13
131 Pengaruh pemberian vitamin E terhadap eosinofil mukosa ORLI Vol. 49 No. 2 Tahun 2019 Laporan Penelitian Pengaruh pemberian vitamin E terhadap eosinofil mukosa hidung dan kualitas hidup penderita rinitis alergi Nanchy Christy, Rus Suheryanto, Mohammad Dwijo Murdiyo Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/ RSUD dr.Saiful Anwar Malang ABSTRAK Latar belakang: Penyakit rinitis alergi (RA) banyak dijumpai dan memberi dampak negatif terhadap produktivitas, kualitas hidup, gangguan tidur, aktivitas di luar rumah, serta gangguan sekolah pada anak. Vitamin E bekerja sebagai antioksidan pada membran sel dan berikatan dengan radikal bebas dengan cara menghambat peroksidasi Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Tujuan: Mengetahui pengaruh vitamin E terhadap jumlah eosinofil mukosa hidung dan perbaikan klinis pada penderita rinitis alergi persisten sedang berat. Metode: Menggunakan Randomized Clinical Trial, double blind, pre and post control group dengan perlakuan pemberian terapi semprot hidung triamcinolone acetonide, cetirizine 10 mg, dan vitamin E 400IU selama 4 minggu. Dilakukan penilaian Visual Analogue Scale (VAS) dan Total Nasal Symptom Score (TNSS), serta pemeriksaan eosinofil mukosa hidung pada awal dan 4 minggu setelah perlakuan. Hasil: Didapatkan perbedaan bermakna antara jumlah eosinofil mukosa hidung sebelum dan sesudah pemberian vitamin E pada kelompok perlakuan (p=<0,001). Penurunan jumlah eosinofil mukosa hidung lebih besar dan bermakna pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=<0,001). Didapat perbaikan kualitas hidup berdasarkan perbaikan nilai VAS dan TNSS yang bermakna setelah perlakuan pada kelompok kontrol maupun perlakuan (p=<0,001), serta didapatkan perbaikan kualitas hidup berdasarkan nilai VAS dan TNSS pada kedua kelompok dengan selisih nilai perbaikan gejala yang lebih besar pada kelompok perlakuan, namun dari perhitungan statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Kesimpulan: Vitamin E 400IU menurunkan jumlah eosinofil mukosa hidung secara bermakna pada pasien rinitis alergi persisten sedang berat. Perbaikan nilai TNSS pada penggunaan vitamin E 400IU lebih baik dibandingkan subjek yang mendapat plasebo, walaupun tidak berbeda secara bermakna. Kata kunci: rinitis alergi, Vitamin E, Total Nasal Symptom Score ABSTRACT Background: Allergic rhinitis (AR) is an allergic disease frequently found and has a negative impact on productivity, quality of life, sleep disorder, outdoors activities, and school disruption in children. Vitamin E works as an antioxidant in cell membranes through binding free radicals by inhibiting peroxidation of Poly Unsaturated Fatty Acids (PUFA). Purpose: To find out the effect of vitamin E administration on nasal mucosa eosinophil counts and the clinical improvement in patients with moderate severe persistent AR. Methods: A double blind randomized clinical trial, pre and post control group, given therapy of triamcinolone acetonide nasal spray, cetirizine 10 mg, and vitamin E 400 IU orally for 4 weeks. Evaluation by Visual Analogue Scale (VAS) and Total Nasal Symptom Score (TNSS), as well as nasal mucosal eosinophils count at baseline and 4 weeks after treatment. Results: There was a significant difference on the number of nasal mucosal eosinophils before and after vitamin E administration in the treatment group (p = <0.001). A greater and more significant decrease in the number of nasal mucosal eosinophils in the treatment group compared to control group (p = <0.001). Significant improvement of VAS and TNSS after treatment in the control and treatment groups (p = <0.001) and quality of life improvement based on VAS and TNSS values in both control and treatment groups, but the statistical calculations showed no significant differences between the two groups. Conclusion: Vitamin E 400IU significantly reduce the number of nasal mucosal eosinophils in patients with moderate severe persistent AR.

Pengaruh pemberian vitamin E terhadap eosinofil mukosa

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

131

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

Laporan Penelitian

Pengaruh pemberian vitamin E terhadap eosinofil mukosa hidung dan kualitas hidup penderita rinitis alergi

Nanchy Christy, Rus Suheryanto, Mohammad Dwijo Murdiyo DepartemenIlmuKesehatanTelingaHidungTenggorok-BedahKepalaLeher

FakultasKedokteranUniversitasBrawijaya/RSUDdr.SaifulAnwarMalang

ABSTRAKLatar belakang: Penyakitrinitisalergi(RA)banyakdijumpaidanmemberidampaknegatifterhadap

produktivitas,kualitashidup,gangguantidur,aktivitasdiluarrumah,sertagangguansekolahpadaanak.VitaminEbekerjasebagaiantioksidanpadamembranseldanberikatandenganradikalbebasdengancaramenghambatperoksidasiPoly Unsaturated Fatty Acid (PUFA).Tujuan: Mengetahui pengaruh vitamin Eterhadapjumlaheosinofilmukosahidungdanperbaikanklinispadapenderitarinitisalergipersistensedangberat.Metode:MenggunakanRandomized Clinical Trial, double blind, pre and post control group denganperlakuanpemberianterapisemprothidungtriamcinoloneacetonide,cetirizine10mg,danvitaminE400IUselama4minggu.DilakukanpenilaianVisual Analogue Scale(VAS)danTotal Nasal Symptom Score(TNSS),sertapemeriksaaneosinofilmukosahidungpadaawaldan4minggusetelahperlakuan.Hasil: DidapatkanperbedaanbermaknaantarajumlaheosinofilmukosahidungsebelumdansesudahpemberianvitaminEpadakelompokperlakuan(p=<0,001).Penurunanjumlaheosinofilmukosahidunglebihbesardanbermaknapadakelompokperlakuandibandingkandengankelompokkontrol(p=<0,001).DidapatperbaikankualitashidupberdasarkanperbaikannilaiVASdanTNSSyangbermaknasetelahperlakuanpadakelompokkontrolmaupunperlakuan(p=<0,001),sertadidapatkanperbaikankualitashidupberdasarkannilaiVASdanTNSSpadakeduakelompokdenganselisihnilaiperbaikangejalayanglebihbesarpadakelompokperlakuan,namundariperhitunganstatistiktidakdidapatkanperbedaanyangbermakna.Kesimpulan: VitaminE400IUmenurunkanjumlaheosinofilmukosahidungsecarabermaknapadapasienrinitisalergipersistensedangberat.PerbaikannilaiTNSSpadapenggunaanvitaminE400IUlebihbaikdibandingkansubjekyangmendapatplasebo,walaupuntidakberbedasecarabermakna.

Kata kunci: rinitisalergi,VitaminE,Total Nasal Symptom Score

ABSTRACTBackground: Allergic rhinitis (AR) is an allergic disease frequently found and has a negative impact

on productivity, quality of life, sleep disorder, outdoors activities, and school disruption in children. Vitamin E works as an antioxidant in cell membranes through binding free radicals by inhibiting peroxidation of Poly Unsaturated Fatty Acids (PUFA). Purpose: To find out the effect of vitamin E administration on nasal mucosa eosinophil counts and the clinical improvement in patients with moderate severe persistent AR. Methods: A double blind randomized clinical trial, pre and post control group, given therapy of triamcinolone acetonide nasal spray, cetirizine 10 mg, and vitamin E 400 IU orally for 4 weeks. Evaluation by Visual Analogue Scale (VAS) and Total Nasal Symptom Score (TNSS), as well as nasal mucosal eosinophils count at baseline and 4 weeks after treatment. Results: There was a significant difference on the number of nasal mucosal eosinophils before and after vitamin E administration in the treatment group (p = <0.001). A greater and more significant decrease in the number of nasal mucosal eosinophils in the treatment group compared to control group (p = <0.001). Significant improvement of VAS and TNSS after treatment in the control and treatment groups (p = <0.001) and quality of life improvement based on VAS and TNSS values in both control and treatment groups, but the statistical calculations showed no significant differences between the two groups. Conclusion: Vitamin E 400IU significantly reduce the number of nasal mucosal eosinophils in patients with moderate severe persistent AR.

132

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

alergi di Indonesia belumdiketahui secarapasti.

Jumlah kunjungan pasien rinitis alergidiPoliAlergi dan ImunologiRumahSakitDaerahDr.SaifulAnwarMalang,padatahun2016adalahsebanyak308orangsedangkanpadatahun2017sebanyak315orangdenganjumlahkasusrinitisalergibarusebanyak131orang.4,5Peningkatankunjunganrinitisalergidiperkirakan berhubungan dengan tingkathigienitasmasyarakat.

Pada individu yang atopi, sensitisasiterhadap alergen terjadi pada saat kontakpertamaketikaantigen presenting cells(APC)dijaringanataupermukaanmukosaterpaparalergen.APCmempresentasikan antigenmelaluimajor histocompatibility complex (MHC)kelasII,kemudianberinteraksidenganselT helper0(Th0)sehinggaberdiferensiasimenjadi sel T helper 2 (Th2). Sel Th2menghasilkansitokinyangmenstimulasiselBmemproduksiimunoglobulin E(IgE),yangakanmenempati reseptornya di selmast/basofil. Pada paparan alergen berikutnya,alergenberikatandengan IgEdipermukaanselmastdanbasofil.Ikataninimenginduksidegranulasi sel mast danmengeluarkanberbagaimediator.Molekul adhesi sepertivascular cell adhesion molecule I(VCAM-1) bersama dengan kemokin dan sitokin,menarik sel seperti eosinofil dari darah kejaringanmukosa. Eosinofil melepaskanbeberapamediator seperti protein dasar,protein kationik, peroksidase, eosinofilneurotoksin, asam arakidonat dan sitokin.Semuamediatortersebutberperanpadareaksiinflamasi dimukosa. Peran eosinofil pada

Keywords: allergic rhinitis, vitamin E, Total Nasal Symptom Score

Alamat korespondensi: NanchyChristy.Departemen IlmuKesehatan TelingaHidungTenggorok-BedahKepaladanLeherFakultasKedokteranUniversitasBrawijaya/RSUDDr.SaifulAnwarMalang.Email:[email protected]

PENDAHULUAN

Rinitisalergimerupakanpenyakitalergiyangbanyakdijumpaidanmemberidampaknegatifterhadapproduktivitas,kualitashidup,gangguantidur,aktivitasdiluarrumah,sertagangguansekolahpadaanak.1,2

Berdasarkan studi epidemiologi,prevalensi rinitis alergi tertinggi tercatat dinegara-negaramajusepertiEropa23-30%dandiAmerikaSerikat 12-30%.3 International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) yangdilakukandi lebih dari 237pusatpenelitiandi98negaradiseluruhduniadidapatkan prevalensi rinitis alergi padaanak terendahditemukandi negaramiskinsepertiAfrikadanAmerikaLatin,sedangkanprevalensi tertinggi ditemukan diwilayahAsia Pasifik. Penelitian yang dilakukanEuropean Community Respiratory Health Survey (ECRHS)mendapatkan prevalensirinitisalergipadadewasa8,7-24,1%diCinadan 11,4-22,7%diTurki.3 State of World Allergymemperkirakan terdapat lebih dari400 juta penderita rinitis alergi di duniapada tahun 2008, sedangkan di kawasanAsiaPasifikdiperkirakan 10-30%populasimenderitarinitisalergi.Prevalensipenyakitatopisepertirinitisalergidanasmasemakinmeningkatdalam20tahunterakhir.Prevalensirinitisalergidibeberapanegaramaju,antaralainInggrismencapai29%,Denmarksebesar31,5%danAmerikaSerikatberkisar33,6%.Pada studi kohort di Jermanmenunjukkan15% anakmenderita alergimusiman pada7tahunpertamakehidupannya.DiAmerikaSerikat, sebanyak 20-40 juta pendudukmenderita rinitis alergi. Prevalensi rinitis

133

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

alergi dibuktikan dengan adanya infiltrasieosinofil padamukosa yangmengalamiinflamasi. Eosinofil padamukosa hidungmenunjukkan dugaan kuat adanya reaksialergipadamukosahidungkarenaeosinofilberadadalammukosahidung1-2jamsetelahkontakdenganalergen,danmenetaphingga1-3 hari. Jumlah eosinofilmukosa hidungberhubungan dengan gejala dan tandarinitisalergi.6Ditemukannyaeosinofilpadapemeriksaan swab hidungmenunjukkanbahwa di mukosa hidung kemungkinansedangterjadireaksialergi.7

Vitamin E adalah nama umum untukduakelasmolekulyaitu tokoferol (α-TOH,β-TOH, γ-TOH, δ-TOH) dan tokotrienol(α-T3H,β-T3H,γ-T3H,δ-T3H).8 Vitamin E merupakansalahsatuantioksidankuatyangsudah terbukti menghambat pembentukanradikal bebas. Zheng et al.9 melakukanpenelitianterhadapmurindenganpemberianvitaminEdosistinggidapatmenekanresponalergi di hidung dan mengurangi levelsitokin interleukin 4 (IL-4) dan interleukin 5 (IL-5)sertaserumimunoglobulin E(IgE)total.VitaminEbekerjasebagaiantioksidanpadamembran sel dan berikatan denganradikal bebas dengan cara menghambatperoksidasi poly unsaturated fatty acid (PUFA). Prostaglandin, leukotrien sertaPlatelet Activating Factor(PAF)merupakanmediatorinflamasiyangikutberperanpadarintisalergi,mediator-mediatoriniterbentukdarimetabolismeasamlemakyangmungkinmodulasinyadicetuskanolehvitaminE.10,11

Pada penelitian yang dilakukan olehMuharrom,12pemberianvitaminEselama28harididapatkanadanyapenurunaninflamasisaluran nafas penderita asma alergi yangdibuktikandenganpenurunankadareosinofil,perbaikan fungsi paru serta perbaikanklinis. Penelitian terdahuluyangdilakukanolehHanik,13menunjukkanpenderita yangmengalami eosinofilia sedang sebagianbesarmerupakan penderita rinitis alergipersisten sedang berat. Hal ini menjadi

alasanpeneliti untukmelakukanpenelitianpadapenderitarinitisalergipersistensedangberat.PenelitianolehSebayang,14didapatkanadanyapeningkatanjumlaheosinofildiikutipeningkatanbuntuhidungsecarabermaknapadapenderitarinitisalergipersistensedangberat.

PenelitianinibertujuanuntukmengetahuipengaruhvitaminEterhadapjumlaheosinofilmukosa hidung dan perbaikan klinis padapenderitarinitisalergipersistensedangberat,danjugamengamatikualitashiduppenderitarinitisalergisebelumdansetelahperlakuan.

METODE

Peneli t ian ini adalah peneli t ianeksperimental murni dengan rancanganpenelitian randomized clinical trial (RCT) double blind pre and post test control group.Pada penelitian ini terdapat dua kelompokpenelitian, yaitu kelompokperlakuan (K1)dankelompokkontrol (K2).KelompokK1atauperlakuanadalahkelompokpasienrinitisalergipersitensedangberatyangmendapatperlakuan berupa pemberian terapi sesuaiARIA-WHOyaitu dengan semprot hidungtriamcinolone acetonide,danoralcetirizine 10mg, serta oral vitaminE 400 IU yangdiberikanselama4minggudanplaseboyangdiberikan selama4minggu.KelompokK2ataukontroladalahkelompokpasienrinitisalergipersistensedangberat(RAPSB)yangmendapatperlakuanberupapemberianterapisesuaiARIA-WHOyaitu dengan semprothidung triamcinolone acetonide, dan oralcetirizine 10mg.DalampenelitianiniakandilakukanpenilaianjumlaheosinofilmukosahidungpadapenderitaRAPSBsebelumdansesudahmendapat perlakuan, baik padakelompokK1maupunK2.Keduakelompokpenelitian akandilakukanpenilaian derajatrinitisalergisesuaidenganpedomanARIA-WHO. Selain itu, juga akan dilakukanpenilaiankualitashiduppadamasing-masingkelompok sebelumdan sesudahmendapat

134

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

DilakukanujiWilcoxon untukmelihatsignifikansiperbaikanjumlaheosinofilpadamasing-masing kelompok penelitian. PadakelompokkontrolK2didapatkanperbedaanyangbermakna(p<0.001),sedangkanpadakelompok perlakuanK1 (p < 0.001) jugaterdapatperbedaanbermaknaantarajumlaheosinofilsebelumdansesudahperlakuan.

perlakuan denganmetodeTNSS.Dimanaderajat ringan, sedang dan berat dinilaiberdasarkanVisual Analogue Scale(VAS).

HASIL

Penelitian ini dilaksanakan padabulan Januari 2019 sampaiMaret 2019,melibatkan 20 subjek penderita RAPSB.Dasar Penghitungan jumlah sampel padapenelitianinimenggunakanrumuspenelitianeksperimental,rumus:(np-1)-(p-1)≥16(2n-1)-(2-1)≥16N≥9Keterangan:N=jumlahsampelP=perlakuan(2perlakuan)

Untuk 2macamperlakuan diperlukanjumlahsampelpalingsedikit9subjekuntukmasing-masing perlakuan.Akan tetapidiperlukan penambahan subjek pada setiapperlakuansebagaicadangandanditetapkansejumlah satu orang sehingga total sampelyang dibutuhkan sejumlah 10 orang untukmasing-masingperlakuan.

Karakteristik umum subjek penelitianberdasarkan jenis kelamin, usia dan statuspekerjaanpadakelompokK1atauperlakuandidapatipasienlaki-laki1orang,perempuan9 orang. Pada kelompokK2 atau kontroldidapatipasienlaki-laki3orangperempuan7orang.PadaK1usia15tahun1orang,23tahun1orang,24tahun2orang,26tahun3orang,27tahun3orang,30tahun2orang.K218tahun1orang,23tahun1orang,25tahun1orang,28tahun1orang,29tahun3orang,30tahun3orang.MenurutpekerjaanpadakelompokK1,terdapatpekerja3orangdanmahasiswa7orang.PadakelompokK2pekerja15orang.

Ujiperbedaanuntukusiaantarkelompokkarena didapatkan data tidak terdistribusinormal,maka uji normalitas dilanjutkandengan ujiMann Whitney dengan hasilnilai p= 0,673.Uji perbedaanuntuk jenis

kelamin dan pekerjaan antar kelompokdilakukanmenggunakanujiFisher dengan hasilbermaknajikanilaip<0,05.UjiFisher menunjukkan tidak didapatkan perbedaanjenis kelamin, usia dan pekerjaan yangbermakna antara kelompok perlakuanK1dengankelompokkontrolK2(jeniskelamin:nilaip=1,000danpekerjaan:nilaip=1,000).

Gambar 1. Grafik Jumlah Eosinofil Mukosa Hidung Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol

Gambar 2. Grafik Jumlah Eosinofil Mukosa Hidung Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan

135

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

DilakukanUjiMann Whitney untukmelihat signifikansi penurunan jumlaheosinofilmukosahidungpadakeduakelompoksesudah perlakuan, dari hasil uji tersebutmenunjukkanperbedaanyangbermakna(p<0,001)antarakeduakelompoktersebut.

DilakukanujinormalitasnilaiVASdanTNSSsebelumdansesudahperlakuanyangmemilikiskalavariabelnumerikmenggunakanujiShapiro-Wilk. Datadinyatakanmemilikidistribusi normal apabila nilai p > 0,05.BerdasarkankriteriatersebutmakavariabelyangmemilikidistribusitidaknormaladalahvariabelnilaiTNSSsebelumkelompokK2danvariabelnilaiTNSSsesudahkelompok

K2.SubjekpenelitiandimintauntukmenilaikeluhanyangdirasakanskorVASsebanyak2kalidenganselangwaktu4minggu.PenilaianskorVASdilakukanpadahari-0danmingguke-4.LaluskorVASinidilakukankonversimenjadi skor nilai TNSS. Dari hasil ujinormalitasdiatasdatayangtidakterdistribusinormal adalah nilai TNSS sebelum dansesudahkelompokK2sehinggadilakukanujiWilcoxon,sedangkandatalainnyayaituNilaiVASsebelumdansesudahkelompokK2,nilaiVASsesudahdansebelumkelompokK1sertanilaiTNSSsebelumdansesudahkelompokK1 dilakukan uji T Berpasangan untukmelihat signifikansi perbaikan nilai padamasing-masingkelompoksubjekpenelitian.

Tabel 1. Hasil uji Wilcoxon nilai TNSS dan hasil uji T Berpasangan nilai VAS dan TNSS

Data N Rerata ± SD Selisih Median(minimum-maksimum) p

Uji Wilcoxon

Nilai TNSS Kelompok Kontrol

Sebelum 10 10,70±1,417,2

11,0(8–12) <0,001

Sesudah 10 3,50±0,972 4,0(2–5)

Uji T BerpasanganNilai VAS Kelompok Kontrol

Sebelum 10 28,20±3,04 17,3 28,5(22–32) <0,001

Sesudah 10 10,90±3,81 11(5–17)

Nilai VAS Kelompok Perlakuan

Sebelum 10 28,30±5,37 22,3 30(18–36) <0,001

Sesudah 10 6,00±3,29 6(2–10)

Nilai TNSS Kelompok Perlakuan

Sebelum 10 11,50±0,97 6,8 11,5(9–12) <0,001

Sesudah 10 4,70±1,25 5,0(2–7)

PadakelompokK2maupunK1 sama-samadidapatkanperbedaanbermaknaantaranilaiVAS sebelumdan sesudah perlakuan(p=<0,001)samahalnyasepertipadanilaiVAShasilujiTberpasangannilaiTNSSpadakelompokK1 danK2 jugamenunjukkanperbedaanyangbermaknaantarasebelumdansesudahperlakuan(p=<0,001).

Kemudian di lakukan uj i T tes t independent tercantumpada tabel 2, untukmelihat signifikansi perbedaan perbaikannilaiVAS sesudahpada kelompokK2danK1, sedangkan untukmelihat signifikansiperbedaanperbaikannilaiTNSSsesudahpadakelompokK2danK1dilakukan ujiMann Whitney.Darihasilujitersebuttidakterdapatperbedaan bermakna baik untuk nilaiVAS(p=0,932)maupunTNSS(p=0,807)antarkeduakelompok.

136

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

SetelahdilakukananalisisdataterhadapnilaiVASdanTNSSpergejalapadakeduakelompok yang tecantum pada tabel 3,didapatkanpadakelompokK2maupunK1adanya perbedaan bermakna antara nilaiVAS sebelumdan sesudah perlakuan baikuntukgejalahidungbuntu (p=<0,001) (p= <0,001); hidung beringus (p = <0,001)(p = <0,001); hidung bersin (p = <0,001)(p=<0,001)danhidunggatal(p=<0,001)

Tabel 2. Hasil perbedaan nilai VAS dan TNSS sebelum perlakuan dan nilai VAS dan TNSS sesudah perlakuan

Data N Rerata Median(minimum - maksimum) P

Nilai VAS sebelum

Kelompokkontrol 10 28,20±3,04 28,5(22-32) 0,685a

Kelompokperlakuan 10 28,30±5,37 30(18–36)

Nilai TNSS sebelum

Kelompokkontrol 10 11,50±0,972 12(9–12) 0,813b

Kelompokperlakuan 10 10,70±1,418 11(8–12)

Nilai VAS sesudah

Kelompokkontrol 10 10,90±3,81 11(5–17) 0,932a

Kelompokperlakuan 10 6,00±3,29 6(2–10)

Nilai TNSS sesudah

Kelompokkontrol 10 3,50±0,972 4,0(2–5) 0,807b

Kelompokperlakuan 10 4,70±1,25 5,0(2–7)

a=UjiT Test Independentb=UjiMann Whitney

(p=<0,001).Demikian jugapadahasilujiT berpasangan nilaiTNSSpada kelompokK2 danK1 jugamenunjukkan perbedaanyangbermaknaantarasebelumdansesudahperlakuan untuk gejala hidung buntu (p =<0,001) (p = <0,001); hidung beringus (p=<0,001)(p=<0,001);hidungbersin(p=<0,001)(p=<0,001)danhidunggatal(p=<0,001)(p=<0,001).

Tabel 3. Hasil Uji T Berpasangan nilai VAS per Gejala dan TNSS per gejala

Data N Rerata ± SD Median(minimum-maksimum) P

Nilai VAS hidung buntu kelompok kontrol

Sebelum 10 7,60±0,69 7,50(7–9) <0,001

Sesudah 10 2,60±1,31 3,00(0–4)

Nilai VAS hidung beringus kelompok kontrol

Sebelum 10 7,25±1,41 7,40(4–10) <0,001

Sesudah 10 2,80±0,91 2,50(2–4)

Nilai VAS hidung bersin kelompok kontrol

Sebelum 10 7,25±1,41 7,50(4–10) <0,001

Sesudah 10 2,40±1,26 2,50(0–4)

137

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

Nilai VAS gatal kelompok kontrol

Sebelum 10 6,40±1,39 7,00(4–8) <0,001

Sesudah 10 1,90±1,10 2,00(0–4)

Nilai VAS hidung buntu kelompok perlakuan

Sebelum 10 6,80±1,54 7,50(4–8) <0,001

Sesudah 10 2,20±1,54 2,00(0–4)

Nilai VAS hidung beringus kelompok perlakuan

Sebelum 10 7,40±1,83 8,00(4–10) <0,001

Sesudah 10 1,60±0,96 1,50(0–3)

Nilai VAS hidung bersin kelompok perlakuan

Sebelum 10 7,60±1,95 8,00(4–10) <0,001

Sesudah 10 1,70±1,16 1,50(0–4)

Nilai VAS gatal kelompok perlakuan

Sebelum 10 6,40±1,57 7,00(4–8) <0,001

Sesudah 10 0,50±0,70 0,00(0–2)

Nilai TNSS hidung buntu kelompok kontrol

Sebelum 10 3,00±0,00 3,00(3–3) <0,001

Sesudah 10 1,30±0,48 1(1–2)

Nilai TNSS hidung beringus kelompok kontrol

Sebelum 10 2,90±0,316 3,00(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,30±0,48 1(1–2)

Nilai TNSS hidung bersin kelompok kontrol

Sebelum 10 2,90±0,316 3,00(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,10±0,56 1(0–2)

Nilai TNSS gatal kelompok kontrol

Sebelum 10 2,70±0,483 3,00(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,00±0,47 1(0–2)

Nilai TNSS hidung buntu kelompok perlakuan

Sebelum 10 2,70±0,48 3(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,20±0,63 1(0–2)

Nilai TNSS hidung beringus kelompok perlakuan

Sebelum 10 2,70±0,48 3(2–3) <0,001

Sesudah 10 0,90±0,31 1(0–1)

Nilai TNSS hidung bersin kelompok perlakuan

Sebelum 10 2,70±0,48 3(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,00±0,47 1(0–2)

Nilai TNSS gatal kelompok perlakuan

Sebelum 10 2,60±0,51 3(2–3) <0,001

Sesudah 10 0,40±0,51 0(0–1)

Dilakukan uji T test independent tercantum pada tabel 4 untuk melihatsignifikansiperbedaanperbaikannilaiVASdan TNSS per gejala setelah perlakuanpadakeduakelompokpenelitian.UjiT test

independentmenunjukkan tidak terdapatperbedaan bermakna baik untuk nilaiVASmaupun TNSS per gejala antar keduakelompok.

138

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

Tabel 4. Hasil Uji T Test Independent nilai VAS dan TNSS per gejala sesudah perlakuan

Data N Rerata ± SD Median(minimum-maksimum) P

Nilai VAS hidung buntu sesudah

Kelompokkontrol 10 2,60±1,31 3,00(0–4) 0,150

Kelompokperlakuan 10 2,20±1,54 2,00(0–4)

Nilai VAS hidung beringus sesudah

Kelompokkontrol 10 2,80±0,91 2,50(2–4) 0,286

Kelompokperlakuan 10 1,60±0,96 1,50(0–3)

Nilai VAS hidung bersin sesudah

Kelompokkontrol 10 2,40±1,26 2,50(0–4) 0,117

Kelompokperlakuan 10 1,70±1,16 1,50(0–4)

Nilai VAS gatal sesudah

Kelompokkontrol 10 1,00±0,47 1(0–2) 0,880

Kelompokperlakuan 10 0,50±0,70 0,00(0–2)

Nilai TNSS hidung buntu sesudah

Kelompokkontrol 10 1,30±0,48 1(1–2) 0,186

Kelompokperlakuan 10 1,20±0,63 1(0–2)

Nilai TNSS hidung beringus sesudah

Kelompokkontrol 10 1,30±0,48 1(1–2) 0,151

Kelompokperlakuan 10 0,90±0,31 1(0–1)

Nilai TNSS hidung bersin sesudah

Kelompokkontrol 10 1,10±0,56 1(0–2) 0,384

Kelompokperlakuan 10 1,00±0,47 1(0–2)

Nilai TNSS gatal sesudah

Kelompokkontrol 10 1,00±0,47 1(0–2) 0,384

Kelompokperlakuan 10 0,40±0,51 0(0–1)

DISKUSI

Proporsi jenis kelamin subjek padapenelitianiniadalahperempuansebesar80%dan laki-laki sebesar 20% (4:1). Penelitianoleh Pitarini dkk.15 di Jakartamelaporkanbahwaperbandinganpenderitarinitisalergiberjenis kelamin perempuan dengan laki-lakiadalah19:14,Susantidkk.16diSurabayamelaporkan perbandingan penderita rinitisalergi perempuan dengan laki-laki adalah37 (75,51%):12 (24,49%), sedangkanLumbanraja,17diMedanmelaporkanpenderitaRAperempuan87,1%dan laki-laki12,9%.Osmandkk.18melaporkanadanyapeningkatanprevalensi RA saat remajamencapai dua

kali lipat pada masa reproduktif, yangdibuktikanadanyaperananhormonestrogendan progesteron pada perempuan terhadap RA. Hormon estrogen dan progesteronmempunyai efek pro inflamasi, sebaliknyahormontestoteronpadalaki-lakimempunyaiefekantiinflamasi.Padapenelitianinirentangusiasubjekadalah15-30tahunataudewasamuda,kelompokumurterbanyakadalah30tahunsebanyak5subjek(25%),halinisesuaidenganpenelitianolehLumbanraja,17 dimana kelompokusiaterbanyakpenderitaRAdari62 subjek yaitu usia 21-30 tahun (73,5%).PenelitianolehRambedkk.19mendapatkankelompokusiaterbanyakadalah21-30tahun(46,6%).

139

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

Distribusistatuspekerjaanpadaseluruhsubyek penelitian inimenunjukkan bahwasubyekmahasiswa/pelajar adalah palingbanyak yaitu sebesar 50% diikuti subjekpekerjasebesar40%,danyangpalingsedikitadalahsubjekyangtidakbekerjasebesar10%.Subjekmahasiswa/pelajardanyangmemilikipekerjaanakanlebihmudahterpaparalergenmaupun udara dengan kelembaban yangtinggi,terutamadilingkunganperkantoran.Subjek dengan karakteristik tersebut jugaakan lebih peduli untuk memeriksakandirinyakarenagejalarinitisalergiakansangatmengganggu aktivitas kerjanya, sehinggaakan berakibat penurunan produktivitas. Pada penelitian di Bandung didapatkanbahwakarakteristikpenderitayangterbanyakadalahpelajar danmahasiswa (53,3%)dandiikuti oleh pegawai negeri dan swasta(36%),20 sedangkan, pada penelitian diSurabaya didapatkan 60,46% penderitamemiliki pekerjaan sebagai pegawai.21 Kedua penelitian tersebut menunjukkankarakteristik secara umumpada penderitarinitis alergi karena tidak menganalisakarakteristikpekerjaanpenderitarinitisalergiberdasarkanderajatnya.Kelompokeksekutifdanintelektualdapatmemilikikemungkinanyanglebihbesaruntukmenderitarinitisalergikarena berada di dalam lingkungan yangtertutup dan lebih banyak beraktivitas dibelakangmeja,sehinggaakan lebihmudahterpaparalergendalamwaktuyanglama.

Seluruh subjek penelitianmengalamigejala tersebut selama lebih dari 4 haridalam seminggu dan lebih dari 4minggu,sehinggamemenuhi kriteria sebagai rinitisalergi persisten.Seluruh subjekmengalamigangguan akibat keluhan tersebut sehinggamemenuhi kriteria derajat sedang berat.Gangguan tersebut meliputi gangguantidur, gangguan aktivitas sehari-hari, dangangguan kerja/sekolah, dimana gangguanyangdialami bervariasi pada setiap subjekdan seorang subjekdapatmengalami lebihdari satu macam gangguan. Penelitianoleh Craig et al.22 menyebutkan bahwa

gangguan tidurmerupakangangguanyangpaling banyak dikeluhkan oleh penderitarinitisalergi,tetapipenelitiantersebuttidakmenganalisa berdasarkan derajat rinitisalerginya.Adanyagangguan tidur ini akanmenyebabkanpenderitamengantukkeesokanharinyadanmengalamikelelahan,sehinggamempengaruhiaktivitassehari-hariataupunkerja/sekolahyangakanberakibatpenurunanproduktivitaspenderitatersebut.

Padapenelitianinididapatkanpenyakitpenyerta berupa alergi padamata sebesar70%.KonjungtivitisalergiadalahsalahsatuyangpalingumummenyertaiRA,sekitar75%pasienRAmengeluhkangejalakonjungtivitisalergi.23Konjungtivaterdiridari2-10lapisselyangmengandungsel-selgobletmusinsertaselmast yang terletakdi sekitar pembuluhdarahdankelenjargetahbeningkonjungtiva.Paparan dari alergenmenyebabkan reaksialergi dan degranulasi sel mast sertamunculnyaeosinofil,basofildanCD4,yangmengarahkegejalakonjungtivitis.24

Pada penelitian ini juga didapatkanriwayat atopi sebesar 30%, riwayat alergipada kulit sebesar 20%dan riwayat asmasebesar 15%.Manifestasi penyakit alergiatauatopipadasetiapindividuberbeda-bedadan hal ini berkaitan dengan respon IgEdidalam tubuh, dimana akanmenentukanmanifestasi yang paling awal dialami,manifestasi yang tetap bertahan sampaibertahun-tahun ataupunmanifestasi yangakanberesolusispontanseiringdenganusiaindividu tersebut. Rangkaianmanifestasiatopiitudikenaldenganallergic marchyangmeliputidermatitisalergiyangberkembangmenjadi alergimakanan dan diikuti olehrinitis alergi dan asma.Akan tetapi, padapenelitianiniperkembanganallergic march padatiapsubjektidakdievaluasisecararinci,sehingga urutan perkembangannya tidakdapatdianalisa.PadapenelitiandiSemarangdidapatkan 31,1% penderita rinitis alergimemilikimanifestasiasmadan5,4%memilikimanifestasidermatitisalergi.25Padapenelitian

140

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

diBandungdidapatkan24,6%penderitarinitisalergijugamengalamimanifestasiasmadan22,2%penderitamenderitaurtikaria.20Keduapenelitiantersebuttidakmenganalisariwayattersebutberdasarkanderajatrinitisalerginya.Riwayatatopitersebutberhubungandenganfaktorgenetika.Padapenelitiandidapatkanbahwagenyangberhubungandenganatopiadalah3q21,5q31-q33,7p14-p15,dan14q24.Pengaruhgen tersebut dapatmeningkatkankemungkinan seseorangmenderita rinitisalergisebanyak50%.PenelitianolehUtama,25 menunjukkanbahwa24,3%penderitarinitisalergi persistenmempunyai riwayat alergipada keluarga dibandingkan dengan rinitisalergiintermiten.

Penelitian ini dilakukanuntukmelihatpengaruh pemberian vitamin E terhadap eosinofilmukosa hidung pada penderitarinitis alergi persisten sedang berat.DariPenelitian ini, sebelum perlakuan padakelompok kontrol (K2) didapatkan jumlaheosinofilmukosa hidung <10 sebanyak 7subjek (70%) dan >10 sebanyak 3 subjek(30%)sedangkanpadakelompokperlakuan(K1) jumlah eosinofilmukosa hidung<10sebanyak3subjek(30%)dan>10sebanyak7(70%).Setelahperlakuanpadakelompokkontrol (K2) didapatkan jumlah eosinofilmukosahidung<10sebanyak9subjek(90%)dan>10sebanyak1subjek(10%),sedangkanpadakelompokperlakuan(K1)didapatkanjumlaheosinofilmukosahidung<10sebesar10subjek(100%).

Kemudian dilakukan ujiWilcoxon untukmelihatsignifikansiperbaikanjumlaheosinofil padamasing-masing kelompokpenelitian. Pada kelompok kontrol (K2)didapatkanperbedaanyangbermakna (p<0.001),sedangkanpadakelompokperlakuan(K1) (p < 0.001) juga terdapat perbedaanbermakna antara jumlah eosinofil sebelumdan sesudah perlakuan. Semua subjekpenelitianmengalami penurunan jumlaheosinofilmukosa hidung.DilakukanUjiMann Whitney untukmelihat signifikansi

perbedaan jumlah eosinofilmukosahidungpada kedua kelompok sesudah perlakuan,danhasilujitersebutmenunjukkanperbedaanyang bermakna (p < 0,001) antar keduakelompoktersebut.

Penelitian oleh Juliusson yang dikutipolehSudirodkk.26terdapatnyaeosinofilpadasekret hidung dapatmenandakan adanyasuatu rinitis alergi karena sel-sel inflamasiyang paling konsisten terakumulasi pascauji provokasi hidung, dari segi jumlaheosinofilyangpalingkonsistenmenunjukkanhubungan dengan tingkat beratnya gejalarinitis alergi. Penelitian oleh Sumarman,yangdikutipolehSudirodkk,26 berpendapat bahwapadamukosa hidung hanya jumlaheosinofil aktif yangmenunjukkan korelasidengantingkatberatnyagejalapascapacuanalergen.Peningkatanjumlaheosinofildanselmastositjugaditemukanpadapenderitarinitisalergiyangdiperiksamelaluibiopsimukosahidung. Penelitian yang dilakukan Sudirodkk.26menunjukkan pemeriksaan kerokanmukosa hidung dapat digunakan sebagaipenggantitestusukkulituntukmendiagnosisrinitis alergi, terutamadi sarana kesehatanyangtidakmempunyaifasilitasteskulit,jugauntukmenegakkan diagnosis rinitis alergipadaindividuyangtidakmungkindilakukanteskulit.

Eosinofilmemilikiperananpadaalergiyang dibuktikan dengan adanya infiltrasieosinofil padamukosa yangmengalamiinflamasi. Eosinofil padamukosa hidungmenunjukkan dugaan kuat adanya reaksialergipadamukosahidungkarenaeosinofilberadadalammukosahidung1-2jamsetelahkontakdenganalergendanmenetaphingga1-3 hari. Jumlah eosinofilmukosa hidungberhubungan dengan gejala dan tandarinitisalergi.6Ditemukannyaeosinofilpadapemeriksaan swab hidungmenunjukkanbahwa di mukosa hidung kemungkinansedangterjadireaksialergi.7

Vitamin E merupakan salah satuantioksidan kuat yang sudah terbukti

141

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

menghambat pembentukan radikal bebas.Pemberian vitamin E dosis tinggi dapat menekan respon alergi di hidung danmengurangi level sitokin IL-4 dan IL-5serta serum IgE total. Penelitian yangdilakukanolehWeber,dikutipolehShahar,12mengatakan vitaminE dapatmenurunkanekspresiregulasidariIL-4padamRNAdankadar protein dalam selT yang teraktivasidipembuluhdarahperifermelaluiaktivitastranskripsional.Vitamin E jugamemilikiperan dalammenurunkan produksi Th2.PenurunanTh2 oleh vitamin E berakibatproduksi IL-4, IL-5 terhambat, sehinggaaktivasieosinofil juga terhambat.EfekdarivitaminEpadaimunitasmanusiadanhewancobatelahterbuktidapatmenurunkanresponhipersensitivitas tipe lambat, proliferasi selT secara invitro dan produksi IL-2 sertapenurunan produksimakrofag dari sel TsehinggamengakibatkansupresidariPGE2.27

Penelitianyangdilakukanoleh Jaffaryetal.28diIranmengenaiefekdaripemberianvitamin E 400IU pada pasien dermatitisalergididapatkanpemberianvitaminEdapatmencegahstresoksidatifdari radikalbebasyangterjadipadamembranselsertavitaminE terbukti terlibat dalamaktivasi beberapamolekuldanenzimpadaimunitasdansel-selinflamasi.VitaminEmelindungimembranmakrofagterhadapkerusakanoksidatifsertamengurangiproduksiprostaglandindenganmempengaruhisistemkekebalantubuh.

Vitamin E secara tidak langsungmempengaruhi transduksi sinyal pada selmast,denganmemengaruhiekspresiantibodiatausitokinyangrelevanterhadappeningkatanselmast.Penelitianpadamanusiadantikusdidapatkanmenurunnya kadar konsentrasiIgE sertamenurunnya prevalensi rinitisalergisetelahpemberianvitaminE.VitaminEmenghambat ekspresi gen IL-4 denganmemblokirikatandarifaktortranskripsiIL-4dengan ikatanNF-kB danAP-1 sehinggamenggangguaktivitaspromotorpadaaktivasiselT.IL-4memegangperananpentingpada

prosesalergimelaluiperubahanisotipeIgE,peningkatanekspresireseptorIgEsehinggameningkatkandiferensiasiTh2danstimulasibeberapa gen yang terlibat dalamkelainanatopi.29

Gueck et al.30 melaporkan adanyapenurunan prostaglandin dan pelepasanhistamin dari sel mast pada pemberianvitaminE. Penelitian yang diakukan olehOkamoto et al.31mengenai efekpemberianvitaminEpadaasmadidapatkanpenurunanIL-4,IL-5dansel-selinflamasisertasekresimukuspadajaringanparu.

Padapenelitianinisubjekdimintauntukmenilai keluhan hidung buntu, beringus,bersin,danhidunggatalsesuaidenganderajatkeparahan yang dirasakan dan dituangkandalam bentuk skorVAS.Kemudian skorVASinidikonversimenjadiskornilaiTNSS.SelanjutnyanilaiVASdanTNSSdilakukanujiTberpasanganuntukmelihatsignifikansiperbaikannilaipadamasing-masingkelompoksubjekpenelitian,kemudiandilakukanujiTtest independent untukmelihat signifikansiperbedaan perbaikan nilaiVASdanTNSSper gejala setelah perlakuan pada keduakelompokpenelitian.

Pada kelompok kontrol (K2)maupunperlakuan (K1) sama-sama didapatkanperbedaan bermakna antara nilai VASsebelumdansesudahperlakuan(p=<0,001),samahalnyasepertipadanilaiVAShasilujiT berpasangan nilaiTNSSpada kelompokkontrol (K2) dan perlakuan (K1) jugamenunjukkan perbedaan yang bermaknaantara sebelum dan sesudah perlakuan (p=<0,001).NamunapabiladilihatdarinilaimaksimummediumVAS danTNSS padakelompok perlakuan (K1), didapatkankecenderunganpenurunanyang lebihbesardibandingkandenganpadakelompokkontrol(K2).UjiMann Whitney digunakan untukmemperlihatkan signifikansi perbedaanperbaikannilaiTNSSdanVAS.Darihasilujitersebuttidakterdapatperbedaanbermaknabaik untuk nilaiVASmaupunTNSS antarkeduakelompok.

142

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

DAFTAR PUSTAKA1. Scadding GK. Optimal management of

allergic rhinitis. Archives of disease inchildhood.2015;100(6):576-82.

2. Brozek JL, Baena-Cagnani C, BoniniS,CanonicaG,RasiG,VanWijkRG, etal. Methodology for development of theAllergicRhinitisanditsImpactonAsthmaguideline 2008 update. Allergy. 2008;63(1):38-46.

3. AkdisCA,HellingsPW,AgacheI.Globalatlas of allergic rhinitis and chronicrhinosinusitis. European Academy ofAllergyandClinicalImmunology;2015.

4. SMFI.KTHT-KL.LaporanTahunanSMFIlmuKesehatanTelingaHidungTenggorok-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit SaifulAnwar,MalangPeriodeJanuari-Desember2016.Malang;2017.

5. SMFI.KTHT-KL.LaporanTahunanSMFIlmuKesehatanTelingaHidungTenggorok-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit SaifulAnwar,MalangPeriodeJanuari-Desember2017.Malang;2018.

6. Jimenez R, Romero P,Martinez J, Teran.Allergic Rhinitis. Journal of Allergy andTherapy.2012;5:2-7.

7. Juwaeni A, Madladipoera T, SoemarmanI, Ratunanda SS. Efektivitas PelargoniumSiodes terhadap Penurunan GejalaRinosinusitis Kronik Alergi Tanpa PolipDisertai Gangguan Tidur. Oto RhinoLaryngologica Indonesiana. 2014; 44:1:1-8.

8. Miri S, Farid R, Akbari H, Amin R.Prevalence of allergic rhinitis and nasalsmear eosinophilia in 11-to 15 yr-oldchildren in Shiraz. Pediatric allergy andimmunology.2006;17(7):519-23.

9. ZhengK,ShinjoM,etal.Effectofdietaryvitamin E supplementation on murinenasalallergy.TheAmericanjournalofthemedicalsciences.1999;318(1):49-54.

10. Nayak AS. A common pathway: asthmaand allergic rhinitis. Allergy and asthmaproceedings;2002OceanSidePublications,Incp.359-365.

11. PekmezciD.VitaminEandimmunity.In:Vitamins&Hormones:Elsevier; 2011. p.179-215.

12. Muharrom A. Pengaruh alfa tokoferolterhadap IL-5 plasma, eosinofil absolutdarah,% VEP 1 dan perbaikan klinispenderita asma alergi thesis]: UniversitasSebelasMaret;2017.

13. Hanik S, Retnoningsih E, Rahaju P.Hubungan kadar 25-hidroksivitaminD [25(OH)D] serum terhadap jumlaheosinofil mukosa hidung dan derajatrinitisalergi.Karyaakhir.BagianTelinga,HidungTenggorokKepala-LeherFakultasKedokteranUniversitasBrawijayaMalang.2013.

14. Sebayang J, Suheryanto, R, Lukmantya.Hubungan eosinofil sekret hidung dengangejala buntu hidungpada penderita rinitisalergi persisten. Karya akhir BagianTelinga, Hidung Tenggorok Kepala-LeherFakultasKedokteranUniversitasBrawijayaMalang.2009

15. Pitarini A, Irawati N, Poerbonegoro N,Wulandari D, Badarsono S. Perubahankualitas hidup, eosinofil mukosa hidung,daninterleukin-5serumpasienrinitisalergipasca terapi. Oto Rhino LaryngologicaIndonesiana.2015;45(2):121-30.

16. Susanti E, Pawarti D, Soeprijadi S.Hubungan kadar RANTES sekret hidungdengan skor gejala total penderitarinitis alergi. Oto Rhino LaryngologicaIndonesiana.2016;46(2):110-20.

17. Lumbanraja P. Distribusi Alergen PadaPenderita Rinitis Alergi Di DepartemenTht-Kl Fk Usu/Rsup H. Adam MalikMedanthesis];2007.

18. OsmanM,HansellA,SimpsonC,HollowellJ,HelmsPJ.Gender-specificpresentationsforasthma,allergicrhinitisandeczemainprimary care. Primary Care RespiratoryJournal.2007;16(1):28.

19. RambeA,Munir D, Haryuna T, EyanoerP. Hubungan rinitis alergi dan disfungsituba Eustachius dengan menggunakantimpanometri. Oto Rhino LaryngologicaIndonesiana.2013;43(1).

20. Sudiro M, Moeis R, Herdiningrat RS.Allergic Rhinitis Patient Characteristicsin Dr. Hasan Sadikin General HospitalBandung Indonesia. Althea MedicalJournal.2014;1(2):76-81.

21. SamantaR.ProfilPasienRinitisAlergidiRumah Sakit PHC Surabaya Tahun 2013

143

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

thesis]. Surabaya: Universitas KatolikWidyaMandala;2014.

22. CraigT, SherkatA, SafaeeS.CongestionandSleepImpairmentinAllergicRhinitis.Current Allergy Asthma Reports. 2010;10:113-121.

23. MinY-G.The pathophysiology, diagnosisand treatment of allergic rhinitis.Allergy,asthma & immunology research. 2010;2(2):65-76.

24. BroideD.Thepathophysiologyofallergicrhinoconjunctivitis. Allergy and asthmaproceedings;2007OceanSidePublications,Incp.398-403.

25. Utama D. Hubungan Antara JenisAeroalergen dengan Manifestasi KlinisRinitis Alergika thesis]. Semarang:UniversitasDiponegoro;2010.

26. Sudiro M, Madiadipoera TH, PurwantoB. Eosinofil kerokan mukosa hidungsebagai diagnostik rinitis alergi. MajalahKedokteranBandung.2013;42(1):6-11.

27. HanSN,AdolfssonO,LeeCK,ProllaTA,Ordovas J, Meydani SN. Vitamin E andgeneexpressioninimmunecells.AnnalsoftheNewYorkAcademyofSciences.2004;1031(1):96-101.

28. Jaffary F, Faghihi G, Mokhtarian A,Hosseini SM. Effects of oral vitaminE on treatment of atopic dermatitis: Arandomized controlled trial. Journal ofresearch in medical sciences: the officialjournal of Isfahan University of MedicalSciences.2015;20(11):1053.

29. Zingg JM. Vitamin E and mast cells.Vitamins&Hormones.2007;76:393-418.

30. Gueck T, Aschenbach JR, FuhrmannH. Influence of vitamin E on mast cellmediator release. Veterinary dermatology.2002;13(6):301-5.

31. OkamotoN,MurataT,TamaiH,Effectsofalphatocopherolandprobucolsupplementson allergen-induced airway inflammationandhyperresponsivenessinamousemodelof allergic asthma. International archivesofallergyandimmunology.2006;141(2):172-180.