Produktivitas Primer

  • Upload
    poufizh

  • View
    235

  • Download
    34

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan praktikum lapangan Ekologi Terapan

Citation preview

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Senyawa organik yang larut dalam perairan sangatlah penting untuk

    kelangsungan hidup organisme yang ada di dalamnya. Senyawa organik akan

    digunakan sebagai sumber energi untuk dapat bertahan hidup. Untuk mengetahui

    kadar senyawa organik dalam suatu perairan dengan menggunakan Produktivitas

    primer. Produktifitas primer didefinisikan sebagai laju energi pancaran yang

    disimpan oleh kegiatan fotosintesis atau kemosintesis organisme-organisme

    produsen (terutama tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa-senyawa

    organik.

    Untuk mengukur produktivitas tersebut dapat dilihat dari produksi oksigen

    yang dihasilkan oleh organisme yang berada di perairan tersebut dengan cara

    mengambil sampel air yang akan diuji. Pengukuran produktivitas dengan

    menggunakan produksi oksigen sebagai dasar perhitungan karena terdapat suatu

    kesepadanan antara oksigen dan pangan yang dihasilkan. Walaupun demikian,

    dalam keadaan kebanyakan hewan-hewan dan bakteri, juga tumbuh-tumbuhan itu

    sendiri cepat sekali menghabiskan oksigen, dan seringkali pertukaran gas dengan

    lingkungan lainnya. Penghitungan produktivitas primer ini menggunakan teknik

    botol winkler terang dan botol winkler gelap. Dengan mengetahui julmlah oksigen

    terlarut beserta produktifitas primer kita dapat mengetahui kondisi dari suatu

    perairan dan aktifitas organisme peairan didalamnya. Oleh kerena itu perlu

    diadakan pengukuran produktifitas primer pada suatu perairan.

    Pantai BAMA Taman Nasional Baluran merupakan pantai yang landai dan

    berpasir putih, formasi terumbu karang dan ikan hias yang indah menunjukkan

    keanekaragaman hayati yang tinggi. Keanekaragaman organisme yang ada

    didalamnya menunjukkan kadar senyawa organik yang tinggi dalam perairan

    tersebut sehingga organisme mampu bertahan hidup dan berkembangbiak. Untuk

    itu perlu dibuktikan bagaiman produktivitas primer perairan tersebut dengan

    keanekaragaman organismenya yang tinggi.

  • B. RUMUSAN MASALAH

    Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas

    adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah kadar fotosintesis perairan di Pantai Bama Taman Nasional

    Baluran ?

    2. Bagaimanakah kadar respirasi perairan di Pantai Bama Taman Nasional

    Baluran?

    3. Bagaimanakah produktivitas primer perairan di Pantai Bama Taman

    Nasional Baluran?

    4. Bagaimanakah produktivitas total perairan di Pantai Bama Taman

    Nasional Baluran ?

    C. TUJUAN PRAKTIKUM

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari praktikum ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Untuk membuktikan kadar fotosintesis pada air laut di Pantai Bama.

    2. Untuk membuktikan kadar respirasi pada air laut di Pantai Bama.

    3. Untuk membuktikan produktivitas primer pada air laut di Pantai Bama.

    4. Untuk membuktikan produktivitas total pada air laut di Pantai Bama.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Pantai

    Laut yang mencakup 70% permukaan bumi merupakan habitat yang saling

    berhubungan, tidak terpisah-pisah seperti daratan dan air tawar sehingga

    temperatur, salinitas dan kedalaman ialah hambatan utama untuk gerakan bebas

    organisme laut. Laut didominasi oleh berbagai macam gelombang dan pasang

    surut yang terjadi karena gaya tarik bulan dan matahari (Odum, 1994).

    Taman Nasional Baluran dengan luas 25.000 Ha wilayah daratan dan 3.750 Ha

    wilayah perairan terletak di antara 114 18' - 114 27' Bujur Timur dan 7 45' - 7

    57' Lintang Selatan. Daerah ini terletak di ujung Timur pulau Jawa. Sebelah Utara

    berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali,

    sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati dan sebelah Barat berbatasan

    dengan Sungai Kelokoran. Selain itu, terdapat pula pantai yang landai dan

    berpasir putih, formasi terumbu karang dan ikan hias yang indah. Iklimnya bertipe

    Monsoon yang dipengaruhi oleh angin Timur yang kering. Curah hujan berkisar

    antara 900 - 1600 mm/tahun, dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan.

    Antara bulan Agustus s/d Desember bertiup angin cukup kencang dari arah

    Selatan. Pada bagian tengah dari kawasan ini terdapat Gunung Baluran yang

    sudah tidak aktif lagi. Tinggi dinding kawahnya bervariasi antara 900 - 1.247 m,

    dan membatasi kaldera yang cukup luas.

    Gambar 1. Peta Letak Taman Nasional Baluran

  • Pantai merupakan daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang

    tertinggi dan air surut terendah. Berdasarkan substratnya, habitat pantai dapat

    dibagi menjadi tiga yaitu pantai berbatu, pantai berpasir, dan pantai belumpur.

    Selain itu, terdapat tipe pantai lain yang merupakan kombinasi dari ketiga substrat

    tersebut. Misalnya, pantai berlumpur dan berbatu, pantai berlumpur dan berpasir,

    dan lain-lain.

    Pantai Bama adalah salah satu bentuk pantai yang berpasir dan berbatu. Pantai

    ini memiliki struktur pasir yang halus. Faktor lingkungan yang dominan beraksi

    pada pantai pasir adalah gerakan ombak yang membentuk substrat yang tidak

    stabil dan terus menerus bergerak (Nybaken, 1992).

    B. Produktifitas Primer

    Produktivitas primer yang merupakan dasar dari suatu ekosistem atau

    komunitas adalah laju pada masa energi pancaran disimpan oleh kegiatan

    fotosintesis atau kemosintesis organisme-organisme produsen (terutama

    tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa-senyawa organik yang dapat

    digunakan sebagai bahan-bahan pangan.

    Produktivitas primer dapat diketahui dengan menggunakan produksi oksigen

    sebagai dasar pengukuran. Reid dan Wood (1976), Misar (1980) dan Emberlin

    (1983) dalam Suhartono (1991) mendefinisikan produktivitas primer sebagai

    jumlah total proses-proses produksi pengikatan energi melalui fotosintesis dan

    kemosintesis menjadi bahan-bahan organik pada tingkat autotrof yang pada sistem

    perairan tertentu meliputi berbagai organisme berklorofil. Digunakan metode

    pengukuran oksigen karena adanya kesepadanan yang pasti antara oksigen dan

    pangan. Metode ini menggunakan tabung winkler gelap dan botol winkler terang.

    Menurut Odum (1971) dan Odum (18,a) yang dimaksud dengan produktivitas

    primer di dalam suatu ekosistem, komunitas, atau bagian yang manapun

    daripadanya adalah laju penyimpanan energi sinar matahari oleh aktivitas

    fotosintetik dan kemosintetik yang dilakukan oleh makhluk produsen (terutama

    makhluk tumbuhan hijau) ke bentuk bahan organik yang dapat dipergunakan

    sebagai bahan pangan.

  • Produktivitas primer suatu ekosistem sangat penting untuk diketahui

    karena dengan itu, kita dapat mengetahui kadar oksigen terlarut suatu ekosistem,

    mempelajari dan mengetahui rantai makanan (food chain), aliran karbon harian

    dan musiman dalam ekosistem yang merupakan bentukan dasar piramida

    makanan dan dapat digunakan juga untuk memperkirakan produksi maksimal

    pada tingkat trofik yang lebih tinggi.

    Laju produktivitas yang tinggi pada ekosistem alami ataupun ekosistem

    budidaya terjadi apabila faktor-faktor yang menunjang sesuai dan khususnya

    subsidi energi dari luar sistem dapat mengurangi pengunaan energi untuk

    pemeliharaan. Subsidi energi dapat berupa hasil kerja angin dan hujan, energi

    pasang surut di daerah estuari, atau bahan bakar fosil, binatang, atau energi kerja

    manusia yang digunakan dalam budidaya tanaman.

    Penentuan nilai DO (oksigen terlarut) botol gelap dan terang dapat digunakan

    untuk menentukan nilai produktivitas primer, di dalam penentuan DO terjadi

    bebrapa reaksi kimia, yaitu :

    MnSO4 + KOH-KI MnO2 + KSO4 + KI + H2O

    Setelah terbentuk endapan MnO2 maka dengan ditambahkan H2SO4 maka ikatan

    antara K dan I terlepas. Dengan K atau I sama dengan O yang terlarut pada saat I

    ditambahkan dengan amilum maka akan terlihat warna biru, tetapi ketika di

    tambahkan Na2S2O3 larutan tersebut menjadi bening sehingga volume Na2S2O3

    yang digunakan dan mempunyai nilai yang sama dengan oksigen terlarut. Dari

    hasil ini dapat dihitung :

    F = Fotosintesis = DO akhir botol terang - DO awal

    R = Respirasi = DO akhir botol gelap - DO awal

    Produktivitas primer = F R

    Produktivitas total = F + R

    C. OKSIGEN TERLARUT (DO)

    Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti

    kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,

    gelombang, dan pasang surut. Odum (1971), menyatakan bahwa kadar oksigen

    dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang

    dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan

  • lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta

    adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi

    penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang

    dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi

    bahan-bahan organik dan anorganik.

    Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama

    waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (Huet,

    1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk

    kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimuos, 2004).

    Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,

    karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik

    dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan proses biologis yang

    dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan

    oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil

    akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan

    perairan. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme

    untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan

    dalam menguraikan senyawa kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih

    sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan

    industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu

    diperkaya kadar oksigennya, jika tidak maka akan terjadi pencemaran.

    D. Faktor faktor yang mempengaruhi Produktivitas Primer

    Sinar matahari merupakan ramuan penting dalam proses fotosintesis. Apa saja

    yang mempengaruhi sinar matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis. Di

    daerah khatulistiwa, di mana panjang siang dan malam hampir sama sepanjang

    tahun maka faktor musim seperti yang terjadi di daerah sedang dan kutub tidak

    berpengaruh. Tetapi perubahan siang dan malam berpengaruh secara berkala.

    Cuaca dapat mempengaruhi produktivitas primer melalui tutupan awan angin dan

    secara tidak langsung melalui suhu .(Kasijan Romimohtarto, 2005 : 311)

    Awan dapat mengurangi penembusan cahaya ke permukan laut dan

    mengurangi kecepatan proses produktivitas primer. Angin dapat menciptakan

  • gelombang yang mengakibatkan permukaan laut tidak rata dan memantulkan

    sebagian besar sinar matahari jika dibandingkan dengan permukaan yang rata.

    Gelombang, terutama di perairan dangkal dapat juga menyebabkan kekeruhan dan

    mengurangi penembusan cahaya matahari. Tetapi sebaliknya angin juga dapat

    mendorong permukaan masssa air sehingga memperkaya zat hara untuk

    fotosintetik.

    Suhu yang membantu melaui keragaman musiman mengakibatkan

    menghilangnya termoklin dan mendorong pemukaan massa air yang menyediakan

    zat hara untuk fotosintesis. Suhu juga mempengaruhi daya larut gas-gas yang

    diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2 dan O2. Gas-gas ini mudah terlarut pada

    suhu rendah daripada suhu tinggi, akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan

    oleh suhu rendah. .(Kasijan Romimohtarto, 2005 : 312)

    E. Sebaran Produktivitas Primer

    Fotosintesis tidak langsung sebanding dengan intensitas cahaya. Pada kolom

    air 10-15 m ke atas kecepatan fotosintesis lebih rendah daripada pada lapisan 15-

    30 m, karena cahaya di permukaan laut telalu intensif untuk kebanyakan biota

    yang dapat dilukai oleh sinar ultraviolet. Fotosintesis tejadi sampai kejelukan

    100m, di mana intensitas cahaya hanya 1% dari permukaan.

    Pada umumnya produktivitas primer di laut bebas relatif rendah karena jauh

    dari daratan yang menyediakan zat hara dan karena volume air yang besar yang

    mengencerkan kadar zat hara. Contohnya danau dangkal, kolam dan rawa-rawa

    untuk lingkungan air tawar dan estuary untuk lingkungan laut. Kombinasi antara

    kandungan zat hara tinggi dari aliran sungai dan perairan dangkal yang teraduk

    baik, merupakan keadaan ideal untuk produktivitas tinggi. Sebaliknya sedimentasi

    tinggi di perairan dangkal dapat menghalangi penembusan cahaya dan dapat

    menjadi faktor pembatas di teluk yang menjorok ke dalam. Lingkungan

    oligotrofik adalah lingkungan dengan produktivitas rendah, seperti laut lepas,

    danau besar yang dalam, dan goba pantai di mana sirkulasi air terbatas.

  • F. Faktor Fisika Kimia Air

    1. Suhu (temperatur)

    Suhu mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen. Populasi termal

    pada organisme air terjadi pada suhu tinggi. Kenaikan suhu air akan menimbulkn

    beberapa akinat sebagai berikut :

    a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun

    b. Kecepatan reaksi kimia meningkat

    c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu

    d. Jika batas suhu mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya

    mungkin akan mati (Fardiaz, 1992).

    Jika suhu air naik, maka kandungan oksigen dalam air menurun sehingga

    menyebabkan laju metabolisme hewan air naik dan selanjutnya menaikkan

    kebutuhan oksigen.

    Organisme sungai khususnya beberapa makroinvertebrata memiliki reaksi

    terhadap suhu yang berbeda-beda antara 280 C sampai 34

    0 C. Suhu mungkin

    berbeda untuk tiap anggot dalam suatu species tertentu, sehingga pengaruh termal

    menimbulkan pengertian median batas toleransi. Jika species tertentu mempunyai

    media batas toleransi24 jam 30 derajat celcius, maka 50 % mati dalam 24 jam jika

    suhu 30 derajat (Sastrawijaya, 1991).

    2.Derajat Keasaman (pH)

    Konsentrasi ion hidrogen (H+) sebagai petunjuk mengenai reaksi air, air

    limbah/selkan. Konsentrasi-konsentrasi ion hidrogen hampir secara praktis tetap

    pada 20 derajat celcius, sama dengan 10-14

    . Skala pH mempunyai nilai pH kurang

    dari 7, sedangkan larutan-larutan yang mengandung alkali (basa) mempunyai nilai

    pH yng lebih tinggi dari 7 (Mahida, 1993).

    Kebebasan air ialah suatu kapasitas air untuk menetralkan asam. Hal ini

    disebabkan ada basa atau garam basa yang terdapat di dalam air. Misalnya

    NaOH2, Ca(OH)2, dan sebagainnya. Garam basa yang sering dijumpai ialah

    Karbonat logam-logam natrium, kalsium, magnesium dan sebagainya

    (Sastrawiaya, 1991).

  • Keasaman air ialah kemampuan untuk menetralkan basa. Keasaman yang

    tinggi belum tentu mempunyai pH rendah. Suatu asam lemah dapat mempunyai

    keasaman yang tinggi, artinya mempunyai potensi untuk melepaskan hidrogen

    (Sasrawijaya, 1991). Perubahan pH yang sangat asam maupun sangat basa akan

    mengganggu kelangsungan hidup organisme aquatik karena menyebabkan

    terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Mahida, 1993).

    G. Metode Pengukuran Produktivitas Primer

    Produktivitas primer dapat diukur dengan teknik botol gelap dan terang.

    Selain itu teknik tersebut juga dapat memberikan titik awal untuk menentukan

    aliran energi. Sampel air dari kedalaman yang berbeda-beda diletakkan dalam

    botol-botol yang berpasangan yaitu botol gelap dan terang. Kemudian rangkaian

    botol-botol tersebut dibenamkan hingga sampel-sampel air berada pada

    kedalaman pengambilannya. Pada akhir waktu tertentu (dalam praktikum kali ini

    selama 2 jam), rangkaian botol diangkat dan konsentrasi oksigen di dalam tiap

    sampel botol dan dibandingkan dengan konsentrasi semula.

    Metode ini didasarkan pada prinsip estimasi pelepasan oksigen oleh produsen

    dan selama itu pula oksigen juga digunakan untuk respirasi. Oksigen yang terlarut

    diukur secara titrametrik dengan metode Winkler, atau secara elektronik dengan

    satu dari beberapa tipe elektroda oksigen dan percobaannya tergantung pada satu

    siklus dari 24 jam/kurang. Konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dan oksigen

    hasil fotosintesis ditambahkan pada oksigen yang sudah ada. Di bawah kondisi

    normal, oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis dikonsumsi oleh hewan atau

    bakteri atau masuk ke atmosfer. Cara perhitungan produktivitas primer dengan

    botol tertutup dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Fotosintesis Respirasi (botol bening) + Respirasi (botol gelap) = Produksi

    kotor

    Produksi bersih diperoleh dari botol bening termasuk respirasi tumbuh-tumbuhan,

    hewan dan bakteri.

    Jumlah oksigen yang dihasilkan di dalam botol terang dan oksigen yang

    digunakan dalam botol gelap merupakan produksi oksigen total. Hal tersebut

    dapat dilihat pada rumus:

  • Respirasi = Kadar oksigen awal eksperimen Kadar oksigen akhir

    eksperimen (botol gelap)

    Produktivitas Primer Kotor = Kadar O2 di botol terang awal eksperimen

    Kadar O2 di botol gelap akhir eksperimen

    Produktivitas Primer bersih = Produktivitas primer kotor Respirasi

    Nilai akhir dari hasil perhitungan adalah kadar oksigen dalam mg karbon/m3

    unit waktu.

  • BAB III

    METODE PERCOBAAN

    A. JENIS PENELITIAN

    Jenis penelitian ini yaitu eksperimental karena terdapat variabel-variabel

    dalam penelitian yang dilakukan yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan

    variabel kontrol.

    B. VARIABEL PERCOBAAN

    Variabel yang digunakan dalam melakukan percobaan ini antara lain :

    Variabel kontrol : Volume MnSO4, Volume KOH-KI, Volume H2SO4

    pekat, Volume larutan amilum

    Variabel manipulasi : Waktu pengambilan (pagi, siang dan malam)

    Variabel respon : Kadar oksigen terlarut (DO)

    C. ALAT DAN BAHAN

    Alat yang digunakan:

    1. Botol Winkler gelap 2 buah

    2. Botol Winkler terang 2 buah

    3. Pipet tetes secukupnya

    4. Erlenmeyer 2 buah

    5. Klem 1 buah

    6. Statif 1 buah

    7. Pipet ukur 1 buah

    Bahan yang digunakan:

    1. Tali rafia secukupnya

    2. Tissue secukupnya

    3. Air laut secukupnya

    4. MnSO4 6 ml

    5. KOH-KI 6 ml

    6. H2SO4 pekat 6 ml

    7. Na2S2O3 secukupnya

  • 8. Larutan amilum 30 tetes

    D. PROSEDUR KERJA

    1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

    2. Mengambil air langsung dari laut tanpa memberi perlakuan apapun,

    kemudian menghitung DO awal.

    3. Mengambil air laut, kemudian memasukkannya ke dalam botol winkler

    gelap dan terang.

    4. Merendam botol winkler tersebut kedalam laut 120 menit.

    5. Mengangkat botol winkler dari laut kemudian menempatkan dalam

    Erlenmeyer.

    6. Menambahkan Larutan MnSO4 sebanyak 2 mL dan Larutan KOH KI

    sebanyak 2mL, homogenkan kemudian mendiamkan selama 15 menit

    7. Menambahkan Larutan H2SO4 pekat sebanyak 2 mL, jika warna yang

    dihasilkan kuning tua, maka harus dilakukan titrasi dengan Na2S2O3

    hingga diperoleh warna kuning muda.

    8. Setelah diperoleh warna kuning muda, menambahkan 10 -20 tetes larutan

    amilum hingga warna menjadi biru.

    9. Mentiitrasi dengan Na2S2O3 hingga warna menghilang.

    10. Mencatat volume titran, kemudian menghitung nilai oksigen terlarut (DO).

    . Perhitungan Rumus

    B. Fotosintesis = DO akhir terang DO awal

    C. Respirasi = DO akhir gelap DO awal

    D. Produktivitas Primer = fotosintesis respirasi

    E. Produktivitas Total = Fotosintesis respirasi

    DO: DO1 = 4

    ..8000

    V

    aN

  • Mengambil sample air dengan 2 botol winkler dan 2 botol winkler terang

    1 botol winkler digunakan untuk mengetahui DO

    awal

    Membuka botol winkler kemudian memasukkan 2 mL MnSO4 ke dalamnya

    Memasukkan 2 mL KOH-KI

    Menutup botol winkler dan membolak-baliknya selama 5

    menit

    Membiarkan selama 5 menit

    Memasukkan 2 mL larutan H2SO4 pekat

    Menutup botol winkler dan membolak-baliknya

    Mengambil larutan sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer

    Titrasi dengan NaS2O3 sampai warna kuning muda

    Memasukkan 10 tetes larutan amilum 1% sampai warna biru

    muda

    Titrasi dengan Na2S3O3 sampai warna biru muda hilang

    1 botol winkler gelap dan 1 botol winkler terang ditenggelamkan ke dalam

    air selama 2 jam kemudian diuji untik mengetahui DO akhir

    Membuka botol winkler kemudian memasukkan 2 mL MnSO4 ke

    dalamnya

    Memasukkan 2 mL KOH-KI

    Menutup botol winkler dan membolak-baliknya selama

    5 menit

    Membiarkan selama 5 menit

    Memasukkan 2 mL larutan H2SO4 pekat

    Menutup botol winkler dan membolak-baliknya

    Mengambil larutan sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer

    Titrasi dengan NaS2O3 sampai warna kuning muda

    Memasukkan 10 tetes larutan amilum 1% sampai warna biru

    muda

    Titrasi dengan Na2S3O3 sampai warna biru muda hilang

    E. RANCANGAN PERCOBAAN

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL

    Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Produktifitas Primer di Perairan Pantai Bama,

    Taman Nasional Baluran-Situbondo

    Stasiun

    Parameter pengukuran (ppm)

    DO

    awal

    DO

    akhir

    terang

    DO

    akhir

    gelap

    Respirasi Fotosintesis Produktifitas

    primer

    Produktifi

    tas total

    1 1,22 1,63 1,22 0 0,41 0,41 0,41

    2 3,57 3,82 3,65 0,08 0,24 0,14 0,34

    3 2,02 1,71 1,14 -0,88 -0,31 0,57 -0,19

    4 0,32 1,22 0,81 0,49 0,90 0,41 1,39

    5 2,60 3,00 1,00 -1,6 0,40 2,00 -1,2

    6 0,41 0,49 0,44 0,03 0,08 0,05 0,11

    7 0,81 1,63 1,22 0,41 0,82 0,41 1,23

    8 1,22 1,975 0,65 -0,57 -0,245 0,325 -0,815

    9 1,395 1,472 1,185 -0,21 0,077 0,288 -0,34

    10 0,81 0,98 0,90 0,09 0,17 0,08 0,34

    Rata2 1,4375 1,6927 1,2215 0,2542 -0,216 0,4683 0,1275

    Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Produktifitas Primer di Perairan Pantai Bama,

    Taman Nasional Baluran-Situbondo

    No. Aspek Nilai Ujung (mg/l)

    1 DO awal 1,4375

    2 DO akhir terang 1,6927

    3 DO akhir gelap 1,2215

    4 Fotosintesis 0,2542

    5 Respirasi -0,216

    6 Produktivitas primer 0,4683

    7 Produktivitas total 0,1275

  • B. ANALISIS DATA

    Dari tabel hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa kadar DO awal pada

    stasiun 1 sebesar 1,22 ppm, sedangkan kadar DO akhir botol terang sebesar 1,63

    ppm dan DO akhir botol gelap 1,22 ppm sehingga dapat diketahui fotosintesisnya

    sebesar 0,41 dan respirasi 0. Dari data tersebut dihitung produktifitas primer

    stasiun 1 yaitu 0,41 ppm dan produktifitas total sama yaitu 0,41 ppm.

    Pada stasiun 2 diperoleh nilai DO awal sebesar 3,57 ppm. DO akhir pada

    botol terang diperoleh sebesar 3,82 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar

    3,65 ppm sehingga diperoleh fotosintesis sebesar 0,21 ppm dan respirasi sebesar

    0,08 ppm. Dari data tersebut diperoleh nilai produktivitas primer sebesar 0,14

    ppm dan produktivitas total 0,34 ppm.

    Pada stasiun 3 diperoleh nilai DO awal 2.02 ppm. DO akhir pada botol

    terang sebesar 1,71 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar 1,14 ppm

    sehingga fotosintesis didapat -0,31 dan respirasi sebesar -0,88. Dari data tersebut

    diperoleh nilai produktivitas primer sebesar 0,57 ppm dan produktivitas total -0,19

    ppm.

    Pada stasiun 4 diperoleh nilai DO awal 0,32 ppm. DO akhir pada botol

    terang sebesar 1,22 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar 0,81 ppm

    sehingga fotosintesis didapat 0,90 dan respirasi sebesar 0,49. Dari data tersebut

    diperoleh nilai produktivitas primer sebesar 0,41 ppm dan produktivitas total 1,39

    ppm.

    Pada stasiun 5 diperoleh nilai DO awal 2,6 ppm. DO akhir pada botol

    terang sebesar 3,0 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar 1,0 ppm sehingga

    fotosintesis didapat 0,4 dan respirasi sebesar -1,6. Dari data tersebut diperoleh

    nilai produktivitas primer sebesar 2,0 ppm dan produktivitas total -1,2 ppm.

    Pada stasiun 6 diperoleh nilai DO awal 0,41 ppm. DO akhir pada botol

    terang sebesar 0,49 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar 0,44 ppm

    sehingga fotosintesis didapat 0,08 dan respirasi sebesar 0,03. Dari data tersebut

    diperoleh nilai produktivitas primer sebesar 0,05 ppm dan produktivitas total 0,11

    ppm.

    Pada stasiun 7 diperoleh nilai DO awal 0,81 ppm. DO akhir pada botol

    terang sebesar 1,63 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar 1,22 ppm

  • sehingga fotosintesis didapat 0,82 dan respirasi sebesar 0,41. Dari data tersebut

    diperoleh nilai produktivitas primer sebesar 0,41 ppm dan produktivitas total 1,23

    ppm.

    . Pada stasiun 8 diperoleh nilai DO awal 1,22 ppm. DO akhir pada botol

    terang sebesar 0,975 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar 0,650 ppm

    sehingga fotosintesis didapat -0,245 dan respirasi sebesar -0,57. Dari data tersebut

    diperoleh nilai produktivitas primer sebesar 0,325 ppm dan produktivitas total -

    0,815 ppm.

    Pada stasiun 9 diperoleh nilai DO awal 1,395 ppm. DO akhir pada botol

    terang sebesar 1,472 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar 1,185 ppm

    sehingga fotosintesis didapat 0,077 dan respirasi sebesar -0,210. Dari data tersebut

    diperoleh nilai produktivitas primer sebesar 0,288 ppm dan produktivitas total -

    0,34 ppm.

    Pada stasiun 10 diperoleh nilai DO awal 0,81 ppm. DO akhir pada botol

    terang sebesar 0,98 ppm dan DO akhir pada botol gelap sebesar 0,90 ppm

    sehingga fotosintesis didapat 0,17 dan respirasi sebesar 0,09. Dari data tersebut

    diperoleh nilai produktivitas primer sebesar 0,08 ppm dan produktivitas total 0,34

    ppm.

    Pada perhitungan seluruh stasiun didapatkan rata rata nilai DO awal

    sebesar 1,4375 ppm, sedangkan kadar DO akhir botol terang pada seluruh stasiun

    didapatkan rata rata sebesar 1,6927 ppm, dan kadar DO akhir botol gelap

    sebesar 1,2215 ppm dengan data yang diperoleh dapat diketahui jumlah rata

    rata fotosintesis seluruh stasiun sebesar 0,2542 ppm, didapatkan dari hasil

    pengurangan nilai rata rata DO akhir botol terang dengan nilai rata rata DO

    awal. Rata-rata respirasi seluruh stasiun didapatkan nilai sebesar -0,216 ppm,

    didapatkan dari pengurangan nilai DO akhir botol gelap dikurangi nilai DO awal.

    Dengan mengetahui jumlah fotosintesis dan respirasi maka dapat dihitung

    produktifitas primer rata rata respirasi seluruh stasiun dengan mengurangkan

    rata-rata fotosintesis dengan rata-rata respirasi sehingga diperoleh nilai sebesar

    0,4683 ppm. Dan Nilai produktifitas total dapat diperoleh dengan menambahkan

    nilai rata rata hasil fotosintesis dengan nilai rata rata hasil respirasi dan

    diperoleh hasil sebesar 0,1275 ppm.

  • C. PEMBAHASAN

    Dari data dan analisis penghitungan kadar DO awal lebih kecil dibanding

    dengan kadar DO akhir pada botol terang. Hal ini disebabkan pada waktu

    pengambilan sampel pada Do awal langsung dilakukan titrasi sehingga plankton

    yang ada dalam perairan tersebut belum banyak melakukan aktifitas baik respirasi

    maupun fotosintesis sehingga dianggap pada waktu pengambilan DO awal

    merupakan respirasi normal yang dilakukan oleh plangkton seluruh sampel.

    Berdasarkan data hasil praktikum menunjukkan bahwa pada botol terang

    nilai DO nya lebih besar dibanding botol gelap. Hal ini dipengaruhi karena pada

    botol winkler terang tidak ada halangan cahaya untuk masuk menembus botol

    sehingga organisme di dalam air dapat melakukan fotosintesis (produsen) seperti

    golongan tumbuhan (alga hijau) dan dapat menghasilkan oksigen. Di dalam botol

    winkler terang tersebut, organisme yang ada di dalam air juga melakukam

    respirasi (konsumen). Akan tetapi karena fotosintesis yang terjadi dapat

    mengimbangi bahkan dapat menyediakan lebih dari pada oksigen yang digunakan

    oleh organisme dalam air untuk respirasi sehingga kadar DO yang dihasilkan juga

    masih tinggi.

    Penghalang cahaya matahari menembus air (pada botol wimkler gelap)

    mengakibatkan intensitas cahaya yang masuk ke dalam air lebih kecil dengan

    perbedaan yang jauh dengan botol terang. Organisme yang terdapat di dalam botol

    winkler gelap, dalam aktivitasnya membutuhkan oksigen untuk respirasi dan

    menghasilkan oksigen dalam fotosintesis karena sinar matahari yang menembus

    air intensitas cahayanya kecil maka oksigen yang dihasikan juga sedikit yang

    diakibatkan oleh fotosintesis yang dilakukan tidak maksimal. Padahal organisme

    di dalam botol winkler gelap juga melakukan respirasi, sehingga hasil yang

    didapatkan lebih sedikit. Hal ini yang mengakibatkan nilai DO akhir gelap lebih

    kecil bila dibandingkan dengan DO akhir botol winkler terang.

    Pasa botol terang lebih besar kadar O2 rata-rata dari pada botol gelap

    karena terjadi fotosintesis pada botol terang setelah tiga jam direndam. Hal itu

    memungkinkan ada penyerapan sinar matahari yang masuk ke dalam air dimana

    kedalamannya masih terjangkau sinar matahari sehingga fitoplankton yang ada

    dalam air dapat melakukan fotosistesis yang menghasilkan O2 sedang pada botol

  • gelap walaupun terjadi proses fotosintesis tetapi tidak sebanyak di botol terang

    karena ada perbedaan penerimaan cahaya matahari pada kedua botol.

    Dari data kelas yang diperoleh dan analisis penghitungan kadar DO awal

    dan kadar DO akhir di pantai Bama Baluran diperoleh rata rata nilai fotosintesis,

    rata rata nilai respirasi, rata rata nilai produktifitas primer dan rata rata nilai

    produktifitas total. Rata rata nilai fotosintesis yang diperoleh sebesar 0,2542

    ppm dan rata rata nilai respirasi sabesar -0,216 ppm. Dari analisis yang didapat

    diketahui rata rata nilai fotosintasis yang diperoleh lebih besar dibanding dengan

    rata rata nilai respirasi yang didapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa organisme

    peraian yang ada di dalamnya banyak melakukan fotosintesis sehingga

    diasumsikan banyak fitoplankton yang terkadung dalam perairan pantai Bama

    karena menghasilkan banyak hasil fotosintesis. Hal ini juga menunjukkan didalam

    perairan juga terkandung banyak zat hara yang terlarut yang merupakan faktor

    penting bagi kelangsungan kehidupan mahluk perairan terutama fitoplankton

    sebagai bahan pembuatan makanan.

    Dari nilai fotosintesis dan respirasi dapat diperoleh besarnya nilai

    produktifitas primer dan nilai produktifitas total. Nilai produktifitas primer

    sabesar 0,4683 ppm dan nilai produktifitas total sebesar 0,1275 ppm. Dari nilai

    tersebut berarti nilai produktifitas oksigennya tinggi. Hal ini dikarenakan

    banyaknya aktifitas fitoplankton yang tinggi sehingga banyak mengahasilkan

    oksigen, selain itu aktifitas aliran energi dan siklus materi organisme dan

    mikroorganisme akuatik lain juga tinggi sehingga membutuhkan oksigen yang

    banyak oleh karena itu dibutuhkan suplai oksigen terlarut yang lebih banyak oleh

    fifoplankton dalam perairan tersebut. Oksigen terlarut dalam perairan diperlukan

    dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu,

    oksigen juga menentukan proses biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik

    atau anaerobik. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh

    mikroorganisme untuk pernapasan.

    Produktivitas primer suatu ekosistem sangat penting untuk diketahui karena

    dengan itu, kita dapat mengetahui kadar oksigen terlarut suatu ekosistem,

    mempelajari dan mengetahui rantai makanan (food chain), aliran karbon harian

    dan musiman dalam ekosistem yang merupakan bentukan dasar piramida

  • makanan dan dapat digunakan juga untuk memperkirakan produksi maksimal

    pada tingkat trofik yang lebih tinggi.

    D. DISKUSI

    Pada praktikum ini terdapat ketidaksesuaian data pada stasiun 3, 5, 8, dan

    9 sehingga pada perhitungan nilai respirasi diperoleh -0,88, -1,6, -0,57, dan -0,210

    ppm dan produktiftas total yang didapat pada ketiga stasiun itu adalah -0,19, -1,2,

    -0,815, dan -0,34 ppm. Hal ini kurang sesuai dengan teori yang ada bahwa setiap

    mahluk hidup melakukan respirasi baik yang ada di darat maupun yang ada di

    perairan sehingga tidak mungkin didapatkan data minus. Dengan data resprasi

    yang kurang sesuai tersebut maka nilai produkifitas primer yang diapat kurang

    sesuai sehigga data kelas juga kurang sesuai.

    Hal ini dapat diakibatan karena kurangtelitian dalam praktikum dan tidak

    adanya pengulangan sebagai perbandingan sehingga data yang didapat kurang

    baik.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Kadar Fotosintesis rata-rata di Pantai Bama Taman Nasional Baluran yaitu

    0,2542 ppm.

    2. Kadar Respirasi rata-rata di Pantai Bama Taman Nasional Baluran yaitu -

    0,216 ppm

    3. Nilai produktifitas primer rata rata di Pantai Bama Taman Nasional Baluran

    adalah 0,4683 ppm.

    4. Nilai produktitas total rata rata di Pantai Bama Taman Nasional Baluran

    adalah 0,1275 ppm.

    B. Saran

    Saran yang dapat diberikan oleh penulis pada praktikum produktivitas

    primer ini adalah sebagai berikut :

    1. Mengecek semua bahan yang akan digunakan untuk praktikum.

    2. Dalam mengisi air sampel ke dalam botol winkler dan menutup botol

    harus berada dalam air supaya tidak ada gelembung udara yang tersisa

    dibotol.

    3. Meperhatikan volume titrasi secara cermat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Romimohtarto, Kasijan dan sri Juwana. 2005. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan

    McNaughton, S.J dan Larry L Wolf.1990. Ekologi Umum. Yogyakarta. Gadjah

    Mada University

    Sastrawijaya, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka cipta

    Ewusie, J. Yanneiy.1980. Pengantar Ekologi Tropika.Bandung : ITB Bandung

    Campbell, Neil. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.

    Dharmawan, Agus, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press.

    Mahatmanti, Iin. 2006. Jenis-jenis Ikan yang Toleran pada Perairan Tercemar Di

    Kali Surabaya. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surabaya: UNESA.

    Odum, Eugene. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

    Press.

    Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Petunjuk Praktikum Ekologi. Surabaya: UNESA

    University Press.

    Riza, Muhammad. 2005. Kualitas Air Laut Brantas Di Wilayah Kabupaten Blitar

    Berdasarkan Indikator Biologis (Bentos Makroinvertebrata). Skripsi

    Tidak Dipublikasikan. Surabaya: UNESA.

    Soetjipta. 1994. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

    Irwan, Zoeraini Djamal. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem

    Komunitas dan Lingkungan. Jakarta : Sinar Grafika.

    Sulistinah. 1997. Ekologi. Surabaya: Unesa Press

    Hadisubarto, T. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan

    Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan

    Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

    Anonim. 2004. http://www.mcarmand.co.cc/2008/08/pencemaran-air.html

    (diakses tanggal 23 Desember 2012)

    http://www.wikipedia.org/wiki (diakses tanggal 23 Desember 2012)

    Goldman, Charles R.. 1993. Limnology. New York: Graw Hill

    Koesoebiono. 1979. Dasar-dasar Ekologi umum Bagian IV (Ekologi Perairan).

    Bogor: Institut Pertanian Bogor.

    Kordi, M. G. H. 1996. Parameter Kualitas Air Surabaya. Surabaya: Karya Anda

    Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta: Departemen Pandidikan dan Kebudayaan.

    Michael, P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.

    Jakarta:Universitas Indonesia

    http://www.mcarmand.co.cc/2008/08/pencemaran-air.htmlhttp://www.wikipedia.org/wiki

  • LAMPIRAN

    Penghitungan kadar O2 terlarut (Dissolved Oxygen)

    DO = 4 - v

    8000 x N x a

    DO = 4 - ml 250

    8000 x M 0,025 x a

    Keterangan :

    a : Volumen titran yang digunakan (Na2 S2 O3 )

    N : Konstanta (0,025)

    V = Volume botol winkler

    Fotosintesis rata - rata = DO akhir terang DO awal

    = 1,6927 1,4375

    = 0,2542 ppm

    Respirasi rata - rata = DO akhir gelap DO awal

    = 1,2215 1,4375

    = -0,216 ppm

    Produktivitas Primer rata - rata = fotosintesis respirasi

    = 0,2542 (-0,216)

    = 0,4683 ppm

    Produktivitas Total rata - rata = Fotosintesis + respirasi

    = 0,2542 + 0,216

    = 0,1275 ppm

  • LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

    PRODUKTIVITAS PRIMER DI PANTAI BAMA TAMAN

    NASIONAL BALURAN SITUBONDO

    Disusun oleh:

    1. Tito Riswanda 103244009 2. Sulistyowati 103244024 3. Julikah Dewi Ratnasari 103244034 4. Titis Rahmasari 103244039 5. Hendy Tri Mawardi 103244046 6. F 7. F 8. N 9. S 10. E 11. D 12. L 13. M 14. D 15. G

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN BIOLOGI

    2012