174
i PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, PENDEKATAN PSIKOLOGI DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KOMUNIKASI DALAM TIM AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta) Oleh: Tri Wahyuni Sukiyaningsih NIM: 1111082000130 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2015 M

PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, PENDEKATAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52476...“Pengaruh Struktur Organisasi, Pendekatan Psikologi, Dan Locus Of Control Terhadap

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, PENDEKATAN PSIKOLOGI

    DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KOMUNIKASI DALAM TIM

    AUDIT

    (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

    Oleh:

    Tri Wahyuni Sukiyaningsih

    NIM: 1111082000130

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H/2015 M

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. DATA PRIBADI

    1. Nama : Tri Wahyuni Sukiyaningsih

    2. Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang, 08 Januari 1994

    3. Alamat : Jl. Tanah Seratus Rt. 002/011 No. 34

    Tangerang

    4. No. Telepon : 085691972595

    5. Agama : Islam

    6. Kewarganegaraan : Indonesia

    B. DATA PENDIDIKAN

    1. Tahun : 1998 – 1999 TK Aisyah 76 Ciledug Tangerang 2. Tahun : 1999 – 2005 SDN Sudimara 14 Ciledug Tangerang 3. Tahun : 2005 – 2009 SMPI AL – Hasanah Ciledug Tangerang 4. Tahun : 2009 – 2011 SMAN 13 Tangerang 5. Tahun : 2011 – 2015 FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    C. PENGALAMAN ORGANISASI

    1. Tahun : 2013 -2014 HMJ Akuntansi Divisi Olahraga 2. Tahun : 2013 Penanggung Jawab Divisi Kestari OPAK 3. Tahun : 2012 Anggota Divisi Kestari OPAK

  • vi

    LEMBAR PERNYATAAN

    KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Tri Wahyuni Sukiyaningsih

    No. Induk Mahasiswa : 1111082000130

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Jurusan : Akuntansi

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

    atau tanpa ijin pemilik karya.

    4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsu data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

    ini.

    Jikalau di kemudian hari ada yang menuntut dari pihak lain atas karya saya, dan

    telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

    ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

    dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Dengan pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

    Ciputat, Mei 2015

    Yang Menyatakan,

    (Tri Wahyuni Sukiyaningsih )

  • vii

    INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL STRUCTURE, PSIKOLOGY

    APPROACH, AND LOCUS OF CONTROL TO AUDIT TEAM

    COMMUNICATION

    ABSTRACT

    This study examinies influence of organizational structure, psikologi approach,

    and locus of control to audit team communication. Respondents in this study are

    auditors who worked for Public Accounting Firm in Jakarta. The number of auditor

    that were visited in this study were 65 auditors from 11 Public Accounting Firm.

    Data processing method used in this research were four methods, method of

    analysis used in hypothesis testing is multiple regression which declare link

    between independen variable to dependent variable.

    The result shows organizational structure, psikology approach, and locus of

    control and significantly influence to audit team communication. This significant

    link is positive that means if the independent variable increased them same goes to

    the dependent variable and in reverse.

    Keywords: organizational structure, psikology approach, locus of control, audit

    team communication.

  • viii

    PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, PENDEKATAN PSIKOLOGI

    DAN

    LOCUS OF CONTROL TERHADAP KOMUNIKASI DALAM TIM AUDIT

    ABSTRAK

    Penelitian ini menguji pengaruh struktur organisasi, pendekatan psikologi, dan

    locus of control terhadap komunikasi dalam tim audit. Responden dalam penelitian

    ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta.

    Jumlah auditor yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 65 auditor dari 11

    Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta. Metode pengolahan data

    yang digunakan dalam penelitian ini ada empat metode, metode analisis yang

    digunakan dalam uji hipotesis adalah regresi berganda yang menyatakan hubungan

    diantara variabel independen terhadap dependen.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur organisasi, pendekatan psikologi

    dan locus of control secara simultan dan signifikan berpengaruh terhadap

    komunikasi dalam tim audit. hubungan signifikan ini bernilai positif yang berarti

    jika variabel struktur organisasi meningkat maka variabel dependen juga meningkat

    begitu pula sebaliknya.

    Kata kunci: struktur organisasi, pendekatan psikologi, locus of control, komunikasi

    dalam tim audit

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

    kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

    “Pengaruh Struktur Organisasi, Pendekatan Psikologi, Dan Locus Of Control

    Terhadap Komunikasi Dalam Tim Audit”. penyusunan skripsi ini dimaksudkan

    untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di

    Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

    semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

    1. Kedua orang tuaku tercinta, ibu sukini dan bapak H. Suyanto yang selalu

    memberikan doa, dukungan, motivasi dan semangat yang tiada henti kepada

    penulis.

    2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Yessi Fitri SE, M.Si., Ak., CA selaku ketua jurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA selaku sekretaris jurusan

    Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    bersedia meluangkan waktu memberikan pengarahan, bimbingan serta saran

    kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  • x

    6. Ibu Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA selaku Dosen Pembimbing II yang

    telah bersedia meluangkan waktu memberikan pengarahan, bimbingan serta

    saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah

    memberikan bantuan kepada penulis.

    8. Seluruh pihak Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta atas partisipasinya

    menjadi responden sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini dengan

    baik.

    9. Teman-teman nananana, akukece, akuntansi2011 yang menjadi teman

    seperjuangan.

    10. Kepada Nurahman yang membantu skripsi ini hingga selesai, terimakasih atas

    semua doa, semangat dan waktunya.

    11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

    dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

    dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

    karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

    yang membangun dari berbagai pihak.

    Jakarta, Mei 2015

    (Tri Wahyuni Sukiyaningsih)

  • xi

    DAFTAR ISI

    Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii

    Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ....................................................... iii

    Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................... iv

    Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................... v

    Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................... vi

    Abstract ............................................................................................................. vii

    Abstrak ............................................................................................................ viii

    Kata Pengantar ................................................................................................. ix

    Daftar isi ............................................................................................................ xi

    Daftar Tabel ..................................................................................................... xv

    Daftar Gambar ............................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    A.Latar Belakang ...................................................................................... 1

    B.Perumusan Masalah ............................................................................. 10

    C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 10

    1. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10

    2. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 13

    A.Tinjauan Literatur ................................................................................ 13

    1. Teori Asimetri ..................................................................................... 13

    2. Audit ..................................................................................................... 16

    3. Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ................................... 22

    4. Psikologi .............................................................................................. 28

    5. Locus Of Control ................................................................................ 37

  • xii

    6. Komunikasi dalam Tim Audit .......................................................... 46

    B.Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis .......................... 51

    1. Struktur Organisasi Terhadap Komunikasi dalam Tim Audit ...... 51

    2. Psikologi Terhadap Komunikasi dalam Tim Audit ....................... 52

    3. Locus Of Control Terhadap Komunikasi dalam Tim Audit ......... 53

    4. Struktur Organisasi, Psikologi dan Locus Of Control terhadap

    komunikasi dalam tim audit ............................................................. 55

    C.Penelitian Terdahulu ............................................................................ 58

    D.Kerangka Pemikiran ............................................................................ 63

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 65

    A.Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 65

    B.Metode Penentuan Sampel ................................................................... 65

    1. Populasi ..................................................................................................... 65

    2. Teknik Sampling ...................................................................................... 65

    C.Metode Pengumpulan Data .................................................................. 66

    D.Metode Analisis Data .......................................................................... 66

    1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................................. 66

    2. Uji Kualitas ............................................................................................... 67

    3. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 68

    4. Uji Hipotesis ............................................................................................. 70

  • xiii

    E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 72

    1. Struktur Organisasi (X1) .......................................................................... 72

    2. Pendekatan Psikologi (X2) ...................................................................... 72

    3. Locus Of Control (X3) ............................................................................. 73

    4. Komunikasi dalam Tim Audit (Y) ......................................................... 74

    BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 76

    A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 76

    1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 76

    2. Karakteristik Profil Responden .............................................................. 78

    B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................ 82

    1. Hasil uji Statistik Deskriptif ................................................................... 82

    2. Hasil Uji Kualitas Data ........................................................................... 83

    3. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 86

    4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 90

    BAB V PENUTUP ........................................................................................... 99

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 99

    B. Saran ................................................................................................ 100

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 102

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 106

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    No. Keterangan Halaman

    2.1 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ............................................ 25

    2.2 Aspek Manusia Sebagai Individu ............................................................ 29

    2.3 Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................................... 58

    3.1 Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 75

    4.1 Data Populasi penelitian ......................................................................... 77

    4.2 Data Distribusi Populasi Penelitian ......................................................... 77

    4.3 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 79

    4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ................... 79

    4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........... 80

    4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ................................... 80

    4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .............. 81

    4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................... 82

    4.9 Hasil Uji Validitas Struktur Organisasi ................................................... 83

    4.10 Hasil Uji Validitas Pendekatan Psikologi ................................................ 84

    4.11 Hasil Uji Validitas Locus Of Control ...................................................... 84

    4.12 Hasil Uji Validitas Komunikasi Dalam Tim Audit .................................. 85

    4.13 Hasil Uji Reabilitas ................................................................................. 86

    4.14 Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................................... 87

    4.15 Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square .................................................... 90

    4.16 Hasil Uji Statistik t ................................................................................. 91

    4.17 Hasil Uji Statistik F ................................................................................ 97

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    No. Keterangan Halaman

    2.1 Pembagian JenjangMenurut Kantor Akuntan Publik ................................ 22

    2.2 Skema Kerangka Pemikiran ..................................................................... 63

    2.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ................................... 88

    3.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ............................. 88

    4.1 Grafik Scatterplot .................................................................................... 89

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perusahaan atau organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja

    sama untuk suatu kepentingan bisnis, profesi sosial dan berbagai macam

    keperluan lainnya. Bekerja sama melakukan berbagai kegiatan organisasional

    yang ada dalam suatu kegiatan organisasional, tidak dapat dihindari bahwa

    kegiatan organisasional adalah kegiatan antar individu menuju kegiatan

    berkelompok atau antar kelompok. Kegiatan organisasional ini dilakukan untuk

    menyusun kerangka kerja, menjalankan proses bisnis serta untuk mencapai

    tujuan dari perusahaan atau organisasi secara bersama. Bahkan kegiatan

    organisasional ini di lakukan untuk pengambilan keputusan dan juga untuk

    memonitoring kerja setiap individu yang ada di dalam kelompok organisasi.

    Semua yang dilakukan dalam kegiatan organisasi ini sangat membutuhkan

    komunikasi yang baik, komunikasi sangat membantu memudahkan setiap

    langkah kerja maupun penyelesaian tugas-tugas yang di emban (Wina: 2013).

    Sama halnya dengan penugasan dalam Kantor Akuntan Publik terdapat

    kegiatan organisasional yaitu tim audit. Tim audit adalah sebuah tim yang di

    bentuk secara berjenjang dan terdiri dari beberapa individu (auditor junior,

    auditor senior, manager/supervisor, dan partner atau rekan) yang bekerja sama

    dengan tujuan untuk melaksanakan audit. Tim audit merupakan unit operasi

    dasar dalam pengerjaan pengauditan. Kegiatan audit dibagi-bagi kepada para

    anggota tim, maka kunci sukses yang menentukan adalah kemampuan individu

    untuk bekerja sama dalam menghasilkan opini audit yang memuaskan.

  • 2

    Komunikasi antar anggota tim audit merupakan aktivitas dasar dalam rangka

    menggabungkan berbagai informasi menjadi produk akhir berupa opini audit.

    Keberhasilan kerja sama antar anggota tergantung dari proses komunikasi di

    dalam tim audit. Kegiatan yang di lakukan pada setiap bagian audit memerlukan

    kerjasama antar individu yang di rangkai menjadi sebuah tim, oleh karena itu

    kerjasama sangatlah dibutuhkan dalam memperlancar tugas (I Gede dkk, 2013).

    Pendekatan-pendekatan audit secara sistematis membuat informasi yang

    didapatkan dan dikirimkan untuk anggota tim menjadi lebih banyak dan

    bervariasi. Konsentrasi pengambilan keputusan pada tingkat organisasi yang

    lebih tinggi memberikan kesan bahwa tim senior akan memperoleh informasi

    yang berbeda dengan anggota tim yang lebih rendah tingkatannya dan hambatan

    dalam membuat perubahan memberikan kesan bahwa auditor perlu melakukan

    lebih banyak konsultasi kepada seniornya. Bisa dikatakan bahwa senior lah

    yang akan lebih mendapatkan banyak informasi dibandingkan denga senior

    audit dalam hal penyelesaian penugasan audit, salah satu factor yang

    menyebabkan banyak atau sedikitnya informasi yang di dapat adalah

    komunikasi. Komunikasi ini digunakan untuk mendapatkan bahkan

    menyampaikan informasi kepada rekan yang tergabung dalam satu tim tersebut.

    Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja. Hal

    ini mudah dipahami sebab komunikasi yang baik bisa mempunyai dampak yang

    luas terhadap kehidupan organisasi, misalnya konflik antar karyawan dan

    sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian,

    kerjasama juga kepuasan kerja (Laras, 2006). Pengertian komunikasi dalam

  • 3

    suatu kelompok menurut Ivancevich dan Matteson (1987) dalam

    Halmatusyadiah (2003) dalam Nyoman dan I made (2014) adalah pengiriman

    informasi oleh salah seorang anggota kelompok kepada anggota lain dengan

    menggunakan simbol-simbol tertentu. Sedangkan menurut Wina (2013) Untuk

    menjalankan tugas-tugas tersebut, mereka beraksi, berinteraksi dan

    berkomunikasi, bahkan 70% hari hari kerja para eksekutif dan staf perusahaan

    atau organisasi dipergunakan untuk melakukan kegiatan komunikasi.

    Komunikasi yang terjalin di diantara anggota tim audit menjadi aktivitas yang

    sangat fundamental untuk mencapai hasil akhir dalam audit.

    Komunikasi adalah salah satu penunjang keberhasilan dari penugasan, oleh

    karena itu komunikasi sangat dibutuhkan di setiap tahapan penugasan audit.

    Setiap individu harus mampu berkomunikasi secara baik karena komunikasi

    yang baik akan mempermudah penugasan yang sedang dijalankan. Komunikasi

    yang baik akan menghasilkan informasi yang baik pula, sehingga komunikasi

    yang baik dan efektif menjadi faktor yang penting bagi pencapaian tujuan suatu

    organisasi dalam hal ini adalah tim audit (Muhammad,2005).

    Dalam Ketut Ardy Prabhawa dkk (2013) menyatakan bahwa Komunikasi

    merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja. Hal ini mudah

    dipahami sebab komunikasi yang tidak baik bisa mempunyai dampak yang luas

    terhadap kehidupan organisasi, misalnya konflik antar karyawan, dan

    sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian,

    kerjasama dan juga kepuasan kerja. Mengingat yang bekerjasama dalam suatu

    organisasi dalam rangka mencapai tujuan merupakan sekelompok sumber daya

  • 4

    manusia dengan berbagai karakter, maka komunikasi yang terbuka harus

    dikembangkan dengan baik. Dengan demikian masing-masing karyawan dalam

    hal ini adalah tim audit didalam organisasi mengetahui tanggung jawab dan

    wewenang masing-masing. Tim audit yang mempunyai kompetensi

    komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas

    yang diembannya, sehingga tingkat kinerja karyawan menjadi semakin baik.

    Komunikasi memegang peranan penting di dalam menunjang kelancaran

    aktivitas tim audit di Kantor Akuntan Publik.

    Salah satu peristiwa yang terjadi ada dalam siaran pers yang dikeluarkan

    oleh badan pengawasan pasar modal pada tanggal 27 Desember 2002

    menyatakan bahwa kasus ini bermula dari ditemukannya yang pertama yaitu

    dalam rangka retrukturisasi PT Kimia Farma Tbk. (PT KAEF), Sdr. Ludovicus

    Sensi W selaku partner dari KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit

    laporan keuangan PT KAEF untuk masa 5 bulan yang berakhir pada 31 Mei

    2002, menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian

    persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang

    berakhir per 31 Desember 2001, selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di

    harian kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan

    penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah

    melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam

    laporan keuangan pada semester I tahun 2002.

    PT. Kimia Farma (PT. KAEF) berdasarkan tindakan yang dilakukan

    terbukti melanggar Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman

  • 5

    Penyajian Laporan Keuangan dan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan,

    terbukti bahwa Akuntan yang melakukan audit Laporan Keuangan per 31

    Desember 2011 PT. Kimia Farma (PT KAEF) telah melakukan prosedur audit

    termasuk prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar Profesional

    Akuntan Publik, dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan membantu

    manajemen PT KAEF dalam penggelembungan keuntungan tersebut. Namun

    demikian proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya

    penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT KAEF.

    Dalam konteks skandal kecurangan diatas, memunculkan pertanyaan

    apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang

    mengaudit laporan keuangan tersebut, Jika yang terjadi adalah auditor tidak

    mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti

    permasalahan adalah Kinerja KAP HTM tidak berkualitas karena KAP HTM

    tidak mampu mendeteksi kecurangan dari laporan keuangan yang dilakukan PT.

    Kimia Farma. Seperti pernyataan diatas pihak KAP dikenakan sanksi yaitu

    denda, denda ini diperlukan dan ditujukan agar tidak ada KAP yang melakukan

    (material misstatement) atau salah saji material yang bisa membuat para

    pengguna informasi keuangan mengalami kerugian atas informasi yang salah

    secara material dan diharapkan kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dan

    diharapkan para auditor independen dapat lebih hati-hati dan lebih teliti lagi

    dalam mengadakan pemeriksaan terhadap perusahaan yang diauditnya dan tetap

    menjaga prinsip-prinsip dan kode etik profesi akuntan independen.

  • 6

    Ketika struktur tim audit mulai mendominasi interaksi antar anggota tim

    audit dalam kegiatan pertukaran informasi dan jumlah informasi yang

    dipertukarkan, para peneliti kemudian menentukan kesimpulan yang berbeda-

    beda sebagai suatu keuntungan atas adanya komunikasi. Cushingdan loebbeck

    (1986) dalam Rifqi (2005) dalam Muhammad (2013) menjelaskan sebuah

    kemungkinan keuntungan. Mereka berpendapat bahwa standarisasi dan

    pemrograman dalam proses audit dapat memberikan informasi dasar bagi para

    auditor untuk dipertukarkan. Sedangkan Bamber dan Bylinski (1982) dalam

    Rifqi (2005) dalam Muhammad (2013) menemukan sebuah kerugian, Mereka

    berpendapat bahwa terjadi peningkatan biaya standarisasi dan pemrograman

    berhubungan dengan struktur lingkungan, dimana terjadi penurunan kapastian

    informasi dalam tim.

    Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rifqi Muhammad (2013)

    tentang pengaruh struktur audit terhadap komunikasi dalam tim audit terdapat

    hubungan yang positif antara struktur audit terhadap komunikasi dalam tim

    audit. Sedangkan komponen budaya organisasi yang terdiri dari budaya

    birokratis, budaya inovatif, dan budaya suportif memiliki hasil yang positif

    dengan variabel komunikasi dalam tim audit.

    Struktur audit merupakan prosedur pelaksanaan audit yang telah ditetapkan

    oleh auditor senior dan akan dilaksanakan oleh staf audit untuk menghimpun

    bukti. Bomber, Snowball, Tubs (1998) dalam warles (2005) menyatakan bila

    Kantor Akuntan Publik tidak memiliki struktur audit yang baku, misalnya

    dalam bentuk aturan-aturan yang baku seperti aturan-aturan yang berlaku di

  • 7

    Kantor Akuntan Publik oleh karena itu senior auditor memiliki porsi yang lebih

    di bandingkan junior dan staf audit lainnya.

    Bamber, Snowball, Tubs (1998) dalam Wrles (2005) menyatakan Kantor

    Akuntan Publik yang menggunakan prosedur audit yang terstruktur dalam

    pelaksanaan auditnya maka efisien dan kualitas audit meningkat, sedangkan

    kantor akuntan publik yang menggunakan prosedur audit yang tidak terstruktur

    memiliki potensi meningkatnya konflik yang disarankan staf auditnya.

    Sedangkan menurut I Gede, dkk (2013) struktur audit membantu auditor dalam

    melakukan audit lebih terarah, sehingga dapat meningkatkan kinerja dari

    auditor. Staf audit yang tidak mengetahui struktur audit akan mengalami

    kesulitan dalam menyelesaikan tugas auditnya.

    Komunikasi yang terjalin di antara anggota tim audit menjadi aktivitas

    yang sangat fundamental untuk mencapai hasil akhir, yaitu opini audit yang

    berkualitas. Kusuksesan kerja tim sangat dipengaruhi oleh komunikasi

    penyampaian informasi dalam tim audit (Widyawati, 2013).

    Bagi auditor komunikasi sangatlah penting karena kegiatan audit

    menyangkut proses penyampaian informasi dan perolehan informasi yang

    diperlukan dalam mencapai hasil audit, dalam meningkatkan

    profesioanalismenya, seorang auditor haruslah terlebih dahulu memahami

    dirinya sendiri dan tugas yang akan dilaksanakannya. Auditor dituntut selalu

    meningkatkan dan mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan auditee.

    Selain itu auditor diharapkan mampu memahami perilaku auditee serta

    membangun komunikasi dan kerjasama dengan pihak auditee. Dalam kaitannya

  • 8

    ini para auditor setidaknya dapat menciptakan suasana psikologis terhadap

    auditee. Suasana psikologi tersebut antara lain menciptakan suasana nyaman,

    aman dan auditee tidak merasa terancam dalam memberikan informasi yang

    dibutuhkan menyangkut adanya fakta penyimpangan yang ditemukan auditor

    (Achmad Badjuri, 2005).

    Didasari atau tidak, auditor maupun auditee adalah individu-individu yang

    mempunyai ciri-ciri, sifat-sifat maupun kebiasaan-kebiasaan yang tampil secara

    khas malalui tingkah lakunya. Pemahaman mengenai tingkah laku manusia

    menjadi penting bagi auditor manakala interaksi antara auditor dengan pihak

    auditee tidak berlangsung harmonis yang dapat mengganggu kelancaran proses

    audit. Kondisi demikian memerlukan keterampilan khusus atau keahlian

    seorang auditor untuk melakukan pendekatan yang lebih baik secara psikologi

    maupun komunikatif (Badjuri, 2008). Karakteristik personal yang

    mempengaruhi penerimaan perilaku disfungsional diantaranya locus of control

    (Donelly et.al, 2003 dalam Widi Hidayat, 2012), dan Kinerja karyawan

    (Employe performance) (Gable & De Angelo, 1994; Donelly et al, 2003).

    Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan suatu hubungan yang kuat

    dan positif diantara eksternal locus of control individual dengan suatu

    keinginan-keinginan atau maksud-maksud untuk menggunakan penipuan atau

    manipulasi untuk memperoleh tujuan-tujuan personil.

    Locus of control telah menjadi topik dalam seminar psikologi selama

    bertahun-tahun sehingga locus of control di anggap sebagai aspek penting dari

    kepribadian. Awalnya konsep ini dikembangkan oleh seorang ahli teori

  • 9

    pembelajaran sosial sutrisno (2009). Pemahaman konsep tersebut menjadi suatu

    aspek dari studi kepribadian. Locus dalam Bahasa latin untuk “tempat” atau

    lokasi maka locus of control yang artinya adalah pusat kendali.

    Menurut Wiriani (2011) locus of control merupakan salah satu variabel

    kepribadian (personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu

    terhadap mampu atau tidaknya mengontrol nasib sendiri (destiny). Locus of

    control telah menghasilkan banyak penelitian di berbagai bidang dalam

    psikologi, kontruksi ini berlaku untuk bidang-bidang psikologi pendidikan,

    psikologi industri dan ekonomi, psikologi kesehatan dan psikologi klinis.

    Banyak penelitian yang membuktikan bahwa locus of control terbukti

    berguna bagi individu-individu dalam organisasi. Locus of control telah

    dimasukan sebagai salah satu dari empat dimensi evaluasi diri sendiri dan

    penilaian individu seseorang tentang dirinya sendiri bersama dengan dimensi

    lainnya yaitu neurotisisme, self-effescy dan harga diri.

    Robbins dan judge (2008) mendefinisikan locus of control sebagai tingkat

    dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri di

    konseptualkan internal dan eksternal yang dimaksudkan internal yaitu orang

    tersebut percaya bahwa mereka dapat mengontrol hidup mereka, sedangkan

    eksternalyaitu mereka percaya bahwa keputusan mereka dan kehidupan

    dikendalikan oleh faktor lingkungan.

    Kelancaran komunikasi antar anggota dalam suatu tim audit sangat penting

    keberadaannya dalam upaya menghindari terjadinya perilaku penurunan

    kualitas audit (audit quality reduction behavior) yang dilakukan oleh auditor.

  • 10

    Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap tahapan audit yang

    akan dilaksanakan, karena komunikasi tersebut mempengaruhi informasi,

    informasi juga akan berpengaruh secara langsung kepada hasil audit yang akan

    di hasilkan (Widyawati, 2013).

    Adapun judul dalam penulisan ini adalah “Pengaruh Struktur Audit,

    Pendekatan Psikologi dan Locus Of Control Terhadap Komunikasi Dalam

    Tim Audit”

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

    permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.

    1. Apakah struktur organisasi berpengaruh terhadap komunikasi dalam

    tim audit?

    2. Apakah psikologi berpengaruh terhadap komunikasi dalam tim audit?

    3. Apakah locus of control signifikan terhadap komunikasi dalam tin

    audit?

    4. Apakah struktur organisasi, psikologi dan locus of control berpengaruh

    terhadap komunikasi dalam tim audit?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

    menemukan bukti-bukti empiris atas hal sebagai berikut:

  • 11

    a. Menganalisis pengaruh struktur organisasi terhadap komunikasi

    dalam tim audit.

    b. Menganalisis pengaruh psikologi terhadap komunikasi dalam tim

    audit.

    c. Menganalisis pengaruh locus of control terhadap komunikasi dalam

    tim audit.

    d. Menganalisis pengaruh struktur organisasi, psikologi dan locus of

    control terhadap komunikasi dalam tim audit.

    2. Manfaat Penelitian

    Manfaat dilakukannya penelitian ini:

    a. Bagi Para Auditor

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang

    lebih luas bagi para akuntan dalam struktur organisasi, psikologi

    dan locus of control terhadap komunikasi dalam tim audit.

    Penelitian ini memberikan manfaat seberapa penting komunikasi

    dalam menjalankan tugas mengaudit, lebih memahami karakteristik

    diri sendiri dan auditee yang sedang diperiksa serta dapat

    mengendalikan diri dari sisi auditor dalam menjalankan tugas

    sehingga dapat menghasilkan hasil audit yang baik.

    b. Bagi Akademik/Peneliti

    Penelitian ini diharapkan menambah kajian teoritis, daftar

    kepustakaan, sumbangan pemikiran khususnya di bidang auditing

  • 12

    tentang struktur organisasi, psikologi dan locus of control terhadap

    komunikasi dalam tim audit.

    c. Bagi Masyarakat

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan

    wawasan dan ilmu tentang struktur organisasi, psikologi dan locus

    of control terhadap komunikasi dalam tim audit. Memberikan

    informasi juga bagaimana seorang auditor menjalankan tugasnya

    dengan cara komuniksai yang baik, menilai diri sendiri dan klien

    serta mengendalikan diri sendiri dalam menghadapi berbagai tugas

    yang sedang dikerjakannya.

    d. Mahasiswa

    Penelitian ini ditunjukan untuk memenuhi persyaratan dalam

    memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi,

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta serta memberikan wawasan mengenai

    struktur organisasi, psikologi dan locus of control terhadap

    komunikasi dalam tim audit.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Literatur

    1. Teori Asimetri

    Menurut Dunk dalam Apriyandi (2011) Information asymmetry

    exists only when subordinates' information exceeds that of their

    superiors. Artinya informasi asimetri terjadi ketika bawahan memliki

    informasi lebih dibanding atasan mengenai suatu unit organisasi atau

    pusat pertanggungjawaban bawahan.

    Informasi asimetri timbul dalam teori keagenan (agency theory)

    yaitu teori yang menjelaskan hubungan antara prinsipal dan agen yang

    diungkapkan oleh Jensen n Meckling (1976). Dalam teori keagenan

    salah satu pihak yang bertindak sebagai prinsipal membuat suatu

    kontrak dengan pihak lain yang bertindak sebagai agen dengan harapan

    bahwa agen akan melaksanakan pekerjaan seperti yang diinginkan

    prinsipal.

    Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi

    tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuan yang ingin dicapai.

    Manajamen tingkat atas harus menggunakan informasi yang akurat baik

    dalam hal waktu dan kondisi yang ada pada saat itu. Para manajemen

    tingkat bawah lebih mengetahui informasi yang sebenarnya mengenai

    aktivitas perusahaan di lapangan dibanding atasan (Abdul, 2008). Jika

    atasan dapat memperoleh semua informasi yang dimiliki oleh bawahan

    maka atasan akan lebih mudah membuat keputusan. Informasi asimetri

  • 14

    yaitu kondisi di mana atasan (principal) tidak memiliki cukup informasi

    dibanding dengan bawahan (agent) atau sebaliknya. Bila atasan atau

    manajemen puncak memiliki lebih banyak informasi dibanding

    bawahan atau manajer pusat pertanggungjawaban (MPP), maka akan

    muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan kepada bawahan/MPP

    tentang pencapaian target anggaran yang kemungkinan sangat sulit

    dicapai oleh MPP. Bila bawahan/MPP memiliki lebih banyak informasi

    dibanding manajemen puncak/atasan maka bawahan/MPP cenderung

    membuat target yang lebih rendah dari target tertinggi yang bisa dicapai.

    Perbedaan informasi inilah yang disebut sebagai informasi asimetri.

    Shields dan Young (1993) dalam Falikhatun(2007) mengemukakan

    beberapa kondisi perusahaan yang memungkinkan terjadinya informasi

    asimetri, yaitu:

    a. perusahaan yang sangat besar

    b. mempunyai penyebaran secara geografis

    c. memiliki produk yang beragam

    d. membutuhkan tekhnologi

    Informasi yang akurat mengenai faktor-faktor yang

    mempengaruhi kinerja manajer di beberapa organisasi ternyata lebih

    banyak dimiliki oleh bawahan. Perbedaan informasi antara bawahan

    dengan atasan sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan cara melakukan

    anggaran partisipatif, tujuannya agar informasi yang dimiliki bawahan

    bisa dikomunikasikan dengan atasan sehingga dapat menghasilkan

  • 15

    anggaran yang lebih realistis untuk organisasi. Tetapi, anggaran

    partisipatif juga dapat menimbulkan permasalahan lain yang disebut

    dengan senjangan anggaran.

    Jensen dan Meckling (1976) dalam Puput (2001) menambahkan

    bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-

    orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan

    yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang

    terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya

    dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan

    monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang

    menyimpang.

    Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral

    hazard.

    a. Adverse selection

    Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana

    satu pihak atau lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan

    suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki

    informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi

    karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak

    dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek

    ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.

  • 16

    b. Moral Hazard

    Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana

    satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan

    suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat

    mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-

    transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral

    hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan

    pengendaliaan yang merupakan karakteristik kebanyakan

    perusahaan besar.

    2. Audit

    a. Definisi Auditing

    Pengertian Auditing menurut (Sukrisno Agoes, 2012:4)

    Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis

    dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan

    keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-

    catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan

    untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan

    keuangan tersebut.

    Pengertian Auditing menurut (Alvin A. Arens, Mark S.

    Beasley dan Randal J.Elder, 2011:4)

    “ Auditing (is the accumulation and evaluation of evidence

    about information to determine and report on the degree of

    correspondence between the information and established criteria.

    Auditing should be done by a competent, independent person”.

  • 17

    “ Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang

    informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian

    antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus

    dilakukan oleh seorang yang kompeten, independen orang”.

    Berdasarkan definisi auditing yang telah dikemukakan oleh

    para ahli diatas, maka pengertian auditing adalah suatu proses yang

    sistematis serta mengumpulkan bukti secara objektif mengenai

    kejadian-kejadian ekonomi dan melaporkan derajat kesesuaian yang

    telah didapat selama proses audit lalu membandingkannya dengan

    kriteria yang telah ditentukan serta menyampaikan hasilnya ke

    pihak-pihak yang berkepentingan.

    b. Jenis-jenis audit

    Menurut Randal J. Elder. Mark S. Beasley, Alvin A. Arens,

    Amin Abadi Jusuf dalam buku jasa audit dan assurance (2011: 16)

    yang telah diterjemahkan oleh Desti Fitriani, mengemukakan tiga

    jenis audit, yaiu:

    1. Audit Operasional

    Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap

    bagian dari produser dan metode operasi organisasi. Pada akhir

    audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-

    saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional,

    review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada

    akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi ats struktur

  • 18

    organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran dan

    semua bidang lain dimana auditor menguasainya.

    2. Audit ketaatan (compliance audit)

    Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak

    audit telah mengikuti prosedur, aturan atau ketentuan tertentu

    yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.

    3. Audit laporan keuangan (financial statement audit)

    Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah

    laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah

    dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria

    yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

    umum (GAAP), walaupun auditor mungkin saja melakukan

    audit atas laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan

    akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok

    untuk orgnisasi tersebut. Dalam menentukan apakah laporan

    keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai denga standar

    yang berlaku secara umum, auditor mengumpulkan bukti untuk

    menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung

    kesalahan yang vital atau salah saji lainnya.

    Berdasarkan penjelasan diatas jenis-jenis audit terbagi atas

    3 yaitu audit operasional, audit ketaatan dan audit laporan

    keuangan. Audit operasional dilakukan oleh pihak eksternal untuk

    menilai efektivitas serta efisiensi perusahaan, audit ketaatan

  • 19

    adalah memastikan bahwa sebuah perusahaan sudah menjalankan

    sesuai dengan peraturan yang berlaku atau sesuai dengan Undang-

    Undang Dasar Republik Indonesia sedangkan audit laporan

    keuangan adalah audit yang dilakukan oleh pihak independen

    dengan menilai kewajaran suatu laporan keuangan yang

    dikeluarkan sebuah perusahaan dan mengeluarkan opini atas

    kewajaran dari laporan keuangan tersebut.

    c. Standar audit

    Proedur membahas tentang langkah-langkah yang harus

    dilaksanakan sedangkan standar membahas tentang kriteria atau

    ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang

    hendak dicapai dengan menggunakn prosedur yang bersangkutan.

    Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing

    mencakup mutu profesional auditor independen dan pertimbangan

    yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan

    audit.

    Menurut IAI PSA No.1 (SA seksi 150) Berikut merupakan

    standar aditing yang terbagi kedalam menjadi tiga kelompok yaitu:

    1. Standar Umum

    (a). Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang

    memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai

    auditor.

  • 20

    (b). Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

    independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh

    auditor.

    (c). Dalam pelaksanaan audit dalam penyusunan laporannya,

    auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

    dengan cermat dan seksama.

    2. Standar Pekerjaan Lapangan

    (a). Pekerjaan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan

    jika digunakan asisten harus di supervisi dengna

    semestinya.

    (b). Pemahaman yang memadai ada struktur pengendalian

    intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan

    menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan

    dilakukan.

    (c). Bukti audit kompoten yang cukup harus diperoleh melalui

    inspeksi, pengamatan, pengujian pertanyaan, dan

    konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan

    pendapat atat laporan keuangan yang telah diaudit.

    3. Standar Pelaporan

    (a.). Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan

    telah disusun sesuia dengan prinsip akuntansi yang berlaku

    umum.

  • 21

    (b). Laporan audit harus menunjukan keadaan yang

    didalamnya, prinsip akuntansi tidak secara konsisten

    diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode

    berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi

    yang dterapkan dalam periode sebelumnya.

    (c). Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus

    dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam

    laporan audit.

    (d). Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

    mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu

    asesrsi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan,

    maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang

    sama auditor dikaitkan dengan lapoan keuangan, laporan

    auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

    pekerjaan auditor.

    Standar pelaporan audit terdiri atas tiga bagian utama yaitu

    standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

    Standar umum terdiri dari memiliki kemampuan yang baik dan

    memadai, memiliki sikap independensi dan memiliki sikap yang

    professional dalam melaksanakan tugas. Standar pekerjaan

    lapangan yaitu memiliki sikap managerial (supervisi) terhadap

    anggota tim, internal control yang baik untuk penyusunan tugas

    selanjutnya, memilih bukti yang baik untuk mendukung

  • 22

    kelengkapan tugas. Standar pelaporan yaitu pengungkapan penuh

    terhadap apa yang sudah ditemukan dalam proses audit,

    menggunakan standar yang berlaku, konsisten dalam penggunaan

    standar-standar akuntansi serta menyatakan pendapat atas

    kewajaran laporan keuangan. Jadi dalam setiap penugasan seorang

    auditor harus menjalankan tiga standar utama agar dapat

    menghasilkan opini yang sesuai dengan kondisi laporan keuangan

    serta dapat menyampaikan hasilnya kepada para pengguna laporan

    keuangan untuk pengambilan keputusan.

    3. Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik

    Kantor Akuntan Publik di Indonesia memiliki bentuk

    hokum berupa usaha sendiri (Sole Practitioners) atau bentuk

    kerjasama antara dua atau lebh rekan akuntan (Partnership).

    Pembagian struktur organisasi Kantor Akuntan Publik

    secara umum biasanya pembagian menurut jenjang atau jabatan

    akuntan publik, pembagian dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.1

    Pembagian Jenjang atau Jabatan Menurut Kantor Akuntan Publik

    (Mulyadi, 2009)

  • 23

    Adapun penjelasan dari bagan tersebut, adalah sebagai berikut:

    a. Partner

    Partner menduduki jabatan tinggi dalam penugasan audit.

    Bertanggung jawab atas hubungan klien , bertanggung jawab

    secara menyeluruh mengenai auditing. Partner

    menandatangani laporan audit dan management letter, dan

    bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit kepada klien.

    b. Manajer Audit

    Manajer audit bertindak sebagai pengawas audit, bertugas

    untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program

    audit dan waktu audit, me-review kertas kerja, laporan audit

    dan management letter. Biasanya manajer melakukan

    pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior.

    Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien, melainkan di

    kantor auditor, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan

    yang dilaksanakan pada auditor senior.

    c. Auditor Senior

    Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung

    jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai

    dengan rencana; bertugas untuk mengarahkan dan me-review

    pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya hanya menetap

    di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya

  • 24

    auditor senior melakukan audit terhadap suatu objek pada saat

    tertentu.

    d. Auditor Junior

    Auditor melaksanakan prosedur audit rinci, membuat kertas

    kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah

    dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor

    yang baru saja menyelesaikan pendidikan formalnya di

    sekolah.

    Sama seperti perusahaan atau kantor kantor pada umumnya,

    Kantor Akuntan Publik memiliki struktur organisasi dalam

    menjalankan tugas dan fungsinya. Struktur organisasi ini ada

    untuk membantu dalam menjalankan tugasnya. Namun, setiap

    kantor akuntan memiliki pembagian struktur organisasi tersendiri

    tergantung kepada kebijakan perusahaan yang ditetapkan.

    a. Hirarki Kantor Akuntan Publik

    Suatu struktur atau hirarki organisasi yang ada dalam

    kantor akuntan publik biasanya meliputi partner, manajer,

    supervisor dan auditor pemula. Hirarki organisasi yang di dalam

    kantor akuntan publik tidak harus sama seperti halnya yang

    disebutkan tapi dapat tergantung pada organisasi kantor akuntan

    publik itu sendiri

  • 25

    Tabel 2.1

    Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik

    Level Staf Rata-rata

    Pengalaman

    Tanggung Jawab

    Auditor

    Pemula

    0-2 Tahun Melaksanakan sebagian besar

    detail-detail audit.

    Senior atau

    auditor yang

    memimpin

    audit

    2-5 Tahun Mengkoordinasi dan

    bertanggung jawab atas audit di

    lapangan, termasuk mengawasi

    dan mereview pekerjaan auditor

    pemula.

    Manager atau

    supervisor

    5-10 Tahun Membantu auditor yang

    memimpin audit dalam

    merencanakan dan mengelola

    audit, mereview pekerjaan

    auditor penanggung jawa, serta

    menjaga hubungan dengan

    klien. Manager dapat

    bertanggung jawab lebih dari

    satu pekerjaan pada saat yang

    bersamaan.

    Rekan atau

    Partner

    Lebih dari 10

    Tahun

    Meriview secara keseluruhan

    pkerjaan audit dan terlibat

    dalam pembuatan keputusan

    audit yang penting. Rekan

    adalah pemilik perusahaan, dan

    ia memiliki tanggung jawab

    mutlak untuk melaksanakan

    audit dan melayani kliennya.

    Sumber: Arens (2003) Auditing.

    Tabel diatas ,mengikhtisarkan pengalaman dan tanggung

    jawab pada masing-masing tingkatan klasifikasi di dalam

    kantor akuntan publik. Sebagaimana dinyatakan dalam tabel,

    promosi jabatan di lingkugan kantor akuntan publik bergulir

  • 26

    cukup cepat, dengan mengikuti sertakan pula tugas-tugas dan

    tanggung jawab. Selain itu anggota staf audit umumnya

    memperoleh beragam pengalaman dari berbagai macam

    perjanjian penugasan dengan klien. Dengan adanya kemauan

    teknologi komputer dan audit, para auditor pemula dalam

    bidang audit dengan cepat memperoleh tanggung jawab dan

    tantangan yang lebih besar.

    Kantor Akuntan Publik (KAP) memiliki karakteristik dan

    lingkup penyediaan jasa yang amat beragam, yang pada

    gilirannya mempengaruhi struktur dan organisasi dari

    perusahaan-perusahaan tersebut. Tiga faktor utama yang

    memprngaruhi struktur organisasi dari perusahaan-perusahaan

    tersebut adalah:

    1. Kebutuhan untuk memiliki independensi atas klien

    Independensi membuat auditor tetap objektif/tidak

    memihak dalam menarik kesimpulan mengenai laporan

    keuangan klien.

    2. Pentingnya struktur untuk mendorong kompetensi

    Kompetensi mengizinkan para auditor untuk melaksanakan

    audit dan melakukan jasa-jasa lainnya secara efeisien dan

    efektif.

  • 27

    3. Meningkatkan resiko pengadilan yang dihadapi oleh auditor

    Dalam dekade terakhir, perusahaan-perusahaan memiliki

    sejumlah pengalaman dalam peningkatan biaya-biaya yang

    terkait dengan pengadilan. Beberapa struktur organisasi

    mampu memberikan suatu tingkat proteksi pada individu

    anggota perusahaan.

    Kerakteristik hirarki dalam Kantor Akuntan Publik (KAP)

    membantu meningkatkan kompetensi. Para individu pada setiap

    tingkatan audit mengawasi dan meriview pekerjaan rekannya

    yang berada pada tingkatan struktur organisasi di bawah

    mereka. Sebagai contoh seorang auditor pemula yang baru

    bekerja di awasi langsung oleh senior atau auditor yang

    memimpin tugas pengauditan. Hasil pekerjaan dari auditor

    pemula ini kemudian diriview oleh auditor yang memimpin

    audit, berikutnya diriview oleh manager dan rekanan.

    Pendekatan struktur audit juga berhubungan dengan total

    waktu pelaksanaan audit yang lebih lama, dimana penggunaan

    lebih banyak sumber daya dan input. Namun ketika ada

    kejadian yang tidak terantisipasi, maka perusahaan yang

    menggunakan pendekatan struktur organisasi dalam hal ini

    adalah struktur audit lebih mampu beradaptasi secara cepat

    sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian

  • 28

    menjadi lebih singkat (Bamber dan Snowball dalam Rheny,

    2013).

    Menurut penjelasan diatas hirarki dari Kantor Akuntan

    Publik (KAP) terdiri dari parthner, manager, senior auditor dan

    junior auditor. Hirarki ini dapat meningkatkan kompetensi dari

    setiap level auditor karena dapat mengawasi kinerja anggota di

    bawahnya serta dapat mengurangi biaya karena terdapat

    pembagian tugas yang jelas serta waktu yang lebih efektif dan

    efisien.

    4. Psikologi

    Pengertian psikologi menurut Laura A. King (2010) dalam

    bukunya yang berjudul Psikologi Umum (sebuah pandangan

    apresiatif) Psikologi (psychology) secara formal didefinisikan

    sebagai kajian ilmiah mengenai perilaku dan proses-proses

    mental. Terdapat tiga istilah penting dalam definisi ini ilmu

    pengetahuan, perilaku, dan proses-proses mental.

    Sebagai sebuah ilmu pengetahuan (science), psikologi

    menggunakan metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk

    mengamati perilaku manusia dan menarik kesimpulan. Tujuan

    ilmu pengetahuan psikologi adalah menggambarkan,

    meramalkan dan menjelaskan perilaku.

    Perilaku (behavior) adalah segala sesuatu yang kita

    lakukan yang dapat secara langsung. Proses mental (mental

  • 29

    process) adalah berbagai pikiran dan motivasi yang dialami oleh

    kita secara pribadi.

    Manusia sebagai individu merupakan kesatuan yang

    integral dan tidak dapat dipisahkan antara aspek-aspek fisiologi,

    psikologis dan sosial seperti digambarkan dalam tabel 2.2.

    Tabel 2.2

    Aspek Manusia Sebagai Individu

    Aspek

    Fisiologi

    Manusia sebagai organisme

    dengan segala masalah

    biologis serta fungsinya

    seperti fungsi penginderaan,

    fungsi kelenjar, fungsi

    susunan syaraf pusat, fungsi

    peredaran darah, dsb

    Aspek

    Psikologi

    Manusia dengan segala

    fungsi kemampuan psikis

    seperti pengamatan,

    perasaan, pikiran, dsb

    Aspek Sosial Manusia dengan

    pengahayatan pada kedua hal

    diatas dalam interaksinya

    dengan lingkungan atau

    dunia luar, baik secara pasif

    maupun aktif.

    Sumber: Badjuri (2008).

    Dalam setiap tingkah laku, aspek-aspek tersebut

    memainkan peranannya sendiri-sendiri, namun dalam keadaan

    tertentu salah satu aspek mungkin lebih menonjol dari aspek

    lainnya. Untuk memahami makna tingkah laku, semua aspek

    tersebut perlu diperhitungkan peranannya.

    Peranan faktor psikologi dalam praktek audit bagi seseorang

    auditor adalah:

  • 30

    a. Penguasaan personal yakni keterampilan untuk

    mengklarifikasi dan memahami visi orang dan mempunyai

    kesabaran dalam mencapai tujuan.

    b. Keterampilan membuat asumsi, generalisasi, gambaran atau

    kesan secara mendalam dalam memahami kehidupan dan

    menentukan sikap yang harus diambil.

    c. Keteramilan dalam menciptakan visi bersama sehingga segala

    usaha menuju tujuan tersebut tercapai.

    d. Seorang auditor dapat menciptakan suasana nyaman dan

    aman sehingga secara psikologis, auditee tidak merasa

    terancam dalam memberikan segala sesuatu atau informasi

    yang akan ditumbuhkan dalam pelaksanaan proses audit.

    Secara normal aspek psikologsi bekerja berdasarkan

    aspek fisiologis yang sehat dan disesuaikan dengan keadaan

    lingkungan sosial, fasilitas sekitarnya, serta nilai-nilai kehidupan

    yang ada. Kesatuan dari ketiga aspek tersebut dalam

    perkembangannya pada setiap orang berbeda. Karenanya sering

    disebut bahwa manusia adalah makhluk yang unik.

    Berdasarkan penjelasan diatas menyatakan bahwa

    seorang auditor harus memiliki psikologis yang baik dalam

    menjalankan tugasnya. Apabila psikologis auditor tersebut tidak

    baik maka akan berdampak kepada tugas yang ia jalankan,

    contohnya adalah apabila ia sedang berhadapan dengan auditee

  • 31

    maka auditee tersebut tidak merasakan nyaman dan tertekan

    sehingga akan mempengaruhi hasil dari bukti audit tersebut.

    Dampak lainnya juga tidak maksimalnya penyelesaian tugas dari

    seorang auditor.

    1). Pendekatan dalam psikologi sosial

    Menurut Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O.

    Sears (2009) dalam bukunya yang berjudul psikologi sosial

    terdapat beberapa teori diantaranya:

    (a). Teori motivasi

    Teori ini berfokus kepada kebutuhan atau motif individu.

    Pengalaman sehari-hari maupun riset psikologi sosial

    telah memberikan banyak contoh cara bagaimana

    kebutuhan kita bisa memengaruhi persepsi kita.

    (b). Pendekatan Teori Belajar

    Ide utama dalam teori belajar adalah bahwa perilaku

    seseorang sekarang adalah hasil dari pengalaman

    sebelumnya.

    (c). Teori Kognitif

    Pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku

    seseorang akan tergantung pada cara dia memahami

    situasi sosial

  • 32

    (d). Teori Pengambilan Keputusan

    Decision-making theories (teori pengambilan keputusan)

    mengasumsikan bahwa individu mengevaluasi untung

    rugi atau biaya dan manfaat dari berbagai macam

    tindakan dan akan memilih alternatif terbaik berdasarkan

    pertimbangan yang logis dan rasional.

    (e). Teori Interdependensi

    Teori kesalingketergantungan (independensi) lebih fokus

    pada analisis perilaku dari dua individu atau lebih yang

    berinteraksi satu sama lain. Ketika orang-orang

    berinteraksi, mereka akan saling memengaruhi. Dalam

    term teknis interdependence (interdependensi) berarti

    hasil yang diterima oleh seseorang akan bergantung

    setidaknya pada perilaku orang lain, dan sebaliknya.

    (f). Teori Sosiokultural

    Culture (kultur) keyakinan, nilai-nilai, tradisi, dan pola

    perilaku yang dialami bersama satu kelompok tertentu.

    Sosial norms (norma sosial) aturan atau ekspektasi

    tentang bagaimana anggota kelompok seharusnya

    berperilaku adalah salah satu unsur penyangga

    kebudayaan dan kultur.

    Berdasakan berbagai teori yang telah dijelaskan diatas

    diantaranya, teori motivasi, teori belajar, teori kognitif, teori

  • 33

    pengambilan keputusan, teori interdependensi dan teori

    sosialkultural menjelaskan bagaimana interaksi antar

    individu dalam kelompok. Teori-teori diatas menjelaskan

    perilaku yang dikerjakan oleh individu baik dalam dalam

    diri, proses, berinteraksi, pengambilan keputusan dan

    budaya-budaya yang terdapat di dalam kelompok.

    a. Pendekatan dalam psikologi komunikasi

    Menurut George A. Miller, psikologi komunikasi adalah

    ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan

    mengendalikan peristiwa mental dan perilaku komunikasi

    individu. Peristiwa mental adalah proses yang mengantarai

    stimuli dan respons (internal mediation of stimuli) yang

    berlangsung sebagai akibat belangsungnya komunikasi.

    Namun, Prof. Nina W. Syam, pada Buku Psikologi

    Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, memaparkan bahawa dalam

    psikologi komunikasi yang terpenting adalah gejala kejiwaan

    yang ada pada aliran psikologi, yang sangat bermanfaat untuk

    menganalisis proses komunikasi interpersonal, ketika orang

    sedang melakukan proses interpretasi dari suatu stimulus, mulai

    dari sensasi, asosiasi, persepsi, memori, sampai dengan berfikir,

    baik untuk pekerjaan mengirim maupun menerima pesan.

    Menurut Fisher dalam Jalaludin Rahmat Psikologi

    Komunikasi dan Nina W. Syam Psikologi Sebagai Akar ilmu

  • 34

    Komunikasi pendekatan psikologi komunikasi memiliki empat

    ciri-ciri, yang pertama, adalah Penerimaan Stimuli Secara

    Inderawi (Sensory Reception of Stimuly).Kedua, Proses yang

    Mengantarai Stimuli dan Respons (Internal Mediation

    Of Stimuli). Ketiga, Prediksi Respons (Prediction of

    Response). Keempat,Peneguhan Respons (Reinforcement of

    Response).

    Dari empat ciri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Penerimaan Stimuli Secara Inderawi (Sensory Reception of

    Stimuly).

    Pada proses ini komunikasi diawali atau bermula ketika

    panca indra kita diterpa oleh stimuli, panca indra tersebut

    yakni mata, hidung, telinga, kulit, dan mulut. Stimuli bisa

    berbentuk orang, pesan, suara, warna, dan sebagainya;

    pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita.

    b. Proses yang Mengantar Stimuli dan Respons (Internal

    Mediation Of Stimuli).

    Pada ciri pendekatan ini, stimuli yang ditangkap oleh

    alat indera, kemudian diolah dalam otak. Kita hanya

    mengambil kesimpulan tentang proses yang terjadi pada

    otak dari respons yang tampak. Melalui tanda-tanda yang

    diketahui, seperti tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-

    loncat, yang memiliki arti sedang gembira.

  • 35

    c. Prediksi Respons (Prediction of Response).

    Pada pendekatan ciri ini, Respons yang terjadi pada masa

    lalu dapat dapat dilihat serta dapat diramal responya untuk

    masalah mendatang. Kuncinya, harus mengetahui sejarah

    respons terdahulu, sebelum meramalkan respons individu saat

    ini.

    d. Peneguhan Response (Reinforcement of Response)

    Pada pendekatan ciri ini timbul perhatian pada gudang

    memori (memori storage) dan set (penghubung masa lalu dan

    masa sekarang). Salah satu unsur sejarah respons ialah

    peneguhan. Peneguhan adalah respons lingkungan (atau

    orang lain pada respons organisme yang asli). Berger dan

    Lambert menyebutnya feedback (umpan balik), tetapi Fisher

    tetap menyebutnya Peneguhan.

    Ciri-ciri pendekatan psikologi komunikasi, terlihat

    bagaimana psikologi komunikasi memakai perspektif

    keilmuan lain dan sekaligus pula menggambarkan

    menggambarkan kemandirian psikologi komunikasi sendiri

    sebagai sebuah disiplin keilmuan. Dari gambaran itu dapat

    dikemukakan bagaimana tujuan umum psikologi

    komunikasi.

  • 36

    Tujuan Psikologi Komunikasi Secara Umum

    1) Psikologi meneliti kesadaran dan pengalaman manusia.

    Hal tersebut diarahkan pada pusat perhatian perilaku

    manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran

    yang menyebabkan terjadinya perilaku manusia itu.

    Psikologi pada perilaku individu komunikan. Ketika akan

    melakukan komunikasi, tak bisa dipungkiri

    membutuhkan pihak lain sebagai pendengar atau

    komunikan untuk merespon pesan yang disampaikan.

    2) Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon

    yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon

    yang terjadi pada masa yang akan datang. George A.

    Miller membuat definisi psikologi yang mencakup

    semuanya: Psychology is the science that attempts to

    describe, predict, and control mental and behavioral

    event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah

    imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan

    mengendalikan persistiwa mental dan behavioral dalam

    komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation

    of stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi.

    Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang

    terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang

    lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita

  • 37

    pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah

    juga pendekatan psikologi komunikasi.

    3) Konsep ini menunjukkan bahwa psikologi komunikasi

    sangat berperan dalam perubahan perilaku manusia,

    terutama saat manusia berkomunikasi dengan manusia

    lain, baik yang sifatnya interpersonal, kelompok, maupun

    massa. Ketika seseorang memahami dan mengerti

    psikologi komunikasi, saat komunikasi berlangsung

    antara komunikator dan komunikan, orang mampu

    melihat dan menganalisis gerak dan tingkah kedua

    komponen tersebut, yang berbicara dan yang mendengar.

    Dengan menganalisis pandangan ini, maka peran ilmu

    psikologi komunikasi dalam perkembangan masyarakat

    dan pengetahuan cukup besar.

    5. Locus Of Control

    Locus of Control didefinisikan sebagai persepsi seseorang

    tentang sumber nasibnya (Robbins:2003 dalam Alvaro:2008).

    Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu

    peristiwa apakah dia merasa dapat atau tidak dapat

    mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya. Konsep Locus of

    Control memiliki latar belakang teoritis dalam teori pembelajaran

    sosial.

  • 38

    Larsen & Buss (2002; 371) dalam Carti (2013) adalah sebuah

    konsep adalah sebuah konsep yang menggambarkan persepsi

    seseorang mangenai tanggung jawabnya atas peristiwa yang

    terjadi dalam hidupnya. Sedangkan menurut petri (1981;361)

    dalam Carti (2013) menyatakan bahwa “locus of control”

    mengandung arti sebagai ekspektasi umum mengenai

    kemampuan seseorang untuk mengontrol reinforcemen yang

    diterima.

    Konsep locus of control terutama didasarkan pada teori

    pembelajaran sosial (social learning theory) adalah persepsi

    seseorang tentang kenapa sesuatu terjadi atau kekuatan apa yang

    mendorong aksinya (Kustini, 2008 dalam Siti dan Edy, 2009)

    Sementara menurut Lefcourt dalam Smet dalam Carti, 2013

    locus of control mengacu pada derajat dimana individu

    memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sebagai

    konsekuensi perbuatan-perbuatannya, dengan demikian dapat

    dikontrol (control internal) atau sebagai sesuatu yang tidak

    berhubungan dengan perilaku sehingga diluar control pribadinya

    (control eksternal)

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

    dalam locus of control memiliki arti pandangan atau persepsi

    seseorang serta di dalam locus of control itu adanya kemampuan

    untuk mengontrol atau mengendalikan serta bertanggung jawa

  • 39

    atas perbuatan atau peristiwa yang dilakukan dan dialami dalam

    hidup seseorang tersebut. Locus od control juga dapat di artikan

    pandangan seseorang dalam menentukan nasibnya sendiri.

    a. Aspek-Aspek Locus Of Control

    Konsep locus of control yang dikembangkan oleh Rotter

    memiliki empat konsep dasar, yaitu:

    1). Potensi Perilaku (Behavior Potensial)

    Potensi perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa

    perilaku tertentu akan terjadi dalam situasi tertentu.

    Kemungkinan itu ditentukan dengan referensi pada

    penguatan yang bisa mengikuti perilaku tersebut.

    2). Pengharapan (Expectarancy)

    Pengharapan merupakan kepercayaan individu bahwa dia

    berperilaku secara khusus pada situasi yang diberikan akan

    diikuti oleh penguatan yang telah diprediksikan.

    Kepercayaan ini berdasarkan pada probability

    kemungkinan penguatan yang terjadi.

    3). Nilai Penguatan (reinforcement value)

    Mengenai penjelasan mengenai tingkat pilihan untuk satu

    penguatan (reinforcement) sebagai pengganti yang lain.

    Setiap orang menemukan penguat yang berbeda nilainya

    pada aktivitas yang berbeda-beda. Pemilihan penguatan ini

    berasal dari pengalaman yang menghubungkan penguatan

  • 40

    masa lalu dengan yang terjadi saat ini. Berdasarkan

    hubungan ini, berkembang pengharapan untuk masa depan.

    Karena itulah terjadi hubungan antara konsep pengharapan

    (expectancy) dengan nilai penguatan (reinforcement value).

    4). Situasi Psikologi (psychology situation)

    Merupakan hal yang penting dalam menentukan perilaku.

    Rotter dalam ilmiah (2011) percaya bahwa terus menerus

    seseorang akan memberikan reaksi pada lingkungan

    internal maupun lingkungan eksternalnya. Seseorang tidak

    hanya merespon stimulus eksternal saja tetapi juga kedua

    lingkungan. Perkembangan ini yang disebut situasi

    psikologi dimana situasi dipertimbangkan secara psikologi

    karena seseorang mereaksi hubungan berdasarkan pola-pola

    persepsi terhadap stimulus eksternal.

    b. Jenis Locus Of Control

    Menurut Friedman & Schustack dalam Carti, 2013 “locus of

    control terbagi menjadi dua, yakni locus of control internal

    dan locus of control eksternal”. Disisi lain, leverson dalam

    Azwar (dalam Carti, 2013) “membagi locus of control yang

    merupakan bagian dari teori atribusi ke dalam tiga faktor,

    yaitu faktor internal (I), faktor Powerfull others (P), faktor

    Chance (C)”. Berikut penjelasannya:

  • 41

    1. Faktor internal (I) merupakan keyakinan seseorang

    bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan

    terutama oleh kemampuan dirinya sendiri.

    2. Faktor powerfull others (P) merupakan keyakinan

    seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya

    ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa.

    3. Faktor chance (C) merupakan keyakinan seseorang

    bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan

    terutama oleh nasib, peluang dan keberuntungan.

    1. Locus of Control Internal

    Locus of control yaitu persepsi atau pandangan individu

    bahwa segala macam kejadian yang menimpa hidupnya

    ditentukan oleh usaha dan kemampuannya sendiri. Itu

    artinya bagi orang yang memiliki locus of control internal

    memandang dunia sebagai suatu hal yang dapat di ramalkan

    dan perilaku individu turut serta di dalamnya. Crider dalam

    Carti menjelaskan ada beberapa ciri individu yang

    cenderung memiliki locus of control internal, yakni sebagai

    berikut:

    a. Suka bekerja keras.

    b. Memiliki inisiatif yang tinggi.

    c. Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.

    d. Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin.

  • 42

    e. Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus

    dilakukan jika ingin berhasil.

    Melihat beberapa ciri diatas, dapat diketahui bahwa

    individu yang memiliki kecenderung locus of control

    internal lebih mengutamakan usahanya sendiri dalam

    menghadapi sesuatu. Mereka memandang tinggi

    kemampuan mereka sendiri. Selain itu, orang dengan locus

    of control internal yang tinggi cenderung akan bekerja keras

    dan memiliki pandangan bahwa usaha yang dilakukannya

    akan berhasil. Sementara itu, jika ciri-ciri individu dengan

    locus of control internal dikaitkan dengan konsep motivasi,

    akan terlihat jelas bahwa individu dengan locus of control

    internal yang tinggia cenderung memilki motivasi yang

    tinggi pula.

    2. Locus Of Control Eksternal

    Locus of control eksternal yaitu persepsi atau

    pandangan bahwa segala macam kejadian yang menimpa

    hidupnya ditentukan oleh faktor dari luar, diantaranya

    faktor kesempatan, keberuntungan, nasib dan adanya orang

    lain yang berkuasa. Itu artinya orang yang locus of

    controlnya akan memandang dunia sebagai hal yang tidak

    dapat diramalkan. Demikian juga dalam mencapai tujuan

    sehingga perilaku individu tidak akan memiliki peran

  • 43

    didalamnya. Lebih lanjut Crider (dalam Kustini)

    menjelaskan ada beberapa ciri individu yang memiliki

    kecenderungan locus of control eksternal, yakni sebagai

    berikut:

    a. Kurang memiliki inisiatif.

    b. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara

    usaha dan kesuksesan.

    c. Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa

    faktor luarlah yang mengontrol.

    d. Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah

    Melihat beberapa ciri individu yang cenderung

    memiliki locus of control eksternal memiliki semangat

    hidup yang rendah. Karena mereka menganggap bahwa

    semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya disebabkan

    oleh faktor nasib, keberuntungan, kesempatan atau bahkan

    karena pengaruh orang lain. Disamping itu, mereka juga

    cenderung memiliki inisiatif yang rendah dan kurang

    berusaha untuk memandang kemampuannya sendiri. Jika

    individu memiliki locus of control eksternal yang tinggi,

    mereka akan menganggap bahwa apa yang terjadi dalam

    hidupnya karena adanya faktor dari luar dirinya, seperti

    keberuntungan, nasib atau disebabkan oleh tindakan orang

    lain. Inilah yang dikhawatirkan jika mereka tetap

  • 44

    menganggap bahwa segala hal yang terjadi dalam

    hidupnya karena adanya faktor dari luar, mereka juga akan

    mengalami putus asa. Karena mereka menganggap bahwa

    diri mereka tidak memiliki kontrol atas lingkungannya.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dirangkum indikator

    penelitian mengenai locus of control yang akan diungkap

    dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

    1. Percaya pada kemampuan diri

    Artinya bagaimana individu dalam memandang

    kemampuannya sendiri. Jika individu memiliki

    pandangan yang tinggi atas kemampuannya, individu

    cenderung memiliki locus of control internal. Namun

    sebaliknya jika individu memiliki pandangan yang

    rendah atas kemampuan dirinya, cenderung akan

    memandang bahwa fakor luar lah yang memiliki kuasa

    atas dirinya dan itu artinya mereka cenderung memiliki

    locus of control eksternal.

    2. Percaya pada usaha

    Artinya individu suka bekerja keras dalam

    menghadapi sesuatu dan mempunyai persepsi bahwa

    usaha yang dilakukannya akan berhasil. Mereka juga

    tidak mudah menyerah pada suatu keadaan jika mereka

  • 45

    menemui kesulitan. Bahkan mereka malah selalu

    berusaha menemukan jalan keluar atas permasalahannya.

    3. Keyakinan pada kekuatan orang lain

    Artinya individu menganggap bahwa orang lain

    memiliki peran besar dalam hidupnya, dibandingkan

    dengan dirinya tidak memiliki kekuatan apa-apa. Hal ini

    bisa menjadi faktor penting yang menyebabkan

    seseorang memiliki locus of control eksternal yang

    tinggi. Orang yang memiliki keyakinan pada kekuatan

    orang lain cenderung akan memandang rendah

    kemampuan dirinya dan bekerja keras tidak akan

    memberikan hasil yang berarti. Mereka merasa tidak

    akan bisa melakukan segala sesuatunya tanpa ada orang

    lain yang memiliki kekuasaan atas dirinya. Orang yang

    memiliki keyakinan pada kekuatan orang lain juga tidak

    akan bisa menjadi mandiri dan cenderung bergantung

    pada orang lain.

    4. Percaya pada nasib

    Artinya individu berkeyakinan bahwa segala hal

    yang terjadi dalam hidupnya ditentukan oleh adanya

    nasib, baik itu nasib baik atau pun nasib buruk. Nasib,

    keberuntungan dan kesempatan adalah suatu hal yang

    diyakini seseorang bahwa ketiganya akan selalu

  • 46

    menyertainya setiap kali mereka melakukan apapun.

    Namun sesungguhnya keberuntungan maupun

    kesempatan sudah termasuk dalam nasib, khususnya

    nasib baik. Oleh karena itu, seseorang cenderung

    memaknai sesuatu sebagai nasib baik jika mereka

    mendapatkan keberuntungan atau kesempatan. Dengan

    demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor dari luar yang

    menyebabkan seseorang memiliki locus of control

    eksternal lainnya adalah faktor nasib.

    6. Komunikasi dalam Tim Audit

    Menurut Ivancevich dan Matteson (1987) dalam Nugraheni

    (2005) dalam Widyawati dan Deasy (2013), komunikasi dalam

    suatu kelompok adalah pengiriman informasi oleh salah seorang

    anggota kelompok kepada anggota yang lain dengan

    menggunakan simbol-simbol tertentu. Profesi akuntan publik

    tidak terlepas dari proses komunikasi karena akuntan publik

    selalu dituntut untuk melakukan komunikasi yang baik dengan

    klien maupun dengan karyawan professional dan klerikal dalam

    perusahaan. Putusnya komunikasi antar akuntan dapat memberi

    pengaruh kurang baik terhadap kinerja akuntan, selain itu dapat

    menimbulkan konsekuensi yang membahayakan perusahaan dan

    juga menghambat kemampuan akuntan untuk menyelesaikan

    pekerjaannya dengan baik, seperti yang dikemukakan oleh

  • 47

    Hammer dan Galvin (1983) dalam Rachma (2000). Di dalam

    proses komunikasi, ada beberapa elemen kunci yang harus

    diperhatikan agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, yaitu:

    berfikir (thinking), pencatatan (encoding), menyalurkan

    (transmitting), merasakan (perceiving), menguraikan (deciding).

    pemahaman (understanding). Komunikasi menurut Scott dan

    Mitchell (1976) dalam Ibrahim (2001), menjalankan empat fungsi

    utama di dalam suatu kelompok atau organisasi, yaitu:

    1. Kendali (kontrol atau pengawasan).

    Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku

    anggota dalam beberapa cara. Misalnya, bila para karyawan

    diminta untuk terlebih dahulu mengkomunikasikan setiap

    keluhan yang berkaitan dengan pekerjaan kepada atasan

    langsungnya, sesuai dengan uraian tugasnya, atau sesuai

    dengan kebijaksanaan perusahaan, maka komunikasi itu

    suatu fungsi kontrol.

    2. Motivasi.

    Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan

    menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus

    dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan baik dan apa

    yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu

    dibawah standar.

  • 48

    3. Pengungkapan Emosional.

    Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan

    mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota

    menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka. Oleh

    karena itu, komunikasi menyiarkan ungkapan emosional

    dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.

    4. Informasi.

    Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan

    individu dan kelompok untuk keputusan dengan

    meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihanpilihan

    alternatif. Komunikasi yang terjalin diantara anggota tim

    audit menjadi aktivitas yang sangat fundamental untuk

    mencapai hasil akhir, yaitu opini audit. Kesuksesan kerja

    tim audit dipengaruhi oleh komunikasi penyampaian

    informasi dalam tim audit. Komunikasi yang dimaksudkan

    dalam penelitian ini adalah komunikasi yang digunakan

    oleh Rudolph dan Welker dalam Muhammad (2005) yang

    terdiri dari empat dimensi, yaitu: kecukupan informasi,

    boundary spanning, kepuasan terhadap pengawasan,

    keakuratan informasi.

    1. Kelebihan Informasi

    Kelebihan (overload) informasi adalah sebuah keadaan

    dimana informasi diterima dalam jumlah yang

  • 49

    terlampau besar sehingga muatan-muatan informasi

    tersebuat menyebabkan atau memicu timbulnya reaksi-

    reaksi negatif pada diri receiver. Parameter besar, kecil

    atau terlampau besarnya informasi yang diterima tidak

    diukur secara absolut dengan satuan tertentu. Terlampau

    besarnya informasi yang diterima diukur dengan

    tergangunya sebuah proses komunikasi dalam sebuah

    entitas.

    2. Boundary Spanning

    Boundary spanning adalah tingkatan dimana para

    anggota tim melakukan komunikasi dengan pihak luar

    tim, seperti ahli statistik dengan tujuan untuk

    mendapatkan informasi berkaitan dengan proses audit.

    Rudolp dan Welker dalam Muhammad (2005)

    mendefinisikan boundary spanning sebagai serangkaian

    aktivitas para anggota kelompok yang saling

    berinteraksi menyampaikan atau menerima informasi

    untuk tujuan pengambilan keputusan . aktivitas ini

    terjadi ketika auditor melakukan akses dengan orang

    lain, yang dimaksudkan dalam hal ini bisa rekan

    sekantor maupun orang-orang dari luar kantor tempat ia

    bekerja, yang sekiranya dapat diandalkan untuk

  • 50

    memberikan masukan informasi yang berkaitan dengan

    penugasan.

    3. Kepuasan atas Penugasan

    Indikator yang mempengaruhi tingkat komunikasi

    dalam tim audit adalah kualitas dan kuantitas yang

    diterima para auditor dari supervisornya. Pengawasan

    memerlukan sebuah proses pengarahan tentang

    aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh para auditor.

    Pengawasan meliputi proses komunikasi antara atasan

    (supervisor) dengan bawahan (auditor) yang terdiri dari

    intruksi tugas, penjelasan tujuan kegiatan nasehat yang

    berguana, dan proses penilaian yang membangun dari

    kondisi awal perencanaan sampai dengan pasca

    pembuatan keputusan.

    4. Keakuratan dalam Informasi

    Keakuratan informasi, mencerminkan keberadaan

    kualitas informasi yang dipertukarkan dalam tim audit.

    Potensi buruk yang mungkin diperoleh dari struktur

    adalah mengarahkan tim untuk patuh terhadap aturan

    yang dapat mempengaruhi kualitas informasi yang

    dipertukarkan oleh para pembuat keputusan. Tingginya

    tingkat formalitas dalam proses audit dapat mendorong

    para anggota untuk selalu mengikuti aturan karena

  • 51

    aturan-aturan tersebut merupakan dasar pembuatan

    evaluasi. Aturan bisa menjadi lebih penting untuk para

    anggota tim dari pada tujuan-tujuan yang dengan alasan

    tersebut aturan-aturan tersebut disusun.

    Berdasarkan penjelasan diatas yang dimaksudkan dengan

    penelitian ini erat kaitannya dengan tugas audit. Jadi variabel ini

    mengacu pada informasi yang mendukung data yang disajikan

    dalam laporan keuangan. Informasi bisa terdiri atas data

    akuntansi dan informasi pendukung lainnya yang sekiranya

    bermanfaat sebagai dasar bagi auditor untuk menyatakan

    pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan klien.

    B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

    1. Struktur Organisasi Terhadap Komunikasi dalam Tim Audit

    Menurut Rifqi menunjukan struktur organisasi berpengaruh

    secara signifikan terhadap komunikasi dalam tim audit dan menurut

    Bamber dan Bylinski (1982) dalam Rifqi (2005) berpendapat bahwa

    secara umum tim audit mempunyai bentuk struktur mekanis. Dalam

    penelitian ini, bentuk struktur mekanis merupakan salah satu

    pertimbangan yang digunakan karena bentuk struktur ini

    mempengaruhi proses komunikasi (Klaus dan Bass, 1982) maka dapat

    di simpulkan bahwa struktur organisasi berpengaruh secara signifikan

    terhadap komunikasi dalam tim audit.

  • 52

    Struktur audit membantu auditor dalam melakukan audit lebih

    terarah, sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor. Staf audit yang

    tidak mengetahui 5 struktur audit akan mengalami kesulitan dalam

    audit. Hal ini mempengaruhi koordinasi sehingga dapat mengganggu

    kinerja auditor. Hasil penelitian Fanani (2008) dan Eriani (2010)

    menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik yang menggunakan

    struktur audit meningkatkan kinerja auditor. Struktur audit dapat

    membantu setiap langkah kerja yang akan dilakukan oleh auditor serta

    memudahkan setiap langkah kerja auditor.

    Sedangkan menurut Bamber dan Snowball (1998) dalam Rheny

    (2013) setiap staf audit harus memiliki pengetahuan tentang struktur

    audit yang baku karena tanpa pengetahuan tersebut staf audit

    cenderung mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Hal ini

    berkaitan dengan koordinasi arus kerja, wewenan