73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Skripsi Oleh: Zulva Adi Ermawan NIM. K.4602050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA

BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PABELAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Skripsi

Oleh:

Zulva Adi Ermawan NIM. K.4602050

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA

BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PABELAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh:

Zulva Adi Ermawan NIM. K.4602050

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A 2010

Page 3: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Drs. Waluyo M.Or. NIP. 1958082219843 1 002 NIP. 19660307199403 1 002

Page 4: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Jum’at

Tanggal : 30 April 2010

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. Mulyono, MM

Sekretaris : Drs. H. Sunardi, M.Kes

Anggota I : Drs. H. Agus Margono, M.Kes

Anggota II : Drs. Waluyo, M.Or

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001

Page 5: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Zulva Ardi Ermawan. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pebruari 2010.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh latihan

pliometrik bounding dan depth jump terhadap kemampuan lompat jauh gaya

berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten

Semarang tahun pelajaran 2009/2010. (2) Latihan plimetrik yang lebih baik

pengaruhnya antara bounding dan depth jump terhadap kemampuan lompat jauh

gaya berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian

ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri Pabelan 3 Kabupaten Semarang

tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 104 orang yang terbagi dalam lima kelas.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

proportional random sampling. Sampel yaitu diambil 30% dari jumlah populasi

tiap kelasnya, sehingga besarnya sampel yang digunakan sebanyak 32 orang.

Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran yaitu kemampuan lompat

jauh gaya berjalan di udara dari Tamsir Riyadi (1985:166). Teknik analsis data

yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagi berikut: (1) Ada

perbedaan pengaruh latihan pliometrik bounding dan depth jump terhadap lompat

jauh gaya berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010, dengan nilai perhitungan thit

sebesar 1,1772 dan ttabel sebesar 1,75 pada taraf signifikasi 5%. (2) Latihan

pliometrik bounding lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan lompat jauh

gaya berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010. Kelompok 1 (kelompok yang

mendapat perlakuan latihan pliometrik bounding) memiliki peningkatan sebesar

Page 6: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

79,12621%. Sedangkan kelompok 2 (kelompok yang mendapat perlakuan latihan

pliometrik depth jump) memiliki peningkatan sebesar 18,81884%.

Page 7: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

v Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi

indah dengan agama hidup menjadi terarah dan bermakna.

(A.H. Mukti Ali)

v Kesungguhan, kerja keras dan berdo’a adalah senjata yang ampuh untuk

meraih cita-cita

(Penulis)

Page 8: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tercinta

Adik tersayang

Teman-teman Angkatan 2002

Adik-adik JPOK FKIP UNS

Almamater

Page 9: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan

penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Rekreasi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Waluyo, M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang yang telah memberikan

ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun

pelajaran 2009/2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat

bermanfaat.

Surakarta, Pabruari 2010

ZAE

Page 10: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ................................…………………………………………………

PENGAJUAN ...............................………………………………………….

PERSETUJUAN .........................…………………………………………….

PENGESAHAN ..............................………………………………………….

ABSTRAK .................………………………………………………………

PERSEMBAHAN .............................……………………………………….

MOTTO .....................………………………………………………………..

KATA PENGANTAR ..................................………………………………..

DAFTAR ISI ......................................………………………………………

DAFTAR GAMBAR ...................................………………………………...

DAFTAR TABEL ....................……………………………………………..

DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………...

B. Identifikasi Masalah ..…………………………………………...

C. Pembatasan Masalah ...................……………………………..…

D. Perumusan Masalah ......………………………………………….

E. Tujuan Penelitian .....…………………………………………….

F. Manfaat Penelitian .....……………………………………………

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………….

A. Tinjauan Pustaka ...……………………………………………….

1. Lompat Jauh……………………………………………………

a. Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara……………………..

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh

c. Teknik Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara…………….

i

ii

iii

iv

v

vii

ix

ix

x

xiii

xiv

xv

1

1

5

5

6

6

7

8

8

8

8

9

10

Page 11: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

2. Hakikat Latihan………………………………………………..

a. Tujuan Latihan…………………………………………….

b. Latihan Fisik………………………………………………

c. Prinsip-Prinsip dasar Latihan Fisik……………………….

d. Pengaruh Latihan Fisik……………………………………

3. Latihan Pliometrik…………………………………………….

a. Hakikat dan Tujuan Latihan Pliometrik…………………..

b. Pedoman Pelaksanaan Latihan Pliometrik………………..

c. Penyusunan Program Latihan Pliometrik…………………

4. Latihan Pliometrik Bounding………………………………….

a. Pengertian Latihan Pliometrik Bounding…………………

b. Pengaruh Latihan Pliometrik Bounding dengan

Kemampuan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara……..

5. Latihan Pliometrik Depth Jump………………………………

a. Pengertian Latihan Pliometrik Depth Jump…………….

b. Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump dengan

Kemampuan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara……..

B. Kerangka Pemikiran .......……………………………………….

C. Perumusan Hipotesis ............………………………….…………

BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………….

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....………………………………..

B. Metode Penelitian ………………………………………………

C. Variabel Penelitian………………………………………………

D. Treatment………………………………………………………..

E. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………….

F. Teknik Pengumpulan Data………………………………………

G. Teknik Analisis Data…………………………………………….

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………..

A. Deskripsi Data ...............………………………………………..

B. Mencari Reliabilitas……………………………………………

15

15

17

18

24

27

27

28

30

32

32

34

35

35

37

38

40

41

41

41

42

42

43

44

44

47

47

47

Page 12: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

C. Pengujian Persyaratan Analisis………………………………….

1. Uji Normalitas………………………………………………..

2. Uji Homogenitas……………………………………………..

D. Hasil Analisis Data………………………………………………

1. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan……………………

2. Uji Perbedaan sesudah Diberi Perlakuan…………………….

E. Pengujian Hipotesis……………………………………………..

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………. …………

A. Simpulan……………………………………………………….

B. Implikasi ....................…………………………………………

C. Saran .........................…………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………….

LAMPIRAN.........................…………………………………………………

48

48

49

50

50

50

53

55

55

55

56

57

59

Page 13: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Lompat Jauh………………………………………………..

Gambar 2. Awalan Lompat Jauh……………………………………….

Gambar 3. Sikap dan Gerakan pada Waktu akan Melakukan Tolakan

Gambar 4. Sikap Melayang Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara……

Gambar 5. Sikap Badan Waktu mendarat Lompat Jauh……………….

Gambar 6. Latihan Pliometrik Double Leg Bounding…………………

Gambar 7. Latihan Pliometrik Depth Jump……………………………

Gambar 8. Tes dan Pengukuran Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara

9

12

13

14

15

34

37

75

Page 14: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Populasi Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010…………

Tabel 2. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan

Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara Kelompok 1 dan

Kelompok 2…………………………………………………

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes

Tes Akhir……………………………………………………

Tabel 4. Range Kategori Reliabilitas…………………………………

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas…………………………..

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data……………………

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok

1 dan Kelompok 2……………………………………………

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok

1……………………………………………………………..

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok

2……………………………………………………………..

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara

Kelompok 1 dan Kelompok 2……………………………….

Tabel 11. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan

Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di

Udara Kelompok 1 dan Kelompok 2………………………..

44

47

47

48

48

49

50

51

51

52

52

Page 15: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya

Jongkok………………………………………………….

Lampiran 2. Uji Reliabilitas Data Tes Awal………………………….

Lampiran 3. Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 1………….

Lampiran 4. Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 2……………

Lampiran 5. Uji Homogenitas Data Tes Awal………………………..

Lampiran 6. Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya

Berjalan Di Udara……………………………………….

Lampiran 7. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir………………………….

Lampiran 8. Uji Perbedaan Tes Awal Kelompok 1 dan 2……………

Lampiran 9. Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada

Kelompok 1……………………………………………..

Lampiran 10.Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada

Kelompok 2……………………………………………..

Lampiran 11.Uji Perbedaan Data Tes Akhir antara Kelompok 1 dan

Kelompok 2……………………………………………..

Lampiran 12. Menghitung Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh

Gaya Berjalan Di Udara dalam Persen antara Kelompok

1 dan Kelompok 2……………………………………….

Lampiran 13.Tes dan Pengukuran Lompat Jauh Gaya Berjalan Di

Udara…………………………………………………….

Lampiran 14. Program Latihan Pliometrik Bounding dan Depth Jump

Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian…………………..

Lampiran 16. Ijin Penelitian Dari Universitas Sebelas Maret

Surakarta……………………………………………….

Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 3

Pabelan Kabupaten Semarang…………………………..

60

61

63

64

65

66

67

69

70

71

73

74

76

84

86

87

Page 16: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Page 17: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Page 18: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

peran penting dan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan secara keseluruhan.

Melalui pendidikan jasmani banyak manfaat yang diperolehnya. Aip Syarifuddin

dan Muhadi (1991/1992: 7) menyatakan, “Melalui pendidikan jasmani anak didik

akan memperoleh berbagai pengalaman terutama yang sangat erat kaitannya

dengan kesan pribadi yang menyenangkan, berbagai ungkapan yang kreatif,

inovatif, keterampilan gerak, kebugaran jasmani, membiasakan hidup sehat,

pengetahuan dan pemahaman terhadap sesama manusia”. Sedangkan Agus

Mahendra (2004: 7-9) menyatakan, “Secara umum manfaat pendidikan jasmani

di sekolah untuk memenuhi kebutuhan anak akan bergerak, mengenalkan anak

pada lingkungan dan potensi lainnya, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang

berguna, menyalurkan energi yang berlebihan dan, merupakan proses pendidikan

secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.

Ditinjau dari pengertian pendidikan jasmani, maka aktivitas gerak fisik

siswa merupakan sarana pendidikan. Dengan dilaksanakannya pendidikan jasmani

diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa,

merangsang perkembangan sikap, mental, sosial dan emosi, serta dapat

memberikan pemahaman tentang manfaat pendidikan jasmani. Salah satu

pelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah-sekolah yaitu cabang

olahraga atletik.

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat penting. Atletik

merupakan cabang olahraga yang di dalamnya mengandung unsur gerakan-

gerakan dasar dari hampir semua cabang olahraga yang kita kenal. Nomor-nomor

cabang olahraga atletik yang diajarkan meliputi nomor, jalan lari, lompat dan

lempar. Salah satu nomor lompat yang diajarkan di sekolah adalah lompat jauh.

Berdasarkan gaya lompat jauh dibedakan menjadi tiga, salah satunya adalah

lompat jauh gaya berjalan di udara (walking in the air). Dikatakan gaya berjalan

Page 19: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

di udara karena pada saat melayang di udara membuat gerakan seperti orang

berjalan. Agar lebih mudah melakukan gaya yang diinginkan pada saat di udara,

maka harus melompat setinggi-tingginya. Lompatan yang tinggi merupakan

bagian yang penting untuk melakukan gaya saat melayang di udara dan

mendukung pencapaian jarak lompatan yang lebih maksimal, sehingga prestasi

yang tinggi dapat dicapai secara maksimal.

Untuk mencapai prestasi dalam lompat jauh dipengaruhi oleh banyak

faktor. Menurut Gunther Bernhard (1993:45) bahwa, "Faktor kondisi fisik dan

faktor teknik merupakan unsur-unsur dasar prestasi lompat jauh". Memiliki

kondisi fisik serta menguasai teknik melompat yang baik merupakan faktor dapat

mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh. Ditinjau dari teknik melompat

terdiri beberapa gerakan yaitu awalan, tumpuan, lompatan, saat melayang dan

pendaratan. Bagian-bagian tersebut merupakan teknik-teknik lompat jauh yang

harus dirangkaikan secara harmonis dan berkesinambungan untuk memperoleh

lompatan yang maksimal.

Ditinjau dari kondisi fisik, salah satu komponen kondisi fisik yang dapat

mendukung pencapaian prestasi lompat jauh adalah power otot tungkai. Hal ini

sesuai pendapat Tamsir Riyadi (1985: 69) menyatakan, “Salah satu komponen

fisik yang dapat mendukung kemampuan lompat jauh adalah daya ledak

(explosive power)”. Pencapaian jarak lompatan sangat tergantung pada daya

dorong badan ke depan atas yang dapat dikembangkan dari power otot tungkai.

Daya ini dapat dikembangkan dari awalan lari yang cepat dan lompatan ke atas

yang kuat dari salah satu kaki pada saat menolak pada balok tolakan. Untuk

mendapatkan lompatan yang maksimal, maka otot-otot tungkai harus dilatih dan

dikembangkan dengan latihan yang tepat. Menurut Soegito, Bambang Wijanarko

dan Ismaryati (1993: 59) bahwa, "Untuk dapat melompat dengan kuat dan baik,

diperlukan latihan-latihan penguatan otot-otot kaki".

Power merupakan aplikasi kombinasi antara kekuatan dan kecepatan yang

dikerahkan dalam waktu yang singkat. Power dapat dilatih dan dikembangkan

melalui beberapa cara atau metode latihan, antara lain dengan pliometrik. Menurut

Radcliffe dan Farentinos (2002: 4) bahwa, "Setiap keterampilan yang menuntut

Page 20: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

power, yaitu kombinasi atau perpaduan antara kekuatan dan kecepatan dapat

memperoleh manfaat dari latihan pliometrik".

Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam

kegiatan olahraga dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk

meningkatkan power. Hal ini karena, pola gerakan pliometrik sebagian besar

mengikuti konsep “power chain” (rantai power) dan sebagian besar latihan khusus

melibatkan otot-otot anggota gerak bawah, karena gerakan kelompok otot ini

secara nyata merupakan pusat power.

Prinsipnya latihan pliometrik didasarkan pada prinsip pra peregangan otot

yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk penyerapan kejutan

dari ketegangan yang dilakukan otot sewaktu bekerja. Sebagai metode latihan

fisik latihan pliometrik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok latihan yaitu: (1)

latihan untuk anggota gerak bawah, (2) latihan untuk batang tubuh, dan (3) latihan

untuk anggota gerak atas.

Berdasarkan bagian-bagian latihan dari pliometrik tersebut, latihan

pliometrik untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara

yaitu latihan anggota gerak bawah, khusunya power otot tungkai. Menurut James

C. Radcliffe & Farentinos, (1985) dan Chu (1992) beberapa bentuk latihan

pliometrik yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ledak anggota gerak

bawah antara lain: “Bounds, hops, jumps, leaps, skips, ricochets, jumping-in

place, standing jumps, multiple hop and jump, box drills, bounding dan dept

jump”.

Berdasarkan bentuk-bentuk latihan pliometrik anggota gerak bawah

tersebut dapat diterapkan ke dalam berbagai macam cabang olahraga termasuk

lompat jauh. Bentuk latihan pliometrik yang akan dikaji dan diteliti untuk

meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara yaitu bounding dan

dept jump. Dari kedua bentuk latihan pliometrik tersebut belum diketahui bentuk

latihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan

lompat jauh gaya berjalan di udara. Untuk mengetahui hal tersebut perlu

dibuktikan dengan mengujicobakan kedua bentuk latihan pliometrik tersebut

melalui penelitian eksperimen.

Page 21: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas III SMP

Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010. Ditinjau dari

pelaksanaan pendidikan jasmani termasuk cabang olahraga atletik khususnya

lompat juah telah berjalan dengan baik. Namun disisi lain, kemampuan lompat

jauh gaya berjalan di udara siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 masih rendah. Banyak para

siswa kurang menguasai teknik lompat jauh gaya berjalan di udara dan

kemampuan kondisi fisik yang dimiliki belum terlatih serta belum mampu

memanfaatkannya dalam teknik lompat juah gaya berjalan di udara. Kondisi

semacam ini harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah

termasuk SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang pada umumnya banyak

kendala yang dihadapi oleh guru Penjas. Terbatasnya jam pelajaran merupakan

kendala yang menyulitkan bagi pihak guru. Waktu yang tersedia tidak

memungkinkan untuk mengembangkan faktor-faktor yang mendukung

pencapaian prestasi lompat jauh gaya berjalan di udara, termasuk penerapan

metode latihan seperti pada olahraga prestasi. Pembelajaran yang diberikan hanya

terbatas pengenalan teknik lompat jauh, itu pun siswa belum menguasai dengan

benar, sehingga penguasaan teknik lompat jauh gaya berjalan di udara masih

rendah. Kondisi inilah yang menyebabkan kemampuan lompat jauh gaya berjalan

di udara masih rendah. Untuk meningkatkan kemampuan lompat juh gaya berjalan

di udara, maka perlu dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu di luar jam

pelajaran sekolah. Di samping itu, dalam menerapkan latihan harus dengan bentuk

latihan yang tepat, sehingga diperoleh hasil latihan yang maksimal. Upaya

meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dapat dilakukan dengan

latihan pliometrik di antaranya dengan latihan pliometrik bounding dan depth

jump.

Permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatar belakangi

judul penelitian, ”Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Bounding dan Depth

Jump terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara pada Siswa

Page 22: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Perlu ditelusuri faktor-faktor yang menyebabkan kemampuan lompat jauh

gaya berjalan di udara siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 masih rendah.

2. Para siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun

pelajaran 2009/2010 belum menguasai teknik lompat jauh gaya berjalan di

udara dan kemampuan kondisi fisik masih rendah.

3. Kurangnya latihan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya

berjalan di udara SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran

2009/2010.

4. Belum diketahui pengaruh latihan pliometrik bounding dan depth jump

terhadap kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara.

5. Kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 belum

teruji.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar

tidak menyimpang dari permasalahan penelitian. Pembatasan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh latihan pliometrik bounding dan depth jump terhadap kemampuan

lompat jauh gaya berjalan di udara.

2. Kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.

Page 23: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik bounding dan depth

jump terhadap kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara pada siswa

putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran

2009/2010?

2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan pliometrik bounding dan

depth jump terhadap kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara pada

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun

pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh latihan pliometrik bounding dan depth jump terhadap

kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII

SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.

2. Latihan plimetrik yang lebih baik pengaruhnya antara bounding dan depth

jump terhadap kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara pada siswa

putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran

2009/2010.

Page 24: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat antara lain:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan penguasaan teknik lompat jauh gaya berjalan

di udara dan faktor-faktor yang mendukungnya khususnya peranan power otot

tungkai, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi lompat jauh gaya

berjalan di udara menjadi lebih baik.

2. Bagi guru Penjaskes dan siswa SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang

dapat menambah pengetahuan dalam ilmu olahraga pada umumnya dan

metode latihan lompat jauh untuk mendukung pencapaian lompat jauh gaya

berjalan di udara.

Page 25: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lompat Jauh

a. Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara

Menurut Aip Syarifuddin (1992:90) bahwa, “Lompat jauh adalah suatu

bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya

membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang

dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk

mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”.

Berdasarkan gayanya, gaya lompat jauh dibedakan menjadi tiga macam,

salah satunya adalah gaya berjalan di udara. Menurut Tamsir Riyadi (1985:100)

bahwa, “Lompat jauh gaya berjalan di udara (walking in the air) disebut juga gaya

lari di udara (running in the air) atau gaya menyepak dengan menghentak (hitch

kick) dan sering disebut pula gaya melangkah di udara (stride in the air)”.

Lompat jauh gaya berjalan di udara lebih sulit dibandingkan dengan gaya

jongkok maupun gaya snepper. Pada umumnya lompat jauh gaya berjalan di

udara digunakan oleh atlet-atlet lompat yang sudah berpengalaman. Adapun

tujuan dari gaya berjalan di udara, menurut Jess Jerver (1999:40) adalah:

1) Untuk mendapatkan keseimbangan sewaktu melayang di udara dan memperoleh posisi landing yang efisien.

2) Untuk mengurangi arah rotasi ke depan dengan mencari resultante ke arah gerak menyudut. Caranya adalah dengan memutar tungkai dan tangan pada saat lari dan melayang.

Pelaksanaan gerakan lompat jauh gaya berjalan di udara, menurut Aip

Syarifuddin (1992:94) sebagai berikut:

Page 26: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Pada waktu atau setelah dari papan tolakan, kaki yang belakang diayunkan jauh ke atas depan, kedua tangan (lengan) diayun jauh ke atas, agar dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh. Sambil melayang di udara kaki digerakkan melangkah ke depan secara bergantian (hitch kick) untuk menghasilkan jangkauan yang luas dari pinggang. Paha diangkat ke atas untuk memperoleh jangkauan kaki jauh ke depan pada waktu akan mendarat. Kemudian mendarat pada kedua kaki, kedua tangan ke depan.

Teknik pelaksanaan gaya berjalan di udara harus dipahami dan dikuasai

dengan baik dan benar. Kesalahan gerakan atau teknik saat melayang di udara

akan mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh atau bahkan badan akan

cepat mendarat.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh

Tujuan utama lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-

jauhnya. Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya dipengaruhi oleh

banyak faktor. Gunter Bernhard (1993: 45) menyatakan unsur-unsur dasar bagi

suatu prestasi pada lompat jauh adalah: “(1) Faktor kondisi terutama kecepatan,

tenaga loncat dan tujuan yang diarahkan kepada keterampilan, (2) Faktor teknik

yaitu: ancang-ancang, persiapan loncat dan perpindahan, fase melayang dan

pendaratan”. Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi lompat

jauh, Jonath U., Haag E.,& Krempel R. (1987: 196) menggambarkan

persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu:

+ +

Gambar 1. Skema Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh (Jonath U., Haag E.,& Krempel R. 1987: 196)

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, faktor yang

mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh adalah faktor kondisi fisik dan

faktor teknik melompat. Ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan, tolakan,

melayang di udara dan pendaratan. Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik

Kecepatan

Kondisi - Tenaga loncat - Kemudahan gerak - Ketangkasan - Rasa irama

Teknik - Ancang-ancang - Lepas tapak - Tahap melayang - Pendaratan

Page 27: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh antara lain kecepatan

dan tenaga loncat (power). Seperti dikemukakan Tamsir Riyadi (1985: 95) bahwa,

“Kemampuan fisik yang harus dimiliki seorang pelompat antara lain: daya ledak,

kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi". Untuk mencapai

oprestasi lompat jauh gaya berjalan di udara secara maksimal, maka faktor-faktor

yang mempengaruhinya harus dilatih dan ditingkatkan melalui latihan yang

sistematis dan kontinyu.

c. Teknik Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara

Teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional

yang memungkinkan tercapainya hasil-hasil yang baik dalam suatu pertandingan

atau perlombaan. Teknik melompat merupakan salah satu bagian yang akan

mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh. Untuk mencapai prestasi lompat

jauh, maka seorang pelompat harus menguasai macam-macam teknik melompat

yang benar.

Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya

harus dirangkaikan secara baik dan harmonis. Pada prinsipnya semua teknik

lompat jauh adalah sama baik gaya jongkok, gaya berjalan di udara maupun gaya

menggantung. Letak perbedaannya pada saat melayang di udara. Seperti

dikemukakan Tamsir Riyadi (1985: 95) bahwa, “Yang menyebabkan adanya

perbedaan dari ketiga gaya hanya terletak pada saat melayang di udara. Tinjauan

secara teknis pada lompat jauh meliputi 4 masalah yaitu: cara melakukan awalan,

tumpuan, melayang di udara dan cara melakukan pendaratan”.

Berdasarkan pendapat tersebut menujukkan, teknik lompat jauh gaya

berjalan di udara terdiri empat bagian yaitu, awalan, tumpuan, melayang di udara

dan mendarat. Dari keempat teknik gerakan lompat jauh gaya berjalan di udara

tersebut merupakan satu pola gerakan yang tidak boleh diputus-putus

pelaksanaannya. Untuk mencapai prestasi lompat jauh gaya berjalan di udara

secara maksimal, maka teknik-teknik tersebut harus dikuasai dengan baik dan

benar. Untuk lebih jelasnya teknik lompat jauh gaya berjalan di udara diuraikan

secara singkat sebagai berikut:

Page 28: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

1) Awalan

Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan adalah

untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan membawa

pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar merupakan

prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan yang sejauh-

jauhnya.

Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum

salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan untuk mendapatkan dorongan ke

depan pada waktu melompat. Pelompat harus berlari semakin cepat sehingga

mencapai kecepatan penuh pada saat sebelum salah satu kaki menumpu. Jes

Jerver (1999: 34) menyatakan “Maksud berlari sebelum melompat ini adalah

untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan

hambatan sewaktu take of ”. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi

sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki

menolak.

Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat

individual tergantung dari masing-masing pelompat. Kecepatan awalan harus

sudah dicapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat

langkah terakhir sebelum bertumpu tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat

menolak dibalok tumpuan. Menurut Soegito (1992: 36-38) memberikan petunjuk

pelaksanaan awalan sebagai berikut:

1) Berdirilah di belakang tanda titik awalan anda. Berkonsentrasilah sejenak.

2) Berlarilah dengan cepat dengan irama yang tetap menuju balok tumpuan.

3) Setelah ± 4 langkah dari balok tumpuan, berkonsentrasilah pada tumpuan tanpa mengurangi kecepatan.

4) Pada saat melakukan tumpuan badan agak condong ke belakang. Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan

kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau

diperlebar untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Aip

Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, "Untuk menjaga kemungkinan pada waktu

melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan,

Page 29: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

biasanya pelompat membuat dua buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan

memulai melakukan awalan dengan papan tolakan".

Bak Pasir Tanda Tanda pertama kedua Papan tolak

Gambar 2. Awalan Lompat Jauh (Aip Syarifuddin, 1992: 91)

2) Tumpuan

Tumpuan merupakan perubahan gerak horisontal ke gerak vertikal yang

dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya

pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya

pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di

udara. Tolakan dilakukan dengan menjejakkan salah satu kaki untuk menumpu

tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas

yang besar. Jes Jerver (1999:35) menyatakan, “Maksud dari take off adalah

merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak

lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin”.

Lompatan dilakukan dengan mencondongkan badan ke depan membuat sudut

lebih kurang 45° dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi

horisontal.

Untuk mendapatkan daya dorong ke depan dan ke atas yang maksimal

sebaiknya menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Tumpuan kaki yang kuat

memberi peluang yang besar untuk memperoleh lompatan yang tinggi dan jauh ke

depan, sehingga lompatan lebih maksimal. Di samping itu juga, ketepatan

melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan

menumpu (melewati balok tumpuan), lompatan dinyatakan gagal atau

diskualifikasi. Sedangkan penempatan kaki tumpu berada jauh sebelum balok

tumpuan akan sangat merugikan terhadap pencapaian jarak lompatan. Untuk

mencapai lompatan yang maksimal, maka harus dilakukan dengan kaki yang kuat

Page 30: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dan tepat pada balok tumpuan. Menurut Tamsir Riyadi (1985:96) teknik

menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:

1) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat. 2) Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan

berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik (sekitar 45°.

3) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan. 4) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta diayunkan ke depan atas.

Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah). 5) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam

posisi lutut ditekuk

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan teknik pelaksanaan menumpu

sebagai berikut:

Gambar 3. Sikap dan Gerakan pada Waktu akan Melakukan Tolakan (Aip Syarifuddin, 1992: 92)

3) Melayang Di Udara

Melayang di udara merupakan letak perbedaan gaya dalam lompat jauh.

Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan

dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan si

pelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya penarik bumi”.

Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat

badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-kira pada

pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak ke belakang.

Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus

melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan

Page 31: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan

yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan

melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih

jauh, karena kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang

menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu

diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh,

sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al. (1987: 200) mengemukakan

“Pada fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan

pendaratan”.

Gambar 4. Sikap Melayang Lompat Jauh Gaya Berjalan di Udara (Aip Syarifuddin, 1992: 94)

4) Pendaratan

Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.

Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan

sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh

seorang pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke

depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh tanah,

pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga

badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Gerakan

tersebut harus dilakukan dalam satu rangkaian gerakan yang utuh dan harmonis.

Keberhasilan dalam lompat jauh tergantung dari pendaratan yang baik dan benar.

Menurut Soegito (1992: 41) teknik pendaratan sebagai berikut:

Page 32: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

1) Pada saat badan akan jatuh di tanah lakukan pendaratan sebagai berikut : a) Luruskan kedua kaki ke depan. b) Rapatkan kedua kaki. c) Bungkukkan badan ke depan. d) Ayunkan kedua tangan ke depan. e) Berat badan dibawa ke depan.

2) Pada saat jatuh di tanah atau mendarat : a) Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar. b) Segera lipat kedua lutut. c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah

belakang.

Berikut ini diisajikan ilustrasi gambar teknik gerakan mendarat lompat

jauh gaya berjalan di udara sebagai berikut:

Gambar 5. Sikap Badan Waktu Mendarat Lompat Jauh (Aip Syarifuddin, 1992: 95)

2. Hakikat Latihan

a. Tujuan Latihan

Latihan bukan merupakan hal yang baru, atau baru saja ditemukan pada

jaman sekarang ini, namun latihan sudah ada sejak jaman Mesir Purba dan

Yunani. Pada saat itu orang-orang melakukan latihan secara sistematis dalam

usaha mencapai tujuan militer maupun untuk olimpik. Pada prinsipnya latihan

merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Berkaitan dengan latihan A. Hamidsyah Noer (1995: 6)

menyatakan, “Latihan suatu proses yang sistematis dan kontinyu dari berlatih atau

bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari

kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”. Menurut Yusuf

Page 33: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) bahwa, “Latihan adalah proses yang

sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari

kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”. Menurut

Bompa (1990: 3) bahwa, “Latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik

dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan indicidual yang

mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai

sasaran yang telah ditentukan”. Hal senada dikemukakan Russel R. Pate., Bruce

Mc. Clenaghan & Robert Rotella (1993: 317) bahwa, “Latihan dapat didefinisikan

sebagai peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan latihan”.

Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis

dan kontinyu, dilakukan dalam waktu yang lama dan secara berulang-ulang

dengan beban latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Tujuan akhir latihan menurut Russel R. Pate., BruceMc. Clenaghan &

Robert Rotella (1993: 317) yaitu, “Untuk meningkatkan penampilan olahraga”.

Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 126) bahwa, “Tujuan utama

latihan adalah untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan dan prestasi

olahraganya semaksimal mungkin”. Sedangkan Bompa (1990: 4) menyatakan

tujuan umum latihan yaitu:

1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multiralteral.

2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.

1) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya.

2) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan.

3) Untuk mengelola kualitas kemauan. 4) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim

secara optimal. 5) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit. 6) Untuk pencegahan cidera. 7) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.

Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama

dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan

Page 34: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlit yang berlatih.Untuk mencapai tujuan

tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “(1)

Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental (Yusuf

Adisasmita & Aip Syarifuddin, 1996: 12-127).

Dari keempat aspek latihan tersebut harus dilatih dan dikembangkan

secara serempak agar tujuan latihan dapat tercapai. Namun demikian, dari

keempat aspek latihan tersebut dapat dilatih dan ditingkatkan salah satu aspek saja

menurut kebutuhan. Jika ingin meningkatkan kemampuan fisik, maka latihan fisik

menjadi prioritas dari latihan. Untuk mencapai kemampuan fisik yang maksimal,

maka harus diterapkan metode latihan yang tepat.

b. Latihan Fisik

Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk

mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi

yang optimal. Andi Suhendro (1999: 4.1) menyatakan, “Kondisi fisik merupakan

salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlet, dan bahkan

sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga”.

Menurut Depdiknas (2001: 101) bahwa, “Salah satu unsur atau faktor untuk

meraih suatu prestasidalam olahraga adalah kondisi fisik, di samping penguasaan

teknik, taktik dan kemampuan mental”.

Pentingnya peranan kondisi fisik dalam kegiatan olahraga, maka harus

dilatih dan ditingkatkan secara maksimal. Untuk memperoleh kualitas fisik yang

baik, maka harus dilakukan latihan fisik secara sistematis dan terprogram. Latihan

fisik pada prinsipnya untuk memberikan beban fisik pada tubuh secara teratur,

sistematik, berkesinambugan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan

kemampuan di dalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan

berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan

meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan dengan latihan fisik

Harsono (1988: 153) menyatakan, "Latihan fisik merupakan usaha untuk

meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh

sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”. Pendapat lain dikemukakan Andi

Page 35: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Suhendro (1999: 3.5) bahwa, “Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk

mengembangkan dan meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup

semua komponen kondisi fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan

kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan, power, stamina,

kelentukan dan lain-lain”.

Latihan fisik merupakan salah satu unsur latihan olahraga secara

menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk

meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat

ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu misalnya, power otot

tungkai, maka latihan fisik harus ditekankan pada peningkatan unsur-unsur

kondisi fisik power otot tungkai. Latihan yang dilakukan harus bersifat spesifik

sesuai dengan karakteristik komponen kondisi fisik yang dikembangkan.

c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Fisik

Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif.

Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar.

Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam

latihan yang terorganisir dengan baik (Nosseck, 1982: 14). Agar tujuan latihan

dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang

baik dan tepat.

Pengembangan kondisi fisik dari hasil latihan tergantung pada tipe dan

beban latihan yang diberikan serta tergantung dari kekhususan latihan. Menurut

Fox, Bowers, dan Foss (1999: 25-27) prinsip-prinsip dasar latihan fisik dapat

dijadikan pedoman dalam pelaksanaan suatu latihan, antara lain:

1) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan

Pemanasan tubuh (warming-up) penting dilakukan sebelum berlatih.

Pemanasan biasanya berisi peregangan, kalestenik dan aktivitas formal, dan

setelah latihan diakhiri pendinginan. Pemanasan dapat dikerjakan secara umum

dan khusus, yaitu dengan berbagai macam latihan aktif dan pasif. Atau dapat juga

Page 36: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

pemanasan dikerjakan dengan kombinasi latihan aktif dan pasif. Rusli Lutan

(1992: 91) menyatakan bahwa:

Pemanasan tubuh (warming-up) penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan adalah untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh kita untuk menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Kecuali untuk memanaskan tubuh, kegunaan lainnya ialah agar (1) atlet terhindar dari kemungkinan bahaya cidera, (2) terjadi koordinasi gerak yang mulus, (3) organ tubuh menyesuaikan diri dengan kerja yang lebih berat dan (4) kesiapan mental atlet kian meningkat. Melalui pemanasan yang dilakukan dengan aktif dan pasif akan

meningkatkan suhu tubuh yang kemudian akan membantu meningkatkan

kelancaran peredaran darah, meningkatkan penyaluran oksigen dan pertukaran

zat. Selain itu pemanasan juga akan mempertinggi elasitas otot, dengan demikian

akan memperkecil terjadinya cidera.

2) Prinsip Kekhususan

Setiap latihan yang dilakukan tentunya akan menimbulkan pengaruh

secara khusus terhadap tujuan yang diingikan sesuai dengan karakteristik gerakan

keterampilan, unsur kondisi fisik dan sistem energi yang digunakan selama

latihan. Soekarman (1987: 60) menyatakan, “Latihan itu harus khusus untuk

meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga

yang bersangkutan”. Pendapat lain dikemukakan Sadoso Sumosardjuno (1994:

10) menyatakan “Latihan harus dikhususkan pada olahraga yang dipilihnya serta

memenuhi kebutuhan khusus dan strategi untuk olahraga yang dipilih”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, program latihan

yang dilaksanakan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan

dicapai. Bentuk latihan yang dilakukan harus memiliki ciri-ciri tertentu sesuai

dengan cabang olahraga yang akan dikembangkan. Baik pola gerak, jenis

kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis

olahraga yang dikembangkan.

Page 37: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3) Prinsip Interval

Latihan secara interval merupakan serentetan latihan yang diselingi

dengan istirahat tertentu. Faktor istirahat haruslah diperhitungkan setelah jasmani

melakukan kerja berat akibat latihan. Sistem latihan secara interval digunakan

hampir pada semua cabang olahraga. Menurut Suharno HP. (1993: 17) bahwa,

“Prinsip interval sangat penting dalam latihan yang bersifat harian, mingguan,

bulanan, kuwartalan, tahunan yang berguna untuk pemulihan fisik dan mental

atlet dalam menjalankan latihan”.

Ciri khas latihan interval yaitu adanya istirahat yang diselingkan pada

waktu melakukan latihan. Istirahat diantara latihan tersebut dapat berupa istirahat

pasif ataupun aktif, tergantung dari sistem energi mana yang akan dikembangkan.

Istirahat disetiap rangsangan latihan memegang peranan yang menentukan. Sebab

organisme yang mendapat beban latihan sebelumnya harus dipulihkan lagi.

Istirahat yang terlalu panjang dan terlalu pendek dapat menghambat keefektifan

suatu latihan. Setiap rangsangan gerak menyebabkan penggunaan energi dan

pengurangan cadangan energi, akan tetapi juga mengandung rangsangan untuk

pembentukan energi baru. Menurut Suharno HP. (1993: 17) bahwa kegunaan

prinsip interval diterapkan dalam latihan untuk: “(1) menghindari terjadinya

overtraining, (2) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi

terhadap beban latihan, (3) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses

latihan”.

Kesediaan organisme yang lebih tinggi untuk menunjukkan gejala

penyesuaian, terlihat pada pembebanan dalam istirahat berikutnya, sudah tentu

tidak dalam jangka waktu yang tidak terbatas, melainkan dalam saat yang pendek

sewaktu pemulihan kembali organisme secara menyeluruh. Jangka waktu istirahat

yang pendek tetapi penting harus disesuaikan dan dipergunakan dengan baik,

sebab dalam waktu yang pendek itulah tersusun rangsangan latihan yang baru.

Oleh karena itu istirahat tidak boleh terlalu pendek, karena bila demikian saat

yang baik dan menguntungkan belum tercapai. Juga istirahat tidak boleh terlalu

panjang, karena dalam hal demikian saat yang penting berlalu tanpa dapat

Page 38: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

dimanfaatkan. Rangsangan yang baru harus cukup tetapi tersusun dalam tahap

superkompensasi keseimbangan organisme secara keseluruhan.

4) Prinsip Beban Lebih Secara Progresif

Peningkatan beban latihan dilakukan secara progresif. Yang dimaksud

dengan peningkatan beban secara progresif yaitu peningkatan beban secara teratur

dan bertahap sedikit demi sedikit. Soekarman (1987: 60) menyatakan, "Dalam

latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai maksimum, dan

jangan berlatih melebihi kemampuan". Dengan pemberian beban yang dilakukan

secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan

memberikan efektifitas kemampuan fisik. Peningkatan beban latihan harus tepat

disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan setahap demi

setahap. Pelatih harus cermat dalam memperhitungkan penambahan beban yang

akan diberikan. Harus diperhatikan bahwa perlu dihindari pemberian beban yang

berlebihan. Pemberian beban yang berlebihan dapat berakibat buruk bagi

olahragawan itu sendiri.

Keuntungan penggunaan prinsip peningkatan beban secara progresif adalah

atot-otot tidak akan terasa sakit dan kemungkinan melemahkan cedera tubuh.

Dengan diberi beban lebih akan menambah latihan otot pada saat melakukan

program latihan berbeban. Akibatnya pada latihan berikutnya beban lebih yang

pertama tidak memberikan pangaruh yang memadai untuk meningkatkan

kekuatan. Dengan kata lain, beban yang pertama itu akhirnya menjadi underload,

karena kekuatannya telah bertambah.

Peningkatan beban latihan paling tidak dilakukan setelah 1 minggu latihan,

karena organisme tubuh baru akan beradaptasi setelah kurun waktu 1 minggu. Hal

ini sesuai dengan pendapat Suharno HP. (1993: 14) bahwa, “Peningkatan beban

latihan jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan

baru dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting, karena ada kesempatan

untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu

paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi”. Penambahan

beban yang dilakukan dengan tepat akan dapat menimbulkan adaptasi tubuh

Page 39: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

terhadap latihan secara yang tepat pula. Dengan hal tersebut, maka hasil latihan

akan lebih optimal.

5) Prinsip Latihan Beraturan

Prinsip ini bertujuan agar beban latihan tertuju dan terjadi menuntut

kelompok otot dan tempat berfungsinya otot. Menurut M. Sajoto (1995: 31)

bahwa, “Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot

besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar

kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu”.

Alasan penyusunan ini bahwa otot-otot yang lebih kecil cenderung lebih

cepat dan lebih lemah daripada kelompok otot yang lebih besar. Oleh karena itu

untuk menentukan beban lebih yang tepat mendahulukan melatih otot-otot yang

lebih besar, kemudian otot-otot yang lebih kecil sebelum mengalami kelelahan.

Lebih lanjut M. Sajoto (1995: 31) mengemukakan bahwa, "Program latihan

hendaknya diatur agar tidak terjadi dua bagian otot pada tubuh yang sama

mendapat dua kali latihan secara berurutan". Pembebanan diberikan pada

kelompok otot-otot yang lebih besar, kemudian otot-otot yang kecil sebelum

mengalami kelelahan. Misalnya kelompok otot kaki dan paha dilatih lebih dahulu

dari pada kelompok otot lengan yang lebih kecil.

6) Prinsip Perbedaan Individu

Konsep latihan harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap

individu agar tujuan latihan dapat tercapai. Perbedaan antara atlet yang satu

dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga

berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan

latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) mengemukakan, "Meskipun sejumlah

atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan

kemajuan dan perkembangannya tidak sama".

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan yang diterapkan harus

bersifat individu. Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang

diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi

Page 40: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

atlet. Kemampuan atlet akan meningkat bergantung pada program latihan yang

diterapkan. Sebagai seorang pelatih harus cermat dan tepat dalam menyusun

program latihan untuk atletnya agar tujuan latihan yang telah ditetapkan dapat

dicapai dengan baik.

7) Prinsip Kembali Asal

Prinsip kembali asal ini penting untuk diperhatikan oleh seorang atlet.

Kualitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali ke kondisi semula

apabila tidak melakukan latihan secara teratur dan kontinyu. Penuruan yang

bermakna akan terjadi sesudah seseorang menghentikan latihan. Soekarman

(1987: 60) menyatakan, “Setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali

keadaan semula. Oleh karena itu setiap atlet harus berlatih terus untuk memelihara

kondisinya”.

Berlatih secara baik dan teratur adalah hal penting untuk menjaga kondisi

dan prestasi seorang atlet. Jika latihan dihentikan maka secara otomatis kondisi

dan prestasinya akan menurun.

8) Prinsip Nutrisi

Untuk menunjang tercapainya tujuan latihan fisik, maka prinsip nutrisi

atau gizi makanan perlu diperhatikan juga. Hal ini penting karena, banyaknya

kalori yang dikeluarkan selama latihan fisik harus seimbang dengan makanan

yang dikonsumsi. Sarwoto & Bambang Soetedjo (1993: 231) menyatakan,

“Kualitas makanan yang kita makan dengan didukung oleh kegiatan fisik yang

teratur akan memberikan jaminan terhadap tingkat kesehatan seseorang”.

Seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat memerlukan

konsumsi makanan, terutama makanan yang mengandung zat energi yang lebih

besar dari pada aktivitasnya ringan. Seperti dikemukakan Patte Rotella Mc.

Clenaghan (1993: 263) bahwa, ”Karbohidrat dan lemak menggantikan sumber

energi makanan yang dapat digunakan selama olahraga”. Makanan yang tidak

Page 41: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

seimbang dengan kegiatan fisik yang dilakukan akan mengakibatkan kerusakan

pada organ-organ tubuh sehingga akan mengakibatkan sakit.

d. Pengaruh Latihan Fisik

Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terukur dengan dosis

latihan dan waktu yang cukup menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah

pada kemampuan yang menghasilkan energi yang lebih besar dan memperbaiki

penampilan fisik. Menurut Fox, Bowers dan Fos (1988) yang dikutip Sarwono

(1994: 24) menyatakan bahwa perubahan fisiologis yang terjadi akibat latihan

fisik diklasifikasikan menjadi tiga macam perubahan yaitu:

1) Perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yaitu perubahan yang berhubungan dengan biokimia.

2) Perubahan yang terjadi pada sitemik yaitu perubahan pada sistem sirkulasi-respirasi dan sistem pengakutan oksigen.

3) Perubahan lain yang terjadi pada kompisisi tubuh, kadar kolesterol darah dan trigliseril, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan aklimatisasi panas.

Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi menunjukkan bahwa tidak

semua pengaruh latihan dapat diharapkan dari program latihan tunggal. Pengaruh

latihan adalah khusus, yakni sesuai dengan program latihan yang digunakan,

apakah itu program latihan aerobik atau anaerobik. Pengaruh latihan anaerobik

secara khusus akan dikemukakan disini, hal ini karena bentuk latihan dalam

penelitian ini menggunakan program latihan anaerobik.

1) Perubahan-Perubahan Biokimia

Menurut Soekarman (1987: 83) bahwa perubahan yang terjadi pada

biokimia akibat latihan anaerobik dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: “(1)

perubahan-perubahan dalam serabut otot, (2) perubahan-perubahan dalam sistem

anaerobik dan (3) perubahan aerobik”.

Page 42: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(a) Perubahan-Perubahan dalam Serabut Otot

Akibat latihan akan terlihat hipertropi otot, karena di dalam tubuh terdapat

dua macam ototyaitu otot lambat (slow twich fiber) dan otot cepat (fast twich

fiber), maka dengan sendirinya juga terjadi perubahan pada kedua macam otot

tersebut. Soekarman (1987: 82) menyatakan bahwa, “Hipertropi itu tergantung

dari macam latihannya. Untuk ketahanan, yang akan menjadi besar adalah otot

lambat, sedangkan untuk kecepatan, maka yang menjadi hipertropi adalah otot

cepat”. Sedangkan perubahan-perubahan hipertropi akibat latihan menurut hasil

penelitian Sarwono (1994: 25) meliputi: “(1) peningkatan diameter miofibril, (2)

peningkatan jumlah miofibril, (3) peningkatan protein kontraktil, (4) peningkatan

jumlah kapiler dan (5) peningkatan kekuatan jaringan ikat, tendon, ligamen”.

(b) Perubahan-Perubahan dalam Sistem Anaerobik

Perubahan-perubahan dalam otot akibat latihan meliputi peningkatan

kapasitas atau kemampuan dari: (1) peningkatan kapasitas phospagen, (2)

peningkatan glikolisis anaerobik (Soekarman, 1987: 83).

Peningkatan kapasitas phospagen disebabkan oleh banyaknya persediaan

ATP PC dan oleh lebih aktifnya sistem enzim yang perlu dalam sistem ATP-PC.

Terhadap peningkatan ATP-PC dari 3,8 mM/kg menjadi 4,8 mM/kg otot atau

sebesar 25%. Pada anak-anak, peningkatan itu lebih besar yaitu 40%. Peningkatan

enzim-enzim meliputi peningkatan penguraian ATP, maupun pembentukan

kembali ATP. Penguraian ATP dipercepat oleh enzim ATP-ase, sedangkan

pembentukan kembali dipercepat oleh enzim miokinase kreatin kinase.

Menurut Fox, Bowers dan Foss (1988) dalam penelitian Sarwono (1994:

27) perubahan biokimia yang terjadi dalam sistem anaerobik meliputi perubahan-

perubahan : “(1) peningkatan cadangan ATP dan PC dalam otot, (2) peningkatan

aktivitas enzim-enzim anaerobik dan aerobik (3) peningkatan aktivitas enzim

glikolitik”.

Page 43: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(c) Perubahan-Perubahan dalam Sistem Aerobik

Menurut Soekarman (1987: 83-84) perubahan aerob meliputi (1)

peningkatan mioglobin, (2) peningkatan oksidasi karbohidrat, (3) peningkatan

oksidasi lemak”. Pendapat lain dikemukakan Fox (1984) dalam Sarwono (1994:

27) bahwa “Peningkatan dalam enzim-enzim aerobik tampak setelah latihan

anaerobik. Tampak pula pada konsumsi oksigen maksimal (VO2-max)nya”.

2) Perubahan-Perubahan pada Sistem Kardiorespiratori

Latihan fisik yang dilakukan secara baik dan teratur akan meningkatkan

kapasitas total paru-paru dan volume jantung, sehingga kondisi atau kesegaran

jasmani atlet akan menigkat. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan

yang diberikan terhadap tubuh. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 21) adaptasi

atlet yang baik dapat ditandai dengan adanya perubahan secara fisiologis sebagai

berikut “(1) Frekuensi denyut nadi berkurang dan tensi darah turun waktu

istirahat, (2) Pengembangan otot jantung (delatasi), (3) Hemoglobin (Hb) dan

glikogen dalam otot bertambah (4) Frekuensi pernapasan turun dan kapasitas vital

bertambah”.

Latihan yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan kemampuan

kerja jantung dan pernapasan, sehingga akan meningkatkan kesegaran jasmani

atlet secara umum. Kesegaran jasmani yang baik maka akan membantu

penampilannya dalam usaha mencapai prestasi olahraga secara maksimal.

3) Perubahan-Perubahan Lain yang Terjadi dalam Latihan

Di samping perubahan biokimia dan perubahan kardiorespitarori, latihan

juga menghasilkan perubahan-perubahan lain yang penting seperti: “(1)

perubahan dalam komposisi tubuh, (2) perubahan dalam kadar kolesterol dan

trigliserida, (3) perubahan dalam tekanan darah, (4) perubahan dalam aklimatisasi

panans dan (5) perubahan dalam jaringan-jaringan penghubung (Fox, Bowers dan

Foss, 1988:37)”. Pendapat lain dikemukakan Soekarman (1987: 86) perubahan

lain akibat latihan antara lain:

Page 44: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1) Tulang. Perubahan tulang tergantung dari intensitas latihan. 2) Tendon dan ligamen. Terdapat kenaikan kekuatan dari tendon dan

ligamen. Di samping itu terdapat penebalan ligamen maupun tendon. 3) Tulang rawan dan persendian. Terdapat penebalan tulang rawan di

persendian-persendian. 4) Terdapat penurunan tekanan distole maupun sistole. Hal ini sangat

penting untuk mencegah timbulnya gangguan jantung peredaran darah. 5) Kadar HDL (High Density Lipoprotein) meningkat, sedangkan kadar

LDL (Low Density Lipoprotein) menurun. Peningkatan HDL merupakan pencegahan terhadap timbulnua kelainan jantung koroner.

Latihan secara baik dan teratur merupakan langkah untuk mempertahankan

perubahan-perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Tanpa melakukan latihan

secara teratur, maka akan terjadi kemunduran yang cepat. Lebih lanjut Soekarman

(1987: 87) menyatakan, “VO2 max akan mundur sesudah istirahat 7 hari.

Besarnya kemunduran 6-7%. Jumlah Hb total juga akan mundur dalam seminggu

istirahat. Karena cepatnya kemunduran itu, maka harus dilakukan latihan untuk

mempertahankannya”.

3. Latihan Pliometrik

a. Hakikat dan Tujuan Latihan Pliometrik

Pliometrik merupakan suatu metode untuk mengembangkan daya ledak

(explosive power), yaitu suatu komponen penting dari sebagian besar prestasi atau

kinerja olahraga termasuk lompat jauh gaya berjalan di udara. Dari sudut pandang

praktis, latihan pliometrik relatif mudah diajarkan dan dipelajari, serta

menempatkannya lebih sedikit tuntutan fisik tubuh daripada latihan kekuatan atau

daya tahan. Pliometrik dengan cepat menjadi bagian integral dari program latihan

keseluruhan dalam berbagai cabang olahraga.

Latihan pliometrik merupakan bentuk latihan yang menjebatani antara

kecepatan dan kekuatan. Ciri dari latihan pliometrik adalah adanya peregangan

pendahuluan (pre-stretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat

melakukan kerja. Tipe dari latihan pliometrik adalah cepat, kuat, eksplosif dan

reaktif. Tipe-tipe ini merupakan tipe dari gerakan kemampuan daya ledak atau

power. James C. Radcliffe & Robert C.Farentinos (1985: 3-7) menyatakan

Page 45: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

bahwa, “Latihan pliometrik adalah suatu latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu

kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan atau

regangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat atau disebut juga reflek regang

atau reflek miotatik atau reflek muscle spidle”. Pendapat lain dikemukakan Chu

A. Donald (1992: 1-3) bahwa, “Latihan pliometrik adalah latihan yang

memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat

mungkin”.

Latihan pliometrik merupakan bentuk kombinasi latihan isometrik dan

isontonik (eksentrik-konsentrik) dengan pembebanan dinamik (Sarwono &

Ismaryati (1999: 38). Pola gerakan pliometrik sebagian besar mengikuti konsep

power chain (rantai power) yang sebagian besar melibatkan otot pinggul dan

tungkai. Gerakan kelompok otot pinggul dan tungkai merupakan pusat power

yang memiliki keterlibatan yang besar dalam semua gerakan olahraga.

Dalam kegiatan olahraga, kerja atlet mungkin dikaitkan dengan tiga jenis

kontraksi otot, yakni konsentrik (memendek), isometrik (tetap), dan eksentrik

(memanjang). Lokomosi gerak manusia jarang melibatkan tipe-tipe gerak otot

yang hanya melulu konsentrik, eksentrik atau isometrik saja. Hal ini disebabkan

karena segmen-segmen tubuh secara periodik sewaktu-waktu berbenturan seperti

dalam lari, lompat, loncat atau karena sesuatu kekuatan eksternal sebagai akibat

gravitasi, sehingga otot memanjang Menurut Komi yang dikutip Sarwono &

Ismaryati (1999: 39) bahwa, “Kombinasi gerak eksentrik dan konsentrik

merupakan fungsi gerak otot alami yang disebut Stretch-Shortening Cycle atau

SSC. SSC merupakan suatu cara ekonomis yang menyebabkan otot menjadi lebih

bertenaga.

b. Pedoman Pelaksanaan Latihan Pliometrik

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam latihan pliometrik, harus

berpedoman pada cara-cara yang baik dan benar. Menurut M. Furqon dan

Muchsin Doewes (2002: 17-23) pedoman pelaksanaan latihan pliometrik yang

harus perhatian antara lain:

Page 46: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

1) Pemanasan dan pendinginan (Warm up and warm down) Karena latihan pliometrik membutuhkan kelenturan dan kelincahan, maka semua latihan harus diikuti dengan periode pemanasan dan pendinginan yang tepat dan memadai. Jogging, lari, peregangan dan kalistenis sederhana merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan sebelum dan sesudah latihan.

2) Intensitas tinggi Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan pliometrik.

Kecepatan pelaksanaan dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek latihan yang optimal. Kecepatan peregangan otot lebih penting dari pada besarnya peregangan. Respon refleks yang dicapai makin besar jika otot diberi beban yang cepat. Karena latihan-latihan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), maka penting untuk diberikan kesempatan beristirahat yang cukup diantara serangkaian latihan yang terus menerus.

3) Beban lebih yang progresif Program latihan pliometrik harus diberikan beban lebih yang resisif,

temporal, dan spatial. Beban lebih memaksa otot-otot bekerja pada intensitas yang tinggi. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian turun atau jatuhnya atlet, beban yangd igunakan dan jarak tempuh. Beban lebih yang tidak tepat dapat mengganggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan cidera. Jadi, dengan menggunakan beban yang melampaui tututan beban lebih yang resisif dari gerakan-gerakan pliometrik tertentu dapat meningkatkan kekuatan, tetapi tidak selalu meningkatkan power eksplosif. Beban lebih resisif pada kebanyakan latihan pliometrik adalah berupa gaya momentum dan gravitasi dengan menggunakan beban, seperti bola medesin, dumbell, atau sekedar berat tubuh.

4) Memaksimalkan gaya/meminimalkan waktu Baik gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam latihan

pliometrik. Dalam berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan dimana suatu aksi tertentu dapat dilakukan. Misalnya, nomor lompat tinggi, sasaran utama adalah menggunakan gaya maksimum selama gerak menolak untuk melompat. Semakin cepat rangkaian aksi yang dilakukan, maka makin besar gaya yang dihasilkan dan makin tinggi lompatan yang dicapai.

5) Lakukan sejumlah ulangan Biasanya banyaknya ulangan atau repitisi berkisar antara 8 sampai 10 kali, dengan semakin sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan untuk latihan-latihan yang lebih ringan. Banyaknya set tampaknya juga beragam. Kebanyakan latihan pliometrik termasuk salah satu dari dua kategori, yaitu latihan respon tunggal (single response drill) dan latihan respon ganda (multiple response drill). Latihan respon tunggal (single renponse drill) adalah usaha tunggal yang sungguh-sungguh yang digunakan pada waktu mulai melompat (take off), pada permulaan gerak yang berat, dan

Page 47: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pelepasan (release). Latihan respon ganda (multiple renponse drill) juga berat, tetapi lebih menekankan pada stamina dan kecepatan keseluruhan dengan melibatkan beberapa usaha secara berturut-turut.

6) Istirahat yang cukup Periode istirahat di sela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem

neuromuskular yang mendapat tekanan karena latihan pliometrik untuk pulih kembali. Periode istirahat yang cukup juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk otot, ligamen, dan tendon. Latihan pliometrik 2-3 hari per minggu tampaknya dapat memberikan hasil optimal. Yang penting, jangan mendahului pliometrik, terutama latihan-latihan lompat dan gerakan-gerakan kaki lainnya, dengan latihan berat pada tubuh bagian bawah. Otot, tendon, ligamen yang telah lelah sebelumnya dalam mengalami tekanan yang berlebihan dengan adanya beban resisif yang tinggi yang dibebankan pada otot, tendon dan ligamen tersebut selama latihan pliometrik.

7) Bangun landasan yang kuat terlebih dahulu Karena dasar atau landasan kekuatan penting dan bermanfaat dalam

pliometrik, maka suatu program latihan beban harus dirancang untuk mendukung dan bukannya menghambat power eksplosif. Mewujudkan landasan kekuatan sebelum latihan pliometrik tidak perlu berlebihan.

8) Program latihan individualisasi Untuk memperoleh hasil terbaik, maka program latihan harus dibuat berdasarkan atas kemampuan masing-masing individu. Hal ini atas dasar pada perbedaan kemampuan masing-masing individu. Program latihan yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu akan memperoleh hasil yang optimal. Untuk memperoleh hasil terbaik, anda tentunya menginginkan agar program latihan pliometrik dapat diindividualisasikan, berarti anda harus tahu apa yang dapat dilakukan oleh setiap atlet dan seberapa banyak latihan yang dapat membawa manfaat.

c. Penyusunan Program Latihan Pliometrik

Latihan power dapat memberikan hasil yang maksimal, maka harus

direncanakan secara dinamik dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang

menjadi komponen-komponennya. Menurut hasil penelitian Sarwono & Ismaryati

(1999: 43-44) aspek-aspek yang menjadi komponen dalam latihan pliometrik

meliputi “(1) volume, (2) intensitas yang tinggi, (3) frekuensi dan (4) pulih asal”.

Page 48: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

1) Volume

Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas

derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri

atau set dan panjang jarak yang ditempuh (Andi Suhendro (1999:3.17). Dalam

volume latihan ini menyangkut repetisi dan set. Pengertian repetisi menurut

Suharno HP. (1993:32) menyatakan repetisi adalah “Ulangan gerak berapa kali

atlet harus melakukan gerak setiap giliran". Sedangkan pengertian seri atau set,

menurut M. Sajoto (1995:34) adalah, “Suatu rangkaian kegiatan dari satu

repetisi”.

Untuk meningkatkan power anggota gerak bawah, (Radcliffe & Farentinos

(1985:21-27) dan Chu (1992:13-16) memberikan pedoman sebagai berikut : “(a)

Jangka waktu kerja 4-15 detik, (b) Jarak yang ditempuh tidak lebih dari 30 meter,

(c) Dikerjakan dengan intensitas sedang sampai tinggi, dan (d) Repetisi antara 15-

30 dalam 2-4 set dengan istirahat 2 menit”.

2) Intensitas yang Tinggi

Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan dan merupakan faktor

utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh. Makin berat latihan

(sampai batas tertentu) makin baik efek yang diperoleh. Suharno HP. (1993:31)

menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan

pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun

pertandingan”.

Intensitas merupakan faktor yang penting dalam latihan pliometrik.

Pelaksanaan yang cepat dengan usaha yang maksimal adalah penting untuk

mendapatkan hasil yang optimal. Kecepatan regangan otot lebih penting daripada

panjang regangannya. Respon reflek yang terbesar dicapai jika otot dibebani secar

acepat (Radcliffe & Farentinos, 1985:21). Agar memperoleh hasil yang maksimal

latihan pliometrik harus dikerjakan dengan intensitas sedang sampai tinggi.

Page 49: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3) Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah waktu ulangan berapa kali latihan dikerjakan

setiap sesi atau minggunya. Olahraga yang mengutamakan power ternyata

pengeluaran energinya sangat tinggi. Hal ini dapat menjelaskan mengapa

kelelahan lebih cepat timbul dalam latihan power. Sehingga disarankan frekuensi

latihan dilakukan 5-6 per sesi latihan dan 2-4 kali per minggu (Sarwono &

Ismaryati, 1999: 43).

4) Pulih Asal

Pulih asal yang dilakukan pada latihan yang bertujuan untuk

meningkatkan power menggunakan rasio perbandingan antara kerja dan istirahat

1:5, 1:10 (Chu, 1992:14).

4. Latihan Pliometrik Bounding

a. Pengertian Latihan Pliometrik Bounding

Bounding merupakan bentuk latihan pliometrik untuk meningkatkan

power tungkai dan panggul. Latihan pliometrik bounding pada prinsipnya

merupakan latihan melompat-lompat yang dilakukan dengan satu kaki secara

bergantian atau dua kaki bersama-sama untuk mencapai ketinggian maksimum

dan jarak ke depan sejauh-jauhnya. Hal ini sesuai pendapat M. Furqon H. &

Mucshin Doewes (2002: 12) bahwa, “Bounding menekankan pada meloncat untuk

mencapai ketinggian maksimum dan juga jarak horisontal. Bounding dilakukan

baik dengan dua kaki atau dengan cara bergantian".

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, latihan pliometrik bounding

menekankan pada kemampuan melompat-lompat yang tinggi dan jauh ke depan

dengan satu kaki secara bergantian atau dua kaki bersama-sama. Dengan latihan

melompat-lompat akan dapat mengembangkan kekuatan dan kecepatan otot-otot

anggota gerak bahwah. Lebih lanjut M. Furqon dan Muchsin Doewes (2002: 12-

13) menyatakan, anatomi fungsional bounding meliputi:

Page 50: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

1) Fleksi paha melibatkan otot-otot sartorius, illiacus, dan gracilis. 2) Ekstensi lutut melibatkan otot-otot rectus femoris, vastus lateralis,

medialis dan intermedius (kelompok quadriceps). 3) Ekstensi paha melibatkan otot-otot biceps femoris, semitendinosus, dan

semimembranosus (kelompok gluteais). 4) Fleksi lutut dan kaki melibatkan otot gastrocnemius. 5) Abduksi (abduction) paha melibatkan otot-otot gluteals dan adductor

longus, brevis, magnus, minimus dan hallucis.

Pendapat tersebut menunjukkan, otot-otot bagian bawah tersebut sangat

berperan penting untuk menghasilkan power otot tungkai. Hal ini karena, sebagian

besar gerakan olahraga berasal dari panggul dan tungkai seperti gerakan lari,

lempar, lompat dan loncat. Dengan dikembangkannya otot-otot tungkai dengan

gerakan bounding, maka otot-otot tungkai akan berkembang secara maksimal baik

kekuatan maupun kecepatannya sehingga akan mendukung gerakan-gerakan yang

melibatkan power otot tungkai termasuk lompat jauh gaya jberjalan di udara.

Berkiatan dengan latihan pliometrik bounding, bentuk latihan pliometrik

yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan lompat juah gaya berjalan di

udara yaitu double leg bound. Adapun pelaksanaan latihan pliometrik double leg

bounding menurut M. Furqon & Muchsin Doewes (2992: 28) sebagai berikut:

1) Posisi awal: mulailah dengan posisi half squat. Lengan berada di samping badan, bahu condong ke depan melebihi posisi lutut. Usahakan punggung dan pandangan ke depan.

2) Pelaksanaan: lincatlah ke depan dan ke atas menggunakan ekstensi pinggul dan gerakan lengan untuk mendorong ke depan. Usahakan mencapai ketinggian dan jarak maksimum dengan posisi tubuh tegak. Setelah mendarat, kembali lagi ke posisi dan memulai bounding berikutnya. Lakukan 3-5 set, jumlah ulangan 8-12 kali, dan waktu istirahat kira-kira 2 menit di antara set.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gerakan latihan

pliometrik double leg bounding sebagai berikut:

Page 51: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Gambar 6. Latihan Pliometrik Double Leg Bounding (M. Furqon H. & Muchsin Doewes, 2002: 28)

b. Pengaruh Latihan Pliometrik Bounding dengan Kemampuan Lompat

Jauh Gaya Berjalan Di Udara

Ditinjau dari pelaksanaan latihan pliometrik double leg bounding, latihan

pliometrik ini bertujuan meningkatkan power otot tungkai dan pinggul, khususnya

gluteus, hamstring, quadriceps dan gastrocnemius. Otot-otot lengan dan bahu

secara tidak langsung juga terlibat (M. Furqon H. & Muchsin Doewes, 2002: 28).

Latihan pliometrik alternate leg bounding dilakukan dengan kuat dan

cepat agar dapat melompat setinggi-tinggnya dan sejauh-jauhnya dengan dua kaki.

Setelah mendarat dengan memantul atau mengeper untuk selanjutnya melompat

kembali yang dilakukan dengan kuat dan cepat secara berkesinambungan. Untuk

membuat lompatan yang tinggi dan jauh ke depan dibantu dengan ayunan kedua

lengan. Unsur kekuatan dan kecepatan pada gerakan double leg bounding ini

dikembangkan secara optimal, sehingga akan terbentuk power otot tungkai.

Menurut Pyke (1991: 144) bahwa, "Semua latihan (lompat memantul) itu sangat

baik untuk menghasilkan tenaga pada jenis gerakan, karena latihan-latihan itu

menjembatani perbedaan antara kekuatan dan power". Sedangkan M. Furqon H.

& Mucshin Doewes (2002: 28) menyatakan, “Latihan pliometrik double leg

bounding ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang

melibatkan lompat/loncat, lari, angkat besi dan renang”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, latihan melompat

memantul (bounding) sangat bermanfaat untuk mengembangkan power otot

tungkai. Sedangkan power otot tungkai sangat membantu dalam gerakan lompat

Page 52: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

jauh. Seperti dikemukakan Tamsir Riyadi (1985: 71) bahwa, "Salah satu hal yang

harus diperhatikan pada saat melakukan tumpuan adalah dilakukan dengan sekuat

tenaga, cepat dan meledak (eksplosif)".

Berdasarkan karakteritik latihan pliometrik double leg bounding dilakukan

dengan melompat setinggi dan sejauh mungkin. Gerakan ini akan sangat

membantu gerakan lompat jauh gaya berjalan di udara terutama gerakan

menumpu untuk menolak dan melayang di udara. Dengan melakukan gerakan

menumpu untuk menolak setinggi mungkin membantu gerakan menumpu untuk

menolak setinggi mungkin. Lompatan yang tinggi sangat membantu untuk

membuat gerakan berjalan di udara lebih baik. Dengan gerakan melompat tinggi

jauh ke depan dalam latihan pliometrik double leg bounding, maka akan

mengembangkan power otot tungkai dan mengembangkan unsur teknik lompat

jauh gaya berjalan di udara. Dengan dikembangkan du unsur tersebut dalam

latihan latihan pilometrik double leg bounding, maka akan mendukung

pencapaian prestasi lompat jauh gaya berjalan di udara lebih optimal.

5. Latihan Pliometrik Depth Jump

a. Pengertian Latihan Pliometrik Depth Jump

Pada prinsipnya latihan pliometrik depth jump merupakan bentuk latihan

melompat dari ketinggian tertentu melalui kotak. Menurut Bosco dan Komi (1979,

1981) yang dikutip M. Furqon H & Muchsin Doewes (2002: 22) bahwa, “Jatuh

atau turun dari ketinggian 29 inci mengembangkan kecepatan, sedangkan jatuh

dari ketinggian 43 inci lebih banyak mengembangkan kekuatan dinamis”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pliometrik

depth jump mengembangkan kecepatan dan kekuatan. Sedangkan kecepatan dan

kekuatan merupakan unsur utama dari power. Seperti dikemukakan M. Sajoto

(1995: 9) bahwa, “Daya otot = kekuatan (force) X kecepatan (velocity)”. Dengan

dibentuknya power otot tungkai dari latihan pliometrik depth jump sangat

berperan penting dalam lompat jauh gaya berjalan di udara. Menurut Aip

Sraifuddin (1992: 91) bahwa, “Tolakan adalah perubahan atau perpindahan

Page 53: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan dengan secara

cepat. Dimana sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan

tolakkan sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga seluruh tubuh

terangkat ke atas melayang di udara”.

Perpadauan kecepatan dan kekuatan dari otot-otot tungkai sangat penting

untuk melakukan tolakan yang semaksimal. Kemampuan kecepatan yang

maksimal dan dirubah dengan tolakan yang kuat memberi peluang yang besar

untuk dapat melakukan lompatan yang sejauh-jauhnya.

Latihan pliometrik depth jump adalah latihan yang bertujuan

mengembangkan power otot tngkai yang dilakukan dengan cara jatuh dari kotak

pada ketinggian tertentu dan mendarat pada tanah yang agak lunak

(berumput/matas). Berkaitan dengan latihan pliometrik depth jump M. Furqon H.

& Muchsin Doewes (2002: 45) menyatakan:

Latihan depth jump memerlukan kotak atau bangku yang tingginya kira-kira 25-45 inci. Permukaan pendaratan agak lunak, seperti rumput atau matras gulat. Latihan ini sangat baik untuk otot-otot quadriceps dan hip girdle dan juga untuk punggung bagian bawah serta hmastring. Depth jump dapat diterapkan untuk berbagai cabang olahraga, karena menggunakan kekuatan dan kecepatan tungkai.

Lebih lanjut M. Furqon H. & Muchsin Doewes (2002: 45) menyatakan

pelaksanaan latihan depth jump sebagai berikut:

1) Posisi awal: mulailah dengan sikap berdiri pada ujung kotak, dan ujung kaki menjulur ke luar. Usahakan lutut agak ditekuk dan lengan di samping badan dengan rileks.

2) Pelaksanaan: jatuh atau turulah dari kotak ke tanah (jangan meloncat). Mendaratlah dengan kedua kaki dan lutut ditekuk untuk mengatasi goyangan pada saat mendarat. Setelah mendarat di tanah, segeralah mulai meloncat dengan mengayunkan lengan ke atas dan membentangkan tubuh setinggi dan sejauh mungkin.Latihan ini memerlukan intensitas dan kerja maksimum agar mencapai hasil optimal. Lakukan 3-6 set, dengan waktu istirahat kira-kira 1 menit di antara loncatan.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrsi gambar latihan

pliometrik depth jump sebagai berikut:

Page 54: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Gambar 7. Latihan Pliometrik Depth Jump (M. Furqon H. & Muchsin Doewes, 2002: 45)

b. Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump dengan Kemampuan Lompat

Jauh Gaya Berjalan Di Udara

Latihan pliometrik depth jump merupakan bentuk latihan untuk

meningkatkan power otot tungkai dengan menjatuhkan tubuh dari atas kotak dan

dilanjutkan melompat setinggi dan sejauh mungkin. Gerakan latihan pliometrik

depth jump memberikan beban berat pada otot-otot tungkai.

Berdasarkan pelaksanaan latihan pliometrik depth jump menunjukkan

bahwa, gerakan turun atau jatuh dari atas kotak dan dilanjutkan melompat setinggi

dan sejauh mungkin memberikan beban kerja yang maksimal pada otot-otot

tungkai. Dari gerakan jatuh dari kotak dan dilanjutkan melompat setinggi dan

sejauh mungkin, maka otot-otot tungkai harus dikerahkan secara maksimal.

Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan pliometrik depth jump bahwa,

gerakan dilakukan menjatuhkan tubuh dari atas kotak, kemudian dilajutkan

melompat setinggi dan sejauh mungkin. Berdasarkan gerakan pliometrik depth

jump sedikit relaksasi, dimana setelah jatuh dari atas kotak tidak mampu menjaga

keseimbangan, maka akan sulit melakukan gerakan melompat setinggi dan sejauh

mungkin. Berdasarkan hal ini maka unsur kecepatan sedikit tidak berkembang

secara bersamaan dengan unsur kecepatan. Namun demikian, agar terbentuk

power otot tungkai, maka latihan pliometrik depth jump harus dilakukan dengan

cepat dan penuh tenaga secara berkesinambungan, sehingga otot-otot tungkai

dituntut bekerja dengan cepat dan kuat supaya tidak banyak waktu relaksasi. Jika

pada latihan pliometrik unsur dari power tidak dikembangkan bersama-sama,

Page 55: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

maka power tidak akan berkembang secara optimal, tetapi justru hanya kekuatan

yang meningkat. Hal ini sesuai pendapat James Radcliffe & Robert C. Farentinos

(1985:18) bahwa, "Baik gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam

latihan pliometrik. Dalam berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan dimana

suatu aksi tertentu dapat dilakukan".

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjau pustaka yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan

kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Bounding dan Depth Jump

terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara

Latihan pliometrik bounding dan depth jump, keduanya merupakan bentuk

latihan pliometrik yang mempunyai manfaat untuk meningkatkan power otot

tungkai. Latihan pliometrik bounding merupakan bentuk latihan melompat

memantul yang dilakukan dengan dua kaki secara bersamaan. Sedangkan latihan

pliometrik depth jump merupakan bentuk latihan melompat memantul dengan

menggunakan kotak yang dalam pelaksanaan menjatuhkan tubh dari atas kotak

dilanjutkan gerakan melompat setinggi dan sejauh mungkin ke depan.

Ditinjau dari sarana atau alat yang digunakan antara latihan pliometrik

bounding dan depth jump jelas memiliki perbedaan. Pada latihan pliometrik

bounding gerakannya dilakukan dengan melompat memantul setinggi dan sejauh

mungkin dengan dua kaki secara berkesinambungan. Dengan melakukan gerakan

melompat memantul setinggi dan sejauh mungkin, maka otot-otot tungkai harus

dikerahkan secara maksimal dan secepat mungkin. Dengan gerakan melompat

memantul dengan dua kaki secara bersama-sama, maka akan berkembang power

otot tungkai yang seimbang antara kaki kanan dan kaki kiri. Sedangkan latihan

pliometrik depth jump merupakan latihan melompat memantul yang dilakukan

dengan cara menjatuhkan badan dari atas kotak. Setelah badan jatuh dari kotak

dilanjutkan melompat setinggi dan sejauh mungkin. Namun dari latihan

Page 56: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

pliometrik depth jump ada sedikit relaksasi, jika setelah jatuh dari kotak tidak

dapat menjaga keseimbangan, sehingga gerakan melompat memantul tidak dapat

dilakukan secara berkesinambungan. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur

kecepatan sedikit terbaikan dalam latihan pliometrik depth jump.

Perbedaan karakteristik antara latihan pliometrik bounding dan depth jump

tentu akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan power otot

tungkai. Perbedaan perlakuan yang diberikan pada pelaku akan menimbulkan

respon yang berbeda pula, sehingga akan berpengaruh pada perbedaan

kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara. Dengan demikian diduga antara

latihan pliometrik bounding dan depth jump memiliki perbedaan pengaruh

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara.

2. Latihan Pliometrik Bounding Lebih Baik Pengaruhnya terhadap

Kemampuan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara

Berdasarkan pelaksanaan dari latihan pliometrik bounding dan depth jump

menunjukkan bahwa, latihan pliometrik bounding lebih baik pengaruhnya

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara. Hal ini

karena, pada latihan pliometrik bounding unsur kekuatan dan kecepatan

dikembangkan secara bersama-sama. Dengan melakukan lompatan memantul

dengan dua kaki bersama-masa, maka akan terbentuk power otot tungkai yang

seimbang antara kaki kanan dan kaki kiri. Berkembanganya power otot tungkai

yang seimbangan antara kaki kanan dan kaki kiri sangat membantu dalam

gerakan lompat jauh gaya berjalan di udara. Sehingga pada saat melakukan

gerakan menumpu untuk menolak tidak perlu memilikirkan kaki mana yang

lebih baik digunakan untuk melakukan gerakan menumpu untuk menolak.

Sedangkan latihan pliometrik depth jump unsur kecepatan sedikit terabaikan, jika

setelah jatuh dari kota tidak dapat menjaga keseimbangan. Keseimbangan yang

tidak terjaga setelah jatuh dari kotak, maka gerakan melompat setinggi dan sejauh

mungkin tidak dapat dilakukan secara maksimal. Di samping itu juga, latihan

pliometrik depth jump rawan cidera karena harus jatuh dari atas kotak. Dengan

Page 57: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

demikian diduga bahwa, latihan pliometrik bounding lebih baik pengaruhnya

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan pliometrik bound dan depth jump terhadap

kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII

SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.

2. Latihan pliometrik bounding lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan

lompat jauh gaya berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3

Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010.

Page 58: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan olahraga SMP Negeri 3 Pabelan

Kabupaten Semarang

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan dengan tiga kali

latihan dalam satu minggu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember sampai

dengan bulan Desember 2009.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dasar

penggunaan metode eksperimen yaitu kegiatan percobaan yang diawali dengan

memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna

mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Sedangkan rancangan yang

digunakan yaitu “Pretest-Posttest Design”. Gambar rancangan penelitian sebagai

berikut:

KE 1 Treatment A Posttest

R Pretest MSOP KE 2 Treatment B Posttest Keterangan : R = Random Pretest = Tes awal kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara MSOP = Matched Subject Ordinal Pairing KE1 = Kelompok 1 (K1) KE2 = Kelompok 2 (K2) Treatment A = Latihan pliometri bounding Treatment B = Latihan pliometrik depth jump Posttest = Tes akhir kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara

Page 59: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada hasil tes kemampuan

lompat jauh gaya berjalan di udara pada tes awal. Setelah hasil tes awal

dirangking, kemudian subjek yang memiliki kemampuan setara dipasang-

pasangkan ke dalam kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2). Dengan demikian

kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang

sama. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh

pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian kelompok dalam penelitian ini

dengan cara ordinal pairing. Adapun teknik pembagian kelompok secara ordinal

pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut:

1 2

4 3

5 6

8 7

9 dan seterusnya

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu

variabel terikat (dependen) yaitu:

1) Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu: latihan pliometrik

bounding dan latihan pliometrik depth jump.

2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh gaya berjalan di

udara.

D. Treatment

Prinsip dasar metode eksperimen adalah dengan cara memberikan

perlakuan (treatment) kepada sampel. Sebelum dilakukan treatment dilakukan tes

awal lompat jauh gaya berjalan di udara untuk mengetahui kemampuan awal

sebelum diberi perlakukan. Setelah diketahui kemampuan awal lompat jauh gaya

Page 60: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

berjalan di udara, selanjutnya diberi perlakukan (treatment). Treatment yang

diberikan kepada sampel penelitian ini adalah latihan pliometrik bounding dan

latihan pliometrik depth jump. Untuk menentuk kelompok latihan pliometrik

bounding dan latihan pliometrik depth jump didasarkan pada hasil tes awal lompat

jauh gaya berjalan di udara dengan cara ordinal pairing.

Latihan atau treatment dilakukan dengan tiga kali latihan dalam satu

minggu. Hal ini didasarkan pada pendapat M. Sajoto (1995: 35) bahwa, “Para

pelatih dewasa ini pada umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 3

kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan

yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih”. Sedangkan untuk

menentukan beban latihan pada latihan pliometrik bounding dan latihan

pliometrik depth jump didasarkan pendapat Jossef Nosseck (1981: 81) bahwa

“Beban latihan untuk latihan kekuatan eksplosif dan kecepatan dengan intensitas

50-75%, set 4-6, interval 2-5 menit, irama eksplosif/cepat”. Untuk meningkatkan

beban latihan adalah 5% dari beban awal dan diberikan setiap setelah 3 kali

latihan. Hal ini didasarkan pendapat Wescot (1989) bahwa, “Kekuatan itu dalam

satu minggu bisa meningkat 5-7%. Beban latihan disarankan tidak lebih 5% untuk

keselamatan”.

Dari waktu treatment yang telah dijadwalkan, kemudian dilakukan tes

akhir (post-test) kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh latihan pliometrik bounding dan latihan

pliometrik depth jump serta latihan pliometrik mana yang lebih baik pengaruhnya

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri

Pabelan 3 Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 104 orang

yang terbagi dalam lima kelas.

Page 61: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

proportional random sampling. Untuk menentukan besarnya sampel yaitu diambil

30% dari jumlah populasi tiap kelasnya. Untuk lebih jelasnya teknik pengambilan

sampel sebagai berikut:

Tabel 1. Populasi Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten

Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.

No Kelas Populasi Sampel 1 VIII-a 22 x 30% = 6.6 7 2 VIII-b 22 x 30% = 6.6 7 3 VIII-c 20 x 30% = 6.0 6 4 VIII-d 20 x 30% = 6.0 6 5 VIII-e 20 x 30% = 6.0 6

Jumlah 104 32

Berdasarkan teknik pengambilan sampel didapatkan besarnya sampel

penelitian adalah 32 orang.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes

dan pengukuran yaitu kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara dari Tamsir

Riyadi (1985:166). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.

G. Teknik Analisis Data

1. Mencari Reliabilitas

Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam

penelitian, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas,

dengan rumus sebagai berikut:

MSA – MSW

R = MSA

Page 62: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas

MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok

MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji

normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkh uji prasyarat dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a) Uji Normalitas Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitan ini adalah uji

normalitas. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode

Lilliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut

sebagai berikut :

a) Pengamatan x1, x2,.....xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...... zn dengan

menggunakan rumus :

Xi - `X zi = S Keterangan : Xi = Dari variabel masing-masing sampel `X = Rata-rata S = Simpangan baku b) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z£zi).

c) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,......zn yang lebih kecil atau sama dengan

zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi).

banyaknya z1, z2,......zn yang £zi maka S(zi) = n d) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.

e) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini Lo.

Page 63: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

b) Uji Homogenitas

Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang

lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 312)

rumusnya uji homogenitas sebagai berikut:

SD2bs Fdbvb:dbvk = SD2kt Keterangan :

Fdbvb : dbvk = Derajat kebebasan KE1 dan KE2

SD2bs = Standart deviasi KE1

SD2kt = Standart deviasi KE2

3. Uji Perbedaan

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari

Sutrisno Hadi (1995: 457) sebagai berikut:

åMd t = å d2

N (N-1) Keterangan :

t = Nilai uji perbedaan

Md = Mean perbedaan dari pasangan

åd2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan

N = Jumlah pasangan

Untuk menghitung prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya

berjalan di udara antara tes awal dan tes akhir dari latihan pliometrik bounding

dan latihan pliometrik depth jump menggunakan rumus sebagai berikut:

Mean different

Prosentase peningkatan = X 100% Mean Tes Awal

Page 64: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Tujuan penelitian dapat dicapai dengan pengambilan data pada sampel

yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal secara

keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok dan dilakukan tes

akhir pada masing-masing kelompok. Data tersebut kemudian dianalisis dengan

statistik, seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data secara

keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Diskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya

Berjalan Di Udara pada Kelompok 1 dan Kelompok 2.

Kelompok Tes N Max Min Mean SD

awal 16 3,36 2,00 2,70 0,49 Kelompok 1

akhir 16 5,45 4,35 4,84 0,32

Awal 16 3,70 2,00 2,67 0,52 Kelompok 2

Akhir 16 4,15 2,35 3,17 0,62

B. Mencari Reliabilitas Hasil uji reliabilitas tes awal kemampuan lompat jauh gaya berjalan di

udara dalam penelitian sebagai berikut :

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir

Tes Reliabilitas Kategori

Tes awal lompat jauh gaya berjalan di udara 0,87 Tinggi

Tes akhir lompat jauh gaya berjalan di udara 0,93 Tinggi sekali

Page 65: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Untuk mengartikan kategori koefisien reliabilita tes tersebut

menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip

Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut:

Tabel 4. Range Kategori Reliabilitas

Kategori Validita Reliabilita Obyektivita

Tinggi sekali

Tinggi

Cukup

Kurang

Tidak signifikan

0,80 – 1,0

0,70 – 0,79

0,50 – 0,69

0,30 – 0,49

0,00 – 0,29

0,90 – 1,0

0,80 – 0,89

0,60 – 0,79

0,40 – 0,59

0,00 – 0,39

0,95 – 1,0

0,85 – 0,94

0,70 – 0,84

0,50 – 0,69

0,00 – 0,49

C. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan

analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas

dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data

tes awal kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara. Uji normalitas data

dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang

dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah

sebagai berikut:

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

Kelompok N Mean SD L hitung Lt 5%

K1 16 2,70 0,49 0,19 0,21

K2 16 2,67 0,52 0,16 0,21

Page 66: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 (K1)

diperoleh nilai Lhitung = 0,19. Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan

pada taraf signifikan 5% yaitu 0,21. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

data pada kelompok 1 (K1) termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil

uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 (K2) diperoleh nilai Lhitung = 0,16,

ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol pada taraf

signifikan 5% yaitu 0,21. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada

kelompok 2 (K2) termasuk berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari

kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka

apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut

disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara

kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Hemogenitas Data

Kelompok N SD2 Fhitung Ft 5%

K 1 15 0.223

K 2 15 0.254 0,87 2,43

Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai

Fhitung= 0,87. Sedangkan dengan db =16 lawan 16, angka Ft 5%= 2,43, ternyata

nilai Fhitung 0,87 lebih kecil dari Ft 5%= 2,43. Karena Fhitung < Ftabel 5%, maka

hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1

(K1) dan kelompok 2 (K2) memiliki varians yang homogen.

Page 67: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

D. Hasil Analisis Data

1. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan

Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji

perbedaanya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui ketetapan

anggota pada kedua kelompok tersebut. Sebelum diberi perlakuan berangkat dari

keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan

kelompok 2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut:

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 dan

Kelompok 2.

Kelompok N Mean t Ttabel 5%

K1 16 2,70

K2 16 2,67 0,209 1,75

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dengan analisis statistik

t-test antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 0,209 dan ttabel

dengan N = 16, db = 16 – 1 = 15 pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,75. Hal ini

menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, H0

diterima. Hal ini artinya, antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi

perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan pada awalnya.

2. Uji Perbedaan sesudah Diberi Perlakuan

Setelah dilakukan perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan

pliometrik bounding dan kelompok 2 latihan pliometrik depth jump, kemudian

dilakukan uji perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini

hasilnya sebagai berikut:

Page 68: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu:

Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada

Kelompok 1

Kelompok N Mean thitung ttabel 5%

Tes awal 16 2.70

Tes akhir 16 4.84 11,59 1,75

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test

kelompok 1 antara hasil tes awal dan tes akhir diperoleh nilai sebesar 11.59 dan

ttabel dengan N = 15, db = 16 – 1 = 15 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar

1,75. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel , sehingga dapat disimpulkan H0

ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes

akhir pada kelompok 1 terdapat perbedaan yang signifikan.

b. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu:

Tabel 9. Rangkuman Hasil Ujian Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada

Kelompok 2.

Kelompok N Mean thitung ttabel 5%

Tes awal 16 2,67

Tes akhir 16 3,17 1,84 1,75

Berdasarkan pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test

kelompok 2 antara hasil tes awal dan tes akhir diperoleh nilai sebesar 1.84, dan

ttabel dengan N = 16, db = 16 – 1 = 15 pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,75. Hal

ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes

akhir pada kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan.

Page 69: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu :

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan

Kelompok 2

Kelompok N Mean thitung ttabel 5%

K1 16 4,84

K2 16 3,17 1,772 1,75

Berdasarkan pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test hasil tes

akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 1.772, dan ttabel

dengan N = 16, db = 16 – 1 = 15 pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 1,75.

Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan hasil tes akhir antara

kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan.

d. Perbedaan Prosentase Peningkatan

Kelompok mana yang memiliki prosentase peningkatan yang lebih baik

dapat diketahui melalui penghitungan perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap

kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya

berjalan di udara dalam persen antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai

berikut:

Tabel 11. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan

Kemampuan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara antara Kelompok 1 dan Kelompok 2.

Kelompok N Mean Pretest

Mean Posttest

Mean Different

Prosentase Peningkatan

Kelompok 1 16 2,70 4,84 2,14 79,12621%

Kelompok 2 16 2,67 3,17 0,50 18,81884%

Berdasarkan hasil pengitungan prosentase peningkatan kemampuan

lompat jauh gaya berjalan di udara diketahui bahwa kelompok 1 memiliki

peningkatan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara sebesar 79,12621%.

Page 70: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya

berjalan di udara sebesar 18,81884%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kelompok 1 memiliki prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya

berjalan di udara yang lebih besar dari pada kelompok 2.

E. Pengujian Hipotesis

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Bounding dan Depth Jump

terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan,

diperoleh nilai t antara tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 = 0.209,

sedangkan ttabel = 1,75. Ternyata thit < ttabel, yang berarti hipotesis nol diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum

diberi perlakuan dalam keadaan seimbang atau tidak terdapat perbedaan

kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara. Hal ini artinya, antara kelompok

1 dan 2 berangkat dari titik tolak kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara

yang sama. Apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan, hal ini karena

adanya perbedaan perlakuan yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dan tes akhir pada

kelompok 1 diperoleh nilai sebesar = 11.59 sedangkan ttabel = 1,75. Ternyata thitung

> ttabel 5%, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir

pada kelompok 1. Hal ini artinya, kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan

lompat jauh gaya berjalan di udara yang disebabkan oleh perlakuan yang

diberikan yaitu latihan pliometri bounding.

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dan tes akhir pada

kelompok 2 diperoleh nilai sebesar = 1.84, sedangkan ttabel = 1,75. Ternyata thitung

> ttabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada

kelompok 2. Hal ini artinya, kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan

Page 71: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

lompat jauh gaya berjalan di udara yang disebabkan oleh perlakuan yang

diberikan, yaitu latihan pliometrik depth jump.

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir

antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung sebesar 1.1772,

sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,75. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tes

akhir pada kelompok 1 dan tes akhir kelompok 2. Dengan demikian hipotesis

yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh latihan pliometrik bounding dan depth

jump terhadap kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara pada siswa putra

kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran

2009/2010 dapat diterima kebenarannya.

2. Latihan Pliometrik Bounding Lebih Baik Pengaruhnya terhadap

Peningkatan Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara

Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan

lompat jauh gaya berjalan di udara diketahui, kelompok 1 memiliki nilai

prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara sebesar

79,12621% Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat

jauh gaya berjalan di udara sebesar 18,81884%. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa, kelompok 1 memiliki prosentase peningkatan kemampuan

lompat jauh gaya berjalan di udara yang lebih besar dari pada pada kelompok 2.

Hal ini karena, latihan pliometrik bounding unsur kekuatan dan kecepatan

dikembangkan secara bersama-sama. Dengan melakukan lompatan memantul

dengan dua kaki bersama-masa, maka akan terbentuk power otot tungkai yang

seimbang antara kaki kanan dan kaki kiri. Sedangkan latihan pliometrik depth

jump unsur kecepatan sedikit terabaikan, sehingga power otot tungkai tidak

berkembang secar amaksimal. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan,

latihan pliometrik bounding lebih baik pengaruhnya terhadap lompat jauh gaya

berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan Kabupaten

Semarang tahun pelajaran 2009/2010 dapat diterima kebenarannya.

Page 72: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,

ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh

simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan pliometrik bounding dan depth jump

terhadap lompat jauh gaya berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 3 Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010, dengan

nilai perhitungan thit sebesar 1,1772 dan ttabel sebesar 1,75 pada taraf

signifikasi 5%.

2. Latihan pliometrik bounding lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan

lompat jauh gaya berjalan di udara pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3

Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010. Kelompok 1

(kelompok yang mendapat perlakuan latihan pliometrik bounding) memiliki

peningkatan sebesar 79,12621%. Sedangkan kelompok 2 (kelompok yang

mendapat perlakuan latihan pliometrik depth jump) memiliki peningkatan

sebesar 18,81884%.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui, latihan pliometrik bounding

memiliki peningkatan yang lebih baik terhadap peningkatan lompat jauh gaya

berjalan di udara.

Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah, setiap bentuk latihan

memiliki efektivitas yang berbeda dalam meningkatkan kemam[puan lompat jauh

gaya berjalan di udara. Oleh karena itu, dalam memberikan latihan yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara

harus menggunakan bentuk latihan pliometrik yang tepat. Hasil penelitian ini juga

dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk memilih bentuk latihan pliometrik yang

Page 73: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tepat, khususnya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di

udara.

C. Saran

Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang

ditimbulkan, maka kepada guru Penjaskes SMP Negeri 3 Pabelan Semarang

disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Upaya meningkatkan kemampuan lompatjauh gaya berjalan di udara, harus

diterapkan bentuk latihan pliometrik yang tepat, sehingga akan diperoleh hasil

latihan yang optimal.

2. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara dapat

diterapkan bentuk latihan pliometrik bounding dan depth jump.