14
Febryanti, et al. POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN EMISI GAS CO, NO, DAN NO X PADA KENDARAAN BERMOTOR A. Febryanti 1* , A. W. Wahab 1 , dan Maming 1 1 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan 90245 Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengadsorpsi emisi CO, NO, dan NO x pada kendaraan bermotor karena gas tersebut ialah pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Hal itu dapat dilakukan menggunakan arang aktif sekam padi yang berfungsi sebagai adsorben. Metode yang digunakan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pembuatan arang aktif dari sekam padi, pengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO x pada kendaraan bermotor dengan menggunakan PEM-9004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air dan zat menguap arang aktif sekam padi memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), masing-maing dibawah 15% dan 25%. Kadar abu dan karbon terikat arang aktif sekam padi suhu aktivasi tidak memenuhi persyaratan SNI, masing- masing diatas 10% dan dibawah 60%. Arang aktif sekam padi dapat menurunkan konsentrasi emisi CO, NO, dan NO x secara signifikan. Semakin tinggi suhu aktivasi arang aktif, maka semakin besar daya serapnya. Suhu 400 o C merupakan suhu aktivasi terbaik bagi arang aktif sekam padi karena memiliki daya serap tertinggi terhadap gas, yaitu 52,5% untuk gas CO; 76,2% untuk gas NO; 77,3 % untuk gas NO x . Kata kunci: adsorpsi, arang aktif, emisi, PEM-9004, sekam padi Abstract. This research aims to adsorb CO emissions, NO and NO in motor vehicles because these gases are pollutant that are very dangerous for humans and the environment. This is conducted by using activated carbon made from rice husk that functions as an adsorbent. The method consists of several steps, namely the manufacture of activated carbon of rice husk, testing the quality of activated carbon of rice husk based on SNI, surface profile analysis of activated carbon from rice husk using SEM, measuring CO emissions, NO and NO x in motor vehicles using PEM-9004. The results of the research showed that water content and levels of activated substance evaporates of rice husk suitable the requirements of the Indonesian National Standard (SNI), below 10% and 25%. Ash content and levels of fixed carbon from activated carbon rice husk from activation temperature does not suitable the requirements of the SNI, over 10% and below 60%. Activated carbon rice husk reduce the concentration of CO emissions, NO and NO x significantly. The higher temperature activation of activated carbon, the greater power absorbed. 400 o C is the best activation temperature for rice husk carbon because it has the highest adsorption of the gas, which is 52.5% for CO gas, 76.2% for NO gas and 77.3% for NO x gas. Keywords : adsorptions, activated carbon, emissions, PEM – 9004, rice husk *alamat korespondensi: [email protected]

POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

Febryanti, et al.

POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN EMISI

GAS CO, NO, DAN NOX PADA KENDARAAN BERMOTOR

A. Febryanti

1*, A. W. Wahab

1, dan Maming

1

1Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan 90245

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengadsorpsi emisi CO, NO, dan NOx pada kendaraan

bermotor karena gas tersebut ialah pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Hal itu dapat dilakukan menggunakan arang aktif sekam padi yang berfungsi sebagai adsorben.

Metode yang digunakan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pembuatan arang aktif dari sekam padi,

pengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM,

pengukuran emisi CO, NO, dan NOx pada kendaraan bermotor dengan menggunakan PEM-9004.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air dan zat menguap arang aktif sekam padi memenuhi

persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), masing-maing dibawah 15% dan 25%. Kadar abu

dan karbon terikat arang aktif sekam padi suhu aktivasi tidak memenuhi persyaratan SNI, masing-

masing diatas 10% dan dibawah 60%. Arang aktif sekam padi dapat menurunkan konsentrasi emisi

CO, NO, dan NOx secara signifikan. Semakin tinggi suhu aktivasi arang aktif, maka semakin besar

daya serapnya. Suhu 400 oC merupakan suhu aktivasi terbaik bagi arang aktif sekam padi karena

memiliki daya serap tertinggi terhadap gas, yaitu 52,5% untuk gas CO; 76,2% untuk gas NO; 77,3

% untuk gas NOx.

Kata kunci: adsorpsi, arang aktif, emisi, PEM-9004, sekam padi

Abstract. This research aims to adsorb CO emissions, NO and NO in motor vehicles because these

gases are pollutant that are very dangerous for humans and the environment. This is conducted by

using activated carbon made from rice husk that functions as an adsorbent. The method consists of

several steps, namely the manufacture of activated carbon of rice husk, testing the quality of

activated carbon of rice husk based on SNI, surface profile analysis of activated carbon from rice

husk using SEM, measuring CO emissions, NO and NOx in motor vehicles using PEM-9004. The

results of the research showed that water content and levels of activated substance evaporates of

rice husk suitable the requirements of the Indonesian National Standard (SNI), below 10% and

25%. Ash content and levels of fixed carbon from activated carbon rice husk from activation

temperature does not suitable the requirements of the SNI, over 10% and below 60%. Activated

carbon rice husk reduce the concentration of CO emissions, NO and NOx significantly. The higher

temperature activation of activated carbon, the greater power absorbed. 400 oC is the best activation

temperature for rice husk carbon because it has the highest adsorption of the gas, which is 52.5%

for CO gas, 76.2% for NO gas and 77.3% for NOx gas.

Keywords : adsorptions, activated carbon, emissions, PEM – 9004, rice husk

*alamat korespondensi: [email protected]

Page 2: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

PENDAHULUAN

Di Indonesia kualitas udara telah

mengalami penurunan seiring dengan

meningkatnya jumlah kendaraan

bermotor (Irawan, 2008). Hal itu terjadi

karena emisi gas buang yang keluar

melalui knalpot telah mencemari udara

(Hastuti dan Utama, 2008). Emisi

tersebut diantaranya CO, NO, dan NOx

yang merupakan kelompok gas yang

berbahaya (Budiyono, 2001).

NO dan NOx berpotensi

menyebabkan hujan asam sehingga

menimbulkan kerusakan hutan,

menghancurkan hasil panen, merusak

lahan pertanian, korosi bangunan, dan

masalah-masalah kesehatan (Sukarsono,

2004). Sementara gas CO dapat

menyebabkan rasa sakit pada mata,

gangguan saluran pernapasan, dan paru-

paru (Arisma, 2010).

Berbagai mitagasi telah dilakukan

oleh pemerintah dalam mengatasi emisi

gas CO, NO, dan NOx diantaranya

meningkatkan efisiensi energi kendaraan

bermotor. Akan tetapi, jumlah kendaraan

tersebut meningkat pesat sehingga

membuat upaya ini kurang efektif

(Angraeni, 2013). Sebuah penelitian

menyebutkan bahwa pelarut amina dapat

digunakan sebagai adsorben, namun zat

ini memiliki kapasitas adsorpsi gas yang

rendah dan berpotensi menimbulkan

korosi (Murshid, dkk., 2011). Penelitian

selanjutnya menyebutkan bahwa zeolit

mampu mengurangi penumpukan gas

polutan karena material ini memiliki pori-

pori yang kecil. Akan tetapi, kapasitas

adsorpsi zeolit masih terbatas (Apriyanti,

2011).

Oleh karena itu, pada penelitian

ini digunakan arang aktif sebagai

adsorben emisi gas CO, NO, dan NOx

karena tersedia dalam jumlah besar dan

memiliki harga yang murah. Menurut

Susanto (2013) dalam Plaza,dkk., (2009)

bahwa arang aktif juga memiliki

kapasitas adsorpsi lebih besar daripada

zeolit. Arang aktif dapat dibuat dari fosil,

batubara, kayu, dan limbah organik.

Akan tetapi, pada penelitian ini bahan

baku yang digunakan adalah sekam padi

karena harganya murah dan tersedia

dalam jumlah banyak (Sitohang dan

Dian, 2009). Hal ini berdasarkan data

yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

Statistik (2013) bahwa produksi gabah

kering giling (GKG) di Indonesia pada

tahun 2012 sebesar 69,05 juta ton,

sementara sekam yang dihasilkan dari

gabah kering tersebut ± 15 juta ton.

Kenyataan menunjukkan bahwa

pemanfaatan limbah sekam belum

maksimal. Jika hal ini dibiarkan, limbah

Page 3: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

tersebut dapat menimbulkan kerusakan

lingkungan (Shackley, dkk., 2011).

Penelitian mengenai potensi arang

aktif sekam padi sebagai adsorben telah

banyak dilakukan, diantaranya Hsu dan

Pan (2007) melaporkan bahwa kapasitas

adsorpsi maksimum arang aktif sekam

padi terhadap paraquat adalah 317,7

mg/g. Sunardi dan Nurliana (2008)

melaporkan bahwa arang aktif sekam

padi dapat mengurangi kadar besi (Fe)

dalam air ledeng sampai batas titik

terendah yaitu 0 ppm. Yuliati dan

Susanto (2009) melaporkan bahwa arang

aktif sekam padi berpotensi menyerap

senyawa fenol pada limbah industri.

Yahaya, dkk., (2010) melaporkan bahwa

arang aktif sekam padi yang diaktivasi

dengan ZnCl2 dapat menyerap Cu(II)

sebesar 33,92%. Singh dan Singh (2012)

melaporkan bahwa arang aktif sekam

padi yang diaktivasi dengan H3PO4 40%

dapat menyerap Cr(VI) sebanyak

93% – 94%. Zakir (2013) melaporkan

bahwa arang aktif sekam padi yang

diaktivasi menggunakan ZnCl2 10%

dapat menyerap Cu(II) sebesar 5,2311

mg/g dan Co(II) sebesar 6,7456 mg/g.

Beberapa penelitian sebelumnya fokus

pada potensi arang aktif sekam padi

sebagai adsorben logam berat dan

senyawa organik dari limbah-limbah

industri dan air ledeng. Oleh karena itu,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

potensi arang aktif sekam padi sebagai

adsorben emisi gas CO, NO, dan NOx

pada kendaraan bermotor.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sekam padi

(Oryza sativa L.), ZnCl2 p.a, akuades,

kertas saring Whatmann No. 42, tissue

roll, dan sabun.

Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tanur (Muffle

Furnace type 6000), Portable Emissions

Measurment (PEM) 9004, Scanning

Elecrone Microscopy (SEM) tescan

vega3SB, neraca analitik shimadzu

AW220, oven (tipe SPNISOSFD),

corong buchner, lumpang porselin, cawan

porselin, gelas kimia 100 mL, gelas kimia

500 mL, batang pengaduk, labu ukur 250

mL, ayakan 20 mesh, pipa PVC,

desikator, dan botol somprot.

Prosedur Kerja

1. Pembuatan Arang Aktif dari

Sekam Padi

Sekam padi dicuci sampai bersih

lalu dikeringkan di bawah terik matahari.

Page 4: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven

pada suhu 80 oC selama 24 jam.

Kemudian dikarbonisasi pada suhu 300

oC selama ± 2 jam. Setelah itu, arang

didinginkan di dalam desikator lalu

dimortar. Kemudian arang direndam

dalam larutan ZnCl2 10% (b/v) selama

24 jam. Kemudian, arang disaring dan

dicuci hingga pH netral (pH=7). Lalu

arang yang dihasilkan dikering di dalam

oven pada suhu 105oC selama 3 jam.

Selanjutnya, arang disimpan dalam

cawan porselin dan dimasukkan ke dalam

tanur pada suhu 300 oC; 350

oC;

400

oC

selama 2 jam. Setelah itu diayak dengan

ukuran 20 mesh (Danarto dan Samun,

2008).

2. Pengujian Kualitas Arang Aktif

a. Analisis Kadar Air

Sebanyak 1 gram AA 0 oC, AA

300 oC, AA 350

oC, dan AA 400

oC

ditimbang masing-masing sebagai massa

awal. Kemudian, dimasukkan ke dalam

cawan porselin yang telah dikeringkan.

Selanjutnya, arang aktif tersebut

dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC

selama 3 jam. Setelah itu, dimasukkan ke

dalam desikator selama 1 jam lalu

ditimbang sebagai massa akhir hingga

diperoleh bobot tetap (Widayanti, dkk.,

2012).

Keterangan:

Ma = massa awal

Mb = massa akhir

b. Analisis Kadar Zat Menguap

Sebanyak 1 gram AA 0 oC, AA

300 oC, 350

oC, 400

oC ditimbang

masing-masing sebagai massa awal.

Kemudian dimasukkan dalam cawan

yang telah diketahui bobot keringnya.

Lalu arang aktif dipanaskan dalam tanur

pada suhu 600 oC selama 10 menit.

Selanjutnya, didinginkan dalam desikator

selama 1 jam dan ditimbang sebagai

massa akhir hingga mencapai bobot tetap

(Dahlan, 2012).

Keterangan:

KZM = kadar zat menguap

Ma = massa awal

Mb = massa akhir

c. Analisis Kadar Abu

Sebanyak 1 gram AA 0 oC, AA

300 oC, 350

oC, dan AA 400

oC

ditimbang masing-masing sebagai bobot

awal. Kemudian, dimasukkan kedalam

cawan yang telah diketahui bobot

keringnya. Lalu arang aktif dipanaskan

dalam tanur pada suhu 700 oC selama

Page 5: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

4 jam. Selanjutnya, didinginkan dalam

desikator selama 1 jam dan ditimbang

sebagai bobot sisa hingga mencapai

bobot tetap (Kalensun, dkk., 2012).

d. Analisis Kadar Karbon Terikat

Karbon dalam arang aktif adalah

zat selain abu dan zat atsiri. Kadar karbon

terikat dapat dihitung pada persamaan

berikut (Satmoko, 2013) :

( ) ( )

Keterangan

KKT = kadar karbon terikat

KZM = kadar zat menguap

KA = kadar abu

3. Analisis Profil Permukaan Arang

Aktif

Profil permukaan arang aktif

dilihat dengan menggunakan Scanning

Electron Microscopy (SEM).

4. Pembuatan Tabung Adsorpsi

Tabung adsorpsi ini bertujuan

untuk menyimpan arang aktif sebagai

media penyerap emisi gas CO, NO, dan

NOx. Tabung ini terbuat dari bahan

polimer polivinil klorida (PVC), yang

panjang dan diameternya masing-masing

15 cm dan 2 cm. Kedua ujung tabung

ditutupi oleh kain yang tipis. Tabung

PVC ini diletakkan di bagian dalam

tabung yang terbuat dari aluminium.

Gambar 1. Rancangan Tabung Adsorpsi

5. Tahapan Pengukuran Emisi CO,

NO, dan NOx

a. Tahapan Pengukuran Emisi

CO, NO, dan NOx tanpa Arang

Aktif

Mesin sepeda motor dinyalakan.

Kemudian, probe PEM 9004 dimasukkan

ke knalpot. Selanjutnya, hasil pengukuran

emisi CO, NO, dan NOx ditampilkan

pada layar PEM-9004. Pengukuran

diulangi sebanyak 5 kali.

b. Tahapan Pengukuran Emisi

CO, NO, dan NOx dengan

Arang Aktif

Mesin sepeda motor dinyalakan.

Setelah itu, tabung adsorpsi yang berisi

AA 0 oC dipasang pada saluran gas buang

(knalpot). Kemudian, probe alat uji PEM-

9004 dimasukkan ke dalam tabung

adsorpsi. Selanjutnya, hasil pengukuran

emisi gas CO, NO, dan NOx ditampilkan

pada layar PEM-9004. Langkah-langkah

tersebut diulangi namun AA 300 oC

Page 6: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

diganti dengan AA 350 oC dan AA

400 oC. Pengukuran diulangi sebanyak 5

kali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembuatan Arang Aktif dari

Sekam Padi (Oryza sativa L.)

a. Preparasi dan Dehidrasi Sekam

Padi (Oryza sativa L.)

Penelitian ini menggunakan

sekam padi sebagai bahan baku

pembuatan arang aktif. Sekam padi

dicuci sampai bersih untuk

menghilangkan zat-zat pengotor,

kemudian dikeringkan di bawah terik

matahari. Setelah itu, sekam padi yang

telah kering dimasukkan ke dalam oven

pada suhu 80 oC selama 24 jam untuk

menguapkan kandungan air pada sampel

tersebut atau mendehidrasi sampel sekam

padi tersebut.

b. Karbonisasi Sekam Padi (Oryza

sativa L.)

Sekam padi yang telah melalui

tahap dehidrasi dikarbonisasi dalam tanur

pada suhu 300 oC selama 2 jam. Tujuan

karbonisasi untuk memisahkan bahan non

karbon yang terperangkap dalam bahan

baku sehingga yang tersisa hanya karbon

atau arang (Irianty, 2010). Hasil

karbonisasi tersebut didinginkan di dalam

desikator selama 1 jam, lalu digerus

dengan menggunakan lumpang porselin.

c. Aktivasi Kimia dan Fisika

Sebanyak 50 gram arang

dimasukkan masing-masing ke dalam 3

gelas kimia 250 mL, lalu direndam

dengan 500 mL larutan ZnCl2 10%

selama 24 jam. Hal tersebut bertujuan

untuk memecahkan ikatan hidrokarbon

pada arang sehingga membuka pori-

porinya (Faradina dan setiawati, 2010).

Selanjutnya, arang yang telah diaktivasi

dengan ZnCl2 10% disaring dengan

menggunakan kertas saring Whatmann

No. 42. Setelah proses penyaringan,

arang dicuci dengan akuades hingga pH

air cucian netral (pH = 7). Tujuannya

adalah untuk menghilangkan ion-ion Cl-

yang dapat menutupi pori-pori arang

aktif. Setelah proses pencucian, arang

aktif dikeringkan di dalam oven pada

suhu 105 oC selama 3 jam untuk

menguapkan seluruh kandungan air.

Kemudian arang didinginkan di dalam

desikator selam 2 jam dan disimpan

dalam wadah tertutup.

Kemudian, arang aktif diaktivasi

secara fisika di dalam tanur pada variasi

suhu 300, 350 dan 400 oC. Tujuan

aktivasi fisika untuk memperluas pori-

pori arang aktif sehingga daya serapnya

Page 7: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

semakin besar. Variasi suhu tersebut

dilakukan dengan tujuan memperoleh

suhu aktivasi fisika optimum arang aktif

sekam padi. Setelah itu, arang aktif

diayak dengan ukuran 20 mesh untuk

mendapatkan ukuran yang homogen.

Gambar 2. Arang sekam padi yang

telah diaktivasi pada suhu

300 – 400 oC

2. Pengujian Kualitas Arang Aktif

Sekam Padi (Oryza sativa L.)

a. Pengujian Kadar Air

Pengujian kadar air bertujuan

untuk mengetahui sifat higroskopis arang

aktif. Kadar air dapat mempengaruhi

kemampuan adsorpsi. Semakin besar

kadar air arang aktif, maka semakin kecil

kemampuannya untuk menyerap adsorbat

(Puspita, dkk., 2013). Secara

keseluruhan, kadar air arang aktif sekam

padi yang dihasilkan

memenuhi

persyaratan Standar Nasional Indonesia

(SNI), yaitu dibawah 15%. Pada Tabel 3,

semakin tinggi suhu aktivasi fisik, kadar

air yang dihasilkan semakin menurun.

Hal itu terjadi karena semakin tinggi

suhu, maka semakin banyak air yang

menguap.

b. Pengujian Kadar Zat Menguap

Pengujian kadar zat menguap

betujuan untuk mengetahui persentase zat

atau senyawa yang belum menguap pada

proses karbonisasi dan aktivasi fisika.

Kadar zat menguap yang tinggi dapat

mempengaruhi daya serap arang aktif.

Semakin tinggi kadar zat menguap pada

arang aktif, semakin rendah daya

serapnya. Pada penelitian ini, kadar zat

menguap arang aktif yang diperoleh telah

memenuhi Standar Nasional Indonesia

(SNI) yaitu maksimum 25%.

c. Pengujian Kadar Abu

Pengujian kadar abu ini dilakukan

untuk mengetahui kandungan oksida

logam dalam arang aktif. Kadar abu

yang tinggi dapat mengurangi daya serap

arang aktif terhadap gas dan larutan,

karena mineral seperti kalsium, kalium,

magnesium dan natrium menyebar dalam

kisi arang aktif. Persyaratan kadar abu

arang aktif berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) adalah maksimum 10%.

Kadar abu arang aktif sekam padi yang

diperoleh pada penelitian ini tidak

memenuhi persyaratan SNI karena masih

banyak zat pengotor berupa senyawa

anorganik yang terdapat pada arang aktif

tesebut. Hal ini diperkuat oleh sebuah

penelitian yang menyatakan bahwa

Page 8: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

sekam padi memiliki kandungan silika

sangat tinggi sekitar 94 – 96 %, dimana

silika merupakan salah-satu jenis abu

yang terdapat pada sekam padi (Sitorus,

2009). Terlihat pada tabel 3, semakin

tinggi suhu aktivasi fisika, makin tinggi

kadar abu yang diperoleh. Hal itu karena

proses oksidasi terjadi lebih lanjut

sehingga hasil dari proses oksidasi ini

menutupi pori-pori arang aktif.

d. Pengujian Kadar Karbon

Terikat

Pengujian kadar karbon terikat

bertujuan untuk mengetahui banyaknya

karbon yang terdapat arang aktif. Besar

kecilnya kadar karbon terikat yang

dihasilkan, selain dipengaruhi oleh tinggi

rendahnya kadar zat menguap dan kadar

abu juga dipengaruhi oleh kandungan

selulosa dan lignin bahan yang dapat

dikonversi menjadi atom karbon

(Fauziah, 2009). Persyaratan kadar

karbon terikat arang aktif berdasarkan

Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah

minimum 65%. Pada penelitian ini, kadar

karbon terikat yang diperoleh tidak

memenuhi persyaratan SNI karena kadar

abu yang terkandung dalam arang aktif

sekam padi sangat tinggi. Akan tetapi,

kadar karbon terikat yang diperoleh lebih

banyak dibandingkan dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Jasman (2011)

menghasilkan kadar karbon terikat

sebesar 1,3%.

Tabel 1. Hasil pengujian kualitas

arang aktif sekam padi

T (oC) KA (%) KZM (%) KA (%) KKT (%)

0 14,20 25,00 50,16 10,64

300 7,20 24,90 47,50 20,40

350 6,30 22,85 49,36 21,49

400 2,80 18,18 50,91 28,02

Keterangan:

T = suhu aktivasi sekam padi

KA = kadar air

KZM = kadar zat menguap

KKT = kadar karbon terikat

3. Analisis Profil Permukaan Arang

Aktif Sekam Padi

Scanning Electron Microscope

(SEM) adalah salah-satu jenis mikroskop

yang menggunakan berkas elektron untuk

menggambarkan profil permukaan benda.

Berkas elektron pada SEM ditembakkan

pada permukaan benda dan melewati

beberapa lensa elektromagnetik sehingga

berkas tersebut akan memantul kembali

atau menghasilkan elektron sekunder ke

segala arah. Namun ada satu arah

dimana berkas tersebut dipantulkan

dengan intensitas tertinggi. Detektor

yang terdapat di dalam SEM akan

mendeteksi elektron dan menentukan

lokasi benda ke dalam layar (Sumantri

Page 9: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

dan Halim, 2010). Pengujian SEM

dilakukan untuk melihat pola atau

gambaran permukaan dari suatu sampel.

Dari pengujian tersebut, gambaran

permukaan pori-pori arang aktif dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3a. Hasil FE-SEM arang aktif

tanpa aktivasi suhu dengan perbesaran

20.000 kali

Gambar 3b. arang aktif dengan suhu

aktivasi 400 oC dengan perbesaran

20.000 kali

Pada gambar 3 dapat diamati

perbedaan antara arang aktif sekam padi

tanpa aktivasi suhu dengan arang aktif

sekam padi dengan suhu aktivasi 400 oC.

Perbesaran 20.000 kali menunjukkan

bahwa arang aktif dengan suhu aktivasi

400 oC memiliki pori-pori yang besar

dibandingkan dengan arang aktif sekam

padi yang tanpa melalui aktivasi suhu.

Selain itu, arang aktif dengan suhu

aktivasi 400 oC memiliki permukaan

pori-pori yang lebih teratur dibandingkan

dengan arang aktif sekam padi yang

tanpa melalui aktivasi suhu. Pengaruh

utama aktivasi fisika dengan suhu 400 oC

tidak hanya menguapkan material non-

karbon tapi cukup efektif dalam

membentuk dan melebarkan pori-pori.

4. Pengukuran Emisi CO, NO, dan

NOx

Pada proses pengukuran ini, jenis

kendaraan bermotor yang digunakan

adalah sepeda motor merek Yamaha soul

GT. Emisi gas buang motor tersebut

diukur dengan Portable Emissions

Measurement (PEM) 9004. Pengukuran

ini dilakukan dengan 5 perlakuan. Setiap

perlakuan diulangi sebanyak 5 kali

dengan selang waktu 1 menit. Perlakuan

1 disebut kontrol, pengukuran ini

dilakukan tanpa menggunakan arang

aktif, dimana stik probe PEM secara

langsung dimasukkan di dalam saluran

knalpot. Perlakuan 2 – 5 dilakukan

dengan menggunakan arang aktif sekam

padi dengan variasi suhu aktivasi yang

berbeda (To, T1, T2 dan T3). Sebanyak 15

gram arang aktif dimasukkan masing-

Page 10: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

masing ke dalam 3 pipa PVC. Lalu 3

pipa tersebut dimasukkan ke dalam

tabung adsorpsi, lalu tabung dipasang di

knalpot sepeda motor. Data hasil

pengukuran emisi gas NO, NOx, dan CO

terdapat pada lampiran.

Gambar 4a. Grafik penurunan konsentrasi

emisi gas CO

Gambar 4b. Grafik penurunan konsentrasi

emisi gas NO dan NOx

Keterangan :

K = kontrol (tanpa arang aktif)

T0 = arang sekam padi tanpa aktivasi

suhu (0 oC)

T1 = arang aktif sekam padi suhu aktivasi

300 oC

T2 = arang aktif sekam padi suhu

aktivasi 350 oC

T3 = arang aktif sekam padi suhu

aktivasi 400 oC

Pengukuran kontrol (K) dilakukan

untuk mengetahui penurunan emisi gas

pada sepeda motor. Selain itu,

pengukuran tersebut juga dimaksudkan

untuk menentukan daya serap adsorben

arang aktif sekam padi terhadap emisi

gas. Pada Gambar 3, konsentrasi gas CO;

NO; NOx masing-masing sebesar 2420

ppm 8,4 ppm; 8,8 ppm. Hasil

pengukuran kontrol (K) sangat tinggi

karena pengukuran ini dilakukan tanpa

menggunakan arang aktif. Akan tetapi

pada pengukuran T0 yang menggunakan

arang aktif tanpa aktivasi suhu (0 oC),

emisi gas-gas tersebut mengalami

penurunan konsentrasi sebesar 1900 ppm

untuk gas CO; 6,6 ppm untuk gas NO dan

NOx. Sama halnya dengan pengukuran

T1 yang menggunakan arang aktif suhu

aktivasi 300 oC juga mengalami

penurunan konsentrasi secara signifikan.

Gas CO, NO, dan NOx masing-masing

mengalami penurunan sebesar 1750 ppm;

6,2 ppm; 6,4 ppm.

Pada pengukuran T2

menggunakan arang aktif suhu aktivasi

350 oC, konsentrasi emisi gas CO; NO;

NOx mengalami penurunan masing-

masing sebesar 1720 ppm; 5,4 ppm; 5,4

ppm. Selaras dengan pengukuran

sebelumnya, T3 yang menggunakan arang

aktif suhu aktivasi 400 oC juga

mengalami penurunan konsentrasi emisi

gas CO; NO; NOx; masing-masing

Page 11: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

sebesar 1150 ppm; 2 ppm; 2 ppm.

Penurunan konsentrasi terjadi karena gas-

gas tersebut terperangkap dalam rongga

atau pori-pori arang aktif. Semakin

tinggi suhu semakin banyak pori-pori

arang aktif yang terbuka sehingga gas-gas

yangg diserap semakin banyak.

Konsentrasi gas CO, NO, dan NOx

menurun seiring dengan meningkatnya

suhu aktivasi arang aktif sekam padi. Hal

itu terjadi karena tingginya suhu aktivasi

menyebabkan zat-zat nonkarbon

menguap sehingga pori-pori arang aktif

terbuka. Dengan demikian, daya

serapnya akan semakin besar.

Gambar 5. Grafik hubungan daya

adsorpsi terhadap suhu aktivasi arang

aktif

Berdasarkan grafik pada gambar

4, daya serap pengukuran kontrol (K)

adalah 0%. Sementara daya serap arang

aktif tanpa aktivasi fisik terhadap emisi

ketiga gas tersebut adalah 21,5% untuk

gas CO; 21,4% untuk gas NO; 25,0 %

untuk gas NOx. Arang aktif sekam padi

yang diaktivasi pada suhu 300 oC

memiliki daya serap terhadap gas sebesar

27,7% untuk gas CO; 26,2% untuk gas

NO; 27,3% untuk gas NOx. Sementara

arang aktif sekam padi yang diaktivasi

pada suhu 350 oC memiliki daya serap

terhadap gas sebesar 28,9% untuk gas

CO; 35,7% untuk gas NO; 38,6% untuk

gas NOx. Semakin tinggi suhu aktivasi

arang aktif, semakin tinggi pula daya

serap gas CO, NO, dan NOx. Hal itu

terjadi karena zat-zat yang menutupi pori-

porinya mengalami penguapan. Daya

serap tertinggi yang diperoleh untuk

masing-masing gas CO, NO, NOx adalah

52,5%; 76,2%; 77,3%. Ini menunjukkan

bahwa suhu 400 oC merupakan suhu

paling baik untuk aktivasi fisik pada

arang aktif sekam padi.

KESIMPULAN

Kadar air dan zat menguap arang

aktif sekam padi memenuhi persyaratan

Standar Nasional Indonesia (SNI),

dengan kadar air 14,20% AA 0 oC; 7,20%

AA 300 oC; 6,30% AA 350

oC; 2,80%

AA 400 oC. Sementara kadar zat

menguap 25,00% AA 0 oC; 24,90% AA

300 oC; 22,85% AA 350

oC; 18,18% AA

400 oC. Kadar abu dan karbon terikat

tidak memenuhi persyaratan Standar

Nasional Indonesia (SNI), dengan nilai

kadar abu 50,16% AA 0 oC; 47,50% AA

Page 12: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

300 oC; 49,36% AA 350

oC; 50,91% AA

400 oC. Sementara kadar karbon terikat

10,64% AA 0 oC; 20,40% AA 300

oC;

21,49% AA 350 oC; 28,02% AA 400

oC.

Arang aktif sekam padi dapat

menurunkan konsentrasi emisi CO, NO,

dan NOx secara signifikan. Semakin

tinggi suhu aktivasi arang aktif, maka

semakin besar daya serapnya. Suhu

400 oC merupakan suhu aktivasi terbaik

bagi arang aktif sekam padi karena

memiliki daya serap tertinggi terhadap

gas, yaitu 52,5% untuk gas CO; 76,2%

untuk gas NO; 77,3 % untuk gas NOx.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan terima

kasih kepada analis Laboratorium Kimia

Analitik Jurusan Kimia FMIPA Unhas

dan kepada semua pihak yang membantu

sehingga penelitian ini dapat terlaksana

DAFTAR PUSTAKA

1. Angreni, A., 2013, Studi Kasus:

Kebijakan Mobil Murah,

(http://academia.edu).

2. Apriyanti, E., 2011, Adsorpsi CO2

menggunakan Zeolit Sintetis 4A:

Aplikasi pada Pemurnian Produk

Biogas, Tesis tidak diterbitkan,

Program Studi Teknik Kimia,

Fakultas Teknik, Universitas

Diponegoro, Semarang.

3. Arisma, D., 2010, Pengaruh

Penambahan Reheater pada Knalpot

terhadap Emisi Gas Buang CO

Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z

Tahun 2004, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

4. Badan Pusat Statistik, 2013, Produksi

Padi, Jagung, dan Kedelai,

(www.bps.go.id).

5. Budiyono, A., 2010, Pencemaran

Udara: Dampak Pencemaran Udara

pada Lingkungan, Berita Dirgantara,

2 (1).

6. Dahlan, B., 2012, Studi Awal

Penggunaan Limbah Kayu Matoa

(Pometia sp) sebagai Bahan Dasar

Pembuatan Karbon Aktif untuk

Adsorpsi Limbah Timbal(II), Skripsi

tidak diterbitkan, Jurusan Fisika,

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Papua, Manokwari.

7. Danarto, Y.C., Samun, T., 2008,

Pengaruh Aktivasi Karbon dari

Sekam Padi pada Proses Adsorpsi

Logam Cr(VI), Jurnal Ilmu dan

Teknologi Hasil Hutan, (online), 7

(1); 13 – 16.

8. Faradina, E. dan Setiawati, N., 2010,

Regenerasi Minyak Jelantah Dengan

Proses Bleaching Menggunakan

Adsorben Arang Aktif, Laporan

Penelitian Program StudiTeknik

Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

9. Fauziah, N., 2009, Pembuatan Arang

Aktif secara Langsung dari Kulit

Acacia mangium Wild dengan

Aktivasi Fisika dan Aplikasinya

sebagai Adsorben, Departmen Hasil

Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB,

Bogor.

10. Hastuti, E. dan Utami, T., 2008,

Potensi Ruang Terbuka Hijau dalam

Penyerapan CO2 di Permukiman,

Jurnal Permukiman, 3 (2).

Page 13: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

11. Hsu, S.T., dan Pan, T.C., 2013,

Adsorption of Paraquat using

Methacrylic Acid Modified Rice

Husk, Biosource Technology, 3617 –

3621.

12. Irawan, R.M.B., 2008, Pengaruh

Methanol terhadap Pengurangan

Emisi Gas Buang Carbon Monoksida

pada Kendaraan Motor Bensin,

Traksi, (online), 6 (1); 39 – 46.

13. Jasman, 2011, Uji Coba Arang Aktif

Sekam Padi sebagai Media Filtrasi

dalam Menurunkan Kadar Fe pada

Air Sumur Bor di Asrama Jurusan

Kesehatan Lingkungan Manado, JKL,

1 (1); 49 – 53.

14. Kalensun, A.G., Wuntu, A.D., dan

Kamu, V.S., 2012, Isoterm Adsorpsi

Toluena pada Arang Aktif Strobilus

Pinus (Pinus merkusii), Jurnal Ilmiah

Sains, 12 (2); 100 – 104.

15. Murshid, G., Shariff, A.M.,

Keong,L.K., Bustam, M.A., 2011,

Thermo Physical Analysis of 2-

amina-2-methyl-1-propanol Solvent

for Carbondioxide Removal, Skripsi

tidak diterbitkan, Jurusan Teknik

Kimia, Universitas Teknologi

PETRONAS, Perak, Malaysia.

16. Puspita, Y.V.D., Ibnu, M.S., dan

Wonorahardjo, S., 2013,

Karakterisasi dan Uji Kemampuan

Serbuk Ampas Kelapa Asetat sebagai

Adsorben Belerang Dioksida, Jurnal

Kimia.

17. Satmoko, M.E.A., 2013, Pengaruh

Variasi Temperatur, Cetakan terhadap

Karakteristik Briket Kayu Sengon

pada Tekanan Kompaksi 6000 psig,

Skripsi tidak diterbitkan, Program

Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Universitas Negeri Semarang,

Semarang.

18. Shackley, S., Carter, S., Knowles, T.,

Middelink, E., Haefele, S., Sohi, S.,

Cross, A., dan Haszeldine, S., 2011,

Sustainable gasification–biochar

systems? A case-study of rice-husk

gasification in Cambodia, Part I:

Context, chemical properties,

environmental and health and safety

issues, Energy Policy Journal, 10;

1 – 10.

19. Singh, S.R., dan Singh, A.P., 2012,

Treatment of Water Containing

Chromium (VI) Using Rice Husk

Carbon As a Newlow Cost

Adsorbent, Int. J. Environ. Res., 6

(4); 917 – 924.

20. Sihotang, A.A.A., dan Dian, S.P.,

2009, Pemanfaatan Limbah Sekam

Padi menjadi Arang Aktif sebagai

Adsorben.

21. Sitorus, T.K., 2009, Pengaruh

Penambahan Silika Amorf dari

SekamPadi terhadap Sifat Mekanis

dan Sifat Fisis Mortar, Skripsi tidak

diterbitkan, Departemen Fisika,

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

22. Sukarsono, S., 2004, Kajian

Pengurangan SO2

Dan NOx

Dari Gas

Buang Hasil Pembakaran Dengan

Akselerator, Ganendra, 3 (1).

23. Sumantri, T. dan Halim, A., 2010,

Pengaruh Penambahan Additive

terhadap Kemurnian dan Ukuran

Hydroxyapatite Powder dengan

Metode Flame Spray Pyrolysis,

Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan

Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Industri, Institut Teknologi Sepuluh

November, Surabaya.

24. Sunardi dan Nurliani, 2008,

Pemanfaatan Arang Aktif Sekam Padi

dengan Aktivator Natrium Karbonat

(Na2CO3) 5% untuk Mengurangi

Kadar Besi (Fe) dalam Air Ledeng,

Jurnal Teknologi Hasil Hutan, (23);

99 – 104.

25. Widayanti, Isa, I., dan Aman, L.O.,

2012, Studi Daya Aktivasi Arang

Sekam Padi pada Proses Adsorpsi

Logam Cd, Jurnal Kimia, 6 (5); 1 – 7.

Page 14: POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI · PDF filepengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM, pengukuran emisi CO, NO, dan NO

26. Yahaya, N.K.E.M., Latif, M.F.P.M.,

Abustan, I., dan Ahmad, M.A., 2010,

Effect of Preparation Conditions of

Activated Carbon Prepared from Rice

Husk by ZnCl2 Activation for

Removal of Cu(II) from Aqueous

Solution, International Journasl of

Engineering and Technology IJET-

IJENS, 10 (6); 28-32.

27. Zakir, M., 2013, Adsorption of

Lead(II) and Copper(II) Ions on Rice

Husk Activated Carbon Under

Sonication, Makalah disajikan dalam

Simposium Internasional Teknik

Kimia dan Bioproses, Yogyakarta,

25–28 Juni.