13
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 15 September 2018 A-259 PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) TAMBAK UDANG SISTEM SEQUENCING BATCH REACTOR KAPASITAS 325 M 3 /HARI (Studi Kasus Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Kebumen Jawa Tengah) Purnawan 1 , Hadi Prasetyo Suseno 2 , Maega Nurfadhilah 3 1,2,3 Jurusan Teknik Lingkungan Institut Sains & Teknologi AKPRIND Jl. Bimasakti No.3, Pengok, Yogyakarta 55225 Indonesia e-mail : [email protected] ABSTRAK The south coast of Java area which is known as barrend land and has no economic value for agricultural land, this area has big potential for aquaculture like shrimp farm, and from 2001 pilot project shrimp farm expanded to two districts in Central Java namely Kebumen Districts and Purworejo Districts (Dwi, 2017). Based on data from Kebumen Regional Agency for Integrated Licensing Services Investment Board, in 2016 there were 300 shrimp farms scattered in several sub-districts and villages (http://www.kebumenekspres.com/2016/). As one of the activities in the coastal mainland, pond fishery management are often lack of attention about natural resources capabilities with preservation of ecosystems and environment (Yustiningsih, 1996, dalam Libriyanto, 2008). Feeding rate used in shrimp ponds generate organic waste that can pollute the aquatic system (Hongsheng et al, 2008 dalam Fahrur et al, 2016). According to the Decree of the Minister of Maritime Affairs and Fisheries No: Kep. 28/MEN/2004 about general instruction shrimp cultivation in ponds, some parameters that require management BOD, NH3 dan PO4. The planned processing alternatives in this pre-designed consist of Sequencing Batch Reactor, anaerobic biofilter,basin of water collectors that functions as well chlorination tub and mud dryer tub. The test results of characteristics of shrimp pond wastewater parameters BOD5 : 152,87 mg/L, NH3 : 25,25 mg/L , PO4 -3 : 1,0578 mg/L with processing capacity 325 m 3 /day requires land area 232,41 m 2 and Calculation of the cost budget plan based on the price of the work unit (HSPK) Kebumen Region 2016 generate a total cost of Rp. 328.951.329,- Keyword : shrimp pond wastewater, Waste Water Installation, Sequencing Batch Reactor (SBR), anaerobic biofilter INTISARI Kawasan Pantai Selatan Jawa yang selama ini dikenal sebagai tanah gersang dan dianggap tidak ekonomis untuk lahan pertanian, mempunyai potensi besar bagi budidaya air (aquaculture) seperti pertambakan udang, dan mulai tahun 2001 pilot project tambak udang diperluas ke wilayah dua kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo (Dwi, 2017). Berdasarkan data Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Kebumen, pada tahun 2016 terdapat 334 tambak udang yang tersebar di beberapa kecamatan dan desa (http://www.kebumenekspres.com/2016/). Sebagai salah satu kegiatan di wilayah daratan pesisir, pengelolaan perikanan tambak seringkali kurang memperhatikan kemampuan sumber daya alam serta pelestarian ekosistem dan lingkungannya (Yustiningsih, 1996, dalam Libriyanto, 2008). Pakan yang digunakan dalam tambak udang menghasilkan limbah organik yang mencemari perairan. (Hongsheng et al, 2008 dalam Fahrur et al, 2016). Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: Kep. 28/MEN/2004 tentang pedoman umum budidaya udang di tambak, beberapa parameter yang memerlukan pengolahan adalah BOD, NH3 dan PO4. Alternatif pengolahan yang direncanakan pada pra-rancangan ini terdiri dari Sequencing Batch Reactor, anaerobic biofilter, bak pengumpul akhir yang sekaligus berfungsi sebagai bak klorinasi serta bak pengering lumpur. Hasil uji karakteristik air limbah tambak udang untuk parameter BOD5 : 152,87 mg/L, NH3 : 25,25 mg/L , PO4 -3 : 1,0578 mg/L dengan kapasitas pengolahan 325 m 3 /hari diperlukan luas lahan 232,41 m 2 dan Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan Harga Satuan Pokok Kerja (HSPK) Kabupaten Kebumen 2016 didapatkan total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 328.951.329,- Kata Kunci : air limbah tambak udang, IPAL, Sequencing Batch Reactor (SBR), anaerobic biofilter

PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-259

PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) TAMBAK UDANG SISTEM SEQUENCING BATCH REACTOR KAPASITAS 325 M3/HARI(Studi Kasus Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Kebumen Jawa Tengah)

Purnawan1, Hadi Prasetyo Suseno2, Maega Nurfadhilah3

1,2,3Jurusan Teknik Lingkungan Institut Sains & Teknologi AKPRINDJl. Bimasakti No.3, Pengok, Yogyakarta 55225 Indonesia

e-mail : [email protected]

ABSTRAKThe south coast of Java area which is known as barrend land and has no economic value for agricultural land,

this area has big potential for aquaculture like shrimp farm, and from 2001 pilot project shrimp farm expanded to two districts in Central Java namely Kebumen Districts and Purworejo Districts (Dwi, 2017). Based on data from Kebumen Regional Agency for Integrated Licensing Services Investment Board, in 2016 there were 300 shrimp farms scattered in several sub-districts and villages (http://www.kebumenekspres.com/2016/).

As one of the activities in the coastal mainland, pond fishery management are often lack of attention about natural resources capabilities with preservation of ecosystems and environment (Yustiningsih, 1996, dalam Libriyanto, 2008). Feeding rate used in shrimp ponds generate organic waste that can pollute the aquatic system (Hongsheng et al, 2008 dalam Fahrur et al, 2016).

According to the Decree of the Minister of Maritime Affairs and Fisheries No: Kep. 28/MEN/2004 about general instruction shrimp cultivation in ponds, some parameters that require management BOD, NH3 dan PO4. The planned processing alternatives in this pre-designed consist of Sequencing Batch Reactor, anaerobic biofilter,basin of water collectors that functions as well chlorination tub and mud dryer tub.

The test results of characteristics of shrimp pond wastewater parameters BOD5 : 152,87 mg/L, NH3 : 25,25 mg/L , PO4

-3 : 1,0578 mg/L with processing capacity 325 m3/day requires land area 232,41 m2 and Calculation of the cost budget plan based on the price of the work unit (HSPK) Kebumen Region 2016 generate a total cost of Rp. 328.951.329,-

Keyword : shrimp pond wastewater, Waste Water Installation, Sequencing Batch Reactor (SBR), anaerobic biofilter

INTISARIKawasan Pantai Selatan Jawa yang selama ini dikenal sebagai tanah gersang dan dianggap tidak ekonomis

untuk lahan pertanian, mempunyai potensi besar bagi budidaya air (aquaculture) seperti pertambakan udang, dan mulai tahun 2001 pilot project tambak udang diperluas ke wilayah dua kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo (Dwi, 2017). Berdasarkan data Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Kebumen, pada tahun 2016 terdapat 334 tambak udang yang tersebar di beberapa kecamatan dan desa (http://www.kebumenekspres.com/2016/).

Sebagai salah satu kegiatan di wilayah daratan pesisir, pengelolaan perikanan tambak seringkali kurang memperhatikan kemampuan sumber daya alam serta pelestarian ekosistem dan lingkungannya (Yustiningsih, 1996, dalam Libriyanto, 2008). Pakan yang digunakan dalam tambak udang menghasilkan limbah organik yang mencemari perairan. (Hongsheng et al, 2008 dalam Fahrur et al, 2016).

Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: Kep. 28/MEN/2004 tentang pedoman umum budidaya udang di tambak, beberapa parameter yang memerlukan pengolahan adalah BOD, NH3 dan PO4. Alternatifpengolahan yang direncanakan pada pra-rancangan ini terdiri dari Sequencing Batch Reactor, anaerobic biofilter, bakpengumpul akhir yang sekaligus berfungsi sebagai bak klorinasi serta bak pengering lumpur.

Hasil uji karakteristik air limbah tambak udang untuk parameter BOD5 : 152,87 mg/L, NH3 : 25,25 mg/L , PO4

-3 : 1,0578 mg/L dengan kapasitas pengolahan 325 m3/hari diperlukan luas lahan 232,41 m2 dan PerhitunganRencana Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan Harga Satuan Pokok Kerja (HSPK) Kabupaten Kebumen 2016 didapatkan total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 328.951.329,-

Kata Kunci : air limbah tambak udang, IPAL, Sequencing Batch Reactor (SBR), anaerobic biofilter

Page 2: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-260

1. PENDAHULUAN

Perkembangan tambak di Indonesia secara intensif meningkat sejak tahun 1990. Pengembangan tambak tersebut

dilakukan melalui upaya konversi hutan mangrove. Peningkatan luas lahan tambak diiringi dengan berkurangnya

luas mangrove di wilayah pesisir tersebut memicu terjadinya kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari polusi

kegiatan pertambakan (Budhihastuti, 2013)

Air buangan tambak mengandung bahan-bahan cemaran yang bersumber dari sisa-sisa pakan, hasil ekskresi

metabolit, detritus, mikroorganisme, dan residu berbagai bahan pengendali lingkungan dan penyakit.

Karakteristik air limbah budidaya yang dibuang melalui central drain memiliki kandungan bahan organik total

(BOT), total suspended solid (TSS), N total, PO4. Lebih lanjut Hongsheng et al (2008) melaporkan bahwa retensi N

dan P pakan pada budidaya udang vaname masing-masing 22,27 % dan 9,79 % sehingga nutrien yang terbuang ke

lingkungan perairan tambak masing-masing mencapai 77,73 % nitrogen dan 90,21 % fospor (Fahrur et al, 2016).

Senyawa fosfat dan nitrogen seperti amoniak, nitrat dan nitrit yang terdapat ditambak. Senyawa tersebut bersifat

metabolitoksik dan sangat berbahaya bagi perikanan tambak. Keberadaan phosfat secara belebihan yang disertai

dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakkan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom) (Hendrawati,

et al. 2016). Tingginya kandungan nitrogen dalam bentuk ammonia yang terdapat pada limbah tambak udang juga

menyebabkan timbulnya bau yang mengganggu.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir beban limbah budidaya udang adalah dengan

penerapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) agar buangan air limbah ke lingkungan dapat memenuhi baku

mutu yang ditetapkan dan budidaya udang dapat beroperasi secara berkelanjutan.

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ditulis menggunakan font Times New Roman 10 pts dengan spasi tunggal. Bagian ini berisi

prosedur dari penelitian, mulai dari desain penelitian, objek penelitian, bahan dan alat (instrument), waktu dan empat

pelaksanaan, sumber data atau metode pengumpulan data, variabel, prosedur kerja, dan metode analisa. Metode

analisa data dapat berupa langkah-langkah analisis, algoritma, atau lainnya. Teori analisis dijelaskan pada bagian

metode analisa ini.

a. Objek pra rancangan

Objek dalam pra rancangan ini yaitu rancangan instalasi pengolahan air limbah dari kegiatan tambak udang di

kawasan pesisir pantai Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen berdasarkan kualitas air

limbah yang dihasilkan.

Page 3: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-261

b. Tahap pra rancangan

Gambar 1. Diagram alir pra rancangan

c. Alternatif unit pengolahan

Pemilihan teknologi pengolahan air limbah harus mempertimbangkan beberapa hal seperti jumlah air limbah

yang akan diolah, efisiensi pengolahan, ketersediaan lahan dan sumber energi, serta biaya operasi dan perawatan

(Said, 2017).

Alternatif yang akan direncanakan untuk instalasi pengolahan air limbah tambak udang terdiri dari kombinasi

sistem pengolahan dengan Sequencing Batch Reaktor dan biofilter. Unit pengolahan tersebut dimulai dengan bak

aerasi (bioreaktor), reaktor anerobik biofilter, bak pengumpul akhir sekaligus sebagai bak klorinasi, serta dilengkapi

dengan bak pengering lumpur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kualitas air limbah tambak udang

Tabel. 1 kualitas air limbah tambak udangParameter analisis Satuan Hasil uji Baku mutu*

Suhu 0C 23 -Kekeruhan NTU 49,05 ≤ 50

TSS mg/L 55 ≤ 200pH - 6,80 6 – 9,0

BOD5 mg/L 152,87 < 45NO2 mg/L <0,0021 < 2,5NO3 mg/L 9,5699 < 75NH3 mg/L 25,25 < 0,1PO4

-3 mg/L 1,0578 < 0,1Sumber : data primer 2017, *) Kep.Men Perikanan & Kelautan No.28 Tahun 2004

Page 4: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-262

2. Perhitungan debit

Perhitungan dimensi unit pengolahan ditentukan dengan mempertimbangkan debit yang dihasilkan. Pengukuran

debit limbah tambak udang dilakukan dengan menghitung volume air di dalam tambak = Q = 325 m3/hari

3. Perencanaan dan perhitungan unit pengolahan

3.1 Sequencing Batch Reactor (SBR)

Sequencing Batch Reactor merupakan variasi dari proses lumpur aktif yang dioperasikan secara batch, namun

tidak perlu dilakukan resirkulasi lumpur/efluen karena klarifikasi antara air dan lumpur aktif terjadi dalam 1 tangki

(NEIWPCC,2005).

Tabel 2. Kriteria desain SBR

Parameter Simbol Nilai SatuanRasio volume air limbah yang diolah terhadap volume total reaktor

VF/VT 0,3 -

Yield Y 0,3 – 0,5 g VSS/g CODKoefisien decay Kd 0,06 – 0,2 g/g hariLaju pertumbuhan spesifik Μm 3 – 13,2 g/g hariRasio F/M - 0,04 – 0,10 kg BOD/kg MLVSS.hariBeban Volumetrik BOD Lorg 0,1 – 0,3 kgBOD/m3.hariMLSS - 2000-5000 mg/LUmur lumpur SRT 10 -30 hari

Sumber : Metcalf & Eddy, 2004

Diketahui :

Q = 325 m3/hari, BODin = 152,87 mg/L, BODout = 45 mg/L, Efisiensi = 70,5 %

Direncanakan waktu yang dibutuhkan untuk 1 siklus adalah 7 jam, yang terdiri dari :

Waktu pengisian = 1,5 jam, Waktu reaksi = 2 jam, Waktu pengendapan = 1,5 jam

Waktu pengurasan = 1,5 jam, Waktu diam (idle) = 0,5 jam, Lama jam kerja/hari = 15 jam

Siklus / hari = = 2,1 ~ 2 siklus/hari

Volume limbah yang diolah (VF)

= = 162,5 m3

Penentuan volume limbah yang diolah terhadap volume total reaktor (VF/VT) berdasarkan kesetimbangan massa

solid di dalam reactor ( massa solid volume total = massa solid yang mengendap)

VT.X = VS.XS

Dimana :

VT = volume total (m3)

X = konsentrasi MLSS pada volume total (gr/m3)

VS = volume setelah air dikeluarkan (m3)

Xs = konsentrasi MLSS pada Vs (gr/m3)

Page 5: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-263

a). Nilai SVI normal berkisar antara 50 – 150 mL/gr (Said, 2017). Diasumsikan nilai SVI yaitu, 150 mL/gr, maka :

Xs = = 6666,67 mg/L

= 6666,67 gr/m3

b). Fraksi yang mengendap, diasumsikan MLSS sebesar 3600 gr/m3

= = = 0,539

Faktor keamanan 1,2 agar MLSS tidak terbawa saat mekanisme pengeluaran air dari reaktor (Metcalf & Eddy, 2004),

maka :

= 1,2 (0,539) = 0,64

c). Fraksi pengisian (VF/VT)

VF + Vs = VT

+ = 1 sehingga = 1 – 0,64 = 0,36

d). Volume total reaktor (VT)

Rasio VF/VT = 0,36 maka VT = = 451,4 m3

e). Dimensi reaktor

Direncanakan reaktor berbentuk persegi empat dengan kedalaman bak 3 m, maka :

A = = = 150,46 m2

A = P x L

P = L = 150,46 m2 = = 12,3 m

Tabel 3. Rekapitulasi dimensi dan kriteria operasional SBR

Parameter Nilai Satuan Parameter Nilai Satuan

Jumlah siklus 2 /hari Beban volumetrik BOD 0,11 kg/m3.hari

Waktu pengisian (fill) 1,5 Jam Rasio F/M 0,04 /hari

Waktu reaksi (react) 2 Jam Sludge Volume Index (SVI) 150 mL/gr

Waktu pengendapan (settle) 1,5 Jam MLSS 3600 gr/m3

Waktu pengurasan (decant) 1,5 Jam MLVSS 2880 gr/m3

Waktu diam (idle) 0,5 Jam Koefisien decay (kd) 0,08 gr/gr.hari

Kedalaman reaktor 3 m Umur lumpur (SRT) 12 hari

Lebar reactor 12,3 m Jumlah lumpur yang dihasilkan 132,42 kg/hari

Panjang reaktor 12,3 m Debit pembuangan lumpur 20,3 m3/hari

Freeboard 0,5 m Kebutuhan oksigen harian (Ro) 33,56 kgO2/jam

Tinggi total reaktor 3,5 m Standard Oxygen Requirement (SOR) 3,47 kgO2/jam

Page 6: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-264

Gambar 2. Reaktor SBR tampak samping

3.2 Reaktor anaerobik biofilter

Efluen dari reaktor SBR dialirkan menggunakan pompa menuju bak anaerobik biofilter dengan aliran dari atas

ke bawah. Di dalam reaktor anaerobik biofilter diisikan dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon.

Penguraian za-zat organi yang terkandung dalam air limbah tersebut dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif

aerobik. Mikroorganisme ini akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada reaktor SBR.

Kriteria desain : Beban BOD per volume media = 0,4 – 4,7 kg BOD/m3.hari (Said, 2017)

Data perencanaan

Q = 325 m3/hari

BODin = 45 gr/m3

Beban BOD dalam air limbah (kg/hari)

= 325 m3/hari x 45 gr/m3

= 14625 gr/hari

= 14,625 kg/hari

Volume media = = 17,2 m3

Volume reaktor biofilter anaerob

Volume media = 60% dari total volume reaktor biofilter, sehingga

Volume reaktor biofilter = 17,2 m3 x 100/60 = 28,67 m3

Waktu tinggal di dalam reaktor biofilter

= = 0,088 hari x 24 jam/hari = 2,1 jam

Page 7: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-265

Dimensi reaktor biofilter anaerob

Ditetapkan :Lebar = 2,8 mKedalaman efektif = 2 mPanjang = 5,2 mTinggi ruang bebas = 0,2 mVolume total = 29 m3

Tinggi penahan media dari dasar bak = 0,2 mTinggi bed media = 1,5 mTinggi air di atas media = 0,3 m

Tabel 4.Rekapitulasi dimensi dan kriteia operasional reaktor anaerobik biofilterParameter Nilai Satuan

Lebar 2,8 mPanjang 5,2 mTinggi media 1,5 mKedalaman efektif 2 mTinggi ruang bebas 0,2 mTinggi air di atas media 0,3 mTinggi penahan media dari dasar bak 0,2 mTinggi total bak 2,2 m

Gambar 3. Reaktor biofilter anaerobik tampak samping

3.3 Bak pengumpul akhir/klorinasi

Setelah melalui proses dalam reaktor anaerobik biofilter selanjutnya air limbah akan dialirkan secara overflow

ke bak penampung akhir yang juga berfungsi sebagai bak klorinasi. Di dalam bak ini, air limbah akan dikontakkan

dengan senyawa klor yang berfungsi untuk mengoksidasi ammonia dan dapat membunuh bakteri pathogen.

Data perencanaan :

Q = 325 m3/hari

Volume bak penampung akhir

= x 325 m3/hari = 27 m3

Page 8: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-266

Dimensi bak

Bak penampung akhir direncanakan berbentuk persegi panjang dengan ketentuan :

P : L = 2 : 1, dengan kedalaman (h) = 2 m, maka,

Luas alas bak (A)

= = = 13,5 m2

A = P x L

= 2L x L

= 2 L2

L = =

Sehingga L = 2,6m dan P = 2 x 2,6 m = 5,2 m

Tinggi ruang bebas = 0,2 m

Volume efektif

= 5,2 m x 2,6 m x 2 m = 27 m3

cek :

waktu tinggal rata-rata

= x 24 jam/hari = 2 jam

Tabel 5. Rekapitulasi dimensi bak pengumpul akhirParameter Nilai Satuan

Panjang 5,2 mLebar 2,6 mKedalaman efektif 2 mTinggi ruang bebas 0,2 mTinggi total 2,2 m

Gambar 4. Bak pengumpul akhir tampak samping

Page 9: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-267

Untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan oleh tingginya konsentrasi NH3 pada limbah tambak

uang dapat dilakukan dengan penambahan senyawa klor. Penambahan klor dalam bentuk kaporit (Ca(OCl)2) ke

dalam air limbah dapat dilakukan menggunakan chlorine diffuser. Penentuan banyaknya dosis kaporit yang

digunakan berdasarkan kurva breakpoint.

Gambar 5. Kurva kebutuhan dosis klorin terhadap residu klorin

(Metcalf & Eddy, 2007)

Berdasarkan kurva tersebut dosis klor yang digunakan untuk limbah yang mengandung ammonia yaitu sebesar 5

mg/L dengan sisa klor (residual chlorine) yang dihasilkan < 1 mg/L. Sisa klor yang tersedia tersebut dapat berfungsi

sebagai desinfektan.

Untuk mengoksidasi air limbah sebanyak 27 m3 (volume bak pengumpul akhir) maka :

= 27000 L x 5 mg/L = 135000 mg

Kaporit yang digunakan mengandung klor aktif sebesar 90%, sehingga :

Jumlah kebetuhan kaporit

= x 100 = 150000 mg = 0,15 kg/pengolahan x 2 pengolahan/hari = 0,3 kg/hari

3.4 Bak pengering lumpur

Diketahui :

Debit pembuangan lumpur SBR = 20,3 m3/hari

Waktu pengaliran = 2 jam

Maka,

V = Q x dt

= 20,3 m3/hari x 2 jam x = 1,69 m3

Page 10: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-268

Dimensi :

Bak pengering lumpur berbentuk persegi panjang dengan ketentuan P : L = 2 : 1, dengan kedalaman 1 m, maka,

A = P x L

= 2P x L

1,69 m2 = 2L2

L = = 0,92 m

P = 2 x 0,92 m = 1,84 m

Kedalaman = tebal lumpur + tebal pasir + tebal kerikil

= 0,3 m + 0,3 m + 0,3 m = 0,9 m

Tinggi total = kedalaman x freeboard

= 0,9 m x 110 % = 0,99 m = 1 m

Tabel 6. Rekapitulasi dimensi bak pengering lumpur

Parameter Nilai SatuanLebar 0,92 mKedalaman 1 mTinggi total 1 mPanjang 1,84 m

Gambar 6.Sludge Drying Bed tampak samping

Page 11: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-269

3.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Tabel 7. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) Tambak Udang

4. KESIMPULAN

1. Perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tambak udang di kawasan pesisir pantai Kabupaten

Kebumen kapasitas 325 m3/hari dengan luas lahan 232,41 m2, terdiri dari Sequencing Batch Reactor (SBR),

biofilter anaerob, dan bak pengumpul akhir yang sekaligus berfungsi sebagai bak klorinasi serta dilengkapi

dengan bak pengering lumpur (Sludge drying bed).

2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh dimensi Sequencing Batch Reactor (SBR) yaitu 12,3 m x 12,3 m x 3,5

m, dimensi reaktor biofilter anaerob yaitu 5,2 m x 2,8 m x 2,2 m, dimensi bak pengumpul akhir yaitu 5,2 m x

2,6 m x 2,2 m dan dimenasi bak pengering lumpur (sludge drying bed) yaitu 1,6 m x 0,8 m x 1 m.

3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang diperlukan dalam pembuatan IPAL tambak udang sebesar Rp.

328.951.329,-

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih peneliti sampaikan kepada Bapak Rektor serta Dekan Fakultas Sains Terapan IST AKPRIND

atas dukungan dan fasilitas yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 7 September 2017, Tambak Udang Bakal Ditutup, (http://www.kebumenekspres.com/2016/02/tambak-

udang-bakal-ditutup.html)

No Jenis Pekerjaan Anggaran Biaya

I Pekerjaan Persiapan 11.983.747,000

II Pekerjaan Sequencing Batch Reactor 203.338.377,410

III Pekerjaan Reaktor Anaerobik Biofilter 25.837.277,350

IV Pekerjaan Bak Pengumpul Akhir/klorinasi 26.553.197,064

V Pekerjaan Sludge Drying Bed 4.290.258,864

VI Pekerjaan Instalasi 19.087.754,000

VII Trial & Training 2.035.000,000

VIII Supervisi 1.800.000,000

Total 295.023.613,688

Pajak (PPN + PPh) 11,5 % 33.927.715,574

Jumlah Biaya 328.951.329,262

Page 12: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018

A-270

Budhihastuti, R. 2013. Pengaruh Penerapan Wanamina Terhadap Kualitas Lingkungan Tambak dan pertumbuhan

Udang di Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan, Hal.

374-377, ISBN 978-602-17001-1-2

Ditjen Bina Upaya Kesehatan. 2011. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter

Anaerob-Aerob pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kemenkes RI, Jakarta

Dwi, 7 September 2017, Pantai Tanggulangin Kawasan Pas Untuk Usaha Tambak Udang,

(https://lintaskebumen.wordpress.com/2015/02/08/pantai-tanggulangin-kawasan-pas-untuk-usaha-tambak-

udang/)

EPA, 1999. Wastewater Technology Fact Sheet, Sequencing Batch Reactor. United States

Fahrur, M., Undu, M.C dan Syah, R. 2016. Performa Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Tambak Udang

Vanamei Superintensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, Hal. 285-292

Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan. 2004. Pedoman Budidaya Udang di Tambak. Jakarta

Libriyanto, O. 2008. Pengaruh Penggunaan Lahan Tambak Terhadap Kualitas Air Saluran Irigasi Tambak Di

Muara Daerah Aliran Ci Manceuri (Kabupaten Tangerang).Dept.Geografi, FMIPA UI, Jakarta

Metcalf & Eddy. 2004. Wastewater Engineering : Treatment and Reuse 4th Edition. Mc.Graw Hill, Singapore

NEIWPCC. 2005. Sequencing Batch Reactor Design and Operational Considerations. New York

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. 2012. Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan

Umum. Jakarta

Said, Nusa Idaman. 2003. Teknologi Pengolahan Air Limbah Aplikasi Teknologi Biofilter dengan Media Plastik

Tipe Sarang Tawon. KelompokTeknologiPengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Pusat Pengkajian dan

Penerapan Teknologi Lingkungan BPPT. Jakarta.

Page 13: PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL