Upload
rachmat-hidayat
View
292
Download
32
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PERENCANAAN JALUR FTTH
Citation preview
JURNAL TUGAS AKHIR
PERENCANAAN JALUR FTTH DI WILAYAH DESA SETURAN KECAMATAN
DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN GOOGLE
EARTH DAN KMLCSV CONVERTER
Disusun oleh:
FEBRIANI EKA LESTARI
D311043
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
PURWOKERTO
2014
PERENCANAAN JALUR FTTH DI WILAYAH DESA SETURAN KECAMATAN
DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN GOOGLE
EARTH DAN KMLCSV CONVERTER
Febriani Eka Lestari, Alfin Hikmaturokhman2
Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi 1,2
Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto [email protected],
ABSTRAK
Telekomunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi dengan jarak yang jauh. Informasi
disampaikan ke tujuan melalui jaringan lokal akses tembaga menggunakan kabel tembaga dan jaringan lokal
akses radio menggunakan udara sebagai media transmisinya. PT. Telkom Indonesia merupakan sebuah
perusahaan telekomunikasi. PT Telkom Indonesia membuat anak perusahan yang bernama PT Telkom Akses.
Perusahaan ini bergerak dalam bisnis penyediaan layanan konstruksi dan pengelolaan infrastruktur jaringan
pergantian jaringan lokal akses tembaga menjadi jaringan lokal akses fiber optik, pergantian ini dikarenakan
jaringan lokal akses fiber optik lebih unggul dan jaringan lokal akses tembaga. Pergantian ini akan dilaksanakan
di seluruh Indonesia, namun masih belum terlaksana sepenuhnya dikarenakan kurangnya sumber daya manusia
untuk melakukan kegiatan survey dan perencanaan design Fiber To The Home (FTTH) menggunakan google
earth dan KMLCSV converter. Survey berguna untuk mendapatkan sebuah data valid dan informasi tentang area
yang akan membantu dalam melakukan perencanaan design FTTH. Dengan melakukan perencanaan design
maka kita akan dapat mengetahui Bill Of Quantity (BOQ) dan juga link budget agar mengetahui apakah
perencanaan design ini berhasil atau tidak. Hasil perencanaan design dilakukan dengan menggunakan metode
two stage 1:4 pada ODC dan 1:8 pada ODP, dengan metode ini hasil perhitungan link budget memiliki nilai
redaman 20,27 dB dan nilai ini dikatakan baik karena tidak melibihi batas maksimal redaman yaitu 28 dB. BOQ
yang dipakai pada jaringan FTTH di daerah Seturan Yogyakarta sebanyak 1611 buah konektor, 1,8 km kabel
feeder, 0,91 km kabel distribusi, 8 buah ODP, 1 buah ODC, 35 buah tiang, 19,5 km kabel drop.
Kata Kunci : FTTH , google earth, KMLCSV converter, fiber optik, PT. Telkom Akses
ABSTRACT
Telecommunications is a process of delivering information to the long distances. Information is delivered to the
destination through local access network using copper wires and copper local access network radio using air as
the transmission medium. PT. Telkom Indonesia is a telecommunication company. PT Telkom Indonesia making
subsidiaries named PT Telkom Access. The company is engaged in the business of providing construction
services and management of network infrastructure replacement copper local access network into a fiber-optic
local network access, the change is due to the local access fiber optic network is superior and the copper local
access network. This change will be implemented throughout Indonesia, but is still not fully implemented due to
lack of human resources to conduct surveys and planning design Fiber To The Home (FTTH) using google earth
and KMLCSV converter. Surveys are useful for getting a valid data and information about the area that will
assist in planning the design of FTTH. By doing planning design then we will be able to know Bill Of Quantity
(BOQ) and also link budget in order to determine whether the plan design is successful or not. Results of design
planning is done by using a two-stage method 1: 4 on ODC and 1: 8 on ODP, with this method the results of the
link budget calculation has a value of 20.27 dB attenuation and is said to be a good value because it is not above
current maximum limit is 28 dB attenuation BOQ used in FTTH networks in the area of Yogyakarta as many as
1611 Seturan connectors, cable feeder 1.8 km, 0.91 km cable distribution, ODP 8 pieces, 1 piece of ODC, 35
poles, 19.5 km cable drop.
Keywords: FTTH, google earth,KMLCSV converter , fiber optic, PT. Telkom Akses
I. PENDAHULUAN
Pada jaman sekarang tuntutan untuk sesuatu
yang cepat, efisien dan praktis merupakan harapan
dari semua orang. Maka disetiap bidang ilmu
pengetahuan dari tahun ke tahun terdapat
perkembangan yang cepat dan pesat, dengan tujuan
agar lebih baik lagi dari yang sebelumnya atau yang
sudah ada, begitu juga pada bidang telekomunikasi,
di negara Indonesia yang terdiri dari berbagai
kepulauan dibutuhkan komunikasi yang murah,
cepat dan merakyat. Sebagai perusahaan pertama di
Indonesia yang menangani tentang telekomunikasi
dan informasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Pada saat ini melakukan pembaharuan besar-
besaran pada jaringan dan sistem yang sudah ada
agar kualitas serta kuantitas pelayananya menjadi
lebih baik lagi. Telkom Group adalah satu-satunya
BUMN telekomunikasi serta penyelenggara
layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di
Indonesia. Telkom Group melayani jutaan
pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian
lengkap layanan telekomunikasi yang mencakup
sambungan telepon kabel tidak bergerak dan
telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler,
layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan
internet dan komunikasi data. Telkom Group juga
menyediakan berbagai layanan di bidang informasi,
media dan edutainment, termasuk cloud-based and
server-based managed services, layanan e-Payment
dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal
lainnya.
1. Metodologi Penelitian a. Metode Literatur
Metode ini merupakan metode
pengumpulan data dan referensi baik dari
media cetak maupun media elektronik yang
menunjang dalam penyusunan dan
pembuatan tugas akhir.
b. Metode observasi
Metode ini merupakan metode
pengumpulan data dengan cara pengamatan
terhadap hasil survei yang dilakukan di area
kerja PT. Telkom Akses.
2. Instrumen Penelitian Dalam analisa perancangan jaringan
FTTx/FTTH di wilayah desa Seturan
kecamatan Depok daerah Istimewa
Yogyakarta. Ini diperlukan seperangkat
Personal Computer (PC), aplikasi google
earth, data hasil survei wilayah yang berupa
survei Homepass, tagging tiang telepon yang
sudah ada, dan tagging rumah kabel.
3. Rencana Kerja Melakukan kegiatan survey demand
wilayah desa Seturan kecamatan Depok
daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian
melakukan pembuatan label kriteria demand
hasil survei yang meliputi rumah dan gedung
bertingkat maupun ruko bahkan perkantoran.
Dan melakukan dokumentasi beberapa tipe
rumah yang di survei. Melakukan input data
homepass hasil survei kedalam google earth
dan KMLCSV converter sebagai converter
dari hasil input data homepass yang akan
dikonvert menjadi sebuah data exel.
Selanjutnya melakukan perencanaan jaringan
FTTH dengan menentukan titik penempatan
ODC, ODP.Berdasarkan parameter batasan
boundary berupa jalan raya, sungai, rel
kereta api. Tahapan selanjutnya adalah
melakukan perhitungan BOQ material yang
akan dibutuhkan dalam perencanaan yang
mencakupi 3500 pelanggan desa Seturan
kecamatan Depok daerah Istimewa
Yogyakarta, Kemudian melakukan analisa
hasil perencanaan dan hasil perhitungan
BOQ material.
4. Flowchart rencana kerja
Gambar 1.1 flowchart Rencana Kerja
II. DASAR TEORI 2.1 FIBER OPTIK
Fiber optik atau bisa disebut dengan serat
optik merupakan salah satu perangkat keras
internet sejenis kabel yang berbahan dasar dari
serat kaca yang mempunyai kecepatan transfer
data yang sangat tinggi, fiber optik digunakan
sebagai penghubung pada sistem
telekomunikasi. Pada komunikasi fiber optik,
sinyal yang biasanya di gunakan adalah bentuk
digital, sedangkan penyaluran sinyal melalui
serat optik adalah dalam bentuk pulsa cahaya.
Pulsa cahaya akan di peroleh dari proses
memodulasi sinyal informasi dalam bentuk
digital kedalam suatu komponen sumber optik.
Proses ini terjadi pada arah kirim lalu pada arah
terima melalui detektor optik, pulsa cahaya
diubah kembali dalam bentuk sinyal digital.
2.1.1 Jenis Mode Yang Dirambatkan a. Single Mode
Mempunyai inti yang kecil
(berdiameter 0.00035 inch atau 8
micron) dan berfungsi
mengirimkan sinar laser
inframerah (panjang gelombang
1300-1550 nanometer). Single
mode Step Index mempunyai
karakteristik sebagai berikut[1]
:
a) Optik Single mode Step Index memiliki diameter core yang
sangat kecil dibandingkan
ukuran claddingnya.
b) Ukuran diameter core antara 2 nm-l0 nm.
c) Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu
sejajar dengan sumbu fiber
optik.
d) Memiliki redaman yang sangat kecil.
e) Memiliki bandwidth yang lebar.
f) Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi.
g) Dapat digunakan untuk transmisi jarak dekat,
menengah dan jauh.
Gambar 2.2 Fiber Optik Single Mode[1]
b. Multi Mode Mempunyai inti yang lebih besar
(berdiameter 0.0025 inch atau
62.5 micron) dan berfungsi
mengirimkan sinar laser
inframerah (panjang gelombang
850-1300 nanometer). Multi mode
Step Index mempunyai
karakteristik sebagai berikut[1]
:
a) Indeks bias core konstan. b) Ukuran core besar (50mm)
dan dilapisi cladding yang
sangat tipis.
c) Penyambungan kabel lebih mudah karena memilki core
yang besar.
d) Sering terjadi dispersi. e) Hanya digunakan untuk jarak
pendek dan transmisi data bit
rate rendah.
Gambar 2.3 Fiber Optik Multi Mode[1]
2.1. KONFIGURASI FTTX Jaringan kabel lokal fiber Optik (
Fiber to The X) paling sedikitnya terdapat
2 perangkat aktif (Opto Elektrik) yang
dipasang di Central Office dan yang satu
lagi dipasang di dekat dan atau di lokasi
pelanggan. Berdasarkan lokasi penempatan
perangkat aktif yang dipasang didekat dan
atau dilokasi pelanggan FTTX dibagi
menjadi 4 jenis [3]
:
a. Fiber To The Zone (FTTZ) Pada modus aplikasi FTTZ, TKO
terletak diluar bangunan didalam
kabinet maupun mainhole.
Apabila dianalogikan dengan
konfigurasi jaringan tembaga,
maka keberadaan TKO pada
modus ini berada pada posisi RK.
Dari RK, pengguna dihubungkan
dengan kabel tembaga sekunder
sampai ke KP dan disambung
dengan kabel tembaga lagi
sampai ke pengguna-pengguna.
Pada umumnya, jarak sambung
tembaga pengguna ke TKO
adalah sebesar 3-5 Km.
Gambar 2.5 Modus Aplikasi FTTZ[1]
b. Fiber To The Cube (FTTC) Konsep FTTC adalah membawa
akses fiber optik sampai ke suatu
perumahan yang ruang
lingkupnya lebih kecil
dibandingkan FTTZ. Peletakan
TKO pada FTTC dapat
dianalogikan seperti fungsi KP
pada jaringan akses tembaga.
TKO diletakan pada suatu titik di
area tersebut dan setiap terminal
pengguna pada area tersebut
terhubung dengan TKO
menggunakan kabel tembaga
sepanjang 200 sampai dengan 500
meter.
Gambar 2.6 Modus Aplikasi FTTC[1]
c. Fiber To The Build (FTTB) FTTB merupakan suatu alternatif
modus aplikasi yang disediakan
jaringan lokal akses fiber optik
kepada gedung-gedung yang
menginginkan koneksi ke
jaringan akses menggunakan fiber
optik. Pada modus FTTB, TKO
diletakkan didalam bangunan atau
dengan kata lain perangkat fiber
optic seperti ONU terletak
didalam bangunan tersebut. Pada
umumnya FTTB digunakan pada
kondisi dimana suatu bangunan
besar dan tinggi dengan jumlah
Satuan Sambungan Telepon
(SST) yang cukup banyak
tersambung didalamnya.
Peletakkan TKO atau ONU
tersebut biasanya didalam
ruangan gedung. Banyaknya titik
merupakan TKO pada gedung
tersebut dapat bervariasi
tergantung dengan jumlah
pengguna, dan kebutuhan
pengguna yang berada pada
gedung tersebut.
Gambar 2.7 Modus Aplikasi FTTB[1]
d. Fiber To The Home (FTTH) Pada dasarnya modus aplikasi
FTTH memiliki prinsip yang
sama dengan modus aplikasi
FTTB. Perbedaannya hanya pada
TKO terletak didalam rumah
pengguna dimana didalamnya
terdapat satu atau lebih satuan
sambungan telepon. Setiap
terminal yang terhubung dengan
saluran fiber optik akan
terhubung dengan TKO tersebut
menggunakan kabel tembaga.
Gambar 2.8 Modus Aplikasi FTTH[1]
2.2. KONSEP JARINGAN FTTH Jaringan dapat membentuk Active Optical
Network (AON) maupun Passive Optical Network
(PON)[8]
.
a. Active optical network Implementasi dari AON lebih dikenal
sebagai Active Node, penggunaan teknologi ini
terbatas karena biayanya sangat tinggi.
Peralatan-peralatan aktif yang digunakan dalam
jaringan AON termasuk optical switch,
memerlukan tenaga listrik. Keuntungan yang
didapatkan dengan sistem AON adalah sebagai
berikut:
a) Biaya infrastruktur yang relatif murah untuk jangka
panjang.
b) Cakupan daerah pelayanan yang relatif lebih luas
dibandingkan dengan sistem
tembaga.
c) Daerah cakupan yang luas, bisa dilayani dengan
distribusi yang merata. Bagi
pelanggan yang terletak jauh
dari node, active splitter
memberikan daya optik yang
lebih besar, sehingga layanan
yang diberikan untuk semua
pelanggan relatif sama.
d) Dapat menempuh jarak yang lebih jauh dari PON.
b. Passive Optical Network (PON) Passive Optical Network mendasarkan
pada bentuk arsitektur point-to-multipoint.
PON merupakan sistem akses fiber optik yang
memiliki biaya efektif dan menyediakan
layanan broadband, suara, video, data, dan
servis lainya yang biasanya disebut dengan
Next Generation Play Network (NGPN). PON
menggunakan fiber optik dan spliter untuk
menghubungakn OLT di Central Office dengan
ONU yang terletak pada sisi pelanggan. Splitter
pasif diletakan untuk keperluan downstream
dari CO dan dapat membagi sinyal fiber sampai
64 dengan maksimum jarak 20 km. Arsitektur
ini disebut pasif karena semua splitter dan
perlatan yang berada diantara CO dan ONU
merupakan perangkat pasif, sehingga tidak ada
komponen elektronik aktif, tidak membutuhkan
power, dan mengurangi biaya pemeliharaan
peralatan. Perangkat optik pasif yang dipakai
adalah konektor, pasif splitter dan fiber optik
itu sendiri. Sistem OLT berfungsi untuk
pengumpulan dan men-switch fungsi antara
jaringan kabel dengan interface PON serta
untuk fungsi manajemen. Sedangkan ONU
berfungsi sebagai akses kepada pengguna.
Perbedaan panjang gelombang digunakan
dalam proses upstream dan downstream. PON
memudahakan dalam hal operasional dan
perawatannya serta biaya yang lebih rendah
dibandingakan AON.
2.3. TOPOLOGI JARINGAN FTTH
Gambar 2.12 Topologi Jaringan FTTH[6]
Terdapat 4 macam segmen pada struktur
jaringan FTTH dimana ke empat segmen
tersebut terdiri dari beberapa bagian catuan
kabel beserta perangkat aktif didalamanya.
Diantaranya adalah:
a. Segmen A : Catuan kabel Feeder b. Segmen B : Catuan kabel Distribusi c. Segmen C : Catuan kabel
Penanggal / Drop
d. Segmen D : Catuan kabel Rumah/ Gedung
Ke empat segmen tersebut memiliki fungsi
dan peranan tersendiri dalam membentuk suatu
topologi jaringan FTTH.Dimana tiap segmen
akan berhubungan erat satu dengan lainnya jika
salah satu komponen pada tiap segmen tidak
sesuai maka akan terjadi gangguan. Berikut
penjelasan serta ulasan untuk tiap
segmennya[6]
:
a. Segmen A (Catuan Kabel Feeder) Pada Segmen A terdapat beberapa
perangkat aktif yang terdiri dari
ODF+FMS,Feeder FO+ODC+Spliter.
Pada segmen A berpusat pada pencatuan
kabel feeder yang berasal dari ODF
menuju ODP. Menggunakan kapasitas
yang berbeda untuk setiap kabel FO
yang digunakan sebagai feeder seperti
untuk kabel tanah digunakan kapasitas
48 hingga 264 core, lalu pada kabel
udara menggunakan kapasitas 48 hingga
96 core.
Gambar 2.13 ODF dan FTM Pada
Segmen A[6]
b. Segmen B (Catuan Kabel Distribusi) Pada Segmen B terdapat beberapa
perangkat aktif seperti
FO+ODP+Spliter.Di segmen ini lebih
menekan pada distribusi kabel FO
dimana memiliki fungsi yang sama
dengan kabel fiber optic feeder dimana
akan meneruskan informasi berupa
sinyal optik mulai dari ODC hingga
ODP, dengan menggunakan kabel fiber
optic Single Mode tipe G652D.Kapasitas
yang dimiliki kabel fiber optic untuk
distribusi hanyalah berkisar 6 core
hingga 48 core menyesuaikan dengan
jenis kabel apa yang digunakan.
Gambar 2.14 Instrumen OSP (Outside
Plant) Pada Segmen B[6]
c. Segmen C (Catuan Kabel Penanggal /. Drop)
Pada Segmen C terdapat perangkat aktif
berupa OTP serta drop cable FO
sebelum masuk ke rumah-rumah.Kabel
drop memilki fungsi untuk meneruskan
sinyal optik dari ODP ke rumah-rumah
pelanggan, tibe kabel drop yang
digunakan adalah G657 dengan maksud
untuk menanggulangi lokasi instalasi
yang berlikuk likuk sehingga digunakan
optik yang memiliki sifat bending
insensitive, kabel ini umumnya memiliki
kapasitas sebesar 1,2 dan 4 ore.Untuk
OTP (Optical Terminal Premises)
adalah perangkat pasif yang dipasang
dirumah-rumah pelanggan yang
memiliki fungsi sebagai titik terminasi
terakhir dari kabel drop dan tempat
sambungan core optik ataupu peralihan
daripada kabel outdoor dengan indoor.
Gambar 2.15 Perangkat Indoor Pada
Segmen C[6]
d. Segmen D (Catuan Kabel Rumah) Untuk Segmen D terdapat perangkat
aktif berupa Indoor FO dan Roset. Di
segmen terakhir ini adalah titik terminasi
terakhir pada jaringan FTTH menuju
perangkat elektronik yang terhubung
dengan jaringan fiber optik seperti
telepon rumah,tv kabel, dan lain lain.
Gambar 2.16 Perangkat Outdoor
Pada Segmen D[6]
2.4. DESAIN FTTH Desain berasal dari kata Desaino
dalam bahasa Itali yang artinya adalah
suatu gambar yang mengandung arti atau
bermakna, jadi dalam bahasan disini
desain merupakan suatu seni yang
dituangkan dalam bentuk gambar dan
mengandung arti, tentu didalamnya
terdapat Keterangan - keterangan seperti
dimensi, symbol-symbol yang digunakan,
penamaan, spesifikasi, ukuran dan lain-lain
tergantung desain apa yang ditampilkan.[7]
2.4.1. Survey[13] Survey adalah proses kegiatan
yang dilakukan untuk mengumpulkan
data informasi dengan tujuan untuk
perencanaan jaringan.Survei dibagi
menjadi 2 jenis berdasarkan lokasinya,
On Desk Survey dan On Site Survey.
On Desk Survey memiliki fungsi
dalam mempelajari peta lokasi yang
akan diaplikasikan FTTH,mempelajari
skema kabel feeder
eksisting,mempelajari skema kabel
distribusi eksisting, Menginput data
hasil survey pada google earth
ataupun autocad. Lalu pada On Site
melakukan survey lapangan untuk
melihat kondisi area yang akan di
gunakan,membuat dokumentasi foto,
melakukan pengukuran dan
pencatatan.
Ketika akan merancang suatu
design jaringan FTTH terdapat micro
demand survey dimana pada micro
demand survey meliputi survei untuk
Feeder Network lalu survey untuk
Distribution Network. Survey micro
demand dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan kebutuhan apa saja yang
harus dipersiapkan untuk merancang
suatu jaringan FTTH.Pada survey
untuk feeder network dilakukan untuk
menentukkan boundary area ODC,
sedangkan pada survei untuk
distribution network dilakukan untuk
menentukkan boundary area
ODP.Berikut adalah pembahasannya :
A. Survey untuk Micro Demand.
a. Kawasan Perumahan b. Ruko/Rukan c. High Rise
Building/Gedung
bertingkat meliputi
apartement,hotel,office
dan mall.
d. Demand potensial untuk pemasangan akses point.
B. Survey untuk Design Feeder Network. a. Menentukkan Boundary Area
ODC
b. Penempatan ODC c. Rute dan Panjang Kabel Feeder d. Jumlah Rumah atau Bangunan
dalam 1 boundary ODC
e. Menentukkan titik koordinat untuk ODC, MH/HH, Tiang.
C. Survey untuk Design Distribution Network.
a. Hitung jumlah rumah atau bangunan
b. Tentukkan Boundary dan ploting posisi ODP
c. Hitung jmlah tiang eksisting serta kebutuhan untuk tiang
baru
d. Melakukan survey untuk rute dan panjang kabel distribusi
e. Menentukan titik koordinat ODP dengan memperhatinkan
kapasitas ODP harus mampu
mengcover seluruh jumlah
rumah atau bangunan yang ada
dan mengatisipasi jika demand
tumbuh dalam area ODP
tersebut.
2.5. KMLCSV CONVERTER KMLCSV Converter adalah perangkat
lunak bebas open source yang memungkinkan
Anda untuk mengkonversi KML file ke file
CSV diformat, dan sebaliknya. File CSV ini
kemudian dapat di-upload ke dalam Garmin
GPS dengan menggunakan Garmin POI
Loader, yang dapat didownload secara gratis.
Hal ini memungkinkan dengan mudah
merencanakan semua titik kebiasaan
kepentingan (POI) melalui Google Earth atau
Google Maps terlebih dahulu sebelum
mentransfer ke dalam GPS Garmin.
2.6. GOOGLE EARTH Google Earth merupakan suatu perangkat
lunak yang dikembangkan untuk representasi
permukaan bumi menggunakan data citra
digital satelit yang dibuat oleh keyhole, Inc.
Salah satu aplikasi dari google earth adalah
identifikasi kenampakan land use dan land
cover di permukaan bumi. Google earth
menampilkan kenampakan permukaan bumi
menggunakan beberapa sumber hasil
pengambilan gambar citra dari berbagai satelit.
Spesifikasi google earth (Rina, 2010)[5]
:
a. Sistem dan Proyeksi Koordinat Sistem koordinat internal google earth
merupakan koordinat geografis dalam
system world geodetic system 1984 (WGS
84). Google earth menampilkan dunia
dalam tampilan orthogonal.
b. Resolusi Dasar Amerika Serikat: 1,5 m (beberapa Negara
bagian 1 m atau lebih baik). Andorra,
Belanda, Britania Raya, Denmark, Jerman,
Liechtenstein, Luksemburg, San Marino,
Swiss, Vatikan : 1 m atau lebih baik.
Seluruh dunia : umumnya 15 m (beberapa
area, sperti Antartika resolusinya sangat
rendah), tetapi ini bergantung pada kualitas
satelit/fotografi udara yang diunggah.
Indonesia umumnya 15 m
c. Resolusi Tinggi Amerika Serikat : 1 m, 0.6 m, 0.3 m, 0.15
m (sangat jarang). Eropa : 0.3 m, 0.15 m
(contohnya Berlin, Hamburg, Zurich).
d. Resolusi Ketinggian Resolusi ketinggian permukaan berfariasi
menurut Negara, sedangkan resolusi
kedalaman laut tidak tersedia.
e. Tahun Pengambilan Data Google Earth merupakan software yang
menggabungkan beberapa citra yang
diunggah untuk menampilkan kenampakan
bumi. Kenampakan bumi suatu wilayah
pada software bergantung pada tahun
pengambilan foto atau citra pada wilayah
tersebut. Google Earth memberikan
informasi tahun pengambilan citra pada
setiap citraanya.
Gambar 2.28 Contoh Tampilan Google
Earth
2.7. LINK BUDGET Perhitungan link budget dibutuhkan setiap kali
merancang suatu jaringan baru, salah satunya
adalah menghitung link budget pada hasil
rancangan design jaringan FTTH, guna mengetahui
performansi Jaringan Lokal Akses Fiber, mulai dari
perangkat OLT (titik pengirim) hingga perangkat
ONU (titik penerima), maka dari itu perlu diketahui
parameter performansi pada Desain Jaringan Lokal
Akses Fiber yang akan digunakan seperti panjang
kabel FO yang dibutuhkan dalam satuan KM,
Jumlah splitter untuk masing masing konfigurasi,
Jumlah konektor, Jumlah Sambungan pada kabel
feeder, distribusi serta pada drop. Berikut adalah
daftar parameter beserta besar redaman yang
digunakan ketika akan menghitung suatu link
budget pada salah satu jaringan FTTH. Ditunjukan
pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Parameter Besar Redaman[7]
No Network Element Batasan Ukuran
1 Kabel FO MAX 0,35 dB/km
2 Splicing MAX 0,1 dB
3 Connector Loss MAX 0,25 dB
4 Splitter 1:2 MAX 3.70 dB
5 Splitter 1:4 MAX 7.25 dB
6 Splitter 1:8 MAX 10.38 dB
7 Splitter 1:16 MAX 14.10 dB
8 Splitter 1:32 MAX 17.45 db
9 Sambungan pada Kabel Feeder MAX 0.10 dB
10 Sambungan pada Kabel Distribusi MAX 0.10 dB
11 Sambungan pada Drop Kabel MAX 0.10 dB
Pada tabel 2.2 dapat disimpulakan bahwa
untuk maksimum penggunaan tidak terbatas,
dengan catatan total redaman atau loss toleransi
yang di dapat tidak lebih daripada 28 dB.
Untuk contohnya dapat dilihat di tabel 2.3
berikut.
Tabel 2.3 Contoh Tabel Link Budget[7]
Apabila hasil perhitungan didapat nilai
redaman lebih besar dari nilai toleransi yang
sudah diberikan seperti diatas, maka desain
tersbut dapat dinyatakan tidak ideal,
dikarenakan nilai redaman yang lebih besar
akan menimbulkan noise yang dapat
mengurangi kualitas daripada jaringan tersebut,
namun apabila nilai redaman masih dibawah
batas toleransi maka design jaringan tersebut
layak untuk digunakan sebagai planningdesign
jaringan.
2.8. BILL OF QUALITY (BOQ) MATERIAL Bill of Quantity (BOQ) adalah dokumen
kontrak yang biasanya disiapkan oleh quantity
surveyor yang merupakan daftar rancangan
pekerjaan yang terdiri dari perhitungan volume
pekerjaan dan dapat memperinci biaya, baik
dari segi material, peralatan, maupun tenaga
kerja. BOQ digunakan ketika akan
mengajukan penawaran harga kontrak kerja
pada industri konstrusi, selain itu juga
digunakan sebagai pengontrol dari volume
yang diajukan oleh kontraktor dan memberikan
evaluasi atas kemajuan pekerjaan yang telah
dilakukan. Setelah selesai pembuatan design
langkah selanjutnya adalah pembuatan Bill of
Quantuty / Rencana Anggaran dan Biaya.
Hitung seluruh volume material dan jasa yang
dibutuhkan yang terdiri dari [7]
:
1. Jaringan Feeder 2. Jaringan Distribusi 3. Jaringan Drop Cable Untuk
memudahkan dalam penghitungan,
gunakan alat bantu seperti :
Diagram batang kabel
Tabel jumlah demand, jenis layanan dan volume material yang
disusun per lantai (untuk HRB)
Ketika akan merancang suatu design
jaringan FTTH, terlebih dahulu mengetahui
jumlah kebutuhan perangkat sehingga
perangkat yang sudah dihitung mampu
mengcover keseluruhan homepass pada satu
boundary.
a. Menghitung kebutuhan perangkat ODP
Untuk menghitung jumlah kebutuhan
perangkat ODP pada satu
boundary dapat menggunakan
rumus dibawah ini :
=
..(2.1)
b. Menghitung kebutuhan core optik pada kabel distribusi
. Untuk menghitung jumlah kebutuhan
core optik pada kabel distribusi,
mengikuti dengan jumlah ODP.
Dikarenakan 1 core optik untuk satu
ODP
c. Menghitung kebutuhan core optik untuk feeder.
. Untuk menghitung jumlah core optik
untuk feeder digunakan rumus dibawah
ini :
=
.. (2.2)
d. Menghitung jumlah passive splitter di ODC
Untuk jumlah passive splitter di ODC
sama dengan jumlah core optik pada
feeder. Karena satu core feeder untuk
satu ODC
e. Menghitung jumlah jalur distribusi
Untuk menghitung jumlah jalur
distribusi digunakan rumus dibawah ini.
=
(8,12,24) (2.3)
III. PEMODELAN SISTEM
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN DATA
Kegiatan survei dilakukan pada
area kerja PT Telkom Akses Yogyakarta
daerah Seturan, daerah Seturan merupakan
salah satu daerah yang padat penduduk
serta banyak terdapat beberapa universitas.
Survei dilakukan mulai dari 3 Februari
2014 sampai 3 Mei 2014 untuk
mendapatkan hasil total homepass
sebanyak 3.500. Hasil akhir data yang
homepass yang didapat sebanyak 3.505
homepass. Kegiatan survey ini dilakukan
pada jam kerja yaitu pukul 08.00 pagi
sampai dengan 16.00 sore.
3.2 TAHAPAN PENGAMBILAN DATA Dalam penulisan tugas akhir ini,
proses kegiatan pengambilan data
dilakukan untuk mendapatkan sebuah data
valid dan informasi tentang area kerja yang
akan dilakukan pergantian dan
pemasangan jaringan lokal akses tembaga
menjadi jaringan lokal akses fiber optik.
Kegiatan survei terbagi dalam dua team
yaitu team on site dan team on desk. Untuk
melakukan survey micro demand, tidak
sembarang area untuk dijadikan bahan
surei. Pemilihan area dilakukan oleh team
on site dengan melihat demand pada area
tersebut. Jika sudah dipertimbangkan maka
team on site akan turun untuk melakukan
survey micro demand.
Gambar 3.1 Contoh Tampilan Polygon
Sebelum survey berlangsung,
terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh surveyor. Diantaranya
adalah memperhatikan point point penting
seperti alamat rumah, tipe rumah,
pelanggan telpon kabel atau bukan,
menggunakan tv kabel atau tidak dan yang
terakhir apakah dihuni atau tidak. Point
point tersebut diperhatikan ketika sedang
melakukan survey. Dibawah ini adalah
tabel yang digunakan selama survey
berlangsung.
Tabel 3.1 Tabel Survey Homepass
Dalam tabel tersebut terdapat 6 macam element
mewakili kebutuhan untuk pengambilan data
homepass, diantaranya
1. Alamat
Tabel alamat diisikan dengan alamat jalan
ataupun nama area yang sedang dilakukan
survey.
2. Tipe Rumah
Tabel pada Tipe Rumah dibagi menjadi 3
golongan, yaitu R1, R2, dan R3. Untuk
mengetahui rumah yang sedang disurvey
termasuk golongan yang mana, dilakukan
identifikasi terhadap rumah yang akan
disurvey. Sebagai contoh untuk golongan R1
dilihat apakah rumah tersebut memiliki ukuran
rumah besar dan tanah yang luas atau tidak,
lalu melihat apakah pada rumah tersebut
memiliki kendaraan pribadi atau tidak.
3. Telkom
Tabel Telkom diisi apakah rumah yang
sedang disurvey menggunakan layanan Telkom
atau tidak. Untuk mengetahui apakah rumah
yang sedang disurvey menggunakan layanan
telpon atau tidak, dengan cara melihat apakah
terdapat kabel Telkom masuk kedalam rumah
atau tidak. Jika terdapat maka rumah tersebut
menggunakan jasa layanan Telkom, namun
apabila tidak maka rumah tersebut tidak
menggunakan jasa layanan Telkom.
4.Huni
Pada tabel huni berisikan, apakah rumah
yang sedang di survey ditempati atau tidak.
Rumah yang tidak dihuni nampak jelas dari
luar, seperti kondisi rumah yang kotor, atau
rusak. Sedangkan rumah yang dihuni terlihat
sebaliknya.
5.TV Kabel Telkom
Untuk mengetahui apakah rumah yang
sedang di survey menggunakan layanan tvkabel
Telkom yaitu denganmelihat apakah terdapat
perangkat parabola yang bertuliskan Telkom
jika tidak maka rumah tersebut tidak
menggunakan layanan tersebut.
6.Kabel Lain
Pada tabel TV Kabel lain untuk
mengidentifikasinya hampir sama dengan
identifikasi TV kabel telkom hanya saja untuk
tabel ini yang dilihat adalah bukan pengguna
layanan TV Kabel Telkom.
3.3 PERHITUNGAN LINK BUDGET Langkah pertama adalah membuka
hasil survey microdemand yang sudah di
olah datanya kedalam bentuk google earth.
Sebagai contoh disini data yang digunakan
adalah boundary BBS-FAJ dengan kapasitas
homepass sebanyak 195 homepass.
Pada boundary tersebut terdapat letak
perangkat ODC yang akan digunakan untuk
mencatu homepass sebanyak 195 pelanggan.
Namun sebelum melakukan design jaringan
FTTH, dihitung terlebih dahulu kebutuhan
core distribusi yang digunakan untuk
mendesign jaringan pada Boundary ODC
BBS-FAJ. Perhitungan sebelum melakukan
design jaringan FTTH sangat penting agar
perancang tahu jumlah perangkat dan
kebutuhan yang diperlukan untuk mengcover
wilayah yang akan di design, sehingga tidak
terdapat kekurangan ataupun kelebihan
perangkat.
Berikut adalah perhitungan untuk
menentukkan jumlah kebutuhan perangkat,
pada boundary ODC BBS-FAJ:
Dengan jumlah homepass sebanyak
195 pelanggan, pertama perhitungan
menggunakan konfigurasi one stage yaitu
menggunakan passive splitter 1:32 di ODC.
Untuk mengetahui jumlah passive splitter di
ODC hanya satu buah dan keluaranya
sebanyak 32 jadi satu pelanggan
menggunakan satu kabel feeder. Sedangkan
pada ODP bisa menggunakan satu ODP, 2
ODP dengan masing-masing ODP sebanyak
16 core, 4 ODP dengan masing-masing ODP
sebanyak 8 core.
Kedua perhitungan dilakukan dengan
menggunakan two stage yaitu menggunakan
passive splitter 1:4 di ODC dan 1:8 di ODP.
Untuk mengetahui jumlah passive splitter di
ODP digunakan perhitungan sebagai berikut:
=195
8= 25
Sehingga dapat disimpulkan dari
perhitungan diatas jumlah ODP yang
dibutuhkan adalah sebanyak 25 buah.
Selanjutnya adalah menghitung jumlah core
optik feeder, perhitungan kebutuhan untuk
core optik untuk feeder didapat dengan cara
sebagai berikut :
= 25
4= 7
Dengan melihat perhitungan diatas,
maka didapat jumlah passive splitter yang
dibutuhkan pada ODC yaitu sebanyak 7.
Setelah itu dilanjutkan untuk menghitung
kebutuhan akan kabel distribusi. Untuk
N
O
ALAMAT TIPE RUMAH TELKOM HUNI TV
KABEL
TELKOM
TV
KABEL
LAIN R1
R2
R3
perhitungan kabel distribusi nilai pembagai
bervariasi melihat dengan kapasitas yang
digunakan yaitu 8 core, 12 core, ataupun 24
core. Untuk Boundary BBS-FAJ digunakan
kabel distribusi dengan kapasistas 12 core.
Maka perhitungannya sebagai berikut:
= 25
12= 3
Dengan demikian didapat jumlah kebutuhan
akan kabel distribusi untuk boundary ODC
BBS-FAJ adalah sebanyak 3 buah.
IV. HASIL DAN ANALISA
4.1. HASIL KMLCSV CONVERTER Hasil dari converter keseluruhan boundary
pada area seturan daerah istimewa
Yogyakarta. Dimana didalamnya terdapat
lima boundary. Hasil keseluruhan
adalah sebanyak 3505 homepass
ditunjukan pada lingkaran hitam dan
tanda panah pada gambar 4.1 Hasil
Converter keseluruhan boundary.
Gambar 4.1 Hasil Converter keseluruhan boundary
4.2. KEBUTUHAN PERANGKAT Dalam menganalisis kebutuhan perangkat
digunakan satu boundary dari 5 boundary yang
sudah ada, dengan 3 macam jenis konfigurasi
yang digunakan diantaranya adalah one stage
dengan Passive Splitter 1:32, Dan Two Stage
1:2 -> 1:16 serta 1:4 -> 1:8, dengan kebutuhan
3505 homepass untuk keseluruhan boundary.
Penulis memilih boundary BBS-FAJ untuk
wilayah Seturan Yogyakarta, dengan jumlah
homepass yang didapat sebanyak 3505
homepass.
Gambar 4.7 Keseluruhan Boundary.
Sebanyak 3505 rumah tersebut terbagi
menjadi 5 area boundary, dengan masing
masing boundary memiliki jumlah homepass
bervariasi sehingga kebutuhan akan perangkat
menyesuaikan dengan jumlah homepass untuk
masing masing boundary. Diantarnya adalah
sebagai berikut
1. Boundary BBS-FAJ (3 Konfigurasi) a. Splitter yang digunakan adalah
1:4 di ODC dan 1:8 di ODP
(Two Stage)
Jumlah Homepass sebanyak 195
unit.
Passive Splitter di ODP = 195/8
= 25
Jumlah Core Optik untuk kabel
distribusi adalah = 25 core
Jumlah Core Optik untuk feeder
adalah = 25/4 = 7 core
Jumlah Passive Splitter pada
ODC adalah sebanyak 7
Kapasitas ODC yang dibutuhkan
adalah tipe 144
Jumlah kebutuhan ditribusi
sebanyak = 25/12 = 3 kabel
distribusi
4.3. LINK BUDGET Boundary BBS-FAJ (Konfigurasi 1:4 ->
1:8)
Konfigurasi pertama yang dilakukan uji coba
adalah menggunakan konfigurasi 2 stage dengan
Passive Splitter pada ODC 1:4 dan di ODP 1:8.
Jumlah homepass pada boundary yang digunakan
adalah sebanyak 195. Pada konfigurasi ini didapat
jumlah ODP sebanyak 25. Untuk menetukkan ODP
mana yang mendekati, menengah serta menjauhi
ODC dilakukan perhitungan dengan melihat jumlah
ODP, apabila jumlah genap maka dibagi dengan 2,
jika bernilai ganjil maka dicari nilai tengahnya.
Pada boundary ini dipilih 3 ODP yang memenuhi
syarat diatas. Berikut adalah perhitungan
menggunakan sistem Two stage 1:4 -> 1:8.
Tabel 4.2 Tabel Link budget Konfigurasi 1:4 -> 1:8
Penjabaran Perhitungan
Boundary BBS-FAJ (Konfigurasi 1:4 -> 1:8)
a. Kondisi Terjauh, Distribusi jalur ke 2, ODP ke 21
Pelanggan 1 :ODF Ke ONT = 2,77 km
Passive Splitter 1:4 = 7,25 dB
1:8 = 10,38 dB
Loss Connector = 0.25*11 = 2,75 dB
Kabel FO = 0,35*2,77 = 0,96 dB
Total keseluruhan redaman = 21.34 Db
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Semakin jauh jarak homepass ke sentral maka akan semakin besar redamanya
dibuktikan pada hasil perhitungan link
budget pada boundary BBS-FAJ yaitu
terjauh sebesar 20,61 dB,menengah
sebesar 20,27 dB dan yang terdekat
sebesar 19.95 dB. .
2. Dalam design perencanaan FTTH melakukan pada perhitungan link budget
memenuhi syarat. Hal ini dibuktikan
bahwa nilai redaman total pada semua
perhitungan tidak lebih dari 28 dB.
3. Hasil perhitungan BOQ menunjukan bahwa desain menggunakan one stage
lebih banyak membutuhkan material pada
kabel distribusi yaitu sebanyak 2645.55
meter dibandingkan dengan yang lainya.
5.1. SARAN
1. Dalam mendesain penulis mengharapkan agar lebih teliti pada saat perhitungan.
2. Untuk melakukan perencanaan yang lebih baik maka penulis menyarankan untuk
memilih metode two stage dikarenakan
dalam proses design perencanaan lebih
mudah dilakukan.
3. Untuk pemilihan passive splitter disarankan menggunakan passive splitter
1:4 pada ODC dan 1:8 pada ODP,
dikarenakan dengan menggunakan passive
splitter ini lebih meminimalisir
penggunaan material dan redaman yang
tidak begitu besar.
DAFTAR PUSTAKA
1. PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk (2004). PL 1.1- Dasar Sistem
Komunikasi Optik. Bandung:
TELKOMRISTI (R & D Center)
2. Auzaiy, (2008), Analsisi Power Budget Jaringan Komunikasi Serat Optik
PT.TELKOM di STO Jatinegara,
Dokumen PDF
3. Maulana, Angga Julian, (2012), Perencanaan Desain Jaringan Metro
FTTH di Universitas Indonesia, Dokumen
4. Praja, Fajar Guntara, (2013), Analisis Perhitungan dan Pengukuran Transmisi
Jaringan Serat Optik Telkomsel Regional
Jawa tengah, Dokumen PDF
5. Putra, Egi Kharisma, (2012), Pemanfaatan SIG untuk Analisis Karakteristik Pola
Perubahan Landuse dan Landcover di
Jawa barat, Dokumen PDF
6. PT. Telkom Akses Indonesia, Overview FTTx, Overv. FTTx, pp. 138, 2013, Dokumen PDF
7. PT. Telkom Akses Indonesia, MODUL-3 DESIGN FTTx, pp. 199, 2013. Dokumen PDF
8. Anonymous, Perancangan Dan Desain Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf)
Dengan Teknologi Pon Konfigurasi
Jaringan Fiber To The Home (Ftth). pp. 145.
9. Optical Distribution Box (GPXX C48) - China Electronic and Digital Products
Wholesale Center. [Online]. Available: http://www.o-digital.com/wholesale-
products/2244/2247-2/Optical-
Distribution-Box-GPXX-C48-
141719.html. [Accessed: 14-Juli-2014].
10. D. Akses, Panduan Desain FTTH, Pandu. Desain FTTH, pp. 158, Dokumen PDF
11. Panditamoyo, Instalasi Perangkat FTTH Pada Area Public, Instal. Perangkat FTTH Pada Area Public, pp. 113, 2011.
12. P. Rigby, FTTH Handbook, FTTH Handb., pp. 1100, 2011.
13. P. T. A. Indonesia, Survey micro demand, Surv. MICRO DEMAND, pp. 154, 2011.