Upload
lamtu
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
POLA KOMUNIKASI DALAM MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN
PERKAWINAN DENGAN BEDA AGAMA
(Studi Kasus Tentang Pola Komunikasi Dalam Mempertahankan Hubungan
Perkawinan Dengan Beda Agama Di Kecamatan Banjarsari
Kota Surakarta Tahun 2012)
Disusun Oleh:
DESMANITA SAPUTRI
D 1208541
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Segala perkaraku ku serahkan padaNya dan segala kuatirku ku taruh dikakiNya (1 Petrus 5:7)
Mujizat pasti terjadi karena semua akan indah pada waktuNya
The miracle is not that we do this work, but that we are happy to do it. -
Mother Teresa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini khusus dipersembahkan untuk :
My Saviour, My Lord Jesus Christ
Kedua orangtuaku
Keluarga besarku
My man, Immanuel Hariyoga
Semua sahabat-sahabatku...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus, yang telah memberikan kasih dan berkat-
Nya, karena atas kehendak-Nya, skripsi dengan judul POLA KOMUNIKASI
DALAM MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN PERKAWINAN DENGAN BEDA
AGAMA (Studi Kasus Tentang Pola Komunikasi Dalam Mempertahankan
Hubungan Perkawinan Dengan Beda Agama Di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta Tahun 2012) terselesaikan.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan
pada kesempatan kali ini penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si. selaku pembimbing I dan sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah memberi dukungan, nasehat dan
bimbingannya dalam penulisan skripsi.
3. Drs. Aryanto Budhy S, M.Si selaku pembimbing II yang selalu berkenan
memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi.
4. Kelima pasangan suami istri beda agama yang berdomisili di Kecamatan
Banjarsari, yang telah memberikan informasi mendalam sehingga Penulis dapat
menyeleseaikan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh staff administratif Kecamatan Banjarsari, yang telah memberikan
bantuan sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dan mendukung dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari akan kurang sempurnanya skripsi ini, namun penulis
berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak lain.
Surakarta, November 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
ABSTRAKSI ........................................................................................................ xi
ABSTRACT ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Landasan Teori .............................................................................. 6
1. Tinjauan Tentang Komunikasi ................................................. 6
2. Komunikasi Interpersonal ....................................................... 16
3. Pengertian Komunikasi Keluarga ........................................... 18
4. Pola Komunikasi Keluarga ..................................................... 19
5. Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Beda Agama dalam
Memelihara Hubungan ............................................................ 26
6. Kerangka Berpikir ................................................................... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
F. Definisi Konseptual ....................................................................... 29
G. Metode Penelitian ......................................................................... 31
1. Jenis Penelitian ........................................................................ 31
2. Sumber Data ............................................................................ 32
3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 32
4. Validitas Data .......................................................................... 33
5. Teknik Analisis Data ............................................................... 35
BAB II GAMBARAN UMUM NARASUMBER PENELITIAN ................... 37
A. Identitas Narasumber ..................................................................... 37
B. Karakteristik Kehidupan Keluarga Narasumber ........................... 43
C. Karakteristik Narasumber Berdasarkan Kehidupan Sosial ........... 48
D. Karakteristik Narasumber Berdasarkan Kondisi Perekonomian ... 48
E. Karakteristik Narasumber Berdasarkan Budaya ........................... 48
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 50
1. Pola Komunikasi yang Dilakukan Oleh Pasangan Suami-Istri
Beda Agama Dalam Mempertahankan Hubungan
Perkawinannya ........................................................................ 50
B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 73
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 78
A. Kesimpulan .................................................................................. 78
B. Saran ............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Komunikasi Model Lasswell ................................................... 10
Gambar 1.2 Proses Komunikasi .............................................. .................... 15
Gambar 1.3 Skema Kerangka Berpikir ............................................ ........... 29
Gambar 1.4 Analisis Data Model Interaktif Dari Miles Dan Huberman .... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRAK
Desmanita Saputri, D1208541, POLA KOMUNIKASI DALAMMEMPERTAHANKAN HUBUNGAN PERKAWINAN DENGAN BEDAAGAMA (Studi Kasus Tentang Pola Komunikasi Dalam MempertahankanHubungan Perkawinan Dengan Beda Agama Di Kecamatan Banjarsari KotaSurakarta Tahun 2012). Skripsi (S-1), Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukanoleh pasangan suami-istri beda agama dalam mempertahankan hubunganperkawinannya. Landasan teori yang digunakan untuk penelitian ini adalahkomunikasi interpersonal. Dimana pola komunikasi merupakan komunikasi yangterjadi antara komunikator dengan komunikan dalam keadaan ajeg dan berlangsungsecara terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, sumber datamenggunakan informan atau narasumber. Subyek penelitian ini sebanyak 5 (lima)pasang suami istri yang menikah beda agama. Teknik pengumpulan datamenggunakan wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan datatriangulation dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data untukmengumpulkan data yang sama. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif(model saling terjalin).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang dilakukanoleh pasangan suami-istri beda agama dalam mempertahankan hubunganperkawinannya dilakukan dengan komunikasi yang lebih intens secara tatap muka(face to face), dan memakai cara-cara memelihara hubungan, antara lain : salingmencintai, menjaga tolerasi antar kedua pasangan serta tidak mempermasalahkankepercayaan atau agama masing-masing pasangannya ketika terjadi permasalahandalam keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRACT
Desmanita Saputri, D1208541, COMMUNICATION PATTERNS INMAINTAINING RELATIONSHIPS WITH DIFFERENT RELIGIOUSMARRIAGE (Case Studies About Pattern Communication Maintaining MaritalRelationships With Religious Differences In Banjarsari District of Surakarta Year2012). Thesis (S-1), Department of Communication Studies Faculty of Social andPolitical Science, University of March Surakarta, September 2012.
This study aimed to determine the pattern of communication made by couplesof different religions in defending marriage relationship. The foundation of thetheory used for this study is interpersonal communication. Where is thecommunication patterns of communication that occurs between the communicatorand the communicant in the steady-state continues over time so that it becomes ahabit
This research is a qualitative descriptive study, data sources using an informantor informants. The subject of this study were five (5) pairs of husband and wife whomarried the religious difference. Techniques of data collection are using interviewsand documentation. The validity of the data using data triangulation whereresearchers used several data sources to collect the similar data. Data analysistechniques using interactive analysis (intertwined model).
From the results of this study concluded that the patterns of communicationmade by couples in interfaith marriages performed maintaining relationships with amore intense face to face communication, and using the ways to maintainrelationships, among other things: love, maintain tolerance between the two couplesand are not concerned about religious beliefs or their respective spouses in the eventof problems in the family.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya setiap orang menginginkan pasangan hidup yang
seagama. Bukan sengaja membeda-bedakan atau mendirikan dinding pemisah
antara agama yang satu dengan agama yang lain, namun diharapkan membangun
keluarga berdasarkan satu prinsip tentunya diharapkan akan lebih mudah dan
permasalahan perbedaan agama tidak perlu muncul dalam rumah tangga. Namun
tidak sedikit pula pasangan yang akan melakukan pernikahan dengan perbedaan
keyakinannya, hal itu dapat dimungkinkan karena adanya pergaulan antar
manusia yang tiada batas. Dengan alasan tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa
pernikahan antar agama, menjadi hal yang semakin umum di lingkungan
masyarakat.
Seperti telah diketahui bersama bahwa di Indonesia diakui lebih dari 1
(satu) agama, sehingga tidak menutup kemungkinan calon pasangan yang akan
melangsungkan perkawinan berbeda dalam hal agamanya. Fenomena perkawinan
dengan berbeda agama banyak dijumpai di lingkungan masyarakat. Negara
Indonesia memang masih melarang pernikahan beda agama, tetapi dewasa ini
pernikahan beda agama makin marak dilakukan.
Meskipun banyak kasus perkawinan beda agama pada akhirnya
berujung pada sebuah perceraian, namun tidak selalu sebuah hubungan yang
dijalani oleh setiap pasangan terutama pasangan berbeda agama akan berujung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
juga pada perceraian. Untuk itu diperlukan pola komunikasi dalam
mempertahankan hubungan perkawinannya.
Komunikasi yang baik menjadi hal yang sangat penting yang harus
dilakukan dalam sebuah hubungan, untuk menghindari terjadinya kesalah
pahaman antara kedua belah pihak. Sedikit terjadinya kesalahpahaman yang
dilalui, akan mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam suatu hubungan tersebut.
Untuk itu diperlukan adanya teknik komunikasi yang efektif. Berkomunikasi
efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki
pengertian yang sama tentang suatu pesan.
Begitu juga dalam hubungan membina hubungan dalam keluarga,
diperlukan adanya komunikasi yang efektif, misalnya diperlukan adanya rasa
penuh dengan toleransi, saling pengertian, saling menyayangi dan mengasihi
antara sesama pasangan. Landasan yang paling kuat dalam membina hubungan
ini adalah kasih yang ada pada diri kedua pasangan, dengan adanya kasih sayang
ini memungkinkan keduanya akan saling mengasihi dan menyayangi, saling
pengertian dan tenggang rasa, sehingga hubungan suami istri dapat terjaga dan
terhindar dari segala macam godaan dan rintangan.
Dengan adanya pola komunikasi yang efektif pada hubungan suami istri
beda agama, akan tercipta saling terbuka akan persoalan dan permasalahan yang
ada pada diri masing-masing pasangan. Dengan komunikasi yang terbuka,
diharapkan segala persoalan dapat diantisipasi dan di cari jalan keluarnya.
Adanya komunikasi yang terbuka, juga diharapkan tidak ada kebohongan yang di
simpan, sehingga masing-masing mengetahui kekurangan dan kelebihannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Untuk menyelaraskan tugas-tugas antar anggota keluarga tersebut,
diperlukan komunikasi antara anggota yang satu dengan yang lain. Coba
bayangkan, apa yang akan terjadi bila antar anggota keluarga yang satu dengan
yang lain tidak pernah terjalin komunikasi? Betapa tidak nyamannya hidup
diantara keluarga yang datar seperti itu.
Dalam kehidupan rumah tangga, komunikasi merupakan faktor penting
dalam membina hubungan rumah tangga. Seorang istri harus mengerti cara
berkomunikasi dengan suami, begitu pun sebaliknya. Komunikasi dalam rumah
tangga tak hanya saat berbicara empat mata atau saat berkumpul dengan
keluarga, pakaian dan parfum yang dipakai pun merupakan salah satu bentuk
komunikasi, hal tersebut bisa menjadi pesan bagi sang suami, selain itu
pasangannya pun harus pandai dalam menangkap dan menerjemahkan pesan
yang diberikan.
Komunikasi dalam keluarga memiliki peran yang sangat penting.
Komunikasi mempengaruhi keharmonisan keluarga. Keluarga yang harmonis dan
antara satu yang lainnya akrab, sudah pasti memiliki komunikasi yang lancar.
Sebaliknya, ada pula keluarga yang selalu terlihat tegang atau kurang harmonis.
Dan setelah diteliti, ternyata diantara mereka tidak terjalin komunikasi yang baik.
Seperti diketahui, tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena
kurang memperhatikan faktor komunikasi. Hal ini terjadi karena seringkali dalam
awal berumah-tangga, banyak pasangan yang sering mengalami perselisihan dan
banyak pula dari pasangan yang baru menikah merasa belum siap untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mengarungi hidup berumah-tangga, hal tersebut dinamakan “Culture Shock”
atau adaptasi budaya.
Untuk mencegah terjadinya culture shock seharusnya dari awal sudah
dibicarakan terlebih dahulu apakah kedua pasangan tersebut sudah siap dan
dibicarakan pula tujuan yang ingin dicapai nantinya. Dalam proses ini, semua hal
yang berhubungan dengan segala persiapan sebelum menikah dibahas tuntas,
sehingga terjalin komunikasi sebelum menikah. Kedua pasangan pun perlu
mengenali lingkungan keluarganya, karena pernikahan bukan hanya menyatukan
dua kepribadian, tetapi juga menyatukan dua keluarga. Selain itu juga harus
mempelajari culture keluarganya, dan kedua pasangannya pun harus saling
terbuka sehingga dapat mengurangi terjadinya salah paham.
Jadi, komunikasi tidak hanya dilakukan saat sedang serius ataupun
santai tetapi juga dapat dilakukan dengan berolahraga bersama ataupun saat
sedang berjalan-jalan dengan pasangan dan anak. Hal tersebut merupakan salah
satu cara yang dapat menjaga komunikasi dalam keluarga.
Komunikasi, adalah salah satu aspek yang mendukung dalam kehidupan
kita, sehingga kita menjadi tahu sangat pentingnya komunikasi. Banyak masalah
yang timbul sebagai akibat kurang mampunya seseorang dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Perselisihan, konflik, perbedaan pendapat semua dapat timbul
karena kurangnya komunikasi. Terkadang banyak orang yang berbicara tentang
komunikasi tetapi tidak mengerti tentang komunikasi itu sendiri.
Tidak mudah untuk pasangan suami istri yang berbeda agama untuk
memelihara komunikasi interpersonal mereka. Tetapi jika mereka mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
cara-cara untuk memelihara hubungan mereka maka mereka akan bisa
mempertahankan pernikahan mereka, yaitu saling terbuka, jujur satu sama lain,
saling mengerti maupun saling mengisi satu sama lain dan menikmati hubungan
yang ada, maka kelangsungan perkawinan beda agama akan langgeng.
Peneliti memilih kecamatan Banjarsari sebagai lokasi domisili objek
narasumber karena peneliti memiliki asumsi bahwa pasangan suami istri yang
melakukan perkawinan dengan perbedaan agama, dianggap harmonis hubungan
perkawinannya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : ”POLA KOMUNIKASI DALAM
MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN PERKAWINAN DENGAN BEDA
AGAMA (Studi Kasus Tentang Pola Komunikasi Dalam Mempertahankan
Hubungan Perkawinan Dengan Beda Agama Di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta Tahun 2012)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah :
Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan oleh pasangan suami-istri
beda agama dalam mempertahankan hubungan perkawinannya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : mengetahui
pola komunikasi yang dilakukan oleh pasangan suami-istri beda agama dalam
mempertahankan hubungan perkawinannya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:
1. Manfaat akademisnya adalah memperkaya khasanah Ilmu Komunikasi
melalui komunikasi interpersonal pasangan suami istri beda agama dalam
memelihara hubungan.
2. Manfaat praktisnya adalah dapat menerapkan aspek teoritis dalam kehidupan
praktis pasangan suami istri yang berbeda agama.
E. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu topik yang sering diperbincangkan,
bukan hanya dikalangan ilmuwan komunikasi, melainkan juga dikalangan
awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti
yang berlainan.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
berasal dari kata latin communis yang berarti sama, sama disini
maksudnya adalah sama makna, jadi, jika dua orang terlibat
dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau
berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim
sepaham dari suatu pesan tertentu.1
1 Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, Hal. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pengertian komunikasi secara etimologis diatas adalah bahwa
komunikasi minimal harus mangandung kesamaan makna antara dua
pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak
hanya informative, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham
atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan.
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi
yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human
communication) bahwa:
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1)
membangun hubungan antar sesame manusia (2) melalui
pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah
laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah
laku itu.2
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara
lain: 1) Menciptakan suasana yang menguntungkan, 2)
menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti, 3)
pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat
di pihak komunikan, 4) Pesan dapat menggugah kepentingan
dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya. 5) Pesan
dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak
komunikan.3
Menurut Carl. I. Hovland memperluas pengertian komunikasi
dengan tujuan perubahan perilaku, ini berarti bahwa komunikasi bukan
sekedar memberi tahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar
seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang di
inginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah
sikap pendapat atau perilaku orang lain apabila komunikasinya bersifat
2 Cangara, Hafid, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo, Persada, Hal.
18-19. 3 Susanto, 1994, Filsafat Komunikasi. Bandung : Bina Cipta, Hal. 26.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
komunikatif, yakni pesan-pesan yang disampaikan tidak hanya dimengerti
oleh komunikator tetapi juga dimengerti oleh komunikan untuk mencapai
suatu komunikasi yang bersifat komunikatif, maka seseorang
komunikator harus mengetahui dahulu kerangka berfikir (Frame Of
Reference) dan pengalaman (Field Of Experience) calon komunikan.
Mengenai tujuan komunikasi R. Wayne Pace, Brent. D. Peterson
dan M. Dallas Burnett mengatakan bahwa: “tujuan sentral dari
komunikasi meliputi tiga hal utama, yakni: To Secure
Understanding (memastikan pemahaman), To Establish
Acceptance (membina penerimaan), To Motivate Action
(motivasi kegiatan)”.4
Untuk membantu agar komunikasi dapat berjalan efektif, ada
beberapa ketentuan untuk memudahkannya. Hal ini merupakan
persyaratan dasar dalam berkomunikasi, yaitu:
1) Kemampuan mengamati dan menganalisis persoalan;
2) Kemampuan menarik perhatian;
3) Kemampuan mempengaruhi pendapat;
4) Kemampuan menjalin hubungan dan suasana saling mempercayai.5
Jadi pertama-tama harus diperhatikan bahwa komunikan
memahami pesan-pesan komunikasi, apabila komunikan memahami
berarti adanya kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan,
karena tidak mungkin memahami sesuatu tanpa terlebih dahulu adanya
kesamaan makna (Communis). Jika komunikan memahami dapat
diartikan menerima, maka penerimanya itu perlu dibina, selanjutnya
komunikan dimotivasi untuk melakukan suatu kegiatan. Uraian tersebut
jelas, bahwa pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian
4 Effendy, 1986, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Hal. 63
5 Rumanti, Asssumpta Maria, 2005, Dasar-Dasar Public Relatios, Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Grasndo, Hal. 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau
untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, baik secara
langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media.
Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian
pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan
itu bias berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dalam prosesnya
Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen komunikasi,
yaitu sebagai berikut:
1) Sumber (Source)
2) Komunikator (Encoder)
3) Pesan (Message)
4) Komunikan (Decoder)
5) Tujuan (Destination).6
Unsur- unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor
penting dalam komunikasi; bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para
ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus.
Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Komunikasi Verbal Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangannya
bicara kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja.
yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan
dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
suatu sistem kode verbal.
2) Komunikasi Nonverbal
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat
yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku
nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam
pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-
sungguh bersifat nonverbal. 7
6 Susanto, Astrid, 1994, Filsafat Komunikasi. Bandung : Bina Cipta, 1988, Hal. 31.
7 Mulyana, Deddy, 2003,. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Hal. 312
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pada tahun 1948 Lasswell memperkenalkan pola komunikasi yang
mengatakan bahwa proses komunikasi meliputi “who says what to whom
in what channel with what effect”, atau “ siapa berkata apa kepada siapa
dengan menggunakan saluran apa serta menimbulkan pengaruh apa”.
Gambar 1.1. Komunikasi Model Laswell 8
Paradigm Lasswell tersebut menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
1) Komunikator (communicator, source,sender)
2) Pesan (message)
3) Media (channel)
4) Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
5) Efek (effect, impact, influence).9
Berdasarkan paradigm Lasswell diatas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
b. Unsur-Unsur Komunikasi
Cangara menyebutkan bahwa komunikasi mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut:
1) Sumber
Adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri, sumber disini
dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen ataupun sejenisnya.
2) Komunikator
Dalam komunikasi setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan
pesan-pesan komunikasi itu sebagai proses, dimana komunikator
dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi
komunikator
8 Cangara , Hafied, 2003, Pengantar ilmu komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal. 42
9 Ibid, Hal. 42.
Who Say What In
Which
Channel
To
whom
With
What
Effect
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Pesan
Adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan ini merupakan inti pesan yang sebenarnya menjadi pengaruh
didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan
4) Channel
Adalah saluran penyampaian pesan, biasa disebut dengan media.
5) Efek
Adalah hasil akhir suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku
orang sesuai atau tidak sesuai yang kita inginkan. Apabila sikap dan
tingkah laku orang lain itu sesuai maka itu berarti komunikasi
berhasil.10
Dari penjelasan tentang unsur-unsur komunikasi diatas terlihat
bahwa komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan
pesan atau informasi, kemudian dilambangkan dengan simbol dan proses
selanjutnya melalui transmisi atau channel dan kemudian pesan akan
sampai kepada si penerima dan terakhir efek yang ditimbulkan telah
terinformasikan.
c. Sifat Komunikasi
Sifat komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy ada beberapa macam,
yaitu sebagai berikut:
1) Tatap muka (face-to-face)
2) Bermedia (mediated)
3) Verbal (verbal)
a) Lisan (oral)
b) Tulisan (written/priated)
4) Nonverbal
a) Gerakan /isyarat badaniah (gestural)
b) Bergambar (pictorial).11
Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim)
dituntut untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapatkan umpan
10
Ibid, Hal. 43. 11
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, Hal. 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
balik (feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari pesan
tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan dengan efektif.
Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara
komunikator dengan komunikan secara langsung, tanpa menggunakan
media apapun kecuali bahasa sebagai lambing atau simbol komunikasi
bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan
nonverbal. Verbal dibagi kedalam dua macam yaitu lisan (oral) dan
tulisan (written/printed). Sementara nonverbal dapat menggunakan
gerakan atau isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan tangan,
mengedipkan mata dan sebagainya, serta menggunakan gambar untuk
mengemukakan idea tau gagasannya.
d. Tujuan Komunikasi
Adapun tujuan dari proses komunikasi adalah:
1) Perubahan sikap
2) Perubahan pendapat
3) Perubahan perilaku
4) Perubahan sosial.12
Suatu proses komunikasi yang langsung mempunyai tujuan. Tujuan yang
dipaparkan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Perubahan sikap, adalah komunikan dapat merubah sikap setelah
dilakukan suatu proses komunikasi.
12
Ibid, Hal. 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Perubahan pendapat, perubahan pendapat dapat terjadi dalam suatu
komunikasi yang tengah dan sudah berlangsung dan tergantung
bagaimana komunikator menyampaikan komunikasinya.
3) Perubahan perilaku, perubahan perilaku dapat terjadi bila dalam suatu
proses komunikasi, apa yang dikemukakan komunikator sesuai
dengan yang disampaikan hal ini tergantung kepada kredibilitas
komunikator itu sendiri.
4) Perubahan sosial, yaitu perubahan yang terjadi dalam tatanan
masyarakat itu sendiri sesuai dengan lingkungan ketika
berlangsungnya komunikasi.
e. Proses Komunikasi
1) Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pesan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa. Gerakan,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu “menerjemahkan” pikiran dan perasaan komunikator kepada
komunikan.13
Dalam proses komunikasi primer menjelaskan bahwa seorang
(komunikator) menyampaikan informasi, gagasan dan idenya kepada
orang lain (komunikan), dengan menggunakan sarana media yang ada
didalam dirinya (internal). Untuk itu diperlukan kemampuan agar
dapat menstransmisikan perasaan dan pikirannya tersebut kepada
orang lain. Kemampuan yang dimaksud adalah bagaimana seorang
13
Ibid, Hal. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
manusia menggunakan dan memadukan bahasa dalam dirinya. Baik
beberapa isyarat seperti menggunakan alat maupun gambar, kemudian
dikemas sedemikian rupa agar orang lain mengerti isi pesan yang
disampaikan oleh komunikator dengan komunikan mempunyai
kesamaan makna dalam menyampaikan pesannya.
2) Proses komunikasi secara sekunder
Pengertian dan komunikasi secara sekunder ini hamper sama
dengan komunikasi secara primer, “proses komunikasi secara
sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang media pertama”.14
Proses komunikasi secara sekunder merupakan penerapan
teknologi yang terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Kegiatan komunikasi dilakukan oleh komunikator dengan
menggunakan media yang berada diluar dari manusia (eksternal), dan
biasanya dilakukan karena komunikan berada lebih jauh dari
komunikator dan jumlahnya relatif banyak media yang biasanya
digunakan yaitu: telepon, internet, majalah, televisi, majalah dan lain
sebagainya.
Sebenarnya media komunikasi yang mutlak dan lebih sering
digunakan adalah bahasa. Namun banyak orang beranggapan bahwa
bahasa hanya merupakan simbol atau lambang saja, dan media kedua
ialah yang difokuskan sebagai media komunikasi. Akan tetapi pada
dasarnya, sebelum menggunakan bahasa untuk menyampaikan pesan.
14
Ibid, Hal. 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Untuk lebih jelas lagi lihat paradigma Lasswell pada gambar
berikut:15
Gambar 1.2.
Proses Komunikasi
Dari gambar diatas dapat penulis simpulkan, agar
komunikasi berjalan dengan efektif maka komunikator merupakan
titik awal berlangsungnya proses komunikasi sebaliknya mengetahui
dengan jelas kepada siapa tujuan dan apa yang diinginkan.
Proses komunikasi kurang lebih berlangsung seperti:
komunikator (pengirim) memberikan pikiran dan gagasan kedalam
sebuah pesan dengan menggunakan media, kemudian disampaikan
kepada komunikan (penerima). Komunikasi menerima pesan tersebut
kemudian muncul suatu pemahaman atau pengiriman, kemudian
komunikan memberikan tanggapan atau respond an memberikan
umpan baliak (feedback) kepada komunikator, sehingga dapat tercapai
apa yang diinginkan oleh komunikator. Namun, komunikasi akan
mengalami hambatan apabila terjadi gangguan (noise) yang tidak
15
Ibid, Hal. 18.
Sender Receiver
Media
Message
e
Decoding Receiver
Response Response
Noise
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
terduga. Dimana komunikan tidak dapat menerima pesan dari
komunikator dengan baik.
2. Komunikasi Interpersonal
a. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antar dua
orang dan dapat berlangsung dengan cara tatap muka atau melalui media.
Pengertian komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication )
menurut Onong Uchjana Effendy yang dikutip dari Joseph A. Devito
sebagai berikut :
“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang atau diantara kelompok kecil orang-orang, dengan
beberapa elemen dan beberapa umpan balik seketika.”.16
Sedangkan menurut Alo Liliweri didalam bukunya menyatakan
bahwa Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara
seorang komunikator dengan seorang komunikan.17
Jenis Komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk
mengubah sikap, pendapat / perilaku manusia berhubung prosesnya yang
dialogis. Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam
percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung.
Proses pengalihan informasi pada komuniaksi antar pribadi
selalu mengandung pengaruh tertentu, proses pengaruh tersebut
merupakan suatu proses yang bersifat psikologis yang pada gilirannya
membentuk proses sosial. Hal ini mengandung arti bahwa, komunikasi
antar pribadi mempunyai keunikan karena selalu dimulai dari proses
16
Ibid, Hal. 60 17
Alo Liliweri, 2002, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Lkis, Hal. 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
hubungan yang bersifat psikologis, dan proses psikologis selalu
mengakibatkan keterpengaruhan.
b. Unsur – unsur Komunikasi Antar Pribadi
Beberapa unsur yang harus dimiliki oleh setiap bentuk komunikasi
termasuk Komunikasi Antar Pribadi antara lain :
1. Kontek
2. Komunikator
3. Komunikan
4. Pesan
5. Saluran
6. Gangguan
7. Umpan Balik
8. Model Proses18
c. Ciri - ciri Komunikasi Antar Pribadi
Menurut Joseph A. De Vito yang di kutip Alo Liliweri menyatakan
bahwa ciri – ciri Komunikasi Antar Pribadi adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan ( Openness )
2. Empati ( Emphaty )
3. Dukungan ( Suportiveness )
4. Perasaan Positif ( Positiveness )
5. Kesamaan ( Equality ) 19
d. Jenis – Jenis Komunikasi Antar Pribadi
Secara teoritis Komunikasi Antar Pribadi diklasifikasikan menjadi dua
jenis menurut sifatnya:
1) Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi diadik adalah Komunikasi Antar Pribadi yang
berlangsung antara dua orang yakni seorang adalah komunikator yang
meyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima
pesan, oleh Karena itu, pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog
18
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, Hal. 6 19
Ibid, Hal. 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan
perhatiannya kepada diri komunikan seorang itu.
2) Komunikasi Triadik (Tryadic Communication)
Komunikasi triadik adalah Komunikasi Antar Pribadi yang pelakunya
terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang
komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka
komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan
perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat
menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan
balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh
terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.20
e. Fungsi Komunikasi Antar Pribadi
Menurut Sutrisna Dewi, fungsi komunikasi antar pribadi yaitu:
1) Untuk meningkatkan hubungan insani ( Human Relations )
2) Menghindari dan mengatasi konflik – konflik pribadi
3) Mengurangi Ketidakpastian
4) Berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.21
f. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi
Menurut Widjaja tujuan dari komunikasi antar pribadi adalah:
1. mengenal diri sendiri dan orang lain
2. mengetahui dunia luar
3. menciptakan dan memelihara hubungan
4. mengubah sikap dan perilaku
5. bermain dan mencari hiburan
6. membantu orang lain.22
3. Pengertian Komunikasi Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan
manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam
interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya,
komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga
merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. 23
20
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, Hal. 62 21
Sutrisna Dewi, 2006, Komunikasi Bisnis, Andi, Yogyakarta, Hal. 12. 22
Widjaja, A.W. 2000, Ilmu Komunikasi, Bina Aksara, Jakarta, Hal. 122. 23
Kurniadi, Oji, 2001, Mediator Jurnal Komunikasi (Volume 2 Nomor 2), Pengaruh Keluarga
Terhadap Prestasi Belajar Anak. Bandung : Universitas Islam, Hal. 271.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi
suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan
memberikan pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah
memprakarsai dan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota
lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan. Terlihat dengan jelas bahwa
dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap
individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat
memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga
lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara
anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.
4. Pola Komunikasi Keluarga
Banyak teori mengenai komunikasi keluarga yang menyatakan
bahwa anggota keluarga menjalankan pola interaksi yang sama secara terus
menerus. Pola ini bisa negatif ataupun positif, tergantung dari sudut pandang
dan akibat yang diterima anggota keluarga. Keluarga membuat persetujuan
mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dikomunikasikan dan
bagaimana isi dari komunikasi itu diinterpretasikan. Keluarga juga
menciptakan peraturan kapan bisa berkomunikasi, seperti tidak boleh bicara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bila orang sedang mencoba tidur, dan sebagainya. Semua peraturan dan nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya dikomunikasikan melalui cara yang sama
secara terus menerus sehingga membentuk suatu pola komunikasi keluarga.
Pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga bisa dinyatakan
langsung ataupun hanya disimpulkan dari tingkah laku dan perlakuan yang
terjadi dalam keluarga tersebut. Keluarga perlu mengembangkan kesadaran
dari pola interaksi yang terjadi dalam keluarganya, apakah pola tersebut
benar-benar diinginkan dan dapat diterima oleh seluruh anggota keluarga,
apakah pola itu membantu dalam menjaga kesehatan dan fungsi dari keluarga
itu sendiri, atau malah merusak keutuhan keluarga. Kesadaran akan pola itu
dapat dibedakan antara keluarga yang sehat dan bahagia dengan keluarga
yang dangkal dan bermasalah.
Hubungan dengan anggota keluarga, menjadi landasan sikap
terhadap orang, benda, dan kehidupan secara umum. Mereka juga meletakkan
landasan bagi pola penyesuaian dan belajar berpikir tentang diri mereka
sebagaimana dilakukan anggota keluarga mereka. Akibatnya mereka belajar
menyesuaikan pada kehidupan atas dasar landasan yang diletakkan ketika
lingkungan untuk sebagian besar terbatas pada rumah.
C. H. Cooley berpendapat bahwa keluarga sebagai kelompok
primer, tiap anggotanya memiliki arti yang khas yang tak dapat
digantikan oleh anggota lain tanpa mengganggu emosi dan relasi di
dalam kelompok”. 24
Anggota-anggota sebuah keluarga, suami isteri dan anak-anaknya
mempunyai status dan peranan masing-masing, sehingga interaksi dan inter-
24
Daryanto, 1984, Pengantar Sosiologi, Bandung : IKIP, Hal. 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
relasi mereka menunjukkan pola yang jelas dan tetap. Status anggota-anggota
keluarga ini sedemikian pentingnya, sehingga bila salah seorang anggota
keluarga keluar dari ikatan atau hubungan keluarga, maka anggota-anggota
yang lain akan merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan dalam hatinya,
di samping itu pola relasi di dalam keluarga itu akan berubah. Tiap anggota
keluarga merupakan kepribadian yang khas dan diperlukan sama oleh
anggota-anggota yang lain.
“Keluarga sebagai kelompok primer bersifat fundamental, karena di
dalam keluarga, individu diterima dalam pola-pola tertentu.
Kelompok primer merupakan persemaian di mana manusia
memperoleh norma-norma, nilai-nilai, dan kepercayaan. Kelompok
primer adalah badan yang melengkapi manusia untuk kehidupan
sosial”.25
Selain itu, kelompok primer bersifat fundamental karena
membentuk titik pusat utama untuk memenuhi kepuasan-kepuasan sosial,
seperti mendapat kasih sayang atau afeksi, keamanan dan kesejahteraan, dan
semuanya itu diwujudkan melalui komunikasi yang dilakukan terus menerus
dan membentuk sebuah pola.
DeVito mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada
umumnya, yaitu :
a. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
b. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
c. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split
Pattern)
d. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern) 26
25
Ibid, Hal. 84. 26
DeVito, Joseph A. 2001. The interpersonal communication book (9th edition). Eddison Wesley
Longman, Inc, Hal. 359.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Keterangan:
a. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi
secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam
keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara
kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan.
Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan
bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona
lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi
pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama.
Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui
intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta
tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang
jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan
keputusan, baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun
yang penting seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak,
membeli rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap
sebagai ancaman. Masalah diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat
tidak dilihat sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai
benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan
persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Bila
model komunikasi dari pola ini digambarkan, anak panah yang
menandakan pesan individual akan sama jumlahnya, yang berarti
komunikasi berjalan secara timbal balik dan seimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam
pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya
masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang
berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk
bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan
memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki
pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak
tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak dianggap
sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri.
Sehingga sebelum konflik terjadi, sudah ditentukan siapa yang
menang atau kalah. Sebagai contoh, bila konflik terjadi dalam hal bisnis,
suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam hal urusan anak,
istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang dirugikan oleh
konflik tersebut karena masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-
sendiri.
c. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap
sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu
orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa
kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan
lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih menarik atau
berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau
berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil
keputusan sendiri. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan
tegas, memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini
dengan bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang
meminta pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi
egonya sendiri atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan
argumennya. Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta pendapat
dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam mengambil
keputusan.
d. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih
bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada
mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah
meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang
terjadi perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan
menang. Dengan jarang terjadi perdebatan itulah maka bila ada konflik
masing-masing tidak tahu bagaimana mencari solusi bersama secara baik-
baik. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat atau
mengugkapkan ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan
menyakiti pihak yang dimonopoli. Pihak yang dimonopoli meminta ijin
dan pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan, seperti
halnya hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan mendapat
kepuasan dengan perannya tersebut dengan cara menyuruh, membimbing,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dan menjaga pihak lain, sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan
lewat pemenuhan kebutuhannya dan dengan tidak membuat keputusan
sendiri sehingga ia tidak akan menanggung konsekuensi dari keputusan
itu sama sekali.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
dalam keluarga dilakukan melalui berbagai pendekatan pola. Menurut Heri
Fitrianto dalam penelitiannya mengenai pola komunikasi dalam keluarga
etnis Minangkabau di perantauan dalam membentuk kemandirian anak
menyampaikan bahwa setiap komunikasi yang terjadi dalam keluarga, selain
bertujuan untuk saling berinteraksi antar anggota keluarga, juga bertujuan
untuk mengajarkan anak-anak dalam keluarga, agar dapat menjadi lebih
mandiri dalam berbagai hal. Hal ini terlihat ketika orangtua mengajari anak-
anaknya sesuatu, misalnya membersihkan kamar, mencuci piring setelah
makan, mandi, mencuci baju dan lain sebagainya. Orangtua mengajari anak-
anaknya dengan bahasa atau dengan menggunakan contoh yang mudah
dimengerti oleh anak-anak. Dengan harapan anak-anak dapat melakukan atau
paling tidak meniru apa yang dicontohkan oleh orangtuanya, tetapi dalam
melakukan hal tersebut orangtua juga menyesuaikan dengan tingkat
kemampuan anak-anak.27
Menurut data sensus perkawinan di seluruh dunia yang dilakukan
oleh US. Census Bureau, orang Indonesia yang termasuk dalam ras
Asian diketahui bahwa rata-rata umur ketika seorang laki-laki
menikah adalah 27 tahun, dan masa-masa konflik adalah 5 tahun
pernikahan yaitu ketika mereka berumur 32 tahun, dan akhirnya
27
Heri Fitrianto, 2010, Pola Komunikasi dalam Keluarga Etnis Minangkabau di Perantauan
dalam Membentuk Kemandirian Anak, Jurnal Program Sarjana Strata Satu Psikologi (S1) Universitas
Gunadarma Depok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
memutuskan berpisah dua tahun kemudian ketika berumur 34 tahun.
Dan saat memutuskan menikah lagi adalah ketika berumur 38 tahun,
jadi ada waktu empat tahun untuk memutuskan menikah lagi. Untuk
perempuan rata-rata usia mereka menikah adalah umur 24 tahun dan
mengalami masa-masa sulit saat pernikahannya berjalan enam
tahun, dan memutuskan berpisah saat berusia 32 tahun. Tetapi
berbeda dengan laki-laki, jika laki-laki memiliki waktu dua tahun
untuk menikah lagi, perempuan malah pada usia 32 tahun sudah
menikah lagi. Jadi beda waktu saat berpisah dan untuk membangun
rumah tangga lagi tidak sampai membutuhkan waktu lama untuk
menikah lagi.28
5. Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Beda Agama dalam Memelihara
Hubungan
Beberapa alasan yang dilakukan untuk pemeliharaan hubungan, di antaranya
adalah:
a. Emotional attachment
Semakin sering masing-masing pasangan memelihara hubungan karena
keduanya saling mencintai satu sama lain dan ingin mempertahankan
hubungannya.
b. Convenience atau kenyamanan
Kesulitan-kesulitan yang ada termasuk menemukan orang lain untuk
hidup bersama, atau partner bisnis yang lain, atau pengawal sosial yang
lain mungkin membuat lebih yakin untuk tetap bersama daripada harus
berpisah.
c. Children atau anak
Pasangan akan tetap bersama karena mereka merasa benar atau salah,
bahwa alasan yang paling menarik adalah anak, atau anak akan merasa di
terima untuk menutupi alasan sebenarnya yaitu keyakinan, keuntungan,
takut hidup sendiri, dan sebagainya.
d. Fear atau ketakutan
Orang-orang biasanya takut dengan apa yang ada di luar dunia, sendirian,
menghadapi orang lain sebagai “single”, atau bahkan membuat hubungan
hanya satu kali dan mungkin memilih untuk memelihara hubungan
mereka sebagai alternative yang lebih baik.
e. Inertia atau kelemahan
Beberapa hubungan dipelihara karena kelemahan, kecenderungan untuk
tubuh diistirahatkan dan tetap beristirahat dan gerakan tubuh untuk tetap
bergerak; jadi perubahan kelihatannya terlalu banyak masalah.
28
Median age at marital event for people 15 years and over by sex, race, and Hispanic, 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
f. Commitment atau komitmen
Banyak orang mempunyai komitmen yang kuat terhadap yang lain atau
terhadap hubungan. 29
Banyak penelitian mengenai bagaimana memelihara komunikasi dalam
membina hubungan rumah tangga, adapun strategi memelihara hubungan di
antaranya adalah:
a. Menghindar
Yang termasuk menghindari pembicaraan atau aktifitas yang dapat
mengubah hubungan.
b. Keseimbangan
Yang melibatkan membalas rasa sayang yang ada dengan saling
membantu dan saling melengkapi karena mendukung level emosional.
c. Secara langsung
Yang melibatkan ketegasan untuk memberitahu seseorang tentang
keinginan untuk tidak mengubah hubungan yang ada.30
Dindia dalam Guerrero menginvestigasi strategi memelihara hubungan yang
dipakai oleh pasangan yang sudah menikah. Guerrero menemukan tiga
strategi umum:
a. Prososial
Yang menunjuk kepada perilaku positif seperti membicarakan tentang
hubungan dan saling mendengarkan satu sama lain.
b. Romantis
Yang terdiri dari perilaku-perilaku yang menyukai, spontanitas, dan
menyenangkan termasuk ekspresi non verbal yang menyenangkan.
c. Antisosial
Yang termasuk perilaku yang memaksa, seperti mencoba untuk
memanipulasi atau mengontrol pasangan.31
29
DeVito, Joseph A. 2001. The interpersonal communication book (9th edition). Eddison Wesley
Longman, Inc, Hal. 285. 30
Frank Ayres, 1983, Theory and Problems of Calculus 2nd ed., McGraw-Hill, New York, Hal.
87. 31
Guerrero, Laura K, dkk, 2007, Close encounters communication in relationship, Sage
Publication, Hal. 32.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6. Kerangka Berpikir
Ketika seseorang untuk membangun sebuah keluarga, pasti
dibutuhkan komunikasi yan baik untuk mengenal pribadi masing-masing.
Karena perbedaan yang ada yaitu sifat, budaya dan keyakinan akan
menghambat proses komunikasi yang ada.
Komunikasi interpersonal merupakan salah satu cara untuk
melancarkan komunikasi yang ada terhadap pasangan beda agama, dan
elemen-elemen komunikasi interpersonal bisa digunakan dalam penyampaian
pesan yang ada, secara verbal dan non verbal, selain itu juga dilihat umpan
balik yang diberikan oleh komunikator kepada komunikan.
Memelihara suatu hubungan dan komunikasi yang ada tidaklah
mudah dan ada beberapa cara yang bisa dipakai oleh pasangan beda agama
dalam memelihara hubungan mereka. Seperti, menyeimbangkan peran dalam
pendidikan anak atau juga saling melengkapi dan menghindari pertengkaran
yang dapat membuat suasana semakin buruk, dan berbagai cara yang dipakai
oleh pasangan beda agama.
Adapun skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 1.3
Skema Kerangka Berpikir
F. Definisi Konseptual
Dalam mengkaji permasalahan dalam penelitian ini, maka lebih dahulu
dikemukakan batasan-batasan yang akan digunakan untuk menghindari
perbedaan persepsi.
1. Pola komunikasi
Pola adalah suatu keadaan yang ajeg dan berlangsung terus menerus;
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai suatu sistem,
cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu.32
Sedangkan pengertian dari
komunikasi adalah sebagai suatu proses penyampaian pesan (berupa
lambang, suara, gambar, dan lain-lain) dari suatu sumber kepada sasaran
(audience) dengan menggunakan saluran tertentu33
. Komunikasi yang efektif
akan terbentuk apabila komunikasi berhasil melahirkan kebersamaan
32
Depdiknas, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga, hal. 242. 33
Tommy Suprapto, 2005, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta: Media Pressindo, hal.3
Perkawinan Beda Agama
Proses Komunikasi
Pola Komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(commonness); kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima
(audience-receiver)-nya34
.
Hal ini berarti pola komunikasi adalah komunikasi yang terjadi antara
komunikator dengan komunikan dalam keadaan ajeg dan berlangsung secara
terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan.
2. Perkawinan Beda Agama
Perkawinan adalah suatu peristiwa, di mana sepasang mempelai
atau sepasang calon suami-isteri dipertemukan secara formal dihadapan
penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin, untuk
kemudian disyahkan secara resmi sebagai suami-isteri dengan upacara dan
ritual-ritual tertentu.35
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.36
Sedangkan beda agama adalah perbedaan kepercayaan
atau keyakinan dalam memeluk suatu agama.
Dengan demikian yang dimaksud perkawinan beda agama, adalah
suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria sebagai suami dengan
seorang wanita sebagai isteri, yang memeluk agama dan kepercayaan yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Sebagai contoh, perkawinan antara pria
yang beragama Islam dengan wanita yang beragama Kristen atau sebaliknya
seorang pria yang beragama Kristen dengan wanita yang beragama Islam.
34
Ibid, hal.5 35
Kartini Kartono, 1992, Patologi Sosial, Jakarta : Raja Grafindo, Hal. 207. 36
Pasal 1 Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Berdasarkan definisi konseptual di atas, maka yang dimaksud
dengan pola komunikasi dalam mempertahankan hubungan perkawinan
dengan perbedaan agama adalah hubungan komunikasi antar suami, istri dan
anak dalam lingkungan keluarga yang berbeda agama yang dilakukan secara
terus menerus, sehingga terbentuk suatu pola atau kebiasaan yang dilakukan
setiap saat atau setiap waktu.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
“Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaraan) secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
tertentu”.37
Sedangkan menurut Sudarman Danim “Penelitian deskriptif
adalah mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat
faktual secara sistematis dan akurat. Penelitian deskrptif dapat pula diartikan
sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual,
situasi atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian”.38
Sedangkan metode kualitatif merupakan “Prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang diamati”.39
37
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2001, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : PT
Bumi Aksara, Hal. 4. 38
Sudarman Danim, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV. Pustaka Setia, Hal. 41. 39
Moleong, Lexy J. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.
Rosdakarya,Hal. 78.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara,
dokumentasi dan observasi dengan informan atau narasumber. Dalam
menentukan informan atau narasumber peneliti menggunakan teknik
purposive sampling, dimana peneliti cenderung memilih informan yang
dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap
dan mengetahui masalahnya secara mendalam. Dengan alasan karena
penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian dengan
menggunakan berbagai pertimbangan berdasarkan konsep teoritis, keinginan
pribadi dan kenyataan alamiah.40
Adapun informan dalam penelitian ini adalah adalah 5 (lima)
pasangan suami istri yang menikah karena beda agama.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian komunikasi kualitatif,
teknik pengumpulan data diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Interview
Interview atau wawancara secara mendalam merupakan salah satu
satu teknik pengumpulan data atau informasi dengan bertanya langsung
kepada informan penelitian. Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
wawancara (intervieweer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Proses
40
Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : PT. Lkis, Hal. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat kerangka
garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara
tersebut.41
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang bersumber dari
arsip/dokumen yang ada serta dari media massa yang pernah diterbitkan.
c. Observasi
Observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap obyek yang diteliti sekaligus mencatat secara sistematis, dengan
demikian dapat mengetahui tentang data pada obyek penelitian.
4. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang
diperoleh sesuai dengan kenyataan/ fakta. Untuk itu peneliti menggunakan
cara trianggulasi data. Trianggulasi data merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah
diperoleh. Hal ini bertujuan untuk mengecek (cross check) kebenaran data
tersebut dengan cara membandingkannya dengan data sejenis yang diperoleh
dari sumber yang lain.42
41
Ibid, Hal. 96. 42
Moleong, Lexy J. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.
Rosdakarya,Hal. 178.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Menurut Sutopo menyatakan ada 4 macam triangulation yaitu :43
a. Data Triangulation
Dimana peneliti mengunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan
data yang sama.
b. Investigator Triangulation
Mengumpulkan data yang semacam dilakukan oleh beberapa orang
peneliti.
c. Methodological triangulation
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda
ataupun dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda.
d. Theoritical Triangulation
Melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisis
dengan menggunakan beberapa perspektif teoritis yang berbeda.
Untuk menguji kevalidan/keabsahan data yang terkumpul peneliti
menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Adapun validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi metode dan triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu upaya
peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi guna
memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama, hal ini berarti
peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari sumber (untuk
dibandingkan) dengan data dari sumber lain. Sedangkan triangulasi metode
dimana peneliti membandingkan temuan data yang diperoleh dengan
menggunakan suatu metode tertentu, (misalnya catatan lapangan yang dibuat
selama melakukan observasi) dengan data yang diperoleh dengan
menggunakan metode lain (misalnya transkip dari in-depth-interview).44
43
Sutopo, HB, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Sebelas Maret. University
Press, Hal. 32. 44
Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : PT. Lkis, Hal. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
5. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh di lapangan selanjutnya akan dianalisa
untuk mengetahui langkah-langkah apa yang akan diambil untuk
memecahkan persoalan yang ada. Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah model analisis interaktif (model saling terjalin).
Dalam model analisis interaktif, tiga komponen yakni reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan berbentuk interaksi dengan
proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Secara sistematis dapat
digambarkan sebagai berikut :45
Gambar 1.4
Analisis Data Model Interaktif Dari Miles Dan Huberman (1994: 12)
Keterangan :
1. Pengumpulan data
Mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan cara melakukan
wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
45
Ibid, Hal. 105
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Reduksi data
Reduksi data berarti upaya untuk mengelompokkan dan meringkas data
agar dapat mengidentifikasi data-data yang mungkin kurang relevan
untuk tujuan penelitian sehingga data-data tersebut tidak termasuk yang
akan dianalisis.
3. Sajian data
Penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah
mengorganisasikan data, yakni menjalin data yang satu dengan data yang
lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam
satu kesatuan. Data yang tersaji berupa kelompok-kelompok atau
gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai dengan
kerangka teori yang digunakan.
4. Verifikasi atau penarikan kesimpulan
Pada komponen terakhir yaitu penarikan serta pengujian kesimpulan
(drawing and verifying conclusions) peneliti mengimplementasikan
prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada.
Peneliti dalam kaitan ini akan mempertajam kesimpulan yang telah dibuat
sebelumnya sampai pada kesimpulan akhir berupa proposisi-proposisi
ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti.
Ketiga alur kegiatan yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data
yang menggunakan proses siklus. Peneliti bergerak di antara ketiga
komponen tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB II
GAMBARAN UMUM NARASUMBER PENELITIAN
A. Identitas Narasumber
Informan atau narasumber dalam penelitian ini adalah lima pasangan
suami istri berbeda agama yang ada di wilayah Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta. Adapun profil informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pasangan Suami Istri I
Pasangan suami istri yang pertama ini sudah menjalani usia pernikahan yaitu
selama 33 tahun.
a. Suami
Nama : Suyatno
Agama : Islam
Tempat Tgl. Lahir : Sragen, 10 Juni 1956
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Nusukan, RT. 03 RW. X Banjarsari, Surakarta
b. Istri
Nama : Mardiyem
Agama : Kristen
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 01 Maret 1964
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Nusukan, RT. 03 RW. X Banjarsari, Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c. Anak-Anak
1) Anak Pertama
Nama : Victor Krisnawan
Agama : Kristen
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 12 Juli 1983
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Mahasiswa
2) Anak Kedua
Nama : Christian Ardi Kusuma
Agama : Kristen
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 05 Juni 1987
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
3) Anak Ketiga
Nama : Samuel Nurdigdoyo
Agama : Kristen
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 26 Desember 1988
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
2. Pasangan Suami Istri 2
Pasangan suami istri yang kedua ini sudah menjalani usia pernikahan yaitu
selama 30 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Suami
Nama : Soeharto
Agama : Islam
Tempat Tgl. Lahir : Purwokerto, 21 Juni 1957
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Karyawan BUMN
Alamat : Gilingan, RT. 02 RW. III Banjarsari,
Surakarta
b. Istri
Nama : Maria Magdalena Setiahati
Agama : Khatolik
Tempat Tgl. Lahir : Padang, 12 Juni 1957
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Gilingan, RT. 02 RW. III Banjarsari,
Surakarta
c. Anak-Anak
1) Anak Pertama
Nama : Theresia Dhani Artal
Agama : Khatolik
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 18 Juli 1982
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Anak Kedua
Nama : Maria Debby Artha Setyaningrum
Agama : Khatolik
Tempat Tgl. Lahir : Karanganyar, 02 Juli 1987
Pendidikan : D III
Pekerjaan : Karyawan Swasta
3. Pasangan Suami Istri 3
a. Suami
Nama : Simon Andri Fifbiyandono
Agama : Katolik
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 9 Februari 1965
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kleco, RT. 03 RW. I Kadipiro, Banjarsari,
Surakarta
b. Istri
Nama : Tanti Herawati
Agama : Islam
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 21 Agustus 1968
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kleco, RT. 03 RW. I Kadipiro, Banjarsari
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c. Anak-Anak
1) Anak Pertama
Nama : Albertus Dean Juniorfiano
Agama : Katolik
Tempat Tgl. Lahir : Malang, 4 Juni 1995
Pendidikan : SLTA
2) Anak Kedua
Nama : Natalia Destyan Deo Fiftianti
Agama : Katolik
Tempat Tgl. Lahir : Malang, 16 Desember 1997
Pendidikan : SLTA
4. Pasangan Suami Istri 4
a. Suami
Nama : Sugeng Ariyanto
Agama : Islam
Tempat Tgl. Lahir : Klaten, 11 Desember 1960
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tegalmulyo, RT. 01 RW. IV Nusukan,
Banjarsari, Surakarta
b. Istri
Nama : Ratna Tri Anawanti
Agama : Katolik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 6 Maret 1961
Pendidikan : D-III
Pekerjaan : PNS
Alamat : Tegalmulyo, RT. 01 RW. IV Nusukan,
Banjarsari, Surakarta
c. Anak
Nama : Cantika Ratna Kusuma
Agama : Katolik
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 16 Maret 1985
Pendidikan : S-1
5. Pasangan Suami Istri 5
a. Suami
Nama : Suparno
Agama : Islam
Tempat Tgl. Lahir : Karanganyar, 9 September 1979
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Joglo, RT. 03 RW. X Kadipiro,
Banjarsari, Surakarta
b. Istri
Nama : Anik Wijaya
Agama : Kristen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tempat Tgl. Lahir : 19 November 1985
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Joglo, RT. 03 RW. X Kadipiro,
Banjarsari, Surakarta
c. Anak
Nama : M. Rafa
Agama : Islam
Tempat Tgl. Lahir : Surakarta, 12 Juli 2006
Pendidikan : SD
B. Karakteristik Kehidupan Keluarga Narasumber
1. Pasangan Suami Istri Ke-1
Pasangan suami istri yang pertama yaitu Bapak Suyatno dan Ibu
Mardiyem, Bapak Suyatno adalah seorang PNS yang saat ini berumur 56
tahun dan Ibu Mardiyem adalah seorang ibu rumah tangga, yang saat ini
berumur 48 tahun. Pasangan suami istri Bapak Suyatno dan Ibu Mardiyem
saat ini dikaruniai anak sebanyak tiga orang. Dimana anak pertama seorang
laki-laki bernama Victor Krisnawan, sudah lulus S1, anak kedua bernama
Christian Ardi Kusuma dan sudah lulus SMA, dan ketiga bernama Samuel
Nurdigdoyo dan sudah lulus SMA. Ketiga anak pasangan suami istri Bapak
Suyatno dan Ibu Mardiyem memeluk agama Kristen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pasangan suami istri Bapak Suyatno dan Ibu Mardiyem merupakan
suku Jawa, di mana dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya tidak
lepas dari budaya Jawa, seperti seorang anak harus berbakti kepada orang tua
serta selalu mengkedepankan norma-norma dan aturan serta unggah-ungguh
seperti orang Jawa.
Di lihat dari tingkat pendidikan, Bapak Suyatno adalah lulusan SLTA
dan Ibu Mardiyem sudah mengenyam penidikan tingkat SLTP. Dalam
memenuhi kebutuhan rumah tangganya, pasangan ini mengandalkan dari
uang gaji yang diperoleh Bapak Suyatno dari PNS, karena Ibu Mardiyem
adalah ibu rumah tangga yang hanya mengurusi rumah dan mendidik anak-
anaknya saja.
2. Pasangan Suami Istri Ke-2
Pasangan suami istri yang kedua yaitu Bapak Soeharto dan Ibu
Maria Magdalena Setiahati. Pasangan suami istri ini sudah menjalani usia
pernikahan yaitu selama 30 tahun. Bapak Soeharto memiliki profesi sebagai
karyawan BUMN sedangkan Ibu Maria Magdalena Setiahati adalah ibu
rumah tangga yang hanya mengurusi anak dan rumah tangganya saja.
Sedangkan dilihat dari tingkat pendidikan, Bapak Soeharto adalah lulusan
SLTA dan Ibu Maria Magdalena Setiahati sudah mengenyam pendidikan
tingkat SLTA.
Sumber utama penghasilan ekonomi dari pasangan suami istri ini
adalah dari gaji yang diperoleh dari Bapak Soeharto sebagai karyawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BUMN. Selama menjalani kehidupan rumah tangga, pasangan suami istri ini
telah dikaruniai dua anak perempuan, yaitu anak yang pertama bernama
Theresia Dhani Artal dan anak kedua bernama Maria Debby Artha
Setyaningrum. Kedua anak pasangan suami istri Bapak Soeharto dan Ibu
Maria Magdalena Setiahati memeluk agama Katolik. Kedua anak pasangan
suami istri Bapak Soeharto dan Ibu Maria Magdalena Setiahati saat ini sudah
bekerja sebagai karyawan swasta dan mengenyam pendidikan tingkat SLTA.
Pasangan suami istri Bapak Soeharto dan Ibu Maria Magdalena
Setiahati merupakan suku Jawa, di mana dalam menjalankan kehidupan
rumah tangganya tidak lepas dari budaya Jawa, seperti seorang anak harus
berbakti kepada orang tua serta selalu mengkedepankan norma-norma dan
aturan serta unggah-ungguh seperti orang Jawa.
3. Pasangan Suami Istri Ke-3
Pasangan suami istri yang ketiga yaitu Bapak Simon Andri
Fifbiyandono dan Ibu Tanti Herawati. Pasangan suami istri ini sudah
menjalani usia pernikahan yaitu selama 27 tahun. Bapak Simon Andri
Fifbiyandono memiliki profesi sebagai wiraswasta sedangkan Ibu Tanti
Herawati adalah seorang ibu rumah tangga.
Sumber utama penghasilan ekonomi dari pasangan suami istri ini
adalah dari hasil usaha yang diperoleh dari Bapak Simon Andri Fifbiyandono.
Selama menjalani kehidupan rumah tangga, pasangan suami istri ini telah
dikaruniai dua anak, yaitu anak yang pertama bernama Albertus Dean
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Juniorfiano dan anak kedua bernama Natalia Destyan Deo Fiftianti. Kedua
anak pasangan suami istri Bapak Simon Andri Fifbiyandono dan Ibu Tanti
Herawati memeluk agama Katolik. Kedua anak pasangan suami istri Bapak
Simon Andri Fifbiyandono dan Ibu Tanti Herawati saat ini duduk di sekolah
SLTA.
Pasangan suami istri Bapak Simon Andri Fifbiyandono dan Ibu
Tanti Herawati merupakan suku Jawa, di mana dalam menjalankan
kehidupan rumah tangganya tidak lepas dari budaya Jawa, seperti seorang
anak harus berbakti kepada orang tua serta selalu mengkedepankan norma-
norma dan aturan serta unggah-ungguh seperti orang Jawa.
4. Pasangan Suami Istri Ke-4
Pasangan suami istri yang keempat yaitu Bapak Sugeng Ariyanto
dan Ibu Ratna Tri Anawanti. Pasangan suami istri ini sudah menjalani usia
pernikahan yaitu selama 24 tahun. Bapak Sugeng Ariyanto memiliki profesi
sebagai wiraswasta sedangkan Ibu Ratna Tri Anawanti memiliki profesi
sebagai seorang PNS.
Sumber utama penghasilan ekonomi dari pasangan suami istri ini
adalah dari hasil usaha yang diperoleh dari Bapak Sugeng Ariyanto dan gaji
yang diperoleh dari Ibu Ratna Tri Anawanti sebagai PNS. Selama menjalani
kehidupan rumah tangga, pasangan suami istri ini telah dikaruniai satu anak
perempuan bernama Cantika Ratna Kusuma. Cantika Ratna Kusuma saat ini
memeluk agama Kristen dan memiliki tingkat pendidikan S-1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pasangan suami istri Bapak Sugeng Ariyanto dan Ibu Ratna Tri
Anawanti merupakan suku Jawa, di mana dalam menjalankan kehidupan
rumah tangganya tidak lepas dari budaya Jawa, seperti seorang anak harus
berbakti kepada orang tua serta selalu mengkedepankan norma-norma dan
aturan serta unggah-ungguh seperti orang Jawa.
5. Pasangan Suami Istri Ke-5
Pasangan suami istri yang kelima yaitu Bapak Suparno dan Ibu
Anik Wijaya. Pasangan suami istri ini sudah menjalani usia pernikahan yaitu
selama 8 tahun. Bapak Suparno memiliki profesi sebagai wiraswasta
sedangkan Ibu Anik Wijaya memiliki profesi sebagai ibu rumah tangga.
Sumber utama penghasilan ekonomi dari pasangan suami istri ini
adalah dari hasil usaha yang diperoleh dari Bapak Suparno. Selama menjalani
kehidupan rumah tangga, pasangan suami istri ini telah dikaruniai satu anak
laki-laki bernama M. Rafa dan memeluk agama Islam.
Pasangan suami istri Bapak Suparno dan Ibu Anik Wijaya
merupakan suku Jawa, di mana dalam menjalankan kehidupan rumah
tangganya tidak lepas dari budaya Jawa, seperti seorang anak harus berbakti
kepada orang tua serta selalu mengkedepankan norma-norma dan aturan serta
unggah-ungguh seperti orang Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Karakteristik Narasumber Berdasarkan Kehidupan Sosial
Kelima pasangan suami istri beda agama yang ada di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta rata-rata sudah berusia 31-55 tahun. Ini menunjukkan
bahwa umur kelima pasangan suami istri beda agama yang ada di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta berada pada usia kerja produktif.
Kelima pasangan suami istri beda agama yang ada di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta semuanya sudah mempunyai anak. Latar belakang
pendidikan terbesar kepala keluarga umumnya lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas. Ketika membicarakan tentang pendidikan anak-anak, hampir kelima
pasangan tersebut sangat memprioritaskan pendidikan bagi anak-anaknya.
D. Karakteristik Narasumber Berdasarkan Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian pada kelima pasangan suami istri beda agama
yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta digambarkan dengan mata
pencahariannya. Mata pencaharian kelima pasangan suami istri beda agama yang
ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta utama adalah PNS dan wiraswasta,
serta ada yang mempunyai usaha tambahan disamping menjadi PNS dan
wiraswasta seperti membuka warung di rumah.
Kelima pasangan suami istri beda agama yang ada di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta sudah mampu menata perekonomiannya dengan baik,
di mana kelima pasangan suami istri tersebut memperisapkan anggaran dana
untuk pendidikan anaknya dengan cara menabung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
E. Karakteristik Narasumber Berdasarkan Budaya
Struktur budaya yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
cenderung melonggar dan terbuka. Kelonggaran dan keterbukaan itu di sebabkan
oleh karena dalam tradisi Jawa menerima siapa saja yang mau berusaha tanpa
memandang agama dan suku asalnya.
Begitu juga dengan kelima pasangan suami istri beda agama yang ada di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, kelima pasangan suami istri beda agama
tersebut sepanjang hal kelonggaran dan keterbukaan itu tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip agama, adat istiadat dan sopan santun Suku Jawa. Kondisi
budaya pasangan suami istri beda agama yang cukup menonjol adalah budaya
gotong royong yang sangat kental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pola Komunikasi yang Dilakukan Oleh Pasangan Suami-Istri Beda
Agama Dalam Mempertahankan Hubungan Perkawinannya
a. Pasangan Suami Istri 1 (Bapak Suyatno dan Ibu Mardiyem)
Pasangan suami istri beda agama yang pertama yaitu Bapak
Suyatno dan Ibu Mardiyem, kedua pasangan ini pada mulanya adalah satu
agama yaitu agama Islam. Namun seiring berjalannya waktu Ibu
Mardiyem memilih untuk pindah agama Kristen yaitu tepatnya sejak anak
kedua mereka lahir yaitu pada tahun 1987 ibu Mardiyem pindah agama
Kristen. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Suyatno sebagai berikut:
Tepatnya saya menikah dengan ibuke anak-anak itukan tahun
1979, pernikahan saya itu dulunya sama-sama agama, yaitu sama
islamnya. Karena setahu saya menikahi ibuke anak-anak itu harus
satu agama, kalau tidak satu agama waktu itu kan tidak bisa.
Waktu itu ibuke anak-anak juga mengajak saya untuk kawin BS.
Kawin BS itu apa waktu itu saya belum tahu. Setahu saya kalau
kita menikah ya di KUA. Kita hidup seagama itu berjalan sampai
kita mempunyai anak dua, yaitu sekitar tahun 1987. Pada waktu
itu ibu meminta ijin kepada saya untuk mengikuti ajaran agama
Nasrani. Pada waktu itu saya cukup berat mbak, Kenapa kok Ibu
seperti itu?. Pada waktu itu saya juga mengijinkan, tetapi boleh
dikata saya lepas kepala, tapi saya ikat ekornya. Tapi ibu ndak
tahu, isyarat saya itu ndak tahu. Pada dasarnya hati kecil saya
ndak rela kalau ibu masuk ke agama nasrani. Tetapi setelah saya
pikir-pikir lagi, walaupun ibu pakai mukenah, ibu pernah sholat
tetapi pikiranyya itu tidak ke Islam mbak, jadi pikirannya itu tetap
ke nasrani, jadi kan percuma kalau ibu sholat tetapi hatinya tetap
ke nasrani. Jadi kalau saya pikir kalau saya memaksakan malah
saya berdosa. Jadi tepatnya pada tahun 1987 ibu sudah pindah ke
nasrani sampai sekarang.46
46
Hasil Wawancara dengan Bapak Suyatno, Tanggal 4 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kedua
pasangan tersebut pada awalnya adalah mempunyai kepercayaan yang
sama, yaitu sama-sama memeluk agama Islam. Namun demikian
walaupun kedua pasangan tersebut memiliki keyakinan yang berbeda,
menurut pernyataan Bapak Suyatno, sampai selama ini selalu harmonis
dan hidup rukun, walaupun usia perkawinanya sudah menginjak usia 33
tahun, seperti yang disampaikan oleh Bapak Suyatno sebagai berikut:
Tingkatan harmonis untuk masing-masing keluarga itu kan
berbeda-beda mbak, kalau di sisi pandangan orang dari sisi agama
tetap ya ndak harmonis, karena yang namanya agama itu kan
boleh di kata kehidupan dari dua orang menjadi satu tubuh mbak.
Karena ada sekat kepercayaan menjadikan kehidupan menjadi
kurang, walaupun setipis apapun tetap ada rasa ganjalan. Karena
semuanya sudah berjalan seperti ini ya kita terima dengan legowo
atau lapang dada. Namun saya mempunyai keyakinan bahwa
agama apapun tidak ada yang mengajarkan orang untuk tidak
berbuat baik, sehingga apapun yang diminta ibu dan anak-anak
mestinya juga yang terbaik. 47
Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Ibu Mardiyem yang
menyatakan bahwa :
Kehidupan kita selama ini baik-baik saja tidak pernah ada
masalah, walaupun kita beda agama tetapi kami saling mencintai
dan saling menghormati. 48
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kedua
pasangan tersebut walaupun beda agama tetap hidup rukun dan saling
mencintai, keduanya tidak pernah mempemasalahkan mengenai
perbedaan keyakinannya, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Suyatno
sebagai berikut:
47
Hasil Wawancara dengan Bapak Suyatno, Tanggal 4 Mei 2012. 48
Hasil Wawancara dengan Ibu Mardiyem, Tanggal 4 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Kalau permasalahan ya sering timbul, tetapi bukan karena
perbedaan kepercayaan. Tetapi ya karena kekurangan kebutuhan,
seperti waktunya membayar SPP anak uang ndak ada. Kebetulan
ibu minta uang untuk membayar utang atau beli kebutuhan rumah
tangga, tetapi pas tidak mempunyai uang, hal-hal semacam itu
yang sering menjadi permasalahan. Tetapi yang alhamdulilah
semua masalah tersebut dapat teratasi. Hal tersebut dikarenakan
saya seorang PNS yang mempunyai golongan kecil, sehingga gaji
saya kadang kurang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.49
Menurut Bapak Suyatno, komunikasi yang terjalin cukup baik,
seperti komunikasi yang dilakukan hanya pada saat pagi hari sebelum
Bapak Suyatno berangkat bekerja, atau pada saat sebelum tidur malam,
bahkan terkadang ketika Bapak Suyatno pulang Ibu Mardiyem sudah
tertidur. Dari cerita Ibu Mardiyem ketika peneliti bertanya apakah mereka
juga berkomunikasi lewat handphone atau SMS (short message service),
dia mengatakan bahwa sangat jarang kecuali ada hal yang benar-benar
penting barulah menggunakan sarana komunikasi tersebut. Tetapi itu
tidak membuat mereka merasa kehilangan komunikasi karena itu adalah
kewajiban yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga dan Ibu Maria berusaha untuk mengerti keadaan suaminya
tersebut. Karena dari awal sudah ada pengertian di antara keduanya dalam
hal berkomunikasi.
Ketika ada konflik terjadi, dari pengakuan Ibu Mardiyem
biasanya yang selalu mengalah adalah Ibu Mardiyem dibandingkan
dengan Bapak Suyatno. Bapak Suyatno mengatakan pada saat dirinya
terjadi konflik atau cekcok dengan Ibu Mardiyem, beliau lebih baik keluar
dan menghindari konflik, karena dia berpikir bahwa konflik yang ada
49
Hasil Wawancara dengan Bapak Suyatno, Tanggal 4 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
akan semakin besar, karena itu pada saat dia keluar rumah untuk mencari
ketenangan dengan mengobrol bersama teman-temannya di sekitar rumah
dan setelah dirasa hatinya tenang barulah dia kembali ke rumah, tetapi dia
tidak langsung berkomunikasi dengan Ibu Mardiyem atau menyelesaikan
konflik, melainkan dia langsung tidur dan tidak memikirkan apa-apa.
Karena Bapak Suyatno merasa bahwa konflik yang terjadi akan selesai
dengan sendirinya, selain itu juga karena Bapak Suyatno berpikir bahwa
tidak mungkin mereka tidak berkomunikasi, meskipun hanya sedikit yang
diucapkan tetapi harus ada komunikasi.
Pasangan ini mempunyai sifat yang hampir sama, salah satu sifat
yang sama adalah mereka adalah pribadi yang mau di dengar dan mau
mendengar, meskipun Bapak Suyatno adalah orang yang tidak mau
mengalah tapi dia adalah orang yang mau mendengar perkataan orang
lain, hal ini dinyatakan oleh Ibu Mardiyem bahwa Bapak Suyatno
memiliki sifat yang hampir sama dengannya.
Sedangkan mengenai penyesuaian diri, pasangan suami istri selalu
memberikan toleransi dan kepercayaan terhadap pasangan. Keduanya
selalu memberikan dukungan terhadap aktivitas keagamaan masing-
masing. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Suyatno sebagai berikut:
Untuk menyesuaikan itu relatif mbak, melihat situasi, kondisi dan
kebutuhan. Untuk menyesuaikan bilamana ibu itu mempunyai
kegiatan berhubungan dengan kepercayaannya dia, mau tidak mau
saya juga harus mendukung. Karena apapun yang terjadi itu
adalah keluarga saya. Jadi selama dia itu ada kegiatan keagamaan,
saya selalu mendukungnya. 50
50
Hasil Wawancara dengan Bapak Suyatno, Tanggal 4 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Lebih lanjut Bapak Suyatno menambahkan bahwa walaupun
beliau berbeda agama, namun untuk kebutuhan lahir dan batin merasa
tercukupi, dan tidak terjadi permasalahan yang berarti. Seperti pernyataan
Bapak Suyatno sebagai berikut:
Kebutuhan lahir dan batin walaupun beda agama itu menurut saya
ndak ada bedanya. Kebutuhan lahir batin itu terpenuhi tergantung
dari panarimone penggalih atau tergantung dari hati kita.
Walaupun kita berbeda agama, tetapi masalah kebutuhan lahir
batin saya kira tidak ada masalah sama sekali.51
Bapak Suyatno juga menambahkan bahwa dalam menjalani rumah
tangga dengan Ibu Mardiyem, mereka selalu mempunyai minat dan
kepentingan yang sama, tetapi untuk urusan kepercayaan yang berbeda,
seperti yang dituturkan oleh Bapak Suyatno sebagai berikut:
Kalau masalah kepentingan untuk kehidupan pastinya ya sama,
tetapi untuk masalah minat dan kepentingan urusan kepercayaan
ya sesuai dengan jalurnya masing-masing. Mungkin ibu kepengin
ke Yerusalem untuk berziarah, tetapi kalau saya kepinginnya ya
bisa naik haji. Itu merupakan minat dan kepentingan yang ada
hubungannya dengan keagamaan.52
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa pernikahan Bapak Suyatno dan Ibu Mardiyem yang berlangsung
selama 33 tahun ini dapat bertahan karena saling pengertian satu sama
lain, saling menerima apa adanya dan saling mendukung dalam hal
apapun. Komunikasi menjadi hal yang penting dalam membangun rumah
tangga.
51
Hasil Wawancara dengan Bapak Suyatno, Tanggal 4 Mei 2012. 52
Hasil Wawancara dengan Bapak Suyatno, Tanggal 4 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Pasangan Suami Istri 2 (Bapak Soeharto dan Ibu Maria)
Setelah menikah Bapak Soeharto dan Ibu Maria sudah sepakat
tentang masalah keyakinan masing-masing dari mereka. Ibu Maria pun
sudah memberitahu Bapak Soeharto sejak awal setelah mereka menikah
bahwa jangan pernah memaksanya masuk ke Islam kalau bukan karena
panggilan, mereka juga tidak saling mempermasalahkan jika mereka
sama-sama melaksanakan kewajibannya menurut agamanya masing-
masing seperti sholat atau pergi ke gereja dan berdoa, bahkan mereka
berusaha saling mendukung saat menjalankan ibadahnya masing-masing.
Hal tersebut dinyatakan oleh Ibu Maria sebagai berikut:
Setelah kita nikah, saya bilang sama om Harto, jangan paksa
saya masuk islam, kalo memang saya ada panggilan masuk
kesana, saya akan masuk sendiri…..soalnya saya mikir kalo
meninggal bingung kan.. itu kita bicarain di kamar. 53
Bapak Soeharto tidak pernah mempermasalahkan tentang Ibu
Maria akan pergi ke gereja, karena semua terserah pilihan dari Ibu Maria
asalkan Ibu Maria mau beribadah, dan asalkan Ibu Maria menceritakan
pergi kemana. Bahkan ketika beberapa waktu yang lalu Ibu Maria
memutuskan untuk pindah gereja, Ibu Maria menceritakan kepada Bapak
Soeharto apa alasannya dan akan pindah ke gereja mana. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Maria sebagai berikut:
Om Harto ngasih saya kebebasan mengenai kegiatan saya, tapi
sebelumnya kita harus kasih tau dulu, misalnya aku mau pergi
ke A..om Harto bilang ya wes..pokoknya kasih tau..gak jadi
masalah si kalo om..pokoknya sebelumnya kita harus kasih tau,
kalo gak ya marah. 54
53
Hasil Wawancara dengan Ibu Maria Magdalena Setiahati, Tanggal 20 Mei 2012. 54
Hasil Wawancara dengan Ibu Maria Magdalena Setiahati, Tanggal 20 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Begitupun dengan Ibu Maria, tidak pernah mempermasalahkan
Bapak Soeharto jika ingin sholat. Ibu Maria selalu mengingatkan Bapak
Soeharto untuk sholat, saat waktunya sholat jumat pun Ibu Maria selalu
menyiapkan sajadah dalam tas kerja Bapak Soeharto, karena Ibu Maria
mengatakan bahwa itu adalah tugas istri untuk melayani suami dan
mempersiapkan segala kebutuhannya. Bukan hanya mengenai sholat
sehari-hari tapi pada waktu bulan puasa Ibu Maria mengajarkan kepada
anak-anaknya untuk menghormati papanya, dan Ibu Maria juga yang
menyiapkan sahur dan menu buka puasa untuk Bapak Soeharto, dan Ibu
Maria juga mengingatkan untuk sholat tarawih.
Begitu pula jika akan diadakan pengajian, maka Ibu Maria yang
menyiapkan konsumsi dan sebagainya, dan anak-anaknya juga diminta
untuk membantu. Jika hari Natal tiba, dan seluruh keluarga Ibu Maria
berkumpul Bapak Soeharto juga mau merayakan Natal bersama meskipun
tidak ikut ke gereja. Bapak Soeharto juga tidak segan untuk mengucapkan
selamat hari Natal karena prinsip beliau adalah toleransi antar umat
beragama harus selalu dilakukan. Saat hari raya Idul Fitri, semua keluarga
Ibu Maria juga datang untuk merayakan, Ibu Maria juga memasak, dan
menyiapkan kue. Setelah itu mereka akan berkeliling untuk mengucapkan
selamat Idul Fitri kepada tetangga dan orang lain di lingkungan mereka.
Anak-anak juga di ajarkan untuk memberi salam kepada Bapak
Soeharto atau Ibu Maria menurut salamnya masing-masing, bukan hanya
kepada mereka berdua tetapi juga kepada saudara Bapak Soeharto yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tinggal di sebelah rumah mereka menurut agama mereka masing-masing.
Ketika Bapak Soeharto pulang kerumah, Bapak Soeharto akan
mengucapkan “Assalamualaikum”, dan anak-anak mereka akan
menjawab “wa’alaikum salam..”, hal ini berlaku juga terhadap Ibu Maria,
jika beliau mengucapkan “shalom”, maka anak-anaknya akan menjawab
“shalom”. Seperti yang disampaikan Ibu Maria sebagai berikut:
Tante memang ajarkan dari kecil untuk membiasakan diri
memberi salam buat papanya atau saya..kalau sama papanya
khan pake “assalamualaikum..” kalo sama saya ya “shalom..”,
jadi kalo papanya pulang atau baru sampai rumah, papanya
selalu duluan bilang “assalamualaikum” dan anak-anaknya
jawab “waalaikumsallam..”. Sama saya pun mereka juga bilang
“shaloom”. Jadi biar anak-anak menghargai saya dan papanya. 55
Semua kebiasaan salam itu sudah dibiasakan dari kecil untuk
anak-anak mereka mengerti perbedaan yang ada tetapi dapat saling
menghormati satu sama lain. Ibu Maria juga mengajarkan kepada anak-
anaknya untuk cium tangan Bapak Soeharto atau saudara yang lebih tua
untuk menghormati kebiasaan dalam agama Islam yaitu cium tangan
kepada anggota keluarga yang lebih tua.
Untuk masalah anak mereka pun sama ketika anak-anak mereka
kecil mereka dari awal sepakat untuk sama-sama mengarahkan anak-anak
mereka dan memperkenalkan agama mereka masing-masing, dan ketika
anak mereka besar barulah di berikan kebebasan untuk memilih agama
apa yang mereka pilih untuk di jalani. Setelah anak pertama mereka yaitu
Theresia Dhany Artal lahir, ternyata Theresia Dhany Artal terpanggil
55
Hasil Wawancara dengan Ibu Maria Magdalena Setiahati, Tanggal 20 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
untuk menjadi seorang Kristiani dan Theresia Dhany Artal sempat merasa
takut ketika dia meminta ijin bapaknya untuk di baptis, tapi karena Ibu
Maria memberitahu Bapak Soeharto dan Bapak Soeharto mengerti
anaknya ingin di baptis, dan hal ini juga terjadi dengan anak kedua
mereka yaitu Maria Debby Artha Setyaningrum. Hal tersebut dinyatakan
oleh Ibu Maria sebagai berikut:
Kita sudah sepakat kalau anak-anak waktu mereka masih kecil,
mereka akan kita arahkan dulu.. dan baru waktu mereka besar,
mereka akan menentukan sendiri mereka memilih keyakinan
apa.. jadi waktu anak pertama lahir saya ajak dia ke
gereja..setelah besar dia bilang sama saya kalo dia mau baptis
setelah diajak kakak sepupunya ke gereja..tapi dia bilang, dia
takut papanya marah.. lalu saya bilang sama papanya kalo
Theresia mau baptis tapi takut sama dia..itu kita bicaranya
dikamar..akhirnya papanya sendiri yang menyuruh Theresia
untuk baptis..dan sampai anak kedua Debby juga akhirnya
masuk Kristen dan dibaptis. 56
Toleransi sangat ditanamkan dalam keluarga ini. Meskipun
mereka berbeda tetapi mereka saling menghormati. Saat malam hari radio
yang ada di kamar Bapak Soeharto dan Ibu Maria akan diputar lagu-lagu
rohani Kristen, dan pada pagi hari maka Bapak Soeharto akan
menyalakan radio untuk mendengarkan ceramah di pagi hari. Meskipun
tiap hari dilakukan tetapi itu tidak membuat mereka bertengkar. Di rumah
mereka ada sebuah pajangan berupa salib, dan ketika peneliti tanyakan
siapa yang membeli itu, Ibu Maria mengatakan bahwa Bapak membelikan
itu untuk saya dan anak-anak, dan itu tidak menjadi masalah bagi dirinya.
56
Hasil Wawancara dengan Ibu Maria Magdalena Setiahati, Tanggal 20 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Ibu Maria juga menceritakan saat magrib terdengar dan anak-
anaknya rame, maka Bapak Soeharto akan memarahi anak mereka untuk
diam dan harus menghormati adzan. Bapak Soeharto dan Ibu Maria
mengajarkan pada anak-anak mereka mengenai agama, bahwa agama itu
meskipun berbeda harus saling menghormati dan tidak boleh jahat
terhadap saudara-saudaranya. Ibu Maria lebih banyak mengajarkan
tentang kasih karena dalam agamanya diajarkan untuk mengasihi saudara
dan orang-orang sekelilingnya. Dan mereka berdua juga mengajarkan
kepada anak-anak mereka untuk melaksanakan kewajibannya sesuai
agama mereka masing-masing dengan baik. Seperti Bapak Soeharto
selalu bilang kepada Theresia Dhany Artal untuk rajin ke Gereja, dan jika
Theresia Dhany Artal sudah memilih untuk masuk Kristen maka harus
dijalani dengan serius.
Meski berbeda agama tetapi mereka tidak pernah membicarakan
tentang agama mereka masing-masing, karena mereka tidak ingin
membahas masalah yang begitu pribadi yaitu mengenai masalah agama
ini. Karena buat mereka dengan saling mengerti dan mendukung satu
sama lain tanpa menyinggung masalah agama adalah jalan terbaik untuk
mereka. Selain masalah agama, tentu juga ada hal-hal yang dapat
mengakibatkan konflik dalam keluarga mereka diantaranya adalah
masalah mendidik anak-anak, selain ada kesepakatan mengenai masalah
keyakinan anak-anak, kesepakatan lainnya adalah cara mendidik anak.
Karena Bapak Soeharto yang bertugas untuk bekerja mencari uang, Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Maria yang bertugas mendidik anak-anak termasuk dalam hal sekolah,
pergaulan, dan sebagainya. Tetapi Bapak Soeharto juga ikut mendidik
anak meskipun Ibu Maria yang mengontrol, seperti saat peneliti berada di
rumah mereka, anak mereka yang kedua yaitu Maria Debby Artha
Setyaningrum melakukan kesalahan dan yang memberi tahu adalah
Bapak Soeharto. Sebelumnya Bapak Soeharto bertanya kepada istrinya
masalahnya apa, dan setelah tahu dia langsung menasehati anaknya untuk
tidak melakukan kesalahannya lagi. Bukan dengan kekerasan tetapi lebih
ke arah memberi pengertian, agar anak tidak merasa dihakimi tapi tetap
dihargai peran mereka sebagai seorang anak.
Komunikasi yang terjalin cukup baik meskipun Bapak Soeharto
jarang berada di rumah, seperti komunikasi yang dilakukan hanya pada
saat pagi hari sebelum Bapak Soeharto berangkat bekerja, atau pada saat
sebelum tidur malam, bahkan terkadang ketika Bapak Soeharto pulang
Ibu Maria sudah tertidur. Dari cerita Ibu Maria ketika peneliti bertanya
apakah mereka juga berkomunikasi lewat handphone atau SMS (short
message service), dia mengatakan bahwa sangat jarang kecuali ada hal
yang benar-benar penting barulah menggunakan sarana komunikasi
tersebut. Tetapi itu tidak membuat mereka merasa kehilangan komunikasi
karena itu adalah kewajiban yang harus dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan Ibu Maria berusaha untuk mengerti keadaan
suaminya tersebut. Karena dari awal sudah ada pengertian di antara
keduanya dalam hal berkomunikasi. Seperti contohnya, saat Bapak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Soeharto ditanya oleh Ibu Maria “ingin makan apa?”, dan Bapak Soeharto
hanya menjawab “terserah”, karena sudah mengerti akan kesukaan Bapak
Soeharto dan apa yang biasa diinginkan Bapak Soeharto. Meski melalui
komunikasi singkat yang hanya berisikan dua patah kata tetapi jika saling
mengerti maka tidak ada hambatan apapun.
Pada pagi hari, yang memulai pembicaraan biasanya adalah Ibu
Maria karena Ibu Maria yang membangunkan Bapak Soeharto untuk
mengantarkan anaknya Maria Debby Artha Setyaningrum. Segala sesuatu
yang terjadi di rumah atau tentang anak-anak mereka pasti akan langsung
dibicarakan dan dicari jalan keluarnya. Seperti masalah Maria Debby
Artha Setyaningrum yang beberapa waktu yang lalu bertengkar dengan
sepupunya, Bapak Soeharto dan Ibu Maria tidak ikut campur dalam
masalah mereka tetapi langsung memberi nasehat kepada Maria Debby
Artha Setyaningrum dan memberi pengertian jika sudah terjadi
pertengkaran fisik maka Bapak Soeharto dan Ibu Maria akan ikut
menyelesaikannya. Dalam hal pendidikan anak-anak mereka juga Ibu
Maria akan langsung menceritakan atau membicarakan dengan Bapak
Soeharto. Mereka sama-sama mengajari anak mereka untuk hidup
mandiri, dan bisa melakukan semuanya sendiri, karena Ibu Maria dari
kecil juga diajari untuk mandiri oleh ayahnya, dan itu juga yang
diajarkannya untuk anak-anaknya.
Ketika ada konflik terjadi, dari pengakuan Ibu Maria biasanya
yang selalu mengalah adalah Bapak Soeharto dibandingkan dengan Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Maria, karena jika pada saat terjadi cekcok maka yang biasanya sering
mengomel adalah, Ibu Maria sementara Bapak Soeharto hanya
mendengarkan, karena jika dibantah maka akan lebih menjadi-jadi.
Bapak Soeharto mengatakan pada saat dirinya terjadi konflik
atau cekcok dengan Ibu Maria, beliau lebih baik keluar dan menghindari
konflik, karena dia berpikir bahwa konflik yang ada akan semakin besar,
karena itu pada saat dia keluar rumah untuk mencari ketenangan dengan
mengobrol bersama teman-temannya di sekitar rumah dan setelah dirasa
hatinya tenang barulah dia kembali ke rumah, tetapi dia tidak langsung
berkomunikasi dengan Ibu Maria atau menyelesaikan konflik, melainkan
dia langsung tidur dan tidak memikirkan apa-apa. Karena Bapak Soeharto
merasa bahwa konflik yang terjadi akan selesai dengan sendirinya, selain
itu juga karena Bapak Soeharto berpikir bahwa tidak mungkin mereka
tidak berkomunikasi, meskipun hanya sedikit yang diucapkan tetapi harus
ada komunikasi.
Dan Ibu Maria mengatakan bahwa jika terjadi konflik atau
cekcok maka mereka tidak akan melakukannya di depan anak-anak
karena setiap masalah yang terjadi cukup mereka berdua yang tahu,
karena itulah setiap membicarakan sesuatu yang serius selalu dilakukan
didalam kamar, karena Ibu Maria tidak ingin anak-anaknya tahu
mengenai masalah anak-anaknya. Saat konflik yang paling banyak
mengalah adalah Ibu Maria karena dia memakai prinsip agamanya yaitu
“jika kamu ditampar pipi kiri, berikan juga pipi kananmu”, karena prinsip
inilah yang membuat dia selalu mengalah jika terjadi konflik dengan
suaminya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Pasangan ini mempunyai sifat yang hampir sama, salah satu sifat
yang sama adalah mereka adalah pribadi yang mau di dengar dan mau
mendengar, meskipun Bapak Soeharto adalah orang yang tidak mau
mengalah tapi dia adalah orang yang mau mendengar perkataan orang
lain, hal ini dinyatakan oleh Ibu Maria sebagai berikut:
Om Harto itu gak pernah basa-basi kalo ngomong..slalu
langsung ngomong masalahnya apa..tante juga orangnya gitu,
jadi kalo ada masalah apa ya langsung diomongin. Kita tipenya
sama sih…sama-sama suka didengar ato mendengar juga.57
Saat ngobrol, Ibu Maria yang mendominasi karena Ibu Maria
menceritakan banyak hal, diantaranya apa saja yang terjadi di rumah hari
itu, atau masalah anak-anak. Ibu Maria juga menceritakan Bapak
Soeharto juga bukan seseorang yang suka mengontrol istri, karena
keterbukaan yang ada sehingga tidak ada kecurigaan satu sama lain.
Pernikahan mereka yang berlangsung selama 30 tahun ini dapat
bertahan karena saling pengertian satu sama lain, saling menerima apa
adanya dan saling mendukung dalam hal apapun, seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Soeharto sebagai berikut:
Ya saling percaya….terbuka….....jadi jangan sampai saling
menyinggung.... karna urusan agama ini bukan urusan
manusia..urusan yang diatas jadi kita hanya melaksanakan
saja..kita melaksanakan namanya hubungan suami istri dalam
kategori rumah tangga ya..jangan beda agama yang sama
agamanya aja pecah jadi agama itu bukan sebagai patokan untuk
berumah tangga..kepribadiannya itu..agama kalau orang jawa
bilang agemengaji jadi orang itu kalau punya agama entah
agama apa aja sama dengan pribadinya itu tau..jadi kayak orang
pake baju, orang yang gak beragama itu sama dengan orang
yang gak pake baju..nah baju yang bagaimana kan gitu..ya
kayak kyai kan bajunya seperti itu ya kalau gelandangan ya
seperti itu..jadi agama kalau dibuat pijakan untuk berumah
57
Hasil Wawancara dengan Ibu Maria Magdalena Setiahati, Tanggal 20 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tangga untuk langgengnya sah aja..tapi kalau bisa
membimbing..liat aja selebritis..sampai nikah di mekkah
kenyataannya juga ancur, gak bisa menjamin.. itu pribadi, jadi
kalau bisa langgeng antara hati sama pikiran itu harus
sejalan..agama apa aja kalau hati dan pikiran sama tidak akan
ada perbedaan, tidak akan ada perpecahan. Jamannya nabi
sampai sekarangpun jangan sampai membicarakan masalah
agama, ndak ada titik temu soalnya orang meninggal itu kan
urusannya masing-masing.. cuman anak yang soleh atau soleha
untuk orang islam, untuk orang nasrani anak yang berbakti itu
akan mengurangi dosa dari orang tua karena selama ini tidak
tertulis dan tidak ada bukti yang konkret, jadi manusia itu hanya
melaksanakan tugas yang sudah diberikan. Lha masalah nanti
disana dikehidupan yang berikutnya ya itu kehidupan roh.. jadi
intinya, ya kenapa kok bisa ya insya Allah jangan sampai terjadi
keretakan.. insya Allah binaan rohani yang jelas nomor 1, rohani
itu nomor 1 jasmani itu hanya makanan dunia. Jadi, kalau mau
langgeng antara pikiran dengan hati itu harus sejalan. Kalau
pikiran dengan hati itu tidak sejalan walaupun satu agama pasti
bubar.. jadi ya itu antara hati dengan pikiran, jadi pinnya di situ
mau orang kaya atau orang miskin antara hati dan pikiran. Jadi
kalau istri saya mau ke gereja monggo silahkan, natalan juga
silahkan, saya juga kalau mau sholat ke musholla juga gak papa,
cuman ya memang perbedaan itu ada..kayak kata orang itu kalo
lain agama itu zinah, kalo satu agama itu halal tapi kalo lain
agama itu zinah..cuman saya kembalikan lagi, batin hati ini kalo
sudah mantep, pesennya Gusti Allah. Yang berhubungan itu roh
kita, jadi prinsip..biar mereka ngomong gini ya biar.. agama
kalau buat pegangan seperti itu hablum minanasnya itu gak baik,
hubungan masyarakatnya gak baik. Hubungan selalu dikaitkan
sama yang diatas makanya.. wah ini gak boleh ini dosa, timbul
yang neko-neko.. semua itu dosa kok..kalau minum air terlalu
banyak itu haram, kalau muntah.. jadi kayak kamu makan
daging atau makan tempe kalau kelebihan itu haram, kalau
muntah..jadi kalau orang bilang wah ini haram, namanya
merusak.. haram itu dari mana.. dari dulu memang sudah ada
perbedaan agama, makanya itu hatinya kalau sudah mantep itu
insya Allah gak bakal goyah..orang goyah itu setan, hanya setan
menggoda saja..rumah tangga retak itu karna setan.. lho iya,
bukan karna manusia, manusia gak bisa.. setan yang nggoda,
entah kekuatan uang, entah kekuatan rupa, entah kekuatan
mistik.58
58
Hasil Wawancara dengan Bapak Soeharto, Tanggal 25 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Komunikasi menjadi hal yang penting dalam membangun rumah
tangga, meskipun seperti keluarga ini, bahwa suami jarang berada di
rumah tetapi komunikasi tetap terjalin meski itu adalah komunikasi yang
singkat. Bapak Soeharto selalu berusaha meluangkan waktunya untuk
anak-anaknya meskipun pekerjaannya sangat menyita waktunya, anak
mereka yang pertama yaitu Theresia Dhany Artal mengatakan kepada
peneliti bahwa hanya pada saat malam hari saat papanya pulang ke rumah
barulah mereka bisa ngobrol atau bercanda sebelum mereka semua tidur.
Komunikasi dengan sang istri hanya bisa dilakukan di malam
hari saat semua sudah terlelap atau pada saat pagi hari setelah
mengantarkan anak mereka sekolah atau juga sebelum Bapak Soeharto
berangkat bekerja. Bapak Soeharto adalah tipe orang yang tidak mau
melihat mata lawan bicaranya saat dia diajak bicara, termasuk saat di ajak
bicara oleh Ibu Maria matanya jarang melihat langsung kepada Ibu Maria,
dia sering berbicara sambil merokok atau sambil memeriksa
pekerjaannya. Berbicara sambil melihat lawan bicaranya hanya sesekali
dilakukannya. Ibu Maria mengakui ini sebagai kebiasaan suaminya dan
dia tidak tahu mengapa suaminya jarang melihat lawan bicaranya saat
berbicara. Saat ditanya sesuatu jika Bapak Soeharto akan langsung
menjawab meski kadang hanya mengangguk atau menggeleng, kadang
dia juga sebelum menjawab berpikir lebih dahulu sebelum menjawab.
Sementara Ibu Maria adalah orang yang langsung menjawab ketika
ditanya atau diajak ngobrol. Meskipun terkadang jawabannya hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
“ehm”, tetapi melalui jawabannya yang hanya “ehm”, Bapak Soeharto
sudah mengerti apa yang dikatakan Ibu Maria.
Gangguan yang terjadi hanya saat anak mereka Theresia Dhany
Artal suka ikut-ikutan saat orang tuanya berbicara, sehingga terkadang
Ibu Maria harus mendiamkan anaknya dulu baru melanjutkan kata-
katanya. Bapak Soeharto berkata bahwa agama bukanlah suatu patokan
seseorang untuk membangun rumah tangga, melainkan apa tujuan
seseorang untuk berumah tangga, jika tujuannya adalah menghasilkan
sebuah keluarga, maka keluarga tersebut akan menjadi keluarga yang
kokoh. Keluarga yang dibangun dengan iman yang sama juga bisa retak
karena banyak keegoisan satu dengan yang lain, atau saat menjalaninya
merasa tidak cocok sehingga akhirnya berpisah.
Toleransi terhadap agama yang lain adalah hal yang paling
penting, karena melalui toleransi itu kita bisa saling menghormati dan
memahami satu dengan yang lain dan dapat menghindarkan perpecahan
dalam suatu keluarga meskipun keluarga itu dibangun dengan landasan
yang berbeda. Meski dilewati dengan berbagai tantangan karena dasar
keyakinan yang berbeda tetapi pernikahan mereka tetap langgeng dan
bahkan mereka berkata bahwa suatu anugerah dari Tuhan karena Tuhan
boleh menyatukan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
c. Pasangan Suami Istri 3 (Bapak Andri Fifbiyandono Dan Ibu Tanti
Herawati)
Bapak Andri Fifbiyandono Dan Ibu Tanti Herawati adalah
pasangan suami istri beda agama yang menikah pada tahun 1985 dan
sudah berjalan selama 27 tahun. Menurut Bapak Andri Fifbiyandono
menyatakan bahwa kunci keharmonisan rumah tangganya selama ini
dikarenakan adalah sikap kasih sayang dan saling mengasihi, seperti yang
diungkapkan Bapak Andri Fifbiyandono sebagai berikut:
Namanya hidup dalam berumah tangga pasti ada konflik atau
pertengkaran, saya sama ibu itu kalau menyelesaikan konflik
biasanya saling instropeksi diri, sebenarnya selama ini saya
bagaimana gitu?. Di samping itu hal yang harus diperhatikan
dalam menjaga keharmonisan rumah tangga ya saling menghargai,
serta sikap mau mengalah dan tidak mau menang sendiri, karena
apa? Karena dalam berumah tangga kan harus kita hidup bersama
jadi tidak hanya menuruti kemauannya sendiri, tetapi juga harus
memperhatikan kemauan dari pasangan kita. 59
Bapak Andri Fifbiyandono Dan Ibu Tanti Herawati tidak pernah
saling membicarakan tentang agama mereka masing-masing karena
mereka merasa agama adalah hak pribadi yang tidak ada hubungannya
dengan rumah tangga mereka. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Andri Fifbiyandono sebagai berikut:
Kalau untuk mengatasi perbedaan pendapat dalam hal keperayaan
itu tidak ada batasannya mbak. Sama-sama agama kalau
didepatkan itu ndak ada selesainya. Jadi sikap kita ya saling
menghormati dan bertoleransi. Tetapi selama kita belum pernah
mengalami perbedaan pendapat. 60
59
Hasil Wawancara dengan Bapak Andri Fifbiyandono, Tanggal 6 Agustus 2012. 60
Hasil Wawancara dengan Bapak Andri Fifbiyandono, Tanggal 6 Agustus 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa kedua pasangan
tersebut menunjukkan bahwa membangun rumah tangga tujuannya untuk
kebahagiaan mereka dan anak-anak mereka, sehingga mereka tidak ingin
menyinggung tentang agama yang bisa mengakibatkan perpecahan. Meski
keluarga ini rukun dan saling menghormati terhadap agama mereka
masing-masing, tetapi bukan berarti tidak ada konflik yang terjadi.
Konflik terjadi kebanyakan bukan karena masalah agama tetapi
lebih ke masalah anak-anak. Ketika konflik terjadi, Bapak Andri
Fifbiyandono Dan Ibu Tanti Herawati juga tidak pernah mengkait-kaitkan
agama. Pasangan Bapak Andri Fifbiyandono Dan Ibu Tanti Herawati
dalam membina hubungan keluarga bukan hanya kejujuran saja, tetapi
komunikasi yang terjalin dengan baik juga penting untuk dilakukan.
Meskipun Bapak Andri Fifbiyandono sangat sibuk dan jarang berada
dirumah tetapi komunikasi tetap terjalin dengan baik. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Andri Fifbiyandono sebagai berikut:
Dalam membina hubungan rumah tangga dengan ibu sampai
selama ini, komunikasi merupakan kunci keharmonisan, di antara
kami tidak ada rahasia-rahasia yang harus ditutup-tutupi, setiap
persoalan selalu kami selesaikan secara bersama-sama,
misalnya saja ketika ibu merasa capek mengurusi anak-anak di
rumah, beliau selalu menyampaikan unek-uneknya pada saya. 61
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa
pasangan suami istri beda agama Bapak Andri Fifbiyandono Dan Ibu
Tanti Herawati selalu menjalin komunikasi interpersonal dengan baik,
pola komunikasi dibina selama ini membuat hubungan suami istri ini
61
Hasil Wawancara dengan Bapak Andri Fifbiyandono, Tanggal 6 Agustus 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
semakin baik, meski jarang bertatap muka tetapi mereka sangat
menghargai komunikasi mereka yang tidak terlalu banyak tetapi bisa
membuat mereka lebih erat.
d. Pasangan Suami Istri 4 (Bapak Sugeng Ariyanto Dan Ibu Ratna Tri
Anawanti)
Pasangan suami istri yang keempat ini adalah Bapak Sugeng
Ariyanto Dan Ibu Ratna Tri Anawanti, pasangan ini menikah pada
tanggal 27 November 1988, dan menikah secara Gereja Katolik. Adapun
koronologis mengenai pernikahan kedua pasangan ini Bapak Sugeng
Ariyanto menyatakan bahwa:
Pada waktu itu ya kedua orang tua saya dan orang tua ibu
menentang, karena kita berbeda agama, tetapi karena kita saling
mencintai, akhirnya kedua orang tua saya dan ibu merestuinya.
Pelaksanaan pernikahan saya dan ibu dilaksanakan secara Gereja
Katolik. 62
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa
pasangan ini pada awalnya mendapat pertentangan dari masing-masing
keluarganya, namun karena kuatnya cinta keduanya pada akhirnya
masing-masing keluarga merestuinya. Namun demikian menurut Bapak
Sugeng Ariyanto bahwa ketika terjadi konflik dengan istrinya, maka yang
dilakukannya adalah keluar sebentar dari rumah untuk mencari
ketenangan dengan cara bertemu teman-temannya dan mengobrol setelah
hatinya tenang baru dia kembali ke rumah dan tidur.
62
Hasil Wawancara dengan Bapak Sugeng Ariyanto, Tanggal 14 Agustus 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Jadi saya kalo lagi bertengkar sama istri ya keluar biasanya dari
pada tambah rame jadi mending keluar aja…kalau udah tenang,
saya pulang tidur, besok lak ilang-ilang sendiri... Keesokan
harinya akan hilang-hilang sendiri rasa kesalnya atau amarahnya
dan bisa berkomunikasi seperti biasa dengan istri saya. 63
Sikap Bapak Sugeng Ariyanto yang selalu menghindar setiap
terjadi konflik dengan istrinya termasuk dalam salah satu tipe dari
memelihara perilaku, karena ada pasangan yang menghindar saat terjadi
cekcok yang bisa mengubah hubungan menjadi renggang, dan Bapak
Sugeng Ariyanto mengatakan bahwa dia menghindar untuk mencegah
keadaan semakin buruk. Sementara jika terjadi cekcok dengan Bapak
Sugeng Ariyanto maka Ibu Ratna Tri Anawanti akan lebih banyak diam
dan mendengarkannya, karena Ibu Ratna Tri Anawanti mengatakan lebih
baik mengalah daripada membuat keadaan semakin memburuk, aat terjadi
cekcok atau konflik.
Lebih lanjut ketika peneliti menanyakan kepada Bapak Sugeng
Ariyanto mengenai siapa yang terlebih dahulu meminta maaf ketika
terjadi percecokkan atau konflik, Bapak Sugeng Ariyanto menyatakan
bahwa :
Tidak ada yang meminta maaf terlebih dahulu, jadi marahannya
lebur sendiri..... jadi meleleh sendiri, itu kayak sandi untuk maaf..
apakah maaf itu perlu diucapkan? Enggak.. jadi ya udah saya
minta maaf.. tapi kalau hanya ucapan diluar aja kan ya percuma,
padahal dihatinya belum tentu.. tapi kalau melebur sendiri itu
hatinya, mulut itu seribu macam..kalau bilang minta maaf, besok
diulangi lagi tapi dengan hati, sekali lebur selamanya gak akan
terulang kembali.. jadi semua bersumber dari hati.. agama apapun
dari hati masing-masing. 64
63
Hasil Wawancara dengan Bapak Sugeng Ariyanto, Tanggal 14 Agustus 2012. 64
Hasil Wawancara dengan Bapak Sugeng Ariyanto, Tanggal 14 Agustus 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Ibu Ratna yang
menyatakan bahwa :
Dalam rumah tangga harus dapat menyesuaikan diri dengan
pasangannya, aara menyesuaikan diri ya harus tahu sifat-sifat
masing-masing pasangan, sehingga kita tahu watak dan karakter
yang dimiliki masing-masing pasangan. 65
Lebih lanjut Ibu Ratna menyatakan bahwa:
Cara mengatasi perbedaan pendapat dalam hal keperayaan yaitu
saling menghormati agama masing-masing serta saling mengasihi
dan menyayangi. 66
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan
bahwa menjaga toleransi dan memelihara komunikasi dengan cara saling
mendukung, saling menghormati dan menghargai satu sama lain dan
menyediakan waktu khusus untuk berkomunikasi ditengah padatnya
aktifitas yang dijalani adalah cara yang terbaik untuk memelihara suatu
hubungan pernikahan yang didasari dengan perbedaan agama.
e. Pasangan Suami Istri 5 (Bapak Suparno Dan Ibu Anik Wijaya)
Pasangan suami istri beda agama yang kelima, yaitu Bapak
Suparno Dan Ibu Anik Wijaya. Pasangan ini menikah pada tahun 2004,
dan usia perkawinannya menginjak yang 8 tahun. Sama halnya dengan
pasangan-pasangan beda agama lainnya, pasangan suami istri Bapak
Suparno Dan Ibu Anik Wijaya pada awalnya juga mendapat pertentangan
dari masing-masing keluarga Bapak Suparno Dan Ibu Anik Wijaya,
namun keduanya akhirnya menikah di Catatan Sipil. Kedua pasangan ini
65
Hasil Wawancara dengan Ibu Ratna Tri Anawanti, Tanggal 14 Agustus 2012. 66
Hasil Wawancara dengan Ibu Ratna Tri Anawanti, Tanggal 14 Agustus 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
selalu menjaga keharmonisan keluarga dengan menjalin komunikasi dan
saling menghormati. Bapak Suparno selama ini juga menerapkan ajaran
agama yang dianutnya kepada anaknya, seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Suparno sebagai berikut:
Bapak ajarkan kepada anak-anak untuk mereka beramal,
menjalankan ibadah.. jadi kalau yang sholat ya sholat, kalo ke
gereja ya juga harus berdoa..gitu.. sholat, ngaji itu dianjurkan
kalau dalam Islam, tapi kalau tidak ada panggilan ya bapak gak
bisa maksa juga kan.. kayak contohnya naek haji, kalo belum ada
panggilan ya belum bisa naek haji. 67
Di samping menerapkan ajaran agama Islam pada anak-anaknya,
Bapak Suparno juga menerapkan ajaran agamanya dalam keluarganya,
terutama pada istrinya. Beliau menyatakan bahwa:
Kewajiban istri ya harus melayani suami dalam segala hal, istri
harus dirumah merawat anak-anak, soalnya kalau suami masih
bisa mencukupi buat apa kerja, biar dirumah aja ngurus anak-
anak. 68
Adapun mengenai cara mempertahankan perkawinan beda agama
menurut Ibu Anik menyatakan bahwa:
Cara mempertahankan hubungan sampai saat ini karena anak.
Kasihan sama anak soalnya. Karena sayang ya kalo sampai pisah
jadi saling ngerti aja, kan sebelum nikah sudah mikir dulu. Waktu
mikir dulu sebelum menikah sempet mikir nikah beda agama gini
diuji sama Tuhan, ternyata kok masih kuat sampai sekarang.69
Lebih lanjut ibu Anik menyatakan bahwa dalam menjalani
perkawinan beda agama, harus saling terbuka dan serta menerima
kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan, seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Anik sebagai berikut:
67
Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno, Tanggal 16 Agustus 2012. 68
Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno, Tanggal 16 Agustus 2012. 69
Hasil Wawancara dengan Bapak Anik Wijaya, Tanggal 16 Agustus 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Kita harus terima kekurangan masing-masing pasangan. Wataknya
suami kalo gak mau terima kan amburadul. Dulu ibu sempet
tertutup sama bapak mungkin karena pertama menikah ya. Tapi
lama-lama ibu merasa harus terbuka sama bapak. Jadi ya akhirnya
ibu cerita terus. 70
Berdasarkan hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa pasangan
ini selalu menerapkan ajaran agama yang dianutnya dalam menjalin
hubungan rumah tangga. Di samping itu agar perkawinan beda agama
bisa langgeng harus terbuka serta menerima kekurangan masing-masing
pasangan. Di samping itu alasan pasangan ini tetap mempertahankan
perkawinannya karena faktor anak, sebab apabila sampai terjadi
perpisahan atau perceraian, pasangan ini beranggapan bahwa anak akan
menjadi korbannya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam memelihara komunikasi interpersonal antar suami istri, pasangan
kedua ini menggunakan cara-cara di bawah ini:
Yang pertama adalah Keseimbangan atau Balance, terjadi mengenai
masalah mengarahkan anak-anak mereka untuk mengenal agama yang ada,
karena mereka saling membantu, saling melengkapi. Selain itu mereka juga
mengajarkan mengenai toleransi beragama kepada anak-anak mereka agar anak-
anak dapat saling menghormati meskipun mereka berbeda agama, bukan hanya
toleransi dengan keluarga saja tetapi kepada orang-orang di lingkungan tempat
tinggal mereka.
70
Hasil Wawancara dengan Bapak Anik Wijaya, Tanggal 16 Agustus 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Yang kedua ditemukan oleh peneliti dalam memelihara hubungan yang
dipakai oleh pasangan ini adalah Directness yaitu secara langsung terbuka
menyatakan tidak akan merusak hubungan dengan saling menerima dan
mendukung agama satu sama lain. Contohnya secara verbal seperti saling
mengingatkan untuk melaksanakan kewajiban beribadah agama mereka, Kedua
pasangan suami istri beda agama tersebut sering mengingatkan istrinya untuk ke
gereja atau istri yang mengingatkan suami untuk sholat.
Selain itu karena didalam keluarga kedua pasangan suami istri tersebut
ada dua agama yang berbeda yaitu Islam dan Kristen maka mereka merayakan
dua hari raya dalam 1 tahunnya yaitu Idul Fitri dan hari Natal. Maka pada Idul
Fitri Ibu Maria dan Ibu Mardiyem akan menyiapkan makanan, kue-kue untuk
para tamu dan mengucapkan selamat hari raya kepada Bapak Suyatno dan Bapak
Soeharto, setelah itu mereka akan berkeliling bersama untuk mengucapkan
selamat kepada saudara-saudara dan tetangga di sekitar rumah mereka. Saat Natal
Bapak Suyatno dan Bapak Soeharto akan ikut berkumpul bersama dengan
keluarga besar Ibu Mardiyem dan Ibu Maria saat malam Natal untuk merayakan
Natal bersama, meski mereka tidak ikut istri dan anak-anaknya ke gereja.
Temuan ketiga adalah Avoidance atau menghindari pertengkaran agar
tidak membuat hubungan memburuk. Karena Bapak Soeharto melakukan tipe ini
saat terjadi pertengkaran antara dirinya dengan Ibu Maria, dia akan keluar dari
rumah dan berkumpul dengan teman-temannya hanya untuk menenangkan
hatinya dan mengalihkan pikirannya dari pertengkaran yang terjadi dan setelah
hatinya tenang dia akan pulang ke rumah dan tidur. Dia melakukan ini supaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
keadaan tidak semakin rumit dan tidak terjadi cekcok berlebihan dengan Ibu
Maria, karena setelah hatinya tenang dan esoknya mereka akan berkomunikasi
seperti biasa.
Temuan keempat yang peneliti temukan bagaimana pasangan ini
memelihara Hubungan mereka dengan alasan Children atau anak-anak mereka.
Jadi meskipun ada konflik yang cukup besar, kedua pasangan akan mengingat
anak-anaknya ini dan tidak akan berpikir untuk bercerai.
Temuan yang kelima adalah Emotional attachment atau memelihara
hubungan karena saling mencintai satu sama lain dan menginginkan untuk
memberi yang terbaik bagi pasangannya dan merasakan kepuasan selama
hubungan pernikahan. Hal ini diakui oleh Bapak Soeharto, bahwa alasannya
untuk memelihara hubungan adalah karena saling mencintai satu sama lain, dan
dia berusaha menikmati kehidupan pernikahannya bersama, meskipun tidak
mudah tetapi terus berusaha untuk saling mengisi dan menerima kekurangan dan
kelebihan satu sama lain agar pernikahan yang dibangunnya tetap utuh.
Temuan yang keenam adalah kelima pasangan suami istri beda agama ini
merupakan pasangan yang sama-sama mempunyai sifat yang mau terbuka satu
sama lain, setiap ada masalah selalu disampaikan secara langsung, artinya bahwa
penyampaian pesan yang ada sering terjadi secara langsung dan tatap muka lebih
banyak dibanding menggunakan alat-alat komunikasi seperti handphone atau
SMS. Selain itu meskipun komunikasi tatap muka hanya bisa dilakukan saat pagi
hari dan malam hari sebelum tidur tetap berjalan dengan baik dan tidak
mengurangi komunikasi yang ada. Jadi meskipun mereka masih menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
cara komunikasi yang tradisional tetapi komunikasi yang terjalin lebih efektif
meski tanpa menggunakan alat-alat komunikasi.
Temuan yang ketujuh adalah kualitas yang terjadi pada komunikasi
interpersonal kedua pasnagan suami istri beda agama tersebut, karena mereka
sangat mementingkan komunikasi, meskipun mereka tidak banyak bertemu tetapi
mereka berusaha untuk mengerti keinginan atau apa yang dimaksud oleh
pasangannya. Selain itu mereka menggunakan Rich media karena menggunakan
komunikasi tatap muka dan ketika mereka berkomunikasi secara langsung,
mereka akan lebih bebas mengkomunikasikan apa yang ada dipikiran mereka,
sehingga waktu yang ada untuk berkomunikasi lebih berkualitas.
Temuan berikutnya menunjukkan bahwa salah satu pasangan yang
berbeda agama, dan memiliki ketaatan beribadah, tetapi ketika memutuskan akan
menikah dengan pasangan beda agama, dia mengikuti kata hatinya dan tidak
berpatok dengan agamanya yang menentang keras perkawinan lintas agama,
bukan karena dia tidak kuat iman, tetapi lebih mengikuti kata hatinya dan
beranggapan bahwa jika sudah saling mencintai maka perkawinan lintas agama
bisa dilakukan, sementara jika dilihat dari segi hukum, hukum juga menentang
keras perkawinan ini.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa empat
pasangan suami istri beda agama yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta menggunakan pola komunikasi persamaan yaitu kedudukan suami dan
istri dalam rumah tangga memiliki kesempatan komunikasi secara merata dan
seimbang. Sedangkan satu pasangan suami istri beda agama yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta menggunakan pola komunikasi seimbang
terpisah, di mana antara suami dan istri memegang kontrol atau kekuasaan dalam
bidangnya masing-masing, yaitu suami dipercaya untuk bekerja/mencari nafkah
untuk keluarga dan istri mengurus anak dan mengursi rumah tangga seperti
mencuci dan memasak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pola komunikasi yang dilakukan oleh pasangan suami-istri beda agama dalam
mempertahankan hubungan perkawinannya dilakukan dengan komunikasi yang
lebih intens secara tatap muka (face to face), dan memakai cara-cara memelihara
hubungan, antara lain : saling mencintai, menjaga tolerasi antar kedua pasangan
serta tidak mempermasalahkan kepercayaan atau agama masing-masing
pasangannya ketika terjadi permasalahan dalam keluarga. Dengan demikian
peneliti berkesimpulan bahwa pola komunikasi yang dilakukan oleh kelima
pasangan suami istri beda agama yaitu empat pasangan menggunakan pola
komunikasi interpersonal dalam bentuk pola komunikasi persamaan, yaitu
kedudukan suami dan istri dalam rumah tangga memiliki kesempatan komunikasi
secara merata dan seimbang dan satu pasangan menggunakan pola komunikasi
seimbang terpisah, di mana antara suami dan istri memegang kontrol atau
kekuasaan dalam bidangnya masing-masing, yaitu suami dipercaya untuk
bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan mengursi
rumah tangga seperti mencuci dan memasak.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Bagi pasangan-pasangan beda agama, harus benar-benar difikirkan secara
matang sebelum mengambil keputusan untuk melakukan perkawinan dengan
pasangannya. Karena tidak semua orang bisa menerima keputusan tersebut
terutama keluarga.
2. Bagi anak yang memiliki orangtua yang beda agama, agama apapun yang
akan dipilih haruslah benar-benar diyakini akan dapat menjadi pedoman
hidup. Jangan sampai agama hanya menjadi suatu formalitas saja. Karena
agama sangat penting sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir
kebahagiaan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50