35
KATA PENGANTAR Dalam kesempatan kali ini puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, karunia dan hidayah- Nya, dan tidak lupa sholawat serta salam yang senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabatnya, laporan kasus yang berjudul “Fraktur Antebrachii Sinistra” dapat diselesaikan. Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada Letkol CKM Basuki Widodo, Sp. OT selaku pembimbing yang dengan penuh dedikasi, kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga hambatan dalam penulisan laporan kasus ini dapat teratasi. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada pasien atas partisipasi dan kerjasamanya yang memperbolehkan pelaporan kasus ini berlangsung dengan baik dan lancar. Atas hal tersebut penulis ucapkan terimakasih. Penulis menyadari bahwa tulisan dalam laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan pada laporan kasus. Penulis juga mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak agar menjadi lebih baik. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kemajuan ilmu pengetahuan khususnya kedokteran dikemudian hari. 1

Presus Bedah Ortoped

Embed Size (px)

DESCRIPTION

presus

Citation preview

KATA PENGANTAR

Dalam kesempatan kali ini puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-Nya, dan tidak lupa sholawat serta salam yang senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabatnya, laporan kasus yang berjudul Fraktur Antebrachii Sinistra dapat diselesaikan.Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada Letkol CKM Basuki Widodo, Sp. OT selaku pembimbing yang dengan penuh dedikasi, kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga hambatan dalam penulisan laporan kasus ini dapat teratasi.Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada pasien atas partisipasi dan kerjasamanya yang memperbolehkan pelaporan kasus ini berlangsung dengan baik dan lancar. Atas hal tersebut penulis ucapkan terimakasih.Penulis menyadari bahwa tulisan dalam laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan pada laporan kasus. Penulis juga mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak agar menjadi lebih baik. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kemajuan ilmu pengetahuan khususnya kedokteran dikemudian hari.

Magelang, 21 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB I PENDAHULUAN3BAB II LAPORAN KASUS3Identitias Pasien4Anamnesa4Pemeriksaan fisik5Pemeriksaan Penunjang6Diagnosis Kerja 8Penatalaksanaan8Prognosis8Laporan Operasi10Follow Up post Op11BAB III TINJAUAN PUSTAKA12Anatomi12Fraktur15Definisi15Etiologi15Klasifikasi15Gejala Klinis8Fraktur Anthebrachii18DAFTAR PUSTAKA23

BAB I PENDAHULUAN

Fraktur merupakan salah satu contoh dari cidera yang berat. Patah tulang atau yang disebut juga fraktur didefinisikan sebagai suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, dapat juga diakibatkan oleh penekanan yang berulang-ulang atau akibat patologik tulang itu sendiri. Apabila fragmen fraktur tersebut mengenai dan merobek kulit disebut sebagai fraktur terbuka, sedangkan apabila fragmen dan tenaga dari luar fraktur tidak sampai merobek kulit dikatakan sebagai fraktur tertutup.1Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cidera oleh satu sebab, seperti trauma karena kecelakaan kerja, olahraga, lalu lintas dan kecelakaan rumah tangga. Di Indonesia, trauma dari kecelakaan lalu lintas dan terjatuh dari ketinggian adalah yang paling banyak didapatkan. Penyebab paling umum trauma dan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 51.66%, akibat kecelakaan kerja atau olah raga sebanyak 30% dan akibat kekerasan rumah tangga sebanyak 18%, sehingga dapat disimpulkan trauma menyebabkan dibutuhkannya biaya perawatan yang sangat besar, angka kematian yang tinggi, hilangnya waktu kerja, kecacatan sementara dan permanen. Karenanya sangat diperlukan penanganan seawal mungkin. Fraktur merupakan masalah kesehatan yang menimbulkan kecacatan paling tinggi dari semua trauma kecelakaan. Salah satu contoh dari fraktur ini adalah fraktur antebrachii karena lengan bawah mengalami benturan atau penekanan yang kuat yang menimbulkan suatu patahan. Fraktur antebrachii merupakan suatu fraktur yang mengenai lengan bawah yaitu pada tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan. Dibagi atas tiga bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial, serta distal dari kedua corpus tulang tersebut. Selain itu, fraktur antebrachii merupakan salah satu fraktur umum yang sering dijumpai pada orang dewasa dan anak-anak. Fraktur antebrachii diperkirakan sekitar 30% dari semua fraktur di ekstremitas atas, dimana 8% fraktur antebrachii terjadi di sepertiga medial, 7% terjadi di sepertiga proksimal dan 75% terjadi di sepertiga distal. Fraktur Antebrachii Diaphyseal diperkirakan sekitar 10% dari semua fraktur pada anak anak. Penyebab fraktur antebrachii tersering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, pukulan dengan tongkat, luka tembak dan jatuh dari ketinggian yang mengenai secara langsung pada lengan bawah. 2BAB IISTATUS PASIEN

II.1Identitas Pasien Nama : Tn. JJenis kelamin: Laki-lakiUmur: 62 tahunStatus: MenikahAgama : Islam Suku Bangsa: JawaAlamat : Ngreno, RT 04 RW 4 Sonorejo, CandimuyoMRS: 25 Mei 2015No. CM: 122177

II.2AnamnesisAutoanamnesa dan Alloanamnesa (dengan istri pasien) pada 28 Mei 2015Keluhan Utama: Nyeri pada lengan kanan bawahRiwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RST Soedjono pada tanggal 25 Mei 2015 dengan keluhan nyeri pada tangan kiri sehingga sulit untuk digerakkan, pasien mengaku keluhan terjadi setelah terjatuh dari kursi dengan tangan kanan terbentur wastafel, pasien juga mengeluhkan luka terbuka beukuran 1x1 cm di lengan kiri pasien.Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah mengalami patah tulang sebelumny Riwayat hipertensi disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat DM disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat DM tidak terkontrol pada nenek Riwayat hipertensi disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat sosial dan kebiasaan Merokok, minum-minuman beralkohol, kopi disangkal Pasien jarang berolahraga II.3Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan dilakukan pada hari kamis, 28 Mei 2015 pukul 13.00 WIBKeadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentisKeadaan gizi: Baik Tinggi badan 170 cm, berat badan 70 kg, IMT = 24.3 kg/m2 (normoweight)Tanda vital: Tekanan darah = 160/100 mmHgNadi = 78 x/menit, equal, isi cukup, regulerSuhu = 36.50CLaju Pernafasan (RR) = 18 x/menitKulit: Sawo matang, ikterik (-), lembabKepala : Normocephal, rambut putih, distribusi merata, tidak mudah dicabutMata: Pupil bulat isokor +/+, edema palpebra -/-, conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-Telinga: bentuk normal, gangguan pendengaran (-/-) sekret -/-Hidung: Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/- , nafas cuping hidung -/-Mulut: Bibir lembab, tidak terdapat karies pada gigi, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar (T1/T1)Leher: Simetris,tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada deviasi trakea, JVP 5-2 cmH20, Retraksi suprasternal (-).Thoraks: Paru : I = Normochest, retraksi -/-, sela iga tidak melebar P = taktil fremitus sama kanan dan kiriP = Sonor pada kedua lapangan paru. Batas paru hati ada linea midclvavicula dextra ICS VIA = Suara nafas utama vesikuler,Ronkhi -/-,Whezzing -/-Jantung :I= Iktus cordis tidak tampakP = Iktus cordis teraba, tidak kuat angkatP= Batas atas ICS III linea parasternal dextra Batas kiri ICS IV linea midklavikula sinistra Batas kanan ICS IV linea parastemal dextraA= BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-Abdomen: I= Datar A= Bising usus (+) normal P= Timpani pada regio abdomen, P= Dinding perut supel, turgor kulit baik. Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri ketok CVA (-)Ekstremitas :Akral hangat, pitting edema pada ekstremitas inferior (-/-) palmar eritem (-/-), cappilary refill < 2Status lokalis : a/r Antebrachii sinistra Look:Swelling (+),pemendekan(+), kulit utuh, cedera terbuka(-), warna kulit sama dengan warna kulit sekitarnya. Feel:Arteri radialis dekstra teraba, Nyeri tekan (+) sensibilitas baik, suhu sama dengan bagian lainnya. Pengukuran panjang kaki berbeda 4 cm dengan bagian kanan. Move:ROM terbatas,nyeri bila digerakkan

II.4 Pemeriksaan Penunjang II.4.1 Pemeriksaan Foto Rontgen Rontgen ThoraxRontgen thorax AP view. Kondisi kurang, Hasil : Corakan bronchovaskular meningkat Kedua diafragma licin Kedua sinus costophernicus lancip CTR > 0,56 Sstema tulang dalam batas normalKesan : Bronchitis Cardiomegaly Rontgen Antebrachii Sinistra

Kesan : Tampak fraktur anthebrachii sinistra

II.4.2Laboratorium DarahJenis Pemeriksaan26/05/2015(09.47)Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

Hemoglobin12.011 15 g/dL

Hematokrit 38.036 48 %

Eritrosit 4.534.3 6.0juta/uL

Leukosit8.74.0 10.0 /uL

Trombosit251.000150.000 450.000/uL

MCV83.980 96 fL

MCH26.427 32 pg

MCHC31.532 36 g/dL

Kimia Klinik

Ureum 2117 43 mg/dL

Kreatinin10.5 1.5 mg/dL

Glukosa Darah 8470-115 mg/dL

SGOT163 37 U/L

SGPT198 41 U/L

II.4.3Pemeriksaan EKG (26 Mei 2015) II.5 Diagnosis Kerja Fraktur antebrachii sinistraII.6 Penatalaksanaan Medikamentosa Infus RL 20 gtt/menit Ketorolac 3 x 30 mg Asam mefenamat 2x500 gr Inj ceftriaxon 2x1 grOperatif ORIF femur sinistraII.7 Prognosis Quo ad vitam: ad bonam Quo ad functionam: dubia ad bonam Quo ad sanactionam : ad bonam

ORIF dilakukan pada tanggal 29 Mei 2015RIWAYAT RAWAT INAP

Tindakan OperasiPemeriksaan Fisik pre operasi : KU: sakit sedang Kesadaran/GCS: compos mentis/ E4M6V5 Vital Sign :Tekanan darah : 160/80 mmHgNadi : 84 x/ menitSuhu : 36 CPernafasan : 20 x/ menit Kepala: CA -/- , SI -/- Pupil isokor: 2 milimiter Kepala: dbn Thorax :Cor: SI dan SII normal regularPulmo: vesicular, ronkhi -/- , wheezing -/- Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas : Regio antebrachii sinistra: Look : deformitas (+), oedem (+) Feel: oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+) Movement: ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan

Laporan Operasi : Rekonstruksi UlnaPelaksaanaan ORIF Os Ulna Sinistra (pada tanggal 29 Mei 2015)Posisi supinasi dalam anastesi umum Desinfeksi pada daerah operasi Insisi posterolateral (luka baru) lapis demi lapis sampai tampak fraktur ulna Dilakukan ORIF dengan 1/3 tubular plate, 6 hole Internal fiksasi dengan inplat (nail) Cek stabilisasi stabil Jahit lapis demi lapis Operasi selesaiPost Operasi : Infus RL 30 tpm Inj Ceftriaxon 2 x 1 gram Inj ketorolac 3 x 1 ampul As. Mefenamat 2 x 500 mg Foto ulang : Foto Ulang Antebrachi Dextra posisi AP dan Latera, Bila keadaan umum baik boleh pulang

Pemeriksaan Fisik post operasi (30 Mei 2015) KU: sakit sedang Kesadaran/GCS: compos mentis/ E4M6V5 Vital Sign :Tekanan darah: 160/90 mmHgNadi : 82 x/menitLaju nafas : 20 x/menitSuhu : 36C. Keluhan : badan terasa lemas, kaki tidak begitu nyeri, demam (-), mual/muntah (-), pusing (-) Status generalis : dbn Status lokalis regio superior sinistra :Look : edema (+), perban (+), terdapat rembesan darahFeel: nyeri tekan (+), pulsasi (+), hangat, kenyalMovement: ROM terbatas, tidak nyeri Terapi dan tindakan :Ganti perban, ciprofloxacin 2 x 500 mg, q10ds 2 x 1 caps

Post ORIF 29 Mei 2015 Status lokalis regio inferior sinistra : Look : edema (+), perban (+), terdapat rembesan darah Feel: nyeri tekan (+), pulsasi (+), hangat, kenyal Movement: ROM terbatas, tidak nyeri Terapi dan tindakan : Ganti perban Mobilisasi duduk

BAB IIITINJAUAN PUSTAKAIII.1. Anatomi III.1.1. Radius Tulang radius terletak pada sisi lateral, tulang ini meluas pada bagian proximal dan distal namum lebih luas pada bagian distal. Secara garis besar tulang radius dibagi ke dalam 3 bagian yaitu: Proximal end. Pada bagian proximal end terdiri dari caput (kepala), collum (leher) dan tuberositas. Caput merupakan bagian ujung proximal yang membentuk cekungan dangkal dan sebagai penghubung antara humerus dengan radius (humeral capitulum)Corpus (shaft). Corpus berbentuk konveks pada sisi lateral, dan segitiga pada sisi yang lain. Membran interoseus melekat pada bagian distal, dan menghubungkan antara radius dan ulnaDistal end. Distal end merupakan bagian yang paling luas dari tulang radius. Terdapat 4 sisi bagian, pada sisi lateral sedikit kasar, memproyeksikan prosesus stiloideus pada bagian ujung. Pada area persendian tangan terbagi atas 2 sisi yaitu sisi medial dan sisi lateral. Sisi anterior merupakan sisi yang tebal dan kasar. Sisi medial adalah titik pertemuan antara radius dan ulna (ulna notch), dengan bentuk concav yang lembut untuk persendian antara radius dan ulna. Sisi posterior terdapat Lister's tubercle, yang membatasi bagian medial.

III.1.2. UlnaUjung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yangsebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisuratrochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentukpersendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon.Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan disebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. dibagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapandengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculisupinatoris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, faciesmedialis, margo interosseus, margo anterior dan margo posterior.Ujung distalulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae). Caput ulnae berbentukcircumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus sertasilcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilagotriangularis dan dengan radius.

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan didistal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Olehkarena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu ototsupinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi danrotasi, terutama pada radius.III.1.3. VaskularisasiArteria radialis adalah cabang terminal yang lebih kecil dari arteria brachialis. Pembuluh ini mulai dari fossa cubiti setinggi collum radii.

Arteria radialis berjalan ke distal dan lateral, di bawah musculus brachioradialis dan terletak pada otot-otot kelompok profunda lengan bawah. Pada dua pertiga perjalanannya, ramus s1uperficialis nervi radialis terletak disebelah lateralnya.Pada bagian distal lengan bawah, arteria radialis terletak di permukaan anterior radius dan hanya ditutupi oleh kulit dan fascia. Di tempat ini, di lateral arteria radialis terdapat tendo musculi brachioradialis dan di sebelah medialnya terdapat tendo musculus flexor carpi radialis (tempat untuk memeriksa denyut nadi radialis).Di pergelangan tangan, arteria radialis membelok di sekitar pinggir lateral carpus ke ujung proximal ruang diantara os metacarpalia pertama dan kedua, dimana pembuluh ini menuju ke anterior, ke telapak tangan diantara keduacaput musculi interosseus dorsalis pertama. Kemudian arteria membelok ke medial diantara caput obliqus dan transversus musculus adductor pollicis dan bergabung dengan ramus profundus arteria ulnaris untuk membentuk arcus palmaris profundus.Cabang-cabang di lengan bawah : Rami musculares untuk otot-otot disekitarnya Rami recurrens, yang ikut serta dalam anastomosis di sekitar articulatio cubiti (sendi siku) Ramus palmaris superficialis, yang dipercabangkan tepat di atas pergelangan tangan, masuk ke telapak tangan dan sering bergabung dengan arteria ulnaris untuk membentuk arcus palmaris superficialisCabang-Cabang Arteria Radialis di Telapak TanganSegera setelah sampai di telapak tangan arteria radialis mempercabangkan arteria radialis indicis, yang mendarahi sisi lateral jari telunjuk, dan arteria princeps pollicis, yang bercabang dua dan mendarahi sisi lateral dan medial ibu jari.Arcus Palmaris Profundus dan Cabang-CabangnyaArcus palmaris profundus merupakan lanjutan langsung arteria radialis. Arteri ini terletak di dalam telapak tangan dan membelok ke medial di bawah tendo-tendo otot flexor panjang dan di depan ossa metacarpi dan musculi interossei. Arcus ini dilengkapi pada sisi mediainya oleh ramus profundus arteria ulnaris.Lengkung arcus terletak setinggi pinggir proximal ibu jari dalam keadaan ekstensi. Arcus palmaris profundus memberikan cabang-cabang recurrens ke superior, yang ikut serta dalam anastomosis di region pergelangan tangan dan ke inferior bergabung dengan rami digitales dari arcus palmaris superficialis.Cabang-CabangCabang-cabang adalah sebagai berikut: Palmaris Metacarpalia Perforans RecurrensArteri Ulnaris :Berjalan padasisi medial lengan bawah , padabagian proximal memberikan percabangan :Aa.Interossea communis menuju ke anterior lengan bawah, a.recurrent ulnaris superior menuju distal lengan atas, a.recurrentulnarisinferiormenujudistallenganatas Keduanya beranastomosis dengan A.collateralis ulnaesuperior dan inferior

III.2. Fraktur PengertianFraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur. 5 Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser. EtiologiEtiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis. 1. Peristiwa Trauma (kekerasan[)a. Kekerasan langsung Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.b. Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan Universitas Sumatera Utara tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.c. Kekerasan akibat tarikan ototKekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi. 2. Peristiwa Patologis a. Kelelahan atau stres fraktur, fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba tiba pada suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang. b. Kelemahan Tulang Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur. Klasifikasi Fraktur Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar Fraktur, dapat dibagi menjadi :a. Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu: Derajat I :Luka 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi, fraktur kominutif sedang, kontaminasi sedang Derajat II : Laserasi >1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi, Fraktur kominutif sedang iv. Kontaminasi sedang Derajat III : Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi.Fraktur terbuka derajat III terbagi atas: i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif. iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak. Berdasarkan bentuk patahan tulanga. Transversal Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips.b. Spiral Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak. c. Oblik Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. d. Segmental Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.e. Kominuta Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang. f. Greenstick Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak anak. g. Fraktur Impaksi Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. h. Fraktur Fissura Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.Berdasarkan lokasi pada tulang fisis Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis pada anak anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter Harris : a. Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.b. Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup. c. Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi anatomi.d. Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.e. Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi.

III.2.1. Fraktur AntebrachiiDefinisiTerputusnya kontuinitas tulang, tulang rawan (sendi), dan lempeng epifisis. Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang.Etiologi1)Kekerasan langsungKekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. 2)Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.3)Kekerasan akibat tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. Empat macam fraktur yang khas:1.Fraktur CollesDeformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).2.Fraktur SmithFraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.terdapat (garden spade deformity).3.Fraktur GaleazziFraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.4.Fraktur MontegiaFraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur1)Faktor EkstrinsikAdanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur. 2) Faktor IntrinsikBeberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.Perubahan Struktural Akibat FrakturFraktur dapat menyebabkan perubahan pada bentuk tulang, terutama pada fraktur komplet. Perubahan yang terjadi disebut displacement. Displacement harus dideskripsikan secara lengkap dengan menyebutkan unsur-unsur berikut: Translasi: pergeseran ke samping depan atau belakang Angulasi: perubahan sudut antara fragmen dengan bagian proksimalnya Rotasi: perputaran tulang, sepintas tulang tetap tampak lurus namun pada bagian distal tampak deformitas rotasional Panjang: fragmen tulang dapat menjauh atau memendek karena spasme ototDeskripsi Fraktur Deskripsi fraktur yang baik harus menyebutkan lokasi, eksten, konfigurasi hubungan antarfragmen, hubungan antara fraktur dengan dunia luar, dan ada tidaknya komplikasi sesuai dengan urutan berikut: Lokasi: diafisis, metafisis, epifisis, intraartikular, fraktur-dislokasi Nama tulang beserta posisi (kiri atau kanan) jika terjadi pada tulang ekstremitas Ekstensi: komplet atau inkomplet, sesuai klasifikasi di atas Konfigurasi: transversal, oblik, spiral, komunitif Hubungan fragmen fraktur yang satu dengan lainnya: fraktur terbuka atau tertutup Komplikasi: baik lokal atau sistemik, diakibatkan oleh cedera itu sendiri, ataupun iatrogenic

Pendekatan Klinis pada Kasus FrakturAnamnesisMekanisme terjadinya cedera harus selalu ditanyakan kepada pasien secara rinci. Gejala yang dirasakan, seperti nyeri dan bengkak harus diperhatikan. Perlu diingat bahwa daerah yang mengalami trauma tidak selalu merupakan daerah fraktur. Selain itu, jangan hanya terpaku pada satu cedera utama. Perlu diperhatikan apakah ada trauma tau keluhan di daerah lainnya.Pemeriksaan FisikPada kasus-kasus fraktur, penanganan selalu dimulai dari survey primer (ABC), yang dilanjutkan dengan survey sekunder secara menyeluruh. Pemeriksaan fisis musculoskeletal yang lengkap harus mencakup inspeksi (look), palpasi (feel), dan lingkup gerak (move). Selain itu, pemeriksaan arteri, vena, nervus (AVN) juga penting untuk dilakukan.Pemeriksaan PenunjangPada fraktur, pemeriksaan penunjang dasar berupa Rontgen sangatlah penting. Foto yang baik harus mengikuti aturan dua: Dua sisi Dua sendi Dua ekstremitas Dua jejas (di bagian proksimal jejas) Dua waktu (foto serial)

Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis menurut Chaeruddin Rosjad, 1998. Sebelum menggambil keputusan untuk melakukan penatalaksanaan definitive. Prinsip penatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu : 1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan. 2. Reduction : tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang. Dapat dicapai yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur kemudian memanupulasi untuk mengembalikan kesegarisan normal/dengan traksi mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup gagal/tidak memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna fixation (orif) yaitu dengan pembedahan terbuka kan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan. 3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan mencegah pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami fraktur) adalah dengan traksi. Traksi merupakan salah satu pengobatan dengan cara menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol dan tahanan beban keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas, mengurangi fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan skeletal traksi. 4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal mungkin

Komplikasi Berikut merupakan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Fraktur : 1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. 3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali. 4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat. 5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.6. Fat embolism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat. 9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia. 10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability

DAFTAR PUSTAKA

1. Nugroho E., 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, ED. 7, hal 281-282, Widya Medika, Indonesia.2. Sinta, 2013, Tingkat Keberhasilan Reposisi Tertutup Pada Fraktur Antebrachii di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Pada Tahun 2007-2013. UKDW,Yogyakarta diaksesdarihttp://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/41095/5c7124d97aa25db76edfe56376f02d44/intropdf3. Faiz omar, at a glance series anatomi , EMS, Indonesia4. De Jong W., Sjamsuhidajat R., 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi : 1140, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.5. Bevan C. 2006, Salter Harris Fracture diakses dari radiology.med.sc.edu/Salter-Harris.ppt diunduh pada April 20106. Duckworth A. Salter Harris Fracture. Diakses dari : http://medinfo.ufl.edu:8050/ ~radelect/presentations/msk/salter_harris_fracture_alex_duckworth.pdf7. Moore W., 2003, http//www. eMedicine - Salter-Harris Fractures Article,.htm8. Solomon,Louis. Apleys System of Orthopaedics adn Fractures 9th ed. UK: Bristol 2010

12