Click here to load reader
Upload
asas
View
23
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Mineral
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenaimineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara
lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, acara
terjadinya dan kegunaannya (Suharwanto, 2016:1).
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur (Berry dan Mason dalam Suharwanto,
2016:1).
1.1.1 Sifat Fisik
Sifat fisik mineral dapat dibedakan dengan mudah oleh mata. Dalam
tingkat laboratorium umumnya menggunakan analisa sifat fisik untuk
mengidentifikasi mineral. Sifat-sifat fisik mineral antara lain:
1. Warna (Colour)
Suatu permukaan mineral di kenai suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorbsi) dan
sebagian di pantulkan (refleksi). Warna dibedakan mejadi tiga. Yang pertama,
warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada
mineral disebut Idiochromatic. Yang kedua, warna mineral akibat adanya
campuran atau pengotoran dengan unsur lain, sehingga memberikan warna
yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya disebut Allochromatic. Yang
ketiga, kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu
pada mineral disebut dengan nama Chronophores.
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
1
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
2. Perawakan Kristal (Crystal Habit)
Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang
yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang
tersebut. Menurut Richard M Pearl (1975) membagi perawakan kristal
menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
Elongated habits (meniang/berserabut)
Flattened habits (lembaran tipis)
Rounded habits (membutir)
3. Kilap (luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan
suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2(dua) jenis, yaitu kilap logam dan
kilap non-logam. kilap non-logam antara lain, yaitu kilap mutiara, kilap gelas,
kilap sutera, kilap resin, dan kilap tanah (Noor, Djauhari, 2012:56)
4. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan
mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan
memiliki sifat yang relatif, artinya apabila dua mineral berbeda yang saling
digoreskan satu dengan yang lainnya, maka mineral yang tergores adalah
mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya.
Skala kekerasan mineral mul;ai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang
terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan
Mohs (Noor, Djauhari, 2012:56).
5. Gores (streak)
Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut
ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena
lebih stabil dan penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama
tetapi goresnya berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan
mineral pada permukaan porselin, tetapi apabila mineral mempunyai
kekerasan lebih dari 6 maka dapat dicari dengan cara menumbuk mineral
sampai halus berupa tepung (Suharwanto, 2016:13).
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
2
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
6. Belahan (cleavage)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampui batas elastisitas
dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Bila pecahnya
teratur mengikuti arah permukaan yang sesuai dengan struktur kristalnya,
maka disebut dengan nama belahan (cleavage). Belahan mineral akan selalu
sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan
merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal (Suharwanto, 2016:15).
7. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah mineral yang pecah secara tidak teratur karena
mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastistas dan elastisitasnya.
8. Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokan, penghancuran, dan pemotongan (Suharwanto, 2016:18).
9. Berat jenis (specific gravity)
Besarnya berat jenis mineral ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya
serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya.
Umumnya “mineral-mineral pembentuk batuan”, mempunyai berat jenis
sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar
antara 5 (Noor, Djauhari, 2012:56).
10. Rasa dan bau (taste and odor)
Rasa hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair, sedangkan
bau dapat dikenali melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang
bersifat volatile melalui pemanasan atau melalui penambahan suatu asam
(Suharwanto, 2016:20).
1.1.2 Sifat Kimia
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan
menjadi Mineral Silikat dan Mineral Non-Silikat.
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
3
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
a. Mineral Silikat
Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silicon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Berikut adalah mineral silikat: kuarsa, feldspar akali, feldspar
plagioklas, mika muskovit, mika biotit, amfibol, piroksen, olivine.
b. Mineral Non-Silikat
Terdapat delapan kelompok mineral non-silikat, yaitu kelompok oksida,
sulfida, sulfat, native elemen, halit, karbonat, hidroksida, dan fosfat.
1.2 Hornblende
Hornblende adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau
Kristal yang menyerupai jarum. Mineral hornblende umumnya mengandung besi
(Fe), magnesium (Mg), kalsium (Ca), alumunium (Al), silika (Si), dan oksigen (O).
Mineral ini berwarna hitam/coklat dan banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan
beku dan batuan metamorf (Noor, Djauhari, 2012:63).
Gambar 1.1 Mineral Hornblende
Sumber : Koleksi Pribadi
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
4
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
1.3 Piroksen
Piroksen adalah kelompok mineral sillikat yang dari unsur besi (Fe) dan
Magnesium (Mg). Mineral piroksin umumnya berwarna hijau gelap hingga
hitam.Mineral piroksen memiliki densitas berkisar antara 3.2-3.4 dengan bidang
belah yang berpotongan hamper tegak lurus. Bidang belah ini sangat penting untuk
membedakannya dengan mineral hornblende.
Gambar 1.2 Mineral Piroksen
Sumber : Koleksi Pribadi
1.4 Biotit
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai
buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotit. Mineral biotit
umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat. Mineral mika mempunyai kekerasan
yang lunak dan bias digores dengan kuku.
Gambar 1.2 Mineral Biotit
Sumber : Koleksi Pribadi
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
5
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biotit
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
6
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
2.2 Hornblende
Pada saat pengamatan yang pertama di praktikum mineral kali ini, praktikan
akan mengamati beberapa jenis mineral. Mineral pertama yang praktikan amati kali
ini adalah hornblende. Adapun alat-alat sederhana yang praktikan pergunakan seperti
pensil warna dan penggaris. Pada saat dilihat, sample mineral hornblende tidak
terlalu besar bahkan saat praktikan ukur hanya memiliki panjang 0.7 cm dan lebar
0.5 cm. Kemudian hornblende memiliki warna hitam. Dilihat dari warnanya yang
gelap, dapat disimpulkan bahwa mineral hornblende termasuk jenis mineral mafik.
Hornblende memiliki kilap arang.
Secara umum hornblende terbentuk karena proses pembekuan magma pada
suhu sekitar 700°C-600°C. Hornblende merupakan mineral penting dan
penyebarannya luas dan juga mineral pembentuk batuan pada batuan beku seperti
biorit, gabbro, basalt. Merupakan senyawa silisium oksida, terutama dari magnesium
dan kalsium. Tahan terhadap bekerjanya asam terkecuali terhadap asam flourida.
Tingkat kekerasannya berkisar antara 5-6 dan memiliki berat jenis 2.9-3.6.
Hornblende pun memiliki kandungan mineral yang cukup banyak, maka dari itu
mineral ini berwarna gelap. Adapun terjadinya warna pada mineral ini dikarenakan
magma yang saat di permukaan terjadi kontak dengan air, hal ini menyebabkan
terjadinya warna hitam pada mineral (Noor, Djauhari, 2011).
Hornblende merupakan mineral yang kaya akan kandungan besi, magnesium
dan kalsium. Hornblende merupakan mineral yang termasuk ke dalam jenis mineral
mafik, karena menurut teori mineral tersebut memiliki warna yang cenderung gelap
(hitam). Secara spesifik mineral tersebut memiliki kilap arang, karena mineral ini
tidak memantulkan cahaya yang dterimanya. Perawakan kristal yang dimiliki mineral
hornblende adalah prismatik panjang (Suharwanto, 2016).
Berdasarkan pengamatan praktikan hornblende memiliki warna yang gelap,
karena pada umumnya mineral tersebut tersusun atas unsur-unsur magnesium,
kalsium dan juga besi, yang merupakan kandungan kimia yang terjadi pada saat
magma mengalami proses pembekuan pada suhu 700°C, suhu yang tinggi tersebut
dan juga kandungan kimia yang ada di hornblende itulah yang menyebabkan warna
mineral hitam, maka dari itu hornblende tergolong mineral mafik. Senyawa kimia
dan sifat fisik yang dimiliki hornblende terbentuk pada saat terjadinya pembekuan Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
7
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
magma. Karena sifat pembekuannya yang lambat dan oleh temperatur yang cukup
tinggi, kilap hornblende seperti arang, dikarenakan hasil pembentukan dan letaknya
di bawah permukaan bumi sehingga mendapatkan sedikit intensitas cahaya. Mineral
hornblende memiliki perawakan kristal prismatik.
Kegunaan hornblende sendiri digunakan sebagai bahan penelitian untuk
mengetahui struktur penyusun batuan pada kerak bumi dan biasanya banyak orang
menyimpannya untuk koleksi dan juga sebagai bahan ornament dinding. Biasanya
hornblende digunakan sebagai aksesoris yaitu batu akik yang biasa disebut dengan
batu giok. Persebaran hornblende sendiri di Indonesia banyak terdapat di daerah
lereng gunung vulkanik. Biasanya tersimpan dibawah permukaan atau bisa juga
diatas permukaan yang merupakan hasil dari sisa letusan gunung vulkanik. Hanya
saja hornblende ini sulit untuk diperoleh karena keberadaannya sulit dijangkau.
Mineral ini banyak menyebar di bagian barat Papua, menurut data yang ada mineral
ini pun terdapat di Pulau Sumatra, Pulau Batam, dan Pulau Bintan (Noor, Djauhari,
2011).
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
8
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
2.3 Piroksen
Pada saat praktikum kali ini, praktikan akan mengamati beberapa jenis
mineral. Mineral pertama yang praktikan amati kali ini adalah piroksen. Adapun alat-
alat sederhana yang praktikan pergunakan seperti pensil warna dan penggaris. Pada
saat dilihat, ukuran sample mineral piroksen hanya memiliki panjang 1 cm dan lebar
0.7 cm. Piroksen memiliki warna hitam. Dilihat dari warnanya yang gelap, dapat
disimpulkan bahwa mineral piroksen termasuk jenis mineral mafik. Kilap yang
dimiliki piroksen yang praktikan amati adalah kilap kaca.
Piroksen berwarna gelap, dengan bidang belahan dua arah membentuk sudut
90°. Struktur kristalnya disusun oleh ranti tunggal tetrahedral yang diikat bersama-
sama dengan ion-ion besi dan magnesium. Karena ikatan silicon-oksigen lebih kuat
daripada ikatan antara sturktur silikat, maka piorksen mudah terbelah sejajar dengan
rantai silikat. Piroksen merupakan salah satu mineral yang dominan dalam batuan
beku basalt yang merupakan batuan yang umum pada kerak samudra. Piroksen
merupakan mineral yang terbentuk dengan mengalami proses slow cooling yang
dicirikan kristal besar, kristal dapat dilihat oleh mata, biasanya berwarna abu-abu
sampai gelap dan juga mempunyai permukaan yang kasar. Piroksen merupakan jenis
mineral mafik dan densitasnya antara 2.5-2.7 dan merupakan mineral utama karena
terbentuk langsung dari kristalisasi magma. Piroksen sendiri memiliki banyak
kandungan kimia, maka dari itu mineral ini berwarna gelap dan memiliki kilap kaca.
Piroksen terbentuk terutama pada batuan beku, terutama pada piroksen yang kaya
akan kalsium, besi, dan magnesium. Mineral ini biasanya dicari di bebatuan
berwarnna gelap di kelas ini. Lingkungan terbentuknya piroksen adalah pada
lingkungan magmatik, lingkungan ini memiliki karakter yang sangat khas, yaitu
memiliki tekanan dan temperature yang sangat tinggi, dan tentunya sangat
berhubungan dengan aktivitas magma. Piroksen jarang mengandung banyak kuarsa
di sebagian besar batuan beku, maka mereka jarang terjad di granit dan porphyries
felsic. Mineral piroksen terbentuk pada suhu tinggi di seri diskontinyu, tergolong
mineral mafik sehingga warnanya gelap dan mengalami pembekuan lama sehingga
terbentuk kristal dan membentuk butiran kasar (Noor, Djauhari, 2011).
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
9
Laboratorium Mineralogi Petrologi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016
Setelah mengamati mineral piroksen, praktikan mendapatkan data bahwa
piroksen termasuk kedalam jenis mineral mafik, karena mineral ini memiliki
kandungan kimia yang beragam seperti besi, magnesium, dan kalsium dan juuga
memiliki warna gelap. Berbeda dengan mineral hornblende, kilap yang dimiliki
piroksen adalah kilap kaca, mineral tersebut akan memantulkan cahaya seperti kaca.
Mineral tersebut memiliki bidang belahan dua arah yang membentuk sudut 90°
(Suharwanto, 2016).
Berdasarkan pengamatan praktikan, piroksen memiliki warna gelap
dikarenakan didalam mineral ini terdapat banyak kandungan kimia yang terbentuk
pada saat proses pembekuan magma pada temperature yang sangat tinggi berkisar
1100°C, dan terbentuklah piroksen.
Nama : HerryawanNIM : 114150008Plug : 1
10