Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL
Oleh:
Golongan C/Kelompok 3C
1. Helmi Faghi Setiawan (161510501113)
2. Nimas Ardia Nandini (161510501148)
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan organisme autotrof. Organisme autotrof merupakan
mahkluk hidup yang mampu membuat makanan sendiri, atau ammpu mengolah
kebutuhan energi bagi mahkluk hidup itu sendiri. Tanaman dapat memproduksi
makanan dengan sinar matahari sebagai bahan bakar dan juga klorofil. Bahan dari
proses fotosintesis berupa zat hara, oksigen dan pati. Bagian penting dalam proses
fotosintesis yaitu klorofil. Klorofil merupakan pigmen daun yang bewarna hijau.
Klorofil pada daun terletak pada kloroplas. Klorofil pada daun umum dikenal
berfungsi sebagai tempat fotosintesis.
Semua jenis daun memiliki klorofil. Daun yang bewarna-warni juga memiliki
kandungan klorofil, karena semua tumbuhan memiliki klorofil untuk fotosintesis. .
Klorofil dapat dimiliki oleh alga hijau. Fungsi dari klorofil bagi tanaman yaitu
mampu memanfaatkan energi matahari, memicu fraksinasi CO2 untuk
mengahsilkan karbohidrat, dan sebagai bahan utama dalam fotosintesis. Klorofil
mampu menyerap spectrum cahaya matahari dalam panjang gelombang 649 nm
dan 665 nm. Klorofil dapat terbentuk dalam sel tumbuhan dengan pengaruh dray
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal pembentukan klorofil berupa
potensial genetic, klorofil terbentuk dan diatur oleh suatu gen di dalam
kromosom. Penentu utama dari terbentuknya klorofil berupa DNA dalam inti sel
atau kloroplas. Pembentukan klorofil dapat terjadi ketidaksempurnaan berupa
mutasi gen yang mengakibatkan klorofil terbentuk menjadi albino. Faktor internal
lain penentu pembentukan klorofil berupa supply karbohidrat dalam sel.
Pembentukan klorofil juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pembentukan klorofil berupa cahaya, suhu,
mineral, air, dan oksigen. Klorofil berperan dalam dalam proses fotosintesis pada
kondisi gelap dan kondisi terang. Klorofil dalam mahkluk hidup memiliki jenis
yang berbeda-beda. Klorofil yang berada di alam terdiri dari 4 jenis, yaitu
klorofil-a klorofil-b, klorofil-c, dan klorofil-d. Klorofil yang terdapat pada
tumbuhan yaitu klorofil-a dan klorofil-b.
2
Klorofil a (C55H72O5N4Mg) merupakan klorofil yang mampu menyerap warna
sinar matahari biru, ungu dan merah. klorofil a juga merefleksikan sinar hijau atau
kuning, sehingga warna daun nampak hijau dimata manusia. klorofil a berperan
pada kegiatan fotosistem II. Klorofil a termasuk salah satu dari zat hijau daun
yang berfungsi sebagai fotosintat dan merubah energi cahaya menjadi energi
kimia tersimpan. Klorofil a merupakan bagian penting dari mahkluk hidup, karena
berperan penting dalam melepaskan energi kimiawi, namun bukan termasuk satu-
satunya pigmen penting dalam fotosintesis.
Klorofil lain yang ada pada bagian tumbuhan yaitu klorofil b. klorofil b
memiliki warna kuning. Klorofil b mampu menyerap sinar matahari gelombang
biru. Klorofil b termasuk jenis larutan yang mudah larut daripada klorofil a.
klorofil b mudah larut dalam larutan polar, karena gugus karbonnya. Rasio
klorofil a lebih tinggi daripada klorofil b. kandungan klorofil pada tumbuhan
dapat diukur menggunakan spektrofometer. Klorofil a dan b dapat diukur dengan
memberikan panjang gelombang 649 nm dan 665 nm.
1.2 Tujuan
Mengetahui kandungan klorofil a dan b pada daun.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan merupakan mahkluk hidup yang mampu memproduksi
kebutuhan makanan sendiri. Bagian organ tumbuhan yang mampu memproduksi
makanan sendiri yaitu daun. Daun mampu berproses dengan bantuan sinar
matahari dan klorofil. Proses pembentukan makanan oleh daun dinamakan
fotosintesis. Fotositesis terjadi di kloroplast. Kloroplast merupakan organel sel
pada daun yang menyimpan klorofil. Adanya klorofil membuat daun mampu
berproses. Klorofil secara awam dikatakan bewarna hijau, atau ternasuk zat hijau
daun (Pitojo, 2007)
Menurut Marviana (2014), klorofil sangat diperlukan dalam proses
fotosintesis tumbuhan. Proses fotosintesis ini mensintesis klorofil terlebih dahulu
dan klorofil berperan dalam proses penangkapan cahaya matahari. Sintesis
klorofil atau proses pembentukan korofil dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pembentukan klorofil berupa
genetis dan suplay karbohidtar dalam sel. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
pembentukan klorofil berupa suhu, cahaya matahari, air, unsur lain, dan mineral.
Unsure lain yang dimaksud yaitu nitrogen, magnesium, dan besi. Nitrogen
berperan aktif terhadap pembentukan klorofil, sebab itu pertanaman padi yang
telah dilakukan penyemprotan unsure N daunnya Nampak hijau dan subur.
Klorofil mampu menyerap spectrum cahaya pada radiasi elektromagnetik
yang visible. Sifat Fisika klorofil yaitu mampu menerima, memantulkan dan
menyerap gelombang. Cahaya matahari mengandung semua jenis spectrum warna
yang visible, dari semua spectrum warna tersebut tidak semua mampu ditangkap
baik oleh klorofil. Klororfil pada kloroplas tumbuhan terdiri dari dua jenis, yaitu
klorofil a dan klororfil b. Hal tersebut berbeda seperti yang dikemukakan oleh
Costhache (2012), bahwa klorofil pada sayuran terdapat klorofil a, klorofil b, dan
klororfil c, dan setiap spesies tumbuhan memiliki klandungan klorofil yang
berbeda. Klorofil a mampu menangkap gelombang spectrum warna cahaya
matahari dengan panjang gelombang 662 nm, dan klorofil b mampu menangkap
spectrum warna cahaya matahari dengan panjang gelombang 642 nm. Kandungan
4
klorofil pada daun dapat diukur dengan melakukan ektraksi tanpa menggunakan
kondisi suhu yang berbeda, dari situ akan didapatkan jumlah kandungan klororfil
a dan klorofil b pada daun (Arfandi, 2013).
Menurut Sumanta (2014), klorofil a merupakan pigmen utama dalam proses
fotosintesis yang mampu merubah energi menjadi energi kimia yang kemudian
mampu merombak produk dari fotosintesis. Klorofil b berperan sebagai bahan
pendukung klorofil a yang bekerja secara tidak nyata atau tidak langsung pada
proses fotosintesis dengan cara memindahkan cahaya yang telah diserap oleh
klorofil a. Struktur rantai kimia klorofil memiliki ikatan Mg2+ berada pada pusat
ikatan rantai kimia nya. Inti ikatan berupa Mg2+
menjadikan klorofil bersifat
hidrofilik, dengan ikatan rantai bersifat hidrofibik menjadikan klorofil laru dalam
pelarut polar. Klorofil tidak larut dalam air, melainkan mampu larut dalam pelarut
organic polar.
Klorofil yang terdapat pada kloropas dapat diukur kandungannya.
Pengukuran kandungan klorofil menggunakan spektrofotometer di laboratorium.
Prinsip kerja dari spektrofotometer yaitu menyerap sinar monokromatis dari
cahaya matahari. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Proklamasiningsih
(2012), pengukuran kandungan klorofil dilakukan dengan mengesktraksi sampel
dan melakukan perhitungan menggunakan rumus pada klorofil a, rumus pada
klorofil b, dan rumus pada jumlah kandungan klorofil total. Spektrofotometer
mampu menyerap gelombang matahari pada derah visible dengan panjang
gelombang 300-700 nm.
Menurut Jiangfen (2015), pengukuran kandungan klorofil pada daun dapat
dilakukan dengan menggunakan metode klororimetri berbasis ekstraksi. Metode
kolorimetri dapat mengukur kandungan klorofil pada daun lebih akurat daripada
menggunakan spektrofotometri. Kelemahan dari penggunaan kolorimetri yaitu
membutuhkan waktu yang lama dan tidak praktis, serta tidak mampu memenuhi
persyaratan menejemen modern produksi agrikultur.
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum acara “Pengukuran Kandungan Klorofil” dilakukan
pada hari Sabtu, 4 November 2017 pukul 10.30 WIB-selesai. Bertempat di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Mortar dan pestle
2. Spektrofotometer
3. Pipet
4. Mikropipet
5. Eppendorf
3.2.2 Bahan
1. Daun yang telah ditentukan
2. 3 ml borate
3. Etanol
4. Sisen / nitrogen cair
3.3 Cara kerja
1. Menimbang sampel daun yang telah dihilangkan tulang daunnya sebanyak 0,5 gram.
2. Menghaluskan daun menggunakan mortar sampai benar-benar halus.
3. Menambahkan 3 ml borate kedalam daun yang dihaluskan.
4. Memasukkan daun yang telah dihaluskan dan ditambah larutan borate kedalam
eppendorf kemudian memvortexnya.
5. Mengambil 40 µl larurtan daun yang telah difortex dan memasukkannya kedalam
ependorf baru.
6. Menambahkan 960 µl ethanol dingin kemudian memvortexnya kembali.
7. Menginkubasikan eppendorf pada suhu 40C dan mensentrifugenya selama 5 menit
dengan kecepatan 10.000 rpm.
8. Menghitung kandungan klorofil dengan menggunakan rumus yang tersedia.
6
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati pada acara praktikum acara
“Pengukuran Kandungan Klorofil” ialah kandungan klorofil a dan b pada daun.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum, selanjutnya akan
dianalisis mengunakan analisis data deskriptif kuantitatif .
7
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kandungan klorofil a dan
klorofil b berbeda. Klorofil a umumnya lebih tinggi kandungannya dalam suatu
daun dibandingkan dengan klorofil b. Klorofil a pada daun srikaya memiliki nilai
yang paling besar dibandingkan dengan sampel-sampel yang lain sedangkan
sampel yang palinng kecil adalah sampel daun puring kuning yang memiliki hasil
minus. Hal yang sama juga terdapat pada klorofil b yang memiliki nilai tertinggi
pada daun srikaya dan yang terendah pada daun puring kuning, hal tersebut
dikarenakan perbedaan warna yang signifikan antar kedua daun tersebut.
Slebihnya dari grafik tersebut dapat dipahami bahwa setiap tanaman memiliki
kandungan klorofil yang berbeda-beda meskipun memiliki pigmen daun utama
yaitu warna hijau.
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Absorbansi A (µ/ml)
Absorbansi B (µ/ml)
GRAFIK PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL
8
4.2 Pembahasan
Klorofil pada tanaman umumnya berwarna hijau namun pada daun
terdapat juga pigmen warna lain yang menyebabkan daun tersebut tidak berwana
hijau. Penyerapan cahaya dengan intensitas terhtentu juga dapat memberikan
warna tetentu pula. Banyak tanaman yang daunnya berwana bukan hijau namun
memiliki pigmen warna klorofil pada saat diuji di laboratorium, hal tersebut
dikarenakan setiap tanaman tentunya harus melakukan proses fotosintesis yang
hanya bisa dimasak pada daun dan bertempat pada kloroplas dengan bantuan
pigmen warna hijau (klorofil). Perbedaan laju fotosintesis merupakan salah satu
akibat berbedanya pigmen warna yang dominan terhdap daun tersebut. Daun yang
memiliki pigmen warna hijau umumnya bisa memasak makanannya dengan cepat
dibandingkan dengan daun yang berwarna selain hijau.
Klorofil sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu klorofil a dan klorofil b.
Pembedaan dua klorofil tersebut berdasarkan panjang gelombang yang diterima
suatu zat. Praktikum kali ini menggunakan panjang gelombang 649 dan 665 nm
pada spektofotometer. Panjang gelombang tersebut dpilih karena klorofil hanya
bisa menangkap cahaya pada panjang gelombang tersebut.
Beberapa atau hampir keseluruhan tanaman memiliki nilai kandungan
klorofil yang banyak ketika tanaman tersebut telah tua dibandingakan dengan
tanaman yang memiliki daun masih muda. Klorofil yang banyak tersebut juga
akan menghasilkan fotosintesis yang sejalan. Daun yang telah tua memasak
makanan lebih banyak karena sel-sel dalam daun tersebut telah berpadu menjadi
satu dan dapat berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Berbeda halnya
dengan daun yang masih muda kemungkinan hanya dapat memasak makanan
yang lebih sedikit dibandingkan dengan daun yang lebih tua hal tersebut
dikarenakan jaringan-jaringan pada daun muda masih belum maksimal dalam
menyerap bahan baku utama untuk proses fotosintesis. Daun muda dan daun telah
tua mempunyai perbedaaan yang mencolok yaitu dari segi warnanya, daun tua
umumnya memiliki warna hijau yang leih gelap hal tersebut menandakan klorofil
dari daun tersebut banyak sedangkan pada daun muda berwarna kehijau-hijauan
dan warnanya pun tidak segelap pada daun yang tua (Kamble et al, 2015).
9
Klorofil akan berlimpah ketika faktor lingkungan yang mendukung dari
tanaman tersebut. Pada taanman puring kuning memiliki pigmen utama berwarna
kuning sehingga tanaman tersebut memiliki kandungan klorofil a maupun klorofil
b yang sedikit. Daun puring tersebut mengalami kesalahan dalam melakukan uji
klorofil hal tersebut dibuktikan dengan hasil yang minus. Adaptasi pada
lingkungan yang kurang sesuai sehingga dapat menghasilkan klorofil yang sedikit,
baik klorofil a maupun klorofil b. Klorofil hanya dapat menerima cahaya pada
gelombang-gelombang tertentu dan jika tidak memenuhi gelombang tersebut
cahaya tersebut akan dipantulkan dan menghasilkan warna yang dapat kita lihat
(Agustamia et al, 2016).
10
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Daun tanaman memiliki klorofil namun terdapat beberapa tanaman yang
pigmen warna hijau tidak dominan sehingga berwarna selain hijau contohnya
adalah daun puring kuning yang mempunyai warna kuning.
2. Panjang gelombang yang dapat diterima hanya 649 dan 665 nm, selain itu
cahaya akan dipantulkan kembali dan tidak diserap oleh klorofil.
3. Klorofil a dan klorofil b mempunyai peran tertentu dan umumnya klorofil a
memiliki nilai yang lebih besar.
5.2 Saran
Jalannya praktikum telah sesuai dan pembagian kerja telah rapi, namun
terdapat beberapa penjelasan pada modul maupun saat praktikum terlalu tinggi
bahasanya sehingga praktikan tidak dapat menangkapnya dengan maksimal.
Kurangnya pengalaman dengan beberapa alat-alat laboratorium menyebabkan
kemoloran pada saat praktikum.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agustamia, C., A. Widiastuti, dan C. Sumardiyono. 2016. Pengaruh Stomata dan
Klorofil pada Ketahanan Beberpa Varietas Jagung terhadap Penyakit
Bulai. Perlindungan Tanaman Indonesia, 20(2): 89-94.
Arfandi, A dkk., 2013. Proses Pembentukan Feofitin Daun Suji Sebagai Bahan
Aktif Photosensitizer Akibat Pemberian Variasi Suhu. Phylar of Physics,
1(1): 68-76
Costache,M. A., G. Campeanu., G. Neata. 2012. Studies Concerning the
Extraction of Chlorophyll an Total Carotenoids from Vegetables.
Biotechnological, 17(5): 1-8
Jiangfeng, W., H. Dongxiang, S. Jinxiu, D. Haijie, and D. Weifen. 2015. Non-
Destructive Measurement of Chlorophyll in Tomato Leaves Using
Spectral Transmittance. 8(5): 73-78.
Kamble, P. N., S. P. Giri, R. S. Man, and A, Tiwana. 2015. Estimation of
Chlorophyll Content in Young and Adult Leaves of Some Selected Plants.
Environmental Research and Technology, 5(6): 306-310.
Marviana, D. D., L. B. Utami., 2014. Respon Pertumbuhan Tanaman Terung
(Solanum Melongena L.)Terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar
Tongkol Jagung dan Kotoran Kambing Sebagai Materi Pembelajaran
Biologi Versi Kurikulum 2013. Jupemasi-Pbio, 1(1): 161-166
Pitojo, S., H. N. Puspita. 2007. Seri Budidaya Kesemek. Yogyakarta: Kanisius.
Proklamasiningsih, E dkk. 2012. Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil
Kedelai pada Media Tanam Masam dengan Pemberian Garam Aluminium.
Agrotrop, 2(1): 17-24.
Sumanta, N., C. I. Hapus, J. Nhabika, and R. Suprakash. 2014. Pectrophotometric
Analysis of Chlorophylls and Carotenoids from Commonly Grown Fern
Species by Using Various Extracting Solvents. Chemical Sains, 4(9):63-
69.
12
LAMPIRAN
Data Mentah
No Sampel Absorbansi (µ/ml)
A B
1 Daun Terong 3,3738 2,039
2 Daun Srikaya 4,51934 2,7146
3 Daun Puring Kuning -0,023 0,103
4 Daun Rambutan 1,9845 1,2726
5 Daun Sirsak 1,53364 0,9802
6 Daun Jambu Air 0,85 0,59
Perhitungan kelompok 3 (daun puring kuning)
Abs 665 = 0,03-0,03= 0
Abs 649 = 0,033-0,029= 0,004
Klorofil A = (13,7 x Abs 665) - (5,76 x Abs 649)
= (13,7 x 0) - (5,76 x 0,004)
= -0,023 µ/ml
Klorofil B = (25,8 x Abs 649) – (1,60 x Abs 665)
= (25,8 x0,004) – (1,60 x 0)
= 0,0103 µ/ml
13
Tabel ACC dan Flowchart
a
14
15
16
17
Dokumentasi
Gambar 1. Menimbang daun seberat 0,5 gram
Gambar 2. Menambahkan nitrogen cair
18
Gambar 3. Penambahan borate 10 mM
Gambar 4. Memasukkan ke eppendorf
19
Gambar 5. Penambahan etanol absolute
Gambar 6. Hasil yang didapatkan setelah di sentrifugasi
20
Literatur
Agustamia, C., A. Widiastuti, dan C. Sumardiyono. 2016. Pengaruh Stomata dan
Klorofil pada Ketahanan Beberpa Varietas Jagung terhadap Penyakit
Bulai. Perlindungan Tanaman Indonesia, 20(2): 89-94.
21
Arfandi, A dkk., 2013. Proses Pembentukan Feofitin Daun Suji Sebagai Bahan
Aktif Photosensitizer Akibat Pemberian Variasi Suhu. Phylar of Physics,
1(1): 68-76
22
Costache,M. A., G. Campeanu., G. Neata. 2012. Studies Concerning the
Extraction of Chlorophyll an Total Carotenoids from Vegetables.
Biotechnological, 17(5): 1-8
23
Jiangfeng, W., H. Dongxiang, S. Jinxiu, D. Haijie, and D. Weifen. 2015. Non-
Destructive Measurement of Chlorophyll in Tomato Leaves Using
Spectral Transmittance. 8(5): 73-78.
24
Kamble, P. N., S. P. Giri, R. S. Man, and A, Tiwana. 2015. Estimation of
Chlorophyll Content in Young and Adult Leaves of Some Selected Plants.
Environmental Research and Technology, 5(6): 306-310.
25
Marviana, D. D., L. B. Utami., 2014. Respon Pertumbuhan Tanaman Terung
(Solanum Melongena L.)Terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar
Tongkol Jagung dan Kotoran Kambing Sebagai Materi Pembelajaran
Biologi Versi Kurikulum 2013. Jupemasi-Pbio, 1(1): 161-166
26
Pitojo, S., H. N. Puspita. 2007. Seri Budidaya Kesemek. Yogyakarta: Kanisius.
27
Proklamasiningsih, E dkk. 2012. Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil
Kedelai pada Media Tanam Masam dengan Pemberian Garam Aluminium.
Agrotrop, 2(1): 17-24.
28
Sumanta, N., C. I. Hapus, J. Nhabika, and R. Suprakash. 2014. Pectrophotometric
Analysis of Chlorophylls and Carotenoids from Commonly Grown Fern
Species by Using Various Extracting Solvents. Chemical Sains, 4(9):63-
69.