Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI RUMAH TANGGA
DESA TANDUK AMPEL BOYOLALI
Oleh :
SHANDY ANGGRIAWAN
NIM : 222010015
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : Ilmu Ekonomi
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
2
3
4
5
6
PENDAHULUAN
Pengembangan usaha ternak haruslah tetap diupayakan oleh pemerintah dan peternak
guna mencukupi kebutuhan protein hewani yang relatif meningkat oleh karena adanya
peningkatan konsumsi, pendapatan dan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah.
Subsektor peternakan diharapkan semakin berkembang dan meningkat mengingat usaha
ternak berperan mendorong bertumbuhnya industrialisasi serta memiliki peran ganda untuk
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga peternak. Sapi ternak adalah penghasil daging
yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki arti penting dalam kehidupan
masyarakat (Sudarmono, 2008).
Usaha ternak sapi merupakan salah satu bentuk usaha yang banyak ditekuni oleh
masyarakat di Jawa Tengah salah satunya yaitu masyarakat di Kabupaten Boyolali yang
merupakan salah satu Kabupaten kecil di Jawa Tengah yang terkenal sebagai Kota Sapi atau
Kota Susu. Kabupaten Boyolali dikenal karena merupakan salah satu sentra peternakan sapi
yang cukup besar di Jawa Tengah, salah satunya adalah susu murni hasil dari sapi ternak
yang mampu membawa nama Kabupaten Boyolali hingga ke tingkat nasional. Sebagian besar
daerah ini berada di dataran tinggi yang cocok untuk membudidayakan sapi ternak. Oleh
sebab itu ikon sapi begitu melekat di Kabupaten Boyolali. Salah satu pusat sentra peternakan
sapi di Kabupaten Boyolali berada di Kecamatan Ampel tepatnya di Desa Tanduk.
Usaha ternak sapi yang dikelola dan dijalankan oleh rumah tangga peternak,m di Desa
Tanduk merupakan sebuah usaha mikro yang memiliki tujuan utama yaitu untuk
mendapatkan hasil dan pendapatan yang berguna untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga,
sehingga ada sistem produksi yang dijalankan. Rumah tangga atau rumah tangga umumnya
dipandang masyarakat secara umum hanya berperan sebagai konsumen melainkan atau hanya
ada sekedar aktivitas konsumsi didalamnya melainkan adapula aktivitas produksi yang berada
didalamnya, aktivitas konsumsi dan aktivitas tenaga kerja yang menjadi sebuah kesatuan dari
aktivitas usaha yang dijalankan rumah tangga sehingga rumahtangga dapat berperan sebagai
produsen dan konsumen (Ekowati, 2012).
Dalam menjalankan pengelolaan dan pengembangan usaha ternak sapi, rumah tangga
akan diperhadapkan dengan berbagai hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut
muncul pada dinamika pengelolaan sapi ternak dan dari rumah tangga usaha ternak sapi itu
sendiri, maka rumah tangga harus menghadapi hambatan-hambatan tersebut serta mencari
7
jalan keluarnya sehingga setiap hambatan dapat teratasi dan kembali menjalankan
pengelolaan usaha ternak dan mencapai tujuan utamanya yaitu memperoleh pendapatan dana
keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.
Penelitian sebelumnya mengenai sistem usaha ternak sapi potong dan kontribusinya
terhadap pendapatan rumah tangga yang dilakukan oleh (Damayanti, 2010) menunjukan
masih terdapat rumah tangga peternak masih menghadapai banyak hambatan dalam
pemeliharaan seperti minimnya pengetahuan mengenai sistem pemeliharaan yang intensif
dan minimnya ketersediaan modal, peternak juga masih menggunakan sistem pemeliharaan
yang tradisonal dan sederhana. Melalui usaha ternak sapi, rumah tangga ternak sapi
memperoleh kontribusi pendapatan yang besar, yaitu sebesar 69,3% guna mencukupi
kebutuhan hidup rumah tangga. Ada empat faktor produksi yang mendorong berjalannya dan
berkembangnya usaha ternak, (Prasetyo, 2015) yaitu : 1) faktor produksi modal, 2) faktor
produksi pakan, 3) faktor produksi tenaga kerja, 4) faktor produksi akses teknologi, faktor-
faktor tersebut berperan penting terhadap penentuan keuntungan yang diterima rumah tangga
dan menunjukan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di pedesaan. (Siregar,
2012) menyebutkan bahwa usaha ternak sapi potong layak untuk dikembangkan lebih lagi
karena memberikan dampak pendapatan secara ekonomi yang signifikan bagi rumah tangga
peternak, dalam mengembangkan usaha ternak perlu dilakukan strategi pengembangan yang
baik, yaitu dengan meningkatkan produksi ternak dan menaikkan mutu (bobot) sapi ternak.
Hartono (2011), dalam usaha ternak sapi potong dapat penyerapan tenaga kerja dari rumah
tangga umumnya pada aktivitas produksi pembibitan ternak untuk menghasilkan ternak yang
memiliki produktivitas dan mutu tinggi, sedangkan pengeluaran dalam usaha ternak sapi
rumah tangga terbesar berasal dari pembelian bibit ternak yang tinggi.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis usaha ternak sapi yang dijalankan
rumah tangga di Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali sebagai usaha
informal mikro yang memanfaatkan sumber daya yang ada, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia yang merupakan usaha yang sedang berkembang di daerah tersebut,
serta melihat peran dan aktivitas produksi yang dijalankan oleh anggota rumah tangga dalam
mengelola sistem ekonomi usaha ternak sapi yang bertindak sebagai enterprise.
8
Review Literatur
Enterprise Development
Enterprise development merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan atau aktivitas
untuk mempercepat pembangunan, keberlanjutan dan kemandirian dari segi keuangan yang
terbuktinya nyata dari kontribusinya dalam bentuk pengembangan usaha (Shanduka
Blackumberella, 2015)1. Menurut Imreh (2005), Enterprise development sebagai intervensi
dari luar (eksternal) di dalam proses aktivitas pasar yang spontan adalah sistem
pengembangan usaha yang konstan bahkan terus berkembang. Praktek yang ditunjukan
dalam kegiatan yang dikerjakan sehari-hari oleh pengusaha yang memiliki andil penting di
dalam perekonomian dan proses pasar yang sering mengalami kerugian. peran dua hal
tersebut mendukung usaha (enterprise) dengan skala kecil dan sedang untuk semakin tumbuh
melalui berbagai bidang kebijakan yang ada di wilayah tertentu.
Dilihat dari jumlah pekerja, Enterprise development terbagi menjadi tiga, pertama
adalah enterprise skala micro yang memperkerjakan 1 – 9 orang dalam usahanya, kecil
dengan jumlah 10 – 49 pekerja, medium berjumlah 50 – 249 pekerja (Kushnir et al, 2010).
Menurut Bee Biz (2014)2, Kontribusi enterprise development lebih spesifik adalah
memberikan bantuan secara teknis dalam aktivitas usaha, mentransfer ilmu pengetahuan dan
kemampuan dasar guna mendorong aktivitas usaha, melakukan pengoprasian arus kas serta
memberikan pinjaman atau investasi yang bertujuan untuk mendorong aktivitas usaha dan
pengembangan usaha (enterprise development).
Ekonomi Rumah Tangga
Merupakan unit paling kecil yang terdiri dari kepala rumah tangga serta beberapa
orang yang tinggal dan berdiam di dalam sebuah tempat berada di satu atap dengan keadaan
bergantung satu sama lainnya merupakan definisi dari rumah tangga menurut Departemen
Kesehatan RI (1998) dalam Jhonson R (2010). Rumah tangga secara ekonomi pada dasarnya
membutuhkan pendapatan untuk memenuhi kehidupan hidup sehari-hari (Afifurrohman dan
1 What is Enterprise Development http://shandukablackumbrellas.org/resources/faqs/enterprise-
development-faqs/.
2 Enterprise Development .http://www.beebiz.co.za/enterprise-development.html.
9
Laila dalam Kuliah tantan, 2015)3. Rumah tangga umumnya memiliki perilaku secara
ekonomi sebagai produsen, konsumen dan distributor (sudewa, 2013)4. Tujuan ekonomi
rumah tangga yaitu untuk memaksimalkan pendapatan (profit) dan memaksimalkan juga
utilitasnya (elly dan Saledu, 2012).
Inkubator Bisnis
Inkubator Bisnis merupakan wadah (ruang kerja) sebagai pendukung bisnis, ditunjang
dengan kualifikasi berupa bimbingan, pelatihan, jaringan profesional, bantuan untuk
mengatur keuangan serta bertahan di dalam lingkup usaha yang kompetitif (Hewick, 2006).
Inkubator bisnis menurut Drs. Dandan Irawan, M Sc. (2015) berperan untuk
mempercepat pertumbuhan wirausaha baru dan mengembangkan serta mempertangguh usaha
yang dijalankan wirausahawan. Inkubator dalam dunia bisnis dapat dinyatakan sukses dalam
usaha atau bisnis ditunjukan dengan memperoleh kemudahan untuk menarik sumberdaya
yang ada, memiliki kekuatan untuk mendukung dan membantu usaha-usaha baru serta
membantu tenant5 dalam bisnis untuk memberikan kepercayaan pada pihak luar mengenai
usahanya.
Sektor Informal
Sektor informal merupakan salah satu penyokong kehidupan masyarakat marginal
yang berada di perkotaan, karena sektor ini sebagai magnet bagi para tenaga kerja
(Richardson, 1984). Sektor informal memiliki peran yang penting terlebih dari segi
pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional terlebih ketika pembangunan nasional
kurang mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja, melalui sektor inilah
yang berperan krusial sebagai penampung angkatan kerja (Haris, 2011).
Sektor ini memperlihatkan unit-unit ekonomi dan pekerja yang memiliki keterlibatan
dalam berbagai macam aktivitas ekonomi dan pekerjaan diluar realisme pekerjaan formal
(Suharto, 2002 dalam Haris, 2011). Peran sektor informal dalam keberlangsungan
3 Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga http://kuliahtantan.blogspot.co.id/2015/04/laporan-gathering-
data_21.html
4 Rumah Tangga sebagai Pelaku Ekonomi https://arisudev.wordpress.com/2013/05/08/rumah-tangga-sebagai-
pelaku-ekonomi/
5 Tenant adalah penyewa / orang yang menempati sebuah tempat yang disewakan.
10
perekonomian sangat tinggi jika dibandingakan dengan sektor formal dari sisi penyerapan
pekerja untuk jenis pekerjaan utama dibidang penjualan, pertanian, perburuan dan perikanan
(Direktorat Ketenagakerjaan dan Analisis Ekonomi).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
Daerah tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki gambaran obyek
peternakan sapi yang merupakan salah satu daerah yang menghasilkan produksi sapi yang
relatif produktif serta memiliki populasi ternak serta jumlah peternak yang relatif banyak.
Berdasarkan data Jawa Tengah Dalam Angka (2014), pada tahun 2013 Kabupaten Boyolali
menduduki peringkat pertama dalam jumlah sapi perah terbanyak di Jawa Tengah, yaitu
sebanyak 61.887 ekor serta menduduki peringkat kelima dalam jumlah sapi potong terbanyak
di Jawa Tengah, yaitu sebanyak 87.858 ekor dan sebagian besar peternakan sapi di
Kabupaten Boyolali didominasi dari Kecamatan Ampel sedangkan di Kecamatan Ampel
mayoritas peternak sapi berada di Desa Tanduk. Penelitian ini terdiri dari 10 informan yang
memiliki dasar : (1). Rumah tangga yang memiliki usaha ternak sapi sebagai pekerjaan
utama, (2). Rumah tangga pengelola ternak sapi, (3). Berternak sapi lebih dari 5 tahun.
Dengan tiga kriteria tersebut, dinilai telah mencakup setiap data dan informasi yang
dibutuhkan peneliti untuk mengetahui pengembangan usaha ternak sapi yang dikelola oleh
rumah tangga baik.
Jenis data yang didapat adalah data primer yaitu cerita langsung dari informan yaitu
rumah tangga pemilik usaha ternak sapi. Metode penelitian yang digunakan menggunakan
metode kualitatif deskriptif karena dalam pengumpulan data memiliki sifat kualitatif dan data
berupa informasi yang deskriptif sesuai dengan kejadian nyata di lapangan serta berusaha
mempertahankan informasi secara utuh. Dalam pengumpulan data menggunakan teknik
observasi dan wawancara.
Peneliti melakukan wawancara pada para informan yang berada di Desa Tanduk
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Peneliti mendapatkan informasi mengenai informan
dari beberapa pihak kemudian peneliti turun ke lapangan dan mendatangi informan untuk
berusaha menggali informasi secara mandiri, mulai dari rumah tangga Bapak Hasnanto yang
merupakan salah satu pemilik usaha ternak sapi terbesar di Kecamatan Ampel, kemudian
melanjutkan wawancara pada Bapak Fuad Syarifudin, selanjutnya berdasarkan saran dari
11
Bapak Fuad peneliti melakukan wawancara kepada Bapak Singgih Prihatmoko dan Bapak
Adi yang masing-masing berada di desa yang berbeda, kemudian peneliti melakukan
wawancara kepada Bapak Jumar dan Bapak Suyoto, selanjutnya atas informasi dari tetangga
peneliti, peneliti mencari rumah dan kembali menggali informasi dari Bapak Tupar setelah itu
peneliti berusaha mencari informasi dari bebagai pihak mengenai rumah tangga pemilik
usaha ternak yang memiliki pengaruh terhadap dunia ternak sapi di Kecamatan Ampel
khususnya di desa tanduk, akhirnya peneliti kembali mendapatkan informasi dari pegawai
Kecamatan mengenai usaha ternak sapi milik Bapak Rohmat, Bapak Asqowi dan Bapak
Kuncoro yang kemudian dilakukan penggalian informasi oleh peneliti. Dalam wawancara
peneliti menggunakan alat bantu tulis dan rekam untuk mendapatkan informasi.
Dari hasil dari wawancara dari informan, peneliti memperoleh informasi yang
kemudian di analisis menggunakan matrik tematik yang memudahkan peneliti untuk
mendiskripsikan hasil temuan dilapangan. Dari deskripsi yang dibuat peneliti
menggunakannya sebagai inteprestasi serta analisis usaha ternak sapi yang dijalankan rumah
tangga di Kabupaten Boyolali. Analisis dilakukan untuk melihat rumah tangga usaha ternak
sapi sebagai usaha informal dan sebagai enterprise, peran anggota rumah tangga dalam
mengelola usaha ternak sapi serta bagaimana usaha ternak sapi menggerakkan roda
perekonomian daerah kemudian dibuat kesimpulan.
Deskripsi Lokasi Penelitian
Desa Tanduk merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali dengan luas wilayah 331 Ha. Secara geografis desa ini berada di didataran tinggi
yang dengan ketinggian 600 meter dari permukaan laut. Desa ini berjarak 2 Km dari pusat
pemerintahan Kecamatan, 10 Km dari Kabupaten dan 46 Km dari ibukota provinsi. Desa
Tanduk memiliki jumlah penduduk berjumlah 6.274 jiwa (3226 jiwa perempuan dan 3048
laki-laki) dengan jumlah 1726 kepala rumah tangga. Desa Tanduk didominasi oleh sektor
pertanian namun sektor peternakan juga merupakan faktor penunjang perekonomian desa.
Usaha peternakan merupakan mata pencaharian yang mendominasi di Desa Tanduk,
berdasarkan Data Monografi Desa Tanduk (2015), ada 287 ekor sapi ternak, 235 ekor
kambing dan domba, 562 ekor unggas yang diternak oleh warga Desa. Sapi merupakan salah
hewan ternak yang banyak diternak warga desa sehingga orang mengenal desa tanduk
sebagai penghasil dan pemasok daging serta produk sapi di Kabupaten Boyolali ke berbagai
12
tempat. Oleh sebab itu Kecamatan Ampel memiliki Rumah Potong Hewan (RPH) dan
Koperasi Unit Desa (KUD) Kecamatan yang terletak di Desa Tanduk sebagai pendukung
peternakan penggerak roda perekonomian desa bahkan Kecamatan.
Kecamatan Ampel merupakan daerah yang plural karena dihuni oleh berbagai etnis,
ras, agama dan suku bangsa. Letak geografisnya yang berada di kaki gunung merbabu yang
masih banyak sekali ditemukan ladang, kebun dan sawah untuk menjalankan pertanian dan
peternakan. Bagi para peternak khususnya peternak sapi, daerah ini merupakan tempat yang
ideal, karena masih banyaknya ladang, kebun dan sawah tersebut, memberikan kemudahan
untuk mendapatkan pakan bagi sapi – sapi serta kondisi geografis yang baik untuk
perkembangan ternak. Kecamatan Ampel dilalui oleh Jalan Lintas Provinsi yang
memudahkan akses dan memiliki letak strategis untuk mengembangkan usaha serta memiliki
posisi yang ideal karena berada di antara kota-kota besar di Jawa Tengah seperti Jogjakarta,
Solo, Magelang dan Semarang (Joglosemar).
HASIL TEMUAN LAPANGAN
Ternak Sapi Sebagai Mata Pencaharian
Bagi sebagian masyarakat Kabupaten Boyolali usaha Ternak sapi merupakan salah
satu mata pencaharian yang ditekuni sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi
para peternak. Mengingat kondisi geografis daerah tersebut sangat mendukung serta letak nya
cukup strategis karena berada di tengah jalur kota besar yang relatif memiliki angka
konsumsi produk hasil sapi cukup besar, yaitu Yogyakarta, Solo, Magelang dan Semarang
(Joglosemar). Dengan memelihara sapi ternak, peternak dapat memutarkan uang dengan cara
membeli, memelihara dan menjual sapi ternak guna mendapatkan profit.
Ternak sapi telah dikembangkan dari zaman dahulu namun oleh para peternak usaha
tersebut dilakukan hanya sebagai usaha sampingan saja dan sapi ternaknya pun digunakan
sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dijual (Pane, 1986). Namun
kebanyakan peternak menjadikan usaha ternak sapi menjadi mata pencaharian utama untuk
memperoleh penghasilan dari keuntungan usaha sapi ternak karena melihat peluang usaha
yang menguntungkan, seperti rumah tangga Bapak Suyoto, Bapak Singgih dan Bapak
Rohmad yang hanya fokus dalam usaha ternak sapi tanpa memiliki usaha maupun pekerjaan
sampingan lain yang dapat mendatangkan pendapatan. Melalui kesempatan usaha ternak sapi
13
tersebut terbukti dapat digunakan sebagai mata pencaharian yang dapat untuk memenuhi
semua kebutuhan rumah tangga karena orientasi usaha ternak sapi tersebut dilakukan oleh
rumah tangga.
Usaha ternak perlu dikembangkan lebih lagi dengan tujuan untuk memberikan
peningkatan akan hasil produksi dari sapi ternak (daging dan susu) yang juga berperan
meningkatkan pemasukan pada peternak, penciptaan lapangan pekerjaan bagi pihak-pihak
yang bekerja dalam bisnis hewan ternak terkhusus sapi (Buruh, Pedagang daging, Industri
dari hasil produksi sapi) dan Peningkatan mutu secara genetik serta peningkatan populasi
ternak (Siregar, 2012).
Usaha ternak sapi awalnya dipilih karena berbagai macam alasan. Bapak Hasnanto,
Bapak Fuad, Bapak Adi dan Bapak Singgih misalnya yang memilih untuk menjalankan usaha
ternak sapi karena usaha ternak sapi sudah menjadi usaha turun-temurun yang sebelumnya
sudah dijalankan oleh orang tua atau rumah tangganya sehingga tinggal menjalankan usaha
ternak sapi saja tanpa harus memulainya dari awal karena usaha tersebut diibaratkan sebagai
usaha warisan rumah tangga. Berbeda halnya dengan Bapak Jumar, Bapak Suyoto, Bapak
Tupar, Bapak Asqowi dan Bapak Kuncoro yang awalnya menjalankan usaha ternak sapi
karena melihat peluang usaha yang dinilai menguntungkan dan menghasilkan pendapatan,
sehingga mulai menjalankan usaha ternak tersebut benar-benar dari awal, dimulai dari
mencari modal, membeli bibit dan lain sebagainya. Namun tidak hanya melihat peluang
usaha yang menjanjikan saja, sebelumnya Bapak Suyoto dan Bapak Asqowi memang sudah
memiliki pengalaman dalam beternak karena sudah pernah bekerja sebagai tenaga kerja
pembantu pada orang lain yang juga memiliki usaha ternak sapi.
Usaha Sampingan
Manusia memiliki perilaku sebagai makhluk ekonomi (homo economicus), dalam
memenuhi kebutuhan hidup, manusia cendrung tidak pernah memiliki rasa puas dengan apa
yeng telah diperolehnya sehingga secara terus-menerus akan berusaha memenuhi semua
kehidupannya terlebih saat ini kebutuhan yang semakin meningkat dan individu dituntut
untuk bekerja lebih lagi untuk mendapatkan hasil pendapatan lebih.
Perilaku makhluk ekonomi tersebut terbukti nyata dalam kehidupan para peternak
sapi, sebagian dari pemilik ternak sapi menjadikan usaha ternak sapi menjadi usaha penopang
14
usaha sampingan sebagai pemenuhan kebutuhan rumah tangga namun hal tersebut jarang
ditemukan melainkan sebaliknya, pemilik ternak menjadikan ternak sapi sebagai usaha utama
sebagai sumber pendapatan namun peternak juga memiliki pekerjaan lain nya yang sesuai
dengan keahlian yang dimilikinya, misalnya memiliki pekerjaan sampingan sebagai petugas
kesehatan (petugas inseminasi) hewan ternak ataupun pedagang. Menjadi peternak
memerlukan fokus tinggi dalam menjalankan pemeliharaan ternak karena jika peternak
menjalankan dengan setengah hati atau tidak fokus maka tidak akan maksimal bahkan justru
mendatangkan kerugian.
Bapak Hasnanto memiliki usaha sampingan sebagai pemilik produksi makanan yang
berasal dari sapi, seperti abon sapi dan dendeng sapi dan juga memiliki ternak ayam namun
Bapak Hasnanto tetap menjadikan ternak sapi menjadi usaha utama sumber pendapatan. Hal
sama dilakukan oleh Bapak Jumar yang juga memiliki usaha produksi pupuk tanaman dari
kotoran sapi. Kemudian Bapak Tupar dan Bapak Asqowi yang juga memiliki pekerjaan
sampingan sebagai petugas kesehatan hewan (mantri) dan petugas inseminasi buatan6.
Sebagian besar setiap peternak yang menjadi narasumber memiliki pekerjaan atau usaha
sampingan yang tidak berkaitan jauh dari ternak sapi, tetap masih dalam lingkup persapian
karena ternak sapi dapat menghasilkan efek multiplier pada pekerjaan atau usaha yang
lainnya.
Pekerjaan ataupun usaha sampingan yang dijalankan Rumah tangga Bapak Hasnanto
dalam memproduksi makanan dari produk sapi (dendeng dan abon sapi) tersebut
mempergunakan bahan baku yang diambil dari sapi di kandang, bahan baku tersebut ialah
daging sapi hasil penyembelihan di kadang yang hendak di jual ke pasar ataupun dipasok ke
pedagang daging, disisakan sebagian sesuai dengan seberapa kebutuhan yang akan diolah
untuk dijadikan dendeng dan abon sapi. Laba bersih yang diterima dari hasil penjualan pun
tidak lebih besar dari penjualan ternaknya namun usaha tersebut cukup menguntungkan
disamping memanfaatkan peluang untuk mengembangkan usaha lain selain usaha ternak sapi,
bahan baku yang diperlukanpun mudah karena hanya tinggal menyisakan daging ternak yang
hendak dijual.
6 Petugas Inseminasi Buatan adalah seseorang yang bekerja membantu proses reproduksi ternak secara buatan
dengan teknik medis dengan cara memasukan sperma kedalam rahim sapi dengan manual (menggunakan selang
kateter).
15
Tujuannya dari menjual produk ternak adalah untuk mendapat keuntungan tetapi
memiliki bentuk jual yang berbeda dan pemasukannya pun dari sisi yang berbeda karena
melihat peluang dari sisi yang lain. Hal tersebut sama dengan Bapak Jumar yang
memanfaatkan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk tanaman sebagai salah satu peluang
mengembangkan usaha dengan sisi pendapatan yang berbeda, disamping itu usaha yang
dilakukan Bapak Jumar tergolong mengasilkan profit karena bahan baku nya hanya dengan
memanfaatkan limbah ternak yang diolah dan pasok ke toko penjual pupuk ataupun dijual
pada orang lain yang sedang mencari pupuk.
Berbeda dengan pekerjaan sampingan yang dijalankan Bapak Tupar dan Asqowi yang
juga bekerja sebagai petugas kesehatan ternak dan petugas Inseminasi buatan, keduanya
hanya sekedar melakukan pekerjaan yang menjual jasa dengan melakukan hal yang menjadi
tanggung jawab mereka untuk membantu peternak lain yang membutuhkan jasanya. Hasilnya
pun tidak seberapa dan waktu bekerjapun tidak menentu tergantung ada atau tidaknya orang
yang membutuhkan jasanya. Pendapatan yang didapat pun juga tidak pasti. Sehingga mereka
tetap mengedepankan usaha ternaknya sebagai sumber pendapatan rumah tangga.
Pendapatan yang diterima atau dihasilkan dari pekerjaan atau usaha sampingan yang
dijalankan para narasumber tersebut hanya sekedar untuk menambah pendapatan dengan
skala kecil jika dibandingkan seperti ketika menjual sapi ternak, dan juga untuk
memanfaatkan peluang yang ada saja karena mereka tetap mengedepankan dan fokus
terhadap usaha ternak sapi yang mereka jalankan.
Pengelolaan Ternak
Usaha ternak sapi adalah kegiatan atau proses untuk menggabungkan aspek-aspek
seperti tempat beternak (ladang, kandang), sapi ternak, tenaga kerja serta modal guna
menghasilkan produk dari usaha ternak sapi. Saat aspek-aspek tersebut sudah dipenuhi maka
diperlukan adanya pengelolaan untuk menjalankannya. Berhasil atau tidaknya usaha tersebut
sangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan peternak yang dalam hal ini berorientasi
pada rumah tangga pemilik usaha ternak supaya mendapatkan hasil yang diinginkan. Hasil
yang diharapkan oleh peternak tersebut salah satunya ialah untuk memperoleh keuntungan
atau pendapatan sebesar-besarnya.
16
Dalam pelaksanaan pengelolaan usaha ternak, peternak akan diperhadapkan dengan
berbagai aspek dalam proses pemeliharaan (Jenis sapi, Bibit, Pakan, Kandang serta fasilitas
penunjang lainnya) yang dikombinasikan dengan aspek Sumber modal, tenaga kerja, dan
pemasaran produk ternak. Aspek-aspek tersebut saling berinteraksi dan berkaitan sehingga
bisa menimbulkan kemrosotan usaha jika dilihat dari satu sisi, namun jika dikelola dan
dikembangkan dengan baik dan maksimal akan memberi keuntungan bagi rumah tangga
peternak.
Jenis Sapi Ternak
Peternak sapi di Boyolali umumnya memiliki tujuan utama dalam memelihara sapi
yaitu untuk dijual dalam bentuk daging, utuh maupun susu yang tujuan akhirnya guna
mendapatkan keuntungan. Jenis sapi yang dipelihara pun beragam namun untuk tipe sapi
terdiri dari 2 macam, yaitu sapi perah dan sapi potong. Di daerah penelitian, ada 4 jenis sapi
yang kebanyakan dipelihara oleh peternak dengan keunggulannya masing-masing yaitu sapi
Simental atau sapi metal, sapi lokal atau sapi jawa atau sapi peranakan ongole (PO), sapi
limousin dan sapi brahma. Jenis sapi pun menentukan berapa banyak modal yang dibutuhkan.
Karena dengan setiap keunggulan dan usianya, harga masing-masing jenis sapi pun berbeda,
mulai dari harga bibit sapi seharga 700 ribu hingga 30 juta rupiah7 .
Ada puluhan jenis sapi di dunia namun kebanyakan peternak di daerah penelitian
lebih memilih keempat jenis sapi (simental, limousin, PO dan Brahma) dengan berbagai
alasan. Alasan itu sendiri berdasarkan dari kelebihan serta harga dari masing-masing jenis
sapi. Sapi mental atau sapi metal lebih sering dipilih untuk dipelihara oleh peternak karena
sapi tersebut memiliki banyak keunggulan, bila dipelihara dengan benar, untuk sapi metal
jantan bobotnya mampu mencapai 1.150 Kg sedangkan yang betina mampu mencapai bobot
800 Kg. Sapi metal jantan lebih sering dikategorikan sebagai sapi potong, sapi betina pun
juga dikategorikan sapi pedaging namun sapi betina mampu menghasilkan susu yang juga
dapat menghasilkan pendapatan sehingga tidak jarang juga sapi betina diberdayakan sebagai
sapi perah. Sapi ini biasanya memiliki ciri berkulit coklat kemerahan seperti batu bata dan
ujung ekornya berwarna putih, sapi metal pertama dikembangkan dari Swiss (Udin, 2015).
7 Harga tersebut merupakan kisaran harga berbagai jenis sapi dengan range usia mulai dari 4 hari sampai 1
tahun.
17
Untuk sapi limousin memiliki keunggulan dari segi pertumbuhannya yang sangat
cepat, sehingga membantu peternak untuk lebih mudah mengatur perputaran modal karena
tidak harus memelihara dengan jangka waktu yang lama, yang ada kaitannya dengan
banyaknya pengeluaran uang untuk pemeliharaan (pakan, vitamin, dll). (Udin, 2015).
Memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang tinggi serta dapat
digunakan untuk sapi pekerja (membajak sawah, delman) merupakan keunggulan dari sapi
Peranakan Ongole (PO) yang sering disebut oleh para peternak sebagai sapi jawa karena
merupakan persilangan sapi lokal dengan sapi India. Oleh para peternak, sapi ini
dimanfaatkan sebagai sapi pedaging atau sapi potong selain itu bagi para peternak yang
memiliki sawah juga digunakan untuk membantu membajak sawah tetapi dengan waktu yang
tidak terlalu lama dan sering karena jika sering dilakukan maka produktivitas menurun dan
bobot dapat merosot atau pertumbuhan tidak bagus akibat terlalu lelah untuk bekerja.
Sapi Brahma merupakan salah satu sapi impor. sapi brahma memiliki postur besar dan
bobot yang berat karena bisa memiliki bobot lebih dari 1 ton, kulitnya pun tebal sehingga
masuk dalam sapi potong. Bibit sapi Brahma tergolong mahal oleh sebab postur tubuhnya
yang besar. Bapak suyoto yang memiliki beberapa ekor sapi brahma, membeli bibit seekor
sapi saat berumur 1 tahun seharga 30 juta – 40 juta ,dengan pemberian pakan konsentrat,
suplemen dan vitamin yang teratur satu tahun kemudian sudah siap dijual secara utuh dan
dapat laku mencapai 70 juta – 80 juta.
Dilihat dari keuntungan dibandingkan dengan sapi perah sapi potong memiliki
peluang dan potensi secara ekonomi yang tinggi, walaupun sama-sama menguntungkan
namun jika dilihat dari nilai profitnya sapi potong jauh lebih tinggi dengan proses
pemeliharaan yang lebih mudah bila dibanding dengan sapi perah yang pakannya harus yang
berkualitas tinggi dan kesehatannya diperhatikan penuh karena dapat menentukan kualitas
susu yang produksi.
Dari satu sisi peternak di Boyolali lebih memilih memelihara tipe sapi potong karena
cenderung melihat peluang penjualan dari banyaknya kebutuhan daging sapi untuk rumah
tangga, restaurant, permintaan daging antar pulau dan industri dari daging sapi. Target
pasarnya pun di Kota-kota Besar seperti Yogyakarta, Semarang, Solo bahkan Bandung dan
Jakarta. Tipe sapi potong dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan sapi perah
karena ketika menjual nya keuntungan yang diperoleh lebih besar dari sapi perah. Namun
18
dilihat dari sisi waktu penerimaan pendapatan susu perah lebih bisa diandalkan sebab sapi
perah akan menghasilkan susu setiap harinya yang dapat dijual kepada pengepul atau
koperasi susu (KUD) yang ada di desa-desa. Bapak Tupar dan Asqowi yang juga memiliki
masing-masing 2 sapi perah, setiap harinya satu ekor sapi menghasilkan rata-rata 15 liter
susu, satu liter susunya dihargai koperasi seharga Rp. 4.200,00 sehingga pendapatan per hari
untuk satu ekor sapi rata-rata Rp. 63.000,00. Bagi Bapak Asqowi dan Tupar pendapatan dari
sapi perah setiap hari itu akan di putar kembali untuk membeli pakan dan vitamin bagi sapi
ternaknya baik sapi potong ataupun sapi perahnya disamping itu. Setiap bulannya dari 2 sapi
perah, Bapak Tupar dapat menyisihkan laba bersih diluar pengeluaran untuk pakan dan
sebagainya sekitar 1 juta rupiah dan Bapak Asqowi mendapatkan laba bersih sekitar 1,5 juta
rupiah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Bagi peternak yang hanya memelihara tipe sapi potong tanpa memiliki usaha
sampingan atau memanfaatkan peluang yang lain maka akan minim kesempatan untuk
memutar uang sehingga peternak harus terus menerus mengeluarkan uang untuk pakan dan
sebagainya. Dan uang tersebut berasal dari modal pinjaman baik dari kerabat ataupun
lembaga perbankan. Bapak Rohmat misalnya yang memiliki 10 ekor sapi potong, ketika
perputaran uang dari hasil keuntungan penjualan sapi sebelumnya yang sebagian disisakan
sebagai modal untuk membeli pakan dan vitamin habis maka Bapak Rohmat harus meminjam
uang dari kerabat untuk membeli pakan. Setelah sapi nya terjual maka Bapak Rohmat baru
akan mengembalikan uang pinjaman tersebut dan begitu seterusnya, menggali lubang untuk
menutup lubang. Sehingga keuntungannya pun tidak bisa maksimal karena tidak adanya
pendapatan dari sektor lain (usaha sampingan) sebagai penyokong perputaran uang.
Bibit Sapi Ternak
Aspek bibit sapi menjadi salah satu kunci penting untuk menentukan kesuksesan
usaha ternak sapi, baik sapi perah ataupun sapi potong. Usaha yang dilakukan guna
memperoleh bibit yang baik akan menunjukkan hasil yang positif sehingga dapat
menciptakan keuntungan maksimal. Bibit yang baik akan menentukan tingginya potensi
produktivitas dan pertumbuhan sapi sehingga mampu menghasilkan pendapatan secara
financial yang menguntungkan bagi para peternak.
Cepat atau lambatnya pertumbuhan sapi, produktivitas dan daya tahan terhadap
penyakit dipengaruhi salah satunya oleh bibit. Bibit sapi menjadi kunci penting dalam ternak
19
sapi. Kualitas bibit yang baik akan membawa dampak pada nilai jual dan dalam
pertumbuhan. Sapi dengan kualitas bibit yang baik, pertumbuhan sapi relatif cepat dilihat dari
nafsu makan sapi yang tinggi, pengeluaran kotoran yang sedikit sehingga sapi akan memiliki
bobot yang tinggi dan memiliki daya tahan akan penyakit yang membuat sapi jarang sakit.
Hal tersebut membuat sapi ketika hendak dijual memiliki daya jual yang mahal, dengan
kualitas daging yang berkualitas serta tidak perlu waktu lama untuk memelihara sapi karena
pertumbuhannya cepat. Namun ketika peternak akan membeli bibit yang berkualitas akan
membutuhkan modal yang sangat besar karena harga beli bibit sapi yang berkualitas sangat
mahal dibanding sapi dengan kualitas biasa.
Beberapa peternak lebih memilih membeli bibit yang seadanya, dalam arti
menyesuaikan modal yang dimiliki karena bibit sapi relatif mahal sehingga hasilnya pun
kurang maksimal begitu pula dengan keuntungan yang akan diperoleh. Sebaliknya Bapak
Hasnanto akan membeli bibit sapi yang berharga murah dari jenis limousin dengan jumlah
yang besar. Bapak Hasnanto yang memiliki 300 ekor sapi, setiap membeli bibit berusia 4 hari
– 2 minggu dengan harga antara 700 ribu – 2 juta dengan jumlah sekitar 20 – 30 ekor sekali
beli. Walaupun resikonya juga tinggi akibat bibit pada usia tersebut belum begitu matang dan
rentan penyakit namun Bapak Hasnanto sudah menanggulangi hal tersebut dengan
penyediaan vitamin, suplemen di kandangnya serta dokter hewan pribadi yang siap
melakukan pengecekan setiap periode tertentu. Hal tersebut ditempuh Bapak Hasnanto untuk
meminimalisir pengeluaran yang berasal dari pembelian bibit. Penyediaan vitamin, suplemen
dan dokter dinilai lebih efektif dan efisien daripada membeli bibit sapi dengan harga tinggi.
Sedangkan Bapak Fuad dan Bapak Singgih membeli bibit yang berusia 2 bulan – 1
tahun dengan harga 1 juta - 9 juta, Bapak Adi dan Bapak Jumar membeli bibit dengan usia
antara 5 bulan – 1 tahun dengan harga 6 juta – 9 juta. Bapak Suyoto membeli sapi yang
berusia genap 1 tahun dengan harga antara 7 juta – 30 juta sesuai jenis sapi. Bagi mereka
bibit sapi yang berusia 5 bulan hingga 1 tahun adalah bibit yang sudah matang, produktivitas
nya dapat diuji jika dilihat dari postur. Untuk jenis bibit sapi yang akan dibeli dan diternak
ada tiga yaitu Simental, Limousin dan Po harganya pun hampir sama hanya berbeda tipis,
untuk usia 1 tahun sekitar 7 juta – 9 juta tergantung postur dan bobot sapi. sedangkan untuk
sapi Brahma hanya peternak tertentu seperti Bapak Suyoto saja yang mampu untuk membeli
karena harganya sangat mahal.
20
Guna membeli bibit peternak memerlukan modal sebagai aspek penyokong
berjalannya ternak sapi. Baik dalam perjalanannya mengembangkan usaha ataupun ketika
awal memulai usaha. Diluar modal pembelian bibit dari keuntungan penjualan sebelumnya,
modal peternak umumnya berasal dari modal pinjaman. Modal pinjaman bisa didapat melalui
pinjaman dari lembaga perbankan (bank umum, BPR, KSP, Koperasi dll) maupun pinjaman
dari kerabat atau orang lain. Untuk pinjaman dari lembaga perbankan dalam hal ini Bank
Umum dipilih karena memiliki bunga pinjaman yang relatif rendah dibanding bank umum
namun dinamika peminjaman nya cenderung memakan waktu yang lama serta sulit karena
pihak bank yang menentukan bisa atau tidaknya pemberian pinjaman dilakukan. Sedangkan
untuk lembaga perbankan non bank umum seperti Bank Perkreditan Rakyat dipilih oleh
peternak karena peminjamannya bisa dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan mendesak atau
tidaknya keperluan, dinamika peminjamannya pun cepat dan mudah serta dana mudah cair
terlebih pada waktu mendesak tetapi bunga yang diberikan cukup tinggi dibanding dengan
bank umum.
Bapak Kuncoro pada tahun 2010 lalu yang memilih mengajukan pinjaman sebesar 25
juta rupiah ke BCA dengan alasan bunga rendah sekitar 1%, modal pinjaman tersebut
dipergunakan untuk modal membeli 2 ekor bibit sapi usia 2 tahun masing-masing seharga
sekitar 10 juta rupiah dan sisanya guna membeli pakan namun harus menunggu sekitar 14
hari dari pengajuan pinjaman sampai dana cair. Sedangkan Bapak Jumar memilih pinjaman
sebesar 50 juta rupiah di BPR Guna Daya yang berada di Kota Boyolali dengan bunga
pinjaman sekitar 2% dengan alasan dana pinjaman cepat cair hanya dalam jangka waktu 3
hari dan birokrasinya tergolong mudah dan tidak berbelit-belit.
Pembelian bibit sapi pun dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dipasar hewan
atau membeli langsung pada peternak lain yang menjual bibit. Kebanyakan peternak atau
bahkan semua peternak membeli bibit sapi di pasar hewan karena banyak pilihan dan terdapat
banyak penjual sehingga dapat bebas memilih serta lengkap. Peternak di Boyolali, biasanya
membeli di Pasar Hewan Boyolali, Pasar Hewan Sragen, Pasar Hewan Ambarawa dan Pasar
Hewan Bekonang Sukoharjo. Pasar hewan tersebut buka pada hari-hari tertentu dalam masa
penanggalan jawa sehingga jika peternak hendak membeli bibit namun menyesuaikan waktu
adanya uang maka ketika harus membeli pada hari itu peternak harus mencari pasar hewan
yang buka pada penanggalan jawa di hari itu. Dengan berbeda-bedanya waktu buka setiap
21
pasar hewan hal tersebut membuat persebaran perputaran roda ekonomi merata karena tidak
terfokus disatu tempat saja dilihat banyak pembeli yang mencari bibit ke daerah lain.
Masa pemeliharaan produktif sapi dari bibit hingga siap jual yaitu 1 tahun sampai 2
tahun maksimal, semakin lama pemeliharaan biaya yang dikeluarkan akan semakin besar
sehingga peternak memilih menjual ternak setelah satu tahun pemeliharaan. Tidak menutup
kemungkinan sebelum usia 1 tahun ketika sapi ternak sudah dirasa menguntungkan maka bisa
dijual. Hal tersebut dilakukan oleh peternak yang membeli bibit berusia sekitar 1 tahun. Usia
standar sapi siap jual dan menguntungkan adalah usia 2 – 2.5 tahun. Sapi dilihat sudah
menguntungkan dan siap jual dari bobot, postur dan diameter tubuh sapi, semakin besar maka
akan semakin berdaya jual tinggi.
Lain hal nya dengan usaha ternak yang dijalankan Bapak Hasnanto, Bapak Rohmat,
Bapak Asqowi dan Bapak Kuncoro, untuk masa pemeliharaan dan penjualannya tidak dilihat
dari lama umur melainkan bila dirasa sudah menguntungkan maka akan di jual, terkadang
ternak hanya dipelihara selama 6 bulan kemudian dijual kembali, walau keuntungan tidak
maksimal tetapi dapat memangkas pengeluaran untuk pakan dan biaya pemeliharaan lainnya.
Bagi Bapak Hasnanto yang memiliki banyak sapi, sekali jual 30 – 40 ekor maka akan
menutup pengeluaran bahkan tetap akan memperoleh keuntungan namun ketika banyak sapi
yang sakit akibat musim atau virus maka dapat berujung rugi tetapi asalkan uang tetap
berputar. Karena semakin banyak sapi resiko pemeliharaan juga semakin besar.
Pakan Sapi Ternak
Jenis Pakan, Komposisi dan waktu Pemberian pakan sapi menentukan pertumbuhan
dan produktivitas sapi ternak. Pemberian pakan yang terbaik adalah memberi pakan
konsentrat8 setidaknya 10% dari berat badan sapi ternak dan diberi pakan tambahan atau
rumput-rumputan sekitar 1% - 2% dari berat badan sapi setiap harinya.
Pemberian Pakan pun dilakukan teratur sebanyak 2 kali sehari berupa pakan dari
campuran konsentrat pada pagi dan siang hari kemudian sore hingga malam hanya diberi
rumput-rumputan dan air yang harus selalu tersedia. Rumput-rumputan yang digunakan
untuk pakan sapi sebanyak 20 Kg untuk setiap sapi perharinya. Untuk campuran pakan
8 Pakan Konsentrat adalah Pakan bagi ternak yang fungsinya sebagai penguat mutu gizi yang tujuannya sebagai
suplemen bagi ternak. Didalamnya mengandung gizi (sumber Energi dan sumber protein) terdiri dari campuran
berbagai macam makanan untuk sapi (bekatul, kulit kacang, potongan singkong, potongan jagung dan lainnnya).
22
konsentrat peternak membutuhkan berbagai macam bahan campuran lainnya yang terdiri dari
Potongan singkong, bekatul, kulit kacang, potongan jagung, kulit kopi, ampas tahu, ampas
bir, ampas aren dan kacang hijau. Walau tidak semua bahan campuran tersebut dipakai semua
peternak namun ada bahan campuran yang harus ada seperti bektul, ampas tahu dan potongan
singkong. Saat ini bahan campuran pakan menjadi salah satu hambatan yang mendasar dalam
usaha ternak sapi. ketersediaan dan harga yang sulit dan fluktuatif menjadi penyebabnya.
Untuk biaya pakan setiap harinya Bapak Suyoto mengeluarkan biaya Rp 25.000 rupiah per
ekor untuk mendapatkan pakan dengan kualitas terbaik.
Sedangkan untuk proses pemberian pakan, Bapak Hasnanto memiliki jadwal tertentu
yang telah diatur oleh beliau dan para pekerja yang bertugas mengurus dan memelihara sapi.
Setiap hari ada 2 (dua) kali pemberian pakan, yaitu pagi dan sore. Saat pagi hari sapi diberi
pakan berupa campuran dari ampas tahu (sisa produksi tahu), susu skim untuk vitamin (2 liter
per sapi), potongan singkong dan katul. Sedangkan untuk sore harinya cukup diberikan
rumput. Untuk susu skim harus mendatangkan dari surabaya karena kualitasnya sangat baik,
susu yang di pakai adalah susu balita bebelac yang telah kadaluarsa. Kemudian untuk ampas
tahu sengaja di datangkan dari Semarang karena Bapak Hasnanto berelasi dengan pemilik
pabrik tahu di Semarang, setiap bulan untuk membeli ampas tahudan susu skim guna
memberi makan 300 sapi Bapak Hasnanto harus mengeluarkan dana sekitar 20 – 25 juta.
Kedua campuran pakan tersebut di datangkan sebulan sekali ke kandang dan sekali datang
jumlahnya mencapai angka “Ton” namun untuk jumlah pastinya pasti setiap bulannya, sesuai
yang tersedia untuk dikirim ke kandang oleh pemasok.
Rumput-rumputan sebagai salah satu pakan pokok ternak Bapak Tupar, Bapak
Asqowi, Bapak Fuad dan Bapak Kuncoro oleh sebab tidak memiliki ladang sendiri mereka
mencari dari kebun sekitar rumah (kebun milik tetangga atau orang lain) yang beliau ambil
sendiri bersama tenaga kerja yang lain sedangkan untuk campuran konsentratnya seperti
singkong harus beli di tetangga atau orang lain dan campuran seperti ampas tahu dan
bekathul harus beli pasar. Untuk Bapak Hasnanto yang juga memiliki ladang rumput sendiri
dan peternakan ayam, kotorannya juga bisa untuk campuran pakan sapi sehingga dengan hal
tersebut dapat menekan biaya pembelian pakan sebesar Rp 5000 rupiah .
Bagi peternak keberadaan modal yang dialokasikan untuk pembelian pakan
merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengembangkan ternak sapi. Karena uang
23
yang dikeluarkan untuk membeli pakan cukup lah besar apalagi bila sapi yang diternak
banyak. Peternak harus memiliki ketelitian dan keakuratan dalam me-manage penggunaan
modal serta pengalokasian yang tepat guna menempatkan uang sesuai dengan keperluan.
Bagi peternak yang tidak pandai mengatur modal atau perpuran uang akan terjerat yang dapat
mengakibatkan kerugian bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan.
Kandang dan Fasilitas Penunjang Usaha Ternak Sapi
Kandang sebagai tempat tinggal hewan ternak yang dimiliki oleh peternak di Desa
Tanduk umumnya dibangun sederhana, bagi peternak yang terpenting yaitu adanya atap
genting untuk berteduh sapi dan lantai dari tanah yang dipadatkan menggunakan semen yang
dibuat miring gunanya agar kotoran sapi dapat mengalir ke saluran pembuangan serta mudah
dibersihkan. Peternak tidak melengkapi kandang dengan sekat dinding agar ada sirkulasi
udara dan sinar matahari pagi dapat masuk.
Umumnya rumah tangga peternak dalam pemeliharaan sapi dalam kandang masih
menggunakan teknologi konvensional karena berasal dari turun-temurun rumah tangga atau
kerabat sebelumnya sehingga lama beternak dan pengalaman yang dimiliki tidak menjadi
jaminan berkembangnya usaha ternak, bahkan terkadang tanpa adanya inovasi yang dimulai
dari peternak itu sendiri tidak akan ada sumbangsih tertentu bagi pendapatan yang diterima
peternak (Sukono, 2007).
Untuk mempermudah pembuangan limbah sehingga kebanyakan kandang milik
peternak berada di pinggir sungai agar limbah pembuangan ternak langsung dibuang
kesungai. Bapak hasnanto yang memiliki 300 ekor sapi mendirikan kandang ditengah sawah
milik rumah tangganya sehingga jauh dari perkampungan penduduk dan pembuangan
limbahnya nyapun tinggal dibuang disungai. Masalah yang sering ditemui berada pada
tempat pembuangan limbah karena limbah harus dibuang jika tidak ada yang dapat
dimanfaatkan dan sungai adalah salah satu tempat pembuangannya. Walaupun usaha
pembuangan disungan tidak benar karena mencemari ekosistem air namun karena tidak ada
jalan lagi shingga harus dilakukan. Berbeda dengan Bapak Jumar yang memanfaatkan limbah
menjadi pendatan dengan mengolah kotoran ternak (limbah) menjadi pupuk untuk tanaman
yang menguntungkan.
24
Kandang bersifat pokok bagi peternak, jika peternak tidak memiliki kandang maka
pemeliharaan dan pertumbuhan ternak akan terganggu akibat tidak adanya perlindungan
ternak dari teriknya matahari dan hujan serta ternak akan mudah terjangkit penyakit. Fasilitas
dimiliki kandang cenderung hanya tempat untuk menangkal terik matahari dan hujan, tempat
minum dan makan, serta beberapa kandang milik peternak menyediakan tempat untuk
melepas ternaknya sehingga ternak bebas berkeliaran berupa padang rumput atau kebun
dalam kandang. Bapak Hasnanto memiliki kandang yang berbada dengan kebanyakan
kandang lainnya. Dalam kandangnya memiliki fasilitas pendukung yang relatif lengkap
sehingga hanya dibutuhkan 6 tenaga kerja pembantu saja untuk membantu memelihara sapi
ternak dan bertujuan memangkas biaya pengeluaran. Fasilitas tersebut berupa mesin
penyemprot air untuk membersihkan kotoran dikandang, mesin pemotong singkong dan
rumput-rumputan dan CCTV untuk mengawasi ternak.
Dalam kandang milik Bapak Hasnanto yang memiliki kapasitas besar (300 ekor sapi),
penempatan sapi dibiarkan bebas berkeliaran (tidak diikat) didalam kandang yang dibuat
perkotak-kotak (bagian). Setiap kotak berisikan 10 ekor sapi yang dikelompokkan menurut
ukuran sapi. Ukuran kotaknya pun menyesuaikan ukuran sapi. Disetiap kotak disediakan
tempat air dan tempat pakan yang sewaktu-waktu dapat di isi sesuai waktu pemberian pakan.
Pengkotak-kotakan tersebut bertujuan untuk mudah mengatur dan menentukan sapi mana
yang sudah siap jual. Pembeli yang datang kekandang untuk membeli langsung pun ketika
hendak membeli harus membeli sapi semua yang ada di kotak tersebut dengan harga “pukul
rata” dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal, bilamana dalam kotak ada
sapi yang memiliki ukuran lebih kecil maka harga dikatrol dari sapi yang lebih besar, begitu
sebaliknya.
Penjualan Produk Sapi
Semakin banyak sapi yang diternak maka resiko yang dihadapi juga semakin besar
sehingga tidak jarang pemilik sapi merugi akibat berbagai macam hambatan dan kendala
yang terjadi dalam beternak sapi, misalnya penjualan daging sapi lokal sepi akibat kalah
saing dengan daging sapi impor. Di ternak sapi milik Bapak Hasnanto minimal sapi yang di
jual 10 ekor dalam jangka waktu 1 – 2 bulan, tergantung harga jual sapi dipasaran yang
cenderung tidak stabil dan kapan blanthik datang. Berbeda dengan Bapak Jumar, keuntungan
yang diperoleh setiap satu ekor sekitar 5 juta kotor, terkadang dalam 4 bulan bisa terjual 15
25
sapi kemudian membeli lagi 10 sapi sehingga ada sisa uang untuk operasional. Tapi ketika
menjualpun harus tetap melihat harga yang ada dipasaran ketika harga sedang turun-turunnya
makan akan menahan diri dulu untuk menjual ternak.
Pada saat hari raya kurban. Dengan kualitas pakan yang diberikan ke sapi ternak
terjamin sehingga sapi memiliki bobot tinggi maka sapi milik Bapak Suyoto yang biasanya
dipasaran hanya berharga 12 juta per ekor bisa mencapai 30 juta per ekor, mendekati hari
raya kurban sapi miliknya pun dapat terjual antara 30 – 80 juta per ekor untuk sapi Brahma
sesuai bobot dan diameter sapi.
Hal berbeda dilakukan Bapak Tupar, Setiap harinya setiap ekor sapi perah dapat
menghasilkan susu rata-rata 10 liter dengan pembagian waktu perah 2 kali yaitu pagi pukul 6
dapat menghasilkan sekitar 7-10 liter susu dan siang hari pukul 2 dapat menghasilkan sampai
5 liter susu, setidaknya setiap hari 1 ekor sapi dapat menghasilkan 15 liter susu yang dijual
kepada KUD dengan harga 4.200 rupiah setiap liternya, sedangkan penghasilan dari sapi
perah yang diterima setiap hari tersebut sebagian uangnya digunakan untuk biaya
pemeliharaan (pemberian pakan) semua sapi nya terlebih sapi potong yang porsi pakannya
lebih besar dengan kualitas pakan sama dengan prioritas pemberian pakan yang teratur.
Saat sapi ternak dirasa sudah siap untuk dijual karena dinilai menguntungkan, Bapak
kuncoro akan menghubungi rekannya yang juga merupakan penjagal di Rumha Potong
Hewan dan juga sebagai langganan membeli sapi miliknya. Penjagal tersebut ketika hendak
membeli akan mengukur diameter perut dan menghitung berat sapi, untuk harganya pun
berdasarkan tafsiran dilihat dari bobot dan diameter perut. Biasanya sekali jual minimal 2
ekor sapi, kemudian keuntungannya sebagian dibelikan bibit baru, setelah itu 3 bulan
kemudian jual lagi 2 ekor sapi, begitu seterusnya. Asalkan uang tetap terus berputar.
Hambatan Dan Solusi Pengembangan Ternak Sapi
Dalam usaha ternak sapi, peternak di Desa Tanduk sering menjumpai berbagai
hambatan yang muncul dalam pengembangan usahanya, baik dari internal dalam sistem
pemeliharaan ataupun eksternal dari luar sistem pemeliharaan sapi. Untuk mengatasi
hambatan tersebut, peternak harus jeli dan harus segera mencari cara atau alternatif untuk
menghadapi hambatan tersebut bila tidak peternak dapat merugi dan usaha ternak sapi tidak
26
dapat berkembang. Hambatan-hambatan serta solusi yang umum dihadapi peternak di Desa
Tanduk, yaitu meliputi :
Bibit Sapi Sulit dan Mahal
Pemilihan bibit sapi ketika membeli menjadi acuan yang penting, kejelian dan
pengetahuan akan kualitas bibit ternak diperlukan supaya tidak mudah tertipu pada kualitas
bibit. Penjual ternak akan mengaku ternak yang dijualnya memiliki kualitas yang baik
sehingga ditawarkan dengan harga mahal padahal belum tentu ternak tersebut memiliki
kualitas yang baik. Kualitas bibit lah yang akan menentukan cepat atau lambat pertumbuhan
dan nilai jual kelak. Sebagian peternak dapat menilai bibit sapi yang berkualitas dengan
melihat posturnya ketika hendak membeli salah satunya juga untuk mencegah penipuan oleh
penjual bibit sapi, peternak yang telah memiliki pengalaman lama dalam beternak akan
melihat postur bibit untuk menentukan bibit yang berkualitas, seperti : sapi yang memiliki
pertumbuhan cepat akan memiliki tulang yang besar, mulut yang pipih dan diameter perut
dan pinggul hampir sama. Sedangkan bibit sapi yang memiliki pertumbuhan lambat akan
memiliki pinggul yang besar dan perut yang kecil. Penjual bibit akan mematok harga jual
tinggi baik bibit berkualitas ataupun biasa sehingga pembeli harus pandai memilih dan
menawar.
Peternak membeli bibit ternak di pasar hewan dengan anggapan harga murah. Jika
harganya murah kualitas bibitnya pun juga alakadarnya, berbeda bila membeli bibit ternak di
peternaknya langsung (dikandangnya) karena penjual bibit ternak dipasar bukan peternaknya
langsung melainkan makelar atau pedagang sapi. Saat membeli di peternaknya langsung
(dikandangnya) maka pembeli akan dapat melihat silsilah keturunan dari sapi ternak tersebut
(dilihat berdasarkan genetika induk) sehingga dapat ditelusuri baik atau tidaknya keturunan
ternak tersebut. Hal tersebut lebih terpercaya dan kualitas terjamin namun harganya pun juga
berbeda dengan yang ada dipasar. Solusi yang diambil, pembeli harus selektif dan teliti dalam
menentukan bibit yang akan dibeli dilihat dari gen induk dan kondisi fisiknya.
Ketersediaan Pakan Sapi Minim dan Mahal
Standar pakan bagi sapi untuk menghasilkan sapi yang berkualitas dan berdaya jual
tinggi, membutuhkan pakan dengan kualitas tinggi dan banyak macamnya bahan pakan
sebagai campurannya. Hambatan dalam sulitnya ketersediaan berbagai macam pakan tersebut
27
untuk setiap jenis pakan mulai dari bekathul, singkong, ampas tahu, ampas bir, kulit kacang,
kacang hijau, ampas aren tersebut dipasok dari tempat lain di luar Boyolali seperti yang
dilakukan oleh Bapak Suyoto yang harus mendatangkan Bahan campuran pakan dari Pati.
Rumput diambil dari kebun sendiri atau dari para penjual rumput, namun pasokan yang
harusnya datang setiap bulan menjadi tidak pasti terkadang terlambat sehingga peternak harus
memberi pakan ternaknya seadanya saja sehingga membuat pertumbuhan terganggu.
Masalah akan harga pakan yang mahal dan sulit, seperti saat musim kemarau harga
rumput akan mahal karena pada musim kemarau ketersediaan rumput akan langka karena
rumput pada musim kemarau tidak tumbuh secara maksimal sehingga banyak peternak akan
berusaha mencari dimanapun penjual rumput dan membeli rumput dengan harga mahal
sekalipun supaya sapi ternak dapat tetap makan. Berbeda ketika memasukin musim
penghujan, permintaan belinya menurun karena rumput akan tumbuh dengan baik dan banyak
sekali ditemukan rumput di ladang-ladang sehingga membuat peternak tidak perlu membeli
namun hanya dengan mengambil rumput di ladang. Hal tersebut membuat penawaran rumput
di pasar akan menurun dan harga rumput jatuh karena banyak ketersediaan rumput diladang
melimpah.
Seperti yang dilakukan Bapak Asqowi dan Bapak Kuncoro, ketika musim penghujan
dapat mencari rumput-rumputan di kebun namun ketika musim kemarau tiba, harus lah
membeli karena persediaan rumput di ladang akan menipis, harga jual rumput di musim
kemarau perkilogram berkisar 100-200 rupiah namun untuk biaya konsetrat relatif stabil
karena biasanya campuran konsentrat berupa singkong, jagung berasal dari kebun sendiri atau
ampas tahu yang dibeli dari perusahaan tahu sedangkan untuk rumput harus membeli pada
pada penjual rumput pada musim kemarau karena langkanya ketersediaan rumput. Namun
ketika kemarau panjang tiba maka penjual rumput pun akan kesulitan mendapat rumput
karena rumput benar-benar langka dan sangat sedikit orang menjual rumput, adapun yang
menjual dengan harga sangat mahal. Hal yang dilakukan oleh peternak untuk mengatasi
permasalahan tersebut ialah hanya dengan memberi pakan konsentrat saja, atau daun-daun
yang lain, seperti daun singkong kepada sapi yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sapi sehingga bobot sapi tidak sesuai harapan oleh sebab itu pada musim
kemarau panjang peternak memilih menjual sebagian ternaknya untuk meminimalisir
kerugian akibat merosotnya bobot dan nilai jual sapi bahkan sakit penyakit yang
mengakibatkan kematian.
28
Rentan Terhadap Penyakit
Sapi sangat rentan untuk terjangkit berbagai jenis penyakit. Jika anak sapi (pedet)
tersebut sudah terjangkit penyakit dan sakit maka seringkali dapat berujung kematian. Hal
tersebut terjadi karena daya tahan pedet masih rendah. Namun bagi para peternak dalam
beternak sapi lebih baik dimulai dari pedet karena biasanya harga belinya masih murah dan
harga jual nya dapat tinggi sehingga kemungkinan bagi peternak untuk mendapat laba tinggi
walau memang resiko sapi yang masih berumur muda memang rentan penyakit tergantung
dari cara memelihara dan merawatnya. Tidak hanya anak sapi, sapi dewasa pun juga beresiko
untuk sakit dan mati.
Beberapa hal yang menyebabkan sapi sakit dan mati diantaranya adalah : cuaca yang
dingin akibat musim penghujan, cuaca panas ketika musim kemarau panjang yang
mengakibatkan sapi terjangkit penyakit musiman, kemudian kandang yang lembab
mengakibatkan sapi kembung9 karena udara yang dingin yang dapat mengakibatkan kematian
bagi sapi serta kandang yang kotor yang mengakibatkan sapi mudah terjangkit bakteri yang
dapat mengakibatkan sapi diare, penyebab lainnya adalah karena kapasitas kandang yang
kecil sedangkan jumlah sapi besar yang mengakibatkan kandang penuh dan sesak sehingga
sapi sakit karena minimnya ruang lingkup atau space untuk bergerak, kemudian yang paling
tidak diharapkan oleh peternak adalah sakit nafas atau sakit paru – paru pada sapi yang dapat
mengakibatkan kematian.
Untuk mengantisipasi kesehatan ternaknya peternak telah melakukan berbagai macam
pencegahan mulai dari pemberian vitamin berupa susu skim dan kandang harus selalu bersih
dan tidak lembab, kemudian pemberian obat dan suntik dalam periode tertentu untuk
mencegah sakit oleh dokter hewan atau petugas kesehatan hewan (mantri hewan) yang
datang ke kandang. Tetapi faktor penyebab dari eksternal yang dirasa oleh peternak yang
sangat mempengaruhi kesehatan ternak seperti contoh : musim dan cuaca yang tidak menentu
merupakan salah satu hal penyebab terhambatnya pengembangan ternak sapi dari segi
kesehatan sapi.
Sapi ternak menjadi sulit makan karena faktor tertentu seperti kandang yang lembab
atau dingin akibat musim hujan yang mengakibatkan sapi menjadi demam, kembung dan
9 Kembung merupakan gangguan pada perut dimana perut akan terasa sesak sehingga terlihat membuncit
akibat penuhnya udara yang memenuhi perut.
29
berimbas pada pernapasan, hal tersebut membuat pertumbuhan juga terganggu. Solusi yang
diberikan akan menyuntik sendiri (mengurangi biaya dokter) dengan obat tertentu
berdasarkan pengalaman ternak atau dengan cara tradisional yaitu memberi soda dan minyak
goreng (1 gelas) pada sapi yang sakit sperti yang dilakukan oleh Bapak Suyoto. Sedangkan
pada musim kemarau sapi akan mudah sakit lidah dengan ciri berliur terus menerus makan
Bapak Suyoto akan memberi sapinya dengan garam.
Persaingan Pasar Tinggi
Peluang usaha ternak sapi yang menjanjikan serta menguntungkan menyebabkan
peternak harus memutar otak untuk menghasilkan sapi ternak dengan kualitas terbaik yang
akan dijual kepada pembeli namun faktor eksternal lainnya yang muncul akibat munculnya
sapi import membuat masaaah baru. Kalah saing (persaingan pasar) dengan produk sapi
import yang ada dipasaran. Produk sapi lokal lebih mahal dari sapi impor dengan kualitas
sama dengan perbedaan harga dapat mencapai hampir 50% - 70% sehingga banyak pedagang
daging yang memilih membeli daging dari sapi impor dari pada sapi lokal.
Dilihat dari harga, harga daging sapi impor perkilogram sekitar 60-80 ribu rupiah
sedangkan sapi lokal berkisar 100-150 ribu rupiah perkilogram. Daging sapi lokal kalah
dengan daging sapi impor karena daging sapi import didatangkan dengan kuota yang besar
yang mengakibatkan daging sapi lokal di pasaran tergeser dan konsumen lebih memilih
membeli daging sapi impor yang lebih murah. Dengan adanya hal tersebut peternak dapat
mengalami kemrosotan keuntungan bahkan kerugian yang sangat besar karena keuntungan
yang diterima dalam 1 bulan tidak dapat menutup biaya produksi, hal tersebut terjadi oleh
Bapak Hasnanto dan Bapak Suyoto
Semakin banyaknya penjualan daging sapi impor dipasar akan membuat peternak sapi
lokal mengalami kemerosotan keuntungan bahkan kerugian karena sebagian pembeli sapi
ternak adalah pedagang-pedagang daging yang membeli sapi utuh kepada peternak kemudian
menyembelihnya sendiri kemudian menjual daging di pasar. Jika pedagang daging tersebut
melihat keuntungan lebih besar ketika menjual daging sapi impor maka akan berdampak pada
sapi ternak, peternak sapi hanya dapat menjual kepada relasi, restaurant, hotel dan
pengolahan makanan dari daging sapi saja karena sapinya tidak laku dibeli pedagang daging,
pedagang daging akan memilih membeli daging impor dalam bentuk potongan daripada sapi
utuh yang harganya lebih mahal. Peternak sapi pun tidak dapat berbuat banyak untuk
30
mengurangi kemerosotan keuntungan karena ketika peternak menurunkan harga jual sapi
dengan asumsi supaya sapi laku maka peternak tidak dapat menutup biaya produksi untuk
pemeliharaan.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membantu
peternak sapi lokal, kebijakan dari pemerintah tersebut hanya mengurangi kuota daging sapi
import bukan melarang daging sapi import. Kebijakan tersebut cukup membantu bagi
peternak, semakin berkurangnya daging sapi import yang ada dipasaran mengharuskan para
konsumen dan pedagang daging harus membeli daging atau sapi lokal. Karena permintaan
pasar untuk daging sapi lokal meningkat maka harga beli dan jual sapi lokal mulai melonjak,
hal tersebut terjadi karena biaya produksi sapi lokal yang tinggi dan peternak berusaha
mendapatkan keuntungan.
Penipuan Dalam Bisnis Sapi Ternak
Melihat geliat perkembangan usaha ternak sapi yang semakin meningkat, banyak
pihak-pihak yang memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan. Penipuan yang dilakukan
oleh pihak – pihak yang memiliki kepentingan di dalam pengembangan peternakan sapi
(stake holder) karena bisnis tersebut cukup menjanjikan, penipuan biasanya dilakukan justru
oleh para pedagang sapi (blantik) baik pedet, dan para penjual pakan sapi. Penipuan yang
sering terjadi biasanya dilakukan oleh blantik yang menjual sapi (bisa sapi sendiri atau sapi
orang lain yang beliau jualkan), sapi yang dijual akan terlihat gemuk dan sehat walaupun
masih berusia muda (anakan) padahal sapi tersebut terlihat gemuk dan sehat karena di dalam
tubuh sapi tersebut penuh dengan zat air yang membuat sapi terlihat gemuk dan sehat. Ketika
blantik menjual sapi yang biasanya di jual di pasar hewan yang hanya ada dalam pasaran
jawa, yang hanya ada setiap 5 hari sekali, contohnya Pasar hewan Sunggingan Boyolali yang
hanya ada pada pasaran pahing dalam penanggalan jawa.
Bagi pembeli awam akan sulit membedakan antara sapi yang benar-benar gemuk dan
sehat dengan sapi yang penuh dengan zat air atau biasa disebut sapi glonggongan baik sapi
yang masih anakan atau sapi dewasa, oleh karena kurangnya pengalaman untuk mendeteksi
antara sapi yang benar-benar sehat dengan sapi glonggongan maka pembeli akan tertarik
dengan sapi yang gemuk dan sehat tersebut kemudian membelinya dengan harga mahal, hal
tersebut tidak terlepas dari blantik yang pandai merayu pembeli untuk membeli sapinya,
setelah selang beberapa hari (biasanya 2 hari) baru akan terlihat penyusutan berat badan dan
31
fisik sapi glonggongan tersebut. Tidak hanya itu, sapi glonggongan cenderung tidak mau
makan selama sekitar satu (1) bulan karena terlalu banyak zat air yang ada di tubuhnya yang
mengakibatkan berat badan kembali turun dengan drastis sehingga sangat rentan sakit dan
mati, untuk menanggulangi kerugian yang lebih besar akibat mati maka pembeli maupun
peternak tersebut akan segera menjual sapi tersebut walau tetap rugi. Namun adapula pembeli
yang dengan sengaja membeli sapi glonggongan tersebut walau telah mengetahui bahwa sapi
tersebut adalah sapi yang tidak sehat karena pembeli tersebut biasanya adalah pemasok
daging sapi untuk tempat usaha tertentu, seperti : rumah makan, industri pembuatan makan
berbahan dasar daging sapi (abon sapi, dendeng sapi).
Agar tidak mengecewakan rekan bisnisnya (yang dipasok daging) karena tidak dapat
memasok daging sesuai dengan waktu perjanjian akibat ada alasan tertentu sehingga orang
tersebut sengaja membeli dari peternak lain atau menyembelih sendiri sapi yang tidak sehat
dan seringkali sudah terjangkit bakteri penyakit tertentu yang kemudian dagingnya di pasok
kepada rekan bisnisnya itu.
Berbeda dengan Blantik atau pedagang yang datang untuk membeli langsung ke
kandang peternak. Hal yang dialami Bapak Jumar ialah Blantik sapi tersebut menjatuhkan
harga sapi untuk mendapatkan keuntungan maksimal dengan membeli dengan harga murah,
dalam menjatuhkan harga biasanya mereka menjelek-jelekan kualitas ataupun fisik sapi,
sehingga mereka merasa harus membeli dengan harga rendah. Hal tersebut akan merugikan si
pemilik sapi walau tidak semua pedagang seperti itu. Solusinya langsung di bawa ke Rumah
Pemotongan Hewan (RPH) yang ada di kecamatan-kecamatan sehingga tahu berat dan nilai
jualnya.
Biaya Operasional Tinggi
Usaha ternak sapi memerlukan fasilitas yang memiliki peran sebagai penunjang atau
penyokong usaha seperti kendaraan sebagai operasional yang dapat memudahkan untuk
mengangkut sapi maupun mengangkut pakan dari dan ke berbagai tempat, serta alat-alat
lainnya seperti diesel dan mesin selep untuk membantu memudahkan pemeliharaan dan
pengelolaan sapi ternak mengharuskan Bapak Hasnanto mengeluarkan biaya tambahan.
32
Kandang Bapak Hasnanto memiliki alat yang semuanya harus menggunakan bahan
bakar minyak (BBM) seperti mesin diesel dan mesin selep10
yang digunakan setiap hari.
Ketika harga BBM naik keuntungan dari jual ternak akan minim, tidak hanya itu untuk
transportasi yang notabennya memiliki kendaraan sendiri membutuhkan banyak BBM
terlebih untuk mondar – mandir mengurus kebutuhan 300 ekor sapi seperti mencari rumput
pakan, membawa ke pasar ketika dijual memerlukan BBM yang tidak sedikit dan membuat
biaya Transportasi melambung sehingga menghambat pengembangan ternak karena ada
batasan untuk tidak besar pengeluaran agar mencapai keuntungan yang maksimal.
Buruh Kerja Ternak Sapi Terbatas
Keterbatasan tenaga kerja pembantu (buruh) serta minimnya fasilitas penunjang untuk
membantu pemeliharaan usaha ternak membuat Bapak Jumar dan Bapak Suyoto kewalahan
dan menghambat perkembangan peternakannya. Bapak Jumar yang memelihara ternak
sekaligus membuat pupuk hal tersebut menjadi penghambat pengembangan namun sedikitnya
pekerja ditempuh semata untuk menekan biaya produksi ternak. Apalagi dengan pekerja yang
bekerja dikandang mulai dari membersihkan kandang sampai mencari rumput di ladang akan
sangat menguras tenaga.
Untuk menghadapi masalah tersebut, tidak jarang Bapak Jumar dan Bapak Suyoto
harus mencari orang yang mau bekerja membantu mengurus sapi dengan kontrak kerja dan
bayaran per hari (buruh harian), biasanya yang menjadi buruh adalah tetangganya yang
sedang membutuhkan pekerjaan, sistem pengupahannya pun tergantung berapa hari bekerja
dan ringan tidak nya pekerjaan. Misalnya jika bekerja hanya untuk mencari pakan di ladang,
buruh tersebut Bapak Jumar akan mengupah tenaga kerja pembantu Rp. 25.000,00 perharinya
dari jam 09.00 sampai 15.00 serta menyediakan makan siang dan minum.
Pertumbuhan Sapi Ternak Sulit
Dalam pemeliharaan ternak, yang dialami oleh Bapak Suyoto pertumbuhan sapi
ternak cukup sulit. Terkadang pertumbuhan sapi begitu cepat dalam jangka pemeliharaan 1
tahun bahkan kurang namun kadang lambat karena lebih dari 1 tahun. Semakin lama
pemeliharaan makan biaya yang dikeluarkan akan membengkak. Tidak dipungkiri lagi
10
Mesin Selep adalah mesin yang digunakan sebagai pemecah jagung atau singkong menjadi potong-potongan
dalam jumlah besar untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan.
33
pertumbuhan sapi juga karena faktor bibit yang kualitasnya buruk. Maka untuk
mengantisipasi hal tersebut setiap sapi yang masuk (bibit baru) pasti di beri obat cacing,
bahkan setiap sapi setiap bulan diberi obat cacing agar nafsu makan meningkat, pengeluaran
kotoran sedikit dan gemuk.
Bibit (pedet) menentukan seberapa cepat pertumbuhannya. Pertumbuhan akan cepat
jika sapi memiliki ciri fisik tulang yang besar dan mulut yang pipih, sebaliknya pertumbuhan
akan lambat bila pinggul lebar dan besar dan perut kecil. Hal tersebut menjadi pedoman bagi
peternak untuk membeli bibit sehingga solusi yang diambil yaitu peternak harus paham dan
selektif dalam membeli bibit.
Pengaturan Penggunaan Modal
Berapa jumlah modal yang dimiliki mempengaruhi berapa jumlah bibit yang akan
dibeli, berapa jumlah sapi yang dipelihara, berapa lama waktu pemeliharaan dan berapa total
biaya produksi yang harus dikeluarkan sebelum nantinya sapi ternaknya akan dijual. Bapak
Rohmat dan Bapak Fuad ketika awal beternak sendiri tidak jarang modal yang dimiliki sudah
habis terlebih dahulu untuk membiayai pakan ternak karena salah perhitungan ketika hendak
membeli bibit. Contoh perhitungannya yaitu : modal 15 juta maka beliau harus mengeluarkan
uang untuk membeli bibit sapi maksimal senilai 12 juta (tidak melihat berapa jumlah yang
hendak dibeli) kemudian sisanya 500 ribu untuk operasional dan 2.5 juta untuk biaya
produksi termasuk pakan, dokter jika sapi sakit dll selama masa pemeliharaan.
Solusi yang diambil karena kehabisan modal adalah menjual salah satu sapi yang
dimiliki walau dengan harga jual yg tidak maksimal untuk menutup biaya kekurangan
kemudian memaksimalkan penggemukan sapi yang masih dimiliki.
Dinamika Harga
Bagi Peternak dalam menjalankan usaha sapi yang kerap ditemui adalah harga jual
dan harga beli yang tidak stabil tergantung pasar, hal tersebut dapat disebabkan adanya hari
raya tertentu seperti hari raya idul fitri atau idul adha yang meningkatnya permintaan
sehingga harga jual maupun harga beli dapat melambung, akibat perubahan musim juga
mempengaruhi ketika dari musim penghujan ke musim kemarau penawaran jual sapi akan
34
meningkat karena peternak memprediksi ketika musim kemarau maka pakan akan mahal dan
sapi mudah terjangkit penyakit sehingga krena banyaknya penawaran maka harga jual turun.
dan juga persaingan dengan daging sapi impor yang mengakibatkan banyak konsumen
memilih daging sapi impor karena murah dan bagus kualitasnya sehingga permintaan sapi
lokal menurun mengakibatkan harga jual turun.
Dampak harga bibit mahal dan harga jual atau beli di pasar tidak stabil (fluktuatif).
Misal di pasar Sunggingan Boyolali, harga beli sapi potong perkilogramnya 56.000 – 60.000
rupiah sedangkan harga jualnya berkisar hanya 40.000 rupiah, hal tersebut dipengaruhi
adanya jumlah penawaran dan permintaan yang tidak seimbang, cenderung banyak
penawaran dibanding permintaan. Oleh sebab itu sangat sulit untuk menyesuaikan bobot dan
harga jual sapi. Ketika musim sekolah misalnya penawaran sapi yang hendak dijual akan
meningkat sedangkan permintaan untuk membeli sedikit karena secara financial para
peternak membutuhkan uang untuk biaya sekolah.
ANALISIS DAN INTERPRETASI
Rumah tangga Ternak Sapi Sebagai Enterprise
Pengelolaan usaha ternak yang dijalankan oleh rumah tangga memperlihatkan adanya
kapasitas bagi sebuah rumah tangga untuk memperoleh informasi mengenai ternak serta
memperoleh peluang dalam menjalankan dan mengembangkan ternak yang dimiliki, terlebih
memperoleh kesempatan untuk melakukan inovasi dan mempergunakan teknologi yang ada
sebagai usaha untuk memperoleh pendapatan bahkan meningkatkan keuntungan bagi rumah
tangga (Hartono, 2011: ).
Rumah tangga ternak memiliki kaitan sebagai enterprise, Enterprise sendiri
merupakan sebuah pola (sistem) dari manusia untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dengan menitiberatkan pada peralatan,
kebijakan, material, data dan prosedur (Sajiatmoko, 2015). Bagi rumah tangga yang bekerja
sebagai pelaku usaha ternak sapi juga menerapkan pandangan bahwa usaha ternak sapi yang
sedang mereka jalankan harus memberi keuntungan secara finansial berupa pendapatan untuk
rumah tangga guna memenuhi kebutuhan hidup dan keuntungan secara non-finansial yang
dirasakan oleh rumah tangga peternak serta berperan dalam meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga peternak. Disamping itu, oleh pemerintah semakin berkembangnya usaha
35
ternak diharapkan dapat menunjukkan perannya dalam menopang sektor industrialisasi agar
dapat semakin meningkat lagi (Renstra Dinas Peternakan Provinsi Jambi, 2006). Bagi rumah
tangga peternak didaerah penelitian, semakin besar dan berkembang usaha ternaknya maka
status sosial di masyarakat juga ikut meningkat. Masyarakat sekitar akan memandang rumah
tangga tersebut menjadi rumah tangga sukses yang dapat menjalakan usahanya dengan baik
dan masyarakat akan memberikan penghargaan secara verbal11
pada rumah tangga peternak
tersebut.
Dalam menjalankan usaha ternak sapinya, perlu adanya sistem yang diberlakukan
dalam kegiatan produksi ternak dengan tujuan menghasilkan produk yang berdaya jual.
Prosedur pemeliharaan diperketat untuk menghasilkan sapi yang produktif mulai dari
pemberian pakan yang berkualitas tinggi, pemberian pakan yang teratur, pemberian vitamin
yang tepat guna menghindari sapi terkenana sakit penyakit. Banyak hambatan dalam
pemeliharaan ternak namun setiap prosedur dalam pengelolaan ternak merupakan proses
produksi dalam usaha yang harus di cari jalan keluarnya sehingga dapat menjadi salah satu
kunci ternak dapat berdaya jual. Semakin berkembangnya produksi ternak dengan bantuan
segala sarana dan prasarana yang ada akan menumbuhkan kondisi peternakan yang maju,
efisien dan kuat sehingga mengkolaborasikan pola dan struktur produksi dengan permintaan
pasar serta menunjukkan kemampuan produksi dengan peningkatan kesempatan kerja,
pendapatan, perbaikan lingkungan, pertumbuhan ekonomil dan kesejahteraan hidup
seseorang (Dinas Peternakan Jawa Tengah, 2001)
Usaha ternak sapi yang terkoordir akan memberikan keuntungan yang optimal bagi
peternak, semakin besar keuntungan memperlihatkan betapa baiknya manajemen pengelolaan
ternak (Sutrisno, 2000). Rumah tangga peternak sapi yang melakukan manajemen
pengelolaan ternak dari mulai bibit hingga dewasa dan siap jual, akan menghasilkan
pendapatan dari usaha ternak yang berkontribusi sebagai pendapatan bersih bagi rumah
tangga yang dihitung dari besarnya pendapatan dari usaha ternak dikurangi dengan total biaya
produksi dari pemeliharaan (pengelolaan) ternak yang telah dikeluarkan dalam kurun waktu
tertentu (Anonimous, 2010).
11
Penghargaan tersebut dapat berupa apresiasi, sanjungan dan rasa menghargai dari masyarakat kepada
rumah tangga peternak.
36
Tidak hanya dapat memberikan keuntungan pada peternak, pihak-pihak lain yang
turut ambil bagian dalam dunia ternak sapi ikut merasakan keuntungan seperti para blanthik
atau makelar sapi juga mendapatkan keuntungan, tidak jarang mereka membeli sapi siap jual
dari peternak dengan harga relatif miring kemudian menjual lagi kepada orang lain dengan
harga lebih mahal. Begitu pula dengan kreditur, bagi peternak yang memerlukan modal dan
harus meminjam modal dari kreditur ketika usaha ternaknya berjalan dengan sesuai harapan
dan memperoleh keuntungan maksimal maka pihak kreditur menjadi salah satu pihak yang
diuntungkan karena proses pengembalian dana pinjaman akan lancar dan mendapatkan bunga
sesuai dengan kesepakatan.
Hambatan Membangun Enterprise Dalam Rumah Tangga
Usaha ternak sapi dikelola, dijalankan serta dikembangkan oleh anggota rumah
tangga dan tenaga kerja bantuan yang menjadi penopang pendapatan bagi rumah tangga
peternak (rumah tangga) guna meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dan memenuhi
kebutuhan hidup rumah tangga. Dalam pengelolaan dan proses pengembangan ternak sebagai
usaha yang dikelola oleh rumah tangga terdapat faktor yang berkaitan dengan usaha yang
dijalankan anggota rumah tangga, yaitu faktor pendidikan yang mumpuni sebagai dasar untuk
managing dan pengelolaan ternak serta pemasaran hasil produksi, pengelolan penggunaan
input, teknik pemasaran, kredit, kebijakan yang berkaitan dengan usaha ternak, segala bentuk
perencanaan untuk mengembangkan usaha ternak, penyuluhan dari pihak terkait akan ternak
serta penelitian yang berkaitan dengan ternak (Pambudy, 1999).
Rumah tangga ternak sapi secara teknis memiliki kapasitas dan kemampuan untuk
dapat mengelola atau memelihara ternak dengan baik serta dapat mengembangkan usaha dan
pemeliharaan ternak dengan maksimal sesuai yang diharapkan rumah tangga ternak.
Kenyataannya dalam aktivitas produksi dan pengelolaan ternak, peternak banyak
diperhadapkan dengan hambatan-hambatan baik dari internal maupun eksternal, hambatan
internal maksudnya adalah hambatan yang berasal dari sistem pengelolaan baik tenaga kerja,
modal ataupun kesehatan sedangkan eksternal meliputi harga beli maupun harga jual di pasar
yang fluktuatif dan sulitnya mendapatakan pakan untuk ternak akibat musim kemarau.
Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh rumah tangga ternak tersebut dapat saja menjadi
semakin komplek apabila berkaitan dengan pengalokasian sumber daya yang dimiliki, seperti
buruh, tenaga kerja dan modal, keuangan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2011).
37
Tenaga kerja yang bekerja untuk membantu anggota rumah tangga peternak umumnya adalah
buruh lepas yang dibayar per minggu bahkan per hari sesuai kebutuhan yang diperlukan
dalam pemeliharaan serta dilihat dari jumlah sapi sehingga bagi buruh tersebut sebagai tenaga
kerja peternakan hanyalah sambilan maka ketika mereka sedang mengerjakan pekerjaan
mereka ketika hendak dimintai tolong terkadang tidak bisa. Pengaturan dan pengalokasian
modal sangat penting karena ketika salah dalam melakukan pengaturan maka justru akan
menimbulkan hambatan dalam usaha ternak.
Hambatan – hambatan lainnya yang dihadapi rumah tangga dalam mengembangkan
dan mengelola usaha ternak sapi juga datang dari sistem pemeliharaan ternak yang masih
tradisional dengan cara penanganan ternak yang sederhana, faktor ketersediaan bibit yang
berkualitas di pasaran yang rendah, dari segi ekonomi seperti penurunan daya beli konsumen
dan tidak stabilnya harga jual dan beli sapi dipasaran, selanjutnya dari sisi kebijakan dari
pemerintah belum ada program mengenai usaha ternak sapi yang tepat sasaran, tepat guna,
berkesinambungan dan berdaya saing tinggi serta faktor sumber daya manusia yang bekerja
dalam peternakan itu sendiri. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi pendapatan pengelolaan
dan berkembangnya usaha ternak sapi yang dijalankan oleh rumah tangga (Rosyadi, 2009).
Peran Anggota Rumah Tangga Dalam Usaha Rumah tangga
Usaha ternak sapi yang dijalankan oleh rumah tangga ternak merupakan bagian
penting sebagai usaha untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan dalam
rumah tangga rumah tangga peternak. Pengelolaan usaha ternak sapi juga dibutuhkan adanya
pekerja yang produktif, produktivitas itu dilihat dari aspek pendidikan dan keterampilan serta
keahlian untuk meningkatkan mutu dan daya jual ternak (Oktaviani, 2008). Diperlukan
berbagai aspek dari anggota rumah tangga untuk dapat menjalankan usaha tersebut. Tenaga,
waktu dan pikiran merupakan hal inti yang harus disediakan oleh anggota rumah tangga
rumah tangga peternak guna mengembangkan usaha ternak sapinya. Tenaga kerja dalam
usaha ternak rumah tangga dapat berasal dari anggota rumah tangga yaitu Ayah, Ibu dan
Anak (Mubyarto, 1998). Oleh sebab itu anggota rumah tangga memiliki peran yang
mewajibkan mereka untuk dapat ikut serta dalam pemeliharan ternak sehingga hasil sapi
ternak yang hendak dijual sesuai dengan harapan mereka.
Peran Anggota rumah tangga peternak dalam kontribusinya dalam mengelola usaha
ternak sapi harus dilakukan dengan mengalokasikan waktunya untuk memelihara sapi seperti
38
untuk menentukan bibit yang akan dibeli (mencari bibit) di pasar atau pada para pedagang
penjual bibit, mengatur perputaran uang mulai pemasukan hingga pengeluaran serta bertugas
menjual dan melakukan dealing harga jual sapi dan menentukan pakan dan harganya. Semua
pekerjaan tersebut diperlukan perhitungan dan perencanaan yang matang agar tidak
mendatangkan kesalahan yang justru membebani anggota rumah tangga serta dari kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan anggota rumah tangga dapat diketahui seberapa nilai ekonomi
dan waktu yang digunakan untuk pemeliharaan ternak (Darmawi, 2012). Sehingga rumah
tangga hanya bertindak sebagai peternak pasif dalam proses pemeliharaan karena segala hal
yang berhubungan langsung dengan sapi dilakukan oleh buruh (pemberian pakan dan
pembersihan kandang) sedangkan rumah tangga peternak hanya melakukan pengecekan atau
pengawasan, memutuskan suatu tindakan yang kaitannya dengan hal yang harus dilakukan
buruh dan mengatur cara untuk membuat usaha ternak sapi menghasilkan untung. Umumnya
hal ini dilakukan oleh rumah tangga yang memiliki jumlah sapi banyak (peternak besar) yang
memiliki sapi lebih dari 30 ekor, disamping itu rumah tangga tersebut identik dengan rumah
tangga kaya.
Bagi rumah tangga peternak yang memiliki jumlah sapi ternak sedikit (tidak lebih dari
30 ekor) rumah tangga peternak memiliki andil yang lebih besar dalam pengelolaan sapinya.
Rumah tangga peternak sapi akan bertindak secara aktif dalam pemeliharaan mulai dari
mencari rumput, memberi makan, membeli bibit hingga menjual hasil ternak walau rumah
tangga pemilik ternak tetap memperkerjakan buruh untuk membantu memelihara sapi-
sapinya, namun peran buruh tersebut hanya sekedar membantu rumah tangga peternak.
Rumah tangga tersebut totalitas dalam mengelola ternak, dimulai dari ayah dan anak laki-laki
yang mencari rumput, memberi pakan, membersihkan kotoran hingga anak perempuan dan
istri turut membantu proses pemeliharaan secara langsung dengan sapi ternak, kuantitas
buruh yang bekerjapun hanya sedikit. Dilihat dari pekerjaan yang dilakukan rumah tangga
peternak dan jumlah sapi ternak dapat digolongkan sebagai peternak sederhana karena biaya
pengeluaran benar-benar diminimalisir dengan semua anggota rumah tangga turut bekerja.
Pemaanfaatan den pemaksimalan anggota rumah tangga yang berperan dalam usaha ternak
sapi ini dapat mengurangi biaya produksi yang salah satunya berkaitan dengan tenaga kerja
yang merupakan salah satu hambatan umum yang dihadapi peternak sehingga dengan
pengoptimalan anggota rumah tangga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan rumah
tangga dan memangkas pengeluaran (Iskandar dan Permana, 2012)
39
Pada dasarnya jumlah pengeluaran bagi sebuah rumah tangga peternak berkaitan
dengan jumlah anggota rumah tangga karena dari situ dapat dihitung berapa jumlah biaya
yang harus dikeluarkan seperti konsumsi, biaya sekolah, biaya kebutuhan sehari-hari dan
sebagainya. Semakin benyak jumlah anggota rumah tangga maka semakin banyak pula biaya
yang harus dikeluarkan (Hartono, 2011). Bilamana seberapa banyak anggota rumah tangga
rumah tangga peternak tersebut dimanfaatkan secara maksimal baik tenaga, waktu dan
pikiran untuk menggerakkan usaha ternak maka hasil yang didapat bisa maksimal karena
dapat memangkas pengeluaran dari sektor tenaga kerja dalam pengelolaan ternak. Baik
anggota rumah tangga yang bekerja dalam usaha ternak rumah tangga berperan penuh12
maupun sekedar sebagai subsidi13
yang jika dilakukan tetap saja dapat memangkas
pengeluaran dalam usaha ternak. Walaupun nominalnya kecil namun jika dilakukan secara
penuh dapat juga membantu pengawasan ternak, karena pengawasan yang dilakukan oleh
pemilik usaha akan lebih baik daripada jika dipercaya kepada orang lain yang notaben nya
adalah mengawasi hanya karena bekerja untuk mendapat upah.
Tanpa adanya anggota rumah tangga rumah tangga yang berperan dalam usaha ternak
dan hanya mengandalkan kepercayaan untuk menjalankan usaha kepada orang lain, hasil
yang diperoleh cenderung berbeda karena bagi pemilik ternak sendiri akan lebih detail dan
berupaya membuat sapi ternak tersebut menghasilkan keuntungan maksimal, berbeda dengan
jika dipercayakan kepada orang lain apalagi orang yang bukan dari silsilah rumah tangga
maka akan kurang maksimal karena mereka menganggap hanya menjalankan pekerjaan dan
tanggung jawab dan sapi tersebut bukan milik mereka sendiri sehingga tidak maksimal.
Produktivitas anggota rumah tangga maupun tenaga kerja pun semakin bertambah usia maka
akan menurun namun berbeda dengan yang berusia muda yang berkemampuan fisik kuat
serta berintelegensi tinggi sehingga beberapa hal tersebut menjadi salah satu alasan usaha
ternak sapi dijadikan usaha rumah tangga turun temurun (dari orang tua kepada anak) karena
dipandang anak akan lebih kompeten dalam mengelola usaha dibanding orang tua yang sudah
tua dan anak pun telah memiliki pengalaman ketika bekerja bersama-sama dengan orang
tuanya (Suriantoro, 1991).
12 Penuh yang dimaksud adalah Anggota keluarga yang bekerja secara full timer / karena merupakan
pekerjaan pokok.
13 Subsidi adalah anggota keluarga yang bekerja hanya membantu karena sudah memiliki pekerjaan pokok
lain.
40
Aktivitas Produksi dan Sektor Informal
Aktivitas produksi adalah segala kegiatan yang mengubah barang baku menjadi
barang jadi (Anggadini, 2011). Dalam usaha ternak sapi, yaitu mengubah sapi yang awalnya
masih anakan sapi menjadi sapi yang siap jual bahkan berdaya jual tinggi. Sedangkan sektor
informal adalah segala aktivitas ataupun kegiatan yang tujuan utamanya untuk memperoleh
pendapatan yang aktor ekonominya (rumah tangga) tidak diatur oleh pemerintah (tidak ada
campur tangan negara) (Portes dan Castell, 1995).
Rumah tangga yang merupakan salah satu jenis usaha produksi sektor informal karena
memperlihatkan suatu bentuk usaha ekonomi dan didalamnya terdapat para pekerja yang
bertujuan secara komersial untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan dan memiliki
sifat yang tidak formal. Usaha informal inipun tergolong usaha kecil karena masuk kedalam
golongan UMKM yang menawarkan dan menjual hasil produksinya dari ternak sapi serta
melibatkan uang dan sistem transaksi pasar (Jual - Beli) (Suharto, 2002).
Rumah tangga tersebut termasuk dalam sektor informal karena menjalankan sistem
kewirausahaan yang bertujuan mendorong adanya pertumbuhan ekonomi baik rumah tangga
maupun wilayah tertentu. Rumah tangga peternak terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang
berada dalam lingkup rumah tangga. Dilihat dari sisi usaha ternak, anggota rumah tangga
tersebut memiliki aktivitas produksi yang dibuktikan setiap harinya melalui kegiatan atau
tindakan yang ada hubungannya dengan usaha ternak sapi, seperti : memberi pakan sapi,
memberi minum sapi, membeli pakan sapi, mengecek kondisi sapi dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan sapi ternak sampai dengan tahap mempersiapkan sapi untuk dijual.
Tindakan - tindakan tersebut termasuk dalam upaya menjalankan aktivitas produksi yang
hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari usahanya yang
tergolong kecil dan dijalankan oleh anggota rumah tangga tentunya dengan menggunakan
cara produksi yang sederhana ini, umumnya orang yang terlibat didalamnya memiliki
pendidikan dan keahlian atau keterampilan yang terbatas sehingga mereka harus berusaha
bekerja salah satunya dengan cara mereka sendiri (Djojohadikusumo, 1994). Anggota rumah
tangga rumah tangga peternak yang bekerja dan berkecimpung dalam usaha ternak sapi ini
merupakan sumberdaya yang tergolong berpotensional (Hartono, 2011).
Dilihat dari sisi lainnya, dalam aktivitas usaha ternak sapi yang dijalankan oleh
anggota rumah tangga yang menjadikan usaha tersebut sebagai pekerjaan atau sarana
41
pemenuh kebutuhan hidup rumah tangga, anggota rumah tangga yang bekerja dan terlibat
didalam usaha tersebut ataupun para butuh yang bekerja pada usaha ternak memperlihatkan
dengan jelas adanya ketidakmampuan sektor formal untuk membuka kesempatan kerja bagi
individu yang tidak memiliki batasan usia kerja maupun pendidikan. Akibat tidak mampunya
sektor formal membuka kesempatan bagi para angkatan kerja, membuat individu atau para
angkatan kerja tersebut mencari berbagai cara agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup,
salah satu caranya adalah membuka lapangan pekerjaan sendiri yang melibatkan aktivitas
produksi salah satunya usaha ternak sapi yang masuk dalam usaha sektor informal (Haris,
2011).
Inkubator Bisnis
Inkubator Bisnis merupakan sebuah wadah penyedia fasilitas dan pelayanan dengan
tujuan untuk mempercepat pertumbuhan dari segi kewirausahaan melalui sarana dan
prasarana yang dimiliki menurut basic usaha yang dikerjakannya (Susilo, 2014)14
. Rumah
tangga peternak sebagai wirausaha harus mampu untuk menjadi inkubator bisnis, melalui
sarana dan prasarana yang dimiliki, dituntut untuk untuk membangun usaha yang semakin
berkembang dan meningkat dari segi keuntungan. Salah satu nya dengan memanfaatkan
sumberdaya dan setiap sarana serta prasarana dalam produksi yang ada.
Kandang merupakan salah satu unit fisik berupa bangunan yang dipergunakan oleh
peternak untuk menjalankan dan mengelola usaha ternak sapi, kandang tersebut dijadikan
fasilitas dan sarana untuk mengembangkan dan memperkuat kewirausahaan bagi rumah
tangga peternak (The New Business Incubator, 1994). Di dalam kandang, peternak yang
terdiri dari anggota rumah tangga dibantu dengan tenaga kerja melakukan aktivitas produksi
dan usahanya dalam memelihara sapi ternak. Anggota rumah tangga seperti Ayah, Ibu dan
anak mengaplikasikan setiap keahliaannya yang didapat melalui kebiasaan dan pengalaman
tanpa adanya pelatihan sebelumnya untuk mengelola ternak, dimulai dari pembelian bibit,
membeli dan menentukan campuran pakan ternak yang terbaik, mengatur perputaran
keuangan (modal) hingga menghasilkan ternak yang berdaya jual serta kemudian
mendapatkan pedapatan dari hasil penjualan ternak atau produk ternak tersebut. Dengan
pembagian tugas yang dilakukan oleh masing-masing anggota rumah tangga , langkah-
langkah dalam aktivitas produksi tersebut dikerjakan dengan mengandalkan sarana dan
14
Isetyobudi.lecture.ub.ac.id/files/2014/01/inkubator-bisnis-fixxxxx.pdf
42
fasilitas serta cara yang sederhana terlebih keahliaan yang didapat umumnya dari kebiasaan
sehari-hari selama didalam kandang tanpa mengikuti pelatihan namun dari keahlian yang
dimiliki rumah tangga ternak tersebut dapat menghasilkan pendapatan yang dapat untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bahkan dengan hanya mengandalkan keahlian yang
dimiliki dapat menghasilkan inovasi di dalam usaha ternak yang menjadikan usaha tersebut
menjadi usaha rumah tangga yang semakin profitable memiliki pengelolaan usaha dan
keuangan yang tepat sehingga menjadi usaha yang sustainable15
hingga memiliki efek positif
bagi masyarakat terlebih dapat membuka lapangan pekerjaan (http://www.i-
tech.or.id/index.php/suarainkubator/69-inkubator-bisnis-dan-kewirausahaan-teknologi).
Buruh atau tenaga kerja adalah salah satu aspek penting yang turut bekerja dan
membantu berkembangnya usaha ternak sapi dalam rumah tangga produksi (Mastuti dan
Hidayat, 2011). Dengan bekerja dan membantu usaha ternak tersebut, para buruh haruslah
dapat memanfaatkan segala sarana dan prasarana yang ada, dan bagi usaha ternak dapatlah
mengasilkan pendapatan dan keuntungan. walaupun mereka bekerja tanpa ada pelatihan
sebelumnya, dengan bekerja di ternak tersebut para buruh tersebut dapat menerapkan
keahliannya dalam memelihara sapi ternak. Keahlian tersebut bukanlah ditunjukan dengan
sebuah keahlian yang hebat namun bagaimana buruh tersebut dapat membuat sapi-sapi yang
dipelihara menjadi semakin produktif dan berpotensi untuk menghasilkan keuntungan bukan
kerugian karena sakit atau lainnya. Seperti contoh sederhananya, melalui pengalamananya
sehari-hari berhadapan dengan sapi, buruh akan peka dengan sapi yang hendak sakit sehingga
dapat ditanggulangi dengan memberikan pakan yang lain atau obat-obatan untuk
mengantisipasi terjangkit penyakit dan sakit lebih parah.
Dari memanfaatkan sarana dan prasarana serta kesehariannya berhubungan dengan
ternak sapi tanpa diperlukannya pelatihan sebelumnya dalam memelihara ternak, menjadikan
sebuah inkubator bisnis yang mampu menghasilkan keuntungan. Baik bagi pihak-pihak yang
berada dalam lingkup peternakan maupun pihak-pihak yang berkecimpung dalam usaha sapi,
yang tujuan utamanya ialah untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Serta melalui
inkubator bisnis dapat menemukan dan memperbaiki sistem kewirausahaan atau managing
15
Sustainable adalah kemampuan untuk mempertahankan sumberdaya dengan mengatur penggunaan,
perkembangan dan perlindungan terhadap sumber daya alam dan fisik tanpa menyebabkan kerusakan pada
ekologi yang ada (http://exploresuka-suka.blogspot.co.id/2012/10/sustainable-ecohousing-vertical-
building.html?m=1).
43
yang dimiliki pihak-pihak yang berada didalamnya untuk belajar mengembangkan dan
mendapatkan keuntungan.
Usaha Ternak Sapi Penggerak Roda Perekonomian Regional
Usaha Ternak sapi yang dijalankan rumah tangga merupakan salah satu usaha sektor
informal yang memiliki dampak mendorong terciptanya roda perekonomian yang bertumbuh
dan kuat bagi daerah tersebut. Daerah adalah bagian integral dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang meliputi adanya usaha-usaha yang dapat memutar roda perekonomian guna
menumbuhkan dan meningkatkan perekonomian regional. Bahkan melalui bertumbuhnya
ekonomi dalam lingkup regional dapat mendorong pembangunan ekonomi secara nasional,
sedangkan pembangunan ekonomi nasional ialah dampak dari tumbuhnya struktur ekonomi
regional dan nasional. Pembangunan yang secara riil dikerjakan oleh salah satu sektor
tertentu maka umumnya akan membut sektor tersebut meningkat dalam kurun waktu tertentu
(Soepono, 1993), dalam konteks ini adalah sektor perekonomian regional yang didalamnya
meliputi usaha ternak sapi.
Pemerintah dan masyarakat luaspun turut diuntungakan terbukti dengan roda
perekonomian yang meningkat sehingga membawa dampak positif pada perputaran ekonomi
pada masyarakat pada daerah tersebut dan pertumbahan perekonomian di wilayah tersebut
menjadi produktif (Siregar, 2012). Salah satu aspek dari usaha ternak sapi yang dapat
memberi dampak positif bagi perekonomian regional yaitu adanya kesempatan pekerjaan
bagi masyarakat sehingga dari usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja khususnya
dipedesaan terlebih mengingat banyak nya angkatan kerja yang menganggur (Kasryno, 2000;
Taryoto dan Sunarsih, 1994). Mengingat ternak sapi yang merupakan subsektor dari sektor
pertanian masih menjadi salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja cukup besar karena
Indonesia sebagai negara agraris membuat sektor pertanian menjadi basis pekerjaan
masyarakat (Firman, 2007).
Masyarakat yang bekerja sebagai tenaga kerja di usaha ternak sapi akan mendapatkan
pendapatan bagi dirinya sendiri maupun bagi rumah tangganya, dari pendapatan yang
diterima tersebut akan dikonversikan menjadi konsumsi tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dirinya sendiri maupun rumah tangga. Barang-barang konsumsi rumah
tangga umumnya adalah barang keperluan rumah tangga sehari-hari, barang-barang
elektronik, kendaraan bermotor dan barang-barang pemuas lainnya. Dengan mendapatkan
44
pendapatan dari bekerja sebagai tenaga kerja peternakan sapi, secara ekonomi kegiatan
tersebut akan meningkatkan pergerakan roda ekonomi karena memicu mereka untuk
meningkatkan konsumsi rumah tangga, namun jika dilihat dari sudut pandang
pemanfaatannya, belum tentu barang-barang tersebut menjadi alat penggerak ekonomi rumah
tangga (PDRB Kabupaten Bekasi, 2013). Semakin banyak usaha ternak yang ada, semakin
banyak juga tenaga kerja yang bekerja maka konsumsi pun meningkat sehingga pertumbuhan
roda perekonomian pun juga turut meningkat.
Pemerintah khususnya pemerintah daerah pun memiliki andil dalam peningkatan
konsumsi dan roda perekonomian daerah. Kebijakan yang diambil pemerintah untuk
mendorong bertumbuh kembangnya sektor usaha ternak sapi pun menjadi salah satu
pemicunya. Peran pemerintah untuk menjadikan sebuah sektor menjadi sektor unggulan bagi
daerahnya akan memberi dampak positif untuk pembangunan daerah tersebut, terlebih
pembangunan secara ekonomi. Bukti nyatanya ialah dengan adanya sektor di daerah tersebut
yang berkembang dan meningkat maka akan meningkatkan juga pendapatan daerah melalui
jalannya sistem roda perekonomian serta penyerapan tenaga kerja dari sektor-sektor tersebut
yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut (Firman, 2007).
Dengan bergeraknya roda perekonomian di daerah tersebut maka akan membuat
terjadinya multiplier effect atau efek pengganda artinya adanya keterkaitan antara satu bidang
yang menyebabkan adanya perubahan pada bidang yang lain (Jatmika, 2014). Efek
pengganda tersebut akan berjalan bilamana masyarakat di daerah tersebut akan
mengkonsumsi atau membeli produk lokal (produk-produk yang di jual di daerah tersebut)
sehingga terjadi perputaran perekonomian yang bilamana semakin meningkat maka akan
meningkatkan pula perekonomian secara regional dan pembangunan daerah semakin
bertumbuh.
KESIMPULAN
Kondisi ekonomi rumah tangga pemilik usaha ternak sapi menunjukkan bahwa
pendapatan utama diperoleh dari hasil keuntungan penjualan ternak sapi. Besar kecilnya
perolehan keuntungan tergantung dari bagaimana peternak dapat melakukan pengaturan
efektivitas pengembangan sapi sehingga menghasilkan sapi yang memiliki nilai kompetitif
untuk memperoleh keuntungan maksimal dan melakukan efisiensi pengeluaran biaya selama
pemeliharaan. Dalam aktivitas produksi muncul berbagai hambatan, baik hambatan internal
45
dan eksternal. Hambatan internal meliputi : kesehatan ternak, jumlah buruh yang bekerja
pada peternakan, besar kecil biaya operasional yang dikeluarkan, sulitnya pertumbuhan sapi
serta harus telitinya pengaturan penggunaan modal. Sedangkan hambatan dari eksternal
meliputi : sulit dan mahalnya memperoleh bibit sapi, minimnya ketersediaan dan mahalnya
pakan ternak, persaingan pasar yang tinggi, resiko penipuan dalam bisnis sapi ternak, serta
harga jual dan harga beli yang fluktuatif.
Bila muncul hambatan internal, peternak cenderung melakukan pencegahan terlebih
dahulu, peternak dapat mengatasi hambatan tersebut dengan wawasan dalam memelihara
serta dari pengalaman yang telah dimiliki. Namun bila hambatan tersebut berasal dari
eksternal maka peternak memilih untuk berusaha mencari alternatif lain dan cenderung
“pasrah” dalam menghadapinya karena sulit bagi peternak untuk menghadapi hambatan
tersebut bilamana merupakan hambatan yang muncul dari sistem pasar (skala makro) dan
cuaca.
Usaha ternak sapi sebagai enterprise berarti anggota rumah tangga mengelola secara
langsung dan berperan aktif dalam aktivitas produksi dengan menjalankan serta mengelola
usaha sapi ternak. Usaha ini juga merupakan usaha rumah tangga skala mikro informal yang
menjadi kendaraan bagi rumah tangga untuk mencapai kesejahteraan hidup. Adanya usaha
ternak sapi menjadi inkubator bisnis atau ruang kerja bagi berbagai pihak untuk memperoleh
dan mengembangkan keterampilan soft skill dalam lingkup pekerjaan dan ekonomi. Melalui
ternak sapi yang menjadi inkubator bisnis tersebut membuat adanya penyerapan tenaga kerja
yang menghasilkan efek multiplier karena adanya peningkatan arus konsumsi di wilayah
tersebut sehingga terciptanya pertumbuhan ekonomi yang dapat menggerakkan roda
perekonomian secara regional.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. What is Enterprise Development. Diakses dari
http://www.beebiz.co.za/enterprise-development.html. tanggal 1 Oktober 2015
Pukul 11:11 am WIB.
Anonim, Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga. Diakses dari
http://kuliahtantan.blogspot.co.id/2015/04/laporan-gathering-data_21.html.
Tanggal 5 oktober 2015 pukul 18.00 WIB.
Anonim, Rumah Tangga sebagai Pelaku Ekonomi Diakses dari
https://arisudev.wordpress.com/2013/05/08/rumah-tangga-sebagai-pelaku-
ekonomi/. Tanggal 5 Oktober 2015 Pukul 19.00 WIB
Anonim,What is Enterprise Development. Diakses dari
http://shandukablackumbrellas.org/resources/faqs/enterprisedevelopmentfaqs/.
tanggal 1 Oktober 2015 Pukul 11:05 am WIB.
Damayanti, Mayang. 2010. Sistem Usaha Ternak Sapi Potong dan Kontribusinya
Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang). Departemen Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ekowati, Titik. 2012. Analisis Usaha Ternak Sapi Potong dan Optimalisasi Usaha
Peternakan Berbasis Sistem Agribisnis di Jawa Tengah. Program Pascasarjana
Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Firman, Achmad. 2007. Analisis dampak Investasi Sektor Peternakan Terhadap
Perekonomian di Jawa Tengah. http://www.Pustaka.Unpad.ac.id. diakses
tanggal 9 September 2015.
Haris, Deden Muhammad. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Sektor Informal dalam
Mendukunga Pertumbuhan Ekonomi dan Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan. Prodi Administrasi Negara FISIP, Universitas Ageng Tirtayasa.
Hartono, Budi. 2011. Analisis Ekonomi Rumah Tangga Peternak Sapi Potong Di Kec.
Damsol, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. Bagian Sosial
Ekonomi Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
Imreh, Szabolcs. 2005. Enterprise Development as a Means of Stimulating the
Networking of Small and Medium-sized Enterprises. University of Szeged.
Jatmika, Danang. 2013. Makalah Multiplier Effect. Fakultas Ekonomi Akutansi,
Universitas Janabadra.
Kariyasa, K. dan F. Kasryno. 2004. Dinamika pemasaran dan prospek pengembangan
ternak sapi di Indonesia. Prosiding Seminar Sistem Kelembagaan Usaha Tani
TanamanTernak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
47
Kasryno, F. 2000. Sumberdaya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di Pedesaan
Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, vol 18 (1 dan 2) : 25-51. Edisi
Desember. Pusat Penelitian Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Kushnir, Khrystyna. 2010. “How Do Economies Define MSMEs?” IFC and the World
Bank. Diakses dari http://www.ifc.org/msmecountryindicators. 1 Oktober
2015 pukul 12.34 WIB
Murbyarto. 1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta
Pambudy, R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak, dan Penyuluhan
dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam. Disertasi. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pambudy, R., 1999. Karakteristik Personal, Prilaku Komunikasi, Prilaku Wirausaha dan
Penyuluhan dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam. Disertasi Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prasetyo, Bayu. 2015. Analisis Keuntungan dan Strategi Pengembangan Usaha
Peternakan Sapi Potong Rakyat Pedesaan Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.
Richardson, H. (1984), “The Role of The Urban Infor mal Sector: An Overview, di
dalam Regional Development Dialogue, Vol.5, No.2, hal. 3-40.
Sajiatmoko, Nadine Deskananda. 2016. Sistem Interprise. Diakses dari
http://dokumen.tips/documents/sistem-enterprise.html. Tanggal 23 Oktober
2015 Pukul 05.30 WIB.
Siregar, Gustina. 2012. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak
Sapi Potong. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Soepono, Prasetyo, 1993, “Analisis Shift-Share : Perkembangan dan Penerapan”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Nomor 1 Tahun VIII, 43-55.
Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2008. Sapi Potong: Pemeliharaan, Perbaikan
Produksi, Propek Bisnis, Analisis Penggemukan, Edisi Revisi. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta
Suharto, Edi. 2002, Globalisasi, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan: Mengkaji Peran
Negara dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia, Makalah yang
disampaikan dalam Orasi Ilmiah pada Upacara Wisuda XXXVI Sekolah
Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung tahun akademik 2001/2002,
Bandung: 9 September.
Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan. Teori, Konsep dan Aplikasi. Kanisius.
Yogyakarta.
Taryoto, A. H dan Sunarsih. 1994. Kajian Ekonomi Usaha Tani Susu Sapi Perah
Berdasarkan Status KUD di Jawa Barat dan Jawa Timur. Furom Penelitian
Argo Ekonomi. Edisi Desember. Vol 12(2) : 24-37. Pusat Penelitian Sosial
48
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.,
Departemen Pertanian Bogor.