58
1 PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN DAN POTENSI PASARNYA DI KABUPATEN PONOROGO (smno.jurstnh.fpub.2013) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usahatani merupakan suatu organisasi produksi, petani sebagai pelaksana untuk mengorganisasi tanah (alam), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian baik yang didasarkan atas pencaharian laba atau tidak. Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar semua biaya dan alat yang diperlukan, dengan kata lain keberhasilan suatu usahatani berkaitan erat dengan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Kemampuan menghasilkan produk pertanian pangan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk biofisik, sosial, ekonomi dan politik. Beberapa faktor bio-fisik penting yang berpengaruh terhadp keberhasilan usahatani adalah sumberdaya lahan dan air, kondisi agroklimat, teknologi pengelolaan tanaman, varietas tanaman yang memberikan respon tinggi terhadap pengelolaan, dan penyediaan sarana produksi. Di dalam sistem pertanian, lahan merupakan alat produksi yang mempunyai peran ganda, yaitu sebagai tempat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur hara, sumber air, tempat peredaran udara, dan tampat berlangsungnya berbagai macam kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu pengetahuan tentang sifat-sifat dan karakteristik lahan merupakan dasar dari usaha pengembangan komoditi secara intensif. Di samping faktor lahan, pengetahuan tentang kondisi agroklimat juga memegang peranan penting. Beberapa unsur agroklimat seperti suhu, curah hujan , kelembaban, radiasi matahari dan angin, merupakan dasar pertimbangan penting untuk menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dan periode pengusahaannya. Kesalahan dalam menentukan syarat iklim bagi tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak normal, sehingga produktivitasnya akan jauh menyimpang dari potensi sebenarnya.

PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

  • Upload
    hacong

  • View
    238

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

1

PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN DAN POTENSI PASARNYA

DI KABUPATEN PONOROGO(smno.jurstnh.fpub.2013)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangUsahatani merupakan suatu organisasi produksi, petani sebagai pelaksana untuk

mengorganisasi tanah (alam), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian baik yang didasarkan atas pencaharian laba atau tidak. Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar semua biaya dan alat yang diperlukan, dengan kata lain keberhasilan suatu usahatani berkaitan erat dengan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Kemampuan menghasilkan produk pertanian pangan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk biofisik, sosial, ekonomi dan politik. Beberapa faktor bio-fisik penting yang berpengaruh terhadp keberhasilan usahatani adalah sumberdaya lahan dan air, kondisi agroklimat, teknologi pengelolaan tanaman, varietas tanaman yang memberikan respon tinggi terhadap pengelolaan, dan penyediaan sarana produksi.

Di dalam sistem pertanian, lahan merupakan alat produksi yang mempunyai peran ganda, yaitu sebagai tempat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur hara, sumber air, tempat peredaran udara, dan tampat berlangsungnya berbagai macam kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu pengetahuan tentang sifat-sifat dan karakteristik lahan merupakan dasar dari usaha pengembangan komoditi secara intensif. Di samping faktor lahan, pengetahuan tentang kondisi agroklimat juga memegang peranan penting. Beberapa unsur agroklimat seperti suhu, curah hujan , kelembaban, radiasi matahari dan angin, merupakan dasar pertimbangan penting untuk menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dan periode pengusahaannya. Kesalahan dalam menentukan syarat iklim bagi tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak normal, sehingga produktivitasnya akan jauh menyimpang dari potensi sebenarnya.

Terbatasnya sumberdaya alam yang berpotensi mendukung program pengembangan pertanian merupakan salah satu kendala yang harus dihadapi. Kondisi ini akan dapat teratasi dengan tersedianya sumberdaya manusia yang handal. Perlu disadari bahwa kondisi lahan yang produktif terus berkurang. Hal ini dikarenakan berkembangnya sektor industri non pertanian, sehingga mendesak lahan yang ada. Ini terutama nampak sekali di daerah perkotaan. Dengan demikian, keber-hasilan pengembangan pertanian akan tergantung pada sumberdaya manusia yang mampu mengelola dan memanipulasi sumberdaya alam yang kurang produktif menjadi lebih baik. Usaha ini dapat dilakukan misalnya dengan cara mendapatkan teknologi budidaya yang tepat, penyediaan varietas unggul, manajemen lahan dan air.

Keterlibatan sumberdaya manusia tidak hanya sebatas meningkatkan produktivitas lahan saja, namun juga sampai pada peningkatan nilai tambah dari suatu produk yang telah dihasilkan. Hal ini dapat ditempuh melalui perbaikan kualitas produksi, pengolahan produk mentah menjadi bahan siap dikonsumsi serta menejemen pemasaran yang menjamin stabilitas harga.

Page 2: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

2

Dalam berusahatani terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengusahakan komoditi pada lahan yang dimilikinya. Faktor ekonomi meliputi penguasaan modal, harapan keuntungan yang lebih besar dari usahatani yang akan dipilih jika dibandingkan dengan bentuk usahatani lainnya, umur tanaman, kestabilan hasil produksi, mudah tidaknya hasil tersebut dijual sewaktu-waktu. Faktor teknis di antaranya adalah kualitas dan luas lahan yang dimiliki, ketahanan komoditas terhadap hama dan penyakit, potensi produksi, tingkat adaptasi dan kesesuaian dengan iklim. Faktor sosial meliputi tradisi dan kebiasaan yang telah berlangsung lama, usahatani tetangga, ketersediaan tenaga kerja, kepentingan petani dan keluarganya, tingkat pendidikan dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan proses produksi pada suatu usahatani, petani dihadapkan pada masalah keterbatasan faktor produksi, baik kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian petani harus pandai memilih dan mengkoordinasikan jenis-jenis tanaman yang menguntungkan serta mengkombinasikan faktor produksi yang ada sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal. Petani sudah berfikir dan bertindak secara rasional dan selalu ingin berusaha meningkatkan pendapatannya setiap ada kesempatan. Petani selalu menanam jenis tanaman yang kira-kira dapat menjadi sumber kenaikan pendapatan. Meskipun demikian umumnya masih lambat dalam menyerap teknologi. Hal ini antara lain dikarenakan pengetahuan petani yang terbatas.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan dalam perencanaan pengembangan produksi pertanian sudah seharusnya berorientasi kepada "resources base" yang berarti bahwa kedudukan sumberdaya alam di suatu wilayah merupakan titik sentral perencanaan dan pelaksanaan. Sehubungan dengan hal ini perlu dilakukan evaluasi terhadap keberadaaan suatu wilayah yang diperlukan dalam penentuan prioritas lokasi dan komoditas berdasarkan sebaran daerah produksi suatu komoditas dalam suatu kurun waktu tertentu, agroklimat dan klasifikasi tanah di suatu daerah, keadaan sekarang dan potensi pasar suatu komoditas.

Kegiatan pewilayahan komoditi pada hakekatnya terdiri atas elakukan pemetaan, evaluasi potensi lahan dan pewilayahan komoditi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan lainnya.

II. PEWILAYAHAN KOMODITI PERTANIAN 2.1. Prinsip Pewilayahan Komoditas

Akhir-akhir ini telah diperkenalkan konsepsi Pewilayahan Komoditas untuk mendukung kebijakan pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan secara lebih luas lagi untuk lebih memantapkan pendekatan pewilayahan pembangungan pada umumnya. Pada hake-katnya konsepsi pewilayahan komoditi ini ingin membatasi upaya pengembangan suatu komoditi pertanian pada lokasi yang memenuhi persyaratan agroekologis, memenuhi kelayakan agroekonomi dan agro-sosio-teknologi, aksesibilitas lokasi memadai, dan diseconomic-externality yang ditimbulkannya dapat dikendalikan.

Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditi. Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian finansial dan ekonomi, tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa degradasi dan kemerosotan kualitas sumberdaya lahan. Di lokasi-lokasi tertentu, seperti lahan kering di

Page 3: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

3

bagian hulu DAS, biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan, serta merosotnya kualitas perairan di daerah bawahnya. Atas dasar inilah maka evaluasi kesesuaian agroekologis merupakan bottle neck dalam kerangka metodologi pewilayahan komoditi. Beberapa metode dan prosedur dapat digunakan untuk kepentingan ini.

Evaluasi kesesuaian komoditi secara agroekologis dilakukan pada satuan analisis sistem-lahan dengan melibatkan berbagai jenis komoditi. Dengan demikian suatu wilayah akan terbagi ke dalam sejumlah sistem-lahan dan setiap sistem-lahan dimungkinkan adanya beberapa komoditi yang sesuai. Penyusunan skala prioritas bagi pengembangan sistem-lahan dapat dilakukan berdasarkan pertim-bangan location-value yang merupakan fungsi dari tingkat aksesibilitasnya. Sedangkan prioritas komoditi dapat disusun berda-sarkan keunggulan komparatif dan daya dukung agro-sosio-teknologinya.

Dalam kebijakan pembangunan pertanian secara nasional dan regional, pendekatan pengembangan wilahay tersebut dijabarkan dalam bentuk Kebijakan Pewilayahan Komoditas. Pewilayahan komoditas ini dianggap menjadi suatu sarana yang sangat penting dalam mengamankan produktivitas komoditi strategis, mengingat semakin besarnya intensi-tas persaingan antar komoditas dan persaingan antar sektor pembangunan. Persaingan-persaingan ini pada akhirnya akan terjelma kepada tingginya tekanan atas lahan dan tingginya laju konversi penggunaan lahan. Hal ini selanjutnya akan berdampak sangat luas, baik terhadap pengembangan komoditas itu sendiri maupun terhadap kelestarian sumberdaya lahan dan kualitas lingkungan hidup secara luas.

2.2. Pendekatan Agribisnis Sistem usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor produksi lahan, tenagakerja,

modal dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang mencakup bio-fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini masih diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir, pemasraan/perdagangan dan permin-taan datri konsumen. Keseluruhan aspek-aspek ini terintegrasi dalam pengertian makna yang luas lazim disebut "Sistem Agribisnis" . Keseluruhan sistem yang berkaitan dengan sektor pertanian tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya, kelembagaan, dan kebijaksanaan pembangunan pertanian.

Dari keseluruhan sistem agribisnis seperti yang di-abstraksikan di atas, dapat diambil beberapa aspek atau bidang kajian epenting, yaitu:

(a). Sistem Agribisnis dan Perdagangan/pemasaran(b). Sumberdaya manusia dan kelembagaan(c). Pengelolaan sumberdaya alam(d). Sistem usaha pertanian (atau usahatani)(e). Pengembangan agroindustri(f). Rintisan dan pengembangan produk.

Berdasarkan keterangan di atas, "agribisnis" secara luas dapat dipandang sebagai "bisnis" yang berbasis pertanian. Secara struktural usaha bisnis ini terdiri atas tiga sektor yang saling bergantung, yaitu (i) sektor masukan, yang ditangani oleh berbagai industri hulu yang memasok bahan masukan kepada sektor pertanian , (ii) sektor produksi (farm), yang ditangani oleh berbagai jenis usahatani yang menghasilkan produk-produk bio-ekonomik, dan

Page 4: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

4

(iii) sektor keluaran, yang ditangani oleh berbagai industri hilir yang mengubah hasil usahatani menjadi produk konsumsi awetan/olahan dan yang menyalurkan produk ini melalui sistem pemasaran kepada konsumen.

Dengan demikian "agribisnis" meliputi seluruh sektor yang terlibat dalam pengadaan bahan masukan /input usahatani; terlibat dalam proses produksi bio-ekonomik; menangani pemrosesan hasil-hasil usahatani; penyebaran, dan penjualan produk-produk pemrosesan tersebut kepada konsumen. Dalam kaitannya dengan komoditas di suatu wilayah , sebagian besar aktivitas ekonomi dapat dilakukan oleh petani dan penduduk pedesaan dengan skala ekonomi yang berbeda-beda.

2.3. Evaluasi Potensi Lahan

Lahan merupakan lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi. Faktor-faktor ini hingga batas tertentu mempengaruhi potensi dan kemampuan lahan untuk mendukung suatu tipe penggunaan tertentu.

Tipe penggunaan lahan ("major kind of land use") adalah golongan utama dari penggunaan lahan pedesaan, seperti lahan pertanian tadah hujan, lahan pertanian irigasi, lahan hutan, atau lahan untuk rekreasi. Tipe pemanfaatan lahan ("land utilization type, LUT") adalah suatu macam penggunaan lahan yang didefinisikan secara lebih rinci dan detail dibandingkan dengan tipe penggunaan lahan. Suatu LUT terdiri atas seperangkat spesifikasi teknis dalam konteks tatanan fisik, ekonomi dan sosial yang tertentu. Beberapa atribut utama dari LUT a.l. adalah:(1). Produk, termasuk barang (tanaman, ternak, kayu), jasa (misalnya. fasilitas rekreasi), atau

benefit lain (misalnya cagar alam, suaka alam)(2). Orientasi pasar, subsisten atau komersial(3). Intensitas penggunaan kapital(4). Intensitas penggunaan tenagakerja(5). Sumber tenaga (manusia, ternak, mesin dengan menggunakan bahan bakar tertentu)(6). Pengetahuan teknis dan perilaku pengguna lahan(7). Teknologi yang digunakan (peralatan dan mesin, pupuk, ternak, metode penebangan,

dll)(8). Infrastruktur penunjang(9). Penguasaan dan pemilikan lahan(10).Tingkat pendapatan.

"Karakterisik lahan" merupakan atribut lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Misalnya kemiringan, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, biomasa vegetasi, dll. Sedangkan "Kualitas lahan" adalah kompleks atribut lahan yang mempunyai peranan spesi-fik dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Contohnya ketersediaan air, resistensi erosi, bahaya banjir, dan aksesibilitas. "Kriteria diagnostik" adalah suatu peubah yang mem-punyai pengaruh tertentu terhadap hasil (atau input yang diperlukan ) pada penggunaan tertentu, dan peubah ini juga berfungsi sebagai dasar untuk menilai kesesuaian suatu bidang lahan bagi penggunaan tersebut. Peubah ini bisa berupa kualitas lahan, karakteristik lahan, atau fungsi dari beberapa karakteristik lahan.

Beberapa macam kualitas lahan yang berhubungan dengan per- tumbuhan dan produktivitas tanaman adalah (i) hasil tanaman, (ii) ketersediaan air, (iii) ketersediaan hara, (iv) ketersediaan oksigen dalam zone perakaran, (v) kondisi bagi per-kecambahan, (vi)

Page 5: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

5

kemudahan pengolahan, (vii) salinitas atau alkalinityas, (viii) toksisitas tanah, (ix) ketahanan terhadap erosi, (x) bahaya banjir, (xi) rejim suhu, dan (xii) Fotoperiodik.

Beberapa kualitas lahan yang berhubungan dengan produktivitas hutan adalah (i) bahaya kebakaran, (ii) hama dan penyakit, (iii) faktor lokasi yang mempengaruhi perkembangan tanaman muda, (iv) tipe dan jumlah jenis kayu indigenous. Dalam konteks evaluasi sumberdaya lahan dikenal ada dua macam istilah, yaitu "kapabilitas" (kemampuan) lahan dan "suitabilitas" (kesesuaian) lahan. Kemam puan lahan dianggap sebagai kapasitas inherent dari sumberdaya lahan untuk mendu kung penggunaannya secara umum; sedangkan kesesuaian lahan mencerminkan kesesuaian bidang lahan bagi penggunaan yang spesifik. Pendapat lain menyatakan bahwa kemampuan lahan lebih mengarah kepada aspek konservasi, sedangkan kesesuaian lahan lebih mengarah kepada produktivitas.

Khusus dalam hubungannya dengan aktivitas pembangunan dalam sektor pertanian dikenal istilah "penggunaan lahan pertanian" dan "evaluasi lahan pertanian" yang melibatkan berbagai macam kegiatan. Dalam hubungan ini, kesesuaian lahan juga bermakna sebagai kecocokan suatu bidang lahan bagi penggunaan tertentu. Perbedaan tingkat kesesuaian ini ditentukan oleh hubungan-hubungan (aktual atau yang diantisipasi) antara benefit dan input yang berhubungan dengan penggunaan lahan tersebut. Dengan demikian ada dua macam klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu kesesuaian aktual dan kesesuaian potensial.

2.3.1. Evaluasi Sumberdaya Lahan Kegiatan evaluasi lahan dan survei tanah, sangat dianjurkan dalam rangka untuk

merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau usahatani. Evaluasi lahan ini mesuplai petani dengan hasil-hasil inventarisasi yang memberinya informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang telah dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan. Ter-masuk ke dalam inventarisasi tersebut adalah penelitian dan penilaian tentang tekstur tanah lapisan atas, tekstur tanah lapisan bawah, kedalaman solum dan subsoil, warna tanah lapisan atas, struktur tanah, keadaan batu-batuan, mudahnya diolah, perme-abilitas subsoil, drainase permukaan, drainase internal profil tanah, kemiringan, derajat erosi, bahaya erosi bila tanah diolah, faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan kelas lahan, dan kelas kapabilitas lahan. Disamping itu, semua tanah-tanah pertanian juga diuji kesuburan, reaksi tanah, dan kondisi alkalinitas/ salini tasnya.

2.3.2. Kesesuaian Komoditas Kerangka Klasifikasi menurut Metoda FAO (1976)

"Kesesuaian lahan" adalah keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini dapat berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia.

2.3.3. Kesesuaian Lahan untuk Padi sawahUntuk penilaian kesesuaian lahan tanaman padi sawah ini digunakan modifikasi dari

sistem Steele dan Robinson (1972). Pada sistem ini aslinya dikenal lima kelas :P-I : Lahan sangat sesuai untuk tanaman padi sawah P-II : Lahan cukup sesuai untuk tanaman padi sawah

Page 6: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

6

P-III : Lahan hampir sesuai untuk tanaman padi sawah P-IV : Lahan kurang sesuai untuk tanaman padi sawah P-V : Lahan tidak sesuai untuk tanaman padi sawah. Untuk menyesuaikan dengan kerangka pada metode FAO (1975), korelasinya adalah

sbb:Kelas P-I menjadi kelas S1. Kelas P-II menjadi Kelas S2 Kelas P-III menjadi Kelas S3 Kelas P-IV menjadi Kelas N1 Kelas P-V menjadi Kelas N2. Sebagai pedoman dalam penilaian ditambahkan kriteria kuantitatif dari besaran faktor

pembatas kesuburan.

1. Kesesuaian pada tingkat kelasPedoman pengelompokkan menjadi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah

mengikuti kriteria berikut ini.

(1). Kelas S1 : Lahan sangat sesuai untuk tanaman padi sawah. Pada umumnya lahan ini sedikit sekali pembatasnya dengan sifat-sifat mempunyai kedalaman efektif 75 cm, teksturnya lebih halus dari berlempung halus (fine loamy), permeabilitas lambat, hampir datar dan drainase agak terhambat hingga terhambat. Mempunyai tingkat kesuburan tanah sangat tinggi atau sedang dan tidak mempunyai atau mengandung kadar garam atau bahan-bahan beracun dalam jumlah yang membahayakan . Air mudah ditahan pada tanah-tanah ini dengan alat pengontrol air yang biasa dipakai. Air irigasi cukup, paling tidak untuk satu kali tanam selama setahun tanpa adanya resiko kerusakan oleh kekeringan atau banjir.

Lahan sawah diolah untuk menanam sayuran atau palawija pada musim kemarau

Page 7: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

7

(2). Kelas S2: Lahan cukup sesuai untuk tanaman padi sawahPembatas adalah kecil dan termasuk satu atau lebih dari pembatas-pembatas berikut ini: 1. Kedalaman efektif 50-75 cm2. Sebaran besar butir berliat, berlempung halus atau berdebu halus3. Permeabilitas 0.5 - 2.0 cm/jam4. Tingkat kesuburan tanah rendah 5. Salinitas 1500-2500 mmhos/cm

6. Reaksi tanah yang sedikit membatasi produksi (pH pada lapisan 0-30 cm adalah 4.5-5.0 atau 7.5-8.0)

7. Kemiringan 1-3%8. Sedikit berkerikil yang menghambat pertumbuhan tanaman9. Kadang-kadang ada sedikit kekurangan air10.Kadang-kadang ada kerusakan sedang yang disebabkan oleh banjir/genangan

Air pada lahan ini dapat ditahan di tempat tanpa kesulitan. Air irigasi cukup tersdia untuk satu kali tanam dalam setahun. Dapat mengalami sedikit /sebentar menderita kekurangan air tanah tetapi produksi tidak begitu banyak berpengaruh oleh adanya kekeringan. Kadar hara dapat menjadi faktor pembatas akan tetapi biasanya masih dapat diatasi dengan pemupukan.

(3). Kelas S3: Lahan hampir sesuai untuk tanaman padi sawah.

Lahan ini mempunyai satu atau lebih dari pembataspembatas berikut:1. Kedalaman efektif 25-50 cm2. Permeabilitas 2.0 - 6.5 cm/jam3. Tingkat kemasaman yang ekstrim (pH lapisan 0.30 cm adalah 4.0-4.5)4. Sebaran besar butir (tekstur) berdebu kasar dan berlempung kasar5. Lereng 3-5%6. 50-80% wilayah rata tanpa mikro relief7. Sedikit berkerikil dan berbatu8. Resiko sedang dalam periode < 4 tahun, dalam 10 tahun yang disebabkan oleh

sedikit kekurangan air9. Drainase sangat terhambat atau sedang10. Sedang (tapi sering) kerusakan oleh banjir/genangan sewaktu-waktu kerusakan bisa

menjadi hebat.

Perlengkapan dan fasilitas pengendali air mungkin diperlukan untuk menahan air. Air irigasi cukup tersedia untuk satu kali tanam pada kebanyakan tahun, tetapi periode kering dapat menyebabkan kerusakan sedang pada tanah yang mempunyai kapasitas memegang air rendah. Dalam beberapa hal pemupukan diperlukan untuk mempertinggi hasil tanaman.

Page 8: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

8

Lahan sawah dengan tanaman ubijalar di musim kemarau

(4). Kelas N1: Lahan tidak sesuai pada saat ini.Lahan mempunyai pembatas satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini:1. Kedalaman efektif 10-25 cm2. Sebaran besar butir (tekstur) berskeletal3. Permeabilitas 6.5-25 cm/jam4. Kesuburan tanah sangat rendah5. Reaksi tanah pada kedalaman 0-30 cm adalah 3.5-4.0 atau 8.0-8.56. Salinitas 2500-4000 mmhos/cm 7. Kemiringan 5-8% 8. Relief mikro: 40-50% pada wilayah datar9. Adanya resiko yang serius disebabkan oleh adanya kekurangan air10. Drainase cepat11. Banjir/genangan sering terjadi dan membahayakan

(5). Kelas N2: Lahan tidak sesuai untuk tanaman padi sawah

Lahan mempunyai banyak pembatas yang sukar diatasi, sehingga membuatnya tidak sesuai untuk tanaman padi sawah. Pembatasnya termasuk lereng terjal, dan keadaan topografi yang tidak memungkinkan untuk mengumpulkan atau menahan air, kedalaman efektif dangkal sekali dan sangat berbatu, teksturnya berpasir dan berskeletal, permeabilitas sangat cepat, salinitas tinggi dan bahay banjir/genangan yang sangat membahayakan. Kebanyakan lahan-lahan dari kelas ini pada daerah tinggi atau bergunung. Lahan ini mungkin sesuai untuk padangrumput atau hutan.

2. Kesesuaian pada tingkat subkelas Kelas kesesuaian untuk tanaman padi sawah juga dapat dirinci lagi menjadi satu atau

lebih subkelas tergantung dari jenis pembatasnya. Faktor yang biasa menjadi pembatas dalam subkelas pada lahan untuk tanaman padi sawah ialah:s : Pembatas pada zone perakaran (kedalaman efektif, tekstur, permeabilitas dan adanya

batu)n : kesuburan tanah

Page 9: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

9

m : Kekurangan air untuk tumbuhnya tanaman. Ini dapat disebabkan oleh sumber airnya, yaitu hujan, sungai dan air lainnya yang tidak cukup pada periode pertumbuhan tanaman

f : Banjir/genangan (frekuensi dan lamanya), kedalaman air genangan dan kecepat-an air harus dipertimbangkan dalam penentuan pembatas ini.

t : Pembatas topografi berupa lereng yang persentase kemiringannya tinggi (> 5%) dan ke-tinggian tempat lebih dari 750 m dpl, serta adanya mikro relief yang nyata yang membatasi pertumbuhan tanaman. Keadaan topografi seperti ini tidak memungkinkan untuk mengum-pulkan air tanpa masukan (input) yang tinggi dan sulitnya penggunaan alat-alat mekanis.

x: Salinitas atau alkalinitas, pembatas ini berupa kandungan garam yang tinggi sehingga mem-batasi pertumbuhan tanaman.

a : Reaksi tanah. Lahan mempunyai kemasaman yang tinggi atau yang rendah yang sukar diatasi.

2.3.4. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Lahan Kering

Pada dasarnya digunakan metode yang dikemukakan oleh Robinson dan Soepraptohardjo (1975) dalam " A Proposed Land Capability Appraisal System for Agricultural Use in Indonesia".

1. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas Pedoman untuk mengelompokkan ke dalam kelas kesesuaian lahan tanaman pangan

dan tanaman tahunan dapat mengikuti tabel kriterianya masing-masing.

2. Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas

Beberapa jenis pembatas yang merupakan kriteria subkelasnya adalah:s : Pembatas pada zone perakaran, berupa kedalaman efektifnya kurang, teksturnya agak

kasar hingga sangat kasar, kapasitas memegang air rendah dan berbatu.n : kesuburan tanah, tingkat kesuburan sangat rendah dan susah untuk diatasi.a : reaksi tanah, yaitu reaksi tanah yang sangat ma-sam dan susah untuk diatasix : salinitas dan alkalinitas, yaitu kandungan garam yang tinggi dan akan dapat

mempengaruhi tanaman.d : kelas drainase alamiah, yaitu berupa kelebihan air yang disebabkan oleh muka air tanah

(water table) yang tinggi, permeabilitas lambat, atau aliran permukaan yang lambat atau kombinasi ketiganya.

f : banjir, dalam menentukan bahaya banjir ini harus diperhatikan frekuensi, lama, dalam, kecepatan air dan juga kemungkinan masuknya air asin dari laut.

e : erosi, ketahanan terhadap erosi, tingkat kerusakan erosi terdahulu dan besarnya persentase lereng adalah faktor yang perlu diperhatikan

t : relief, harus diperhatikan persentase lereng dan atau relief mikro.r : tipe hujan; jumlah curah hujan setiap tahun dan distribusinya karena mempe ngaruhi

upaya-upaya pemeliharaan tanaman.

Page 10: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

10

Lahan kering di tepi kawasan hutan jati, bera selama musim kemarau

Tabel 1. Pedoman kriteria pengelompokkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman pangan lahan kering

Faktor yang dipakai dalam mengevaluasi kelas kesesuaian

Sim-bol

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N1 N21. Kedalaman efektif > 75 cm > 50 > 25 > 10 lainnya

2. Tekstur zone perakaran*) s (a) (b) (c) (d) (e)

3. Pori air tersedia Tinggi Tinggi-sedang Tg-rendah Tg-rendah Tg-sngt rendah

4. Kesuburan tanah**) n ST - Sd ST - Rd ST - SR ST - SR ST - SR5. Reaksi tanah a pH 5.0-7.0 4.5-8.0 4.0-8.0 pH<4.0 pH<3.0 - >8.0

6. Salinitas tanah DHL x 103 (mmhos/cm)

x <1.5 <2.5 <4.0 >4.0 Lainnya

7. Kelas drainase d sedang/ Sedang/baik Agak cepat- Cepat - Sangat cepat baik agak terhambat Sngt terhambat Sngt terhambat8. Kerusakan banjir f Jarang: < 1

x dalam 10 tahun

Kerusakan sedang kadang-kadang <3 x dlm

10 th

Kerusakan sedang mungkin - sering: <

4 xdalam 10 th

Sering terjadi kerusakan serius;

memerlukan pengaturan air

Jarang sampai sering kerusakan yang

serius

9. Erosi e Tdk ada /sedikit

Sedang Berat Sangat berat Sangat berat

10. Lereng/relief mikro t <3% /relief mikro

Relief mikro < 8% sedikit

Relief mikro <8% sedang

<15% banyak Diperlukan pera taan/teras >15% lerengkompleks

11. Tipe Hujan; Oldeman et al.

r A1; A2 A;B1;B2;B3 A;B;C;D1;D2 A;B;C;D;E1;E2 A;B;C;D;E.

Keterangan: *) tekstur tanah pada zone perakaran: (a) Berliat, berlempung halus, berdebu halus (b) Berliat, berlempung halus, berdebu halus (c) Berliat, berlempung halus dan kasar, berdebu halus dan kasar (d) Berliat, berlempung halus dan kasar, berdebu halus dan kasar, berskeletal (e) ............................. " ............................, berpasir dan berskeletal **) penilaian kesuburan tanah seperti penjelasan di atas.

Page 11: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

11

Pengolahan tanah pada pertanian palawija lahan kering

Lahan kering untuk hutan tanaman dan wanatani

Page 12: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

12

Tabel 2. Pedoman kriteria pengelompokkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tahunan lahan kering

Faktor yang dipakai dalam mengevaluasi kelas kesesuaian

Sibol

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N1 N2 1. Kedalaman efektif >100 cm > 75 > 50 > 25 lainnya 2. Tekstur zone perakaran*) s (a) (b) (c) (d) (e) 3. Pori air tersedia Tinggi Tinggi-sedang Tg-rendah Tg-rendah Tg-sngt

rendah 4. Kesuburan tanah**) n ST - Sdg ST - Rd ST - SR ST - SR ST - SR 5. Reaksi tanah a pH 5.0-7.0 4.5-8.0 4.0-8.0 pH<4.0 pH<4.0- >8.0

6. Salinitas tanah DHL x 103 (mmhos/cm)

x <1.5 <2.5 <4.0 >4.0 Lainnya

7. Kelas drainase d sedang/baik sedang/baik agak cepat- agak

terhambat

cepat - sngt terhamb at

Sangat cepatsngt terhambat

8. Kerusakan banjir f < 3 x dalam 10 tahun

< 4 x dlm 10 th

Sering tapi tak serius

Sering sekali serius

Serius sekali-sngt serius

9. Erosi e Tidak ada/sedikit

Sedang-agak berat

Berat -sngt berat

Berat- sangat berat

Sangat berat

10. Lereng/relief mikro t < 8 % < 8% <15% < 30% > 30%11. Tipe Hujan, Oldeman et al.

r A,B A,B,C1,C2,C3 A,B,C,D1,D2,D3

A,B,C,D, E1,E2

A,B,C,D,E

Untuk tanah Histosol: 12. Jenis gambut k Saprik Saprik Saprik Hemik Fibrik13. Ketebalan gambut g <50 cm < 50 < 50 < 100 Lainnya14. Kesuburan tanah n ST- Sdg ST - Rd ST-SR ST - SR --15. Toksisitas c (kedalaman cat clay) >150 cm >100 >100 >50 Lainnya16. Salinitas DHL x 103 x <1.5 <2.5 <4.0 <4.0 Lainnya (mmhos/cm)

2.3.5. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman

Page 13: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

13

1. JAGUNG (Zea mays)

1. IklimTemperatur berkisar antara 16 - 32oC, dan kisaran optimumnya 20-26oC. Curah hujan berkisar 500-5000 mm/th, kisaran optimumnya 1000-1500 mm/th.

Persyaratan penggunaan lahan untuk: Jagung

Persyaratan penggunaan/ Karakteristik lahanKelas kesesuaian lahan: S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)Temperatur rataan (oC) 20-26 -

26-3016-2030-32

<16>32

Ketersediaan air (wa)Curah hujan, mm 500-1200 1200-1600

400-500>1600

300-400 <300Kelembaban, % >42 36-42 30-36 <30Ketersediaan oksigen (oa)Drainase Baik – Agk

terhambatAgk cepat Terhambat Sgt trhb- Cepat

Media perakaran (rc)Tekstur h, s ah ak KBahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55Kedalaman tanah (cm) >60 60-40 40-25 <25Gambut:Ketebalan (cm( <60 60-140 140-200 >200+ dg sisipan/pengkayaan <140 140-200 200-400 >400Kematangan Saprik+ Saprik

Hemik+HemikFibrik+

Fibrik

Retensi hara (nr)KTK liat (cmol) <16 <= 16Kejenuhan basa (%) >50 35-50 <35PH (H2O) 5.8-7.8 5.5-5.8

7.8-8.2< 5.5> 8.2

C-organik (%) >0.4 <= 0.4Toksisitas (xc)Salinitas, dS/m

<4 4.6 6.8 >8

Sodositas (xn)Alkalinitas, ESP, %

<15 15-20 20-25 >25

Bahaya sulfidik (xs):Kedalaman sulfidik (cm) >100 75-100 40-75 <40Bahaya erosi (eh)Lereng (%) <8 8-16 16-30 >30Bahaya erosi sr R - sd b SbBahaya banjir (fh):Genangan

F0 = F1 >F2

Penyiapan lahan (lp)Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 >40Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 >25Keterangan: Tekstur: h = halus; ah= agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; + : gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral; Bahaya erosi: sr=sagat ringan; r= ringan; sd= sedang; b= berat; sb= sngt berat.

2. Tanah

Page 14: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

14

Persyaratan kebutuhan tanah adalah : tanah dalam, konsistensi gembur, permeabilitas sedang, drainase agak cepat hingga baik, tingkat kesuburan tanah sedang, tekstur lempung dan lempung berdebu dengan kandungan humus sedang, reaksi tanah (pH ) antara 5.2 - 8.5 dan kisaran optimumnya 5.8-7.8.Penurunan hasil dapat terjadi karena salinitas dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai > 1.7 dS/m. Penurunan hasil dapat mencapai 50% kalau DHL mencapai 5.9 dS/m atau ESP mencapai 15%, dan tanaman tidak mampu berproduksi (penurunan hasil 100%) kalau DHL = 10 dS/m.Kehilangan hara (kg/h/siklus pertumbuhan) untuk produksi tinggi yaitu: N = 165; P2O5 = 55; K2O = 135.

Tanaman jagung siap panen dilahan sawah pada musim kemarau

3. HasilProduksi jagung tadah hujan yang diusahakan pada berbagai kondisi dan manajemen sbb: Komersial = 6-9 ton biji/ha ( 33 ton pakan ternak/ha); Rataan petani = 0.5-1.5 ton biji/ha. Produksi jagung Irigasi: Komersial = 6-9 ton biji/ha (80 ton pakan ternak/ha).

2. KEDELAI (Glycine maximum)

1. IklimTemperatur berkisar antara 18 - 32oC, dan kisaran optimumnya 23-25oC. Curah hujan selama masa pertumbuhannya berkisar 350-1000 mm , kedelai membutuhkan periode kering pada masa pematangannya. Siklus pertumbuhannya sekitar 90-120 hari..

2. Tanah

Page 15: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

15

Persyaratan kebutuhan tanah adalah : kedalaman perakaran maksimum 180 cm, konsistensi gembur, permeabilitas sedang, drainase agak cepat hingga baik, tidak tahan genangan, tingkat kesuburan tanah sedang, tekstur lempung dan lempung berdebu dengan kandungan humus sedang, reaksi tanah (pH ) antara 5.5 – 8.2 dan kisaran optimumnya 5.5-7.5.Penurunan hasil dapat terjadi karena salinitas dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai > 5 dS/m. Penurunan hasil dapat mencapai 50% kalau DHL mencapai 7.5 dS/m atau ESP mencapai 20%, dan tanaman tidak mampu berproduksi (penurunan hasil 100%) kalau DHL = 10 dS/m.Kehilangan hara (kg/h/siklus pertumbuhan) untuk produksi tinggi yaitu: N = 125; P2O5 = 30; K2O = 40.

3. HasilProduksi kedelai tadah hujan yang diusahakan pada berbagai kondisi dan manajemen sbb: Komersial = 1.5 – 2.5 ton biji/ha; Rataan petani = 0.8-1.3 ton biji/ha.Irigasi: Komersial = 2.5- 3.5 ton biji/ha; Rataan petani: 1.5 – 2.0 ton biji/ha

KEDELAI UNGGUL Daerah Ponorogo: GEPAK IJO & GEPAK KUNING

Dua varietas kedelai unggul lokal Ponorogo ini memiliki produktivitas lebih dari 2 ton/ha. Kabupaten Ponorogo sudah sejak lama dikenal sebagai sentra produksi kedelai di Jawa Timur. Banyak varietas lokal kedelai yang berkembang di propinsi ini. Namun, saat ini di Ponorogo hanya ada dua varietas lokal yang berkembang pesat yakni Gepak Kuning dan Gepak Ijo. Kedua varietas lokal tersebut telah dikenal dan dibudidayakan oleh petani Ponorogo lebih dari 50 tahun yang lalu. Proses pemurnian kedua varietas unggul daerah tersebut dilakukan oleh sebuah perusahaan swasta local. Pemurnian yang dilakukan oleh swasta itu berhasil membuat keragaman Gepak Kuning dan Gepak Ijo semakin seragam.

Saat ini varietas Gepak Kuning dan Gepak Ijo menyebar luas tidak hanya di Kabupaten Ponorogo, namun juga sudah ditanam di Madiun, Ngawi, Trenggalek, Pacitan, dan Wonogiri. Dibandingkan dengan varietas unggul lainnya, Gepak Kuning dan Gepak Ijo mempunyai beberapa keunggulan di antaranya: umur panen lebih genjah (70-75 hari), Gepak Kuning mampu berproduksi 2,20 ton/ha dan Gepak Ijo 2,25 ton/ha, kadar patinya tinggi dan rasanya gurih sehingga sangat cocok untuk bahan baku industri tahu, tempe dan tauge.

Budidaya kedelai di Ponorogo bisa dilakukan pada setiap musim tanam yaitu musim hujan (MH) MH dan MH1, musim kemarau pertama (MK1) dan MK2 di sawah. Penyediaan benihnya bisa dilakukan melalui sistem jabalsim, dengan masa penyimpanan yang relatif singkat yakni sekitar dua bulan.

Jaminan daya tumbuh kedelai jenis ini tinggi karena kedua varietas lokal ini ukuran bijinya yang kecil dan panen di lahan sawah dan dilakukan pada musim kemarau. Semua itu menyebabkan vigor benih tinggi.

Page 16: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

16

Persyaratan penggunaan lahan: KEDELAI (Glycine maximum)

Persyaratan penggunaan/ Karakteristik lahanKelas kesesuaian lahan: S1 S2 S3 NTemperatur (tc)Temperatur rataan (oC) 23-25 20-23

25-2818-2028-32

<18>32

Ketersediaan air (wa)Curah hujan, mm pada masa pertumbuhannya 350-1100 250-350

1100-1600180-250

1600-1900<180>1900

Kelembaban, % 24-80 20-2480-85

<20>85

Ketersediaan oksigen (oa)Drainase Baik – Agk terhambat Agk baik Terhambat Sgt trhb-

Cepat

Media perakaran (rc)Tekstur H, ah S ak KBahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55Kedalaman tanah (cm) >75 50-75 20-50 <20Gambut:Ketebalan (cm( <60 60-140 140-200 >200+ dg sisipan/pengkayaan <140 140-200 200-400 >400Kematangan Saprik+ Saprik

Hemik+HemikFibrik+

Fibrik

Retensi hara (nr)KTK liat (cmol) <16 <= 16Kejenuhan basa (%) >35 20-35 <20PH (H2O) 5.5-7.5 5.4-5.5

7.5-7.8< 5.4> 7.8

C-organik (%) >1.2 0.8-1.2 <0.8Toksisitas (xc)Salinitas, dS/m

<6. 6-7 7-8 >8

Sodositas (xn)Alkalinitas, ESP, %

<15 15-20 20-25 >25

Bahaya sulfidik (xs):Kedalaman sulfidik (cm) >100 75-100 40-75 <40Bahaya erosi (eh)Lereng (%) <8 8-16 16-30 >30Bahaya erosi sr R - sd B SbBahaya banjir (fh):Genangan

F0 = F1 >F2

Penyiapan lahan (lp)Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 >40Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 >25Keterangan: Tekstur: h = halus; ah= agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; + : gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral; Bahaya erosi: sr=sagat ringan; r= ringan; sd= sedang; b= berat; sb= sngt berat.

3. MELON (Citrulus vulgaris SHHRAD)

1. Iklim

Page 17: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

17

Tanaman dapat tumbuh pada kondisi kisaran temperatur 16 – 41oC, dan optimumnya 18 -35oC. Curah hujan yang optimum berkisar antara 400 – 700 mm selama masa pertumbuhannya.

2. TanahSolum tanah tebal paling tidak 80 cm, konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase agak cepat hingga baik, tekstur beragam dengan reaksi tanah (pH) berkisar antara 5.0 – 8.2 dan yang optimum antara 5.8 – 7.6.Penurunan hasil dapat terjadi karena salinitas dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai > 2.5 dS/m. Penurunan hasil dapat mencapai 50% kalau DHL mencapai 6.3 dS/m atau ESP mencapai 20%, dan tanaman tidak mampu berproduksi (penurunan hasil 100%) kalau DHL mencapai 10 dS/m.Kehilangan hara (kg/ha/ siklus pertumbuhan) untuk produksi tinggi yaitu:N = 80-100, P2O5 = 55 - 135, K2O = 40 - 95.

Jenis-jenis melon yang dikenal dan dibudidayakan di wilayah Ponorogo adalah:1) Tipe Netted-Melona. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma

relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara 75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.

b. Varietas: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala dan harum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan harum.

2) Tipe Winter-Melona. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah

lambat untuk masak antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untuk disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman hias.

b. Varietas: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan diameter 2,5–7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaan buah halus, buah memanjang antar 35–70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain, ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman hias; (4) Cucumis melo var. chito, ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias.

Page 18: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

18

Persyaratan penggunaan lahan untuk: MELON (Citrulus vulgaris SHHRAD)

Persyaratan penggunaan/ Karakteristik lahanKelas kesesuaian lahan: S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)Temperatur rataan (oC) 22-30 30-32

20-2232-3518-20

<18>35

Ketersediaan air (wa)Curah hujan, mm 400 - 700 700-1000

300-400200- 300

>1000 < 200Kelembaban udara, % 24-80 20-24

80-90<20>90

Ketersediaan oksigen (oa)Drainase Baik – Agk

terhambatAgk cepat Terhambat Sgt trhb- Cepat

Media perakaran (rc)Tekstur s ah H, Ak KBahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50-75 < 50Gambut:Ketebalan (cm( <60 60-140 140-200 >200+ dg sisipan/pengkayaan <140 140-200 200-400 >400Kematangan Saprik+ Saprik

Hemik+HemikFibrik+

Fibrik

Retensi hara (nr)KTK liat (cmol) <16 <= 16Kejenuhan basa (%) > 35 20- 35 < 20PH (H2O) 5.8 -7.6 5.5 –5.8

7.6 - 8.0< 5.5> 8.0

C-organik (%) > 1.2 0.8 – 1.2 <0.8Toksisitas (xc)Salinitas, dS/m

< 4 4 -6 6 - 8 > 8

Sodositas (xn)Alkalinitas, ESP, %

< 15 15-20 20 - 25 > 25

Bahaya sulfidik (xs)Kedalaman sulfidik, cm

> 100 100-75 40 - 75 < 40

Bahaya erosi (eh)Lereng (%) < 8 8-16 16-30 >30Bahaya erosi Sr R - sd b SbBahaya banjir (fh):Genangan

F0 = F1 >F2

Penyiapan lahan (lp)Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 >40Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 >25Keterangan: Tekstur: h = halus; ah= agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; + : gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral; Bahaya erosi: sr=sagat ringan; r= ringan; sd= sedang; b= berat; sb= sngt berat. (Djaenudin dkk., 1991)

Page 19: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

19

Buah melon mengandung serat pangan sebesar 0.7 g serat per 100 g melon. Manfaat serat ini a.l.: (1) Memengaruhi mikroflora usus dan mencegah terbentuknya senyawa karsinogenik (pemicu kanker); (2) Menurunkan kolesterol, sehingga mencegah aterosklerosis dan penyakit jantung; (3) Menyerap banyak air dalam saluran pencernaan, sehingga feses jadi lunak dan mempermudah proses buang air besar; (4) Membantu penurunan berat badan; (5) Mengontrol gula darah, sehingga bermanfaat mencegah diabetes.

Konsumsi buah melon diperkirakan meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan, dan perubahan pola makan masyarakat. Konsumsi melon di Indonesia mencapai 1,34-1,50 kg/kapita/tahun. Melon disukai karena rasanya manis, segar, dengan penampilan yang eksklusif.

Page 20: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

20

4. MANGGA (Mangifera indica)

Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering selama 3 bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan.

Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5.5-7.5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit.

Mangga yang ditanam didataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 m dpl menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada di dataran tinggi.

1. IklimTemperatur berkisar antara 15 - 40oC, dan kisaran optimumnya 22-28oC. Curah

hujan berkisar 750 - 2500 mm/th dengan bulan kering mencapai enam bulan .Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atas yang

buahnya berkualitas ke batang bawah yang struktur akar dan tanamannya kuat). Batang bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yang sudah berumur 9-12 bulan. Setelah penempelan, stump (tanaman hasil okulasi) dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun. Okulasi dilakukan di musim kemarau agar bagian yang ditempel tidak busuk.

Buah mangga dikonsumsi segar

Page 21: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

21

Persyaratan penggunaan lahan untuk: Mangga

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahanKarakteristik lahan S1 S2 S3 NTemperatur (tc)Temperatur rataan (oC) 22 - 28 28-34 34-40 < 15

18 - 22 15 - 18 > 40Ketersediaan air (wa)Curah hujan; mm 1250-1750 1750-2000 2000-2500 >2500 1000-1250 750-1000 <750Kelembaban; % > 42 36 – 42 30-36 < 30Ketersediaan oksigen (oa)Drainase Baik - Agk baik Agk terhambat Terhambat- Agk

cepatSgt trhb- Cepat

Media perakaran (rc)Tekstur Ah; s ak H KBahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55Kedalaman tanah (cm) >100 100-75 50-75 <50Gambut:Ketebalan (cm) < 60 60-140 140-200 >200+ dg sisipan/pengkayaan <140 140-200 200-400 >400Kematangan Saprik+ Saprik Hemik Fibrik Hemik+ Fibrik+Retensi hara (nr)KTK liat (cmol) <16 <= 16Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20PH (H2O) 5.5 - 7.8 5.0 - 5.5

7.8 – 8.0< 5.0> 8.0

7.5 - 8.0 > 8.2C-organik (%) > 1.2 0.8 - 1.2 < 0.8Toksisitas (xc)Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30Bahaya erosi sr b Sb R – sdBahaya banjir (fh):Genangan F0 - - > F1Penyiapan lahan (lp)Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 >40Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 >25

Keterangan: Tekstur: h = halus; ah= agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; + : gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral; Bahaya erosi: sr=sagat ringan; r= ringan; sd= sedang; b= berat; sb= sngt berat.

2. TanahPersyaratan kebutuhan tanah adalah : dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, kedalaman minimum 50 cm, konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase baik, tingkat kesuburan tanah sedang; reaksi tanah (pH ) antara 4.5 - 8.2 dan kisaran optimumnya 5.5-7.8.Penurunan hasil dapat terjadi karena salinitas dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai > 1.0 dS/m. Penurunan hasil dapat mencapai 50% kalau DHL mencapai 6 dS/m atau ESP mencapai 20 %. Tanaman tidak mampu berproduksi (penurunan hasil 100%) kalau DHL mencapai 9 dS/m.

Page 22: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

22

3. HasilKomersial (mangga biasa)= 14 -20 ton /ha atau 38- 340 kg/pohonKomersial (mangga unggul) = 30 - 40 ton /ha atau 271 – 620 kg/pohon

Panen buah mangga dengan sistem tebasan

Bibit mangga Gadung Arumanis

5. PISANG (Musa sp.)

Page 23: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

23

Salah satu sentra pertanaman pisang di Kabupaten Ponorogo adalah wilayah Kecamatan Ngebel dan sekitarnya. Buah pisang merupakan salah satu jenis buah yang sudah sangat populer dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Lokasi Ngebel dan sekitarnya mempunyai agroklimat yang sesuai bagi tanaman pisang untuk mudah tumbuh tanpa mengenal musim dan tahan terhadap perubahan cuaca. Tanaman pisang ini dapat tumbuh dengan subur baik sebagai tanaman sela, batas / pagar di sekitar rumah dan di pekarangan rumah atau kebun. Ada dua kepentingan orang menanam pisang yaitu untuk dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan sendiri dan untuk dijual dalam rangka menambah penghasilan.

 Bermacam-macam jenis pisang dikenal masyarakat, tetapi bila dikelompokkan akan terbagi menjadi empat golongan yaitu :

1. Pisang yang dapat dikonsumsi segar tanpa diolah terlebih dahulu. Jenis pisang ini digolongkan pada pisang buah meja seperti pisang mas, pisang seribu, pisang ambon, pisang hijau, pisang susu, pisang raja dan pisang badak (cavendish).

2. Pisang olahan yaitu pisang yang dapat dikonsumsi setelah diolah terlebih dahulu seperti direbus, dikukus, digoreng atau dibuat produk-produk lain seperti cake dan roti. Yang tergolong pada kelompok ini adalah pisang kepok, pisang nangka, pisang kapas, pisang tanduk, pisang raja uli, pisang kayu dan lain-lainnya.

3. Pisang biji. Jenis pisang ini tidak bisa dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan secara langsung tetapi dapat dikonsumsi bersama-sama dengan bahan makanan lainnnya. Misalnya pisang klutuk untuk pembuatan rujak.

4. Pisang hias, yaitu kelompok jenis pisang yang digunakan sebagai pisang hias pada berbagai keperluan seperti pisang-pisangan yang digunakan untuk tanaman hias, pisang lilin dan pelepah.

Persyaratan tumbuh tanaman

1. IklimTemperatur berkisar antara 18 - 35oC, dan kisaran optimumnya 25-27oC. Curah hujan berkisar 1500 - 2500 mm/th, kisaran optimumnya 1500 - 1800 mm/th.

2. TanahPersyaratan kebutuhan tanah adalah : tanah dalam, konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase agak cepat hingga baik, tingkat kesuburan tanah sedang; tekstur liat, lempung , lempung berpasir, pasir berlempung, debu , lempung liat berdebu, dan lempung berdebu dengan kandungan humus sedang, reaksi tanah (pH ) antara 4.5 - 8.2 dan kisaran optimumnya 5.6-7.5.Penurunan hasil dapat terjadi karena salinitas dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai > 1.0 dS/m. Penurunan hasil dapat mencapai 50% kalau DHL mencapai 5.9 dS/m atau ESP mencapai 15%.. Kehilangan hara (kg/ha/siklus pertumbuhan) untuk produksi tinggi yaitu: N = 17 – 28; P2O5 = 6 – 7; K2O = 56 - 78

3. Hasil Buah dan Manfaatnya

Page 24: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

24

Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara radisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.

Hasil buah pisang Tadah hujan: Produksi pisang yang diusahakan pada berbagai kondisi dan manajemen sbb: Komersial = 30 -35 ton /ha; Rataan petani = 15-25 ton /ha. Budidaya Pisang Irigasi secara komersial dapat menghasilkan buah 40 - 60 ton /ha; Sedangkan hasil rataan petani = 35 -50 ton/ha.

PEMANFAATAN BUAH PISANG  Tanaman pisang dibudidaya untuk diambil buahnya, tetapi bagian-bagian lain dari

tanaman ini mulai dari akar, batang, daun, bunga sampai buah dapat dimanfaatkan. Dilihat dari pohon industri tanaman ini (bagian-bagian tanaman pisang yang dapat dimanfaatkan) dapat dilihat pada bagan berikut :

Page 25: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

25

Page 26: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

26

Persyaratan penggunaan lahan untuk: Pisang

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahanKarakteristik lahan S1 S2 S3 NTemperatur (tc)Temperatur rataan (oC) 25-27 27-30 30-35 <35

22-25 18-22 >18Ketinggian tempat; m dpl < 1200 1200-1500 1500-2000 >2000Ketersediaan air (wa)Curah hujan; mm 1500-2500 1250-1500 1000-1250 <1000 2500-3000 3000-4000 >4000Lamanya masa kering; bl 0-3 3 – 4 4 – 6 > 6Kelembaban; % > 60 50 – 60 30-50 <30Ketersediaan oksigen (oa)Drainase Baik - Agk

terhambatAgk cepat Terhambat Sgt trhb- Cepat

Media perakaran (rc)Tekstur h; s ah ak KBahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55Kedalaman tanah (cm) >75 50-75 50-25 <25Gambut:Ketebalan (cm) <60 60-140 140-200 >200+ dg sisipan/pengkayaan <140 140-200 200-400 >400Kematangan Saprik+ Saprik Hemik Hemik+ Fibrik+ FibrikRetensi hara (nr)KTK liat (cmol) <16 <= 16Kejenuhan basa (%) >50 35-50 <35PH (H2O) 5.6-7.5 5.2 - 5.6 < 5.2

7.5 - 8.0 > 8.2C-organik (%) > 1.5 0.8 - 1.5 < 0.8Toksisitas (xc)Salinitas; dS/m < 2 2 – 4 4 – 6 > 6Sodositas (xn)Alkalinitas; ESP; % < 4 4 – 8 8 – 12 >12Bahaya sulfidik (xs):Kedalaman sulfidik (cm) >100 75-100 40-75 <40Bahaya erosi (eh)Lereng (%) < 8 8-16 16-40 >40Bahaya erosi sr R – sd b SbBahaya banjir (fh):Genangan F0 F1 F2 >F3Penyiapan lahan (lp)Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 >40Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 >25

Keterangan: Tekstur: h = halus; ah= agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; + : gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral. Bahaya erosi: sr=sagat ringan; r= ringan; sd= sedang; b= berat; sb= sngt berat.

Pemeliharaan Tanaman Pisang

Page 27: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

27

1. Penjarangan : Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.

2. Penyiangan : Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.

3. Perempalan : Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.

4. Pemupukan : Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun).

5. Pengairan dan Penyiraman : Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.

6. Pemberian Mulsa : Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.

7. Pemeliharaan Buah : Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.

ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan sekitar 1 ha adalah sebagai berikut:1. Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah:

1. Tahun ke-1 Rp. 5.338.000,- 2. Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,- 3. Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,-

Page 28: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

28

4. Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,- 2. Penerimaan tahun ke I sampai IV *)

1. Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan Rp. 6.000.000,- 2. Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,- 3. Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,- 4. Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-

3. Keuntungan 1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,- 2. Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-

4. Parameter kelayakan usaha 1. Output/Input rasio = 2,150 Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-

Gambaran Peluang Agribisnis

Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat ditemukan di berbagai lokasi di Kabupaten Ponorogo. Di daerah ini, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang semakin besar terutama jenis pisang buah-segar, sekitar 80% dari permintaan total masyarakat. Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%. Pisang biasanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Kondisi tanah dan iklim sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan.

STANDAR PRODUKSI PISANG

1. Ruang Lingkup Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.

2. DiskripsiStandar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.

3. Klasifikasi dan Standar Mutu1. Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80 2. Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam 3. Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam 4. Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0 5. Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0 6. Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus 7. Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas 8. Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas.

Page 29: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

29

Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:1. Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0 2. Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5 3. Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5

Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang meliputi :1. Penentuan Keseragaman Kultivar. : Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah

dari seluruh contoh buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.

2. Penentuan Keseragaman Ukuran Buah. : Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.

3. Penentuan Tingkat Ketuaan. : Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.

4. Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis : Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalh keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.

5. Penentuan Kadar Kotoran .

Pengemasan

Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg. Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang. Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton. Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:

1. Produksi Lokal 2. Nama kultivar pisang 3. Nama perusahaan/ekspotir 4. Berat bersih 5. Berat kotor 6. Identitas pembeli 7. Tanggal panen 8. Saran suhu penyimpanan/pengangkutan.

III. METODE PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN

Page 30: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

30

3.1. Batasan istilah

(1). Sentra PengembanganSentra Pengembangan adalah suatu hamparan komoditas bersekala ekonomi di suatu

wilayah agroekosistem, dimana wilayah terebut dilengkapi dengan sarana-prasarana yang dibutuhkan, kelembagaan, pengolahan / pemasaran, dan sektor lain yang menunjang perkembangan dari sentra komoditas tersebut.

(2). Komoditas AndalanKomoditas andalan adalah sejumlah komoditas yang dapat dibudidayakan

/dikembangkan di suatu wilayah kabupaten berdasarkan analisis kesesuaian agroekologi (tanah dan iklim)

(3). Komoditas UnggulanKomoditas unggulan adalah salah satu komoditas andalan yang paling

menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan di suatu wi-layah yang mempunyai prospek pasar dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan petani dan keluarga serta mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup besar.

(4). Komoditas PenunjuangKomoditas penunjang ialah komoditas-komoditas lain yang dapat dipadukan

pengusahaannya dengan komoditas pokok (unggulan) yang dikembangkan di suatu lokasi/sentra komoditas unggulan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (lahan, tenagakerja, sarana / prasarana) dan peningkatan penda patan petani melalui peningkatan produksi maupun keterpaduan pengusahaannya akan meningkatkan efisiensi/saling memanfaat kan.

(5). AgribisnisAgribisnis merupakan suatu kegiatan penanganan komoditas secara komprehensif

mulai dari hulu sampai hilir (pengadaan dan penyaluran agro-input, proses produksi, pengolahan dan pema saran).

(6). Sekala Ekonomi Agribisnis Komoditas UnggulanSuatu luasan/besaran usahatani komoditas unggulan yang dapat menghasilkan volume

produksi tertentu untuk memenuhi kebutuhan pasar/agroindustri (sekala kecil/sedang/besar) di wilayah agroekosistem tertentu.

3.2. Cakupan Analisis Beberapa aspek yang harus dicakup dalam Pewilayahan Komoditas Pertanian adalah

sbb: (1). Penetapan Lokasi dan Sasaran Jenis UsahaPemilihan lokasi didasarkan atas ketersediaan lahan, kesesuaian lahan serta

agroklimatnya, kesiapan prasarana, ketersediaan tenagakerja serta sumberdaya lain yang membentuk keunggulan lokasi yang bersangkutan. Pemilihan komoditas utama dan penun-jang serta jenis usahanya didasarkan atas potensi menghasilkan keuntungan, potensi

Page 31: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

31

pemasarannya, kesiapan dan penerimaan masyarakat atas jenis usahatani yang akan dikembangkan, serta keselarasan dengan kebijakan pembangunan daerah. Untuk menduga keunggulan wilayah serta komoditas yang akan diplih dilakukan analisis kuantitatif dan kualitatif yang memperhatikan faktor-faktor ekonomi dan sosial.

(2). Penentuan Kegiatan yang DilakukanPenentuan kegiatan yang perlu dilakukan didasarkan atas analisis kondisi saat ini dan

kondisi yang diinginkan, yang dirinci menurut komponen-komponen penting sistem agribisnis, yaitu target grup, ketersediaan dan kesesuaian lahan, dan prasarananya, ketersediaan sarana produksi, kemampuan pengelolaan budidaya, penanganan pasca panen, pemasaran, dukungan prasarana dan kelembagaan. Dari analisis tersebut dapat diketahui upaya dan kegiatan yang diperlukan untuk mewujudkan sentra agribisnis, dalam satuan volume yang jelas. Keseluruhan kegiatan etersebut selanjutnya diuraikan menurut tahapan per tahun, disesuaikan dengan kondisi fisik lokasi, kondisi sosial ekonomi serta tingkat kemampuan masyarakat. Desain lokasi sentra tersebut harus dilengkapi dengan gambar fisiknya untuk mengetahui volume serta lokasi yang tepat atas pembangunan dan kegiatan fisik yang diperlukan.

(3). Rincian Kegiatan Sinergis Lintas Sektoral Tahapan kegiatan tahunan tersebut

selanjutnya diuraikan menurut program/proyek serta institusi yang harus memberikan kontribusi terhadap pembangunan sentra agribisnis. Secara garis besar hal ini dapat disajikan dalam bentuk matriks keterpaduan pengembangan Sentra Agribisnis Komoditas Unggulan. Kegiatannya a.l. meliputi:

(a). Pengembangan BudidayaPengembangan budidaya, baik komoditas unggulan maupun komplementernya,

diidentifikasi menurut volume fisik yang jelas. Garis besar kegiatannya meliputi persiapan lahan dan petani, pelatihan usahatani, penyediaan agroinput, alat pertanian, dan penyelenggaraan penyuluhan, terutama dilaksanakan melalui bagian proyek yang ada di kabupaten terpilih. Pembinaan teknis budidaya, cara memanen dan cara untuk memperta-hankan kualitas produk, perlakuan pasca panen, dilaksanakan oleh bagian proyek yang berada pada Dinas teknis yang terkait.

(b). Pembinaan Pasca Panen dan PemasaranPeningkatan ketrampilan teknis dalam penanganan pasca panen seperti cara

memanen, mengumpulkan dan menyeleksi hasil panen serta peralatan yang diperlukan untuk mempertahnakan kualitas hingga cara pengolahan produk untuk meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan kemampuan pemasaran, khususnya yang menyangkut produk buah-buahan, dilaksanakan melalui program yang dikelola oleh Dinas Kabupaten dan Tingkat I. Untuk melaksanakan pembinaan dengan sarana yang tersedia di wilayah secara lebih optimal maka kerjasama dengna instansi perindustrian dan perdagangan setempat harus dilakukan. Sinergi kegiatan hanya dapat dicapai dengan koordinasi perencanaan dan pembagian tugas yang jelas.

(c). Pembinaan Pengembangan Usaha PertanianKelompok kegiatan yang menyangkut peningkatan kemam puan mengelola usaha dan

melaksanakan kemitraan dengna pedagang, eksportir maupun industri pengolahan pangan

Page 32: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

32

dilaksanakan melalui pembinaan Kelompok Usaha Bersama ke arah Koperasi, pembentukan forum komunikasi, pelaksanaan temu-temu usaha, pelatihan kewira usahaan, dan peningkatan kemampuan BIPP sebagai pusat konsultasi dan pelayanan agribisnis.

(d). Kegiatan Penunjang

(1). Pelayanan Sarana ProduksiLembaga pelayanan ini diperlukan untuk membantu penyediaan sarana produksi dan

peralatan yang dibutuhkan para petani , pedagang dan pengolah untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Pelaytanan ini harus ada untuk menjamin keter sediaan sarana usahatani tepat waktu, jumlah, dan harga yang wajar. Instansi pemerintah setempat harus mampu menciptakan iklim usaha dan memberikan dukungan agar koperasi atau epengusaha dapat emenjalankan fungsinya secara wajar. Diperlukannya rekomendasi berbagai program insentif untuk mendorong tumbuhnya lembaga pelayanan, khususnya untuk lokasi yang terpencil.

(2). Pelayanan informasi teknologi spesifik lokasiDiidentifikasi jenis teknologi spesifik yang diperlukan untuk pembangunan sentra

agribisnis. Pelayanan ini mencakup pemilihan kultivar dengan kualitas tinggi yang secara ekonomis dapat diproduksi di lokasi setempat, teknologi perbanyakan benih, teknologi budidaya, pascapanen, pengolahan primer, sekunder hingga pengepakan buah segar maupun olahannya. Kerjasama peneliti-penyuluh dalam hal alih teknologi kepada petani harus dilaukan secara intensif.

(3). Pelayanan Perlindungan Tanaman Kegiatan perlindungan yang harus mengawali pelaksanaan sentra agribisnis terutama

adalah pengawasan sebagai tindakan preventif serta metode penanggulangan hama dan penyakit yang mungkin mengganggu tanaman atau ternak, serta komoditas pe-nunjangnya. Hal ini sangat epenting untuk mencegah kerugian akibat kegagalan panen atau penurunan

Page 33: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

33

kualitas produk. Pelayanan ini perlu dirinci dengan volume dan jenis kegiatan yang jelas, dialokasikan pada kegiatan yang dikelola Dinas-dinas teknis atau institusi lain.

(4). Pelayanan perbenihan/PembibitanBalai benih di setiap lokasi harus dapat mengalokasikan kegiatan untuk mendukung

pengembangan komoditas unggulan maupun penunjang pada wilayah sentra agribisnis. Kegiatan yang diperukan beragam dan perlu dirinci menurut volume dan jenis. Aspek ini mencakup pengadaan benih induk, benih utama, benih sebar, pengawasan dan sertifikasi benih, serta pembinaan petani penangkar benih, khususnya untuk tanaman, ikan atau ternak unggulan serta komoditas penunjangnya.

(5). Pembinaan PenyuluhanBIPP ditingkatkan kemampuannya agar dapat memberikan kontribusi sesuai dengan

fungsinya, sebagai tempat bertanya, berlatih, berbagi pengalaman antar petani dan tempat pertemuan antara petani, pedagang dan pengelola agroindustri. Untuk itu perlu dipersiapkan SDM serta perangkat keras dan lunak yang memadai untuk menjalankan fungsi pusat pelayanan agribisnis.

(6). PengairanSentra pengembangan agribisnis memerlukan air untuk budidaya , pasca panen, dan

kegiatan penunjang lainnya. Kebutuhan air bersih akan meningkat kalau telah terdapat ekegiatan epengolahan, terutama dalam bentuk industri pangan. Program pengairan yang dikelola oleh instansi pemerintah diminta untuk mengalokasikan kegiatan penyediaan sumber air dan saluran pengairan untuk kawasan sentra ini. Koordinasi dengan instansi terkait sangat penting untuk mengarahkan kegiatan fisik yang tepat pada lokasi yang tepat pula.

(7). TransportasiSarana transportasi sangat vital dalam membangun sentra agribisnis, dengan demikian

program pembangunan sarana transportasi yang dikelola oleh instansi teknis harus menjamin tersedianya prasarana jalan serta fasilitas transportasi yang memadai di kawasan sentra produksi, yang menghubungkannya dengan pusat-pusat pelayanan dan pemasaran.

(8). Sarana dan Prasarana PemasaranSarana dan prasarana pemasaran, seperti tempat penampungan, alat-alat penyimpanan

dengan fasilitas pendingin, alat-alat pengepakan, informasi harga serta fasilitas fisik pasar yang memadai, sangat vital dalam pengembangan snetra agribisnis. Kebutuhan fasilitas ini sangat beragam sesuai dengna komoditas unggulannya.

Page 34: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

34

(9). EnergiEnergi diperlukan antara lain dalam proses budidaya unggas untuk mesin penetas dan

inkubator, serta proses penanganan pasca panen hasil tanaman dan perikanan, terutama untuk alat pengeringan, pengupasan, sortasi, pengolahan, perlakuan pemanasan, pendinginan dan sebagainya. Energi yang dibutuhkan dapat berupa listrik, bahan bakar minyak, gas atau bahan bakar dari limbah tanaman seperti kulit, kayu dan ranting hasil pangkasan.

(10). Lembaga Keuangan/PermodalanTersedianya lembaga keuangan dan permodalan sangat penting bagi para pelaku

usaha agribisnis, sehingga harus diusahakan di lokasi sentra atau loaksi yang sangat mudah dicapai dari kawasan sentra, dengan biaya transportasi dan biaya administrasi yang minimum. Kerjasama antara Pemda dengan instansi terkait diperlukan untuk menyediakan sumber modal yang dapat diakses dengan prosedur yang cepat dan murah.

Lembaga Keuangan Mikro

Page 35: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

35

3.3. Jenis dan Sumber Data dan Informasi

Data dan informasi yang dikumpulkan diarahkan untuk dapat memberikan gambaran tentang tata ruang wilayah DAti II serta per-untukannya untuk pengembangan pertanian. Dari peta kesesuaian lahan yang dihasilkan oleh RePPProT dan PPTA dapat diidentifikasikan kesesuaian lahan etersebut untuk pengembangan komoditas pertanian. Identifikasi komoditas yang dapat diusahakan pada kawasan pertanian tersebut juga penting sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan rencana pengembangan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:a. Menggunakan data sekunder, baik yang berasal dari data RUTR Kabupaten yang telah

dikumpulkan instansi pemerintah daerah setempat maupun yang berasal dari studi-studi lain

b. Peta sistem lahan dari hasil Studi RePPProTc. Peta Kesesuaian Lahan (kalau sudah ada).d. Peta Status lahan/penggunaan lahan dari BPNe. Mengumpulkan data langsung di wilayah melalui instansi/lembaga di kabupaten atau

pengamatan langsung di lapangan.

3.4. Metode Analisis Pengkajian Komoditas

Seleksi Komoditas: Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Dalam penelitian ini seleksi komoditas yang nantinya merupakan alternatif komoditas

yang akan dikembangkan di suatu wilayah dengan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan tertentu. Inventarisasi dilakukan terhadap komoditas yang banyak diusahakan oleh penduduk setempat di wilayah analisis. Seleksi dilakukan terhadap sejumlah komoditas yang terdapat pada sejumlah dokumen, baik yang berasal dari hasil-hasil penelitian . Kriteria yang digunakan sebagai dasar seleksi tertumpu pada segi tekniknya untuk dikembangkan lebih lanjut serta potensi pasarnya baik domestik maupun ekspor, nilai tambah ekonomi bagi petani serta dampaknya terhadap kesempatan kerja. Dari seleksi ini akan didapatkan beberapa komoditas terpilih baik berupa tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, ternak dan perikanan.

Page 36: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

36

Analisis Budidaya dan Pengkajian Kelayakan UsahaUraian tentang profil komoditas yang akan disajikan diusahakan agar pembaca

memperoleh gambaran tentang persyaratan tumbuh, penyebaran komoditas saat ini, teknik budidaya yang cukup memadai dan tingkat kelayakan untuk diusahakan. Untuk beberapa komoditas tertentu juga akan disajikan informasi mengenai industri pengolahan baik dari aspek teknis, investasi maupun prospek pasarnya.

Pengolahan pisang menjadi keripik pisang

Tujuan analisis ini terutama digunakan sebagai masukan guna mengadakan estimasi terhadap dampak pengembangan komoditas yang terutama akan menggunakan tolok ukur penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan petani. Disamping itu informasi yang diperoleh dari profil komoditas diharapkan dapat digunakan sebagai indikator awal tentang kelayakan komoditas yang bersangkutan. Hal ini akan bermanfaat bagi investor , perbankan, para perencana serta pelaksana kebijakan di lapang. Sesuai dengan makna sebuah "profil" maka informasi yang disajikan masih memerlukan penelitian dan pengkajian yang lebih rinci atau lebih dalam lagi dari berbagai segi sebelum dapat digunakan untuk tujuan penerapan di lapangan.

Uraian tentang teknik budidaya meliputi sejak persiapan, pemeliharaan sampai dengan pemungutan hasil. Berdasarkan pada teknologi budidaya yang diterapkan di lapang saat ini, dengan penyesuaian seperti yang dianjurkan oleh lembaga inovasi teknologi . Selain itu pemilihan teknologi terutama didasarkan pada kemampuan produsen , baik dari segi managerial maupun parsialnya. Pertimbanagn yang sama juga berlaku bagi industri pengolahan dengan mempertimbangkan skala yang memadai dan kemungkinan tersedianya bahan baku. Modal usahatani maupun industri pengolahan diasumsikan berasal dari perbankan, sehingga tingkat bunga harus disesuaikan.

Lama analisis keuangan atau finansial yang dilakukan akan bervariasi disesuaikan selama satu siklus umur komoditas dengan sekala usaha tertentu (misalnya luasan satu hektar). Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahanya digunakan beberapa tolok ukur yaitu

Page 37: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

37

pendapatan B/C, NPV atau IRR, khusus untuk tanaman semusim dapat digunakan pendapatan dan R/C.

Strategi Analisis Untuk memudahkan analisis dan evaluasinya, maka penelitian Pewilayahan

Komoditas tanaman Pertanian – Perkebunan - Kehutanan dibagi menjadi tujuh bidang meliputi :

(1). Kesesuaian Lingkungan Hidup Suatu tanaman/ternak/ikan untuk dapat berproduksi secara baik harus hidup dan

tumbuh pada daerah yang memenuhi persyaratan khusus. Di antara masing-masing komoditas tanaman memerlukan persyaratan yang berbeda. Tiga faktor lingkungan tumbuh yang paling berperan dalam pembudidayaan tanaman adalah kualitas tanah (Tanah kapur dan Tanah Vulkanik), Curah hujan (Daerah basah dan Daerah kering) dan Ketinggian tempat (Dataran rendah, Dataran Menengah dan Dataran Tinggi).

(2). Pewilayahan Daerah Penyebaran Kajian wilayah pengembangan secraa makro dilakukan di seluruh wilayah . Setelah

diketahui syarat lingkungan tumbuh komoditas, maka perlu juga ditentukan wilayah yang kondisi lingkungannya memungkinkan untuk dikembangkan. Sehingga sentra produksi yang selama ini hanya terletak pada wilayah tertentu lokasinya dapat diperluas. Ini membuka peluang untuk meningkatkan kesempatan menciptakan lapangan kerja. Di samping itu usaha untuk meningkatkan volume eksport non-migas segera dapat terealisir.

(3). Paket Teknologi Budidaya dan Kondisi Sosio-Teknologi Produktivitas komoditas dapat tercapai dengan baik apabila diupayakan dengan cara

yang benar. Meskipun pemilihan lokasi sudah sesuai dengan syarat lingkungan tumbuh, namun apabila sistem budidaya yang diterapkan tidak tepat, maka produksi tanaman tidak akan sesuai dengan potensi yang ada. Oleh karena itu untuk optimasi produksi diperlukan penerapan teknologi budiaya secara terpadu mulai dari persiapan sampai pasca panen. Usaha-usaha yang dapat ditempuh meliputi, pengolahan tanah, penggunaan benih/bibit bermutu, sistem tanam, pemeliharaan serta pemungutan hasil.

(4). Penanganan Pasca panen dan Industri Pengolahan Hasil bumi yang diperoleh petani, fluktuasi harganya tidak dapat ditentukan dengan

pasti. Ini sangat tergantung kepada daya serap pasar. Pada saat pasar kekurangan stok, harga komoditas pertanian melojak tinggi, namun sewaktu terjadi panen raya, harga akan turun drastis. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan teknologi pasca panen yang mampu mengubah bahan mentah menjadi bahan olah yang tahan lama. Sehingga kontinuitas dan kuantitas barang di pasar dapat diatur.

Page 38: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

38

Rumahtangga pengrajin emping melinjo

(5). Analisis Finansial dan Ekonomi Pertama kali yang mendorong petani melakukan usaha tani adalah tingkat pendapat

(income) yang diperoleh per luasan areal yang diusahakan per satuan waktu. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh, maka minat petani untuk mengusahakan akan semakin tinggi pula. Oleh karena itu penentuan jenis komoditas yang diusahakan akan sangat ditentukan oleh analisis usahataninya. Dengan mengetahui analisis ushatani dengan sendirinya petani akan megusahakannya.

(6). Pemasaran Hasil Disamping analisis usaha tani, faktor lain yang sangat menentukan minat petani untuk

melakukan usahatani adalah masalah pemasaran, terutama yang berkenaan dengan efisiensi pemasaran, peluang pasar, dan perimbangan supply/demand. Meskipun nilai keuntungan yang diperoleh petani tinggi, namun apabila pemasaran hasil sulit dilakukan, maka petanipun akan enggan untuk mengusahakan. Hal ini tentunya dapat diatasi dengan cara menciptakan pasar baru. Ini dapat ditempuh dengan cara memperbaiki kualitas atau mengembangkan komoditas yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri. Dengan demikian masalah pemasaran hasil dapat teratasi.

(7). Analisis kelembagaanTujuan dari analisis ini ialah untuk merekayasa kelem bagaan sosial-ekonomi di

tingkat pedesaan yang mampu menunjang penerapan Konsep Penanganan Sistem Agribisnis. Hasil yang diharapkan ialah rancangan kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi di tingkat pedesaan yang dapat diakses oleh petani dan Kelompok Tani, serta dapat mengakses kelembagaan pada hierarkhi yang lebih tinggi.

Pada setiap tahap pengusahaan (usahatani) komoditas andalan, pemasaran dan pengolahannya diperlukan lembaga sosial-ekonomi sebagai suatu wadah, pola organisasi dan atribut yang dibutuhkan oleh para petani untuk dapat melakukan fungsinya. Lembaga sosial dapat dibedakan dengan organisasi atau seringkali disebut dengan istilah lembaga non-formal dan lembaga formal. Lembaga sosial timbul karena kebutuhan masyarakat, berakar pada norma sosial dan peralatan yang dimiliki oleh masyarakat, sedangkan organisasi pada

Page 39: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

39

umumnya dibentuk dengan tujuan tertentu, dengan kegiatan anggota yang saling mengisi dan tunduk pada aturan-aturan yang dibuat, agar bagian-bagian yang ada dapat berfungsi efektif. Dalam konsep struktur pedesaan progresif, lokalitas usahatani dikemukakan pula sebagai salah satu model yang dapat diterapkan untuk pencapaian tujuan. Beberapa komponen pokok dan penunjang adalah adanya sarana kelembagaan yang menunjang dan pentingnya pendidikan pembangunan bagi petani dalam proses transfer teknologi.

Suatu bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat diperlukan dalam penanganan Sistem Agrikoman sehingga memberikan manfaat dan memungkinkan keterlibatan penuh anggota-anggotanya. Menemukan lembaga- lembaga tradisional yang tumbuh dalam komunitas pedesaan khususnya dalam pengusahaan komoditi andalan, sejak penanaman, pertanahan, pengerahan tenaga kerja, perkreditan, panen dan pengolahan serta pemasaran hasil merupakan langhkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan fungsi kelembagaan tersebut. Selanjutnya, keberhasilan dalam produksi menuntut adanya bentuk-bentuk kelembagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelola sistem pertanian secara lebih efektif dan mampu meningkatkan kesejahteran masyarakat.

Page 40: PEWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN agribisnis dan pasarnya

40

Sebagaimana telah diberlakukan dalam pengelolaan tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan di pedesaan telah diintroduksi pola-pola hubungan pertanian kontrak, BIMAS, dan PIR, yang melibatkan Kelompok Tani, KUD, lembaga penyuluhan, lembaga pengolahan hasil (industri pengolah, dll.) dan lembaga pemasaran. Masing-masing model pengembangan kelembagaan tersebut dalam penerapannya mempunyai kelemahan dan keunggulan.

………. Bersambung !!.......