Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERORIENTASI HOTS
(HIGHER ORDER THINKING SKILL) PADA TEKS DESKRIPSI SMP
KELAS VII
(Skripsi)
Oleh
Maudy Sukma Dhini
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
http://www.kvisoft.com/pdf-merger/
ABSTRAK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERORIENTASI HOTS
(HIGHER ORDER THINKING SKILL) PADA TEKS DESKRIPSI UNTUK
SMP KELAS VII
Oleh
MAUDY SUKMA DHINI
Masalah dalam penelitian ini ialah bagaimanakah pengembangan instrumen
penilaian berorienatasi HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi
untuk SMP kelas VII dan kelayakan produk instrumen penilaian berorientasi
HOTS (Higher Order Thinking Skill) teks deskripsi untuk SMP kelas VII. Tujuan
penelitian ini ialah menghasilkan sebuah produk berupa instrumen penilaian
berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP
kelas VII dan mengetahui kelayakan produk instrumen penilaian berorientasi
HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP kelas VII.
Metode dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan atau Research
and Development (R&D) mengadopsi teori Borg & Gall yang digunakan dalam
penelitian ini hanya lima tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan produk,
uji coba produk, revisi produk, dan produk akhir. Teknik pengumpulan data pada
penilaian ini berupa lembar penilaian berbentuk angket yang ditujukan kepada
ahli materi dan praktisi (guru Bahasa Indonesia).
Hasil penelitian dan pengembangan ini menunjukkan bahwa produk instrumen
penilaian berorientasi HOTS (higher order thinking skill) mata pelajaran Bahasa
Indonesia materi teks deskripsi dalam bentuk hard copy yang sesuai dengan
karakteristik HOTS yaitu, mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, berbasis
permasalahan kontekstual, dan menggunakan bentuk soal beragam. Produk ini
telah dinyatakan layak digunakan oleh ahli materi dan praktisi (guru Bahasa
Indonesia). Kelayakan instrumen penilaian sesuai dengan hasil validasi. Validasi
oleh ahli materi terhadap penyajian materi, kualitas isi, konstruksi, dan
penggunaan diperoleh nilai 91 dengan rata-rata nilai 4,3 dan rata-rata persentase
86,6% dengan kriteria layak, dan penilaian oleh praktisi (guru bahasa Indonesia)
evaluasi terhadap kualitas isi materi, HOTS, dan bahasa diperoleh nilai 41 dengan
rata-rata ilai 45 dan rata-rata persetase 91,1% dengan kriteria sangat layak.
Kata kunci: instrumen, HOTS, teks deskripsi, kelayakan
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERORIENTASI HOTS
(HIGHER ORDER THINKING SKILL) PADA TEKS DESKRIPSI SMP
KELAS VII
Oleh
Maudy Sukma Dhini
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya, Kabupaten Lampung
Tengah 21 tahun yang lalu, tepatnya pada 22 Juli 1997
sebagai Anak pertama dari dua bersaudara, putri Bapak
Kunaryo dan Ibu Mayasari. Pendidikan yang telah
ditempuh olehp enulis,yaitu SD Negeri 3 Bandar Jaya
diselesaikan pada tahun 2009, SMP Negeri 3 Terbanggi
Besar diselesaikan pada tahun 2012, dan SMA Negeri1 Terbanggi Besar
diselesaikan pada tahun 2015. Tahun 2015 penulis terdaftar sebagai salah satu
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah tergabung sebagai anggota dalam
Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (HMJPBS) periode
2015-2016. Pada tahun 2017 tepatnya pada semester lima penulis mengikuti
kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Jakarta, Bali, Malang, dan
Yogyakarta. Selain itu, pada tahun 2018 penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah MenengahAtas Negeri 1 Way Jepara
Kabupaten Lampung Timur dan Kuliah Kerja Nyata di Desa Labuhan Ratu I,
Kecamatan Way Jepara , Kabupaten Lampung Timur.
MOTO
َنا اإلْنَساَن ِبَواِلَدْيِه ََحََلْتُه أُمُُّه َوْهن ََالُُه ِِ َوَوصَّي ْ ٍ َوِِ َََل َوْه ا رُي ) َِ (٤١ََاَمْْيِ َأِن اْشُكْر ِل َوِلَواِلَدْيَك ِإَِلَّ اْلَم
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
(Qs. Luqman : 14)
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”
(Ariestoteles)
PERSEMBAHAN
Dengan izin Allah swt.,kupersembahkan karya kecil ini untuk orang tuaku yang
telah merawat sejak kecil dengan susah payah dan ikhlas memberikan segala yang
dimiliki untukku.
Adikku yang selalu mendoakan kesuksesan kakaknya ini.
Teman-temanku yang selalu memberikan semangat dan mendoakanku.
Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Penulis bersyukur kehadirat Allah swt.,atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.Skripsi dengan judul “Pengembangan Instrumen
Penilaian Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill) Teks Deskripsi SMP
Kelas VII” adalah salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
penyusunan skripsi ini.Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
berikut ini.
1. Dr. Iing Sunarti, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, memberikan solusi,
memotivasi, mengarahkan, menjelaskan, memberikan saran, nasihat yang
amat berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bambang Riadi, S.Pd.,M.Pd. selaku pembimbing II , sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan penuh kesabaran, memberikan masukan,solusi, memotivasi,
mengarahkan, menjelaskan, memberikan saran, serta nasihat yang amat
berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Eka Sofia Agustina, S.Pd.,M.Pd. selaku penguji utama yang telah memberikan
banyak masukan dan saran yang berguna bagi penulis demi kesempurnaan
dalam penulisan skripsi dengan penuh ketelitian.
4. Dr. Munaris, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis selama menempuh
perkuliahan di Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
5. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni.
6. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
terima kasih atas ilmu yang berguna yang telah diberikan kepada penulis.
8. Ibuku Mayasari, yang telah memberikan segala kemampuannya untuk penulis.
Terima kasih atas kasih sayang tulus yang ibu berikan di setiap hari-hariku.
Ayahku Kunaryo, terima kasih atas keringat yang ayah hasilkan demi
membesarkanku. Terima kasih atas doa, pengorbanan, nasihat, keringat, dan
dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.
9. Adikku Zanisya Salwa, yang sudah memberikan doa dan dukungannya,
10. Keluarga besarku yang selalu mendoakan dan menantikan kelulusanku dengan
memberikan dorongan baik moril maupun materil.
11. Sahabat-sahabatku sejak Sekolah Menengah Pertama Ana Sofia Azizah, Ayu
Novita Sari Pane, dan Kamila Intani Baisti terima kasih sudah memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis dikala menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku sejak Sekolah Menengah Atas (Margabut) Rohma, Cici
Erniyati, Maharani Ayu, Dewi Nurhalimah, Ni Made Inggit, Rossa Silvia
Heryana yang sudah memberikan kebersamaan, semangat, dan dukungan
kepada penulis. Terima kasih atas persahabatan yang sudah diberikan.
13. Sahabat-sahabatku tercinta Rosha Gremonia, Dela Alpionita, Ghitsa Ayu
Maulida, Nola Miranda, Nurfadilla, Rahmiyati, Shara Veronica, Ranadya
Habsari yang selalu menemani kala suka dan duka, memberikan motivasi dan
semangat. Terima kasih telah saling mendoakan kesuksesan kita. Terima kasih
atas persahabatan yang indah ini.
14. Sahabat-sahabat KKN dan PPLku Ditha Kusumarajni dan Delis Amala.
Terima kasih sudah memberikan semangat dan mendoakan kebaikan untukku.
15. Seluruh mahasiwa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2015 (Teman Seperjuangan) yang senantiasa menghibur, memberi
bantuan, dukungan, dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas
persahabatan indah yang kalian hadirkan.
16. Seluruh kakak angkatan 2011, 2012, 2013, 2014 dan adik tingkat angkatan
2016, 2017, 2018 yang sudah membantu, memberikan dukungan, berteman
yang sangat berkesan.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semoga ketulusan dan kebaikan Bapak, Ibu, serta rekan-rekan mendapat pahala
dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk
kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandarlampung, Januari 2020
Penulis
Maudy Sukma Dhini
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTO ........................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
HALAMAN SANWACANA ............................................................................. vii
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
..
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7
2.1 Pembelajaran ..................................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Pembelajaran ............................................................................. 7
2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran ................................................................................. 8
2.1.3 Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 9
2.2 Penilaian .......................................................................................................... ..9
2.2.1 Pengertian Penilaian .................................................................................. ..9
2.3 HOTS (Higher Order Thinking Skill) ............................................................. 16
2.3.1 Pengertian HOTS ...................................................................................... 16
2.3.2 Karakteristik HOTS .................................................................................. 35
2.3.3 Level Kognitif HOTS ................................................................................ 43
2.3.4 Langkah-Langkah Menyusun Soal Penalaran Tinggi atau HOTS
(Higher Order Thinking Skill) ................................................................... 47
2.4 Taksonomi Bloom ........................................................................................... 48
2.4.1 Ranah Kognitif .......................................................................................... 49
2.4.2 Ranah Afektif ............................................................................................ 51
2.4.3 Ranah Psikomotorik .................................................................................. 54
2.5 Teks Deskripsi ................................................................................................. 56
2.5.1 Pengertian Teks Deskripsi......................................................................... 56
2.5.2 Ciri-ciri Teks Deskripsi ............................................................................. 57
2.5.3 Unsur-unsur Teks Deskripsi ...................................................................... 57
2.5.4 Struktur-strutur Teks Deskripsi ................................................................. 58
2.5.5 Aspek-aspek Menulis Teks Deskripsi ....................................................... 59
2.5.6 Langkah-langkah Menulis Teks Deskripsi ............................................... 61
2.6 Definisi Operasional........................................................................................ 61
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 63
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 63
3.2 Prosedur Penelitian.......................................................................................... 63
3.3Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 68
3.4 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 69
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 72
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................... 72
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 84
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 89
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 89
5.2 Saran ............................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.1 ...........................................................................................................11
Tabel 2.2.2 ...........................................................................................................13
Tabel 2.2.3 ...........................................................................................................14
Tabel 2.3.1 ...........................................................................................................20
Tabel 4.1.1 ...........................................................................................................75
Tabel 4.1.2 ...........................................................................................................75
Tabel 4.1.3 ...........................................................................................................79
Tabel 4.1.4 ...........................................................................................................81
Tabel 4.2.1 ...........................................................................................................86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3.1 .......................................................................................................19
Gambar 2.3.2 .......................................................................................................22
Gambar 2.4.1 .......................................................................................................51
Gambar 2.4.2 .......................................................................................................53
Gambar 2.4.3 .......................................................................................................56
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang terdiri atas unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam
mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik 2009:57). Pembelajaran pada
pendidikan era revolusi industri 4.0 diarahkan untuk pengembangan kompetensi
abad ke-21, yang terdiri atas tiga komponen utama yaitu kompetensi berpikir,
bertindak, dan hidup di dunia. Komponen bepikir meliputi bepikir kritis, berpikir
kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah. Komponen bertindak meliputi
komunikasi, kolaborasi, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia.
Komponen hidup di dunia meliputi, inisiatif, mengarahkan diri (self-direction),
pemahaman global, serta tanggung jawab sosial.
Salah satu pembelajaran yang terdapat dalam pendidikan yaitupembelajaran
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Mata pelajaran Bahasa
Indonesia memiliki peran penting yang sangat strategis dalam kurikulum 2013.
Peran utama pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai penghela ilmu
pengetahuan.
2
Dengan mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
maka peran bahasa Indonesia akan terus berkembang seiring perkembangan
bahasa Indonesia itu sendiri.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran
berbasis teks dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat materi teks deskripsi. Pada materi
teks deskripsi tersebut terdapat KD 3.1 yaitu, mengidentifikasi informasi dalam
teks deskripsi dan 4.1 menentukan isi teks deskripsi objek (sekolah, tempat
wisata, tempat bersejarah, dan atau suasana pentas seni yang dibaca/didengar).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:571) mengidentifikasi adalah
menentukan atau menetapkan identitas (orang, benda, dan sebagainya) dan
deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan
terperinci. Menurut Kundharu & Slamet (2015:159),deskripsi (pemerian) adalah
ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-
kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah
menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca
sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang
dialami penulisnya. Sementara itu, menurut Keraf (2017:93) deskripsi atau
pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis
untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Pada
pembelajaranteks deskripsi ini peserta didik diharuskan memiliki pemahaman
terhadap informasi yang terdapat dalam teks deskripsi.
3
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap informasi
dalam teks deskripsi maka pendidik harus mengadakan sebuah penilaian.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik (Setiawati 2018:5). Hasil penilaian ini
dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian menjadi faktor
yang sangat penting dalam pelaksanaan sistem pendidikan untuk mengetahui
pencapaian hasil belajar peserta didik. Terkait dengan isu perkembangan
pendidikan di tingkat Internasional, Kurikulum 2013 dirancang dengan berbagai
penyempurnaan. Salah satunya pada standar penilaian, dengan mengadaptasi
secara bertahap model-model penilaian standar internasional.
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill),
karena keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat mendorong siswa untuk berpikir
secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran. Dalam proses penilaian,
seorang pendidik tak lepas dari penggunaan sebuah instrumen. Menurut Arikunto
(2017:40), instrumen penilaian merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara
lebih efektif dan efisien. Dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan
dapat membantu peserta didik meningkatkan berpikir tingkat tinggi, maka
instrumen atau alat yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik pada
pembelajaran teks deskripsi KD 3.1 dan 4.1 menggunakan instrumen penilaian
berorientasi HOTS(Higher Order Thinking Skill).
4
Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh (Nanga,2019);(Okayana,2019);
(Hanifah, 2019); (Fitriani, 2019); dan (Martina, 2017), yang menyatakan bahwa
masih banyak pendidik yang belum menggunakan instrumen penilaian
berorientasi HOTS. Hasil studi pendahuluan di SMP N 1 Gunung Sugih
menunjukkan bahwa dalam melakukan penilaian pada pembelajaran teks deskripsi
pendidik belum menggunakan bentuk soal berorientasi pada HOTS dan belum
mengenal HOTS. Penggunaan instrumen penilaian seperti itu berdampak pada
kurangnya kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan menalar, sedangkan
pada saat ini sedang diarahkan pengembangan kompetensi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau HOTS sebagai upaya peningkatan kualitas
pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, pengembangan instrumen penilaian berorientasi
HOTS untuk pembelajaran teks deskripsi perlu dilakukan agar penilaian yang
dilakukan pendidik sesuai dengan Kurikulum 2013. Selain itu, dapat melatih dan
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik terhadap materi
dan informasi yang tedapat pada teks deskripsi sebagai upaya peningkatan
kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti memberi judul penelitian ini yaitu
“Pengembangan Instrumen Penilaian Berorientasi HOTS(Higher Order Thinking
Skill) pada Teks Deskripsi untuk SMP Kelas VII”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
5
1. Bagaimanakah mengembangkan produk berupa instrumen penilaian
berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk
SMP kelas VII?
2. Bagaimanakah kelayakan produk instrumen penilaian berorientasi HOTS
(Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP kelas VII?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu :
1. Menghasilkan sebuah produk berupa instrumen penilaian berorientasi
HOTS(Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP kelas VII
sebagai alat atau instrumen penilaian yang efektif dan efesien yang dapat
digunakan dalam melakukan penilaian terhadap pemahaman peserta didik
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2. Mengetahui kelayakan produk instrumen penilaian berorientasi
HOTS(HigherOrder Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP kelas VII.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai kajian instrumen
penilaian berorientasi HOTS(Higher Order Thinking Skill) sehingga dapat
digunakan untuk mengevaluasi peserta didik pada pembelajaran teks
deskripsi.
6
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif rujukan guru untuk
membuat instrumen penilaian berorientasi HOTS (Higher OrderThiking Skill)
di SMP Kelas VII.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Instrumen penelitian : materi teks deskripsi KD 3.1 mengidentifikasi
informasi dalam teks deskripsi dan 4.1
menentukan isi teks deskripsi bahasa Indonesia
SMP kelas VII .
2. Materi penelitian : instrumen penilaian berorientasi HOTS (Higher
Order Thinking Skills)pada materi teks deskripsi
KD 3.1 mengidentifikasi informasi dalam teks
deskripsi dan 4.1 menentukan isi teks
deskripsiSMP kelas VII, antara lain:
a. mengukur kemampuan berpikir tingat tinggi
b. berbasis permasalahan kontekstual
c. menggunakan bentuk soal beragam
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran
Pada subbab ini akan diuraikan mengenai teori pembelajaran. Berikut ini uraian
selengkapnya mengenai pembelajaran dari beberapa ahli.
2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran mempunyai arti sebagai suatu kegiatan proses mengajar yang berisi
serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas dan proses belajar
yang terjadi pada diri peserta didik berupa perbuatan-perbuatan peserta didik
untuk menghasilkan perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan
belajar mengajar (Hamalik, 2009:57). Menurut Amri (dalam Agustina,dkk.,
2016:10) pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
peserta didik.
Warsita (2008:85) menyatakan pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha
untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan
peserta didik, sedangkan Sadiman (1986:7) dalam Warsita (2008:85)
menyebutkan pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam
8
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta
didik.
Dalam penelitian ini, pengertian pembelajaran merujuk berdasarkan pendapat
Hamalik (2009:57) yakni, Pembelajaran mempunyai arti sebagai suatu kegiatan
proses mengajar yang berisi serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan
situasi kelas dan proses belajar yang terjadi pada diri peserta didik berupa
perbuatan-perbuatan peserta didik untuk menghasilkan perubahan pada diri
peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar mengajar.
2.1.2 Ciri-Ciri Pembelajaran
Menurut Hamalik (2009:65), ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem
pembelajaran, yaitu.
a) rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan
unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b) kesalingtergantungan(interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memberikan sumbangnya kepada sistem
pembelajaran.
c) tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan
sistem yang alami (natural).
9
2.1.3 Tujuan Pembelajaran
Menurut Mager dalam Hamalik (2009:77) konsep tujuan pembelajaran
menitikberatkan pada tingkah laku peserta didik atau perbuatan (performance)
sebagai output (keluaran) pada diri peserta didik yang dapat diamati.
Output tersebut menjadi petunjuk, bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan
belajar. Pada mulanya peserta didik tidak dapat menunjukkan tingkah laku
tertentu, setelah belajar dia dapat melakukan tingkah laku tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa peserta didik telah belajar. Dengan kata lain, proses
pembelajaran memberikan dampak tertentu pada tingkah laku peserta didik.
2.2 Penilaian
Sebelum melakukan penelitian pengembangan instrumen penilian teks deskripsi
terlebih dahulu diperlukan pemahaman hakikat penilaian. Berikut ini uraian
selengkapnya tentang penilaian.
2.2.1 Pengertian Penilaian
Menurut Setiawati, dkk (2018:5) penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik yang meliputi aspek:
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik
untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.Penilaian
pengetahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik,
sedangkan penilaian keterampilan dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta
didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
10
Penilaian hasil belajar oleh peserta didik ini bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
Penyempurnaan Kurikulum 2013 antara lain pada standar isi diperkaya dengan
kebutuhan peserta didik untuk berpikir kritis dan analisis sesuai dengan standar
internasional, sedangkan pada standar penilaian memberi ruang pada
pengembangan instrumen penilaian yang mengukur berpikir tingkat tinggi.
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skill/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk
berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
Penilaian berorientasi HOTS bukanlah sebuah bentuk penilaian yang baru bagi
guru dalam melakukan penelitian. Tetapi penilaian berorientasi HOTS ini
memaksimalkan keterampilan guru dalam melakukan penilaian. Guru dalam
penilaian ini harus menekankan pada penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang bisa meningkatkan keterampilan peserta didik dalam proses
pembelajaran berorientasi HOTS.
a) Penilaian Sikap
Menurut Marzano & Pickering, 1997 (dalam Setiawati, dkk 2018:6) terdapat
lima dimensi belajar sebagai berikut.
11
Tabel 2.2.1 Dimensi Belajar dan Peran Guru dalam Dimensi Belajar
Dimensi Belajar Peran Guru dalam Dimensi Belajar
Sikap dan Persepsi Membantu siswa mengembangkan sikap dan persepsi
positif tentang iklim belajar di kelas
1. Perasaan diterima baik oleh guru maupun teman sebaya
2. Percaya diri dan sikap menerima orang lain Membantu siswa mengembangkan sikap dan persepsi
positif tentang tugas-tugas belajar di kelas
1. Menerima tugas sebagai suatu hal yang menarik dan bernilai
2. Mempercayai kemampuan untuk menyelesaikan tugas
3. Memahami tugas dengan jelas
Memperoleh dan
mengintegrasikan
pengetahuan
Membantu siswa memperoleh pengetahuan deklaratif
1. Menginstruk makna pengetahuan deklaratif 2. Mengorganisasikan pengetahuan deklaratif 3. Menyimpan pengetahuan deklaratif
Membantu siswa memperoleh pengetahuan
prosedural
1. Mengosntruk model pengetahuan prosedural 2. Mempertajam pengetahuan prosedural 3. Menginternalisasikan pengetahuan prosedural
Memperluas dan
menyaring
pengetahuan
Membantu siswa mengembangkan proses penalaran
kompleks
1. Membandingkan 2. Mengklasifikasikan 3. Mengabstrakan 4. Penalaran induktif 5. Penalaran deduktif 6. Mengkontruksi 7. Menganalisis kesalahan 8. Menganalisis perspektif
Menggunakan
pengetahuan
secara bermakna
Membantu siswa mengembangkan proses penalaran
kompleks
1. Membuat keputusan 2. Memecahkan masalah 3. Invention 4. Penemuan eksperimental 5. Inventigasi 6. Analisis system
Habits of minds
(perilaku berpikir)
Membantu siswa mengembangkan perilaku berpikir
produktif
12
Mendorong dimensi-dimensi perilaku berpikir
1. Berpikir kritis a. Melihat keakuratan b. Melihat kejelasan c. Berpikir terbuka d. Menekan sikap impilsif e. Menempatlan diri dalam situasi f. Merespon secara tepat perasaan dan tingkat
pengetahuan orang lain
2. Berpikir kreatif a. Tekun b. Mendorong pengetahuan dan kemampuan
sampai batas akhir
c. Menghasilkan, percaya, dan menata standar evaluasi diri sendiri
d. Keluar dari batasan standar yang ditetapkan 3. Pengatahuan diri dalam berpikir
a. Memonitor pemikiran sendiri b. Merencanakan secara tepat kegiatan
berpikir
c. Mengidentifikasi dan menggunakan sumber daya yang dimiliki
d. Merespon umpan balik secara tepat e. Mengevaluasi efektivitas tindakan
Ditinjau dari dimensi belajar maka belajar mencakup ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Oleh karena itu, guru harus mengembangkan pembelajaran
yang mencakup semua ranah tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
maupun penilaiannya.
Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah merubah
konsep penilaian pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama ini.
Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku
yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai
selama proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan
pendidik.
13
Penilaian sikap mengacu pada dua aspek kompetensi sikap, yaitu.
1. Sikap spiritual mengacu pada Kompetensi Inti-1 : menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
2. Sikap sosial mengacu pada Kompetensi Inti-2 : menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
Komponen sikap spiritual dan sosial yang akan dikembangkan juga dikaitkan
dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang meliputi: religiolitas,
nasionalisme, integritas, kemandirian, dan gotong royong. Nilai spiritual dan
sosial merupakan sub-sub nilai yang terkandung dalam PPK, seperti.
Tabel 2.2.2 Komponen Sikap Spiritual dan Sosial
Religiotas Nasionalisme Kemandirian Gotong royong Integritas
1. Cinta damai 2. Toleransi 3. Menghargai
perbedaan agama
4. Teguh pendirian 5. Kerja sama lintas
agama
6. Anti perundungan dan kekerasan
7. Persahabatan 8. Ketulusan 9. Tidak
memaksakan
kehendak
10. Melindungi yang kecil
11. Tersisih 12. Dll
1. apresiasi budaya bangsa
sendiri
2. menjaga kekayaan
budaya bangsa
3. rela berkorban 4. unggul dan
berprestasi
5. cinta tanah air 6. menjaga
lingkungan
7. taat hukum 8. disiplin 9. menghormati
keragaman
budaya, suku,
dan agama
10. dll
1. etos kerja (kerja keras)
2. tangguh tahan banting
3. daya juang 4. profesional 5. kreatif 6. keberanian 7. pembelajar
sepanjang
hayat
8. dll
1. menghargai 2. kerja sama 3. inklusif 4. komitmen atas
keputusan
bersama
5. musyawarah muafakat
6. tolong menolong 7. solidaritas 8. empati 9. anti diskriminasi 10. anti kekerasan 11. sikap kerelawanan 12. dll
1. cinta pada kebenaran
2. setia 3. komitmen 4. moral 5. anti korupsi 6. keadilan 7. tanggungjawab 8. keteladanan 9. menghargai
mertabat
individu
(terutama
penyandang
disabilitas)
10. dll
14
Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang
dirancang dari KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang berpasangan. Misalnya,
penilaian kegiatan pembelajaran mengamati gambar. Pada kegiatan tersebut, guru
dapat melakukan penilaian sikap ketika siswa mengamati gambar. Sikap yang
dinilai misalnya karakter mandiri yaitu sub karakter kerja keras, kreatif, disiplin,
dan berani. Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi, observasi,
wawancara, catatan, anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu
(incidental record) sebagai unsur penilaian utama. Pengamatan sikap dilakukan
oleh guru pada saat pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada berpikir
tingkat tinggi.
Tabel 2.2.3 Contoh Jurnal Pengembangan Sikap
No Tanggal Nama peserta
didik Catatan Butir sikap
Tindak
lanjut
1. 20/09/2018 Lela Tidak
keberatan
berkelompok
dengan siapa
saja dan mau
berbagi tugas
dengan
kelompoknya
Kerjasama
Saleh Mau
melaksanakan
ibadah apabila
disuruh
Beribadah
(-)
Perlu
diberikan
pengertian
tentang
kebutuhan
beribadah
Kiki Berani
mengemukakan
pendapat saat
diskusi
Percaya
diri
Marino Mau mengakui
kesalahan
Jujur
15
Tindak lanjut berfungsi untuk mendeteksi siswa yang perlu pembinaan sikap
berdasarkan catatan sikap yang negatif. Pembinaan dilakukan untuk memperbaiki
sikap yang tercatat kurang, sampai siswa mempunyai perilaku yang baik. Selain
jurnal, dalam proses penilaian sikap, guru dapat membuat format penilaian diri
dan antar teman. Penilaian diri merupakan bentuk penilaian yang meminta
peserta didik untuk mengemukakan sikap dan perilaku yang positif dan negatif
dari dirinya.Instrumen yang digunakan berupa penilaian diri.
Penilaian antarteman merupakan bentuk penilaian yang meminta peserta didik
untuk saling menilai sikap dan perilaku keseharian temannya. Penilaian diri dan
antarteman berfungsi sebagai alat konfirmasi terhadap penilaian yang dilakukan
oleh pendidik. Penilaian antarteman paling baik dilakukan pada saat peserta didik
melakukan kegiatan berkelompok. Instrumen penilaian antarteman dapat berupa
lembar penilaian antarteman yang berisi butir-butir pernyataan sikap positif yang
diharapkan dengan kolom “YA” atau “TIDAK” atau dengan skala likert.
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan secara terpisah
maupun terpadu. Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan dilakukan,
secara langsung penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan. Penilaian
pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan kompetensi
dasar yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode tertentu.
16
Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur
penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam berbagai tingkatan proses
berpikir. Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari menyusun
perencanaan, pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian,
pengolaham, dan pelaporan serta pemanfaatan hasil penilaian.Teknik
penilaian pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan penugasan.
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik
untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
2.3 HOTS (Higher Order Thinking Skill)
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan instrumen penilaian yang
berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill). Sebelum melakukan penelitian
terlebih dahulu diperlukan pemahaman tentang HOTS. Berikut uraian
selengkapnya tentang HOTS.
2.3.1 Pengertian HOTS
Menurut Onosko & Newman (dalam Nugroho, 2018:16) HOTS berarti ”non-
algoritmik” dan didefinisikan sebagai potensi penggunaan pikiran untuk
menghadapi tantangan baru. ”Baru” berarti aplikasi yang belum pernah dipikirkan
siswa sebelumnya. Belum tentu sesuatu yang universal bersifat baru.
17
HOTS dipahami sebagai kemampuan siswa untuk dapat menghubungkan
pembelajaran dengan elemen lain di luar yang guru ajarkan untuk diasosiasikan
dengannya (Brookhart, 2010). N5. Rajendran (dalam Nugroho, 2018: 16)
menuliskan bahwa HOTS juga meminta siswa untuk secara kritis mengevaluasi
informasi, membuat kesimpulan, dan membuat generalisasi. Para siswa juga akan
menghasilkan bentuk komunikasi orisinil, membuat prediksi, menyarankan solusi,
menciptakan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari, mengevaluasi gagasan, mengungkapkan pendapat, dan membuat pilihan
serta keputusan.
Ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) mencakup
kemampuan kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. Ketrampilan berpikir
kritis diperlukan dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Higher
order thinking skills (HOTS) akan berkembang jika individu menghadapi
masalah yang tidak dikenal, pertanyaan yang menentang, atau menghadapi
ketidakpastian/dilema. Menurut Lewis dan Smith (dalam Sani 2019:2), berpikir
tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam
ingatan dan memperoleh jawaban/solusi yang mungkin untuk suatu situasi yang
membingungkan.
HOTS mencakup tranformasi informasi dan ide-ide. Transformasi ini terjadi jika
siswa menganalisa, mensintesa atau menggabungkan fakta dan ide,
mengeneralisasi, menjelaskan, atau sampai pada suatu kesimpulan atau
interpretasi.
18
Manipulasi informasi dan ide-ide melalui proses tersebut akan memungkinkan
siswa untuk menyelesaikan permasalahan, memperoleh pemahaman, dan
menemukan makna baru, Tomei (dalam Sani 2019:3). HOTS juga disebut
kemampuan berpikir strategis yang merupakan kemampuan menggunakan
informasi untuk menyelesaikan masalah, menganalisa argumen, negoisasi isu,
atau membuat prediksi Underbakke, dkk (dalam Sani 2019:3). Ketrampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTS) mencakup berpikir kritis, berpikir kreatif, problem
solving, dan membuat keputusan. Menurut Petres (dalam Sani 2019:3), ketika
sedang menerapkan HOTS, seseorang perlu memeriksa asumsi dan nilai-nilai,
mengevaluasi fakta, dan menilai kesimpulan. John Dewey (dalam Sani 2019:3),
menjelaskan tentang proses berpikir sebagai rantai proses produktif yang bergerak
dari refleksi ke inkuiri (inquiry), kemudian proses berpikir kritis, yang akhirnya
menuntun pada penarikan kesimpulan yang diperbuat oleh keyakinan orang yang
berpikir.
Perlu diperhatikan bahwa ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thiking
skills) berbeda dengan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Jika
mengacu pada taksonomi Bloom yang direvisi, berpikir tingkat tinggi (HOT)
berkaitan dengan kemampuan kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkreasi, sedangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) berkaitan
dengan kemampuan menyelesaikan permasalahan, berpikir kritis, dan berpikir
kreatif. Pada umumnya, kemampuan analisis komplek dan analisis sistem
merupakan bagian dari problem solving sehinggajuga dinyatakan secara tersendiri
dalam elemen utama HOTS.
19
Demikian juga, kemampuan berpikir logis dan evaluasi merupakan bagian dari
berfikir kritis, sehingga elemen utama dari HOTS dapat dibuat lebih sederhana.
Pada dasarnya ketrampilan bepikir tingkat tinggi mencakup kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Misalnya, untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan, siswa
harus mampu menganalisis permasalahan, memikirkan alternatif solusi,
menerapkan strategi penyelesaian masalah, serta mengevaluasi metode dan solusi
yang diterapkan (Sani 2019:3).
Gambar 2.3.1 Perbedaan HOT dan HOTS
Telah didiskusikan bahwa dalam HOTS dalam terdapat komponen HOT, misalnya
untuk dapat melakukan penyelesaian masalah (problem solving), siswa harus
dapat melakukan analisis dan evaluasi. Demikian juga, untuk dapat berpikir kritis
atau membuat suatu keputusan, siswa harus dapat menalar, mempertimbangkan,
menganalisis, dan melakukan evaluasi. Hal tersebut menyebabkan beberapa
peneliti membuat kesetaraan dengan membandingkan berbagai taksonomi dan
istilah yang terkait dengan HOTS dan HOT.
HOT
analisis
evaluasi
kreasi
HOTS
berpikir kritis
berpikir kreatif
problem solving
membuat keputusan
20
Berikut ini diberikan kesetaraan antara istilah yang digunakan oleh Haladyna,
Webb, Gagne, dan Bloom. Istilah dalam taksonomi Bloom yang digunakan dalam
revisi yang dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl.
Tabel 2.3.1 Istilah Taksonomi Bloom Revisi Oleh Anderson dan Krathwohl
Haladyna Webb Gagne Bloom (revisi)
Fakta Mengingat Infromasi Mengigat
Konsep Tidak ada
kesetaraan
Konsep Memahami
Prinsip, prosedur Aplikasi dasar
dari
keahlian/konsep
Aturan Mengaplikasik
an
Berpikir kritis Berpikir strategis Problem
solving
Menganalisis
dan
mengevaluasi
Kreativitas Berpikir lanjut Tidak ada
kesetaraan
Berkreasi
Haladyna (dalam Sani 2019:5), menyatakan komplesitas berpikir dan dimensi
belajar dalam empat tingakatan proses mental, yakni: memahami, menyelesaikan
masalah, berpikir kritis, dan kreativitas; yang dapat diaplikasikan pada empat jenis
konten, yakni: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Pada taksonomi Webb,
berpikir strategis terkait dengan kemampuan siswa menggunakan penalaran dan
mengembangkan rencana atau langkah-langkah proses yang kompleks. Sedangkan
berpikir lanjut terkait dengan kemampuan siswa melakukan penyelidikan,
memerlukan waktu untuk berpikir dan memproses kondisi atau masalah atau tugas
ganda.
Berpikir kritis adalah pola berpikir konvergen, sedangkan berpikir kreatif adalah
pola berpikir divergen. Berpikir konvergen merupakan proses mengelolah suatu
informasi dari berbagai sudut pandang untuk memperoleh suatu kesimpulan.
21
Sedangkan berpikir divergen merupakan pengembangan pikiran dari suatu
informasi menjadi berbagai ide atau sudut pandang. Individu yang mampu
berpikir kritis dan berpikir kreatif tersebut dibutuhkan oleh seseorang dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang komplek (Sani 2019:5).
Dalam Taksonomi Bloom, untuk mengkaji ranah kognisi siswa, Benjamin Samuel
Bloom bersama M.D. Engelhart, EJ. Frust, W.H. Hill, dan D.R. Kratwohl (dalam
Nugroho, 2018: 19) menyusun kerangka kategorisasi tujuan pendidikan pada
tahun 1956. Kerangka tersebut diberi judul The Taxonomy of Educational
Objectives, The Classification of Educational Goal, Handbook I: Cognitive
Domain. Kata ”taksonomi” yang dimaksud adalah sistem klasifikasi tujuan
pendidikan.
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl dalam bukunya A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educational Objectives (dalam Nugroho, 2018: 19) menyempurnakan handbook
Bloom. Revisi dilakukan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik
sehingga handbook bukan lagi sekadar dokumen yang disimpan rapi tapi menjadi
sarana mengembalikan khitah seorang guru sesuai dengan konteks zamannya.
Selain itu, revisi dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang
memadukan berbagai hal baru dalam tujuan pendidikan saat ini. Beberapa hal
praktis dalam domain kognitif telah disempurnakan oleh Anderson dan
Krathwohl.
22
HOTS memiliki ciri yang khas. Level kemampuan ini mencakup kemampuan atau
keterampilan siswa dalam menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate),dan
mencipta (create). Indikator keterampilan menganalis, mengevaluasi dan
mencipta didasarkan pada teori yang dipaparkan dalam revisi Taksonomi Bloom.
Gambar 2.3.2 Perubahan Level Kognisi Taksonomi Bloom
Awal Reviss
Jika disinergikan dengan taksonomi Bloom, indikator HOTS yang bisa digunakan
menurut Nugroho (2018: 22) dalam bukunya yang berjudul Higher Order
Thinking Skills sebagai berikut.
Evaluasi (Evaluation)
Mencipta (Create)
Sintesis (Shyntesis)
Mengevaluasi (Evaluate)
Analisis (Analysis)
Menganalisis (Analyze)
Aplikasi (Application)
Mengaplikasikan (Apply)
Pemahaman (Comprehension)
Memahami (Understand)
Pengetahuan (Knowledge)
Mengingat (Remember)
23
A. Level Analisis
Memecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-
nya, baik antarbagian maupun secara keseluruhan. Level analisis terdiri dari ke-
mampuan atau keterampilan membedakan, mengorganisasi, dan menghubungkan.
1. Membedakan
Kemampuan membedakan merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-
hari. Di zaman digital ini banyak sekali kabar berita melalui laman media sosial.
Banyak berita dengan Informasi yang seolah-olah benar, tapi tidak mendukung
informasi sesungguhnya. Berbagai Infromasi dan data dicampur aduk sehingga
seolah-olah menghasilkan kesimpulan yang valid. Banyak generasi muda yang
akhirnya termakan oleh berita palsu (hoax) yang berujung pada kebencian dan
perpecahaan. Orang yang terbiasa berpikir pada tataran “membedakan" ini akan
semakin selektif menganalisis kebenaran. Beberapa contoh penanyaan yang bisa
diajukan sebagai berikut.
a. lnformasi apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini?
b. Deskripsikan fakta apa saja yang dapat mendukung sumber informasi!
c. Bukti-bukti apa saja yang harus dipakai untuk mendukung kesimpulan?
d. lnformasi manakah yang perlu dikesampingkan?
e. Sebutkan bukti-bukti informasi yang relevan dalam kasus tersebut!
Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
Siswa diajak membaca berbagai karangan ilmiah sesuai tingkatan
sekolah. Di dalam karya ilmiah tersebut terdapat bagian yang berisi
landasan teori. Siswa diajak menganalisis kesesuaian teori-teori yang
dipakai. Masih ada bentuk karangan ilmiah siswa yang sekadar
memasukkan berbagai teori yang tidak relevan hanya untuk menambah
jumlah halaman.
24
2. Mengorganisasikan
Cerita Naruto sangat populer di kalangan siswa. Bagi orang dewasa, misalnya
guru, mungkin tampak ruwet dan menyulitkan. Jika dicobakan kemampuan
mengorganisasi siswa menggunakan cerita tersebut. hal ini akan mampu
dilakukan dengan mudah. Konteks siswa menjadi kata kuncinya. Kadang guru
memaksakan jalan pikir dan permasalahan orang dewasa kepada anak. Anak akan
merasa kering, hambar, dan diawang-awang terhadap skenario yang diberikan
guru. Dengan kemampuan mengorganisasi, siswa dapat membuat skema, bagan
alir, grafik diagram, dan berbagi grafik pengorganisasian. Dari cerita Naruto
tersebut. seorang anak bisa diajak membuat silsilah keluarga Naruto, skema relasi
antardesa atau klan, dan lain-lain.
Cerita Naruto hanya skenario kecil saja. Guru bisa meningkatkan skenario dengan
mengibaratkan siswa sebagai hakim terhadap suatu kasus. Hakim akan
mengorganisasi fakta dan argumen yang dikemukakan oleh jaksa maupun
pembela dari tersangka. Analisis yang diberikan hakim akan melibatkan interaksi
yang kompleks antara fakta sejarah, fakta sosial, fakta sains, maupun fakta
hukum. lnteraksi tersebut bisa dikelompokkan dengan kriteria-kriteria tertentu.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan pemantik yang bisa disampaikan.
a. Apakah pola umum yang didapatkan dalam permasalahan ini?
b. Bagaimana Anda dapat mengorganisasi berbagai ide yang disampaikan?
c. Bagaimana mengombinasikan ide-ide tersebut?
d. Buatlah diagram lnteraksi dari berbagai lnformasi tersebut!
e. Buatlah bagan alir dari proses tersebut sehingga menunjukkan proses
bermakna!
25
f. Kelompokkanlah informasi-informasi tersebut menjadi fakta sains yang
membedakannya dengan fakta sosial!
Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
Siswa merumuskan plot sebuah novel yang baru dikenaI untuk
menentukan konflik yang terjadi di dalam cerita tersebut. Siswa dapat
pula mencermati cerita kehidupan tokoh utama dalam novel.
Selanjutnya, Siswa membuat grafik kehidupannya. Saat senang berarti
grafik digambarkan naik, sedang-kan ketika mengalami keterpurukan
digambarkan dengan grafik menurun.
3. Mengatribusikan
Di dalam pergaulan dan komunikasi universal kita harus bisa mengenali suatu
pernyataan sebagai asumsi, niat, opini, sesuatu yang bias, penilaian awal, pesan
tersirat, mitos, stigma, atau memang sebuah fakta. Banyak siswa tidak bisa
membedakan berbagai hal tersebut. Akibatnya, informasi yang sebenarnya berupa
asumsi, niat, opini, hal bias atau ambigu langsung dijadikan sebuah fakta.
Celakanya lagi, informasi tersebut langsung disebarluaskan melalui media sosial,
karena beranggapan bahwa orang yang pertama kali mampu menyebarkan
informasi di media sosial adalah orang yang keren.
Siswa harus dibiasakan berpikir terbuka untuk mengatasi hal tersebut. Siswa dapat
menganalisis informasi secara kritis melalui keterbukaan cara berpikir. Siswa
harus mampu menganalisis berbagai informasi menggunakan berbagai sudut
pandang. Pembiasaan ini bisa dilakukan ketika siswa terbiasa berelasi dengan
situasi yang majemuk. Siswa seharusnya mudah bergaul dengan orang yang
berbeda usia, sekolah, agama, suku, adat istiadat, jenis kelamin, pekerjaan, dan
lain sebagainya. Melalui cara ini siswa akan terasah kemampuan berpikir secara
divergen dan lateral. Contoh rumusan pertanyaannya sebagai berikut.
a. Hal mana yang merupakan fakta, opini, dan kesimpulan?
26
b. Mengapa hal tersebut masih dianggap sebagai asumsi?
c. Mengapa cerita tersebut hanyalah mitos?
d. Apa motif di belakang peristiwa tersebut?
e. Apa saja bukti yang dapat mendukung opini Anda?
f. Bagaimana sudut pandang penulis terhadap buku tersebut?
g. Bagaimana dengan sudut pandang yang Iain?
h. Bagaimana Anda dapat membuktikan bahwa hal tersebut adalah fakta?
i. Apa saja yang menjadi pro dan kontra permasalahan tersebut?
j. Mengapa pernyataan tersebut dianggap bias? Jelaskan!
k. Apakah berita tersebut kredibel?
Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
Guru dapat membuat forum debat bagi siswa mengenai sebuah topik
yang baru mendapat perhatian masyarakat luas. Ada kelompok siswa
yang pro dan kontra terhadap topik tersebut. Baik kelompok yang pro
maupun kontra akan menyusun berbagai argumen untuk mendukung
pendapat mereka. Tentunya para siswa akan mencari sumber informasi
yang faktual dan valid.
B. Level Evaluasi
Pada prinsipnya, level evaluasi merupakan kemampuan dalam mengambil
keputusan berdasarkan kriteria-kriteria. Level ini terdiri dari keterampilan
mengecek dan mengkritisi.
1. Mengecek
Mengecek atau memeriksa, menurut Anderson dan Krathwohl (dalam Nugroho,
2018: 31) merupakan proses untuk menemukan inkonsistensi atau kesalahan
dalam suatu proses atau produk. Dengan mengamati konsistensi ini maka akan
diperoleh tingkat efektivitas suatu prosedur yang sedang dilakukan.
27
Kesalahan atau inkonsistensi biasanya terjadi karena argumen yang lemah.
Kelemahan argumen ini disebabkan karena informasi atau bukti yang diperoleh
tidak kuat dalam mendukung proses penalaran menjadi suatu kesimpulan. Masih
banyak siswa yang tidak terbiasa mengevaluasi kekuatan dan kredibilitas suatu
bukti atau informasi. Hal ini disebabkan karena siswa kurang tahan membaca
atau mencermati berbagai pengetahuan dalam jangka waktu yang lama.
Akibatnya, siswa kurang mampu melihat kekuatan dan kelemahan suatu bukti dari
berbagai sudut pandang.
Literasi menjadi salah satu kunci penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Siswa juga kadang tidak sabar dalam melakukan proses menalar. Mereka terbiasa
dengan cara instan. Berbagai teknologi digital telah mendidik mereka terbiasa
melakukan segala sesuatu secara instan. Memang sesuatu yang instan bukanlah
hal yang selalu salah. Meskipun demikian, bagaimana membuat siswa mampu
berpikir cepat dan menghasilkan kesimpulan yang valid, itulah yang dibutuhkan.
Proses instan yang sering terjadi adalah proses yang justru grusa-grusu (terburu-
buru, sembarangan, serampangan, asal selesai). Proses menalar yang seharusnya
melalui berbagai tahapan kompleks, hanya dilalui dalam proses sederhana agar
segera memperoleh kesimpulan. Siswa harus dibiasakan tahan dalam melakukan
evaluasi suatu bukti, data, dan informasi secara detail. Dengan kebiasaan itu.
siswa akan makin mampu mengevaluasi secara mendalam. Siswa akan makin
mudah mengevaluasi sumber-sumber laman berita palsu. Menurut Paul dan Elder
(dalam Nugroho, 2018: 33), suatu informasi harus diperiksa berdasarkan
kejelasan, akurasi, presisi, relevansi, kedalaman, keluasan, logis, dan
signifikansinya.
28
Berikut ini merupakan contoh rumusan pertanyaan yang bisa dibuat sebagai
berikut.
a. Bagaimana kita yakin bahwa hal ini benar?
b. Apa saja kekuatan dan kelemahan bukti yang disampaikan?
c. Mengapa Anda mempercayai argumen tersebut? Mengapa Anda memilih
informasi yang ini dari pada yang lainnya?
d. Apa saja peluang yang masih ada dari permasalahan tersebut?
e. Apakah hal ini benar?
f. Informasi tambahan apa saja yang diperlukan untuk menjawab permasalahan
tersebut?
g. Apa dasar dari alasan tersebut? Jika informasi ini dihilangkan, apa yang
terjadi dengan kesimpulan tersebut?
h. Apakah bukti-bukti tersebut cukup kuat digunakan untuk merumuskan
kesimpulan?
Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
Guru bisa mencarikan berita palsu (hoax) dari media online Siswa diajak
untuk mengevaluasi kebenaran sumber berita tersebut.
2. Mengkritisi
Mengkritisi merupakan bentuk dari level evaluasi. Bentuk evaluasi berbagai ide
yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Mengkritisi merupakan
proses menilai suatu pendapat atau hasil berdasarkan seperangkat kriteria yang
telah ditentukan. Kriteria yang dibuat haruslah kriteria yang fair dan tidak
memihak, apalagi hanya demi kepentingan diri sendiri. Kriteria tersebut bisa
berupa kriteria profesionalisme dan universalitas (kehidupan bersama).
29
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengkritisi didefinisikan sebagai
tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil
karya. pendapat, dan sebagainya. Mengkritisi tidak sekadar menanggapi atau
mengecam, tetapi disertai argumen dan pertimbangan nllai baik atau buruk.
Menurut Stemberg (dalam Nugroho, 2018: 37), kemampuan mengambil
keputusan digunakan untuk melatih siswa ketika dihadapkan dengan berbagai
pilihan. Mengkritisi tidak sekadar menimbang nilai, tetapi juga memahami cara
berpikir orang lain. Siswa memerlukan sikap diri untuk selalu ingin tahu,
menyelidik, dan berusaha memahami suatu informasi. Mengkritisi lebih dari
sekadar berujung pada membuat keputusan. Lebih dari itu, mengkritisi merupakan
proses pembuatan keputusan yang didukung oleh informasi memadai dan akurat.
Bekal yang dibutuhkan agar bisa mengkritisi dengan baik adalah kemampuan
berpikir divergen.
Berpikir divergen merupakan bentuk dari berpikir kreatif. Berpikir divergen atau
lateral biasa pula disebut berpikir bercabang (networking). Mengkritisi tidak
hanya bersandar pada satu sudut pandang saja, tetapi harus dari berbagai sudut
pandang. Mengkritisi sebuah fenomena tidak bisa dilakukan dengan satu kajian
ilmu pengetahuan saja, melainkan harus lintas ilmu atau mata pelajaran. Dengan
lintas kurikulum. pembelajaran akan lebih bermakna (Suryadarma, 2014 b).
Kriteria yang ditentukan melibatkan berbagai ranah kajian. Harapannya akan
dihasilkan ide, solusi, keputusan, atau produk yang tepat.
Ada beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk memantik kemampuan
mengkritisi siswa, di antaranya, yaitu:
a. Mana yang lebih baik? Mengapa?
30
b. Apa keuntungan dan kerugian jika hal ini tetap dilakukan?
c. Apa yang Anda pikirkan jika hal tersebut menjadi sebuah solusi?
d. Buatlah beberapa indikator atau kriteria untuk menilai hal tersebut?
e. Dari beberapa indikator tersebut, indikator manakah yang paling menentukan
suksesnya program tersebut?
f. Dari berbagai solusi tersebut, solusi manakah yang paling efektif dan
berdampak?
g. Evaluasilah program kegiatan OSIS di sekolahmu berdasarkan rubrik
indikator ketercapaian program!
Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
Desain pembelajaran mirip dengan ilmu sosial di atas. Siswa bisa
membaca suatu novel dan mendalami karakter tokoh-tokohnya. Dari
beberapa tokoh tersebut, siswa bisa menentukan berbagai kriteria tokoh
mana yang dapat dijadikan teman baik.
C. Level Mencipta
Pada level tertinggi ini, siswa mengorganisasi berbagai informasi menggunakan
cara atau strategi baru atau berbeda dari biasanya. Siswa dilatih memadukan
bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru, koheren, dan orisinal.
Kemampuan berpikir kreatif atau inovatif semakin diuji dalam level mencipta.
Menurut Anderson & Krathwohl (dalam Nugroho, 2018: 39) ditegaskan bahwa
kreativitas tidak hanya menunjukkan desain produk yang unik, tetapi juga
mengombinasikan berbagai sumber informasi untuk menghasilkan produk,
perspektif, strategi, arti, maupun pemahaman baru. ”Baru”berarti belum ada
sebelumnya.
31
1. Merumuskan
Para guru masih sering membelenggu kemampuan berimajinasi siswa. Guru
seolah hanya menjejalkan berbagai pendapat masa lalu kepada siswa tanpa
memberi kesempatan kepada mereka untuk mengukir imajinasi. Membiasakan
siswa membangun mimpi atau imajinasi akan menjadikannya mampu
mengungkapkan berbagai ide dan juga menghargai cara pandang orang lain.
Menurut James Bellanca dan Robin Forgaty (dalam Nugroho, 2018: 41), ada cara
untuk memunculkan dan mengelola suatu ide yang dikenal dengan istilah DOVE:
D: Defer judgment
O: Opt for originality
V: Variety and vast numbers of ideas are what we are looking for
E: Expand by association
Pedoman tersebut memberikan strategi proses bagi siswa agar tidak tergesa-gesa
dalam melakukan pengukuran dan penilaian, apalagi membuat keputusan. Semua
ide yang muncul harus mendapat pertimbangan yang seimbang dan mendalam.
Siswa harus terbuka dan terbiasa memilih ide yang orisinal, berbeda, kreatif, dan
bahkan aneh (out of the box). Hal ini penting karena keragaman gagasan dan
sudut pandang itulah yang kita butuhkan. Akhirnya, siswa dapat menyadari
hubungan berbagai gagasan yang muncul sehingga bisa mengesampingkan
gagasan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengambilan keputusan.
Beberapa pertanyaan untuk mengukur kemampuan merumuskan di antaranya,
yaitu:
a. Hal apa saja yang dapat digunakan sebagai alternatif menyelesaikan masalah?
32
b. Berdasarkan masalah ini, apa yang akan terjadi jika...?
Mengapa?Hipotesisnya adalah...
c. Apa saja solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
d. Ide mana sajakah yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut?
e. Apa yang akan berubah jika ide tersebut dilakukan?
f. Argumen apa saja yang menguatkan hipotesis tersebut?
g. Jika menggunakan ide tersebut, apakah solusinya akan lebih efektif?
h. Buatlah brainstorming untuk mengatasi permasalahan tersebut!
Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
Siswa diminta membaca novel atau karya sastra lama dengan latar masa
lalu. Selanjutnya, Siswa bisa diminta untuk membuat cerita baru dengan
alur yang sama, tetapi dengan konteks situasi dan penokohan saat ini.
Akhir cerita bisa dibuat menggunakan ide-ide baru.
2. Merencanakan
Merencanakan merupakan proses menentukan metode atau strategi dalam rangka
memecahkan suatu masalah. Tahap-tahap perencanaan tentu saja bukan sekadar
mengurutkan langkah kerja. Berbagai langkah kerja tersebut merupakan hasil
perasan dari ide-ide yang akurat dan didesain untuk memperoleh solusi terbaik.
Merencanakan memiliki kriteria yang SMART, yaitu spesifik (specific), jelas atau
terukur (measureable), bisa dicapai (achievable), realistis (realistic), dan memiliki
target waktu (timeline). Berbagai kriteria tersebut hanya akan bisa dimunculkan
ketika cara berpikir sebelumnya dilakukan dengan benar. Beberapa contoh
pertanyaan yang bisa dikemukakan, yaitu.
a. Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?
b. Mengapa rencana tersebut perlu dimasukkan?
33
c. Mengapa rencana ini lebih baik dari yang Iain?
d. Buatlah rancangan penelitian untuk menjawab fenomena tersebut!
e. Buatlah rencana secara rinci yang menunjukkan bahwa ide Anda tersebut
akan menghasilkan solusi terbaik!
f. Apakah ide Anda akan bisa dijalankan? Jelaskan menggunakan rencana yang
akan Anda buat!
g. Mengapa rencana ini tidak mungkin dijalankan?
h. Apakah rencana tersebut terukur sehingga mampu mengefektifkan waktu?
i. Apakah rencana tersebut mampu mengefisienkan anggaran kegiatan?
Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
Siswa diminta membuat artikel persuasif tentang masalah sosial di
lingkungan sekitarnya. Siswa tidak hanya mendengar atau membaca data
masalah sosial, tetapi turun langsung ke lapangan untuk mengobservasi
dan mengoleksi berbagai data tersebut.
3. Memproduksi
Memproduksi atau mengonstruksi merupakan tindak lanjut dari merencanakan.
Berbagai perencanaan diwujudkan menjadi suatu keputusan, kesimpulan, solusi,
atau produk yang bersifat baru. Kebaruan ini merupakan ciri utama dari level
mencipta. Dari sisi filsafat pengetahuan, kebaruan produk harus memiliki ranah
aksiologis. Ranah ini mensyaratkan bahwa produk yang dihasilkan harus
memiliki nilai manfaat bagi orang lain.
Beberapa contoh pertanyaannya, yaitu.
a. Buatlah produk yang berguna bagi masyarakat luas untuk memawab
permasalahan tersebut!
b. Solusi baru apa yang dapat digunakan untuk memperbaiki situasi tersebut?
c. Buatlah media yang cocok untuk hal tersebut!
34
d. Buatlah cerita singkat situasi tersebut dan solusi yang bisa dilakukan untuk
mengatasi permasalahan di dalamnya!
e. Produk manakah yang mampu memenuhi harapan dan keinginan masyarakat?
f. Buatlah Iaman daring maupun luring yang dapat menjadi sarana mengatasi
permasalahan tersebut
Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
Siswa diminta membuat naskah pementasan teater. Mereka kemudian
berlatih dan diminta untuk mementaskan naskah tersebut di hadapan
siswa kelas lain.
Permasalahan atau soal yang dapat memicu ketrampilan berpikir tingkat tinggi
adalah permasalahan komplek yang tidak diselesaikan dengan ingatan sederhana,
namun membutuhkan penerapan strategi dan proses tertentu. Contoh
permasalahan seperti itu adalah permasalahan yang digunakan dalam
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Permasalahan dalam
PBL merupakan permasalahan autentik yang tidak terstruktur dengan baik (lil-
structured problem). Beberapa informasi perlu dicari dalam upaya menyelesaikan
permasalah seperti itu, sehingga dibutuhkan strategi dan kemampuan berpikir
produktif. Kemampuan berpikir produktif adalah kemampuan berpikir tingkat
tinggi, yang mencakup bernalar, mengkombinasi berbagai pengalaman yang
saling terpisah, menggunakan bukti baru, menambah informasi untuk mengisi
celah dalam logika, melakukan ekstrapolasi, dan membuat penafsiran (Sani
2019:5-6),
Selain tes untuk mengukur kreativitas, ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang
lain dapat diukur dengan menggunakan tes pilihan berganda.
35
Sugrue (dalam Sani 2019:6) mengumpulkan informasi dari beberapa penelitian
dalam studi model problem solving, dan mengidentifikasi tiga format yang
digunakan untuk mengukur HOTS sebagai berikut.
1. Memilih jawaban (soal pilihan ganda, soal menjodohkan)
2. Membangkitkan (soal dengan jawaban singkat, essay, dan unjuk kerja)
3. Menjelaskan (memberikan alasan untuk sebuah pilihan atau jawaban atas
sebuah pertanyaan).
2.3.2 Karakteristik HOTS
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk
penilaian kelas. Untuk menginspirasi pendidik menyusun soal-soal HOTS di
tingkat satuan pendidikan, Kemendikbud (2017:9-13) secara rinci memaparkan
karakteristik soal HOTS sebagai berikut.
A. Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi, termasuk kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (criticalthinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen(reasoning), dan kemampuan
mengambil keputusan (decision making). Dalam taksonomi Bloom membutuhkan
kemampuan untuk menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6),
sedangkan The Australian Council forEducational Research (ACER, 2015)
menyatakan bahwa kemampuan berpikirtingkat tinggi merupakan proses:
menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep
pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan.
36
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas: (a)
kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar; (b) kemampuan
mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai
sudut pandang yang berbeda; dan (c) menemukan model-model penyelesaian baru
yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat,
mengetahui, atau mengulang. ‘Difficulty’ is NOT same as higherorder thinking.
Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengankemampuan berpikir
tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak
umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi,
tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher
order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal
yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu, agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta
didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam
pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan
berpikir kritis.
Contoh:
Perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini!
a. Masjid Istiqlal memiliki menara atau minaret. Tinggi menara tersebut 66,66 meter. Diameter menara tersebut lima meter.
Bangunan menara tersebut meruncing ke atas. Bagian atas menara
terdapat pengeras suara.
37
b. Masjid Istiqlal memiliki kubah ukuran besar. Kubah besar tersebut berdiameter 45 meter dan dilapisi keramik. Kubah tersebut tersebut
dari kerangka baja stainless steel. Kubah besar tersebut memiliki
berat 86 ton.
c. Masjid Istiqlal merupakan masjid nasional Republik Indonesia. Masjid ini berada di pusat Kota Jakarta. Masjid ini terletak di
Bekas Taman Wilhelmina, di Timur Laut Lapangan Medan
Merdeka.
d. Masjid Istiqlal memiliki bedug raksasa. Bedug ini terbuat dari kayu meranti dari Kalimatan Timur. Diameter bedug ini dua meter,
sedangkan diameter belakang 1,71 meter. Panjang keseluruhan
bedug ini tiga meter. Berat total bedug ini 2,3 ton.
Mana sajakah yang merupakan deskripsi umum dan deskripsi
bagian? Kelompokkan pada tabel berikut.
Deskripsi umum Deskripsi bagian
B. Berbasis Permasalahan Kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari, peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual
yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup,
kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik
untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan
(apply), dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran
di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata. Berikut ini
diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, REACT (Kemendikbud,
2017:10):
38
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian
(exploration),penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik
untukmenerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk
menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan untuk
mampumengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks
masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan untuk mentransformasi
konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik sebagai
berikut.
a. Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih
jawaban yang tersedia;
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang
benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban
benar.
Contoh:
Alunan nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman
kampus Universitas Padjajaran Jalan Dipati Ukur Bandung, Senin (27/8)
siang. Lebih dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat musik
tradisional angklung dan memanjakan ribuan pasangan telinga yang
mendengarnya. Ribuan mahasiswa baru dan civits academica Unpad
memainkan alat musik tradisinal angklung. Mereka begitu kompak.
Permainan mereka begitu memukau para penonton. Acara yang
39
merupakan rangkauan acara Dies Natalis Unpad itu membuat Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata ikut terpukau.
Berikut yang tidak termasuk tema dalam teks tersebut adalah...
a. harmonisasi alunan nada orkestra
b. kepiawaian para pemain orkresta
c. keterpukauan para penonton
d. proses kehadiran Menteri
C. Menggunakan Bentuk Soal Beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS)
sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapatmemberikan
informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal
ini penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin
prinsip objektif. Artinya, hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat
menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya. Penilaian yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin
akuntabilitas penilaian. Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat
digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian
PISA) sebagai berikut.
a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTSmenggunakan stimulus yang bersumber pada
situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan
jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh
(distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.
Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang
terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi
pelajarannya dengan baik.
40
Peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan
stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta
menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
Contoh:
Desa wisata religius Buboho merupakan tempat wisata yang indah dan
asri. Tempat wisata ini sangat sejuk dan dikelilingi oleh kawasan yang
hijau. Di tempat wisata ini terdapat gubuk-gubuk untuk bersantai. Selain
itu, di tempat wisata ini terdapat puluhan burung merpati Di tempat wisata
ini juga terdapat kolam renang dari sumber mata air. Tempat wisata ini
juga terdapat ratusan fosil kayu yang dipamerkan.
Teks tersebut merupakan struktur teks deskripsi bagian . . .
a. Deskripsi umum
b. Deskripsi bagian
c. Deskripsi luas
d. Deskripsi kecil
b. Pilihan Ganda Kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan
satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal
HOTSyang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang
bersumber pada situasi kontekstual. Peserta didik diberikan beberapa pernyataan
yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih
benar/salah atau ya/tidak. Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait
antara satu dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah
agar diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang
terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar. Apabila
peserta didik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan
skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi
skor 0.
41
Contoh:
Alunan nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman
kampus Universitas Padjajaran Jalan Dipati Ukur Bandung, Senin (27/8)
siang. Lebih dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat musik
tradisional angklung dan memanjakan ribuan pasangan telinga yang
mendengarnya. Ribuan mahasiswa baru dan civitas academica Unpad
memainkan alat musik tradisional angklung. Mereka begitu kompak.
Permainan mereka begitu memukau para penonton. Acara yang merupakan
rangkaian acara Dies Natalis Unpad itu membuat Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata ikut terpukau.
Pernyataan:
1. Kegiatan diadakan di Universitas Padjajaran
2. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata menghadiri acara tersebut
3. Alat musik yang dimainkan yaitu musik modern
4. Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Universitas
Pandjajaran
5. Kegiatan tersebut dilaksanakan 3 hari berturut-turut
Pernyataan yang sesuai dengan teks di atas yaitu..
a. 1,2,3 benar
b. 1,2,4 benar
c. 2,3,4 benar
d. 1,3,5 benar
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau
simbol.Karakteristik soal isian singkat adalah sebagai berikut.
a. Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam
ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan
siswa.
b. Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupakata,
frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.Jawaban yang benar diberikan skor
1, yang salah diberikan skor 0.
Contoh:
1.Penjelasan umum mengenai suatu objek dalam teks deskripsi disebut...
42
d. Jawaban Singkat atau Pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik
soal jawaban singkat adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah;Pertanyaan
atau perintah harus jelas,
b. Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal
diusahakan relatif sama;
c. Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari
buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau
menghafal apa yang tertulis dibuku.Setiap langkah/kata kunci yang dijawab
benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
Contoh:
Alunan nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman
kampus Universitas Padjajaran Jalan Dipati Ukur Bandung, Senin (27/8)
siang.
Lebih dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat musik tradisional
angklung dan memanjakan ribuan pasangan telinga yang mendengarnya.
Ribuan mahasiswa baru dan civitas academica Unpad memainkan alat
musik tradisional angklung. Mereka begitu kompak. Permainan mereka
begitu memukau para penonton. Acara yang merupakan rangkaian acara
Dies Natalis Unpad itu membuat Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ikut
terpukau.
Alat musik apa saja yang ditampilkan pada acara tersebut...
e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis.
43
Untuk melakukan penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau
pedoman penskoran. Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh
peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0. Dalam sebuah soal
kemungkinan banyaknya kata kunci atau langkah-langkah penyelesaian soal lebih
dari satu.Sehingga skor untuk sebuah soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan
menjumlahkan skor tiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta
didik.
Contoh:
Monumen Yogya Kembali berada di Ring Road Utara Yogyakarta.
Monumen berbentuk kerucut ini terdiri atas tiga lantai. Selain itu,
monumen ini dilengkapi dengan ruang perpustakaan dan ruang serbaguna.
Museum ini sering dikunjungi oleh para pelajar dalam kegiatan
darmawisata.Di area depan museum terdapat replika pesawat. Replika
pesawat tersebut bernama pesawat Cureng dan pesawat Guntai. Replika
pesawat Cureng berada didekat pintu timur. Sementara itu, replika pesawat
Guntai berada di dekat pintu barat. Monumen Yogya Kembali dikelilingi
oleh kolam yang dibagi menjadi empat jalan menuju bangunan utara. Jalan
barat dan timur menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu.
Sementara itu, jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju
lantai dua.
Jelaskan isi dalam teks deskripsi tersebut!
2.3.3 Level Kognitif HOTS
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja
operasional (KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda.
Perbedaan penafsiran ini