Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI MASYARAKAT DESA WALOINDI TERHADAPMUHAMMADIYAH DI KEC. TOGO BINONGKO
KAB. WAKATOBI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh GelarSarjana Pendidikan pada Program Study Sosiologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
LIRIANA
NIM. 10538314915
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JANUARI, 2020
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Sekecil apapun itu tetalah berbuat baik meskipun mungkin kebaikan mu tidak
begitu dihargai oleh orang lain, namun jangan berkecil hati dan juga bersedih
karena Allah selalu bersama dengan setiap hambanya yang menebarkan
kebaikan.
Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang, bukan
terletak pada wajah dan pakainnya.
Buya Hamka
Kupersembahkan karya ini kepada Ayahanda La Baka dan Ibunda tercinta Jamulia,
serta saudara-saudara ku karena berkat kasih sayang , doa dan dukungan yang tulus
sehingga ananda sampai ditahap ini. Aku datang untuk keluarga, merekalah cintah
kasih ku, terima kasih ku takan pernah henti
1
ABSTRAK
Liriana, 2020. “Persepsi Masyarakat Desa Waloindi terhadap Muhammadiyahdi Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi”. Skripsi Jurusan Pendidikan Sosiologi FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing olehKaharuddin dan Sam’un Mukramin.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. AdapunPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana persepsi masyarakat Desa Waloinditerhadap Muhammadiyah di Kec. Togo Binongko, Kab. Wakatobi 2) Mengapa masyarakatDesa Waloindi berpresepsi negative terhadap Muhammadiyah di Kec. Togo Binongko, Kab.Wakatobi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dandokumen dan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, peneliti dapat mengambilkesimpulan bahwa Persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kec.Togo Binongko Kab. Wakatobi beragam ada yang negatif dan ada pula yangpositif.perbedaan terjadi antara masyarakat yang tidak berpendidikan dan Masyarakat yangberdidikan. Penyebab masyarakat berpresepsi negatif terhadap Muhammadiyah di Kec. TogoBinongko Kab. Wakatobi yaitu karena kepercayaan masyarakat masih kental sehinggahmereka menolak pemahaman baru dan penyebab lainnya ialah pendidikan.
Kata Kunci : Persepsi, masyarakat, Muhammadiyah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha ESA yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan kepada makhluk-Nya. Hanya dengan
kehendak dan kuasa-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi yang
berjudul “Persepsi masyarakat Desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kec. Togo
Binongko Kab. Wakatobi.” dimaksudkan untuk menempuh ujian program sarjana
strata 1 dalam Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makkassar.
Proses penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang penulis alami, baik
dalam proses pencarian dan pengumpulan data di lapangan, wawancara dengan
narasumber, maupun penulisan dari awal hingga akhir. Hal ini karena keterbatasan
dan kemampuan yang penulis miliki. Melalui kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak terkait, atas bantuan
bimbingan, petunjuk, dan semangat yang diberikan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Dengan penuh rasa hormat, penulis menghaturkan terima kasih yang setulus-
tulusnya beserta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing Dr.
Kaharuddin S.Pd.,Ph.D selaku pembimbing I dan Sam’un Mukramin, S,Pd., M,Pd.
selaku pembimbing II, yang dengan ikhlas meluangkan waktu, pikiran dan tenaga
untuk memberikan nasehat serta bimbingan yang teramat berarti ditengah kesibukan
yang sangat padat, yang telah menuntun penulis dengan penuh kesabaran dan
keterbukaan, sejak dari persiapan sampai dengan selesainya skripsi ini. Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan pula kepada Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM, Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Drs. H.
Nurdin, M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Kaharuddin, S.Pd.,
M.Pd., Ph.D. Serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi penulis.
Ucapan terimakasih dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua Ayahanda
La Baka dan Ibunda Jamulia tercinta yang tidak hentinya mendo’akan, memberikan
perhatian, nasehat, dorongan moril, dan materi selama penulis menempuh pendidikan
hingga selesai. Kepada saudara-saudar tercinta yang telah memberi semangat selama
ini, terima kasih atas semuanya. Kepada keluarga penulis, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, terima kasih atas dorongan dan do’anya. Untuk itu
Teerima kasih juga penulis mengucapkan kepada kakanda, adinda sahabat dan
saudara tercinta Pondok Makassar yang selalu setia menemani dan memberikan
masukan selama penulis berada dalam bangku perkuliahan hingga penulisan skripsi
ini. Rekan seperjuangan Sosiologi angkatan 2015 selalu mendampingi penulis dan
memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi, semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis
serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi kita semua.
Makassar, Desember 2019
Liriana
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .......................................................... vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS……………………………………… viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
E. Definisi Operasional ................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka....................................................................... 10
1. Persepsi masyarakat............................................................ 10
2. Muhamadiyah....................................................................14
B. Landasan Teori……………………………………………. 16
C. Kerangka Pikir ………………………………………….... 18
D. Penelitia yang Relevan…………………………………… 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................. 22
B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 22
C. Fokus Penelitian....................................................................... 22
D. Informan Penelitian ................................................................. 22
E. Jenis dan Sumber Data............................................................. 23
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 24
G. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 24
H. Teknik Analisi Data ................................................................. 24
I. Teknik Keabsahan Data ........................................................... 27
BAB IV GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Waktobi ................................................................ 31
B. Profil Kecamatan Togo Binongko .................................................... 35
C. Profil Desa Waloindi......................................................................... 35
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 43
B. Pembahasan....................................................................................... 53
BAB VI KESIMPUAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 61
B. Saran.................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Wakatobi menurut Kecamatan ................. 32
Tabel 4.2 Rincian Jumlah Penduduk.................................................................. 37
Tabel 4.3 Rincian tingkat kesejahtraan………………………………………… 37
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan………………………………………………….. 39
Tabel 4.5 Mata Pencaharian…………………………………………………... 40
Tabel 4.6 Rincian Ternak……………………………………………………... 41
Tabel Rincian Sarana Prasarana………………………………………………. 41
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Pikir ………………………………………………… 18
Bagan 3.1Teknik Analisis Data ………………………………………………. 27
DAFTAR-LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara
2. Data instrument dalam wawancara
3. Dokumentasi
4. Persuratan
5. Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak pihak yang sering menyalahpahami pandangan ke Islaman
Muhammadiyah, bahkan sering mengatasnamakan Muhammadiyah untuk
mempropagandakan pandangan keagamaan yang sebenarnya berbeda dengan
pandangan Muhammadiyah. Masyarakat desa Waloindi sendiri memahami
muhammadiyah bukan sebagai sebuah organisasi melainkan sebagai sebuah
agama baru yang hadir dengan segalah aturannya Sementara masyarakat desa
Waloindi masih banyak yang tidak bisa meninggalkan kebudayaan yang terbawa
dari nenek moyang mereka, karena kebudayaan itu sangat erat kaitannya dengan
tingkat kepercayaan mereka tentang suatu hal yang dianggapnya keramat dan
wajib untuk dilakukan.
Muhammadiyah merupakan sebuah Organisasi Islam yang terbesar di
Indonesia, yang berdiri pada tahun 1912. Pendiri Persyarikatan Muhammadiyah
ialah Kiyai Haji Ahmad Dahlan, seorang pribumi Jawa yang menjadi abdi dalam
agama di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Nama Organisasi ini diambil
dari nama Nabi Muhammad saw. Sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Organisasi
ini bergerak dalam tiga bidang, antara lain bidang pendidikan, kesehatan dan
keagamaan. Dan organisasi ini dikategorikan sebagai salah satu organisasi
modern di Indonesia yang berpengaruh di awal abad XX menurut Prof. Merle
2
Calvin Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2005). Alasanya, kelahiran
Muhammadiyah berada di posisi in the right place and time dalam menjawab
permasalahan masyarakat Hindia-Belanda khususnya di Yogyakarta.Akibat
penjajahan dan pembedaan kelas sosial yang dibedakan kepada bangsawan dan
orang biasa, masyarakat membutuhkan akses pendidikan dan kesehatan yang
lebih.
Tujuan dari berdirinya organisasi ini yaitu untuk membebaskan umat
Islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupan yaitu dengan menerapkan
pengajaran Nabi Muhamad saw, dan membebaskan dari praktek-praktek Agama
yang meyimpang dari kemurnian Islam yang tidak terdapat dalam Al-Quran dan
Sunnah Nabi. Saat itu Islam dipengaruhi sifat fatalalisme, bid’ah, khurafat dan
konservatisme yang berpengaruh kuat pada kehidupan keagamaan social dan
ekonomi masyarakat muslim di Indonesia. Muhammadiyah tampil untuk
memperjuangkan nasib umat islam dan memajukan kehidupan keagamaan umat
islam. Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah mengadakn rapat-rapat,
tabligh, mendirikan masjid, menerbitkan buku, brosur, surat kabar dan majalah.
Melihat pendidikan Islam yang sangat tradisional, akhirnya
Muhammadiyah memutuskan untuk memperbaharui system pendidikan islam
secara modern sesuai dengan kondisi zaman. Muhammadiyah mendirikan
lembaga pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sekolah-
sekolah umum yang di dalamnya diberi pengetahuan agama (Samsul Nizar 2007).
3
KH. Ahmad Dahlan berusaha untuk memurnikan ajaran Islam dari
takhayul, bid’ah dan khurafat. Muhammadiyah kemudian menetapkan beberapa
hal dalam pengajarannya, seperti penentuan arah kiblat secara pasti, penggunaan
metode hisab untuk menentukan awal dan akhir bulan puasa Ramadhan,
penyelenggaraan shalat hari raya di lapangan, pengumpulan dan pembagian zakat
fitrah dan daging kurban, penyampaian khutbah dalam bahasa yang di mengerti
jama’ah, pelaksanaan shalat jum’at dan tarawih berdasarkan sunnah Nabi
Muhammad saw, penghilangan beduk dari masjid, peniadaan ziarah kubur kepada
tokoh yang dianggap keramat dan lain sebagainya.
Muhammadiyah memiliki pandangan Islam yang berkemajuan, dalam
Muktamar Satu Abad tahun 2010 di Yogyakarta mendeklarasikan pandangan
islam yang berkemajuan, Pandangan Islam yang berkemajuan atau lebih ringkas
disebut islam berkemajuan sebagaimana dideklarasikan Muhammadiyah
merupakan ikhtiar untuk menggali kembali api pemikiran islam yang digagas dan
diwujudkan oleh pendiri muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan seratus tahun
yang silam. Selain itu, pandangan tersebut, sekaligus menjadi bingkai pemikiran
bagi Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua dalam gerakan
muhammadiyah dalam memasuki abad kedua dalam perjalanannya kedepan,
sehingga semangat pembaharuan tetap berkesinambungan dalam gerakan
muhammadiyah dan seluruh komponen organisasinya Haedar Nashir ( 2015 ).
4
Lahirnya Muhammadiyah disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yaitu kondisi kehidupan masyarakat Indonesia
antara lain: ketidak murnian pengamalan akibat tidak dijadikan AL-quran dan
Hadist sebagai pedoman hidup sebagian umat islam di Indonesia. Kemudian
lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyuplai generasi
yang siap mengemban misi selaku Khalifah Allah di atas Bumi. Sedangkan faktor
eksternalnya`yaitu semakin meningkatnya gerakan Kristenisasi ditengah–tengah
masyarakat indonesia, dan penerobosan bangsa- bangsa Eropa terutama bangsa
Belanda ke indonesia. Disamping itu, politik kolonialis Belanda mempunyai
kepentingan terhadap penyebaran agama Kristen di Indonesia.
Muhammadiyah telah berusia 100 tahun lebih, akan tetapi persepsi
masyarakat terhadap Muhammadiyah beragam ada yang pro dan ada yang kontra.
Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan,
kemampuan tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan
untuk mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Sarlito Wirawan
Sarwono (1983:89).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eidirno (2014) dengan judul
Persepsi Masyarakat Terhadap Muhammadiyah Di Kecamatan Tubbi Taramanu
Kabupaten Polewali Mandar. Menunjukkan bahwa persepsi masyarakat
Kecamatan Tubbi Taramanu terhadap Muhammadiyah sangat beragam ada
sebagian masyarakat yang mendukung, ada sebagian merasa biasa saja dan
bahkan ada sebagian masyarakat yang menolak secara tegas Muhamadiyah.
5
Alasan mereka menolak dengan tegas, karena mereka menilai Muhammadiyah
sebagai organisasi yang sangat ekstrim, tidak gaul, dan keras terhadap hal-hal
yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka.
Persepsi yang kontra masyarakat tentang Muhammadiyah juga di temukan
dalam penelitian Sri Ana Melda (2017) dengan judul Analisis Persepsi
Masyarakat Tentang Peran Muhammadiyah Dalam Memberikan Pelayanan
Pendidikan Di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedaga. Hasil
penelitian menunjukan bahwa Pimpinan Cabang Muhammadiyah mempunyai
peranan penting dalam memberikan pelayanan pendidikan, selain sebagai
pemberi pedoman, penjaga, tapi juga sebagai pengontrol. Adapun
penghambatnya yaitu selain pelayanan dalam pendanaan juga persepsi
masyarakat tentang muhammadiyah masih kebanyakan negatif sehingga kurang
kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak mereka kesekolah
Muhammadiyah, karena kurangnya pemahaman mereka tentang organisasi
Muhammadiyah.
Organisasi Muhammadiyah mulai aktif di daerah Buton Sulawesi
Tenggara pada awal tahun 1950, merintis kegiatannya dibidang pendidikan,
da’wa serta amal sosial. Akan tetapi untuk memastikan sejak kapan
Muhammadiyah ada di Buton sangatlah sulit. Walaupun pengaruhnya sudah
nampak dalam masyarakat, namun secara riil aktivitas Muhammadiyah baru
dirasakan sejak awal tahun 1950-an dipelopori oleh sepuluh orang, salah satunya
H. La Ode Hamiru Subair (2008). Kegiatan da’wa pada awalnya diselenggarakan
6
melalui pengajian keliling dari rumah ke rumah. Setelah warga persyarikatan
semakin meluas, da’wa baru dilaksanakan di Mesjid Raya Bau-Bau.
Pengaruh Muhammadiyah juga sudah terasa di Wakatobi sejak tahun
1950-an namun akibat pergolakan politik yang pernah terjadi di Buton pada tahun
1960 sampai dengan tahun 1970, menyebabkan aktifitas Muhammadiyah di
Buton mulai redup dan dilupakan masyarakat. Nanti pada periode muktamar
Muhammadiyah tahun 1985 terbentuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Buton yang meliputi PCM Wolio, PCM Bungi dan PCM Betoambari.
Walaupun kepulauan Wakatobi yang terdiri dari 4 kecamatan saat itu masuk
dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Buton tetapi padaa saat itu belum juga
terbentuk PCM di kecamatan-kecamatan di wilayah itu.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah maka kabupaten Buton mekar
menjadi 6 daerah otonom yaitu Kab. Buton, Kota Bau-Bau, Kab. Bombana, Kab.
Buton Tengah, Kab. Buton Selatan dan Kab. Wakatobi. Seiring dengan itu
Muhammadiyah mengembangkan sayapnya mengikuti perkembangan wilayah
pemerintahan. Pada tahun 2010 terbentuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah
(PDM) Wakatobi yang terdiri dari 4 pimpinan Cabang yaitu Cabang Wangi-
Wangi Selatan, Cabang Wangi-Wangi Induk, Cabang Kaledupa dan Cabang
Tomia Subair (2017).
7
Amal usaha Muhammadiyah di Kabupaten Wakatobi makin berkembang
yang ditandai dengan berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Wakatobi di Mola
Wangi-Wangi Selatan, SMA Muhammadiyah 2 di perkampungan Bajo Kaledupa,
dan sementara dalam proses pendirian Universitas Muhammadiyah Wakatobi dan
SMP 1 di Tomia.
Sementara untuk Kecamatan Togo Binongko sendiri belum ada satupun
instansi-instansi yang berkaitan dengan Muhammadiyah. Hal ini membuktikan
bahwa Muhammadiyah belum eksis di Kecamatan Togo Binongko, namun seiring
berkembangnya zaman pendididikan di Kecamatan Togo Binongko mulai lahir
kader-kader dari muhammadiyah, akan tetapi karena jumlahnya sangat minim
sehingga yang memberi pemahaman kepada masyarakat tentang muhammadiyah
itu sendiri masih sedikit bahkan bisa dibilang tidak ada. Sehingga tidak bisa di
pungkiri bahwa sampai sekarang pemahaman masyarakat khususnya Desa
Waloindi sebagian besar negative.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di rumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kec.
Togo Binongko, Kab. Wakatobi?
2. Mengapa masyarakat Waloindi berpresepsi negatif terhadap Muhammadiyah di
Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang di kemukakan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap
Muhammadiyah di Kec. Togo Binongko, Kab. Wakatobi
2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan mengapa masyarakat Waloindi
berpresepsi negatif terhadap Muhammadiyah di Kec. Togo Binongko Kab.
Wakatobi.
D. Manfaat
1.Manfaat Teoritis
Untuk mendukung teori-teori yang sudah ada sebelumnya sehubungan
dengan masalah yang di bahas penelitian serta untuk pengembangan ilmu-
ilmu sosial khususnya ilmu sosiologi dan menambah khasanah pengetahuan
khususnya mengenai Persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap
Muhammadiyah di Kecamatan Togo Binongko, Kabupaten Wakatobi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Memberikan gambaran kepada peneliti yang lainnya tentang
bagaimana persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di
Kec. Togo Binongko, Kab. Wakatobi dan mengapa masyarakat Desa
Waloindi berpresepsi negatif terhadapa Muhammadiyah di Kec. Togo
Binongko Kab. Wakatobi
9
b. Untuk referensi, yakni dapat menjadi bahan rujukan bagi para peneliti
selanjutnya.
C. Definisi Operasional
1. Persepsi
Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses
pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra
yang dimiliki sehingga ia sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya
2. Masyarakat
Secara umum Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup
bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam
lingkungannya.
3. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad saw. sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad saw. Latar belakang KH Ahmad Dahlan memilih
nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat
umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada
celah untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang
agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah saw.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Persepsi Masyarakat
a. Pengertian persepsi masyarakat
Persepsi dari kamus psikologi adalah berasal dari bahasa Inggris,
perception yang artinya: persepsi, penglihatan, tanggapan; adalah proses
seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui
indera-indera yang dimilikinya; atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh
melalui interpretasi data indera.
Persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh penginderaan
(Kartono dan Gulo, 1987 dalam Adrianto, 2006). Penginderaan adalah suatu
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat
indera. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf ke otak melalui
pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
Stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu
yang di indera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah di organisasaikan
dan diinterpretasikan (Davidoff, 1980 dalam Adrianto, 2006). Melalui
persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan.
11
Menurut (Walgito, 2000 dalam Adrianto, 2006) Persepsi merupakan
aktivitas yang menyeluruh, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu
seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan
aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu masyarakat akan ikut berperan
dalam persepsi tersebut. Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan
bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi karena
pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan
tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu dengan
individu yang lain tidak sama.
Mengenai pengertian masyarakat dalam kamus bahasa Inggris,
masyarakat disebut society asal katanya socius yang berarti kawan.Arti yang
lebih khusus,bahwa masyarakat adalah kesatuan sosial yang mempunyai
kehidupan jiwa sepertiadanya ungkapan-ungkapan jiwa rakyat, kehendak
rakyat, kesadaran masyarakatdan sebagainya.
Sedangkan jiwa masyarakat ini merupakan potensi yang berasal dari
unsur-unsur masyarakat meliputi peraturan, status dan peranan sosial.
Sehinggapara pakar sosiologi seperti Mac Iver, J.L Gillin memberikan
pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling
berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan
prosedur yang merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat berkesinambungan dan terikat oleh suatu
identitas bersama (Musadun, 2000 dalam Adrianto, 2006).
12
Pengertian persepsi masyarakat dapat disimpulkan adalah tanggapan
atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang saling
berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan
prosedu rmerupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat-istiadat
yang bersifat sinambung dan terikat oleh suatu identitas bersama yang
diperoleh melalui lisan dan data indera.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan stimulus dapat masuk dalam
rentang perhatian seseorang.Faktor penyebab ini dapat dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu faktor dari luar (eksternal) dan faktor dari dalam (internal).
Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor
internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan
stimulus tersebut.
Menurut Miftah Toha (2003:154), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang adalah sebagai berikut:
a) Faktor Internal: Perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian, proses belajar, keadaan fisik, gangguan
kejiwaan, nilai dan kebudayaan juga minat, dan motivasi
b) Faktor-faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang di
peroleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, kekuatan, ukuran,
keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan atau ketidak asingan
suatu objek.
13
Menurut Bimo Walgito (2004:70) faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi dapat dikemukakan beberapa factor yaitu:
a) objek yang di persepsi
objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor, Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari
dalam diri individu yang bersangkutan yang lansung mengenail syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor.
b) Alat indra, syaraf dan susunan syaraf
alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu
juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat
membentuk persepsi seseorang.
c) Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi.Perhatiam merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain
dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus,
meskipun objek tersebut benar-benar sama. persepsi seseorang atau kelompok
14
dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya
sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan
individu, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau
perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi
dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses
belajar, dan pengetahuannya.
2. Muhammadiyah
a. Pengertian Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi
Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapat ya
nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakann Islam, dakwah
amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada alquran dan
assunnah. Berkaitan dengan latarbelakang berdirinya Muhammadiyah
secara garis besar faktor penyebabnya adalah Pertama, faktor subyektif
adalah hasil pendalaman K.H. ahmad dahlan alquran dalam menelaah,
membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua, faktor obyektif dimana
dapat dilihat secara internal dan ekternal. Secara internal ketidak murnian
amalan islam akibat tidak dijadikannya alquran dan sunnah sebagai satu-
satunya rujukan oleh sebagian besar umat islam Indonesia. Secara
eksternal adalah semakin meningkatnya gerakan kristenisasi ditengah-
tengah masyarakat Indonesia.
15
b. Sejarah perkembangan muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal
8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama
Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan.
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang
Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu
itu dalam keadaan jumudt, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang
bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh
karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah
kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.
Perkembangan Muhammadiyah Secara garis dapat dibedakan
menjadi 2, antara lain:
1. Perkembangan secara vertikal : yaitu perkembangan dan perluasan
gerakan Muhammadiyah ke seluruh penjuru tanah air, berupa
berdirinya wilayah-wilayah di tiap-tiap propinsi, daerah-daerah di tiap-
tiap kabupaten/kotamadya, cabang-cabang dan ranting-ranting serta
jumlah anggota yang bertebaran di mana-mana
2. Perkembangan secara horizontal : yaitu perkembangan dan perluasan
amal usaha Muhammadiyah, yang meliputi berbagai bidang
kehidupan. Hal ini dengan pertimbangan karenabertambah luas serta
banyaknya hal-hal yang harus diusahakan oleh Muhammadiyah, sesuai
16
dengan maksud dantujuannya. Maka dibentuklah kesatuan-kesatuan
kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu pimpinan
persyarikatan. Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis
dan badan-badan.
B. Landasan Teori
1. Teori Fakta Sosial
Dalam bukunya yang berjudul The Rulers of Sociological Method
(1965) Durkheim menawarkan definisinya mengenai sosiologi. Durkhem
menilai bahwa bidang yang mesti dipelajari sosiologi adalah fakta sosial.
Fakta social yang dimaksud ialah cara bertindak, berperasaan yang berada di
luar individu mempunyai kekuatan memaksa, dan mengendalikan individu
Ambo Upe (2010:92).
Durkheim menyatakan bahwa fakta sosial sebagai barang sesuatu yang
berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh
ilmu pengetahuan. Sesuatu itu tidak dapat dipaham melalui kegiatan mental
murni semata, tetapi untuk memahminya diperlukan penyusunan data riil di
luar pemikiran manusia melalui kegiatan penelitian empiris, dan tidak dapat
dipelajari melalui introspeksi.
Fakta sosial menurut Durkheim ekistensinya bersfat independen pada
tingkat sosial, karena independen, maka fakta sosial tidak direduksi dalam
fakta individu. Dalam artian, untuk menjelaskan fakta sosial, maka kit harus
mengamati fakta sosial itu sendiri, buannya fakta individu sebagaimaa
17
dipahami oleh Homans, bahwa setiap usaha untuk menjelaskan gejala sosial
harus didasarkan pada proporsinya mengenai perilaku hidup.
Durkheim dalam buku Tradisi Aliran Dalam Sosiologi dari Filosofi
Positivistik Ke Post Positivistik membagi fakta sosial atas 2 macam, yakni
dalam bentuk materiil, yaitu barang sesuatu yag dapat ditangkap oleh indra
manusia. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata
contohnya norma hukum; dan dalam bentuk non materiil yaitu sesuatu yang
dinyatakan atau dianggap sebagai barang sesuatu yang nyata. Fakta ini
bersifa inter-subjektif yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia,
sebagai contoh egoisme, altruisme.
2. Teori Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis,
yang menyangkut hubungan antara orang perorang, antarkelompok manusia,
serta antara orang perorang dan kelompok manusia Soerjono Soekanto
(2013-55). Proses sosial pada hakikatnya adalah pengaruh timbal balik antara
berbagai bidang kehidupan bersama. Lebih lanjut menurut Soerjono Soekanto
hakikat hidup bermasyarakat itu sebenarnya adalah terdiri dari relasi-relasi
yang mempertemukan mereka dalam usaha-usaha bersama dalam aksi dan
tindakan mereka.
Dengan demikian, dapat pula diartikan bahwa masyarakat merupakan
jaringa relasi-relasi hidup yang timbal balik. Yang satu berbicara, yang lan
mendengarkannya; yang satu bertanya, yang lainnya menjawab, yang satu
18
member perintah, yang lainnya menaati; yang satu berbuat jahat, yang lain
membalas dendam; dan yang satu mengundang, yang lainnya dating. Jad
selalu tampak bahwa orang salig mempengaruhi. Dan hasil interaksi inilah
sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interprestasi yang diberikan oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini Dewi Wulansari ( 2009:35 ).
C. Kerangka Pikir
Pada setiap penelitian pasti di perlukan adanya kerangka berpikir sebagai
pijakan atau pedoman dalam menentukan arah dari penelitian, hal ini diperlukan agar
penelitian tetap terfokus pada kajiannya akan diteliti. Kerangka pikir tersebut
digunakan untuk memberikan konsep dalam pelaksanaan penelitian dilapangan, alur
kerangka yang dibuat oleh penelitian ini akan dideskripsikan sebagai berikut:
Bagan 2.1 Bagan Skema Kerangka pikir
Masyarakat
Muhammadiyah
Persepsi MasyarakatPenyebab masyarakatberpikir negatif
Hasil Temuan
19
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan merupakan suatu penelitian yang sebelumnya dianggap
cukup relevan/mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan diteliti
yang berguna untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian dengan pokok
permasalahan yang sama.
1. Eidirno (2014) dengan judul Persepsi Masyarakat Terhadap Muhammadiyah
Di Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan Muhammadiyah di
Kecamatan Tubbi Taramanu mengalami pasang surut, pada awalnya belum
dapat diterima oleh masyarakat namun lambat laun telah mencapai titik
terangnya dan mulai diminati oleh masyarakat. Persepsi masyarakat
Kecamatan Tubbi Taramanu terhadap Muhammadiyah sangat beragam ada
sebagian masyarakat yang mendukung, ada sebagian merasa biasa saja dan
bahkan ada sebagian masyarakat yang menolak secara tegas Muhamadiyah.
Perbedaan persepsi ini terjadi karena dipengaruhi oleh perasaan, sikap dan
kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus),
proses belajar, keadaan fisik, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi,
latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan
kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-
hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek. Perbedaan persepsi
dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-
perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam
20
motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri
seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar,
dan pengetahuannya.
2. Sri Ana Melda (2017) Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Peran
Muhammadiyah Dalam Memberikan Pelayanan Pendidikan Di Kecamatan
Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedaga. Hasil penelitian menunjukan
Pimpinan Cabang Muhammadiyah mempunyai peranan penting dalam
memberikan pelayanan pendidikan, yaitu sebagai pemberi pedoman,
penjaga, dan sebagai pengontrol. Peranan tersebut dilaksanakan bukan
hanya pada jalur formal saja tetapi juga non formal. Adapun penghambatnya
yaitu banyaknya kendala yang dihadapi Muhammadiyah dalam
memberikan pelayanan pendidikan yang terutama dalam pendanaan dan
persepsi masyarakat tentang muhammadiyah masih kebanyakan negatif
sehingga kurang kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak
mereka kesekolah Muhammadiyah, karena kurangnya pemahaman
mereka tentang organisasi muhammadiyah.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
untuk mendapat deskriptif yaitu sebuah penelitian yang berusaha memberikan
gambaran umum mengenai objek yang diamati atau diteliti, atau bahkan suatu
penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara sistematis dan actual mengenai
fakta-fakta yang ada di lapangan tentang persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap
Muhammadiyah di Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif deskriptif
dengan pendekatan Studi Kasus. Studi kasus dimaksud adalah strategi riset, penelitian
empiris yang menyelidiki suatu gejala yang nyata. Studi kasus adalah penelitian yang
sangat waktu tertentu. Tujuanya untuk memperoleh gambaran yang utuh dalam dan
mendalam dari sebuah budaya. Studi kasus dalam penelitian ini merupakan penelaan
empiris yang menyelidiki kasus persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap
Muhammadiya di Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi.
Sugiono dalam Herwina Bahar (2016:15) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat potpositisisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambil;an sampel, sumber dan
data dilakukan secara purposive dan snowbal data yang bersifat induktif/kualitatif,
22
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.
Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitian
dilakukan dalam kondisi alamiah.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan. Dan
lokasinya bertempat di Desa Waloindi, Kecamatan Togo Binongko, Kabupaten
Wakatobi. Penentuan lokasi dimaksud untuk mempermudah dan memperjelas obyek
yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak terlalu luas dengan
alasan lokasi ini sangat sesuai dengan target penelitian tetang persepsi masyarakat
desa waloindi terhadap Muhammadiyah.
C. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus penelitian ini adalah persepsi masyarakat desa
Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi.
D. Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti.
Selanjutnya perlu dikemukakan siapa yang menjadi informan atau partisipan atau
narasumber sebagai sumber datanya. Emori (2012), Informan penelitian adalah orang
yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi di lokasi.
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil
penelitiannya. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai
informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
23
Jumlah informan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu sepuluh orang.
Informan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling yaitu teknik dimana peneliti memilih sampel dari populasi sesuai dengan
kriteria yang telah di buat peneliti. Kriteria informan yang akan dipilih peneliti yaitu:
1) Mengambil informan dari dari masyarakat desa Waloindi
2) Informan yang bersedia menjadi informan, serta mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik.
E. Jenis dan Sumber Data
1. Data primer
Merupakan data yang didapatkan dari informan utama yaitu data yang
diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan secara lansung dengan
narasumber yang akan diwawancarai berisi pertanyaan tentang Persepsi
Masyarakat desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kecamatan Togo
Binongko Kabupaten Wakatobi.
2. Data Sekunder
Merupakan data pelengkap yang didapat dari laporan-laporan intansi yang
terkait dengan penelitian ini, sumber bisa berupa buku, majalah data statistik
dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.
24
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan di dalam
pengumpulan data. Adapun alat yang digunakan berdasarkan tehnik pengumpulan
data antara lain:
1. Daftar pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada informan.
2. Buku catatan dan pena digunakan untuk mencatat seluruh keterangan yang
diberikan oleh informan.
3. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan seluruh peristiwa yang terjadi
selama proses penelitian.
4. Dokumentasi digunakan untuk melihat seluruh peristiwa yang terjadi selama
proses penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara-cara untuk melakukan
penelitian seperti:
1. Observasi
Observasi adalah peneliti mengamati lansung ke lokasi penelitian dan
mencatat dengan sistematis fenomena-fenomena di lokasi penelitian
(koentjraningrat1990).Yang berkaitan dengan Persepsi Masyarakat Desa
Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kecamatan Togo Binongko Kabupaten
Wakatobi.
25
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih konkrit
dan pendirian seseorang yang tidak didapat melalui pengamatan. Wawancara
bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang
semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi.Dalam hal ini, peneliti
dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di
samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Dalam berbagai situasi,
peneliti dapat meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri
terhadap peritiwa tertentu dan dapat menggunakan posisi tersebut sebagai dasar
penelitian selanjutnya.
Kelebihan mencari data dengan cara wawancara, dapat diperoleh
keterangan yang tidak dapat diperoleh dengan metode yang tidak menggunakan
hubungan yang berifat personal. Semakin bagus pengertian pewawancara dan
semakin halus perasaan dalam pengamatanya itu, semakin besar pulalah
kemampuannya untuk memberikan dorongan kepada subjeknya. Lagi pula,
semakin besar kemampuan orang yang diwawancarai untuk menyatakan
responnya, semakin besar proses intersimulasi itu. Tiap-tiap respons atau
tanggapan yang verbal dan reaksinya dinyatakan dengan kata-kata dapat
memberikan banyak pikiran-pikiran yang baru. Suatu jawaban bukanlah jawaban
atau suatu pertanyaan saja, melainkan merupakan pendorong timbulnya
keterangan lain yang penting mengenai peristiwa atau objek penelitian. Semakin
besar bantuan responden dalam wawancara, maka semakin besar perananya
26
keberhasilan studi kasus. Mereka tidak hanya memberi keterangan tentang
sesuatu kepada peneliti, tetapi juga bia memberi saran tentang sumber-sumber
bukti lain yang mendukung serta menciptakan akses terhadap sumber yang
bersangkutan. Dengan demikian wawancara mendalam harus memberikan
keleluasan informan dalam memberikan penjelasan secara aman, tidak merasa
ditekan, maka perlu diciptakan suasana “kekeluargaan”. Kelonggaran ini akan
mengorek kejujuran informasi, terutama yang berhubungan dengan sikap,
pandangan, dan perasaan informan sehingga pencari data tidak meraa asing dan
di curigai.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwayang sudah berlalu, dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.Dokumen yang berbetuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, cerita peraturan, kebijakan.Sedangkan dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya berupa gambar, patung dan lain-lain. Studi
dokumentasi merupakan pelengkap dan penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitas. Metode ini digunakan untuk memperoleh
tentang Persepsi Masyarakat Desa Waloindi terhadap Muhammadiyah.
27
H. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang terkumpul guna memperoleh kesimpulan
yang valid, maka digunakan teknik analisis data dengan metode kualitatif, adapun
model analisis data yang digunakan yaitu:
Teknik Analisis Data
Bagan 3.1 Teknik analisis data
I. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah teknik yang digunakan untuk meyakinkan
public, masyarakat, audens mengenai data yang didaptkan dapat dipercaya atau
dipertanggung jawaban. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian
ini ialah sebagai berikut:
Pengumpulan Data Membacaberulang-ulang
Transkrip Data
Tema-tema Data Kategori Data Organisasi Data
Tahap KejenuhanData
Demonstrasi Tingkat Kepercayaan danKeabsahan Data
Laporan Hasil Reduksi Data
28
a. Teknik Meningkatkan Ketekunan
Menurut Sugiyono (2016:370-371) meningkatkan ketekunan berarti
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan
cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam
secara pati dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan
cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian ataupun
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan
membaca ini, wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam sehingga dapat
digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau
tidak.
b. Teknik Triangulasi
Sugiyono (2016 :372) berpendapat tentang triangulasi dalam pengujian
keabsahan data ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Misalnya peneliti
menggunakan observasi partiipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara serempak disebut triangulasi sumber
yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang
sama.
29
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data diakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data
yang diperoleh dari sumber yang berbeda, tidak bia dirata-ratakan seperti
dalam penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan, dikategorisasikan mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari sumber data
tersebut. Data yang tekah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan
suatu kesimpulan selanjutnya diminta keepakatan dari sumber tersebut.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan
observasi, dokumentasi, atau kuesioner.Bila dengan tiga teknik keabsahan
data tersebut, mengahasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk memastikan data mana yang dianggap benar.Atau mungkin
semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi keabahan data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehinggah lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian
30
keabsahan data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda.Maka
dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
adanya.
c. Menggunakan Bahan Referensi
Sugiyono (2016:375) mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Alat-alat bantu
perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera, handycame,alat
rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung keabsahan data yang
telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-
data yang dikemukakan perlu dilengkapi foto-foto atau dokumen autentik,
sehingga lebih dapat dipercaya.
31
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Wakatobi
Kabupaten Wakatobi merupakan kabupaten baru yang terbentuk berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2003, yang merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Buton.
Kabupaten Wakatobi terletak dikepulauan Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi
Tenggara, secara geografis terletak dibagian Selatan garis khatulistiwa, memanjang
dari Utara ke Selatan diantara 5.000-6.250 Lintang Selatan (sepanjang ± 160 km) dan
membentang dari Barat ke Timur diantara 123.340-124,640 Bujur Timur (sepanjang ±
120 km).
Secara administratif batas wilayah kawasan kabupaten Wakatobi adalah
sebagai berikut :
1. Batas sebelah Utara : Kabupaten Buton dan Muna
2. Batas sebelah Selatan : Laut Flores
3. Batas sebelah Barat : Kabupaten Buton
4. Batas sebelah Timur : Laut Banda
Posisi Geostrategis
Kabupaten Wakatobi terletak pada posisi sangat strategis karena: (1)
Perairan laut Kabupaten Wakatobi dilalui oleh jalur pelayaran kawasan Timur dan
32
Barat Indonesia; (2) Ditinjau dari sisi bioregion, letak geografis Kabupaten
Wakatobi sangat penting karena berada pada kawasan yang sangat potensial yakni
diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memiliki potensi sumberdaya
keragamanhayati kelautan dan perikanan yang cukup besar; dan (3) Kabupaten
Wakatobi berada pada Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle
Center) yang meliputi 6 (enam) negara, yakni Indonesia, Malaysia, Philipines,
Papua New Guine, Solomon Island, dan Timor Leste. Posisi Kabupaten Wakatobi
pada Pusat Segi Tiga Karang Dunia.
Kabupaten Wakatobi merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39
pulau, terdiri atas 4 (empat) pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia,
dan Binongko (WAKATOBI). Keempat pulau tersebut mudah terjangkau baik
dalam region Provinsi Sulawesi Tenggara, regional Kawasan Timur Indonesia,
nasional maupun internasional. Di Pulau Wangi-Wangi terdapat Bandara Udara
Matahora, Pelabuhan Laut Nasional Panggulu Belo, dan jalur angkutan ferry
ASDP Kamaru-Wanci, dan di Pulau Tomia tersedia Bandara Udara Maranggo
moda transportasi khusus untuk wisatawan dari Bali Indonesia dan Singapura.
Transportasi laut antar pulau Kabupaten Wakatobi cukup lancar. Akses dari
ibukota kabupaten (Wangi-Wangi) ke Pulau Kaledupa dan Binongko tersedia
setiap hari dengan armada kapal cepat (speed boat). Satu-satunya wilayah pulau
kecil yang relatif sulit dijangkau namun telah berpenghuni ialah Pulau Runduma,
termasuk ke dalam administratif Kecamatan Tomia, terletak di bagian timur Pulau
Tomia tepat di tengah Laut Banda
33
Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar 19.200 km², terdiri dari
daratan seluas ± 823 km² atau hanya sebesar 3,00 persen dan luas perairan
(laut) ± 18.377 km2 atau sebesar 97,00 persen dari luas Kabupaten Wakatobi. Atas
dasar kondisi tersebut, maka potensi sektor perikanan dan kelautan serta sektor
pariwisata berbasis wisata laut/bahari menjadi sektor andalan daerah Kabupaten
Wakatobi.
Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan
Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia
Timur, Binongko dan Kecamatan Togo Binongko. Wilayah kecamatan terluas
adalah kecamatan Wangi-Wangi dengan luas 241 km² atau 29,40 persen yang
sekaligus merupakan wilayah ibu kota kabupaten. Sedangkan kecamatan yang
wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Kaledupa, yaitu seluas 45,50 km² atau
5,53 persen dari total luas wilayah daratan Kabupaten Wakatobi. Luas Wilayah
Kebupaten Wakatobi menurut kecamatan disajikan pada Tabel
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Wakatobi Menurut Kecamatan
No. KecamatanJumlah
Kelurahan /Desa
Luas Daratan
(km²)Persentase (%)
1. Wangi-Wangi 20 241,98 29,402. Wangi-Wangi Selatan 21 206,02 25,033. Kaledupa 16 45,50 5,534. Kaledupa Selatan 10 58,50 7,11
34
5. Tomia 10 47.10 5,726. Tomia Timur 9 67,90 8,257. Binongko 9 93,10 11,318. Togo Binongko 5 62,90 7,64
Luas Total Darat 823,00 3,00Luas Laut 18.377,00 97,00Total 100 19.200,00 100,00
Topografi
Topografi wilayah daratan Kabupaten Wakatobi sebagian besar atau
sekitar 40 persen adalah landai dengan ketinggian sekitar 3-20 m di atas
permukaan air laut. Topografi landai terutama terdapat dibagian selatan Pulau
Wangi-Wangi, bagian utara dan selatan Pulau Kaledupa, bagian barat dan timur
Pulau Tomia, serta wilayah bagian selatan Pulau Binongko. Sedangkan bentuk
topografi perbukitan, berada di tengah-tengah pulau dengan ketinggian berkisar
antara 20-350 m dpl.
Selain bentangan pulau-pulau kecil, relief dan topografi, di Wakatobi juga
membentang Gunung Tindoi di Pulau Wangi-Wangi, Gunung Pangilia di Pulau
Kaledupa, Gunung Patua di Pulau Tomia dan Gunung Watiu’a di Pulau Binongko.
Pada puncak gunung di empat pulau besar tersebut, terdapat situs peninggalan
sejarah berupa benteng dan makam yang sangat erat kaitannya dengan penyebaran
agama Islam di Wakatobi maupun sejarah perkembangan kejayaan Kesultanan
Buton, Tidore, dan Ternate. Situs sejarah dimaksud ialah Benteng Liya, Benteng
Tindoi, Benteng Patu’a, dan Benteng Suosuo serta peninggalan benda-benda
35
purbakala lainnya. Kesemuanya merupakan aset daerah yang sangat berharga,
terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai obyek wisata
budaya, baik nasional maupun internasional.
B. Profil Kecamatan Togo Binongko
Kecamatan Togo Binongko merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di
pulau Binongko yang terletak dalam wilayah administrasi Kabupaten Wakatobi dan
merupakan wilayah perbukitan/dataran tinggi dan sebagian dataran rendah, dengan
luas wilayah 9.310 yang terbagi atas 5 deesa, yaitu kelurahan. Sowa, kelurahan baru,
desa Oihu, desa Waloindi dan desa Haka. Kecamatan Togo Binongko memiliki
jumlah penduduk sebanyak 8.543 jiwa.
C. Profil Desa Waloindi
Desa Waloindi merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Togo
Binongko Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis desa
Waloindi terletak di sebelah Timur Ibukota Kecamatan Togo Binongko dengan batas
wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Oihu
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores
3. Sebelah Barat berbatasn dengan Laut Flores
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Wali.
a. Luas Wilayah
Luas Wilayah desa Waloindi adalah : 12 km², terdiri dari
36
Tanah Perkebunan :… Ha
Tanah Pertanian :…. Ha
Tanah Pemukiman : 15 Ha
Lahan Peternakan : Ha
b. Keadaan Topografi Desa
Secara umum keadaan topografi desa Waloindi adalah merupakan
daerah perbukitan / dataran tinggi dan sebagian dataran rendah dan daerah
pesisir pantaii
c. Keadaan Iklim
Iklim Desa Waloindi adalah sebagaimana iklim desa-desa lain di wilayah
Indonesia memiliki iklim kemarau dan iklim penghujan. Iklim penghujan biasanya
mulai pada bulan Desember sampai dengan bulan April tahun berikutnya,
sedangkan iklim kemarau dimulai dari bulan Mei sampai dengan bulan November.
Iklim tersebut secara lansung mempengaruhi pola tanam serta mata pencaharian
masyarakat.
d. Keadaan Sosial
Keadaan social desa adalah sebagai berikut:
1) Jumlah penduduk 323 KK, dengan jumlah jiwa 1.246 dengan rincian sebagai
berikut:
37
Tabel. 4.2 Rincian Jumlah penduduk
No
Nama Dusun
Jumlah Jiwa Jumlah
Kepala
Keluarga
Laki-Laki Perempuan Total
1 Mole 189 174 363 95
2 Sampua Taepa 263 264 527 136
3 Lantuleku 201 155 356 92
Jumlah 653 594 1.246 323
Sumber :Dokumen Rencana Pembangunan jangka menengah Desa Waloindi.
2) Tingkat Kesejahtraan Masyarakat: (dalam KK/Jiwa)
Tabel 4.3 Rincian Tingkat Kesejahtraan Masyarakat
No Nama Dusun
Kategori RTM
Kaya Miskin Sangat Miskin
1 Mole 4 KK/33 Jiwa 80 KK/ 250 Jiwa 11 KK/ 80 Jiwa
2 Sampua
Taepa
10 KK/40 Jiwa 106 KK/387 Jiwa 20 KK / 100 Jiwa
3 Antuleku 7 KK/28 Jiwa 75 KK/278 Jiwa 10 KK / 50 Jiwa
Jumlah 21 KK/101 Jiwa 261 KK/915 Jiwa 41 KK/ 230 Jiwa
Sumber :Dokumen Rencana Pembangunan jangka menengah Desa Waloindi.
38
Menurut undang-undang No 11 Tahun 2009, tentang kesejahtraan
Masyarakat, kesejahtraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material
spiritual, dan social warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Dari undang-undang di atas dapat dicermati bahwa ukuran tingkat
kesejahtraan dapat dinilai dari kemampuan seseorang individu atau kelompok dalam
usahanya memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya. Adapun tingkat
kesejahtraan masyarakat desa Waloindi tergolong cukup rendah.
3). Tingkat Pendidikan (Orang)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis,
intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kcerdasan,
pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di Masyarakat.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
betanggung jawab. Adapun rincian tingkat pendidikan masayarakat desa Waloindi
dapat dilihat pada tabel dibawah sebagai berikut:
39
Tabel 4.4 Rincian Tingkat Pendidikan
No Nama
Dusun
Tingkat Pendidikan
Tdk
Tamat
SD
Tamat
SD
Tamat
SMP
Tamat
SLTA
Sarjana/Diplo
ma
Sarj
ana
S1
1 Mole 97 134 42 71 2 13
2 Sampua
Taepa
191 199 64 63 4 9
3 Antuleku 108 150 47 38 4 10
Jumlah 396 483 153 172 10 32
Sumber :Dokumen Rencana Pembangunan jangka menengah Desa Waloindi.
Berdasarkan rincian tingkat pendidikan diatas, kita bisa melihat bahwa
masyararakat desa Waloindi merupakan masyarakat yang status pendidikannya
tergolong masih sangat rendah, hal ini dipengaruhi oleh tidak tersedianya sekolah
sebagai wadah untuk mencari ilmu pengetahuan. Nanti pada tahun 2000-an sekolah-
sekolah mulai berdiri di desa Waloindi oleh sebab itulah sehinggah di desa Waloindi
banyak ditemui masyarakat yang tidak berpendidikan dan cuman tamat SD.
40
4). Keadaan Ekonomi
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Waloindi sebagian besar bergerak dibidang
perikanan dan kelautan baik nelayan tangkap maupun sebagai pembudidaya rumput
laut dan selebihnya adalah sebagai petani, pertukangan, pedagang, pegawai negeri
sipil dan lain-lainnya sebagaimana rincian berikut:
Tabel 4.5 Rincian Mata Pencaharian
No Nama
Dusun
Mata Pencaharian
Petani Nelayan Pedagang Pertukangan PNS Lainnya
1 Mole 164 21 18 3 1 242
2 Sampu
Taepa
134 16 17 4 2 242
3 Lantuleku 160 15 10 3 1 196
Jumlah 454 52 45 11 4 680
Sumber :Dokumen Rencana Pembangunan jangka menengah Desa Waloindi.
41
Pemilikan Ternak
Tabel 4.6 Rincian Ternak
No Nama Dusun Jenis Ternak
Ayam Sapi Kambing Itik Lainnya
1 Mole 100 0 7 8 300
2 Sampua Taepa 100 0 4 15 361
3 Lantuleku 50 0 4 7 300
Jumlah 250 0 15 30 961
Sumber :Dokumen Rencana Pembangunan jangka menengah Desa Waloindi.
Sarana dan Prasarana
Tabel 4.7 Rincian Kondisi sarana dan prasarana umum desa Waloindi
Balai
Desa
SD/TK SMP Pos
Kedes
Jalan
Kab.
Jalan
Kec.
Jalan
Desa
Jalan
Lingk.
Irigasi Lap.
Bola
Masjid/
Musholla
1 2 1 1 0 1 1 km 2600
M
0 1 1
Sumber :Dokumen Rencana Pembangunan jangka menengah Desa Waloindi.
42
Agama yang dianut masyarakat
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan kepercayaan dan
peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Untuk masyarakat desa
Waloindi sendiri secara keseluruhan beragama Islam.
Corak kehidupan masyarakat desa Waloindi Kecamatan Togo Binongko
Kabupaten Wakatobi masih tergolong sangat tradisional. Hal ini disebabkan oleh
letaknya yang terpencil atau jauh dari ibu kota kabupaten.. namun masyarakatnya
cenderung memiliki ciri yang didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat. Mereka
menganggap bahwa masyarakat merupakan suatu ”gemeinschaft” yang memiliki
unsur gotong royong yang kental. Hal ini dapat dimengerti karena masyarakat desa
waloindi sebagian besar adalah masyarakat yang merupakan “face to face group”
dimana mereka saling mengenal satu sama lain seperti mereka mengenal dirinya
sendiri. Dari segi kepercayaan seperti yang disebutkan diatas bahwa masyarakat desa
waloindi secara kesuluruhan beragama Islam akan tetapi kepercayaan masyarakat
masih kental terhadap kepercayaan yang dibawah dari nenek moyang.
Kondisi Pemerintahan Desa
Desa Waloindi terbagi atas 3 (tiga ) dusun dengan potensi perangkatnya terdiri
dari seorang Kepala Desa (Kepdes) Satu orang Sekretaris Desa (Sekdes), 3 orang
Kepala Urusan , 3 orang kepala Seksi dan 3 orang kepala dusun yaitu Dusun Mole,
Dusun Sampu Taepa dan Dusun Lantuleku.
43
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Persepsi Masyarakat Desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kec. Togo
Binongko Kab. Wakatobi
a. Persepsi Masyarakat Tidak Berpendidikan terhadap Muhammadiyah
Banyak pihak yang sering menyalahpahami pandangan ke Islaman
Muhammadiyah, bahkan sering mengatasnamakan Muhammadiyah untuk
mempengaruhi pendapat atau pandangan keagamaan yang sebenarnya berbeda
dengan pandangan Muhammadiyah.
“Masyarakat desa Waloindi menganggap Muhammadiyah sebagai sebuahAliran atau Agama baru yang hadir dengan segalah larangan-larangannya serta dengan sikap yang tidak mempercayai kepercayaandari nenek moyang” (Observasi 10 Oktober 2019).
Berdasarkan hasil Observasi bahwa Masyarakat desa Waloindi memahami
Muhammadiyah bukan sebagai sebuah organisasi melainkan sebagai sebuah
agama atau aliran yang hadir di masyarakat dengan segalah aturannya. Sementara
masyarakat desa Waloindi masih banyak yang tidak bisa meninggalkan
kebudayaan yang terbawa dari nenek moyang mereka, karena kebudayaan itu
sangat erat kaitannya dengan tingkat kepercayaan mereka tentang suatu hal yang
dianggapnya keramat dan wajib untuk dilakukan.
44
Masyarakat desa Waloindi sebagian besar masyarakatnya belum paham
tentang Muhammadiyah itu sendiri
Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Bapak La LP (65 Tahun)
selaku Tokoh Agama desa Waloindi mengatakan bahwa:
“yang saya pahami Muhammadiyah itu adalah aliran atau Agama barudan untukPandangan saya terhadap Muhammadiyah itu tidak baik,karena dalam Muhammadiyah begitu banyak larangan-larangan danperbedaan misalnya cara berwudhunya lain, tidak mewajibkan niat sholatdi baca, dilarang mengeraskan bacaan basmalah, dan tidak mewajibkanQunut pada saat melaksanakan sholah subuh”. (wawancara 15 Oktober2019).
Dari hasil wawancara diatas, penulis mendeskipsikan bahwa pandangan
masyarakat desa Waloindi tidak baik atau negatif terhadap Muhammadiyah karena
mereka memahami Muhammadiyah sebagai sebuah aliran atau agama baru yang
hadir dalam masyarakat yang dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam
peribadatan. Sebagai organisasi pembaharuan Islam Muhammadiyah tentu memiliki
pemahaman tersendiri mengenai ajaran-ajaran Islam. Hal inilah yang sering menjadi
perhatian bagi masyarakat desa Waloindi dimana masyarakat menganggap bahwa
dalam pemahaman Muhammadiyah dilarang untuk melakukan ritual-ritual tertentu
dalam agama dimana ritual itu sudah sering dilakukan oleh masayarakat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wa ML (29 Tahun) saat di Wawancarai
mengungkapakan:
Dalam Muhammadiyah di larang baca-baca, juga tidak mempercayaiperamal, Kuburannya rata, tidak mewajibkan melaksanakan alo atau pestaperayaan bagi orang meninggal sehingga orang yang mati terkesan sepertiBinatang yang ketika mati lansung di buang. (wawancara, 20 Oktober 2019).
45
Dari hasil wawancara diatas, penulis mendeskipsikan bahwa hal yang sering
terjadi dalam masyarakat ialah masyarakat sering beranggapan bahwa
Muhammadiyah merupakan paham yang sangat ekstrim dan menyimpang karena
memiliki perbedaan dengan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan dalam
masyarakat.
Senada dengan hal tersebut di atas, dalam wawancara dengan penulis DN (31
Tahun ) selaku masyarakat desa Waloindi mengatakan:
Muhammadiyah merupakan pemahaman yang keras, yang tidak mempercayaikepercayaan nenek moyang, seperti dilarang Baca-baca, dilarang membawasesajen di tempat-tempat tertentu sementara kami disini masih sangatpercaya dengan hal-hal begituan. (wawancara, 20 Oktober 2019).
Dari hasil wawancara diatas, penulis mendeskipsikan bahwa kepercayaan
atau kebiasaan seseorang yang sudah melekat terhadap sesuatu sangat mempengaruhi
orang lain untuk enggan menerima hal baru yang berebeda dengan pemahaman
mereka, masyarakat desa Waloindi berpresepsi negative terhadap Muhammadiyah hal
ini dikarenakan perbedaan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dengan masayarakat.
Sebagaimana di masa awal berkembangnya organisasi ini sangat mendapatkan
perlawanan dari masyarakat setempat, terutama kalangan pedesaan. Semangat tajdid
yang dihirup dalam-dalam oleh KH Ahmad Dahlan semasa belajar di Mekkah, telah
membawanya pada pemikiran baru untuk mengahapus penyakit tahayyul, bid’ah dan
khurafat atau biasa disebut TBC yang lazim ditemui dikalangan pedesaan dan
dianggap sebagai penyebab kemunduran Islam.
46
Aksess masyarakat sehinggah berpresepsi negative terhadap yang berpaham
Muhammadiyah ialah melalui perilaku, hal ini sesuai yang di ungkapkan oleh Bapak
La BK (65 Tahun) dalam wawacara dengan penulis mengungkapkan:
Adapaun Media yang saya lihat dari yang berpaham Muhammadiyah ituialah perilakunya, dimana saya melihat perilaku yang berpahamMuhammadiyah itu berbeda dengan kami, dan bagi kami apa yang berbedadengan kebiasaan kami itu menyimpang. (Wawancara, 20 November 2019).
Dari hasil Wawancara tersebut dapat di uraikan bahwa media yang yang di
jadikan acuan sehinggah masyarakat desa Waloindi berpersepsi Negatif ialah melalui
perilaku yang ditampilkan oleh yang berpaham Muhammadiyah.
Interaksi dalam suatu masyarakat juga berpengaruh, karena dari interaksilah
komunikasih akan timbul sehinggah tidak ada ke salah pahaman, namun yang terjadi
dalam masyarakat desa Waloindi dengan yang berpaham Muhammadiyah yaitu
mengalami disfungsi. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapan oleh Bapak Adm (45
Tahun) beliau mengungkapkan:
Saya melihat Interaksi antara masyarakat dengan yang berpahamMuhammadiyah itu kurang baik, masyarakat disini bersikap tertutupterhadap mereka yang dianggapnya berbeda kebiasaan yang dilakukan olehmasyarakat, bahkan mereka cenderung di musuhi. (Wawancara 20 Nomber2019).
Dari hasil Wawancara tersebut, dapat di uraikan bahwa interaksi masyarakat
tidak berpendidikan dengan yang berpaham Muhammadiyah mengalami disfungsi
(interaksi social) hal ini dapat dilihat dengan sikap masyarakat yang tertutup atau
cenderung memusuhi mereka yang berpaham Muhammadiyah.
47
Dari hasil dokumentasi skripsi Eidirno wawancara dengan salah satu
masyarakat yaitu saudara Sahril (2015) mengungkapkan bahwa:
”Muhammadiyah itu Organisasi yang tidak menerima kebudayaan , adat-istiadat yang diturunkan dari nenek moyang, dilaramg baca barasanji,dilarang tahlilaln dan laim sebagainya. (Dokumen/Skripsi/persepsi).
Berdasarkan hasil dari data dokumen yang didapat bahwa pada umumnya
masyarakat yang berpresepsi negative terhadap Muhammadiyah karena mereka
menganggap bahwa organisasi Muhammadiyah adalah organisasi yang tidak
menerima kebudayaan yang di bawah oleh nenek moyang, yang dimana kebudayaan
tersebut sudah membudaya dikalangan masyarakat karena kebudayaan itu sangat erat
kaitannya dengan tingkat kepercayaan mereka tentang suatu hal yang dianggapnya
keramat dan wajib untuk dilakukan.
b. Persepsi Masyarakat Berpendidikan terhadap Muhammadiyah
Di sadari atau tidak, pendidikan benar-benar menempati ruang terpenting
dalam kehidupan manusia. Melalui proses pendidikan, manusia diarahkan agar
mencapai derajat tertinggi sesuai dengan fitrahnya sebagai khaliffah di muka
bumi. Secara umum pendidikan mampu menjadikan seseorang dapat berpikir
kritis terhadap sesuatu, dalam hal ini ialah terkait Muhammadiyah.
Dari hasil observasi yang saya lihat masyarakat terdidik desa Waloindiberbeda dengan masyarakat yang non pendidikan, hal ini salah satiunyabisa dilihat dari cara berpikirnya terhadap Muhammadiyah . (Observasi,9 Oktober 2019).
Dari hasil Observasi diatas dapat diuraikan bahwa pola pikir masyarakat desa
Waloindi antara tidak berpendidikan dan yang berpendidikan berbeda dalam
48
memahami Muhammadiyah dimana seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa
masyarakat desa Waloindi sebagian masyarakatnya memahami Muhammadiyah
bukan sebagai sebuah organisasi melainkan sebagai sebuah aliran atau agama baru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan WK (24 Tahun) selaku Mahasiswi,
ketika di Wawancarai oleh penulis mengungkapkan bahwa:
Menurut saya Muhammadiyah adalah sebuah Organsasi yang baik danbenar karena Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yangberdasarkan Alquran dan Hadist, Jadi apa yang dilarangnya itu jugakarena dilarang dalam Alquran dan Hadist. (wawancara, 01 November2019).
Dari hasil wawancara penulis tersebut menunjukan bahwa sebagian masyarakat
desa Waloindi menganggap Muhammadiyah itu baik. Muhammadiyah adalah sebuah
organisasi Islam yang berdasarkan Al-quran dan Hadist yang memiliki tujuan utama
ialah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah yang
menyebabkan ajaran Islam bercampur baur dengan kebiasaan di daerah tertentu.
Hal senada juga di ungkapkan oleh AN (25 Tahun) selaku Mahasiswa saat
diwawancarai mengungkapkan bahwa:
Muhammadiyah adalah gerakan mengembalikan ajaran Islam sebagaimanamestinya yaitu sesuai dengan Alquran dan Hadist. dan saya melihat tidak adahal apapun yang di lakukan oleh yang berpaham Muhmmadihayah yangmelanggar syariat Islam. Muhammadiyah memang keras tapi mereka kerasterhadap sesuatu yang benar dan baik. (wawancara, 02 November 2019).
Dari hasil wawancara diatas, menujukan bahwa Muhammadiyah keras
terhadap sesuatu yang menurut mereka tidak baik akan tetapi hal itu karena mereka
berdasarkan Al-quran dan Hadits. Dari Uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa
masyarakat desa Waloindi memiliki persepsi yang berbeda-beda terkait
49
Muhammadiyah. perbedaan persepsi terjadi antara masyarakat yang tidak
berpendidikan dan berpendidikan.
”persepsi masyarakat terhadap Muhammadiyah sangat beragam adasebagian masyarakat yang mendukung, ada sebagian merasa biasa saja danbahkan ada sebagian masyarakat yang menolak secara tegas Muhamadiyah.Alasan mereka menolak dengan tegas, karena mereka menilaiMuhammadiyah sebagai organisasi yang sangat ekstrim, tidak gaul, dankeras terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka.”(Dokumen/ Eidirno/Skripsi/persepsi Masyarakat terhadap Muhammadiyah).
Berdasarkan hasil dari data dokumen yang didapat bahwa pada umumnya
persepsi masyarakat terhadap Muhammadiyah sangat beragam, ada yang
mendudukung dan adapula yang tidak mendukung bahkan ada sebagian masyarakat
yang menolak Muhammadiyah secara tegas, hal itu dikarenakan mereka menilai
Muhammadiyah sebagai organisasi yang sangat ekstrim, tidak gaul, dan keras
terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka.
2. Mengapa Masyarakat desa Waloindi berpresepsi Negatif terhadap
Muhammadiyah
Desa Waloindi merupakan desa yang masih tradisional, yang dimana
kepercayaan masyarakatnya masih kental terhadap sesuatu. Sehinggah ketika ada
pemahaman yang bertolak belakang dengan pemahaman mereka, mereka tidak
menerima sehingga berpresepsi Negatif.
Masyarakat desa Waloindi berpresepsi negative terhadap Muhammadiyahkarena mereka melihat yang berpaham Muhammadiyah berbeda dengankebiasaan mereka baik dalam hal berpakayan, kepercayaan maupun dalamhal peribadatan. (Observasi 20 November 2019).
50
Dari hasil observasi diatas, penulis mendeskipsikan bahwa hal yang sering
membuat masyarakat berpresepsi negative terhadap Muhammadiyah ialah mereka
melihat yang berpaham Muhammadiyah berbeda dengan kebiasaan-kebiasan yang
mereka lakukan misalnya dalam hal berpakayan, kepercayaan serta dalam hal
peribadatan.
Berdasarkan Wawancara penulis dengan HRN (30 Tahun) selaku Masyarakat
desa Waloindi mengungkapkan:
Desa kami merupakan desa yang masih kental akan kebudayaannya, salahsatu contohnya misalkan ketika kami meninggal kami mengadakan pestamulai dari 3 hari, 7 hari dan 100 hari dan untuk masyarakat kami wajibsekali sementara Muhammadiyah melarang hal begituan. (wawancara,10November 2019).
Makna dari hasil wawancara dengan salah satu informan diatas adalah bahwa
dalam masyarakat desa Waloindi masyarakat masih melaksanakan dan mewajibkan
perayaan-perayaan pesta bagi yang telah meninggal sementara Muhammadiyah tidak
mewajibkan hal tersebut bahkan sangat melarang hal tersebut karena Muhammadiyah
menganggap hal tersebut adalah sisa-sisa pengaruh budaya animisme, dinamisme
serta peninggalan ajaran Hindu yang sudah begitu berakar dalama masyarakat,
menurut Muhammadiyah karena hal itu berhubungan dengan ibadah, maka kita harus
kembali kepada tuntuntan Islam.
Dalam wawancara dengan wa SM (29 Tahun) selaku masyarakat desa
Waloindi mengungkapkan:
Kepercayaan kami masih kental kami enggan menerima pemahaman yanglain karena dari kecil kami sudah terbiasa dengan kepercayaan tersebut
51
kemudian kami sangat meyakini hal tersebut. Sementara Muhammadiyahmereka tidak mempercayai hal-hal tersebut. (wawancara, 20 November2019).
Dari hasil wawancara diatas, penulis mendeskipsikan bahwa kebiasaan
yang di dapat atau dipercayai sedari kecil mampu membuat orang lain tidak mudah
menerima kepercayaan-kepercayaan lain karena mereka sudah terbiasa dengan hal
tersebut. Demikian halnya dengan masyarakat desa Waloindi, mereka enggan
menerima pemahaman yang lain karena dari kecil mereka sudah terbiasa dengan
kepercayaan yang dianutnya, karena mereka sangat mempercayai hal itu. Penyebab
lainnya masyarakat berpresepsi negative ialah karena masyarakat desa Waloindi
tidak berpendidikan sehingga mempengaruhi pola pikir mereka.
Hal ini sesuai di ungkapkan oleh SMR (19 Tahun) selaku Mahasiswa
mengatakan bahwa:
Disini kepercayaan Masyarakat masih Kental masyarakat masih sangatmempercayai kepercayaan nenek moyangnya, namun saya berpikir itu halwajar karena desa kami merupakan desa pedalaman yang tidak tersentuh olehpendidikan jaman dulu, disini rata-rata masyarakatnya tidak sekolah.Sementara kita ketahui bahwa pendidikan mampu membuat orang lainberwawasan luas dan berpikir kritis terhadap sesuatu.Kemudian jarangpenceramah yang membahas lebih detail terkait Muhammadiyah. Karena halitulah masyarakat berpikir Negatif terhadap Muhammadiyah karena kurangmemahami Muhammadiyah (wawancara, 29 November 2019).
Dari hasil wawancara diatas, penulis mendeskipsikan bahwa kebudayaan yang
masih sangat kental serta tidak adanya pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
berpresepsi negative terhadap sesuatu. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran untuk
52
mengembangkan potensi diri serta keterampilan. Pendidikan juga bisa diartikan
sebagai proses pembelajaran bagi peserta didik untuk mengerti dan bisa membuat
manusia berpikir kritis. Sementara masyarakat desa Waloindi sebagian besar
masyarakatnya tidak berpendidikan, masyarakat hanya menempuh pendidikan SD
sederajat Hal itulah yang mempengaruhi pemikiran masyarakat terkait
Muhammadiyah karena keterbatasan pengetahuannya kemudian karena melekatnya
kepercayaan nenek moyang dan kurangnya yang memberikan pemahaman terkait dari
Muhammadiyah itu sendiri.
Sejak awal kemunculannya pada tahun 1912, sasaran utama dakwahMuhammadiyah adalah masyarakat kota. Dakwah Muhammadiyah lebihmemungkinkan diterima oleh masyarakat kota karena tingkat Rasionalitasnya.Kemudian diperkuat dengan keyakinan pada TBC yang mulai berkurangbahkan hampir punah di perkotaan. (Dokumen/Richatullaili/Faksi-faksi Islam).
Muhammadiyah sejak awal kemunculannya, sasaran utama dakwahnya
ialah masyarakat yang ada perkotaan yang dimana masyarakatnya lebih
memungkinkan dakwahnya diterima karena tingkat rasionalitas masyarakat dikota
lebih tinggi dari pada masyarakat pedesaan. Kemudian diperkuat dengan keyakinan
pada penyakit TBC yang mulai berkurang bahkan hampir punah di perkotaan.
A. Pembahasan
1. Persepsi Masyarakat Desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kec.
Togo Binongko Kab. Wakatobi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan .
pengindraan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
53
penerima yaitu alat indra. Kemudian ransangan terhadap alat Indra diatur untuk
dilakukan pengorganisasian dan penafsiran pada setiap individu tidak sama
terhadap informasi yang diterima. Sebagaimana pendapat David Krech yang
dikutip dari Miftah Thoha (2019), bahwa persepsi merupakan bagian dari peta
kognitif individu yang bukanlah penyajian potografik dari suatu kenyataan fisik,
melainkan bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai subyek
tertentu. Seleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut
kebiasaannya.
a. Persepsi Masyarakat Tidak Berpendidikan terhadap Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad,
karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatlkan ya nisbiyah,
sedangkan secara terminology berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi
mungkar dan tajdid, bersumber pada Al-Quran dan as-Sunnah.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan masyarakat desa Waloindi
memahami Muhammadiyah sebagai aliran atau agama baru yang hadir di tengah-
tengah masyarakat, dengan segalah larangan-larangannya bukan sebagai sebuah
Organisasi Islam yang sebagaimana mestinya. Menurut Benjamin S. Bloom
sebagaimana di kutip dalam L Khasanah (2016) mengatakan bahwa
comprehension (pemahaman) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Dengan kata lain
54
memahami dapat diartikan mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi.
Adapun penulis melihat bahwa masyarakat desa Waloindi tidak memahami
apa Muhammadiyah itu sendiri, hal ini bisa dilihat dari pemahaman masyarakat
terkait Muhammadiyah, dimana masyarakat menganggap Muhammadiyah
sebagai sebuah aliran atau Agama baru.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa masyarakat desa Waloindi
memahami Muhammadiyah sebagai sebuah aliran atau Agama baru. Berawal dari
pemahaman masyarakat yang salah terhadap Muhammadiyah sehinggah juga
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap Muhammadiyah.
Persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap Muhammadiyah beragam ada
yang negative dan adapula yang positif. salah satu informan yang berpresepsi
negative ialah bapak La Pele selaku Tokoh Agama dalam desa Waloindi, beliau
mengungkapkan bahwa menurutnya Muhammadiyah itu tidak baik, karena dalam
Muhammadiyah begitu banyak larangan-larangan misalnya, di larang baca-baca,
berdoa bersama setelah sholat, tidak mewajibkan Qunut (sholat Subuh), dan di
larang mengeraskan bacaan basmallah saat sholat.
1) Masalah Aksesbilitas
Aksesbilitas yang dijangakau masyarakat desa Waloindi antara lain
melalui sekolah, organisasi, perilaku seseorang dan lain sebagainya. Adapun
media yang dijangkau oleh masyarakat desa Waloindi yang tidak
berpendidikan ialah melalui perilaku dari yang berpaham Muhammadiyah,
55
dimana masyarakat desa waloindi menganggap yang berpaham
Muhammadiyah memiliki perilaku menyimpang hal ini karena mereka
melihat yang berpaham Muhammadiyah berbeda dengan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh mereka.
Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh bapak La Bk beliau
mengatakan bahwa media yang saya lihat dari yang berpaham
Muhammadiyah itu ialah perilakunya, dimana ia melihat perilaku yang
berpaham Muhammadiyah itu berbeda dengan yang berpaham
Muhammadiyah, dan bagi mereka apa yang berbeda dengan kebiasaan mereka
itu menyimpang.
Berdasarkan hasil Wawancara tersebut, penulis melihat bahwa
Masyarakat desa waloindi merupakan masyarakat yang sulit dijangkau dalam
melakukan suatu perubahan, hal ini di karenakan masyarakatnya yang bersifat
tertutup terhadap sesuatu. Mereka menganggap bahwa perubahan akan
menyebabkan hilangnya keaslian budayanya, mereka menutup diri akan
perubahan tapi adakalanya mereka menerima perubahan namun sifatnya
terbatas bahkan ada yang tak mau menerimanya sama sekali, hal ini ditandai
dengan mereka menutup diri atau tidak mau bergaul dengan masyarakat luar.
2) Disfungsi Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah salah hal utama dalam kehidupan social, karena
melalui interaksi sosial masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari elemen-
elemen budaya masyarakat lain, termasuk teknologi, seni, ilmu pengetahuan dan
56
lainnya. Adapun penulis melihat masyarakat desa Waloindi mengalami
disfungsi interaksi social terhadap masyarakat yang berpaham Muhammadiyah.
hal ini di karenakan tidak efektifnya proses interaksi social antara masyarakat
yang tidak berpendidikan dengan masyarakat yang berpaham Muhammadiyah.
Ke tidak efektifnya interaksi ini di sebabkan oleh masyarakat yang bersifat
tertutup atau karena masyarakat tidak mau melakukan komunikasi dengan baik
dengan yang berpaham Muhammadiyah.
hal yang biasa ditemukan dalam masyarakat yaitu ketika masyarakat
melihat mereka memiliki perilaku yang berbeda dengan mereka secara otomatis
mereka akan menganggap bahwa itu adalah orang yang berpaham
Muhammadiyah dan menyimpang dan cenderung menutup diri dari mereka.
Keterkaitan teori interaksi sosial Soerjono Soekanto dengan ini ialah,
bahwa timbulnya persepsi negatif atau positif masyarakat terhadap sesuatu di
pengaruhi oleh interaksi social. Karena interaksi yang terjadi tidak efektif
sehinggah mengakibatkan persepsi negatif. Komunikasi yang baik akan
menghasilkan interaksi yang baik dan akan melahirkan persepsi yang baik
begitupun sebaliknya, komunikasi yang tidak baik akan melahirkan disfungsi
interaksi.
b. Persepsi Masyarakat Berpendidikan terhadap Muhammadiyah
Di sadari atau tidak, pendidikan benar-benar menempati ruang terpenting
dalam kehidupan manusia. Melalui proses pendidikan, manusia diarahkan agar
mencapai derajat tertinggi sesuai dengan fitrahnya sebagai khaliffah di muka
57
bumi. Adapun presepsi Masyarakat (desa Waloindi) yang berpendidikan
terhadap Muhammadiyah ialah positif. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan salah satu informan berinisial AN selaku Mahasiswa, mengungkapkan
bahwa Muhammadiyah adalah gerakan mengembalikan ajaran Islam
sebagaimana mestinya yaitu sesuai dengan Alquran dan Hadist. dan saya melihat
tidak ada hal apapun yang di lakukan oleh yang berpaham Muhmmadihayah
yang melanggar syariat Islam. Muhammadiyah memang keras tapi mereka keras
terhadap sesuatu yang benar dan baik.
Dan penulis membenarkan hal tersebut bahwa Muhammadiyah adalah
organsisasi yang memang keras terhadap segala sesuatu tetapi itu karena apa
yang dilarangnya berdasarkan al-quran dan hadist.
Dari uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hubungan antara teori
yang dikemukan oleh Emile Durkheim yaitu Fakta social, menurut peneliti
sangat relevan dengan topik penelitian. Teori fakta Sosial dari Emile Durkheim
Dalam bukunya yang berjudul The Rulers of Sociological Method (1965)
Durkheim menawarkan definisinya mengenai sosiologi. Durkhem menilai bahwa
bidang yang mesti dipelajari sosiologi adalah fakta sosial. Fakta social yang
dimaksud ialah cara bertindak, berperasaan yang berada di luar individu
mempunyai kekuatan memaksa, dan mengendalikan individu. Durkheim
membagi Teori fakta sosial atas 2 macam, yakni dalam bentuk materiil, yaitu
barang sesuatu yag dapat ditangkap oleh indra manusia. Fakta sosial inilah yang
58
merupakan bagian dari dunia nyata contohnya norma hukum; dan dalam bentuk
non materiil yaitu sesuatu yang dinyatakan atau dianggap sebagai barang sesuatu
yang nyata. Fakta ini bersifat inter-subjektif yang hanya muncul dari dalam
kesadaran manusia, sebagai contoh egoism, altruism. Namun peneliti lebih di
antara 2 macam tersebut, teori Fakta Sosial lebih tepat digunakan untuk
membahas topik penelitian ialah non materiil yaitu sesuatu yang dinyatakan atau
dianggap sebagai barang sesuatu yang nyata. Fakta ini bersifat inter-subjektif
yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contoh egoism,
altruism.
Seperti halnya persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap
Muhammadiyah, yang dimana masyarakat berpresepsi negatif terhadap
Muhammadiyah karena mereka hanya menilai berdasarkan apa yang muncul
dalam pikirannya tanpa mengetetahui lebih dalam terlebih dahulu apa
Muhammadiyah itu sendiri.
Selain dari teori diatas teori lain juga mendukung hal ini seperti teori
interaksi social Soerjono Soekanto (2013). Yang dimana keterkaitannya bahwa
timbulnya persepsi negatif atau positif masyarakat terhadap Muhammadiyah di
pengaruhi oleh interaksi sosial, dimana dari interaksi seseorang menemukan
berbagai informasi tentang suatu hal. Karena interaksi yang positif hasilnya juga
menghasilkan sesuatu yang positif begitupun sebaliknya.
59
2. Persepsi Negatif Masyarakat Desa Waloindi terhadap Muhammadiyah
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan persepsi masyarakat desa Waloindi
Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi terhadap Muhammadiyah bahwa adanya
persepsi negative masyarakat desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di latar
belakangi oleh kepercayaan masyarakat yang masih kental terhadap sesuatu yang
bersifat turun temurun, misalnya kebiasaan saat orang meninggal diadakan pesta hari
ketiga, ketujuh dan kedelapan.
Hal lain yang mempengaruhi persepsi masyarakat negatif ialah karena
kurangnya pendidikan, dimana kita ketahui bahwa pendidikan mampu membuat
wawasan orang menjadi luas serta dapat membuat orang jadi berpikir kritis terhadap
sesuatu. Sementara Masyarakat desa waloindi adalah masyarakat yang sebagian besar
masyarakatnya tidak menempuh pendidikan, hal inilah yang menjadi penyebab lain
sehinggah masyarakat berpresepsi negatif terhadap Muhammadiyah.
Dari beberapa informan yang penulis pilih, yang dimana terbagi atas
masyarakat yang tiidak berpendidikan dengan masyarakat yang berpendidikan,
peneliti menemukan perbedaan persepsi masyarakat terhadap Muhammadiyah.
dimana masyarakat yang tidak menempuh pendidikan atau hanya tamat SD, rata-rata
berpresepsi negatif terhadap Muhammadiyah, sedangkan masyarakat yang
menempuh pendidikan mereka berprsepsi positif terhadap Muhammadiyah.
Menurut peneliti penyebab utama masyarakat berpikir negativ terhadap
Muhammadiyah ialah kurangnya pemberian pemahaman atau dakwah-dakwah yang
60
berkaitan dengan Muhammadiyah, seperti menjelaskan apa itu Muhammadiyah, serta
visi misi dan juga tujuan dari berdirinya Muhammadiyah., sehinggah masyarakat
tidak begitu asing lagi dengan Muhammadiyah, serta mempunyai sedikit pengetahuan
terhadap Muhammadiyah, kemudian hal lainnya ialah kurangnya ilmu pengetahuan
(pendidikan) pada masyarakat dimana kita ketahui bahwa pendidikan mampu
menjadikan seseorang dapat berpikir kritis terhadap sesuatu.
Dari uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa keterkaitan antara rumusan
masalah dengan teori fakta social yaitu bahwa adanya persepsi negatif terhadap
Muhammadiyah di pengaruhi oleh non materiil yaitu sesuatu yang dinyatakan atau
dianggap sebagai barang sesuatu yang nyata. Fakta ini bersifat inter-subjektif yang
hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contoh egoism, altruism.
Seperti halnya persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap Muhammadiyah, yang
dimana masyarakat berpresepsi negatif terhadap Muhammadiyah hal ini dikarenakan
egoism,opini dan altruism.
61
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarakan hasil Observasi dan Wawancara tentang peersepsi masyarakat
desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi
dapat disimpulkan bahwa
Masyarakat desa Waloindi Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi memahami
Muhammadiyah sebagai sebuah agama atau aliran bukan sebagai sebuah organisasi
Islam sebagaimana mestinya. Persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap
Muhammadiyah yaitu beragam ada yang positif dan adapula yang negatif. Perbedaan
persepsi terjadi antara masyarakat tidak berpendidikan dan masyarakat
berpendidikan.
Penyebab masyarakat berpresepsi negatif terhadap Muhammadiyah ialah
karena masyarakat desa Waloindi masih kental dengan kepercayaan yang terbawa
dari nenek moyangnya sehinggah mereka enggan menerima pemahaman baru, serta
hal lain yang menjadi penyebabnya ialah pendidikan. Karena masyarakat desa
Waloindi merupakan masyarakat yang tergolong banyak yang tidak menempuh
pendidikan yang dimana kita ketahui bahwa pendidikan mampu membuat seseorang
berwawasan luas serta dapat berpikir kritis terhadap sesuatu.
62
B. Saran
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diantara lain
adalah:
1. Bagi masyarakat desa Waloindi sebaiknya memahami terlebih dahulu apa
itu Muhammadiyah sehinggah tidak berpsrespsi negative lagi terhadap
Muhammadiyah.
2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan terkait persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap
Muhammadiyah di Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi serta juga dapat
memberikan kritikan dan masukan yang membangun bagi peneliti.
3. Kepada peneliti selanjutnya, yang akan mengkaji rumusan serupa
diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dan mengkaji lebih dalam
lagi tentang persepsi masyarakat desa Waloindi terhadap Muhammadiyah di
Kec. Togo Binongko Kab. Wakatobi.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto. (2006). Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap PembangunanPrasarana Dasar Permukiman Yang Bertumpu Pada Swadaya Masyarakat DiKota Magelang. Jurnal Eprints Undip.
Ating, Soemantri dan Sambas Ali Muhidin. (2006). Aplikasi Statistia dalamPenelitian. Yogyakarta: Pustaka Setia.
Ana Melda, Sri. (2017) Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Peran MuhammadiyahDalam Memberikan Pelayanan Pendidikan Di Kecamatan Sei RampahKabupaten Serdang Bedaga.. Jurnal Repository Umsu.
Astina, (2018). Gambar peta Binongko, Astinaholidays.wordpress.com. di Aksespada tanggal 2 Desember 2019.
Bimo Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi
Eidirno. (2014). Persepsi Masyarakat terhadap Muhammadiyah di Kecamatan TubbiTaramanu Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Repositori UIN Alauddin.
Https: id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammadiyah.Di akses 20 Juni 2019.
Koentjraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kaharuddin. Dkk. (2019). Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. FKIP UnismuhMakassar.
Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam Subair. (2008). PerkembanganMuhammadiyah di Buton.https://www.google.com//amp/s/laere.wordpress.com//2009/07/30/perkembangan-muhammadiyah-di-buton/amp. Di akses padatanggal 25 September 2019.
Subair.(2008).Perkembangan Muhammadiyah di Buton. https://www.google.com//amp/s/laere.wordpress.com//2009/07/30/ perkembangan-muhammadiyah-di-buton/amp. Di akses pada tanggal 25 September 2019.
Nizar, Samsul, (2007). Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Nashir, Haedar 2015. Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah.
Ricklefs, M.C. (2005). Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada UniversiyPress.Yogyakarta.
Rifchatullaili, 2017 Faksi-faksi Islam murni. Blog.iain-tulungagung.ac.id. diaksespada tanggal 2 Desember 2019.
Sarwono. Sarlito Wirawan. (1983). Pengantar umum psikologi. Jakarta: BulanBintang..
Soekanto Soerjono,(2012). Sosiologi Suatu Pengantar. PT Rajawali Pers: Jakarta,Hlm 55.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, Kualitatif,dan R&D. Bandung Alfabeta. Hlm 8-9.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian kuantitatif, dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sippa, 2016, Rencana pengembangan Investasi jangka menengah (RPJM) Wakatobi
sippa.ciptakarya.pu.go.id. di Aksespada tanggal 2 Desember 2019
Subair. (2017). Keberadaan Muhammadiyah di Wakatobi. https://www.google.com/amp/s/laere/.wordpress.com/2017/04/14/keberadaan-muhammadiyah-di wakatobi/amp/. Di akses pada tanggal 25 September 2019
Tamrin, (2017). ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
Upe Ambo. (2010). Tradisi Aliran Dalam Sosiologi dari Filosofi Positivistik Ke PostPositivistik. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, Hlm 92-94.
Wulansari Dewi. (2009). Konsep dan Teori, PT Refika Aditama: Bandung, Hlm 35.
DATA INFORMAN DALAM WAWANCARA
1. Nama : La Pele
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Tokoh Agama
Pendidikan : SD
2. Nama : La BAKA
Umur : 65 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Tokoh Adat
Pendidikan : SD
3. Nama : Jamulia
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
4. Nama : Wa Dina
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
5. Nama : Wa Muli
Umur : 29 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
6. Nama : La Haruna
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SD
7. Nama : Wa Samu
Umur : 29 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tidak Tamat SD
8. Nama : Arman
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : Mahasiswa
9. Nama : Wa Wika
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
10. Nama : Sumira
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
11. Nama : Maliana
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SD
PEDOMAN WAWANCARA
Berikut ini adalah pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian:
1. Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap Muhammadiyah?
2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap Muhammadiyah?
3. Bagaimana aksesbilitas sehinggah masyarakat berpresepsi negatif?
4. Bagaimana interaksi masyarakat dengan yang berpaham Muhammadiyah?
5. Mengapa masyarakat berpresepsi negatif?
6. Apa penyebab sehinggah masyarakat berpresepsi negatif
DOKUMENTASI WAWANCARA
Kegiatan mengantar surat izin penelitian di kantor desa Waloindi 9 Oktober 2019
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan Bapak La Pele selaku Tokoh
Imam Desa Waloindi 10 Oktober 2019
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan ibu Jamulia (wawancara, 20Oktober 2019).
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan Bapak La Baka (Wawancara, 20
November 2019).
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan ibu wa Muli (Wawancara 20Nomber 2019).
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan ibu Wa Dina (wawancara, 20
Oktober 2019).
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan Wa Wika (wawancara, 01November 2019).
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan La Arman selaku Mahasiswa(wawancara, 02 November 2019).
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan Bapak La Haruna (wawancara,10November 2019).
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan dengan Ibu Wa Samu(wawancara, 20 November 2019).
Kegiatan wawancara Peneliti dan informan Sumira, (wawancara, 29November 2019).
RIWAYAT HIDUP
Liriana, dilahirkan di Kabupaten Wakatobi tepatnya di desa
Waloindi Kecamatan Togo Binongko pada tanggal 25 April
1996. Anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan
La Baka dengan Jamulia. Peneliti menyelesaikan pendidikan
di Sekolah Dasar di SD Negri Mole di Kecamatan Togo
Binongko Kabupaten Wakatobi pada tahun 2009. Pada
tahun itu juga peneliti melanjutkan Pendidikan di MTS Swasta Waloindi Kecamatan
Togo Binongko dan tamat pada tahun 2012 kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Atas di Madrasah Aliyah Swasta Waloindi pada tahun 2012 dan selesai
pada tahun 2015. Pada tahun 2015 peneliti melanjutkan Pendidikan di perguruan
tinggi swasta, tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi. Peneliti
menyelesaikan strata satu (S1) pada tahun 2020.