Upload
nguyendiep
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK
TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) SERTA
POPULASI MIKROBA TANAH
(Skripsi)
Oleh
KARISMA PRIHARTINI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
Karisma Prihartini
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK
TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADA PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays Sacharata Sturt) MANIS
SERTA POPULASI MIKROBA TANAH
Oleh
KARISMA PRIHARTINI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pupuk
anorganik tunggal dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung manis (Zea mays Saccharata sturt) serta populasi mikroba tanah.
Penelitian dilakukan di lahan yang terletak di Kelurahan Kota Sepang Jaya
Kecamatan Labuhan Ratu Sejak bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.
Penelitin ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan enam perlakuan dan
tiga ulangan. Perlakuan tersebut adalah K0 (Kontrol), K1 (rekomendasi 100% =
Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha), K2 (rekomendasi pupuk 100%
= Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha)+ pupuk hayati (konsentrasi
20 ml/l), K3(rekomendasi pupuk 60% = Urea 180kg/ha, SP-36 90 kg/ha, KCl= 60
kg/ha)+ pupuk hayati (konsentrasi 20 ml/l), K4 (rekomendasi 20% = Urea 60
Karisma Prihartini
kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 20 kg/ha) + pupuk hayati (konsentrasi 20 ml/l) dan
K5 pupuk hayati (konsentrasi 20 ml/). Pemberian kombinasi pupuk anorganik
tunggal dan pupuk hayati pada jagung manis dapat mempengaruhi tanaman
menjadi lebih tinggi, jumlah daun semakin banyak, tingkat kehijauan daun
menjadi lebih hijau, indeks luas daun semakin luas, tongkol menjadi lebih
panjang, diameter tongkol menjadi lebih besar, bobot tongkol semakin berat,
produksi per petak semakin besar, tingkat kemanisan jagung (oBrix) menjadi lebih
manis serta populasi mikroba baik jamur maupun bakteri semakin banyak. Hasil
penelitian menunjukkan perlakuan K3 peringkat tertinggi produksi jagung manis
yaitu 12,38 kg/petak atau 13,20 ton/ha.
Kata Kunci : Jagung manis, pupuk hayati, pupuk anorganik tunggal.
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK
TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) SERTA
POPULASI MIKROBA TANAH
Oleh
KARISMA PRIHARTINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok Mahasiswa
Jurusan
Fakultas
PENGARIIII PEMBERIAN KOMBINASIPT]PT]K TT]NGGAL ANORGAIYIK DAI\IPI]PI]K IIAYATI TERIIADAPPERTI]MBUHAN DAIY PRODT]KSI JAGT]NGMA|{IS (Zea mays soccharata Sturt ) SERTAPOPTJLASI MIKROBA TANAH
Karisma Prihartini
t2t4r2tt03
Agroteknologi
Pertanian
MEI\TYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing,
Dr.Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc.NIP 1963013 r 198603 1004
2. Ketua Jurusan Agroteknologi,
Prof. Dr.Ir. Sri Yusnaini, M.Si.NrP 19630508 19881 t2001
Ir. Ilendarto, M.St251984031001
MENGESAHKAFT
l. TimPenguji
Seketaris
Pengu;t
Bukan Pembimbing
&^;: I)r.Ir. Dar:win IL Pangaribuann M.Sc
: Ir. Kus llendarto, M.S.
: Ir. Setyo Widagdon M.Si.
--ffitktfi;LBanuwqM.si-1986031002
Tanggal Lulus Ujian Skipsi : 06 Desember 2016
STJRAT PERFTYATAAN
Saya yang lertanda-tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya yang
berjudul *PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK AI\IORGAF{IK
TUNGGAL I}A}t PUPUKHAYATI TERIIADAP PERTUMBIIHAN DAI{
PRODUKSI JAGUNG MAI\IIS (Zea mays socch$ora Sturt) SERTA
FOPIILASI IiIIKROBA TANAH'merupakan hasil karya sendiri, bukan oftmg
lain. Semrri yang-tertuang dalam skripsi ini telah kaidah penulisan
karya ilmiah Universitas Lampung. Apabila di kemudian hmi slcripsi ini terbukti
menrpakan hasil salinan atau dibuat oleh orang lairU maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku-
Bandar Lampung
Penulis,
KerismaNPM t2t4l2ll03
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 29 Juni 1994,
merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Rajisman dan Ibu Nelmartini.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kartini Bandar Lampung pada tahun
1999, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Palapa tahun
2000 – 2006. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri 21 Bandar Lampung tahun 2006 – 2009 dan Sekolah Menengah Atas Al-
Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2009 – 2012.
Penulis melanjutkan studi di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi
Strata 1 (S1) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN pada tahun 2012
dengan pilihan Hortikultura sebagai konsentrasi dari perkuliahan. Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Suka Jaya Pidada, Kecamatan
Punduh Pidada, Pesawaran pada bulan Januari 2016. Penulis melaksanakan
Praktik Umum (PU) di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Konservasi
Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Bogor, Jawa Barat pada bulan Juli 2015.
Selama menjadi mahasiswi penulis aktif di organisasi kemahasiswaan
diantaranya: Anggota Internal BEM FP Unila periode 2013-2014, Sekretaris
Departement Internal Periode 2014-2015, Anggota Bidang Kaderisasi Perma
AGT Fakultas Pertanian Unila periode 2013-2015.
SANWACANA
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Kombinasi Pupuk Anorganik Tunggal dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccaharata Sturt) serta Populasi Mikroba
Tanah.
Penyusunan skripsi ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Bersaing (PHB)
tahun anggaran 2015 yang berjudul “Kajian Pupuk Organik yang Diperkaya dan
Ekstrak Tanaman Kaya Unsur Nitrogen (N) untuk Produksi Jagung Manis
Berkualitas dan Serapan Haranya”.
Semangat, pengetahuan, wawasan, dan tenaga begitu banyak diberikan kepada
penulis oleh berbagai pihak sehingga sangat membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini dan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I
dan Ketua Penelitian Hibah Bersaing (PHB) yang melibatkan saya dalam
proyek PHB yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan,
diskusi, dan ilmu dalam penyelesaian skripsi.
2. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Dosen Pembimbing II atas saran,
bimbingan, dan perhatian yang diberikan selama penelitian dan penulisan
skripsi ini.
3. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku Pembahas atas segala saran,
bantuan, dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Ir. Nur Yasin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
7. Seluruh dosen Jurusan Agroteknologi khususnya dan dosen Fakultas
Pertanian pada umumnya yang telah membperikan banyak ilmu yang
bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
8. Seluruh keluarga ayah dan ibu serta ketiga saudara saya Indah R.N
Pramudita, Cucu M. Nur Parmato dan Muhammad Ramadhan atas rasa
sayang, doa, dan perhatian yang tulus kepada penulis.
9. Praditya Arbi Sutedjo atas bantuan, dukungan dan semangat yang diberikan
kepada penulis
10. Teman-teman seperjuanganku: Hairani Fitri, Risqi Kurnia Suci, I Gede
Made Adi Rinata dan Lucky Purwa Saputra atas bantuan dan kerjasamanya
selama penelitian.
11. Sahabat-sahabat Puji Ayu Riani, Ismawati, Hartanti Noviarini, Novia P.
Ardiani, Puji Astuti, Nia Afrianti, Nia Elhayati, Mega Fitria, Niken Aditya
dan Mutia Yuliandari atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada
penulis.
12. Teman-teman Agroteknologi 2012 atas cerita indah, persahabatan, dan
kebersamaan yang berkesan selama perkuliahan.
Semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan Penulis
berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, Desember 2016
Penulis
Karisma Prihartini
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3 Landasan Teori ........................................................................... 4
1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................... 7
1.5 Hipotesis ..................................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung Manis ............................................................................ 11
2.1.1 Botani Tanaman Jagung Manis ....................................... 11
2.1.2 Syarat Tumbuh Jagung Manis ......................................... 14
2.1.2.1 Iklim ................................................................... 14
2.1.2.2 Tanah ................................................................. 15
2.2 Pupuk Anorganik Tunggal ....................................................... 16
2.3 Pupuk Hayati ........................................................................... 18
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 20
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 20
3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 21
3.4. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 22
3.4.1. Pengolahan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan .... 22
3.4.2. Analisis Tanah Sebelum Tanam .................................... 24
3.4.3. Aplikasi Pupuk Hayati .................................................. 24
3.4.4. Penanaman dan Penjarangan Tanaman Jagung Manis .. 25
3.4.5. Aplikasi Pupuk Anorganik Tunggal .............................. 25
3.4.6. Pemeliharaan ................................................................. 26
3.4.7. Panen ............................................................................ 26
3.5. Variabel Pengamatan ............................................................... 27
3.5.1. Tinggi Tanaman (cm) .................................................... 27
3.5.2. Jumlah Daun (helai) ...................................................... 27
3.5.3. Tingkat Kehijauan Daun ............................................... 27
3.5.4. Indeks Luas Daun .......................................................... 28
3.5.5. Bobot Tongkol Berkelobot (g) ............................... ...... 28
3.5.6. Diameter Tongkol (cm) ................................................. 28
3.5.7. Panjang Tongkol (cm) ................................................... 29
3.5.8. Tingkat Kemaniisan Jagung (oBrix) .............................. 29
3.5.9. Produksi Per petak (kg) ................................................ 29
3.5.10. Populasi Mikroba (107 CFU/ml) ................................. 29
IV.HASILDAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Lingkungan ................................................. 30
4.2 Hasil Pengamatan .................................................................... 31
4.2.1 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk
Hayati Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung
Manis .............................................................................. 32
4.2.2 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk
Hayati Terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Jagung
Manis .............................................................................. 36
4.2.3 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk
Hayati Terhadap Produksi Per petak Tanaman Jagung
Manis .............................................................................. 40
4.2.4 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk
Hayati Terhadap Populasi Mikroba Tanah .............................. 41
4.3 Pembahasan .............................................................................. 42
4.3.1 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk
Hayati Terhadap Pertumbuhan Vegetatif ....................... 43
4.3.2 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk
Hayati Terhadap Pertumbuhan Generatif ....................... 45
4.3.3 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk
Hayati Terhadap Populasi Mikroba Tanah ..................... 47
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 53
5.2 Saran ........................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 55
LAMPIRAN ......................................................................................... 60
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Analisis Kimia Tanah Awal................................................. 30
2. Curah Hujan dari Bulan Desember 2015 sampai
Bulan Maret 2016 .......................................................................... 31
3. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Variabel Pengamatan
Tanaman Jagung Manis................................................................. 32
4. Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung Manis 6MST (cm) ............. 61
5. Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung Manis 6MST (cm)
Transformasi ................................................................................. 61
6. Uji Homogenitas Ragam data Pertumbuhan Tanaman Jagung
Manis pada Variabel Tinggi Tanaman (6MST) Transformasi ...... 62
7. Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Jagung Manis (6MST) .................................................................. 62
8. Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Jagung Manis 6MST (cm) Transformasi ...................................... 63
9. Pengukuran Jumlah Daun Jagung Manis 6MST (helai) ............... 63
10. Uji Homogenitas Ragam data Pertumbuhan Tanaman Jagung
Manis pada Variabel Jumlah Daun (6MST) ................................ 64
11. Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Jumlah Daun
Jagung Manis ................................................................................ 64
12. Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Jumlah Daun Jagung
Manis 6MST (helai) ...................................................................... 65
13. Pengukuran Tingkat Kehijauan Daun Jagung Manis .................... 65
14. Uji Homogenitas Ragam data Pertumbuhan Tanaman Jagung
Manis pada Variabel Tingkat Kehijauan Daun ............................. 66
15. Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Tingkat Kehijauan
Daun Juagung Manis ..................................................................... 66
16. Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Tingkat Kehijauan
Daun Jagung Manis ....................................................................... 66
17. Pengukuran Indeks Luas Daun Jagung Manis (cm) ..................... 67
18. Pengukuran Indeks Luas Daun Jagung Manis (cm)
Transformasi ................................................................................. 67
19. Uji Homogenitas Ragam data Pertumbuhan Tanaman Jagung
Manis pada Variabel Indeks Luas Daun ....................................... 67
20. Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Indeks Luas Daun
Jagung Manis ................................................................................ 68
21. Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Tingkat Indeks Luas
Daun Jagung Manis Transformasi ................................................ 68
22. Pengukuran Bobot Tongkol Berkelobot Jagung ........................... 68
23. Pengukuran Bobot Tongkol Berkelobot Jagung Manis
(Transformasi) .............................................................................. 69
24. Uji Homogenitas Ragam Data Produksi Tanaman Jagung Manis
pada Variabel Bobot Tongkol Berkelobot .................................... 69
25. Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Tingkat Kehijauan
Daun Jagung Manis (6MST) ......................................................... 70
26. Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Tingkat Kehijauan
Daun Jagung Manis ....................................................................... 70
27. Pengukuran Panjang Tongkol Jagung Manis ................................ 70
28. Uji Homogenitas Ragam Data Panjang Tongkol Jagung
Manis ............................................................................................. 71
29. Hasil Analisis Ragam Data Panjang Tongkol ............................... 71
30. Hasil Uji BNJ 5% pada Data Panjang Tongkol ............................ 71
31. Pengukuran Diameter Tongkol Jagung Manis .............................. 72
32. Uji Homogenitas Ragam Data Diameter Tongkol Jagung
Manis ............................................................................................. 72
33. Hasil Analisis Ragam Data Diameter Tongkol ............................. 72
34. Uji BNJ 5% pada Data Diameter Tongkol .................................... 73
35. Pengukuran oBrix Jagung Manis ................................................... 73
36. Pengukuran oBrix Jagung Manis (Tarnsformasi) .......................... 73
37. Uji Homogenitas Ragam Data oBrix Jagung Manis ...................... 74
38. Hasil Analisis Ragam Data oBrix Jagung Manis .......................... 74
39. Uji BNJ 5% pada Data oBrix Jagung Manis ................................. 74
40. Pengukuran Produksi Perpetak Jagung Manis .............................. 75
41. Pengukuran Produksi Perpetak Jagung Manis (Transformasi) ..... 75
42. Uji Homogenitas Ragam Data oBrix Jagung Manis
(Transformasi) .............................................................................. 76
43. Hasil Analisis Ragam Data Produksi Perpetak Jagung
Manis ............................................................................................. 76
44. Uji BNJ 5% pada Data Produksi Perpetak Jagung Manis............. 76
45. Perbandingan Biaya Produksi pupuk anorganik rekomendasi
100% (K1) dan kombinasi pupuk tunggal 60 % rekomendasi
dan pupuk hayati (K3) ................................................................... 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema kerangka pemikiran ........................................................... 9
2. Pengolahan Lahan dan Lahan yang telah di petak ........................ 91
3. Petak Percobaan di Lahan ............................................................. 23
4. Aplikasi Pupuk Hayati .................................................................. 91
5. Penanaman dan Penjarangan Tanaman Jgung Manis ................... 92
6. Aplikasi Pupuk Anorganik Tunggal.............................................. 92
7. Pemeliharaan Tanaman Jagung Manis .......................................... 93
8. Pemanenan Jagung Manis ............................................................. 93
9. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) ............................................... 94
10. Pengamatan Tingkat Kehijauan Daun ........................................... 94
11. Pengamatan Diameter Tongkol (cm) ............................................ 94
12. Pengamatan Panjang Tongkol (cm) .............................................. 95
13. Pengamatan Tingkat Kemanisan Jagung (oBrix) .......................... 95
14. Pengamatan Produksi Per Petak (kg) ............................................ 95
15. Pengamatan populasi mikroba ...................................................... 96
16. Grafik Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) ................................... 33
17. Grafik Pengamatan Jumlah Daun (helai) ..................................... 34
18. Grafik PengamatanTingkat Kehijauan Daun ............................... 35
19. Grafik Pengamatan Indeks Luas Daun ......................................... 36
20. Grafik Bobot Tongkol Berkelobot (g) .......................................... 37
21. Grafik Pengamatan Panjang Tongkol (cm) .................................. 38
22. Grafik Pengamatan Diameter Tongkol (cm) ................................ 39
23. Grafik Pengamatan Tingkat Kemanisan Jagung (oBrix) .............. 40
24. Grafik Pengamatan Produksi Per Petak (kg) ................................ 41
25. Grafik Pengamatan Populasi Mikroba .................................... .... 42
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung manis merupakan salah satu komoditas tanaman yang cukup digemari oleh
masyarakat saat ini karena rasanya enak dan manis. Jagung manis mengandung
73,7 g karbohidrat, 9,2 g kalori protein dan 3,9 g lemak (Budiman, 2013).
Menurut Palungkun dan Asiani (2004) produksi jagung manis di Indonesia
tergolong rendah yaitu 8,31 ton/ha dengan peluang pasar yang besar. Produksi
jagung manis yang hanya sedikit belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh para
petani dan pengusaha Indonesia karena berbagai kendala.
Produktivitas jagung manis di dalam negeri masih rendah jika dibandingkan dengan
luar negeri karena sistem budidaya yang belum tepat. Salah satu penyebab
rendahnya produktivitas jagung manis adalah kesuburan tanah yang rendah. Hal
ini diakibatkan karena terjadinya degradasi lahan. Penyebab degradasi lahan
karena alam dan penggunaan lahan yang terus-menerus. Akana tetapi hal ini
dapat diatasi dengan melakukan perbaikan tanah dengan cara pemupukan.
Pemupukan adalah pemberian bahan berupa pupuk yang bertujuan untuk
menambahkan unsur hara di dalam tanah. Pupuk digolongkan menjadi
2
pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk hayati. Pupuk anorganik memiliki
kelebihan dalam memenuhi sifat kimia tanah. Pemberian pupuk anorganik dapat
menambahkan unsur hara yang tidak tersedia di dalam tanah. Akan tetapi jika ada
kesalahan dalam pengunaan pupuk dengan pemakaian secara berlebihan akan
berdampak terhadap penurunan kualitas tanah dan lingkungan. Jenis pupuk
anorganik yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman adalah pupuk NPK
majemuk, urea, TSP, SP-36 KCl, KNO3 dan lain-lain. Pupuk organik dapat
menyuburkan dan memperbaiki sifat biologi dan fisik tanah. Kekurangan pada
pupuk organik adalah ketersediaan unsur hara pada pupuk organik cukup kecil
sehingga kebutuhan unsur hara kurang terpenuhi untuk tanaman.
Pupuk hayati merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang
aktivitasnya dapat menyuburkan tanah. Pupuk hayati terdapat mikroba yang
memiliki peranan positif bagi tanaman. Mezuan et al., (2002) menyatakan bahwa
pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan kualitas tanaman melalui peningkatan aktivitas biologi yang
akhirnya dapat berinteraksi dengan sifat fisik dan kimia tanah.
Mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang dapat menambat
N dari udara, mikroba yang melarutkan hara (terutama P dan K), mikroba yang
merangsang pertumbuhan tanaman (Hanafiah et al., 2007). Mikroba penting
penyusun pupuk hayati diantaranya Bacillus sp., Pseudomonas sp., adalah bakteri
pelarut fosfat, Rhizobium sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Acetobacter
sp., sebagai penambat nitrogen. Celulomonas sp., Lactobacillus sp.,
3
mikroorganisme perombak bahan organik dan mikroba penghasil antibiotik
maupun hormon pertumbuhan.
Pemberian pupuk hayati yang dapat memperbaiki sifat biologi dan fisik tanah dan
pupuk anorganik yang memberikan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman dapat memberikan hasil yang optimum pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung manis. Melihat banyaknya manfaat dari pupuk hayati dan
ditambah dengan pemberian pupuk anorganik tunggal (Urea, SP-36 dan KCl)
perlu dilakukan penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk
anorganik tunggal dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung manis serta populasi mikroba tanah.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dosis pupuk anorganik tunggal dan
pupuk hayati terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis
(Zea mays Saccharata sturt) serta populasi mikroba tanah.
1.3 Landasan Teori
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan hasil tanaman
adalah pupuk (Fageria et al., 2008). Pupuk merupakan material yang
ditambahkan ke media tanam atau tanaman yang mencukupi kebutuhan hara yang
dibutuhkan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Secara umum,
jagung manis membutuhkan pupuk utama yaitu nitrogen (N), fosfor (P) dan
kalium (K). Unsur hara N sangat diperlukan terutama untuk pertumbuhan
4
vegetatif, namun ketersediaan N di dalam tanah sedikit. Hal ini dikarenakan N
mudah tercuci dan menguap.
Nitrogen pada tanaman jagung manis merupakan hal yang sangat penting karena
nitrogen mempunyai efek nyata pada pertumbuhan tanaman yang dapat
merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan pertambahan tinggi tanaman.
Koswara (1982) menyatakan bahwa, dengan tersedianya nitrogen maka tanaman
akan membentuk bagian bagian vegetatif yang cepat. Hal ini dikarenakan
jaringan meristem akan melakukan pembelahan sel, perpanjangan dan pembesaran
sel – sel baru sehingga pertumbuhan tanaman berlangsung dengan baik.
Selain unsur hara N yang penting dalam pertumbuhan tanaman jagung manis,
peran unsur hara P juga berperan dalam pembentukan bunga, sehingga
mempengaruhi pembentukan dan ukuran tongkol, karena tongkol merupakan
perkembangan dari bunga betina. Hal ini didukung oleh pernyataan Sutejo (1995)
bahwa untuk mendorong pembentukan bunga dan buah sangat diperlukan unsur P.
Pupuk K merupakan hara makro, yang diserap tanaman dalam jumlah
yang banyak. Hara K berfungsi dalam proses fotosintesis dengan memperlancar
proses masuknya CO2 lewat stomata, transport fotosintat, air dan gula, serta
dalam sintesis protein dan gula (Dibb, 1988). Hara K diserap tanaman dalam
bentuk ion K+
dan jumlahnya dalam tanah cukup bervariasi (Mutscher, 1995).
Rasa manis pada jagung manis diduga dipengaruhi oleh adanya unsur hara K.
Kalium diserap dalam bentuk ion K+. Salisbury & Ross (1992) menyatakan
bahwa K+ berperan dalam proses pembentukan pati yaitu sebagai aktivator enzim
pati sintetase. Ini merupakan salah satu alasan mengapa K+ penting bagi
5
tumbuhan dan kemungkinan gula dan bukan pati yang tertimbun dalam tumbuhan
yang kekurangan kalium.
Secara umum, budidaya jagung manis pemupukan tanaman hanya dengan
menggunakan pupuk anorganik. Pemberian pupuk anorganik secara
terus-menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik akan
mengakibatkan kerusakan tanah baik secara fisik maupun biologi. Brady dan
Buckman (1969) menyatakan bahwa, pemupukan yang ideal adalah jika unsur
hara yang diberikan dapat melengkapi unsur hara yang tersedia dalam tanah
sehingga jumlah unsur hara yang tersedia menjadi tepat. Pemakaian pupuk
organik secara kontinu dan berkesinambungan akan memberikan keuntungan dan
manfaat dalam pemakaian jangka panjang.
Pemberian pupuk organik pada tanaman tidak dapat langsung diserap oleh
tanaman. Unsur hara yang tersedia pada pupuk organik belum dapat diserap
tanaman karena pupuk organik yang terdekomposisi sempurna agar mudah
diserap oleh tanaman. Pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme hidup
yang aktivitasnya dapat menghasilkan enzim yang dapat mendekomposisikan
pupuk organik.
Beberapa jenis mikroorganisme yang biasa digunakan dalam pupuk hayati
adadalah bakteri penambat nitrogen. Bakteri ini berasosiasi dengan perakaran
tanaman. Bakteri penambat nitrogen yang biasa digunkan dala buddaya tanaman
adalah Azospirillium dan Azotobacter. Azospirillium mempunyai potensi cukup
besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Azozpirillium memiliki
kemampuan untuk memeperbaiki nitrogen sekitar 20-40 % dan dapat
6
mengahasilkan zat pengatur tumbuh (Mahdi, 2010). Azozpirillium banyak
dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan seperti jenis serealia,
jagung, cantel, dan gandum.
Azotobacter menunjukkan respon yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol.
strain mutan dari Azotobacter menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi di
produksi gandum sebesar 12,6% (Kumar et al., 2001). Peran Azotobacter antara
lain untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman, mempermudah penyerapan
hara bagi tanaman, membantu dekomposisi bahan organik, menyediakan
lingkungan rhizosfer yang lebih baik sehingga pada akhirnya akan mendukung
pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. Hasil penelitian Chand et al.,
(2006) bahwa pemberian tanaman nutrisi melalui FYM (peternakan pupuk
kandang) dan pupuk NPK, serta pemupukan sesbania hijau memainkan peran
penting dalam mempertahankan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman.
1.4 Kerangka Pemikiran
Rendahnya produksi jagung manis di Indonesia mengakibatkan pemerintah impor
jagung manis untuk memenuhi kebutuhan jagung manis. Salah satu penyebab
rendahnya produksi jagung manis adalah degradasi lahan. karena penggunaan
lahan yang terus-menerus. Degradasi lahan dapat diatasi dengan cara pemupukan.
Pemupukan adalah pemberian pupuk untuk menambahkan unsur hara di dalam
tanah. Pupuk dibedakan menjadi pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk
hayati. Pupuk anorganik dapat memenuhi sifat kimia tanah seperti ketersediaan
unsur hara didalam tanah cukup untuk tanaman. Penggunaan pupuk anorganik
yang secara terus-menerus akan menjadikan rendahnya sifat fisik seperti tanah
7
menjadi keras dan sifat biologi tanah. Jenis-jenis pupuk anorganik yaitu pupuk N,
P, K, NPK majemuk, urea, SP-36, TSP, KCl, KNO3 dan lain-lain.
Pupuk organik dapat memenuhi sifat fisik dan sifat biologi tanah, namun pupuk
anorganik tidak cukup untuk memenuhi sifat kimia tanah. Ketersediaan unsur hara
pada pupuk organik tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Hal ini
dikarenakan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik harus dilakukan
perombakan agar mudah diserap. Pupuk hayati yang mengandung
mikroorganisme hidup yang aktivitasnya dapat merombak bahan organik atau
pupuk organik yang tidak tersedia untuk tanaman. Pupuk hayati juga
mengandung mikroorganisme yang daoat menyediakan unsur hara yang yang
terjerap di dalam tanah dan meningkatkan kesuburan tanah.
Mikroorganisme yang sering digunakan pada pupuk hayati adalah Azotobacter
sp., Azospirillium sp. sebagai penambat nitrogen, Pseudomonas sp., Bacillus sp.
sebagai bakteri pelarut fosfat dan Lactobacillus sp. sebagai perombak bahan
organik. Salah satu pupuk hayati yang banyak mengandung mikroba dalam
budidaya tanaman jagung manis adalah Biomax Grow.
Biomax grow merupakan pupuk biologi yang mengandung sejumlah mikroba
yang dapat meningkatkan kesuburan tanah biologi dan ketersediaan hara dalam
tanah. Kandungan yang terdapat dalam Biomax Grow adalah Azospirillium,
Azotobacter, Lactobacillus, mikroba pelarut fospat, mikroba selulotik,
Pseudomonas, hormon acetic acid, enzim alkaline fosfatase, enzim acid
fosfatase.
8
Biomax grow dapat memperbaiki sifat tanah melalui perbaikan struktur dan
tekstur tanah yang telah mengalami kerusakan karena pemakaian pupuk kimia
secara terus-menerus dan berlebihan serta dapat menetralisir, mengurai, dan
merombak faktor penghambat ketersediaan unsur hara atau zat yang dibutuhkan
oleh tanaman. Manfaat untuk tanaman yaitu untuk merangsang pertumbuhan akar
sehingga jangkauan akar mengambil unsur hara yang diperlukan meningkat serta
dapat memperbaiki kualitas rasa, aroma dan selera terhadap biji atau buah yang
dihasilkan.
Kandungan dari pupuk hayati (Biomax Grow) dengan pupuk anorganik tunggal
diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung manis serta populasi mikroba tanah.
9
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Produksi Jagung Manis
Rendah
Degradasi lahan
Pupuk anorganik (urea, SP-
36, dan KCl)
Pemupukan
Pupuk Hayati (Biomax
Grow)
Produksi Jagung Manis
Meningkat, Kesuburan Tanah
Meningkat
Memperbaiki sifat kimia, fisik
dan biologi tanah, unsur hara
pada tanah tersedia bagi
tanaman
10
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat ditentukan hipotesis bahwa
pemberian kombinasi pupuk anorganik tunggal dan pupuk hayati dapat
memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
manis serta mikroba tanah.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung Manis
Jagung manis adalah varietas botani dari jagung biasa atau jagung pakan yang
termasuk tanaman hortikultura meskipun secara morfologi tidak berbeda dengan
jagung biasa. Hal yang membedakan jagung manis dan jagung biasa adalah
kandungan gula pada jagung manis lebih tinggi pada stadia masak susu dan
permukaan kernel yang menjadi transparan dan berkerut saat mengering (Syukur
dan Rifianto, 2014). Hampir seluruh bagian tanaman jagung manis memiliki nilai
ekonomis yaitu batang dan daun muda dapat dijadikan sebagai pakan ternak,
batang dan daun tuan dapat dijadikan sebagai pupuk hijau atau kompos, batang
dan daun kering dapat dijadikan sebagai pengganti kayu bakar, buah muda dapat
dijadikan olahan makanan seperti perkedel, bakwan dan berbagai macam olahan
lainnya (Purwono dan Hartono, 2007).
2.1.1 Botani Tanaman Jagung Manis
Jagung manis tergolong tanaman monokotil yang berumah satu (monoecious)
yang artinya benang sari (tassel) dan putik (tongkol) terletak pada bunga yang
12
berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama. Bunga jantan tumbuh sebagai
perbungaan ujung pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina
tumbuh sebagai perbungaan samping yang berkembang pada ketiak daun
danpenyerbukan bersifat menyerbuk silang. Tepung sari diproduksi oleh bunga
jantan jumlahnya sangat banyak sehingga tersedia jutaan tepung sari untuk
menyerbuki setiap calon biji (kernel) pada tongkol jagung manis. Penyerbukan
dibantu oleh angin dan gaya gravitasi. Penyebaran tepung sari juga dapat
dipengaruhi oleh suhu dan varietas jagung serta dapat berakhir dalam 3-10 hari.
Rambut tongkol muncul 1-3 hari setelah serbuk sari mulai tersebar dan siap
diserbuki (reseptif) ketika keluar dari kelobot (Syukur dan Rifianto, 2014).
Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara
10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung
manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal
batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60-300 cm atau lebih tergantung
tipe dan jenis jagung. Ruas bagian batang atas berbentuk slindris dan ruas-ruas
pada bagian bawah berbentuk bulat agak pipih yang telah berkembang
menghasilkan tajuk bunga betina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung
berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-
sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon
tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Tipe bunga jagung manis yaitu
13
berumah satu dan menyerbuk silang. Tepung sari yang diproduksi oleh bunga
jantan sangat banyak sehingga tersefdia jutaan tepung sari untuk menyerbuki
setipcalon biji padatongkoljagung manis. Penyebaran tepung sari disebabkan oleh
angin, suhu, gravitasi, serta varietas jagung manis tersebut. Rambut tongkol
muncul pada saat 1—3 hari setelah serbuk sari mulai tersebar dan siap
diproduksiketika keluar dari kelobot (Syukur dan Rifianto, 2014).
Akar primer awal pada pada jagung manis setelah perkecambahan menandakan
pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku
pangkal batang dan tumbuhnya menyamping (Syukur dan Rifianto, 2014). Pada
waktu tanaman berbunga jantan maka radius akarnya kurang lebih 100 cm dengan
kedalaman dapat mencapai kurang lebih 75 cm. Akar ini dapat berjumlah 20-30
akar . Akar ini akan tumbuh akar-akar laterla dan diujungnya terdapat bulu-bulu
akar, biasanya berumur pendek (Ginting, 1995).
Tanaman ini memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis
berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu atau lebih
yang setiap tongkolnya terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400
butir biji jagung (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Menurut Purwono dan Hartono (2007), klasifikasi dari tanaman jagung manis
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
14
Ordo : Graminales
Family : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays Saccharata Sturt
2.1.2 Sayarat Tumbuh Jagung Manis
2.1.2.1 Iklim
Tanaman jagung manis berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak
tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya, jagung manis dapat tumbuh baik pada
berbagai iklim. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung
manis adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis
atau tropis basah.
Jagung manis sebagai tanaman daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan
hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik.
Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata
antara 14-30o C, pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan
laut (dpl), dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang
terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1987).
Perkembangan tanaman dan pembungaan dipengaruhi oleh panjang hari
dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar
tropika tidak akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari
berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini
tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai tinggi 5-6 m sebelum tumbuh
15
bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan suhu kurang dari
20oC juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada
daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal (Rubatzky
dan Yamaguchi, 1998).
2.1.2.2 Tanah
Tanah yang sesuai adalah tanah dengan tekstur remah, karena tanah
tersebut bersifat porous sehingga memudahkan perakaran pada tanaman jagung.
Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tanah lempung berdebu
adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tipe tanah liat masih dapat
ditanami jagung, tetapi dengan pengerjaan tanah lebih sering selama
pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah berlangsung dengan baik.
Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 5,5 sampai 7 mengering
(Syukur dan Rifianto, 2014).. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran
pengairan yang dibuat diantara barisan jagung.
Jagung umumnya ditanam di dataran rendah, di lahan sawah tadah hujan
maupun sawah irigasi, tetapi terdapat juga di daerah dataran tinggi pada
ketinggian 1000 m - 1800 m di atas permukaan laut. Tanah dengan kemiringan
sampai 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap
miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu
turun hujan besar. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi
pertumbuhannya.
16
2.2 Pupuk Anorganik Tunggal
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang erat kaitannya dengan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan pupuk sumber hara N, P, dan
K yang lebih direspons oleh tanaman saat ini semakin sulit diperoleh oleh petani,
sehingga diperlukan informasi tentang ketersediaan hara di dalam tanah agar
diketahui unsur hara yang kahat di tanah tersebut. Kegiatan ini memberikan hasil
yang optimal tergantung pada beberapa faktor, di antaranya takaran dan jenis
pupuk yang digunakan. Jenis dan takaran pupuk ini banyak digunakan untuk
mengkaji tanggap (respon) tanaman terhadap tindakan pemupukan
(Nurdin et al, 2008).
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen pun
berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya.
Fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya
akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah
untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan
pernafasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Fungsi
utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
Kaliumpun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan
buah tidak mudah gugur. Selain itu kalium merupakan sumber kekuatan bagi
tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. (Lingga & Marsono, 2004).
17
Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman dan sekaligus menjadi
pemupukan N mengakibatkan meningkatnya panjang tongkol dan diameter
tongkol jagung, sehingga berat tongkol meningkat. Menurut Sudjana et al, (1991),
tanaman jagung membutuhkan nitrogen sepanjang hidupnya dan sangat efektif
dalam penggunaan amonium meskipun sebagian besar diambil dalam bentuk
nitrat. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan
protein, dan disamping itu juga merupakan bagian integral dari klorofil (Nyakpa
et al., 1988). Hara N dalam tanah sangat mobile, banyak yang hilang karena
menguap dan terbawa aliran permukaan dan tercuci.
Pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah
rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi
(Rauf et al., 2000). Pemupukan P yang dilakukan terus menerus tanpa
menghiraukan kadar P tanah yang sudah jenuh telah pula mengakibatkan
menurunnya tanggap tanaman terhadap pemupukan P (Goenadi, 2006) dan
tanaman yang dipupuk P dan K saja tanpa disertai N, hanya menjadikan produksi
yang lebih rendah (Winarso, 2005).
2.3 Pupuk Hayati
Pupuk hayati didefinisikan sebagai substans yang mengandung mikroorganisme
hidup yang mengkolonisasi rhizosfir atau bagian dalam tanaman dan memacu
pertumbuhan tanaman dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan hara
primer dan atau stimulus pertumbuhan tanaman target, bila dipakai pada benih,
permukaan tanaman, atau tanah (FNCA Biofertilizer Project Group, 2006).
Pemanfaatan pupuk hayati dilakukan berdasarkan respon positif terhadap
18
peningkatan efektivitas dan efisiensi pemupukan sehingga dapat menghemat biaya
pupuk dan penggunaan tenaga kerja. Teknologi yang dapat digunakan adalah
penerapan pupuk mikroba (microbial fertilizer).
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok
fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam
tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru
dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial
pertama di dunia yaitu inokulan rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang
lalu. Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme
hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi
tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Simanungkalit et al., 2006). Pupuk
hayati memiliki potensi yang cukup tinggi untuk meningkatpertumbuhan dana
hasil pada tanaan sayuran hingga 4 kali lipat seperti biasanya
(Leavingvutiviroj et al.,2011).
Pupuk hayati meningkatkan efisiensi pupuk kimia (pada setiap penambahan dosis
pupuk hayati telah meningkatkan hasil), meningkatkan hasil dan kualitas dan
membawa lebih banyak keuntungan kepada petani (Bashyal, 2011).
Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses
tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan
oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau
cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau
nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu
atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui
19
penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil
perombakan bahan organik oleh kelompok organisme perombak. Kelompok
mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza
(Simanungkalit et al, 2006).Tanah berperanan penting dalam siklus mineral
terutama yang terdiri siklus nitrogen, fosfor, sulfur dan siklus karbon. Bakteri
yang berperanan dalam siklus nitrogen antara lain Azotobacter dan Azospirillum.
Bakteri tersebut bersifat non simbiosis yang mampu mengikat N2 bebas. Bakteri
Azotobacter misalnya merupakan bakteri yang hidup di daerah rizosper yang
bersifat heterotrofik. Bakteri ini berfungsi sebagai pengikat N2 bebas yang
mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah sehingga mampu
meningkatkan kesuburan tanah. Populasi bakteri nitrifikasi dalam tanah akan
mempengaruhi rasio konsentrasi nitrogen dalam tanah, sehingga populasi mikroba
merupakan indikator tingkat kesuburan tanah (Allen, 1981).
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan yang terletak di Kelurahan Kota Sepang Jaya
Kecamatan Labuhan Ratu yang terletak pada koordinat antara 105o 15’ 23” dan
105o 15’ 82” BT dan antara 5
o 21’ 21” dan 5
o 22’ 28” LS dengan tipe tanah
Ultisol. Analisis populasi mikroba tanah awal dan akhir tanam dilakukan di
Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan analisis
kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Penelitian ini dimulai pada Desember 2015 sampai dengan
Maret 2016.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk hayati (Biomax
Grow) (Lampiran 2), benih jagung manis Kultivar Talenta (Lampiran 3), pupuk
urea, SP-36 dan KCl, pestisida, air, label, dan patok. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat tulis, cangkul, meteran atau penggaris, mikroskop,
timbangan digital, ember, gembor, oven, dan sprayer.
21
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan. Perlakuan tersebut yaitu :
K0 : Kontrol (hanya diberikan pupuk kandang ayam dengan dosis 5 ton/ha)
K1 : Pupuk anorganik tunggal dengan dosis 100% rekomendasi (Urea 300 kg/ha,
SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha) (Syukur dan Rifianto, 2014).
K2 : Pupuk anorganik tunggal dengan dosis 100% rekomendasi (Urea 300 kg/ha,
SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha) + pupuk hayati dengan konsentrasi 20 ml/l
K3 : Pupuk anorganik tunggal dengan dosis 60% rekomendasi (Urea 180 kg/ha,
SP-36 90 kg/ha, KCl 60 kg/ha) + pupuk hayati dengan konsentrasi 20 ml/l .
K4 : Pupuk anorganik tunggal dengan dosis 20% rekomendasi (Urea 60 kg/ha,
SP-36 30 kg/ha, dan KCl 20 kg/ha + pupuk hayati dengan konsentrasi 20 ml/l
K5 : Pupuk hayati dengan konsentrasi 20 ml/l
Setiap perlakuan diberikan pupuk kandang ayam dengan dosis 5 ton/ha sebagai
pupuk dasar.
Seluruh perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh, dianalisis dan
diuji dengan menggunakan Uji-F dengan taraf nyata 5%. Jika hasil yang
diperoleh berbeda nyata melalui analisis ragam, maka pengujian dilanjutkan
dengan menggunakan uji BNJ 5%.
22
3.4. Pelaksanaan
3.4.1. Pengolahan lahan dan pembuatan petak percobaan
Penyiapan lahan tanam dilakukan dengan mengukur luas lahan yang akan
dimanfaatkan untuk penelitian pada tanggal 3 Desember 2015. Pengolahan
diawali dengan melakukan pembersihan lahan dari gulma-gulma yang tumbuh.
Pembersihan gulma dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan mencabuti dan
membabat gulma yang tumbuh dilahan. Setelah itu dilakukan pengukuran lahan
yang akan dibuat petak percobaan. Luas lahan pada penelitian ini adalah 150 m2
,
namun lahan efektif seluas 135 m2 akan dibuat petak percobaan sebanyak 18
petak dengan setiap petak percobaan tersebut berukuran 3 x 2.5 m (Gambar 2).
Lahan diberikan label berupa patok yang diberikan sesuai perlakuan. Dalam satu
petakan tersebut dibentuk empat barisan tanaman. Lahan diberikan pupuk
kandang ayam dengan dosis 5 ton/ha. Pupuk kandang ayam yang diberikan
merupakan hasil pengomposan menggunakan mikroba terkompos EM4. Masing-
masing petak percobaan diberikan pupuk kandang sebanyak 7,37 kg.
23
Tata letak petak percobaan disajikan pada Gambar 3
U1 U2 U3
Gambar 3. Petak Percobaan di Lahan
Keterangan : K0: Kontrol (hanya dengan pemberian pupuk kandang ayam
sebanyak 5ton/ha)
K1: N,P,K 100% rekomendasi
K2: N,P,K 100% rekomendasi + Biomax Grow 20ml/l
K3: N,P,K 60% rekomendasi + Biomax Grow 20ml/l
K4: N,P,K 20% rekomendasi + Biomax Grow 20ml/l
K5: Biomax Grow 20ml/l
K1
K5
K3
K0
K2
K4
K3
K1
K0
K2
K5
K4
K1
K4
K0
K5
K2
K3
24
3.4.2. Analisis tanah sebelum tanam
Analisis tanah dilakukan sebelum penanaman. Data analisis tanah yang
diperlukan adalah pH tanah dengan metode Kalorimeter , N total dengan metode
Kjedhal, P tersedia dengan metode Bray , K-dd dengan metode Flamefotometer,
tekstur dengan metode Hidrometer.
3.4.3. Aplikasi pupuk hayati
Aplikasi pupuk hayati dilaksanakan dua kali dalam budidaya jagung manis yaitu
pada saat tanam dan 4 MST. Satu hektar lahan dibutuhkan 3 liter Biomax Grow
dan air hingga 150 liter, sehingga konsentrasi yang didapat melalui perhitungan
sebagai berikut :
Perhitungan dosis pupuk hayati Biomax Grow yaitu :
Volume semprot/ha = 150 l
Dosis Biomax Grow = 3l
Konsentrasi = 150 𝑙
3 𝑙 =
50 𝑙
1𝑙
= 50𝑙
1000 𝑚𝑙
= 5 𝑙
100 𝑚𝑙
= 1 𝑙
20 𝑚𝑙
= 20 ml/l
25
Sebelum dilakukan aplikasi pupuk hayati dilakukan kalibrasi pada petak
percobaan. Kebutuhan air untuk satu petak adalah 4 liter sehingga dosis pupuk
hayati yang digunakan adalah 80 ml (Gambar 4). Aplikasi dilakukan pada 28
Desember 2015.
3.4.4. Penanaman dan penjarangan tanaman jagung manis
Penanaman jagung manis dilakukan pada tanggal 28 Desember 2015 dengan
jarak tanam 70 x 20 cm sehingga dalam satu petak percobaan memiliki 64 lubang
tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal kemudian dimasukkan 2 benih
jagung manis disetiap lubang tanam (Gambar 5a). Benih yang digunakan adalah
kultivar Talenta. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST yaitu
pada tanggal 11 Januari 2016, sehingga tersisa satu tanaman sehat. Penjarangan
dilakukan dengan cara memotong bagian batang bawah tanaman tepat berada di
permukaan tanah dengan menggunakan gunting (Gambar 5b)
3.4.5. Aplikasi pupuk anorganik tunggal
Pemberian pupuk dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016 dengan cara dilarik
dengan jarak kurang lebih 5 cm dari lubang tanam (Gambar 6). Setelah itu
ditutup kembali dengan dengan tanah, lalu disiram dengan air agar pupuk larut
sehingga dapat diserap oleh akar tanaman. Untuk pupuk urea diberikan setengah
dari dosis perlakuan namun untuk pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya.
Sisa pupuk urea diberikan 4 MST yaitu pada tanggal 27 Januari 2016.
26
3.4.6. Pemeliharaan
Pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 4 MST yaitu pada tanggal 25
Januari 2016 dengan cara menimbun akar tanaman jagung yang naik keatas
permukaan dengan menggunakan tanah. Pembumbunan juga dilakukan jika tanah
pada lahan sudah terjadi erosi dan akar tanaman terlihat diatas permukaan tanah
(Gambar 7a). Tujuan pembumbunan agar tanaman tidak mudah rebah.
Pengendalian OPT dilakukan secara manual. Hal ini dikarenakan OPT yang
menyerang tanaman tidak terlalu banyak dan tidak merugikan, seperti
pengendalian gulma hanya dilakaukan pencabutan secara rutin. Pengendalian
hama tanaman jagung juga dikendalikan secara manual seperti menmbuang ulat
yang terdapat pada daun (Gambar 7b). Pengendalian penyakit bulai juga
dilakukan secara manual (Gambar 7c). Tanaman yang terserang penyakit, dicabut
sampai ke akar lalu membakar tanaman yang terserang penyakit tersebut agar
tidak menyebar ke tanaman lain
3.4.7. Panen
Pemanenan dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016, saat tanaman masih muda atau
matang susu berumur 74 hari setelah tanam (Gambar 8). Ciri-ciri tanaman jagung
manis siap panen adalah rambut jagung telah bewarna coklat, tongkol telah berisi
penuh, dan bila biji di tekan akan mengeluarkan cairan putih.
27
3.5. Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati pada penelitian ini meliputi :
3.5.1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman mulai diukur pada saat 3 MST dan dihitung setiap satu minggu.
Awal pengamatan dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016. Tanaman diukur dari
leher akar sampai pangkal bunga jantan (Gambar 9). Tinggi tanaman diukur
sampai tanaman berumur vegetatif penuh (5-6 MST).
3.5.2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka penuh dan mulai
terhitung setelah 3 MST pada tanggal 18 Januari 2016 dan penghitungan
dilakukan setiap seminggu sekali. Jumlah daun tanaman dihitung sampai tanaman
berumur vegetatif penuh (5-6 MST)
3.5.3. Tingkat kehijauan daun
Untuk mengukur tingkat kehijauan daun digunakan alat Minolta SPAD (Gambar
10) . Daun yang diambil dari dua daun paling atas dan dekat dengan tongkol.
Pengambilan dilakukan setelah tanaman saat umur vegetati penuh (5-6 MST)
yaitu pada tanggal 8 Febuari 2016.
28
3.5.4. Indeks Luas Daun
Pengukuran dilakukan pada taaman berusia 6 MST yaitu pada tanggal 8 Febuari
2016. Untuk mengukur indeks luas daun, diukur panjang dan lebar daun. Setelah
itu dihitung dengan menggunakan rumus :
3.5.5. Bobot Tongkol Berkelobot (g)
Pengukuran bobot tongkol berkelobot menggunakan timbangan. Diambil 5
sampel yang telat ditentukan. Timbang seluruh bobot tongkol tersebut.
Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016.
3.5.6. Diameter tongkol (cm)
Pengukuran diameter tongkol dengan mengukur diameter bagian pangkal, tengah
dan ujung bagian tongkol dengan menggunakan jangka sorong kemudian hasil
dari pengukuran tersebut dirata-ratakan (Gambar 11). Pengukuran diameter
tongkol dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016
3.5.7. Panjang Tongkol (cm)
Pengukuran panjang tongkol dilakukan secara manual dengan menggunakan
penggaris (Gambar 12). Pengukuran dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016.
ILD = Panjang x lebar daun maksimum x jumlah daun/tanaman
Jarak tanam
29
3.5.8. Tingkat Kemanisan Jagung (oBrix)
Pemgukuran dilakukan menggunakan refrraktometer pada tanggal 10 Maret
2016. Pipil jagung manis, lalu tumbuk sampai mengeluarkan cairan putih.
Letakkan cairan tersebut ke lensa refraktometer, lalu lihat angka yang terdapat
pada refraktometer tersebut (Gambar 13).
3.5.9. Produksi Per petak (kg)
Penimbangan produksi pepetak dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016 dengan
menimbang seluruh tongkol kelobot yang dipanen pada petak panen. Produksi
petak dihitung dari jumlah keseluruhan tongkol yang dihasilkan dari setiap
petaknya (Gambar 14)
3.5.10. Populasi mikroba (107CFU/ml)
Penghitungan populasi mikroba dengan menggunakan metode cawan. Dalam
metode menggunakan media agar yang akan digunakan untuk menghitung
populasi mikroba (Gambar 15) . Mikroba yang yang dihitung adalah jumlah
bakteri dan fungi pada tanah yang telah diberikan perlakuan (Lampiran 4).
53
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian kombinasi pupuk anorganik tunggal dan pupuk hayati pada
jagung manis dapat mempengaruhi tanaman menjadi lebih tinggi, jumlah
daun semakin banyak, tingkat kehijauan daun menjadi lebih hijau, indeks
luas daun semakin luas, tongkol menjadi lebih panjang, diameter tongkol
menjadi lebih besar, bobot tongkol semakin berat, produksi perpetak
semakin besar, tingkat kemanisan jagung manis (oBrix) menjadi lebih
manis dan populasi mikroba baik jamur dan bakteri semakin banyak.
2. Perlakuan K3 (Pupuk anorganik tunggal 60% rekomendasi+Biomax Grow
konsentrasi 20 ml/l) memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 12,38 kg/7,5 m2
atau 13,20 ton/ha.
54
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam pemberian pupuk anorganik
tunggal dan pupuk hayati disarankan perlu dilakukan kembali dengan
menggunakan dosis pupuk hayati yang beragam untuk mengetahui dosis yang
optimum untuk pupuk hayati.
55
DAFTAR PUSTAKA
Accu Weather,2016. http:/www.accuweather.com/en/id/bandar
lampung/210188/march-weather/210188?monyr=3/1/2016. Diakses pada
16 Juni 2016.
Anonim. 2015. http://pupukbiomaxgrow.blogspot.co.id/2015/11/bio-max-grow
tanaman.html. Diakses pada Jumat, 23 Desember 2016 pukul 08.02 WIB.
Allen, O. N. 1981. The leguminosae: A source book of characteristics, uses, and
nodulation. University of Wisconsin Press. Madison, USA
Bashyal. L. N. 2011. Response of Cauliflower to nitrogen Fixing Biofertilizer and
Graded Levels of Nitrogen. The Jurnal of Agriculture and Environment.
12 : 41—50
Brady, N.C., dan H.O. Buckman. 1983. The Nature dan Properties Of Soils.
Mac-milan CO., Inc. New Delhi.
Chand, S., Anwar, M. & Patra, D.D. 2006. Influence Of Long-Term Application
Of Organic And Inorganic Fertilizer To Build Up Soil Fertility And
Nutrient Uptake In Mint Mustard Cropping Sequence. Communications in
Soil Science and Plant Analysis.37 : 63-76.
Danapriatna, N., R. Hindersah dan Y. Sastro. 2010. Pengembangan pupuk hayati
Azotobacter DAN Azospirillum untuk meningkatkan produktivitas dan
efisiensi penggunaan pupuk N di atas 15 % pada tanaman padi. Badan
litbang Departemen pertanian. Bekasi.
Dibb, D. W. 1988. Potassium For Agriculture. Better Crops with Plans Food.
Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2011. Luas Panen,Produksi Dan
Produktivitas Sayuran Di Indonesia Tahun 1999-2002.
www.hortikultura.go.id. Diakses pada tanggal 18 November 2015 pukul
21.25 WIB.
56
Dutta, S., Pal, R., Chakeraborty, A. and Chakrabarti, K. 2003. Influence of
integrated plant nutrient phosphorus and sugarcane and sugar yields. Field
Crop Research. 77:43-49.
Fageria. N.K., V.C. Baligar and Y.C. Li. 2008. The Role Of Nutrient Efficient
Plants In Improving Crop Yields In The Twenty First Century. Journal Of
Plant NutritionI. 31 (6) : 1121—1157.
FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for
Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum.
Tokyo
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia Jakarta.
Ginting, S. 1995. Diktat Mata Kuliah Agronomi Tanaman Makanan I. Fakultas
Pertanian USU. Medan.
Glick, B.R. 1995. The Enhancement Of Plant Growth By Free-Living Bacteria.
Can. Jurnal Microbial. 41 (2): 109-117.
Goenadi, D.H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan berbasis Hayati dari
Cawan Petri ke Lahan Petani Edisi Pertama. Yayasan John Hi-Tech
Idetama. Jakarta..
Hanafiah, K. A. N, Napoleon. Ghofar. 2007. Biologi Tanah : Ekologi dan
Makrobiologi Tanah : Edisi 1-2. PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.
Hasanuddin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam sistim
pengendalian penyakit tumbuhan secara terpadu. Medan.
Indrayati, L dan S, Umar. 2011. Pengaruh Pemupukan N,P, K, dan Bahan
Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sulfat Masam
Bergambut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru. Jurnal
Agrista. 15 (3) : 94—101.
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik, Untuk Keuntungan Ekonomi dan
Kelestarian Bumi. Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Kader, M. A, M. H. Mian dan M. S. Hoque. 2002. Effect of Azotobacter inoculant
on yield and nitrogen uptake by wheat. OnLine J.Bio. Sci. 2 (4) : 259 -261.
Kadekoh, I dan Amirudin. 2007. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Pulut (Zea
mays certain) pada Berbagai Dosis Bokasi Gamal dan Pupuk NPK dalam
System Alley Cropping. Jurnal Agrisain 8(1): 10-17.
Koswara, J. 1982. Budidaya Jagung. Bahan Penataran. Bogor.
57
Kuyik. A. R. 2012. Respons Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata L)
Terhadap Pemberian Pupuk Organik. Jurnal Penelitian Fakultas
Pertanian USRAT. 3 (1) : 35-46
Kumar.V., R.K. Behl, N. Narula. 2001. Establishment of phospate solubilizing
strains of Azotobacter chroococcum in the rhizosphere and their effect on
wheat cultivars under green house conditions. Microbiological Research.
156 : 87—93
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Leavingvutiviroj. C., P. Ruanghisan., P. Hansanimitkul., H. Shinkawa and
K.Sasaki.2010. Development Of A New Biefertilezer A High Capacity For
N2 Fixaxtion, Phosphate And Pottasium Solubilization And Auxin
Production. Biosci Biotechnol Biocem. 74 (5) 1098—1101
Lingga dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Redaksi Agromedia.
Jakarta.
Mahdi. S.S, G. I. Hassan, S. A. Samoon, H. A. Rather, Showkat A. Dar and B.
Zehra. 2010. Bio-Fertilizer In Organic Agriculture. Journal of Phytology.
2 (10) : 42-54.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academis Press.
London.
Mezuan, I.P. Handayani, E. Inoriah. 2002. Penerapan Formulasi Pupuk Hayati
Untuk Budidaya Padi Gogo. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 4(1) :
27-34.
Mimbar, S.M. 1990. Pola Pertumbuhan dan Hasil Jagung Kretek Karena
Pengaruh Pupuk N. Agrivita. 13 (3) : 82-89.
Moelhayadi, Y., M.U. Harun, Munandar, R. Hayati, N. Gofar. 2012. Pemanfaatan
Berbagai Jenis Pupuk Hayati Pada Budidaya Tanaman Jagung
(Zea mays. L) Efisien di Lahan Kering Marginal. Jurnal Lahan
Suboptimal. 1 (1) : 31—39.
Mutscher, H. 1995. Measurement and assessment of soil potassium. IPI
Research Tropics. International Potash Institute Base Switzerland. (4):102.
Novriani, 2010. Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya
Jagung. Jurnal agronobis. 2(3) : 42 – 49.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
58
Nurdin, P. Maspeke, Z. Ilahude, F. Zakaria. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Jagung
yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten
Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. 14 (1) : 49—56 .
Nyakpa, Y.M., A.A. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, G. B.
Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Unila, Lampung.
Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn-Baby Corn : Peluang Bisnis ,
Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pasta. I., A. Ette, H.N. Barus. 2015. Tanggap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) Pada Aplikasi Berbagai Pupuk
Organik. e-J. Agrotekbis. 3 (2) : 168—177.
Purwanti, L. W. Sutari, Kusumiyati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Hayati
dan Dosis Pupuk N,P, K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil tanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Kultivar Talenta. Agricultural
Science Journal. 1 (4) : 177—188.
Purwono, M. Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.
Depok.
Rachman, I.A., Sri.D., Komarudin. I. 2008. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk
NPK terhadap Serapan Hara dan Produksi Jagung di Inceptisol Ternate.
Jurnal Tanah dan Lingkungan. 10 (1) : 7—13.
Rao, S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Oxfort-BH.
New Delhi
Rauf, A.W., T. Syamsuddin dan S. R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk NPK
pada Tanaman Padi. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian.
Rinsema, W.T, 1983. Pupuk dan cara pemupukan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Rubatzky, V. E. Dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi dan
Gizi. ITB-Press. Bandung.
Sallisbury, F.B. dan W. C Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB. Bandung.
Simanungkalit, R. D. M. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu
Pendekatan Terpadu. Bul. Agrobio. 4(2):56--61.
Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta., r. Saraswati., D. Setyorini., W.
Hertatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
59
Sintia, M. 2011. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Jerami Padi dan Pupuk
Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays
Saccharata Sturt). Jurnal Tanaman Pangan. : 1—7
Spedding,T. A.C., Hamel. G.R., Mehuys. C.A., Madramootoo. 2003. Soil
Microbial Dynamics in Maize-growing Soil Under Different Tillage and
Residue Management Systems. Soil BiologyBiochemistry 36 : 499-512
Sudjana, A., A. Rifin, dan M. Sudjadi. 1991. Jagung. Buletin Teknik No. 3.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman
Pangan Bogor. Bogor.
Suliasih, S. Widiawati, A. Muharam.2010. Aplikasi Pupuk Organik dan Bakteri
Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Tomat dan
Aktivitas Mikroba. Jurnal Hortikultura. 20 (3) : 242—246.
Sundara. B, V. Natarajan, K. Hari.2002. Influence Of Phosphorus Solubilizing
Bacteria On The Changes In Soil Available Phosphorus And Sugarcane
And Sugar Yields. Field Crops Research. 77 (1) 43-49
Suprapto, H. Dan S. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutejo, M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutedjo, M. M. dan Kartasapoetra.1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Syukur, M. dan A, Rifianto. 2014. Jagung Manis. Jakarta. Penebar Swadaya.
Jakarta
Thomas, G.V. 1985. Occurence and Availibility Of Phosphate-Solubilizing Fungi
From Coconut Plaint Soils. Plant Soil. 87 : 57—364
Utomo,M., T. Sabrina, Sudarsono, J. Lumbanraja, B. Rusman, Wawan. 2016.
Ilmu Tanah Dasar-dasar Pengelolaan. Kencana Prenadamedia Group.
Jakarta.
Waluyo. L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Yogyakarta: UMM Press.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Edisi
Pertama. Gava Media. Yogyakarta.