Upload
hoangminh
View
231
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA REALISTIK DENGAN
MENGGUNAKAN KONTEKS BUDAYA
BATAK TOBA
Sinta Dameria Simanjuntak, S.Si., M.Pd.
2019
ii
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
KATALOG DALAM TERBITAN ( KDT )
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
REALISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONTEKS
BUDAYA BATAK TOBA
Penulis
Sinta Dameria Simanjuntak, S.Si., M.Pd.
Desain Cover
Bichiz Daz
Layout
Fitriana Rahmayani, S.Hum.
Copyright © 2019 Jakad Publishing
Surabaya
Diterbitkan & Dicetak Oleh
CV. Jakad Publishing Surabaya 2019
Anggota IKAPI No. 222/JTI/2019
Jl. Gayung Kebon Sari I No. 1 Surabaya
Telp. : 081234408577
E-mail : [email protected]
ISBN : 978-623-7033-32-5
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
Ketentuan Pidana Pasal 112 - 119
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta.
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
iii
PRAKATA
Penulis menyampaikan puji syukur kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan
kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku
yang berjudul “Pengembangan Pembelajaran Pen-
dekatan Matematika Realistik Menggunakan Kon-
teks Budaya Batak Toba”. Adapun tujuan dari penu-
lisan buku ini adalah untuk menganalisis (1) validitas
perangkat pembelajaran dalam pengembangan pende-
katan matematika realistik dengan menggunakan konteks
budaya suku Batak Toba dan (2) efektivitas pembelajaran
pendekatan matematika realistik dengan menggunakan
konteks budaya suku Batak Toba yang dikembangkan.
Buku ini diharapkan akan memberikan alternatif solusi
kepada praktisi pendidikan dalam mengembangkan pem-
belajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Dengan demi-
kian, kurikulum 2013 beserta perangkatnya tidak lagi
menjadi beban bagi guru dan siswa untuk dilaksanakan
dalam pembelajaran. Selain itu, perangkat pembelajaran
yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi sumber
inspirasi ide bagi guru untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran yang mirip sehingga pembelajaran di kelas
lebih bervariasi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini
dengan baik. Secara khusus penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
iv
1. Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristekdikti)
yang telah memberikan bantuan dana penelitian
dosen pemula.
2. Kepala Koordinator Perguruan Tinggi (Kopertis) Wila-
yah I yang telah melakukan monitoring penelitian.
3. Dr. Frietz R. Tambunan selaku Rektor Universitas
Katolik Santo Thomas.
4. Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si. selaku Ketua
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masya-
rakat Universitas Katolik Santo Thomas.
5. Drs. Losten Tamba, M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik
Santo Thomas.
6. Frater Norbertus Banusu, CMM, S.Pd selaku Kepala
sekolah SMP Budhi Dharma Balige yang telah mem-
berikan izin dan memberikan kondisi yang nyaman
untuk melaksanakan penelitian.
7. Ribka Kariani, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pendidikan
Matematika di Universitas Katolik Santo Thomas
yang telah membantu memvalidasi perangkat dan
instrumen penelitian.
8. Sri Lestari, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pendidikan
Matematika di Universitas Negeri Medan yang telah
membantu memvalidasi perangkat dan instrumen
penelitian
9. Seyantina Manurung, S.Pd. selaku Guru Matematika
SMP Budhi Dharma Balige yang telah membantu
memvalidasi perangkat beserta instrumen penelitian,
uji coba instrument penelitian dan pengamat pelaksa-
v
naan pembelajaran matematika realistik mengguna-
kan konteks budaya Batak Toba.
10. Tohap Marbun, S.Pd. selaku Guru Matematika SMP
Budhi Dharma Balige yang telah membantu mem-
validasi perangkat beserta instrumen
11. Seluruh dosen pendidikan matematika di Universitas
Katolik Santo Thomas atas dukungan moril yang di-
berikan kepada peneliti.
12. Seluruh guru dan pegawai di SMP Budhi Dharma
Balige.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan buku ini. Penu-
lis juga berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan kualitas pendidikan Indonesia secara
umum dan kualitas pendidikan siswa secara khusus.
vi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................... i
PRAKATA ...................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................... xi
BAB 1. : PENDAHULUAN .................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................... 8
1.3 Metodologi Penelitian........................... 8
BAB 2. : KAJIAN PUSTAKA ................................. 19
2.1 Pengertian Belajar dan Pembe-
lajaran Matematika ............................ 19
2.2 Budaya Suku Batak Toba .................. 20
2.3 Pendekatan Pembelajaran Mate-
matika Realistik .................................. 21
2.4 Efektifitas Pembelajaran .................... 24
2.5 Pengembangan Pembelajaran .......... 26
BAB 3. : VALIDITAS PERANGKAT PEMBE-
LAJARAN DALAM PENGEMBANG-
AN PENDEKATAN MATEMATIKA
REALISTIK DENGAN MENGGUNA-
KAN KONTEKS BUDAYA SUKU BA-
TAK TOBA .................................................. 29
viii
BAB 4. : EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN
PENDEKATAN MATEMATIKA RE-
ALISTIK DENGAN MENGGUNA-
KAN KONTEKS BUDAYA SUKU
BATAK TOBA YANG DIKEMBANG-
KAN ............................................................ 33
4.1 Pencapaian Hasil Belajar Siswa ........ 33
4.2 Aktivitas Siswa ................................... 35
4.3 Aktivitas Guru .................................... 36
4.4 Kemampuan Guru Mengelola Pem-
belajaran............................................... 37
4.5 Respon .................................................. 39
BAB 5. : KESULITAN SISWA MENGIKUTI
KURIKULUM 2013 ................................. 51
5.1 Kesulitan Siswa Dalam Materi Pola
Bilangan ............................................... 51
5.2 Kesulitan Siswa Mengikuti Kuriku-
Lum 2013 ............................................. 56
5.3 Efektifitas Pembelajaran Matemati-
ka Realistik Dengan Menggunakan
Konteks Budaya Batak Toba Yang
Melibatkan Software Goegebra ......... 56
BAB 6. : PENUTUP ................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 65
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Ringkasan Hasil Validasi RPP, LKPD dan
Tes ....................................................................... 30
Tabel 4.1 Ringkasan Deskripsi Hasil Ulangan Bab Pola
Bilangan .............................................................. 34
Tabel 4.2 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Dalam Pendekatan Matematika Realistik
Dengan Menggunakan Konteks Budaya
Batak Toba Materi Pola Bilangan ................... 36
Tabel 4.3 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru
Dalam Pendekatan Matematika Realistik
Dengan Menggunakan Konteks Budaya
Batak Toba Materi Pola Bilangan ................... 37
Tabel 4.4 Hasil Lembar Observasi Pengelolaan
Pembelajaran Melalui Pendekatan
Matematika Realistik Dengan
Menggunakan Konteks Budaya Batak Toba
Materi Pola Bilangan ........................................ 38
Tabel 4.5 Persentasi Aspek respon Siswa Terhadap
Pembelajaran Matematika Realistik Dengan
Konteks Budaya Batak Toba ............................ 45
Tabel 5.1 Presentasi Kesalahan Siswa ............................. 55
Tabel 5.2 Ringkasan Deskripsi Hasil Ulangan Bab
Bidang Kartesius ............................................... 57
x
Tabel 5.3 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Dalam Pendekatan Matematika Realistik
Dengan Menggunakan Konteks Budaya
Batak Toba Materi Bidang Kartesius ............. 58
Tabel 5.4 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru
Dalam Pendekatan Matematika Realistik
Dengan Menggunakan Konteks Budaya
Batak Toba Materi Bidang Kartesius ............. 59
Tabel 5.5 Hasil Lembar Pengelolaan Pembelajaran
Melalui Pendekatan Realistik Dengan
Menggunakan Konteks Budaya Batak Toba
Materi Bidang Kartesius .................................. 59
Tabel 5.6 Hasil Angket Respon Siswa pada
Pembelajaran PMR Pada Pokok Bahasan
Bidang Kartesius ............................................... 60
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Proses Berpikir Penelitian ............... 7
Gambar 1.2 Peta Lokasi SMP Budhi Dharma
Balige ......................................................... 9
Gambar 1.3 Model Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional ................................. 10
Gambar 4.1 Diagram Respon Siswa Atas Aspek
Senang atau Tidak Senang ....................... 40
Gambar 4.2 Diagram Respon Siswa Atas Aspek
Baru atau Tidak Baru ............................... 41
Gambar 4.3 Diagram Respon Siswa Atas Aspek
Berminat atau Tidak Berminat ................ 43
Gambar 4.4 Diagram Respon Siswa Atas Aspek
Tertarik atau Tidak Tertarik .................... 44
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia dalam ranah pendidikan selama
3 tahun terakhir ini, sedang ramai mendiskusikan
tentang kurikulum baru yang telah diwacanakan oleh
pemerintah. Kurikulum tersebut adalah kurikulum
2013 yang sudah banyak menyita perhatian pemerin-
tah, para tenaga pendidik, peserta didik dan masya-
rakat luas pada umumnya. Sehingga kurikulum ini
selalu menjadi topik utama yang sering dibahas dalam
pertemuan ilmiah, media televisi bahkan media cetak.
Pemerintah secara berkesinambungan telah mela-
kukan beberapa sosialisasi dan pelatihan mengenai
penerapan kurikulum tersebut. Namun, pada kenya-
taannya masih banyak tenaga pendidik maupun pe-
serta didik yang merasa kebingungan dalam mengim-
plementasikannya dalam proses pembelajaran.Dengan
demikian, implementasi Kurikulum 2013 di sekolah
menjadi kurang efektif. Hal tersebut dibuktikan me-
lalui beberapa pembahasan yang mengacu pada evalu-
asi efektivitas implementasi Kurikulum 2013.
Pembahasan-pembahasan yang dilakukan terha-
dap pengukuran efektivitas implementasi Kurikulum
2013 pada umumnya mengungkapkan bahwa imple-
metasi Kurikulum 2013 kurang efektif. Riptiani
Manik, dkk. pada tahun 2015 mengungkapkan bahwa
implementasi Kurikulum 2013 kurang efektif ditinjau
dari aspek input, implementasi Kurikulum 2013 ku-
2
rang efektif ditinjau dari aspek produk dan menyim-
pulkan bahwa Sekolah Dasar negeri di wilayah
pedesaan Kabupaten Badung kurang efektif dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013. Selanjutnya,
Ni Luh Karnita Dewi, dkk. pada tahun 2015 menyata-
kan bahwa implementasi Kurikulum 2013 pada Se-
kolah Dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten
Badung adalah kurang efektif.
Pada dasarnya, kurangnya efektivitas implemen-
tasi Kurikulum 2013 berawal dari tenaga pendidik.
Hal ini sejalan dengan I Nyoman Ruja dan Sukamto
pada tahun 2015 yang mengungkapkan bahwa guru
mengalami masalah dalam mengimplemetasikan
Kurikulum 2013. Permasalahan yang dihadapai guru
dalam implementasi Kurikulum Nasional 2013 adalah
belum siapnya guru-guru di lapangan dan guru masih
mengalami kesulitan dalam membuat Rencana Pelak-
sanaan Pembelajaran walaupun sudah ada silabus
dan buku guru.
Hal yang sama tentang kesulitan guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 juga diung-
kapkan oleh Ayuk Kusumastuti, Sudiyanto dan Dini
Octoria pada tahun 2016. Mereka mengungkapkan
bahwa guru mengalami beberapa hambatan dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013. Dari hasil
pembahasan menunjukkan bahwa guru kesulitan
dalam tiga aspek pembelajaran. Tiga aspek tersebut
adalah perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pem-
belajaran, dan penilaian pembelajaran.
3
Selain itu, ada beberapa hambatan yang dialami
guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Hal ter-
sebut diungkapkan oleh Heri Retnawati pada tahun
2015. Beliau mengungkapkan ada 4 hal yang menjadi
hambatan Hal pertama yaitu pelatihan dan sosialisasi
belum dapat memberikan pemahaman yang baik dan
menyeluruh mengenai Kurikulum 2013. Hal yang
kedua yaitu guru kesulitan mengatur waktu pada
perencanaan pembelajaran, merencanakan pembela-
jaran, merencanakan penilaian sikap, dan memilah
pengetahuan dan keterampilan pada penyusunan
instrumen penilaian. Hal yang ketiga yaitu waktu
dalam pelaksanaan pembelajaran, kesulitan berkaitan
dengan perangkat pembelajaran, dan kesulitan meng-
aktifkan siswa. Hal yang terakhir yaitu sistem pe-
nilaian dalam Kurikulum 2013 adalah rumit dan perlu
waktu yang lama untuk menyusun laporan.
Bertitik tolak dari masalah-masalah yang muncul
dalam implementasi Kurikulum 2013 tersebut, penulis
tertarik untuk mengembangkan sebuah pembelajaran
yang efektif sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013
melalui penelitian pengembangan (research develop-
ment). Pengembangan pembelajaran yang dilaksana-
kan akan menjadi solusi atau jawaban atas kebi-
ngungan para tenaga pendidik dalam merancang
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013. Pengembangan pembelajaran yang dihasilkan
juga diharapkan dapat menjadi suatu model atau
acuan bagi para tenaga pendidik dalam merancang
pembelajaran melalui konteks yang dekat dengan diri
siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran yang
4
memancing siswa untuk aktif dalam pembelajaran
tidak menjadi sebuah pekerjaan yang sulit karena
siswa dibawa ke lingkungan belajar yang nyata dan
kontekstual.
Pengembangan pembelajaran yang akan diguna-
kan untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 adalah, pe-
ngembangan pendekatan matematika realistik dengan
menggunakan konteks budaya suku Batak Toba.
Pendekatan pembelajaran ini dipilih karena memiliki
karakteristik yang sesuai dengan pendekatan pembe-
lajaran scientific yang disarankan oleh Kurikulum
2013. Salah satu ciri utama pendekatan scientific ada-
lah berbasis pada fakta atau fenomena dan bukan
khayalan yang merupakan ciri khas pendekatan mate-
matika realistik. Selain itu, dalam pendekatan mate-
matika realistik siswa difasilitasi untuk membangun
(construct) pengetahuan sendiri sehingga siswa se-
olah-olah menjadi penemu-penemu baru yang sesuai
dengan dasar filosofi dimunculkannya Kurikulum
2013. Alasan selanjutnya pemilihan pengembangan
pendekatan matematika realistik adalah karena mate-
matika realistik memuat langkah-langkah pembela-
jaran yang ditetapkan dalam kurikulum 2013 yaitu
kegiatan 5M yang meliputi kegiatan mengamati, me-
nanya, menalar, mencoba dan membangun jaringan.
Konteks yang digunakan dalam pengembangan
pembelajaran ini adalah konteks budaya suku batak
Toba yang terdiri dari wujud-wujud budaya yang di-
miliki oleh suku Batak Toba. Melibatkan konteks
budaya dalam pengembangan pendekatan pembela-
5
jaran ini didasarkan pada filosofi pengembangan Kuri-
kulum 2013 yang mengungkapkan bahwa pendidikan
berakar dari budaya bangsa dan merupakan proses
pewarisan budaya bangsa. Pada akhirnya, melalui
pembahasan tersebut konteks budaya bangsa suku
Batak Toba diaplikasikan dalam pengembangan pem-
belajaran ini.
Budaya suku batak Toba menjadi sebuah pilihan
karena pengembangan pembelajaran ini dilaksanakan
di lingkungan suku Batak Toba. Alasan yang tidak
kalah penting dalam pemilihan konteks budaya suku
Batak Toba adalah karena suku batak Toba memiliki
7 falsafah hidup yang sesuai dengan tata nilai yang
dituntut oleh kurikulum 2013. Ketujuh falsafah hidup
suku Batak tersebut adalah mardebata yang artinya
mempunyai kepercayaan kepada Tuhan, marpinom-
par yang artinya memiliki keturunan sehingga setiap
marga Batak Toba menghendaki adanya keturunan
supaya silsilah tidak putus atau hilang, martutur
yang artinya mempunyai kekerabatan atau keluarga,
maradat yang artinya mempunyai adat-istiadat,
marpangkirom yang artinya mempunyai cita-cita
dan ambisi mencapai hamoraon, hagabeon, ha-
sangapon (kelayakan hidup, kesuksesan dan peng-
hargaan dari orang lain), marpatik yang artinya
mempunyai aturan dan undang-undang yang mengi-
kat semua masyarakat untuk tidak bersikap semena-
mena dan maruhum yang artinya mempunyai hu-
kum undang-undang yang baku yang ditetapkah oleh
raja huta (raja kampung) berdasarkan musyawarah
yang harus dihormati dan dituruti oleh semua pihak.
6
Sebagai gambaran, berikut adalah contoh bagai-
mana pengembangan pembelajaran pendekatan mate-
matika realistik dengan menggunakan konteks bu-
daya suku Batak Toba yang akan dirancang. Pada ma-
teri penjumlahan aljabar, guru biasanya memberikan
contoh “2x+3y+5x+2y = 7x+5y”. Dengan pengembang-
an pembelajaran yang akan dilakukan, dalam materi
tersebut akan diberi konteks budaya suku Batak Toba.
Sehingga contohnya menjadi “Togap, Bonar, Poltak,
Maruhum masing-masing ditugaskan guru untuk
membawa 2 ulos sadum, 3 ulos ragihotang, 5 ulos
sadum dan 2 ulos ragihotang untuk acara hari guru.
Berapakah ulos sadum dan ulos ragihotang yang
mereka bawa?”. Jawaban yang akan diperoleh adalah
7 ulos sadum dan 5 ulos ragihotang. Sedangkan tata
nilai yang diambil dari contoh tersebut adalah mara-
dat (menghormati yang lebih tua) dengan menuruti
perintah guru. (Ulos adalah hasil tenunan khas orang
Batak yang digunakan pada acara pesta).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, pe-
nulis berharap menghasilkan pengembangan pembela-
jaran yang efektif sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013. Pengembangan pembelajaran tersebut dikemas
dalam judul buku “Pengembangan pembelajaran pen-
dekatan matematika realistik dengan menggunakan
konteks budaya suku Batak Toba”. Alur proses ber-
pikir pengembangan pembelajaran ini dapat dirang-
kum melalui gambar berikut:
7
Gambar 1.1 Alur Proses Berpikir Penelitian
Pembahasan dalam buku ini dibatasi pada
efektifitas pengembangan pembelajaran pendekatan
matematika realistik dengan menggunakan konteks
budaya suku Batak Toba dan validitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan yaitu Rencana Pe-
laksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD), buku siswa dan instrumen penelitian
berupa tes hasil belajar siswa di kelas VIII SMP.
Implementasi
Kurikulum 2013
kurang efektif
Berawal dari
tenaga pendidik
1. Pemahaman yang
kurang mengenai
Kurikulum 2013
2. Kesulitan dalam
merancang
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
3. Kesulitan membuat
siswa aktif
4. Kesulitan
melakukan
penilaian
MASALAH
SOLUSI
Pengembangan
Pembelajaran
dengan
Pendekatan
Matematika
Realistik Dimana
Konteks Materi
dan Lembar Kerja
Peserta Didik Di-
rancang berdasar-
kan Budaya Batak
Toba
PRODUK
Pembelajar
an yang
Efektif dan
Perangkat
Pembelajar
an yang
Valid
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pemba-
hasan dalam buku ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran
dalam pengembangan pendekatan matematika
realistik dengan menggunakan konteks budaya
suku Batak Toba?
2. Bagaimana efektivitas pembelajaran pendekatan
matematika realistik dengan menggunakan kon-
teks budaya suku Batak Toba yang dikembang-
kan?
1.3 Metodologi Penelitian
Buku ini menggunakan jenis penelitian pengem-
bangan (development research). Dalam hal ini yang
dikembangkan adalah pendekatan pembelajaran, pe-
rangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Pro-
duk dari penelitian ini adalah sebuah pembelajaran
yang menggunakan pendekatan pembelajaran mate-
matika realistik dengan menggunakan konteks bu-
daya suku Batak Toba yang efektif, perangkat pembe-
lajaran yang valid dan instrumen penelitian yang
valid serta realibel.
Penelitian dilaksanakan di SMP Budhi Dharma
Balige Jl. Ki Hajar Dewantara Soposurung Balige
yang terletak di Kabupaten Toba Samosir. Lokasi
sekolah tesebut dapat dilihat pada peta berikut.
9
Gambar 1.2 Peta Lokasi SMP Budhi Dharma Balige
Subjek dari penelitian ini adalah siswa di SMP
Budhi Dharma Balige kelas VIII Tahun Ajaran
2017/2018. Objek penelitian ini adalah pengembangan
pembelajaran yang efektif, perangkat pembelajaran
yang valid dan instrumen penelitian yang valid serta
realibel.
Pengembangan pembelajaran sudah mulai dite-
rapkan di Indonesia sejak tahun 1970. Pengembangan
pembelajaran adalah proses yang sistematik dalam
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien melalui pengidentifikasian masalah, pengem-
bangan strategi dan bahan instruksional, serta peng-
evaluasian terhadap strategi dan bahan instruksional
tersebut untuk menentukan hal-hal yang perlu dire-
visi (Suparman, 1995).
Ada banyak pengembangan pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli. Namun dalam buku ini
pengembangan pembelajaran yang digunakan adalah
model pengembangan PPSI (Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional) yang diterbitkan oleh Depar-
10
temen Pendidikan dan Kebudayaan. Alasan pemilihan
model pengembangan ini adalah karena memiliki
tahapan yang sederhana dan sesuai dengan kebu-
tuhan kurikulum 2013 saat ini yang memuat analisis
kebutuhan kognitif dan tata nilai. Berikut merupakan
bagan rancangan model yang dimaksud dengan be-
berapa modifikasi.
Gambar 1.3 Model Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional
I. PERUMUSAN
TUJUAN
1. Bersifat operasional
2. Berbentuk hasil belajar
3. Berbentuk tingkah laku
(sikap)
II. PENGEMBANGAN
ALAT EVALUASI
1. Menentukan semua pe-
rangkat yang akan diguna-
kan untuk pengembangan
pembelajaran.
2. Menyusun semua instru-
men unuk menilai setiap
perangkat pembelajaran.
III. KEGIAAN BELAJAR
1. Merumuskan semua kemung-
kinan kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan
2. Menetapkan kegiatan yang
perlu atau tidak perlu ditem-
puh dalam mencapai tujuan
IV. PENGEMBANGAN
PROGRAM KEGIATAN
1. Merumuskan materi pelajaran
2. Menetapkan metode yang di-
gunakan
3. Memilih alat dan sumber be-
lajar yang dipakai
4. Menyusun jadwal
V. PELAKSANAAN
1. Mengadakan pretest
2. Melaksanakan kegiatan pem-
belajaran
3. Mengadakan postest
4. Perbaikan
11
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam
memperoleh data-data untuk memecahkan masalah
pengembangan pembelajaran:
1. Lembar Validasi
Lembar validasi yang digunakan adalah lembar
validasi perangkat pembelajaran yang meliputi lem-
bar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
lembar validasi Lembar Kerja Peserta Didik, lem-
bar validasi buku siswa dan lembar validasi tes
hasil belajar. Masing-masing perangkat dan instru-
men pembelajaran memiliki indikator-indikator
yang berbeda pada lembar validasi. Kriteria ke-
validan perangkat pembelajaran tersebut terdiri
atas lima skala penilaian yaitu tidak valid (nilai 1),
kurang valid (nilai 2), cukup valid (nilai 3), valid
(nilai 4) dan sangat valid (nilai 5). Sedangkan
Kriteria hasil validasi terhadap tes hasil belajar
yang dikembangkan adalah valid dan tidak valid.
Pengumpulan data penilaian validasi pengem-
bangan pembelajaran dan perangkat pembelajaran
dilakukan dengan cara memberikan buku pengem-
bangan model, perangkat pembelajaran, intrumen
tes hasil belajar dan lembar validasi kepada para
ahli dan praktisi. Ahli yang dilibatkan adalah ahli
pendidikan matematika sebanyak 2 orang. Praktisi
yang dilibatkan adalah guru matematika SMP se-
banyak 2 orang.
12
2. Lembar Penilaian Keefektifan Pembelajaran
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh
data penilaian terhadap keefektifan pembelajaran
diukur berdasarkan 4 aspek penilaian yaitu penca-
paian hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan guru,
kemampuan guru mengelola pembelajaran dan res-
pon siswa terhadap komponen maupun kegiatan
pembelajaran. Teknik yang digunakan untuk mem-
peroleh data penilaian terhadap efektivitas pembe-
lajaran adalah dengan memberikan buku pengem-
bangan pembelajaran yang dihasilkan, perangkat
pembelajaran, instrumen tes hasil belajar, dan lem-
bar penilaian kepada para ahli dan praktisi. Peni-
laian terhadap keterlaksanaan pengembangan pem-
belajaran terdiri atas lima skala penilaian yaitu
rendah sekali (nilai 1), rendah (nilai 2), cukup (nilai
3), tinggi (nilai 4) dan tinggi sekali (nilai 5).
3. Lembar Observasi
Lembar observasi yang disediakan adalah lem-
bar observasi aktivitas untuk siswa, lembar obser-
vasi aktivitas untuk guru dan lembar observasi
pengelolaan pembelajaran. Aktivitas siswa diklasifi-
kasi menjadi dua bagian yaitu aktivitas aktif dan
aktivitas pasif. Aktivitas siswa dikatakan aktif jika
siswa menulis yang relevan dengan kegiatan pem-
belajaran, berdiskusi dan bertanya antar siswa,
berdiskusi atau bertanya antara siswa dengan guru,
dan membaca buku siswa ataupun lembar aktivitas
siswa. Aktivitas siswa dikatakan pasif jika siswa
mendengar penjelasan guru, mendengar penjelasan
temannya, dan melakukan sesuatu hal yang tidak
13
relevan dengan pembelajaran. Sedangkan aktivitas
guru adalah keterlibatan siswa dan guru dalam
pembelajaran.
4. Angket Respon Siswa dan Guru
Angket respon siswa terhadap komponen dan
kegiatan pembelajaran berisi tentang materi pela-
jaran, lembar kegiatan siswa, buku siswa, cara be-
lajar, dan cara guru mengajar. Sebelum angket
respon siswa dan guru digunakan untuk mempe-
roleh data respon siswa dan guru terhadap pengem-
bangan pembelajaran, angket respon terlebih da-
hulu diuji reabilitas dan validitasnya.
Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis untuk
memeriksa apakah pengembangan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
matematika realistik yang memiliki konteks bu-
daya suku Batak Toba efektif sesuai dengan indi-
kator yang telah ditetapkan. Indikator tersebut me-
liputi validitas perangkat pembelajaran dan instru-
men pembelajaran serta efektivitas pembelajaran
yang dikembangkan. Selanjutnya efektivitas diu-
kur melalui indikator ketuntasan pembelajaran,
keaktifan siswa, kemampuan guru mengelola pem-
belajaran dan respon siswa.
14
1. Analisis Data Validasi Pengembangan Pembela-
jaran Matematika Realistik Dengan Mengguna-
kan Konteks Budaya Suku Batak Toba.
Validitas pembelajaran yang dikembangkan diukur
dengan menggunakan rumus:
n
A
Va
n
i
i 1
Va = nilai rerata total untuk semua aspek
Ai = rerata nilai untuk aspek ke-i
n = banyaknya aspek
Pembelajaran yang dikembangkan dikatakan valid
jika tingkat validitas yang dihasilkan adalah valid. Jika
tingkat validitas pembelajaran yang dikembangkan
lebih rendah dari valid, maka perlu diadakan revisi
sampai memperoleh tingkat validasi yang valid.
2. Analisis Data Keefektifan Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran yang dilaksanakan diukur
dengan menggunakan rumus:
n
Ep
Ep
n
i
i 1
Ep = nilai rerata total untuk semua aspek
Epi = rerata nilai untuk aspek ke-i
n = banyaknya aspek
Pembelajaran yang dikembangkan dikatakan efek-
tif jika tingkat efektivitas yang dihasilkan adalah
tinggi. Jika tingkat efektivitas pembelajaran yang di-
kembangkan lebih rendah dari tinggi, maka perlu di-
adakan revisi sampai memperoleh tingkat efektivitas
yang tinggi.
15
3. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa
Aktivitas siswa dan guru diobservasi selama kegi-
atan pembelajaran berlangsung. Rata-rata frekuensi
dan rata-rata persentase waktu yang digunakan siswa
dan guru menjadi indikator keaktifan siswa maupun
guru. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
diperoleh dengan menggunakan rumus:
m
NK
NKG
m
i
i 1
NKG adalah nilai kemampuan guru dari rerata
kategori
Nki adalah nilai kategori ke-i
m adalah banyaknya aspek penilaian
Guru dinyatakan mampu mengelola pembelajaran
dengan baik jika skor yang diperoleh guru berada pada
kategori cukup baik. Jika kategori yang diperoleh di ba-
wah cukup baik maka pembelajaran dan perangkatnya
kembali ditinjau untuk direvisi dan guru diberikan
pengarahan untuk meningkatkan kualitasnya sebelum
dilakukan uji coba kembali.
4. Analisis Data Respon Siswa dan Guru
Respon siswa dan guru diukur melalui banyaknya
hasil respon yang bernilai positif atau negatif berdasar-
kan tiap kategori angket yang telah disediakan. Respon
positif berarti menyatakan senang, baru, tertarik dan
tertarik dan berminat terhadap kegiatan pengem-
bangan pembelajaran pendekatan matematika realistik
dengan menggunakan konteks budaya Batak Toba.
Sebaliknya respon negatif berarti menyatakan kondisi
yang berlawanan dari respon positif. Apabila respon
16
siswa yang positif lebih besar atau sama dengan 80%,
maka pencapaian tujuan pembelajaran dinyatakan
tercapai.
Pembelajaran matematika realistik (PMR) memang
sudah ada semenjak 42 tahun yang lalu (sejak tahun
1977). Namun hingga pada saat ini, PMR masih relevan
dengan tujuan pendidikan nasional baik dari standar isi
maupun srandar proses. PMR juga masih sesuai dengan
kurikulum terbaru yang diterapkan Indonesia yaitu Kuri-
kulum 2013.
Kurikulum 2013 dari segi standar proses menetapkan
harus memuat proses saintifik. Proses saintifik tersebut
adalah kegiatan 5M yaitu mengamati, menanya, menalar,
mencoba dan membangun jaringan. Kegiatan 5M tersebut
sesuai dengan kegiatan belajar pada PMR yaitu mema-
hami masalah kontekstual yang memuat proses saintifik
mengamati dan menanya, menyelesaikan masalah kon-
tekstual yang memuat proses saintifik menalar dan men-
coba, membandingkan serta mendiskusikan jawaban dan
menarik kesimpulan yang memuat proses saintifik mem-
bangun jaringan.
Vigotsky sebagai salah satu ahli teori belajar kognitif
mengungkapkan bahwa kegiatan belajar yang tepat untuk
peserta didik adalah kegiatan belajar yang menyajikan
konsep terkait kehidupan atau budaya peserta didik itu
sendiri. Beranjak dari pandangan tersebut, penelitian ini
dirancang dengan memuat konsep budaya Batak Toba.
Konten budaya Batak Toba yang diusung adalah wujud
budaya dalam bentuk system budaya, kebudayaan fisik
dan system sosial budaya Batak Toba.
17
PMR dengan menggunakan konteks budaya Batak
Toba yang diintegrasikan dengan K13 menghasilkan
Lembar Kerja Peserta Didik, modul dan instrumen tes
dengan muatan konteks Budaya Batak Toba. Produk ini
merupakan hal yang baru dalam pendidikan matematika
karena belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Produk
yang dihasilkan juga dapat menjadi kajian guru dalam
menyusun perangkat pembelajaran sesuai Kurikulum
2013.
18
19
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matema-
tika
Aktivitas belajar pasti dilakukan oleh semua ma-
nusia. Manusia sejak berada dalam kandungan ibunya
telah melakukan kegiatan belajar. Belajar dapat di-
artikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk melakukan perubahan tingkah laku, sikap,
kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan lain
sebagainya. Sehingga dalam belajar terjadi perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil dan dari tidak dapat melakukan
sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu (Khairani,
2013).
Kata “belajar” memiliki pengertian melakukan ke-
giatan belajar. Sehingga kata “pembelajaran” mengan-
dung proses atau peristiwa dari kata kerja belajar.
Dengan kata lain, istilah pembelajaran merupakan
suatu proses yang berhubungan dengan belajar.
Matematika dapat diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang di dalamnya terdapat proses ber-
pikir logis sesuai dengan prinsip, sifat, dalil dan teo-
rema tertentu. Dengan menghubungkan pengertian
tersebut terhadap pengertian pembelajaran maka
pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai
proses belajar tentang pengembangan berpikir logis
20
sesuai dengan prinsip, sifat, dalil dan teorema ter-
tentu.
2.2 Budaya Suku Batak Toba
Pengertian budaya dapat didefinisikan secara des-
kriptif, historis, normatif, psikologis, struktural dan
genetis. Namun, secara umum pendefinisian tersebut
memiliki makna yang sama. Berdasarkan definisi-
definisi tersebut dapat dirangkum bahwasanya buda-
ya adalah totalitas warisan yang dialih-turunkan dari
generasi ke generasi berikutnya dalam mengatur pola-
pola perilaku dan tindakan yang harus dipertahankan
keberadaanya, sehingga masyarakat di dalamnya
mampu memenuhi kebutuhan material dan emosio-
nalnya.
Setiap budaya memilki wujud hasil budaya. Wu-
jud budaya tersebut terdiri dari sistem budaya, sistem
sosial dan kebudayaan fisik. Wujud kebudayaan da-
lam sistem budaya adalah ide-ide, gagasan, nilai-nilai
dan norma-norma yang mengikat masyarakat pendu-
kungnya. Wujud kebudayaan dalam sistem sosial ada-
lah keseluruhan aktivitas dan tindakan manusia yang
berpola dalam masyarakat pendukungnya. Sedangkan
wujud kebudayaan dalam bentuk kebudayaan fisik
adalah benda-benda konkret yang dihasilkan budaya
tersebut yang dapat dilihat dan yang dapat diraba.
Wujud budaya dalam bentuk sistem budaya pada
suku Batak Toba adalah 7 falsafah hidup yang diwa-
riskan oleh nenek moyang. Ketujuh falsafah hidup ter-
sebut seperti yang diuraikan Tinambunan adalah
mardebata (memiliki Tuhan), marpinompar (memiliki
21
keturunan), martutur (memiliki kekerabatan), mara-
dat (memiliki adat-istiadat), marpangkirom (memiliki
pengharapan atas hasangapon/terpandang dalam ma-
syarakat, hagabeon/kejayaan, hamoraon/kekayaan),
marpatik (memiliki aturan dan undang-undang) dan
maruhum (memiliki hukum).
Wujud budaya dalam sistem sosial pada suku
Batak Toba adalah hasil-hasil aktivitas budaya. Hasil-
hasil aktivitas budaya tersebut adalah (silsilah), baha-
sa Batak Toba, marsiadapari (gotong royong), tarian
Batak Toba (Tortor), partuturon (kekerabatan), tulisan
Batak Toba, lagu kebangsaan batak (O Tano Batak),
umpasa (pantun) dan umpama (kiasan).
Wujud budaya dalam bentuk kebudayaan fisik
pada suku Batak Toba adalah hasil-hasil karya yang
unik dan berharga. Bentuk kebudayaan fisik tersebut
adalah ruma sopo (rumah adat), tikar dari daun pan-
dan sebagai tempat duduk, gondang sabangunan (se-
perangkat gendang), monumen, sigale-gale (wayang)
dan ulos (kain tenunan).
2.3 Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
Pendekatan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) merupakan adaptasi dari Realistic Mathema-
tics Education (RME) yang dikembangkan di Belanda
oleh Institut Freudenthal pada tahun 1977 yang
mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan
dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas
manusia. Matematika harus dikaitkan dengan realitas
maksudnya adalah matematika harus dekat dengan
peserta didik dan relevan dengan situasi kehidupan
22
sehari-hari. Sedangkan matematika sebagai aktifitas
manusia maksudnya adalah manusia harus diberikan
kesempatan untuk menemukan kembali ide dan kon-
sep matematika.
Pendekatan PMR memiliki ciri khusus yang ber-
beda dari pendekatan pembelajaran lainnya. Ciri khu-
sus tersebut terletak pada aspek-aspek yang dimiliki
oleh PMR. De lange (dalam Sutarto Hadi, 2017: 38)
menyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan
dengan pendekatan PMR meliputi aspek-aspek seba-
gai berikut:
1. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah
yang “real” bagi peserta didik sesuai dengan penga-
laman tingkat pengetahuannya, sehingga peserta
didik segera terlibat dalam pelajaran secara ber-
makna.
2. Permasalahan yang diberikan harus diarahkan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
pelajaran.
3. Peserta didik mengembangkan atau menciptakan
model-model simbolik secara informal terhadap
masalah yang diajukan.
4. Pengajaran berlangsung secara interaktif yang
mengandung makna bahwa peserta didik menje-
laskan dan memberikan alasan terhadap jawaban
yang diberikan, memahami jawaban temannya,
setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan
ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelasaian
yang lain dan melakukan refleksi terhadap setiap
langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pela-
jaran.
23
Setiap model atau pendekatan pembelajaran me-
miliki sintaks ataupun langkah-langkah dalam pelak-
saannya pada proses pembelajaran. Langkah-langkah
proses pembelajaran matematika dengan PMR adalah
sebagai berikut :
Langkah 1: Memahami Masalah Kontekstual.
Guru memberikan masalah kontekstual dan pe-
serta didik diminta untuk memahami masalah terse-
but. Guru menjelaskan masalah dengan memberikan
petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian tertentu
yang belum dipahami siswa.
Langkah 2: Menyelesaikan Masalah Kontekstual.
Peserta didik secara individu diminta untuk me-
nyelesaikan masalah kontekstual pada Buku Siswa
atau Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan
caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masa-
lah yang berbeda lebih diutamakan. Guru memotivasi
peserta didik untuk menyelesaikan masalah tersebut
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan penun-
tun.
Langkah 3: Membandingkan dan Mendiskusikan
Jawaban
Peserta didik diminta untuk membandingkan dan
mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok
kecil. Setelah itu hasil dari diskusi itu dibandingkan
pada diskusi kelas yang dipimpin oleh guru. Karak-
teristik PMR yang muncul pada tahap ini adalah
penggunaan idea tau kontribusi peserta didik, sebagai
upaya untuk mengaktifkan peserta didik melalui opti-
malisasi interaksi antara peserta didik dengan peserta
24
didik, antara guru dengan peserta didik dan antara
peserta didik dengan sumber belajar.
Langkah 4: Menarik Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi
kelas yang telah dilakukan, guru bersama-sama
dengan siswa membuat kesimpulan. Kesimpulan yang
dimaksud terkait dengan masalah kontekstual yang
baru diselesaikan.
2.4 Efektivitas Pembelajaran
Penggunaan kata efektif selama ini hanya dipa-
hami sebagai suatu istilah yang merujuk pada penger-
tian tercapainya suatu tujuan khusus. Hal ini berarti
jika dihubungkan dengan pembelajaran, maka suatu
pembelajaran akan dikatakan efektif jika sudah men-
capai tujuan belajar. Sesuai dengan perubahan para-
digma pembelajaran dari masa ke masa, pembelajaran
yang efektif tidak cukup hanya diukur melalui ter-
capainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran efektif yang sesungguhnya memiliki
makna yang jauh lebih penting dari sekedar penca-
paian tujuan belajar. Menurut Chris (2007: 96),
Learning is an activity of construction, handled with (or in the context of) others, driven by learner’s agency. Effective learning is all of these at their best plus the monitoring and review of whether approaches and strategies are proving effective for the particular goals and context. Effective learning can be seen as a virtuous cycle of effective learning advances, effective learning processes, distinctions between process and outcome decrease. Outcomes include of knowledge (of things, people, action),
25
skills (with things, ideas, people), action, feelings and emotions, success, satisfaction, ideas and strategies about learning, affiliation to learning, a sense of oneself, including self as a learner, a sense of others and interacting with them, a sense of membership of a community.
Berdasarkan kutipan yang telah dipaparkan ter-
sebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat minimal 4
hal yang harus dimiliki oleh sebuah proses pembela-
jaran sehingga dikatakan efektif. Empat hal yang
dimaksud adalah pembelajaran adalah pembentukan
aktivitas siswa sehingga dalam pembelajaran yang
efektif siswa harus aktif, pembelajaran dikendalikan
dan diarahkan oleh seorang fasilitator sehingga dalam
pembelajaran yang efektif guru harus mampu menge-
lola proses pembelajaran, kegiatan pembelajaran me-
merlukan pengawasan dan evaluasi sehingga dalam
pembelajaran yang efektif diperlukan observasi ter-
hadap proses belajar dan hasil belajar.
Efektivitas pembelajaran dalam buku ini akan di-
arahkan sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Chris. Merujuk pada toeri Chris, keefektifan pembela-
jaran akan ditinjau dari 4 aspek yaitu:
a) Tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan
yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
b) Keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan
guru/teman, menulis (membuat catat menyelesai-
kan masalah, membuat rangkuman), berdiskusi/
bertanya dengan teman/guru, mengorganisasikan
26
dan menemukan hubungan-hubungan dari infor-
masi yang diberikan.
c) Kemampuan guru mengelola pembelajaran dalam
usaha mengetahui kesiapan belajar siswa, mem-
berikan penjelasan/memberi informasi, mengamati
dan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas belajar, memberi bantuan dan membimbing
kerja siswa.
d) Respons siswa dalam hal berminat dan tertarik
terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran.
2.5 Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan pendekatan pembelajaran yang
dilaksanakan dalam penelitian ini akan dilaksanakan
dalam 5 tahap. Kelima tahap tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Tahap Pengkajian Awal
Pada tahap ini dilakukan penghimpunan informasi
tentang masalah-masalah yang dikaji. Masalah-
masalah tersebut terkait efektivitas suatu pembela-
jaran yang bersesuaian dengan kebutuhan Kuri-
kulum 2013, kebutuhan dalam pelaksanaan pembe-
lajaran yang efektif yang terdiri dari perangkat
pembelajaran ataupun instrumen dan penggalian
informasi-informasi tentang wujud budaya Batak
Toba yang akan dijadikan sebagai konteks dalam
pembelajaran yang direncanakan.
2. Tahap Perancangan
Dalam tahap ini dilaksanakan perancangan alter-
natif pengembangan pembelajaran yang akan di-
gunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah
27
dari pengkajian informasi. Sehingga pada akhirnya
diperoleh alternatif pembelajaran yang akan men-
jadi pilihan untuk mencapai efektivitas pembe-
lajaran berdasarkan beberapa pertimbangan.
3. Tahap Konstruksi
Pada tahap ini, dibangun perangkat dan instrumen
yang dibutuhkan sesuai dengan alternatif pilihan
pengembangan pembelajaran. Perangkat yang di-
bangun berupa RPP, LKPD dan Buku Siswa. Se-
dangkan Intrumen yang dibangun berupa tes hasil
belajar siswa.
4. Tahap Tes, Evaluasi dan Revisi
Rancangan pembelajaran yang dikembangkan, pe-
rangkat pembelajaran dan instrumen yang diba-
ngun, kembali diperiksa sejauh mana tingkat ke-
berhasilannya melalui analisis-analisis teori dan
praktis. Hasil analisis kemudian dievaluasi. Keku-
rangan-kekurangan yang diperoleh pada tahap
evaluasi selanjutnya direvisi untuk memperoleh
pengembangan pembelajaran yang lebih baik sesuai
dengan yang diharapkan.
5. Tahap Implementasi
Rancangan yang dihasilkan setelah melalui tahap
revisi kemudian diterapkan dalam penelitian. Hasil
dari penelitian kemudian akan dianalisis dan diin-
terpretasikan dalam laporan hasil penelitian.
28
29
BAB 3
VALIDITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN
DALAM PENGEMBANGAN PENDEKATAN
MATEMATIKA REALISTIK DENGAN
MENGGUNAKAN KONTEKS BUDAYA
SUKU BATAK TOBA
Hasil penelitian yang dicapai dalam penelitian ini
meliputi hasil yang diperoleh pada saat persiapan melak-
sanakan penelitian, pada saat penelitian dan pada saat
setelah penelitian. Pada saat persiapan melaksanakan
penelitian diperoleh hasil berupa instrumen dan perang-
kat pembelajaran. Hasil pada saat pembelajaran diperoleh
penilaian atas aktivitas siswa, aktivitas guru, kemampuan
guru mengelola pembelajaran, respon siswa, respon guru
dan nilai ulangan bab. Sedangkan setelah pembelajaran,
hasil yang diperoleh adalah temuan-temuan penelitian
selain yang ditetapkan menjadi tujuan penelitian.
3.1 Validasi Perangkat Pembelajaran dan Intrumen
Tes
Perangkat pembelajaran yaitu RPP, LKPD dan tes
Ulangan Bab yang dikembangkan terdiri dari 10 bab.
Masing-masing bab dikembangkan sesuai dengan
pembelajaran matematika realistic yang mengguna-
kan konteks budaya Batak Toba dan sesuai dengan
kurikulum 2013. Validitas RPP, LKPD dan tes
ulangan bab yang dinilai oleh dua orang praktisi dan
dua orang ahli adalah valid. Validitas RPP, LKPD dan
30
instrument tes tersebut ditinjau dari 3 aspek yaitu for-
mat, bahasa dan isi dengan komponen yang berbeda-
beda. Berikut adalah ringkasan hasil validasi RPP,
LKPD dan Tes Ulangan Bab yang telah dilaksanakan:
Tabel 3.1 Ringkasan Hasil Validasi RPP,
LKPD dan Tes
Pokok Bahasan RPP LKPD Tes
Pola Bilangan 4,02
(SV)
4,05
(SV)
3,80
(V)
Koordinat Kartesius 4,85
(SV)
4,54
(SV)
3,93
(V)
Relasi dan Fungsi 4,85
(SV)
4,63
(SV)
4,47
(SV)
Persamaan Garis Lurus 4,91
(SV)
4,54
(SV)
4,38
(SV)
Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel
4,78
(SV)
4,54
(SV)
4,57
(SV)
Teorema Pythagoras 4,79
(SV)
4,67
(SV)
4,03
(SV)
Lingkaran 4,71
(SV)
4,38
(SV)
4,44
(SV)
Bangun Ruang Sisi
Datar
4,79
(SV)
4,56
(SV)
4,79
(SV)
Statistika 4,83
(SV)
4,44
(SV)
4,72
(SV)
Peluang
4,83
(SV)
4,44
(SV)
4,56
(SV)
Keterangan:
SV : Sangat Valid
V : Valid
31
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa
masing-masing bab RPP, LKPD dan tes ulangan bab
adalah valid. Dengan demikian, perangkat tersebut layak
digunakan untuk penelitian.
32
33
BAB 4
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
DENGAN MENGGUNAKAN KONTEKS
BUDAYA SUKU BATAK TOBA YANG
DIKEMBANGKAN
Dalam buku ini, indikator sebuah pembelajaran di-
katakan efektif jika memenuhi 5 kriteria. Kriteria tersebut
adalah hasil belajar siswa minimal 85% memperoleh nilai
minimal 65 (Depdikbud in Trianto, 2010: 241), siswa aktif
dalam pembelajaran, guru aktif dalam proses belajar, guru
mampu mengelola pembejaran dan respon siswa/guru
terhadap pembelajaran adalah positif.
4.1 Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Pokok bahasan yang dipelajari dalam pembela-
jaran matematika realistik menggunakan konteks
budaya Batak Toba ini adalah pola bilangan. Pemba-
hasan pokok bahasan tersebut dilaksanakan sebanyak
tujuh kali pertemuan. Materi yang dibahas adalah
pola bilangan khusus, barisan aritmatika, barisan
geometri, deret aritmatika dan deret geometri. Proses
pembelajaran berakhir dengan tes untuk mengukur
kemampuan siswa.
Tes yang diberikan terdiri atas 3 pertanyaan. Per-
tanyaan nomor satu terdiri atas 3 sub masalah. Per-
tanyaan nomor dua terdiri atas 4 sub masalah dan
pertanyaan nomor 3 terdiri atas 3 sub masalah. Indi-
kator pertanyaan nomor satu adalah untuk menen-
34
tukan jenis pola bilangan, menentukan rumus umum
barisan bilangan dan menentukan pola barisan
konvergensi. Indikator pertanyaan nomor dua adalah
menentukan barisan aritmatika, menentukan suku
pertama dari barisan aritmatika, menentukan deret
aritmatika dan menghitung jumlah n suku pertama
deret. Indikator pertanyaan nomor tiga adalah menen-
tukan barisan geometri, menentukan suku pertama
dari barisan geometri dan menentukan jumlah n suku
pertama dari deret geometri.
Jumlah siswa yang mengikuti ujian adalah 40
orang. Hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Ringkasan Deskripsi Hasil Ulangan Bab
Pola Bilangan
Nilai
Jumlah Siswa 40
Skor Terendah 40
Skor Tertinggi 100
Rata-rata 80.7
Standar Deviasi 15.9
Banyak Siswa dengan Nilai
Minimal 65
35
Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa nilai
terendah yang diperoleh siswa adalah 40. Nilai ter-
tinggi yang diperoleh adalah 100. Rata-rata kelas
siswa adalah 80,7. Besar penyebaran data nilai siswa
adalah 15,9. Banyak siswa yang memiliki nilai sama
atau lebih besar dari 65 adalah 35 siswa. Dengan
demikian, persentase siswa yang memiliki nilai sama
atau lebih besar dari 65 adalah 87,5%.
35
4.2 Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa yang diamati oleh pengamat ada-
lah sebanyak 7 pertemuan. Kegiatan yang diamati
adalah kegiatan di tahap awal, tahap inti, tahap penu-
tup dan pengelolaan waktu. Aktivitas yang diamati
pada tahap awal adalah bagaimana umpan balik sis-
wa terhadap guru pada saat memulai pembelajaran
yang terdiri dari 4 kegiatan. Pada tahap inti, yang
diamati adalah umpan balik siswa selama kegiatan
pembelajaran disajikan oleh guru. Aktivitas siswa
yang diamati pada kegiatan inti terdiri dari 15 kegi-
atan. Pada tahap kegiatan penutup, yang diamati
adalah umpan balik siswa terhadap guru pada saat
menutup kegiatan pembelajaran. Pada tahap manaje-
men waktu, aktivitas siswa yang diamati adalah
bagaimana siswa menggunakan waktu belajar dengan
baik. Poin penilaian aktivitas siswa terdiri dari skala
penilaian 1-5. Hasil dari lembar observasi aktivitas
siswa selama mengikuti pembelajaran dirangkum da-
lam table berikut.
36
Tabel 4.2. Hasil Lembar Observasi Aktivitas
Siswa Dalam Pendekatan Matematika Realistik
Dengan Menggunakan Konteks Budaya Batak
Toba Materi Pola Bilangan
No. Topik Kategori
1. Pola Bilangan Ganjil 3,95 (Cukup)
2. Pola Bilangan Genap dan
Pola Bilangan Persegi
3,95 (Cukup)
3. Pola Bilangan Persegi
Panjang dan Segitiga
3,95 (Cukup)
4. Segitiga Paskal 4.04 (Baik)
5. Barisan dan Deret
Aritmatika
4.22 (Baik)
6. Barisan dan Deret Geometri 4.27 (Baik)
7. Barisan dan Deret Geometri 3.95 (Cukup)
Rata-Rata 4.04 (Baik)
Nilai rata-rata aktivitas siswa pada materi pola
bilangan adalah 4,04. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas siswa pada pembelajaran matematika
realistik dengan konteks budaya Batak Toba berada
dalam kategori baik.
4.3 Aktivitas Guru
Aspek yang dinilai pada lembar observasi aktivitas
guru adalah aktivitas guru pada tahap persiapan,
tahap presentasi atau penyampaian pembelajaran,
tahap pelaksanaan pembelajaran dan karakteristik
pribadi guru. Seluruh item yang dinilai terdiri dari 34
poin penilaian dengan skala penilaian 0-4. Hasil dari
lembar observasi aktivitas guru selama melaksanakan
pembelajaran dirangkum dalam table berikut.
37
Tabel 4.3. Hasil Lembar Observasi Aktivitas
Guru Dalam Pendekatan Matematika Realistik
Dengan Menggunakan Konteks Budaya Batak
Toba Materi Pola Bilangan
No. Topik Kategori
1. Pola Bilangan Ganjil 3,31 (Baik)
2. Pola Bilangan Genap dan
Pola Bilangan Persegi
3,50 (Baik)
3. Pola Bilangan Persegi
Panjang dan Segitiga
3,59 (Baik)
4. Segitiga Paskal 3,46 (Baik)
5. Barisan dan Deret
Aritmatika
3,31 (Baik)
6. Barisan dan Deret Geometri 3,46 (Baik)
7. Barisan dan Deret Geometri 3,53 (Baik)
Rata-Rata 3,45 (Baik)
Nilai rata-rata aktivitas guru pada materi pola
bilangan adalah 3,45. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas guru berada dalam kategori baik.
4.4 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Aspek yang dinilai pada lembar observasi ke-
mampuan guru mengelola pembelajaran adalah kegi-
atan guru pada tahap pendahuluan, kegiatan inti,
kegiatan penutup dan pengelolaan waktu. Kegiatan
pendahuluan terdiri dari 4 item pernyataan, kegiatan
inti terdiri dari 15 item pernyataan, kegiatan penutup
terdiri dari 2 item pertanyaan dan pengelolaan waktu
terdiri dari 1 item pernyataan. Poin penilaian terdiri
dari skala penilaian 1-5. Hasil dari lembar observasi
38
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di-
rangkum dalam table berikut.
Tabel 4.4. Hasil Lembar Observasi Pengelolaan
Pembelajaran Melalui Pendekatan Matematika
Realistik Dengan Menggunakan Konteks
Budaya Batak Toba Materi Pola Bilangan
No. Topik Kategori
1. Pola Bilangan Ganjil 4,00 (Baik)
2. Pola Bilangan Genap dan
Pola Bilangan Persegi
4,09 (Baik)
3. Pola Bilangan Persegi
Panjang dan Segitiga
4.00 (Baik)
4. Segitiga Paskal 4.00 (Baik)
5. Barisan Dan Deret
Aritmatika
4,04 (Baik)
6. Barisan dan Deret Geometri 4.18 (Baik)
7. Barisan dan Deret Geometri 4.13 (Baik)
Rata-rata 4.04 (Baik)
Nilai rata-rata kemampuan guru mengelola pem-
belajaran pada materi pola bilangan adalah 4,04. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan guru me-
ngelola pembelajaran matematika realistik dengan
konteks budaya Batak Toba berada dalam kategori
baik.
39
4.5 Respon
a. Respon Siswa
Hasil penelitian dengan menerapkan pembela-
jaran matematika realistic melalui konteks budaya
suku Batak Toba pada materi pola bilangan secara
kasat mata menunjukkan terlaksanannya pembela-
jaran yang menyenangkan. Hal ini terlihat dari
antusias siswa selama proses belajar yang mengi-
kuti kegiatan pembelajaran dengan semangat dan
ceria. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
siswa memiliki respon yang positif terhadap pem-
belajaran matematika realistik dengan konteks bu-
daya Batak Toba.
Angket respon siswa adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur tanggapan siswa ter-
hadap pembelajaran. Secara data, respon siswa ter-
hadap pembelajaran matematika realistik diukur
dengan menggunakan angket respon. Berikut akan
diuraikan hasil respon siswa yang ditinjau dari 4
aspek yaitu aspek senang atau tidak senang, aspek
baru atau tidak baru, aspek berminat atau tidak
berminat dan aspek tertarik atau tidak tertarik.
Tiap aspek memuat komponen-komponen tersen-
diri.
Ditinjau dari aspek senang atau tidak senang
terhadap 4 komponen pembelajaran matematika
realistic dengan konteks budaya Batak Toba,
diperoleh hasil seperti yang terlihat pada diagaram
batang di bawah berikut.
40
Gambar 4.1. Diagram Respon Siswa Atas Aspek
Senang atau Tidak Senang
Dari diagram batang di atas diperoleh data
bahwa dalam pembelajaran matematika realistik
dengan konteks budaya Batak Toba untuk aspek
materi pelajaran yaitu pola bilangan diperoleh bah-
wa 39 siswa senang dan 1 orang siswa menyatakan
tidak senang. Setelah ditelusuri, alasan siswa terse-
but merasa tidak senang adalah karena menurut-
nya materi pola bilangan susah. Untuk komponen
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) diperoleh hasil
bahwa 39 siswa senang dan 1 orang siswa menyata-
kan tidak senang. Setelah ditelusuri, siswa tersebut
merasa tidak senang dengan LKPD yang digunakan
karena siswa tersebut tidak mengerti jalur cerita
pada LKPD dan merupakan hal yang baru baginya
cerita matematika memuat budaya yang kemudian
tiba-tiba dihubungkan ke dalam matematika. Un-
tuk komponen cara belajar, 38 siswa menyatakan
senang dan 2 orang menyatakan tidak senang. Se-
telah ditelusuri, alasan siswa tersebut merasa tidak
41
senang dengan cara belajar yang digunakan adalah
karena di dalam kelompoknya susah untuk diajak
bekerja sama. Untuk komponen terakhir yaitu cara
guru mengajar, semua siswa menyatakan senang.
Ditinjau dari aspek baru atau tidak baru terha-
dap 4 komponen pembelajaran matematika realistic
dengan konteks budaya Batak Toba, diperoleh hasil
sebagai berikut.
Gambar 4.2. Diagram Respon Siswa Atas
Aspek Baru atau Tidak Baru
Dari diagram batang di atas diperoleh data
bahwa dalam pembelajaran matematika realistik
dengan konteks budaya Batak Toba untuk aspek
materi pelajaran yaitu pola bilangan diperoleh bah-
wa 39 siswa menyatakan materi tersebut baru dan
1 orang siswa menyatakan tidak baru. Setelah
ditelusuri, alasan siswa tersebut menyatakan tidak
baru adalah karena materi pola bilangan sudah
pernah dipelajari di les. Untuk komponen Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) diperoleh hasil bahwa
42
40 siswa menyatakan bahwa LKPD dengan konteks
budaya Batak Toba yang disajikan adalah hal yang
baru. Untuk komponen cara belajar, 33 siswa me-
nyatakan cara belajar yang digunakan adalah baru
dan 7 orang menyatakan tidak baru. Setelah ditelu-
suri, alasan siswa tersebut menyatakan cara belajar
tidak baru karena siswa tersebut sudah pernah
memperoleh cara belajar yang sama sewaktu duduk
di bangku SD. Untuk komponen terakhir yaitu cara
guru mengajar, 39 siswa menyatakan bahwa cara
guru mengajar adalah baru dan 1 siswa menyata-
kan tidak baru. Siswa mengatakan cara guru me-
ngajar tidak baru karena sudah pernah mempe-
roleh cara mengajar yang sama sewaktu duduk di
bangku SD.
Ditinjau dari aspek berminat atau tidak ber-
minat untuk mengikuti kegiatan belajar selanjut-
nya dengan kegiatan belajar pembelajaran matema-
tika realistic dengan konteks budaya Batak Toba,
diperoleh hasil sebagai berikut.
43
Gambar 4.3. Diagram Respon Siswa Atas
Aspek Berminat atau Tidak Berminat
Dari diagram batang di atas diperoleh data bah-
wa 39 siswa berminat untuk mengikuti pembela-
jaran matematika realistik dengan konteks budaya
Batak Toba untuk materi pembelajaran selanjut-
nya. Satu siswa menyatakan tidak berminat dengan
alasan matematika dihubungkan dengan budaya
Batak Toba tidak cocok. Dengan kata lain, siswa
tersebut merasa aneh jika pada awalnya mencerita-
kan kebiasaan suku Batak Toba kemudian tiba-tiba
diujungnya dihubungkan ke materi pembelajaran
matematika yaitu pola bilangan.
Ditinjau dari aspek tertarik atau tidak tertarik
pada bahasa, penampilan tulisan, ilustrasi guru
dan letak gambar yang terdapat pada LKPD pada
pembelajaran matematika realistic dengan konteks
budaya Batak Toba diperoleh hasil sebagai berikut.
44
Gambar 4.4. Diagram Respon Siswa Atas
Aspek Tertarik atau Tidak Tertarik
Dari diagram batang di atas diperoleh data bah-
wa semua siswa tertarik pada bahasa, penampilan
tulisan, ilustrasi guru dan letak gambar yang ter-
dapat pada LKPD yang disajikan. Dalam hal ini,
LKPD yang disajikan memuat konteks Budaya
Batak Toba yang dikemas dalam pembelajaran
matematika realistik.
Hasil respon siswa secara deskriptif terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan tiap
aspek dan komponen telah dipaparkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil tersebut, akan dirangkum per-
sentasi tiap aspek. Berikut adalah ringkasannya.
45
Tabel 4.5. Persentasi Aspek Respon Siswa
Terhadap Pembelajaran Matematika Realistik
Dengan Konteks Budaya Batak Toba
Frekuensi Persentase
Aspek Senang Tidak Senang Senang Tidak Senang
Materi Pelajaran 39 1 97,5 2,5
LKPD 39 1 97,5 2,5
Cara Belajar 38 2 95 5
Cara Guru
Mengajar 40 0 100 0
Rata-rata 97,5 2,5
Frekuensi Persentase
Aspek Baru Tidak Baru Baru Tidak Baru
Materi Pelajaran 39 1 97,5 2,5
LKPD 40 0 100 0
Cara Belajar 33 7 82,5 17,5
Cara Guru
Mengajar 39 1 97,5 2,5
Rata-rata 94,375 5,625
Frekuensi Persentase
Aspek Berminat
Tidak
Berminat Berminat Tidak Berminat
Berminat
mengikuti
kegiatan belajar
selanjutnya
dengan kegiatan
belajar yang
kamu ikuti
sekarang.
39 1 97,5 2,5
Rata-rata 97,5 2,5
46
Frekuensi Persentase
Tertarik pada
bahasa, penampilan
tulisan, ilustrasi
guru dan letak
gambar yang
terdapat pada
LKPD
40 0 100 0
Rata-rata 100 0
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa per-
sentasi siswa yang senang dengan pembelajaran
matematika realistik dengan konteks budaya Batak
Toba sebanyak 97,5% dan siswa yang tidak senang
dengan pembelajaran matematika realistik dengan
konteks budaya Batak Toba sebanyak 2,5%. Berda-
sarkan hasil tersebut, sesuai dengan indikator yang
telah ditetapkan, dapat dikatakan bahwa siswa
memiliki respon positif terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan. Dalam hal ini, persentasi respon po-
sitif siswa sebesar 97,5 % > 80%. Dengan demikian,
disimpulkan siswa merasa senang dengan pembela-
jaran matematika realistik menggunakan konteks
budaya Batak Toba.
Persentasi siswa yang menyatakan pembela-
jaran matematika realistik dengan konteks budaya
Batak Toba baru bagi siswa tersebut adalah seba-
nyak 94,38% dan siswa yang tidak merasa baru
dengan pembelajaran matematika realistik meng-
gunakan konteks budaya Batak Toba sebanyak
5,62%. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa me-
miliki respon positif terhadap pembelajaran yang
47
dilaksanakan. Dalam hal ini, rata-rata persentasi
respon positif siswa sebesar 94,38% > 80%. Dengan
demikian, disimpulkan pembelajaran matematika
realistik dengan konteks budaya Batak Toba adalah
baru bagi siswa.
Persentasi siswa yang berminat mengikuti kegi-
atan belajar selanjutnya dengan kegiatan pembela-
jaran matematika realistic menggunakan konteks
budaya Batak Toba adalah sebanyak 97,5% dan
siswa yang tidak berminat mengikuti pembelajaran
matematika realistic menggunakan konteks budaya
Batak Toba untuk pelajaran selanjutnya sebanyak
2,5%. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa me-
miliki respon positif terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan dengan persentasi respon positif sis-
wa sebesar 97,5% > 80%. Dengan demikian, siswa
berminat mengikuti kegiatan belajar selanjutnya
dengan kegiatan pembelajaran matematika realis-
tik menggunakan konteks budaya Batak Toba.
Persentasi siswa yang tertarik pada bahasa, pe-
nampilan tulisan, ilustrasi guru dan letak gambar
yang terdapat pada LKPD adalah sebanyak 100%.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa
memiliki respon positif terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan dengan persentasi respon positif sis-
wa sebesar 100% > 80%. Dengan demikian siswa
tertarik pada bahasa, penampilan tulisan, ilustrasi
guru dan letak gambar yang terdapat pada LKPD
pembelajaran matematika realistik menggunakan
konteks budaya Batak Toba.
48
Hasil analisis untuk aspek respon siswa yang
terdiri dari senang atau tidak senang, baru atau
tidak baru, berminat atau tidak berminat dan ter-
tarik atau tidak tertarik semuanya menunjukkan
hasil positif. Siswa senang dengan pembelajaran
matematika realistik dengan konteks budaya Batak
Toba. Pembelajaran matematika realistik dengan
konteks budaya Batak Toba merupakan pembela-
jaran yang baru bagi siswa. Siswa berminat mengi-
kuti kegiatan belajar selanjutnya dengan kegiatan
pembelajaran matematika realistik menggunakan
konteks budaya Batak Toba. Siswa juga tertarik
pada bahasa, penampilan tulisan, ilustrasi guru
dan letak gambar yang terdapat pada LKPD yang
digunakan. Dari pencapaian keempat aspek terse-
but disimpulkan siswa memiliki respon yang positif
terhadap pembelajaran matematika realistik meng-
gunakan konteks budaya Batak Toba.
b. Respon Guru
Guru yang diberi angket dalam penelitian ini
adalah guru kelas VIII B yang menjadi pengamat
selama pelaksanaan penelitian. Hasil analisis un-
tuk aspek respon guru yang terdiri dari senang atau
tidak senang, baru atau tidak baru, berminat atau
tidak berminat dan tertarik atau tidak tertarik se-
muanya menunjukkan hasil positif. Guru senang
dengan pembelajaran matematika realistik dengan
konteks budaya Batak Toba. Pembelajaran mate-
matika realistic dengan konteks budaya Batak Toba
merupakan pembelajaran yang baru bagi guru.
Guru berminat melaksanakan kegiatan belajar se-
49
lanjutnya dengan kegiatan pembelajaran matema-
tika realistik menggunakan konteks budaya Batak
Toba. Guru juga tertarik pada bahasa, penampilan
tulisan, ilustrasi dan letak gambar yang terdapat
pada LKPD yang digunakan. Dari pencapaian ke-
empat aspek tersebut disimpulkan guru memiliki
respon yang positif terhadap pembelajaran matema-
tika realistic menggunakan konteks budaya Batak
Toba.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa
siswa mencapai hasil belajar yang baik sesuai
dengan ketentuan Depdiknas, siswa aktif selama
proses belajar, guru aktif dalam kegiatan belajar,
guru mampu mengelola pembelajaran dengan baik,
respon siswa positif terhadap pembelajaran dan res-
pon guru positif terhadap kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan capaian tersebut maka dapat disim-
pulkan pembelajaran dengan pendekatan matema-
tika realistik menggunakan konteks budaya Batak
Toba yang dikembangkan adalah efektif.
50
51
BAB 5
KESULITAN SISWA MENGIKUTI
KURIKULUM 2013
Selain hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan,
ditemukan temuan-temuan setelah selesai melaksanakan
penelitian. Temuan tersebut di antaranya adalah jenis-
jenis kesulitan yang mengakibatkan kesalahan-kesalahan
siswa dalam menjawab soal. Temuan lain adalah kesu-
litan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran
sesuai kurikulum 2013 dengan menggunakan langkah 5M
(Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Data, Mengasosi-
asikan dan Menyimpulkan) dan efektivitas pembelajaran
pendekatan matematika realistik dengan menggunakan
konteks budaya Batak Toba apabila melibatkan media
pembelajaran Geogebra.
5.1 Kesulitan Siswa Dalam Materi Pola Bilangan
Tes ulangan bab Pola Bilangan terdiri dari 10
item. Tiap item memiliki kesulitan tersendiri bagi sis-
wa. Setelah dianalisi, diperoleh informasi kesulitan
siswa sebagai berikut:
1. Soal Nomor 1
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan ter-
hadap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bah-
wa sejumlah 3 siswa masih mengalami kesulitan
dalam penggunaan konsep, 4 siswa mengalami ke-
sulitan dalam penggunaan prinsip, 5 siswa menga-
lami kesulitan dalam mengungkapkan informasi
52
dan 0 siswa mengalami kesulitan dalam berhi-
tung.
2. Soal Nomor 2
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 1 siswa masih mengalami kesulitan da-
lam penggunaan konsep, 2 siswa mengalami kesu-
litan dalam penggunaan prinsip, 1 siswa menga-
lami ke-sulitan dalam mengungkapkan informasi
dan 1 siswa mengalami kesulitan dalam berhi-
tung.
3. Soal Nomor 3
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 15 siswa masih mengalami kesulitan da-
lam penggunaan konsep, 10 siswa mengalami ke-
sulitan dalam penggunaan prinsip, 8 siswa menga-
lami kesulitan dalam mengungkapkan informasi
dan 2 siswa mengalami kesulitan dalam berhi-
tung.
4. Soal Nomor 4
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 3 siswa masih mengalami kesulitan da-
lam penggunaan konsep, 1 siswa mengalami kesu-
litan dalam penggunaan prinsip, 0 siswa menga-
lami kesulitan dalam mengungkapkan informasi
dan 0 siswa mengalami kesulitan dalam berhi-
tung.
53
5. Soal Nomor 5
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 3 siswa masih mengalami kesulitan da-
lam penggunaan konsep, 1 siswa mengalami kesu-
litan dalam penggunaan prinsip, 0 siswa menga-
lami kesulitan dalam mengungkapkan informasi
dan 0 siswa mengalami kesulitan dalam berhi-
tung.
6. Soal Nomor 6
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 2 siswa masih mengalami kesulitan da-
lam penggunaan konsep, 2 siswa mengalami kesu-
litan dalam penggunaan prinsip, 2 siswa menga-
lami kesulitan dalam mengungkapkan informasi
dan 6 siswa mengalami kesulitan berhitung.
7. Soal Nomor 7
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 10 siswa masih mengalami kesulitan
penggunaan konsep, 7 siswa mengalami kesulitan
penggunaan prinsip, 0 siswa mengalami kesulitan
kemampuan mengungkapkan informasi dan 4
siswa mengalami kesulitan berhitung.
8. Soal Nomor 8
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 0 siswa masih mengalami kesulitan da-
lam penggunaan konsep, 0 siswa mengalami kesu-
54
litan dalam penggunaan prinsip, 3 siswa menga-
lami kesulitan dalam mengungkapkan informasi
dan 0 siswa mengalami kesulitan dalam berhi-
tung.
9. Soal Nomor 9
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 2 siswa masih mengalami kesulitan da-
lam penggunaan konsep, 1 siswa mengalami kesu-
litan dalam penggunaan prinsip, 3 siswa menga-
lami kesulitan dalam mengungkapkan informasi
dan 12 siswa mengalami kesulitan dalam berhi-
tung.
10. Soal Nomor 10
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terha-
dap seluruh jawaban siswa diperoleh hasil bahwa
sejumlah 5 siswa masih mengalami kesulitan da-
lam penggunaan konsep, 1 siswa mengalami kesu-
litan dalam penggunaan prinsip, 2 siswa menga-
lami kesulitan dalam mengungkapkan informasi
dan 20 siswa mengalami kesulitan dalam berhi-
tung.
Kesulitan-kesulitan yang telah dipaparkan, me-
nyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menja-
wab soal. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan di-
rangkum pada table berikut:
55
Tabel 5.1. Presentasi Kesalahan Siswa
Jenis Kesalahan Butir Soal Jumlah
Persentase
Kesulitan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penggunaan Konsep 3 1 15 3 3 2 10 0 2 5 42 30%
Penggunaan Prinsip 4 2 10 1 1 2 7 0 1 1 29 20.71%
Kemampuan
Mengungkapkan
informasi
5 1 8 0 0 2 0 3 3 2 24 17.14%
Berhitung 0 1 2 0 0 6 4 0 12 20 45 32.14%
Dari table di atas, diperoleh informasi bahwa:
1. Kesulitan penggunaan konsep yang dialami oleh
siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan ada-
lah sebesar 30%. Hal ini disebabkan karena siswa
belum paham dengan beberapa materi pola bi-
langan, seperti konfigu-rasi dari setiap barisan yang
ada.
2. Kesulitan penggunaan prinsip yang dialami oleh
siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan ada-
lah sebesar 20.71%. Hal ini disebabkan karena
siswa yang sudah paham dengan konsep dari pola
bilangan, namun siswa belum bisa mengembang-
kan prinsip pola bilangan.
3. Kesulitan mengungkapkan informasi yang dialami
oleh siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan
adalah sebesar 17,14 %. Hal ini disebabkan karena
beberapa siswa mengetahui informasi yang ada
pada soal tetapi tidak dituliskan dalam menjawab.
4. Kesulitan berhitung yang dialami oleh siswa dalam
menyelesaikan soal pola bilangan adalah sebesar
32.14 %. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
56
mengetahui cara berhitung yang benar tetapi siswa
jarang berlatih menghitung, sehingga pada saat
mengerjakan soal ada kesalahan dalam melakukan
perhitungan.
5. Dari keempat jenis kesulitan di atas, kesulitan
yang paling dominan adalah kesulitan berhitung
yaitu sebesar 32, 14%.
5.2 Kesulitan Siswa Mengikuti Kurikulum 2013
Menyangkut pembelajaran yang menggunakan
penerapan kurikulum 2013, mayoritas siswa menyata-
kan bahwa kurikulum 2013 sulit dan tidak cocok un-
tuk kalangan siswa. Hasil wawancara tertulis terbuka
menunjukkan bahwa dari 40 siswa diperoleh 47,5 %
siswa kesulitan dalam mempresentasikan jawaban
masalah yang diperoleh, 27,5% siswa kesulitan dalam
mengamati masalah yang disajikan, 7,5% siswa kesu-
litan dalam mendiskusikan kesimpulan masalah, 7,5%
siswa kesulitan dalam menanyakan hal-hal yang ber-
kaitan dengan masalah dan 2,5% siswa kesulitan
dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.
5.3 Efektivitas Pembelajaran Matematika Realistik
dengan Menggunakan Konteks Budaya Batak
Toba yang melibatkan software Goegebra
1. Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Pembelajaran matematika realistik dengan
menggunakan konteks budaya Batak Toba yang
melibatkan software Goegebra dilaksanakan pada
materi bidang kartesius. Pembelajaran pokok baha-
57
san ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan
dengan sub pokok bahasan posisi titik terhadap
sumbu x dan sumbu y, posisi titik terhadap titik
pusat dan garis-garis sejajar dan tegak lurus. Pada
akhir bab pembelajaran, diberikan tes dengan
indicator mampu menentukan posisi titik terhadap
sumbu x dan sumbu y, menentukan posisi titik
terhadap titik pusat dan menentukan garis-garis
sejajar dan tegak lurus. Hasil dari tes tersebut
dirangkum dalam table berikut:
Tabel 5.2 Ringkasan Deskripsi Hasil Ulangan
Bab Bidang Kartesius
Nilai
Jumlah Siswa 40
Skor Terendah 50
Skor Tertinggi 100
Rata-rata 73.13
Standar Deviasi 11.75
Banyak Siswa dengan Nilai
Sama atau Lebih Besar
dari 65
34
Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa
nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50. Nilai
tertinggi yang diperoleh adalah 100. Rata-rata kelas
siswa adalah 73,13. Besar penyebaran data nilai
siswa adalah 11,75. Banyak siswa yang memiliki
nilai sama atau lebih besar dari 65 adalah 34 siswa.
Dengan demikian, persentase siswa yang memiliki
nilai sama atau lebih besar dari 65 adalah 85%.
58
Besar persentasi tersebut masih memenuhi kriteria
yang ditetapkan oleh Depdiknas.
2. Aktivitas Siswa
Dalam pembelajaran matematika realistic yang
menggunakan konteks budaya Batak Toba dan
software Geogebra diperoleh ringkasan aktivitas
siswa seperti terlihat pada table berikut.
Tabel 5.3. Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Dalam Pendekatan Matematika Realistik Dengan
Menggunakan Konteks Budaya Batak Toba
Materi Bidang Kartesius
No. Topik Kategori
1. Posisi titik terhadap sumbu x dan sumbu y 4.40 (Baik)
2. Posisi Titik terhadap titik pusat 4.36 (Baik)
3. Garis-garis sejajar dan tegak lurus 4.40 (Baik)
Rata-Rata 4.38 (Baik)
Nilai rata-rata aktivitas siswa pada pokok ba-
hasan bidang kartesius adalah 4,38. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pembela-
jaran matematika realistic dengan konteks budaya
Batak Toba berada dalam kategori baik.
3. Aktivitas Guru
Dalam pembelajaran matematika realistic yang
menggunakan konteks budaya Batak Toba dan
software Geogebra diperoleh ringkasan aktivitas
guru seperti terlihat pada table berikut.
59
Tabel 5.4. Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru
Dalam Pendekatan Matematika Realistik Dengan
Menggunakan Konteks Budaya Batak Toba
Materi Bidang Kartesius
No. Topik Kategori
1. Posisi titik terhadap sumbu x dan sumbu y 3,62 (Baik)
2. Posisi Titik terhadap titik pusat 3,62 (Baik)
3. Garis-garis sejajar dan tegak lurus 3,56 (Baik)
Rata-Rata 3,60 (Baik)
Nilai rata-rata aktivitas guru pada materi
bidang kartesius adalah 3,60. Nilai tersebut menun-
jukkan bahwa aktivitas guru selama proses pem-
belajaran berada dalam kategori baik.
4. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika realistic yang
menggunakan konteks budaya Batak Toba dan
software Geogebra diperoleh ringkasan kemampu-
an guru dalam mengelola pembelajaran seperti
terlihat pada table berikut.
Tabel 5.5. Hasil Lembar Pengelolaan Pembelajaran
Melalui Pendekatan Realistik Dengan
Menggunakan Konteks Budaya Batak Toba Materi
Bidang Kartesius
No. Topik Kategori
1. Posisi titik terhadap sumbu x
dan sumbu y
4.13 (Baik)
2. Posisi Titik terhadap titik pusat 4.22 (Baik)
3. Garis-garis sejajar dan tegak
lurus
4.27 (Baik)
Rata-rata 4.20 (Baik)
60
Nilai rata-rata kemampuan guru mengelola
pembelajaran pada materi pola bilangan adalah
4,20. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemam-
puan guru mengelola pembelajaran matematika
realistic dengan konteks budaya Batak Toba berada
dalam kategori baik.
5. Respon Siswa/Guru
Angket yang digunakan untuk melihat respon
siswa dan guru terhadap pembelajaran pada pokok
bahasan pola bilangan sama dengan angket yang
digunakan pada pokok bahasan bidang kartesius.
Namun, dalam angket pokok bahasan bidang karte-
sius ditambahkan satu item pernyataan yaitu ten-
tang software Geogebra. Ringkasan hasil respon sis-
wa terhadap pembelajaran pokok bahasan bidang
kartesius adalah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.6. Hasil Angket Respon Siswa pada
Pembelajaran PMR Pada Pokok Bahasan Bidang
Kartesius
No ASPEK SENANG TIDAK
SENANG
1 Bagaimana perasaanmu
tentang komponen:
a. Materi pelajaran?
b. Lembar kerja peserta
didik (LKPD)?
c. Cara belajar?
d. Cara mengajar?
e. Software Geogebra
yang digunakan
38
40
40
40
40
95%
100%
100%
100%
100%
2
0
0
0
0
5%
0%
0%
0%
0%
Rata-Rata 99% 1%
N0 ASPEK BARU TIDAK
61
BARU
2 Bagaimana perasaanmu
tentang komponen:
a. Materi pelajaran?
b. Lembar kerja
peserta didik
(LKPD)?
c. Cara belajar?
d. Cara mengajar?
e. Software Geogebra
yang digunakan
18
33
40
37
40
45%
83%
100%
93%
100%
22
7
0
3
0
55%
17%
0%
7%
0%
Rata-Rata 84% 16%
NO ASPEK BERMINAT TIDAK
BERMINAT
3 Apakah kamu berminat
mengikuti kegiatan belajar
selanjutnya dengan
kegiatan yang kamu ikuti
sekarang?
40 100% 0 0%
NO ASPEK TERTARIK TIDAK
TERTARIK
4 Apakah kamu tertarik
pada bahasa, penampilan
tulisan,ilustrasi guru dan
letak gambar yang terdapa
pada LKPD?
40 100% 0 0%
Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa
99% siswa senang dengan pembelajaran matema-
tika realistik yang melibatkan konteks budaya Ba-
tak Toba dan software Geogebra, 84% siswa menya-
takan bahwa pembelajaran matematika realistik
dengan konteks budaya Batak Toba dan penggu-
62
naan software Geogebra adalah hal yang baru,
100% siswa berminat mengikuti kegiatan belajar
selanjutnya dengan kegiatan pembelajaran mate-
matika realistic menggunakan konteks budaya
Batak Toba dan software Geogebra dan 100 % siswa
tertarik pada bahasa, penampilan tulisan,ilustrasi
guru dan letak gambar yang terdapa pada LKPD.
Angket respon guru menunjukkan hasil bahwa
guru senang dengan pembelajaran yang dilaksana-
kan, guru merasa pembelajaran yang disajikan
adalah baru, guru berminat untuk melaksanakan
pembelajaran matematika realistic menggunakan
konteks budaya Batak Toba dan software Geogebra
dan guru tertarik pada kamu tertarik pada bahasa,
penampilan tulisan, ilustrasi guru dan letak gam-
bar yang terdapa pada LKPD.
Uraian di atas menunjukkan hasil yang baik
untuk 5 kriteria yang ditetapkan. Dengan memper-
hatikan 5 kriteria yang dipenuhi dalam pembela-
jaran, maka dapat disimpulkan bahwa pembela-
jaran matematika realistik dengan konteks budaya
Batak Toba dan penggunaan software Geogebra
efektif.
63
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan yang
telah dipaparkan di atas adalah sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran yaitu RPP, LKPD dan tes
ulangan bab yang dikembangkan dalam pembela-
jaran matematika realistik menggunakan konteks
budaya Batak Toba adalah valid.
2. Pembelajaran matematika realistik menggunakan
konteks budaya Batak Toba adalah efektif.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang dipaparkan,
saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. RPP dan LKPD yang dikembangkan dalam peneli-
tian ini dapat digunakan guru di sekolah sebagai
rujukan dalam mengembangkan pembelajaran
sesuai kurikulum 2013. Dimana perangkat pembe-
lajaran yang dikembangkan ini sesuai dengan
kegiatan pembelajaran scientific yang memuat ke-
giatan 5M.
2. Tes ulangan bab yang dikembangkan dapat diguna-
kan sebagai alternative untuk menguji kemampuan
belajar siswa.
3. Konteks yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam mengem-
bangkan pembelajaran yang lebih menarik dan
menyenangkan sesuai konteks yang diinginkan.
64
4. Kegiatan belajar yang dirancang dalam penelitian
ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam
meningkatkan aktivitas siswa dan guru dalam
proses belajar mengajar matematika.
Model pembelajaran dengan inovasi konteks bu-
daya yang dikembangkan dapat digunakan sebagai
model alternatif pembelajaran yang menyenangkan di
kelas
65
DAFTAR PUSTAKA
Cilingir. 2017. Gerçekçi Matematik Eğitimi Yaklaşımının
İlkokul Öğrencilerinin Başarılarına, Görsel
Matematik Okuryazarlığı Özyeterlik Algılarına ve
Problem Çözme Tutumlarına Etkisi.1. Turki: Turkish
Journal of Computer and Mathematics Education
Volume : 7 No:3
Dewi, Ni Luh Karnita , I B Surya Manuaba, dan Md
Putra. 2015. Studi Evaluasi Implementasi
Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Context, Input,
Process, dan Product (Cipp) Padasekolah Dasar
Negeri di Wilayah Pinggirankabupaten Badung.
Singaraja: e-Journal PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1
Hadi, Sutarto. 2017. Pendidikan Matematika Realistik:
Teori, Teori dan Implementasinya. Jakarta: Rajawali
Pers.
Khairani, Makmum. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo
Kusumastuti, Ayuk, Sudiyanto dan Dini Octoria. 2016.
Faktor-Faktor Penghambat Guru Dalam
Melaksanakan Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran
Akuntansi Di SMK Negeri 3 Surakarta. Surakarta:
Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 1, hlm. 118-133
66
Retnawati, Heri. 2015. Hambatan Guru Matematika
Sekolah Menengah Pertama Dalam Menerapkan
Kurikulum Baru. Yogyakarta: Jurnal Cakrawala
Pendidikan No 3 (2015).
Riptiani, Manik, Surya Manuaba Dan Made Putra. 2015.
Studi Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013
Ditinjau dari Cipp Pada Sekolah Dasar Negeri Di
Wilayah Pedesaan Kabupaten Badung. Singaraja: E-
Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1.
Ruja I Nyoman, Sukamto. 2015. Survey Permasalahan
Implementasi Kurikulum Nasional 2013 Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah
Menengah Pertama di Jawa Timur. Malang: Sejarah
dan Budaya, Tahun Kesembilan, Nomor 2.
Sinaga, Bornok dan Manguji Nababan. 2008.
Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-
B3). Medan: FMIPA Unimed.
Sri Yuli Astuti, Made. 2011. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Sekolah Dasar Di Kecamatan Rendang. Bandung:
Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha Vol:7 No:2.
Sutrisno, Mudji, Hendar Putranto. 2009. Teori-Teori
Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
67
Tinambunan, Djapiter. 2010. Orang Batak Kasar?:
Membangun Citra dan Karakter: Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Watkin, Chris, dkk. 2007. Learning About Learning:
Resources for Supporting Effective Learning. New
York: Taylor & Francis Group.