Upload
agung-muhlis-kumbara
View
75
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PENGENALAN INSEKTISIDA(Laporan Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan Umum)
Oleh
Agung Muhlis Kumbara1014121195
LABORATORIUM HAMA PENYAKIT TANAMANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai
substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan
tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik
beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah
batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa
pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida
dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para
petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan
membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya
pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.
Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis
dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah
diterapkan oleh pemerintah.
Jika melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat
penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar
dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian.
Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai
teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan
dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh
meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha
ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti
melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk
melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang
tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang
memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat
dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya.
Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil
yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas semua jenis
serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan
untuk memberantas serangga dirumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk,
kutu busuk, rayap, dan semut. Contohnya adalah basudin, basminon, tiodan,
diklorovinil dimetil fosfat, diazinon, dll.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah :
1. Untuk mengenal pestisida dan kegunaannya.
2. Mengetahui jenis-jenis dan bahan aktif yang terdapat di dalam pestisida.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida adalah bahan beracun yang dapat membunuh semua mahluk hidup
termasuk organisme bermanfaat seperti; musuh alami, penyerbuk, pengurai, dan
satwa. Seiring berjalannya waktu pestisida dibagi menjadi : Fungisida, Insektisida,
Bakterisida, dan Nematisida. Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik
membunuh/menghambat jamur penyebab penyakit. Fungisida dibagi menjadi tiga
berdasarkan cara kerjanya, yaitu : Fungisida non sistemik, fungisida sistemik, dan
fungisida sistemik lokal(Mujim Subli, 2007).
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu
(2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di
Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury
dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada
abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari
tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua
jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan
rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica. Pada tahun 1874 Othmar
Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl
Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli
kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya
ini dia dianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada
tahun 1948. Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam
jumlah besar dan diaplikasikan secara luas. Beberapa literatur menyebutkan
bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era pestisida”. Penggunaan pestisida
terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar
2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya. Dari seluruh pestisida yang
diproduksi diseluruh dunia saat ini, terdapat 75% yang digunakan dinegara-negara
berkembang(Miller, 2004).
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan menggunakan
pestisida banyak dilakukan secara luas oleh masyarakat, karena pestisida
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain, yaitu
antara lain:
- dapat diaplikasikan secara mudah;
- dapat diaplikasikan hampir di setiap tempat dan waktu;
- hasilnya dapat dilihat dalam waktu singkat;
- dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat; dan
- mudah diperoleh, dapat dijumpai di kios-kios pedesaan sampai pasar swalayan
di kota besar(Sutedjo, 2008).
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu
dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan
terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang
kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit
manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang
perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu
tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan
manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana
untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu
Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian(Haryono,
1996).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah 15 contoh pestisida (insektisida).
B. Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum pengenalan insektisida adalah sebagai
berikut:
1. Baca dan perhatikan secara teliti semua informasi yang ada pada label
kemasan fungisida yang tersedia.
2. Catat dan susun informasi penting seperti :
a) Nama dagang dan formulasi.
b) Nama bahan aktif dan kadarnya.
c) Jenis fungisida.
d) Konsentrasi, dosis, dan volume semprot.
e) Jenis komoditi dan OPT.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No Gambar Foto Keterangan1 Alliete 80 WP a) Bahan aktif :
Aluminium-etil fosfat 80%
b) Konsentrasi : 4 g Aliette 80 WP 1 Liter
c) Komuditi : Lada d) OPT : Busuk kaki
Phytophthora palmivora vat. piperis
2 Glio a) Bahan Aktif : Gliocadium sp. Trichoderma sp.
b) Jenis penyakit : rebah kecambah, layu fusarium
c) Petunjuk penggunaan : 100 gr/25 kg pukan.
d) Komuditi : lada3 Furadan a) Bahan aktif :
Karbofuran 3%
b) Hama :Penggerek batang dan lalat daun pada tanaman padi.
c) Dosis : 5-10 gr/m2
4 Decik a) Bahan aktif : Delfametrin 25gr/l
b) Hama : Ulat grayak pada tanaman bawang merah
c) Hima trips pada tanaman cabai
d) Dosis : 0,5-1 ml/l
5 Proclaim 5 SG a) Bahan aktif : : Emamektin benzoate 5%
b) Hama : Untuk mengendalikan hama pada tanaman bawang merah dan cabai.
c) Dosis : 1-2 gr/10L larutan
6 Pestisida Nabati a) Bahan : Sirsak, jeringan, gadung racun.
b) Hama: Wereng coklat, ulat grayak, ulat jengkal, ulat daun, belalang, trips, aphis dan lain lain.
c) Dosis :1 liter dicampur dengan 15 liter air
7 Carbavin
a) Bahan aktif : Karbavil 85%
b) Hama: mengendalikan lalat daun dan wereng coklat pada tanaman padi
Dosis: c) 2-4 gr/liter
8 Ambush a) Bahan aktif
:Parmetrin 20gr/literb) Hama : Penghisap
buah pada tanaman kakao Penggerek buah pada tanaman kapas
c) Dosis: 0,5-1 ml/l untuk tanaman kakao 10ml/l untuk tanaman kapas
9 Trigard 75 WP a) Bahan aktif : Siromazin 75%
b) Hama:Penggorok daun
c) Dosis : 0,15 - 0,30 gr/l
10 Cascade a) Bahan aktif : Flufenoksuron 50 gr/l
b) Hama : Ulat grayak pada tanaman bawang merah Ulat grayak pada tanaman kedelai
c) Dosis : 1 – 2 ml/l untuk bawang merah 0,75 – 1,5 ml/l
11 Sevin 85 S a) Bahan aktif: Karbaril 85%
b) Hama : Belalang, ulat grayak pada tanaman jagung
12 Marshal 25 ST a) Bahan aktif: Karbusulfan 25,53%
b) Hama : Lalat bibit pada tanaman padi gogo, jagung, dan kedelai.
c) Dosis : 20 gram/1 kg benih
13 Petrogenol a) Bahan aktif: Metil eugenol 800 g/l
b) Hama : untuk mengendalikan hama lalat buah pada tanaman mangga dan cabai.
c) Dosis : 0,125 – 0,25 ml/l
14 Arrivo 30 EC a) Bahan aktif: Sipermetrin 30 gr/l
b) Hama : ulat grayak pada tanaman bawang merah Penggerek batang pada tanaman jagung
c) Dosis :1 -2 ml/l untuk bawang merah 0,5 – 1 ml/l untuk jagung
15 Bactospeine WP a) Bahan aktif : Bacillus thuringiensis Barliner serotype
b) Hama : Perusak daun pada tanaman kubis Ulat api pada tanaman kelapa sawit
c) Dosis : 1 gr/liter
B. Pembahasan
Berdasarkan fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dapat dibagi menjadi 6 jenis
yaitu :
1. Insektisida
Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti
belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas
serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap,
dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat,
diazinon, dll.
2. Fungisida
Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/
cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh :
tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan
natrium dikromat.
3. Bakterisida
Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah satu
contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus
CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang
suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada
tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
4. Rodentisida
Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman
berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang
sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus
hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya.
Contohnya : Warangan.
5. Nematisida
Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman
berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan
umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada.
Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu
sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat
memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam,
dan Dazomet.
6. Herbisida
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu
(gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium
sulfonat dan pentaklorofenol. Herbisida (dari bahasa Inggris herbicide) adalah
senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau
memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan
pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun
demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi
dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya
substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya.
6. Akarisida
Akarisida merupakan yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad
pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, dan Petracrex 300 EC.
Contoh aplikasi pestisida yaitu:
1. Jenis insektisida adalah Decis 25 EC. Untuk mengendalikan hama belalang
Locusta migratoria dan lalat bibit Atherigona sp pada tanaman jagung, hama lalat
bibit Agromyza phaseoli pada tanaman kacang hijau, hama penghisap polong
Riptotus linearis pada tanaman kedelai.
2. Jenis insektisida adalah Curacron 500 EC. Untuk mengendalikan hama perusak
daun Plusia chalcites pada tanaman kacang hijau, penggerek batang Chilo
auricilius pada tanaman tebu.
3. Jenis insektisida atau nematisida Furadan 3GR. Untuk membunuh serangga
dalam bentuk larva, nematoda bintil akar, dan perusak daun. Contohnya hama
nematoda bintil akar Meloidogyne sp pada tanaman kentang dan lada, hama
ganjur Orseolia oryzae, penggerek batang padi Trypozyza innotata, T. Incertulas
pada komoditas tanaman padi.
4. Jenis insektisida atraktan adalah Petrogenol 800L untuk pengendalian hama
lalat buah Dacus sp pada tanaman Mangga dan lalat buah Dacus ferrugineus pada
tanaman cabai.
Insektisida dapat pula dibagi menurut jenis aktivitasnya. Kebanyakan insektisida
bersifat racun bilamana bersentuhan langsung atau tertelan serangga. Namun ada
pula jenis lain yang bersifat sebagai repelen (jenis ini digunakan untuk mencegah
serangga yang akan menyerang tanaman), atraktan (bahan yang dapat menarik
serangga, dengan demikian serangga yang terkumpul akan lebih mudah terbunuh),
anti feedan (senyawa ini dapat menghindarkan dari serangan suatu serangga) dan
khemosterilan (yang dapat menyebabkan kemandulan bagi serangga yang
terkena).
Menurut sifat kecepatan meracun, pestisida digolongkan menjadi :
1. Racun kronis : yaitu racun yang bekerjanya sangat lambat sehingga untuk
mematikan hama membutuhkan waktu yang sangat lama. Contoh : racun tikus
Klerat RMB.
2. Racun akut : adalah racun yang bekerjanya sangat cepat sehingga kematian
serangga dapat segera diketahui setelah racun tersebut mengenai tubuhnya.
Contoh : Bassa 50 EC, Kiltop 50 EC, Baycarb 50 EC dan lain-lain.
Ditinjau dari cara bekerjanya, pestisida dibagi menjadi :
1. Racun perut
Racun ini terutama digunakan untuk mengendalikan serangga yang mempunyai
tipe alat mulut pengunyah (ulat,belalang dan kumbang), namun bahan ini dapat
pula digunakan terhadap hama yang menyerang tanaman dengan cara mengisap
dan menjilat. Bahan insektisida ini disemprotkan pada bagian yang dimakan
serangga sehingga racun tersebut akan tertelan masuk ke dalam usus, dan di
sinilah terjadi peracunan dalam jumlah besar.
Ada 4 cara aplikasi racun perut terhadap serangga :
a. Insektisida diaplikasikan pada makanan alami serangga sehingga bahan tersebut
termakan oleh serangga sasaran. Bahan makanan itu dapat berupa daun, bulu-
bulu/rambut binatang. Dalam aplikasinya, bahan-bahan makanan serangga harus
tertutup rata oleh racun pada dosis lethal sehingga hama yang makan dapat mati.
b. Insektisida dicampur dengan bahan atraktan dan umpan itu ditempatkan pada
suatu lokasi yang mudah ditemukan serangga.
c. Insektisida ditaburkan sepanjang jalan yang bisa dilalui hama. Selagi hama itu
lewat biasanya antene dan kaki akan bersentuhan dengan insektisida atau bahkan
insektisida itu tertelan. Akibatnya hama mati.
d. Insektisida diformulasikan dalam bentuk sistemik, dan racun ini diserap oleh
tanaman atau tubuh binatang piaraan kemudian tersebar ke seluruh bagian
tanaman atau badan sehingga apabila serngga hama tersebut mengisap cairan
tanaman atau cairan dari tubuh binatang (terutama hama yang mempunyai tipe
mulut pengisap, misal Aphis) dan bila dosis yang diserap mencapai dosis lethal
maka serangga akan mati.
2. Racun kontak
Insektisida ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui permukaan tubuhnya
khususnya bagian kutikula yang tipis, misal pada bagian daerah perhubungan
antara segmen, lekukan-lekukan yang terbentuk dari lempengan tubuh, pada
bagian pangkal rambut dan pada saluran pernafasan (spirakulum). Racun kontak
itu dapat diaplikasikan langsung tertuju pada jasad sasaran atau pada permukaan
tanaman atau pada tempat-tempat tertentu yang biasa dikunjungi serangga. Racun
kontak mungkin diformulasikan sebagai cairan semprot atau sebagai serbuk.
Racun kontak yang telah melekat pada serangga akan segera masuk ke dalam
tubuh dan disinilah mulai terjadi peracunan.
Yang digolongkan sebagai insektisida kontak adalah :
a. Bahan kimia yang berasal dari kestrak tanamaan, seperti misalnya nikotin,
rotenon, pirethrum.
b. Senyawa sintesis organik, misal BHC, DDT, Chlordan, Toxaphene, Phosphat
organik.
c. Minyak dan sabun.
d. Senyawa anorganik seperti misalnya Sulfur dan Sulfur kapur.
3. Racun pernafasan
Bahan insektisida ini biasanya bersifat mudah menguap sehingga masuk ke dalam
tubuh serangga dalam bentuk gas. Bagian tubuh yang dilalui adalah organ-organ
pernafasan seperti misalnya spirakulum. Oleh karena bahan tersebut mudah
menguap maka insektisida ini juga berbahaya bagi manusia dan binatang piaraan.
Racun pernafasan bekerja dengan cara menghalangi terjadinya respirasi tingkat
selulair dalam tubuh serangga dan bahan ini sering dapat menyebabkan tidak
aktifnya enzim-enzim tertentu. Contoh racun nafas adalah : Hidrogen cyanida dan
Carbon monoksida.
4. Racun Syaraf
Insektisida ini bekerja dengan cara menghalangi terjadinya transfer asetikholin
estrase yang mempunyai peranan penting dalam penyampaian impul. Racun
syaraf yang biasa digunakan sebagai insektisida adalah senyawa organo klorin,
lindan, carbontetraclorida, ethylene diclorida : insektisida-insektisida botanis asli
seperti misalnya pirethin, nikotin, senyawa organofosfat (parathion dan
dimethoat) dan senyawa karbanat (methomil, aldicarb dan carbaryl).
5. Racun Protoplasmik
Racun ini bekerja terutama dengan cara merusak protein dalam sel serangga.
Kerja racun ini sering terjadi di dalam usus tengah pada saluran
pencernaan.Golongan insektisida yang termasuk jenis ini adalah fluorida, senyawa
arsen, borat, asam mineral dan asam lemak, nitrofenol, nitrocresol, dan logam-
logam berat (air raksa dan tembaga).
6. Racun penghambat khitin
Racun ini bekerja dengan cara menghambat terbentuknya khitin. Insektisida yang
termasuk jenis ini biasanya bekerja secara spesifik, artinya senyawa ini
mempunyai daya racun hanya terhadap jenis serangga tertentu. Contoh : Applaud
10 WP terhadap wereng coklat.
7. Racun sistemik
Insektisida ini bekerja bilamana telah terserap tanaman melalui akar, batang
maupun daun, kemudian bahan-bahan aktifnya ditranslokasikan ke seluruh bagian
tanaman sehingga bilamana serangga mengisap cairan atau memakan bagian
tersebut akan teracun. Pestisida adalah merupakan racun, baik bagi hama maupun
tanaman yang disemprot. Mempunyai efek sebagai racun tanaman apabila jumlah
yang disemprotkan tidak sesuai dengan aturan dan berlebihan (overdosis), karena
keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya kebakarn tanaman. Untuk
memperoleh hasil pengendalian yang memadai namun pertumbuhan tanaman
tidak terganggu, pemakaian pestisida hendaknya memperhatikan kesesuaiannya,
baik tepat jenis, tepat waktu maupun tepat ukuran (dosis dan konsentrasi).
Dosis adalah banyaknya pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama
secara memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi adalah banyaknya pestisida
yang dilarutkan dalam satu liter air. Hama adalah hewan yang merusak tanaman
(akar, batang, daun, bunga dan buah) sehingga akibat kerusakan tersebut
menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga hasilnya rendah.
Penyakit adalah berupa jamur/bakteri/virus/nematoda yang merusak tanaman
(akar, batang, daun, bunga dan buah) sehingga akibat kerusakan tersebut
menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, sehingga hasilnya
rendah. Beda antara hama dengan penyakit adalah tampak serangan oleh hama
menyebabkan kerusakan kehilangan sebagian dari bagian tanaman sedangkan
gejala penyakit adalah sistemik sehingga fungsi fisiologi tanaman menjadi
terganggu biasanya ditunjukkan adanya perubahan bentuk dan/atau warna
tanaman. Hama dan penyakit perlu diberantas/dikendalikan agar tidak merugikan
tanaman secara ekonomis.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan serta percobaan yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest
("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-
macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia
yang dianggap mengganggu.
2. Jenis pestisida berupa: insektisida (serangga), fungisida (fungi/jamur),
rodentisida (hewan pengerat/Rodentia), herbisida (gulma), akarisida (tungau),
dan bakterisida (bakteri).
3. Penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh
hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian
rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
4. Insektisida memiliki sifat yaitu sifat beracun, repelan, atraktan, anti feedan, dan
khemosterilan.
5. Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi racun perut, racun kontak,
racun pernapasan, racun syaraf, racun protoplasmik, racun penghambat khitin,
dan racun sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, 2004. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Mujim, Subli. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan (Buku Ajar). Universitas Lampung: Bandar Lampung. Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Gadjah Mada Univesity Press: Yogyakarta.
Sutedjo, 2008. Penyakit Tumbuhan Umum. PT. Gramedia: Jakarta.
LAMPIRAN