32
SUB TOPIK 1.Pengertian 2. Persepsi mutu 3.Dimensi mutu 4. Manfaat program jaminan mutu Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan tentang pengertian mutu 2. Menjelaskan tentang Persepsi mutu 3. Menjelaskan tentang Dimensi mutu 4. Menjelaskan tentang Manfaat program mutu REFERENSI 1. Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982. 2. Azrul Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993; 3. Azrul Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993;

p.rifai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

SUB TOPIK

1. Pengertian2. Persepsi mutu3. Dimensi mutu4. Manfaat program jaminan mutu

Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :1.Menjelaskan tentang pengertian mutu2.Menjelaskan tentang Persepsi mutu3.Menjelaskan tentang Dimensi mutu4.Menjelaskan tentang Manfaat program mutu

REFERENSI

1.Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982.2.Azrul Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993;3.Azrul Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993;4.Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,Jakarta, 1992.5.Dep. Kes. RI. Modul Pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,Jakarta,

KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN

a.Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti kualitas atau nilai kebaikan suatu hal.b.Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif.c.Mutu produk dan jasa adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari pemasaran, engineering, manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan bertemu dengan harapan pelanggan

Beberapa pendapat tentang mutu :1.Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuanya untuk memberikan kebutuhan kepuasan (American Society for Quality Control).2.Mutu adalah Fitness for Use,atau kemampuan kecocokan penggunaan (J.M.Juran).3.Mutu adalah kesesuaian terhadap permintaan persyaratan (The conformance of requirements- Philip B. Crosby).

Menurut, Philip B. Crosby, ada empat hal yang mutlak (absolut) menjadi bagian integral dari manajemen mutu, yaitu bahwa :1.Definisi mutu adalah kesesuaian terhadap persyaratan (The Definition of Quality is conformance to requirements).2.Sistem mutu adalah pencegahan (The system of quality is prevention).3.Standar penampilan adalah tanpa cacat (The performance standard is Zero Defects).4.Ukuran mutu adalah harga ketidaksesuaian (The measurement of quality is the price of nonconformance).

Standar-standar MutuStandar produk dan jasa terdiri dari :a) Kesesuaian dengan spesifikasib) Kesesuaian dengan tujuan dan manfaatc) Tanpa cacat ( Zero Defects)d) Selalu baik sejak awal

Standar pelanggan terdiri dari :a) Kepuasan pelangganb) Memenuhi kebutuhan pelangganc) Menyenangkan pelanggan

Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 1997) aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan adalah :a.Keandalan (reliability)Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan, jujur, aman, tepat waktu, ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dengan kepercayaan terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan waktu.b.Ketanggapan (responsiveness)Yaitu keinginan para pegawai atau karyawan membantu konsumen dan memberikan pelayanan itu dengan tanggap terhadap kebutuhan konsumen, cepat memperhatikan dan mengatasi kebutuhan-kebutuhan.c.Jaminan (assurance)Mencangkup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pada karyawan, bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan, memiliki kompetensi, percaya diri dan menimbulkan keyakinan kebenaran (obyektif).

d.Empati atau kepedulian (emphaty)Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan konsumen yang terwujud dalam penuh perhatian terhadap setiap konsumen, melayani konsumen dengan ramah dan menarik, memahami aspirasi konsumen, berkomunikasi yang baik dan benar serta bersikap dengan penuh simpati.e.Bukti langsung atau berujud (tangibles)Meliputi fasilitas fisik, peralatan pegawai, kebersihan (kesehatan), ruangan baik teratur rapi, berpakaian rapi dan harmonis, penampilan karyawan atau peralatannya dan alat komunikasi.

Trilogi Juran :1.Perencanaan Mutu(Quality Planning)Suatu mutu seharusnya direncanakan atau dirancang, yang terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut :aMenetapakan (Identifikasi) siapa pelangganaMenetapkan (identifikasi) kebutuhan pelangganamengembangkan keistimewaan produk merespon kebutuhan pelanggan.amengembangkan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produkaMengarahkan perencanaan ke kegiatan-kegiatan operasional

2.Pengendalian Mutu(Quality Control)Kontrol mutu adalah proses deteksi dan koreksi adanya penyimpangan atau perubahan segera setelah terjadi, sehingga mutu dapat dipertahankan.

Langkah Kegiatan yang dikerjakan, antara lain :aEvaluasi kinerja dan kontrol produkaMembandingkan kinerja aktual terhadap tujuanproduk.aBertindak terhadap perbedaan ataupenyimpangan mutu yang ada.

3. Peningkatan Mutu(Quality Improvement)Peningkatan mutu mencakup dua hal yaitu :1.Fitness for use2.Mengurangi tingkat kecacatan dan kesalahanKegiatan-kegiatan Peningkatan Mutu :aMengadakan infrastruktur yang diperlukan bagi upaya peningkatan mutu.aIdentifikasi apa yang perlu ditingkatkan dan proyek peningkatan mutu.aMenetapkan tim proyekaMenyediakan tim dengan sumber daya, pelatihan, motivasi untuk :a.Mendiagnose penyebabb.Merangsang perbaikanc.Mengadakan pengendalian agar tetap tercapai perolehan

Mutu yang lebih tinggi dari produk memungkinkan (memberikan manfaat) untuk :a.Meningkatkan kepuasan pelanggan.b.Membuat produk mudah laku dijualc.Memenangkan persaingand.Meningkatkan pangsa pasare.Memperoleh pemasukan dari penjualanf.Menjamin harga premiumg.Dampak yang teruatama adalah terhadap penjualanh.Biasanya, mutu yang lebih tinggi membutuhkan biaya lebih banyak

Mutu yang lebih tinggi memungkinkan untuk :1.Mengurangi tingkat kesalahn2.Mengurangi pekerjaan ulang dan pemborosan3.Mengurangi kegagalan di lapangan, beban garansi4.Mengurangi ketidakpuasan pelanggan5.Mengurangi keharusan memeriksa dan menguji6.Memendekkan waktu guna melempar produk baru ke pasar7.Tingkatkan hasil/kapasitas8.Meningkatkan kinerja pengiriman9.Dampak utama biaya10.Biasanya mutu lebih tinggi biayanya lebih sedikit

Sedangkan Soegiarto (1999) menyebutkan lima aspek yang harus dimiliki Industri jasa pelayanan, yaitu :a.Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan batas waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung dirumah sakit yang sudah ditentukan waktunya.b.Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan konsumen. Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu tepat memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari pasien.c.Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama pengkonsumsian suatu poduk atau. Dalam memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan keamanan pasien dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada pasien sehingga memberikan rasa aman kepada pasiend.Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat pelanggan menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima keluhan tanpa emosi yang tinggi sehingga pasien akan merasa senang dan menyukai pelayanan dari perawat.e.Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya. Pasien yang membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun situasi dan kondisi yang nyaman sehingga pasien akan merasakan kenyamanan dalam proses penyembuhannya.

PRINSIP-PRINSIP JAMINAN MUTUMutu tidak akan pernah dicapai dalam jangka waktu yang singkat. Hal tersebut memerlukan waktu yang sangat bervariasi tergantung dari pada standar mutu yang dinginkan. Pengertian tentang program jaminan mutu mungkin sudah sering kita ketahui dari berbagai sumber yang sangat bervariasi.Secara singkat disebutkan bahwa program jaminan mutu melibatkan setiap orang yang berada dalam organisasi untuk peningkatan pelayanan yang terus menerus dimana mereka akan memenuhi kebutuhan standar dan harapan dari pada pelanggan, baik pelanggan intern ataupun ekstern. Hal ini adalah suatu metode yang mengkombinasikan teknik manajemen, keterampilan teknik, dan pemanfaatan penuh potensi sumber daya manusia dalam organisasi rumah sakit.

Program Jaminan Mutu dapat dibedakan dengan bentuk manajemen yang lain, dimana jaminan mutu didasarkan pada prinsip prinsip sebagai berikut :1.Setiap orang didalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan , pengertian dan peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing masing kontrol dan bertanggung jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing masing orang.2.Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing masing pelanggan baik pelanggan eksternal maupun pelanggan internal.3.Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan menggunakan data untuk pengambilan keputusan , penggunaan alat alat statistik dan keterlibatan setiap orang yang terkait.4.Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami.5.Pembentukan teamwork . Baik itu dalam part time teamwork, fulltime teamwork ataupun cross functional team .6.Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan (development of employees ) melalui keterlibatan didalam pengambilan keputusan.7.Partisipasi setiap orang dalam merupakan dorongan yang positif dan harus dilaksanakan.8.Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investment/modal dalam rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mencapai potensi yang mereka harapkan.9.Supliers dan Customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.

Manajemen Mutu Philip B. CrosbyMenurut, Philip B. Crosby, ada empat hal yang mutlak (absolut) menjadi bagian integral dari manajemen mutu, yaitu bahwa :Definisi mutu adalah kesesuaian terhadap persyaratan(Thedefinition of Quality is conformance to requirements)Sistem mutu adalah pencegahan (The system of quality isprevention)Standar penampilan adalah tanpa cacat(The performancestandard is Zero Defects)Ukuran mutu adalah harga ketidaksesuaian(The measurementof quality is the price of nonconformance)

Ada 14 langkah yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana Zero Defects, yaitu :_Komitmen Manajemen (Management Commitment)_Tim Peningkatan Mutu (Quality improvement Team)_Pengukuran-Pengukuran (Measurement)_Biaya Mutu (Cost of Quality)_Sadar akan Mutu (Quality awareness)_Kegiatan koreksi (Corrective action)_Rencana ZD (zero deffects planning)_Pelatihan pekerja (employee education)_Hari ZD (zero deffects day)_Menyusun tujuan (Goal setting)_Mengganti penyebab kesalahan (error cause removal)_Pengakuan (recognition)_Dewan Mutu (Quality council)_Kerjakan sekali lagi (Do it ever again)

Faktor-faktor Fundamental yang mempengaruhi mutu 9 MMenMoneyMaterialsMachinesModern Information MethodsMarketsManagementMotivationMounting Product Requirement

Dimensi MutuDelapan dimensi Mutu : Penampilan (performance), suatu karakter utama hasil produk Gambaran atau keistimewaan (features) Ketahanan (reliability) Kesesuaian (conformance) Lama bertahan (durability) Kemampuan pelayanan (serviceability) Estetika (Asthetics) Mutu yang dirasakan (perceived quality)

Risiko risiko dlm plyananPEMBAHASAN

Sarana pelayanan Kesehatan Rumah Sakit (RS) ataupun Puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja d RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung puskesmas ataupun RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola menerapkan upaya-upaya Manajemen Resiko. Sistem manajemen resiko dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dapat diberikan batasan sebagai berikut: manajemen resiko merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif.LATAR BELAKANG

1.Manajemen ResikoUntuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Adapun beberapa definisi manajemen risiko dari berbagai literatur yang didapat, antara lain :a.Manajemen risiko merupakan proses formal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, diukur, dan dicarib.Manajemen risiko merupakan metoda penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada pengientifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.c.Manajemen risiko, dalam konteks proyek, adalah seni dan pengetahuan dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab faktor faktor risiko sepanjang masa proyek.Tabel1. Definisi manajemen risikoDefinisi Manajemen RisikoSumber Referensi

Manajemen risiko merupakan pengenalan, pengukuran, dan perlakuan terhadap kerugian dari kemungkinan kecelakaan yang munculWilliams dan Heins, 1985

Manajemen risiko merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi terjadinya kerugian yang dialami oleh suatu organisasi dan memilih teknik yang paling tepat untuk menangani kejadian tersebutRedja, 2008

Manajemen risiko adalah sebuah proses formal untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan merespon sebuah risiko secara sistematis, sepanjang jalannyapekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau yang bisa diterima, dalam hal mengeliminasi risiko atau kontrol risikoAl Bahar dan Crandall, 1990

Manajemen risiko merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasiWilliams, Smith, Young, 1995

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan dalam manajemen risiko. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapat mengenai tahapan-tahapan dalam manajemen risiko. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel2. Tahapan manajemen risikoTahapan Manajemen RisikoSumber Referensi

a.Identifikasi risikob.Menafsir kerugian yang dapat terjadi (menentukan probabilitas dan dampaknya)c.Menangani risikod.Pengimplementasiane.Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannyaWilliams dan Heins, 1985

a.Identifikasi misib.Menafsir risiko dan ketidakpastianc.Mengontrol risikod.Membiayai risikoe.Pengadministrasian programWilliams, Smith, Young, 1995

a.Identifikasi risikob.Evaluasi risikoc.Memilih teknik manajemen risikod.Mengimplementasikan dan meninjau kembali keputusan yang dibuatTrieschmann, Gustavon, Hoyt, 1995

a.Menafsir risikob.Menganalisa risiko (menentukan probabilitas dan konsekuensinya)c.Menangani risikod.Mendokumentasikan proses manajemen risikoKerzner, 1995

a.Mengidentifikasi kerugianb.Menganalisa kerugianc.Memilih teknik pengangan yang tepat (mengontrol risiko dan membiayai risiko)d.Mengimplementasikan dan memonitor program manajemen risikoRedja, 2008

a.Mengidentifikasi risikob.Menafsir dan menganalisa risikoc.Mengontrol risikoLoosemore, Raftery, Reilly, Higgon, 2006

a.Identifikasi risikob.Analisa risiko dan proses evaluasic.Respon manajemend.Administrasi sistemAl Bahar dan Crandall, 1990

Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatupekerjaan, harus diidentifikasi.Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi.Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:a.Brainstormingb.Questionnairec.Industry benchmarkingd.Scenario analysise.Risk assessment workshopf.Incident investigationg.Auditingh.Inspectioni.Checklistj.HAZOP (Hazard and Operability Studies)k.dan sebagainya

2.Gambaran Umum/Identifikasi Risiko Bahaya Di tempat Pelayanan KesehatanPuskesmas ataupun Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Puskesmas ataupun Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatannya. Rumah sakit sebagai tempat kerja yang unik dan kompleks tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya.Potensi bahaya di sarana pelayanan kesehatan, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat pelayanan tersebut, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan puskesmas dan rumah sakit.Sarana pelayanan kesehatan ini mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan menambah stres kecemasan, kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan kemarahan. Pada akhirnya, paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut, biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur yang memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap patogen yang ditularkan lewat darah. Kondisi gawat darurat dapat terjadi setiap waktu dan mengganggu kegiatan rutin. Mencegah luka dan paparan (agen yang menyebabkan infeksi) pada kondisi ini sesungguhnya suatu yang menantang (Advanced Precaution for Todays OR). Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di temapt pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 rumah sakit lebih efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen resiko di rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit.

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD) (Adverse Event)Pengertian:Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commision) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien (KKP-RS).KTD yang tidak dapat dicegah (unpreventable adverse event): - suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir (KKP-RS).Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan (AHRQ Publication No.04-RG005,Agency for Healthcare Research and QualityDecember 2003):Masalah komunikasi. Penyebab yang paling umum terjadi medical errors. Kegagalan komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shif, informasi tidak didokumentasikan dengan baik / hilang, masalah-masalah komunikasi: tim layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai lokasi, antar tim layanan dengan pekerja non klinis, dan antar staf dengan pasien.Arus informasi yang tidak adekuat.Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting, komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil pemeriksaan yang kritis, koordinasi instruksi obat saat transfer antara unit, informasi penting tidak disertakan saat pasien ditransfer ke unit lain / dirujuk ke RS lain.Masalah SDM. Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, dokumentasi suboptimal dan labeling spesimen yang buruk, kesalahan berbasis pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien pada saat diperlukanHal-hal yang berhubungan dengan pasien. Idenifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap, kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuatTransfer pengetahuan di rumah sakit. Kekurangan pada orientasi atau training, tingkat pengetahuan staf untuk jalankan tugasnya, transfer pengetahuan di RS pendidikanPola SDM / alur kerja. Para dokter, perawat,, dan staf lain sibuk karena SDM tidak memadai, pengawasan / Supervisi yang tidak adekuatKegagalan-kegagalan teknis. Kegagalan alat / perlengkapan: pompa infus, monitor. Komplikasi / kegagalan implants atau grafts. Instruksi tidak adekuat, peralatan dirancang secara buruk bisa sebabkan pasien cidera. Kegagalan alat tidak teridentifikasi secara tepat sebagai dasar cideranya pasien, dan diasumsikan staf yang buat salah. RCA yang lengkap, sering tampilkan kegagalan teknis, yang mula-mula tidak tampak, terjadi pada suatu KTDKebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor penentu terjadinya banyak medical errors. Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri sebabnya pada buruknya dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau SOP klinis yang adekuat

Perencanaan Proaktif Untuk Mengurangi Faktor Resiko Yang Berhubungan DenganHigh-Alert MedicationsTipe obatFaktor Resiko UmumRencana Proaktif

InsulinTidak ada system cek dosisbotol-botol insulin dan heparin dicampur dan dijaga dalam kedekatan tertutup satu sama lainnya pada unit keperawatan.untuk unit-unit dalam order.(dapat dibingungkan dengan O, mudah overdosis 10x lipat).Angka kesalahan terjadi ke dalam cairan infus

Menetapkan sistem pengecekan yang mana satu perawat membuat preparat dosis dan perawatlainnya melakukan review terhadapnya.Menyimpan insulin dan heparin tidak berdekatan.Melakukan ejaan untuk setiap unit lebih baik daripada menyingkatnyaMenetapkan sebuah sistem pengecekan yang independen untuk angka pompa infuse dan pengaturan konsentrasi.

Opiates dan narkotikFaktor resiko umumNarkotik parenteral disimpan sebagai stok dasar di area keperawatan.Hydromorphine dibingungkan dengan morphinePatient-controled analgesia (PCA) mengacaukan konsentrasi.Membatasi ketersediaan opium dan narkotik dalam stok dasar.Mengajarkan para staff tentang kemungkinan pencampuran hydromorphone dan morphine.Menyediakan Protocol peralatan PCA untuk dua kali cek obat, pengaturan pompa, dan dosis.

Penyuntikan potassium chloride/phosphate concentrate

Menyimpan concentrated potassium chloride/phosphate di luar farmasi.Mencampur tanpa persiapan dari potassium chloride/phosphateReguests for unusual concentrations

Memindahakan potassium chloride/phosphate dari stok dasar.Memindahakan preparasi obat dan gunakan pra campuran komersial dari IV.Menetapkan standard an batasi konsentrasi obat.

Antikoagulan Intravena / Heparin

Factor resiko umumKonsentrasi dan total volume tidak terlabel dengan jelas.Botol multidosisbotol-botol insulin dan heparin dicampur dan dijaga dalam kedekatan tertutup satu sama lainnya pada unit keperawatan.Menetapkan standar konsentrasi dan menggunakan premixed solutionsMenggunakan botol single-dosisMemisahkan heparin dan insulin: pindahkan heparin dari top of medication carts

Sodium chlorine solutions di atas 0.9%

menyimpan sodium chloride solution di atas 0.9 % di atas nursing unit.Tersedianya banyak konsentrasi/formulaTidak ada sistem pengecekan dua kali.

Membatasi jalan masuk sodium chloride solutions di atas 0.9%: pindahkan solutions ini dari nursing unit.Membuat satandar dan batasan obat dan konsentrasi.Menyediakan protokol peralatan untuk double-check angka pompa obat, konsentrasi, dan garis tambahan.

Form isian Manajemen Risiko

NOIDENTIFIKASIRISIKOKORBANDAMPAKFREQSKORTINDAKANYANG SUDAH ADA- REKOMENDASI TINDAKAN LAIN- TANGGALMULAIBIAYATANGGUNGJAWABREVIEWTANGGAL

1

2

3

Dst

DAMPAKMINOR1MODERAT2MAYOR3KATASTROPIK4

(Kegagalan yang tidak disadari oleh pasien dan tidak menimbulkan dampak dalam pelayanan kesehatan)(Kegagalan dapat mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tetapi menimbulkan kerugian minor)(Kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar terhadap pasien)(Kegagalan menyebabkan kematian atau kecacatan)

PasienTidak ada cedera, atau tidak adanya perpanjangan hari rawatPerpanjangan hari rawat atau perpanjangan kualitas pelayanan untuk 1 atau 2 pasienKerugian terhadap fungsi organ tubuh (sensorik, motorik, psycologic atau intelektual), diperlukan operasi lebih lanjut, perpanjangan hari rawat untuk 3 atau lebih pasien, peningkatan level pelayanan untuk 3 atau lebih pasien:Kematian atau kerugian permanent terhadap fungsi tubuh (sensorik, motorik, physiologic atau intelektual), bunuh diri, pemerkosaan, reaksi transfuse, operasi pada bagian atau pada pasien yang salah, pemberian bayi pada orang tua yang salah

PengunjungDievaluasi dan tidak dibutuhkan penangananEvaluasi dan penanganan untuk 1 atau 2 pengunjungPerawatan untuk 1 atau 2 pengunjungKematian; atau perawatan 3 atau lebih

Staf:Hanya penanganan ringan tanpa kerugian waktu atau tidak menimbulkan kecelakaan kerjaPengeluaran Medis, kehilangan waktu atau ada kecelakaan kerja untuk 1 atau 2 stafPerawatan 1 atau 2 staf atau 3 atau lebih, terjadi kecelakaan kerjaKematian atau perawatan 3 atau lebih staf

Fasilitas atau Perlengkapan KesehatanKerusakan kurang dari Rp100,000 atau tanpa menimbulkan dampak terhadap pasienKerusakan lebih dari Rp 100,000 tetapi kurang dari Rp1.000,000Kerusakan sama dengan atau lebih dari Rp 1000,000Kerusakan sama dengan atau lebih dari Rp2.500,000

TINGKAT PROBABILITAS

LEVELDESKRIPSIINSIDEN

4Sering(Frequent)Hampir sering muncul dalam waktu yang relative singkat (mungkin terjadi beberapa kali dalam 1 tahun)

3Kadang-kadang(Occasional)Kemungkinan akan muncul(dapat terjadi beberapa kali dalam 1 sampai 2 tahun)

2Jarang(Uncommon)Kemungkinan akan muncul(dapat terjadi dalam >2 sampai 5 tahun)

1HampirTidak Pernah(Remote)Jarang terjadi (dapat terjadi dalam > 5 sampai 30 tahun)

Analisis Hazard

PENILAIAN SESUAI HAZARD

TINGKATBAHAYA

KATASTROPIK4MAYOR3MODERAT2MINOR1

SERING4161284

KADANG312963

JARANG28642

HAMPIR TIDAK PERNAH14321

Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi dievaluasi dengan menggunakan parameter-parameter probabilitas dan konsekuensi risiko, selanjutnya dapat dilakukan suatu analisa untuk mengevaluasi dampak risiko secara keseluruhan, dengan menggunakan matriks evaluasi risiko.Dalam penanganan risiko ini mengacu padaISO 31000:2009 Standar Manajemen Resiko. Standar ini memberikan panduan yang diterima secara universal tentang proses manajemen risiko generik. Standar Manajemen Risiko dimaksudkan untuk menggantikan standar yang berbeda banyak, yang membentang di seluruh industri, wilayah, dan subyek. Termasuk informasi pada kedua Catalogue ISO dan IEC (International Electrotechnical Commission) program standar, ISO 31000 Standar meliputi:ISO 31000 Prinsip dan Pedoman PelaksanaanIEC 31010 Manajemen Risiko Risiko Teknik PenilaianISO / IEC 73 Manajemen Risiko KosakataSebagai sumber daya informatif untuk eksekutif bisnis, auditor keselamatan dan risiko, analis risiko, manajer lini, kontraktor individu, dan karyawan lainnya dan direksi yang terlibat dalam manajemen risiko, ISO 31000:2009 Standar Manajemen Risiko menawarkan banyak individu dan tim yang ringkas, diperbarui, dan standar global sumber kedua proses risiko manajemen dibentuk dan diusulkan. Sumber online katalog menggabungkan ISO dengan program IEC standar dalam pengembangan. Pengguna dapat memilih untuk pencarian menggunakan sebuah entitas tunggal atau kombinasi entitas dari berikut ini:Menerbitkan standarStandar dalam pengembanganPenarikan standarProyek dihapusResiko yang mempengaruhi organisasi mungkin memiliki konsekuensi dalam hal sosial, lingkungan, keselamatan teknologi, dan hasil keamanan; disiplin komersial, keuangan dan ekonomi, serta dampak reputasi sosial, budaya dan politik. Ketika resiko terjadi, organisasi harus selalu mengajukan pertanyaan: Apakah tingkat risiko ditolerir atau diterima, dan tidak membutuhkan perawatan lebih lanjut?. Penilaian risiko merupakan bagian integral dari manajemen risiko yang menyediakan sebuah proses terstruktur untuk organisasi untuk mengidentifikasi bagaimana tujuan mungkin akan terpengaruh. Hal ini digunakan untuk menganalisis risiko dalam hal konsekuensi dan probabilitas mereka, sebelum organisasi memutuskan perawatan lebih lanjut, jika diperlukan. Penilaian risiko menyediakan pembuat keputusan dan pihak yang bertanggung jawab dengan peningkatan pemahaman risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan, serta kecukupan dan efektivitas kontrol sudah di tempat. Standar ini menyediakan dasar untuk keputusan tentang pendekatan yang paling tepat untuk digunakan untuk mengobati risiko tertentu dan untuk memilih antara opsi.ISO / IEC 31010:2009 akan membantu organisasi dalam menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko dan pedoman yang disediakan oleh ISO, baru-baru diterbitkan 31000:2009 sendiri dilengkapi dengan ISO Guide 73:2009 pada kosa kata manajemen risiko. Standar penawaran terbaru dengan:-Konsep penilaian risiko-Proses penilaian resiko-Pemilihan teknik penilaian risiko.Standar ini mencerminkan praktik yang baik saat ini dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:Apa yang bisa terjadi dan mengapa?, Apa akibatnya?, Berapakah probabilitas terjadinya masa depan mereka?, Apakah ada faktor yang mengurangi konsekuensi risiko atau yang mengurangi kemungkinan risiko?. Penerapan berbagai teknik diperkenalkan, dengan referensi khusus untuk Standar Internasional lain di mana konsep dan aplikasi teknik yang dijelaskan secara lebih rinci. Penilaian risiko bukanlah aktivitas yang berdiri sendiri dan harus sepenuhnya diintegrasikan ke dalam komponen-komponen lain dalam proses manajemen risiko.

Respon ManajemenSetelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa,tim manajerialakan mulai memformulasikan strategi penanganan risiko yang tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial / konsekuensi dari risiko itu sendiri. Adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk memindahkan dampak potensial risiko sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol terhadap risiko.Berikut iniJenis jenis metode pengelolaan antara lain :1.Asumsi( Retensi )2.Transfer3.Kombinasi4.Pencegahan kerugian5.MenghindariPengetahuan dan penelitianAda lima strategi alternatif untuk menangani risiko, yaitu :1.Menghindari risiko2.Mencegah risiko dan mengurangi kerugian3.Meretensi risiko4.Mentransfer risiko5.Asuransi

2 Sistem Manajemen Resiko dalam K3 Di Rumah SakitKesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit merupakan upaya untuk memberikan jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Manajemen resiko dalam K3 di rumah sakit adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk memberdayakan K3 di rumah sakit.Sistem Manajemen resiko tidak terlepas dari pembahasan manajemen secara keseluruhan. Manajemen merupakan suatu proses pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, melalui pengarahan, penggerakan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam suatu bentuk kerja. Sedangkan sistem manajemen merupakan rangkaian proses kegiatan manajemen yang teratur dan integrasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan kemajuan sains dan teknologi dalam bidang industri. Keadaan ini merubah pandangan masyarakat industri terhadap pentingnya penerapan K3 secara sungguh-sungguh dalam kegiatannya.

2.1 Tujuan PenerapanTujuan dari diterapkannya Sistem Manajemen K3 yang termasuk di dalamnya manajemen resiko ini pada Rumah Sakit adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS. Kesehatan kerja menurut Sumamur didefinisikan sebagai spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya, agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.Adapun tujuan keselamatan kerja menurut Sumamur (1987) adalah sebagai berikut :1.Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan untuk meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.2.Menjamin setiap keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.3.Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.Menurut WHO / ILO (1995), Kesehatan kerja bertujuan,1.Untuk peningkatan dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan2.Pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan3.Perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.Adapun beberapa hal strategis yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam kebijakan keselamatan kerja tersebut, antara lain :a.Orientasi karyawan, untuk meningkatkan pengetahuan keselamatan kerja karyawan tersebutb.Penggunaan alat pelindung diric.Penataan tempat kerja yang baik dan amand.Pertolongan pertama pada kecelakaan, meliputi latihan, kelengkapan peralatan P3K, pertolongan pada kasus luka dan mengatasi perdarahan, pada kasus patah tulang, terkilir, luka bakar, cedera otot dan persendian, kasus cedera matae.Pencegahan kebakaranf.Perizinan, yaitu perizinan untuk kegiatan yang dapat menimbulkan sumber nyala api, perizinan untuk penggalian, untuk kelistrikan.

2.2 Pedoman Manajemen K3Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut Peraturan Menteri Kesehatan 2007 terdiri atas meliputi langkah-langkah sebagai berikut :1.Tahap persiapan (komitmen dan kebijakan)Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit. Manajemen rumah sakit mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3 di rumah sakit. Kebijakan K3 di rumah sakit diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktur organisasi rumah sakit.Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 rumah sakit, perlu disusun strategi antara lain:a.Advokasi sosialisasi program K3 rumah sakitb.Menetapkan tujuan yang jelasc.Organisasi dan penugasan yang jelasd.Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 rumah sakit pada setiap unit kerja di lingkungan rumah sakite.Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncakf.Kajian resiko secara kualitatif dan kuantitatifg.Membuat program kerja K3 rumah sakit yang mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahanh.Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala2. Tahap perencanaanRumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3 di rumah sakit dapat mengacu pada standar sistem manajemen K3RS diantaranya self assesment akreditasi K3 rumah sakit.Perencanaan meliputi:a.Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahayaJenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadiPenilaian faktor resiko, yaitu proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja. Pengendalian faktor risiko, dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko yaitu menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada (engneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP)b.Membuat peraturan, yaitu rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.c.Tujuan dan sasaran, yaitu rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART)d.Indikator kinerja, harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah sakit.e.Program kerja, yaitu rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3 rumah sakit, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.

3. Tahap penerapan atau pelaksanaanPelaksanaan K3 harus merupakan bagian dari semua kegiatan operasional. Maka dari itu pekerjaan atau tugas apapun tidak dapat diselesaikan secara efisien kecuali jika si pekerja telah mengikuti setiap tindak pencegahan dan peratuan K3 untuk melindungi dirinya dan kawan kerjanya. Sesuai dengan konsep sebab akibat kecelakaan serta prinsip pencegahan kecelakaan, maka pengelompokan unsur K3 diarahkan kepada pengendalian sebab dan pengurangan akibat terjadinya kecelakaan.Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3 rumah sakit secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya. Organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit membantu melakukan upaya promosi di lingkungan rumah sakit baik pada petugas, pasien, maupun pengunjung yaitu mengenai segala upaya pencegahan KAK dan PAK di rumah sakit. Juga bisa diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di lingkungan kerja rumah sakit, dan yang terbaik atau terbagus adalah pelaksanaan dan penerapan K3 nya mendapat reward dari direktur rumah sakit.

PENUTUP

KesimpulanRumah sakit dan puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatannya. Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit. Rumah sakit mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan menambah stres kecemasan, kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan kemarahan. Pada akhirnya, paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut, biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur yang memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap patogen yang ditularkan lewat darah.Mengelolah risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk management standard AS/NZS 4360,yang meliputi:1. Penentuan konteks,2. Identifikasi risiko3. Analisa risiko,4. Evaluasi risiko,5. Pengendalian risiko,6. Komunikasi,dan7. Pemantauan dan tinjaun ulangLangkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentuhkan konteks yang diperluhkan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam aplikasinya salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3 sendiri,juga diperluhkan penentuan konteks yang akan dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene, industry,dan lainnya. Dari konteks tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen risiko untuk aktivita rumah sakit. Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetepkan pula criteria risiko yang sesuai bagi organisasi. Setelahmenetapkan konteks manajemen risiko, langkah berikutnya adalah melakukan identifikan bahaya, analisa dan evaluasi risiko serta menentuhkan langkah atau strategi pengendalainnya.Tujuan dari diterapkannya manajemen resiko yang terintegrasi dalam K3 ini pada Rumah Sakit adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS, pasien serta pengunjung ke sarana layanan kesehatan ini. Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut Peraturan Menteri Kesehatan 2007 terdiri atas meliputi langkah-langkah sebagai berikut Tahap persiapan (komitmen dan kebijakan), Tahap perencanaan, Tahap penerapan atau pelaksanaan, Tahap Pengukuran dan evaluasi, Tahap peninjauan ulang dan peningkatan.Bentuk kegiatan yang mendukung terselengaranya sistem manajemen resiko yang terintegrasi dalam K3 agar berjalan dengan benar, meliputi penyuluhan K3 ke semua petugas RS, pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan