Upload
others
View
31
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Pengembangan Sistem Informasi Secara Insourcing dan Outsourcing
Oleh:
Taufik Triadi K25161106
Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikuler pada Program Studi
Magister Manajemen dan Bisnis Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2016
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
kelimpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal
ini yang berjudul “Pengembangan Sistem Informasi Secara Insourcing dan
Outsourcing ” sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah Sistem Informasi
Manajemen.
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan dalam
penyusunan proposal ini, antara lain:
1. Allah Swt.
2. Kedua Orang Tua saya dan kakak saya yang saya cintai
3. Teman-teman E62 yang dicintai telah memberikan motivasi dan semangat
kepada penulis dalam penyusunan makalah ini .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tak
luput dari kesalahan.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun.
Bogor, 17 Februari 2017
Taufik Triadi
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 2
C. Metodologi .................................................................................. 2
BAB II. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 3
A. Sistem Informasi ......................................................................... 3
B. Pengembangan Sistem Informasi ............................................... 3
BAB III. Pembahasan ............................................................................ 10
A. Keputusan Pemakaian Sistem Outsourcing atau Insourcing ...... 10
B. Metode-metode pengembangan sistem informasi ...................... 11
C. Pertimbangan dalam pelibatan pihak luar .................................. 10
D. Permasalahan penerapan dan pengembangan sistem ............. 11
BAB III. Penutup .................................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................. 16
B. Saran .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 17
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan, bisnis, suatu manajemen/organisasi/perusahaan memerlukan pengambilan keputusan, baik dalam operasional sehari-hari maupun dalam perencanaan strategis ke masa depan. Proses pengambilan keputusan harus dilandasi data dan Informasi yang tepat agar isi keputusan yang diambil tepat sasaran. Informasi diperoleh dari pengolahan data, dan pengolahan data dilaksanakan oleh sistem informasi dengan dukungan teknologi informasi. Di dalam organisasi bisnis, fungsi-fungsi organisasi misalnya adalah fungsi akuntansi, pemasaran, sumber daya manusia, Produksi dan keuangan. Contoh-contoh sistem Informasi yang kita kenal adalah :
Sistem Informasi akuntansi (SIAKU atau SIA)
Sistem Informasi Pemasaran (SIPEM)
Sistem Informasi sumber daya manusia (SISDM)
Sistem Informasi Produksi (SIPRO)
Sistem Informasi Keuangan (SIKEU)
Sistem Informasi di tingkat manager bawah adalah Process Control System (PCS)
Sistem Informasi di tingkat manager keatas adalah sistem penunjang keputusan (Decision Support Systems atau DSS)
Sistem pakar (Expert Systems atau ES)
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System atau GIS)
Jaringan Neural Buatan (Atificial Neural Network atau ANN)
Sistem Informasi Eksekutif (executive Information System atau EIS) dll
Sistem yang ada dalam pengembangan sistem teknologi Informasi terus berkembang dan pengembangan ini dapat berupa sistem metode paket (package), metode prototip (protiping), metode pengembangan oleh pemakai (end user computing atau end user development) dan metode outsourcing. Pemilihan faktor-faktor ini disesuaikan dengan keadaan ketersediaan paket, sumber daya sistem teknologi Informasi, dampak dari sistem dan jadwal pemakaian sistem. Sistem informasi berperan penting dalam keberhasilan bisnis karena sistem informasi dapat berfungsi sebagai sistem pendukung operasi (operations support system) yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan, selain itu sistem informasi juga berperan didalam sistem pendukung manajemen (management support system) yang dapat meningkatkan pengambilan keputusan manajerial kearah yang lebih baik.
Outsourcing tidak hanya memberi manfaat bagi usaha kecil dan menengah, seperti meningkatnya nilai perusahaan, meningkatkan fleksibilitas operasi, mengurangi biaya dan perusahaan bisa lebih fokus pada kompetensi inti, namun Outsourcing juga diikuti oleh munculnya resiko-resiko baru seperti penurunan dalam
2
kinerja sistem, penurunan moral staf, atau hilangnya kemampuan inovatif. Resiko tersebut menyebabkan munculnya biaya-biaya yang tersembunyi (hidden cost).
Resiko-resiko sebagaimana dimaksud umumnya muncul bila keputusan Outsourcing didasari semata-mata oleh dorongan untuk memotong biaya dan pemilihan sistem informasi yang akan di-outsource dilakukan secara sembarangan. Untuk meminimalkan risiko tersebut pengambil keputusan harus memisahkan fungsi sistem informasi yang tidak memiliki nilai tambah dari fungsi kompetensi inti sistem informasi yang memiliki nilai tambah. Pengambil keputusan harus bisa menentukan tingkat resiko yang bisa ditolerir pada biaya yang paling minimal. Pertimbangan terhadap resiko, biaya dan manfaat dari aktifitas Outsourcing akan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan Outsourcing atau tidak.
B. Tujuan
Penulisan tugas ini bertujuan
1. Membahas fungsi outsourcing dalam perusahaan. 2. Menganalisa keunggulan outsourcing dan insourcing, data apa saja yang
diperlukan baik internal maupun eksternal. Bagaimana keberhasilan perusahaan atau organisasi menggunakan sistem penerapan outsourcing dalam mengidentifikasi potensi pasar dengan menggunakan data yang didapat dari berbagai sumber, analisis, dan proses pengambilan keputusan.
3. Memberikan saran pengembangan agar perusahaan atau industri agar lebih baik lagi dalam transformasi paradigma sistem informasinya ke masa depannya.
C. Metodologi
Penulisan Penyusunan makalah ini menggunakan beberapa tahapan yang dipilih penulis yaitu:
1. Pengumpulan data dan informasi terkait pemanfaatan sistem outsourcing perusahaanatau organisasi
2. Studi literatur berdasarkan buku dan jurnal ilmiah sebagai landasan teori penulisan makalah.
3. Identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh sistem sehingga diperoleh hasil yang berguna dalam membantu proses pengambilan keputusan.
4. Identifikasi kebaikan dan kelemahan sistem outsourcing
3
BAB II
Tinjauan Pustakan
A. Sistem Informasi
Menurut O’Brien, Sistem Informasi merupakan kombinasi yang terdiri dari
orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komputer dan jaringan
komunikasi, serta basis data untuk mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan
informasi dalam suatu bentuk organisasi. Sedangkan Menurut Mc Leod, Sistem
Informasi merupakan sistem yang mempunyai kemampuan dalam mengumpulkan
informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan
informasi.
Pada dasarnya, Pengertian Sistem Informasi terbentuk melalui kegiatan operasi
yang tetap yaitu :
Mengumpulkan data
Mengelompokkan data
Menghitung dan menganalisa data
Menyajikan laporan data
Sasaran dalam Sistem Informasi, yaitu :
Meningkatkan efektifitas secara keseluruhan
Meningkatkan efektifitas ekonomi
Meningkatkan penyelesaian tugas
Komponen dalam Sistem Informasi, yaitu :
Manusia, seperti manajer, operator, analis dan programmer
Database, kumpulan data dan informasi yang diorganisasikan sehingga
pengguna sistem informasi mudah mengakses.
Telekomunikasi, sebagai penghubung antara pengguna sistem dengan
sistem komputer secara bersama-sama ke dalam suatu jaringan kerja yang
efektif.
Perangkat keras, melengkapi data dengan memasukkan, memproses dan
mengeluarkan data.
Perangkat lunak, suatu program dan instruksi yang diberikan pada komputer.
B. Pengembangan Sistem Informasi
Dalam pengembangan sistem informasi pada suatu perusahaan atau organisasi
dapat dilakukan dalam tiga (3) cara, yaitu sebagai berikut:
Insourcing
4
Insourcing merupakan pengoptimalan karyawan dalam perusahaan untuk
dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu
sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam bentuk bekerja di
luar perusahaan secara fulltime, atau temporary. Kompensasi yang diterima juga
mengikuti pola tersebut. Artinya mereka akan dibayar secara penuh oleh
perusahaan yang menggunakannya, atau sharing dengan perusahaan asalnya atau
perusahaan asal hanya menanggung selisih gaji (Zilmahram, 2009). Insourcing juga
dapat didefinisikan sebagai transfer pekerjaan dari satu organisasi ke organisasi lain
yang terdapat di dalam negara yang sama. Selain itu, Insourcing dapat pula diartikan
dengan suatu organisasi yang membangun fasilitas atau sentra bisnis baru yang
mengkhususkan diri pada layanan atau produk tertentu.Dalam kaitannya dengan TI,
Insourcing atau Contracting merupakan delegasi dari suatu pekerjaan ke pihak yang
ahli (spesialis TI) dalam bidang tersebut dalam suatu perusahaan. Keunggulan dan
kekurangan sistem insourcing sebagai berikut:
Tabel.1 Keunggulan dan kekurangan sistem insourcing
keunggulan sistem insourcing Kekurangan sistem insorcing
Sistem informasi yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan
sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan
serta dokumentasi yang disertakan lebih
lengkap.
Biaya pengembangannya relatif lebih murah
karena hanya melibatkan pihak
perusahaan.
Sistem informasi yang dibutuhkan dapat
segera direalisasikan dan dapat segera
dilakukan perbaikan untuk
menyempurnakan sistem tersebut.
Mudah untuk melakukan modifikasi dan
pemeliharaan (maintenance) terhadap
sistem informasi karena proses
pengembangannya dilakukan oleh
karyawan perusahaan tersebut.
Adanya insentif tambahan bagi karyawan
yang diberi tanggung jawab untuk
mengembangkan sistem informasi
perusahaan tersebut.
Lebih mudah melakukan pengawasan
(security access) dan keamanan data lebih
Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan
SDM yang menguasai teknologi informasi.
Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi
operator dan programmer sehingga ada
konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.
Pengembangan sistem informasi
membutuhkan waktu yang lama karena
konsentrasi karyawan harus terbagi dengan
pekerjaan rutin sehari-hari sehingga
pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan
efisien.
Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan
untuk mengembangkan sistem informasi
karena bukan merupakan core competency
pekerjaan mereka.
Perubahan dalam teknologi informasi terjadi
secara cepat dan belum tentu perusahaan
mampu melakukan adaptasi dengan cepat
sehingga ada peluang teknologi yang
digunakan kurang canggih (tidak up to date).
Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang
sistem informasi dapat menyebabkan
kesalahan persepsi dalam pengembangan
5
terjamin karena hanya melibatkan pihak
perusahaan.
Sistem informasi yang dikembangkan dapat
diintegrasikan dengan lebih mudah dan
lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.
Proses pengembangan sistem dapat
dikelola dan dikontrol.
Dapat dijadikan sebagai keunggulan
kompetitif sebab sekaligus menunjukkan
kemandirian dalam berusaha dan
menambah rasa percaya diri perusahaan
akan kemampuannya.
Rasa ikut memiliki yang dimiliki oleh pihak
karyawan sehingga dapat mendukung
pengembangan sistem yang sedang
dijalankan dan tidak adanya konflik
kepentingan bila dibandingkan dengan
outsourcing.
Cocok untuk pengembangan sistem dan
proyek yang kompleks
Kedekatan departemen yang mengelola
sistem informasi dengan end-user sehingga
akan mempermudah dalam
mengembangkan sistem sesuai dengan
harapan.
Pengambilan keputusan yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan sendiri tanpa
adanya intervensi dari pihak luar
distem dan kesalahan/resiko yang terjadi
menjadi tanggung jawab perusahaan
(ditanggung sendiri).
Perlu waktu yang lama untuk
mengembangkan sistem karena harus
dimulai dari nol.
Kesulitan para pemakai dalam menyatakan
kebutuhan dan kesukaran pengembangan
memahami mereka dan seringkali hal ini
membuat para pengembang merasa putus
asa.
Batasan biaya dan waktu yang tidak jelas
karena tidak adanya target yang ditetapkan
sehingga sulit untuk diprediksi oleh
perusahaan.
Perubahan budaya yang sulit jika diatur oleh
karyawannya sendiri.
Organisasi biasanya memilih untuk melakukan insourcing antara lain dalam
rangka mengurangi biaya tenaga kerja dan pajak. Organisasi yang tidak puas
dengan outsourcing kemudian memilih insourcing sebagai penggantinya. Beberapa
organisasi merasa bahwa dengan insourcing mereka dapat memiliki dukungan
pelanggan yang lebih baik dan kontrol yang lebih baik atas pekerjaan mereka
daripada dengan meng-outsourcing-nya.
Outsourcing
Dalam buku “Introduction to Information Systems” menurut O’Brien dan
Marakas (2010 ), outsourcing adalah pembelian sejumlah barang atau jasa yang
semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan
6
memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Dalam kaitannya dengan TI,
outsorcing digunakan untuk menjangkau fungsi TI secara luas dengan mengontrak
penyedia layangan eksternal. Outsourcing TI juga dapat diterjemahkan sebagai
penyediaan tenaga ahli yang profesional di bidang TI untuk mendukung dan
memberikan solusi guna meningkatkan kinerja perusahaan.
08113249363
Aplikasi IT outsourcing di suatu perusahaan antara lain mencakup layanan sebagai
berikut:
Pemeliharaan aplikasi (Applications maintenance)
Pengembangan dan implementasi aplikasi (Application development and
implementation)
Data centre operations
End-user support
Help desk
Dukungan teknis (Technical support)
Perancangan dan desain jaringan
Network operations
Systems analysis and design
Business analysis
Systems and technical strategy
metode outsoucing memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dilihat
dalam table berikut:
Tabel 2. Keunggulan dan kekurangan sistem outsourcing
keunggulan sistem outsourcing Kekurangan sistem outsourcing
Meningkatkan fleksibilitas untuk
melakukan atau tidak melakukan
investasi.
Biaya menjadi lebih murah karena
perusahaan tidak perlu membangun
sendiri fasilitas SI dan TI.
Memiliki akses ke jaringan para ahli dan
profesional dalam bidang SI/TI.
Dapat mengeksploitasi skill dan
kepandaian dari perusahaan outsource
dalam mengembangkan produk yang
diinginkan perusahaan.
Mempersingkat waktu proses karena
Adanya perbedaan kompensasi dan
manfaat antara tenaga kerja internal
dengan tenaga kerja outsourcing.
Jika menandatangani kontrak
outsourcing yang berjangka lebih dari
3 tahun, maka dapat mengurangi
fleksibilitas seandainya kebutuhan
bisnis berubah atau perkembangan
teknologi yang menciptakan peluang
baru dan adanya penurunan harga,
maka perusahaan harus
merundingkan kembali kontraknya
dengan pihak outsourcer.
Ketergantungan dengan perusahaan
7
beberapa outsourcer dapat dipilih
sekaligus untuk saling bekerja sama
menyediakan layanan yang dibutuhkan
perusahaan.
Fleksibel dalam merespon perubahan SI
yang cepat sehingga perubahan arsitektur
SI berikut sumberdayanya lebih mudah
dilakukan karena perusahaan outsource
SI pasti memiliki pekerja TI yang
kompeten dan memiliki skill yang tinggi,
serta penerapan teknologi terbaru dapat
menjadi competitive advantage bagi
perusahaan outsource.
Perusahaan dapat mengkonsentrasikan
diri dalam menjalankan dan
mengembangkan bisnis intinya, karena
bisnis non-inti telah didelegasikan
pengerjaannya melalui outsourcing.
pengembang SI akan terbentuk karena
perusahaan kurang memahami SI/TI
yang dikembangkan pihak outsourcer
sehingga sulit untuk mengembangkan
atau melakukan inovasi secara internal
di masa mendatang.
Mengurangi keunggulan kompetitif
perusahaan karena pihak outsourcer
tidak dapat diharapkan untuk
menyediakan semua kebutuhan
perusahaan karena harus memikirkan
klien lainnya juga.
Kehilangan kendali terhadap SI dan
data karena bisa saja pihak outsourcer
menjual data dan informasi
perusahaan ke pesaing.
Dari kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh outsoucing muncul berbagai
pemikiran kenapa suatu perusahan memilih metode ini. Menurut Rahardjo (2006),
outsourcing sudah tidak dapat dihindari lagi oleh perusahaan. Berbagai manfaat
dapat dipetik dari melakukan outsourcing, seperti penghematan biaya (cost saving),
perusahaan bisa memfokuskan diri pada kegiatan utamanya (core business), dan
akses pada sumber daya (resources) yang tidak dimiliki oleh perusahaan.
Outsourcing juga dapat membantu organisasi dalam memanfaatkan penggunaan
sumber daya, waktu dan infrastruktur mereka dengan lebih baik. Outsourcing juga
memungkinkan organisasi untuk mengakses modal intelektual, berfokus pada
kompetensi inti, mempersingkat waktu siklus pengiriman dan mengurangi biaya
secara signifikan. Dengan demikian, organisasi akan merasa outsourcing
merupakan strategi bisnis yang efektif untuk membantu meningkatkan bisnis
mereka.
Co Sourcing
Co-sourcing adalah sebuah model pengembangan sistem informasi yang
melibatkan staf dari dalam perusahaan dan penyedia layanan eksternal. Perusahaan
dan penyedia layanan eksternal memiliki tanggung jawab bersama untuk
membangun, menyediakan dan mengoperasikan sistem informasi. Model ini
melibatkan tugas-tugas outsourcing tertentu.
Pemilihan metode co-sourcing oleh suatu perusahaan pada dasarnya
dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan bisnis suatu perusahaan dimana pada satu
sisi perusahaan dihadapkan pada adanya keterbatasan SDM internal baik kuantitas
8
maupun kualitas knowledge yang dimilikinya dalam menangani system informasi
manajemen tersebut secara efektif dan efisien. Di sisi lain, perusahaan
menginginkan adanya kontrol dan pengawasan terhadap sistem informasi yang akan
dikembangkan tersebut. Pola kerjasama penyediaan IT dengan cosourcing yaitu:
Perusahaan dan penyedia jasa IT berbagi sumberdaya bersama. Penyedia
jasa IT dapat menyediakan tenaga ahli dan teknologi sedangkan perusahaan
menyediakan ruangan dan fasilitas lain
Hubungan kerjasama yang terjadi sangat bervariasi. Penyedia jasa bisa saja
bekerja dalam periode yang tidak ditentukan bahkan sewaktu-waktu bisa bergabung
dengan perusahaan klien. Tabel berikut ini menjelaskan keunggulan dan
kekurangan co-sourcing:
Tabel.3 Keunggulan dan kekurangan Co-Sourcing
keunggulan sistem co sourcing Kekurangan sistem co sourcing
Umumnya sistem informasi yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan karena karyawan yang
ditugaskan mengerti kebutuhan sistem
dalam perusahaan.
Biaya pengembangannya relatif lebih
rendah karena hanya melibatkan pihak
perusahaan.
Sistem informasi yang dibutuhkan dapat
segera direalisasikan dan dapat segera
melakukan perbaikan untuk
menyempurnakan sistem tersebut.
Sistem informasi yang dibangun sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan
dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.
Mudah untuk melakukan modifikasi dan
pemeliharaan (maintenance) terhadap
sistem informasi karena proses
pengembangannya dilakukan oleh
karyawan perusahaan tersebut.
Adanya insentif tambahan bagi karyawan
yang diberi tanggung jawab untuk
mengembangkan sistem informasi
perusahaan tersebut.
Lebih mudah melakukan pengawasan
(security access) dan keamanan data lebih
Keterbatasan jumlah dan tingkat
kemampuan SDM yang menguasai
teknologi informasi.
Pengembangan sistem informasi
membutuhkan waktu yang lama
karena konsentrasi karyawan harus
terbagi dengan pekerjaan rutin
sehari-hari sehingga pelaksanaannya
menjadi kurang efektif dan efisien.
Perubahan dalam teknologi informasi
terjadi secara cepat dan belum tentu
perusahaan mampu melakukan
adaptasi dengan cepat sehingga ada
peluang teknologi yang digunakan
kurang canggih (tidak up to date).
Membutuhkan waktu untuk pelatihan
bagi operator dan programmer
sehingga ada konsekuensi biaya
yang harus dikeluarkan.
Adanya demotivasi dari karyawan
ditugaskan untuk mengembangkan
sistem informasi karena bukan
merupakan core competency
pekerjaan mereka
9
terjamin karena hanya melibatkan pihak
perusahaan. Sistem informasi yang
dikembangkan dapat diintegrasikan lebih
mudah dan lebih baik terhadap sistem yang
sudah ada.
Beberapa alasan yang mendasari pemilihan metode co-sourcing oleh perusahaan :
Perusahaan menginginkan pengawasan langsung untuk membangun fitur
dan fungsi sistem informasi
Perusahaan ingin tetap mempertahankan pengetahuan korporasi
Perusahaan menginginkan adanya win-win relationship dengan partner yang
berkompeten dan mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan
Perusahaan menginginkan pengetahuan SI menjadi bagian dari pengetahuan
perusahaan
Tidak keberatan dengan adanya negosiasi ulang biaya pengembangan
sistem informasi seiring dengan perubahan lingkungan bisnis dan teknologi
yang cepat
Perusahaan membutuhkan aksi yang efektif, cepat dan fleksibel terhadap
strategi bisnisnya
Perusahaan membutuhkan perbaikan dan peningkatan sistem yang
berkelanjutan
Perusahaan menginginkan biaya tetap dapat diprediksi dengan baik.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keputusan pemakaian sistem outsourcing atau insourcing
Dewasa ini, banyak perusahaan-perusahaan bisnis di Indonesia yang telah menerapkan sistem informasi untuk menunjang kinerja bisnisnya secara signifikan. Sistim informasi tidak lagi hanya digunakan untuk pemrosesan data ataupun penyimpanan data, namun telah digunakan secara luas untuk membantu dalam pengambilan keputusan, intelejen bisnis, sarana komunikasi dengan konsumen dan lain sebagainya.
Model outsourcing dipilih dalam American standar karena dalam setahun dapat menghemat $ 2 juta karena melakukan outsourcing terhadap operasi keuangan dan penggajian (Laudon dan Laudon, 1998)
Ketika masa masa banjir pembeli maka menghilangkan penyediaan sarana dan cukup melakukan pengeluaran yang sesuai dengan tambahan layanan yang diberikan dari pihak luar.
B. Metode – Metode Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menurut Jogiyanto (2003) pengembangan sistem informasi dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah pengembangan sistem informasi konvensional dengan menggunakan siklus hidup pengembangan sistem atau system development life cycle (SDLC). Sistem dikembangkan oleh analis sistem, yaitu orang yang memiliki kemampuan mengembangkan sistem cara profesional. Pengembangan sistem dilakukan melalui tahapan analisis sistem, perancangan sistem, implementasi sistem, dan operasi serta perawatan sistem. Cara kedua adalah dengan menggunakan metode baru yang merupakan metode alternatif dari metode SLDC, sehingga dapat disebut dengan metode-metode alternatif (alternatif methods). metode-metode alternatif meliputi:
a. Paket (package) b. Prototipe (prototyping), c. Pengembangan oleh pemakai akhir (end-user development atau end-
user computing) d. Outsourcing.
Selain itu, pertumbuhan penerapan dan pengembangan sistim informasi dapat dilihat dari menjamurnya perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa pembangunan Information Technology baik secara outsourcing maupun secara insourcing. Hal ini tentu sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan information technology baik dalam dunia bisnis maupun lingkungan lainnya. Keputusan insourcing atau outsourcing adalah didasarkan pada beberapa hal yaitu jumlah budget yang dianggarkan, keputusan strategis, berdasarkan kontribusi aktivitas TI tersebut terhadap operasi dan posisi bisnis dan berdasarkan atas analisis strategic grid yang nantinya bisa dilihat dalam penjelasan halaman berikutnya.
11
Berdasarkan besarnya budget,dari keputusan insourcing atau outsourcing dapat ditentukan sebagai berikut ini :\
a. De facto insourcing Keputusan ini merupakan 100 % budget untuk insourcing yaitu semua pengembangan sistem dan operasinya dilakukan oleh internal organisasi yaitu biasanya dilakukan oleh departemen sistem Informasi atau departemen IT.
b. Total in-sourcing Keputusan ini merupakan sebagian besar (sekitar 80% budget ) dari pengembangan dan kegiatan operasi TI dilakukan secara internal oleh departemen TI.
c. Selective outsourcing Keputusan ini merupakan keputusan sebagian besar (sampai dengan 80 % budget) pengembangan dan operasi TI yang diseleksi dikembangkan dan dioperasikan oleh penyedia jasa outsourcing.
d. Total outsourcing Keputusan ini adalah menyerahkan sebagian besar (lebih dari 80% budget) pengembangan dan operasi kegiatan TI kepada penyedia jasa luar.
Berdasarkan jenis aplikasinya selain outsourcing sekarang menjadi alternative untuk dipilih, tidak setiap aplikasi tepat untuk di-outsource-kan (Jogiyanto, 2003)
Daerah outsourcing (Jogiyanto,2003)
Petuah conventional mengatakan bahwa aplikasi-aplikasi yang dapat dioutsource-kan adalah aplikasi-aplikasi yang jenisnya tidak strategis dan tidak kritikal seperti tampak pada gambar diatas ini. Menurut petuah konvensional ini, jika aplikasi yang bersifat strategis di –outsource-kan, maka akan kehilangan keuntungan kompetisinya sehingga tidak menjadi strategis lagi. Kehilangan keuntungan kompetisinya karena outsourcer dapat menyediakan jasa semacam kepada pesaing pesaing dapat mempunyai aplikasi yang sama. Petuah konvensional juga menyarankan untuk tidak meng-outsource-kan aplikasi –aplikasi yang kritis dengana alasan jika terjadi gangguan dengan aplikasinya, maka akan sangat terlambat untuk diperbaiki apabila aplikasi tersebut dikerjakan di tempat outsourcer yang terpisah dengan tempat perusahaan. Contoh aplikasi yang tidak boleh di-outsource-kan adalah reservasi tiket pesawat terbang.
C. Pertimbangan dalam pelibatan pihak luar untuk menangani sistem adalah :
Pertimbangan dalam proses outsourcing:
Menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem Informasi dengan hati-hati. Sebaiknya pihak luar yang dipilih memang benar-benar telah berpengalaman.
Menandatangani kontrak, kontrak dimaksudkan sebagai pengikat tanggungjawab dan dapat dijadikan pegangan dalam melanjutkan dan menghentikan proyek jika terjadi masalah selama masa pengembangan
12
Merencanakan dan memonitor setiap langkah dalam pengembangan agar keberhasilan proyek benar-benar tercapai. Kontrol perlu diterapkan pada setiap akitiviatas dengan maksud agar pemantauan dapat dilakukan dengan mudah
Menjaga komunikasi yang efektif antara personil dalam perusahaan dengan pihak pengembang, dengan tujuan agar tidak terjadi konflik atau hambatan proyek berlangsung
Mengendalikan biaya dengan tepat dengan misalnya memperhatikan proporsi pembayaran berdasarkan persentase tingkat penyelesaian proyek. Kelemahan yang juga perlu mendapat perhatian pada cara pengembangan sistem oleh pihak luar adalah adanya ketergantungan yang terus menerus terhadap pihak pengembangan karena yang memegang kode sumber seluruh program yang digunakan untuk membentuk sistem tetap menjadi hak pengembang.
D. Permasalahan Penerapan dan Pengembangan Sistim Informasi di Indonesia
Dewasa ini, banyak perusahaan-perusahaan bisnis di Indonesia yang telah menerapkan sistim informasi untuk menunjang kinerja bisnisnya secara signifikan. Sistim informasi tidak lagi hanya digunakan untuk pemrosesan data ataupun penyimpanan data, namun telah digunakan secara luas untuk membantu dalam pengambilan keputusan, intelejen bisnis, sarana komunikasi dengan konsumen dan lain sebagainya.
Selain itu, pertumbuhan penerapan dan pengembangan sistim informasi dapat dilihat dari menjamurnya perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa pembangunan Information Technology baik secara outsourcing maupun secara insourcing. Hal ini tentu sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan information technology baik dalam dunia bisnis maupun lingkungan lainnya. Keputusan apakah sistem teknologi Informasi akan di-outsource atau di-insource dapat juga ditentukan dengan kontribusi aktivitas TI tersebut terhadap operasi dan posisi bisnis. Dengan demikian terdapat dua dimensi untuk mengevaluasi keputusan outsourcing ini sebagai berikut :
Kontribusi TI terhadap posisi bisnis yang dapat terdiri dari :
Diferensiasi (differentiation) yaitu aktivitas TI yang member kontribusi posisi bisnis yang strategis yang dapat membuat perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya.
Komoditas (commodity ) yaitu aktivitas TI hanya seperti komoditas biasa tidak menyumbangkan posisi terhadap operasi bisnis yang kritikal
Kontribusi TI terhadap bisnis yang dapat terdiri dari :
Kritikal (critical) yaitu TI digunakan untuk operasi bisnis yang kritikal.
Berguna (useful) yaitu TI sangat berguna untuk digunakan pada operasi bisnis, tetapi bukan operasi bisnis yang kritikal. Dari dua buah dimensi ini dapat diperoleh empat kategori kontribusi TI terhadap posisi dan operasi bisnis sebagai berikut ini, lihat gambar 1 :
13
Gambar 1. Kontribusi aktivitas TI terhadap posisi dan operasinya di bisnis Source : Lacity, Mary C, Leslie P. Willocks, Feeny, “ The value of selective IT sourcing “ “ siloam Management Review, Spring 1996.
Berdasarkan analisis strategis Grid , aplikasi TI yang memberikan posisi strategis kepada perusahaan sebaiknya tidak di-outsource tetapi dikembangkan dan dioperasikan dalam internal perusahaan. Mc Farlan dan Mc Kenny’s strategic grid dapat digunakan untuk menganalisis kontribusi TI terhadap posisi strategis perusahaan. Ada dua dimensi yaitu pertama adalah ketergantungan operasi perusahaan terhadap TI sekarang dan yang kedua adalah portfolio pengembangan aplikasi aplikasi TI di masa depan (ketergantungan operasi perusahaan terhadap TI di masa depan). Dari dimensi ini diperoleh empat kuadran (jogiyanto,2003), yaitu :
1. Factory dengan rekomendasi aplikasi TI untuk di-outsource 2. Strategic/strategis dengan rekomendasi aplikasi TI untuk tidak di-outsource 3. Support dengan rekomendasi aplikasi TI untuk di-outsource 4. Turnaround dengan rekomendasi aplikasi TI untuk tidak di-outsource seperti
tampak di gambar 2 berikut ini :
14
Gambar 2. Portfolio pengembangan aplikasi-aplikasi TI di masa depan Source : Mc Farlan and Mc Kenney’s strategic grid. Mc Farlan, F. Warren ; and R.L. Nolan, “ How to manage an IT outsourcing alliance, “ Siloam Management Review, Winter 1995,p.16.
Jika keputusan untuk di- outsource-kan sudah diputuskan maka langkah berikutnya adalah mengevaluasi beberapa strategi kontrak yang tersedia. Evaluasi strategi kontrak menggunakan dua buah dimensi sebagai berikut ini (Jogiyanto, 2003).
1. Gaya pembelian (purchasing style) yang menjelaskan gaya hubungan antara perusahaan dengan penyedia jasa outsourcing yang terdiri dari :
a. Transaksi (transaction) yaitu pembelian yang regular dengan kontrak tepat waktu
b. Hubungan baik (Relationship) yaitu hubungan pembelian dalam bentuk partnership
2. Fokus pembelian (Purchasing focus) yaitu menjelaskan siapa yang mengoperasikan dan mengelola aktivitas-aktivitas TI yang terdiri dari :
a. Sumber daya (Resources) yaitu aktivitas TI dikelola sendiri oleh departemen TI internal dengan sumber dayanya yang diperoleh dari outsourcer
b. Hasil (Results) outsourcer mengelola aktivitas TI, perusahaan menerima hasil akhirnya.
Kombinasi dari dua dimensi diperoleh empat macam alternative kontrak outsourcing yaitu :
1. Beli dalam (Buy in) yaitu outsourcer menyediakan sumber daya TI semacam pemrogram computer. Pengelolaan kegiatan-kegiatan TI masih dikerjakan di
15
departemen TI secara internal. Hubungan kerja perusahaan dan outsourcer hubungan bisnis jangka pendek.
2. Pemasok terpilih (Preferred suppliers) yaitu outsourcer menyediakan sumber-sumber daya TI semacam pemrogram computer. Pengelolaan kegiatan TI masih dikerjakan di departemen TI secara internal. Hubungan kerja bisnis jangka panjang
3. Kontrak penuh (contract-out) yaitu outsourcer menyediakan sumber-sumber daya TI program computer mengelola kegiatan TI dan bertanggungjawab menyediakan hasilnya
4. Kontraktor terpilih (Preferred contractor) yaitu perusahaan dan outsourcer membangun kerjasama jangka panjang misalnya membuat kembali perusahaan outsourcing untuk menyediakan sumber daya, mengelola kegiatan-kegiatan TI dan menyediakan hasilnya.
Sebagai contoh dalam keputusan melakukan outsourcing aplikasi TI untuk dana pension di suatu bank. Dari hasil kematangan dan integrasi teknologi yang dimiliki dapat dijelaskan sebagai berikut ini. Bank tersebut menggunakan teknologi computer mainframe untuk aplikasi TI pada umumnya. Teknologi ini merupakan yang mereka kuasai. Tingkat kematangan bank ini pada Technology mainframe adalah tinggi.
Aplikasi TI untuk dana pensiunnya tidak menggunakan teknologi mainframe ini akan tetapi menggunakan teknologi client server yang masih baru di perusahaan tersebut. Dari segi aplikasinya , aplikasi TI dana pensiun ini terpisah dengan aplikasi aplikasi TI yang lainnya sehingga tingkat integrasinya rendah. Untuk itu dari hasil evaluasi maka diputuskan bahwa aplikasi TI untuk dana pension bank tersebut dapat di-outsource-kan dengan bentuk pemasok terpilih (preferred supplier)
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1. KESIMPULAN
Sistem informasi manajemen merupakan suatu hal yang sangat penting . Sistem informasi manajemen ini akan sangat membantu perusahaan seperti dalam mengumpulkan, menyimpan serta mengolah data-daya yang diperlukan. Perusahaan harus mengerti benar arti pentingnya kontrol operasional dan pengembangan TI (teknologi Informasi) mampu terus bersaing dengan para kompetitor.
Untuk dapat mengembangkan sistem informasi yang efektif dan kompetitif terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu secara insourcing, outsourcing serta co-sourcing. Setiap cara memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, disesuaikan dengan karakter perusahaan, budget perusahaan dan juga kegunaan fungsional sistem Informasi tersebut, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dan bagaimana kondisi yang ada. Dengan begitu pengembangan sistem informasi manajemen yang dibangun dapat diterapkan secara optimal dan memberikan dampak yang positif serta memberikan keuntungan terhadap perusahaan.
4.2. SARAN
Dari pemaparan diatas, penulis menyarankan sebaiknya perusahaan jika memilih sistem harus disesuaikan dengan :
1. Kebutuhan perusahaan. 2. Kondisi/skill tenaga kerjanya yang berhubungan dengan sistem Informasi 3. Dokumentasi harus baik karena sistem jika Dokumentasi kurang baik hasilnya
juga tidak maksmimal, jadi perlu adanya komitment seluruh management dan karyawan yang selalu berkesinambungan dan profesional dalam mendukung keberhasilan sistem yang dipilih baik outsourcing, paket maupun dikelola internal/insourcing.
4. Setiap karyawan harus dilatih secara berkesinambungan agar dapat melakukan input data dengan benar agar data yang didapatkan benar-benar maksimal dan benar.
5. Pemilihan pihak outsourcing harus dilakukan /dicari pihak yang bisa dipercaya jangan sampai data penting jatuh ke tangan competitor mungkin lebih detail di kontrak kerjasama outsourcingnya
17
DAFTAR PUSTAKA
Jogiyanto H.M. 2003. Sistem Teknologi Informasi. Andi Offset. Yogyakarta
Jurnal manajemen dan agribisnis ISSN 1693-5853 Vol 8 No : 1 Maret 2011
Kadir, Abdul. (2003). Pengenalan Sistem Informasi Edisi 1. Andi Offset. Yogyakarta.
Laudon, Kenneth C. , Laudon, Jane P. 1998. Management Information Systems New Approaches to Organization & Technology. 5th edition, Prentice Hall International, Inc.
Lacity, Mary C, Leslie P. Willocks, Feeny, “ The value of selective IT sourcing “ siloam Management Review, Spring 1996.
Lacity, Mary C; Leslie P. Willlcocks; and David F. Feeny, “ The value of selective IT sourcing”, “ Sloan Management Review, Spring 1996.
Mc Farlan and Mc Kenney’s strategic grid. Mc Farlan, F. Warren ; and R.L. Nolan, “ How to manage an IT outsourcing alliance, “ Siloam Management Review, Winter 1995,p.16. Murhada dan Giap, Yong Ceng (2011). Pengantar teknologi Informasi. Mitra wacana Media
Wright, 2006. Managing Information Technology Fourth Edition. Prentice-Hall. New Jersey.
http://blogstudent.mb.ipb.ac.id/2015/01/13/pengembangan-sistem-informasi-dengan-
menggunakan-pendekatan-insourcing-atau-outsourcing-di-perusahaan/
https://tyomulyawan.wordpress.com/2014/01/02/metode-pengembangan-sistem-
informasi-perusahaan-insourcing-outsourcing-co-sourcing/