Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 277-290
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
*Penulis korespendensi: [email protected]
Perencanaan Sistem Distribusi Air Baku di
Dusun Ngindeng, Kecamatan Sawoo,
Kabupaten Ponorogo dengan Menggunakan
Aplikasi WaterCAD V8i Satria Ilman Yuwansa1*, Riyanto Haribowo1, Moh Sholichin1 1Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia
*Korespondensi Email: [email protected]
Abstract: Ngindeng Hamlet is a hamlet located in Sawoo subdistrict,
Ponorogo Regency, most of the people in Ngindeng Hamlet rely heavily
on groundwater sources to meet their raw water needs. It is hoped that the
Bendo Dam in Ngindeng Hamlet will be built as a source of raw water that
can be used to meet water needs. This study aims to make a plan for the
raw water network system in Ngindeng Hamlet, which includes water
quality, hydraulics, and economy. The design of the clean water network
did by using the WaterCAD V8i application to simulate and model the
clean water network hydraulics condition. Cost calculation and economic
analysis did manually, The result of the hydraulics analysis shows that the
design already fulfilled the piping network is still in the specified category
of provisions, which has a speed of 0,100 m/s – 1,902 m/s, Headloss
Gradient 0,065 m/km – 14,428 m/km. and a pressure of 3,520 atm – 8,895
atm, then in the remaining chlorine 0,300 mg/l – 0,400 mg/l. In the
economic analysis, the lowest water price is 1,746.95/m3 with a project
price of Rp. 521.700.000,00.
Keywords: Chlorine, Clean Water, Clean Water Distribution, Water Price,
WaterCAD V8i.
Abstrak: Dusun Ngindeng merupakan dusun yang terletak di Kecamatan
Sawoo Kabupaten Ponorogo, masyarakat di Dusun Ngindeng sebagian
besar mengandalkan sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan air baku,
harapan dibangunya Waduk Bendo di Dusun Ngindeng sebagai sumber air
baku bisa dipakai dalam mencukupi kebutuhan air. Penelitian ini bertujuan
untuk membuat recana pada sistem jaringan air baku di Dusun Ngindeng,
yang termasuk kualitas air, hidraulika, dan ekonomi. Dalam perencanaan
jaringan air bersih, dilakukan dengan aplikasi WaterCAD V8i untuk
simulasi dan pemodelan kondisi hidraulik jaringan air bersih. Akan tetapi
dalam perhitungan ekonomi dilaksanakan secara manual, proses Analisa
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 277-290
278
memiliki hasil yang menunjukkan kondisi hidrolis jaringan pipa masih
terdapat di kategori ketentuan yang ditetapkan, yaitu memiliki kecepatan
0,100 m/dt – 1,902 m/dt, Headloss Gradient 0,065 m/km – 14,428 m/km
dan tekanan 3,520 atm – 8,895 atm, kemudian klorin yang tersisa 0,300
mg/l – 0,400 mg/l. Analisa pada ekonomi, bahwa tarif air terendah
sebanyak 1.746,95/m3 dengan harga proyek sebanyak Rp. 521.700.000,00.
Kata kunci: Air Bersih, Harga Air, Klorin, Distribusi Air Bersih,
WaterCAD V8i.
1. Pendahuluan
Dusun Ngindeng merupakan salah satu daerah rawan air yang terletak di Kecamatan
Sawoo. Secara geografis, terletak pada bagian Tenggara Kabupaten Ponorogo . Masyarakat
Dusun Ngindeng juga masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan air baku [1].
Bertambahnya jumlah penduduk di Dusun Ngindeng Kecamatan Sawoo Kabupaten
Ponorogo menyebabkan peningkatan terus menerus pada keperluan air baku, penyebabnya
adalah karena tidak terdapat sistem distribusi air baku yang bisa mencukupi kebutuhan
masyarakat [2]. Sekarang Dusun Ngindeng menggunakan air di Sungai Keyang dalam
mencukupi kebutuhan air baku dan telah menjadi sumber utama dalam mencukupi air baku
untuk masyarakat di Dusun Ngindeng [3]. Akan tetapi, masyarakat yang mau
menggunakan air tanah masih sedikit, hal tersebut disebabkan karena mahalnya biaya yang
harus dikeluarkan, apalagi untuk masyarakat dengan ekonomi rendah maka dibutuhkan
hadirnya kelayakan pada fasilitas sarana dan prasarana dalam mendapatkan air dengan
efisien dan mudah.
Problematika yang ada di Dusun Ngindeng Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
dimana dalam memasuki awal musim kemarau kecamatan tersebut mengalami krisis air
bersih [4]. Dimana warga di desa tersebut sulit untuk mengakses air bersih lantaran sumber
air mengering. Sehingga warga mengharapkan bantuan dari pemerintah Kabupaten
Ponorogo.
Saat memasuki awal musim kemarau terdapat beberapa kecamatan yang mengalami
krisis air bersih maupun air baku. Sehingga warga sulit untuk mendapatkan air bersih
maupun air baku tersebut [4].
Hadirnya masyarakat dan pemerintah yang mau membantu dalam menuntaskan
masalah ketersediaan air baku di Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, sehingga
masyarakat dapat memperoleh air baku secara mudah lewat perencanaan sistem jaringan
pipa.
2. Bahan dan Metode
2.1 Bahan
2.1.1 Lokasi Studi
Secara geografis terletak pada posisi 1110 17’ - 1110 52’ Bujur Timur dan 70 49’ – 80 20’
Lintang Selatan yang berada di ketinggian mulai dari 92 hingga 2.563 mdpl serta
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p.277-290
279
mempunyai wilayah dengan luas mencapai 1.371,78 km². Kabupaten Ponorogo
mempunyai 21 kecamatan yang dibagi kedalam 307 kelurahan atau desa.
Gambar 1: Peta Administrasi Kabupaten Ponorogo
2.1.2 Data penelitian yang dibutuhkan
Penelitian ini membutuhkan beberapa data seperti berikut ini:
a. Data jumlah penduduk di Dusun Ngindeng Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
yang dapat di peroleh dari BPS Kabupaten Ponorogo.
b. Data debit dari sumber yang digunakan untuk mensuplai air bersih di Dusun Ngindeng
Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo.
c. Data topografi di Dusun Ngindeng Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo yang
dapat diperoleh dari perhitungan ArcGis atau dari Google Earth.
d. Peta wilayah administrasi di Dusun Ngindeng Kecamatan Sawoo Kabupaten
Ponorogo.
e. Data harga satuan di Dusun Ngindeng Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo.
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 277-290
280
2.2 Tahap Penyelesaian Studi
2.2.1 Menghitung Gambaran Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih.
a. Menguji Hasil Gambaran Dengan Uji Kesesuaian.
b. Menghitung Kebutuhan Air Bersih.
c. Menghitung Ketersediaan Air Bersih.
2.2.2 Perhitungan Pada Sistem Perpipaan Distribusi Air Bersih.
a. Menghitung Kehilangan Energi Mayor Pada Jaringan Pipa.
b. Menghitung Kehilangan Energi Minor pada Jaringan Pipa.
c. Menganalisis Kondisi Hidraulik Ideal.
2.2.3 Perhitungan Menggunakan Software WaterCAD V8i
a. Membuat file baru
b. Memilih satuan yang akan digunakan dalam merencanakan sistem jaringan perpipaan
yakni System International Unit (SI) dan United State Unit (US).
c. Memilih metode penggambaran dengan skala (scaled) atau penggambaran manual
(schematic)
d. Menyimpan lembar kerja
e. Merencanakan jaringan perpipaan menggunakan pemodelan dengan data yang sudah
ada.
f. Input data reservoir, data yang data elevasi
g. Input data junction, data yang dimaksud adalah data elevasi dan kebutuhan air.
h. Input data pipa, data yang dimaksud merupakan diameter pipa, jenis pipa, koefisien
Hazen-Williams, dan panjang pipa
i. Melakukan simulasi dengan run untuk Steady State Analysis
2.2.4 Menghitung Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
a. Menghitung biaya pengeluaran untuk Upah Tenaga Kerja
b. Menghitung Material Bangunan dimaksud merupakan
c. Menghitung Peralatan
d. Menghitung Biaya Tak Terduga
e. Menghitung Pajak
f. Analisa Ekonomi
g. NPV (Net Present Value)
h. BCR (Benefit Cost Ratio)
i. Analisa Pengembalian (Payback Period)
j. IRR (Internal Rate Return)
k. Analisa tingkat sensitif
2.3 Persamaan
2.3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk dihitung untuk mengetahui banyak penduduk yang perlu
dilayani air bersih sehingga perencanaan perpipaan ini lebih optimal.
Jumlah penduduk = jumlah unit . jumlah penduduk rata-rata Pers. 1
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p.277-290
281
2.3.2 Kebutuhan Air Bersih
Perhitungan kebutuhan air bersih ditujukan untuk mengetahui banyakya kebutuhan air
bersih yang perlu disiapkan guna memenuhi kebutuhan air bersih di Dusun Ngindeng
dengan fluktuasi kebutuhan air bersih berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum Cipta
Karya Direktorat Air Bersih Tahun 1994 [5].
2.3.2.1 Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan yang dipakai oleh kegiatan rumah
tangga. Dusun Ngindeng termasuk dalam golongan desa kecil (jumlah penduduk pada
tahun 2040 sebesar 4.807 jiwa) dengan asumsi kebutuhan air bersih sebesar 60
Liter/orang/hari jika diklasifikasikan berdasarkan faktor dan letak wilayahnya beserta
kondisi perekonomiannya.
2.3.2.2 Kebutuhan Non Domestik
Non domestik terbagi menjadi dua perhitungan kebutuhan, yaitu untuk perumahan dan
untuk fasilitas umum. Untuk perumahan, nilai kebutuhan air bersih non domestik adalah
sebesar 15% dari total kebutuhan domestik [6] dan untuk fasilitas umum didasarkan dengan
jenis fasilitas umumnya [6].
Kebutuhan non domestik perumahan = 15% . kebutuhan domestik Pers. 2
2.3.2.3 Kehilangan Air
Perhitungan kehilangan air ditujukan untuk mengetahui besarnya air yang hilang
selama proses pendistribusian yang dapat terjadi karena faktor teknis maupun non teknis
[7].
Kehilangan air = 20% . total kebutuhan air Pers.3
2.3.2.4 Kebutuhan Air Bersih Rata-Rata
Perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata ditujukan untuk mengetahui besar rata-rata
air bersih yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk.
Kebutuhan air bersih rata-rata = total kebutuhan air + kehilangan air Pers. 4
2.3.2.5 Kebutuhan Air Bersih di Setiap Juntion
Perhitungan kebutuhan air bersih di setiap Juntion ditujukan untuk mengetahui
besarnya air yang dibutuhkan pada setiap Juntion yang kemudian digunakan dalam
pemodelan jaringan perpipaan dengan menggunakan WaterCAD V8i. Perhitungan
dilakukan dengan menghitung jumlah unit di setiap Junction dengan kebutuhan air bersih
pada jam puncak.
2.3.3 Head Total Pompa
Perhitungan head total pompa dilakukan untuk mempermudah dalam memilih pompa
yang sesuai untuk perencanaan, yang didasarkan pada head total pompa dan debit [8].
hp = hL + hLm + Zb + VB
2
2g Pers. 5
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 277-290
282
Keterangan :
hp = Head total pompa (m)
hL = Kehilangan tinggi karena gesekan pada pipa atau major losses (m)
hLm = Kehilangan minor (m), dalam studi ini diabaikan
zB = Beda tinggi antara muka air di sisi keluar dan sisi isap; tanda (+) dipakai apabila
muka air di sisi keluar lebih tinggi dari pada sisi isap.
hL = 10,7 L
CHW1,852 . D4,87 . Q1,852 Pers. 6
Keterangan :
CHW = Koefisien kekasaran pipa dari Hazen William
hL = Kehilangan tinggi karena gesekan pada pipa atau major losses (m)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
Q = Debit (l/dt)
zB = elevasi maksimum – elevasi minimum Pers. 7
Keterangan :
zB = Beda tinggi antara muka air di sisi keluar dan sisi isap; tanda (+) dipakai apabila
muka air di sisi keluar lebih tinggi dari pada sisi isap.
2.3.4 Analisa Ekonomi
Ditinjau dari sisi ekonomi Teknik analisa ekonomi merupakan evaluasi terhadap nilai
kelayakan pembangunan, yaitu menggunakan perhitungan total biaya yang akan
dikeluarkan dalam proses pembangunan menggunakan total prediksi laba yang akan
diperoleh dari pelaksanaan pembangunan.
a. Rumus untuk menghitung BCR adalah seperti berikut [9]:
BCR = ∑ PV Benefit
∑ PV Cost Pers. 8
keterangan:
∑ PV Benefit = jumlah nilai benefit dari hasil pembangunan (rupiah)
BCR = Benefit Cost Ratio
∑ PV Cost = jumlah nilai biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan (rupiah)
b. Rumus untuk menghitung NPV sebagai berikut [9]:
NPV = ∑(B-C)
t
(1+i)t
nt=1 Pers. 9
keterangan:
NPV = Net Present Value
Ct = pengeluaran di tahun ke-t (rupiah)
Bt = manfaat di tahun ke-t (rupiah)
i = suku bunga yang ditentuan (%)
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p.277-290
283
t = tahun yang sedang berjalan
n = umur pakai proyek (tahun)
c. Rumus untuk menghitung IRR sebagai berikut [9]:
IRR = I'+NPV'
(NPV'-NPV'')(I''-I') Pers. 10
keterangan:
NPV’’ = Net Present Value negatif
NPV’ = Net Present Value positif
IRR = Internal Rate Return
I’’ = suku bunga pada NPV (Net Present Value) negatif
I’ = suku bunga pada NPV (Net Present Value) positif
d. Rumus untuk menghitung payback period seperti berikut [9]:
PP = C
B.p Pers. 11
keterangan:
PP = Payback Period
B = manfaat yang diperoleh (rupiah)
C = biaya yang dipakai (rupiah)
p = periode waktu
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Gambaran jumlah penduduk
Tabel 1: Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Geometrik
No Tahun Data Jumlah
Penduduk (X) x²
Hasil
Perhitungan y² x.y
1 2010 4.426 195.880 4.426 19.588.001 19.588.001
2 2011 4.445 197.587 4.438 19.694.690 19.726.702
3 2012 4.481 200.778 4.450 19.801.961 19.939.437
4 2013 4.497 202.230 4.462 19.909.816 20.065.801
5 2014 4.531 205.299 4.474 20.018.258 20.272.495
6 2015 4.511 203.491 4.486 20.127.291 20.237.902
7 2016 4.522 204.483 4.499 20.236.918 20.342.372
8 2017 4.525 204.741 4.511 20.347.142 20.410.530
9 2018 4.537 205.805 4.523 20.457.966 20.519.186
10 2019 4.547 206.789 4.535 20.569.394 20.624.123
Jumlah 45.022 2.027.083 44.804 200.751.435 201.726.549
r 0,8355
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 277-290
284
Contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai r pada metode geometrik
r2 = [𝑛 ∑ 𝑋𝑌− ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
√(𝑛.∑𝑥2−(∑ 𝑋)2 ).(𝑛.∑𝑌2−(∑𝑌)2)]2
r2 = [10 𝑥 (201.726.549−(45.022 𝑥 44.804))
√(10 𝑥 2.027.083−(45.0222))𝑥(10𝑥200.751.435((44.8042))]2
r2 = [0,9141]2
r = 0,8355
Tabel 2: Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Aritmatik
No Tahun
Data Jumlah
Penduduk
(X)
x² Hasil
Perhitungan y² x.y
1 2010 4.426 195.880 4.426 19.588.001 19.588.001
2 2011 4.445 197.587 4.438 19.694.690 19.726.702
3 2012 4.481 200.778 4.450 19.801.669 19.939.290
4 2013 4.497 202.230 4.462 19.908.938 20.065.359
5 2014 4.531 205.299 4.474 20.016.497 20.271.603
6 2015 4.511 203.491 4.486 20.124.346 20.236.421
7 2016 4.522 204.483 4.498 20.232.484 20.340.144
8 2017 4.525 204.741 4.510 20.340.912 20.407.406
9 2018 4.537 205.805 4.522 20.449.630 20.515.005
10 2019 4.547 206.789 4.534 20.558.638 20.618.730
Jumlah 45.022 2.027.083 44.800 200.071.580 201.170.866
r 0,8374
Contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai r pada metode aritmatik
r2 = [𝑛 ∑ 𝑋𝑌− ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
√(𝑛.∑𝑥2−(∑ 𝑋)2 ).(𝑛.∑𝑌2−(∑𝑌)2)]2
r2 = [10 𝑥 (201.170.866−(45.022 𝑥 44.800))
√(10 𝑥 2.027.083−(45.0222))𝑥(10𝑥 200.071.580((44.8002))]2
r2 = [0,91511]2
r = 0,8374
Dalam menetapkan metode gambaran penduduk yang harus digunakan dalam
perhitungan selanjutnya bisa dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian metode
gambaran, dalam studi ini akan digunakan uji koefisien korelasi (r).
Perhitungan koefisien korelasi bisa diaukan melalui analisa hasil gambaran. Dari
perhitungan uji koefisien korelasi akan diambil nilai yang paling mendekati nilai +1 [10].
Perbandingan nilai jumlah penduduk eksisting pada setiap metode dihitung koefisiennya.
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p.277-290
285
Tabel 3: Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Eksponensial
No Tahun
Data
Jumlah
Penduduk
(X)
x2 Hasil
Perhitungan y2 x.y
1 2010 4..426 195.880 4.426 19.588.001 19.588.001
2 2011 4.445 197.587 4.438 19.694.836 19.726.775
3 2012 4.481 200.778 4.450 19.802.253 19.939.584
4 2013 4.497 202.230 4.462 19.910.257 20.066.023
5 2014 4.531 205.299 4.474 20.018.849 20.272.794
6 2015 4.511 203.491 4.486 20.128.034 20.238.276
7 2016 4.522 204.483 4.499 20.237.814 20.342.823
8 2017 4.525 204.741 4.511 20.348.193 20.411.058
9 2018 4.537 205.805 4.523 20.459.174 20.519.792
10 2019 4.547 206.789 4.536 20.570.761 20.624.808
Jumlah 45.022 2.027.083 44.805 200.758.172 201.729.934
r 0,8355
Contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai r pada metode aritmatik
r2 = [𝑛 ∑ 𝑋𝑌− ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
√(𝑛.∑𝑥2−(∑ 𝑋)2 ).(𝑛.∑𝑌2−(∑𝑌)2)]2
r2 = [10 𝑥 (201.729.934−(45.022 𝑥 44.805))
√(10 𝑥 2.027.083−(45.0222))𝑥(10𝑥 200.758.172((44.8052))]2
r2 = [0,9140]2
r = 0,8355
Tabel 4: Uji Kesesuaian Metode Gambaran dengan Koefisien Korelasi
Keterangan Geometrik Aritmatik Eksponensial
Koefisien korelasi ( r ) 0,8355 0,8374 0,8355
Rekapitulasi uji kesesuaiian metode gambaran dengan koefisien korelasi pada metode
geometrik, aritmatik dan eksponensial, dari hasil perhitungan pada Tabel 1 didapatkan nilai
r pada metode geometrik sebesar 0,8355, sedangkan pada Tabel 2 di dapatkan nilai r pada
metode aritmatik sebesar 0,8374 dan pada Tabel 3 didapatkan nilai r pada metode
eksponensial sebesar 0,8355, diperoleh hasil bahwa metode aritmatik memiliki koefisien
korelasi terbesar yang mendekati nilai +1 yakni 0,8374.
Maka metode yang di dipilih untuk menghitung jumlah penduduk di Dusun Ngindeng
hingga 20 tahun ke depan adalah metode aritmatik.
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 277-290
286
Tabel 5: Perhitungan Metode Aritmatik Gambaran Jumlah Penduduk Tahun 2020 - 2040
No Tahun Jumlah penduduk hasil gambaran (Jiwa)
1 2020 4560
2 2021 4572
3 2022 4585
4 2023 4597
5 2024 4609
6 2025 4622
7 2026 4634
8 2027 4646
9 2028 4659
10 2029 4671
11 2030 4683
12 2031 4696
13 2032 4708
14 2033 4721
15 2034 4733
16 2035 4745
17 2036 4758
18 2037 4770
19 2038 4782
20 2039 4795
21 2040 4807
Dari hasil gambaran dengan menggunakan metode aritmatik pada total penduduk di
wilayah layanan hingga tahun 2040, jumlah hasil yang diperoleh adalah 4.807 jiwa.
Selanjutnya nilai tersebut dipakai dalam melakukan perhitungan jumlah gambaran
penduduk untuk kebutuhan air baku sampai tahun 2040.
3.2 Simulasi Program WaterCAD v8i
3.2.1 Simulasi Hidrolik Jaringan Pipa
Menggunakan model pompa Grundfos CR 10 dan tandon dengan volume 405 m3 .
wilayah studi merupakan wilayah dengan kondisi topografi yang terjal atau perbukitan,
oleh karena itu, untuk bisa melakukan distribusi air baku secara gravitasi untuk keseluruhan
wilayah layanan di buat sebuah tandon yang berada pada titik elevasi paling tinggi dari
wilayah layanan distribusi.
Proses pembangunan ini memakai jenis pipa Galvanized Iron dan pipa PVC. Untuk
simulasi menggunakan WaterCAD v8i dilakukan dengan jangka waktu selama 48 jam,
untuk dapat menentukan perkiraan daya tampung optimasi dari tandon.
Percobaan dimulai melalui penentuan perbedaan tinggi muka air di tandon sebesar 3
meter. Pompa beroprasi selama sehari 13 jam dengan debit inflow sebesar 11,675 l/dt,
pengoprasian pompa dilakukan dari pukul 07.00. ditinjau berdasarkan hasil simulasi
menunjukkan bahwa pada jam ke 24 air sudah mencapai ketinggian 3 meter di dalam
tandon, oleh karena itu, pola pengoprasian pada hari selanjutnua bisa selalu konstan
(Gambar 2).
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p.277-290
287
Jaringan pipa transmisi menghasilkan kecepatan air di pukul 21.00 sebesar 0,66 lt/dt,
kemudian pipa distribusi menghasilkan kecepetan air sebesar 1,902 m/dt di pukul 08.00,
sedangkan kecepatan paling rendah sebanyak 0,100 m/dt di pukul 00.00 (Gambar 3) karena
semakin kecil kebutuhan air maka semakin kecil juga kecepatan aliran.
Sedangkan untuk nilai paling tinggi dari Headloss Gradient berada di pukul 08.00
sebanyak 14,428 m/km di pipa P-127, dan untuk nilai paling berada di pukul 00.00
sebanyak 0,100 m/km. (Gambar 4)
Secara garis besar, berdasarkan syarat dan kriteria perencanaan pada kecepatan
jaringan pipa dan Headloss Gradient dinyatakan telah memenuhi standar.
Pipa distribusi memperoleh tekanan tertinggi di pukul 01.00 yakni sebesar 8,895 atm
pada junction 103, sedangkan tekanan terrendah terjadi pada pukul 08.00 yakni sebesar
3,520 atm pada junction 2.
Gambar 2: Grafik Fluktuasi Muka Air Tandon Gambar 3: Grafik Fluktuasi Tekanan Pada
Junction
Gambar 4: Grafik Fluktuasi Headloss
Gradient Gambar 5: Grafik Kecepatan Pipa Distribusi
3.2.2 Simulasi Sisa Klorin
Inlet pipa di tandon digunakan untuk proses penginjeksian untuk klorin. Waktu yang
dibutuhkan klorin agar air bisa mencampur memerlukan durasi dalam membunuh semua
kandungan bakteri penyakit pada air [11].
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 277-290
288
Inlet tandon dipakai untuk pelaksanaan injeksi klorin, diperlukan durasi agar air dan
klorin bisa mencampur secara lebih merata. Selain itu juga ada selisih durasi sebelum air
dapat keluar melewati outlet, semua bakteri yang ada di tendon akan terbunuh oleh klorin
selama waktu tunggu itu [12]. Dengan kata lain diharapkan ketika pengeluaran air dari
outlet menuju jaringan distribusi telah dalam keadaan bebas kuman atau bakteri [13].
Gambar 6: Waktu Tunggu Air Pada Pipa
Untuk perhitungan penginjeksian klorin dilakukan menggunakan bantuan program
WaterCAD v8i [14], menggunakan kadar klorin sebesar 0,4 mg/liter, pada studi ini , yang
pada awalnya didalam tandon memiliki klorin dengan kadar sebanyak 0.4 mg/l menuju ke
Junction 2 klorin menjadi 0,386 mg/l dan akan terus berkurang sampai junction terakhir
yaitu junction 82 kadar klorin hanya tersisa 0,375 mg/l. klorin kisaran 0,300 – 0,400 mg/L,
sehingga air sehat untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Menginjeksikan 0,4 mg/L pada
setiap tandon air, bahwa kriteria sisa klorin telah sesuai dengan syarat yang ditetapkan yaitu
0,3 mg/L ≤ sisa klorin ≤ 0,5 mg/L.
3.3 Analisa Ekonomi
Tabel 6: Total Rencana Anggaran Biaya
No. Uraian Total Harga
Biaya Langsung
1 RAB Instalasi Pipa 291.176.941,51
2 RAB Instalasi Aksesoris Pipa 25.855.855,00
3 RAB Instalsi Pompa 38.693.360,00
4 RAB Instalasi Tandon 52.054.421,11
5 RAB Instalasi Pondasi Tandon 4.200.363,21
6 RAB Instalasi Listrik 9.592.671,00
Jumlah Biaya Langsung 421.573.611,83
Biaya Tak Langsung
1 Biaya Administrasi 10.539.340,30
2 Biaya Konsultan Pengawas 21.078.680,59
3 Biaya Tak Terduga 21.078.680,59
Jumlah Biaya Tak Langsung 52.696.701,48
Jumlah 474.270.313,31
Pajak (10%) 47.427.031,33
Pembulatan 521.700.000,00
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p.277-290
289
Tabel 7: Harga Air Pada Kondisi B/C = 1
No. Kondisi Harga air
1 Saat B=C Keadaan Normal 2.129,51 - 2.244,30
2 Penurunan 10% pada biaya, manfaat tetap 1.916,56 - 2.019,87
3 Peningkatan 10% pada biaya, manfaat tetap 2.342,46 - 2.468,73
4 Biaya tetap, penurunan manfaat 10% 2.366,12 - 2.493,67
5 Biaya tetap, peningkatan manfaat 10% 1.935,92 - 2.040,27
6 Penurunan 10% pada biaya, peningkatan manfaat 10% 1.916,56 - 1.836,24
7 Peningjatan 10% pada biaya, penurunan manfaat 10% 2.602,74 - 2.743,03
8 Pemunduran proyek selama 2 tahun 2.129,51 - 2.231,64
Tabel 8: Harga Air Pada Kondisi B/C > 1
No. Kondisi B/C
1 Saat B=C Kondisi Normal 1,214 - 1,280
2 Penurunan 10% pada biaya, manfaat tetap 1,349 - 1,422
3 Peningkatan 10% pada biaya, manfaat tetap 1,104 - 1,163
4 Biaya tetap, penurunan manfaat 10% 1,093 - 1,152
5 Biaya tetap, peningkatan manfaat 10% 1,336 - 1,408
6 Penurunan 10% pada biaya, peningkatan manfaat 10% 1,484 - 1,564
7 Peningkatan 10% pada biaya, penurunan manfaat 10% 0,993 - 1,047
8 Pemunduran proyek selama 2 tahun 1,221 - 1,280
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa diperoleh debit kebutuhan air rata-rata di Dusun Ngindeng
hingga tahun 2040 sebanyak 4,607 l/dt, bagi seluruh wilayah.
Proyek jaringan pipa air bersih telah direncanakan dibangun di Dusun Ngindeng
Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo memakai 1 (satu) pompa, yaitu CR (E) 10-1, pada
bagian tendon memiliki daya tamping sebesar 400,50 m3 . dengan pompa dioperasikan
selama 13 jam dalam satu hari. Ditinjau berdasarkan hasil analisa pada WaterCAD v8i bisa
ditarik kesimpulan kalau keadaan hidraulik jaringan pipa tetap berada di batas ketentuan
yang ditetapkan oleh peraturan.
` Kualitas air pada jaringan perpipaan sudah terpenuhi dari syarat ketentuan air baku.
Kualitas air harus terus dijaga dengan melakukan desinfeksi yang dilaksanakan di jaringan
pipa distribusi air baku memakai NaOCl atau cairan klorin. Cara kerja proses injeksinya
dilaksanakan di inlet tendon sebanyak 0,4 mg/lt yang dilakukan dengan konstan.
Proyek pembangunan jaringan pipa air bersih pada Dusun Ngindeng memerlukan
jumlah total anggaran sebanyak Rp 521.700.000,00
Telah dilaksanakan analisa ekonomi menggunakan 2 jenis kondisi ketika B/C > 1 dan
B/C = 1, menunjukkan hasil untuk mampu memberikan laba melalui tarif air terendah
ketika keadaan B/C = 1 sebanyak Rp. 1.916,56/m3 . Kemudian ketika keadaan B/C > 1 tarif
air yang di ditentukan sebanyak Rp. 2.743,03/m3 nilai ini diperoleh melalui tarif air paling
kritis ketika keadaan B/C = 1.
Yuwansa, S.I. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 277-290
290
Daftar Pustaka
[1] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo (2018), Badan Pusat Statistik.
Ponorogo: BPS.
[2] Badan Pusat Statistik. (2010) Pedoman Perhitungan Gambaran Penduduk dan
Angkatan Kerja. Jakarta : Badan Pusat Statistika.
[3] Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No:
18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyedian Air
Minum. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
[4] Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kab. Ponorogo. 2019.
Laporan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Cakupan Sistem Penyediaan Air
Minum DAK Infrastruktur Publik Daerah 2016.
[5] Departemen Pekerjaan Umum Cipta Karya, Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Prasarana Air Minum Sederhana. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum, 1994.
[6] Kementerian Pekerjan Umum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
27/PRT/M/2016 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Sekretariat
Negara, 2016.
[7] Departemen Pekerjaan Umum, Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat Pd
T-09-2005-C. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum, 2005.
[8] Sularso dan H. Tahara, Pompa dan Kompresor. Jakarta: PT. Pradnya Paramita,
2000.
[9] EW. Diana, M. Sholichin, R. Haribowo, “Studi Pengembangan Jaringan Distribusi
Air Bersih di PDAM Tirta Barito di Kota Buntok,” Seri Konferensi: Ilmu Bumi
dan Lingkungan 437, hlm 5, 2020.
[10] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM. Jakarta : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
[11] Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No:
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
[12] E. Rohmaningsih, M. Sholichin, R. Haribowo, “Kajian Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Bersih Pada Daerah Rawan Air di Desa Sumbersih Kecamatan
Panggungrejo Kabupaten Blitar”, Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 1,
Mei 2017, hlm 48-59, 2017.
[13] Samer, Muhammad, Break Point Chlorination (BPC), p. 9, 2015,
[14] Bentley. 2007. WaterCAD v8 XM User’s Guide. USA: Bentley.Press.