Upload
atiska-isko
View
1.296
Download
47
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mamae pada
binatang mamalia betina. Sebagian besar susu yang dikonsumsi manusia berasal dari
susu sapi.
Warna susu berkisar antara putih kebiruan sampai kuning keemasan, bergantung
pada jenis hean, pakan, dan jumlah tampak keruh dalam bentuk lapisan tipis, susu
tampak sedikit transparan.
Susu dengan kadar lemak rendah atau susu yang sudah dipisahkan lemaknya
berwarna kebiru-biruan. Warna kalsium kaseinat dan koloid fosfat. Karoten adalah
pigmen yang menyebabkan warna kuning susu. Karoten susu berasal dari pakan.
Pigmen lain yang terdapat dalam susu adalah laktorom atau ribloflavin. Pigmen ini
terlarut dalam susu tetapi hanya tampak pada bagian whey dan menyebabkan warna
kehijauan. Dalam susu yang normal ribloflavin tertutup komponen lain.
Susu segar yang normal berasa agak manis dan mempunyai aroma spesifik.
Aroma susu lenyap jika susu didiamkan atau didinginkan. Cita rasa susu berhubungan
dengan kandungan laktosa yang tinggi dan kadar klorida relatif rendah. Susu dengan
kandungan laktosa rendah tetapi kadar klorida tinggi menyebabkan rasa susu menjadi
asin.
Minyak berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu minyak
hewani dan minyak nabati. Keragaman jenis bahan baku akan mempengaruhi
keragaman sifat fisik dan kimia minyak tersebut. Berdasarkan bentuk dan
konsistensinya dibagi dua, dikatakan minyak jika mencair pada suhu kamar dan
dikatakan lemak jika padat pada suhu kamar.
Warna minyak ada yang ditimbulkan oleh pigmen atau komponen tertentu baik
yang terdapat secara alamiah maupun sengaja ditambahkan pada saat proses
pembuatan minyak. Warna kuning atau oranye ditimbulkan oleh karoten yang larut
dan warna hijau karena adanya komponen klorofil. Warna minyak yang menyimpang
(misalnya coklat,keruh,gelap) disebabkan karena oksidasi lemak atau minyak oleh
udara, atau aktivitas enzimatis. Sifat fisik lemak atau minyak juga ditentukan oleh
susunan jenis asam lemak yang terdapat pada minyak dan lemak.
1
Mutu minyak atau lemak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain
proses pengolahan , penanganan, dan penyimpanan, dan penggunaannya. Perubahan
ini dipengaruhi oleh susunan kimia dari minyak,sumber minyak, struktur dan
komposisi serta sifat fisik lemak dan minyak.
1.2 TUJUAN
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
Menentukan jenis/ nama berbagai macam susu sapi, susu formula dan minyak
goreng dengan karakteristiknya.
Menjelaskan kriteria mutu susu sapi, susu formula dan minyak goreng pada
berbagai tingkat/ grade mutu.
Menentukan kualitas berbagai jenis susu sapi, susu formula dan minyak goreng.
Mengetahui dan membedakan jenis-jenis fisik minyak dan lemak.
Mengetahui struktur dan bahan baku pembuat minyak dan lemak.
1.3 MANFAAT
Mahasiswa mampu menentukan jenis/ nama berbagai macam susu sapi, susu
formula dan minyak goreng dengan karakteristiknya.
Mahasiswa mampu menjelaskan kriteria mutu susu sapi, susu formula dan
minyak pada berbagai tingkat/ grade mutu.
Mahasiswa mampu menentukan kualitas berbagai jenis susu sapi, susu formula
dan minyak goreng.
Mahasiswa mampu menentukan dan membedakan jenis-jenis fisik minyak dan
lemak.
1.4 PRINSIP
Berbagai macam jenis susu sapi, susu formula dan minyak yang memiliki
karakteristik berbeda, demikian pula perbedaan tingkat mutu akan mempengaruhi
karakteristik persyaratan mutunya.
2
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM
Praktikum pengamatan mutu susu sapi (segar, basi dan suhu dingin), susu formula
bayi tahap 1,2 dan 3, susu formula ibu hamil ini berlangsung pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 23 Desember 2011
Pukul : 07.30 WIB – 10.00 WIB
2.2 ALAT DAN BAHAN
No. Alat Jumlah Bahan Jumlah
1. Piring plastik 2 Gelas belimbing 4
2. Baskom 1 Sendok 4
3. Tabung reaksi 3 Gas bunsen 1
4. Rak tabung reaksi 1 Stopwatch 1
5. Kertas universal 1 Susu formula bayi tahap 1 18 gr
6. Kertas Hvs 4 Susu formula bayi tahap 2 18 gr
7. Air panas 1 Susu formula bayi tahap 3 18 gr
8. Penggaris 1 Susu formula ibu hamil 25 gr
9. Timbangan digital 1 Alkohol 70%
2.3 PROSEDUR KERJA
A. SUSU
1. Uji Kualitas Susu Secara Fisik
Bahan : susu sapi segar, susu sapi suhu dingin, susu sapi suhu ruang (basi)
3
Cara kerja : amati warna, aroma, rasa ( susu sapi segar, sapi suhu dingin, susu
sapi suhu ruang/ basi ) dan pH.
2. Koagilasi Susu
a) Dengan Air Panas
Memipet 5 ml susu, masukkan ke dalam air panas mendidih selama 5
menit.
Kemudian amati koagulasinya.
b) Dengan Alkohol
Memipet 5 ml susu, masukkan dalam tabung reaksi.
Tambahkan 5 ml alcohol 70%, kocok sampai homogen.
Amati koagulasinya.
3. Kelengketan (Adhesiveness)
Sejumlah susu diteteskan pada secarik kertas, selanjutnya kertas tersebut
ditempelkan pada permukaan kayu, gelas, logam atau porselen. Kertas akan
lengket seperti jika kerta tersebut diberi perekat. Bandingkan antara susu sapi
segar, sapi suhu dingin, susu sapi suhu ruang/ basi.
4. Penetapan Uji Didih Susu
Alat : Tabung breaksi ukuran 12 x 150 mm, gas Bunsen.
Bahan : Susu sapi segar, susu sapi suhu dingin dan susu sapi suhu ruang/basi.
Cara Kerja :
Masukkan sejumlah susu ke dalam tabung reaksi dan sumbat dengan kapas.
Panaskan langsung diatas api/gas Bunsen secara perlahan sampai mendidih.
Perhatikan terbentuknya penggumpalan dan catat temperature pada saat
terbentuknya gumpalan tersebut.
Buat diskusi dari hasil yang diperoleh.
5. Pengamatan Hasil Olahan Susu
Bahan : susu formula bayi tahap 1, tahap 2, dan tahap 3, susu formula ibu
hamil.
Cara Kerja :
Uji sifat organoleptik (warna, tekstur, aroma, rasa) berbagai jenis hasil
olahan susu dengan cara panel.
Kenali tanda kerusakan dari hasil olahan tersebut dan jelaskan faktor
penyebab kerusakan pada produk tersebut.
4
Uji secara subyektif hasil pengenceran jenis susu bubuk tersebut sesuai
dengan takaran yang tercantum pada label.
B. MINYAK ATAU LEMAK
Pengamatan fisik minyak atau lemak
a) Warna
Amati warna minyak atau lemak secara subyektif, sebutkan komponen yang
menyebabkan warna tersebut.
b) Aroma
Kenali aroma masing-masing contoh minyak atau lemak. Gunakan indra
penciuman untuk mengidentifikasi aroma tersebut.
c) Penampilan
Amati bentuk masing-masing minyak atau lemak secara subyektif. Gunakan indra
penglihatan untuk mengidentifikasi penampilan/bentuk tersebut.
5
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 PENGAMATAN KUALITAS SUSU SAPI
No Jenis Pemeriksaan
Sampel
Susu sapi segarSusu sapi suhu
dingin
Susu sapi basi (suhu
ruang)
1 Warna Putih kebiruanPutih agak
kekuninganPutih kekuningan
2 Rasa Gurih, hambar hambar -
3 Bau/ AromaGurih, khas
susu sapiAmis seperti keju Sedikit masam
4 pH 7 7 4
5 Koagulasi susuTidak ada
gumpalanTidak ada gumpalan
Terbentuk bulatan-
bulatan kecil sehingga
keruh
6 Koagulasi susuTidak ada
gumpalanTidak ada gumpalan Banyak gumpalan
7 Uji kelengketan
Sangat lengket,
tidak mudah
lepas
Lengket Tidak terlalu lengket,
mudah lepas
8 Penetapan uji didih susu 1:33 1:35 1:16
3.2 PENGAMATAN KUALITAS SUSU FORMULA
NoJenis
pemeriksaan
Sampel
Susu formula
bayi 1
Susu formula bayi
2Susu formula bayi 3 Susu ibu hamil
1 Warna Kuning muda
(cream)
Kuning muda
(cream)
Kuning muda
(cream)
Kuning muda
(cream)
2 Rasa Tidak manis,
sedikit gurihGurih Sedikit manis, gurih
Gurih, manis tapi
tidak semanis susu
formula bayi
6
3 Bau/ aromaTidak ada bau,
aroma khas susu
Vanilla, tetapi
tidak menyengat
Vanilla, sangat
menyengatVanilla
4 Air seduhan Tidak diketahui
4,8 × 3 = 14,4 gr
5 Karbohidrat
6 Protein
7 Lemak
8Energi total
(kkal)
Susu Formula Bayi 1 (1 sendok takar = 4,4 gr)
No Kandungan giziTakaran saji
Per 100 gr Per 100 kkal Per sajian
1 Protein 9,8 gr 2 gr 1 gr
2 Lemak 22,5 gr 4,6 gr 3 gr
3 Karbohidrat 62 gr 12,6 gr 8 gr
Energi total = 63 kkal (3 sendok takar + 90 ml air)
Susu Formula Bayi 2 (1 sendok takar = 4,8 gr = 21,8 kkal/ 90 ml)
No Kandungan gizi Ukuran
1 Energi total 170 kkal
2 Lemak total
- Asam linoleat (omega 6)
7 gr
614 mg
3 Protein 59 gr
4 Karbohidrat total
- Serat pangan
- Prebiotik FOS inulin
24 gr
2 gr
1 gr
7
Susu Formula Bayi 3 (takaran saji = 3 sendok makan (35 gr/ 180 ml))
No Kandungan gizi Ukuran
1 Energi total
- Energi dari lemak
160 kkal
45 kkal
2 Lemak total
- Asam linoleat (omega 6)
5 gr
450 mg
3 Protein 6 gr
4 Karbohidrat
- Serat pangan
- Prebiotik FOS inulin
- Gula
21 gr
1 gr
1 gr
6 gr
Susu Formula Ibu Hamil (takaran saji = 7 sendok takar (50 gr/ 250 ml))
No Kandungan gizi Ukuran AKG
1 Energi total
- Energi dari lemak
190 kkal
25 kkal
-
-
2 Karbohidrat total
- Gula
- Serat pangan
32 gr
5 gr
2 gr
10 %
-
8 %
3 Protein 11 gr 14 %
4 Lemak total
- Lemak jenuh
2,5 gr
2 gr
4 %
8 %
Semua susu tidak mengandung laktosa
Rumus menghitung kandungan gizi =
8
3.3 PENGAMATAN KUALITAS MINYAK
NoJenis
pemeriksaan
Sampel
Jalantah CurahIkan
bandengBimoli
1 Warna Coklat tua KuningKuning
beningKuning emas
2 Bau/ aroma
Amis, bau
bekas
gorengan
Jernih Bau/ aroma
seperti ikan
Tidak ada
aroma, jernih
3 Penampilan Kotor,
sangat kentalCerah kental Cerah, encer
Encer sekali,
cerah
9
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 KUALITAS SUSU SAPI
1. WARNA
Hasil pengamatan kelompok kami menunjukkan bahwa warna susu sapi segar
adalah putih kebiruan sedangkan pada susu suhu beku adalah putih agak
kekuningan dan pada susu suhu ruang adalah putih kekuningan.
Rataan warna susu sapi segar adalah putih agak kekuningan. Menurut
Muchtadi dan Sugiyono (1992), warna susu sapi segar putih kebiruan sampai
putih agak kekuningan (kuning keemasan).
Berdasarkan SNI 01-3141-1998 warna susu masih dikatakan normal jika
tidak mengalami perubahan dari warna normal susu sapi. Dengan demikian
warna susu yang segar dan warna susu yang disimpan suhu dingin memenuhi
kriteria SNI. Sedangkan susu yang disimpan di suhu ruang tidak memenuhi kriteria
SNI karena sudah mengalami perubahan dari warna normal.
Perubahan warna susu dipengaruhi oleh komposisi kimia dan sifat fisiknya,
misalnya jumlah lemak, kekentalan susu, kandungan darah dan jenis pakan
yang diberikan. Warna susu juga dipengaruhi oleh pertumbuhan mikroba atau
kapang pembentuk pigmen pada permukaan susu atau seluruh bagian susu.
2. RASA
Hasil pengamatan kelompok kami menunjukkan bahwa rasa susu sapi segar
adalah gurih dan hambar sedangkan pada susu suhu beku adalah hambar.
10
Rataan nilai rasa susu sapi adalah rasa susu agak manis. Berdasarkan SNI
01-3141-1998, syarat rasa susu segar masih dikatakan normal jika tidak
menyimpang dari rasa khas susu segar. Dengan demikian rasa susu sapi segar dan
susu yang disimpan pada suhu dingin tidak memenuhi kriteria SNI karena
mengalami perubahan dari rasa normal. Rasa yang hambar disebabkan oleh
sedikitnya kadar laktosa dalam air susu.
Menurut Soeharsono (1996), rasa normal susu segar adalah sedikit manis yang
disebabkan karena adanya laktosa. Sedangkan Muchtadi dan Sugiyono (1992),
menyatakan bahwa sensasi rasa didominasi oleh hubungan antara kandungan
laktosa dan klorida, selanjutnya ditambahkan oleh Winarno (1993), bahwa
kandungan laktosa bersama garam mineral (garam klorida dan sitrat) bertanggung
jawab terhadap rasa susu yang spesifik.
Selain itu, rasa tengik pada susu yang disimpan pada suhu ruang disebabkan
oleh kuman pembentuk pepton, kuman-kuman asam mentega dan susu terasa anyir
oleh kuman-kuman tertentu lainnya.
3. BAU/ AROMA
Hasil pengamatan kelompok kami menunjukkan bahwa bau/aroma susu sapi
segar adalah gurih dan khas susu sapi sedangkan pada susu suhu beku adalah bau
amis, seperti keju dan pada susu suhu ruang adalah sedikit masam.
Berdasar-kan SNI 01-3141-1998, aroma susu segar adalah normal khas susu.
Dengan demikian dapat dikatakan aroma susu segar yang diamati memenuhi
kriteria SNI, sedangkan pada susu suhu dingin dan susu suhu ruang tidak
memenuhi kriteria SNI.
Soeharsono (1996), menyatakan bahwa bau susu yang tidak normal bisa
terbawa dari luar kemudian diserap oleh susu seperti bau bawang, mint
namun ada pula yang terbawa dari dalam darah karena sari pakan yang terbawa
ke dalam susu. Pendapat Muchtadi dan Sugiyono (1992), bahwa penyimpangan
pada bau susu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gangguan fisik dari sapi,
bahan yang mempunyai aroma kuat misalnya bawang yang termakan oleh
ternak, absorbsi aroma susu dengan lingkungan, dekomposisi komponen susu
dengan bakteri dan mikroba lain dan adanya bahan asing yang
mengkontaminasi susu.
11
4. pH (DERAJAT KEASAMAN)
Hasil pengamatan kelompok kami menunjukkan bahwa pH susu sapi segar
adalah 7, susu sapi suhu beku adalah 7, sedangkan susu sapi suhu ruang adalah 4.
Dengan demikian berdasarkan SNI, susu sapi segar dan susu sapi suhu beku
memenuhi kriteria SNI. Sedangkan susu sapi suhu ruang tidak memenuhi kriteria
SNI karena pH nya rendah.
Sugitha dan Djalil (1989) berpendapatbahwa terjadinya kenaikan atau
penurunan pH disebabkan oleh hasil konversi dari laktosa menjadi asam laktat oleh
mikroorganisme dan aktivitas enzimatik. Dan Soeharsono (1996), menyatakan
bahwa pH normal susu segar dikarenakan adanya kasein, buffer, fosfat dan
sitrat, secara terbatas karena adanya albumin, globulin dan CO2. Jika pH
tinggi atau basa diduga ternak tersebut terjangkit mastitis.
5. KOAGULASI SUSU (DI DIDIHKAN/ DI PANASKAN)
Hasil pengamatan kelompok kami menunjukkan bahwa koagulasi susu (di
didihkan) pada susu segar tidak terbentuk gumpalan, pada susu suhu beku tidak
terbentuk gumpalan dan pada susu suhu ruang terbentuk bulatan-bulatan kecil,
sehingga keruh.
Uji didih ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan kasein susu, dimana
susu yang tidak baik (disimpan suhu ruang) akan pecah atau menggumpal bila
dipanaskan sampai mendidih atau air susu menjadi asam karena kestabilan kasein
susu berkurang yang memungkinkan koagulasi kasein. Susu segar dan susu
yang disimpan suhu beku setelah dipanaskan tidak pecah, hal ini disebabkan karena
kaseinnya yang stabil pada pemanasan suhu tinggi. Susu yang pecah saat dilakukan
pemanasan kemungkinan dikarenakan keadaan fisiologis hewan tersebut tidak
normal, tidak stabilnya kasein serta terjadinya kontaminasi oleh mikroba saat
penanganan.
Kasein merupakan protein utama susu yang jumlahnya mencapai kira-kira 80%
dari total protein. Kasein terdapat dalam bentuk kasein kalsium. Senyawa
kompleks dari kalsium fosfat yang terdapat dalam bentuk partikel-partikel
kompleks koloid yang disebut micelles. Apabila kasein protein susu ini
berkoagulasi menimbulkan air susu menjadi pecah. Pemecahan protein,
terutama kasein menyebabkan pembentukan kurd yang diinginkan dan
12
mengakibatkan protein menjadi lebih mudah dicerna dikarenakan keasaman
dan temperatur yang lebih tinggi saat pemanasan. Hasil pemecahan protein
bersama-sama dengan hasil pemecahan laktosa dan lipid ini menyebabkan
pembentukkan citarasa spesifik pada produk.
6. KOAGULASI SUSU (UJI ALKOHOL 70%)
Hasil pengamatan kelompok kami menunjukkan bahwa koagulasi oleh alkohol
pada susu segar adalah tidak ada gumpalan, susu suhu beku tidak ada gumpalan
dan pada susu suhu ruang banyak gumpalan.
Uji alkohol ini dilakukan untuk melihat kestabilan sifat koloid protein
susu terutama kasein. Kestabilan sifat koloid susu tergantung pada selubung air
yang meliputi butiran-butiran protein terutama kasein yang merupakan 80%
dari protein susu. Penambahan alkohol yang tinggi ke dalam susu
menyebabkan susu pecah, karena alkohol memliki daya hidrasi dan
berkoagulasi dengan kasein, sehingga susu pecah.
7. UJI KELENGKETAN
Hasil pengamatan kelompok kami menunjukkan bahwa tingkat kelengketan
pada susu segar adalah sangat lengket dan tidak mudah lepas, susu suhu dingin juga
lengket dan pada susu suhu ruang tidak terlalu lengket dan mudah lepas.
8. PENETAPAN UJI DIDIH SUSU
Hasil pengamatan kelompok kami menunjukkan bahwa waktu uji didih susu
pada susu segar adalah 1:33, susu suhu dingin 1:35 dan pada susu suhu ruang 1:16.
13
4.2 KUALITAS SUSU FORMULA
1. WARNA
2. RASA
3. BAU/ ARO MA
4. AIR SEDUHAN
5. KARBOHIDRAT
6. PROTEIN
7. LEMAK
8. ENERGI TOTAL
4.3 KUALITAS MINYAK GORENG
1. WARNA
Terdiri dari 2 golongan, golongan pertama yaitu disebabkan oleh zat warna
alamiah, yaitu zat yang secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung
minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Zat warna
tersebut antara lain α dan β karoten (berwarna kuning), xantofil,(berwarna kuning
kecoklatan), klorofil (berwarna kehijauan) dan antosyanin(berwarna kemerahan).
Golongan kedua yaitu zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu
warna gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), warna
cokelat disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang telah busuk atau
rusak, warna kuning umumnya terjadi pada minyak tidak jenuh.
Minyak goreng biasanya bisa digunakan sebanyak 3-4 kali penggorengan, jika
digunakan lebih dari itu biasanya minyak akan berubah warna. Selain itu, minyak
goreng yang sudah dipakai berkali-kali akan mengandung banyak asam lemak
jenuh yang berbahaya bagi kesehatan tubuh kita. Dengan demikian, minyak goreng
14
bisa dikatakan rusak (biasanya disebut minyak jelantah). Minyak goreng yang baik
adalah yang mengandung asam lemak tak jenuh lebih banyak dibandingkan
kandungan asam lemak jenuhnya.
2. BAU/ AROMA
Setiap minyak goreng tidak boleh berbau dan sebaiknya beraroma netral. Jika
aromanya menyimpang, hal itu mungkin disebabkan karena proses produksinya
yang kurang sempurna atau dikarenakan minyak tersebut sudah digunakan untuk
menggoreng atau mengolah makanan sehingga aroma yang ditimbulkan
menyerupai aroma sesuatu yang digoreng (minyak jelantah). Proses pemanasan
juga dapat menimbulkan perubahan aroma, hal ini dikarenakan proses pemanasan
dapat mengubah susunan kimia dan mengubah sifat fisik minyak.
3. PENAMPILAN
Pada proses pembuatan minyak goreng ada dua fase yang berbeda, yaitu fase
padat dan fase cair. Jenis yang padat disebut stearin dengan nama asam lemak yaitu
stearat. Sementara, bagian dari minyak yang berbentuk cair disebut olein dan nama
asam lemak yaitu asam oleat atau omega 9. Proses penyaringan dua kali adalah
sebutan untuk menjelaskan pemisahan minyak fase padat dari fase cair tadi. Jadi
agar stearinnya tidak terbawa, dilakukanlah double fractination atau penyaringan
dua kali. Jika hanya dilakukan satu kali penyaringan, terkadang minyak tersebut
masih bisa membeku (biasanya disebut dengan minyak goreng curah). Sedangkan
dengan dua kali penyaringan, minyak goreng 'tidur' tidak akan terjadi, meski
disimpan di lemari es sekalipun. Sehingga bisa kita simpulkan bahwa minyak yang
lebih jernih berarti telah mengalami penyaringan lebih banyak dibandingkan
dengan minyak yang keruh.
Cara Kimia menentukan kuantitas minyak
Bilangan Asam
Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dalam 1 gram zat. Bilangan asam ini menunjukan banyaknya asam
lemak bebas dalam suatu lemak atau minyak. Penentuannya dilakukan dengan cara
titrasi menggunakan KOH-alkohol dengan ditambahkan indikator pp.
15
Bilangan Penyabunan
Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dan asam lemak hasil hidrolisis dalam 1 gram zat. Penentuannya
dilakukan dengan cara me-refluks dengan larutan KOH-alkohol selama 30 menit,
didinginkan, lalu dititrasi kembali kelebihan KOH dengan larutan baku HCL.
Bilangan Iod
Didefinisikan sebagai jumlah Iodium (mg) yang diserap oleh 100 g sampel. Bilangan
iod ini menunjukan banyaknya asam-asam lemak tak jenuh baik dalam bentuk bebas
maupun dalam bentuk ester-nya disebabkan sifat asam lemak tak jenuh yang sangat
mudah menyerap iodium.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Mutu fisik susu sapi segar ditinjau dari kualitas yaitu dari rasa, aroma dan
warna yang belum mengalami perubahan dari sifat susu normal, begitu juga dengan
kandungan protein kasar dan nilai pH. Sehingga dapat direkomendasikan bahwa
susu sapi segar ini layak dan aman dikonsumsi jika dilakukan proses pasteurisasi
terlebih dahulu.
Faktor yang menyebabkan belum terpenuhinya kriteria mutu secara
keseluruhan sesuai dengan SNI susu segar adalah kebutuhan jumlah dan jenis
pakan yang tidak terpenuhi, penerapan sanitasi dan higiene yang tidak benar
dalam proses pemeliharaan, pemerahan serta kebersihan kandang yang kurang
memadai.
Pemberian asupan gizi melalui pemberian susu formula bayi bertujuan
memberikan segala keperluan gizi bayi. Di lain pihak pemberian gizi melalui susu
formula memberikan peluang bayi terinfeksi oleh bakteri E. sakazakii. Untuk
meminimalkan resiko terkena infeksi bakteri E. sakazakii adalah dengan beberapa cara
pengaturan standar tingkat kontaminan E. sakazakii pada susu formula.Setiap negara
memiliki standar baku untuk mengatur mutu dan keamanan pangan. Standar mutu dan
keamanan pangan diberlakukan untuk memberikan pengaturan yang bersifat
pencegahan bahaya. Indonesia memiliki standar baku terkait dengan mutu dan
keamanan pangan yang disebut sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI).
5.2 SARAN
Sebaiknya dalam membeli bahan pangan (susu dan minyak goreng), seharusnya
kita mempunyai ilmu dalam memilih bahan pangan. Karena produk susu dan minyak
goreng sekarang banyak yang tidak higienis, tercemar bakteri dan dimanipulasi oleh
para produsen. Oleh karena itu, dengan adanya laporan praktikum ini memberikan
manfaat bagi para pembaca, agar mengetahui mengenai susu dan minyak goreng.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. http://sisni.bsn.go.id/
2. BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU PANGAN DASAR
3. www.google.com
18