32
ISSN 0215 - 8250 PENGARUH PENERAPAN MODEL BELAJAR BERDASARKAN MASALAH DAN MOEL PENGAJARAN LANGSUNG DIPANDU STRATEGI KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA Oleh Ida Bagus Putu Arnyana Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan tujuan mengetahui pengaruh (1) model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung terhadap hasil belajar, (2) strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD terhadap hasil belajar, dan (3) interaksi antara model belajar (model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung) dengan strategi kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD) terhadap hasil belajar siswa. Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian faktorial 2x2. Rancangan penelitian ini setara dengan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi) Pretes-postest non-equivalent control group design. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja sebanyak 2 kelas dan siswa kelas X ___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

ISSN 0215 - 8250

PENGARUH PENERAPAN MODEL BELAJAR BERDASARKAN MASALAH DAN MOEL PENGAJARAN LANGSUNG DIPANDU

STRATEGI KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA

OlehIda Bagus Putu Arnyana

Jurusan Pendidikan BiologiUniversitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan tujuan mengetahui pengaruh (1) model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung terhadap hasil belajar, (2) strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD terhadap hasil belajar, dan (3) interaksi antara model belajar (model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung) dengan strategi kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD) terhadap hasil belajar siswa. Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian faktorial 2x2. Rancangan penelitian ini setara dengan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi) Pretes-postest non-equivalent control group design. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja sebanyak 2 kelas dan siswa kelas X SMA Negeri 4 Singaraja sebanyak 2 kelas. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan analisis statistik ANACOVA. Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pembahasan dapat dibuat simpulan berikut ini. (1) Model belajar berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model pengajaran langsung. (2) Strategi kooperatif GI dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. (3) Interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif GI memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatkan hasil belajar, diikuti berturut-turut oleh interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif STAD, dan interaksi model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif GI.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

Page 2: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

Kata Kunci: belajar berdasarkan masalah, pengajaran langsung, kooperatif GI, kooperatif STAD, hasil belajar.

ABSTRACT

The experimental research has been conducted to know the effect of the (1) Problem-Based Learning (PBL) model and Direct Instruction (DI) model toward the learning outcome, (2) GI cooperative learning strategy and the STAD cooperative learning strategy toward the learning outcome, (3) recognizing the effect of interaction between the models (PBL and DI model) and cooperative learning strategy (GI cooperative learning strategy and STAD cooperative learning strategy) towards the learning outcome. The experimental research was conducted by using a factorial design 2x2 version of pretest-postest non-equivalent control group design. The subject of this research were the 1st year students of SMAN 1 Singaraja (two classes) and the 1st year students of SMAN 4 Singaraja (two classes). The technique of analyzing data was using descriptive analysis and statistic analysis (ANACOVA). Based on the data analysis and the discussion, it can be concluded as follows: (1) The PBL model can increase better for the students’ learning outcome rather than DI Model. (2) GI cooperative learning strategy can increase better for the students’ learning outcome rather than STAD cooperative strategy. (3) The interaction of PBL model with GI cooperative learning strategy gives the best effect in increasing the learning outcome, and followed by PBL model with STAD cooperative learning strategy, and the interaction of DI models with GI cooperative learning strategy, respectively.

Key Words: problem-based learning, direct instruction, GI cooperative learning, STAD cooperative learning, learning outcome.

1. PendahuluanKegiatan pembelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA)

yang dilakukan di Bali, khususnya Singaraja, lebih menekankan pada

kegiatan mengajar (teaching) dibandingkan belajar (learning).

2

Page 3: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

Pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak menggunakan metode

ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Arnyana, (2001) menemukan

pembelajaran yang dilaksanakan pada mata pelajaran biologi lebih

menekankan pada pemberian informasi. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang

digunakan hanya seperti resep yang merupakan penuntun kegiatan untuk

menguji konsep atau teori yang ada di dalam buku atau yang disampaikan

guru. Hasil belajar yang diperoleh berupa hafalan atau mengingat

informasi.

Model pembelajaran yang dilaksanakan selama ini mengikuti model

Pengajaran Langsung (MPL) atau Direct Instruction (DI). Model

pembelajaran ini memiliki sintaks: guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, mendemonstrasikan pengetahuan, membimbing latihan,

memberikan umpan balik, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menerapkan konsep, prinsip, dan teori. Guru menyuruh siswa mengerjakan

tugas-tugas secara berkelompok. Kelompok belajar yang dilakukan adalah

kelompok belajar biasa yang masih merupakan kelompok kompetitif.

Mulai tahun pelajaran 2004/2005 pada pendidikan dasar sampai

pendidikan menengah diadakan perubahan kurikulum dari Kurikulum 1994

ke Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004. Kedua

kurikulum ini memiliki perbedaan yang sangat prinsip. Perbedaan di antara

keduanya, ada pada filosofi, tujuan, materi, proses pembelajaran, dan cara

penilaian. Pembelajaran yang diharapkan KBK adalah siswa aktif

membangun pengetahuannya melalui kegiatan belajar. Peran guru adalah

memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam

membangun gagasannya. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa,

3

Page 4: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

sedangkan guru bertanggung jawab dalam membuat kondisi yang

mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar.

Joyce and Weil (1996) mengemukakan tujuan belajar di sekolah

adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Nur dan Muclas

(1996) mengemukakan pembelajaran yang dilaksanakan adalah membantu

anak agar aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya yang

menekankan pada proses berpikir dan proses mental anak. Ibrahim dan Nur

(2000) menekankan aspek sosial pada pembelajarannya melalui

pembelajaran kooperatif.

Uraian di atas menunjukkan terjadinya kesenjangan proses

pembelajaran, khususnya pembelajaran biologi di SMA antara proses

pembelajaran yang dilakukan guru dan proses pembelajaran yang

diharapkan, yaitu agar guru lebih menekankan proses belajar dibandingkan

mengajar. Salah satu model belajar yang dipilih untuk diterapkan guna

menjembatani kesenjangan itu adalah model Belajar Berdasakan Masalah

(BBM) atau Problem Based Learning (PBL) yang dipandu degan strategi

kooperatif.

Pelaksanaan BBM memiliki ciri siswa bekerja sama dalam

kelompok untuk bersama-sama memecahkan masalah. Jones (1999); Bloom

(1998); Wang, et al., (1998); Ommundsen (2001) mengemukakan BBM

sangat penting dipasangkan dengan strategi kooperatif karena melalui

pembelajaran kooperatif siswa berpeluang berbagi keterampilan, berdialog,

mengembangkan kecakapan sosial, dan keterampilan berpikir.

Strategi kooperatif yang dipilih untuk dipasangkan dengan BBM

dalam penelitian ini adalah strategi kooperatif Student Team Achievement

Divisions (STAD) dan strategi kooperatif Group Investigation (GI). Kedua

4

Page 5: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

strategi kooperatif ini dipilih dengan alasan berikut ini. (1) Strategi

kooperatif STAD merupakan strategi kopoeratif yang paling sederhana,

behavioristik, dan masih ada nuansa guru menyampaikan materi pelajaran.

Guru biologi SMA di Singaraja belum pernah menerapkan strategi

kooperatif sehingga sangat baik bila diterapkan pada penelitian yang

dilaksanakan di Singaraja. (2) Strategi kooperatif GI merupakan strategi

kooperatif yang sangat konstruktivistik, dapat melatih kemampuan berpikir

tingkat tinggi, merupakan strategi kooperatif yang paling kompleks.

Penerapan model BBM yang dipandu dengan strategi kooperatif GI

dan strategi kooperatif STAD, dalam penelitian eksperimental

dibandingkan dengan Model Pengajaran Langsung (MPL), yaitu model

pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru. Model MPL juga dipandu

dengan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD. Rumusan

masalah yang dikaji pada penelitian eksperimental adalah berikut ini. (1)

Apakah ada pengaruh penerapan model BBM dan MPL terhadap hasil

belajar kognitif siswa? (2) Apakah ada pengaruh penerapan strategi

kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD terhadap hasil belajar siswa?

(3) Apakah ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran (model BBM

dan MPL) dan strategi kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi

kooperatif STAD) terhadap hasil belajar siswa?

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh penerapan

model BBM dan MPL terhadap hasil belajar siswa; (2) mengetahui

pengaruh penerapan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD

terhadap hasil belajar siswa; dan (3) mengetahui pengaruh interaksi antara

model pembelajaran (model BBM dan MPL) dan strategi kooperatif

5

Page 6: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

(strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD) terhadap hasil belajar

kognitif siswa.

2. Metode PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2004/2005.

Rancangan penelitian ini adalah rancangan eksperimen faktorial 2x2.

Bagan rancangan penelitian seperti Gambar 1.

ModelPembelajaran

Strategi Kooperatif

GI (Y1) STAD (Y2)

BBM (X1) X1Y1 X1Y2

MPL (X2) X2Y1 X2Y2

Gambar 1. Rancangan Eksperimen Faktorial 2x2

Rancangan penelitian ini setara dengan rancangan penelitian semu

(quasi) pretest-postest nonequivalent control group design (Tuckman,

1999). Berdasarkan rancangan eksperimen faktorial 2x2 dan the pretest-

postest nonequivalent control group design, rancangan ini dapat

dikemukakan seperti Gambar 2.

O1 X1Y1 O2O3 X2Y1 O4O5 X1Y2 O6O7 X2Y2 O8

Gambar 2. Prosedur Rancangan Eksperimen Nonequivalent Control Group Design(Tuckman, 1999:175)

(O1; O3; O5; O7= prates, O2; O4; O6; O8=pascates, X1=Model BBM, X2=Model MPL, Y1=Strategi Kooperatif GI, Y2=Strategi Kooperatif

STAD)

6

Page 7: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri yang ada di

Singaraja, yaitu SMA Negteri 1 Singaraja sebanyak 80 orang (2 kelas) dan

SMA Negeri 4 singaraja sebanyak 80 orang (2 kelas). Satu kelas diajarkan

dengan perangkat BBM dipandu strategi kooperatif GI, satu kelas diajarkan

dengan perangkat model BBM dipandu strategi kooperatif STAD, satu

kelas diajarkan dengan perangkat MPL dipandu strategi kooperatif GI, dan

satu kelas diajarkan dengan perangkat MPL dipandu strategi kooperatif

STAD. Ditetapkannya SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 4 Singaraja sebagai

tempat penelitian eksperimental, didasarkan pada kemampuan siswa antara

kedua SMA tersebut relatif sama. Penetapan sekolah tempat penerapan

perangkat model BBM dan MPL dilakukan dengan sistem undian.

Berdasarkan hasil undian, SMA Negeri 1 Singaraja ditetapkan sebagai

tempat penerapan perangkat model BBM dan SMA Negeri 4 Singaraja

sebagai tempat penerapan perangkat MPL. Dari setiap sekolah ditentukan

kelas tempat penerapan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD

dengan sistem undian pula. Berdasarkan sistem penetapan subjek penelitian

seperti ini, penerapan model pembelajaran BBM dan MPL yang dipandu

strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Penerapan Model Pembelajaran dan Strategi Kooperatif pada Subyek

Penelitian

Model Pembelajaran

Strategi Kooperatif

GI STAD

Sekolah Kelas Jumlah Sekolah Kelas Jumlah

BBMSMAN 1Singaraja X3

40orang

SMAN 1Singaraja X5

40orang

MPLSMAN 4Singaraja X2

40orang

SMAN 4Singaraja X3

40orang

7

Page 8: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

Data hasil penelitian dikumpulkan dengan menggunakan bentuk tes

yang diadaptasi dari SOLO (Structured of the Observed Learning Outcome)

Taxonomy oleh Collis and Davey (1986). Tes ini menyangkut materi

ekologi dan lingkungan yang dibagi menjadi 2 perangkat, yaitu tes

menyangkut materi ekologi dan aksi interaksi dan tes menyangkut materi

lingkungan dan daur ulang sampah. Kedua tes ini diuji validitas isi,

reliabilitas, sensitivitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya.

Data hasil penelitian ini, yaitu hasil belajar kognitif masing-masing

dianalisis secara deskriptif dan statistik inferensial, yaitu teknik analisis

ANACOVA, dengan asumsi, datanya berdistribusi normal, dan varian antar

kelompok homogen. Data yang dianalisis adalah skor rata-rata dari kedua

tes tersebut. Skor hasil belajar setiap siswa antara 0-80.

Skor hasil belajar dapat dikonversi menjadi nilai dengan

mengadaptasi dari Grondlund and Linn (1990) seperti Tabel 2. Tabel 2 Pedoman Konversi Skor Hasil Belajar

No. Nilai Rentangan persentase Rentangan Skor Kategori1. A 95%-100% 76,00–80,00 Sangat Baik2. B 85%-94% 68,00–75,99 Baik3. C 75%- 84% 60,00–67,99 Sedang4. D 62%-74% 52,00–59,99 Kurang5. E < 62% < 52,00 Sangat kurang

(Diadaptasi dari: Gronlund and Linn, 1990: 442-443)

3. Hasil dan Pembahasan3.1 Hasil Penelitian

Data hasil penelitian eksperimental terdiri dari hasil pretes dan

postes. Postes dilaksanakan dalam 2 kali tes, yaitu tes pertama menyangkut

8

Page 9: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

materi ekologi dan aksi interaksi yang diturunkan setelah siswa belajar

materi ekologi dan aksi interaksi dan tes manyangkut materi lingkungan

dan daur ulang sampah setelah siswa belajar materi lingkungan dan daur

ulang sampah.

Rata-rata skor hasil belajar kelompok siswa yang belajar dengan

model BBM, MPL, strategi kooperatif GI, strategi kooperatif STAD,

beserta interaksi antara model belajar dan strategi kooperatif ditunjukkan

pada Tabel 3.

Tabel 3 Rata-Rata Skor Prates dan Pascates Hasil Belajar

Variabel Rata-Rata SkorPrates Pascates

Skor Kategori Skor Kategor

Model BBM 17,91 sangat kurang 69,35 baikModel MPL 17,71 sangat kurang 55,35 kurangStrategi kooperatif GI 17,59 sangat kurang 67,39 sedangStrategi kooperatif STAD

17,85 sangat kurang 57,53 kurang

Interaksi BBM-GI 17,88 sangat kurang 72,64 baikInteraksi BBM-STAD 17,96 sangat kurang 66,52 sedangInteraksi MPL-GI 17,31 sangat kurang 62,13 sedangInteraksi MPL-STAD 18,14 sangat kurang 48,57 sangat kurang

Hasil analisis kovarian data hasil belajar adalah berikut ini. (1) Ada

perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan perangkat model

BBM dan MPL (F=772,55; p=0,00) dan siswa yang belajar dengan

perangkat model BBM memiliki hasil belajar lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang belajar dengan perangkat MPPL. (2) Ada perbedaan

hasil belajar antara siswa yang belajar dengan strategi kooperatif GI dan

strategi kooperatif STAD (F=391,57; p=0,00) dan siswa yang belajar

dengan strategi kooperatif GI hasil belajarnyanya lebih baik dibandingkan

9

Page 10: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

dengan kelompok siswa yang belajar dengan startegi kooperatif STAD. (3)

Terjadi interaksi antara perangkat model belajar dengan strategi kooperatif

(F=60,52; p=0.00). Interaksi antara perangkat model BBM dengan strategi

kooperatif GI memberi pengaruh paling baik dalam meningkatkan hasil

belajar, diikuti oleh interaksi BBM-STAD, MPL-GI, dan MPL-STAD.

3.2 Pembahasan

1) Pengaruh Model BBM dan Model MPL terhadap Hasil Belajar

Hasil analisis univariat (ANACOVA) menunjukkan secara

signifikan model BBM dan MPL memberikan pengaruh berbeda terhadap

hasil belajar. Model BBM secara signifikan memberikan pengaruh lebih

baik dibandingkan dengan MPL dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini

dapat dijelaskan berikut ini.

Model BBM memiliki dasar filosofi konstruktivisme. Ibrahim dan Nur

(2000) mengemukakan bahwa filosofi yang mendasari model BBM adalah

filosofi konstruktivisme. Dalam pembelajaran yang berlandaskan filosofi

konstruktivisme, siswa membangun pengetahuan di benaknya sendiri. Guru

dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat

informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

ide-ide. Guru dapat memberikan “tangga” yang dapat membantu siswa

mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan

agar siswa sendiri yang memanjat tangga itu (Nur dan Wikandari, 2000).

Pada model BBM, siswa dihadapkan pada masalah-masalah aktual untuk

diangkat dan dipecahkan melalui kegiatan investigasi. Buku digunakan

sebagai sumber belajar yang dapat mendukung sebagai referensi dalam

10

Page 11: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

memecahkan masalah. Peranan guru adalah sebagai fasilitator yang

membantu siswa dalam belajar. Dengan demikian, siswa membangun

sendiri pengetahuannya dan sekaligus memanfaatkan pengetahuannya

untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang ada di sekitar

lingkungannya. Siswa yang membangun pengetahuannya sendiri dan

sekaligus mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata membuat

pembelajaran menjadi sangat bermakna karena siswa dapat mengingat,

memahami, dan menerapkan ilmu yang dipelajari, melakukan analisis,

sintesis, dan evaluasi terhadap segala sesuatu yang dipelajari.

Model BBM, di samping bertujuan meningkatkan hasil belajar, juga

melatih siswa berpikir tingkat tinggi. Hasting (2001); Duch, Allen, and

White (2002) menemukan bahwa model BBM secara signifikan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Kemampuan

berpikir tingkat tinggi erat kaitannya dengan hasil belajar. Siswa yang

memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dengan baik 1)

memikirkan ide-ide yang tidak umum, 2) mencetuskan banyak ide, 3)

merencanakan, 4) memetakan kemungkinan-kemungkinan, 5) memadukan

fakta-fakta, prinsip, konsep, dan teori, dan 6) merumuskan masalah secara

jelas (Bayer 1988, dalam Nur dan Wikandari, 2000). Lawrence (1999);

Edward and Briers (2000) mengemukakan analisis, sintesis, dan evaluasi

merupakan bagian dari koponen berpikir tingkat tinggi. Gunter, et al.

(1990) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir

akan menguasai materi pelajaran dengan baik. Berdasarkan pandangan para

pakar di atas, tampak model BBM dapat meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa.

11

Page 12: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya tentang pengaruh

penerapan model BBM terhadap hasil belajar. Duch (1996) menemukan,

pada penerapan model BBM dalam pelajaran fisika, bahwa penerapan

konsep-konsep ilmiah dalam memecahkan masalah sehari-hari memberikan

pengalaman kepada siswa melakukan kegiatan ilmiah serta

menghubungkan hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal yang akan

dipelajari sehingga meningkatkan pemahaman siswa akan prinsip-prinsip

fisika yang abstrak. Sujanam (2002) yang melakukan penelitian penerapan

Model BBM pada pelajaran fisika SMA di Singaraja menemukan bahwa

model BBM dapat meningkatkan hasil belajar kogitif siswa.

2) Pengaruh Strategi Kooperatif terhadap Hasil Belajar

Hasil analisis univariat (ANACOVA) menunjukkan strategi

kooperatif GI secara signifikan memberikan pengaruh lebih baik

dibandingkan strategi kooperatif STAD dalam meningkatkan hasil belajar.

Hal ini dapat dijelaskan berikut ini.

Strategi kooperatif GI memiliki dasar filosofi konstruktivisme. Seperti

dikemukakan di atas, dalam pembelajaran yang dasar filosofinya

konstruktivisme, siswa membangun sendiri pengetahuannya dan peranan

guru hanya sebagai fasilitator. Dalam strategi kooperatif GI, kelompok

siswa dihadapkan pada masalah, menentukan sendiri masalah yang akan

dibahas, merancang investigasi, melakukan investigasi, menganalisis

data/informasi hasil investigasi, dan menarik simpulan. Setiap siswa terlibat

aktif baik jasmani maupun mental pada setiap aspek kegiatan sehingga

pemahaman siswa akan materi pelajaran dapat diharapkan menjadi lebih

baik. Hal ini mendukung pendapat Slavin (1995) bahwa dalam proses

12

Page 13: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

pembelajaran strategi kooperatif GI terjadi peningkatan kemampuan dalam

melakukan analisis dan sintesis terhadap segala informasi, sehingga

penguasaan akan materi pelajaran menjadi lebih baik. Dengan melihat

proses belajar seperti itu, siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya

dan secara langsung menggunakan pengetahuannya untuk membahas

permasalahan yang diangkat, sehingga pembelajaran menjadi sangat

bermakna.

Strategi kooperatif GI mendorong terjadinya kerjasama yang sangat

intensif antaranggota kelompok dalam segala aspek kegiatan sehingga

hubungan sosial di antara anggota kelompok menjadi sangat erat. Hal ini

mendukung pendapat Slavin (1995) bahwa kegiatan pembelajaran dengan

strategi kooperatif GI dapat meningkatkan keterampilan sosial dan

kemampuan akademis siswa. Meningkatnya keterampilan sosial akan

memicu terjadinya komunikasi yang lebih baik antar anggota kelompok.

Akibatnya, terjadi pertukaran pengetahuan yang sangat baik yang pada

akhirnya dapat meningkatkan penguasaan materi yang sedang

dipelajarinya.

Strategi kooperatif, khususnya strategi kooperatif GI dapat membantu

siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Hal ini mendukung

pendapat Ellis and Fouts (1993); Harvey (1998); Lord (2001) bahwa

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar akademik siswa.

Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa

kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama-sama

menyelesaikan tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor

bagi siswa kelompok bawah, sehingga kelompok bawah akan mendapat

bantuan khusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang

13

Page 14: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

sama, sedangkan siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan

akademiknya karena memberikan pelayanan. Sebagai tutor mereka

membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam tentang hubungan ide-ide

yang terdapat dalam suatu materi pelajaran. Menurut teori elaborasi

kognitif, pada pembelajaran dengan strategi kooperatif, siswa pintar akan

memberikan penjelasan kepada siswa kurang pintar. Akibatnya, penguasaan

materi pelajaran pada siswa pintar maupun kurang pintar menjadi lebih baik

(Slavin, 1995). Lawrence and Haevey (1998); Tejada (2002) menemukan

strategi kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar karena motivasi belajar

semua anggota kelompok meningkat berkat dorongan belajar dari setiap

anggota kelompok. Siswa lemah akan termotivasi karena setiap anggota

kelompok tertantang untuk saling mengemukakan ide-idenya.

3) Pengaruh Interaksi Model Belajar dan Strategi Kooperatif

terhadap Hasil Belajar

Kombinasi antara model belajar, model BBM dan MPL dengan

strategi kooperatif, yaitu strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif

STAD merupakan sesuatu yang sangat menarik, karena dalam model BBM

dipersyaratkan agar dalam kegiatan pembelajarannya siswa harus

berkolaborasi dengan yang lainnya di dalam kelompok kecil. Kombinasi

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara model BBM

dan strategi kooperatif GI, model BBM dan strategi kooperatif STAD,

MPL dan strategi kooperatif GI, dan MPL dan strategi kooperatif STAD.

Hasil analisis univariat (ANACOVA) menunjukkan bahwa terjadi

perbedaan hasil belajar yang signifikan sebagai akibat dari interaksi antara

model belajar (model belajar BBM dan MPL) dan strategi kooperatif

14

Page 15: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

(strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD). Uji lanjut

menunjukkan kombinasi model dengan strategi kooperatif yang paling baik

dalam meningkatkan hasil belajar adalah model BBM dengan strategi

kooperatif GI, kemudian berturut-turut diikuti oleh model BBM dengan

strategi kooperatif STAD, MPL dengan strategi kooperatif GI, dan yang

paling rendah hasil belajarnya adalah MPL dengan strategi kooperatif

STAD.

Kombinasi model BBM dengan strategi kooperatif GI memberikan

pengaruh yang paling baik dalam meningkatkan hasil belajar (skor 72,64,

dengan rentangan 68%-75,99%). Hal ini dapat dijelaskan berikut ini.

Model BBM dan strategi kooperatif GI secara terpisah, masing-masing

memberikan pengaruh yang sangat baik dalam meningkatkan hasil belajar.

Dengan dikombinasikannya model BBM dan strategi kooperatif GI, akan

ada pengaruh yang saling mendukung antara yang satu dengan yang

lainnya. Di atas dikemukakan, model BBM dan strategi kooperatif GI dasar

filosofinya adalah konstruktivisme. Dengan dikombinasikannya model

BBM dan strategi kooperatif GI akan membuat proses pembelajaran benar-

benar menantang bagi siswa untuk terlibat secara fisik dan mental untuk

membangun pengetahuannya sendiri.

Kombinasi antara model BBM dan strategi kooperatif STAD dan

kombinasi MPL dengan strategi kooperatif GI masing-masing

menghasilkan skor 66,52 dan 62,12, keduanya berada pada katagori sedang

dengan hasil belajar berada pada rentangan 75% – 84%. Dari hasil ini

tampak bahwa model BBM, baik dikombinasinkan dengan strategi

kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Jones (1996); Bloom (1998); Herreid (2000) yang menunjukkan

15

Page 16: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

bahwa dalam belajar berdasarkan masalah siswa diharapkan berkolaborasi

dalam memecahkan masalah. Dalam proses pemecahan masalah seperti ini

siswa secara bersama-sama dan saling membatu terlibat dalam proses

memperoleh informasi dan membangun pengetahuan mereka bersama.

Ibrahim dan Nur (2000); Ismail (2002); Ommundsen (2001)

mengungkapkan dalam menerapkan model BBM, siswa hendaknya bekerja

berpasangan dalam kelompok kecil untuk bersama-sama memecahkan

masalah yang dihadapi. Hal ini akan memotivasi siswa secara berkelanjutan

utuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran. Burrowes (2003)

menemukan pererapan model konstruktivis yang dipadukan dengan strategi

kooperatif dapat meningkatkan penguasaan materi biologi pada mahasiswa.

Kombinasi antara MPL dan strategi kooperatif GI, juga memberikan hasil

yang cukup baik. Hal ini telah dijelaskan di depan bahwa strategi kooperatif

GI dapat meningkatkan hasil belajar.

4. Penutup Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap hasil

penelitian, dapat dibuat beberapa simpulan berikut ini. (1) Model belajar

berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik

dibandingkan dengan model pengajaran langsung. (2) Strategi kooperatif

GI dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan

strategi kooperatif STAD. (3) Interaksi model belajar berdasarkan masalah

dengan strategi kooperatif GI memberikan pengaruh paling baik dalam

meningkatkan hasil belajar, diikuti berturut-turut oleh interaksi model

belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif STAD, interaksi

16

Page 17: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif GI, dan interaksi

model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif STAD.

Saran yang dapat diajukan kepada guru biologi SMA adalah berikut ini.

(1) Guru dapat menerapkan model belajar berdasarkan masalah dipandu

strategi kooperatif GI atau strategi kooperatif STAD dalam meningkatkan

hasil belajar kognitif siswa. (2) Guru hendaknya menguasai materi

pelajaran secara luas dan mendalam sehingga dapat membimbing siswa

dalam belajar berdasarkan masalah dipandu strategi koopersatif. (3) Guru

menyiapkan fasilitas belajar yang diperlukan sehingga pembelajaran dapat

berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran. (4) Peranan guru dalam

proses pembelajaran lebih diharapkan sebagai fasilitator dibandingkan

menginformasikan setiap materi kepada siswa. Dengan demikian, siswa

dapat membangun pemahamannya sendiri melalui proses belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Arnyana, I.B.P. 2001. Optimalisasi Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui LKS Eksperimen dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa SMU N 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2000/2001. Hasil Penelitian Tidak Diterbitkan. Singaraja: IKIP N SINGARAJA.

Blom, T. O. 1998. Integration of Information Skills In Problem Based Curicula. (Online). http://searchyahoo.com/search?p=problem+based+learning. Diakses 9 Maret 2003.

Burrowes, P .A. 2003. Astudent-Centered Approach to Teaching General Biology That Really Work: Lord’s Constructivist Model. The American Biology Teacher. 65(7) September: 491-501.

Collis, K.F., and Davey, H.A. 1986. A Technique for Evaluating Skills in High School Science. Journal of Research in Science Teaching. 23(7): 651-663.

17

Page 18: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

Duch, B.J. 1996. Problem-Based Learning in Physics: The Power of Students Teaching Students. Journal of College Science Teacher (JCST). 25(5): 326-329.

Duch, B. J. Allen, D. E. and. White, H. B. 2002. Problem-Based Learning: Preparing Students to Succeed in the 21st Century. (Online). http://www. pondnetwork.org. Diakses 9 Maret 2003.

Edwards, M.C., and Briers, G.E. 2000. Higher-Order and Lower-Order Thinking Skill Achievement in Secondary-Level Animal Science: Does Block Scheduling Pattern Influence End-OF-Course Learner Performance. Journal of Agricultural Education. 41(4): 2-14.

Ellis, A. K., Fouts J.T. 1993. Reserch and Educational Inovation. USA: Eye on Educational Inc.

Gunter, A. L., et al. 1990. Instruction a Model Approach. London: Allyn and Bacon.

Gronlund, N.E. and Linn, R.L. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching . (6th Ed.). New York: Macmillan Publishing Company.

Harvey, 1998. Cooperative Learning Strategies and Children. EERIC Digest. (Online). http:ericae.net/edo/ED306003.htm. Diakses 9 Maret 2003.

Hastings, D. 2001. Case Study: Problem-Based Learning and the Active Classroom. (Online), (http://www.cstudies.ubc.ca/facdev/services/newsletter/index/ html. Diakses 9 Maret 2003).

Herreid, C. F. 2000. AIDS and the Duesberg Phenomenon: A Problem-Bsed Learnig Case Study. (Online). http://searchyahoo.com/search?p=problem+based+learning. Diakses 9 Maret 2003.

Ibrahim, M. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press.

Ismail. 2002. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction): Apa, Bagaimana, dan Contoh pada Subpokok Bahasan Statistika. Proseding Seminar Nasional Paradigma Baru Pembelajaran MIPA. Kerjasama Dirjen Dikti Depdiknas dengan (JICA-IMSTEP) 5 Agustus 2002. Hal. 121-129.

Jones, D. 1999. What Is Problem-Based Learning? The California State University. (Online). (http://edweb.sdsu.edu/clirt/learningtree/PBL/edvantages.html. diakses 9 Maret 2003).

18

Page 19: PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

Joyce, B. and Weil, M. 1996. Models of Teaching. (3rd.Ed.) Singapore: Allyn and Bacon.

Lawrence, T.E. 1999. Strategic Thinking. http://www.ndu.edu/inss/book%20-1999/strategic% 20leadershi…/pt2ch9.htm. Diakses 29-11-2002.

Lord, T. R. 2001. 101 Reasons for Using Cooperative Learning in Biology Teaching. The American Biology Teacher. 63(1) January 2001: 30-37.

Nur, M. dan Muclas, S. 1996. Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Depdikbud.

Nur, M., dan Wikandari, P. R. 2000. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Dekolah Universitas Negeri Surabaya.

Ommundsen, P. 2001. Problem-Based Learning in Biology With 20 Case Examples. (Online), (http://www.saltspring.com/capewest/pbl.htm. Diakses 27 maret 2003).

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. (2nd Ed.). Singapore: Allyn and Bacon.

Sujanam, R. 2002. Optimalisasi Pendekatan STM dengan Strategi Belajar Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Listrik Statis dan Dinamo Sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi dan Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas II SMU Negeri 1 Singaraja. Penelitian IKIP Negeri Singaraja (Tidak Dipublikasi).

Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning. hhtp://condor.admin.ccny.cuny.edu/-eg9306candy%20research.htm. Diakses 26 April 2003.

Tuckman, B. W. 1999. Conducting Educational Research. (5th Ed.). New York: Harcourt Brace College Publeshers.

Wang, H. C. A. 1998. Essential Components of Problem-Based Learning for the K-12 Inquiry Science Instruction. (Online), (http://searchyahoo. com/search?p=problem+based+learning. diakses 9 Maret 2003).

19