Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Ketenagakerjaan Kemiskinan

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS MAKRO EKONOMI

A.A Ngurah Gede Maheswara I Gede Swata Wijaya Saputra I Nyoman Gede Marta A.A Istri Agung Swandewi I Gusti Ayu Putri Wahyuni Titis Krisnawati I Nengah Jaya

Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS UDAYANA 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, KETENAGAKERJAAN, dan PENGANGGURAN di INDONESIA1. PERTUMBUHAN EKONOMIPertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah ( value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk DomestikBruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila diibaratkan kue, PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan ekonomi sama dengan membesarnya kue tersebut yang pengukurannya merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap PDB tahun sebelumnya . PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun dasar 2000. Nilai tambah juga merupakan balas jasa faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal, dan entrepreneurship) yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari PDB hanya mempertimbangkan domestik yang tidak mempedulikan kepemilikan faktor produksi. 1.1Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 Semester I-2011 Ekonomi Indonesia selama tahun 20072010 mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 6,3 persen (2007), 6,0 persen (2008), 4,6 persen (2009) dan 6,1 persen (2010) dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada semester I tahun 2011 bila dibandingkan dengan semester II tahun 2010 tumbuh sebesar 2,2 persen dan bila dibandingkan dengan semester I tahun 2010 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,5 persen. (Tabel 1.1 dan Tabel 1.2).Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 20072010 (persen)

Lap angan Usaha (1) 1. Pertanian, Peternakan, Keh utanan, d an P erikan an 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Indu stri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan , H otel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komun ikasi 8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDB PDB Tanpa M igas

Laju Pe rtumbuhan 2007 (2) 3,5 1,9 4,7 10,3 8,5 8,9 14,0 8,0 6,4 6,3 6,9 2008 (3) 4,8 0,7 3,7 10,9 7,5 6,9 16,6 8,2 6,2 6,0 6,5 2 009 (4) 4 ,1 4 ,4 2 ,2 14 ,3 7 ,1 1 ,3 15 ,5 5 ,1 6 ,4 4 ,6 5 ,0 2010 (5) 2,9 3,5 4,5 5,3 7,0 8,7 13,5 5,7 6,0 6,1 6,6 2007 (6) 0,5 0,2 1,2 0,1 0,5 1,4 0,9 0,7 0,6 6,3 -

Sumber P ertu mb uhan 20 08 (7 ) 0,6 0,1 0,9 0,1 0,4 1,1 1,1 0,7 0,5 6,0 2009 (8) 0,5 0,4 0,6 0,1 0,4 0,2 1,2 0,5 0,6 4,6 2010 (9) 0,4 0,3 1,1 0,0 0,4 1,4 1,1 0,5 0,5 6,1 -

Sektor pengangkutan dan komunikasi selama tahun 20072010 selalu mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 14,0 persen (2007), 16,6 persen (2008), 15,5 persen (2009), dan 13,5 persen (2010). Bahkan kontribusi sektor pengangkutan-komunikasi terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2008 dan 2009. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi pertumbuhan yang terbesar pada tahun 2007, 2008 dan 2010. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar kedua selama periode ini. Pada semester I tahun 2011, sumber pertumbuhan terbesar masih berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 1,4 persen terhadap total pertumbuhan sebesar 6,5 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 8,7 persen (y-on-y). Sementara sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan-komunikasi memberikan kontribusi pertumbuhan masing-masing sebesar 1,3 persen dan 1,0 persen dengan laju pertumbuhan masing-masing 5,4 persen dan sebesar 12,1 persen. Pada semester ini, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi masih yang tertinggi dibanding sektor lain (Tabel 1.2).Tabel 1.2 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Semester I-2011 (persen)

Lapangan Usaha Pertum buhan y-on-y (1) 1. Perta nian, Peternak Kehutanan, da Pe nan an, n rika 2. Perta mbangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdaganga Hotel, dan Restoran n, 7. Pengangkutan dan Kom unikasi 8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDB PDB Tanpa Miga s

Sem ester I-2010 Terhadap Sem ester II-2009 (2) 6,9 -2,6 1,0 1,0 -0,5 2,7 2,7 3,8 2,1 2,2 2,5

Semester I-2010 Terhadap Semester I-2009 (3) 3,7 2,3 5,4 4,1 6,2 8,7 12,1 7,1 6,3 6,5 7,0 (4) 0,5 0,2 1,3 0,0 0,4 1,4 1,0 0,6 0,6 6,5 Sumber

PDB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2007 mencapai Rp 1.964,3 triliun rupiah dan pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar Rp 2.310,7 triliun rupiah. Sementara pada semester I tahun 2011 PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 1.205,2 triliun rupiah. PDB berdasarkan harga berlaku tahun 2007 sebesar Rp 3.950,9 triliun rupiah dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai Rp 6.422,9 triliun rupiah pada tahun 2010. Sementara pada semester I tahun 2011 nilainya sebesar Rp 3.549,5 triliun rupiah (Tabel 1.3).

Tabel 1.3 PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-Semester I-2011 (triliun rupiah)

Lap angan U sah a (1) 2. Pertam bangan dan Penggalian 3. Indu stri Pengolahan 4. Listrik , G as, dan Air Bersih 5. Kon str uk si 6. Perdagangan , H otel, dan Rest oran 7. Pengangk utan dan K omun ikasi 8. Keuangan, Real Estat , dan Jasa Per usahaan 9. Jasa- jasa PDB PDB Tanpa M igas

At as D asar H arga Berlaku 2007 (2) 440,6 1068,7 34,7 305,0 592,3 264,3 305,2 398,2 3950,9 3534,4 20 08 (3 ) 716 ,7 541 ,3 1376 ,4 40, 9 419 ,7 691 ,5 312 ,2 368 ,1 481 ,8 4948 ,7 4427 ,6 2009 (4) 857,2 591,9 1477,7 47,2 555,2 744,1 352,4 404,0 574,1 5603,9 5139,0 2010 (5) 985,1 716,4 1594,3 50,0 661,0 881,1 417,5 462,8 654,7 6422,9 5924,0 Sm t I-2011 2007 ( 6) 5 49,4 4 18,0 8 58,0 2 7,4 3 57,6 4 87,4 2 30,9 2 59,3 3 61,0 35 49,5 32 50,4 ( 7) 271,5 171,3 538,1 13,5 121,8 340,4 142,3 183,7 181,7

A t as Dasar H arga K ons tan 2 000 2008 (8) 284,6 172,5 557,8 15,0 131,0 363,8 165,9 198,8 193,0 20 09 (9 ) 295 ,9 180 ,2 569 ,8 17, 1 140 ,3 368 ,6 191 ,6 208 ,8 205 ,4 2010 Smt I- 2011 ( 10) 304,4 186,4 595,3 18,0 150,1 400,6 217,4 220,6 217,8 (11) 160,3 93,2 307,4 9,3 77,1 211,6 116,5 116,3 113,4 1205,2 1135,7

1 Pertanian, Petern akan, Kehu tanan dan Perikanan 541,9

1964,3 2082,5 2177 ,7 2310,7 1821,8 1939,6 2035 ,9 2169,5

1.2Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 Semester I2011 Distribusi PDB menurut sektor atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi pada tahun tersebut. Tiga sektor utama: sektor pertanian, industri-pengolahan, dan perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai peran lebih dari separuh dari total perekonomian yaitu sebesar 55,8 persen pada tahun 2007, 56,3 persen (2008), 54,9 persen (2009) dan 53,9 persen (2010) serta 53,4 persen pada semester I tahun 2011. Pada tahun 2010 sektor industripengolahan memberi kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 24,8 persen, sektor pertanian 15,3 persen, dan sektor perdagangan-hotelrestoran 10,3 persen; sama halnya pada semester I tahun 2011 komposisi ini tidak berubah yaitu sektor industri pengolahan sebesar 24,2 persen, sektor pertanian 15,5 persen, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran 10,1 persen (Tabel 1.4).Tabel 1.4 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-Semester I-2011 (persen)Lapangan Usaha (1) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, H otel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDB PDB Tanpa M igas 2007 (2) 13,7 11,2 27,0 0,9 7,7 15,0 6,7 7,7 10,1 100,0 89,5 2008 (3) 14, 5 10, 9 27, 8 0,8 8,5 14, 0 6,3 7,4 9,7 100,0 89, 5 2009 (4) 15,3 10,6 26,4 0,8 9,9 13,3 6,3 7,2 10,2 100,0 91,7 2010 (5) 15,3 11,2 24,8 0,8 10,3 13,7 6,5 7,2 10,2 100,0 92,2 Smt I-2011 (6) 15,5 11,8 24,2 0,8 10,1 13,7 6,5 7,3 10,2 100,0 91,6

1.3Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 2007Semester I2011 Pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari sisi pengeluaran, pada tahun 2007 hingga semester 1 tahun 2011 selalu menunjukkan pertumbuhan positif kecuali ekspor dan impor barang dan jasa yang mengalami pertumbuhan yang negatif pada tahun 2009. Pada tahun 2010, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,6 persen, konsumsi pemerintah sebesar 0,3 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,5 persen, ekspor barang dan jasa sebesar 14,9 persen dan impor barang dan jasa sebesar 17,3 persen (Tabel 1.5).Tabel 1.5 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 2007Semester I-2011 (persen)Laju Pe rtu mbu han 2007 (2) 5,0 3,9 9,3 8,5 9,1 6,3 2008 (3) 5,3 10,4 11,9 9,5 10,0 6,0 2009 (4) 4,9 1 5,7 3,3 -9,7 -15,0 4,6 2010 (5) 4,6 0,3 8,5 14,9 17,3 6,1 2007 (6) 2,9 0,3 2,0 4,0 3,4 6,3 Sumb er Pertumb uhan 20 08 (7) 3, 1 0, 8 2, 7 4, 6 3, 9 6, 0 2009 (8) 2,8 1,3 0,8 -4,8 -6,0 4,6 2010 (9) 2,6 0,0 2,0 6,4 5,6 6,1

Jen is Penggun aan (1) 1. Kon sumsi Ru mah Tangga 2. Kon sumsi Pemerintah 3. Pembentukan M odal Tetap Bru to 3. Ekspor 4. Dikurangi: Imp or PDB

Pertumbuhan ekonomi sampai dengan semester I tahun 2011 juga menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan ekonomi semester I tahun 2011 terhadap semester I tahun 2010 (y-on-y) meningkat sebesar 6,5 persen. Peningkatan tertinggi terjadi pada komponen pembentukan modal masing-masing sebesar 15,8 persen, 14,9 persen, dan 8,3 persen. Sumber pertumbuhan terbesar semester I tahun 2011 dibandingkan dengan semester I 2010 berasal komponen ekspor barang dan jasa sebesar 6,6 persen (Tabel 1.6).Tabel 1.6 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan Semester I2011 (persen)

Semeste r I- 2011Sem ester I-201 1 Jen is Penggun aan Terhad ap (2) 1,7 -30,2 -0,8 2,2 4,0 2,2 Terh adap (3 ) 4,5 3,7 8,3 14, 9 15, 8 6,5 Semester II- 2010Sem ester I-201 0 (1) 1. Pengeluaran Konsum si Rum ah Tangga 2. Pengeluaran Konsum si Pemerintah 3. Pem bentukan M odal Tetap B ru to (PM TB) 4. Ekspor Baran g dan J asa 5. Dikurangi Impo r Barang dan Jasa PDB

Su mb er

P ertu mb uhan y y- on(4) 2 ,6 0 ,3 1 ,9 6 ,6 5 ,5 6 ,5

Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 sebesar Rp 2.510,5 triliu n meningkat menjadi Rp 3.642,0 triliun (2010). Demikian pula atas dasar harga konstan, pengeluaran konsumsi rumah tang ga meningkat dari Rp 1.130,8 triliu n (2007) menjadi sebesar Rp 1.306,8 triliun (2010). Sementara besaran nilai pengeluaran konsumsi rumah tang ga pada semester I tahu n 2011 atas dasar harga berlaku sebesar Rp1.948,0 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp673,6 triliun (Tabel 1.7).

Tabel 1.7 PDB Atas Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-Semester I-2011 (triliun rupiah)A tas Das ar Harga Berlaku 200 7 (2 ) 329, 8 - 1,1 - 33,6 2008 (3) 416,9 5,8 103,1 2009 (4) 537,6 -7,3 -119,0 2010 (5) 581,9 21,4 7,4 Sm t I-2011 2007 ( 6) 1 948,0 2 67,7 1 117,0 40,4 1 14,5 9 35,8 8 74,2 3 549,2 (7) 153,3 441,4 -0,2 54,2 942,4 757,6 A tas Dasar Harga K ons tan 2 000 2008 (8) 169,3 493,8 2,2 27,0 1032,3 833,3 20 09 (9 ) 195 ,8 510 ,1 - 2,0 1,1 932 ,2 708 ,5 2010 (10) 196,4 553,4 7,5 6,1 1071,4 830,9 Sm t I- 2011 (11) 673,6 82,0 286,5 15,0 24,1 579,4 455,4 1205,2

J enis Pen ggu naan (1) 1. Kon sumsi Ru mah Tangga 2. Kon sumsi Pem erint ah 4. a. Perubahan Invento ri b. Diskrepans i St at istik 5. Ekspor 6. Dikurangi: Imp or PDB

2510 ,5 2 999,9 3290,8 3642,0 1 370,7 1744,4 2065,2

1130,8 1191,2 1249 ,0 1306,8

3. Pem bent ukan M odal Tetap B ru to 985, 6

1163 ,0 1 475,1 1354,4 1580,8 1003 ,3 1 422,9 1197,1 1475,8 3950 ,9 4 948,6 5603,8 6422,9

1964,3 2082,5 2177 ,7 2310,7

1.4Struktur PDB Menurut Penggunaan Tahun 2007Semester I-2011 Dilihat dari distribusi PDB penggunaan, konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar dalam penggunaan PDB Indonesia; yaitu sebesar 63,5 persen (2007), 60,6 persen (2008), 58,7 persen (2009) dan 56,7 persen (2010) serta 54,9 persen pada semester I tahun 2011. Komponen penggunaan lainnya yang cukup berperan yaitu pembentukan modal tetap bruto. Pada tahun 2007 peranan pembentukan

tetap bruto sebesar 25,0 persen dan meningkat lebih tinggi menjadi 32,2 persen pada tahun 2010 dan 31,5 persen pada semester I tahun 2011 (Tabel 1.8).Tabel 1.8 Struktur PDB Menurut Penggunaan Tahun 2007-Semester I-2011 (persen)Jenis Peng gunaan (1) 1. Konsum Rum Tangga si ah 2. Konsum Pemerintah si 3. Pembentuk Modal Tetap Bruto an 4. a. Perubahan Inventori b. Diskrepansi Sta tistik 5. Ekspor Barangdan Jasa 6. Dik urangi: Im Ba por rang dan Jasa PDB 2007 (2) 63,5 8,4 25,0 0,0 -0,9 29,4 25,4 100,0 2008 (3) 60,6 8,4 27,7 0,1 2,1 29,8 28,7 100,0 2009 (4) 58,7 9,6 31,1 -0,1 -2,1 24,2 21,4 100,0 2010 (5) 56,7 9,1 32,2 0,3 0,1 24,6 23,0 100,0 S I-2011 mt (6) 54,9 7,5 31,5 1,1 3,2 26,4 24,6 100,0

1.5PDB dan Produk Nasional Bruto (PNB) Per Kapita Tahun 2007 2010 PDB/PNB per kapita adalah PDB/PNB (atas dasar harga berlaku) dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama tahun 2007 2010 PDB per kapita terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2007 sebesar Rp 17,4 juta (US$ 1.922,0), tahun 2008 sebesar Rp 21,4 juta (US$ 2.245,2), tahun 2009 sebesar Rp 23,9 juta (US$ 2.349,6), dan tahun 2010 sebesar Rp 27,0 juta (US$ 3.004,9). Demikian juga, PNB per kapita juga terus meningkat selama tahun 20072010. PNB per kapita pada tahun 2007 sebesar Rp 16,7 juta (US$ 1.843,1) meningkat menjadi Rp 26,3 juta (US$ 2.920,1) pada tahun 2010 (Tabel 1.9).Tabel 1.9 PDB dan PNB Per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010Uraian (1) PDB Per KapitaAta Dasar Ha Berla s rga ku - Nilai (jutarupiah) - Nilai (US$) PNB Per Kapita Atas Da Harga Berlak sar u - Nilai (jutarupiah) - Nilai (US$) 16,7 1843,1 20,7 2165,5 23,1 2267,3 26,3 2920,1 17,4 1922,2 21,4 2245,2 23,9 2349,6 27,0 3004,9 2007 (2) 2008 (3) 2009 (4) 2010 (5)

1. INFLASI

Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang yang harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang/jasa yang harganya justru turun. Resultante (rata-rata tertimbang) dari perubahan harga bermacam barang dan jasa tersebut, pada suatu selang waktu (bulanan) disebut inflasi (apabila naik) dan deflasi (apabila turun). Secara umum, hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Inflasi/deflasi tersebut dapat dihitung menggunakan suatu rumus. Tujuan penyusunan inflasi adalah untuk memperoleh indikator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga. Tujuan tersebut penting dicapai karena indikator tersebut dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik tingkat ekonomi mikro atau makro, baik fiskal maupun moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap. Pada tingat korporasi angka inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan dan kontrak bisnis. Dalam lingkup yang lebih luas (makro) angka inflasi menggambarkan kondisi/stabilitas moneter dan perekonomian. Secara spesifik penggunaan angka inflasi antara lain untuk: a. Indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai, b. Penyesuaian nilai kontrak, c. Eskalasi nilai proyek, d. Penentuan target inflasi e. Indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara , f. Sebagai pembagi PDB, PDRB, g. Sebagai proksi perubahan biaya hidup, h. Indikator dini tingkat bunga, valas, dan indeks harga saham.

2.1Angka InflasiTabel 2.1 Inflasi Nasional, 20082010 (2007=100)

Bulan (1) Ja nuari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septem ber Oktober Novem ber Desem ber

IHK 2008 (2) 158,26*) 159,29*) 160,81*) 161,73*) 164,01*) 110,08 111,59 112,16 113,25 113,76 113,90 113,86 2009 (3) 113,78 114,02 114,27 113,92 113,97 114,10 114,61 115,25 116,46 116,68 116,65 117,03 2010 (4) 118,01 118,36 118,19 118,37 118,71 119,86 121,74 122,67 123,21 123,29 124,03 125,17 2011 (5) 126,29 126,46 126,05 125,66 125,81 126,50 127,35 2008 (6) 1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46 1,37 0,51 0,97 0,45 0,12 -0,04 2009 (7) -0,07 0,21 0,22 -0,31 0,04 0,11 0,45 0,56 1,05 0,19 -0,03 0,33

Infla si 2010 (8) 0,84 0,30 -0,14 0,15 0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 2011 (9) 0,89 0,13 -0,32 -0,31 0,12 0,55 0,67

*) Tahun dasar 2002 (2002= 100)

Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 66 kota, pada bulan Juli 2011 terjadi inflasi 0,67 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 126,50 pada bulan Juni 2011 menjadi 127,35 pada bulan Juli 2011. Dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh inflasi Juli 2011 sebesar ((127,35126,50)/126,50) x 100% =0,67%. Laju inflasi tahun kalender (JanuariJuli) 2011 sebesar 1,74 persen (IHK Juli 2011 dibandingkan IHK Desember 2010), sedangkan laju inflasi year on year (IHK Juli 2011 terhadap IHK Juli 2010) adalah 4,61 persen. Secara periodik, IHK dan inflasi dari bulan Januari 2008 sampai dengan Juli 2011 disajikan pada Tabel 2.1. Laju inflasi tahun kalender (JanuariJuli) 2011 adalah sebesar 1,74 persen, sedangkan pada selang waktu yang sama tahun 2010 sebesar 4,02 persen (Tabel 2.2).Tabel 2.2 Perbandingan Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, Year on Year, Tahun 20092011Inflasi (1) 1. Juni 2. Januari-Juli (Tahun Ka lende r) 3. Juni (ta hun n) terhadap Juli (ta hun n-1) (year onyear ) 2009 (2) 0,45 0,66 2,71 2010 (3) 1,57 4,02 6,22 2011 (4) 0,67 1,74 4,61

2.2Inflasi Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran Barang dan jasa dalam IHK dikelompokkan menjadi tujuh kelompok pengeluaran. Besarnya inflasi pada bulan Juli 2011 untuk masing-masing kelompok tersebut adalah: kelompok bahan makanan (1,84 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,42 persen), kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,19 persen), kelompok sandang (0,62 persen), kelompok kesehatan (0,27 persen), kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,97 persen), dan kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (0,17 persen). Inflasi year on year (IHK Juli 2011 terhadap IHK Juli 2010) sebesar 4,61 persen. Secara rinci, IHK dan inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran disajikan pada Tabel 2.3.Tabel 2.3 Inflasi Nasional Juli 2011 Menurut Kelompok Pengeluaran (2007=100)I HK Kelom po k P engeluaran J uni 2010 (1 ) U m u m 1. Bahan M akanan 2. M akanan J ad i, m inuman, Roko k, dan Tem bakau 3. Perum ah an , Air, Listrik, Gas, dan B ah an bakar 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pend id ikan, Rekreasi, dan Olahraga 7. Transpor, Kom unikasi, dan J asa Keu an gan (2) 121,74 141,17 129,32 116,66 120,80 114,73 115,40 105,46 Des emb er 2010 (3) 125,17 147,39 132,59 119,79 126,76 115,86 117,86 106,10 J un i 2011 (4) 127,35 148,52 135,98 122,36 130,65 119,50 120,20 107,24 (5 ) 0,6 7 1,8 4 0,4 2 0,1 9 0,6 2 0,2 7 0,9 7 0,1 7 I nflasi Bulan J un i 2011* ) Laju Inflasi Tahun 2011* * ) (6) 1,74 0,77 2,56 2,15 3,07 3,14 1,99 1,07 (7) 4 ,61 5 ,21 5 ,15 4 ,89 8 ,15 4 ,16 4 ,16 1 ,69 Inflasi Tah un ke

K ale nder Tahu n * * *)

* ) Persentase perubaha n IH K bula n J uli 2 011 terhadap IHK bulan sebelumnya * * ) Persentase p erubaha n IHK b ula n J uli 20 11 terhadap IHK bulan Desember 2 010 * * * ) Persentase perubahan IHK b ulan J uli 20 11 terhadap IHK bulan Juli 2010

Pada bulan Juli 2011 andil inflasi menurut kelompok pengeluaran adalah sebagai berikut: kelompok bahan makanan sebesar 0,41 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,08 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,04 persen, kelomp k sandang 0,04 persen, kelompok kesehatan 0,01 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,06 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,03 persen (Tabel 2.4).Tabel 2.4 Andil Inflasi Nasional (persen) Menurut Kelompok Pengeluaran Juli 2011Klo p k e g lur n e mo P ne aa () 1 U U M M 1 Bh n aa a . a a M knn 2 M knn d M u a ,Rk k Tma a . aa a Ja i inmn o o & e b ku , 3 P r m a ,A ,L tikGs& a a Bkr . eu a n ir isr , a Bh n a a h 4 Sn a g . a dn 5 Ks h t n . ee aa 6 P n i i a ,Rke s & la r g . e d k n e r ai O ha a d 7 Ta s o,Kmn ai & s K un a . r npr o u iks Jaa e a g n Ad I f s n il nlai ( ) % () 2 07 , 6 01 , 4 08 , 0 04 , 0 04 , 0 01 , 0 06 , 0 03 , 0

1. KETENAGAKERJAANSalah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan angkatan kerja (economically activepopulation) dan struktur ketenagakerjaan adalah isu pengangguran. Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan

produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan data tersebut, Badan Pusat Statitik (BPS) melaksanakan pengumpulan dan penyajian data kependudukan dan ketenagakerjaan melalui berbagai kegiatan sensus dan survei, antara lain: Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (Supas), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga. Dalam melaksanakan Sakernas, BPS merujuk pada konsep/definisi ketenagakerjaan yang direkomendasikan oleh Internatioal Labour Organization (ILO) sebagaimana tercantum dalam buku Surveys of Economically Active Population, Employment, Unemployment and Underemployment: An ILO Manual on Concepts and Methods, ILO 1992 . Standar internasional untuk periode referensi yang pendek adalah satu hari atau satu minggu. Periode referensi satu minggu (yang lalu) paling banyak diterapkan di negara-negara yang melaksanakan sur vei angkatan kerja nasional. Berdasarkan argumen teknis, ILO merekomendasikan untuk memperhatian the one hour criterion, yaitu digunakannya konsep/definisi satu jam dalam periode referensi tertentu untuk menentukan seseorang dikategorikan sebagai employed (bekerja). Berdasarkan hal-hal tersebut maka dalam pelaksanaan Sakernas menggunakan konsep/definisi bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu untuk mengkategorikan seseorang (currently economically active population) sebagai bekerja, tanpa melihat lapangan usaha, jabatan, maupun status pekerjaannya. 3.1Angkatan Kerja, Pengangguran Penduduk yang Bekerja, dan Angka

Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada Februari 2011, jumlah angkatan kerja yang merupakan tenaga kerja aktif secara ekonomi mencapai 119,4 juta orang naik sebesar 2,9 juta orang dibanding keadaan Agustus 2010 dan naik 3,4 juta orang dibanding keadaan Februari 2010. Penduduk yang bekerja pada Februari 2011 sebesar 111,3 juta orang, bertambah sebesar 3,1 juta orang (2,84 persen) dibanding keadaan Agustus 2010, dan bertambah 3,9 juta orang (3,61

persen) dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2010). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Sejak Februari 2010 hingga Februari 2011 TPAK mengalami peningkatan sebesar 2,13 persen, yaitu dari 67,83 persen menjadi 69,96 persen. Peningkatan TPAK ini antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional yang relatif membaik, sehingga memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan dampak terhadap tinggi rendahnya faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Dengan demikian jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada Februari 2011, dari total angkatan kerja sebesar 119,4 juta orang , sekitar 93,20 persennya adalah penduduk yang bekerja. Penduduk yang bekerja pada keadaan Februari 2011 bertambah sebanyak 6,4 juta orang (6,11 persen) dibandingkan keadaan Agustus 2009 dan bertambah sebanyak 6,8 juta orang (6,50 persen) dibandingkan keadaan dua tahun yang lalu (Februari 2009). Isu penting yang perlu menjadi perhatian adalah isu pengangguran. Konsep penganggur yang digunakan adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidakmencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Penganggur dengan konsep/definisi tersebut biasanya disebut sebagai pengang guran terbuka ( open unemployment). Jumlah penganggur pada Februari 2011 sebesar 8,1 juta orang atau mengalami penurunan sebesar 475 ribu orang (5,53 persen) dibandingkan keadaan setahun yang lalu (Februari 2010) yang besarnya 8,6 juta orang. Indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran diukur dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), di mana TPT merupakan persentase jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka pada Februari 2011 sebesar 6,80 persen, mengalami penurunan sebesar 0,61 persen dibandingkan pada Februari 2010 yang besarnya 7,41 persen.Tabel 3.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, 2009-2011 (dalam ribuan)

Kegiatan (1) Angkatan Kerja B ekerja Penganggur Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (% ) Tingkat Pengangguran Terbuka(% ) Pekerja Tidak Penuh Seteng Peng ah anggur Pekerja Paruh Waktu

2009 Februari (2) 113.744,41 104.485,44 (91,86) 9.258,96 (8,14) 54.520,04 67,60 8,14 31.363,29 15.001,98 16.361,31 Agustus (3) 113.833,28 104.870,66 (92,13) 8.962,62 (7,87) 55.494,93 67,32 7,87 31.569,93 15.395,57 16.174,36 Februari (4) 115.998,06 107.405,57 (92,59) 8.592,49 (7,41) 55.019,35 67,83 7,41 32.802,94 15.272,94 17.530,00

2010 Agustus (5) 116.527,55 108.207,77 (92,86) 8.319,78 (7,14) 55.542,79 67,72 7,14 33.269,34 15.258,76 18.010,58

2011 F ebruari (6) 119.399,37 111.281,74 (93,20) 8.117,63 (6,80) 51.256,76 69,96 6,80 34.194,26 15.736,48 18.457,79

Keterangan: Angka dalamkurungmenunjuk kan persentase

3.2Lapangan Pekerjaan Utama Berdasarkan lapangan pekerjaan pada Februari 2011, dari 111,3 juta orang yang bekerja, paling banyak bekerja di Sektor Pertanian yaitu 42,5 juta orang (38,16 persen), disusul Sektor Perdagangan sebesar 23,2 juta orang (20,88 persen), dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 17,0 juta orang (15,30 persen). Selama satu tahun terakhir peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tertinggi terjadi pada Sektor Jasa Kemasyarakatan yang mengalami peningkatan 1,41 juta orang diikuti oleh Sektor Perdagangan dengan kenaikan 1,0 juta orang.Tabel 3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2009-2011 (juta orang)2009 Februari (2) 43,03 12,62 4,61 21,84 5,95 1,48 13,61 1,35 104,49 Agustus (3) 41,61 12,84 5,49 21,95 6,12 1,49 14,00 1,39 104,87 Februari (4) 42, 83 13, 05 4,84 22, 21 5,82 1,64 15, 62 1,40 107,41 2010 Agustus (5) 41,49 13,82 5,59 22,49 5,62 1,74 15,96 1,50 108,21 2011 Februari (6) 42,47 13,71 5,58 23,24 5,58 2,06 17,03 1,61 111,28

Lapan gan Pekerjaan Utama (1) Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Keuangan J asa Kemasyarakatan Lainnya *) Total

3.3Status Pekerjaan Utama Kegiatan formal dan informal secara kasar dapat didefinisian berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada Februari 2011 sekitar 34,24

persen tenaga kerja bekerja pad a kegiatan formal dan 65,76 persen bekerja pada kegiatan informal. Berdasarkan Tabel 3.3 terlihat bahwa dari 111,3 juta orang yang bekerja, jumlah buruh/karyawan di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 34,5 juta orang (31,01 persen). Sementara jumlah penduduk yang status pekerjaan utamanya adalah berusaha pada Februari 2011 mencapai 46,0 juta orang yang terdiri atas mereka yang berusaha sendiri 21,2 juta orang , berusaha dibantu buruh tidak tetap 21,3 juta orang , dan berusaha dibantu buruh tetap 3,6 juta orang. Jumlah pekerja tidak dibayar di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 20,0 juta orang atau 17,95 persen dari jumlah penduduk yang bekerja.Tabel 3.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama, 2009-2011 (juta orang)2009 Feb ruari (2) Agu stus (3) 21,05 21,93 3,03 29,11 5,88 5,67 18,19 104,87 Feb ru ari (4) 20, 46 21, 92 3,0 2 30, 72 6,3 2 5,2 8 19, 68 107 ,41 2010 Agu stus (5) 21,03 21,68 3,26 32,52 5,82 5,13 18,77 108,21 2011 Febru ari (6) 21,15 21,31 3,59 34,51 5,58 5,16 19,98 111,28

Status Pe kerjaan U tama (1)

Berusaha Sendiri 2 0,81 Berusaha dengan Dibantu Buruh Tidak Tetap/ Tak 2 1,64 Dibayar Berusaha dengan Bu ru h Tetap/ Dibayar Pekerja/Buruh/ Karyawan Pekerja Beb as di Pertan ian Pekerja Beb as di Non pertanian Pekerja Keluarga/ Tak Dibayar T o tal 2,97 2 8,91 6,35 5,15 1 8,66 1 04,49

3.4Penduduk yang Bekerja dan Penganggur Menurut Provinsi Selama periode Februari 2010Februari 2011 umumnya jumlah pengangguran di berbagai provinsi mengalami penurunan. Penurunan pengangguran terbesar terjadi di Provinsi Jawa Timur sebesar 166 ribu orang, diikuti Provinsi Jawa Tengah dan Sumatera Utara masing-masing sebesar 132 ribu orang dan 52 ribu orang. Sedangkan provinsi dengan peningkatan pengangguran tertinggi berada di provinsi: Banten, Riau dan Kalimantan Timur masing-masing sebesar 69 ribu, 17 ribu, dan 14 ribu orang. Sementara itu jumlah penganggur paling banyak pada Februari 2011 terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 2,0 juta orang dan yang paling sedikit di Provinsi Sulawesi Barat hanya 15 ribu orang.Tabel 3.4 Penduduk yang Termasuk Angkatan Kerja, Bekerja, Pengangguran, dan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi, Februari 2010-Februari 2011

Provinsi

Angkatan Kerja (juta) Feb 2010 Fe b 2011 (3) 2,07 6,41 2,28 2,59 1,53 3,76 0,89 3,85 0,61 0,84 5,01 20,16 17,18 1,96 20,25 5,16 2,30 2,17 2,23 2,26 1,14 1,84 1,71 1,07 1,31 3,63 1,06 0,46 0,57 0,69 0,48 0,37 1,56 119,40

Bekerja (juta) Feb 2010 (4) 1,77 5,90 2,10 2,18 1,30 3,38 0,84 3,53 0,53 0,65 4,21 17,18 15,96 1,94 19,61 3,81 2,04 2,00 2,30 2,15 1,06 1,74 1,37 0,96 1,22 3,28 0,98 0,46 0,52 0,57 0,40 0,34 1,12 107,40 Feb 2011 (5) 1,90 5,95 2,11 2,41 1,47 3,53 0,86 3,85 0,59 0,78 4,47 18,17 16,14 1,85 19,41 4,47 2,23 2,06 2,18 2,14 1,09 1,74 1,54 0,97 1,25 3,39 1,02 0,44 0,56 0,64 0,45 0,34 1,50 111,28

Pe ngangguran (ribu) Feb 2010 (6) 166,28 512,83 172,08 169,16 60,06 237,12 35,68 223,49 23,32 50,73 537,47 2031,55 1174,90 124,38 1011,95 627,83 75,64 122,84 83,32 125,19 42,73 108,75 160,48 112,61 62,96 284,37 49,30 24,48 22,41 57,04 25,45 28,56 47,57 8592,49 Feb 201 1 (7) 171 ,05 460 ,62 162 ,49 185 ,91 58 ,80 228 ,08 30 ,45 201 ,48 19 ,72 58 ,88 542 ,71 1982,45 1042,50 107 ,12 845 ,65 697 ,08 65 ,60 116 ,41 59 ,66 112 ,53 41 ,60 103 ,50 174 ,81 98 ,23 55 ,81 243 ,02 46 ,23 21 ,12 15 ,51 53 ,49 26 ,84 30 ,42 57 ,88 8117,63

Tingkat Terbuka/ TPT Pengan ggu ran (%) Feb 2010 (8) 8,60 8,01 7,57 7,21 4,45 6,55 4,06 5,95 4,24 7,21 11,32 10,57 6,86 6,02 4,91 14,13 3,57 5,78 3,49 5,50 3,88 5,89 10,45 10,48 4,89 7,99 4,77 5,05 4,10 9,13 6,03 7,77 4,08 7,41 Feb 2 011 (9) 8,27 7,18 7,14 7,17 3,85 6,07 3,41 5,24 3,25 7,04 10,83 9,84 6,07 5,47 4,18 13,50 2,86 5,35 2,67 4,99 3,66 5,62 10,21 9,19 4,27 6,69 4,34 4,81 2,70 7,72 5,62 8,28 3,72 6,80

(1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau J ambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI J akarta J awa Barat J awa Tengah D. I. Yogyakarta J awa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timu r Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M aluku M aluku Utara Papua Barat Papua In done sia

(2) 1,93 6,40 2,27 2,35 1,35 3,62 0,88 3,75 0,55 0,70 4,75 19, 21 17, 13 2,07 20, 62 4,44 2,12 2,13 2,39 2,28 1,10 1,85 1,54 1,07 1,29 3,56 1,03 0,48 0,55 0,62 0,42 0,37 1,17 116,00

1. KEMISKINANMasalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka. Pengukuran kemiskinan yang terpercaya (reliable) dapat menjadi instrumen yang baik bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada perbaikan kondisi hidup orang miskin.

Pengukuran kemiskinan yang dilakukan oleh BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ini tidak hanya digunakan oleh BPS tetapi juga oleh negara-negara lain seperti Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Menurut pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK). Secara teknis GK dibangun dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM). GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari; sedangkan GKNM merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. 4.1Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia, 1998-2011 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia cenderung menurun selama periode 1998-2011 (Tabel 4.1). Pada tahun 1998, persentase penduduk miskin tercatat sebanyak 24,23 persen (49,5 juta orang). Tingginya angka kemiskinan tersebut dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 yang berakibat pada meroketnya harga-harga kebutuhan dan berdampak parah pada penduduk miskin. Sejalan dengan harga-harga kebutuhan yang kembali menurun, angka kemiskinan juga menurun. Selama periode 19992002 jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 9,57 juta orang dari 47,97 juta orang (23,43 persen dari total penduduk) menjadi 38,4 juta orang (18,2 persen dari total penduduk). Angka kemiskinan terus menurun dan mencapai 35,1 juta orang (15,97 persen dari total penduduk) pada tahun 2005. Sebagai akibat dari kebijakan pemerintah menaikkan harga minyak pada tahun 2005 yang berdampak pada meningkatnya harga-harga kebutuhan dasar, kemiskinan tercatat meningkat menjadi 17,75 persen (39,3 juta orang) pada tahun 2006, atau meningkat sebanyak 4,2 juta orang dibanding tahun 2005. Meskipun demikian selama periode 20072011, angka kemiskinan kembali turun. Pada tahun 2007, penduduk miskin tercatat sebanyak 37,17 juta orang (16,58 persen). Beberapa program pemerintah yang ditujukan bagi penduduk miskin dijalankan pemerintah sejak 2005 memiliki dampak positif bagi penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat dilihat pada terus menurunnya angka kemiskinan, baik dalam jumlah maupun persentase penduduk miskin. Pada 2011, persentase penduduk miskin tercatat menurun menjadi 12,49 persen (30,02 juta orang).

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah, 1998-2011

Tahun (1) 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Penduduk Miskin (juta orang) Kota (2) 17,60 15,64 12,30 8,60 13,30 12,20 11,40 12,40 14,49 13,56 12,77 11,91 11,10 11,05 Desa (3) 31,90 32,33 26,40 29,30 25,10 25,10 24,80 22,70 24,81 23,61 22,19 20,62 19,93 18,97 Kota+ Desa (4) 49,50 47,97 38,70 37,90 38,40 37,30 36,10 35,10 39,30 37,17 34,96 32,53 31,02 30,02

Persentase Penduduk Miskin Kota (5) 21,92 19,41 14,60 9,76 14,46 13,57 12,13 11,68 13,47 12,52 11,65 10,72 9,87 9,23 Desa (6) 25,72 26,03 22,38 24,84 21,10 20,23 20,11 19,98 21,81 20,37 18,93 17,35 16,56 15,72 Kota+ Desa (7) 24,23 23,43 19,14 18,41 18,20 17,42 16,66 15,97 17,75 16,58 15,42 14,15 13,33 12,49

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

4.2Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2010Maret 2011 Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2011 sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang berjumlah 31,02 juta (13,33 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 1 juta jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar daripada daerah pedesaan. Selama periode Maret 2010-Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 50 ribu orang, sementara di daerah pedesaan berkurang hampir satu juta orang (Tabel 4.2). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tidak banyak berubah dari Maret 2010 ke Maret 2011. Pada Maret 2010, sebagian besar (64,23 persen) penduduk miskin berada di daerah pedesaan begitu juga pada Maret 2011 yang sebesar 63,20 persen. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2010-Maret 2011 nampaknya berkaitan dengan faktorfaktor berikut: a. Selama periode Maret 2010-Maret 2011 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 6,65 persen. b. Rata-rata upah harian buruh bangunan masing-masing naik 7,14 persen selama periode Maret 2010-Maret 2011. c. Produksi padi tahun 2011 (hasil Angka Ramalan/ARAM II) mencapai 68,06 juta ton GKG, naik sekitar 2,4 persen dari produksi padi tahun 2010 yang sebesar 66,47 juta ton GKG. d. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP sebesar 2,09 persen dari 101,20 pada Maret 2010 menjadi 103,32 pada Maret 2011.

e. Perekonomian Indonesia Triwulan I 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen terhadap Triwulan I 2010, pertumbuhan ini lebih tinggi dari Triwulan I 2010 yang tumbuh 5,6 persen. Pada periode yang sama pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 4,5 persenTabel 4.2 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2010-Maret 2011

G aris K is an (R apita/ B em kin p/K ln) D aerah Tahu / n Makanan (1) Perkotaan - Maret 2 10 0 - Maret 2 11 0 Perdes aan - Maret 2 10 0 - Maret 2 11 0 Perkotaan +Perd aan es - Maret 2 10 0 - Maret 2 11 0 1 615 55 1 834 71 56 11 1 61 06 9 211 6 72 233 0 74 1 939 48 1 211 65 43 15 4 48 84 1 192 4 35 213 5 39 1 077 63 1 342 77 69 12 9 75 74 6 232 9 98 253 6 01 (2) Bukan Makanan (3 ) Total (4)

Ju mlah pend du u k miskin (ju ta) (5)

Persentase p endud uk m iskin (6)

1 0 1,1 1 5 1,0 1 3 9,9 1 7 8,9 3 2 1,0 3 2 0,0

9,8 7 9,2 3 16 ,56 15 ,72 13 ,33 12 ,49

Su b D m er: iolah d dataS sen Pane Mare 2 0 d Maret 2 1 ari u as l t 01 an 01

4.1Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2010Maret 2011 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidakya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2010Maret 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 10,39 persen, yaitu dari Rp 211.726,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp 233.740,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar di bandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang , pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2010 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 73,50 persen, dan sekitar 73,52 persen pada Maret 2011. Pada Maret 2011, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras yaitu sebesar 25,45 persen di perkotaan dan 32,81 persen di pedesaan. Rokok kretek filer memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (7,70 persen di perkotaan dan 6,23 persen di pedesaan). Komoditi lainnya adalah gula pasir (2,84 persen di perkotaan dan 3,89 persen di pedesaan), telur ayam ras (3,41 persen di perkotaan dan 2,47 di pedesaan), mie instan (2,74 persen di perkotaan dan 2,33 persen di pedesaan), tempe (2,40 persen di perkotaan dan 1,88 persen di pedesaan), bawang merah

(1,87 persen di perkotaan dan 2,14 persen di pedesaan), dan tahu (2,06 persen di perkotaan dan 1,54 persen di pedesaan).

Untuk komoditi nonmakanan, biaya perumahan dan listrik mempunyai peranan yang cukup besar terhadap Garis Kemiskinan. Biaya perumahan menyumbang peranan sebesar 8,85 persen di perkotaan dan 6,35 persen di pedesaan. Sedangkan biaya listrik menyumbang andil sebesar 1,92 persen di pedesaan dan 3,48 persen di perkotaan. Selain itu, biaya angkutan menyumbang 2,61 persen di perkotaan dan 1,25 persen di pedesaan. Sedangkan, biaya pendidikan menyumbang andil 2,77 persen di perkotaan dan 1,45 persen di pedesaan. 4.2Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2010-Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan (P2) menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,21 pada Maret 2010 menjadi 2,08 pada Maret 2011. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,58 menjadi 0,55 pada periode yang sama (Tabel 4.3). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah pedesaan masih tetap lebih tinggi daripada perkotaan, sama seperti tahun 2009. Pada Maret 2010, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 1,57 sementara di daerah pedesaan mencapai 2,80. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,40 sementara di daerah pedesaan mencapai 0,75. Dapat disimpulkan bahwa tingat kemiskinan di daerah pedesaan lebih buruk dari daerah perkotaan.Tabel 4.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2010-Maret 2011

Indeks/Tahun (1) Indeks Kedalam Kemisk an inan (P1) - Maret 2010 - Maret 2011 Indeks Keparahan Kem iskinan (P2) - Maret 2010 - Maret 2011

Kota (2) 1,57 1,52 0,40 0,39

Desa (3) 2,80 2,63 0,75 0,70

Kota +Desa (4) 2,21 2,08 0,58 0,55

Sum ber: Diolah dari dataSusenas Pane Mare 2010 dan Maret 2011 l t