Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH UKURAN BESAR BUTIR TEMBAGA (CU) TERHADAP
NILAI KEKERASAN, KEAUSAN, DAN KOEFISIEN GESEK KAMPAS
REM
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Disusun oleh :
KHOIRUL
D 200 130 020
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
PENGARUH UKURAN BESAR BUTIR TEMBAGA (CU) TERHADAP
NILAI KEKERASAN, KEAUSAN, DAN KOEFISIEN GESEK KAMPAS
REM
Abstrak
Pada penelitian ini peneliti ingin memahami dan membuat sampel kampas rem
sepeda motor dengan menggunakan bahan komposit yang ramah lingkungan
dengan beberapa variasi komposisi bahan untuk mengetahui tingkat kekerasan ,
keausan dan koefisien gesek kampas rem tersebut.Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yaitu fiberglass, serbuk tembaga variasi mesh 50, 60 , 70 dan
100, karbon kulit bambu, kalsium karbonat, barium sulfat dan resin polyester
dengan katalis sebagai pengikat/matriks.
Kemudian diuji gesek dengan beban 15 kg selama 3 jam dengan uji kering,
penyemprotan air dan penyemprotan oli lalu dihitung keausan dan koefisien
geseknya, dan diuji kekerasan dengan menggunakan alat Durometer dengan standar
ASTM D2240.
Dari hasil penelitian keausan rata-rata pada pengujian pengaruh kering,air dan
oli bahwa kampas rem tembaga mesh 100 lebih rendah dibandingkan dengan
kampas rem variasi yang lain yaitu sebesar 49,7576 mm3/jam ,60,1238 mm3/jam
dan 60,0783 mm3/jam pada uji gesek selama 3 jam. Koefisien gesek pada pengujian
pengaruh kering kampas rem variasi tembaga mesh 100 paling tinggi,pada uji gesek
selama 3 jam yaitu sebesar 0,8857, pada pengujian gesek pengaruh air kampas rem
variasi tembaga mesh 60 memiliki koefisien gesek paling tinggi sebesar 0,8297,
pada pengujian pengaruh oli kampas rem variasi tembaga mesh 70 memiliki
koefisien gesek paling tinggi sebesar 0,8663 . Nilai kekerasan kampas rem variasi
tembaga mesh 100 lebih baik dibandingkan dengan kampas rem lainnya sebesar
87,83 ShoreD, pada pengujian foto mikro sesudah pengujian gesek kampas rem
variasi tembaga mesh 70 mengalami kegagalan bonding adhesive sedangkan
kampas rem variasi tembaga mesh 100, 60, 50 mengalami kegagalan bonding
kohesive.
Kata kunci : serbuk tembaga,polyester, uji gesek, kekerasan, foto mikro
Abstract
In this research, the researcher want to understand and make sample of
motorcycle brake lining by using environmentally friendly composite material with
some variation of material composition to know the level of hardness, wear and
coefficient of friction of the brake pad. The material used in this research is
fiberglass, copper powder variation of mesh 50, 60, 70 and 100, bamboo skin
carbon, calcium carbonate, barium sulfate and polyester resin with catalyst as
binder / matrix.
Then tested friction with 15 kg load for 3 hours with dry test, water spraying
and oil spraying then calculated the wear and coefficient of friction, and tested the
hardness by using Durometer tool with ASTM standard D2240.
2
From the result of the average wear and tear on testing the effect of dry,
water and oil that brake copper mesh 100 is lower than with other variation brake
lining that is equal to 49,7576 mm3 / hour, 60,1238 mm3 / hour and 60,0783 mm3
/ h on friction test for 3 hours. The coefficient of friction on the test of the influence
of dry brake lining bridge variation of copper mesh 100 highest, on the friction test
for 3 hours that is equal to 0.8857, on the friction test of brake fluid water variation
of copper mesh 60 has the highest coefficient of friction of 0.8297, brake fluid brake
fluid variation variation mesh 70 has the highest friction coefficient of 0.8663. The
hardness of brake liner bracelet variation of copper mesh 100 is better than the
other brake lining of 87,83 ShoreD, in micro photo testing after brake fluid brake
variation variation of copper mesh 70 having adhesive bonding failure while brake
lining of copper mesh variation of 100, 60, 50 experienced cohesive bonding
failure.
Keywords: copper powder, polyester, friction test, hardness, micro photo
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rem berfungsi untuk memperlambat atau menghentikan gerakan
dari roda sehingga gerak roda menjadi lambat. Energi kinetik yang hilang
dari benda yang bergerak ini diubah menjadi panas karena adanya gesekan.
Jika rem tidak berfungsi dengan baik, maka dipastikan akan berakhir dengan
kecelakaan. Faktor keamanan dari pengendara adalah hal yang sangat
penting. Sehingga setiap produsen kendaraan bermotor merancang sistem
dan menggunakan komponen rem (kampas rem) yang sesuai dengan
kemampuan kendaraan.Beredarnya kampas rem jenis asbestos banyak
beredar dengan harga yang murah dan menjamin keawetan kampas rem,
akan tetapi hasil dari serbuk gesekan yang berupa partikel kecil sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Kampas rem asbestos akan terjadi blong atau tidak bekerja pada
suhu pengereman 200oC yang berakibat tingkat kecelakaan akan mudah
terjadi. Sedangkan untuk kampas rem yang terbuat dari non asbestos lebih
tahan panas dan terjadi rem blong pada saat suhu pengereman di atas 3000C
hal ini karena serat selulosa dan serat lainnya dapat meredam panas lebih
baik dibandingkan serat asbes
3
Tembaga merupakan logam kemerahan dengan stuktur kristal kubus
,logam ini mudah ditempa ,ulet, dan merupakan konduktor panas dan listrik
yang baik .Faktor ukuran butir serbuk mempengaruhi melekatnya serbuk
dan resin sebagai penguat dan juga mempengaruhi nilai yang dihasilkan
semakin kecil ukuran serbuk maka akan merekat semakin kuat. disamping
itu serbuk yang tidak merata di dalam komposit menyebabkan penumpukan
serbuk pada titik – titik tertentu yang mengakibatkan serbuk kurang mampu
menahan beban yang diberikan. Kekuatan bahan komposit partikel rem,
sangat dipengaruhi besar partikel, bahan matriknya dan proses
pembuatannya, maka diambil langkah untuk mengatasi hal tersebut dengan
membuat kampas rem yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan
karbon kulit bambu, fiberglass, barium sulfat, kalsium karbonat dan serbuk
tembaga (Cu) dengan ukuran butir mesh 50,60,70, dan 100 dengan matriks
polyester.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas , dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian , yaitu:
1) Bagaimana pengaruh variasi butiran tembaga mesh terhadap tingkat
kekerasan kampas rem sebagai alternatif kampas rem non asbestos?
2) Bagaimana pengaruh variasi butiran tembaga terhadap tingkat keausan
kampas rem sebagai alternatif kampas rem non asbestos?
3) Bagaimana pengaruh variasi butiran tembaga terhadap koefisien gesek
sebagai alternatif kampas rem non asbestos?
1.3 Batasan Masalah
Agar memudahkan pelaksanaan penelitian, sehingga yujuan penelitian
dapat dicapai serta pembatasan masalah tidak meluas, maka perlu adanya
batasan masalah. Batasan masalah yang di ambil dalam penelitian ini, antara
lain:
1) Bahan
Pada penelitian ini bahan yang digunakan yaitu butiran tembaga
dengan variasi mesh 50,60,70 dan 100, serbuk karbon kulit
4
bambu,serbuk fiber glass, polyester , serbuk kalsium karbonat , serbuk
barium sulfat.
2) Pengujian
Pada penelitian ini difokuskan pada pengujian kekerasan dengan
standar ASTM D2240, foto mikro dan pengujian gesek. Pengujian gesek
dilakukan dengan berbagai pengaruh yaitu uji gesek pada kondisi kering,
air, dan oli
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas , maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui nilai
kekerasan, keausan dan koefisien gesek kampas rem, dengan variasi sebagai
berikut :
1) Variasi 1 : komposisi sebesar 40% karbon kulit bambu, 15% fiberglass, 15%
tembaga (Cu) ukuran butiran 100 mesh, 30% polyester.
2) Variasi 2 : komposisi sebesar 40% karbon kulit bambu, 15% fiberglass, 15%
tembaga (Cu) ukuran butiran 80 mesh, 30% polyester.
3) Variasi 3 : komposisi sebesar 40% karbon kulit bambu, 15% fiberglass, 15%
tembaga (Cu) ukuran butiran 60 mesh, 30% polyester.
4) Variasi 4 : komposisi sebesar 40% karbon kulit bambu, 15% fiberglass, 15%
tembaga (Cu) ukuran butiran 50 mesh, 30% polyester.
1.5 Tinjauan Pustaka
Kampas rem berbahan asbestos hanya mampu bertahan pada suhu
200 0C dan debu dari kampas rem ini sangat beracun yang dapat
menyebabkan fibrosis (penebalan dan luka gores pada paru-paru) apabila
kampas rem ini terkena air maka daya pengeremannya akan terganggu,
berbeda dengan kampas rem berbahan non asbestos yang mampu bertahan
hingga suhu diatas 300 0C dan kampas rem berbahan non asbestos tidak
menghasilkan debu yang beracun sehingga ramah lingkungan dan apabila
terkena air daya pengeremannya masih bisa optimal (Desi Kiswiranti, 2007)
5
Kekuatan bahan komposit partikel rem, sangat dipengaruhi besar
partikel,bahan matriknya dan proses pembuatannya. Kekuatan komposit
partikel diperoleh maksimal pada ukuran 0,01 sampai 0,1 mm dan kekuatan
surface bonding, pengepresan, dan sintering (Calister,2005).
Imam, Pramuko I.P (2009), melakukan penelitian tentang kampas
rem gesek dengan memberikan peningkatan sintering . Dengan semakin
tinggi suhu sintering berpengaruh pada tingkat keausan. Jika semakin tinggi
suhu sinteringnya maka menyebabkan nilai keausan meningkat. Maka
keausan semakin tinggi. Peningkatan suhu sintering juga berpengaruh pada
kekerasan kampas. Semakin tinggi suhu sinteringnya maka nilai
kekerasannya akan semakin menurun.
Van Vliet, G,L.J,dkk,(1984) 50% lebih tembaga dipakai dalam
teknik listrik, karena mempuyai kemampuan penghantar listrik yang sangat
baik dan penghantar panas yang sangat baik juga. Tembaga sangat tahan
terhadap korosi sehingga juga sering dipakai untuk penerapan arsitektonis
dan sebagai bahan pipa air. Tembaga murni mudah sekali diubah bentuknya
sehingga cocok sebagai bahan perapat, Tembaga murni dapat dikokohkan
sampai 450 N/mm2 tetapi tanpa batas dapat diubah bentuk secara dingin,
karena regangannya sangat kuat, oleh sebab itu banyak dipakai dalam
keadaan dicanai dingin atau ditarik dingin. Tembaga memiliki massa jenis
8900 kg/ m3 , titik lebur 10830 C, kekuatan tarik mencapai 200N/mm2 dan
regangan patah sampai 40%.
Zhang & Wang, 2007). Beberapa serat seperti gelas, karbon, silika,
aluminosilikat, dan silikon karbida merupakan hasil sintetis baik dari bahan
oganik maupun non organik.
6
2. METODE PENELITIAN
2.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
7
2.2 Bahan dan Alat Penelitian
1) Bahan
Serbuk Tembaga Variasi Mesh 50, 60, 70 dan 100, Polyester BQTN 157
, Fiberglass, karbon kulit bambu, serbuk CaCO3, Serbuk Barium Sulfat,
epoxy resin (A) dan epoxy hardener (B),
2) Alat
Mesin press , heater, dies (cetakan), thermocontrol, Plat kampas,jangka
sorong , oven, blender , non-contac infrared thermometer, clamp meter,
digital tachometer,timbangan digital
3) Alat Pengujian
Alat uji kekerasan Durometer Shore D, alat uji gesek dan alat uji foto
mikro
2.3 Langkah Penelitian
2.3.1 Prosedur Pembuatan Kampas
Penelitian kampas rem ini menggunakan kampas rem variasi ukuran
besar butir tembaga sebanyak 24 spesimen. Enam spesimen dari masing-
masing jenis variasi kampas rem digunakan untuk pengujian gesek, satu
spesimen dari masing-masing jenis variasi kampas rem digunakan untuk
pengujian kekerasan durometer shore D dan satu spesimen dari masing-
masing variasi digunakan untuk pengujian foto mikro setelah dilakukan
pengujian selanjutnya dibandingkan dengan kampas pasaran.
Gambar 2 Kampas Rem Variasi Ukuran Besar Butir Tembaga
8
Langkah-langkah pembuatan kampas rem sebagai berikut:
1) Mempersiapkan bahan dan alat
2) Setelah bahan-bahan siap maka dilakukan penimbangan
menggunakan timbangan digital sesuai dengan komposisi
masing-masing bahan.
3) Kemudian proses pencampuran bahan-bahan material kering,
dicampur dengan menggunakan mesin blender agar hasil dari
pencampuran material dapat bercampur secara merata seperti
fiberglass, serbuk tembaga, barium sulfat, graphite, calsium
carbonate.
4) Setelah bahan-bahan kering tercampur semua, selanjutnya
mencampur dengan polyester secara manual di aduk-aduk
sampai merata, kemudian bahan dimasukkan kedalam cetakan
yang sebelumnya telah dipasangi plat kampas sebagai tempat
bahan kampas rem yang telah diberi perekat.
5) Langkah selanjutnya yaitu pengepresan dengan beban 4,5
ton selama 15 menit dengan suhu 80° C, lalu kampas dilepas
dari cetakan dan disintering di oven dengan suhu 180° C
dengan waktu 15 menit.
6) Setelah dicetak dan di oven kampas rem kemudian melakukan
pengujian kekerasan, foto mikro sebelum pegujian gesek,
pegujian gesek, foto mikro setelah pegujian gesek, setelah itu
diambil data dari pengujian tersebut.
2.3.2 Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan untuk mengetahui hasil
kekerasan dari kampas rem pada beberapa bagian sehingga
dapat diketahui distribusi kekerasan rata-ratanya dari semua
bagian yang di uji. Kekerasan merupakan ketahanan bahan
terhadap goresan atau penetrasi pada permukaanya. Pengujian
kekerasan menggunakan durometer shore D.
9
2.3.3 Pengujian Gesek
Pengujian gesek dilakukan untuk mengetahui nilai
keausan dan koefisien gesek kampas rem. Untuk menghitung
nilai keausan menggunakan rumus:
Ket :T₀ = Tinggi awal kampas (mm)
T₁ = Tinggi akhir kampas (mm)
t = Lama waktu pengujian (Jam)
A = Luas permukaan kampas (mm²)
𝜇 = 𝑇
2 × 𝐹𝑛 × 𝑟
Ket : µ = Koefisien gesek
𝑇 = Torsi (Nm)
𝐹𝑛 = Gaya normal (N)
𝑟 = Jari – jari lintasan (m)
𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 =(𝑇₀ − 𝑇₁)𝐴
𝑡
10
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengujian Kekerasan
Gambar 3. Histogram Perbandingan Kekerasan
Hasil pengujian kekerasan didapatkan nilai kekerasan yaitu kampas variasi
tembaga mesh 100 sebesar 87,83 HD , variasi tembaga mesh 70 sebesar 85,87
HD,variasi tembaga mesh 60 sebesar 84 HD, variasi tembaga mesh 50 sebesar 82,9
dan kampas pasaran sebesar 89,75 HD. Dari semua pengujian yang telah dilakukan
nilai kekerasan yang paling besar adalah kampas pasaran , kampas rem variasi
tembaga mesh 50,60, 70 dan 100 mempunyai kekerasan yang lebih rendah
dibandingkan kampas rem pasaran. Kekerasan kampas rem variasi tembaga mesh
100 mendekati kekerasan kampas pasaran, dikarenkan kampas variasi tembaga
mesh 100 memiliki ukuran butiran tembaga yang lebih kecil, sehingga pada proses
pengepresan didapatkan kampas dengan struktur lebih padat .
87,8385,87
84 82,9
89,75
60
65
70
75
80
85
90
95
Nila
i Kek
eras
an D
uro
met
er (
HD
)
Histogram Perbandingan Nilai Kekerasan Durometer
100 mesh 70 mesh 60 mesh 50 mesh kampas pasaran
11
3.2 Perhitungan Keausan
Gambar 4. Histogram Perbandingan Keausan Pada Pengujian Gesek Kondisi
Kering , Air dan Oli
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pada pengujian gesek kering
keausan terendah adalah kampas rem variasi tembaga mesh 100 yaitu sebesar
49,7576 mm3/,pada pengujian gesek pengaruh air kampas rem pasaran memiliki
keausan terendah 56,25, untuk pengujian gesek pengaruh oli kampas rem tembaga
mesh 70 memiliki keausan terendah sebesar 58,0067 mm3/jam, dikarenakan
struktur permukaan kampas lebih halus dan memiliki struktur padat dan keras,
sehingga pori-pori pada permukaan kampas lebih kecil .
49,7576
60,123868,4167 69,4533
65,6260,1238
71,5266 72,5632
85,0026
56,2560,0783 58,0067
62,1567,3292
62,5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
mesh 100 mesh 70 mesh 60 mesh 50 kampaspasaran
Kea
usa
n (
mm
3/j
am)
Histogram Perbandingan Keausan Pada Semua Kondisi
Pengujian Kering Pengujian Air Pengujian Oli
12
3.3 Perhitungan Koefisien Gesek
Gambar 5. Histogram perbandingan Koefisien Pada Semua Kondisi Pengujian
Gesek
Dari grafik diatas menunjukan bahwa pada pengujian gesek kering
koefisisen gesek paling tinggi adalah kampas rem variasi tembaga mesh 100
sebesar 0,8857 , pada pengujian gesek pengaruh air koefisien gesek paling
tinggi adalah kampas rem variasi tembaga mesh 60 sebesar 0,8297 dan pada
pengujian gesek pengaruh oli koefisien gesek paling tinggi adalah kampas
rem variasi tembaga mesh 70 sebesar 0,8663, pada semua kondisi pengujian
koefisien gesek kampas rem variasi tembaga lebih besar diandingkan
dengan kampas pasaran, pada grafik tersebut koefisien gesek pada kondisi
pengujian pengaruh oli lebih besar dibandingkan dengan pengujian gesek
pengaruh air dikarenakan pada saat pengujian dilakukan debit air yang
digunakan lebih besar dibandingkan dengan oli, hal ini berpengaruh pada
hasil perhitungan koefisien gesek, dapat disimpulkan jika koefisien gesek
semakin besar maka pengereman lebih cepat .
0,8857 0,8686 0,839 0,8468 0,82380,8005 0,77450,8297 0,803 0,786
0,8372 0,8663
0,7709 0,80190,72
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
mesh 100 mesh 70 mesh 60 mesh 50 kampas pasaran
Ko
efis
ien
Ges
ek (𝜇
)
Histogram Perbandingan Koefisien Gesek Pada Semua Kondisi Pengujian
Pengujian Kering Pengujian Air Pengujian Oli
13
3.4 Pengamatan Suhu Akhir Kampas Rem
Gambar 6. Histogram Suhu Akhir Pada Semua Kondisi Pengujian Gesek
Dari grafik diatas menunjukkan kampas rem variasi tembaga mesh 100
memiliki suhu yang paling rendah pada pengujian gesek kondisi kering dan air,
pada pengujian oli kampas rem variasi tembaga mesh 100 dan 70 memiliki suhu
yang sama,pada kampas rem pasaran didapatkan suhu akhir yang tinggi
dikarenakan komposisi logam lebih sedikit, jadi ukuran besar butir tembaga dapat
mempengaruhi suhu kampas rem , semakin kecil ukuran butiran tembaga maka
suhu kampas semakin rendah , karena lebih mudah menyerap panas dan cepat
dalam melepaskan panas pula.
114,5 109,7102
94,5
148
38,5 36,5 34,5 33,5 3542 41,5 40 40
58
0
20
40
60
80
100
120
140
160
mesh 50 mesh 60 mesh 70 mesh 100 KampasPasaran
Suh
u (oC
)
Histogram Perbandingan Suhu Pada Semua Kondisi
Pengujian kering Pengujian Air Pengujian Oli
14
3.5 Hasil Foto Mikro
3.5.1 Foto Mikro Sebelum Pengujian Gesek
Gambar 7. Foto Mikro Kampas Rem Mesh 50 (pembesaaran 100x )
Gambar 8. Foto Mikro Kampas Rem Mesh 60 (pembesaaran 100x)
Fiber Glass
Polyester
Tembaga
Karbon
Polyester
Fiber glass
Tembaga
Karbon
15
Gambar 9. Foto Mikro Kampas Rem Mesh 70 (pembesaaran 100x )
Gambar 10. Foto Mikro Kampas Rem Mesh 100 (pembesaaran 100x )
Fiber Glass
Polyester
Tembaga
Karbon
Tembaga
Karbon
Polyester
Fiber Glass
16
3.5.2 Hasil Foto Mikro Sesudah Pengujian Gesek
Gambar 11. Foto Mikro Kampas Rem Mesh 50 (pembesaaran 100x )
Gambar 12. Foto Mikro Kampas Rem Mesh 60 (pembesaaran 100x )
Kegagalan
Bonding Kohesif
Kegagalan
Bonding Kohesif
17
Gambar 13. Foto Mikro Kampas Rem Mesh 70 (pembesaaran 100x )
Gambar 14. Foto Mikro Kampas Rem Mesh 100 (pembesaaran 100x )
Dari hasil pengujian foto mikro sebelum pengujian gesek dapat dilihat
bawasannya untuk kampas rem variasi tembaga mesh 50 , 60, 70 dan 100
memiliki ikatan partikel antar material yang kuat dan bahan tercampur rata.
Setelah pengujian gesek selama 3 jam pada permukaan kampas rem variasi
tembaga mesh 50, 60 dan 100 terjadi kegagalan bonding kohesive yaitu
Kegagalan
Bonding Adhesive
Kegagalan
Bonding Kohesif
18
fenomena pecah patahnya ikatan polyester pada kampas rem yang kurang kuat
dan juga dapat dikarenakan oleh serbuk tembaga bersifat lebih kuat dari
polyester, sedangkan pada kampas rem variasi tembaga mesh 70 terjadi
kegagalan bonding adhesive yaitu terjadi fenomena lepasnya ikatan antar
material dikarenakan polyester dengan butiran tembaga tidak menyatu dengan
baik sehingga butiran tembaga mudah lepas.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambiil dari laporan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Hasil pengujian kekerasan kampas rem dengan menggunakan alat uji
Durometer Shore D menunjukkan bahwa kekerasan kampas rem variasi
tembaga mesh 100 memiliki kekerasan yang mendekati nilai kekerasan
kampas rem pasaran . Dimana nilai kekerasan rata-rata kampas rem variasi
tembaga mesh 100 sebesar 87,83 HD sedangkan kampas rem pasaran
sebesar 89,75 HD, jadi dari hasil dapat dideskripsikan bahwa semakin kecil
serbuk tembaga dapat meningkatkan nilai kekerasan kampas rem
dikarenakan ikatan antar material lebih kuat.
2) Hasil pengujian keausan menunjukkan kampas rem variasi tembaga mesh
100 lebih sedikit laju rata – rata keausannya pada semua kondisi yaitu
56,6532 mm3/jam diandingkan dengan kampas rem pasaran sebesar
61,4567 mm3/jam , dikarenakan struktur yang keras dan padat, jadi dapat
dideskripsikan bahwa variasi besar serbuk tembaga dapat dapat
memperlambat laju keausan kampas rem.
3) Berdasarkan hasil pengujian gesek menunjukkan bahwa nilai koefisien
tertinggi pada pengujian gesek kering paling tinggi adalah kampas rem
variasi tembaga mesh 100 sebesar 0,8857 , pada pengujian gesek pengaruh
air koefisien gesek paling tinggi adalah kampas rem variasi tembaga mesh
19
60 sebesar 0,8297 dan pada pengujian gesek pengaruh oli koefisien gesek
paling tinggi adalah kampas rem variasi tembaga mesh 70 sebesar 0,8663
sedangkan kampas rem pasaran memiliki koefisien gesek lebih rendah
dibandingkan dengan kampas rem variasi tembaga, hal ini berpengaruh
pada hasil pengereman, jika koefisien gesek semakin besar maka
pengereman lebih cepat , hasil ini diperoleh dari hasil perhitungan torsi jika
semakin besar torsi maka koefisien gesek semakin besar.
PERSANTUNAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesikan Tugas Akhir ini
dengan tepat waktu dan tanpa halangan yang berarti dengan judul “Pengaruh
Ukuran Besar Butir Tembaga (Cu) Terhadap Nilai Kekerasan, Keausan, Dan
Koefisien Gesek Kampas Rem”.
Selama proses penyusunan Tugas Akhir penulis sadar bahwa banyak
hambatan dan kesulitan yang dialami. Bantuan dorongan semangat serta bantuan
baik moril maupun materiil tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1) Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat, karunia dan
kasih sayang-Nya
2) Ibu dan Bapak tercinta atas segala perhatian, doa, dan dukungan yang selalu
diberikan baik moril maupun materiil.
3) Bapak Ir. Sri Sunarjono, MT., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4) Bapak Ir. Subroto, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
5) Bapak Ir. Pramuko Ilmu Purboputro MT. selaku pembimbing yang telah
membimbing serta memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
proses penelitian dan penulisan Tugas Akhir.
20
6) Bapak Bambang Waluyo F, ST.MT yang telah membantu dalam penyediaan
alat-alat penelitian sehingga penulis dapa menyelesaikan Tugas Akhir
7) Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah begitu banyak memberikan
pengetahuan yang tidak ternilai.
8) Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah
Surakarta yang senantiasa membantu proses penelitian ini hingga selesai.
9) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM D2240-Durometer Hardness.
ASTM E 11- SIEVES SPECIFICATION
Calister, Mc. Graw Hill. 2005. Material Science, London.
Desi Ki, 2007. Pemanfaatan Serbuk Tempurung Kelapa Sebagai Alternatif Serat
Penguat Bahan Friksi Non-Asbes Pada Pembuatan Kampas Rem
Sepeda Motor. Laporan Tugas Akhir Jurusan Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang (Unnes),
Semarang
German. R.M., 1984. Powder Metallurgi Science. Metal Power Federation.
Pricenton, New Jersey.
Gibson, R.F., 1994. Principle Of Composite Material Mechanic. McGraw-Hill
Interrnational Book Company, New York.
Pramuko I.P, Setiawan,Irfan,2009.Pengaruh Variasi Tekanan Kompaksi
Terhadap Ketahanan Kampas Rem Gesek Sepatu. Laporan Tugas Akhir
Fakultas Teknik Mesin UMS, Agustus 2009, Surakarta
Pramuko I.P, Imam Setiyanto, 2009. Pengaruh Variasi Temperatur Sintering
Terhadap Ketahanan Aus Bahan Rem Gesek Sepatu. Laporan Tugas
Akhir Fakultas Teknik Mesin UMS, Agustus 2009, Surakarta
Setiaji, Rahmawan. 2009. Pengujian Keausan. (www.scribd.com). Diakses pada
tanggal 5 Agustus 2017
21
Smith, William F. (1990). Principles of Material Science and Engineering, second
edition. Mc. Graw Hill Publishing Company.
Stolk, Kros., 1994, Elemen Konstruksi Bangunan Mesin, Elemen mesin.
Erlangga, Jakarta.
Van Vliet, G.L.J, dan Both, W., 1984, Teknologi Untuk Bangunan Mesin, Bahan-
Bahan 1, Pradnya Paramita, Jakarta