23
Tugas individu 1. Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan 2. Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil 3. Latar belakang orang usisa lanjut yang mengalami kepikunan Disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah : layanan konseling di perluas Dosen pengampu : Disusun oleh : Welly grafi santi (1305112655) Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas riau 2013-2014

Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang orang usia lanjut yang mengalami kepikunan

Citation preview

Page 1: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

Tugas individu

1. Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan2. Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak)

dengan keluarga kecil3. Latar belakang orang usisa lanjut yang mengalami kepikunan

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah : layanan konseling di perluas

Dosen pengampu :

Disusun oleh :

Welly grafi santi

(1305112655)

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

Universitas riau

2013-2014

Page 2: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat diselesaikan dengan baik.

makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bimbingan dan konseling yang diampu oleh dra, elni yakub , ms

kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, meskipun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dan berguna untuk masa yang akan datang. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kamisendiri, pembaca maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum wr.wb

pekanbaru, 10 september 2014

2

Page 3: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

1. PERBEDAAN EMOSI ANAK YANG DIDIDIK ORANG TUA DENGAN TEMPAT PENITIPAN

Ada banyak orangtua yang melahirkan anak tapi tidak mendidik anaknya. Orang tua yang sibuk bekerja terutama seorang ibu bahkan lebih memilih menitipkan anak pada asisten rumah tangga, daycare atau nenek/kakek. Hal ini menimbulkan pertanyaaan untuk tujuan apa sepasang orangtua bekerja?

Beberapa jawaban paling sering diberikan orang tua yang paling banyak adalah :

1) Untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang mungkin tak bisa dipenuhi jika hanya suami yang bekerja.

2) Untuk aktualisasi diri dan kemandirian seorang perempuan, misalnya untuk menebar kebaikan dan kemanfaatan sebanyak-banyaknya di muka bumi.

3) Agar tidak terlalu bergantung kepada suami sehingga juga dapat turut membantu (mungkin) keluarga dari sang perempuan (adik, kakak, orangtua, dan lain-lain)

4) Selain jawaban tersebut, yang saya sering dengar dari puluhan ribu orangtua yang pernah berinteraksi dengan saya dalam kelas-kelas orangtua adalah: demi kepentingan anak-anaknya sendiri agar kebutuhan anaknya terpenuhi.

Dapat dipahami dan hal yang tidak bisa ditentang disini adalah orang tua yang bekerja karena alasan tertentu, sehingga seorang ibu harus bekerja dan tidak bisa mendampingi anak sepenuhnya. Tetapi dari segi tumbuh kembang anak peran seorang ibu sangat penting dalam perkembangannya saat anak dalam fase usia dini. Karena tentu akan berbeda sentuhan orangtua sendiri, darah daging sendiri, dengan sentuhan orang lain dari segi ikatan emosional. Stimulasi kognitif dan psikomotorik mungkin bisa didapat dari siapapun, tapi stimulasi emosi orangtua akan berbeda dengan stimulasi nenek, guru, daycare, apaagi pembantu.

Meski dengan orangtua pun tak menjadi jaminan bahwa seorang anak akan pasti sehat, akan pasti cerdas dan sukses di masa depan sebagaimana belum tentu juga ibu yang bekerja anaknya pasti tidak akan menjadi anak baik, atau tidak akan menjadi anak shalih dan shalihah. Semuanya memiliki kesempatan sama: menjadi ayah dan ibu terbaik untuk anak-anaknya. Ayah dan ibu shalih dan shalihah.maka, orangtua yang punya perspektif luas tidak akan pernah mengatakan “anak saya dititip dengan pembantu, tapi buktinya anak saya baik, anak saya tidak nakal, anak saya sehat dan anak saya tidak melakukan perilaku buruk apapun. Pernyataan yang seolah-olah logis ini adalah seperti mirip orang yang memberi pernyataan “saya didik dengan kekerasan oleh orangtua saya, tapi buktinya saya jadi orang sukses, buktinya saya jadi pns, teman-teman saya yang  tidak pernah dipukul orangtuanya, buktinya tidak jadi apa-apa” atau yang lain yang lebih mirip “anak saya tidak diberikan asi, hanya susu formula, buktinya anak baik-baik saja, sehat dan cerdas!”Sebab yang menyebabkan kondisi-kondisi seperti itu tidaklah tunggal. Tidak hanya karena gizi semata, atau tidak hanya karena stimulasi semata

Model pola asuh anak sangat menentukan pula, bagaimana karakter anak dibentuk. Bagaimana perilaku dan perlakuan orangtua pada anak. Jika ibu tidak bekerja, jadi ibu rumah tangga, dengan judul “full time mom” demi anak, tapi saat ada di dekat anak tidak menghasil apapun, hanya, lagi-lagi mendampingi anak: ngantar jemput anak ke sekolah, ngaji anak “outsourcing” ke ustadz dan ustadzah, tidak menemani anaknya bermain, tidak menstimulasi anaknya, tidak menyediakan waktu membacakan buku dan cerita, ini juga sama saja, bisa disebut ibu yang melahirkan anak tapi tidak mendidik anaknya.

3

Page 4: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

Meski anak sekolah dan berinteraksi dengan lingkungan, dalam 18 tahun pertamanya sesungguhnya anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu hidupnya sekira 85% hampir di lingkungan keluarga (orangtua, nenek/kakek, pembantu, atau siapapun yang menghabiskan waktu lebih banyak dalam pengasuhan anak). Maka, karakter anak tentunya akan lebih banyak dibentuk di lingkungan keluarga. Jika keluarga tidak mengintervensi, tidak membentuk, tidak menginstall pikiran anak dengan nilai dan karakter-karakter positif, maka yakinlah akan ada pihak lain yang melakukannya. Pihak lain itu dapat berbentuk teman sebayanya, lingkungan pergaulan anak atau pun media seperti televisi. Karena fasilitas hidup meningkat, gaya hidup pun meningkat, kebutuhan meningkat, menyebabkan seolah tidak cukup hanya seorang laki-laki bekerja. Akibatnya para perempuan keluar rumah bekerja. Tidak di barat, tidak di timur, tidak negeri ini. Maka anak-anak pun dititip-titipkan, dititip di pembantu, dititip di babysitter.

Kebutuhan emosi anak hanya bisa dipenuhi oleh perbuatan emosional pula dari orangtua sendiri. Bukan dipenuhi dengan mainan, jajanan, makanan, handphone dan benda-benda materi. Ngurus bukan sekadar memberi makan dan perlindungan tubuh semata tapi juga emosi, jiwa atau mentalnya. Ketika bicara soal ngurus keluarga bukan hanya tugas ibu tetapi ayah juga. Kewajiban ayah bukan hanya mencari nafkah tapi juga mendidik anaknya. Jika seorang ibu adalah madrasah untuk anak, maka ayah adalah kepala sekolahnya. Lihat kitab suci agama, ketika bicara anak, maka yang dibicarakan ayah, bukan ibu. Meski secara teknis mungkin sebagian anak menghabiskan waktu dengan ibunya karena ayah bekerja, tetap saja ayah seharusnya punya “konsep” bagaimana anaknya dibesarkan dan dididik.

Karena itulah, mungkin itu pula yang menyebabkan sebagian besar perempuan di jepang, dulu, akan berhenti bekerja (sementara) ketika melahirkan anak sampai anak-anak ini masuk usia sekolah. Lalu mereka akan bekerja kembali setelah anak sekolah, dengan sebuah sistem yang disebut dengan “arubaito” semacam sistem kerja freelance atau paruh waktu.

Karena itu pula pada usia 7 tahun ke bawah seperti yang dikatakan ali bin abi thalib, “jadikan anak seperti raja”, dididampingi, dimuliakan, diberikan perhatian penuh. Begitu pula seharusnya orangtua mengatakan “saya tidak akan pernah menitipkan anak pada siapapun, karena tidak ada yang lebih baik dari orangtua sendiri”.karena itu  meski idealnya seorang ibu mendampingi lebih banyak anaknya pada usia tertentu, terutama fase “golde age”, walaupun kadang dengan berbagai latar belakang, keadaan tidak selalu ideal yang diinginkan.

Jika karena keadaan tertentu membuat seorang ibu harus bekerja, lalu siapakah yang akan mendampingi anak tumbuh besar? Tiga kemungkinan besar biasanya adalah:

1. Menitipkan anak pada asisten rumah tangga (pembantu) di rumah, atau “outsourcing” dengan tetangga sebelah yang mau dititipkan.

Sebenarnya pilihan menitipkan anak pada asisten rumah tangga tidak bisa direkomendasikan bagi orang tua sebab lagi-lagi tugas mereka hanya “menjaga” bukan mendidik. Tugas mereka hanya memastikan anak aman dari bahaya dan makannya terpenuhi tapi belum tentu mentimulasi anak-anak ini. Masih lebih baik jika anak dibiarkan bermain untuk menstimulasi kecerdasannya, tapi bagaimana jika si pengasuh ini overprotectif? Sayang sekali jika anak yang dijaga pihak no 1 ini kerjaannya hanya diberi makan, ditidurkan, disimpan di depan televisi.

4

Page 5: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

2. Menitipkan pada kerabat: nenek/kakek, tante, saudara, adik atau kakak yang tidak bekerja.

Pilihan menitipkan anak pada nenek dan kakek insya allah menjadi baik tapi dengan berbagai syarat:

a) Nenek/kakek termasuk orang yang bisa diajak kompromi soal pendidikan anak, mudah diajak berdiskusi soal pendidikan anak, memiliki pengetahuan luas soal pendidikan anak sehingga memiliki batasan-batasan yang jelas (tidak overprotectif, tidak terlalu mengekang juga tidak terlalu memanjakan).

b) Pengawasan dan pendampingan pada anak kecil yang membutuhkan energi lumayan tidak sampai mengganggu kesehatan nenek/kakek.

c) Untuk ukuran orang yang sudah sepuh, nenek dan kakek seharusnya bisa didampingi asisten (perawat, asisten rumah tangga) untuk mengurusi pekerjaan-pekerjaan nonstimulasi atau yang membutuhkan energi banyak: mengganti popok, mencuci popok, memberi makan, jika tidak umumnya mereka bakal kewalahan (nenek/kake + pengasuh).

d) Keinginan dari nenek/kakek yang memang sangat senang dengan anak-anak dan sangat menikmat kebersamaan dengan cucu-cucunya (mereka sendiri yang ikhlas atau menginginkannya setelah diajak bicara).

3. Menitipkan pada orang atau lembaga profesional: seperti daycare atau tenaga pendidik profesional yang khusus disewa untuk menstimulasi anak.

Meski bukan yang ideal seperti orangtua, daycare bisa jadi pilihan baik lain selain nenek/kakeknya karena dengan beberapa alasan yang sering disebutkan:

a) Pengawasan dan pengasuhan oleh profesional (psikolog, perawat, dll) yang memahami tumbuh kembang anak

b) Makanan terjamin, karena dengan tenaga profesional tadi sudah terstruktur pula pemenuhan nutrisi anak selama berada di lingkungan daycare

c) Anak mendapatkan stimulasi atau rangsangan tumbuh kembang (kognitif, emosi dan psikomotorik)

d) Anak belajar bersosialisasi dan kemandirian (seperti toilet training yang konsisten, bermain dengan teman yang sering, dan lain-lain)

e) Minimum kontaminasi media televisi f) Stimulasi nilai-nilai positif: agama, karakter dll.(story telling, eksplorasi bermain,

games, dll)

Perkembangan anak dari hari ke hari sangat menakjubkan. Dari bayi lemah yang menggantungkan seluruh hidupnya kepada orang tua, menjadi anak kecil yang pintar berbicara, senang bergelut dan pandai menghitung matematika. Tetapi itu semua tidak terlepas dari pembelajaran orang orang yang ada di sekitarnya, seperti orang tua yang sangat berperan dalam membantu perkembangan sosial emosional anak. Sejak dini, anak perlu diberikan arahan dan bimbingan oleh orang dewasa, salah satunya belajar melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosial-emosional anak. Karena dengan kegiatan itu anak lebih mandiri dan percaya diri .

berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional no 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini, disebutkan ciri-ciri perkembangan sosial-emosional anak usia 4-5 tahun sebagai berikut :

5

Page 6: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

a. Menunjukan sikap mandiri dalam memilih kegiatanb. Mau berbagi, menolong dan membantu temanc. Menunjukan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positifd. Mengendalikan perasaane. Menaati peraturan yang berlaku dalam suatu permainan.f. Menunjukan rasa percaya dirig. Menjaga diri sendiri dari lingkungannyah. Menghargai orang lain

Kondisi orang tua merupakan factor yang dominan dalam mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak. Beberapa studi menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara perasaan (mood) orang tua terhadap perkembangan perilaku anak. Kesimpulan penelitian tersebut menyatakan bahwa orang tua yang depresi merupakan indikasi dan dapat menjadi salah satu prediksi penting terhadap rendahnya kemampuan sosial dan afeksi anak. Mengingat faktor kondisi orang tua yang dapat menjadi penyebab rendahnya kemampuan sosial emosional anak kemungkinan sudah dapat memprediksikan dan mengukur tingkat kemampuan sosial emosional anak melalui perilaku atau kondisi sosial emosional orang tuanya. Kondisi demikian mengakibatkan penanganan terhadap perilaku menantang yang di tampilkan anak tidak hanya bagaimana membantu orang tua bersikap dan berperilaku. Beberapa faktor orang tua yang dapat menyebabkan gangguan sosial emosional pada anak adalah orang tua yang depresi, pengabian, dan iq yang rendah.

Dikarenakan kurangnya interaksi orangtua dengan anak dan kurangnya control orangtua terhadap aktivitas anak, menjadikan pola asuh yang diterapkan oleh orangtua yang bekerja kepada anaknya yaitu pola asuh permissive indulgent dan pola asuh tersebut mereka mengharapkan bahwa anak mereka anak tetap menjadi pribadi yang baik walaupun mereka tidak memiliki waktu bersama dengan orangtuanya. Walaupun begitu pada kenyataannya orangtua tidak terpaku pada kedua pola asuh itu saja, tetapi mereka juga melakukan jenis pola asuh yang lainya.

Perkembangan sosial emosional anak usia 4-5 tahun pada keluarga yang orangtuanya bekerja mengalami hambatan dalam pencapaian perkembangannya. Mereka belum dapat mencapai tahapan perkembangan sosial emosionalnya secara matang dikarenakan kurangnya didikan atau bimbingan yang diberikan orangtuanya dalam memahami pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Keadaan demikian disebabkan oleh faktor lingkungan dan pendidikan keluarga.

Sebenarnya orangtua belum tetap mengartikan sikap kasih sayang terhadap anaknya, karena sebagian besar mereka terlalu memanjakan anaknya dengan memenuhi segala keinginan anak tanpa didasari alasan yang tepat. Sikap tersebut dapat mengakibatkan anak menjadi ketergantungan terhadap pelayanan dari orangtuanya.

6

Page 7: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

2. PERBEDAAN EMOSI DAN KEMAMPUAN SOSIAL DARI KELUARGA BESAR(BERSAUDARA BANYAK) DENGAN KELUARGA KECIL

Individu yang matang emosinya dapat dengan bebas merasakan sesuatu tanpa beban,Hurlock (1980). Perasaannya tidak terbebani, tidak terhambat, dan tidak terkekang, tetapi bukan berarti ada ekspresi emosi yang berlebihan sebab adanya kontrol diri yang baik dalam dirinya sehingga ekspresi emosinya tepat atau sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Selanjutnya kontrol diri tidak menyebabkan individu yang matang emosinya menjadi kaku, melainkan dapat berpikir dan bertindak fleksibel. Keadaan ini dapat terjadi karena individu dengan kematangan emosi memiliki kapasitas untuk bereaksi sesuai dengan tuntutan yang ada dalam situasi tersebut. Respon yang tidak sesuai dengan tuntutan yang dihadapi akan dihilangkan. Selain itu individu dengan kematangan emosi akan berusaha untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang dan menghindari sudut pandang yang mengarahkan dirinya pada reaksi emosional. Hal ini berarti individu dengan kematangan emosi akan lebih mampu beradaptasi karena individu dapat menerima beragam orang dan situasi dan memberikan reaksi yang tepat sesuai tuntutan yang dihadapi. Scheneiders (1964) mengemukakan bahwa individu yang matang emosinya jika potensi yang dikembangkannya dapat ditempatkan dalam suatu kondisi pertumbuhan, dimana yang nyata dari kehidupan orang dapat dihadapi dengan cara yang efektif dan sehat. Individu dengan kematangan emosi mampu menerima tanggung jawab akan perubahan – perubahan dalam hidupnya sebagai tantangan daripada menganggapnya sebagai beban dan sebagai rasa percaya diri dalam mencari cara untuk memecahkan masalahnya dengan cara-cara yang aman untuk diri sendiri dan lingkungannya serta dapat diterima secara sosial.

Scheneiders (1964) berpendapat bahwa kematangan emosi seseorang dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain: adekuasi emosi, jarak dan kedalaman emosi dan kontrol emosi. Kematangan emosi mendasari kemampuan individu dalam mengatasi masalah secara kreatif. Hal ini disebabkan karena individu dengan kematangan emosi memiliki keterampilan, sikap, respon yang dibutuhkan yang sesuai dengan tuntutan yang dihadapi dalam menghadapi masalah kehidupan.

Kematangan emosi anak tergantung pada keadaan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini adalah keluarga, dimana keluarga merupakan tempat kehidupan bagi anak selama tahun-tahun embentukan awal hidupnya hingga ia dewasa. Unsur-unsur dalam keluarga yang terkait yakni hubungan antar anggota keluarga, yaitu ayah-ibu, orangtua, anak, antar saudara kandung, pola asuh orangtua, dan pola kebiasaan yang ada di keluarga serta rangsangan dari keluarga (crow dalam anggrainy, 2003). Gerungan (suryantina, 2002) berpendapat bahwa dalam suatu keluarga terdapat pula peranan-peranan tertentu yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang sebagai makhluk sosial. Salah satu diantaranya adalah peranan seseorang sesuaidengan urutan kelahiran dalam suatu keluarga. Urutan kelahiran merupakan salah satu pembentuk kepribadian pada diri seseorang yang bersumber dari lingkungan keluarga. Posisi urutan kelahiran dalam suatu keluarga juga merupakan faktor dalam perkembangan sosial, emosi dan intelegensi anak (benner, 1985). Aspek urutan kelahiran atau posisi remaja dalam suatu keluarga merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan dan

7

Page 8: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

memberikan pengaruh terhadap perkembangan diri remaja termasuk perkembangan sosial, dan perkembangan emosi termasuk kematangan emosi pada diri remaja tersebut.

Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri, yang antara lain mungkin disebabkan karena adanya perbedaan posisi dalam keluarga, misalnya statusnya sebagai anak tunggal, sulung, tengah, ataupun bungsu. Posisi anak dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap perilakunya, yang juga tidak lepas dari keadaan dalam keluarganya. Hal ini dijelaskan oleh gunarsa (1991).

Berikut kharakteristik urutan kelahiran dalam keluarga :

1. Anak sulung adalah anak yang paling tua atau anak pertama yang lahir dari suatu keluarga. Alasannya, karena anak tersebut adalah anak pertama berarti pengalaman merawat dan mendidik anak belum dimiliki oleh kedua orangtuanya. Oleh karena itu anak sulung ini dikenal sebagai experimental child (gunarsa, 1986). Anak pertama atau sulung memiliki karakteristik seperti merasa tidak pasti, tidak mudah percaya, tidak merasa aman, bergantung, bertanggung jawab, berkuasa, iri hati, mudah dipengaruhi, mudah merasa senang, sensitif, murung, introvert, sangat terdorong berprestasi, membutuhkan afiliasi, pemarah, manja, dan mudah terlibat dalam gangguan perilaku (hurlock, 1997).Pada anak sulung, orangtua lebih menaruh harapan-harapan yang tinggi dan memberikan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang lahir setelahnya. Orangtua yang bersikap terlalu melindungi, maka dalam perkembangan anak akan mengalami gangguan yang negatif. Akan tetapi bila orangtua dapat bertindak bijaksana dalam membimbing anak sulung maka anak tidak akan mengalami gangguan perilaku

2. Anak tengah adalah atau "middle-child syndrome" adalah ia lahir ketika orang tuanya telah siap menjadi orang tua. Kini orang tua sudah tidak sekhawatir ketika melahirkan anak pertama. Orang tua lebih "gampang" dalam merawat anak (gunarsa, 1986). Anak kedua memiliki karakteristik seperti mandiri, agresif, ekstrovert, suka melucu, suka berteman, suka bertualang, dapat dipercaya, mudah menyesuaikan diri. Agresif, mudah dialihkan perhatiannya, sangat membutuhkan pernyataan kasih sayang, iri hati, terganggu oleh perasaan ditolak orangtua, rendah diri merasa tidak mampu, dan mudah terlibat dalam gangguan perilaku (hurlock, 1997). Sikap orangtua yang lebih santai terhadap anak tengah dapat mendukung mereka menjadi anak yang suka berinteraksi, berteman dengan orang lain umumnya teman sebaya (baskett dalam suryantina, 2002). Jika anak sulung dan bungsu termasuk ramai dan cerewet, anak kedua biasanya kalem. Bila anak sulung dan bungsu memiliki karakter kalem, anak kedua cenderung bandel. Anak tengah atau kedua ini menurut verauli (2005), kondisi ini terbentuk karena pola asuh dari orangtua. Anak tengah umumnya diperlakukan dalam dua tipe: anak tengah yang terabaikan dan pola pengasuhannya disamakan dengan anak sebelumnya.

3. Anak bungsu memiliki karakteristik seperti aman, percaya diri, spontan, bersifat baik, murah hati, manja, tidak matang, ekstrovert, memiliki kemampuan

8

Page 9: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

berempati, merasa tidak mampu dan rendah diri, memusuhi saudaranya yang lebih tua, iri hati, tidak bertanggung jawab dan bahagia (hurlock, 1997). Anak bungsu yang selalu merasa dibayangi oleh keberhasilan kakak-kakaknya dan selalu diremehkan akan membuat pribadi dari anak bungsu menjadi iri hati, atau terkadang memusuhi saudaranya yang lebih tua.

Urutan kelahiran pada suatu keluarga memegang posisi kekuasaan yang berbeda. Pola emosi antara anak yang satu dengan yang lainnya tentunya berbeda pula. Keadaan lingkungan dimana seseorang tersebut tinggal juga dapat memberikan perbedaan pada kepribadian mereka.

Hurlock (1993) mengatakan bahwa ukuran keluarga sendiri dibedakan menjadi empat kategori yaitu :

1. Ukuran keluarga kecil adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga anak. Orangtua dalam keluarga ini mampu untuk mencurahkan perhatian dan waktu pada masing-masing anaknya, karena ukuran keluarga yang kecil umumnya orangtua menerapkan pola asuh demokratis pada masing-masing anaknya. Perselisihan dan perasaan iri hati yang terjadi pada keluarga kecil ini pun sering terjadi, karena umumnya orangtua biasanya membandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lain. Dalam ukuran keluarga kecil ini orangtua memegang peran penting dalam pemilihan dan menentukan tugas ataupun tanggung jawab terhadap anak-anaknya.

2. Ukuran keluarga sedang adalah dimana dalam suatu keluarga tersebut terdiri dari tiga, empat atau lima anak. Tuntutan dan harapan-harapan yang tinggi dari orangtua biasanya hanya terfokus pada anak pertama, sedangkan anak-anak lainnya biasanya tidak diberi tuntutan yang tinggi seperti anak pertamanya. Persaingan dan perasaan iri hati antar anak yang satu dengan yang lainnya umumnya sering terjadi, karena masing-masing anak biasanya berebut kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya. Orangtua dengan ukuran keluarga sedang ini umumnya menerapkan pola asuh otoriter terhadap anak-anaknya, karena kurangnya orangtua dalam memberikan pengawasan pada masing-masing anak- anaknya karena meningkatnya ukuran keluarga.

3. Ukuran keluarga besar adalah dimana suatu keluarga tersebut terdiri dari enam atau lebih anak. Cara perlakuan orangtua pada keluarga besar ini tidak berbeda dengan ukuran keluarga sedang. Tuntutan dan harapan yang tinggi hanya terpusat pada anak pertama saja, pola asuh yang diberikan pada ukuran keluarga ini adalah otoriter.

Dalam semua keluarga anak diberi peran menurut urutan kelahirannya dan mereka diharapkan dapat memerankan peran berdasarkan urutan kelahirannya. Anak pertama cenderung lebih ditekankan pada harapan-harapan yang tinggi dari orangtuanya daripada anak yang lahir kemudian. Perbedaan usia antara saudara kandung mempengaruhi cara mereka beraksi satu terhadap yang lain dan cara orangtua memperlakukan mereka. Bila perbedaan antara usia antar saudara besar, baik berjenis kelamin sama ataupun berlawanan, hubungan yang lebih ramah, kooperatif, dan kasih mengasihi dapat terjalin dengan baik daripada bila usia mereka berdekatan (Hurlock, 1993).

9

Page 10: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

Para peneliti menemukan bahwa urutan kelahiran atau birth order mempengaruhi perkembangan

Kepribadian anak, yaitu :

A. Anak Tunggal

Sifat : Anak tunggal umumnya manja jika masih memiliki orang tua, Jika tidak maka akan memiliki kepribadian yang mantap. Anak Tunggal gabungan sifat anak Sulung dan anak Bungsu.

B. Anak Sulung

Sifat : Bersikap dan berpikiran lebih dewasa. Anak Sulung adalah tulang punggungkeluarga sehingga anak Sulung akan berpikiran lebih kritis (umumnya memiliki daya analisa yang lebih kuat). Sifat baik anak Sulung yang lain adalah jarang memukul atau jarang usil karena sifatnya agak serius.

C.Anak Tengah

Sifat : Anak Tengah memiliki sifat dasar lebih bebas, dan lebih mudah berekspresi dalam perkataan dan tindakan. Sifat baik anak Tengah adalah sangat ramah dan mudah bergaul atau menyesuaikan diri dengan orang lain. Disamping itu memiliki jiwa seni lebih tinggi. Sifat kurang baiknya adalah labil, emosi lebih tinggi,

D.Anak Bungsu’

Sifat : Tipikal umum dari anak bungsu adalah manja (kolokan). Kebaikan anak Bungsu ini umumnya menggemaskan orang lain, berbadan paling sehat, jarang mengalami sakit, dan paling awet muda (baby face) diantara anak-anak yang lain. Sifat buruk dari anak Bungsu adalah ini paling royal dalam mengeluarkan duit (boros) dan kurang suka menabung.

Falbo (1981) mengadakan satu riset tentang hubungan antara birth order dengan personality. 841 orang pria dan 944 orang wanita - semuanya pelajar universitas dan masing masing dibayar $3.00 - diminta untuk menjawab pertanyaan tentang latar belakang dan personality, termasuk 16 pertanyaan untuk mengukur self-esteem. Ia menemukan bahwa self-esteem anak pertama lebih tinggi daripada anak yang kedua, ketiga dst. Ia juga menemukan bahwa anak pertama tendensinya lebih kompetitif dibanding anak anak yang lahir sesudahnya. Frank Sulloway, research scholar dari Massachusetts Institute of Technology, telah mempelajari birth order selama 26 tahun. Ia berkata bahwa status dan kedudukan anak anak pertama dalam keluarga amat penting dan mereka berusaha untuk mempertahankan status tsb. dari saudara saudaranya. “Their place in the family makesthem more self-confident, assertive, and conscientious, but it also can make them more jealous, moralistic and inflexible.”Anak pertama memiliki tendensi menjadi “perfectionist, reliable, organized,scholarly, logical, strong leaders, seeking of respect and approval.” Anak pertama mulai merasa “kehilangan”, ketika anak kedua lahir. Ia berusaha untuk mendapatkan kembali

10

Page 11: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

perhatian dan kasih orang tuanya dengan “respect, admiration and approval”. Anak pertama juga banyak “diharapkan” oleh orang tuanya. Ia diminta untuk menjaga adiknya, memberi contoh bagi adiknya dll. Menurut Dr. Leman, tendensi yang umum dari anak pertama yaitu menjadi pemimpin. 52% dari presiden di United States adalah anak pertama. Anak tunggal hamper seperti anak pertama memiliki tendensi menjadi perfectionist, reliable, serious dll, tetapi seringkali merasa inferior karena standardnya biasanya datang dari orang dewasa dan agak tinggi. Mereka mendapat banyak perhatian dari orang tuanya. Problem utama dari anak tunggal yaitu ia harus bermain sendiri tanpa merasa kesepian. Anak tunggal belajar untuk memiliki “imaginary playmates” untuk mengatasi kesepiannya. Anak tunggal bertendensi untuk menjadi “high achievers, self- motivated, fearful, cautious.” Anak kedua atau “laterborns”, menurut Sulloway, memiliki tendensi “more sociable, agreeable, and open to novelty and innovation.” Sulloway menemukan bahwa anak kedua memiliki tendensi untuk lebih flexible and kompromi. Ia memiliki tendensi untuk menjadi “mediators, diplomatic, loyal, friendly, secretive and suppressing feelings.”Anak kedua “bersaing” dengan kakaknya dengan berusaha untuk berprestasi lebih baik. Ia merasa “kurang” karena kakaknya selalu lebih tinggi satu kelas, dua kelas atau lebih. Ia memilih perfectionism dalam bidang yang lain daripada kakaknya. Anak bungsu biasanya mudah bergaul dan pintar memotivasi orang lain. Dr. Leman menemukan bahwa anak bungsu banyak mengalami “ambivalence” karena disatu pihak ia disayang, dipeluk, diperhatikan dan di pihak yang lain ia sering digoda atau diejek. Pengalaman ini membuatnya ingin membuktikan dirinya. Anak bungsu juga seringkali membuat tertawa dan mendapat banyak perhatian. Hasil riset menunjukkan bahwa anak bungsu memiliki tendensi untuk “flexible, outgoing, creative, humor, risk takers, question authority”. Menurut Dr. Leman, anak bungsu sering menjadi “good salespeople”. Birth Order bukan merupakan patokan yang absolut bahwa anak pertama, kedua, ketiga selalu demikian. Ini adalah tendensi dan karakteristik umum yang seringkali benar. Birth order dapat menolong orang tua untuk mengerti situasi dan perkembangan anak, tetapi ingat bahwa ada banyak dinamika dan variable dalam keluarga yang mengubah hubungan antar keluarga, antara lain jarak umur antar anak, temperamen anak, gender, hubungan antara orang tua, perceraian dll. Orang tua perlu mengasihi, meluangkan waktu untuk anak anaknya -dari anak pertama sampai anak bungsu – dan menerima perbedaan mereka. Setiap anak adalah individual dengan keunikan masing masing.

3. LATAR BELAKANG ORANG USISA LANJUT YANG MENGALAMI KEPIKUNAN

Pikun (dementia) merupakan penyakit degeneratif yang ditandai Gejala Menurunnya Kemampuan berfikir Secara Progresif yang Diakibatkan oleh Terjadinya penurunan fungsi jaringan otak. Sistem saraf tidak mampu membawa Informasi dari otak dengan sempurna. Hal inilah yang menjadikan kekuatan daya Ingat menjadi tidak maksimal, keterampilan gerak menjadi terganggu, bahkan bisa

Mengakibatkan perubahan prilaku. Broklehurst and allen, 1987 dalam darmojo (2009:206) menjelaskan Bahwa “dementia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya Intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi.

11

Page 12: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

Pikun merupakan suatu kondisi yang cukup memprihatinkan, yang biasanya terjadi pada orang tua lansia. Dementia adalah istilah medis untuk pikun. Pikun bukanlah proses normal dari penuaan, dapat dialami siapa saja dan dari berbagai usia, namun orang tua lansia memang lebih rentan mengalaminya. Tahun 2005, terdapat 24,3 juta orang yang mengalami pikun di seluruh dunia, tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 35,6 juta (britannica).

Pikun bukanlah penyakit spesifik, istilah ini merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gejala (symptoms) yang terdiri dari:

1. Daya ingat dan kemampuan komunikasi atau bahasa yang menurun drastis.2. Gangguan dalam menilai dan berargumen.3. Disorientasi dan perubahan tingkah laku.4. Gangguan dalam persepsi visual.5. Mengalami kesulitan untuk fokus dan memberikan perhatian.

pikun disebabkan oleh adanya kerusakan pada sel-sel otak yang membuat kemampuan komunikasi antar sel-sel tersebut terganggu. Otak terdiri dari bagian-bagian (regions) yang memiliki fungsi khusus , misalnya bagian kiri hemisphere otak bertanggung jawab dalam kemampuan menganalisis, logika dan bahasa.efek pikun terjadi bergantung kepada letak dimana sel-sel otak yang rusak tersebut berada.Kerusakan sel-sel otak tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor yaitu faktor genetis, kecelakaan fisik pada otak (injury), trauma, geger otak, gaya hidup tidak sehat seperti perokok berat dan alkoholik, penyalahgunaan narkoba, stress dan depresi akut, efek dari penyakit hipertensi, diabetes, atherosclerosis (pembentukan plaque/deposit substansi asam lemak, kolesterol dan zal-zat kimia lainnya di bagian dalam pembuluh darah/arteri) dan sakit kepala yang tidak biasa.berdasarkan jenis-jenis kerusakan sel-sel otak dari hasil analisis biomedis dan biokimia jenis-jenis pikun diantaranya adalah alzheimer, vascular dementia, dementia with lewy bodies (dlb), mixed dementia, parkinson dan huntington. Alzheimer adalah jenis pikun yangpaling umum ditemui (60-80%).perbedaan jenis-jenis pikun tersebut sangat spesifik yang hanya bisa diketahui dan dipahami oleh ahli medis.

Lanjut Usia (Lansia) tidak identik dengan pikun, perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti yang dialami oleh Lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Tulisan ini akan berfokus pada demensia yang diderita oleh Lansia dan perawatan yang dapat dilakukan keluarga sebagai support system yang penting untuk penderita demensia.

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.

Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.

12

Page 13: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

1. Pengertian & Penyebab Demensia

Demensia dapat di artikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive)

gangguan kognitif adalah gangguan pada proses pikir, memori, perhatian dan persepsi

Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah, cth: stroke), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf di otak mati, sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.   

2. Faktor Resiko Orang Lanjut Usia Terkena Demensia?

untuk demensia yang disebabkan alzheimer, faktor resiko: Genetic Alcohol Trauma diabetes mellitus

untuk demensia yang disebabkan gangguan vaskular/pembuluh darah, faktor resiko:

hipertensi gangguan jantung diabetes mellitus gangguan factor pembekuan darah

3. Gejala Demensia Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga

keadaan ini pada mulanya tidak disadari Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan

kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda Sering terjadi perubahan kepribadian. Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi; tetapi bisa

juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya.

Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat

13

Page 14: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya.

Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik.Mereka menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau bekerja).Penderita yang tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi karena ketidakmampuannya melakukan tugas sehari-hari.Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting atau salah dalam melakukan tugasnya.

4. Peran KITA terhadap Orang Lansia yang Pikun (Demensia)

Walaupun terdapat obat-obatan yang mungkin bisa membantu orang demensia, namun faktor KELUARGA atau orang-orang terdekat lah yang paling penting. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Walaupun mungkin lansia membutuhkan bantuan kita, namun bukan berarti kita harus melakukan semuanya untuknya. Kita juga harus membantu dia untuk mandiri kembali, untuk membantu rasa ketergantungannya. Rasa ketergantungan karena selalu dibantu akan semakin menurunkan fungsi fisik dan kognitif, sehingga tidak akan memperbaiki pikun nya (demensia).

Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terimakasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya, merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensiaJangan mengubah lingkungan, keadaan sekitarnya! lingkungan dalam rumah misalnya, karena lingkungan tersebut sudah familiar baginyaTempatkan juga jam, kalender, radio: untuk membantu orientasi waktu lansia. Jelaskan padanya apabila ia bertanya ia ada dimana, dan siapakah orang-orang yang disekitarnya. Ini akan membantu orientasi tempat. Tempatkan cahaya terang untuk membantu lansia yang kurang dalam penglihatan, Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk keadaan.

5. Tingkah Laku Lansia dengan Pikun (Demensia)

Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panic karena tidak mengetahui berada dimana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia relaks dan aman, yakinkan bahwa mereka berada ditempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya, duduk bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.

 Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi, atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas. Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia

14

Page 15: Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan, Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak) dengan keluarga kecil, Latar belakang

bertanya sesuatu yang sama berulangkali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptkan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia dirumahnya.

6. Mencegah terjadinya pikun

Lupa dimana menaruh kunci atau benda penting lain? Jangan takut, itu belum tentu gejala menderita Alzheimer. Berikut ada kiat agar kita tidak cepat pikun atau pelupa.

1. Beri makan otak

Anda adalah yang Anda makan. Kalau banyak makan junk food, maka otak kita jadi sampah juga. Lemak dalam makanan berkadar lemak tinggi bisa berimbas buruk pada sinaps otak. Sinaps adalah bagian yang menghubungkan neuron otak dan penting untuk belajar serta mengingat. Untuk menyehatkan bagian ini, makan banyak-banyak ikan salmon, buah kiwi dan semua makanan yang mengandung asam lemak omega-3.

2. Lakukan olahraga

Olahraga bisa meningkatkan daya ingat, berpikir lebih jernih dan mengurangi risiko penyakit kognitif. Sebab olahraga akan mengurangi tekanan pada tubuh, memompa energi lebih banyak ke otak. Aktivitas ini juga memicu pelepasan bahan kimia yang menguatkan neuron. Cukup setengah saja setiap hari. Jangan lupa lakukan peregangan otot.

3. Olah otak

Mengisi TTS, main games memori, ternyata juga olah otak yang mencegah kepikunan. Aktivitas ini menstimulasi otak sehingga otak kita terlatih untuk mengingat-ingat selalu alias tidak malas berpikir. Semua itu membuat sistem otak kita selalu siap bekerja kapan saja, tidak mogok.

4. Trik memori

Agak mirip dengan yang di atas, kegiatan ini membiasakan kita mengingat-ingat dan mengontrol daya ingat. Membuat prediksi juga bisa membantu proses daya ingat. Latihan ini berguna sebab kadang saat kita punya suatu ide, kita lupa data-data lain yang bisa mendukung ide tersebut.

5. Istirahatkan

Walau otak kita genius, kalau dipakai terus juga akan lelah. Maka beri istirahat agar kelak bisa bekerja lebih baik lagi. Sebuah studi mengatakan, tidur 90 menit di siang hari bisa membantu kinerja otak.

15