Upload
trantuyen
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI DESA PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR
Oleh:
SUPARDI 153 133 005
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
ii
PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI
PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial
Oleh:
SUPARDI NIM. 15.3.13.3.005
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2017
i
PERSETUJUAN
Skripsi ini Supardi, NIM. 15.3.13.3.005 yang berjudul “PERSEPSI
JAMA‟AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI DESA
PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR” telah memenuhi
syarat dan disetujui untuk dimunaqasyahkan. Disetujui pada tanggal, Juli
2017.
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Kadri, M.Si Murdianto, M.Si NIP: 197310181998031002 NIP:197612312007011101
ii
NOTA DINAS
Hal : Munaqasyah Skripsi
Mataram, Juli 2017
Kepada
Yth. Rektor UIN Mataram
di-
Mataram
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan
pembimbing dan pedoman penulisan skripsi, maka kami berpendapat bahwa
skripsi saudara :
Nama : Supardi
NIM : 15.3.13.3.005
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Program Studi : Pengembangan Masyarakat Islam
Judul :PERSEPSI JAMA‟AH WAHABI TERHADAP BUDAYA
KAWIN LARI DI DESA PERESAK KECAMATAN
SAKRA LOMBOK TIMUR.
Setelah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah
skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram.
Demikian atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Kadri, M.Si Murdianto, M.Si NIP: 197310181998031002 NIP:197612312007011101
iii
SURAT PERNYATAAN KASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Supardi
NIM : 15.3.13.3.005
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Institusi : Universitas Islam Negeri Mataram
Dengan ini menyatkann bahwa skripsi dengan judul “PERSEPSI
JAMA‟AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI
DESA PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR” ini
secara keseluruhan adalah hasil karya dari penulis sendiri, kecuali
pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Apabila dibelakang hari karya tulis ini tidak asli, penulis siap
dianulir gelar keserjanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Mataram.
Mataram, Juli 2017
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul ” PERSEPSI JAMA‟AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI DESA PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR” oleh Supardi, NIM. 153133005, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, telah di munaqasyahkan pada tanggal…… 2017 dan telah dinyatakan syah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Dewan Munaqasyah
1. Dr. H. Kadri, M.Si Ketua Sidang/Pemb I (.........................)
2. Murdianto, M.Si Skretaris Sidang/Pemb II (.........................)
3. Muhammad Sa‟I, M.A Penguji I (.........................)
4. Dr. Abdul Malik, M.Ag, M.Pd. Penguji II (.........................)
Mengetahui, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Dr. Faizah. MA NIP. 157307161999032003
v
MOTTO :
wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (An-nurr [24]:26)1
1. (Qs, An-Nuur [24]: 26)
vi
PERSEMBAHAN
‘Kupersembahkan skripsi ini untuk
Inaq Sawiah dan Amakku Amq, Nasri,
Keluarga besarku, Guru-guruku,
Teman-temanku PMI, A angkatan
2013(anggi, liswandi, tanwier), wanita
yang telah mengisi hatiku dan untuk
Almamaterku UIN mataram.’’
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi hanya milik Allah SWT yang Maha pengasih lagi
Maha Penyayang, yang telah melimpahkan karunia Rahmat, Hidayah
dan Taufik kepada kita semua.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص. Semoga kelak di akhirat kita
mendapat safaa‟at beliau.
Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Persepsi Jama‟ah Wahabi Terhadap budaya kawin lari
di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur” sebagai
persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu di bidang
Pengembangan Masyarakat Islam pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram.
Dalam penelitian ini skripsi ini, peneliti menyadari banyak pihak
yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material.
Untuk itu peneliti bersyukur kepada Allas SWT dan mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. H. Kadri, M.Si Selaku dosen pembimbing I dan Murdianto jerat,
M.Si Selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan
dan informasi mengenai penyusunan skripsi ini.
viii
2. Muhammad Sa‟I, M.A. dan Dr. Abdul Malik, M.Ag, MPd., sebagai
penguji yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi
ini,
3. Habib Alwi, M.Si selaku ketua jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam(PMI)
4. Dr. Faizah, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Mataram dan segenap Bapak/Ibu dosen
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri yang
telah membimbing penulis menjadi mahasiswa di Universitas Islam
Negeri (UIN) Mataram.
5. Dr. H. Mutawali, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Mataram beserta jajarannya. Walaupun penulis kurang mengenal
dengan akrab satu dengan sama lain, namun hal itu tidak mengurangi
rasa hormat dan terima kasih penulis kepada mereka semua.
6. Bapak Muhammad Tahnuji, dan staf-staf kantor Desa Peresak yang
telah memberikan tempat dan izin penelitian, sehingga peneliti bisa
melancarkan penulisan skripsi ini.
7. Inaq, Amaq, saudara-saudaraku dan semua keluarga besar, terima
kasih atas do‟a, semangat, dukungan dan pengorbanan yang tiada
ternilai.
8. Semua teman-teman yang tidak saya sebutkan satu persatu namanya
dan semua pihak yang terlibat. Semoga Allah membalas dengan
ganjaran yang sebaik-baik ganjaran.
ix
Akhirnya, saat ini penulis hanya bisa membals dengan do‟a,
semoga semua pihak yang telah memberikan perhatian dan membantu
atas kelancaran studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan
balasan yang setimpal Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan dan
mohon maaf apabila ada kata-kata atau penulisan dalam skripsi ini
yang salah. Oleh karena itu kritikan dan masukan yang konstruktif
sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk
menyempurakannnya.
Sebagai penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita. Wassalam.
Mataram, Juli 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... i
HALAMAN NOTA DINAS ....................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
ABSTRAK .................................................................................................. xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ............................................................................. 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................................... 4 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .............................................. 5 E. Telaah Pustaka ................................................................................... 5 F. Kerangka Teoritik .............................................................................. 9
1. Pengertian persepsi ...................................................................... 9 2. Pengertian budaya ........................................................................ 12 3. Pengertian Wahabi ....................................................................... 13 4. Tinjauan tentang budaya kawin lari ............................................. 15 5. Pengertian kawin lari ................................................................... 16 6. Peroses kawin lari ........................................................................ 17
G. Metode Penelitian .............................................................................. 21 1. Pendekatan Penelitian…. ....................................................... 21 2. Lehadiran Peneliti .................................................................. 21 3. Lokasi Penelitian .................................................................... 22 4. sumber dan Jenis Data ........................................................... 22 5. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 23 6. Tehnik Analisis Data.............................................................. 25
xi
7. Validitas Data......................................................................... 26 H. Sistematika Pembahasan .................................................................... 28
BAB II: PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 29 1. Sejarah Desa Peresak ............................................................. 29 2. Kondisi Geografis .................................................................. 30 3. Tingkat pendidikan Masyarakat ............................................. 35 4. Tingkat Ekonomi Mastarakat ................................................. 37 5. Karakter Masyarakat Desa Peresak ....................................... 38 6. Profil Jama‟ah Wahabi ........................................................... 39
B. Perosesi pelaksanaan kawin lari ......................................................... 40 C. Persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari ...................... 42
BAB III : PEMBAHASAN
1. Perosesi pelaksanaan kawin lari………………………………………47 2. Persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari ………………52
BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 60 B. Saran ................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
ABSTRAK
PERSEPSI ALIRAN SUNNAH DAN AHLUSSUNNAH WALJAMAAH
TERHADAP BUDAYA KAWINLARI DI DESA PERESAK KECAMATAN
SAKRA LOMBOK TIMUR
Oleh: Supardi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peroses pelaksanaa kawin lari atau merariq di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur. Selain itu,penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi jama‟ah wahabi terhada budaya kawin lari yang ada di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur
Penelitian yang telah dilakukan termasuk penelitian kualitatif dimana metode ini adalah suatu metode yang tidak menggunakan angka-angka melainkan suatu deskripsi mengenai kehidupan maupun permasalahan yang terdapat pada masyarakat tempat dimana penulis melakukan penelitian,pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penomenalogi. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Desa Peresak Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa Di Desa Peresak budaya kawin lari masih di jaga dan di lakukan tetapi kawin lari atau menikah dengan cara berlari sudah jarang di lakukan namun perosesi kawin lari atau yang sering disebut merariq masih tetap terjaga sampai sekarang seprti perosessi pra nikah dan pasca nikahnya. Adapun hasil yang ditemukan mengenai persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari yang di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur ini adalah bahwa Jama‟ah Wahabi tidak membolehkan Kawin lari dan hukumnya haram karena budaya kawinlari dianggap bertentangan dengan ajaran agama, alasain lain Jama‟ah Wahabi tidak membolehkan budaya kawin lari adalah takut akan adanya zina selama peroses terjadinya kawin lari tersebut walau hanya sebatas zina mata.
.
Kata Kunci: Persepsi, Jama’ah Wahabi, Budaya Kawin lari
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks penelitian.
Kehidupan individu sejak di lahirkan tidak lepas dari interaksi
dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dalam kehidupan
bermasyrakat akan terbentuk suatu komunitas atau kelompok-kelompok.
Denganterbentuknya suatu kelompok-kelompok masyarakat seringkali
membuat persoalan kerap terjadi, antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lainnya, salah satu contohnya adalah perbedaan pendapat
atau persepsi.
Persepsi merupakan proses akhir pengamatan yang diawali oleh
proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra,
kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru
kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.
Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti hal yang ada dalam
diri individu yang bersangkutan.2
Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki wilayah yang luas
terbentang dari aceh sampai ke papua.Di samping kekayaan alam dengan
keragaman hayati dan nabati, Indonesia juga dikenal juga dengan
keragaman budayanya.Masing-masing pulau yang ada di Indonesia
memiliki budaya yang berbeda-beda, contohnya adat perkawinan.3
2 https//book.google.co.id
3 Sulasman, teori-teori kebudayaan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013). Hlm. 17
2
Manusia adalah mahluk ciptaan Allah Swt. Yang sejak awal di ciptakan
selalu saling membutuhkan satu sama lain, serta telah di bekali dengan
perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Oleh karena manusia salig
membutuhkan satu sama lainnya dan memiliki perasaan suka terhadap
lawan jenisnya, maka sebagai jalan untuk dapat menyalurkan
keinginannya naluriah tersebut, Allah Swt. Telah memberikan tuntunan-
Nya yaitu dengan dengan cara melakukan pernikahan atau perkawinan.
Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan relasi dan interaksi dengan
sesamanya. Hanya saja, agar relasi dan interaksi ini dapat berjalan dengan
baik, maka perlu adanya suatu institusi yang dapat dijadikan sebagai
sarana yaitu dengan cara pernikahan.4
Dalam adat sasak, perkawinan sering disebut dengan
merariq.Secara etimologi kata merariq diambil dari kata „‟lari‟‟.Merari’an,
melarikan.Kawin lari adalahsistem adat pernikahan yang masih diterapkan
di Lombok.Kawin lari dalam bahasa sasak disebut merariq. Secara
terminilogi, merariq berasal dari bahasa sasak ‘’berariq’’ yang artinya
berlari dan mengandung dua arti: pertama, lari ini adalah arti yang
sebenarnya. Kedua, keseluruhan pelaksanaan perkawinan adat
sasak.Pelarian merupakan tindakan nyata untuk membebaskan gadis dari
ikatan orangtua serta keluarganya.5
Budaya merariq juga tidak seutuhnya diterima di Lombok akan
tetapi masih banyak kelompok-kelompok masyarakat yang kurang
4 Harmoko, nilai-nilai keagamaan dan kultur dalam upacara pernikahan masyarakat sumbawa( Sumbawa:2012), h.1
5 Harfin, praktik merarik (LEPPIM IAIN MATARAM 2012) h; 49-50
3
menerima budaya merariq ini, karena mereka beranggapan merariq (kawin
lari) ini suatu perbuatan yang tidak baik karena mengambil anak orang
tanpa sepengetahuan orang tua atau walinya, sehingga seringkali budaya
merariq ini menimbulkan konflik antar orang tua bahkan konflik antar
desa.
Peresak adalah sebuah desa yang beberapa tahun lalu mekar dari
desa tetangganya yaitu desa Kabar Kec.Sacra Lombok Timur.Masarakat
Desa peresak masih menjaga budaya nenek moyang mereka sehingga
budaya itu masih terjaga sampai sekarang, masyarakat peresak bisa
dikatakan 100% menganut agama islam, namun masyarakatnya terdiri dari
dua golongan atau dua aliran dalam keagamaan yaitu, aliran Ahlussunnah
Waljamaah dan Wahabi, sehingga persepsi mereka berbeda-beda terhadap
budaya kawin lari yang ada di Lombok khususnya di Desa Peresak kec.
Sakra Lombok Timur.
Menurut Sarman S.pd, selaku tokoh agamaaliran wahabi
mengatakan bahwa, segala bentuk budaya yang bertentangan dengan Al-
quran dan Hadits itu tidak boleh dilakukan, jadi budaya kawin lari tidak
dibolehkan dalam aliran wahabi dan hukumnya haram, karna budaya
kawinlari itu dianggap tidak sesuai dengan Al-quran dan Hadits. Selain
bertentangan dengan Al-quran dan Hadits, mengambil perempuan tanpa
sepengetahuan walinya itu hukumnya haram.
4
Berangkat dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, maka
penulis tertarik meneliti tentang pendapat jama‟ah Wahabi terhadap
budaya kawin lari di Desa Peresak, Kec.Sakra Lombok Timur.
B. Fokus penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang telah diungkapkan oleh
penulis, maka dibuat fokus penelitian agar penelitian ini lebih terarah. Ada
pun fokus penelitian yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peruses kawinlari di Desa Peresak Kecamatan Sakra
Lombok Timur.
2. Apapersepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari di Desa
Peresak kecamatan.Sakra Lombok Timur.?
C. Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian
1. tujuan
Ada pun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) untuk mengetahui bagaimana peruses kawin lari di Desa Peresak
Kecamatan Sakra Lombok Timur.
b) Untuk mengetahui pendapat Jama‟ahWahabiterhadap budaya
kawin lari di Desa peresak, kecamatan Sakra Lombok Timur.
2. manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pemikiran bagi disiplin keilmuan secara umum dan sekurang-kurangnya
bermanfaat dalam dua aspek, yaitu aspek teoritis dan praktis.
5
a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
keilmuan dan memperbanyak informasi yang tentunya terkait dengan
pembahasan dari penelitian ini, yakni tentang budaya kawin lari.Di
samping itu, penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi sumber
rujukan dalam membuat karya ilmiyah ataupun ingin melakukan
penelitian lebih lanjut.
b. Secara praktis
Dari hasil penelitian ini bermanfaat bagi penemuan tentang
pandangan Aliran Wahabi dan Sunnah Waljamaah terhadap budaya
kawin lari, untuk membina masyarakat yang lebih islami.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Untuk menghindari pembahasan yang keluar dari fokus penelitian,
maka cakupan dan bahasan dalam penelitian ini hanya akan membahas
hal-hal yang terkait dengan fokus penelitian yang sudah dikemukakan
sebelumnya mengenai persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin
lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra lombok Timur, sehingga penelitian
ini bisa fokus pada rumusan masalah saja. Sedangkan setting
(lokasi/tempat) diadakan di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok
Timur.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya ilmiyah
yang terdahulu terkait dengan penelitian yang hampir sama. Sejauh
6
penelusuran penulis belum pernah ada yang membahas mengenai Persepsi
aliran Wahabi dan Ahlussunnah Waljamaah dalam budaya kawin lari.
a. Penelitian Harmoko dengan judul‟‟ Nilai-nilai keagamaan dan kultur
dalam upacara pernikahan masyarakat Sumbawa Di Desa Poto‟‟.
Sekeripsi ini menjelaskan bahwa adanya Nilai-nilai keagamaan dan
ultur dalam dalam upacara pernikahandalam skeripsi
Harmokokesimpulan dari sekeripsi ini:
1. Upacara perkawinan meliputi persiapan perkawinan meliputi
barodak repancar , odak mama, teri‟ai‟ sandro, upacara perkawinan
meliputi rame mesa, rame basai/tokal basai, sntek kemang balong
kemang, barupa dan pengantan mokas. Adat seduah aqad nikah dan
perkawinan diantaranya silaturrahmi dan adat menetap sesudah
perkawinan.
2. Pandangan hukum islam terhadap Perkawinan Adat Sumbawa, dari
hasil pembahasan penulis menyimpulkan bahwa Adat Perkawinan
Sumbawa tidak bertentangan dengan Ajaran Islam dengan
beberapa alasan , bahwa dalam pelaksanaan perkawinan tidak
ditemukan hal-hal yang dilarang oleh agama seperti syirik kepada
Allah, dihidangkannya minuman keras, mabuk-mabukan.
Percampuran antara peria dan wanita yang menyebabkan terjadinya
perbuatan maksiat kepada Allah.
b. Penelitian Siti Raohon Jannah dengan judul „‟ Komunikasi antar
budaya study adat pernikahan Bima Sasak di kecamatan Pekat
7
Kabupaten Dompu‟‟. Sekeripsi ini menjelaskan komunikasi antar
budaya dalam study pernikahan Bima Sasak dalam sekeripsi Siti
Raohon Jannah, kesimpulan dari sekeripsi ini:
1. Peroses pernikahan suku bima meliputi berbagai rangkaian adat
istiadat seperti :tahapan palinga, upacara malam kapanca, akad
nikah, tokencai, boho oindeu, pamaca, sementara perosesi
pernikahan suku sasak meliputi berbagai rangkaian adat istiadat
seperti : mesejati, selabar, menjemput wali, ajikrame, nyongkolan,
balik lampak nae.
2. Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Bima-Sasak
Komunikasi yang terjadi di Kec.Pekat diawali dengan adanya suku
bima-sasak yang sukunya berbeda yang ada di kec.Pekat seiring
dengan berjalannya waktu secara langsung maupun maupun tidak
langsung telah melakukan komunikasi setiap harinya.
Komunikasi masyarakat pekat yang sudah terjalin bertahun-tahun
sulit untuk dipisahkan karena dalam kehidupan sosialnya mereka
hidup dalam lingkungan yang sama tapi yang membedakan adalah
sistem adat yang berbeda di antara mereka, bentuk komunikasi
yang di lakukan oleh masyarakat kec. Pekat lebih pada komunikasi
antar suku yang terjalin dengan baik.
3. Relasi adat pernikahan Bima-Sasak di kec. Pekat Kabupaten
Dompu meliputi beberapa hal di antaranya yaitu :
8
1. Kerja sama seperti yang di bawah ini:
a. Saling memahami budaya masing-masing
b. Mengembangkan sikap toleran.
c. Menyelesaikan Konflik secara kekeluargaan
d. Mengembangkan kesadaran.
Dari kedua skripsi di atas, terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan.Persamaannya adalah sama-
sama membahas dan mengkaji budaya pernikahan.Sedangkan
perbedannya terleta pada foukus masalah yang dijadikan sebagai dasar
untuk melakukan sebuah penelitin serta metode yang diunakan dalam
mengkaji permasalahan tersebut.
Penelitan yang dilakukan oleh Harmoko menggunakan pendekatan
kualitatif yang berusaha untuk meneliti dan mengkaji nilai-nilai
Keagamaan dan kultur dalam upacara pernikahan masyarakat
sumbawa.
Memperhatikan skripsi yang ditulis oleh Harmoko, maka
terdapat persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yakni
sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan
perbedaannya terletak pada fokus, masalah yang dikaji, yakni
Harmoko mengkaji masalah nilai-nilai keagamaan dan kultur dalam
upacara pernikahan masayarakat sumbawa. Sedangkan penulis
mengkaji tentang persepsi aliran wahabi dan ahlussunnah waljamaah
terhadap budaya kawinlari di Desa Peresak.
9
Sedangkan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
penelitian yang di lakukan oleh Siti Raohon Jannah juga sama-sama
meneliti tentang budaya pernikahan.perbedaannya terletak pada fokus
masalah yang dikaji dan lokasi penelitiannya, yakni Siti Raohon
Jannah mengkaji komunikasi antar budaya study adat pernikahan Bima
Sasak di kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
Dari kedua karya ilmiyah yang telah penulis paparkan di atas,
terlihat bahwa penelitian yang penulis lakukan ini merupakan
penelitian yang bersifat asli yang berarti bahwa penelitian yang penulis
lakukan bukan merupakan hasil dari duplikat atau pengulangan dari
penelitian lain yang pernah dilakukan sebelumnya.
F. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Persepsi
Menurut Desiderato,1976. persepsi merupakan pemaknaan/arti
terhadap informasi (energi/stimulus) yang masuk kedalam kognisi
manusia. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan.6
Starbuck & Mezias, 1996.Secara umum, persepsi sosial atau
persepsi interpersonal dapat didefnisikan sebagai suatu peroses
pemahaman seseorang terhap relalitas sosial dalam wacana yang lebih
khusus.
6 Nina W. syam, Psikologi Sebagai aka Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), h. 3
10
Baron dan Byrne (2004) menjelaskan bahwa persepsi sosial
adalah usaha-usaha seseorang dalam memahami orang lain, dalam
kerangka memperoleh gambaran menyeluruh tentang intense,
keperadian dan motif-moti yang meingkupi diri oang lain tersbut.
Sebagai tambaha untk melengkapi pengertia persepsi sosial, patut
diketengahkan pendapat pakar perilaku organisasi, robbins(1989),
yang mengemukaan bahwa persepsi sosial adalah peroses dalam diri
seseorang yang menunjukkan organi sasi dan interpretasi terhadap
kesan-inderawi, dalam usaha untuk member makna terhadap orang lain
sebai objek persepsi.7
Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses
perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi.
Persepsi dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran,
pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa
yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi
indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah
orang lain.
Secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan
orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Melalui persepsi,
kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. Sebagai bidang
kajian, persepsi adalah setudy terhadap bagaimana orang membentuk
kesan dan membuat kesimpulantentang orang lain(Teiford, 2008).
7 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Penangantar (andung, 2010.) Hal..34
11
Persepsi merupakan peroses yang berlangsung pada diri kita
untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan peroses itu,
kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk
didasarkan pada imformasi yang tersedia di lingkungan , sikap kita
terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relevan dan mood kita saat
ini. Manusia cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpakaian rapi
sebagai orang baik (baik hati, dermawan, pintar, atau menyenangkan)
daripada orang yang pakaiannya berantakan.
Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain
dari penampilannya terdahulu yang dianggap baik disebut dengan efek
halo. Di sisi lain, kita juga bisa juga menilai orang yang
berpakaiantidak rapi, mempunyai rambut gondrong dan acak-acakan,
serta cara bicara yang apa adanya sebagai orang yan tidak baik,
sembarangn, atau tidak berpendidikan. Apa yang ditampilakan orang
lain secara fisik mengaruhi cara kita aspek psikologisnya. Meskipun
kecenderungan ini tidak serta-merta memberikan pengetahuan dan
pemahaman yang tepat tentang orang lain, orang-orang cenderung
mempertahankannya sebab setiap orang membutuhkan pegangan dan
petunjuk tentang siapa orang lain yang sedang dihadapinya.8
8 Sarlito .psikologi sosial Jakarta:sale ba hu a ika .h… -25
12
2. Pengertian budaya
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur sosial, religious, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi cirri-ciri khas
suatu masyarakat.
Dalam persepektif sosiologi, kebudayaan sebagaimana
dikemukakan oleh Alvin L. Bertrand, adalah segala pandangan hidup
yang dipelajari dan diperoleh oleh angota-anggota suatu
masyarakat.Herskovits memandang kebudayan sebagai bagian dari
lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.Herskovit memandang
kebudayaan sebagai suatu yang turun-temurun dari sartu generasi
kegenerasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.9
Dilihat dari berbagai tujuan dan sudut pandang tentang
definisinya, kebudayaan dapat dikatakan sebagai persoalan yang
sangat luas, tetapi esensinya adalah bahwa kebudayaan itu melekat
dengan diri manusia.Artinya manusia adalah pencipta
kebudayaan.Kebudayaan itu hadir bersamaan dengan kelahiran
manusia.
Dengan demikian, kebudayaan dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk
sosial, yang digunakan untuk memahami dan menginterperetasi
9sulasman, teori-teori kebudayaan (Bandung:CV Pustaka Setia, 2013).hlm..17
13
lingkungan serta pengalamannya, kemudian menjadi pedoman bagi
tingkah lakunya.Kebudayaan merupakan milik bersama anggota
masyarakat atau golongan sosial tertentu, yang disebarkan oleh
anggota masyarakat dan pewarisnya kepada generasi
berikutnya.Penyebaran tersebut dilakukan melalui peroses belajar dan
dengan menggunakan symbol-simbol yang terwujud dalam bentuk
yang terucapkan ataupun yang tidak terucapkan (termasuk berbagai
peralatan yang dibuat oleh manusia).10
3. Pengertian Jama’ah Wahabi
Golongan Wahabi adalah pengikut Muhammad bin Abdul
Wahab, sebuah gerakan separatis yang muncul pada masa
pemerintahan Sultan Salim III (1204-1222 H). gerakan ini berkedok
memurnikan tauhid dan menjauhkan umat manusia dari kemusrykan.
Muhammad bin Abdul Wahab dan para pengikutnya menganggap
bahwa selama 600 tahun umat manusia berada dalam kemusrykan dan
dia dating sebagai mujaddid yang memperbaharui agama merea.
gerakan Wahabi muncul melawan kemampuan umat Islam dalam
masalah akidah dan syariah, karenanya gerakan ini tersebar dengan
peperangan dan pertumpahan darah.
Sebagian kalangan kalangan tidak menyukai istilah „‟Wahabi”,
dan lebih menyukai istilah „‟Salafi.‟‟ salah satu alasannya, penamaan
dakwah yang diemban oleh Muhammad dengan nama Wahabiyah
10
Heny, study budaya di Indonesia. (CV. Pustaka Setia, 2012) H:15-19
14
yang dinisbatkan kepadanya adalah penisbatan yang keliru dari sisi
bahas, karena ayahnya tidak menyebarkan dakwah ini.
Salafi bagi mereka adalah Aswaja itu sendiri.Oleh karena itu
mereka menyamakan istilah Aswaja dengan dengan Salaf.Dalam al-
Wajiz fi Akidah al-salaf al-Shalih di sebutkan bahwa Ahlussunnah wa
al-Jama’ah suatu golongan yang telah rasulullah SAW, janjikan akan
selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka
bertumpu pada ittiba’us sunnah(mengikuti as-sunnah) dan menuruti
apa yang di bawa oleh Nabibaik dalam masalah akidah, ibadah,
petunjuk, tingkah laku, akhlak dan selalu menyertai jama‟ah kaum
muslimin11
Pada tahun 2002 jama‟ah Wahabi mulai masuk di Desa Peresak,
namun kehadiran mereka tidak diterima sepenuhnya oleh masyarakat
Desa Peresak, sehingga pada tahun 2012 terjadi konflik antara
jamaa‟ah wahabi dengan masyarakat, karena jama‟ah Wahabi tidak di
terima di masyarakat sehingga masjid jama‟ah Wahabi di rusak oleh
masyrakat. sehingga dari itu nama Wahabi tidak di pakai lagi dan kini
sudah menjadi As-sunnah.
11
Miftahul Akhyar, Risalah Ahlussunnah Wal-Jama’ah (Khalista, 2012) Hlm..71
15
4. Tinjauan Tentang Budaya Kawin Lari
Perkawinan merupakan suatu pertiwa penting dalam kehidupan
suku sasak. Seseorang baru dianggap sebagai warga penuh dari suatu
masyarakat apabila ia telah berkeluarga. Dengan demikian, ia akan
memperoleh hak-hak dan kewajiban baik sebagai warga kelompok
kerabat ataupun sebagai warga masyarakat. Perkawinan sebagai suku
sasak tidak hanya di pandang sebagai penggabungan dua keluarga luas
(extended family), namun lebih kepada pembentukan sebuah rumah
tangga yang baru.
Merariq sebagai ritual memulai perkawinan merupakan
fenomena yang sangat unik, dan mungkin hanya dapat ditemui di
masyarakat Sasak, Lombok, Nusa tenggara Barat. Begitu mendarah-
dagingnya tradisi ini dalam masyarakat sehingga apabila ada orang
yang ingin mengetahui setatus pernikahan seorang, cukup bertanya
apakah yang bersangkutan telah merariq atau belum. Oleh karnanya,
tepat jika dikatakan bahwa merariq merupakan hal yang sangat penting
dalam perkawinan sasak.12
Suku sasak merupakan kelompok masyarakat yang mendiami
hampir sebagian besar pulau Lombok. Sejarah suku sasak di tandai
dengan silih bergantinya berbagai dominasi kekuasaan di pulau
Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain yang membawa dampak
beragamnya khazanah kebudayaan sasak. Hal ini sebagai betuk dari
12Harfin, praktik merarik (LEPPIM IAIN MATARAM 2012) H:1
16
pertemuan (divusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan.Pencaplokan
dan invasi yang dilakukan oleh beberapa beberapa kerajaan tersebut
menghadirkan pola tingkatan setatus masyarakat. Sebagai contoh
misalnya, tata aturan perkawinan bangsawan yang tidak memperboleh
kan perempuan bangsawan yang bisa disebut dende, lale, dan baiq
menikah kecuali dengan sesama bangsawannya. Perempuan
bangsawan sasak akan mendapat saksi kehilangan gelar
kebangsawanannya dan dibuang (teketeh) oleh keluarganya dan
komunitasnya jika kawin laki-laki yang bukan bangsawan (jajar
karang).13
5. Pengertian Kawin Lari
Pada umumnya yang dimaksut dengan perkawinan lari atau
melarikan adalah bentuk perkawinan yang tidak didasarkan atas
persetujuan lamaran orang tua, tapi berdasarkan kemauan sepihak atau
kemauan kedua pihak yang bersangkutan.
Kawin lari biasanya terjadi tanpa peminangan atau pertunangan
secara formal. Cara yang demikian ini merupakan cara yang umum
dalam melakukan perkawinan di dalam wilayah-wilayah masyarakat
yang menganut sistem patrinial (sistem kebapakan), dan juga terdapat
dalamdalam wilayah-wilayah yang menganut sistem kekeluargaan,
13
Ibid..4-5
17
bahkan dapat di kemukakan pula pada masyarakat pada masyarakat
yang menganut sistem kekeluargaan materilinial (sistem keibuan).14
Dalam adat sasak, perkawinan sering disebut dengan
merariq.Secara etimologi kata merariq diambil dari kata
„‟lari‟‟.Merari’an; melarikan.Kawin lari, adalah sistem adat
pernikahan yang masih diterapkan di Lombok.Kawin lari dalam bahasa
sasak disebut merariq. Secara terminilogi, merariq berasal dari bahasa
sasak ‘’berariq’’ yang artinya berlari dan mengandung dua arti:
pertama, lari. Ini adalah arti yang sebenarnya.Kedua, keseluruhan
pelaksanaan perkawinan adat sasak. Pelarian merupakan tindakan
nyata untuk membebaskan gadis dari ikatan orangtua serta
keluarganya15
6. peroses kawin lari
a. Tahap pertama.
1) Peroses melarikan sampai di tempat pesangidan dan
selabar.
Sebelum pelaksanaan gadis melarikan diri dalam
rangka kawin, sebelumnya diadakan kesepakatan antara sang
gadis dengan sang pacar tentang hari dan waktu pelaksanaan
lari. Sedangkan pihak keluarga laki-laki sudah menentukan
dewasa atau hari yang dianggap baik dan tepat saat melarikan
sang gadis biasanya mencari penanggal atu munculnya bulan
14www.gfpanjalu.com/2012/10/maksud dan pengertian kawin lari. 15Harfin, praktik merarik (LEPPIM IAIN MATARAM 2012) H:49-50
18
setelah bulan mati. Namun dalam keadaan tertentu seringkali
dilakukan tanpa mencari hari baik karena sifatnya
emergensi.Disamping itu pihak laki-laki jauh sebelumnya
sudah menyiapkan tempat persembunyian yang disebut
pengkeban atau pesangidan.Biasanya di rumah seorang kerabat
namun tidak merupakan keluarga dekat laki-laki.
Pada zaman dahulu pelaksanaan melarikan ini biasanya
pada malam hari walupun tidak menutup kemungkinan dapat
dilakukan pada siang hari, sangat tergantung dengan situasi
dan kondisi yang ada. Setelah sang gadis tiba ditmpat
persembunyian maka dikirim utusan sebanyak 2 orang sebagai
petugas untuk memberitahukan orang tua phak wanita bahwa
puterinya telah dilarikan dilarikan untuk kawin dengan si anu
putra dari si anu.
2) Mesayut ketelun
Menurut adat etnis Bali di Lombok, begitu sang gadis
tiba ditempat persembunyian/pengkeban, pada saat itu pula
sudah berada dalam satu kamar, dan 3 hari kemudian harus
dilangsungkan upacara ritual agama yang di sebut mesayut
ketelun dalam rangka pensucian atau pembersihan karena
dalam kurun waktu 3 hari dianggap dalam keadaan kotor.16
16
Made metu dhana sistem kawin lari, adat Bali Lombok dan filosofinya
.(Surabaya:paramita, 2013). Hlm..21-26.
19
b. Tahap kedua.
1) Ngendek
Petugas ngendek ini terdiri dari dua orang yang bertugas
menyampaikan bahwa besoknya ada petugas peradagang akan
datang mohon kesediannya untuk menunggu.
2) Peradagang pertama
Dalam peradagang pertama ini hanya untuk minta maaf
atas perbuatan pihak calon penganten laki-laki(purusa) yang
berani melarikan putrid kesayangannya dari pihak perempuan
(perdana).
3) Peradang kedua
Dalam pelaksanaan peradang ke dua ini adalah untuk
meminta maaf dan keledangan (keihlasan) pengantin untuk di
izinkan pulang dari pesangidan atu tempat persembunyian ke
rumah keluarga purusa.
4) Peradang ketiga
Dilaksanakan untuk meminta maaf dan keledangan
(keihlasan) agar diizinkan keluar dari rumah dalam rangka
keperluan bekerja (tugas) dan untuk mencari dewasa/hari baik
dalam kaitannya pengesahan perkawinan.
Pada tahap peradang inilah dijumpai beragam cara dan
istilah yang digunakan sesuai dengan desa mawacara atau desa
kalapatra.
20
c. Tahap ketiga
1) Mesayut (widhi widana)
Mewidhi Widana adalah peroses upacara yang dilakukan
dalam rangka pengesahan perkawinan sang penganten di
pimpin oleh seorang sulunggih (dwijati) yang dihadiri oleh
keluaga, sedikara maupun undangan lainnya.
2) Membawa parikrama
Parikrama merupakan procedural maupun sarana terdiri
daei jaja penyongkol beserta runtuttannya, pisuguh, wakul
bersama runtuttannya, tegen-tegenan, tebu ceraken, rantasan,
kunyit keladi, panak biyu dll.17
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian
kualitatif, yang mana lebih pada terjun lansung ke lapangan (field
research). Guna memperoleh informasi yang lengkap tentang topik di
atas, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
“penomenalogi”. Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh
Bogdan seperti orang mau piknik, sehingga ia baru tahu tempat yang
akan dituju tetapi tentu belum tahu apa yang ada di tempat itu. Ia akan
tahu setelah membaca obyek, dengan cara membaca berbagai
17
Ibid,,,hlm. 27
21
informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek serta
aktifitas orang-orang yang ada di sekelilingnya.18
Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai
persepsi Jama‟ah Wahabi dalam budaya kawin di Desa Peresak
Kecamatan Sakra Lombok Timur.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti yang dimaksudkan di sini adalah peran dan
upaya peneliti dalam memperoleh data dan informasi. Dan penelitian
ini, peneliti terjun langsung kelapangan untuk mendapatkan data atau
informasi dengan menggunakan metode wawancara.
Dalam penelitian ini, keberadaan peneliti bertindak sebagai
pewawancara, sehingga dapat mengetahui fenomena yang terjadi
secara mendalam dan rinci sehingga data yang diperoleh akan lebih
lengkap.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini di lakukan di Desa Peresak Kecamatan Sakra
Kabupaten Lombok Timur. Di pilihnya Desa Peresak sebagi lokasi
penelitian dengan alasan karena tempat ini terjadi perbedaan peraktik
merarik . sehingg penulis terasa terpnggil untuk melakukan penelitian
secara langsung untuk mendptkan informsi dari para pihak yang terlibt
dlm permasalahan yang sedang ditelti.
4. Sumber dan jenis data
18http://gudangilmusosiologi.blogspot.co.id, diunggah rabu 12-10-2016.
22
a. Sumber data
Sumber data adalah obyek dari mana sebuah data bisa diperoleh.
Adapun sumber data dalam penelitan ini antara lain:
1) Jama‟ah Wahabi
2) Tokoh agama Jama‟ah Wahabi.
b. Jenis data
Jenis data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
data primer dan data skunder.
1) Data primer adalah data yang diperoleh peneliti berdasarkan
hasil wawan cara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
permasalahan yang penulis telti.
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku,
monogrfi Desa Peresak dan karya ilmiyah yang terkait dengan
permasalahan yang penulis teliti.
5. Tehnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
pengamatan dan peninjauan secara cermat.
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti
baik secara langsung maupun secara tidak langsung untuk
memperoleh data yang harus dikumpulkandalam penelitian.Secara
langsung adalah terjun ke lapangan terlibat seluruh
23
pancaindra.Secara tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu
melalui media visual/audiovisual.19
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seorang yang menjadi informan atau
responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara bertatap
muka
Wawancara dapat di lakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara atau dengan tanya jawab secara langsung. Dalam
peroses wawancara atau dengan menggunakan pedoman umum
wawan, intercara dengan menggunakan pedoman umum
wawancara.20
Jadi, metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan kepada informan maupun responden.
Adapun pihak-pihak yang penulis wawancarai adalah:
1) Pihak-pihak yang terlibat dengan kawin lari Lombok,
2) Tokoh agama Jama‟ah Wahabi yang ada di Desa Peresak,
tokoh agama yang dimaksudkan disini adalah orang-orang
yang dianggap memiliki pemahaman yang tinggi tentang ilmu
19 .Djam‟an satori, metodologi penelitian kualitatif. (Alfabeta. Bandung September 2014). 20. Afifuddin, Metodologi Penelitian Kualitatif . (Bandung: CV. Pustaka Setia. Bandung
april 2012)
24
agama, memiliki pengaruh yang sangat besar, dan dianggap
sebagai sosok ustatz di desa tersebut.
c. Dokumentasi
Ini merupakan metode pengumpulan data terhadap berkas-berkas
atau dokumen berupa catatan, transkrip, surat kabar dan
sebagainya.21
sedangkan dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
dokumen yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian, seperti
profil desa dan data-data penduduk di wilayah Desa Peresak.
Adapun data-data tersebut penulis peroleh dari kantor Desa
Peresak.
6. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.
Penelitian ini menggunakan analisis data secara kualitatif. Untuk
mengetahui proses terjadinya peroses merarik yang ada di desa
peresak kecamatan sacra Lombok timur. peneliti menggunakan
penyajian data yang diuraikan secara deskriptif.
21Arikunto, prosedur penelitian.H..227
25
Analisis dilakukan terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian.
Karena data dalam penelitian ini banyak menggunakan kata-kata,
maka analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Dedukasi, yaitu tehnik menganalisa data-data dengan jalan
menggunakan dari ketentuan yang untuk memperoleh ketentuan
yang khusus.
b. Induksi, yaitu teknik yang berangkat dari fakta-fakta yang bersifat
khusus atau pengolahan data yang bertitik tolak dari pengetahuan
khusus lalu ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis menganalisa dari
hasil wawancara secara perorangan atau lebih dan menyimpulkan
dari hasil analisa tersebut.
7. Validitas Data.
Guna mendapatkan data atau informasi yang benar-benar akurat,
tentunya data tersebut perlu diuji kebenarannya. Upaya-upaya untuk
menguji keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
cara yakni antara lain:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang
memampaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data itu.22
22Moleong, Metodologi Penelitian.H…103
26
Hal ini untuk membandingkan apa yang dilihat dan apa yan
didengar oleh penulis, sehinga hasil penelitian tidak bertolak
belakang dengan fakta dan realitas yang ada.
b. Kecukupan Refrensi
Kecukupan refrensi ini digunakan sebagai alat untuk
menampung dan menyesuaikan dengan krtik tertulis untu eperluan
evaluasi. Dalam penelitan ini hasil wawancara dan pengumpulan
data yang diperoleh dari sumber lainnya akan dibandingkan
dengan tingat kesesuaian refrensi yang telah ada.
Refrensi atau bahan bacaan yang lengkap dalam suatu penelitian
merupakan bahan pembanding terhadap cara dan temuan di lokasi
penelitian. Kemampuan peneliti di dalam membandingkan temuan-
temuan di lapangan dengan refrensi merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan keabsahan data.Semakin banyak refrensi yang
dimiliki maka semakin cepat memperoleh bahan pembanding
dalam menkonsultasikan data temuan di lapangan.
Dengan kecukupan refrensi di mana merupakan sebuah keharusan
yang dipandang sangat perlu bagi kesempurnaan hasil penelitan
ini. Oleh karena dianggap sangat penting, maka penulis berupaya
untu memperbanyak refrensi agar nantinya data dan informasi
yang diperoleh dapat dipertanggung jawabakan.
27
H. Sistematika pembahasan
Sistematika penulisan skripsi berjudul persepsi Jama‟ah Wahabi
terhadap budaya kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra terdiri atas:
1. Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang: konteks penelitian, fokus
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, ruanglingkup dan setting,
telaah fustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika
pembahasan.
2. Bab II paparan data dan temuan menguraikan tentang: gambaran
umum lokasi penelitian, persepsi aliran Sunnah terhadap budaya
kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra,bagaimana peroses
kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur.persepsi
Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari di Desa Peresak
Kecamatan Sakra..
3. Bab III pembahasan menguraikan tentang: persepsi aliran Sunnah
terhadap budaya kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra,
bagaimana peroses kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra
Lombok Timur, persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari
di Desa Peresak Kecamatan Sakra. Bab IV Penutup Kesimpulan dan
saran.
28
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Untuk mengetahui kondisi dan keadaan lokasi obyek penelitian guna
mewujudkan adanya kesesuaina antara realitas sosial dengan data yang
terjadi di lapangan, maka perlu untuk dideskripsikan tentang perofil obyek
penelitian berdasarkan data Monografi Desa Peresak Kecamatan Sakra
Kabupaten Lombok Timur.
A. Gambaran umum dan lokasi penelitian
1. Sejarah Desa peresak.
Desa Peresak pada awalnya adalah merupakan salah satu dusun yang
berada di bawah pemerintahan Desa Kabar, namun pada tahun 2012 Desa
peresak melakukan pemekaran dari Desa Kabar Kecamatan Sakra
Kabupaten Lombok Timur.
Setelah terjadinya pemekaran tersebut kini Desa Peresak bediri
sendiri di bawah pemerintahan Muhammad Tahnuji, jumlah penduduk di
Desa ini 2.430 jiwa, denan jumlah laki-laki 1.176 orang, jumlah
perempuan 1.254 orang, dengan jumlah kepala keluarga (KK) 780. Dalam
upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa Peresak
membentuk tiga Dusun, diantaranya yaitu:
29
a. Dusun Peresak Gunung Sari
b. Dusun Peresak Idik
c. Dusun Peresak Bongkot23
2. Kondisi Geografis24
Desa peresak merupakan bagian dari Wilayah Kabupaten Lombok
Timur yang terletak di Wilayah Kecamatan Sakra bagian utara
dengan luas Wilayah 177, 040 ha/m2, dengan batas-batas sebagai
berikut
a) Batas wilayah
Batas Desa/Kelurhan Kecamatan
Sebelah utara Desa Setanggor Sukamulia
Sebelah selatan Desa Moyot Sakra
Sebelah timur Desa Rumbuk Sakra
Sebelah barat Desa Kabar Sakra
b) Batas wilayah menurut Penggunaan
Luas pemukiman 53 ha/m2
Luas persawahan 36,15 ha/m2
Luas perkebunan 26 ha/m2
Luas perkuburan 2 ha/m2
Luas perkarangan 37 ha/m2
23Dokumentasi ,ArsifProfil Desa Peresak, dikutip tanggal, 5 april 2017. 24
Ibid..
30
Luas perkantoran 1,12 ha/m2
Luas perasarana umum lainnya 21,79 ha/m2
Total luas 177,040 ha/m2
Tanah sawah
Sawah irigasi teknis 36, 15 ha/m2
Sawah tadah hujan 26 ha/m2
Total luas 62, 15ha/m2
Tanah kering
Pemukiman 53 ha/m2
Pekarangan 37 ha/m2
Total luas 90 ha/m2
Tanah perkebunan
Tanah perkebunan perorangan 26 ha/m2
Total luas 26 ha/m2
Tanah fasilitas umum
Perkantoran pemerintah 0, 12 ha/m2
Tempat pemakaman desa/umum 2 ha/m2
Bangunan sekolah/perguruan 1 ha/m2
31
tinggi
Pertokoan 3,6 ha/m2
Jalan 1,8 ha/m2
Total luas 8,52 ha/m2
c) Iklim
Jumlah bulan hujan 4 bulan
Suhu rata-rata harian 30-31 oC
Tinggi tempat dari permukaan
laut
350 mdl
d) Jenis dan kesuburan tanah
Warna tanah (sebagian besar ) Cokelat
Tekstur tanah Lampungan
Tingkat kemiringan tanah 35 derajat
e) Tofografi 25
Desa /kelurahan dataran rendah Ya
Desa / keluran berbukit Ya
Letak
Desa/ kelurahan kawasan
perkantoran
Ya 0, 12 ha/m2
25Dokumentasi ,ArsifProfil Desa Peresak, dikutip tanggal, 5 april 2017.
32
Desa/ kelurahan
pertokoan/bisnis
Ya 3,6 ha/m2
Desa/kelurahan rawan banjir Tidak 4,8 ha/m2
Desa/ kelurahan bebas banjir Tidak 48, 2 ha/m2
Orbitasi
Jarak ke ibu kota
kecamatan
5 km
Lama jarak tempuh ke ibu
kota kecamatan dengan
kendaraan bermotor
15 menit
Lama jarak tempuh ke ibu
kota kecamatan dengan
berjalan kaki atau non
bermotor
1 jam
Kendaraan umum ke ibu
kota kecamatan
9 unit Ada
Jarak ke ibu kota
kabupaten/kota
8 km
Lama jarak tempuh ke ibu
kota kabupaten dengan
kendaraan bermotor
15 menit
33
Lama jarak tempuh ke ibu
kota kabupaten dengan
berjalan kaki atau
kendaraan non bermotor
2 jam
Kendaraan umum ke ibu
kota kabupaten/kota
9 unit Ada
Jarak ke ibu kota perovensi 57 km
Lama jarak ke ibu kota
perovensi dengan
kendaraan bermotor
2 jam
Lama jarak tempuh ke ibu
kota perovensi dengan
berjalan kaki atau
kendaraan non bermotor
20 jam
Kendaraan umum ke ibu
kota perovinsi
- Unit Tidak
34
3. Tingkat pendidikan masyarakat26
Pendidikan merupakan aspek penting dalam membangun bangsa.
Karena itu, hampir semua bangsa menempatkan pembangunan
pendidikan sebagai prioritas tama dalam perogram pembangunan n
asional. Sumberdaya mannusia yang bermutu yang merupakan
produk pendidikan merupakan kunci keberhasilan negara
Untuk lebih jelasnya, mengenai jumlah penduduk Desa peresak
berdasarkan tingkat penidikannya untuk tahun 2016/2017 dapat
dilihat pada tabel berikut:
NO Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan
1 Usia 3-6 tahun yang
belum masuk TK
45 orang 54 orang
2 Usia 3-6 tahun yang
sedang TK/play group
20 orang 26 orang
3 Usia 7-18 tahun yang
tidak pernah sekolah
26 orang 37 orang
4 Usia 7-18 tahun yang
sedang sekolah
197 orang 255 orang
5 Usia 18-56 tahun tidak
pernah sekolah
50 orang 53 orang
6 Usia 18-56 thn pernah 40 orang 47 orang
26Ibid….
35
SD tetapi tidak tamat
7 Tamat SD/sederajat 200 orang 252 orang
9 Jumlah usia 12 – 56
tahun tidak tamat SLTP
47 orang 29 orang
10 Jumlah usia 18 – 56
tahun tidak tamat SLTA
95 orang 68 orang
11 Tamat SMP/sederajat 108 orang 200 orang
12 Tamat SMA/sederajat 127 orang 200 orang
13 Tamat D-1/sederajat 1 orang 2 orang
14 Tamat D-2/sederajat 50 orang 56 orang
15 Tamat D-3/sederajat 4 orang 9 orang
16 Tamat S-1/sederajat 40 orang 64 orang
17 Tamat S-2/sderajat 2 orang 1orang
Jumlah 1025 orang 1303 orang
Total Jumlah 2.419 orang
36
4. Tingkat Ekonomi Masyarakat.27
Setiap masyarakat senantiasa menghendaki kesejahteraan dalam
kehidupan.Di Desa Peresak Kecamata Sakra kabupaten lombk
Timur, meskipun setiap tahunya terjadi pertambahan penduduk,
namun asih dalam batas kewajaran serta dapt dikendalikan dengan
adanya program keluarga berencana.
Kegiatan perekonomian di DesaPeresak Kecamatan Sakra
Kabupaten Lombok Timur cukup menyenangkan dan berimlkasi
bagi peningkatan pendapatan masyarakat, perekonomian
masyarakat masih di dominasi oleh sektor pertanian.
Gambaran mengenai mata pencaharian secara detail dapat
diliht dalam tabel sebagai berikut:
NO Jenis pekerjaan Laki-laki Perempuan
1 Petani 129 orang 100 orang
2 Buruh tani 100 orang 62 orang
3 Buruh migrant 183 orang 11 orang
4 PNS 38 orang 20 orang
5 Pengrajin industri rumah
tangga
25 orang 40 orang
6 Pedagang keliling 4 orang 15 orang
7 Peternak 10 orang ----orang
8 Montir 3 orang ----orang
27
Ibid..
37
9 Dokter swasta 3 orang ---- orang
10 Bidan swasta ---- orang 9 orang
11 TNI 10 orang ---- orang
12 POLRI 3 orang ---- orang
13 Pensiun
PNS/TNI/POLRI
8 orang 1 orang
14 Pedagang kecil dan
menengah
49 orang 40 orang
15 Arsitektur 2 orang ---- orang
Jumlah 898 orang
5. Karakter masyarakat Desa Peresak
Karaktermasyarakat Desa Peresak pada umumnyataat
menjalankan ajaran agama, karena seluruh masyarakat memeluk
agama islam. Secara garis besar mereka mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
a. Komunikatif.
b. Sifat tolong menolong masih hidup. Sifat ini terlihat apabila
tetangga atau masyarakat yang mendapat musibah sakit
atau kematian.
c. Mempunyai sifat gotong royong yang masih tinggi
d. Sangat mengandalkan hasil bercocok tanam dan
berdangang
38
e. Cepat menerima perubahan (inofatif) terhadap hal-hal
mendatngkan manfaat.
f. Saling menghargai perbedaan.
6. Profil Jama’ah Wahabi
Aliran ini mulai masuk di Desa Peresak pada tahun 2003
dengan beberapa pengikut namun kini sudahmencapai 400 jiwa
112 kk, adapun rutinitas jamaah atau aliran sunnah ini adalah
melakukan pengajian umum pada malam senin sedangkan pada
malam-malam lainnya tetap melakukan pengajian namun tidak di
Desa Peresak yaitu di tempat-tempat lain atu tempat-tempat dimna
ada jamaah sunnah. Adapun aliran sunnah ini di pimpin oleh pak
Sarman Sp.d. dan sekertaris sekaligus bendahara di pegang oleh
Masri.
Namun pada tahun 2012 silam ajaran Wahabi tidak
diterima di desa peresak karena masyarakat menggap bahwa aliran
Wahabi itu sangat keras, sehingga dengan keberadaan wahabi
membuat terjadinya konflik antara masyarakat dengan penganut
wahabi, bahkan masjid yang didirikan dirusak oleh masarakat.
sehingga dari itu nama aliran Wahabi tidak terpakai lagi dan kini
sudah merubah namanya menjadi Sunnah.
39
Untuk lebih jelasnya seteruktur organisasi aliran sunnah dapat
dilihat dalam tabel tersebut.
B. peroses pelaksanaan kawin lari di Desa Peresak.
Masyarakat Desa Peresak, tempat di mana individu-individu
berdomisili, kebiasaan masyarakat di desa ini yaitu mengadakan Selakarn
setiap malam Jumat, melakukan pengajian umum selama 2 kali dalam satu
bulan, dan Masyarakat desa peresak masih menjaga kebiasaan-kebiasaa
yang di ajarkan oleh nenek moyang mereka seperti, acara keagamaan
yaitu, maulid Nabi, isro‟ mi‟raj, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang
masih bisa di temukan eksistensinya sampai sekarang yaitu budaya
merariq. nyongkolang dan adat-adat lainnya
masyarakat desa Peresak masih menjaga rasa saling tolong
menolong antar sesama masyarakat itu terlihat ketika ada warga
masyarakat yang terkena musibah seperti, kematian dan begawe semua
masyarakat ikut ambil peran .
Di Desa peresak ini budaya merariq/Kawin lari masih terjaga
sampai sekarang namun seiring perkembangan zaman budaya kawin lari
KETUA
SARMAN Spd
BENDAHARA
MASRI
SEKRETARIS
MASRI
40
sudah mulai memudar,orang-orang tidak melarikan lagi namun langsung
di reda di orang tua mereka, malah ada juga yang datang sendiri.
sebagaimana yang di ungkap kan oleh K.H.M Wildan Alhusni
S,pdi selaku masyarakat atau petuah di Desa Peresak dalam kesempatan
wawancara dengan penulis
„budaya kawin lari di peresak saat sekarang ini sudah mulai memudar, tapi masih ada sieh yang melakukannya. Namun kalo adat-adat perkawinannya jak masih tetap terjaga sampai sekarang seperti, beselabar, nyorong, begawe nyongkolang, semua adat-istiadat yang di yang dari nenek moyang kita itu masih tetap terjaga namun kalo yang melarikan anak orang itu sudah mulai berkurang, karena sekarang anak-anak atau pemuda-pemuda di desa ini minta izin langsung ke orang tua wali tapi masih banyak juga dengan cara di larikan karena kalo tidak dilarikan si cewek itu merasa di pakasa‟‟28
Hal serupa juga disampaikan oleh H. Muhsinin SP.d. selaku tokoh agama
Desa Peresak, ketika penulis bertanya tentang persepsi budaya kawinlari.
„‟ kalau masalah budaya kawin lari ini sebenarnya kamu juga bisa menjawab sendiri karena kamu juga melakukannya tapi cuman beda desa aja. di Peresak ini budaya kawin lari itu masieh ada sampai sekarang dan peroses pelaksanaannya pun masih terlaksana sampai sekarang bukan hanya di desa peresak ini saja di tempat-tempat lain juga masih ada dan masih kentel juga, adat-adat pernikahan di peresak ini juga tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang seprti begawe, beselabar, nyorong dan nyongkolan.‟‟29.
Pada kesempatan yang sama penulis juga melakukan wawancara dengan
Azhari, terkait budaya kawin lari, Azhari mengatakan;
„‟budaya kawin lari atau merarik di desa peresak ini masih ada ,apalagi peroses pelaksanaan itu masih terjaga seperti sesudah di larikan itu masyarakat sini melakukan selabar, nyorong terus dilanjutkan
28
Wildan Alhusni, wawancara (Peresak, 03-05-2017. 16; 11) 29
Muhsini , wawancara(Peresak, 04-09-2017,16;23)
41
kepernikahan lanjut lagi ke acara nyongkolang . di peresak ini kadang ada juga yang tidak nyongkolan, karena ada yang jodohnya satu kampung, ada juga yang tidak mau menyusahkan diri, karena buat nyewa kecimolnya, ada juga yang hanya inggas di pernikahannya saja, tergantung pihak keluarga yang menikah. tapi yang jelas budaya kawin lari itu masih ada namun sudah mulai memeudar dan perosesi pernikahannya masih tetap utuh sampai sekarang mungkin sampai masa yang akan datang‟‟ 30 Dari petikan wawancara di atas bahwa di Desa Peresak masih melakukan
kawin lari atau Merariq namun sudah mulai memudar oleh perkembangan
zaman tetapi peroses pelaksanaan kawin lari itu tetap terjaga sampai
sekarang, tidak pernah memudar dari dulu hingga kini bahkan mungkin
sampai hari nanti, karena perosesi pernikahan ini merupakan adat istiadat
yang berasal dari nenek moyang mereka sehingga masih tetap dijaga
eksistensinya sampai saat sekarang ini.
C. Persepsi Jama’ah Wahabi terhadap budaya kawin lari
Budaya kawin lari di Desa peresak tidak diterima begitu saja oleh semua
lapisan masyarakat, namun ada kelompok atau individu-individu yang
tidak menerima eksistensi budaya kawin lari ini, namun di Desa Peresak
juga ada sebagian kolompok Juga menerima dan masih menjaga budaya
kawin lari tersebut. Walupun objek yang di terima oleh alat indra sama
namun stimulus yang masuk kedalam saraf berbeda-beda sehingga antara
individu yang satu dengan yang lainnya atau kelompok masyarakat yang
satu dengan yang lain berbeda persepsi dalam mempersepsikan budaya
kawin lari tersebut.31
30
Azhari, , wawancara(Peresak, 04-09-2017,16;23) 31
Observasi, (28-02-2017)
42
Persepsi merupakan suatu peroses yang didahului oleh peroses
penginderaan, yaitu merupakan peroses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indera atau juga disebut peroses sensoris.Namun peroses itu
tidak berhenti begitu saja, melalui stimulus tersebut diteruskan dan peroses
selanjutnya merupakan peroses persepsi.Karena itu peroses persepsi tidak
dapat lepas dari penginderaan, dan peroses penginderaan merupakan
peroses pendahulu dari peroses persepsi. Peroses penginderaan akan
berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui
alat indra, yaitu mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat
pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan,
kulit ditelapak tangan sebagai alat perabaan; yang kesemuanya sebagai alat
indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu
Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di
sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Dalam persepsi stimulus dapat
datang dari luar, tetapi juga dapat datang dalam diri individu
sendiri.Namun demikian sebagian terbesar stimulus datang dari luar
individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi dapat melalui macam-
macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi sebagian besar
persepsi melalui alat indera penglihatan..
Karena persepsi merupakan aktifitas yang integrated dalam diri individu,
maka apa yang ada dalam diri individu yang ikut aktif dalam persepsi
dapat di kemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-
pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu
43
stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan
individu yang lain. Persepsi itu bersipat individual.
Seperti halnya budaya kawin lari yang ada di Lombok ini khususnya di
lokasi penelitian tempat peneliti melakukan penelitian yaitu di Desa
Peresak Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur.budaya kawin lari
tidak diterima sepenuhnya oleh masyarakat Desa Peresak, seperti halnya
dengan Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari.s
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Sarman S.Pd. selaku tokoh
agama atau Ustaz Jama‟ah Wahabi dalam kesempatan wawancara dengan
penulis:
„‟perempuan dan laki-laki yang duduk tanpa di dampingi dengan mahromnya itu sudah haram hukumnya apa lagi melarikan atau mencuri anak orang tanpa sepengetahuan orang tua atau walinya jelas tidak boleh di lakukan. Seperi halnya budaya kawin lari ini, melarikan anak orang di malam hari kemudian dibawa kerumah keluarga laki-laki tanpa di ketahui oleh keluarga si perempuan, jadi hukumnya mencuri itu kan sudah jelas di dalam alquran bahwa hukumnya haram dan tidak boleh dilakukan. Segala bentuk Budaya yang bertentangan dengan alquran dan hadis tidak boleh dilakukan seperti halnya budaya kawin lari ini, dan budaya kawin lari ini juga kan berasal dari budaya orang bali, masak iya kita mengikuti budayanya orang bali. walaupun budaya kawin lari ini turun temurun dari nenek moyang dan banyak di lakukan namun kami Sunnah tidak melakukan kawin lari, cara kami menikah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasululah SAW. Yaitu dengan cara Nazor, jadi kesimpulannya budaya kawin lari itu tidak boleh di lakukan dan hukumnya pun haram‟‟32
Dari petikan hasil wawancara di atas bahwa budaya kawin lari tidak
diterima sepenuhnya oleh masyarakat Desa peresak karena budaya kawin
lari menyimpang dari menyimpang dari ajaran agama.Walaupun budaya
32Sarman, Wawancara(Peresak, 05-03-2017, 16:23; 35)
44
kawin lari memang budaya nenek moyang yang sudah ada dari dulu dan
masih dilakukan di Desa Peresak Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok
Timur.
Selain menyimpang dari ajaran agama, budaya kawin lari juga di
anggap melecehkan para wanita karena di ambil secara diam-diam atau
dicuri pada malam hari tanpa sepengetahuan pihak keluarga perempuan,
Pada kesempatan lain penulis juga melakukan wawancara dengan
Mahyuni selaku masyarakat Desa Peresak yang menganut aliran Sunnah, .
„‟ Seharusnya pemerintah tidak boleh membiarkan kawin lari itu terjadi atau pemerintah tidak mengesahkan budaya kawin lari itu, karena dengan kawin lari para wanita itu dilecehkan, kawinlari itu kan melarikan perempuan tanpa diketahui oleh orang tuanya, setelah dilarikan atau dicuri baru dikasih tahu keluarga sipermpuan bahwa anaknya sudah dilarikan atau sudah melariq, itu sebenarnya tidak boleh dilakukan dan kawin lari itu selain melecehkan para perempuan, kawin lari atau budaya melarikan anak orang itu melenceng dari ajaran agama Islam walaupun menurut saya pernikahannya tetap sah karena pada saat peroses pernikahan itu ada wali dan para saksi walapun dalam ajaran kami yang mengganut ajaran Sunnah tidak ada yang menikah secara merariq atau dilarikan karena kita merariq dengan cara nazor. Jadi kalo menurut saya merariq itu boleh.tapi awal dari pernikahan itu yang salah caranya anak orang dicuri padahal sudah jelas mencuri itu tidak boleh, seolah-olah memaksa para perempuan untuk menikah padahal si perempuan belum siap untuk menikah.33
Hal serupa juga disampaikan oleh Saparudin, selaku jamaah dari aliran
Sunnah terkait budaya kawin lari yang ada di Desa Peresak Kecamatan
Sakra Kabupaten Lombok Timur.
„‟kita selaku penganut aliran Sunnah kalau sudah itu yang dikatakan sama agama walaupun dia bertentangan dengan budaya atau ajaran nenek moyang, yaaaa,,tetep kita ikuti agama, karena budaya kawin lari itu bertentangan dengan Al-quran dan hadis, kita
33
Mahyuni , wawancara (Peresak, 09-04-2017. 16;03)
45
selaku penganut aliran Sunnah mengerjakan apa yang diperintahkan oleh agama, apa yang ada di Al-quran dan hadits itu yang kami kerjakan, walaupun itu kebiasaan dari nenek moyang kita, budaya kita , kita tidak lakukan karena bertentangan dengan agama, dan budaya kawin lari ini malah hukumnya haram karena bertentangan dengan Al-qur‟an dan hadits, dan resepsi pernikah kita pun, apa yang di ajarkan agama itu yang kita lakukan, seperti nyorong dan uang jaminan kita tidak melakukannya cukup dengan membayar mahar/maskahwin saja, uang jaminanpun dibayar kalau pun ada kalo tidak ada tidak perlu dibayar, karena di dalalam ajaran kita tidak ada yang memerintahkan untuk nyorong. Jadi apabun bentuk dari budaya atau ajaran nenek moyang kita yang bertentangan dengan Al-qur‟an dan Hadits kita tidak kerjakan.‟‟34
Hal serupa di ungkapkan oleh fa‟i dalam kesempatan wawancara dengan
penulis iya mengatakan bahwa.
„‟kita selaku jama‟ah sunnah tidak nikah dengan cara adat yang berkembang di desa peresak namun kita menikah dengan cara nazor, dan pernikahan kami juga tidak rumit seperti yang ada di desa Peresak ini yang disebut dengan merariq atau kawin lari. dalam ajaran kami tidak melakukan kawin lari atu merariq karena bertentangan dengan ajaran agama, karena budaya kawin lari yang saya tau kita mengambil anak orang kemudian kita bawa ke rumah saudara atau teman kita untuk di sembunyikan dalm waktu beberapa hari, kemudian si mempelai wanita tidak ada mahromnya yang menemani, kalo menurut saya kawin lari itu tidak boleh dilakukan karena kan bertentangan dengan agama malahan hukumnya haram.‟‟
Dari hasil obsevasi dan wawancara yang penulis lakukan, dapat di
simpulkan bahwa budaya kawin lari tidak boleh di lakukan dan hukumnya pun
haram karena bertentangan dengan ajaran agama selain bertentangan dengan
ajaran agama dan jama‟ah wahabi juga tidak melakukan budaya kawinlari
melainkan mdengan cara nazor .yang sebagaimana telah di ajarkan oleh Al-
qur‟an dan hadits.
34
Saparudin , wawancara(Peresak, 09-04-2017. 16; 57)
46
BAB III
PEMBAHASAN
1. peroses pelaksanaan kawin lari di Desa Peresak.
Dalam adat sasak perosesi pernikahan dapat di klasifikasikan
menjadi dua tahapan utama, yaitu pra pernikahan dan pasca
pernikahan.deskeripsi berikut ini akan menggambarkan beberapa perosesi
yang harus dilalui oleh pasangan laki-laki an perempuan suku sasak
khususnya di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok timur menuju
gerbang perkawinan di antaranya:
1) Pra perkawinan
secara umum, setiap perkawinan biasanya di dahului oleh
sebuah perkenalan antara seorang laki-laki dan perempuan. teradisi
ini dalam masyarakat sasak di kenal dengan sebutan beberayean
atau bekemele’an, maksudnya adalah saling menjajaki atau
pacaran. berayeanatau bekemele’an adalah pacaran atau ada rasa
saling memeiliki antara seorang laki-laki dengan perempuan
(antara muda dan mudi). berayeanatau bekemele’an merupakan
perosesi awal untuk menuju pernikahan dalam adat-istiadat
masyarakat sasak. tujuan dari berayean ini hampir sama dengan
konsef ta’arruf, yaitu sarana untuk saling kenal mengenal antara
dua pasangan muda mudi sebagai bekal untuk membangun rumah
tangga di kemudian hari. Bagi masyarakat sasak, akan merasa
heran kalo dua pasangan muda-mudi melangsungkan pernikahan
47
tanpa pernah diketahui berayean atau bekemele’an (pacaran)
sebelumnya karena pertanyaan yang sering muncul dari khalayak
adalah‟‟wah ngone’ ye pade berayean atau bekemele’an?‟‟(sudah
berapa lama mereka berpacaran), dan bahkan lamanya waktu
berpacaran terkadang berpengaruh berat ringnnya ajikrama.
ada beberapa macam yang dilakukan para muda mudi
dalam beberayean atau bekemele’an untuk bisa saling kenallebih
dekat antara keduanya bahkan dengan keluarga si perempuan dan
masyarakatnya, yaitu:
a. midang
midang adalah berkunjung ke rumah gadis dengan maksud
untuk menemuinya atas dasar cinta.kalau datang ke rumah
gadis bukan semata-mata untuk menemui dia dan tidak atas
dasar cinta, tidak di katakan midang, melainkan
silaturrahmi biasa atau main-main
b. mereweh
merewehartinya memberi. perewehanmaksudnya
pemberian. bagi laki-laki yang sedang berpacran seringkali
memberikan sesuatu kepada si gadis. permewehan itu
biasanya diberikan dalam dua motif; pertama, semata-mata
inisiatif sendiri laki-laki dengan maksud untuk
membahagiakan dan atau untuk membuktikan keseriusan
48
cintanya. kedua, karena memang ada permintaan dari
sigadis.
2) merariq
merariq merupakan rangkain akhir dari peroses pencarian
jodoh (pasangan) untuk menuju perkawinan. merariqartinya
membawa lari seorang perempuan oleh pihak laki-laki untuk
kawin. merariq merupakan yang paling banyak di lakukan oleh
suku sasak di beberapa tempat dari dulu hingga sekarang untuk
perkawinan
3) besejati lan beselabar
besejati merupakan peroses informasi yang ditujukan
kepada pemerintah desa (desa asal calon perempuan) untuk
memberi tahukan kepada kepala desa (pengamong krama)
kemudian dilanjutkan informasi tersebut kepada kepala dusun atau
keliang (pengemban krama), dan selanjutnya kepada orang tua
mempelai perempuan. selabarartinya sebar kabar.35
4) Betikah atau Akad Nikah
sebelum akad nikah (betikah) dilaksanakan, pihak laki-laki
sebelumnya telah siap untuk menghadirkan orang tua perempuan
sebagai wali dan juga Petugas Pencatat Nikah (PNN) desa. karena
itu pihak keluarga laki-laki semenjak peroses merariq harus segera
menghibungi kiyai (tokoh agama) dusun untuk melapor ke PNN
35
Muhammad Harfin zuhdi, Peraktik Merariq.hlm..58-69
49
dan mencari kepastian kesediaan orang tua perempuan untuk hadir
sebagai wali (nutut wali). Apabila semuanya sudah siap, maka
akad nikah bisa dilangsungkan pada hari yang sudah disepakati
semua pihak dan pelaksanaanya mungkin saja dilaksanakan di
masjid, musolla (santren).
5) Bait-janji;pisuke, Ajikrama, dan Arte Gegawan.
Dengan berahhirnya peroses betikah atau akad nikah, maka
inti poin tuntutan syari‟at(hukum islam) dalam perkawinan
dianggap sudah selsai, dan mempelai laki-laki dan perempuan
sudah mendapat legalitas untuk melakukan hubungan biologis.
Namun inti poin tuntunan adat sasak masih belum selsai. Tuntunan
adat yang harus dilaksanakan setelah acara betikah adalah bait
janji.
6) Begawe atau pesta
begaweartinya pesta, perhelatan atau selamatan.pesta bagi
pihak laki-laki biasanya disebut nanggap,sedangkan pesta bagi
pihak perempuan disebut ngadap. penyebutan nanggap bagi pesta
pihak laki-laki karena sesungguhnya dialah yang melaksanakan
pesta, sedangkan pihak perempuan disebut ngadep karena
(kebanyakan) biayanya berasal dari pihak laki-laki berupa pisuke
(pemberian pihak laki-laki atas pihak perempuan) dan semata-mata
di adakan hanya untuk menyambut kedatangan peserta
nyongkolang(sorong serah) dari pihak laki-laki
50
7) Nyongkolang (seremonial perkawinan)
Bila sudah selsai menyerahkan uang tersebut, maka
dibicarakanlah kapan akan dilaksanakan acara nyongkolang
(seremonial). dalam masyarakat sasak, acara ini dilaksanakan oleh
kedua keluarga mempelai dalam waktu yang sama di rumah
masing-masing. Hal demikian karena acara ini tidak lah acara
sederhana dimana dalam acara nyongkolan ini kedua keluarga
mempelai akan mempersiapkan segala macam perosesi
nyongkolan. keluarga laki-laki akan mempersiapkan kedua
mempelai untuk mengunjung keluarga perempuan sebagai tanda
serah terimadi antara kedua belah pihak.
Dalam perosesi nyongkolang ini, keluarga laki-laki
mengundang seluruh keluarga atau karib kerabat untuk menghadiri
acara nyongkolan itu, begitu juga dengan keluarga perempuan,
biasanya acara nyongkolan dari pihak perempuan di namakan
nanggep, yaitu acara seremonial yang diadakan dirumah mempelai
perempuan karena akan menyambut kedatangan pengantin mereka
untuk serah terima (sorong serah)
51
8) Bales onos nae(kunjungan balasan sebagai balasan perpisahan)
Bales onos nae, yaitu kunjungan pihak pengantin laki-laki
kepada keluarga pengantin perempuan stelah acara nyondolan
danajikrama. Bales onos nae, ini bertujuan untuk memperkenalkan
semua anggota keluarga terdekat secara khusus. Bales onos nae ini
juga sebagai simbol perpisahan terakhir dari pengantin perempuan
kepada kedua orangtuanya karena pengantin perempuan akan
mengikuti ke mana suaminya tinggal nanti.36
2. persepsiJama’ah Wahabi terhadap budaya kawin lari.
Allah mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat
bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan
beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia, mahluk yang dimuliakan
Allah SWT.Untuk menjauhi dari ketimpangan dan penyimpangan, Allah
SWT. Telah membekali syariat dan hokum-hukum islam agar
dilaksanakan manusia dengan baik.
Perkawinan merupakan salah satu dimensi kehidupan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia di dunia mana pun.Begitu pentingnya
perkawinan, maka tidak mengherankan jika agama-agama didunia
mengatur masalah perkawinan bahkan teradisi atau adat masyarakat dan
juga institusi negara tidak ketinggalan mengatur perkawinan yang berlaku
di kalangan masyarakat.
36
ibid,,hlm,71
52
Sudah menjadi kenyataan umum bahwa pengaturan masalah perkawinan
di dunia tidak menunjukkan adanya keseragaman. Keberbedaan itu tidak
hanya antara satu agama dengan agama yang lain, satu adat dengan adat
masyarakat yang lain, satu negara dengan negara yang lain, bahkan dalam
satu agamapun dapat terjadi perbedaan pengaturan perkawinan yang
disebabkan adanya cara berpikir berlainan karena menganut mazhab atu
aliran yang berbeda37.
Tujuan pernikahan dalam islam tidak hanya sekedar pada batas
pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan seksual, tetapi memiliki
tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan social, psikologi dan
agama.38
Pernikahan merupakan hal yang sacral di dalama agama Islam karena itu
tidak boleh bermain-main dengan pernikahan tersebut, tentu dalam ajaran
Islam sudah diatur bagaimana seharusnya melakukan pernikahan. Akan
tetapi dengan banyaknya mazhab atau aliran yang berkembang di
Indonesia sehingga terjadi banyak persepsi terhadap proses perkawinan
tersebut. Sepertihalnya aliran Sunnah dan Ahlussunnah Waljamaah
berbeda persepsi atau pendapat terhadap proses dan hukum pernikahan
yang berkembang di Lombok khususnya di Desa Peresak Kecamatan
Sakra Kabupaten Lombok Timur.
Adat pernikah yang berkembang dilombok dari dulu hingga sekarang
terkenal dengan budaya kawin lari atau merariq.sehingga budaya kawin
37 Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer, (Yogyakarta: Teras, 2009)
38Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Munakahat (Jakarta:
AM)AH, hal…
53
lari ini acapkali menimbulkan perselisihan antara golongan yang satu
dengan yang lainnya. Hal seperti ini terjadi didesa Peresak yang dimana
terdapat Jama‟ah Wahabi yang tidak membolehkan kawin lari
Dari hasil penelitian yang telah penulis paparkan di bab sebelumnya, ada
beberapa persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari, di
antaranya:
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa Jama‟ah
Wahabi, mereka beranggapan bahwa budaya kawin lari tersebut
dengan beberapa alasan sebagai berikut:
a. Bertentangan dengan ajaran agama.
Akad nikah berbeda dengan teransaksi-teransaksi lain
karena memiliki pengaruh penting dan sakral.Tema pernikahan
menyangkut kehidupan manusia dan hubungan kebersamaan antara
jenis laki-laki dan perempuan.Dari sisi ini pernikahan tergolong
transaksi yang paling agung yang memperkuat hubungan antar
sesama manusia dan paling keritis keadaannya. Oleh karena itu
syariat islam menghendaki pelaksanaan pranikah (peminangan)
untuk menyingkap kecintaan kedua pasang manusia yang akan
mengadakan transaksi nikah, agar dapat membangun keluarga yang
didasarkan pada kecintaan yang mendalam. Dari keluarga inilah
muncul masyarakat yang baik dapat melaksanakan syariaat Allah
dan sendi-sendi ajaran Islam yang lurus.
54
Khitabah (meminang) adalah permintaan seorang laki-laki untuk
menguasai seorang wanita tertentu dari keluarganya dan bersekutu
dalam urusan kebersamaan hidup.Atau dapat pula diartikan,
seorang laki-laki menampakkan kecintaannya untuk menikahi
seorang wanita yang halal dinikahi secara Syara‟. Adapun
pelaksanaannya beragam;adakalanya peminang itu sendiri yang
meminta langsung kepada yang bersangkutan, atau melalui
keluarga, dan atau melalui utusan seseorang yang dapat dipercaya
untuk meminta orang yang dikehendaki.
Syariat islam memperbolehkan seorang laki-laki memandang
wanita yang ingin dinikahi, bahkan dianjurkan dan disunnahkan
karena pandangan peminang terhadap pinangan merupakan bagian
dari dari saranakeberlangsungan hidup pernikahan dan
ketenteraman. Sebagaimana yang diriwayatkan Nabi SAW.
Bersabda kepada Al-Mughirah bin Syu‟bah yang telah meminang
seorang wanita untuk dinikahi: „‟ Apakah anda telah melihatnya?‟‟
iya menjawab: belum.‟‟ Beliau bersabda.
Syariat islam memperbolehkan laki-laki melihat wanita
terpinang, demikian juga wanita terpinang boleh melihat laki-laki
peminang. Penglihatan masing-masing ini dimaksudkan agar saling
memahami dan menerima sebelum melangkah ke
pernikahan.Kebolehan melihat tersebut hanya pada saat khitbah.
55
Oleh karena itu, peminang tidak boleh bersunyian empat mata
dengan wanita terpinang, tidak boleh pergi bersama, keluar untuk
rekreasi, dan lain-lain kecuali disertai dengan
mahramnya(saudara). Hal tersebut untuk menolak fitnah, menjauhi
tempat-tempat keraguan, melihara kemuliaan dan kehormatan
gadis, sungguh-sungguh memelihara masa depan, dan melihara
keluarganya.
Fuqaha‟ telah sepakat bahwa pandangan peminang terhadap wanita
terpinang tidak boleh di tempat sunyi karena bersunyian antara
laki-laki dan wanita haram.Syara‟ tidak memperbolehkannya
sekalipun untuk berhitbah. Larangan berlaku umum sebagaimana
sabda Nabi SAW yang artinya
ا اَسْيطا ل ِ ثا لثح َ رجل با ْمر أة فإ ايْخلو
Artinya : tidak boleh bersunyian seorang laki-laki dengan seorang
wanita, sesungguhnya yang ketiga adalah setan.
Hadis di atas bukan berarti melarang duduk dan berbincang-
bincang antara peminang dan terpinang.Hal tersebut dapat
dilakukan dengan syarat adanya mahram yang menyertainya atau
minimal di bawah pengawasan keluarga atua kerabat.39
Dalam perosesi kawin lari wanita di bawa ketempat
persembunyian sebelum melakukan akad nikah sehingga calon
39
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih munakahat (jakarta;Amzah 2011).hlm..8
56
mempelai laki-laki bebas saling pandang walupun sudah menikah
namun belum sah, sehingga membuat para Jama‟ah Wahabi tidak
membolehkan kawin lari itu dan mengatakan hukumnya haram,
karena iya berpegang pada pirman Allah SWT.yang melarang
wanita dan laki-laki berduaan dan saling menjaga pandangan
mereka masing-masing.
Laki-laki (bukan Mahram) diharamkan memandang wanita
tanpa keprluan.syariat telah memerintahkan untuk menahan
pandangan mata. Allah SWT berfirman
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".(Qs. An-Nuur
[24]:30)
Dari ayat di atas lah para jama‟ah Wabi tidak memboleh kan dan
mengharamkan budaya kawin lari, karena selama perosesi kawin lari para
calon pengantin saling memandang dan tidak hanya calon pengantin
perempuan saling memandang calon pengantin laki-laki namun laki-laki
kerabat calon pengantin laki-laki yang jelas bukan mahramnya.
57
b. Takut akan Zina
laki-laki bukan mahramnya di haramkan memandang wanita tanpa
ada keperluan syriat. syariat telah memerintahkan untuk menahan
pandangan mata
Syariat islam memperbolehkan melihat wanita terpinang
karena maslahat, sedangkan segala bentuk yang menimbulkan
bencana atau kerusakan (mafsadat) terlarang. Olehkarena itu tidak
boleh melihat wanita terpinang ditempat sepi tanpa disertai oleh
salah seorang keluarganya(mahram). Bersepian dengan seorang
wanita lain haram hukumnya, kecuali bagi mahram atu suami
sendiri. Asumsi diperbolehkannya pacaran, bergaul bebas, dan
bersepian dengan maksud saling mengetahui sifat atu karakter
calon teman pasangannya sebelum menikah adalah asumsi batil,
tidak benar. Hal tersebut di karenakan masing-masing individu
akan membebani teman calon pasangannya berdiri diluar karakter
dan menampakkan dirinya tidak seperti biasa.40
Dari keterangan di atas maka para jama‟ah Wahabi tidak
membolehkan kawin lari, karena membawa anak orang tanpa
sepengetahuan keluarganya atau mahramnya dan takut akan
terjadinya zina walaupun hanya sebatas zina mata dan zina tangan.
Karena Jama‟ah Wahabi berpegang teguh pada Al-qur‟an dan
hadis.
40
Ibid..17
58
Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Al-qur‟an surat Al-
isra‟‟ [17] ayat 32 melarang setiap orang mendekati zina.
32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Selama perosesi kawin lari hususnya pra pernikahan, calon pengantin di
larikan untuk di sembunyikan di rumah kerabat pengantin laki-laki,
sehingga selama perosesi pelarian dan tibanya di tempat persembunyian
calon pengantin laki-laki dan perempuan akan sering bareng, sehingga
para Jama‟ah Wahabi mengatakan adanya perzinaan di perosesi pelarian
dan persembunyian tersebut walu hanya sebatas zina mata, dan zina
tangan.
59
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap persoalan yang dibahas pada
bab sebelumnya. Secara menyeluruh dapat penulis simpulkan sebagai
berikut:
1. peroses kawin lari di Desa Peresak yaitu: Menikah dengan cara
melerikan masih ada namun sudah mulai memudar,namun perosesi
merariq masih tetap terjaga. ada pun perosesi pernikahnnya yang
ada di Desa Peresak yaitu tidak kalah bedanya dengan perosesi
pernikahan yang ada di daerah-daerah lain yaitu:pertama, perosesi
pra pernikahan ialah:beberayean atau bekemele’an, midang,
mereweh.kedua, pasca pernikahan. merariq, besejati lan beselabar,
betikah atau Akad Nikah, bait janji;pisuke, Ajikrama, begawe,
nyongkolan, Bales Onas Nae.
2. Persepsi Aliran sunnah terhadap budaya kawin lari di Desa Peresak
Kecamatan Sakra adalah yaitu: pertama, budaya kawin lari tidak
boleh dilakukan dan hukumnya haram karena bertentangan dengan
ajaran agama. Kedua, Karena takut akan adanya zina, stelah calon
pengantin membawa calon pengantin perempuan ketempat
persembunyian atau ketempat dimana calon penganmtin
perempuan dimana disembunyikan akan terjadinya zina walaupun
60
hanya sebatas zina mata dan zina tangan.segala bentuk budaya
yang bertentangan dengan ajaran agama tidak boleh dilakukan.
B. SARAN.
1. Jama‟ah Wahabi
Bisa saling memahami dan menghormati budaya atau kebiasaan-
kebiasaan yang ada di tengah-tengah masyarakat atau kebiasaan
jama”ah yang non Wahabi.
2. untuk masyarakat desa Yang non Wahabi.
menjaga silaturrahmi dan saling menghargai, menghormati satu sama
lainnya agar persaudaraan tetap terjaga.
3. Pemerintah Daerah
Agar selalu memberikan saran dan masukan kepada masyarakat agar
sama-sama saling menghargai dan menghormati terhadap kepercayaan
masing-masing agar tidak terjadinya konflik terhadap masyarakat.
61
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin,2012. metodologipenelitiankualitatif. Bandung: CV. PustakaSetia. Djam‟an satori, 2014.metodologipenelitiankualitatif. Bandung :Alfabeta. Dunia baca.com Fattah Hanurawan. Psikologisosialsuatupengantar.Bandung :PTRemajarosakarya,
2010. Harfin, 2012.praktikmerarik. LEPPIM IAIN MATARAM. HenyustiniNuraeni, Muhammad Alfan. 2012. Study Budaya di
Indonesia.Bandung . PustakaSetia Heny, 2012.studybudaya di Indonesia.Bandung : CV. PustakaSetia. http://gudangilmusosiologi.blogspot.co.id, diunggahrabu 12-10-2016. Lexy j. moleong.Metodologipenelitiankualitatif.Bandung :RemajaRosdakarya:
2011 Sarlito, Eko. 2011. Psikologisosial. Jakarta:salembahumanika Sugiyono, 2010.memahamipenelitiankualitatif . Bandung: Alfabeta. SuharsimimiArikunto. Prosedurpenelitiansuatupengantarpraktik.Jakarta:
Bumi Aksara,1982. Sulasman,JuhayaS.Pradja,2013.Teoriteorikebudayaan,dariteorihinggaaplikasi
Bandung: CV PustakaSetia. www.gfpanjalu.com/2012/10/maksuddanpengertiankawinlari. Made MetuDahana.Sistemkawinlari, adat Bali Lombok danfilosofisnya
.Bandung: paramita, 2013. Alex Sobur. PsikologiUmum.Bandung: CV. PustakaSetia 2003. BimoWalgito.pengantarpsikologiumum.Yogyakarta: CVANDI, 1980. ArsifProfilDesaPeresak, dikutiptanggal, 5 april 2017. KutbuddinAibak. KajianFiqihKontemporer. Yoyakarta: TERAS, 2009
62
Abdul Aziz Muhammad Azzam. FiqihMunakahat. Jakarta: AMZAH, 2011 Fattah HANURAWAN, PSIKOLOGI SOSIAL, SUATU PENGANTAR,( Bandung;
PT REMAJA ROSDAKARYA, 2010) Miftahul Akhyar, Risalah Ahlussunnah Waljama’ah, (Bandung: Khalista:2012)
Abdul Malik Kamal As-Sayyid Salim, Sahih Fikih Sunnah, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007)
63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
64
Dokementasi Wawancara Dengan Petuah Masyarakat Desa Peresak dan Jama‟ah
Wahabi
65
66
67
68
69