Upload
lekhanh
View
261
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp. 101- 111
101 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
PERILAKU LENTUR PELAT LANTAI GABUNGAN BETON
PRECAST DAN CAST IN PLACE BETON BUSA DENGAN
PENAMBAHAN SHEAR CONNECTOR PADA BIDANG
INTERFACE AKIBAT BEBAN TERPUSAT
M. Mirza Masri 1, Abdullah 2, Mochammad Afifuddin 3
1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email: [email protected]
Abstract : Generally slabs are made of reinforced concrete which is relatively heavy, that make it
requires many molds (formwork) and scaffolding to hold the load during the execution. To solve
the problem, one of the alternative is to combine the precast and cast in place which is known as
the composite system. This research aim is to get the information about the flexural behavior of the
foam concrete composite slabs due to variations of the numbers of shear connectors, variations of
concrete quality cast in place and variations of the height or thickness of the foam concrete
composite slabs. The testing on the specimens was done by giving the flexural loads. The testing
specimen of foam concrete composite slabs were made in 5 (five) specimens. The result showed
that the increasing of carrying capacity and maximum deflection of composite slabs with shear
connectors towards composite slabs without shear connector were respectively 127,5% and
119,2%. The increasing of carrying capacity and maximum deflection of composite slabs with filler
quality 117,95 kg/cm2 compared to composite slabs with filler quality 95,30 kg/cm2 were
respectively 110,22% and 104,56%. The carrying capacity and maximum deflection of composite
slabs with thickness 15 cm was bigger than composite slabs with thickness 12 cm that were 156.4%
and 102,4%. The horizontal slip that was occurred in composite slabs with shear connectors was
smaller 79% than slip in composite slabs without shear connector. The horizontal slip in composite
slabs with filler quality 117,95 kg/cm2 was smaller 51% than slip in composite slabs with filler
quality 95,30 kg/cm2. The horizontal slip in composite slabs with thickness 15 cm was smaller 76%
than composite slabs with thickness 12 cm.
Keywords: Composite Slabs, Foam Concrete, Shear Connectors, Slip
Abstrak : Umumnya pelat lantai terbuat dari beton bertulang yang relatif berat, yang dalam
pelaksanaannya membutuhkan cetakan (bekisting) dan penyokong yang relatif banyak untuk
menahan beban selama pelaksanaan. Untuk mengatasi permasalahan di atas salah satu alternatif
adalah dengan menggabungkan sistem precast dan cast in place yang biasa disebut dengan sistem
komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku lentur dari pelat lantai komposit
beton busa akibat variasi jumlah shear connector, variasi mutu beton pengisi dan variasi tinggi atau
tebal dari pelat lantai komposit beton busa. Pengujian yang dilakukan berupa pengujian lentur.
Benda uji pelat komposit beton busa berjumlah 5 (lima) buah. Hasil penelitian menunjukkan
kenaikan daya dukung dan lendutan maksimum pelat komposit dengan shear connector terhadap
pelat komposit yang tidak dipasang shear connector masing-masing sebesar 127,5% dan 119,2%.
Peningkatan daya dukung dan lendutan maksimum juga terjadi pada pelat komposit dengan mutu
pengisi 117,95 kg/cm2 dibandingkan dengan pelat komposit dengan mutu pengisi 95,30 kg/cm2
masing-masing sebesar 110,22% dan 104,56%. Daya dukung dan lendutan maksimum pada pelat
komposit dengan tebal 15 cm lebih besar dibandingkan dengan pelat komposit dengan tebal 12 cm
yaitu sebesar 156.4% dan 102,4%. slip horizontal yang terjadi pada pelat komposit dengan shear
connector lebih kecil 79% dari nilai slip pada pelat komposit yang tidak dipasang shear connector.
Slip horizontal pada pelat komposit dengan mutu pengisi 117,95 kg/cm2 lebih kecil 51%
dibandingkan dengan slip horizontal pada pelat komposit dengan mutu pengisi 95,30 kg/cm2. Slip
horizontal pada pelat komposit dengan tebal 15 cm lebih kecil 76% dibandingkan dengan pelat
komposit dengan tebal 12 cm.
Kata Kunci : Pelat Komposit, Beton Busa, Shear connector, Slip
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 102
PENDAHULUAN
Saat ini pelat lantai terbuat dari beton
bertulang yang relatif berat, yang dalam
pelaksanaannya membutuhkan cetakan
(bekisting) dan penyokong yang relatif banyak
untuk menahan beban selama pelaksanaan.
Salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan di
atas adalah dengan menggabungkan sistem
precast dan cast in place yang biasa disebut
dengan sistem komposit. Dikatakan sebagai
pelat lantai komposit jika pelat beton precast
dan beton cast in place menjadi satu kesatuan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perilaku lentur dari pelat lantai
komposit beton busa akibat variasi jumlah
shear connector, variasi mutu beton cast in
place dan variasi tinggi atau tebal dari pelat
lantai komposit beton busa.
Penelitian ini dilakukan pada benda uji
pelat komposit yang berjumlah 5 buah
pelat, yang masing-masing mempunyai
bentang bersih 220 cm dan lebar 20 cm.
Benda uji pelat komposit beton busa
dibedakan terhadap beberapa variasi, yaitu
variasi jumlah shear connector, variasi
mutu beton pengisinya dan variasi tinggi
pelat komposit.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Konsep Beton Busa
Menurut Scott (1993), dalam kamus
lengkap teknik sipil, beton busa adalah beton
yang mengandung busa kalsium silika. Beton
ini hanya terdiri dari tiga bahan baku yaitu
semen, air dan gelembung-gelembung
gas/udara. Ukuran gelembung udara (busa)
dalam beton busa sangat kecil kira-kira 0,1-1,0
mm dan tersebar merata menjadikan sifat beton
lebih baik untuk menghambat panas dan lebih
kedap suara. Salah satu bahan pembuat busa
untuk campuran beton adalah bahan berbasis
protein hydrolyzed dalam adukan beton. Fungsi
dari foam agent ini adalah untuk menstabilkan
gelembung udara selama pencampuran dengan
cepat (Neville, 1993 : 708).
Pelat
Pelat merupakan elemen struktur yang
tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan
dimensi panjang maupun dimensi lebarnya.
Bidang permukaannya lurus, datar atau
melengkung. Beban statis atau dinamis yang
dipikul oleh pelat umumnya tegak lurus
permukaan pelat (Sudarmoko, 1996).
Berdasarkan perbandingan antara bentang yang
panjang dan bentang pendek, pelat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu pelat satu arah dan
pelat dua arah. Dikatakan pelat satu arah jika
perbandingan antara bentang panjang dan
bentang pendek pelat dua kali atau lebih
(Lx/Ly ≥ 2), sedangkan pelat dua arah jika
perbandingan bentang panjang dengan bentang
pendek pelat kurang dari dua (Lx/Ly ≤2).
Komposit
Pada pelat dikatakan pelat komposit
apabila pelat tersebut terdiri dari lantai kerja
(bisa berupa papan kayu, profil baja, ataupun
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
103 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
panel precast) yang bekerja bersama dengan
beton cast in place sebagai komposit. Menurut
Fragiacomo (2008), aksi komposit yang terjadi
pada lantai komposit terbagi menjadi tiga jenis
seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut:
Joan (2003) melakukan penelitian
tentang pengaruh beban lentur siklis pada kuat
lekat dan kapasitas momen pelat beton
gabungan precast dan cast in site yang
didukung sederhana di kedua sisi. Diperoleh
hasil dimana kuat lekat antara beton lama
dengan beton baru akan menurun dengan
bertambahnya jumlah siklus pembebanan.
Saputra (2003) melakukan penelitian
mengenai degradasi kekuatan lentur pelat beton
bertulang gabungan precast dan cast in situ
yang menerima beban siklis. Dari pengujian ini
disimpulkan bahwa benda uji dengan shear
connector mempunyai tingkat degradasi yang
lebih rendah dari benda uji tanpa shear
connector.
Shear Connector
Shear connector adalah alat sambung
mekanik yang berfungsi sebagai penahan gaya
geser dan gaya angkat yang timbul pada bidang
kontak dari bahan-bahan yang membentuk
komponen komposit (Suwandojo dan Zubaidah,
1987).
Saidi (2008) melakukan penelitian
mengenai hubungan antara tahanan gaya
geser dengan displacement relative dari
shear connector pada balok sandwich baja-
beton. disimpulkan bahwa displacement
pada shear connector meningkat secara
linier diikuti dengan peningkatan tahanan
gaya geser hingga diikuti oleh penurunan
tiba-tiba oleh modulus tumpuan dan
ekivalensi kekakuan pada shear connector
yang bermula pada timbulnya tahanan gaya
geser, Qc. Selanjutnya, modulus tumpuan
dan juga kekakuan efektif beton yang
menyelimuti shear connector ikut menurun
seiring dengan adanya peningkatan tahanan
gaya geser.
SNI 03 - 1729 – 2002 Pasal 12.6.1
menyebutkan kuat nominal satu shear
connector jenis paku yang ditanam di dalam
pelat beton adalah:
Qn = 0,5Asc√𝑓𝑐′𝐸𝑐 ≤Ascfu …… (2.1)
dimana :
Qn = kuat nominal geser untuk shear
connector (N);
Asc = luas penampang shear connector
(mm2);
f’c = kuat tekan beton (MPa);
fu = tegangan putus shear connector (MPa);
Ec = modulus elastisitas beton (kg/m2).
Gambar 1 : Aksi Komposit
Sumber : Gunawan (2009)
Sumber : (Fragiacomo, 2008) dikutip
dari Gunawan (2009)
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustsus 2015 - 104
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya deformasi pada shear connector
yaitu ukuran, letak penempatannya, lokasi
momen maksimum, dan cara pemasangan.
(Windiarsa dan Deskarta, 2007). Tanpa adanya
penghubung geser, slip akan terjadi meskipun
pada kondisi tegangan rendah. (A. Nethercot,
2004)
Lendutan
Menurut Wang dan Salmon (1994), balok
yang direncanakan dengan tulangan lemah akan
memberikan lendutan yang sangat besar setelah
baja mencapai titik luluh. Pada keadaan ini
balok telah retak pada daerah tariknya, sehingga
kuat tarik beton tidak ada lagi. Momen inersia
yang terjadi pada balok ini disebut momen
inersia penampang retak (Icr).
Menurut Nawy (1998:270), lendutan
yang terjadi pada balok yang dibebani pada dua
titik pembebanan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2.22), (2.23) dan
(2.24)
∆max = 22 43...24
.aL
IE
aP
ec
(2.22)
∆x{x<a}= 222 33...6
.xaLa
IE
xP
ec
(2.23)
∆x{a<x<(L-a)}= 223.3...6
.axxL
IE
aP
ec
(2.24)
dimana :
∆max = Lendutan maksimum di tengah bentang
(mm);
x = lendutan yang terjadi pada daerah x
(mm);
X = Jarak lendutan dari tepi terluar ke satu
titik balok (mm);
a = Jarak beban ke tepi terluar balok (mm);
L = Panjang bentang (mm);
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa); dan
Ie = Momen inersia efektif (mm4).
Menurut Dipohusodo (1994 : 9),
modulus elastisitas (Ec) beton ringan untuk
berat volume beton berkisar dari 1500 – 2500
kg/m3 dihitung dengan persamaan (2.2.5).
Ec = cc fw '043,0
5,1
(2.25)
dimana :
Ec = Modulus elastisitas beton ringan (MPa),
wc = Berat volume beton ringan (kN/m3),
f’c = Kuat tekan beton ringan menggunakan
benda uji silinder (MPa).
Retak pada beton betulang
Wang (1992) menyatakan retak beton
biasanya disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
1. Perubahan volume, termasuk akibat susut
rangkak akibat beban tetap, tegangan
akibat suhu dan perbedaan unsur kimia
antara bagian beton.
2. Tegangan akibat lentur
3. Tegangan langsung dalam dan luar yang
berlangsung terus menerus, beban bertukar
arah, lendutan jangka panjang, lendutan
awal di dalam beton prategang, atau
perbedaan penurunan di dalam struktur.
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
105 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
METODE PENELITIAN
Peralatan dan Bahan/material
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini umumnya telah tersedia di
Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala.
Material yang digunakan dalam
penelitian Semen yang digunakan adalah semen
Portland Tipe I. Untuk semen, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan sifat fisis karena telah
memenuhi SNI 03-2847-2002.
Electric Strain Gauge yang akan
digunakan adalah produksi Tokyo Kyowa
Electronic Instruments Co. Ltd. Tipe KFG-5-
120-C1-11 dengan panjang gauge 5 mm
digunakan untuk mengukur regangan baja.
Baja tulangan yang akan digunakan
adalah baja tulangan ulir diameter D13 yang
dijual di pasaran.
Jaringan kawat yang akan digunakan
pada penelitian ini berdiameter 1mm dan jarak
as tulangan 12,71 mm. Jaringan kawat
berbentuk persegi dan sesuai dengan ASTM A-
185.
Foam agent yang akan digunakan
dalam penelitian ini berasal dari busa sintetik
yang telah diolah dengan menggunakan bahan
kimia untuk menghasilkan busa yang sejenis
busa sabun sehingga dapat digunakan sebagai
pengisi campuran beton.
Perencanaan Benda Uji
Benda uji pelat komposit yang diuji
berjumlah 5 buah pelat, yang masing-masing
mempunyai bentang bersih 220 cm dan lebar 20
cm. Benda uji pelat komposit beton busa
dibedakan terhadap beberapa variasi, yaitu
variasi jumlah shear connector, variasi mutu
beton pengisinya dan variasi tinggi pelat
komposit.
Tabel 1. Variabel Benda Uji Benda
Uji
Di
men
si
(cm
)
Mutu
beton
panel pelat
(kg/cm2)
Mutu
beton
pengisi
(kg/cm
2
Jlh
shear
connect
or
Jlh
benda
uji
PK
15A-0
15
x
20
x
220
203,82 117,95 0 1
Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji dimulai dengan
pembuatan panel precast U beton busa. Untuk
membuat benda uji Pelat Komposit Beton Busa
baru bisa dilakukan setelah Panel precast U
mengeras (setting) dalam penelitian ini setelah
24 jam baru bisa dilakukan pengecoran beton
pengisi panel precast U tersebut. Selanjutnya
benda uji pelat dirawat dengan cara membalut
benda uji menggunakan goni basah. Perawatan
benda uji dinding ditempatkan pada keadaan
Benda Uji Dimensi
(cm)
Mutu beton
panel pelat
(kg/cm2)
Mutu beton
pengisi
(kg/cm2)
Jlh shear
connector
Jlh
benda
uji
PK 15A-1 15 x 20 x
220 204,39 117,95 8
1
PK 15A-2 15 x 20 x
220 203,63 117,95 10
1
PK 15B-1 15 x 20 x
220 203,82 95,30 8
1
PK 12A-1 15 x 20 x
220 204,69 117,95 8
1
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustsus 2015 - 106
terlindung tanpa terkena hujan dan panas.
Pengujian Benda Uji
Pengujian dilakukan dengan cara
pembebanan aksial di 2 (dua) titik. Beban
tersebut dikontrol dengan membaca dial pada
hydraulic jack dan ditambahkan secara
kontinyu sampai benda uji mengalami
kehancuran. Ilustrasi gambar pengujian dapat
dilihat pada gambar 1 berikut:
Pengamatan dilakukan terhadap proses
pertumbuhan retak pada benda uji, regangan
yang timbul pada baja tulangan yang dimonitor
melalui data yang dikirimkan strain gauges ke
data logger. Pengukuran besarnya lendutan
dilakukan dengan menggunakan tranducer
(LVDT) panjang 10 cm yang dipasang seperti
pada Gambar 1. Pembebanan dihentikan pada
saat gaya tidak lagi meningkat dan cenderung
menurun sebagai indikasi benda uji telah
mengalami kegagalan.
Mengukur slip yang terjadi pada
pengujian lentur pelat komposit
Slip diukur dengan menggunakan
tranducer yang ditempatkan pada sisi kiri
dan kanan pelat. Tranducer a dan b untuk
mengukur pergerakan horizontal dari
pengisi pelat, sedangkan tranducer c dan d
untuk mengukur pergerakan panel pelat
pada saat pelat diuji dengan pembebanan
secara bertahap. Nilai slip diperoleh dari
selisih pergerakan horizontal antara panel
pelat dengan pengisinya yang diperoleh dari
rekaman data tranducer seperti pada
Gambar 2 berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan beban dengan lendutan
Data beban dan lendutan diperoleh dari
hasil pengujian lentur pelat komposit beton
busa. Berdasarkan data-data ini dibuat grafik
hubungan beban-lendutan maksimum. Seperrti
ditampilkan pada gambar 2.
Beban maksimum pada benda uji
PK15A-0 bila dibandingkan dengan PK15A-1
terjadi peningkatan yang signifikan yaitu
sebesar 127,5%.
Load cell 50 T
2 D12.8
2 D 12.8
150
200
Tranducer 1Tranducer 2
Tranducer 3
2200 mm
2000 mm
700 mm 600 mm 700 mm
DATA LOGGER
Strain gauge (baja)
Tranducer 4Tranducer 5
Gambar 1 Set Up pengujian
Gambar 2 Metoda pengukuran slip
horizontal
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
107 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
Lendutan yang terjadi juga lebih besar
pada PK15A-1 hal ini kemungkinan karena
adanya pengaruh shear connector dalam
mempertahankan aksi komposit antara pelat
panel dan pengisinya sehingga pelat panel yang
dipasang shear connector lebih mampu
berdeformasi. Untuk melihat pengaruh
penambahan jumlah shear connector pada
perilaku pelat komposit beton busa dapat dilihat
dengan membandingkan PK15A-2 dengan PK
15A-1, beban maksimum pada PK15A-2
mengalami peningkatan sebesar 10%
dibandingkan PK15A-1 hal ini menandakan
penambahan jumlah shear connector tidak
berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas
pelat komposit beton busa. Mutu pengisi juga
mempengaruhi kapasitas lentur dan lendutan
pelat komposit, hal ini dapat dilihat antara
PK15A-1 101,7% dibandingkan dengan
PK15B-1. Lendutan yang terjadi tidak terlihat
adanya perbedaaan yang besar. Tinjauan
terhadap perbedaan tinggi atau tebal dari pelat
komposit dapat dilihat dengan membandingkan
PK15A-1 dengan PK12A-1. Beban yang timbul
pada PK15A-1 lebih besar dibandingkan
dengan PK12A-1 dengan perbandingan sebesar
150,8% untuk lendutan juga tidak terjadinya
perbedaan yang besar.
Pola Retak dan Ragam Keruntuhan
a. PK15A-0
Retak awal terjadi pada tengah bentang
dengan arah retak yang tegak lurus sumbu
balok yang diakibatkan oleh lentur. Retak lentur
pertama terjadi pada beban 0,72 ton.
Selanjutnya retak geser mulai terbentuk pada
saat beban mencapai 1,3 ton. Retak geser ini
menjalar ke arah sumbu balok dan makin cepat
propagasinya pada saat beban mencapai 3,5 ton.
Retak terus menjalar ke daerah tekan beton di
daerah dekat titik beban dan mengalami
kehancuran geser pada saat beban mencapai
4,65 ton.
b. PK15A-1
Retak lentur pertama sekali muncul pada
beban 1,3 ton pada tengah bentang dan tegak
lurus arah tegangan utama. Retak ini
diakibatkan oleh tegangan geser yang kecil dan
tegangan lentur yang sangat dominan.
Kemudian seiring dengan penambahan beban
maka retak pada tengah bentang mulai
bercabang pada beban 4,1 ton dan muncul retak
-retak baru disepanjang badan balok bersamaan
dengan semakin besarnya lendutan di tengah
bentang. Keruntuhan lentur terjadi pada saat
beban mencapai 5,93 ton.
Gambar 3 :hub. Beban-lendutan
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustsus 2015 - 108
c. PK 15A-2
Retak lentur pertama sekali muncul pada
beban 0,9 ton pada tengah bentang. Kemudian
seiring dengan penambahan beban maka retak
pada tengah bentang mulai bercabang pada
beban 4,2 ton dan muncul retak -retak baru
disepanjang badan balok bersamaan dengan
semakin besarnya lendutan di tengah bentang.
Keruntuhan lentur terjadi pada saat beban
mencapai 6,03 ton.
d. PK 15 B-1
Retak awal terjadi pada tengah bentang
dengan arah retak yang tegak lurus sumbu
balok yang diakibatkan oleh lentur. Retak lentur
pertama terjadi pada beban 0,7 ton. Selanjutnya
retak geser mulai terbentuk pada saat beban
mencapai 1,4 ton. Retak geser ini menjalar ke
arah sumbu balok dan makin cepat
propagasinya pada saat beban mencapai 4,3 ton.
Retak terus menjalar ke daerah tekan beton di
daerah dekat titik beban dan mengalami
kehancuran geser pada saat beban mencapai
5,38 ton.
e. PK12 A-1
Retak awal terjadi pada tengah bentang
dengan arah retak yang tegak lurus sumbu
balok yang diakibatkan oleh lentur. Retak lentur
pertama terjadi pada beban 0,3 ton. Selanjutnya
retak geser mulai terbentuk pada saat beban
mencapai 1,4 ton. Retak geser ini menjalar ke
arah sumbu balok dan makin cepat
propagasinya pada saat beban mencapai 2,65
ton. Retak terus menjalar ke daerah tekan beton
di daerah dekat titik beban dan mengalami
kehancuran geser pada saat beban mencapai
3,79 ton.
Hasil beberapa rekaman photo retak pelat
komposit beton busa dapat dilihat pada gambar
berikut:
Hubungan beban dengan slip
Pengaruh variasi jumlah shear
connector terhadap slip
Dari gambar 5 dapat dilihat benda uji yang
tidak dipasang shear connector pada bidang
interfacenya, nilai slipnya lebih tinggi, hal ini
menandakan adanya kontribusi shear
connector dalam menahan gaya geser dan
angkat pada bidang sentuh antara panel pelat
dan pengisinya. Perilaku benda uji PK15A-1
dengan PK15A-2 dimana tidak terjadi
perbedaan slip yang besar antara keduanya, hal
ini menandakan bahwa penambahan jumlah
shear connector pada penelitian ini tidak
mempengaruhi slip yang terjadi.
a. Pola retak PK15A-0 b. Pola retak PK15A-1
d. Pola retak PK15B-1
e. Pola retak PK12A-1
Gambar 4 : Pola retak pelat komposit beton busa
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
109 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
Perbandingan besarnya slip antara benda
uji pelat komposit yang tidak dipasang shear
connector dengan benda uji pelat komposit
yang dipasang shear connector ditampilkan
padatabel 3 berikut :
Pengaruh variasi mutu beton pengisi
terhadap slip
Dari gambar 6 dapat dilihat pengaruh
variasi mutu beton pengisi terhadap slip yang
terjadi pada masing-masing benda uji. Benda
uji dengan mutu pengisi yang lebih rendah
memiliki nilai slip yang lebih besar. Hal ini
kemungkinan dikarenakan beton pengisi yang
lemah lebih cepat mengalami keruntuhan atau
hancur, sehingga slip yang terjadi tidak
tertahan oleh shear connector akibat beton
pengisi yang lebih dulu hancur. .
Slip yang terjadi pada beban 2 ton pada
benda uji PK15A-1 sebesar 45,545% dari nilai
slip PK15B-1. Dilihat pada beban 4 ton slip
yang terjadi pada PK15A-1 sebesar 49,972%
dari PK15B-1
Pengaruh variasi tinggi pelat terhadap
slip
Dari gambar 7 dilihat pengaruh beda
tinggi terhadap slip yang terjadi, dimana pada
benda uji yang tingginya 12 cm slip yang
terjadi lebih besar dibandingkan dengan tinggi
15 cm. Nilai slip yang terjadi pada PK15A-1
pada beban 2 ton sebesar 19,312 % dari nilai
slip PK12A-1. Dilihat pada beban 4 ton slip
yang terjadi
PK15A-1 sebesar 24,702% dari nilai slip
PK12A-1. Hal ini terjadi kemungkinan karena
tinggi bagian yang bersentuhan dengan beton
pengisinya lebih kecil sehingga antara panel
pelat dengan pengisinya lebih cepat terpisah.
No Benda Uji Slip pada beban Perbandingan thd
PK15A-0 (%)
2 ton 4 ton 2 ton 4 ton
1 PK15A-0 1,384 3,826 100,000 100,000
2 PK15A-1 0,460 0,828 33,237 21,641
3 PK15A-2 0,392 0,744 28,324 19,446
Gambar 5 : Grafik hubungan beban-slip
akibat variasi jumlah shear
connector Gambar 6 : Grafik hubungan beban-slip
akibat variasi mutu beton
pengisi
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustsus 2015 - 110
KESIMPULAN
1. Pemasangan shear connector pada pelat
lantai komposit beton busa mempengaruhi
peningkatan daya dukung dari pelat
komposit. Kenaikan daya dukung PK15A-1
dengan PK15A-0 besarnya perbandingannya
sebesar 127,5%. Begitu juga dengan
penambahan jumlah shear connector terjadi
kenaikan daya dukung PK15A-2 dengan
PK15A-0 sebesar 129%.
2. Kenaikan daya dukung akibat penambahan
jumlah shear connector yang dilakukan pada
penelitian ini tidak terlalu signifikan, hal ini
menandakan jumlah shear connector yang
ada sebelumnya sudah cukup untuk
menahan gaya geser yang terjadi antara
panel pelat dengan pengisinya.
3. Penggunaan mutu beton pengisi yang lebih
tinggi meningkatkan kuat lentur dari pelat
komposit. Perbandingan antara PK15A-1
dengan benda uji PK15B-1 terjadi
peningkatan sebesar 110,223%.
4. Tebal pelat juga mempengaruhi nilai kuat
lentur dalam hal ini dibandingkan PK15A-1
dengan PK12A-1 dimana terjadi
peningkatan kekuatan pada benda uji PK15
A-1 sebesar 156,46%.
5. Dari hasil penelitian ini besaran slip yang
terjadi berkisar antara 19,312% sampai
dengan 45,54%.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Abdullah, dkk., 2010, Pemanfaatan Bahan
Limbah Sebagai Pengganti Semen Pada
Beton Busa Mutu Tinggi, Universitas
Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh.
2. Akoeb, M.,Ali, 2002, Pengaruh Jarak
Penghubung Geser Fleksibel Terhadap
Kapasitas Geser Pada Balok Komposit
Baja-Beton - Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Unsyiah Volume 1, Tahun I, No. 1,
Darussalam, Banda Aceh.
3. Anonim, 1989, Cara Uji Mekanis Mur dan
Baut, Dewan Standardisasi Nasional,
Jakarta.
4. Anomim, 2002, Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
5. Gere, J. M dan S. P. Timoshenko, 1996,
Mekanika Bahan, Terjemahan Bambang
Suryoatmono Edisi IV, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
6. Gunawan, A., 2009, Perilaku Pelat
Komposit Lantai Gabungan Beton Precast
(sampai Dengan 3 Panel) dan Cast In Situ
Dengan Pengkasaran Bidang Interface
Pada Momen Kapasitas Lapangan, Tesis
Seminar, Program Pasca Sarjana UGM,
Yogyakarta.
Gambar 7 : Grafik hubungan beban-slip
akibat variasi tinggi pelat
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
111 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
7. Joan, 2003, Pengaruh Beban Siklis Pada
Kuat Lekat dan Kapasitas Momen Pelat
Beton Gabungan Precast dan In Situ,
Naskah Seminar Hasil Penelitian, Program
Pasca Sarjan UGM.
8. MacCormac, J. C., 2001, Desain Beton
Bertulang, Edisi Kelima, Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
9. Naaman, A.E.,2000, Ferrocement and
Laminated Cementitious Composites,
Techno Press 3000, Michigan.
10. Nawy, E.G., 1998, Beton Bertulang Suatu
Pendekatan Dasar, Refika, Bandung
11. Saputra, A, 2003, The Degradation of
flexural Strength of precast-insitu RC slab
Due to Nonreversal Cyclic Loading, Thesis
seminar, Engineering Graduate Programe,
Gajah Mada University, Yogyakarta.
12. Saidi, T., Furuuchi, H. and Ueda, (2008)
T.: The Transferred Shear Force-Relative
Displacement Relationship of the Shear
connector in Steel-Concrete Sandwich
Beam and ITS Model
13. Scott, J.S., 1993, Dictionary of Civil
Engineering, Forth Edition, New York:
Chapman & Hall.
14. Widiarsa, Ida BR dan Deskarta,P, 2007,
Kuat Geser Baja Komposit Dengan
Variasi Tinggi Penghubung Geser Tipe-T
Ditinjau dari Uji Geser Murni, Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil Vol. 11, No. 1.