Upload
dinhdan
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, IJARAH
DAN QARDH TERHADAP TINGKAT LABA BERSIH PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2014-2017
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Silfia Permata Sari
11140850000032
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018
i
ii
iii
iv
v
DATA RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
I. DATA PRIBADI
Nama : Silfia Permata Sari
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Juni 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Drs. Alfi Munir
Nama Ibu : Rita Maiza
Anak Ke Dari : 2 dari 3 bersaudara
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Komplek TNI-AL Blok BB 5 No 14, RT
02/21 Ciangsana, Gunung Putri, Bogor
No. Telp : 082210450744
E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama
Lembaga
Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
TK TK Aisiyah Padang 2000 2001
SD Negeri SDN O2
Ciangsana
Bogor 2001 2008
MTs Negeri MTsN 7
Model
Jakarta 2008 2011
SMA Negeri SMAN 105 Jakarta 2011 2014
Perguruan
Tinggi
Negeri
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Tangerang
Selatan
2014 2018
vi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga / Institut Tahun
• Staff Div. Kemahasiswaan
Himpunan Mahasiswa Jurusan
Perbankan Syariah
2015 - 2016
• Ketua Departemen Media
Dewan Eksekutif Mahasiswa
(DEMA) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis
2016 - 2017
• Koordinator Divisi
Perlengkapan SEISMOGRAF
(Festival Saman)
2016
IV. KEMAMPUAN
• Mampu bekerja secara individu maupun tim
• Mampu berkomunikasi dengan baik
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Drs. Alfi Munir
Tempat, Tanggal Lahir : Solok, 07 Oktober 1962
Pekerjaan : TNI-AL
Ibu : Rita Maiza
Tempat, Tanggal Lahir : Solok, 10 Mei 1970
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
vii
ABSTRACT
This study aims to test and analyze the Net Profit of Sharia (BUS)
Commercial Bank in Indonesia. The factors analyzed in influence Murabahah,
Mudharabah, Ijarah and Qardh Financing. The method of data analysis used in
this research is Multiple Linear Regression Analysis, data is obtained based on
quarterly data which is contained in Bank Indonesia financial report from quarter
I 2014 until third quarter 2017. Data collection instrument used sourced from Bank
Indonesia Publication Report.
The results of multiple linear regression test showed that partially
Murabahah financing with significant value of 0.017 Mudharabah Financing with
significant value of 0.023 , Ijarah Financing with significant value of 0.044 hence
significantly influence to Net Income, while Financing Qardh with a significant
value of 0.087 then not influential significant to Net Income. Simultaneously, all
independent variables have a significant influence on Net Income.
Keywords: Murabahah, Mudharabah, Ijarah, Qardh Financing and Net Income.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis Laba
Bersih Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Adapun beberapa faktor
yang dianalisis dalam mempengaruhi Laba Bersih adalah Pembiayaan
Murabahah, Mudharabah, Ijarah, dan Qardh. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda,
data diperoleh berdasarkan data triwulan yang di terdapat di Laporan
keuangan Bank Indonesia dari triwulan I 2014 sampai dengan triwulan III
2017. Instrumen pengumpulan data yang digunakan bersumber dari
Laporan Publikasi Bank Indonesia.
Hasil penelitian uji regresi linier berganda menunjukan bahwa
secara parsial Pembiayaan Murabahah dengan nilai signifikan sebesar
0.017 , Pembiayaan Mudharabah dengan nilai signifikan sebesar 0.028 ,
Pembiayaan Ijarah dengan nilai signifikan sebesar 0.044 maka berpengaruh
secara signifikan terhadap Laba Bersih, sedangkan Pembiayaan Qardh
dengan nilai signifikan sebesar 0.087 maka tidak berpengaruh signifikan
terhadap Laba Bersih. Secara simultan, keseluruhan variabel independen
memiliki pengaruh signifikan terhadap Laba Bersih.
Kata kunci: Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Ijarah, Qardh dan
Laba Bersih.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, karunia, hidayah dan kasih sayang – Nya
yang tidak terkira kepada hambanya. Shalawat serta Salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan
dan menyampaikan kepada kita semua ajaran Islam, sehingga kita dapat
tetap Istiqomah di jalan kebenaran. Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan
Murabahah, Mudharabah, Ijarah dan Qardh terhadap Tingkat Laba
Bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode Tahun 2014 –
2017)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar–besarnya
kepada :
1. Allah SWT, Karena tanpa kuasa dan segala pertolongan – Nya tidak
mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillah sebagai
ucapan rasa syukur hamba atas segala nikmat dan hikmah yang Engkau
berikan selama ini, ya Rabbi.
2. Keluarga yang luar biasa, sumber motivasi, dan tersayang yang saya miliki,
Ayahanda Drs. Alfi Munir yang selalu mengajarkan butir–butir mutiara
kehidupan, selalu memberikan motivasi disaat diri ini lemah dan selalu
berkorban untuk kebahagiaan anaknya. Ibunda Rita Maiza yang telah
melahirkan dan merawat diriku dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan
sabar dari kecil hingga dewasa saat ini, dari dirimulah anakmu termotivasi
untuk selalu berkembang, belajar sabar, ikhlas dan kasih sayang. Kakakku
tersayang Fitria Ramawanti dan Adikku tercinta Mutiara Aisyah yang telah
menghibur dan memberikan dukungan disaat suka maupun duka. Tanpa
dukungan dan pengorbanan kalian saya tidak akan menjadi pribadi seperti
sekarang.
x
3. Bapak Dr.M Arief Mufraini,Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat selama kuliah ini.
4. Bapak Ahmad Zubaidi, M,A. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan
kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan, ilmu, serta bimbingan yang sangat berarti selama proses
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua arahan dan bimbingan
yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga terselesaikannya
skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak.
5. Ibu Cut Erika Ananda,SE.M.BA. selaku Ketua Program Studi Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan.
6. Ibu Fitri Damayanti,SE.,M.Si selaku Sekretaris Program Studi Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta
sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik saya, yang telah
meluangkan waktunya untuk mendengarkan kesulitan saya dan
memberikan saran yang terbaik serta arahan yang sangat bermanfaat.
7. Seluruh jajaran dosen fakultas ekonomi dan bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berharga dan mudah – mudahan bermanfaat khusus bagi
diri saya dan umumnya untuk orang banyak. Dan juga seluruh jajaran
karyawan dan staf Fakultas maupun universitas yang telah bersedia
melayani secara administratif dengan baik dan membantu saya selama
perkuliahan.
8. Sahabat-sahabat saya sejak awal masuk kuliah, Rubiyatul, Salsabila, Ratna,
Iir, Diah, Ulfa, Syifa, Tantri, Mutiye, Hani, Hestiawati, Septian yang selalu
memberi warna disetiap hari semasa kuliah.
9. Rizky Nur Ariansyah atas kebersamaan, Doa, serta Dukungan yang selalu
diberikan selama ini.
10. Sahabat-sahabat kosan kost kece puri bundaku yaitu Yanti, Ica, Hanna,
Milla, Maryam, Nisrina, Sinta, Maylina dan kak Jupe yang selalu membuat
segala urusan di kosan menjadi berwarna.
xi
11. Teman–teman seperjuangan perbankan syariah angkatan 2014 yang saya
cintai dan banggakan, terima kasih atas empat tahun yang begitu berkesan
bersama–sama kalian dan semoga kita tetap bisa terus berkomunikasi,
bersilaturahmi dan saling terus mengingatkan dalam hal kebaikan.
12. Teman-teman SEISDANCE para penari saman yang cantik-cantik yang
mengajarkan saya arti solidaritas dan teamwork.
13. Teman-teman KKN Kelompok 076 OCTOPUS terima kasih untuk
kenangan dan pembelajaran selama mengabdi di Desa Marga Sari,
Tigaraksa, Banten.
14. Seluruh jajaran pengurus HMJ Perbankan Syariah 2015/2016 dan seluruh
Mahasiswa/i perbankan syariah dari semua angkatan yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu–persatu, yang telah bersama saya selama
kepengurusan,terima kasih atas kerjasama, pembelajaran dan loyalitas
kalian selama kepengurusan.
15. Seluruh jajaran pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis 2016/2017 yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu–
persatu, yang telah bersama saya selama kepengurusan, terima kasih atas
kerjasama, pembelajaran dan loyalitas kalian selama kepengurusan..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki oleh
penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukkan, baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 10 Mei 2018
Silfia Permata Sari
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DATA RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ....................................................................................................... 9
C. Perumusan Masalah .................................................................................................. 9
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 13
xiii
1. Bank Umum Syariah ........................................................................................ 13
2. Pembiayaan Bank Syariah ................................................................................. 23
B. Pembiayaan Murabahah ......................................................................................... 23
C. Pembiayaan Mudharabah ....................................................................................... 28
D. Pembiayaan Ijarah .................................................................................................. 33
E. Pinjaman Qardh ...................................................................................................... 36
F. Laba Bersih ............................................................................................................. 41
G. Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 48
H. Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 55
I. Hubungan Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen . 57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 61
B. Populasi dan Sampel Peneliti .................................................................................. 62
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 64
D. Metode Analisis Data ............................................................................................. 65
1. Uji Asumsi Klasik............................................................................................... 65
a. Uji Normalitas ............................................................................................... 66
b. Uji Multikolonieritas ..................................................................................... 67
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................................. 68
d. Uji Autokorelasi ............................................................................................ 69
2. Uji Hipotesis ....................................................................................................... 70
a. Uji F (Simultan) ............................................................................................ 70
b. Uji t (Parsial) ................................................................................................. 71
c. Uji Koefisien Determinasi (𝑅2) .................................................................... 72
3. Analisis Regresi Linier Berganda ....................................................................... 74
E. Operasional Variabel .............................................................................................. 75
xiv
1. Variabel Dependen (Y) ....................................................................................... 75
2. Variabel Independen (X) .................................................................................... 75
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 77
1. Sejarah Singkat .................................................................................................. 77
2. Status Bank Syariah ........................................................................................... 80
3. Produk dan Layanan .......................................................................................... 80
4. Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad pada Bank Umum Syariah ........ 82
5. Ekuivalen Tingkat Imbalan pada Pembiayaan di Bank Umum Syariah. ........... 83
B. Deskripsi Data ........................................................................................................ 83
1. Deskripsi Variabel Pembiayaan Murabahah ..................................................... 83
2. Deskripsi Variabel Pembiayaan Mudharabah ................................................... 85
3. Deskripsi Variabel Pembiayaan Ijarah .............................................................. 87
4. Deskripsi Variabel Pembiayaan Qardh .............................................................. 88
5. Deskripsi Variabel Laba Bersih ......................................................................... 90
C. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................................... 92
1. Uji Asumsi Klasik................................................................................................... 92
a. Uji Normalitas ............................................................................................... 92
b. Uji Multikolonieritas ..................................................................................... 96
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................................. 97
d. Uji Autokorelasi ............................................................................................ 99
2. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 100
a. Uji F (Simultan) .......................................................................................... 100
b. Uji-t (Parsial) .............................................................................................. 101
c. Koefisien Determinasi (𝑅2) ........................................................................ 104
3. Analisis Regresi Linier Berganda ..................................................................... 105
xv
D. Interpretasi ............................................................................................................ 107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 111
B. Implikasi ............................................................................................................... 112
C. Saran ...................................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 115
LAMPIRAN ....................................................................................................... 119
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan ........................................ ................................... ... Halaman
1.1 Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Ijarah dan Qardh pada
Bank Umum Syariah Periode Tahun 2014-2017 .................................. 6
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 49
3.1 Proses Pengambilan Sampel Penelitian ................................................ 62
3.2 Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi . 74
4.1 Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad........................................ 82
4.2 Ekuivalen Tingkat Imbalan pada Pembiayaan....................................... 83
4.3 Pembiayaan Murabahah ........................................................................ 84
4.4 Pembiayaan Mudharabah ...................................................................... 86
4.5 Pembiayaan Ijarah ................................................................................. 87
4.6 Pembiayaan Qardh ................................................................................. 89
4.7 Laba Bersih ............................................................................................ 91
4.8 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ................................................... 95
4.9 Uji Multikolonieritas .............................................................................. 96
4.10 Uji Glejser .............................................................................................. 99
4.11 Uji Autokorelasi ..................................................................................... 100
4.12 Uji F (Simultan) ..................................................................................... 101
4.13 Uji t (Parsial) .......................................................................................... 102
4.14 Uji Linier Berganda ................................................................................ 104
4.15 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................... 105
xvii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan .............................................................................. Halaman
2.1 Skema Murabahah ................................................................................ 26
2.2 Skema Mudharabah .............................................................................. 31
2.3 Skema Ijarah ......................................................................................... 35
2.4 Skema Qardh ........................................................................................ 39
2.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 56
4.1 Grafik Histogram .................................................................................. 93
4.2 Grafik P-p Plot ...................................................................................... 94
4.3 Grafik Scatterplot .................................................................................. 98
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan ................................................................................ Halaman
1. Data Variabel Penelitian ...................................................................... 119
2. Uji Asumsi Klasik................................................................................. 123
3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 126
4. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................ 127
5. Titik Persentase Distribusi t ................................................................. 128
6. Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita= 0,05 ......................... 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri perbankan merupakan industri yang mempunyai berbagai risiko, hal
ini dikarenakan melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk
berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga dan
penanaman dana lainya (Imam Ghozali, 2007). Menurut Undang-undang No. 10
Tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya.
Perbankan di Indonesia menganut dual system banking yaitu sistem perbankan
konvensional dan sistem perbankan syariah. Sistem perbankan konvensional
seperti yang kita ketahui menggunakan prinsip bunga (interest) dan perbankan
syariah menggunakan prinsip bagi hasil.
Perbankan merupakan salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa
pengiriman uang. Hal tersebut dikarenakan bank merupakan suatu lembaga
intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. (Antonio, 2001)
2
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga
keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui
aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip
syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai nilai syariah yang bersifat makro
maupun mikro. (Ascarya dan Ascarya, 2008:25).
Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat,
bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulasi yang non produktif seperti
perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar),
bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai
alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku
perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah (Ascarya dan Ascarya, 2008:30).
Secara umum konsep perbankan syariah menawarkan sistem perekonomian
yang sesuai dengan syariat Islam/ prinsip syariah. Ada beberapa perbedaan konsep
dalam perbankan konvensional yang dianggap membawa kesengsaraan karena
mengandung unsur riba, unsur riba dianggap sangat bertentangan dengan syariat
Islam. Pada permulaan perkembangannya perbankan syariah menawarkan berbagai
produk perbankan yang bebas bunga berupa pembiayaan bagi hasil atau yang
popular dikenal sebagai Profit and Loss Sharing (PLS) dan pembiayaan murabahah.
(IBI, 2001)
3
Seiring berjalannya waktu, pembiayaan bagi hasil ternyata sulit untuk
diterapkan karena pada produk-produk berbasis PLS bank disamping berbagi
keuntungan dengan nasabah juga harus berbagi kerugian. Hal tersebut dibuktikan
berdasarkan penelitian yang dilakukan Abdullah Saeed (2000) terhadap bank-bank
Islam yang beroperasi di Timur Tengah, yang menyatakan bahwa bank-bank Islam
enggan menjalankan produk-produk bersistem PLS karena resiko yang mungkin
diterima oleh bank sangat tinggi, suatu resiko yang bersama berjalannya waktu,
telah memaksa bank untuk ‘merenovasi’ bentuk dan isi bagi hasil hingga berbeda
jauh dari apa yang ditemukan dalam fiqih, diantaranya ialah dalam fiqih pembagian
hasil dilakukan dengan cara musyawarah antara kedua belah pihak tetapi dalam
kenyataannya tidak demikian.
Kinerja perbankan syariah relatif baik ditandai dengan pertumbuhan yang
tinggi pada sejumlah indikator utama perbankan syariah. Total aset perbankan
syariah (BUS dan UUS) tumbuh 5.44% menjadi Rp 387,74 triliun. Laju
pertumbuhan seluruh indikator penting perbankan syariah pada tahun 2017
melebihi dari yang dicapai pada tahun 2016. Sesuai dengan fungsinya, sebagai
lembaga intermediary keuangan, Bank Syariah mendapatkan bagi hasil dari dana
yang ditempatkan pada nasabahnya.
Besarnya nisbah bagi hasil didasarkan atas kesepakatan kedua belah pihak
antara nasabah dan Bank. Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam
menentukan bagi hasil di Bank Syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang
disepakati bersama yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil,
perlu diperhatikan aspek-aspek: data usaha, kemampuan angsuran, hasil usaha yang
dijalankan, nisbah pembiayaan dan distribusi pembagian hasil. Untuk mengurangi
4
perselisihan terutama atas biaya-biaya, penentuan nisbah disarankan menggunakan
jumlah pendapatan sebagai patokan dalam melakukan hasil antara Bank dengan
nasabah.(Karim, 2014:245).
Jasa-jasa yang ditawarkan bank syariah dikemas dalam produk-produk bank
syariah, salah satunya pembiayaan. Pembiayaan adalah penyaluran dalam bentuk
barang/ jasa yang dibelikan bank untuk nasabahnya. Beberapa pembiayaan utama
pada bank syariah, yaitu pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh.
(Perwataatmadja dan Tanjung, 2007:77).
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan berupa talangan dana yang
dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang/ jasa dengan kewajiban
mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya pada waktu jatuh tempo. Bank
memperoleh margin keuntungan dari transaksi jual-beli antara bank dengan
pemasok dan antara bank dengan nasabah. Model pengembalian talangan dana
seluruhnya pada waktu jatuh tempo biasanya diberikan kepada objek pembiayaan
yang tidak segera menghasilkan, seperti misalnya untuk kebutuhan traktor petani
tidak mungkin dibayar kembali sebelum tanamannya menghasilkan. (Karim,
2009:113).
Pembiayaan mudharabah yaitu pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada
suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih
dibagi antara bank sebagai penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola
usaha (mudharib) sesuai dengan kesepakatan. Umumnya, shahibul mal
menyediakan modal 100% kepada mudharib. Pada akhir jangka waktu pembiayaan,
dana pembiayaan dikembalikan kepada bank. Apabila terjadi kerugian karena
5
proses normal, bukan karena kelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Apabila terjadi kerugian karena
kelalaian atau kecurangan pengelola, maka pengelola bertanggung jawab
sepenuhnya. Bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, bank syariah akan
membagihasilkan (nisbah) kepada pemiliki dana yang telah disepakati dan telah
dituangkan dalam akad (Umiyati dan Syarif, 2016).
Pembiayaan ijarah yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan
nasabah untuk memiliki suatu barang/ jasa dengan kewajiban menyewa barang
tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Pada akhir
jangka waktu tersebut, pemilikan barang dihibahkan kepada nasabah atau dibeli
oleh nasabah. Bank memperoleh margin melalui pembelian dari pemasok dan upah
sewa (ujroh) dari nasabah. (Nurul Ichsan, 2014:255).
Pinjaman Qardh menurut PSAK 59 adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima
imbalan namun tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan didalam perjanjian.
Bank syariah disamping memberikan pinjaman Qardh, juga dapat menyalurkan
pinjaman dalam bentuk Qardhul Hasan. Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa
imbalan yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut selama
jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir
periode yang disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena
6
kelalaiannya, maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman. (Nurul
Ichsan, 2014:262).
Berikut adalah kondisi pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan
qardh pada Bank Umum Syariah periode tahun 2014-2017.
Tabel 1.1
Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Ijarah dan Qardh
pada Bank Umum Syariah periode tahun 2014-2017
(Dalam Milyar Rupiah)
Tahun Pembiayaan
Murabahah
Pembiayaan
Mudharabah
Pembiayaan
Ijarah
Pembiayaan
Qardh
Laba
Bersih
2014 91.874 8.754 1.917 5.256 702
2015 93.647 8.431 1.564 3.308 635
2016 110.101 8.012 1.883 3.921 952
2017 114.570 7.050 2.791 5.477 987
Sumber: SPS OJK Desember 2017
Berdasarkan pada tabel di atas bahwa pada pembiayaan murabahah
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi, pada pembiayaan
mudharabah, pembiayaan ijarah dan pembiayaan qardh mengalami penurunan pada
tahun 2015 diikuti dengan penurunan laba bersih. Pada tahun berikutnya
pembiayaan mudharabah mengalami penurunan kembali sedangkan pembiayaan
ijarah dan pinjaman qardh mengalami kenaikan kembali diikuti dengan laba bersih
7
yang mengalami kenaikan. Dalam hal ini pembiayaan yang mendominasi adalah
pembiayaan murabahah di setiap tahunnya. Namun, itu tidak merubah dalam
penurunan dan kenaikan pada laba bersih yang diterima oleh bank syariah.
Pertumbuhan dan penurunan laba bersih secara empiris cukup erat
kaitannya dengan pergerakan asset Bank Syariah. Jika ekspektasi terhadap
pertumbuhan laba bersih Bank Syariah di masa mendatang mendominasi sentimen
aset maka seringkali mejadi penyebab kenaikan asset di Bank Syariah. Namun jika
aktual laba bersih lebih rendah dari ekspektasi seringkali menyebabkan penurunan
nilai aset. (Ariyani, 2014:5)
Pembiayaan yang berpotensi menghasilkan keuntungan dan tidak
menghasilkan keuntungan akan berpengaruh terhadap tingkat laba bersih yang
diperoleh bank. Laba bersih akan mengalami peningkatan ketika pembiayaan-
pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah mampu menghasilkan keuntungan
yang tinggi, semakin tinggi pembiayaan yang disalurkan maka semakin tinggi pula
pendapatan yang diterima oleh bank. Pendapatan yang meningkat akan
berpengaruh pada tingkat laba dan profitabilitas bank. (Ariyani, 2014:7)
Dengan meningkatnya tingkat pembiayaan pada akhirnya akan
meningkatkan laba bersih (net income), kemudian dengan laba bersih yang besar
bank akan mampu menghadapai persaingan sekaligus melakukan ekspansi pasar
dan kontinuitas usaha bank akan lebih terjamin serta meratanya tingkat pembiayaan
yang diperoleh setiap produk dengan perbandingan tidak terlalu jauh akan membuat
posisi bank lebih stabil dan mengoptimalkan peraihan laba, walaupun ada satu
produk yang sekiranya bermasalah dan menimbulkan risiko, tetapi risiko itu
8
tentunya tidak secara signifikan mempengaruhi usaha bank dalam menghasilkan
laba karena masih terantisipasi oleh pembiayaan produk-produk lainnya. (Salman,
2012:86)
Melihat fenomena yang terjadi diatas pada bank umum syariah, maka
penelitian ini memberikan solusi untuk meningkatkan laba bersih dengan cara
meningkatkan penyaluran kepada masyarakat atas pembiayaan-pembiayaan yang
diberikan oleh setiap bank umum syariah dan memberikan suatu informasi yang
terjadi pada bank umum syariah secara realita.
Penelitian tentang pengaruh pembiayaan terhadap laba bank umum syariah
(BUS) telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian Dinna (2014)
menunjukkan bahwa Pembiayaan Murabahah dan pembiayaan Bagi Hasil
berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba bersih. Sedangkan,
pembiayaan qardh tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba bersih.
Penelitian Dini (2017) menunjukkan bahwa pembiayaan mudharabah, musyarakah,
murabahah, dan ijarah berpengaruh positif terhadap tingkat laba bersih pada Bank
Muamalat & Bank Syariah Mandiri bank syariah.
Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian ini, karena pertama dalam penelitian terdahulu masih
banyak perbedaaan dalam hasil yang diteliti di setiap periodenya, kedua
menjelaskan kembali fenomena yang benar-benar terjadi terhadap laba bersih Bank
Umum Syariah di periode yang lebih berbeda, dan ketiga memberikan suatu
informasi yang lebih up to date. Hal ini berdasarkan permasalahan di atas maka
penulis melakukan penelitian yang berjudul:
9
“Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Ijarah dan Qardh
Terhadap Tingkat Laba Bersih Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode Tahun 2014-2017”.
B. Batasan Masalah
Setiap Permasalahan yang ada hakikatnya sangat kompleks, sehingga
penulis tidak dapat menyelidikinya secara keseluruhan karena keterbatasan yang
ada dalam diri penulis dan hanya permasalahan yang ada dalam fokus penelitian
ini. Untuk hal tersebut maka penulis menganggap perlu untuk membatasi
permasalahan tentang “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Ijarah dan
Qardh Terhadap Tingkat Laba Bersih Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode Tahun 2014-2017”. Variabel independen mengenai pembiayaan
murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh di fokuskan pada objek penelitian yaitu
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Negara Indonesia
Syariah yang termasuk dalam Bank Umum Syariah terhadap tingkat laba bersih.
Sedangkan untuk periode data yang akan di uji dibatasi dari tahun 2014 sampai
tahun 2017.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan murabahah,
mudharabah, ijarah dan qardh terhadap tingkat laba bersih pada Bank
Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2014-2017?
10
2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan pembiayaan murabahah
mudharabah, ijarah dan qardh terhadap tingkat laba bersih pada Bank
Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2014-2017?
3. Variabel manakah terdapat pengaruh yang paling dominan pembiayaan
murabahah mudharabah, ijarah dan qardh terhadap tingkat laba bersih pada
Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2014-2017 ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan apakah terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan
murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh terhadap tingkat laba bersih pada
Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2014-2017.
2. Untuk menjelaskan apakah terdapat pengaruh secara simultan pembiayaan
murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh terhadap tingkat laba bersih pada
Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2014-2017.
3. Untuk menjelaskan variabel manakah terdapat pengaruh yang paling
dominan pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh terhadap
tingkat laba bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun
2014-2017.
11
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Teoritis
a. Bagi Akademisi
Memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pengaruh pembiayaan
murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh terhadap tingkat laba bersih pada Bank
Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2014-2017.
b. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai perbankan syariah terutama
konsep murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh. Serta mengetahui seberapa besar
pengaruh dari pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh terhadap laba
bersih perbankan syariah. Penelitian juga dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang selama ini telah didapat dibangku kuliah secara teoritis
dikaitkan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan.
2. Praktisi
a. Bagi Perbankan Syariah
Memberikan gambaran mengenai penyaluran pembiayaan dan dapat membantu
Bank Umum Syariah dalam menjalankan operasinya yang berprinsipkan syariah
dalam rangka meningkatkan laba bersih, khususnya melalui pembiayaan
murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh.
b. Bagi Pemerintah
12
Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pemerintah dalam menentukan kebijakan
pada perbankan syariah untuk menumbuhkembangkan dunia usaha dan
menggerakkan sektor riil yang ada di Indonesia sehingga dapat meningkatkan
perekonomian nasional.
c. Bagi Investor
Dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi di perusahaan-perusahaan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Umum Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1, disebutkan
bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. (Rizal dkk, 2014:45).
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut dengan
financial intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam
aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan
selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya
perdagangan yang utama. (Muhammad, 2005:1).
Bank terdiri dari dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional yang terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan
Rakyat. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). (Muhammad, 2005:3).
Bank Umum Syariah adalah bank yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari
14
kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.(Karim,
2014:98)
Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, disebutkan bahwa Bank Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat. Bank syariah juga dapat mejalankan fungsi
sosial dalam bentuk lembaga baitulmal, yaitu menerima dana yang berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah atau sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat. (Rizal dkk, 2014:48)
Bank syariah merupakan Islamic Financial Institution dan lebih dari
sekedar bank (beyond banking) yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadits
(tuntunan Rasulullah Saw.) yang mengacu pada prinsip muamalah, yakni sesuatu
itu boleh dilakukan, kecuali jika ada larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits
yang mengatur hubungan antarmanusia terkait ekonomi, sosial, dan politik (IBI,
2014:7). Menurut UU No. 10 tahun 1998 definisi bank syariah adalah bank umum
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
Setiap lembaga keuangan syari’ah mempunyai falsafah mencari
keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Oleh karena
itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari
tuntunan agama, harus dihindari. Berikut adalah falsafah yang harus diterapkan
oleh Bank Syariah. (Muhammad, 2005:3)
15
a. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:
a) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti
b) keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman, ayat : 34);
Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
c) Menghindari penggunaan sistem persentasi untuk pembebanan biaya
terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang
mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis hutang/simpanan
tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS. Ali’ Imron, 130);
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba
dengan berlipat gandadan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.
d) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi
dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan
baik kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim)
e) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atau
hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela
(HR. Muslim)
b. Menetapkan sistem bagi hasil dalam perdagangan
16
Adapun dasar hukum bank syariah yang melandasi di setiap kegiatan/
transaksinya antara lain:
1) Al-Qur’an
Kegiatan perbankan yang dilakukan di bank konvensional tidak
sesuai dengan syariah Islam dikarenakan adanya praktek riba. Sehingga
para Ulama termotivasi untuk mendirikan perbankan syariah di Indonesia
berdasarkan firman Allah SWT pada Q.S. Al-Baqarah ayat 275:
Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) ribatidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil
riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.
Para ulama Indonesia mendirikan bank bebas dari bunga karena
Allah telah menjelaskan bahwa riba itu haram dan jual beli itu halal. Selain
itu, Allah juga menjelaskan bahwa memakan harta sesama dengan jalan
yang bathil itu juga dilarang. Allah SWT berfirman dalam Q.S. An-Nisa’
Ayat 29:
17
Artiya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
2) Al-Hadist
Di dalam hadis juga menjelaskan bahwa riba itu dilarang. Hadis
berfungsi menjelaskan lebih lanjut tentang ayat-ayat Al-Qur’an sehingga
lebih spesiifik.Seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Shabah dan Zuhair bin
Harb dan Utsman bin Abu Syaibah mereka berkata: Telah mencerikan
kepada kami Husyaim telah mengabarkan kepada kami Abu Az Zubair
dari Jabir dia berkata, “Rasulullah Shallahu „Alaihi Wasallam melaknat
pemakan riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-
saksinya.” Dia berkata, “Mereka semua sama.”
3) Fatwa MUI/ DSN Tentang Perbankan Syariah
Dewan Syariah Nasional selanjutnya disebut DSN, dibentuk pada tahun
1997 yang merupakan hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah
pada bulan Juli 1997.DSN merupakan lembaga otonom di bawah Majelis
Ulama Indonesia yang dipimpin oleh ketua umum Majelis Ulama Indonesia.
Fatwa DSN No. 7/DSN-MUI/2000, dalam fatwa ini disebutkan:
“Lembaga keuangan Syariah sebagai penyedia dana, menanggung
semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah)
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
18
4) Peraturan Bank Indonesia (PBI)
PBI yang secara khusus merupakan peraturan pelaksana dari UU
No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah dan telah diundangkan
hingga saat ini yaitu:
a) PBI No. 10/16/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah
dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa bank syariah.
b) PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang produk bank syariah dan Unit
Usaha Syariah
c) PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang rekonstruksi pembiayaan bagi
bank syariah.
d) PBI No. 10/23/PBI/2008 tentang perubahan kedua atas PBI No.
6/21/PBI/2004 tentang giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta
asing bagi bank umum yang melaksanaan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
e) PBI No. 10/24/PBI/2008 tentang perubahan kedua atas PBI No.
8/21/PBI/2008 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdsarkan prinsip syariah..
f) PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang komite perbankan syariah.
g) PBI No. 11/3/PBI/2009 Tentang Bank Umum Syariah
Fungsi dan peran bank syariah merupakan sistem keuangan yang
menjembatani antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
memiliki kelebihan dana melalui produk dan jasa keuangan yang sesuai
19
dengan prinsip-prinsip syariah. Fungsi bank syariah terbagi menjadi dua,
yaitu: (Ascarya & Yumanita, 2005:13)
1) Sebagai badan usaha, bertugas untuk menghimpun dana, menyalurkandana
dan menyediakan jasa keuangan atau non keuangan
2) Sebagai badan sosial, bertugas untuk penghimpunan dan penyaluran zakat
serta menyalurkan dana pinjaman kebajikan.
Terkait dengan fungsi dan peran lembaga perbankan, maka secara khusus
bank syariah secara nyata dapat terwujud dalam aspek-aspek berikut:
(Muhammad, 2002:13)
1) Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi
fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.
Disamping itu, bank syariah perlu mencontoh keberhasilan Serikat Dagang
Islam, kemudian dotarik keberhasilannya untuk masa kini (nasionalis,
demokratis, religius, ekonomis).
2) Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. Artinya
pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan,
dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi transparan.
3) Memberikan return yang lebih baik. Artinya, investasi di bank syariah tidak
memberikan janji yang pasti mengenal return (keuntungan) yang diberikan
kepada investor. Oleh karena itu, bank syariah harus mampu memberikan
return yang lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional.
4) Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank syariah
mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat. Dengan
demikian, spekulasi dapat ditekan.
20
5) Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan
hanyamengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan
zakat, infaq dan shadaqah (ZIS). Dana ZIS dapat disalurkan melalui
pembiayaan Qardul Hasanah, sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi. Pada akhirnya terjadi pemerataan ekonomi.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya, sumber
dana bank syariah dapat diperoleh dari pihak ketiga atau masyarakat dalam
bentuk: (muhammad, 2014:115)
1) Titipan (wadi‟ah) simpanan yang dijamin kemanan
danpengembaliannya tetapi tanpa memperoleh imbalan atau
keuntungan.
2) Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko untuk investasi
umum di mana bank akan membayar bagian keuntungan secara
proposional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut.
3) Investasi khusus (mudharabah muqayadah) dimana bank bertindak
sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee.
Dengan demikian, sumber dana bank syariah terdiri dari: (muhammad, 2014:117)
a. Modal Inti
Modal inti adalah modal sendiri yaitu dana yang berasal dari pemegang
saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari:
Modal yang disetor oleh pemegang saham, Cadangan, Laba ditahan.
21
b. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah,
yaitu akad kerja sama antara pemilik dan dengan pengusaha untuk melakukan
suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan
bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai
mudharib bank menyediakan jasa bagi investor berupa: Rekening Investasi
Umum Rekening Investasi Khusus Rekening Tabungan Mudharabah
c. Dana Titipan (wadiah/non remunerated deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang
umumnya berupa giro atau tabungan.
Produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah secara garis besar dibagi
menjadi tiga bagian besar, yaitu: (Al Arif, 2010:34)
1) Produk Penghimpunan Dana (Funding)
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah.
2) Produk Penyaluran Dana (financing)
Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaannya, yaitu:
a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang, dimana
keuntungan bank telah di tentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang
22
atau jasa yang dijual. Barang yang diperjualbelikan dapat berupa barang konsumtif
maupun barang produktif. Akad yang dipergunakan dalam produk jual beli ini
adalah murabahah, salam dan istishna.
b) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa,
dimana keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang
atau jasa yang disewakan. Namun dalam beberapa kasus, prinsip sewa dapat pula
disertai dengan opsi kepemilikan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah ijarah
dan ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT).
c) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama
yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa sekaligus, dimana tingkat
keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip
bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil
yang disepakati dimuka. Produk yang digunakan dalam prinsip ini adalah
musyarakah dan mudharabah.
d) Pembiayaan dengan Akad Pelengkap
Pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar
pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip diatas. Berikut akad pelengkap
tersebut, yaitu: hawalah (alih hutang-piutang), rahn (gadai), qardh (pinjaman
uang), wakalah (perwakilan), kafalah (garansi bank).
3) Produk Jasa (service)
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara
pihak yang kelebihan dana (surplus of fund) dan kekurangan dana (deficit of fund),
23
bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan
tersebut antara lain berupa: Sharf (Jual beli valuta asing) dan wadiah (titipan)
2. Pembiayaan Bank Syariah
Di bank syariah pembiayaan merupakan produk perbankan yang
berlandaskan prinsip prinsip yang ada dalam ajaran Islam dan tidak hanya
berorientasi pada keuntungan bank saja tetapi diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi nasabah yang bermitra dengan bank syariah. Pembiayaan adalah
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit (Antonio, 2001:106).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan adalah transaksi penyediaan dana atau barang serta fasilitas lainnya
kepada mitra yang tidak bertentangan dengan Syariah dan Standar Akuntansi
Perbankan Syariah (Karim, 2014:333).
Pembiayaan berfungsi untuk meningkatkan daya guna, peredaran, dan lalu
lintas uang; meningkatkan daya guna dan peredaran barang; meningkatkan aktivitas
investasi dan pemerataan pendapatan; dan sebagai aset terbesar yang menjadi
sumber income terbesar bank (Karim, 2014:334).
B. Pembiayaan Murabahah
1 Pengertian Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam
murabahah, disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik
murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga
24
pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada
biaya tersebut (Karim, 2009:113). Landasan syariah dalam pembiayaan
murabahah, yaitu surat Al-Baqarah ayat 275 : (Antonio, 2001:102)
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Al-
Baqarah: 275)
Transaksi murabahah tidak harus dalam bentuk pembayaran tangguh
(kredit), melainkan dapat juga dalam bentuk tunai setelah menerima barang,
ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima barang, ataupun ditangguhkan
dengan membayar sekaligus di kemudian hari (PSAK 102 paragraf 8) (Yaya dkk.,
2014:158). Ketentuan syar’i terkait dengan transaksi murabahah, digariskan oleh
fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Jenis-jenis murabahah, yaitu: (Salman,
2012:145)
25
a. Murabahah Berdasarkan Pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah
ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat
atau tidak mengikat berarti pembeli untuk membeli barang yang dipesannya.
Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang yang
dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesannya. Adapun murabahah yang
bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi pembeli
tersebut tidak terikat maka pembeli dapat meneriman atau membatalkan barang
tersebut.
b. Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat.
Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak sehingga
penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.
2. Fitur dan Mekanisme Pembiayaan Murabahah
Fitur dan mekanisme pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut :
(Soemitra A. M., 2009:79)
a. Bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan transaksi
murabahah dengan nasabah.
b. Bank dapata membiayai sebgaian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
c. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang
yang dipesan nasabah.
26
d. Bank dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar dengan
tanpa diperjanjikan dimuka.
Secara umum aplikasi perbankan murabahah dapat digambarkan
dalam skema berikut ini :
Gambar 2.1
Skema Murabahah
3. Aplikasi Murabahah dalam Perbankan Syariah
Murabahah kepada pemesan pembelian (KPP) umumnya diterapkan
produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik
maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit (L/C). Skema ini paling banyak
digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa
bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya. (Antonio, 2001:104).
Kalangan perbankan syariah di Indonesia banyak menggunakan
almurabahah secara berkelanjutan (roll over/ evergreen) seperti untuk modal kerja,
padahal sebenarnya al-murabahah adalah kontrak jangka pendek dengan sekali
akad (one short deal). Al-murabahah tidak dapat diterapkan untuk skema modal
27
kerja. Akad murabahah lebih sesuai untuk skema tersebut. Hal ini mengingat
prinsip mudharabah memiliki fleksibiltas yang
sangat tinggi (Antonio, 2001:106).
4. Manfaat dan Risiko Murabahah
Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salahsatunya
adalah keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga
jual kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah juga sederhana. Hal tersebut
memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Pemberian pembiayaan
murabahah dengan jangka waktu panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya
hasil kepada dana pihak ketiga(Karim, 2009:263). Risiko ini timbul karena hal
sebagai berikut:
a. Kenaikan DCRM (Direct Competitor’s Market Rate)
b. Kenaikan ICRM (Indirect Competitor’s Market Rate)
c. Kenaikan ECRI (Expected Competitive Return for Investors)
Oleh karena itu, bank dapat menetapkan jangka waktu maksimal untuk
pembiayaan murabahah dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini: (Karim,
2009:265).
1) Tingkat (margin) keuntungan saat ini dan prediksi perubahannya dimasa
mendatang yang berlaku di pasar perbankan syariah (Direct Competitor’s
Market rate - DCRM). Semakin cepat perubahan DCRM diperkirakan akan
terjadi, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
2) Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di masa mendatang
yang berlaku dipasar perbankan konvensional (Indirect Competitor’s
28
Market Rate – ICRM). Semakin cepat perubahan ICRM diperkirakan akan
terjadi, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
3) Ekspektasi Bagi Hasil kepada Dana Pihak Ketiga yang kompetitif di pasar
pebankan syariah (Expected Competitor’s Return for Investors – ECRI).
Semakin besar perubahan ECRI diperkirakan akan terjadi, semakin pendek
jangka waktu maksimal pembiayaan.
C. Pembiayaan Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (shahibul
mal atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua
(mudharib atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi
keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad,
sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah kecuali jika pihak
kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
Landasan syariah pembiayaan mudharabah adalah Fatwa DSN MUI No. 7/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) (Soemitra, 2009:81).
Dasar hukum pembiayaan mudharabah, yaitu : (IBI, 2014:35)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (An-Nisa: 29)
29
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shalih bin Shuhaib bahwa Rasulullah
saw bersabda: “Tiga perkara yang didalamnya terdapat berkah yaitu jual beli
secara tangguh, mudharabah dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah bukan untuk dijual” (Antonio, 2001:96).
Menurut PSAK 105, kontrak mudharabah dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
(Yaya dkk., 2014:108)
a. Mudharabah Muqayyadah, yaitu bentuk kerjasama antara pemilik dana dan
pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik
dana dalam hal tempat, cara, dan/atau objek investasi. Mudharabah
muqayyadah ini disebut dengan mudharabah terikat (restricted
mudharabah).
b. Mudharabah mutlaqah, yaitu bentuk kerjasama antara pemilik dana dan
pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam ha tempat,
cara, maupun objek investasi. Mudharabah mutlaqah disebut dengan
mudharabah tidak terikat (unrestricted mudharabah).
c. Mudharabah musytarakah, yaitu bentuk mudharabah dimana pengelola
dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Akad
musytarakah ini pada dasarnya merupakan perpaduan antara akad
mudharabah dan akad musyarakah.
2. Fitur dan Mekanisme Pembiayaan Mudharabah
Fitur dan mekanisme pembiayaan mudharabah sebagai berikut: (Soemitra,
2009:81)
30
a) Bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal) yang menyediakan dan
dengan fungsi sebagai modal kerja, dan nasabah bertindak sebagai
pengelola dana (mudharib) dalam kegiatan usahanya.
b) Bank memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah
walaupun tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah, antara lain
bank dapat melakukan review dan meminta bukti-bukti dari laporan hasil
usaha nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggung
jawabkan.
c) Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam nisbah yang
disepakati.
d) Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang waktu
investasi kecuali atas dasar kesepakatan para pihak.
e) Jangka waktu pembiayaan atas dasar akad mudharabah, pengembalian
dana, dan pembagian hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan bank
dan nasabah.
f) Pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk uang
dan/atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang tagihan.
g) Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk
uang harus dinyatakan secara jelas jumlahnya.
h) Pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk barang,
maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net realizable
value) dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.
31
i) Pengembalian pembiayaan atas dasar mudharabah dilakukan dalam dua
cara, yaitu cara angsuran ataupun sekaligus pada akhir periode, sesuai
dengan jangka waktu pembiayaan atas dasar akad mudharabah.
j) Pembagian hasil usaha dilakukan atas dasar laporan hasil usaha pengelola
dana (mudharib) dengan disertai bukti pendukung yang dapat
dipertanggungjawabkan.
k) Kerugian usaha nasabah mengelola dana (mudharib) yang dapat ditanggung
oleh bank selaku pemilik dana (shahibul mal) adalah maksimal sebesar
jumlah pembiayaan yang diberikan (ra’sul mal). Secara umum aplikasi
perbankan mudharabah dapat digambarkan dalam skema berikut ini :
Gambar 2.2
Skema Mudharabah
3. Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah
Pengaplikasian mudharabah secara garis besar dapat dilihat dari bagaimana
cara pengoperasionalan perbankan Islam dalam proses kegiatan menghimpun dana
menyalurkan dana tersebut. Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk
32
pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan
pada: (Antonio, 2001:97)
a) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya; deposito
biasa.
b) Deposito spesial (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah
khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk :
a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b) Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syaratsyarat yang
sudah diterapkan oleh shahibul mal.
4. Manfaat dan Risiko Mudharabah
Pembiayaan mudharabah memiliki manfaat dan risiko bagi pemilik modal
maupun pengelola. Terdapat beberapa manfaat pada pembiayaan mudharabah
diantaranya adalah: (Antonio, 2001:97)
a) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
b) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/ hasil usaha bank
sehingga tidak akan pernah mengalami negative spread.
c) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
33
d) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-
benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
e) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam
pembiayaan, relatif tinggi. Diantaranya : (Antonio, 2001:98)
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak;
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja;
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur
D. Pembiayaan Ijarah
1. Pengertian Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan ijarah adalah penyediaan dana dalam rangka memindahkan
hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Landasan syariah akad
ijarah adalah Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan
ijarah (Soemitra, 2009:85).
Landasan syariah pembiayaan ijarah, yaitu : (Antonio, 2001:117)
34
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Baqarah: 233).
Bentuk pembiayaan ini merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika
kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli aset terpenuhi, dan investor hanya
membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar
untuk membeli aset tersebut (Ascarya, 2008:101).
2. Fitur dan Mekanisme Pembiayan Ijarah
Menurut Soemitra itur dan mekanisme pembiayaan ijarah sebagai berikut:
(Soemitra, 2009:85)
a) Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi ijarah
dengan nasabah.
b) Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan objek
sewa yang dipesan nasabah.
c) Pengembalian atas penyediaan dana bank dapat dilakukan baik di angsur
atau sekaligus
d) Pengembalian atas penyediaan dana bank tidak dapat dilakukan dalam
bentuk piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang. Secara umum
aplikasi perbankan ijarah dapat digambarkan dalam skema berikut ini :
35
Gambar 2.3
Skema Ijarah
3. Aplikasi Ijarah dalam Perbankan Syariah
Bank syariah yang mengoperasikan produk al-ijarah, dapat melakukan
leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial lease. Akan tetapi,
pada umumnya, bank-bank tersebut lebih banyak menggunakan al-ijarah al-
muntahiyah bit-tamlik karena lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank
pun tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada saat leasing
maupun sesudahnya (Antonio, 2001:118).
4. Manfaat dan Risiko Ijarah
Manfaat dari transaksi ijarah untuk bank syariah adalah keuntungan sewa
dan kembalinya uang pokok. Risiko yang terkait dengan pembiayaan ijarah
mencakup beberapa hal berikut: (Karim, 2009:264)
1) Dalam hal barang yang disewakan adalah milik bank, timbul risiko tidak
produktifnya aset ijarah karena tidak adanya nasabah. Hal ini merupakan
business risk yang tidak dapat dihindari.
36
2) Dalam hal barang yang disewakan bukan milik bank, timbul risiko rusaknya
barang oleh nasabah di luar pemakaian normal. Oleh karena itu, bank dapat
menetapkan kovenan ganti rugi kerusakan barang yang tidak disebabkan
oleh pemakaian normal.
3) Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewa bank kemudian disewakan kepada
nasabah, timbul risiko tidak perform-nya pemberi jasa. Oleh karena itu,
bank dapat menetapkan kovenan bahwa risiko tersebut merupakan tanggung
jawab nasabah karena pemberi jasa dipilih sendiri oleh nasabah.
E. Pinjaman Qardh
1. Pengertian Pinjaman Qardh
Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008
tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah perihal Qardh. Qardh
adalah suatu akad penyaluran dana oleh Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah
kepada nasabah sebagai utang piutang dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana tersebut kepada Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah pada
waktu yang telah disepakati.
Menurut Soemitra (2009:86) akad qardh adalah akad pinjaman dana
kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan pokok
pinjman yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati baik secara sekaligus
maupun cicilan . landasan syariah akad qardh adalah Fatwa DSN MUI No.
19/DSN-MUI/IV/2000 tentang Qardh.
37
“orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-
Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR-Muslim).
Dari ayat di atas menggambarkan bahwa tidak ada hal yang sia-sia di muka
bumi ini, melepaskan seorang muslim dari kesulitan di dunia, maka akan
mendapatkan balasan berupa dilepaskan kesulitan di akhiratm semakin sering
meringankan beban sesama musli sama juga dengan meringankan beban sendiri
saat di akhirat nanti.
2. Fitur dan mekanisme akad Pinjaman Qardh:
Fitur dan mekanisme pembiayaan mudharabah sebagai berikut: (Soemitra,
2009:87)
1) Bank bertindak sebagai penyedia dana untuk memberikan pinjaman
(qardh) kepada nasabah berdasarkan kesepakatan.
2) Bank dilarang dengan alasan apa pun untuk meminta pengembalian
pinjaman melebihi dari jumlah nominal yang sesuai akad.
3) Bank dilarang untuk membebankan biaya apa pun atas penyaluran
pembiayaan atas dasar qardh, kecuali biaya administrasi dalam batas
kewajaran.
4) Pengembalian jumlah pembiayaan atas dasar qardh, harus dilakukan oleh
nasabah pada waktu yang tealah disepakati.
38
5) Dalam hal nasabah digolongkan mampu namun tidak mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang telah disepakati,
maka bank dapat memberikan sanksi sesuai syariah dalam rangka
pembinaan nasabah.
Adapun tujuan dan manfaat pembiayaan berdasarkan akad Qardh,
menurut Muhamad (2014:55) adalah sebagai berikut:
a. Bagi Bank
1) Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana termasuk dalam rangka
pelaksanaan fungsi sosial bank.
2) Peluang bank untuk mendapatkan fee dari jasa lain yang disertai dengan
pemberian fasilitas Qardh.
b. Bagi Nasabah
1) Sumber pinjaman yang bersifat non-komersial.
2) Sumber pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan dana talangan
antara lain terkait dengan garansi dan pengambilalihan kewajiban.
Secara umum aplikasi perbankan mudharabah dapat digambarkan dalam
skema berikut ini :
39
Gambar 2.4
Skema Qardh
3. Aplikasi Qardh dalam Perbankan Syariah
Qardh adalah pinjaman uang. Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank
kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah
mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari satu paket
pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi. Aplikasi qardh dalam
perbankan biasanya dalam empat hal: (Heri Sudarsono: 2003: 81)
1. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah
akan melunasinya sebelum keberangkatan haji.
2. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik Bank
melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan.
40
3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut perhitungan Bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberi pembiayaan dengan skema jual-
beli Ijarah atau bagi hasil.
4. Sebagai pinjman kepada pengurus Bank, dimana Bank menyediakan fasilitas
ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus Bank. Pengurus Bank
akan mengembaliaknnya secara cicilan melalui pemotongan gajinya.
Berdasarkan definisi di atas kita dapat menyimpulakan
bahwa qardh dipandang dalam berbagai perspektif, mulai dari istilah secara bahasa
sampai pada hukum syara’nya adalah kontradiksi dengan Bank yang notabenenya
bergerak dibidang jasa yang senantiasa menginginkan laba atau secara implisit
dapat dikatakan bergerak dibidang komersialisasi jasa.
Dalam perihal tersebut Bank diperkenankan mengenakan biaya administrasi,
sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 19/DSN-MUI/IV/2001
Tentang Al-Qardh yang memperbolehkan untuk pemberi pinjaman agar
membebankan biaya administrasi kepada nasabah. Dalam penetapan besarnya
biaya administrasi sehubungan dengan pemberian qardh, tidak boleh berdasarkan
perhitungan persentasi dari jumlah dana qardh yang diberikan.(Rizal yaya,
2009:328)
4. Manfaat dan Risiko Qardh
1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapat talangan jangka pendek.
2. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri syariah dan bank
konvensional yang didalamnya terkandung pembeda antara bank misi social,
disamping misi komersial.
41
3. Adanya misi kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat kepada banksyariah.
Risiko al-qardh terhitung tinggi karena ia di anggap pembiayaan yang tidak
ditutup dengan jaminan.( antonio:2001:139). Bahkan produk yang tertinggi
tingkat resikonya adalah Qardh (pinjaman tanpa bagi hasil) dapat diberikan.
Pada tingkat ini nasabah telah mencapai taraf prima (prime customer) karena
tanpa jaminan dan tanpa kewajiban memberikan tambahan, bank dapat
memberikan pinjaman. Biasanya diberikan untuk kebutuhan mendesak,
berjangka waktu relatif pendek, tidak bisa dilayani oleh produk lain dan
kemungkinan besar tidak akan macet.
F. Laba Bersih
1. Pengertian Laba
Salah satu tujuan dari organisasi yang berorientasi pada laba adalah
mendapatkan laba. Laba bahkan salah satu yang menjadi ukuran kinerja untuk
bagian tertentu dalam sebuah organisasi. Laba merupakan komponen dalam
laporan keuangan yang sangat disoroti oleh para pemakai laporan keuangan.
(Pandia, F, 2012:118)
Menurut Hayati (2014: 85) laba bisa menarik para investor untuk
menanamkan sahamnya di suatu perusahaan, ketika laba besar maka tidak
menutup kemungkinan untuk para investor menanamkan sahamnya lebih besar.
Tujuan investor menanamkan sahamnya adalah untuk mendapatkan dividen yang
besar, dengan jumlah laba yang besar maka secara tidak langsung investor akan
merasa terjamin dalam menanamkan saham di perusahaan tersebut.
42
Menurut Subramanyam (2012; 109) laba merupakan ringkasan hasil
bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam
istilah keuangan. Semua aktivitas operasi perusahaan dalam mengelola sumber
daya perusahaan akan selalu memberikan hasil yang bernilai positif yang berarti
laba bagi perusahaan dan bernilai negatif yang berarti rugi bagi perusahaan.
Pura (2013; 88) mengatakan bahwa perusahaan mengalami keuntungan
atau laba apabila jumlah pendapatan melebihi jumlah beban (pendapatan lebih
besar daribeban), sebaliknya perusahaan mengalami kerugian apabila jumlah
beban melebihi jumlah pendapatan (beban lebih besar dari pendapatan).
Pernyataan ini menyatakan bahwa selisih lebih dari pendapatan dikurangi biaya
merupakan laba.
Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban
(expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Pengertian dari elemen-
elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard
Board dalam Stice dan Skousen (2004; 230):
1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari
aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari
keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa
atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama
yang sedang dilakukan entitas tersebut.
2. Beban (expense) adalah arus kas keluar atau penggunaan lain dari
aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari
penyerahan atau produksi suatu barang, pemberi jasa, atau pelaksanaan
aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang
43
sedang dilakukan entitas tersebut.
3. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih)
dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu
entitas dan dari semua transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang
mempengaruhi entitas tersebut kecuali yang berasal dari pendapatan
atau investasi pemilik.
4. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari
transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu
entitas dan dari semuatransaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang
mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan
atau investasi pemilik.
2. Pengertian Laba Bersih
Laba dan rugi merupakan suatu kondisi yang dihadapi perusahaan yang
berorientasi pada laba. Laba sangat berperan penting dalam pengambilan
keputusan pengguna laporan keuangan karena para pengguna dapat memprediksi
keadaan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan posisi laba yang baik
maka para pengguna pun akan menyimpan kepercayaan terhadap perusahaan.
(Salman, 2012:86)
Laba bersih merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam laporan
laba rugi komprehensif. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba
adalah pendapatan dan biaya.
Soemarso (2004; 227) mengatakan bahwa angka terakhir dalam laporan laba
rugi adalah laba bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih
terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir
44
dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss). Dengan mengelompokkan
unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan diperoleh hasil pengukuran laba yang
berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba
bersih.
Menurut Kieso, et al dalam Intermediate Accounting (2011; 148)
mengatakan bahwa : “ Net income is the net result of the company’s performance
over a period of time”. Dapat disimpulkan bahwa laba bersih merupakan hasil
bersih dari kinerja perusahaan selama periode waktu. Hasil bersih dari kinerja
perusahaan seperti yang telah dikurangi oleh bermacam-macam beban termasuk
beban pajak. Hasil bersih tersebut sering disebut laba bersih ketika pendapatan
lebih besar di banding beban.
3. Jenis-jenis Laba
Dalam laporan laba rugi, terdapat beberapa tahap dalam mencapai laba
bersih di antaranya:
a. Laba Kotor
Menurut Soemarso (2004; 226) menyatakan bahwa selisih antara
penjualan bersih dengan harga pokok penjualan disebut laba bruto (gross
profit) atau margin kotor (gross margin). Disebut bruto karena jumlah ini
masih harus dikurangi dengan beban-beban usaha.
45
Berikut format dasar dalam mencari laba kotor:
Penjualan Xxx
Retur Penjualan (xxx)
Potongan Penjualan (xxx)
Penjualan Bersih Xxx
Harga Pokok Penjualan (xxx)
Laba kotor Xxx
b. Laba Operasi
Menurut Stice dan Skousen (2004; 243) laba operasi mengukur
kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi. Laba
operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan
aktivitas operasinya.
Adapun format dasar dari pembentukan laba operasi:
Laba Kotor xxx
Biaya Operasi (xxx)
Laba Operasi xxx
c. Laba Bersih
Laba bersih terbentuk dari selisih laba operasi dengan beban bunga
yang hasilnya dikurangi pajak penghasilan sehingga pada akhirnya akan
timbul laba bersih. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003; 80)
menyatakan bahwa laba bersih (net income) adalah laba akhir sesudah
semua biaya, baik biaya operasi maupun biaya hutang dan pajak dibayar.
46
Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Adapun format
dasar dari pembentukan laba bersih sebagai berikut:
Laba Operasi xxx
Beban (xxx)
Pajak Penghasilan (xxx)
Laba Bersih xxx
2. Manfaat Laba bagi Suatu Bank
Keberhasilan bank dalam menghimpun atau memobilisasi dana masyarakat,
tentu akan meningkatkan dana operasionalnya yang akan dialokasikan ke berbagai
bentuk aktiva yang paling menguntungkan. Adapun manfaat laba bagi suatu bank
secara umum sebagai berikut: (Pandia, 2012:17)
a) Untuk kelangsungan hidup (survive). Tujuan utama bagi bank pada saat
pemilik mendirikannya adalah survive atau kelangsungan hidup dimana
laba yang diperoleh hanya cukup untuk membiayai biaya operasional bank.
b) Berkembang/ bertumbuh (growth) semua pendiri perusahaan
mengharapkan agar usahanya berkembang dari bank yang kecil menjadi
bank yang besar, sehingga dapat mendirikan cabangnya lebih banyak lagi.
Dengan demikian dapat pula mensejahterahkan karyawannya karena gaji
dan bonus meningkat.
3. Tujuan Perhitungan Laba
Bagi setiap perusahaan, perhitungan laba adalah suatu hal yang sangat
penting karena ada tujuan perhitungan laba, yaitu sebagai berikut: (Pandia, 2012:
156).
47
a. Tujuan Intern
Dimana besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan merupakan dasar
petunjuk tentang kualitas pimpinan perusahaan, selain itu laba yang
diperoleh perusahaan merupakan bahan analisis untuk perbaikan
perusahaan periode selanjutnya.
b. Tujuan Ekstern
Dimana laba dijadikan sebagai bahan pertanggung jawaban dan perhitungan
para pemegang saham, pajak, emisi saham di bursa efek dan sebagai bahan
perimbangan permohonan kredit pada bank-bank lain.
Sedangkan dalam perhitungan akuntansi syariah kesejahteraan dan laba
merupakan dasar dalam penentuan zakat, baik zakat individu maupun zakat
perusahaan (lembaga) konsep laba secara umum memiliki peranan yang penting
bagi manajemen perusahaan (bank maupun baik pihak luar yang berkepentingan
dengan perusahaan), diantaranya yaitu sebagai berikut: (Pandia, F, 2012: 159)
a) Konsep laba sebagai transfer kesejahteraan pihak-pihak lain.
b) Sebagai penentu besarnya bonus karyawan dan deviden yang diberikan
kepada investor.
c) Laba sebagai ukuran usaha dan prestasi manajemen perusahaan.
d) sebagai petunjuk untuk melakukan investasi laba perusahaan (earning
pershare) berdasarkan jumlah laba merupakan indikator penting dimana
nilai saham tergantung pada pembuatan keputusan investor.
e) Sedangkan dalam akuntansi syariah, laba merupakan peran penting lainnya
yaitu sebagai berikut : (Pandia, F, 2012: 162)
48
1) Sebagai landasan terlaksananya satu rukun Islam yaitu zakat. Adapun
yang dimaksud dengan zakat adalah sebagian dari harta yang
dikeluarkan oleh muzaki (pembayar zakat) untuk diserahkan kepada
mustahik (penerima zakat), zakat dimaksudkan sebagai upaya
mengatualisasikan ke Islam-an jati diri manusia pada dimensi etis dan
moralitasnya, yang terkait dengan realita sosialnya sebagai kalifah Allah
dimuka bumi.
2) Sebagai dasar pengambilan keputusan dan kontrak Dimana laba
estimasi dari laba keuntungan, dijadikan dasar, dalam beberapa produk
pembiayaan syariah karena pembiayaan atas laba tersebut.
3) Laba sebagai alat peranan Maksudnya laba dijadikan landasan untuk
membuat keputusan investasi misalkan laba digunakan untuk
memprediksi harga lembar per saham.
G. Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan tentang pembiayaan murabahah,
pembiayaan mudharabah, pembiayaan ijarah dan pinjaman qardh terhadap laba
bersih. Hasil dari peneliti terdahulu akan digunakan sebagai bahan referensi dan
perbandingan dalam penelitian ini. Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu
dirangkum dalam tabel dibawah ini:
49
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Metodologi Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
Russely Inti
Dwi
Permata,
Fransisca
dan
Zahroh
(2014)
Analisis
Pengaruh
Pembiayaan
Mudharabah
dan
Musyarakah
terhadap
Tingkat
Profitabilitas
(Return On
Equity) (Studi
Pada Bank
Umum
Syariah yang
Terdaftar di
Bank
Indonesia
Periode 2009-
2013.
Analisis
Pengaruh
Pembiayaan
Mudharabah
Variabel
Independen:
Pengaruh
Pembiayaan
Musyarakah
Variabel
dependen:
Tingkat
profitabilitas
(ROE).
Pembiayaan
Mudharabah
berpengaruh
signifikan dan
negative
terhadap
tingkat ROE.
Sedangkan
pembiayaan
musyarakah
berpengaruh
signifikan dan
positif
terhadap
tingkat ROE
50
Peneliti Judul Metodologi Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
Zaim Nur
Afif
(2014)
Pengaruh
Pembiayaan
Murabahah
terhadap Laba
Melalui
Variabel
Intervening
Pembiayaan
Bermasalah
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Periode 2009-
2013
Variabel
independen:
pembiayaan
murabahah.
Variabel
dependen:
pembiayaan
bermasalah
dan laba bank.
Metodologi:
Analisis jalur
(path
analysis).
Pembiayaan
Murabahah
berpengaruh
positif
terhadap
pembiayaan
bermasalah
Bank Umum
Syariah,
Pembiayaan
bermasalah
tidak
berpengaruh
terhadap laba
Bank Umum
Syariah
selama
periode 2009-
2013.
Dinna Ariyani
(2014)
Analisis
Pengaruh
Pertumbuhan
Pembiayaan
Murabahah,
Variabel
Dependen:
Laba Bersih
pada Bank
Syariah.
Variabel
Independen:
Pembiayaan
Bagi Hasil.
Pembiayaan
Murabahah
dan
pembiayaan
Bagi Hasil
51
Peneliti Judul Metodologi Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
Bagi Hasil &
Pinjaman
Qardh
terhadap
Pertumbuhan
Laba Bersih
pada Bank
Syariah
Periode
Triwulan
2011 sampai
Triwulan
2013
Variabel
independen:
pembiayaan
murabahah
dan
pinjaman
Qardh
Metodologi:
Analisis
regresi
berganda
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pertumbuhan
laba bersih.
Sedangkan,
pinjaman
qardh tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba bersih.
Muhammad
Busthomi
Emha (2014)
Analisis
Pengaruh
Pembiayaan
Mudharabah,
Musyarakah,
dan Ijarah
terhadap
Kemampu
Labaan Bank
Muamalat di
Indonesia
Variabel
Independen:
Pembiayaan
mudharabah,
pembiayaan
ijarah.
Variabel
dependen:
Laba Bank
Muamalat.
Alat analisis:
menggunakan
program
EViews
Pembiayaan
mudharabah,
pembiayaan
musyarakah
dan
pembiayaan
ijarah
berpengaruh
signifikan
terhadap laba
bersih.
Amri Dziki
Fadholi
(2015)
Pengaruh
Pembiayaan
Murabahah,
Musyarakah
Variabel
Independen:
Pembiayaan
.
Variabel
Dependen:
Profitabilitas
(ROA) Bank
Variabel
Pembiayaan
Murabahah
dan
52
Peneliti Judul Metodologi Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
dan
Mudharabah
Terhadap
Profitabilitas
Bank Umum
Syariah
(Studi
Empiris pada
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia
Tahun 2011-
2014)
murabahah,
dan
Mudharabah
Umum
Syariah.
Musyarakah
tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas
(ROA).
Sedangkan,
variabel
pembiayaan
Mudharabah
berpengaruh
terhadap
profitabilitas
(ROA).
Novi Fadhila
(2015)
Analisis
Pembiayaan
Mudharabah
dan
Murabahah
terhadap Laba
Bank Syariah
Mandiri
pembiayaan
mudharabah
dan
pembiayaan
murabahah.
Metodologi:
Analisis
regresi
berganda.
Variabel
Dependen:
Laba Bank
Syariah
Mandiri.
Pembiayaan
murabahah
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap laba.
Sedangkan,
pembiayaan
mudharabah
berpengaruh
negatif
terhadap laba.
53
Peneliti Judul Metodologi Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
Ima
Fatmawati,
dkk (2016)
Pengaruh
Pembiayaan
Murabahah,
Mudharabah,
Musyarakah
dan Ijarah
terhadap Laba
Bersih Bank
Umum
Syariah di
Indonesia
Variabel
Dependen:
Laba Bersih.
Variabel
Independen:
Pembiayaan
Murabahah,
Mudharabah,
Musyarakah
dan Ijarah.
Sampel: 5
Bank Umum
Syariah
Pembiayaan
mudharabah
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap laba
bersih.
Sedangkan,
pembiayaan
murabahah,
musyarakah
dan ijarah
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap laba
bersih.
pembiayaan
musyarakah
tidak
Berpengaruh
Terhadap
ROA.
Dizzere Alice
Bellina
(2017)
Pengaruh
Pembiayaan
Jual Beli dan
Pembiayaan
bagi Hasil
Terhadap
Variabel
Independen:
Pembiayaan
Jual Beli dan
Pembiayaan
Bagi Hasil
Variabel
Dependen:
Kinerja
Keuangan
bank Syariah
Mandiri
pembiayaan
jual beli
secara parsial
berpengaruh
negatif dan
signifikan
54
Peneliti Judul Metodologi Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
Kinerja
Keuangan
bank Bank
Syariah
Mandiri
(periode
2009-2011)
terhadap
kinerja
keuangan
Bank Syariah
Mandiri.
Sedangkan
pembiayaan
bagi hasil
secara parsial
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
keuangan
Bank Syariah
Mandiri.
Dini
Rizqiyanti
(2017)
Pengaruh
Pembiayaan
Murabahah,
Mudharabah,
Musyarakah
dan Ijarah
terhadap Laba
Bersih Bank
Muamalat
Indonesia dan
Variabel
Independen:
Pembiayaan
Murabahah,
Mudharabah,
Ijarah
Variabel
Dependen:
Terhadap
Laba Bersih
Variabel
Dependen:
Studi Kasus
pada Bank
Muammalat
Indonesia dan
Bank Syariah
Mandiri
Pembiayaan
Murabahah,
Mudharabah,
Musyarakah,
dan Ijarah
secara
simultan atau
bersama-
sama
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
55
Peneliti Judul Metodologi Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
bank Syariah
Mandiri
(Periode
2011-2016)
terhadap
Tingkat Laba
Bersih pada
Bank
Muamalat &
Bank Syariah
Mandiri
periode 2011-
2016.
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator
dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan
dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke
dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan
paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010:88).
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya
dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena
itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun
komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir. Sehingga kerangka
pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
56
Gambar 2.5
Kerangka Pemikiran
Data Statistik Perbankan Syariah
Sumber Bank Indonesia Tahun 2014-2017
Basis Teori : Pembiayaan Bank Umum Syariah
Metode Analisis Data :
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
2. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
b. Uji t (Parsial)
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi
Pembiayaan
Murabahah
(𝑋1)
Pembiayaan
Mudharabah
(𝑋2)
Pembiayaan
Ijarah
(𝑋3)
Pembiayaan
Qardh
(𝑋4)
Pertumbuhan Laba Bersih (Y)
57
I. Hubungan Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel
Dependen
1. Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Tingkat Laba Bersih
Pembiayaan murabahah merupakan transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. Penjual secara jelas memberitahu kepada pembeli berapa harga pokok
barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya, dimana
kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan dari penjualan barang.
Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin
keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan, maka keuntungan yang
diperoleh dari adanya pembiayaan murabahah akan meningkatkan pendapatan laba
bersih (Karim, 2009).
Dalam penelitian Fadhila (2015), Ariyani (2014) dan Afif (2014)
menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat laba bersih. Sedangkan menurut penelitian Fadholi (2015)
menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap profitabilitas (ROA).
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
𝑯𝒂 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan murabahah terhadap
tingkat laba bersih pada bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2014-
2017.
58
𝑯𝟎 ∶ Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan murabahah
terhadap tingkat laba bersih pada bank umum syariah di Indonesia periode
tahun 2014-2017.
2. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Tingkat Laba Bersih
Apabila suatu perusahaan memberikan suatu pembiayaan mudharabah
dengan memberikan nisbah atau bagi hasil yang dapat memberikan keuntungan
bagi kedua belah pihak, baik pihak bank yang bertindak sebagai pemberi dana
(shahibul maal) dan pihak nasabah sebagai pihak pengelola dana (mudharib), maka
keuntungan yang diperoleh dari adanya pembiayaan mudharabah akan dapat
meningkatkan pendapatan laba bersih bank. (Rosidah, 2011)
Menurut PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah berpendapat bahwa :
“Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi
hasil atau bagi laba. Dalam prinsip bagi hasil usaha berdasarkan bagi hasil, dasar
pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan
usaha (omzet). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba
bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal
mudharabah”.
Dalam penelitian Emha (2014) dan Ariyani (2014) menjelaskan bahwa
pembiayaan mudharabah berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat laba
bersih. Sedangkan menurut penelitian Fadhila (2014) menjelaskan bahwa
pembiayaan mudharabah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat laba
bersih.
59
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
𝑯𝒂 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan mudharabah terhadap
tingkat laba bersih pada bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2014-
2017.
𝑯𝟎 ∶ Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan mudharabah
terhadap tingkat laba bersih pada bank umum syariah di Indonesia periode
tahun 2014-2017.
3. Pengaruh Pembiayaan Ijarah terhadap Tingkat Laba Bersih
Dalam pembiayaan ijarah memberikan manfaat kepada perusahaan yang
membutuhkan suatu barang atau jasa dengan tidak mengeluarkan dana yang cukup
besar. Pembiayaan ijarah merupakan sewa menyewa dimana bank (pemberi sewa)
menyediakan aset yang dapat digunakan atau dapat diambil manfaat darinya selama
periode akad dan memberikan hak kepada bank untuk menerima upah sewa (ujroh).
Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai
kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Upah sewa (ujroh) inilah yang
merupakan keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan ijarah yang dapat
meningkatkan pendapatan laba bersih bank (Karim, 2004).
Dalam penelitian Emha (2014) menjelaskan bahwa pembiayaan ijarah
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat laba bersih. Sedangkan menurut
penelitian Fatmawati (2016) menjelaskan bahwa pembiayaan ijarah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat laba bersih.
60
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
𝑯𝒂 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan Ijarah terhadap tingkat
laba bersih pada bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2014-2017.
𝑯𝟎 ∶ Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan Ijarah terhadap
tingkat laba bersih pada bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2014-
2017.
4. Pengaruh Pinjaman Qardh terhadap Pertumbuhan Laba Bersih
Dalam Pinjaman Qardh memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang
dapat dikatakan kurang mampu atau dalam keadaan membutuhkan, pada pinjaman
ini pihak yang meminjam tidak dikenakan biaya peminjaman saat pengembalian
dana karena bersifat tolong-menolong sesama umat manusia. Dengan berlandaskan
akad tolong-menolong makan pihak bank tidak mendapatkan keuntungan dari
pembiayaan qardh dan tidak dapat meningkatkan pendapatan laba bersih bank.
(Ichan; 2014)
Dalam penelitian Dinna (2014) menjelaskan bahwa pinjaman qardh tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba bersih.
𝑯𝒂 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan qardh terhadap tingkat
laba bersih pada bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2014-2017.
𝑯𝟎 ∶ Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial pembiayaan qardh terhadap
tingkat laba bersih pada bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2014-
2017.
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2003:14). Semua data dalam bentuk triwulanan pada
periode triwulan I 2014 - triwulan III 2017 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya yaitu penelitian
asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi
untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Metode yang digunakan adalah metode kausal-asosiatif yang dilakukan
terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu peristiwa (Sugiyono,
2003:11). Identifikasi terhadap peristiwa tersebut berkenaan dengan variabel
independen yaitu: Pembiayaan murabahah, mudharabah, Ijarah dan Qardh, dan
variabel dependen yaitu laba bersih. Tempat penelitian ini adalah Sample dari Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia, PT Bank
Syariah Mandiri dan PT Bank Negara Indonesia Syariah.
62
B. Populasi dan Sampel Peneliti
Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80), Berdasarkan
pengertian populasi diatas, maka yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini
adalah Bank Umum Syariah yang berada di Indonesia selama periode Januari 2014
– September 2017.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010:81). Teknik penarikan sampel yang dilakukan
peneliti adalah purposive sampling, merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel (Sugiyono, 2011:85).
Adapun pertimbangan yang dimaksud sebagai berikut:
1) Bank umum syariah yang sudah mempublish laporan keuangan triwulan I
2014 s/d triwulan III 2017,
2) Bank umum syariah yang laporan keuangan nya sudah teraudit BI,
3) Bank umum syariah yang telah berdiri selama kurang lebih 6 tahun,
4) Bank umum syariah yang sudah memiliki data yang terkait dengan variabel
penelitian, seperti pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah, dan qardh
Tabel 3.1
Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Sampel Penelitian
1 Populasi Bank Umum Syariah
Periode 2014-2017
13
63
2 Bank Umum Syariah yang sudah
mempublish laporan keuangan
triwulan I 2014- triwulan III 2017
dan terpublish oleh Bank Indonesia
11
3 Jumlah Sampel Perusahaan yang
telah berdiri selama kurang lebih 6
tahun.
11
4 Bank Umum Syariah yang sudah
memiliki data yang terkait dengan
variabel penelitian seperti
pembiayaan murabahah,
mudharabah, ijarah dan qardh
3
Jumlah Data Sampel Penelitian 45
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel 3.1 diatas, bahwa jumlah data sampel penelitian berjumlah 45
data. Data tersebut berdasarkan dari jumlah bank syariah yang telah memenuhi
kriteria ada 3 bank, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan
Bank Negara Indonesia Syariah, jumlah triwulan I 2014- Triwulan III 2017 ada 15.
Maka dari itu, perhitungan jumlah data sampel penelitian adalah 3 x 15 = 45 data
sampel penelitian.
64
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan.(Sugiyono, 2010:137) Data
penelitian ini diperoleh langsung dari laporan situs resmi Bank Indonesia, seperti
Laporan Keuangan Triwulanan pada Bank Umum Syariah. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu (time series)
dengan skala triwulanyang diambil dari data triwulanan Publikasi Laporan
Keuangan dengan rentang waktu dari triwulan I 2014 – triwulan III 2017 dan data
triwulanan pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Ijarah dan Qardh dan Laba
Bersih yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia.
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan
aspek yang diteliti sebagai upaya memperoleh data yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu selalu
berkembang seiring berjalannya waktu, Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal
65
tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga
berkembang yaitu internet. Sehingga data yang diperoleh merupakan data yang
sesuai dengan perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif yang menggunakan
teknik analisis data secara statistik, yaitu dimana data yang digunakan dalam
penelitian berbentuk angka dan penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh :
Pertumbuhan Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Ijarah dan Qardh terhadap
Pertumbuhan laba bersih. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier
berganda berfungsi untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen dengan menggunakan program computer (software) SPSS versi
20 dan Microsoft Excel 2016. Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji Asumsi Klasik penting
dilakukan untuk menghasilkan estimator linier tidak bisa dengan varian yang
minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi
tidak mengandung masalah. (Gujarati, 1995:72-73) terorama Gauss-Markow
memperkirakan bahwa OLS harus memenuhi kriteria BLUE, yaitu:
a) Best, yang terbaik. Hasil regresi dikatakan Best apabila garis regresi yang
dihasilkan guna melakukan estimasi atau peramalan dari sebaran data,
menghasilkan error yang terkecil.
66
b) Linier, merupakan kombinasi dari data sampel. Linier dalam model artinya
model yang digunakan dalam analisis regresi telah sesuai dengan kaidah
model OLS dimana variabel-varibel penduganya hanya berpangku satu.
c) Unbiased, rata-rata nilai harapan (E/b) harus sama dengan nilai sebenarnya
(b1).
d) Estimator, memiliki varians yang minimal diantara pemerkira lain yang
tidak bias. Untuk itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut diantaranya:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. (Ghozali, 2016:154)
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan
melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang
kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
67
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara
visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu
dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik
sederhana dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
𝐻0 = Data residual berdistribusi normal
𝐻𝑎 = Data residual berdistribusi tidak normal
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak normal digunakan metode
Kolmogorov-Smirnov. Nilai Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk mengetahui
bagaimana distribusi normal data, jika:
Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak.
Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas menunjukkan antar variabel independen saling
berkolerasi secara signifikan. Jika terjadi korelasi atau ada hubungan yang linier
diantara variabel independen, hal itu akan menyebabkan prediksi terhadap variabel
dependen menjadi bias karena ada masalah hubungan diantara variabel-variabel
independen tersebut (Nurgiyantoro dkk, 2015:405).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
68
variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi
variabel terikat dan di regres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF
= 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka
model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolonieritas (Ghozali, 2012:105).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas: (Ghozali, 2016:134)
1) Melihat Grafik Scatterplot antara prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu
Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
– Y sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dasar analisis :
69
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2) Melakukan uji Glejser, uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen (Gujarati, 1995). Jika variabel
independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen,
maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, disimpulakan bahwa model
regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena residual (kesalahan
penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi dengan melihat nilai D-W (Durbin Watson) yang hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept
70
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel
independen. (Ghozali, 2016:107)
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat melalui nilai Durbin-
Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil keputusan adalah:
(Oramahi, 2007)
1. Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif
2. Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak terjadi
autokorelasi
3. Bila nilai D-W < +2, berarti ada autokorelasi negatif Jika ada
masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya
signifikan (lihat angka F dan signifikannya), menjadi tidak layak
untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatas dengan berbagai cara
antara lain dengan melakukan transformasi data dan menambah data
observasi.
2. Uji Hipotesis
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-variabel
yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excel 2016
dan SPSS 20. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi Uji-F, Uji-t
dan Uji Koefisien Determinasi.
a. Uji F (Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji kemampuan variabel bebas terhadap
variabel terikat secara bersama-sama. (Suharyadi dan Purwanto, 2013:225).
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel pembiayaan murabahah,
71
mudharabah, ijarah dan qardh secara simultan atau bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap tingkat laba bersih, yaitu dengan cara sebagai berikut :
a) Membandingkan F hitung dengan F tabel.
a. Jika F hitung > F tabel maka Ho di tolak dan Ha di terima. Hal ini berarti
variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
dengan variabel terikat.
b. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha di tolak. Hal ini berarti
variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat.
b) Membandingkan taraf signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi
(α) sebesar 0,05 (5%).
a. Sig. penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan dengan variabel terikat.
b. Sig. penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak mempunyai
pengaruh signifikan dengan variabel terikat.
Nilai sig. penelitian dapat diperoleh dengan melihat tabel ANOVA output
statistik. Jika Ho ditolak, berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat dan model layak digunakan. Jika Ho diterima,
maka tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikatnya.
b. Uji t (Parsial)
Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah sebuah variabel bebas
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikatnya (Suharyadi dan
72
Purwanto, 2013:228). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel laba bersih, dengan cara sebagai berikut:
a) Membandingkan t hitung dengan tabel
a. Jika T hitung > T tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel
terikat.
b. Jika T hitung < T tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel
terikat.
b) Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan nilai probability
a. Bila Probability βi –value > 0,05 maka tidak signifikan, H0 diterima dan Ha
ditolak.
b. Bila Probability βi –value < 0,05 maka signifikan, H0 ditolak dan Ha
diterima.
Jika Ho ditolak maka variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikatnya. Sebaliknya, jika Ho diterima berarti variabel bebas
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
c. Uji Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)
Koefisien determinasi (𝑹𝟐) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi-variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai 𝑹𝟐 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
73
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk
data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series)
biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2016:95).
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengetahui kesesuaian atau
ketepatan antara nilai dugaan atau garis regresi dengan data sampel. Semakin besar
koefisien determinasi menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y.
(Suharyadi dan Purwanto, 2013:162) Dalam penelitian ini, penghitungan koefisien
determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel
pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh terhadap tingkat laba
bersih. Angka koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel Model Summary
output statistik dengan penghitungan berikut: (Algifari, 2009:45)
Koefisien Determinasi = R² x 100%
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
(Sugiyono, 2009:231)
74
Tabel 3.2
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan model analisis
regresi berganda karena mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan kekuatan hubungan antara variabel dependen (laba bersih)
dengan variabel independen (pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan
Qardh) (Ghozali, 2016:94). Rumus regresi berganda dicari dengan persamaan :
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + 𝜺
Keterangan :
Y = Variabel dependen atau terikat (Laba Bersih)
Α = Konstanta persamaan regresi
b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi
X1 = Variabel independen (pembiayaan Murabahah)
75
X2 = Variabel independen (pembiayaan Mudharabah)
X3 = Variabel independen (pembiayaan Ijarah)
X4 = Variabel independen (pinjaman Qardh)
𝜀 = Error terms atau faktor pengganggu
E. Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, variabel dependen dan variabel
independen.
1. Variabel Dependen (Y)
Laba bersih adalah laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban
perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak (Kasmir, 2011:303).
Menurut PSAK no.1 2013, rumus laba bersih bank syariah sebagai berikut:
Laba Bersih = Penghasilan – Hak pihak ketiga atas bagi hasil – Beban
2. Variabel Independen (X)
Dalam penelitian ini menggunakan empat variabel independen antara lain
sebagai berikut:
a. Pembiayaan Murabahah (X1)
Yaitu pembiayaan jual beli barang baik berupa barang dagangan dan/atau
barang untuk sarana & prasarana usaha dengan harga pokok ditambah
dengan keuntungan yang disepakati. (Karim, 2014:335)
b. Pembiayaan Mudharabah (X2)
Yaitu suatu akad kerja sama dalam melaksanakan usaha milik nasabah,
dimana pihak bank berperan sebagai Shahibul Maal membiayai 100% usaha
76
nasabah dan nasabah sebagai Mudharib (pengelola). Hasil keuntungan yang
diperoleh dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam akad
mudharabah. (Karim, 2014:334)
c. Pembiayaan Ijarah (X3)
Yaitu penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat
dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri (Soemitra, 2009:85).
d. Pinjaman Qardh ( X4)
Yaitu transaksi pinjam- meminjam dana tanpa imbalandengan kewajiban
pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu.(SEBI No. 10/ 31)
77
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H
atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian
saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian
Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di
Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut
menanam modal senilai Rp106 miliar.
Saat ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta
nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI
didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di
seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga
merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri,
yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di
Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment
System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di
Malaysia.
78
PT Bank Syariah Mandiri pada awalnya merupakan salah satu bank
konvensional, yaitu PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan
Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi
juga terkena dampak krisis pada tahun 1997. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat
bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi
satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi
PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT
Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab
1420 H atau tanggal 1 November 1999.
79
PT. Bank Negara Indonesia Syariah, Tempaan krisis moneter tahun 1997
membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3
(tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan
masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan
pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS
BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang
Pembantu.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin
off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi
waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek
regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap
pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap
keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Juni 2014
jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang
Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point.
80
2. Status Bank Syariah
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Negara
Indonesia Syariah termasuk kategori Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yaitu Bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing
dan dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas.
3. Produk dan Layanan Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Negara Indonesia Syariah:
1) Produk Penghimpunan Dana
Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan
penyaluran dana. Penghimpunan dana bisa juga dikatakan sebagai proses pencarian
sumber dana bank. Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana
bank sendiri adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai
operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank adalah lembaga keuangan
dimana kegiatan sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang. Tentu saja
sebelum menjual uang (meminjamkan uang) bank harus lebih dahulu membeli
uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank mencari
keuntungan. (Kasmir, 2002:61). Produk penghimpunan dana yang ada di Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Negara Indonesia Syariah
antara lain : Tabungan, Deposito, Giro, Dana Pensiun, Shar-E.
2) Produk Penyaluran Dana
Kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan bank syariah harus tetap
berpedoman pada prinsip-prinsip kehati-hatian yang diatur oleh Bank
81
Indonesia. Oleh karena itu, bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama
calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan yang sehat.
Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan penyaluran dana perbankan
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Bentuk
penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan bank syariah dalam
melaksanakan operasinya menurut Siamat secara garis besar dapat dibedakan
ke dalam 3 kelompok sebagai berikut : (Kasmir, 2002:63).
1. Konsep Jual Beli : Murabahah, Salam, Istishna
2. Konsep Bagi Hasil : Musyarakah, Mudharabah
3. Konsep Sewa : Ijarah, Ijarah Muntahiya Bittamlik
3) Produk Jasa
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga
akad pelengkap yang termasuk dalam produk jasa. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,
dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini
sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul. (Kasmir 2002:65)
Produk jasa yang ada di Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan
Bank Negara Indonesia Syariah antara lain : Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn,
Qardh.
82
4) Jasa Layanan
Bank syariah dapat melakukan pelayanan jasa perbankan kepada para
nasabahnya dengn mendapatkan imbalan berupa fee. Jasa layanan perbankan
tersebut pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank
Negara Indonesia Syariah antara lain berupa : ATM, Pembayaran ZIS (Zakat,
Infaq, dan Shadaqah), Transfer Bank Draft, dan jasa-jasa lain.
4. Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad pada Bank Umum
Syariah (Miliar Rupiah)
Tabel 4.1
Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad
Jenis
Akad
2014 2015 2016 2017
Rp % Rp % Rp % Rp %
Murabahah 86.072 61,60% 87.789 60,62% 105.112 62,28% 110.115 60,46%
Mudharabah 8.424 6,02% 7.979 5,51% 7.577 4,45% 6.584 3,62%
Ijarah 1.316 0,94% 1.215 0,84% 1.636 0,97% 2.609 1,43%
Qardh 5.254 3,76% 3.306 2,28% 3.883 2,3% 5.474 3%
Musyarakah 38.501 27,55% 44.419 30,67% 50.546 29,95% 57.315 31,48%
Istishna 153 0,11% 120 0,08% 25 0,01% 18 0,01%
Salam - - - -
Total 139.720 100% 144.828 100% 168.779 100% 182.115 100%
Sumber: data diolah SPS OJK Desember 2017
83
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah
memiliki tingkat pembiayaan terbesar dalam jangka waktu satu tahun, diikut
dengan pembiayaan mudharabah, qardh lalu yang terakhir ijarah.
5. Ekuivalen Tingkat Imbalan pada Pembiayaan di Bank Umum
Syariah ( Presentage).
Tabel 4.2
Tingkat Imbalan pada Pembiayaan
Jenis Akad 2014 2015 2016 2017
Murabahah 14,25 % 13,93 % 13,23 % 13,11 %
Mudharabah 13,00 % 11,75 % 12,51 % 11,83 %
Ijarah 10,27 % 11,38 % 12,47 % 11,39 %
Qardh 3,92 % 13,64 % 12,35 % 11,42 %
Musyarakah 13,27 % 11,65 % 11,75 % 11,72 %
Istishna 12,80 % 13,15 % 13,50 % 12,96 %
Salam - - - -
Sumber: data diolah SPS OJK Desember 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah
memiliki tingkat Imbalan terbesar dalam jangka waktu satu tahun, diikut dengan
pembiayaan mudharabah, ijarah lalu yang terakhir qardh.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Variabel Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam murabahah,
84
disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah si
penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut (Karim,
2009:113). Penggunaan pembiayaan murabahah sebagai variabel independen
untuk menentukan besaran margin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh
kesepakatan, maka keuntungan yang diperoleh dari adanya pembiayaan murabahah
akan meningkatkan pendapatan laba bersih.
Tabel 4.3
Pembiayaan Murabahah (Dalam Jutaan)
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 20169529 33272979 8944383
II 20970591 33330848 9971761
III 21206336 32331327 10671460
IV 20611224 33708424 11477499
2015 I 19598457 33670736 12134302
II 25782711 47956286 20738289
III 25048222 48754889 21028221
IV 24359869 49914035 21774588
2016 I 23516238 49859592 22033706
II 22985638 51320529 23097149
III 22946089 52422148 23752721
IV 23314382 53201181 24980801
2017 I 23529752 53510368 26066631
85
II 25426566 53695744 26771636
III 26196465 54048823 26906534
Rata - rata 23044137.93 45399860.6 19356645.4
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
Berdasarkan dari tabel 4.3, rata-rata jumlah pembiayaan murabahah pada
Bank Muamalat Indonesia sebesar Rp. 23.044.137.930.000, rata-rata pada Bank
Syariah Mandiri sebesar Rp. 45.399.860.600.000, sedangkan rata-rata Bank Negara
Indonesia Syariah sebesar Rp 19.356.645.400.000 Dapat dilihat bahwa rata-rata
pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri lebih besar dari pada rata-rata
pembiayaan murabahah yang dihasilkan Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Negara Indonesia Syariah.
2. Deskripsi Variabel Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (shahibul
mal atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua
(mudharib atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi
keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad,
sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah kecuali jika pihak
kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
Landasan syariah pembiayaan mudharabah adalah Fatwa DSN MUI No. 7/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) (Soemitra, 2009:81).
86
Tabel 4.4
Pembiayaan Mudharabah (Dalam Jutaan)
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 3660751 2020234 988284
II 1398980 2236269 10860903
III 3314147 2306130 1132955
IV 1937812 2651084 1235917
2015 I 1715175 2712525 2603676
II 1433868 3357705 1253877
III 1316741 3138566 1288057
IV 1146881 2888566 1279950
2016 I 1081797 2755182 1233878
II 901570 3597104 1296899
III 846564 3347510 1293605
IV 828761 3151201 1198408
2017 I 920679 3055212 1102866
II 879001 3503390 1162679
III 853063 3593178 991129
Rata - rata 1482386 2954257.07 1276551.33
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
Berdasarkan dari tabel 4.4, rata-rata jumlah pembiayaan mudharabah pada
Bank Muamalat sebesar Rp 1.482.386.000.000, rata-rata pada Bank Syariah
Mandiri sebesar Rp 2.954.257.070.000, sedangkan rata-rata Bank Negara Indonesia
87
Syariah sebesar Rp 1.276.551.330.000. Dapat dilihat bahwa rata-rata pembiayaan
mudharabah pada Bank Syariah Mandiri lebih besar dari pada rata-rata pembiayaan
mudharabah yang dihasilkan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Negara Indonesia
Syariah.
3. Deskripsi Variabel Pembiayaan Ijarah
Dalam pembiayaan ijarah memberikan manfaat kepada perusahaan yang
membutuhkan suatu barang atau jasa dengan tidak mengeluarkan dana yang cukup
besar. Pembiayaan ijarah merupakan sewa menyewa dimana bank (pemberi sewa)
menyediakan aset yang dapat digunakan atau dapat diambil manfaat darinya selama
periode akad dan memberikan hak kepada bank untuk menerima upah sewa (ujroh).
Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai
kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Upah sewa (ujroh) inilah yang
merupakan keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan ijarah yang dapat
meningkatkan pendapatan laba bersih bank. (Ichsan, 2014:255)
Tabel 4.5
Pembiayaan Ijarah (Dalam Jutaan)
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 191634 315788 613900
II 187116 339927 551108
III 222161 736358 491458
88
IV 250644 817813 434470
2015 I 235389 799795 380808
II 248030 813425 334972
III 240816 748415 290879
IV 234826 806049 247675
2016 I 231853 827474 211308
II 229499 893390 178599
III 227106 956481 142727
IV 218309 907190 115745
2017 I 216837 846088 95632
II 214413 883043 76297
III 203899 837623 59678
Rata-rata 223.502.133 768590.6 281.683.733
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
Berdasarkan dari tabel 4.5, rata-rata jumlah pembiayaan ijarah pada Bank
Muamalat sebesar Rp 223.502.133.000, rata-rata pada Bank Syariah Mandiri
sebesar Rp 768.590.600.000, sedangkan rata-rata Bank Negara Indonesia Syariah
sebesar Rp 281.683.733.000 Dapat dilihat bahwa rata-rata pembiayaan ijarah pada
Bank Syariah Mandiri lebih besar dari pada rata-rata pembiayaan ijarah yang
dihasilkan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Negara Indonesia Syariah.
4. Deskripsi Variabel Pembiayaan Qardh
Qardh adalah menghutangkan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan
imbalan, untuk di kembalikan dengan pengganti yang sama dan dapat ditagih atau
89
diminta kembali kapan saja dikehendaki. Qardh dikategorikan akad ta’awuni
(tolong-menolong), bukan transaksi komersial, akad ini dijalankan untuk fungsi
sosial bank syariah. Dananya bisa diambil dari dana zakat, infaq dan shadaqah yang
dihimpun oleh bank. Bank memberikan pinjaman murni kepada orang miskin tanpa
dikenakan biayan apapun. Lebih efektif jika pinjaman diberikan untuk kepentingan
produktif bukan konsumtif. Adapun cara pengembaliannya dengan diangsur atau
dibayar tunai sekaligus. Jika pinjaman sudah dikembalikan, bank dapat memutar
kembali secara bergulir dan bergilir. Dalam perbankan biasanya qardh sebagai
pinjaman talangan haji, pinjaman tunai. (Nurul Ichsan, 2014:262)
Tabel 4.6
Pembiayaan Qardh (Dalam Jutaan)
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 486588 5259160 659394
II 246258 4939958 672820
III 190006 4403977 651363
IV 143815 3667263 657116
2015 I 274072 3230343 576639
II 88931 2820905 588276
III 102403 2491070 621696
IV 240248 1967130 580340
2016 I 203051 1678926 572937
II 392791 1884142 610254
90
III 310190 1822050 733907
IV 580716 1971071 930007
2017 I 521303 2112474 1152977
II 512122 2069320 1377747
III 643455 2055546 1433824
Rata-rata 329063.267 2824889 787953.131
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
Berdasarkan dari tabel 4.6, rata-rata jumlah pembiayaan Qardh pada Bank
Muamalat sebesar Rp.329.063.267.000, rata-rata pada Bank Syariah Mandiri
sebesar Rp 2.824.889.000.000, sedangkan rata-rata pada Bank Negara Indonesia
Syariah sebesar Rp.787.953.131.000. Dapat dilihat bahwa rata-rata pembiayaan
Qardh pada Bank Syariah Mandiri lebih besar dari pada rata-rata pembiayaan
Qardh yang dihasilkan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Negara Indonesia
Syariah.
5. Deskripsi Variabel Laba Bersih
Laba bersih adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya
variabel yang dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan (income)
diatas pengeluaran (expenditure) bank yang dapat dinyatakan dengan rumus: Y-Ex
(Sastradipoera, 2004:270).
Laba bersih adalah laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan
beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak (Kasmir, 2011:303).
Menurut PSAK no.1 2013, rumus laba bersih bank syariah sebagai berikut:
Laba Bersih = Penghasilan – Hak pihak ketiga atas bagi hasil - Beban
91
Pertumbuhan dan penurunan laba bersih secara empiris cukup erat
kaitannya dengan pergerakan asset Bank Syariah. Jika ekspetasi terhadap
pertumbuhan laba bersih Bank Syariah di masa mendatang mendominasi sentimen
aset maka seringkali menjadi penyebab kenaikan aset di Bank Syariah. Namun, jika
aktual laba bersih lebih rendah dari ekspetasi seringkali menyebabkan penurunan
nilai asset. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode
sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada
periode sebelumnya (Ariyani, 2014:5).
Tabel 4.7
Laba Bersih (Dalam Jutaan)
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 145989 200502 34503
II 214039 150146 66481
III 31444 275157 103931
IV 57173 71778 163251
2015 I 65593 95342 45668
II 106540 132346 99943
III 151945 148773 156619
IV 74492 289576 228525
2016 I 25209 75715 75178
II 30514 167638 145645
92
III 37954 246157 215231
IV 80511 325414 277375
2017 I 12268 90261 77638
II 29956 181030 165083
III 34170 261024 246602
Rata-rata 73186.4667 180723.933 140111.533
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
Berdasarkan dari tabel 4.7, rata-rata jumlah laba bersih pada Bank
Muamalat sebesar Rp. 731.864.666.700, rata-rata pada Bank Syariah Mandiri
sebesar Rp. 180.723.933.000, sedangkan rata-rata pada Bank Negara Indonesia
Syariah sebesar Rp. 140.111.533.000. Dapat dilihat bahwa rata-rata laba bersih
pada Bank Muamalat Indonesia lebih besar dari pada rata-rata laba bersih yang
dihasilkan Bank Syariah Mandiri dan Bank Negara Indonesia Syariah.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada prinsipnya
normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas (Ghozali, 2016:156). Dalam penelitian ini, peneliti
93
menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov.
Berikut adalah hasil dari uji normalitas:
1) Analisis Grafik Histogram
Sumber : data yang diolah
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa histogram Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal
atau data berdistribusi normal.
94
2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Sumber: data yang diolah
Gambar 4.2
Grafik P-p Plot
Berdasarkan gambar 4.2, terlihat bahwa data (titik) menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi
normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.
95
3) Uji Kolmogorov- Smirnov
Tabel 4.8
Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation
73237,7692993
1
Most Extreme Differences
Absolute ,127
Positive ,127
Negative -,098
Kolmogorov-Smirnov Z ,849
Asymp. Sig. (2-tailed) ,467
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.8, terlihat bahwa nilai signifikan (Asymp.Sig. 2 tailed)
adalah kisaran 0,467. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka
terdistribusi normal. Dengan demikian, data variabel independen (Pembiayaan
Murabahah, Mudharabah, Ijarah dan Qardh) dan variabel dependen (Laba Bersih)
merupakan data yang terdistribusi normal. Sekali lagi hasilnya konsisten dengan uji
sebelumnya.
96
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi dapat dilihat
dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≥ 0.10
atau sama dengan nilai VIF ≤ 10 (Ghozali, 2016:103). Berikut adalah hasil dari uji
multikolonieritas:
Tabel 4.9
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Pembiayaan_Murabahah ,365 2,739
Pembiayaan_Mudharabah ,373 2,680
Pembiayaan_Ijarah ,364 2,744
Pembiayaan_Qardh ,667 1,498
a) Dependent Variable: Laba_Bersih
Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa dari nilai Tolerance pembiayaan
murabahah sebesar 0,365 (0,365 > 0,10), nilai Tolerance pembiayaan mudharabah
sebesar 0,373 (0,373 > 0,10), nilai Tolerance pembiayaan ijarah 0,364 (0,364 >
97
0,10), nilai Tolerance Pembiayaan Qardh 0,667 (0,667 > 0,10). Berdasarkan tabel
4.7 diatas untuk nilai VIF pembiayaan murabahah sebesar 2,739 (2,739 < 10,00),
nilai VIF pembiayaan mudharabah sebesar 2,680 (2,680 < 10,00), nilai VIF
pembiayaan Ijarah sebesar 2,744 (2,744 < 10,00), dan nilai VIF pembiayaan Qardh
sebesar 1,498 (1,498 < 10,00). Kesimpulan dari hasil nilai Tolerance menunjukkan
> 0,10 dan nilai VIF sebesar < 10,00 berarti menunjukkan bahwa variabel
pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan Qardh tidak terdapat
multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
dengan melihat gambar Plot, jika titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji
heteroskedastisitas:
98
1) Analisis Grafik dengan Scatterplot
Sumber: data yang diolah
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.3, terlihat bahwa pada grafik scatterplot diatas bahwa
titik-titik menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi.
2) Uji Glejser
Uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap
variabel independen (Gujarati, 1995). Berikut adalah hasil uji glejser:
99
Tabel 4.10
Uji Glejser
Coefficient
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 490746.555 68800.666 6,497 ,115
Pembiayaan_Murabahah ,081 ,011 ,428 3,219 ,017
Pembiayaan_Mudharabah ,055 ,019 ,118 2,242 ,028
Pembiayaan_Ijarah -,051 ,027 -,583 -4,804 ,044
Pembiayaan_Qardh -,660 ,085 -,821 -1,317 ,087
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10, terlihat bahwa probabilitas signifikansinya 0,115
yaitu diatas tingkat kepercayaan 5% ( > 0,05 ) yang berarti bahwa model regresi
tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apaah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan melihat nilai
100
D-W (Durbin Watson) yang hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variabel lagi di antara variabel independen (Ghozali, 2016:107). Berikut adalah
hasil dari uji autokorelasi:
Tabel 4.11
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,712a ,507 ,409 76812,4205 1,608
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan_Qardh, Pembiayaan_Mudharabah,
Pembiayaan_Murabahah, Pembiayaan_Ijarah
b. Dependent Variable: Laba_Bersih
Berdasarkan tabel 4.11, terlihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,608
Karena nilai Durbin-Watson tersebut berada pada kisaran -2 dan +2, maka tidak
terjadi masalah autokorelasi dan model regresi ini layak digunakan.
2. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
Uji statistik F menguji point hipotesis bahwa 𝑏1,𝑏2,𝑏3,𝑑𝑎𝑛 𝑏4 secara simultan
sama dengan nol. Uji F dinamakan uji signifikansi secara keseluruhan terhadap
garis regresi yang diobservasi maupun estimasi, apakah Y berhubungan linier
terhadap 𝑋1, 𝑋2 𝑋3, dan 𝑋4, (Ghozali, 2016:96). Berikut adalah hasil dari uji F:
101
Tabel 4.12
Uji F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 76789701167,007 4 19197425291,752 6,254 ,011b
Residual 236005917485,304 40 5900147937,133
Total 312795618652,311 44
a. Dependent Variable: Laba_Bersih
b. Predictors: (Constant), Pembiayaan_Qardh, Pembiayaan_Mudharabah,
Pembiayaan_Murabahah, Pembiayaan_Ijarah
Sumber: data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.12, terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 6.254 dengan
probabilitas 0.011. Karena probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi laba bersih atau dapat dikatakan bahwa
pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan Qardh secara bersama-sama
berpengaruh terhadap laba bersih.
b. Uji-t (Parsial)
Uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen (pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan Qardh)
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Laba Bersih) yang
diuji pada tingkat signifikan 0,05, maka variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t adalah sebagai berikut:
102
Tabel 4.13
Uji-t (Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 490746.555 68800.666 6,497 ,115
Pembiayaan_Murabahah ,081 ,011 ,428 3,219 ,017
Pembiayaan_Mudharabah ,055 ,019 ,118 2,242 ,028
Pembiayaan_Ijarah -,051 ,027 -,583 -4,804 ,044
Pembiayaan_Qardh -,660 ,085 -,821 -1,317 ,087
a. Dependent Variable: Laba_Bersih
Sumber: data yang diolah
1) Uji t terhadap variabel Pembiayaan Murabahah
Hasil yang didapat pada tabel 4.13, variabel pembiayaan murabahah secara
parsial menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari 𝛼 (0,017 <
0,05). Sedangkan nilai t hitung 𝑋1 = 3,219 dan tabel t sebesar 1,683 (df = n-k-1) 45-
4-1 = 40, 𝛼 = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (3,219 > 1,683). Maka H𝑎1 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pembiayaan murabahah secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba bersih.
103
2) Uji t terhadap variabel Pembiayaan Mudharabah
Hasil yang didapat pada tabel 4.13, variabel pembiayaan mudharabah
secara parsial menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari 𝛼 (0,028
< 0,05). Sedangkan nilai t hitung 𝑋2 = 2,242 dan tabel t sebesar 1,683 (df = n-k-1)
45-4-1 = 40, 𝛼 = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (2,242 > 1,683). Maka H𝑎2
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pembiayaan mudharabah
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba bersih.
3) Uji t terhadap variabel Pembiayaan Ijarah
Hasil yang didapat pada tabel 4.13, variabel pembiayaan Ijarah secara
parsial menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari 𝛼 (0,044 <
0,05). Sedangkan nilai t hitung 𝑋3 = 4,804 dan tabel t sebesar 1,683 (df = n-k-1) 45-
4-1 = 40, 𝛼 = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (4,804 > 1,683). Maka H𝑎3 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pembiayaan Ijarah secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba bersih.
4) Uji t terhadap variabel Pembiayaan Qardh
Hasil yang didapat pada tabel 4.13, variabel pembiayaan Qardh secara
parsial menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih besar dari 𝛼 (0,087
> 0,05). Sedangkan nilai t hitung 𝑋4 = 1,317 dan tabel t sebesar 1,683 (df = n-k-1)
45-4-1 = 40, 𝛼 = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (1,317 < 1,683). Maka H𝑜4
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pembiayaan Qardh secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba bersih.
104
c. Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)
Koefisien determinasi (𝑅2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai 𝑅2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara
umum koefisien determinasiuntuk data silang (crossection) relatif rendah karena
adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data
runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilaia koefisien determinasi yang
tinggi (Ghozali, 2016:95). Berikut adalah hasil koefisien determinasi :
Tabel 4.14
Uji Linear Berganda
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,712a ,507 ,409 76812,4205
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan_Qardh, Pembiayaan_Mudharabah,
Pembiayaan_Murabahah, Pembiayaan_Ijarah
b. Dependent Variable: Laba_Bersih
Sumber: data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14, menunjukkan bahwa besarnya Adjusted R Square
adalah 0,409 atau 40,9 %. Dapat disimpulkan bahwa Pembiayaan Murabahah,
Mudharabah, Ijarah dan Qardh terhadap Tingkat Laba Bersih adalah 40,9%.
Sedangkan sisanya 59,1% (100% - 40,9%) dipengaruhi variabel-variabel lain yang
105
tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini, misalnya seperti CAR, BOPO, NPF,
DPK dan lain-lain.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel diatas, selanjutnya akan
dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 20 untuk mengetahui besarnya pengaruh
Pembiayaan Murabahah, pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Ijarah dan
pembiayaan Qardh terhadap Tingkat Laba Bersih. Hasil pengelolaan data dengan
SPSS 20 dapat dilihat tabel 4.13 :
Tabel 4.15
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 490746.555 68800.666 6,497 ,115
Pembiayaan_Murabahah ,081 ,011 ,428 3,219 ,017
Pembiayaan_Mudharabah ,055 ,019 ,118 2,242 ,028
Pembiayaan_Ijarah -,051 ,027 -,583 -4,804 ,044
Pembiayaan_Qardh -,660 ,085 -,821 -1,317 ,087
a. Dependent Variable: Laba_Bersih
Sumber: data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.15, diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 490746,555 + 0,081 𝐗𝟏 + 0,055 𝐗𝟐 - 0,051 𝐗𝟑 - 0,660 𝐗𝟒
106
Keterangan:
Y = Laba Bersih
𝑋1 = Pembiayaan Murabahah
𝑋2 = Pembiayaan Mudharabah
𝑋3 = Pembiayaan Ijarah
𝑋4 = Pembiayaan Qardh
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi di atas adalah
sebagai berikut:
a) Apabila pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh bernilai 0,
maka nilai laba bersih adalah Rp 490.746,555 Maksudnya adalah jika
pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah dan qardh tidak melakukan
kegiatan operasional dapat dikatakan bahwa dalam periode triwulan I 2014
sampai triwulan III 2017 jumlah Laba Bersih sebesar Rp 490.746,555.
b) Koefisien regresi 𝑋1 bernilai +0,081 menyatakan bahwa dengan
mengasumsikan ketiadaan variabel independen lainnya, maka apabila 𝑋1
mengalami peningkatan sebesar Rp 1 maka laba bersih cenderung
mengalami peningkatan Rp 0,081.
c) Koefisien regresi 𝑋2 bernilai +0,055 menyatakan bahwa dengan
mengasumsikan ketiadaan variabel independen lainnya, maka apabila 𝑋2
mengalami peningkatan sebesar Rp 1 maka laba bersih cenderung
mengalami peningkatan sebesar Rp 0,055.
d) Koefisien regresi 𝑋3 bernilai -0,051 menyatakan bahwa dengan
mengasumsikan ketiadaan variabel independen lainnya, maka apabila 𝑋3
107
mengalami peningkatan sebesar Rp 1 maka laba bersih cenderung
mengalami penurunan sebesar Rp -0,051.
e) Koefisien regresi X4 bernilai -0,660 menyatakan bahwa dengan
mengasumsikan ketiadaan variabel independen lainnya, maka apabila 𝑋4
mengalami peningkatan sebesar Rp.1 maka laba bersih cenderung
mengalami penurunan sebesar Rp -0,660 .
D. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Tingkat Laba Bersih
Berdasarkan tabel 4.13, variabel pembiayaan murabahah mempunyai nilai
signifikan 0,017 < 0,05. Hal ini berarti menerima 𝐻𝑎 atau menolak 𝐻0 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel pembiayaan murabahah secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba bersih. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi Fadhilla (2015) dan Dinna
Ariyani (2014) yang menyatakan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh
signifikan terhadap tingkat laba bersih.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Muhammad (2006:218)
bahwa pengaruh atas pembiayaan murabahah mempunyai hubungan dengan
tingkat keuntungan bersih (net income) yang dihasilkan oleh bank. Jadi hasil
analisis diatas menunjukkan bahwa variabel pembiayaan murabahah berpengaruh
terhadap tingkat laba bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan
murabahah terdapatnya margin yang akan berdampak pada tingkat laba bersih.
108
Semakin tinggi pembiayaan murabahah yang disalurkan maka semakin meningkat
laba bersih pada Bank Umum Syariah (BUS).
2. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Tingkat Laba Bersih
Berdasarkan tabel 4.13, variabel pembiayaan mudharabah mempunyai nilai
signifikan 0,028 < 0,05. Hal ini berarti menerima 𝐻𝑎 atau menolak 𝐻0 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel pembiayaan mudharabah secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba bersih. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ima Fatmawati, dkk (2016) yang
menyatakan bahwa pembiayaan mudharabah berpengaruh signifikan terhadap
tingkat laba bersih.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prasetyo (2011) bahwa
salah satu tujuan dari prinsip ini adalah harga dari barang yang dijual merupakan
bagian keuntungan yang telah disepakati pada awal perjanjian. Keuntungan inilah
yang akan menjadi pendapatan bagi bank syariah. Jadi hasil analisis diatas
menunjukkan bahwa variabel pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap
tingkat laba bersih pada Bank Umum Syariah di Indnesia. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena keuntungan yang diperoleh pembiayaan mudharabah dari
adanya bagi hasil (nisbah) yang akan meningkatkan laba bersihnya. Semakin tinggi
pembiayaan mudharabah yang disalurkan maka semakin meningkat laba bersih
pada Bank Umum Syariah (BUS).
109
3. Pengaruh Pembiayaan Ijarah terhadap Tingkat Laba Bersih
Berdasarkan tabel 4.13, variabel pembiayaan Ijarah mempunyai nilai
signifikan 0,044 < 0.05. Hal ini berarti menerima 𝐻𝑎 atau menolak 𝐻0 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel pembiayaan Ijarah secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap tingkat laba bersih. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Busthomi Emha (2014) yang
menyatakan bahawa pembiayaan ijarah berpengaruh signifikan terhadap tingkat
laba bersih.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suwailem (2007) bahwa
pembiayaan dengan prinsip ijarah, perbankan syariah akan mendapatkan
pendapatan berupa pendapatan sewa ijarah (ujroh) yang nantinya bisa
meningkatkan laba perbankan syariah. Jadi hasil analisis diatas menunjukkan
bahwa variabel pembiayaan ijarah berpengaruh positive terhadap tingkat laba
bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Semakin tinggi pembiayaan ijarah
yang disalurkan maka semakin meningkat laba bersih pada Bank Umum Syariah
(BUS).
4. Pengaruh Pembiayaan Qardh terhadap Tingkat Laba Bersih
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, variabel pembiayaan Qardh mempunyai
nilai signifikan 0,087 > 0,05. Hal ini berarti menerima 𝐻0 atau menolak 𝐻𝑎
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pembiayaan qardh secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba bersih. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinna Ariyani (2014) yang
menyatakan bahwa pembiayaan qardh tidak berpengaruh besar terhadap laba
110
bersih. Hal ini dapat disebabkan karena dasar pemberian pembiayaan qardh adalah
akad tabarru yaitu Not-profit transaction, tujuan transaksi adalah tolong-menolong
dan bukan keuntungan komersial tidak boleh sedikit pun mengambil laba dari akad
tabarru’ itu, karena akad Tabarru adalah akad melakukan kebaikan yang
mengharapkan balasan dari Allah Swt semata, transaksinya bukan untuk mencari
keuntungan komersial.
Konsekuensi logisnya, jika akad Tabarru dijalankan dengan mengambil
keuntungan komersial, ia bukan lagi akad Tabarru, melainkan menjadi akad
Tijarah. Jika ingin tetap berakad Tabarru, transaksi tersebut tidak boleh mengambil
manfaat (keuntungan komersial). Tentu saja transaksi ini tidak berkewajiban
menanggung biaya yang timbul dari pelaksanaan akad Tabarru. Dengan kata lain,
transaksi ini boleh meminta pengganti biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan
akad Tabarru. Maka dari itu `pembiayaan qardh tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat laba bersih Bank Umum Syariah di Indonesia.
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel Pembiayaan Murabahah secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap Tingkat Laba Bersih pada Bank Umum Syariah di
Indonesia, pernyataan ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 𝛼 yaitu (0,017 < 0,05). Variabel Pembiayaan Mudharabah secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Laba Bersih pada Bank
Umum Syariah di Indonesia, pernyataan ini dapat dibuktikan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 𝛼 yaitu (0,028 < 0,05). Pembiayaan Ijarah
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Laba Bersih pada
Bank Umum Syariah di Indonesia, pernyataan ini dapat dibuktikan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 𝛼 yaitu (0,044 < 0,05), dan variabel
Pembiayaan Qardh secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
Tingkat Laba Bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia, pernyataan ini
dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih besar dari 𝛼 yaitu (0,087 >
0,05).
2. Variabel Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Ijarah, dan Qardh secara
simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Tingkat Laba Bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun
2014-2017.
112
3. Variabel bebas yang memberikan pengaruh paling kuat terhadap variabel
terikat adalah Pembiayaan Murabahah. Pernyataan ini dapat dibuktikan
dengan nilai koefisien regresi (B) sebesar 0,081 dibandingkan nilai
koefisien regresi variabel bebas yang lain, pembiayaan mudharabah 0,055,
pembiayaan Ijarah -0,051 dan pembiayaan qardh -0,660.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin dapat bermanfaat diantaranya:
1. Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan oleh investor sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan investasi pada Bank Umum Syariah agar memperhatikan
terlebih dahulu tingkat pembiayaan murabahah, mudharabah, ijarah, dan qardh
sebelum melakukan investasi dananya, karena pembiayaan murabahah,
mudharabah, ijarah, dan qardh secara simultan berpengaruh terhadap Tingkat Laba
Bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2014-2017.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan referensi
mengenai bank umum syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya yang
tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu pembiayaan murabahah,
mudharabah, ijarah dan qardh pada bank umum syariah. selain itu juga dapat
dijadikan bahan referensi tambahan bagi kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti
selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel seperti: DPK, ROE dan
lainnya. Periode penelitian dapat diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang
113
didapat lebih dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan
penelitian ini.
3. Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pembiayaan murabahah,
mudharabah, ijarah dan qardh secara simultan berpengaruh terhadap Tingkat Laba
Bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2014-2017. Oleh karena itu,
pihak bank umum syariah disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor tersebut
dengan cara meningkatkan modal yang memadai untuk menunjang kegiatan
operasionalnya, sehingga kinerja keuangan dapat dicapai dengan maksimal.
C. Saran
Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian
yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal
diantaranya:
1. Dalam kondisi internal perbankan seperti pembiayaan Murabahah,
Mudharabah, Ijarah dan Qardh terbukti dapat mempengaruhi tingkat laba
bersih pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Oleh karena itu, sangat
diperlukan sekali upaya peningkatan kinerja dari perbankan tersebut untuk
lebih meningkatkan kembali jumlah pembiayaan yang disalurkannya
sehingga fungsi dari perbankan itu sendiri yakni sebagai lembar
intermediasi (perantara) antara pihak surplus dengan pihak defisit dapat
berjalan lebih baik lagi.
2. Bagi peneliti selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut berkaitan dengan
114
tingkat laba bersih pada Bank Syariah. Dengan menambah periode
penelitian serta jumlah sampel, mengganti objek penelitian pada sektor atau
indeks tertentu, mengganti proksi yang digunakan, dan menambah variabel
penelitian sehingga dapat memperbaiki kekurangankekurangan yang ada.
3. Untuk lebih lanjut, diharapkan peneliti-peneliti lain dapat menggunakan
metode lain seperti data panel pada studi kasus bank umum syariah di
Indonesia secara keseluruhan, sehingga nantinya dapat diketahui secara
rinci pengaruh dari faktor internal maupun faktor eksternal bank tersebut
terhadap penyaluran pembiayannya nanti.
115
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Al Arif, M. N. "Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah", Alfabeta, cv
Bandung, 2010.
Algifari.”Analisis Regresi: Teori, Kasus dan Solusi”, BPFE Yogyakarta
Yogyakarta, 2009.
Antonio, S. "Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik", Gema Insani, Jakarta 2001
Arif, N. R. "Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah", Alfabeta, Bandung, 2010.
Ascarya. "Akad & Produk Bank Syariah", PT Raja Grafindo Persada Jakarta,
2008.
Ascarya, & Ascarya. I"Akad & Produk Bank Syariah", PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Ascarya, & Yumanita, D. ”Bank Syariah (Gambaran Umum)”, Pusat
Pendidikan dan Studi Kebank Sentralan (PPSK), Jakarta, 2005.
Danupranata, G. "Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah", Salemba Empat,
Jakarta, 2013.
Ghazali, I. "Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS". Edisi ke
4, BPUD, Semarang, 2006.
Ghozali, I. "Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 2",
UNDIP, Semarang,2012.
Ghozali, I. "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23",
Edisi ke-8, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2016.
Gujarati, D. "Ekonometrik Dasar", Erlangga, Jakarta, 1995
.
Hansen, D. R., & Mayane, M. M. "Manajemen Biasa Akuntansi dan
Pengendalian", Edisi ke-1, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
I.A. "Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 September 2007", Salemba
Empat, Jakarta, 2007.
IBI. "Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah",
Djambatan, Jakarta, 2001.
IBI. "Memahami Bisnis Bank Syariah", PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta,
2014.
116
Karim, A. "Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan". Edisi ke-5. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
Karim, A. A. "Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan", Rajawali Pers,
Jakarta, 2009.
Karim, A. A. "Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan". Edisi ke-5, PT Raja
Grafindo, Jakarta, 2014.
Karim, A. "Bank Islam: Analisis dan Keuangan”, PT Raja Grafindo, Jakarta,
2004.
Kasmir. "Analisis Laporan Keuangan", PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
M Tuanakotta, T. "Teori Akuntansi", Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
Muhammad. "Manajemen Bank Syariah", UPP UMP YKPN, Yogyakarta,
2002.
Muhammad. "Pengantar Akuntansi Syariah", Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Muhammad. "Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah", UII Press
Yogyakarta, 2006.
Nurgiyantoro, B., & dkk. "Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu Sosial",
UGM Press, Yogyakarta, 2015.
Oramahi, H. "Perancangan Percobaan (Aplikasi dengan SPSS dan SAS)", Gava
Media, Yogyakarta, 2007.
Pandia, F. "Manajemen Dana dan Kesehatan Bank", Rineka Cipta, Jakarta,
2012.
Perwataatmadja, K. A., & Tanjung, H. "Bank Syariah (Teori, Praktik, dan
Peranannya)", PT Senayan Abadi, Jakarta, 2007.
Salman, K. R. "Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah",
Akademia, Jakarta Barat, 2012.
Sastradipoera, K. "Strategi Manajemen Bisnis Perbankan", Kappa-Sigma,
Bandung, 2004.
Soemitra, A. "Bank dan Lembaga Keuangan Syariah". Edisi ke-1, Kencana,
Jakarta, 2009.
Sugiyono. "Memahami Penelitian Kualitatif", Alfabeta, Bandung, 2012.
117
Sugiyono. "Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D)", Alfabeta, Bandung, 2009.
Sugiyono. "Metode Penelitian Bisnis". Edisi ke-1, Alfabeta, Bandung, 2003.
Sugiyono. "Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND", Alfabeta,
Bandung, 2010.
Sugiyono. "Metode Penelitian Pendidikan", Alfabeta, Bandung, 2011.
Suharyadi, & Purwanto. "STATISTIKA: Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern", Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Sutrisno. "Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi", Cetakan Ke- 7,
Ekoisia, Yogyakarta, 2009.
Usman, H., & Akbar, P. S. "Pengantar Statistika", Bumi Aksara, Jakarta,2008.
Yaya, R., Martawireja, A. E., & Abdurahim, A. "Akuntansi Perbankan
Syariah". Cetakan ke-2. Salemba Empat, Jakarta, 2014.
B. Penelitian/ Jurnal
Rosidah. 2011. Analisis Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan
Mudharabah Terhadap Laba Bersih pada PT Bank Syariah Mandiri.
Septiani, C. M. 2014. Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan
Mudharabah, dan Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas pada
Bank Umum Syariah Periode 2006-2012.
Busthomi Emha, Muhammad. 2014. Analisis Pengaruh Pembiayaan
Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah Terhadap Kemampu Labaan Bank
Muamalat Di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya.
Fadhila, Novi. 2015. Analisis Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah
Terhadap Laba Bank Syariah Mandiri. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Ariyani, Dinna. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Pembiayaan
Murabahah, Bagi Hasil dan Pinjaman Qardh Terhadap Pertumbuhan Laba
Bersih Pada Bank Syariah Periode Triwulan I 2011 Sampai Triwulan IV
2013.
Fadholi, Amri Dziki. 2015. Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Musyarakah dan
Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Studi Empiris
Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2011- 2014). Jurnal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Unversitas Muhammadiyah Surakarta.
118
Inti Dwi Permata, Russely (dkk). 2014. Analisis Pengaruh Pembiayaan
Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas (Return On
Equity) (Studi pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia
Periode 2009-2012). Jurnal Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya.
Fatmawati, Ima (dkk). 2016. Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah,
Musyarakah dan Ijarah Terhadap Laba Bersih Bank Umum Syariah di
Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Jember (UNEJ).
Afif, Zaim Nur (dkk). 2014. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Laba
Melalui Variabel Intervening Pembiayaan Bermasalah Bank Umum Syariah
di Indonesia Periode 2009-2013. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga.
Umiyati, Syarif. 2016. Kinerja Keuangan dan Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Laporan
Laporan Statistika Perbankan Bank Indonesia Januari 2014 sampai September
2017
ED PSAK 1 2013 Penyajian Laporan Keuangan
D. Website
www.ojk.go.id di akses pada tanggal 20 Maret 2018
www.bi.go.id di akses pada tanggal 25 Maret 2018
www.bankmuamalat.co.id di akses pada tanggal 29 Maret 2018
www.syariahmandiri.co.id di akses pada tanggal 29 Maret 2018
www.bni.co.id di akses pada tanggal 2 April 2018
www.akuntansikeuangan.com di akses pada tanggal 5 April 2018
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&q=umiyati+uin+jakarta&btnG=
&oq=umiyati+uin+jakr di akses pada tanggal 10 April 2018
119
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a) Pembiayaan Murabahah
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 20169529 33272979 8944383
II 20970591 33330848 9971761
III 21206336 32331327 10671460
IV 20611224 33708424 11477499
2015 I 19598457 33670736 12134302
II 25782711 47956286 20738289
III 25048222 48754889 21028221
IV 24359869 49914035 21774588
2016 I 23516238 49859592 22033706
II 22985638 51320529 23097149
III 22946089 52422148 23752721
IV 23314382 53201181 24980801
2017 I 23529752 53510368 26066631
II 25426566 53695744 26771636
III 26196465 54048823 26906534
Rata - rata 23044137.93 45399860.6 19356645.4
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
120
b) Pembiayaan Mudharabah
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 3660751 2020234 988284
II 1398980 2236269 10860903
III 3314147 2306130 1132955
IV 1937812 2651084 1235917
2015 I 1715175 2712525 2603676
II 1433868 3357705 1253877
III 1316741 3138566 1288057
IV 1146881 2888566 1279950
2016 I 1081797 2755182 1233878
II 901570 3597104 1296899
III 846564 3347510 1293605
IV 828761 3151201 1198408
2017 I 920679 3055212 1102866
II 879001 3503390 1162679
III 853063 3593178 991129
Rata - rata 1482386 2954257.07 1276551.33
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
c) Pembiayaan Ijarah
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 191634 315788 613900
II 187116 339927 551108
III 222161 736358 491458
121
IV 250644 817813 434470
2015 I 235389 799795 380808
II 248030 813425 334972
III 240816 748415 290879
IV 234826 806049 247675
2016 I 231853 827474 211308
II 229499 893390 178599
III 227106 956481 142727
IV 218309 907190 115745
2017 I 216837 846088 95632
II 214413 883043 76297
III 203899 837623 59678
Rata-rata 223.502.133 768590.6 281.683.733
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
d) Pembiayaan Qardh
Tahun Triwulan Bank Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Mandiri
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 486588 5259160 659394
II 246258 4939958 672820
III 190006 4403977 651363
IV 143815 3667263 657116
2015 I 274072 3230343 576639
II 88931 2820905 588276
III 102403 2491070 621696
IV 240248 1967130 580340
2016 I 203051 1678926 572937
II 392791 1884142 610254
III 310190 1822050 733907
IV 580716 1971071 930007
122
2017 I 521303 2112474 1152977
II 512122 2069320 1377747
III 643455 2055546 1433824
Rata-rata 329063.267 2824889 787953.131
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
2. Variabel Dependen
a) Laba Bersih
Tahun Triwulan Bank
Muamalat
Indonesia
Bank
Syariah
Indonesia
Bank Negara
Indonesia
Syariah
2014 I 145989 200502 34503
II 214039 150146 66481
III 31444 275157 103931
IV 57173 71778 163251
2015 I 65593 95342 45668
II 106540 132346 99943
III 151945 148773 156619
IV 74492 289576 228525
2016 I 25209 75715 75178
II 30514 167638 145645
III 37954 246157 215231
IV 80511 325414 277375
2017 I 12268 90261 77638
II 29956 181030 165083
III 34170 261024 246602
Rata-rata 73186.4667 180723.933 140111.533
Sumber: Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia (dalam jutaan)
123
Lampiran 2 : Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Sumber: data yang diolah
Sumber: data yang diolah
124
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 73237,76929931
Most Extreme Differences
Absolute ,127
Positive ,127
Negative -,098
Kolmogorov-Smirnov Z ,849
Asymp. Sig. (2-tailed) ,467
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data yang diolah
Uji Multikolonieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Pembiayaan_Murabahah ,365 2,739
Pembiayaan_Mudharabah ,373 2,680
Pembiayaan_Ijarah ,364 2,744
Pembiayaan_Qardh ,667 1,498
a. Dependent Variable: Laba_Bersih
Sumber: data yang diolah
125
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data yang diolah
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 490746,555 68800,666 6,497 ,115
Pembiayaan_Murabahah ,081 ,011 ,428 3,219 ,017
Pembiayaan_Mudharabah ,055 ,019 ,118 2,242 ,028
Pembiayaan_Ijarah -,051 ,027 -,583 -4,804 ,044
Pembiayaan_Qardh -,660 ,085 ,821 -1,317 ,087
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber: Data yang diolah
126
Uji Autokorelasi
Lampiran 3: Uji Hipotesis
Uji F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 76789701167,007 4 19197425291,752 6,254 ,011b
Residual 236005917485,304 40 5900147937,133
Total 312795618652,311 44
a. Dependent Variable: Laba_Bersih
b. Predictors: (Constant), Pembiayaan_Qardh, Pembiayaan_Mudharabah,
Pembiayaan_Murabahah, Pembiayaan_Ijarah
Sumber: data yang diolah
Uji-t (Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 490746,555 68800,666 6,497 ,115
Pembiayaan_Murabahah ,081 ,011 ,428 3,219 ,017
Pembiayaan_Mudharabah ,055 ,019 ,118 2,242 ,028
Pembiayaan_Ijarah -,051 ,027 -,583 -4,804 ,044
Pembiayaan_Qardh -,660 ,085 ,821 -1,317 ,087
a. Dependent Variable: Laba_Bersih
Sumber: data yang diolah
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,712a ,507 ,409 76812,4205 1,608
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan_Qardh, Pembiayaan_Mudharabah,
Pembiayaan_Murabahah, Pembiayaan_Ijarah
b. Dependent Variable: Laba_Bersih
127
Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,712a ,507 ,409 76812,4205
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan_Qardh, Pembiayaan_Mudharabah,
Pembiayaan_Murabahah, Pembiayaan_Ijarah
b. Dependent Variable: Laba_Bersih
Sumber: data yang diolah
Lampiran 4 : Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 490746,555 68800,666 6,497 ,115
Pembiayaan_Murabahah ,081 ,011 ,428 3,219 ,017
Pembiayaan_Mudharabah ,055 ,019 ,118 2,242 ,028
Pembiayaan_Ijarah -,051 ,027 -,583 -4,804 ,044
Pembiayaan_Qardh -,660 ,085 ,821 -1,317 ,087
a. Dependent Variable: Laba_Bersih
128
Lampiran 5 :
129
130
Lampiran 6:
131