6
1 Pengelolaan Usaha Kerajinan Berbasis Pemberdayaan Sampah di Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kabupaten Sleman Lutfi Tri Atmaji Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia [email protected] Abstrak Sampah merupakan permasalahan yang kerap dijumpai dalam kehidupan masyarakat di perkotaan dan daerah padat penduduk seperti perkampungan dan perumahan. Pengelolaan sampah yang kurang efektif dapat berakibat pada penumpukan sampah dan jika dibiarkan tentu akan mengganggu bagi lingkungan sekitar hingga menimbulkan penyakit. Namun di masyarakat di Dusun Sukunan memiliki sistem pengolahan sampah mandiri. Untuk mengatasi permasalahan karena penumpukan sampah warga Dusun Sukunan memberdayakan limbah sampah rumah tangga diolah menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya guna sehingga selain dapat mengatasi permasalahan sampah juga dapat membatu pemasukan ekonomi bagi warga sekitar. Proses memberdayakan pengolahan limbah rumah tangga kepada warga di Dusun Sukunan tidaklah mudah namun pelan tapi pasti banyak warga yang justru tertarik menjadi pengrajin olahan sampah. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana cara kelompok usaha kerajinan di dusun Sukunan menjaga keberlangsungan usahanya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti produk, produksi, harga, SDM, finansial dan edukasi. Hasil dalam penelitian ini adalah faktor edukasi dan faktor kepercayaan merupakan elemen yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan pengelolaan kerajinan berbasis sampah di dusun Sukunan. Kata kunci: pengolahan sampah, kerajinan, pemberdayaan Abstract Waste is a problem that is often encountered in public life in urban and densely populated areas such as settlement and housing. The lack of effectiveness of garbage management may result in the accumulation of garbage and if left unchecked it will damaging the surrounding environment and causing illness. But people in the Sukunan Village have independent waste management system. To overcome the problems due to the accumulation of garbage, people in Sukunan Village recycle their household waste into a handicraft that has economic and useful value so that in addition to addressing the waste problem it can also contribute to economic income for local residents. Recycling process of household waste in the Sukunan Village is not a simple matter however, slowly but sure many people are actually interested in being a recycled garbage craftsman. This study will examine how the handicraft business group in Sukunan Village maintain continuity of their business that are affected by several factors such as product, production, pricing, human resources, financial and education. This research used descriptive qualitative method with interviewing 7 informants as a research instrument. The result in this research are education and trust factor which became the essential element in waste management industry in Dusun Sukunan. Keywords: waste management, craft, empowerment

Pengelolaan Usaha KerajinanBerbasis Pemberdayaan Sampah

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengelolaan Usaha KerajinanBerbasis Pemberdayaan Sampah

1

1

Pengelolaan Usaha Kerajinan Berbasis Pemberdayaan Sampah di Dusun Sukunan, Desa

Banyuraden, Kabupaten Sleman

Lutfi Tri AtmajiProgram Pascasarjana Institut Seni Indonesia

[email protected]

AbstrakSampah merupakan permasalahan yang kerap dijumpai dalam kehidupan masyarakat di perkotaan dan daerah padat penduduk seperti perkampungan dan perumahan. Pengelolaan sampah yang kurang efektif dapat berakibat pada penumpukan sampah dan jika dibiarkan tentu akan mengganggu bagi lingkungan sekitar hingga menimbulkan penyakit. Namun di masyarakat di Dusun Sukunan memiliki sistem pengolahan sampah mandiri. Untuk mengatasi permasalahan karena penumpukan sampah warga Dusun Sukunan memberdayakan limbah sampah rumah tangga diolah menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya guna sehingga selain dapat mengatasi permasalahan sampah juga dapat membatu pemasukan ekonomi bagi warga sekitar. Proses memberdayakan pengolahan limbah rumah tangga kepada warga di Dusun Sukunan tidaklah mudah namun pelan tapi pasti banyak warga yang justru tertarik menjadi pengrajin olahan sampah. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana cara kelompok usaha kerajinan di dusun Sukunan menjaga keberlangsungan usahanya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti produk, produksi, harga, SDM, finansial dan edukasi. Hasil dalam penelitian ini adalah faktor edukasi dan faktor kepercayaan merupakan elemen yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan pengelolaan kerajinan berbasis sampah di dusun Sukunan. Kata kunci: pengolahan sampah, kerajinan, pemberdayaan

AbstractWaste is a problem that is often encountered in public life in urban and densely populated areas such as settlement and housing. The lack of effectiveness of garbage management may result in the accumulation of garbage and if left unchecked it will damaging the surrounding environment and causing illness. But people in the Sukunan Village have independent waste management system. To overcome the problems due to the accumulation of garbage, people in Sukunan Village recycle their household waste into a handicraft that has economic and useful value so that in addition to addressing the waste problem it can also contribute to economic income for local residents. Recycling process of household waste in the Sukunan Village is not a simple matter however, slowly but sure many people are actually interested in being a recycled garbage craftsman. This study will examine how the handicraft business group in Sukunan Village maintain continuity of their business that are affected by several factors such as product, production, pricing, human resources, financial and education. This research used descriptive qualitative method with interviewing 7 informants as a research instrument. The result in this research are education and trust factor which became the essential element in waste management industry in Dusun Sukunan.Keywords: waste management, craft, empowerment

LENOVO
Text Box
Lutfi Tri Atmaji, PENGELOLAAN USAHA KERAJINAN...
Page 2: Pengelolaan Usaha KerajinanBerbasis Pemberdayaan Sampah

2

TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016

2

Pendahuluan

Kesadaran masyarakat di Indonesia akan pentingnya mengelola sampah secara mandiri masih sangat rendah. Hal ini semakin diperparah dengan praktik buang sampah sembarangan, baik individual maupun kolektif. Imbasnya, tumpukan sampah yang bukan pada tempatnya kerap menjadi pemandangan dan sumber polusi udara yang tidak mengenakkan. Di daerah perkotaan, selama ini masyarakat masih mengandalkan peran petugas kebersihan untuk menyelesaikan persoalan sampah. Sejatinya memang bukan menyelesaikan, namun keberadaan petugas kebersihan yang diupayakan oleh pemerintah daerah setempat tersebut cukup membantu menjaga kebersihan lingkungan. Sayangnya, keberadaannya tidak cukup menyentuh semua lapisan masyarakat dan menjangkau seluruh jengkal wilayah. Sehingga persoalan sampah menjadi persoalan keseharian yang seperti tidak akan ada habisnya. Sejauh pengelolaan sampah masih sebatas pada tertampungnya sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Itu pun masih mengandalkan peran pemerintah setempat beserta dinas terkait.

Berbeda halnya dengan yang terjadi pada masyarakat di dusun Sukunan, masyarakat di dusun ini memiliki sistem pengolahan limbah mandiri. Untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh sampah, warga dusun Sukunan memberdayakan limbah sampah menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi sehingga selain dapat mengatasi persoalan sampah juga dapat membantu menambah pemasukan ekonomi bagi warga dusun Sukunan. Tidak mengherankan jika kemudian Dusun Sukunan menyandang predikat sebagai kampung wisata lingkungan. Adapun pengelolaan sampah dusun Sukunan sudah dimulai sejak tahun 2004, dipelopori oleh tujuh orang warga hingga saat ini sebagian besar warga dusun Sukunan tergabung dalam kelompok-kelompok usaha pengelolaan sampah dimana salah satunya adalah usaha kerajinan berbahan dasar sampah plastik dan kain perca.

Kerajinan pada umumnya memiliki bahan dasar alami seperti kayu, rotan, tanah liat dan lain sebagainya dimana jauh lebih dikenal oleh masyarakat luas dan memiliki pangsa pasar yang sudah jelas daripada kerajinan berbahan dasar sampah sehingga usaha kerajinan berbasis pemberdayaan sampah yang ada di dusun Sukunan masih merupakan usaha yang berbentuk kelompok dan berskala kecil dengan manajemen yang terbatas. Dengan mengusung konsep ramah lingkungan, produk kerajinan berbahan dasar sampah sangat layak dan potensial untuk dikembangkan. Maka kemudian, diperlukan kajian untuk mengetahui cara kelompok usaha kerajinan di dusun Sukunan untuk menjaga kelangsungan usahanya.

Keberlangsungan usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perjalanan yang terjadi dalam usaha mengelola suatu bahan baku menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual, yang memberikan pendapatan bagi usaha itu sendiri dan pelaku usahanya secara terus-menerus. Prinsip keberlangsungan usaha (going concern) lebih dikenal dalam disiplin ilmu Akuntansi. Belkaoui (1992) menyatakan, prinsip keberlangsungan usaha adalah asumsi bahwa suatu entitas akan tetap berada dalam bisnis di masa mendatang.

Sejauh ini, sebagian besar usaha di bidang kerajinan digarap oleh mereka yang bermodal kecil hingga menengah dan dijalankan dengan manajemen yang sederhana pula. Usaha di bidang kerajinan berkisar pada usaha penjualan dan usaha pembuatan kerajinan, atau yang lebih sering disebut industri kerajinan. Industri kerajinan merupakan industri pembuatan barang yang banyak terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari aspek permodalan dan aset, jenis industri ini tergolong industri rumah tangga atau indstri kecil. Menurut

Page 3: Pengelolaan Usaha KerajinanBerbasis Pemberdayaan Sampah

2

TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016

2

Pendahuluan

Kesadaran masyarakat di Indonesia akan pentingnya mengelola sampah secara mandiri masih sangat rendah. Hal ini semakin diperparah dengan praktik buang sampah sembarangan, baik individual maupun kolektif. Imbasnya, tumpukan sampah yang bukan pada tempatnya kerap menjadi pemandangan dan sumber polusi udara yang tidak mengenakkan. Di daerah perkotaan, selama ini masyarakat masih mengandalkan peran petugas kebersihan untuk menyelesaikan persoalan sampah. Sejatinya memang bukan menyelesaikan, namun keberadaan petugas kebersihan yang diupayakan oleh pemerintah daerah setempat tersebut cukup membantu menjaga kebersihan lingkungan. Sayangnya, keberadaannya tidak cukup menyentuh semua lapisan masyarakat dan menjangkau seluruh jengkal wilayah. Sehingga persoalan sampah menjadi persoalan keseharian yang seperti tidak akan ada habisnya. Sejauh pengelolaan sampah masih sebatas pada tertampungnya sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Itu pun masih mengandalkan peran pemerintah setempat beserta dinas terkait.

Berbeda halnya dengan yang terjadi pada masyarakat di dusun Sukunan, masyarakat di dusun ini memiliki sistem pengolahan limbah mandiri. Untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh sampah, warga dusun Sukunan memberdayakan limbah sampah menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi sehingga selain dapat mengatasi persoalan sampah juga dapat membantu menambah pemasukan ekonomi bagi warga dusun Sukunan. Tidak mengherankan jika kemudian Dusun Sukunan menyandang predikat sebagai kampung wisata lingkungan. Adapun pengelolaan sampah dusun Sukunan sudah dimulai sejak tahun 2004, dipelopori oleh tujuh orang warga hingga saat ini sebagian besar warga dusun Sukunan tergabung dalam kelompok-kelompok usaha pengelolaan sampah dimana salah satunya adalah usaha kerajinan berbahan dasar sampah plastik dan kain perca.

Kerajinan pada umumnya memiliki bahan dasar alami seperti kayu, rotan, tanah liat dan lain sebagainya dimana jauh lebih dikenal oleh masyarakat luas dan memiliki pangsa pasar yang sudah jelas daripada kerajinan berbahan dasar sampah sehingga usaha kerajinan berbasis pemberdayaan sampah yang ada di dusun Sukunan masih merupakan usaha yang berbentuk kelompok dan berskala kecil dengan manajemen yang terbatas. Dengan mengusung konsep ramah lingkungan, produk kerajinan berbahan dasar sampah sangat layak dan potensial untuk dikembangkan. Maka kemudian, diperlukan kajian untuk mengetahui cara kelompok usaha kerajinan di dusun Sukunan untuk menjaga kelangsungan usahanya.

Keberlangsungan usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perjalanan yang terjadi dalam usaha mengelola suatu bahan baku menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual, yang memberikan pendapatan bagi usaha itu sendiri dan pelaku usahanya secara terus-menerus. Prinsip keberlangsungan usaha (going concern) lebih dikenal dalam disiplin ilmu Akuntansi. Belkaoui (1992) menyatakan, prinsip keberlangsungan usaha adalah asumsi bahwa suatu entitas akan tetap berada dalam bisnis di masa mendatang.

Sejauh ini, sebagian besar usaha di bidang kerajinan digarap oleh mereka yang bermodal kecil hingga menengah dan dijalankan dengan manajemen yang sederhana pula. Usaha di bidang kerajinan berkisar pada usaha penjualan dan usaha pembuatan kerajinan, atau yang lebih sering disebut industri kerajinan. Industri kerajinan merupakan industri pembuatan barang yang banyak terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari aspek permodalan dan aset, jenis industri ini tergolong industri rumah tangga atau indstri kecil. Menurut

3

TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016

2

Pendahuluan

Kesadaran masyarakat di Indonesia akan pentingnya mengelola sampah secara mandiri masih sangat rendah. Hal ini semakin diperparah dengan praktik buang sampah sembarangan, baik individual maupun kolektif. Imbasnya, tumpukan sampah yang bukan pada tempatnya kerap menjadi pemandangan dan sumber polusi udara yang tidak mengenakkan. Di daerah perkotaan, selama ini masyarakat masih mengandalkan peran petugas kebersihan untuk menyelesaikan persoalan sampah. Sejatinya memang bukan menyelesaikan, namun keberadaan petugas kebersihan yang diupayakan oleh pemerintah daerah setempat tersebut cukup membantu menjaga kebersihan lingkungan. Sayangnya, keberadaannya tidak cukup menyentuh semua lapisan masyarakat dan menjangkau seluruh jengkal wilayah. Sehingga persoalan sampah menjadi persoalan keseharian yang seperti tidak akan ada habisnya. Sejauh pengelolaan sampah masih sebatas pada tertampungnya sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Itu pun masih mengandalkan peran pemerintah setempat beserta dinas terkait.

Berbeda halnya dengan yang terjadi pada masyarakat di dusun Sukunan, masyarakat di dusun ini memiliki sistem pengolahan limbah mandiri. Untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh sampah, warga dusun Sukunan memberdayakan limbah sampah menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi sehingga selain dapat mengatasi persoalan sampah juga dapat membantu menambah pemasukan ekonomi bagi warga dusun Sukunan. Tidak mengherankan jika kemudian Dusun Sukunan menyandang predikat sebagai kampung wisata lingkungan. Adapun pengelolaan sampah dusun Sukunan sudah dimulai sejak tahun 2004, dipelopori oleh tujuh orang warga hingga saat ini sebagian besar warga dusun Sukunan tergabung dalam kelompok-kelompok usaha pengelolaan sampah dimana salah satunya adalah usaha kerajinan berbahan dasar sampah plastik dan kain perca.

Kerajinan pada umumnya memiliki bahan dasar alami seperti kayu, rotan, tanah liat dan lain sebagainya dimana jauh lebih dikenal oleh masyarakat luas dan memiliki pangsa pasar yang sudah jelas daripada kerajinan berbahan dasar sampah sehingga usaha kerajinan berbasis pemberdayaan sampah yang ada di dusun Sukunan masih merupakan usaha yang berbentuk kelompok dan berskala kecil dengan manajemen yang terbatas. Dengan mengusung konsep ramah lingkungan, produk kerajinan berbahan dasar sampah sangat layak dan potensial untuk dikembangkan. Maka kemudian, diperlukan kajian untuk mengetahui cara kelompok usaha kerajinan di dusun Sukunan untuk menjaga kelangsungan usahanya.

Keberlangsungan usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perjalanan yang terjadi dalam usaha mengelola suatu bahan baku menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual, yang memberikan pendapatan bagi usaha itu sendiri dan pelaku usahanya secara terus-menerus. Prinsip keberlangsungan usaha (going concern) lebih dikenal dalam disiplin ilmu Akuntansi. Belkaoui (1992) menyatakan, prinsip keberlangsungan usaha adalah asumsi bahwa suatu entitas akan tetap berada dalam bisnis di masa mendatang.

Sejauh ini, sebagian besar usaha di bidang kerajinan digarap oleh mereka yang bermodal kecil hingga menengah dan dijalankan dengan manajemen yang sederhana pula. Usaha di bidang kerajinan berkisar pada usaha penjualan dan usaha pembuatan kerajinan, atau yang lebih sering disebut industri kerajinan. Industri kerajinan merupakan industri pembuatan barang yang banyak terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari aspek permodalan dan aset, jenis industri ini tergolong industri rumah tangga atau indstri kecil. Menurut

Lutfi

3

kementerian perindustrian dalam Siahaan (2000), industri kecil adalah suatu kegiatan industri yang mempunyai nilai aset tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan, serta perusahaan harus dimiliki oleh warga negara Indonesia. Lebih lanjut, industri kerajinan juga termasuk dalam sektor industri kreatif. Sektor industri yang menggerakkan ekonomi kreatif, yang diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas hidup, dan menciptakan pemerataan kesejahteraan.

Dahroni (1997) mengatakan, industri kecil rumah tangga di pedesaan dapat dianggap sabagai respon terhadap berbagai perubahan struktur ekonomi pedesaan pada saat penyempitan lahan yang terjadi dan kesempatan kerja semakin terbatas. Industri rumah tangga kemudian memberikan alternatif pekerjaan dan pendapatan sebagai tambahan yang diperoleh dari sektor pertanian. Industri rumah tangga diusahakan oleh masyarakat pedesaan dan pada umumnya dengan metode produksi yang masih tradisional. Karena industri pedesaan menggunakan tenaga manusia dan menggunakan teknologi tradisional maka pengembangan industri daerah pedesaan biasanya lambat.

Tuntarina (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Kelangsungan Usaha dan Pendapatan Pengusaha Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur” mengatakan, dalam mempertahankan kelangsungan industri kerajinan kulit, pengusaha melakukan variasi hasil produksi, kelangsungan usaha industri kulit di daerah penelitian dipengaruhi oleh bahan baku dan modal, terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan dengan jumlah bahan baku. Tidak hanya itu, keberlangsungan usaha kerajinan juga dapat diamati dari aspek yang lain. Hadiyati (2010) menyatakan bahwa BPS mengidentifikasikan berbagai kelemahan dan permasalahan yang dihadapi UMKM berdasarkan meliputi kurangnya permodalan, kesulitan dalam pemasaran, persaingan usaha yang ketat, kesulitan bahan baku, kurang teknis produksi dan keahlian, kurangnya keterampilan manajerial (SDM) dan kurangnya pengetahuan dalam masalah manajemen khususnya bidang keuangan dan akuntansi.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru secara teoritis, bagaimana sebuah kelompok masyarakat mentransformasikan permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah menjadi mata pencaharian mereka dan menjaga keberlangsungan usaha tersebut dari tahun ke tahun. Sehingga, hal tersebut dapat menjadi inspirasi bagi warga di daerah-daerah lainnya yang dihadapkan pada permasalahan serupa.

Metode Penelitian

Untuk mencapai temuan informasi yang diinginkan, penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif deskriptif dengan instrumen penelitiannya adalah wawancara. Narasumber sebanyak 7 orang dengan metode wawancara adalah semi terstruktur. Narasumber terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Sekretariat/pengelola sebanyak 1 orang. 2. Pengrajin sampah plastik sebanyak 3 orang. 3. Pengrajin sampah kain perca sebanyak 3 orang.

LENOVO
Text Box
Lutfi Tri Atmaji, PENGELOLAAN USAHA KERAJINAN...
Page 4: Pengelolaan Usaha KerajinanBerbasis Pemberdayaan Sampah

4

TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016

4

Terdapat 7 variabel seputar pertanyaan wawancara yaitu mengenai varian produk yang dijual yang terdiri dari 5 pertanyaan, proses produksi yang terdiri dari 8 pertanyaan, hargayang terdiri dari 3 pertanyaan, promosi yaitu dengan 3 pertanyaan, SDM dengan 1 pertanyaan, finansial yang terdiri dari 2 pertanyaan, serta edukasi yang terdiri dari 2 pertanyaan, yang dikelola oleh para perajin di Desa Wisata Sukunan sehingga menciptakan keberlangsungan dan kontinuitas yang membantu perekonomian dusun tersebut.

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari beberapa narasumber yang telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data ini telah dilakukan sejak awal dan bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan. Adapun dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa temuan yang dapat mengambarkan proses keberlangsungan kerajinan berbasis sampah di Sukunan.

Berdasarkan hasil temuan dalam proses wawancara dengan narasumber bahwa keberlangsungan kerajinan berbasis sampah di Sukunan dipengaruhi beberapa faktor yaitu;produk, produksi, harga, promosi, SDM, finansial, dan edukasi. Berbeda dengan usaha kerajinan yang pada umumnya berlomba-lomba meningkatkan daya saing dengan produk-produk kerajinan lain, perajin dan pengelola usaha dari Sukunan mengaku bahwa justru mereka semakin senang, jika pengolahan sampah yang mereka lakukan bisa diterapkan di tempat-tempat lain.

Aspek edukasi kepada masyarakat yang lebih luas terasa lebih dipentingkan dalam usaha kerajinan ini ketimbang aspek penjualan dan keuntungan semata. Sosialisasi ini dirasa penting karena kreativitas yang dimiliki oleh desa Sukunan ini dapat menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hadiyati (2010) bahwa kreativitas (daya cipta) memberikan dasar yang kuat untuk kewirausahaan dalam menciptakan sesuatu yang baru, seperti cara baru dalam mengelola sesuatu. Cara yang baru inilah yang coba disebarluaskan oleh pengelola kepada para perajin tujuh tahun yang lalu, untuk kemudian para perajin dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan produk kerajinan berbasis sampah. Tidak sampai di situ, para perajin pun kerap kali bersama pengelola mengadakan pelatihan baik itu yang diadakan di dusun Sukunan sendiri, maupun di luar.

Pembuatan produk kerajinan berbasis sampah dikategorikan menjadi 2 berdasarkan bahan dasarnya, yaitu produk berbahan dasar plastik yang mengandung aluminium voil dan produk berbahan dasar kain perca. Produk alat kebutuhan sekolah dan rumah tangga seperti dompet, tas, tempat pensil, tempat minum, sarung bantal, tutup kulkas, tempat laptop dan tutup gallon merupakan produk yang sering di produksi oleh perajin di dusun Sukunan. Diketahui bahwa produk-produk yang dijual antar perajin hanya tas yang dibuat oleh semua perajin dengan ukuran yang beda-beda, sehingga memberi banyak pilihan bagi konsumen

Page 5: Pengelolaan Usaha KerajinanBerbasis Pemberdayaan Sampah

4

TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016

4

Terdapat 7 variabel seputar pertanyaan wawancara yaitu mengenai varian produk yang dijual yang terdiri dari 5 pertanyaan, proses produksi yang terdiri dari 8 pertanyaan, hargayang terdiri dari 3 pertanyaan, promosi yaitu dengan 3 pertanyaan, SDM dengan 1 pertanyaan, finansial yang terdiri dari 2 pertanyaan, serta edukasi yang terdiri dari 2 pertanyaan, yang dikelola oleh para perajin di Desa Wisata Sukunan sehingga menciptakan keberlangsungan dan kontinuitas yang membantu perekonomian dusun tersebut.

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari beberapa narasumber yang telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data ini telah dilakukan sejak awal dan bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan. Adapun dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa temuan yang dapat mengambarkan proses keberlangsungan kerajinan berbasis sampah di Sukunan.

Berdasarkan hasil temuan dalam proses wawancara dengan narasumber bahwa keberlangsungan kerajinan berbasis sampah di Sukunan dipengaruhi beberapa faktor yaitu;produk, produksi, harga, promosi, SDM, finansial, dan edukasi. Berbeda dengan usaha kerajinan yang pada umumnya berlomba-lomba meningkatkan daya saing dengan produk-produk kerajinan lain, perajin dan pengelola usaha dari Sukunan mengaku bahwa justru mereka semakin senang, jika pengolahan sampah yang mereka lakukan bisa diterapkan di tempat-tempat lain.

Aspek edukasi kepada masyarakat yang lebih luas terasa lebih dipentingkan dalam usaha kerajinan ini ketimbang aspek penjualan dan keuntungan semata. Sosialisasi ini dirasa penting karena kreativitas yang dimiliki oleh desa Sukunan ini dapat menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hadiyati (2010) bahwa kreativitas (daya cipta) memberikan dasar yang kuat untuk kewirausahaan dalam menciptakan sesuatu yang baru, seperti cara baru dalam mengelola sesuatu. Cara yang baru inilah yang coba disebarluaskan oleh pengelola kepada para perajin tujuh tahun yang lalu, untuk kemudian para perajin dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan produk kerajinan berbasis sampah. Tidak sampai di situ, para perajin pun kerap kali bersama pengelola mengadakan pelatihan baik itu yang diadakan di dusun Sukunan sendiri, maupun di luar.

Pembuatan produk kerajinan berbasis sampah dikategorikan menjadi 2 berdasarkan bahan dasarnya, yaitu produk berbahan dasar plastik yang mengandung aluminium voil dan produk berbahan dasar kain perca. Produk alat kebutuhan sekolah dan rumah tangga seperti dompet, tas, tempat pensil, tempat minum, sarung bantal, tutup kulkas, tempat laptop dan tutup gallon merupakan produk yang sering di produksi oleh perajin di dusun Sukunan. Diketahui bahwa produk-produk yang dijual antar perajin hanya tas yang dibuat oleh semua perajin dengan ukuran yang beda-beda, sehingga memberi banyak pilihan bagi konsumen

5

TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016

4

Terdapat 7 variabel seputar pertanyaan wawancara yaitu mengenai varian produk yang dijual yang terdiri dari 5 pertanyaan, proses produksi yang terdiri dari 8 pertanyaan, hargayang terdiri dari 3 pertanyaan, promosi yaitu dengan 3 pertanyaan, SDM dengan 1 pertanyaan, finansial yang terdiri dari 2 pertanyaan, serta edukasi yang terdiri dari 2 pertanyaan, yang dikelola oleh para perajin di Desa Wisata Sukunan sehingga menciptakan keberlangsungan dan kontinuitas yang membantu perekonomian dusun tersebut.

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari beberapa narasumber yang telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data ini telah dilakukan sejak awal dan bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan. Adapun dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa temuan yang dapat mengambarkan proses keberlangsungan kerajinan berbasis sampah di Sukunan.

Berdasarkan hasil temuan dalam proses wawancara dengan narasumber bahwa keberlangsungan kerajinan berbasis sampah di Sukunan dipengaruhi beberapa faktor yaitu;produk, produksi, harga, promosi, SDM, finansial, dan edukasi. Berbeda dengan usaha kerajinan yang pada umumnya berlomba-lomba meningkatkan daya saing dengan produk-produk kerajinan lain, perajin dan pengelola usaha dari Sukunan mengaku bahwa justru mereka semakin senang, jika pengolahan sampah yang mereka lakukan bisa diterapkan di tempat-tempat lain.

Aspek edukasi kepada masyarakat yang lebih luas terasa lebih dipentingkan dalam usaha kerajinan ini ketimbang aspek penjualan dan keuntungan semata. Sosialisasi ini dirasa penting karena kreativitas yang dimiliki oleh desa Sukunan ini dapat menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hadiyati (2010) bahwa kreativitas (daya cipta) memberikan dasar yang kuat untuk kewirausahaan dalam menciptakan sesuatu yang baru, seperti cara baru dalam mengelola sesuatu. Cara yang baru inilah yang coba disebarluaskan oleh pengelola kepada para perajin tujuh tahun yang lalu, untuk kemudian para perajin dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan produk kerajinan berbasis sampah. Tidak sampai di situ, para perajin pun kerap kali bersama pengelola mengadakan pelatihan baik itu yang diadakan di dusun Sukunan sendiri, maupun di luar.

Pembuatan produk kerajinan berbasis sampah dikategorikan menjadi 2 berdasarkan bahan dasarnya, yaitu produk berbahan dasar plastik yang mengandung aluminium voil dan produk berbahan dasar kain perca. Produk alat kebutuhan sekolah dan rumah tangga seperti dompet, tas, tempat pensil, tempat minum, sarung bantal, tutup kulkas, tempat laptop dan tutup gallon merupakan produk yang sering di produksi oleh perajin di dusun Sukunan. Diketahui bahwa produk-produk yang dijual antar perajin hanya tas yang dibuat oleh semua perajin dengan ukuran yang beda-beda, sehingga memberi banyak pilihan bagi konsumen

Lutfi

5

yang berkunjung maupun yang memesan. Dari rincian produk diatas dompet dan tas merupakan produk yang sering laku.

Bahan-bahan dasar kerajinan didapatkan dari warung-warung, angkringan, kantin untuk bahan dasar plastik dan tukang jahit untuk bahan dasar kain. Sebelumnya para perajin tersebut telah melakukan sosialisasi terlebih dahulu mengenai cara memotong, sehingga memudahkan perajin dalam menjahit potongan. Dengan menggunakan sampah, tentu saja desa Sukunan telah memecahkan salah satu permasalahan dalam usaha kerajinan yaitu kesulitan bahan baku.

Proses pembuatan produk kerajinan ini tergolong relatif mudah, Para perajin mencari ide-ide dengan melihat majalah, melihat inspirasi di pasar, website, Facebook, dll. Mereka pun juga membeli bahan-bahan pendukung guna menyempurnakan model produk yang diinginkan, seperti rit, kain puring, bisban, dan aksesoris pemanis. Setelah semua bahan terkumpul, sampah dibersihkan, dirangkai, dijahit, dibentuk pola, kemudian ditambahkan pelengkap dan pemanis sesuai modelnya. Teknologi yang digunakan pun sangat sederhana yaitu mesin jahit, dan benang. Meskipun usaha kerajinan ini tergolong mikro, namun dalam proses produksinya pengelola tetap memperhatikan proses quality control (QC).

Pada awalnya para pengrajin diberi pelatihan mengenai bagaimana mengolah sampah yang menjadi masalah di dusun Sukunan karena tidak adanya sarana pembuangan sampah yang memadai namun dengan sentuhan kreativitas pengolahan sampah tersebut berkembang menjadi produksi kerajinan. Karena prosesnya yang mudah dan peralatannya hanya membutuhkan mesin jahit, setiap perajin hanya dilatih sebanyak satu kali oleh BDI pada awal pembentukannya. Hingga kini, perajin dari unit sampah plastik berjumlah 4 orang, sedangkan perajin dari unit sampah kain perca berjumlah 3 orang. Disebutkan pada awalnya banyak yang mengikuti pelatihan pengelolaan sampah ini, namun seiring dengan berjalannya waktu, perajin semakin sedikit karena ketidakpastian dalam penjualan dan kesulitan dalam proses pembuatan.

Untuk harga, harga ditentukan dengan mempertimbangkan bahan baku, proses, desain dan lama pengerjaan. Namun selain faktor tersebut penentuan harga juga mempertimbangkan konsumen yang sering datang ke dusun Sukunan yaitu ibu-ibu PKK, lembaga pendidikan maupun instansi yang sedang mengikuti pelatihan. Sehingga harga yang ditetapkan relatif terjangkau dibanding dengan produk yang sama pada kerajinan lain. Dari tahun ke tahun pun, harga hanya sedikit mengalami kenaikan harga.

Ada dua usaha promosi yang dilakukan dalam usaha kerajinan ini yaitu mempromosikan pelatihan pengelolaan sampah menjadi kerajinan oleh warga Sukunan, serta mempromosikan produk-produk yang telah dihasilkan oleh para perajin. Sejauh ini media promosi yang digunakan adalah mengikuti/menitipkan barang pada pihak yang sedang mengadakan pameran, ke pasar-pasar, pada saat kunjungan dan pelatihan; maupun melalui media internet/website. Promosi tersebut dikelola oleh sekretariat.

Faktor finansial yang merupakan salah satu ujung tombak keberlangsungan sebuah usaha harus terus bejalan. Dalam kasus Sukunan ini, pengelola serta perajin memiliki kesepakatan mengenai sistem bagi hasil dari setiap hal yang telah dikerjakan, transparansi antara pengelola dan perajin serta kepercayaan satu sama lain. Tidak hanya dari penjualan produk, pendapatan pun didapatkan dari insentif dari setiap kunjungan, serta pelatihan yang diadakan baik di dalam maupun di luar.

LENOVO
Text Box
Lutfi Tri Atmaji, PENGELOLAAN USAHA KERAJINAN...
Page 6: Pengelolaan Usaha KerajinanBerbasis Pemberdayaan Sampah

6

TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016TATA KELOLA SENI: VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2016

6

Untuk setiap penjualan produk, perajin mendapat 70%. Sedangkan 5% disumbangkan ke dalam kas dan 25% untuk modal yang telah dikeluarkan oleh Sekretariat. Hal ini dirasa adil oleh para perajin. Penetapan insentif dari kunjungan berbeda lagi. Insentif yang dibagikan sama rata kepada setiap perajin, disesuaikan dari pendapatan dikali jumlah orang yang berkunjung dibagi dengan jumlah yang memandu. Sedangkan pelatihan, Sukunan menetapkan harga tetap untuk 1 kali pelatihan (tidak tergantung banyaknya peserta pelatihan). Insentif dari para pelatih didapatkan dari jumlah pendapatan dikurangi kas, kemudian dibagi rata dengan jumlah pelatih.

Kesimpulan

Faktor edukasi merupakan faktor yang paling memegang peranan penting dalam keberlangsungan kerajinan berbasis sampah di dusun sukunan. Hal ini dapat dibuktikan dalam pernyataan beberapa narasumber yang menyatakan bahwa tujuan dari pendirian kelompok usaha kerajinan berbasis sampah di Sukunan adalah untuk pembelajaran kepada masyarakat. Hal tersebut meliputi bagaimana mengelola sampah dan bagaimana menjadikan sampah yang awalnya merupakan barang yang tidak dipakai dan dibuang dapat dimanfaatkan menjadi barang yang memiliki nilai jual, selain tentu saja dapat mengurangi sampah yang ada di lingkungan masyarakat setempat.

Untuk pengelolaan pengrajin agar keberlangsungan kerajinan berbasis sampah di dusun sukunan maka antara pengelola yaitu pelopor dan pendiri usaha kerajinan berbasis sampah di Sukunan dengan pengrajin yang merupakan warga sekitar faktor kepercayaan memegang peranan penting setelah faktor edukasi tentunya dimana para pengrajin sendiri sebelumnya juga telah diberi penyuluhan akan pengolahan limbah sampah yang dapat memberi manfaat lingkungan dan manfaat lainnya berupa materi. Agar para pengrajin mau untuk terus memberdayakan pengolahan limbah sampah maka ada unsur saling sepakat antara pengelola dan pengrajin terutama dalam unsur finansial dimana di Sukunan telah menerapkan sistim bagi hasil yang transparan. Dengan adanya unsur kepercayaan maka keberlangsungan usaha kerajinan berbasis sampah di dusun Sukunan dapat terus dipertahankan.

Kepustakaan

Belkaoui, Ahmed Riahi. 1992. Accounting Theory. Hampshire: Cengage Learning EMEA. Hadiyati, Ernani. 2010. Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh terhadap Kewirausahaan

Usaha Kecil. Fakultas Ekonomi, Universitas Gajayana Malang. Istijanto, 2009. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama.Dahroni, 1997 Geografi Desa. Fakultas Geografi UMS Kristanto, Heru. 2009. Analisa karakteristik tenaga kerja dan faktor-faktor yang

mempengaruhi keberlangsungan Industri Genting di Desa Girimarto Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Skripsi Surakarta: Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tuntarina, Meitri. 2004. Pengaruh Faktor Produksi terhadap Kelangsungan Usaha dan Pendapatan Pengusaha Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, Skripsi Surakarta: Fakultas Geografi UMS.