Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
36
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Tabel Penelitian
Didalam penelitian ini, Peneliti menemukan adanya pergeseran – pergeseran tari
Dolalak dalam bentuk fisik maupun dari segi fungsinya. Berikut adalah hasil
penelitian dengan metode observasi dan wawancara mendalam dengan pamong
budaya dari Purworejo. Berikut adalah Tabel 1 yang menjelaskan mengenai
perubahan tarian Dolalak secara diakronis:
No Unsur
Tarian
Awal Tarian Dolalak Dolalak Dalam
Perkembangannya
Pergeseran Tari
1. Penari
Tari Dolalak pada
awal 1915 -1970
ditarikan oleh penari
putra dengan pemba-
waannya yang gagah
dan hikmat, karena
sembari menyebarkan
ajaran Islam.
Usia penari : 20-40
tahun
dan berganti generasi
Dalam perkembangannya
pada 1975 , Bapak Supanto
selaku Bupati Purworejo
mengusulkan jikalau penari
Dolalak juga ditarikan oleh
penari putri. Hingga kini
penari Dolalak di dominasi
oleh penari putri dan lebih
dikenal dengan Dolalak versi
Mlaranan.
Untuk usia penari Dolalak
tetap sama antara umur 20
hingga 40 tahun, dan terus
bergenerasi.
Tarian Dolalak yang
semula ditarikan oleh
penari putra, saat ini telah
didominasi oleh penari
putri.
37
2. Alat
Musik
Pengiring
Tari Dolalak di pelopori
oleh 3 santri yaitu Rejo
Taruno, Duliyat, dan
Ronodimejo dari dukuh
Sejiwan,desaTrirejo,Keca
matan Loano. Tentunya
musik pengiring yang
menjadi iringan dalam
tarian Dolalak, adalah
alat musik yang biasanya
untuk mengiringi
Shalawatan yaitu Bedhug
Kemprang, Jidur, Dan
Terbang.
Namun dalam perkembang-
anya, alat musik yang
digunakan untuk iringan tari
Dolalak adalah alat musik
elektronik seperti organ,
bass, dan set drum.
Alat musik yang mulanya
memakaii alat musik
tradisional menjadi alat
musik elektronik.
3
.
Syair
Lagu
Awal mula terciptanya
Dolalak, Syair lagu yang
dibawakan adalah syair
dari kitab berjanji, karena
fungsi dari Tari Dolalak
ini sambil menyebarkan
pelajaran Islam dengan
berholawat melalui
iringan musik sekaligus
lewat gerakan tari.
Dalam perkembangnya syair
lagu yang digunakan adalah
syair yang berfungsi untuk
menghibur, dimana syair
dalam bait-baitnya menjadi
sesuatu yang jenaka. Syair
lagu yang ada pada saat ini
dinyanyikan dengan nada
seperti pada awalnya hanya
diganti syair nya. Atau
biasanya sudah mengguna-
kan lagu pop dan dangdut.
Syair yang awalnya diambil
dari kitab berjanji saat ini
syair berupa kejenakaan
namun tetap dinyanyikan
dengan nada shalawatan.
Dan karena sempat menda-
pat kecaman dari kyai pada
tahun 1995, maka saat ini
lagu Dolalak kebanyakan
mengambil lagu pop dan
dangdut.
38
4. Busana Pada awalnya tarian
Dolalak ditarikan oleh
penari pria, dan pada
perkembangannya
ditarikan oleh penari
putri juga. Namun, tidak
ada yang berbeda dalam
kostum yang dikenakan
oleh penari putra dan
putri.
Secara umum tarian
Dolalak menggunakan
busana atau kostum yang
agak mirip serdadu
Belanda, dan tidak ada
perbedaan antara kostum
penari putri dan
putrayang terdiri dari:
Baju berlengan pan-
jang dan berwarna
dasar hitam deng-
an hiasan yang ber-
motif untu walang
dipunggung baju
diberi hiasan sula-
man benang warna
warni.
Celana pendek
setinggi paha,warna
dasarnya hitam,
diberi hiasan juga
seperti motif pada
bajunya yaitu motif
untu walang.
Topi pet berwarna
hitam dengan hiasan
bintang.
Secara motif kostum tari
Dolalak tidak memiliki
perubahan, namun jika
dilihat dari kaos kaki yang
tidak sepanjang lutut dan
hanya semata kaki,dan kaos
kaki yang dikenakan pun
warnanya bisa berbeda-beda
dalam satu pementasan, serta
celana yang digunakan ketat
dan sangat mini, mendapat
komentar dari pengguna
akun social media facebook
pada kostum yang dikenakan
penari Dolalak masa kini
yang berkaitan dengan tata
susila
Kostum Dolalak pada saat
ini mendapat komentar
negarif dari para pamong
budaya dan sebagian mas-
Yarakat. Celana yang
awalnya dibawah lutut
menjadi diatas lutut, kaos
kaki yang mulanya panjang
menjadi semata kaki saja.
39
Sampur polos dan
berwarna kuning
dan pada ujung
sampur diberi
rembyok
Kaos kaki panjang
dan hampir mende-
kati lutut seperti
pemain sepak bola
pada umumnya war
na kaos kaki adalah
kuning atau merah
Dan ditambah atri-
But kacamata hitam,
biasanya digunakan
saat penari menga-
mi keadaan trance.
5. Gerakan Versi awal dari gerakan
Dolalak disebut dengan
versi pakem.
Untuk mengetahui gerak
an pada tari Dolalak
peneliti melakukan
wawancara dan berikut
hasil wawancara peneliti
dengan ibu Untari selaku
pamong dan pelaku tari
Dolalak serta pemilik
sanggar tari Prigel:
Gerakan dasar apa saja
yang ada dalam tarian
Dolalak?
Gerak Bawan dimana
Pada gerakan Dolalak yang
ada pada saat ini tetap
diawali dengan gerakan
dasar kemudian melakukan
gerakan seperti penari dang-
dut karena lagu yang dipakai
adalah campursari. Penari
Dolalak yang umumnya putri
biasanya joged dangdutan.
Dari wawancara mengenai
tarian Dolalak gerakan
merupakan suatu khas dari
setiap tarian, namun karena
mengikuti perkembangan
zaman lagu dan gerakannya
pun mengikuti selera
masyarakat yang cenderung
menyukai musik dangdut
yang juga ada sawerannya.
Dari adanya gerak pakem
lalu menjadi joged dangdut
. Timbullah adanya saweran
dalam tarian Dolalak.
40
dimulai dengan posisi
netral dengan berdiri dan
bertumpu pada dua kaki
atau biasanya disebut
adeg.
Gerak Sawan yaitu
gerak dimana sang penari
mengibaskan sampur
kearah kiri badan yang
disebut siak.
Setelah melakukan gerak
an dengan sampur ter-
sebut kemudian dilanjut-
kan dengan rangkaian ge-
rak kedua tangan di
depan badan, sampai
berhenti pada posisi
tangan satu di depan satu
disamping badan pada
posisi ini dirangkai
dengan gerajab kepala
membentuk sudut 45o
lenggok ke kanan dan ke
kiri, dengan sumbu
vertikal leher.
Gerakan diatas merupa-
Kan gerakan dasar,
gerakan tersebut diikuti
dengan jalan ngedol
yaitu dengan gerakan
pinggul ke kanan dan ke
kiri (goyang pantat) dan
juga nyirig gerak yang
dilakukan dengan cara
kedua kaki dengan
41
tumpuan pada ujung jari,
dengan posisi tumit
diangkat, dan tungkai
ditekuk.
6. Tata
Urutan
Pementasan
Dolalak
Dalam pementasan tari
Dolalak pada awalnya
ditarikan dengan durasi
sehari semalaman untuk
acara syukuran dan untuk
menyambut tamu yang
datang ke kota
Purworejo, dan diikutkan
dalam festival daerah
hingga
internasional.waktu
pementasan pada siang
hari akan dimulai pada
pukal 11.00 WIB dan
selesai pada sore hari
sekitar pukul 19.00,
sedangkan jika dilakukan
pada malam hari pukul
21.00 WIB akan selesai
pada pagi hari sekitar
pukul 04.00 WIB.
Berikut adalah Tata
urutan Dolalak :
1. Pembukaan diawali
dengan membaca
su- rat Al Fatekah
2. Lagu pembukaan
(bahasa Arab)
3. Tari diiringi dengan
lagu Sholawatan
dari kitab Berzanzi
Namun saat ini hanya ada
pembacaan surat Al Fatekah
kemudian lagu yang
dinyanyikan adalah lagu pop
dan dangdut campursari dan
saat ini tarian Dolalak di
tanggap oleh salah satu desa
hanya sebagai hiburan
semata, dengan adanya
saweran tarian Dolalak ini
memiliki penonton dimana
banyak penonton laki-
lakinya. atau ketika diundang
untuk pentas di kabupaten
saat ini hanya berdurasi 10
hingga 15 menit
Semakin berkembangnya
zaman tata urutan dalam
pementasan tari Dolalak
mulai dihilangkan, karena
tarian Dolalak saat ini dapat
ditarikan oleh waktu yang
ditentukan oleh penanggap.
42
4. Lagu penutup
berbahasa Arab.
7. Sesaji
Tarian Dolalak selain
memiliki fungsi nya
sebagai penyebaran
agama Islam, tarian
Dolalak juga merupakan
hiburan yang ditonton
masyarakat dari berbagai
kalangan.
Dari hasil wawancara
Saya dengan bu Untari,
tarian itu harus memiliki
“ruh”. Ruh yang
dimaksud harus memiliki
sesuatu agar menarik
ditonton. Ruh dalam
tarian Dolalak dengan
adanya keadaan trance
atau kesurupan.
Trance dalam tarian
Dolalak mengundang
indang, indang adalah
arwah para leluhur. Yang
pertama kali mencetus-
kan Dolalak memanggil
Indang adalah mbah
Amad.
Melihat fenomena kuda
lumping yang disukai
masyarakat mbah Amad
pun melakukan hal yang
sama dengan tarian Dola-
lak. Meskipun seharus-
nya tidak layak untuk
Fenomena trance dalam
sebuah perunjukan tari
Dolalak sudah merupakan
hiburan tersendiri bagi
masyarakat yang menonton.
Maka, tidak jarang sekarang
keadaan trance bukan
menjadi roh dalam
pementasan namun hanya
sebagai hiburan semata.
Terkadang, ada yang
memanggil roh tak dikenal
bukan roh leluhur, dan
terkadang ada yang berpura
– pura dalam keadaan
trance.
Adanya pergeseran makna
dalam sebuah kebudayaan,
dalam kaitannya masuknya
budaya Hindu (kejawen)
dengan masuknya Islam di
Kota Purworejo.
43
dipertunjukan dalam pe-
mentasan tarian Dolalak,
mengingat fungsinya da-
lam menyebarkan
sya’riat Islam hanya
menjadi fungsi menjadi
fungsi hiburan semata.
Dalam pementasan tarian
Dolalak sesaji ini diguna-
kan untuk makanan roh
agar tidak terjadi ganggu-
an selama pertunjukan
Dolalak. Sesaji biasanya
berupa buah-buahan, nasi
dan sayuran, jenang
abang-putih (bubur nasi
berwarna merah dan
putih), serta palawija.,
masing-masing bentuk
sesaji dilengkapi dengan
air putih atau air kelapa
muda, bunga, dan tidak
ketinggalan adalah keme-
nyan.
Tabel 3
Perkembangan Dan Pergeseran Tari Dolalak
44
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui pergeseran dari perkembangan tari
Dolalak versi awal 1915 dan Dolalak dalam perkembangannya. Peneliti akan
menganalisis tabel 5.1 dengan semiotika Roland Barthes.
Mitologi Roland Barthes
1. Signifier
(Penanda)
2. Signified
(Petanda)
3. Denotative Sign
(Tanda Denotatif)
4. Connotative Signifier (Penanda Konotatif)
5. Connotative Signified (Petanda Konotatif)
6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)
Sumber: Sobur, Semiotika Komunikasi, 2009
Dalam peta tanda Barthes digambarkan bahwa tanda denotatif terdiri dari atas
penanda dan petanda. Namun pada saat bersamaan tanda denotatif juga menanda
konotatif. Didalam semiologi, makna denotasi dan konotasi memegang peranan yang
sangat penting jika dibandingkan dengan peranannya dalam ilmu lingustik. Makna
denotasi bersifat langsung, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda.
Sedangkan makna konotatif adalah makna tersirat. Makna konotatif dari beberapa
tanda akan menjadi semacam mitos atau petunjuk mitos (yang menekankan makna-
makna tersebut). Mekanisme suatu mitos adalah cara penggambaran biasa yang
terikat pada objek dan penerapannya sehingga makna-makna ideologisnya menjadi
tampak alami untuk dapat diterima dengan akal sehat.
M I T O S
45
Berikut pembahasan dalam penelitian ini akan terbagi menjadi dua kategori yaitu
analisis awal Dolalak dan Dolalak Dalam perkembangannya:
A. Analisis Semiotika Simbol Yang Terkandung Dalam Tari Dolalak Versi
Awal (Tahun 1915-1980).
1. Penari Dolalak Pria
Pada awal mula tarian Dolalak yang muncul pada tahun 1915 ditarikan
oleh penari pria. Berikut visualisasi gambar yang dicapture dari youtube.com:
Gambar 6
Penari Putra Dalam Sanggar Tari Prigel
Sumber: Http://Youtube.com/Tari- Dolalak- Putra
Tahapan Denotatif :
Dalam tingkat denotatif, pemaknaan baru akan dilakukan berdasarkan apa
yang ditangkap indra aktif (indra penglihatan dan indra pendengaran), menghasilkan
makna eksplisit, langsung, dan pasti. Berdasarkan, gambar 1, Penari Pria sebagai
tanda dari awal terciptanya tarian Dolalak. Tarian Dolalak ditarikan seorang pria
karena pria sebagai simbol dari kekuatan, kegagahan, dan keperkasaan.
46
Tahapan Konotatif :
Berdasarkan pemaknaan tahap denotatif diatas, diperoleh makna konotatif
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang
didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.
Makna konotatif yang dapat diperoleh, merujuk pada sejarah kota Purworejo yang
sempat dijajah oleh Belanda pada masa perang Diponegoro 1825-1830.
Secara eksplisit terdapat konstruksi makna tarian yang secara denotatif
ditarikan oleh Pria dengan simbol kuat, gagah, dan perkasa, yang merujuk kepada
serdadu Belanda ketika berada di tangsi-tangsi kota Purworejo pada zaman
penjajahan. Kemudian adanya serdadu Belanda secara tidak langsung tarian Dolalak
adalah bentuk dari budaya patriakhi.1 Masyarakat yang menganut sistem patriarki
meletakkan laki-laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan
perempuan. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan perempuan.
Kultur patriarki ini secara turun-temurun membentuk perbedaan perilaku, status, dan
otoritas antara laki-laki dan perempuan di masyarakat yang kemudian menjadi hirarki
gender. Serdadu atau prajurit digambarkan dengan kuat, gagah, dan perkasa, maka
tarian Dolalak ingin menyampaikan kepada penonton bahwa tarian ini ditarikan
secara gagah oleh penari pria.
1 Patriarki adalah budaya yang dibangun di atas dasar struktur dominasi dan sub
ordinasi yang mengharuskan suatu hirarki dimana laki-laki dipandangan menjadi suatu norma
47
2. Alat Musik Pengiring
Pada awal tarian Dolalak ditarikan menggunakan iring-iringan musik yang
bersifat tradisional seperti berikut:
Gambar 7 Gambar 8
Bedhug Jidur
Sumber: google.com Sumber: google.com
Gambar 9 Gambar 10
Kendhang Terbang
Sumber: Vidio Dolalak Vol. 1 Sumber: Vidio Dolalak Vol.1
48
Tahapan Denotatif :
Alat musik tradisional seperti gambar diatas2 adalah alat musik tabuhan yang
menghasilkan bunyi ketika dipukul atau ditabuh, berikut identifikasi dari alat musik
pengiring tarian Dolalak:
1. Bedhug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan
instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu,
yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan
ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa
dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang.
2. Jidur merupakan sejenis alat musik dalam keluarga gendang, yang
mempunyai bingkai kayu dan bertutup dengan belulang pada bukaan besar.
3. Kendhang atau kendhang adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah yang
salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan
tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang
menengah disebut kendang ciblon/kebar. Kendang yang baik terbuat dari
kayu nangka, kelapa atau cempedak. Kulit kerbau sering digunakan untuk
bam (permukaan bagian yang memancarkan ketukan bernada rendah)
sedangkan kulit kambing digunakan untuk chang (permukaan luar yang
memancarkan ketukan bernada tinggi).
4. Terbang atau rebana adalah gendang berbentuk bundar dan pipih yang
merupakan khas suku melayu. Bingkai berbentuk lingkaran terbuat
dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis
kulit kambing, menyerupai bedug pada masjid, namun berukuran kecil,
sehingga cara memainkannya pun dengan di bawa oleh tangan kiri, dan
dimainkan dengan tangan kanan.
2 Gambar 2, Gambar 3, Gambar 4, Dan Gambar 5
49
Alat musik tradisional seperti bedhug, jidur, kendhang, dan terbang adalah
instrument untuk mengiringi Shalawatan dalam agama Islam. Ketika Dolalak
diiringi oleh alat musik tradisional untuk mengiring Shalawatan, disini tarian
Dolalak sebagai sarana dalam penyebaran pengajaran agama Islam di kota
Purworejo.
Tahapan Konotatif :
Alat musik pengiring yang digunakan dalam tarian Dolalak merujuk kepada
penyebaran agama Muslim dikota Purworejo. Bedhug, Jidur, Kendhang, dan Terbang
adalah alat musik yang memang digunakan untuk mengiringi Shalawatan. Ideologi
keagamaan dalam wujud alat musik menjadi suatu makna yang secara tidak langsung
menjadi salah satu aksi penyebaran agama Islam melalui kesenian khas daerah
Purworejo, yaitu Tari Dolalak. Sehingga dalam tarian Dolalak ingin masyarakat yang
menonton juga dapat sekaligus mendapat dakwah’an. Selain ideology agama, alat
musik tradisional yang terdiri dari bedhug juga ingin menunjukkan bahwa kota
Purworejo memiliki bedhug Islam terbesar di Dunia Kompasiana.com.
3. Syair Lagu
Dalam sebuah nada yang tercipta dari alat musik, akan lebih indah jika
diikuti dengan adanya syair lagu yang ikut disenandungkan. Berikut teks Dolalak
dalam awal perkembangannya:
MUSTOFANGILON
Mustofangilon, mustofangilon, mustofangilon
Mustofangilon.. Mustofangilon….n fangitoan 2x3
3 Syair Lagu Paguyuban Seni Dolalak “Karya Muda Budaya”, Oleh: Setiono
50
Tahapan Denotatif :
Tanda pertama berupa huruf-huruf yang membentuk kata Mustofangilon;
Mustafa dalam bahasa arab berarti yang terpilih. Mustafa biasanya digunakan sebagai
nama yang akan diberikan kepada anak laki-laki. Mustofangilon dinyanyikan dalam
nada Shalawatan dalam kitab Berzanji. Mustofangilon selain terdiri dari kata
Mustafa, terdapat kata fangilon atau fangilun yang berasal dari dukuh Trirejo, Loano.
Fangilon juga disebut bangilon atau santri.
Berdasarkan hasil wawancara Saya dengan bapak Wardhoyo , arti kata
Mustafa dan Ngilon dilihat dari artinya, seperti pada paragraph diatas, sebenarnya
hanya sebagai sarana berdakwah, karena mengingat bahwa tarian Dolalak ini sebagai
sarana untuk berdakwah.
Tahapan Konotatif :
Syair lagu dengan lirik Mustofangilon, dengan kata Mustafa dan
dinyanyikan dengan nada Shalawatan (Shalawatan Untuk Nabi Saw) dan diambil dari
kitab Berzanji4. Dan Fangilon dari kata yang diambil dari kata yang berasal dari
dukuh Trirejo, Loano yang berarti Santri. Syair dalam tarian Dolalak ingin
menggambarkan makna dakwah yang disebarkan melalui sebuah kesenian yaitu tari
Dolalak. Mengingat masuknya kerajaan Mataram Islam di Purworejo dan diikuti
dengan Keterlibatan Sunan Geseng5. tidak terlepas dari masuknya Wali Songo pada
abad ke 15 ke daerah Purworejo. Dalam syair lagu yang ada menunjuk kepada pesan
dari tarian Dolalak sebagai sarana berdakwah lewat sebuah kesenian.
4 Kitab Berzanji adalah salawatan dan puji-pujian kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
5 Sunan Geseng dikenal sebagai mubaligh besar yang mengislamkan daerah Jawa Tengah
51
4. Busana Penari
Gambar 11
Motif Untu Walang
Sumber: https://www.google.co.id/search?q=motif+untu+walang
Gambar 12
Tahapan Denotatif :
Kostum atau busana merupakan simbol dalam sebuah tarian, simbol dalam
busana terlihat dari warna kostum yang dipakai, dan juga motif yang digunakan.
Berikut adalah yang menyimbolkan dari busana yang dikenakan penari Dolalak:
1. Untuk kostum tarian Dolalak dibuat dengan model motif untu walang6,
simbol dari untu walang sendiri adalah kesuburan atau kemakmuran dimana
digambarkan dengan tanaman rebung atau tunas bambu yang memiliki
kecepatan dalam bertumbuh.
2. Atasan berlengan panjang dan bawahan (celana) berwarna hitam,
3. Atribut lain untuk menunjang penampilan berupa topi pet warna hitam dan
6 Motif berhias segitiga dengan model bergerigi
52
berhiaskan bintang,
4. Sampur berwarna kuning, celana selutut warna hitam, dan
5. Kaos kaki bola berwarna kuning
Busana penari (pakaian dan celana) didominasi dengan warna hitam. Warna
hitam sebagai simbol dari kematangan dan kebijaksanaan, sedangkan topi pet yang
berhiaskan bintang, sampur, dan juga kaos kaki bola didominasi oleh warna kuning.
Warna kuning sebagai simbol kecerian dan kegembiraan. Dengan busana yang
tertutup dalam gambar 7 dibuat untuk menutupi aurat saat pentas diatas panggung
dan terlihat sopan. Secara kasat mata busana tersebut memiliki makna seperti serdadu
Belanda. Dimana tarian Dolalak ini memang terispirasi dari serdadu Belanda yang
sedang berdansa dan sedang menyabut rumput saat berada ditangsi.
Deskripsi dalam gambaran yang nampak pada kostum yang dikenakan penari
Dolalak terdapat aspek budaya, dan juga norma kesopanan yang diutamakan dalam
kostum yang dikenakan Dolalak Pria.
Gambar 13
Seragam Serdadu Belanda
Sumber: https://www.google.co.id/search?q=serdadu+belanda
53
Tahapan Konotatif :
1. Motif untu walang sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran merujuk
kepada ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME melalui Dolalak.
Mengingat aktivitas ekonomi kabupaten Purworejo bergantung pada
sektor pertanian, di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija
lain. Sentra tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi dan
Banyuurip. Jagung terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu
sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Pituruh (wikipedia.com) motif
untu walang merujuk pada ungkapan syukur atas hasil pertanian di kota
Purworejo. Selain sebagai ungkapan syukur, motif untu walang ini
merujuk kepada budaya kejawen. Pasalnya pada tarian Dolalak ini juga
terdapat sesaji, dimana sesaji dikaitkan dengan ungkapan rasa syukur
dan erat kaitannya dengan ritual yang dilakukan sebelum tarian Dolalak
dipentaskan. Kejawen bersifat spiritualitas dan bertentangan dengan
ajaran monoteistik7. Perbedaan paham ini ingin menunjukkan bahwa
adanya pergeseran dalam tarian Dolalak dari fungsi utamanya yaitu
untuk dakwah dengan memandang agama Islam sebagai ideologis dalam
penyebarannya.
2. Topi pet dibuat sebagai pelengkap dari kostum Dolalak yang berlengan
panjang agar terlihat mirip dengan serdadu Belanda. Budaya barat yang
melekat pada kostum yang dikenakan penari Dolalak rupanya juga
secara tidak langsung ingin menggambarkan adanya akulturasi Budaya
Barat dan Budaya Timur yang menjadi satu kesatuan dalam kostum
yang digunakan penari Dolalak.
Makna konotasi dari motif busana penari dan atribut lainnya seperti topi
pet, sampur, kaos kaki bola telah menjadi mitos yang kita tidak bisa ketahui
kebenarannya. Pasalnya, motif busana secara tersirat memiliki pandangan
7 Agama monoteistik adalah agama yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa agama Islam dan
Kristen
54
yang dikaitkan dengan agama sedangkan dalam tarian Dolalak ada juga
sesaji yang digunakan sebagai persembahan kepada arwah nenek moyang.
Ada dua hal yang sangat di garis bawahi terhadap apa yang ingin
disampaikan dengan busana dan atribut yang dikenakan oleh penari Dolalak
antara kepercayaan dalam hal agama, ataupun adanya budaya kejawen yang
melekat pada ritual yang juga dilakukan sebelum pementasan Dolalak.
Selain adanya pandangan dari ideologis agama dan kebudayaan kejawen,
dalam busana dan atribut yang dikenakan penari ada budaya yang timbul.
Dimana budaya barat dan timur yang diwujudkan dalam sebuah akulturasi8.
Akulturasi dalam Tarian Dolalak merupakan suatu kesatuan dari dua
kebudayaan yang secara tidak sadar telah menjadi satu dalam suatu
pementasan.
Dolalak yang diprakasai oleh 3 santri Rejo Taruno, Duliyat, Dan
Ronodimejo dari dukuh Trirejo, kecamatan Loano dan membawa
kebudayaan berdakwah dengan ditandai masuknya Islam ke Purworejo-
Jawa Tengah (Bagelen dan Loano). Akulturasinya adalah ketika budaya
sebagai dakwah dengan budaya Barat menyatu dengan busana yang
dikenakan oleh penari Dolalak, yang secara nyata diterima masyarakat kota
Purworejo tanpa menghilangkan unsur kebudayaan timur dan berdakwah.
8 Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri
55
5. Gerakan Tari
Gerakan adalah unsur utama dari sebuah tarian.
Tahap Denotatif :
1. Dalam tari Dolalak akan ditandai dengan gerak yang disebut bawan
atau adeg. Adeg atau deg adalah bentuk atau sikap dasar dari tubuh
penari, dimana gerakan tersebut disesuaikan dengan watak dan peranan
yang dimainkan. Berikut visualisasinya:
Gambar 14
Gerak Bawan Atau Adeg
Sumber: http://bondowoso-jawa.blogspot.co.id/2014/09/teknik-proses-gerak-dasar-tari-
tradisional-indonesia.html
2. Gerakan Sawan yaitu gerak dimana sang penari mengibaskan sampur
kearah kiri badan yang disebut siak atau seblak.
3. jalan ngedol yaitu dengan gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri
(goyang pantat) dan juga nyirig gerak yang dilakukan dengan cara
kedua kaki dengan tumpuan pada ujung jari, dengan posisi tumit
diangkat, dan tungkai ditekuk. Berikut visualisasi dari jalan ngedol:
56
Gambar 15
Jalan Ngedol
Sumber: http://bondowoso-jawa.blogspot.co.id/2014/09/teknik-proses-gerak-dasar-tari-
tradisional-indonesia.html
Dalam aspek gerakan yang dilakukan oleh penari Dolalak memiliki
unsur dasar dari keaslian dari bentuk sajian tarian Dolalak.
Tahap Konotatif :
1. Gerakan Bawan atau adeg dalam tarian Dolalak memiliki makna
denotative untuk menunjukkan bentuk atau sikap dasar dari tubuh
penari. Bentuk atau sikap dasa dari bentuk tubuh penari ini merujuk
kepada makna konotatif jika dalam awal permulaan atau pembukaan
dalam suatu tarian gerakan adeg ini bermaksut agar para penarinya
harus berdiri dalam sikap kokoh agar tidak tergoyahkan seperti para
serdadu Belanda yang memiliki bentuk dan sikap yang selalu tegap dan
tidak tergoyahkan. Sikap dari gerakan bawan ini secara tidak eksplisit
menunjukkan sikap siap dari para serdadu Belanda.
2. Untuk gerakan sawan dan jalan ngedol dalam tarian Dolalak ini
memiliki makna konotasi sebagai gerakan dengan fungsi menghibur.
57
6. Tata Urutan Tarian Dolalak
Tarian Dolalak memiliki tata urutan sebelum melakukan tahap
pementasan, berikut tahap atau tata urutan pemetasan tari Dolalak yang
dimaknai secara denotasi dan konotasi:
Tahap Denotatif :
Tarian Dolalak dahulu ditarikan sehari semalam, dengan waktu yang
ditentukan jika siang hari akan dimulai pada pukul 11 .00 WIB sedangkan
pada malam hari dilakukan pukul 21.00 WIB dan rata-rata waktu pementasan
8 jam. Namun saat ini hanya ditarikan sekitar ± 10-15 menit. Pengurangan
waktu pementasan Dolalak dilatarbelakangi dengan adanya faktor kejenuhan
jika harus ditarikan selama 8 jam nonstop. Saat ini pun masyarakat yang
dituju oleh grup Dolalak adalah masyarakat yang membutuhkan hiburan.
Tahap Konotatif :
Grup Dolalak yang mengincar masyarakat yang membutuhkan hiburan
secara tidak langsung memiliki makna eksplisit agar tarian Dolalak tetap
disukai masyarakat. Saat ini masyarakat konsumenrisme sangat membutuhkan
hiburan. Dan beralih dari Tata urutan dipercayai memiliki suatu hal yang
sakral. Tarian Dolalak yang ditarikan pada jam-jam tertentu memiliki mitos
jika ditarikan siang hari jam 11 WIB memiliki tujuan agar terik matahari yang
jatuh pada pukul 12 tidak menghalangi masyarakat yang ingin menonton
pertunjukan Dolalak, sedangkan malam hari dilakukan pada pukul 21.00 WIB
karena telah melewati Salat Maghrib dan Isya. Namun karena zaman telah
berubah maka tata urutan dan waktu pementasan di lakukan pada jam yang
tidak harus jam 11 siang maupun jam 9 malam.
7. Sesaji
Dalam pementasan Dolalak sesaji berupa buah-buahan, nasi sayuran, dan
bubur abang putih, palawija, bunga-bungaan, air kelapa muda, dan kemenyan
disediakan untuk makanan para roh leluhur atau indang.
58
Tahap Denotatif :
Dalam tingkat pemaknaan denotasi sesaji buah-buahan, nasi sayuran, dan bubur
abang putih, palawija, bunga-bungaan, air kepala muda, dan kemenyaan dimaknai
sebagai berikut:
1. Buah-buahan adalah perkembangan dari bakal buah yang dikonsumsi dan
memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri
(Wikipedia.org/wiki/buah).
2. Nasi sayuran yang dimaksud adalah tumpengan, tumpeng adalah cara
penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut; karena itu disebut
pula 'nasi tumpeng'. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning,
meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk
(Wikipedia.org/wiki/tumpeng).
3. Bubur abang putih
Bubur dalam istilah jawanya adalah jenang; Jenang Putih adalah bubur yang
berwarna putih. Bubur putih merupakan ubo rampe yang terbuat
dari beras dan diberi sedikit garam. Jenang Abang adalah bubur yang
berwarna merah. Bubur merah merupakan ubo rampe yang terbuat dari beras
dengan dibumbui sedikit garam dan dicampur dengan gula Jawa sehingga
berwarna merah. (wikipedia.org/wiki/Sajen_jenang-jenangan)
4. Palawija
Palawija (Sanskerta: phaladwija) secara harfiah berarti tanaman kedua.
Berdasarkan makna dari bahasa Sanskerta, palawija bermakna hasil kedua,
dan merupakan tanaman hasil panen kedua di samping padi. Istilah palawija
berkembang di antara para petani di Pulau Jawa untuk menyebut jenis
tanaman pertanian selain padi (wikipedia.org/wiki/palawija).
5. Bunga
Secara botani, bunga adalah bagian tanaman untuk menghasilkan biji. Penyer-
59
bukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga
akan berkembang lebih lanjut membentuk buah. Pada tumbuhan berbunga,
buah adalah struktur yang membawa dan melindungi biji.
6. Air Kelapa Muda
Air kelapa muda memiliki kandungan vitamin C, asam nikotinat, asam
pantotenat, biotin, riboflavin, dan asam folat dan memiliki khasiat untuk
menyembuhkan penyakit batu ginjal, dan juga untuk mengurangi dehidrasi.
Air kelapa telah lama menjadi minuman populer di wilayah tropis, khususnya
di India, Pesisir Brasil , Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, Afrika, dan
Carribean.
7. Kemenyan
Kemenyan atau Olibanum adalah aroma wewangian berbentuk kristal yang
digunakan dalam dupa dan parfum. Kristal ini diolah dan diperoleh dari pohon
jenis Boswellia dalam keluarga tumbuh-tumbuhan Burseraceae, Boswellia
sacra (Sinonim B. carteri, B. thurifera, B. bhaw-dajiana), B. frereana dan B.
serrata (kemenyan India). Pohon kemenyan memiliki ukuran sedang sampai
besar dengan diameter antara 20–30 cm dengan tinggi mencapai 20 hingga 30
meter. Dan batangnya berwarna kemerahan.
Tahap Konotatif :
Sesaji yang telah disebutkan diatas memiliki makna tersirat; konotasi buah-
buahan dan palawija memiliki makna ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang
telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tarian Dolalak secara tersirat ingin
mengungkapkan rasa syukur terhadap Tuhan YME.
Konotasi Bubur putih ini dimaksudkan sebagai penghormatan dan harapan
seseorang yang ditujukan kepada orang tua atau leluhurnya agar senantiasa
diberi doa restu dan mendapatkan keselamatan. Pada ritual sesaji, ubo rampe jenang
putih ini selalu disertai dengan jenang abang karena masing-masing memiliki makna
60
tersendiri dan menjadi semacam pangan yang tidak bisa dipisahkan. Jenang
Abang dimaksudkan sebagai penghormatan dan permohonan kepada orang tua agar
diberi doa dan restu sehingga selalu mendapatkan keselamatan. Jenang
abang dimaksudkan pula sebagai lambang bibit dari ibu atau darah merah.
Konotasi bunga dan kemenyan adalah wewangian yang digunakan untuk
mengundang roh. Roh yang diundang biasanya dipancing dengan menggunakan
wewangian dalam bentuk bunga dan kemenyan. Dan yang terakhir adalah air kelapa
memiliki makna kesembuhan, air kelapa digunakan untuk menetralisir tubuh dari
para penari Dolalak ketika sebelum dan setelah dimasuki roh indang.
Sesaji dipercaya bagi orang-orang yang mempercayai adanya “roh”. Sesaji
sebagai syarat agar sebuah pertunjukan Dolalak dapat berjalan dengan lancar, dengan
bantuan roh yang tidak terlihat secara kasat mata. Selain itu sesaji yang digunakan
sebagai keselamatan dan ungkapan syukur juga masih menjadi pro dan kontra
ditengah masyarakat modern ini. Akibatnya, sesaji yang dianggap sakral bagi
sebagian masyarakat, saat ini menjadi hal yang tabu ditengah masyarakat modern saat
ini.
8. Trance
Fenomena trance dalam sebuah perunjukan tari Dolalak sudah merupakan
hiburan tersendiri bagi masyarakat yang menonton.
Tahapan Denotatif :
Saat penari Dolalak mengalami keadaan Trance, maka penari akan memakai
kacamata hitam. Penari Dolalak yang mengalami trance akan berlenggak lenggok dan
memiliki permintaan yang aneh-aneh. Pertama kali muncul trance dalam pementasan
tari dolalak karena ingin Dolalak ada unsur magis, dimana untuk trance ini di adakan
prosesi ritual untuk memanggil “indang”, Indang adalah arwah leluhur yang biasanya
61
sengaja dimasukkan ke salah satu pemain yang dianggap kuat untuk dimasukkan
indang dan tujuan dipanggil indang untuk ikut menari bersama dalam tarian Dolalak.
Tahapan Konotatif :
Trance memiliki konotasi yaitu supranatural , mistik , mantra, dan sesajen. Hal
supranatural , mistik, dan sesajen erat kaitannya dengan sebuah kepercayaan yang
datang dari leluhur dan kuno. Pada zaman modern ini hal-hal supranatural ini sudah
enggan menjadi kepercayaan utama karena masyarakat zaman sekarang lebih berpikir
secara logis mengenai sesuatu. Namun trance Dolalak yang muncul pada tahun 1965
hingga saat ini tetap menjadi salah satu hal yang paling dinantikan penonton, karena
trance juga disebut juga dengan istilah mendem atau menggila.dam zaman sekarang
orang suka dengan hal yang “nyleneh” atau hal yang diluar batas.
Mitos :
Trance dalam sebuah pertunjukan Dolalak dipercayai sebagai hal yang mistik
karena menggundang arwah atau roh. Hal ini berkaitan dengan alam bawah sadar,
kita dibuat takut ketika ada seseorang yang kesurupan di sekitar kita, Sampai saat ini
diyakini keberadaan arwah masih belum diketahui wujud dan keberadaannya.
Sehingga keadaan trance dalam Dolalak masih dipertanyakan, untuk membuat tarian
tersebut bernyawa atau justru membuat pertententangan mengingat fungsi utama tari
Dolalak.
Agama dan Roh tidak dapat disatukan dalam sebuah tarian. Karena agama
bersifat mengajarkan iman kepada seseorang sedangkan roh dalam agama tidak
dibenarkan keadaanya karena tidak dapat dilihat secara kasat mata. Representasi Roh
dalam tarian Dolalak ini hanya digunakan sebagai hiburan.
Mitos mengenai Islam, Islam masih dipahami secara simbolis, lewat fungsi dari
tarian Dolalak. Namun unsure agama dalam Dolalak ini sudah bergeser maknanya
62
karena mengutamakan adanya unsur trance sebagai hiburan dalam pertunjukan
Dolalak.
B. Analisis Semiotika Simbol Yang Terkandung Dalam Tari Dolalak Dalam
Perkembangannya (Tahun 1980-2015).
1. Penari Dolalak Putri
Tarian Dolalak yang semula ditarikan oleh laki-laki kemudian ditambah
dengan adanya penari putri dan saat ini dalam pementasan tari Dolalak
memang telah didominasi oleh penari putri.
Gambar 16
Penari Dolalak Putri
Sumber: http://google.com/dolalak-putri
Tahapan Deenotatif :
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan
penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung,
dan pasti. Dalam tingkat denotatif, pemaknaan baru akan dilakukan
berdasarkan apa yang ditangkap indra aktif (indra penglihatan dan indra
pendengaran).
63
Dari pergeseran penari yang kini telah di dominasi penari putri dan
lebih dikenal dengan Dolalak versi Mlaranan, ini dikarenakan karena jika
penari perempuan yang menarikan tari Dolalak akan lebih “menarik” dan
“anggun” .Definisi menarik dalam KBBI adalah memikat, sedangkan definisi
kata anggun adalah apik dan berwibawa; kewibawaan seorang perempuan
dapat terlihat ketika berpakaian daerah (KBBI Online). Pergeseran penari
Dolalak, dari penari pria ke penari putra disebabkan jika penari putra yang
menarikan kurang daya tarik penonton (Bapak Wardhoyo).
Tahapan Konotatif :
Memaknai dalam tingkat konotatif berarti memaknai satu tingkat lebih
mendalam terhadap suatu pemaknaan tingkat konotatif dalam semiotika
Roland Barthes. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan penanda dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang
tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.
Terlihat menarik ketika tarian Dolalak ditarikan oleh penari putri,
namun ketika dimaknai dalam konotasi maka menarik dimaknai menjadi
makna yang tersirat yaitu adanya budaya kapitalisme yang tidak hanya
dimiliki media televisi namun dalam media tradisional juga ada.
Menurut Frederich Jameson (1984), budaya mempunyai peranan yang
sangat penting dalam masyarakat kapitalisme, karena budaya merupakan
bagian atau unsur yang tidak terlepas dan tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat konsumen.
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa
pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-
besarnya. Dengan mengikuti perkembangan kapitalisme, ketika berkualitas
atau tidaknya suatu tarian ditentukan oleh menarik atau tidaknya suatu tarian
untuk ditonton, bukan nilai asli dari tarian tersebut akan menceritakan apa,
64
dan berfungsi sebagai apa, melainkan nilai uanglah yang menentukan, karena
uang adalah simbol kapitalisme.
Selain adanya kapitalisme, pergeseran yang terjadi juga ingin
menunjukkan ada kaitannya dengan feminisme9, dimana perempuan tidak
hanya berada disektor domestic melainkan juga dapat berkarya dengan diikut
sertakan didalam sebuah tarian.
Mitos :
Mitos dimaknai sebagai suatu ideologi yang berkembang dalam
masyarakat yang sudah terjadi turun temurun. Mitos adalah pola tiga dimensi,
yaitu petanda, penanda, dan tanda. Dalam bentuk sajian tarian Dolalak yang
disajikan mengikuti perkembangan zaman terkuak mitos dari pergeseran
makna dan fungsi dalam tarian Dolalak.
Tarian Dolalak dan budaya kapitalisme telah menjadi suatu makna
yang tanpa kita sadari telah menjadi suatu hal yang wajar ditengah masyarakat
konsumenrisme. Dimana masyarakat hanya disuguhi dalam bentuk sajian
yang telah ditetapkan pemilik modal dalam budaya kapitalis.
Negara yang menganut paham kapitalisme adalah Inggris, Belanda,
Spanyol, Australia, Portugis, dan Perancis. Mengingat tarian Dolalak yang
terinspirasi dari gerakan tentara Belanda yang ada ditangsi-tangsi, menjadikan
kapitalisme sebagai ideologi dalam masyarakat konsumerisme dan sebagai
pemenuhan pangsa pasar bagi pemilik modal atau dari pemilik sanggar dalam
suatu grup tari Dolalak.
2. Alat Musik Pengiring
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian Dolalak berkembang
mengikuti perkembangan zaman, dan terkesan menghilangkan unsur 9 Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang
menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.
65
ketradisionalan dari tarian Dolalak itu sendiri. Penggunaan alat musik
elektronik pernah membuat tarian Dolalak tidak dapat tampil dalam festival
internasional tarian daerah. Berikut ini adalah visualisasi alat musik elektronik
yang digunakan untuk mengiringi tarian Dolalak:
Gambar 17
Sumber : Vidio Dolalak Volume 2
Gambar 13
Gambar 18 Gambar 19
Set Drum Gitar Bass
Sumber: http://google.com//set-drum Sumber: http://google.com/gitar-bass
66
Tahapan Denotatif :
Dalam memaknai secara denotasi, alat musik yang digunakan dalam
pertunjukan Dolalak masa kini adalah alat musik elektronik seperti keyboard, dan
bass, serta set drum sebagai alat penabuhnya.
Alat musik elektronik muncul pada tahun 1970 (wikipedia.com), dalam
perkembangannya alat musik yang digunakan dalam tarian Dolalak juga telah
berganti menjadi alat musik elektronik yang dinilai lebih praktis.
Tahapan Konotatif :
Munculnya perkembangan musik elektronik yang dipelopori oleh Negara
Amerika Serikat, dan maraknya dunia permusikan yang diwarnai dengan adanya grup
musik Belanda-Indonesia yaitu The Tielman Brothers (1950), dan rupanya
berpengaruh terhadap kepraktisan dalam memberikan sentuhan bermusik untuk
mengiringi tarian Dolalak.
Secara tidak langsung dapat dimaknai perkembangan dari alat musik yang
digunakan dalam pementasan Dolalak dipengaruhi oleh musik popular dari The
Tielman Brothers. The Tielman Brothers adalah sebuah grup musik tertua
asal Indonesia. Mereka adalah anak dari Herman Tielman asal Kupang dan Flora
Lorine Hess. Musik mereka beraliran rock and roll, namun orang-orang
di Belanda biasa menyebut musik mereka Indorock, sebuah perpaduan antara musik
Indonesia dan Barat, dan memiliki akar di Keroncong The Tielman Brothers
merupakan band Belanda-Indonesia pertama yang berhasil masuk internasional pada
1950-an. Mereka adalah salah satu perintis rock and roll di Belanda. Band ini cukup
terkenal di Eropa, jauh sebelum The Beatles dan The Rolling Stones.
67
Musik popular10 mempengaruhi pergeseran dari alat musik tradisional ke alat
musik elektronik atau kebarat-baratan. Secara tidak tersirat muncul karena adanya
Budaya massa. Budaya massa dapat diartikan sebagai perilaku konsumerisme11 yang
ditujukan untuk masyarakat Purworejo dalam rangka memenuhi pangsa pasar.
Pergeseran alat musik tradisional ke alat musik modern merujuk pada kekuatan
budaya massa agar Dolalak dapat diminati oleh masyarakat Purworejo.
Mitos :
Musik popular menjadi suatu yang memiliki makna eksplisit yang tidak
semua orang memahaminya. Hanya karena menyukai “The Beatles” kemudian
merubah alat musik yang awal mulanya bersifat tradisional menjadi sesuatu yang
modern. Pergeseran makna tersebut telah dipengaruhi dengan adanya budaya populer.
Storey menekankan bahwa, budaya populer muncul dari urbanisasi akibat
revolusi industri, yang mengindentifikasi istilah umum dengan definisi “budaya
massa”. Budaya yang diproduksi secara massa , berangsur tidak menjadi kesadaran
realitas terhadap kesenian tradisional. Seolah-olah mengikuti arus karena diproduksi
untuk massa dan dinikmati kalangan massa juga tentunya.
Hal ini menjadi mitos karena pro dan kontra terhadap budaya massa
terutama untuk tarian tradisional dan tarian dimana menjadi ikon kota Purworejo
yang harus menjunjung kualitas dan mengingat fungsi utamanya sebagai
penyampaian agama Islam dan dapat dilihat dari alat musik pengiringnnya juga
seperti bedhug, kemprang, jidur, terbang yang biasanya digunakan untuk mengiringi
sholawatan.
10
Musik populer adalah istilah umum untuk musik dari segala usia yang menarik bagi selera popular. 11
Konsumerisme adalah kesenangan universal yang mengacu pada produk budaya trend dan mode.
68
3. Syair Lagu
Aja Dumeh rambut ireng dawa ndadi
(Jangan merasa berambut hitam panjang)
Sesuk tua uwan mabluk kaya medi
(Besok tua beruban seperti hantu)
Aja dumeh susu menthe pundak sengkjeh
(Jangan mentang-mentang susu besar pundak tegap)
Sesuk tuwa sikut mbengkang susu ngambleh (mustofangilon)
(Besok tua tetap sama saja jadi jelek)
*Keterangan: Dinyanyikan dengan nada yang sama namun liriknya jenaka
Syair dengan kata-kata yang berbeda namun dinyayikan dengan nada
Mustofangilon, tahun 1995 sempat tidak boleh pentas karena mendapat kecaman
dari Kyai karena lirik lagunya yang jenaka disamakan dengan Sholawatan. Kyai
menegaskan: agama ya agama, seni ya seni.
Tahapan Denotatif :
Makna denotasi dalam teks tersebut menjadi suatu hal yang jenaka, liriknya
mudah dipahami namun sangat frontal dengan “susu menthe” dan “susu nggambleh” .
Ketika mendengar kata-kata tersebut reaksi yang muncul dari orang yang mendengar
adalah tertawa. Kata-kata dalam syair tersebut lebih mudah dipahami oleh orang
awam (penonton Dolalak) karena menggunakan bahasa sehari-hari dan sifatnya
menghibur, dibandingkan dengan versi lama yang diambil dari bahasa arab.
69
Tahapan Konotatif :
Dibalik makna menghibur, ada makna tersirat dari pergantian kata-kata dalam
syair lagu Mustofangilon. Pergeseran syair dilatarbelakangi oleh pendiri grup Dolalak
yang tidak ingin grup Dolalaknya menjadi sesuatu yang monoton dan tidak memiliki
hiburan apa-apa sehingga membuat penonton akan memilih channel pementasan
tarian tradisional seperti Tarian Ramayana, Kesenian Reog, Kesenian Kuda Lumping,
dan sebagainya. Pendiri grup sebagai pemilik modal telah merujuk kepada
kapitalisme dan masyarakat konsumenrisme, dimana kesenian Dolalak hanya
digunakan sebagai pemenuhan pangsa pasar agar tidak ditinggalkan oleh masyarakat
Purworejo.
Mitos :
Didalam mitos terkandung ideologi kapitalisme. Dimana pendiri grup ingin
masyarakat Purworejo ikut mencintai kesenian khas daerahnya dengan mengubah
syair lagu menjadi syair yang bersifat menghibur. Dan bukan itu saja, selain syair dari
kitab berjanji yang telah mengalami perubahan, terdapat pula syair-syair yang
diambil dari lagu pop dan lagu campursari.
Hal ini pemilik modal dalam kapitalisme kesenian, ingin merujuk pada pangsa
pasar dengan mengutamakan selera masyarakat mayoritas, ketimbang masyarakat
minoritas seperti OrangTua Murid SD, Pamong Budaya, Kyai dan sebagian kecil
masyarakat yang kontra terhadap adanya syair lagu lagu yang digunakan dalam
pementasan Dolalak.
4. Busana Penari
Pergeseran yang terjadi dalam busana yang dikenakan oleh penari Dolalak
Putri saat ini lebih terkesan seksi dan busana yang dikenakan sudah tidak menjadi
nyawa dalam tarian Dolalak meski atribut dan warna pakaian terlihat sama, tetapi
kaos kai yang dikenakan penari Dolalak sudah tidak seragam lagi. Berikut visualisasi
dari busana yang dikenakan penari Dolalak putri masa kini :
70
Gambar 20
Gambar 21
Gambar 22
Sumber: http://google.com//kostum-Dolalak-masa-kini
71
Tahapan Denotatif :
Dalam perkembangnnya tarian Dolalak memiliki kostum yang secara
keseluruhan tidak berbeda seperti versi pakemnya, dikarenakan atribut yang
dikenakan sama persis. Namun, seiring berkembangnya pusat trend mode yang ada di
Indonesia perbedaan dapat dilihat dari kaos kaki yang dikenakan penari, semula
memiliki panjang seperti pemain sepak bola, saat ini hanya sebatas mata kaki saja.
Perbedaan yang lainnya adalah celana yang dikenakan penari Dolalak putri lebih
pendek dan ketat.
Tahapan Konotatif :
Pemakaian kaos kaki yang hanya setungkai kaki menjadi suatu simbol
keindahan, karena ketika memakai kaos kaki sepak bola, bagian yang dianggap indah
tersebut tidak dapat terlihat. Begitu pula dengan pemakaian celana ketat dan diatas
lutut menjadi suatu simbol keseksian dari seorang perempuan karena
memperkihatkan bentuk tubuh perempuan.
Simbol keindahan dan simbol keseksian yang melekat pada Dolalak versi
perempuan ini menjadi salah satu komodifikasi tubuh dalam sebuah kesenian
tradisional. Seolah simbol keindahan dan simbol keseksian telah menjadi alat
perdangan yang secara tersirat dalam kostum yang dikenakan penari putri Dolalak.
Penari Dolalak putri juga merasa lebih menarik ketika ditonton dengan
memakai kostum seperti itu. Zaman emansipasi wanita, wanita juga memiliki
kebebasan dalam berpenampilan, terlebih untuk sebuah pertunjukan.
Mitos :
Komodifikasi masih menjadi momok bagi sebagian orang yang kontra
dengan adanya pergeseran makna terhadap kostum yang dikenakan penari Dolalak.
72
Namun ideologi yang melatarbelakangi adanya pergeseran tersebut, tidak terlepas
dari ideologi feminisme.
Feminisme berbicara mengenai kesetaraan kaum hawa dan kaum adam.
Namun hal tersebut belum dapat dipastikan kebenarnya, jika dapat merubah kostum
sebuah tarian dengan cara memodifikasi kostum menjadi tidak pantas untuk
dipentaskan sebagai ikon kota Purworejo dan sebagai kesenian tradisional yang
seharusnya tidak dapat di modifikasi sebagai kostum yang memiliki simbol
keindahan untuk memamerkan paha dan simbol keseksian yang diperlihatkan saat
pertunjukan Dolalak berlangsung.
5. Saweran
Dalam perkembangannya tarian Dolalak dari grup tertentu sudah tidak
menggunaka gerakan pakem seperti gerakan bawan, dan gerakan sawan. Melainkan
hanya terlihat asal-asalan. Syair lagu yang telah bergeser dari kitab berjanji menjadi
lagu pop dan campursari serta alat musik yang telah digunakan , menjadi faktor
adanya saweran dalam Dolalak.
Tahapan Denotatif :
Saweran berasal dari bahasa Sunda yaitu “sawer” yang artinya melempar uang
biasanya dilakukan pada upacara sunatan, pernikahan, dan sebagainya. Saweran juga
dilakukan biduanita dalam acara musik dangdut yang biasanya ditanggap warga.
Saweran dalam dangdutan cukup menarik karena saweran diartikan sebagai istilah
uang tip yang kadang melebihi bayaran normal bagi seorang biduanita. Di Indonesia
banyak grup-grup dangdut yang selalu mengandalkan saweran dalam setiap
pertunjukan panggung grup-grup tersebut.
Adanya saweran juga dipengaruhi dengan musik Dolalak yang saat ini lebih
condong ke lagu pop dan lagu campursari. Gerakan awal Dolalak sudah terkesan
hanya berjoged-joged saja, terlebih ketika pada puncak lagu biasanya penari akan
berjoged dengan penyawer diatas panggung.
73
Tahapan Konotatif :
Dalam tarian Dolalak, saweran merupakan salah satu usaha dari grup Dolalak
untuk menarik perhatian masyarakat Purworejo untuk melihat Dolalak. Penyawer
yang peneliti temukan dilapangan hanya menghamburkan uang untuk menyawer dan
ingin mencari kepuasan batin semata. Saweran dalam Dolalak sendiri adalah adanya
komodifikasi yang secara eksplisit tidak dapat diterka secara nyata.
Dengan saweran, sang penari telah dikomodifikasi oleh pemilik grup agar
mendapat uang tambahan saat pentas. Rata-rata penari Dolalak putri yang ada saat ini
sudah menikah, dan ketika yang menikah juga menjadi tulang punggung keluarga
maka saweran menjadi salah satu bentuk para penari untuk mencari uang dan tentu
saja dilatarbelakangi oleh kepentingan dari pendiri grup yang secara tidak langsung
memperdagangkan penarinya kepada para penyawer.
Mitos :
Komodifikasi dalam sebuah tarian Dolalak menjadi pro dan kontra. Masyarakat
mayoritas yang menyukai Dolalak akan merasa terhibur dengan adanya saweran
tersebut, sedangkan masyarakat minoritas tentu saja tidak akan menyetujui adanya
saweran dalam Dolalak mengingat fungsinya sebagai ikon kota Purworejo dan
sebagai penyebaran agama Islam melalui Sholawatan.
C. Pergeseran Makna
Setelah dianalisis dengan semiotika Roland Barthes dalam tahap denotatif dan
konotatif diperoleh keterangan mengenai pergeseran makna. Pada sistem budaya,
semakin banyak orang berkomunikasi semakin banyak pemahaman suatu makna
yang kita peroleh. Penafsiran akan sesuatu makna pada dasarnya dinilai bersifat
pribadi setiap orang. Sejak Olato, John Locke, Witt Geinstein, dan BrodBeck (1963),
74
makna dimaknakan dengan uraian yang sering membingungkan daripada
menjelaskan. Dalam hal ini Brodbeck membagi makna pada tiga corak, sebagai
berikut:
1. Makna inferensial, yaitu makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran,
gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut, dalam uraian Ogden dan
Richards (1946), proses pemberian makna (reference process) terjadi ketika
kita menghubungkan lambang dengan yang ditunjukan lambang (disebut
rujukan atau referent).
2. Makna yang menunjukan arti (significance) yaitu suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain, contoh: benda bernyala
karena ada phlogistion, kini setelah ditemukan oksigen phlogistion tidak
berarti lagi.
3. Makna intesional, yaitu makna yang dimaksud oleh seorang pemakai
lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secara empiris atau dicarikan
rujukan. Makna ini tidak terdapat pada pikiran orang yang dimiliki dirinya
saja (Sobur, 2004: 262).
Berikut pembahasannya:
1. Penari Dolalak Pria menjadi Penari Dolalak Putri
Letak pergeseran maknanya adalah ketika tarian Dolalak yang di tarikan
oleh penari putri menjadi lebih menarik dan pemilik sanggar mementingkan
kebutuhan pangsa pasar dengan adanya kapitalisme dalam pergeseran penari pria
menjadi penari putri. Dan yang mencetuskan agar tarian Dolalak juga ditarikan oleh
penari putri adalah seorang pria yaitu Bapak Supanto (Bupati Purworejo) karena
memang peminat menonton sebuah tarian memang ketika ditarikan oleh penari putri
dan juga secara tidak langsung mengundang perhatian masyarakat untuk ikut serta
melestarikan tarian Dolalak. Secara garis besar tarian Dolalak sendiri memiliki
pergeseran dari penari Putra ke penari Putri namun setelah dianalisis dengan Roland
75
Barthes memang adanya kepentingan dari pemilik modal atau pemilik grup dari
Dolalak yang lebih condong ke versi Mlaranan ini lebih mementingkan bagaimana
keuntungan dan nilai estetika dalam Dolalak, tanpa mengubah makna aslinya hanya
saja penari nya bergeser dan versi Kaligesingan kurang diminati dan masyarakat
Purworejo kini lebih condong ke penari Dolalak Putri versi Mlaranan.
2. Alat Musik Pengiring
Dari alat musik tradisional dengan membawa misi berdakwah menjadi
alat musik elektronik yang lebih praktis. Letak pergeseran maknanya adalah ketika
makna “tradisional” yang ingin disampaikan dengan memakai alat musik tradisional
telah bergeser persepsi menjadi sebuah alat musik elektronik yang lebih “modern”.
Tradisional dan modern ini sebenarnya dapat berjalan sesuai dengan perkembangan
zaman, dan suatu kesenian itu sifatnya juga tidak kaku. Namun jika dilihat dari fungsi
utamanya dan juga dilihat dari latarbelakang Dolalak yang diprakasai oleh tiga santri
yaitu Rejo Taruna, Duliyat, dan Ronodimejo dari alat musik tradisional Islam seperti
bedug, kendhang, kemprang, dan jidur, tentu saja akan menjadi suatu kesalahan
dalam memaknai ketradisionalan yang semula untuk berdakwah menjadi mengikuti
musik popular yang tengah berkembang pada masyarakat tahun 1960-an. Dan disaat
mengikuti festival diInternasional ke 10 di Jogjakarta mendapat teguran dari panitia
penyelenggara, karena secara tidak langsung Dolalak sendiri telah bergeser
maknanya.
3. Syair Lagu
Dalam tarian Dolalak tidak dipungkiri adanya syair atau teks lagu yang
bersifat jenaka, pantun, dan romantika. Tetapi yang menjadi sorotan adalah ketika
tarian Dolalak untuk sarana berdakwah, syair lagu mengandung unsur-unsur Islami
dengan nada shalawatan yang diambil dari kitab Berzanzi, namun, syair lagunya
diganti menjadi bahan “guyonan” untuk diperdengarkan kepada penonton Dolalak.
76
Fenomena perubahan lirik Mustofangilon menjadi lirik yang jenaka,
dilatarbelakangi dari penari Dolalak putri versi Mlaranan yang dianggap “sexy” dan
“menarik”. Syair lagu memang mewakili cirri-ciri fisik dari penari Dolalak putri versi
Mlaranan. Dari fenomena tersebut terjadilah pergeseran makna, Mustofangilon dan
lirik yang jenaka (Aja Dumeh rambut ireng dawa ndadi; Sesuk tua uwan mabluk kaya
medi) tentu saja telah mengalami pergeseran secara makna.
4. Busana
Fenomena perubahan busana yang secara eksplisit terlihat lebih
menonjolkan sisi kefeminimannya membuat tarian Dolalak ini ramai diperbincangkan
di social media, berikut komentar dari pengguna social media facebook:
Gambar 23
77
Gambar diatas menerangkan bahwa social media facebook menjadi
jembatan dimana adanya masyarakat kecil yang risih dengan adanya busana Dolalak
dengan mengangkat adanya emansipasi wanita namun dalam hal bebusana tidak
menunjukkan tata susila yang baik untuk dipertontonkan kepada masyarakat kota
Purworejo, mengingat Dolalak sebagai ikonik kota Purworejo menununjukkan adanya
pergeseran makna dari busana yang mulanya mencirikan budaya Indonesia yang
diwujudkan dalam tata cara berpakaian, namun tata cara berpakaian dalam busana
yang dikenakan oleh penari putri Dolalak saat ini tidak mencerminkan bahwa busana
yang dikenakan tidak lagi mencirikan tarian Dolalak pada dasarnya namun busana
penari Dolalak saat ini mencerminkan budaya barat .
5. Gerakan
Gerakan Dolalak saat pertama kali dipentaskan tahun 1915 memiliki
gerakan yang dinamakan sebagai gerakan adeg, gerakan sawan, dan jalan ngedol.
Sebenarnya, pada Dolalak saat ini yang ditarikan oleh penari putri tidak memiliki
gerakan yang berbeda. Tetap ada gerakan adeg, gerakan sawan, dan jalan ngedol
namun diikuti gerakan bebas karena Dolalak saat ini cenderung mengadakan saweran
disetiap pementasan. Sehingga gerakan tarian Dolalak yang dahulunya diakrabi
dengan gerakan-gerakan yang menjadi sentuhan dalam suatu tarian kini maknanya
hanya sekedar penari berbusana ala Dolalak namun dengan gerakan yang bebas dan
gerakan yang cenderung gerakan untuk joged pada saat dangdut. Saweran dalam
Dolalak diikuti dengan cara bermusik dalam tarian Dolalak yang cenderung
mengarah kepada musik popular dan musik dangdut. Secara makna pergeseran dari
yang semula tarian Dolalak memiliki makna estetika dalam sebuah gerakan tarian,
saat ini hanya bisa dimaknai sebagai gerakan yang tidak jelas karena diperuntukan
untuk mengambil perhatian penonton.
78
6. Tata Urutan Pementasan Tari Dolalak
Tata urutan untuk tarian Dolalak saat ini sudah tidak begitu diperhitungkan
karena biasanya tarian Dolalak akan dilakukan pada sore hari. Dikarenakan para
penanggap tarian Dolalak adalah masyarakat pekerja, saat ini Dolalak kebanyakkan
ditanggap. Karena jika hanya mengandalkan event-event tertentu, para pemilik
sanggar tidak dapat menjamin upah penari Dolalak yang ikut kedalam sanggar. Dan
waktu-waktu yang dahulu ditentukan jika siang hari tarian akan dimulai pada pukul
11.00 WIB dan malam hari pukul 21.00 WIB dengan durasi sekitar 8 jam, namun saat
ini hanya berdurasi 10-15 menit untuk ditampilkan untuk acara saat ada tamu yang
datang ke Purworejo, hajatan, dan di pernikahan. Pergeseran makna dalam tata urutan
tarian Dolalak ini merupakan pergeseran makna yang bergeser karena adanya konsep-
konsep dari pemikiran masyarakat modern dan konsumenrisme. Adanya konsep
modern dan konsumenrisme telah menggantikan konsep-konsep kesakralan dalam
menentukkan jam dan durasi dalam pementasan tari Dolalak.