Upload
trantuyen
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU MEWARNAI
TENTANG POHON BAKAU UNTUK ANAK 6-8 TAHUN
DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT
MENTAWAI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
\
Oleh:
Mespin Zulian Samaloisa
NIM: 121134244
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU MEWARNAI
TENTANG POHON BAKAU UNTUK ANAK 6-8 TAHUN
DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT
MENTAWAI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
\
Oleh:
Mespin Zulian Samaloisa
NIM: 121134244
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu setia menyertai dan memberiku
kekuatan jasmani dan rohani.
2. Kedua orang tua tercinta: Bapak Mesta Samaloisa dan Ibu Nursi Berisigep,
yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus.
3. Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) yang telah memberikan
beasiswa dan perhatian kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas
Sanata Dharma.
4. Kakak Maria Nojalni Samaloisa yang telah memberikan dukungan dan
nesehat; Adek Holmestius Samaloisa dan Norpin Samaloisa yang selalu
mendukung dan menyemangati; Sahabat terdekat Florentina Nainggolan
yang selalu mendukung dan menyemangati.
5. Teman-temanku PGSD angkatan 2012 yang turut membantuku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Almamaterku: Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Berdoalah seperti segalanya bergantung kepada Tuhan.
Bekerjalah seperti segalanya bergantung kepadamu”.
(Santo Agustinus)
Non Scholae sed Vitae Discimus
“Berusahalah bukan hanya menjadi orang sukses, tetapi
juga bermanfaat”.
(Albert Eistein)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU MEWARNAI TENTANG
POHON BAKAU UNTUK ANAK 6-8 TAHUN DALAM KONTEKS
EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI
Mespin Zulian Samaloisa
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang diawali
dengan adanya potensi dan masalah terkait dengan kurangnya kesadaran
masyarakat Mentawai mengkonservasi pohon bakau. Masalah yang peneliti lihat
adalah adanya kebiasaan masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau
secara liar untuk bahan bangunan dan kayu bakar. Oleh sebab itu, peneliti
terdorong melakukan penelitian pengembangan prototipe buku mewarnai tentang
pohon bakau untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering masyarakat
Mentawai”.Tujuannya untuk menerangkan proses pengembangan dan
mendeskripsikan kualitas prototipe buku mewarnai.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan
(Research&Development). Penelitian ini menggunakan enam langkah R&D
menurut Sugyono yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data,
(3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba desain.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa prototipe buku
mewarnai dengan judul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Buku mewarnai
tersebut terdiri dari 14 kumpulan gambar-gambar pohon bakau dan berbagai jenis
ikan yang hidup di area pohon bakau yang diberi keterangan dengan
menggunakan bahasa Mentawai. Prototipe buku divalidasi oleh seorang validator
dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan. Hasil validasi adalah 51
(sangat baik) sehingga layak diujicobakan.
Uji coba dilakukan kepada 23 siswa di SDK St Fransiskus Sikabaluan. Uji
coba dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Hasil persepsi siswa seusai uji
coba adalah 86.9% siswa mengetahui bahwa pohon bakau yang tidak terawat
dapat menyebabkan terjadinya erosi, 93.3% siswa mengerti salah satu cara
memelihara pohon bakau adalah dengan tidak mencabutnya sembarangan, 95.6%
siswa menyadari tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar.
Kata kunci: pengembangan, buku mewarnai, empowering, pohon bakau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE PROTOTYPE DEVELOPMENT OF COLORING BOOK
ABOUT MANGROVES FOR 6-8 YEARS OLD CHILDREN IN
EMPOWERING CONTEXT OF MENTAWAI SOCIETY
Mespin Zulian Samaloisa
Sanata Dharma University
2016
This research is a research and development which is begun by the
potential and the problems related to the lack of awareness of Mentawai’s society
in conserving mangrove trees. The problem that the researcher found was the
society’s habit on doing mangroves illegal logging for building materials and
firewood. Therefore, the researcher is compelled to do a research on prototype
development coloring book about mangrove for 6-8 years old children on
empowering context of Mentawai community. This research is aimed to explain
the process of development and to describe the quality of prototype coloring book.
This type of this research is research and development research (Research
and Development). This research uses six R & D paces according to Sugyono that
includes: (1) the potential and the problems, (2) the data collection, (3) the product
design, (4)the design validation , (5) the design revision and (6) the products trial.
The purpose of this research is to produce of prototype coloring book entitled
“maintaining the mangroves palace in Mentawai”. The coloring book consists of
14 pictures of mangrove and various species of fish that live in the mangrove trees
area in which the explanations used are Mentawai Language. Prototype book was
validated by a validator whom master in marine science and fishery .The result of
validation was 51 ( very good) so it is feasible to be tried out.
The trial was done to 23 students in St. Francis Sikabaluan elementary
school. The trial was done both at home and outside the classroom. The result of
the students’ perception after the trial was 86.9 percent of the students know that
mangroves which are not maintained properly can cause the erosion. 93.3 percent
of the students understand that one of the ways to take care of the mangrove is by
not revoking wild. 95.6 percent of students are aware of the importance of loving
the environment.
Keywords: development, coloring books, empowering, mangroves
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PRA KATA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (TYME),
karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU MEWARNAI TENTANG
POHON BAKAU UNTUK ANAK 6-8 TAHUN DALAM KONTEKS
EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Peneliti menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga
untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
4. Wahyu Wida Sari, S.Si., M. Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk
membimbing peneliti dalam menyelesaikan skrispi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Seluruh dosen dan staff karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.
6. Antonius Samino, S.Ag selaku Kepala Sekolah SDK St.Fransiskus
Sikabaluan yang sudah mengijinkan peneliti dalam melakukan penelitian
demi terselesaikannya skripsi ini.
7. Para guru dan seluruh siswa-siswi SDK St.Fransiskus Sikabaluan yang sudah
meluangkan waktunya bersama peneliti saat mengikuti uji coba produk
skripsi ini.
8. Validator yang berkenan memvalidasi produk skripsi ini dengan memberikan
komentar dan saran demi perbaikan kualitas produk yang dikembangkan
peneliti.
9. Merpin Saogo dan Agustinus Aris, teman penelitian kolaboratif, yang sama-
sama berjuang serta saling menyemangati dan memberikan masukan sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) yang telah memberikan
perhatian, kasih sayang, dan cinta kepada peneliti selama studi di PGSD
Universitas Sanata Dharma.
11. Romo Madya Utama, SJ sebagai bapak rohani peneliti yang telah
mendampingi peneliti selama studi di PGSD Sanata Dharma.
12. Kedua orang tua tercinta (Bapak Mesta Samaloisa dan Ibu Nursi Berisigep)
yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang dengan tulus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
PRA KATA ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… ...... ……1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................ ……………………………..1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………. 6
1.5 Definisi Operasional ............................................................................. 7
1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ................................................. .. 8
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 10
2.1 Kajian Pustaka…………………………………………………………… 10
2.1.1 Kepulauan Mentawai ............................................................................... 10
2.1.1.1 Geografis Pulau Sikakap dan Pulau Sikabaluan .......................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Masyarakat Mentawai ....................... 12
2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai ..................... 14
2.1.2 Pohon Bakau sebagai
Salah Satu Sumber Hayati Kepulauan Mentawai ................................. 15
2.1.2.1 Definisi Pohon Bakau ................................................................ 15
2.1.2.2 Manfaat Pohon Bakau ............................................................... 17
2.1.2.3 Bahaya Pengikisan Pohon Bakau .............................................. 18
2.1.3 Pendidikan sebagai Sarana Empowering .............................................. 20
2.1.3.1 Pendidikan Empowering ............................................................ 20
2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran ............................................. 23
2.1.4 Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun .................................................. 25
2.1.4.1 Psikologis Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun ..................... 25
2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 6-8 Tahun ...................................... 28
2.1.5 Peran Media Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Arti Media .... 29
2.1.5.1 Pengertian Media ...................................................................... 29
2.1.5.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran ................................ 30
2.1.5.3 Macam-Macam Media .............................................................. 31
2.2 Penelitian yang Relevan………………………………………… .... …33
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 35
2.4 Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ………………………...…..……………38
3.1 Jenis Penelitian …. ...................................................................................... 38
3.2 Setting Penelitian ....................................................................................... 38
3.2.1 Tempat penelitian ............................................................................. 38
3.2.2 Subjek Penelitian ............................................................................. 39
3.2.3 Objek Penelitian ............................................................................... 39
3.2.4 Waktu Penelitian .............................................................................. 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3.3 Prosedur Pengembangan ............................................................................ 39
3.4 Uji Coba Produk ......................................................................................... 43
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................... 43
3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 51
3.7 Teknik Analisis Data .................................................................................. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 53
4.1 Hasil Penelitian …………………….. ........................................................ 53
1. Potensi dan Masalah ............................................................................. 53
2. Pengumpulan Data ............................................................................... 55
3. Desain Produk ...................................................................................... 62
4. Validasi Desain .................................................................................... 66
5. Revisi Desain ....................................................................................... 68
6. Uji Coba Produk ................................................................................... 69
a. Uji Coba Prototipe Buku di Sikabaluan ......................................... 69
b. Uji Coba di Sikakap ....................................................................... 71
4.1.2 Deskripsi Kualitas Prototipe Buku Mewarnai ...................................... 73
4.2 Pembahasan ………………………………………………………… .... 75
1. Prototipe Berisi Gambar-gambar Biota Laut yang Bergantung
pada Keberadaan Pohon Bakau ………………………... ..................... 77
2. Prototipe menjadi Sarana Pendidikan Cinta Lingkungan Hidup
Demi Masa Depan Mentawai yang Lebih Baik……………………. . 78
3. Prototipe Dikembangkan dalam Bentuk Buku Gambar yang
Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia 6-8 Tahun………………… . 80
4. Kelebihan dan Kekurangan Produk ………………………… ..... ……82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN………… ....... 84
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. .... 84
B. Keterbatasan …………………………………………………………. 85
C. Saran …………………………………………………………………. 86
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….....87
LAMPIRAN …… ............... ………………….………………………………90
RIWAYAT PENELITI . .............................................................................. 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru … . ……………. 44
Tabel 2. Lembar Pertanyaan untuk Guru ..................................................... 44
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak ............................ 45
Tabel 4. Pertanyaan Pra-Penelitian untuk Anak .......................................... 46
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Persepsi Siswa
Terhadap Kualitas Buku Mewarnai ............................................... 46
Tabel 6. Instrumen Penelitian Persepsi Siswa
Terhadap Kualitas Buku Mewarnai ............................................... 47
Tabel 7. Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru ..................................... 49
Tabel 8. Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak .................................... 50
Tabel 9. Skala Likert .................................................................................... 52
Tabel 10. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru. ................................. 56
Tabel 11. Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru .................. 57
Tabel 12. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak ................................. 58
Tabel 13. Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak ................. 59
Tabel 14. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru .......................... 60
Tabel 15. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru .................. 60
Tabel 16. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak ......................... 61
Tabel 17. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak................... 61
Tabel 18. Presentase Respon Guru dan Siswa
dalam Mengisi Kuesioner .. ......................................................... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel 19. Validasi Ahli Kelautan dan Perikanan ......................................... 66
Tabel 20. Pedoman Kelayakan Prototipe ..................................................... 67
Tabel 21. Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas
Buku Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”
untuk Anak Usia 6-8 Tahun .. ..................................................... 73
Tabel 22. Tabel Analisis Instrumen Persepsi Siswa Terhadap
Kualitas Buku .............................................................................. 75
Tabel 23. Hasil Rekapan Persepsi Siswa Terhadap
Kualitas Buku Mewarnai............................................................. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Bagan Penelitian yang Relevan… .............................................. 35
Gambar 2. Bagan Prosedur Pengembangan .. .............................................. 40
Gambar 3. Desain Cover Buku Mewarnai ................................................... 64
Gambar 4. Desain 14 Gambar dalam Buku Mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai” ................................. 65
Gambar 5. Perbaikan Gambar ...................................................................... 68
Gambar 6. Bakau Berakar Tunjang yang Khas di Mentawai....................... 69
Gambar 7. Kegiatan Mewarnai Buku di Dalam Kelas ................................. 70
Gambar 8. Kegiatan Belajar di Luar Kelas (Pantai) .................................... 71
Gambar 9. Kegiatan Mewarnai Gambar Jenis Biota Laut ………………...72
Gambar 10. Kegiatan Menanam Pohon Bakau ........................................... 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran (1) Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian
untuk Guru dan Anak……………………………………..1
Lampiran (2) Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ………….2
Lampiran (3) Lembar pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak ............... 8
Lampiran (4) Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru ...................... 10
Lampiran (5) Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak ...................... 12
Lampiran (6) Lembar Kuesioner Validasi Buku oleh
Ahli Kelautan dan Perikanan .......................................... 14
Lampiran (7) Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap
Kualitas Buku Mewarnai “Memelihara Istana
Bakau di Mentawai” untuk Anak Usia 6-8 Tahun ......... 16
Lampiran (8) Presensi Kehadiran Workshop “Empowering “
Masyarakat Mentawai dalam Konteks Ekologi,
Konservasi, dan Spritualitas ........................................... 25
Lampiran (9) Presensi Kehadiran Selebrasi Konservasi Mangrove ..... 27
Lampiran (10) Tabel Jadwal Penelitian .................................................. 29
Lampiran (11) Hasil Kegiatan Anak Saat Uji Coba Mewarnai Gambar 30
Lampiran (12) Foto Kegiatan Uji Coba di dalam Kelas ......................... 35
Lampiran (13) Foto Kegiatan di Luar Kelas ........................................... 38
Lampiran (14) Biodata Diri .................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah,
(3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang
diharapkan, dan (6) definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kabupaten Kepulauan Mentawai khususnya di Pulau Sikabaluan dan Sikakap
memiliki salah satu kekayaan alam yaitu ekosistem bakau yang tersebar di seluruh
pantainya. Selain itu, Mentawai merupakan sebuah daerah kepulauan yang hampir
sebagian besar bibir pantainya ditumbuhi dengan pohon bakau. Pada tahun 2007
dan 2010, terjadi gempa bumi dan bencana tsunami yang menyapu bersih semua
daerah di bibir pantai selatan kepulauan Mentawai. Tsunami yang terjadi pada
tahun 2007 dan 2010 menghancurkan daerah di sekitar pesisir pantai sehingga
banyak masyarakat yang meninggal dan kehilangan sumber daya alamnya. Hal
tersebut terjadi karena masyarakat di sekitar pantai kurang menyadari pentingnya
memelihara pohon bakau sehingga menjadi rentan terhadap tsunami.
Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai salah satu warga masyarakat dari
Sikakap melihat bahwa masyarakat di sana maupun di pulau-pulau lain (seperti di
Sikabaluan dan Siberut) kurang menyadari pentingnya mengkonservasi bakau.
Sekarang ini, ada banyak ekosistem bakau berada dalam kondisi sangat
memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena
ulah masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar
bakau terancam punah.
Mengatasi masalah ini, perlu ada kerja sama semua pihak baik di lingkungan
masyarakat maupun sekolah. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesatabilan
atau keseimbangan ekologi lingkungan perairan pantai sangat berpengaruh
terhadap kelestarian pohon bakau sehingga masyarakat khususnya anak-anak
perlu mendapatkan pendidikan tentang konsep konservasi yang mendidik anak
untuk mencintai lingkungan hidup.
Menurut Suryono (2013: 18) manfaat bakau bisa dibagi menjadi 3 bagian
yaitu dari segi fisik, biologis, dan ekonomis. Manfaat bakau dari segi fisik, untuk
menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya
erosi dan abrasi, serta menahan badai atau angin kencang dari laut. Manfaat bakau
dari segi biologis, yaitu sebagai tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-
ikan, kerang, kepiting dan udang; tempat berlindung, bersarang dan berkembang
biak berbagai burung dan satwa lain. Sedangkan manfaat bakau secara ekonomis
adalah bakau bermanfaat untuk dijadikan kayu bakar, arang, bahan bangunan,
bahan baku industri (pupl, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik).
Selain itu bakau juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk pembibitan ikan,
kerang, kepiting, serta tempat wisata, penelitian dan pendidikan.
Berdasarkan gagasan di atas, peneliti mencari data-data awal tentang
pemahaman guru dan anak usia 6-8 tahun di Sikabaluan tentang: (1) manfaat
bakau bagi masyarakat, (2) bahaya jika merusak pohon bakau, (3) upaya-upaya
yang sudah dilakukan untuk mengkonservasi pohon bakau, dan (4) sarana yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan (empowering) masyarakat
tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau. Caranya: peneliti membagikan
kuesioner kepada 23 anak kelas 1-3 SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan
Februari 2015. Peneliti mendapatkan data: 56.52% anak menjawab pohon bakau
yang tidak terawat dapat membahayakan kehidupan ikan-ikan, 69.57% anak
menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai
menjadi rusak, 73.91% anak menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat
dapat menyebabkan terjadinya erosi, 96.65% anak mengatakan bahwa perlu buku
panduan tentang cara memelihara pohon bakau supaya tidak rusak.
Kuesioner juga peneliti bagikan kepada 14 guru di SD St.Fransiskus
Sikabaluan pada bulan Februari 2015. Hasilnya adalah: 100% guru melihat
adanya kerusakan pohon bakau di sekitar pantai yang dilakukan oleh masyarakat
dengan cara menebang pohon bakau sembarangan, 92.86% guru mengetahui
kerusakan ekosistem bakau dapat menyebabkan terjadinya bahaya erosi dan
abrasi, 91.6 % guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara
meremajakan bakau, 83.3% guru menjawab jika mereka tidak pernah
mengajarkan tentang pentingnya memelihara pohon bakau kepada anak-anak, dan
100% guru menyadari bahwa mereka memerlukan buku panduan yang dapat
digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat pohon bakau.
Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti melakukan penelitian
pengembangan dengan menyusun prototipe berupa buku mewarnai berjudul
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Tujuannya menggugah kesadaran anak
di Mentawai agar bersedia merawat kelestarian pohon bakau (empowering) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menjadi salah satu kekayaan hayati kepulauan Mentawai. Prototipe buku yang
dikembangkan berupa buku mewarnai karena dapat dijadikan sebagai media
edukasi untuk membantu perkembangan anak pada usia 6-8 tahun yang sedang
berada pada tahap operasional kokret dan intuitif. Kekhasan anak pada tahap
tersebut menurut Piaget adalah mampu memperoleh pengetahuan secara simbolik
melalui media tertentu dalam memahami sesuatu. Prototipe buku mewarnai yang
dikembangkan peneliti dapat menjadi salah satu sarana untuk membantu siswa
memperoleh persepsi atau pengetahuan tentang manfaat dan pentingnya merawat
pohon bakau. Dengan demikian anak-anak tersebut diharapkan dapat menjadi
generasi pembaharu yang memiliki kebiasaan menjaga kelestarian pohon bakau.
Inilah konsep empowering (pemberdayaan) yang peneliti maksudkan untuk
merealisasikan ide dari Sastrapratedja (2013:14) tentang pentingnya pendidikan
yang membantu orang agar bertanggung jawab atas lingkungannya. Oleh sebab itu
penelitian ini berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai Tentang Pohon
Bakau untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks Empowering Masyarakat
Mentawai”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun dalam
konteks empowering masyarakat Mentawai?
1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau
di Mentawai” membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya
mencintai lingkungan sekitar (empowering).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembangan modul konservasi pohon bakau ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1 Menerangkan proses pengembangan prototipe buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun dalam
konteks empowering masyarakat Mentawai.
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana
Bakau di Mentawai” membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang
pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
1.4.2 Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang
positif dalam konteks pendidikan, khususnya untuk anak SD usia 6-8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
tahun di Sikabaluan dan Sikakap agar dapat memahami tentang pentingnya
mencintai lingkungan sekitar (empowering).
1.4.3 Manfaat Praktis
a. Peneliti
1.4.4 Penelitian ini dapat memberikan konfirmasi dan sumbangan pemikiran
kepada masyarakat Sikabaluan dan Sikakap di Kepulauan Mentawai agar
dapat mengkonservasi pohon bakau serta memahami tentang pentingnya
mencintai lingkungan sekitar (empowering).
b. Guru
Guru mendapatkan salah satu contoh berupa buku mewarnai agar dapat
menyadarkan anak usia 6-8 tahun (kelas 1-3 SD) untuk memelihara dan
merawat pohon bakau.
c. Anak
Anak usia 6-8 tahun (kelas 1-3) memiliki salah satu sumber buku
mewarnai tentang pentingnya memelihara pohon bakau dan mencintai
lingkungan sekitar (empowering).
1.5 Definisi Operasional
a. Prototipe
Prototipe/pro·to·ti·pe/ n model yg mula-mula (model asli) yg menjadi
contoh; contoh baku; contoh khas. Prototype adalah model atau simulasi
dari semua aspek produk sesungguhnya yang akan dikembangkan, model
ini harus bersifat representative dari produk akhirnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
b. Buku mewarnai
Buku mewarnai adalah buku yang digunakan sebagai media edukasi
untuk menambah pengetahuan anak kelas bawah dengan cara mewarnai
gambar.
c. Pohon Bakau
Pohon bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa dan daerah
pinggir tepi pantai yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi
oleh pasang-surut air laut
d. Anak usia 6-8 tahun
Perkembangan anak pada usia 6-8 tahun umumnya berada pada
tahap operasional kokret dan intuitif. Kekhasan anak pada tahap adalah
mampu memperoleh pengetahuan secara simbolik melalui media tertentu
dalam memahami sesuatu. Selain itu anak mampu memperoleh prinsip-
prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur
dan cara mengelompokkannya. Anak-anak pada usia 6-8 tahun dapat
memahami dan mengelompokkan objek-objek tertentu dengan cara yang
berbeda.
e. Empowering
Pendidikan yang dapat memberdayakan atau membantu orang agar
dapat mengambil tanggung jawab atas kehidupannya dalam mencintai
lingkungan sekitar dan tentang pentingnya merawat pohon bakau
(empowering).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
f. Pulau Sikabaluan dan Sikakap
Pulau Sikabaluan dan Sikakap merupakan dua pulau terbesar dari
Kepulauan Mentawai. Pulau Sikabaluan dan Sikakap merupakan daerah
kepulauan yang memiliki sumber kekayaan hayati seperti pohon bakau,
terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan. Kekayaan tersebut
menjadi sumber mata pencaharian masayarakat Mentawai pada umumya.
1.6 Spesifikasi Produk yang diharapkan
Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Prototipe berupa buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai”
2. Prototipe buku mewarnai terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 14
gambar, sumber kepustakaan.
3. Kata pengantar dalam prototipe buku berisi informasi tentang pohon
bakau
4. Prototipe buku tersebut terdiri dari 14 gambar dengan keterangan
berbahasa Mentawai di bawahnya. Ke- 14 gambar tersebut adalah
gambar: pohon bakau dewasa (bakat), pohon bakau muda, pohon bakau
kecil, ikan patcengau, ikan tuktukbekbek, ikan sikapla, ikan pamemelak,
ikan labo,ikan bue, ikan butekbaga, ikan peddeman, lagguk,tuktuk, dan
kopek.
5. Prototipe buku mewarnai dapat membantu anak mengekspresikan
kreativitas untuk mewarnai gambar dengan aneka macam warna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
6. Prototipe buku berisi refleksi yang mengugah kesadaran anak
(empowering) agar memiliki persepsi untuk mencintai pohon bakau yang
menjadi salah satu kekayaan hayati masyarakat Mentawai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka, (2) Penelitian yang Relevan dan
(3) Kerangka berpikir.
2.1 KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Kepulauan Mentawai
2.1.1.1 Geografis Pulau Sikakap dan Pulau Sikabaluan
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat dengan posisi geografis yang terletak di antara 0055’00’’–3021’00”
Lintang Selatan dan 98035’00”–100032’00” Bujur Timur dengan luas wilayah
tercatat 6.011,35 km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis,
daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Provinsi Sumatera Barat
oleh laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Selat
Mentawai serta sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia
(mentawaikab.bps.go.id).
Kondisi geografis kepulauan Mentawai yang kaya akan laut dan alamnya
membuat masyarakat Mentawai banyak yang menjadi petani, nelayan, pedangang,
dan berkebun. Petani dan peladang bekerja untuk mengolah hasil kebun, nelayan
bekerja untuk mengolah hasil laut, seperti memancing ikan, menyelam, dan budidaya
rumput laut, sedangkan pedagang bekerja untuk menampung semua hasil dari petani,
peladang, dan nelayan. Kehidupan ini menjadi ciri khas masyarakat Mentawai karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
keanekaragaman hayati yang tersedia mempermudah mereka untuk bertahan hidup
sesuai dengan kemampuannya.
Mentawai merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari beberapa puluh pulau.
Pulau yang paling besar ada tiga, yakni Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai
Utara dan Pulau Pagai Selatan. Di antara ketiga pulau tersebut, pulau yang paling
besar adalah Pulau Siberut dengan luas 4.480 km2. Sejak era otonomi daerah, pulau-
pulau Mentawai tidak lagi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman,
melainkan menjadi kabupaten tersendiri, yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai
dengan ibukotanya Tuapejat dan termasuk wilayah Provinsi Sumatra Barat.
Pulau Sikabaluan dan Sikakap merupakan daerah kepulauan yang memiliki
sumber kekayaan hayati seperti pohon bakau, terumbu karang, rumput laut, berbagai
jenis ikan. Kekayaan tersebut menjadi sumber mata pencaharian masayarakat
Mentawai pada umumya. Ekosistem pohon bakau dimanfaatkan untuk mencari
kepiting, memijah ikan-ikan kecil, dan berbagai kebutuhan hidup lainnya, seperti
kayu bakar, perabotan rumah, dll. Adanya terumbu karang yang masih terjaga
menjadi mata pencaharian khusus bagi para nelayan untuk mendapatkan ikan, gurita,
dan hasil laut lainnya yang bisa dijual. Sedangkan rumput laut biasanya
dibudidayakan di sekitar tepi pantai yang lautnya tenang yang terlindungi oleh
sekumpulan pohon bakau.
Kecamatan Sikakap terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi
Sumatera Barat berjarak 150 meter dari lepas pastai Pulau Sumatera. Desa Sikakap
sendiri mempunyai luas 202,3 Km2. Sejak lama Sikakap menjadi sebuah pusat kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bagi penduduk yang berada di kawasan Pagai Utara dan Selatan. Penduduknya
mayoritas Mentawai, Batak, Jawa, Flores, Nias, Minang, dan sejumlah kecil orang
kulit putih. Data Badan Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2014
menunjukkan bahwa jumlah penduduk berjumlah 9.544 jiwa
(pencerahnusantara.org).
2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Masyarakat Mentawai
Hidaya, Z. (1997: 182) mengemukakan bahwa masyarakat Mentawai dalam
keadaan asalnya hidup dalam kesatuan sosial ekonomi yang sederhana, berdasarkan
persamaan derajat, tidak ada kelompok pemimpin dan budak dikalangan mereka.
Tanah yang subur dan kaya akan alam membuat masyarakat Mentawai dengan mudah
mendapatkan makanan hasil ladang atau kebun dan hasil pantai. Pada zaman dahulu,
cara hidup masyarakat Mentawai adalah mengelompok pada pemukiman yang
disebut UMA. Namun sekarang khususnya di Sikakap, masyarakat sudah hidup
seperti kebanyakan orang pada zaman ini.
Secara tradisional, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Mentawai
menganut paham patrilinial, dimana interaksi sosial berpusat pada UMA (nama
rumah adat Mentawai) yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam lingkar budaya
Mentawai. Secara kosmologis, masyarakat Mentawai sangat dipengaruhi oleh cara
pandang dunianya (arat sabulungan) yang berdimensi religius yaitu menghormati
dunia atau yang makhluk hidup dan alam raya di sekitarnya yang memiliki kekuatan
gaib/roh (simagre). Oleh karenanya, manusia berkewajiban menjaga keserasian
hubungan antara roh dan jasa untuk terhindar dari penyakit. Dalam rangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menyeimbangkan roh dan raga tersebut, dilakukan upacara keagamaan pesta (punen)
atau puliaijat yang dipimpin oleh para pemimpin adat (sikerei). Jadi secara etnografis,
kehidupan masyarakat Mentawai sangatlah dekat dan bergantung pada alam karena
menganut sistem kepercayaan yang percaya terhadap benda-benda dan tumbuh-
tumbuhan dianggap mempunyai jiwa dan roh yang dapat berfikir seperti manusia
dan dipakai oleh masyarakat dalam bentuk larangan-larangan (tabu). Peneliti
melihat bahwa kedekatan dan ketergantungan masyarakat Mentawai terhadap alam
merupakan salah satu satu peluang yang baik untuk mengedukasi mereka tentang cara
mengkonservasi alam.
Kehidupan ekonomis masyarakat Mentawai masih menggantungkan diri
terhadap hasil ladang (kebun), bercocok tanam, nelayan, dan pedagang. Masyarakat
yang bekerja sebagai nelayan cenderung menjadikan ekosistem pohon bakau sebagai
tempat mata pencaharian mereka untuk mencari kepiting, memancing ikan, dan
sebagian ada yang membudidayakan rumput laut. Kepiting, ikan-ikan, dan rumput
laut yang mereka dapatkan kemudian dijual kepada pedagang. akan tetapi juga dapat
diolah sendiri (khususnya rumput laut).
Masyarakat yang menjadi petani, setiap hari bercocok tanam untuk
menghasilkan sagu, keladi, ubi-ubian yang menjadi makanan pokok penduduk
Mentawai. Meskipun sekarang ada sebagian masyarakat yang mengolah lahan
pertanian untuk menanam padi.
Selain menjadi nelayan dan petani, sebagian masyarakat Mentawai ada yang
berdagang. Pedagang ini biasanya menampung hasil para nelayan, petani, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
masyarakat yang melakukan jual beli kebutuhan. Nelayan, petani, dan pedagang
merupakan pekerjaan sehari-hari namun mereka belum bisa mengembangkan profesi
ini secara maksimal karena keterbatasan pengetahuan dan banyak masyarakat yang
tingkat pendidikannya masih rendah.
2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai
Latar belakang pendidikan masyarakat Mentawai secara umum masih berada
di tingkat yang rendah. Sebelum masuknya pengaruh kebudayaan luar pada setengah
abad yang lalu masyarakat Mentawai masih hidup dalam taraf peradaban neolitik.
Mata pencaharian utama mereka adalah meramu sagu dan berburu. Setiap anak laki-
laki sejak kecil sudah diajarkan untuk berburu sehingga kelak ketika sudah dewasa
setiap anak laki-laki tersebut mengetahui cara berburu yang baik (Hidaya, 1997: 182).
Dengan latar belakang budaya seperti ini, pendidikan bukan hal yang menjadi
prioritas. Orang tua cenderung tidak mengijinkan anak-anaknya bersekolah karena
bagi para orangtua berburu lebih penting dari pada bersekolah.
Di beberapa kampung ada beberapa orangtua yang sampai saat ini masih buta
huruf. Jika disimpulkan bahwa para orangtua yang hidup di desa-desa pada umumnya
hanya sekolah dari kelas 1-5 SD atau paling tinggi tamat SD. Tingkat pendidikan
yang rendah membuat mereka tidak berkompeten dalam mengelola kekayaan hayati
yang ada di kepulauan Mentawai. Buktinya adalah mereka yang menjadi petani hanya
sekedar mengetahui menanam dan memanen, yang menjadi nelayan hanya tau
memancing, membom tanpa mengetahui akibat dari tindakannya, dan sebagian dari
pedagang mengeksploitasi bakau dengan menjualnya sebagai perabot rumah dan kayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bakar. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah ini sangat memprihatinkan
karena mereka tidak bisa merawat bakau dan sebagian kekayaan hayati lainnya.
Peneliti berupaya menumbuhkan kesadaran para orang tua tentang pentingnya
anak-anak mengenyam pendidikan. Selain itu, peneliti juga menghendaki agar anak-
anak dapat merawat bakau sebagai salah sayu kekayaan hayati di Mentawai.
Masyarakat di Mentawai khususnya anak-anak perlu mendapatkan pendidikan yang
layak dan baik agar mereka mendapatkan pemahaman mengenai alam, laut, dan
lingkungan sekitar khususnya pohon bakau yang saat ini banyak mengalami
keusakan.
2.1.2 Pohon Bakau sebagai Salah Satu Sumber Hayati Kepulauan Mentawai
2.1.2.1 Definisi Pohon Bakau
Pohon bakau adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau atau
individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang
surut. Hutan bakau juga dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di
daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang
tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Pohon bakau (mangrove) biasa ditemukan
di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara 32 Lintang Utara dan 38
Lintang Selatan (Suryono, 2013: 56).
Pohon bakau (mangrove) merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas
flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara
batas air pasang dan surut. Selain itu, pohon bakau (mangrove) tumbuh subur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
luas di daerah delta dan aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar. Bakau
merupakan istilah yang sering dipakai untuk tumbuhan mangrove secara keseluruhan,
namun nama ilmiahnya sendiri dari bakau adalah Rhizophora sp. Saputro et Al.
(Suryono, 2013) mengatakan bahwa mangrove atau bakau adalah sekelompok
tumbuhan, terutaman golongan halopit yang terdiri dari beragam jenis, dari suku
tumbuhan yang berbeda-beda tetapi mempunyai persamaan dalam hal adaptasi
morfologi dan fidiologi terhadap habitat tumbuhannya dan genangan pasang surut air
laut yang mempengaruhinya. Pengertian tersebut hampir sama dengan pendapat
Purnobasuki (2005) yang mengatakan bahwa mangrove adalah vegetasi hutan yang
tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang
dipengaaruhi oleh arus pasang surut air laut dan juga tumbuh pada pantai karang atau
daratan terumbu karnag yang berpasir tipis atau pada pantai berlumpur.
Ciri-ciri lingkungan hutan mangrove adalah:
a. Tumbuh pada daerah yang memiliki jenis tanah berlumpur, berlempung atau
berpasir,
b. Tergenang air laut atau air payau secara teratur,
c. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.
Pohon bakau (mangrove) merupakan salah satu ekosistem yang khas dan unik.
Tumbuhan-tumbuhan di ekosistem ini mempunyai akar yang berbeda dengan
tumbuhan-tumbuhan di darat. Pohon bakau sendiri terbagi menjadi 3 yaitu pohon
bakau kecil (bakat sigoisok dalam bahasa Mentawai), pohon bakau muda dan pohon
bakau dewasa/tua. Biasanya pohon bakau kecil dimanfaatkan sebagai bibit karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
akarnya yang masih kecil sehingga mudah untuk dicabut dan dipindahkan ke tempat
lain. Sedangkan pohon bakau muda dan tua yang memiliki akar kuat berfungsi
sebagai peredam hantaman gelombang dan ombak. Kekuatan angin dan badai dahsyat
akan berkurang ketika mencapai ekosistem pohon bakau yang memiliki hutan lebat
(Gufran, 2012: 65). Jadi, pohon bakau (mangrove) perlu dijaga dan dirawat agar
dapat tumbuh besar sehingga bisa melindungi pantai dari hantaman gelombang
(tsunami) dan ombak.
2.1.2.2 Manfaat Pohon Bakau
Tumbuhan pohon bakau selalu hijau dan terdiri dari bermacam-macam
campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk kepentingan rumah tangga
(rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas, arang).
Beberapa manfaat dari pohon bakau menurut Suryono (2013: 71) adalah
sebagai berikut:
a. Peredam gelombang dan badai, pelindung abrasi, serta penahan lumpur dan
sedimen,
b. Menghasilkan serat untuk keset dan bahan bangunan (kayu),
c. Menyediakan bahan baku untuk makanan, minuman, obat-obatan dan
kosmetik,
d. Menghasilkan bahan kimia: arang, bahan pewarna kain, retenone (bahan
semacam racun yang digunakan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain
yang tidak dikehendaki), tanin, flavonoid (senyawa yang dapat mencegah
serangan jantung dan kanker), gula alkohol, asam asetat, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
e. Menghasilkan madu, kepiting, udang, tiram, kerang-kerangan dan ikan serta
makanan bagi binatang. Pohon bakau (mangrove) juga merupakan tempat
terbaik bagi budidaya ikan air payau dalam keramba.
f. Memberikan tempat tumbuh untuk udang dan ikan yang berimigrasi ke area
pohon bakau (mangrove) ketika muda, dan kembali ke laut ketika mendekati
usia matang seksual. Selain itu udang karang dan ikan yang bereproduksi di
hulu sungai (freshwater upstream) dan bermigrasi pada masa mudanya karena
makanan berlimpah di daerah pohon bakau (mangrove).
g. Sebagai tempat hidup jenis ikan dan kerang, seperti patcengau,
tuktukbekbek,sikapla, pamemelak, labo,bue, butekbaga, peddeman,
lagguk,tuktuk, dan kopek (diterjemahkan dalam bahasa Mentawai)
h. Sebagai tempat wisata
Jadi, Pohon bakau memiliki nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan keberlangsungan hidup biota laut.
2.1.2.3 Bahaya Pengikisan Pohon Bakau
Bahaya pengikisan pohon bakau bagi pantai merupakan sebuah bencana bagi
masyarakat yang hidup di daerah tepi pantai khususnya bagi pantai itu sendiri dan
biota laut. Melihat dari fungsinya pohon bakau (mangrove) memiliki manfaat untuk
menghindari bahaya pengikisan pohon bakau seperti berikut ini:
a. Bagi Pantai
Suryono (2013:19) mengungkapkan bahwa secara fisik pohon bakau
(mangrove) berfungsi untuk menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat
pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang
mangrove dari hempasan dan gelombang serta angin kencang. Jika terjadi pengikisan
pohon bakau maka perlahan-lahan pantai akan terkikis habis, erosi yang gampang
terjadi, dan daerah yang berada di belakang mangrove akan terkena hempasan
gelombang dan angin kencang.
b. Bagi Biota Laut
Hutan bakau (mangrove) merupakan habitat alami bagi berbagai biota laut.
Seperti udang, berbagai jenis ikan dan sejenisnya. Karenanya, sangat keliru jika ada
yang dengan sengaja menebang hutan mangrove untuk tujuan memperluas tambak
karena tindakan tersebut dapat merusak kelestarian biota-biota laut.
Naamin (Suryono, 2013: 21) mengungkapkan bahwa kerusakan pohon bakau
(mangrove) akan berdampak pada penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang
ditangkap, seperti jenis ikan (patcengau, tuktukbekbek,sikapla, pamemelak, labo,bue,
butekbaga, peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek) menjadi langkah/sulit didapat dan
jenis ikan menjadi hilang atau tidak pernah lagi tertangkap. Selain itu hasil laporan
Amala (2004) dalam Suryono (2013:22) menyatakan bahwa rusaknya ekosistem
pohon bakau (mangrove) menyebabkan berkurangnya secara nyata kelimpahan
kepiting bakau (Scylla serrata).
c. Mencegah Tsunami
Keberadaan pohon bakau (mangrove) dapat memperkecil gelombang tsunami
yang menyerang daerah pantai. Istiyanto, Utomo dan Suranto (2003) dalam Suryono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(2013: 20) menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizipora) memantulkan,
meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam
perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut. Data
pasca tsunami 26 Desember 2004 yang melanda Asia dengan pusat di pantai barat
Aceh terdapat fakta bahwa hutan bakau (mangrove) yang kompak mampu melindungi
pantai dari kerusakan akibat tsunami. Demikian juga hal sama dijumpai pada
kawasan pantai dengan hutan pantai yang baik akan mampu meredam dampak
kerusakan tsunami (WIIP, 2005).
2.1.3 Pendidikan sebagai Sarana Empowering
2.1.3.1 Pendidikan Empowering
Kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan dalam bahasa indonesia
menjadi pemberdayaan dan memberdayakan. Menurut Merriam Webster dan Oxfort
English Dictionery (Prijono & Pranarka, 1996:3) mengandung dua pengertian yaitu:
pengertian pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti
to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain.
Sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan
kemampuan atau keberdayaan.
Pendidikan menurut Rechey (Syam, 2003:3-4) dalam bukunya, Planing for
Teaching, an Introduction, menjelaskan bahwa pendidikan adalah:
“The term education refers to the broad function of preserving the life
of the group through bringing new members into its shared concern.
Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
is an essensial social activity by which cummunities continue to exist. In
complex communities, this function is specialized and institutionalized in
formal education, but there is always the education outside the school with
which the formal process in related”.
(Prof. Richey dalam bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to
Education’ menjelaskan Istilah ‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga
masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung
jawabnya di dalam masyarakat). Definisi pendidikan menurut Rechey sependapat
dengan Syam (2003: 4) yang mengemukakan bahwa proses pendidikan jauh lebih
luas dari pada proses yang berlangsung di sekolah sehingga pendidikan merupakan
suatu aktivitas sosial penting yang berfungsi untuk mentransformasikan keadaan
suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Pendidikan empowering menurut Sastrapratedja (2013: 14) pemberdayaan
atau empowerment dapat diartikan sebagai kekuatan atau keberdayaan. Dalam istilah
powerment, power diartikan sebagai 1) daya untuk berbuat (power to), 2) kekuatan
bersama (power-with), dan kekuatan dari dalam (power-within).Power-to adalah
kekuatan yang kreatif, yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu. Hal ini
merupakan aspek individual dari pemberdayaan, yaitu membantu orang agar ia
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, bekerja
dan membangun berbagai keterampilan dan pengetahuan.
Pendidikan empowering menurut jurnal yang berjudul ”Does Education
Empower Women? Evidence from Indonesia” adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
“Education may increase women’s bargaining power within their
households because it endows them with knowledge, skills, and resources to
make life choices that improve their welfare (Duflo, 2012; Lundberg &
Pollak, 1993). Estimation of the effects of education on empowerment,
however, is difficult because women’s preferences, family background, and
community characteristics that affect both education and empowerment may
be unobserved”.
Duflo (Lasibani & Kamal, 2010) menyatakan bahwa pendidikan dapat
meningkatkan kekuatan perempuan dalam rumah tangga mereka karena dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya mereka mampu untuk membuat pilihan
hidup yang meningkatkan kesejahteraan mereka. Perkiraan efek pendidikan
pemberdayaan sulit karena preferensi perempuan, latar belakang karakteristik
keluarga, dan masyarakat yang mempengaruhi baik pendidikan dan pemberdayaan
mungkin tidak teramati . Jika karakteristik teramati berkorelasi dengan pendidikan
dan pemberdayaan perempuan, perkiraan paling biasa persegi efek pendidikan akan
menjadi biasa.
Kesimpulan dari definisi tersebut, peneliti menyimpulkan pengertian
pendidikan tersebut dalam paradigma pendidikan sebagai humanisasi yang ditulis
oleh Sastrapratedja bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membantu
membangun power-with, kekuatan bersama, yaitu agar peserta didik membangun
solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama.
Dapat dikatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk menciptakan suatu caring
society, suatu komunitas persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua
pihak. Yang lebih penting lagi adalah bahwa pendidikan bertujuan membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
power-within, yaitu kekuatan spritual yang ada dalam diri peserta didik. Power-within
inilah yang membuat manusia lebih manusiawi karena disitu dibangun harga diri
manusia dan penghargaan terhadap martabat manusia dan nilai-nilai yang mengalir
dalam martabat itu.
2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari pengertian ini tersirat bahwa
dalam pembelajaran itu adanya dua hal yaitu adanya aktivitas individu siswa dan
adanya lingkungan yang dikondisikan secara khusus untuk mengarahkan aktivitas
siswa.
Aktivitas belajar siswa tidak hanya berpaku pada lingkungan sekolah atau di
dalam kelas tapi juga di lingkungan luar sekolah. Bagi anak-anak, alam yang
terbentang adalah semesta bermain dan belajar (Farida, et al. 2012). Lingkungan
sekolah bukan satu-satunya tempat belajar anak. Dengan melangkah ke luar kelas,
bahkan keluar sekolah, pengalaman dan pengetahuan anak-anak akan berkembang
lebih luas. Di luar kelas, anak-anak memiliki kesempatan yang lebih bervariasi untuk
mengikuti berbagai petualangan belajar yang mengandung nilai filosofis, teoritis, dan
praktis. Dapat kita pahami bahwa dalam proses pembelajaran merujuk pada segala
peristiwa (events) yang bisa memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada
manusia (Kurniawan, 2014:27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pembelajaran yang berkutat di kelas dan lingkungan sekolah secar terus
menerus bisa membosankan bagi anak-anak. Petualangan yang terbuka akan
memantikkan kegembiraan, menghidupkan semangat, dan membuat belajar lebih
menyenangkan. Outdoor learning efektif untuk pengembangan karakter dan wawasan
anak, karena merupakan miniatur dari kehidupan yang sesungguhnya sesuai dengan
konsep pemberdayaan (empowering) dalam upaya perubahan dan pertumbuhan dalam
diri peserta didik dan perilaku yang tidak selalu mengutamakan perkembangan
kognitif semata tetapi kepada peningkatan kemampuan individual untuk membentuk
atau mengorganisir terus menerus hubungannya dengan dunia internal dan eksternal.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas adalah
conseravtion scot: program pengenalan konservasi lingkungan pada anak
(conservation scot) pernah dilakukan oleh Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) kepada anak-anak usia dini dan sekolah dasar (3-12 tahun). Tujuan dari
program ini adalah untuk menanamkan pendidikan karakter cinta lingkungan pada
anak-anak. Davis (1998) dalam Sari, W (2014:34) menuliskan bahwa hubungan
antara anak dengan alam sekitarnya merupakan landasan yang penting untuk
membangun hubungan yang baik antara manusia dengan alam. Secara alami, anak
adalah penjelajah alami. Mereka mengobservasi dan meneliti lingkungan di sekitar
mereka secara alami dan belajar darinya (learning by doing).
Kegiatan menanam bakau dan conseravtion scot merupakan kegiatan
pembelajaran empowering yang bertujuan untuk menanamkan sikap atau karakter
cinta lingkungan kepada anak-anak sebagai generasi peduli lingkungan sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menanam bakau merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran kepada
anak-anak betapa pentingnya menjaga dan melestarikan pohon bakau untuk
kelangsungan hidup semua mahkluk hidup.
2.1.4 Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
2.1.4.1 Psikologis Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
Piaget (Suparno, 2001:25) berpendapat bahwa pemikiran kanak-kanak
berbeda pada masing-masing tingkatan. Ia membagi perkembangan pemikiran kanak-
kanak menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotorik, tahap praoperasional konkret,
tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Setiap tahap tersebut
mempunyai tugas perkembangan kognitif yang harus diselesaikan. Penelitian ini akan
fokus membahas tentang tahap praoperasioanal konkrit sesuai dengan anak usia 6-8
tahun.
Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu praoperasional dan intuitif
Piaget mengatakan bahwa anak pada tahap praoperasional konkret berada diantara
usia 2 -7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada tahap praoperasional konkret (usia
2-4 tahun) adalah pada penggunaan simbol dan mampu menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Dalam
mengembangkan prototipe buku mewarnai, peneliti mengasah kemampuan bahasa
anak dengan memberikan keterangan setiap gambar menggunakan bahasa Mentawai.
Tujuannya adalah agar anak-anak mampu memahami bahasa Indonesia dan Mentawai
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Sedangkan pada tahap intuitif ini menjadi langkah mulai berkembangnya
konsep-konsep intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun) dan anak telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Pada penelitian ini,
prototipe buku mewarnai merupakan media yang peneliti gunakan untuk
mengembangkan pengetahuan anak terhadap manfaat pohon bakau dan pentingnya
memelihara pohon bakau dan lingkungan sekitar.
Oleh sebab itu, penelitian ini dikategorikan pada tahap praoperasional konkrit
dan intuitif karena pada tahap tersebut anak dapat memahami dan menggambarkan
suatu konsep melalui media gambar. Melalui gambar, anak-anak dapat memahami
pesan yang ingin disampaikan.
Adapun karakteristik tahap ini adalah :
1. Anak dapat mengelompokkan beberapa objek meskipun kurang
disadarinya.
2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang
lebih kompleks.
3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti
terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya
sehingga anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama
meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
Maria Montessori (Gerald, 2011) berpendapat bahwa usia kisaran 3-8 tahun
merupakan periode sensitive atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak
terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk
periode selanjutnya. Masa-masa sensitif anak pada usia ini menurut Montessori
mencakup sensitivitas terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan
dengan lidah dan tangan, berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail,
serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini
periode sensitifitas anak diolah melalui kegiatan mewarnai dan menggambar. Selain
itu dalam mengeksplorasi lingkungan dengan tangan dan berjalan, peneliti mengajak
anak-anak untuk melihat dan menanam secara langsung pohon bakau di tepi pantai.
Masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, serta
merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and
malleable phase of human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai
masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan
fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah
terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi
seseorang (karakter).
Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengembangkan prototipe buku
mewarnai tentang pohon bakau untuk menyadarkan anak-anak tentang pentingnya
memelihara pohon bakau dan membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya
mencintai lingkungan sekitar (empowering).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 6-8 Tahun
Erikson (Nuryanti, 2008: 25) menyatakan delapan tahap perkembangnan
Psikologi Sosial Anak yang dimana pada usia sekolah dasar anak usia tersebut berada
pada tahap empat yaitu Industry vs. Inferiority (Tekun vs. Rasa rendah diri). Tahap ini
dilalui ketika anak berusia sekitar 6 sampai 12 tahun. Pada tahap ini anak-anak
mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti: (a) berhubungan dengan teman
sebaya berdasar pada aturan-aturan tertentu dan (b) berkembang dari pola bermain
yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerjasama
kelompok. Peneliti melihat bahwa pada usia 6-8 tahun anak-anak dapat
mengembangkan aspek-aspek sosial kehidupan mereka melalui kerja sama kelompok,
yakni memiliki kesadaran untuk memelihara pohon bakau dan peduli terhadap
lingkungan sekitar (empowering).
Anak-anak yang berhasil melalui tahap ini akan menjadi anak yang memiliki
rasa percaya dan rasa aman yang tinggi dan memiliki inisiatif. Kesempatan inilah
yang menginspirasi peneliti mengembangkan prototipe buku mewarnai yang
memberikan dorongan bagi anak Mentawai, mengarahkan rasa percaya dan rasa aman
serta inisiatif yang tinggi untuk melindungi kekayaan alamnya seperti pohon bakau.
Selain itu, anak usia sekolah dasar masih sangat mudah dibentuk pola pikir dan
karakter akan cinta terhadap lingkungan. Seperti yang dinyatakan oleh J. Piaget dan
L. Kohlberg (Gunarsa & Yulia, 2008: 69) bahwa anak usia 6-12 tahun mengalami
tahap perkembangan moral secara teratur mulai dari kosep ‘tingkah laku baik’
sebagai suatu tindakan yang khusus seperti ‘patuh pada ibu’ dilanjutkan tahap konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
selajutnya ‘mencuri adalah salah’ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan
kehormatan.
Peneliti melihat bahwa pada usia 6-8 tahun anak memiliki kemampuan yang
cepat beradaptasi dengan lingkungan bermain, mudah mengikuti pola dinamika
belajar yang menyenangkan sehingga dapat memungkinkan anak-anak juga senang
dengan hal-hal yang berbau cerita dan mewarnai gambar. Pada masa ini, anak-anak
juga memiliki dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai
baik oleh orang lain salah satunya adalah menanam pohon bakau.
2.1.5 Peran Media Pembelajaran Dalam Konteks Pendidikan Arti Media
2.1.5.1 Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011:3). Menurut
Gerlach & Ely (Arsyad, 2009), media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan menurut Criticos
(Daryanto, 2011: 4) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Ena, 2001). Pembelajaran adalah proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Jadi dapat dikatakan bahwa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan
pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapaat dipergunakan sebagai media, diantaranya
adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gamabr bergerak atau tidak, tulisan
dan suara yang direkam.
2.1.5.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Tujuan dan manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran untuk:
a. Mempermudah proses pembelajaran di kelas,
b. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,
c. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar,
d. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun khusus
sebagai alat bantu pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar. jadi manfaat
media pembelajaran adalah:
a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar,
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat dipahami
pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan
pengajaran dengan baik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
c. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak
bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga,
d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari pengajar tetapi bisa melakukan
pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain
2.1.5.3 Macam-macam Media
Setelah mengetahui tujuan dan manfaat media pembelajaran, alangkah baiknya
kita juga perlu mengetahui media apa yang bisa digunakan untuk bisa menarik
perhatian siswa dan menumbuhkan semangat belajar mereka. Media yang digunakan
pun harus berdasarkan kriteria siswa yang diajarkan. Dalam konteks ini, media yang
baik digunakan untuk anak kelas 1-3 SD dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Gambar dan Lukisan
Gambar atau lukisan yang berwarna menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa
usia 6-8 tahun karena menggambar dan melukis merupakan kegiatan yang sangat
menyenangkan bagi anak kecil. Dengan menghadirkan media ini anak-anak akan
mengekspresikan jiwanya dengan bebas dalam bentuk coretan-coretan yang
mungkin bagi orang dewasa tidak mempunyai arti. Dalam tahap ini anak-anak
dengan bebas melakukan sesuatu berdasarkan imajinasinya. Mereka juga belajar
mengendalikan tangan, mengkoordinasikan pikiran, mata dan tangan serta
mengekpresikan diri melalui seni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Menggunting dan menempel
Menggunting dan menempel merupakan salah satu kegiatan yang menarik
bagi anak kecil. Kegiatan ini dapat merangsang kreativitas anak dalam memilih
dan menyusun apa yang sedang diguntingnya, seperti potongan huruf, dan lain-
lain.
3. Poster
Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu, tetapi
mampu pula untuk memengaruhi dan memotivasi tingkah laku yang orang yang
melihatnya. Poster adalah gambar dengan ukuran besar dan memberi tekanan
pada satu atau dua ide pokok yang divisualisasikans ecara sederhana dan jelas.
4. Menjiplak
Menggambar dengan cara menjiplak adalah kegiatan yang cukup
menyenangkan dan mengundang rasa keingintahuan anak. Ia akan merasa senang
bila bisa membuat gambar, yang rumit sekalipun, mirip atau serupa dengan
aslinya. Ini akan membangkitkan keinginannya untuk terus mencoba menjiplak
semua gambar-gambar yang diinginkannya. Sama halnya dengan mewarnai, juga
merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak. Dalam kegiatan
mewarnai anak-anak belajar untuk memadukan warna dengan gambar sesuai
dengan yang mereka lihat sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
5. Mewarnai
Mewarnai merupakan kegiatan memberi warna pada suatu media tertentu atau
pada media bergambar. Mewarnai merupakan suatu keterampilan yang disukai
oleh anak, khususnya anak-anak usia 3-9 tahun sebab mewarnai menjadi media
bagi mereka untuk menuangkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal
yang mungkin pernah disentuh atau yang mereka alami (Niluh, 2010).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media berupa buku mewarnai
karena dapat dijadikan sebagai media edukasi untuk membantu perkembangan
anak pada usia 6-8 tahun yang sedang berada pada tahap operasional kokret dan
intuitif. Kekhasan anak pada tahap tersebut menurut Piaget adalah mampu
memperoleh pengetahuan secara simbolik melalui media tertentu dalam
memahami sesuatu. Prototipe buku mewarnai yang dikembangkan peneliti dapat
menjadi salah satu sarana untuk membantu siswa dalam memperoleh persepsi
atau pengetahuan tentang manfaat dan pentingnya merawat pohon bakau
2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu :
Pertama, penelitian yang berjudul “Konservasi Hutan Mangrove sebagai
Ekowisata”, yang ditulis oleh Edi Mulyadi, Okik Hendriyanto, Nur Fitriani (2009)
dalam Jurnal Teknik Lingkungan FTSP UPN Veteran, Jawa Timur. Penelitian ini
diutarakan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun strategi
pengembangan dan pengolahan hutan mangrove di Sungai Wain Balikpapan melalui
konsep ekowisata berdasarkan 3 (tiga) aspek yaitu: aspek teknis (jenis mangrove,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pola dan teknik penanaman mangrove), aspek sosial (jumlah dan kepadatan
penduduk, peran serta dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan hutan
mangrove), aspek kelembagaan (dukungan Pemerintah Kota Balikpapan, dukungan
Peraturan Perundangan, Partisipasi BLH, dan kalangan Perguruan Tinggi) dengan
tujuan untuk membentuk suatu kepedulian masyarakat dan unsur ekowisata dalam
upaya rehabilitasi mangrove.
Kedua, Penelitian ini berjudul “Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu Karang
untuk Anak Sekolah Dasar di Bali melalui Desain Komunikasi Visual” yang ditulis
oleh Kadek Karina Kurniawan (Kurniawan, 2013). Dalam penelitian ini dibahas
bahwa tujuannya adalah bagaimana menciptakan media komunikasi visual yang
membantu anak dalam proses edukasi. Pentingnya desain panduan praktikum yang
menarik perhatian anak serta mempermudah anak lebih memahami apa yang dia
pelajari dan juga terjadi sebuah konsep belajar yang “fun” yang biasa di sebut dengan
education with fun. Konsep terseebut merupakan penggambaran dari proses edukasi
atau pembelajaran untuk anak dengan cara menyenangkan sehingga komunikasi
berjalan efektif.
Berdasarkan dua penelitian tersebut, peneliti mendapatkan inspirasi: (1) berkaitan
dengan penelitian yang menghasilkan modul strategi pengembangan dan pengolahan
hutan mangrove di sungai Wain Balikpapan melalui konsep ekowisata, peneliti
mendapat masukan tentang pentingnya membangun kepedulian terhadap lingkungan
mangrove. (2) Dari penelitian tentang desain komunikasi visual yang menarik dan
menyenangkan anak sehingga memotivasi anak dalam memahami terumbu karang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
peneliti mendapatkan inspirasi untuk membuat suatu desain pembelajaran berupa
buku mewarnai. Apabila dibuat dalam bentuk skema, maka konsepnya adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Ide dari Edi Mulayadi, dkk tentang strategi pengembangan hutan mangrove
dan dari Kadek Karina Kurniawan tentang menciptakan media komunikasi visual
dalam proses edukasi terumbu karang, menginspirasi peneliti untuk mengembangkan
prototipe buku mewarnai. Prototipe yang peneliti kembangkan berupa buku mewarnai
Penelitian II
Kadek Karina Kurniawan
Penelitian I
Edi Mulyadi,dkk
Strategi Pengembangan
Mangrove: Ekowisata
Menghasilkan modul strategi
pengembangan dan pengolahan
hutan mangrove di sungai Wain
Balikpapan melalui konsep
ekowisata.
Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai tentang Pohon Bakau
untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks “Empowering” Masyarakat
Mentawai.
Menciptakan media
komunikasi visual:
Edukasi terumbu karang
Menghasilkan desain komunikasi
visual yang menarik dan
menyenangkan anak sehingga
memotivasi anak dalam memahami
terumbu karang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dengan judul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Prototipe buku tersebut dapat
dijadikan sarana pembelajaran (baik di dalam maupun di luar kelas) untuk
menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau yang
menjadi salah satu kekayaan hayati kepulauan Mentawai.
Masyarakat Mentawai mempunyai tingkat pendidikan yang cukup rendah.
Melihat dunia pendidikan di Mentawai khususnya di tingkat SD yang masih rendah,
minimnya bahan ajar salah satunya buku, dan minimnya media pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam mengajar, maka sebagai calon guru ikut menyumbangkan
pemikiran untuk menyediakan salah satu media buku mewarnai karena buku
merupakan media yang penting untuk belajar. Media buku gambar itu penting karena
anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara
untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata (berkaitan dengan imajinasi).
Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh data dari kuesioner pra penelitian
yang dibagikan kepada 14 guru dan 23 anak di SDK St.Fransiskus Sikabaluan,
menunjukkan bahwa pohon bakau di Mentawai saat ini dalam kondisi yang sangat
memprihatinkan dimana banyak ditemukan pohon bakau yang mengalami kerusakan
akibat ulah manusia maupun secara alami karena gempuran ombak. Kerusakan itu
terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar
yang mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau
punah. Selain itu masyarakat pun melakukan eksploitasi terhadap bakau dengan
tujuan untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan lain-lain yang menyebabkan terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pergeseran garis pantai sehingga dapat menyebabkan abrasi, habitat biota laut yang
terancam, dan potensi bahaya terhadap tsunami.
Hal tersebut membuat peneliti menjadi prihatin sehingga peneliti terdorong untuk
menyusun prototipe buku berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai
Tentang Pohon Bakau Untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks Empowering
Masyarakat Mentawai”. Prototipe yang peneliti susun berupa buku mewarnai
berjudul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” terdiri dari empat belas gambar
dengan keterangan berbahasa Mentawai di bawahnya. Ke- 14 gambar tersebut adalah
gambar: pohon bakau dewasa (bakat), pohon bakau muda (simatuak), pohon bakau
kecil (bakat sigoisok), ikan patcengau, ikan tuktukbekbek, ikan sikapla, ikan
pamemelak, ikan labo,ikan bue, ikan butekbaga, ikan peddeman, lagguk,tuktuk, dan
kopek. Nama-nama biota laut tersebut disusun dengan nama lokal Mentawai supaya
mempermudah anak-anak untuk mengenal dan merawatnya.
2.4 PERTANYAAN PENELITIAN
Adapun pertanyaan penelitian ini adalah:
1.6.1 Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku mewarnai “Memelihara
Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun dalam konteks
empowering masyarakat Mentawai?
1.6.2 Bagaimana kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai
lingkungan sekitar (empowering)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan, yang biasa dikenal dengan penelitian R & D (Research and
Development). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu
(Sugiyono, 2010: 297). Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa
prototipe buku mewarnai dengan judul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”.
Buku mewarnai tersebut terdiri dari 14 kumpulan gambar-gambar pohon bakau dan
berbagai jenis ikan yang hidup di area pohon bakau yang diberi keterangan dengan
menggunakan bahasa Mentawai.
Prototipe buku tersebut berguna untuk menyadarkan masyarakat Mentawai
khususnya anak-anak dalam upaya melestarikan pohon bakau di SD St.Fransiskus
Sikabaluan dan di Dusun Kosai Baru, Sikakap.
3.2 SETTING PENELITIAN
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat. Penelitian awal dan pembuatan
prototipe buku dilakukan di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan uji
coba penelitian dilakukan di SD St. Fransiskus yang berlokasi di Sikabaluan dan di
Dusun Kosai Baru, Sikakap, Kepulauan Mentawai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 23 siswa-siswi kelas 1-3 di SD St. Fransiskus
serta 14 guru SDK St.Fransiskus Sikabaluan dan 6 anak di Dusun Kosai Baru,
Sikakap.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan prototipe buku mewarnai
mewarnai tentang pohon bakau untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering di
SD St.Fransiskus Sikabaluan dan Dusun Kosai Baru, Sikakap.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan satu tahun, terhitung mulai dari bulan Januari 2015
sampai Januari 2016. (Terlampir)
3.3 PROSEDUR PENGEMBANGAN
Prosedur pengembangan buku mewarnai tentang pohon bakau untuk anak 6-8
tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai mengikuti langkah–langkah
penelitian dan pengembangan dalam buku Sugyono yang berjudul “metode penelitian
kuantitatif, kualitatif, dan R&D”. Adapun Prosedur pengembangan ini melalui enam
tahapan yang dimodifikasi dari Sugiyono (2010: 298), seperti tahap (1) potensi dan
masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi
desain, (6) uji coba produk. Keenam langkah tersebut akan diuaraikan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai tentang Pohon Bakau untuk Anak 6-
8 Tahun dalam Konteks Empowering Masayarakat Mentawai
Bagan 3.3 Prosedur Pengembangan
Tahap I
Potensi dan Masalah
Tahap II
Pengumpulan Data
Tahap III
Desain Produk
Tahap IV
Validasi Desain
Tahap V
Revisi Desain
Tahap VI
Uji Coba Produk
Potensi: manfaat dari pohon bakau
sebagai salah satu kekayaan hayati.
Masalah: kebiasaan masyarakat
yang melakukan penebangan pohon
bakau secara liar untuk bahan
bangunan dan kayu bakar.
Wawancara
Pembagian lembar kuesioner guru
Pembagian lembar kuesioner anak
Menentukan beberapa gambar
pohon bakau dan biota laut
Membuat sketsa
Merancang prototipe buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di
Mentawai”.
Validator dengan latar belakang ilmu
kelautan dan perikanan
Revisi prototipe buku mewarnai
berdasarkan saran validator
Uji coba di SD St.Fransiskus
Sikabaluan
Uji coba di Dusun Kosai Baru,
Sikakap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
a. Potensi dan Masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah tentang pohon bakau
yang ditemukan oleh peneliti melalui analisis kebutuhan kepada 14 guru dan 23
orang anak yang berada di SDK. St. Fransiskus Sikabaluan. Analisis kebutuhan
dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner. Pembagian lembar kuesioner
ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak-anak membutuhkan sebuah buku
mewarnai tentang pohon bakau dalam meningkatkan pemahaman mereka akan
pohon bakau. Kuesioner untuk guru bertujuan untuk mengetahui apakah mereka
membutuhkan buku mewarnai tentang pohon bakau yang dapat dijadikan media
pembelajaran untuk membantu pemahaman anak tentang pentingnya menjaga
dan melestarikan pohon bakau.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan pada bulan Februari 2015, dengan
membagikan lembar kuesioner kepada 14 orang guru dan 23 orang anak di SDK.
St. Fransiskus Sikabaluan, untuk analisis kebutuhan. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak dan
guru tentang manfaat pohon bakau dan bagaimana dampaknya apabila pohon
bakau tidak dirawat. Buku mewarnai yang akan dibuat diharapkan dapat
membantu persepsi anak-anak di SDK. St. Fransiskus Sikabaluan tentang manfaat
pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c. Desain Produk
Dari data hasil kuesioner yang berkaitan dengan kurang adanya kesadaran
anak maupun guru (sebagai bagian dari masyarakat Mentawai) yang kurang
peduli terhadap kelestarian pohon bakau, peneliti mendesain sebuah buku
mewarnai. Buku mewarnai tersebut diperuntukkan untuk anak usia 6-8 tahun.
Desain produk diawali dengan menentukan gambar-gambar yang akan dipakai
dalam buku mewarnai tentang pohon bakau. Setelah menentukan gambar-gambar
tersebut peneliti mencoba menggambar sketsa beberapa pohon bakau dan biota
laut, seperti ikan-ikan dan jenis kerang yang hidup di ekosistem pohon bakau.
Pada tahap ini, peneliti merancang dan menyusun prototipe buku mewarnai
tentang pohon bakau agar gambar-gambar yang terkandung di dalam buku
tersebut dapat meningkatkan pemahaman anak-anak terhadap pohon bakau.
d. Validasi Desain
Produk yang peneliti kembangkan divalidasi oleh seorang dosen dengan latar
belakang pendidikan kelautan dan perikanan. Validasi desain produk ini bertujuan
untuk mendapatkan kritik dan saran serta penilaian produk yang dikembangkan.
Melalui kritik dan saran maka peneliti dapat menemukan kelebihan dan
kekurangan dari produk yang dikembangkan.
e. Revisi Desain
Revisi desain dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran dari Validator
dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan. Hasil kritik dan saran dari
validator tersebut menjadi landasan bagi peneliti dalam memperbaiki kekurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dari produk buku mewarnai tentang pohon bakau menjadi lebih baik dan mudah
dipahami oleh anak-anak usia 6-8 tahun.
3.4 UJI COBA PRODUK
Uji coba produk dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dalam
menentukan kualitas buku mewarnai tentang pohon bakau. Data tersebut
diperoleh dari validator dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan yang
digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Berdasarkan hasil validasi tersebut,
maka produk dapat diuji cobakan kepada siswa SDK. St.Fransiskus,Sikabaluan
dan di Dusun Kosai Baru, Sikakap. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui
apakah buku mewarnai tersebut dapat membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang
pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering).
3.5 INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun tiga instrumen yaitu: (a) instrumen
pra penelitian untuk guru, (b) instrumen pra-penelitian untuk anak, (c) instrumen
uji coba untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas buku mewarnai
“Memelihara istana bakau di Mentawai” untuk anak usia 6-8 tahun
a. Instrumen Pra Penelitian untuk Guru
Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk guru agar dapat menyusun
produk yang dikembangkan. Adapun kisi-kisi dan kuesioner adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru
No Aspek Nomor
Item
1. Manfaat bakau bagi masyarakat Mentawai 1-3
2. Bahaya jika merusak pohon bakau 4-7
3. Upaya-upaya yang dilakukan mengkonservasi pohon bakau 8-9
4. Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang
mengkonservasi pohon bakau
10-12
Saran atau komentar:
Tabel 2 Lembar Pertanyaan Untuk Guru
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui manfaat bakau dapat
menahan badai, angin kencang, dan juga tsunami?
2. Apakah Bapak/ibu mengetahui manfaat bakau sebagai
tempat memijah dan berkembangbiaknya biota laut?
3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui manfaat pohon bakau untuk
dijadikan kayu bakar, arang, dan bahan bangunan?
4. Apakah Bapak/Ibu melihat adanya kerusakan pohon bakau
di sekitar pantai?
5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui adanya perilaku masyarakat
yang menebang pohon bakau secara liar?
6.
Apakah Bapak/Ibu melihat adanya perilaku masyarakat
yang tidak memikirkan pentingnya meremajakan pohon
bakau melainkan mengeksploitasi bakau secara terus
menerus untuk bahan bangunan dan kayu bakar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui kerusakan ekosistem bakau
dapat menyebabkan terjadinya bahaya erosi dan abrasi?
8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara memelihara pohon
bakau supaya tidak rusak?
9. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang
cara meremajakan bakau?
10. Apakah Bapak/Ibu pernah mengajarkan tentang pentingnya
memelihara bakau?
11. Apakah Bapak/Ibu pernah membaca buku tentang cara
meremajakan pohon bakau?
12.
Apakah bapak/ibu memerlukan buku panduan yang dapat
digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat pohon
bakau?
b. Instrumen Pra Penelitian untuk Anak
Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk anak agar dapat menyusun
produk yang dikembangkan. Adapun kisi-kisi dan kuesioner adalah
Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak
No Aspek Nomor Item
1. Manfaat pohon bakau bagi masyarakat Mentawai 1-3
2. Bahaya jika merusak pohon bakau 4-7
3. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi
pohon bakau
8-9
4 Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang
mengkonservasi pohon bakau
10-12
Saran atau komentar:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 4 Pertanyaan Pra-Penelitian untuk Anak
No Pertanyaan
1. Pohon bakau dapat melindungi pantai dari badai
2. Pohon bakau dapat menjadi tempat berlindungnya ikan-ikan
3. Pohon bakau dapat dijadikan kayu bakar
4. Pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi rusak
5. Pohon bakau yang tidak terawat dapat membahayakan kehidupan ikan-ikan
6. Pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi
7. Pohon bakau perlu dipelihara supaya tidak rusak
8. Cara memelihara pohon bakau adalah dengan tidak mencabutnya
sembarangan
9 Buah dari pohon bakau sebaiknya tidak saya jadikan untuk mainan
10 Buah dari pohon bakau sebaiknya ditanam supaya dapat tumbuh menjadi
pohon bakau yang baru.
11 Saya pernah membaca buku tentang cara memelihara pohon bakau.
12 Saya merasa perlu buku panduan tentang cara memelihara pohon bakau
c. Instrumen setelah uji coba untuk mengetahui persepsi siswa terhadap
kualitas buku mewarnai “Memelihara istana bakau di Mentawai” untuk
anak usia 6-8 tahun.
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas
Buku Mewarnai
No Aspek Nomor
Item
1. Manfaat pohon bakau bagi masyarakat Mentawai 1-3
2. Bahaya jika merusak pohon bakau 4-7
3. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi pohon
bakau
8-9
4 Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang
mengkonservasi pohon bakau
10-12
Saran atau komentar:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 6. Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku
Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk Anak
Usia 6-8 Tahun
No. Pernyataan skor Komentar
1. Buku mewarnai “Memelihara Istana
Bakau di Mentawai” mudah
dipahami karena bahasanya
sederhana.
1 2 4 5
2. Gambar pada buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” membuat saya tertarik
untuk mempelajari bakau.
3. Dengan mewarnai, saya memahami
bahwa pohon bakau dapat
melindungi pantai dari badai.
4. Gambar-gambar dalam buku
mewarnai “Memelihara Istana Bakau
di Mentawai” mudah untuk diwarnai.
5. Dengan mewarnai, saya mengerti
bahwa pohon bakau dapat menjadi
tempat berlindungnya ikan-ikan
kecil.
6. Dengan mewarnai, saya mengerti
cara memelihara pohon bakau
dengan tidak mencabutnya
sembarangan.
7. Dengan mewarnai, saya mengetahui
bahwa pohon bakau yang tidak
terawat dapat menyebabkan
terjadinya erosi.
8. Dengan mewarnai, saya mengetahui
bahwa buah dari pohon bakau
sebaiknya ditanam supaya dapat
tumbuh menjadi pohon bakau yang
baru.
9. Dengan mewarnai, saya mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
jenis-jenis ikan yang hidup di sekitar
bakau
10. Dengan mewarnai, saya dapat
memahami bahwa pohon bakau yang
tidak terawat dapat menyebabkan
pantai menjadi rusak.
11. Dengan adayanya buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” membuat saya cinta akan
lingkungan sekitar.
12. Buku mewarnai “Memelihara Istana
Bakau di Mentawai” membantu saya
menjadi duta cilik lingkungan peduli
bakau.
Jumlah Skor
Komentar umum dan saran perbaikan untuk Buku mewarnai “Memelihara Istana
Bakau di Mentawai”.
Kesimpulan:
Buku Mewarnai yang dikembangkan dinyatakan:
1. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi
2. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak untuk digunakan/uji coba lapangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
d. Lembar Validasi Ahli
Tabel 7. Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru
No. Komponen yang dinilai Skor Saran
1.
Bahasa 1 2 4 5
a. Bahasa sesuai dengan kaidah
penulisan yang baik dan benar.
b. Susunan kalimat dapat dipahami
oleh guru.
c. Susunan kalimat mendukung
pencarian data yang berkaitan
dengan tema penelitian.
2.
Pertanyaan
a. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui manfaat bakau bagi
masyarakat.
b. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui bahaya kerusakan
pohon bakau bagi masyarakat.
c. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui upaya-upaya yang
sudah dilakukan masyarakat
untuk mengkonservasi bakau.
d. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui sarana-sarana yang
diperlukan demi terciptanya
kebiasaan untuk
mengkonservasi pohon bakau
(empowering)
e. Pertanyaan yang diajukan sesuai
dengan konteks nyata kehidupan
guru di pulau Sikakap.
Total Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 8. Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak
No. Komponen yang dinilai Skor Saran
1. Bahasa 1 2 4 5
a. Bahasa sesuai dengan kaidah
penulisan yang baik dan benar.
b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh
anak.
c. Susunan kalimat mendukung
pencarian data yang berkaitan dengan
tema penelitian.
2. Pertanyaan
a. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui manfaat bakau bagi
masyarakat.
b. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui bahaya kerusakan pohon
bakau bagi masyarakat.
c. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui upaya-upaya yang sudah
dilakukan masyarakat untuk
mengkonservasi bakau.
d. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui sarana-sarana yang
diperlukan demi terciptanya kebiasaan
untuk mengkonservasi pohon bakau
(empowering)
e. Pertanyaan yang diajukan sesuai
dengan konteks nyata kehidupan anak
di pulau Sikakap.
f. Pertanyaan yang diajukan untuk
mengetahui manfaat bakau bagi
masyarakat.
Total Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah berupa uji coba
produk buku mewarnai dan pembagian kuesioner. Hasil pengumpulan data pada
penelitian ini berupa kuantitatif yang diperoleh dari hasil kuesioner yang
diberikan kepada 14 guru dan 23 anak. Teknik pembagian kuesioner bertujuan
untuk membantu peneliti dalam melakukan revisi ulang atas pengembangan
prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau tersebut. Data atau informasi yang
diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan
siswa terhadap pentingnya menjaga kelestarian pohon bakau.
3.7 TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
a. Data kualitatif
Data kualitatif dapat berupa kritik dan saran yang dikemukakan oleh ahli
kelautan dan perikanan, guru, dan siswa yang dikumpulkan dan disarikan untuk
memperbaiki produk pengembangan prototipe buku mewarnai. Selain itu
diperoleh komentar terhadap kuesioner yang disebarkan. Adapun komentar
tersebut diperoleh dari komentar para pakar yang akan memberikan masukan
terhadap kelayakan buku mewarnai yang sudah dirancang oleh peneliti. Jumlah
item pada kuesioner tersebut adalah 12 item. Data dianalisis sebagai dasar untuk
mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa skor dari hasil pra penelitian guru dan anak serta
validasi ahli kelautan dan perikanan. Data dianalisis sebagai dasar dari kuesioner
diubah menjadi data interval. Peneliti dalam hal ini akan memberikan rentan skor
atas komentar para pakar dan siswa sehingga data yang awalnya berupa kuesioner
akan menjadi data interval. Skala penilaian terhadap pengembangan buku
mewarnai, seperti sangat baik (5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak baik
(1). Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif
menggunakan tabel konversi nilai skala lima berdasarkan penilaian acuan patokan
(PAP) atau skala Likert (Widoyoko, 2012:112) sebagai berikut:
Tabel 9. Skala Likert
Rentang Skor Jawaban
Klasifikasi Kelayakan
(Sikap)
4,2 < skor ≤5,0 Sangat Baik (SB)
3,4 < skor ≤ 4,2 Baik (B)
1,8 < skor ≤ 2,6 Tidak Baik (TB)
1,0 < skor ≤ 1,8 Sangat Tidak Baik (STB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang berisi tentang:
(1) prosedur pengembangan prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai
dan (2) deskripsi kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai
lingkungan sekitar (empowering). Selain itu, akan dibahas pula tentang pembahasan
hasil penelitian. Semuanya itu akan peneliti uraikan berikut ini.
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Prosedur Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai
Prototipe buku mewarnai berjudul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”
peneliti kembangkan dengan mengadopsi enam langkah dari sepuluh yang ditawarkan
oleh Sugiyono. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Potensi dan Masalah
Pulau Sikabaluan dan Sikakap memiliki salah satu kekayaan alam yaitu ekosistem
bakau yang tersebar di seluruh pantainya. Adapun potensi yang peneliti soroti adalah
tentang manfaat dari pohon bakau sebagai salah satu kekayaan hayati di kepulauan
Mentawai khsususnya di Pulau Sikabaluan dan Sikakap. Menurut Suryono (2013: 18)
manfaat bakau bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu dari segi fisik, biologis, dan
ekonomis. Manfaat bakau dari segi fisik, untuk menjaga garis pantai agar tetap stabil,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, serta menahan badai atau
angin kencang dari laut. Manfaat bakau dari segi biologis, yaitu sebagai tempat
memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang; tempat
berlindung, bersarang dan berkembang biak berbagai burung dan satwa lain.
Sedangkan manfaat bakau secara ekonomis adalah bakau bermanfaat untuk dijadikan
kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan baku industri (pupl, tanin, kertas, tekstil,
makanan, obat-obatan, kosmetik). Selain itu bakau juga dapat dijadikan sebagai
tempat untuk pembibitan ikan, kerang, kepiting, serta tempat wisata, penelitian dan
pendidikan.
Peneliti sebagai salah satu warga masyarakat dari Sikakap melihat bahwa
masyarakat di sana maupun di pulau-pulau lain (seperti di Sikabaluan dan Siberut)
kurang menyadari pentingnya mengkonservasi bakau. Sekarang ini, ada banyak
ekosistem bakau berada dalam kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami
kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan
penebangan pohon bakau secara liar yang mengakibatkan flora dan fauna khususnya
biota laut yang hidup di sekitar bakau terancam punah.
Hal tersebut selaras dengan pendapat dari Sulistiyowati, H (2009) dalam jurnal
yang berjudul “Biodiversitas Mangrove di Cagar Alam Pulau Sempu” yang melihat
bahwa keberadaan hutan mangrove sekarang ini cukup mengkhawatirkan karena ulah
manusia untuk kepentingan konversi lahan sebagai tambak, pemukiman,
perhotelan, ataupun tempat wisata. Oleh karena itu sepanjang pesisir utara Jawa
hutan-hutan mangrove ditebang secara legal maupun illegal. Aktivitas ini mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menurunkan populasi mangrove hingga lebih dari 50% dalam kurun waktu 30
tahun. Hal tersebut apabila dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan flora dan
fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau akan menjadi punah. Selain
itu dapat menyebabkan terjadi abrasi yang berampak pada potensi bahaya tsunami.
2. Pengumpulan Data
Hasil pengamatan peneliti tersebut peneliti perkuat dengan menyusun
kuesioner pra penelitian tentang (1) manfaat bakau bagi masyarakat, (2) bahaya jika
merusak pohon bakau, (3) upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mengkonservasi
pohon bakau, dan (4) sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi
pohon bakau. Kuesioner dibagikan kepada 23 anak kelas 1-3 dan kepada 14 orang
guru SDK St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015.
a. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru
Hasil kuesioner yang peneliti dapatkan dari 14 guru di SDK St.Fransiskus
Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah 100% para guru melihat adanya
kerusakan pohon bakau di sekitar pantai yang dilakukan oleh masyarakat dengan
cara menebang pohon bakau sembarangan, 92.86% guru mengetahui kerusakan
ekosistem bakau dapat menyebabkan terjadinya bahaya erosi dan abrasi, 91.6 %
guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara meremajakan
bakau, dan 83.3% guru menjawab jika mereka tidak pernah mengajarkan tentang
pentingnya memelihara pohon bakau kepada anak-anak, dan 100% guru menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
jika memerlukan buku panduan yang dapat digunakan untuk menyadarkan anak
tentang manfaat pohon bakau.
Berikut adalah tabel kuesioner pra penelitian untuk guru:
Tabel 10. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru.
Nomor Soal
No.
Probandus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jum
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8
2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8
3 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11
5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9
6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
8 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8
12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 10
13 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
14 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6
Jumlah 14 14 8 14 10 10 13 12 11 10 8 14
%
100.
00
100.
00
57.
14
100.
00
71.
43
71.
43
92.
86
85.
71 91,6 83,3
57.
14
100.
00
Keterangan:
1 = Jawaban Positif
0 = Berarti tidak atau negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 11. Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru
No Pertanyaan Persentase
Jawaban
4 Apakah Bapak/Ibu melihat adanya kerusakan pohon bakau
di sekitar pantai?
100%
7 Apakah Bapak/Ibu mengetahui kerusakan ekosistem bakau
dapat menyebabkan terjadinya erosi dan abrasi?
92,86%
9 Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang
cara meremajakan bakau?
91,6%
10 Apakah Bapak/Ibu pernah mengajarkan tentang pentingnya
memelihara bakau?
83,3%
12 Apakah Bapak/Ibu memerlukan buku panduan yang dapat
digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat
bakau?
100%
b. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak
Hasil kuesioner yang peneliti dapatkan dari 23 anak di SDK St.Fransiskus
Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah 56.52% anak menjawab bahwa pohon
bakau yang tidak terawat dapat membahayakan kehidupan ikan-ikan, 69.57% anak
menjawab pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi
rusak, 73.91% anak menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat
menyebabkan terjadinya erosi, sehingga 96.65% anak mengatakan bahwa mereka
perlu mendapatkan buku panduan tentang cara memelihara pohon bakau supaya
tidak rusak.
Berikut hasil data kuesioner pra penelitian untuk anak yang disarikan dalam
bentuk tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 12. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak
Nomor Soal
No.
Probandus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jum
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10
2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10
3 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 7
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
8 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
10 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9
11 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 9
12 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9
13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
14 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 9
15 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 9
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
17 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
18 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
19 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 8
20 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
21 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
22 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 8
23 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9
Jumlah 23 23 17 16 13 17 23 19 13 23 19 22
%
100.
00
100.
00
73.
91 69.
57
56.
52
73.
91
10.
00
82.
61
56.
52
100.
00
82
.61 95
.65
Keterangan:
1 = Jawaban Positif
0 = Berarti tidak atau negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 13. Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak
No Pernyataan Persentase
Jawaban
4 Pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai
menjadi rusak
69,57%
5 Pohon bakau yang tidak terawat dapat membahayakan
kehidupan ikan-ikan
56,52%
6 Pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan
terjadinya erosi
73,91%
12 Saya merasa perlu buku panduan tentang cara memelihara
pohon bakau
95,65%
Hasil kuesioner pra peneltian yang diisi oleh guru dan anak menunjukkan
bahwa betapa pentingnya memelihara pohon bakau agar keseimbangan ekologi dapat
terjaga. Lasibani & Kamal (2010) dalam jurnal yang berjudul “Pola Penyebaran
Pertumbuhan “PROPAGUL” Mangrove Rhizophoraceae di Kawasan Pesisir
Sumatera Barat” menyatakan bahwa:
“Kerusakan ekosistem mangrove di Indonesia lebih karena
disebabkan keterbatasan pemahaman masyarakat tentang manfaat
ekosistem mangrove di kawasan pasang surut tersebut. Pohon mangrove
terus ditebang secara tidak terkendali hanya demi kepentingan ekonomi
seperti pemanfaatan sebagai bahan industri arang untuk ekspor, kegiatan
perikanan sebagai lahan tambak, pemukiman, pelabuhan, perkebunan,
pertambangan, kawasan industri, dan sebagainya. Sehingga mengabaikan
keseimbangan ekologi, keadaan ini diperlukan langkah-langkah
pengelolaannya yang bijaksana untuk kelestarian sumberdaya alam ini”.
Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian
pengembangan dalam menyusun buku mewarnai tentang pentingnya memelihara
pohon bakau di Mentawai. Buku mewarnai tersebut dapat dijadikan sebagai panduan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
supaya anak-anak di Pulau Sikabaluan dan Pulau Sikakap menyadari tentang
pentingnya mengkonservasi pohon bakau (empowering) sedini mungkin.
c. Validasi Ahli Terhadap Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru dan Anak
Peneliti menyusun lembar validitas kuoesioner instrumen pra penelitian untuk
guru dan anak yang divalidasi oleh seorang ahli, agar peneliti dapat membuat
prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Adapun hasil
validasi tersebut adalah:
Tabel 14. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru
Rentang Skor Skor Maksimal 45
1 sd 11 STB Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan
12 sd 22 TB Keseluruhan instrumen belum layak digunakan
23 sd 33 B
Keseluruhan instrumen sudah layak dengan
perbaikan
34 sd 45 SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 15. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru
Total Skor Kelayakan
37 SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil dari validasi ahli adalah 37 (sangat baik) yang berarti keseluruhan
instrumen sudah layak digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 16. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak
Rentang Skor Skor Maksimal 40
1 sd 10 STB Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan
11 sd 20 TB Keseluruhan instrumen belum layak digunakan
21 sd 30 B Keseluruhan instrumen sudah layak dengan perbaikan
31 sd 40 SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 17. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak
Total Skor Kelayakan
35 SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil validasi dari ahli adalah 35 (sangat baik) yang berarti keseluruhan
instrumen sudah layak digunakan.
d. Presentase Respon Guru dan Siswa dalam Mengisi Kuesioner
Dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada 23 anak, ada 23 yang kembali.
Sedangkan 30 kuesioner yang sebarkan kepada guru, ada 14 yang kembali karena
jumlah guru memang hanya ada 14 orang.
Tabel 18. Presentase Respon Guru dan Siswa dalam Mengisi Kuesioner
No Nama Instrumen Jum. Disebar Jum. Kembali %
1
Kuesioner pra penelitian untuk
anak 30 23 76.67
2
Kuesioner pra penelitian untuk
guru 14 14 100
Peneliti melihat bahwa ada respon baik dari guru dan anak terhadap pengisian
kuesioner. Hal itu terlihat dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada anak-anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
hampir semua kembali. Semua guru juga mengisi kuesioner yang dibagikan dan
mengembalikannya kepada peneliti.
3. Desain Produk
Peneliti menyusun prototipe buku mewarnai dengan judul “Memelihara Istana
Bakau”. Buku mewarnai tersebut terdiri dari 14 kumpulan gambar-gambar pohon
bakau dan berbagai jenis ikan yang hidup di area pohon bakau. Ada empat belas
gambar dalam buku yang diberi keterangan dengan menggunakan bahasa Mentawai
di bawah gambar-gambar tersebut. Misalnya, bahasa Mentawai untuk gambar(1)
“Pohon bakau dewasa”: bakat, (2) “Pohon bakau muda”: bakat simatuak, “Pohon
bakau kecil”: bakat sigoisok. Keterangan untuk berbagai gambar ikan juga langsung
disebutkan namanya sesuai dengan bahasa Mentawai, sebab anak-anak di sana lebih
familiar dengan nama-nama tersebut, misalnya: patcengau, tuktukbekbek, sikapla,
pamemelak, labo,bue, butekbaga, peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek. Dalam setiap
gambar ada narasi singkat berbahasa Indonesia tentang pentingnya merawat bakau
dan biota laut lainnya. Penggunaan bahasa Mentawai dalam penelitian ini
dilatarbelakangi oleh kebudayaan setempat yang masih kental dengan kehidupan
harmonis dengan alam, seperti arat sabulungan. Pada prinsipnya Arat Sabulungun
merupakan suatu pengetahuan, nilai, aturan dan norma yang dipergunakan oleh
masyarakat dalam memahami serta menginterpretasi lingkungan hidup yang ada di
sekitarnya yang terdiri dari pola-pola interaksi manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
tanah, air, udara, dan juga benda-benda hasil-hasil buatan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Hasil pemahaman tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya tindakan
yang muncul dari orang-orang sebagai anggota masyarakat suku bangsa Mentawai.
Arat sabulungun adalah adat istiadat yang hidup dalam masyarakat yang tercakup di
dalamnya kepercayaan kepada hal-hal supra natural seperti roh-roh dan arwah-arwah
yang mendiami seluruh alam ini baik tumbuh-tumbuhan, binatang, tanah dan benda-
benda buatan manusia, sehingga merupakan juga kosmologi orang Mentawai.
(Pujiraharjo & Rudito, 2014).
Peneliti melihat bahwa memakai bahasa Mentawai dalam upaya melestarikan
alam lingkungan sekitar merupakan sesuai dengan tradisi nenek moyang orang
Mentawai yang diajarkan secara turun temurun. Oleh sebab itu memakai nama daerah
dalam buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”, akan membuat anak
lebih cepat mengingat, memahami apa yang diajarkan, sekaligus merasa dihargai
sebagai orang mentawai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 2. Desain Cover Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gambar 2. Desain 14 Gambar dalam Buku Mewarnai “Memelihara Istana
Bakau di Mentawai”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4. Validasi Desain
Validasi desain dilakukan satu kali oleh seorang ahli kelautan dan perikanan
(Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan
Perikanan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur).
Adapun hasil validator dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan adalah:
Tabel 19. Validasi dari ilmu kelautan dan perikanan
N
o. Komponen yang dinilai
Skor Saran
1 2 4 5
1 Cover
a. Judul buku menarik
b. Judul buku sesuai dengan tujuan
pengenalan konservasi ekosistem
bakau
c. Ilustrasi cover mendukung judul
d. Ilustrasi buku menggambarkan
ekosistem bakau
V
V
V
V
Untuk point c tentang ilustrasi cover :
gambar biota dalam ilustrasi cover
kurang beragam, didominasi oleh ikan.
Mangrovenya hanya ada satu jenis
yang ditampilkan. Selain itu jangan
lupa, ada moluska dan biota air
lainnya, bahkan ada burung
d. sama dengan c.
2 Format penulisan buku
a. Sesuai kaidah penulisan buku
b. Gambar pada buku mendukung
tujuan
V
V
3. Bahasa
d. Bahasa sesuai dengan kaidah
penulisan yang baik dan benar.
V
e. Susunan kalimat dapat dipahami
oleh anak seusia 6-8 tahun.
V
f. Pilihan kata sesuai karakteristik
anak
V Definisi bakau terlalu rumit dipahami
oleh anak berusia 6-8 tahun dengan
bahasa - bahasa yang baru seperti
“komunitas”, ekosistem, pasang surut
4. Isi Buku
a. Gambar-gambar yang disajikan
memberi pengertian baru pada
anak usia 6-8 tahun
V Gambar-gambarnya kurang beragam
dan kurang mewakili biota pada
ekosistem mangrove. Contoh biota
yang tidak ada: gastropoda/keong, ular,
burung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
b. Isi cerita mengandung unsur
refleksi bagi anak untuk
memelihara ekosistem bakau
V
c. Gambar menarik dan sesuai
keadaan nyata di Mentawai
V Saya mengalami kesulitan untuk
menilai karena saya tidak mengetahui
keadaan nyata di Mentawai
d. Gambar mendukung imajinasi
anak untuk mengembangkan
cerita mengenai ekosistem bakau
V
e. Gambar sesuai dengan
kemampuan anak umur 6-8 tahun
dalam hal mewarnai dengan baik.
V
Saran validator :
1. Apakah mangrove di Mentawai hanya berakar tongkat/tunjang saja? sebab ada satu lagi yang
khas dari mangrove yang memiliki perakaran cakar ayam atau yg lain.
2. Coba tunjukkan pohon bakau dengan dua model perakaran yang khas di Mentawai.
3. Beberapa gambar yang buram harus diperbaiki.
Total Skor
1 + 4 + 36 + 10 = 51
Tabel 20. Pedoman Kelayakan Prototipe
Score (Score Max 65) Keterangan
1 sd 16 STB Prototipe buku tidak layak digunakan
17 sd 32 TB Prototipe buku belum layak digunakan
33 sd 48 B
Prototipe buku sudah layak dengan
perbaikan
49 sd 65 SB Prototipe buku sudah layak digunakan
Hasil penilaian validator adalah 51. Berdasarkan tabel kelayakan tersebut di atas
maka prototipe yang dikembangkan peneliti “sangat baik” sehingga layak
diujicobakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
5. Revisi Desain
Peneliti melakukan revisi desain sesuai dengan komentar validator, yaitu:
pertama, memperbaiki gambar yang buram. Kedua, tetap mempertahankan gambar
bakau yang berakar tunjang, sebab pohon bakau yang berakar tunjang tersebut
merupakan bakau yang khas di Mentawai.
a. Memperbaiki gambar yang buram
b. Peneliti tetap mempertahankan gambar bakau yang berakar tunjang, sebab
pohon bakau yang berakar tunjang tersebut merupakan bakau yang khas di
Mentawai. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa foto yang
didokumentasikan oleh peneliti ketika sedang menanam bakau di Mentawai.
Gambar 5. Perbaikan gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 6. Bakau berakar tunjang yang khas di Mentawai
6. Uji Coba Produk
Uji coba produk peneliti lakukan di SD St. Fransiskus Sikabaluan, pada
tanggal 16-19 Juni 2015. Dilanjutkan pada tanggal 25 Juni 2015 peneliti
melakukan uji coba di Dusun Kosai Baru, Sikakap. Keterangan tentang
pelaksanaan uji coba akan peneliti terangkan berikut ini:
a. Uji Coba Prototipe Buku di Sikabaluan
Peneliti melakukan uji coba pada tanggal pada tanggal 16 Juni dan 17 Juni
2015 di SDK St.Fransiskus Sikabaluan dengan cara mengajara di kelas dan
memperkenalkan prototipe buku mewarnai tersebut. Peneliti menunjukkan
gambar-gambar tentang pohon bakau yang masih kecil dan yang sudah besar
dilanjutkan dengan berceritera tentang beberapa jenis ikan yang hidupnya
disekitar pohon bakau. Setelah itu anak-anak diajak untuk melihat buku tersebut
dan dibagikan berbagai macam gambar seperti yang terdapat di dalam buku
tersebut, agar mereka dapat mewarnainya. Anak-anak diberi kebebasan untuk
mengekspresikan kreativitasnya dalam hal memilih warna untuk memberi warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
terhadap gambar-gambar yang peneliti berikan sesuai dengan dengan
imajinasinya.
.
Gambar 7. Kegiatan Mewarnai Buku di dalam Kelas
Selain mengajar di dalam kelas, peneliti juga mengajak anak untuk belajar di
luar kelas. Kegiatan mini trip ke pantai ini dilakukan sore hari setelah anak-anak
pulang sekolah. Peneliti mengajak anak-anak menuju pantai untuk melihat pohon-
pohon bakau yang tersebar di sepanjang tepi pantai sambil menerangkan betapa
kuatnya akar bakau mencengkeram tanah tepi pantai. Kemudian peneliti mengajak
anak-anak duduk melingkar untuk mendengarkan cerita peneliti tentang manfaat
pohon bakau. Setelah bercerita singkat tentang pohon bakau, peneliti mengajak anak-
anak untuk melihat langsung pohon bakau yang berada di tepi pantai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 8. Kegiatan belajar di luar kelas (pantai)
Kegiatan belajar di dalam kelas maupun di luar kelas menjadi kegiatan yang
sangat menarik dan menyenangkan bagi anak-anak di Sikabaluan. Kegiatan di
luar kelas peneliti akhiri dengan kegiatan tanya jawab seputar manfaat pohon
bakau. Hasilnya, anak-anak dengan antusias menjawab pertanyaan yang peneliti
berikan.
b. Uji Coba di Sikakap
Di Sikakap, peneliti melakukan uji coba buku dengan mengajak 6 anak
mewarnai gambar. Sebelum mewarnai gambar, peneliti mengajak anak duduk
melingkar diteras rumah untuk mendengarkan penjelasan singkat tentang gambar
yang akan mereka warnai. Setelah menjelaskan, peneliti juga memberikan
beberapa pertanyaan tentang pohon bakau dan jenis-jenis ikan yang hidup di
sekitar pohon bakau. Beberapa anak menjawab pertanyaan tersebut meskipun
jawabannya ada yang keliru. Akhirnya peneliti membagikan gambar-gambar
pohon bakau dan biota laut untuk diwarnai oleh mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 9. Kegiatan mewarnai gambar jenis biota laut
Setelah mewarnai gambar, peneliti bersama anak-anak menanam pohon bakau
di tepi pantai. Sebelumnya, peneliti sudah menyiapkan sekitar 30 batang bibit
bakau yang akan ditanam di muara pantai Dusun Kosai Baru, Sikakap. Peneliti
membagikan 5 batang bibit bakau kepada setiap anak dan setiap anak harus
bertanggung jawab untuk menanamnya.
Gambar 10. Kegiatan menanam pohon bakau
Kegiatan menanam pohon bakau merupakan salah satu bentuk “empowering”
kepada anak-anak agar dengan menanam pohon bakau secara langsung mereka
mengetahui betapa pentingnya menjaga dan memelihara pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.1.2 Deskripsi Kualitas Prototipe Buku Mewarnai
Deskripsi kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” peneliti dapatkan setelah mengolah kuesioner persepsi siswa
terhadap kualitas buku tersebut. Kuesioner dibagikan setelah peneliti
melakukan uji coba di Sikabaluan kepada 23 siswa. Adapun hasil olah data
yang didapat peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Instrumen penelitian persepsi siswa terhadap kualitas buku mewarnai
“memelihara istana bakau di mentawai” untuk anak usia 6-8 tahun
No. Pernyataan Skor Komentar
1. Buku mewarnai “Memelihara Istana
Bakau di Mentawai” mudah
dipahami karena bahasanya
sederhana.
1 2 4 5
2. Gambar pada buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” membuat saya tertarik
untuk mempelajari bakau.
3. Dengan mewarnai, saya memahami
bahwa pohon bakau dapat
melindungi pantai dari badai.
4. Gambar-gambar dalam buku
mewarnai “Memelihara Istana Bakau
di Mentawai” mudah untuk diwarnai.
5. Dengan mewarnai, saya mengerti
bahwa pohon bakau dapat menjadi
tempat berlindungnya ikan-ikan
kecil.
6. Dengan mewarnai, saya mengerti
cara memelihara pohon bakau
dengan tidak mencabutnya
sembarangan.
7. Dengan mewarnai, saya mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bahwa pohon bakau yang tidak
terawat dapat menyebabkan
terjadinya erosi.
8. Dengan mewarnai, saya mengetahui
bahwa buah dari pohon bakau
sebaiknya ditanam supaya dapat
tumbuh menjadi pohon bakau yang
baru.
9. Dengan mewarnai, saya mengetahui
jenis-jenis ikan yang hidup di sekitar
bakau
10. Dengan mewarnai, saya dapat
memahami bahwa pohon bakau yang
tidak terawat dapat menyebabkan
pantai menjadi rusak.
11. Dengan adayanya buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” membuat saya cinta akan
lingkungan sekitar.
12. Buku mewarnai “Memelihara Istana
Bakau di Mentawai” membantu saya
menjadi duta cilik lingkungan peduli
bakau.
Jumlah Skor
Kesimpulan:
Buku Mewarnai yang dikembangkan dinyatakan:
4. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi
5. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran
6. Tidak layak untuk digunakan/uji coba lapangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 22. Tabel Analisis Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Prototipe
Buku
Nomor Siswa 1 2 4 5 Jumlah Rerata
1 0 0 2 9 53 4.42
2 0 0 4 8 48 4.00
3 0 0 7 5 53 4.42
4 2 1 6 3 61 5.08
5 2 1 5 4 54 4.50
6 0 0 5 7 60 5.00
7 0 0 5 7 60 5.00
8 4 1 1 6 41 3.42
9 3 2 4 3 26 2.17
10 0 0 9 3 51 4.25
11 0 1 5 6 77 6.42
12 1 0 5 6 56 4.67
13 1 0 5 6 56 4.67
14 0 1 8 3 57 4.75
15 0 0 11 1 93 7.75
16 0 0 4 8 84 7.00
17 0 1 5 5 47 3.92
18 0 1 6 5 57 4.75
19 0 0 6 6 66 5.50
20 1 4 6 1 50 4.17
21 0 0 5 6 60 5.00
22 1 1 5 5 53 4.42
23 1 1 5 5 53 4.42
Jumlah 16 15 124 118 636 4.57
Hasil persepsi anak terhadap kualitas buku mewarnai adalah 4,57. Jika
mengikuti skala Likert menurut Widoyoko (2012:112) maka rerata skore 4,57
dikategorikan sangat baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 23. Hasil Rekapan Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai
No Pernyataan Persentase
Jawaban
6 Siswa mengerti cara memelihara pohon bakau dengan tidak
mencabutnya sembarangan
93,3%
7 Siswa memahami bahwa pohon bakau yang tidak terawat
dapat menyebabkan erosi
86,9%
11 Dengan adanya buku mewarnai dapat menumbuhkan rasa
cinta siswa terhadap lingkungan sekitar
95, 6%
Hasil persepsi siswa di Sikabaluan setelah mengikuti uji coba adalah 86.9%
siswa memahami pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan erosi, 93.3%
siswa mengerti cara memelihara pohon bakau dengan tidak mencabutnya
sembarangan, 95. 6% siswa menyadari tentang pentingnya mencintai lingkungan
sekitar.
4.2 Pembahasan
Nilai validasi prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” adalah 51 maka layak diuji cobakan. Uji coba peneliti lakukan pada
tanggal 16-19 Juni 2015 di SD St.Fransisikus Sikabaluan. Hasil persepsi siswa seusai
uji coba adalah 86.9% siswa mengetahui bahwa pohon bakau yang tidak terawat
dapat menyebabkan terjadinya erosi, 93.3% siswa mengerti salah satu cara
memelihara pohon bakau adalah dengan tidak mencabutnya sembarangan, 95. 6%
siswa menyadari tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar.
Kualitas prototipe buku dinilai sangat baik oleh validator dan persepsi anak
terhadap prototipe tersebut juga sangat baik karena prototipe tersebut dikembangkan
peneliti dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
1. Prototipe Berisi Gambar-gambar Biota Laut yang Bergantung pada
Keberadaan Pohon Bakau.
Pohon bakau (mangrove) merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas
flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut,
antara batas air pasang dan surut. Ada banyak manfaat pohon bakau baik dari segi
fisik, biologis, maupun ekonomis. Salah satu manfaat pohon bakau di kepulauan
Mentawai adalah tempat menghasilkan madu, kepiting, udang, tiram, kerang-
kerangan dan ikan serta makanan bagi binatang serta tempat terbaik bagi
budidaya ikan air payau dalam keramba.
Pohon bakau juga bermanfaat untuk memberikan tempat tumbuh bagi udang
dan ikan yang berimigrasi ke area pohon bakau (mangrove) ketika muda, dan
kembali ke laut ketika mendekati usia matang seksual. Selain itu udang karang
dan ikan yang bereproduksi di hulu sungai (freshwater upstream) dan bermigrasi
pada masa mudanya karena makanan yang berlimpah di daerah pohon bakau
(mangrove). Pada penelitian ini, jenis biota laut yang menggantungkan hidupnya
terhadap kelestarian pohon bakau adalah ikan dan kerang, seperti patcengau,
tuktukbekbek,sikapla, pamemelak, labo,bue, butekbaga, peddeman, lagguk,tuktuk,
dan kopek (diterjemahkan dalam bahasa Mentawai).
Buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” terdiri dari
kumpulan gambar-gambar pohon bakau dan berbagai jenis ikan yang hidup di
area pohon bakau. Jenis ikan dan kerang dipilih karena jenis biota laut tersebut
memiliki ketergantungan hidup terhadap kelestarian pohon bakau. Selain itu, jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
biota laut tersebut menjadi jenis biota laut yang familiar dengan anak-anak di
Sikabaluan dan Sikakap.
Oleh sebab itu, prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” yang berisi gambar-gambar biota laut dan bergantung pada
keberadaan pohon bakau, sangat baik digunakan untuk membantu persepsi anak
6-8 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering).
2. Prototipe Buku Mewarnai menjadi Sarana Pendidikan Cinta
Lingkungan Hidup Demi Masa Depan Mentawai yang Lebih Baik.
Bumi Mentawai memiliki kekayaan hayati yang demikian besar yang harus
diupayakan kelestariannya. Salah satu kekayaan hayati di sana adalah adanya
pohon-pohon bakau (Rhizopora sp). Akar-akar pohon bakau yang tumbuhnya
melengkung, saling berkelindan satu sama lain menunjukkan jika pada dasarnya
pohon-pohon tersebut telah membentuk pagar alami untuk melindungi pantai dari
gerusan abrasi. Sementara itu, di bawah naungan kerindangan pohon-pohon bakau
tersebut hiduplah kerang, kepiting dan biota laut lainya. Sayangnya, ada beberapa
masyarakat Mentawai yang akhir-akhir ini kurang memiliki kesadaran untuk
melestarikan bakau, terumbu karang, dll dan beberapa mayarakat Mentawai
kerap menebang pohon-pohon bakau untuk memenuhi kebutuhan
perekonomiannya tanpa memikirkan upaya untuk melakukan penghijauan. Upaya
tersebut akan berjalan dengan baik jika anak-anak bisa belajar untuk mengetahui
cara memelihara pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pendidikan karakter cinta lingkungan adalah suatu proses untuk membangun
populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total
(keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat
yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta
komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif,
untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah
timbulnya masalah baru.
Upaya untuk mengintegrasikan pendidikan cinta lingkungan baik di kelas
maupun di tengah masyarakat Mentawai peneliti lakukan karena mendapat
inspirasi saat mengikuti “Program pengenalan konservasi lingkungan pada anak
(conservation scout)” di Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) –
Universitas Sanata Dharma. Program tersebut ditujukan kepada anak-anak usia
dini dan sekolah dasar (3-12 tahun). Tujuan dari program ini adalah untuk
menanamkan pendidikan karakter cinta lingkungan pada anak-anak. Davis (1998)
menuliskan bahwa hubungan antara anak dengan alam sekitarnya merupakan
landasan yang penting untuk membangun hubungan yang baik antara manusia
dengan alam. Secara alami, anak adalah penjelajah alami. Mereka mengobservasi
dan meneliti lingkungan di sekitar mereka secara alami dan belajar darinya
(learning by doing).
Belajar adalah aktivitas pengembangan diri, bukan sekedar menguasai hafalan
atau mengerjakan latihan tetapi tujuan dari belajar yang utama bukan semata-
mata demi mendapatkan nilai yang tinggi, tapi menguasai sejumlah keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
(lifeskill) yang diperoleh dari proses belajar. Hal tersebut peneliti upayakan
dengan mengajak anak-anak belajar di luar kelas untuk melakukan aksi menanam
pohon bakau. Sedini mungkin anak-anak tersebut dilatih untuk memiliki
kepedulian terhadap upaya mengkonservasi bakau supaya mereka tumbuh
menjadi generasi pembaharu Mentawai yang peduli terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu, dengan aktivitas menanam bakau yang peneliti dan anak-anak
lakukan menjadi salah satu cara memelihara kekayaan hayati (pohon bakau) dan
anak-anak di Mentawai dapat menjadi peduli terhadap lingkungan.
Peneliti berharap dengan inspirasi tersebut menjadi landasan yang kuat bagi
peneliti untuk mengintegrasikan pendidikan cinta lingkungan hidup melalui
penyuluhan kepada masyarakat sehingga pendidikan lingkungan hidup dapat
mengubah perilaku dan sikap yang bisa meningkatkan pengetahuan ketrampilan
dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan
lingkungan dan akhirnya mampu menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif
dalam upaya pelestarian lingkungan dan keselamatan untuk kepentingan generasi
Mentawai sekarang dan masa yang akan datang.
3. Prototipe Dikembangkan dalam Bentuk Buku Gambar yang Sesuai
dengan Karakteristik Anak Usia 6-8 Tahun.
Mewarnai merupakan kegiatan memberi warna pada suatu media tertentu atau
pada media bergambar. Mewarnai merupakan suatu keterampilan yang disukai
oleh anak, khususnya anak-anak usia 3-9 tahun (dalam hal ini penelitian peneliti
masuk ke dalam tahap usia 6-8 tahun) sebab mewarnai menjadi media bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
mereka untuk menuangkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang
pernah disentuh atau dialami.
Prototipe buku yang dikembangkan peneliti berisi 14 gambar yang dapat
digunakan anak untuk mengembangkan imajinasinya. Peneliti memilih media
mewarnai buku karena sesuai dengan karakterisitik anak yang berada pada tahap
praoperasional konkrit dan intuitif. Adapaun ciri pokok perkembangan pada tahap
praoperasional konkret (usia 2-4 tahun) ini adalah anak mampu menggunakan
simbol dan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat
sederhana. Gambar biota laut yang ada di dalam buku mewarnai “Memelihara
Istana Bakau di Mentawai” menjadi salah satu simbol yang digunakan peneliti
dalam mengembangkan kemampuan anak untuk memahami menggambarkan
suatu konsep melalui media gambar. Peneliti juga menggunakan bahasa
Mentawai dalam setiap keterangan gambar biota laut. Tujuannya adalah agar
anak-anak mampu memahami dan mengasah kemampuan berbahasanya melalui
bahasa Indonesia dan Mentawai dengan baik.
Pada usia 6-8 tahun merupakan masa-masa sensitif anak usia dini yang
mencakup sensitivitas terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi
lingkungan dengan lidah dan tangan, berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek
kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Oleh sebab itu
dalam penelitian ini periode sensitifitas anak diolah melalui kegiatan mewarnai
dan menggambar. Selain itu dalam mengeksplorasi lingkungan dengan tangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
berjalan, peneliti mengajak anak-anak untuk melihat dan menanam secara
langsung pohon bakau di tepi pantai.
Oleh sebab itu, prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” peneliti kembangkan untuk membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang
pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering) khususnya pohon bakau.
4. Kelebihan dan Kekurangan Produk
Melalui validasi dan uji coba, peneliti memperoleh masukan tentang kualitas
produk yang peneliti kembangkan. Data tersebut membantu peneliti untuk dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahan produk yang peneliti kembangkan. Berikut
penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan produk berupa prototipe buku
mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” unutuk Anak 6-8 tahun.
a. Kelebihan Produk Buku Mewarnai
1. Prototipe buku mewarnai berisi informasi tentang pentingnya bakau
bagi kehidupan biota laut dan pelindung pantai dari tsunami.
2. Prototipe buku disusun dengan memperhatikan karakteristik anak usia
6-8 tahun yang senang dengan melihat gambar dan mewarnai.
3. Gambar-gambar yang terdapat dalam prototipe buku sesuai dengan
konteks kehidupan anak-anak di Mentawai sehari-hari.
4. Prototipe buku mewarnai dapat membantu anak mengekspresikan
kreativitas anak untuk mewarnai gambar dengan aneka macam warna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
5. Prototipe buku berisi refleksi yang mengugah kesadaran anak untuk
mencintai pohon bakau yang menjadi salah satu kekayaan hayati
masyarakat Mentawai.
b. Kelemahan Produk Buku Mewarnai
1. Jumlah gambar biota laut terbatas hanya 12 gambar dengan nama yang
familiar dengan anak-anak di Mentawai.
2. Prototipe buku mewarnai didominasi oleh 12 gambar biota laut yang tidak
ada penjelesan singkat dalam kaitannya dengan pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Isi dari bab ini adalaha uraian tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.
berikut penjelasannya.
A. KESIMPULAN
Prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” untuk anak 6-8 tahun yang dikembangkan melalui penelitian ini sudah
layak digunakan. Hal ini dapat dibuktikan melalui tahap validasi oleh ahli dan uji
coba kepada siswa di SDK St.Fransiskus Sikabaluan pada tanggal 16-19 Juni
2015 dan tanggal 25 Juni 2015 di Dusun Kosai Baru, Sikakap.
Adapun kelayakan kualitas prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun ini ditunjukkan
dari:
1. Proses penyusunan prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” dilakukan dengan 6 langkah penelitian dan pengembangan
yang meliputi: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain
produk, (4) Uji validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk.
2. Kualitas prototipe buku yang dihasilkan mendapatkan nilai 51 yang berarti
sangat baik, sehingga layak diujicobakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
B. KETERBATASAN
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
1. Prototipe buku hanya divalidasi oleh satu orang validator ahli kelautan dan
perikanan, sebab instrumen validasi yang diberikan kepada guru tidak
dikembalikan.
2. Kepulauan Mentawai hanya terdiri dari 4 pulau besar. Pelaksanaan uji
coba prototipe buku hanya bisa dilakukan kepada salah satu sekolah di
SD St. Fransiskus, Sikabaluan dan Sikakap
3. Uji coba prototipe buku kepada guru tidak bisa peneliti lakukan sebab
guru-guru sudah disibukkan dengan pelatihan dan seminar seusai
pembagian raport.
4. Masih perlu dipikirkan buku cinta pohon bakau yang dapat digunakan
oleh masyarakat luas.
5. Peneliti melakukan uji coba dengan dana dari salah satu instansi sosial
swasta yang bergerak di bidang pendidikan, bukan atas bantuan dari pihak
sekolah dan pemerintah daerah Mentawai.
6. Prototipe berisi gambar biota laut yang terbatas hanya 12 gambar dengan
nama yang familiar dengan anak-anak di Mentawai dan tidak ada
penjelasan singkat dalam kaitannya dengan pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
C. SARAN
1. Sebaiknya prototipe buku minimal divalidasi oleh dua orang validator.
2. Pelaksanaan uji coba sebaiknya meliputi empat sample dari SD yang
terdapat di setiap pulau di Mentawai.
3. Sebaiknya uji coba prototipe buku juga dilakukan kepada guru dari SD
yang terdapat di setiap pulau di Mentawai.
4. Pengadaan buku cinta pohon bakau yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat Mentawai secara umum perlu ditindaklanjuti.
5. Peneliti perlu bekerja sama dengan pihak pihak sekolah dan pemerintah
daerah Mentawai.
6. Prototipe sebaiknya berisi gambar biota laut yang lebih dari 12 gambar
dan dikaitkan dengan pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad , A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Arsyad , A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arief, A. 2003. Hutan Mangrove, Fugsi dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius.
Arikunto, S. 1990. Manajemen Pengajaran secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
Davis, Julie. 1998 Young Children, Environmental Education and The Future. Dalam
Journal of Education and The Environment, (hal 11).
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera.
Djiwandono & Wuryani, Esti Sri. 2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo.
Ena, Teda Ouda. 2001. Multimedia Interaktif. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Farida, A. 2012. Sekolah yang Menyenangkan: Metode Kreatif Mengajar dan
Pengembangan Karakter Siswa. Bandung: NUANSA.
Gerlad, L.G. (Ed.). 2011. Metode Montessori: Panduan Wajib untuk Guru dan
Orangtua Didik PAUD. Yogyakarta: Citra Mandiri.
Gunarsa, S & Yulia, S.G 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia.
Gufran, MH. 2012. Ekosistem Mangrove. Jakarta: Rineka Cipta.
Hidaya, Z. 1997. Ensiklopedia: Suku Bangsa Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia.
Hujair, AH. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: Kaukaba
Dipantara.
Kurniawan, D. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik. Bandung: Alfabeta.
Kurniawan, K. K. 2013. Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu Karang untuk Anak
Sekolah Dasar di Bali melalui Desain Komunikasi Visual. Dalam Jurnal
Ilmiah Strata 1. Bali: Institut Seni Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lasibani, M.S & Kamal, Eni. 2010. Pola Penyebaran Pertumbuhan ”Propagul”
Mangrove Rhizophoraceae di Kawasan Pesisir Sumatera Barat. Dalam Jurnal
Mangrove dan Pesisir X (1), Februari 2010: 33-38.
Lowe, Phil. 1993. Empowering Individuals. Great Bretain: Kogan Page.
Mulyadi, dkk. 2009. Konservasi Hutan Mangrove sebagai Ekowisata. Dalam Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus. Jawa Timur: UPN Veteran.
Murdianin, S.N. 2009. Pengaruh Kegiatan Mewarnai Gambar dalam Meningkatkan
Motorik Halus Anak di Kelompok B Tk Jaya Kumara Desa Balinggi Jati
Kecamatan Balinggi. Kabupaten Parigi Moutong. Dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan No. Stambuk A 411 09 039. Palu: Universitas Tadulako.
Nuryanti, L. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: PT INDEKS.
Prasetyo, DS. 2008. Biarkan Anakmu Bermain. Yogyakarta: DIVA Press.
Prijono, O & Pranarka, A. 1966. Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan:
Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Purnobasuki, Hery. 2005. Tinjauan Perspektif Hutan Mangrove. Surabaya: Airlangga
University Press.
Pemerintah Republik Indonesia, (2003), Undang-Undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Samarakoon, S & Parinduri, A. R. 2015. Does Education Empower Women?
Evidence from Indonesia. Dalam Journal World Development Vol. 66, pp.
428–442.
Sari, Wahyu W. (2014) “Persepsi Guru dan Siswa SD di Yogyakarta terhadap
Program Conservation Scout”. Dalam Jurnal BIOEDUKATIKA Vol.2 No. 2.
Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
Sastrapratedja. 2013. Pendidikan sebagai Humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat
dan Pancasila.
Sulistiyowati, Hari. 2009. Biodiversitas Mangrove di Cagar Alam Pulau Sempu.
Dalam Jurnal Sainstek, Vol 8 No. 1, Juni 2009.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Suparno, Paul. 2002. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
Suryono. Ahmad. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove: Sang Penyelamat
Pulau. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Syam, dkk. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Widoyoko, P.E. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Sumber Internet:
http://mentawaikab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/8 di akses 10 November
2015).
http://pencerahnusantara.org/kabupaten-kepulauan-mentawai/ di akses 10 November
2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Pengumpulan Data Awal
Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru dan Anak
No Aspek
Nomor
Item
1. Manfaat bakau bagi masyarakat Mentawai 1-3
2. Bahaya jika merusak pohon bakau 4-7
3. Upaya-upaya yang dilakukan mengkonservasi pohon bakau 8-9
4. Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang
mengkonservasi pohon bakau
10-12
Saran atau komentar:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 2. Instrumen Pra Penelitian Guru
Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 3. Instrumen Pra Penelitian Anak
Lembar pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 4. Instrumen Validasi Guru
Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 5. Instrumen Validasi Anak
Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 6. Instrumen Validasi Ahli
Lembar Kuesioner Validasi Buku oleh Ahli Kelautan dan Perikanan
Validasi Ahli Kelautan dan Perikanan
No. Komponen yang dinilai Skor
Saran 1 2 4 5
1 Cover
e. Judul buku menarik
f. Judul buku sesuai
dengan tujuan
pengenalan konservasi
ekosistem bakau
g. Ilustrasi cover
mendukung judul
h. Ilustrasi buku
menggambarkan
ekosistem bakau
V
V
V
V
Untuk point c tentang ilustrasi
cover :
gambar biota dalam ilustrasi cover
kurang beragam, didominasi oleh
ikan. Mangrovenya hanya ada satu
jenis yang ditampilkan. Selain itu
jangan lupa, ada moluska dan biota
air lainnya, bahkan ada burung
d. sama dengan c.
2 Format penulisan buku
c. Sesuai kaidah penulisan
buku
d. Gambar pada buku
mendukung tujuan
V
V
3. Bahasa
g. Bahasa sesuai dengan
kaidah penulisan yang
baik dan benar.
V
h. Susunan kalimat dapat
dipahami oleh anak
seusia 6-8 tahun.
V
i. Pilihan kata sesuai
karakteristik anak
V Definisi bakau terlalu rumit
dipahami oleh anak berusia 6-8
tahun dengan bahasa - bahasa yang
baru seperti “komunitas”,
ekosistem, pasang surut
4. Isi Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
f. Gambar-gambar yang
disajikan memberi
pengertian baru pada
anak usia 6-8 tahun
V Gambar-gambarnya kurang
beragam dan kurang mewakili
biota pada ekosistem mangrove.
Contoh biota yang tidak ada:
gastropoda/keong, ular, burung
g. Isi cerita mengandung
unsur refleksi bagi
anak untuk
memelihara ekosistem
bakau
V
h. Gambar menarik dan
sesuai keadaan nyata
di Mentawai
V Saya mengalami kesulitan untuk
menilai karena saya tidak
mengetahui keadaan nyata di
Mentawai
i. Gambar mendukung
imajinasi anak untuk
mengembangkan cerita
mengenai ekosistem
bakau
V
j. Gambar sesuai dengan
kemampuan anak umur
6-8 tahun dalam hal
mewarnai dengan baik.
V
Saran validator :
4. Apakah mangrove di Mentawai hanya berakar tongkat/tunjang saja? sebab ada satu
lagi yang khas dari mangrove yang memiliki perakaran cakar ayam atau yg lain.
5. Coba tunjukkan pohon bakau dengan dua model perakaran yang khas di Mentawai.
6. Beberapa gambar yang buram harus diperbaiki.
Total Skor
1 + 4 + 36 + 10 = 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 7. Instrumen Persepsi Siswa
Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk Anak Usia 6-8 Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran (8)
Presensi Kehadiran
Workshop “Empowering Masyarakat Mentawai dalam Konteks Ekologi,
Konservasi, dan Spritualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran (9)
Presensi Kehadiran Selebrasi Konservasi Mangrove
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran (10)
Tabel Jadwal Penelitian
Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni-Juli
Studi Pustaka (Bab I-III)
Draf I Prototipe Buku
Validasi
Revisi Prototipe dan
Cetak Prototipe
Uji Terbatas ke Mentawai
Training Guru dan Siswa
di Mentawai
Kegiatan Bulan
Agustus September Oktober November Desember Januari
Olah Data
Susun Bab IV Revisi Akhir Modul
Revisi Bab I-IV
Revisi Bab I-V
Latihan Ujian
Skripsi
Ujian Skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran (11)
Hasil Kegiatan Anak Saat Uji Coba Mewarnai Gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran (12)
Foto Kegiatan Uji Coba di Dalam Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran (13)
Foto Kegiatan di Luar Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran (14)
BIODATA PENULIS
Mespin Zulian Samaloisa dilahirkan di Kosai Baru,
Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai
tanggal 14 April 1992. Penulis lulus SD tahun 2003
dari SDK St.Vincentius, Sikakap. Pada tahun 2003
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Swt. Tri
Bhakti, Sikakap. Pada tahun 2006 melanjutkan studi
di SMA N I Pagai Utara Selatan, Sikakap. Pada tahun
2009-2010 melanjutkan studi di Seminari Menengah St.Petrus Aek Tolang, Sibolga.
Pada tahun 2010-2012, penulis melanjutkan pendidikan di Tahun Orientasi Rohani
(TOR) di Pematang Siantar. Tahun 2012 terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh
studi di Universitas Sanata Dharma, penulis aktif dalam kegiatan BEMF, HMPS,
Seminar, dan kegiatan kepanitiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI