19
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PNEUMONIA A. KONSEP DASAR I. Pengertian Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan cairan, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveol dan rongga interstisium. (Hood Alsegof, 1995, 20). II. Klasifikasi 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi. - Pneumonia yang di dapat di masyarakat (CAP) disebabkan pneumokokus. - Pneumonia yang dapat di RS (Hospital Acquaired Pneumonia / Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram negatif dan angka kematian lebih tinggi. - Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak. - Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta. 2. Berdasarkan kuman penyebab. - Pneumonia bakterialis / topikal, dapat terjadi pasa semua usia, beberapa kuman tendensi menyerang seseorang yang peka, misal : Klebsiela pada orang alkoholik. Stapilokokus pada infuenza. - Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.

Pneumonia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pneumonia

LAPORAN PENDAHULUAN

(LP)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PNEUMONIA

A. KONSEP DASAR

I. Pengertian

Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan

cairan, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding

alveol dan rongga interstisium. (Hood Alsegof, 1995, 20).

II. Klasifikasi

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi.

- Pneumonia yang di dapat di masyarakat (CAP) disebabkan

pneumokokus.

- Pneumonia yang dapat di RS (Hospital Acquaired Pneumonia /

Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram negatif

dan angka kematian lebih tinggi.

- Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak.

- Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta.

2. Berdasarkan kuman penyebab.

- Pneumonia bakterialis / topikal, dapat terjadi pasa semua usia,

beberapa kuman tendensi menyerang seseorang yang peka, misal :

Klebsiela pada orang alkoholik.

Stapilokokus pada infuenza.

- Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan

disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.

- Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak.

- Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama

pada orang dengan daya tahan lemah dan pengobatannya lebih sulit.

3. Berdasarkan prediksi infeksi.

- Pneumonia lobaris mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan karena

obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses keganasan.

- Bronkopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrat pada paru dan

disebabkan oleh virus atau bakteri.

Page 2: Pneumonia

III. Gejala klinis

1. Gejala klinik tergantung dari penyebab pneumonia.

2. Keluhan utama berupa batuk (80%).

3. Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat).

4. Demam tinggi pada 5 – 10 hari pertama.

5. Sesak nafas (lebih – lebih bila ada komplikasi).

6. Produksi sputum mukoid, purulen, warna seperti karat.

7. Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah.

IV. WOC

Silvia Anderson, 1995

Sistem pertahanan tubuh terganggu

Kuman masuk : - inhalasiaspirasi kumanhematogen

Alveoli

Pekak ronchi

Peningkatan cairan alveolus

Pengembangan paru tidak maksimal

Pola nafas tidak efektifNyeriSesakIntoleransi aktivitasPola makan

Konsolidasi

Strepto kokus pneumonia

Mengisi aveoli bersama sel darah merah, leukost

Reaksi radang

Pada sal. Nafas dan parenkim paru

Terbentuk nekrosis dan abses

Paru padat seperti hati

Meluas keseluruh obus

Radang di bronkioli

Stapilokokus pneumonia

Gg pertukaran gasPanas tinggiIstirahat tidur cemas

Radang pada parenkim

Penyebaran ke peri bronkial

Pneumatosel

Peningkatan sekret batuk

Bersihan jalan nafas

Page 3: Pneumonia

V. Etiologi

Penyebab dari pneumonia adalah :

- Bakteri.

Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. influenza, klebsiela

mycoplasma pneumonia.

- Virus.

Virus adena, virus para influenza, virus influenza.

- Jamur/fungi.

Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes.

- Protozoa.

Pneumokistis karinti.

- Bahan kimia.

Aspirasi makan / susu / isi lambung.

Keracunan hidrokargon (minyak tanah, bensin, dll).

VI. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium.

1. Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat.

2. Pemeriksaan darah, leukositosis, led, kultur darah.

3. Radiologi, abnormalitas yang disebabkan adanya radang atau cairan

ditandai dengan adanya konsolidasi dan kelainan bisa satu lobus atau

lebih dan atau sebagai dari lobus.

VII. Penatalaksanaan

1. Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya.

2. Ekspektoron yang dapat dibantu dengan postural drainase.

3. Rehidrasi yang cukup dan adekuat.

4. Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu.

5. Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat.

6. Isolasi pernafasan sesuai dengan kebutuhan.

7. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.

8. Terapi lain sesuai dengan komplikasi.

VIII. Komplikasi

- Efusi pleura dan emfiema.

- Komplikasi sistemik.

- Hipoksemia.

- Pneumonia kronik.

Page 4: Pneumonia

- Bronkietasis.

B. KONSEP KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah

keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-

masalah klien. Merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta

mengevaluasi hasil tidakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul Efendi,

1995 : 2 – 3).

I. Pengkajian.

a.Pengumpulan data.

1. Identitas klien.

Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman

penyebabnya diantaranya adalah pneumonia bakterialis dapat terjadi

pada semua usia, pneumonia atipikal sering pada anak dan dewasa

muda, dan pneumonia virus sering pada bayi dan anak.

2. Keluhan utama.

Keluhan didahului dengan infeksi saluran pernafasan, kemudian

mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas

ngos.

3. Riwayat kesehatan sekarang.

Pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnese

adalah klien mengeluh mendadak panas tinggi (38C – 41C) disertai

menggigil, kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan

terganggu (takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum

seperti karat dan purulen.

4. Riwayat penyakit dahulu.

Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas,

pada penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat

mendasari timbulnya pneumonia.

5. Riwayat penyakit keluarga.

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan

klien atau asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA

lainnya.

Page 5: Pneumonia

6. Pola-pola kesehatan.

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adanya riwayat merokok yang lama dan penggunaan alkohol

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada pola ini klien biasanya ada yang malas makan namun hal ini

jarang terjadi

c. Pola eliminasi

Klien BAB dan BAK lancar dan tidak ada gangguan

d. Pola istirahat dan tidur

Karena nyeri klien kadang tidak dapat tidur namun hal ini jarang

terjadi

e. Pola aktifitas dan latihan

Aktifitas dan latihan klien tidak mengalami gangguan yang berarti

f. Pola persepsi dan konsep diri

Klien dapat menerima penyakitnya dan berusaha berobat ke dokter

g. Pola sensori dan kognitif

Kadang timbul rasa nyeri akibat inflamasi pada parunya

h. Pola reproduksi seksual

Klien adalah anggota keluarga yang berfungsi sebagai orangtua atau

anak

i. Pola hubungn peran

Klien berhubungan baik dengan teman dan keluarga

j. Pola penanggulangan stres

Klien kadang mengalami stres karena harus rawat inap dirumah sakit

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien percaya bahwa penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan dan klien

masih dapat beribadah kepada Tuhan

7. Pemeriksaan fisik.

Keadaan umum.

Klien pneumonia kondisi umumnya lemah, expresi muka menahan rasa

sakit karena nyeri dada yang menusuk-nusuk.

Sistem integumen.

Pada inspeksi adanya sianisis dan tanda-tanda penurunan turgor kulit.

Sistem respirasi.

Pada pemeriksaan fisik sistem pernafasan akan dijumpai tanda dan

gejala sebagai berikut :

Page 6: Pneumonia

Inseksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

:

:

:

:

- Nafas sesak dan cepat lelah.

- Batuk yang mula-mula non produktif menjadi

produktif.

- Pergerakan pada thorax pada bagian yang sakit

tertinggal.

- Timbul sianosis terutama jika bagian yang terkena

radang cukup luas.

Fremitus vokal (getaran suara) akan meningkat

intensitasnya pada sisi yang sakit (lebih padat).

Pada bagian yang sehat akan terdengar sonor dan bagian

yang sakit akan terdengar redup (nada lebih tinggi

dengan waktu terdengarnya suara lebih singkat).

Didapatkan suara bronkial, suara bisik jelas, kadang-

kadang terdengar suara gesek pleura.

Sistem gastro intestinal.

Pada klien Pneumonia dijumpai adanya konsolidasi abdomen.

Sistem musculus celetal.

Pada klien Pneumoniasering terjadi kelemahan otot yang dapat

mengganggu sistem pernafasan.

8. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan laboratorium.

- Analisa darah

- Analisa urine

:

:

Untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya dan

jumlah leukosit.

Untuk mengetahui peningkatan bilirubin /

penurunan kadar natrium.

Pemeriksaan lain.

- Foto thoraks.

- Pemeriksaan ECG.

- Pemeriksaan gram / kultur sputum.

- Pemeriksaan serogi : kultur virus.

b.Analisa data

Data yang terkumpul pada anamnesa dinalisa atau dikelompok untuk

menentukan masalah klien. Analisa merupakan kegiatan yang meliputi

pengesahan data, pengelompokan data, membandingkan dengan standart /

nilai moral, menentukan kesenjangan, menginterpretasi kesenjangan dan

Page 7: Pneumonia

akhirnya membuat kesimpulan. Hasilnya merupakan, masalah keperawatan

(Nasrul Effendi, 1995 : 25).

II. Diagnosa keperawatan

- Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan pemupukan sekret.

- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler

alveolar (efek inflamasi).

- Gangguan rasa nyaman (nyeri otot) berhubungan dengan peradangan

parenkim paru, akibat batuk yang menetap.

- Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan

peradangan parenkim paru.

- Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan

kurangnya informasi.

(Susan Martin, 1995; 247-251)

Page 8: Pneumonia

NO DATA DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1 DS :

Kx mengatakan

sesak

DO :

- k/u lemah

- pernafasan

cuping

hidung +

- RR 24 x/mnt

- Retraksi otot

nafas

tambahan +

Ketidak efektifan

bersihan jalan nafas

berhubungan dengan

penumpukan sekret pada

jalan nafas.

Tujuan : Jalan nafas kembali

efektif dalam waktu 2 x 24

jam

Kriteria Hasil :

- Klien

menunjukkan perilaku

mencapai bersihan jalan

nafas (mis : batuk efektif

dan mengeluarkan

sekret).

- Frekuensi

pernafasan 16 – 24

x/menit.

- Tidak ada

suara tambahan paru.

a. Kaji

status pernafasan

(kecepatan, kedalaman, serta

pergerakan dada).

b. Auskultas

i adanya suara nafas

tambahan (mis : mengi,

krekels)

c. Ajarkan

pada klien untuk b erlatih

nafas tambahan dalam dan

batuk efektif.

d. Berikan

klien minuman hangat

sedikitnya 2500 cc/hari.

e. Lakukan

vibrasi dan dopping pada

a. Dengan mengkaji status

pernafasan maka akan diketahui

tingkat pernafasan dan adanya

kelainan pada sistem

pernafasan.

b. Bunyi nafas bertambah sering

terdengar pada waktu inspirasi

dan ekspirasi pada respon

terhadap pengumpulan cairan,

sekret kental dan spasme jalan

nafas obstruksi.

c. Pernafasan dalam membatu

expansi paru maximal dan

batuk efektif merupakan

mekanisme pembersihan silla.

d. Cairan terutama yang hangat

membantu di dalam

Page 9: Pneumonia

punggung.

f. Kolabora

si dengan tim dokter dalam

pemberian, terapi oksigen,

nebulizer, suction juga

pemberian expectorant dan

broncodilatos.

mengencerkan sekret

(bronkadilator).

e. Untuk membantu

mengeluarkan sekret pada jalan

nafas.

f. Terapi O2 diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan oksigen

pada klien dan bronchadilator

dan expectorani membantu

mengurangi spasme pada

bronchus sehingga pengeluaran

sekret menjadi lancar.

2 DS: kx

mengatakan

nyeri dibagian

dada

DO:

- Kx

Gangguan rasa nyaman

(nyeri) berhubungan

dengan peradangan

parenkim paru.

Tujuan

Nyeri berkurang, hilang dalam

waktu 1 x 24 jam.

Kriteria Hasil :

- Klien mengatakan nyeri

berkurang.

- Ekspresi wajah dan gerakan

a. Kaji

status nyeri (tipe, lokasi,

skala serta perubahan

intensitasnya).

b. Jelaskan sebab terjadinya

nyeri.

c. Anjurkan pada klien untuk

a. Dengan

mengkaji dapat

mengidentifikasikan masala

yang timbul untuk

menentukan intervensi

selanjutnya.

b. Nyeri disebabkan

Page 10: Pneumonia

menyeringai

- Kx

memegangi

daerah yang

nyeri

tubuh relaks.

- Klien dapat

mendemonstrasikan teknik

relaksasi.

Pola pernafasan mengalami

peningkatan.

menahan dada saat batuk.

d. Berikan tindakan rutin

untuk memberikan rasa

nyaman, misalnya dengan

distraksi, stimulasi dan

latihan relaksasi otot

pernafasan, musik yang

disukai atau bercakap-

cakap.

e. Monitor tanda-tanda vital

(tensi, suhu, nadi dan

pernafasan).

f. Berikan lingkungan yang

nyaman dan tenang,

misalnya dengan

pencahayaan temaram,

batasi pengunjung.

g. Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesik

dan atutusif jika diperlukan.

peradangan pada paru.

c. Untuk membantu

mengurangi gangguan dada

serta untuk mengetahui

keefektifan batuk.

d. Teknik relaksasi dapat

menekan sistem pusat syaraf,

sehingga nyeri dapat

dikurangi.

e. Perubahan pada nadi dan

tensi mungkin menunjukkan

klien mengalami nyeri.

f. Lingkungan yang nyaman

diharapkan klien lebih

tenang sehingga dapat

mengurangi nyeri.

g. Alternatif untuk mengurangi

batuk dan memberikan rasa

nyaman karena nyeri dapat

Page 11: Pneumonia

berkurang.

Page 12: Pneumonia

. DAFTAR PUSTAKA

- Alsagaff Hood. (1995), Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University

Press, Surabaya.

- Engran Barbara (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

- Lab / UPF (1994), Ilmu Penyakit Paru, Pedoman Diagnosa dan Terapi, RSUD Dr.

Soetomo Surabaya

- Lismidar H, dkk, (1993), Proses Keperawatan, Universitas Indonesia Press,

Jakarta.

- Marllyn E. Doengoes, dkk, (1991), Nursing Diagnosa in Planning Patient Care

Isecond Edition, Philadelphia.

- Nasrul Effendy, (1995), Proses Keperawatan. EGC, Jakarta.

- Soeparman, (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi 3, Balai Pustaka FKUI,

Jakarta.

- Susan Martin Tuker, (1996), Proses Keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi, EGC,

Jakarta.

- Sylvia Anderson (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, Edisi II,

EGC, Jakarta.

Page 13: Pneumonia