74
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS KETERLAMBATAN DAN PERUBAHAN JADWAL MASKAPAI PENERBANGAN (Studi Putusan No. 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: TARY RAHMA PRATAMA NIM: 1113048000005 P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H/2019 M

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

  • Upload
    others

  • View
    31

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN

ATAS KETERLAMBATAN DAN PERUBAHAN JADWAL MASKAPAI

PENERBANGAN

(Studi Putusan No. 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

TARY RAHMA PRATAMA

NIM: 1113048000005

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2019 M

Page 2: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN

ATAS KETERLAMBATAN DAN PERUBAHAN JADWAL MASKAPAI

PENERBANGAN

(Studi Putusan No. 3 09lPd t,G t2007 tPN.Jkt.Pst)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Tary Rahma Pratama

NIM: 1113048000005

Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

NrP.19670203 201411 1 001

Pembimbing II

Dra;

NIP. 19590819 199403 2 001

Pembimbing I

4q t

PRO GRAM S TUD IILMUHUKUMFAKULTAS SYAzuAH DAN HUKUM

I.'NIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1440H/20t9}'{

I

I

Page 3: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul "PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA

PENERBANGAN ATAS KETERLAMBATAN DAN PERUBAHAN JADWAL

MASKAPAI PENERBANGAN (Studi Putusan No. 3 09/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst)"

telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program

Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7

Mei 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, Mei 2019

Mengesahkan

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.II., M.A.

NrP. 19760807 200312 1001

tr. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembirnbing I

4. Pembimbing II

5. Penguji I

6. Penguji II

Dr. Ahmad Thq{abi Kharlie. S.H.. M.H.. M.A.

NIP. 19760807 200312 1001

Indra Rahmatullah. S.H.I.. M.H.

NrDN.2021088601

Dr. M. Ali Hanafiah Selian. S.H.. M.H.

NIP. 19670203 201,4n 1001

DraJpah Farihah" M.H.

NrP. 19s90819 199403 200r

Indra Rahmatullah. S.H.L. M.H.

NIDN.2021088601

Mustolih. S.H.I.. M.H.

NIP.

Dekan

ll

I

Page 4: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

skripsi yang berjudul "PERLINDI-TNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA

PENERBANGAN ATAS KETERLAMBATAN DAN PERUBAHAN JADWAL

MASKAPAI PENERBANGAN (Studi Putusan No. 3 09,? dt.c/2007/PN.Jkr.Pst)"

telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program

Studi Itmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7

Mei 2Ci9. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar,Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, Mei2019

Mengesahkan

i. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembimbing I

Pembimbing II

Penguji I

Penguji II

4.

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie. S.H.. M.H.. M.A.-.-.---.---u-NrP. 197608A7 200312 1001

Indra Rahmatulldh. S.H.I.. M.H.

NrDN.2021088601

Dr. M. Ali Hanafiah Selian. S.H.. M.H.

NIP. 19670203 201411 1001

Dra. Ipah Farihah. M.H.

NIP. 19590819 199403 2o0l

Indra Rahmatullah. S.H.I.. M.H.

NIDN.2021088601

Mustolih. S.H.I.. M.H.

NIP.

5.

6.

II

labi Kharlie, S.H., M.H., M.A.

200312 1001

Page 5: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (Sl) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

' cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syyarif

Hidayatullah Jakarta.

t

Tary Rahma Pratama

lll

Page 6: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

iv

ABSTRAK

Tary Rahma Pratama, NIM 1113048000005, “PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS KETERLAMBATAN DAN

PERUBAHAN JADWAL MASKAPAI PENERBANGAN (Studi Putusan No.

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst)”, Konsentrasi Hukum Bisnis,Program StudiIlmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2019 M, 69 halaman + lampiran.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk implementasi sanksi ketika

maskapai penerbangan melakukan kesalahan yang mengakibatkan kerugian

kepada penumpang selaku penerima jasa dan pertimbangan hakim dalam putusan

Nomor 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst. Dalam ketentuan umum pasal 7 huruf b

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

menjelaskan bahwa kewajiban pelaku usaha adalah memberikan informasi yang

benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta

member penjelsan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian LibraryResearch dan

FieldResearch yang mengkaji berbagai data dokumen terkait penelitian dan

menggabungkan dengan data wawancara yang dilakukan secara langsung dengan

subjek penelitian. Metode yang diggunakan adalah metode penelitian hukum

normatif-empiris dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan

pendekatan kasus. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan non-hukum. Metode pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan wawancara.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk implementasi dan

bentuk ganti rugi yang diterapkan oleh maskapai Lion Air tidak selaras dengan

ketentuan dalam perundang-undangan. Pertimbangan hakim yang dilihat dalam

putusan perkara No. 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst sudah sesuai dengan Pasal 1365

KUHPerdata dan Pasal 43 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun

1992 tentang Penerbangan. Bahwa hakim dalam putusan perkara No.

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst menyatakan bahwa tergugat atau pihak maskapai

melawan hukum dan harus mengganti kerugian.

Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Penumpang, Maskapai, Keterlambatan

Penerbangan

Pembimbing : 1. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

2. Dra. Ipah Farihah, M.H.

Daftar Pustaka : 1961- 2016

Page 7: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

v

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kehadirat Allah Subhana Wa Ta‟alla atas segala

rahmat dan karunia-Nya, tiada kata yang terucap dengan tulus dan ikhlas yakni

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin tiada henti karena dapat terselesaikannya skripsi

ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan atas insan pilihan

Tuhan khatamul anbiya‟i walmursalin Muhammad SAW. Dengan setulus hati

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna.

Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan di dalam skripsi ini oleh penulis karena

keterbatasan pengetahuan dan waktu.

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menyadari tanpa adanya dorongan dan

bimbingan dari semua pihak yang mendukung penelitian ini tidak akan

terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada, yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah

Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat SH., M.H. Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin S.H, M.Hum. Sekertaris Program Studi

Ilmu Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. M Ali Hanafiah Selian SH., M.H. Pembimbing Skripsi I yang telah

bersedia menjadi pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan

penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian memberikan masukan serta

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada peneliti

sehingga skripsi ini selesai.

4. Dra. Ipah Farihah, M.H. Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia

menjadi pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh

kesabaran, perhatian, dan ketelitian memberikan masukan serta

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada peneliti

sehingga skripsi ini selesai.

Page 8: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

vi

5. Bapak Rio Permana selaku Inspektur Angkutan Udara yang senang

hati mempersilahkan penulis melakukan wawancara.

6. Pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam

menyelesaikan karya tulisnya.

Akhirnya, atas bantuan serta jasa dari semua pihak berupa materiil dan

moril hingga detik ini penulis panjatkan doa, semoga Allah memberikan balasan

yang berlipat. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti

khususnya dan para pembaca .

Jakarta, Mei 2019

Tary Rahma Pratama

Page 9: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

LEMBAR PENEGSAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7

E. Metode Penelitian................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

UDARA DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN ....................... 12

A. Kerangka Konseptual ............................................................. 12

B. Kerangka Teori ....................................................................... 14

C. Pengangkutan Udara .............................................................. 16

1. Pengertian Pengangkutan Udara ..................................... 16

2. Asas-Asas Hukum tentang Pengangkutan Udara ........... 18

D. Angkutan Udara ..................................................................... 19

E. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Udara ............. 21

1. Prinsip Presumption of Liability ..................................... 21

2. Prinsip Limitiationof Liability ......................................... 22

3. Prinsip Presumption of Non Liability ............................. 23

4. Prinsip Absolute Liability atau Strict Liability ............... 23

F. Perlindungan Konsumen ........................................................ 23

1. Pengertian Perlindungan Konsumen ............................... 23

2. Prinsip-Prinsip Perlindungan Konsumen ........................ 25

Page 10: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

viii

G. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ....................................... 26

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG DAN

PERUSAHAAN MASKAPAI PENERBANGAN ....................... 28

A. Penerbangan ........................................................................... 28

1. Pengertian Penerbangan .................................................. 28

2. Asas-Asas dan Tujuan Penerbangan ............................... 28

3. Ketentuan Peraturan tentang Penerbangan di

Indonesia ......................................................................... 33

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak .............................................. 35

1. Hak dan Kewajiban Penumpang Maskapai

Penerbangan .................................................................... 35

2. Hak dan Kewajiban Perusahaan Maskapai

Penerbangan .................................................................... 36

C. Tata Cara Pendirian Maskapai Penerbangan.......................... 37

D. Macam-Macam Pelanggaran dan Sanksi Maskapai

Penerbangan ........................................................................... 40

E. Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 ................................. 41

BAB IV ANALISIS PENERAPAN HUKUMAN DALAM

PENERBANGAN PUTUSAN No.

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst ............................................................ 43

A. Kronologi Kasus dan Pertimbangan Hakim ........................... 43

B. Analisis Putusan Perkara No. 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst ..... 47

C. Implementasi Sanksi Yang Diberikan Kepada Pihak

Maskapai Penerbangan........................................................... 54

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 59

A. Kesimpulan ............................................................................ 59

B. Rekomendasi .......................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

Page 11: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri

dari beribu-ribu pulau yang terhampar luas dengan 1.904.569 km² luas

daratan dan 3.288.683 km² lautan1, yang terdiri atas beberapa gugusan

pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang memiliki

wilayah dan penyebaran penduduknya yang sangat luas, peranan dan

fungsi pengangkutan di Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat

penting baik ditinjau dari segi persatuan dan kesatuan nasional

kehidupan sosial budaya, ekonomi, roda administrasi pemerintahan

maupun pertahanan dan keamanan. Perkembangan peradaban manusia

khususnya dalam bidang teknologi telah membawa peradaban manusia ke

dalam suatu sistem tranportasi yang lebih maju dibandingkan dengan era

sebelumnya.2

Bidang transportasi ini sendiri ada hubungannya dengan

produktivitas, hal ini dikarenakan dampak dari kemajuan tranportasi

tersebut berpengaruh terhadap peningkatan mobilitas manusia. Tingginya

tingkat mobilitas itu menandakan produktivitas yang positif.3

Perkembangan tersebut di samping membawa dampak positif yang

memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna jasa

perhubungan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan beragam

jenis dan variasi barang dan/atau jasa. Dengan dukungan teknologi dan

informasi, perluasan ruang, gerak dan arus transaksi barang dan/atau jasa

telah melintasi batas-batas wilayah Negara, konsumen pada akhirnya

1 Iwan Gayo, Buku Pintar Seni Senior, (Jakarta: Upaya Warga Negara, Ctk. XX, 1995), h.9.

2 Sution Usman Adji, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

1990), h.1.

3 M.N. Nasution, Manajemen Tranportasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), h.2.

Page 12: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

2

dihadapkan pada berbagai pilihan jenis barang dan/atau jasa yang

ditawarkan secara variatif.

Kondisi seperti ini pada satu sisi menguntungkan konsumen,

karena kebutuhan terhadap barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat

terpenuhi dengan beragam pilihan. Namun pada sisi lain, fenomena

tersebut menempatkan kedudukan konsumen terhadap produsen menjadi

tidak seimbang, di mana konsumen berada pada posisi lemah, karena

konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang

besarnya melalui kiat promosi dan cara penjualan yang merugikan

konsumen.4Salah satu kemajuan perkembangan yang dimaksud adalah

keberadaan dari sistem angkutan udara, dimana tidak dapat dipungkiri

bahwa angkutan udara sangatlah mendukung mobilitas masyarakat

Indonesia.

Pada dasarnya pengangkutan adalah perpindahan tempat baik

mengenai benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak

diperlukan untuk mencapai dan meninggikan efisiensi dan ekonomis bagi

pengangkutan antar pulau dan antar daerah terutama antar daerah

terpencil dan pulau-pulau besar.5 Guna memenuhi kebutuhan transportasi

udara di Indonesia terdapat berbagai macam maskapai-maskapai

penerbangan baik maskapai yang dikelola oleh pihak swasta maupun

pihak pemerintah yang biasa disebut Badan Usaha Milik Negara. Adapun

perusahaan maskapai penerbangan yang melayani jasa penerbangan

diantaranya Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Wings Air, Air Asia,

Batik Air dan lain-lain.

Penerbangan merupakan bagian dari sistem pengangkutan yang

mempunyai karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat,

menggunakan teknologi tinggi, padat modal, manajemen yang handal,

4 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

Gramedia, 2003), h. 12.

5 Wradipraja Saifullah, Tanggung Jawab Pengangkutan Dalam Hukum Pengangkutan

Udara Internasional dan Nasional, (Jogjakarta: Liberty, 1989), h.1.

Page 13: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

3

serta memerlukan jaminan keselamatan dan keamanan yang optimal.

Salah satu tujuan diselenggarakannya penerbangan adalah mewujudkan

penyelenggaraan penerbangan yang aman (safety), tertib dan teratur

(regularity), nyaman (comfortable), dan ekonomis

(economyforcompany).6

Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah belum

terpenuhinya atau kurangnya peraturan dalam rangka perlindungan

hukum bagi pengguna pihak lain yang mengalami kerugian sebagai

akibat dari kegiatan pengangkutan udara atas kerugian-kerugian yang

terjadi. Bagaimanapun suatu kegiatan pasti tidak luput dari risiko.

Demikian juga halnya dengan pengangkutan udara kemungkinan akan

terjadinya keterlambatan dan perubahan jadwal penerbangan itu selalu

ada baik dalam penerbangan domestik maupun penerbangan internasional.

Persoalan lainnya adalah mengenai batasan teknis dalam Pasal 43

ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang

Penerbangan yang dapat menyebabkan pelaku atau maskapai

penerbangan menang dan tidak diwajibkan bertanggung jawab atas

keterlambatan yang terjadi. Kewajiban pengangkut dalam Pasal 43 ayat

(1) huruf c yang berbunyi “keterlambatan angkutan penumpng dan/atau

barang yang diangkut apabila terbukti hal tersebut merupakan kesalahan

pengangkut”. Seperti kasus David Tobing dengan Lion Air dalam

putusan perkara nomor 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst yang mana pihak Lion

Air atau maskapai penerbangan melakukan keterlambatan kurang lebih

90 menit dan pihak maskapai juga tidak memberikan informasi lanjut

mengenai kejelasan jadwal penerbangan tersebut, serta tidak juga

memberikan kompensasi dan pengalihan jadwal penerbangan bagi

penumpang yang mengalami keterlambatan. Tentu saja hal ini tidak

sesuai sebagaimana Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen yang berbunyi “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan

6 M.N. Nasution, Manajemen Transportasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), h. 202-204.

Page 14: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

4

ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian yang diderita

konsumen akibat mempergunakan barang/jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan”. Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai

untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada

konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal

yang merugikan konsumen itu sendiri.7 Hal ini juga tidak sesuai dengan

beberapa aturan-aturan yang ada seperti Pasal 1365 KUHPerdata yang

mewajibkan segala perbuatan yang melanggar hukum untuk membayar

kerugian dan Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen yang mewajibkan pelaku usaha untuk

memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta member penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan, serta dalam Pasal 7 huruf f Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 yang berbunyi “memberikan kompensasi, ganti

rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,

pemakaiandan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan” ,

sedangkan pada kenyataannya David pada saat itu tidak mendapatkan

bentuk kompensasi apapun baik pemberian konsumsi, informasi yang

jelas maupun penggantian jadwal penerbangan.

Dari gambaran di atas maka terlihat jelas bahwa masih banyak yang

harus digali dari penyelenggaraan pengangkutan udara ini, bagaimana

sebenarnya tanggung jawab itu diatur oleh perusahaan pengangkutan udara.

Dari masalah tersebut pihak maskapai penerbangan melanggar hak-hak yang

seharusnya didapat oleh konsumen sesuai yang telah dijelaskan pada Pasal 4

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

bahwa hak konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa

7 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013), h.21.

Page 15: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

5

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

deskriminatif

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti ingin

mengetahui dan mengamati lebih mendalam bagaimana bentuk ganti kerugian

yang diberikan oleh pihak maskapai terhadap keterlambatan dan perubahan

jadwal penerbangan serta penerapan ganti kerugian tersebut berdasarkan

Undang-Undang yang mengaturnya. Peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dan hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi atau sebuah

karya ilmiah dengan mengambil judul “Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa

Penerbanngan Atas Keterlambatan Dan Perubahan Jadwal Maskapai

Penerbangan (Studi Putusan No. 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst)”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan terkait keterlambatan penerbangan, yaitu:

a. Apa yang dimaksud dengan angkutan udara?

Page 16: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

6

b. Apa faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pesawat?

c. Apa bentuk tanggung jawab maskapai penerbangan apabila terjadi

keterlambatan jadwal penerbangan?

d. Bagaimana bentuk ganti rugi yang diberikan oleh pihak maskapai

penerbangan kepada penumpang?

e. Apa upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pengguna jasa

penerbangan yang telah dirugikan akibat terjadinya keterlambatan

jadwal penerbangan?

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah perlindungan hukum di

Indonesia, peneliti membatasi masalah yang akan dibahas sehingga lebih

jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Di sini peneliti

hanya akan membahas masalah implementasi sanksi kepada maskapai yang

melakukan kesalahan di jasa penerbangan dan pertimbangan hakim dalam

putusan nomor 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst.

3. Rumusan Masalah

Permasalahan yang peneliti bahas tentang bagaimana bentuk

pertimbangan hakim di dalam putusan perkara nnomor

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst antara David M.L Tobing deng PT Lion Mentari

Airlines dan bentuk implementasi yang diberikan ketika pihak maskapai

penerbangan yang melakukan kesalahan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti merumuskan

masalah secara rinci sebagai berikut:

a. Bagaimana implementasi sanksi yang diberikan ketika Lion Air

melakukan kesalahan ?

b. Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan No.

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst?

Page 17: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sanksi yang diberikan

ketika Lion Air melakukan kesalahan

b. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan No.

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil peneliatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak

hanya untuk peneliti, tetpi juga untuk akademik dan masyarakat umum

a. Manfaat Teoritis

1) Dapat dijadikan acuan untuk studi berikutnya yang lebih mendalam

terkait masalah yang sama.

2) Menjadi bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pemberian implementasi dalam sistem Penerbangan

Maskapai

b. Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, penelitian ini adalah untuk dapat menambah

pengetahuan serta wawasan yang lebih luas di bidang hukum pada

umumnya dan untuk mendapatkan bahan informasi dalam

menganalisa serta sebagai suatu pemecahan masalah-masalah

terhadap permasalahan yang ada, khususnya tentang perlindungan

konsumen terhadap keterlambatan dan perubahan jadwal

penerbangan.

2) Bagi pembaca, untuk memberikan masukan dan informasi bagi

masyarakat luas tentang perlindungan konsumen terhadap

keterlambatan dan perubahan jadwal penerbangan.

3) Bagi pembuat kebijakan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

sebagai bahan dalam mengambil dan membuat kebijakan yang

Page 18: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

8

akan dilaksanakan dalam upaya peningkatan pelayanan dan

kenyamanan oleh pihak maskapai penerbangan.sen

diri selanjutnya

D. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini peneliti akan menjelaskan tentang beberapa

metode yang akan digunakan, diantaranya adalah

1. Pendekatan Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan kegiatan ilmiah

yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang

bertujuan untuk mempelajari satu atau segala hukum tertentu dengan jalan

menganalisanya.8

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode pendekatan

penelitian hukum normatif-empiris,9 dalam penelitian empiris dilakukan

untuk memperoleh data primer, yaitu dengan melakukan wawancara pihak

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, sedangkan penelitian normatif

dilakukan melalui kajian terhadap peraturan perundang-undangan dan

bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi.

Tujuan dari penelitian hukum normatif mencakup penelitian asas-asas

hukum, penelitian terhadap sistematik hukum, penelitian terhadap taraf

sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum dan penelitian perbandingan

hukum dan pendekatan penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode penelitian kepustakaan (libraryresearch).10

2. Data Penelitian

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 43.

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 52.

10 Sri Mamudji, et al, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit

FHUI, 2015),, h.51.

Page 19: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

9

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kepustakaan atau hukum sekunder. Di dalam penelitian kepustakaan ini

mencakup:

1) Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang mencakup

ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan

mempunyai kekuasaan hukum yang mengikat.11

Bahan hukum primer

dalam penelitian ini adalah:

a) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan

b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1995

tentang Angkutan Udara

d) KUHPerdata

2) Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang sebelumnya telah diolah

oleh orang lain. Data sekunder antara lain dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil penelitian yang berbentuk laporan, buku harian dan

lain-lain.12

3) Bahan Hukum Non-Hukum (tersier), adalah yang merupakan bahan-

bahan hukum primer dan sekunder, seperti: Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Kamus Inggris-Indonesia dan Kamus Hukum Belanda-

Indonesia.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan

data terutama data sekunder dan sebagai penunjang adalah data primer,

yaitu:

a. Studi kepustakaan (library research), yaitu bentuk pengumpulan

data yang dilakukan dengan membaca buku literature,

mengumpulkan, membaca dokumen yang berhubungan dengan

obyek penelitian, dan mengutip dari data-data sekunder yang

11

Soerjono Soekaanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1986), h.52.

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 12.

Page 20: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

10

meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen dan bahan

kepustakaan lain dari beberapa buku referensi, artikel-artikel dari

beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah, peraturan perundang-

undangan, laporan, teori-teori, media masa seperti koran, internet

dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan masalah yang

akan diteliti.

b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mnegajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyan itu.

4. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang menjadi fokus peneliti

adalah putusan perkara Nomor 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst antara David

M.L Tobing (penggugat) yang berkedudukan di Jalan Penegak No. 6

RT.10 RW.02, Kel. Palmerah, Kec. Matraman, Jakarta Timur melawan

PT. Lion Mentari Airlines yang berkedudukan di Lion Air Tower, Jalan

Gajah Mada No.7, Jakarta Pusat.

5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis dan mengolah data-data

yang terkumpul adalah analisis kualitatif.13

Analisis data kualitatif yaitu

yaitu memaparkan kenyataan-kenyataan yang didasarkan atas hasil

penelitian. Memahami kebenaran yang diperoleh dari hasil pengamatan

dan pertanyaan kepada pihak yang terkait selama dalam melakukan

penelitian, analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat

sehingga diperoleh gambaran yang jelas yang berhubungan dengan

skripsi ini dalam hal ini hasil wawancara terhadap pihak Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara.

13

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 104.

Page 21: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

11

4) Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017” dengan

sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas

beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun

gambaran garis besar mengenai tiap-tiap bab sebagai berikut:

BAB I : Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini berisikan tentang kerangka konseptual, kerangka teori,

tinjauan umum mengenai pengertian pengangkutan udara, asas-

asas hukum tentang penerbangan, prinsip-prinsip tanggung

jawab pengangkut udara, perlindungan konsumen dan tinjauan

(review) kajian terdahulu.

BAB III :Bab ini berisikan mengenai pengertian penerbangan, asas-asas

hukum tentang penerbangan, ketentuan peraturan tentang

penerbangan di Indonesia, hak dan kewajiban para pihak,

macam-macam pelanggaran dan sanksi maskapai penerbangan,

dan tanggung jawab maskapai penerbangan menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2009.

BAB IV :Bab ini berisikan tentang analisis kronologi kasus dan

pertimbangan hakim, analisis berdasarkan teori-teori hukum

yang ada, dan bentuk implementasi sanksi yang diberikan

kepada maskapai.

BAB V : Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

Page 22: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

12

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN UDARA DAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin diteliti.14

Kerangka

Konseptual ini gunanya untuk menghubungkan dan menjelaskan tentang

suatu topik yang akan dibahas. Berikut ini akan digambarkan kerangka

konseptual yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Perlindungan Konsumen

Pasal 1 angka 1 menurut Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen.

b. Penerbangan

Pasal 1 angka 1 menurut Undang-Undang tentang Penerbangan

menyebutkan bahwa penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang

terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,

angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan

keamanan,lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas

umum lainnya.

c. Angkutan Udara

Pasal 1 angka 13 menurut Undang-Undang tentang Penerbangan

menyebutkan bahwa angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan

menggunakan pesawat udara untuk mngangkut penumpang, kargo,

dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu Bandar udara ke

Bandar udara yang lain atau beberapa Bandar udara.

d. Badan Usaha Angkutan Udara

14

Soerjono Soekanto, Pengantar penelitian hukum, (Jakarta;UI Press,1986), h.133.

Page 23: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

13

Pasal 1 angka 5 menurut Peraturan Menteri Perhubungan tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara menyebutkan bahwa

badan usaha angkutan udara adalah badan usaha milik Negara, badan

usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan

terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan

pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo,

dan/atau pos dengan memungut pembayaran.

e. Tanggung Jawab Pengangkut

Pasal 1 angka 3 menurut Peraturan Menteri Perhubungan tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara menyebutkan bahwa

tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan

udara untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang

dan/atau pengirim barang serta pihak ketiga.

f. Keterlambatan

Pasal 1 angka 13 menurut Peraturan Menteri Perhubungan tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara menyebutkan bahwa

keterlambatan adalah terjadinya perbedaan waktu antara waktu

keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi

waktu keberangkatan atau kedatangan.

g. Tiket

Pasal 1 angka 7 menurut Peraturan Menteri Perhubungan tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara menyebutkan bahwa

tiket adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, atau

bentuk lainnya, yang merupakan salah satu bukti adanya perjanjian

angkutan udara antara penumpang dan pengangkut, dan hak penumpang

untuk menggunkan pesawat udara atau diangkut dengan pesawat udara.

h. Penumpang

Pasal 1 angka 5 menurut Peraturan Menteri Perhubungan tentang

Penanganan Keterlambatan Penerbangan (DelayManagement) Pada

Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal Di Indonesia

menyebutkan bahwa penumpang adalah orang yang menggunakan jasa

Page 24: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

14

angkutan udara dan namanya tercantum dalam tiket yang dibuktikan

dengan dokumen identitas diri dan yang memiliki pas masuk pesawat

(boardingpass).

B. Kerangka Teori

Dalam sebuah tulisan ilmiah kerangka teori adalah hal yang sangat

penting, karena dalam kerangka teori tersebut akan dimuat teori-teori yang

relevan dalam menjelaskan masalah yang sedang diteliti. Kemudian

kerangka teori ini digunakan sebagai landasan teori atau dasar pemikiran

dalam penelitian yang dilakukan. Karena itu adalah sangat penting bagi

seorang peneliti untuk menyusun kerangka teori yang memuat pokok-

pokok pemikiran yang akan menggambarkan dari sudut mana suatu

masalah akan disorot.15

Adapun sebagai berikut ini:

a. Teori Keadilan

Keadilan adalah perekat tatanan kehidupan bermasyarakat yang

beradab. Hukum diciptakan agar setiap individu anggota masyarakat

dan penyelenggara negara melakukan sesuatu tindakan yang

diperlukan untuk menjaga ikatan sosial dan mencapai tujuan

kehidupan bersama atau sebaliknya agar tidak melakukan suatu

tindakan yang dapat merusak tatanan keadilan. Jika tindakan yang

diperintahkan tidak dilakukan atau suatu larangan dilanggar, tatanan

sosial akan terganggu karena terciderainya keadilan. Untuk

mengembalikan tertib kehidupan bermasyarakat, keadilan harus

ditegakkan. Setiap pelanggaran akan mendapatkan sanksi sesuai

dengan tingkat pelanggaran itu sendiri.

Teori keadilan ini tujuan hukum hanya ditempatkan pada

perwujudan keadilan16

yang semaksimal mungkin dalam tata tertib

15

H. Nawawi, Metode Penelitian bidang sosial, (Yogyakarta;Gadjah Mada University

Press,1995), h.39-40.

16 Mujar Ibnu Syarif dan Kamarusdiana. Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta cet-1, 2009), h. 11.

Page 25: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

15

masyarakat, dalam Rhetorica. Menurut Hans Kelsen bahwa semua

peraturan umum adalah “adil” jika benar-benar diterapkan kepada

semua kasus yang menurut isinya, peraturan ini harus ditetapkan.

Suatu peraturan umum adalah “tidak adil” jika diterapkan kepada suatu

kasus dan tidak diterapkan kepada kasus lain yang sama.17

Keadilan

telah diuraikan oleh Aristoteles dalam “Rhetorica”. Bangsa Romawi

menterjemahkannya dengan: ius suum cuique tribuere keadilan tidak

boleh dipandang sama arti dengan persamarataan. Keadilan bukan

berarti bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama.18

Aristoteles membedakan dua macam keadilan, yaitu keadilan

„distributif‟ dan keadilan „kumulatif‟19

. Keadilan distributif, yakni

keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya.

Artinya keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat

bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaanya, melainkan

kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang. Sedangkan

keadilan kumulatif, yakni keadilan yang memberikan kepada setiap

orang sama banyaknya, tanpa mengingat jasa-jasa perseorangan.

Artinya, hukum menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh

prestasi atau suatu hal tanpa memperhitungkan jasa peseorangan.20

Keadilan adalah sesuatu yang sukar didefinisikan , tetapi bisa

dirasakan dan merupakan unsur yang tidak harus ada dan dapat

Perngertian keadilan menurut Aristoteles yaitu, keadilan mesti

dipahami dalam pengertian kesamaan. Namun Aristoteles membuaat

pembedaan penting antara kesamaan numerik dan kesamaan

proporsional. Kesamaan numerik mempersamakan setiap manusia

sebagai satu unit. Inilah yang biasa kita pahami tentang kesamaan dan

17

Ishaq. Dasar-dasar Ilmu Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika cet-2 2009), h. 8.

18 Van Apeldoorn. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Pradnya Paramita, cet-26 1996), h. 11.

19 C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2011), h. 38.

20 Marwan Mas. Pengantar Ilmu Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, cet-2 2011), h. 81.

Page 26: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

16

yang kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa semua warga

adalah sama di mata hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap

orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya,

prestasinya, dan sebagainya.

b. Teori Kepastian Hukum

Kepastian Hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan

sebagai bagian dari upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari

kepastian hukum adalah pelaksanaan atau penegakan hukum terhadap

suatu tindakan tanpa memandang siapa yang melakukan. Dengan

adanya kepastian hukum setiap orang dapat memperkirakan apa yang

akan dialami jika melakukan tindakan hukum tertentu. Kepastian

diperlukan untuk mewujudkan prinsip persamaan dihadapan hukum

tanpa diskriminasi.

Menurut Sudikno Mertokusumo, kepastian hukum adalah jaminan

bahwa hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat

memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat dilaksanakan.

C. Pengangkutan Udara

1. Pengertian Pengangkutan Udara

Pengangkutan adalah berasal dari kata “angkut” yang berarti

mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan dapat

diartikan sebagai pembawa barang-barang atau orang–orang

(penumpang).21

Pengangkutan didefinisikan sebagai perpindahan tempat,

baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak

dibutuhkan dalam rangka mencapai dan meninggikan manfaat serta

efisien.22

21

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Departemen P dan K,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h.97.

22 Sinta Ulli, Pengangkutan Suatu Tijauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut,

Angkutan Darat dan Angkutan Udara, (Medan: USU Press, 2006), h.20.

Page 27: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

17

HMN Purwosutjipto mendefenisikan, pengangkutan adalah perjanjian

timbal balik antara pengangkut sebagai pengirim, dimana pengangkut

mengikatkan diri untuk menyelengarakan pengangkutan barang atau orang

dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.23

Pengertian angkutan udara menurut Pasal 1 angka 13 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan adalah setiap kegiatan dengan

menggunakan pesawat udara mengangkut penumpang, kargo dan/atau pos

untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara

yang lain atau beberapa Bandar udara.

Maka dari itu hukum pengangkutan merupakan ketentuan yang

mengatur tentang segala aktivitas pengangkutan yang wajib ditaati bagi

semua yang terlibat di dalam aktivitas tersebut. Menurut Sution Usman

Adji, dkk, hukum pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal-balik,

yang mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan

pengangkutan barang dan/atau orang ke tempat tujuan yang dituju,

sementara pihak lainnya (penumpang) mempunyai kewajiban untuk

melakukan pembayaran biaya tertentu dalam rangka pengangkutan

tersebut.24

Pengangkutan ataupun transportasi memegang peran penting untuk

tujuan pengembangan ekonomi. Tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan

dalam rangka pengembangan ekonomi yaitu:

a. Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang

merata antara penduduk, bidang-bidang usaha dan daerah-daerah.25

b. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat

dihasilkan para konsumen, industri dan pemerintah.

c. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa

serta men-supply pasaran dalam negeri.

23

HMN. Purwosucipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Hukum

Pengangkutan, (Jakarta: Djambatan, 1991), h.2.

24 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2005), h.7.

25 H.A. Abbas Salim, Manajemen Transportasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), h.1.

Page 28: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

18

d. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi

masyarakat.

Terdapat pula tujuan-tujuan yang sifatnya non ekonomis, contohnya

untuk menaikkan integritas bangsa serta memperkuat ketahanan nasional.

Subjek dalam proses kegiatan angkutan udara ini adalah pihak-pihak

yang terlibat dalam rangka penyelenggaraan angkutan udara. Sementara

yang menjadi objek dalam kegiatan angkutan udara ini adalah proses

penyelenggaraan pengangkutan udara itu sendiri.

2. Asas-Asas Hukum tentang Pengangkutan Udara

Asas-asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang

diklarifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Yang bersifat perdata:

1) Asas Konsensual

Asas konsensual tidak mensyaratkan bentuk perjanjian

angkutan secara tertulis, cukup ada persetujuan kehendak antara

pihak-pihak. Pada kenyataannya, hampir semua perjanjian

pengangkutan darat, laut, dan udara dibuat secara tidak tertulis,

tetapi selalu didukung dokumen pengangkutan.

2) Asas Koordinatif

Asas koordinatif mensyaratkan kedudukan yang sejajar antara

pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan.

3) Asas Campuran

Perjanjian pengangkutan merupakan campuran dari 3 (tiga)

jenis perjanjian, yaitu pemberian kuasa dari pengirim kepada

pengangkut, penyimpan barang dari pengirim kepada pengangkut,

dan melakukan pekerjaan pengangkutan yang diberikan pengirim

kepada pengangkut.

4) Asas tidak ada hak retensi

Dalam hal ini penggunaan hak retensi bertentangan denngan

fungsi dan tujuan pengangkutan. Penggunaan hak retensi akan

Page 29: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

19

menyulitkan pengangkut sendiri dalam hal ini pengangkut hanya

mempunyai kewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya.

5) Pembuktian dengan dokumen

Setiap pengangkutan selalu dibuktikan dengan dokumen

angkutan, tidak adanya dokumen angkutan berarti tidak ada

perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah

berlaku umum, misalnya pengangkutan dengan angkutan kota

(angkot) tanpa karcis/tiket penumpang.

b. Yang bersifat Publik:

1) Asas manfaat;

2) Asas usaha bersama;

3) Asas adil dan merata;

4) Asas keseimbangan;

5) Asas kepentingan umum;

6) Asas keterpaduan;

7) Asas kesadaran;

8) Asas percaya pada diri sendiri; dan

9) Asas keselamatan penumpang.

D. Angkutan Udara

Indonesia yang telah menjadi anggota Organisasi Penerbangan Sipil

Internasional sejak 27 April 1950 telah menyempurnakan Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 1992 dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 disusun dengan mengacu pada

Konvensi Chicago 1944 yaitu konvensi yang mengatur tentang penerbangan

sipil internasional dan memerhatikan kebutuhan pertumbuhan transportasi

udara di Indonesia. Oleh karena itu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

mengatur tentang kedaulatan atas wilayah udara Indonesia, pelanggaran

wilayah kedaulatan, produksi pesawat udara, pendaftaran, dan kebangsaan

pesawat udara, kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara, keselamatan

dan keamanan di dalam pesawat udara, pengadaan pesawat udara, asuransi

Page 30: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

20

pesawat udara, independensi investigasi kecelakaan pesawat udara,

pembentukan majelis profesi penerbangan, lembaga penyelenggaraan

pelayanan umum, berbagai jenis angkutan baik niaga berjadwal maupun niaga

tidak berjadwal, baik angkutan udara niaga maupun angkutan udara bukan

niaga dan dalam negeri maupun luar negeri, modal badan hukum Indonesia,

persyaratan minimum mendirikan perusahaan baru harus mempunyai 10

pesawat udara, 5 dimiliki dan 5 dikuasai, perhitungan tarif transportasi udara

berdasarkan komponen tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi dan biaya

tambahan, pelayanan bagi penyandang cacat, orang lanjut usia, anak di bawah

umur, pengangkutan bahan dan/atau barang berbahaya (dangerous goods),

ekspedisi dan keagenan, tanggung jawab pengangkut, tanggung jawab

pengangkut terhadap pihak ketiga (third parties liability), tatanan

kebandarudaraan baik lokasi maupun persyaratannya, perubahan iklim yang

menimbukan panas bumi, sumber daya manusia baik di bidang operasi

penerbangan, teknisi Bandar udara maupun navigasi penerbangan, fasilitas

navigasi penerbangan, otoritas Bandar udara, pelayanan Bandar udara,

keamanan penerbangan, lembaga penyelenggaraan, pelayanan navigasi

penerbangan (single air service provider), penegakkan hukum, penerapan

sanksi administratif yang selama ini tidak diatur, budaya keselamatan

penerbangan, penanggulangan tindakan melawan hukum, dan berbagai

ketentuan baru yang sebelumnya tidak diatur, guna mendukung keselamatan

transportasi udara nasional maupun internasional.26

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 mengandung pembahasan

angkutan udara niaga dan bukan niaga, kedaulatan Negara di udara,

pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara, dokumen penerbangan, peran

Organisasi Penerbangan Sipil Internasional terhadap Indonesia sebagai

berikut:

1. Angkutan Udara Dalam Negeri

2. Angkutan Udara Luar Negeri

26

H. K. Martono dan Amad Sudiro, Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik

(Public Internationl and National Air Law), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 233-234.

Page 31: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

21

3. Angkutan Udara Tidak Berjadwal

4. Pelayanan Angkutan Udara Niaga Berjadwal

5. Angkutan Udara Bukan Niaga

6. Angkutan Udara Perintis

7. Izin Usaha Angkutan Udara Niaga

E. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Udara

Prinsip-prinsip tanggung jawab khususnya untuk penumpang yang

dapat disimpulkan dari ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Warsawa 1929

yang merupakan konvensi internasional yang mengatur mengenai tanggung

jawab untuk pengangkutan internasional untuk orang, bagasi atau barang yang

dilakukan oleh pesawat untuk bayaran dan dalam Ordonasi Pengangkutan

Udara 1939. Konvensi Warsawa 1929 merupakan sumber hukum mengenai

tanggung jawab yang digunakan bagi angkutan dalam negeri seperti yang

terdapat dalam Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 sebelum adanya

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

Dalam Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 dan Konvensi Warsawa

1929 prinsip-prinsip yang dipergunakan adalah:

1. Prinsip Presumption of Liability

Bahwa seorang pengangkut barang adalah pihak yang dianggap

perlu bertanggung jawab untuk segala kerugian yang ditimbulkan

penumpang, barang atau bagasi dan pengangkut udara. Tetapi apabila

pengangkut tidak melakukan kelalaian dan telah berupaya melakukan

tindakan yang perlu untuk menghindari terjadinya kerugian tersebut atau

dapat membuktikan bahwa peristiwa yang menimbulkan kerugian tersebut

tidak dapat dihindari, maka pengangkut dapat dibebaskan dari tanggung

jawab membayar ganti kerugian. Prinsip ini terdapat dalam Pasal 29 ayat

(1) Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 yang berbunyi:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian, bila ia

membuktikan, bahwa ia dan semua orang yang diperkerjakan

olehnya berhubung dengan pengangkutan itu, telah mengambil

Page 32: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

22

semua tindakan yang perlu untuk menghindarkan kerugian atau

bahwa tak mungkin bagi mereka untuk mengambil tindakan-

tindakan tersebut. Bila pengangkut membuktikan, bahwa kerugian

itu disebabkan oleh kesalahan dari yang menderita kerugian itu

atau kesalahan tersebut membantunya kerugian itu, hakim dapat

mengesampingkan atau mengurangi tanggung jawab pengangkut.”

Adanya pembebasan dari tanggung jawab ini tentu saja

menguntungkan bagi pengangkut dan merugikan konsumen, dan dalam hal

ini menjadi tidak seimbang.27

2. Prinsip Limitiation of Liability

Bahwa setiap pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab,

namun bertanggung jawab itu terbatas sampai jumlah tertentu sesuai

dengan ketentuan yang telah diatur dalam Ordonansi Pengangkutan Udara

maupun Konvensi Warsawa 1929. Pembatasan tanggung jawab

pengangkut udara dalam ordonansi dimaksudkan pembatasan dalam

jumlah ganti rugi yang akan dibayarkan. Ordonansi Pengangkutan Udara

1929 mengatur pembatasan tanggung jawab untuk penumpang dalam

Pasal 30 ayat (1), yaitu:

“Pada pengangkutan penumpang tanggung jawab pengangkut

terhadap tiap-tiap penumpang atau terhadap keluarganya

seluruhnya yang disebut dalam Pasal 24 ayat (2), dibatasi sampai

jumlah 12.500 gulden. Bila ganti rugi ditetapkan sebagai bunga,

maka jumlah uang pokok yang dibungakan itu tidak boleh melebihi

jumlah tersebut di atas. Akan tetapi penumpang dapat mengadakan

perjanjian khusus denngan pengangkut untuk meninggikan batas

tanggung jawab itu.”

Dari beberapa penjelasan mengenai prinsip tanggung jawab

pengangkutan secara umum bisa diketahui bahwa tanggung jawab

27

E. Suherman, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Udara Indonesia, (Bandung:

N.V Eresco, 1961), h. 78.

Page 33: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

23

ditimbulkan dari akibat suatu keadaan yang menyebabkan kerugian

ataupun kehilangan terhadap pihak lain yang merupakan akibat dari

penyelenggaraan suatu perjanjian pengangkutan. Dalam pasal 1365 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) menyatakan “bahwa

barang siapa saja yang menimbulkan kerugian pada pihak lain karena

perbuatannya yang melawan hukum wajib mengganti kerugian tersebut”.

3. Prinsip Presumption of Non Liability

Prinsip ini berlaku untuk bagasi tangan, pengangkut dianggap

selalu tidak bertanggung jawab untuk kerugian yang timbul pada bagasi

tangan yaitu barang-barang yang dibawa sendiri oleh penumpang bagasi

tidak tercatat.

4. Prinsip Absolute Liability atau Strict Liability

Pada prinsip ini dijelaskan bahwa pengangkut atau operator

pesawat udara tidak lagi dianggap selalu bertanggung jawab akan tetapi

harus bertanggung jawab untuk kerugian yang timbul pada pihak

penumpang, pengirim atau penerima barang dan pada pihak ketiga.

Page 34: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

24

F. Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang

merugikan konsumen itu sendiri. Undang-Undang Perlindungan

Konsumen menyatakan bahwa, perlindungan konsumen adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen mempunyai

cakupan yang luas, meliputi perlindungan konsumen terhadap barang

dan/atau jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang

dan/atau jasa hingga sampai akibat-akibat dari pemakaian barang dan/atau

jasa tersebut.28

Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek,

yaitu:29

a. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada

konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.

b. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil

kepada konsumen.

Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan:30

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian hukum.

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan

seluruh pelaku usaha.

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang

menipu dan menyesatkan.

28

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013), h.22.

29 Adrianus Meliala, Praktik Bisnis Curang, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), h.152.

30 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung:

Mandar Maju, 2000), h.7.

Page 35: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

25

e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidang-bbidang perlindungan pada

bidang-bidang lainnya.

Tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan dan

kepastian hukum.31

suatu ketentuan hukum dapat dinilai baik jika akibat-

akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan

yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.32

Demikian dapat disimpulkan bahwa, hukum perlindungan konsumen

adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan

mellindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan

penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Prinsip-Prinsip Perlindungan Konsumen

a. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Kelalaian/Kesalahan

(Negligence)

Tanggung Jawab berdasarkan kelalaian (negligence) adalah prinsip

tanggung jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawab

yang ditentukan oleh perilaku produsen.33

Berdasarkan teori ini,

kelalaian produsen yang berakibat pada munculnya kerugian

konsumen merupakan faktor penentu adanya hak konsumen untuk

mengajukan gugatan ganti rugi kepada produsen. Kelalaian dapat

dijadikan dasar gugatan, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:34

1) Suatu tingkah laku yang menimbulkan kerugian, tidak sesuai

dengan sikap hati-hati yang normal.

31

Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta:

Gunung Agung, 2002), h.85.

32 Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1993), h.79.

33 Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab

Mutlak, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2004), h.46.

34 Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2004), h.148.

Page 36: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

26

2) Harus dibuktikan bahwa tergugat lalai dalam kewajiban berhati-

hati terhadap penggugat.

3) Kelakuan tersebut merupakan penyebab nyata dari kerugian yang

timbul.

b. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Wanprestasi

(BreachofWarranty)

Tanggung jawab produsen berdasarkan wanprestasi juga

merupakan bagian dari tanggung jawab berdasarkan kontrak

(contractualliability). Dengan demikian suatu produk yang rusak dan

mengakibatkan kerugian, maka konsumen melihat isi kontrak, baik

tertulis maupun tidak tertulis.

Keuntungan konsumen berdasarkan teori ini adalah penerapan

kewajiban yang sifatnya mutlak (strict obligation), yaitu kewajiban

yang tidak didasarkan pada upaya yang telah dilakukakn produsen

untuk memenuhi janjinya. Artinya, walaupun produsen telah berupaya

memenuhi janjinya, tetapi konsumen tetap mengalami kerugian, maka

produsen tetap dibebani tanggung jawab untuk mengganti kerugian.

Namun terdapat beberapa kelemahan dalam teori ini mengenai

perlindungan hukum bagi konsumen, yaitu pembatasan waktu gugatan,

persyaratan pemberitahuan, kemungkinan adanya bantahan

(disclaimer), dan persyaratan hubungan kontrak.

Kewajiban membayar ganti rugi dalam tanggung jawab

berdasarkan wanprestasi merupakan akibat dari penerapan klausula

dalam perjanjian, yang merupakan ketentuan hukum bagi para pihak,

yang secara sukarela mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut.

c. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (Strict Product Liability)

Prinsip tanggung jawab mutlak merupakan sistem tanggung jawab

yang tidak berdasarkan kesalahan produsen.

Page 37: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

27

G. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Pada kajian studi kasus ini penulis membahas tentang Implementasi

Sanksi bagi Maskapai yang Melakukan Keterlambatan Jadwal Penerbangan

(Studi di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara), adapun skripsi terdahulu

yang ditemukan peneliti dan terkait dengan judul skripsi yang ditulis oleh

peneliti, antara lain:

1. Skripsi Husnul Azmi Ritonga Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Tahun 2015, Tinjauan Hukum Terhadap Penerapan Harga Tiket

Pesawat Udara pada Maskapai Garuda Indonesia untuk Penerbangan

Domestik (Analisis Peraturan Menteri Penerbangan No. 26 Tahun 2010),

dalam skripsi ini lebih membahas penerapan harga tiket pesawat udara pada

maskapai garuda Indonesia, sedangkan dalam skripsi yang peneliti tulis

sangatlah jauh berbeda karena disini penulis hanya fokus terhadap

implementasi sanksi yang diberikan bagi maskapai penerbangan yang

melakukan keterlambatan penerbangan.

2. Skripsi Indirawati Putri Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Tahun 2013, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Terhadap

Pembatalan Penerbangan (Analisis Putusan PN Tangerang Perkara Nomor

305/Pdt.G/2009/PN.TNG), dalam skripsi ini lebih membahas mengenai

perlindungan hukum bagi konsumen apabila terjadi pembatalan

penerbangan, sedangkan dalam skripsi yang peneliti tulis sangatlah jauh

berbeda karena disini peneliti hanya fokus terhadap implementasi sanksi

yang diberikan bagi maskapai penerbangan yang melakukan keterlambatan

penerbangan.

3. Buku Chappy Hakim, Tahun 2010, Berdaulat di Udara: Membangun Citra

Penerbangan Nasional, dalam buku ini banyak membahas mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan penerbangan beserta kasus-kasus yang pernah

terjadi dalam dunia penerbangan dan buku ini sangat membantu peneliti

dalam menulis skripsi ini.

Page 38: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

28

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG DAN PERUSAHAAN

MASKAPAI PENERBANGAN

A. Penerbangan

1. Pengertian Penerbangan

Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan

wilayah udara, pesawat udara, bandara udara, angkutan udara. Navigasi

penerbangan, keselamatan dana keamanan, lingkungan hidup, serta

fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Penerbangan merupakan

bagian dari sistem pengangkutan yang mempunyai karakteristik mampu

bergerak dalam waktu cepat, menggunakan teknologi tinggi, padat modal,

manajemen yang handal, serta memerlukan jaminan keselamatan dan

keamanan yang optimal.

2. Asas-Asas dan Tujuan Penerbangan

Diselenggarakannya penerbangan dibangun berdasarkan beberapa asas dan

tujuan, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

tentang Penerbangan Pasal 2 dan 3, sebagai berikut:

Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas:

a. Manfaat;

b. Usaha bersama dan kekeluargaan;

c. Adil dan merata;

d. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;

e. Kepentingan umum;

f. Keterpaduan;

g. Tegaknya hukum;

h. Kemandirian;

i. Keterbukaan dan anti monopoli;

j. Berwawasan lingkungan hidup;

k. Kedaulatan Negara;

l. Kebangsaan; dan

m. Kenusantaraan.

Page 39: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

29

Menurut kamus hukum, asas adalah suatu pemikiran yang dirumuskan

secara luas dan mendasarkan adanya norma hukum.35

Prinsip adalah asas

kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir. Prinsip hukum menurut

Sudikno Mertokusumo bukanlah sebagai aturan hukum kongkrit

melainkan pikiran dasar umum sifatnya atau merupakan latar belakang

dari perumusan antara hukum kongkrit.36

a. Prinsip Manfaat

Prinsip manfaat dalam penyelenggaraan penerbangan adalah prinsip

yang mengharuskan penyelenggaraan penerbangan dapat memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia, peningkatan

kesejahteraan rakyat dan pengembangan bagi warga Negara, serta

upaya peningkatan pertahanan dan keamanan Negara. Asas manfaat

mengharuskan segala upaya dalam penyelenggaraan penerbangan

harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan

keselamatan para penumpang angkutan udara secara keseluruhan

Prinsip manfaat melandasi segala kegiatan berdasarkan sejauh mana

tindakan itu meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan kelompok itu

atau denngan kata lain meningkatkan atau melawan kebahagiaan itu

sendiri. Sehingga tujuan hukum untuk mencapai kesejahteraan akan

tercapai.37

Kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainnya tujuan

kesejahteraan bersama. Perbuatan yang baik diukur dari hasil yang

bermanfaat, jika hasil tersebut tidak bermanfaat, maka hal tersebut

tidak dapat disebut baik.38

Tolak ukur asas manfaat berorientasi pada

hasil perbuatan.39

35

M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum, (Surabaya: Reality Publisher, 2009), h.57.

36 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2005),

h.34.

37 Ian Saphiro, Asas Moral Dalam Poitik,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia yang

berkerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom Institusi, 2006), h.16.

38 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisus, 2000), h.67.

39 Erni R. Ernawan, Business Ethics: Etika Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), h.93.

Page 40: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

30

b. Usaha bersama dan kekeluargaan

Prinsip usaha bersama dan kekeluargaan adalah penyelenggaraan

usaha dibidang penerbangan dilaksanakan untuk mencapai tujuan

nasional yang dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan

masyarakat dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan.

Prinsip ini memiliki kemiripan dengan prinsip kepentingan umum

yaitu prinsip penyelenggaraan penerbangan yang mengutamakan

kepentingan masyarakat luas. Sehingga melalui prinsip ini

penyelenggaraan penerbangan akan lebih mengutamakan keselamatan

semua hal yang bersangkutan dengan penerbangan seperti penumpang,

awak pesawat dan barang-barang, daripada mengejar kepentingan

bisnis pribadi.

c. Prinsip adil dan merata

Prinsip adil dan merata dalam penyelenggaraan penerbangan adalah

prinsip yang mengharuskan penyelenggaraan penerbangan harus dapat

memberikan pelayanan yang adil dan merata tanpa diskriminasi

kepada seluruh lapisan masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh

masyarakat tanpa membedakan suku, agama, keturunan dan tingkat

ekonomi mereka. Prinsip keadilan dalam hukum perlindungan

konsumen dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha atau produsen untuk memperoleh haknya

dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Prinsip keadilan ini

mengharuskan pengeluaran dan penegakan hukum perlindungan

konsumen, diharapkan perlakuan yang adil antara konsumen dan

produsen secara seimbang.

d. Prinsip keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

Prinsip keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam hukum

penerbangan berupaya mengakomodasi antara kepentingan

Page 41: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

31

Penerbangan diselenggarakan dengan tujuan:

a. Mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur,

selamat, aman, nyaman, dengan harga yang wajar, dan menghindari

praktek persaingan usaha yang tidak sehat;

b. Memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui udara

dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka

memperlancar kegiatan perekonomian nasional;

c. Membina jiwa kedirgantaraan;

d. Menjunjung kedaulatan Negara;

e. Menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan

industri angkutan udara nasional;

f. Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan

pembangunan nasional;

g. Memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka

perwujudan Wawasan Nusantara;

h. Meningkatkan ketahanan nasional; dan

i. Mempererat hubungan antarbangsa.

Salah satu tujuan diselenggarakannya penerbangan adalah mewujudkan

penerbangan yang aman (safety), tertib dan teratur (regularity), nyaman

(comfortable), dan ekonomis (economy for company).

a. Melaksanakan penerbangan yang aman

Faktor keselamatan merupakan hal faktor yang sangat penting di atas

segala-galanya, yang mana dalam hal ini perusahaan penerbangan

harus mengutamakan hal tersebut dalam rangka pengoperasian

pesawat dari satu rute ke rute lainnya. Semua yang terlibat dalam

penerbangan seperti penumpang, awak pesawat, dan barang-barang

harus benar-benar diperhatikan keselamatannya. Maka, kepercayaan

akan didapat oleh perusahaan penerbangan dari masyarakat sebagai

pengguna jasa. Tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan

Page 42: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

32

penerbangan sebagai penunjang keselamatan pesawat yang aka

dioperasikan yaitu:

1) Pesawat tersebut harus memenuhi syarat, seperti laik terbang, yang

dibuktikan dengan certificate of airworthinessdari pihak yang

berwenang.

2) Release sheet oleh dinas teknis perusahaan tersebut (crew

qualified).

3) Membuat rencana penerbangan, yang mencakup arah penerbangan,

bahan bakar yang dibawa, ketinggian terbang, dan lainnya.

4) Air traffic control yang baik pada stasiun bandar udara tertentu.

5) Adanya peta dan navigation bag yang lengkap.

b. Melaksanakan penerbangan yang tertib dan teratur (regularity)

Jadwal penerbangan menjadi salah satu hal yang penting dalam

pengoperaian pesawat udara karena hal tersebut harus dilaksanakan

sesuai yang telah ditentukan secara tepat dan teratur serta sesuai

dengan waktu yang para penumpang inginkan, itu sangat dibutuhkan

demi menjamin kepuasan penumpang dan citra perusahaan

penerbangan sehingga kelangsungan bisnis perusahaan penerbangan

dapat tetap terjaga dan dipertahankan.

c. Melaksanakan penerbangan yang nyaman (comfortability)

Comfortability dalam hal ini dimaksudkan agar penumpang

mendapatkan kenyamanan selama penerbangan, tentunya ini menjadi

tugas perusahaan penerbangan untuk mewujudkannya. Maka dalam hal

ini, pelayanan terbaik haruslah didapat oleh penumpang. Apabila hal

itu terus dipertahankan, secara otomatis maka penumpang akan merasa

puas terhadap pelayanan dari perusahaan penerbangan tersebut dan

akan menggunakan jasa perusahaan penerbangan tersebut dikemudian

hari.

d. Melaksanakan penerbangan yang ekonomis (economy for company)

Apabila keamanan dan kenyamanan penumpang telah terpenuhi serta

berjalan dengan baik, selanjutnya bagi perusahaan penerbangan untuk

Page 43: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

33

menikmati hasil dari pengoperasian pesawat yang telah dijalankan.

Sesudah melakukan penghematan-penghematan biaya di berbagai

aspek dan bidang serta hasil penjualan yang tinggi, maka perbandingan

di antara hasil dan biaya akan lebih terlihat. Semaksimal mungkin

keuntungan akan dicapai dan efisiensi perusahaan akan terus

meningkat sehingga asas kontiunitas dapat dipertahankan. Maka,

perusahaan penerbangan dapat melakukan ekspansi atau perluasan,

pembaruan armada dan memaksimalkan frekuensi penerbangan baik di

dalam negeri maupun luar negeri.

3. Ketentuan Peraturan tentang Penerbangan di Indonesia

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

yang disahkan pada tanggal 17 Desember 2008 dan mulai berlaku

tangal 1 Januari 2009, sangat menjanjikan terhadap pertumbuhan

pengangkutan udara di Indonesia, karena Undang-Undang tersebut

secara komprehensif berlaku secara extra-teritorial, mengatur

kedaulatan atas wilayah udara Indonesia, pelanggaran wilayah

kedaulatan, produksi pesawat udara, pendaftaran dan kebangsaan

pesawat udara, kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara,

keselamatan dan keamanan di dalam pesawat udara, pengadaan

pesawat udara, asuransi pesawat udara, indepedensi investigasi

kecelakaan pesawat udara, pembentukan majelis profesi penerbangan,

lembaga penyelenggara pelayanan umum, berbagai jenis angkutan

udara baik niaga berjadwal, tidak berjadwal maupun bukan niaga

dalam negeri maupun luar negeri.

b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun 2015

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun 2015

mengatur mengenai penangan keterlambatan penerbangan (delay

management) pada badan usaha angkutan udara niaga berjadwal di

Indonesia.

Page 44: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

34

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011

mengatur mengenai ganti rugi terhadap penumpang, ganti rugi bagasi

tercacat, ganti rugi kargo, ganti rugi keterlambatan, ganti rugi terhadap

pihak ketiga, wajib asuransi tanggung jawab hukum, batas tanggung

jawab, pengajuan gugatan, penyelesaian sengketa, evaluasi, pelaporan

dan pengawasan, sanksi dan ketentuan peralihan.40

d. Luchtverveor ordonnantie(S. 1939 – 100)

Ordonansi Pengangkutan Udara, mengatur mengenai pengangkutan

penumpang, bagasi penumpang dan pengangkutan barang serta

pertanggung jawaban pengangkutan udara. 41

e. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara

Beberapa sumber hukum angkutan udara yang bersifat internasional,

yaitu:

a. Konvensi Warsawa (Warsawa Convention) 1929 tentang unifikasi

ketentuan-ketentuan tertentu sehubungan dengan pengangkutan

udara internasional;

b. Konvensi Geneva;

c. Konvensi Roma 1952 tentang tanggung jawab operator pesawat

terbang asing kepada pihak ketiga di darat;

d. Protokol Hague 1955 tentang amandemen konvensi wasawa 1929;

e. Konvensi Guadalajara 1961 tentang tambahan konvensi warsawa

1929 untuk unifikasi aturan tertentu berkaitan dengan

pengangkutan udara internasional yang dilakukan oleh pihak selain

contracting carrier;

f. Protokol Guatemala City 1971.

40

H.K. Martono & Agus Pramono, Hukum Udara Udara Internasional & Nasional,

(Jakarta: PT. RajaGrasindo, 2013), h. 203. 41

Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut,

Angkutan Darat dan Angkutan Udara, (Medan: USU Press, 2006), h.87.

Page 45: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

35

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat (ubi socitas ibi ius),

sebab antara keduannya mempunyai hubungan timbal balik. Oleh karena itu

hukum sifatnya universal dan hukum mengatur semua aspek kehidupan

masyarakat dengan tidak ada satupun segi kehidupan manusia dalam

masyarakat yang luput dari sentuhan hukum.42

Hukum pada dasarnya

ditujukan untuk mengatur hubungan antar anggota masyarakat yang

menimbulkan ikatan-ikatan antara individu dengan individu dan antara

individu dengan masyarakat. Ikatan ini menimbulkan hak dan kewajiban,

dalam hal ini yang memperoleh hak dan kewajiban dari hukum adalah

manusia. Manusia mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan suatu

tindakan ataupun peristiwa hukum, contohnya mengadakan perjanjian. Begitu

pula dalam hal pengangkutan udara, yaitu pihak pengangkut atau perusahaan

maskapai penerbangan sebagai penyedia jasa dan pihak penumpang sebagai

pengguna jasa, masing-masing memiliki hak dan kewajiban.43

1. Hak dan Kewajiban Penumpang Maskapai Penerbangan

a. Hak dari penumpang maskapai penerbangan pada umumnya yaitu:

1) Penumpang atau pemakai jasa angkutan dapat naik pesawat

terbang atau udara sampai ke tujuan yang dikehendaki.

2) Penumpang atau ahli waris dapat menuntut ganti rugi apabila

mendapat kerugian yang diakibatkan kecelakaan pesawat terbang

dalam penerbangan dan kelalaian pengangkutan.

Sedangkan kewajiban penumpang maskapai penerbangan pada

umumnya yaitu:

1) Penumpang wajib membayar biaya angkutan udara (Pasal 126

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentng Penerbangan).

2) Penumpang wajib memberitahu kepada pengangkut mengenai

barang-barang yang dibawanya.

42

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet IV, (Bandung: PT Citra Aditya, 1996), h. 8.

43 Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h.21.

Page 46: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

36

3) Penumpang berkewajiban mentaati peraturan-peraturan

pengangkutan udara serta syarat-syarat perjanjian pengangkutan.

2. Hak dan Kewajiban Perusahaan Maskapai Penerbangan

a. Hak pengangkut atau perusahaan maskapai penerbangan terdapat

dalam Ordonansi Pengangkutan Udara yaitu:

1) Di dalam Pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa pengangkut berhak

untuk meminta kepada pengirim barang atau untuk membuat surat

muatan udara.

2) Di dalam Pasal 9 disebutkan bahwa pengangkut berhak meminta

kepada pengirim barang untuk membuat surat muatan udara, jika

ada beberapa barang.

3) Pengangkut juga berhak menolak pengangkutan penumpang jika

ternyata identitas penumpang tidak jelas.

4) Hak pengangkut yang dicantumkan dalam tiket penumpang yaitu

hak untuk menyelenggarakan angkutan kepada perusahaan

pengangkut lain, serta pengubah tempat-tempat pemberhentian

yang telah disetujui, semuanya tetap ada ditangan pengangkut

udara.

5) Hak untuk pembayaran kepada penumpang atau pengiriman barang

atas barang yang telah diangkutnya serta mengadakan peraturan

yang perlu untuk pengangkutan dalam batas-batas yang

dicantumkan Undang-Undang

b. Kewajiban pengangkut atau perusahaan maskapai penerbangan dalam

Ordonansi Pengangkutan Udara yaitu:

1) Mengangkut penumpang atau barang-barang ketempat tujuan yang

telah ditentukan.

2) Menjaga keselamatan, keamanan penumpang, bagasi barang

dengan sebaik-baiknya.

3) Memberi tiket untuk pengangkutan penumpanng dan tiket bagasi.

4) Menjamin pengangkutan tepat pada waktunya.

5) Mentaati ketentuan-ketentuan penerbangan yang berlaku.

Page 47: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

37

6) Wajib memiliki sertifikat atas pesawat udara, mesin pesawat udara,

atau baling-baling pesawat terbang yang digunakan sesuai dengan

rancang bangun (Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

tentang Penerbangan).

C. Tata Cara Pendirian Maskapai Penerbangan

Izin usaha perusahaan angkutan udara niaga berjadwal dan tidak berjadwal

a. Dasar Hukum:

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbanngan

2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif

Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada

Dapartemen Perhubungan

3) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara

b. Persyaratan:

1) Memiliki pendirian badan usaha Indonesia yang usahanya bergerak

di bidang angkutan udara niaga berjadwal atau angkutan udara

niaga tidak berjadwal dan disahkan oleh Menteri yang berwenang;

2) Menyampaikan surat persetujuan dari Badan Koordinasi

Penanaman Modal atau Badan Koordinasi Penanaman Modal

Daerah apabila yang bersangkutan menggunakan fasilitas

penanaman modal;

3) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

4) Surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh instansi yang

berwenang;

5) Menyampaikan tanda bukti modal yang disetor;

6) Menyampaikan garansi/jaminan bank;

7) Menyampaikan rencana bisnis (businessplan) untuk kurun waktu

minimal 5 (lima) tahun yang sekurang-kurangnya memuat:

a) Jenis dan jumlah pesawat udara yang akan dioperasikan:

Page 48: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

38

1) Angkuan udara niaga berjadwal memiliki paling sedikit 5

(lima) unit pesawat udara dan menguasai 5 (lima) unit

pesawat udara dengan jenis yang mendukung kelangsungan

usaha sesuai dengan rute yang dilayani;

2) Angkutan udara niaga tidak berjadwal memiliki 1 (satu)

unit pesawat udara dan menguasai 2 (dua) unit pesawat

udara dengan jenis yang mendukung kelangsungan usaha

sesuai dengan rute yang dilayani;

3) Angkutan udara niaga khusus menngangkut kargo

memilliki paling sedikit 1 (satu) unit pesawat udara dan

menguasai 2 (dua) unit pesawat udara dengan jenis yang

mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan rute atau

daerah operasi yang dilayani.

b) Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan (operationbase)

dan rute penerbangan bagi perusahaan angkutan udara niaga

berjadwal sekurang-kurangnya menggambarkan:

1) Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan

(operationbase);

2) Keseimbangan rute penerbangan;

3) Peta jaringan rute penerbangan;

4) Rute frekuensi rotasi diagram penerbangan dan utilisasi

pesawat udara yang akan dilayani secara berrtahap selama 5

(lima) tahun.

c) Aspek pemasaran dalam bentuk potensi permintaan pasar

angkutan udara (demand&supply) sekurang-kurangnya

memuat:

1) Peluang pasar angkutan udara secara umum maupun secara

khusus pada rute penerbangan atau daerah operasi yang

akan dilayani, meliputi:

- Perkembangan jumlah permintaan penumpang atau

kargo per tahun untuk jangka waktu sekurang-

Page 49: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

39

kurangnya 5 (lima) tahun terakhir pada rute

penerbangan atau daerah operasi yang akan dilayani;

- Potensi jumlah permintaan penumpang atau kargo per

tahun untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima)

tahun ke depan pada rute penerbangan atau daerah

operasi yang akan dilayani;

- Rencana utilisasi pesawat udara secara bertahap selama

5 (lima) tahun ke depan bagi perusahaan angkutan

udara niaga tidak berjadwal; dan

- Kondisi pesaing yang ada saat ini pada rute

penerbangan atau daerah operasi yang akan dilayani.

2) Target dan pangsa pasar yang akan diraih, meliputi:

- Segmen pasar yang akan dilayani sesuai dengan bidang

usahanya; dan

- Pangsa pasar (marketshare) per tahun yang akan diraih

pada masing-masing rute penerbangan atau daerah

operasi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan.

d) Sumber daya manusia termasuk teknisi dan awak pesawat

udara, sekurang-kurangnya memuat tahapan kebutuhan sumber

daya manusia langsung maupun tidak langsung menyangkut

kualifikasi dan jumlah per tahunn untuk jangka waktu

sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan

e) Kesiapan dan kelayakan operasi sekurang-kurangnya memuat:

1) Rencana pengadaan, pemeliharaan dan perawatan pesawat

udara;

2) Rencana pengadaan fasilitas pendukung operasional

pesawat udara;

3) Rencana pengadaan fasilitas pelayanan penumpang pesawat

udara; dan

4) Rencana pemasaran jasa angkutan udara.

Page 50: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

40

5) Analisis dan evaluasi dari aspek ekonomi dan keungan

sekurang-kurangnya memuat:

- Rencana investasi untuk jangka waktu sekurang-kurangnya

5 (lima) tahun ke depan;

- Proyeksi aliran kas (cashflow), rugi – laba dan neraca untuk

jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan;

- Hasil perhitungan yang meliputi periode pengembalian

(payback period), nilai bersih saat ini (net present value),

tingkat kemampulabaan (profitable index),tingkat

pengembalin hasil intern ( internal rate of return)

c. Prosedur Pengajuan PermohonanPermohonan izin usaha diajukan

secara tertulis kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara, dengan

tembusan Menteri Perhubungan

d. Penyelesaian Permohonan

Pemberian atau penolakan atas izin diberikan oleh Direktur Jenderal

Perhubungan Udara secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 60

(enam puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

e. Masa Berlaku

Izin usaha angkutan udara berlaku selama pemegang masih

menjalankan kegiatan angkutan udara secara nyata dengan terus

menerus mengoperasikan pesawat udara sesuai dengan izin yang

diberikan dan di evaluasi setiap tahun.44

D. Macam-Macam Pelanggaran dan Sanksi Maskapai Penerbangan

Sanksi yang diberikan bagi maskapai penerbangan penerbangan

terdapat dalam Pasal 26 Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2011, yang

berbunyi:

Pasal 26

44

http://hubud.dephub.go.id/?id/izin/detail/1, diakses pada 1 Oktober 2017.

Page 51: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

41

(1) Direktur Jenderal dapat memberikan sanksi administrative kepada

pengangkut yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2.

(2) Sanksi administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. Peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan

tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan;

b. Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak ditaati

dilanjutkan dengan pembekuan izin usaha angkutan udara niaga untuk

jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender.

(3) Apabila pembekuan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

b habis jangka waktu dan tidak ada usaha perbaikan, dilakukan pencabutan

izin usaha.

(4) Pengenaan sanksi administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tidak menghapus tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang,

dan/atau pengirim barang serta pihak ketiga.

E. Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Menurut Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2009

Tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan

udara unutk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau

pengirim barang serta pihak ketiga. Tanggung jawab dapat diketahui dari

kewajiban yang telah ditetapkan dalam perjanjian atau undang-undang.

Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan. Kewajiban

ini mengikat sejak penumpang atau pengirim melunasi biaya angkutan.45

Tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang menurut pasal 141

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah

pengangkut bertanggung jawab atas kerugian penumpang yang meninggal

dunia, cacat tetap, luka-luka, yang diakibatkan kejadian angkutan udara di

dalam pesawat dan/atau naik turun pesawat udara, tetapi dalam Undang-

45

Komar Kanta A, Tanggung Jawab Profesional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), h. 3.

Page 52: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

42

Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan terdapat batasan-batasan

tanggung jawab dari pengangkut terhadap penumpang, yaitu:

1. Pengangkut tidak bertanggung jawab dan dapat menolak untuk

mengangkut calon penumpang yang sakit, kecuali dapat menyerahkan

surat keterangan dokter kepada pengangkut yang menyatakan bahwa orang

tersebut diizinkan dapat diangkut dengan pesawat udara dan wajib

didampingi oleh seorang dokter atau perawat yang bertanggung jawab dan

dapat membantunya selama penerbangan berlangsung.

2. Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau

rusaknya bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang

yang dipekerjakannya.

3. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh

penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang

diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada

dalam pengawasan pengangkut.

4. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena

keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali

apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut

disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional.

Page 53: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

43

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN HUKUMAN DALAM PENERBANGAN

PUTUSAN No. 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst

A. Kronologi Kasus dan Pertimbangan Hakim

Dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst dijelaskan bahwa pihak yang berperkara antara

David M.L. Tobing selaku penumpang atau penggugat dengan PT. Lion

Mentari Airlines selaku perusahaan angkutan udara atau tergugat. Kasus ini

bermula pada tanggal 14 Agustus 2007 ketika David membeli tiket pesawat

melalui PT. Bintang Jaya Pesona Wisata Biro Perjalanan Wisata untuk

keberangkatan Jakarta ke Surabaya hari kamis tanggal 16 Agustus 2007 pukul

08.35 WIB dengan pesawat Wings Air IW 8972 karena mempunyai jadwal

sidang di Pengadilan Negeri Surabaya dan untuk penerbangan pulang

Surabaya ke Jakarta pada hari dan tanggal yang sama pukul 16.15 WIB

dengan pesawat Wings Air IW 8985.

Pada awalnya David melakukan gugatan terhadap PT. Lion Mentari

Airlines dilatarbelakangi karena adanya keterlambatan yang terjadi pada hari

kamis tanggal 16 agustus 2007 David atau penggugat sampai di Terminal 1A

Bandara Soekarno Hatta pada pukul 06.50 WIB dan langsung mengurus Pas

Naik (Boarding Pas) serta membayar airport tax sebesar Rp. 30.000,- dan

menanyakan apakah pesawat on schedule atau tidak yang dijawab oleh

pegawai tergugat tetap on schedule. Pada pukul 07.10 David pergi untuk

sarapan di JW Lounge yang tidak jauh dari pintu masuk keberangkatan sampai

pukul 07.50 David pun keluar menuju pintu A 4 Keberangkatan dengan

maksud akan naik ke pesawat, namun ketika tiba di pintu A 4 David diberikan

informasi oleh pegawai tergugat bahwa pesawat ditunda keberangkatan

selama 90 menit karena pesawat beum berangkat dari Yogya.

David kemudian menanyakan keterlambatan tersebut apakah sudah pasti

90 menit atau lebih dan pegawai tergugat pun menjawab mereka tidak

mengetahui lebih lanjut mengenai hal tersebut dan mempersilahkan David

Page 54: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

44

untuk menanyakan hal tersebut ke kantor tergugat di lantai bawah terminal 1

A. Sesampainya di kantor tergugat, David menemui pegawai tergugat Asty

Widyapuri dan menanyakan perihal keterlambatan tersebut yang mana

jawaban yang diberikan sama dengan petugas di pintu keberagkatan A4 bahwa

pesawat terlambat kurang lebih 90 menit dikarenakan masih berada di Yogya

dan pegawai tergugat menyampaikan permohonan maafnya.

David kemudian meminta pertanggungjawaban atas hal ini terlebih karena

keteerlambatan yang diperkirakan kurang lebih selama 90 menit namun pihak

pegawai tergugat tetap memberikan penyataan yang sama dan tidak

memberikan pelayanan yang layak baik itu berupa solusi keberangkatan David

dengan maskapai penerbangan lain serta pihak pegawai tergugat menganggap

bahwa keterlambatan merupakan hal yang biasa terjadi dan harus bisa diterima

oleh penumpang. Oleh karenanya David mengajukan gugatan pada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat yang mana dalam gugatan tersebut David

mengemukakan bahwa pihak PT. Lion Mentari Airlines selaku tergugat telah

melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana yang tertera dalam Pasal

1365 KUHPerdata yang berbunyi “Tiap perbuatan yang melanggar hukum,

yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena

salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantikan kerugian tersebut”

Tergugat dalam jawabannya atas gugatan tersebut menyatakan beberapa

poin yang mana menyatakan bahwa keterlambatan tersebut terjadi karena

alasan teknis (Technical Reason) sehingga pesawat tersebut tidak dapat

diterbangkan dan menyatakan bahwa pegawai tergugat dalam hal ini tidak bisa

memastikan waktu ketrlambatan dikarenakan ketrlambatan atau kedatangan

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti cuaca, kondisi bandara dan kendala

teknis. Tergugat juga menolak poin yang disebutkan penggugat yang

menyatakan bahwa keterlambatan merupakan hal yang biasa , karena jika

pihak tergugat melakukan keterlambatan maka akan mempengaruhi jam

operasional mereka dan akan mengeluarkan tambahan biaya operasional untuk

semua rute yang dimiliki tergugat.

Page 55: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

45

Dalam kasus ini tergugat menolak bahwa mereka melakukan perbuatan

melawan hukum karena hal tersebut terjadi diluar kemampuan mereka serta

pihak tergugat tidak melakukan pembatalan keberangkatan sebagaimana yang

dimaksud oleh pihak pengugat karena dalam hal ini penggugat sendiri yang

melakukan pembatalan dengan cara membeli tiket penerbangan yang lain,

serta pihak tergugat mengatakan bahwa informs yang diberikan kepada

penggugat sudah jelas dan pemberian konsumsi bukan merupakan suatu

keharusan yang harus dilakukan oleh tergugat. Dalam hal ini tergugat

memohon kepada majelis hakim untuk menolak gugatan seluruhnya.

Pertimbangan hakim dalam kasus ini menimbang dari dalil gugatan

maupun bantahan dari kedua belah pihak yang berperkara dan dihubungkan

dengan bukti-bukti surat yaitu benar bahwa pihak tergugat tidak memberikan

informasi akan kepastian waktu keberangkan dan berdasarkan bukti yang ada

bahwa pesawat yang akan dipakai pada tangga 16 agustus 2007 sedang

diperbaiki tanggal 15 agustus 2007 atau sehari sebelum jadwal penerbangan

tersebut yang mana seharusnyapihak tergugat sudah dapat memastikan apakah

pesawat tersebut sudah dapat digunakan untuk tanggal 16 agustus 2007 atau

belum, sehingga apabila belum dapat untuk diterbangkan pihak tergugat sudah

menyiapkan pesawat pengganti tetapi dalam hal ini tergugat tidak

melakukannya.

Benar adanya bahwa keterlambatan yang terjadi merupkan kesalahan

tergugat selaku pengangkut sehingga berdasarkan Pasal 43 ayat (1) huruf c

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan dan Pasal 42

huruf c Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan

Udara yang mana tergugat harus bertanggung jawab karena keterlambatan

angkutan penumpang terlihat dan terbukti merupakan kesalahan dari pihak

pengangkut atau dalam hal ini adalah pihak tergugat. Pertimbangan hakim

selanjutnya mengenai pemberian informasi, kepastian yang diterima oleh

penggugat dan pemberian pelayanan yang layak kepada penggugat berupa

alternatif penerbangan lain yang mengakibatkan penggugat akhirnya mencari

Page 56: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

46

alternatif sendiri agar secepatnya dan tepat waktu untuk menyelesaikan

masalah penggugat di Surabaya.

Rangkaian perbuatan tergugat berupa keterlambatan keberangkatan

pesawat, ketidaksediaan pesawat pengganti, tidak adanya informasi sejak

awal, serta tidak adanya pelayanan yang layak, serta keharusan penggugat tiba

di tempat tujuan guna menyelesaikan urusan penggugat, maka telah dapat

memenuhi unsur perbuatan melawan hukum, yang mana tergugat tidak

melaksanakan kewajiban hukumnya dan melanggar hak penggugat selaku

penumpang, sehingga mengakibatkan kerugian pada penggugat karena

penggugat harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli tiket pesawat

maskapai penerbangan lain karena terpenuhinya semua unsur perbuatan

melawan hukum maka menurut ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata bahwa

tergugat haruslah bertanggung jawab atas akibatnya yaitu kewajibannya untuk

membayar ganti kerugian kepada penggugat.

Dalam putusan perkara Nomor 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst hakim

mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya dan putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat dalam kasus ini antara lain:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum;

3. Menyatakan klausula baku pengalihan tanggung jawab atas kerugian

apapun juga yang ditimbulkan oleh pembatalan dan/atau keterlambatan

pengangkutan ini, termasuk segala keterlambatan datang penumpang

dan/atau atas keterlambatan penyerahan bagasi adalah batal demi hukum

dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar kerugian kepada Penggugat

sebesar Rp. 718.500 (tujuh ratus delapan belas ribu lima ratus rupiah);

5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.234.000

(dua ratus tiga puluh empat ribu rupiah)

Page 57: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

47

B. Analisis Putusan Perkara No. 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst

1. Analisis putusan hakim dalam putusan perkara no.

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst dengan peraturan perundang-undang

Dalam menjalankan usaha pengangkut udara mungkin

menimbulkan kerugian-kerugian baik itu sengaja maupun tidak dan

kerugian-kerugian itu dapat timbul karena suatu kejadian yang

menyebabkan seorang tewas atau luka-luka, atau benda-benda mengalami

kerusakan atau muatan pesawat rusak, hilang atau pesawat udara

terlambat tiba.46

Penggantian kerugian oleh pengangkut atau pihak

maskapai penerbangan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992

tentang Penerbangan terdapat pada Pasal 43 ayat (1) huruf c yang

berbunyi “(1) perusahaan angkutan udara yang melakukan kegitan

angkutan udara niaga bertanggung jawab atas:….., c. keterlambatan

angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut apabila terbukti hal

tersebut merupakan kesalahan pengangkut.”

Ketentuan ganti kerugian yang sama juga dijelaskan dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1995 tentang

Angkutan Udara pada Pasal 42 huruf c. Penundaan penerbangan yang

dilakukan PT. Lion Air dengan alasan teknis menyebabkan penggugat

menderita kerugian, oleh karena itu penggugat meminta kejelasan dan

pertanggung jawaban yang layak dari pihak maskapai.

Namun pihak maskapai dalam kasus ini tidak memberikan

penjelasan yang pasti dan tidak memberikan pelayanan yang layak sebab

pegawai maskapai tersebut menganggap bahwa keterlambatan merupakan

hal yang biasa dan harus diterima oleh calon penumpang. Pihak tergugat

dalam hal ini bisa saja memenangkan kasus mengingat adanya batasan

dalam Pasal 43 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992

tentang Penerbangan yang menjelaskan bahwa pihak maskapai

penerbangan atau tergugat bisa saja tidak dibebankan untuk membayarkan

46

E. Suherman, Aneka Masalah Kedirgantaraan, (Bandung; Mandar Maju, 2000), h. 186.

Page 58: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

48

kerugian apabila pihak penggugat tidak dapat membuktikan bahwa

keterlambatan tersebut memang kesalahan pengangkut atau tergugat.

Hal ini selaras dengan prinsip tanggung jawab pengangkut udara

yaitu prinsip Presumption of Liability yang menjelaskan bahwa seorang

pengangkut barang adalah pihak yang dianggap perlu bertanggung jawab

untuk segala kerugian yang ditimbulkan penumpang, barang atau bagasi

dan pengangkut udara, tetapi apabila pengangkut tidak melakukan

kelalaian dan telah berupaya melakukan tindakan yang perlu untuk

menghindari terjadinya kerugian tersebut atau dapat membuktikan bahwa

peristiwa yang menimbulkan kerugian tersebut tidak dapat dihindari,

maka pengangkut dapat dibebaskan dari tanggung jawab membayar

kerugian.

Prinsip ini terdapat pula dalam Pasal 29 ayat (1) Ordonnsi

Pengangkutan Udara yang berbunyi “Pengangkut tidak bertanggung

jawab untuk kerugian, bila ia membuktikan, bahwa ia dan semua orang

yang diperkerjakan olehnya berhubung dengan pengangkut itu, telah

mengambil semua tindakan yang perlu untuk menghindarkan kerugian

atau bahwa tak mungkin bagi mereka untuk mengambil tindakan-tindakan

tersebut. Bila pengangkut membuktikan, bahwa kerugian itu disebabkan

oleh kesalahan dari yang menderita kerugian itu atau kesalahan tersebut

membantunya kerugian itu, hakim dapat mengesampingkan atau

mengurangi tanggung jawab pengangkut”. Adanya pembebasan dari

tanggung jawab ini tentu saja menguntungkan bagi pengangkut dan tentu

merugikan konsumen yang tentunya tidak ada keseimbangan diantara

kedua belah pihak.

Bila dilihat dari penjelasan mengenai prinsip tanggung jawab

tersebut bisa diketahui bahwa tanggung jawab ditimbulkan dari akibat

suatu keadaan yang menyebabkan kerugian ataupun kehilangan terhadap

pihak lain yang merupakan akibat dari penyelenggaraan suatu perjanjian

pengangkutan. Namun dalam kasus ini pihak maskapai udara selaku

pengangkut melakukan suatu kelalaian dan tidak berupaya dengan

Page 59: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

49

mengambil suatu tindakan untuk mencegah terjadinya kerugian yaitu

dengan tidak menyiapkan pesawat pengganti untuk hari esok. Peneliti

dalam hal ini setuju dengan pertimbangan dan keputusan hakim bahwa

seharusnya pihak maskapai penerbangan selaku pengangkut atau tergugat

sudah dapat memprediksi apakah pesawat yang diperbaiki sudah dapat

digunakan atau belum, apabila belum bisa untuk digunakan maka pihak

tergugat seharusnya sudah menyiapkan pesawat pengganti untuk jadwal

penerbangan tersebut dan pihak tergugat dalam kasus ini tidak

memberikan kompensasi kepada pihak penggugat yang mana hal ini juga

tidak sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen juga telah diatur dalam BAB III

Pasal 4 huruf h yang berbunyi “h. hak untuk mendapatkan kompensasi,

ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang

diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya”.

Berdasarkan putusan hakim no. 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst hakim

mendasarkan perbuatan PT Lion Air atau tergugat sebagai perbuatan

melawan hukum sehingga penggantian kerugian didasarkan pada Pasal

1365 KUHPerdata. Perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan

atau tidak berbuat sesuatu yang mengakibatkan timbulnya kerugian bagi

orang lain tanpa sebelumnya ada suatu hubungan hukum, kewajiban mana

ditujukan terhadap setiap orang pada umumnya dan dengan tidak

memenuhi kewajibannya tersebut dapat dimintai suatu ganti rugi.47

Suatu perbuatan dapat diketahui melakukan perbuatan melawan

hukum apabila perbuatannya mengandung unsur-unsur yaitu ada

perbuatan baik aktif maupun pasif, ada kelalaian baik sengaja maupun

tidak, ada kerugian dan ada hubungan antara perbuatan dengan kerugian

yang dimaksud. Dalam kasus ini peneliti menilai bahwa hakim memilih

menjatuhi hukuman kepada tergugat menggunakan Pasal 1365

KUHPerdata dikarenakan isi dalam Pasal 1365 KUHPerdata itu sendiri

47

Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melanggar Hukum, (Bandung: Alumni, 1982), h.7.

Page 60: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

50

yang mana ketika seseorang melakukan kesalahan maka harus mengganti

sejumlah kerugian, berbeda denngan batasan yang terdapat dalam Pasal

43 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang

Penerbangan yang mana pihak penggugat harus membuktikan bahwa

pihak tergugat memang benar bersalah yang tentunya sangat merugikan

pihak penggugat. Peneliti dalam hal ini setuju dengan putusan hakim yang

mana menyatakan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan melawan

hukum dan menghukum tergugat untuk membayar biaya penggantian tiket

serta membayar biaya perkara seluruhnya.

Seiring berkembangnya beragam hal di era modern ini terutama dalam

sistem transportasi maka peraturan yang dibuat semakin banyak dan lebih

mengatur secara rinci agar terciptanya keseimbangan diantara pelaku

usaha dan konsumen, yang diharapkan supaya pelaku usaha dapat

menjalankan usahanya dan tidak mengabaikan hak-hak konsumen dengan

batasan-batasan yang ada.

Adanya Undang-Undang baru seperti perubahan dari Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan menjadi Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang mana di dalamnya diatur

lebih rinci mengenai ketentuan-ketentuan dalam penerbanga, Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab

Pengangkut udara yang mana di dalamnya mengatur mengenai besaran

ganti rugi dan sanksi yang diterima, Peraturan Menteri Perhubungan

Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2015 tentang Penanganan

Keterlambatan Penerbangan (Delay Management) Pada Badan Usaha

Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia yang di dalamnya

mengatur mengenai kategori-kategori keterlambatan beserta besaran

kompensasi yang didapat dan faktor-faktor yang menyebabkan

keterlambatan, dan Peraturan Menteri Perhubungan Udara Nomor 78

Tahun 2017 tentang Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap

pelanggaran Peraturan PerUndang-Undangan di Bidang Penerbangan yang

lebih rinci membahas tentang sanksi kepada pihak maskapai yang

Page 61: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

51

melakukan kesalahan. Dengan dibentuknya peraturan perUndang-

Undangan diharapkan permasalahan yang ada dalam masalah transportasi

khususnya dalam transportasi udara semakin berkurang serta pelaku usaha

dalam menjalankan bisnisnya tetap mengedepankan hak-hak konsumen.

2. Kesesuaian putusan hakim dalam perkara putusan no.

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst dengan teori kepastian dan keadilan

hukum

Undang-Undang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi

pedoman bagi individu dalam bertingkah laku dalam bermasyarakat baik

dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungan

bermasyarakat. Aturan-aturan ini yang menjadi batasan-batasan bagi

masyarakat dalam melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan

dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian

hukum.48

Kepastian hukum menurut Utrecht mengandung dua pengertian

yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu

mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan

kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan

pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu

dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh

Negara terhadap individu.49

Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan

sebagai bagian dari upaya mewujudkan keadilan, bentuk nyata dari

kepastian hukum adalah pelaksanaan atau penegakan hukum terhadap

suatu tindakan tanpa memandang siap yang melakukan. Menurut Sudikno

Mertokusumo, kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan,

bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa

putusan dapat dilaksanakan. Sedangkan dalam putusan perkara no.

48

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta; Kencana, 2008), h. 158.

49 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1999), h. 23.

Page 62: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

52

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst bahwa adanya peraturan yang mengatur

tentang kompensasi dan hak-hak yang diperoleh penumpang apabila

terjadi keterlambatan tidak diterapkan dan dijalankan sebagaimana

mestinya seperti yang tertera dalam Undang-Undang yang ada.

Teori kepastian hukum mengkehendaki adanya upaya pengaturan

hukum dalam per-Undang-Undangan yang dibuat oleh pihak berwenang

dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang

dapat menjamin adanya kepastian hukum berfungsi sebagai suatu

peraturan yang harus ditaati.

Pada kasus ini pihak maskapai atau tergugat tidak memberikan

kepastian mengenai jadwal penerbangan kepada penggugat dan para

penumpang, sebagaimana yang seharusnya dilakukan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

dalam Pasal 7 huruf b yang berbunyi “b. memberikan informasi yang

benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau serta

member penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”. Tetapi

pada kasus ini pihak tergugat tidak memberikan kepastian mengenai

keterlambatan yang terjadi dan berapa lama keterlambatan maskapai

tersebut akan berlangsung, pihak tergugat hanya mengatakan bahwa

pesawat belum tiba di bandara dikarenakan masih berada di Yogya tanpa

ada keterangan lebih lanjut.

Keadilan adalah perekat tatanan kehidupan bermasyarakat yang

beradab. Hukum diciptakan agar setiap individu anggota masyarakat dan

penyelenggara Negara melakukan sesuatu tindakan yang diperlukan untuk

menjaga ikatan sosial dan mencapai tujuan kehidupan bersama ataupun

sebaliknya agar tidak melakukan suatu tindakan yang dapat merusak

tatanan keadilan. Jika tindakan yang diperintahkan tidak dilakukan atau

suatu larangan dilanggar, tatanan sosial akan terganggu karena

terciderainya keadilan. Untuk mengembalikan tertib kehidupan

bermasyarakat, keadilan harus ditegakkan. Setiap pelanggaran akan

mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkatan pelanggaran itu sendiri.

Page 63: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

53

Teori keadilan menurut Hans Kelsen bahwa semua peraturan umum

adalah “adil” jika benar-benar diterapkan kepada semua kasus yang

menurut isinya peraturan ini harus ditetapkan. Suatu peraturan umum

adalah “tidak adil” jika diterapkan kepada suatu kasus lain yang sama.50

Asas keseimbangan yang dikelompokkan ke dalam teori keadilan

mengingat hakikat keseimbangan yang dimaksudkan adalah keadilan bagi

kepentingan masing-masing pihak yaitu konsumen, pelaku usaha dan

pemerintah.

Dapat disimpulkan bahwa dalam kasus ini maskapai penerbangan

Lion Air bertolak belakang dengan teori kepastian hukum dan teori

keadilan karena ketika penumpang sudah membeli tiket pesawat sesuai

dengan jadwal yang sudah ditentukan maka penumpang tersebut harus

diberangkatkan sesuai dengan jadwal tersebut, apabila terjadi

keterlambatan dan masalah lainnya sudah menjadi kewajiban pihak

maskapai untuk memberikan penjelasan yang lebih karena telah

melakukan keterlambatan yang mana dalam hal ini adil yang dimaksud

ialah ketika maskapai menerima sejumlah uang dari penumpang dan

maskapai itu harus mengantarkan penumpang ke tempat tujuanya.

Bahwa menurut peneliti putusan dan pertimbangan hakim dalam

mengadili kasus keterlambatan penerbangan antara pihak David M.L

Tobing dengan Lion Air sudah sesuai dengan ketetapan yang terdapat di

dalam Undang-Undang. Dalam kasus peneliti menemukan beberapa

kewajiban dari pihak maskapai tetapi tidak dilakukan oleh pihak maskapai

dan hal tersebut membuat pihak penggugat atau penumpang mengalami

kerugian, antara lain:

a. .Tidak memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur

Menurut peneliti berdasarkan pertimbangan hakim dalam kasus ini

sudah sesuai dengan Pasal 7 huruf b Undang-Undang Perlindungan

Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

menyatakan:

50

Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika cet-2, 2009), h. 8.

Page 64: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

54

“b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharan”

Berdasarkan Pasal 7 huruf b di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pihak maskapai penerbangan dalam hal ini sudah lalai dalam

menjalankan kewajibannya sebagai pelaku usaha.

b. Tidak adanya kepastian dan pelayan yang layak kepada penumpang

Menurut peneliti kewajiban maskapai dalam hal ini ketika pihak

pelaku usaha sudah mendapatkan hak nya yaitu mendapatkan sejumlah

uang dari konsumen sudah seharusnya pula pihak konsumen

diberangkatkan ke tempat yang mereka tuju sesuai dengan yang

tercantum di tiket.

Namun pada kenyataannya pihak maskapai dalam hal ini seolah

melepaskan kewajibannya untuk bertanggung jawab dan ganti rugi atas

keterlambatan penerbangan yang terjadi. Bahwa hakim Pengadilan

Negeri dalam hal ini sudah mengikuti ketentuan yang terdapat dalam

Undang-Undang sebagai aturan yang menjadi landasan untuk hakim

ketika memutuskan perkara, bahwa hakim dalam memutuskan perkara

harus bersifat objektif dan tidak memihak, karena dengan adanya

aturan hukum maka akan tercipta masyarakat yang adil, tertib dan

sejahtera.

C. Implementasi Sanksi Yang Diberikan Kepada Pihak Maskapai

Penerbangan

Implementasi atau penerapan sanksi kepada pihak maskapai

penerbangan apabila dilihat berdasarkan peraturan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 1992 tentang Penerbangan dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara masih belum diatur

secara rinci, maka pengenaan sanksi dan ganti rugi jika dilihat berdasarkan

putusan perkara Nomor 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst berdasarkan Pasal 1365

Page 65: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

55

KUHPerdata yaitu perbuatan melawan hukum, jika perbuatan tersebut

melawan hukum maka pelaku harus membayar ganti rugi. Namun jika dilihat

mengenai pengenaan sanksi dan penerapannya sampai sejauh ini sudah

dilakukan semaksimal mungkin dan berjalan dengan baik, menurut Rio

Permana51

selaku Inspektur Angkutan Udara dalam hal penerapan sanksi yang

diberikan apabila maskapai penerbangan melakukan kesalahan atau

keterlambatan beerkepanjangan maka pihak Dirjen Perhubungan Udara dan

memberikan sanksi terguran yang berupa surat atau tulisan kepada pihak

maskapai penerbangan yang melakukan kesalahan tersebut.

Dalam surat teguran tersebut juga terdapat jangka waktu untuk

mengevaluasi pihak maskapainya dan keterangan untuk tidak melakukan

kesalahannya lagi dan harus mempunyai rencana backup apabila kesalahan

tersebut terulang kembali, serta untuk cepat menyelesaikan masalah-masalah

yang ada dalam maskapai tersebut. Apabila sampai waktu yang ditentukan

pihak maskapai belum mengevaluasi dan melakukan kesalahan yang sama.

Implementasi atau penerapan sanksi oleh Direktur Jenderal Perhubungan juga

melihat dari kondisi dan situasi pada saat terjadinya keterlambatan atau

kesalahan pihak maskapai.

Terdapat beberapa faktor yang memang dikecualikan seperti yang

terdapat dalam PM Nomor 89 Tahun 2015 Tentang Penanganan

Keterlambatan Penerbangan (Delay Management) pada Badan Usaha

Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia dalam BAB III Faktor

Penyebab Keterlambatan Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi “(1) Faktor yang

menyebabkan keterlambatan penerbangan meliputi: a. faktor manajemen

airline; b. faktor teknis operasional; c. faktor cuaca; dan d. faktor-faktor

lainnya”. Berdasarkan hasil wawancara faktor manajemen airlines bukan

merupakan ruang lingkup Direktur Jenderal Perhubungan, apabila pihak

manajemen maskapai membuat keterlambatan ataupun kesalahan lain maka

harus memberikan kompensasi kepada penumpang.

51

Rio Permana, Inspektur Angkutan Udara, wawancara pada tanggal 8 Desember 2017 di

Kantor Kementerian Perhubungan

Page 66: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

56

Menurut Rio Permana mengenai Peraturan Menteri Perhubungan

Republik Indonesia Nomor PM 78 Tahun 2017 Tentang Pengenaan Sanksi

Admministratif Terhadap Pelaksanaan Pelanggaran Peraturan PerUndang-

Undangan di Bidang Penerbangan dibuat karena banyaknya kasus yang terjadi

sebelumnya dan dikarenakan masih terbilang baru maka untuk

memberlakukan implementasi di bidang sanksi hukum masih belum terjadi

akhir-akhir ini karena Peraturan ini masih terbilang baru.

Bahwa menurut peneliti apabila dillihat dari kasus-kasus lain yang

pernah terjadi sebelumnya penerapan sanksi yang diberikan baik oleh hakim

melalui persidangan di pengadilan maupun oleh Dirjen Perhubungan Udara

melalui evaluasi yang dilakukan sudah dilakukan dengan baik dan sudah

diberikan sanksi-sanksi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam

Undang-Undang yang mengatur. Dengan adanya Undang-Undang baru yang

lebih khusus dalam mengatur sanksi administratif ini menurut peneliti dirasa

sangatlah berguna untuk lebih mengatur perihal sanksi-sanksi ini dengan

lebih detail dan terperinci.

Bentuk-bentuk sanksi dalam hal ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri

Perhubungan Udara Nomor 78 Tahun 2017 Tentang Pengenaan Sanksi

Administratif Terhadap Pelanggaran Peraturan PerUndang-Undangan di

Bidang Penerbangan dalam Pasal 11 yang menyatakan:

“(1) Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berupa:

a. Peringatan;

b. Pembekuan;

c. Pencabutan; dan/atau

d. Sanksi Administratif.”

Pihak maskapai penerbangan yang melakukan keterlambatan

penerbangan hingga menyebabkan kerugian yang sangat besar kepada

konsumen akan diberi surat peringatan atau surat terguran oleh Dirjen

Perhubungan Udara. Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pihak

maskapai belum mengevaluasi dan melakukan kesalahan yang sama maka

Dirjen Perhubungan Udara akan melakukan pembekuan beberapa rute atau

Page 67: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

57

mengurangi jumlah rute yang seharusnya diterima oleh pihak maskapai.

Namun jika sampai jangka waktu yang belum ditentukan juga pihak maskapai

masih mengulangi kesalahannya, maka pihak Dirjen Perhubungan Udara akan

melakukan pencabutan beberapa rute.

Sanksi yang dikeluarkan oleh pihak Dirjen Perhubungan Udara tidak

dapat dicabut kembali. Pihak maskapai penerbangan dapat mengajukan ijin

rute baru kepada Dirjen Perhubungan Udara apabila sudah mengevaluasi dan

memperbaiki kinerja maskapai penerbangannya.

Ketentuan mengenai sanksi juga diatur dalam Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab

Pengangkut Angkutan Udara dalam Pasal 26, yaitu:

“(1)Direktur Jenderal dapat memberikan sanksi administratif kepada

pengangkut yang tidak dapat mengasuransikan tanggung jawabnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(2)Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. Peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan

tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan;

b. Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak ditaati

dilanjutkan dengan pembekuan ijin usaha angkutan udara niaga untuk

jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender.

(3) Apabila pembekuan ijin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

b habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, dilakukan pencabutan

ijin usaha.

(4) Pengenaan sanksi administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tidak menghapus tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang, dan/atau

pengirim barang serta pihak ketiga.”

Dalam Pasal 12 Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 78 Tahun 2017

Tentang Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Peraturan

PerUndang-Undangan menyatakan:

“Parameter pertimbangan evaluasi dan analisis terkait penegakan hukum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), dilakukan berdasarkan:

Page 68: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

58

a. Ancaman terhadap keamanan penerbangan;

b. Resiko keselamatan penerbangan;

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

d. Pengulangan terjadinya pelanggaran yang sama; dan/atau

e. Pelanggaran lebih dari satu.”

Dalam kasus keterlambatan maskapai sanksi yang diberikan oleh pihak

Direktur Jenderal Perhubungan Udara adalah pemeberian surat teguran dengan

tenggang waktu 1 (satu) bulan dan pemberian surat teguran ini dilakukan

sebanyak 3 (tiga) kali. Jika sampai waktu yang ditentukan belum dipenuhi

surat teguran tersebut maka dilanjutkan dengan pembekuan ijin usaha

angkutan udara niaga selama jangka waktu 14 (empat belas) hari.

Page 69: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk menjawab rumusan masalah dan berdasarkan pembahasan pada bab-

bab sebelumnya, maka peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Bentuk sanksi yang diberikan kepada pihak maskapai dalam putusan

perkara Nomor 309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst berdasarkan pada ketentuan

Pasal 1365 KUHPerdata yang mana orang yang menimbulkan kerugian

harus mengganti kerugian yang ditimbulkan dan belum diatur secara rinci,

tetapi pada saat ini aturan mengenai sanksi berlandaskan pada Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung

Jawab Pengangkut Angkutan Udara dalam Pasal 26 dan dalam Peraturan

Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2017 Tentang

Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Peraturan

PerUndang-Undangan di Bidang Penerbangan pada pasal 11.

2. Pertimbangan hakim dalam putusan perkara Nomor

309/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan-

Peraturan yang ada yang berkaitan masalah keterlambatan penerbangan.

3. Undang-Undang perlindungan konsumen dalam pasal 7 huruf b

menjelaskan bahwa kewajiban pelaku usaha adalah memberikan informasi

yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau

jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

Namun pada kenyataan yang terjadi banyak maskapai penerbangan yang

tidak memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur sehingga

menimbulkan ketidaknyamanan kepada penumpang yang memilih

maskapai tersebut.

Page 70: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

60

Berdasarkan teori keadilan dapat peneliti simpulkan bahwa pihak

maskapai Lion Air tidak berlaku adil kepada penggugat dan para

penumpangnya, dikarenakan apabila pihak maskapai melakukan

keterlambatan seharusnya pihak maskapai memberikan kompensasi

kepada penggugat dan para penumpang lain.

Berdasarkan teori kepastian hukum dapat disimpulkan bahwa pada

saat terjadi keterlambatan dalam kasus ini pihak maskapai tidak dapat

memberikan informasi yang benar dan jujur kepada penggugat dan

penumpang lainnya sehingga menimbulkan kebingungan akan jadwal

keberngkatan yang pasti dari maskapai tersebut, dalam hal ini juga telah

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

B. Rekomendasi

Dalam pembahasan di atas peneliti memiliki rekomendasi sebagai berikut:

1. Sanksi yang diberikan kepada pihak maskapai pada saat putusan perkara

ini terjadi belum terlalu dijelaskan lebih rinci dan menyeluruh yang mana

seharusnya aturan-aturan mengenai sanksi sudah dijelaskan pula dalam

aturan-aturan terdahulu agar pengenaan sanksi lebih tegas, karena jika

terus menerus tidak diberikan sanksi akan membuat pihak maskapai lebih

bebas dan tidak mengindahkan peraturan-peraturan yang ada. Apabila

pihak maskapai terus menuerus hanya diberikan surat teguran dan hanya

evaluasi selama beberapa data saja tidak memungkiri bisa saja terjadi

keterlambatan dan hal-hal lainnya secara berulang-ulang.

2. Melihat dari kasus Lion Air diatas seharusnya dengan harga yang

terjangkau daripada maskapai lain tetapi kualitas dan pelayanan harus

disesuaikan dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, tidak hanya

mengedepankan untuk keuntungan bisnis semata. Maskapai penerbangan

seharusnya lebih mengutamakan keamanan dan kenyamanan dalam

menjalankan bisnis penerbangan ini, sehingga para penumpang akan

Page 71: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

61

merasa nyaman, serta pihak maskapai seharusnya memberikan informasi

secara jelas dan jujur apabila mengalami masalah-masalah yang

menyebabkan pesawat delay ataupun dibatalkan, dan memberikan

pelayanan dan ganti kerugian sebagaimana yang sesuai dalam Undang-

Undang.

3. Berdasarkan dari pembahasan di atas bahwa kendala-kendala yang

mungkin terjadi tidak hanya dilihat dari pemberian sanksi teguran selama

ini, tetapi berdasarkan pada kenyataan yang mana masih banyak terjadi

keterlambatan dan pihak Dirjen Perhubungan Udara perlu adanya evaluasi

mengenai kondisi di lapangan bukan hanya berdasarkan informasi yang

dilaporkan oleh beberapa pihak dan bukan karena masalah tersebut sudah

menimbulkan kerugian yang besar baru dilakukan evaluasi.

Page 72: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

62

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku

Abbas Salim, H.A, Manajemen Transportasi, Jakarta: Rajawali Pers, 1993

Adji, Usman, Sution, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2005

Ali, Ahmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),

Jakarta: Gunung Agung, 2002

Apeldoorn, Van, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, Ctk. 26,

1996

Arrasjid, Chainur, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2000

Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Bertens, K, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisus, 2000

Ernawan, Erni R, Business Ethics: Etika Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 2007

Gayo, Iwan, Buku Pintar Seni Senior, Jakarta: Upaya Warga Negara, Ctk. XX,

1995

Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, Ctk. 2, 2009

Kansil, C.S.T & Christine S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2011

Kanta A, Komar, Tanggung Jawab Profesional, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994

Mamudji, Sri, et al, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan

Penerbit FHUI, 2015

Martono, H.K dan Amad Sudiro, Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik

(Public Internationl and National Air Law), Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016

Martono, H.Kdan Agus Pramono, Hukum Udara Udara Internasional & Nasional,

Jakarta: PT. RajaGrasindo, 2013

Marwan, M dan Jimmy P, Kamus Hukum, Surabaya: Reality Publisher, 2009

Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta; Kencana, 2008

Mas, Marwan, Pengantar Ilmu Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, Ctk. 2, 2011

Page 73: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

63

Meliala, Adrianus, Praktik Bisnis Curang, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty,

2005

Miru, Ahmadi, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004

Nasution, M.N, Manajemen Tranportasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2007

Nawawi, H, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogykarta: Gadjah Mada

University Press, 1995

Poerwadarminta,W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Departemen P dan K,

Jakarta: Balai Pustaka, 1976

Purba, Hasim, Hukum Pengangkutan di Laut, Medan: Pustaka Bangsa Press,

2005

Purwosucipto, HMN, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Hukum

Pengangkutan, Jakarta: Djambatan, 1991

Rasjidi, Lili dan I.B. Wyasa Putra, Hukum sebagai Suatu Sistem, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1993

Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Cet IV, Bandung: PT Citra Aditya, 1996

Saifullah, Wradipraja, Tanggung Jawab Pengangkutan Dalam Hukum

Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional, Jogjakarta:

Liberty, 1989

Samsul, Inosentius, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung

Jawab Mutlak, Jakarta: Universitas Indonesia, 2004

Saphiro, Ian, Asas Moral Dalam Poitik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia yang

berkerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan

Freedom Institusi, 2006

Setiawan, Rachmat, Tinjauan Elementer Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung:

Alumni, 1982

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI, 1968

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2001

Suherman, E, Aneka Masalah Kedirgantaraan, Bandung; Mandar Maju, 2000

Page 74: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46182/1/TARY RAHMA... · PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PENERBANGAN ATAS

64

Suherman, E, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Udara Indonesia,

Bandung: N.V Eresco, 1961

Syahrani, Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,

1999

Syarif, Mujar Ibnu & Kamarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, Ctk. 1, 2009

Syawali, Husni dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen,

Bandung: Mandar Maju, 2000

Uli, Sinta, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan

Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara, Medan: USU Press,

2006

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana, 2013

Referensi Peraturan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab

Pengangkutan Angkutan Udara

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2015

Tentang Penanganan Keterlambatan Penerbangan (Delay

Management) Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga

Berjadwal di Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan