Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI)
PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI HYROXYPROPYL
METHYLCELLULOSE (HPMC) SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP
STABILITAS FISIK EMULGEL REBUSAN HERBA PEGAGAN (CENTELLA
ASIATICA L)
TIM PENGUSUL :
1. ZAINUL ISLAM, M. FARM., APT 0426067902 KETUA PENGUSUL
2. FAHJAR PRISISKA, M. FARM., APT 0311048101 ANGGOTA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2018
ii
iii
iv
v
IDENTITAS USULAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Hydroxy Propyl
Methyl Celulose sebagai Gelling Agent terhadap
Stabilitas Fisik Emulgel Rebusan Herba Pegagan
(centella asiatic L)
2. Tim Peneliti :
No Nama Jabatan Bidang Asal Alokasi
Keahlian Institusi Waktu
(Jam/Minggu)
1 Zainul Islam, M. Farm., Apt. Ketua Farmakologi UHAMKA 8 jam/minggu
Pengusul
2 Fahjar P, M. Farm., Apt. Anggota Teknologi UHAMKA 8 jam/minggu
Pengusul Farmasi
3. Objek penelitian : Evaluasi Fisik Emulgel Rebusan Herba Pegagan
(Jenis material yang akan diteliti) (Centella asiatica L)
4. Masa Pelaksanaan : 6 bulan
Mulai : September 2017 selesai : Januari 2018
5. Usulan Biaya : Rp. 8.500.000,-
(Terbilang) ( Delapan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
6. Lokasi Penelitian : LAB TEKN. STERIL FFS UHAMKA
7. Instansi lain yang terlibat : -
8. Temuan (Produk) : EMULGEL REBUSAN HERBA PEGAGAN
yang di Targetkan
9. Kontribusi mendasar : Teknologi Farmasi - Farmakologi
pada suatu bidang Ilmu
10. Rencana Luaran yang : Jurnal Nasional Terakreditasi
menjadi sasaran
11. Rencana Luaran HKI, : -
Buku, purawarupa
vi
vii
viii
PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI HYDROXY PROPYL
METHYL CELLULOSE (HPMC) SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP STABILITAS FISIK EMULGEL REBUSAN HERBA PEGAGAN
(Centella asiatica. L)
Zainul Islam 1) Fahjar Prisiska 2)
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
ABSTRAK
Herba pegagan (Centella asiatica L.) merupakan bahan alam yang mempunyai khasiat
sebagai anti aging atau anti penuaan dini yang alami. Herba pegagan mengandung senyawa
asiaticosida dan glycoside madecassoside yang berguna sebagai anti penuaan dini atau anti
aging. Pada penelitian ini ekstrak herba pegagan dibuat emulgel yang memiliki daya sebar
baik pada kulit, mudah dicuci dengan air dan teksturnya lebih lembut dengan menggunakan
Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) sebagai gelling agent. HPMC merupakan polimer
turunan selulosa yang dapat menghasilkan gel yang memenuhi persyaratan farmasetika.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetaahui pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC
terhadap sifat fisik emulgel.
Emulgel ekstrak herba pegagan dibuat dalam 4 formula dengan konsentrasi HPMC
yang berbeda-beda yaitu: 3,5, 4, 4,5 , dan 5,0%. Tiap formula dievaluasi selama 6 minggu
meliputi uji organoleptik, uji pH, homogenitas, viskositas, penyimpanan pada dua suhu
(freeze thaw).
Hasil analisa statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap data viskositas adalah normal,
kemudian dilanjutkan dengan uji ANAVA satu arah diperoleh p = 0.000 (p < 0.05) maka
terdapat perbedaan viskositas yang bermakna, dilanjutkan dengan uji Tukey-HSD dihasilkan
terdapat perbedaan bermakna pada setiap formula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
peningkatan HPMC dapat meningkatkan stabilitas fisik emulgel pegagan.
Kata kunci: Emulgel, HPMC, Kestabilan Fisik
ABSTRACT
Herb gotu kola (Centella asiatica L.) is a natural material that has efficacy as an anti-aging or anti-aging is natural. Herb gotu kola containing compounds and glycoside
madecassoside asiaticosida useful as an anti-aging or anti-aging. In this research, gotu kola herb extracts prepared emulgel that has a good spread on the skin, easily washed
with water and softer texture using Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) as a gelling agent. HPMC is a cellulose derivative polymer gel that can produce that meets
the requirements of Pharmaceutical. Research is underway to increase the concentration of HPMC mengetaahui influence on the physical properties emulgel.
Emulgel herb gotu kola extract made in the formula 4 with a concentration of HPMC is different: 3.5%, 4.0%, 4.5% and 5.0%. Each formula was evaluated for 6 weeks include organoleptic test, pH test, homogeneity, viscosity, the storage at two temperatures (freeze thaw).
The results of Kolmogorov-Smirnov statistical analysis of the data is the viscosity of the normal followed by a one-way test ANAVA obtained p = 0.000 (p <0.05), there is
a significant difference in viscosity, followed by Tukey-HSD test produced there are significant differences in each formula. Therefore we can conclude that the increase in HPMC may increase the physical stability emulgel gotu kola.
Key words: Emulgel, HPMC, Physical Stability
ix
PENDAHULUAN
Pegagan atau Centella asiatica L. termasuk ke dalam famili tumbuhan
umbelliferae atau apibiaceae. Dikenal sebagai rumput kaki kuda, antanan gede, panegowang atau kisu-kisu. Pegagan mengandung senyawa Asiaticoside,
thankuniside, isothankuniside, rnadecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol, centellose,
carotenoids, garam-garam mineral seperti
garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine (campuran antara
damar dan minyak terbang) dan zat semak
dan tanin. Pegagan dapat digunakan untuk kecantikan dan bisa juga digunakan
sebagai anti aging, hal ini telah di buktikan
oleh Bonte dan kawan-kawan dalam
penelitian mereka yaitu pada kultur fibroblast wanita yang berusia 50 tahun.
Penggunaan herba pegagan secara empiris
yaitu 10-15g pegagan segar atau 2,0-4,0g pegagan kering yang kemudian ditumbuk
dan direbus sampai kental kemudian
ditempelkan pada bagian yang sakit,
dimana kandungannya yang dapat membuat herba pegagan sebagai antiaging
adalah suatu glicosida triterpenoid yang
umumnya dikenal sebagai asiaticoside yang dapat meningkatkan sintesis colagen
tipe I yaitu 25-30% dalam waktu 24 jam
dan glicoside madecassoside yang dapat
meningkatkan kolagen tipe III dalam waktu 72 jam.
Emulgel merupakan sediaan dua fase yang terdiri dari molekul organik yang merupakan fase besar yang berpenetrasi dalam air dan fase kecil emulsi minyak yang dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling
agent)(1)
. Emulgel merupakan
pengembangan dari bentuk sediaan gel. Emulgel yang digunakan yaitu gel yang mengandung emulgator hidrofil yang sangat cocok untuk dipakai pada kulit dengan
fungsi kelenjar lemak yang berlebihan(2)
.
Emulgel memiliki daya sebar yang baik pada kulit, mudah dicuci dengan
air, dan teksturnya lebih lembut (1). Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel karena terdapatnya 2 fase minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit, teksturnya yang lebih lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki daya sebar dan
stabilitas yang baik (1)
. Hydroxypropyl Methylcellulose
(HPMC) merupakan polimer turunan selulosa yang dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna tidak berasa, dan punya retensi yang baik terhadap serangan mikroba serta memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit.
Pada penelitian sebelumnya
sediaan yang dibuat adalah dalam bentuk
krim. Pembuatan sediaan emulgel anti aging dari rebusan herba pegagan
(Centella asiatica L.) merupakan suatu
upaya dalam menemukan sediaan yang
baru dan merupakan pengembangan dari bentuk krim. Penelitian ini dimaksudkan
untuk melihat pengaruh peningkatan
konsentrasi rebusan herba pegagan terhadap sifat fisik dan kimia sediaan emulgel yang dihasilkan yang menggunakan HPMC sebagai gelling agent.
Pola penelitian yang akan dilaksanakan dimulai dari pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian, dimana
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan herba pegagan (Centella
asiatica L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
(BALITRO) Bogor, bahan pembuat emulgel diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Proses selanjutnya pemeriksaan rebusan meliputi identifikasi senyawa rebusan dan uji organoleptis rebusan yang
dilanjutkan dengan penyusunan formulasi emulgel. Evaluasi stabilitas fisik pada
sediaan emulgel bisa dilakukan secara visual seperti pewarnaan, homogenitas, konsistensi daya sebarnya, dan tahap
pemisahan.
x
METODE PERCOBAAN
Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah herba pegagan, paraffin liq,tween 80, span 80, propilenglikol, methyl paraben, propyl paraben, na.metabisulfit, aq.dest.
Formula emulgel
Formula emulgel ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Formula gel
Bahan Jumlah (%)
F1 F2 F3 F4
Rebusan Herba
Pegagan 3 3 3 3
HPMC 3,5 4,0 4,5 5,0
Parafin Liquidum 10 10 10 10
Tween 80 1,44 1,44 1,44 1,44
Span 80 0,56 0,56 0,56 0,56
Propilenglikol 10 10 10 10
Metil Paraben 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben 0,2 0,2 0,2 0,2
Natrium Metabisulfit 0,01 0,01 0,01 0,01
Aqua ad 100 100 100 100
Pembuatan emulgel
A. Fase emulsi Span 80 dilarutkan dalam parafin liquid aduk hingga homogen (massa 1). Na-metabisulfit dilarutkan dalam aquadest sisa perhitungan kemudian dicampurkan dengan Tween 80 (massa 2). Metil paraben dan Propil paraben dilarutkandalamsebagian propilenglikol masing-masing (1:5) dan (1:4) (massa 3). Fase minyak (massa 1) dan fase air (massa 2, massa 3) dipanaskan terpisah pada suhu 70-80 ºC, kemudian fase minyak dicampur dengan fase air diaduk hingga homogen dan diperoleh pada suhu kamar. (massa 4)
a. Fase Gel Hidroxypropyl Methylcellulose (HPMC) didispersikan sedikit demi sedikit dalam air, aduk hingga terbentuk gel yang homogen, diamkan sampai terbentuk gel yang jernih. (massa 5)
b. Fase gabungan Rebusan yang telah dilarutkan dengan propilenglikol sisa ditambah massa 4 (fase emulsi) dicampur, kemudian aduk
hingga homogen. (massa 6) Massa 5 ditambahkan massa 6 sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen. Cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml. Amati sediaan emulgel dari berbagai konsentrasi HPMC.
Evaluasi emulgel
1. Pemeriksaan organoleptis sediaan emulgel
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, dan bau sediaan emulgel yang dilihat secara visual dan diamati selama 6 minggu pada suhu kamar.
2. Pemeriksaan homogenitas Emulgel dioleskan pada kaca
objek, ditutup dengan cover glass, diamati dengan penglihatan mata, dilihat apakah homogen dan permukaannya halus atau tidak dan selama 6 minggu pada suhu kamar.
3. Uji viskositas Uji viskositas ditentukan dengan
menggunakan viskometer Brookfield,
sediaan dimasukkan pada wadah, kemudian pada spindle nomor 4 dari
viskometer dicelupkan kedalamnya sampai garis tanda batas yang ada pada
spindel lalu dinyalakan sampai spindle berputar dan diatur kecepatannya dari 30 rpm, 50 rpm, 60 rpm, 100 rpm, dan
kembali 60 rpm, 50 rpm, dan 30 rpm. Hasil pembacaan skala dicatat
untuk menghitung viskositasnya 4. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan
menggunakan pH meter dengan mengkalibrasi pH meter menggunakan
elektroda yang dicelupkan dalam larutan
dapar fosfat pH 7,0, bersihkan
kemudian dicelupkan dalam dapar fosfat pH 4,0, bersihkan. Ukur pH sediaan
dengan cara mencelupkan elektroda
xi
pada pH meter dalam sediaan, amati dan catat pH yang tertera pada alat.
xii
5. Uji Pemisahan fase a. Metode uji sentrifugasi
Sebanyak 4,0 gram sediaan ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam secara bertahap dan diamati terjadi pemisahan setelah pembuatan.
b. Uji freeze thaw(15)
Siklus pemisahan fase dengan
metode freeze thaw pada emulgel
dilakukan penyimpanan pada suhu 4oC
dan 45 oC, sebanyak masing-masing 4,0
gram dari sediaan emulgel dimasukkan ke dalam 8 vial, 4 vial untuk kontrol disimpan pada suhu normal dan 4 vial untuk siklus freeze thaw. Kemudian vial ditutup dan disimpan selama 3 hari pada
suhu 4oC diamati perubahan
organoleptisnya. Setelah penyimpanan
pada suhu 4oC sediaan disimpan pada
suhu 45 oC selama 3 hari, amati
perubahan organoleptisnya. Siklus ini dilakukan pada 3 siklus penyimpanan.
Analisa Data
Berdasarkan data hasil pengamatan
uji viskositas yang diperoleh pada setiap formula dianalisis menggunakan uji
analisa varian (ANAVA) satu arah dan adanya perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Tuckey-HSD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Herba pegagan merupakan salah satu tanaman yang secara empiris telah digunakan untuk kecantikan dan bisa
digunakan sebagai anti penuaan dini. Herba pegagan mengandung
asiaticosida dan glicoside madecassoside
yang berguna sebagai anti penuaan dini.Pemanfaatan herba pegagan belum dilakukan secara optimal karena belum
diformulasikan menjadi bentuk sediaan yang praktis, efisien dan nyaman
digunakan. Kestabilan fisik emulgel ekstrak
herba pegagan diamati dari pengamatn
organoleptis, homogenitas, viskositas, pH dan uji freeze thaw selama 6 minggu.
Pengamatan fisik ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada penyimpanan
selama 6 minggu pada suhu kamar dapat
mempengaruhi sifat fisik sediaan pada peningkatan konsentrasi Hydroxypropyl
Methylcellulose (HPMC) 3,5%, 4,0%, 4,5%, dan 5,0%.
Hasil pengamatan organoleptik pada
warna diperoleh menunjukkan F1 berwarna coklat tua, sementara pada F2,
F3, dan F4 berwarna Coklat muda. Semakin besar konsentrasi gelling agent
yang ditambahkan maka warna coklat semakin lemah dan baunya pun akan semakin berkurang. Kemudian pada
pemeriksaan pertumbuhan jamur tidak ditemukan.
Hasil pengamatan homogenitas dan lapisan sediaan emulgel rebusan herba pegagan selama 6 minggu pada suhu kamar menunjukkan bahwa pada sediaan formula ke-4 tidak terbentuk lapisan pada sediaan homogen selama batas penyimpanan, tetapi pada formula ke-1,
formula ke-2, dan formula ke-3 terbentuk lapisan minyak pada permukaan sediaan dan sediaan menjadi tidak homogen.
Pemisahaan yang terjadi karena konsentrasi pada HPMC yang rendah. Sehingga air yang terjerat atau yang terikat pada polimer sedikit dan menyebabkan
tidak terjadinya ikatan yang kuat antara fase gel, fase emulsi dan ekstrak. Selain itu fase emulsi globul-globul minyak sudah tidak dikelilingi oleh lapisan pengemulsi dan minyak akan lebih cenderung untuk bergabung. Rusaknya lapisan pengemulsi juga menjadi penyebab pecahnya pada sediaan formula ke-1, formula ke-2 dan
formula ke 3. Hasil pemeriksaan pH pada sediaan
formula 1,2,3 dan 4 menunjukkan terjadi peningkatan dan penurunan secara penyimpanan.Pada ke empat formula mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal ini disebabkan karena
adanya interaksi antar zat masing-masing dan kondisi penyimpanan, namun masih berada dalam rentang pH kulit normal
yaitu pada rentang 4,5 hingga 6,5. Pada uji pemisahaan fase dengan
sentrifugasi, terlihat pada formula 1 dan 2 terjadi pemisahaan ini disebabkan oleh
tidak stabilnya ikatan yang berbentuk
antara globul minyak yang terdispersi
xiii
dengan air karena adanya guncangan yang
cepat, berbeda dengan formula 3 dan 4
tidak tejadi pemisahan karena ikatan antara globul minyak yang terdispersi pada fase
air stabil dan membentuk struktur yang
lebih kompak. Penyimpanan sediaan pada siklus
freeze thaw dilakukan untuk melihat pengaruh suhu terhadap pemisahan fase emulgel selama penyimpanan dengan suhu yang berbeda yaitu siklus freeze pada suhu
4oC dan siklus thaw pada suhu 45
oC.
Pengamatan dilakukan selama 3 siklus hasil pengamatan pada formula 1 dan formula 2 terjadi perubahan pada thaw, siklus ke-2, dan pada formula 1 mengalami perubahan freeze dan thaw dan pada formula 2 terjadi perubahan pada thaw, siklus ke-3, sedangkan pada formula ke-3 dan ke-4 tidak mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena formula pada konsentrasi gelling agent rendah memiliki konsistensi emulsi yang tinggi, pada emulsi suhu yang ekstrim dapat menyebabkan emulsi menjadi kasar dan coalensi dimana terbentuk globul yang besar naik ke permukaan atau turun ke dasar dan membentuk lapisan yang tebal yang akan diikuti dengan breaking yaitu pemisahaan fase terdispersi dari fase kontinu, prosesnya irreversible karena lapisan emulgator yang mengelilingi caoran sudah
tidak ada(2)
. Penyimpanan pada kondisi
freeze menyebabkan rata-rata ukuran globul meningkat. Akan tetapi pada peningkatan suhu yaitu pada kondisi thaw akan terjadi menurun ukuran globul. Hal ini terjadi karena pada saat fase air yang disimpan pada kondisi freeze akan
membentuk kristal es sehingga ruang fase air menjadi menyempit dan akan memaksa fase padat untuk berdekatan sedangkan pada penyimpanan kondisi thaw kristal es akan mencair membentuk suatu lapisan yang terpisah dari fase padatnya.
Berdasarkan hasil pengukuran
viscositas dapat diketahui semakin besar konsentrasi Hydroxyl propyl Methyl
Celullose (HPMC) sebagai Gelling Agent
dapat meningkatkan viskositas sediaan
emulgel rebusan herba pegagan. Pada F1, F2, F3, dan F4 diperoleh nilai viscositas
yang pada setiap formulanya memiliki
konsistensi kekentalan yang berbeda, semakin tinggi konsentrasi gelling agent
maka semakin kental. Berdasarkan pengamatan kenaikan
viskositas pada sediaan disebabkan oleh
peningkatan konsentrasi HPMC. Semakin
tinggi konsentrasi HPMC yang digunakan
maka semakin banyak molekul-molekul
yang saling berdekatan dan mengakibatkan
daya kohesivitas pun akan semakiin besar
dari pada daya adhesivitasnya. Hasil analisa pengamatan viskositas diperoleh data yang normal dengan nilai signifikan > 0,05 pada uji Kolmogorv – Smirnov maka Ho diterima atau data-data tersebut terdistribusi normal dan memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian parametik, kenudian dilanjutkan pada uji homogenitas diperoleh nilai signifikan yaitu > 0,05 maka data viskositas dinyatakan homogen, dilanjutkan pada ANAVA, diperoleh p = 0.000 (p<0,05) maka terdapat perbedaan bermakna pada tiap formula, maka dapa
xiv
RINGKASAN
Herba pegagan (Centella asiatica L.) merupakan bahan alam yang mempunyai khasiat
sebagai anti aging atau anti penuaan dini yang alami. Herba pegagan mengandung senyawa
asiaticosida dan glycoside madecassoside yang berguna sebagai anti penuaan dini atau anti
aging. Pada penelitian ini ekstrak herba pegagan dibuat emulgel yang memiliki daya sebar
baik pada kulit, mudah dicuci dengan air dan teksturnya lebih lembut dengan menggunakan
Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) sebagai gelling agent. HPMC merupakan polimer
turunan selulosa yang dapat menghasilkan gel yang memenuhi persyaratan farmasetika.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetaahui pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC
terhadap sifat fisik emulgel.
Emulgel ekstrak herba pegagan dibuat dalam 4 formula dengan konsentrasi HPMC
yang berbeda-beda yaitu : 3,5, 4, 4,5 , dan 5,0%. Tiap formula dievaluasi selama 6 minggu
meliputi uji organoleptik, uji pH, homogenitas, viskositas, penyimpanan pada dua suhu
(freeze thaw).
Kata Kunci : Herba pegagan, centella asiatica L
xv
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarokaatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga pelaksanaan dan penyusunan Laporan Penelitian Pengembangan IPTEK (PPI)
dengan judul: “ PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI HYROXYPROPYL
METHYLCELLULOSE (HPMC) SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP
STABILITAS FISIK EMULGEL REBUSAN HERBA PEGAGAN (CENTELLA
ASIATICA L)” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Semoga dengan adanya
laporan ini menjadi bukti bahwa kegiatan kemitraan masyarakat merupakan penyaluran
kegiatan pengembangan kemampuan dosen dan tenaga pengajar UHAMKA serta bukti
kepedulian UHAMKA yang sangat bermanfaat dan berguna bagi masyarakat.
Harapan kami semoga kegiatan yang telah dilaksanakan ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pelaksana dan peserta. Kami berharap dapat
memperbaiki bentuk maupun isi kegiatan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Laporan
ini kami akui masih banyak kekurangan, Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan
ini.
Wabillahi Taufiq Walhidayah
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 30 MEI 2018
Tim Penyusun
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ……………………………………………………………………………… i
NOTIFICATION LETTER JURNAL ………………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………. iv
IDENTITAS USULAN PENELITIAN …………………………………………….. v
SURAT PERJANJIAN KONTRAK PENELITIAN ………………………………. vi
ARTIKEL PENELITIAN …………………………………………………………… viii
RINGKASAN PENELITIAN ………………………………………………………. xiii
BAB I. LATAR BELAKANG PENELITIAN ……………………………………… 1
BAB II. PERUMUSAN MASALAH ……………………………………………….. 3
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….. 4
A. Teori
1. Tanaman Pegagan
2. Kulit
3. Proses Penuaan Kulit
4. Emulsi
5. Gel
6. Emulgel
7. Stabilitas
8. Karakter bahan
B. Kerangka Berfikir
C. Hipotesa
4
4
5
5
6
7
7
9
10
13
14
BAB IV. TUJUAN PENELITIAN …………………………………………………
15
BAB V. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………….. 16
A. Metode Penelitian
B. Pola Penelitian
C. Analisa Data
16
17
19
BAB VI. JADWAL PENELITIAN ………………………………………………… 20
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Jadwal Penelitian
20
20
BAB VII. PERSONALIA PENELITIAN …………………………………………..
21
BAB VIII. BIAYA PENELITIAN ………………………………………………….
22
BAB IX. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………….. 24
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
24
30
BAB X. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………. 40
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
LATAR BELAKANG
Pegagan atau Centella asiatica L. termasuk ke dalam famili tumbuhan umbelliferae
atau apibiaceae. Dikenal sebagai rumput kaki kuda, antanan gede, panegowang atau kisu-
kisu. Pegagan mengandung senyawa Asiaticoside, thankuniside, isothankuniside,
rnadecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol,
centellose, carotenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium, magnesium,
kalsium, besi, vellarine (campuran antara damar dan minyak terbang) dan zat semak dan
tanin. Pegagan dapat digunakan untuk kecantikan dan bisa juga digunakan sebagai anti aging,
hal ini telah di buktikan oleh Bonte dan kawan-kawan dalam penelitian mereka yaitu pada
kultur fibroblast wanita yang berusia 50 tahun. Penggunaan herba pegagan secara empiris
yaitu 10-15g pegagan segar atau 2,0-4,0g pegagan kering yang kemudian ditumbuk dan
direbus sampai kental kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit, dimana kandungannya
yang dapat membuat herba pegagan sebagai antiaging adalah suatu glicosida triterpenoid
yang umumnya dikenal sebagai asiaticoside yang dapat meningkatkan sintesis colagen tipe I
yaitu 25-30% dalam waktu 24 jam dan glicoside madecassoside yang dapat meningkatkan
kolagen tipe III dalam waktu 72 jam.
Emulgel merupakan sediaan dua fase yang terdiri dari molekul organik yang
merupakan fase besar yang berpenetrasi dalam air dan fase kecil emulsi minyak yang dibuat
dengan penambahan bahan pengembang (gelling agent)(1)
. Emulgel merupakan
pengembangan dari bentuk sediaan gel. Emulgel yang digunakan yaitu gel yang mengandung
emulgator hidrofil yang sangat cocok untuk dipakai pada kulit dengan fungsi kelenjar lemak
yang berlebihan(2)
. Emulgel memiliki daya sebar yang baik pada kulit, mudah dicuci dengan
air, dan teksturnya lebih lembut (1)
. Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel
karena terdapatnya 2 fase minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit,
teksturnya yang lebih lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki
daya sebar dan stabilitas yang baik (1)
.
Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) merupakan polimer turunan selulosa yang
dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna tidak berasa, dan punya retensi
yang baik terhadap serangan mikroba serta memberikan kekuatan film yang baik bila
mengering pada kulit.
2
Pada penelitian sebelumnya sediaan yang dibuat adalah dalam bentuk krim.
Pembuatan sediaan emulgel anti aging dari rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.)
merupakan suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru dan merupakan pengembangan
dari bentuk krim. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi
rebusan herba pegagan terhadap sifat fisik dan kimia sediaan emulgel yang dihasilkan yang
menggunakan HPMC sebagai gelling agent.
Pola penelitian yang akan dilaksanakan dimulai dari pengumpulan dan penyediaan
bahan penelitian, dimana bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan herba
pegagan (Centella asiatica L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik (BALITRO) Bogor, bahan pembuat emulgel diperoleh dari Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
Proses selanjutnya pemeriksaan rebusan meliputi identifikasi senyawa rebusan dan uji
organoleptis rebusan yang dilanjutkan dengan penyusunan formulasi emulgel. Evaluasi
stabilitas fisik pada sediaan emulgel bisa dilakukan secara visual seperti pewarnaan,
homogenitas, konsistensi daya sebarnya, dan tahap pemisahan.
3
BAB II
PERUMUSAN MASALAH
Pegagan adalah bahan alam yang sering digunakan dalam pengobatan secara
tradisional turun temurun sebagai meningkatkan sistim kekebalan tubuh alami. Herba
pegagan secara alami hanya dibuat rebusan atau dikonsumsi langsung (dimakan langsung)
oleh masyarakat. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat,
herba pegagan dapat dibuat berbagai macam bentuk sediaan lain seperti syrup herba pegagan,
tablet atau kapsul dari ekstrak pegagan.
Salah satu aplikasi bentuk lain sedian farmasi dari Herba Pegagan dapat digunakan
untuk kecantikan dan bisa juga digunakan sebagai anti aging, Emulgel merupakan sediaan dua
fase yang terdiri dari molekul organik yang merupakan fase besar yang berpenetrasi dalam air
dan fase kecil emulsi minyak yang dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling
agent). Pada penelitian sebelumnya sediaan yang dibuat adalah dalam bentuk krim.
Pembuatan sediaan emulgel anti aging dari rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.)
merupakan suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru dan merupakan pengembangan
dari bentuk krim. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi
rebusan herba pegagan terhadap sifat fisik dan kimia sediaan emulgel yang dihasilkan yang
menggunakan HPMC sebagai gelling agent.
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
1. Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) (3)
Gambar 1. Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
a. Klasifikasi
Kingdom:Plantae
Ordo: Apiales
Famili: Umbelliferae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L.) Urban
b. Sinonim : Hydrocotyle asiatica L., Pes equines Rumph.
c. Nama Daerah
Sumatera : daun kaki kuda, daun penggaga, pegagan, rumput kaki kuda (Melayu).
Jawa : antanan gede (Sunda), gagan-gagan, ganggangan, kerok batok,
pentegowang, panigowang, rending, calingan rambut (Jawa), kos-tekosan (Madura).
Sulawesi : pegaga (Makasar), dau tungke-tungke (Bugis). Maluku : kori-kori
(Halmahera), kolotidi menorah (Ternate). Irian : dogauke, gogauke, sandanan.
d. Nama Asing : Ji xue cau (C), Indian pennywort (I), indische waternavel, paardevoet
(B).
e. Nama simplisia : Herba pegagan (Centella herba)
5
f. Uraian Tumbuhan
Pegagan tumbuh liar di padang rumput, tapi selokan, sawah, atau ditanam sebagai
penutup tanah di perkebunan dan di pekarangan sebagai tanaman sayur. Pegagan berasal
dari Asia tropik, menyukai tanah yang agak lembab, cukup sinar matahari, atau agak
terlindung, dapat ditemukan di daerah dataran rendah samapi daerah dengan ketinggian
2.500 m dpl. Terna, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek dan stolon-
stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak
percabangan yang membentuk tumbuhan baru. Daun tunggal, bertangkai panjang,
tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian daun berbentuk
ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut, diameter 1-7 cm. Bunga
tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar
dari ketiak daun, berwarna merah muda atau putih. Buah kecil, bergantung, berbentuk
lonjong pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi, dan rasanya pahit. Daunnya dapat
dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan dapat di perbanyak dengan
pemisahan stolon dan biji.
g. Kandungan Kimia
Pegagan mengandung asiaticoside, thankunisde, isothankunisde,
madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid,
hydrocotyline, mesoinositol, centellose, carotenoids, garam mineral (seperti garam
kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi), zat pahit vallerine dan zat samak. Diduga,
senyawa glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan dalam berbagai
aktivitas penyembuhan penyakit.
h. Sifat dan Khasiat
Herba rasanya manis, sifatnya sejuk, berkhasiat tonik, antiinfeksi, antitoksik,
antirematik, penghenti perdarahan (hemostatis), peluruh kencing (diuretic ringan),
pembersih darah, memperbanyak pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik),
penenang (sedative), mempercepat penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh darah
tepi (vasodilator perifer). Khasiat sedative terjadi melalui mekanisme kolinergik di
susunan saraf pusat.
i. Bagian yang Digunakan
6
Bagian yang digunakan adalah herba (seluruh bagian tanaman, kecuali akar).
j. Pembuatan ekstrak herba pegagan
Berdasarkan penelitian sebelumnya, herba pegagan di ekstraksi dengan cara di
rebus. Herba pegagan kering dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil, setelah itu
direbus dengan 1 liter air sampai mendidih pada suhu 100oC, sambil sesekali diaduk.
Pemanasan dilakukan hingga tersisa 0,5 liter. Kemudian dienap tuangkan, bila perlu
didiamkan hingga dingin dan disaring. Sari diuapkan pada tekanan rendah (72 bar)
dengan menggunakan rotavapor pada suhu 50oC dan putaran 50 rpm hingga konsistensi
yang dikehendaki kemudian didinginkan (16)
.
1. Kulit
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh. Kira-kira sebesar 17% dari berat tubuh
manusia. Pada umumnya pH kulit manusia berkisar 4,5-6,5. dan memiliki ketebalan kulit
sekitar 3-5mm. Fungsi utama dari kulit adalah untuk melindungi struktur dibawahnya
dari trauma, perbedaan suhu, masuknya benda-benda yang berbahaya ke dalam kulit,
kelembaban, radiasi, dan invasi mikroorganisme(6)
.
Lapisan kulit ada tiga, yaitu epidermis yang mempunyai fungsi utama sebagai
barrier tubuh, dermis yang mempunyai fungsi utama untuk menjaga tubuh dari luka
mekanis, mendukung dermal appendage dan epidermis, dan jaringan subkutan yang
mempunyai fungsi utama mendukung dermis dan epidermis, dan sebagai tempat
penimbunan lemak(6,7)
.
Absorpsi dan penetrasi dari bahan-bahan yang digunakan secara topikal dapat
terjadi melalui tiga cara, yaitu melalui seluruh permukaan stratum korneum yang utuh
yang merupakan 99,7% dari permukaan kulit (transepidermal resorption), melalui folikel
rambut yang merupakan 0,2% dari permukaan kulit (transfolikular resorption), melalui
saluran kelenjar keringat yang merupakan 0,04% dari permukaan kulit(7,8)
.
Sejumlah bahan-bahan dapat melewati permukaan kulit, karena kulit merupakan
media difusi. Difusi melalui lapisan epidermis berlangsung secara lambat dan pasif,
difusi melalui folikel rambut berlangsung cepat dan aktif, sedangkan peranan kelenjar
keringat sebagai media difusi sangat kecil(7)
.
7
3. Proses penuaan kulit(13,14)
Perubahan kulit berkaitan dengan faktor lingkungan, genetik, nutrisi, dan faktor
lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor penyebab penuaan kulit
yakni penuaan yang disebabkan oleh gen atau disebut faktor intrinsik (internal) dan faktor
ekstrinsik (eksternal) yang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti paparan sinar
matahari.
Penuaan yang disebabkan oleh faktor intrinsik, juga dikenal sebagai proses penuaan
alami, adalah proses penuaan yang biasanya dimulai pada pertengahan usia 20 tahun.
Dalam kulit, produksi kolagen melambat dan berkurangnya kadar elastin. Hal ini ditandai
dengan lambatnya proses regenerasi sel-sel kulit. Kandungan serat elastin dan kolagen
pada kulit akan semakin berkurang sehingga menyebabkan berkurangnya ketebalan
dermis sebanyak 20%. Hilangnya serat-serat ini berakibat buruk terhadap kelembaban
dan kekencangan kulit sehingga menimbulkan kerut / keriput.
Umumnya faktor ekstrinsik yang dapat mempercepat proses penuaan adalah sinar
matahari, rokok, posisi tidur dan alkohol. Faktor ekstrinsik ini dapat dicegah dengan
penggunaan sunblock, berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, serta perubahan
pada posisi tidur.
4. Emulsi(9)
Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam
batasan emulsi, fase pendispersi dianggap sebagai fase luar atau fase kontinyu. Emulsi
yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air
(M
/A) sedangkan emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut
emulsi air dalam minyak (A
/M). Pemilihan tipe emulsi untuk suatu sediaan tergantung
dari sifat zat yang akan dimasukkan ke dalam emulsi dan maksud dari pemakaian. Untuk
mendapatkan sediaan emulsi yang stabil dibutuhkan zat pengemulsi. Zat pengemulsi
(emulgator) harus mempunyai kualitas yang salah satunya dapat bercampur dengan bahan
formula yang lain dan tidak mengganggu atau mempengaruhi kestabilan atau efikasi dari
zat berkhasiat, tidak terurai, tidak toksik dan memiliki bau, warna, rasa yang lemah.
Emulsi farmasi bila disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).
Berdasarkan konstituen dan maksud pemakaiannya, emulsi cair bisa dipakai secara oral,
topikal, atau parenteral.
8
Emulsi semisolid digunakan secara topikal. Banyak preparat farmasi yang mungkin
sebenarnya emulsi tetapi tidak digolongkan sebagai sediaan emulsi karena akan lebih
tepat bila digolongkan ke dalam sediaan farmasi lainnya. Misalnya, lotio-lotio tertentu,
liniment, krim, salep dan masih banyak lagi. Sedangkan emulgel merupakan sediaan
emulsi dan sedian gel yang dikembangkan untuk mendapatkan sediaan yang lebih baik
berdasarkan maksud penggunaan.
5. Gel
Gel adalah sistem padat atau setengah padat dari paling sedikit dua konstituen yang
terdiri dari massa seperti pagar yang rapat dan diselusupi oleh cairan(10)
. Jika matriks
yang saling melekat kaya akan cairan, maka produk ini seringkali disebut jelly: contoh,
jelly Efedrin sulfat dan jelly yang biasa dimakan. Jika senyawa makro molekul
terdistribusi merata dalam media cair (batasan fase padat tidak terlihat) disebut dengan
gel satu fase (single-phase gels) dan jika fase massa gel erupa partikel kecil yang berbeda
dengan bentuk yang nyata dalam media pendispersi maka gel ini dikelompokkan sebagai
sistem dua fase (two phase system) dan sering juga disebut magma atau susu(9)
.
Menurut aspek-aspek kimia dan teknologi farmasetika, gel dikelompokkan menjadi
gel hidrokarbon, lipogel, gel emulsi, gel polietilenglikol dan hidrogel(2)
. Berdasarkan
sifat pelarutnya gel dibedakan menjadi hidrogel (pelarut air), organel gel (pelarut bukan
air/pelarut organik) dan xerogel yaitu gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut
yang rendah.
Bahan pengembang (gelling agent) adalah komponen dasar pembentuk sediaan gel.
Gelling agent yang digunakan harus bersifat netral, aman, dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formula. Gelling agent dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Bahan organik yang biasanya membentuk fase tunggal. Gelling agent yang termasuk
bahan organik antara lain: turunan selulosa, natrium alginat, amilum tragakan, PVA
dan PVP.
b. Bahan organik yang biasanya membentuk gel dua fase. Gelling agent yang termasuk
bahan anorganik adalah aerosol dan bentonit.
6. Emulgel
Emulgel adalah merupakan sediaan yang terdiri dari dua fase yang berisi fase besar
molekul organik yang terpenetrasi dalam air dan fase kecil dari fase emulsi minyak yang
dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling agent).
9
Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel karena terdapatnya 2 fase
minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit, teksturnya yang lebih
lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki daya sebar dan
stabilitas yang baik(1)
. Formula pada penelitian ini mengacu pada formula seperti pada
tabel I hal 25.
Evaluasi stabilitas fisik pada sediaan emulgel bisa dilakukan secara visual seperti
pewarnaan, homogenitas, konsistensi daya sebarnya, dan tahap pemisahan. Berdasarkan
emulgator yang digunakan dalam pembuatan emulgel, maka emulgel dapat dibedakan
menjadi :
a. Gel yang mengandung emulgator lipofil
Sifat emulgel dari basis yang mengandung emulgator lipofil adalah tingginya daya
serap terhadap air, maka dinyatakan sebagai basis absorpsi. Dengan adanya air basis
tersebut membentuk sistem emulsi jenis A
/M (krim A/M). Secara terapetik basis absorpsi
berada di antara salap hidrokarbon hidrofob dan salap trigliserida. Oleh karena itu, basis
absorpsi dapat mempunyai efek meminyaki maupun efek penutup kulit. Pernapasan kulit,
hampir tidak dipengaruhinya dibanding dengan basis hidrofob. Sistem mengandung air
memiliki daya sebar yang baik dan mudah dioleskan dan penampilan yang baik.
Sebagai emulgator khususnya digunakan alkohol malam bulu domba yang telah
digunakan sejak lama dalam bentuk malam bulu domba atau campuran alkohol terisolasi
(alkohol malam bulu domba). Basis menyerap air banyak diperoleh dengan
menambahkan komponen tensid sintetis (ester asam lemak sorbiton dan alkohol lemak
rendah teretoksilasi). Khususnya digunakan untuk membuat preparat kosmetik. b. Gel
yang mengandung emulgator hidrofil
Basis emulsi hidrofil dapat menghasilkan salap emulsi (M
/A) dengan penambahan
air. Oleh karena itu dalam sediaan ini air membentuk fase luar, maka baik sifat maupun
prinsip penggunaanya berbeda dengan preparat (A
/M). Sediaan semacam ini sangat cocok
untuk dipakai pada kulit dengan fungsi kelenjar keringat yang berlebihan.
Keuntungan dari sediaan ini antara lain :
1) Daya serap pada kulit baik
2) Efek dingin yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air pada kulit.
3) Tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, khususnya respiratio sensibilis, oleh karena
tidak melapisi permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori-pori kulit.
10
4) Mudah dicuci dengan air, memungkinkan pemakaiannya pada bagian tubuh yang
berambut.
5) Tampak putih dan bersifat lembut.
6) Tipe basis inilah yang paling umum dipakai dari emulsi farmasi dan emulsi kosmetik
terdiri dari air sebagai salah satu fase dan minyak atau lemak yang sebagai fase
lainnya. Basis dengan tipe (M
/A) lebih banyak digunakan sebagai obat yang tercuci
dengan air untuk tujuan kosmetik umum.
7. Stabilitas
Sediaan dapat mengalami penguraian yang berdampak pada kualitas, efektifitas,
dan keamanan dari sediaan tersebut. Dalam hal ini kestabilan emulsi dan gel sebagai
komponen penyusun emulgel turut mempengaruhi kestabilan sediaan emulgel. Kestabilan
emulsi ditentukan oleh gaya, yaitu:
a. Gaya tarik-menarik yang menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan mengendap,
b. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh tumpang-tindih lapisan ganda elektrik yang
bermuatan sama.
Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid. selain itu ada beberapa hal yang
mempengaruhi stabilitas emulsi, seperti tegangan antarmuka yang rendah, kekuatan
mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka, tolakkan listrik double layer, relatifitas fase
pendispersi yang kecil, dan tingginya viskositas. Terdapat 3 bentuk ketidakstabilan
emulsi, yaitu:
a. Flokulasi dan Creaming
Flokulasi adalah terjadinya kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak
beraturan pada suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang
paling pekat akan berada di atas atau di bawah tergantung dari bobot jenis fase yang
terdispersi. Dalam hal ini, emulsi masih dapat diperbaiki dengan pengocokan karena film
antar permukaan masih ada.
b. Koalesen dan Demulsifikasi
Koalesen adalah penggabungan globul-globul menjadi lebih besar. Demulsifikasi
adalah keadaan dimana kedua fase terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak
tercampur. Dalam hal ini emulsi tidak dapat diperbaiki lagi dengan pengocokan. c.
Inversi Fase (Pengubahan Fase).
11
Inversi fase merupakan peristiwa berubahnya tipe emulsi (o/w) ke tipe (w/o) atau
sebaliknya. Inversi dihasilkan dengan mengubah perbandingan volume fase. Mekanisme
stabilitas gel yakni dengan terbentuknya rantai polimer akibat terbasahinya gelling agent,
rantai polimer tersebut akan sambung silang yang membentuk ruangan untuk menjebak
zat aktif.
Formulasi gel yang tidak stabil di bawah keadaan normal menunjukkan perubahan
irreversible pada sifat rheologinya. Mekanisme ketidakstabilan dalam gel dibagi menjadi 2,
yaitu: a. Syneresis
Syneresis terjadi apabila suatu gel didiamkan selama beberapa saat, maka gel tersebut
akan mengerut secara alamiah dan cairan pembawa yang terjebak dalam matriks keluar dari
matriks. b. Swelling
Merupakan keadaan dimana terjadi penyerapan cairan oleh gel yang diikuti peningkatan
volume. Gel juga dapat menyerap sejumlah cairan tanpa peningkatan volume yang dapat
diukur yang disebut imbibisi.
8. Karakteristik Bahan(4,11)
a. Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC)
Berupa ester selulosa, derivat dari alkali selulosa yang berasal dari reaksi metal klorida
dan propilen oksida. Pemeriannya berupa serbuk hablur berwarna putih, nonionik, berbentuk
larutan kental apabila dikembangkan dalam air. HPMC mudah larut dalam air dingin, agak
sukar larut dalam air panas, larut dalam pelarut polar, tak larut dengan alkohol anhidrat, eter
kloroform. Memiliki bentuk seperti lapisan film dan dapat berubah bentuk secara reversible
dari padatan menjadi cairan bila dipanaskan dan didinginkan konsentrasi yang biasa
digunakan sebagai pengental dan gelling agent 2-10%.
Larutan polimer dalam air, terutama derivat selulosa ditaruh, selama ± 48 jam.
Sesudah dilarutkan untuk mendorong terjadinya hidrasi seluruhnya, viskositas maksimum
dan agar menjadi jernih(10)
.
12
b. Polysorbat 80
Nama lain : Tween 80
Pemerian : Cairan, kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol dalam etil asetal, dalam
metanol dan dioksin, tidak larut dalam minyak mineral.
Kegunaan : Surfaktan
c. Sorbitan monooleat
Nama lain : Span 80
Pemerian : Hablur putih kekuningan, tidak berbau
Kelarutan : Larut atau terdistribusi dalam minyak, larut dalam pelarut
organik, dalam air praktis tidak larut.
Kegunaan : Surfaktan
d. Parafin Liquid
Parafin liquid adalah campuran hidrokarbon yang cair yang diperoleh dari minyak tanah,
dapat mengandung stabilisator yang cocok. Pemerian : Cairan bening mirip minyak; tidak berwarna; bebas atau praktis bebas
dari flouresensi; jika dingin, tidak berbau dan tidak berasa; jika dipanaskan berbau minyak
tanah lemah. Kelarutan : Larut dalam minyak atsiridapat bercampur dengan sebagian besar minyak
lemak; kecuali minyak jarak; tidak larut dalam air dan etanol (95%)p. Kegunaan : Perawatan
kulit; pelarut; penambahan viskositas bukan air.
e. Propilenglikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, aseton dan kloroform, larut dalam
beberapa eter dan minyak essensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Kegunaan : Pelarut, pembasah dan humektan.
13
f. Metil Paraben
Nama lain : Nipagin
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, larut
dalam 3 bagian propilenglikol, dalam 3,5 bagian etanol 95%P dan 3 bagian aseton p, mudah
larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas
dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika larutan didinginkan larutan tetap jernih.
Kegunaan : Pengawet
g. Propil paraben
Nama lain : Nipasol
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna dan tidak berbau
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam
eter, larut dalam 6 bagian propilenglikol, larut dalam 40 bagian gliserin dan larut dalam 40
bagian air mendidih. Kegunaan : Pengawet
h. Natrium Metabisulfit
Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar larut dalam etanol
Kegunaan : Antioksidan
14
B. Kerangka Berfikir
Tanaman herba pegagan (Centella asiatica L. Urban) memiliki banyak khasiat,
diantaranya sebagai antiaging. Herba Pegagan mengandung saponin, asiatikosida, asam
asiatat, dan madekasat. Karenanya, tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan perawatan kulit
muka yang mulai kusam, atau kulit yang mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan.
Emulgel adalah merupakan sediaan yang terdiri dari dua fase yang berisi fase besar
molekul organik yang terpenetrasi dalam air dan fase kecil dari fase emulsi minyak yang
dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling agent).
Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel karena terdapatnya 2 fase
minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit, teksturnya yang lebih
lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki daya sebar dan stabilitas
yang baik. Emulgel dibuat dengan cara mencampurkan emulsi dan gel dengan perbandingan
tertentu. Syarat sediaan emulgel sama seperti gel. Sediaan gel untuk penggunaan dermatologi
harus mempunyai syarat sebagai berikut: thiksotropik, berlemak, mempunyai daya sebar yang
masih melembutkan, dapat bercampur dengan beberapa zat tambahan(1)
.
Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) berupa ester selulosa, derivat dari alkali
selulosa yang berasal dari reaksi metil klorida dan propilen oksida. Pemeriannya berupa
serbuk hablur berwarna putih, nonionik, berbentuk larutan kental apabila dikembangkan
dalam air(11)
. HPMC merupakan polimer turunan selulosa yang akan membentuk suatu
lapisan film dan tidak memerlukan reaksi netralisasi. HPMC terdispersi masuk ke dalam
rongga yang dibentuk oleh molekul air menyebabkan terjadinya ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil (-OH) dari polimer dengan molekul air. Ikatan hidrogen ini yang berperan dalam
hidrasi pada proses sweeling dari suatu polimer(11)
.
Pembuatan emulgel anti aging dari rebusan Centella asiatica (L.) Urban merupakan
suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru. Emulgel merupakan pengembangan dari
bentuk sediaan gel dan sangat cocok karena emulgel memiliki daya sebar yang baik pada
kulit, mudah dicuci dengan air, teksturnya lebih lembut.
Pada penelitian ini akan dilihat optimasi konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose
(HPMC) pada. Kemungkinan peningkatan konsentrasi HPMC dapat mempengaruhi stabilitas
fisik emulgel tersebut.
15
C. Hipotesa
Peningkatan konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) sebagai gelling agent
dapat meningkatkan stabilitas fisik sediaan emulgel pegagan (Centella asiatica L. Urban).
16
BAB IV
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Aplikasi bentuk sediaan farmasi lain dari rebusan herba pegagan.
2. Untuk mengetahui manfaat (keuntungan) dari aplikasi bentuk sediaan farmasi lain,
dalam hal ini emulgel rebusan herba pegaga.
3. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose
(HPMC) sebagai gelling agent terhadap stabilitas fisik sediaan emulgel rebusan herba
pegagan yang dihasilkan (Centella asiatica L.).
4. Dari penelitian ini juga diharapkan dapat menambah informasi pengetahuan tentang
mengenai pemanfaatan bahan alam terutama pegagan dalam pembuatan emulgel
17
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Alat-alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: timbangan analitik, viskometer
Brookfield (tipe RV), pH meter, alat-alat gelas, botol timbang, rotary evaporator, water bath,
oven, lemari pendingin, lumpang, stemper, botol vial, aluminium foil, pot plastic. 2. Bahan penelitian
Rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.), Propilenglikol, Hydroxypropyl
Methylcellulose (HPMC), parafin cair, tween 80, span 80, metil paraben, propil paraben,
natrium metabisulfit, dan aquadest. 3. Pola Penelitian
a. Pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian
b. Pemeriksaan rebusan herba pegagan
c. Penyusunan formula emulgel
d. Pembuatan emulgel
e. Evaluasi sediaan emulgel 4. Prosedur Penelitian
a. Pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan herba pegagan (Centella
asiatica L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO)
Bogor, bahan pembuat emulgel diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan
spesifikasi yang sesuai standar literatur acuan.
b. Determinasi tanaman.
Herba pegagan di determinasi di Herbarium Bogoriense, LBN, LIPI-
Bogor. c. Pemeriksaan rebusan
1) Pembuatan rebusan herba pegagan.
Pegagan kering dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil, setelah itu direbus
dengan 1 liter air sampai mendidih pada suhu 100oC, sambil sesekali diaduk. Pemanasan
dilakukan hingga tersisa 0,5 liter. Kemudian didiamkan hingga dingin dan disaring. Sari
dipekatkan dengan menggunakan rotari evaporator pada suhu 50oC dan putaran 50 rpm
hingga konsistensi yang dikehendaki kemudian didinginkan.
18
2) Identifikasi rebusan.
a) Saponin.
0,5 gram sample + aqua fervida, dinginkan, saring, filtrat kocok ad buih/busa.
Jika belum stabil ditambahkan HCl 2N 1 tetes, kocok ad busa stabil (± 5-10 menit).
b) Tanin.
1 gram sample + aqua fervida dipanaskan ad 1 jam, angkat, saring, dinginkan.
Filtrat ambil sedikit + FeCl3 ad warna biru.
c) Glikosida.
3 gram sample + labu didih + 9 ml aquadest. + 2 ml etanol 96% di refluk ad
mendidih selama 10 menit, diangkat, saring, dinginkan + Pb asetat 5% 25 ml, diamkan
selama 5 menit, masukkan dalam corong pisah, ekstraksi + kloroform : isopropanol =
3 : 2 sebanyak 3 x 3 ml, lapisan bawah uapkan ad kering + methanol ± 3-4 mlad dapat
dibagi menjadi 3 bagian dalam tabung rx. Tabung 1, 2 dan 3 → uapkan ad kering.
i. tabung 1 + H2SO4 (p) + asam asetat anhidrat ad warna biru (hijau
kehitaman/ungu).
ii. tabung 2 + aquadest. ± 2 ml + molish 1 tetes H2SO4 (p) ad warna ungu (cincin).
iii. tabung 5 + Asam asetat glacial ± 3 ml dipanaskan, angkat, dinginkan + FeCl3
1% 1 tetes dikocok + H2SO4 (p) ad cincin ungu.
3) Uji organoleptis rebusan
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, dan bau ekstrak yang
dilihat secara visual.
d. Penyusunan Formula Emulgel
Formula emulgel rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.) dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Formula emulgel
Bahan Kegunaan Jumlah (%)
F1 F2 F3 F4
Rebusan Herba
Pegagan Zat Aktif 3 3 3 3
HPMC Gelling Agent 3,5 4,0 4,5 5,0
Parafin Liquidum Minyak 10 10 10 10
Tween 80 Surfaktan 1,44 1,44 1,44 1,44
Span 80 Surfaktan 0,56 0,56 0,56 0,56
Propilenglikol Humektan 10 10 10 10
Metil Paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben Pengawet 0,2 0,2 0,2 0,2
Natrium Metabisulfit Anti oksidan 0,01 0,01 0,01 0,01
Aqua ad Pelarut 100 100 100 100
19
d. Pembuatan emulgel
1) Fase emulsi
a) Span 80 dilarutkan dalam parafin liquid aduk hingga homogen (massa 1).
b) Na-metabisulfit dilarutkan dalam aquadest sisa perhitungan kemudian
dicampurkan dengan Tween 80 (massa 2).
c) Metil paraben dan Propil paraben dilarutkan dalam sebagian propilenglikol
masing-masing (1:5) dan (1:4) (massa 3).
d) Fase minyak (massa 1) dan fase air (massa 2, massa 3) dipanaskan terpisah pada
suhu 70-80 ºC, kemudian fase minyak dicampur dengan fase air diaduk hingga
homogen dan diperoleh pada suhu kamar. (massa 4)
2) Fase Gel
Hidroxypropyl Methylcellulose (HPMC) didispersikan sedikit demi sedikit dalam air,
aduk hingga terbentuk gel yang homogen, diamkan sampai terbentuk gel yang jernih.
(massa 5)
3) Fase gabungan
a) Rebusan yang telah dilarutkan dengan propilenglikol sisa ditambah massa 4 (fase
emulsi) dicampur, kemudian aduk hingga homogen. (massa 6)
b) Massa 5 ditambahkan massa 6 sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
homogen.
c) Cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml.
d) Amati sediaan emulgel dari berbagai konsentrasi HPMC.
e. Evaluasi sediaan Emulgel
1) Pemeriksaan organoleptis sediaan emulgel
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, dan bau sediaan emulgel
yang dilihat secara visual dan diamati selama 6 minggu pada suhu kamar.
2) Pemeriksaan homogenitas
Emulgel dioleskan pada kaca objek, ditutup dengan cover glass, diamati dengan
penglihatan mata, dilihat apakah homogen dan permukaannya halus atau tidak dan selama
6 minggu pada suhu kamar.
20
3) Uji viskositas
Uji viskositas ditentukan dengan menggunakan viskometer Brookfield, sediaan
dimasukkan pada wadah, kemudian pada spindle nomor 4 dari viskometer dicelupkan
kedalamnya sampai garis tanda batas yang ada pada spindel lalu dinyalakan sampai spindle
berputar dan diatur kecepatannya dari 30 rpm, 50 rpm, 60 rpm, 100 rpm, dan kembali 60
rpm, 50 rpm, dan 30 rpm. Hasil pembacaan skala dicatat untuk menghitung viskositasnya.
4) Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan menggunakan pH meter dengan mengkalibrasi pH
meter menggunakan elektroda yang dicelupkan dalam larutan dapar fosfat pH 7,0,
bersihkan kemudian dicelupkan dalam dapar fosfat pH 4,0, bersihkan. Ukur pH sediaan
dengan cara mencelupkan elektroda pada pH meter dalam sediaan, amati dan catat pH
yang tertera pada alat.
5) Uji Pemisahan fase
a) Metode uji sentrifugasi
Sebanyak 4,0 gram sediaan ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam secara bertahap dan diamati
terjadi pemisahan setelah pembuatan.
b) Uji freeze thaw(15)
Siklus pemisahan fase dengan metode freeze thaw pada emulgel dilakukan
penyimpanan pada suhu 4oC dan 45
oC, sebanyak masing-masing 4,0 gram dari sediaan
emulgel dimasukkan ke dalam 8 vial, 4 vial untuk kontrol disimpan pada suhu normal dan
4 vial untuk siklus freeze thaw. Kemudian vial ditutup dan disimpan selama 3 hari pada
suhu 4oC diamati perubahan organoleptisnya. Setelah penyimpanan pada suhu 4
oC sediaan
disimpan pada suhu 45 oC selama 3 hari, amati perubahan organoleptisnya. Siklus ini
dilakukan pada 3 siklus penyimpanan.
C. Analisa Data
Data di Analisa berdasarkan data hasil pengamatan uji viskositas yang diperoleh pada
setiap formula menggunakan uji Analisa Varian (ANAVA) satu arah dengan taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05) dan apabila terdapat perbedaan bermakna maka dilanjutkan
dengan uji Tuckey-HSD dan Uji Duncan.
21
BAB VI
JADWAL PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik dan Laboratorium Kimia Analisa,
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka,
Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 – Mei 2018
B. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia, Farmakognosi, Patologi
Klinik dan laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Waktu penelitian ini mulai dilakukan pada bulan
Agustus 2017 – Mei 2018.
Tabel 2. Rencana Penelitian
Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari
Pengumpulan dan
penyediaan bahan penelitian
Ekstraksi sampel
Persiapan hewan
Pengujian KLT
Perlakuan uji
Analisa data hasil
penelitian
Penulisan Laporan
Penelitan
22
BAB VII
PERSONALIA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan oleh Tim Dosen Teknologi dan Farmakologi, Program
Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
HAMKA, Jakarta, yang terdiri atas :
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Zainul Islam, M. Farm., Apt.
b. Jenis Kelamin : Laki – laki
c. NIDN/NPD : 0426067902
d. Bidang Ilmu : Farmakologi
e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/Jurusan : Farmasi dan Sains/Farmasi
g. Waktu Penelitian : 8 jam /minggu
2. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Fahjar Prisiska, M. Farm., Apt.
b. Jenis Kelamin : Laki – laki
c. NIDN/NPD : 0311048101
d. Bidang Ilmu : Teknologi Farmasi
e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/Jurusan : Farmasi dan Sains/Farmasi
g. Waktu Penelitian : 8 jam /minggu
23
BAB VIII
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
1. Honor
Peneliti
Honor/Jam Waktu
Total
Jam/Minggu Minggu
Ketua Rp 5,000 8 24 Rp 1.000.000
Anggota Rp 5,000 8 24 Rp 1.000.000
Total Rp 2.000.000
2. Alat dan Bahan
Rincian bahan kebutuhan Jumlah satuan harga satuan Total harga
Bahan
Herba pegagan 10 kg Rp 15.000 Rp 150.000
Determinasi Ekstrak di
BALLITRO 1 - Rp1.000.000 Rp 1.000.000
HPMC 1 kg Rp 60.000 Rp 60.000
Parafin Liq 2 Liter Rp 15.000 Rp 30.000
Tween 80 2 Liter Rp 120.000 Rp 240.000
Span 80 2 Liter Rp 90.000 Rp 180.000
Propilenglikol 3 Liter Rp 80.000 Rp 240.000
Metil Paraben 1 kg Rp 60.000 Rp 60.000
Propil Paraben 1 kg Rp 55.000 Rp 55.000
Natrium Metabisulfit 1 kg Rp 42.000 Rp 42.000
Aqua ad 28 Liter Rp 11.000 Rp 308.000
Wadah (Toples tempat Air
Rebusan) 10 pc Rp 10.000 Rp 100.000
Tabung Gas elpiji 3 Kg 2 pc Rp 125.000 Rp 250.000
Kompor gas 1 set rinnai 1 set Rp 425.000 Rp 425.000
Total Alat Rp 3.140.000
Biaya Lainnya
Pembuatan Proposal 8 pc Rp 25.000 Rp 200.000
Pembuatan Laporan Akhir 8 Pc
Rp 70.000
Rp 560.000
Laporan+CD
Total Biaya Lainnya Rp 760,000
Total Keseluruhan Rp 3.900.000
24
3. Perjalanan untuk Publikasi Ilmiah
Material Justifikasi
pemakaian
Kuantitas Harga satuan
Total
Transport seminar Pulang pergi 2 orang Rp 600,000 Rp 1,200,000
Transport harian 2 hari 2 orang Rp 350,000 Rp 1,400,000
Total Rp 2,600,000
25
BAB IX
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil identifikasi dan pemeriksaan rebusan herba pegagan.
a. Hasil identifikasi herba pegagan dapat dilihat pada tabel II.
Tabel 2. Hasil identifikasi ekstrak herba pegagan.
Kandungan
kimia Pereaksi Pengamatan Hasil
Saponin HCl 2N busa stabil (± 5-10 menit). +
Tanin FeCl3 Terbentuk warna biru tua
atau hijau kehitaman +
Glikosida H2SO4 (p) + asam
asetat anhidrat
warna biru (hijau kehitaman
/ungu) +
b. Hasil pemeriksaan rebusan herba pegagan.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan rebusan herba pegagan.
Bentuk Warna Bau pH Rendemen
Cairan kental Coklat Kehitaman Khas 5,05 21,29%
c. Bentuk fisik emulgel rebusan Herba Pegagan
Emulgel Rebusan herba pegagan dibuat dengan variasi konsentrasi Hydroxy
Propyl Methyl Cellulose 3,5%, 4,0%, 4,5% dan 5,0%. Dari masing-masing bentuk
fisik diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut.
Tabel 4. Bentuk fisik emulgel rebusan herba pegagan
FORMULA WARNA BAU HOMOGENNITAS
F1 Coklat tua Khas, Homogen
F2 Coklat muda Khas, Homogen
F3 Coklat muda Khas, Homogen
F4 Coklat muda Khas, Homogen
d. Hasil pengamatan organoleptik emulgel rebusan herba pegagan
Pengamatan organoleptik sediaan emulgel rebusan herba pegagan, pada
penyimpanan selama 6 minggu dapat dilihat pada tabel IV.
26
Tabel 5. Hasil pengamatan organoleptis selama 6 minggu
Formula Waktu
(minggu)
Organoleptis
Bau Pertumbuhan
Jamur
Lapisan pada
permukaan Homogenitas
F1
0 - - - -
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - + +
F2
0 - - - -
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - + +
F3
0 - - - -
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - + +
F4
0 - - - -
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - - -
Keterangan : (+) = Terjadi Perubahan, (-) = Tidak terjadi Perubahan
27
e. Hasil pengukuran pH sediaan emulgel rebusan herba pegagan, Pengukuran pH
dilakukan setiap minggu selama 6 minggu.
Gambar 2. pH sediaan selama penyimpanan
f. Pemeriksaan viskositas.
Data viskositas rata-rata Viskositas emulgel rebusan herba pegagan pada
50rpm dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Kurva viskositas rata-rata.
6. Hasil Uji Pemisahan Fase Emulgel Rebusan Herba Pegagan
a. Uji dengan metode sentrifugasi
Hasil uji stabilitas stabilitas fisik emulgel rebusan herba pegagan dengan metode
sentrifugasi dapat dilihat pada tabel V.
Tabel VI. Pengaruh Sentrifugasi terhadap pemisahan fase
Kecepatan Pemisahan fase
Putaran (rpm) F1 F2 F3 F4
3000 + + - -
Ket : sentrifugasi dilakukan selama 20 menit
(+) = Terjadi Perubahan
(-) = Tidak Terjadi Perubahan
28
b. Uji dengan metode Freeze thaw
Hasil uji stabilitas fisik emulgel rebusan herba pegagan dengan metode freeze thaw
dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel 7. Hasil pengamatan pada siklus freeze thaw
Formula Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Freeze Thaw freeze thaw Freeze Thaw
1 - - - + + +
2 - - - + - +
3 - - - - - -
4 - - - - - -
Keterangan : (+) = Terjadi Perubahan
(-) = Tidak Terjadi Perubahan
B. Pembahasan
Herba pegagan merupakan salah satu tanaman yang secara empiris telah digunakan
untuk kecantikan dan bisa digunakan sebagai anti penuaan dini. Herba pegagan
mengandung asiaticosida dan glicoside madecassoside yang berguna sebagai anti
penuaan dini. Pemanfaatan herba pegagan belum dilakukan secara optimal karena
belum diformulasikan menjadi bentuk sediaan yang praktis, efisien dan nyaman
digunakan.
Kestabilan fisik emulgel ekstrak herba pegagan diamati dari pengamatn
organoleptis, homogenitas, viskositas, pH dan uji freeze thaw selama 6 minggu.
Pengamatan fisik ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada penyimpanan selama 6
minggu pada suhu kamar dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan pada peningkatan
konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) 3,5%, 4,0%, 4,5%, dan 5,0%.
Hasil pengamatan organoleptik pada warna diperoleh menunjukkan F1 berwarna
coklat tua, sementara pada F2, F3, dan F4 berwarna Coklat muda. Semakin besar
konsentrasi gelling agent yang ditambahkan maka warna coklat semakin lemah dan
baunya pun akan semakin berkurang. Kemudian pada pemeriksaan pertumbuhan jamur
tidak ditemukan.
Hasil pengamatan homogenitas dan lapisan sediaan emulgel rebusan herba
pegagan selama 6 minggu pada suhu kamar menunjukkan bahwa pada sediaan formula
ke-4 tidak terbentuk lapisan pada sediaan homogen selama batas penyimpanan, tetapi
pada formula ke-1, formula ke-2, dan formula ke-3 terbentuk lapisan minyak pada
permukaan sediaan dan sediaan menjadi tidak homogen.
29
Pemisahaan yang terjadi karena konsentrasi pada HPMC yang rendah. Sehingga
air yang terjerat atau yang terikat pada polimer sedikit dan menyebabkan tidak
terjadinya ikatan yang kuat antara fase gel, fase emulsi dan ekstrak. Selain itu fase
emulsi globul-globul minyak sudah tidak dikelilingi oleh lapisan pengemulsi dan
minyak akan lebih cenderung untuk bergabung. Rusaknya lapisan pengemulsi juga
menjadi penyebab pecahnya pada sediaan formula ke-1, formula ke-2 dan formula ke 3.
Hasil pemeriksaan pH pada sediaan formula 1,2,3 dan 4 menunjukkan terjadi
peningkatan dan penurunan secara penyimpanan.Pada ke empat formula mengalami
penurunan selama penyimpanan. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antar zat
masing-masing dan kondisi penyimpanan, namun masih berada dalam rentang pH kulit
normal yaitu pada rentang 4,5 hingga 6,5.
Pada uji pemisahaan fase dengan sentrifugasi, terlihat pada formula 1 dan 2 terjadi
pemisahaan ini disebabkan oleh tidak stabilnya ikatan yang berbentuk antara globul
minyak yang terdispersi dengan air karena adanya guncangan yang cepat, berbeda
dengan formula 3 dan 4 tidak tejadi pemisahan karena ikatan antara globul minyak yang
terdispersi pada fase air stabil dan membentuk struktur yang lebih kompak.
Penyimpanan sediaan pada siklus freeze thaw dilakukan untuk melihat pengaruh
suhu terhadap pemisahan fase emulgel selama penyimpanan dengan suhu yang berbeda
yaitu siklus freeze pada suhu 4oC dan siklus thaw pada suhu 45oC. Pengamatan
dilakukan selama 3 siklus hasil pengamatan pada formula 1 dan formula 2 terjadi
perubahan pada thaw, siklus ke-2, dan pada formula 1 mengalami perubahan freeze dan
thaw dan pada formula 2 terjadi perubahan pada thaw, siklus ke-3, sedangkan pada
formula ke-3 dan ke-4 tidak mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena formula pada
konsentrasi gelling agent rendah memiliki konsistensi emulsi yang tinggi, pada emulsi
suhu yang ekstrim dapat menyebabkan emulsi menjadi kasar dan coalensi dimana
terbentuk globul yang besar naik ke permukaan atau turun ke dasar dan membentuk
lapisan yang tebal yang akan diikuti dengan breaking yaitu pemisahaan fase terdispersi
dari fase kontinu, prosesnya irreversible karena lapisan emulgator yang mengelilingi
caoran sudah tidak ada(2).
30
Penyimpanan pada kondisi freeze menyebabkan rata-rata ukuran globul
meningkat. Akan tetapi pada peningkatan suhu yaitu pada kondisi thaw akan terjadi
menurun ukuran globul. Hal ini terjadi karena pada saat fase air yang disimpan pada
kondisi freeze akan membentuk kristal es sehingga ruang fase air menjadi menyempit
dan akan memaksa fase padat untuk berdekatan sedangkan pada penyimpanan kondisi
thaw kristal es akan mencair membentuk suatu lapisan yang terpisah dari fase padatnya.
Berdasarkan hasil pengukuran viscositas dapat diketahui semakin besar
konsentrasi Hydroxyl propyl Methyl Celullose (HPMC) sebagai Gelling Agent dapat
meningkatkan viskositas sediaan emulgel rebusan herba pegagan. Pada F1, F2, F3, dan
F4 diperoleh nilai viscositas yang pada setiap formulanya memiliki konsistensi
kekentalan yang berbeda, semakin tinggi konsentrasi gelling agent maka semakin
kental.
Berdasarkan pengamatan kenaikan viskositas pada sediaan disebabkan oleh
peningkatan konsentrasi HPMC. Semakin tinggi konsentrasi HPMC yang digunakan
maka semakin banyak molekul-molekul yang saling berdekatan dan mengakibatkan
daya kohesivitas pun akan semakiin besar dari pada daya adhesivitasnya.
Hasil analisa pengamatan viskositas diperoleh data yang normal dengan nilai
signifikan > 0,05 pada uji Kolmogorv – Smirnov maka Ho diterima atau data-data
tersebut terdistribusi normal dan memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian
parametik, kenudian dilanjutkan pada uji homogenitas diperoleh nilai signifikan yaitu >
0,05 maka data viskositas dinyatakan homogen, dilanjutkan pada ANAVA, diperoleh p
= 0.000 (p<0,05) maka terdapat perbedaan bermakna pada tiap formula, maka dapat
dilanjutkan uji tuckey–HSD untuk melihat perbedaannnya.
31
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
peningkatan konsentrasi Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) sebagai Gelling
Agent dapat meningkatkan stabilitas fisik emulgel ekstrak herba pegagan.( Centella
asiatica L. ).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk dilanjutkan uji
stabilitas kimia dan mikrobiologi terhadap emulgel ekstrak herba pegagan, serta
dilakukan uji iritasi dan uji keamanan emulgel terhadap kulit.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aging Skin Net. Causes of Aging Skin. www.skincarephysicians.com/
agingskinnet/basicfacts. html. 24 Juni 2011
Anonim. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fourth Edition. Editor: Raymon C.
Rowe, Paul J Sheskey dan Paul J Weller. The Pharmaceutical Press, London. Hal.
89,297,390,521,571.
Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan: F. Ibrahim. Universitas Indonesia Press. Hal. 357-391.
Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Hal. 149-151.
Dedi A. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentasi Hydroxy Prphyl Methyl Cellulose (HPMC) Sebagai Gelling Agent Terhadap Viskositas Emulgel Estrak Etanol 70 % Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanni Ness ex Bl.). Jurusan Farmasi. Fakultas MIPA. UHAMKA. Jakarta. Hal. 8-16, 21, 27.
Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depkes RI. Jakarta. Hal. 4, 7, 1002, 1030, 1043, 39, 799.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan obat. Direktorat Jendral POM. Departemen kesehatan RI.
Jakarta. Hal. 5, 10-11.
Lieberman, A.H., Ringer, M., Banker, S.G. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms :
Disperse System, volume I & II. Marcel Dekker. New york: 184, 198-199,289-
290, 310 240, 399-404, 512.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisik II. Edisi 3. Terjemahan: Yoshita. UI Press. Jakarta. Hal 923-972, 1077-1163, 1170, 1256, 1269.
Martini, K. 1997. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Fourth Edition. Prentice Hall, USA. Hal.148-161.
Mohamed, M I. . Optimization of Chlorpenesin Emulgel Formulation. www.aapsj.org.
27 Juni 20011.
Rieger, M. M. 2000. Harry’s Cosmeticology, Eight Edition. Chemical Publishing Inc., New
York. Hal 3-12
Suratman. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim dan Jelly terhadap Penyembuhan Luka Bakar. www.kalbe.co.id. 20 september
2011.
33
U.S National Library. National Institutes of Health. Aging changes in skin. www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/004014.html. 24 Juni 2011
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan: Soendani Noerono.
UGM. Yogyakarta. Hal. 314, 328, 335, 340, 341, 344-347, 358.
Warieh E. W. 2006. Formulasi Krim Pelembut Ekstrak Herba Pegagan. Fakultas
Farmasi. Universitas Pancasila. Jakarta. Hal. 33-38.
Wasitaatmadja, SM.1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press, Jakarta. Hal 181-188.
34
Lampiran 1. Biodata Ketua Peneliti
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Zainul Islam, M.Farm., Apt
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lainnya
5 NIDN 0426067902
6 Tempat, Tanggal Lahir Jakarta, 26 Juni 1979
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon/HP 0818730773
9
Alamat Kantor
Jl. Delima II/IV Prumnas Klender, Jakarta Timur,
13460
10 Nomor Telepon/Faks
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S1 : 20 orang
12 Nomor Telepon/Faks
1. Farmakologi 1, 2 dan 3
13
Mata Kuliah yang Diampu
2. Praktek Farmakologi
3. Praktek Farmakoterapi
4. Manajemen dan Wirausaha Farmasi
Jakarta, 30 Juli 2018
Ketua Peneliti,
Zainul Islam, M. Farm. Apt.
NIDN. 0426067902
35
Lampiran 2. Biodata Anggota Peneliti
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Fahjar Prisiska, M. Farm., Apt.
2 Jenis Kelamin Pria
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lainnya D. 12.0774
5 NIDN 0311048101
6 Tempat, Tanggal Lahir Jakarta, 11 April 1981
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon/HP 081318886601
9
Alamat Kantor
Jl. Delima II/IV Prumnas Klender, Jakarta Timur,
13460
10 Nomor Telepon/Faks 021-8611070/021-86603233
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 50 orang; S-2 = - orang; S-3 = - orang
12 Nomor Telepon/Faks
5. Kimia Fisika
13
Mata Kuliah yang Diampu
6. Farmasi Fisika
7. Praktikum Farmasi Fisika
8. Stabilitas Obat
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UHAMKA ANDALAS -
Bidang Ilmu Farmasi Farmasi -
Tahun Masuk-Lulus 1999-2005 2008-2011 -
Validasi Penetapan Kadar Optimasi Formula
Loperamid HCl dalam
Judul Skripsi/
Biomembran Kitosan dari
Medium Isopropil ALkohol - Tesis/Disertasi secara Spektrofotometer Udang Kelong dengan
Penambahan Madu
UV-Vis
Nama
1. Drs. Taufik Riadi, 1. DR. Muslim Suardi, M.
M.Si., Apt. Farm., Apt -
Pembimbing/Promotor
2. Onny Indriani, M. Si.,
2. Prof. Dr. Elfi Sahlan
Apt Ben, M. Si., Apt.
36
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber*
Jml (Juta Rp)
Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Madu Terhadap
1 2015
Difusi Neomisin Sulfat Pada Sediaan Penutup LEMLIT Rp. 8.500.000
Luka melalui Membran Millipore-Isopropil UHAMKA
Miristat
Pengaruh Penggunaan Gelatin, PVP, dan Metil LEMLIT
2 2016 sellulosa sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat UHAMKA Rp. 9.800.000 Fisik Tablet Kunyah Ekstrak Kering Sambioto
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Jml
Sumber*
(Juta
Rp)
Sosialisasi GKSO dan Penyuluhan DAGUSIBU (Dapatkan, 1 2017 Gunakan, SImpan dan Buang) Obat dengan Benar. FFS MANDIRI -
UHAMKA. LUSTRUM 1.
Sosialisasi GKSO dan Penyuluhan DAGUSIBU (Dapatkan,
2 2017 Gunakan, SImpan dan Buang) Obat dengan Benar. Perumahan MANDIRI -
Villa Mutiara Gading 3 Rt : 004/012.Babelan Bekasi
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
1 -
2 -
37
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah / Seminar
Seminar “Tantangan Wirausaha Bidang Farmasi Lustrum 1 FFS
1 Kefarmasian : dan Perkembangan Regulasi Kefarmasian UHAMKA. 14-15 April
. Indonesia 2017
RAKERDA IAI
Wisma PKBI, 18 – 19 2 RAKERDA IAI DKI JAKARTA Maret 2017
DKI JAKARTA Jakarta Selatan
Seminar
Wisma PKBI, 18 – 19
3
“APOTEKER BERANI TAMPIL” Maret 2017 Kefarmasian
Jakarta Selatan Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan qadapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya
Jakarta, 30 Juli 2018 Anggota Peneliti,
Fahjar Prisiska, M. Farm., Apt.
38
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Zainul Islam, M. Farm., Apt.
NIDN : 0426067902
Pangkat / Golongan : III-B
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul: “ Pengaruh
Peningkatan Konsentrasi Hydroxy Propyl Methyl Celulose sebagai Gelling Agent terhadap
Stabilitas Fisik Emulgel Rebusan Herba Pegagan (centella asiatic L) “.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya penelitian yang sudah diterima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 30 Juli 2018
Yang menyatakan,
Zainul Islam, M. Farm., Apt.
NIDN. 0426067902
39
Lampiran 4. PH Ekstrak Emulgel Herba Pegagan
Tabel 8. Hasil Perhitungan pH Rata – rata
Formula Waktu pH Rata-rata
(minggu ke-) Replika 1
Replika
2
Replika
3
0 5.75
5.74 5.75 5.75
1 5.73
5.74 5.72 5.73
2 5.73
5.72 5.72 5.72
1 3 5.71
5.70 5.69 5.70
4 5.69
5.68 5.69 5.69
5 5.66
5.65 5.66 5.66
6 5.65
5.63 5.65 5.64
0 5.77
5.78 5.76 5.77
1 5.75
5.74 5.75 5.75
2 5.74
5.74 5.73 5.74
2 3 5.72
5.70 5.73 5.72
4 5.71
5.70 5.71 5.71
5 5.69
5.68 5.68 5.68
6 5.66
5.67 5.69 5.67
0 5.83
5.83 5.82 5.83
1 5.82
5.83 5.80 5.82
2 5.81
5.82 5.80 5.81
3 3 5.81
5.81 5.80 5.81
4 5.80
5.79 5.80 5.80
5 5.77
5.76 5.77 5.77
40
6 5.75
5.73 5.76 5.75
0 5.95
5.93 5.96 5.95
1 5.95
5.94 5.94 5.94
2 5.94
5.98 5.89 5.94
4 3 5.93
5.93 5.92 5.93
4 5.91
5.90 5.92 5.91
5 5.89
5.87 5.89 5.88
6 5.88
5.86 5.87 5.87
41
Lampiran 5. Perhitungan HLB
Tween 80 HLB = 15
Span 80 HLB = 4.3
HLB butuh paraffin : 12
Jumlah yang emulgator yang ditambahkan : 2 gram
Cara perhitungan : metode Aligasi
Twee 80 15 7.7
12
Span 80 4.3 3+
HLB campuran 10.7
Jumlah Tween 80 = 7.7/10.7 x 2 gram = 1.44 gram
Span 80 = 3/10.7 x 2 gram = 0.56 gram
42
Lampiran 6. Evaluasi Uji Viskositas Emulgel Ekstrak Herba Pegagan
Tabel IX Hasil Evaluasi Uji Viskositas emulgel
Ekstrak Herba Pegagan selama 6 minggu
Formula Waktu Viscositas % Viscositas % Viscositas % Rata-rata
(minggu ke-) (cps) Torque (cps) Torque (cps) Torque
0 500 12.5 500 12.5 496 12.4 499
1 504 12.6 504 12.6 500 12.5 503
2 496 12.4 492 12.3 492 12.3 493
1 3 488 12.2 484 12.1 480 12.0 484
4 480 12.0 476 11.9 472 11.8 476
5 472 11.8 464 11.6 460 11.5 465
6 460 11.5 440 11.0 432 10.8 444
0 712 17.8 704 17.6 692 17.3 703
1 716 17.9 692 17.3 692 17.3 700
2 704 17.6 696 17.4 696 17.4 699
2 3 696 17.4 696 17.4 688 17.2 693
4 688 17.2 684 17.1 680 17.0 684
5 680 17.0 676 16.9 668 16.7 675
6 660 16.5 640 16.0 632 15.8 644
0 768 19.2 792 19.8 764 19.1 775
1 760 19.0 764 19.1 760 19.0 761
2 752 18.8 736 18.4 744 18.6 744
3 3 736 18.4 728 18.2 724 18.1 729
4 724 18.1 720 18.0 716 17.9 720
5 716 17.9 708 17.7 704 17.6 709
6 704 17.6 700 17.5 692 17.3 699
0 892 22.3 880 22.0 852 21.3 875
1 880 22.0 892 22.3 840 21.0 871
2 876 21.9 868 21.7 864 21.6 869
4 3 872 21.8 860 21.5 796 19.9 843
4 864 21.6 852 21.3 788 19.7 835
5 856 21.4 844 21.1 780 19.5 827
6 844 21.1 792 19.8 760 19.0 799
43
Lampiran 7. Hasil Analisa Data Statistik Terhadap Evaluasi Uji Viskositas
Emulgel ekstrak Herba Pegagan
1. Uji Normalitas
Hipotesa uji : Ho: Data viskositas terdistribusi normal
Hi : Data viskositas tidak terdistribusi
normal
Pengambilan keputusan :Signifikan>0.05 maka Ho diterima
Signifikan<0.05 maka Ho ditolak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
konsentrasi
N 28
Normal Parametersa,,b Mean 4.2500
Std. Deviation .56928
Most Extreme Differences Absolute .170
Positive .170
Negative -.170
Kolmogorov-Smirnov Z .898
Asymp. Sig. (2-tailed) .395
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Kesimpulannya : Nilai Signifikan > 0,05 maka Ho diterima, berarti data viskositas
terdistribusi normal.
44
Lampiran 7. (Lanjutan)
2. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk mengetahui apakah data mempunyai varian yang sama
atau tidak
Hipotesa : Ho = data viscositas mempunyai varian yang sama
H1 = data viscositas mempunyai varian yang berbeda
Ketentuan : Sig > 0,05 maka Ho diterima
Sig < 0,05 maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
Viscositas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.422 3 24 .739
Kesimpulan : nilai 0,739 > 0,05 Ho diterima berarti data viscositas
mempunyai varian yang sama.
45
Lampiran 7. (Lanjutan)
Pengambilan keputusan : - Signifikan > 0,05 maka Ho diterima
- Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak
ANOVA
Viscositas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 484554.393 3 161518.131 281.969 .000
Within Groups 13747.714 24 572.821
Total 498302.107 27
Hipotesis uji : - Ho : Data viscositas terdistribusi normal
-H1 : Data viscositas tidak terdistribusi
normal
Pengambilan keputusan : - Signifikan > 0,05 maka Ho diterima
- Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak
Kesimpulan : Nilai sig 0,000 < 0,05 Ho ditolak berarti
terdapat perbedaan viskositas pada tiap
formula
46
Lampiran 7. (Lanjutan)
Multiple Comparisons
Viscositas
Tukey HSD
(I)
konsent
rasi
(J)
konsent
rasi
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
3.50 4.00 -204.14286* 12.79309 .000 -239.4340 -168.8517
4.50 -251.28571* 12.79309 .000 -286.5769 -215.9946
5.00 -363.28571* 12.79309 .000 -398.5769 -327.9946
4.00 3.50 204.14286* 12.79309 .000 168.8517 239.4340
4.50 -47.14286* 12.79309 .006 -82.4340 -11.8517
5.00 -159.14286* 12.79309 .000 -194.4340 -123.8517
4.50 3.50 251.28571* 12.79309 .000 215.9946 286.5769
4.00 47.14286* 12.79309 .006 11.8517 82.4340
5.00 -112.00000* 12.79309 .000 -147.2911 -76.7089
5.00 3.50 363.28571* 12.79309 .000 327.9946 398.5769
4.00 159.14286* 12.79309 .000 123.8517 194.4340
4.50 112.00000* 12.79309 .000 76.7089 147.2911
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Viscositas
Tukey HSDa
konsent
rasi N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
3.50 7 481.1429
4.00 7 685.2857
4.50 7 732.4286
5.00 7 844.4286
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
47
Lampiran 8. Sertifikat of Analisa Hydroxy Propyl Methyl Cellulose
48
Lampiran 9. Hasil Determinasi Ekstrak Herba Pegagan
49
Lampiran 10. Evaluasi Uji Viskositas dan Rheologi.
Rumus:
Shearing stress = k x % torque
Dimana:
k : k tabel spindel yang digunakan
% torque : persen yang terbaca pada Viskometer Brookfield.
Cara perhitungan:
Diketahui: k pada spindel 6 = 2,35
% torque = 8,2
Shearing stress = k x % torque
= 2,35 x 8,2
= 19,27 dyne/cm2
Tabel X. Faktor konversi spindel dari viskometer brookfield.
Nomor spindel 1 2 3 4 5 6 7
k 0,035 0,119 0,279 0,539 1,05 2,35 8,4
n = 0,1 1,728 1,431 1,457 1,492 1,544 1,366 1,936
0,2 0,967 0,875 0,882 0,892 0,907 0,851 1,007
0,3 0,705 0,656 0,656 0,658 0,663 0,629 0,681
0,4 0,576 0,535 0,530 0,529 0,528 0,503 0,515
0,5 0,499 0,458 0,449 0,445 0,442 0,421 0,413
kN 0,6 0,449 0,404 0,392 0,387 0,382 0,363 0,346
0,7 0,414 0,365 0,350 0,343 0,338 0,320 0,297
0,8 0,387 0,334 0,317 0,310 0,304 0,286 0,261
0,9 0,367 0,310 0,291 0,283 0,276 0,260 0,232
1,0 0,351 0,291 0,270 0,262 0,254 0,238 0,209
50
Lampiran 10. (Lanjutan)
Gambar 4. Kurva sifat alir F1
Minggu 0
Gambar 5. Kurva sifat alir F1
Minggu 1
Gambar 6. Kurva sifat alir F1
Minggu 2
Gambar 7. Kurva sifat alir F1
Minggu 3
51
Lampiran 10. (Lanjutan)
Gambar 8. Kurva sifat alir F1
Minggu 4
Gambar 9. Kurva sifat alir F1
Minggu 5
Gambar 10. Kurva sifat alir F1
Minggu 6
Gambar 11. Kurva sifat alir F2
Minggu 0
52
Lampiran 10. (Lanjutan)
Gambar 12. Kurva sifat alir F2
Minggu 1
Gambar 13. Kurva sifat alir F2
Minggu 2
Gambar 14. Kurva sifat alir F2
Minggu 3
Gambar 15. Kurva sifat alir F2
Minggu 4
53
Lampiran 10. (Lanjutan)
Gambar 16. Kurva sifat alir F2
Minggu 5
Gambar 17. Kurva sifat alir F2
Minggu 6
Gambar 18. Kurva sifat alir F3
Minggu 0
Gambar 19. Kurva sifat alir F3
Minggu 1
54
Lampiran 10. (Lanjutan)
Gambar 20. Kurva sifat alir F3
Minggu 2
Gambar 21. Kurva sifat alir F3
Minggu 3
Gambar 22. Kurva sifat alir F3
Minggu 4
Gambar 23. Kurva sifat alir F3
Minggu 5
55
Lampiran 10. (Lanjutan)
Gambar 24. Kurva sifat alir F3
Minggu 6
Gambar 25. Kurva sifat alir F4
Minggu 0
Gambar 26. Kurva sifat alir F4
Minggu 1
Gambar 27. Kurva sifat alir F4
Minggu 2
56
Lampiran 10. (Lanjutan)
Gambar 28. Kurva sifat alir F4
Minggu 3
Gambar 29. Kurva sifat alir F4
Minggu 4
Gambar 30. Kurva sifat alir F4
Minggu 5
Gambar 31. Kurva sifat alir F4
Minggu 6
57
Lampiran 11. Perhitungan Pembuatan Rebusan Herba Pegagan.
Perhitungan untuk Ekstrak Herba Pegagan 3%, sebagai berikut:
Setelah ditimbang 3x, bobot rata-rata = 9,30g
Untuk 1x pakai = 9,30g/ 3 = 3,10g
Untuk 50x pakai = 3,10g x 50 = 155g herba pegagan kering.
155g herba pegagan kering -> infusa 1000ml -> rotavapor 1 jam -> 100ml ekstrak ->
dipanaskan diatas penangas air pada suhu 50C ( 30menit) -> ditimbang 33g (u/ 50x
pakai).
Dosis dalam 100g emulgel = 100g/33g = 3,03g ekstrak 3 ekstrak
% dosis dlm emulgel = 3g x 100% = 3 %.
100g
Rendemen Hasil Rebusan Herba Pegagan = (33 gram / 155 gram) x 100 %
= 21,29%
58
Lampiran 12. Bahan dan Alat yang digunakan.
Gambar32.Viskometer Brookfield.
Gambar 33. Spindle.
Gambar 34. pH meter.
59
Gambar 35. Sentrifuge
Gambar 36. Rotary evaporator
Gambar 37. Timbangan analitik.
Gambar 38. Lumpang dan Alu