Permainan Egrang

Embed Size (px)

Citation preview

X-5Permainan Egrang

NAMA KELOMPOK ABDUL AZIZ BAIHAQI INDRA IHSANI 1 TOUFANI RIZAL ALFARISI

Nama permainan: Egrang Alat : Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu) yang relatif lurus dan sudah tua dengan panjang masing-masing antara 1,5-3 meter Aturan Permainan: 1) Dalam dengan mempunyai melakukan tempat ukuran perlombaan, yang sama jarak antara tanah

kaki berpijak

pada tongkat harus bagi setiap sambung

kaki yang dipergunakan. 2) Bagi para peserta yang tercepat dapat mencapai sebagai pemenang urutannya, misalnya; pada perlombaan

finis maka dialah yang dianggap sesuai dengan pertama didapati urutan I, 2, dan 3. 3) Bagi pada para peserta yang

jatuh dari tongkatnya

saat perlombaan berlangsung maka dia dinyatakan

gugur dan tidak diikutsertakan lagi dalam pertandingan, kecuali permainan berikutnya setelah selesai satu rangkaian permainan. 4) Juara urutan 1, 2, dan 3 dari masing-masing kelompok berhak mengikuti perlombaan selanjutnya sebagai peserta semi final dan final hingga nantinya didapat juara I, 2, dan 3.2

Kriteria pemain: dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 7-11 tahun dengan jumlah 2--5 orang. Sedangkan, permainan untuk saling menjatuhkan lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 11-13 tahun dengan menggunakan sistem kompetisi.

Hukuman: Merasa kalah karena kalah dalam perlombaan egrang. Jadi tidak ada hukuman dalam pemainan ini.

Permainan Egrang Permainan ini sudah tidak asing lagi, mekipun di berbagai daerah di kenal dengan nama yang berbeda beda. saat ini juga sudah mulai sulit di temukan, baik di desa maupun di kota, tetapi saat permainan ini mulai di kombinasikan dengan berbagai hal sehingga dapat berdampingan dengan dunia yang di katakan modern ini.3

yang akan di ulas kali ini permainan egrang yang ada di sulawesi tengah atau di kenal dengan nama tilako. Permainan Egrang cukup terkenal di nusantara ini misanya di daerah Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Di sana ada satu suku bangsa yang bernama Kaili. Di kalangan mereka ada satu jenis permainan yang disebut sebagai tilako (nama lain dari permainan eggrang), yaitu sebuah permainan berjalan menggunakan alat yang terbuat dari bambu dan pelepah sagu atau tempurung kelapa. Tilako disamping nama sebuah permainan juga sekaligus nama alat yang digunakan untuk permainan tersebut. Tilako itu sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ti dan lako. Ti adalah kata awalan yang menunjukkan kata kerja dan lako secara harafiah berarti langkah/jalan. Dalam permainan ini tilako adalah alat yang dipakai untuk melangkah atau berjalan. Permainan ini dalam dialek Rai disebut kalempa yang juga merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ka dan lempa. Ka adalah kata awalan yang menunjukkan kata kerja dan lempa berarti langkah.Permainan ini ada juga yang mengenal dengan nama jejangkungan.Cara memainkan permainan ini sebenarnya beragam ini hanyalah salah satu dari banyak cara. ermainan egrang dapat dikategorikan sebagai permainan anakanak. Pada umumnya permainan ini dilakukan dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia 7--13 tahun. Jumlah pemainnya 2--6 orang.

4

Orang Jawa mengenal berbagai macam jenis permainan tradisional, yang sekarang tidak lagi ditemukan. Berbagai macam permainan tradisional tersebut memberi ruang ketrampilan bagi pemakainya. Dalam kata lain, permainan tradisional Jawa tidak menempatkan relasinya hanya pasif. Lebih dari itu harus aktif dan kreatif. Sebab, permainan tradisional Jawa memberikan rangsangan kreatif bagi relasinya. Salah satu jenis permainan tradisional Jawa apa yang dikenal sebagai egrang. Permainan ini mengandaikan pemakai/relasinya lebih tinggi posisinya. Diluar ukuran tinggi manusia. Bahan yang dipakai sebagai egrang adalah bambu, yang dibuat meyerupai tangga, tetapi tangganya hanya satu. Kapan orang memakai egrang kakinya dinaikan di atas satu tangga, atau pustep kalau meminjam istilah sepeda motor, untuk kemudian berjalan. Jadi, pemakai egrang naik diatas bambu yang dibuat sebagai jenis mainan dan kemudian berjalan kaki. Karena itu, orang yang memakai egrang perlu melewati proses belajar dulu, karena membutuhkan keseimbangan. Kapan keseimbangan tidak terpenuhi orang bisa jatuh dari egrang. Siapapun bisa menggunakan egrang, tidak harus anak-anak, orang dewasapun bisa menggunakannya. Egrang bentuknya bisa pendek, tetapi bisa pula tinggi. Yang pasti, kapan orang bermain egrang, posisi tubuhnya menjadi jauh lebih tinggi dari tubuh yang sebenarnya. Persis seperti orang berdiri di tangga, atau naik di atas meja. Namun permainan egrang sekarang tidak lagi mudah ditemukan. Mungkin malah sudah hilang. Atau barangkali, permainan egrang5

tidak lagi relevan di jaman sekarang. Di tengah anak-anak terbiasa dengan eskalator yang tersedia di mall: hanya berdiri tangga bisa berjalan sendiri. Egrang sepertinya memberikan rasa susah dari fasilitas teknologi. Hanya badut-badut di pasar malam yang masih kelihatan, atau hanya bisa kita saksikan lewat tayangan hiburan di televisi. Tampaknya proses membentuk kreativitas telah menemukan formula yang sama sekali lain. Tidak berawal dari kesaadaran dan inisiatif dari dirinya sendiri dan hanya sedikit sekali memerlukan dorongan dari luar seperti egrang. Kreativitas jaman sekarang memerlukan instrumen yang tidak lagi sederhana dan, sulit meninggalkan teknologi. Karena itu, egrang adalah masa lalu yang sekedar untuk dikenang dan sulit untuk ditemukan. Anak-anak tidak lagi mengenal apa itu egrang dan bagaimana bentuknya. Bagaimana pula cara memakainya.

6

Mungkin, kembali untuk mengenalkan ingatan terhadap permainan tradisional Jawa, egrang dan jenis permainan tradisional lainnya perlu untuk dihadirkan. Bukan yang utama untuk mengembalikan kisah masa lalu. Namun lebih untuk memberikan referensi kultural pada anak-anak sekarang yang terbiasa dengan permainan yang serba teknologis. Dari egrang, barangkali orang bisa menanapki jenis permainan tradisional Jawa lainnya yang sekarang sekedar sebagai kenangan.Dunia pendidikan juga tidak pernah menyinggung hal ini, mereka lebih suka ke hal-hal yang lebih membuat anak-anak tampil berani, outbond, wisata kuliner, yang lebih modern dan lebih bernuansa internasional.

A. Sejarah permainan egrang Permainan tradisional Egrang Permainan ini muncul sebelum kemerdekaan Republik Indonesia,dimasa penjajahan Belanda.Seperti terekam di Baoesastra (Kamus) Jawa karangan W.J.S. Poerwadarminto terbitan 1939 halaman 113,disebutkan kata egrang-egrangan diartikan dolanan dengan menggunakan alat yang dinamakan egrang. Dari hasil googling,banyak sumber yang menyebutkan kalau permainan egrang berasal dari daerah Jawa.Tetapi ternyata,permaian yang melatih konsentrasi dan keseimbangan ini

B. Tempat dan Peralatan Permainan7

Permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia dapat dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di tanah lapang atau di jalan. Luas arena permainan tilako ini hanya sepanjang 7--15 meter dan lebar sekitar 3-4 meter. Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu) yang relatif lurus dan sudah tua dengan panjang masingmasing antara 1,5-3 meter. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. Mula-mula bambu dipotong menjadi dua bagian yang panjangnya masing-masing sekitar 2-3 meter. Setelah itu, dipotong lagi bambu yang lain menjadi dua bagian dengan ukuran masing-masing sekitar 20-30 cm untuk dijadikan pijakan kaki. Selanjutnya, salah satu ruas bambu yang berukuran panjang dilubangi untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek. Setelah bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap untuk digunakan.

C. Aturan Permainan

8

Aturan permainan egrang dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki bambu. Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 7-11 tahun dengan jumlah 2--5 orang. Sedangkan, permainan untuk saling menjatuhkan lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 11-13 tahun dengan menggunakan sistem kompetisi.

D. Jalannya Permainan

Apabila permainan hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali dengan berdirinya 3-4 pemain di garis start sambil menaiki bambu masing-masing. Bagi anakanak yang kurang tinggi atau baru belajar bermain egrang, mereka dapat menaikinya dari tempat yang agak tinggi atau menggunakan tangga dan baru berjalan ke arah garis start. Apabila telah siap, orang lain yang tidak ikut bermain akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, para pemain akan berlari menuju garis finish. Pemain yang lebih dahulu mencapai garis finish dinyatakan sebagai pemenangnya. Sedangkan, apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masing-masing pemain, maka diawali dengan pemilihan dua9

orang pemain yang dilakukan secara musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai pemenangnya.

E. Nilai Budaya

Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah: kerja keras, keuletan, dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar dapat mengalahkan lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.

10

F. Kesimpulan Sambung kaki atau Egrang Nama permainan sambung kaki berasal dari nama suatu alat yang dipergunakan oleh para pelakunya. Alat yaag dipergunakan tersebut berupa dua buah tongkat terbuat dari dapat bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga yang ciri dijadikan alat penyambung kaki bagi mereka yang kaki itu merupakan yang dalam

melakukan permainan ini. Mengingat kedua tongkat berfungsi sebagai penyambung

khas dari permainan ini, maka masyarakat memberikan nama sesuai fungsinya, yaitu sambung kaki, Sumatera Selatan dinamakan bahasa Tingkat dan Selincak.

Permainan ini di daerah Jawa Tengah dinamakan permainan Egrang, dan di daerah Sumatera Barat disebut Tijak-tijak bambu. Peralatan/perlengkapan yang digunakan adalah 2 (dua) potong batang bambu ukuran 150 - 170 cm, dan 2 (dua) potong batang bambu ukuran 25 cm. Panjang tongkat 150 - 170 cm .Tempat kaki, panjang 25 cm. Arak tanah dengan tempat kaki 30-5O cm Jalannya Permainan a. Persiapan 1) adanya anak-anak yang akan ikut bermain. 2) setiap anak disertai alat 2 buah tongkat sebagai penyambung kaki mereka. 3) membuat garis batas tempat dimulainya bermain11

dan garis fini s tempat berakhirnya perlombaan.

b. Aturan bermain aturan permainan seperti yang telah dijelaskan di atas

c. Tahap-tahap Permainan 1) Bila peserta main itu lebih dari 10 orang anak, maka tahap pertama ini dibagi dalam beberapa kelompok. Misalnya semua peserta ada 18 orang maka dibagi menjadi 3 kelompok. 2) Setelah tanda dimulai perlombaan dan perlombaan kemudian berlangsung maka rombongan pertama kelompok kedua dan seterusnya. 3) Pada dengan tahap ini perlombaan dilanjutkan lagi didapatilah pemenang dari itu yang kemudian disusul oleh

menampilkan para pemenang dari masing-masing

perlombaan yang kelak akan menghasilkan 3 orang saja yang kemudian berhak mengikuti perlombaan meraih gelar juara 1, 2, dan 3. d. Konsekuensi Kalah Menang Daya pendorong atau motivasi untuk merebut predikat sebagai pemenang adalah memperoleh memperoleh kedudukan rasa kebanggaan, sebagai anak, yang dianggap

pandai dalam permainan ini. Predikat inilah sebenamya yang menjadi dorongan sehingga anak-anak bermain dengan penuh semangat bertanding. Di samping naluri bagi anakanak untuk berlomba guna menduduki tempat teratas di antara teman-temannya yang lain. Demikianlah dalam12

permainan

ini, bagi mereka yang berhasil meraih gelar juara

1, 2, dan 3 maka merekalah yang disebut sebagai pemenang. Permainan ini berperan sekali dalam membina

anak untuk menjadi setiap perbuatan permainan

anak yang terampil dan disiplin, Fungsi dari

berani mengambil resiko dan bertanggung awab pada yang dilakukannya. ini di samping sebagai permainan, dapat

juga dijadikan sebagai alat bagi masyarakat desa untuk berjalan, sebagai tongkat penyambung kaki ketika melintasi jalan-jalan yang becek atau berair. Setelah permainan Anda membaca dengan dengan cermat

anak-anak

Peralatan Tradisional II dan terarah,

yang tersebut di atas. Anda perlu mempraktikkannya kepada anak-anak lakukanlah dengan erencana latihan-latihan sebelumnya agar dalam

pelaksanaannya nanti dapat berjalan dengan baik. Berikanlah pula penjelasan - penjelasan, sehingga anak-anak benar-benar memahaminya. Selain daripada itu, sebelum permainan dimulai hendaknya lakukanlah pemanasan terlebih prinsip latihan pemanasan hendaknya dahulu. Anda Prinsip-

praktikkan dengan benar. Sesuai dengan jenis permainan yang dipilih, bentuklah kelompok atau regu bermain. Kemudian dengan melalui penjelasan, Anda memimpin jalannya permainan dengan penuh perhatian, agar tujuan permainan dapat tercapai.

13

14