PRESENTASI MTBS

Embed Size (px)

Citation preview

KETERAMPILAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DI PUSKESMAS DELANGGU KLATENAchmad Syarif H Adinda Ferinawati Agung Wahyu H Fitria Rahma Hendra Wardhana Nabiel Osi Davianus ASP Ratna Prabawati N Surya Dewi Primawati G0010001 G0010003 G0010009 G0010083 G0010093 G0010131 G0010147 G0010159 G0010183

1

LATAR BELAKANG

3

Setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan dari 5 kondisi yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati antara lain pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Selain itu, lima kondisi di atas menyebabkan 10.8 juta kematian balita di negara berkembang tahun 2005. Hal di atas dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas pelayanan kesehatan.

4

Rendahnya kulitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam keterampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan, dan praktek di keluarga dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas untuk memperbaiki kesehatan anak tersebut sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan anak. Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan cara memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi, memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain, dan memperbaiki dukungan psikososial. Berdasarkan alasan tersebut, munculah program Manajemen Terpadu Balita Sakit.

5

TUJUAN

6

Mampu melakukan penilaian balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS. Mampu menentukan klasifikasi masalah balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS. Mampu menilai status gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan WHO (2005) dan memeriksa adanya penyakit penyerta. Mampu melakukan dan menyarankan tindakan berdasarkan klasifikasi balita sakit pada pedoman MTBS. Mampu melakukan pendampingan konseling balita sakit berdasarkan pedoman MTBS berupa perawatan di rumah dan pemberian nasehat berupa kapan kembali untuk tindak lanjut.

7

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

8

Survei (8 Maret 2013) Field Lab hari ke-1 (13 Maret 2013) Koordinasi dan pengarahan untuk kegiatan lapangan Field Lab hari ke-2 (20 Maret 2013) Pelaksanaan kegiatan lapangan Field Lab hari ke-3 Pengumpulan laporan dan presentasi

9

Penatalaksanaan sesuai Pedoman MTBS

Kapan Kembali SegeraNasihati ibu agar kembali segera bila ditemukan tanda-tanda sebagai berikut 1. 2. Setiap anak sakit 3. Tidak bisa minum atau menyusu Bertambah parah Timbul demam

1. Anak dengan batuk : bukan pneumonia, juga kembali jika 2.

Napas cepat Sukar bernapas

1.Jika anak diare, kembali jika 2. 1. 2. 3. Jika anak : Mungkin DBD atau demam-mungkin bukan DBD, kembali jika 4. 5.

Berak campur darahMalas minum Ada tanda-tanda perdarahan Ujung ekstremitas dingin Nyeri ulu hati atau gelisah Sering muntah Pada hari ke 3-5 saat suhu turun dan anak tampak

lemas

KASUS YANG DIDAPAT

Anawati

Perempuan 24 bulan 9,8 kg 74 cm 38 C

Keluhan

Batuk Pilek Demam

Hasil penilaian :Tanda bahaya umum Keluhan batuk Pemeriksaan nafas Diare Demam Nyeri telinga/keluar cairan Status gizi Anemia Status imunisasi Vitamin A : (-) : (+) 1 hari : Sesak, stridor (-) : (-) : (+) : (-)/(-) : normal : (-) : lengkap : (-)

KESIMPULAN

19

Pelaksanaan MTBS di Puskesmas Delanggu sudah berjalan, namun, belum sesuai dengan teori yang seharusnya. Kendala yang dihadapi oleh Puskesmas Delanggu dalam melaksanaan MTBS adalah pasien kurang merasa puas dengan pelayanan konseling saja, sehingga di lapangan balita sakit tetap diberikan obat. Form MTBS dalam pengisiannya membutuhkan waktu yang lama dalam proses anamnesis.

20

SARAN

21

Sebaiknya pengukuran TB dan BB balita perlu dilakukan oleh petugas kesehatan dalam penilaian kasus gizi, sebab ibu balita sering lupa dengan BB dan TB anaknya Sebaiknya dilakukan sosialisasi tentang MTBS kepada masyarakat khususnya yang memiliki balita.

22

Sebaiknya konseling diberikan bagi ibu atau keluarga balita berupa penanganan segera saat balita demam atau diare juga konseling kapan segera kembali ke layanan kesehatan terutama saat pemberian antibiotik pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

24

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2011). Lima Propinsi Penyumbang Angka Kematian Ibu dan Anak Tertinggi. Available from : http://localhost/G:/FL/5-.aspx.htm Badan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah (2011). Dukungan Provinsi Jawa Tengah Dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan.Available from : http://3-Bappeda Jateng-Makalah MDGs.pdf Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011). Target MDGs Bidang Kesehatan. Available from : www.wartapedia.com Depkes RI (2004). Pedoman penerapan manajemen terpadu balita sakit di puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI (2008). Buku bagan manajemen terpadu balita sakit (mtbs). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Gatot D (2002). Infeksi Jamur Sistemik pada Pasien Immunocompromised. Sari Pediatri, 3 (4): 244 248

Irmanto M (2010). Asupan gizi, penyakit infeksi dan status gizi pada anak sekolah dasar (Studi di Distrik Sentani Kabupaten Jayapura). Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Moelyo AG, Widardo, Herlambang G (2013). Modul field lab ketrampilan manajemen terpadu balita sakit (mtbs). Surakarta: Field Lab Fakultas Kedokteran UNS. Shinta, Ken (2011). Pengaruh probiotik pada diare akut : penelitian dengan 3 preparat probiotik. Thesis, Semarang: Universitas Diponegoro Soenarto, Yati (2009). Mtbs: Strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Disampaikan pada Simposium Pediatri Temilnas 2009. Surakarta 2 Agustus 2009. Sudigbia L (1991). Pengantar diare akut anak. Semarang: BP Undip pp: 1-11

26

Tim Field Lab (2012). Modul Field Lab: Ketrampilan Manajemen Terpadu balita WHO.(2009).http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/c hild/imci/en/index. html. Diakses 19 Maret 2013 Wibowo Suprapto (2008). Analisis manajemen mutu MTBS yang terkait dengan mutu penerapan kegiatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Universitas Diponegoro Semarang. Tesis. Wijaya, Awi M (2009). Manajemen terpadu balita sakit (mtbs). http://www.infodokterku.com/index.php/option=com_content&view =article&id=37:manajemen-terpadu-balita-sakitmtbs&catid=27:health program&Itemid=44. Diakses 19 Maret 2013. World Health Organization (2002). Overview of IMCI strategy and implementation. Janeva: Departement Child and Adolescent Health and Development. World Health Organization dan UNICEF (2003). IMCI Adaptation Guide, Geneva. http://www.who.int.

27

1. Kiat2 supaya pasien merasa puas dengan penanganan MTBS - Sosialisasi optimal - Empati saat anamnesis - ditekankan kepada keuarga mengenai pencegahan kepada penyakit dan mengenai efeksamping dari obat serta menjeaskan mengenai keadaan fisiologis anak