009-2011.
3.3 Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling. Bagian dari teknik non probability sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel
didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai hubungan
dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Tujuan dari
penggunaan metode purposive sampling ini adalah untuk mendapatkan sampel
41
yang representatif, sesuai dengan kriteria yang ditentukan (Sugiyono, 2007).
Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2009-2011.
2. Perusahaan yang melaporkan laopran keuangannya dalam tahun fiskal per 31
Desember.
3. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan secara
lengkap berturut-turut terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian dari tahun 2009-2011.
4. Perusahaan manufaktur yang dalam laporan keuangannya tidak melaporkan
kerugian dari tahun 2009-2011.
5. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata
uang rupiah.
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel sebanyak 39 perusahaan.
Karena peoride observasi penelitian adalah tiga tahun, maka jumlah sub sampel
yang diperoleh adalah 117 laporan keuangan (39 perusahaan x 3 tahun). Secara
terperinci, proses pemilihan sampel disajikan dalam tabel berikut:
42
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2009-2011
181
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak dalam tahun
fiskal per 31 Desember
(3)
Perusahaan yang datanya tidak lengkap terkait dengan
variabel yang digunakan dalam penelitian dari tahun 2009-
2011
(78)
Perusahaan yang mengalami kerugian dari tahun 2009-2011 (59)
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangannya
dalam mata uang rupiah
(2)
Jumlah sampel akhir 39
Sumber: Data sekunder yang diolah
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah perataan laba. Variabel
perataan laba tersebut merupakan variabel dummy. Perusahaan yang melakukan
perataan laba diberi nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak melakukan perataan
laba diberi nilai 0. Penelitian ini menggunakan model discretionary accrual
modified Jones dalam Kothari et al. (2005) yang dikutip oleh Tucker dan Zarowin
(2005) dalam menentukan peringkat perataan laba. Model ini menggunakan total
accrual (TAC) yang diklasifikasikan menjadi komponen discretionary (DAC) dan
non discretionary (NDAC). Berikut adalah model perhitungan untuk mencari
TAC, NDAC, dan DAC tersebut:
43
a. Perhitungan untuk mencari TAC.
Keterangan:
: Total Accruals
: Net Income
: Cash Flows From Operations
b. Perhitungan untuk mencari NDAC.
Keterangan:
NDAC : Non Discretionary Accruals
: Estimated intercept perusahaan i periode t
, : Slope untuk perusahaan i periode t
: Gross property, plant and equipment perusahaan i periode t
: Perubahan total aktiva perusahaan i periode t-1
ΔSalesi,t : Perubahan penjualan perusahaan i periode t
ΔReci,t : Perubahan dalam piutang dagang perusahaan i periode t
c. Perhitungan untuk mencari DAC
44
Keterangan:
: Discretionary Accruals perusahaan i periode t
: Total Accruals perusahaan i periode t
: Perubahan total aktiva perusahaan i periode t-1
: Non discretionary Accruals perusahaan i periode t
Setelah diperoleh DAC, langkah selanjutnya adalah dengan
mengelompokan perusahaan sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba
dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Pengelompokan tersebut
dapat diketahui dari korelasi negatif antara ∆DAC dengan ∆PDI. Apabila terjadi
korelasi negatif maka perusahaan tersebut dikatakan melakukan perataan laba, dan
apabila terjadi korelasi positif maka perusahaan tersebut dikatakan tidak
melakukan perataan laba. Adapun perhitungan yang perlu dilakukan untuk
mencari PDI adalah sebagai berikut:
Keterangan:
: Pre-Discretionary Income perusahaan i periode t
: Net Income perusahaan i periode t
: Discretionary Accruals perusahaan i periode t
45
3.4.2 Variabel Independen
Penelitian ini menggunakan tiga varibel independen. Ketiga variabel
independen tersebut yaitu nilai perusahaan, kebijakan dividend dan reputasi
auditor. Berikut penjelasan dari ketiga variabel tersebut:
1. Nilai perusahaan
Pada penelitian ini, nilai perusahaan diproksikan dengan price to
book value (PBV). PBV ini berfokus pada nilai ekuitas perusahan. Price to
book value (PBV) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Harga Pasar per Lembar Saham
Price to book value (PBV) =
Nilai Buku per Lembar Saham
Dimana Nilai Buku per Lembar Saham (Book Value per Share) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ekuitas
Book Value per Share =
Jumlah Saham Biasa Beredar
2. Kebijakan deviden
Kebijakan dividen diukur dengan Divident Payout ratio. Dividend
Payout Ratio mencerminkan proporsi dividen yang akan dibagikan kepada
para pemilik saham suatu perusahaan. Dividend Payout Ratio diukur dengan
menggunakan perbandingan antara dividend per share dengan earning per
share (Budiasih, 2009).
46
Dividen Per Share
Deviden Payout Rasio = x 100%
Earning Per Sahare
3. Reputasi Auditor
Pengukuran reputasi auditor menggunakan variabel dummy. Apabila
perusahaan sampel laporan keuangannya diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik yang tergabung dalam The Big Four, maka diberi nilai 1, sedangkan
perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Non Big Four akan diberi nilai 0 (Prabayanti dan Yasa, 2009).
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data serta bahan-bahan dalam penelitian ini dilakukan
melalui :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari buku-buku, artikel, jurnal
maupun media atau sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
topik pembahasan dari penelitian ini.
2. Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengumpulkan data sekunder yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dalam penelitian ini seperti laporan keuangan perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
47
3.6 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis
3.6.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan atau
mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk
dipahami. Statistik deskriptif ini memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai
maksimum dan nilai minimum.
Deskripsi variabel dalam penelitian ini adalah bagian dari hasil penelitian
yang berguna untuk menggambarkan tingkat varibel independen (nilai
perusahaan, kebijakan deviden, dan reputasi auditor) dan variabel dependen
perataan laba .
3.6.2 Analisis Regresi Logistik
Pada penelitian ini, pengujian model hipotesis dilakukan dengan
menggunakan regresi logisti biner (binary logistic regression). Pengujian hipotesis
dengan metode binary logistic regression digunakan dalam penelitian ini karena
variabel dalam penelitian ini berskala metric dan nom metric.
Teknik analisis data dengan menggunakan regresi logistik tidak lagi
memerlukan uji normalitas pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006) dan
mengabaikan heteroskedastisitas (Gujarati, 2003). Analisis regresi logistic
dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS. Persamaan model regresi
logistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
= β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
48
Keterangan:
:Variabel dummy perataan laba (kategori 1 untuk perusahaan yang
melakukan perata laba dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak
melakukan perata laba)
β0 : Konstanta
β1 – β3 : Koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen
X1 : Price to Book Value
X2 : Dividend Payout Ratio
X3 : Reputasi Auditor
e : kesalahan residual
3.6.3 Uji Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis penelitian, dilakukan beberapa metode
analisis sebagai berikut:
1. Menilai kelayakan model regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow
Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol diterima dan
berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan
model diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006).
2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Dalam menilai model fit dan keseluruhan model (overall model fit)
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
49
a. Uji Model Fit (-2Log LikeHood)
Uji statistik model fit digunakan berdasarkan fungsi likelihood pada
estimasi model regresi. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. L
ditranformasikan menjadi -2LogL untuk menguji hipotesis nol dan
hipotesis alternatif. Penggunaan nilai untuk keseluruhan model terhadap
data dilakukan dengan membandingkan nilai -2LogLikelihood awal (blok
number = 0) dengan nilai -2Loglikelihood (blok number=1). Apabila
terjadi penurunan, maka model tersebut menunjukan model regresi yang
baik (Ghozali, 2006)
b. Cox and Snell’s R square & Negelkerke’s R Square
Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R square pada multiple regression yang didasarkan pada teknik
estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit
diinterprestsikan. Untuk mendapatkan koefisien determinasi yang dapat
diinterpretasikan seperti nilai pada multiple regression, maka
digunakan Nagelkereke R square. Nagelkereke square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox and Snell R square untuk memastikan
bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara
membagi nilai Cox and Snell R square dengan nilai maksimumnya
(Ghozali, 2006).
c. Uji Overall Clasification Table
50
Uji Overall Clasification Table menghitung nilai estimasi yang
benar (correct) dan salah (incorrect). Pada kolom merupakan dua nilai
prediksi dari variabel dependen dalam hal ini melakukan perataan laba (1)
dan tidak melakukan perataan laba (0), sedangkan pada baris menunjukkan
menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel dependen. Pada
model sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan
ketepatan peramalan 100% (Ghozali, 2006).
3. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi
Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Koefisien regresi logistik dapat
ditentukan dengan menggunakan p-value (probability value).
a. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5% (0,05).
b. Hipotesis nol dikatakan diterima apabila nilai probabilitas (Sig.) > tingkat
signifikansi (α). Hal ini berarti, hipotesis alternatif ditolak atau hipotesis
yang menyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen ditolak.
c. Hipotesis nol dikatakan ditolak apabila nilai probabilitas (Sig.) < tingkat
signifikansi (α). Hal ini berarti hipotesis alternatif diterima atau hipotesis
yang menyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen diterima. (Ghozali, 2006).
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan penelitian tahun
2009-2011. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan berturut-turut selama periode pengamatan dan
pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling,
sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan representasi dari
populasi sampel yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Berikut
adalah daftar perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini:
Tabel 4.1 Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
1 ACES PT Ace Hardware Indonesia Tbk
2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk
3 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk
4 AMRT PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
5 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk
6 ASGR PT Astra Graphia Tbk
7 ASII PT Astra Internasional Tbk
8 AUTO PT Astra Otopart Tbk
9 BATA PT Sepatu Bata Tbk
10 DLTA PT Delta Djakarta Tbk
11 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk
12 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk
13 FISH PT FKS Multi Argo Tbk
14 GGRM PT Gudang Garam Tbk
15 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk
52
Sumber : Indonesia Stock Exchange
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari ringkasan
laporan keuangan yang diterbitkan oleh Indonesia stock exchanges. Dari data-data
yang telah dikumpulkan tersebut kemudian dilakuakan proses penyeleksian
sampel sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan
proses peseleksian sampel tersebut diperoleh 39 perusahaan yang sesuai dengan
criteria yang telah ditetapkan. Sehingga total observasi penelitian selama tiga
tahun berjumlah 117 perusahaan.
No. Kode Nama Perusahaan
16 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
17 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
18 INTA PT Intraco Penta Tbk
19 INTP PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk
20 KAEF PT Kimia Farma Tbk
21 KLBF PT Kalbe Farma Tbk
22 LION PT Lion Metal Works Tbk
23 LTLS PT Lautan Luas Tbk
24 MAPI PT Mitra Adiperkasa Tbk
25 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
26 MPPA PT Matahari Putra Prima Tbk
27 MRAT PT Mustika Ratu Tbk
28 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk
29 SMAR PT Sinar Mas Argo Resources & Technology Tbk
30 SMGR PT Semen Gresik Tbk
31 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
32 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk
33 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk
34 TCID PT Mandom Indonesia Tbk
35 TGKA PT Tigaraksa Satria Tbk
36 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
37 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk
38 TURI PT Tunas Ridean Tbk
39 UNTR PT United Tractors Tbk
53
4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan informasi mengenai
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian untuk mempermudah
pemahaman mengenai hasil penelitian yaitu berupa nilai mean, minimum,
maksimum, dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean) merupakan cara
yang digunakan untuk mengukur nilai rata-rata dari suatu distribusi data,
sedangkan nilai minimum merupakan nilai yang paling rendah dari suatu
distribusi data dan nilai maksimum merupakan nilai yang paling tinggi dari suatu
distribusi data serta standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang diteliti
dengan nilai rata-ratanya. Uji statistik deskriptif dilakukan terhadap data nilai
perusahaan yang diproksikan dengan PBV, kebijakan deviden yang diproksikan
dengan DPR dan reputasi auditor. Hasil selengkapnya mengenai uji statistik
deskriptif dapat dilihat dalam Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Variabel Nilai Perusahaan dan
Kebijakan Deviden
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PBV 117 .46 35.45 3.5176 4.76023
DPR 117 .10 203.73 39.2387 29.15211
Valid N (listwise) 117
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui hasil uji statistik deskriptif
menunjukan variabel nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV mempunyai
nilai rata-rata sebesar 3.5176 serta nilai maksimum sebesar 35.45, nilai PBV
tertinggi tersebut dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2009
54
sedangkan nilai minimum PBV sebesar 0.46 dimiliki oleh PT. Tembaga Mulia
Semanan Tbk. pada tahun yang sama yaitu tahun 2009. Sedangkan standar deviasi
untuk PBV sebesar 4.76023, hal ini berarti terjadi perbedaan nilai PBV yang
telah diteliti dengan rata-ratanya sebesar 4.76023. Nilai rata-rata PBV yang lebih
dari satu yaitu 3.5176 menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang dijadikan
sampel memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari pada nilai buku ekuitasnya.
Statistik deskriptif untuk variabel kebijakan dividen yang diproksikan
dengan DPR memiliki nilai rata-rata 39.2387 hal ini menunjukan bahwa rata-rata
dividen yang dibagikan oleh perusahaan adalah sebesar 39,24% dari laba yang
dihasilkan perusahaan. Nilai maksimum DPR perusahaan sebesar 203.73. Nilai
maksimum DPR tersebut dimiliki oleh PT. AKR Corporindo Tbk. pada tahun
2010. Nilai minimum DPR perusahaan sebesar 0.10, nilai minimum tersebut
dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2010 dan 2011.
Standar deviasi untuk variabel ini sebesar 29.15211, hal ini berarti terjadi
perbedaan nilai DPR yang diteliti dengan rata-ratanya sebesar 29.15211.
Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Variabel Reputasi Auditor
Sumber: Data Sekunder yang diolah
ReputasiAuditor
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid KAP Non Big Four 39 33.3 33.3 33.3
KAP The Big Four 78 66.7 66.7 100.0
Total 117 100.0 100.0
55
Variabel reputasi auditor dalam penelitian ini adalah variabel dummy.
Perusahaan yang diaudit oleh auditor dari KAP yang bereputasi baik yaitu KAP
yang termasuk The Big Four akan diberi nilai 1 dan perusahaan yang diaudit oleh
KAP Non Big Four akan diberi nilai 0. Berdasarkan statistik deskriptif untuk
variabel reputasi auditor pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa frekuensi
perusahaan yang menggunakan jasa KAP The Big Four sebanyak 78 perusahaan
dengan presentase 66.7%. Sedangkan frekuensi perusahaan yang menggunakan
jasa KAP Non Big Four sebanyak 39 perusahaan dengan presentase 33,3%.
Sehingga dari pengujian deskriptif untuk variabel reputasi auditor ini dapat
disimpulkan bahwa perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian
adalah perusahaan yang cenderung menggunakan jasa KAP The Big Four .
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Perataan Laba
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Melakukan
Perataan Laba 56 47.9 47.9 47.9
Melakukan Perataan
Laba 61 52.1 52.1 100.0
Total 117 100.0 100.0
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan statistik deskriptif untuk variabel dependen perataan laba
pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari total sampel penelitian sebanyak 117
sampel, frekuensi perusahaan yang melakukan perataan laba sebanyak 61
56
perusahaan dengan presentase 52.1%. Sedangkan frekuensi perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba sebanyak 56 perusahaan dengan presentase 47,9%.
Sehingga dari pengujian deskriptif tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan
manufaktur yang listed di BEI tahun 2009-2011 banyak yang melakukan tindakan
perataan laba, hal ini terbukti dari frekuensi perusahaan yang melakukan perataan
laba lebih besar dari perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.
4.1.3 Analisis Regresi Logistik
Pengujian model dan hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan regresi logistik melalui program SPSS 16. Teknik analisis ini tidak
memerlukan uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Model
regresi logistik ini dianggap tepat untuk diterapkan pada penelitian ini karena
variabel dependennya diukur dengan skala nominal sedangkan variabel
dependennya diukur dengan skala rasio dan nominal.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik adalah
menilai kelayakan model regresi (Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test),
menilai keseluruhan model (overall model fit), dan uji signifikansi koefisien
regresi. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menilai Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit
test).
Sebelum menggunakan regresi logistik, perlu dilakukan penelitian
kelayakan model regresi terlebih dahulu. Kelayakan model regresi dinilai dengan
menggunakan Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test. Hosmer and
57
Lemeshow’s goodness of fit test digunakan untuk mengetahui apakah data empiris
cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaaan antara model dengan data
sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
goodness of fit test lebih besar dari 0,05 maka model dapat diterima dan hal ini
menunjukan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (tidak ada
perbedaan nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati). Hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 8.910 8 .350
Sumber : Data sekunder yang diolah
Hasil pengujian pada Tabel 4.5 menunjukan nilai Chi Square sebesar
8.910, nilai Chi Square tersebut lebih kecil dari Chi Square tabel yaitu 15,507.
Pengujian tersebut juga menunjukan nilai Sig. sebesar 0.350 lebih besar dari (α)
0.05. Sehingga penelitian dengan regresi logistik ini layak dipakai untuk analisis
selanjutnya, karena nilai sig. hosmer and lemeshow lebih besar dari (α) 0,05 dan
Chi Square hitung lebih kecil dari Chi Square tabel mengindikasikan bahwa tidak
adanya perbedaan antara klasifikasi yang diteliti dengan klasifikasi yang diamati
dan model dapat diterima.
58
2. Uji Keseluruhan Model Fit (Overall Model Fit)
a. Uji Model fit (-2Log Likelihood)
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai antara -2Log
Likelihood dengan memasukan konstanta saja terhadap nilai -2Log Likelihood
dengan memasukan variable bebas. Adanya pengurangan antara kedua nilai -
2Log Likelihood tesebut menunjukan bahwa model yang dihipotesiskan fit
dengan data. Hasil Uji model fit pada penelitian ini dapat diketahui dari Tabel
4.6 dan Tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Uji -2Log Likelihood (Blok Number = 0)
Pada Tabel 4.6 Step pertama untuk menguji model menunjukan hasil
bahwa nilai -2Log Likehood sebesar 161.983. Nilai Loglikelihood tersebut
merupakan nilai yang akan dibandingkan dengan nilai chi square tabel dengan
df sebesar N-1, yaitu 117 - 1 = 116 dengan taraf signifikansi 0,05. Nilai chi
square tabel tersebut adalah sebesar 142,138. Sehingga pada tahap ini dapat
diketahui bahwa -2Log Likelihood > Chi Square tabel (161.983 > 142,138).
Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara model
yang hanya memasukan nilai konstanta saja dengan data. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model dengan memasukan konstanta saja belum fit
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 161.983 .085
2 161.983 .086
Sumber: Data sekunder yang diolah
59
sehingga diperlukan pengujian lain yaitu dengan memasukan variable bebas
sebanyak tiga variable. Nilai -2 Log Likelihood dengan memasukan variabel
bebas dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Uji -2Log Likelihood (Blok Number = 1)
Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai -2 Log Likelihood sebesar 155.391.
Berdasarkan perbandingan antara Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 dapat diketahui
bahwa terdapat penurunan nilai -2Log Likelihood antara model dengan
konstanta saja dengan nilai -2Log Likelihood ketika model memasukan
variable bebas. Penurunan nilai -2Log likelihood tersebut sebesar 161,983 –
155,391 = 6,592. Adanya penurunan nilai -2Log Likelihood menunjukan
bahwa model fit dengan data, dan penurunan nilai tersebut juga menunjukan
bahwa model layak untuk dipergunakan.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant PBV DPR ReputasiAuditor
Step 1 1 155.649 .287 .078 -.011 -.084
2 155.396 .289 .103 -.012 -.096
3 155.391 .284 .107 -.012 -.099
4 155.391 .284 .107 -.012 -.099
Sumber: Data sekunder yang diolah
60
b. Menguji Koefisien Determinasi (Cox & Negelkerke Square)
Menguji koefisien deteminasi sama seperti pengujian pada
persamaan regresi linier. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen (nilai perusahaan,
kebijakan dividen dan reputasi auditor) dalam menjelaskan variasi variabel
dependen (perataan laba).
Tabel 4.8 Uji Cox and Snell’s R square & Negelkerke R Square
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 155.391a .055 .073
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai Negelkerke R Square
atau sebesar 0.073, hal ini menunjukan bahwa kemampuan ketiga variabel
independen dalam menjelaskan pengaruh variabel dependen (perataan laba)
adalah sebesar 7,3%. Selebihnya terdapat 92,7% factor lain yang menjelaskan
pengaruh perataan laba.
c. Uji Overall Classification Table
Analisis overall classification table dilakukan untuk melihat ketepatan
dalam memprediksi tindakan di masa yang akan datang. Hasil analisis dari
classification table ini dapat dilihat pada table 4.9 sebagai berikut:
61
Tabel 4.9 Uji Overall Classification Table
Dari Tabel 4.9 dapat diketahui sampel yang tidak melakukan perataan
laba adalah sebanyak 56 perusahaan. Hasil prediksi model pada tabel tersebut
adalah 26 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba dan 30 perusahaan
yang melakukan perataan laba. Hal ini berarti terdapat 26 prediksi yang salah
sehingga presentase prediksi yang benar adalah sebesar 46,4%.
Sedangkan untuk perusahaan yang melakukan perataan laba dari 61
sampel hanya 17 perusahaan yang diprediksi tidak melakukan perataan laba
sehingga sisanya 44 perusahaan diprediksi melakukan perataan laba. Hali ini
berarti terdapat 17 prediksi yang salah sehingga tingkat presentase kebenaran
untuk perusahaan yang melakukan perataan laba sebesar 72,1%. Overall
percentage menunjukan persentase sebesar 59,8% atau dapat dikatakan
ketepatan prediksi secara keseluruhan untuk menunjukan perusahaan yang
Classification Tablea
Observed
Predicted
PerataanLaba
Percentage
Correct
Tidak Melakukan
Perataan Laba
Melakukan
Perataan Laba
Step 1 PerataanLaba Tidak Melakukan
Perataan Laba 26 30 46.4
Melakukan
Perataan Laba 17 44 72.1
Overall Percentage 59.8
Sumber : Data sekunder yang diolah
62
melakukan perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba
adalah sebesar 59.8%.
3. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi
Dari pengujian yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh hasil secara
keseluruhan bahwa model fit dengan data. Untuk itu, pada tahap selanjutnya
dilakukan pengujian signifikansi koefisien regresi atau uji hipotesis. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yaitu
nilai perusahaan, kebjakan dividen dan reputasi auditor terhadap perataan laba.
Untuk menentukan penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada tingkat
signifikansi (α) 5%.
Hasil analisis dari dari pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.10
sebagai berikut:
Tabel 4.10 Uji Signifikansi Koefisien Regresi
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a PBV .107 .062 2.970 1 .085 1.113
DPR -.012 .008 2.582 1 .108 .988
ReputasiAuditor -.099 .412 .058 1 .809 .905
Constant .284 .416 .465 1 .495 1.328
Sumber : Data sekunder yang diolah
63
Pada Tabel 4.9 dapat terlihat bahwa nilai koefisien PBV sebesar 0,107,
koefisien DPR sebesar -0.012 dan koefisien reputasi auditor sebesar -0,099. Dari
pengujian regresi logistik ini diperoleh persamaan regresi logistic sebagai berikut:
= 0,284 + 0,107 – 0.012 – 0.099
Persamaan regresi tersebut menunjukan bahwa apabila PBV, DPR dan
reputasi auditor bernilai konstan, maka probabilitas suatu perusahaan melakukan
perataan laba sebesar 1.328 ( ).
Koefisien PBV sebesar 0,284, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi
peningkatan persentase PBV maka probabilitas perataan laba akan mengalami
kenaikan sebesar 0,284 kali. Jika DPR dan reputasi auditor dianggap konstan,
maka setiap persentase kenaikan PBV akan menjadikan probabilitas perataan laba
mengalami kenaikan sebesar 1.113 ( ).
Koefisien DPR sebesar -0,012, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi
peningkatan persentase DPR maka probabilitas perataan laba akan mengalami
penurunan sebesar 0,012 kali. Jika persentase variabel DPR mengalami
peningkatan sementara variabel PBV dan reputasi auditor adalah konstan maka
probabilitas perusahaan yang melakukan perataan laba turun sebesar
0,988 (e -0,012
).
Koefisien reputasi auditor sebesar -0,099, hal ini dapat diartikan bahwa
jika terjadi peningkatan reputasi auditor maka probabilitas perataan laba akan
mengalami penurunan sebesar 0,099 kali. Jika variabel reputasi audit melakukan
peningkatan sebesar satu satuan unit sementara variabel PBV dan DPR adalah
64
konstan maka probabilitas perusahaan melakukan perataan laba turun sebesar
0,905 (e -0,099
).
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dibuat ringkasan untuk hasil pengujian
hipotesis penelitian seperti yang tampak pada Tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Keterangan Sig. Hasil
H1
Nilai Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba.
0,085 > 0,05 Ditolak
H2
Kebijakan deviden berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba.
0,108 > 0,05 Ditolak
H3
Reputasi auditor berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba.
0,809 > 0,05 Ditolak
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.11, nilai perusahaan yang diproksikan
dengan PBV menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,085 atau lebih besar dari
α = 5% atau 0,05. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai perusahaan tidak
berpengaruh terhadap perataan laba. Sehingga H1 yaitu nilai perusahaan
berpengruh signifikan terhadap perataan laba ditolak.
Variabel kebijakan deviden yang diproksikan dengan DPR menunjukan
tingkat signifikansi sebesar 0,108 atau lebih besar dari α = 5% atau 0,05.
Sehingga secara statistik kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap perataan
laba. Jadi H2 yaitu kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap perataan
laba ditolak.
65
Variabel reputasi auditor menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,809
atau lebih besar dari α = 5% atau 0,05. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik
reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Sehingga H3 yaitu
reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap perataan laba ditolak.
4.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
4.2.1 Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Berdasarkan hasil pengujian antara variabel nilai perusahaan yang
diproksikan dengan PBV terhadap perataan laba yang disajikan dalam Tabel 4.10
dapat diketahui bahwa nilai perusahaan tidak berbengaruh signifikan terhadap
tindakan perataan laba. Namun arah koefisian regresi yang dihasilkan searah
dengan koefisien yang dihipotesiskan yaitu positif. Arah koefisien tersebut
menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai PBV yang tinggi maka semakin besar
kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Begitu juga sebaliknya,
apabila nilai PBV perusahaan rendah maka akan semakin kecil kemungkinan
terjadinya praktik perataan laba pada perusahaan tersebut. Pengujian hipotesis
mengenai pengaruh nilai perusahaan yang diproksikan oleh Price to Book Value
terhadap perataan laba yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa PBV tidak
mampu menjelaskan mengenai perataan laba.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Aji dan Mita (2009).
Penelitian Aji dan Mita (2009), menunjukan bahwa nilai perusahaan berpengaruh
positif terhadap perataan laba, semakin tinggi nilai perusahaan maka perusahaan
akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Perbedaan hasil
penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat disebabkan oleh perbedaan
66
jumlah sampel penelitian serta kurangnya variasi data pada sampel penelitian. Hal
ini dapat dilihat dari sampel PBV perusahaan yang digunakan pada penelitian
hampir secara keseluruhan adalah perusahaan yang memiliki nilai PBV yang
tinggi yaitu diatas satu dengan rata-rata PBV sebesar 3,52. Sedangkan PBV
perusahaan yang rendah yaitu dibawah satu hanya terdapat pada empat
perusahaan, yaitu PT. Lion Metal Works Tbk, PT. Lautan Luas Tbk, PT. Mustika
Ratu Tbk, dan PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. Sedangkan dari sampel
penelitian, diperoleh hasil yang hampir seimbang antara perusahaan yang
diindikasikan melakukan perataan dan perusahaan yang tidak melakukan perataan
laba yaitu sebesar 61 dan 56 unit sampel. Sehingga kurangnya variabilitas data
sampel PBV mengakibatkan tidak berpengaruhnya PBV terhadap perataan laba,
atau dapat dikatakan tidak ada perbedaan PBV antara perusahaan yang melakukan
perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Teori yang
menyatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba,
kerena perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan mendorong
manajemen melakukan perataan laba untuk menjaga konsistensi labanya pada
penelitian ini tidak dapat dibuktikan.
Hasil penelian ini menunjukan bahwa nilai perusahaan yang tinggi bukan
merupakan faktor yang menjadikan manajemen cenderung melakukan perataan
laba. Supriyanto (2008) dalam Rahmi (2011) menyatakan bahwa jumlah pemodal
jangka pendek di Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan pemodal lain yaitu
sebesar 80% dari seluruh pemodal di Indonesia. Perusahaan yang memiliki nilai
pasar yang tinggi bukan merupakan satu-satunya pertimbangan investor dalam
67
melakukan investasi, para investor yang memiliki modal yang rendah, akan
memilih untuk berinvestasi pada perusahaan yang nilai pasar sahamnya lebih
rendah. Pada nilai pasar saham yang rendah, terdapat kemungkinan bahwa nilai
pasar tersebut akan mengalami peningkatan, dan pada saat terjadi peningkatan
tersebut, pihak investor tertarik untuk menjual sahamnya untuk mendapatkan
capital gain karena pihak investor tersebut berorientasi pada investasi jangka
pendek. Hasil dari Penelitian ini konsisten dengan penelitian Irawati dan Maya
(2007) yang menemukan bukti bahwa nilai perusahaan tidak berpengaruh positif
terhadap perataan laba.
4.2.2 Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Perataan Laba
Variabel kebijakan deviden yang diproksikan dengan DPR pada Tabel
4.10 menunjukan bahwa kebijakan deviden tidak berpengaruh signifikan terhadap
perataan laba. Arah koefisien regresi DPR menunjukan nilai negatif. Koefisien
tersebut menunjukan bahwa semakin kecil DPR perusahaan maka semakin besar
terjadinya praktik perataan laba. Demikian juga sebaliknya, semakin besar DPR
perusahaan maka semakin kecil terjadinya praktik perataan laba pada perusahaan
tersebut. Pengujian hipotesis mengenai pengaruh kebijakan dividen yang
diproksikan oleh Dividen Payout Ratio terhadap perataan laba yang tidak
signifikan mengindikasikan bahwa DPR tidak mampu menjelaskan mengenai
perataan laba.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Budiasih (2007) yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh positif terhadap perataan
laba. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat dikarenakan data DPR perusahaan
68
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya memiliki rata-rata yang rendah
yaitu sebesar 39,23. Dari nilai DPR perusahaan yang dijadikan sebagai sampel
terdapat tiga perusahaan yang memiliki perbedaan DPR yang cukup signifikan
yaitu terdapat dua perusahaan yang memiliki DPR lebih besar dibanding dengan
DPR perusahaan yang lain yaitu lebih dari seratus terdapat pada PT AKR
Corporindo Tbk dan PT Delta Gjakarta Tbk dan perusahaan tersebut justru tidak
melakukan perataan laba. Sementrara itu terdapat satu perusahaan yang memiliki
perbedaan rentang nilai DPR yang lebih kecil dibanding dengan DPR pada
perusahaan yang lain yaitu kurang dari satu yang terdapat pada PT Multi Bintang
Indonesia Tbk dan perusahaan tersebut diindikasikan melakukan perataan laba.
Hal ini dapat menyebabkan hasil penelitian untuk variabel DPR memiliki
koefisien yang negatif. Selain itu dari data sampel yang diteliti diperoleh hasil
ketepatan dalam memprediksi perusahaan yang melakukan perataan laba dengan
perusahaan yang tidak melakukan perataan laba sebesar 59,8%, sehingga terdapat
peluang 41,2% kesalahan dalam memprediksi. Besarnya tingkat kesalahan dalam
memprediksi dapat menyebabkan kurangnya ketepatan dalam menguji pengaruh
variabel independen dengan variabel dependennya sehingga hal ini dapat
menjadikan hasil penelitian ini menjadi tidak berpengaruh. Teori yang
menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen yang tinggi
akan memiliki kecenderungan untuk melakukan perataan laba karena perusahaan
yang menerapkan kebijakan dividen yang tinggi juga akan memiliki resiko yang
tinggi apabila terjadi fluktuasi laba pada perusahaan tersebut, sehingga perusahaan
akan melakukan perataan laba untuk meminimalkan fluktuasi laba perusahaan
69
sehingga risiko perusahaan menjadi rendah dalam penelitian ini tidak dapat
dibuktikan.
Hasil penelian ini menunjukan bahwa kebijakan dividen yang tinggi bukan
merupakan faktor yang menjadikan manajemen cenderung melakukan perataan
laba. Perataan laba yang dilakukan oleh pihak manajemen tidak lepas dari adanya
perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan principal. Pihak principal
memiliki peranan dalam penentuan kebijakan dividen perusahaan. Besar kecilnya
dividend payout ratio dapat dipengaruhi oleh keputusan Rapat Umum Pemengang
Saham yang dilakukan perusahaan dan keputusan untuk menghasilkan besar
kecilnya dividend payout ratio perusahaan tersebut belum tentu dapat dideteksi
oleh pihak manajemen (Kustono, 2007). Sehingga kebijakan dividen tidak
berpengaruh terhadap perataan laba dapat dikarenakan bahwa Dividend payout
ratio dalam penentuannya melibatkan pihak pemegang saham perusahaan
sehingga manajemen akan enggan untuk melakukan perataan laba. Hasil dari
penelitian ini konsisten dengan penelitian Kustono (2007), yang menemukan bukti
bahwa DPR tidak berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba.
4.2.3 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Perataan Laba
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi logistik
menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh pada praktik perataan laba
dan arah koefisien regresi reputasi auditor pada penelitian ini searah dengan yang
dihipotesiskan yaitu berkoefisien negatif. Arah koefisien regresi tersebut memiliki
arti bahwa perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh auditor yang
bereputasi baik dalam hal ini KAP The Big Four cenderung tidak melakukan
70
perataan laba. Sedangkan perusahaan yang diaudit oleh auditor Non Big four
memiliki kecenderungan untuk melakukan praktik perataan laba. Pengujian
hipotesis mengenai pengaruh reputasi auditor terhadap perataan laba yang tidak
signifikan mengindikasikan bahwa reputasi auditor tidak mampu menjelaskan
mengenai perataan laba.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Herni dan
Susanto (2008) yang menyatakan reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap
praktik perataan laba. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu
dapat disebabkan minimnya pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan
yang dijadikan sampel penelitian. Dari keseluruhan perusahaan yang dijadikan
sebagai sampel penelitian hanya terdapat lima perusahaan yang melakukan
pergantian auditor, kelima perusahaan tersebut adalah PT. Astra Graphia Tbk, PT.
Astra Internasional Tbk, PT. Astra Otopart Tbk, PT. Intraco Penta Tbk, dan PT.
United Tractors Tbk. Sampel pada penelitian ini diketahui banyak yang
menggunakan jasa dari KAP The Big Four dibanding dengan perusahaan yang
menggunakan jasa dari KAP Non Big Four. Perusahaan yang menggunakan KAP
the big four tersebut justru melakukan perataan laba, sehingga dapat disimpulkan
bahwa teori yang menyatakan reputasi auditor dapat mencegah perusahaan
melakukan perataan laba karena auditor yang bereputasi memiliki kopetensi yang
tinggi dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan, sehingga
kesalahan atau kecurangan yang dilakukan terhadap laporan keuangan akan dapat
dideteksi dalam penelitian ini tidak dapat dibuktikan.
71
Hasil yang tidak signifikan antara reputasi auditor terhadap perataan laba
dapat dikarenakan dikerenakan berkurangnya independensi auditor perusahaan
tersebut karena suatu perusahaan menggunakan jasa dari KAP yang sama selama
beberapa tahun dengan tidak melakukan pergantian. Hal ini dapat dilihat dari
sedikitnya perusahaan yang melakukan pergantian KAP pada sampel dalam
penelitian ini. Pergantian KAP seharusnya perlu dilakukan, hal ini untuk menjaga
agar tidak terganggunya independensi auditor dalam melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Soselisa
dan Mukhlasin (2008) yang menemukan bahwa jenis dan ukuran Kantor Akuntan
Publik (KAP) tidak berpengaruh negatif terhadap perataan laba.
72
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pengujian menggunakan regresi logistik yang dilakukan
terhadap variabel-variabel yang diteliti maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2009-2011.
2. Kebijakan dividen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2009-2011.
3. Reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2009-2011.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian yang akan datang adalah sebagai berikut:
1. Pihak investor dalam pengambilan keputusannya dalam berinvestasi
sebaiknya tidak hanya memusatkan perhatian kepada laba perusahaan saja
namun juga pada keadaan keuangan perusahaan serta rasio-rasio keuangan
lainnya, karena terdapat bukti adanya tindakan perataan laba yang dilakukan
oleh perusahaan go public di Indonesia.
2. Nilai perusahaan bukan merupakan satu-satunya alasan investor dalam
menentukan investasinya, sebaiknya perusahaan juga memikirkan cara untuk
73
menarik minat investor agar dapat berinvestasi pada perusahaan untuk jangka
panjang. Karena investor di Indonesia diketahui lebih berorientasi pada
investasi jangka pendek dengan capital gain sebagai bentuk keuntugan yang
diperolehnya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Dhamar Yudho, Aria Farah Mita. 2010. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko
Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap
Praktek Perataan Laba: Studi Empiris Peusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di BEI”. Simposium Nasional Ankuntansi XIII Purwokerto
2010.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Accounting Theory, Edisi Satu. Jakarta: Salemba
Empat.
---------- 2007. Accounting Theory, Edisi Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Budhijono, Fongnawati, 2006. “Evaluasi Perataan Laba Pada Industri Manufaktur
Dan Lembaga Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.
Akuntabilitas. Vol.6. (1).
Budiasih, Igan. 2009. “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Praktik Perataan Laba”.
AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4, No.1.
Dewi, Sofia prima dan Carina, 2008. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Dan Lembaga Keuangan
Lainnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi, No.
02.
Ghozali, Imam, 2006. Analisis Multivariate dengan program SPSS, Edisi 3.
Semarang: BP Universitas Diponegoro
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga
Herni, dan Yulius Kurnia Susanto. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik:
Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industry, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Resiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba
(Studi Empiris Pada Industry yang Listing Di BEJ)”.Journal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia Vol 32 No. 2.
Irawati, Z dan Anugerah Maya. 2007. “Analisis Perataan Laba (Income
Smoothing): Faktor yang Mempengaruhinya dan Pengaruhnya Terhadap
Return dan Resiko Saham Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Jakarta”.
Jurnal Manajemen dan Bisnis (Benefit) Vol. 7, No.2
Jatiningrum. 2000. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perataan
Penghasilan atau Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ”. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. 2.
75
Juniarti dan Corolina. 2005. “Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-perusahaan Go
Publik”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2.
Kustono, Alwan Sri, 2007. “Pengaruh Ukuran, Deviden Payout, Risiko Spesifik,
dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada
Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002 – 2006”.
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 3.
Meutia, Inten. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba
Untuk KAP Big 5 dan Non Big 5”. JRAI Vol 7 No. 3.
Mudjiono. 2010. “Pengaruh tindakan perataan laba terhadap reaksi pasar dengan
kualitas auditor dan kepemilikan manajerial sebagai variabel
pemoderasi”. Jurnal Ekspansi volume 5 nomor 2 edisi Oktober.
Mursalim. 2003. “Analisis Persepsi Dimensi Income Smoothing Terhadap
Motivasi Investor Untuk Berinvestasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di BEJ (Studi pada Investor di Jateng dan DIY)”. Jurnal Magister
Akuntansi Volume 6 (2) Agustus 2006. Semarang: UNDIP.
---------- 2005. “Income Smoothing dan Motivasi Investor : Studi Empiris pada
Investor di BEJ”. Jurnal Simposium Nasional Akuntasi VIII. Solo.
Purwanto, Agus. 2009. “Kerakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance,
Keputusan Keuangan, Perataan Laba dan Nilai Perusahaan”. Jurnal
Maksi Vol.9 No.2 Agustus 2009
Prabayanti, Ni luh Putu arik Geriawan Wirawan Yasa. 2009. “Perataan Laba dan
analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Universitas
Udayana.
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar.
Rahmawati. 2008. “Motivasi, batasan dan peluang manajemen laba (studi empiris
pada industry perbankan yang terdaftar di BEJ)”. Journal
Rahmi, Anggar Aditya. 2012. “Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage,
Ukuran Perusahaan, dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan LQ45 Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
76
Razaee, Z. 2003. “Causes, Consequences and Deterence of Financial Statement
Fraud”. Critical Perspective Acounting.
Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global.
Salemba Empat: Jakarta.
Soliha, Euis dan Taswan. 2002. “Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya”. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi. Semarang: STIE Stikubank
Soselisa, Rangga dan Mukhlasin. 2008. “Pengaruh Faktor Kultur Organisasi,
Manajemen, Strategik, Keuangan, dan Auditor terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik di Indonesia”.
Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Stice, stice skousen. 2009. Akuntansi Keuangan. Salemba Empat: Jakarta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiarto, sopa. 2003. “Perataan laba dalam mengantisipasi laba masa depan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Jakarta”. Simposium
Nasional Akuntansi Surabaya.
Sulistyanto, H Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia
Suranta, eddy dan Pratana Puspita Merdiastuti. 2009. “Income smoothing, tobin’s
Q, agency problems dan kinerja perusahaan”. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi VII Denpasar.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisis Pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan yang terdaftar di bursa Efek Jakarta”. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi VIII Solo.
Tucker, Jennifer W, dan Paul Zarowin. 2005. “Does Income Smoothing Improve
Earnings Informativeness?”. The Accounting Review 81.
Wahyudi, untung dan hartini prasetyaning pawestri. 2006. “Implikasi struktur
kepemilikan terhadap nilai perusahaan: dengan keputusan keuangan
sebagai variabel interverning”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX
Padang.
77
DAFRTAR LAMPIRAN
78
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI
Tahun 2009-2011
No. Kode Nama Perusahaan
1 ACES PT Ace Hardware Indonesia Tbk
2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk
3 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk
4 AMRT PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
5 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk
6 ASGR PT Astra Graphia Tbk
7 ASII PT Astra Internasional Tbk
8 AUTO PT Astra Otopart Tbk
9 BATA PT Sepatu Bata Tbk
10 DLTA PT Delta Djakarta Tbk
11 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk
12 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk
13 FISH PT FKS Multi Argo Tbk
14 GGRM PT Gudang Garam Tbk
15 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk
16 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
17 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
18 INTA PT Intraco Penta Tbk
19 INTP PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk
20 KAEF PT Kimia Farma Tbk
21 KLBF PT Kalbe Farma Tbk
22 LION PT Lion Metal Works Tbk
23 LTLS PT Lautan Luas Tbk
24 MAPI PT Mitra Adiperkasa Tbk
25 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
26 MPPA PT Matahari Putra Prima Tbk
27 MRAT PT Mustika Ratu Tbk
28 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk
29 SMAR PT Sinar Mas Argo Resources & Technology Tbk
30 SMGR PT Semen Gresik Tbk
31 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
32 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk
33 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk
34 TCID PT Mandom Indonesia Tbk
35 TGKA PT Tigaraksa Satria Tbk
36 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
37 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk
38 TURI PT Tunas Ridean Tbk
39 UNTR PT United Tractors Tbk
79
Lampiran 2
Nilai Perusahaan (PBV)
Perusahaan Manufaktur
Tahun 2009 - 2011
Perusahaan
Nilai Perusahaan (PBV)
2009 2010 2011
ACES 2.98 4.91 6.10
AKRA 2.11 2.75 3.43
AMFG 0.53 1.37 1.38
AMRT 2.00 9.17 10.15
ARNA 0.80 1.30 1.46
ASGR 1.12 1.99 2.76
ASII 3.52 4.48 4.24
AUTO 1.38 2.79 2.87
BATA 1.55 2.65 1.96
DLTA 1.68 3.33 3.42
DVLA 1.54 2.05 1.87
FAST 3.63 5.12 5.90
FISH 3.00 2.15 4.28
GGRM 2.27 3.63 5.10
GJTL 0.55 2.27 2.42
HMSP 4.36 12.08 19.06
INDF 3.07 2.55 1.33
INTA 0.83 2.57 2.65
INTP 4.72 4.49 4.26
KAEF 0.71 0.79 1.57
KLBF 3.06 6.14 5.69
LION 0.48 0.76 0.94
LTLS 0.77 0.76 0.68
MAPI 0.80 3.02 5.12
MLBI 35.45 12.29 23.70
MPPA 1.20 1.16 0.91
MRAT 0.53 0.82 0.62
SCCO 0.72 0.95 1.34
SMAR 1.53 2.46 2.61
SMGR 3.07 4.86 4.67
SMSM 2.17 2.97 22.86
TBLA 1.43 1.57 1.83
TBMS 0.46 1.38 0.78
TCID 1.85 1.53 1.57
TGKA 0.80 1.36 2.03
TLKM 4.89 3.61 2.44
TSPC 1.36 2.95 3.85
TURI 2.43 2.67 2.34
UNTR 3.72 4.91 3.69
80
Lampiran 3
Kebijakan Deviden (DPR)
Perusahaan Manufaktur
Tahun 2009 - 2011
Perusahaan
Kebijakan Deviden (DPR)
2009 2010 2011
ACES 10.22 50.00 15.04
AKRA 28.56 203.73 37.80
AMFG 25.80 10.49 10.31
AMRT 24.85 46.95 44.72
ARNA 20.11 34.83 38.46
ASGR 40.29 39.87 48.36
ASII 33.47 13.24 31.41
AUTO 60.03 40.00 28.74
BATA 52.95 27.72 28.24
DLTA 120.25 120.48 121.41
DVLA 34.87 30.30 29.17
FAST 20.35 100.20 19.80
FISH 9.58 8.64 13.53
GGRM 36.19 40.84 39.31
GJTL 5.77 5.03 5.10
HMSP 65.91 111.94 57.07
INDF 39.34 39.55 50.00
INTA 34.59 29.12 36.29
INTP 30.16 30.02 29.99
KAEF 26.67 20.00 19.96
KLBF 27.33 55.27 60.13
LION 19.34 26.93 29.70
LTLS 30.86 30.49 30.61
MAPI 15.18 16.51 16.12
MLBI 99.95 0.10 0.10
MPPA 25.34 46.15 30.00
MRAT 20.00 20.00 25.08
SCCO 33.40 30.45 31.89
SMAR 28.78 34.18 32.21
SMGR 55.00 50.00 49.98
SMSM 97.53 52.64 35.71
TBLA 5.88 15.36 7.44
TBMS 23.88 56.88 17.47
TCID 51.63 52.01 53.16
TGKA 72.23 45.70 56.50
TLKM 51.25 56.37 66.30
TSPC 43.75 92.05 59.52
TURI 39.55 20.74 12.07
UNTR 28.76 50.68 27.16
81
Lampiran 4
Reputasi Auditor
Perusahaan Manufaktur
Tahun 2009 – 2011
Perusahaan
Reputasi auditor
2009 2010 2011
ACES 0 0 0
AKRA 1 1 1
AMFG 1 1 1
AMRT 1 1 1
ARNA 1 1 1
ASGR 0 1 1
ASII 0 1 1
AUTO 0 1 1
BATA 1 1 1
DLTA 1 1 1
DVLA 1 1 1
FAST 1 1 0
FISH 0 0 0
GGRM 1 1 1
GJTL 1 1 1
HMSP 1 1 1
INDF 1 1 1
INTA 0 0 1
INTP 1 1 1
KAEF 0 0 0
KLBF 1 1 1
LION 0 0 0
LTLS 1 1 1
MAPI 1 1 1
MLBI 1 1 1
MPPA 0 0 1
MRAT 0 0 0
SCCO 0 0 0
SMAR 0 0 0
SMGR 1 1 1
SMSM 1 1 1
TBLA 0 0 0
TBMS 1 1 1
TCID 1 1 1
TGKA 1 1 1
TLKM 1 1 1
TSPC 0 0 0
TURI 1 1 1
UNTR 0 1 1
82
Lampiran 5
Data Non Discretionary Acruals (NDAC)
Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK TACi,t
TACi,t/ 1/ ∆Salesi,t/ (∆Salesi,t-∆Reci,t)/ PPEit/
NDAC TAi,t-1
TAi,t-1 TAi,t-1 TAi,t-1 TAi,t-1
1 ACES 2009 (31,553) (0.03993) 0.00000127 0.17287 0.171916 0.13303 0.06642
2010 170,204 0.17458 0.00000103 0.28961 0.287300 0.23229 0.00779
2011 85,875 0.07168 0.00000083 0.65552 0.638148 0.30165 (0.02204)
2 AKRA 2009 (331,256) (0.06795) 0.00000021 (0.10591) -0.187415 0.58305 (0.23252)
2010 (117,003) (0.01936) 0.00000017 0.22523 0.215852 0.38491 (0.05835)
2011 1,361,010 0.01775 0.00000001 0.11069 0.100394 0.03179 0.22794
3 AMFG 2009 (357,048) (0.17915) 0.00000050 (0.16159) -0.176270 0.57397 (0.24475)
2010 (150,922) (0.07652) 0.00000051 0.26018 0.240333 0.52591 (0.19219)
2011 1,568 0.00007 0.00000004 0.00728 0.005884 0.04932 0.20869
4 AMRT 2009 (372,857) (0.16165) 0.00000043 0.97375 0.969220 0.42181 (0.07882)
2010 (408,667) (0.14287) 0.00000035 1.22652 1.220232 0.51208 (0.13593)
2011 (569,833) (0.13367) 0.00000023 0.97667 0.947020 0.39140 (0.04218)
5 ARNA 2009 (24,098) (0.03274) 0.00000136 0.09096 0.077682 0.81736 (0.48613)
2010 (35,377) (0.04300) 0.00000122 0.14113 0.095028 0.69103 (0.37573)
2011 (47,904) (0.05486) 0.00000115 0.10594 0.102155 0.64695 (0.33580)
6 ASGR 2009 (203,124) (0.24151) 0.00000119 0.36561 0.414215 0.19744 0.02902
2010 (39,051) (0.05040) 0.00000129 0.29725 0.048091 0.21968 (0.00840)
2011 40,049 0.04058 0.00000101 0.16118 0.116020 0.17647 0.04683
7 ASII 2009 2,500,000 0.03096 0.00000001 0.01811 0.000619 0.22958 0.06751
2010 14,097,000 0.15843 0.00000001 0.34291 0.322544 0.24883 0.06373
2011 11,747,000 0.10409 0.00000001 0.29707 0.242705 0.25523 0.05598
8 AUTO 2009 214,210 0.05381 0.00000025 (0.00312) -0.038157 0.17500 0.09347
2010 826,178 0.17787 0.00000022 0.21299 0.194120 0.21207 0.07470
2011 843,007 0.15092 0.00000018 0.19846 0.175224 0.27710 0.02485
9 BATA 2009 (27,906) (0.06944) 0.00000249 0.14607 0.143650 0.38765 (0.21836)
2010 17,864 0.04287 0.00000240 0.10973 0.095964 0.40281 (0.22618)
2011 (646,029) (1.33407) 0.00000207 0.07104 0.057001 0.35014 (0.16337)
10 DLTA 2009 (37,587) (0.05383) 0.00000143 0.09582 0.094666 0.17083 0.02255
2010 114,324 0.15034 0.00000132 (0.25363) -0.347091 0.14984 0.03136
2011 (25,613) (0.03615) 0.00000141 0.02291 0.031409 0.13853 0.04733
11 DVLA 2009 66,583 0.10442 0.00000157 0.45725 0.250768 0.23977 (0.03572)
2010 (11,975) (0.01528) 0.00000128 0.07660 0.060026 0.22652 (0.01244)
2011 48,397 0.05666 0.00000117 0.05046 0.028358 0.23402 (0.01247)
12 FAST 2009 (185,689) (0.23662) 0.00000127 0.55014 0.548658 0.23907 (0.00494)
2010 (93,976) (0.09024) 0.00000096 0.44098 0.409012 0.21215 0.03246
2011 (251,969) (0.20385) 0.00000081 0.32620 0.324989 0.19118 0.05623
13 FISH 2009 78,767 0.19055 0.00000242 (0.60767) -0.531695 0.15416 (0.05243)
2010 57,916 0.10391 0.00000179 3.74808 3.499554 0.10617 0.17042
2011 420,913 0.38202 0.00000091 3.13883 3.128513 0.05591 0.25640
83
Lanjutan Lampiran 5
Data Non Discretionary Acruals (NDAC)
Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK TACi,t TACi,t/ 1/ ∆Salesi,t/ (∆Salesi,t-∆Reci,t)/ PPEit/
NDAC TAi,t-1 TAi,t-1 TAi,t-1 TAi,t-1 TAi,t-1
14 GGRM 2009 220,700 0.00917 0.00000004 0.11305 0.157667 0.29159 0.02192
2010 1,342,191 0.04929 0.00000004 0.17329 0.177318 0.27199 0.03849
2011 5,048,409 0.16422 0.00000003 0.13637 0.135730 0.26641 0.04173
15 GJTL 2009 (232,075) (0.02663) 0.00000011 (0.00310) -0.014934 0.41421 (0.08639)
2010 (180,356) (0.02032) 0.00000011 0.21600 0.142408 0.45913 (0.11631)
2011 379,317 0.03657 0.00000010 0.19163 0.162621 0.44240 (0.10123)
16 HMSP 2009 783,714 0.04858 0.00000006 0.26601 0.243505 0.26715 0.04299
2010 (637,227) (0.03597) 0.00000006 0.24889 0.228547 0.23071 0.07175
2011 (3,023,844) (0.14732) 0.00000005 0.46163 0.408933 0.18761 0.11286
17 INDF 2009 207,309 0.00524 0.00000003 (0.03541) -0.027734 0.27269 0.03144
2010 (3,054,926) (0.07565) 0.00000002 0.02491 0.013910 0.29065 0.01870
2011 (77,318) (0.00164) 0.00000002 0.14656 0.135747 0.27331 0.03701
18 INTA 2009 (70,210) (0.06174) 0.00000088 (0.02232) 0.028819 0.12556 0.09309
2010 14,348 0.01224 0.00000085 0.68789 0.675892 0.13362 0.11139
2011 (805,217) (0.49252) 0.00000061 0.71389 0.530973 0.22302 0.05146
19 INTP 2009 (435,836) (0.03861) 0.00000009 0.07052 0.033031 0.68871 (0.30075)
2010 (165,367) (0.01246) 0.00000008 0.04228 0.041536 0.58018 (0.21344)
2011 (282,195) (0.01839) 0.00000007 0.17920 0.141332 0.49772 (0.14379)
20 KAEF 2009 (57,862) (0.04002) 0.00000069 0.10329 0.075997 0.27811 (0.01375)
2010 (404) (0.00026) 0.00000064 0.21060 0.176679 0.26388 0.00467
2011 90,210 0.05443 0.00000060 0.17941 0.163528 0.25748 0.01164
21 KLBF 2009 (434,849) (0.07624) 0.00000018 0.21213 0.165047 0.24512 0.05011
2010 89,891 0.01387 0.00000015 0.17577 0.166707 0.24763 0.04959
2011 49,462 0.00703 0.00000014 0.09742 0.059408 0.26453 0.03318
22 LION 2009 (16,843) (0.06654) 0.00000395 (0.12680) -0.127253 0.07748 (0.07960)
2010 6,105 0.02250 0.00000369 0.03805 0.049804 0.06710 (0.04735)
2011 12,328 0.04057 0.00000329 0.19935 0.189010 0.06105 (0.01123)
23 LTLS 2009 (871,915) (2.53456) 0.00000291 (2.06747) -1.786576 2.55753 (2.03654)
2010 257,151 0.08346 0.00000032 0.05026 -0.002806 0.33279 (0.03538)
2011 228,733 0.06369 0.00000028 0.45315 0.367727 0.22645 0.06522
24 MAPI 2009 (106,282) (0.02826) 0.00000027 0.17128 0.173087 0.29693 0.00323
2010 (569,359) (0.16848) 0.00000030 0.17763 0.177533 0.38871 (0.07144)
2011 (110,649) (0.03015) 0.00000027 0.32075 0.302466 0.40501 (0.07837)
25 MLBI 2009 (186,403) (0.19801) 0.00000106 0.30870 0.321263 0.44707 (0.16388)
2010 122,994 0.12380 0.00000101 0.17504 0.049515 0.53236 (0.23747)
2011 (164,373) (0.14456) 0.00000088 0.06032 0.020482 0.48123 (0.18943)
26 MPPA 2009 (933,424) (0.09524) 0.00000010 0.12783 0.129309 0.22228 0.07187
2010 5,233,770 0.49562 0.00000009 (0.79673) -0.795716 0.14237 0.10296
2011 (77,388) (0.00678) 0.00000009 0.61658 0.615319 0.14391 0.15226
84
Lanjutan Lampiran 5
Data Non Discretionary Acruals (NDAC)
Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK TACi,t TACi,t/ 1/ ∆Salesi,t/ (∆Salesi,t-∆Reci,t)/ PPEit/
NDAC TAi,t-1 TAi,t-1 TAi,t-1 TAi,t-1 TAi,t-1
27 MRAT 2009 18,579 0.05237 0.00000282 0.10647 0.045634 0.18282 (0.08139)
2010 19,805 0.05417 0.00000273 0.06506 0.022864 0.18692 (0.07986)
2011 26,725 0.06917 0.00000259 0.09564 0.024892 0.19315 (0.07493)
28 SCCO 2009 (166,275) (0.14757) 0.00000089 (0.54754) -0.526937 0.17375 0.03459
2010 90,948 0.08722 0.00000096 0.66010 0.521994 0.11353 0.11479
2011 (24,357) (0.02104) 0.00000086 1.00667 0.837263 0.17545 0.08321
29 SMAR 2009 622,321 0.06207 0.00000010 (0.18954) -0.213971 0.33811 (0.03206)
2010 1,484,773 0.14541 0.00000010 0.59391 0.510672 0.38431 (0.04290)
2011 676,330 0.05421 0.00000008 0.91465 0.806924 0.36404 (0.01512)
30 SMGR 2009 (893,743) (0.08429) 0.00000009 0.20541 0.211542 0.37859 (0.04872)
2010 280,968 0.02169 0.00000008 (0.00337) -0.025861 0.59164 (0.22505)
2011 (40,202,260) (2.58319) 0.00000006 0.13073 0.123544 0.74797 (0.34293)
31 SMSM 2009 (125,118) (0.13457) 0.00000108 0.02266 -0.014930 0.36716 (0.11328)
2010 19,755 0.02098 0.00000106 0.19873 0.161209 0.40014 (0.13230)
2011 (10,505) (0.00984) 0.00000094 0.23063 0.189181 0.37269 (0.10118)
32 TBLA 2009 576,762 0.20580 0.00000036 (0.41865) -0.411602 0.35796 (0.07201)
2010 (132,646) (0.04761) 0.00000036 0.06013 0.039852 0.41525 (0.10159)
2011 (417,332) (0.11430) 0.00000027 0.21381 0.211331 0.38140 (0.06296)
33 TBMS 2009 (90,923) (0.07749) 0.00000085 (1.44018) -1.331223 0.09076 0.07427
2010 154,000 0.15461 0.00000100 1.56646 1.370570 0.11995 0.13680
2011 170,692 0.13776 0.00000081 1.44593 1.964486 0.09732 0.18898
34 TCID 2009 (63,610) (0.06984) 0.00000110 0.16354 0.126525 0.43902 (0.16678)
2010 (25,766) (0.02591) 0.00000101 0.07864 0.063491 0.39891 (0.13100)
2011 66,898 0.06388 0.00000095 0.17926 0.137084 0.39755 (0.12394)
35 TGKA 2009 (100,588) (0.06593) 0.00000066 0.28529 0.312068 0.07828 0.15562
2010 64,966 0.04431 0.00000068 0.52728 0.406559 0.09279 0.14568
2011 171,035 0.09818 0.00000057 0.52306 0.500892 0.09220 0.15671
36 TLKM 2009 18,147,520 0.19886 0.00000001 0.07657 0.073505 0.83742 (0.41212)
2010 23,123,063 0.23640 0.00000001 0.00973 0.004065 0.77527 (0.36522)
2011 (15,083,000) (0.15120) 0.00000001 0.02630 0.020575 0.75078 (0.34519)
37 TSPC 2009 (115,666) (0.03898) 0.00000034 0.29125 0.260219 0.24098 0.04596
2010 (83,328) (0.02554) 0.00000031 0.19500 0.173083 0.23315 0.05113
2011 (1,437) (0.00040) 0.00000028 0.18008 0.162479 0.24686 0.04174
38 TURI 2009 159,408 0.04449 0.00000028 (0.17646) -0.195796 0.19543 0.06981
2010 150,926 0.08524 0.00000056 1.09306 1.048838 0.45463 (0.11081)
2011 70,800 0.03371 0.00000048 0.70083 0.702029 0.43823 (0.10418)
39 UNTR 2009 (1,283,481) (0.05618) 0.00000004 0.05859 0.015171 0.42063 (0.08567)
2010 1,450,634 0.05944 0.00000004 0.33116 0.300339 0.45234 (0.10053)
2011 (4,540,768) (0.15288) 0.00000003 0.59691 0.441431 0.46026 (0.10132)
85
Lampiran 6
Data Discretionary Acruals (DAC)
Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK TACi,t/
NDAC DAC TAi,t-1
1 ACES 2009 (0.03993) 0.06642 (0.10635)
2010 0.17458 0.00779 0.16679
2011 0.07168 (0.02204) 0.09373
2 AKRA 2009 (0.06795) (0.23252) 0.16456
2010 (0.01936) (0.05835) 0.03898
2011 0.01775 0.22794 (0.21018)
3 AMFG 2009 (0.17915) (0.24475) 0.06560
2010 (0.07652) (0.19219) 0.11567
2011 0.00007 0.20869 (0.20862)
4 AMRT 2009 (0.16165) (0.07882) (0.08283)
2010 (0.14287) (0.13593) (0.00694)
2011 (0.13367) (0.04218) (0.09149)
5 ARNA 2009 (0.03274) (0.48613) 0.45340
2010 (0.04300) (0.37573) 0.33272
2011 (0.05486) (0.33580) 0.28094
6 ASGR 2009 (0.24151) 0.02902 (0.27053)
2010 (0.05040) (0.00840) (0.04200)
2011 0.04058 0.04683 (0.00625)
7 ASII 2009 0.03096 0.06751 (0.03655)
2010 0.15843 0.06373 0.09470
2011 0.10409 0.05598 0.04811
8 AUTO 2009 0.05381 0.09347 (0.03966)
2010 0.17787 0.07470 0.10316
2011 0.15092 0.02485 0.12606
9 BATA 2009 (0.06944) (0.21836) 0.14892
2010 0.04287 (0.22618) 0.26905
2011 (1.33407) (0.16337) (1.17070)
10 DLTA 2009 (0.05383) 0.02255 (0.07638)
2010 0.15034 0.03136 0.11898
2011 (0.03615) 0.04733 (0.08347)
11 DVLA 2009 0.10442 (0.03572) 0.14014
2010 (0.01528) (0.01244) (0.00284)
2011 0.05666 (0.01247) 0.06914
12 FAST 2009 (0.23662) (0.00494) (0.23168)
2010 (0.09024) 0.03246 (0.12270)
2011 (0.20385) 0.05623 (0.26008)
13 FISH 2009 0.19055 (0.05243) 0.24298
2010 0.10391 0.17042 (0.06652)
2011 0.38202 0.25640 0.12561
86
Lanjutan Lampiran 6
Data Discretionary Acruals (DAC)
Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK TACi,t/
NDAC DAC TAi,t-1
14 GGRM 2009 0.00917 0.02192 (0.01276)
2010 0.04929 0.03849 0.01080
2011 0.16422 0.04173 0.12249
15 GJTL 2009 (0.02663) (0.08639) 0.05975
2010 (0.02032) (0.11631) 0.09599
2011 0.03657 (0.10123) 0.13781
16 HMSP 2009 0.04858 0.04299 0.00558
2010 (0.03597) 0.07175 (0.10772)
2011 (0.14732) 0.11286 (0.26019)
17 INDF 2009 0.00524 0.03144 (0.02620)
2010 (0.07565) 0.01870 (0.09434)
2011 (0.00164) 0.03701 (0.03865)
18 INTA 2009 (0.06174) 0.09309 (0.15482)
2010 0.01224 0.11139 (0.09915)
2011 (0.49252) 0.05146 (0.54397)
19 INTP 2009 (0.03861) (0.30075) 0.26213
2010 (0.01246) (0.21344) 0.20098
2011 (0.01839) (0.14379) 0.12540
20 KAEF 2009 (0.04002) (0.01375) (0.02628)
2010 (0.00026) 0.00467 (0.00492)
2011 0.05443 0.01164 0.04280
21 KLBF 2009 (0.07624) 0.05011 (0.12635)
2010 0.01387 0.04959 (0.03572)
2011 0.00703 0.03318 (0.02615)
22 LION 2009 (0.06654) (0.07960) 0.01306
2010 0.02250 (0.04735) 0.06985
2011 0.04057 (0.01123) 0.05180
23 LTLS 2009 (2.53456) (2.03654) (0.49802)
2010 0.08346 (0.03538) 0.11884
2011 0.06369 0.06522 (0.00153)
24 MAPI 2009 (0.02826) 0.00323 (0.03149)
2010 (0.16848) (0.07144) (0.09704)
2011 (0.03015) (0.07837) 0.04822
25 MLBI 2009 (0.19801) (0.16388) (0.03413)
2010 0.12380 (0.23747) 0.36127
2011 (0.14456) (0.18943) 0.04488
26 MPPA 2009 (0.09524) 0.07187 (0.16711)
2010 0.49562 0.10296 0.39266
2011 (0.00678) 0.15226 (0.15904)
87
Lanjutan Lampiran 6
Data Discretionary Acruals (DAC)
Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK TACi,t/
NDAC DAC TAi,t-1
27 MRAT 2009 0.05237 (0.08139) 0.13376
2010 0.05417 (0.07986) 0.13402
2011 0.06917 (0.07493) 0.14410
28 SCCO 2009 (0.14757) 0.03459 (0.18216)
2010 0.08722 0.11479 (0.02758)
2011 (0.02104) 0.08321 (0.10425)
29 SMAR 2009 0.06207 (0.03206) 0.09413
2010 0.14541 (0.04290) 0.18831
2011 0.05421 (0.01512) 0.06933
30 SMGR 2009 (0.08429) (0.04872) (0.03557)
2010 0.02169 (0.22505) 0.24675
2011 (2.58319) (0.34293) (2.24026)
31 SMSM 2009 (0.13457) (0.11328) (0.02129)
2010 0.02098 (0.13230) 0.15328
2011 (0.00984) (0.10118) 0.09134
32 TBLA 2009 0.20580 (0.07201) 0.27781
2010 (0.04761) (0.10159) 0.05398
2011 (0.11430) (0.06296) (0.05134)
33 TBMS 2009 (0.07749) 0.07427 (0.15176)
2010 0.15461 0.13680 0.01781
2011 0.13776 0.18898 (0.05122)
34 TCID 2009 (0.06984) (0.16678) 0.09694
2010 (0.02591) (0.13100) 0.10510
2011 0.06388 (0.12394) 0.18782
35 TGKA 2009 (0.06593) 0.15562 (0.22154)
2010 0.04431 0.14568 (0.10136)
2011 0.09818 0.15671 (0.05852)
36 TLKM 2009 0.19886 (0.41212) 0.61098
2010 0.23640 (0.36522) 0.60161
2011 (0.15120) (0.34519) 0.19399
37 TSPC 2009 (0.03898) 0.04596 (0.08495)
2010 (0.02554) 0.05113 (0.07667)
2011 (0.00040) 0.04174 (0.04214)
38 TURI 2009 0.04449 0.06981 (0.02532)
2010 0.08524 (0.11081) 0.19604
2011 0.03371 (0.10418) 0.13789
39 UNTR 2009 (0.05618) (0.08567) 0.02950
2010 0.05944 (0.10053) 0.15997
2011 (0.15288) (0.10132) (0.05156)
88
Lampiran 7
Data Pre Discretionary Income (PDI)
Perusahaan Manufaktur tahun 2009-2011
No. Nama LK NI DAC PDI
1 ACES 2009 Rp 154,443 (0.10635) 154,443
2010 Rp 279,505 0.16679 279,505
2011 Rp 167,668 0.09373 167,668
2 AKRA 2009 Rp 339,897 0.16456 339,897
2010 Rp 310,916 0.03898 310,916
2011 Rp 2,293,427 (0.21018) 2,293,427
3 AMFG 2009 Rp 67,293 0.06560 67,293
2010 Rp 330,973 0.11567 330,973
2011 Rp 336,955 (0.20862) 336,955
4 AMRT 2009 Rp 186,423 (0.08283) 186,423
2010 Rp 255,823 (0.00694) 255,823
2011 Rp 360,674 (0.09149) 360,674
5 ARNA 2009 Rp 63,888 0.45340 63,888
2010 Rp 80,114 0.33272 80,114
2011 Rp 95,949 0.28094 95,949
6 ASGR 2009 Rp 66,948 (0.27053) 66,948
2010 Rp 188,415 (0.04200) 188,415
2011 Rp 139,437 (0.00625) 139,437
7 ASII 2009 Rp 13,835,000 (0.03655) 13,835,000
2010 Rp 17,004,000 0.09470 17,004,000
2011 Rp 21,077,000 0.04811 21,077,000
8 AUTO 2009 Rp 809,955 (0.03966) 809,955
2010 Rp 1,225,305 0.10316 1,225,305
2011 Rp 1,101,583 0.12606 1,101,583
9 BATA 2009 Rp 52,981 0.14892 52,981
2010 Rp 60,975 0.26905 60,975
2011 Rp 56,615 (1.17070) 56,616
10 DLTA 2009 Rp 131,758 (0.07638) 131,758
2010 Rp 146,067 0.11898 146,067
2011 Rp 151,715 (0.08347) 151,715
11 DVLA 2009 Rp 72,272 0.14014 72,272
2010 Rp 110,880 (0.00284) 110,880
2011 Rp 120,915 0.06914 120,915
12 FAST 2009 Rp 181,996 (0.23168) 181,996
2010 Rp 199,597 (0.12270) 199,597
2011 Rp 229,054 (0.26008) 229,054
13 FISH 2009 Rp 32,581 0.24298 32,581
2010 Rp 55,587 (0.06652) 55,587
2011 Rp 35,496 0.12561 35,496
89
Lanjutan Lampiran 7
Data Pre Discretionary Income (PDI)
Perusahaan Manufaktur tahun 2009-2011
No. Nama LK NI DAC PDI
14 GGRM 2009 Rp 3,485,901 (0.01276) 3,485,901
2010 Rp 4,214,789 0.01080 4,214,789
2011 Rp 4,958,102 0.12249 4,958,102
15 GJTL 2009 Rp 905,330 0.05975 905,330
2010 Rp 830,624 0.09599 830,624
2011 Rp 683,629 0.13781 683,629
16 HMSP 2009 Rp 5,089,310 0.00558 5,089,310
2010 Rp 6,422,748 (0.10772) 6,422,748
2011 Rp 8,064,426 (0.26019) 8,064,426
17 INDF 2009 Rp 2,856,781 (0.02620) 2,856,781
2010 Rp 3,934,808 (0.09434) 3,934,808
2011 Rp 4,891,673 (0.03865) 4,891,673
18 INTA 2009 Rp 37,473 (0.15482) 37,473
2010 Rp 84,529 (0.09915) 84,529
2011 Rp 120,214 (0.54397) 120,215
19 INTP 2009 Rp 2,748,586 0.26213 2,748,586
2010 Rp 3,224,681 0.20098 3,224,681
2011 Rp 3,601,516 0.12540 3,601,516
20 KAEF 2009 Rp 62,507 (0.02628) 62,507
2010 Rp 138,716 (0.00492) 138,716
2011 Rp 171,763 0.04280 171,763
21 KLBF 2009 Rp 929,004 (0.12635) 929,004
2010 Rp 1,343,799 (0.03572) 1,343,799
2011 Rp 1,522,957 (0.02615) 1,522,957
22 LION 2009 Rp 33,613 0.01306 33,613
2010 Rp 38,631 0.06985 38,631
2011 Rp 52,535 0.05180 52,535
23 LTLS 2009 Rp 98,918 (0.49802) 98,918
2010 Rp 109,206 0.11884 109,206
2011 Rp 90,831 (0.00153) 90,831
24 MAPI 2009 Rp 163,992 (0.03149) 163,992
2010 Rp 201,071 (0.09704) 201,071
2011 Rp 360,425 0.04822 360,425
25 MLBI 2009 Rp 340,577 (0.03413) 340,577
2010 Rp 443,050 0.36127 443,050
2011 Rp 507,382 0.04488 507,382
26 MPPA 2009 Rp 296,522 (0.16711) 296,522
2010 Rp 5,819,248 0.39266 5,819,248
2011 Rp 120,299 (0.15904) 120,299
90
Lanjutan Lampiran 7
Data Pre Discretionary Income (PDI)
Perusahaan Manufaktur tahun 2009-2011
No. Nama LK NI DAC PDI
27 MRAT 2009 Rp 21,017 0.13376 21,017
2010 Rp 24,419 0.13402 24,419
2011 Rp 27,868 0.14410 27,868
28 SCCO 2009 Rp 18,242 (0.18216) 18,242
2010 Rp 60,969 (0.02758) 60,969
2011 Rp 109,827 (0.10425) 109,827
29 SMAR 2009 Rp 747,792 0.09413 747,792
2010 Rp 1,260,495 0.18831 1,260,495
2011 Rp 1,785,737 0.06933 1,785,737
30 SMGR 2009 Rp 3,352,755 (0.03557) 3,352,755
2010 Rp 3,659,114 0.24675 3,659,114
2011 Rp 3,955,273 (2.24026) 3,955,275
31 SMSM 2009 Rp 142,952 (0.02129) 142,952
2010 Rp 164,850 0.15328 164,850
2011 Rp 219,261 0.09134 219,261
32 TBLA 2009 Rp 251,712 0.27781 251,712
2010 Rp 248,136 0.05398 248,136
2011 Rp 421,127 (0.05134) 421,127
33 TBMS 2009 Rp 53,830 (0.15176) 53,830
2010 Rp 3,229 0.01781 3,229
2011 Rp 21,034 (0.05122) 21,034
34 TCID 2009 Rp 124,612 0.09694 124,612
2010 Rp 131,445 0.10510 131,445
2011 Rp 140,039 0.18782 140,039
35 TGKA 2009 Rp 53,002 (0.22154) 53,002
2010 Rp 108,658 (0.10136) 108,658
2011 Rp 108,495 (0.05852) 108,495
36 TLKM 2009 Rp 11,398,826 0.61098 11,398,825
2010 Rp 11,536,999 0.60161 11,536,998
2011 Rp 15,470,000 0.19399 15,470,000
37 TSPC 2009 Rp 360,924 (0.08495) 360,924
2010 Rp 494,761 (0.07667) 494,761
2011 Rp 586,363 (0.04214) 586,363
38 TURI 2009 Rp 310,387 (0.02532) 310,387
2010 Rp 269,004 0.19604 269,004
2011 Rp 322,289 0.13789 322,289
39 UNTR 2009 Rp 3,817,541 0.02950 3,817,541
2010 Rp 3,874,515 0.15997 3,874,515
2011 Rp 5,899,506 (0.05156) 5,899,506
91
Lampiran 8
Data Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK ∆DAC ∆PDI Kategori
Keterangan Perusahaan
1 ACES 2009 (0.02851) 23800 1 Perata Laba
2010 0.27315 125062 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.07307) (111837) 0 Bukan Perata Laba
2 AKRA 2009 (0.11544) 68945 1 Perata Laba
2010 (0.12558) (28981) 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.24917) 1982511 1 Perata Laba
3 AMFG 2009 0.04009 (160975) 1 Perata Laba
2010 0.05007 263680 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.32430) 5982 1 Perata Laba
4 AMRT 2009 (0.01365) 53671 1 Perata Laba
2010 0.07589 69400 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.08455) 104851 1 Perata Laba
5 ARNA 2009 0.04732 9598 0 Bukan Perata Laba
2010 (0.12067) 16226 1 Perata Laba
2011 (0.05179) 15835 1 Perata Laba
6 ASGR 2009 (0.07173) 4461 1 Perata Laba
2010 0.22853 121467 0 Bukan Perata Laba
2011 0.03575 (48978) 1 Perata Laba
7 ASII 2009 (0.04385) 876000 1 Perata Laba
2010 0.13125 3169000 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.04659) 4073000 1 Perata Laba
8 AUTO 2009 0.01567 198930 0 Bukan Perata Laba
2010 0.14283 415350 0 Bukan Perata Laba
2011 0.02290 (123722) 1 Perata Laba
9 BATA 2009 (0.71985) (104581) 0 Bukan Perata Laba
2010 0.12013 7994 0 Bukan Perata Laba
2011 (1.43975) (4359) 0 Bukan Perata Laba
10 DLTA 2009 0.04105 46142 0 Bukan Perata Laba
2010 0.19536 14309 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.20245) 5648 1 Perata Laba
11 DVLA 2009 0.18273 1453 0 Bukan Perata Laba
2010 (0.14297) 38608 1 Perata Laba
2011 0.07198 10035 0 Bukan Perata Laba
12 FAST 2009 (0.11376) 56728 1 Perata Laba
2010 0.10898 17601 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.13738) 29457 1 Perata Laba
13 FISH 2009 0.33672 7540 0 Bukan Perata Laba
2010 (0.30950) 23006 1 Perata Laba
2011 0.19213 (20091) 1 Perata Laba
92
Lanjutan Lampiran 8
Data Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK ∆DAC ∆PDI Kategori
Keterangan Perusahaan
14 GGRM 2009 0.03550 1605409 0 Bukan Perata Laba
2010 0.02355 728888 0 Bukan Perata Laba
2011 0.11170 743313 0 Bukan Perata Laba
15 GJTL 2009 0.11033 1530118 0 Bukan Perata Laba
2010 0.03624 (74706) 1 Perata Laba
2011 0.04181 (146995) 1 Perata Laba
16 HMSP 2009 0.09871 1192190 0 Bukan Perata Laba
2010 (0.11330) 1333438 1 Perata Laba
2011 (0.15247) 1641678 1 Perata Laba
17 INDF 2009 0.00873 1058511 0 Bukan Perata Laba
2010 (0.06815) 1078027 1 Perata Laba
2011 0.05570 956865 0 Bukan Perata Laba
18 INTA 2009 (0.02458) 14529 1 Perata Laba
2010 0.05567 47056 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.44482) 35685 1 Perata Laba
19 INTP 2009 (0.09897) 1003004 1 Perata Laba
2010 (0.06115) 476095 1 Perata Laba
2011 (0.07558) 376835 1 Perata Laba
20 KAEF 2009 (0.10538) 7113 1 Perata Laba
2010 0.02135 76209 0 Bukan Perata Laba
2011 0.04772 33047 0 Bukan Perata Laba
21 KLBF 2009 (0.06866) 222182 1 Perata Laba
2010 0.09063 414795 0 Bukan Perata Laba
2011 0.00957 179158 0 Bukan Perata Laba
22 LION 2009 (0.14923) (4227) 0 Bukan Perata Laba
2010 0.05678 5018 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.01805) 13904 1 Perata Laba
23 LTLS 2009 (0.88664) (103760) 0 Bukan Perata Laba
2010 0.61686 10287 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.12037) (18375) 0 Bukan Perata Laba
24 MAPI 2009 (0.00875) 233783 1 Perata Laba
2010 (0.06555) 37079 1 Perata Laba
2011 0.14527 159354 0 Bukan Perata Laba
25 MLBI 2009 (0.07532) 118195 1 Perata Laba
2010 0.39540 102473 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.31639) 64332 1 Perata Laba
26 MPPA 2009 (0.01756) 292959 1 Perata Laba
2010 0.55977 5522725 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.55170) (5698948) 0 Bukan Perata Laba
93
Lanjutan Lampiran 8
Data Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011
No. Nama LK ∆DAC ∆PDI Kategori
Keterangan Perusahaan
27 MRAT 2009 0.05560 (1273) 1 Perata Laba
2010 0.00026 3402 1 Perata Laba
2011 0.01008 3449 0 Bukan Perata Laba
28 SCCO 2009 (0.16393) 7626 1 Perata Laba
2010 0.15458 42727 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.07667) 48858 1 Perata Laba
29 SMAR 2009 0.23013 (307408) 1 Perata Laba
2010 0.09418 512703 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.11898) 525242 1 Perata Laba
30 SMGR 2009 (0.08189) 808795 1 Perata Laba
2010 0.28232 306359 0 Bukan Perata Laba
2011 (2.48701) 296161 1 Perata Laba
31 SMSM 2009 (0.14805) 41446 1 Perata Laba
2010 0.17457 21898 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.06194) 54411 1 Perata Laba
32 TBLA 2009 0.39027 188020 0 Bukan Perata Laba
2010 (0.22383) (3576) 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.10532) 172991 1 Perata Laba
33 TBMS 2009 0.07624 84692 0 Bukan Perata Laba
2010 0.16957 (50601) 1 Perata Laba
2011 (0.06903) 17805 1 Perata Laba
34 TCID 2009 (0.17780) 9758 1 Perata Laba
2010 0.00815 6833 0 Bukan Perata Laba
2011 0.08272 8594 0 Bukan Perata Laba
35 TGKA 2009 (0.18694) (62680) 0 Bukan Perata Laba
2010 0.12018 55656 0 Bukan Perata Laba
2011 0.04284 (163) 1 Perata Laba
36 TLKM 2009 (36.1409) 779392 1 Perata Laba
2010 (0.00937) 138173 1 Perata Laba
2011 (0.40762) 3933001 1 Perata Laba
37 TSPC 2009 (0.05548) 34008 1 Perata Laba
2010 0.00828 133837 0 Bukan Perata Laba
2011 0.03453 91602 0 Bukan Perata Laba
38 TURI 2009 0.20396 65308 0 Bukan Perata Laba
2010 0.22137 (41383) 1 Perata Laba
2011 (0.05816) 53285 1 Perata Laba
39 UNTR 2009 (0.15741) 1156799 1 Perata Laba
2010 0.13047 56974 0 Bukan Perata Laba
2011 (0.21153) 2024991 1 Perata Laba
94
Lampiran 9
Data Output Statistic Penelitian
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PBV 117 .46 35.45 3.5176 4.76023
DPR 117 .10 203.73 39.2387 29.15211
Valid N (listwise) 117
Frequencies
Statistics
PerataanLaba
N Valid 117
Missing 0
PerataanLaba
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Melakukan Perataan Laba
56 47.9 47.9 47.9
Melakukan Perataan Laba 61 52.1 52.1 100.0
Total 117 100.0 100.0
ReputasiAuditor
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KAP Non Big Four 39 33.3 33.3 33.3
KAP The Big Four 78 66.7 66.7 100.0
Total 117 100.0 100.0
95
Lanjutan Lampiran 9
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 117 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 117 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 117 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 161.983 .085
2 161.983 .086
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 161.983
c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed
by less than .001.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Melakukan Perataan Laba 0
Melakukan Perataan Laba 1
96
Lanjutan Lampiran 9
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
PerataanLaba
Percentage Correct
Tidak Melakukan Perataan Laba
Melakukan Perataan Laba
Step 0 PerataanLaba Tidak Melakukan Perataan Laba
0 56 .0
Melakukan Perataan Laba
0 61 100.0
Overall Percentage 52.1
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .086 .185 .214 1 .644 1.089
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables PBV 2.928 1 .087
DPR 1.974 1 .160
ReputasiAuditor .069 1 .794
Overall Statistics 5.870 3 .118
97
Lanjutan Lampiran 9
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant PBV DPR ReputasiAuditor
Step 1 1 155.649 .287 .078 -.011 -.084
2 155.396 .289 .103 -.012 -.096
3 155.391 .284 .107 -.012 -.099
4 155.391 .284 .107 -.012 -.099
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 161.983
d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by
less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 6.592 3 .086
Block 6.592 3 .086
Model 6.592 3 .086
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 155.391a .055 .073
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by
less than .001.
98
Lanjutan Lampiran 9
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
PerataanLaba = Tidak
Melakukan Perataan Laba
PerataanLaba = Melakukan
Perataan Laba
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 8 8.005 4 3.995 12
2 7 6.645 5 5.355 12
3 6 6.286 6 5.714 12
4 8 6.047 4 5.953 12
5 6 5.874 6 6.126 12
6 4 5.734 8 6.266 12
7 8 5.513 4 6.487 12
8 2 5.226 10 6.774 12
9 4 4.743 8 7.257 12
10 3 1.926 6 7.074 9
Classification Tablea
Observed
Predicted
PerataanLaba
Percentage
Correct
Tidak Melakukan
Perataan Laba
Melakukan
Perataan Laba
Step 1 PerataanLaba Tidak Melakukan
Perataan Laba 26 30 46.4
Melakukan Perataan
Laba 17 44 72.1
Overall Percentage 59.8
a. The cut value is .500
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 8.910 8 .350
99
Lanjutan Lampiran 9
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a PBV .107 .062 2.970 1 .085 1.113 .985 1.257
DPR -.012 .008 2.582 1 .108 .988 .973 1.003
ReputasiAuditor -.099 .412 .058 1 .809 .905 .404 2.028
Constant .284 .416 .465 1 .495 1.328
a. Variable(s) entered on step 1: PBV, DPR,
ReputasiAuditor.
Correlation Matrix
Constant PBV DPR ReputasiAuditor
Step 1 Constant 1.000 -.230 -.524 -.492
PBV -.230 1.000 -.181 -.127
DPR -.524 -.181 1.000 -.151
ReputasiAuditor -.492 -.127 -.151 1.000
Lampiran 10
100
COMPANY REPORT : JANUARY 2012 As of 31 January 2012
Main Board Individual Index :
Industry Sector : Miscellaneous Industry (4) Listed Shares :
Industry Sub Sector : Automotive And Components (42) :
COMPANY HISTORY SHAREHOLDERS (January 2012)
Established Date : 20-Feb-1957 1. Jardine Cycle & Carriage Limited :
Listing Date : 04-Apr-1990
Under Writer IPO : DIVIDEND ANNOUNCEMENT
PT Danareksa Sekuritas Bonus Cash
Securities Administration Bureau : Shares Devidend
PT Raya Saham Registra 100.00
Plaza Central Building 2nd Fl. 150.00
Jln. Jend. Sudirman Kav. 47-48 Jakarta 100.00
Phone : 252-5666 125.00
Fax : 252-5028 100.00
225.00
BOARD OF COMMISSIONERS 1 : 3
Budi Setiadharma 80.00
Akira Okabe *) 90.00
Anthony John Liddell Nightingale 120.00
Benjamin William Keswick 50.00
Chiew Sin Cheok 170.00
Djunaedi Hadisumarto *) 100.00
Erry Firmansyah *) 270.00
Jonathan Chang 100.00
Mark Spencer Greenberg 340.00
Muhamad Chatib Basri *) 150.00
Soemadi Djoko Moerdjono Brotodiningrat *) 290.00
*) Independent Commissioners 160.00
300.00
BOARD OF DIRECTORS 570.00
Prijono Sugiarto 830.00
Angky Tisnadisastra 470.00
Djoko Pranoto 600.00
Gunawan Geniusahardja
Johnny Darmawan Danusasmita ISSUED HISTORY
Simon Collier Dixon
Sudirman Maman Rusdi Type of Listing
Widya Wiryawan 1. First Issue
2. Partial Listing :
AUDIT COMMITTEE 3. Company Listing :
Patrick Morris Alexander 4. Koperasi :
Fred B.G. Tumbuan 5. Right Issue :
Kanaka Puradiredja 6. Bonus Shares
7. CB Conversion :
CORPORATE SECRETARY 8. Stock Split
Gitta Tiffany Boer 9. Right Conversion :
10. Option I :
HEAD OFFICE 11. Option I Conversion :
AMDI Building, Jln. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II 12. 25-May-04 Option II Conversion30,903,088 T: 26-Apr-02
:
Jakarta - 14330
Phone : (021) 652-2555
Fax : (021) 651-2058, 651-2059
Homepage : www.astra.co.id
Email : [email protected]
2.
3.
24,805,000 04-Apr-90 04-Oct-90
184,893,000
2007 29-Oct-07 30-Oct-07 01-Nov-07 15-Nov-07
11.
2009 16-Jun-10 17-Jun-10 21-Jun-10 05-Jul-10 1.
2.
Date
30,000,000 04-Apr-90 04-Apr-90
Date
14-Nov-08 I
F
7.
8.
2010 27-Oct-10 28-Oct-10 01-Nov-10 15-Nov-10 I
3.
2.
5.
6.
03-Jul-09 F
Listing Trading
2008 17-Jun-09 18-Jun-09 22-Jun-09
I
2008 28-Oct-08 29-Oct-08 31-Oct-08
8.
9.
7.
2006 20-Oct-06 30-Oct-06 10.
4.
15-Nov-06 I
2006 14-Jun-07 15-Jun-07 19-Jun-07 03-Jul-07 F
2005 16-Jun-05 17-Jun-05 21-Jun-05
2005 15-Jun-06 16-Jun-06 20-Jun-06 04-Jul-06 F
04-Jul-05
01-Nov-06
6.
5.
Date Date Date
1990
1991
13-Nov-90
1993 13-Jun-94 14-Jun-94 21-Jun-94
1996 30-Jun-97 01-Jul-97 09-Jul-97 3.
4.
1994 22-Jun-95 23-Jun-95 03-Jul-95
Year
1.
12-Nov-91 13-Nov-91 20-Nov-91 16-Dec-91 I
1991 17-Jun-92 18-Jun-92 25-Jun-92 24-Jul-92 F
50.09% 2,027,686,004
13-May-91 10-Jun-91 F
ASII Astra International Tbk. [S]
5,651.336
4,048,355,314
02-May-91
05-Nov-90 27-Nov-90 I
1990 03-May-91
06-Nov-90
319,415,234,274,600
Date F/I
21-Jul-94 F
1992 01-Jul-93 02-Jul-93 09-Jul-93 09-Aug-93
Cum Ex Recording Payment
Market Capitalization
31-Jul-95 F
1993 29-Jul-94 01-Aug-94 08-Aug-94 07-Sep-94 F
F
29-Jul-97 F
1995 25-Jun-96 26-Jun-96 04-Jul-96 31-Jul-96
2003 28-Jun-04 29-Jun-04 01-Jul-04 14-Jul-04 F
2003 01-Dec-03 02-Dec-03 04-Dec-03 18-Dec-03 I
F
2004 01-Nov-04 02-Nov-04 04-Nov-04 12-Nov-04 F
2005 09-Nov-05 10-Nov-05 14-Nov-05 24-Nov-05 I
1.
8,637,003 T: 16-Oct-00 16-Feb-01
280,837 T: 12-Mar-97 07-Aug-97
1,162,831,237 01-Sep-97 01-Sep-97
262,168,650 T: 24-Apr-00 19-Jan-04
2,500,000 T: 18-Dec-91 31-Dec-99
1,453,219,775 T: 03-Jan-94
2011 26-Oct-11 27-Oct-11 31-Oct-11 14-Nov-11 I
Shares
871,912,800 08-Sep-94 08-Sep-94
18-Dec-91 02-Jan-92
21-Jan-03
16,203,924 T: 31-Jul-01 26-Apr-02
101
TRADING ACTIVITIES
Freq. Volume Value
Month High Low Close (X) (Thou. Sh) (Million Rp)
Jan-08 30,250 21,400 27,250 19,595 230,757 6,205,434 20
Feb-08 28,450 24,750 27,850 13,341 123,030 3,306,835 19
Mar-08 27,650 20,000 24,250 21,735 144,278 3,451,102 18
Apr-08 24,700 19,050 20,000 51,637 375,653 7,377,580 22
May-08 22,200 19,600 21,000 24,834 167,925 3,509,617 20
Jun-08 22,000 19,000 19,250 19,810 152,738 3,028,291 21
Jul-08 23,050 19,150 22,550 19,147 116,465 2,390,394 22
Aug-08 22,550 19,350 20,800 9,468 62,216 1,282,815 20
Sep-08 21,650 14,150 17,100 18,795 144,623 2,574,150 21
Oct-08 17,000 6,600 9,350 17,810 178,420 1,969,273 18
Nov-08 13,500 7,800 10,200 26,152 186,894 1,843,787 20
Dec-08 11,650 8,500 10,550 27,271 178,472 1,850,956 19
Jan-00
Jan-09 13,700 10,800 13,000 14,675 137,428 1,734,888 19
Feb-09 13,100 10,550 11,300 19,624 97,220 1,114,621 20
Mar-09 16,000 10,600 14,250 15,798 120,998 1,590,474 20
Apr-09 18,700 14,350 18,000 18,983 160,051 2,493,745 20
May-09 22,300 17,000 20,800 19,964 179,898 3,469,872 20
Jun-09 25,800 20,800 23,800 18,270 181,594 4,245,636 22
Jul-09 29,500 22,650 29,300 21,642 158,450 4,140,599 21
Aug-09 31,950 28,100 30,150 22,416 119,329 3,558,767 20
Sep-09 34,150 28,800 33,350 18,178 80,827 2,534,454 18
Oct-09 35,300 29,950 31,300 27,390 114,924 3,767,551 22
Nov-09 34,500 29,750 32,350 30,398 103,164 3,282,336 20
Dec-09 35,600 31,750 34,700 18,623 64,091 2,147,346 19
Jan-00
Jan-10 36,500 33,200 35,950 22,946 85,776 3,000,682 20
Feb-10 37,050 32,750 36,250 18,048 96,912 3,389,851 19
Mar-10 44,050 35,900 41,900 21,483 114,202 4,525,172 22
Apr-10 48,150 41,900 47,150 28,903 106,447 4,732,781 21
M10 47 150 36 050 43 150 47 944 155 094 6 330 370 19
Da
y
Astra International Tbk. [S]
Closing Price
5
10
15
20
25
30
35
12,500
25,000
37,500
50,000
62,500
75,000
87,500
Jan 08 Jan 09 Jan 10 Jan 11 Jan 12
ASTRA INTERNATIONAL TBK. [S]
JANUARY 2008 - JANUARY 2012
CLOSING PRICE* AND TRADING VOLUME Closing
Price* Volume (Mill. Sh)
150%
200%
150%
200%
Jakarta Composite Index
Miscellaneous Industry Index
Closing Price
CHANGE OF CLOSING PRICE
JANUARY 2008 - JANUARY 2012
MISCELLANEOUS INDUSTRY INDEX AND JAKARTA COMPOSITE INDEX
ASII
May-10 47 ,150 36 ,050 43 ,150 47 ,944 155 ,094 6 ,330,370 19
Jun-10 50,250 41,950 48,300 31,878 99,163 4,509,862 22
Jul-10 52,800 45,900 50,700 26,514 88,613 4,334,658 22
Aug-10 51,150 46,250 47,600 43,255 117,841 5,657,856 21
Sep-10 58,000 47,700 56,700 30,503 88,766 4,847,381 17
Oct-10 60,200 55,500 57,000 34,859 84,089 4,815,487 21
Nov-10 58,400 51,750 51,900 38,884 101,694 5,647,237 21
Dec-10 54,900 48,800 54,550 37,913 127,743 6,712,077 20
Jan-00
Jan-11 55,050 45,250 48,900 64,822 188,808 9,245,116 21
Feb-11 53,450 47,400 52,050 38,264 146,051 7,289,652 18
Mar-11 58,250 52,300 57,000 40,364 99,865 5,492,743 23
Apr-11 58,500 53,600 56,150 35,963 91,805 5,134,338 20
May-11 62,150 55,800 58,750 31,103 79,319 4,668,750 21
Jun-11 64,250 55,950 63,550 29,158 74,147 4,395,238 20
Jul-11 75,950 64,600 70,500 35,960 84,447 5,852,767 21
Aug-11 72,750 60,850 66,150 67,327 133,636 9,085,095 19
Sep-11 71,800 55,000 63,650 64,076 121,029 7,758,524 20
SHARES TRADED 2008 2009 2010 2011 Jan-12 Oct-11 70,000 57,300 69,000 51,096 100,835 6,582,050 21
Volume (Million Shares) 2,061 1,518 1,266 1,245 60 Nov-11 72,000 65,500 70,900 40,280 67,618 4,676,338 22
Value (Billion Rp) 38,790 34,080 58,503 74,318 4,672 Dec-11 75,000 68,300 74,000 33,641 57,371 4,137,042 21
Frequency (X) 269,595 245,961 383,130 532,054 31,100 Jan-00
Days 240 241 245 247 21 Jan-12 79,650 73,500 78,900 31,100 60,335 4,672,194 21
Feb-12
Price (Rupiah) Mar-12
High 30,250 35,600 60,200 75,950 79,650 Apr-12
Low 6,600 10,550 32,750 45,250 73,500 May-12
Close 10,550 34,700 54,550 74,000 78,900 Jun-12
Close* 10,550 34,700 54,550 74,000 78,900 Jul-12
Aug-12
PER (X) 4 .65 13.99 15.37 14.11 15.05 Sep-12
PER Industry (X) 2 .32 6 .55 16.08 12.34 13.05 Oct-12
PBV (X) 1 . 2 9 3 . 5 2 4 . 4 8 4 . 2 4 4 . 5 2 Nov-12
Dec-12
* Adjusted price after corporate action
-100%
-50%
-
50%
100%
-100%
-50%
-
50%
100%
Jan 08 Jan 09 Jan 10 Jan 11 Jan 12
Cos g ce
Lanjutan Lampiran 10
102
Financial Data and Ratios
Public Accountant : Tanudiredja, Wibisana & Rekan (Member of PricewaterhouseCoopers Global Network) Book End : December
BALANCE SHEET Dec-2007 Dec-2008 Dec-2009 Dec-2010 Dec-2011
(Million Rp except Par Value)
Cash & Cash Equivalents 6,264,894 8,785,000 8,732,000 7,005,000 13,111,000
Astra International Tbk. [S] ASII
162,500
TOTAL ASSETS AND LIABILITIES (Billion Rupiah)
Receivable 6,018,199 6,474,000 25,491,000 23,919,000 23,575,000
Inventories 1,366,949 8,666,000 7,282,000 10,842,000 11,990,000
Current Assets 19,474,163 35,531,000 36,595,000 46,843,000 65,978,000
Fixed Assets 14,127,390 612,000 21,941,000 24,363,000 28,804,000
Other Assets 590,146 612,000 739,000 612,000 1,043,000
Total Assets 63,519,598 80,740,000 88,938,000 112,857,000 153,521,000
Growth (%) 27.11% 10.15% 26.89% 36.03%
-
32,500
65,000
97,500
130,000
Assets Liabilities
Current Liabilities 21,343,163 26,883,000 26,735,000 37,124,000 48,371,000
Long Term Liabilities 10,168,573 13,280,000 13,271,000 17,044,000 29,312,000
Total Liabilities 31,511,736 40,163,000 40,006,000 54,168,000 77,683,000
Growth (%) 27.45% -0.39% 35.40% 43.41%
Minority Interest 5,045,268 7,497,000 9,038,000 9,379,000 -
Authorized Capital 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000
Paid up Capital 2,024,178 2,024,178 2,024,178 2,024,178 2,024,178
Paid up Capital (Shares) 4,048 4,048 4,048 4,048 4,048
2007 2008 2 009 2010 2011
39 894
49,310
75,838
45,503
60,670
75,838
TOTAL EQUITY (Billion Rupiah)
Par Value 500 500 500 500 500
Retained Earnings 22,069,976 29,027,000 35,586,000 44,731,000 55,628,000
Total Equity 26,962,594 33,080,000 39,894,000 49,310,000 75,838,000
Growth (%) 22.69% 20.60% 23.60% 53.80%
INCOME STATEMENTS Dec-2007 Dec-2008 Dec-2009 Dec-2010 Dec-2011
Total Revenues 70,182,960 97,064,000 98,526,000 129,991,000 162,564,000
Growth (%) 38.30% 1.51% 31.94% 25.06%
26,963
33,080
39 ,894
-
15,168
30,335
5,503
2007 2008 2009 2010 2011
TOTAL REVENUES (Billion Rupiah) Expenses 53,693,688 75,334,000 75,755,000 103,117,000 130,530,000
Gross Profit 16,489,272 21,730,000 22,771,000 26,874,000 32,034,000
Operating Expenses 7,987,786 9,854,000 10,015,000 12,149,000 6,262,000
Operating Profit 8,501,486 11,876,000 12,756,000 14,725,000 25,772,000
Growth (%) 39.69% 7.41% 15.44% 75.02%
Other Income (Expenses) 301,594 1,083,000 1,079,000 1,410,000 -
Income before Tax 10,633,605 15,363,000 16,402,000 21,031,000 25,772,000
Tax 2,663,218 4,065,000 3,958,000 4,027,000 4,695,000
70,183
97,064 98,526
129,991
162,564
65,026
97,538
130,051
162,564
TOTAL REVENUES (Billion Rupiah)
Minority Interest -1,451,114 -2 ,107,000 -2,404,000 -2,638,000 -
Net Income 6,519,273 9,191,000 10,040,000 14,366,000 21,077,000
Growth (%) 40.98% 9.24% 43.09% 46.71%
RATIOS Dec-2007 Dec-2008 Dec-2009 Dec-2010 Dec-2011
Current Ratio (%) 91. 24 132.17 136.88 126.18 136.40
Dividend (Rp) 160.00 870. 00 830.00 470.00 600.00
EPS (Rp) 1,610.35 2,270.30 2,480.02 3,548.60 5,206.31
BV (Rp) 6,660.14 8,171.22 9,854.37 12,180.25 18,733.04
-
32,513
2007 2008 2009 2010 2011
21,077 21,077
NET INCOME (Billion Rupiah)
DAR (X) 0.50 0.50 0.45 0.48 0.51
DER(X) 1.17 1.21 1.00 1.10 1.02
ROA (%) 16.74 19.03 18.44 18.64 16.79
ROE (%) 39.44 46.44 41.11 42.65 33.98
GPM (%) 23.49 22. 39 23.11 20.67 19.71
OPM (%) 12.11 12. 24 12.95 11.33 15.85
NPM (%) 9.29 9.47 10.19 11.05 12.97
Payout Ratio (%) 9.94 38.32 33.47 13.24 11.52
Yield (%) 0.59 8.25 2.39 0.86 0 .81
6,519
9,191 10,040
14,366
-
4,215
8,431
12,646
16,862
2007 2008 2009 2010 2011
Lanjutan Lampiran 10