Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SERANG
DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN
PASAR ROYAL KOTA SERANG TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik (S.AP) pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Oleh :
ERVIN ZULPIANSYAH
NIM. 6661132270
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, JANUARI 2019
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Terus Melangkah dan Maju Bergerak Untuk
Hidup Yang Lebih Baik”
PERSEMBAHAN
Kedua Orang tua, Adik dan seluruh Keluarga Besarku
ABSTRAK
Ervin Zulpiansyah. NIM. 6661132270. 2019. Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Skripsi. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018. Pembimbing I: Dr. Ipah Ema Jumiati, M.Si dan Pembimbing II: Riny Handayani, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Royal Kota Serang tahun 2018. Teori peran menggunakan teori menurut Jones (dalam Mahsun, 2006:8), meliputi kriteria peran sebagai Regulatory Role (Perencana Kebijakan), Enabling Role (Pelaksana Kebijakan) dan Direct Role (Pengawas Kebijakan) (2014:109). Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Informan penelitian dari unsur Satpol PP Kota Serang, Pedagang Kaki Lima dan Pedagang Ritel. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan membercheck. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif Miles dan Huberman. Hasil penelitian diketahui peran Satpol PP Kota Serang sebagai regulatory role, keunggulannnya meliputi: (1) pelaksanaan tugas sudah mengikuti Standar Operasional Prosedur yang berlaku, (2) adanya jadwal kegiatan rutin atau jadwal patroli rutin tiap bulannya, (3) kejelasan petugas yang melakukan jadwal patroli rutin. Peran Satpol PP Kota Serang sebagai enabling role, kelemahannya meliputi : (1) waktu pelaksanaan penertiban PKL jarang dilakukan, (2) sikap petugas dalam melakukan penertiban kurang persuasif, (3) adanya denda untuk mengambil barang sitaan memberatkan PKL, (4) koordinasi yang dilakukan kurang optimal karena tidak dilakukan secara formal melalui rapat kerja, (5) koordinasi hanya dilakukan dengan pengelola pasar tidak melibatkan instansi terkait lainnya. Peran Satpol PP Kota Serang sebagai direct role, meliputi : (1) kegiatan patroli rutin hanya rutinitas saja karena tidak melakukan himbauan langsung kepada PKL, (2) petugas Satpol PP Kota Serang jarang melakukan komunikasi dengan PKL, (3) PKL dan pedagang ritel tidak dapat mengajukan keluhan dan sarannya kepada Satpol PP Kota Serang. Saran penelitian adalah kegiatan patroli rutin disertai dengan pemberian himbauan secara langsung kepada PKL, petugas dapat melakukan komunikasi secara persuasif, meningkatkan koordinasi melalui rapat kerja bulanan, berkoordinasi dengan aparat penegak hukum seperti kepolisian saat melakukan penertiban dan lain sebagainya.
Kata Kunci : Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang, Penataan Pedagang Kaki Lima, Kawasan Pasar Royal.
ABSTRACT
Ervin Zulpiansyah. NIM. 6661132270. 2019. Public Administration Science Program. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Essay. The Role of Serang City Civil Service Police Unit in Arrangement of Street Vendors in the Serang City Royal Market Area in 2018. Advisor I: Dr. Ipah Ema Jumiati, M.Si and Advisor II: Riny Handayani, M.Si
This study aims to determine the role of the Serang City Civil Service Police Unit in structuring street vendors in the Serang City Royal Market Area in 2018. The role theory uses theory according to Jones (in Mahsun, 2006: 8), including the criteria for the role as Regulatory Role (Policy Planner ), Enabling Role (Implementing Policy) and Direct Role (2014): The research method uses qualitative descriptive. Research informants from the elements of the Serang PP Satpol, Street Vendors and Retailers. Test the validity of the data using source triangulation and member check techniques. Data analysis used qualitative data analysis of Miles and Huberman. The results of the study revealed the role of Serang PP Satpol as a regulatory role, the advantages of which include: (1) the implementation of duties has followed the applicable Standard Operating Procedure, (2) routine monthly schedule or patrol schedule, (3) clarity of schedule staff routine patrol. The role of the City Serpol PP Serang as an enabling role, its weaknesses include: (1) the timing of street vendors' enforcement is rarely carried out, (2) the attitude of officers in conducting control is less persuasive, (3) the fines for taking confiscated goods weigh on street vendors, (4) coordination less optimal because it is not formally done through work meetings, (5) coordination is only done with market managers not involving other relevant agencies. The role of the Serang PP Satpol as a direct role, includes: (1) routine patrol activities are only routine because they do not make direct calls to street vendors, (2) Serang PP Satpol officers rarely communicate with street vendors, (3) street vendors and retail traders do not can submit complaints and suggestions to the Serang PP Satpol. Suggestions for research are routine patrol activities accompanied by giving appeals directly to the street vendors, officers can communicate persuasively, improve coordination through monthly work meetings, coordinate with law enforcement officials such as the police when controlling.
Keywords : The Role of Serang City Civil Service Police Unit, Street Vendor Arrangement, Royal Market Area
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-Nya, Sholawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang Dalam Penataan Pedagang Kaki
Lima di Kawasan Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018”.
Dalam proses penyusunannya, penulis sangat bersyukur karena telah
memperoleh bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
3. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
4. Iman Mukhroman, M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
5. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
6. Listyaningsih, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
ii
7. Dr. Ipah Ema Jumiati, M.Si sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan saran selama proses penyusunan skripsi ini.
8. Riny Handayani, M.Si sebagai Pembimbing II yang telah memberikan
saran selama penyusunan skripsi ini.
9. Dr. Arenawati., M.Si sebagai Penguji I yang telah memberikan saran
atas penyusunan skripsi ini.
10. Drs. Hasuri Waseh, M.Si sebagai Penguji II yang telah memberikan
saran atas penyusunan skripsi ini.
11. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
12. Kedua Orang Tua, Bapak Muhidin dan Ibu Maryamah yang selalu
memberikan do’a, kasih sayang dan segala hal lainnya demi
keberhasilan anak-anaknya.
13. Adikku, Ivan Zuliansyah yang menjadi penyemangat penulis untuk
menyelesaikan pendidikan tinggi di kampus tercinta, Untirta.
14. Kekasih tercinta, Risna yang telah memberikan dukungan kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
15. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan do’a untuk
kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu penulis
berharap saran untuk menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Terima kasih.
Serang, 28 Januari 2018
Ervin Zulpiansyah
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Lembar Orisinalitas Motto dan Persembahan Abstrak Abstract Kata Pengantar .............................................................................................................. i Daftar Isi ....................................................................................................................... iii Daftar Tabel .................................................................................................................. vi Daftar Gambar .............................................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 16
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 17
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 17
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 18
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 18
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 18
1.5.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 20
2.2 Teori Organisasi Publik ................................................................................. 20
2.3 Teori Peran .................................................................................................... 22
2.3.1 Pengertian Peran ................................................................................ 22
2.3.2 Peran Organisasi Sektor Publik ......................................................... 24
2.4 Satuan Polisi Pamong Praja ........................................................................... 26
2.4.1 Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja ............................................. 26
2.4.2 Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja ................................. 26
2.4.3 Wewenang, Hak dan Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja .......... 27
iv
2.4.4 Pendekatan Satuan Polisi Pamong Praja ........................................... 29
2.4.5 Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penertiban Pedagang
Kaki Lima .......................................................................................... 30
2.5 Pedagang Kaki Lima ..................................................................................... 33
2.5.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima ....................................................... 33
2.5.2 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima............................................................ 34
2.5.3 Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima ............................................... 34
2.5.4 Perlengkapan Pedagang Kaki Lima ................................................... 35
2.5.5 Kontribusi Pedagang Kaki Lima Sebagai Sektor Informal ............... 36
2.6 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 38
2.7 Kerangka Berfikir .......................................................................................... 43
2.8 Asumsi Dasar Penelitian ................................................................................ 47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................................ 48
3.2 Fokus Penelitian ............................................................................................ 49
3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 49
3.4 Variabel Penelitian ........................................................................................ 50
3.4.1 Definisi Konsep ................................................................................... 50
3.4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 50
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 51
3.6 Informan Penelitian ....................................................................................... 54
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 56
3.8 Uji Keabsahan Data ....................................................................................... 59
3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian ........................................................................ 60
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 61
4.1.1 Profil Singkat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang ..................... 61
4.1.2 Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang............... 62
4.1.3 Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang ......................... 62
v
4.2 Informan Penelitian ........................................................................................ 63
4.3 Deskripsi dan Analisis Data ........................................................................... 65
4.3.1 Perencana Kebijakan (Regulatory Role) ............................................. 66
4.3.2 Pelaksana Kebijakan (Enabling Role) ................................................. 80
4.3.3 Pengawas Kebijakan (Direct Role)...................................................... 103
4.4 Pembahasan .................................................................................................... 116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 125
5.2 Saran ............................................................................................................... 128
Daftar Pustaka
Lampiran
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Rekapitulasi Pedagang Kaki Lima di Kota Serang Tahun 2016 ................... 3
3.1 Pedoman Wawancara ..................................................................................... 55
3.2 Informan Penelitian ....................................................................................... 56
3.3 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 60
4.1 Matriks Triangulasi Sumber .......................................................................... 65
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kawasan Pasar Royal Kota Serang Dilihat dari Google Maps ........................ 4
1.2 Kawasan Simpang 3 Royal Kota Serang ......................................................... 5
1.3 Penyalahgunaan Fungsi Jalan Raya oleh Pedagang Kaki Lima....................... 6
1.4 Penyalahgunaan Fungsi Trotoar oleh Pedagang Kaki Lima ............................ 7
1.5 Kendaraan Operasional Satpol PP Kota Serang............................................... 14
2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 46
3.1 Komponen Analisis Data (Interactive Model) dari Miles dan Huberman ....... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak otonomi daerah diberlakukan dengan dasar Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mendorong setiap daerah
untuk melakukan berbagai macam aktivitas pembangunan pada setiap lini,
termasuk diantaranya Pemerintah Provinsi Banten. Pemerintah Provinsi Banten
sebagai penyelenggara tata kelola daerah dan pelayanan publik bertanggung jawab
untuk melaksanakan program pembangunan, baik pembangunan fisik terkait
pembangunan infrastruktur maupun pembangunan non fisik terkait peningkatan
kualitas sumber daya manusia dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup rakyat.
Secara administratif, Provinsi Banten terdiri dari empat (4) daerah tingkat
Kabupaten meliputi Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak
dan Kabupaten Tangerang dan empat (4) daerah tingkat Kota meliputi Kota
Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan (Banten
dalam Angka, 2017). Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran dari
Kabupaten Serang Provinsi Banten. Kota Serang merupakan Ibu Kota Provinsi
Banten. Kota Serang secara resmi berdiri pada tanggal 2 November 2007
berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kota Serang.
Salah satu permasalahan yang umumnya dihadapi oleh daerah-daerah di
Indonesia diantaranya adalah fenomena Pedagang Kaki Lima (PKL). Sutrisno
(2016) mengemukakan fenomena PKL kini seakan-akan menjadi masalah sosial
2
ekonomi yang tumbuh berkembang sebagai akibat dari rendahnya kualitas sumber
daya manusia, terbatasnya lapangan pekerjaan, ketatnya persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan, biaya hidup yang tinggi, pendapatan yang rendah dan
faktor lainnya sebagainya menstimulasi pertumbuhan PKL pada setiap daerah,
tidak terkecuali di Kota Serang.
Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL), Pasal 1 ayat 8 menyatakan PKL
adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan
sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota,
fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Kota dan atau swasta baik yang sementara atau
menetap. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa PKL adalah seseorang yang
melakukan usaha perdagangan atau berjualan dengan menggunakan sarana
prasarana publik yang umumnya di pinggir jalan raya, di jalur trotoar, di halte bus
dan di lokasi lainnya, baik yang sementara atau menetap.
Salah satu lokasi umum di Kota Serang yang menjadi tempat Pedagang
Kaki Lima (PKL) berjualan terdapat di Kawasan Pasar Royal Kecamatan Serang
Kota Serang. Lokasi tersebut merupakan lokasi strategis bagi para PKL untuk
berjualan karena kawasan tersebut merupakan kawasan perdagangan dan jasa
yang ditandai dengan banyak berdirinya gedung pertokoan dan ritel lainnya dan
berdekatan dengan lokasi Kantor Pemerintahan Kabupaten Serang, yakni Kantor
Bupati Serang.
3
Berdasarkan data dari UPT Pasar Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi (Disperindagkop) Kota Serang terdapat 7 wilayah di Kota Serang yang
sudah terdaftar sebagai lokasi yang diperbolehkan digunakan untuk usaha para
PKL. Lokasi usaha PKL di Kota Serang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1.1
Rekapitulasi Pedagang Kaki Lima di Kota Serang Tahun 2016
No Lokasi Usaha Jumlah PKL
1 Pasar Kalodran 270
2 Pasar Rau 420
3 Pasar Kepandean 254
4 Pasar Royal 533
5 Serang Plaza / Ramayana Serang 351
6 Kawasan Banten Lama 56
7 Taman Sari 210
Jumlah 2.194
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang, 2017
Berdasarkan Tabel 1.1, diketahui jumlah PKL di Kota Serang cukup
banyak, dimana Kawasan Pasar Royal menjadi lokasi dengan jumlah PKL
terbanyak dengan jumlah sebanyak 533 PKL. Dimana hasil observasi peneliti,
diketahui sebanyak 237 PKL yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang PKL karena berjualan di sarana dan prasarana
publik, baik di bahu jalan dan trotoar. Hal tersebut yang kemudian melandasi
untuk ditetapkannya Kawasan Pasar Royal sebagai lokasi dalam penelitian ini
berkenaan dengan peran Satpol PP Kota Serang dalam penataan PKL di Pasar
Royal Kota Serang.
4
Lokasi yang menunjukkan Kawasan Pasar Royal Kota Serang dilihat dari
google maps disajikan pada Gambar 1.1 berikut ini.
Gambar 1.1
Kawasan Pasar Royal Kota Serang Dilihat dari Google Maps
Sumber : https://www.google.com/maps/place/pasarroyal, 2018
Gambar 1.1 menunjukkan Kawasan Pasar Royal Kecamatan Serang Kota
Serang menjadi lokasi strategis bagi para PKL untuk berjualan karena kawasan
tersebut merupakan kawasan perdagangan dan jasa yang ditandai dengan banyak
berdirinya gedung pertokoan dan ritel lainnya, seperti dekat dengan fasilitas atm
dari lembaga perbankan, dekat dengan pusat berbelanjaan Ramayana Mall Serang,
dekat dengan stasiun Kereta Api Serang serta berdekatan dengan lokasi Kantor
Pemerintahan Kabupaten Serang, yakni Kantor Bupati Serang.
5
Kawasan Pasar Royal Kota Serang yang menjadi lokasi PKL berjualan yang
menyalahi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang PKL disajikan pada
Gambar 1.2 berikut ini.
Gambar 1.2
Kawasan Pasar Royal Kota Serang
Sumber : Dokumentasi, Lokasi Jl. Diponegoro Pocis Kota Serang, 2018
Gambar 1.2 menunjukkan Kawasan Pasar Royal Kota Serang menjadi
lokasi pertemuan dari 3 jalur lalu lintas, yakni jalur Pocis-Serang, jalur Serang-
Banten Lama dan jalur Kepandean-Serang. Umumnya lokasi pertemuan dari dua
atau lebih jalur lalu lintas beresiko terjadinya penumpukan kepadatan arus lalu
lintas yang menjadi penyebab kemacetan, khususnya di sore hari yang menjadi
waktu orang pulang kerja. Kondisi tersebut semakin diperparah akibat adanya
penyalahgunaan badan jalan raya maupun trotoar oleh para PKL, parkir motor
liar, menjadi pangkalan atau tempat menunggu angkutan umum perkotaan dan
angkutan lain seperti becak untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
6
Penyalahgunaan fungsi jalan raya oleh PKL sebagai lokasi berjualan dapat
dilihat pada gambar 1.3.
Gambar 1.3
Penyalahgunaan Fungsi Jalan Raya Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL)
Sumber : Dokumentasi, Lokasi Jl. Diponegoro Pocis Kota Serang, 2018
Gambar 1.3 menunjukkan penyalahgunaan fungsi jalan raya oleh Pedagang
Kaki Lima (PKL) menyebabkan penyempitan badan jalan yang dapat
menyebabkan kemacetan, maraknya parkir motor liar, memperbesar peluang
terjadinya kecelakaan lalu lintas, menstimulasi jumlah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti pengemis, pengamen, komunitas punk yang
dapat menggangu kenyamanan dan ketertiban umum dari para pengguna jalan
maupun konsumen potensial yang ingin berbelanja di area pertokoan tersebut.
7
Selain itu, Pedagang Kaki Lima (PKL) juga terbukti melakukan
penyalahgunaan fungsi trotoar sebagai lokasi berjualan yang dapat dilihat pada
gambar 1.4.
Gambar 1.4
Penyalahgunaan Fungsi Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL)
Sumber : Dokumentasi, Lokasi Jl. Diponegoro Pocis Kota Serang, 2018
Gambar 1.4 menunjukkan fungsi trotoar seyogyanya menjadi prasarana bagi
para pejalan kaki tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini
disebabkan oleh PKL yang menyalahgunakan fungsi trotoar sebagai lokasi
berjualan yang membuat pejalan kaki tidak dapat menggunakan trotoar sebagai
tempat berjalan kaki dan terpaksa harus turun ke jalan raya untuk berjalan yang
tentunya dapat membahayakan keselamatan pejalan kaki, trotoar menjadi kotor
akibat sampah dari barang jualan yang dibuang tidak pada tempatnya dan
menyebabkan area di pinggir jalan raya dan jalur trotoar tampak kumuh.
8
Menyadari keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dapat menimbulkan
dampak negatif karena penyalahgunaan fungsi sarana dan prasarana publik serta
dapat mengurangi kebersihan, keindahan, kenyamanan dan faktor estetika lainnya
maka tindakan penataan PKL menjadi kebutuhan mutlak yang harus dilakukan.
Hal ini mengingat selain berdampak negatif, keberadaan PKL juga memberikan
dampak positif terkait kegiatan perekonomian rakyat atau individu yang
menjadikan PKL sebagai mata pencaharian untuk memperoleh pendapatan dan
kegiatan perekonomian daerah karena PKL merupakan rantai terakhir (pengecer)
dari komoditi produk yang dihasilkan oleh produsen hingga dapat dikonsumsi
langsung oleh masyarakat selaku konsumen akhir.
Kondisi tersebut melandasi diberlakukannya aturan waktu bagi aktivitas
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Serang, seperti di Kawasan Pasar Royal yang
diperbolehkan beroperasi mulai dari pukul 16.00 WIB sampai pukul 24.00 WIB.
Diharapkan adanya aturan waktu khusus untuk berjualan bagi para PKL dapat
memberikan kesempatan bagi PKL untuk mencari nafkah namun tetap mengikuti
ketentuan yang ditentukan, yakni tidak mendirikan bangunan permanen, menjaga
kebersihan lingkungan dan menggunakan waktu berjualan sebagaimana yang
telah ditentukan. Akan tetapi jika ada PKL yang melakukan pelanggaran atas
waktu, yakni berjualan sebelum jam 16.00 WIB maka akan dikenakan sanksi,
yakni dilakukannya penertiban PKL (Sumber : Hasil Wawancara dengan Zainal
selaku Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian Satpol PP Kota Serang, Hari
Kamis, Tanggal 28 Mei 2018). Kondisi ini membuat PKL hanya bisa ditangani
melalui upaya penataan PKL yang dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah.
9
Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai bagian dari pelaku usaha perekonomian
sektor informal perlu dilakukan upaya penataan agar dapat meningkatkan dan
mengembangkan usahanya. Penataan PKL yang dimaksud menurut Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima (PKL), Pasal 1 ayat 9 menyatakan Penataan PKL adalah upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui penertiban dan penghapusan lokasi
PKL sebagai upaya pengendalian dengan memperhatikan kepentingan umum,
sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
(PKL), Pasal 4 ayat 2 diantaranya meliputi penghapusan lokasi PKL melalui
tindakan penertiban. Penataan PKL menggambarkan upaya Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan potensi PKL melalui upaya penataan sebagai usaha
perekonomian sektor informal yang juga memberikan manfaat positif bagi
pertumbuhan perekonomian daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Upaya penegakkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan PKL dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Serang.
Dalam hal ini, kewenangannya diemban oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Serang. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 1 ayat 8 menyatakan Satpol PP adalah
bagian perangkat daerah dalam penegakan Peraturan Daerah, penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
10
Tugas Satpol PP Kota Serang adalah menegakkan Peraturan Daerah dan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya
dengan tenteram, tertib, dan teratur. Dalam melaksanakan tugasnya, Satpol PP
diantaranya berwenang melakukan tindakan penertiban non yustisial terhadap
warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas
Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Kepala Daerah.
Upaya penataan dengan cara melaksanakan tindakan penertiban non
yustisial kepada Pedagang Kaki Lima (PKL) disebabkan adanya pelanggaran
Peraturan Daerah khususnya Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun
2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah Kota
Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima (PKL). Pelanggaran tersebut berupa penyalahgunaan fungsi
sarana prasarana publik, membangun bangunan, baik bangunan tetap atau
bangunan sementara di jalur yang tidak diperuntukkan mendirikan bangunan dan
mengganggu ketertiban umum, kebersihan dan keindahan daerah di Kota Serang.
Pelaksanaan tindakan penertiban oleh Satpol Kota Serang sebagai bagian
dari upaya penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Pasar Royal Kota
Serang sering mendapatkan respon negatif dari para PKL yang berjualan di lokasi
tersebut. Bahkan upaya penertiban Satpol Kota Serang sering diwarnai dengan
11
situasi yang mengarah kepada tindakan kericuhan hingga bentrokan yang
dilakukan PKL karena tidak mau dipindahkan dan disita barang-barang jualannya
penyalahgunaan fungsi sarana prasarana publik menjadi lokasi berjualan. Selain
itu, Satpol PP Kota Serang juga bertugas melakukan pengawalan kegiatan
demonstrasi yang dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan, organisasi
kemasyarakatan, organisasi buruh atau serikat kerja dan lain sebagainya.
Resiko pekerjaan yang dirasakan oleh petugas Satpol Kota Serang dengan
kecenderungan selalu menghadapi situasi yang kritis, baik kericuhan hingga
berujung bentrokan jika berlangsung secara terus menerus maka lambat laun akan
menyebabkan petugas Satpol PP Kota Serang tidak dapat melaksanakan tugasnya
dengan optimal, yakni menegakkan Peraturan Daerah, menjaga ketertiban umum
dan ketenteraman masyarakat di Kota Serang.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan beberapa permasalahan
yang menjadi penyebab pelanggaran Peraturan Daerah yang dilakukan oleh
Pedagang Kaki Lima (PKL) karena menyalahgunakan fungsi sarana prasarana
publik seperti badan jalan dan trotoar sebagai lokasi berjualan dengan cara
membangun bangunan, baik bangunan tetap atau bangunan sementara di jalur
yang tidak diperuntukkan mendirikan bangunan, mengganggu ketertiban umum,
kebersihan dan keindahan daerah di Kawasan Pasar Royal Kota Serang.
Permasalahan pertama berkaitan dengan pelaksanaan tindakan penertiban
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang dinilai masih
sangat kurang. Hal ini ditandai oleh tidak dilakukan tindakan penertiban secara
berkala pada tiap bulannya, minimal 1 kali pada tiap bulannya di lokasi-lokasi
12
potensial yang perlu ditertibkan seperti Pasar Royal dan pasar lainnya yang ada di
Kota Serang (Sumber : Hasil Wawancara dengan Zainal selaku Kepala Seksi
Operasi dan Pengendalian Satpol PP Kota Serang, Hari Kamis, Tanggal 28 Mei
2018). Pelaksanaan penertiban yang dilakukan tidak berkala akhirnya membuat
PKL yang sudah lama berjualan semakin berani berjualan di sarana dan prasarana
publik dan dapat pula menstimulasi PKL yang baru mulai berjualan.
Permasalahan kedua berkaitan dengan kualitas pelaksanaan pekerjaan yang
dirasakan perlu ditingkatkan lagi berkenaan dengan pelaksanaan penertiban PKL
di Kota Serang. Hal ini ditandai oleh petugas Satpol PP Kota Serang yang apabila
dalam pelaksanaan penertiban lokasi PKL cenderung berperilaku kurang baik,
tidak ramah atau kasar dan secara emosional lebih cepat tersinggung, petugas
kurang dapat menenangkan PKL dan massa terkait dengan obyek penertiban non
yustisial yang berpotensi kericuhan hingga kerusakan lapak dan barang dagangan
PKL saat tindakan penertiban berlangsung (Sumber : Hasil Wawancara dengan
Asep selaku PKL Makanan Minuman, Hari Jum’at, Tanggal 9 Februari 2018).
Permasalahan ketiga berkaitan dengan kurang optimalnya komunikasi yang
dilakukan oleh pihak Satpol PP Kota Serang dengan para PKL. Hal ini ditandai
dari tidak dilakukannya kunjungan atau pemeriksanaan langsung yang dilakukan
Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian Satpol PP Kota Serang atau petugas
Satpol PP Kota Serang yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan kepada
PKL secara berkala, minimal 1 kali pada tiap bulannya untuk memberi arahan,
himbauan, pemantauan bangunan lokasi PKL hingga pemberian surat peringatan
agar tidak lagi berjualan di sarana dan prasarana publik. Kondisi tersebut
13
menyebabkan PKL lebih berani untuk berjualan, bahkan berani mendirikan lapak
semi permanen seperti kios yang bangunannya terbuat dari kayu dan triplek
maupun lapak non permanen seperti gerobak dorong. Jika dibiarkan berlarut-larut
maka jumlah PKL yang berjualan akan semakin meningkat serta akan lebih sulit
untuk ditertibkan (Sumber : Hasil Wawancara dengan Mulya selaku Petugas
Satpol PP Kota Serang, Hari Kamis, Tanggal 8 Februari 2018).
Permasalahan keempat berkaitan dengan Satpol PP Kota Serang dianggap
tidak dapat menyerap aspirasi maupun keluhan dari para pemilik toko yang berada
di Kawasan Pasar Royal Kota Serang. Hal ini ditandai dari permohonan pemilik
toko untuk dilakukannya penertiban kepada PKL yang dinilai mengganggu
aktivitas perdagangan dari pemilik toko tidak direspon oleh petugas Satpol PP
Kota Serang. Padahal salah satu wewenang Satpol PP Kota Serang menurut Pasal
6 pada point c, menyatakan Satpol PP melakukan fasilitasi dan pemberdayaan
kapasitas penyelenggaraan perlindungan kepada masyarakat (Sumber : Hasil
Wawancara dengan Aceng selaku pemilik toko elektronik, Hari Jum’at, Tanggal 9
Februari 2018).
Permasalahan kelima berkaitan dengan adanya dugaan praktek pungutan liar
yang dilakukan oknum Satpol PP Kota Serang kepada para Pedagang Kaki Lima
(PKL). Hal ini ditunjukkan oleh adanya pemberian uang bulanan sebesar 200,000
ribu rupiah untuk setiap bulannya yang dibayarkan kepada oknum Satpol PP Kota
Serang tanpa adanya kwitansi atau bukti pembayaran yang sah. Namun uang
bulanan tersebut tidak menjamin PKL terbebas dari tindakan penertiban yang
mungkin sewaktu-waktu terjadi. Selain itu, terdapat pula iuran lain seperti iuran
14
keamanan sebesar 2,000 ribu rupiah yang dibayarkan kepada oknum masyarakat
atau sering disebut preman pada tiap hari (Sumber : Hasil Wawancara dengan
Zaenuri selaku PKL Pelat Nomor, Hari Jum’at, Tanggal 9 Februari 2018)
Permasalahan keenam berkaitan dengan minimnya kendaraan operasional
yang dimiliki Satpol PP Kota Serang dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
di Kawasan Pasar Royal Kota Serang. Hal ini ditandai oleh terbatasnya jumlah
kendaraan operasional yang dipergunakan untuk melakukan patroli di lokasi-
lokasi yang sudah dijadwalkan untuk dilakukannya pengawasan pada setiap hari
maupun untuk melakukan penertiban PKL dengan mengangkut barang jualan,
seperti gerobak PKL. Kendaraan operasional Satpol PP Kota Serang disajikan
pada gambar 1.5.
Gambar 1.5
Kendaraan Operasional Satpol PP Kota Serang
Sumber : Dokumentasi, Lokasi Sekitar Masjid Agung Kota Serang, 2018
15
Satpol PP Kota Serang tercatat memiliki 2 kendaraaan operasional untuk
melaksanakan kegiatan patroli berbentuk mobil pickup tertutup dan 1 mobil
berbentuk semi truk terbuka untuk mengangkut barang sitaan dari PKL. Hasil
wawancara dengan Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian Satpol
PP Kota Serang, menyatakan bahwa jumlah kendaraan operasional tersebut
sangatlah minim untuk beban kerja yang relatif padat, khususnya untuk
pelaksanaan kegiatan patroli rutin yang minimal membutuhkan sebanyak 4 mobil
pickup tertutup agar pelaksanaan patroli dapat lebih menyeluruh pada daerah-
daerah di Kota Serang yang padat dengan penyalahgunaan fungsi jalan dan trotoar
sebagai lokasi berjualan PKL (Sumber : Hasil Wawancara dengan Zainal selaku
Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian Satpol PP Kota Serang, Hari Jum’at,
Tanggal 9 Februari 2018).
Menyadari pentingnya keberadaan Satpol PP Kota Serang dalam upaya
penegakan Peraturan Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat di Kota Serang sangatlah vital. Oleh karena itu segala
bentuk masalah atau hambatan kerja yang ada harus ditangani dengan tepat agar
Satpol PP Kota Serang dapat melaksanakan tugasnya dengan seoptimal mungkin.
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti bermaksud untuk melakukan
kajian secara lebih mendalam dan menyusunnya dalam bentuk penelitian skripsi
dengan judul “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam
Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Royal Kota Serang
Tahun 2018”.
16
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti melakukan identifikasi
masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Pelaksanaan tindakan penertiban PKL di Kawasan Pasar Royal Kota
Serang dinilai masih kurang yang ditandai dengan tidak dilakukan
tindakan penertiban secara berkala pada tiap bulannya, minimal 1 kali
pada tiap bulannya.
2. Tidak optimalnya kualitas pelaksanaan pekerjaan terkait penertiban
PKL yang ditandai petugas cenderung berperilaku kurang baik, tidak
ramah, cepat tersinggung dan kurang dapat menenangkan PKL dan
massa ketika melakukan penertiban non yustisial.
3. Kurang optimalnya komunikasi dari pihak Satpol PP Kota Serang
dengan para PKL yang ditandai dengan tidak dilakukannya kunjungan
atau pemeriksanaan langsung yang dilakukan Kepala Seksi Operasi
dan Pengendalian Satpol PP Kota Serang atau petugas Satpol PP Kota
Serang yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan kepada PKL
secara berkala, minimal 1 kali pada tiap bulannya untuk memberi
arahan, himbauan, pemantauan bangunan lokasi PKL hingga
pemberian surat peringatan.
4. Satpol PP Kota Serang dianggap kurang dapat menyerap aspirasi dan
keluhan dari para pemilik toko yang berada di Kawasan Pasar Royal
Kota Serang yang ditandai permohonan pemilik toko untuk
17
menenertibkan PKL yang dinilai mengganggu aktivitas perdagangan
toko namun tidak direspon untuk dilakukannya penertiban.
5. Adanya dugaan praktek pungutan liar yang dilakukan oknum Satpol
PP Kota Serang kepada para PKL yang ditunjukkan pemberian uang
bulanan sebesar 200,000 ribu rupiah untuk setiap bulannya tanpa
adanya kwitansi atau bukti pembayaran yang sah.
6. Minimnya kendaraan operasional yang dimiliki Satpol PP Kota Serang
dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota
Serang yang saat ini hanya memiliki 2 kendaraan operasional untuk
melaksanakan kegiatan patroli berbentuk mobil pickup tertutup dan 1 mobil
berbentuk semi truk terbuka untuk mengangkut barang sitaan dari PKL.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan agar penelitian fokus terhadap permasalahan,
peneliti membatasi pada ruang lingkup permasalahan yang difokuskan kepada
“Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam Penataan Pedagang Kaki
Lima di Kawasan Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018”.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian, yaitu “Bagaimanakah Peran Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Serang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan
Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018” ?
18
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui bagaimana Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam
Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, baik manfaat
teoritis dan manfaat praktis yaitu:
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan
pengembangan ilmu pengetahuan pada Program Studi Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa berkaitan dengan analisis Peran Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Serang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di
Kawasan Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018.
2. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang
memiliki kesamaan tema atau fokus penelitian.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang, diharapkan dapat
memberikan data dan informasi berkaitan dengan hasil analisis Peran
Satpol PP Kota Serang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di
Kawasan Pasar Royal Kota Serang guna dapat mengevaluasi dan
19
memperbaiki hal-hal terkait upaya pengendalian PKL di lokasi
tersebut sebagai bentuk penegakkan peraturan daerah.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
dalam Penataan PKL di Kawasan Pasar Royal Kota Serang.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Penggunaan teori memiliki kedudukan yang sangat penting dalam suatu
penelitian. Teori berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi pedoman dalam
penelitian. Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti telah menguraikan masalah-
masalah yang diperoleh dari hasil observasi lapangan yang berkaitan dengan
penelitian. Pada bab ini, peneliti mengkaji beberapa teori yang relevan dengan
permasalahan penelitian sehingga akan diperoleh konsep penelitian yang jelas.
Penelitian mengenai akan dikaji dengan menggunakan teori-teori dalam
ruang lingkup ilmu administrasi negara maupun terkait dengan fokus penelitian,
yaitu teori organisasi publik, teori peran, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Daerah Kota Serang Nomor
4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL)
dan teori lainnya untuk menguatkan dasar empiris pada penelitian ini.
2.2 Teori Organisasi Publik
Organisasi pada dasarnya seperti sebuah organisme yang memiliki siklus
kehidupan. Organisasi dalam siklus hidupnya mengalami masa-masa layaknya
manusia seperti lahir, tumbuh, dewasa, tua dan mati. Namun agak berbeda sedikit
dengan manusia, organisasi dapat senantiasa diperbaharui. Ketika siklusnya mulai
21
menurun, organisasi harus segera berbenah dan menyesuaikan dengan
lingkungannya agar dapat sejalan dengan perkembangan zaman.
Publik berasal dari bahasa latin “Public” yang berarti “of people” yaitu
berkenaan dengan masyarakat. Syafi’i (2008:22) mendefinisikan publik sebagai
berikut :
”Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki. Dengan kata lain publik tidak langsung diartikan sebagai penduduk, masyarakat, warga negara ataupun rakyat, karena kata-kata tersebut berbeda”.
Organisasi publik sering identik dengan organisasi pemerintah yang dikenal
sebagai birokrasi pemerintah. Taliziduhu (2011:14) mengemukakan organisasi
publik adalah organisasi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan msyarakat
akan jasa publik dan layanan kemasyarakatan. Sedangkan Sutarto (2009:25)
menyatakan organisasi publik adalah kerangka struktur dalam mana pekerjaan
dari banyak orang dilakukan untuk pencapaian maksud bersama.
Selain itu, organisasi publik umumnya menjadi organisasi terbesar yang
mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan
mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi
pemerintahan, dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban
melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula
memungut pajak serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan hukum.
Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam
kegiatan operasionalnya. Organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada
22
masyarakat tidak pada keuntungan. Thoha (2008:58), memprediksi bahwa
organisasi di masa mendatang yang salah satunya di bidang penataan organisasi,
dimana organisasi publik di masa mendatang akan mempunyai sifat yang unik.
Berdasarkan para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa organisasi
publik merupakan organisasi yang didirikan dengan ruang lingkup Negara dan
mempunyai kewenangan yang terlegitimasi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atas jasa publik dan pelayanan masyarakat.
2.3 Teori Peran
2.3.1 Pengertian Peran
Soekanto (2002:243) menyatakan peran (role) merupakan aspek dinamis
kedudukan atau status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran. Sedangkan
Slamet (2005:15) menyatakan peran adalah tindakan atau prilaku yang dilakukan
oleh seseorang yang menempati posisi di dalam status sosial.
Selain itu, Thoha (2008:13) menyatakan peran merupakan suatu rangkaian
tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Peranan yang dimainkan
hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang diperankan pemimpin di tingkat atas,
menengah maupun bawah akan mempunyai peranan yang sama. Sedangkan
Barbara (dalam Kanfer, 2007:197) mengemukakan peran adalah seperangkat
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.
23
Biddle dan Thomas (dalam Handayadiningrat, 2006:215) membagi
peristilahan teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang
menyangkut :
1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial Orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut : a. Aktor (aktor, pelaku), yaitu orang yang sedang berperilaku
menuruti suatu peran tertentu. b. Target (sasaran) atau orang lain (other), yaitu orang yang
mempunyai hubungan aktor dan perilakunya. Hubungan aktor dan target adalah aktor menempati posisi pusat (focal position), sedangkan target menempati posisi padanan dari posisi pusat tersebut (counter position). dengan demikian, maka target berperan sebagai pasangan (partner) bagi aktor. Hal ini terlihat pada hubungan pemimpin-bawahan, suami-istri dan sebagainya.
2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut Terdapat istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran yang antara lain : a. Expectation (harapan)
Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain (pada umumnya) tentang perilaku yang pantas, yang seyogyanya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu. contoh masyarakat umum, pasien, dan orang-orang sebagai individu mempunyai harapan tertentu tentang perilaku yang pantas dari seseorang.
b. Norm (norma) Norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat
c. Wujud perilaku dalam peran Perwujudan peran (dalam istilah sarbin: role enactment) dapat dibagi menurut intensitasnya. Intensitas ini diukur berdasarkan keterlibatan diri (self) aktor dalam peran yang dibawakannya. Tingkat intensitas yang terendah adalah keadaan di mana diri aktor sangat tidak terlibat, perilaku peran dibawakan secara otomatis dan mekanis saja. Sedangkan intensitas yang tertinggi akan terjadi jika aktor melibatkan seluruh pribadinya dalam perilaku peran yang sedang dikerjakannya.
d. Penilaian dan sanksi Penilain dan sanksi didasarkan kepada harapan dan norma. berdasarkan norma, orang memberikan kesan positif atau negatif terhadap suatu perilaku. kesan negatif dan positif inilah yang
24
dinamakan penilaian peran. Di pihak lain, yang dimaksudkan dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya negatif bisa menjadi positif.
3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku Kedudukan adalah sekumpulan orang secara bersama-sama (kolektif) diakui perbedaannya dari kelompok-kelompok yang lain berdasarkan sifat-sifat yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama-sama mereka perbuat dan reaksi orang-orang lain terhadap mereka bersama.
4. Kaitan antara orang dan perilaku Kaitan atau hubungan yang dapat dibuktikan ada atau tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku.
Berdasarkan pendapat ahli, maka dapat disimpulkan peran merupakan aspek
dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang
menempati posisi di dalam status sosial. Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran.
2.3.2 Peran Organisasi Sektor Publik
Mahsun (2006) menyatakan sektor publik dapat dipahami sebagai segala
sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang dan
jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lainnya
yang diatur dengan hukum. Jadi munculnya sektor berawal dari adanya kebutuhan
masyarakat secara bersamaan terhadap barang atau layanan tertentu. Agar tercapai
prinsip keadilan, maka dipilih sekelompok masyarakat sebagai pengelola yang
salah satunya kini dikenal dengan sebutan pemerintah. Sebagai penyelenggara
pelayanan publik, pemerintah baik pusat maupun daerah bertanggungjawab untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka
menciptakan kesejahteraan masyarakat.
25
Jones (dalam Mahsun, 2006:8) menyatakan organisasi sektor publik
memiliki tiga peran utama yaitu:
1. Regulatory Role Regulasi sangat dibutuhkan masyarakat agar mereka secara bersama-sama bisa mengkonsumsi dan menggunakan public goods dan public service. Sektor publik berperan dalam menetapkan segala aturan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Tanpa ada aturan oleh organisasi di lingkungan sektor publik maka ketimpangan akan terjadi di masyarakat. Sebagian masyarakat pasti akan dirugikan karena tidak mampu memperoleh barang atau layanan yang sebetulnya diperuntukkan bagi umum atau seluruh masyarakat.
2. Enabling Role Tujuan akhir dari sebagian besar regulasi adalah memungkinkannya segala aktivitas masyarakat berjalan secara aman, tertib dan lancar. Sektor publik mempunyai peran yang cukup besar dalam memperlancar aktivitas masyarakat yang beraneka ragam. Wujud peran ini seperti dinas lingkungan hidup mengatur pengelolaan sampah, pemadam kebakaran menanggulangi musibah kebakaran dan Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja melakukan penertiban non yustisial kepada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menyalahgunakan fungsi sarana prasarana publik sebagai lokasi berjualan.
3. Direct Role / Direct Provision of Goods and Services Menyadari semakin kompleksnya area yang harus di ‘cover’ oleh sektor publik dan adanya keterbatasan dalam pembiayaan barang dan jasa publik secara langsung maka pemerintah dapat melakukan privatisasi. Sektor publik berperan dalam mengatur berbagai kegiatan produksi dan penjualan barang atau jasa, public good dan quasi public goods. Peran sektor publik dalam hal ini adalah ikut mengendalikan dan mengawasi dengan sejumlah regulasi yang ditetapkan dengan tidak merugikan masyarakat.
Jika dilihat dari definisi dan peran sektor publik tersebut diatas, maka sektor
publik adalah government (pemerintah) yang berfungsi untuk mensejahterakan
masyarakat, dimana pemerintah diberi “kekuasaan” oleh masyarakat untuk
mengatur dan menjamin pemenuhan kebutuhan barang dan jasa publik yang
berdasarkan hukum.
26
2.4 Satuan Polisi Pamong Praja
2.4.1 Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang
Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) adalah bagian perangkat daerah dalam penegakan
Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat. Dalam Wikipedia, Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah
dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan
Daerah. Organisasi dan tata kerja Satpol PP ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2011
Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja,
menyatakan Polisi Pamong Praja adalah anggota Satpol PP sebagai aparat
pemerintah daerah dalam penegakan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum
dan ketenteraman masyarakat, dimana ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan
tenteram, tertib, dan teratur.
2.4.2 Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong
Praja, Pasal 4 menyatakan Satpol PP mempunyai tugas menegakkan Perda dan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat.
27
Dalam menjalankan tugas tersebut, Satpol PP mempunyai beberapa fungsi
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan
Polisi Pamong Praja, Pasal 5 menyatakan fungsi tersebut antara lain :
1. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.
2. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala daerah. 3. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat di daerah. 4. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat. 5. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur lainnya.
6. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah.
7. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah
Pembekalan pengetahuan yang cukup mengenai tugas dan fungsi Satpol PP
dalam kerangka negara demokrasi konstitusional yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia haruslah dilakukan. Paradigma Satpol PP sebagai bagian dari
negara yang wajib menghormati hak asasi manusia. Dengan mengetahui posisi
sebagai hamba masyarakat dan melayani pemegang kuasa, maka pelanggaran
HAM akan dapat direduksi seminimal mungkin.
2.4.3 Wewenang, Hak dan Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong
Praja, dalam Bab III (3) menjelaskan tentang wewenang, hak dan kewajiban
Satpol PP yang diatur dalam tiga pasal. Pasal 6 menjelaskan wewenang dari
Satpol PP, diantaranya :
28
1. Melakukan tindakan penertiban non yustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah. Yang dimaksud dengan tindakan penertiban non yustisial dalam Pasal 6 tersebut adalah tindakan yang dilakukan oleh Polisi Pamong Praja dalam rangka menjaga dan/atau memulihkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dan/atau peraturan kepala daerah dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan tidak sampai proses peradilan.
2. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
3. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat.
4. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah; dan
5. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah.
Hak Satpol PP yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 7, yaitu :
1. Polisi Pamong Praja mempunyai hak sarana dan prasarana serta fasilitas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Polisi Pamong Praja dapat diberikan tunjangan khusus sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
Kewajiban Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 8
menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Polisi Pamong Praja wajib:
1. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat. Norma sosial lainnya adalah adat atau kebiasaan yang diakui sebagai aturan/etika yang mengikat secara moral kepada masyarakat setempat.
2. Menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik Polisi Pamong Praja.
3. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
29
4. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana; dan
5. Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Perda dan/atau peraturan kepala daerah
2.4.4 Pendekatan Satuan Polisi Pamong Praja
Dalam menjalankan tugasnya, Satpol PP umumnya menggunakan dua
pendekatan, yakni pendekatan preventif (pencegahan) sebagai bentuk pelaksanaan
fungsi pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar
mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah dan pendekatan represif
(penindakan) sebagai bentuk pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dengan
kewewenangan melakukan tindakan penertiban non yustisial terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau peraturan kepala daerah.
Kedua pendekatan tersebut digunakan agar amanat Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 5 dan Pasal 6
dapat dilaksanakan dengan optimal. yang diuraikan sebagai berikut :
1. Pendekatan Preventif Merupakan upaya pendekatan yang mengarah kepada tindakan pencegahan dari kemungkinan terjadinya suatu sebab. Dalam penegakkan Perda, pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah dapat dilakukan melalui sosialisasi ataupun penyuluhan kepada masyarakat tentang isi peraturan daerah agar masyarakat dapat memahami dan mematuhi aturan yang diatur dalam peraturan daerah. Dalam pendekatan preventif, Satpol PP dapat melakukan dengan cara sosialisasi kepada obyek yang berpotensi melakukan pelanggaran Perda, dalam hal ini adalah Pedagang Kaki Lima (PKL), memberikan himbauan hingga pemberian surat peringatan kepada PKL untuk segera memindahkan lokasi berjualannya secara sukarela.
30
2. Pendekatan Represif Merupakan upaya pendekatan yang mengarah kepada tindakan penyelesaian secara langsung di lokasi dimana masalah tersebut berada. Dalam pelaksanaan penegakkan Perda, Satpol PP memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan penertiban non yustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah, menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dan lain sebagainya. Dalam pendekatan represif, Satpol PP melakukan tindakan penertiban lokasi PKL secara langsung dengan cara merubuhkan bangunan lokasi berjualan dan melakukan penyitaan aset sarana yang digunakan PKL untuk berjualan seperti gerobak dagangan.
Dengan demikian, Satpol PP dalam menjalankan tugasnya menggunakan
pendekatan preventif yang dilakukan dengan kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat tentang isi peraturan daerah agar masyarakat dapat memahami aturan-
aturan yang diatur dalam peraturan daerah. Sedangkan pendekatan represif
sebagai bentuk pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dengan kewewenangan
melakukan tindakan penertiban non yustisial cenderung ke arah penertiban yang
dilakukan Satpol PP terhadap PKL.
2.4.5 Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penataan Pedagang
Kaki Lima
Peran merupakan aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang
dilakukan oleh seseorang yang menempati posisi di dalam status sosial. Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka dia menjalankan suatu peran. Apabila dihubungkan dengan Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP), peranan tidak berarti sebagai hak dan kewajiban
31
individu, melainkan merupakan tugas dan wewenang. Tugas di sini sebagai suatu
hal yang harus dilaksanakan namun dalam hal pengertian peranan dibatasi pada
fungsi dan wewenang yang dimilikinya.
Peran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang adalah tugas dan
wewenang berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Tugas Satpol PP Kota
Serang, yaitu menegakkan Peraturan Daerah (Perda), menyelenggarakan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.
Upaya penegakkan Perda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima (PKL).
Jones (dalam Mahsun, 2006:8) menyatakan organisasi sektor publik
memiliki tiga peran utama, dalam hal ini Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
memiliki peran dalam penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yaitu:
1. Regulatory Role Regulasi sangat dibutuhkan masyarakat agar mereka secara bersama-sama bisa mengkonsumsi dan menggunakan public goods dan public service. Sektor publik berperan dalam menetapkan segala aturan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Tanpa ada aturan oleh organisasi di lingkungan sektor publik maka ketimpangan akan terjadi di masyarakat. Dalam regulatory role, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 5 ayat 1 menyatakan Satpol PP mempunyai fungsi penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat terkait dengan Pedagang Kaki Lima (PKL).
2. Enabling Role Tujuan akhir dari sebagian besar regulasi adalah memungkinkannya segala aktivitas masyarakat berjalan secara aman, tertib dan lancar. Sektor publik mempunyai peran yang cukup besar dalam memperlancar aktivitas masyarakat yang beraneka ragam. Dalam enabling role, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 5 ayat 2,3, dan 4
32
menyatakan Satpol PP mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala daerah, pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di daerah, pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat dan pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur lainnya. Pada fungsi pelaksanaan penegakkan Perda ini diikuti dengan kewenangan Satpol PP untuk melakukan tindakan penertiban non yustisial kepada warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah, dalam hal ini adalah Pedagang Kaki Lima (PKL).
3. Direct Role / Direct Provision of Goods and Services Menyadari semakin kompleksnya area yang harus di ‘cover’ oleh sektor publik dan adanya keterbatasan dalam pembiayaan barang dan jasa publik secara langsung maka pemerintah dapat melakukan privatisasi. Sektor publik berperan dalam mengatur berbagai kegiatan produksi dan penjualan barang atau jasa, public good dan quasi public goods. Peran sektor publik dalam hal ini adalah ikut mengendalikan dan mengawasi dengan sejumlah regulasi yang ditetapkan dengan tidak merugikan masyarakat. Dalam direct role, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 5 ayat 2,3, dan 4 menyatakan Satpol PP mempunyai fungsi pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah. Pada fungsi pengawasan ini, pendekatan preventif digunakan oleh Satpol PP dalam upaya sosialisasi ataupun penyuluhan kepada masyarakat tentang isi peraturan daerah. Upaya ini dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami aturan-aturan yang diatur dalam peraturan daerah. hal ini merupakan bentuk pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah
Adanya pelanggaran yang dilakukan Pedagang Kaki Lima (PKL) terkait
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan
PKL, dimana pelanggaran tersebut berupa penyalahgunaan fungsi sarana
prasarana publik, membangun bangunan, baik bangunan tetap atau bangunan
sementara di jalur yang tidak diperuntukkan mendirikan bangunan yang dijadikan
33
lokasi berjualan dan mengganggu ketertiban umum, kebersihan dan keindahan
daerah di Kota Serang melalui penataan dengan cara penertiban lokasi PKL yang
tidak sesuai dengan peruntukkannya.
2.5 Pedagang Kaki Lima
2.5.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL), Pasal 1 ayat 8 menyatakan PKL
adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan
sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota,
fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Kota dan atau swasta, baik sementara atau menetap.
Kamal (2008:69) menyatakan Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan jenis
pekerjaan yang penting dan relatif khas dalam sektor informal di daerah
perkotaan. Kekhususan tersebut karena kehadiran PKL di tengah melimpahnya
tenaga kerja dan sedikitnya lapangan kerja mampu menyerap sebagian besar
tenaga kerja untuk memasukinya. PKL merupakan unit usaha kecil yang
melakukan kegiatan produksi atau distribusi barang dan jasa, dengan sasaran
utama untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan kegiatan usaha yang
dilakukan sendiri dan memberikan penghasilan bagi dirinya sendiri. Kebanyakan
Pedagang Kaki Lima memilih berjualan di tempat keramaian, stasiun bis dan
kereta, seperti pasar atau halte-halte dan tempat wisata.
34
Berdasarkan pendapat ahli, maka dapat disimpulkan PKL adalah seseorang
yang melakukan usaha perdagangan atau berjualan dengan menggunakan sarana
prasarana publik yang umumnya di pinggir jalan raya, di jalur trotoar, di halte bus
dan di lokasi lainnya, baik yang sementara atau menetap.
2.5.2 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima
Kartono (2008:3) menyatakan ciri-ciri umum dari Pedagang Kaki Lima
(PKL) yang dikemukakan oleh, yaitu:
1. Merupakan pedagang yang kadang- kadang juga sekaligus sebagai produsen.
2. Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat satu ketempat yang lain.
3. Menjajakan bahan makanan, minuman, barang-barang konsumsi lainnya yang tahan lama secara eceran.
4. Umumnya bermodal kecil, kadang hanya merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatakan sekedar komisi sebagai imbalan atas jerih payahnya.
5. Kualitas barang- barang yang diperdagangkan relatif rendah dan biasanya tidak berstandar.
6. Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli merupakan pembeli yang berdaya beli rendah.
7. Tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan relasi ciri yang khas pada usaha pedagang kaki lima.
2.5.3 Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima
Jenis dagangan dari Pedagang Kaki Lima (PKL) sangat dipengaruhi oleh
sifat pelayanan PKL itu sendiri. Barang yang didagangkan biasanya bergantung
pada lokasi dimana PKL berdagang. Kartono (2008:4) menyatakan jenis dagangan
yang biasa didagangkan oleh PKL antara lain :
1. Makanan dan minuman Terdiri dari pedagang yang berjualan makanan dan minuman yang telah dimasak dan langsung disajikan ditempat maupun dibawa
35
pulang. Lokasi dagangan untuk barang dagangan seperti ini biasanya berlokasi di perkantoran, tempat rekreasi, sekolah, ruang terbuka atau taman, dan persimpangan jalan utama menuju keramaian.
2. Pakaian atau tekstil dan mainan anak. Untuk barang dagangan seperti ini biasanya pola pengelompokan lebih berbaur dengan komoditas lain. Lokasi dagangan cenderung sama dengan para pedagang makanan dan minuman.
3. Buah-buahan dimana jenis buah yang diperdagangkan berupa buah-buah segar. Komoditas perdagangkan cenderung berubah-ubah sesuai dengan musim musim buah. Lokasi PKL yang menjual buah-buahn berada di pusat-pusat keramaian serta cenderung berbaur dengan jenis komoditas lainnya.
4. Rokok dan obat-obatan Biasanya pedagang yang menjual rokok juga berjualan makanan ringan, obat, dan permen. Lokasi dagangan jenis ini cenderung berada di pusat-pusat keramaian, atau dengan kegiatan-kegiatan sektor formal.
5. Barang cetakan seperti majalah, koran dan buku bacaan. Jenis dagangan seperti ini cenderung berlokasi di pusat-pusat keramaian dan berbaur dengan pedagang jenis komoditas lainnya.
6. Jasa perorangan Terdiri dari tukang kunci, reparasi jam, tukang stempel hingga tukang pembuat figuran. Pedagang jenis ini berlokasi didaerah pertokoan dan berbaur dengan jenis komoditas lain
2.5.4 Perlengkapan Pedagang Kaki Lima
Permadi (dalam Septiana, 2011:11) menyatakan macam-macam
perlengkapan yang digunakan oleh Pedagang Kaki Lima antara lain :
1. Grobak, Ada yang biasa dipakai oleh para Pedagang Kaki Lima, gerobak sepeda dan gerobak dorong. Perbedaannya, gerobak sepeda mempunyai tiga roda, sedangkan gerobak dorong mempunyai dua roda dan satu penahan di bagian depan.
2. Lapak Lapak adalah sejenis kios kecil yang bangunannya terbuat dari kayu, triplek atau bambu. Lapak Pedagang Kaki Lima juga ada dua jenis, yang tidak permanen dan yang semi/setengah permanen. Lapak yang tidak permanen, jika para Pedagang Kaki Lima berjualan, dibongkar dan dibawa pulang. Sementara, yang setengah permanen, rangka kios
36
kayu yang dipakai jualan ditutup dengan terpal, lalu dibuka lagi jika akan berjualan kembali esoknya.
3. Pikulan Ada juga Pedagang Kaki Lima yang masih menggunakan pikulan untuk berjualan. Biasanya pedagang pikulan ini masih banyak terdapat di daerah-daerah, diantaranya penjual bakso, siomai, dan lain-lain. Mereka menjajakan jualannya dengan berkeliling dari rumah ke rumah.
4. Gendong Gendong adalah alat yang umum digunakan oleh penjual jamu tradisional Jawa. Para pedagangnya kebanyakan perempuan dan menawarkan dagangannya dari rumah ke rumah. Ada juga pedagang sayur atau makanan keliling yang menggunakan gendongan sebagai alat berjualan. Tidak jarang juga para pedagang jamu berjualan di stasiun atau terminal dan menggelar dagangannya di trotoar dan emperan toko.
5. Sepeda Di beberapa daerah tertentu, ada Pedagang Kaki Lima yang memakai sepeda untuk berjualan. Jenis sepeda yang digunakan biasanya sepeda tua atau yang biasa dikenal sepeda kumbang. Sepeda mereka dimodifikasi begian belakangnya, sehingga bisa digunakan untuk menyimpan dagangannya.
Ditinjau menurut macam-macam perlengkapan yang digunakan PKL di atas
dapat diketahui Pedagang Kaki Lima kebanyakan bermodal kecil, dimana yang
menjalankan profesi ini hanya untuk memenuhi tuntutan biaya hidup yang makin
tinggi. Kebanyakan pula dari mereka tidak mempunyai keterampilan. Mereka
hanya punya semangat untuk bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat.
2.5.5 Kontribusi Pedagang Kaki Lima Sebagai Sektor Informal
Yusriadi (dalam Kamal, 2008: 69) menyatakan diakui atau tidak secara
empirik, keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) berdampak positif khususnya
bagi aspek sosial ekonomi. Ini disebabkan bahwa usahawan-usahawan sektor PKL
di samping tergolong ulet dan mandiri, PKL juga mampu menekan tingkat
37
pengangguran, meskipun juga dalam realitasnya sering menambah beban
pekerjaan pemerintah kota. Bagi pemerintah kota, PKL juga banyak memberikan
andil yakni mampu memberikan konstribusi bagi sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) melalui restribusi yang dikenakan. Ini artinya PKL berperan sebagai aset
potensi ekonomi pemerintah kota.
Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Walikota merupakan wujud
kebijakan yang digunakan oleh pemerintah kota untuk mengatur, menata, dan
membina Pedagang Kaki Lima (PKL). Isi Perda yang mengatur tentang PKL
antara daerah satu dengan lainnya tidak jauh berbeda, namun karakter
kepemimpinan dan kultur masyarakat daerah yang membedakan bagaimana
pemerintah kota mengimplementasikan kebijakan yang berkaitan dengan penataan
pedagang kaki lima. Sriyanto (2006: 113) mengemukakan PKL menjadi satu-
satunya alternatif bagi banyak orang agar terhindar dari kemiskinan, pelacuran
atau kriminalitas dan akibat sosial lain yang bersifat negatif.
Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai bagian dari pelaku usaha perekonomian
sektor informal perlu dilakukan upaya penataan dan pemberdayaan agar dapat
meningkatkan dan mengembangkan usahanya. kemudian, Pemerintah Kota
Serang menetapkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan PKL. Penataan dan pemberdayaan PKL yang diamanatkan dalam
Peraturan Daerah tersebut menggambarkan upaya Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan potensi PKL melalui upaya penataan sebagai usaha perekonomian
sektor informal yang juga memberikan manfaat positif bagi pertumbuhan
perekonomian daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat.
38
2.6 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan studi kepustakaan, peneliti selain mendapatkan teori-teori
berkaitan variabel penelitian yang bersumber dari buku referensi juga memperoleh
dari hasil penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan variabel penelitian.
Penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai masukan serta bahan pengkajian
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti
Penelitian Dyah Pratiwi tahun 2017 dengan judul “Peran Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banten Dalam Pengendalian Dampak Pencemaran Kawasan
Industri Modern di Kecamatan Kibin Kabupaten Serang”. Skripsi. Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Masalah penelitian diantaranya terjadinya pencemaran
udara yang telah mengganggu kesehatan masyarakat, penurunan kualitas terhadap
sungai yang telah mengganggu ekosistem makhluk hidup di dalamnya dan
aktivitas masyarakat sekitar dan berkurangnya sumber mata air yang
menyebabkan masyarakat kesulitan dalam memperoleh air bersih. Tujuan
penelitian untuk mengetahui peran dan hambatan yang dihadapi Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang dalam pengendalian dampak
pencemaran kawasan industri modern. Teori yang digunakan konsep peran
organisasi sektor publik menurut Jones dalam Mahsun (2006:8) dan konsep upaya
pengendalian dampak lingkungan menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik analisis data
menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan peran
DLH Kabupaten Serang dalam pengendalian dampak pencemaran kawasan
39
industri modern dapat dikatakan belum optimal karena masih ditemuinya
beberapa kendala yang menghambat pelaksanaan kegiatan di bidang pengendalian
dampak lingkungan. Oleh karena itu diperlukan peningkatan pola komunikasi dan
koordinasi dengan instansi kewilayahan, pembuatan aplikasi “QLUE” agar
masyarakat dapat berpartisipasi dalam melaporkan keluhan dan peduli akan
masalah lingkungan, membentuk kelompok pengawasan yang melibatkan
langsung masyarakat dan perlunya peningkatan pendanaan demi kepentingan
pengelolaan lingkungan hidup.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini berkaitan
dengan teori peran organisasi sektor publik, pendekatan penelitian kualitatif.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada fokus penelitian, dimana
penelitian sebelumnya berfokus kepada peran Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kabupaten Serang pengendalian dampak pencemaran kawasan industri modern.
Sedangkan peneliti berfokus kepada peran Satpol PP Kota Serang dalam
penertiban pedagang kaki lima (PKL).
Selain itu, Lidya Monalisa Fransisca pada tahun 2015 melakukan penelitian
dengan judul “Peran Satpol PP dalam Melakukan Komunikasi Interpersonal untuk
Penertiban Pedagang Kaki Lima” (Studi Kasus PKL di Jalan Gajah Mada Kota
Samarinda). E-Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 3 Nomor 1. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. Masalah penelitian ditandai oleh
Pedagang Kaki Lima di sepanjang jalan Gajah Mada ini sering melakukan
kegiatannya di atas trotoar sebelum waktu yang telah ditetapkan, yakni jam 5 sore
bahkan sampai turun ke badan jalan untuk menjajakan dagangannya. Tujuan
40
penelitian untuk menjelaskan peran Satpol PP dalam melakukan komunikasi
interpersonal untuk penertiban PKL di Jalan Gajah Mada Kota Samarinda. Teori
yang digunakan menggunakan teori peran (role theory) dan teori efektivitas
komunikasi interpersonal. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode
studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan ketentraman dan ketertiban umum serta
menegakkan Perda dalam rangka mengoptimalkan pola standarisasi pelaksanaan
tugas-tugas Satpol PP sudah dijalankan dengan baik oleh petugas terkait
penertiban terhadap PKL sehingga maksud, tujuan, sasaran Satpol PP dalam
menjalankan tugas-tugasnya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Keterbukaan
Satpol PP dalam menyampaikan pesan dan informasinya kepada PKL sudah jelas
dan dapat dipahami oleh PKL mengenai aturan yang ada. Empati Satpol PP dalam
menyampaikan pesan dan informasinya sudah dilakukan petugas kepada PKL
dalam penertiban. Sikap mendukung Satpol PP terhadap PKL di Jalan Gajah
Mada Kota Samarinda masih kurang baik. Sikap Satpol PP belum sepenuhnya
dirasakan oleh PKL, yang berhubungan dengan sikap spontanitas Satpol PP dalam
menyampaikan pesan dan informasi dengan tidak menunjukan sikap mendukung
terhadap PKL dalam berjualan. Sikap positif Satpol PP dalam penyampaian pesan
terhadap PKL masih kurang baik, hal ini dapat dilihat dari pernyataan sebagian
dari PKL yang menganggap aparat kasar dalam melakukan penertiban. Namun
ada PKL yang beranggapan, sikap baik dan sopan Satpol PP dengan PKL sudah
dijalankan dengan sangat baik melalui komunikasi interpersonalnya. Kesetaraan
41
pada Satpol PP dengan para PKL dalam melakukan penyampaian secara
menyeluruh sudah baik.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini berkaitan
dengan teori peran (role theory), pendekatan penelitian kualitatif dan fokus
penelitian penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL). Perbedaan dengan penelitian
sebelumnya terdapat pada alat analisis yang digunakan, dimana penelitian
sebelumnya menggunakan analisis efektivitas komunikasi interpersonal,
sedangkan peneliti menggunakan alat analisis yang bersumber dari konsep peran
organisasi sektor publik menurut Jones dalam Mahsun (2006:8).
Adapun Rajab Ely tahun 2014 melakukan penelitian dengan judul “Peranan
Satuan Polisi Pamong Praja dalam Upaya Penertiban Masyarakat di Bidang Izin
Mendirikan Bangunan di Kecamatan Bukit Bestari”. Artikel E-Journal. Tidak
dipublikasi. Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang. Masalah penelitian
ditunjukkan oleh adanya anggota masyarakat yang melakukan proses
pembangunan tanpa seizin Pemerintah Kota Tanjungpinang sehingga membawa
dampak yang buruk bagi penataan ruang Kota Tanjungpinang dan juga merugikan
daerah dari segi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk sektor pajak, kurangnya
pemahaman dan kepedulian Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tanjungpinang
dalam menjalankan peranannya sebagai aparat penegekan Peraturan Daerah di
Kota Tanjungpinang dan Lambat dilakukannya penertiban oleh Satuan Polisi
Pamong Praja apabila ada masyarakat yang melanggar Peraturan Daerah
khususnya bagi masyarakat yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan
42
akhirnya semakin lama maka semakin banyak menjamurnya bangunan yang tidak
memiliki izin mendirikan bangunan. Tujuan penelitian untuk mengetahui
bagaimana peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam upaya penertiban masyarakat
di bidang Izin Mendirikan Bangunan. Metode penelitian menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian diketahui Satpol PP
Tanungpinang sudah menjalankan peranannya dengan baik dalam upaya
melakukan Penertiban Izin Mendirikan Bangunan terhadap masyarakat yang
bertempat tinggal di Kecamatan Bukit Bestari Kelurahan Sei Jang maupun di
Kelurahan Dompak. Kewajiban Satpol PP adalah melakukan penertiban
masyarakat dalam rangka menegakan sebuah Peraturan Daerah, yang mana dalam
melakukan atau melaksanakan teknis oprasional penertiban masyarakat harus
sesuai dengan prosedur tetap yang telah di tentukan oleh Peraturan Daerah. upaya
peningkatan yang harus dilakukan pada masa mendatang adalah mengorganisir
dengan baik pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi Pearaturan Daerah, sebab
keikutsertaan anggota Satpol PP Kota Tanjungpinang masih belum merata,
khususnya masalah penertiban masih belum optimal.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini berkaitan
dengan pendekatan penelitian kualitatif dan fokus penelitian penertiban.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada alat analisis yang
digunakan, dimana penelitian sebelumnya berfokus kepada penertiban masyarakat
di Bidang Izin Mendirikan Bangunan di Kecamatan Bukit Bestari, sedangkan
peneliti berfokus kepada penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan
Pasar Royal Kota Serang.
43
2.7 Kerangka Berfikir
Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh daerah-daerah di Indonesia
diantaranya adalah fenomena Pedagang Kaki Lima (PKL). Fenomena PKL kini
seakan-akan menjadi masalah sosial ekonomi yang tumbuh berkembang sebagai
akibat dari rendahnya kualiatas sumber daya manusia, terbatasnya lapangan
pekerjaan, ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, biaya hidup yang
tinggi, pendapatan yang rendah dan faktor lainnya sebagainya menstimulasi
pertumbuhan PKL pada setiap daerah, tidak terkecuali di Kota Serang.
Pada prinsipnya Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak
maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas
umum, lahan dan bangunan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Kota dan atau swasta baik yang sementara atau menetap. Dengan kata
lain, PKL adalah seseorang yang melakukan usaha perdagangan atau berjualan
dengan menggunakan sarana prasarana publik yang umumnya di pinggir jalan
raya, di jalur trotoar, di halte dan lokasi lainnya, baik sementara atau menetap.
Salah satu lokasi umum di Kota Serang yang menjadi tempat Pedagang
Kaki Lima (PKL) berjualan terdapat di Kawasan Pasar Royal Kecamatan Serang
Kota Serang. Lokasi merupakan salah satu lokasi strategis bagi para PKL untuk
berjualan karena kawasan tersebut merupakan daerah yang menjadi lokasi
pertemuan dari 3 jalur lalu lintas, yakni jalur Pocis-Serang, jalur Serang-Banten
Lama dan jalur Pandean-Serang dan juga menjadi kawasan perdagangan dan jasa
yang ditandai dengan banyak berdirinya gedung pertokoan dan ritel lainnya.
44
Kawasan Pasar Royal Kota Serang yang menjadi lokasi PKL berjualan yang
menyalahi Peraturan Daerah, khususnya Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10
Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah
Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Serang dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL). Pelanggaran tersebut berupa
penyalahgunaan fungsi sarana prasarana publik, membangun bangunan, baik
bangunan tetap atau bangunan sementara di jalur yang tidak diperuntukkan
mendirikan bangunan dan mengganggu ketertiban umum, kebersihan dan
keindahan daerah di Kota Serang.
Penyalahgunaan fungsi trotoar yang seyogyanya menjadi sarana bagi
pejalan kaki justru tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal. hal ini disebabkan
PKL yang menyalahgunakan fungsi trotoar sebagai lokasi berjualan menyebabkan
pejalan kaki tidak dapat menggunakan trotoar sebagai tempat berjalan kaki namun
terpaksa harus turun ke jalan untuk berjalan yang tentunya dapat membahayakan
keselamatan pejalan kaki, trotoar menjadi kotor akibat sampah dari barang jualan
yang dibuang tidak pada tempatnya dan menyebabkan area di pinggir jalan raya
atau sepanjang jalur trotoar tampak kumuh.
Selain berdampak negatif, keberadaan PKL juga dapat memberikan dampak
positif terkait kegiatan perekonomian rakyat atau individu yang menjadikan PKL
sebagai mata pencaharian untuk memperoleh pendapatan dan kegiatan
perekonomian daerah karena PKL merupakan rantai terakhir (pengecer) dari
komoditi produk yang dihasilkan produsen hingga dapat dikonsumsi konsumen.
45
Kondisi inilah yang membuat PKL hanya bisa ditangani melalui upaya penataan
dan pemberdayaan PKL yang dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah
melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang.
Peran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang adalah tugas dan
wewenang berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Tugas Satpol PP Kota
Serang, yaitu menegakkan Peraturan Daerah (Perda), menyelenggarakan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.
Upaya penegakkan Perda dalam penelitian ini adalah Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL.
Adanya pelanggaran yang dilakukan PKL terkait Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL, dimana pelanggaran
tersebut berupa penyalahgunaan fungsi sarana prasarana publik, membangun
bangunan, baik bangunan tetap atau bangunan sementara di jalur yang tidak
diperuntukkan mendirikan bangunan yang dijadikan lokasi berjualan dan
mengganggu ketertiban umum, kebersihan dan keindahan daerah di Kota Serang.
Atas kondisi tersebut, peran Satpol PP Kota Serang dalam melakukan tindakan
penertiban non yustisial dilaksanakan melalui penghapusan lokasi PKL atau
penertiban PKL yang diantaranya berlokasi di Kawasan Pasar Royal Pocis Kota
Serang.
Untuk memudahkan dalam memahami alur penelitian ini, peneliti menyusun
kerangka berfikir yang disajikan pada gambar berikut :
46
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
INPUT
Permasalahan Satpol PP Kota Serang dalam penertiban PKL antara lain : 1. Pelaksanaan tindakan penertiban PKL di Kawasan Pasar Royal Kota
Serang dinilai masih kurang 2. Tidak optimalnya kualitas pelaksanaan pekerjaan terkait penertiban PKL
yang ditandai oleh petugas masih cenderung berperilaku kurang baik 3. Kurang optimalnya komunikasi yang dilakukan oleh pihak Satpol PP Kota
Serang dengan para PKL yang ditandai oleh kurang dilakukannya sosialisasi secara langsung kepada PKL
4. Satpol PP Kota Serang dianggap kurang dapat menyerap aspirasi dan keluhan dari para pemilik toko yang berada di Kawasan Pasar Royal Kota Serang
5. Adanya dugaan praktek pungutan liar yang dilakukan oknum Satpol PP Kota Serang kepada para PKL yang ditunjukkan pemberian uang bulanan.
6. Minimnya kendaraan operasional yang dimiliki Satpol PP Kota Serang dalam penataan PKL, dimana saat ini hanya memiliki 2 kendaraan operasional untuk patroli berbentuk mobil pickup tertutup dan 1 mobil berbentuk semi truk terbuka untuk mengangkut barang sitaan dari PKL
Sumber : Peneliti, 2018
PROSES
Peran Satpol PP Kota Serang dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Simpang 3 Royal Kota Serang
1. Regulatory Role (Perencana Kebijakan) 2. Enabling Role (Pelaksana Kebijakan) 3. Direct Role (Pengawas Kebijakan)
Sumber : Jones (dalam Mahsun, 2006:8)
OUTPUT
Mengetahui bagaimana peran yang dilakukan Satpol PP Kota Serang dalam penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Royal Kota Serang
OUTCOME
Penegakkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL
47
2.8 Asumsi Dasar Penelitian
Dalam penelitian ini yang berfokus kepada analisis Peran Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima
(PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018. Peran Satpol PP Kota
Serang dalam melakukan tindakan penataan dilaksanakan melalui perannya
sebagai Regulatory Role (perencana kebijakan), Enabling Role (pelaksana
kebijakan) dan Direct Role (pengawas kebijakan).
Peneliti memiliki asumsi dasar bahwa apabila peran Satpol PP Kota Serang
dilaksanakan dengan optimal maka penataan PKL di Kawasan Pasar Royal dapat
terlaksana dengan baik sehingga membuat PKL tidak lagi menyalahgunakan
fungsi sarana prasarana publik, meminimalisir pelanggaran peraturan daerah oleh
PKL atau masyarakat lainnya, terciptanya ketertiban umum dan kenyamanan
masyarakat di Kota Serang, khususnya pihak-pihak lain yang terkait dengan usaha
perdagangan di Kawasan Pasar Royal Kota Serang.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011:3). Sedangkan pengertian
lainnya menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian.
Dalam konteks penelitian sosial, masalah dalam penelitian, tema dan judul
penelitian memiliki perbedaan antara kualitatif dan kuantitatif. Baik substansial
maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan
metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat
variasi yang kompleks namun berlokasi di permukaan. Akan tetapi masalah-
masalah kualitatif berwilayah pada ruang sempit dengan tingkat variasi yang
rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas. Penelitian yang
berjudul “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam Penataan
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018”
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Sugiyono (2011:4) menyatakan metode penelitian deskripstif dengan
pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dengan maksud untuk
memahami suatu fenomena sosial tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
dengan berusaha menggambarkan serta menjelaskan kondisi objek penelitian.
49
Pada pendekatan ini, peneliti membuat gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari informan, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2013:3) mengemukakan metodologi
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang dan perilaku yang diamati. Marshal (dalam Sugiyono, 2011:13)
mendefinisikan kualitatif sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas dalam interaksi manusia.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian kepada peran Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
Kawasan Pasar Royal Kota Serang. Selanjutnya analisis peran Satpol PP Kota
Serang didasarkan kepada perannya sebagai Regulatory Role (perencana
kebijakan), Enabling Role (pelaksana kebijakan) dan Direct Role (pengawas
kebijakan) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan
Polisi Pamong Praja terkait penegakkan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4
Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Organisasi Perangkat Daerah Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang sebagai instansi pemerintah yang
bertugas dalam penegakan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban
50
umum dan ketenteraman masyarakat, dimana kewenangan yang dimilikinya
diantaranya dengan melakukan tindakan penertiban non yustisial.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Variabel penelitian adalah peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota
Serang. Selanjutnya analisis peran Satpol PP Kota Serang didasarkan kepada
kewenangan melakukan tindakan penertiban non yustisial menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja terkait
penegakkan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan PKL.
3.4.2 Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan identifikasi masalah dan untuk mempermudah memahami
penelitian ini peneliti membuat definisi operasional variabel yang antara lain :
1. Peran adalah aspek dinamis kedudukan atau status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran (Soekanto, 2002:243).
2. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) adalah bagian perangkat daerah dalam penegakan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 1 ayat 8).
3. Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Kota dan atau swasta baik yang
51
sementara atau menetap (Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL, Pasal 1 ayat 8).
4. Penataan PKL merupakan tindakan penataan PKL yang dilakukan dengan cara pelaksanaan penertiban non yustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah, dalam hal ini pelanggaran atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL (Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL, Pasal 6)
5. Peran Satpol PP Kota Serang dalam penataan PKL merupakan tindakan penataan melalui pelaksanaan penertiban non yustisial terkait penghapusan lokasi PKL atau penertiban PKL yang melanggar Perda berupa penyalahgunaan fungsi sarana prasarana publik yang digunakan sebagai lokasi berjualan.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah orang atau human instrument, yakni peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi
instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga
mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang
diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Data yang dihasilkan berbentuk kata-
kata, kalimat untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi
dengan mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah penelitian, yakni
peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam penataan Pedagang Kaki
Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang.
Selain itu, hal-hal yang terdapat di dalam penelitian kualitatif merupakan
sesuatu yang belum jelas dan pasti masalahnya, sumber data, hasil yang
diharapkan semuanya belum jelas. Nasution (dalam Sugiyono, 2011:14),
menyatakan penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadi manusia
sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya
52
belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah fokus penelitian, prosedur
penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya
tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya serta dirasa perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan serba tidak pasti, peneliti
itu sendiri sebagai satu-satunya alat yang dapat mencapainya.
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan (Sugiyono, 2011:17).
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi secara terang-
terangan, yaitu observasi yang melakukan pengumpulan data dengan
menyatakan terus terang kepada sumber data atau informan bahwa
sedang melakukan penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan bertanya dan mendengarkan jawaban langsung dari sumber
utama data. Peneliti adalah pewawancara dan sumber data adalah
orang yang diwawancarai.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
melalui wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur (structured
interview) adalah wawancara yang terstruktur, dimana peneliti
53
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar yang berkaitan
dengan fokus penelitian, yakni peran Satuan Polisi Pamong Praja
dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal
Kota Serang.
Data sekunder diambil dari literatur yang berkaitan dengan penelitian ini
serta dokumentasi yang antara lain :
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan (library research) adalah pengumpulan data dari
literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari buku referensi,
laporan kerja instansi terkait dan jurnal penelitian sejenis.
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang bersumber dari
dokumen resmi dan relevan dengan penelitian yang berupa tulisan,
gambar, foto, atau karya-karya monumental dari seseorang. Selain itu
dokumentasi juga catatan peristiwa yang sudah berlalu dengan
pengumpulan data penelitian yang diperoleh dari peraturan
perundang-undangan, laporan-laporan, catatan-catatan serta
menghimpun dokumen-dokumen dan menganalisisnya dengan
masalah yang diteliti.
54
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
khususnya dalam melakukan wawancara adalah:
a. Buku catatan, digunakan untuk mencatat pencatatan dengan
sumber data.
b. Kamera, digunakan untuk memotret kegiatan yang berkaitan
dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
keabsahan penelitian.
3.6 Informan Penelitian
Dalam sebuah penelitian sosial dengan metode kualitatif, informan menjadi
hal yang sangat penting karena informan merupakan sumber data kualitatif.
Informan kunci yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini adalah dari unsur
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang yang terdiri dari Kepala
Satpol PP Kota Serang, Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian, Komandan Regu
Penertiban PKL dan Petugas Satpol PP Kota Serang. Sedangkan informan
sekunder terdiri dari unsur Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pemilik pertokoan di
Kawasan Pasar Royal Kota Serang.
Kategori informan kunci dan informan sekunder dalam penelitian ini lebih
lanjut diuraikan pada tabel di bawah ini :
55
Tabel 3.1
Informan Penelitian
Jenis Kategori Kode Informan Keterangan
Key Informan
Satpol PP Pamong Praja
I1 Kepala Satpol PP Kota Serang
Organisasi Perangkat Daerah dalam penegakan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang memiliki kewenangan melakukan penertiban non yustisial
I2 Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian
I3 Komandan Regu Penertiban PKL
I4 Petugas Satpol PP Kota Serang
Secondary Informan
Pengelola Pasar Royal
I5 Kepala Pengelola Pasar Royal
Pihak yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Pasar Royal
Pedagang Kaki Lima
I6 PKL Penjual Makanan Minuman di Badan Jalan
Pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik Pemerintah, baik yang sementara atau menetap
I7 PKL Penjual Pakaian di Badan Jalan
I8 PKL Penjual Plat Nomor di Trotoar
Pemilik Pertokoan
I9 Pedagang Ritel Produk Elektronik
Pelaku usaha yang memiliki lokasi permanen (toko) dengan izin perdagangan I10 Pedagang Ritel
Produk Kusen
Sumber : Peneliti, 2018
56
Pedoman wawancara yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian
dari informan penelitian disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
Konsep
Variabel Dimensi Indikator Informan
Peran Satpol
PP Kota
Serang dalam
melakukan
penataan
PKL di
Kawasan
Pasar Royal
Kota Serang
Regulatory
Role
(Perencana
Kebijakan )
1. Perencanaan Standar Operasional
Prosedur (SOP)
2. Perencanaan jadwal kegiatan
penataan PKL
3. Perencanaan target lokasi
penataan PKL
I1, I2, I3, I4
Enabling
Role
(Pelaksana
Kebijakan)
1. Pelaksanaan penertiban PKL
2. Koordinasi penegakkan perda
dengan instansi lain terkait
pelaksanaan penertiban PKL
I1, I2, I3, I4,
I5, I6, I7, I8,
I9, I10
Direct Role
(Pengawas
Kebijakan)
1. Pengawasan melalui koordinasi
dengan pengelola Pasar Royal
2. Pengawasan melalui inspeksi
langsung kepada PKL
I1, I2, I3, I4,
I5,I6, I7, I8,
I9, I10
Sumber : Peneliti, 2018
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan
secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan
setelah selesai di lapangan.
57
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.
Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2013:13) mengemukakan aktivitas analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus pada
setiap tahap penelitian sehingga tuntas dan datanya jenuh. Aktivitas analisis
disajikan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1
Komponen Analisis Data (Interactive Model) dari Miles dan Huberman
Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2013:13) menyatakan kegiatan
analisis data penelitian kualitatif meliputi kegiatan berikut ini :
1. Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan, perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar”
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions Drawing / Verifying
58
diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Reduksi data juga berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya kembali
bila diperlukan. Reduksi data ini membantu utnuk memberikan kode-
kode pada aspek tertentu.
2. Penyajian data (Data Display)
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data.
Penyajian data yang paling sering dilakukan pada data kualitatif pada
masa yang lalu adalah bentuk teks naratif tetapi ada beberapa bentuk
penyajian data dengan menggunakan grafik, matriks, jaringan dan
bagan. Penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks
naratif. Mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusions Drawing/Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalalh penarikan
kesimpulan dan verifikasi, yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan
penelitian untuk dijadikan suatu kesimpulan penelitian. Kesimpulan
59
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Uji Keabsahan Data
Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi dengan data yang
di laporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2011:55). Untuk menguji validitas data
menggunakan teknik Triangulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Untuk itu
teknik triangulasi data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan
teknik Triangulasi Sumber.
Teknik Triangulasi Sumber adalah teknik yang digunakan untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber (Moleong, 2013). Peneliti melakukan wawancara
dengan berbagai macam informan penelitian. Selain teknik Triangulasi, untuk
mendukung kevalidan suatu data hasil penelitian digunakan juga membercheck.
60
Membercheck merupakan proses pengecekkan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh dan disajikan oleh peneliti sesuai dengan apa yang diberikan oleh
sumber data, hal ini untuk mencegah adanya data yang bukan berasal dari
informan penelitian.
3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Organisasi Perangkat Daerah Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang yang beralamat di Jl. Ahmad Yani No. 30
Kota Serang Banten. Prakiraan jadwal penelitian disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No Keterangan Tahun 2018
Tahun
2019
Jan – Mar Apr – Jun Jul – Des Jan
1 Observasi awal
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan Bab I – III
4 Pendaftaran seminar proposal
5 Seminar proposal
6 Revisi proposal
7 Penelitian lapangan
8 Bimbingan Bab IV – V
9 Sidang dan revisi skripsi
Sumber : Peneliti, 2018
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Profil Singkat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang
Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) adalah bagian perangkat daerah dalam penetidakan
Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat. Dalam Wikipedia, Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah
dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menetidakkan
Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satpol PP ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2011
Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja,
menyatakan Polisi Pamong Praja adalah anggota Satpol PP sebagai aparat
pemerintah daerah dalam penetidakan Perda dan penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketenteraman masyarakat, dimana ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan
tenteram, tertib, dan teratur.
62
4.1.2 Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong
Praja, Pasal 4 menyatakan Satpol PP mempunyai tugas menetidakkan Perda dan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat.
Dalam menjalankan tugas tersebut, Satpol PP mempunyai beberapa fungsi
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan
Polisi Pamong Praja, Pasal 5 menyatakan fungsi tersebut antara lain :
1. Penyusunan program dan pelaksanaan penetidakan Perda, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.
2. Pelaksanaan kebijakan penetidakan Perda dan peraturan kepala daerah.
3. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di daerah.
4. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat. 5. Pelaksanaan koordinasi penetidakan Perda dan peraturan kepala
daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur lainnya.
6. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah.
7. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah
4.1.3 Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong
Praja, dalam Bab III (3) menjelaskan tentang wewenang, hak dan kewajiban
Satpol PP yang diatur dalam tiga pasal. Pasal 6 menjelaskan wewenang dari
Satpol PP, diantaranya :
1. Melakukan tindakan penertiban non yustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan Kepala Daerah. Yang dimaksud dengan
63
tindakan penertiban non yustisial dalam Pasal 6 tersebut adalah tindakan yang dilakukan oleh Polisi Pamong Praja dalam rangka menjaga dan/atau memulihkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dan/atau peraturan kepala daerah dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan tidak sampai proses peradilan.
2. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
3. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat.
4. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan Kepala Daerah; dan
5. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan Kepala Daerah.
4.2 Informan Penelitian
Penelitian dengan berjudul “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
dalam Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang
Tahun 2018” menggunakan beberapa informan sebagai sumber data yang
kemudian diklasifikasikan ke dalam informan kunci (key informan) dan informan
pembantu (secondary informan). Informan tersebut memiliki informasi yang
dibutuhkan peneliti, karena informan dalam kesehariannya senantiasa
berhubungan dengan permasalahan yang sedang peneliti teliti.
Informan kunci yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini adalah dari unsur
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang yang terdiri dari Kepala
Satpol PP Kota Serang, Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian, Komandan Regu
Penertiban PKL dan Petugas Satpol PP Kota Serang. Sedangkan informan
sekunder terdiri dari unsur Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pemilik pertokoan di
Kawasan Pasar Royal Kota Serang.
64
Jumlah keseluruhan informan pada penelitian ini sebanyak 10 orang
informan. Informan tersebut antara lain :
1. Maman Lutfi, Kepala Satpol PP Kota Serang, informan ini merupakan
informan kunci.
2. Zainal, Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian, informan ini
merupakan informan kunci.
3. Asdi Suparya, Komandan Regu Penertiban PKL, informan ini
merupakan informan kunci.
4. Mulya, Petugas Satpol PP Kota Serang, informan ini merupakan
informan kunci.
5. Sulaiman, Kepala Pengelola Pasar Royal, informan ini merupakan
informan sekunder.
6. Asep, Pedagang Kaki Lima Penjual Makanan Minuman di Badan
Jalan, informan ini merupakan informan sekunder.
7. Deny Setyadi, Pedagang Kaki Lima Penjual Pakaian di Badan Jalan,
informan ini merupakan informan sekunder.
8. Zaenuri, Pedagang Kaki Lima Penjual Plat Nomor di Trotoar,
informan ini merupakan informan sekunder.
9. Aceng, Pedagang Ritel Produk Elektronik, informan ini merupakan
informan sekunder.
10. Agung Wijaya, Pedagang Ritel Produk Kusen, informan ini
merupakan informan sekunder.
65
4.3 Deskripsi dan Analisis Data
Penelitian mengenai “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang
Tahun 2018”, data yang peneliti dapatkan berupa kata-kata melalui proses
wawancara dan observasi terang-terangan. Selain data berupa kata-kata dan
tindakan, peneliti juga mengumpulkan dokumentasi foto guna menguatkan data
penelitian ini.
Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dan aktifitas analisis
data dilakukan secara bersamaan. Seperti yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya, bahwa dalam proses analisis data menggunakan model interaktif
yang dikembangkan oleh Miles & Huberman. Validitas data menggunakan teknik
triangulasi sumber dan membercheck.
Matriks triangulasi sumber disajikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1
Matriks Triangulasi Sumber
Item Data Wawancara Observasi Validasi Jumlah
Informan Kunci (Unsur Satpol PP Kota Serang
√ √ √ 4 Informan
Informan Sekunder (Pengelola Pasar Royal dan Pedagang Kaki Lima Kawasan Pasar Royal)
√ √ √ 6 Informan
Sumber : Peneliti, 2018
66
Kegiatan wawancara dengan informan penelitian, peneliti menggunakan
lembar wawancara menggunakan teori peran menurut Jones (dalam Mahsun,
2006:8) sebagai panduan dalam menggali informasi dari informan penelitian
berkenaan dengan Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam Penataan
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang. Model teori
peran menurut Jones (dalam Mahsun, 2006:8), meliputi kriteria peran sebagai
Regulatory Role (Perencana Kebijakan), Enabling Role (Pelaksana Kebijakan)
dan Direct Role (Pengawas Kebijakan) yang diuraikan berikut ini.
4.3.1 Perencana Kebijakan (Regulatory Role)
Dimensi perencana kebijakan (regulatory role) merupakan deskripsi
dimensi variabel penelitian yang bersumber dari teori peran menurut Jones.
Dalam regulatory role, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 5 ayat 1 menyatakan Satpol PP
mempunyai fungsi penyusunan program dan pelaksanaan penetidakan Perda,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat terkait dengan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Indikator wawancara merupakan deskripsi dimensi variabel penelitian yang
bersumber dari teori peran menurut Jones indikatornya meliputi, (1) perencanaan
standar operasional prosedur (SOP), (2) perencanaan jadwal kegiatan penataan
Pedagang Kaki Lima (PKL), dan (3) perencanaan target lokasi penataan Pedagang
Kaki Lima (PKL).
67
1. Perencanaan Standar Operasional Prosedur
Informasi berkenaan dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP)
terkait kegiatan penataan PKL di Kota Serang, diantaranya PKL di kawasan Pasar
Royal. Apa saja yang diatur dalam SOP, hasil wawancara dengan Maman Lutfi
selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Pelaksanaan tugas Satpol PP Kota Serang didasarkan kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada. SOP yang dipakai itu mencakup daerah yang dituju saat patroli dan kalau sudah memenuhi kriteria dilakukan penertiban langsung berdasarkan jadwal patroli yang ada, jumlah personil yang bertugas, lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penertiban untuk satu lokasi yang dituju, dan lain sebagainya
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Ya betul, kita punya prosedur yang mengatur saat melaksanakan tugas pekerjaan. Biasanya tiap hari melakukan patroli ke lokasi-lokasi yang sudah ditargetkan dalam agenda bulanan
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Ada, Standar Operasional Prosedur (SOP) yang kita gunakan menjadi acuan petugas Satpol PP Kota Serang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab pekerjaannya dalam rangka penegakkan Peraturan Daerah
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Yang saya ketahui untuk prosedur yang menjadi patokan atau acuan kita bertugas dari SOP. Kalau detailnya saya kurang hafal sebab ada banyak, tapi umumnya punya fokus kepada upaya pengawasan langsung melalui kegiatan patroli rutin ke beberapa lokasi yang sudah dijadwalkan dan jumlah personil yang bertugas dan target utama dari kegiatan penertiban, itupun kalau sudah dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu
68
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa Satpol PP Kota Serang dalam melaksanakan tugas
penegakkan Perda didasarkan kepada Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP
tersebut mencakup daerah yang dituju saat patroli, jumlah personil yang bertugas,
lama waktu yang dibutuhkan dan lain sebagainya.
Informasi berkenaan dengan apa yang menjadi acuan atau dasar hukum
dalam penyusunan SOP terkait penataan PKL, hasil wawancara dengan Maman
Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Satpol PP Kota Serang punya tugas pokok penegakkan perda, jadi peraturan yang menjadi acuan Satpol PP seperti Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan peraturan lainnya yang masih dalam konteks penegakkan Peraturan Daerah
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Kalau terkait Pedagang Kaki Lima (PKL) mengacu kepada Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Ada regulasi-regulasi yang mengatur penyusunan SOP untuk penataan PKL, tapi saya tidak ingat semuanya. Contoh yang saya ingat itu Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) sama Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan yang biasa jadi dasar kita untuk penataan PKL
69
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Untuk penertiban PKL itu dasarnya dari Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa peraturan yang menjadi acuan Satpol PP Kota
Serang dalam bertugas diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10
Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah
Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Serang dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan peraturan lainnya dalam rangka
penegakkan Peraturan Daerah.
Informasi berkenaan dengan siapa saja yang terlibat dalam penyusunan SOP
terkait penataan PKL di Kota Serang, hasil wawancara dengan Maman Lutfi
selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Jajaran pimpinan, seperti saya selaku Kepala Satpol PP Kota Serang, Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian,dan Kepala seksi lainnya
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Yang menyusun SOP itu dari Kepala Satpol PP Kota Serang, saya selaku Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian dan pimpinan dari seksi lainnya
70
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Yang terlibat itu seperti Kepala Satpol PP Kota Serang dan Kepala-kepala Seksi lainnya
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Saya kurang tahu pasti siapa saja yang terlibat dalam penyusunan SOP itu, saya dan teman-teman selaku petugas hanya melaksanakan saja SOP
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa Kepala Satpol PP Kota Serang, Kepala Seksi
Operasi dan Pengendalian,dan Kepala seksi adalah pihak-pihak yang terlibat
dalam penyusunan SOP terkait dengan penataan PKL.
Informasi berkenaan dengan pelaksanaan penataan PKL di Kota Serang,
diantaranya PKL di Kawasan Pasar Royal sudah sesuaikah dengan SOP, hasil
wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang
mengatakan :
Setiap pelaksanaan penataan, termasuk di dalamnya pasti sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Pastinya pelaksanaan penataan PKL di lokasi-lokasi yang kita agendakan untuk dimonitor secara berkelanjutan itu sesuai dengan SOP dan peraturan yang berlaku
71
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Ya sudah sesuai dengan SOP, misalkan untuk dilaksanakan penataan itu kan tahapannya kita memberikan himbauan, memberikan surat peringatan, apabila surat peringatan tersebut tidak dilaksanakan kita pasti akan tertibkan dengan cara merobohkan apabila mendirikan bangunan permanen atau semi permanen dan menyita aset dagangan milik PKL
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan selama ini sudah sesuai dengan SOP dan peraturan
yang berlaku.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa setiap pelaksanaan penataan PKL di lokasi-lokasi
yang kita agendakan atau dijadwalkan sudah dilaksanakan sesuai dengan SOP dan
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil wawancara terkait indikator perencanaan standar
operasional prosedur dari informan penelitian, peneliti memperoleh temuan yang
dinilai menjadi keunggulan berkenaan dengan pelaksanaan tugas Satpol PP Kota
Serang sudah mengikuti Standar Operasional Prosedur yang berlaku. Hal ini
ditandai dari pelaksanaan kegiatan patroli dari petugas Satpol PP Kota Serang ke
lokasi-lokasi yang sudah dijadwalkan untuk didatangi oleh petugas serta kegiatan
penertiban yang dilakukan, diantaranya kawasan Pasar Royal sudah sesuai dengan
SOP yang berlaku, seperti pelaksanaan tahapan pemberian himbauan, pemberian
surat peringatan pertama hingga ketiga serta melakukan tindakan penertiban jika
peringatan tersebut tidak dilaksanakan oleh Pedagang Kaki Lima. Adapun peneliti
tidak memperoleh temuan yang dinilai sebagai kelemahan ditinjau dari
72
perencanaan standar operasional prosedur yang menjadi acuan bagi Satpol PP
Kota Serang dalam melaksanakan tugasnya.
2. Perencanaan Jadwal Kegiatan Penataan Pedagang Kaki Lima
Informasi berkenaan dengan jadwal kegiatan penataan PKL di Kota Serang,
diantaranya PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi
selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Sepengetahuan saya ada, cuma untuk detailnya nanti adik (peneliti) bisa minta ke bagian administrasi langsung
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Ada, kita punya jadwal rutin bulanan untuk patroli yang dilakukan setiap harinya di lokasi-lokasi yang kita targetkan
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Betul, kita punya jadwal kegiatan untuk setiap harinya, jadi kita bisa bekerja sesuai dengan yang dijadwalkan karena daerah-daerah yang kita tetapkan itu tergolong potensial untuk disalahgunakan oleh PKL yang berjualan, untuk di kawasan simpang 3 royal masuk ke kategori lokasi patroli alun-alun Kota Serang, karena di sana dekat dengan rumah dinas dari Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten dan Walikota Serang. Tapi jujur saja itu kawasan pasar royal jarang dilakukan penindakana karena lokasinya deket dengan kawasan perdagangan pasar royal dan pasar lama jadi PKL biasanya hanya dihimbau saja untuk tidak menggunakan badan jalan atau trotoar sama menjaga kebersihannya saja
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Kawasan pasar royal biasanya cuma patroli saja dengan penekanan lokasi di alun-alun Kota Serang, penertiban bisa dikatakan sangat jarang dilakukan
73
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa jadwal kegiatan untuk setiap harinya sehingga
petugas Satpol PP Kota Serang saat bekerja sesuai dengan yang dijadwalkan,
mengingat setiap lokasi yang ditetapkan tergolong potensial untuk disalahgunakan
oleh PKL yang berjualan, diantaranya kawasan pasar royal.
Informasi berkenaan dengan hal-hal yang menjadi acuan dalam proses
penyusunan jadwal kegiatan PKL di Kota Serang, diantaranya PKL di kawasan
Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota
Serang mengatakan :
Ya itu tadi, aturan yang sudah sempat saya jelasin tadi. Maksudnya seperti Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan peraturan lainnya yang masih dalam konteks penegakkan Peraturan Daerah
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Peraturan yang digunakan itu mengacu kepada dua regulasi yang penting, yaitu Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan peraturan lainnya yang terindikasi ada pelanggaran di dalamnya yang dilakukan oleh masyarakat
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan peraturan lainnya
74
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan saya hanya tahu peraturan tentang penataan PKL.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa acuan dalam penegakkan Perda didasarkan kepada
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban,
Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang dan Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Informasi berkenaan dengan siapa saja yang terlibat dalam kegiatan
penyusunan jadwal kegiatan PKL di Kota Serang, diantaranya PKL di kawasan
Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota
Serang mengatakan dari unsur pimpinan Satpol PP Kota Serang
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Dari pimpinan, seperti Kepala Satpol PP Kota Serang, Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian dan seksi lainnya
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan jajaran pimpinan Satpol PP Kota Serang
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan saya kurang tahu pasti, tapi yang jelas itu fungsinya
pimpinan.
75
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa yang terlibat dalam penyusunan jadwal kegiatan
Satpol PP Kota Serang meliputi Kepala Satpol PP Kota Serang, Kepala Seksi
Operasi dan Pengendalian dan seksi
Informasi berkenaan dengan apakah terdapat perubahan jadwal kegiatan
penataan PKL di Kota Serang, salah satunya di kawasan Pasar Royal, diantaranya
PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku
Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Ya sebenarnya untuk jadwal kegiatan itu pasti dilakukan jika Satpol PP Kota Serang tidak diberikan tugas khusus lainnya, misalkan pada saat yang sama PKL diminta bantuannya untuk mengawal aksi demonstrasi di Kota Serang, mau tidak mau harus di kawal aksi itu jadi konsekuensi logisnya jadwal rutin tidak jadi dilaksanakan pada hari itu karena benturan kegiatan yang sifatnya krusial dan dadakan pada saat yang sama
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Selama ini kita laksanakan jadwal penataan PKL itu sesuai dengan jadwal, termasuk jadwal di kawasan pasar royal maupun lokasi lainnya yang masih berdekatan yang dilakukan sambil menyisir jalan yang petugas lewati
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Pada waktu-waktu tertentu ada perubahan jadwal, misalka ada kegiatan yang membutuhkan Satpol PP Kota Serang, akhirnya jadwal rutin yang harusnya kita laksanakan jadi tidak dilakukan atau dipindahkan pada hari lain yang lebih longgar kegiatannya
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
76
Ya betul, terkadang ada perubahan jadwal kegiatan, misalkan harusnya hari ini kita patroli rutin terus karena ada hal lain, seperti mahasiswa demo, buruh demo, ada acara di alun-alun Kota Serang ya dan lain-lainnya
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa perubahan jadwal kegiatan dari Satpol PP Kota
Serang tidak akan terjadi apabila tidak ada tugas khusus lainnya, seperti pada saat
jadwal patroli ruitn Satpol PP Kota Serang diminta bantuannya untuk mengawal
aksi demonstrasi di Kota Serang, sehingga Satpol PP Kota Serang akan
melakukan tugas pengawalan aksi demonstrasi tersebut sehingga jadwal patroli
rutin tidak dilaksanakan pada hari tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara terkait indikator perencanaan jadwal kegiatan
penataan Pedagang Kaki Lima dari informan penelitian, peneliti memperoleh
temuan yang dinilai menjadi keunggulan diantaranya berkenaan dengan adanya
jadwal kegiatan rutin atau jadwal patroli petugas Satpol PP Kota Serang pada tiap
bulannya. Hal ini membuat lokasi-lokasi yang memiliki potensi terbesar untuk
dilakukannya pelanggaran Peraturan Daerah, seperti pelanggaran Peraturan
Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan
Keindahan, Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan PKL dan peraturan daerah lainnya yang dilakukan oleh
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok dapat ditekan seoptimal
mungkin. Selain itu, dalam jadwal kegiatan bulanan menerangkan jumlah dan
personil yang bertugas melaksanakan tugas melakukan kegiatan patroli rutin.
Adapun peneliti tidak memperoleh temuan yang dinilai sebagai kelemahan
ditinjau dari perencanaan jadwal kegiatan penataan Pedagang Kaki Lima.
77
3. Perencanaan Target Lokasi Penataan Pedagang Kaki Lima
Informasi berkenaan dengan target lokasi penataan PKL di Kota Serang,
diantaranya PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi
selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Target lokasi penataaan itu adalah badan jalan raya dan trotoar harus steril dari PKL atau parkir liar yang menggangu pengguna kendaraan lainnya
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Ada, biasanya kepada upaya sterilisasi fasilitas publik dari PKL, kayak badan jalan, trotoar, bangunan liar, reklame tidak resmi, dan banyak lagi
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Ya biasanya pedagang yang jual di trotoar, seperti pedagang batu cincin, tukang plat nomor, pkl yang jualan makanan minuman
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Biasanya kita targetnya ke PKL yang pakai trotoar dan yang membuat kesan kumuh
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa yang menjadi target lokasi penataaan itu adalah
badan jalan raya dan trotoar harus steril atau sesuai fungsi utamanya tanpa adanya
PKL yang berjualan dan parkir liar yang menggangu pengguna kendaraan
bermotor dan pejalan kaki.
78
Informasi berkenaan dengan yang menjadi acuan atau pertimbangan
sehingga menetapkan suatu lokasi sebagai target lokasi penataan PKL di Kota
Serang, diantaranya PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara dengan
Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Menggunakan badan jalan raya dan trotoar dan sarana prasarana publik lainnya, menimbulkan ketidaknyaman dan keindahan lingkungan, atau adanya pengaduan dari masyarakat
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Karena adanya pelanggaran terhadap Perda, membuat situasi lingkungan menjadi kumuh, menimbulkan kemacetan atau gangguan bagi pengendara, adanya pengaduan masyarakat, lokasi tersebut merupakan lokasi strategis dan lain-lain pertimbangan
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Biasanya acuan utamanya itu lokasi yang paling banyak pelanggaran PKL terkait memakai jalan dan trotoar, adanya bangunan liar semi permanen, mengganggu lalu lintas
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Ya PKL yang suka pakai sarana prasarana umum buat lokasi berjualan yang jadi target utama dari lokasi penataan
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa pertimbangan menetapkan suatu lokasi sebagai
target penataan adalah adanya penyalahgunaan fungsi badan jalan raya dan trotoar
dan sarana prasarana publik lainnya sebagai lokasi berjualan, menimbulkan
79
ketidaknyaman dan keindahan lingkungan, atau adanya pengaduan dari
masyarakat atas sesuatu hal yang dinilai mengganggu ketertiban umum dan
lingkungan masyarakat.
Informasi berkenaan dengan adakah lokasi yang disediakan bagi PKL di
Kota Serang, setelah dilakukan penertiban PKL, diantaranya PKL di kawasan
Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota
Serang mengatakan :
Seharusnya ada, hanya saja itu fungsi dan tanggungjawab dari Dinas lainnya, seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perdagangan dan sebagainya. Sedangkan fungsi PKL hanya bersifat penegakkan Perda dengan cara membuat daerah tersebut kembali ke fungsi awalnya bukan ke tindakan rehabilitasi seperti itu
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Sampai saat ini upaya merelokasi PKL yang ditertibkan belum dapat terlaksana. Hal ini mengingat dana yang dibutuhkan untuk membuat lokasi baru yang dijadikan PKL berjualan membutuhkan biaya pembangunan yang besar. Selain itu, memperhatikan PKL di Kota lainnya, seperti di DKI Jakarta yang sudah memberikan lokasi baru bagi PKL yang ditertibkan ternyata tidak mau menggunakan lokasi tersebut karena dinilai sepi pengunjung yang akhirnya PKL itu balik lagi ke tempatnya semula atau kembali berjualan di badan jalan raya atau di trotoar
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Belum ada lokasi khusus yang disediakan untuk PKL yang ditertibkan oleh Satpol PP Kota Serang. Memang fungsi untuk merelokasi, dalam artian menyediakan lokasi berjualan bagi PKL itu ditangani oleh Dinas lainnya, meski sampai saat ini belum pernah terelealisasi
80
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Sepengetahuan saya tidak ada lokasi yang diperuntukkan bagi PKL yang telah ditertibkan
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa upaya merelokasi PKL yang ditertibkan belum
dapat terlaksana. Relokasi PKL menjadi fungsi dan tanggungjawab dari Dinas
lainnya, seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perdagangan dan sebagainya.
Hal ini mengingat kebijakan relokasi membutuhkan konsekuensi pembangunan
lokasi baru yang dijadikan lokasi PKL berjualan membutuhkan pembiayaan yang
relatif besar.
Berdasarkan hasil wawancara terkait indikator perencanaan target lokasi
penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) dari informan penelitian, peneliti
memperoleh temuan yang dinilai menjadi keunggulan berkenaan dengan kejelasan
dari target dari lokasi penataan PKL di Kota Serang, yakni penyalahgunaan badan
jalan raya dan trotoar serta sarana prasarana publik lainnya untuk kepentingan
pribadi, seperti menjadi lokasi berjualan oleh PKL yang menimbulkan kerugian
bagi masyarakat luas.
4.3.2 Pelaksana Kebijakan (Enabling Role)
Dimensi pelaksana kebijakan (enabling role) merupakan deskripsi dimensi
variabel penelitian yang bersumber dari teori peran menurut Jones. Dalam
enabling role, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang
Satuan Polisi Pamong Praja, Pasal 5 ayat 2,3, dan 4 menyatakan Satpol PP
81
mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan penetidakan Perda dan peraturan kepala
daerah, pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat di daerah, pelaksanaan kebijakan perlindungan
masyarakat dan pelaksanaan koordinasi penetidakan Perda dan peraturan kepala
daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah,
dan/atau aparatur lainnya.
Pada fungsi pelaksanaan penegakkan Perda ini diikuti dengan kewenangan
Satpol PP untuk melakukan tindakan penertiban non yustisial kepada warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda
dan atau peraturan kepala daerah, dalam hal ini adalah Pedagang Kaki Lima
(PKL) di Kawasan Pasar Royal.
Indikator wawancara merupakan deskripsi dimensi variabel penelitian yang
bersumber dari teori peran menurut Jones indikatornya meliputi, (1) pelaksanaan
penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL), dan (2) koordinasi penegakkan Perda
dengan instansi lain terkait pelaksanaan penertiban PKL.
1. Pelaksanaan Penertiban Pedagang Kaki Lima
Informasi berkenaan dengan apa yang menjadi objek dari pelaksanan
penertiban PKL di Kota Serang, diantaranya PKL di kawasan Pasar Royal, hasil
wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang
mengatakan :
Objeknya adalah masyarakat, baik secara individu seperti PKL atau kelompok seperti perusahaan yang melanggar Perda. Pelanggaran individu seperti PKL yang berjualan di jalan dan trotoar, sedangkan yang kelompok
82
seperti perusahaan yang memasang reklame atau spanduk (iklan) yang tidak resmi di fasilitas umum, seperti jalan raya, halte, pohon, dan sebagainya
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Objek penertibannya adalah pelaku pelanggar Perda, kalau PKL itu melanggar Perda karena memakai badan jalan dan trotoar sebagai tempat berjualan maka PKL itu akan ditertibkan oleh petugas Satpol PP Kota Serang
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Umumnya individu yang melanggar Perda, seperti PKL yang melanggar Perda karena jualan di sarana prasarana publik, jalan dan trotoar sehingga mengganggu masyarakat selaku pengguna sarana prasarana publik
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan biasanya individu masyarakat, seperti PKL.
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan para PKL yang jualan di badan jalan raya sama yang
jualan di trotoar.
Tanggapan yang disampaikan oleh Asep selaku PKL Penjual Makanan
Minuman di Badan Jalan menyatakan objeknya sebetulnya kayak saya ini, karena
berjualannya di pinggir jalan raya.
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan saya dan temen-temen ini yang jadi
objek penertiban PKL, karena berjualan ini pinggir jalan
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
83
Para PKL yang jualan di atas trotoar itu, termasuk saya juga yang kalau mau jujur memang menyalahi peraturan tapi mau bagaimana lagi karena ini satu-satunya pekerjaan yang bisa saya lakukan karena sulitnya cari kerja, terlebih lagi orang kayak saya yang cuma tamatan SMP, jadi akhirnya belajar usaha dan bertahan sampai sekarang untuk nafkahin keluarga
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa objek penertiban adalah pelaku pelanggar Perda,
apabila PKL melanggar Perda karena memakai badan jalan dan trotoar sebagai
tempat berjualan maka PKL akan ditertibkan oleh petugas Satpol PP Kota Serang.
Informasi berkenaan dengan kapan dilakukannya kegiatan penertiban PKL
di Kota Serang, diantaranya PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara
dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Tidak ada jadwal khusus pada setiap bulannya, jadwal khusus itu hanya berkaitan dengan patroli
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Jadwal penertibannya tidak pasti, tapi kalau kegiatan pengawasan, baik melalui kegiatan patroli Satpol PP Kota Serang maupun himbauan kita lakukan sesuai jadwal kegiatan bulanan
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Setahu saya tidak ada jadwal rutin untuk penertiban PKL di kawasan pasar royal, tergantung situasi dan arahan pimpinan, yang lebih banyak penertiban itu biasanya di waktu-waktu tertentu, seperti ada kunjungan dari pejabat di lokasi tertentu sehingga kita harus merapihkan area sekitar lokasi tersebut, bulan puasa atau ada pengaduan dari masyarakat
84
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Kalau itu saya tidak tahu pasti, sebab kegiatan penertiban juga hitungannya paling 1 bulan kali
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Tidak ada jadwal rutinnya untuk penertiban PKL di pasar royal ini, memang yang rutin dilakukan patroli dari Satpol PP Kota Serang, tapi saat patroli mereka tidak langsung menertibkan PKL hanya sekadar lewat saja, selebihnya ya komunikasi lewat telepon sama saya supaya ngasih himbauan sama pedagang dan PKL di pasar royal
Tanggapan yang disampaikan oleh Asep selaku PKL Penjual Makanan
Minuman di Badan Jalan menyatakan jarang dilakukan kegiatan penertiban.
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Yang pasti tidak setiap bulan sekali, itu juga menurut saya hanya sekedar formalitas (rutinitas) saja biar kelihatan mereka ada kerjaannya
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Setahu saya sejak bulan agustus tidak ada penertiban, kalau pun ada penertiban paling saya pindahin bangunan toko (bangunan semi permanen tempat jualan plat nomor) ke gang yang di samping Dispenda itu karena di lokasi itu jarang ditertibkan
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jadwal khusus pada setiap bulannya
untuk melakukan penertiban PKL, jadwal khusus hanya berkaitan dengan
kegiatan patroli rutin dari petugas Satpol PP Kota Serang.
85
Informasi berkenaan dengan bagaimana pelaksanaan kegiatan penertiban
PKL di Kota Serang, diantaranya PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara
dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Waktu terakhir kita melaksanakan penertiban itu tidak ada kendala berarti, kira-kira bulan Juli atau Agustus gitu
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Seperti biasa, penertiban yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku dengan menghapuskan lokasi PKL yang berjualan di badan jalan dan trotoar
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Lancar terkendali, tapi memang di tiap pelaksanaan penertiban PKL itu pasti disikapi negatif oleh PKL, seperti tidak mau ditertibkan dengan cara merubuhkan bangunan semi permanennya, mentidaku sudah pernah bayar ke orang instansi tapi maaf saya tidak bisa sebutkannya, tidak mau disita aset jualannya meskipun barang tersebut bisa diambil kembali di kantor Satpol PP Kota Serang dengan syarat-syarat tertentu
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Umumnya diwarnai sama penolakan dari PKL, khususnya yang bangunannya (semi permanen) kami rubuhkan, gerobak jualan kami sita, alat jualannya kami sita seperti kotak gendong untuk jual rokok. Sejujujurnya saya juga tidak tega melakukan seperti itu, tapi tindakan mereka menyalahi peraturan yang ada jadi harus ditindak sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku, selain itu juga sebenarnya sebelum ditertibkan itu para PKL sudah mendapatkan himbauan dan disusul surat peringatan untuk supaya tidak berjualan lagi di lokasi yang dilarang, karena tetap membandel (menolak) maka kami tindak (tertibkan) para PKL
86
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Menurut saya sih berjalan lancar, kalau ada penolakan dari PKL itu mah wajar aja sebab PKL itu pasti disita barang jualannya
Tanggapan yang disampaikan oleh Asep selaku PKL Penjual Makanan
Minuman di Badan Jalan menyatakan :
Kurang bagus penertibannya, masa kalau lagi ada penertiban tiba-tiba mereka datang, ngasih tau sama kita kalau kita melanggar terus main angkut aja deh gerobak jualan saya
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Kalau saya memang mengakui salah karena jualan di pinggir jalan jadi kalau harus ditertibin juga saya bersedia, paling saya buru-buru pindahin gerobaknya sebab kalau sampe di sita saya tidak bisa jualan lagi kan di tempat lainnya kalau memang disini udah tidak boleh
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Penertibannya kalau bisa tidak hanya menyasar PKL atau pedagang kecil saja, coba di lihat para pedagang mebel itu, mereka juga pakai trotoar untuk berjualan tapi ketika ditertibkan ternyata mereka tidak disita tuh barang-barangnya padahal mereka juga kan terbukti pakai trotoar untuk naro barang jualannya. Jadi kesannya keliatan membeda-bedakan orang yang melanggarnya, kalau yang kecil disikat kalau yang besar dibiarin aja
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa penertiban yang dilakukan sesuai dengan prosedur
yang berlaku dengan menghapuskan lokasi PKL yang berjualan di badan jalan dan
trotoar dengan kondisi dan situasi aman terkendali.
87
Informasi berkenaan dengan sikap petugas Satpol PP Kota Serang yang
bertugas saat pelaksanaan kegiatan penertiban PKL di kawasan Pasar Royal, hasil
wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang
mengatakan :
Sejauh ini sikap petugas Satpol PP Kota Serang dalam melaksanakan penertiban sudah sesuai dengan prosedur, berusaha untuk tetap ramah dan tenang menghadapi PKL
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Sudah baik, petugas berusaha seoptimal mungkin menyikapi PKL yang sedang ditertibkan dengan pelayanan yang menyejukkan
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Sikap kami selaku petugas saat di lapangan seperti memberikan informasi atau keterangan yang sejelasnya kepada PKL bahwa mereka telah melanggar Perda karena berjualan di fasilitas umum sehingga harus ditindak atau ditertibkan, melayani dengan sikap ramah, tenang dan merangkul dan sebisa mungkin dapat menerima aspirasi keluhan mereka sebagai masukan bagi kami untuk ke depannya
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Semua petugas bersikap profesional dalam melaksanakan tugas dan sebisa mungkin bertindak dengan ramah, walau itu berat karena situasi lapangan bisa berubah dengan cepat kalau ada oknum yang menyulut pelaksanaan kegiatan penertiban.
88
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Petugas Satpol PP Kota Serang sudah bekerja dengan seoptimal mungkin waktu penertiban PKL, misalkan ada perilaku yang terkesan kasar mungkin disebabkan PKL nya juga yang melawan saat akan disita barangnya atau karena petugasnya sedang kurang stabil emosinya
Tanggapan yang disampaikan oleh Asep selaku PKL Penjual Makanan
Minuman di Badan Jalan menyatakan :
Kalau petugasnya itu kelihatan ketus (tidak ramah) dan suka maen perintah-perintah saja, tau-tau barang kita udah di ambil-ambilin sama petugas untuk diangkut ke truk penyitaan barang
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Ada yang ramah tapi ada juga yang kurang ramah karena saat melihat kita seperti penjahat gitu, jadi udah lebih menghakimi saja mentang-mentang aparat pemerintah
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Sikapnya lumayan tegas dengan gayanya yang galak sedikit, biar PKL nya jadi takut sama mereka
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa petugas Satpol PP Kota Serang sudah bekerja
seoptimal saat penertiban PKL, namun apabila terdapat perilaku yang terkesan
kasar mungkin disebabkan para PKL melakukan perlawanan saat akan disita
barangnya atau karena petugasnya sedang kurang stabil emosinya.
89
Informasi berkenaan dengan sikap petugas Satpol PP Kota Serang jika
terjadi penolakan dari PKL di kawasan Pasar Royal yang sedang dilakukan
penertiban, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota
Serang mengatakan :
Petugas di lapangan tetap akan melakukan tugasnya, karena setiap penertiban yang kami lakukan sudah melalui prosedur yang berlaku
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Penolakan itu sebetulnya sesuatu yang wajar terjadi, tapi masa iya orang yang melanggar dibiarkan terus-terusan untuk melanggar tanpa adanya pihak yang menegurnya dan menindaknya, seperti kami (Satpol PP Kota Serang) ini yang berfungsi untuk menegur PKL dengan cara ngasih himbauan dan surat peringatan. Tapi kalau tetap membandel (menolak) pindah dengan sukarela maka ya akan ditertibkan dengan cara disitas barang jualannya dan dirubuhkan bangunan semi permanen untuk tempat berjualan yang jelas-jelas itu melanggar peraturan yang berlaku
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Ya memang tidak ada yang namanya penerimaan dari tindakan penertiban yang Satpol PP Kota Serang lakukan. Yang pasti kami terima adalah penolakan PKL yang sebenarnya merupakan orang-orang yang tidak mau diatur dan taat terhadap peraturan
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Itu mah hal biasa, setiap penertiban pastilah akan ditolak sama PKL. Kalau saya merasa yang salah itukan PKL yang jualan di sarana umum, jadi kalau harus ditertibkan sebenarnya salah mereka sendiri, kenapa tetap melakukan sesuatu yang salah atau sesuatu yang melanggar peraturan. Bahkan kalau harus jujur sebenarnya PKL itu cenderung mengutamakan kepentingan diri sendiri dengan mengatasnamakan kebutuhan mencari uang buat keluarganya namun mengorbankan kepentingan orang banyak, seperti kalau pinggir jalan dan trotoar yang dipakai sebagai lokasi jualan itu merugikan masyarakat
90
yang menggunakan jalan dan trotoar tersebut dan menimbulkan masalah lain, seperti lingkungan tidak tertata, kesan kumuh, menimbulkan kemacetan karena penyempitan jalan, orang harus turun ke pinggir jalan untuk berjalan yang jelas-jelas membahayakan keselamatannya. Jadi menurut saya, mencari nafkah itu wajib tapi dengan cara yang baik atau halal dengan tidak merugikan orang lain
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Ya sikapnya sesuai dengan instruksi yang mereka terima, kalau instruksinya angkut ya mereka pasti angkut
Tanggapan yang disampaikan oleh Asep selaku PKL Penjual Makanan
Minuman di Badan Jalan menyatakan :
Bicara sama mereka mah percuma, kita tidak pernah didengerin, bisanya cuma nyalahin PKL aja, orang kecil yang lagi nyari nafkah di jalan
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Satpol PP Kota Serang itu tidak mau dengar keluhan dan saran dari PKL, ketika waktunya ditertibkan yah mereka langsung tertibkan kita, ngomong sebentar dan langsung angkut barang jualan kita ke truk penyitaan barang sampe kita perebutan tapi tetap aja kita yang salah jadi mau tidak mau di relain. Kalau ada uang bisa diambil lagi karena ada denda yang harus dibayar
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Mau penolakannya itu semua PKL juga mereka tidak mau mendengarkan, yang pasti mereka harus bisa menertibkan PKL saja
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa petugas Satpol PP Kota Serang tetap melakukan
tugasnya, karena setiap kegiatan penertiban yang dilakukan sudah melalui
91
prosedur yang berlaku. Setiap pelanggaran terhadap Perda akan dikenai sanksi,
diantaranya berupa tindakan penertiban PKL yang berjualan di pinggir jalan raya
dan trotoar.
Informasi berkenaan dengan sikap petugas Satpol PP Kota Serang jika
terjadi bentrokan atau kericuhan dengan PKL di kawasan Pasar Royal yang
sedang dilakukan penertiban, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku
Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Jika bentrokan itu terjadi kami arahkan agar petugas menghindari adanya tindakan memukul PKL karena tindakan itu dapat di pidanakan dan membuat kesan buruk bagi Satpol PP Kota Serang
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Kita akan menangkap pihak yang menjadi provakator karena bentrokan itu sebenarnya dipicu sama oknum provokator saja
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Biasanya bentrokan itu terjadi karena adanya PKL yang memprokasi PKL lainnya untuk melawan petugas yang kami prioritaskan untuk ditangkap, memecah kerumunan kelompok dengan terus menekan PKL sampai terpecah konsentrasinya, melawan balik jika mendapatkan kekerasan, memisahkan PKL yang melakukan perlawanan dengan yang tidak dan lain sebagainya sampai keadaan menjadi tenang
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Bentrokan dengan PKL itu umumnya cuma perlawanan PKL yang tidak mau barang jualannya, kayak gerobak, kotak rokok, dan barang lainnya, terus sama aksi dorong-dorongan aja antara PKL dengan petugas, kalau aksi pukul-pukulan jarang terjadi, kecuali waktu pengamanan aksi demonstrasi baru suka terjadi kayak begitu
92
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Biasanya mereka mengikuti prosedurnya, yang pasti mereka dilarang untuk memulai pemukulan. Kalau dorong-dorongan atau tarik-tarikan barang sitaan mereka masih diperbolehkan
Tanggapan yang disampaikan oleh Asep selaku PKL Penjual Makanan
Minuman di Badan Jalan menyatakan :
Memang waktu ada kericuhan ya mereka suka ngotot-ngototan begitu, lagi pula mau bagaimanapun tetap kita juga yang salah jadi paling kita cuma sedih aja melihat barang kita diangkut
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Hampir semua PKL yang ada di sini itu PKL yang dulunya pernah diangkut barang jualannya, cuma mereka bikin lagi yang lebih kecil lagi, misal gerobak biar gampang disimpan dan dibawa kabur saat penertiban
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Seringnya mereka diam saja, tapi sambil ngambil atau menyita barang jualan kita atau sambil ngerubuhin bangunan yang kita bangun, kayak punya saya. Dulunya saya bikin tertutup penuh sekarang saya bikinnya setengah tertutup biar gampang dipindahinnya juga, jadi kalau dengar ada penertiban kita udah mindahin dulu lapak kita ke tempat yang aman, kan kita juga bayar sama oknum Satpol PP Kota Serang itu, tapi ya sekedar timbal baliknya dia (oknum) ngasih info terkait jadwal penertiban di pasar royal ini
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa apabila terjadi bentrokan maka petugas Satpol PP
Kota Serang diarahkan untuk menghindari tindakan kekerasan, seperti memukul
PKL, oknum PKL yang memprokasi PKL lainnya untuk melawan petugas yang
93
kami prioritaskan untuk ditangkap, memecah kerumunan kelompok dengan terus
menekan PKL sampai terpecah konsentrasinya, melawan balik jika mendapatkan
kekerasan, memisahkan PKL yang melakukan perlawanan dengan yang tidak dan
lain sebagainya sampai keadaan menjadi tenang dan kondusif kembali.
Informasi berkenaan dengan status dari aset (gerobak,barang jualan) milik
PKL yang diangkut/dibawa petugas Satpol PP Kota Serang saat pelaksanaan
penertiban PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi
selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Barang PKL itu kami sita dan bisa diambil lagi sama PKL bersangkutan dengan membuat kesepakatan dan membayar denda tertentu
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Ya memang barang PKL yang didapetin dari hasil penertiban itu kami bawa ke kantor Satpol PP Kota Serang. Bagi PKL yang ingin mengambil kembali barang-barangnya bisa dilakukan setelah bayar denda dan membuat perjanjian untuk tidak kembali berjualan yang melanggar peraturan yang berlaku, khususnya berjualan di jalan dan trotoar
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Statusnya milik PKL, kita cuma sita aja. Jadi barang bisa diambil lagi sama PKL di kantor setelah membayar denda, besarnya bervariasi mulai dari Rp. 200.000 sampai 500.000 tergantung barang yang kami sita. Terus PKL yang sudah kita data kita buatkan perjanjian berupa surat pernyataan untuk tidak kembali berjualan di jalan dan trotoar. Apabila nanti didapati mereka kembali saat penertiban berikutnya maka barang yang kita sita tidak akan dikembalikan atau dihancurkan di tempat atau dihancurkan di gudang penyimpanan Satpol PP Kota Serang
94
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Barang yang disita bisa diambil balik sama PKL nya setelah dipenuhi semua ketentuannya
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Barang yang disita bisa diambil lagi sama PKL ke kantor Satpol PP Kota Serang, tapi bayar denda
Tanggapan yang disampaikan oleh Asep selaku PKL Penjual Makanan
Minuman di Badan Jalan menyatakan :
Bisa diambil lagi setelah kita bayar denda dan buat pernjanjian untuk tidak jualan lagi di pingir jalan raya
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Memang bisa ditebus lagi barang yang disita tapi kita harus bayar denda begitu, besarnya beda-beda tapi minimal Rp. 200.000 sampai 750.000
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Bisa diambil lagi cuman kita harus bayar denda dan bikin surat pernyataan supaya tidak mengulangi berjualan di trotoar lagi
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa barang dagangan milik PKL yang terkena tindakan
penertiban di sita dan dapat diambil kembali oleh PKL setelah yang bersangkutan
membuat kesepakatan dan membayar sejumlah denda tertentu.
95
Informasi berkenaan dengan hal-hal apa saja yang dikeluhkan oleh PKL dari
pelaksanaan penertiban kawasan Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman
Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Keluhan PKL umumnya kenapa setelah ditertibkan itu PKL tidak disediakan atau diarahkan ke tempat lain untuk bisa berjualan. Paling yang kita serap untuk masukan Pemerintah Kota Serang untuk penanganan PKL itu dengan cara menyediakan lokasi khusus untuk berjualan. Salah satu contohnya itu PKL boleh berjualan di sekitar area Stadion Serang yang waktunya mulai dari jam 4 sore sampai jam 12 malam, di sana juga banyak PKL yang main di permainan anak seperti odong-odong (komedi putar mobil anak), permainan rumah balon dan lain sebagainya
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Mereka (PKL) menganggap kalau pemerintah tidak memperhatikan nasib rakyat kecil, seperti PKL yang mencari nafkah. Padahal pemerintah tidak melarang mencari nafkah, karena yang dilarang itu kegiatannya dalam rangka mencari nafkah dengan melanggar peraturan yang berlaku
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Maunya PKL itu kalau ada penertiban sih boleh-boleh saja dilakukan, tapi jangan sampe nyita barang jualan mereka karena kalau disita mereka tidak bisa berjualan lagi
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Kalau yang saya rasain selama ini mereka cuma pengen petugas Satpol PP Kota Serang waktu pelaksanaan penertiban begitu tidak langsung maen angkut barang jualan mereka, diberikan pengertian dulu terus dibiarkan untuk PKL bawa barang jualan
96
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Keluhannya biar tidak langsung digusur begitu saja, katanya mereka rela bayar retribusi biar tidak terkena kegiatan penertiban
Tanggapan yang disampaikan oleh Asep selaku PKL Penjual Makanan
Minuman di Badan Jalan menyatakan :
Penertibannya kenapa harus jualan kami harus disita, kadang kalau yang pakai gerobak itu ketika mau diambil ada yang rusak karena waktu diangkut paksa itu, jadi hitungannya kitanya rugi tiga kali lipat sebab harus nanggung perbaikan gerobak yang rusak, bayar denda dan rugi tidak ada penghasilan karena tidak bisa berjualan
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Keluhannya itu kita kebanyakan di kasih surat peringatan supaya jangan jualan lagi di jalan atau trotoar, jadi karena seringnya sampai kita bosan sendiri karena tidak ngasih solusi sama kita. Jadi kebanyakan dari kita akhirnya bikin paguyuban sebagai naungan pedagang kaki lima yang ada di pasar royal ini supaya kalau ada hal-hal seperti penertiban kita bisa lebih aman karena ikut paguyuban
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Kita minta supaya dikenakan biaya retribusi harian, kan setiap hari juga kita bayar uang kebersihan sama oknum dari dinas kebersihan sebesar Rp. 1.000 tapi tidak pakai kwitansi. jadi kalau mau dihitung setiap bulan kita ngeluarin uang sebesar Rp. 30.000, dan uang jatah preman Rp. 1.000 perhari, dan biaya lainnya
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa keluhan PKL umumnya diantaranya setelah
ditertibkan PKL tidak disediakan atau diarahkan ke tempat lain untuk bisa
97
berjualan. Paling yang kita serap untuk masukan Pemerintah Kota Serang untuk
penanganan PKL itu dengan cara menyediakan lokasi khusus untuk berjualan.
Salah satu contohnya itu PKL boleh berjualan di sekitar area Stadion Serang yang
waktunya mulai dari jam 4 sore sampai jam 12 malam untuk pemindahan
sementara dari PKL yang berjualan di kawasan pasar royal dan alun-alun
Kota Serang.
Informasi berkenaan dengan pemilik pertokoan melakukan pengaduan atau
keluhan kepada petugas Satpol PP Kota Serang terkait keberadaan PKL yang
berjualan di lokasi pertokoannya, hasil wawancara dengan Aceng selaku
Pedagang Ritel Produk Elektronik mengatakan :
Ya kita memberi tahu ke PKL, keluhannya itu karena PKL waktu jualan menggunakan trotoar bikin konsumen yang mau ke toko tidak jadi karena jalannya sempit, kadang suka dipakai nongkrong sama teman-temannya jadi menghalangi konsumen yang tadinya mau masuk justru tidak jadi dan pindah ke toko lainnya
Tanggapan yang disampaikan oleh Agung Wijaya selaku Pedagang Ritel
Produk Kusen menyatakan :
Sudah bosan bikin pengaduan tapi tidak ada respon dari petugas Satpol PP Kota Serang untuk mentertibkan PKL yang saya adukan tersebut tapi tidak ada tindak lanjutnya
Informasi berkenaan dengan respon petugas Satpol PP Kota Serang atas
pengaduan atau keluhan dari pemilik pertokoan terkait keberadaan PKL yang
berjualan di lokasi pertokoannya, hasil wawancara dengan Aceng selaku
Pedagang Ritel Produk Elektronik mengatakan sampai sekarang ini tidak ada
kegiatan penertiban PKL di pasar royal.
98
Tanggapan yang disampaikan oleh Agung Wijaya selaku Pedagang Ritel
Produk Kusen menyatakan :
Tidak ada tindak lanjut dari pengaduan saya selaku pihak yang dirugikan secara langsung dari keberadaan PKL
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa pedagang ritel yang mengadukan keluhannya
kepada Satpol PP Kota Serang menilai tidak ada tindak lanjut dari pengaduan
selaku pihak yang dirugikan secara langsung dari keberadaan PKL karena
berjualan di depan pelataran toko sehingga mengganggu kegiatan usaha dari
pemilik ritel.
Berdasarkan hasil wawancara terkait indikator pelaksanaan penertiban
Pedagang Kaki Lima dari informan penelitian, peneliti memperoleh temuan yang
dinilai menjadi kelemahan diantaranya terkait waktu pelaksanaan penertiban PKL
yang cukup jarang dilakukan, bahkan berdasarkan informasi informan diketahui
pelaksanaan penertiban PKL di kawasan Pasar Royal pada bulan Juli. Dengan
kata lain, saat dilakukan wawancara yang berlangsung di bulan November peneliti
mendapatkan temuan pelaksanaan penertiban dilakukan 1 kali dalam 3 bulan.
Sikap petugas dalam melakukan penertiban pun dinilai masih harus
ditingkatkan kembali. Hal ini mengingat petugas Satpol PP Kota Serang saat
melakukan penertiban kurang persuasif terhadap PKL karena langsung
mengambil barang-barang jualan milik PKL tanpa diawali dengan pembicaraan
atau komunikasi dengan PKL. Artinya ketika petugas Satpol PP Kota Serang
mendatangi lokasi PKL, mereka langsung menyita aset jualan PKL seperti
99
gerobak, barang-barang jualan serta merubuhkan tempat berjualan PKL seperti
gubuk semi permanen.
Adanya pemberian denda bagi PKL yang ingin mengambil aset dan barang
jualan dianggap memberatkan PKL. Hal ini mengingat adanya sejumlah uang
yang harus dibayarkan, berkisar Rp. 200.000 sampai Rp. 750.000 dianggap
memberatkan para PKL. Selain itu, terkadang ditemukan kondisi aset PKL, seperti
gerobak yang kondisinya rusak akibat pengangkutan barang saat penertiban.
Kondisi ini dianggap membuat PKL mengalami kerugian yang besar.
Selain itu, respon Satpol PP Kota Serang atas pengaduan dari pedagang ritel
yang memiliki toko di kawasan pasar royal tidak pernah direspon secara langsung
atas keluhannya dari keberadaan PKL yang menggunakan trotoar sehingga
mengganggu kegiatan usaha pedagang ritel karena menghalangi pandangan
konsumen atas tokonya serta menghalangi konsumen yang ingin masuk ke
tokonya. Dengan kata lain, pengaduan dari pedagang ritel atas gangguan yang
ditimbulkan dari PKL tidak mendapatkan respon langsung dari Satpol PP Kota
Serang sebagaimana yang diharapkan.
Temuan yang dinilai menjadi keunggulan diantaranya terkait dengan
kejelasan objek penertiban, yaitu masyarakat yang secara individu yang
melanggar peraturan daerah lainnya, dalam hal ini PKL yang menyalahgunakan
fungsi sarana prasarana publik untuk lokasi berjualan.
100
2. Koordinasi Penegakkan Peraturan Daerah Dengan Instansi Lain
Terkait Penertiban Pedagang Kaki Lima
Informasi berkenaan dengan pihak yang terlibat pelaksanaan penertiban
PKL di Kota Serang, diantaranya PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara
dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Untuk penertiban biasanya kita tidak melibatkan pihak-pihak lain, kita melaksanakan sendiri karena memang tugas utama Satpol PP Kota Serang, paling kita berkoordinasi dengan pihak pengelola pasar kalau itu PKL nya berlokasi di sekitar area pasar
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Yang terlibat itu Satpol PP Kota Serang, kalau pun penertibannya di lokasi PKL yang berdekatan dengan pasar, seperti di kawasan Pasar Royal kita melibatkan pihak pengelola pasar
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Hanya Satpol PP Kota Serang yang terlibat, untuk pihak lainnya tidak ada yang dilibatkan, kecuali pengelola pasar yang apabila penertibannya di lokasi pasar
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Selama ini saya sama teman-teman Satpol PP Kota Serang aja yang melaksanakan penertiban PKL
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa penertiban PKL tidak melibatkan pihak-pihak lain,
kita melaksanakan sendiri karena memang tugas utama Satpol PP Kota Serang,
101
apabila berkoordinasi hanya dilakukan dengan pihak pengelola pasar kalau lokasi
PKL nya berlokasi di sekitar area pasar.
Informasi berkenaan dengan hal-hal apa saja yang dikoordinasikan dengan
pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penertiban PKL di Kota Serang,
diantaranya PKL di kawasan Pasar Royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi
selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Koordinasinya terkait kita minta pengelola pasar royal untuk memberikan peringatan bahwa PKL harus berjualan di lokasi yang sudah ditentukan oleh pengelola pasar, tidak jualan di jalan dan trotoar
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Kita minta kepada pihak pengelola itu untuk selalu menghimbau PKL agar tidak menggunakan sarana publik sebagai lokasi jualan
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Biasanya koordinasi terkait ada penambahan atau pengurangan jumlah PKL nya sama kendala yang dialami oleh pengelola pasar saat melakukan ajakan atau himbauan untuk tidak jualan di lokasi-lokasi yang dilarang berjualan
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan kalau itu saya kurang tau pasti.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa koordinasinya terkait pengelola pasar royal diminta
untuk memberikan peringatan kepada PKL untuk berjualan di lokasi yang sudah
ditentukan, tidak berjualan di jalan dan trotoar, ada tidaknya penambahan atau
pengurangan jumlah PKL dan kendala pengelola pasar dalam menghimbau PKL.
102
Berdasarkan hasil wawancara terkait indikator koordinasi penegakkan
peraturan daerah dengan instansi lain terkait penertiban Pedagang Kaki Lima dari
informan penelitian, peneliti memperoleh temuan yang dinilai menjadi kelemahan
diantaranya terkait koordinasi yang dilakukan kurang optimal karena hanya
mengandalkan kepada komunikasi melalui perangkat telepon saja, namun tidak
melakukan pertemuan atau rapat yang terjadwal.
Koordinasi yang hanya dilakukan kepada pengelola pasar, salah satunya
pengelola Kawasan Pasar Royal. Padahal dalam pelaksanaan penertiban, juga
memunculkan resiko kerusuhan atau tindakan yang mengarah kepada
pengrusakan sehingga keberadaan dari aparat penetidak hukum, yaitu unsur
kepolisian sangat diperlukan namun ternyata dalam pelaksanaan Satpol PP Kota
Serang tidak melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian dalam rangka
menjamin keamanan dari pelaksanaan penertiban Pedagang Kaki Lima di
kawasan Pasar Royal.
Selain itu, diketahui pula bahwa adanya kegiatan penertiban PKL akan
menimbulkan permasalahan baru, yakni meningkatnya jumlah angka
pengangguran karena PKL yang semula dapat bekerja dengan cara berjualan
akhinya setelah penertiban tidak dapat lagi bekerja. Dengan kata lain, adanya
tindakan penertiban seharusnya memiliki konsekuensi pelaksanaan kebijakan lain
untuk penanganan PKL, yakni dengan melaksanakan relokasi. Namun sampai
dengan saat ini, PKL yang ditertibkan tidak pernah mendapatkan relokasi atau
lokasi berjualan yang baru yang diizinkan oleh Pemerintah Kota Serang. Sehingga
penertiban PKL yang dilakukan di suatu lokasi tertentu tidak akan pernah
103
menyelesaikan permasalahan penyalahgunaan fungsi sarana prasarana publik,
seperti jalan dan trotorar sebagai bentuk pelanggaran peraturan daerah, karena
PKL yang ditertibkan akan mencari lokasi baru untuk kembali berjualan yang
menggunakan sarana prasarana publik, jalan dan trotoar.
4.3.3 Pengawas Kebijakan (Direct Role)
Dimensi pengawas kebijakan (direct role) merupakan deskripsi dimensi
variabel penelitian yang bersumber dari teori peran menurut Jones. Dalam direct
role, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi
Pamong Praja, Pasal 5 ayat 2,3, dan 4 menyatakan Satpol PP mempunyai fungsi
pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan
menaati Perda dan peraturan Kepala Daerah.
Indikator wawancara merupakan deskripsi dimensi variabel penelitian yang
bersumber dari teori peran menurut Jones indikatornya meliputi, (1) pengawasan
melalui koordinasi dengan pengelola pasar royal, dan (2) pengawasan melalui
inspeksi langsung kepada Pedagang Kaki Lima (PKL).
1. Pengawasan Melalui Koordinasi Dengan Pengelola Pasar Royal
Informasi berkenaan dengan cara apa petugas Satpol PP Kota Serang
melakukan koordinasi dengan pihak pengelola pasar royal, seberapa sering
dilakukannya koordinasi tersebut, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku
Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Biasanya lewat telepon saja, kan sekarang zaman sudah canggih jadi tidak perlu datang langsung. Adapun persuratan tetap kami lakukan untuk memenuhi aturan yang berlaku terkait pelaksanaan penertiban
104
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Koordinasinya lewat telepon dan tergantung jadwal penertibannya, kalau lagi tidak ada jadwalnya ya kita paling chattingan dengan wa (aplikasi pesan instanst what’s up messenger)
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Paling saya langsung telepon ke pengelola pasarnya kalau kita mau turun petugas di sana untuk penertiban
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan itu bukan tugas saya jadi tidak bisa menjelaskannya.
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan koordinasinya melalui telepon sama melalui surat untuk
memenuhi formalitas pelaporan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa kegiatan koordinasi antara Satpol PP Kota Serang
dengan pengelola Pasar Royal dilakukan melalui telepon dan koordinasi apabila
ada jadwal penertiban di kawasan Pasar Royal.
Informasi berkenaan dengan hal-hal yang dikoordinasikan dengan pihak
pengelola Pasar Royal terkait kendala dalam kegiatan koordinasi, hasil wawancara
dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Hampir sama kayak yang saya jelasin sebelumnya, kalau koordinasinya terkait waktu pelaksanaan penertiban sama target objek penertibannya
105
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan waktu pelaksanaan, jumlah personil dan target objek
penertibannya.
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Saya koordinasi berkenaan dengan waktu pelaksanaan penertiban itu, jumlah personil dan peralatan yang dibawa, target PKL yang akan ditertibkan
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan saya kurang tahu soal tersebut.
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Umumnya kepada waktu pelaksanaan penertiban, jumlah personil dan target objek penertibannya. Tapi itu juga jarang dilakukan penertibannya
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa koordinasi yang dilakukan berkenaan dengan
waktu pelaksanaan penertiban itu, jumlah personil dan peralatan yang dibawa,
target PKL yang akan ditertibkan.
Informasi berkenaan dengan apa saja kendala atau hambatan dari koordinasi
dengan pengelola pasar royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku
Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Biasanya perilaku PKL yang tidak perduli dengan himbauan atau peringatan dari pengelola pasar royal sekalipun. Sekarang di kasih tahu jangan jualan di jalan, paling bisa bertahan beberapa hari saja terus akhirnya mereka turun kembali berjualan di jalan
106
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Paling kepada alasan PKL kenapa mereka jualannya pindah lagi ke jalan atau trotoar jalan karena alasan klasik, si pembeli jarang yang mau masuk pasar dan lebih suka beli di pinggir jalan karena lebih praktis begitu
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Kendalanya PKL sulit diberikan peringatan, karena mereka menganggap dengan membayar sejumlah uang retribusi pasar setiap harinya mereka punya hak untuk berjualan di lokasi yang menurut mereka paling strategis
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Yang saya sering dengar lebih kepada kebiasan PKL yang susah di ajak untuk tidak berjualan di jalan atau trotoar
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Sulaiman selaku Kepala Pengelola
Pasar Royal mengatakan :
Tidak ada kendala berarti, tapi baiknya memang petugas Satpol PP Kota Serang juga koordinasi dengan mengunjungi kami selaku pengelola pasar royal agar mengetahui persis kondisi dan harapan PKL nya secara langsung
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa hambatannya terkait dengan perilaku PKL yang
tidak perduli dengan himbauan atau peringatan dari pengelola pasar royal
sekalipun. Meski sudah diberitahu untuk tidak berjualan di pinggir jalan, trotoar
itu hanya bertahan beberapa hari saja dan seterusnya mereka kembali turun
berjualan di jalan raya dan trotoar.
107
Berdasarkan hasil wawancara terkait indikator pengawasan melalui
koordinasi dengan pengelola pasar royal terkait penertiban Pedagang Kaki Lima
dari informan penelitian, peneliti memperoleh temuan yang dinilai menjadi
kelemahan diantaranya terkait koordinasi yang dilakukan kurang optimal karena
hanya mengandalkan kepada komunikasi melalui perangkat telepon saja, namun
tidak melakukan pertemuan atau rapat yang terjadwal.
Selain itu, koordinasi yang dilakukan cenderung hanya meminta pengelola
pasar royal untuk selslu memberikan himbauan dan meneruskan surat peringatan
dari Satpol PP Kota Serang kepada para PKL di kawasan pasar royal untuk tidak
menggunakan trotoar dan badan jalan sebagai lokasi berjualan, tapi Satpol PP
Kota Serang saat melakukan patroli rutin harian yang selalu melintasi kawasan
pasar royal tidak mau turun secara langsung untuk memberikan himbauan kepada
PKL secara langsung. Hal ini yang kemudian dinilai mengurangi kredibilitas dari
Satpol PP Kota Serang dalam sudut pandang PKL karena dinilai tidak sepenuh
hati dalam melaksanakan penataan PKL serta mengurangi serapan informasi
berkaitan dengan keluhan dan harapan dari PKL kepada pemerintah kota serang
melalui Satpol PP Kota Serang.
2. Pengawasan Melalui Inspeksi Langsung Kepada Pedagang Kaki Lima
Informasi berkenaan dengan apakah Petugas Satpol PP Kota Serang
melakukan pengawasan secara langsung (inspeksi langsung) kepada PKL, apa
saja yang dibicarakan kepada para PKL, hasil wawancara dengan Maman Lutfi
selaku Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
108
Betul, kita selalu melakukan patroli rutin sebagai bentuk pengawasan langsung dan berkelanjutan dalam upaya penegakkan Perda
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Ya, Satpol PP Kota Serang melakukan pengawasan langsung melalui kegiatan patroli setiap harinya ke lokasi-lokasi yang dijadwalkan pada setiap bulannya
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Setiap hari saya dan tim petugas Satpol PP Kota Serang yang saya pimpin selalu berpatroli sesuai agenda jadwal bulanan. Apabila kami mendapati PKL di lokasi-lokasi strategis seperti di pinggir jalan dan trotoar yang ramai lalu lintasnya kita usahakan untuk memberikan himbauan agar tidak berjualan di lokasi tersebut
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan memang itulah kerjaan saya sama petugas lainnya.
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Asep selaku PKL Penjual
Makanan Minuman di Badan Jalan mengatakan :
Ya mereka dari Petugas Satpol PP Kota Serang sering lewat pasar royal untuk patroli rutin setiap hari
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Setiap hari mobil Satpol PP Kota Serang selalu melewati pasar royal dan sering berhenti di alun-alun Kota Serang. Tapi jarang berhenti untuk memberikan himbauan secara langsung kepada PKL
109
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Memang pekerjaan harian mereka patroli rutin yang sering lewatin pasar royal tapi jarang berhenti di sini dan jarang juga bicara atau ngobrol untuk sekedar memberikan himbauan supaya tidak jualan lagi, tau-tau kita (PKL) dapet surat peringatan aja
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa Satpol PP Kota Serang melakukan pengawasan
langsung melalui kegiatan patroli setiap harinya ke lokasi-lokasi yang dijadwalkan
pada setiap bulannya. Meski melakukan patroli, ternyata petugas Satpol PP Kota
Serang tidak memberikan himbauan kepada PKL secara langsung untuk tidak
berjualan di badan jalan dan trotoar.
Informasi berkenaan dengan seberapa sering Petugas Satpol PP Kota Serang
melakukan pengawasan secara langsung (inspeksi langsung) kepada PKL, berapa
kali dalam tiap minggu/bulan, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku
Kepala Satpol PP Kota Serang mengatakan :
Patroli rutin dilaksanakan setiap hari karena itu merupakan tugas pokok dari petugas Satpol PP Kota Serang
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan setiap hari kita laksanain patroli.
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Tiap hari itu selalu patroli, kecuali ada kegiatan lain yang membutuhkan Satpol PP Kota Serang baru kita tidak ngelaksanain patroli rutin
110
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan ya kerjaan setiap hari patroli.
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Asep selaku PKL Penjual
Makanan Minuman di Badan Jalan mengatakan setiap hari mereka pengawasan
langsung walaupun sekedar numpang lewat.
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan setiap hari mereka selalu patroli,
biasanya jam 10an dan jam 3-4an.
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan seperti yang dibilang tadi itu, sering lewat patroli
setiap hari.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa kegiatan patroli rutin dilaksanakan setiap hari
karena itu merupakan tugas pokok dari petugas Satpol PP Kota Serang meski ada
kekurangannya, yakni sekedar melintasi lokasi yang padat PKL nya namun tanpa
memberikan himbauan secara langsung.
Informasi berkenaan dengan manfaat apa yang diperoleh Satpol PP Kota
Serang dan manfaat yang diperoleh PKL di kawasan pasar royal dari
dilakukannya pengawasan secara langsung (inspeksi langsung) tersebut, hasil
wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota Serang
mengatakan :
Banyak sekali manfaatnya, tapi yang utama meminimalisir pelaku pelanggaran Perda, khususnya pelanggaran yang dilakukan oleh PKL
111
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Manfaatnya seperti PKL jadi takut untuk berjualan di pinggir jalan atau trotoar setelah diberikan himbauan sama petugas, fungsi jalan raya jadi optimal karena seluruh badan jalan dapat digunakan oleh pengendara, trotoar bisa dipakai sama pejalan kaki, lingkungan di sepanjang jalan tidak kumuh dan sebagainya
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan jalan raya dan trotoar bisa digunakan
masyarakat sebagaimana mestinya.
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan pengurangan jumlah PKL yang berjualan di jalan dan
trotoar.
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Asep selaku PKL Penjual
Makanan Minuman di Badan Jalan mengatakan tidak ada manfaatnya karena
cuma sekedar lewat saja.
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Kita (PKL) tidak ngerasain manfaat langsung dari kegiatan patroli rutin mereka, sebab mereka juga tidak pernah memberikan himbauan sama kita secara langsung, jadi seperti ada pemisah antara aparat pemerintah begitu dengan rakyatnya
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Belum jelas manfaatnya dari patroli itu ke PKL, tapi kalau patroli itu kan memang kayaknya semacam jadwal kerja rutin Satpol PP
112
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa manfaatnya seperti PKL jadi takut atau tidak
berani berjualan di pinggir jalan atau trotoar. Hal tersebut dapat terjadi apabila
petugas Satpol PP Kota Serang sudah memberikan himbauan kepada PKL karena
dalam pelaksanaannya petugas tidak memberikan himbauan kepada PKL secara
langsung.
Informasi berkenaan dengan apa saja kendala atau hambatan pengawasan
secara langsung (inspeksi langsung) yang dilakukan saat ini, baik yang berasal
dari petugas Satpol PP Kota Serang dan yang berasal dari PKL di kawasan pasar
royal, hasil wawancara dengan Maman Lutfi selaku Kepala Satpol PP Kota
Serang mengatakan :
Kendalanya ada banyak, tapi tidak berpengaruh kepada kinerja petugas selama ini. Kalau kendala dari PKL itu lebih ke perilaku mereka yang susah diberikan peringatan, bahkan ada beberapa juga PKL yang meskipun sudah pernah kita sita barangnya terus tetap jualan lagi dengan barang jualan yang baru, perilaku masyarakat yang gemar berbelanja di pinggir jalan di banding belanja di toko karena mungkin pertimbangan harga, upaya penanganan PKL yang terkesan setengah-setengah, karena pemerintah melalui Satpol PP Kota Serang hanya mengandalkan tindakan penertiban untuk menghapuskan PKL namun tidak menyediakan relokasi atau tempat berjualan yang disediakan khusus PKL sehingga PKL setelah ditertibkan memiliki lokasi baru yang legal untuk lokasi baru mereka jualan, walaupun terkendala dengan kebutuhan dana yang besar dan belum menjamin PKL akan tetap menggunakan lokasi baru yang disediakan pemerintah
Tanggapan yang disampaikan oleh Zainal selaku Kepala Seksi Operasi dan
Pengendalian menyatakan :
Ya kita minim kendaraan operasional untuk melakukan patroli, jumlah petugas yang minim dan harus dibagi ke beberapa tim, kurangnya asupan data jumlah PKL dari dinas terkait. Kendala dari PKL lebih kepada perilaku yang selalu berulang kali melanggar dengan jualan di jalan dan trotoar karena alasan kebutuhan hidup keluarganya dan masih adanya oknum
113
aparatur pemerintah yang memungut iuran dari PKL dengan timbal balik informasi terkait jadwal penertiban dan sebagainya
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Asdi Suparya selaku Komandan
Regu Penertiban PKL yang menyatakan :
Kendalanya lebih kepada jumlah personil yang ada masih minim dan itu pun harus dibagi-bagi menurut seksinya masing-masing. Selain itu, jadwal kerja harian yang harus turun lapangan membuat resiko stres petugas makin tinggi sehingga berpotensi menyebabkan sikap petugas dalam bertugas seperti penertiban itu lebih bersikap agresif. Adapun kendala dari PKL ya kita semua tahu, karena alasan kebutuhan hidup mereka berjualan di jalan dan di lokasi lain yang melanggar peraturan dan penanganan PKL yang menurut saya bersifat temporer, karena setelah ditertibkan tidak ada tindakan lain untuk menangani PKL tersebut sehingga potensi PKL tersebut berjualan kembali sangat tinggi atau munculnya PKL yang baru karena berbagai faktor. Hal yang patut jadi perhatian juga terkait PKL yang berjualan di pinggir jalan dengan menggunakan mobil pribadi itu juga menjadi tren PKL yang baru dan potensi menimbulkan masalah yang sama seperti PKL lainnya
Pendapat lainnya diutarakan oleh Mulya selaku Petugas Satpol PP Kota
Serang dengan mengatakan :
Kalau dari unsur Satpol PP Kota Serang kendala lebih ke jumlah petugasnya harus ditambah, kendaraan operasional untuk patroli dan kendaraan truk pengangkutan barang sitaan perlu di tambah, jam kerja yang terlalu padat bahkan pindah tugas secara mendadak sangat berpengaruh terhadap fisik dan mental petugas. Kendala dari PKL itu cuma satu, tetap berjualan karena perilakunya yang memang tidak takut melanggar peraturan
Selain itu, tanggapan yang diperoleh dari Asep selaku PKL Penjual
Makanan Minuman di Badan Jalan mengatakan :
Kendala dari petugas itu tidak mau memberikan himbauan langsung, mereka selalu mengandalkan surat untuk ngasih pemberitahuan yang itu juga sifatnya sudah berupa surat peringatan
114
Tanggapan lainnya dikemukakan oleh Deny Setyadi selaku PKL Penjual
Pakaian di Badan Jalan yang menyatakan :
Petugas Satpol PP Kota Serang kelihatannya melaksanakan penertiban itu sekedar formalitas saja, sebab mereka patroli rutin dan melewati lokasi kita berjualan setiap hari tapi tidak pernah memberikan himbauan sama PKL
Pendapat lainnya diutarakan oleh Zaenuri selaku PKL Penjual Plat Nomor
di Trotoar dengan mengatakan :
Tidak adanya komunikasi secara langsung yang dilakukan petugas Satpol PP Kota Serang kepada PKL dan rutinitas patroli hanya sebagai formalitas
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa kendala dari unsur Satpol PP Kota Serang lebih
kepada minimnya jumlah petugas Satpol PP Kota Serang, minimnya kendaraan
operasional untuk patroli dan kendaraan truk pengangkutan barang sitaan, jam
kerja yang terlalu padat bahkan pindah tugas secara mendadak sangat berpengaruh
terhadap fisik dan mental petugas. Sedangkan kendala dari PKL lebih kepada
perilaku PKL yang tidak takut melanggar peraturan, seperti berjualan di pinggir
jalan dan trotoar.
Berdasarkan hasil wawancara terkait indikator pengawasan melalui inspeksi
langsung kepada Pedagang Kaki Lima dari informan penelitian, peneliti
memperoleh temuan yang dinilai menjadi kelemahan diantaranya terkait kegiatan
patroli rutin yang dilaksanakan oleh Satpol PP Kota Serang hanya menjadi
kegiatan formalitas semata. Hal ini mengingat kegiatan patroli tersebut yang
setiap hari dilakukan, dimana mobil Satpol PP Kota Serang yang selalu melintasi
115
sepanjang jalan pasar royal tidak pernah berhenti untuk memberikan himbauan
atau memberikan surat peringatan langsung kepada PKL.
Selain itu, Satpol PP Kota Serang juga tidak dapat melakukan komunikasi
yang baik dengan PKL apabila melakukan kegiatan patroli rutin. Hal ini
mengingat petugas Satpol PP Kota Serang yang tidak pernah turun dari mobil
patroli untuk mendatangi langsung PKL yang sedang berjualan di badan jalan,
trotoar hingga petugas parkir ilegal untuk diberikan himbauan, ajakan, saran untuk
tidak berjualan di lokasi yang dilarang. Hal ini yang kemudian menyebabkan
penilaian yang kurang baik atau sikap antipati dari PKL kepada Satpol PP Kota
Serang yang dinilai hanya sekedar bekerja, khususnya pelaksanaan penertiban jika
ada kepentingan seperti ada kunjungan dari pejabat pemerintah pusat dan hal lain
sebagainya.
Tidak adanya himbauan dari petugas Satpol PP Kota Serang secara
langsung menyebabkan PKL tidak dapat menyampaikan keluhan, kritik dan
sarannya kepada Satpol PP Kota Serang. Sebab PKL ingin mendapatkan perhatian
dan harapannya diserap oleh Satpol PP Kota Serang sebagai aparatur pemerintah
Kota Serang yang memiliki kewajiban untuk mendengarkan keluhan warga
masyarakatnya demi tercapainya kepentingan bersama, dimana PKL tidak lagi
berjualan dengan cara yang melanggar hukum seperti berjualan di jalan raya,
trotoar dan sarana prasarana publik lainnya.
116
4.4 Pembahasan
Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh hampir semua pemerintah
daerah di Indonesia diantaranya adalah fenomena Pedagang Kaki Lima (PKL).
Sutrisno (2016) mengemukakan fenomena PKL kini seakan-akan menjadi
masalah sosial ekonomi yang tumbuh berkembang sebagai akibat dari rendahnya
kualitas sumber daya manusia, terbatasnya lapangan pekerjaan, ketatnya
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, biaya hidup yang tinggi, pendapatan
yang rendah dan faktor lainnya sebagainya menstimulasi pertumbuhan PKL pada
setiap daerah, tidak terkecuali di Kota Serang.
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL), Pasal 1 ayat 8 menyatakan PKL
adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan
sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota,
fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Kota dan atau swasta baik yang sementara atau
menetap. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa PKL adalah seseorang yang
melakukan usaha perdagangan atau berjualan dengan menggunakan sarana
prasarana publik yang umumnya di pinggir jalan raya, di jalur trotoar, di halte bus
dan di lokasi lainnya, baik yang sementara atau menetap.
Menyadari keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dapat menimbulkan
dampak negatif karena penyalahgunaan fungsi sarana dan prasarana publik serta
dapat mengurangi kebersihan, keindahan, kenyamanan dan faktor estetika lainnya
maka tindakan penataan PKL menjadi kebutuhan mutlak yang harus dilakukan.
117
Hal ini mengingat selain berdampak negatif, keberadaan PKL juga memberikan
dampak positif terkait kegiatan perekonomian rakyat atau individu yang
menjadikan PKL sebagai mata pencaharian untuk memperoleh pendapatan dan
kegiatan perekonomian daerah karena PKL merupakan rantai terakhir (pengecer)
dari komoditi produk yang dihasilkan produsen hingga dapat dikonsumsi
konsumen. Kondisi inilah yang membuat PKL hanya bisa ditangani melalui upaya
penataan PKL yang dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah.
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
(PKL), Pasal 4 ayat 2 diantaranya meliputi penghapusan lokasi PKL melalui
tindakan penertiban. Penataan PKL yang diamanatkan dalam Peraturan Daerah
tersebut menggambarkan upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan potensi
PKL melalui upaya penataan sebagai usaha perekonomian sektor informal yang
juga memberikan manfaat positif bagi pertumbuhan perekonomian daerah dan
peningkatan pendapatan masyarakat.
Dalam rangka penegakkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL), unsur utama sebagai
pelaksana di lapangan adalah Pemerintah Kota Serang. Dalam hal ini,
kewenangan tersebut diemban oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota
Serang. Upaya penataan dengan cara melaksanakan tindakan penertiban non
yustisial kepada Pedagang Kaki Lima (PKL) disebabkan adanya pelanggaran
Peraturan Daerah khususnya Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun
2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah Kota
118
Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima (PKL). Pelanggaran tersebut berupa penyalahgunaan fungsi
sarana prasarana publik, membangun bangunan, baik bangunan tetap atau
bangunan sementara di jalur yang tidak diperuntukkan mendirikan bangunan dan
mengganggu ketertiban umum, kebersihan dan keindahan daerah di Kota Serang.
Salah satu lokasi umum di Kota Serang yang menjadi tempat Pedagang
Kaki Lima (PKL) berjualan terdapat di Kawasan Pasar Royal Kecamatan Serang
Kota Serang. Lokasi tersebut merupakan lokasi strategis bagi para PKL untuk
berjualan karena kawasan tersebut merupakan kawasan perdagangan dan jasa
yang ditandai dengan banyak berdirinya gedung pertokoan dan ritel lainnya dan
berdekatan dengan lokasi Kantor Pemerintahan Kabupaten Serang, yakni Kantor
Bupati Serang yang juga berdekatan dengan alun-alun Serang.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, terkait Peran Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Serang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
Kawasan Pasar Royal Kota Serang Tahun 2018 dianalisis menggunakan teori
peran dari Jones, yaitu regulatory role (perencana kebijakan), enabling role
(pelaksana kebijakan) dan direct role (pengawas kebijakan) menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja terkait
penegakkan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan PKLendapatkan temuan-temuan, dimana peneliti
mengklasifikasikannya kedalam kategori keunggulan dan kelemahannya.
119
Perannya sebagai Regulatory role (perencana kebijakan), temuan yang
berkenaan dengan indikator perencanaan standar operasional prosedur dari
informan penelitian yang dinilai menjadi keunggulan berkenaan dengan
pelaksanaan tugas Satpol PP Kota Serang sudah mengikuti Standar Operasional
Prosedur yang berlaku. Hal ini ditandai dari pelaksanaan kegiatan patroli dari
petugas Satpol PP Kota Serang ke lokasi-lokasi yang sudah dijadwalkan untuk
didatangi oleh petugas serta kegiatan penertiban yang dilakukan, diantaranya
kawasan Pasar Royal sudah sesuai dengan SOP yang berlaku, seperti pelaksanaan
tahapan pemberian himbauan, pemberian surat peringatan pertama hingga ketiga
serta melakukan tindakan penertiban jika peringatan tersebut tidak dilaksanakan
oleh Pedagang Kaki Lima. Adapun peneliti tidak memperoleh temuan yang dinilai
sebagai kelemahan ditinjau dari perencanaan standar operasional prosedur yang
menjadi acuan bagi Satpol PP Kota Serang dalam melaksanakan tugasnya.
Selain itu, pada indikator perencanaan jadwal kegiatan penataan Pedagang
Kaki Lima dari informan penelitian, peneliti memperoleh temuan yang dinilai
menjadi keunggulan, meliputi: (1) Adanya jadwal kegiatan rutin atau jadwal
patroli petugas Satpol PP Kota Serang pada tiap bulannya. Hal ini membuat
lokasi-lokasi yang memiliki potensi terbesar untuk dilakukannya pelanggaran
Peraturan Daerah, seperti pelanggaran Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10
Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
(PKL) dan peraturan daerah lainnya yang dilakukan oleh masyarakat, baik secara
individu maupun kelompok dapat ditekan seoptimal mungkin, dan (2) Jadwal
120
kegiatan bulanan tersebut juga menerangkan jumlah dan siapa saja personil yang
bertugas untuk melaksanakan tugas tersebut untuk melakukan kegiatan patroli
rutin. Adapun peneliti tidak memperoleh temuan yang dinilai sebagai kelemahan
ditinjau dari perencanaan jadwal kegiatan penataan Pedagang Kaki Lima.
Indikator perencanaan target lokasi penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
dari informan penelitian, peneliti memperoleh temuan yang dinilai menjadi
keunggulan berkenaan dengan kejelasan dari target dari lokasi penataan PKL di
Kota Serang, yakni penyalahgunaan badan jalan raya dan trotoar serta sarana
prasarana publik lainnya untuk kepentingan pribadi, seperti menjadi lokasi
berjualan oleh PKL yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat luas.
Perannya sebagai enabling role (pelaksana kebijakan), temuan berkenaan
dengan pelaksanaan penertiban Pedagang Kaki Lima dari informan penelitian,
peneliti memperoleh temuan sebagai kelemahan, meliputi: (1) Waktu pelaksanaan
penertiban PKL yang cukup jarang dilakukan, bahkan berdasarkan informasi
informan diketahui pelaksanaan penertiban PKL di kawasan Pasar Royal pada
bulan Juli. Dengan kata lain, saat dilakukan wawancara yang berlangsung di bulan
November peneliti mendapatkan temuan pelaksanaan penertiban dilakukan 1 kali
dalam 3 bulan, (2) Sikap petugas dalam melakukan penertiban pun dinilai masih
harus ditingkatkan kembali. Hal ini mengingat petugas Satpol PP Kota Serang
saat melakukan penertiban kurang persuasif terhadap PKL karena langsung
mengambil barang-barang jualan milik PKL tanpa diawali dengan pembicaraan
atau komunikasi dengan PKL. Artinya ketika petugas Satpol PP Kota Serang
mendatangi lokasi PKL, mereka langsung menyita aset jualan PKL seperti
121
gerobak, barang-barang jualan serta merubuhkan tempat berjualan PKL seperti
gubuk semi permanen, (3) Adanya pemberian denda bagi PKL yang ingin
mengambil aset dan barang jualan dianggap memberatkan PKL. Hal ini
mengingat adanya sejumlah uang yang harus dibayarkan, berkisar Rp. 200.000
sampai Rp. 750.000 dianggap memberatkan para PKL. Selain itu, terkadang
ditemukan kondisi aset PKL, seperti gerobak yang kondisinya rusak akibat
pengangkutan barang saat penertiban. Kondisi ini dianggap membuat PKL
mengalami kerugian yang besar, dan (4) Respon Satpol PP Kota Serang atas
pengaduan dari pedagang ritel yang memiliki toko di kawasan pasar royal tidak
pernah direspon secara langsung atas keluhannya dari keberadaan PKL yang
menggunakan trotoar sehingga mengganggu kegiatan usaha pedagang ritel karena
menghalangi pandangan konsumen atas tokonya serta menghalangi konsumen
yang ingin masuk ke tokonya. Dengan kata lain, pengaduan dari pedagang ritel
atas gangguan yang ditimbulkan dari PKL tidak mendapatkan respon langsung
dari Satpol PP Kota Serang sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, temuan
yang diperoleh peneliti yang dinilai menjadi keunggulan diantaranya terkait
dengan kejelasan objek penertiban, yaitu masyarakat yang secara individu
melanggar peraturan daerah lainnya, dalam hal ini PKL yang menyalahgunakan
fungsi sarana prasarana publik, yaitu badan jalan dan trotoar yang dijadikan lokasi
berjualan maka akan ditertibkan oleh petugas Satpol PP Kota Serang.
Selain itu, temuan yang diperoleh dari indikator koordinasi penegakkan
peraturan daerah dengan instansi lain terkait penertiban Pedagang Kaki Lima dari
informan penelitian yang dinilai menjadi kelemahan, meliputi: (1) Koordinasi
122
yang dilakukan kurang optimal karena hanya mengandalkan kepada komunikasi
melalui perangkat telepon saja, namun tidak melakukan pertemuan atau rapat
yang terjadwal, (2) Koordinasi yang hanya dilakukan kepada pengelola pasar,
salah satunya pengelola Kawasan Pasar Royal. Padahal dalam pelaksanaan
penertiban, juga memunculkan resiko kerusuhan atau tindakan yang mengarah
kepada pengrusakan sehingga keberadaan dari aparat penetidak hukum, yaitu
unsur kepolisian sangat diperlukan namun ternyata dalam pelaksanaan Satpol PP
Kota Serang tidak melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian dalam rangka
menjamin keamanan dari pelaksanaan penertiban Pedagang Kaki Lima di
kawasan Pasar Royal, dan (3) Adanya tindakan penertiban seharusnya memiliki
konsekuensi pelaksanaan kebijakan lain untuk penanganan PKL, yakni dengan
melaksanakan relokasi. Namun sampai dengan saat ini, PKL yang ditertibkan
tidak pernah mendapatkan relokasi atau lokasi berjualan yang baru yang diizinkan
oleh Pemerintah Kota Serang melalui instansi terkait.
Perannya sebagai direct role (pengawas kebijakan), temuan berkenaan
dengan indikator pengawasan melalui koordinasi dengan pengelola pasar royal
terkait penertiban Pedagang Kaki Lima dari informan penelitian, peneliti
memperoleh temuan yang dinilai menjadi kelemahan, meliputi: (1) Koordinasi
yang dilakukan kurang optimal karena hanya mengandalkan kepada komunikasi
melalui perangkat telepon saja, namun tidak melakukan pertemuan atau rapat
yang terjadwal, dan (2) Koordinasi yang dilakukan cenderung hanya meminta
pengelola pasar royal untuk selslu memberikan himbauan dan meneruskan surat
peringatan dari Satpol PP Kota Serang kepada para PKL di kawasan pasar royal
123
untuk tidak menggunakan trotoar dan badan jalan sebagai lokasi berjualan, tapi
Satpol PP Kota Serang saat melakukan patroli rutin harian yang selalu melintasi
kawasan pasar royal tidak mau turun secara langsung untuk memberikan
himbauan kepada PKL secara langsung. Hal ini yang kemudian dinilai
mengurangi kredibilitas dari Satpol PP Kota Serang dalam sudut pandang PKL
karena dinilai tidak sepenuh hati dalam melaksanakan penataan PKL serta
mengurangi serapan informasi berkaitan dengan keluhan dan harapan dari PKL
kepada pemerintah kota serang melalui Satpol PP Kota Serang.
Selain itu, temuan pada indikator pengawasan melalui inspeksi langsung
kepada Pedagang Kaki Lima dari informan penelitian, peneliti memperoleh
temuan yang dinilai menjadi kelemahan, meliputi: (1) Kegiatan patroli rutin yang
dilaksanakan oleh Satpol PP Kota Serang hanya menjadi kegiatan formalitas
semata. Hal ini mengingat kegiatan patroli tersebut yang setiap hari dilakukan,
dimana mobil Satpol PP Kota Serang yang selalu melintasi sepanjang jalan pasar
royal tidak pernah berhenti untuk memberikan himbauan atau memberikan surat
peringatan langsung kepada PKL, (2) Satpol PP Kota Serang juga tidak dapat
melakukan komunikasi yang baik dengan PKL apabila melakukan kegiatan patroli
rutin. Hal ini mengingat petugas Satpol PP Kota Serang yang tidak pernah turun
dari mobil patroli untuk mendatangi langsung PKL yang sedang berjualan di
badan jalan, trotoar hingga petugas parkir ilegal untuk diberikan himbauan,
ajakan, saran untuk tidak berjualan di lokasi yang dilarang. Hal ini yang kemudian
menyebabkan penilaian yang kurang baik atau sikap antipati dari PKL kepada
Satpol PP Kota Serang, dan (3) Tidak adanya himbauan dari petugas Satpol PP
124
Kota Serang secara langsung menyebabkan PKL tidak dapat menyampaikan
keluhan, kritik dan sarannya kepada Satpol PP Kota Serang. Sebab PKL ingin
mendapatkan perhatian dan harapannya diserap oleh Satpol PP Kota Serang
sebagai aparatur pemerintah Kota Serang yang memiliki kewajiban untuk
mendengarkan keluhan warga masyarakatnya demi tercapainya kepentingan
bersama, dimana PKL tidak lagi berjualan dengan cara yang melanggar hukum
seperti berjualan di sarana prasarana publik.
Keberadaan Satpol PP Kota Serang dalam upaya penetidakan Peraturan
Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di Kota
Serang sangatlah vital. Oleh karena itu segala bentuk masalah atau hambatan kerja
yang telah diketahui berdasarkan hasil penelitian ini untuk segera ditangani
dengan tepat agar peran Satpol PP Kota Serang sebagai Regulatory Role
(perencana kebijakan), Enabling Role (pelaksana kebijakan) dan Direct Role
(pengawas kebijakan) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Satuan Polisi Pamong Praja terkait penegakkan Peraturan Daerah Kota
Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL dapat
lebih optimal.
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dalam
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang
Tahun 2018” yang dianalisis dengan menggunakan Teori Peran menurut Jones
(dalam Mahsun, 2006:8) sebagai panduan dalam menggali informasi dari
informan penelitian. Model teori peran dari jones, yaitu Regulatory Role
(perencana kebijakan), Enabling Role (pelaksana kebijakan) dan Direct Role
(pengawas kebijakan) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Satuan Polisi Pamong Praja terkait penegakkan Peraturan Daerah Kota
Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL dinilai
belum optimal. Dengan demikian, peran Satpol PP Kota Serang dalam penataan
PKL melalui tindakan penertiban harus lebih ditingkatkan.
Temuan penelitian terkait peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
dalam Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Royal Kota Serang
Tahun 2018 diuraikan sebagai berikut :
1. Peran sebagai regulatory role (perencana kebijakan)
Temuan pada peran sebagai regulatory role (perencana kebijakan)
yang dinilai menjadi keunggulan diantaranya terdapat pada indikator
perencanaan standar operasional prosedur, yaitu pelaksanaan tugas
Satpol PP Kota Serang sudah mengikuti Standar Operasional Prosedur
126
yang berlaku. Hal ini ditandai dari pelaksanaan kegiatan patroli dari
petugas Satpol PP Kota Serang ke lokasi-lokasi yang sudah
dijadwalkan untuk didatangi oleh petugas serta kegiatan penertiban
yang dilakukan. Pada indikator perencanaan jadwal kegiatan penataan
Pedagang Kaki Lima meliputi: (a) adanya jadwal kegiatan rutin atau
jadwal patroli petugas Satpol PP Kota Serang pada tiap bulannya, (b)
jadwal kegiatan bulanan tersebut juga menerangkan jumlah dan siapa
saja personil yang bertugas untuk melaksanakan tugas tersebut untuk
melakukan kegiatan patroli rutin. Sedangkan peran sebagai regulatory
role (perencana kebijakan) tidak ditemukan adanya kelemahan.
2. Peran sebagai enabling role (pelaksana kebijakan)
Temuan pada peran sebagai enabling role (pelaksana kebijakan) yang
dinilai menjadi kelemahaan diantaranya terdapat pada indikator
pelaksanaan penertiban Pedagang Kaki Lima yang meliputi: (a) waktu
pelaksanaan penertiban PKL yang cukup jarang dilakukan atau hanya
dilakukan 1 kali dalam 3 bulan, (b) sikap petugas dalam melakukan
penertiban kurang persuasif terhadap PKL karena langsung
mengambil barang-barang jualan milik PKL tanpa diawali dengan
pembicaraan atau komunikasi dengan PKL, (c) adanya pemberian
denda bagi PKL yang ingin mengambil aset dan barang jualan
dianggap memberatkan PKL. Hal ini mengingat adanya sejumlah
uang yang harus dibayarkan, berkisar Rp. 200.000 sampai Rp.
750.000 dianggap memberatkan para PKL. Pada indikator koordinasi
127
penegakkan peraturan daerah dengan instansi lain terkait penertiban
PKL yang meliputi: (a) koordinasi yang dilakukan kurang optimal
karena hanya mengandalkan kepada komunikasi melalui perangkat
telepon saja, namun tidak melakukan pertemuan atau rapat yang
terjadwal, (b) koordinasi yang hanya dilakukan kepada pengelola
pasar, salah satunya pengelola Kawasan Pasar Royal. Padahal dalam
pelaksanaan penertiban, juga memunculkan resiko kerusuhan atau
tindakan yang mengarah kepada pengrusakan sehingga keberadaan
dari aparat penegak hukum, yaitu unsur kepolisian sangat diperlukan
namun dalam pelaksanaan Satpol PP Kota Serang tidak melakukan
koordinasi dengan kepolisian. Sedangkan peran sebagai enabling role
(pelaksana kebijakan) tidak ditemukan adanya kelemahan.
3. Perannya sebagai direct role (pengawas kebijakan)
Temuan pada peran sebagai direct role (pengawas kebijakan) yang
dinilai menjadi kelemahaan diantaranya terdapat pada indikator
pengawasan melalui koordinasi dengan pengelola pasar royal terkait
penertiban Pedagang Kaki Lima meliputi: (a) koordinasi yang hanya
mengandalkan melalui telepon namun tidak melakukan pertemuan
rutin yang terjadwal, (b) koordinasi yang dilakukan cenderung hanya
meminta pengelola pasar royal untuk selalu memberikan himbauan
dan meneruskan surat peringatan dari Satpol PP Kota Serang kepada
para PKL di kawasan pasar royal untuk tidak menggunakan trotoar
dan badan jalan sebagai lokasi berjualan, tapi Satpol PP Kota Serang
128
saat melakukan patroli rutin harian yang selalu melintasi kawasan
pasar royal tidak mau turun secara langsung untuk memberikan
himbauan kepada PKL secara langsung. Indikator pengawasan melalui
inspeksi langsung kepada Pedagang Kaki Lima yang meliputi, (a)
kegiatan patroli rutin yang dilaksanakan oleh Satpol PP Kota Serang
hanya menjadi kegiatan formalitas semata. Hal ini mengingat kegiatan
patroli tersebut yang setiap hari dilakukan, dimana mobil Satpol PP
Kota Serang yang selalu melintasi sepanjang jalan pasar royal tidak
pernah berhenti untuk memberikan himbauan atau memberikan surat
peringatan langsung kepada PKL, (b) Satpol PP Kota Serang juga
tidak dapat melakukan komunikasi yang baik dengan PKL apabila
melakukan kegiatan patroli rutin, (c) tidak adanya himbauan dari
petugas Satpol PP Kota Serang secara langsung menyebabkan PKL
tidak dapat menyampaikan keluhan, kritik dan sarannya kepada Satpol
PP Kota Serang. Sedangkan peran sebagai direct role (pengawas
kebijakan) tidak ditemukan adanya kelemahan.
5.2 Saran
Pada penelitian ini, peneliti mencoba memberikan saran dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Sebaiknya Pimpinan Satpol PP Kota Serang dapat menginstruksikan
kepada bawahannya pada saat melakukan kegiatan patroli rutin yang
dilaksanakan setiap hari tidak hanya sekedar mengawasi saja namun
juga turun secara langsung ke lokasi yang banyak dilakukan
129
pelanggaran atas peraturan daerah, khususnya pelanggaran yang
dilakukan oleh PKL yang menggunakan sarana prasarana publik
sebagai lokasi berjualan.
2. Sebaiknya Pimpinan Satpol PP Kota Serang mengarahkan kepada
bawahannya agar melakukan komunikasi persuasif terhadap PKL
untuk menghimbau, mengajak dan menasehati untuk tidak berjualan
dengan melanggar peraturan daerah yang berlaku.
3. Sebaiknya Pimpinan Satpol PP Kota Serang dapat meningkatkan
koordinasi dengan pihak pengelola pasar dengan cara melakukan
pertemuan rapat yang rutin dan terjadwal guna menginventarisir
potensi kendala yang dialami dalam rangka meminimalisir
pelanggaran peraturan daerah oleh PKL.
4. Sebaiknya Pimpinan Satpol PP Kota Serang dapat menjalin koordinasi
dengan pihak aparat penegak hukum, yaitu kepolisian dalam rangka
menjamin pelaksanaan kegiatan penertiban yang lebih kondusif dan
dapat menindak oknum PKL yang melakukan tindakan kriminalitas
seperti oknum PKL yang menjadi provokator keributan saat
penertiban atau oknum PKL yang melakukan pemukulan untuk
diproses secara hukum.
5. Sebaiknya Pimpinan Satpol PP Kota Serang dapat menjalin
komunikasi dengan perwakilan PKL secara langsung dalam kegiatan
musyawarah untuk menyerap aspirasi PKL sebagai masukan untuk
upaya penataan PKL yang lebih baik.
130
6. Sebaiknya Pimpinan Satpol PP Kota Serang dapat mengajukan
penambahan petugas guna dapat mengoptimalisasi peran Satpol PP
Kota Serang dalam penegakkan Perda, mengingat penegakkan Perda
tidak hanya berfokus kepada upaya penataan PKL saja namun juga
penegakkan Perda terhadap semua tindakan yang dilakukan oleh
oknum individu maupun kelompok yang melakukan pelanggaran atas
Perda, seperti penertiban spanduk promosi produk, pemasangan baliho
dan lain sebagainya.
7. Sebaiknya Pimpinan Satpol PP Kota Serang dapat mengajukan
penambahan kendaraan operasional, khususnya penambahan jumlah
kendaraan yang dipergunakan untuk kegiatan patroli rutin agar
petugas Satpol PP Kota Serang dapat melakukan pengawasan dan
penataan secara lebih menyeluruh pada daerah-daerah di Kota Serang
yang banyak terjadi penyalahgunaan fungsi jalan raya dan trotoar
sebagai lokasi berjualan PKL.
8. Sebaiknya Pimpinan Satpol PP Kota Serang dapat mengajukan
pendirian posko atau kantor jaga Satpol PP Kota Serang di lokasi-
lokasi yang padat PKL, seperti membuat posko atau kantor jaga di
dekat lampu merah alun-alun kota Serang guna meningkatkan
pengawasan langsung dan koordinasi antar petugas Satpol PP Kota
Serang dalam penataan PKL di Kawasan Pasar Royal.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Banten Dalam Angka. 2017. Statistik Daerah; Banten Dalam Angka Tahun 2017. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten.
Dunn, William N. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Handayaningrat, Soewarno. 2006. Pelayanan Publik. Jakarta: Gunung Jati.
Kanfer, Paul B. Horton. 2007. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Demartoto. 2008. Aspek Hukum Pedagang Kaki Lima. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.
Moleong, Lexy J, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Nedler. 2010. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pasolong, Harbani. 2013. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Slamet, S. Wirawan. 2005. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Research & Design. Bandung: Alfabeta.
Susanto. 2008. Manajemen Sumberdaya Manusia; Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutarto. 2009. Dasar – dasar Organisasi. Jakarta: Gunung Agung.
Sutrisno, Hadi. 2016. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Syafi’i. 2008. Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: Rineka Cipta.
Taliziduhu, Ndraha. 2011. Metodologi Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Tangkilisan. 2005. Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: Raja Biro Findo Persada.
Dokumen
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kota Serang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja.
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL).
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang.
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.
Sumber Lain
Ely, Rajab. 2014. Peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam Upaya Penertiban Masyarakat di Bidang Izin Mendirikan Bangunan di Kecamatan Bukit Bestari. Artikel E-Journal. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Fransisca, Lidya Monalisa. 2015. Peran Satpol PP dalam Melakukan Komunikasi Interpersonal untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus PKL di Jalan Gajah Mada Kota Samarinda). E-Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 3 Nomor 1.. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
Pratiwi, Dyah. 2017. Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banten Dalam Pengendalian Dampak Pencemaran Kawasan Industri Modern di Kecamatan Kibin Kabupaten Serang. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tidak Dipublikasi.
Septiana, Dwi. 2011. Resistensi Pedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan Pemerintah Kota Semarang. Skripsi. Semarang. UNNES. Tidak Dipublikasi.
Sriyanto. 2006. Penataan Lokasi Sektor Informal (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Semarang). Forum Ilmu Sosial. Nomor 3.
Kamal, Ubaidillah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan Implementasinya di Kota Semarang. Integralistik. Nomor 7.
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ervin Zulpiansyah
Tempat dan Tanggal Lahir : Lebak, 6 Juli1994
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : [email protected]
Alamat: Kp. Bolang RT 008/RW 002 Kel.DesaBolang
KecamatanMalingpingKabupatenLebakBanten
Riwayat Pendidikan
Periode Sekolah / Universitas
2000– 2006 SDN 1 Bolang
2006–2009 SMP Negeri1 Malingping
2009 – 2012 SMA Negeri 1 Malingping
2013–2018 S-1 Fakultas IlmuSosialdan IlmuPolitikUniversitas
Sultan Ageng Tirtayasa