Upload
ryan-kharisma-loja
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam suatu profesi, perlu adanya norma yang mengatur segala aspek dalam profesi
tersebut. Kode etik profesi ini pada dasarnya mengatur hubungan antara profesional (orang yang
menguasai suatu bidang profesi), dengan klien (pihak yang menggunakan jasa profesional).
Profesional harus memberikan jasa atas keahliannya sebaik-baiknya kepada Klien. Begitu pula
sebaliknya, Klien harus membayar sejumlah penghargaan atas jasa dari Profesional sesuai
dengan kesepakatan. Ada pesan moral dan tanggung jawab bagi yang menjalankan kode etik
profesi ini.
Kode etik profesi tidak bersifat statis. Selalu ada perubahan ke arah yang lebih baik.
Perubahan ini dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Pemerintah atau
organisasi yang terkait, bisa melakukan perubahan dengan konvensi dari seluruh profesional
bidang profesi. Tapi ada kalanya etika profesi dilanggar. Hal ini biasanya dilakukan oleh para
profesional yang kurang baik dalam memberikan jasa pada klien mereka. Sangsi untuk
pelanggaran ini dapat berupa sangsi moral dari masyarakat, atau bisa menjadi hukuman pidana.
Sebagian besar keluhan ketidakpuasan pasien sehingga berdampak tuntutan pasien
terhadap dokter yang bersangkutan dapat berdampak terhadap pelanggaran kode etik. Hal
tersebut disebabkan komunikasi yang kurang terjalin baik antara tim medis dengan pasien dan
keluarga pasien. Pentingnya informed consent bukan hanya sekedar mendapatkan formulir
persetujuan tindakan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarganya tetapi persetujuan
tindakan medik adalah sebuah proses komunikasi intensif untuk mencapai sebuah kesamaan
persepsi tetang dapat tidaknya dilakukan suatu tindakan, pengobatan, perawatan medis. Jika
porses komunikasi intesif ini telah dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara dokter sebagai
pemberi pelayanan dan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan maka hal tersebut
dikukuhkan dalam bentuk pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak,demikian halnya jika bahwa ternyata setelah proses komunikasi ini terjadi dan ternyata
pasien menolak maka dokter wajib untuk menghargai keputusan tersebut dan meminta pasien
untuk menandatangani surat pernyataan menolak tindakan medik . Jadi informed Consent adalah
sebuah proses bukan hanya sekedar mendapatkan tandatangan lembar persetujuan tindakan.
1.2. TUJUAN
1. Membahas terminologi pada scenario
2. Membahas sejarah ilmu kedokteran
3. Membahas menjelaskan etika dan profesionalisme di bidang kedokteran
4. Menjelaskan mengenai informed consent dan rekam medik
5. Menjelaskan permasalahan pada skenario dan penyelesaian dari permasalahan
1.3. MANFAAT
1. Mahasiswa mampu menjelaskan terminologi pada scenario
2. Mahasiswa mampu sejarah ilmu kedokteran
3. Mahasiswa mampu etika dan profesionalisme di bidang kedokteran
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai informed consent dan rekam medik
6. Mahasiswa dapat menjelaskan permasalahan pada skenario dan penyelesaian dari
permasalahan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SKENARIO
KELUARGA PASIEN KECEWA
Dr. A merupakan dokter muda yang energik, mmeskipun masih berusia kurang dari 25
tahun, kwibawaan dan kecerdasannya terlihat nyata diwajahnya. Sehari-hari ia bertugas
dibagian gawat darurat RS X. Dokter A menghadapi pasien yang di diagnosa sebagai
tuberculosis paru berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang (BTA staining
dan Ro Thoraks) yang telah dilakukan. Mengingat kondisi pasien yang sangat lemah,
dokter A menganjurkan pemasangan pipa NGT dan IVFD. Saat pemasangan NGT pasien
merasa tercekik dan sulit bernafas dan terlihat gelisah. Melihat hal itu keluarga pasien
langsung emosional mereka menuding dokter tidak profesional, memasang NGT saja
tidak mampu dan lagi mereka mempertanyakan apakah dokter A telah meminta izin pada
keluarga untuk memasnag NGT? Dengan marah-marah mereka menyatakan akan
menuntut dokter A. Dokter A merasa dia telah memberikan Informed Consent dan
prosedur rekam medik dengan baik. Apa sebenanrnya yang terjadi antara dokter ini
dengan pasiennya?
2.2. TERMINOLOGI
1. NGT
NGT adalah kependekan dari Naso Gastric Tube. Alat ini adalah alat yang digunakan
untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastic yang dipasang melalui hidung
sampai lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada
seseorang yang tidak mampu untuk mengkomsumsi makanan,cairan dan obat-obatan
secara oral. Digunakan juga untuk mengeluarkan isi lambung.
2. IVFD
Infus disebut juga dengan Intravenous Fluid Drops (IVFD), diartikan sebagai jalur
masuk cairan melalui pembuluh vena.
3. Informed consent
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tujuan Informed
Consent adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta memberi perlindungan
hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif.
2.3. Permasalahan
1. Mengapa Dokter A memasang NGT tanpa minta izin dengan keluarga pasien??
2. Apa tujuan dipasang NGT ??
3. Bagaimana cara meminta izin tindakan dengan keluarga pasien?
4. Kepada siapa izin tindakan diminta oleh dokter?
Jawab :
1. Sesuai pada skenario, menurut dokter A sudah meminta izin pada keluarga untuk
melakukan pemasangan NGT, melihat kondisi pasien yang lemah dokter A
berinisiatif untuk memasang NGT.
2. Tujuan pemasangan NGT :
a. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami
kesulitan menelan.
b. Mencegah terjadinya alergi ensophagus/lambung pada pasien tidak sadar.
c. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau
pendarahan pada lambung
3. Dengan melakukan Inform Consent, memberi informasi dari tujuan tindakan, resiko
tindakan, alternatif lain tindakan, setelah itu memberikan kesempatan pasien untuk
memutuskan, setelah pasien/keluarga menyetujui baru bisa dilakukan tindakan.
4. Dalam melakukan inform consent, keputusan mutlak ada di tangan pasien,tetapi jika
pasien tidak sadar, yang berhak memberi keputusan adalah suami atau istri, orang tua,
kemudian keluarga kandung. Dimana syarat pengambil keputusan harus usia 18 tahun
keatas,dalam kondisi sadar dan tidak mengalami gangguan mental.
2.4. Learning Objective
1. Menjelaskan sejarah ilmu kedokteran
Pada awalnya, sebagian besar kebudayaan dalam masyarakat awal menggunakan
tumbuh-tumbuhan herbal dan hewan untuk tindakan pengobatan. Ini sesuai
dengan kepercayaan magis mereka yakni animisme, sihir, dan dewa-dewi.
Masyarakat animisme percaya bahwa benda mati pun memiliki roh atau
mempunyai hubungan dengan roh leluhur.
Ilmu kedokteran berangsur-angsur berkembang di berbagai tempat terpisah yakni
Mesir kuno, Tiongkok kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia, dan lainnya.
Sekitar tahun 1400-an terjadi sebuah perubahan besar yakni pendekatan ilmu
kedokteran terhadap sains. Hal ini mulai timbul dengan penolakan–karena tidak
sesuai dengan fakta yang ada–terhadap berbagai hal yang dikemukakan oleh
tokoh-tokoh pada masa lalu (bandingkan dengan penolakan Copernicus pada teori
astronomi Ptolomeus. Beberapa tokoh baru seperti Vesalius (seorang ahli
anatomi) membuka jalan penolakan terhadap teori-teori besar kedokteran kuno
seperti teori Galen, Hippokrates, dan Avicenna. Diperkirakan hal ini terjadi akibat
semakin lemahnya kekuatan gereja dalam masyarakat pada masa itu.
Ilmu kedokteran yang seperti dipraktikkan pada masa kini berkembang pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Inggris (oleh William Harvey, abad ke-17),
Jerman (Rudolf Virchow) dan Perancis (Jean-Martin Charcot, Claude Bernard).
Ilmu kedokteran modern, kedokteran "ilmiah" (di mana semua hasil-hasilnya
telah diujicobakan) menggantikan tradisi awal kedokteran Barat, herbalisme,
humorlasime Yunani dan semua teori pra-modern. Pusat perkembangan ilmu
kedokteran berganti ke Britania Raya dan Amerika Serikat pada awal tahun 1900-
an (oleh William Osler, Harvey Cushing).
Kedokteran berdasarkan bukti (evidence-based medicine) adalah tindakan yang
kini dilakukan untuk memberikan cara kerja yang efektif dan menggunakan
metode ilmiah serta informasi sains global yang modern. Kini, ilmu genetika telah
memengaruhi ilmu kedokteran. Hal ini dimulai dengan ditemukannya gen
penyebab berbagai penyakit akibat kelainan genetik,dan perkembangan teknik
biologimolekuler. Ilmu herbalisme berkembang menjadi farmakologi. Masa
modern benar-benar dimulai dengan penemuan Heinrich Hermann Robert Koch
bahwa penyakit disebarkan melalui bakteria (sekitar tahun 1880), yang kemudian
disusul penemuan antibiotik (sekitar tahun 1900-an). Antibiotik yang pertama kali
ditemukan adalah obat Sulfa, yang diturunkan dari anilina. Penanganan terhadap
penyakit infeksi berhasil menurunkan tingkat infeksi pada masyarakat Barat. Oleh
karena itu dimulailah industri obat.
2. Menjelaskan etika dan profesionalisme kedokteran
Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral
kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran,
dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan
banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik
tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi
bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-hari. Tentu saja kita
pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang,
terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan
situasi ideal dalam pendidikan.
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan
etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan cabang, serta
lembaga MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di tingkat pusat, wilayah dan
cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit) didirikan Komite Medis
dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan standar
profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula
Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi).
Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar “hanya” akan
membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik
profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke
bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu
(bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi. Sanksi
tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter
tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran. bentuk-bentuk etika kedokteran antara
lain:
1. Etika Dokter terhadap Sang Khalik:
Seorang Dokter Muslim haruslah benar-benar menyadari bahwa dirinya
adalah hamba Allah semata. Dan betapa tidak berarti dirinya beserta ilmunya
tanpa ijin Allah SAW.
Mengenai etika terhadap Khalik disebutkan bahwa:
Dokter muslim harus meyakini dirinya sebagai khalifah fungsionaris Allah
dalam bidang kesehatan dan kedokteran.
Melaksanakan profesinya karena Allah dan buah Allah
Hanya melakukan pengobatan, penyembuhan adalah Allah
Melaksanakan profesinya dengan iman supaya jangan merugi.
2. Etika Dokter terhadap pasien:
Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia dan
manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter dan
pasien, karena masing-masing mempunyai nilai yang berbeda. Masalah semacam
ini akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja di lingkungan dengan suatu sistem
yang berbeda dengan kebudayaan profesinya.
Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus berjuang
lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat. Dalam hal ini,
seorang Dokter tidak mungkin memaksakan kebudayaan profesi yang selama ini
dianutnya. Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan
bahwa seorang Dokter wajib:
Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan
tubuh orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak sewajarnya, umur si sakit dan
obat yang cocok dengan musim itu, negeri si sakit dan keadaan buminya,iklim
dimana ia sakit, daya penyembuhan obat itu.
Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat
yang dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam mengobati penyakit.
Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang sempurna,
mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatannya, berlaku
lemah lembut, menggunakan cara keagamaan dan sugesti, tahu tugasnya.
3. Etika Dokter terhadap Sejawatnya:
Para Dokter di seluruh dunia mempunyai kewajiban yang sama. Mereka adalah
kawan-kaawn seperjuangan yang merupakan kesatuan aksi dibaawh panji
perikemanusiaan untuk memerangi penyakit, yang merupakan salah satu
pengganggu keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Penemuan dan
pengalaman baru dijadikan milik bersama. Panggilan suci yang menjiwai hidup
dan perbuatan telah mempersatukan mereka menempatkan para Dokter pada suatu
kedudukan yang terhormat dalam masyarakat. Hal-hal tersebut menimbulkan rasa
persaudaraan dan kesediaan tolong-menolong yang senantiasa perlu dipertahankan
dan dikembangkan. Mengenai etika yang bagi Dokter Muslim kepada Sejawatnya
yaitu.
Dokter yang baru menetap di suatu tempat, wajib mengunjungi teman sejawatnya
yang telah berada di situ. Jika di kota yang terdapat banyak praktik dokter, cukup
dengan memberitahukan tentang pembukaan praktiknya kepada teman sejawat
yang berdekatan.
Setiap Dokter menjadi anggota IDI setia dan aktif. Dengan menghadiri
pertemuan-pertemuan yang diadakan.
Setiap Dokter mengunjungi pertemuan klinik bila ada kesempatan. Sehingga
dapat dengan mudah mengikuti perkembangan ilmu teknologi kedokteran.
Sifat-sifat penting lain yang harus dimiliki oleh seorang Dokter Muslim ialah :
Adanya belas kasihan dan cinta kasih terhadap sesama manusia, perasaan sosial
yang ditunjukkan kepada masyarakat.
Harus berbudi luhur, dapat dipercaya oleh pasien, dan memupuk keyakinan
profesional.
Seorang dokter harus dapat dengan tenang melakukan pekerjaannya dan harus
mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri.
Bersikap mandiri dan orisinal karena pengetahuan yang diwarisi secara turun
temurun dari buku-buku masih jauh memadai.
Ia harus mempunyai kepribadian yang kuat, sehingga dapat melakukan
pekerjaanya di dalam keadaan yang serba sulit. Dan tentunya tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan agama.
Seorang dokter muslim dilarang membeda-bedakan antara pasien kaya dan pasien
miskin.
Seorang dokter harus hidup seimbang, tidak berlebih-lebihan, tidak membuang
waktu serta energi dengan menikmati kesenangan dan kenikmatan.
Sebagian besar waktunya harus dicurahkan kepada pasien,
Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit bicara,
Seorang dokter muslim tidak boleh berkecil hati dan harus merasa bangga akan
profesinya karena semua agama menghormati profesi dokter
3. Menjelaskan komunikasi dokter dengan pasien
Dalam hubungan dokter pasien komunikasi adalah sangat penting. Sebab dalam
anamnesis (wawancara tentang keluhan pasien datang ke dokter) perlu komunikasi
yang benar sebab hampir 70% diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis.
Komunikasi tersebut antara lain, yaitu :
Dalam berkomunikasi pasien berusaha menyampaikan pandangan, perasaan
dan harapannya kepada dokter,
Hubungan dokter pasien à komunikasi antar pribadi,
Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan menjadi pemberi
informasi (pembicara) dan penerima informasi (pendengar)
Ketrampilan yang harus dimiliki dokter à mendengarkan (listening),
mengulangi (parroting) dan menyimpulkan (paraphrasing).
Namun terkadang pada komunikasi antar dokter-pasientidak berjalan dengan baik atau
terjadi beberapa hambatan, contoh :
Dokter bersifat otoriter dalam relasi dengan pasiennya
Penggunaan simbol – istilah2 medis yang kadang tidak dimengerti pasien
Pseudo-komunikasi àdimana dokter tetap berkomunikasi meskipun
kenyataannyapasien tidak paham
Dokter berbicara paternalistik dan merendahkan pasien.
Suatu komunikasi dokter – pasien akan melewati 3 tahap, yaitu :
Presentasi dari kesakitan baik verbal & non verbal. Translasi dari kesakitan ke penyakit. Pemberian terapi, baik secara farmakologis maupun non farmakologis.
4. Menjelaskan informed consent
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukan komunikasi yang efektif
antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan
apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Dilihat dari aspek hukum informed
consent bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah
persetujuan sepihak atas ayanan yang ditawarkan.
Suatu informed consent harus meliputi :
1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan penyakitnya.2. Pasien harus diberi tahu hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar
kemungkinan keberhasilannya3. Pasien harus diberi tahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila
penyakit tidak d obati4. Pasien harus diberi tahu mengenai resiko apabila menerima atau menolak terapi
Resiko yang harus di sampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan
5. Menjelaskan rekam medic
Menurut Permenkes No 749a/ Menkes/per/XII /1989 : Rekam medis adalah berkas
yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, basil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana
kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap.
Menurut IDI : sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktitivitas
pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medic / kesehatan kepada
seeorang pasien.
Menurut Edna K Huffman : rekam medis adalah berkas yang menyatakan siapa, apa
, mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana pelayanan yang diperoleh seorang pasien
selama dirawat atau menjalani pengobatan.
Menurut Gemala Hatta : rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang
kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan
saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya
mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Menurut Waters dan Murphy : compendium (ikhtisar) yang berinformasi tentang
keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan.
Rekam medis yang baik adalah :
1. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur secara benar
2. Lengkap, mencakup seluruh kekhususan pasien dan system yang dibutuhkan dalam
analisis hasil ukuran.
3. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan.
4. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir yang diukur.
5. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi.
6. Dapat digunakan untuk kajian, analisis, dan pengambilan keputusan.
7. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan konsisten
penggunaannya di dalam maupun diluar organisasi.
8. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati dan diterapkan.
9. Terjamin kerahasiaannya.
10. Mudah diperoleh melalui system komunkasi antar yang berwenang.
Beberapa kewajiban pokok yang menyangkut isi rekam medis berkaitan dengan aspek
hokum adalah .
1. Segala gejala atau peristiwa yang ditemukan harus dicatat secara akurat dan
langsung.
2. Setiap tindakan yang dilakukan tetapi tidak ditulis, secara yuridis dianggap tidak
dilakukan.
3. Rekam medis harus berisikan fakta dan penilaian klinis.
4. Setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus dicatat dan dibubuhi paraf
5. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca ( juga oleh orang lain )
a. Kesalahan yang diperbuat oleh tenaga kesehatan lain karena salah baca dapat
berakibat fatal.
b. Tulisan yang tidak bisa dibaca, dapat menjadi bumerang bagi si penulis,
apabila rekam medis ini sampai ke pengadilan.
6. Jangan menulis tulisan yang bersifat menuduh atau mengkritik teman sejawat atau
tenaga kesehatan yang lainnya.
7. Jika salah menulis, coretlah dengan satu garis dan diparaf, sehingga yang dicoret
masih bisa dibaca.
8. Jangan melakukan penghapusan, menutup dengan tipe-ex atau mencorat-coret
sehingga tidak bisa dibaca ulang.
9. Bila melakukan koreksi di computer, diberi space untuk perbaikan tanpa
menghapus isi yang salah.
10. Jangan merubah catatan rekam medis dengan cara apapun karena bisa dikenai
pasal penipuan.
Kegunaan rekam medis :
1. Sebagai alat komunikasi antar tenaga kesehatan
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien dirawat.
4. Sebagai bahan unutk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan.
5. Melindungi kepentingan hokum bagi pasien, rumah sakit, dan tenaga kesehatan
6. Menyediakan data untuk penelitian dan pendidikan.
7. Sebagai dasar dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, dipertanggungjawabkan
dan laporan.
Kepemilikan rekam medis :
1. Milik rumah sakit atau tenaga kesehatan :
a. Sebagai penanggungjawab integritas dan kesinambungan pelayanan.
b. Sebagai tanda bukti rumah sakit terhadap segala upaya dalam penyembuhan pasien.
c. Rumah sakit memegang berkas rekam medis asli.
Direktur RS bertanggung jawab atas :
Hilangnya, rusak, atau pemalsuan rekam medis
Penggunaan oleh badan atau orang yang tidak berhak.
2. Milik pasien, pasien memiliki hal legal maupun moral atas isi rekam medis. Rekam
medis adalah milik pasien yang harus dijaga kerahasiaanya.
3. “Milik umum” , pihak ketiga boleh memiliki (asuransi, pengadilan dsb). Semua
informasi yang terkandung dalam rekam medis adalah rahasia oleh karena itu,
pemaparan isi rekam medis harus seijin pasien, kecuali :
Keperluan hokum
Rujukan ke pelayanan lain untuk kepentingan pasien/ keluarganya
Evaluasi pelayanan di institusi sendiri
Riset/ edukasi
Kontrak badan atau organisasi pelayanan.
Nilai informasi yang terdapat dalam rekam medis :
1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan laporan/ catatan yang terdapat dalam
berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi, atau
wawancara dengan pasien. Tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang
tidak berwenang karena menyangkut individu langsung si pasien. Pemberitahuan
kepada pasien. Keluarga pasien harus oleh dokter yang merawat.
2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan identitas pasien : nama, alamat.
Untuk kasus-kasus tertentu tidak boleh disebarluaskan (untuk ketenangan dan
keamanan rumah sakit )
Orang terpandang/ pejabat
Atas permintaan pasien
Buronan
Sumber-sumber yang mengikat :
Peraturan pemerintah No. 10 tahun 1966 tanggal 21 mei 1996 mengenai wajib simpan
rahasia kedokteran bila ada diantara petugas RS membocorkan rahasia pasien dapat
dikenakan sanksi antara lain :
KUHP 1365 sampai dengan 1367 : barang siapa yang sengaja membuka suatu rahasia
yang ia wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannnya, baik yang
sekarang maupun yang dulu, dihukum dengan hukuman selama-lamanya 9 bulan
atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah uang lama.
Rekam medis melindungi 3 unsur :
Rekam medis dapat membantu melindungi minat hukum ( legal interest) pasien,
rumah sakit, dan dokter serta staff rumah sakit bila ketiga belah pihak melengkapi
kewajibannya masing-masing terhadap berkas rekam medis. Dasar hukum rekam
medis di Indonesia :
1. Peraturan pemerintah No.10 Tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran.
2. Peraturan pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan No.034/Birhub/1972 tentang perencanaan dan
pemeliharaan rumah sakit dimana rumah sakit diwajibkan :
a. Mempunyai dan merawat statistic yang up to date
b. Membina rekam medis yang berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 749a/Menkes/Per/XII/89 tentang rekam medis
Persetujuan pasien :
Jenis-jenis persetujuan :
1. Izin langsung ( exspress consente), pasien atau wali segera menyetujui usulan
pengobatan yang ditawarkan dokter atau pihak RS (bisa lisan atau tertulis)
2. Izin secara tidak langsung (implied consente), tindakan pengbatan dilakukan dalam
keadaan darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
3. Persetujuan khusus ( informed consent), pasien wajib mencantumkan pernyataan
bahwa kepadanya telah diberikan penjelasan suatu informasi terhadap apa yang
akan dilakukan oleh tim medis terhadap pasien.
Standar informasi dalam berkas rekam medis :
Rekam medis terdiri dari 2 bagian yaitu identitas dan pemeriksaan klinik. Pemeriksaan
klinik mengisahkan secara kronologis kegiatan pelayanan medis yang diterima
pasien selama berada di rumah sakit. Rekam medis akan berguna nilainya bagi
unsur administratif, hukum, keuangan, riset, edukasi, dan pendokumentasian.
Rekam medis memiliki :
1. Identitas dan formulir persetujuan-persetujuan
2. Riwayat penyakit pasien secara lengkap
3. Laporan pemeriksaan fisik
4. Instruksi diagnostic dan teraupetic dengan tanda tangan dan nama terang tenaga
kesehatan yang berwenang.
5. Observasi, segala laporan observasi termasuk laporan konsultasi.
6. Laporan tindakan dan penemuan, termasuk yang berasal dari penunjang medic,
yaitu lab, radiologi, laporan operasi serta tanda tangan pasien, dokter, dan
sebagainya.
6. Menjlaskan apa yang terjadi dengan dokter dan pasien dalam skenario dan
bagaimana penyelesaian masalahnya
Dalam peranan sosial dokter terdapat sejumlah konflik yang berkaitan dengan peranan tersebut, namun hal itu merupakan bagian dari ketentuan yang harus dilaksanakan pelakunya. Konflik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Konflik antara kepentingan pasien sebagai perorangan dengan kepentingan pasien-pasien kelompok. Masalah ini muncul dalam pembhasan tentang pasien yang sekarat atau akan meninggal.
2. Konflik menyangkut masalah pengelolaan sumberdaya seperti waktu, keahlian dan material untuk setiap pasien. Jika suatu rumah sakit mengalami kekurangan sumberdaya untuk mengobati semua pasien maka dokter harus memilih pasien yang mengalami keadaan kritis dan menanganinya sesuai dengan prosedur yang berlaku dan peralatan yang ada
3. Konflik menyangkut kebutuhan dokter untuk membuat keseimbangan antara kepentingan pasien di masa kini dan kepentingannya di masa depan. Kesulitan yang muncul dalam hal ini seperti yang digambarkan dalam studi Duff dan Hollingshead di New Heaven Connecticut, bahwa pasien yang diagnoisnya tidak dilakukan dengan teliti seringkali diobati dengan mengorbankan seluruh kepentingan masa depan mereka.
4. Konflik menyangkut ketelibatan dokter dalam mmperhatikan kesejahteraan pasien, namun mungkin kurang memperhatikan akibat tindakannya bagi rumah tangga pasien dan kerabatnya.
5. Konflik menyangkut situasi disaat dokter tidak dapat menolong pasien sehingga ia terpaksa berpegang pada pandangan sendiri tentang perannya sebagai penyembuh penyakit. Hal ini bisa terjadi karena dokter kurang memiliki kemampuan teknis untuk mengatasinya atau karena pasien mengharapkan terlalu banyak hal-hal yang berada diluar wewenang dokter
6. Konflik antara kewajibannya untuk menolong pasien dan kewajibannya sebagai seorang petugas medis dari suatu badan atau instansi
7. Konflik antara tanggung jawab dokter terhadap pasiennya dan kariernya sendiri. Masalah ini terdapat pada setiap jenis pekerjaan
8. Konflik antara peranan tertentu dengan peran lainnya misalnya antara peranan seagai dokter, ayah, suami, pemain tennis dan sebagainya. Konflik seperti ini sangat menentukan dalam bidang kedokteran karena sakit dan kematian tidak mengenal malam minggu atau liburan. Dokter mungkin terpaksa menangani keadaan gawat darurat setiap saat.
Menurut masalah yang skenario konfliknya adalah konflik no.4 yaitu Konflik menyangkut keterlibatan dokter dalam mmperhatikan kesejahteraan pasien, mungkin kurang memperhatikan akibat tindakannya bagi rumah tangga pasien dan kerabatnya.penangananya ialah:
1. Dengan cara musyawarah dengan pasien atau keluarga pasien. dokter harus meminta maaf atas kesalahanya
2. Jika dengan jalan musyawarah tidak bisa maka harus di selesaikan dengan jalan MKEK
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral
kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan
memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan
lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics),
sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan
keputusan medis sehari-hari.
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan advokasi, menjamin
keselamatan pasien, menghormati terhadap hak-hak pasien. Kriteria perilaku profesional antara
lain mencakup bertindak sesuai keahlian dan didukung oleh keterampilan, bermoral tinggi,
memegang teguh etika profesi, serta menyadari ketentuan hukum yang membatasi gerak.
Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang
sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib simpan
rahasia kedokteran, profesionalisme, dll. Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik
seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang
telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-
nilai etika.