Upload
vuongtu
View
232
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA ii
KATA PENGANTAR
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan secara mandiri. Selanjutnya pada tahun pelajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 dilaksanakan di seluruh SMA untuk kelas X dan XI. Mempertimbangkan pentingnya Kurikulum 2013 dan masih ditemukannya beberapa kendala teknis, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan kebijakan penataan kembali implementasi Kurikulum 2013 pada semua satuan pendidikan mulai semester dua tahun pelajaran 2014/2015 melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA akan dilakukan secara bertahap mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di 10% SMA sampai dengan tahun pelajaran 2020/2021 di seluruh SMA. Sepanjang implementasi secara bertahap tersebut akan dilakukan evaluasi, perbaikan konsep dan strategi implementasi Kurikulum 2013 agar siap untuk dilaksanakan secara menyeluruh di semua SMA. Sejalan dengan kebijakan diatas, Direktorat Pembinaan SMA sesuai dengan tugas dan fungsinya terus melakukan fasilitasi pembinaan implementasi Kurikulum 2013, antara lain melalui pengembangan naskah pendukung kurikulum. Pada tahun 2015 Direktorat Pembinaan SMA melakukan reviu naskah yang dikembangkan tahun sebelumnya dan menyusun naskah baru mengikuti perkembangan kebijakan Kurikulum 2013. Naskah-naskah yang direviu dan disusun sebagai berikut : Panduan Pengembangan KTSP, Panduan Pengembangan Silabus, Panduan Pengembangan RPP, Model-Model Pembelajaran, Panduan Pengembangan Penilaian, Model Pembelajaran dan Penilaian Projek, Model Pelaksanaan Remedial dan Pengayaan, Model Penyelenggaraan SKS, Model Penyelenggaraan Aktualisasi Mata Pelajaran Dalam Kegiatan Kepramukaan, Model Penyelengaraan Peminatan, Model Penyelenggaraan Pendalaman Minat, Panduan Pengembangan Muatan Lokal, Model Penyelenggaraan Kewirausahaan, Panduan Transisi Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006, dan Panduan Pengisian Aplikasi Rapor. Naskah-naskah pendukung kurikulum dikembangkan oleh tim pengembang yang terdiri dari unsur staf Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan prinsip dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Naskah-naskah tersebut disusun sebagai acuan bagi sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum dan acuan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Naskah-naskah pendukung kurikulum akan terus dikembangkan, sehingga menjadi lebih operasional. Oleh karena itu, sekolah diharapkan memberi masukan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan naskah-naskah ini diucapkan terima kasih.
Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA,
Harris Iskandar, Ph.D NIP. 196204291986011001
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar belakang ................................................................................1
B. Tujuan .........................................................................................2
BAB II PENGERTIAN DAN KONSEP ...................................................................3
A. KTSP ............................................................................................3
B. Peminatan .....................................................................................8
C. Beban Belajar ............................................................................... 10
D. Bimbingan Konseling (BK) ................................................................. 11
E. Manajemen Kelas ........................................................................... 16
F. Pembelajaran ............................................................................... 19
G. Penilaian ..................................................................................... 21
H. Kenaikan Kelas .............................................................................. 27
I. Ekstrakurikuler ............................................................................. 28
J. Kelulusan Peserta Didik ................................................................... 30
K. Sarana TIK ................................................................................... 32
BAB III PELAKSANAAN PENGELOLAAN SMA BERBASIS kURIKULUM 2013...................... 34
A. KTSP .......................................................................................... 34
B. Peminatan ................................................................................... 35
C. Beban Belajar ............................................................................... 36
D. Bimbingan Konseling ....................................................................... 37
E. Manajemen Kelas ........................................................................... 39
F. Pembelajaran ............................................................................... 40
G. Penilaian ..................................................................................... 42
H. Kenaikan Kelas .............................................................................. 43
I. Ekstrakurikuler ............................................................................. 43
J. Kelulusan .................................................................................... 46
K. Sarana TIK ................................................................................... 47
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 48
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 ayat (1) yaitu ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Selain itu
pasal 3 mengatakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, sekolah diharapkan mampu
mengelola secara profesional agar seluruh aktifitas sekolah yang bermuara pada
pencapaian tujuan pendidikan nasional dapat segera tercapai. Pengelolaan
tersebut mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efesien.
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain: 1) terwujudnya
suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan bermakna; 2) terciptanya peserta didik yang aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; 3) tercapainya tujuan
pendidikan secara efektif dan efesien sesuai amanat Kurikulum 2013.
Berkaitan tersebut di atas, setiap satuan pendidikan memerlukan manajemen
untuk mengatur/mengelola interaksi berbagai komponen sekolah agar akselerasi
pencapaian tujuan dapat terjadi di era pemberlakuan Kurikulum 2013 yang
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 2
diperkenalkan dan diimplementasikan pada sekolah melalui sekolah sasaran di
Indonesia pada tahun pelajaran 2013/2014.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran
2013/2014 di sekolah sasaran sebanyak 1.270 SMA yang tersebar di 33 provinsi dan
295 kabupaten/kota diperoleh informasi antara lain: 1) masih banyak sekolah yang
belum memahami pengelolaan SMA berbasis Kurikulum 2013; 2) masih ada sekolah
yang belum memahami dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru yang
dikelompokkan berdasarkan peminatan; 3) belum terpahaminya perbedaan antara
kelompok minat, lintas minat dan pendalaman minat; 4) sebagian pendidik belum
memahami dan terampil dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran; 5) sebagian pendidik belum memahami dan terampil dalam
menerapkan penilaian autentik termasuk pelaporannya; 6) hampir semua sekolah
mengalami kesulitan dalam memfasilitasi ekstrakurikuler wajib pendidikan
kepramukaan; 7) penilaian masih dominan pada aspek pengetahuan dan kurang
memperhatikan pada proses pengembangan sikap serta keterampilan peserta
didik.
Berdasarkan uraian diatas Direktorat PSMA, sebagai pembina secara teknis perlu
membuat panduan bagi sekolah dalam pengelolaan SMA berbasis Kurikulum 2013.
Hal itu dimaksudkan agar sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan yang
berbasis Kurikulum 2013 secara efektif, efisien berdaya guna dan berhasil guna.
B. Tujuan
Model Pengelolaan SMA berbasis Kurikulum 2013 ini disusun untuk membantu:
a. Kepala Sekolah agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengelola sekolah sesuai tuntutan Kurikulum 2013
b. Sekolah agar dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 di SMA secara
efektif dan efesien melalui: perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (actuating/directing), dan pengawasan
(controlling).
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 3
BAB II
PENGERTIAN DAN KONSEP
Sekolah adalah suatu lembaga sebagai tempat untuk belajar dan mengajar serta tempat
untuk menerima dan memberikan pelajaran. Dengan demikian sekolah merupakan
tempat mencetak sumber daya manusia agar berkembangnya potensi peserta didik
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum merupakan bagian penting dari sekolah. Sejak tahun pelajaran 2013/2014
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada
sekolah sasaran di seluruh Indonesia. Sejak pemberlakuannya, Kurikulum 2013 telah
mengalami penyempurnaan baik dari sisi pola pikir, materi, maupun pengelolaan.
Beberapa penyempurnaan yang dilakukan antara lain penguatan pola pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, penguatan pola pembelajaran interaktif, penguatan pola
pembelajaran kritis, penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif, penguatan
sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran
pendalaman materi dan perluasan materi.
Setiap sekolah perlu merancang pengelolaan sekolah berbasis Kurikulum 2013 agar
tujuan pendidikan melalui implementasi Kurikulum 2013 dapat diwujudkan.
Agar pengelolaan kurikulum 2013 dapat terlaksanan dengan baik, berikut akan
dijelaskan komponen-komponen pendukung pengelolaan sekolah berbasis Kurikulum
2013.
A. KTSP
1. Pengertian
Sebelum membahas apa yang dimaksusd dengan KTSP maka kita harus
memahami dulu apa yang dimaksud dengan kurikulum. Peran kurikulum
sebagai jantung pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan
secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan
peserta didik di masa kini dan masa mendatang.
Sesuai dengan PP Nomor 13 Tahun 2015 atas perubahan kedua PP Nomor 19
tahun 2005 bahwa yang dimaksud dengan Kurikulum adalah seperangkat
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 4
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi pengertian kurikulum, yang
pertama adalah: 1) rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran; 2) cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran
Sesuai amanat undang-undang dan peraturan pemerintah ditegaskan bahwa:
1. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi, untuk melakukan
penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi
dan ciri khas potensi yang ada di daerah serta peserta didik;
2. Kurikulum dikembangkan dan diimplementasikan pada tingkat satuan
pendidikan.
Kurikulum operasional yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh satuan
pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) yang selanjutnya
disingkat KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka keberadaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan sangat strategis bagi sekolah. Sehingga setiap sekolah sebelum
kegiatan pembelajaran tahun pelajaran baru maka wajib membuat, menyusun
dan mengembangkan KTSP sebagai rujukan bagi sekolah dalam setiap aktifitas
sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Komponen KTSP meliputi 3 dokumen. Dokumen I yang disebut dengan Buku I
KTSP berisi sekurang-kurangnya visi, misi, tujuan, muatan, pengaturan beban
belajar, dan kalender pendidikan. Dokumen 2 yang disebut dengan Buku II
KTSP berisi silabus dan dokumen 3 yang disebut dengan Buku III KTSP berisi
rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun sesuai potensi, minat, bakat,
dan kemampuan peserta didik di lingkungan belajar. Penyusunan Buku I KTSP
menjadi tanggung jawab kepala sekolah/madrasah, Buku II KTSP sudah
disusun oleh Pemerintah, sedangkan penyusunan Buku III KTSP menjadi
tanggung jawab masing-masing tenaga pendidik.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 5
2. Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum SMA terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A, mata
pelajaran umum kelompok B, dan mata pelajaran peminatan akademik
kelompok C. Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C dikelompokkan
atas mata pelajaran Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mata
pelajaran Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan mata pelajaran Peminatan
Bahasa dan Budaya.
a. Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang
bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan
kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang
bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam
bidang sosial, budaya, dan seni.
c. Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan program
kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan
minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata
pelajaran keilmuan.
Berikut struktur Kurikulum SMA:
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MGG
X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Matematika 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 6
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MGG
X XI XII
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 2
8 PJOK 3 3 3
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Kel A dan B 24 24 24
KELOMPOK C (PEMINATAN)
MP Peminatan Akademik 9 atau 12 12 atau 16 12 atau16
MP Pilihan Lintas Miinat dan/atau
Pendalaman Minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
Keterangan
Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata
pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi
dengan muatan/konten lokal.
Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan
lokal yang berdiri sendiri.
Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2
aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu
aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat
diganti setiap semesternya
Struktur Kurikulum Peminatan Akademik:
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MGG
X XI XII
PEMINATAN MIPA
1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 7
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MGG
X XI XII
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
PEMINATAN IPS
1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
PEMINATAN BAHASA & BUDAYA
1 Bahasa dan Satra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3 Bahasa dan Sastra Asing lain 3 4 4
4 Antropologi 3 4 4
Pilihan lintas minat dan/atau pendalaman
minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
3. Pengembangan KTSP
a. KTSP dikembangkan, ditetapkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan
pendidikan. Dalam pengembangan KTSP mengacu pada SNP dan Kurikulum
2013 dengan memperhatikan karakteristik sekolah.
b. Pengembangan KTSP paling sedikit memperhatikan: acuan konseptual;
prinsip pengembangan; dan prosedur operasional.
c. Penyusunan KTSP berdasarkan analisis kebutuhan peserta didik, satuan
pendidikan, dan lingkungan yang mencakup:
1) perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan;
2) pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;
3) pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik
tingkat kelas;
4) penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan;
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 8
5) penyusunan silabus muatan atau mata pelajaran muatan lokal; dan
6) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan
pembelajaran.
d. Pengembangan KTSP dilakukan oleh tim pengembang KTSP dalam hal ini
Tim Pengembang Kurikulum (TPK).
e. Pengembangan KTSP di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan
atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
f. Pelaksanaan KTSP merupakan tanggung jawab satuan pendidikan.
B. Peminatan
Kurikulum 2013 tidak mengenal lagi pengelompokkan peserta didik dalam bentuk
penjurusan namun pengelompokkan tersebut berdasarkarkan peminatan yang
dipilih sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan. Struktur kurikulum
memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk peminatan
akademik, lintas minat dan/atau pendalaman minat. Selain perubahan tersebut,
bahwa pilihan peminatan dilaksanakan pada semester awal atau semester satu
tahun pelajaran baru.
Sehubungan hal tersebut berikut, berikut diberikan pemahaman dan istilah-istilah
yang di kenal pada peminatan.
1. Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi
pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik dengan orientasi
pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau
muatan kejuruan.
2. Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang disediakan untuk
mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta
didik dengan orientasi penguasan kelompok mata pelajaran keilmuan.
3. Lintas Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi
perluasan pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik
dengan orientasi penguasaan kelompok mata pelajaran keilmuan di luar
pilihan minat.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 9
4. Pendalaman Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk
mengakomodasi pendalaman pilihan minat akademik peserta didik dengan
orientasi pendalaman kelompok mata pelajaran keilmuan dalam lingkup
pilihan minat
5. Peminatan pada SMA memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat
dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan
6. Peminatan pada SMA terdiri atas: a). Peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam; b). Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial; c). Peminatan
Bahasa dan Budaya; dan d). Peminatan Keagamaan.
7. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berisi mata pelajaran: a). Matematika; b). Biologi; c).
Fisika; dan d). Kimia.
8. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berisi mata pelajaran: a). Geografi; b). Sejarah; c). Sosiologi; dan d).
Ekonomi.
9. Peminatan Bahasa dan Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berisi mata pelajaran: a). Bahasa dan Sastra Indonesia; b). Bahasa dan Sastra
Inggris; c). Bahasa dan Sastra Asing Lain; dan d). Antropologi.
Peserta didik dapat memilih minimal 3 mata pelajaran dari 4 mata pelajaran yang
terdapat pada satu peminatan, 1 mata pelajaran yang tidak diambil beban
belajarnya dialihkan ke mata pelajaran lintas minat. Selain mengikuti mata
pelajaran di peminatan yang dipilihnya, setiap peserta didik harus mengikuti mata
pelajaran tertentu untuk lintas minat dan/atau pendalaman minat. Bila peserta
didik mengambil 3 mata pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka peserta
didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 9 jam
pelajaran (3 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 8 jam pelajaran (2 mata
pelajaran) di Kelas XI dan XII. Sedangkan bila peserta didik mengambil 4 mata
pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik tersebut dapat
mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 6 jam pelajaran (2 mata
pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 4 jam pelajaran (1 mata pelajaran) di Kelas XI
dan XII.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 10
Peserta didik yang mengambil Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
atau Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, lintas minatnya harus diluar peminatan
yang dipilihnya. Sedangkan peserta didik yang mengambil Peminatan Bahasa dan
Budaya, dapat mengambil mata pelajaran lintas minat: (1) di luar; (2) di dalam;
atau (3) sebagian di dalam dan sebagian di luar, peminatan yang dipilihnya. Mata
pelajaran lintas minat yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII.
Sekolah yang tidak membuka peminatan bahasa dikarenakan jumlah yang memilih
peminatan Bahasa kurang dari rasio kelas, maka tetap menawarkan mata
pelajaran pada peminatan Bahasa sebagai pilihan lintas minat bagi peminatan
MIPA dan IPS.
Dianjurkan setiap SMA memiliki ketiga peminatan. Peserta didik di SMA Kelas XII
dapat mengambil mata kuliah pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui sebagai
kredit dalam kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan. Pilihan ini
dilaksanakan bagi peserta didik SMA yang memiliki kerjasama dengan perguruan
tinggi terkait.
Pendalaman minat mata pelajaran tertentu dalam peminatan dapat
diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerjasama dengan perguruan
tinggi di kelas XII.
C. Beban Belajar
Beban belajar pada SMA dapat dilakukan dalam bentuk Sistem Paket dan Sistem
Kredit Semester (SKS).
Berkaitan beban belajar yang harus diikuti peserta didik baik dalam satu minggu,
satu semester, maupun dalam satu tahun yang menggunakan sistem Paket.
Berikut diberikan rambu-rambu yang berkaitan dengan beban belajar antara lain:
1. Beban belajar di SMA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
2. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran.
3. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran.
4. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.
5. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu
6. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
7. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 11
8. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% dari
waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
9. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial,
budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan
Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.
Beban belajar dengan Sistem Paket hanya memberi satu kemungkinan, yaitu
seluruh peserta didik wajib menggunakan cara yang sama untuk menyelesaikan
program belajarnya. Sistem pembelajaran semacam itu dianggap kurang
memberikan ruang yang demokratis bagi pengembangan potensi peserta didik yang
mencakup kemampuan, bakat, dan minat termasuk menyelesaikan program
pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar peserta didik.
Berkaitan hal tersebut, maka sekolah agar berinovasi untuk meneyelenggarakan
layanan pendidikan dalam pengeleolaannya menggunakan sistem kredit semester
(SKS).
Penerapan SKS diharapkan bisa mengakomodasi kemajemukan potensi peserta
didik. Melalui SKS, peserta didik juga dimungkinkan untuk menyelesaikan program
pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan dalam setiap
satuan pendidikan. Untuk lebih jelasnya pemahaman SKS bisa dibaca pada naskah
“Model Penyelenggaraan SKS SMA” yang diterbitkan Direktorat PSMA.
D. Bimbingan Konseling (BK)
1. Pengertian
Sesuai amanat Permendikbud Nomor 059 tahun 2014 tentang Kurukulum 2013
mengamanatkan bahwa dalam rangka pemilihan peminatan di kelas X salah
satunya adalah adanya pertimbangan dari guru bimbingan dan
konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat. Begitu juga dalam pindah
minat karena sesuatu hal peserta didik harus mendapatkan rekomendasi dari
guru BK. Hal ini menggambarkan bahwa peran BK sangat startegis sekali dalam
upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai prestasi yang
optimal. Berikut beberapa pemahaman yang berkaitan dengan bimbingan
konseling.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 12
a. Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru
Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.
b. Konseli adalah penerima layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan
c. Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal
Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah
lulus pendidikan profesi guru Bimbingan dan Konseling/konselor.
2. Fungsi BK
a. pemahaman diri dan lingkungan;
b. fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan;
c. penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan;
d. penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir;
e. pencegahan timbulnya masalah;
f. perbaikan dan penyembuhan;
g. pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk
perkembangan diri Konseli;
h. pengembangan potensi optimal;
i. advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif; dan
j. membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan terhadap program
dan aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat,
minat, kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli.
3. Tujuan
Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai
perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi,
belajar, sosial, dan karir.
4. Prinsip Layanan
a. diperuntukkan bagi semua dan tidak diskriminatif;
b. merupakan proses individuasi;
c. menekankan pada nilai yang positif;
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 13
d. merupakan tanggung jawab bersama antara kepala satuan pendidikan,
Konselor atau guru Bimbingan dan Konseling, dan pendidik lainnya dalam
satuan pendidikan;
e. mendorong Konseli untuk mengambil dan merealisasikan keputusan secara
bertanggungjawab;
f. berlangsung dalam berbagai latar kehidupan;
g. merupakan bagian integral dari proses pendidikan;
h. dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia;
i. bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan;
j. dilaksanakan sesuai standar dan prosedur profesional Bimbingan dan
Konseling; dan
k. disusun berdasarkan kebutuhan Konseli.
5. Komponen Layanan
a. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program
yang mencakup:
1) layanan dasar;
2) layanan peminatan dan perencanaan individual;
3) layanan responsif; dan
4) layanan dukungan sistem.
b. Bidang layanan Bimbingan dan Konseling mencakup:
1) bidang layanan pribadi;
2) bidang layanan belajar;
3) bidang layanan sosial; dan
4) bidang layanan karir.
c. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada
bagian (a) dan bidang layanan sebagaimana dimaksud pada bagian (b)
dituangkan ke dalam program tahunan dan semester dengan
mempertimbangkan komposisi dan proporsi serta alokasi waktu layanan
baik di dalam maupun di luar kelas.
d. Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada bagian
bagian (c) yang diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2
(dua) jam perminggu.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 14
e. Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada bagian (c)
yang diselenggarakan di luar kelas, setiap kegiatan layanan disetarakan
dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.
6. Strategi layanan
a. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas:
1) jumlah individu yang dilayani;
2) permasalahan; dan
3) cara komunikasi layanan.
b. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu
yang dilayani sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui layanan
individual, layanan kelompok, layanan klasikal, atau kelas besar.
c. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan
sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling,
atau advokasi.
d. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi
layanan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui tatap muka atau
media.
7. Mekanisme layanan
a. Mekanisme layanan Bimbingan dan Konseling meliputi:
1) mekanisme pengelolaan; dan
2) mekanisme penyelesaian masalah.
b. Mekanisme pengelolaan sebagaimana dimaksud merupakan langkah-
langkah dalam pengelolaan program Bimbingan dan Konseling pada
satuan pendidikan yang meliputi langkah: analisis kebutuhan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut
pengembangan program.
c. Mekanisme penyelesaian masalah sebagaimana dimaksud merupakan
langkah-langkah yang dilakukan oleh Konselor dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling kepada Konseli atau peserta didik yang
meliputi langkah: identifikasi, pengumpulan data, analisis, diagnosis,
prognosis, perlakuan, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 15
d. Program Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud dievaluasi
untuk mengetahui keberhasilan layanan dan pengembangan program
lebih lanjut.
8. Pelaksanaan Layanan
a. Layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling.
b. Tanggung jawab pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling.
c. Pada satuan pendidikan yang mempunyai lebih dari satu Konselor atau
Guru Bimbingan dan Konseling kepala satuan pendidikan menugaskan
seorang koordinator.
d. Tanggung jawab pengelolaan program layanan Bimbingan dan Konseling
pada satuan pendidikan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan.
e. Dalam melaksanakan layanan, Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling
dapat bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam dan
di luar satuan pendidikan.
f. Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud mendukung pelaksanaan
layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dalam bentuk antara lain:
mitra layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan narasumber melalui
strategi layanan kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun alih-tangan
kasus
9. Kualifikasi
a. Guru Bimbingan dan Konseling dalam jabatan yang belum memiliki
kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan
konseling dan kompetensi Konselor, secara bertahap ditingkatkan
kompetensinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Calon Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki
kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan
konseling dan telah lulus pendidikan profesi Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 16
E. Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas sangat menentukan sekali keberhasilan belajar. Karena kegiatan
atau aktivitas pembelajaran 99% lebih dilaksanakan di ruang belajar (kelas).
Sebelum kita masuk kepada pengertian utuh tentang manajemen kelas, ada
baiknya kita perhatikan terlebih dahulu apa itu manajemen dan apa itu kelas.
1. Pengertian
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan jadwal.
Dalam dunia pendidikan, kelas dapat mempunyai beragam makna, yaitu: (1)
kelas adalah sekelompok siswa yang sedang mengikuti suatu pembelajaran
atau kuliah tertentu; (2) kelas dapat juga diartikan sebagai proses belajar
mengajar; (3) kelas adalah bangunan fisik atau ruang kelas, tempat di mana
proses belajar mengajar dilakukan; (4) kelas adalah tingkatan sekolah di mana
seorang anak belajar.
Menurut Oemar Hamalik, kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru.
Mulyasa (2006: 91) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
mengendalikannya ketika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain dalam sebuah bukunya yang
berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif” (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006) bahwa, manajemen kelas adalah suatu upaya
memperdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk
mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 17
Hal ini sependapat dengan Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan
Kelas dan Siswa yang diterbitkan oleh Rineka Cipta, Jakarta, menyebutkan
bahwa manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk membantu
menciptakan kondisi belajar yang optimal.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat digaris bawahi bahwa manajemen kelas
adalah upaya tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai
penanggung jawab kelas dan upaya penggunaan alat-alat belajar yang tepat
sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi untuk
membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses manajemen kelas
(pengelolaan kelas) yang dilakukan guru dapat dibedakan ke dalam 2 golongan
yaitu:
1. Faktor internal peserta didik
2. Faktor eksternal peserta didik
Faktor internal peserta didik adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
masalah emosi, pikiran, dan perilaku yang ada di dalam diri masing-masing
peserta didik yang ada di kelas yang bersangkutan.
Setiap peserta didik mempunyai keadaan emosi yang berbeda-beda,
bahkan pada waktu-waktu yang berbeda. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi emosi peserta didik saat pembelajaran berlangsung.
Penting sekali untuk memelihara emosi positif setiap peserta didik saat
pembelajaran berlangsung.
Pikiran setiap peserta didik pun demikian. Pada waktu tertentu mereka
bisa saja sangat terkonsentrasi untuk belajar, sedangkan pada waktu lain
mereka sulit sekali berkonsentrasi. Pikiran peserta didik bisa saja pergi ke
tempat lain atau ke hal-hal lain di luar proses pembelajaran. Kemampuan
guru untuk membuat pikiran peserta didik kondusif untuk belajar
sangatlah penting. Beragam strategi dan metode pembelajaran yang
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 18
bervariasi dapat membantu peserta didik mengarahkan pikirannya untuk
belajar secara optimal.
Perilaku dan kepribadian peserta didik dengan ciri-ciri khasnya masing-
masing menyebabkan siswa berbeda dari peserta didik lainnya sacara
individual. Kita harus menyadari, bahwa tidak ada peserta didik yang
mempunyai karakteristik atau kepribadian yang sama. Perbedaan sacara
individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual,
dan psikologis.
Faktor eksternal peserta didik adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
masalah di luar diri masing-masing peserta didik. Beberapa faktor yang
tergolong ke dalam faktor eksternal antara lain suasana lingkungan belajar,
penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah peserta
didik, dan sebagainya.
Suasana lingkungan belajar berkaitan erat dengan penataan ruang kelas.
Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, pengaturan dan
penataan ruang kelas/belajar haruslah kondusif sehingga mendukung
berlangsungnya proses pembelajaran secara efektif. Penyusunan dan
pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk
berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk
membantu siswa dalam belajar. Hal ini sesuai tuntutan Kurikulum 2013
bahwa pembelajaran harus kolaboratif. Selain dari itu, ventilasi udara di
ruang kelas dirancang agar memungkinkan pertukaran udara dan tidak
membuat kelas menjadi gerah. Keributan di sekitar tempat belajar juga
dapat mengganggu konsentrasi mereka dalam belajar.
Selain itu, setiap peserta didik perlu diatur tempat duduknya, di mana
peserta didik secara bergliran untuk bertukar temoat duduk, khususnya
untuk peserta didik yang mempunyai hambatan dalam hal pendengaran
atau penglihatan. Ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik
tersebut untuk lebih mudah menerima informasi atau mendengarkan dan
melihat apa yang dilakukan di depan kelas baik oleh peserta didik maupun
guru. Jangan sampai pandangan atau pendengaran mereka terbatasi oleh
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 19
tempat duduk yang letaknya tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik.
Selanjutnya, di dalam kelas seringkali juga dilakukan pembelajaran
dengan setting kelompok. Guru memfasilitasi pembentukan kelompok-
kelompok belajar secara sedemikian rupa sehingga masing-masing peserta
didik mendapatkan pilihan terbaik untuk pencapaian tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Pengelompokkan peserta didik yang kurang tepat
dapat menimbulkan masalah sehingga dapat mengganggu atau
menyulitkan manajemen (pengelolaan) kelas.
Masalah jumlah peserta didik akan mempengaruhi dinamika kelas.
Semakin banyak jumlah peserta didik di kelas, misalnya tiga puluh dua
orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin
sedikit jumlah peserta didik di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik
dan mudah dalam mengorganisirnya.
F. Pembelajaran
1. Pengertian
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan kunci utama dalam kegiatan sekolah. Keberhasilan
sekolah dalam menghasilkan mutu lulusannya sangat tergantung pada kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu, manajemen sekolah sepatutnya lebih fokus
bagaimana merancanag pembelajaran yang efektif baik yang dirancang oleh
sekolah sabagai lembaga dan oleh guru sebagai pelaksana operasional.
Sebagai persiapan awal administrasi setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 20
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2. Prinsip-prinsip pembelajaran
Berikut prinsip-prinsip pembelajaran yang dituntut Kurikulum 2013.
a. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu
b. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar
c. pembelajaran berbasis kompetensi
d. pembelajaran berbasis aktivitas dengan karakteristik:
1) interaktif dan inspiratif;
2) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif;
3) kontekstual dan kolaboratif;
4) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian peserta didik; dan
5) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik
e. Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode
sesuai dengan karakteristik MP
f. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah /pendekatan
berbasis proses keilmuan
g. Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana
dimaksud diatas merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan
urutan logis meliputi proses pembelajaran:
1) mengamati;
2) menanya;
3) mengumpulkan informasi/mencoba;
4) menalar/mengasosiasi; dan
5) mengomunikasikan.
h. Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana
dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan modus pembelajaran
langsung atau tidak langsung sebagai landasan dalam menerapkan
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 21
berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan Kompetensi
Dasar yang ingin dicapai.
i. pembelajaran terpadu;
j. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki
kebenaran multi dimensi;
k. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
l. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-
skills dan soft-skills;
m. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
n. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
o. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
p. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
q. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik; dan
r. suasana belajar menyenangkan dan menantang
3. Mekanisme Pembelajaran:
a. Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
b. Tahap pelaksanaan pembelajaran, meliputi:
1) Kegiatan pendahuluan
2) Kegiatan inti
3) Keguatan penutup
G. Penilaian
1. Pengertian:
Ikon Kurikulum 2013 adalah pada pembelajaran dan penilaian. Pembelajaran
menekankan pada proses dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 22
Mengingat ruang lingkup penilaian begitu luasnya, maka pada naskah ini
dibatasai pada penilaian hasil belajar oleh pendidik.
Berikut pengertian pemahaman yang berkaitan dengan penilain:
a. Penilaian hasil belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran;
b. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta
didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi
yang sesungguhnya;
c. Ketuntasan belajar merupakan tingkat minimal pencapaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan
substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar;
d. Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian
pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap
e. Penilaian diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif.
f. Penilaian antar peserta didik adalah teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi.
g. Penilaian tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas
yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.
h. Penilaian projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data,
sampai pelaporan.
i. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan
peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
j. Ulangan harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan
satu muatan pembelajaran.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 23
k. Ulangan Tengah Semester UTS) adalah penilaian yang dilakukan untuk
semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama
semester.
l. Ulangan Akhir Semester (UAS) adalah penilaian yang dilakukan untuk
semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester.
m. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah
sikap.
n. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah
pengetahuan.
o. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah
keterampilan.
2. Fungsi:
Fungsi penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah untuk memantau
kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
3. Tujuan:
Tujuan penilaian hasil belajar oleh Pendidik adalah untuk:
a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok
peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan
program pengayaan.
b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik
dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu
semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan.
c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat
penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta
didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar.
d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.
4. Prinsip:
Prinsip Umum
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 24
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta
didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
i. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan
peserta didik dalam belajar.
Prinsip Khusus:
a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.
b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.
c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.
d. Berbasis kinerja peserta didik.
e. Memotivasi belajar peserta didik.
f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.
g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.
h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus.
l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.
m. Terkait dengan dunia kerja.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 25
n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.
o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen
5. Lingkup Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi
sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan
6. Ketuntasan:
Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan
ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan
penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat
penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal
atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu
belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun pelajaran,
dan tingkat satuan pendidikan.
Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni
predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) sebagaimana
tertera pada tabel berikut.
Nilai Ketuntasan
Pengetahuan dan Keterampilan
3,85 – 4,00 A
3,51 – 3,84 A-
3,18 – 3,50 B+
2,85 – 3,17 B
2,51 – 2,84 B-
2,18 – 2,50 C-
1,85 – 2,17 C
1,51 – 1,84 C-
1,18 – 1,50 D+
1,00 – 1,17 D
Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67
dan keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67.
7. Teknik dan Instrumen:
Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada
aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 26
a. Penilaian Kompetensi Sikap: observasi, penilaian diri, penilaian temen
sebaya, penilaian jurnal
b. Penilaian Pengetahuan: tes tertulis, observasi
c. Penilaian Keterampilan: unjuk kerja, projek, produk, portofolio, tertulis
8. Pelaporan Pencapaian Kompetensi Pesert Didik
a. Skor dan Nilai
Penilaian Kurikulum 2013 menggunakan skala skor penilaian 4,00 – 1,00
dalam menyekor pekerjaan peserta didik untuk setiap kegiatan penilaian
(ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, tugas-
tugas, ujian sekolah).
Penilaian kompetensi hasil belajar mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan dapat secara terpisah
tetapi dapat juga melalui suatu kegiatan atau peristiwa penilaian dengan
instrumen penilaian yang sama.
Tabel konversi skor dan predikat hasil belajar untuk setiap ranah
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Modus Predikat Skor Rerata Huruf Capaian
Optmimum Huruf
4,00 SB
(sangat baik)
3,85 – 4,00 A 3,85 – 4,00 A
3,51 – 3,84 A- 3,51 – 3,84 A-
3,00 B
(Baik)
3,18 – 3,50 B+ 3,18 – 3,50 B+
2,85 – 3,17 B 2,85 – 3,17 B
2,51 – 2,84 B- 2,51 – 2,84 B-
2,00
C
(Cukup)
2,18 – 2,50 C+ 2,18 – 2,50 C+
1,85 – 2,17 C 1,85 – 2,17 C
1,51 – 1,84 C- 1,51 – 1,84 C-
1,00 K
(Kurang)
1,18 – 1,50 D+ 1,18 – 1,50 D+
1,00 – 1,17 D 1,00 – 1,17 D
Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah:
sikap diambil dari nilai modus (nilai yang terbanyak muncul).
pengetahuan diambil dari nilai rerata.
keterampilan diambil dari nilai optimal (nilai tertinggi yang dicapai).
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 27
b. Bentuk Laporan
Laporan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dalam bentuk
sebagai berikut.
1) Pelaporan oleh Pendidik
Laporan hasil penilaian oleh pendidik dapat berbentuk laporan hasil
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester.
2) Pelaporan oleh Satuan Pendidikan
Rapor yang disampaikan oleh pendidik kepada kepala sekolah/madrasah
dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru Bimbingan dan
Konseling, dan orang tua/wali).
c. Nilai Untuk Rapor
Hasil belajar yang dicantumkan dalam Rapor berupa:
1) untuk ranah sikap menggunakan skor modus 1,00 – 4,00 dengan predikat
Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB);
2) untuk ranah pengetahuan menggunakan skor rerata 1,00 – 4,00 dengan
predikat D – A.
3) untuk ranah keterampilan menggunakan skor optimum 1,00 – 4,00 dengan
predikat D – A.
d. Format Rapor
Format Rapor terlampir
H. Kenaikan Kelas
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian mengatakan bahwa
penilaian hasil belajar oleh Pendidik bentuk sumatif adalah untuk menentukan
keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu tahun
pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan
keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan
keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik.
Berkaitan dengan kenaikan kelas, maka sekolah diwajibkan untuk membuat
kriteria kenaikan kelas yang mengacu pada peraturan yang berlaku untuk
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sekolah.
Kriteria ini berfungsi sebagai rujukan bagi setiap sekolah dalam menentukan
kenaikan kelas bagi setiap peserta didik kelas X dan XI. Sebagai bahan
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 28
pertimbangan dalam pengembangan peraturan kenaikan kelas adalah sebagai
berikut:
a. Ketuntasan
Contoh:
Dinyatakan tidak naik kelas bila terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada
kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap belum tuntas/belum
baik
b. Kehadiran
Contoh: Kehadiran minimal 80% dari jumlah hari efektif
c. Lain-lain yang dikembangkan dengan karakteristik sekolah
I. Ekstrakurikuler
1. Pengertian
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.
Tujuan kegiatan Ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan potensi,
bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta
didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri atas:
a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan
b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang
wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh
peserta didik yang berbentuk pendidikan Kepramukaan.
Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang
dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai bakat dan
minat peserta didik yang dapat berbentuk latihan olah-bakat dan latihan olah-
minat.
2. Pengembangan Pendidikan Kepramukaan
Berikut beberapa pengertian yang berkaitan dengan Kepramukaan:
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 29
a. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian,
kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan
pengamalan nilai nilai kepramukaan;
b. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan;
c. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan
kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka;
d. Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka;
3. Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan:
a. Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) model meliputi: 1)
Model Blok; 2) Model Aktualisasi; dan 3) Model Reguler.
b. Model Blok merupakan kegiatan wajib dalam bentuk perkemahan yang
dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum.
c. Model Aktualisasi merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan
sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan
dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan
penilaian formal.
d. Model Reguler merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik
yang dilaksanakan di Gugus depan.
4. Penilaian Pendidikan Kepramukaan:
a. Penilaian Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan
penilaian yang bersifat autentik mencakup penilaian sikap dan
keterampilan.
b. Penilaian sikap sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan
menggunakan penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri, dan
penilaian teman sebaya.
c. Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan
menggunakan penilaian unjuk kerja.
d. Penilaian sikap dan keterampilan menggunakan jurnal pendidik dan
portofolio.
5. Pengembangan Ekstrakurikuler Pilihan
Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui tahapan:
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 30
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau
menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan;
6. Program Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional
(supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan
dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan (Pasal
53 PP 19 Tahun 2005).
a. Satuan pendidikan wajib menyusun program Kegiatan Ekstrakurikuler yang
merupakan bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
b. Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud memuat:
a. rasional dan tujuan umum;
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler;
c. pengelolaan;
d. pendanaan; dan
e. evaluasi
7. Penilaian dan Evaluasi
Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik
dalam Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif dan dideskripsikan pada rapor
peserta didik.
Program Kegiatan Ekstrakurikuler tersebut disosialisasikan kepada peserta
didik dan orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
J. Kelulusan Peserta Didik
Untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan maka setiap
sekolah wajib membuat kriteria kelulusan yang mengacu pada peraturan yang
berlaku baik dari kebijakan Pusat maupun dari Daerah melalui Dinas Pendidikan.
Peraturan ini dibuat dalam rangka menjaga kewibaan dan mutu sekolah serta
sebagai rujukan dalam penetapan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Seperti diketahui bahwa selama ini salah satu penentu kelulusan dari satuan
pendidikan adalah hasil Ujian Nasional, namun mulai tahun 2015 Pemerintah
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 31
membuat kebijakan baru bahwa UN tidak lagi menjadi salah satu penentu
kelulusan. Dengan demikian kelulusan sepenuhnya tanggungjawab sekolah. Hal ini
menjadi tantangan bagi sekolah untuk menjaga mutu lulusanya dari satuan
pendidikan sehingga dapat dipertanggngjawabkan.
Berikut akan dijelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan kriteria kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.
1. Pengertian
a. Kriteria kelulusan adalah persyaratan pencapaian minimal standar
kompetensi lulusan pada semua mata pelajaran untuk dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan.
b. Nilai Sekolah selanjutnya disebut Nilai Sekolah adalah nilai gabungan
antara nilai ujian Sekolah dan rata-rata nilai Rapor.
c. Ujian Nasional SMA yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan
pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan SMA
secara nasional meliputi mata pelajaran tertentu
d. Sertifikat Hasil Ujian Nasional yang selanjutnya disebut SHUN adalah surat
keterangan yang berisi Nilai UN serta tingkat capaian kompetensi lulusan.
e. UN Susulan adalah ujian nasional yang diselenggarakan untuk peserta
didik yang berhalangan mengikuti UN Utama karena alasan tertentu yang
dapat diterima oleh sekolah/madrasah Pelaksana UN dan disertai bukti
yang sah.
f. UN Perbaikan adalah ujian nasional yang diselenggarakan untuk peserta
didik pada jenjang SMA yang mencapai kompetensi lulusan dengan
kategori kurang pada suatu mata pelajaran
2. Syarat Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. lulus Ujian Sekolah (US).
Keterangan:
a. Penyelesaian seluruh program pembelajaran sebagaimana dimaksud
diatas adalah bahwa peserta didik telah menyelesaikan pembelajaran dari
kelas X sampai dengan kelas XII yang dibuktikan dengan rapor.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 32
b. Kriteria nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran sebagai mana dimaksud diatas ditetapkan oleh sekolah.
c. Lulus Ujian Sekolah yang dimaksud diatas berdasarkan nilai sekolah (NS)
d. Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Sekolah apabila peserta didik telah
memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan perolehan Nilai Sekolah
e. Nilai Sekolah sebagaimana dimaksud diperoleh dari gabungan antara nilai
Ujian Sekolah dan nilai rata-rata rapor semester III, IV, dan V dengan
pembobotan 30% sampai dengan 50% untuk nilai Ujian Sekolah dan
pembobotan 50% sampai dengan 70% untuk nilai rata-rata rapor.
3. Penetapan Kelulusan
a. Kelulusan peserta didik ditetapkan setelah satuan pendidikan menerima
hasil UN peserta didik yang bersangkutan
b. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan formal ditentukan oleh
satuan pendidikan berdasarkan rapat Dewan Guru
K. Sarana TIK
Pengelolaan Manajemen di masa era globalisasi seperti sekarang adalah tidak
lepas dari teknologi dan informasi atau kita kenal dengan IT. Teknologi Informasi
adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis,
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan
keputusan.
Peran teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Karena
perkembangan teknologi sudah semakin pesat sehingga kebutuhan masnusia akan
teknologi juga semakin banyak. Saat ini salah satu yang membutuhkan teknologi
informasi adalah sekolah. Penggunaan IT di sekolah sangatlah penting.
Layanan yang dilakukan sekolah seperti kegiatan belajar mengajar, mengolah data
peserta didik, guru ataupun para orang tua peserta didik, menyusun program,
mengolah nilai, laporan publik, laporan hasil belajar, informasi sekolah, dan
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 33
hampir semua kegiatan sangat memerlukan teknologi IT agar dapat memberikan
layanan lebih efektif, cepat dan akurat.
Beberapa kegunaan atau fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat
bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya perantara sistem informasi.
2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem
informasi secara kritis.
3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem
informasi.
5. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem
informasi dan teknologi baru.
6. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan
sistem.
7. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi,
mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk
atau pelayanan mereka.
12. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional. Pengendalian operasional
adalah proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan
aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian besar
keputusan bisa diprogramkan.
13. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen. Informasi pengendalian
manajemen diperlukan oleh Kepala Sekolah untuk mengukur pekerjaan,
memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru
untuk diterapkan personalia operasional, dna mengalokasi sumber daya.
Berkaitan hal tersebut diatas, maka sekolah agar mempertimbangkan dalam
pengadaan software dan hardware termasuk didalamnya peningkatan kemampuan
penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) baik bagi guru maupun
karyawan.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 34
BAB III
PELAKSANAAN PENGELOLAAN SMA
BERBASIS kURIKULUM 2013
A. KTSP
KTSP disusun dan dibuat oleh Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sebelum tahun
pelajaran dimulai dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik sekolah dengan
memperhatikan: a) acuan konseptual; b) prinsip pengembangan; dan c) prosedur
operasional.
Prosedur operasional penyusunan KTSP digambarkan dalam diagram alur berikut.
Penjelasan:
1. Analisis sebagaimana dimaksud mencakup:
a. analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kurikulum;
b. analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan; dan
c. analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.
2. Penyusunan sebagaimana dimaksud mencakup:
a. perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan;
b. pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;
c. pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat
kelas;
d. penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan;
e. penyusunan silabus mata pelajaran muatan lokal; dan
f. penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan
pembelajaran.
3. Penetapan sebagaimana dimaksud dilakukan kepala sekolah/madrasah
berdasarkan hasil rapat dewan pendidik satuan pendidikan dengan melibatkan
komite sekolah/madrasah.
4. Pengesahan sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya.
Analisis Penyusunan Penetapan Pengesaha
n
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 35
B. Peminatan
1. Pelaksanaan Pemilihan Peminatan
Pemilihan peminatan dilakukan oleh peserta didik di setiap awal tahun
pelajaran bagi kelas X, XI, dan XII.
Pemilihan peminatan dapat digambarkan dalam diagram alur berikut.
Penjelasan:
Calon peserta didik menjelang awal tahun pelajaran baru mengikuti seleksi
penerimaan peserta didik baru melalui program PPDB. Kemudian calon
peserta didik diminta untuk memilih Peminatan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuan dengan beberapa alternatif:
1. mengikuti seleksi PPDB sesuai dengan persyaratadan seteleh diterima
selanjutnya setiap peserta didik diminta untuk memilih Peminatan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, atau
2. mengikuti seleksi PPDB sekaligus untuk memilih peminatan secara
bersamaan dalam proses penerimaan melalui PPDB. Pada seleksi cara ini,
setelah proses PPDB guru BK agar menyiapkan perangkat untuk
mengantisipasi peserta didik yang akan memilih 3 MP dari 4 MP pada
setiap kelompok Peminatan Akademik.
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan peminatan:
a. nilai rapor Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
atau yang sederajat,
b. nilai ujian nasional SMP/MTs atau yang sederajat,
c. rekomendasi guru bimbingan dan konseling/konselor di SMP/MTs atau yang
sederajat,
Calon peserta didik baru SMA
PPDB
PPDB &
Pemina
Pilih
Peminatan
Kelas
sesuai
Peminatan
KBM
Y
Y
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 36
d. hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA, atau
tes bakat dan minat oleh psikolog.
e. dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah.
2. Pemilihan Lintas Minat
Mata pelajaran lintas minat di SMA/MA diambil dari luar kelompok peminatan
akademiknya, kecuali untuk kelompok Peminatan Bahasa dan Budaya dapat
diambil dari luar dan/atau dari dalam kelompok peminatan akademiknya pada
satuan pendidikan yang sama.
3. Rambu-rambu Pelaksanaan Pendalaman Minat
a. Pendalaman minat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui
kerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki bidang keilmuan yang
sesuai.
b. Perguruan tinggi harus menyediakan sumber daya pendidikan yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pembelajaran pendalaman minat.
c. Kerjasama sebagaimana dimaksud dituangkan dalam bentuk nota
kesepahaman (MoU).
d. Peserta didik dapat mengambil pendalaman minat dengan ketentuan:
a. memiliki indeks prestasi paling rendah 3,67; dan
b. memiliki kecerdasan istimewa, dengan dibuktikan tes IQ.
4. Pindah Peminatan:
a. Peserta didik SMA dapat pindah antarkelompok peminatan akademik
dalam satuan pendidikan yang sama paling lambat pada akhir semester 1
(satu).
b. perpindahan kelompok peminatan akademik didasarkan pada hasil
pembelajaran pada semester berjalan dan rekomendasi guru Bimbingan
dan Konseling/Konselor.
c. Peserta didik yang pindah kelompok peminatan akademik harus mengikuti
program matrikulasi.
C. Beban Belajar
Beban belajar yang harus dilakukan setiap peserta didik adalah sesuai dengan
struktur Program Kurikulum seperti yang terdapat pada Permendikbud Nomor 059
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 37
Tahun 2014. Beban belajar kelas X, XI, dan XII masing-masing minimal 42 jampel,
44 jampel dan 44 jampel.
Sekolah dapat menambah beban belajar untuk jampel pada mata pelajaran
tertentu sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing sekolah yang
dilakukan melalui pengkajian atau proses analisis, sehingga alasannya dapat
diterima berdasarkan rasionalitas.
Pengelolaan kurikulum berkaitan dengan beban belajar dapat dilakukan dengan
menggunakan Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester (SKS). Hal ini agar
dilakukan pengkajian yang dalam dari berbagai dimensi seperti SDM, manajemen,
sarana prasarana, IT, dll sehingga pengelolaan tersebut tetap berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan.
Jika implementasi pengelolaan kurikulum akan menggunakan Sistem Kredit
Semester (SKS) maka pelaksanaanya dilakukan secara bertahap yang dimulai dari
kelas X di tahun pertama, berlanjut pada tahun kedua kelas X dan kelas XI,
kemudian tahun ketiga di kelas X, XI, dan XII sudah menggunakan SKS.
D. Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan.
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling tidak terlepas dari upaya mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Layanan BK dalam upaya memfasilitasi mengembangkan potensi peserta didik
dapat digambarkan dalam alur sbb.
Penjelasan:
1. guru BK sebelum menyusun Program BK agar diawali dulu melakukan analisis
kebutuhan bagi peserta didik.
Analisis kebutuhan Peserta
Didik
Program
BK
Hasil:
Kematangan,
Kemandirian
Program
1. Layanan Dasar 2. Layanan
Peminatan & Perenc Individu
3. Layanan Responsif
4. Dukungan Sistem
Bidang Layanan
1. Pribadi 2. Sosial 3. Belajar 4. Karier
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 38
2. setelah melakukan analisis selanjutnya menyusun program dengan sistematika
minimal meliputi: rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, komponen
program, bidang layanan, rencana operasional, pengembangan tema/topik,
pengembangan RPLBK, evaluasi-pelaporan-tindak lanjut, dan anggaran biaya.
3. program BK agar mengakomodasi 4 layanan yang terdiri:
a. layanan dasar,
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh
konseling melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis
dalam rangka mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif
sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan
b. layanan peminatan dan perencanaan individual,
Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk
mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta
didik/konseli dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau
pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan. Peminatan
peserta didik dalam Kurikulum 2013 mengandung makna: (1) suatu
pembelajaran berbasis minat peserta didik sesuai kesempatan belajar
yang ada dalam satuan pendidikan; (2) suatu proses pemilihan dan
penetapan peminatan belajar yang ditawarkan oleh satuan pendidikan;
(3) merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh
peserta didik tentang peminatan belajar yang didasarkan atas
pemahaman potensi diri dan pilihan yang tersedia pada satuan pendidikan
serta prospek peminatannya; (4)merupakan proses yang
berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai
keberhasilan proses dan hasil belajar serta perkembangan optimal dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional; dan (5) layanan peminatan
peserta didik merupakan wilayah garapan profesi bimbingan dan
konseling, yang tercakup pada layanan perencanaan individual.
c. layanan responsif, dan
Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli
yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan dengan segera,
agar peserta didik/konseli tidak mengalami hambatan dalam proses
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 39
pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Strategi layanan responsif
diantaranya konseling individual, konseling kelompok, konsultasi,
kolaborasi, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus
d. dukungan sistem.
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan
Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor atau
guru bimbingan dan konseling secara berkelanjutan, yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada peserta didik/konseli atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik/konseli dan
mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling.
4. Selanjutnya program tersebut untuk memberikan 4 layanan yang terdiri
layanan:
1. Pribadi
2. Sosial
3. Belajar
4. Karier
5. Setiap peserta didik mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan dan
layanan dilakukan sesuai dengan skala prioritas
6. peserta didik/konseli dapat mencapai kematangan dan kemandirian dalam
kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas perkembangannya yang mencakup
aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara utuh dan optimal
E. Manajemen Kelas
Esensi dari pengelolaan kelas dimaksudkan adalah untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai sasaran dan tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai tuntutan Kurikulum 2013.
Untuk mencapai tersebut maka peran sekolah sebagai lembaga mempunyai
tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan tersebut khususnya dari sisi pisik.
Begitu juga peran guru dalam hal ini lebih strategis dalam merancang pengelolaan
kelas.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 40
F. Pembelajaran
Kunci utama aktifitas sekolah adalah pembelajaran. Kualitas hasil belajar peserta
didik menggambarkan kualitas pembelajaran.
Sehubungan hal tersebut, maka sekolah seyogyanya memfasilitasi pembelajaran
merupakan fokus utama. Guru menjadikan ujung tombak dalam merancang dan
pelaksanaan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.
Kurikulum 2013 menuntut bahwa kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat mengembangkan potensi
peserta didik sehingga memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu
berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan
berperadaban dunia
Mekanisme Pembelajaran:
a. Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu guru wajib membuat, menyusun dan
mengembangkan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
RPP ini sangat penting dan strategis, mengingat RPP adalah sebagai penunjuk
arah, tujuan dan kontroling aktifitas pembelajaran agar kegiatan
pemebelajaran efektif sehingga peserta didik memiliki kompetensi sesuai yang
diharapkan.
b. Tahap pelaksanaan pembelajaran, meliputi:
1) Kegiatan pendahuluan
2) Kegiatan inti
3) Kegiatan penutup
Tahapan pembelajaran dapat digambarkan dalam bentuk diagram alur berikut.
Penjelasan:
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
RPP Kegiatan
Pendahuluan
Hasil
Belajar Kegiatan Inti Kegiatan
Penutup
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 41
b. mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan
sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan
dikembangkan;
c. menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari;
d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan; dan
e. menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi,
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta
didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia
Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai
pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup terdiri atas:
a. Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu: (a) membuat
rangkuman/simpulan pelajaran; (b) melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan; dan (c) memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran; dan
b. Kegiatan guru yaitu: (a) melakukan penilaian; (b) merencanakan kegiatan
tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan (c)
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 42
G. Penilaian
Implementasi Kurikulum 2013 yang paling menantang dan masih banyak yang
belum dipahami oleh guru adalah masalah penilaian. Kurikulum 2013
mengamanatkan bahwa dalam penilaian hasil belajar menggunakan penilaian
autentik. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta
didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang
sesungguhnya.
Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan bentuk pembelajaran
autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning).
Penilaian autentik diyakini dapat memberikan informasi yang lebih baik terhadap
kemampuan peserta didik secara holistik dan valid.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Hal
ini menunjukkan bahwa penilaian bukan hanya pada periode tertentu atau
melakukan penilaian bukan hanya setelah selesai kegiatan pembelajaran. Begitu
juga bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik tidak terlepas dari proses
pembelajaran.
Berkaitan dengan pemahaman tersebut, maka guru sebelum melakukan penilaian
agar menyusun rancangan penilaian terlebih dahulu.
Prosedur penilaian digambarkan pada bagan berikut.
Analisis
Materi/KD Hasil
· Observasi
· Penilaian Diri
· Teman Sebaya
· Jurnal
Instrumen
· Keterampilan
· Pengetahuan
· Sikap
· Tertulis
· Observasi
· Penugasan
· Praktik
· Projek
· Produk
· P Folio
Pengolahan
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 43
H. Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilakukan pada setiap akhir semester kedua bagi kels X dan XI
sesuai dengan kiteria yang berlaku di sekolah.
Tahapan penyusunan kriteria kenaikan dari satuan pendidikan digambarkan pada
bagan berikut.
I. Ekstrakurikuler
1. Tahapan Pengembangan kegiatan Ekstrakurikuler
Sebelum melaksanakan kegiatan ekstrakuriluler maka satuan pendidikan
harus melakukan analisis potensi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau
menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan;
Setelah melakukan kajian selanjutnya satuan pendidikan menyusun “Panduan
Kegiatan Ekstrakurikuler” yang berlaku di satuan pendidikan dan
mendiseminasikannya kepada peserta didik pada setiap awal tahun pelajaran.
Panduan kegiatan ekstrakurikuler yang diberlakukan pada satuan pendidikan
paling sedikit memuat.
a. Kebijakan mengenai program ekstrakurikuler;
b. Rasional dan tujuan kebijakan program ekstrakurikuler;
c. Deskripsi program ekstrakurikuler meliputi:
1) ragam kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan;
2) tujuan dan kegunaan kegiatan ekstrakurikuler;
3) keanggotaan/kepesertaan dan persyaratan;
4) jadwal kegiatan; dan
Pembentu
kan Tim
Kecil atau
(TPK)
Analisis:
Legalitas
Kriteria
Kenaikan
Kelas
Penyusunan Draf mempertimbangkan:
1. Ketuntasan MP
2. Kehadiran
3. Sikap
4. Ekstrakurikuler
Rapat Pleno Dewan Guru
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 44
5) level supervisi yang diperlukan dari orang tua peserta didik.
d. Manajemen program ekstrakurikuler meliputi:
1) Struktur organisasi pengelolaan program ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan;
2) Level supervisi yang disiapkan/disediakan oleh satuan pendidikan
untuk masing-masing kegiatan ekstrakurikuler; dan
3) Level asuransi yang disiapkan/disediakan oleh satuan pendidikan untuk
masing-masing kegiatan ekstrakurikuler.
e. Pendanaan dan mekanisme pendanaan program ekstrakurikuler.
2. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Peserta didik harus mengikuti program ekstrakurikuler wajib (kecuali bagi
yang terkendala), dan dapat mengikuti suatu program ekstrakurikuler pilihan
baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan suatu mata pelajaran di
satuan pendidikan tempatnya belajar.
Penjadwalan Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dirancang di awal tahun
pelajaran oleh pembina di bawah bimbingan kepala sekolah/madrasah atau
wakil kepala sekolah/madrasah. Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler diatur agar
tidak menghambat pelaksanaan kegiatan intra dan kokurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran kurikuler yang
terencana setiap hari. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan setiap hari
atau waktu tertentu (blok waktu). Kegiatan ekstrakurikuler seperti OSIS, klub
olahraga, atau seni mungkin saja dilakukan setiap hari setelah jam pelajaran
usai. Sementara itu kegiatan lain seperti Klub Pencinta Alam, Panjat Gunung,
dan kegiatan lain yang memerlukan waktu panjang dapat direncanakan
sebagai kegiatan dengan waktu tertentu (blok waktu).
Khusus untuk Kepramukaan, kegiatan yang dilakukan di luar sekolah atau
terkait dengan berbagai satuan pendidikan lainnya, seperti Jambore Pramuka,
ditentukan oleh pengelola/pembina Kepramukaan dan diatur agar tidak
bersamaan dengan waktu belajar kurikuler rutin.
Seperti diketahui bahwa Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga)
Model meliputi: 1) Model Blok; 2) Model Aktualisasi; dan 3) Model Reguler.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 45
a. Model Blok merupakan kegiatan wajib dalam bentuk perkemahan yang
dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum. Contoh
kegatan waktu orientasi sekolah dalam bentuk PPDB.
b. Model Aktualisasi merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan
sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan
dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan
penilaian formal.
Kegiatan pada model ini, bahwa setiap guru mata pelajaran melakukan
analisis KD yang memiliki keterkaitan dengan aktualisasi kegiatan
kepramukaan kemudian pelaksanaannya diserahkan kepada Pembina
Pramuka.
c. Model Reguler merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik
yang dilaksanakan di Gugus depan.
3. Penilaian Ekstrakurikuler
Kinerja peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler perlu mendapat
penilaian dan dideskripsikan dalam rapor. Kriteria keberhasilannya meliputi
proses dan pencapaian kompetensi peserta didik dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler yang dipilihnya. Penilaian dilakukan secara kualitatif.
Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal “baik” pada Pendidikan
Kepramukaan pada setiap semesternya. Nilai yang diperoleh pada Pendidikan
Kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik. Bagi
peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu mendapat bimbingan
terus menerus untuk mencapainya.
4. Daya Dukung
Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian
kegiatan ekstrakurikuler antara lain :
a. Kebijakan Satuan Pendidikan
Pengembangan dan pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan
kewenangan dan tanggung jawab penuh dari satuan pendidikan. Oleh
karena itu untuk dapat mengembangkan dan melaksanakan Kegiatan
Ekstrakurikuler diperlukan kebijakan satuan pendidikan yang ditetapkan
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 46
dalam rapat satuan pendidikan dengan melibatkan komite
sekolah/madrasah baik langsung maupun tidak langsung.
b. Ketersediaan Pembina
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler harus didukung dengan
ketersediaan pembina. Satuan pendidikan dapat bekerja sama dengan
pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pembina.
c. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler memerlukan dukungan berupa
ketersediaan sarana dan prasarana satuan pendidikan. Yang termasuk
sarana satuan pendidikan adalah segala kebutuhan fisik, sosial, dan
kultural yang diperlukan untuk mewujudkan proses pendidikan pada
satuan pendidikan. Selain itu unsur prasarana seperti lahan,
gedung/bangunan, prasarana olahraga dan prasarana kesenian, serta
prasarana lainnya.
J. Kelulusan
a. Tahapan menyusun kriteria kelulusan dari satuan pendidikan.
b. Tahapan menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Pembentu
kan Tim
Kecil atau
(TPK)
Analisis:
Legalitas
Kriteria
Kelulusan
Peserta
Didik dari
Satuan
Penyusunan Draf mempertimbangkan:
1. Program
pembelajaran,
sikap, dan US
2. Menentukan
bobot antara
Rapor dan US
Rapat Pleno Dewan Guru
Peserta Didik
Analisa
Data Syarat
Kelulusan
Tamat
Sekolah
(Setifikat)
Rapat
Dewan Guru
Kriteri
a
Mengulang
TP baru
Y
T
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 47
K. Sarana TIK
Sekolah dalam mengelola manajemen tidak bisa menghindar akan kebutuhan
teknologi dan informasi. Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi
dapat berguna bagi manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-
kebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-
kegiatan untuk masing-masing tingkat manajemen dan tipe keputusan yang
diambilnya.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan
dibentuknya Sistem Informasi Manajemen adalah supaya organisasi memiliki
informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang
menyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang
strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola
organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi.
Contoh kebutuhan yang berkaitan dengan IT untuk mendukung manajemen sekolah
1. Software:
a. SIM (Sistem Informasi Manajemen)
b. Software aplikasi untuk mengolah rapor
c. Sofware Pembelajaran
d. Sofware Perpustakaan
e. Web
f. Media Sosial
g. Dll
2. Hardware:
c. Komputer
d. Laptop
e. Server
f. Camera
g. Dll
3. Kompetensi:
a. Guru memiliki kemampuan IT
b. Karyawan memiliki kemampuan IT
c. Teknisi/operator
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 48
BAB IV
PENUTUP
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah
pendidikan bangsa. Masalah pendidikan maka kaitannya dengan Sekolah, maka sekolah
dalam aktifitasnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang dituangkan
dalam bentuk visi, misi dan tujuan.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, Pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan tentang Kurikulm 2013 untuk diimplementasikan pada setiap jejang sekolah
termasuk SMA secara bertahap.
Kurikulum 2013 meberikan harapan dan peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Kurikulum 213 menuntut perubahan pola pikir.
Sehubungan hal tersebut, agar Kurikulum 2013 dapat diimplementasikan di setiap
sekolah dengan baik dan benar, maka pihak sekolah perlu mengelola yang profesional
melalui tahapan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, monitoring dan
evaluasi.
Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 49