Upload
yusran-edyana
View
372
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
PRAKTIKUM VIII
JUDUL : Identifikasi telur, skoleks dan proglotid cacing Kelas Cestoda
(genus Taenia )
HARI, TANGGAL : Jum’at, 3 mei 2013
TUJUAN : 1. Membedakan Morfologi Proglotid Cestoda genus Taenia
2. Membedakan Morfologi Scolex cestoda genus Taenia
3. Identifikasi telur cestoda genus Taenia
LANDASAN TEORI
Cestoda atau cacing pita merupakan cacing dengan morfologi secara makroskopis
menyerupai pita, termasuk kelas cestoda fillum Platyhelmintes. Habitat cacaing dewasa ini
biasannya menempati saluran usus vetebarata dan larvanyan hidup di jaringan vetebrata dan
invetebrata.
Sifat-sufat umum cacing dewasa dapat digambarkan sebagai berikut :
Bentuk badan cacaing dewasa memanjang menyerupai pita ,pipih dorsoventral, tidak
mempunyai alat cerna.bagian badan terbagi menjadi 3 bagian umu, yaitu :
Bagian kepala (Skoleks), dengan alat pelekat dilengkapi dengan batil isap.
Morfologi skoleks dapat digunakan sebagai identifikasi spesies.
Leher yaitu tempat pertumbuhan badan.
Strobila, terdiri darai segmen segmen atau proglotid.tiao proglotid dewasa
mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap, sehingga Cestoda termasuk
cacing yang Hemaprodit.jumlah, ukuran dan bentuk proglotid berbeda berdasarkan spesies
dan stadium pertumbuhannya.
Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan
Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia,
babi, sapi, dan kerba
Terdapat tiga spesies penting cacing pita Taenia, yaitu Taenia solium, dan Taenia
saginata, Kedua spesies Taenia ini dianggap penting karena dapat menyebabkan penyakit
pada manusia, yang dikenal dengan istilah taeniasis dan sistiserkosis.Adapun perbedaan
antarspesies cacing pita Taenia dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan antara Taenia solium, Dan Taenia saginata
No.
Keterangan Taenia solium Taenia saginata
1 Inang definitif dan habitat
Usus halus manusia Usus halus manusia
2 Inang antara Babi dan manusia Sapi (utama), kambing, domba
3 Nama tahap larva Cysticercus cellulosae
Cysticercus bovis
4 Ukuran panjang x lebar
(3-8)x 0,01 meter (4-15) x 0,01 meter
5 Jumlah segmen 700-1000 1000-2000
6 Jumlah telur 30.000-50.000 di setiap segmen
lebih dari 100.000 di setiap segmen
Gambar : Morfologi telur genus Taenia
Sumber : simple-med.blogspot.com
Siklus hidup
Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang
definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif
dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. Bila inang definitif
(manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan
mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing
yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis
yang infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu
jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis adalah
penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat
menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan
oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi sementara Taenia saginata
dikenal juga sebagai cacing pita sapi.
Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia
(sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing pita babi
dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat
menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam
menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa Taenia
asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia.
Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah
matang yang mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia
dewasa dalam usus manusia. Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau
minuman yang mengandung telur Taenia solium. Hal ini juga dapat terjadi melalui proses
infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan.
Gambar : Siklus hidup Taenia Solium
Sumber : www.3.bp.blogspot.com/-RGq1GE4w_0I/
1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen tubuh
(proglotid ) cacing pita.
2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita (sistisekus).
3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita.
Penyebaran di Dunia
Cacing pita Taenia tersebar secara luas di seluruh dunia. Penyebaran Taenia dan kasus
infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki
curah hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. Taeniasis dan
sistiserkosis akibat infeksi cacing pita babi Taenia solium merupakan salah satu zoonosis di
daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi dan tingkat sanitasi
lingkungannya masih rendah, seperti di Asia Tenggara, India, Afrika Selatan, dan Amerika
Latin. Adapun kasus infeksi cacing pita Taenia di negara tropis
ALAT DAN BAHAN
Alat
Mikroskop cahaya atau mikroskop listrik
Atlas parasitologi medik
Bahan
Preparat awetan :
Proglotid cestoda genus Taenia
Scolex cestoda genus Taenia
Telur cestoda genus Taenia
LANGKAH KERJA
1. Amati preparat awetan proglotid, scolex dan telur genus Taenia bawah mikroskop
dengan pembesaran lemah terlebih dahulu ( 10 x 10 ) lalu dengan pembesaran 10x
40 !
2. Gambar hasil pengamatan pada kolom yang telah disediakan serta dengan
keterangan gambar yang memperlihatkan ciri khas !
HASIL PENGAMATAN
GAMBAR
Skolex Taenia Solium
Ket gambar :
Skolex Taenia saginata
Ket gambar :
GAMBAR
Proglotid Taenia solium
Ket gambar :
Proglotid Taenia saginata
Ket gambar :
GAMBAR
Telur Genus Taenia
Ket gambar :
BAHAN DISKUSI
1. Jelaskan perbandingan skoleks proglotid dari cacing cestoda genus Taenia!
Jawab : - Taenia solium
a. Skoleks abatil isap memiliki rostelum dengan pengait.
b. Proglotid lebar segmen lebih besar dari panjang segmen ( organ genetalis
dalam segmen.
- Taenia saginata
a. 4 batil isap tanpa pengait
b. Panjang segmen 3x lebar segmen
c. Lubang genetalla disisi lateral
2.Sebutkan bentuk infektif dari :
a. Tenia solium adalah sistoserkus cellulosae
b.Taenia saginata adalah sistiserkus bavis
3. Apa yang dimaksud dengan bentuk diagnostik ? sebutkan bentuk diagnostik dari
cestoda genus taenia !
Jawab : Bentuk diagnistik : sustu bentuk dari cacing yang digunakan sebagai
bahan pemeriksaan
Bentuk diagnostik dari cestoda genus taenia adalah telur dan proglotid gravid.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. Proglotid matur : alat kelaminnya sudah terbentuk ( dewasa ) sudah ada testis
dan ovariumnya.
b. Proglotid gravid : proglotid yang mengandung telur.
c. Proglotid imatur : sebelum dewasa ( belum ada alat kelamin )
d. Strobila : sekumpulan segmen atau proglotid cacing pita.
5. Sebutkan bahan pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit
taeniasis serta bagaimana cara mendiagnosisnya ?
Jawab : Bahan pemeriksaanya adalah feses dan darah perianal ditemukan
potongan proglotid matang / telur.
Cara mendiagnostiknya : dengan tinta india / dengan cara penjernihan.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang diamati hanya preparat telur taenia proglotid taenia
saginata, dan yang lainya dilihat dari jurnal dan atlas parasitologi.
KESIMPULAN
1.
Perbedaan Taenia Solium Taenia Saginata
1 Skoleks Mempunyai kait-
kait 4 batil isap
Tidak
mempunyai kait-
kait
2 Telur Embrionya
bergaris
radial,terdapat
embrio heksanan
Embrionya tidak
bergaris radial,
terdapat embrio
heksanan
3 Cabang uterus Cabang uterus
renggang
Cabang uterus
rapat
4 Larva Cystiserus
cellulose
Cystiserua bovis
PRAKTIKUM IX
HARI, TANGGAL : Jumat, 10 Mei 2013
JUDUL : Identifikasi Telur, Skoleks dan Proglotid Cestoda
(Genus Hymenolepis) Echinococcus granulosus,
Diphyllobothrium latum
TUJUAN
1.)Membedakan Morfologi Proglotid, Skoleks, dan telur cestoda
genus Hymenolepis
2.) Identifikasi Morfologi telur dan proglotid Diphyllobothrium
latum
3.) Identifikasi Morfologi telur dan proglotid Echinococcus
granulosus
LANDASAN TEORI
1.) Genus Hymenolepis
Genus Hymenolepis merupakan cacing pita yang masih satu
ordo dengan genus Taenia yaitu ordo CYCLOPYLLIDEA. Terdapat
2 spesies penting, yaitu :
a.) Hymenolepis nana
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Species : Hymenolepis nana
(Gandasuda dan Srisasi, 2006)
Morfologi
Telur
Telur berbentuk bulat atau oval dengan diameter 30-45
mikron.Dinding telur terdiri dari 2 lapis yaitu membran luar
dan dalam (Makimian, 1996).
Gambar Telur Hymenolepis nana
Sumber :
www.bobobo.blogspot.com/2011/11/hymenolepis-
nana.html
Cacing Dewasa
Hymenolepis nana berbentuk seperti benang dengan
ukuran 15 – 40 mm x 0,5 – 1 mm dan jumlah proglotid
mencapai yang 200. Hymenolepis nanamemiliki skoleks dan
rostellum pendek yang retraktil. Bagian lehernya panjang dan
ramping. Hymenolepis nana memiliki 3 testis yang berada
pada bagian posterior dari setiap proglotid. Segmen
gravid Hymenolepis nanamengandung 80 – 180 butir telur
(Makimian, 1996).
Gambar Cacing Dewasa Hymenolepis nana
Sumber : www.sodiycxacun.web.id/2010/06/hymenolepiasis-
nana.html
Siklus Hidup
Telur-telur dikeluarkan bersama tinja dengan cara
disintegrasi pelan-pelan dari segmen
gravid. Hymenolepis nana merupakan satu-satunya cacing
pita manusia yang tidak membutuhkan hospes perantara.
Segmen gravid biasanya pecah di kolon sehingga telur dapat
dengan mudah ditemukan di
feses.TelurHymenolepis nana segera menjadi infektif ketika
dikeluarkan bersama tinja dan tidak dapat bertahan lebih dari
10 hari pada lingkungan luar. Ketika telur infektif tersebut
ditelan oleh orang lain, onkosfer yang terkandung di dalam
telur dilepaskan di usus kecil kemudian mempenetrasi vilus
dan berkembang menjadi larva sistiserkosis. Setelah villus
ruptur, sistiserkosis kembali ke lumen usus, lalu
mengeluarkan skoleks mereka, kemudian menempel ke
mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa lalu tinggal di
ileus (Maegraith B, 1995).
Autoinfeksi dapat terjadi pada
infeksi Hymenolepis nana, dimana telur mampu
mengeluarkan embrio heksakan mereka yang kemudian
menembus villus dan meneruskan siklus infektif tanpa melalui
lingkungan luar.Hal ini menyebabkan cacing dapat
memperbanyak diri dalam tubuh hospes. Masa hidup cacing
dewasa adalah 4-6 minggu, tetapi autoinfeksi internal
memungkinkan infeksi bertahan selama bertahun-
tahun. Cacing di dalam usus terdapat dalam jumlah 1.000
sampai 8.000 ekor.Jangka waktu hidupnya hanya 2 minggu
(Maegraith B, 1995).
Patologi dan Gejala Klinik
Parasit ini umumnya tidak menimbulkan gejala. Jumlah
cacing dalam jumlah besar pada mukosa usus akan dapat
menyebabkan iritasi mukosa usus. Kelainan yang timbul adalah
toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit dari cacing
yang masuk peredaran darah.Pada anak kecil dengan infeksi
berat, dapat menimbulkan keluhan pada organ saraf, sakit
perut yang dapat diikuti atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar
tidur dan pusing.
Epidemiologi
Cacing ini tersebar secara kosmopolit, tetapi lebih suka
daerah beriklim panas daripada dingin termasuk Indonesia.
Infeksi terjadi dari tangan ke mulut, tersering pada anak usia 15
tahun ke bawah. Kontaminasi dengan tinja tikus
perlu mendapat perhatian.Infeksi pada manusia selalu
disebabkan oleh telur yang tertelan dari benda-benda yang
kontak dengan tanah dari tempatbuang air atau langsung dari
anus ke mulut.
Daignosa Laboratorium
Diagnosa laboratorium dapat ditegakkan apabila
ditemukan telur atau bagian dari cacing dewasa dalam feses.
Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung atau dengan
cara tak langsung (konsentrasi). Pemeriksaan jumlah eosinifil
dalam darah hanya sebagai pendukung, biasanya pada kasus
infeksi parasit ini akan meningkat 8 – 16 %.
b.) Hymenolepis diminuta
N
O
Perbandingan Hymenolepis nana Hymenolepis
diminuta
1. Panjang 25-40 mm (cacing pita
terkecil)
20-60 mm
2. Jumlah
Proglotid
± 200 buah ± 1000 buah
3. Telur Bentuk oval
berhialin, dengan
lapis membrane.
Dalam telur telur
terdapat embrio
heksakan yang
membawa 6 kait.
Membran sebelah
dalam mempunyai 2
penebalan dan dari
kedua kutub keluar
4-8 filamen yang
halus.
Bentuk oval
berhialin,
dengan lapis
membrane.
Dalam telur
telur terdapat
embrio
heksakan yang
membawa 6
kait.
Membran
sebelah dalam
mempunyai 2
penebalan dan
dari kedua
kutub tidak
terdapat
filament.
4. Proglotid
Matang (matur)
Berbentuk trapesium,
punya 1 lubang
kelamin disebelah kiri,
3 buah testis yang
bulat dan ovarium
berlobus dua.
Berbentuk
trapesium, ukuran
segmen lebih
besar. Punya 1
lubang kelamin
disebelah kiri, 3
buah testis yang
bulat dan ovarium
berlobus dua.
5. Proglotid Uterus berbentuk Uterus berbentuk
Gravid kantung irreguler
mengandung 80-180
telur.
kantung irreguler
6. Skoleks Bulat kecil mempunyai
rostellum kecil dan
reflaktil dengan 1 baris
kait kecil dan 4 batil
isap yang terbentuk
seperti mangkuk.
Berbentuk gada,
mempunyai
rostellum apical
yang rudimeter
tanpa kait dan
ada4 batil isap
kecil.
2.) Echinococcus granulosus
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Spesies : Granulosus
Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitif dari Echinococcus granulosus adalah
hewan karnivora terutama anjing, srigala, dan lain-lain.
Sedangkan hospes perantaranya adalah manusia,
kambing, domba, sapi, dan lain-lain.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cestoda ini adalah
echinococcosis atau penyakit hidatidosis (disebabkan
larvanya).
Penyebaran Geografis
Penyebaran infeksi Echinococcus granulosus tersebar di
seluruh dunia terutama di daerah pedesaan dan pinggiran
yang daerah tersebut terdapat banyak anjing yang memakan
daging hewan yang mengandung kista hidatid.
Echinococcus granulosus memiliki fokus endemik di
Amerika Selatan yaitu pada peternakan domba dan sapi di
Argentina, Uruguay, Brazil Selatan, dan Chili.Kista Hidatid
seringkali menginfeksi anak-anak dan tumbuh terus tanpa
diketahui selama bertahun-tahun
Morfologi
Cacing dewasa berukuran kecil panjangnya 3-6 mm terdiri
dari skoleks, leher, dan sebuah strobila yang hanya terdiri
dari 3-4 segmen.
Gambar : Cacing dewasa E.granulosus
Sumber : www.commons.wikimedia.org
Perkembangan segmennya yaitu immatur, matur, dan
gravid. Segmen gravidnya merupakan segmen terbesar
yang panjangnya 3-4 mm dan lebarnya 0,6 mm.
Gambar : Telur E. granulosus
Sumber : www.wikipedia.org/wiki/Echinococcus_granulosus
Skoleksnya terdiri dari 4 alat isap dengan rostelum yang
dilengkapi 2 deret kait yang melingkar.
Siklus Hidup
Cacing dewasa Echinococcus granulosus (panjangnya 3 - 6
mm) berada di usus halus hospes definitif misalnya anjing.
Lalu proglotid melepaskan telur yang keluar bersama feses.
Kemudian tertelan oleh hospes intermediat yang sesuai (biri-
biri, kambing, babi, sapi, kuda, onta) setelah itu telur
menetas di usus halus dan onkosfer keluar onkosfer
menembus dinding usus dan menuju sistem peredaran ke
berbagai organ, terutama hati dan paru-paru.
Di hati dan paru-paru onkosfer berkembang menjadi kista
kemudian berkembang secara berangsur-angsur,
menghasilkan protoskoleks dan anak kista yang mengisi
kista interior.
Hospes definitif dapat terinfeksi dengan cara memakan
daging hospes intermediet yang mengandung kista hidatid.
Setelah tertelan, protoskoleks melakukan evaginasi, menuju
ke mukosa usus dan berkembang menjadi cacing dewasa
setelah 32 sampai 80 hari kemudian proglotid melepaskan
telur.
Hospes intermediat terinfeksi dengan cara menelan telur
kemudian menetas menghasilkan onkosfer pada usus dan
menjadi kista di dalam berbagai organ.
Gambar Siklus Hidup
Sumber : www.commons.wikimedia.org
Gejala Klinik
Echinococcus granulosus menginfeksi selama bertahun-
tahun sebelum kista membesar dan menyebabkan gejala
saat tersebar ke organ-organ vital.
Bila menginfeksi hati maka terjadi rasa sakit dan nyeri di
bagian abdominal, benjolan di daerah hati, dan obsruksi
saluran empedu.
Pada saat kista menginfeksi paru-paru menyebabkan dada
sakit dan batuk hemoptysis.
Kista yang menyebar ke seluruh organ dapat menyebabkan
demam, urtikaria, eosinofilia, dan syok anafilaktik. Kista
dapat menyebar hingga ke otak, tulang, dan jantung.
Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan dilakukan untuk menurunkan
insiden infeksi :
1.) Semua hewan yang menjadi hospes perantara ketika
selesai disembelih harus dibuang dan dijauhkan dari anjing
agar tidak dimakan sehingga tidak berkembang menjadi
cacing dewasa.
2.) Ditekankan kesehatan perorangan untuk mencegah
tertelannya telur infektif yang terkontaminsi feses anjing,
karena telurnya sangat resisten terhadap desinfektan .
3.) Melakukan tindakan kontrol yang ekstensif untuk
mengurangi penularan penyakit hidatid.
4.) Program pendidikan dan penyuluhan terhadap masyarakat
5.) Mengobati hewan-hewan piaraan yang terinfeksi.
6.) Jangan bergaul erat dgn anjing sebagai sumber infeksi
7.) Meningkatkan kesadaran higienis dan sanitasi air.
8.) Menjaga kebersihan dan kesehatan hewan piaraan
terutama anjing dan kucing.
9.) Cara terbaik untuk menghindari infeksi manusia adalah
menghindari menelan makanan atau bahan lain yang
terkontaminasi dengan kotoran anjing.
ORDO PSEUDOPHYLLIDEA
Ordo pseudophyllidea memiliki 1 spesies, yaitu
klasifikasi Diphyllobothrium latum. Cestoda Ordo
pseudophyllidea ini berbeda dengan Ordo Cyclophyllidea
dalam hal bentuk skoleksnya.
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species : Diphyllobotrium latum
Hospes dan Penyebaran
Hospes definitif : manusia, anjing, kucing, serigala,anjing
laut,beruang,anjing hutan, dan hewan pemakan ikan.
Hospes perantara I : copepoda (Cyclops sp dan Diaptomus
sp).
Hospes perantara II : ikan.
Cacing dewasa hidup dalam ileum hospes definitive.
Dist.geografis : Amerika, Kanada, Eropa Tengah, Afrika
Tengah, Malaysia, Siberia dan Jepang.
Morfologi
Cacing dewasa:
1.) Panjang sampai 10 mm, 3000-4000 proglotid.
2.) Skolek : seperti sendok, mempunyai dua lekuk isap.
3.) Proglotid :
Lebar lebih panjang dari panjangnya.
Lubang uterus di bagian tengah proglotid.
Mempunyai lubang uterus.
Uterus panjang berkelok-kelok membentuk roset.
Gambar : Skolex & Proglotid D. latum
Sumber : www.e-cleansing.com
Gambar : Morfologi Proglotid D.latum
(Sumber : Atlas Parasitologi Kedokteran)
Sumber : www.e-cleansing.com
Telur :
o Mempunyai overkulum
o Sel-sel telur
o Menetas dalam air korasidium
o Memerlukan 2 hospes perantara
o Hospes perantara I : Cyclops dan Diaptomus(golongan
udang)
Berisi larva PROCERCOID
o Hospes Perantara II : ikan air tawar
Berisi larva PLEROCERCOID atau SPARGANUM
Gambar : Telur D. latum
Sumber : www.practicalscience.com
Perbedaan Morfologi
Ordo Pseudophyllidea Ordo Cyclophyllidea
• Skoleks 2 lekuk isap,
lubang genital &
uterus di tengah-
tengah proglotid
• Telur punya
• Skoleks dgn 4 batil
isap dengan
atautanpa rostellum
berkait-kait
• Lubang genital di
operkulum, berisi sel
telur & kel. brsm tinja
• Di air sel telur menjadi
onkosfer, menetas &
kel. Korasidium
• Hospes.I (copepoda)
memakan korasidium
& brkmbang dlm tbh
Hp. II (ikan, kodok)
terus mjd sparganum
(btk infektif)
• Manusia terinfeksi dgn
memkn Hp.II yg mgndg
sparganum
• Yang trmsk jenis ordo
ini :
D. latum&D. Mansoni
pinggir proglotid,
unilateral atau
bilateral selang-seling
• Ruang uterus tidak
ada
• Telur berisi onkosfer
tumbuh dalam Hospes
perantara dan
menjadi bentuk
infektif
• Di Indonesia jenis yg
terpenting: cacing
pita sapi (T. saginata)
& cacing pita babi (T.
solium)
Siklus Hidup
Telur berkembang untuk beberapa minggu, coracidium
(onchosphere berkait 6 dilengkapi embriophore yang
bercilia) berada di air, kemudian dimakan h.i. I
cyclopid/diaptomid (berkembang menjadi procercoid) di
haemochole dalam 2-3 minggu selanjutnya h.i. I dimakan
h.i. II ikan (berkembang menjadi plerocercoid) di viscera
dan otot. H.i. II dimakan h.d dan menjadi dewasa dengan
periode prepaten 3-4 minggu
Gambar : Siklus Hidup Diphyllobothrium latum
Sumber : www.e-cleansing.com
ALAT DAN BAHAN
ALAT
Mikroskop cahaya atau mikroskop listrik
Atlas parasitology medik
BAHAN
Preparat Awetan
Proglotid, scolex, dan telur cestoda genus Hymenolepis
Proglotid dan Scolex Diphyllothrium latum
Proglotid dan Scolex Echinococcus granulosus
CARA KERJA
1.)Amati preparat awetan proglotid, scolex dan telur genus
Hymenolepis bawha mikroskop dengan pembesaran lemah
terlebih dahulu (10 x 10) lalu dengan pembesaran 10 x 40 !
2.)Gambar hasil pengamatan pada kolom yang telah disediakan
serta lengkapidengan keterangan gambar yang
memperhatikan ciri khas!
HASIL PENGAMATAN
GAMBAR GAMBAR
Skolex H.nana Skolex H.diminuta
Keterangan :
Kait-kait
Rostelum
Bati Isap
Ciri Khas :
Berbentuk bulat kecil dam
memiliki kait-kait
Keterangan :
Rostelum
Batil Isap
Ciri Khas :
Berbentuk seperti ganda dan
bentuk rostelum rudimeter
GAMBAR GAMBAR
Proglotid H.nana Proglotid H.diminuta
Keterangan :
Uterus
Keterangan :
Uterus
GAMBAR GAMBAR
Telur H.nana Telur H.diminuta
Keterangan :
1. Filamen
2. Embrio heksakan
Keterangan :
1. Embrio heksakan
2. 2 lapisan membrane
GAMBAR GAMBAR
Proglotid D.latum Scolex D.latum
Keterangan :
1. Uterus
Keterangan :
1. Lekukan ventral
2. Leher
GAMBAR GAMBAR
Skolex E.granulosus Skolex E.granulosus
Keterangan :
1. Skoleks
2. Proglotid imatur
3. Proglotid matur
4. Telur (embrio)
Keterangan :
1. Kait-kaitil
2. Batil isap
GAMBAR
Kista Hydatid
Keterangan :
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini tidak ditemukan proglotid E.granulosis
dan skoleks D.latum
BAHAN DISKUSI
1.)Buat bagan perbedaan morfologi antara ordo Psedophyllidea
dan ordo Cyclophyllidea (bentuk telur,skoleks, ada tidaknya
lubang uterus pada proglotid,)!
Jawab:
Pebedaan Ordo Psedophyllidea Ordo
Cyclophyllidea
TELUR Beroverkulum melalui
lubang uterus dan
berembrio.
Tidak
beroverkulum
tetapi
berembrioker yang
bergaris dan
terdapat embrio
heksakan.
SKOLEKS
Lonjong seperti sendokk
tanpa batil isap tepi
mempunyai lekuk
ventral dan dorsal.
Ada batil isap ada
yang punya
rostellum dan
pengait ataupun
tidak
PROGLOTID Ada lubang uterus dan
ovarium berbentuk
seperti roset (bunnga
rose)
Tidak ada lubang
uterus
2.) Jelaskan perbedaan siklus hidup antara ordo Psedophyllidea
dan ordo Cyclophyllidea !
Jawab :
Ordo Psedophyllidea : hospes perantara bias 1,2/3, telur tidak
berembrio dalam tinja → telur berembrio dalam air →
korasidium menetas dari telur →tertelan crutaceaa →
proserkoid dalam rongga badan crustacea → crustacea
dimakan oleh ikan air tawar → pleroserkoid dalam otot ikan →
tertelan manusia →skoleks melekat pada usus → cacing
dewasa di usus halus.
Ordo Cyclophyllidea : hospes perantara 1 tidak ada. Telur
berembrio dalam tinja → tertelan hospes perantara → keluar
onkosfer menembus dinding usus → kista hydatid di hati,
paru-paru dll → kista dalam organ termakan hospes definitive
→prostoskoleks dari kista → skoleks menempel diusus kecil →
cacing dewasa di usus.
3.) Jelaskan gejala klinik dan cara mendiagnosis penyakit :
a.) Hiemenolepiasis nana
Jawab :
Gejala Klinik : Infeksi berat, mengalami sakit perut
dengan tanpa gejala
Diagnostik : Menemukn telur dalam tinja.
b.) Hiemenolepiasis diminuta
Jawab :
Gejala Klinik : Secara tiba-tiba gangguan diare
ringan, gangguan gastrointestinal.
Diagnostik : Telur dalam tinja
c.) Difilobotriasis
Gejala Klinik : Secara tiba-tiba menimbulkan
gangguan gastrol intestinal,
Diagnostik : Menemukan proglotid yang bergerak aktif
dalam tinja
4.)Sebutkan hospes perantara H.diminuta
Jawab :
Serangga berupa pinjal kumbang tepung, pinjal tikus
(xenopsylla shepatis), pinjal manusia (pulle x irritas)
5.) Jelaskan cara mendiagnosis penyakit Hiemenolepiasis serta
sebutkan bahan pemeriksaan yang bias dipakai untuk
mendiagnosis penyakit Hiemenolepiasis!
Jawab :
Cara mendiagnosia : Ditemukan telur dalam tinja
Bahan Pemeriksaan : Feses penderita
6.) Jelaskan perbedaan morfologi cacing dewasa genus
Hymenolepis dan E.granulosus
Jawab :
Cacing dewasa genus Hymenolepis ukurannya lebih panjang
dari E.granulosus dan cacing dewasa genus Hymenolepis
memiliki proglotid yang banyak sedangkan genus
E.granulosus hanya memiliki 1 proglotid imatur, 1 proglotid
matur, dan 1 progrotid gravid (yang merupakan proglotid
paling panjang dan lebar).
KESIMPULAN
Cara mendiagnosisinya menemukan telur dalam tinja, skoleks
melekat pada usus halus.Semua genus Hymenolepis,
E.granulosus, D.Latem, mempunyai hospes perantara.Telur
H.nana terdapat 7-8 Filamen, telur H.diminuta tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA
www.beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-
parasitologi/cestoda-cacing-pita/
www.sodiycxacun.web.id/2010/06/hymenolepiasis-
nana.html
www.asliarekprolink.wordpress.com/2013/03/15/laporan-
identifikasi-cacing/
www.bbobobo.blogspot.com/2011/11/hymenolepis-
nana.html
www.3.bp.blogspot.com