Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT
(STUDI KASUS DI DESA SELAT KECAMATAN PEMAYUNG
KABUPATEN BATANGHARI)
SKRIPSI
Oleh :
ADE AFRIANSAH
EES.150565
DOSEN PEMBIMBING :
PROF.DR.SUBHAN,M.AG
REFKYFIELNANDA,SE.,SY.,M.E.I
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
2
3
4
5
MOTTO
Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba. tidak dapat berdirimelainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yangtelah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.1
1 Al-Qur’an Surah Al-Baqarah[2];275
6
ABSTRAK
Ade Afriansyah, EES.150565, Praktek-Preaktek Moral Hazard Dalam Jual beli Buah
Kelapa Sawit (Studi Kasus Di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari)
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah observasi,
wawancara, dan angket. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani
kelapa sawit di desa Selat yang berjumlah 176 orang dan 10 orang toke. Dari jumlah
tersebut penulis mengambil sampel sebesar 10% atau 17 orang. Perkebunan kelapa
sawit merupakan tulang punggung perekonomian rakyat di desa Selat. Pengembangan
dalam sektor perkebunan kelapa Sawit mempunyai dampak yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup
selalu melakukan jual beli. Karena, Jual beli merupakan suatu usaha dari masyarakat
di desa Selat dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pada dasarnya jual beli di
halalkan oleh Allah SWT. Hal ini telah dijelaskan dalam Al- Qur’an dan sunnah.
Salah satu bentuk jual beli adalah jual beli hasil perkebunan. Berdasarkan hasil
penelitian penulis dilapangan, penulis temukan kecurangan-kecurangan yang
seharusnya tidak terjadi ditengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam.
Kecurangan itu baik dalam bentuk timbangan, harga Maupun dalam proses
peminjaman uang dari petani kepada toke. Jika petani memiliki hutang maka harga
kelapa akan di turunkan dari harga pasaran. Maka, berdasarkan hal tersebut penulis
berpendapat bahwa pelaksanaan jual beli kelapa antara toke dengan petani di desa
Selat kecamatan pemayung, belum sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ekonomi
Islam. Yang mana prinsip dasar ekonomi Islam adalah suka sama suka tanpa ada
paksaan atau tekanan.
Kata Kunci: Moral Hazard,Pemasaran
7
PERSEMBAHAN
Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung
dan Maha Tinggi. Atas takdirmu saya bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu,
beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk
masa depanku, dalam meraih cita-cita saya.
Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk, Ayahanda …
Terima kasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai saya lahir, hingga
saya sudah sebesar ini. Lalu teruntuk Bunda, terima kasih juga atas limpahan doa
yang tak berkesudahan. Serta segala hal yang telah Bunda lakukan, semua yang
terbaik.
Terima kasih selanjutnya untuk kakak-kakak saya yang luar biasa, dalam
memberi dukungan dan doa yang tanpa henti. sekaligus sahabat bagi saya. Kalian
adalah tempat saya berlari ketika saya merasa tidak ada yang memahami di luar
rumah.
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
segala rahmat, rezeki, karunia dan nikmatnya kepada kita semua. Sehingga pada
kesempatan ini penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan judul
“Praktek Moral Hazard Dalam Jual Beli Kelapa Sawit (Studi Kasus Di Desa
Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari)”.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada Nabi Agung Muhammad SAW
yang selalu kita jadikan sebagai panutan hidup dan suri tauladan yang baik bagi umat
manusia. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Amin
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Ekonomi Islam,
Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Sulthan Thaha Saipuddin Jambi sebagai
syarat untuk memperoleh gelar strata satu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas bimbingan, arahan dan segala ilmu yang telah diberikan
dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan,MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saipuddin Jambi beserta seluruh staf dan jajarannya;
2. Bapak Prof.Dr.Subhan,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam STS Jambi;
3. Ibu Rafidah selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
STS Jambi, Ibuk Dr. Novi Mubyarto,ME selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN STS Jambi,
4. Bapak Prof.Dr.Subhan,M.Ag selaku Pembimbing I dan Bapak Refk
Fielnanda,SE.Sy.m.e.i selaku Pembimbing II. Terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala waktu, bimbingan, arahan, dan saran kepada Penulis
demi terselesaikannya skripsi ini;
9
5. Bapak dan Ibu dosen, khususnya dosen bagian Ekonomi Syariah serta seluruh
pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi yang telah
banyak mendidik dan memberikan bantuan selama di bangku kuliah sehingga
Penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik;
6. Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari beserta staf
dan jajarannya yang telah membantu Penulis selama proses penelitian;
7. Teman-teman terbaik saya Terima kasih banyak karna sudah mendampingi
saya dan memberi support pada saya selama proses bimbingan;
8. Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu. Sebagai manusia biasa, Penulis menyadari bahwa Penulis tak
akan pernah luput dari khilaf dan salah.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah SWT senantiasa menilai amal perbuatan kita sebagai ibadah.
Dan semoga semua yang telah kita kerjakan dengan niat baik mendapatkan
berkah, Amin Ya Rabbal Alamiin
Jambi, 2019
Penulis,
Ade Afriansah
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………ii
MOTTO …………………………………………………………………….….iv
ABSTRAK ……………….....………….………………………………………v
PERSEMBAHAN...............................................................................................vi
KATA PENGANTAR …………………………................…………………...vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………..……….ix
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………….9
C. Batasan Masalah ………………………………………………………9
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………...9
E. Kerangka Teori ………………………………………………..…......10
F. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………22
BAB II. METODE PENELITIAN ……………………………………….23
A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................23
B. Pendekatan Penelitian ………………………………………………23
11
C. Jenis Data ……………………………………………………...…….24
D. Sumber Data ………………………………………………………....25
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………......27
F. Analisis Data ………………………………………………………...29
G. Sistematika Penulisan ………………………………………………..31
BAB III. GAMBARAN UMUM DESA SELAT KECAMATAN PEMAYUNG
KABUPATEN BATAGHARI……………………………………………..32
A. Historis Desa Selat…………………………………………………..32
B. Geografis Desa Selat ……………………………………………….36
C. Struktur Organisasi Desa Selat ……………………………...…….39
D. Keadaan Penduduk …………..……………………………………40
E. Inventaris/ Sarana ………………………………………………….41
BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ………………49
A. Praktek-praktek moral hazard yang terjadi dalam jual beli kelapa sawit
……………………………………………..………...…..................49
B. Peran spiritual petani dalam mengatasi praktek moral hazard
………………………………………...............................................51
C. Upaya pencegahan dan penanganan moral hazard yang dilakukan pemerintah
……………………………….......................................53
BAB V. PENUTUP ……………………………………………………56
A. Kesimpulan …………………………………………………………56
B. Saran …………………………………………………………………56
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….58
LAMPIRAN – LAMPIRAN ……………………………………………..60
12
CURICULUM VITAE …………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh
secara stabil dan berkelanjutan,menciptakan kesempatan kerja yang luas dan
seimbang disemua sektor pertanian, serta memberikan kesejahteraan secara adil
kepada seluruh rakyat indonesia maka program pembangunan ekonomi nasional
harus dilaksanakan secara komprehensif dan mampu menggerakkan kegiatan
perekonomian nasional yang memiliki jangkauan yang luas dan menyentuh keseluruh
sektor riil dari perekonomian masyarakat indonesia. Program pembangunan ekonomi
nasional juga harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel yang berpedoman
pada prinsip demokrasi ekonomi sebagaimana diamankan pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Moral hazard muncul Karena seorang individu atau lembaga yang tidak
konsekuen secara penuh dan tidak bertanggungjawab atas perbuatannya, dan
karenanya cenderung untuk bertindak kurang hati-hati untuk melepas tanggung jawab
13
atas konsekuensi dari tindakannya kepada pihak lain.2 Moral hazard sering
dipergunakan dalam istilah bisnis asuransi, yang menjelaskan kemungkinan
pemegang asuransi dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat merugikan
terhadap barang yang diasuransikannya dengan harapan akan mendapatkan klaim
penggantian dari perusahaan asuransi.
Dalam bidang ekonomi, risiko moral (bahasa Inggris: moral hazard) terjadi
ketika seseorang meningkatkan paparan mereka terhadap risiko ketika tertanggung.
Hal ini dapat terjadi, misalnya, ketika seseorang mengambil lebih banyak risiko
karena orang lain menanggung biaya dari risiko-risiko tersebut. Moral hazard dapat
terjadi dimana tindakan salah satu pihak dapat berubah menjadi kerugian pada pihak
yang lain setelah transaksi keuangan telah terjadi.
Secara lebih luas, moral hazard bisa terjadi ketika pihak dengan informasi
yang lebih banyak tentang tindakan atau niatnya memiliki kecenderungan atau
dorongan untuk berperilaku tidak sepatutnya dari perspektif pihak dengan informasi
yang lebih sedikit.
Jual beli adalah transaksi antara satu orang dengan orang yang lain yang
berupa tukar-menukar suatu barang dengan barang yang lain berdasarkan tata cara
atau akad tertentu. Pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari, pengertian dari
jual beli adalah penukaran barang dengan uang. Sedangkan penukaran barang dengan
barang tidak lazim disebut jual beli, melainkan disebut barter.
2 Abdullah Zakiy al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”, Bandung: Pustaka Setia, tahun
2002, Hlm.72
14
Terjadinya jual beli karena adanya perbedaan kebutuhan hidup antara satu
orang dengan orang yang lain. Suatu contoh mislanya, satu pihak memiliki barang,
tetapi membutuhkan uang. Sementara itu, pihak yang lain memiliki uang, tetapi
mereka membutuhkan barang. Kedua belah pihak tersebut dalam contoh di atas, dapat
mengadakan kerja sama di antara keduanya dalam bentuk jual beli atas dasar sama-
sama rela. Dengan kerja sama jual beli itu, kebutuhan masing-masing pihak dapat
terpenuhi.
Bentuk Penyimpangan dari moral hazard ialah sulit diperbaiki/dirubah, karena
menyangkut sifat, pembawaan ataupun karakter manusia. Apabila moral hazards yang
buruk menjurus pada bentuk penipuan atau kecurangan, permohonan pertanggungan
sebaiknya ditolak.
Perkebunan kelapa merupakan salah satu dari sekian banyak mata pencaharian
yang dipilih oleh masyarakat di Desa Selat sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Hal ini dipilih masyarakat karena berbagai alasan di antaranya adalah karena
usia produktif perkebunan kelapa lebih lama dibandingkan dengan komuditas lainya
dan pemeliharaannya tidak memakan biaya besar. Transaksi jual beli kelapa yang
ideal itu dimana hasil panen kelapa petani dijual kepada koperasi unit Desa (KUD).
Kemudian KUD menjual kepabrik sehingga hal ini melindungi para petani dari
kerugian yang disebabkan oleh tengkulak atau toke. Namun pada prakteknya, di Desa
Selat tidak terdapat koperasi unit desa. Sehingga perana koperasi ini diambil oleh
toke atau tengkulak.
15
Di Desa Selat khususnya, terjadi kecurangan yang dilakukan oleh toke
terhadap petani dalam transaksi jual beli kelapa tersebut. Kecurangan yang dilakukan
oleh toke terjadi pada saat penimbangan kelapa sawit dan harga kelapa itu sendiri.
Dimana harga jual kelapa akan turun jika petani berhutang kepada toke. Dan petani
juga di isyaratkan menjual hasil panennya kepada toke tersebut. Dalam penghitungan
biasanya setiap timbangan 100 kg kelapa, petani harus melebihkan 5 kg. Jadi, setiap
105 kg kelapa maka akan dihitung 100 kg. Penghitungan seperti ini berlaku pada
setiap transaksi jual beli kelapa, dan ini dilakukan bukan oleh 1 (satu) orang tok akan
tetapi oleh semua toke yang terdapat di desa tersebut.
Seorang petani kelapa yaitu Joni3 memiliki kebun kelapa Sawit sebanyak 5
hektar. Dengan hasil panen setiap 2 minggu sekali sekitar 2 ton. Karena Joni
membutuhkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan kuliah anaknya.
Maka, Joni meminjam uang kepada Sudiran4 selaku toke sebanyak Rp 10.000.000,-.
Sudiran menyetujui peminjaman uang tersebut dengan syarat kelapa tersebut
harus dijual kepadanya. Dan sudah lumrah terjadi pada daerah tersebut jika petani
berhutang kepada toke maka harga jual kelapa akan lebih murah dari harga pasaran.
Pengurangan harga tersebut berkisar antara Rp 100,- sampai Rp 300,- perkilo, karena
sistem jualnya perkilo. Karena Joni sangat membutuhkan uang. Maka ia menyetujui
syarat yang diberikan oleh Sudiran tersebut.
3 Wawancara dengan Joni tanggal 16 Mei. Joni adalah seorang petani kelapa di Desa Selat
yang berusia 52 tahun.Yang mulai berkebun kelapa sejak tahun 1980. 4 Sudiran adalah seorang toke kelapa yang berusia 35tahun, dan memulai usahanya pada
tahun 2006.yang bertempat tinggal di kasang bulian.
16
Pada saat panen kelapa tiba, Joni terpaksa menjual kelapanya kepada Sudiran.
Hal ini sesuai dengan perjanjian pada saat peminjaman uang. Harga pasaran saat itu
berkisar Rp 900,- sampai Rp 1.200,-. Karena terdapat perbedaan harga pada setiap
toke. Sudiran membeli kelapa Joni dengan harga Rp 800,- lebih murah perkilo dari
harga pasaran. Uang yang diterima Joni setelah pemotongan hutang adalah: Jumlah
kelapa 2 ton. Maka 2000 kg x Rp 800,- perkilo = Rp 1.600.000,- kemudian dikurang
jumlah pinjaman sebesar Rp 400.000,- jadi yang diterima Joni sebesar Rp 1.400.000.
Hal ini sangat jauh bedanya dari harga jual yang tidak berhutang yakni sebesar 1000
perkilo
Untuk menjustifikasikan apakah suatu tindakan ekonomi merupakan moral
hazard ataukah bukan, perlu mempelajari prinsip-prinsip dari transaksi yang Islami,
yang dihalalkan ataupun yang diharamkan.
Prinsip transaksi Islami:
1. Ada kerelaan antar pihak yang bertransaksi.
2. Adil (keseimbangan dalam pandangan berbagai segi antar pelaku
ekonomi/tidak mezalimi dan tidak dizalimi (lâ tazhlimûna walâ tuzhlamûn)
dan terdapat empat batasan :
- Tidak boleh ada mafsadah(no externalities) = tidak zalim terhadap
lingkungan.
- Tidak boleh ada gharar (uncertainty with zero sum game) = tidak
zalim terhadap pasangan pelaku transaksi.
17
- Tidak boleh ada maisîr (uncertainty with zero sum game in utility
exchange) = gharar akibat pertukaran manfaat.
- Tidak boleh ada riba (exchange of liability) = gharar akibat
pertukaran kewajiban
3. Jelas ( dalam status transaksi, ukuran, timbangan, kualitas, harga)
4. Tidak memakan hak orang lain secara paksa
5. Bermanfaat
Prinsip transaksi yang terlarang dalam Islam:
1. Terdapat unsur pemaksaan
2. Terdapat unsur kezaliman
3. Gharar/tidak jelas
4. Memakan hak orang lain
5. Mengandung mudharat
Bahaya dari tindakan hazard ini menyebabkan petani di desa selat memiliki
pendapatan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya sebagai petani sawit. Dengan
adanya kesenjangan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Maka penulis merasa
perlu untuk melakukan penelitian tentang transaksi jual beli kelapa yang terjadi di
Desa Selat. Kemudian mengangkatnya dalam tulisan berjudul: “Praktek Moral
Hazard Dalam Jual Beli Kelapa Sawit (Studi Kasus Di Desa Selat Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batanghari)”.
B. Rumusan Masalah
18
1. Bagaimana praktek moral hazard yang terjadi dalam jual beli kelapa
sawit?
2. Bagaimana peran spiritual petani dalam mengatasi praktek moral
hazard?
3. Bagaimana upaya pencegahan dan penanganan moral hazard yang
dilakukan pemerintah?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui praktek moral hazard yang terjadi dalam jual beli kelapa
sawit.
2. Untuk kalangan akademis dan mahasiswa, sebagai bahan bacaan
tambahan dan sumber referensi dan bahan kajian untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi masyarakat umum, sebagai wahana untuk meningkatkan
wawasan dan pemahaman tentang praktek moral hazard.
D. Batasan Masalah
Untuk mempermudah penilitian, penulis membatasi ruang lingkup
yaitu’ praktek-praktek moral hazard dalam jual beli kelapa sawit’ di lihat dari
peluang keuntungan yang menjadi sumber pendapatan dalam jual beli kelapa
sawit.
E. Kerangka Teori
1. Teori Motivasi Spiritual
19
Kajian tentang spiritualitas saat ini telah menjadi trend perbincangan di dalam
kajian bisnis.5 Istilah spiritual quotient (SQ) telah menggantikan istilah intellectual
quoetient (IQ) dan emotional quoetient (EQ). Terdapat kontribusi yang besar tentang
pentingnya dimensi spritual pada psikis seseorang dalam bekerja dan secara
siqnifikan berpengaruh terhadap peningkatan kinerjanya. Di Amerika Serikat,
sebagian masyarakatnya mulai percaya bahwa tuhan adalah kekuatan spiritual yang
positif dan aktif.
Penilitian yang di lakukan oleh madin sebagaimana dikemukakan oleh
Ghozali terhadap 512 manajer dan pemilik perusahaan di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa tingkat religiusitas mempunyai peran penting di dalam
membentuk persepsi dan sikap karyawan maupun bisnis di Amerika Serikat. Ini
menunjukkan bahwa tingkat religiusitas karyawan sesuai dengan agamanya masing-
masing berpengaruh terhadap sikap dan prilaku kerjanya. Sikap kerja tersebut
meliputi komitmen organisasi dan kepuasan kerja, yang pada akhirnya sikap kerja ini
berdampak lansung terhadap produktivitas kerja.
Logika berfikir yang melandasinya adalah prilaku ekonomi seseorang pada
dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya guna mencapai
maslahah (kesejahteran).6 Seseorang yang memiliki motivasi spiritual yang tinggi
5 Asmirawati, Analisis Perilaku Moral Hazard Nasabah Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil, sripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Tahun
2017, Hlm.60 6 Yusuf Qordhawi, “Norma dan Etika Ekonomi Islam”, Penerjemah Zainal Arifin dan Dahlia
Husin, Jakarta: Gema Insani Prees,Tahun 1997, Hlm.34
20
akan mempertimbangkan dimensi spiritual dalam menggunakan produk pembiyaan
yang memang murni syari’ah.
Baharuddin dalam Rahnawati merumuskan 3 macam motivasi manusia, yaitu:
a. Motivasi jismiah (fisiologis) adalah motivasi yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan fisik biologis, seperti makan dan pakaian.
b. Motivasi nafsiah (psikologis) adalah motivasi yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan yang bersifat psikologis, seperti rasa aman,
penghargaan, rasa memiliki, dan rasa cinta.
c. Motivasi ruhaniah (spiritual) adalah motivasi yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat spiritual, seperti
aktualisasi diri dan agama.
Karakteristik motivasi spiritual dalam penilitian ini dirumuskan berdasarkan
teori motivasi spiritual baharuddin, yang mengkategorikan motivasi spriritual
menjadi dual dimensi, yaitu aktualisasi diri dan agama.7 Menurut pemahaman ajaran
islam sesuatu perbuatan tidak dapat menjadi motivasi spiritual jika tidak dilandaskan
pada konsep aqidah, ibadah dan muamalah. Berdasarkan konsep di atas, adanya
motivasi spiritual dalam diri individu, maka individu tersebut dapat mengembangkan
aktualisasi dirinya melalui peningkatan percaya diri, jujur, mengembangkan cara
pikir, sikap obyektif, efektivitas dan kreativitas. Selain itu, individu tersebut selalu
7 Asmirawati,” Analisis Perilaku Moral Hazard Nasabah Terhadap Pembiayaan, Tahun
2017,Hlm.78
21
memulai setiap aktivitas dengan niat ibadah serta mempertimbangkan aspek maslahah
dalam memperoleh kesejahteraan dunia dan akhirat.
2. Moral Hazard
a. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata “mos”(bentuk jamaknya yaitu “mores”) yang
berarti adat dan cara hidup,4 atau dengan kata lain adat kebiasaan. Dalam bahasa
Indonesia moral diterjemahkan sebagai (“ajaran”) baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila dan sebagainya.
Selanjutnya moral dalam arti istilah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak
dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Disamping itu moral juga didefenisikan
sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
b. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.8
Berdasarkan dari defenisi-defenisi di atas, menurut penulis moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan
nilai (ketentuan) baik/buruk, benar/salah. Berdasarkan kutipan diatas, dapat dipahami
bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
8 Sujarweni, V Wiratna, “Pengantar Akuntansi”. Yogyakarta: Pustaka Baru Press,tahun 2016,
Hlm. 102
22
aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika
dalam kehidupan seharihari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang
dimaksud adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik. Singkatnya moral
adalah sesuatu hal yang mengatur kehidupan manusia dinilai dari baik dan buruk
perbuatannya.
b. Definisi Moral Hazard
Pada umumnya orang sering menyamakan pengertian risiko, hazard dan peril.
Memang ketiga istilah tersebut erat sekali kaitannya satu dengan yang lain.9 Akan
tetapi ketiganya berbeda, oleh karena itu untuk maksud-maksud kajian istilah tersebut
harus dibedakan dengan tegas. Peril adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan
kerugian. Sedangkan hazard keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya suatu peril. Akibat terjadinya suatu peril ini akan
menimbulkan satu kerugian atau kerusakan pada diri seorang atau harta miliknya.
Kedua istilah tersebut peril dan hazard lebih erat hubungan-nya kepada kemunkinan
daripada risiko. Arti hazard adalah bahaya: asr. Suatu situasi yang dapat menambah
terjadinya kerugian (loss) si tertanggung (insured) mis. Kondisi lingkungan tak sehat,
rumah tak dijaga.
Dengan kata lain, hazard itu juga menunjuk pada situasi tertentu yang
memperlihatkan/meningkatkan kemunkinan terjadinya hal-hal yang akan menibulkan
9 Ahmadi Azis, “Pola Hubungan Antara Petani Kelapa Sawit dengan Tauke Sawit di Desa
Buana Makmur Kecamatan Dayun Kabupaten Siak”, Jurnal JO FISIP Vol.4, No.1, Tahun
2017,Hlm.26
23
kerugian.10
Dalam lapangan kajian tentang akhlak, moral hazard lazim disebut
dengan akhlak buruk (akhlak al-madzmumah), Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa
hazard itu termasuk sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang
dapat membawanya kepada kebinasaan.
Pada dasarnya moral hazard itu merupakan maksiat karena maksiat itu adalah
meninggalkan/melupakan suatu ketaatan. “Maksiat itu adalah meninggalkan
/melupakan suatu ketaatanatau bisa dikatakan meninggalkan perintah dan
mengerjakan apa yang dilarang”.
sebagai ‘Morale Hazard’ yang secara sederhana dideskripsikan sebagai
carelessness or indifference to a loss (kecerobohan atau ketidakpedulian terhadap
kerugian). Disamping morale hazard, ada pula yang disebut sebagai physical hazard.
Physical hazard adalah kondisi fisik yang dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya kerugian, sementara moral hazard adalah ketidakjujuran seseorang yang
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kerugian.
Seorang ahli ekonomi yang bernama Pauly (1968) adalah orang yang pertama
kali mengemukakan bahwa Moral hazard sangat besar pengaruhnya di bidang
pelayanan kesehatan. Moral hazard diduga membuat orang berubah perilakunya
ketika mereka telah dijamin oleh asuransi dibandingkan sebelum dijamin. Moral
hazard merupakan dampak dari asimetris informasi, hal ini selalu ada bila
sekelompok orang dengan informasi yang menggiurkan merubah perilaku masyarakat
10
Asmirawati,” Analisis Perilaku Moral Hazard Nasabah Terhadap Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil” skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
Tahun 2017,Hlm.78
24
agar memilih cara yang menguntungkannya ketika biaya naik dengan imformasi yang
kurang lengkap. Kebanyakan bila pihak asuransi berencana mengurangi pengeluaran
biaya berobat, perilaku individu diefektifkan dengan mengurangi harga perubahan ini
di dalam perilaku disebut Moral hazard, demikian hal nya juga masyarakat memiliki
tingkah laku yang sama seperti melakukan pemborosan air ketika harga air murah,
sering sekali berobat ketika biaya berobat murah atau telah dijamin.
Frekuensi kejadian riil moral hazard pada saat jual-beli adalah sesuatu yang
sulit diukur, namun dapat diestimasi dengan berbagai pendekatan. Biasanya risiko
moral hazard dapat diukur setelah kejadian moral hazard ini terjadi Pengukuran yang
paling sering digunakan adalah dengan membandingkan biaya klaim yang seharusnya
pada tingkat kerusakan
c. Jenis-jenis Moral hazard
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa hazard adalah suatu tindakan
yang dapat memperbesar kemunkinan terjadinya suatu peril. Pengertian tersebut
dapat diperluas meliputi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan suatu kerugian.
Hazard dapat diklasifikasikan dalam 4 jenis yaitu:
1. Physical hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik
secara fisik dari suatu obyek yang dapat memperbesar kemungkinan terjadi
suatu peril ataupun memperbesar terjadinya suatu kerugian.
2. Moral hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang yang
bersangkutan yang berkaitan dengan sikap mental atau pandangan hidup
25
serta kebiasaannya yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu
peril atupun kerugian.
3. Morale hazard, meskipun pada dasarnya setiap orang tidak menginginkan
terjadinya suatu kerugian, akan tetapi karena merasa bahwa ia telah
memperoleh jaminan baik atas diri maupun harta miliknya, maka sering kali
menimbulkan kecerobohan atau kurang hati-hati. Keadaan yang demikian itu
akan dapat memperbesar terjadinya suatu kerugian.
4. Legal hazard, seringkali berdasarkan peraturan-peraturan ataupun
perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat justru
diabaikan ataupun kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar suatu
perilaku.
3. Pengertian Jual Beli
Jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan beli”. 11
Kata jual dan beli
mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual dan beli
menunjukan adanya perbuatan menjual, sedangkan beli menunjukan adanya
perbuatan membeli. Dengan demikian perkataan jual beli menunjukan adanya dua
perbuatan dalam suatu peristiwa yaitu, satu pihak penjual dan pihak lain pembeli.
Dari ungkapan diatas terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli terlibat dua pihak yang
saling menukar atau melakukan pertukaran. Maka dalam hal ini terjadilah transaksi
jual beli yang mendatangkan akibat hukum.
11
Miftahul Fadhilah,“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kelapa Sawit Sistem
Kebersamaan”, Skripsi IAIN Purwokerto, Tahun 2018, Hlm.54
26
Secara lughawi (dalam bahasa arab) jual beli adalah bai’i, berarti menjual,
menganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-bai’i dalam
bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni asy-syira’
(beli).
4. Dasar Hukum Jual Beli
Salah satu bentuk muamalah yang diatur pelaksanaannya di dalam Islam
adalah masalah jual beli. Hukum Islam membenarkan adanya jual beli berdasarkan
AlQur’an dan hadist serta ijma para ulama.
Adapun dari Al-Qur’an dapat dilihat pada Q.S Al-Baqarah[2];275:
Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba. tidak dapat berdirimelainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yangtelah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
27
Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.12
Dari ayat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah
suatu yang disyariatkan dalam Islam. Sehingga jual beli dibenarkan dengan
memperlihatkan syarat dan rukun yang telah ditetapkan syariat Islam mengenai jual
beli yang sah.
5. Rukun dan syarat jual beli
Rukun dan syarat jual beli merupakan suatu kepastian, tanpa adanya rukun
dan syarat tentulah tidak terlaksana menurut hukum, karena rukun dan syarat tidak
bisa dikesampingkan dari suatu perbuatan dan juga termasuk bagian perbuatan
tersebut. 13
a. Rukun jual beli
1. Ijab (ucapan dari penjual)
2. Qabul (ucapan dari pembeli)
3. Penjual
4. Pembeli
5. Benda yang dijual
6. Uang
b. Syarat Jual Beli
12
Departemen Agama Ri,“Al-Qur’an Dan Terjemahan” Jakarta, Tahun 2006. Hlm.24 13
Nur’aini, “Mekanisme Jual Beli Kelapa Sawit Dalam Tinjauan Fiqh Muamalah di Desa
Karang Manunggal Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin”, Skripsi Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang, Tahun 2017, Hlm.98
28
Agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan pihak pembeli
syah.14
Haruslah dipenuhi syarat syarat yang secara garis besar adalah tentang
subjeknya, tentang objeknya dan tentang lafaznya.
1. Tentang subjeknya
Bahwa keduanya belah pihak (penjual dan pembeli) yang melakukan
perjanjian jual beli tersebut adalah:
a. Berakal
Sebab hanya orang berakalah yang sanggup melakukan transaksi jual beli
secara sempurna. Sedangkan orang gila atau bodoh tidak syah jual belinya. Bila
mereka (orang gila, mabuk, dan sebagainya) melakukan jual beli kemungkinan akan
menimbulkan kesalah pahaman atau penipuan hingga tidak bisa dipertanggung
jawabkan perbuatanya itu.
b. Kehendak Sendiri
Yang dimaksud dengan kehendak sendiri bahwa dalam melakukan perbuatan
jual beli tersebut salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada
pihak lainnya.15
Sehingga pihak lainya tersebut melakukan jual beli bukan lagi
kemauan sendiri tetapi disebabkan adanya unsur paksaan, jual beli yang dilakukan
atas dasar tidak kehendak sendiri adalah tidak sah.
c. Keduanya Tidak Mubazir
14
Miftahul Fadhilah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kelapa Sawit Sistem
Kebersamaan”, Skripsi IAIN Purwokerto, Tahun 2018,Hlm.43 15
Abdullah Zakiy al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”, Bandung: Pustaka Setia,
Tahun 2002, Hlm.64
29
Maksudnya para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli
tersebut bukanlah manusia yang boros (mubazir) sebab orang yang boros di dalam
hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak, maksudnya dia tidak
dapat melakukan sendiri suatu perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum
tersebut menyangkut kepentingannya sendiri. Orang boros di dalam hukum berada
dibawah pengampunan/perwalian yang melakukan perbuatan hukum untuk
keperluanya adalah pengampu atau walinya.
d. Baligh atau Dewasa
Dalam hukum Islam yang dimaksud baliqh adalah telah berumur 15 tahun atau
telah bermimpi (bagi anak laki-laki) dan haid (bagi anak perempuan) dengan
demikian jual beli yang diadakan anak anak kecil adalah tidak sah. Namun demikian
bagi anak yang telah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, akan
tetapi belum dewasa menurut pendapat sebagian ulama bahwa mereka diperbolehkan
berjual beli barang-barang yang kecil-kecil misalnya jual beli permen, roti dan
sebagainya. Karena kalau tidak boleh sudah barang tentu menjadi kesulitan
sedangkan agama Islam sekali-kali tidak akan mengadakan aturan yang
mendatangkan kesulitan bagi pemeluknya.
2. Tentang Objeknya
30
Yang dimaksud dengan objek jual beli disini adalah benda yang menjadi
sebab terjadinya jual beli.16
Benda yang dijadikan objek jual beli haruslah memenuhi
syarat syarat sebagai berikut:
a. Bersih barangnya
b. Dapat dimanfaatkan
c. Milik orang yang melakukan akad
d. Mampu menyerahkanya
e. Mengetahui
f. Barang yang dijadikan akad ada ditangan (dikuasai)
3. Tentang Lafazhnya
Dalam akad jual beli harus ada ijab dan qabul, maksudnya pihak penjual
atas namanya (dengan rela melepaskan barangnya, misanya dengan ucapan ) “ aku
jual barang ini kepada kamu dan menukar dengan uang/ yang lain”. Sedangkan pihak
pembeli atau atas namanya, mengucapkan “ telah aku beli barang ini dan kini telah
menjadi milikku”, atau dengan ucapan yang tujuannya sama.
Pada dasarnya ijab dan qabul itu sama sama suka pihak penjual rela
menyerahkan barangnya, dan pihak pembeli dengan rela menerima meskipun ijab dan
qabul dilakukan dengan lisan ataupun dengan mengunakan tulisan, asalkan didasari
oleh jiwa yang saling rela merelakan (teradili). Selain itu pula penyerahan barang itu
dapat diartikan sebagai ijabnya, sekalipun tanpa ijab penyerahan. Dan sebaliknya
16
Hartono Rudi, “pelaksanaan Jual Beli Kelapa Antara Toke Dengan Petani di Desa
Pebenaan Kecamatan Keritang Menurut Perspektif Ekonomi Islam”, skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif kasim Riau, Tahun 2012, Hlm.96
31
penyerahan barang itu sebagai qabulnya. Sekalipun tanpa kalimat yang diucapkan.
Sebagai mana adat kebiasaan yang telah berjalan semenjak dahulu kala.
F. Tinjauan Pustaka
Simtowe dan Zeller (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi moral hazard dalam group lending programs di Malawi menunjukkan
bahwa mesikpun group lending dengan joint liability telah dipraktekkan untuk lebih
dari empat dekade, ketidakinginan untuk membayar cicilan kredit tetap saja menjadi
alasan utama terjadinya gagal bayar di Malawi. Beberapa faktor yang diduga menjadi
sumber terjadinya perilaku moral hazard diantaranya adalah peer-selection, peer-
monitoring, social ties, peer-presure, dynamic incentives dan pencocokan masalah.
Pada screening khususnya dalam peer selection signifikan dan berpengaruh
negatif terhadap indikasi terjadinya moral hazard. Peer monitoring, pada anggota
sudah bergabung dengan perusahaan signifikan dan berpengaruh negatif, faktor
anggota kelompok yang tidak mengetahui susunan kelompok signifikan dan
bepengaruh positif pada indikasi moral hazard. Pada social ties, jumlah desa asal
anggota berpengaruh signifikan dan bersifat positif terhadap indikasi moral hazard.
Pada peer-presurre, adanya desakan sebelum jatuh tempo berpengaruh signifikan dan
bersifat negatif terhadap indikasi moral hazard.
Hermes, Lensink dan Teki (2003) dalam Nuryartono (2011), melakukan studi
mengenai dampak pengawasan serta ikatan sosial terhadap perilaku moral hazard di
dalam group lending programs di Eritrea, Afrika. Temuan empiris menyatakan
bahwa peer monitoring yang dilakukan oleh pemimpin kelompok dan ikatan sosial
32
dari pemimpin kelompok membantu mengurangi perilaku moral hazard dari suatu
kelompok. Sebaliknya, peer monitoring dan ikatan sosial yang dilakukan oleh
anggota kelompok lain tidak berkaitan dalam mengurangi terjadinya perilaku moral
hazard di dalam kelompok tersebut. Adapun salah satu alasan penting yang
mendukung temuan diatas adalah karena keteraturan dalam hubungan dan jarak yang
pendek antara pemimpin kelompok dan anggota kelompok membantu mengurangi
penyalahgunaan kredit oleh anggota individu suatu kelompok. Selain itu, rupanya
anggota kelompok hanya merasa tertekan untuk berperilaku secara bijaksana ketika
pemimpin kelompoknya melakukan pemantauan. Hal ini terjadi karena pemimpin
kelompok tersebut dianggap lebih memiliki peran terhadap sanksi moral hazard atas
perilaku anggota kelompoknya.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Nuryartono, Effendi dan Wawan (2009)
dalam Nuryartono (2011) terhadap salah satu lembaga keuangan mikro yang
mengindikasikan bahwa adanya ikatan sosial (modal sosial) yang kuat melalui
penyaluran kelompok mampu mengurangi gagal bayar baik secara individu maupun
kelompok itu sendiri.
Kugler dan Opples (2005) dalam Nuryartono (2011) secara empiris menggali
serta memeriksa profil resiko dari peminjam individu dan menghasilkan heterogenitas
kelompok untuk mengidentifikasi peran kontribusi perorangan terhadap proyek
investasi di Cotonou. Bukti empiris menunjukkan bahwa sementara diversifikasi di
dalam kelompok memudahkan pengelompokkan resiko, hal ini juga meningkatkan
ekspektasi gagal bayar untuk peminjam dengan resiko rendah. Agunan akan
33
membantu meniadakan dan mengurangi potensi negatif spillovers dari gagal bayar
kelompok, hal ini disebabkan oleh anggota kelompok yang memiliki proyek dengan
resiko lebih tinggi. Kugler dan Opples (2005) dalam Nuryartono (2011) juga
menemukan bahwa joint liability merupakan salah satu mekanisme untuk pembagian
resiko (risk sharing) bagi rumah tangga miskin yang sulit untuk menyediakan agunan
dan tidak memiliki asuransi. Sehingga mekanisme joint liability di dalam group
lending programs adalah kondusif terhadap ketentuan asuransi selama terdapat
mekanisme bagi investor (anggota) yang memiliki resiko tinggi untuk
mengkompensasi anggota yang memiliki resiko rendah.
34
BAB II
METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian dapat di muat dalam sebuah penelitian
atau skripsi jenis penelitian lapangan. Penelitian ini akan dilakukan di desa Selat
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Terutama di daerah-daerah tempat jual
beli kelapa sawit. 17
Pemilihan tempat ini menurut penulis yang melihat bahwa lokasi
penelitian ini sangat cocok dan dapat membantu penulis untuk menjawab rumusan
masalah yang diangkat dalam proposal skripsi ini. Waktu penelitian dalam penelitian
ini tahun 2018-2019.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah bersifat
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah cara kerja penelitian yang menekankan pada
aspek pendalaman data demi mendapatkan kualitas dari hasil suatu penelitian.18
Dengan kata lain, pendekatan kualitatif (qualitative approach) adalah suatu
mekanisme kerja penelitian yang mengandalkan uraian deskriptif kata, atau kalimat,
yang disusun secara cermat dan sistematis mulai dari menghimpun data hingga
menafsirkan dan melaporkan hasil penelitian. Karena itu menurut Prof. Burhan
Bungin, pendekatan kualitatif adalah proses kerja penelitian yang sasarannya terbatas,
namun kedalam datanya tak terbatas. Semakin dalam dan berkualitas data yang
17
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press, tahun 2014, hlm. 30 18
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 52-53
35
diperoleh atau dikumpulkan maka semakin berkualitas hasil penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini akan mengkaji tentang praktek-praktek moral hazard dalam jual
beli buah kelapa sawit (studi kasus di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari).
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data utama penelitian.19
Data yang diperoleh langsung dari
lapangan oleh peneliti melalui observasi dan wawancara langsung kepada
pihak-pihak yang terlibat langsung dalam jual beli buah kelapa sawit dan
pemilik kebun sawit di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari Provinsi Jambi.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung data penelitian.20
Data sekunder
adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data atau
dokumen penduduk Desa Selat, serta buku-buku dan artikel yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Data sekunder memberikan
informasi dan data yang telah disalin, atau dikumpulkan dari sumber-sumber
aslinya.
a. Sumber Data
19
Suaidi Asy’ari, Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa, Jambi, t.p, 2009, hlm.19 20
Ibid, hlm.19
36
sumber data berupa responden dan informan dikatakan juga sebagai sumber
data berupa orang (person).21
Sumber data peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian
selama observasi berlangsung di katakan juga sebagai sumber data berupa tempat
(place). Sedangkan sumber data berupa dokumen-dokumen atau berupa literatur-
literatur pustaka di katakan juga sebagai sumber data berupa huruf, angka, gambar
atau simbol-simbol (paper). Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu, pelaku
jual beli kelapa sawit, petani yang mengurus dan menjaga kebun kelapa sawit,
penampung hasil panen buah kelapa sawit di Desa Selat Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batanghari.
4. Subyek dan obyek penelitian
a. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang diminta untuk memberikan keterangan
tentang suatu fakta atau pendapat.22
Jadi, subyek penelitian itu merupakan sumber
informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Subyek penelitian
dalam penelitian ini adalah pelaku usaha jual beli kelapa sawit di Desa Selat
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari.
b. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian. Obyek
penelitian adalah pokok permasalahan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data
secara lebih terarah.
21
Ibrahim, ibid, hlm. 69-70 22
Sayuti Una,ibid,. hlm. 34.
37
Adapun obyek penelitian dalam penelitian ini meliputi : praktek-praktek hazard jual
beli buah kelapa sawit di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari.
Jika probalility sampling merupakan klasifikasi teknik pengumpulan sumber
data dalam penelitian kuantitatif, maka non probalility di gunakan untuk klasifikasi
teknik penentuan sumber data penelitian kualitatif. 23
Maka dalam penelitian ini
menggunakan non probalility karena penulis menggunakan pendekatan kualitatif
dalam penelitian ini.
Sementara itu, dalam non probalility sampling, ada beberapa teknik
pengambilan sampling, namun peneliti menggunakan purposive sampling.24
Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang telah ditentukan peneliti
dengan kriteria tertentu. Sehubungan dengan upaya untuk memperjelas penentuan
sampel dalam penelitian. Purposive sampling signifikan digunakan dalam 3 situasi.
Pertama, peneliti menggunakan teknik purposive sampling guna memilih responden
unik yang akan member informasi penting. Kedua, peneliti menggunakan purposive
sampling untuk memilih respondek yang sulit untuk dicapai, untuk itu, peneliti
cendrung subyektif (misalnya menentukan sampel berdasarkan kategorisasi atau
karakteristik umum yang ditentukan sendiri oleh peneliti). Ketiga, tak kala peneliti
ingin mengidentifikasi jenis responden tertentu untuk diadakan wawancara
mendalam. Tujuan penelitian bukan hendak melakukan generalisasi atas populasi
23
Ibid., hlm. 36 24
V.Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakara: Pustakabarupress, 2014), hlm.32
38
yang lebih besar, tetapi lebih pada kehendak untuk memperoleh informasi yang
mendalam tentang suatu hal.
Dengan judul peneliti yaitu (praktek moral hazard jual beli kelapa sawit di
Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari). Dalam penelitian ini,
mengingat identitas populasi tidak diketahui, maka prosedur pencarian responden
dilakukan menggunakan teknik purposive sampling, di mana sampel yang di ambil
dengan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk
menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia,
dan untuk evakuasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.25
Hasil observasi berupa
aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu.
b. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan atau metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan bertatapan langsung dengan informan.26
Proses memperoleh
penjelasan untuk mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab
bisa sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media
25
Ibid., hlm. 31 26
Mumtaz Fairuz Mumtaz. 2017. ”Kupas Tuntas Metode Penelitian”. Penerbit Pustaka
Diantara, tahun 2017, hlm.23
39
telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan
untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang di
angkat dalam penelitian.
Petugas wawancara perlu mengetahui bagaimana seharusnya berprilaku pada
saat melakukan interview dengan responden. Bagaimana wawancara dilakukan pada
dasarnya bergantung pada siapa yang diwawancarai, dan juga pada materi pertanyaan
yang akan diajukan. Namun demikian, pewawancara harus memahami suatu panduan
umum agar wawancara yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.
Informan yang akan penulis wawancarai yaitu pihak pelaku usaha jual beli
buah kelapa sawit di desa Selat atau mereka yang terlibat dengan apa yang penulis
teliti. Untuk mendapatkan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik
wawancara digunakan adalah teknik wawancara tidak terstruktur, dimana penulis
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis.
Pedoman wawancara yang penulis gunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Kelebihan dari teknik bisa memotifasi informan
yang diwawancarai untuk menjawab secara bebas dan terbuka, selain itu peneliti juga
bisa mengembangkan pertanyaan agar tidak terpaku pada satu pertanyaan saja
sehingga peneliti bisa memperoleh informasi yang lebih mendalam.
c. Dokumentasi
40
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif sejumlah
besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.27
Sebagian
besar data berbentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya. bahan dokumentasi terbagi beberapa macam, yaitu
otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping,
dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di
website, dan lain-lain. Data jenis ini mempunyai sifat utama tidak terbatas pada ruang
dan waktu sehingga bisa di pakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa
silam.
6. Teknik Analisis Data
a. Reduksi Data
Menurut Miles dan Hubberman, mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya.
Dengan demikian, mereduksi data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.28
Dalam hal ini, menggunakan teknik reduksi data adalah untuk mereduksikan
data yang diperoleh dari lapangan penelitian yang bersifat umum tentang Praktek-
praktek Moral Hazard Dalam Jual Beli Buah Kelapa Sawit di Desa Selat Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batanghari.
27
Sayuti Una, ibid,. hlm. 45. 28
Op Cit, hal.17
41
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun
yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam metode penelitian ini adalah
teks yang bersifat naratif.
Maka dalam hal ini, peneliti ingin menganalisis datanya menggunakan
penyajian data agar dapat menganalisis lebih dalam gambaran yang terjadi di
lapangan.
c. Penyimpulan dan Verifikasi
Verification merupakan langkah ketiga analisis data yang berupa penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Maka dalam hal ini peneliti ingin menggunakan analisis verifikasi agar dapat
menyimpulkan data yang diperoleh dilapangan, sehingga temuan awal yang
sebelumnya masih bersifat sementara akan lebih jelas gambaran masalah yang telah
diteliti.
d. Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk menguji tingkat keterpercayaan
data di lapangan. Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
42
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Hal ini dapat tercapai dengan cara :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain, orang biasa maupun ahli.
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi atau dokumentasi yang
berkaitan.
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama, observasi, wawancara mendalam, dan
studi dokumentasi, seperti yang dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Sumber : Sugiyono, 2009 : 84 (dengan modifikasi oleh penulis)
observasi
Wawancara
mendalam
Studi
Dokumentasi
Desa Selat
Kecamatan
Pemayung
Kabupaten
Batanghari
43
Selain melakukan proses wawancara mendalam kepada informan, peneliti juga
melakukan proses observasi ke Petani Sawit di Desa Selat Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh
informan. Peneliti juga melakukan proses dokumentasi untuk memotret keadaan yang
ada di lapangan. Dokumentasi ini akan meningkatkan keabsahan penelitian, karena
dokumentasi tersebut merupakan bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan
pengumpulan data.
Secara umum, data penelitian yang didapat dari Petani Sawit dapat dipercaya dan
memiliki kebenaran data yang dapat dipertanggungjawabkan setelah dilakukan
validitas data dengan metode triangulasi teknik.
G. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan terdirin dari lima bab dan setiap babnya
terdiri dari sub-sub masing-masing bab membahas permasalahan tersendiri,
tetapi saling berkaitan antara satu bab dengan bab berikutnya. Adapun
sistematika penulisan adalah sebagai barikut :
BAB I : Pendahuluan, Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, batasan masalah,
44
kerangka teori, dan tinjauan pustaka. Bab ini merupakan permasalahan yang
merupakan landasan berfikir bagibab-bab selanjutnya.
BAB II : Metode Penelitian, Dalam bab ini membahas mengenai pendekatan
penelitian, jenis dan sumber data, lingkup penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, sistematika penulisan, jadwal penulisan.
BAB III : Gambaran umum lokasi penelitian, Dalam bab ini membahas
mengenai gambaran umum desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari ,Visi dan misi desa Selat , dan struktur kepegawaian desa Selat.
BAB IV : Pembahasan, Dalam bab ini membahas mengenai yang akan diteliti
oleh penulis tentang praktek-praktek moral hazard jual beli kelapa sawit
(studi : desa Selat, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari).
BAB V : Penutup, dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil akhir
penelitian serta saran-saran.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA SELAT KECAMATAN PEMAYUNG
KABUPATEN BATANGHARI
A. Historis
Dahulu di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja
yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan mempunyai seorang anak laki-laki
bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina.
Tuan Muda Selat adalah seorang pemuda yang berwajah tampan tapi sifatnya sedikit
ceroboh. Sedangkan Putri Cermin Cina adakah seorang putri yang cantik jelita, baik
hati, dan lemah lembut.serta penyabar.
Menurut hasil wawancara di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari,Pepohonan masih rimbun di kanan-kiri jalan. Tak terlalu banyak rumah
yang menggerombol ditepi Sungai Batanghari. Setiap ruas jalan masih tampak
ranjau-ranjau kotoran sapi, ternak warga yang dibiarkan lepas. Itulah Desa Selat.
Sebuah desa yang terletak di antara Desa Kuap dan Desa Lubuk Ruso, Kecamatan
Pemayung, Batanghari.
Munzir lalu bercerita bahwa memang kisah itu ada sejak dulu. “Lah zaman
bengen (dulu) cerita tu ado, nenek sayo yang cerito,” tuturnya. Ia menjelaskan bahwa
cerita itu diperoleh dari neneknya yang bernama Rahina yang sangat pintar
mendongeng. Nenek Rahina meninggal sekitar tahun 1976 ketika usianya 125 tahun.
46
Munzir berkisah bahwa zaman dulu, Bujang Selat sedang bermain gasing
bersama Bujang Seaning. Ketika itu Puteri Cermin Cina sedang menenun di dalam
rumah. Rumah zaman dahulu masih berbentuk rumah panggung. Saat Bujang Selat
melepaskan tali gasing, gasing yang memiliki bentuk runcing itu melanting ke atas
kening Puteri Cermin Cina dan seketika itu juga ia meninggal dunia.
Mengetahui kematian kekasihnya itu, Bujang Selat kemudian menerkam
tombak yang ada di hadapannya. Ia mati bunuh diri dan Bujang Selat kemudian pergi
meninggalkan kedua mayat itu dengan tujuan tak tentu. Ia pergi bersama warga
dengan perahu dan menambatkan perahu itu di sebuah daratan dan pergi seorang diri,
tak tentu rimbanya. Sejak itu, warga yang jadi pengikut Bujang Selat menamakan
daerah tempat mereka ditinggalkan dengan nama Selat.
“Pulau Selat itu perahunyo si Bujang Selat, samo seperti Pulau Senaning itu,
dulunyo perahunyo si Bujang Senaning. Daratan yang ado kayu-kayunyo itu,” letak
makam Bujang Selat yang mati bunuh diri ketika melihat Puteri Cermin Cina
meninggal karena gasingnya. Makam itu tak berbentuk lagi, berupa semak tak
terawat. “Itu makamnyo, nampak pohon puding, tando ado makam,”
Pada suatu sore yang cerah, datang saudagar muda ke daerah itu, saudagar
muda itu bernama Tuan Muda Selat. Mula-mula tujuan Tuan Muda Senaning hanya
untuk berdagang, namun saat penjamuan makan Tuan Muda Selat bertamu dengan
Putri Cermin Cina. seketika itu Tuan Muda Selat jatuh hati pada Putri Cermin Cina.
47
Demikian pula, diam-diam Putri Cermin Cina juga menaruh hati pada Tuan Muda
Selat. Putri Cermin Cina menyarankan untuk Tuan Muda Selat datang kepada
ayahandanya Sutan Mambang Matahari untuk melamarnya.
Tidak lama kemudian tuan Muda Selat datang mengahadap Sutan Mambang
Matahari untuk melamar Putri Cermin Cina. Sutan Mambang Matahari dengan
senang hati menerima lamaran Tuan Muda Selat karena memang Tuan Muda Selat
mempunyai perangai yang baik dan sopan. Tapi Sutan Mambang Matahari terpaksa
menunda pernikahan Tuan Muda Selat dengan Putri Cermin Cina selama tiga bulan
karena Sutan harus berlayar untuk mencari bekal pesta pernikahan putrinya.
Sebelum berangkat berlayar, Sutan Mambang Matahari berpesan pada Tuan
Muda Selat untuk menjaga adiknya dengan baik. Pada suatu hari, selepas
keberangkatan Sutan Mambang Matahari, TuanMuda Senaning dan Tuan Muda Selat
asyik bermain gasing di halaman istana. Mereka tertawa tergelak-gelak makin lama
makin asyik sehingga orang yang memdengarpun turut tertawa senang. Hal itu
mebuat Putri Cermin Cina penasaran dan ingin melihat keasyikan kakaknya dan calon
suaminya, ia melihat dari jendela. Kehadiran Putri Cermin Cina terlihat oleh dua
orang itu, sambil menoleh kearah jendela, Tuan Muda Selat melepas tali gasingnya.
Gasing Tuan Muda Selat mengenai gasing Tuan Muda Senaning. Karena berbenturan
keras sama keras, gasing Tuan Muda Senaning melayang dan terpelanting tinggi.
Gasing itu terpelanting kearah Putri Cermin Cina yang melihat dari jendela. Gasing
itu berputar diatas kening Putri Cermin Cina. Putri Cermin Cina menjerit kesakitan.
48
Kening Putri Cermin Cina berlumuran darah, ia jatuh ke lantai tak sadarkan diri.
semua orang panik dan berusaha menolong Putri Cermin Cina. Namun takdir berkata
lain, Putri yang cantik jelita itu akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir.
Tuan Muda Selat sangat merasa bersalah atas kematian Putri Cermin Cina, dia
menjadi putus asa dan gelap mata. Dia melihat dua tombak bersilang di dinding,
dengan cepat tombak itu di tarik dan di tancapkan ke tanah dengan posisi mata
tombak mencuat ke atas. Kemudian Tuan Muda Selat melompat kearah mata tombak
dan seketika itu mata tombak menembus perutnya hingga punggungnya. Tuan Muda
Selat meninggal untuk menyusul Putri Cermin Cina.
Semua warga membantu mengurus dua jenazah orang yang saling jatuh cinta
itu. Tuan Muda Senaning begitu kalut dan bingung. Ayahandanya pasti marah besar
apabila mengethui keadin itu. kedua jenazah itu akhirnya dikuburkan. Jenazah putri
Cermin Cina dikubur di tepi sungi, Sedangkan jenazah Tuan Muda Senaning dibawa
anak buahnya ke kapal, dan kapal itu berlayar ke seberang. Jenazah Tuan Muda Selat
dikuburkan di tempat itu diberi nama dusun Selat.
B. Geografis
Kabupaten Batang Hari terletak di bagian tengah Provinsi Jambi dengan luas
wilayah 5.180,35 Km2. Kabupaten Batang Hari secara geografis terletak pada posisi
1º15’ lintang selatan sampai dengan 2º2’ lintang selatan dan diantara 102º30’ bujur
timur sampai dengan 104º30’ bujur timur. Dalam lingkup provinsi letak Kabupaten
Batang Hari berada di wilayah bagian tengah provinsi dan merupakan daerah
perbukitan.
49
Kabupaten ini pada akhir tahun 2018 mempunyai jumlah penduduk 191.727
jiwa. Dilihat dari struktur umur, sekitar 60,19 persen adalah penduduk usia produktif
dan sisanya 39,81% kaum lanjut usia, dan anak-anak yang memerlukan sentuhan
investasi untuk menjadikan mereka generasi yang berkualitas di masa depan.
Penduduk di daerah ini terdiri dari berbagai sukiu seperti : Melayu, Jawa, Sunda,
Batak, Minang, Cina, dan Suku-suku lain yang jumlahnya relatif kecil.
Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Batang Hari berbatasan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun dan Provinsi Sumatera
Selatan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tebo.
Wilayah administrasi Kabupaten Batang Hari terdiri dari 8 (delapan)
kecamatan yang meliputi 13 (dua belas) kelurahan dan 96 (sembilan puluh satu) desa
dengan berbagai perbedaan perkembangan, baik karena potensi geografis, sumber
daya alam, sumber daya manusia maupun karena pembangunan prasarana pada
masing-masing kecamatan dan antar kecamatan. Dilihat dari aspek geografis,
kabupaten ini mempunyai letak yang strategis karena merupakan lalu lintas yang
50
menghubungkan kawasan barat sumatera. Sesuai dengan UU No. 45 Tahun 1999,
maka Kabupaten Batang Hari dimekarkan menjadi 2 (dua) kabupaten yaitu
Kabupaten Batang Hari dengan Ibukota Muara Bulian dan Kabupaten Muaro Jambi
dengan Ibukota Sengeti. Untuk lebih jelasnya luas wilayah Kabupaten Batang Hari
per kecamatan. dan orientasi serta wilayah administrasi Kabupaten Batang Hari
Wilayah Kabupaten Batang Hari secara umum adalah berupa daerah
perbukitan dengan ketinggian berkisar antara 11 – 500 m dari permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Batang Hari berada pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) Sungai Batanghari dengan rawa-rawa yang sepanjang tahun tergenang
air. Secara geomorfologis wilayah Kabupaten Batang Hari merupakan daerah landai
yang memiliki kemiringan berkisar antara 0 – 8 persen (92,28 persen).
Kecamatan yang terletak didaerah hulu Sungai Batanghari cenderung lebih
bergelombang dibandingkan daerah hilirnya. Daerah bergelombang terdapat di
Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kecamatan Batin XXIV, Kecamatan Mersam dan
Kecamatan Maro Sebo Ilir. Kecamatan Muara Tembesi, Kecamatan Muara Bulian,
Kecamatan Bajubang dan Kecamatan Pemayung memiliki topografi yang cenderung
lebih datar/landai sedangkan daerah dengan topografi miring dalam wilayah
Kabupaten Batang Hari bisa dikatakan tidak ada.
51
Kabupaten Batang Hari beriklim tropis dengan temperatur udara berkisar
antara 20-30 derajat celcius. Hasil pengamatan dalam 5 (lima) tahun terakhir
menunjukkan bahwa jumlah curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 2.264,6 –
2.976,4 mm dengan kelembaban antara 62,66 – 84,55 persen serta penyinaran
berkisar antara 89,3 – 133,9 persen. Curah hujan di Kabupaten Batang Hari selama
tahun 2004 berjumlah 2.398,3 mm dengan banyaknya hari hujan 176 hari. Rata-rata
curah hujan per bulan berkisar 199,9 mm sementara rata-rata jumlah hari hujan
perbulan adalah 14 hari.
Wilayah Kabupaten Batang Hari dilalui oleh dua sungai besar yaitu Batang
Tembesi dan Sungai Batanghari. Beberapa sungai lainnya yang relatif besar antara
lain adalah Sungai Dangun Bangko, Sungai Kayu Aro, Sungai Rengas, Sungai
Lingkar, Sungai Kejasung Besar, Sungai Jebak. Disamping sungai besar tadi terdapat
pula beberapa sungai kecil yang merupakan anak-anak sungai yaitu Sungai Singoan,
Sungai Bernai, Sungai Mersam, Sungai Bulian, Sungai Kandang, Sungai Aur, Sungai
Bacang dan lain – lain.
Kondisi geologi dan struktur tanah yang terdapat dalam wilayah Kabupaten
Batang Hari antara lain didominasi oleh Neogin seluas 283.986 Ha diikuti endapan
seluas 171.662 Ha dan Tufa Vulcan seluas 84.472 Ha. Penyebaran struktur jenis
Neogin terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Maro Sebo Ulu seluas 74.660 Ha atau
52
26,29 persen, sebagian wilayah Kecamatan Pemayung seluas 53.822 Ha atau 18,95
persen dan Kecamatan Mersam seluas 43.353 Ha atau 15,26 persen.
Untuk jenis endapan tersebar hampir merata di tiap kecamatan sedangkan
Tufa Vulcan terkonsentrasi di Kecamatan Batin XXIV seluas 32.247 Ha atau 38,17
persen dan selebihnya hampir menyebar di semua kecamatan. Keadaan struktur tanah
yang ada di Kabupaten Batang Hari terdiri dari 2 (dua) jenis tanah, yaitu jenis tanah
alluvial dan padsolik merah kuning. Jenis tanah alluvial berada di sekitar Sungai
Batanghari dan Sungai Batang Tembesi.
C. Struktur Organisasi Desa Selat
Kepala Desa Selat
Asnawi
PEJABAT DESA SELAT
53
No Nama Pangkat Jabatan
1 Asnawi Kepala Desa
2 Jaka Sekdes
3 Dedi Dahmudi Kasi Pemerintahan
4 Agus Susanto Kasi Kesra
5 Eldia Rizki Amelia Kaur Umum dan
Perencanaan
6 Yessy Suganda Kaur Keuangan
7 Zuhdi Bendahara
D. Keadaan Penduduk Desa Selat
Keadaan Penduduk di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari
terdapat berbagai sumber daya alam, diantaranya yang menjadi andalan adalah :
1. Pertanian
2. Perkebunan
3. Pertambangan
4. Kehutanan
5. Perikanan
6. Kerajinan Rakyat
7. Industri Rumah Tangga
54
E. Invetaris dan Sarana
Pemerintahan dalam semua tingkatannya dibentuk pada dasarnya adalah
untuk memberikan pelayanan pada kepada masyarakat. Salah satu faktor yang cukup
berpengaruh adalah keberadaan sarana dan prasarana yang tersedia secara memadai
baik secara kuantitas maupun kualitas.
Sarana dan Prasarana Kantor Desa Selat
No Jenis Jumlah Keterangan
1. Sarana
Meja Kerja 30 buah
Kursi Kerja 30 buah
Kursi tamu 2 set
Kursi Rapat 200 buah
Almari / Lemari Arsip 8 buah
Meja podium 1 buah
Filling Kabinet 2 buah
Kursi Tunggu 1 buah
Komputer 7 unit
Laptop 3 unit
Printer 7 unit
55
Prioritas pertama pembangunan di Kabupaten Batang Hari khususnya di Desa
Selat adalah Pendidikan, maka dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten
Batang Hari adalah pemerataan layanan pendidikan. Adapun Sarana dan Prasarana
Televisi 1 unit
AC 4 unit
Sound System 1 unit
Jaringan LAN 1 unit
Mesin Ketik 1 unit
Mesin Rumput 1 unit
Mobil Dinas 1 unit
Motor Dinas 10 unit
2 Prasarana
Kantor Desa 1 Unit
Gedung PKK 1 Unit
Gedung BKBPP 1 Unit
Kantor Desa 1 Unit
Gedung BKBPP 1 Unit
Gedung PKK 1 Unit
56
Pendidikan di Desa Selat Kecamatan Pemayung dapat kita lihat pada tabel berikut
ini:
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Desa Selat
No Uraian
Jumlah
Lembaga
Jumlah
Guru
Jumlah
Siswa
1. PAUD 19 95 380
2. TK 23 138 575
3. SD 27 324 729
4. MI 24 248 147
5. SLTP 6 156 355
6. MTs 7 58 575
7. SLTA 1 40 334
8. MA 3 34 212
Kemudian pada bidang Kesehatan adalah prioritas kedua dalam pembangunan
di desa selat kecamatan pemayung Kabupaten Batang Hari. Untuk mewujudkan
tujuan pembangunan, pemerintah harus memperhatikan layanan kesehatan di samping
57
pendidikan. Maka dalam perencanaan pembangunan di desa selat kecamatan
pemayung Kabupaten Batang Hari juga memperhatikan pemerataan layanan
kesehatan. Berikut ini adalah data fasilitas/sarana kesehatan di Desa Selat Kecamatan
Pemayung.
Data Fasilitas/Sarana Kesehatan
Desa Selat Kecamatan Pemayung
No Sarana Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas 2
2. Puskesmas Pembantu 9
3. Pos Yandu 32
4. Polindes 10
5. Pos KB 2
F. Sosial Budaya
Karakteristik masyarakat dalam Kecamatan Pemayung pada umumnya adalah
rumpun masyarakat melayu dengan tetap mempertahankan Adat Istiadat yang hidup
sehari – hari dimana Al-Qur’an dan Al-Hadist Nabi Muhammad SAW sebagai
pegangan atau pedoman hidup. Disamping ada juga beberapa yang berasal dari suku
58
Jawa, Minang, Batak, Bugis, Cina dan sebagainya. Mereka hidup saling bertoleransi
dan saling menghormati satu sama lain.
G. Susunan Kepegawaian SKPD
Sumber daya manusia aparatur memiliki peran yang cukup dominan dalam
pencapaian tujuan pemerintah kecamatan secara efektif dan efisien harus didukung
dengan keberadaan pegawai yang cukup memadai baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan serta pemberian pelayanan
pada masyarakat, Kecamatan Muara Tembesi didukung oleh 30 (tiga puluh) orang
pegawai, jumlah tersebut secara kuantitatif tidak sesuai dengan analisa beban kerja
(ABK) sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut ini.
Susunan Kepegawaian Kecamatan Pemayung
Berdasarkan Struktural
No Eselon Jumlah
1. ESELON III A 1
2. ESELON III B 1
3. ESELON IV A 5
4. ESELON IV B 2
59
5 PELAKSANA*) 38
Susunan Kepegawaian DI Desa Selat Kecamatan Pemayung
Berdasarkan Kebutuhan
No Eselon
Jumlah
Pegawai
yang
dibutuhkan
(orang)
Jumlah
Pegawai
tersedia
(orang)
Jumlah
Kekurangan
Pegawai
(orang)
1. Subbag Umum & Kepegawaian 13 Orang 11 orang 2 Orang
3. Subbag keuangan 6 Orang 3 orang 3 Orang
4. Seksi Pemerintahan 8 Orang 5 orang 3 Orang
5. Seksi Kesra 8 Orang 6 orang 2 Orang
6. Seksi Trantib 9 Orang 7 orang 2 Orang
7. Seksi PMD 9 Orang 6 orang 3 Orang
8. Seksi Pelayanan 7 Orang 5 orang 2 Orang
Susunan Kepegawaian desa Selat Kecamatan Pemayung
60
Berdasarkan Golongan Ruang
No Golongan Ruang Jumlah
1. III 16 orang
2. II 16 orang
3. I 2 orang
4. Non PNS 12 orang
Susunan Kepegawaian Desa Selat Kecamatan Pemayung
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. S-1 15 orang
2. Diploma III 2 orang
3. SMU 26 orang
4. SMP 3 orang
Susunan Kepegawaian Desa Selat Kecamatan Pemayung
Berdasarkan Pendidikan Penjenjangan
61
No
Pendidikan
Penjenjangan
Jumlah
1. Diklat Pim IV 4 orang
2. Diklat Pra Jabatan 14 orang
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Praktek-Praktek Moral Hazard Yang Terjadi Dalam Jual Beli Kelapa
Sawit.
Moral hazard terjadi karena kecenderungan perilaku-perilaku yang tidak
bermoral seperti ketidakjujuran, ketidakpedulian, ketidaktahuan atau ketidaktabahan
hati. Praktek moral hazard yang terjadi dalam jual beli kelapa sawit khususnya selain
merugikan Penjual, perilaku tersebut juga akan merugikan pembeli yang melakukan
perilaku moral hazard tersebut.
Adapun prasurvey awal lokasi yang telah dilakukan pada tanggal 28 Desember
2018 sebelumnya diketahui bahwa di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari terdapat 9 desa yang rata-rata petani kelapa sawit di daerah tersebut masih
bergantung pada pelaku kegiatan pemasaran kelapa sawit. Khususnya di Desa Selat,
terdapat 176 orang petani penghasil kelapa sawit rakyat yang dalam menjual hasil
panennya hanya bergantung pada pelaku dan saluran pemasaran yang ada di daerah
tersebut yaitu pada pedagang pengumpul dan pedagang besar. Menurut Kantor
Kepala Desa Selat, Petani di Desa Selat rata-rata memiliki lahan kelapa sawit diatas
rata-rata di atas 2 Ha, namun dengan lahan tersebut petani pada daerah ini tidak dapat
pendapatan sesuai dengan yang diharapkan karena para petani tidak dapat menjual
hasil panen nya langsung tetapi harus melewati rantai pemasaran yang panjang yaitu
63
dari petani ke pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul ke pedagang besar,
dan dari pedagang besar ke pabrik dan karna adanya kecurangan .
Kasus di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari telah
menguak praktik Moral Hazard dalam jual Beli Sawit. Dalam praktik menurut Fadel
Tidak hanya hanya itu, melainkan juga sejumlah komoditas pangan lainnya seperti
jagung, bawang merah, cabai, daging ayam dan telur. Kasus seperti ini adalah
sebagian dari banyak kasus di Indonesia dalam praktik bisnis yang melanggar
tatakrama moral ekonomi yang berlaku.
Hasil Wawancara Praktik Moral Hazard Dalam Jual Beli Buah Kelapa
Sawit di Desa Selat
N0 Nama Responden Umur Pekerjaan
1 Joni 52 Petani
2 Hasan 40 Petani
3 Manto 42 Petani
4 Badawi 33 Petani
5 Buyung 45 Petani
6 Herman 42 Petani
7 Giran 53 Petani
8 Teguh 35 Petani
9 Mul 38 Petani
10 Fi,i 55 Petani
64
11 Nong 46 Petani
12 Hasbi 42 Petani
13 Sudiran 40 Toke
14 Idris 54 Toke
15 Hamid 43 Toke
16 Jamil 52 Toke
17 Hen 48 Toke
Sumber : Data Olahan 2019
Responden dalam penelitian ini terdiri dari 17 orang, terdapat 10 orang sebagai
Petani dan 5 orang Toke atau Tengkulak Sawit. Mayoritas dari Pemilik lahan selain
menjadi pemilik lahan mereka juga berprofesi sebagai pegawai, dan juga sebagian
mereka mengelola lahan perkebunannya sendiri. Pemilik lahan adalah orang yang
memiliki hak penuh atas lahan/kebun yang dapat dikelola dan dimanfaatkan. Pihak
yang memiliki lahan dan tidak mempunyai kemampuan dalam mengelolanya dapat
memberikan kepercayaan kepada petani.
Mengenai praktek moral hazard menurut Bapak Joni selaku petani sawit di
desa Selat mengatakan,
“Adanya kecurangan dalam penimbangan sawit yang dilakukan oleh toke
tempat dia menjual hasil panennya, ini disebabkan faktor pinjaman uang yang
dilakukan antara petani terhadap tengkulak sawit”29
Menurut Bapak Sudiran selaku Tengkulak Sawit
29 Wawancara dengan bapak joni selaku petani pada tanggal 15 September 2019
65
“Hal mengenai timbangan ini sudah lazim kami lakukan terhadap petani,
kemudian harga sawit untuk setiap petani yang menjual sawit kepada kami itu
berbeda, antara petani yang berhutang dengan petani yang tidak memiliki hutang”30
Menurut hasil wawancara dengan bapak badawi selaku pemilik lahan,
“Kami selaku petani sering meminta bantuan pinjaman uang kepada tengkulak
sawit dengan syarat hasil panen sawit kami, harus menjual dengan tengkulak yang
memberi pinjaman, hal kecurangan yang terlihat dalam jual beli sawit ini dalam
penentuan harga dan pemotongan timbangan buah sawit itu sendiri, kami para petani
hanya bisa menerima perlakuan itu karena hal pinjaman tersebut”31
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani dan tengkulak, alasan terjadinya
praktek moral hazard yaitu, karena para petani seringkali melakukan pinjaman
terhadap tengkulak, sehinggga terjadi perjanjian antara petani dan tengkulak, setiap
petani yang meminjam harus menjual hasil panennya kepada tengkulak yang
memberi pinjaman, itulah sebabnya terjadi moral hazard dalam jual beli kelapa sawit
di desa Selat.
Perilaku moral hazard dalam berbagai tindakan ekonomi yang bertujuan mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya pada saat yang sama telah merugikan pihak lain.
Dalam konteks ini moral ekonomi tidak mampu menjadi pengendali tindakan
ekonomi yang merugikan pihak lain yang terkait. Secara umum tindakan ekonomi
bisa dipandang sebagai cerminan langsung dari moral ekonomi, yang menurut Evers
pada kelompok pedagang merupakan cerminan kombinasi antara moral ekonomi
dan kepentingan ekonomi. Moral ekonomi pedagang timbul ketika mereka
menghadapi ethical dilemma dalam aktivitas jual beli yaitu antara mengutamakan
30 Wawancara dengan bapak Sudiran selaku tengkulak sawit pada tanggal 16 September
2019 31 Wawancara dengan bapak Badawi Selaku Petani pada tanggal 16 September 2019
66
kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Kepentingan diri tanpa
pertimbangan moral cenderung menimbulkan tindakan distributif atau asertif yaitu
kepentingan keuntungan bagi diri sendiri.
Kepentingan ekonomi ini dalam praktik telah mewarnai tindakan ekonomi dalam
berbagai bentuk seperti menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan
secara sepihak. Dalam perspektif bisnis, prinsip ekonomi yang mewarnai setiap
tindakan ekonomi yang bertujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan
pengorbanan yang serendah-rendahnya telah menciptakan keserakahan yang terjadi
secara masif dalam berbagai dimensi kehidupan bisnis saat ini.
Persoalan moral ekonomi selalu menjadi topik perbincangan yang semakin
mengemuka akhir-akhir ini seiring dengan semakin banyaknya malpraktik dalam
kegiatan ekonomi baik dalam kegiatan produksi maupun jasa termasuk banyaknya
kasus fraud dalam kegiatan perbankan sehingga isu moral telah menjadi pusat
perhatian ahli-ahli ekonomi syariah.
Moral hazard terjadi karena regulasi yang lemah, penjaminan simpanan,
penjaminan kredit, struktur kepemilikan yang terkonsentrasi, dan lemahnya disiplin
pasar.
b. Peran Spiritual Petani Dalam Mengatasi Praktek Moral Hazard
67
Kebutuhan adalah sesuatu yang universal, namun keadaan genting dan
mendesak mampu mempengaruhi seseorang untuk melakukan hal tidak benar.
Menurut bapak jamil selaku toke sawit mengatakan,
“peran spirirtual petani khususnya sangat penting guna mengatasi praktek
moral hazard, terutama pada tengkulak sawit agar tidak berlebihan dalam
menekan harga kepada petani, peran spiritual ini dalam hal keagamaan setiap
petani dan tengkulak semakin taat kepada agama maka akan menghilangkan sifat
keserakahan”32
Begitu juga dengan keserakahan (greed) dalam bentuk moral hazard
adalah sesuatu yang berlaku universal, namun pada sebagian orang hal ini dapat
dikendalikan. Faktor utama yang mengendalikan kedua hal ini adalah etika dan
nilai-nilai moral yang dianut oleh seseorang. Etika moral seseorang dapat
dibangun dengan menanamkan nilai-nilai kebenaran agama dan ketauhitan.
Kepercayaan seseorang kepada hari pembalasan dimana semua yang dilakukan
akan mendapatkan balasan, mampu mengendalikan keinginan tidak baik yang
ada dalam dirinya.
Menurut bapak Fi’i selaku petani sawit mengatakan,
“Setiap petani yang menjual hasil panennya kepada tengkulak yang
kurang taat beribadah, petani selalu dicurangi baik dalam timbangan maupun
dalam penetapan harga sawit”33
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran spiritual ini sangat penting
dalam upaya pencegahan prilaku moral hazard ini, semakin taat seseorang dalam
32 Wawancara dengan bapak H.Jamil selaku toke sawit pada tanggal 11 Oktober 2019 33 Wawancara dengan bapak Fi’I selaku petani sawit pada tanggal 12 Oktober 2019
68
beribadah maka orang tersebut tidak akan melakukan kecurangan yang
menyebabkan kemudhratan bagi dirinya.
c. Upaya Pencegahan Dan Penanganan Moral Hazard Yang Dilakukan
Pemerintah
Untuk mengendalikan moral hazard, Dunham L. Cobb (2004) membuat
sebuah permodelan. Model tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi
rintangan/penghalang untuk melakukan moral hazard, maka semakin rendah
frekuensi moral hazard khususnya dibidang pemasaran Kelapa Sawit. .
Wawancara dengan bapak kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung
mengatakan,
“Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yangperlu
dilakukan adalah mengenai aspek pemasaran kelapa sawit rakyat agar tidak terjadi
lagi kecurangan atau disebut dengan moral hazard. Aspek pemasaran sangat penting
karena merupakan media yang menyebabkan komoditi dapat sampai pada konsumen.
Hal-hal penting mengenai pemasaran kelapa sawit perkebunan rakyat adalah fungsi
dan saluran pemasaran, keuntungan dan margin pemasaran.”34
“Untuk mencegah terjadiny perilaku moral hazard, pemerintah menangani
dengan dua cara pada saluran pemasaran. Saluran pemasaran merupakan saluran
yang menghubungkan pembeli dengan penjual. Terdapat dua jenis saluran, yaitu
saluran komunikasi dan saluran distribusi. Saluran komunikasi mengirimkan ke
pembeli dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran distribusi menujukkan,
menjual, dan mengirimkan fisik produk atau layanan kepada pembeli atau pemakai.”
“Adapun penanganan dan pencegahan dari pihak pemerintahan desa, pihak
dari desa tidak dapat melakukan banyak hal dikarenakan sudah menjadi sistem jual
beli atau kebiasaan antara pedagang dengan petani itu sendiri dengan cara
memberikan suatu tindakan jasa budi yang dilakukan oleh pihak pedagang.”
Adapun jenis saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
34
Wawancara dengan bapak kepala Desa Selat pada tanggal 28 September 2019
69
a. Saluran distribusi langsung, Saluran ini merupakan saluran distribusi yang
paling sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke
konsumen tanpa meng gunakan perantara. Disini produsen dapat menjual barangnya
melalui pos atau mendatangi langsung rumah konsumen, saluran ini bisa juga diberi
istilah saluran nol tingkat (zero stage chanel).
b. Saluran disrtibusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan
produsen dan pengecer. Disini pengecer besar langsung membeli barang kepada
produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen. Saluran ini biasa
disebut dengan saluran satu tingkat (one stage chanel).
c. Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan
pengecer, saluran distrinusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh
produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada
pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh pengecer
dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen hanya dilayani oleh
pengecer saja. Saluran distribusi semacam ini disebut juga saluran distribusi dua
tingkat (two stage chanel).
. Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini
produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada
pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Saluran
distribusi seperti ini dikenal juga dengan istilah saluran distribusi tiga tingkat
(three stage chanel).
Adapun pelaku pemasaran adalah sebagai berikut
70
a.Pedagang Besar Pedagang besar adalah rantai tataniaga atau lembaga akan
melakukan penyortiran dan membeli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang
akan di jual ke pabrik kelapa sawit.35
b.Pedagang PengumpulPedagang pengumpul adalah lembaga atau orang yang
menyelenggarakan kegiatan tataniaga hasil produksi tanaman kelapa sawit dari
petani.
c.Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit ( PKS)Pabrik pengolahan kelapa sawit
adalah tempat penampung produksi kelapa sawit dari distributor dan agen untuk
diolah menjadi CPO, atau produk turunan lainnya.
35 Sujarweni, V Wiratna. 2016. “Pengantar Akuntansi”. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.hlm.30.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian praktek-praktek moral hazard dalam jual beli
buah kelapa sawit di desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari sebagai
berikut :
a. moral hazard adalah tindakan ekonomi yang bertujuan mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya pada saat yang sama telah merugikan pihak lain. Dalam
konteks ini moral ekonomi tidak mampu menjadi pengendali tindakan ekonomi yang
merugikan pihak lain yang terkait. Secara umum tindakan ekonomi bisa dipandang
sebagai cerminan langsung dari moral ekonomi. Berdasarkan hasil wawancara
dengan petani dan tengkulak, alasan terjadinya praktek moral hazard yaitu, karena
para petani seringkali melakukan pinjaman terhadap tengkulak, sehinggga terjadi
perjanjian antara petani dan tengkulak, setiap petani yang meminjam harus menjual
hasil panennya kepada tengkulak yang memberi pinjaman, itulah sebabnya terjadi
moral hazard dalam jual beli kelapa sawit di desa Selat.
b. Peran spirirtual petani khususnya sangat penting guna mengatasi
praktek moral hazard, terutama pada tengkulak sawit agar tidak berlebihan dalam
menekan harga kepada petani, peran spiritual ini dalam hal keagamaan setiap
72
petani dan tengkulak semakin taat kepada agama maka akan menghilangkan sifat
keserakahan.
c. Adapun penanganan dan pencegahan dari pihak pemerintahan desa, pihak
dari desa tidak dapat melakukan banyak hal dikarenakan sudah menjadi sistem jual
beli atau kebiasaan antara pedagang dengan petani itu sendiri dengan cara
memberikan suatu tindakan jasa budi yang dilakukan oleh pihak pedagang.
Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yangperlu
dilakukan adalah mengenai aspek pemasaran kelapa sawit rakyat agar tidak terjadi
lagi kecurangan atau disebut dengan moral hazard. Aspek pemasaran sangat penting
karena merupakan media yang menyebabkan komoditi dapat sampai pada konsumen.
Hal-hal penting mengenai pemasaran kelapa sawit perkebunan rakyat adalah fungsi
dan saluran pemasaran, keuntungan dan margin pemasaran
B. Saran
Implikasi penelitian yang diajukan oleh peneliti berupa saran-saran atas
keterbatasan yang ada untuk perbaikan pada masa mendatang, diantaranya:
(1) Informan hanya dari pihak petani dan pedagang sawit yang ada di desa
Selat. Selanjutnya lebih baik jika langsung ke pabrik sawit juga dijadikan sebagai
informan.
(2) Peneliti hanya melakukan di satu penelitian di desa itu saja, untuk
selanjutnya jika ingin memperluas penelitian ini maka diperluas dengan
membandingkan dengan Desa yang lain sehingga bisa mengetahui perilaku perilaku
moral hazard yang lebih beragam yang ada di Kecamatan Pemayung Tersebut.
73
DAFTAR PUSTAKA
a. Literatur
Departemen Agama Ri. 2006. “Al-Qur’an Dan Terjemahan”
Yusuf Qordhawi. 1997. “Norma dan Etika Ekonomi Islam”, Penerjemah Zainal
Arifin dan Dahlia Husin, Jakarta: Gema Insani Prees.
Abdullah Zakiy al-Kaaf. 2002. “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”, Bandung:
Pustaka Setia.
Sabani, Beni Ahmad. 2008. “Metode Penelitian”. Bandung: Pustaka Setia
Sujarweni, V Wiratna. 2016. “Pengantar Akuntansi”. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Hasanah, Erni Umi dan Sunyoto Danang. 2014.”Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”.
Yogyakarta: CAPS (Center For Academic Publishing Service).
Mumtaz Fairuz. 2017. ”Kupas Tuntas Metode Penelitian”. Penerbit Pustaka Diantara.
Wijaya, David. 2018. “ Akuntansi UMKM”. Yogyakarta: Penerbit Gova Media
Mursyidi. 2010.”Akuntansi Biaya”. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sujarweni, V Wiratna. 2014. “Metodologi Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Una, Sayuti. 2014.”Pedoman Penulisan Skripsi”. Jambi: Syariah Press.
74
Ibrahim. 2018. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: Alfabeta.
b. Lainnya
Fadhilah Miftahul. 2018. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kelapa Sawit
Sistem Kebersamaan”, Skripsi IAIN Purwokerto.
Nur’aini. 2017. “Mekanisme Jual Beli Kelapa Sawit Dalam Tinjauan Fiqh Muamalah
di Desa Karang Manunggal Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin”,
Skripsi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
Ahmadi Azis. 2017. “Pola Hubungan Antara Petani Kelapa Sawit dengan Tauke
Sawit di Desa Buana Makmur Kecamatan Dayun Kabupaten Siak”, Jurnal JO
FISIP Vol.4, No.1
Hartono Rudi. 2012. “pelaksanaan Jual Beli Kelapa Antara Toke Dengan Petani di
Desa Pebenaan Kecamatan Keritang Menurut Perspektif Ekonomi Islam”,
skripsi Universitas Islam Negeri Syarif kasim Riau.
Asmirawati.2017.” Analisis Perilaku Moral Hazard Nasabah Terhadap Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil” skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Khaikal Muhkti. 2011. “Analisis Pengaruh Moral Hazard Terhadap Pembiayaan
Bank Syariah Di Indonesia”, skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
75
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 3. Wawancara di Desa Selat
Lampiran 4.
76
77
Lampiran 5.
78
Lampiran 6