28
PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU TIDAK MEMILIH MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNGPINANG KOTA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan OLEH HARITA NIM: 110565201081 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU TIDAK

MEMILIH MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNGPINANG KOTA

DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan

OLEH

HARITA

NIM: 110565201081

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

Page 2: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

ABSTRAK

Fenomena golongan putih (golput) merupakan wujud nyata dari perilaku tidak

memilih seseorang. Di Kelurahan Tanjungpinang Kota presentase pengguna hak pilih

dalam pemilihan Gubernur Kepri tahun 2015 lalu semakin menurun dari pemilihan

sebelumnya, yakni mencapai angka 38,3%. Signifikansi penurun presentase pengguna

hak pilih antara pemilihan Legislatif (pileg) tahun 2014 dan pemilihan Gubernur

(pilgub) tahun 2015 mencapai selisih 13,2%.

Pada penelitian sebelumnya, yakni oleh Ryan Anggaria tentang “Budaya

Politik Etnis Tionghoa di Kota Tanjungpinang” dengan narasumber Organisasi

Tionghoa serta Tokoh Masyarakat Etnis Tionghoa Kota Tanjungpinang dengan

orientasi subyek-partisipan, dimana masyarakat Etnis Tionghoa memiliki pemahaman

serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman Tokoh Masyarakat

yang peduli dan tinggi terhadap dunia politik tersebut, menjadikan alasan penulis

tertarik untuk menggali secara lebih mendalam penyebab perilaku tidak memilih

masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, dengan harapan Tokoh Masyarakat dapat

mencerminkan persepsi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota yang tidak

menggunakan hak pilihnya.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif dengan menggunakan informan kunci yakni tokoh masyarakat

Kelurahan Tanjungpinang Kota. Keberagaman persepsi Tokoh Masyarakat

berdasarkan pemikiran serta latarbelakang pengalaman yang berbeda, sehingga

menghasilkan pandangan yang berbeda pula dalam menilai sesuatu. Dari hasil

penelitian penulis, tokoh masyarakat Kelurahan Tanjungpinang kota,

mempersepsikan penyebab munculnya golongan putih “golput” karena faktor

psikologis, sistem politik, kepercayaan politik, dan latar belakang status ekonomi

sosial cukup berperan mempengaruhi pilihan politik seseorang untuk “golput”.

Kata kunci : Persepsi, Tokoh Masyarakat, Perilaku Tidak Memilih, Pilkada.

Page 3: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Latar Belakang Masalah

Dalam dinamika pemilihan umum, fenomena golongan putih (golput) sering

menjadi masalah yang menghambat proses demokrasi di Indonesia. Dalam sejarah

pemilu fenomena golput di Indonesia sesungguhnya sudah ada sejak Pemilu di masa

Orde Baru. Pada masa reformasi, ancaman golput malah semakin meluas tidak hanya

di tingkat nasional (pemilu), akan tetapi hingga di tingkat pemilihan kepada daerah

(pilkada).

Fenomena golongan putih (golput) tersebut menjadi suatu hal yang erat

kaitannya dengan perilaku pemilih dimana terdapat aktivitas pemberian suara oleh

individu yang berkaitan erat dengan pengambilan keputusan untuk memilih (to vote)

atau tidak memilih (not to vote), karena tanpa adanya keterlibatan aktif dari

masyarakat sebagai pemilih dalam berbagai tahapan pemilukada dapat dipastikan

kurang berkualitas sebagai dasar terwujudnya sistem politik yang kuat, karena akan

menghasilkan pemegang jabatan publik yang terbaik.

Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menjadi salah satu Provinsi yang mengikuti

pelaksanaan pesta demokrasi pada tahap pertama. Untuk kandidat calon Gubernur

Provinsi Kepri yaitu diikuti oleh 2 pasangan calon. Nomor Urut. 1 Drs. H.

Muhammad Sani dan Dr. Nurdin Basirun S.Sos, M.Si, yang didukung oleh lima

partai yakni Partai Demokrat, Partai Nasdem, PKB, Partai Gerindra, dan PPP.

Sedangkan Nomor Urut 2 yaitu Dr. H. M. Soerya Respationo, SH. MH dan H. Ansar

Ahmad, SE.MM, dengan partai pendukung lebih sedikit oleh empat partai, yakni

Page 4: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

PKS, Partai Hanura, PAN, dan PDIP (sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota

Tanjungpinang).

Pesta demokrasi dalam pemilihan Gubernur Provinsi Kepri menjadi semakin

menarik, dan seru ketika masing-masing pasangan calon merupakan pemimpin

incumbent. Drs. H. Muhammad Sani Selain merupakan mantan Gubernur Provinsi

Kepri 2 periode, Drs. H. Muhammad Sani dan Dr. Nurdin Basirun S.Sos, M.Si juga

sama-sama mantan bupati Karimun. Dan Dr. H. M. Soerya Respationo, SH. MH

mantan Wakil Gubernur Provinsi Kepri, serta H. Ansar Ahmad, SE.MM merupakan

Bupati Bintan periode 2010-2015.

Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam pemilihan gubernur provinsi Kepri

yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten

Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Anambas, dan

Kabupaten Natuna yakni berjumlah 1.860.000 juta jiwa. Dalam pelaksanaan

pemilihan gubernur (Pilgup) Kepri, selalu menjadi sorotan. Terlebih munculnya

fenomena golongan putih (golput) yang merupakan fenomena pemilihan umum

(pemilu) pada setiap daerah. Seperti pemilihan umum dalam pemilihan kepala daerah,

legislatif, maupun presiden.

Salah satunya terjadi fenomena golongan putih (golput) pada pilgup Kepri 9

desember 2015 lalu. Dari 1.860.000 jiwa hanya 56,34% yang menggunakan hak

pilihnya dalam pemilihan gubernur Kepri (kpu.go.id). Salah satu daerah yang menjadi

sorotan tingginya golongan putih (golput) yakni Ibukota Provinsi Kepulauan Riau,

Page 5: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya hanya diperoleh 53,32%

(kpu.go.id).

Seperti mengulang sejarah lama, fenomena golongan putih (golput) pada pilgub

Kepri pada tahun 2010 lalu, untuk presentase perolehan suara di Kota Tanjungpinang

hanya mencapai 53,07% yang menggunakan hak pilihnya. Pada pilgub 2015 lalu,

menjadi sangat menarik ketika golongan putih (golput) menjadi sangat dominan

dalam pesta demokrasi di Provinsi Kepulauan Riau, khususnya di Kota

Tanjungpinang, karena dalam kurun waktu lima tahun tidak terjadi peningkatan

pengguna hak pilih secara signifikan.

Karena keterbatasan kemampuan penulis dalam penelitian ini, penulis

mengambil lokasi penelitian di daerah pemilihan di Kelurahan Tanjungpinang Kota,

Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang. Karena tingkat pemilih

masyarakat di Kelurahan Tanjungpinang Kota sangat rendah dibanding kelurahan

lainnya pada Kecamatan Tanjungpinang Kota dan Kecamatan lainnya. Berikut

jumlah pemilih dan perolehan suara yang akan jelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 1.1

Jumlah pemilih dan jumlah yang menggunakan hak pilih dan yang tidak

menggunakan hak pilih di Kelurahan Tanjungpinang Kota

Pada Pileg 2014

Lokasi Jumlah

DPT

Jumlah

Pengguna

Hak Pilih

Tidak

Menggunakan

Hak Pilih

Presentase

Pemilih

Kelurahan

Tanjungpinang

Kota

5.642 2.904 2.738 51, 5%

Page 6: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Kelurahan

Kampung Bugis 5.720 3.943 1.777 69, 8%

Senggarang 2.923 2.062 861 70, 6%

Penyengat 1.775 1,417 358 79, 8%

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota Tanjungpinang, 2014

Tabel 1.2

Jumlah pemilih dan jumlah yang menggunakan hak pilih dan yang tidak

menggunakan hak pilih di Kelurahan Tanjungpinang Kota

Pada Pilgub 2015

Lokasi Jumlah

DPT

Jumlah

Pengguna

Hak Pilih

Tidak

Menggunakan

Hak Pilih

Presentase

Pemilih

Kelurahan

Tanjungpinang

Kota

5.371 2.059 3.312 38, 3%

Kelurahan

Kampung Bugis 5.911 3.302 2.609 55, 8%

Senggarang 2.943 1.707 1.236 58%

Penyengat 1.808 1.261 547 69, 7%

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota Tanjungpinang, 2015

Dari tabel diatas menunjukan hal yang menarik ketika presentase pengguna hak

pilih di Kelurahan Tanjungpinang Kota dari tahun ke tahun masih menduduki posisi

tingkat presentase pengguna hak pilih terendah. Bahkan presentase pengguna hak

pilih dalam pemilihan Gubernur Kepri tahun 2015 lalu semakin menurun, yakni

mencapai angka 38,3%. Signifikansi penurun presentase pengguna hak pilih antara

Page 7: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

pemilihan Legislatif (pileg) tahun 2014 dan pemilihan Gubernur (pilgub) tahun 2015

mencapai selisih 13,2%.

Munculnya perbedaan figur yang ditampilkan pada Pileg dan Pilgub semakin

dirasa oleh Penulis menjadi salah satu penyebab turunnya perolehan pengguna hak

pilih, hal tersebut dapat dilihat figur yang ditampilkan pada Pileg lebih banyak

menawarkan kandidat yang berasal dari etnis yang sama, sehingga rasa keterwakilan

aspirasi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota dengan mayoritas adalah etnis

tionghoa lebih bisa terakomodir dibanding kandidat pada pilgub 2015 lalu yang

diikuti oleh dua pasang calon “incumbent” yang sudah pernah memimpin Kepri

sebelumnya, dan juga sebagai bukti rasa kekecewaan masyarakat terhadap atas

kepemimpinan yang tidak membawa perubahan apa-apa bagi masyarakat Kelurahan

Tanjungpinang Kota.

Berbicara masalah pemimpin dalam penelitian ini, tidak terlepas dari pengaruh

tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat adalah mereka yang memiliki kedudukan

sosial, berpengaruh, dan dihormati di lingkungan sosialnya. Dari hasil penelitian

sebelumnya oleh Ryan Anggaria tentang “Budaya Politik Etnis Tionghoa di Kota

Tanjungpinang” dengan narasumber Organisasi Tionghoa serta Tokoh Masyarakat

Etnis Tionghoa Kota Tanjungpinang, menunjukkan orientasi kognitif berada pada

posisi pengetahuan dan kepercayaan politik yang tinggi, kemudian orientasi afektif

Etnis Tionghoa Kota Tanjungpinang peka terhadap jalannya sistem politik dan

peranan pemerintah, serta orientasi evaluatif menunjukkan Etnis Tionghoa Kota

Tanjungpinang memiliki tingkatan tertinggi dalam kualitas orientasi politik, yakni

Page 8: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

keputusan dan pendapat tentang obyek politik melibatkan standar nilai dan kriteria

yang berisikan pemahaman yang tinggi.

Pemahaman Tokoh Masyarakat yang peduli dan tinggi terhadap dunia politik

tersebut, menjadikan alasan penulis tertarik untuk menggali secara lebih mendalam

penyebab perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, dengan

harapan Tokoh Masyarakat dapat mencerminkan persepsi masyarakat Kelurahan

Tanjungpinang Kota yang tidak menggunakan hak pilihnya. Maka berdasarkan hal-

hal diatas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Persepsi Tokoh Masyarakat

Terhadap Perilaku Tidak Memilih Masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota

dalam Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2015”.

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

Persepsi sering kita artikan sebagai cara pandang seseorang terhadap suatu hal.

Cara pandang tersebut dapat berupa sesuatu yang positif atau negatif yang berbeda

pada setiap orang. Kenapa dikatakan berbeda, karena setiap orang memiliki

pengalaman dan pemikiran yang berbeda sehingga persepsi yang dihasilkan pada

setiap orang akan berbeda.

Hal ini sejalan dengan pengertian persepsi menurut Slameto (2010:102) bahwa:

“Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke

dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya,

yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

Page 9: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Menurut Robbins (2002:14), bentuk persepsi terbagi menjadi dua, yaitu persepsi

positif, dan persepsi negatif. Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap

suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang

diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Sedangkan

persepsi negatif merupakan perserpsi individu terhadap objek atau informasi tertentu

dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang

dipersepsikan atau dari suatu aturan yang ada.

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa persepsi itu merupakan

proses menafsirkan informasi yang ada dilingkungan, sehingga terbentuk menjadi

cara pandang. Persepsi dalam penjelasan ini menunjukkan pada hubungan seseorang

dengan lingkungannya dengan kata lain lingkungan memberi pengaruh terhadap

persepsi seseorang. Setiap orang tinggal pada lingkungan yang berbeda oleh sebab itu

persepsi yang dihasilkan juga berbeda.

B. Tokoh Masyarakat

Di dalam kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat menduduki posisi yang

penting, oleh karena ia dianggap orang serba tahu dan mempunyai pengaruh yang

besar terhadap masyarakat. Sehingga segala tindak-tanduknyan merupakan pola

aturan yang patut diteladani oleh masyarakat.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6

menyebutkan bahwa “Tokoh masyarakat adalah seseorang yang karena kedudukan

sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau pemerintah”.

Page 10: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

C. Perilaku Tidak Memilih

Istilah perilaku not voting dalam bahasa Indonesia diartikan tidak memilih atau

lebih dikenal dengan golongan putih (golput). Perilaku tidak memilih atau golput

umumnya dipakai untuk merujuk pada fenomena ketidakhadiran seseorang dalam

pemilu karena tidak adanya motivasi. Menurut Mufti Mubarak, “bagi masyarakat,

sikap golput lebih dianggap sebagai bentuk perlawanan atas parpol dan para kandidat

yang tidak sesuai dengan aspirasi. Sedangkan disisi kandidat, golput akan

melemahkan legitimasi mereka kelak ketika berada di lembaga pemerintah (Erfiza,

2012 : 541)

Perilaku golput di Indonesia pada umumnya dapat dimanifestasikan ke dalam

beberapa bentuk, seperti yang dikemukakan Efriza (2012:547-548) berikut:

1. Orang yang menghadiri TPS sebagai aksi protes terhadap pelaksanaan

pemilu dan sistem politik yang ada.

2. Orang yang menghadiri TPS namun tidak menggunakan hak pilihnya secara

benar dengan menusuk lebih dari satu gambar.

3. Orang yang menggunakan hak pilihnya dengan jalan menusuk bagian putih

dari kartu suara. Perilaku ini merupakan refleksi protes atas ketidakpuasan

terhadap sistem politik yang sedang berkembang.

4. Orang yang tidak hadir di TPS dikarenakan mereka memang tidak terdaftar

sehingga tidak memiliki hak suara. Perilaku golput ini disebabkan alasan

administratif dan kelompok golput ini disebut golput pasif.

Page 11: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Berdasarkan hasil tulisan Muhammad Asfar dalam “Presiden Golput”, Efriza

(2012:537-544) setidaknya menyimpulkan ada empat faktor yang menjadi penyebab

golput, yaitu:

1. Faktor Psikologis

Faktor ini berkaitan dengan ciri-ciri kepribadian seseorang dan orientasi

kepribadian.

2. Faktor Sistem Politik

Pemilih melakukan protes terhadap sistem politik dan sistem pemilu

terutama kecewa dengan kebijakan dan implementasi dari pemerintah..

3. Faktor Kepercayaan Politik

Fenomena faktor kepercayaan politik ini biasanya muncul karena

ketidakpercayaan terhadap saluran politik dalam bentuk partai dan akhirnya

adanya keinginan warga negara untuk melakukan delegitimasi politik

terhadap kekuasaan.

4. Faktor Latarbelakang Status Sosial-Ekonomi

Faktor ini terbagi lagi ke dalam tiga indikator, yaitu tingkat pendidikan,

tingkat pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

D. Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan Kepala Daerah merupakan rekrutment politik yaitu penyeleksian

rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah. Aktor

utama system pilkada adalah rakyat, partai politik, dan calon kepala daerah (J.

Prihatmoko, 2005:15) Ketiga actor tersebut terlibat langsung dalam kegiatanyang

Page 12: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

dilaksanakan dalam rangkaian tahapan-tahapan pilkada langsung. Kegiatan-kegiatan

tersebut antara lain: 1) Pendaftaran pemilih; 2) Penetapan calon; 3) Kampanye; 4)

Pemungutan dan perhitungan suara; 5) Penetapan calon terpilih.

Menurut Djoko Suyanto (2012:25) Pemilukada sebagai agenda permanen dalam

tata pemerintahan, yang menjadi penentu keberhasilan demokrasi di daerah, segaligus

penentu kualitas sosok kepala daerah, perlu dijaga agar terhindar dari fenomena-

fenomena yang merugikan kepentingan bersama. Semua pihak perlu memiliki

kedewasaan dan pikiran jenih, untuk memandang dan mewujudkan demokrasi

sebagai jalan menuju kemaslahatan umum dan kesejahteraan rakyat.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini Penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu

berupa gamabaran penelitian berupa rangkaian kata tertulis, perilaku yang

diamati secara fakta, akurat dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi.

Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik

polpulasi atau menarik generalisasi kesimpulan bagi suatu populasi. Melainkan

lebih berfokus kepada representasi terhadap fenomena sosial (Bungin, 2007:53).

Pada penelitian kualitatif, bagian yang terpenting adalah menentukan informan

kunci menggunakan purposive sampling yaitu dilakukan secara sengaja dengan

memiliki bebrapa keriteria (Bungin, 2007:54). Sedangkan prosedur pemilihan

sampel itu sendiri melalui tiga tahapan, yang dikenal dengan teknik snowball

sampling yaitu: 1) pemilihan sampel awal (informan kunci), 2) pemilihan

Page 13: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

sampel lanjutan. 3) menghentikan pemilihan sampel lanjutan jika sudah tidak

terdapat variasi informasi.

Dengan menggunakan teknik snowball sampling ini peneliti memilih informan

awal yakni tokoh masyarakat etnis tionghoa Kelurahan Tanjungpinang Kota,

mereka akan menunjuk kepada individu lain yang cocok dijadikan informan

lanjutan, begitu seterusnya hingga tidak lagi terdapat variasi informasi (jenuh).

Dengan demikian, pada penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel

(Bungin, 2007:54).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer, data yang penulis peroleh langsung dari sumber asli pada

peninjauan langsung pada objek yang diteliti. Studi Lapangan yang

dilakukan langsung di Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang dengan cara melakukan

wawancara terhadap subyek penelitian.

b. Data Sekunder pengambilan bahan penelitian penulis melalui media-

media yang ada, online (website, atau blog) maupun offline (buku, UU

yang terkait, karya ilmiah, Koran dan lain-lain) yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Page 14: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data ialah dengan wawancara

yaitu dengan mekanisme pertanyaan yang sudah disusun (terstruktur dan

bisa keluar dari konsep jika berkaitan dengan yang diteliti (non-

terstruktur) terhadap key informant pemilih dari Kelurahan

Tanjungpinang Kota, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota

Tanjungpinang. Dan juga dengan melakukan observasi yaitu dengan

melakukan pengamatan tidak berperan serta, hanya mengamati subjek

penelitian dari kejauhan.

b. Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah pedoman

wawancara, alat tulis, alat perekam, kamera, dan telepon genggam.

5. Informan

Orang yang dimintai informasi dan keterangan untuk penelitian ini dipilih

berdasarkan kategori perwakilan sebagai orang yang mengetahui lebih dalam

mengenai kondisi masyarakat setempat sebagai key informant yaitu, Tokoh

masyarakat Kelurahan Tanjungpinang. Berikut kriteria informan yang terpilih untuk

dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tokoh Masyarakat Formal yaitu terdiri dari :

(1) Lurah Kelurahan Tanjungpinang Kota, secara administrasi merupakan

pimpinan penyelenggara urusan pemerintahan, pembangunan dan

Page 15: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

kemasyarakatan sehingga dianggap mengetahui kondisi masyarakat

Kelurahan Tanjungpinang Kota.

(2) RT/RW (Rukun Tetangga/Rukun Warga) Kelurahan Tanjungpinang Kota,

dengan pertimbangan RT/RW adalah pemimpin lingkungan terkecil yang

ada di Kelurahan Tanjungpinang Kota

b. Tokoh Masyarakat Informal terdiri dari :

(1) Tokoh Agama, dengan pertimbangan Kelurahan Tanjungpinang Kota

merupakan wilayah dengan mayoritas terbesar adalah beragama Hindu

dan beretnis Tionghoa, sehingga Tokoh agama menjadi salah tokoh sentral

yang dekat dan mengetahui kondisi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang

Kota

(2) Tokoh Pemuda, dengan pertimbangan peran pemuda dalam segala hal

khsususnya dunia politik di Kelurahan Tanjungpinang Kota yang aktif

mengikuti organisasi kepemudaan dan organisasi lainnya seperti

kepengurusan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI)

Kota Tanjungpinang, sehingga peneliti anggap Tokoh pemuda mampu

menjawab permasalahan yang akan peneliti bahas selanjutnya

Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan menganalisa data-data yang didapat dari penelitian

adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

Page 16: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

1. Mengumpulkan, serta menyusun data yang terkumpul, baik data primer

maupun data sekunder yang diperoleh dari wawancara menjadi bentuk teks.

2. Melakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang ditemukan.

3. Mengklasifikasikan berdasarkan beberapa tema sesuai dengan fokus kajian

penelitian.

4. Mengidentifikasi temaz secara umum dari data yang terkumpul.

5. Membuat Kesimpulan.

ANALISA DATA

A. Faktor Psikologis

Faktor psikologis untuk mengetahui penyebab golput yang dilihat dari

kepribadian seseorang dan orientasi kepribadian. Hasil wawancara peneliti mengenai

presepsi tokoh masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota terhadap perilaku tidak

memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota dalam pemilihan Gubernur

Provinsi Kepri tahun 2015, salah satunya mengarah kepada aspek psikologis yaitu

yang dilihat dari kepribadian seseorang dan orientasi kepribadian seperti yang

dikemukakan Tokoh Pemuda Etnis Tionghoa (Mantan Wakil Ketua INTI dan Humas

PSMTI Kota Tanjungpinang) yakni Wison SE :

“Berbicara masalah golput, kecenderungan masyarakat disini

memang kurang antusias, masih ada yang tidak perduli dengan

pemerintah atau politik, lebih memilih berlibur keluar kota, bahkan sehari

menjelang pemilihan, ada bahkan banyak yang sudah pergi meninggalkan

Kota Tanjungpinang. Hal tersebut terjadi karena mereka merasa tidak

terlibat dengan dunia politik sehingga rasa tanggung jawab kepada hak

mereka untuk memilih itu masih kurang. Sosialisasi berjalan mulai

Page 17: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

ditingkat RT/RW hingga KPU, tapi masyarakat ada yang tidak mau ikut,

masa harus kita paksa”. (09-08-2016 Pukul 13.50 di Jalan Merdeka No.

81).

Sama halnya seperti yang disampaikan oleh Bapak Musin sebagai Ketua RT

3/RW IX selama empat puluh (40) tahun :

“Kalau pemilihan yang pergi orangnya itu-itu saja, pileg maupun

pilgub yang milih yang itu-itu saja lah, ada yang tidak mau milih karena

banyak yang tidak mengerti tentang politik, padahal jaman udah berubah,

udah tidak seperti dulu tidak bebas, sekarang sudah bebas tapi

masyarakat masih ada yang tidak mau milih, karena merasa politik itu

bukan keseharian mereka.” (09-08-2016 Pukul 12.35 di Jalan Pelantar I).

Lebih lanjut Bapak Musin mengatakan:

“Karena bukan keseharian mereka, mereka merasa tidak terlibat

dengan politik. Sehingga kebijakan pemerintah dianggap tidak

berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mereka. Mereka buka toko,

ada usaha masing-masing jadi kebijakan apapun dari pemerintah mereka

tidak terlalu mengerti jadi tidak ada urusan buat mereka (09-08-2016

Pukul 12.35 di Jalan Pelantar I).

Keseluruhan kesimpulan hasil wawancara penulis terhadap tokoh masyarakat

Kelurahan tanjungpinang Kota, memilki perbedaan yang beragam memandang

perilaku tidak memilih Kelurahan Tanjungpinang Kota secara psikologi yakni dengan

melihat orientasi kepribadian seperti yang telah dijelaskan diatas, dapat dilihat

kurangnya antusias masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, karena kurangnya

pendidikan politik serta kesadaran politik ditandai dengan kejenuhan dalam memilih,

namun dalam hal ini kejenuhan yang beralasan ketika mereka merasa tidak ada

perubahan yang berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat. Oleh karena itu, hasil

Page 18: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

analisa penulis terhadap persepsi tokoh masyarakat tersebut, faktor psikologis cukup

berperan dalam melatarbelakangi perilaku tidak memilih (golput) masyarakat

Kelurahan Tanjungpinang Kota.

B. Faktor Sistem Politik

Pemilih melakukan protes terhadap sistem politik dan sistem pemilu terutama

kecewa dengan kebijakan dan implementasi dari pemerintah. Dari hasil penelitian di

lapangan penulis melalui wawancara terhadap beberapa tokoh masyarakt di

Kelurahan Tanjungpinang Kota faktor sistem politik juga sebagai salah satu yang

mempengaruhi pilihan politik masyarakat kelurahan Tanjungpinang Kota untuk

memilih golput karena merasa kecewa terhadap implementasi kebijakan pemerintah

seperti yang dikemukakan oleh Ketua RT 3/RW 3 Bapak Minarso :

“Salah satu permasalahan yang sering terjadi disini itu air bersih. Air

bersih itu sulit sekali disini, kami udah sering melapor ke pejabat pemerintahan

tapi tidak ada tanggapan, meskipun sekarang sudah lebih baik dari dulu (2/3

tahun sebelumnya) tapi masalah air ini masih jadi masalah kami disini. Kami

tidak minta apa-apa, tidak minta uang tau apa, kami hanya ingin air bersih

karena semuanya butuh air, pemerintah provinsi maupun kota apalagi

pemerintahan di pusat perubahan tidak begitu kami rasakan” (27-05-2016

Pukul 16.20 di Jalan Plantar 3).

Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Tokoh Pemuda Etnis Tionghoa

(Mantan Wakil Ketua INTI dan Humas PSMTI Kota Tanjungpinang) yakni Wison

SE :

“Perparkiran yang sekarang tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat disini, kami sudah sering menyampaikan unek-unek ingin

perparkiran seperti dulu yaitu parkir serong namun pandangan kami

tidak diterima, masukan kami dianggap masukan seperti tidak

Page 19: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

berpendidikan. Meskipun untuk kepentingan bersama, tapi seharusnya

ada kearifan lokal dengan melihat apa yang masyarakat disini butuhkan

dengan mencari solusi sama-sama.” (31-05-2016 Pukul 16.10 di Jalan

Merdeka No. 81).

Kesimpulan dari hasil wawancara penulis tersebut mengenai pesepsi Tokoh

Masyarakat kelurahan Tanjungpinang Kota, yaitu melihat adanya rasa kecewa

masyarakat tersebut wajar ketika masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota merasa

apa yang mereka inginkan tidak terealisasi dengan baik oleh pemimpin-pemimpin

yang mereka pernah pilih. Menurut persepsi Tokoh Masyarakat, Masyarakat

kelurahan Tanjungpinang Kota hanya melihat kepada tokoh atau sosok yang dapat

mengatasi masalah mereka. Dalam hal ini, tidak hanya di kelurahan Tanjungpinang

Kota yang mayoritas masyarakat beretnis tionghoa saja yang akan menilai pilihan

politiknya seperti itu, namun seluruh masyarakat pribumi pun juga pasti akan berfikir

yang sama. Menggunakan rasionalisasi pemikirannya dalam menentukan sikap untuk

memilih pemimpin selanjutnya.

C. Faktor Kepercayaan Politik

Faktor kepercayaan politik mengetahui penyebab golput yang melihat dari

ketidakpercayaan terhadap saluran politik dalam bentuk kandidat atau partai politik.

Ketidakpercayaan terhadap janji politik tersebut disampaikan oleh Bapak Musin

sebagai Ketua RT 3/RW IX selama empat puluh (40) tahun :

“Kecewa sama janji politik itu sudah biasa. Dari dulu katanya

mau memperbaiki saluran air yang selama ini masyarakat disini kesulitan

air bersih, tapi berganti pemimpin ya hasil begini-begini saja, masyarakat

Page 20: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

disini masih kesulitan air juga.” (09-08-2016 Pukul 12.44 di Jalan

Pelantar I).

Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan persepsi tokoh masyarakat

terhadap perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, yakni

kepercayaan terhadapa janji politik calon-calon pilkada berkurang, bukan karena

latarbelakang kesamaan etnis, tetapi lebih kepada kepercayaan yang dipusatkan

kepada sosok yang mampu bekerja tidak hanya mengumbar janji tapi bekerja sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

Tidak adanya kedekatan antara kandidat dan masyarakat juga menjadi salah

satu faktor seperti yang dikemukakan oleh Ibu Lurah Kelurahan Tanjungpinang Kota,

Ibu Vinna Saktiani, S.IP :

“Salah satu faktor masyarakat Kelurahan Tanjungpinang tingkat

presentasi pemilihnya rendah yaitu karena tidak adanya kedekatan

dengan figur, figur tidak turun langsung ke Masyarakat, hanya tim sukses

yang turun sehingga tidak adanya kedekatan dengan figur maupun partai

politik dan mereka beranggapan dunia politik bukanlah dunia mereka,

dan dalam pilgub 2015 lalu Pak Sani memperoleh suara tertinggi karena

banyak Masyarakat yang tua-tua mengenal Beliau dulu sebagai Walikota

Tanjungpinang” (24-05-2016 Pukul 11.00 di Kelurahan Tanjungpinang

Kota).

Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Ibu Bie Kim Ketua RT 3/RW 2

Kelurahan Tanjungpinang Kota, yakni :

“Kalau soal figur Saya dan masyarakat saya disini tidak kenal,

karena tidak ada sosialisasi pengenalan kandidat oleh figur tersebut

secara langsung terhadap kami, masyarakat disini melihat pakai kenal

dan ramah Kita pergi datang milih, seperti umpama kita jumpa orang di

jalan, bagaimana kita mau menegur atau menyapa orang tersebut jika

Page 21: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

kita tidak kenal, tentulah kita menegur kalau kita kenal, sama seperti

pilgub lalu itu bagaimana kita mau datang milih jika figurnya saja kita

tidak kenal, kita tidak dekat” (27-05-2016 Pukul 15.03 di Jalan Bintan

No.10).

Namun penulis lebih jauh menanyakan mengenai kepemimpinan incumbent

Drs. H. Muhammad Sani dan Dr. H. M. Soerya Respationo selama kurang lebih lima

tahun kebelakang tetapi tidak mempengaruhi kedekatan Masyarakat Kelurahan

Tanjungpinang dengan figur-figur tersebut, seperti yang dikemukan kembali oleh Ibu

Bie Kim Ketua RT 3/RW 2 Kelurahan Tanjungpinang Kota, yakni :

“Mengenal sekedar tau ya kami mendengar sedikit-sedikit adalah

dari orang tapi ya tau-tau gitu aja, tidak tau selebihnya karena tidak

pernah langsung datang melihat kondisi Masyarakat sini, seperti

membantu menyelesaikan masalah banjir di Jalan Bintan ini setiap hujan

turun yang merupakan masalah tahun ke tahun tapi tidak ada

penanganan” (27-05-2016 Pukul 15.00 Wib di Jalan Bintan No.10)

Wawancara Penulis dengan informan diatas dapat disimpulkan bahwa

kedekatan emosional partai maupun calon kandidat itu sangat mempengaruhi pilihan

politik masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, karena sudah tentu kedekatan

emosional itu dibangun dengan salah satunya kedekatan melalui pertemuan-

pertemuan intens kepada masyarakat Kelurahan Tanjungpinang, namun pertemuan

bersolusi tentunya bukan sekedar pertemuan mencari nama semata.

Faktor Kepercayaan politik dalam hal ini adalah ketidakpercayaan serta rasa

kecewa masyarakat dengan saluran politik maupun kandidat, terasa sesuatu hal yang

wajar. Terlihat kejenuhan memilih serta merasa tidak mendapat perubahan yang

signifikan dalam kehidupan mereka, seolah menjadi gambaran penyebab masyarakat

Page 22: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Kelurahan Tanjungpinang Kota memilih untuk golput seakan menjadi jawaban

terbaik mereka atas kekecewaan serta ketidakpercayaan mereka terhadap pemimpin

maupun partai politik.

D. Faktor Latarbelakang Status Sosial - Ekonomi

Faktor ini terbagi lagi ke dalam tiga indikator, yaitu tingkat pendidikan, tingkat

pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Dari hasil temuan di lapangan dan hasil

wawancara penulis terhadap informan, faktor latar belakang status ekonomi

mempengaruhi perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota,

seperti yang dikemukakan oleh Bapak Musin sebagai Ketua RT 3/RW IX selama

empat puluh (40) tahun

“Pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan adalah sesuatu hal yang

tidak dapat dipisahkan. Orang berpendidikan rendah, tidak tau apa-apa

bagaimana mau ikut campur dengan pemerintahan? Apalagi pekerjaan,

bekerja itu keharusan…kalau tidak bekerja bagaimana mau makan?

Kalau tidak ada penghasilan, bagaimana mau sana sini karena tidak ada

uang. Semua itu berpengaruh ya. Apalagi orang yang pekerjaannya di

dinas-dinas, tentu berbeda kepentingan dengan orang yang bekerja di

toko. Cara berfikir orang tentang politik yang kerja di dinas dan di toko

tentu berbeda juga. Jadi berbeda pola pikir, berbeda kepentingan

berbeda apa yang dilakukan ya wajar-wajar saja lah .” (09-08-2016

Pukul 13.18 di Jalan Pelantar I).

Sama seperti yang dikemukakan oleh Ibu Bie Kim Ketua RT 3/RW 2

Kelurahan Tanjungpinang Kota, yakni :

“Politik kami tidak tau banyak, karena aktifitas kami tidak ada

hubungan dengan politik, kami hanya bekerja seperti ini (bekerja sebagai

pengusaha CV) jadi kami tidak banyak tau tentang politik”. (27-05-2016

Pukul 15.00 Wib di Jalan Bintan No.10)

Page 23: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Ketua RW IV, yakni Bapak Budi

Sukardi :

“Masyarakat di sini seperti yang kita ketahui, banyak latar

belakang wiraswasta, bekerja ditoko milik keluarga, sehingga untuk

masuk ke dunia politik apalagi partai politik itu sulit, hanya sekedar tau

lewat pemberitaan di televisi itu ada, tapi untuk mengetahui secara

langsung atau mengikuti secara langsung itu tidak ada, karena tidak ada

hubungannya dengan pekerjaan masyarakat di sini” (31-05-2016 Pukul

16.11 Wib di Jalan Merdeka).

Hasil wawancara penulis diatas dengan tokoh masyarakat mengungkapkan

bahwa, persepsi mereka terhadap latar belakang masyarakat Kelurahan

Tanjungpinang Kota yang sudah lekat dengan lingkungan sosial ekonomi secara

turun temurun, sehingga mereka merasa partai politik bukanlah dunia mereka dan

tidak berdampak apa-apa terhadap keseharian mereka sebagai berwiraswasta,

sehingga wajar tidak ada ikatan secara emosional dengan berbagai macam pendapat

serta keyakinan yang berbeda pula sesuai dengan latar belakang status ekonomi sosial

masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota.

A. Kesimpulan

Persepsi sering kita artikan sebagai cara pandang seseorang terhadap suatu hal.

Cara pandang tersebut dapat berupa sesuatu yang positif atau negatif yang berbeda

pada setiap orang. Dikatakan berbeda, karena setiap orang memiliki pengalaman dan

pemikiran yang berbeda sehingga persepsi yang dihasilkan pada setiap orang akan

berbeda. Sama halnya dengan persepsi tokoh masyarakat (formal maupun informal)

Page 24: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

perbedaan latar belakang pengalaman tentu akan menghasilkan pemikiran yang

berbeda. Tokoh masyarakat adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial,

berpengaruh, dan dihormati di lingkungan sosialnya sehingga perbedaan tersebut

memunculkan pemahaman Tokoh Masyarakat mengenali calon pemilih dengan

alasan dan faktor yang berbeda pula mengenai penyebab seseorang tidak memilih

suatu partai atau kandidat yang ikut dalam kontestasi politik.

Dari hasil penelitian penulis, tokoh masyarakat Kelurahan Tanjungpinang kota,

mempersepsikan penyebab munculnya golongan putih “golput” oleh faktor

psikologis, sistem politik, kepercayaan politik, dan latar belakang status ekonomi

sosial cukup berperan mempengaruhi pilihan politik. Faktor yang pertama adalah

faktor psikologis, dimana ada dua indikator yakni kepribadian seseorang yang dapat

dilihat dengan tidak adanya rasa tanggung jawab, acuh, ataupun sakit dan orientasi

kepribadian yang dapat dilihat dengan salah satunya aktifitas politik tidak

memberikan kepuasan bagi mereka (dapat dilihat dengan sikap tokoh masyarakat

yang mempersepsikan tidak adanya perubahan dari aktifitas memilih tersebut, seperti

kebijakan yang tidak terlalu dirasakan).

Faktor selanjutnya yang dipersepsikan oleh tokoh masyarakat sebagai faktor

yang berperan dalam memilih tidakan “golput” adalah adalah faktor sistem politik hal

tersebut ditunjukan oleh dengan rasa kekecewaan Tokoh Masyarakat kepada

pemimpin, memilih atau tidak dirasa tidak membawa perubahan yang berarti seperti

banyaknya masalah yang masih sering terjadi seperti masalah banjir di jalan Bintan

dan Pelantar II, dan III, kekurangan air bersih disetiap pelantar dan jalanan yang

Page 25: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

rusak di tiap-tiap gang seperti di jalan pasar ikan dan sistem perparkiran pararel yang

dianggap semakin menyempitkan lahan parkir untuk mereka. Masalah yang terjadi

tersebut ada setiap tahun dan setiap berganti pemimpin, namun tidak ada perubahan

sehingga menjadikan alasan atau faktor yang mempengaruhi pilihan politik

seseorang.

Faktor selanjutnya yang cukup berperan yakni karena faktor kepercayaan

politik. Dari hasil wawancara penulis pada informan kunci, yakni tokoh masyarakat.

Memudarnya kepercayaan masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota terhadap janji

politik kandidat, dan kurangnya kedekatan emosional seseorang terhadap partai

maupun kandidat juga menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku tidak memilih

seseorang.

Faktor terakhir yang cukup berperan mempengaruhi pilihan politik seseorang

untuk golput yakni faktor latar belakang status ekonomi sosial dengan indikator

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Dari hasil wawancara penulis pada informan

kunci, yakni tokoh masyarakat. Latar belakang status sosial ekonomi dilihat dari

pendidikan, pendapatan serta pekerjaan memiliki ruang tersendiri, yakni masyarakat

etnis tionghoa, tidak terbiasa dengan hal-hal atau kegiatan politik, Dengan pekerjaan

mengurus rumah tangga dan karyawan swasta secara turun temurun adalah

berwiraswasta sehingga keseharian masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota

dengan mayoritas etnis tionghoa tersebut jauh serta cenderung tertutup dari dunia

politik.

Page 26: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

B. Saran / Kritik

Tokoh masyarakat adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial,

berpengaruh, dan dihormati di lingkungan sosialnya. Pemahaman Tokoh Masyarakat

yang peduli dan tinggi terhadap dunia politik tersebut, menjadikan alasan penulis

tertarik untuk menggali secara lebih mendalam penyebab perilaku tidak memilih

masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, dengan harapan Tokoh Masyarakat

dapat mencerminkan persepsi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota yang tidak

menggunakan hak pilihnya. Legalitas seorang pemimpin yang menjadi Kepala

pemerintahan pun kedepan akan menjadi sesuatu yang dipertanyakan secara sosial

jika pemilih semakin tahun ke tahun semakin menurun. Untuk itu, berdasarkan

beragam persepsi tokoh masyarakat terhadap perilaku tidak memilih masyarakat

Kelurahan Tanjungpinang Kota, dapat menjadi masukan kepada penyelenggara

pemilihan umum untuk lebih meningkatkan sosialisasi secara berkelanjutan untuk

bisa memberikan peluang baru untuk mereka membuka diri dengan dunia politik,

karena tentu tidaklah mengubah orientasi kpribadian seseorang yang sudah terbentuk

sejak lahir. Selanjutnya kepada Partai Politik untuk lebih dapat melahirkan

pemimpin-pemimpin yang tidak hanya baru, tetapi memiliki integritas serta

komitmen untuk mengembalikan rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin

dan partai politik selanjutnya.

Page 27: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. Konsolidasi Naskah UUD 1945 setelah perubahan keempat,

Depok: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, 2002.

Budiman, Arief. Kebebasan, Negara, Pembangunan (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Putra Grafika

Erfiza. Political Explore. Bandung: Alfabeta, 2012.

Irtanto, 2008. Dinamika Politik Lokal: Era Otonomi Daerah. Jakarta: Grafindo

Prihatmoko, J. Joko. 2003. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang :

LP21

2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. LP3M.

Universitas Wahid Hasyim. Semarang.

Khaeruman, Badri dkk, Islam dan Demokrasi Menungungkap Fenomena Golput

Jakarta: PT Nimas Multima, 2004.

Rahman, A. 2007. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu

Rush, Michael dan Phillip Althop. 2003. Pengantar Sosiologi Politik (Terjemahan

Kartini Kartono), Jakarta: Rajawali

Suyanto, Djoko, dkk. 2012. Evaluasi Pemilukada dari prespektif Ketahanan

Nasional. Jakarta:Konpress

Sy, Pahmi. 2010. Politik Pencitraan. Gaung Persada Pers. Jakarta

Varma, S.P. 2001. Teori Politik Modern. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Page 28: PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman

Dokumen

Profil Kelurahan Tanjungpinang Kota Tahun 2015

Data Rekapitulasi Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2015 Kota Tanjungpinang