104

Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

  • Upload
    vokien

  • View
    247

  • Download
    12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional
Page 2: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

1

BUKU PANDUAN

PENGEMBANGAN JEJARING PENGETAHUAN

(Knowledge Center)

SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016

Jakarta, 24 Oktober 2016

Penyelenggara :

Kementerian Kelautan dan Perikanan PMB-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Indonesian Marine and Fisheries Socio-Economics Research Network (IMFISERN)

Page 3: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

2

PENGEMBANGAN JEJARING PENGETAHUAN

(Knowledge Center)

SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016

Jakarta, 24 Oktober 2016

Diterbitkan bersama oleh :

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)

PMB – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-LIPI) dan

Indonesian Marine and Fisheries Socio-Economics Research Network (IMFISERN)

Penyusun:

Umi Muawanah Andrian Ramadhan

Tenny Apriliani Permana Ari Soejarwo

Desain/Tata Letak :

Ilham Ferbiansyah

Page 4: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

3

PENGEMBANGAN JEJARING PENGETAHUAN

(Knowledge Center)

SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016

Jakarta, 24 Oktober 2016

Diselenggarakan bersama oleh:

Mitra Media :

Page 5: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

4

KATA PENGANTAR

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan

perikanan merupakan sebuah kegiatan yang ditujukan untuk menjalin komunikasi antar penghasil dan pemanfaatan pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan. Kegiatan ini diharapkan menjadi perekat antar akademisi, peneliti, praktisi dan pemerhati isu-isu penelitian lingkup sosial ekonomi kelautan dan perikanan.

Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional Penelitian dan Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (Semnas Sosek KP) dan Temu Jejaring Pengetahuan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Semnas Sosek KP juga berfungsi sebagai ajang pertukaran informasi penelitian, kajian dan kebijakan sosial ekonomi kelautan dan perikanan serta mendapatkan pandangan/umpan balik dari pemangku kepentingan. Sementara Temu Jejaring Pengetahuan berfungsi sebagai ajang komunikasi antar penghasil dan pengguna pengetahuan sosial ekonomi KP

Buku Panduan ini merupakan disusun untuk menjadi bahan acuan dan informasi untuk pelaksanaan kegiatan. Kami berharap buku ini memudahkan narasumber, pemakalah dan peserta pertemuan dalam mengikuti dua pertemuan penting ini.

Atas nama Panitia Penyelenggara, kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan bantuan berbagai pihak yang telah memungkinkan terselenggaranya acara ini, semoga sumbangsih saudara dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

Ketua Panitia Pelaksana

Page 6: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

5

DAFTAR ISI

I. JUSTIFIKASI II. INFORMASI RINGKAS MENGENAI PENGEMBANGAN JEJARING

PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN A. Tujuan B. Peserta C. Waktu dan Tempat

III. MEKANISME PENYELENGGARAAN

A. PERSIDANGAN 1. Sesi Pleno (Plenary Session) 2. Sesi Pararel (Paralel Session) 3. Sesi Temu Jejaring (Network session)

B. TATA TERTIB

1. Peserta 2. Persidangan 3. Moderator 4. Notulis

IV. LAIN-LAIN

A. Konsumsi B. Sekretariat

V. INFORMASI UMUM A. Info Perjalanan B. Info Penginapan

VI. SUSUNAN KEPANITIAAN VII. LOKASI KEGIATAN VIII. JADWAL ACARA

Page 7: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

6

I. JUSTIFIKASI

Hasil penelitian ilmiah sosial ekonomi kelautan dan perikanan merupakan

salah satu dasar yang digunakan dalam pengambilan kebijakan terkait isu strategis

tertentu. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh berbagai lembaga mulai pemerintah,

perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), swasta hingga masyarakat.

Berbagai hasil penelitian dibidang sosial ekonomi kelautan dan perikanan yang telah

dihasilkan masih tersebar pada masing-masing lembaga, belum terintegrasi dan

terkomunikasikan antar lembaga.

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (PPSEKP) sejak

tahun 2015 mulai membangun jejaring pengetahuan dalam bentuk ‘Knowledge

Center (KC)’. KC merupakan wadah untuk berbagi pengetahuan khususnya di bidang

sosial ekonomi kelautan dan perikanan antara PPSEKP dengan perguruan tinggi

maupun lembaga penelitian lain. Pada tahun 2015 telah diselenggarakan workshop

pertama KC dengan hasil sebagai berikut :

1. Jumlah jejaring pengetahuan PPSEKP mencapai 17 perguruan tinggi yang memiliki jurusan sosial ekonomi kelautan dan perikanan yang tersebar di seluruh Indonesia.

2. Kesepakatan tukar menukar (sharing) pengetahuan hasil penelitian pada masing-masing institusi melalui KMS.

3. Kerjasama tidak hanya berbagi pengetahuan tetapi juga dalam hal penelitian, diseminasi hasil, penguatan kapasitas SDM dan publikasi.

Pengembangan jejaring pengetahuan pada tahun 2016 akan dilakukan

melalui kegiatan Seminar Nasional Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (Semnas

Sosek KP) dan Temu Jejaring Pengetahuan. Rekomendasi dari hasil pertemuan

diharapkan dapat menjawab isu-isu strategis sektor Kelautan dan Perikanan.

II. INFORMASI RINGKAS

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan merupakan sebuah kegiatan yang ditujukan untuk menjalin komunikasi antar penghasil dan pemanfaatan pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan. Kegiatan ini diharapkan menjadi perekat antar akademisi, peneliti,

Page 8: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

7

praktisi dan pemerhati dalam isu-isu penelitian lingkup sosial ekonomi kelautan dan perikanan.

Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional Penelitian dan Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (Semnas Sosek KP) dan Temu Jejaring Pengetahuan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Semnas Sosek KP juga berfungsi sebagai ajang pertukaran informasi penelitian, kajian dan kebijakan sosial ekonomi kelautan dan perikanan serta mendapatkan pandangan/umpan balik dari pemangku kepentingan. Sementara Temu Jejaring Pengetahuan berfungsi sebagai ajang komunikasi antar penghasil dan pengguna pengetahuan sosial ekonomi KP

A. Tujuan

Tujuan kegiatan pengembangan jejaring pengetahuan adalah untuk

1. Menghimpun hasil penelitian berupa data dan informasi sosial ekonomi kelautan dan perikanan sebagai bahan untuk merumuskan rekomendasi Kelautan dan Perikanan;

2. Menyusun Roadmap Rencana Kerja Knowledge Center periode 2017-2019; dan 3. Memperkuat jejaring penelitian sosial ekonomi kelautan dan perikanan;

B. Peserta

Peserta Pengembangan Jejaring Pengetahuan Sosial Ekonomi KP adalah

para peneliti, praktisi, akademisi, pelaku usaha dan pemerhati sosial ekonomi kelautan dan perikanan.

C. Waktu dan Tempat

Pengembangan Jejaring Pengetahuan Sosial Ekonomi KP akan diadakan pada : Waktu : Senin-Selasa, 24-25 Oktober 2016; Jam : 08.00 – 17.00 WIB Tempat : Gedung Balitbang KP Jl. Pasir Putih I Ancol Timur

III. MEKANISME PENYELENGGARAAN

A. PERSIDANGAN

Mekanisme kegiatan dalam Pengembangan Jejaring Pengetahuan (Knowledge Center) Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan terdiri dari 3 bagian yaitu :

Page 9: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

8

(1) Plenary Session yang menampilkan beberapa pembicara kunci dari

komunitas akademik yang terkait dengan penelitian dan isu strategis sosial ekonomi kelautan dan perikanan;

Sesi I

1. “Arsitektur Hukum Kelautan dan Perikanan untuk Menunjang Kedaulatan Bangsa dan Keamanan Pangan”

- Prof. Melda Karim Ariadno, LL.M, Ph.D (Universitas Indonesia)

2. “Tantangan dan Strategi Percepatan Industrialisasi Sektor Kelautan dan Perikanan di Indonesia”

- Riza Damanik, Ph.D (Kantor Staf Presiden)

Moderator : Dr. Luky Adrianto (Dekan Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor)

Sesi II

1. “Peran Budaya Maritim dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir”

S.E. Parijatno (Pemerhati Budaya dan Kebijakan)

2. “Dampak Ekonomi dari Kebijakan IUU Terhadap Perikanan Tuna Cakalang”

Dr. Zuzy Anna (Universitas Padjajaran)

Moderator : Dr. Tukul Rameyo Adi (Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan)

(2) Paralel Session yang berisikan pemaparan hasil penelitian sosial ekonomi oleh peneliti, praktisi, akademisi dan pemerhati sosial ekonomi kelautan dan perikanan yang terbagi dalam 4 sub-tema, yaitu:

a. Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan yang akan memfasilitasi paparan dan makalah tentang perijinan, hambatan tarif & non tarif, analisis kebijakan, kajian hukum, politik perijinan.

b. Pemasaran, Perdagangan, Usaha dan Investasi yang akan memfasilitasi paparan dan makalah tentang investasi, pemasaran,

Page 10: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

9

perdagangan, sistem logistik, ekonomi usaha, ekonomi RT, pendapatan, analisis makro & mikro

c. Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan yang akan memfasilitasi paparan dan makalah tentang kearifan lokal, perubahan sosial, kelembagaan sosial, kelembagaan ekonomi, kelembagaan diseminasi, isu pendidikan kebaharian, etos kerja, gender, kelembagaan, posisi politik komunitas bahari, pemberdayaan, preferensi dalam budaya bahari

d. Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang akan memfasilitasi paparan dan makalah tentang IUU, Destructive fishing, Valuasi, kelembagaan pengelolaan, reklamasi, tata kelola, konservasi, perubahan iklim.

(3) Network session, sebuah media penguatan jejaring pengetahuan (Knowledge Center) sebagai upaya untuk mengelola pengetahuan sosek KP sehingga dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang tepat.

B. Tata Tertib

1. Peserta

a. Memasuki ruang sidang paling lambat 5 (lima) menit sebelum

persidangan dimulai.

b. Peserta dimohon mengikuti sidang-sidang sesuai dengan kelompok,

topik dan jadwal sidang yang telah ditentukan.

c. Peserta yang berhalangan hadir dan/atau meninggalkan sidang,

dimohon memberitahukan kepada seksi materi dan persidangan.

d. Peserta wajib memakai tanda pengenal yang diberikan oleh panitia

selama berlangsungnya Semnas Sosek KP.

2. Persidangan

a. Para penyaji makalah dimohon menyerahkan bahan presentasi dan

softcopy makalah kepada Sekretariat pada waktu Semnas Sosek KP

untuk dimuat dalam prosiding.

b. Sidang pararel akan diakhiri dengan perumusan tentang kesimpulan

dan rekomendasi tiap bidang bahasan.

Page 11: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

10

3. Moderator

Tiap sesi dalam Semnas Sosek KP dipimpin oleh seorang moderator yang

mengatur jalannya sidang sehingga penyajian dan pembahasan makalah

dapat dilaksanakan dalam batas waktu yang telah disediakan. Pada akhir

persidangan moderator dengan bantuan notulis membuat rangkuman

diskusi secara tertulis untuk diserahkan kepada Seksi Persidangan.

4. Notulis

Notulis bertugas mengikuti jalannya sidang dan mencatat pokok-pokok

gagasan yang dikemukakan selama sidang. Pada akhir persidangan, Notulis

membantu Moderator dalam membuat rangkuman sidang secara singkat

dan diserahkan kepada Seksi Materi dan Persidangan segera setelah sidang

selesai.

IV. LAIN-LAIN

A. Konsumsi

Selama kegiatan berlangsung, panitia menyediakan konsumsi bagi para

peserta.

B. Sekretariat

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

Gedung Balitbang KP I Lt. 4, Komplek Bina Samudera

Jl. Pasir Putih I Ancol Timur Jakarta Utara 14430

Telp/Fax : (021) 64700924

Email: [email protected]

Selama pelaksanaan kegiatan, Panitia memiliki Ruang Sekretariat di Pusat

Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Gedung Balitbang KP I

Lantai 3, Komplek Bina Samudera Jl. Pasir Putih I Ancol Timur Jakarta

Page 12: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

11

Kontak :

1. Umi Muawanah HP. 0813-82436332

2. Heny Lestari HP. 0815-84464094

3. Hertria Maharani Putri HP. 0811-1874607

V. INFORMASI UMUM

A. Info Perjalanan

Informasi Umum Rute Perjalanan ke Lokasi Kegiatan:

Dari : Stasiun Kereta Jakarta Kota/ Mangga Dua

• Naik Mikrolet 15A, lalu turun di lampu merah jembatan goyang. Jalan 500

meter menuju Jl. Pasir Putih 1, Gedung Balitbang Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Dari : Stasiun Kereta Kampung Bandan

• Naik Mikrolet 15A, lalu turun di lampu merah jembatan goyang. Jalan 500

meter menuju Jl. Pasir Putih 1, Gedung Balitbang Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Dari : Bandara Soekarno Hatta

• Naik Damri Jurusan Mangga Dua, turun di Mangga Dua. Naik Mikrolet

15A,lalu turun di lampu merah jembatan goyang. Jalan 500 meter menuju

Jl. Pasir Putih 1, Gedung Balitbang Kelautan dan Perikanan Kementerian

Kelautan dan Perikanan

• Naik Damri Jurusan Tj. Priok, turun di Terminal Tj. Priok. Naik Mikrolet 15A,

lalu turun di lampu merah jembatan goyang. Jalan 500 meter menuju Jl.

Pasir Putih 1, Gedung Balitbang Kelautan dan Perikanan Kementerian

Kelautan dan Perikanan

Page 13: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

12

B. Info Penginapan

No. Nama Hotel Alamat Telepon

1 Hotel Amaris Mangga Dua

Jalan Gunung Sahari No. 1, Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14420

(021) 62318888

2. Hotel Zuri Express Mangga Dua

Jalan Mangga Dua Dalam No. 55-56, Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10730

(021) 62318888

3. Hotel Swiss-Bel inn Kemayoran

Complex Springhill, Jl. Benyamin Suaeb Blok D6, Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta

(021) 29070707

VI. SUSUNAN KEPANITIAAN

Panitia Pembina terdiri dari : Penanggung Jawab : Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kelautan dan Perikanan

Tim Ilmiah : Dr. Tajerin (Ketua Tim Ilmiah)

Prof. (Ris). Zahri Nasution

Dr. Achmad Zamroni

Dr. Agus Heri Purnomo

Drs. Masyhuri Imron, M.A

Drs. Ary Wahyono, M.Si

Panitia Pelaksana :

Ketua : Dr. Umi Muawanah

Sekretaris : Heny Lestari,SE

Page 14: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

13

Arifa Desfamita, S.Kom

Bendahara : Novianty Bualangi,S.Kom

Nila Mustikawati, S.Sos

Sie Acara, Materi dan

Persidangan

: Andrian Ramadhan, MT

Fatriyandi Nur Priyatna, M.Si

Tenny Apriliani, M.Si

Nensyana Shafitri, S.Sos

Permana Ari, S.Kel

Rismutia Hayu D, SE

Asep Jajang Setiadi, S.Pi

Sie Humas, Publikasi &

Dokumentasi

: Hertria Maharani Putri, MBA

Nurhendra, S.Kom

Ilham Ferbiansyah, S.Kom

Sie Konsumsi : Siti Nurhayati, S.Sos

Arfah Elly, A.Md

Sie Akomodasi, Transportasi

dan Perlengkapan

: Edwin Yulia Setyawan, ST

Ari Suswandi, A.Md

Jamal Sahputra, S.Kom

Ade Ruhyana

Andakoro Yoga P, S.I.Kom

Page 15: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

14

JADWAL ACARA (TENTATIF)

PENGEMBANGAN JEJARING PENGETAHUAN (Knowledge Center) SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016

Gedung Balitbang KP Jakarta, 24 Oktober 2016

Waktu Acara

08.00 – 08.25 Registrasi dan coffee morning

08.25 – 08.30 Menyanyikan Lagu Indonesia Raya

08.30 – 08.40 Laporan Kegiatan Acara Pengembangan Jejaring Pengetahuan (Knowledge Center) Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan Tahun 2016 Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

08.40 – 08.50 Sambutan Presiden IMFISERN Periode 2014 – 2016

08.50 – 09.00 Sambutan Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

09.00 – 09.10 Pembukaan & Arahan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

09.10 – 09.15 Doa

09.15 – 09.30 Photo Session

09.30 – 10.10 Presentasi Pembicara Utama Sesi 1 (Moderator : Dr. Luky Adrianto)

Prof. Melda Karim Ariadno, LL.M, Ph.D “Arsitektur Hukum Kelautan dan Perikanan untuk Menunjang Kedaulatan Bangsa dan Keamanan Pangan”

M. Riza Damanik, PhD “Tantangan dan Strategi Percepatan Industrialisasi Sektor Kelautan dan Perikanan di Indonesia”

10.10 – 10.40 Diskusi

10.40 – 11.20 Sesi 2 (Moderator : Dr. Tukul Rameyo Adi)

Se. Parijanto “Peran Budaya Maritim dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Pesisir”

Dr. Zuzy Anna “Dampak Ekonomi dari Kebijakan IUU Terhadap Perikanan Tuna Cakalang”

11.20 – 11.50 Diskusi

11.50 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 14.30 Seminar – Sesi I

14.30 – 16.00 Seminar – Sesi II

Page 16: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

15

Tema : Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Ruang : Tenggiri, Gedung Balitbang 1 Lt.3

Penanggung Jawab Ruangan : Tenny Apriliani Asrot : Ari Suswandi Notulis : 1. Heny Lestari 2. Cornelia Mirwantini Witomo

Waktu Judul Makalah Pemakalah

Sesi 1.1

13.00 - 14.30 Keberhasilan Sistem Volunteer Dalam Pengelolaan Kawasan Ekowisata Berbasis Konservasi Di Clungup Mangrove Conservation Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang

Ferik Antyo Agus Wibowo, Harsuko Riniwati, Lia Putrinda

Karakteristik Pemanfaat Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Di Taman Wisata Perairan (Twp) Kapoposang Sulawesi Selatan

Maulana Firdaus dan Irwan Muliawan

Tata Kelola Perikanan Karang Di Kawasan Konservasi (Kasus: Taman Nasional Karimunjawa)

Ernik Yuliana, Mennofatria Boer, Achmad Fahrudin, M. Mukhlis Kamal

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dan Kelautan Berbasis Lokal Melalui Strategi Penghidupan Bekelanjutan Di Ohoi Ohoidertom, Kabupaten Maluku Tenggara

F. R. Fachri, F. Sari, P., Rizal, P. Widiadi, Z. Atapada, D. Krishnadianty, N. Ciptaningsih, V. Louhenapessy, A. Nafsal, A. Ohoiulun

Valuasi Ekonomi Sumberdaya Laut Dan Pesisir Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut

Rina Mustika, Emmy Sri Mahreda, Irma Febrianty

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Tangkapan Tuna Madidihang (Thunnus Albacares) Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

Abdul Kohar Mudzakir dan Sri Lestari

Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Lobster Pasir (Panulirus homarus) dengan Pendekatan Bioekonomi Spasial di Kabupaten Gunungkidul

Adrian Damora , Luky Adrianto2, Yusli Wardiatno

Pemodelan System Thinking Dengan Menggunakan Causal Loop Diagram Terhadap Dinamika Indeks Diversitas Entropy Dalam Perikanan Budidaya Di Jawa Barat

Asep Agus Handaka Suryana

Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Perikanan Tp Nelayan Ikan Terbang (Cypsiliurus Sp) Di Negeri Morella Kabupaten Maluku Tengah Pulau Ambon

Venda Jolanda Pical, Welldemina Pattinama Erviyanti Gaspersz

Diskusi

Page 17: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

16

Sesi 1.2

14.30 -16.00 Perkembangan Dan Dampak Kegiatan Pariwisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Kawasan Karimunjawa

Cornelia Mirwantini Witomo dan Andrian Ramadhan

Optimasi Penangkapan Udang Jerbung (Penaenus Merguiensis De Man) Di Pantai Cilacap

Catur Pramono Adi

Valuasi Ekonomi Jasa Kultural Di Waduk Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Trisla Warningsih, D.Djokosetiyanto, Achmad Fahrudin, Luky Adrianto

Nilai Ekonomi Wisata Pantai Di Pulau Saronde Kabupaten Gorontalo Utara

Maulana Firdaus dan Riesti Triyanti

Pendekatan Model Bioeconomi Copes Dalam Upaya Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layur (Trichiurus Sp.) (Studi Kasus :Perairan Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat)

Purna Hindayani dan Zuzy Anna

Perbandingan Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Dan Hasil Perkebunan Kelapa Sebagai Akibat Kegiatan Alih Fungsi Lahan Di Teluk Prigi Kabupaten Trenggalek

Pudji Purwanti

Pengelolaan Berkelanjutan Perikanan Tangkap Waduk Cirata : Model Bio-Ekonomi

Zuzy Anna

Implementasi Prinsip Ekowisata Hutan Mangrove Pantai Cengkrong Kabupaten Trenggalek

Mochammad Fattah, Pudji Purwanti, Edi Susilo

Upaya Peningkatan Pemanfaatan Sumber Daya Bahari Indonesia Dengan Pesawat Udara Nir Awak BPPT

Jemie Muliadi

Interaksi Sosial-ekonomi Masyarakat Nelayan Wilayah Perbatasan: Dalam Proses Perubahan

Nyayu Fatimah

Diskusi

Page 18: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

17

Tema : Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan Ruang : Bawal, Gebung Balitbang 1 Lt 1 Penanggung Jawab Ruangan : Permana Ari Asrot : Andhokoro Yoga Notulis : 1. Arifa Desfamita 2.Hertria Maharani

Waktu Judul Makalah Pemakalah

Sesi 1.1

13.00 - 14.30 Dampak Kebijakan IUU Fishing (Moratorium Izin Usaha Penangkapan Ikan) Terhadap Lulusan Smk Kelautan Dan Perikanan

Susanti Withaningsih, Jimy Kalther, Fajar Dwi Noviandri

Kebijakan Pemerintah Dalam Mendorong Daya Saing Nasional Berbasis Industri Rumput Laut Di Indonesia

Anugerah Yuka Asmara

Implikasi Hukum UU No. 23 Tahun 2014 Terhadap Peraturan Perundang-Undang Kelautan Dan Perikanan

Akhmad Solihin, Latifah Rahmi Nasution, Rusmana

Urgensi Asuransi Nelayan Sebagai Mandat UU No. 7 Tahun 2016

Yudi Wahyudin dan Akhmad Solihin

UU Keamanan Pangan Bidang Pengolahan Hasil Perikanan di Indonesia (Studi kasus Pengolahan Hasil Perikanan di Jawa Timur)

Eko Waluyo

Isu-Isu Non Traditional Maritime Security Di Indonesia: Posisi Nelayan dalam Penyelundupan Tenaga Kerja Migran Ke Malaysia

Ary Wahyono

Pengelolaan Hutan Mangrove Di Pesisir Pantai Clungup Dusun Sendangbiru Desa Tambakrejo Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur

Erlinda Indrayani, Nuddin Harahab, Edi Susilo

Kajian Kemiskinan Rumah Tangga Nelayan (Kasus Di Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau)

Hendrik, Trisla Warningsih, Ridar Hendri

Partisipasi Masyarakat Dan Pemda Dalam Program Pengembangan Energi Terbarukan Di Pulau-Pulau Kecil

Mira, Rizki Muhartono, Dan Siti Hajar Suryawati

Pengaruh Program Minapolitan Terhadap Distribusi Dan Pengolahan Udang Dan Bandeng

Mira, Sapto Adi Pranowo, Dan Hikmah

Diskusi

Sesi 1.2

14.30 - 16.00 Permasalahan Nelayan Yang Menggunakan Alat Tangkap Lampara Dasar Studi Kasus Di Desa Hilir Muara Kotabaru Kalimantan Selatan

Irma Febrianty dan Rendi Saputra

Konsumsi Ikan Indonesia Dan Hambatannya Di Masyarakat

Mia Rahma Romadona

Page 19: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

18

Strategi Pengembangan Perikanan Di Wilayah Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau

Siti Hajar Suryawati, Mei Dwi Erlina, Budi Wardono dan Riesti Triyanti

Pengelolaan Siput Gonggong Di Perairan P. Bintan Menuju Pemanfaatan Yang Berkelanjutan

Sudiyono

The Impact of Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) on People’s Welfare and Biodiversity: The Eastern Part of Indonesia

Sopian Hidayat, Umi Muawanah

Skenario Pengelolaan Perikanan Lobster Batu (Panulirus Penicillatus) Di Pantai Selatan Jawa

Andhika Prima Prasetyo , Ignatius Tri Hargiyatno dan Moh. Fauzi

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (Kkld) Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo

Yuniarti Koniyo

Analisis Keberlanjutan Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) Di Kabupaten Malang Selatan

Harsuko Riniwati, Nuddin Harahab dan Zainal Abidin

Diskusi

Page 20: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

19

Tema : Pemasaran, Perdagangan, Usaha dan Investasi Ruang : Blue Fin, Gedung Balitbang 2 Lt 6 Penanggung Jawab Ruangan : Rismutia HD Asrot : Asep Jajang Setiadi Notulis : 1. Nurma Yunita 2. Nurlali

Waktu Judul Makalah Pemakalah

Sesi 1.1

13.00 - 14.30 Strategi Pengembangan Investasi Usaha Perikanan Laut Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau

Hazmi Arief dan

Zulkarnaini

Meningkatkan Pasar Ekspor Tuna Indonesia Melalui Efektivitas Segmentasi

Risna Yusuf, Freshty Yulia Arthatiani

Analisis Sistem Pemasaran Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Di Kota Tarakan, Kalimantan Utara

Sutinah dan Fitrah Karunia Kitta

Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Di Tanjung Medang Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau

Eni Yulinda dan Ridar Hendri

Profile Usaha Perikanan Tangkap Di Kecamatan Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara

Rizky Muhartono dan Muhadjir

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Di Desa Manjalling Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

Sitti Fakhriyyah, Sri Suro Adhawati, Firda Amalia Hamid

Analisis Usaha Filet Ikan Gabus Toraja/ Gastor Tikkyrino Kurniawan dan Diah Ikasari

Analisis Struktur Biaya Dan Kelayakan Usaha Penngkapan Ikan Di Kabupaten Natuna

Yayan Hikmayani

Analisis Dampak Ekonomi Trans-Pasifik Agreement Terhadap Sektor Perikanan Dengan Menggunakan Pendekatan Model GTAP

Subhechanis Saptanto

Analisis Potensi Pengembangan Pulau-pulau Kecil melalui Diversifikasi usaha Untuk Mendukung Keberlanjutan sumberdaya Kelautan dan Perikanan ( Kasus keluarga nelayan di Pulau Barrang Caddi Makassar)

Mardiana Ethrawaty Fachry

Dampak Pergeseran Musim Hujan Terhadap Kegiatan Petambak Garam Masyarakat Desa Kalibuntu, Probolinggo- Jawa Timur Dan Strategi Adaptasinya

Ratna Indrawasih

Diskusi

Sesi 1.2

14.30 - 16.00 Perbandingan Perolehan Pendapatan Nelayan Pekerja Antara Standar Upah Minimum Regional (Umr) Dengan Sistem Bagi Hasil Usaha Perikanan Gill Net Monofilament Di Pantai Trisik Kulon Progo

Catur Pramono Adi

Prediksi Pertumbuhan Sektor Perikanan Menggunakan Tikkyrino Kurniawan

Page 21: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

20

Teknik Estimation Curve dan Mira

Keberlanjutan Usaha Penyediaan Benih Ikan Mas Dan Nila Di Jawa Barat

Hakim Miftakhul Huda, Rikrik Rahadian, Budi Wardono

Supply Chain Dan Value Chain Industri Pakan Ikan Berbasis Masyarakat Di Indonesia

Budi Wardono, Rikrik Rahadian, Tajerin, Hakim Miftakhul Huda

Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut Di Desa Martadinata Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur

Muhamad Syafril

Lobster Di Simeulue: Potensi Inovasi Budidaya Dan Keberlanjutan Usaha

Armen Zulham

Sistem Pemasaran Hasil Tangkapan Komoditas Kerang Oleh Nelayan Kenjeran, Surabaya

Kustiawan Tri Pursetyo, Wahju Tjahjaningsih, Rr. Juni Triastuti1

Jaringan Pasar Komoditas Perikanan Karang Tangkap di WPP 714 Laut Banda

F.Fachri dan A. Nafsal

Strategi Bauran Pemasaran Produk Ikan Kayu (Arabushi) usaha UD.Tuna di Kota Banda Aceh Provinsi Aceh

Syarifah Zuraidah

Penguatan Sistem Tata Niaga Garam Rakyat Sebagai Upaya Pengembangan Investasi Usaha Skala Kecil Komunitas Pesisir Kabupaten Lombok Timur

Sitti Hilyana

Diskusi

Page 22: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

21

Tema : Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan Ruang : Yellow Fin, Gedung Balitbang 2, Lt. 6

Penanggung Jawab Ruangan : Nensyana Shafitri Asrot: Dedi Prayitno Notulis : 1. Lindawati 2. Bayu Vita Indah Yanti

Waktu Judul Makalah Pemakalah

Sesi 1.1

13.00 - 14.30 Kearifan Tradisional Masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud Dalam Pengelolaan Sumberdaya Laut Melalui Tradisi “Mane’e”

Mei Dwi Erlina dan Muhadjir

Dampak Komersialisasi Tradisi Mane’e Di Desa Kakorotan, Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara

Lathifatul Rosyidah dan Risna Yusuf

Partisipasi Nelayan Dalam Memanfaatkan Bantuan Sarana Alat Tangkap Di Kabupaten Indramayu

Retno Widihastuti, dan Mei Dwi Erlina

Penghidupan Berbasis Pertambakan Di Delta Berau: Akses, Jaringan Patronase Dan Social Interface

Bambang Indratno Gunawan

Formasi Institusi Tradisional Patron-Client Dan Strategi Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Etnis Mandar, Sulawesi Barat

Yusran Nur Indar

Perilaku Masyarakat Pesisir Terhadap Lembaga Permodalan Informal Di Lombok Timur, Nusa Tenggara Bara

Lathifatul Rosyidah, Rizky Muhartono, Nurlaili

Masyarakat Nelayan Dan Perubahan : Pergeseran Penerapan Kearifan Lokal Masyarakat Di Perkampungan Atas Air Pesisir Bontang

Elly Purnamasari dan Mohamad Ma’ruf

“Ring Tinju” Bernama Pancer Cengkrong: Perebutan Pengelolaan Sumberdaya Mangrove Di Pesisir Teluk Prigi

Edi Susilo, Pudji Purwanti, Erlinda Indrayani

Pembangunan UKM Pasca Jembatan Suramadu Di Madura

Aniek Suestiani, Herman, M. Astral

Pengelolaan Modal Kerja UMKM Budidaya Perikanan Di Kecamatan Dau Kabupaten Malang Jawa Timur

Tiwi Nurjannati Utami

Diskusi

Sesi 1.2

14.30 -16.00 Jaring Sosial Nelayan Tangkap di Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan

Wahyuningsih dan Agus Purwanto

Karakteristik Sosial Nelayan Yang Mempengaruhi Adaptasi Terhadap Aktivitas Penangkapan Di Sekitar Pelabuhan Khusus Batubara

Erma Agusliani, Achmad Syamsu Hidayat

Page 23: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pengembangan jejaring pengetahuan sosial ekonomi kelautan dan perikanan 24 Oktober 2016, Gedung Balitbang KP, KKP

22

Modal, Transformasi Kelembagaan, Dan Usaha Perikanan Artisanal Di Pulau Sumbawa

Irfan Yulianto, Tasrif Kartawijaya, Tezar Rafandi, Peni Lestari, Riandi Habonaran

Analisa Perubahan Kekuasaan dalam Eksistensi Mulung di Masyarakat Adat Baranusa

Tutus Wijanarko, Anton Wijonarno, Rilus Kinseng

Performa Kelembagaan Permodalan Usaha Penangkapan Ikan: Studi Kasus Nelayan Skala Kecil Di Eretan Wetan Kabupaten Indramayu

Hikmah, Nurlaili, Yayan Hikmayani

Budaya Tradisional Masyarakat Pantai Desa Kao Endang Retnowati

Cara Pandang, Profesionalisme Kerja dan Stigmatisasi Nelayan Bom Ikan

Andy Ahmad Zaelany

Transisi Media Pengapung Budidaya Perikanan (Pendekatan Multi Level Perpektif)

Rizki Aprilian Wijaya, Retno Misparini Rahayu dan Muhammad Bachtiyar

Ekosistem Wakatobi dan Kewibawaan Lembaga Adat Nendah Kurniasari, Andrian Ramadhan dan Lindawati

Diskusi

Page 24: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi,

Antropologi dan Kelembagaan

Page 25: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

1

001 “RING TINJU” BERNAMA PANCER CENGKRONG:

PEREBUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA MANGROVE DI PESISIR TELUK PRIGI

Edi Susilo*, Pudji Purwanti dan Erlinda Indrayani Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan

Universitas Brawijaya [email protected]

Riset ini bertujuan: (1) mendeskripsikan perkembangan hutan mangrove di Teluk Prigi, (2) Memetakan peran kelembagaan dan perorangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya mangrove, (3) menganalisis potensi dan aktual konflik dalam pengeloaan dan pemanfaatan sumberdaya mangrove, terutama di Pancer Cengkrong. Metode riset yang digunakan adalah kualitatif dengan situasi sosial perebutan pengelolaan sumberdaya, dengan aktor adalah pelaku pengelolaan dan pemanfaatan mangrove, lokasi di Pancer Cengkrong Teluk Prigi, dan aktivitas adalah perilaku dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya mangrove. Riset ini dilengkapi dengan library research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hutan mangrove di Teluk Prigi berkurang dari jumlah aeral, dari enam tinggal empat lokasi. Khusus di Pancer Cengkrong telah mengalami perluasan areal yang sempat menurun pada tahun 2008. (2) KS sebagai lembaga yang melakukan pengelolaan mangrove berdasar Surat Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, akan dinaikkan statusnya menjadi Surat Keputusan Bupati Trenggalek dengan menambah sumberdaya yang dikelola, yaitu 3 lokasi terumbu karang di Teluk Prigi. (3) Potensi konflik pengelolaan mangrove di Pancer Cengkrong tidak hanya terbatas pada ranah hukum nasional tentang pengelolaan sumberdaya yang tumpang tindih. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) AL telah melaksanakan Perjanjian (MoU) dengan Pengusaha Wisata dan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri, telah menempatkan KS sebagai bagian dari LMDH. Secara umum Pancer Cengkrong telah menjadi sebuah “Ring Tinju” bagi pengelolaan dan pemanfaatan mangrove di Teluk Prigi.

Page 26: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

2

002 PARTISIPASI NELAYAN DALAM MEMANFAATKAN BANTUAN

SARANA ALAT TANGKAP DI KABUPATEN INDRAMAYU

Retno Widihastuti, dan Mei Dwi Erlina

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan echamichelle @gmail.com

Bantuan alat tangkap dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2015, telah digulirkan pada beberapa daerah, salah satunya adalah Kabupaten Indramayu. Perguliran bantuan alat tangkap tersebut ditemui masalah. Alat tangkap yang diterima berupa jaring kantong (trammel net) tidak sesuai dengan karakteristik alat tangkap yang dibutuhkan oleh nelayan setempat. Oleh karenanya, nelayan tidak dapat langsung memanfaatkan untuk aktivitas melaut. Tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan secara mendalam mengenai partisipasi nelayan di Kabupaten Indramayu dalam memanfaatkan bantuan sarana alat tangkap dari KKP serta faktor-faktor yang mendorong partisipasi tersebut. Pendekatan penelitian menggunakan deskriptif kualitatif terkait dengan latar belakang nelayan serta hubungan antara permasalahan dan masyarakat secara terperinci. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan pada bulan Juni 2016. Pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview), sedangkan pengumpulan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Indramayu dan teknik studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukan partisipasi nelayan tinggi. Bentuk partisipasi nelayan dalam memanfaatkan bantuan sarana alat tangkap adalah 1) pemikiran dan perencanaan; 2) pendanaan; serta 3) tenaga untuk melakukan modifikasi alat tangkap jaring kantong menjadi jaring setara jaring rampus. Faktor-faktor yang mendorong partisipasi nelayan untuk mempertahankan bantuan sarana alat tangkap yaitu 1) faktor sosial dan ekonomi; 2) faktor tanggung jawab ; serta 3) faktor ketrampilan.

Kata Kunci : Jaring Kantong, Jaring Rampus, Partisipasi Nelayan, faktor-faktor yang mendorong partisipasi

Page 27: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

3

003 PENGHIDUPAN BERBASIS PERTAMBAKAN DI DELTA BERAU:

AKSES, JARINGAN PATRONASE DAN SOCIAL INTERFACE

Bambang Indratno Gunawan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

[email protected]

Penghidupan masyarakat pesisir merupakan konstruksi dari kontestasi nilai-nilai, pengetahuan dan kepentingan dari berbagai aktor-aktor sosial dalam konstelasi lingkungan sosial ekonomi dan politik. Tujuan penelitian ini adalah: (1) memahami bagaimana akses terhadap sumberdaya pesisir dan peran jaringan patronase dalam pembangunan pertambakan; (2) mengkaji proses social interface dalam penghidupan masyarakat berbasis pertambakan di wilayah studi. Pendekatan studi menggunakan kerangka berpikir actor-oriented approach (Long, 2001) untuk menginvestigasi situasi keseharian dan dinamika interaksi sosial dalam pembangunan pertambakan pada berbagai skala sosial dengan metode etnografi. Penelitian lapangan dilakukan secara intensif di Desa Pegat Batumbuk pada kawasan Delta Berau dalam kurun waktu 2009-2010 dan kunjungan singkat pada April 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah pesisir di Delta Berau adalah wilayah frontier yang bersifat open-access bagi pendatang Bugis dan akses terhadap sumberdaya mangrove difasilitasi oleh elit desa untuk kepentingan kekuasaan dan ekonomi. Wilayah mangrove menjadi arena sosial politik antara kepala desa dan sekretaris, punggawa- baik sebagai pemilik tambak dan bos, dan pedagang udang, petugas lapangan dan staf Dinas, kepala desa dan kepala dinas atas kontestasi dari berbagai kepentingan dan representasi. Aktor-aktor sosial menggunakan agensi mereka untuk mempertahankan dan memperbaiki penghidupan berbasis tambak dengan terlibat dalam jaringan patronase yang bersifat translokal, multi-skalar dan berorientasi kepentingan ekonomi politik. Penghidupan berbasis pertambakan di wilayah Delta Berau adalah produk dari proses social interface dan jaringan politik antar aktor-aktor sosial yang melewati batas-batas administrasi dan kelembagaan sosial. Kata Kunci: Pertambakan, Actor-Oriented Approach, Akses, Jaringan Patronase, Social

Interface

Page 28: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

4

004 KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT KABUPATEN

KEPULAUAN TALAUD DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT MELALUI TRADISI “MANE’E”

Mei Dwi Erlina dan Muhadjir Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Tradisi Mane’e dikalangan masyarakat Kepulauan Talaud merupakan keunikan lokal dari sebuah peristiwa sosial dan upacara tradisi ini merupakan tradisi turun temurun. Masyarakat Kepulauan Talaud memegang teguh adat istiadat warisan leluhur, mereka memiliki banyak aturan dan pandangan hidup dalam mengelola dan melestarikan sumberdaya laut. Tujuan penelitian ini adalah adalah (1) melakukan identifikasi terkait dengan peran kelembagaan adat di Kabupaten Kepulauan Talaud, (2) melakukan identifikasi terkait dengan tradisi Mane’e dalam mendukung kelestarian sumberdaya laut, dan (3) melakukan analisis tentang mekanisme penegakkan aturan dalam tradisi Mane’e. Hasil dari kajian ini adalah bahwa Lembaga Adat yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud berdampingan dengan sistem pemerintahan nasional. Kepemimpinan Lembaga Adat memiliki peranan yang besar dalam menciptakan suatu kondisi keseimbangan dalam pembangunan baik di lingkup kabupaten, kecamatan maupun desa di daerah Kabupaten Kepulauan Talaud. Tradisi Mane’e adalah wujud kearifan masyarakat Talaud dalam mengelola sumber daya laut. Leluhur masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud telah meninggalkan harta warisan tak ternilai untuk selalu menjaga dan melestarikan hubungan cinta (timbal-balik) manusia dengan alam melalui tradisi Eha dan Mane'e. Kata Kunci : Kearifan Tradisional, Pengelolaan, Sumberdaya Laut, Tradisi Mane’e

Page 29: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

5

005 DAMPAK KOMERSIALISASI TRADISI MANE’E DI DESA

KAKOROTAN, KECAMATAN NANUSA, KABUPATEN TALAUD, SULAWESI UTARA

Lathifatul Rosyidah dan Risna Yusuf Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Pengelolaan sumberdaya laut berbasis kearifan lokal di Kabupaten Talaud tercermin dengan diberlakukannya tradisi Mane’e oleh masyarakat dan tokoh adat setempat yang telah dilakukan secara turun temurun. Pengelolan yang mereka terapkan yaitu berupa larangan penangkapan ikan di area yang telah ditetapkan di sekitar Pulau Nanusa. Lambat laun pemerintah daerah menjadikan budaya ini sebagai agenda tahunan yang menjadi andalan pariwisata di Kabupaten Kepulauan Talaud. Dengan adanya komersialisasi budaya menjadi tujuan wisata pasti memnimbulkan dampak positif maupun negative. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan tradisi Mane’e yang menarik perhatian pengunjung memberikan dampak yang cukup berpengaruh bagi kehidupan masyarakat maupun lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung . Hasil kajian ini yaitu tradisi Mane’e memberikan dampak baik bagi masyarakat, lingkungan, social budaya, dalam hal ini berupa benturan budaya yang dibawa oleh pengunjung. Kata Kunci : Pariwisata, Pengelolaan Sumberdaya Laut, Kearifan Lokal, Mane’e

Page 30: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

6

006 FORMASI INSTITUSI TRADISIONAL PATRON-CLIENT DAN STRATEGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR ETNIS

MANDAR, SULAWESI BARAT

Yusran Nur Indar [email protected]

Institusi tradisional patron-client atau secara lokal dikenal sebagai ponggawa-sawi berperan sangat penting dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dan indikator kesejahteraan, terutama dalam hal pengoperasian alat tangkap dengan jumlah tenaga kerja banyak. Dominasi penggunaan alat tangkap payang pada etnis Mandar dan kesejahteraan tenaga kerjanya sangat ditentukan oleh formasi dan performa institusi tradisionalnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juni 2016 untuk mengkaji argumentasi perubahan formasi ponggawa-sawi dari sistem vertikal ke sistem horizontal membawa dampak pada kesejahteraan tenaga kerjanya (Sawi), termasuk strategi kesejahteraan rumah tangganya. 5 ponggawa dan 14 sawi dipilih secara acak (Random sampling) untuk keterwakilan pengoperasian alat tangkap payang, termasuk wawancata dengan anggota keluarganya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan formasi ponggawa-sawinya meningkatkan peran sawi dalam hal tawar menawar, yang dulunya sawi hanya dianggap sebagai tenaga kerja (buruh) semata. Hal lain adalah meningkatnya peran para isteri dalam strategi peningkatan kesejahteraan rumah tangganya.

Kata Kunci : Ponggawa-Sawi, Etnis Mandar, Payang

Page 31: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

7

007 PERILAKU MASYARAKAT PESISIR TERHADAP LEMBAGA PERMODALAN INFORMAL DI LOMBOK TIMUR, NUSA

TENGGARA BARAT

Lathifatul Rosyidah, Rizky Muhartono, Nurlaili Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Keberadaan lembaga permodalan di tengah-tengah masyarakat pesisir di Lombok Timur banyak memberikan dampak yang cukup berpengaruh dalam pengembangan usaha. Pada umumnya lembaga permodalan yang ada di Kabupaten Lombok Timur terdiri dari dua jenis yaitu lembaga formal dan informal. Fenomena pemilihan lembaga informal pada kalangan masyarakat pesisir biasanya lebih terarah pada hubungan patron-client antara ABK, pemilik perahu, dan tengkulak. Namun maraknya praktik rentenir juga turut mewarnai pola-pola lembaga permodalan informal yang ada di lokasi penelitian. Jika pada umumnya lembaga permodalan formal memberikan kredit untuk mengembangkan iklim usaha pada masyarakat, berbeda halnya dengan kelembagaan permodalan informal yang mengambil keuntungan yang besar pada masyarakat. Tidak jarang praktik hubungan dengan lembaga permodalan informal berujung pada semakin menambah kemiskinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat terhadap keberadaan lembaga informal serta karakteristik lembaga permodalan informal yang ada di Lombok Timur. Umumnya masyarakat meminjam di lembaga informal karena lembaga formal yang ada mempersyaratkan jaminan. Sementara itu, keberadaan lembaga permodalan informal memberikan syarat yang mudah namun berdampak negatif karena bunga yang terlampau tinggi dan sistem penagihan yang bersifat harian. Sanksi yang diterapkan jika terjadi keterlambatan pembayaran juga sangat memberatkan yaitu berupa pembayaran denda sekaligus harus mengembalikan seluruh hutang yang ada. Namun disisi lain, masyarakat juga tidak memiliki pilihan lain untuk mendapatkan modal secara cepat dan tanpa agunan.

Kata Kunci: Perilaku Masyarakat, Pesisir, Permodalan Informal, Permodalan Formal

Page 32: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

8

008 MASYARAKAT NELAYAN DAN PERUBAHAN :

PERGESERAN PENERAPAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DI PERKAMPUNGAN ATAS AIR PESISIR BONTANG

Elly Purnamasari dan Mohamad Ma’ruf

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Mulawarman Samarinda [email protected] dan [email protected]

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kearifan lokal dan mengkaji perubahan yang terjadi berkaitan dengan bergesernya pemahaman dan penerapan kearifan lokal oleh masyarakat pesisir yang diakibatkan beragam faktor internal dan eksternal. Lokasi penelitian di Dusun Selangan Laut dan Tihi-tihi, Kelurahan Bontang Lestari dan Dusun Malahing Kelurahan Tanjung Laut Indah pesisir Kota Bontang. Data diperoleh berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi dan FGD dengan para informan kunci yang ditentukan secara purposive sampling. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, membandingkan kondisi dahulu dan kondisi aktual berkaitan dengan penerapan kearifan lokal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beragam kearifan lokal pada masyarakat nelayan berkaitan dengan kepercayaan dan pantangan, pengetahuan dan keterampilan, etika dan aturan serta tradisi pengelolaan sumberdaya lokal yang beberapa di antaranya mulai ditinggalkan. Pergeseran penerapan kearifan lokal tersebut disebabkan beberapa faktor internal (meningkatnya pendidikan, pengetahuan agama, pengetahuan dan keterampilan masyarakat, serta karakter masyarakat) serta faktor eksternal (pendatang baru, perkembangan media informasi dan komunikasi, bantuan sarana/prasarana umum dan produksi, sosialisasi dan penyuluhan, pembinaa/pelatihan/studi banding, kebijakan dan peraturan dari berbagai pihak, kondisi alam serta pencemaran air dan udara).

Kata Kunci: Social Exchange, Fisherman, Local Wisdom

Page 33: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

9

009 PEMBANGUNAN UKM PASCA JEMBATAN SURAMADU DI

MADURA

Aniek Suestiani, Herman, M. Astral Universitas Hang Tuah

[email protected]

Pembangunan ekonomi Indonesia pada krisis ekonomi dipertengahan tahun 1997 pertumbuhan ekonomi terhenti, bahkan taraf hidup rakyat Indonesia merosot tajam. Di masa mendatang pembangunan ekonomi Indonesia mendapati 2 tantangan utama, yaitu pengaruh globalisasi & desentralisasi. Disisi lain globalisasi merupakan ancaman, jika bangsa Indonesia tidak bersiap diri dan menghadapi persaingan yang semakin ketat maka yang dihadapi Provinsi Jawa Timur khususnya adalah masih rendahnya usaha kecil menengah dalam perekonomian disebabkan aset pendanaan masih rumit, pengadaan bahan baku sulit UKM terbatas pada pasar domestic, belum siapnya UKM terhadap sumber informasi (pasar, teknologi dan desain). Untuk mengidentifikasikan potensi dan permasalahan diperlukan analisis, deskriptif, kualitatif dan mendeskripsikan dalam bentuk diagram-diagram yang mudah dipahami, metode pengolahan dan analisa data SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threath). Metode SWOT digunakan menentukan potensi pengembangan dengan menganalisa jalur Eksternal & Internal yang mempengaruhi program pembinaan dan pengembangan usaha kecil menengah (UKM) dalam mengendalikan perekonomian rakyat miskin di Madura paska jembatan Suramadu. Kata Kunci: UKM di Madura, Perekonomian Paska Jembatan Suramadu

Page 34: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

10

010 JARING SOSIAL NELAYAN TANGKAP DI KEPULAUAN

TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN

Wahyuningsih1 dan Agus Purwanto2

1 Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo 2 BP2LHK Manado

Kerusakan ekosistem yang mengakibatkan perubahan ekologis di suatu wilayah pesisir dan laut, memiliki implikasi secara langsung terhadap masyarakat di wilayah tersebut. Respon merupakan awal dari sebuah strategi adaptasi oleh masyarakat yang dihasilkan melalui pemahaman terhadap dampak dari perubahan ekologis yang terjadi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pola hidup nelayan terhadap perubahan ekologis di wilayah pesisir dan laut di Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan dengan menggunakan pendekatan jaringan sosial sebagai pilihan dari strategi adaptasi. Penelitian ini menggunakan metode campuran antara kualitatif sebagai metode primer dan kuantitatif sebagai pendukung. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jaringan sosial masyarakat nelayan dan kondisi biofisik lingkungan. Metode kuantitatif digunakan untuk memperoleh informasi pada aspek sosial budaya dan pada aspek sosial ekonomi dengan populasi masyarakat nelayan Kepulauan Tanakeke dengan ukuran sampel yang diambil sebanyak 90 kepala keluarga. Analisis dalam penggabungan kedua metode menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa strategi adaptasi, namun jaringan sosial merupakan satu-satunya strategi adaptasi yang paling efektif bagi rumah tangga nelayan Kepulauan Tanakeke dikarenakan oleh kondisi hubungan/interaksi di lingkungan nelayan Kepulauan Tanakeke masih cukup kental. Memiliki kekerabatan, kerjasama dan rasa saling percaya bisa dijadikan dasar untuk melakukan jaringan sosial dalam lingkungan nelayan Kepulauan Tanakeke ini. Selain itu, masih relatif berkembangnya ikatan emosional di masyarakat nelayan Kepulauan Tanakeke berdasarkan prinsip nilai-nilai kekerabatan, pertemanan dan ketetanggan yang memberikan peluang dalam pembentukan dan pemanfaatan fungsi jaringan sosial. Bentuk jaringan sosial yang ada di lingkungan masyarakat nelayan Kepulauan Tanakeke yakni jaringan horizontal kekerabatan/saudara (Bonding), jaringan horizontal campuran pertemanan/sahabat dan tetangga (Bridging) dan jaringan vertikal hubungan antara patron dan klien (Linking). Pemanfaatan kedua bentuk jaringan sosial tersebut (horizontal dan 2 vertikal) dipilih sebagai strategi adaptasi akibat perubahan ekologis di wilayah pesisir dan laut Kepulauan Tanakeke untuk mensiasati kesulitan hidup keluarga atau tekanan ekonomi sehingga bisa mempertahankan kelangsungan hidup nelayan Kepulauan Tanakeke. Kata Kunci : Adaptasi Lingkungan, Jaringan Sosial, Nelayan Tangkap, Ekologis.

Page 35: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

11

011 KARAKTERISTIK SOSIAL NELAYAN YANG MEMPENGARUHI

ADAPTASI TERHADAP AKTIVITAS PENANGKAPAN DI SEKITAR PELABUHAN KHUSUS BATUBARA

Erma Agusliani1, Achmad Syamsu Hidayat1 1Program Studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Lambung Mangkurat [email protected], [email protected]

Aktivitas pelabuhan khusus batubara mengakibatkan terganggunya kegiatan penangkapan nelayan pesisir yang berpengaruh pada penurunan produksi penangkapan. Dalam upaya menyikapi hal tersebut, nelayan pesisir melakukan beberapa adaptasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis adaptasi nelayan pesisir terhadap dampak aktivitas pelabuhan khusus batubara pada usaha penangkapan dan karakteristik sosial nelayan yang mempengaruhi pilihan adaptasi tersebut. Penelitian dilakukan di Desa Muara Asam-Asam Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2015. Metode penelitian menggunakan metode survei. Pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan adaptasi penganekaragaman alat tangkap paling banyak (37,25%) dipilih karena kapal sebagai barang investasi terbesar tidak berubah sehingga nelayan tidak perlu membeli kapal lagi dan tidak adanya ketrampilan lain selain melaut. Berikutnya adalah mengalihkan wilayah penangkapan (31,37%), mendorong peran serta keluarga dalam mencari nafkah (17,65%) dan memiliki pekerjaan sampingan (13,73%). Karakteristik nelayan pesisir yaitu umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman tidak mempengaruhi pilihan strategi adaptasi penganekaragaman alat tangkap, mengalihkan wilayah penangkapan dan memiliki pekerjaan sampingan sedangkan karakteristik jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap pilihan strategi adaptasi mendorong peran serta anggota keluarga dalam mencari nafkah.

Kata kunci : Nelayan pesisir, Pelabuhan khusus batubara, adaptasi, karakteristik sosial

Page 36: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

12

012 MODAL, TRANSFORMASI KELEMBAGAAN, DAN USAHA

PERIKANAN ARTISANAL DI PULAU SUMBAWA

Irfan Yulianto1*, Irfan Yulianto1, Tasrif Kartawijaya1, Tezar Rafandi1, Peni Lestari1 dan Riandi Habonaran1

1 Marine Programs, Wildlife Conservation Society, JL. Tampomas No.35, Babakan, Bogor Tengah, Bogor, Jawa Barat.

([email protected])

Pulau Sumbawa dengan usaha perikanan artisanal yang menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakat pesisir, telah berkembang sebagai industri yang memenuhi permintaan pasar global. Para pemodal besar yang datang dengan kepentingan untuk menguasai rantai pasokan komoditas perikanan, adalah ikhwal dari kelembagaan usaha perikanan artisanal mengakomodir kepentingan untuk pemenuhan industri. Hal tersebut pada akhirnya menimbulkan ketergantungan masyarakat dalam bentuk modal, untuk keperluan transaksi dan produksi. Oleh karena itu transformasi kelembagaan usaha, di satu sisi kemudian menimbulkan ironi tersendiri, karena masyarakat sebagai pelaku usaha tidak dapat secara mandiri menentukan laju usaha. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ketergantungan modal yang mendera masyarakat pesisir di Pulau Sumbawa, terus dipelihara para pemodal karena membuka peluang untuk tercipta dan terjaganya integrasi virtual di setiap lini kelembagaan usaha perikanan artisanal. Bagi para pemodal, integrasi virtual akan menghasilkan efisiensi dalam hal pengembangan bisnis, dimana sangat strategis bagi kepentingan jangka panjang dalam keperluan untuk mendikte keinginan pasar. Namun, bagi kelembagaan perikanan artisanal, hal itu menyebabkan terjadinya monopoli pasar yang jelas merugikan masyarakat.

Kata Kunci: Kelembagaan, Transformasi, Integrasi Virtual, Monopoli Pasar

Page 37: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

13

013 ANALISA PERUBAHAN KEKUASAAN DALAM EKSISTENSI

MULUNG DI MASYARAKAT ADAT BARANUSA

Tutus Wijanarko1, Anton Wijonarno1 dan Rilus Kinseng2

1 WWF Indonesia ([email protected], [email protected])

2Fakultas Ekologi Manusia IPB ([email protected])

Kearifan lokal sebagai sebuah nilai adat menjadi hal yang berharga bagi masyarakat adat dalam menjalankan aspek kehidupan sosial. Kearifan lokal tersebut menjadi pengarusutamaan dalam pengelolaan sumberdaya alam terutama eksistensinya dalam struktur & kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Kearifan lokal Mulung dimiliki oleh masyarakat Adat Baranusa, di Kabupaten Alor. Mulung yang berarti larangan merupakan sebuah pranata adat yang terbagi dalam dua bentuk, yaitu Hading Mulung (menutup sebagian perairan laut yang dikelola untuk tidak dimanfaatkan) dan Hoba Mulung (membuka perairan laut untuk dimanfaatkan). Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2014 – Oktober 2016 berlokasi di wilayah adat Baranusa, Kecamatan Pantar Barat Kabupaten Alor yang termasuk ke dalam Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan Perairan Sekitarnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pola perubahan kekuasaan yang berpengaruh terhadap eksistensi pranata adat Mulung dan eksistensinya terhadap pengelolaan sumberdaya alam di Suaka Alam Perairan Selat Pantar. Faktor perubahan bentuk kekuasaan dan pemerintahan yang bergeser dari jaman kerajaan (sebelum jaman penjajahan), desa gaya baru - pemerintahan oleh negara (tahun 60 an) dan pada era demokrasi (tahun 90 an) hingga sekarang menjadikan pranata adat tersebut luntur bahkan hilang. Adanya kesadaran kritis masyarakat adat Baranusa saat ini membuat mereka bersepakat untuk merevitalisasi (menghidupkan kembali) pranata adat Mulung di wilayah ulayat adat mereka (Perairan laut Pulau Lapang dan Batang).

Kata Kunci: Pranata Adat, Mulung, Baranusa, Perubahan Kekuasaan, Revitalisasi, Kawasan

Konservasi Perairan

Page 38: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

14

014 PERFORMA KELEMBAGAAN PERMODALAN USAHA

PENANGKAPAN IKAN: STUDI KASUS NELAYAN SKALA KECIL DI ERETAN WETAN KABUPATEN INDRAMAYU

Hikmah, Nurlaili, dan Yayan Hikmayani Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

([email protected])

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran performa kelembagaan permodalan usaha penangkapan ikan dengan mengambil kasus nelayan skala kecil di Eretan Wetan Kabupaten Indramayu. Sebagian Besar nelayan skala kecil di Eretan Wetan tidak mampu membiayai usahanya dengan modal sendiri. Pada umumnya mereka melakukan pinjaman modal ke lembaga formal maupun informal. Lembaga permodalan yang sering dimanfaatkan para nelayan skala kecil untuk membiayai usahanya adalah lembaga permodalan informal. Lembaga permodalan informal ini dirasakan para nelayan lebih memberikan fasilitas permodalan baik permodalan untuk investasi maupun untuk kebutuhan biaya operasional untuk melaut. Kelembagaan permodalan informal lebih menekankan pada fleksibelitas. Pemodal memiliki hak pemilikan kapital yang bersifat privat sehingga memberikan kebebasan untuk menentukan batasan aturan dan kebijakan pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan nelayan. Lembaga permodalan formal untuk masyarakat pedesaan masih belum banyak dimanfaatkan oleh nelayan kecil. Hal ini disebabkan karena persyaratan bank konvensional masih memberatkan dan sulit dipenuhi bagi nelayan skala kecil di Eretan Wetan Kebijakan pinjaman yang dilakukan oleh lembaga permodalan informal dianggap mampu memecahkan memecahkan masalah finansial dan masalah usaha lainnya yang dihadapi oleh nelayan, seperti pemasaran hasil tangkapan. Kata Kunci : Kelembagaan, Permodalan, Nelayan Skala Kecil

Page 39: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

15

015 PENGELOLAAN MODAL KERJA UMKM BUDIDAYA PERIKANAN

DI KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR

Tiwi Nurjannati Utami Dosen Program Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Brawijaya

([email protected])

Salah satu bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang potensial adalah usaha perikanan. Namun potensi UMKM perikanan seringkali menghadapi berbagai kendala, diantaranya sering terjadi mismatch cash flow, rendahnya akses sumber pendanaan formal, dan kurangnya pemahaman tentang pengelolaan keuangan utamanya pengelolaan modal kerja. Penelitian ini dilakukan pada UMKM budidaya perikanan yang tergabung dalam Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Sumbermina Lestari di Desa Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengelolaan modal kerja dan bagaimana UMKM budidaya perikanan mengatasi kendala yang mereka hadapi. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada UMKM budidaya perikanan di Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM budidaya perikanan dalam penelitian ini belum memanfaatkan sumber pendanaan formal, meskipun pernah ada upaya untuk mendapatkan tetapi karena keterbatasan akses maka mereka tidak dapat mewujudkannya. Sumber pendanaan yang utama pada UMKM tersebut adalah modal sendiri. Kebutuhan input produksi juga dipenuhi tanpa adanya hutang dagang, bahkan bahan baku indukan disediakan sendiri dari proses pembesaran ikan. Arus kas relatif lancar diantaranya karena sebagian besar pembeli produk adalah UMKM pembesaran ikan yang menjadi anggota UPR Sumbermina Lestari dengan sistem pembayaran tunai, meskipun kadang ada beberapa pembeli yang melakukan pembelian secara kredit. Namun demikian, kebijakan pengusaha untuk mendanai usaha dengan modal sendiri ini kurang dapat mendukung untuk peningkatan skala usahanya. Dapat dikatakan bahwa kebijakan modal kerja UMKM tersebut adalah bersifat konservatif yaitu menggunakan modal sendiri untuk mendanai aktiva lancar. Agar UMKM budidaya perikanan dapat berkembang maka disarankan untuk memperkuat hubungan antar pelaku UMKM budidaya perikanan dan berbagai pihak seperti mitra penyedia sumber pendanaan, pemerintah dan masyarakat pengusaha pembesaran ikan di luar wilayah UMKM tersebut.

Kata Kunci: UMKM Perikanan, Kebijakan Modal Kerja, Konservatif

Page 40: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

16

016 BUDAYA TRADISIONAL MASYARAKAT PANTAI DESA KAO

Endang Retnowati

Tujuan kajian ini adalah untuk menemukan alasan komunitas Kao melestarikan kebudayaan mereka di tengah budaya global ini. Apa makna budaya tradisional bagi masyarakat Desa Kao pada masa budaya global ini? Studi ini merupakan studi dokumentasi, data berupa data pustaka. Data ditata, didiskripsikan dan dipahami dengan metode hermeneutika. Pemahaman masalah menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tradisional masyarakat pantai Desa Kao masih menjadi dasar bagi hubungan sosial dan bangunan solidaritas komunitas etnik Kao. Karena itu budaya tradisional masyarakat Desa Kao membutuhkan perhatian pemerintah daerah agar generasi muda memahami makna budaya tradisional mereka melalui pendidikan formal.

Page 41: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

17

017 TRANSISI MEDIA PENGAPUNG BUDIDAYA PERIKANAN

(PENDEKATAN MULTI LEVEL PERPEKTIF)

Rizki Aprilian Wijaya1,2

, Retno Misparini Rahayu2 dan Muhammad Bachtiyar

2

Email : [email protected]

Sejak beberapa tahun terakhir, produksi perikanan Indonesia yang berasal dari budidaya perikanan (aquaculture) menunjukan peningkatan dibandingkan perikanan tangkap. Budidaya perikanan merupakan suatu kegiatan memproduksi biota akuatik dalam lingkungan terkontrol menggunakan suatu media. Media untuk melakukan budidaya perikanan bermacam – macam, salah satunya adalah media pengapung budidaya ikan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis transisi media pengapung budidaya perikanan di Indonesia yang semula menggunakan bahan – bahan alami berubah menjadi bahan sintetis. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada informan pelaku usaha penyedia karamba jaring apung dan penelusuran data sekunder. Analisis data dilakukan melalui pendekatan Multi Level Perspektive (MLP). Metode budidaya perikanan yang dijadikan objek pembahasan adalah karamba ikan, karamba jaring apung (KJA) konvensional dan KJA non konvensional. Kata kunci: Media Pengapung, Budidaya Perikanan, Multi level Perspektif

Page 42: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Sosiologi, Antropologi dan Kelembagaan

18

018 CARA PANDANG, PROFESIONALISME KERJA DAN

STIGMATISASI NELAYAN BOM IKAN

Dr. Andy Ahmad Zaelany Puslit Kependudukan LIPI [email protected]

Fenomena nelaya n bom ika n s er ingkal i dikai t kan ketidak pedul ia n, kek urang peng eta hua n dan “ mental nrabas” dar i nelayan pelak unya . Dar i hasi l penel i t ian, penggunaa n bom ika n diantara j uga denga n didas ar i suatu cara pa nda ng et nik : “ Ika n di laut t i dak a kan per na h ha bis, sebel um pohon -pohon di darat habis . J ika ika n di laut ha bis, ta nda kia ma t suda h s egera t iba”. K edua, pr of esional res ponsibi l i ty di tunj ukka n oleh para nelayan yang menggunaka n bom ika n s ebagai a la t tangk apnya . Par a nelaya n ini menunj uk kan s is i entr epr eneurshi p dengan menga mbi l r i s iko ya ng para nelay an la innya belum tent u bersedia meng elola r i s iko i ni : biaya penggunaa n alat ta ngkap mahal , t erta ngkap pol is i dan di penj ara, r i s ik o celaka pa da s aat pengg unaa n bom ika n dan st igma sebagai pelak u destruc tive f i s hing . P enel i t ian ini di lak uka n s ecara t ime s er ies s emenjak tahun 1999 di P ula u Karang ( na ma anonim) , Provinsi S ulaw esi S elatan , da n denga n menerapka n met ode et nografi . T ul i sa n ini ha nya merupaka n sebagian dar i hasi l penel i t ia n ters ebut .

Kata Kunci : Bom Ikan, Cara Pandang Nelayan, Profesionalisme Kerja, Sulawesi Selatan

Page 43: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan

Hukum Kelautan dan

Perikanan

Page 44: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

19

001 DAMPAK KEBIJAKAN IUU FISHING (MORATORIUM IZIN

USAHA PENANGKAPAN IKAN) TERHADAP LULUSAN SMK KELAUTAN DAN PERIKANAN

Susanti Withaningsih1, Jimy Kalther2, Fajar Dwi Noviandri3

[email protected]

Keterbatasan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) seringkali dijadikan sebagai penyebab belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di Indonesia. Sementara itu, untuk mencapai pemanfaatan sumber daya kelautan yang optimal dan berkelanjutan dibutuhkan SDM yang berkualitas dan memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu jawaban yang tepat untuk dijadikan sebagai salah satu solusi terhadap permasalah sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan. SMK Kelautan dan Perikanan diharapkan mampu menghasilkan lulusan/sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Dengan demikian, potensi sumber daya kelautan yang begitu besar di Indonesia dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan optimal serta berkelanjutan untuk membantu mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun, penyerapan SDM yang dihasilkan SMK KP di Indonesia juga masih terbatas hanya pada kegiatan perikanan skala besar. Di sisi lain, Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) RI memberlakukan Peraturan Moratorium Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (56/PERMEN-KP/2014) pada tahun 2014 yang mengakibatkan sebagian perusahaan perikanan berhenti beroperasi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh peraturan tersebut terhadap penyerapan SDM yang dilahirkan oleh SMK KP di Indonesia, serta skema kebijakan seperti apa yang sebaiknya diterapkan untuk memaksimalkan SDM di bidang kelautan dan perikanan. Dalam tulisan ini juga dibahas bagaimana kebijakan yang berlaku (di bidang kelautan dan perikanan, serta bidang lainnya seperti pendidikan dan perhubungan) berpengaruh terhadap penyediaan SDM melalui SMK KP. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan metode kualitatif, dimana analisis trade-off digunakan sebagai alat analisis utama. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perubahan trend penyerapan lulusan SMK KP setelah diberlakukannya peraturan penghentian sementara perizinan usaha penangkapan ikan tersebut. Belum adanya sinergitas kebijakan di bidang kelautan dan perikanan dengan bidang pendidikan dan perhubungan mengakibatkan sulitnya para lulusan SMK KP (terutama di bidang penangkapan ikan) untuk mencapai karir yang baik di bidangnya.

Kata Kunci: SMK Kelautan dan Perikanan, Sumberdaya Manusia, Kebijakan, IUU Fishing.

Page 45: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

20

002 THE IMPACT OF CORAL REEF REHABILITATION AND

MANAGEMENT PROGRAM (COREMAP) ON PEOPLE’S WELFARE AND BIODIVERSITY: THE EASTERN PART OF

INDONESIA

Sopian Hidayat, Umi Muawanah Poverty and resource degradation are two immense problems in Indonesia faced

by fishers who live in coastal and small islands. In response to the issue, Indonesian government has established a project on Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) funded by World Bank (eastern part of Indonesia) and Asian Development Bank (western part of Indonesia) to address the problem. The project provided assistance on capacity building to the villages involved in the project, including training on business management, training on alternative livelihood and programs on marine resource management. This study thus had the objective to evaluate the impact of COREMAP program on fishers’ welfare by comparing the beneficiaries with non-beneficiaries (counterfactual group) and also analyzed the perspective of fishers on condition of marine biodiversity before and after project year. This study analyzed 714 fishers’ households in Eastern Indonesia in the districts of Wakatobi, Pangkep and Raja Ampat (as COREMAP sites), Muna, Makassar and Kaimana (as control sites) based on survey conducted from January to March 2016. To assess the impact of COREMAP program on various aspects, propensity score matching (PSM) was employed on COREMAP and non COREMAP villages. To complement the analysis, national survey on household’s welfare on the COREMAP villages and non-COREMAP Villages have been used. As it is now the COREMAP III is being implemented, the study provided critical inputs for the on going implementation and the planning and designing of other similar programs in the future especially for marine resource management in Indonesia. In particular, the result from this study was to provide strategic directions toward program evaluation for coastal resource management as a whole. The studies found that there are livelihood impacts of COREMAP II program on coastal communities. Particularly, beneficiaries are better off than non-beneficiaries and control in terms of alternative incomes, household incomes, marine biodiversity . The alternative income program, surveillence activity and enhancing people awareness on marine resources are considered as factors that able to reduce the fishing pressure on COREMAP area.

Page 46: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

21

003 SKENARIO PENGELOLAAN PERIKANAN LOBSTER BATU (PANULIRUS PENICILLATUS) DI PANTAI SELATAN JAWA

Andhika Prima Prasetyo1, Ignatius Tri Hargiyatno1 dan Moh. Fauzi2

Penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan scenario pengelolaan perikanan lobster batu (Panulirus penicillatus) di Perairan Selatan Jawa pada kondisi umur pertama kali tertangkap (tc) dan tingkat pemanfaatan (f) yang berbeda. Rekomendasi tersebut didukung dengan information mengenai tangkapan menurut umur (YPR), laju penangkapan optimal (H), manfaat ekonomi menurut umur, rasio potensi pemijahan (SPR). Age-structured model yang dikembangkan olehh Russell (1942) dalam Haddon (2001) digunakan untuk menganalisis data dan informasi yang tersedia. Hasil analisis menunjukkan tangkapan dan keuntungan optimal dapat diperoleh pada saat age at first capture (tc) sebesar 40 bulan (~Lc117.29 mmCL). Langkah pengelolaan perlu memastikan penurunan fishing mortality (F) hingga mencapai 0.25-0.5/tahun atau setara dengan penurunan upaya sebesar 246-288 trip/tahun. Langkah pengelolaan dapat pula berupa meningkatkan selektifitas penangkapan atau ukuran pasar untuk umur lobster lebih dari 25 bulan (~Lc 93.24 mmCL). Status pemanfaatan saat ini ialah F=1.64/tahun dan tc= 10 bulan (~Lc 48.86 mmCL), kondisi tersebut diikuti oleh nilai harvest rate H 0.81/year; SPR 6%. Lebih lanjut perikanan lobster dapat berkelanjutan baik dari aspek ekologi maupun ekonomi bila lobter dimanfaatkan pada umur dan tingkat upaya yang sesuai.

Kata Kunci: Skenario pengelolaan, perikanan lobster batu, Pantai Selatan Jawa

Page 47: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

22

004 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG DAYA SAING NASIONAL BERBASIS INDUSTRI RUMPUT LAUT DI INDONESIA

Anugerah Yuka Asmara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

[email protected]

Indonesia merupakan penghasil rumput laut mentah terbesar di dunia sejak tahun 2007 dan saat ini telah mengalahkan Filipina dalam hal produksinya. Akan tetapi sebagian besar rumput laut mentah tersebut diekspor ke negara lain dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan oleh industri pengolahan di dalam negeri. Dukungan pemerintah dalam mendorong tumbuhkembangnya industri pengolahan rumput laut nasional masih sangat terbatas. Meskipun demikian, beberapa perusahaan pengolahan rumput laut telah berhasil memasarkan produk-produknya di pasar dalam dan luar negeri. Studi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan pemerintah yang ada saat ini dan bagaimana langkah ke depan dalam mendorong industri pengolahan rumput laut. Hasil temuan studi ini bahwa saat ini Pemerintah Indonesia memiliki banyak kebijakan dalam mendorong industri berbasis agro termasuk industri pengolahan rumput laut yang telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pengembangan industri nasional. Salah satu kebijakan yang dimaksud ialah adanya Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN 2015-2035) yang menempatkan rumput laut sebagai salah satu sumber industri pangan nasional. Kata Kunci: Kebijakan, Ekonomi, Kelautan, Industri, Rumput laut.

Page 48: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

23

005 KAJIAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA NELAYAN (KASUS DI KECAMATAN PASIR LIMAU KAPAS KABUPATEN ROKAN HILIR

PROVINSI RIAU)

Hendrik, Trisla Warningsih, Ridar Hendri Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

[email protected]

Penelitian tentang penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan telah dilakukan di Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika) Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau pada bulan Januari - Maret 2015. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan dan upaya dalam mengatasi kemiskinan rumah tangga nelayan. Metode yang digunakan adalah metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab kemiskinan nelayan adalah tingginya pengeluaran dan rendahnya pendapatan. Tingginya pengeluaran disebabkan oleh aksesibilitas daerah yang sulit, kebiasaan nelayan yang konsumtif dan boros, sulitnya mendapatkan air bersih dan banyaknya tanggungan keluarga. Sedangkan faktor rendahnya pendapatan disebabkan oleh sebagian besar nelayan bekerja sebagai nelayan buruh, hasil tangkapan yang kecil dengan nilai ekonomis serta belum optimalnya diversifikasi pekerjaan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemiskinan di daerah ini adalah dengan melakukan pembangunan fisik seperti perbaikan infrastruktur jalan dan penyediaan air bersih; pembangunan sumberdaya manusia seperti peningkatan program keluarga berencana serta perubahan perilaku konsumtif dan boros; dan pengembangan ekonomi produktif melalui peningkatan usaha budidaya kerang dan peningkatan nilai tambah produk perikanan melalui kegiatan pengolahan.

Kata Kunci: Kemiskinan, Pendapatan, Pengeluaran, Sumberdaya manusia, Ekonomi

Produktif

Page 49: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

24

006 RENCANA PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) DESA OLELE KECAMATAN KABILA BONE

KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

Yuniarti Koniyo Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

[email protected]

Tujuan umum kegiatan penyususnan rencana pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ini adalah menyusun konsep, arahan rekomendasi pola pengelolaan kawasan konservasi laut daerah secara jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek untuk konservasi habitat, proses-proses ekologi, dan perlindungan nilai sumberdaya sehingga kegiatan perikanan, pariwisata dan penelitian, pendidikan dapat dilaksanakan secara sinergis dan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode survey dan obserasi langsung, dilakukan dengan beberapa pendekatan dan tahapan, yaitu pengumpulan data dan informasi (sekunder dan primer), evaluasi dan kajian terhadap data dan informasi, pendekatan partisipatif, serta dianalisis secara deskriptif. Hasil pembahasan dinyatakan bahwa Isu-isu dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) Desa Olele secara umum diakibatkan oleh 2 faktor yakni berasal dari aktifitas manusia dan pengaruh faktor alam. Berdasarkan skala prioritas isu dalam proses pengelolaan kawasan KKLD yakni kualitas sumberdaya manusia masih rendah, belum tersedianya sarana prasarana pendukung yang memadai, belum terjalinnya koordinasi yang baik antar instansi terkait, penegakkan hokum masih lemah, mata pencaharian alternative dan pengembangan wisata bahari. Rencana pengelolaan Kawasan konservasi laut daerah (KKLD) Desa Olele dan implementasinya memerlukan strategi utama dan starategi pengembangan yang merupakan turunan strategi utama. Strategi utama dan pengembanagn merupakan formulasi dari keterkaitan solusi permasalahan sehingga telah ditetapkan empat strategi utama yaitu : (1) Pengelolaan wilayah pesisir dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan secara optimal (2) Pengembangan sumberdaya manusia, (3) pembangunan dan pengembangan kapasitas sarana dan prasarana, (4) Penguatan dan pengembangan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di kawasan KKLD. Masing-masing strategi utama ini

memiliki turunan-turunan yang menjadi strategi pengembangan.

Kata Kunci : Rencana pengelolaan, KKLD, Desa Olele

Page 50: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

25

007 ANALISIS KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH (PDPT) DI KABUPATEN MALANG

SELATAN

Harsuko Riniwati, Nuddin Harahab dan Zainal Abidin

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya [email protected]

Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh adalah program pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia untuk memberikan daya dorong bagi kemajuan desa-desa pesisir di Indonesia. Masyarakat merasakan manfaat program tersebut, namun karena perubahan politik di Indonesia program tersebut tidak berlanjut. Masyarakat desa pesisir Kabupaten Malang semangat meruskan program tersebut secara mandiri. Oleh karena itu perlu informasi dimensi mana yang seharusnya menjadi perhatian lebih dari masyarakat dengan metode Rapfish menggunakan teknik statistika MDS atau Multidimensional Scaling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi yang paling utama mendapat perhatian khusus adalah ekologi (39,31), institusional (35,84) dan sosio-ekonomi (43,01) Kata Kunci : Ekologi, Institusional, Sosio-Ekonomi

Page 51: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

26

008 PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI CLUNGUP DUSUN SENDANGBIRU DESA TAMBAKREJO

KABUPATEN MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

Erlinda Indrayani, Nuddin Harahab, Edi Susilo

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya [email protected]

Ekosistem mangrove merupakan salah satu penyokong perekonomian masyarakat disekitar hutan mangrove. Untuk menekan kerusakan ekosistem mangrove maka pariwisata mangrove diarahkan pada pengembangan ekowisata atau ekoturisme (ecoturism) pesisir dan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai ekonomi dari ekowisata mangrove di Pantai Clungup dan Model pengelolaan hutan mangrove di Pantai Clungup. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengambilan sampel secara quoted accidental sampling dan purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah dengan statisik deskriftif dan inferensial. Hasil yang diperoleh adalah dari hasil perhitungan surplus konsumen per individu per satu kali kunjungan adalah Rp.629.253,1 sehingga surplus konsumen per individu per tahun adalah Rp. 1.321.431,48. Maka didapat nilai ekonomi wisata Pantai ekowisata ekosistem mangrove Pantai Clungup dengan pendekatan biaya perjalanan individu atau Travel cost method sebesar Rp 263.863.437.926,4 per tahun dan model pengelolaan yang dilakukan adalah berbasis masyarakat yaitu dibawah POKMASWAS Bhakti Alam

Kata Kunci : Pengelolaan, Hutan Mangrove, TCM, dan konservasi.

Page 52: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

27

009 PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMDA DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DI PULAU-PULAU

KECIL

Mira, Rizki Muhartono, dan Siti Hajar Suryawati Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi partisipasi masyarakat dan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam program pengembangan energi terbarukan (arus dan gelombang) di pulau-pulau kecil. Penelitian ini dilakukan tahun 2014 pada pulau-pulau kecil seperti Raja Ampat , Larantuka, Bawean, Nusa Penida, dan Kabupaten Bangka. Partisipasi masyarakat terhadap program pengembangan energi terbarukan sangat rendah, hal inilah yang menjadi kendala dalam pengembangan energi terbarukan, terutama di Raja Ampat. Masyarakat sangat tergantung terhadap Status Otda yang menyebabkan mereka terbuai dengan subsidi pemerintah, termasuk untuk pemenuhan dan pengembangan energi terbarukan. Banyak panel surya yang sudah diberikan Pemda tidak berfungsi karena rendahnya partisipasi masyarakat setelah program selesai. Akan tetapi, di Nusa Penida, meski partisipasi masyarakat tidak terlalu tinggi, tapi sudah ada kelembagaan dalam bentuk koperasi untuk pengelolaan energi terbarukan. Partisipasi Pemda cukup tinggi di Raja Ampat dan Nusa Penida, tapi untuk Bawean dan Bangka cukup rendah komitmen Pemda-nya. Di Raja Ampat, anggaran cukup cukup besar untuk pemerataan wilayah, termasuk pemerataan energy dengan . mengembangkan energi surya, dan bantuan diesel untuk kebutuhan listrik setiap pulau.Bahkan di Kapisawar untuk kebutuhan solar dari diesel tersebut diambilkan dari dana adat yang diperoleh dari retribusi kapal pesiar yang masuk ke wilayah tersebut, dimana masing-masing kapal pesiar wajib menyediakan 100 liter solar setiap masuk ke wilayah Raja Ampat. Partisipasi masyarakat dan komitmen Pemda perlu ditingkatkan dalam hal pengembangan energi terbarukan (arus dan gelombang laut), hal ini penting terutama untuk status keberlanjutan pengembangan energi terbarukan (belajar dari pengalaman pengembangan energi solar di Raja Ampat). Selama partisipasi masyarakat rendah, maka pengembangan energi terbarukan hanya betrsifat hibah, ketika program berakhir maka banyak alat yang rusak dan tidak berfungsi. Kata Kunci : Energi, Terbarukan, Pulau-Pulau Kecil, Partisipasi, Komitmen

Page 53: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

28

010 PENGARUH PROGRAM MINAPOLITAN TERHADAP DISTRIBUSI

DAN PENGOLAHAN UDANG DAN BANDENG

Mira, Sapto Adi Pranowo, dan Hikmah Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh dari program program minapolitan terhadap distribusi dan pengolahan dari udang dan bandeng di wilayah pesisir. Penelitian ini dilakukan di Gresik pada tahun 2014. Program minapolitan berdampak pada akses pengolah terhadap aset produksi semakin mudah, karena salah satu tujuan program memberikan bantuan berupa alat produksi dari usaha pengolahan. Multiplier effect dari kemudahan akses terhadap aset produksi adalah semakin banyaknya jumlah warung yang menjual input produksi untuk usaha olahan bandeng. Akibat lanjutannya lagi adalah penggunaan tenaga kerja pada usaha pengolahan bandeng, fillet bandeng, dan petis, sebelum dan sesudah minapolitan terjadi perubahan, dimana sebelum minapolitan penggunaan tenaga kerja tersedia berlebih. Akan tetapi setelah minapolitan menjadi susah mencari tenaga kerja. Terjadi perubahan pada kelembagaan usaha olahan setelah adanya program minapolitan, dimana sebelum minapolitan kebanyakan berbentuk perorangan, setelah minapolitan banyak yang berbentuk kelompok. Sedangkan untuk kepemilikan coolbox untuk pemasaran udang adalah milik pendatang, tapi untuk pemasaran bandeng olahan adalah milik penduduk lokal. Program minapolitan, tidak terlalu banyak mengubah pola kelembagaan yang terbentuk, dimana aktor pelaku pada usaha bandeng, udang, dan olahannya baik pada pemasaran/distribusi berbentuk perorangan dan ada sistem pengaturan terkait penentuan harga, waktu transaksi, kuantitas, dan mutu barang ada baik pada usaha bandeng, udang, dan olahannya. Program minapolitan juga tidak mengubah hubungan antar pelaku usaha pada usaha pemasaran/distribusi udang misalnya pada sistem pembayaran gaji, dimana masih ersifat harian dan gaji, akan tetapi untuk usaha bandeng olahan adalah bersifat borongan dan kadang-kadang ada ikatan. Diharapkan pemerintah pada program minapolitan ini lebih memberikan kemudahan pada akses pasar ke luar Kabupaten seperti mengadakan pameran di kota lain.

Kata Kunci: Minapolitan, Distribusi, Pengolahan, Bandeng, Udang

Page 54: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

29

011 PERMASALAHAN NELAYAN YANG MENGGUNAKAN ALAT

TANGKAP LAMPARA DASAR STUDI KASUS DI DESA HILIR MUARA KOTABARU

KALIMANTAN SELATAN

Irma Febrianty1 dan Rendi Saputra2 1Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

[email protected] 2 Mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat

Desa Hilir Muara Kotabaru KalSel sebagian besar penduduknya berkerja sebagai nelayan dengan alat tangkap yang digunakan Lampara Dasar, Gillnet dan Bubu. Perkembangan jumlah nelayan Desa Hilir Muara Kotabaru Kalsel yang menggunakan alat tangkap Lampara Dasar semakin berkurang dari 112 unit kapal penangkap tahun 2013 dan pada saat ini hanya tersisa 6 unit kapal penangkap, hal ini menimbulkan pertanyaan bagi peneliti apa penyebab penurunan ini. Tujuan dari penelitian ini mengetahui penyebab berkurangnya nelayan yang menangkap dengan alat tangkap lampara Dasar dengan melihat permasalahan yang ada di masyarakat. Metode yang digunakan menggunakan studi kasus di daerah Desa Hilir Muara. Hasil penelitian menunjukkan permasalahan yang di hadapi nelayan adalah a. Mahalnya bahan konsumsi untuk melaut. b. Derasnya arus bawah laut; c. Terbatasnya modal yang dimiliki oleh nelayan untuk melakukan penangkapan; d. Jumlah tenaga kerja yang terbatas; e. Hasil tangkapan yang sedikit; f. Kebijakan pemerintah dalam mengatur penangkapan; g. Teknologi kapal dan peralatan belum diperbahrui dan masih menggunakan teknologi sederhana; h. Harga bahan bakar yang mahal dan suply sedikit dan i. Keadaan musim yang tidak mendukung, pada musim barat gelombang maksimum 3,7 m dan pada musim peralihan tinggi gelombang 6,0 m yang merupakan gelombang badai. Kata kunci: Lampara Dasar, Nelayan, Masalah, Penyebab

Page 55: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

30

012 ISU-ISU NON TRADITIONAL MARITIME SECURITY DI

INDONESIA: POSISI NELAYAN DALAM PENYELUNDUPAN TENAGA KERJA

MIGRAN KE MALAYSIA

Ary Wahyono Peneliti pada Puslit Kemasyarakatan dan Kebudyaan LIPI

([email protected])

Berbeda dengan ancaman keamanan tradisional (ancaman yang bersifat militer) yang semakin melemah, apa lagi Indonesia tidak sedang berkonflik dengan negara lain, ancaman keamanan yang bersifat non tradisional seperti penyelundupan dan perdagangan manusia merupakan tantangan yang berat yang sampai sekarang belum bisa ditangani secara tuntas. Kemudian, ada dua hal yang perlu dibedakan tentang keterlibatan nelayan dalam penyelundupan, apakah nelayan berperan sebagai aktor atau kah menjadi korban kegiatan penyelundupan. Jika nelayan sebagai korban, maka dia tidak mengetahui rencana terjadinya penyelundupan. Sebaliknya jika nelayan berperan sebagai aktor, maka mereka memiliki rencana dan motif yang melatarbelakangi. Terkait dengan kegiatan smokel ini sejak dahulu dan sampai masa sekarang ini nelayan kecil tidak pernah terlibat karena hal itu urusan orang-orang atas, orang kuat. Nelayan tidak mau terlibat karena nanti jika kasus terbongkar nelayan menjadi sasarannya, jika sekali terlibat bisa dengan mudah dijadikan korban. Nelayan kecil tidak memiliki perlindungan. Oleh karena itu nelayan kecil tidak pernah berurusan dengan masalah smokel meskipun tidak menyaksikan adanya aktivitas kegiatan itu. Di kalangan nelayan juga tidak mau disebut bahwa tempat berlabuh yang terdapat di permukiman nelayan ini sering disebut-sebut sebagai pelabuhan tikus. Pelabuhan tikus memberikan konotasi jelek atau buruk sebagai tempat untuk penyelundupan barang yang masa lalu sering disebut smokel (smuggling). Smokel masa lalu di kawasan ini masih jaya karena masih terjadi kebebasan barang-keluar masuk ke Malaysua yang tidak sekekat sekarang ini. Menurut informan nelayan, penyeberangan buruh migrant dilakukan tidak di tempat berlabuh (pelantar) perahu-kapal nelayan yang ditambatkan melainkan di sekitar pelabuhan Berikat. Nelayan selalu menolak jika lokasi tempat berlabuh perahu/kapal nelayan digunakan untuk penyeberangan buruh migran. Nelayan lokal merasakan dipersulit dalam mencari kehidupan di laut. Nelayan di sepanjang pantai timur Bintan ini merasakan diperlakukan tidak adil oleh aparat pemerintah setempat. Nelayan merasakan tidak memiliki kebebasan dalam mengoperasikan alat tangkap ikan. Gerak-gerik dibatasi dan diperiksa sudah seperti tersangka-pelanggar aturan, bahkan nelayan dicurigai menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan alat tangkap yang merusak lingkungan dan terumbu karang, tetapi sebaliknya, aparat melakukan “pembiaran” terjadi penyeberangan TKI illegal ke Malaysia. Penyeberangan TKI illegal merupakan sumber income tambahan bagi oknum aparat di tingkat

di bawah.

Kata Kunci : Penyelundupan Manusia, Buruh Migran, Peran Nelayan

Page 56: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

31

013 KONSUMSI IKAN INDONESIA DAN HAMBATANNYA DI

MASYARAKAT

Mia Rahma Romadona Pusat Penelitian Perkembangan IPTEK, LIPI

([email protected])

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas SDM Iptek di Indonesia telah dilakukan di berbagai aspek, salah satunya adalah dari aspek peningkatan kualitas kesehatan dan ekonomi. Aspek ekonomi salah satunya meningkatkan produksi Ikan dan aspek kesehatan dari sisi konsumsi gizi masyarakat dari produk Ikan Indonesia. Kurun lima tahun terakhir sejak tahun 2010 sampai dengan 2015 diketahui bahwa konsumsi ikan Indonesia per kapita menunjukkan kenaikan yang cukup baik, namun masih lebih rendah dibanding negara ASEAN lainnya. Banyak faktor yang menjadikan konsumsi ikan per kapita di Indonesia masih rendah dan jauh di bawah negara-negara lainnya. Kajian ini berupaya menjelaskan mengenai hambatan yang menjadikan konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih rendah dari sisi psikologis dan sosial budaya. Pada kajian ini peneliti berupaya menjabarkan fenomena rendahnya konsumsi ikan di Indonesia secara umum dengan menganalisis dari beberapa kendala yang dihadapi oleh pemerintah serta dari sisi persepsi masyarakat secara umum. Adapun data yang digunakan berupa data-data sekunder, artikel dan beberapa jurnal yang membahas mengenai faktor dan kendala serta persepsi masyarakat terkait dengan konsumsi ikan. Gambaran secara umum bahwa rendahnya konsumsi ikan di Indonesia menemui banyak hambatan yang disebabkan karena kurangnya kesadaran dan kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi hasil laut terutama ikan. Hal ini menjelaskan bahwa pentingnya memperbaiki aspek pendidikan dan pemasaran untuk memperbaiki persepsi dan keyakinan masyarakat mengenai pentingnya konsumsi hasil laut terutama ikan yang banyak dipengaruhi oleh budaya. Kata Kunci: Konsumsi Ikan, Pesepsi, Pendidikan, Budaya, SDM Iptek

Page 57: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

32

014 IMPLIKASI HUKUM UU NO. 23 TAHUN 2014 TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

Akhmad Solihin*1, Latifah Rahmi Nasution2, Rusmana2 1 Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK-IPB, Jl. Agatis 1 Kampus

IPB 2 Biro Hukum Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat

([email protected])

Pengesahan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah berdampak

terhadap peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hal ini menimbulkan permasalahan dan ketidakpastian dalam penerapan hukum di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan UU No. 23 Tahun 2014, menganalisis dampak hukum peraturan perundang-undangan di lingkungan KKP, dan arahan rekomendasi dalam mewujudkan kepastian hukum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, dan analisis deskriptif. Penelitian ini menghasilkan bahwa telah terjadi pencabutan kewenangan Kabupaten/Kota, yang berdampak terhadap kelembagaan ditingkat Kabupaten/Kota, dan konflik hukum antara UU No. 23 Tahun 2014 dengan UU Perikanan dan UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta aturan pelaksananya. Adapun arahan rekomendasi adalah revisi terhadap peraturan perundang-undangan di lingkungan KKP dalam mewujudkan kepastian hukum. Kata Kunci: Kepastian Hukum, Pemerintah Daerah, KKP, Provinsi, Kabupaten/Kota

Page 58: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

33

015 URGENSI ASURANSI NELAYAN SEBAGAI MANDAT UU NO. 7

TAHUN 2016

Yudi Wahyudin1 dan Akhmad Solihin1,2 1 Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB, Jl. Raya Pajajaran No. 1 Kampus

IPB Baranangsiang 2 Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK-IPB, Jl. Agatis 1 Kampus

IPB Darmaga ([email protected])

Nelayan memiliki risiko usaha yang tinggi, baik dalam aspek ekonomi maupun aspek keamanan berusaha. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan perlindungan nelayan yang komprehensif, salah satunya adalah asuransi nelayan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi isu dan permasalahan asuransi nelayan, menganalisis risiko dan upaya perlindungan nelayan, dan memberikan rekomendasi arahan system perlindungan nelayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah logical framework analysis, dan analisis deskriptif. Penelitian ini menghasilkan bahwa sumber bencana di nelayan adalah kerusakan, tabrakan dan bencana alam, sementara faktor utama yang harus diperhatikan adalah bencana alam. Adapun rekomendasi yang diberikan adalah usia peserta asuransi, jenis perlindungan, batasan alat tangkap yang digunakan, dan batasan nelayan. Kata Kunci: Nelayan, Perlindungan, Asuransi, Bencana Alam

Page 59: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

34

016 STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DI WILAYAH

KABUPATEN NATUNA, PROPINSI KEPULAUAN RIAU

Siti Hajar Suryawati, Mei Dwi Erlina, Budi Wardono dan Riesti Triyanti Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

([email protected])

Kabupaten Natuna memiliki potensi wilayah yang strategis secara global karena terletak pada alur pelayaran internasional, serta memiliki potensi ekonomi khususnya perikanan. Potensi tersebut strategis untuk dikembangkan di Kabupaten Natuna sebagai basis penggerak ekonomi lokal adalah sektor pertanian, khususnya perikanan. Wilayah Kabupaten Natuna merupakan kawasan kepulauan dengan luas laut sebesar 99.24% dari total wilayah kabupaten. Secara khusus, subsektor perikanan menyerap 25.01% dari seluruh tenaga kerja yang mana 19.22% dari angka tersebut merupakan nelayan dan 5.79% merupakan buruh nelayan. Pengembangan perikatan terutama komoditas perikanan laut selain penting untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempet, namun juga mempunyai nilai strategis bagi kedaulatan bangsa. Tujuan mengetahui strategi pengembangan perikanan kabupaten Natuna. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan LQ untuk menghitung posisi potensi perikanan terhadap perekonominaan Kabupaten Natuna. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan sektor basis dalam pembangunan perkeonomian kabupaten Natuna. Dominannya sektor perikanan perlu mendapat dukungan program sehingga sektor perikanan dapat memberikan dampak yang lebih besar terhadap perekonomian wilayah. Kata Kunci: Sektor Basis, LQ, Strategi, Perekonomian Wilayah

Page 60: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

35

017 PENGELOLAAN SIPUT GONGGONG DI PERAIRAN P. BINTAN

MENUJU PEMANFAATAN YANG BERKELANJUTAN

Sudiyono

Wilayah perairan P. Bintan memiliki potensi keragaman hayati biota laut yang tinggi, salah satunya adalah siput gonggong. Seiring dengan perkembangan P. Bintan menjadi salah satu destiniasi wisata bahari di Provinsi Kepulauan Riau yang banyak dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara, menjadikan wisata kuliner siput gonggong sebagai menu makanan khas yang paling banyak diminati wisatawan. Meningkatnya permintaan pasar, telah mendorong semakin tingginya tingkat eksploitasi terhadap siput gonggong. Praktek penangkapan siput gonggong bahkan telah mengarah kepada penggunaan alat tangkap yang bersifat destruktif. Perkembangan ini jika dibiarkan, akan dapat mengancam punahnya siput gonggong. Pada saat yang sama, belum ada upaya dari masyarakat melakukan pengelolaan untuk mencegah kepunahan siput gonggong sekaligus menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan siput gonggong. Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Co-management) merupakan salah satu solusi yang ditawarkan dalam tulisan ini. Selanjutnya perlu diketahui bahwa artikel ini merupakan sisi lain dari temuan penelitian yang berjudul “Dampak dan Adaptasi Nelayan Di P. Bintan Terhadap Perubahan Iklim”. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 – 28 September 2016, oleh Pusat Penelitian Oseanografi (P2O – LIPI) dengan melibatkan peneliti dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK – LIPI), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Kata Kunci: pengelolaan, siput gonggong, pemanfaatan yang berkelanjutan

Page 61: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Regulasi, Kebijakan dan Hukum Kelautan dan Perikanan

36

018 UU KEAMANAN PANGAN BIDANG PENGOLAHAN HASIL

PERIKANAN DI INDONESIA (STUDI KASUS PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN DI JAWA

TIMUR)

Eko Waluyo Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

[email protected]

Keamanan pangan di Indonesia masih sangat rawan. Sikap masyarakat yang belum memahami kaidah pengolahan pangan yang tepat serta membeli asal murah dan cocok di lidah, ditambah dengan kondisi sanitasi dan hygiene yang sekadarnya, serta pemahaman yang “hanya asal laku” membuat UU tentang keamanan pangan (no uu?)) rawan diselewengkan. Pemerintah pun seakan tidak bisa mengatur regulasi yang tepat tentang keamanan pangan ini. Pemerintah daerah pun seakan tidak memiliki regulasi yang mengatur peredaran makanan baik olahan matang maupun impor dan terkesan pemerintah daerah hanya mengatur tentang lokasi berjualan atas dasar estetika dan retribusi kebersihan dengan dalih peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Banyaknya industri kecil/sedang pengolahan makanan yang tidak memiliki ijin pengolahan makanan tetapi bisa berjualan akan menjadi sebuah pekerjaan besar yang harus diselesaikan. Pihak-pihak terkait harus bisa bekerja sama untuk merumuskan perundang-undangan yang mengatur keamanan pangan dan merumuskan serta menerapkan sangsi yang dianggap perlu kepada penjual makanan/UKM/Industri yang dianggap lalai dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan. Semua harus dilakukan demi peningkatan nilai gizi masyarakat dan kualitas makanan yang dijual serta meyelamatkan aset bangsa dari kerusakan degeneratif akibat penyalahgunaan bahan-bahan berbahaya yang diselipkan pada makanan.

Kata kunci : keamanan pangan, peraturan, pangan, industri

Page 62: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran,

Perdaganagan,

Usaha dan Investasi

Page 63: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

37

001

ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN BANDENG (CHANOS CHANOS) DI KOTA TARAKAN,

KALIMANTAN UTARA

Sutinah 1 dan Fitrah Karunia Kitta

2

1Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin ([email protected]/[email protected])

2Alumni Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin ([email protected])

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola pemasaran ikan bandeng (Chanos chanos) serta menganalisis marjin, efisiensi, serta keuntungan pemasaran ikan bandeng dari Kota Tarakan. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tarakan pada bulan Februari – Maret 2016.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Survey dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penentuan responden menggunakan teknik Cluster Random Sampling berdasarkan lembaga pemasaran, sampel dalam penelitian ini yaitu 114 pembudidaya, 9 pengumpul besar, 5 pengumpul kecil dan 1 eksportir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 saluran pemasaran ikan bandeng dari kota Tarakan. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran ikan bandeng (Chanos chanos) antara lain pembudidaya, psengecer, pengumpul besar, pengumpul kecil, dan eksportir. Hasil analisis kinerja pasar menunjukkan nilai marjin pemasaran tertinggi terdapat pada saluran 2 dan 6 yakni Rp. 17,100.00 dan marjin terendah pada saluran pemasaran 1 yakni Rp.3,250.00. Pemasaran paling efisien berada pada pengumpul besar yang menjual kepada eksportir dengan tingkat efisiensi 0.0117%, sedangkan tingkat efisiensi paling kecil berada pada pengumpul besar yang arah penjualannya ialah ke Daerah di sekitar Kota Tarakan, seperti Berau dan Balikpapan dengan tingkat efisiensi 0.07375%. Keuntungan paling tinggi berada pada pengumpul besar yang arah penjualannya ialah ke Daerah di sekitar Kota Tarakan yakni sebesar Rp.6,500.00 untuk ikan bandeng yang langsung dibeli dari pembudidaya.

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Bandeng (Chanos chanos), Marjin, Efisiensi, Keuntungan

01

Page 64: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

38

002 PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN IKAN DI

TANJUNG MEDANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

Eni Yulinda dan Ridar Hendri Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

[email protected]

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 di Desa Tanjung Medang Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Tujuan penelitian ialah untuk: (1) mengetahui kegiatan produksi dan pemasaran ikan olahan, (2) menganalisis usaha pengolahan ikan, dan (3) merumuskan strategi pengembangan usaha pengolahan ikan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Metode penelitian ini menggunakan metode survai. Populasi penelitian ini ialah pengolah ikan dan pedagang pengumpul ikan olahan. Penetapan responden dilakukan secara sensus, yakni 12 orang pengolah ikan dan lima orang pedagang pengumpul ikan olahan. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis usaha dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pengolah ikan di Desa Tanjung Medang adalah 12 orang, dan pedagang ikan lima orang. Jenis ikan yang sering diolah dibeli dari 117 nelayan setempat, meliputi ikan Lomek (Harpodon nehereus), ikan Bulu Ayam (Paratromateus niger), ikan Biang (Sepitipinna breviceps), ikan Layur (Trichyurus savala) dan Udang (Crustaceae sp). Produksi ikan olahan di desa ini 11.650 kg perbulan, terdiri dari ikan asin, nugget ikan, sosis ikan, kerupuk udang dan sebagainya. Pengolahan ikan masih dilakukan secara sederhana namun sudah menggunakan kemasan plastik yang memadai. Ikan olahan produk Tanjung Medang tidak hanya dijual di pasar lokal Selatpanjang, tapi juga sudah dijual ke luar daerah seperti Batam, Bengkalis, pekanbaru dan Medan. Analisis usaha pengolahan ikan di Tanjung Medang menunjukkan bahwa, investasi usaha rata-rata Rp 166.164.000, biaya produksi Rp.75.745.950./bulan, dan keuntungan bersih Rp 15.454.050,- perbulan. Pengembangan usaha pengolahan ikan di Tanjung Medang sangat prospektif karena besarnya margin keuntungan yang dijanjikan, serta makin banyaknya permintaan produk dari luar. Untuk itu strategi pengembangan yang harus digunakan ialah: (1) Memaksimalkan kerjasama pengolah ikan dengan pedagang pengumpul untuk pemasaran ke luar daerah, dan (2) meningkatkan kualitas ikan olahan.

Kata Kunci: Pengolahan Ikan, Kepulauan Meranti, Pengembangan Usaha

Page 65: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

39

003 PERBANDINGAN PEROLEHAN PENDAPATAN NELAYAN

PEKERJA ANTARA STANDAR UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) DENGAN SISTEM BAGI

HASIL USAHA PERIKANAN GILL NET MONOFILAMENT DI PANTAI TRISIK KULON PROGO

Catur Pramono Adi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan system bagi hasil dan system upah yang diterapkan pada usaha perikanan Gill Net di Pantai Trisik kabupaten Kulon Progo, untuk mengetahui tingkat BEP yang diterapkan sebagai batasan dalam menentukan pelaksanaan system bagi hasil dan untuk membandingkan antara system upah dan system bagi hasil yang diperoleh nelayan dan pemilik kapal dengan UMR yang ada di daerah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Trisik Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo pada awal Bulan Agustus sampai dengan awal Bulan Nopember 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode study kasus, pengambilan sample, pengumpulan data dan analisa data. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendapatan yang diterima oleh ABK Rp. 2.284.000,- per bulan dan Rp.10.420,- per jam , Pendapatan Nahkoda Rp.6.602.000,- per Bulan dan Rp.300.420,- per hari atau Rp. 37.552,- per jam. Namun untuk karyawan di Perusahaan mendapat penghasilan Rp. Rp.1.144.812,- per Bulan dan Rp. 38.160,- per hari serta Rp.4.770,- per Jam. Dengan demikian lebih menguntuingkan system bagi hasil pada usaha perikanan Gill Net monofilament di Pantai trisik kabupaten Kulon Progo bila dibandingkan dengan UMR yang ada di daerah itu Kata Kunci : Pendapatan, Bagi Hasil, UMR.

Page 66: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

40

004 STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI USAHA PERIKANAN

LAUT KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

Hazmi Arief dan Zulkarnaini

Universitas Riau Program Studi Agrobisnis Perikanan [email protected]

Penelitian ini dilaksanakan Bulan Mei sampai Agustus 2016 di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Metode penelitian adalah survei dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rumusan stategi pengembangan investasi usaha perikanan laut di Kabupaten Rokan Hilir dengan mengetahui; 1) potensi dan permasalahan usaha perikanan laut, 2) analisis kelayakan usaha perikanan laut, 3) rumusan strategi pengembangan investasi usaha perikanan laut. Metode analisis yang digunakan adalah Observasi, Deskriptif, Analisis kelayakan investasi dan SWOT. Permasalahan usaha perikanan laut dan hasil produksi perikanan yaitu kualitas produk yang masih belum dapat bersaing dengan produk sejenis dari luar, ketersediaan bahan baku yang masih tidak stabil (pascapnen) dan benih unggul sangat terbatas (budidaya kerang ), kualitas SDM (budidaya dan pengolah) yang masih rendah, terbatasnya pemasaran produk (budidaya dan olahan laut yang masih dominan di tingkat lokal, keterbatasan modal serta tempat usaha, peralatan dan perlengkapan yang masih terbatas (sederhana). Potensi investasi usaha perikanan laut difokuskan pada komoditi unggulan yang berada dikawasan pesisir dan laut, yang mencakup kegiatan pada aktivitas penangkapan, budidaya dan pengolahan hasil perikanan. Kelayakan investasi usaha perikanan laut mencakup usaha penangkapan, budidaya perikanan laut dan pengolahan hasil perikanan. Berdasarkan hasil serangkaian analisis, maka dapat dirumuskan strategi dalam pengembangan investasi usaha perikanan laut di Kabupaten Rokan Hilir : Melakukan peningkatan pada kualitas dan konsistensi produk yang dapat bersaing, menjaga kestabilan dan keberlanjutan ketersediaan bahan baku, berorientasi pada kualitas sumberdaya manusia bagi tenaga pengolah dan budidaya, memperluas jaringan pemasaran produk perikanan (segar, budidaya, hasil olahan), upaya peningkatan modal pengembangan usaha perikanan (tangkap, budidaya dan pengolahan), pengembangan dan meingkatkan sarana prasarana usaha perikanan (tangkap, budidaya dan pengolahan). Kata Kunci : Strategi, Pengembangan, Usaha Perikanan Laut, Investasi, Budidaya,

Pengolahan

Page 67: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

41

005 MENINGKATKAN PASAR EKSPOR TUNA INDONESIA MELALUI

EFEKTIVITAS SEGMENTASI

Risna Yusuf dan Freshty Yulia Arthatiani Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Komoditas tuna merupakan salah satu komoditas unggulan dalam program industrialisasi. Ada beberapa alasan komoditas ini dijadikan sebagai komoditas unggulan karena komoditas Tuna merupakan komoditas kedua terbesar penyumbang nilai ekspor perikanan Indonesia, ikan tuna juga diketahui memiliki permintaan konsumen yang cukup tinggi akibat mulai bergesernya selera konsumen dunia yang mulai menyukai white meat, hal ini mengakibatkan secara nilai ekspor ikan Tuna menduduki peringkat kedua tertinggi setelah komoditas udang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja tuna Indonesia melalui efektifitas segmentasi pasar. Data yang diperoleh adalah data sekunder terkait dengan produksi dan pasar tuna Indonesia dengan menggunakan pendekatan segmentasi pasar. Segmentasi ini sangat penting dalam kegiatan usaha perikanan tuna Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa Pangsa pasar ekspor utama tuna segar Indonesia : Jepang, USA dan UE, untuk tuna beku Indonesia: Jepang, Thailand, USA dan UE; dan tuna kaleng Indonesia: UE, Jepang, USA dan Saudi Arabia. Tuna segar. Dengan pendekatan analisis forensik diperoleh efektivitas segmentasi pasar tuna Indonesia yaitu untuk komoditas tuna segar peningkatan market sharenya lebih difokuskan pada pasar Jepang dan untuk tuna beku peningkatan market share lebih difokuskan di Negara USA . Hal ini disebabkan karena konsumen di Jepang lebih menyukai ikan segar dan beku. Khusus untuk negara di Uni Eropa, konsumennya tidak menyukai ikan segar karena pengetahuan konsumen di Uni Eropa menganggap bahwa tuna segar terindikasi mengandung merkuri dan clorine. Untuk komoditas tuna kaleng, peningkatan market sharenya lebih difokuskan pada pasar Uni Eropa dan Amerika. Jika membandingkan kedua pasar tersebut, harga tuna kaleng di pasar Uni Eropa lebih tinggi dibanding tuna kaleng di Amerika selain itu persyaratan ekspor di Uni Eropa juga lebih sulit dibanding negara Amerika, Kata Kunci : Pasar Tuna, Indonesia, Segmentasi

Page 68: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

42

006 PROFILE USAHA PERIKANAN TANGKAP DI KECAMATAN KEPULAUAN KARIMATA, KABUPATEN KAYONG UTARA

Rizky Muhartono dan Muhadjir Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Kecamatan Pulau Karimata merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi perikanan tangkap di Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Usaha perikanan tangkap di lokasi ini sebagian besar mengunakan bagan apung dan mengadalkan ikan teri sebagai komoditas hasil tangkapan. Tulisan ini bertujuan menggambarkan profil usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh masyarakat dilokasi tersebut. Data primer dikumpulkan dengan wawancara mendalam kepada pelaku usaha dan informan kunci, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur yang terkait. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa pada awalnya, nelayan yang menetap dilokasi ini merupakan nelayan yang berasal dari wilayah Bangka dan merupakan keturunan suku bugis. dahulu nelayan-nelayan tersebut melakukan migrasi (pada kurun waktu tertentu) untuk melakukan kegiatan penangkapan menggunakan perahu layar. Ikan teri hasil tangkapan diolah menjadi ikan teri kering oleh nelayan dan di pasarkan hingga ke kota Ketapang dan Pontianak. Pola bagi hasil untuk armada penangkapan (bagan) dengan ABK 5 orang adalah hasil bersih dibagi menjadi 10 bagian dengan perincian 5 untuk ABK, 1 untuk pemilik dan 4 untuk operasi (mesin, jaring dan perahu). Kata Kunci : Usaha, Perikanan Tangkap, Bagan Apung

Page 69: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

43

007 ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (CHANOS CHANOS) DI DESA MANJALLING KECAMATAN

UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA

Sitti Fakhriyyah, Sri Suro Adhawati, Firda Amalia Hamid Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

[email protected].

Desa Manjalling yang terletak di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba sangat terkenal dengan budidaya ikan Bandeng nya.Hal inilah yang menjadi kebanggaan para petambak di Desa Manjalling ini.Banyaknya jumlah tambak membuktikan bahwa Desa Manjalling merupakan salah satu penghasil ikan Bandeng terbesar di Kabupaten Bulukumba.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis kelayakan dan titik impas dari usaha budidaya ikan bandeng(Chanos chanos) di Desa Manjalling Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode survei melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan teknik pengambilan sensus. Analisis data yang digunakan adalah analisis R/C Ratio dan Break Event Point. Hasil Penelitian menunjukkan bahwasecara finansial usaha budidaya ikan bandeng (Chanos chanos) di Desa Manjalling ini layak untuk diteruskan karena semuanya memiliki nilai R/C Ratio> 1 dan sudah mencapai titik impas di setiap jumlah petakannya.

Kata Kunci : Ikan Bandeng, Analisis Kelayakan Usaha, Titik Impas.

Page 70: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

44

008 ANALISIS USAHA FILET IKAN GABUS TORAJA/ GASTOR

Tikkyrino Kurniawan 1 dan Diah Ikasari 2

1 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan [email protected]

2 Pusat Penelitian Daya Saing Produk dan Bioteknologi [email protected]

Selama ini ikan Gastor/Gabus Toraja belum banyak bentuk olahannya dan belum banyak memberikan nilai tambah. Sehingga diperlukan usaha untuk memberikan nilai tambah tanpa mengurangi nutrisi yang terkandung didalam ikan tersebut. Bentuk olahan yang dimaksud adalah filet ikan gastor. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana usaha gastor dan memberikan harga yang sesuai untuk 1 kg produk filet gastor. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam (“indepth interview”) dengan kuesioner terstruktur terhadap pengolah filet gastor, serta dilakukan dengan studi penelitian terdahulu baik yang menyerupai maupun yang mendekati penelitian ini. Data primer yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Harga BEP untuk filet ikan gastor adalah Rp. 45.414 per kg. Kata Kunci: Ikan Gabus, Gastor, Filet Ikan, Daya Saing Produk.

Page 71: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

45

009 PREDIKSI PERTUMBUHAN SEKTOR PERIKANAN MENGGUNAKAN TEKNIK ESTIMATION CURVE

Tikkyrino Kurniawan dan Mira Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected], dan [email protected]

Subsektor perikanan pada saat ini sedang menjadi primadona dimana mempunyai peningkatan sebesar 8,64 persen. Sehingga perlu diadakan prediksi peningkatan pendapatan perikanan agar dapat menjadi dasar kebijakan kelautan dan perikanan. Tujuan dari penelitian ini adalah memprediksi indikator makro ekonomi kinerja subsektor kelautan dan perikanan terutama pada penerimaan dari Sektor Perikanan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari BPS, Bank Indonesia, CSIS dan Kemenkeu. Analisis menggunakan teknik estimation curve yang dilakukan oleh Juanda dan Junaidi dalam Estu tahun 2015. Peningkatan fungsi pendapatan mengikuti fungsi eksponensial. Pada tahun 2017 diperkirakan terjadi kenaikan pendapatan perikanan sebesar Rp. 467.388,30 Miliar kemudian tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar Rp. 562.932,87 Miliar atau mengamali kenaikan sebesar 17 persen pertahunnya, sehingga pada tahun 2022 pendapatan perikanan sebesar Rp. 1.184.599,93 Miliar. Kata Kunci: Makro Ekonomi, Pendapatan Perikanan, Prediksi, Sektor Kelautan dan

Perikanan.

Page 72: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

46

010 KEBERLANJUTAN USAHA PENYEDIAAN BENIH IKAN MAS DAN

NILA DI JAWA BARAT

Hakim Miftakhul Huda, Rikrik Rahadian, Budi Wardono Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil produksi budidaya ikan mas dan nila terbesar di Indonesia. Salah satu input produksi yang mendukung keberhasilan budidaya ikan adalah ketersediaan benih ikan baik secara kuantitas maupun kualitas. Makalah ini bertujuan mengkaji bagaimana ketersediaan, permasalahan dan resiko dalam usaha pembenihan ikan mas dan nila. Penelitian dilakukan melalui survei wawancara dengan pelaku usaha perbenihan dan studi data sekunder. Analisis data dilakukan secara analitik berdasarkan fenomena yang ditemui. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebutuhan benih ikan di Jawa Barat masih dapat dipenuhi secara berkelanjutan. Resiko usaha pembenihan terutama faktor cuaca dan menurunnya permintaan benih ikan pada musim tertentu sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan produksi benih. Usaha pembenihan masih menjanjikan secara finansial karena sifat siklus usaha yang pendek dan modal usaha yang relatif lebih kecil daripada budidaya pembesaran ikan. Tersedianya sistem informasi pasar yang menghubungkan permintaan dan pasokan benih diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemasaran benih ikan mas dan nila.

Kata Kunci : Perbenihan, Resiko, Mas, Nila

Page 73: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

47

011 SUPPLAY CHAIN DAN VALUE CHAIN INDUSTRI PAKAN IKAN

BERBASIS MASYARAKAT DI INDONESIA

Budi Wardono, Rikrik Rahadian, Tajerin, Hakim Miftakhul Huda Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Industri pakan ikan nasional sebagian besar dikuasai oleh industri pakan skala besar. Pemerintah masih kurang memperhatikan industri pakan ikan skala kecil yang berbasis masyarakat. Mengingat pakan ikan merupakan komponen biaya terbesar (sharenya lebih 60 % dari total biaya), diperlukan kebijakan pemerintah untuk mendorong berkembangnya industri pakan ikan berbasis masyarakat (Pabrik pakan ikan mandiri). Menurut KKP apabila share pakan ikan yang dapat dipenuhi dari pakan ikan mandiri sebesar 10-20 % dapat menurunkan biaya 30-35 % dari total biaya akan. Biaya yang dapat ditekan yaitu biaya pengadaan bahan baku dari sumberdaya lokal, biaya produksi (skala masyarakat), biaya transportasi dan operasional. Tujuan penelitian mengetahui supply chain dan value chain pabrik pakan mandiri dari pengadaan bahan baku dan industri pakan ikan. Penelitian dilakukan di pabrik pakan yang dikelola kelompok masyarakat di Kabupaten: Gunungkidul, Sleman, Kampar dan Purwakarta. Penelitian dilakukan bulan Juni-September 2016. Analisis difokuskan pada aspek supply chain dan value chain (aliran dan nilai) mulai pengadaan bahan baku, proses produksi dan distribusi kepada pelaku usaha budidaya. Analisis dilakukan untuk menghitung value chain dari simpul aliran bahan baku, proses dan distribusi pakan, dan dari pabrik pakan ke pengguna pakan ikan. Hasil penelitian menunjukkan biaya yang dapat ditekan pada insutri pakan ikan mandiri yaitu biaya bahan baku, biaya produksi dan biaya distribusi. Total biaya akan menurun apabila kapasitas dan kontinyuitas produksi dapat dijaga stabil pada tingkat minimal 60 % dari kapasitas dan dari jumlah hari kerja/produksi per bulan. Banyaknya simpul-simpul dari pengadaan bahan baku sampai distribusi ke pengguna pakan mempengaruhi tingkat effisiensi usaha.

Kata Kunci: Value Chain, Supply Chain, Pakan Ikan Mandiri, Bahan Baku Lokal, Skala Kecil, Efisiensi

Page 74: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

48

012 ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MARTADINATA KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI

KALIMANTAN TIMUR

Muhamad Syafril1

1Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unmul ([email protected])

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat lokal Desa Martadinata, 2) mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan usaha. Penelitian dilaksanakan di wilayah pesisir Desa Martadinata, pada bulan Nopember - Desember 2015. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis finansial. Hasil penelitian menunjukkan usaha budidaya rumput laut dengan luas lahan per pembudidaya 0,12 ha, menghasilkan nilai NPV sebesar Rp.77.146.498, nilai IRR sebesar 68%, nilai net benefit cost ratio sebesar 2,36 dan payback period selama 2,12 tahun. Potensi pengembangan usaha meliputi 1) ketersediaan lahan budidaya, bibit, tenaga kerja dan kelompok pembudidaya, 2) adanya pedagang pengumpul, 3) adanya diversifikasi usaha, 4) adanya dukungan dari pemerintah daerah dan perusahaan migas, 5). Adanya kredit usaha perikanan dari bank. Permasalahan usaha budidaya meliputi 1). dinamika perairan, 2) hama dan penyakit, 3) Adanya illegal fishing, 4) Keterbatasan sarana penjemuran, 5) Kurangnya skill manajemen usaha, 6) Manajemen kelompok belum maksimal, 7) Harga rumput laut kering yang cenderung menurun, 8) Persyaratan administrasi kredit tidak mampu dipenuhi pembudidaya, 9) Keterbatasan sarana listrik , air bersih dan sanitasi. Dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ini menguntungkan secara finansial. Terdapat 5 aspek yang mendukung pengembangan usaha, dan 9 permasalahan usaha.

Kata Kunci : Rumput Laut, Usaha Budidaya

Page 75: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

49

013 LOBSTER DI SIMEULUE:

POTENSI INOVASI BUDIDAYA DAN KEBERLANJUTAN USAHA

Armen Zulham1

1Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Jl. Pasir Putih – Ancol Timur Jakarta

([email protected])

Lobster merupakan salah satu komoditas perekonomian penting di Simeulue, yang menopang mata pencaharian rumah tangga perikanan. Lebarnya disparitas harga Lobster antara pusat produksi dan pasar tujuan mendorong pedagang mengeksploitasi potensi Lobster di Simeulue. Namun dari transaksi bisnis Lobster Simeulue, manfaat ekonomi yang diperoleh nelayan dan pedagang pengumpul masing-masing hanya 17,5% dan 21,2% dari total nilai transaksi. Informasi utama tentang bisnis Lobster dalam tulisan ini diperoleh dari hasil Survey yang dilakukan pada bulan April 2016 di Simeulue. Survey dilakukan pada 15 pedagang pengumpul di Teupah Selatan dan 3 Pedagang Besar di Sinabang dan Teluk Dalam. Informasi tambahan diperoleh dari diskusi dengan para pemangku kepentingan sampai Bulan Oktober 2016. Hasil penelitian ini menunjukkan: penangkapan lobster ukuran < 2 ons dan bertelur masih tetap ditemukan, kemampuan Simeulue memasok Lobster ke pasar tujuan sekitar 2,4 Ton per Bulan dan kemampuan itu terus menurun dari Januari 2015 sampai Juli 2016. Oleh sebab itu untuk menjamin konsistensi pasokan Lobster, Pedagang Besar Lobster di Simeulue membangun Jaringan Sosial agar bisnis Lobster tetap dapat berlanjut. Keberlanjutan bisnis Lobster di Simeulue, tergatung pada kebijakan diimplementasikan inovasi sosial entrepreneur dalam industri Lobster untuk : mendorong penggunaan / renovasi teknologi budidaya Lobster, menjaga pemulihan stok Lobster dengan asistensi bisnis, Model ini dimaksudkan juga untuk mengembangkan kluster budidaya Lobster di perairan Teluk Sibigo dan di perairan Teluk Dalam serta pada sebagian perairan di Teupah Selatan. Kata Kunci : Lobster, Simeulue, perdagangan, Inovasi, Sosial Enterpreneur

Page 76: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

50

014 SISTEM PEMASARAN HASIL TANGKAPAN KOMODITAS

KERANG OLEH NELAYAN KENJERAN, SURABAYA

Kustiawan Tri Pursetyo1, Wahju Tjahjaningsih1 dan Rr. Juni Triastuti1 1Departemen Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Kampus C UNAIR

Mulyorejo, Surabaya ([email protected])

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pemasaran hasil tangkapan komoditas kerang di Kenjeran, Surabaya, sehingga diperoleh gambaran tentang alur dari pemasaran di lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Kenjeran, Kota Surabaya selama 4 bulan mulai bulan Maret 2016 sampai Juli 2016. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey, sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, margin pemasaran, dan farmer’s share. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan 3 tipe saluran pemasaran yaitu tipe A, B dan C. Saluran terpendek adalah tipe A yakni dari nelayan langsung ke konsumen, diikuti oleh tipe B dari nelayan ke pengumpul, pengecer dan terakhir ke konsumen. Sedangkan tipe C merupakan saluran pemasaran yang paling panjang mulai dari nelayan, pengumpul, restoran terakhir konsumen. Tipe A merupakan saluran pemasaran yang efektif dan efisien bagi nelayan, dikarenakan keuntungan langsung bisa didapatkan dari mereka dibandingkan dengan tipe lainnya dan memiliki farmer’s share 56%. Kata Kunci : Pemasaran, Penangkapan, Kerang, Nelayan

Page 77: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

51

015 JARINGAN PASAR KOMODITAS PERIKANAN KARANG

TANGKAP DI WPP 714 LAUT BANDA

F.Fachri1 dan A. Nafsa1

1 WWF – Indonesia [email protected]

Bergesernya produktivitas perikanan karang tangkap dari wilayah perairan barat menuju timur Indonesia, telah mengindikasikan terjadinya penurunan produktivitas dan ketersedian stok ikan karang di wilayah perairan barat Indonesia. Laut Banda merupakan salah satu sumberdaya perikanan dan kelautan potensial tepat di wilayah mega biodiversitas laut dunia yakni Coral Triangle (CT) memiliki potensi perikanan karang hingga 32.10 ton/tahun. Jaringan pasar yang telah terbentuk membutuhkan kajian lebih dalam terkait dengan alur distribusi pasar hingga tingkat konsumen akhir. Kajian dilaksanakan pada kurun waktu Januari – Februari 2016 di wilayah Kepulauan Kei, Ambon, Seram Timur, Makassar, Surabaya dan Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kerapu, kakap, baronang dan kakak tua menjadi komoditas utama pasar, dalam bentuk ikan segar. Serapan pasar terkonsentrasi pada pemenuhan permintaan pasar lokal untuk ikan segar, dan komoditas ekspor untuk ikan karang hidup. Pintu ekspor terbesar dari Bali menuju tujuan utama ekspor yakni, Singapore, China dan Hongkong. Dominasi small-scale fisheries untuk perikanan ikan karang tangkap di Laut Banda memiliki posisi yang kurang menguntungkan mengingat masih dominannya peran pengepul atau pengusaha pemilik modal, sehingga kontribusi kecil terhadap peningkatan nilai harga bagi nelayan, ini terlihat dari hasil analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) yang diperkuat dengan hasil SWOT pada beberapa kelompok nelayan. Diketahui indeks IFE sebesar 2,291, mengindikasikan kelompok nelayan belum mampu memanfaatkan kekuatan usaha yang dimiliki untuk mengatasi perasalahan modal, serta indeks EFE sebesar (2,512) menunjukkan adanya potensi nelayan untuk merespon baik peluang dan ancaman usaha yang ada. Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan di WPP 714 paralel dengan penguatan kelembagaan kelompok nelayan perlu dilakukan menuju sumberdaya yang lestari dan peningkatan kesejahteraan nelayan.

Kata Kunci: Jaringan Pasar, Ikan Karang Tangkap, WPP 714, Laut Banda, IFE, EFE

Page 78: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

52

016 STRATEGI BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN KAYU

(ARABUSHI) USAHA UD.TUNA DI KOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH

Syarifah Zuraidah,1 1 Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan Universitas Teuku

Umar ([email protected])

Sasaran pembangunan perikanan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi para petani/nelayan. Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui paradigma pembangunan yang berorientasi agribisnis sangat erat kaitannya dengan upaya menumbuhkembangkan usaha produktif ditingkat nelayan yang dapat menghasilkan nilai tambah bagi nelayan dan keluarganya. Pembangunan sistem agribisnis tersebut perlu ditempatkan bukan saja sebagai pendekatan baru agribisnis, pembangunan sistem agribisnis perlu dijadikan penggerak utama (grand strategy) Dalam pemasaran Ikan Kayu masih mengalami permasalahan yang mana belum tercapai ke pasar luar provinsi. Hasil produksi Ikan Kayu dipasarkan di pasar tradisional dalam daerah (lokal) dan sebagian besar dipasarkan ke luar daerah.. Tujuan penelitian menganalisis bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi yang terdapat di usaha Ikan Kayu UD.tuna. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Banda Aceh. Lokasi ini diambil berdasarkan kriteria sengaja (Purposive sampling),objek dalam penelitian adalah pengusaha ikan kayu UD Tuna. metodenya deskriptif,dengan melakukan Wawancara mendalam (indepth interview). Bauran pemasaran dari segi Produk dilakukan strategi mengolah Ikan Kayu yang batangan menjadi berbentuk chip sedangkan Harga Ikan Kayu Rp.135.000/Kg. Distribusi yang dilakukan melalui pedagang perantara dan juga menjual langsung ke konsumen, promosi yang dilakukan dengan membagikan kartu nama, majalah, Koran, televisi lokal, mengikuti event pameran baik di tingkat nasional maupun lokal dan juga melalui internet. Untuk mengembangkan usaha ikan kayu dilihat dalam bauran pemasaran yaitu mengoptimalkan promosi, karena promosi merupakan hal yang sangat menentukan pemasaran.

Kata kunci : Bauran Pemasaran, Produk Ikan Kayu, usaha UD.Tuna

Page 79: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

53

017 ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA

PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN NUNUKAN

Yayan Hikmayani Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

([email protected])

Penelitian yang bertujuan untuk melihat kelayakan usaha penangkapan ikan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan telah dilakukan pada tahun 2016. Pengambilan data terdiri dari data primer dan sekunder. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara dengan nelayan responden dengan menggunakan panduan kuesioner terstruktur. Data sekunder berupa laporan-laporan dari instansi yang terkait dengan sektor perikanan. Metode penelitian menggunakan survey dengan pengambilan responden secara senagaja kepada nelayan untuk setiap jenis alat tangkap berbeda. Analisis data yang digunakan yaitu analisis usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di kabupaten Natuna yaitu serok/tangkul, pancing rawai, pancing ulur, pancing tonda, bagan dan bubu. Dari hasil perhitungan kelayakan usaha diketahui bahwa untuk semua alat tangkap tergolong masih efisiens yang ditandai dengan nilai R/C>1 Efisiensi tertinggi alat tangkap yaitu pancing rawai dengan nilai R/c sebesar 3,2. Penyebab lebih efisiennya rawai tuna salah satunya disebabkan alat tangkap tersebut dengan menggunakan armada 5 GT melakukan penangkapan di wilayah lebih jauh bahkan sampai wilayah perbatasan, sehingga menyebabkan jumlah produksi ikan yang dihasilkan lebih banyak dan di dominasi oleh jenis ikan yang harganya tinggi. Rekomendasi yang dapat disampikan bahwa untuk meningkatkan kapasitas nelayan di natuna maka diperlukan upaya peningkatan armada sehingga mampu menjangkau wilayah tangkap yang lebih jauh.

Kata Kunci : Struktur Biaya, Kelayakan Usaha, Penangkapan Ikan

Page 80: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

54

018 ANALISIS DAMPAK EKONOMI TRANS-PASIFIK AGREEMENT TERHADAP SEKTOR PERIKANAN DENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN MODEL GTAP

Subhechanis Saptanto Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

([email protected])

Kerjasama antar negara baik yang bersifat regional maupun multilateral sangat dibutuhkan dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat oleh karena itu Indonesia banyak terlibat dalam kerjasama dengan negara-negara lain. Salah satu kerjasama yang sedang dijajaki oleh Indonesia adalah Kemitraan Trans-Pasifik yang beranggotakan 12 negara. Ada beberapa negara ASEAN yang telah bergabung yakni Vietnam, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak yang mungkin ditimbulkan jika Indonesia, dan 2 negara ASEAN lainnya Thailand dan Filipina bergabung dalam kerjasama tersebut khususnya pada sektor perikanan. Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis GTAP (Global Trade Analysis Project) dengan menggunakan data sekunder databe GTAP versi 9 yang terdiri atas 57 sektor dan 140 negara. Asumsi yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan bergabungnya dalam kerjasama tersebut akan terjadi pengurangan tarif impor. Simulasi pengurangan tarif impor yang dilakukan sebesar 25%, 50%, 75% hingga 100%. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika Indonesia, Thailand dan Filipina bergabung dalam kemitraan tersebut pada umumnya memberikan dampak positif pada sektor perikanan secara makro pada sisi GDP, nilai impor dan kesejahteraan. Namun dari sisi nilai ekspor dan neraca perdagangan hanya Filipina yang memiliki indikasi negatif.

Kata Kunci : GTAP, Kerjasama TPP Dan Sektor Perikanan

Page 81: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

55

019 ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN PULAU-PULAU KECIL

MELALUI DIVERSIFIKASI USAHA UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

( KASUS KELUARGA NELAYAN DI PULAU BARRANG CADDI MAKASSAR)

Mardiana Ethrawaty Fachry Dosen pada program Sudi Sosial Ekonomi Perikanan

([email protected])

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1). Potensi pengembangan pulau-

pulau kecil, khususnya pulau Barrang Caddi melalui diversifikasi usaha. (2). Menemukan Peluang usaha yang akan mendukung keberlanjutan ekosistem SD Kelautan dan perikanan. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Oktober - November 2014. Populasi adalah keluarga nelayan sebanyak 233 KK. Penentuan sampel dipilih secara acak random sampling dengan mengambil 15% dari populasi , yaitu 35 KK dengan menetapkan kriteria sampel adalah keluarga yang memiliki pekerjaan tambahan selain sebagai nelayan. Data terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara dan FGD. Data sekundder sebagai data pendukung dalam menjawab tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif korelasi. Hasil penelitian menemukan bahwa (1) Diversifikasi usaha yang dikelola keluarga nelayan memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi keluarga nelayan (2) Diversifikasi usaha dapat menjadi salah satu solusi dalam mendukung keberlanjutan sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau Kecil.

Kata Kunci : Diversifikasi Usaha, Ekonomi Keluarga , Keberlanjutan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil

Page 82: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

56

020 DAMPAK PERGESERAN MUSIM HUJAN TERHADAP

KEGIATAN PETAMBAK GARAM MASYARAKAT DESA KALIBUNTU, PROBOLINGGO- JAWA TIMUR DAN STRATEGI

ADAPTASINYA

Ratna Indrawasih Perubahan pola curah hujan dan kenaikan muka air laut merupakan indikasi

terjadinya perubahan iklim (IPCC, 2007). Perubahan pola curah hujan menurut Adibroto (2000) ditandai dengan terlambatnya awal musim hujan dan akhir musim hujan yang terjadi lebih cepat. Musim hujan menjadi lebih singkat namun memiliki intensitas curah hujan yang tinggi.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan tahun 2010 di Sumenep, 2011 di Lamongan dan 2012 di Probolinggo, menemukan bahwa telah terjadi perubahan musim dan pola curah hujan secara ekstrem terutama pada tahun 2010. Akibat dari perubahan iklim tersebut telah mempengaruhi kegiatan matapencaharian masyarakat pesisir, baik nelayan maupun petambak. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 ini mengangkat permasalahan bagaimana dampak pergeseran musim hujan dan perubahan pola curah hujan yang terjadi terhadap kegiatan petambak garam serta strategi adaptasinya. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran pergeseran musim hujan yang terjadi di Kabupaten Probolinggo kususnya di Desa Kalibuntu dan dampaknya terhadap kegiatan petambak garam serta strategi adaptasinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergeseran musim hujan dan pola curah hujan mempengaruhi petambak garam dalam memulai kegiatannya dan mempengaruhi pula jumlah produksi garamnya. Strategi adaptasi yang dilakukan adalah antara lain dengan menunggu waktu yang memungkinkan untuk memulai kegiatan tambak garamnya dan ada juga yang beralih ke pekerjaan lain (sebagai buruh tani).

Page 83: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Pemasaran, Perdaganagan, Usaha dan Investasi

57

021 PENGUATAN SISTEM TATA NIAGA GARAM RAKYAT SEBAGAI

UPAYA PENGEMBANGAN INVESTASI USAHA SKALA KECIL KOMUNITAS PESISIR KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Sitti Hilyana* *Staf Pengajar pada Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Email: [email protected].

Upaya peningkatan kuantitas dan kualitas produksi garam sangat tergantung pada sistem produksi yang diterapkan oleh petani garam.Sistem produksi yang diterapkan petani garam saat ini sebagian besar sistem tradisional atau tradisional plus dengan tingkat produksi rata-rata 25 ton -35 ton per hektar per tahun untuk sistem tradisional, sedangkan produksi sistem tradisonal plus sebesar 45 ton - 60 ton garam krosok per hektar per tahun. Harga garam kasar putih Rp 55.000 per kwintal, dengan pola pemasaran garam krosok sebagian besar di jual kepedagang pasar tradisional dan garam hitam di jual ke perebus garam. Sistem usaha garam seperti akan berimplikasi pada stagnasi usaha garam sehingga sulit berkembang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui : 1)Teknologi peningkatan produktivitas garam persatuan luas lahan, 2) Sistem perbaikan tata niaga garam yang lebih menguntungkan, 3) Potensi resiko adopsi teknologi dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produk garam. Penelitian dilakukan dengan melakukan survey pada empat desa pesisir yaitu Desa Pijot, Desa Ketapang Raya, Desa Pemongkong dan Desa Sekaroh Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. FGD dan interview dengan berpedoman pada pertanyaan yang terstruktur dilakukan terhadap 40 orang responden, meliputi laki-laki dan perempuan. Data dianalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan secara bersama-sama mengembangkan tata kelola usaha garam. Intervensi teknologi sistem ulir dapat meningkatkan produktivitas garam, sehingga petani tidak terpengaruh memproduksi garam rebus karena membutuhkan penggunaan bahan bakar kayu, walaupun harga produk garam halus lebih tinggi, Pengembangan usaha garam diarahkan pada peningkatan produktivitas garam ramah lingkungan dan hemat energy. Peningkatan kualitas dan nilai ekonomi produk garam dilakukan melalui pendampingan teknis dan pelatihan manajemen usaha sehingga menghasilkan pembelajaran terkait pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman sehingga akan menjamin keberlanjutan usaha garam. Perlunya regulasi pemerintah daerah tentang tata niaga garam rakyat untuk menguatkan dan memastikan keberlanjutan investasi usaha garam. Kata kunci: tata niaga, garam, investasi usaha.

Page 84: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan

Page 85: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

58

001 KEBERHASILAN SISTEM VOLUNTEER DALAM PENGELOLAAN KAWASAN EKOWISATA BERBASIS KONSERVASI DI CLUNGUP

MANGROVE CONSERVATION DESA TAMBAKREJO, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN, KABUPATEN

MALANG

Ferik Antyo Agus Wibowo1, Harsuko Riniwati2, Lia Putrinda2

1 Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan Universitas Brawijaya

[email protected] 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

[email protected]

Clungup Mangrove Conservation (CMC) merupakan kawasan pesisir dengan ekosistem terlengkap di Kabupaten Malang. Mulai Tahun 2014, tempat ini mulai dikenal sebagai kawasan wisata berbasis konservasi (ekowisata) dengan pengelolaan terbaik, sehingga meraih juara 1 Adhibakti Minabahari kategori Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh (PKPT) dan Kalpataru tingkat Provinsi Jatim kategori Perintis Lingkungan pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberhasilan pengelolaan berbasis volunteer di kawasan ekowisata CMC. Metode yang digunakan adalah (1) observasi lapangan (2) wawancara dengan key stakeholder dan (3) bibiliosintesis/studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya sistem volunteer yang melibatkan 8 orang warga setempat dan 5 mahasiswa, yang digagas pada Tahun 2013, secara konsisten mampu melaksanakan konsep pengelolaan ekowisata sesuai standar dari TIES (2015), sehingga pada akhinya dapat meningkatkan kualitas ekologi dan ekonomi warga setempat. Peningkatan kualitas ekologi diindikasikan dengan peningkatan luasan mangrove melalui kegiatan rehabilitasi, peningkatan luasan terumbu karang dan kelimpahan ikan karang, serta manfaat ekonomi berupa penghasilan tambahan bagi 105 orang masyarakat lokal yang menjadi pelaku ekowisata dikawasan CMC. Konsistensi kelembagaan pengelola diwujudkan dalam pembentukan Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendangbiru (masyarakat lokal) serta FORDASI (mahasiswa) yang hingga saat ini secara intensif melakukan kegiatan pelestarian kawasan dan ekonomi masyarakat malalui kegiatan ekowisata. Pada akhirnya, penelitian ini menunjukan salah satu model kesuksesan sistem volunteer untuk pengembangan konservasi dan ekowisata bahari, yang tidak banyak dijumpai di tempat lainnya di Indonesia. Kata Kunci : Mangrove, Ekowisata Bahari, Kawasan Konservasi

Page 86: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

59

002 KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA

PERIKANAN TP NELAYAN IKAN TERBANG (CYPSILIURUS sp) DI NEGERI MORELLA KABUPATEN MALUKU TENGAH PULAU

AMBON

Venda Jolanda Pical1, Welldemina Pattinama2 dan Erviyanti Gaspersz3

1Staf Dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Ambon

2Staf Peneliti Pada Balai Pelestarian Nilai dan Budaya Maluku 3Mahasiswa Program Studi Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Pattimura Ambon [email protected]

Karakteristik sosial ekonomi RTP nelayan ikan terbang di Negeri Morella belum tersedia dengan baik sehingga mengalami kesulitan dalam perencanaan pengembangan usaha kearah penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk Mengetahui dan Menganalisis Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Perikanan Nelayan Ikan Terbang di Negeri Morella Kabupaten Maluku Tengah Pulau Ambon. Penelitian ini berlokasi di Negeri Morella Kabupaten Maluku Tengah yang dilaksanakan pada bulan Januari-Agustus 2016. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis stattistik deskriptif dan analisis kuantitaitf dengan menggunakan rumus Y = y1 + y2 untuk pendapatan RTP dan rumus C = C1 + C2 untuk pengeluaran RTP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RTP nelayan ikan terbang di Negeri Morella Kabupaten Maluku Tengah Pulau Ambon memiliki 2 kategori yaitu nelayan murni penangkap ikan terbang tanpa ikan lain dan nelayan penangkapan ikan terbang sambilan tambahan. Rata-rata besar RTP nelayan ikan terbang berjumlah 5 jiwa, jumlah tanggungan keluarga berkisar >5 dan <8 jiwa, pendidikan kepala RTP 44% pada tingkat SD, pendidikan ibu RTP 43% di tingkat SD, umur kepala RTP berkisar dari 46-65 tahun sebanyak 69% dan umur ibu RTP berkisar 46-65 tahun 50%. Kondisi perumahan 58% semi permanen, status kepemilikan rumah 73% milik sendiri. Pengalaman usaha >15 tahun, keterlibatan dalam organisasi sosial kemasyarakatan cukup aktif. Rata-rata pendapatan RTP nelayan ikan terbang Rp. 7.600.000/bulan dan rata-rata pengeluaran RTP nelayan ikan terbang Rp. 8.300.000/bulan. Kesimpulan, : karakteristik sosial ekonomi RTP nelayan ikan terbang di Negeri Morella Kabupaten Maluku Tengah Pulau Ambon dikategorikan tergolong rendah berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Saran : RTP nelayan ikan terbang di Negeri Morella perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah Maluku khusunya Dinas kelautan dan Perikanan serta instansi-instansi lain terkait dalam program pemberdayaan masyarakat nelayan sehingga dapat meningkatkan kesejatraan hidup masyarakat.

Page 87: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

60

003 NILAI EKONOMI WISATA PANTAI DI PULAU SARONDE

KABUPATEN GORONTALO UTARA

Maulana Firdaus dan Riesti Triyanti Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Komplek Bina Samudera, Gedung Balitbang KP I Lt 3-4.

Jalan Pasir Putih Ancol No.1, Jakarta 14430 Telp (021) 64711583

Email : [email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai manfaat ekonomi yang ada pada kawasan wisata pantai Pulau Saronde. Lokasi penelitian yaitu di Pulau Saronde, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo yang dilaksanakan pada tahun 2015. Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini dan dikumpulkan dengan metode survei dengan alat bantu kuesioner. Responden dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 46 orang dan dipilih secara acak. Analisis data yang digunakan adalah teknik valuasi dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode satu tahun nilai manfaat wisata ekonomi yang diterima oleh 3.537 orang adalah sebesar Rp. 245.184.840, -. Terkait dengan strategi peningkatan nilai ekonomi wisata di Pulau Saronde dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan dan sarana wisata yang ada di Pulau Saronde serta strategi promosi secara extensive baik melalui media cetak maupun elektronik dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan sumberdayanya.

Kata Kunci : Nilai Ekonomi, Wisata, Pulau Saronde.

Page 88: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

61

004 PENDEKATAN MODEL BIOECONOMI COPES DALAM UPAYA

PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN LAYUR (TRICHIURUS SP.) (STUDI KASUS :PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU, JAWA

BARAT)

Purna Hindayani 1 dan Zuzy Anna 2 1 Alumni Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Padjadjaran

[email protected] 2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Padjadjaran

[email protected]

Teluk Palabuhanratu yang berada di Kabupaten Sukabumi merupakan kawasan minapolitan dan menjadi sentra aktivitas perikanan di Jawa Barat yang memiliki pontensi yang sangat besar. Salah satu komoditas unggulan yang dijadikan ekspor adalah ikan layur (Trichiurus Sp.) Permintaan Ikan Layur yang sangat tinggi setiap tahunnya yang mengakibatkan tekanan terhadap sumberdaya yang cukup kuat. Oleh karena itu diperlukan sebuah perhitungan untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya layur (Trichiurus Sp.) dengan mengukur kondisi aktual dan tingkat optimasi pemanfaatan sumberdaya perikanan ikan layur dilihat dari model bioekonomi kesejahteraan (model Copes) serta pengaruh harga ikan terhadap perubahan surplus konsumen dan surplus produsen dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan ikan layur di perairan Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Berdasarkan perhitungan bahwa nilai hasil tangkapan ( hMSY ) adalah 170,472 ton per tahun tersebut dapat diketahui jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) atau 80 % dari MSY, nilai JTB adalah 136,378 ton, sementara nilai hasil tangkapan rata-rata h aktual ikan layur periode 1995-2014=140,80 ton dan rente ekonomi negatif Rp. 2.126.128.703. Pada tahun 1996, 1997, 1998, 2002, 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012 dan 2014 telah terjadi eksploitasi berlebihan secara biologi yang artinya telah mengalami biological overfishing, sementara upaya penangkapan pada tahun 1995 sampai 2014 melebihi upaya penangkapan 7.238 trip per tahun sehingga bisa dikatakan lebih tangkap secara ekonomi (economical overfishing). Pemanfaatan sumber daya ikan layur di perairan Teluk Palabuhanratu yang optimum adalah pada kondisi MEY, yaitu diperoleh efisiensi terbesar dengan hasil tangkapan 51,73 ton per tahun dan upaya penangkapan 5.285 trip per tahun. Efisiensi terkecil pada keseimbangan open access, yaitu 7.238 trip per tahun dengan hOA 68,49 ton per tahun. Surplus produsen pada kondisi MEY diperoleh sebesar Rp. 836.660.359 dan surplus konsumen diperoleh sebesar Rp. 77.213.594, sedangkan Surplus produsen pada kondisi akses terbuka diperoleh sebesar Rp. 0 dan surplus konsumen diperoleh sebesar Rp. 135.520.327. Surplus pemerintah adalah Rp. 58.314.298.

Kata Kunci: Layur, Bioekonomi, Copes, MEY, MSY, Akses terbuka, Surplus Produsen, Surplus

Konsumen

Page 89: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

62

005 PERBANDINGAN NILAI EKONOMI HUTAN MANGROVE DAN

HASIL PERKEBUNAN KELAPA SEBAGAI AKIBAT KEGIATAN ALIH FUNGSI LAHAN DI TELUK PRIGI KABUPATEN TRENGGALEK

Pudji Purwanti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

[email protected]

Luasan hutan mangrove di Pantai Damas semakin berkurang sebagai akibat dari alih fungsi lahan mangrove menjadi perkebunan. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan nilai ekonomi hutan mangrove dengan nilai hasil perkebunan kelapa di areal lahan mangrove yang telah beralih fungsi serta manfaatnya bagi masyarakat sekitar hutan mangrove. Menurunnya areal dan jenis mangrove ini disebabkan oleh adanya pembukaan lahan perkebunan kelapa dan pertanian, yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatas namakan kelompok PHBM (Pengelola Hutan Bersama Masyarakat). Adanya pengalihan lahan hutan mangrove menjadi areal perkebunan menimbulkan konflik dalam dalam pemanfaatan lahan. Secara ekonomi, hutan mangrove masih memiliki nilai ekonomi yang dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar. Nilai penggunaan langsung dapat diidentifikasi dari hasil tangkapan kepiting bakau. Sedang nilai penggunaan tidak langsung hutan mangrove dapat dihitung berdasarkan fungsi biologi, penahan intrusi dan pelindung pantai. Nilai hutan mangrove dari lahan 3,6 ha secara langsung sebesar Rp. 100.365.000,- dan nilai tidak langsung Rp. 215.460.000,- setiap tahun. Kepemilikan lahan mangrove ini adalah dapat dinikmati oleh masyarakat secara umum. Sedangkan nilai hasil panen kelapa pada areal 3,6 ha lahan mangrove yang telah beralih fungsi sebesar Rp. 215.460.000,- setiap tahun, namun hasil panen ini baru bisa dinikmati setelah 5 tahun menanam. Kepemilikan hasil kebun menjadi kepemilikan pribadi. Dari hasil penelitian disarankan untuk melakukan negoisasi antar pemangku kebijakan dalam pengelolaan hutan mangrove yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Trenggalek dan Dinas Kehutanan untuk mengatur pengelolaan hutan bakau bagi masyarakat agar penebangan hutan bakau dapat dikurangi.

Kata Kunci: Alih Lahan, Hutan Bakau, Nilai Ekonomi, Aturan Lokal.

Page 90: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

63

006 PENGELOLAAN BERKELANJUTAN PERIKANAN TANGKAP

WADUK CIRATA : MODEL BIO-EKONOMI

Zuzy Anna Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

[email protected]

Perikanan tangkap di waduk, merupakan potensi yang dapat diandalkan bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sekitarnya, dibandingkan dengan perikanan budidaya yang lebih banyak menyerap bukan investor dari masyarakat lokal. Pemanfaatan waduk untuk kegiatan perikanan tangkap ini belum banyak mendapat perhatian apalagi pengelolaan. Terbukti dari masih sangat rendahnya kontribusi sektor perikanan tangkap waduk ini pada perekonomian daerah. Penelitian ini pengaruh aktivitas produksi (penangkapan) terhadap kondisi sumber daya ikan seperti parameter biologi dan rente sumberdaya perikanan pada kondisi aktual, lestari, dan juga optimal, dengan menggunakan model bio-ekonomi standard logistik dan Gompertz. Analisis estimasi parameter biologi menggunakan model algoritma CYP dan Fox. Skenario model yang digunakan adalah analisis bio-ekonomi model logistik Gordon Schaefer (GS) dengan estimasi parameter seluruhnya algoritma Fox, Model Gordon Schaefer (GS) dengan estimasi parameter campuran antara hasil algoritma Fox dan CYP, Model Fox/Gompertz dengan estimasi parameter biologi seluruhnya algoritma Fox. Analisis perikanan tangkap dilakukan dengan menggunakan skenario rezim pengelolaan open access, Maximum Sustainable Yield (MSY) dan Maximum Economic Yield (MEY). Hasil penelitian menunjukan perbedaan hasil antara estimasi parameter model CYP dan Fox, namun relatif sama menggambarkan adanya overfishing pada beberapa tahun pengamatan dan over capacity yang ditandai dengan adanya kelebihan effort baik pada Model GS maupun Gompertz. Pengelolaan dengan menggunakan rezim MEY memberikan nilai rente yang paling maksimum, dengan biomass yang lebih konservatif, dan effort yang lebih efisien, baik pada model GS maupun model Gompertz. Penelitian menghasilkan implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan di danau/waduk, melalui rasionalisasi jumlah alat tangkap atau kapal. Model MSY mengisyaratkan rasionalisasi alat tangkap lebih sedikit dibandingkan model MEY, sementara Model Gompertz mengisyaratkan penurunan alat tangkap lebih tinggi dibandingkan model GS. Alternatif pembatasan output atau kuota output juga dapat dilakukan dengan menggunakan nilai JTB. Analisis JTB pada kedua model menunjukkan perlunya penurunan produksi pada setiap alat tangkap, yang dapat dilakukan dengan kuota per unit alat tangkap per kuartal. Paper juga mendorong pengelolaan perikanan tangkap waduk berbasiskan masyarakat. Kata Kunci: Perikanan tangkap, Waduk Cirata, Pengelolaan berkelanjutan, Model

bioekonomi, Model estimasi parameter CYP dan Fox, Rasionalisasi.

Page 91: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

64

007 IMPLEMENTASI PRINSIP EKOWISATA HUTAN MANGROVE

PANTAI CENGKRONG KABUPATEN TRENGGALEK

Mochammad Fattah, Pudji Purwanti, Edi Susilo Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Uniiversitas Brawijaya

[email protected]

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik ekowisata hutan

mangrove pantai cengkrong dan menganalisis implementasi prinsip ekowisata hutan mangrove. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan analisis prinsip ekowisata TIES (The International Ecotourism Society). Pantai Cengkrong mempunyai luas areal hutan mangrove sekitar 87 hektar. Jenis pohon mangrove yang terdapat di Pantai Cengkrong 9 jenis pohon mangrove terdiri dari: Avicenia alba, Rhozhophora apiculata, Rizophora mucronata, Lumnitcera racemosa, Sonneratia sp, Burguera sp, Ceriopstagal, Xyrocarpus sp, dan Sonneratia alba. Hutan mangrove ini dijadikan wilayah ekowisata mulai tahun 2012 sejak dibangun jembatan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek. Implementasi ekowisata hutan mangrove masih belum sesuai dengan enam prinsip ekowisata menurut TIES. Kata Kunci: Ekowisata, Mangrove, Prinsip, Ties Dan Cengkrong

Page 92: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

65

008 UPAYA PENINGKATAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA BAHARI

INDONESIA DENGAN PESAWAT UDARA NIR AWAK BPPT

Jemie Muliadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

[email protected]/[email protected]

Indonesia adalah negara maritim dengan lautan hingga 5,8 juta km persegi sehingga dianugerahi kekayaan bahari yang melimpah. Bahkan dalam RPJMN terkini, diamanatkan peningkatan produksi perikanan sebesar 40-50 juta ton pada tahun 2019. Upaya memaksimalkan pencapaian tersebut dilakukan—di antaranya—dengan penegakan hukum di perairan nasional, dan dengan optimalisasi penangkapan ikan oleh nelayan lokal.Sebagai lembaga litbang milik bangsa, tentu BPPT akan mendukung upaya tersebut pada ranah tupoksinya.Salah satu hasil tupoksi tersebut adalah purwarupa Pesawat Udara Nir Awak (PUNA). PUNA BPPT dapat difungsikan sebagai wahana pengindera populasi ikan yang meng informasikan posisi dan kepadatan ikan secara real-time. Teknologi Nir Awak ini berkembang karena kemudahan persiapan dan operasionalnya, serta biaya yang rendah. Penyampaian informasi real-time perikanan akan mengoptimalkan proses penangkapan ikan oleh nelayan di pesisir lokal. Oleh karena itu, makalah ini akan mengkaji performa PUNA BPPT dalam fungsinya sebagai “mata jauh” (remote eyes) bagi nelayan untuk mengetahui lokasi dan densitas populasi ikan. Senada dengan performa tersebut, PUNA BPPT juga mampu berfungsi sebagai wahana surveillance yang diaplikasikan dalam patroli dan pemetaan. Sebagai hasil inovasi milik bangsa, maka PUNA BPPT sangatlah tepat untuk mendukung optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan Indonesia. Kata Kunci: Puna BPPT, UAV Indonesia, Produksi Tangkapan Ikan, Ekonomi Bahari

Page 93: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

66

009 OPTIMASI PENANGKAPAN UDANG JERBUNG (PENAENUS

MERGUIENSIS DE MAN) DI PANTAI CILACAP

Catur Pramono Adi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Pemanfaatan potensi udang jerbung di Cilacap saat ini mengalami penurunan. Dari data statistic perikanan mengindikasikan terjadi penurunan produksi udang jerbung di wilayah perairan Cilacap yakni dari 885 ton pada tahun 1991 menurun menjadi 734,4 ton untuk Tahun 2000. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Cilacap pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat optimum pemanfaatan sumberdaya udang jerbung menggunakan model Gordon-Schaefer. Data dianalisis untuk menentukan produksi lestari udang jerbung dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang jerbung. Hasil penelitian menunjukan tingkat upaya penangkapan udang optimum (Emsy) adalah 13.205 trip per tahun dan pemanfaatan sumberdaya tersebut secara lestari pada maksimum penangkapan (hmsy) 1.291,8 ton per tahun. Secara ekonomi upaya penangkapan (Emey) udang jerbung mencapai 12.351 trip dengan produksi maksimum (hmey) 1286,4 ton. Sedangkan total penerimaan 44 milyar rupiah dan total biaya (cost) 6,5 milyar rupiah, sehingga akan didapat keuntungan sebesar 37,6 milyar. Hasil tangkapan udang jerbung Tahun 2009 sebesar 1.271 ton mendekati nilai hmey, sedangkan upaya penangkapan (effort) aktualnya sebesar 65.790 trip di atas nilai Emey sehingga usaha penangkapan udang jerbung dengan alat tangkap trammel net tidak efisien untuk dilakukan. Pemanfaatan sumberdaya udang jerbung berdasarkan analisis biologi udang yang tertangkap mendekati padat tangkap, sehingga tidak dikeluarkan ijin penangkapan baru untuk alat tangkap trammel net dan diikuti dengan pemantauan secara intensif. Kata Kunci : Optimum, Penangkapan, Msy, Mey, Udang Jerbung.

Page 94: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

67

010 VALUASI EKONOMI JASA KULTURAL DI WADUK KOTO

PANJANG KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

Trisla Warningsih1, D.Djokosetiyanto2, Achmad Fahrudin3, Luky Adrianto3 1}

Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan FPIK Universitas Riau 2} Departemen Budidaya Perairan FPIK Institut Pertanian Bogor

3)Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Institut Pertanian Bogor

[email protected].

Jasa kultural (cultural services) ekosistem Waduk Koto Panjang yaitu manfaat non material yang diperoleh manusia dari ekosistem Waduk Koto Panjang. Nilai jasa kultural yang dihitung di Waduk Koto Panjang adalah wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan nilai ekonomi jasa kultural di Waduk Koto Panjang. Penelitian ini dilaksanakan selama mulai Bulan Januari 2015 - Juli 2015. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan mengunakan data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk menghitung nilai ekonomi jasa kultural di Waduk Koto Panjang menggunakan metode biaya perjalanan (TCM). Hasil penelitian memperoleh nilai surplus konsumen sebesar Rp 3.937.666,73 per individu per tahun sedangkan nilai ekonomi jasa kultural dari ekosistem Waduk Koto Panjang diperoleh sebesar adalah sebesar Rp 258.704.704.

Kata kunci: Jasa kultural, ekosistem waduk, wisata, metode biaya perjalanan (TCM)

Page 95: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

68

011 KARAKTERISTIK PEMANFAAT SUMBERDAYA KELAUTAN DAN

PERIKANAN DI TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP) KAPOPOSANG SULAWESI SELATAN

Maulana Firdaus dan Irwan Muliawan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

[email protected]

Pengembangan kawasan rehabilitasi dan wisata bahari merupakan peluang untuk menciptakan keberlanjutan sumberdaya dan pemanfaatan serta peningkatan kesejahteraan. Tahap awal yang perlu dilakukan adalah dengan identifikasi untuk mengetahui karakteristik pemanfaat sumberdaya yang ada. TWP Kapoposang sebagai kawasan konservasi, salah satu harapannya adalah untuk menjaga keseimbangan pemanfaatan dan keberlangsungan sumberdaya yang semakin tertekan akibat ketergantungan terhadap pemanfaatan sumberdaya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik pemanfaat sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada di Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang. Hasil penelitian ini menggambarkan jenis pemanfaatan sumberdaya tidak banyak (nelayan, budidaya dan pemanfaatan kayu), ditambah tidak variatifnya jenis pekerjaan masyarakat, maka dapat dikatakan secara singkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya sangat besar. Tujuan ideal penetapan kawasan ini menjadi belum terlihat jelas, karena karakteristik pemanfaatnya masih dengan pola ekstraktif. Dibutuhkan effort, waktu dan biaya yang besar, namun hasil dan harapan dari tujuan ideal ini, tetap belum dapat dibayangkan. Sehingga untuk itu, diperlukan inovasi pengelolaan dan kebijakan yang menguatkan agar tujuan dan harapan dari penetapan kawasan konservasi lebih efektif dan efisien. Disarankan agar perlu kebijakan yang mengatur proporsi dan pola bermitra antara pengusaha wisata dengan masyarakat dalam pengembangan kawasan rehabilitasi dan wisata bahari, serta inovasi program dalam peningkatan kapasitas pelayanan dan jasa wisata bagi masyarakat lokal.

Kata Kunci: Karakteristik Pemanfaat, TWP Kapoposang.

Page 96: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

69

012 TATA KELOLA PERIKANAN KARANG DI KAWASAN KONSERVASI

(KASUS: TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA)

Ernik Yuliana1,2

, Mennofatria Boer1, Achmad Fahrudin

1, M. Mukhlis Kamal

1

1 PS Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor 2 PS Agribisnis Fakultas MIPA Universitas Terbuka, Tangerang Selatan

[email protected]

Perikanan karang adalah salah satu penyumbang dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan. Kawasan konservasi dibentuk salah satunya bertujuan melindungi sumber daya ikan karang dan habitatnya agar dapat terjadi spill over terhadap kawasan luar konservasi. Studi ini bertujuan menganalisis tata kelola perikanan karang di kawasan konservasi dalam mencapai tujuan pembentukannya. Penelitian dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah pada April-Agustus 2015. Tata kelola perikanan karang diukur melalui indikator domain kelembagaan dalam ecosystem approach for fisheries management (EAFM). Pengumbulan data menggunakan metode survei terhadap 94 responden (populasi nelayan 2.663 orang) menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Wawancara dilakukan kepada Kepala Seksi II Karimunjawa dan tokoh nelayan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah dilakukan sosialisasi aturan main formal oleh Balai TNKJ dengan rata-rata 13 kali per tahun, tetapi partisipasi nelayan 48,94%. Beberapa konflik terjadi antara pengelolaan perikanan dan pariwisata, yang segera membutuhkan solusi . Peningkatan jumlah wisatawan memerlukan sinergi antara lembaga yang berwenang mengatur keduanya. Rencana pengelolaan perikanan untuk perairan Laut Jawa dalam proses penyusunan, belum resmi disahkan, namun sudah ada pemanfaatan pengetahuan lokal dalam bentuk kesepakatan desa. Kesepakatan tersebut berfungsi untuk mengatasi konflik dan menguatkan pengontrolan terhadap pengelolaan penangkapan ikan, terutama terhadap empat jenis ikan kerapu (Plectropomus areolatus, Epinephelus polyphekadion, Epinephelus fuscoguttatus).

Kata Kunci: Perikanan Karang, Kawasan Konservasi, Karimunjawa

Page 97: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

70

013 PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

BERBASIS LOKAL MELALUI STRATEGI PENGHIDUPAN BEKELANJUTAN DI OHOI OHOIDERTOM, KABUPATEN

MALUKU TENGGARA

F. R. Fachri1, F. Sari2, P., Rizal1, P. Widiadi1, Z. Atapada1, D. Krishnadianty1, N. Ciptaningsih1, V. Louhenapessy1, A. Nafsal1, A. Ohoiulun1

1 WWF – Indonesia [email protected]

2 Pasca Sarjana Kajian Gender, Universitas Indonesia

Konsep desa yang tertuang dalam UU No.6 tahun 2014 mengenai tata kelola desa,

merupakan peluang bagi setiap desa di Indonesia untuk melaksanakan program pembangunan menuju kehidupan yang lebih baik. Kelemahan dalam penyusunan program dan penggunaan dana pembangunan desa sering muncul dikarenakan keterbatasan pemahaman masyarakat terkait tujuan pembangunan dilakukan. Sustainable Development Goals (SDGs) hadir sebagai tujuan utama arah pembangunan yang keberlanjutan. Sudah seharusnya SDGs dapat termuat dalam rencana pembangunan hingga level paling dasar yakni tingkat desa. Tantangan mulai terlihat di pulau-pulau kecil yang sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya alam, terutama perikanan dan kelautan untuk penghidupan sehari-hari. Ohoi Ohoidertom, merupakan salah satu wilayah di Kepulaun Kei, Maluku Tenggara dengan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang melimpah. Untuk mengetahui jarak antara kebutuhan dan pembangunan, telah dilakukan analisis strategi penghidupan berkelanjutan (Sustainable Livelihood Assesment/SLA) secara partisipatif di Ohoi Ohoidertom. Hasil dari SLA menjelaskan telah terjadi penurunan jumlah dan jenis tangkapan dalam kurun waktu tahun 1990-2016, mencakup 32,58% dari total komoditas perikanan dan laut di perairan Ohoi Ohoidertom. Akar permasalahan berkaitan dengan penangkapan berlebih akibat belum adanya pengelolaan, aturan zonasi dan kelayakan tangkapan. Fakta tersebut menjadi dasar rencana pembangunan kelautan dan perikanan yang tertuang dalam peraturan desa dan dokumen RPJM Ohoi Ohoidertom. Prosesnya telah dikawal hingga persetujuan pada tingkat Musrembang (Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah) Kabupaten. Rekomendasi yang muncul yaitu pembuatan sasi (pelarangan tangkap dalam kurun waktu tertentu dan zonasi) serta pengembangan alternatif mata pencaharian (ekonomi) warga. Dokumen perencanaan ini tentunya dapat mendukung program pemerintah dalam penanggulangan IUU (Illegal, Unreported & Unregulated) Fishing hingga tingkat desa, dan mengakomodir poin ke-14 SDGs terkait dengan konservasi dan pemanfaatan sumberdaya laut yang berkelanjutan, serta mendukung keberadaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di Kabupaten Maluku Tenggara. Kata Kunci: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, SLA, Ohoi Ohoidertom, RPJM

Desa, Alternatif Ekonomi

Page 98: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

71

014 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR

KECAMATAN JORONG KABUPATEN TANAH LAUT

Rina Mustika, S.Pi, Mp1, Prof.Dr. Emmy Sri Mahreda1, dan Irma Febrianty, Spi, Mp1 1Prodi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan Dan Kelautan

Universitas Lambung Mangkurat Jalan A. Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan Indonesia

([email protected])

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah tersedianya informasi menyeluruh

mengenai nilai potensi sumberdaya pesisir Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode PRA dan survey. Metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling. Untuk menghitung nilai ekonomi sumberdaya alam pesisir di Kecamatan Jorong, data dianalisis dengan total nilai ekonomi (Total Economic Value = TEV) dan untuk penghitungan nilai sumberdaya jasa (pariwisata), data dianalisis dengan metode biaya perjalanan (travell cost method = TCM). Pemanfaatan lahan di wilayah pesisir Kecamatan Jorong untuk kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan. Hutan mangrove dimanfaatkan masyarakat untuk berupa kayu bakar dan penahan abrasi. Sumberdaya ikan dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan dengan alat rempa, lampara, rawai, rengge, purse seine dan seser (pukat tarik) sedangkan sumberdaya alam (jasa) dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Nilai ekonomi perikanan tangkap senilai Rp 9.748.484.365,49, nilai ekonomi sumberdaya mangrove sebesar Rp.46.936.248.901,58, nilai ekonomi lahan pesisir yang terdiri dari pertanian, perkebunan, pemukiman dan pekarangan, dan tambak adalah Rp 74.503.750.000,00dan nilai ekonomi sumberdaya pariwisata Rp 24.734.725.500,00 sehingga total nilai ekonomi (valuasi ekonomi) sumberdaya wilayah pesisir Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan adalah sebesar Rp. 146.174.724.401,58.

Kata Kunci : Valuasi Ekonomi, Sumberdaya, Total Economic Value, Travel Cost Method

Page 99: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

72

015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL TANGKAPAN

TUNA MADIDIHANG (Thunnus Albacares) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

Abdul Kohar Mudzakir dan Sri Lestari

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

([email protected])

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi hasil

tangkapan Tuna Madidihang yang didaratkan di PPS Cilacap secara simultan dan parsial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bersifat studi kasus dengan metode pengambilan sampel secara purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana, uji asumsi klasik, dan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada unit penangkapan tuna longline ada empat faktor dari tujuh variabel yang diamati, diantaranya bahan bakar (X1), ukuran kapal (X5), daya mesin (X6), dan lama trip (X7). Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi unit penangkapan tuna longline dapat direpresentasikan dalam model fungsi Cobb-Douglas, yaitu: Ln Y = 314,427 + 2,236 ln X1 + 5,217 ln X5 – 1,568 ln X6 + 0,475 ln X7. Terlihat bahwa elastisitas produksi dari penjumlah koefisien regresi (Σbi = 2,236 + 5,217 – 1,568 + 0,475 = 6,360), elastisitas menunjukkan nilai sebesar 6,360 yang berarti setiap penambahan 1 persen faktor-faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi sebesar 6,360 persen. Kata Kunci :Faktor Produksi; Tuna Longline; Fungsi Cobb-Douglas; Perairan Cilacap

Page 100: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

73

016 OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOBSTER PASIR

(PANULIRUS HOMARUS) DENGAN PENDEKATAN BIOEKONOMI SPASIAL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Adrian Damora1, Luky Adrianto2, Yusli Wardiatno2 1Alumni Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah

Pascasarjana IPB 2 Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Lobster pasir (Panulirus homarus) adalah spesies dari genus Panulirus yang paling banyak tertangkap di perairan pesisir Kabupaten Gunungkidul. Tingkat pemanfaatan spesies ini terus meningkat dikarenakan nilai ekonominta yang tinggi. Pendekatan bioekonomi spasial telah dilakukan untuk mengkaji model optimasi pemanfaatan dengan menilai karakteristik ekologi dan ekonomi spesies ini. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai Mei 2014 di enam lokasi pendaratan losbter di Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian menunjukkan batimetri, curah hujan dan variabilitas iklim telah memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan per upaya lobster pasir (P. homarus). Anomali yang terjadi pada periode El Niño dan dampak dari La Niña telah memberikan pengaruh pada rendahnya hasil tangkapan lobster di perairan Gunungkidul pada periode 2010-2011. Peluang ketertangkapan, harga bahan bakar minyak, harga jual, total biaya operasional, dan total keuntungan dari penangkapan lobster pasir (P. homarus) telah diidentifikasi dengan pendekatan biekonomi spasial. Penangkapan di enam lokasi pendaratan lobster (Gesing, Ngerenehan, Baron, Ngandong, Siung, and Sadeng) dapat dioptimalkan selama musim puncak penangkapan, dimana Pantai Sadeng memberikan keuntungan maksimum sebesar Rp 217 575 093.00 per bulan. Pantai Gesing and Siung dapat dioptimalkan selama musim paceklik penangkapan, dimana Pantai Gesing memberikan keuntungan maksimum sebesar Rp 38 120 542.00 per bulan. Kata Kunci: Eksploitasi, Bioekonomi Spasial, Optimasi Pemanfaatan.

Page 101: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

74

017 PEMODELAN SYSTEM THINKING DENGAN MENGGUNAKAN

CAUSAL LOOP DIAGRAM TERHADAP DINAMIKA INDEKS DIVERSITAS ENTROPY DALAM PERIKANAN BUDIDAYA DI

JAWA BARAT

Asep Agus Handaka Suryana

Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Bandung ([email protected])

Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kontribusi produksi perikanan budidaya air tawar terbesar di Indonesia. Keberagaman jenis ikan air tawar yang dibudidayakan dalam berbagai wadah budidaya mengalami dinamika. Penelitian yang bertujuan menganalisis dinamika interaksi antara berbagai aspek yang terkait dengan keberagaman jenis ikan yang dibudidayakan di perikanan budidaya perairan air tawar Jawa Barat telah dilakukan pada bulan Februari 2016 sampai Agustus 2016. Data diambil dari data sekunder berupa data statistik perikanan Jawa Barat dari tahun 1997 sampai tahun 2013 dan data primer hasil wawancara. Tingkat keberagaman perikanan budidaya dihitung dengan Indeks Diversitas Entropy sedangkan metodologi yang digunakan menganalisis dinamika keberagaman jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di Jawa Baarat adalah analisis system thinking dengan pemodelan causal loop diagram. Berdasar perumusan diversitas entropy, dihitung nilai diversitas entropy dalam perikanan budidaya air tawar berdasar nilai produksi masing-masing jenis ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak tahun 2005 sampai tahun 2009, nilai indeks diversitas entropy jenis ikan budidaya air tawar menunjukkan peningkatan nilai dari 0,5867 ke 0,7011. Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai tahun 2009 jumlah dan komposisi berbagai jenis ikan semakin berimbang. Berbeda dengan periode tahun 2009 sampai tahun 2013, justru terjadi penurunan nilai indeks diversitas entropy jenis ikan budidaya air tawar sampai angka 0,669732. Hal ini menunjukkan penurunan jumlah dan komposisi berbagai jenis ikan semakin tidak berimbang. Dominasi jenis ikan mas, nila dan lele semakin dominan dan menjadikan komposisi keberagaman jenis ikan semakin tidak berimbang. Dengan memfokuskan pemodelan dinamika indeks diversitas pada beberapa aspek terkait, disimpulkan bahwa indeks diversitas yang terjadi tidak terlepas dari kondisi lingkungan perairan, tren rilis strain unggul ikan, serta minat masyarakat terhadap jenis ikan konsumsi. Kata Kunci: Budidaya Ikan, Diversitas Entropy, Causal Loop Diagram

Page 102: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

75

018 INTERAKSI SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN WILAYAH PERBATASAN: DALAM PROSES PERUBAHAN3

Nyayu Fatimah4

Artikel ini membahas interaksi sosial dari masyarakat nelayan di perbatasan di kepulauan Kawaluso Sangihe Talaud dan Pulau Sebatik di Kalimantan Timur. Kedua pulau itu merupakan daerah terdepan/terluar di Indonesia, dan cenderung tersisolir serta jauh dari pusat pemerintahan. Selama ini kedua pulau tersebut jauh dari jangkauan gemerlapnya pembangunan infrastuktur yang terjadi di daerah pulau Jawa telah memunculkan berbagai permasalahan baik sosial, ekonomi maupun politik.

Dilihat dari aspek sosial ekonomi tampak bahwa mereka sangat tergantung pada negara tetangganya (dalam hal ini Malaysia bagi masyarakat pulau Sebatik dan Filipina bagi masyarakat Kawaluso). Sementara ditinjau dari daya jangkau geografis yang relatif jauh dari pusat pemerintahan dapat pula memunculkan kerawanan dan akan memudarkan rasa kebangsaan bagi warganya. Oleh karena itu, untuk mengatasi menurunnya nilai-nilai kebangsaan serta untuk mengatasi ketidakpastian kehidupan sosial ekonomi dari warga perbatasan, maka kini pemerintah sudah mulai memberikan perhatian khusus terhadap kehidupan kemasyarakatan pulau terluar. Hal ini diharapkan menjadi pendorong terjadinya perubahan sosial bagi warga masyarakat perbatasan. Pembenahan bagi masyarakat nelayan itu, memang perlu segera dilakukan agar visi negara maritim yang selama ini selalu di angkat dapat menjadi kenyataan. Proses dan fenomena perubahan sosial inilah yang akan diangkat dalam makalah ini.

Kata kunci: interaksi sosial, perubahan sosial

Page 103: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional

Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

76

019 PERKEMBANGAN DAN DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA

BAHARI TERHADAP MASYARAKAT DI KAWASAN KARIMUNJAWA

Cornelia Mirwantini Witomo dan Andrian Ramadhan Peneliti Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kelautan Perikanan Kementerian Kelautan Perikanan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perkembangan dan dampak kegiatan pariwisata bahari terhadap masyarakat di Kawasan Karimunjawa. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Pemahaman Aspek Sosial Ekonomu Dalam Pengelolaan Terumbu Karang di Karimunjawa yang berlangsung pada tahun 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengambarkan perkembangan dan dampak sektor industri pariwisata bahari di Kawasan Karimunjawa adalah data jumlah kunjungan wisata dalam 5 tahun terakhir, tingkat kesejahteraan masyarakat dalam 5 tahun terakhir serta hubungan keseimbangan antara masyarakat lokal dengan wisatawan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskritif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis, dari kesesuaian 10 prinsip yang mengutamakan komunitas masyarakat lokal Karimunjawa menunjukkan prosentase lebih dari 50%. Perkembangan industri wisata Karimunjawa dalam 5 tahun terakhir cukup pesat karena banyaknya atraksi wisata bahari yang ditawarkan serta dampak yang mulai dirasakan oleh masyarakat Kawasan Karimunjawa yang ditandai dengan mulai banyak masyarakat yang berprofesi nelayan yang menyewakan kapalnya menjadi kapal wisata. Kata Kunci : Perkembangan, Dampak, Pariwisata, Karimunjawa,

Page 104: Penyelenggara - bbpse.litbang.kkp.go.idbbpse.litbang.kkp.go.id/semnas2016/home/images/buku_panduan_201… · Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua sub kegiatan yaitu Seminar Nasional