Upload
ngothu
View
262
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGGUNAAN JASA DUKUN DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA
DI DESA KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI
KABUPATEN PATI (Tinjauan Aqidah Islamiyah)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S. I)
Dalam Ilmu Ushuluddin
Jurusan Aqidah Filsafat
Oleh:
MASLIHUN
NIM : 4105010
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
MOTTO
ء عي فسأله عرافا أتى هي هسلن رواه.)ليلت أربعيي صلاة له تقبل لن ش
(.وأحود
Artinya; Barang siapa yang mendatangi tukang tenung/dukun kemudian ia
bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40
malam”. (H.R Muslim dan Ahmad)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis skripsi ini untuk orang-orang yang telah memberi arti
dalam perjalanan hidupku, Teruntuk orang-orang yang selalu hadir menemaniku dan
berharap keindahan-Nya khususnya buat :
BAPAK DAN IBUKU YANG TERCINTA (Bapak H. Sonhaji dan Ibu Hj.
Robi‟ah). Ini adalah sebagian perjuangan dan cita-cita, terimakasih banyak iringan
do‟a dan restumu membuat Allah membukakan rahmat-Nya hingga jerih payah dan
usahanya telah tampak dilihat mata, semoga tiada sia-sia.
KAKAK-KAKAKKU (Ma‟rifah, Masruhah, Mahsun, kakak Iparku beserta
Keponakanku) yang selalu berdo‟a, memberiku dorongan, semangat dan selalu
menghiburku untuk mencapai kesuksesan, semoga kalian temukan istana
kebahagiaan di dunia serta akhirat, amin. Kini inilah awal kesuksesanku.
Orang terdekatku yang pernah singgah dalam hati dan relung jiwaku, terimakasih
kamu telah memberikan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku dan membuat
diriku bangkit dalam meraih segala angan dan cita-cita.
Untuk sahabatku teman-teman seperjuangan (Mahasiswa AF 2005: Alif bom2,
Fanani, Mizan, Dll, teman tawaku: Mas Ojik, Mas Nor, Mas Lucky, Mas Yudi,
Potong Madura (Cak Anas dan Cak Inul) dan teman-teman teater Metafisis beserta
teman-teman kost Griya Rektor (GR) yang tidak bisa saya sebut satu persatu.
Terimakasih banyak kalian selalu memberikan motivasi kepadaku dan kita selalu
bersama dalam canda dan tawa yang mewarnai jalan kehidupanku.
Pada akhirnya semua itu punya arti karenanya, kupersembahkan karya
sederhana ini untuk segala ketulusan kalian semua. Semoga semuanya selalu dalam
pelukan kasih dan sayang Allah SWT.
Maslihun
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmannir Rahim
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas taufiq dan
hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul Penggunaan Jasa Dukun Dalam Pemilihan Kepala Desa Di Desa
Karangrejo, Pucakwangi, Pati (Tinjauan Aqidah Islamiyah), disusun untuk memenuhi salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S.1) dalam Ilmu Aqidah Filsafat
(AF) pada Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-
saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Yang terhormat DR. Nasihun Amin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Bapak M. Syafuddien Zuhriy, M.Ag dan Ibu Rohmah Ulfah, M.Ag, selaku Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Bapak/Ibu selaku Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan ijin dan layanan
kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Para Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, yang telah
membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Berbagai Pihak yang secara tidak langsung telah membantu, baik moral maupun materi
dalam penyusunan skripsi.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Semarang,
Penulis
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Penggunaan Jasa Dukun dalam Kepala Desa di Desa
Karangrejo Pucakwangi Pati (Tinjauan Aqidah Islamiyah)” dilatarbelakangi oleh adanya
masyarakat yang masih menaruh harapannya ke dukun dalam pemilihan Kepala Desa di
Desa Karangrejo. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
tanggapan masyarakat terhadap penggunaan jasa dukun yang dilakukan oleh calon Kepala
Desa, dan bagaimana penggunaan jasa dukun dalam pemilihan Kepala Desa dipandang dari
aqidah Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang menggunakan
metode pengumpulan data observasi, interview, dan dokumentasi.
Sedangakan metode analisis datanya menggunakan metode deskriptif, dan metode
fenomenologi. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan, dan digunakan
untuk mengetahui minat atau aspirasi masyarakat terhadap penggunaan jasa dukun dalam
pemilihan Kepala Desa. Sedangkan metode fenomenologi adalah suatu pendekatan yang
mempelajari gejala-gejala masyarakat yang diketemukan dari pengalaman dan kenyataan di
lapangan.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwasannya tanggapan masyarakat
terhadap penggunaan jasa dukun yang dilakukan calon Kepala Desa adalah bahwa
masyarakat ada yang menyetujui dan ada pula yang tidak menyetujui dengan berbagai
alasannya. Bagi masyarakat yang menyetujui dengan penggunaan jasa dukun, mereka
berpendapat bahwa itu termasuk bentuk dari usaha calon lurah, dan tentunya untuk
memperoleh kemenangan. Sedangkan dari pihak yang tidak menyetujui, menggunakan jasa
dukun itu termasuk bentuk kecurangan dan itu pun perbuatan terlarang.
Sedangkan penggunaan jasa dukun dalam pencalonan Kepala Desa dipandang dari
aqidah Islam adalah bahwasannya di dalam Al-qur‟an dan hadits, orang yang pergi ke
dukun, sihir, peramal dan sejenisnya sudah termasuk menyalahi syari‟at Islam, dan
pelakunya bisa digolongkan sebagai musyrik atau bisa saja shalatnya tidak diterima selama
empat puluh (40) malam.
PEDOMAN TRANSLITERASI
Vokal Pendek
= kataba
= su‟ila
= yadzhabu
3. Vokal Panjang
qaala â
qiila i
yaquulu u
Konsonan
No. Arab Latin
a ا 1
b ب 2
t ث 3
ts ث 4
j ج 5
h ح 6
kh خ 7
d د 8
dz ذ 9
r ر 10
z ز 11
s س 12
sy ش 13
sh ص 14
dl ض 15
th ط 16
z ظ 17
„ ع 18
gh غ 19
f ف 20
q ق 21
k ك 22
l ل 23
m م 24
n ى 25
w و 26
h ه 27
‟ ء 28
y ي 29
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HAMAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
TRANSLITERASI.............................................................. ........................ . ix
DAFTAR ISI........................................................................... ..................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 3
D. Kajian Pustaka ....................................................................... 3
E. Metode Penelitian ................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................ 7
BAB II : PRAKTEK PERDUKUNAN DI PANDANG DARI
AQIDAH ISLAMIYAH
A. Dukun ...................................................................................... 9
B. Sihir ...................................................................................... 14
C. Aqidah Islamiyah
1. Pengertian Aqidah Islamiyah………………………. ............. 19
2. Pokok-pokok Aqidah Islamiyah
a. Ma’rifah Al-Mabda’……………………… .............. 23
b. Ma’rifah Al-Wasitah…………………………… ...... 25
c. Ma’rifah Al-Ma’ad .................................................... 26
D. Pandangan Islam Tentang Dukun………………………. ...... 30
BAB III : PENGGUNAAN JASA DUKUN DALAM PEMILIHAN
KEPALA DESA DAN PENDAPAT MASYARAKAT DESA
KARANGREJO
A. Gambaran Umum Masyarakat Desa Karangrejo
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati
1. Keadaan Geografis ...................................................... 49
2. Jumlah Penduduk ........................................................ 49
a. Bagan Struktur Organisasi Desa Karangrejo
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati………. 50
b. Kondisi Keberagaman Masyarakat Desa Karangrejo
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati
1) Karakteristik Penduduk Desa Karangrejo
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati….... 51
2) Aktivitas Penduduk Desa Karangrejo
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati…… 53
3) Sarana dan Prasarana Desa Karangrejo
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati…… 54
4) Keberagamaan Masyarakat Islam di Desa
Karangrejo ............................................ .... 55
B. Penggunaan Jasa Dukun Dalam Pemilihan Kepala Desa
Dan Pendapat Masyarakat Karangrejo
1. Praktek penggunaan jasa dukun dalam pemilihan
Kepala Desa di Desa Karangrejo..................................... 56
2. Pendapat masyarakat terhadap penggunaan jasa
dukun pada pemilihan Kepala Desa................................ 57
BAB IV : ANALISIS
A. Latar Belakang Penggunaan Jasa Dukun Dalam Pemilihan
Kepala Desa di Desa Karangrejo……… ............................ 60
B. Tinjauan Aqidah Islamiyah…. ............................................. 63
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran-saran .............................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 72
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan Nabi Muhammad SAW,
supaya beliau dapat menyerukan kepada seluruh manusia, agar manusia dapat
mempercayai wahyu itu, dapat mengamalkan segala ajaran-ajaran-Nya dan
peraturan-peraturan-Nya. Inti dari Islam itu sendiri adalah keyakinan terhadap
sang kuasa yaitu Allah SWT.
Masyarakat Jawa atau tepatnya suku Jawa, secara antropologi, budaya
adalah orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa
dengan berbagai ragam dialeknya secara turun temurun. Masyarakat Jawa
merupakan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena sejarah,
tradisi maupun agama.1
Salah satu sifat dari masyarakat Jawa adalah religius. Sebelum agama-
agama besar datang ke Indonesia, khususnya Jawa, mereka telah mengenal
dan mempercayai kepercayaan adanya Tuhan yang melindungi mereka.
Keberagamaan ini semakin berkualitas dengan masuknya agama-agama besar
seperti Hindu, Budha, Islam, Katolik, Protestan ke Jawa. Dalam pengertian
lain bahwa ada diantara mereka yang benar-benar menjalankan agama Islam
secara murni. Ada yang memaduka ajaran-ajaran agama mereka sebelumnya.
Dengan demikian secara sadar atau tidak mereka telah melakukan sinkretisasi
antara ajaran Islam dengan ajaran dari luar Islam.2
Masyarakat Karangrejo bisa dibilang sangat religius dalam mendekatkan
dirinya kepada Allah SWT, misalnya dalam sholat lima waktu, mengaji, puasa
dan lain sebagainya. Tetapi sebagian masyarakatnya masih menaruh
harapannya ke dukun sewaktu ada masalah.
1 Ismawati, ''Budaya dan Kepercayaan Jawa'' , dalam M.Darori Amin (ed), Islam dan
kebudayaan jawa, (Yogyakarta: Gamamedia, 2002), hlm.4
2 M. Darori, Sinkretisme dalam masyarakat jawa, dalam M. Darori Amin (ed), Islam dan
Kebudayaan Jawa, Gamamedia, Yogyakarta, 2002, hlm. 85-87
2
Jadi pengertian dukun disini bukan hanya untuk menolong orang
kesurupan, ayan, sakit dan lain sebagainya. Tetapi dukun di sini juga bisa
digunakan dalam hal pemilihan kepala Desa.
Kasus ini yang pernah terjadi di Desa Karangrejo Pucakwangi Pati,
dalam hal kasus pemlilihan kepala Desa.
Pemilihan kepala Desa yang dilakukan pada pertengahan 2008 ada tiga
(3) kandidat di antaranya namanya adalah, Zaini, Anwar, dan Marsidin. Di
antara kandidat tersebut ada yang menggunakan jasa dukun, yaitu bapak
Anwar. Jasa dukun di sini guna mempermudah kelangsungan pemilihan agar
memperoleh kemenangan. Dan hasilnya calon kepala Desa yang mengunakan
jasa dukun ternyata bisa mengalahkan diantara kandidat yang tidak memakai
jasa dukun tersebut.
Jalan yang ia tempuh untuk kelangsungan/kelancaran pemilihan tersebut,
seorang calon kepala Desa terlebih dahulu konsultasi dengan salah seorang
dukun yang ia kenal sebelumnya. Setelah konsultasi, seorang dukun tersebut
memberikan beberapa syarat yang harus dilakukan oleh sang calon tersebut,
yaitu uang (untuk dibagikan masyarakat), puasa dan slametan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bahwa
bagaimanakah pandangan aqidah Islam mengenai dukun tersebut. Dengan
latar belakang di atas penulis melakukan penelitian dengan judul ''Penggunaan
Jasa Dukun dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Karangrejo, Pucakwangi,
Pati (Tinjauan Aqidah Islamiyah)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi di atas, maka permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap penggunaan Jasa Dukun yang
dilakukan calon Kepala Desa?
2. Bagaimana penggunaan Jasa Dukun dalam pencalonan Kepala Desa
dipandang dari aqidah Islam?
3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini
bertujuan:
a. Untuk mengetahui, bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya
penggunaan jasa dukun dalam pemilihan Kepala Desa di Desa
Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
b. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap penggunaan jasa dukun
yang dilakukan calon Kepala Desa pada saat pemilihan Kepala Desa.
2. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang penulis lakukan terdapat beberapa manfaat
baik secara teoritis maupun praktis.
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
khususnya tentang penerapan aqidah Islamiyah terhadap masyarakat
Jawa, yang telah mengalami akulturasi budaya jawa.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan bagi semua pihak
yang berkompeten dalam bidang pendidikan, khususnya ilmuwan.
Bagaimana sebenarnya menerapkan aqidah yang baik menurut agama.
D. Kajian Pustaka
Penelitian tradisi jawa telah banyak di lakukan oleh sebagian kalangan,
diantaranya adalah;
Penelitian yang di lakukan oleh Sulistiya Wati, mahasiswa ushuluddin
yang berjudul ''Pendapat Tentang Pelaksanaan Rebo Wekasan di Margoyoso
Pati". Penelitian yang membahas tradisi keterkaitan dengan aqidah setempat
yang notabenenya adalah agama Islam. Dan mereka mempercayai tradisi itu.
Dan tradisi itu dijadikan sebagai budaya untuk dilestarikan.
Penelitian lainnya adalah "Pengaruh Tradisi Sedekah Laut Terhadap
Keimanan Masyarakat Desa Juwana Pati" oleh Evanulia. Penelitian yang
4
menitik beratkan pada permasalahan ada tidaknya pengaruh tradisi yang telah
turun temurun dilaksanakan terhadap keimanan masyarakat pelakunya. Hasil
dari penelitian tersebut adalah tidak adanya pengaruh yang signifikan dari
tradisi sedekah laut terhadap keimanan masyarakat Desa Juwana Pati.
Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
tanggapan masyarakat terhadap penggunaan jasa dukun dalam pemilihan
kepala Desa di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Dan
untuk mengetahui pandangan Islam terhadap penggunaan jasa dukun yang
dilakukan calon Kepala Desa pada saat pemilihan Kepala Desa.
E. Metode Penelitian
Suatu penelitian atau tulisan disebut ilmiah bila suatu tulisan bersusun
secara sistematis, mempunyai obyek metode serta mengandung data yang
konkret dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu untuk efektivitasnya
dalam pembahasan ini penulis uraikan hal-hal sebagai berikut.
1. Jenis Penelitian
a. Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut lexy J.
Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.3
b. Field Research (Penelitian Lapangan)
Adalah sebuah penelitian yang menggunakan informasi yang
diperoleh dari sasaran penelitian yang disebut informan atau responden
melalui instrument pengumpulan data seperti angket, wawancara,
abstraksi (pengamatan) dan sebagainya.4
3 A. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung, 2004, hlm. 3
4 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, 2000, cet.V, hlm.
125
5
2. Sumber Data
Winarto Surahmat mengklasifikasikan sumber data menurut sifat
(ditinjau dari tujuan peneliti) menjadi dua golongan: sumber data primer
(sumber data yang memberikan data secara langsung dari tangan pertama)
dan sumber data sekunder (sumber yang mengutip dari sumber lain).5
a. Data Primer
Data Primer adalah sumber atau data pokok yang menjadi
bahan penelitian. Adapun yang menjadi sumber primernya adalah
mereka yang diamati dan diobservasi serta di wawancara.6 Yaitu
masyarakat atau tokoh masyarakat yang formal maupun non formal.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan bukan dari
responden, misalnya buku-buku dan dokumen-dokumen lain yang
terkait dalam masalah yang dikaji dan yang diteliti, dan pendapat para
pakar.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan, baik berhubungan dengan studi literature atau kepustakaan
maupun data yang dihasilkan dari lapangan. Adapun metode pengumpulan
data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi adalah metode yang digunakan dengan
mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang
diselidiki.7 Menurut Sukardi, observasi yaitu cara pengambilan data
dengan menggunakan salah satu panca indra yaitu indra penglihatan
sebagai alat bantu utamanya untuk melakukan pengamatan langsung.
Selain pancaindra peneliti biasanya menggunakan alat bantu lain
5 Winarto Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metoda dan Tehnik, Tarsito,,
Bandung, 2004, edisi VIII, hlm. 134
6 A. Lexy j. Moleong, loc. cit., hlm. 157
7 Cholid Narbuko & Abu Ahmadi, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm.
30
6
sesuai dengan kondisi lapangan.8 Dalam hal ini peneliti menggunakan
pengamatan dan buku catatan yang berisi objek yang diteliti dan lain
sebagainya.
b. Interview
Pada metode ini peneliti datang berhadapan langsung dengan
responden atau obyek yang diteliti. Peneliti menanyakan sesuatu yang
direncana kepada informan. Pada wawancara itu dimungkinkan
peneliti dengan informan melakukan tanya jawab secara intraktif
maupun secara sepihak saja.9 Yang di wawancara dalam penelitian ini
adalah tokoh masyarakat, dan masyarakat umum.
c. Dokumentasi
Istilah dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya
barang-barang tertulis di dalam melaksanakan metode ini. Penulis
bermaksud untuk memperoleh data langsung di tempat penelitian
seperti buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan
data yang lain yang relevan.10
Pada metode ini peneliti memungkinkan memperoleh informasi
dari bermacam-macam sumber secara tertulis atau dokumen yang ada
pada responden atau tempat, di mana responden bertempat tinggal atau
melakukan kegiatan sehari-harinya.11 Metode ini digunakan untuk
mencari data mengenai hal atau variabel yang dapat di gunakan
sebagai informasi untuk melengkapi penelitian.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data yang telah diperoleh tersebut. Adapun yang dimaksud
analisis data menurut Patton (1980:268) yang dikutip oleh A. Lexy J.
8 Sukardi, Metodologi penelitian Kompetensi dan Prakteknya, Bumi Aksara, Jakarta,
2003, hlm. 78
9 Ibid., hlm. 79
10Ridwan, Belajar Mudah Penelitian: untuk Guru, Karyawan dan Penelit muda, Alfabeta,
Bandung, 2005, hlm. 77 11
Sukardi, op. cit, hlm. 81
7
Moleong, analisis data adalah mengatur aturan data, mengorganisasikan ke
dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar.12 Penulis menggunakan
metode analisis kualitatif dengan metode deskriptif dan metode
fenomenologi sebagai berikut:
a. Metode Deskriptif
Bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status
fenomena. Dalam hal ini peneliti ingin hal-hal yang berhubungan
dengan keadaan sesuatu.13 Metode ini digunakan untuk mengetahui
minat atau aspirasi masyarakat terhadap penggunaan jasa dukun dalam
pemilihan Kepala Desa.
b. Metode Fenomenologi
Metode Fenomenologi adalah suatu pendekatan yang
mempelajari gejala-gejala keagamaan yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat sebagai sarana mempelajari sikap dan prilaku agama
manusia yang diketemukan dari pengalaman dan kenyataan di
lapangan, sebagai sarana interpretasi utama untuk mempelajari arti
ekspresi-ekspresi agama seperti: persembahan, upacara agama,
makhluk gaib dan lainnya yang ditemukan dari pengalaman dan
kenyataan di lapangan.14
.Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memahami
makna dibalik gejala tersebut, baik yang berhubungan dengan makna
teologi maupun makna sosial.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh serta adanya
keterkaitan antara bab I dengan bab yang lain, serta untuk mempermudah
12
A. Lexy J. Moleong, op. cit., hlm. 103
13 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, 1998, hlm. 245 14
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama,
Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 98
8
proses penelitian ini. Maka akan dipaparkan sistematika penelitian sebagai
berikut.
Bab I, merupakan pendahuluan, yang memuat, latar belakang masalah,
tujuan dan manfaat penelitian yang akan membahas tentang: geografi, kajian
pustaka, metode penelitian, dan penulisan sistematika skripsi.
Bab II, pada bab ini memuat landasan teori, yang didalamnya membahas
tentang pengertian dukun, sihir, aqidah Islam, serta pandangan Islam tentang
dukun.
Bab III, pada bab ini merupakan gambaran umum masyarakat Desa
Karangrejo Pucakwangi Pati. Yang didalamnya memuat tentang letak
geografis, jumlah penduduk, bagan struktur organisasi Desa Karangrejo,
struktur sosial masyarakat Desa Karangrejo yang memuat karakteristik
penduduk Desa Karangrejo, aktivitas penduduk Desa Karangrejo, sarana dan
prasarana Desa Karangrejo, serta penggunaan jasa dukun dalam pemilihan
Kepala Desa di tinjau dari aqidah Islam.
Bab IV, pada bab ini merupakan analisis yang berisi latar belakang
penggunaan jasa dukun dalam pemilihan Kepala Desa.
Bab V, bab ini adalah sebagai penutup. Pada bagian ini meliputi
kesimpulan, saran, dan penutup.
9
BAB II
PRAKTEK PERDUKUNAN DI PANDANG DARI AQIDAH
ISLAMIYAH
A. DUKUN
Dukun atau kaahin menurut bahasa adalah orang yang mengobati,
menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna). Sedangkan
menurut istilah syara‟ Kaahin adalah orang yang menyampaikan berita
tentang hal-hal yang terjadi pada masa yang akan datang dan mengaku
mengetahui rahasia-rahasia dan sesuatu yang gaib. Menurut Imam Khathabi,
dukun/Kaahin adalah orang yang melakukan pemberitaan tentang perkara-
perkara yang terjadi pada masa yang akan datang dan mengaku mengetahui
rahasia-rahasia. Sedangkan menurut Ibnu Seeda dalam bukunya Al-Muhkam
mendefinisikan kata kaahin (dukun) dengan arti orang yang memastikan hal-
hal gaib.
Menurut Ibnu Hajar, kata kuhana berarti orang yang mengakui
sanggup mengetahui hal-hal gaib. 1
Dukun dalam bahasa Inggris disebut dengan beberapa istilah,
tergantung keahliannya, dari mulai clairvoyant (dukun/tabib) yaitu
penyembuh penyakit, hingga psychic (cenayang/peramal), yaitu orang yang
dapat melihat masa lalu atau mengaku dapat meramal masa depan berdasarkan
masa lalu dan sekarang.
Dukun merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut
seorang tukang ramal, atau orang yang suka menebak sesuatu dengan
menggunakan batu kerikil, atau seorang ahli nujum. Digunakan untuk
menyebut orang yang suka (memberikan jasa) mengatasi persoalan atau
memenuhi kebutuhan orang lain.2
1 Bassam Salamah, Penampakan dari Dunia Lain, Membongkar Rahasia Dunia Gaib
dan Praktik Perdukunan, PT. Mizan Publika, Bandung, 2004, hlm. 301
2http://profiles.yahoo.com/blog/G6ROT33XLAOOUZN6TQOFXIDXMM?eid=kViu
n5Q2yngIjJxdl13d7EK6MvlDezXCyZPpI3rut3ieO_MxMw
10
Dukun itu termasuk thaghut, mereka itu adalah para penolong setan.
Makhluk jahat itu senantiasa memberikan inspirasi kepada sang dukun.3 Hal
ini sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-
kawannya agar mereka membantah kamu.” (QS. Al-An‟am: 121)4
Imam Ibnu Ishak bertutur: “Setiap yang disembah selain Allah „Azza
wa Jalla adalah Thaghut”. Sedangkan thaghut menurut para ulama berbeda
pendapat.
Imam Al-Jauhary berpendapat, thaghut adalah dukun (tukang tenung).
Menurut Imam Mujahid dan Ibnu Zaid berpendapat, thaghut itu setan.
Sedangkan menurut Imam Qurthubi berkata, “Menjauhi thaghut artinya
meninggalkan setiap yang disembah selain Allah, seperti setan, tukang tenung
(dukun), berhala dan setiap yang mengajak serta mengundang kepada
kesesatan”.5
Dukun tidak berbeda dengan tukang sihir. Hanya dia mengaku-ngaku
dengan kedustaannya bahwa dia mengetahui yang gaib dan keadaan yang akan
datang. Itulah makanya, orang-orang bodoh dan lemah imannya datang
kepadanya untuk menanyakan nasib, perkara-perkara yang gaib seperti tentang
pencurian dan sejenisnya.6
Kaahin (dukun) adalah orang yang mengambil informasi dari setan
yang mencuri pendengaran dari langit. Dapat pula dikatakan bahwa dukun
adalah orang yang memberitahukan tentang perkara-perkara gaib yang akan
terjadi di masa yang akan datang atau yang memberitahukan tentang perkara-
perkara yang tersimpan dalam hati seseorang. Sebelum bi'tsah (Nabi SAW
diutus), dukun-dukun tersebut berjumlah sangat banyak, tetapi setelah bi'tsah
3 Moh. Asror Yusuf, Kunci Aqidah Yang Lurus, Mustaqiim, Jakarta, 2001, hlm. 197
4 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Diponegoro Al-Hikmah,
Bandung 2007, Cet. X, hlm. 143 5 Syaikh Ahmad Al-Qathan Muhammad Zein, Thaghut, Al-Kautsar, Yogyakarta,
1989, hlm. 20 6 Ibid., hlm. 175
11
jumlah mereka berkurang (sedikit), karena Allah menjaga langit dengan
adanya bintang-bintang. Kebanyakan yang terjadi pada umat ini adalah apa
yang dikabarkan oleh jin kepada pengikutnya dari golongan manusia tentang
berita gaib yang terjadi di bumi, maka orang bodoh mengira bahwasanya itu
adalah kasyf (penyingkapan sesuatu yang gaib) dan karamah! Sungguh telah
banyak orang yang tertipu dengan hal itu. Mereka menganggap orang yang
menyampaikan kabar dari jin itu adalah wali Allah, padahal sebenarnya wali
setan!!7
Allah SWT berfirman:
Artinya: ''Dan (ingatlah) pada hari Allah menghimpunkan mereka
semuanya, (dan Allah berfirman): 'Hai golongan jin (syaithan), sesungguhnya
kamu telah banyak (menyesatkan) manusia', Lalu berkatalah kawan-kawan
mereka dari golongan manusia: 'Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari
kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah
sampai kepada waktu yang telah engkau tentukan bagi kami.' Allah berfirman:
'Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali
kalau Allah menghendaki (yang lain).' Sesungguhnya Rabb-mu maha
bijaksana lagi maha mengetahui. (QS. Al-An'aam: 128)8
Imam Ibnu Al-Qayyim ra, bertutur, “Para dukun itu adalah utusan-
utusan setan dimana orang-orang musyrik berdatangan kepadanya untuk
menanyakan perkara-perkara besar dan penting. Dan mereka mempercayai
kata-katanya. Menjadikannya hakim pemutus suatu perkara. Kepercayaannya
ini penuh dan teguh sebagaimana kepercayaan para pengikut Rasul kepada
Rasul-Nya. Orang-orang musyrik itu berkeyakinan bahwa para dukun itu
7 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah, Pustaka
Imam asy-Syafi'I, Bogor, 2006, hlm. 459
8 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 144
12
mengetahui perkara gaib. Para dukun tersebut dalam pandangan mereka tidak
ubahnya seperti Rasul.9
Para ulama mendefinisikan kata tersebut dengan definisi beragam.
menurut Al-Kaththabi kaahin (dukun) adalah orang yang mengaku bisa
mengetahui hal gaib dan memberitahukan berbagai hal kepada orang banyak.
Al-Kahanah adalah segolongan kaum yang memiliki pikiran tajam,
berperangai buruk, bertabiat seperti api, dan ditemani setan karena kesamaan
di berbagai hal antara keduanya.
Menurut Ibnu Taimiyah, kaahin adalah pendusta atau orang yang
dilayani oleh setan. Disebutkan dalam Fathul-Majid, kaahin adalah orang
yang mendapat berita dari setan yang mencuri berita dari langit. Menurut
imam Al-Baghawi, Al-„Arraf (peramal) adalah orang yang mengaku dapat
mengetahui berbagai hal gaib dengan terlebih dahulu mengetahui informasi
tentang sesuatu yang dicuri atau hilang. Konon kaahin dan „arraf memiliki arti
sama. Kaahin adalah orang yang memberitakan tentang hal-hal gaib yang
akan terjadi pada masa mendatang atau orang yang memberitakan sesuatu
yang ada di benak orang lain.
Penulis buku tanabbu' bil-ghaib menulis, kata kuhanah secara umum
berarti; orang yang mengaku bisa melihat makhluk halus, orang yang
memberitakan hal-hal gaib dengan meminta petunjuk pada burung ataupun
binatang buas, orang yang memiliki ritualitas khusus, orang yang optimistis,
penyihir, pemilik firasat.10
Abu Sa‟id Al-Kharraz mengatakan, “Barangsiapa melihat dengan
cahaya firasat, berarti dia melihat dengan cahaya Al-haqq. Sumber ilmunya
yang dipakai memandang berasal dari Al-haqq. Dia dapat melihat dengan
tanpa lupa dan lalai. Hukum kebenaran Tuhan berjalan mengiringi gerakan
lidah. Manusia semacam ini berbicara menggunakan pancaran kebenaran
9 Syaikh Ahmad Al-Qathan Muhammad Zein, op. cit., hlm. 175
10 Bassam Salamah, op. cit., hlm.302
13
Tuhan. ucapan yang menyatakan dia memandang dengan cahaya Al-haqq,
artinya melihat dengan cahaya yang dikhususkan Allah kepadanya.11
Sementara Firasat itu adalah informasi Ilahi yang langsung diberikan
oleh Allah SWT kepada para hambanya.
Abu Bakr r.a juga terkenal sebagai sahabat yang mengetahui ansab
(salah satu bagian firasat untuk mengetahui sesuatu dengan melihat jejak atau
bekasnya). Firasat semacam ini tidaklah terlarang, selama tidak digunakan
sebagai dugaan terhadap hal-hal gaib. Ketika firasat digunakan seperti itu,
maka pelakunya dihukumi sebagai dukun atau peramal secara mutlak
sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Baghawi.
Ada tiga macam perdukunan:
1. Berita yang didapat dari jin pencuri kabar langit.
2. Berita yang dikabarkan oleh jin pendampingnya tentang orang lain.
3. Perkiraan dan tebakan.12
Orang yang ikut menyuburkan praktik perdukunan adalah peramal.
Menurutnya di setiap masa pasti muncul dari kalangan manusia sekelompok
orang yang mengaku bisa meramalkan hal gaib dan membaca apa yang akan
terjadi di kemudian hari. Dengan kemampuan yang dimilikinya, mereka bisa
mendapatkan wibawa, kehormatan, dan kemuliaan di antara sesama manusia,
bahkan kemampuan itu mendekatkan mereka pada martabat seorang nabi.
Cara yang mereka tempuh tidak jauh beda dengan wali-wali Allah SWT yang
saleh. Kemampuan seperti ini tidak hanya dimiliki individu perorangan,
bahkan merambah sampai taraf bangsa. Lihatlah Asoreon dahulu yang begitu
mahir dalam meramalkan hal gaib dengan cara memperhatikan pergerakan
bintang di langit, didukung dengan keistimewaan lokasi yang di tempati dan
cerahnya langit. Mereka bisa mengintai pergerakan bintang.
Menurut mereka pergerakan bintang menunjukkan garis nasib dan
perjalanan hidup manusia. Ilmu inilah yang kemudian diadopsi oleh bangsa
11
Umar Faruq, Risalah Qusyairiyah, Sumber Kajian Ilmu Tasawuf, Pustaka Amani,
Jakarta, 2007, hlm. 334
12 Bassam Salamah, op. cit., hlm. 303
14
Kaldani sampai mereka bisa membaca lembaran-lembaran langit. Bangsa
Mesir Kuno juga tidak ketinggalan, mereka memiliki kemampuan luar biasa
yang mereka warisi dari para leluhurnya. Begitu juga dengan bangsa Afrika,
mereka tidak akan melakukan apa pun sebelum meminta petunjuk pada dukun
dan Tuhan-tuhan mereka. Diantara peramal abad pertengahan adalah
pastradamus dari perancis.13
Rasulullah SAW bersabda;
ماأت .اساماصعاف اىجاييت
راك شيئ :قاه.ماتطيش:قاه قيت.فالتأتااىنا:قاه.اىنا
. يجذ احذم ف فس فاليصذنArtinya: “ Ada beberapa hal yang biasa kami lakukan pada masa
jahiliyah dahulu. Kami biasa mendatangi para dukun. Rasululah bersabda:
jangan lagi kamu datangi para dukun. Aku berkata lagi. Kami juga sering
menemukan firasat buruk. Rasulullah bersabda: itu memang sesuatu yang bisa
saja ditemui oleh seseorang diantara kamu dalam dirinya. Tetapi hal itu jangan
sampai menghalang-halangi kamu. (H.R. Muslim)14
B. SIHIR
Menurut bahasa (etimologi), sihir berarti sesuatu yang halus dan
tersembunyi.
Pada hakekatnya arti sihir menurut kebiasaan bahasa, yakni bahasa
Arab, mempunyai beberapa arti, sebagai berikut:
1. Sihir berarti tipuan-tipuan dan hayal-hayal atau gambaran-gambaran yang
hakekatnya tidak ada sama sekali, sebagaimana yang biasa dikerjakan oleh
para tukang sulap saja.
2. Sihir berarti sesuatu yang dihasilkan oleh para ahlinya dengan pertolongan
atau bantuan setan-setan dengan jalan memuaskan maksud setan, atau
dengan jalan menyembah, merendahkan diri atau menghaturkan sesaji
yang menjadi syarat-syarat setan.
3. Sihir berarti tiap sesuatu yang halus dan tersembunyi tempat
pengambilannya.
13
Ibid., hlm. 304
14 KH. Adib Bisri Mustofa, Tarjamah Shahih Muslim, )IV), CV. Asy Shifa,
Semarang, 1993, hlm. 79
15
Setan menipu pandangan mata manusia, seakan-akan sihir itu nyata
adanya, memang benar ada suatu kekuatan yang bernama sihir itu, tetapi hal
ini tidak lain adalah sebagai bantuan tenaga dan bantuan kekuatan syetan
kepada kekasihnya saja, yaitu manusia yang menginginkan akan ilmu
tersebut.15
Sedangkan menurut syar‟i ( terminologi) sebagaimana yang disebutkan
oleh Abu Muhammad „Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah
Al-Maqdisi, ia berkata: “Sihir adalah jimat-jimat, jampi-jampi, mantera-
mantera buhul-buhul (yang ditiup) yang dapat berpengaruh pada hati, akal dan
badan. Maka sihir dapat menyakiti, membunuh dan memisahkan suami
dengan istrinya, membuat orang saling benci, atau membuat dua orang saling
mencintai.16
Sihir adalah tipu daya setan melalui walinya (tukang sihir, dukun,
paranormal, dan lain-lain). Sihir mempunyai hakikat dan pengaruh, karena itu
kita diperintahkan berlindung kepada Allah dari pengaruh sihir. Sihir, guna-
guna dan lainnya tidak akan mengenai seseorang kecuali dengan izin Allah
SWT.17
Allah Ta‟ala berfirman:
Artinya: “Dan mereka itu (tukang sihir itu) tidak memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah.” (QS. Al-
Baqarah: 102)18
Pada hakekatnya sihir dan tipu daya setan sangat lemah. Allah SWT,
berfirman:
15
Umar Hasim, Syetan Sebagai Tertuduh Dalam Masalah Sihir, Tahayul,
Perdukunan, dan Azimat, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1991, hlm. 142-143
16 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, op. cit., hlm. 460
17 Ibid., hlm. 461
18 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 16
16
Artinya: “Sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (QS. An-
Nisaa‟: 76)19
Kembali kepada hakekat ilmu sihir yang mengatakan bahwa sihir
adalah suatu hayalan atau peristiwa yang tidak sesungguhnya, atau walaupun
sesungguhnya, tetapi atas bantuan setan, maka dalam hal ini Al-Qur‟an
mengatakan sebagai berikut:
Artinya: “Terbayanglah kepadanya sebab sihir mereka itu bahwa dia
(ular-ular) itu seakan-akan berjalan.” (Thâhâ: 66).20
Jadi pada hakekatnya ilmu sihir ialah perbuatan yang di luar dari adat
kebiasaan yang sengaja dikerjakan dengan jalan bermacam cara di luar ajaran
agama Islam dan mendapat bantuan dari makhluk gaib, yaitu jin dan setan.21
Jelasnya, Rasulullah melarang mempelajari, mengamalkan ilmu sihir,
atau minta tolong kepada ahli sihir untuk menggunakannya baik bagi
kepentingan siapa saja, ada keterangan lain yang mengatakannya bahwa bagi
siapa yang mengamalkan ilmu sihir, tidak diakui sebagai ummat
Muhammad.22
Jenis-jenis sihir itu ada empat macam, diantaranya sebagai berikut:
1. Sihr al-kazibi
Adalah jenis sihir yang sering dilakukan oleh seseorang untuk
mempengaruhi perasaan dan pikiran orang lain dengan bahasa-bahasa
yang halus dan lembut yang penuh dengan kebohongan. Tipuan jenis ini
sering digunakan oleh orang-orang yang berprofesi sebagai pedagang.
Penyanyi, peramal dan orang yang sedang di mabuk cinta.
19
Ibid., hlm. 90
20 Ibid., hlm. 316
21 Umar Hasim, Loc. Cit.
22 Ibid., hlm. 145
17
2. Sihr al-„aini
Adalah jenis sihir yang dapat mempengaruhi pandangan mata dan
daya khayal seseorang. Orang-orang yang tergolong dalam jenis sihir ini
adalah para tukang sulap,
3. Sihr al-qulubi
Adalah jenis sihir yang terjadi karena adanya keanehan pada diri
seseorang yang senang melakukan amalan-amalan hati, seperti orang yang
senang mengamalkan mantra-mantra tertentu, senang bertapa dalam gua-
gua, tempat-tempat keramat, dan hal-hal lain yang tidak diajarkan oleh
Islam.
4. Sihr al-hasadi
Adalah jenis sihir yang dilakukan oleh para pendengki terhadap orang
yang dibencinya. Masyarakat Indonesia sering menyebut sihir jenis ini dengan
sebutan santet, dan tenung.23
Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa sihir merupakan suatu
perbuatan yang bisa mendekatkan pada syetan dan memalingkan diri dari
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Menurut Abu „Abdillah al-Razi
bahwa sihir itu terbagi menjadi delapan macam.
Pertama, sihir orang-orang Kildan dan Kisydan yang mereka adalah
penyembah tujuh bintang. Mereka menyakini bahwa ketujuh bintang itulah
yang mengatur dan mengendalikan alam ini. Menurut mereka, bintang-bintang
itu yang membawa kebaikan dan keburukan. Itulah orang-orang yang kepada
mereka diutus Nabi Ibrahin As.
Kedua, At-Tharqu (ramalan dengan garis), caranya dengan menggarisi
tanah atau memukul-mukul pasir, atau memukul dengan batu kecil-kecil.
Apakah garis itu dapat berkata, atau batu kecil itu dapat menjawab.24
23
Abu Aqila, Kesaksian Raja Jin: Meluruskan Pemahaman Alam Gaib dengan
Syari‟at, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2002, hlm. 120-121
24 Muhammad bin Abdul Wahhab, Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik,
PT.Bina Ilmu, Surabaya, 2003, hlm. 90
18
Ketiga, Meminta bantuan kepada para arwah yang bersemayam di
bumi, yaitu bangsa jin. Mereka ini terbagi menjadi dua bagian : Jin kafir dan
Jin mukmin, yang tidak lain mereka (jin kafir tersebut) adalah setan.
Selanjutnya, orang-orang yang memproduksi sesuatu dan orang-orang yang
suka melakukan eksperimen telah menyaksikan bahwa berhubungan dengan
ruh-ruh bumi ini berlangsung melalui amalan-amalan yang cukup mudah dan
dengan mantra yang tidak banyak, serta kepulan asap. Jenis ini disebut dengan
jimat dan usaha melakukan penundukan.
Keempat, Ilusi, Hipnotis dan Sulap.
Dasar pijakan praktek ini adalah bahwa manusia sering kali melakukan
kesalahan dan hanya terfokus pada suatu hal saja dan tidak pada yang lainya.
Tidakkah anda memperhatikan pesulap ulung yang memperlihatkan sesuatu
yang bisa membuat para penontonnya tercengang serta menarik perhatian
mata mereka kepadanya, sehingga apabila pandangan mereka sudah sibuk dan
terfokus pada sesuatu itu, maka si pesulap akan melakukan hal lain dengan
cepat, dan pada saat itu akan terlihat oleh mereka sesuatu yang lain selain apa
yang mereka tunggu-tunggu, sehingga mereka benar-benar sangat heran. Jika
si pesulap itu diam dan tidak berbicara untuk mengalihkan pikiran kepada
kebalikan dari apa yang ingin ia kerjakan, niscaya para penonton akan
mengerti setiap apa yang akan dikerjakan.
Kelima, ‟Iyafah yaitu meramalkan nasib dengan menerbangkan
burung.25
Keenam, Sihr himiya yaitu sihir yang menggunakan batu-batuan (bisa
dalam bentuk cincin) atau minyak. Sedangkan umat Islam hingga kini masih
ada yang percaya terhadap batu-batu seperti “batu sulaiman” sebagai
pembawa rizki ( menjadi kaya), “batu pirus” dan “combong” sebagai pemikat
( asihan, pelet), atau minyak “ja‟faron” sebagai pembawa kharisma.
Ketujuh, Sihr hende, sihir yang berasal dari ajaran Hindu ini juga
sering dipraktekkan umat Islam di zaman dulu. Cara mereka menggunakan
25
Syaikh Muhammad At-Tamimi, Kitab Tauhid, Yayasan Al-Sofwa, Jakarta, 1999,
hlm. 138
19
sihir ini ialah dengan membuat boneka manusia berwajah binatang, seperti:
anjing, himar, babi dan sebagainya. Tujuannya agar dapat mengubah wajah
manusia cantik atau sebaliknya. Sihir ini termasuk ganas sehingga oleh
sebagian masyarakat seringkali disebut Teluh jika si korban sampai
meninggal. Namun jika si korban hanya berubah rupa, disebut sihir
Pilemburan (Sunda), dan jika yang berubahnya itu hanya pada penglihatan si
korban, maka disebut sihir Simsalabim, seperti yang digunakan para tukang
sulap.
Kedelapan, Sihr raqi, sihir ini berupa mantra atau jampi yang
dipraktekkan untuk membuat guna-guna agar seseorang menjadi terpikat
(jatuh cinta).26
C. AQIDAH ISLAMIYAH
1. Pengertian Aqidah Islamiyah
Secara bahasa Aqidah diartikan dengan: Simpulan, ikatan dan
sangkutan. Secara teknis diartikan juga dengan: iman, kepercayaan dan
keyakinan.27
Ahli bahasa memberi definisi tentang aqidah ialah:
اىضيشاىقيب اعقذعييArtinya: “Yang dengan dia diikatkan hati dan perasaan halus
manusia.”
Definisi yang lain ialah:
االسا اعتقذب اتذي Artinya: ''Yang di jadikan agama oleh manusia dan dijadikannya
pegangan.''
Oleh sebab itu dapatlah kita kembalikan arti aqidah kepada
pangkalnya. Yaitu bahwa kita mengikat hati dan perasaan kita sendiri dengan
suatu kepercayaan dan tidak hendak kita tukar lagi dengan yang lain. Jiwa
26
KH. Badruddin Hsubky, Bid‟ah-Bid‟ah di Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta,
1996, hlm. 115-116
27 Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 2000, hlm. 50
20
raga kita, pandangan hidup kita, way of life kita, telah terikat oleh aqidah kita.
Tidak dapat dibebaskan lagi.28
„Aqa‟id (jamak dari aqidah) adalah segala sesuatu yang ditegaskan dan
diyakini oleh hati manusia, segala sesuatu yang mereka terima sebagai suatu
kebenaran.29
A.Hasan dalam bukunya "At-Tauhid" mengatakan, aqidah itu artinya,
simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dihati.
M.Hasbi Ash Shiddiqi dalam bukunya "Sejarah dan ilmu
Tauhid/kalam" mengatakan, aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab)
ialah, sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa
dan tak dapat beralih dari padanya.
Jadi secara bahasa aqidah berarti, sesuatu yang telah
dipercayai/diyakini benar. Kepercayaan/keyakinan tersebut dapat tumbuh:
1. Karena meniru orang tua atau masyarakat
2. Karena suatu anggapan
3. Karena suatu dalil akal
Dinamakan aqidah Islam karena kepercayaan dan keyakinan itu
tumbuh atau dibicarakan atas dasar/menurut ajaran agama Islam.30
Jadi, aqidah dalam Islam menunjukkan masalah-masalah pengenalan
yang disampaikan melalui firman-firman dan sabda-sabda otentik dari Allah
dan Rasul-Nya, dan seorang Muslim harus mengimaninya dengan sepenuh
hati, mengimani apa yang Allah firmankan dan apa yang Rasul-Nya
sabdakan.31
Adapun secara istilah ulama Islam mengatakan, aqidah ialah
kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dapat dikuatkan dengan dalil.
Tetapi menurut kenyataan aqidah itu baru akan terhunjam ke dalam lubuk hati
apabila:
28
Hamka, Studi Islam, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1983, cet.II, hlm.75-76
29 Umar Al-Asyqar, Belajar Tentang Allah, PT. Sahara Publishers, Jakarta, 2008,
hlm. 23-24 30
Syahminan Zaini, op. cit., hlm. 52 31
Umar Al-Asyqar, op. cit., hlm. 25
21
1. Tiruan dan anggapan tersebut telah berulang sedemikian rupa, sesuai
dengan hukum. Sesuatu yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan yang diulang-ulang akan menjadi adat. Adat yang diulang-
ulang akan menjadi sifat. Kumpulan sifat-sifat adalah kepribadian.
2. Dalil-dalil yang dikemukakan itu sedemikian tepat dan benarnya serta
cukup banyak, sehingga tidak ada jalan lagi untuk membantahnya.
Karena itu aqidah manusia akan bertingkat-tingkat sesuai dengan
tingkat pengalaman dan ilmunya masing-masing.
M.Hasbi Ash Shiddiqi membedakan dalam tiga tingkat yaitu:
1. Yang mencapai dengan ilmu yakin
2. Yang mencapai dengan „ainul yakin
3. Yang mencapai dengan hakkul yakin
Ilmunya disebut dengan Ilmu Aqidah atau ilmu Aqoid.32 Adapun
pengertian ilmu Aqidah menurut Ulama Islam antara lain:
1. Ibnu Khaldun dalam "Muqaddamahnya" mengatakan, bahwa ilmu aqidah
ialah, ilmu yang membahas kepercayaan-kepercayaan iman dengan dalil-
dalil akal dan mengemukakan alasan-alasan untuk menolak kepercayaan
yang bertentangan dengan kepercayaan golongan salah dan Ahli Sunnah.
2. Syekh Muhammad Abduh dalam bukunya “Risalah at-Tauhid”
mengatakan, bahwa ilmu aqidah ialah, ilmu yang membahas tentang
wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, juga
membahas tentang Rasul-rasul-Nya, meyakinkan mereka, meyakinkan apa
yang wajib ada pada mereka, apa yang boleh dihubungkan pada diri
mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.
3. Syekh Husein dalam bukunya “Al Husnul al-Hamidiya” mengatakan
bahwa ilmu aqidah ialah, ilmu yang membicarakan bagaimana
menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan (Islam) dengan bukti-
bukti yang yakin.
32
Syahminan Zaini, loc. cit.
22
4. Sayid Sabiq dalam bukunya “Al-„Aqa‟idul Islaamiyah” mengatakan
pengertian keimanan atau aqidah itu tersusun dari enam perkara yaitu:
a. Ma'rifah kepada Allah
b. Ma'rifah dengan alam
c. Ma'rifah dengan kitab-kitab Allah
d. Ma'rifah dengan Nabi-nabi
e. Ma'rifah dengan hari akhirat
f. Ma'rifah kepada takdir
5. M.Hasbi Ash Shiddiqi dalam bukunya “Sejarah dan Pengantar Ilmu
Tauhid/Kalam” mengatakan, itulah ilmu yang didalamnya diperkatakan
tentang cara-cara menetapkan aqidah agama dengan mempergunakan
dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil-dalil itu merupakan dalil naqli,
dalil aqli.33
Jadi Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti
kepada Allah, dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat
kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-
kitab-Nya, dan lain-lain.34
Semua itu wajib dipelajari dan diyakini agar yang bersangkutan
selamat dari syirik (kemusyrikan) dan nifaq (kemunafikan). Syirik adalah dosa
besar yang tak ada ampunannya.
Oleh sebab itu, mempelajari ilmu aqidah (tauhid) harus diprioritaskan
sebelum mempelajari ilmu-ilmu lainnya, seperti fiqih, tasawuf, tafsir, hadits,
dan sebagainya. Tanpa mempelajari ilmu aqidah, orang tak akan tahu kepada
siapa beribadah. Ruslan dalam kitabnya yang berjudul Al-Zubad mengatakan
demikian:
اه اجب عي االسا ۞ عش فت االى باستيقاArtinya: “Pertama-tama wajib atas manusia ialah mengenal Tuhannya
dengan penuh keyakinan.”
33
Syahminan Zaini, op. cit., hlm. 52-53
34 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, op. cit., hlm. 27
23
Yang dimaksudkan disini adalah mempelajari ilmu aqidah. Ulama'
lainnya berkata pula:
التصح اىعبادة االبعشفت اىعبدArtinya: “Tidak sah ibadah seseorang melainkan dengan mengenal Zat
yang disembah.”
Untuk mengenal Zat yang disembah (Ma'bud) haruslah mempelajari
ilmu tentang ketauhidan.35
2. Pokok-Pokok Aqidah Islamiyah
Pokok-pokok aqidah Islamiyah setidaknya ada tiga hal yaitu,
ma‟rifat al mabda‟, ma‟rifat al wasitah, dan ma‟rifat al ma‟ad.
1. Ma‟rifah Al-Mabda‟
Yaitu, persoalan teologis yang membahas tentang Tuhan dan
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan Tuhan, seperti masalah
sifat, dzat dan perbuatan Tuhan.36
Dalam menyelesaikan persoalan sifat-sifat Tuhan dan
perbuatan Tuhan, tampaknya dipicu oleh truth claim yang dibangun
atas dasar kerangka berfikir masing-masing pendapat, diantaranya
adalah kaum Mu‟tazilah dan kaum Asy‟ariyah.
Pertentangan antara kaum Mu‟tazilah dengan kaum Asy‟ariyah
berkisar sekitar persolan apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak.
Jika Tuhan mempunyai sifat, sifat mestilah kekal seperti halnya dzat
Tuhan. Jika sifat-sifat itu kekal, yang bersifat kekal bukan hanya satu
sifat, tetapi banyak. Tegasnya, kekalnya sifat-sifat membawa pada
paham banyak yang kekal (ta‟addud al-qudama atau multiplicity of
eternals). Ini selanjutnya membawa pula kepada paham syirik atau
olitheisme. Suatu hal yang tak dapat diterima dalam teologi. Lebih jauh
lagi, Washil bin Atha‟ menegaskan bahwa siapa saja menetapkan
adanya sifat qadim bagi Allah, ia telah menetapkan adanya dua Tuhan.
35
H.Z.A. Syihab, Aqidah Ahlus Sunnah, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm. 4-6
36 Abdul Hamid As-Saih, Aqidatul Muslim Wama Yattasilu Biha, cet, 11, Wuzaratul
Auqaf was-Syun wal muqaddasatil Islamiyah, Oman, 1983, hlm. 62
24
Kaum Mu‟tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan
mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Definisi mereka
tentang Tuhan, sebagaimana telah dijelaskan oleh Asy‟ariyah, bersifat
negatif. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, kekuasaan, hajat, dan
sebagainya. Ini tidak berarti bahwa Tuhan bagi mereka tidak
mengetahui, berkuasa, dan sebagainya, tetapi bukan dengan sifat
dalam arti kata sebenarnya. Artinya, “Tuhan mengetahui dengan
pengetahuan dan pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri”. Dengan
demikian, pengetahuan Tuhan, sebagaimana dijelaskan Abu Al-Huzail,
adalah Tuhan sendiri, yaitu dzat atau esensi Tuhan.
Pendapat kaum Asy‟ariyah berlawanan dengan paham
Mu‟tazilah. Mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan
mempunyai sifat. Tidak dapat dipungkiri bahwa Tuhan mempunyai
sifat karena perbuatannya. Ia juga mengatakan bahwa Tuhan
mengetahui, menghendaki, berkuasa dan sebagainya, disamping
mempunyai pengetahuan, kemauan dan daya.
Sementara itu, Al-Baghdadi melihat adanya consensus
dikalangan kaum Asy‟ariyah, bahwa daya, pengetahuan, hayat,
kemauan, pendengaran, penglihatan dan sabda Tuhan adalah kekal.
Sifat-sifat ini, kata al-Ghazali tidaklah sama dengan esensi Tuhan.
Sedangkan dalam perbuatan Tuhan, semua aliran dalam
pemikiran kalam berpandangan bahwa Tuhan melakukan perbuatan.
Perbuatan disini dipandang sebagai konsekuensi logis dari dzat yang
memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Aliran Mu‟tazilah sebagai aliran kalam yang bercorak rasional,
berpendapat bahwa pebuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang
dikatakan baik. Namun, ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mampu
melakukan perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk
karena ia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu. Di dalam
Al-Qur‟an pun jelas dikatakan bahwa Tuhan tidaklah berbuat dzalim.
Ayat-ayat Al-Qur‟an yang dijadikan dalil oleh Mu‟tazilah untuk
25
mendukung pendapatnya di atas adalah surat Al-Anbiya (21) : 23 dan
surat Ar-Rum (30) : 8.
Qadi Abd Al-Jabar, seorang tokoh Mu‟tazilah mengatakan
bahwa ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Tuhan hanya berbuat
yang baik dan Maha suci dari perbuatan buruk. Dengan demikian,
Tuhan tidak perlu ditanya. Ia menambahkan bahwa seseorang yang
dikenal baik, apabila secara nyata berbuat baik, tidak perlu ditanya
mengapa ia melakukan perbuatan baik itu ?. Adapun ayat yang kedua,
menurut Al-Jabbar, mengandung petunjuk bahwa Tuhan tidak penah
dan tidak akan melakukan perbautan-perbuatan buruk. Andaikata
Tuhan melakukan perbuatan buruk, pernyataan bahwa ia menciptakan
langit dan bumi serta segala isinya dengan hak, tentulah tidak benar
atau merupakan berita bohong.
Menurut aliran Asy‟ariyah, Paham kewajiban Tuhan berbuat
baik dan terbaik bagi manusia (ash-shalah wa al-ashlah), sebagaimana
dikatakan aliran Mu‟tazilah, tidak dapat diterima karena bertentangan
dengan paham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Hal ini
ditegaskan Al-Ghazali ketika mengatakan bahwa Tuhan tidak
berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia. Dengan
demikian, aliran Asy‟ariyah tidak menerima paham Tuhan mempunyai
kewajiban. Tuhan dapat berbuat sekehendak hati-Nya terhadap
makhluk. Sebagaimana dikatakan Al-Ghazali, perbuatan-perbuatan
Tuhan bersifat tidak wajib (ja‟iz) dan tidak satupun darinya
mempunyai sifat wajib.
Karena percaya pada kekuasaan mutlak Tuhan dan berpendapat
bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa, aliran Asy‟ariyah
menerima paham pemberian beban di luar kemampuan manusia.
2. Ma‟rifah Al-Wasitah
Yaitu, masalah yang berkaitan dengan perantara atau
penghubung antara manusia dan Tuhan, seperti halnya para Malaikat
Allah, Rasul, dan Kitab Allah.
26
Para Malaikat itu diberi Allah tugas-tugas tertentu. Ada yang
bertugas menyampaikan Wahyu kepada Nabi/Rasul, disebut Malaikat
Jibril. Ada yang bertugas mencatat atau merekam segala ucapan dan
perilaku manusia, baik atau buruk, dinamakan Malaikat Raqib dan
Atid, dan lain sebagainya.
Keimanan kepada Malaikat membawa pengaruh positif bagi
seseorang, antara lain ia akan selalu berhati-hati dalam setiap
perkataan dan perbuatan, sebab Malaikat selalu berada di dekat-nya,
merekam apa yang ia katakan dan ia perbuat itu.
Sedangkan beriman kepada Nabi atau Rasul ialah keyakinan
dan kepercayaan bahwa Allah telah memilih beberapa orang diantara
manusia, memberikan Wahyu kepada mereka dan menjadikan mereka
sebagai utusan (Rasul) untuk membimbing manusia ke jalan yang
benar.37
3. Ma‟rifah Al-Ma‟ad
Yaitu, mengenal dan mempercayai hari akhir (kiamat). Yang
dimaksud dengan hari akhir atau kiamat adalah hari kehancuran alam
semesta. Seseorang yang beriman kepada hari akhir, berarti ia yakin
dan percaya sepenuhnya bahwa hari kiamat akan terjadi.
Keimanan kepada hari akhir memberikan pengaruh positif bagi
kehidupan manusia, yaitu ia akan senantiasa menjaga dan memelihara
diri dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat, dan akan selalu taat
kepada Tuhan, ia akan sabar menghadapi cobaan dan penderitaan, dan
ia memiliki tujuan yang jelas yang ingin dicapai dalam setiap gerak
dan tindakan yang dilakukannya, yaitu kebajikan.38
Dengan keimanan hati yakni tunduk dan menerima karena
diketahui dengan mudah, yakni sudah lumrah dan terkenal bahwa
ajaran itu adalah dari agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW,
37
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993,
hlm. 75-76
38 Ibid., hlm. 80
27
sekira dapat diketahui oleh orang awam seperti keadaan pencipta,
kenabian Muhammad, kebangkitan dari kubur, adanya balasan dan
ganjaran dari semua macam perbuatan, wajib mengerjakan
sembahyang lima waktu, zakat, haji, haram meminum minuman keras,
riba, zina, pergi kedukun dan lain sebagainya.39
Menurut Muhammad Abduh, iman adalah pengetahuan yang
diperoleh oleh akal melalui alasan-alasan yang kuat sehingga dapat
membuat jiwa manusia tunduk, patuh dan menyerah. Seseorang yang
menerima kepercayaan dengan tanpa dilandasi oleh akal, maka ia
bukanlah beriman dengan sebenarnya. Karena iman yang dilandasi
oleh akal akan dapat menjernihkan jiwa dan dapat lebih memahami
Tuhan dalam menghayati agamanya yang hal ini akan dapat
mendorongnya untuk selalu berbuat baik. Menurut Muhammad
Abduh, pokok-pokok iman adalah iman kepada Tuhan, iman kepada
hari kemudian, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab suci, iman
kepada para Nabi, dan iman ini yang mempunyai pengaruh terhadap
jiwa dan amal perbuatan manusia. Muhammad Abduh juga
menjelaskan bahwa unsur iman itu ada tiga, yaitu: Iman kepada Tuhan,
iman kepada alam gaib dan melakukan amal perbuatan baik yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.40 Adapun menurut
pengertian khash atau khusus, maka bermacam-macamlah kaidahnya
dari ulama Salaf, antara lain ialah:
1.
قه عو يت
Artinya: Ucapan, amal, niat, dan mematuhi Sunnah Rasul.
39
H. M. Asywadie Syukur, Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi,
PT Bina Ilmu, Surabaya, 1994, cet.I, hlm. 577
40 Bakir Yusuf Barnawi, Sistem Pemikiran Teologi Muhammad Abduh dalam Risalah
Tauhid (Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN WALISONGO), Surakarta, 1995, hlm. 27
28
2.
قه باىيسا اعتقادباىجا
Artinya: Ucapan dengan lisan, mengaqidahkan dengan hati dan
mengamalkannya dengan anggota badan.
3.
قه عو يتArtinya: Ucapan, amal, dan niat.
4.
قه عوArtinya: Ucapan dan amal.41
Imam Isma‟il bin Muhammad at-Tamimi berkata, iman dalam
istilah syar‟i adalah suatu ungkapan yang dipergunakan untuk
menyatakan semua ketaatan lahir maupun batin.42 Sedangkan menurut
Ahlu Sunnah Wal Jama‟ah sepakat bahwa iman adalah perkataan dan
perbuatan, yaitu perkataan dengan lisan dan perbuatan dengan hati dan
anggota badan.43
Agama Islam terdiri dari dua bagian: aqidah dan syari‟ah.
Terkadang aqidah disebut iman dan syari‟ah disebut Islam. Iman
adalah istilah yang banyak sekali disebut dalam Al-Qur‟an dan Hadits.
Aqidah atau iman adalah asas atau dasar agama, sedangkan syari‟ah
adalah cabangnya. Aqidah terletak dalam hati dan syari‟ah adalah
amalan atau kerja anggota badan.
41
H. Kahar Masyhur, Membina Islam dan Iman, Kalam Mulia, Jakarta, 1988, hlm.
58
42 Asep Saefullah, Mengupas Kebodohan, Pustaka Azzam, Jakarta, 2001, hlm. 28
43 Munirul Abidin, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, PT. Darul Falah,
Jakarta, 2004, hlm. 56
29
Hal ini dijelaskan oleh Nabi dalam suatu jawaban beliau
terhadap pertanyaan Jibril tentang iman dan Islam dengan sabdanya
sebagai berikut.
ا تؤ باهلل الئنت متب سسي اىي , االيا
ا تشذا الاى : االسال. االخشتؤ باىقذسخيش شش
تقي اىصالة تؤتي اىزماة , االاهلل ا حذاسسه اهلل
سا ). تحج اىبيت ا استطعت اىي سبيال, تص سضا
(اىبخاسسيArtinya: “Iman ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhirat, serta
engkau beriman kepada qadar: qadar yang baik dan qadar yang buruk.
Islam ialah engkau mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah; engkau melakukan shalat, memberi
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan naik haji jika engkau mampu
berjalan ke sana.” (H.R. Buchori dan Muslim).44
Setiap orang harus meningkatkan keimanannya. Dari taqwa
berusaha menjadi ihsan, yaitu iman yang menyelinap di dalam rongga
cinta. Bila orang yang sudah di mabuk cinta, di mana saja dia berada,
maka di matanya Allah itu selalu terbayang-bayang, di telinganya
selalu terdengar dan seluruh ingatannya hanya tertuju kepada Allah
Swt.45
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
orang yang apabila di sebut nama Allah, gemetar hatinya, dan apabila
di bacakan ayat Al-Qur‟an, maka bertambah imannya. Dan kepada
Tuhan mereka bertawakal. (Al-Anfal: 2)46
Dalam konsep Iman dan kufur terdapat perbedaan pendapat
diantara aliran-aliran teologi Islam. Seperti yang dikemukakan aliran
44
Ahmad Daudy, Kuliah Akidah Islam, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1997, hlm. 19-20
45 Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hlm. 89
46 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 177
30
Khawarij bahwa segala sesuatu yang berhubungan atau berbau religius
adalah bagian dari iman, sehingga apabila orang melakukan dosa besar
maka ia disebut kafir.
Berbeda halnya dengan aliran Murji‟ah mereka berpendapat
bahwa orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin dan bukan
kafir. Adapun soal dosa besar menurut aliran Murji‟ah, mereka di
tunda penyelesaiannya diakhirat. Hal ini karena mereka beranggapan
bahwa iman hanya pengakuan dalam hati.
Setiap pelaku dosa besar, menurut Mu‟tazilah, berada pada
posisi tengah diantara posisi mukmin dan posisi kafir. Jika pelakunya
meninggal dunia dan belum sempat bertobat, ia akan dimasukkan ke
dalam neraka selama-lamanya. Walaupun demikian, siksaan yang
diterimanya lebih ringan daripada siksaan orang kafir. Dalam
perkembangannya, beberapa tokoh Mu‟tazilah, seperti Wasil bin Atha
dan Amr bin Ubaid memperjelas sebutan itu dengan istilah fasiq, yang
bukan mukmin atau kafir.
Aliran Asy‟ariyah beranggapan bahwa iman tidak hanya
diungkapkan dengan lisan tetapi juga harus diyakini di dalam hati
sehingga jika ada seseorang yang mengaku kafir, namun hatinya tetap
beriman maka ia tetap dianggap sebagai mukmin.47
D. PANDANGAN ISLAM TENTANG DUKUN
Islam adalah agama fitrah dengan membawa misi perdamaian, aturan-
aturan syari‟atnya menjaga keseimbangan antara hubungan manusia dengan
penciptanya maupun hubungan antar sesamanya, sedangkan larangan-
larangannya bertujuan untuk menyelamatkan manusia dari hal-hal yang syirik,
seperti halnya dukun.
Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui perkara-perkara gaib
atau mengetahui segala bentuk rahasia batin. Sehingga siapapun yang
47
Harun Nasution, Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), UI-
Press, Jakarta, 1986, hlm. 9
31
membuka praktek meramal kejadian-kejadian yang akan datang (ilmu gaib)
tanpa bersandar kepada Al Qur‟an dan hadits yang shahih, maka itulah dukun,
walaupun memakai julukan-julukan lain yang lebih modern atau Islam.
Adanya sosok yang menanamkan diri mereka kyai dan ulama, tapi
pada kenyataannya mempraktekkan sihir dan perdukunan. Mereka bukanlah
ulama, melainkan para da‟i syetan yang mengajak pada neraka jahanam (du‟at
ilaa abwaabi jahanam). Kaum muslimin tidak pernah berbeda pendapat dalam
masalah asasi seperti tauhid dan syirik. Oleh karena itu, melakukan berbagai
tindakan yang bertentangan dengan aqidah Islam, dengan legitimasi segelintir
orang yang menanamkan dirinya kyai adalah penyimpangan dari syariat Islam.
Dalam tinjauan Al Qur‟an dan As Sunnah, perbuatan mereka tergolong
kesyirikan dan kekufuran kepada Allah. Hal ini bisa dibuktikan antara lain;
1. Mengaku mengetahui perkara-perkara gaib jelas merupakan kesyirikan
dalam hal sifat Allah (tauhid Al Asma‟ wash Shifat), karena pengetahuan
tentang perkara ghaib ini hanyalah milik-Nya semata, maka barangsiapa
yang mengaku mengetahui alam gaib berarti ia mensejajarkan sifat dirinya
dengan sifat Allah Yang Maha Mengetahui. Dan merupakan bentuk
kekufuran.
2. Biasanya untuk kelancaran praktek perdukunan atau sihir, mereka harus
mengabdi (mengagungkan dan merendah diri) kepada jin. Karena jin
itulah pada hakekatnya yang bekerja untuk memuluskan praktek mereka.
Lebih menguatkan hal ini, biasanya mereka harus memenuhi syarat-syarat
tertentu yang harus diberikan kepada jin, seperti, sesaji, puasa tertentu
dengan cara tertentu pula atau syarat lain sesuai bisikan dari jin tersebut.48
Allah SWT berfirman;
48
http://setyawaan.wordpress.com/2010/01/22/dukun-sang-pembohong-hindarilah/
32
Artinya: "Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak
dosa, mereka menghadapkan pendengaran itu, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang pendusta. (Asy-Syu‟ara: 222-223).49
Bahwa sesuatu yang gaib atau yang akan datang tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah Ta'ala, sampai pun Rasulullah SAW tidak
mengetahuinya kecuali sesuatu yang dikabarkan oleh Allah melalui wahyu.
Sebagaimana ketika Rasulullah SAW ditanya tentang hari kiamat maka beliau
tidak mampu menjawab, karena tidak ada yang mengetahui kapan terjadi hari
kiamat kecuali hanya Allah SWT. Juga ketika Rasulullah SAW meminta
kepada Allah Ta'ala agar membolehkan sebagian umatnya yang dilarang untuk
minum di telaganya pada hari kiamat kelak. Ini menunjukkan bahwa
Rasulullah SAW tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Kalau saja
Rasulullah SAW merupakan makhluk yang paling bertakwa disisi Allah SWT
yang diutus oleh Allah SWT tidak mengetahui sesuatu yang gaib atau yang
akan datang kecuali yang dikabarkan oleh Allah SWT bagaimana dengan yang
lainnya yang jauh dari ketakwaan kepada Allah SWT. Bahkan sebagian
mereka tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya baik itu shalat, puasa,
atau yang lainnya dengan dalih dia sudah ma'shum, sudah diampunkan
dosanya dan lain sebagainya.50
Artinya: “Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyihir. Sedikit
sekali kamu beriman kepadanya. Bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit
sekali kamu mengambil pelajaran darinya.” (Al-Haqqah: 41-42).51
49
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 376
50 http://www.maqdis.s5.com/th3.htm
51 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 568
33
Artinya: “Akan tetapi barang siapa yang mencuri-curi, maka ia di
kejar oleh suluh api yang cemerlang.” (Ash-Shaffat: 10).52
Artinya: “Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan
nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang
gila.” (At-Thur: 29).53
Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW pernah
menghukumi dua orang perempuan yang saling bertengkar, salah satunya
melempar batu ke arah perut lainnya yang tengah hamil hingga membunuh
janin yang ada di perutnya. Keduanya mengadu kepada Rasulullah SAW,
maka beliau menghukumi diat janin sebesar ghurrah seorang budak.
Kemudian wali perempuan yang terkena denda berkata, "Wahai Rasulullah,
bagaimana aku menanggung orang yang tidak punya makanan dan minuman."
Maka Rasulullah Saw bersabda, "sesungguhnya orang ini termasuk saudara
dukun."
Rasulullah SAW pernah berkata kepada Abu Shayyad, seorang dukun,
"engkau telah menyimpan sebuah batu, buanglah batu itu. Karena batu itu
tidak akan dapat mengangkat derajatmu. Jika kamu masih menyimpannya,
berarti kamu termasuk pengikut dukun.”54
Di riwayatkan oleh Ibnu Mas'ud r.a, ia berkata,
اىنيب سسهأ ث ع صي اهلل عيي سي اىي
ش اىبغي , حي, .(تفق عيي). اىناArtinya: "Rasulullah Saw melarang (memakan) harga anjing, upah
pezina, dan bayaran dukun." (H.R. Buchori dan Muslim dari Abu Mas‟ud Al-
Anshari).55
Perdukunan, sihir, persantetan, teluh, tenung atau nama-nama lain
seperti paranormal, tanya ke orang pintar, guna-guna dan lain-lain, itu semua
52
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 446
53 Departemen Agama RI, op. cit., hlm.523
54 Ibid., hlm. 308-309
55 Muslich Shabir, Terjemah Riyadlus Shalihin (II), CV. Toha Putra, Semarang, t.th.,
hlm. 507-508
34
adalah pekerjaan setan. Setan jelas menjerumuskan kepada kesesatan yang
tempatnya tidak lain di akhirat nanti adalah di neraka. Maka orang yang
berdukun itu sama dengan mendaftarkan diri untuk masuk ke neraka. Kecuali
bagi orang yang benar-benar bertaubat.56
Banyak peramal yang tidak meleset perkiraannya, tapi ada juga
sebagian peramal gadungan. Meskipun demikian, kita tidak harus menafikan
kekuatan ramalan secara umum, karena dokter atau komandan pun bisa keliru.
Keyakinan kami pada ramalan tidak akan mati.
Boleh saja mereka mengatakan demikian, tetapi pada kenyataannya,
penyebaran praktik perdukunan di berbagai suku bangsa sejak dahulu sampai
sekarang tidak mampu membuat perdukunan semakin canggih atau
memformatnya dalam bentuk kebenaran. Sedikit benarnya namun banyak
dustanya itulah yang pasti. Jika mereka mengatakan bahwa kekeliruan dukun
atau peramal sama dengan kesalahan yang dilakukan oleh dokter atau
panglima perang. Memang benar, siapa pun bisa melakukan kekeliruan tidak
peduli dokter atau panglima sekalipun. Namun yang perlu diingat, pekerjaan
mereka berdasarkan ilmu pengetahuan, sedangkan praktik perdukunan hanya
berdasarkan tipuan dan kedustaan.
Banyaknya orang yang bergantung pada dukun, bukan berarti kita
membenarkan cara mereka, sebab kebanyakan manusia berjalan seiring
dengan kebatilan.57
Dukun, oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai profesi yang
dikaitkan dengan klenik, tahayul, dan hal-hal yang berkesan kuno dan
terbelakang. Namun dalam kenyataannya masih tetap berperan pada sebagian
besar masyarakat.
Sejajar dengan paranormal adalah profesi Dukun. Dukun dikenal
berbareng dengan dimulainya kebudayaan manusia. Profesi tersebut
mempunyai kedudukan yang terhormat, seperti halnya Kepala Suku dan para
56
H. Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka Al-
Kautsar, Jakarta, 2002, hlm. 244
57 Bassam Salamah, op. cit., hlm. 305
35
Pendeta. Mereka adalah orang-orang yang dianggap mempunyai ilmu gaib
yang tinggi atau mempunyai kesaktian, dapat digunakan untuk menolong
orang lain. Ilmu-ilmu itu didapat dari turun temurun, mendapatkannya dengan
bertapa di gua-gua yang sulit dijangkau atau di hutan dan tebing-tebing yang
curam, secara gaib, serta dapat juga dipelajari dari orang lain.
Dengan ilmu-ilmu yang dimiliki tadi, dukun merupakan tempat orang
mengharapkan pertolongan dalam penyembuhan, mencari barang hilang,
melancarkan suatu usaha, masalah keluarga, sebagai penasihat spiritual, dan
sebagainya. Hampir semua suku bangsa di Indonesia memandang dukun
sebagai tempat bertanya, meminta nasihat dan pertolongan. Sehingga
hubungan antara dukun dengan masyarakat sangat dekat. Tetapi dalam
kenyataan dan perkembangannya kemudian, ada pula dukun yang jahat yang
dimintai tolong untuk perbuatan jahat oleh orang-orang jahat pula.58
Kini telah banyak kita jumpai orang yang keimanannya telah porak-
poranda. Mencari jalan alternatif dalam meraih segala cita-cita, sehingga yang
syirik pun diterjang juga. Bahkan tidak jarang tuntunan-tuntunan Allah
diabaikan, sementara dukun dan ilmu-ilmu klenik lainnya di jadikan
sesembahan. Karena itu, hanya kepada Allah kita berserah diri, agar terhindar
dari segala bentuk perbuatan syirik.59
Dalam masyarakat di zaman modern dengan teknologi canggih ini pun,
jasa dukun masih diharapkan. Bukan saja di pedesaan dan pelosok-pelosok,
tetapi di kota besar bahkan di ibu kota pun masih banyak pengguna jasa
dukun. Ada dukun yang berprofesi sebagai peramal kode nomor judi, dukun
sebagai penasihat spiritual para pengusaha besar dan orang-orang penting atau
para petinggi.
Karena sebutan ''dukun'' sejak awalnya sudah kurang popular, yang
diartikan ''ana udune rukun'' (ada uang dilayani) maka orang tidak senang
58
Ki Hudoyo Doyodipuro, Horoskop Jawa Lorong 2000, Dahara Prize, Semarang,
2000, hlm. 179
59 A. Mudjab Mahalli, Ranjau-Ranjau dalam Menyesatkan Manusia, Mitra Pustaka,
Yogyakarta, 2001, hlm. 38
36
menyebut dukun, kini biasa disebut orang pintar, guru, eyang, atau
paranormal.
Sedangkan pengguna jasa yang mempunyai kedudukan baik di
masyarakat, umumnya menyebut dukun dengan sebutan “asisten pribadi
khusus atau penasihat spiritual”. Ada pula pengguna jasa yang secara
sembunyi-sembunyi, baik untuk kebijaksanaan pekerjaan, maupun
perdagangan, bahkan keruwetan rumah tangga pun kadang juga dimintakan
nasihat pada dukun. Suatu keyakinan masyarakat pula bahwa ada penyakit
yang bisa disembuhkan dokter, tetapi ada pula penyakit yang hanya dapat
disembuhkan oleh dukun.60
Dengan mengelola dukun, sebuah pesan/isu yang sudah didesain bisa
dititipkan kepadanya. Uniknya, kebanyakan dukun juga narsis, kadang
hipokrit. Asal yang datang kepadanya seorang penggede (pejabat), apa yang
disampaikannya dianggap memiliki tingkat kebenaran dan kredibilitas yang
tinggi. Kedatangan penggede itu juga dikapitalisasi menjadi aset, untuk
menaikkan pamor sang paranormal.
Pada gilirannya, publik awam tercengang lantas menganggap hebat
sang dukun, setelah mendengar kabar adanya pejabat tinggi seperti menteri
dan jenderal yang sowan kepadanya.
Kemasannya pun unik. Seorang paranormal adalah „orang tua‟, yang
dianggap punya indera keenam, sehingga weruh sadurunge winarah atau tahu
sebelum terjadi. Karena dukun juga manusia ciptaan Tuhan, sering sang dukun
selalu memulai pernyataan dengan kalimat demikian: “Bukan mendahului
kehendak Tuhan,.......dan seterusnya.”
Bila pembawaannya santun dan penyampaiannya dilakukan secara
tenang, maka bendera sang dukun akan kian tinggi berkibar. Dan lantaran tak
boleh mendahului kehendak Tuhan, maka disampaikanlah pesan-pesan yang
berkesan teka-teki atau sasmita menurut istilah Jawa.61
60
Ki Hudoyo Doyodipuro, op. cit., hlm. 179
61 http://politikana.com/baca/2009/03/18/dukun-yang-tergusur-televisi.htm
37
Sebagian manusia ada yang pergi ke dukun dan paranormal, supaya
mereka membebaskannya dari sihir atau mendatangkan kebaikan untuknya
dengan kekuatan mereka. Orang-orang hina ini tidak mengerti bahwa
kepergiannya ke tempat dukun dan paranormal dapat menghilangkan sebagian
dari timbangan amal kebaikannya sebanyak dua ratus shalat. Dukun-dukun
adalah utusan syaitan, karena orang musyrik bergegas kepada mereka, minta
tolong kepada mereka dalam urusan-urusan besar, percaya kepada mereka,
berperkara kepada mereka dan menyukai keputusan mereka sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Muslim dalam “Shahih-nya”, Nabi SAW bersabda;
ى تقبو ى صالةاسبعي ىييت. ات عشافافسأى ع شيء Artinya: Barang siapa mendatangi tukang tenung/dukun dan dia
menanyakan sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh
malam hari. (H.R. Muslim)62
Perkataan “Barangsiapa datang ke tukang tenung/dukun” itu, Qadhi
„Iyadh berkata: Tenung di kalangan bangsa Arab itu ada tiga macam:
a. Seorang mempunyai kawan jin yang memberi kabar tentang sesuatu berita
yang dicurinya dari langit.
b. Jin yang memberitakan tentang apa yang akan terjadi di penjuru bumi ini
yang oleh orang tersebut tidak diketahuinya dalam waktu dekat ataupun
jauh.
c. Ahli-ahli nujum
Semuanya itu didustakan oleh syara‟ dan kaum muslimin dilarang
keras mempercayai dan mendatangi mereka itu.63
Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW
bersabda;
ات ماافصذق بايقه فقذمفشباأزه عي
(سا اابداد). حذصي اهلل عيي سي
62
Wahid Abdus Salam Bali, 474 Ibadah Salah Kaprah, Amzah, Jakarta, 2006,,
hlm.19.
63 Syekh Faishal Ibn „Abdul Azis Al-Mubarak, Nailul Authar, PT. Bina Ilmu,
Surabaya, 1986, hlm. 113
38
Artinya: “Barang siapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai
apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan
wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW.
Al-Baghawi berkata: “Al „Arraf (orang pintar) ialah orang yang
mengaku tahu dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukkan
barang curian atau tempat barang hilang. Ada pula yang mengatakan: Dia
adalah kaahin (dukun), padahal kaahin adalah orang yang memberitahukan
tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa mendatang.
Menurut Abu Al-„Abbas Ibnu Taimiyah: “Al „Arraf adalah sebutan
untuk tukang ramal, tukang nujum, peramal nasib, yang menyatakan tahun
tentang perkara-perkara (yang tidak diketahui oleh orang lain) dengan cara-
cara tersebut.64
Ketahuilah bahwa dukun-dukun itu pada hakekatnya utusan-utusan
syaitan. Mereka diutus ke golongannya yaitu orang-orang musyrik, dan
mereka dijadikan serupa dengan utusan-utusan yang benar oleh syaitan,
sehingga diterima. Syaitan disamping mempersamakan mereka dengan
utusan-utusan Allah, supaya utusan-utusan ini dijauhi, juga menjadikan
utusan-utusannya sebagai yang benar, mengetahui yang gaib.
Sesungguhnya manusia itu ada dua bagian: Pengikut-pengikut dukun,
dan pengikut-pengikut Rasul. Maka tidaklah terkumpul dalam diri seorang
hamba untuk menjadi pengikut dukun dan Rasul kedua-duanya, bahkan dia
menjauhi Rasul SAW karena saking dekatnya kepada dukun.65
.Sedangkan apabila telah datang hujjah padanya dalam keadaan dia
tetap berkeyakinan bahwa dukun itu adalah seseorang yang bisa
mendatangkan manfaat dan mudharat selain Allah maka dia di hukumi kafir.
Rasulullah bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal/dukun dan bertanya
kepadanya tentang sesuatu maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari”.
64
Syaikh Muhammad At Tamimi, Kitab Tauhid, Yayasan Al-Sofwa, Jakarta, t.th,,
hlm.143
65 S. Ziyad Abbas, Alam Makhluk Super Natural, CV. Firdaus, Jakarta, 1992, hlm.
132
39
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah
sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat mengabulkan nya sampai
hari kiamat dan mereka lalai dari do‟a mereka. Hai manusia telah dibuat
perumpamaan maka dengarkanlah oleh kalian perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali-kali tidak
dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah yang disembah. Yang demikian haram
hukumnya. Tidak boleh seseorang memberikan nama padanya sebagai sayyid
Peramal/dukun adalah dajal pendusta. Haram atas peramal/dukun merampas
atau mengambil harta manusia dengan tipuan dan kedustaan. Kami nasehatkan
kepada saudara-saudara kaum muslimin membaca kitab Tath-hiru Al I‟tiqad
oleh Imam Ash Shon‟any dan Kitabut Tauhid oleh Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab. Karena kitab-kitab tersebut adalah kitab yang sangat berharga
dalam pembahasan itu. Orang yang meyakini tukang ramal dukun dan tukang
sihir bahwa mereka bisa mendatangkan manfaat dan menolak mudharat selain
Allah maka dia meragukan Al-Quran.66
Kadang-kadang ada orang yang mengatakan bahwa tukang ramal,
dukun dan ahli nujum terkadang benar.
Jawabannya: Kebenaran mereka kerapkali sebagai kepalsuan terhadap
manusia. Mereka mengatakan dengan kata-kata yang bersifat umum kepada
manusia, memerlukan segi-segi penafsiran. Bila perkaranya sudah terjadi,
mereka menafsirkan dengan penafsiran yang cocok dengan kata-katanya.67
Telah diriwayatkan di zaman salaf bahwa suatu ketika ada seorang
penyihir yang memancangkan seutas tali antara tiang dengan tiang di depan
masjid lalu dia perintahkan seekor gajah untuk melewatinya dan gajah itupun
mampu melakukannya. Bukan hanya itu dia juga menggelinding di tanah
66
http://blog.re.or.id/masalah-berobat-ke-dukun-atau-sejenisnya-fatwa-ulama.htm
67 S. Ziyad Abbas, op. cit., hlm. 131
40
namun tatkala dia katakan “Bangun..!” maka bangunlah orang tadi dan
kepalanya pulih seperti semula. Melihat adegan tersebut Jundub bin Ka‟ab
menyibak kerumunan orang-orang yang menonton hingga mendapatkan
penyulap tadi lalu beliau memukulnya hingga tersungkur lalu beliau katakan
“Bangun..!” ternyata ia tidak bisa bangun. Begitulah perlakuan para salaf
terhadap para penipu dan penyihir. Kekuatan dan tipuan bangsa jin atau
syaitan tak berdaya menghadapi orang-orang mulia pilihan Allah. Secara
umum profesi “dukun” sebenarnya telah memiliki konotasi buruk sejak zaman
jahiliyah sehingga tatkala orang-orang musyrik jahiliyah ingin menjauhkan
manusia dari Nabi mereka sebarkan isu dan mereka memberikan gelar
“kaahin” atau “sihir” agar orang-orang menjauh dari Nabi. Begitu pula tatkala
datangnya cahaya Islam tukang sihir dan dukun menempati track record yang
buruk dalam pandangan Islam. Di jaman modern ini dukun lebih dikenal
dengan istilah ngetrennya “paranormal” dan keberadaan mereka mendapat
tempat terhormat dalam masyarakat baik yang berprofesi sebagai tukang ramal
tukang sulap pemimpin adat sampai pada dukun yang melakukan pengobatan
alternatif yang menggunakan jin sebagai prewangan . Para Dukun Mendapat
Informasi dari Jin. Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Abdillah dari
Hisyam bin Yusuf dari Az-Zuhri dari Urwah bin Zubeir dari Aisyah r.a
berkata;
اهلل عيي سي ع اىنا؟فقاه ى صيسأه ااس سسه اهلل
ياسسه :ىيسابشيئ قاىا: سسه اهلل صي اهلل عيي سي
قاه سسه اهلل صي اهلل .فا يحذث احياااىشيئ حقا!اهلل
فيقشافي ار .عيي سي تيل اىنيت اىج يحطفااىجي
.ىي ف اىذجاجتفيحيط فياامثش ائتمزبتArtinya: “Ada orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang para
dukun” beliau bersabda, “Tidak ada apa-apanya” para sahabat bertanya
“Wahai Rasulullah mereka kadang-kadang bisa menceritakan sesuatu yang
benar kepada kami. Maka Rasulullah SAW bersabda “Kalimat tersebut berasal
dari kebenaran yang dicuri oleh jin kemudian dibisikkan ke telinga para
41
walinya. Maka para dukun tersebut mencampurkan kalimat yang benar
tersebut dengan seratus kedustaan.” (H.R. Buchori, Muslim dan Ahmad)68
Hadits tersebut secara jelas membuka kedok dan rahasia “keampuhan”
dukun yang banyak mengecoh orang-orang yang menyandarkan harapan
keselamatan dan kebahagiaan hidupnya kepada selain Allah. Dalam hadits ini
terungkap pula teka-teki di balik kemampuan dukun yang terkadang dapat
menebak peristiwa yang akan terjadi. Terkadang dukun mendapat kabar yang
benar dari jin. Akan tetapi kedustaan yang dibawa sebenarnya jauh lebih besar
dan lebih sering.
Imam Bukhari meriwayatkan pula dalam bab lain dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Apabila Allah memutuskan perkara di langit para malaikat memukul-
mukulkan sayapnya dalam keadaan tunduk mendengarkan firman Allah
laksana gemerincingnya rantai besi yang terjatuh pada batu yang licin. Maka
rasa takut telah hilang dari hati malaikat mereka bertanya Apa yang telah
ditetapkan oleh Rabbmu? Malaikat menjawab kepada yang lain, Allah
berfirman tentang kebenaran sedangkan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
Maka di saat ada setan-setan pencuri dengan membentuk formasi
demikian Sufyan memperagakan dengan menyusun telapak tangannya dan
membentangkan jari-jarinya. Kemudian setan pencuri dengar itu berhasil
mencuri dengar kalimat yang benar lalu ia sampaikan kepada setan di
bawahnya setan yang di bawahnya tersebut mengabarkan lagi kepada yang di
bawahnya lagi sampai akhirnya yang paling bawah menyampaikan hingga
sampai ke lidah tukang sihir atau dukun. Bisa jadi sebelum setan sempat
menyampaikan berita yang benar tersebut keburu disambar oleh bintang api.
Tetapi boleh jadi pula setan berhasil menyampaikan hasil curiannya sebelum
disambar api. Kemudian setan menambahi kalimat yang benar tersebut dengan
seratus kedustaan.69
68
KH. Adib Bisri Mustofa, Tarjamah Shahih Muslim, )IV), op. Cit., hlm. 80
69 http://blog.re.or.id/rahasia-keampuhan-dukun-paranormal-dan-pandangan-islam-
terhadapnya.htm
42
Dalam Al-Qur‟an surat Asy-Syu‟ara ayat 222, dukun itu disebut
sebagai affaakin atsiim yaitu manusia pendusta, karena mereka selalu
menerima bisikan setan yang menyuruhnya berbuat bohong.70
Praktek para dukun affaakin atsiim itu memang telah mewabah di
negeri kita, dan pengaruhnya telah merasuk dalam masyarakat Islam.
Akibatnya, banyak penyelewengan yang dilakukan umat Islam, seperti mereka
berduyun-duyun mendatangi dukun. Mereka tidak menyadari bahwa
sebenarnya mereka tertipu oleh kedustaan dukun.
Kebanyakan manusia cenderung lebih mudah tergoda untuk menerima
kebatilan. Jika sekali saja dukun terbukti benar maka jiwa akan terpengaruh
untuk selalu menganggap tiap apa yang dikatakan dukun adalah benar
sementara mereka melupakan kedustaan-kedustaan yang telah mereka perbuat.
Orang awam (bodoh) umumnya beranggapan bahwa berita tersebut
merupakan sesuatu yang luar biasa, sedangkan dukun yang membawa kabar
dianggap mereka sebagai orang suci. Bahkan, ada yang menganggap dukun itu
wakil Allah. Padahal, sebenarnya mereka itu tertipu, sebab dukun
digambarkan dalam Al-Qur‟an tidak lebih sebagai teman setan yang akan
menyesatkan manusia.71 Firman Allah SWT:
Artinya; “Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka
semuanya, (dan Allah berfirman), „Hai golongan jin (setan), sesungguhnya
kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.”(Al-An‟am 128)72
Dalam banyak ayat, Allah swt menjelaskan bahwa hanya Allah lah
yang mengetahui masalah gaib kecuali para Rasul yang telah diberitahu
tentang hal itu dengan jalan wahyu.
Allah swt berfirman,
70
KH. Badruddin Hsubky, op. cit., hlm. 97- 98
71 KH. Badruddin Hsubky, Ibid., hlm. 98-99
72 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 144
43
Artinya; “Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada
Rasul yang diridhai-Nya.” (al-Jinn: 26-27)73
Ayat yang mulia ini mengatakan dengan tegas bahwa hanya Allah lah
yang mengetahui perkara gaib dan tidak ada manusia yang mengetahui
masalah gaib kecuali Rasul yang Dia ridhai. Dengan kata lain, pengetahuan
tentang gaib yang dimiliki para Rasul bersumber dari wahyu. Hal ini berbeda
dengan para dukun yang mengaku mengetahui gaib berdasarkan terkaan dan
kebohongan saja.74
Allah swt berfirman,
Artinya: “Katakanlah, „Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi
diriku dan tidak menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan
sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya.(Al-A‟raf: 188)75
Dari ayat ini, kita memahami bahwa Rasulullah saw tidak mengetahui
gaib. Tetapi, para dukun dan sejenisnya dengan sombong mengaku
mengetahui masalah gaib. Pantas saja, jika para Fuqaha menyatakan bahwa
para dukun adalah kafir dan orang yang membenarkan mereka juga kafir.
Ayat ini tidak bertentangan dengan ayat sebelumnya dan hadits-hadits
shahih yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW mengetahui sebagian dari
hal-hal gaib, karena pengetahuan beliau tersebut bersumber dari wahyu. Ayat
73
Ibid., hlm. 573
74 http://www.taslimuna.com/perdukunan-dalam-timbangan-islam.php/
75 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 175
44
ini berarti bahwa pada dasarnya para Rasul tidak mengetahui masalah gaib
karena masalah gaib hanya Allah yang memonopolinya, kemudian ayat yang
sebelumnya mengecualikan ayat ini. Pendek kata, sebagian dari masalah gaib
yang diketahui para Rasul bersumber dari wahyu Allah. Adapun sumber ilmu
gaib yang diakui para dukun adalah berdasarkan dugaan, terkaan, dan tebakan
semata, tidak lebih.76
Sebenarnya dukun dan perdukunan bukanlah sesuatu yang baru atau
asing dalam sejarah kehidupan manusia. Keberadaannya sudah sangat lama,
bahkan sebelum datangnya Islam dan diutusnya Nabi kita Muhammad SAW.
Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi
bahagian dari Al kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut dan
mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu
lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman”. (QS. An Nisaa: 51)77
Ath-Thabari rahimahullahu menyebutkan dalam Tafsirnya dengan
sanadnya sendiri dari Sa‟id bin Jubair, bahwa berkenaan dengan ayat ini, ia
mengatakan, yang dinamakan jibt dalam bahasa Habasyah adalah sahir
(tukang sihir) sedangkan yang dimaksud dengan thaaghut adalah kahin
(dukun).
Kala itu, perdukunan benar-benar mendapat tempat di hati banyak
orang. Karena mereka meyakini, para dukun mempunyai pengetahuan tentang
ilmu gaib. Orang-orang pun berduyun-duyun mendatanginya, mengadukan
76
http://www.taslimuna.com/perdukunan-dalam-timbangan-islam.php/, loc. cit
77 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 86
45
segala permasalahan yang dihadapinya untuk kemudian menjalankan petuah-
petuahnya.
Al-Imam Muslim rahimahullahu di dalam kitab Shahihnya, bab
Tahrimul Kahanah wa Ityanul Kahin, meriwayatkan dari Mu‟awiyah bin Al-
Hakam As-Sulami radhiyallahu „anhu, bahwa ia menceritakan, Aku
sampaikan kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam beberapa hal yang
pernah kami lakukan di masa jahiliah, yaitu bahwa kami biasa mendatangi
para dukun. .
Padahal, di dalam Al-Qur‟an disebutkan dengan jelas dan pasti, bahwa
hanya Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang mengetahui yang gaib, adapun selain-
Nya tidak.78
Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
Artinya: Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi
yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak
mengetahui bila mereka akan dibangkitkan”. (An-Naml: 65)79
Artinya: “(Dia adalah Rabb) Yang mengetahui yang ghaib, maka Dia
tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.” (Al-Jin:
26)80
78
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id online=828
79 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 379
80 Ibid., hlm.573
46
Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada
kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-
Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-
rasul-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang
besar.” (Ali „Imran: 179)81
Artinya; “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa
yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al-An‟am: 59)82
Bertolak dari dalil-dalil di atas, setidaknya ada dua bahaya yang
mengancam orang-orang yang mendatangi dan menanyakan sesuatu kepada
dukun atau paranormal:
Pertama, kekafiran, jika meyakini kebenaran dukun dan meyakini
tukang ramal itu sebagai orang yang mengetahui hal gaib. Kedua, mendekati
kekufuran, jika membenarkan berita yang disampaikannya dari hal yang gaib.
81
Ibid., hlm. 73
82 Ibid., hlm. 134
47
Dengan alasan, dukun dan paranormal menyampaikan hal yang gaib dari
informasi jin yang mencuri-curi dengar berita langit.83
Nash-nash diatas menjelaskan sikap tegas Islam terhadap perdukunan,
secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Perdukunan adalah nyata yang tidak diingkari keberadaannya.
2. Perdukunan bersumber dari berita yang dicuri dari langit oleh jin
pendamping seseorang. Sebelum masa kenabian Rasulullah Saw, peristiwa
pencurian berita langit sangat banyak terjadi, sedangkan setelah kenabian
jumlahnya mengecil.
3. Islam mengharamkan semua praktik perdukunan dan mendatangi dukun
karena termasuk dosa besar.84
4. Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, lantas bertanya
kepadanya tantang sesuatu dan dia pun membenarkan apa yang dikatakan
oleh tukang ramal tersebut, maka ibadah shalatnya selama empat puluh
hari tidak akan diterima.85
5. Tidak semua yang dikatakan dukun itu benar. Mereka mencampuri satu
kata yang kebenaran dengan seratus kata dusta.
6. Dukun adalah orang hina, karena dalam hadis disejajarkan dengan tukang
zina.
7. Ada sebagian orang yang masih belum mengerti benar perbedaan kenabian
dengan perdukunan, orang seperti ini harus diberi penjelasan.
8. Celaan terhadap dukun dan orang yang menyerupainya, seperti yang
disabdakan Rasulullah Saw, "Orang itu termasuk saudara dukun."
Selanjutnya Ibnu Taimiyah memerinci perbedaan antara kenabian dan
perdukunan, secara ringkasnya adalah sebagai berikut;
1. Mukjizat para nabi tidak bisa ditandingi oleh jin dan manusia, berbeda
dengan praktik perdukunan.
83
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id online=828, loc. cit.
84 Bassam Salamah, op. cit., hlm. 309
85 Moh. Asror Yusuf, op. cit., hlm. 198
48
2. Mukjizat para nabi tidak dapat disangkal kebenarannya, berbeda dengan
ilmu para dukun.
3. Mukjizat para nabi tidak lazim seperti kebiasaan jin dan manusia, berbeda
dengan khawariq (hal-hal diluar kebiasaan) yang dimiliki oleh para dukun.
4. Khawariq dukun diperoleh dengan usaha, berbeda dengan mukjizat yang
langsung diberikan oleh Allah Swt
5. Ajaran semua nabi sama, berbeda dengan ajaran para dukun.
6. Nabi hanya menyuruh pada kebaikan tidak seperti dukun.
Karena itu, menurut pensyarah kitab Ath-Thahawiyyah pemerintah dan
pihak yang berwajib harus berusaha keras untuk memberantas praktik-praktik
mistik, baik yang digelar oleh dukun, paranormal, tukang sulap, ahli
perbintangan, dan orang-orang yang memiliki ilmu hitam lainnya. Disamping
itu, segala macam sarana dan prasarana yang dapat menyuburkan praktik
perdukunan, harus benar-benar dilarang keras. Sehingga di jalan-jalan, di
rumah-rumah, dan di tempat umum lainnya, tidak ditemukan adanya praktik
perdukunan.86
86
Bassam Salamah, op. cit., hlm. 309-310
49
BAB III
PENGGUNAAN JASA DUKUN DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA
DAN PENDAPAT MASYARAKAT DESA KARANGREJO
A. Gambaran Umum Masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati
Desa Karangrejo adalah sebuah Desa yang letaknya tidak begitu jauh
dengan Desa Pucakwangi. Dari kedua Desa sejak zaman dahulu sudah
kelihatan terjalin kerukunan, dengan adanya bukti berdirinya beberapa pasar
umum..
1. Keadaan Geografis
Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati diapit
oleh beberapa desa tetangga. Desa Karangrejo berbatasan dengan wilayah-
wilayah desa antara lain:
a. Sebelah timur desa Plosorejo.
b. Sebelah barat desa Grogolsari.
c. Sebelah utara desa Sarimulyo
d. Sebelah selatan desa Triguno
Jarak Desa Karangrejo dari kota (kabupaten) ± 3,5 dan ± 7 km dari
kecamatan. Desa Karangrejo terbagi menjadi 2 RW, 12 RT dengan luas
wilayah adalah 180 Ha. Luas sawah ± 144 Ha lain-lain (sungai, jalan,
makam dan sebagainya) 3,5 Ha, dan dukuhnya terdiri dari 1 dukuh ( yaitu
dukuh Malangan).
2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
disebabkan ada banyak angka kelahiran dan sebaliknya kecil angka
kematian. Berdasarkan data monografi Desa Karangrejo secara
keseluruhan jumlah penduduk yang diperoleh pada bulan Januari 2011
jumlah penduduk Desa Karangrejo adalah sebagai berikut:
50
Tabel 1
Jumlah penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati menurut jenis kelamin.
Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 54 73 127
5-16 110 85 195
17-44 240 192 432
45-64 119 70 189
Jumlah 943
Tabel 2
Jumlah penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati menurut lulusan sekolah.
Lulusan sekolah Banyaknya orang
Perguruan Tinggi 28
SMU 115
SMP 186
MTS 165
SD 365
MA 20
Tidak sekolah 64
Jumlah 943
a. Bagan Struktur Organisasi Desa Karangrejo Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati
Adapun susunan pejabat yang duduk di Desa Karangrejo
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:
a. Kepala Desa : Bp. Anwar
b. Sekretaris Desa : Bp. H. Bukhori
c. Kaur Pemerintahan : Bp. Soerawi
d. Kaur Pembangunan : Bp. Ngarno
Sek Desa
Kaur
Pembangunan Kaur Keuangan Kaur Kesra Kaur
Pemerintahan
51
e. Kaur Keuangan : Bp. Sutomo
f. Kaur Kesra : Bp. Ngadi
b. Kondisi Keberagaman Masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati
1) Karakteristik Penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati.
Mayoritas penduduk Desa Karangrejo Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati beragama Islam. Kegiatan keagamaan
sangat maju dan berkembang secara pesat, hal ini terlihat dalam
beberapa kegiatan keagamaan di Desa tersebut; setiap malam
jum’at diadakan tahlilan, dziba’ di setiap mushala dan juga pada
setiap malam ada kegiatan mengaji untuk anak laki-laki maupun
perempuan. Selain itu juga masyarakat Karangrejo juga melakukan
ritual-ritual khusus seperti, sholat jamaah, tadarus, puasa, zakat dan
haji (bagi yang mampu).
Shalat lima waktu (Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’, Subuh)
itu memang sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam, masyarakat
Karangrejo untuk melakukan shalat, biasanya dilakukan secara
berjamaah, dan shalat jamaah lima waktu pun masyarakat
Karangrejo tidak sepenuhnya melakukannya, shalat berjamaah
yang dilakukan biasanya pada saat shalat maghrib, isya’, subuh,
selain itu masyarakat dalam melaksanakan shalat dzuhur dan ashar,
kebanyakan dilaksanakan sendiri-sendiri atau shalat dirumah
masing-masing.
Pengajian rutin masyarakat Karangrejo setiap malam
jum’at diadakan tahlil, dziba’(masyarakat menyebutnya dengan
istilah jawanya berjanjenan) dan ada juga yang melakukan tadarus
dimasjid dan lain-lain.
Pada saat puasa di bulan Ramadhan masyarakat
Karangrejo tidak meninggalkannya, dalam arti masyarakat
Karangrejo menjalankan dalam sebulan penuh, dan ada juga yang
52
tidak melaksanakan, seperti orang sakit, ibu menyusui, dan wanita
yang haid.
Masyarakat Karangrejo tidak lepas yang namanya Zakat
atau Sodaqoh, hal ini dilakukan pada saat ada rizki yang cukup,
misalnya dalam bekerja, dan pada waktu panen. Masyarakat
Karangrejo biasanya dalam memberikan Zakat itu kepada orang
yang kurang mampu, dan ada juga yang diberikan kepada guru
mengaji.
Melaksanakan Haji adalah bagi orang yang mampu, dan
masyarakat Karangrejo kalau ada penghasilan yang cukup dan
mampu, dia juga melaksanakan rukun Islam yang terakhir (Haji).
Keberadaan kehidupan keberagamaan di Desa Karangrejo
boleh dibilang cukup harmonis artinya kerukunan keberagamaan
terjalin dengan damai. Kegiatan keberagamaan cukup bervariasi,
terbukti adanya kegiatan jamiah-jamiah dan majelis-majelis taklim
yang dilaksanakan di tingkat RT serta seringnya diadakan
pengajian-pengajian umum oleh masyarakat. Kegiatan keagamaan
itu mengindikasikan bertambahnya rasa keimanan dan ketakwaan
masyarakat kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dari hasil perkembangan dan kegiatan keagamaan di Desa
Karangrejo sangat maju dan kehidupan masyarakatnya sangat
religius dalam melakukan kebaikan.
Islam sebagai agama yang dianut oleh penduduk Desa
Karangrejo, maka sudah sewajarnya apabila sarana dan prasarana
peribadatan agama Islam cukup banyak. Data tentang jumlah
pemeluk agama di Desa Karangrejo antara lain:
53
Tabel 3
Jumlah Penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati menurut Agama
No Agama Jumlah
1. Islam 943
2. Kristen Tidak ada
3. Budha Tidak ada
4. Hindu Tidak ada
Penduduk Desa Karangrejo meskipun seratus persen
beragama Islam dan sarana keagamaan yang dimiliki cukup
memadai untuk menciptakan masyarakat agama yang ideal, namun
hal tersebut tidaklah menjadi harga mati sebagai jaminan
terciptanya lingkungan masyarakat Islam yang ideal. Secara
kuantitas semua masyarakat Desa Karangrejo beragama Islam,
namun ketaatan dalam menjalankan perintah agama Islam belum
maksimal, hal ini terbukti dengan adanya masyarakat yang
diantaranya masih menggunakan jasa dukun.
Jadi di dalam masyarakat Karangrejo bisa dikatakan ada
dua (2) kelompok yang melaksanakan syari’at agama dan yang
tidak melaksanakan syari’at yaitu santri dan abangan. Kaum santri
yaitu yang taat menjalankan syari’at agama, sedangkan kaum
abangan adalah yang tidak melaksanakan syari’at agama dan
masih mempercayai adanya animisme, dinamisme, daya gaib, serta
percaya pada orang pintar (dukun).
2) Aktivitas Penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Pati
Sehari-hari
Masyarakat desa Karangrejo setiap harinya kebanyakan
bekerja di sawah, sebagian ada yang menjadi pegawai negeri,
sebagian lagi ada yang menjadi buruh sawah.
54
Masyarakat Desa Karangrejo masih memelihara
kebudayaan dan kebiasaan suka tolong menolong, gotong royong
dalam pembuatan jalan, pembuatan rumah penduduk, maupun
tempat ibadah.
Dari segi ekonomi masyarakat Desa Karangrejo termasuk
ekonomi golongan menengah kebawah, sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian beraneka ragam, ada yang
berprofesi sebagai pegawai negeri, wiraswasta, petani.
Tabel 4
Jumlah penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah
1. Pegawai Negeri (PNS) 100
2. Wiraswasta 106
4. Petani 400
Jumlah 816
3) Sarana dan Prasarana Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati
Adapun sarana dan prasarana Desa Karangrejo Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:
a). Jumlah pasar (3 buah)
Pasar umum : 1
Pasar ikan : 1
Pasar hewan : 1
b). Jumlah toko/warung : 11
c). Jumlah koperasi simpan pinjam : 3
d). Jumlah perusahaan
Perusahaan angkutan : 8
Lain-lain
55
e). Jumlah sekolah
TK : 1
MI : 1
MTS : 1
MA : -
f). Jumlah tempat ibadah
Masjid : 1
Mushalla : 111
4) Keberagamaan Masyarakat Islam di Desa Karangrejo
Masyarakat Islam di Desa Karangrejo yang mayoritasnya
beragama Islam dan bekerja sebagai petani, menerima Islam
selama ini hanya sebagai keyakinan. Tetapi keberagamaan mereka
sama seperti umat Islam yang lain. Sebagian masyarakat
mengajarkan ajaran Islam yang sesungguhnya dan sebagian
masyarakat tidak mentaati ajaran Islam sebagaimana mestinya.
Mereka yang mentaati sesuai dengan ajaran Islam yang
semestinya bisa digolongkan sebagai Islam santri. Kelompok
santri tradisinya seperti, shalat berjamaah, tadarus, beramal, haji,
puasa, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak mentaati ajaran
Islam yang sesungguhnya bisa digolongkan sebagai Islam
abangan. Kelompok abangan biasanya cenderung mempercayai
kepercayaan lama, seperti nenek moyang, animis, jimat, dukun dan
lain sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan pra Islam sudah mengakar kuat
dalam tiap sendi kehidupan masyarakat Desa Karangrejo, sehingga
kondisi keislaman masyarakat masih bisa dikatakan
memprihatinkan.
1 Data tersebut didapat dari Arsip Pemerintahan Desa Karangrejo, pada tanggal 01 Januari
2011
56
Namun dengan adanya hal seperti itu, katakanlah Islam
abangan dan Islam santri memiliki toleransi yang sangat tinggi,
sehingga keduanya dapat berakulturasi dengan baik tanpa
merugikan pihak manapun.
B. Penggunaan Jasa Dukun dalam Pemilihan Kepala Desa dan Pendapat
Masyarakat Karangrejo
1. Praktek Penggunaan Jasa Dukun Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa
Karangrejo
Masyarakat Desa Karangrejo masih dibilang kurang maksimal
dalam menjalankan semua yang diperintahkan oleh agama. Misalnya
dalam pencalonan kepala Desa diantara calon kepala Desa masih ada yang
menggunakan jasa dukun. Di bawah ini adalah beberapa komentar calon
kepala Desa yang menggunakan jasa dukun dan yang tidak menggunakan
dukun.
Menurut Bapak Anwar selaku orang yang memakai jasa dukun
dan secara kebetulan memperoleh kemenangan pada saat pemilihan kepala
Desa, bahwa sebelum pemilihan dimulai, ia sebelumnya konsultasi dengan
Mbah Ipan yang bertempat tinggal di Desa soko, yaitu sekitar ± 4 km dari
Desa Karangrejo. Jadi Mbah Ipan ini adalah dukun yang membantu Bapak
Anwar untuk kelancaran dalam pemilihan kepala Desa. Kemudian sang
dukun memberikan syarat-syarat kepada Bapak Anwar yang harus dia
lakukan sebelum pemilihan dilaksanakan. Syarat-syarat yang harus
dilksanakan tujuh (7) hari sebelum pemilihan dimulai. Diantaranya adalah
puasa nyireh atau menjauhi makanan yang bernyawa, dan selametan.
Selain itu Bapak Anwar juga disuruh menyiapkan uang dengan nominal
52.000 untuk dibagikan masyarakat atau calon pemilih.2
Menurut Mbah Ipan, selaku dukun dari Bapak Anwar mengaku
bahwa Bapak Anwar pernah konsultasi kepadanya selama empat (4) kali
2 Wawancara dengan Bapak Anwar, pada tanggal 09 Januari 2011, jam 09.30 WIB
57
sebelum pemilihan dimulai, yaitu dua (2) minggu sebelum pemilihan
dilaksanakan. Kemudian saya memberikan syarat-syarat khusus untuk
calon lurah tersebut, diantaranya adalah puasa dan selametan. Kemudian
ada syarat lain untuk calon lurah yaitu menyiapkan uang sebesar 52.000
yang akan diberikan do’a kepada Mbah Ipan untuk di berikan kepada
masyarakat. Jadi uang yang 2000 disini mempunyai kekuatan magic, yang
tidak lain untuk mempengaruhi batin seseorang, dan yang 50.000 hanyalah
pemberian biasa. Jadi peran Mbah Ipan disini bukan hanya membantu
pada saat pemilihan lurah saja, melainkan membantu dalam segala hal,
misalnya seseorang meminta agar dimudahkan rizqi, dalam hal
perdagangan, menyembuhkan orang sakit, dan sebagainya.3
Lain lagi dengan pendapatnya Bapak Zaini yang kebetulan tidak
memakai jasa dukun, ia berpendapat bahwa, Pada saat pemilihan lurah
akan dilaksanakan, ia murni tidak menggunakan bantuan siapapun,
katakanlah dukun. Menurut dia menggunakan jasa dukun itu tidak
sepenuhnya mujur, dan kadang kala juga sebaliknya, maka dengan
komitmennya, ia cukup berikhtiar dengan berdo’a kepada Allah, dan
selametan pada umumnya.4
Tetapi menurut Bapak Marsidin yang tidak menggunakan jasa
dukun berpendapat bahwa, ia sebelum pelaksanaan kepala Desa dimulai,
ia cukup berdo’a kepada Allah, ziarah ke makam-makam atau para wali.
Dan sebelum hari H, Bapak Marsidin juga tidak luput dengan yang
namanya selametan, hal ini guna untuk keselametan dan kelancaran dalam
pemilihan.5
2. Pendapat Masyarakat Terhadap Penggunaan Jasa Dukun Pada Pemilihan
Kepala Desa
Menanggapi dari kasus penggunaan jasa dukun diatas, maka
dibawah ini ada beberapa perbedaan persepsi dari sebagian masyarakat
3 Wawancara dengan Mbah Ipan, pada tanggal 10 Januari 2011, jam 09.00 WIB
4 Wawancara dengan Bapak Zaini, pada tanggal 11 Januari 2011, jam 09.30 WIB
5 Wawancara dengan Bapak Marsidin, pada tanggal 11 Januari 2011, jam 13.00 WIB
58
yaitu yang setuju dan yang tidak setuju dengan berbagai alasan masing-
masing, misalnya;
Menurut Bapak Sapawi, bahwa dukun itu adalah orang yang sakti
atau orang yang bisa membantu mengatasi semua permasalahan dalam
kehidupan. Tetapi dia tidak setuju dengan adanya penggunaan jasa dukun
dalam pencalonan lurah, menurut dia itu termasuk bentuk kecurangan, dan
tidak sportif.6
Sedangkan menurut Bapak Sumijan berpendapat bahwa orang
yang menggunakan jasa dukun itu hanya termotivasi untuk meraih suatu
kemenangan, tentunya suara terbanyak. Menurut dia, menggunakan jasa
dukun adalah sesuatu hal yang biasa, akan tetapi kalau tidak di salah
gunakan.7
Berbeda lagi dengan pendapatnya Bapak Karwi yang tidak setuju,
bahwa menurut dia menggunakan jasa dukun pada saat pencalonan kepala
Desa adalah perbuatan yang kurang baik, apalagi dengan cara-cara yang
tidak lazim, misalnya dengan cara menyakiti atau yang lainnya. Karena hal
semacam itu sangat merugikan orang lain.8
Menurut Bapak Ngasri yang menyetujui dengan adanya
penggunaan jasa dukun, bahwa menggunakan jasa dukun itu merupakan
salah satu bentuk usaha yang dilakukan calon kepala desa untuk meraih
sesuatu yang diharapkan, yaitu kemenangan. Dia yakin dengan
menggunakan dukun semua akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Tetapi jikalau menggunakan jasa dukun dengan cara-cara yang tidak
sewajarnya, katakanlah menyakiti orang, maka saya tidak setuju.9
Menurut pendapatnya Ustad Nur Rofiq bahwa menggunakan jasa
dukun, paranormal dan sejenisnya adalah tidak diperbolehkan oleh agama.
Karena nasib seorang itu yang menentukan adalah Allah SWT.10
6 Wawancara dengan Bapak Sapawi, pada tanggal 13 Januari 2011, jam 08.30 WIB
7 Wawancara dengan Bapak Sumijan, pada tanggal 13 Januari 2011, jam 10.00 WIB
8 Wawancara dengan Bapak Karwi, pada tanggal 13 Januari 2011, jam 13.30 WIB
9 Wawancara dengan Bapak Ngasri, pada tanggal 13 Januari 2011, jam 14.30 WIB
10 Wawancara dengan Ustad Nur rofiq, pada tanggal 13 Januari 2011, jam 16.30 WIB
59
Bagi Bapak Parjo berpendapat bahwa, menggunakan jasa dukun
dalam pemilihan lurah memang sudah dianggap hal yang biasa, akan tetapi
jikalau masih dalam batas sewajarnya. Dan yang menggunakannya masih
berpegang teguh pada aqidah Islam itu tidak apa-apa.11
Penggunaan jasa dukun dalam pemilihan lurah menurut Bapak
Sukijan tidak masalah selagi yang memakai tidak meyakini penuh
terhadap dukun, karena kalau yang menggunakan tersebut optimis bahwa
yang menciptakan keberhasilan itu adalah dukun, maka mereka sudah
termasuk menyekutukan Allah.12
Jadi pendapat masyarakat Karangrejo terhadap penggunaan jasa
dukun dalam pemilihan kepala Desa ada yang setuju dan ada pula yang
tidak setuju. Pendapat yang setuju mempunyai argumen tersendiri yaitu
jikalau tidak ada unsur merugikan orang lain dan itu termasuk bentuk
usaha dari calon lurah. Dan pendapat yang tidak setuju juga mempunyai
beberapa argumen yaitu, menggunakan jasa dukun itu termasuk bentuk
kecurangan, tidak sportif, dan agama pun juga tidak memperbolehkannya.
11
Wawancara dengan Bapak Parjo, pada tanggal 14 Januari 2011, jam 09.00 WIB
12 Wawancara dengan Bapak Sukijan, pada tanggal 14 Januari 2011, jam 11.00 WIB
60
BAB IV
ANALISIS
A. Latar Belakang Penggunaan Jasa Dukun dalam Pemilihan Kepala Desa di
Desa Karangrejo
Pada umumnya manusia memecahkan masalahnya dengan akalnya, dan
pengetahuan yang dikuasainya. Kalau kesulitan-kesulitan tidak teratasi, atau
cita-citanya tidak terkabul juga, maka sering manusia itu berusaha mencari
jalan lain. Selain memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, ada banyak orang-
orang menempuh cara-cara pergi keorang pintar atau pergi kedukun. Dukun
tersebut berjasa dalam memberi rasa ketenangan kepada mereka yang percaya
mempunyai kekuatan sakti, sehingga dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
merasa dirinya dibantu oleh seorang dukun.
Adapun bantuan itu sendiri tidak menunjukkan hasil yang nyata, akan
tetapi bagaimanapun juga secara psikologis dukun tersebut memberikan
semangat dan kekuatan (kepada yang percaya) untuk melanjutkan usaha
mengatasi permasalahannya.
Kasus ini yang terjadi pada saat pemilihan lurah di Desa Karangrejo
yang tidak lain menggunakan jasa dukun. Jadi sang calon sebelum pemilihan
lurah dilaksanakan mereka terlebih dulu konsultasi dengan dukun yang ia
kenal sebelumnya.
Dukun bagi masyarakat awam memang sosok orang yang dapat
membantu dalam berbagai masalah yang kemudian tetap diyakini sebagai alat
ampuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Meski dalam era yang serba
modern sekarang ini, jasa perdukunan masih tetap melekat dalam kehidupan
masyarakat. Dengan datang ke dukun seakan-akan semua masalah telah
teratasi.
61
Yang melatarbelakangi calon lurah menggunakan jasa dukun adalah,
tentu saja ingin memperoleh suara terbanyak dari masyarakat, serta untuk
membentengi diri dari serangan lawan (calon yang lain). Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Parto (mantan Kepala Desa), bahwa kalau saya tidak
pergi ke dukun saya takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, serta
kurangnya pengaruh dukungan dari masyarakat.
Jadi dalam penggunaan jasa dukun, masyarakat Karangrejo dalam hal
ini ada yang setuju dan adakalanya yang tidak setuju dengan berbagai
alasannya.
Bagi masyarakat yang setuju dengan penggunaan jasa dukun, bahwa
menurut mereka dukun adalah orang yang mempunyai kekuatan-kekuatan
lebih atau orang yang sakti yang bisa membantu menyelesaikan masalah,
seperti halnya pada saat pemilihan Kepala Desa. Menurut bapak Rosman,
menggunakan jasa dukun dalam pemilihan lurah itu sudah menjadi hal biasa,
tetapi kalau masih pada tahap yang sewajarnya dan tidak merugikan orang
lain.1 Sedangkan menurut bapak Jasmin, menggunakan jasa dukun itu
termasuk bentuk dari usaha calon lurah, dan yang lebih pentingnya untuk
menjaga diri sewaktu ada serangan yang tidak diinginkan dari lawan serta
untuk meraih kemengan.2
Penggunaan jasa dukun dalam masyarakat Karangrejo tidak terjadi
pada saat pemilihan lurah saja, hal ini terbukti jikalau ada salah satu warga
yang kehilangan barangnya, semisal uang, motor dan lain sebagainya,
masyarakat Karangrejo diantaranya masih menanyakannya pada dukun.
Jadi masyarakat Karangrejo diantaranya masih mempercayai animisme
dan dinamisme sebagai bentuk religi asli jawa melahirkan sistem pendukung
yakni orang-orang tua telah berpengalaman dan menguasai mantra-mantra
1 Wawancara dengan bapak Rosman, pada tanggal 28 Februari 2011, jam 09.30 WIB
2 Wawancara dengan bapak Jasmin, pada tanggal 28 Februari 2011, jam 15.30 WIB
62
untuk berhubungan dengan roh-roh dan daya gaib, bisa jadi perantara untuk
berhubungan langsung dengan roh-roh dan tenaga gaib untuk kepentingan
masyarakat. Ilmu perdukunan ini dalam perkembangannya melahirkan ilmu
klenik, yakni ilmu mantra-mantra untuk menguasai dan memanfaatkan
kepercayaan pada daya-daya magis.
Untuk menghilangkan unsur-unsur pra Islam dalam masyarakat Jawa,
umumnya sangatlah sulit, mereka yang masih cenderung menggunakan jasa
dukun dikalangan orang Islam adalah orang-orang yang tergolong orang Islam
abangan.
Oleh karena itu penggunaan jasa dukun dalam pemilihan Kepala Desa
memang diantara masyarakat Karangrejo masih dibutuhkan. Karena
masyarakat percaya dengan menggunakan jasa dukun semua masalah akan
terselesaikan dengan mudah. Tetapi sebenarnya tidak hanya menjelang
pemilihan lurah saja, melainkan pada saat masyarakat ada yang merasa
kehilangan barang berharga, seperti halnya kehilangan perhiasan atau barang
berharga lainnya, masyarakat Karangrejo juga diantaranya masih bertumpu
pada dukun.
Tetapi berbeda dengan masyarakat yang tidak setuju dengan
penggunaan jasa dukun, bagi mereka dukun itu hanyalah sosok orang biasa,
dan orang yang mempunyai kelemahan pula. Kesuksesan atau keberhasilan
itu semata-mata hanya Allah lah yang mendatangkan, bukan pula seorang
dukun. Menurut Bapak Karmin, bahwa menggunakan jasa dukun itu termasuk
tindakan yang curang dan juga perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh
syari‟at agama.3 Berbeda lagi dengan pendapatnya bapak Parman, menurut
dia bahwa penggunaan jasa dukun itu termasuk dosa besar, karena itu sudah
termasuk menyekutukan Allah.4
3 Wawancara dengan bapak Karmin, pada tanggal 28 Februari 2011, jam 15.30 WIB
4 Wawancara dengan bapak Parman, pada tanggal 28 Februari 2011, jam 15.30 WIB
63
Jadi jasa dukun memang mempunyai manfaat bagi penggunanya yaitu
untuk ketenteraman batin. Ketenteraman batin ini diperoleh oleh para
pengguna dikarenakan sudah mempunyai gambaran apa yang akan terjadi
pada saat pemilihan lurah, tentunya untuk memperoleh kemenangan.
Penggunaan jasa dukun seakan-akan menjadi “jalan pintas” atau bentuk dari
usaha yang dilakukan oleh calon kepala Desa.
B. TINJAUAN AQIDAH ISLAMIYAH
Lemah iman (kurangnya keyakinan bahwa Allah adalah tempat
meminta segala keperluan) adalah faktor utama bagi seseorang untuk mencari
alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan hidup. Meminta
pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat merupakan solusi Islami
dan tepat untuk menyelesaikan masalah. Allah berfirman:
.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.” (Al-Baqarah: 153).5
Hal ini adalah akibat logis dari minimnya pengetahuan orang tentang
Islam, ditambah kurangnya dalam pengamalan. Disadari, tuntutan dan godaan
hidup begitu komplek. Kadang-kadang terasa begitu berat, sehingga seorang
muslim yang lemah iman kemudian melarikan masalah mereka kepada dukun
dan tukang sihir.
Orang-orang yang masih percaya kepada dukun, jelas-jelas di hatinya
tersimpan kepercayaan syirik karena mereka menyamakan sifat dukun-dukun
itu dengan sifat Allah, yaitu mengetahui perkara yang gaib. Hanya Allah yang
mengetahui segala sesuatu yang tampak dan yang gaib. Selain Allah, tidak
5 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Diponegoro Al-Hikmah,
Bandung, 2007, Cetakan Kesepuluh), hlm. 23
64
ada yang mengetahui sesuatu yang gaib, baik malaikat, jin, dan manusia,
kecuali kalau Allah sudah mewahyukan kepada-Nya. Sedangkan yang diberi
wahyu hanyalah para malaikat dan utusan-Nya. Sesuai dengan firman Allah,
Artinya: “Dia mengetahui yang ghaib, maka tidaklah dilahirkannya yang
ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib
itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakang-Nya.” (QS.
Al jin : 26-27).6
Berhentilah percaya kepada dukun, dan percayalah hanya kepada Allah
Swt. Yang mengetahui rahasia seluruh isi semesta, baik yang ada di langit
maupun yang ada di bumi. Janganlah kita menjadi orang yang tidak beriman
dan celaka karena percaya kepada sesuatu yang termasuk syirik, yaitu
mempercayai perkataan dukun.7
Perdukunan, sihir, paranormal, dan sejenisnya itu semua adalah
pekerjaan setan. Setan jelas menjerumuskan kepada kesesatan yang tempatnya
tidak lain di akhirat nanti adalah di neraka. Maka orang yang berdukun itu
sama dengan mendaftarkan diri untuk masuk ke neraka. Kecuali bagi orang
yang bertaubat benar-benar, maka insya Allah diampuni, asal tidak
mengulanginya lagi.
Dari sudut pandang agama dan budaya, praktek perdukunan adalah hal
yang sudah lazim di negeri ini. Sebagian orang tidak pernah lepas dari hal-hal
yang berbau supranatural dan klenik dan hal-hal yang sangat tidak bisa
diterima oleh akal sehat. Hal ini yang membuat para Ulama telah
6 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Fa. Menara, Kudus, 1974,
hlm. 574
7 http://aliazblog.wordpress.com/2009/04/15/jangan-percaya-sama-dukun/
65
mengeluarkan fatwa bahwa praktek menggunakan jasa dukun sudah mengarah
ke pengkultusan individu dan perbuatan syirik yang sangat diharamkan dalam
agama Islam.
Pada umumnya manusia memecahkan kesulitan hidupnya dengan akal,
dan pengetahuan yang dikuasainya. Kalau kesulitan-kesulitan tidak teratasi,
atau cita-citanya tidak terkabul juga, maka sering manusia itu berusaha
mencari jalan lain. Selain memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pergi ke dukun adalah awal dari rentetan kesusahan. Menyelesaikan
masalah dan meraih keinginan.8
Dukun sudah mempunyai peran dihati masyarakat yang
menggandrunginya. Bagi mereka dukun adalah tempat untuk menyelesaikan
masalah, tempat untuk meminta saran dan pendapat, tempat untuk menunjang
keberhasilan dan kesuksesan yang mereka inginkan.9
Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai masalah, tidak mungkin
masalah tersebut terlepas darinya. Untuk memberikan harapan-harapan dan
janji-janji untuk mengatasi berbagai masalah hidup dengan jalan pintas yang
tampaknya begitu meyakinkan dan baik. Sebagian usaha dalam pemecahan
masalah, masyarakat Desa Karangrejo mendekatkan diri kepada sang dukun,
sebab menurut kepercayaan sebagian masyarakat Desa Karangrejo dukunlah
yang dapat memecahkannya.
Dukun tersebut dianggap berjasa dalam memberi rasa ketenangan
kepada mereka yang percaya akan kekuatan gaib sehingga dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan merasa dirinya dibantu oleh kekuatan gaib tadi.
Adapun bantuan itu sendiri mungkin tidak terbukti serta tidak
menunjukkan hasil yang nyata, akan tetapi bagaimanapun juga secara
8 Ja‟far Sujarwo, Rahnip, Penghancuran Kepercayaan Bathil, PT. Bina Ilmu,
Surabaya, 1981, hlm. 50
9 Halimuddin, Kemurnian Aqidah, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 66
66
psikologis dukun-dukun memberikan semangat dan kekuatan (kepada yang
percaya) untuk melanjutkan usaha mengatasi kesulitan-kesulitannya.
Secara logis, jika masyarakat Desa Karangrejo yakin dan percaya
bahwa iman dan takwa dapat mengatasi berbagai masalah, maka sudah
sewajarnya manusia tidak mencari alternatif lain dalam mengatasi berbagai
masalah yang timbul. Masyarakat Desa Karangrejo belum yakin penuh bahwa
iman dan takwa mampu mengatasi berbagai masalah, maka sudah sewajarnya
kalau mereka mencari solusi lain, dalam hal ini adalah jasa dukun..
Masyarakat pedesaan terutama penduduk Desa Karangrejo yang masih
sederhana dalam pemikirannya, segala permasalahan hidup tidak dipecahkan
dengan akal sehat dan sesuai dengan agama Islam, akan tetapi cenderung
kepada sang dukun. Sang dukun dianggap sebagai juru penasehat dan sebagai
orang sakti yang dapat memecahkan problematika hidup dan kehidupan
manusia. Segala ucapan sang dukun dianggap berarti. Padahal segala sesuatu
hanyalah Allah lah yang tahu. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi;
Artinya: “Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi
yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65)10
Nabi SAW beliau bersabda yang artinya
Artinya: “Barangsiapa yang mendatangi dukun lalu dia bertanya
kepadanya tentang suatu hal, maka shalatnya tidak akan diterima selama
empat puluh malam.” (HR. Muslim)11
Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 malam‟ adalah bahwa
shalatnya selama 40 hari syah sehingga dia tidak perlu mengulangnya, hanya
saja pahala shalatnya selama 40 malam itu terhapus dengan dosa dia bertanya
10
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 583
11 KH. Adib Bisri Mustofa, Tarjamah Shahih Muslim IV), CV. Asy Shifa,
Semarang, 1993, hlm. 8
67
kepada dukun. Jadi ketika shalatnya tidak diterima bukan berarti dia tidak
perlu shalat, karena itu hanya akan menambah dosanya. Jadi saking besarnya
dosa sekedar bertanya kepada dukun sampai dosanya seimbang dengan pahala
40 hari shalat.
Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw
bersabda yang Artinya:
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal kemudian
membenarkan apa yang dia katakan, maka dia telah kafir terhadap apa (Al-
Qur`an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu „alaihi wasallam.”
(HR. Abu Daud)
Hadits-hadits Rasulullah tersebut di atas membuktikan tentang
kekufuran para dukun dan peramal. Karena mereka mengaku mengetahui hal-
hal yang gaib, dan mereka tidak akan sampai pada maksud yang diinginkan
melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat, dan menyembah jin-jin.
Padahal ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
Perbuatan syirik merupakan perbuatan yang sangat halus. Maksudnya
adalah ketika manusia tidak berhati-hati dalam segala perbuatannya, maka ia
akan tergelincir di dalamnya.
Ada beberapa bahaya yang di sebabkan oleh syirik, yaitu;
a. Mengakibatkan ketuhanan manusia
Masalah ini timbul karena manusia beribadah selain kepada Allah,
yaitu sesama makhluk, menjadikannya ma’buud (yang di sembah dan di
taati), padahal dia tidak bisa memberi manfaat atau madharat. Dia hanya
sesama makhluk yang tidak mempunyai kekuasaan sedikitpun.12
12
Muhammad bin Abdurrahman al-Khumayyiz, Syirik dan Sebabnya, Gema Insani
Press, Jakarta, 1999, hlm. 14
68
b. Menyuburkan khurafat
Masalah ini timbul karena manusia mempercayai bahwa dari
kalangan makhluk ada yang bisa memberi manfaat dan madharat.
Keyakinan seperti ini akan menimbulkan khurafat dan lahirlah cinta-cinta
palsu yang tidak masuk akal.
c. Mengakibatkan manusia masuk neraka
Syirik adalah penyebab utama seseorang masuk neraka, karena
dosanya tidak akan diampuni selamanya oleh Allah.
Itulah sebagian dari bahaya syirik dan dampak negatifnya,
sehingga syirik harus dijauhi karena bisa menyebabkan manusia menjadi
sesat.13
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah Rahimahullah berkata, “Al-arraf
(dukun) adalah nama bagi al-kahin (peramal), munajjim (ahli nujum), ar-
rammal (tukang tenung), dan semisalnya mereka dari orang-orang yang
berbicara dalam masalah ghaib dengan metode-metode semacam itu.”
Maka ini adalah keterangan dari Ibnu Taimiah bahwa semua orang yang
mengklaim mengetahui perkara ghaib maka dia adalah dukun. Karenanya
walaupun paranormal, orang pintar, magician, ki, madam, atau gelar-
gelar lainnya, maka dia tetaplah seorang dukun yang berlaku padanya
hukum-hukum selama dia mengaku mengetahui perkara ghaib. Karena
hakikat dan hukum tidak akan berubah dengan berubahnya nama, yakni:
Selama hakikat dari sesuatu itu sama maka hukumnya juga sama
walaupun namanya berbeda.
Hukum bertanya kepada dukun:
13
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Hida Karya Agung, Jakarta, 1990, hlm.
248
69
a. Jika dia bertanya hanya sekedar ingin tahu atau hanya iseng-iseng
atau penasaran tapi dia tidak membenarkan ramalannya maka
shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam.
b. Jika dia melakukannya karena mempercayai ramalannya maka dia
telah kafir.
c. Jika dia melakukannya untuk mengungkap kedustaan dan kebatilan
dukun, maka itu termasuk jihad dan nahi mungkar selama dia yakin
bisa membuktikannya.14
Jadi kasus penggunaan jasa dukun dalam pemilihan kepala Desa di
Desa Karangrejo sudah termasuk menyalahi syari‟at Islam. Sedangkan
berdasarkan hadits di atas pelakunya bisa saja tidak diterima shalatnya selama
40 malam, karena sudah mendatangi atau konsultasi dengan dukun.
14 http://al-atsariyyah.com/?p=1638
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang disajikan dan penelitian yang telah peneliti
lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Tanggapan masyarakat terhadap penggunaan jasa dukun yang dilakukan calon
Kepala Desa adalah bahwa masyarakat ada yang menyetujui dan ada pula yang
tidak menyetujui dengan berbagai alasannya. Bagi masyarakat yang menyetujui
dengan penggunaan jasa dukun itu termasuk bentuk dari usaha calon lurah, dan
tentunya untuk memperoleh kemenangan. Sedangkan dari pihak yang tidak
menyetujui dengan menggunakan jasa dukun itu termasuk bentuk kecurangan dan
itu pun perbuatan terlarang.
2. Penggunaan Jasa Dukun dalam pencalonan Kepala Desa dipandang dari aqidah
Islam yaitu:
a. Motivasi menggunakan jasa dukun yaitu, ingin memperoleh suara terbanyak
dan untuk memperoleh dukungan dari masyarakat.
b. Kepercayaan terhadap dukun, peramal dan sebagainya yang membabi buta,
tanpa disertai dengan keimanan yang kuat dapat merusak aqidah Islamiyah.
Bahkan, bagi yang percaya penuh terhadap ramalan, orang pintar atau dukun
dapat menyebabkan kemusyrikan.
c. Di dalam Al-qur’an dan hadits, orang yang pergi ke dukun, sihir, peramal dan
sejenisnya sudah termasuk menyalahi syari’at Islam, dan pelakunya bisa
digolongkan sebagai musyrik atau bisa saja shalatnya tidak diterima selama
empat puluh (40) malam.
B. Saran-saran
Setelah menganalisa tentang penggunaan jasa dukun dalam pemilihan Kepala
Desa di Desa Karangrejo, penyusun dapat memberi saran yang dipandang perlu
disampaikan disini.
71
Penggunaan jasa dukun dalam pemilihan Kepala Desa di Desa Karangrejo,
hanya merupakan salah satu kepercayaan masyarakat. Masih ada beberapa
penggunaan jasa dukun yang mungkin bisa diteliti dan dikembangkan, antara lain
seperti jasa dukun pawang hujan, dukun ramal, orang pintar dan lain sebagainya.
Masyarakat yang percaya terhadap jasa dukun dianggap sebagai penasehat,
orang yang istimewa, perlu diarahkan menurut tuntunan ajaran Islam yang
semestinya.
Umat Islam jangan sekaligus percaya dengan ucapan sang dukun, semua
nasehat hendaknya diteliti lebih dahulu apakah sesuai dengan ajaran Islam atau
bertentangan.
C. Penutup
Alhamdulillahirabbil alamin, dengan mengucapkan rasa syukur yang sedalam-
dalamnya kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dari penyusunan
skripsi ini. Apabila masih banyak kekurangan maka kelemahan tersebut semata-mata
karena keterbatasan dari sang penulis. Oleh karena itu masukan dan himbauan dari
pembaca sekalian sangat penulis harapkan.
Semoga penulis dapat mengambil pelajaran untuk lebih meningkatkan diri di
masa sekarang dan di masa yang akan datang demi mencapai sebuah kebenaran dan
penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat khususnya pada diri
penulis sendiri dan umumnya kepada pembaca sekalian.
Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada kedua orang tuaku yang
telah memberikan dukungan, baik moril maupun materiil dan do’a sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhirnya hanya kepada Allah Swt penulis dapat berserah diri dengan harapan
mudah-mudahan akan mendapatkan hidayah dan taufiq-Nya. Amin3X Ya Rabbal
alamin….
72
72
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. Darori (ed), Islam dan Kebudataan Jawa, Gamamedia, Yogyakarta, 2002.
Aqila, Abu, Kesaksian Raja Jin: Meluruskan Pemahaman Alam Gaib dengan Syari’at,
Senayan Abadi Publising, Jakarta, 2002.
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, 1998.
At-tamimi, Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid, Yayasan al-Sofwa, Jakarta, 1999.
Al-Asyqar, Umar Belajar Tentang Allah, PT. Sahara Publishers, Jakarta, 2008.
A. Syihab, H. Z, Aqidah Ahlus Sunnah, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2004.
Asmuni, Yusran, Ilmu Tauhid, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.
Abidin, Munirul, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, PT. Darul Falah, Jakarta,
2004.
Ahmad, H. A. Malik, Akidah(Pemahaman Mengenai Allah dan Taqdir), Al-Hidayah,
Jakarta, 1980.
Arsip pemerintahan Desa Karangrejo, 01 Januari 2011.
Ahmad Jaiz, H. Hartono, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka al-kautsar,
Jakarta, 2002.
Abdus Salam Bali, Wahid, 474 Ibadah Salah Kaprah, Amzah, Jakarta, 2006.
Al-Mubarak, Syekh Faishal Ibn ’Abdul Azis, Nailul Authar, PT. Bina Ilmu, Surabaya,
1986.
Abbas, S. Ziyad, Alam Makhluk Super Natural, CV. Firdaus, Jakarta, 1992.
Al-Khumayyiz, Muhammad bin Abdurrahman, Syirik dan Sebabnya, Gema Insani Press,
Jakarta, 1999.
Bisri, Mustofa Adib, Tarjamah Shahih Muslim, )IV), CV. Asy Shifa, Semarang, 1993.
Doyodipuro, Ki Hudoyo, Horoskop Jawa lorong 2000, Dahara Prize, Semarang, 2000.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Diponegoro Al-Hikmah, Bandung,
2007, (Cet Kesepuluh).
73
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Fa. Menara, Kudus, 1974.
Daudy, Ahmad, Kuliah Akidah Islam, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1997.
El Marzdedeq, A.D, Parasit Aqidah Selintas Perkembangan dan Sisa-sisa Agama Kultur,
Yayasan Ibnu Ruman, Bandung, t.th.
Faruq, Umar, Risalah Qusyairiyah, Sumber Kajian Ilmu Tasawuf, Pustaka Amani,
Jakarta, 2007.
Hasim, Umar, Syetan Sebagai Tertuduh dalam Masalah Sihir, Tahayul, Perdukunan, dan
Azimat, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1991.
Hamka, Studi Islam, Pustaka Panjimas, Jakarta, cet II, 1983.
Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
Hsubky, Badruddin, Bid’ah-bid’ah di Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
Hamid As-Saih, Abdul, Aqidatul Muslim Wama Yattasilu Biha, cet, 11, Wuzaratul Auqaf
was-Syun wal muqaddasatil Islamiyah, Oman, 1983.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunah Wal Jama’ah, Pustaka Imam
asy-Syafi’i, Bogor, 2006.
Kahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama,
Pustaka Setia, Bandung, 2002.
Lexy, Moleong, J Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,
2004.
Mahalli, Mudjab, Ranjau-ranjau dalam Menyesatkan Manusia, Mitra Pustaka,
Yogyakarta, 2001.
Masyhur, H. Kahar, Membina Islam dan Iman, Kalam mulia, Jakarta, 1988.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Narbuko, Cholid dan Ahmadi, Abu, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Nasution, Harun, Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), UI-Press,
Jakarta, 1986.
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian: untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Muda, Alfabeta,
Bandung, 2005.
Saefullah, Asep, Mengupas Kebodohan, Pustaka Azzam, Jakarta, 2001.
Syafa’at, Mengapa Anda Beragama Islam?, Wijaya, Jakarta, 1965.
74
Sujarwo Rahnip, Ja’far, Penghancuran Kepercayaan Bathil, PT. Bina Ilmu, Surabaya,
1981.
Surahmat, Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metoda dan Tehnik, Tarsito,
Bandung, ed VIII, 2004.
Sukardi, Metodologi Penelitian Kompetensi dan Prakteknya, Bumi Aksara, 2003.
Salamah, Bassam, Penampakan dari Dunia Lain, Membongkar Rahasia Dunia Gaib dan
Politik Perdukunan, PT. Mizan Publika, Bandung, 2004.
Syukur, M. Asywadie, Pemikiran-pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi, PT. Bina
Ilmu, Surabaya, 1994.
W. al-Hafidz, Ahsin, Kamus Ilmu al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2006.
Wahhab, Muhammad bin Abdul, Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirik, PT. Bina
Ilmu, Surabaya, 2003.
Wawancara Bapak Anwar, 09 Januari 2011, Jam 09.30 WIB.
Wawancara Bapak Mbah Ipan, 10 Januari 2011, Jam 09.00 WIB.
Wawancara Bapak Zaini, 11 Januari 2011, Jam 09.30 WIB.
Wawancara Bapak Marsidin, 11 Januari 2011, Jam 13.00 WIB.
Wawancara Bapak Sapawi, 13 Januari 2011, Jam 08.30 WIB.
Wawancara Bapak Sumijan, 13 Januari 2011, Jam 10.00 WIB.
Wawancara Bapak Karwi, 13 Januari 2011, Jam 13.30 WIB.
Wawancara Bapak Ngasri, 13 Januari 2011, Jam 14.30 WIB.
Wawancara Ustad Rofiq, 13 Januari 2011 Jam 16.30 WIB.
Wawancara Bapak Parjo, 14 Januari 2011, Jam 09.00 WIB.
Wawancara Bapak Sukijan, 14 Januari 2011, Jam 11.00 WIB.
Yusuf, Moh. Asror, Kunci Aqidah yang Lurus, Mustaqiim, Jakarta, 2001.
Yusuf Barnawi, Bakir, (Alm) Sistem Pemikiran Teologi Muhammad Abduh dalam
Risalah Tauhid (Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN WALISINGO), Surakarta,
1995.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Hida Karya Agung, Jakarta, 1990.
75
Zuhri, H. Moh, dan Moochtar, Ibnu, Terjemah Irsyadul ’Ibad (Panduan ke Jalan
Kebenaran), CV.Asy-Syifa’, Semarang, 1992.
Zein, Syaikh Ahmad al- Qathan Muhammad, Thaghut, Al- Kautsar, Yogyakarta, 1989.
Zaini, Syahminan, Kuliah Aqidah Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 2000.
http://profiles.yahoo.com/blog/G6ROT33XLAOOUZN6TQOFXIDXMM?eid=kViun5Q
2yngIjJxdl13d7EK6MvlDezXCyZPpI3rut3ieO_MxMw.
http://aliazblog.wordpress.com/2009/04/15/jangan-percaya-sama-dukun/
http://al-atsariyyah.com/?p=1638
http://blog.re.or.id/masalah-berobat-ke-dukun-atau-sejenisnya-fatwa-ulama.htm
http://blog.re.or.id/rahasia-keampuhan-dukun-paranormal-dan-pandangan-islam-
terhadapnya.htm
http://www.taslimuna.com/perdukunan-dalam-timbangan-islam.php/
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id online=828
http://politikana.com/baca/2009/03/18/dukun-yang-tergusur-televisi.htm
http:/www.maqdis.s5.com/th3.htm
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Profil
Nama : Maslihun
Tempat, Tanggal lahir : Pati, 08 Juni 1985
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Pria
Status : Belum Kawin
Warga Negara : Indonesia
Alamat Rumah :Karangrejo, Pucakwangi, Pati
Phone/ HP : 085742184782
Pendidikan Formal :
- MI Matholi’ul Falah Karangrejo, Pucakwangi, Pati.
- MTs Matholi’ul Falah Karangrejo, Pucakwangi, Pati.
- MA Salafiyah Kajen, Margoyoso, Pati.
- S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
Pengalaman Organisasi :
- Pengurus HMJ Jurusan Aqidah Filsafat.
- Pengurus UKM Teater Metafisis Fakultas Ushuludin.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 13 Juni 2011
Maslihun
NIM. 4105010