101
POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BRANTAS TAHUN 2010

Pola Pengelolaaan SDA Brantas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yes

Citation preview

  • POLA

    PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

    WILAYAH SUNGAI BRANTAS

    TAHUN 2010

  • i

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi

    Daftar Tabel

    Daftar Gambar

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya

    Air WS. Brantas 1.2.1 Maksud dan Tujuan 1.2.2 Sasaran

    1.3 Isu-Isu Strategis 1.3.1 Isu Strategis Nasional

    1.4 Alur Pikir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

    i

    iv

    vi

    1

    1

    1 1 1 4 4 5

    BAB II KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI BRANTAS 2.1 Peraturan Perundangan dan Peraturan Pemerintah yang Terkait 2.2 Kebijakan yang berlaku dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

    2.2.1 Kebijakan Pemerintah yang Berlaku di Daerah Terkait 2.2.2 Kebijakan Daerah

    2.3 Inventarisasi Data 2.3.1 Data Umum

    2.3.1.1 Kondisi Sosial Ekonomi 2.3.1.2 Produk Domestic Bruto (PDB) 2.3.1.3 Produk Domestic Regional Bruto (PDRB)

    2.3.2 Kondisi Hidrologi 2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan

    2.4.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air 2.4.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air 2.4.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air

    2.4.3.1 Umum 2.4.3.2 Prinsip Pengendalian Banjir 2.4.3.3 Teknik Pengendalian Banjir 2.4.3.4 Kualitas Air 2.4.3.5 Permasalahan Dalam Pengendalian Pencemaran

    7 7 7 7 8 9 9 9 11 11 11 12 12 14 20 20 21 21 22 22

  • ii

    2.4.3.6 Pemantauan Kualitas Air di WS Brantas 2.4.3.7 Sistem Pemantauan

    2.4.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air 2.4.4.1 Sistem Informasi Sumber Daya Air WS Brantas 2.4.4.2 Pengelolaan informasi Sumber Daya Air

    2.4.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi 2.4.5.1 Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 2.4.5.2 Sistem Koordinasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

    2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan 2.5.1 Kondisi Tata Ruang 2.5.2 Kondisi Sosial Ekonomi 2.5.3 Kondisi Hidrologi

    2.5.3.1 Ketersediaan Air 2.5.3.2 Perhitungan Debit Banjir Rencana 2.5.3.3 Debit Aliran Rendah 2.5.3.4 Potensi Air

    23 23 24 24 25 25 25 26 26 26 27 29 29 29 32 32

    BAB III ANALISA DATA WS BRANTAS

    3.1 Analisa Aspek Konservasi Sumber Daya Air 3.1.1 Konservasi Tanah dan Sumber Daya Air di WS Brantas 3.1.2 Strategi dan Metode Konservasi Lingkungan Sungai 3.1.3 Konservasi Air

    3.2 Analisa Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air 3.2.1 Analisa Kebutuhan Air

    3.2.1.1 Kebutuhan Air Irigasi 3.2.1.2 Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik (Rumah

    Tangga dan Perkotaan) 3.2.1.3 Kebutuhan Air Industri 3.2.1.4 Kebutuhan Air Tambak

    3.2.2 Decision Support System River Basin Simulation Model (DSS-RIBASIM) 3.2.2.1 Simulasi Kondisi Tahun 2005 3.2.2.2 Simulasi Kondisi Tahun 2020 3.2.2.3 Simulasi Kondisi Tahun 2030

    3.3 Analisa Aspek Pengendalian Daya Rusak Air 3.3.1 Erosi dan Sedimentasi di WS Brantas 3.3.2 Analisa Pengendalian Banjir di WS Brantas 3.3.3 Analisa Kualitas Air di WS Brantas

    3.4 Analisa Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air

    37

    37 38 38 39 40 40 40

    41 41 42

    42 42 44 46 50 50 55 57 60

  • iii

    3.4.1 Pengelolaan Informasi Sumber Daya Air 3.4.2 Pembentukan Inter Agency Management Information System 3.4.3 Fasilitas yang Dibutuhkan untuk Pembentukan Inter Agency

    Management Information System 3.5 Analisa Aspek Peran Serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi

    3.5.1 Analisa Aspek Peran Serta Masyarakat 3.5.2 Analisa Aspek Sistem Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air

    3.6 Analisa Aspek Kelembagaan Pengelola Sumber Daya Air 3.7 Skenario Pengelolaan Sumber Daya Air

    3.7.1 Penambahan Tampungan Air 3.7.2 Konservasi SDA dan Pengendalian Daya Rusak Air 3.7.3 Efisiensi pengelolaan SDA dan Peningkatan Efektifitas Kelembagaan

    serta Sistem Informasi SDA 3.8 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air

    3.8.1 Konservasi Sumber Daya Air 3.8.2 Pendayagunaan SDA 3.8.3 Pengendalian Daya Rusak Air 3.8.4 Peran Serta Masyarakat & SISDA

    BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

    4.1 Konservasi Sumber Daya Air 4.2 Pendayagunaan Sumber Daya Air

    4.2.1 Penatagunaan Sumber Daya Air 4.2.2 Penyediaan Sumber Daya Air 4.2.3 Penggunaan Sumber Daya Air 4.2.4 Pengembangan Sumber Daya Air 4.2.5 Pengusahaan SDA

    4.3 Pengendalian Daya Rusak Air 4.3.1 Pencegahan Daya Rusak Air 4.3.2 Penanggulangan Daya Rusak Air 4.3.3 Pemulihan Daya Rusak Air

    4.4 Peran Serta Masyarakat & Sistem Informasi SDA

    60 61

    61 62 62 62 63 64 64 67

    67 68 68 69 69 70

    81

    81 81 82 82 82 82 82 83 83 83 83 83

    LAPORAN PENUNJANG:

    - Buku 1 : Laporan Utama - Buku 2 : Laporan Pendukung, meliputi:

    1. Hasil PKM-1 dan 2 2. Hasil Analisa Hidrologi 3. Hasil Analisa Alokasi air

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Penggunaan Lahan (Land Use) di WS Brantas Tahun 2005 (km2) Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk WS Brantas Tabel 2.3 Daftar PDAM yang Memanfaatkan Air Permukaan di WS Brantas Tabel 2.4 Kawasan Andalan Tabel 2.5 Proyeksi Jumlah Penduduk di WS Brantas Tabel 2.6 Curah Hujan Maksimum Rerata Daerah Tabel 2.7 Curah Hujan Rancangan di WS Brantas (mm) Tabel 2.8 Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu (m3

    8 10 19 25 26 28 29 30 32 33

    37 38 41 42 43 43 44 45 45 46 47 47 48

    50 51 52

    53

    54

    55

    55

    /dt) Tabel 2.9 Potensi Air Permukaan di WS Brantas Tabel 2.10 Pengisian Air Tanah di WS Brantas Tabel 3.1 Perbandingan Penggunaan Lahan (Land Use)di Jawa Timur Tahun

    1994 dan 2005 Tabel 3.2 Kondisi Lahan Kritis Wilayah Sungai Brantas Awal Tahun 2005 Tabel 3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik dan Municipal (DM) Tabel 3.4 Proyeksi Kebutuhan Air Industri Tabel 3.5 Kinerja Daerah Irigasi Tahun 2005 Tabel 3.6 Kinerja Tambak Tahun 2005 Tabel 3.7 Kinerja Pemenuhan Air Bersih Tahun 2005 Tabel 3.8 Kinerja Daerah Irigasi Tahun 2020 Tabel 3.9 Kinerja Tambak Tahun 2020 Tabel 3.10 Kinerja Pemenuhan Air Baku Tahun 2020 Tabel 3.11 Kinerja Daerah Irigasi Tahun 2030 Tabel 3.12 Kinerja Tambak Tahun 2030 Tabel 3.13 Kinerja Pemenuhan Air Baku Tahun 2030 Tabel 3.14 Kebutuhan Prasarana Pengairan WS Brantas Berdasarkan Master

    Plan III Tabel 3.15 Produk Sedimen Erosi Lahan WS Brantas Tabel 3.16 Perubahan Historis Kapasitas Tampungan Waduk di WS Brantas Tabel 3.17 Ground Sills yang Diusulkan pada Brantas daerah Tengah dan

    Sungai Porong Tabel 3.18 Rencana Bangunan Pengendali Sedimen Sungai dengan Tingkat

    Bahaya A Tabel 3.19 Rencana Bangunan Pengendali Sedimen Sungai dengan Tingkat

    Bahaya B Tabel 3.20 Rencana Bangunan Pengendali Sedimen Sungai dengan Tingkat

    Bahaya C

  • v

    Tabel 3.20 Rencana Bangunan Pengendali Sedimen Sungai dengan Tingkat Bahaya C

    Tabel 3.21 Kelas Air Sungai Brantas Tahun 2005 Sesuai PP 82 Tahun 2001 Tabel 3.22 Persentase (%) Air Waduk yang Memenuhi Mutu Air Tabel 3.23 Sumber Sistem Informasi SDA di WS Brantas Tabel 3.24 Alternatif Tahapan Penyelengaraan Strategi dalam Rancangan

    Pengelolaan SDA Tabel 3.25 Tahapan Kegiatan Pembangunan Prasarana Baru Pengairan

    Skenario 1 Kondisi Ekonomi Kuat Tabel 3.26 Tahapan Kegiatan Pembangunan Prasarana Baru Pengairan

    Skenario 2 Kondisi Ekonomi Sedang Tabel 3.27 Tahapan Kegiatan Pembangunan Prasarana Baru Pengairan

    Skenario 3 Kondisi Ekonomi Lemah Tabel 4.1 Analisis Strategi Dan Kebijakan Operasional Pengelolaan SDA

    55

    57 58 61

    71

    77

    78

    79 85

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Peta Batas Wilayah Sungai Brantas Gambar 1.2 Alur Pikir Penyusunan Pola Pengelolaan SDA Gambar 2.1 Pembagian Sub DAS (WS Brantas) Gambar 2.2 Skematisasi sistem tata air pada WS Brantas Gambar 2.2a Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik

    Kontrol) Tahun Pengamatan 2006 Gambar 2.2b Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik

    Kontrol) Tahun Pengamatan 2006 Gambar 2.2c Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik

    Kontrol) Tahun Pengamatan 2006 Gambar 2.2d Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik

    Kontrol) Tahun Pengamatan 2006 Gambar 2.3 Peta Cekungan Air Tanah Propinsi Jawa Timur Gambar 2.4 Peta Potensi Air Tanah di WS. Brantas Gambar 3.1 Lokasi Bangunan Prasarana Pengairan Eksisting dan Usulan

    Bangunan Prasarana Pengairan di WS Brantas Gambar 3.2 Upaya Mengatasi Masalah Banjir Secara Menyeluruh Gambar 3.3 Jaringan Irigasi Sepanjang Sungai Brantas Gambar 3.4 Grafik Ketersediaan VS Kebutuhan Sungai Brantas dari Hulu

    samapi Hilir (Tahun 2005 s/d 2030) Gambar 4.1 Peta Tematik Aspek Konservasi SDA pada Wilayah Sungai Brantas Gambar 4.2 Peta Tematik Aspek Pendayagunaan SDA pada Wilayah Sungai

    Brantas Gambar 4.3 Peta Tematik Aspek Pengendalian Daya Rusak Air pada Wilayah

    Sungai Brantas

    3 6 13 14

    15

    16

    17

    18 34 35

    49 56 66

    79 90

    91

    93

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    WS Brantas merupakan WS terbesar kedua di Pulau Jawa, terletak di Propinsi Jawa Timur pada 11030' BT sampai 11255' BT dan 701' LS sampai 815' LS. Sungai Brantas mempunyai panjang 320 km dan memiliki luas wilayah sungai 14.103 km2

    1. Memberikan arahan kebijakan yang menyangkut tata guna air, tata guna sumber daya alam, tata guna tanah serta kebijakan penataan ruang.

    yang mencakup 25% luas Propinsi Jawa Timur atau 9% luas Pulau Jawa. WS Brantas terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Brantas, DAS Tengah dan DAS Ringin Bandulan serta DAS Kondang Merak. Peta lokasi wilayah sungai Brantas dapat dilihat pada Gambar 1.1

    Sumber daya air adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, untuk dan demi peradaban manusia, tanpa pengembangan sumber daya air, peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati saat ini. Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan, di satu pihak terus meningkat dari tahun ke tahun, tetapi di lain pihak ketersedian sumber daya air semakin terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat, diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air (SDA), melindungi, melestarikan dan meningkatkan nilai SDA dan lahan.

    Mengingat pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak, baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka tidak dapat dihindari perlunya upaya bersama untuk mulai mempergunakan pendekatan one river basin, one plan and one integrated management. Keterpaduan dalam perencanaan, kebersamaan dalam pelaksanaan dan kepedulian dalam pengendalian sudah waktunya diwujudkan.

    1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas

    1.2.1 Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan penyusunan pola pengelolaan SDA WS Brantas adalah menyusun kerangka dasar/awal pengelolaan SDA yang ada di WS Brantas dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah serta keseimbangan antara upaya konservasi SDA dan pendayagunaan SDA, sehingga dapat menjamin terselenggaranya pengelolaan SDA secara terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu (sampai tahun 2030)

    1.2.2 Sasaran

    Sasaran dari penyusunan pola pengelolaan SDA WS Brantas adalah:

  • 2

    2. Memberikan arahan terjaminnya ketersediaan air untuk kepentingan masa kini dan masa yang akan datang

    3. Memberikan arahan pengembangan kawasan pembangunan yang berkaitan dengan SDA antara lain kawasan budidaya, pusat-pusat perkembangan pemukiman, sistem sarana dan prasarana wilayah.

    Visi pola pengelolaan sumber daya air di WS Brantas ini adalah Pengelolaan sumber daya air berkelanjutan sebagai landasan kesejahteraan masyarakat

    Di dalam visi ini termaktub pengertian bahwa sumber daya air di WS Brantas merupakan faktor dasar yang bila dikelola dengan baik akan memberikan jaminan keberlanjutan bagi pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Sepanjang sejarah peradaban di WS Brantas, sungai beserta air yang mengalir padanya telah membentuk karakter ekonomi dan sosial masyarakat. Demikian pula pada zaman modern ini, khususnya sejak Republik Indonesia berdiri hingga kini, sungai beserta potensi airnya telah menjadi pendukung utama kemajuan ekonomi, sosial dan budaya di WS Brantas.

    Adapun misi untuk pola pengelolaan sumber daya air WS Brantas adalah:

    1) Melakukan konservasi sumber daya air sehingga dapat dicapai pendayagunaan sumber daya air yang optimal sekaligus diperoleh pengendalian daya rusak air yang maksimal.

    2) Mengembangkan potensi air yang ada beserta aspek kelembagaan dan pembiayaannya demi tercapainya tata kelola sumber daya air yang lebih berhasil guna.

    3) Meningkatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan dalam mengelola sumber daya air yang ditopang dengan data dan informasi yang memadai.

  • 3

    Lokasi Bendung /Bendungan /Groundsill

    BENDUNGAN LODOYO

    DI. MRICAN KIRI 12.440 HA

    PASURUAN

    MASTER PLAN WILAYAH SUNGAI BRANTAS (1998) Versi The Study On Comprehensive Management Plan For The Water Resources of The Brantas River Basin

    Jakarta

    Surabaya

    LOKASI

    Kalimantan

    Sumatra

    PETA LOKASI

    SIDOARJO

    GROUNDSILL CEPIPLES DI.DELTA BRANTAS 24.061 HA

    GROUNDSILL KEDUNG MUNGAL

    PENGEMBANGAN IPA KARANGPILANG

    PERBAIKAN KALI PORONG

    PERBAIKAN KALI SURABAYA

    MOJOKERTO

    BENDUNGAN LENGKONG BARU

    DI. MENTURUS 3.632 HA

    DI. MRICAN KANAN 17.001 HA

    GROUNDSILL TAPEN

    DI. BENG 3.200 HA

    GROUNDSILL NGROMBOT

    KERTOSONOPENGENDALIAN BANJIR WIDAS

    PENGEMBANGAN DI. WIDAS 2.250 HA

    BENDUNGAN KETANDAN

    BENDUNGAN KEDUNGWARAK

    DI. BENING 8.753 HA

    BENDUNGAN BENING

    BENDUNGAN GLATIK

    NGANJUK

    BENDUNGAN BABADAN

    BENDUNGAN K.KONTO II

    KOLAM PENANGKAP SEDIMEN

    BENDUNGANSERBAGUNA SUTAM I

    BENDUNGAN LAHOR

    BENDUNGAN SENGGURUH

    BENDUNG KEPANJEN

    PENGELOLAAN DAS LESTI BAGIAN HULU

    BENDUNGLUMBANGSARI

    PENGELOLAAN DAS BRANTAS BAGIAN HULU

    CHEK DAM LESTI 2

    DI. LODOYO 12.219 HA

    SALURAN PARIT AGUNG DI. TRENGGALEK 1.603 HA

    PINTU TULUNGAGUNG

    BENDUNGAN WONOREJO

    BENDUNGAN SEGAWE Gn. KAWI

    Gn. KELUD

    Gn. WILIS

    PENGENDALIAN LAHAR GN KELUD

    PERBAIKAN SUNGAI BAGIAN TENGAH

    GROUNDSILL KALI BATAN

    KEDIRI

    TULUNGAGUNG BLITAR

    MALANG

    BENDUNGAN SERBA GUNASELOREJO

    0 5 10 15 20 km

    SKALA

    BENDUNGAN GENTENG I

    Batas Daerah Aliran Sungai Brantas

    Kegiatan Yang Sudah SelesaiKegiatan Yang Sedang Dilaksanakan

    Usulan Kegiatan (Renc. Induk IV)

    KETERANGAN :

    DI. SIMAN 23.562 HA

    Gn. SEMERU

    Usulan Kegiatan Tambahan (Berdasarkan Pola)

    BENDUNGAN SERBAGUNA WLINGI

    BENDUNG GERAK MRICAN

    LAUTAN HINDIA

    BENDUNG GUNUNG SARI

    BENDUNGAN BENG

    BENDUNGAN SEMANTOK

    BENDUNGAN KUNCIR

    Gn. ARJUNO

    SURABAYA URBAN DEVELOPMENT PROJECT

    SURABAYA

    BY PASS K. PUTIH BAGIAN BAWAH

    REVITALISASI KALI MAS

    PERBAIKAN KALI WONOKROMO

    CHECK DAM BRANTAS HULU 4,5,7,9,10

    REHABILITASI SYPON BANGIL TAK (1647 Ha)

    TRENGGALEK BENDUNGAN KESAMBEN

    BY PASS K. PUTIHBAGIAN TENGAH

    BENDUNG KARET GUBENG

    BENDUNG JAGIRBENDUNG KARET

    JATIMLEREK

    PENINGKATAN JI. PETERONGAN7.091 HA

    DI. MOLEK 3.974HA

    DI. KD.KANDANG 5.183HA

    BENDUNGAN TUGU

    PLTA TULUNGAGUNG

    PENGALIRAN BANJIRKELAUT SELATAN

    TEROWONGAN TULUNGAGUNG SELATAN

    KONSOLIDASI DAM LESTI 4

    KONSOLIDASI DAM LESTI 5

    BENDUNGAN LESTI III DAERAH IRIGASI LESTI KIRI

    2.300 HA

    BENDUNG KARET MENTURUS

    BOEZEM MOROKREMBANGAN

    CHECK DAM BRANTAS HULU 1,2,3,6,8

    KONSOLIDASI DAM LESTI 1,3

    U

    Gambar 1.1 Peta Batas Wilayah Sungai Brantas

  • 4

    1.3 Isu-Isu Strategis

    1.3.1 Isu Strategis Nasional

    1. MDGs Program (Milennium Development Goals)

    Dalam rangka menyongsong MDG tahun 2015, air sungai di WS Brantas dimanfaatkan juga untuk memenuhi kebutuhan air baku untuk air minum. Dengan berkembangnya kota-kota besar yang dilalui aliran sungai Brantas, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan air baku untuk air minum, dimana tingkat kebutuhan air tersebut sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk. Di samping itu, semakin tingginya konsentrasi penduduk dan industri di daerah perkotaan menimbulkan masalah antara lain menurunnya kualitas air.

    Potensi air yang ada di WS Brantas dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan air tersebut terutama pada musim kemarau dan dapat meningkatkan pelayanan memenuhi kebutuhan air penduduk pada masa yang akan datang.

    2. Ketahanan Pangan

    WS Brantas mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang Propinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional. Pada tahun 1994 1997, Propinsi Jawa Timur memberikan kontribusi lebih dari 2 juta ton beras/tahun atau sebesar 25% dari stok pangan nasional. Produksi padi di WS Brantas pada tahun 2004 sebesar 2,2 juta ton, lebih besar dari kebutuhan penduduk sebesar 1,33 juta ton (tahun 2005). Dari proyeksi kebutuhan beras dan realisasi produksi padi pada tahun 2004, maka tahun 2030 diharapkan kebutuhan pangan jenis beras masih dapat dipenuhi dan mengalami surplus.

    3. Perubahan Iklim

    Perubahan iklim merupakan tantangan serius terhadap kemanusiaan dan pembangunan berkelanjutan sehingga memerlukan tanggapan yang proaktif serta usaha bersama oleh para pemangku kepentingan (stake holder) melalui upaya-upaya : usaha keras mengurangi emisi karbondioksida; meningkatkan penggunaan bahan bakar nonfosil dalam konsumsi energi; kegiatan perekonomian dengan tingkat karbon yang rendah dan menggunakan produk yang bisa didaur ulang; serta upaya keras menambah luas hutan.

    4. Degradasi Lingkungan

    Kondisi DAS di WS Brantas yang telah banyak mengalami kerusakan dan penurunan fungsi, banyak dijumpai di DAS Brantas, khususnya di sub DAS Brantas Hulu, sub DAS Lekso, sub DAS Konto Hulu dan sub DAS Brangkal. Karena kondisinya yang sangat parah, keempat sub DAS tersebut telah ditetapkan sebagai target area untuk pelaksanaan Rencana Induk Konservasi DAS yang dihasilkan dari Studi Water Resources Existing Facilities Rehabilitation and Capacity Improvement Project (WREFR & CIP) yang disusun pada tahun 2005.

    5. Penggunaan Lahan

    WS Brantas merupakan WS terbesar kedua di Pulau Jawa menempati 25% luasan propinsi Jawa Timur dilewati Lajur Gunung Berapi dan Pegunungan, mengakibatkan kondisi topografinya sangat bervariasi mulai dari datar, berbukit, lembah dan bergunung. Hal ini

  • 5

    menyebabkan lahan yang tersedia tidak seluruhnya dapat dibudidayakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harus terdapat kawasan lindung yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan mencegah berulangnya kerusakan lingkungan, khususnya tanah longsor dan banjir akibat berkurangnya tutupan lahan.

    WS Brantas mempunyai potensi yang besar bagi pengembangan sektor unggulan khususnya bidang industri, perdagangan jasa, pariwisata, pertanian dan perkebunan. Potensi tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan permasalahan lingkungan dalam arahan pemanfaatan ruang pada masa yang akan datang, karena terganggunya kawasan lindung dan kawasan pelestarian alam akibat perkembangan penduduk dan aktivitasnya.

    6. Semburan Lumpur Sidoarjo

    Semburan lumpur panas di Sidoarjo pada tahun 2006 ini, merupakan suatu bencana yang bermula dari usaha pengeboran gas/minyak yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Sejak awal terjadinya semburan lumpur panas telah menenggelamkan 8 (delapan) desa seluas + 400 ha yang meliputi Desa Mindi, Renokenongo, Jatirejo, Kedungkancing, Siring, Pejarakan, Besuki dan Desa Kedungrejo, termasuk 23 pabrik dan menyebabkan 2.700 KK mengungsi.

    Dengan adanya semburan tersebut maka Kali Porong dimanfaatkan sebagai sarana pengaliran lumpur, oleh karena itu perlu kiranya kajian hidraulik lebih lanjut dan dicarikan alternatif suatu sistem pengaliran lumpur yang secara hidraulik tidak mengganggu terhadap sistem pengelolaan Sumber Daya Air termasuk pengendalian banjir yang sudah ada.

    1.4 Alur Pikir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

    Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah.

    Pola pengelolaan sumber daya air disusun secara terkoordinasi di antara instansi yang terkait, berdasarkan asas kelestarian, asas keseimbangan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi, asas kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan keserasian, asas keadilan, asas kemandirian serta asas transparansi dan akuntabilitas. Alur pikir penyusunan pola pengelolaan sumber daya air tersebut digambarkan sebagaimana pada Gambar 1.2 berikut ini.

  • 6

    Gambar 1.2

  • 7

    BAB II KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI BRANTAS

    2.1 Peraturan Perundangan dan Peraturan Pemerintah yang Terkait 1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

    Nasional 3. Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.18

    Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 4. Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

    Pertambangan 5. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    Nasional 6. Dan lain-lain

    2.2 Kebijakan yang Berlaku dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

    2.2.1 Kebijakan Pemerintah yang Berlaku di Daerah Terkait 1. Undang-Undang Dasar 1945 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

    Hayati. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolan Sumber Daya Air. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. 8. Peraturan Menteri PU Nomor 11A Tahun 2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah

    Sungai. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

    Penyediaan Air Minum 10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air. 11. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1991 tentang Sungai. 12. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1986 tentang Perlindungan Hutan. 13. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1982 tentang Rawa. 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan

    Pemeliharaan Prasarana Pengairan. 15. Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman

    Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Wilayah Sungai.

    17. Dan lain-lain.

  • 8

    2.2.2 Kebijakan Daerah

    RTRW propinsi merupakan : 1. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah propinsi. 2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah

    propinsi serta keserasian antar sektor. 3. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat. 4. Pengarah dalam penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang merupakan dasar dalam

    pengawasan terhadap perijinan lokasi pembangunan.

    RTRW propinsi mempunyai fungsi sebagai pengendali pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota dan menyelaraskan keseimbangan perkembangan antar wilayah, sehingga pertumbuhan wilayah di propinsi Jawa Timur bisa tumbuh bersama-sama antar wilayah sesuai dengan potensi sumber daya yang dimilikinya.

    Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas, aspek tata ruang merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan yaitu dari segi pengembangan pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan sumber daya air bagi masyarakat perkotaan dan pedesaan.

    Tabel 2.1 Penggunaan Lahan (Land Use) di WS Brantas Tahun 2005 (km2

    )

    *) Keterangan :

    1 Kota Batu 9 Kabupaten Tulungagung 2 Kabupaten Malang 10 Kabupaten Trenggalek 3 Kota Malang 11 Kabupaten Jombang 4 Kabupaten Kediri 12 Kabupaten Mojokerto 5 Kota Kediri 13 Kota Mojokerto 6 Kota Blitar 14 Kabupaten Sidoarjo 7 Kabupaten Blitar 15 Kota Surabaya 8 Kabupaten Nganjuk

    Kewenangan pengelolaan sumber daya air ditentukan berdasarkan batasan satuan wilayah sungai atau WS (untuk air permukaan) dan cekungan air tanah (untuk air tanah). Pembagian kewenangan pengelolaan sungai diatur dalam UU No. 7 Tahun 2004 Pasal 13 sampai dengan 19.

    Pembagian ini didasarkan kondisi topografis dari sungai tersebut yang dikaitkan dengan batas-batas administrasi pemerintahan. Sungai yang melintasi lebih dari satu propinsi, atau sungai yang memiliki potensi strategis bagi kepentingan nasional, ditetapkan pengelolaannya oleh Pemerintah Pusat. Sungai di dalam satu wilayah propinsi dikelola oleh

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Air Tawar 0,03 25,08 0,92 6,80 0,47 0,14 48,34 5,64 9,64 8,41 5,73 5,07 0,12 9,41 4,14Empang 0,84 0,17 0,02 0,05 159,28 40,88Hutan 25,46 335,13 47,32 48,69 22,45 121,64 192,10 23,47 81,33Kebun 6,93 796,44 2,63 284,69 3,69 5,70 498,26 397,64 188,64 276,04 195,60 100,69 0,94 34,62 7,30Padang Rumput\Tanah Kosong 1,16 20,92 5,23 7,12 1,32 0,07 10,01 3,96 10,09 4,47 5,68 16,87 0,33 26,98 54,15Pemukiman 8,09 287,79 59,33 246,00 16,24 14,35 262,92 163,23 198,65 117,22 124,53 96,20 4,13 124,60 150,08Sawah Irigasi 11,64 291,56 18,73 513,82 16,80 0,15 68,04 378,89 214,87 174,55 314,70 41,72 4,27 243,12 13,70Sawah Tadah Hujan 0,99 116,71 61,26 12,84 8,67 244,67 120,69 61,96 57,27 89,54 97,40 3,26 1,81 21,95Semak Belukar 9,51 143,30 2,61 27,56 0,54 0,01 40,78 43,40 60,76 177,94 31,54 19,69 0,14 1,59 3,71Tanah Ladang 29,19 957,64 20,54 191,44 11,10 3,91 367,12 88,09 179,31 196,47 113,21 232,91 2,82 23,69 22,15Rawa 2,76 0,02 0,04 6,30 7,33Pasir Darat 0,06 0,12 0,03Pasir Pantai 0,78 0,31 0,52Penggaraman 2,60 0,59Total 93 2.979 110 1.386 63 33 1.589 1.224 1.046 1.205 904 692 16 634 326

    Kabupaten/Kota*)Penggunaan Lahan

  • 9

    Pemerintah propinsi. Adapun sungai yang berada di dalam suatu wilayah kabupaten atau kota, sepenuhnya dikelola oleh Pemerintah kabupaten dan kota tersebut.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2006 tanggal 17 Juli 2006, dan kemudian diperbarui dengan Kepmen PU No. 23/2008 WS Brantas dikategorikan sebagai WS stategis nasional (kewenangan pengelolaan oleh Pemerintah Pusat) yang didasarkan pada penilaian: Ukuran dan besarnya potensi sumber daya air yang tersedia, di mana jumlah air

    permukaan yang dikelola melalui waduk-waduk yang ada mencapai 2,43 miliar m/tahun, di samping potensi limpasan permukaan yang mencapai 6 miliar m;

    Banyaknya sektor dan jumlah penduduk, di mana penduduk mencapai 15,2 juta (tahun 2002), jumlah pemanfaatan air sungai Brantas untuk irigasi melampaui 10.000 hektar dan pemakaian air oleh industri melampaui 200 juta m;

    Besaran dampak sosial, lingkungan dan ekonomi terhadap pembangunan nasional; Besaran dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi nasional

    dan regional.

    2.3 Inventarisasi Data

    Luas catchment area WS Brantas sebesar 14.103 km2, panjang sungai + 320 km melintasi 15 Kabupaten/Kota. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm/tahun sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan per tahun rata-rata 13,232 milyar m3, termanfaatkan sebesar 5-6 milyar m3

    WS Brantas terdiri dari 4 (empat) DAS yaitu :

    /tahun.

    - DAS Brantas seluas 11.988 km2

    - DAS Kali Tengah seluas 596 km (6 sub DAS dan 32 basin block) 2

    - DAS Ringin Bandulan seluas 595 km

    - DAS Kondang Merak seluas 924 km

    2

    Penduduk di wilayah sungai Brantas mencapai 15,90 juta orang (2005) atau 42,89% dari penduduk Jawa Timur dan mempunyai kepadatan rata-rata 1.272 orang/km

    2

    2

    2.3.1 Data Umum

    atau 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jawa Timur.

    2.3.1.1 Kondisi Sosial Ekonomi

    WS Brantas didefinisikan sebagai gabungan dari wilayah 9 (sembilan) Kabupaten dan 6 (enam) Kota sebagai berikut :

    Kabupaten : Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Blitar, Kediri, Nganjuk, Jombang, Tulungagung dan Trenggalek

    Kota : Surabaya, Mojokerto, Malang, Kediri, Blitar dan Batu

    Tahun 1995, penduduk kabupaten/kota di WS Brantas berjumlah 13.668.662 jiwa, meningkat menjadi sekitar 15.901.645 jiwa pada tahun 2005 (pertumbuhan rata-rata sebesar 0,99 % per tahun). Jumlah penduduk pada tahun 2005 tersebut merupakan 42,89% penduduk Propinsi Jawa Timur atau 7,2% penduduk Indonesia (data disajikan pada Tabel 2.2).

  • 10

    Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk WS Brantas

    No. Kabupaten/Kota Luas Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan

    (km2 1995 ) 2005 (% /tahun)

    1. Kota Batu 93 185.467 1,76 2. Kabupaten Malang 2.979 2.245.477 2.393.959 0,90 3. Kota Malang 110 704.719 778.002 0,57 4. Kabupaten Kediri 1.386 1.322.394 1.509.135 0,89 5. Kabupaten Blitar 1.589 1.062.367 1.131.222 0,71 6. Kabupaten Sidoarjo 634 1.106.300 1.787.771 2,37 7. Kabupaten Mojokerto 692 829.349 1.008.740 1,58 8. Kabupaten Jombang 904 1.074.320 1.199.958 0,90 9. Kota Kediri 63 233.734 254.367 0,36 10. Kota Mojokerto 16 103.502 116.383 1,49 11. Kota Surabaya 326 2.335.200 2.698.972 0,57 12. Kabupaten Trenggalek 1.205 645.384 682.465 0,65 13. Kota Blitar 33 119.357 124.944 0,50 14. Kabupaten Tulungagung 1.046 926.562 976.691 0,66 15. Kabupaten Nganjuk 1.224 959.997 1.053.569 0,94 Total WS Brantas (Administratif) 12.302 13.668.662 15.901.645 0,99

    Total Propinsi Jawa Timur 47.130 32.574.724 37.070.731 1,24 Sumber: Jawa Timur dalam Angka Tahun 2005; Biro Pusat Statistik

    Mata pencaharian utama terdapat pada sektor pertanian (pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dll. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita WS Brantas tahun 2005 sekitar Rp. 9,89 juta, lebih tinggi daripada PDRB per kapita Propinsi Jawa Timur sebesar Rp. 7,0 juta.

    Sektor pertanian pada PDRB Propinsi Jawa Timur tahun 2005 memberikan kontribusi ekonomi sebesar Rp. 69,5 triliun atau sekitar 17,2% dari PDRB keseluruhan. Selama tahun 2001 2005 sektor pertanian mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 10,8% per tahun.

    Tahun 2005, hutan di WS Brantas tercatat sebesar 356,1 ribu ha atau sekitar 31,3% dari luas hutan di Propinsi Jawa Timur, yang terdiri dari hutan produksi seluas 255,4 ribu ha dan hutan lindung seluas 100,7 ribu ha.

    Luas tebangan hutan selama tahun 2000 2005 mengalami penurunan rata-rata sebesar 13,1% per tahun dari 3.975 ha pada tahun 2000 menjadi 1.376 ha pada tahun 2005, dimana luasan tersebut didominasi oleh kayu jati sebesar 58,3%.

    Konsumsi energi listrik di WS Brantas diperkirakan sebesar 10,4 juta MWh atau sebesar 63,6% dari total konsumsi Propinsi Jawa Timur. Konsumsi energi listrik terbesar diserap oleh Surabaya sebesar 5,5 juta MWh (53,1%).

    Produksi air minum di WS Brantas sebesar 253,5 juta m3

    Jumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di WS Brantas sampai dengan tahun 2005 berjumlah 639,6 ribu pelanggan atau sekitar 61,1% dari total pelanggan PDAM di Propinsi Jawa Timur.

    atau sebesar 73,1% dari produksi air minum Propinsi Jawa Timur.

  • 11

    Obyek wisata di WS Brantas terdapat wisata alam pegunungan di Kota Batu dan Kabupaten Malang, wisata pantai di Kabupaten Malang, Tulungagung dan Kota Surabaya, wisata air di wilayah Kabupaten Malang, Tulungagung dan Kota Surabaya, serta wisata sejarah/kepurbakalaan di Kabupaten Mojokerto, Malang dan Blitar.

    Sektor industri pengolahan (industri non migas) di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2005 memiliki nilai ekonomi Rp. 121,0 triliun. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Propinsi Jawa Timur dan bertumbuh 19,8% pada tahun 2005 dibanding tahun 2004 serta selama periode 2001 2005 mengalami pertumbuhan rata-rata 18,6% per tahun.

    Jumlah pemegang Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD) pada tahun 2005 di WS Brantas sebanyak 104 SIPD dengan luas 1.289,5 Ha. Potensi bahan galian di WS Brantas terdapat di daerah : - Kabupaten Blitar : batu kapur, batu bintang, feldspar, marmer, bentonit,

    phyropilit, zeolit dan pasir besi - Kabupaten Malang : batu kapur, feldspar, tanah liat, marmer, bentonit,

    phyropilit, zeolit dan pasir besi - Kabupaten Trenggalek : batu kapur, phospat, feldspar, tanah liat, marmer dan

    phyropilit - Kabupaten Tulungagung : batu kapur, feldspar, marmer dan pasir besi - Kabupaten Mojokerto : tanah liat dan yodium - Kabupaten Nganjuk : onyx

    2.3.1.2 Produk Domestik Bruto (PDB)

    Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2002 adalah sekitar Rp. 1.610.012 milyar dan per kapita PDB adalah Rp. 7,5 juta. Laju pertumbuhan tahunan PDB pada tahun 1996, sebelum krisis ekonomi adalah sekitar 7,8% dan PDB per kapita adalah sekitar 5,9% dimana pertumbuhan ini tergolong tinggi. Sebagai akibat krisis ekonomi, terjadi penurunan sebesar 13% pada tahun 1998.

    2.3.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) WS Brantas pada tahun 2003 adalah sekitar Rp 150,6 triliun atau sekitar 59% PDRB Jawa Timur (Rp 254,4 triliun) dan 8% PDB Nasional (Rp 1.786,7 triliun). Pertumbuhan PDRB WS Brantas dalam kurun waktu 1993 sampai 2003 mencapai sekitar 2,7% di atas pertumbuhan PDB Indonesia (1,0%) dan PDRB Jawa Timur (2,5%).

    2.3.2 Kondisi Hidrologi

    Data curah hujan yang dipakai dalam analisa berasal dari pengukuran dan pencatatan 49 stasiun penakar hujan on line dan off line dengan panjang pencatatan selama 15 tahun (mulai tahun 1991 2005).

    Temperatur tertinggi di bulan Nopember 35,6C dan terendah di bulan Juli 18,1oC, dengan kelembaban 32 sampai 98 persen. Kondisi berawan (mendung) paling banyak terjadi di bulan Pebruari dan Desember. Rata-rata lama penyinaran matahari pada bulan Pebruari sebesar 52 persen, bulan Desember sebesar 46,1 persen. Tekanan udara tertinggi mencapai 1.012,4 milibar yang terjadi di bulan September dan terendah 1.009,2 milibar yang

  • 12

    terjadi di bulan Pebruari. Kecepatan angin tertinggi 7,4 knot pada bulan Juli yang berhembus ke arah Timur dan terendah 4,3 knot pada bulan Maret yang berhembus ke arah Timur.

    2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan

    2.4.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air

    Beberapa permasalahan pokok terkait dengan kelestarian sumber daya air di WS Brantas adalah:

    1. Terus menurunnya luas dan kondisi hutan. Kerusakan hutan tersebut menimbulkan dampak yang luas, yaitu kerusakan ekosistem dalam tatanan WS, demikian pula dipacu oleh pengelolaan WS yang kurang terkoordinasi antara hulu dan hilir serta kelembagaan yang masih lemah.

    2. Lemahnya penegakan hukum.

    3. Rendahnya kapasitas pengelola kehutanan, sumber daya manusia, pendanaan, sarana-prasarana, kelembagaan, serta insentif bagi pengelola kehutanan sangat terbatas.

    4. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa lingkungan.

    5. Belum harmonisnya peraturan perundangan lingkungan hidup dengan peraturan perundangan sektor lainnya.

    6. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan.

    WS Brantas yang terdiri dari 4 (empat) DAS yaitu DAS Brantas, DAS Tengah, DAS Ringin Bandulan dan DAS Kondang Merak, yang secara rinci disajikan pada Gambar 2.1.

  • 13

    Gambar 2.1 Pembagian Sub DAS (WS Brantas)

    18

    32

    2425

    3

    22

    8

    21

    16

    5

    7

    2

    31

    9

    1

    29

    4

    17

    19

    11

    23

    6

    28

    20

    12

    30

    TENGAH

    27

    13

    KONDANG MERAK

    26

    14

    RINGIN BANDULAN10

    15

    MALANGBLITAR

    KEDIRI

    NGANJUK JOMBANG

    TRENGGALEKTULUNGAGUNG

    MOJOKERTO

    SIDOARJO

    KOTA PASURUAN

    MADIUN

    KOTA BATU

    GRESIK

    KOTA SURABAYA

    KOTA MALANGPONOROGO

    1 Brantas Hulu Upper Brantas (1) 180Bango-Sari (2) 235Amprong (3) 349Manten (4) 176Upper Lesti (5) 263Genteng (6) 133Lower Lesti-Jaruman (7) 239Metro (8) 323Ampo (9) 183Kedungbanteng (10) 64Bambang (11) 273Lemon-Putung (12) 173Lekso (13) 139Jari (14) 78Putih (15) 62Abab (16) 554Jimbe (17) 336

    2 Brantas Tengah Ngobo-Serinjing (22) 647Badak-Sukorejo (19) 302Catut-Kedak (20) 193

    3 Ngrowo-Ngasinan Ngrowo (18) 1.4704 Konto Konto (21) 5685 Widas Amunger (23) 269

    Widas (24) 1.2536 Brantas Hilir Gunting (25) 723

    Turibaru (26) 109Beng (27) 151Brangkal (28) 221Sadar (29) 358Bongkok (30) 164Porong (31) 420Mas (32) 1.379

    7 DAS Tengah 5968 DAS Ringin Bandulan 5959 DAS Kondang Merak 924

    No. DAS/Sub DAS Basin BlockCatchment

    (Km2)

  • 14

    Tingkat bahaya erosi dan sedimentasi relatif tinggi terutama di daerah DAS Tengah, Ringin Bandulan, Kondang Merak serta DAS Brantas di bagian hulu dan tengah, disebabkan karena terdapat banyak keruntuhan lereng, khususnya di daerah dengan kemiringan lereng yang curam. Sedangkan DAS Brantas dibagian hilir kondisi lereng relatif stabil dan tingkat bahaya erosi dan sedimentasi relatif rendah. Di sisi lain penambangan pasir yang berlebihan di WS Brantas terutama bagian tengah (Tulungagung sampai Mojokerto) mengakibatkan terjadinya degradasi dasar sungai.

    2.4.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air Skematisasi sistem tata air pada WS Brantas disusun untuk dapat menggambarkan sistem tata air secara hidrologis, lengkap dengan bangunan-bangunan air dan sarana pembawanya {sebagai ilustrasi grafik debit rata-rata inflow & outflow pada bangunan (titik kontrol) di aliran Brantas seperti pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.2a sampai 2.2d.

  • 15

    Kertosono

    Kali Konto

    Kediri

    Bendungan Selorejo

    Ploso

    K. Watudakon

    Bendung Lengkongbaru

    Kali Porong

    K.Wonokromo

    Jatimlerek

    Jeli

    Bendung Gerak Mrican

    Ngrowo

    Parit Agung

    Gondang

    Parit Raya

    Terowongan Tulungagung Selatan

    Bendung Lodoyo

    Bendungan Wlingi

    Bendungan Sengguruh

    Bendungan Sutami

    K. Brantas

    Kali Lesti

    Tawangrejani

    Kali K

    edun

    gsuk

    oK. Kuncir

    Kali Widas

    Bendung Gunungsari

    Perning

    KedurusMernung

    Bendung Wonokromo

    Bendung Gubeng

    Pintu Air MliripPintu

    AirJagir

    Bendungan Wonorejo

    SISTIM TATA AIR / PENGELOLAAN DAN DAYA TAMPUNG / KAPASITAS ALIR DAS BRANTAS

    1500

    950

    900

    1500 740 740 2180

    600

    500

    60

    190

    350 370

    80

    20

    370

    70

    1500

    570

    460

    440

    1080

    Keterangan :186

    500 : Debit Perencanaan (m3/dt)

    : Pintu Air

    : Bendung/bendungan

    Bendung Lahor

    K. Lahor

    1,695.734

    1,695.734

    Gambar 2.2 Skematisasi sistem tata air pada WS Brantas

  • 16

    Gambar 2.2a Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik Kontrol) Tahun Pengamatan 2006

    Total volume outflow per tahun 1446,5 x 106 m3

    1

    Total volume outflow per tahun 2.306 x 106 m3

    2

  • 17

    Gambar 2.2b Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik Kontrol)

    Tahun Pengamatan 2006

    Total volume outflow per tahun 2.306 x 106 m3

    3

    Total volume outflow per tahun 1.065,3 x 106 m3

    4

  • 18

    Gambar 2.2c Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik Kontrol) Tahun Pengamatan 2006

    Total volume outflow per tahun 146,5 x 106 m3

    5

    Total volume outflow per tahun 302,3 x 106 m3

    6

  • 19

    Gambar 2.2d Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik Kontrol) Tahun Pengamatan 2006

    Total volume inflow per tahun 5.790,3 x 106 m3

    7

    Total volume Inflow per tahun 5.869,3 x 106 m3

    8

  • 20

    Infrastruktur utama yang telah dibangun di WS Brantas, dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan antara lain untuk irigasi, air baku untuk air minum dan industri, pembangkit tenaga listrik, perikanan, penggelontoran dan pariwisata.

    Jumlah industri yang memanfaatkan alokasi air di WS Brantas pada tahun 2005 adalah 129 industri. Rata-rata volume pemakaian air untuk industri selama 10 tahun terakhir (1995 2005) adalah sebesar 137,8 juta m3. Pemakaian air industri terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 126,52 juta m3

    No.

    .

    Untuk kebutuhan air domestik dan perkotaan yang dipenuhi oleh PDAM tergantung dari jumlah penduduk di masing-masing Kabupaten/Kota. Jumlah PDAM yang memanfaatkan air di WS Brantas pada tahun 2005 adalah 12 PDAM dari total 16 PDAM.

    Tabel 2.3 Daftar PDAM yang Memanfaatkan Air Permukaan di WS Brantas

    Nama Kabupaten/Kota

    1 PDAM Krikilan Gresik

    2 PDAM Malang (Kabupaten) Malang

    3 PDAM Mojokerto (Kota) Mojokerto

    4 PDAM Sidoarjo (Mindi) Sidoarjo

    5 PDAM Sidoarjo (Siwalan Panji) Sidoarjo

    6 PDAM Sidoarjo

    Sidoarjo

    7 PDAM KMS (Karangpilang I) Surabaya

    8 PDAM KMS (Karangpilang II) Surabaya

    9 PDAM KMS (Kayoon) Surabaya

    10 PDAM KMS (Ngagel I+II) Surabaya

    11 PDAM KMS (Ngagel III) Surabaya

    12 PDAM Tulung Agung Tulungagung

    Sumber: Perum Jasa Tirta I

    Produksi listrik rerata per tahun (dari tahun 1995-2005) di WS Brantas adalah sebesar 888,8 juta KWh dengan debit outflow rerata tahunan sebesar 45,11 m3

    Sampai saat ini pengendalian banjir di WS Brantas dilaksanakan sesuai rencana pengembangan yang tertuang dalam Master Plan I sampai dengan IV. Berdasarkan Master Plan II dan III, debit dalam pengendalian banjir dihitung mengacu pada kala

    /dt.

    2.4.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air

    2.4.3.1 Umum

  • 21

    ulang 50 tahun dengan melakukan upaya diantaranya adalah dengan mempercepat aliran air ke laut dan perbaikan plengsengan atau lindungan tebing.

    2.4.3.2 Prinsip Pengendalian Banjir

    Pengendalian banjir di WS Brantas dilakukan dengan prinsip pengendalian secara terpadu.

    Pengendalian dimulai dari hulu dengan mengoperasikan waduk-waduk untuk pengendalian banjir. Waduk di WS Brantas yang mempunyai kemampuan untuk menampung limpasan air (banjir) adalah waduk dengan pola operasi tahunan seperti Bendungan Karangkates, Lahor, Selorejo, Wonorejo dan Bening.

    Pengaturan tinggi muka air dan debit yang mengalir di sungai akibat pembendungan dilakukan dengan mengatur operasi pintu air di bendungan atau bendung secara berantai (berurutan mulai Bendungan Wlingi dan Lodoyo, terus ke hilir menuju Bendung Gerak Mrican, Bendung Karet Jatimlerek hingga Bendung Karet Menturus).

    Di hilir, aliran banjir di sungai dilewatkan melalui sungai Kali Porong menuju ke laut dengan pengoperasian Bendung Lengkong Baru dan apabila debit sungai Kali Surabaya di stasiun Perning > 150 m3

    Di Kota Surabaya, banjir di sungai Kali Surabaya diupayakan untuk dialirkan ke laut melalui pengoperasian Pintu Air Wonokromo (untuk memisahkan aliran ke sungai Kali Mas) dan Pintu Air Jagir (memisahkan aliran ke sungai Kali Wonokromo)

    /detik, maka Pintu Air Mlirip ditutup.

    2.4.3.3 Teknik Pengendalian Banjir Pengendalian banjir melibatkan upaya langsung maupun tidak langsung. Pengendalian secara langsung dilaksanakan dengan memanfaatkan prasarana pengairan, baik melalui pengoperasian waduk, pemanfaatan penampang sungai maupun pelepasan debit melalui saluran pengelak banjir. Sedangkan pengendalian dengan upaya tidak langsung lebih ditekankan kepada pengelolaan resiko (management of risk).

    Selama 5 tahun terakhir terjadi banjir yang menimbulkan dampak negatif (bencana) di beberapa daerah di WS Brantas, di antaranya yaitu :

    Banjir setinggi 0,7 m di Kabupaten Tulungagung tahun 2000, tepatnya di Kecamatan Kalidawir.

    Pada tahun 2001, banjir setinggi 2,5 m terjadi di Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung,

    Di tahun 2002 banjir terjadi di Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Pada tanggal 31 Januari 2003 terjadi banjir di Kecamatan Gondang, Kabupaten

    Tulungagung. Pada tahun 2004 terjadi banjir dengan genangan tertinggi 3 m di Kecamatan

    Sutojayan Kabupaten Blitar. Pada tahun 2005 terjadi banjir di Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung.

  • 22

    Pada tanggal 4 Januari 2006 terjadi banjir dengan tinggi genangan banjir 0,6 m di Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

    2.4.3.4 Kualitas Air

    Dengan berkembangnya kota-kota besar yang dilalui aliran sungai Brantas, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan air baku. Di samping itu, semakin tingginya konsentrasi penduduk dan industri di daerah perkotaan menimbulkan masalah antara lain timbulnya daerah kumuh di tepi sungai, menurunnya kualitas air sungai dan bencana banjir akibat terganggunya aliran air, baik karena banyaknya sampah, pendangkalan maupun berkurangnya lebar sungai. Sumber pencemar dominan yang mencemari sungai Brantas adalah sebagai berikut :

    a. Limbah industri Di WS Brantas terdapat 483 industri yang berpotensi membuang limbahnya yang berpengaruh langsung pada kualitas air sungai. Berdasarkan Surabaya River Pollution Control Action Plan Study yang dilakukan pada tahun 1999 diperoleh hasil beban BOD netto sebesar 125 ton BOD/hari.

    b. Limbah domestik Limbah domestik (rumah tangga, hotel, restoran, dan lain-lain) adalah sumber yang paling besar memberikan kontribusi limbah pada WS Brantas yaitu sebesar 205 ton BOD/hari (Berdasarkan Surabaya River Pollution Control Action Plan Study, 1999).

    c. Limbah pertanian Sumber pencemar dari pertanian berasal dari sisa pestisida dan pupuk an-organik dan yang mengalir ke sungai bersama dengan sisa air irigasi. Pencemaran ini umumnya terjadi pada saat musim hujan. Dampak yang terjadi akibat limbah pertanian tersebut adalah terjadinya eutrofikasi perairan di waduk (terutama di Waduk Sutami).

    2.4.3.5 Permasalahan Dalam Pengendalian Pencemaran

    Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengendalian pencemaran di WS Brantas, antara lain :

    a. Sejak dilaksanakan Program Kali Bersih, pengendalian pada sumber pencemar hanya dilaksanakan pada limbah industri. Pengendalian limbah domestik belum dilaksanakan, padahal berdasarkan penelitian beban pencemaran limbah domestik mencapai 62% dari total beban yang masuk sungai.

    b. Penegakan hukum terhadap pencemar masih lemah, karena masih mempertimbangan aspek sosial, ekonomi, kesempatan kerja dan lain sebagainya.

    c. Banyak industri yang kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)-nya lebih kecil dari limbah yang diproduksi, sehingga buangan limbahnya tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan.

    d. Pengendalian pencemaran air merupakan masalah yang kompleks, memerlukan dana besar dan waktu panjang serta memerlukan komitmen semua pihak yang berkepentingan.

  • 23

    e. Banyaknya permukiman yang didirikan di daerah sempadan sungai mengakibatkan banyak sampah dan limbah domestik langsung dibuang ke sungai.

    f. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan kontrol sosial yang positif (aktif-konstruktif).

    2.4.3.6 Pemantauan Kualitas Air di WS Brantas

    Dalam rangka pengendalian pencemaran, perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara berkesinambungan, sehingga dari hasil pemantauan tersebut akan menghasilkan informasi kualitas air sungai Brantas dan sumber-sumber pencemar secara menyeluruh.

    Hasil pemantauan kualitas air di WS Brantas dilaporkan secara rutin (triwulanan dan tahunan) kepada Gubernur, BAPEDALDA Propinsi Jawa Timur, BAPEDALDA Kabupaten dan Kota, dan Dinas/Instansi terkait. Sedangkan untuk PDAM Surabaya dan PDAM Tawangsari dilaporkan periodik bulanan. Diharapkan dari data yang diinformasikan tersebut dapat ditindaklanjuti agar kualitas air sungai terutama di sungai Kali Surabaya dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya.

    2.4.3.7 Sistem Pemantauan

    a. Sistem offline

    Saat ini di WS Brantas telah dilakukan kegiatan pemantauan kualitas air sungai secara manual (off-line) oleh beberapa instansi, antara lain Dinas PU Pengairan Propinsi Jawa Timur, BAPEDAL Propinsi Jawa Timur, BTKL dan Perum Jasa Tirta (PJT) I. Pemantauan kualitas air secara manual dilakukan pada : 51 lokasi titik pantau di sungai Brantas (termasuk di waduk). 53 lokasi titik pantau limbah industri. 10 lokasi titik pantau limbah domestik.

    b. Sistem online

    Pada dasarnya sistem monitoring kualitas air on-line/real time bertujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat dan terpercaya untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan pembuatan perencanaan dan keputusan. Peralatan yang digunakan harus mempunyai kemampuan dalam memberikan informasi dengan komunikasi yang didukung 4 (empat) komponen utama, yaitu:

    Data Acquisition Terdiri dari suatu jaringan stasiun pemantauan kualitas air yang dibangun di

    suatu area tertentu. Fungsi stasiun-stasiun ini untuk melakukan pengukuran terhadap parameter-parameter yang dikehendaki.

    Data Transmission

    Merupakan perangkat komunikasi data serta media komunikasi data yang menghubungkan antara Master Station dengan stasiun pemantau kualitas air. Dalam hal ini media komunikasi data yang digunakan adalah saluran telepon.

  • 24

    Central Processing Station (Master Station)

    Berfungsi sebagai pengolah data menjadi informasi dengan menampilkannya dalam beberapa struktur/model sesuai yang diinginkan. Semua data yang diterima dari stasiun pemantau kualitas air akan disimpan dan selanjutnya diproses menjadi informasi.

    Information Distribution

    Seluruh informasi hasil pengolahan dari Master Station dapat didistribusikan ke tempat lain, sehingga semua pihak yang berkepentingan dapat juga memperoleh informasi/data tersebut. Distribusi informasi/data dilakukan melalui internet.

    Sampai saat ini, dua puluh tiga (23) stasiun pemantauan kualitas air on-line/real time telah dibangun di WS Brantas.

    2.4.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air

    2.4.4.1 Sistem Informasi Sumber Daya Air WS Brantas

    Sistem informasi sumber daya air di WS Brantas pada saat ini belum dikelola secara terintegrasi. Informasi sumber daya air yang ada pada saat ini masih dikelola oleh masing-masing instansi terkait. Instansi pengelola informasi sumber daya air di WS Brantas pada saat ini adalah: 1. Informasi kondisi hidrologis : Dinas PU Pengairan, PJT I, Balai PSDA, BBWS

    Brantas. 2. Informasi kualitas air : BAPEDAL, PJT I, PDAM Surabaya. 3. Informasi Hidrometeorologis : Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). 4. Informasi Hidrogeologis : Dinas ESDM, Dinas PU Pengairan. 5. Informasi kebijakan SDA dan lain-lain : Ditjen SDA Departemen PU, BBWS

    Brantas.

    Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrologis yang ada di WS Brantas pada saat ini mencakup informasi tentang curah hujan, debit sungai, dan tinggi muka air baik di sungai maupun bangunan prasarana pengairan yang ada sudah cukup tersedia, terutama di DAS Brantas, akan tetapi akurasi data yang ada perlu untuk diuji kembali mengingat umur beberapa peralatan yang ada sudah cukup tua, dan minimnya pemeliharaan atas peralatan tersebut.

    Informasi sumber daya air yang mencakup kondisi kualitas air di WS Brantas pada saat ini terutama di DAS Brantas cukup tersedia dan dikelola dengan baik oleh institusi yang berwenang.

    Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrometeorologis yang mencakup kondisi informasi tentang temperatur udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara di WS Brantas cukup tersedia dan dikelola dengan baik terutama di DAS Brantas, sedangkan di DAS Tengah, DAS Ringin Bandulan dan DAS Kondang Merak informasi kondisi hidrometeorologis belum ada, karena stasiun klimatologi belum terdapat di ketiga DAS tersebut.

  • 25

    Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrogeologis yaitu informasi tentang cekungan air tanah misalnya potensi air tanah dan kondisi akuifer atau lapisan pembawa air sudah ada di WS Brantas, akan tetapi perlu untuk diperbaiki atau diganti dengan data yang terbaru.

    Informasi tentang kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air perlu lebih dikembangkan. Website yang terkait dengan informasi pengelolaan SDA adalah sebagai berikut :

    - Dinas PU Pengairan Propinsi Jawa Timur : - BBWS Brantas :

    www.dpuairjatim.org

    - PJT-I : www.bbwsbrantas.com

    www.jasatirta1.go.id

    2.4.4.2 Pengelolaan Informasi Sumber Daya Air

    Pengelolaan sistem informasi sumber daya air di WS Brantas yang meliputi kegiatan perencanaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan evaluasi sistem informasi sumber daya air dilakukan melalui tahapan :

    a. Pengambilan dan pengumpulan data; b. Penyimpanan dan pengolahan data; dan c. Penyebarluasan data dan informasi.

    Selanjutnya pengelolaan sistem informasi sumber daya air di WS Brantas diselenggarakan oleh Pemerintah (BBWS Brantas dan PJT-1) dan Pemerintah Daerah (Dinas PU Pengairan dan Balai PSDA) sesuai dengan kewenangannya.

    2.4.5 Aspek Peran Serta Masyarakat Dan Sistem Koordinasi

    2.4.5.1 Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

    Dalam tahap perencanaan, masyarakat ikut berperan dalam pengambilan keputusan, melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air. Bentuk lain partisipasi masyarakat dalam perencanaan adalah penetapan alokasi air untuk masing-masing pemanfaat di WS Brantas yang terhimpun dalam wadah Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas (TKPSDA) atau wadah koordinasi lainnya.

    Contoh peran serta masyarakat dalam bidang konservasi sumber daya air adalah penghijauan di Desa Tlekung Batu seluas 17,5 ha dan Desa Bendosari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang seluas 16,5 Ha.

    Peran serta masyarakat dalam pendayagunaan sumber daya air di antaranya diwujudkan dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA). Dalam hal ini petani berperan serta dalam pemeliharaan saluran tersier baik dalam bentuk tenaga maupun biaya.

  • 26

    Peran serta masyarakat dalam pengendalian daya rusak air salah satunya diwujudkan dalam pengendalian pencemaran limbah domestik melalui pembangunan IPAL oleh masyarakat bantaran sungai Brantas di Kelurahan Mergosono Kota Malang.

    2.4.5.2 Sistem Koordinasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

    Salah satu sistem koordinasi pengelolaan sumber daya air yang ada di WS Brantas saat ini adalah TK PSDA WS Brantas. Rapat koordinasi Tim Koordinasi setidaknya dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu menjelang musim hujan untuk menentukan Pola Operasi Waduk dan Alokasi Air (POWAA) pada masing-masing musim tersebut. TK PSDA WS Brantas ini diketuai oleh Ketua Bappeprop Jawa Timur dengan anggota instasi terkait dalam pengelolaan sumber daya air, pemanfaat dan pakar sumber daya air yang berasal dari perguruan tinggi.

    2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan

    2.5.1 Kondisi Tata Ruang Kawasan Andalan yang terdapat di WS Brantas dalam RTRW Propinsi Jawa Timur ditetapkan 3 (tiga) kawasan dengan sektor unggulan masing-masing sebagai pola pengembangan dan penggerak ekonomi wilayah. Ketiga kawasan andalan dimaksud disajikan pada Tabel 2.4

    Tabel 2.4 Kawasan Andalan

    No. Kawasan

    Pengembangan Utama (Kaput)

    Potensi Unggulan Prioritas Pengembangan

    1 Surabaya dan sekitarnya

    Perdagangan jasa

    Industri Perikanan Pariwisata

    Mengembangkan kawasan industri Aglomerasi permukiman perkotaan Mengembangkan potensi wisata Meningkatkan produksi perikanan

    tambak 2 Kediri-

    Tulungagung-Blitar dan sekitarnya

    Perkebunan Pertanian Tanaman

    pangan Industri

    pertambangan

    Mengembangkan kawasan pertanian teknis

    Mengembangkan sentra kerajinan/home industri

    Meningkatkan sektor peternakan Mengembangkan agro industri Mengembangkan potensi perikanan,

    terutama di wilayah Kabupaten Trenggalek (Prigi) sebagai pusat perikanan laut di bagian selatan Jawa Timur

  • 27

    No. Kawasan

    Pengembangan Utama (Kaput)

    Potensi Unggulan Prioritas Pengembangan

    3 Malang dan sekitarnya

    Industri Pertanian

    tanaman pangan

    Perkebunan Pariwisata

    Mempertahankan budaya tanaman hortikultura di Batu, Poncokusumo dan Nongkojajar dan konsep agropolitan

    Mengembangkan potensi wisata Malang timur

    Meningkatkan daya tarik obyek wisata alam yang terkonsentrasi di Batu dan Malang, seperti mengembangkan Pantai Sipelot dan meningkatkan sarana prasarana obyek wisata Selorejo

    Sumber: RTRWP Jawa Timur 2005

    Permasalahan di kawasan Pelestarian Alam adalah kurang lestarinya hutan, kurangnya kegiatan penghijauan kembali (reboisasi), pada beberapa lokasi terjadi pencurian/penebangan kayu, terdapat berbagai alih fungsi kawasan sehingga fungsi dasar sebagai kawasan lindung menjadi berkurang.

    Pola pemanfaatan ruang WS Brantas diarahkan untuk menciptakan keseimbangan antara fungsi kawasan sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. 1. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

    kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

    2. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya di WS Brantas meliputi beberapa jenis pemanfaatan, antara lain: Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Pertanian, Kawasan Perikanan, Kawasan Perkebunan, Kawasan Peternakan, Kawasan Pariwisata, Kawasan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pertambangan dan Kawasan Perdagangan.

    2.5.2 Kondisi Sosial Ekonomi

    Proyeksi kondisi sosial ekonomi 25 tahun ke depan mencakup proyeksi penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertanian, energi dan air bersih. Proyeksi jumlah penduduk untuk 25 tahun yang akan datang disajikan pada Table II-5.

    Tabel 2.5 Proyeksi Jumlah Penduduk di WS Brantas

    (dalam ribuan)

    No. Kabupaten/Kota 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030

    1. Kota Batu 0 0 184 201 218 236 253 270

    2. Kab. Malang 2,257 2,382 2,369 2,399 2,429 2,460 2,490 2,520

    3. Kota Malang 712 731 780 821 862 903 944 984

  • 28

    No. Kabupaten/Kota 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030

    4. Kab. Kediri 1,322 1,378 1,512 1,619 1,727 1,835 1,942 2,050

    5. Kab. Blitar 1,066 1,097 1,122 1,146 1,170 1,194 1,218 1,242

    6. Kab. Sidoarjo 1,122 1,267 1,802 2,189 2,576 2,964 3,351 3,738

    7. Kab. Mojokerto 834 881 996 1,084 1,172 1,261 1,349 1,437

    8. Kab. Jombang 1,079 1,129 1,194 1,251 1,307 1,364 1,420 1,477

    9. Kota Kediri 234 239 256 269 281 294 307 319

    10. Kota Mojokerto 104 108 114 119 124 129 134 139

    11. Kota Surabaya 2,330 2,445 2,740 2,970 3,201 3,431 3,661 3,892

    12. Kab. Trenggalek 647 667 678 689 701 713 724 736

    13. Kota Blitar 120 123 125 127 129 132 134 136

    14. Kab. Tulungagung 927 964 970 988 1,007 1,025 1,043 1,061

    15. Kab. Nganjuk 963 1,013 1,044 1,075 1,106 1,138 1,169 1,201

    Total 13,717 14,424 15,884 16,948 18,012 19,076 20,140 21,204

    Sumber: Jawa Timur dalam Angka Tahun 2005; Biro Pusat Statistik

    Berdasarkan pertumbuhan PDRB propinsi Jawa Timur tahun 1998 2004, dapat diproyeksikan pertumbuhan ekonomi periode 2005 2030. PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2030 sebesar Rp1.252,03 triliun atau mengalami pertumbuhan rata-rata 7,34% per tahun (1998 2030).

    Proyeksi kebutuhan jenis pangan beras di propinsi Jawa Timur didasarkan pada tingkat konsumsi rata-rata beras di propinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 93,46 kg/kapita/tahun serta proyeksi penduduk sampai tahun 2030. Kebutuhan jenis pangan beras pada tahun 2005 sebesar 1,48 juta ton dan pada tahun 2030 akan menjadi 1,98 juta ton.

    Jumlah pelanggan listrik di WS Brantas pada tahun 2005 yaitu sebanyak 3,34 juta pelanggan dan proyeksi pada tahun 2030 sebanyak 6,66 juta pelanggan atau meningkat sebesar 199,8%. Jumlah konsumsi listrik di WS Brantas pada tahun 2005 sebesar 9,46 juta MWh diproyeksikan menjadi sebesar 15,12 juta MWh pada tahun 2030 meningkat sebesar 212,2% atau mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,4% per tahun.

    Jumlah pelanggan PDAM di WS Brantas pada tahun 2005 sebanyak 667.959 pelanggan dan diproyeksikan pada tahun 2030 sebanyak 1,37 juta pelanggan atau meningkat sebesar 205,4%. Jumlah konsumsi air PDAM di WS Brantas pada tahun 2005 sebesar 391,01 juta m3, meningkat menjadi sebesar 653,8 juta m3 pada tahun 2020 dan 795,94 juta m3 pada tahun 2030 atau mengalami peningkatan sebesar 67,21 % pada tahun 2020 dan 103,56 % pada tahun 2030.

  • 29

    2.5.3 Kondisi Hidrologi

    2.5.3.1 Ketersediaan Air

    Ketersediaan air pada masing-masing DAS dan sub DAS dapat diketahui berdasarkan besaran debit air di setiap bangunan prasarana pengairan baik tahunan maupun harian, remaining basin yang ada di sungai serta dengan menghitung besaran curah hujan rata-rata di kawasan sub DAS.

    Perhitungan curah hujan maksimum tahunan kawasan sub DAS yang menggunakan metode poligon thiessen, dengan hasil seperti disajikan pada Table 2.6

    Tabel 2.6 Curah Hujan Maksimum Rerata Daerah

    Kali Brantas Brantas Hulu 3,761 203.6Brantas Tengah 1,142 108.4Ngrowo Ngasinan 1,470 110.3Konto 568 113.3Widas 1,522 116.1Brantas Hilir 3,525 122.5

    596 105.4595 109.0924 122.0

    Ringin BandulanKondang Merak

    DAS No Sub DAS RmaxLuas

    Tengah

    Sumber: Hasil Perhitungan

    2.5.3.2 Perhitungan Debit Banjir Rencana

    Perhitungan curah hujan rancangan yang digunakan adalah metode Log Pearson Tipe III dan metode Gumbel yang kemudian dipilih berdasarkan hasil uji kesesuaian distribusi (uji Chi Square dan Smirnov Kolmogorov) dan didapatkan hasil sebagaimana pada Table 2.7. Perhitungan debit banjir rancangan yang digunakan adalah Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu, hasil perhitungan adalah pada Table 2.8.

  • 30

    Tabel 2.7 Curah Hujan Rancangan di WS Brantas (mm)

    Sumber: Hasil Perhitungan

    2 5 10 25 50 100 PMF

    Kali Brantas Brantas Hulu Upper Brantas(1) 204,168 225,968 236,899 248,065 254,995 261,020 332,054

    K.Bango-Sari(2) 190,093 205,447 212,714 219,841 224,089 227,665 283,981

    K.Amprong(3) 100,392 113,796 122,501 133,415 141,483 149,538 212,405

    K.Manten(4) 103,626 126,021 140,849 159,583 173,482 187,278 279,435

    Hulu K.Lesti(5) 108,544 142,056 164,244 192,278 213,075 233,719 362,318

    K.Genteng(6) 117,814 160,166 189,812 229,194 259,964 291,888 492,193

    Hilir K.Lesti-Jaruman(7) 115,238 149,443 172,090 200,705 221,933 243,004 375,155

    K.Metro(8) 141,991 163,443 176,502 192,054 203,067 213,731 297,576

    K.Ampo(9) 127,662 160,407 182,087 209,480 229,802 249,974 379,953

    K.Kedungbanteng(10) 106,653 136,819 156,438 180,949 199,055 217,151 334,385

    K.Bambang(11) 116,781 140,953 157,479 179,070 195,632 212,665 329,138

    K.Lemon-K.Putung(12) 107,133 148,413 175,744 210,277 235,895 261,324 414,420

    K.Lekso(13) 130,042 153,889 169,679 189,628 204,428 219,118 321,192

    K.Jari(14) 115,162 154,799 191,476 251,895 308,995 378,280 886,983

    K.Putih(15) 114,370 152,297 186,182 240,439 290,437 349,840 774,126

    K.Abab(16) 101,949 117,016 124,466 131,972 136,540 140,440 180,549

    K.Jimbe(17) 96,071 115,274 132,886 160,823 186,012 215,319 423,850

    Brantas Tengah K.Badak-Sukorejo(19) 97,088 113,473 124,321 138,027 148,195 158,288 229,967

    K.Catut-Kedak(20) 105,540 127,740 142,438 161,010 174,787 188,463 280,382

    K.Ngobo-Serinjing(22) 107,207 116,664 121,227 125,768 128,511 130,847 164,167

    Ngrowo Ngasinan K.Ngrowo(18) 109,285 127,600 137,813 149,192 156,793 163,775 221,093

    Konto K.Konto(21) 112,900 123,808 129,757 136,301 140,627 144,572 187,247

    Widas K.Amunger(23) 105,307 131,230 147,539 167,401 181,766 195,869 290,661

    K.Widas(24) 114,131 129,119 139,043 151,582 160,884 170,117 240,751

    DASKala Ulang

    Sub DAS Basin Block

    Brantas Hilir K.Gunting(25) 99,406 121,879 135,272 150,952 161,873 172,224 245,382

    K.Turibaru(26) 94,408 120,749 137,073 156,725 170,758 184,315 273,593

    K.Beng(27) 92,596 120,304 141,707 172,417 198,109 226,324 412,839

    K.Brangkal(28) 112,773 149,200 176,448 214,617 245,858 279,651 498,432

    K.Sadar(29) 109,099 144,717 171,055 207,706 237,475 269,508 475,977

    K.Bongkok(30) 94,966 122,910 142,415 168,172 188,259 209,111 343,520

    K.Porong(31) 97,695 133,089 156,522 186,130 208,095 229,898 362,330

    K.Mas(32) 102,645 120,882 130,762 141,486 148,481 154,766 207,175

    100,464 132,203 152,441 177,319 195,421 213,171 326,199

    97,307 122,894 146,607 185,142 220,840 263,413 568,126

    117,102 155,335 180,649 212,633 236,361 259,914 405,286

    Ringin Bandulan

    Kondang Merak

    Tengah

  • 31

    Tabel 2.8 Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu (m3

    Sumber: Hasil Perhitungan

    /dt)

    Q2 Q5 Q10 Q25 Q50 Q100 QPMF

    Kali Brantas Brantas Hulu Upper Brantas(1) 692,268 766,186 803,251 841,112 864,609 885,038 1125,893

    K.Bango-Sar i(2) 715,779 773,595 800,957 827,792 843,790 857,256 1069,307

    K.Amprong(3) 493,104 558,943 601,699 655,310 694,936 734,504 1043,293

    K.Manten(4) 259,328 315,372 352,479 399,362 434,143 468,668 834,733

    Hulu K.Lesti(5) 312,066 408,412 472,201 552,799 612,591 671,942 1152,413

    K.Genteng(6) 339,905 462,093 547,627 661,247 750,020 842,126 1420,024

    Hilir K.Lesti-Jaruman(7) 477,125 618,748 712,514 830,989 918,880 1006,122 1126,655

    K.Metro(8) 682,280 785,357 848,106 922,837 975,753 1026,997 1429,880

    K.Ampo(9) 434,048 545,382 619,094 712,230 781,324 849,907 925,189

    K.Kedungbanteng(10) 193,694 248,479 284,109 328,625 361,506 394,371 607,280

    K.Bambang(11) 500,679 604,314 675,166 767,733 838,743 911,767 1411,126

    K.Lemon-K.Putung(12) 332,667 460,849 545,716 652,946 732,495 811,458 844,966

    K.Lekso(13) 375,264 444,080 489,643 547,212 589,920 632,312 785,246

    K.Jari(14) 230,385 309,679 383,054 503,922 618,153 756,759 1774,434

    K.Putih(15) 220,495 293,615 358,940 463,542 559,935 674,457 1492,440

    K.Abab(16) 765,050 878,116 934,026 990,352 1024,635 1053,901 1354,884

    K.Jimbe(17) 505,641 606,711 699,409 846,443 979,021 1133,269 2230,811

    Brantas Tengah K.Badak-Sukorejo(19) 297,406 347,596 380,826 422,812 453,959 484,877 833,558

    K.Catut-Kedak(20) 316,324 382,862 426,916 482,578 523,871 564,860 815,583

    K.Ngobo-Ser injing(22) 836,725 910,536 946,153 981,590 1002,998 1021,229 1281,285

    Ngrowo Ngasinan K.Ngrowo(18) 1161,634 1356,310 1464,872 1585,819 1666,619 1740,826 2350,082

    Konto K.Konto(21) 767,964 842,158 882,627 927,139 956,561 983,399 1273,677

    Widas K.Amunger(23) 477,729 595,328 669,311 759,418 824,584 888,561 1318,588

    K.Widas(24) 1079,448 1221,209 1315,067 1433,656 1521,633 1608,960 2573,661

    Brantas Hilir K.Gunting(25) 721,753 884,921 982,163 1096,014 1175,305 1250,459 1781,636

    K.Turibaru(26) 183,006 234,067 265,708 303,805 331,006 357,286 530,346

    K.Beng(27) 248,285 322,581 379,969 462,315 531,205 606,859 1106,975

    K.Brangkal(28) 410,279 542,807 641,936 780,801 894,458 1017,401 1813,349

    K.Sadar(29) 451,202 598,507 707,430 859,009 982,125 1114,605 1968,498

    K.Bongkok(30) 343,674 444,801 515,388 608,600 681,292 756,753 1243,168

    K.Porong(31) 583,994 795,564 935,642 1112,631 1243,932 1374,263 1626,624

    K.Mas(32) 1113,994 1311,916 1419,135 1535,520 1611,441 1679,654 2248,440

    722,320 950,515 1096,026 1274,893 1405,043 1532,657 2345,312

    698,545 882,229 1052,458 1329,095 1585,357 1890,977 4078,444

    1466,376 1945,146 2262,133 2662,647 2959,771 3254,701 3407,496

    DAS

    Tengah

    Ringin Bandulan

    Kondang Merak

    Kala UlangSub DAS Basin Block

  • 32

    2.5.3.3 Debit Aliran Rendah

    Penggunaan model-model hujan aliran (rainfall-runoff) meliputi tiga tahap yaitu: 1) Kalibrasi sistem; 2) Verifikasi; dan 3) Pembangkitan data sintetis

    Data debit aliran bulanan pada kurun waktu yang cukup panjang tersebut akan menjadi data masukan utama dalam neraca air dan simulasi alokasi air, yaitu pada simpul-simpul inflow. Dari data debit runtut waktu sintetis tersebut dapat dilakukan analisis frekuensi mengenai debit aliran rendah, yaitu debit aliran pada musim kemarau di tahun kering rata-rata, kering 5 tahunan (Q80%) dan kering 10 tahunan (Q90%).

    Hasil kalibrasi model HYMOS-Sacramento ternyata memberikan hasil yang sangat baik, hasil verifikasi model ternyata juga cukup baik. Dengan demikian, maka model HYMOS-Sacramento dengan parameter ini dapat digunakan selanjutnya dalam membuat time-series debit berdasarkan data curah hujan yang ada dan digunakan sebagai masukan untuk program DSS-RIBASIM.

    2.5.3.4 Potensi Air

    Potensi air permukaan di WS Brantas pada saat ini adalah 13,232 miliar m3 (lihat Tabel 2.9) dimana dari potensi ini yang sudah termanfaatkan sekitar 5-6 miliar m3 untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga, perkotaan dan industri, serta untuk pertanian irigasi dan perikanan tambak.

  • 33

    Tabel 2.9 Potensi Air Permukaan di WS Brantas

    No Sub DAS Basin Block Luas (km2Debit Aliran (m) 3

    Ketersediaan Air

    (Juta m/s) 3/tahun) 1 Brantas Hulu Brantas Hulu(1) 180 3,91 123 K. Bango-Sari(2) 235 7,15 226 K. Amprong(3) 349 10,99 347 K. Manten(4) 176 5,75 181 Hulu K. Lesti(5) 263 8,57 270 K. Genteng(6) 133 4,48 141 Hilir K. Lesti-Jaruman(7) 239 6,18 195 K. Metro(8) 323 12,39 391 K. Ampo(9) 183 24,98 788 K. Kedung banteng(10) 64 1,37 43 K. Lemon - K. Petung(12) 173 9,00 284 K. Bambang(11) 273 7,07 223 K. Lekso(13) 139 6,90 218 K. Jari(14) 78 5,65 178 K. Putih(15) 62 3,67 116 K. Abab(16) 554 11,46 361 K. Jimbe(17) 336 4,95 156 2 Brantas Tengah K. Ngobo-K. Serinjing(22) 647 12,24 386 K. Badak-Sukorejo(19) 302 7,04 222 K. Catut-K. Kedak(20) 193 15,31 483 3 Ngrowo-Ngasinan K. Ngrowo(18) 1,470 38,89 1,226 4 Konto K. Konto(21) 568 20,40 643 5 Widas K. Amunger(23) 269 5,85 185 K. Widas(24) 1,253 43,43 1,369 6 Brantas Hilir K. Gunting(25) 723 12,74 402 K. Turibaru(26) 109 1,94 61 K. Beng(27) 151 3,11 98 K. Brangkal(28) 221 7,17 226 K. Sadar(29) 358 8,57 270 K. Bongkok(30) 164 3,05 96 K. Porong(31) 420 7,65 241 K. Mas(32) 1,379 49,30 1,555 7 DAS Kali Tengah 596 15,77 497 8 DAS Ringin Bandulan 595 8,77 277 9 DAS Kondang Merak 924 23,9 754

    Wilayah Sungai Brantas 14,103 479,75 13.232

  • 34

    WS Brantas merupakan daerah yang memiliki potensi air tanah yang tinggi. Pengisian air tanah di WS Brantas adalah sebesar 4.038,84 x 106 m3. Secara detail mengenai pengisian dan potensi air tanah di kabupaten dan kota di WS Brantas dapat dilihat pada Tabel 2.10, Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.

    Tabel 2.10 Pengisian Air Tanah di WS Brantas

    Sumber : Pengairan Dalam Angka Tahun 2005

    No. Wilayah Sungai Kabupaten/Kota Pengisian Air Tanah (106m3) 1 Kabupaten Malang 1.010,75 2 Kota Malang 43,98 3 Kota Batu 45,76 4 Kabupaten Blitar 598,38 5 Kota Blitar 10,43 6 Kabupaten Tulungagung 420,27 7 Kabupaten Trenggalek 457,12 8 Kota/Kabupaten Kediri 345,39 9 Kabupaten Nganjuk 278,08

    10 Kabupaten Jombang 304,14 11 Kota/Kabupaten Mojokerto 222,01 12 Kabupaten Sidoarjo 173,23 13 Kota Surabaya 129,30

    Jumlah 4.038,84

  • 35

    Gam

    barL

    1/II-

    3 P

    eta

    Cek

    unga

    nA

    ir Ta

    nah

    Pro

    pins

    iJaw

    aT

    imur

    Gam

    bar 2

    .3 P

    eta

    Cek

    unga

    n A

    ir Ta

    nah

    Pro

    pins

    i Jaw

    a Ti

    mur

  • 36

    Gambar 2.4 Peta Potensi Air Tanah di WS. Brantas

    Akuifer produktif tinggi dengan penyebaran luas(Akuifer dengan koefisien kelulusan dan kisaran kedalaman muka air tanah sangatberagam, debit sumur umumnya lebih dari 5 l/dt).

    Akuifer produktif sedang, dengan penyebaran luas(Akuifer dengan koefisien kelulusan sangat beragam; kedalaman muka air tanahbebas umunya dalam; debit sumur umumnya kurang dari 5 l/dt).

    Akuifer produktif , dengan penyebaran setempat,(Akuifer dengan koefisien kelulusan sangat beragam, umumnya air tanah tidakdimanfaatkan karena dalamnya muka air tanah; mata air berdebit kecil dapatditurap).

    Akuifer Produktif tinggi sampai sedang(Aliran air tanah terbatas pada zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan,debit sumur dan mata air beragam dalam kisaran yang sangat besar).

    Akuifer produktif kecil, dengan sebaran setempat(Umumnya koefisien kelulusan sangat rendah; lokasi air tanah setempat dalamjumlah terbatas dapat diperoleh pada daerah lembah atau zona pelapukan daribatuan padu ).

    Daerah air tanah langka

  • 37

    BAB III ANALISA DATA WS BRANTAS

    3.1 Analisa Aspek Konservasi Sumber Daya Air

    Pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan aktifitasnya mendorong terjadinya pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan aspek konservasi. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di WS Brantas sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1

    Lahan kritis pada awal tahun 2005 di WS Brantas mencapai sekitar 280.258 ha, terdiri dari kategori sangat kritis seluas 26.267 ha, kritis seluas 93.459 ha, agak kritis seluas 120.953 ha dan potensial kritis 39.569 ha. Selengkapnya untuk luas lahan kritis per kawasan pada awal tahun 2005 disajikan pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.1 Perbandingan Penggunaan Lahan (Land Use)di Jawa Timur Tahun 1994 dan 2005

    Sumber: BP DAS Brantas

    1994 2005

    1 Air Tawar 110,1 131,7 19,58

    2 Empang 235,8 247,1 4,77

    3 Hutan 1.176,0 1.097,3 -6,69

    4 Kebun 3.270,1 3.228,0 -1,29

    5 Padang Rumput/Tanah Kosong 173,6 193,0 11,20

    6 Pemukiman 1.797,5 1.815,5 1,00

    7 Penggaraman 3,3 3,2 -1,91

    8 Rawa 21,0 23,7 12,66

    9 Sawah Irigasi 2.896,1 2.720,4 -6,07

    10 Sawah Tadah Hujan 1.240,0 1.252,8 1,04

    11 Semak Belukar 690,4 645,5 -6,50

    12 Tanah Berbatu 0,0 0,0 -0,53

    13 Tanah Ladang 2.474,0 2.728,9 10,30

    Luas (km2)No Penggunaan LahanPerubahan

    (%)

  • 38

    Tabel 3.2 Kondisi Lahan Kritis Wilayah Sungai Brantas Awal Tahun 2005

    No. K a w a s a n Luas Lahan Kritis (Ha)

    T o t a l Sangat Kritis Kritis

    Agak Kritis

    Potensial Kritis

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    Hutan Lindung

    Hutan Konservasi

    Hutan Produksi

    Lindung di luar Kawasan Hutan

    Budidaya Pertanian

    Kanan Kiri Sungai

    Ruang Terbuka Hijau Kawasan Pemukiman

    Perkotaan Sekitar Pantai

    Kawasan Banjir

    4.706

    -

    16.761

    456

    3.231

    -

    -

    1.113

    -

    700

    7.067

    26.339

    4.300

    47.216

    3.284

    1.014

    3.549

    -

    -

    3.930

    4.238

    9.046

    70.707

    18.530

    1.815

    12.529

    158

    -

    -

    -

    674

    37.794

    93

    -

    1.008

    -

    5.406

    10.997

    47.338

    14.476

    158.948

    21.907

    2.829

    18.119

    158

    J u m l a h 26.267 93.469 120.953 39.569 280.258

    Sumber: BP DAS Brantas

    3.1.1 Konservasi Tanah dan Sumber Daya Air di WS Brantas Metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu :

    a) Konservasi Secara Vegetatif, dilakukan dengan cara, yaitu : i) Pertanaman tanaman atau tumbuhan penutup tanah secara terus-menerus (permanent plant cover); ii) Pertanaman dalam Strip (strip cropping); iii) Pertanaman Berganda (multiple cropping); III) Penggunaan Mulsa (residues management); dan v) Penghutanan Kembali (Reboisasi).

    b) Konservasi Secara Mekanis, meliputi : i) Pengolahan Tanah; ii) Pengolahan Tanah Menurut Kontur; iii) Guludan (contour bands); III) Teras; v) Saluran Pembuang Air (waterways); vi) Sumur Resapan; dan vii) Bangunan Stabilisasi (check dam).

    c) Konservasi Secara Kimiawi, usaha untuk memperbaiki kemantapan struktur tanah melalui pemberian preparat-preparat kimia yang secara umum disebut pemantap tanah (soil conditioner).

    3.1.2 Strategi dan Metode Konservasi Lingkungan Sungai

    a) Strategi Konservasi Lingkungan Sungai mengarah pada:

    Meningkatkan fungsi dan kemanfaatan sungai serta mengendalikan daya rusaknya terhadap lingkugan.

    Meningkatkan kepedulian masyarakat di sekitar sungai dalam menjaga kelestarian sungai.

  • 39

    Menetapkan peruntukan pada daerah sempadan sungai yang menyangkut batas sempadan dan peruntukan lahannya, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993.

    b) Metode Konservasi Lingkungan Sungai mengarah pada: Mengidentifikasi bangunan pengaman sungai (tanggul dan parapet) yang telah

    dilaksanakan.

    Menentukan batas garis sempadan sungai sesuai peraturan perundang-undangan.

    Sosialisasi lingkungan dan melibatkan masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai.

    Mengidentifikasi profil sungai untuk mengetahui morfologi sungai (degradasi, agradasi dan meandering sungai).

    3.1.3 Konservasi Air

    a) Konsep Konservasi Air

    Konservasi air yang baik yaitu menyimpan air di kala berlebihan dengan menggunakannya seefisien mungkin untuk keperluan tertentu yang produktif. Konservasi air dapat dilakukan dengan cara (1) meningkatkan pemanfaatan air permukaan dan air tanah, (2) meningkatkan efisiensi air irigasi, dan (3) menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukannya, (4) meningkatkan kapasitas tampung.

    Pengelolaan air permukaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain (1) pengendalian aliran permukaan, (2) pemanenan air hujan, (3) meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah dan (4) meningkatkan kapasitas tampung.

    Kelestarian air tanah perlu dijaga keseimbangan antara pengisian dan pengambilannya. Adapun beberapa metode pengelolaan air tanah adalah (1) Pengisian air tanah secara buatan dan (2) Pengendalian pengambilan air tanah.

    b) Usaha-Usaha Konservasi Air Secara Holistik Pada dasarnya semua pihak berpotensi untuk merusak air yang dimiliki bumi ini sekaligus juga berpotensi memperbaikinya. Adalah sangat tidak bijak jika menganggap bahwa konservasi air hanya menjadi tanggung jawab salah satu instansi atau pemerintah saja. Konservasi air dapat dilakukan oleh pengelola air, maupun pemakai air; di daerah aliran sungai, di bendungan dan embung-embung, di sistem distribusi, maupun di sistem pembuangan.

    C) Rencana yang ada terkait dengan Konservasi WS Brantas

    Penyebab utama terjadinya bencana adalah kerusakan lingkungan, terutama di bagian hulu wilayah sungai (WS) sebagai daerah tangkapan air. Kondisi di atas menumbuhkan kesadaran dari semua pihak untuk melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang rusak guna memperbaiki dan mengembalikan fungsi dan produktifitas sumber daya alam tersebut. Kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana dan terpadu, melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas.

  • 40

    Gerakan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan dilaksanakan berdasar Keputusan Bersama Menko Bidang Kesra Nomor: 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2003, Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP.16/M.EKONOMI/03/2003 dan Menko Bidang Polkam Nomor: KEP.08/MENKO/POLKAM/III/2003 Tanggal 31 Maret 2003 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan Melalui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional.

    Pada tanggal 28 April 2005 dilaksanakan Pencanangan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA) yang kemudian diikuti dengan adanya Kesepakatan Bersama antara Menteri Kehutanan dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Pertanian Nomor : PKS.10/Menhut.V/2007, Nomor : 06/PKS/M/2007 dan Nomor : 100/TU.210/M/5/2007 tentang Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kritis untuk Konservasi Sumber Daya Lahan dan Air pada WS Brantas, yang telah melakukan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) dan akan dilakukan secara bertahap mulai Sub-DAS Brantas Hulu, K.Konto, Ngasinan, Lekso, Brangkal.

    3.2 Analisa Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air

    Potensi sumber daya air yang cukup besar di WS Brantas baik air permukaan maupun air tanah selama ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, pemenuhan kebutuhan air industri, rumah tangga dan perkotaan serta pemberian air untuk tambak dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

    Untuk mengembangkan pertanian di WS Brantas dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

    - Mengidentifikasi potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas padi, jagung, kedelai, tebu dan sapi potong (Padi dan Palawija di Nganjuk, Jombang, Blitar, Mojokerto; Sapi potong di Batu, Malang dan Kediri).

    - Meningkatkan kemampuan infrastruktur fisik dengan merehabilitasi jaringan irigasi lama dan membangun jaringan irigasi baru untuk pengembangan lahan sawah di WS Brantas yang masih mungkin untuk dikembangkan (DAS Tengah, Ringin Bandulan, Kondang Merak). Dalam jangka pendek, strategi perluasan areal pertanian dapat diprioritaskan untuk memanfaatkan lahan-lahan tidur.

    - Lahan sawah irigasi yang ada sekarang di WS Brantas saat ini seluas 305.120 ha, perlu dipertahankan keberadaannya karena sawah tersebut telah menghabiskan investasi yang besar dalam pencetakan dan pembangunan jaringan irigasinya, dengan mengupayakan memperketat proses alih fungsi lahan berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan atau bila mungkin dengan menetapkan lahan sawah abadi.

    3.2.1 Analisa Kebutuhan Air

    3.2.1.1 Kebutuhan Air Irigasi

    Berdasarkan kondisi saat ini luas daerah irigasi yang berada di WS Brantas berdasarkan data tahun 1994 seluas : 324.555 ha dan saat ini (2008) seluas 304.670 ha sehingga terjadi penurunan areal rata-rata per-tahun sebesar 0,427% (1.388 Ha

  • 41

    pertahun) sebagai akibat dari pesatnya urbanisasi dan industrialisasi. Luas daerah irigasi dan kebutuhan air pada WS Brantas diproyeksikan sebagai berikut :

    Luas areal : Tahun 2007 : 304.620 ha Keb. air : 3.610x106 m3/thn

    Tahun 2020 : 298.803 ha Keb. air : 3.765x106 m3/thn

    Tahun 2030 : 294.621 ha Keb. air : 3.718x106 m3/thn

    3.2.1.2 Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik (Rumah Tangga dan Perkotaan)

    Kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah penduduki. Besar kebutuhan air domestik dan non domestik dihitung berdasarkan ketentuan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kebutuhan air domestik pada tahun 2005 sebesar 65.044 m3/dtk.

    Berdasarkan perhitungan, maka kebutuhan air ideal yang harus dipenuhi baik kebutuhan air domestik maupun non domestik di WS Brantas dapat diproyeksikan pada tahun 2020 sebesar 81.336 m3/dtk dan tahun 2030 sebesar 90.510 m3

    Kabupaten/Kota

    /dtk, yang selengkapnya seperti disajikan pada Tabel 3.3

    Tabel 3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik dan Municipal (DM) Total Kebutuhan air (m3/dt)

    2005 2020 2030 Kota Batu 0,481 0,617 0,706 Kab Malang 10,534 10,939 11,206 Kota Malang 2,477 2,867 3,124 Kab. Kediri 6,723 8,160 9,116 Kab. Blitar 4,989 5,309 5,523 Kab. Sidoarjo 8,013 13,180 16,622 Kab. Mojokerto 4,450 5,607 6,390 Kab. Jombang 5,309 6,065 6,568 Kota Kediri 0,670 0,769 0,835 Kota Mojokerto 0,298 0,337 0,364 Kota Surabaya 12,184 15,257 17,306 Kab Trenggalek 2,153 2,264 2,337 Kota Blitar 0,327 0,345 0,356 Kab. Tulungagung 3,080 4,558 4,718 Kab. Nganjuk 4,642 5,060 5,340 Total 65,044 81,336 90,510

    Sumber: Hasil Perhitungan

    3.2.1.3 Kebutuhan Air Industri

    Untuk perhitungan kebutuhan air industri di WS Brantas, industri-industri yang ada dikelompokkan berdasarkan jenis industrinya, dimana untuk WS Brantas terdiri dari 3 kelompok industri besar, yang terdiri dari 1) Industri kertas, 2) Industri gula, dan 3) Industri lainnya (antara lain industri baja, rokok, pewarna tekstil dan makanan).

    Kebutuhan air untuk industri akan diproyeksikan berdasarkan trend penggunaan air masing-masing industri selama 5 tahun terakhir. , dengan rerata penggunaan adalah sebagai berikut :

    - Gula : 1,25 m3

    - Kertas : 1,57 m/dt

    3

    - Lain-lain : 1,67 m/dt

    3/dt

  • 42

    Besar kebutuhan air industri tahun 2005 dan hasil proyeksinya berdasarkan jenis industri adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3.4

    Tabel 3.4 Proyeksi Kebutuhan Air Industri

    Tahun Gula Kertas Lain-lain Total (m3 (m) 3 (m) 3 (m) 3 (m) 3/dt)

    2005 48.188.193 49.529.752 51.868.504 149.586.449 4,74 2020 95.148.033 45.816.950 60.339.179 201.304.162 6,38 2030 126.454.593 43.341.749 65.986.295 235.782.637 7,48

    Sumber: Hasil Perhitungan

    3.2.1.4 Kebutuhan Air Tambak Luas total tambak di WS Brantas adalah 19.583 ha (th 2005), yang sebagian besar terletak di dekat kawasan pantai. Kebutuhan air untuk tambak di WS Brantas pada saat ini sekitar 19,60 m3/dt, dan diasumsikan kebutuhan air tambak tetap sampai dengan tahun 2030. Kebutuhan air untuk tambak dihitung dengan asumsi kebutuhan 1 l/dt/ha.

    3.2.2 Decision Support System River Basin Simulation Model (DSS-RIBASIM)

    3.2.2.1 Simulasi Kondisi Tahun 2005

    Simulasi kondisi saat ini atau Present Base Case merupakan suatu kalibrasi dari model terhadap kenyataan yang terjadi pada saat ini.

    Dari hasil simulasi kebutuhan air irigasi pada umumnya dipenuhi, dengan tingkat keberhasilan diatas 80%, kecuali pada beberapa Daerah Irigasi yaitu: DI Paingan, Brantas Atas, Brantas Bawah, Delta Brantas, Blader-Song, Siman, Konto dan Trenggalek.

    Berdasarkan hasil simulasi untuk tahun 2005 hampir semua kebutuhan air bersih dapat terpenuhi di atas 90%, kecuali PDAM Sidoarjo (66%), Nganjuk ( 89%) serta Kabupaten Malang (76%). Kinerja pemenuhan kebutuhan air pada tahun 2005 berdasarkan analisis bantuan paket program Ribasim untuk berbagai sektor seperti disajikan pada Tabel 3.5, Tabel 3.6 dan Tabel 3.7.

  • 43

    Tabel 3.5 Kinerja Daerah Irigasi Tahun 2005

    Node index and name Yearly Average

    Success time step

    Source Supply Demand Deficit number rate (m3 (m/s) 3 (m/s) 3 (-) /s) (%)

    9 DI Surabaya 0,83 0,83 0,00 540 100,0 K. Surabaya

    14 DI Lodagung 13,07 13,09 0,02 535 99,1 Bend. Wlingi

    22 DI Paingan 2,16 2,55 0,39 270 50,0 Kali Gondang, Bend. Wonorejo, Bd. Tiudan

    26 DI Widas 9,08 9,38 0,30 497 92,0 Kali Widas

    31